OPINI PUBLIK TENTANG PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP SURALAYA
MARIA FITRIAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Opini Publik tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan ataupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2011 Maria Fitriah \ NIM I352070121
ABSTRACT MARIA FITRIAH. Public opinion on Suralaya Steam Power Plant. Supervised by DJUARA P. LUBIS and RICHARD WE LUMINTANG. Coal has commonly been used as one of the energy sources to generate electricity in steam power plants in Indonesia for the reason that it is much more economical than other energy sources. However, it brings about negative impacts on the environment and health. This research aims at (1) analyzing public opinion on Suralaya Steam Power Plant, (2) analyzing correlation between newspaper, public relations, opinion leader and experience to shape public opinion. The research was conducted in the area around Suralaya Power Plant in January until March 2010. Using the community in the area as the research population, the research used cluster random sampling to obtain 343 respondents as the sample. Data was collected by using observation, questionnaire, interview FGD, and documentation study. The research used descriptive correlational method. Public opinion grouped based on the villages, types of occupation, and sexes was analyzed by using chi-square, while the correlation between newspaper, public relations, opinion leader, experience and public opinion was analyzed by using gamma correlation. The result showed that male respondents in Suralaya Village working as merchants and employees generally felt that their economy had become better. Respondents in Suralaya Village and Salira Village who were mostly female employees stated that their village had become more lively. Health problems were only felt by female employees living in Suralaya Village. Both male and female respondents working as fishermen in Suralaya Village were disturbed by the noise from the power plant. Nevertheless, only male respondents working as merchants in Suralaya Village who generally stated that the coal ash could poison the fish at sea and the female respondents confirmed that it could damage their farm. Moreover, female employees in Suralaya Village claimed that the coal ash could also spoil goods. The public opinion was related to opinion leader and experience; nonetheless, newspaper and public relations had no correlation with public opinion. Keywords: Public Opinion, PLTU Suralaya
RINGKASAN MARIA FITRIAH. Opini Publik tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan RICHARD WE LUMINTANG. Batubara merupakan salah satu sumber energi di Indonesia untuk membangkitkan listrik yang banyak dipakai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) karena biaya lebih murah dibanding sumber energi lainnya, seperti PLTU Suralaya. Namun batubara berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan. Fenomena isu lingkungan menimbulkan pembentukan opini publik. Opini publik diperoleh dari pendapat publik sebagai masyarakat. Suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman dapat berhubungan dengan pembentukan opini publik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis opini publik dan menganalisis hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, serta pengalaman dalam pembentukan opini publik. Suratkabar, public relations, opinion leader, serta pengalaman merupakan variabel faktor pembentuk opini publik sebagai peubah bebas. Peubah terikat penelitian ini yaitu opini publik dengan variabel opini publik tentang dampak PLTU Suralaya Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Opini publik diteliti berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin dengan analisis menggunakan chi kuadrat (chi square). Hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman dengan opini publik dianalisis menggunakan korelasi gamma. Populasi penelitian adalah masyarakat sekitar PLTU Suralaya. Pengambilan sampel dilakukan cluster random sampling dari masyarakat yang tinggal di Desa Suralaya, Salira Indah dan Lebakgede. Sampel pada pengambilan data kuantitatif diperoleh sebanyak 343 orang yang diambil 10 persen (0,1) dari 3430 orang. Data penelitian ini pun diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) berdasarkan kelompok mata pencaharian. Penggunaan bahan bakar batubara menghasilkan abu setiap hari sebanyak 1.500 sampai 2.000 ton yang terbagi menjadi 80 persen sebagai flay ash (abu terbang atau abu kering) dan 20 persen sebagai bottom ash ( abu dasar atau abu basah). Abu batubara yang dihasilkan dari PLTU Suralaya membentuk opini publik, baik opini publik tentang dampak positif maupun negatif. Opini publik berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden laki-laki di Desa Suralaya yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai umumnya merasakan ekonominya menjadi lebih sejahtera. Masyarakat di Desa Suralaya dan Desa Salira yang umumnya pegawai perempuan menyatakan suasana lingkungan menjadi lebih ramai sejak adanya PLTU Suralaya. Gangguan masalah kesehatan hanya dirasakan oleh pegawai perempuan yang tinggal di Desa Suralaya. Responden laki-laki maupun perempuan yang bekerja sebagai nelayan di Desa Suralaya merasa bising dengan suara mesin PLTU Suralaya. Namun umumnya hanya responden laki-laki saja yang bekerja sebagai pedagang di Desa Suralaya yang menyatakan abu batubara dapat meracuni ikan di laut dan responden perempuan menyatakan abu batubara dapat merusak pertanian. Abu batubara pun dapat mengotori bahan dagangan
berdasarkan opini dari masyarakat Desa Suralaya dengan jenis kelamin perempuan umumnya yang bekerja sebagai pegawai. Opini dari masyarakat sekitar dihubungkan oleh keterpaan dengan opinion leader karena tingginya tingkat frekuensi komunikasi. Opini masyarakat pun berhubungan dengan pengalaman keterlibatan masyarakat menghadapi masalah dalam kehidupannya dengan PLTU Suralaya berdasarkan pengetahuan. Namun suratkabar dan public relations tidak berhubungan dengan opini masyarakat karena kurangnya informasi mengenai PLTU Suralaya. Public relations perlu lebih banyak melakukan hubungan dengan masyarakat sekitarnya melalui kegiatan pengembangan masyarakat. Public relations pun perlu melakukan komunikasi dengan opinion leader agar opinion leader menyampaikan pesan kepada masyarakat sekitar. Upaya peningkatan pengetahuan mengenai PLTU Suralaya perlu dilakukan melalui media massa, termasuk media komunitas.
