Optimalisasi Co-parenting untuk Pengembangan Karakter Entrepreneurial Anak Prof. Dra. Jenny L. Setiawan, M.A., Ph.D., Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya
[email protected]
Pertemuan Anggota Himpsi Surabaya, 25 Februari 2017
• tidak cukup berhenti pada pengembangan business skills. • harus melampaui pelatihan-pelatihan (Katz, 2007) membuat business plan, keuangan, dan manajemen. • harus merambah pada aspek psikologis dari entrepreneurship.
Individu Karakter entrepreneurial Karakteristik psikologis
(Hisrich et al., 2007)
(Hisrich et al., 2007)
Optimalisasi Co-parenting untuk Pengembangan Karakter Entrepreneurial Anak Prof. Dra. Jenny L. Setiawan, M.A., Ph.D., Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya
[email protected] Pertemuan Anggota Himpsi Surabaya, 25 Februari 2017
Karakter Entrepreneur dan Upaya Pengembangannya
Rauch & Frese (2007): • memiliki kebutuhan berprestasi tinggi, • memiliki keberanian mengambil risiko, • memiliki keinovatifan, • memiliki otonomi, • memiliki locus of control internal, • memiliki self-efficacy yang tinggi
Nature (bawaan)
vs
Nurture (lingkungan)
(Santrock, 2011)
Sumber: Santrock (2011: 29)
#1 Orangtua #2 Saudara #3 Teman sebaya #4 Guru #5 Media sosial
Ayah dan ibu berperan penting dalam pembentukan kepribadian di tahap awal, muncul dalam ciriciri personal yang membentuk perilaku individu ketika dewasa.
Mekanisme pembentukan perilaku anak * Reward * Punishment * Instruksi * Modelling (Janis, 1969)
Peran orangtua (Hartini, 2011) • Character builder • Character enabler • Character engineer
Aspek pengasuhan (Pudjibudojo, 2011) • Parental support • Parental Control
Dimensi pengasuhan (Pudjibudojo, 2011) • Acceptance & responsiveness • Demand & Control
Acceptance & Responsiveness
Demand & Control
(Baumrind; Maccoby & Martin; dalam Santrock, 2011)
Ketakutan Kecemasan
Acceptance & Responsiveness
Demand & Control
(Baumrind; Maccoby & Martin; dalam Santrock, 2011)
Indulgent Kendali diri rendah Egosentris Masalah dalam relasi Acceptance & Responsiveness
Demand & Control
(Baumrind; Maccoby & Martin; dalam Santrock, 2011)
Harga diri yang buruk Tidak matang
Acceptance & Responsiveness
Demand & Control (Baumrind; Maccoby & Martin; dalam Santrock, 2011)
Kendali diri Percaya diri Orientasi prestasi Kerja sama Tahan banting
Acceptance & Responsiveness
Demand & Control
Entrepreneurial
(Baumrind; Maccoby & Martin; dalam Santrock, 2011)
Co-parenting
Pembagian tugas pengasuhan
Keterlibatan aktif tiap anggota tim
Coparenting
Perasaan positif terhadap pasangan
Perasaan kekitaan/ sense of weness
Mengapa perlu Co-parenting? Co-parenting • Parenting menjadi lebih efektif (Cordova, 2009) • Prediktor pemberian dukungan orangtua untuk peningkatan karakter entrepreneurial anak (Kurniawan & Setiawan, 2016)
No Co-parenting • Menyerahkan pada salah satu pihak • Merasa pihak lain tidak kompeten • Persaingan terselubung antara ayah dan ibu • Ketidak sepakatan (childrearing disagreements)
Parenting tidak efektif
Penguatan Relasi Pernikahan sebagai Pilar Co-Parenting
KUALITAS PERNIKAHAN ORANGTUA • Kualitas relasi pernikahan yang baik mempengaruhi aliansi co-parenting yang positif dan praktek parenting (Morrill, Hines, Mahmood, dan Cordova, 2010)
• Kualitas pernikahan orangtua adalah prediktor terhadap kualitas co-parenting dan keterlibatan ayah dan ibu dalam parenting (Christopher, Umemura, Mann, Jacobvitz, dan Hazen, 2015)
• Kepuasan relasi dengan pasangan yang dirasakan oleh ayah/suami menjadi prediktor co-parenting (Block, 2016)
Resolusi konflik Komunikasi
Waktu luang bersama (Orthner, 1975; Hill, 1988; Holman & Jacquart, 1988; Litzinger & Gordon, 2005).
Olson, Olson-Sigg, dan Larson (2008)
Olson, Olson-Sigg, dan Larson (2008)
What have we learned so far?
Komunikasi
Co-parenting yang berfokus pada care and challenge
Resolusi konflik Waktu Luang bersama
Pengembangan karakter entrepreneurial anak