Kata Kunci: Opini Publik, PLTU Suralaya
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
OPINI PUBLIK TENTANG PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP SURALAYA
MARIA FITRIAH
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Penguji Luar komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M. Si
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulis melakukan penelitian mengenai Opini Publik tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya. Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku ketua komisi pembimbing dan ketua program studi yang telah memberikan kritik, saran, dan motivasi selama menyelesaikan tesis ini. 2. Ir. Richard WE Lumintang, MSEA selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan kritik, saran, dan motivasi selama menyelesaikan tesis ini. 3. Erick Rebiin sebagai koordinator Forum Peduli Suralaya. 4. Seluruh pegawai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. 5. Seluruh pegawai PT Indonesia Power yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. 6. Seluruh aparat Desa Suralaya, Desa Salira Indah, Desa Lebakgede yang telah memberikan izin dan membantu selama pengumpulan data penelitian. 7. Dr. Arif Satria, SP, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekologi Manusia yang telah membantu kelancaran studi penulis. 8. Seluruh dosen pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan studi. 9. Seluruh staf pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah membantu kelancaran studi penulis. 10. Agung Nugrahaprawira, S. Pt atas segala doa, motivasi, cinta, dan kasih sayangnya selama menyelesaikan studi penulis. 11. Ananda Muhammad Azmi Anugrah Prawira yang telah memberikan kebahagiaan bagi penulis.
12. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa, motivasi, cinta, dan kasih sayangnya selama menyelesaikan studi. 13. Teman-teman KMP angkatan 2007 yang telah memberikan bantuan, saran, dan motivasi selama menyelesaikan studi penulis.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juli 2011
Maria Fitriah
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 27 Maret 1984 dari Bapak H. Mohamad Arifin dan Ibu Hj. Latifah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Bina Insani Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Padjadjaran Bandung. Penulis memilih Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik. Saat kuliah, penulis magang di Trans TV dan Radar Bogor pada Divisi News pada tahun 2005. Penulis bekerja sebagai pengajar Bahasa Indonesia pada tahun 2008 hingga 2010 di Lembaga Pendidikan Primagama Salak Bogor. Tahun 2008 hingga saat ini penulis bekerja sebagai Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Politik, dan Komunikasi (FISIKOM), Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Djuanda Bogor.
PENDAHULUAN Latar Belakang Batubara banyak dipakai untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) karena biaya lebih murah dibanding sumber energi lainnya, salah satunya adalah PLTU Suralaya. Di samping biaya yang relatif murah, batubara berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan (Arifin, dkk, 2010). Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral (2009), Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) merupakan salah satu keluhan penyakit masyarakat yang berada di sekitar PLTU berbahan bakar batubara. Kondisi ini diduga bahwa emisi yang berasal dari PLTU Suralaya sejak beroperasinya hingga saat ini turut menjadi penyebab munculnya keluhan kesehatan masyarakat. Data Puskesmas menunjukkan bahwa penderita ISPA cukup banyak meskipun emisi yang dikeluarkan oleh PLTU Suralaya di bawah NAB (Nilai Ambang Batas). Tim Ahli Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia memprognosa, kemungkinan salah satu penyebab penyakit ISPA yaitu adanya kandungan polutan di sekitar lingkungan hidup masyarakat tersebut. Menurut Arifin, dkk (2010), pembakaran batubara sangat membahayakan kesehatan karena penyerapan gas karbon monoksida (CO2) yang diproduksi lebih tinggi dibandingkan oksigen (O2). Pemeriksaan
kesehatan
yang
dilakukan
Koalisi
Anti-Batubara
membuktikan bahwa masyarakat di sekitar PLTU banyak yang menderita penyakit pernafasan. Masyarakat juga kehilangan mata pencaharian karena sawahnya tidak bisa ditanami dan menurunnya hasil tangkapan ikan (Greenpeace, 2009). Sementara itu, Arifin, dkk (2010) mengatakan, ikan yang terkontaminasi merkuri
akibat
abu
batubara
membahayakan
masyarakat
sekitar
yang
mengkonsumsinya. Berdasarkan penelitian (tes laboratorium IPB dan PP 85/1999), sebenarnya abu batubara yang dibuang dalam proses pembangkit listrik tidak lagi berbahaya jika diproses dengan teliti (Hastuti, 2009). Namun isu pencemaran lingkungan akibat abu batubara menimbulkan berbagai demonstrasi, di antaranya di PLTU Suralaya, PLTU Tanjung Jati B, dan PLTU Cilacap. Puluhan aktivis lingkungan
hidup berunjuk rasa ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap karena penggunaan batubara sebagai sumber energi menimbulkan polusi. Menurut Koordinator Aksi Greenpeace Asia Tenggara, Ryanto, polusi abu batubara telah berpengaruh buruk ke masyarakat yang tinggal dalam radius dua kilometer dari PLTU Cilacap. Banyak warga menderita gangguan kesehatan (Anugrah, 2009). Fenomena isu lingkungan menimbulkan pembentukan opini publik. Doob yang dikutip oleh Sunarjo (1997) mengatakan, sikap pribadi seseorang atau sikap kelompoknya membentuk opini publik. Menurut Nimmo (2000), sekumpulan orang tersebut menghasilkan sikap yang memperlihatkan reaksi sama terhadap rangsangan sama dari luar sebagai opini publik. Penggunaan batubara sebagai sumber energi untuk membangkitkan listrik di Indonesia menyebabkan pembentukan opini publik. Pada tahun 2005 penggunaan batubara dalam pemenuhan energi nasional mencapai 41 juta ton. Lonjakan terjadi pada tahun 2010 hingga mencapai 67 juta ton (Adang, 2011). Hal tersebut sejalan dengan Kebijakan Bauran Energi Nasional yang menargetkan konsumsi batubara mencapai angka 33 persen hingga pada tahun 2025. Kebijakan tersebut mengingat perkiraan akan tingginya harga minyak dunia. Oleh sebab itu, batubara memiliki posisi strategis untuk pemenuhan energi, baik di tingkat nasional, regional maupun global (Kumara, 2009). Peningkatan akses energi listrik bagi seluruh rakyat dan perbaikan keandalan distribusi tenaga listrik menuntut peningkatan kapasitas daya listrik nasional. Salah satu program yang telah dan sedang dilakukan pemerintah adalah melaksanakan program percepatan pembangunan 35 buah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara dengan kapasitas keseluruhan 10.000 Megawatt.
Upaya
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
kapasitas
sistem
ketenagalistrikan nasional. Program tersebut didasarkan atas Peraturan Presiden RI No 71 Tahun 2006. Pemerintah menugaskan Perusahaan Listrik Negara (PLN) selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) untuk menjalankan program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik membangun 10 PLTU di pulau Jawa serta 25 PLTU di luar Jawa dan Bali (Kumara, 2009).
Opini publik dapat dibentuk oleh suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman. Menurut Price (1989), public opinion formation is a social and communicative process, and individuals' opinions thus depend in many ways upon the social context surrounding public issues. Arifin (2008) menyatakan, suratkabar memiliki kemampuan untuk membentuk opini publik. Proses opini publik dimulai dengan pemuatan dan penyiaran berita yang memiliki nilai dan sifatnya kritikan terhadap kepentingan masyarakat dengan topik bahasan yang semakin berkembang. Public relations pun membentuk opini publik dengan melakukan komunikasi kepada masyarakat tentang isu lingkungan. Komunikasi eksternal yang diterapkan public relations dapat mengokohkan keberadaan organisasi dalam masyarakat sehingga terjalin hubungan yang baik antara keduanya. Masyarakat akan mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan jika mereka mengalami masalah dengan layanan perusahaan, dan masyarakat merasa ”diperhatikan” keberadaannya oleh perusahaan tersebut (Rochyadi, 2003). Tidak hanya public relations, opinion leader pun merupakan faktor yang dapat membentuk opini publik. Opinion leader membuka diri terhadap informasi dengan menilai manfaat dan pentingnya informasi (Effendy, 1987). Selain suratkabar, public relations, dan opinion leader, pengalaman inderawi juga merupakan suatu sumber kepercayaan. Seseorang berpengetahuan dan terampil melalui keterlibatan selama periode berdasarkan pengalaman. Pengalaman dapat dijadikan sebagai salah satu faktor pembentuk opini publik. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai opini publik tentang isu pencemaran abu batubara. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, opini publik dapat dibentuk dari berbagai faktor. Maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskan beberapa masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana opini publik tentang PLTU Suralaya berdasarkan tiga desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin?
2. Bagaimana hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman membentuk opini publik? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Menganalisis opini publik tentang PLTU Suralaya berdasarkan tiga desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin. 2. Menganalisis hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman membentuk opini publik.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Namun secara khusus, penelitian ini dapat berguna sebagai berikut: 1. Memperkaya khazanah opini publik dalam ilmu komunikasi. 2. Public relations dapat lebih banyak berkomunikasi dengan opinion leader. 3. Opinion leader dapat menyampaikan informasi dengan berperan sebagai jembatan komunikasi antara PLTU Suralaya dengan masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Opini Publik Menurut Sunarjo (1997), opini publik merupakan persatuan pendapat yang didukung oleh sejumlah orang dengan ikatan emosional atau perasaan. Sementara itu, Nimmo (2000) pun mengatakan, opini publik adalah pengungkapan kolektif dari kepercayaan, nilai, dan pengharapan personal yang saling mempengaruhi antara proses personal, sosial, dan politik. Sekumpulan orang tersebut menghasilkan sikap yang memperlihatkan reaksi sama terhadap rangsangan sama dari luar sehingga dapat dikatakan pula oleh Doob sebagai opini publik. Doob yang dikutip oleh Sunarjo (1997) mengatakan, sikap pribadi seseorang atau sikap kelompoknya membentuk opini publik. Karena itu, sikapnya ditentukan oleh pengalamannya yaitu pengalaman dari dan dalam kelompoknya itu pula. Opini publik bersifat laten (terpendam) dan baru memperlihatkan sifat yang aktif apabila isu timbul dalam kelompok atau lingkungan karena konflik, kegelisahan, atau frustasi. Opini publik dapat disimpulkan sebagai kumpulan pendapat individu dari pengungkapan kolektif yang mempengaruhi masyarakat terhadap isu yang sama dalam proses personal, sosial, dan politik sehingga membentuk persatuan pendapat dan sikap karena konflik, kegelisahan, atau frustasi.
Proses Pembentukan Opini Publik Menurut Nimmo (2000), opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan dan turut membentuk citra. Setiap opini mereflesikan kepercayaan, nilai, dan pengharapan Pengalaman
inderawi
merupakan
suatu
sumber
kepercayaan.
Kepercayaan kita terikat erat pada nilai yang dihargai. Nilai dapat terancam oleh melonggarnya pegangan kepercayaan kepada kita. Nilai adalah preferensi yang dimiliki seseorang terhadap tujuan tertentu atau cara tertentu dalam melakukan sesuatu. Preferensi ini sangat berkaitan dengan citra personal dalam menilai diri sendiri dan lingkungannya. Seseorang
bertindak dengan cara yang bermakna dalam mencapai tujuan yang dianggap bernilai. Pengharapan berdasarkan pengalaman di masa lalu sehingga membentuk keadaan masa depan. Sistem pengharapan seseorang memainkan peran penting dalam mempengaruhi kepercayaan personal menjadi opini publik. Penyusunan opini publik berasal dari opini pribadi yang melibatkan proses personal, sosial, dan politik saling mempengaruhi. Opini pribadi terdiri atas kegiatan verbal dan nonverbal yang menyajikan citra dan interpretasi individual tentang objek tertentu di dalam setting dalam bentuk isu. Opini pribadi harus dimiliki bersama secara luas melalui kegiatan kolektif dengan lebih banyak orang daripada pihak pencetus perselisihan. Asal mula opini tentang berbagai masalah
terletak dalam perselisihan atau perbantahan yang
memiliki potensi untuk berkembang menjadi isu yang akan menangkap perhatian banyak orang. Munculnya pertikaian yang memiliki potensi menjadi isu merupakan tahap pertama proses pembentukan opini publik. Kedua, munculnya kepemimpinan untuk melakukan publikasi. Kepemimpinan tersebut dapat dilakukan oleh seseorang untuk berkomunikasi melalui orang-orang yang dikenalnya secara pribadi. Jika kepemimpinan telah merangsang komunikasi tentang suatu isu melalui saluran komunikasi massa, interpersonal, dan organisasi, maka terbuka bagi tahap ketiga dari pembentukan opini yaitu munculnya interpretasi personal. Interpretasi personal memberikan gambaran tentang opini yang ada, apa yang mungkin dilakukan oleh orang lain, dan apa yang dapat diterima oleh individu. Ini menuju ke tahap akhir pembentukan opini di mana tahap menyesuaikan opini pribadi setiap orang kepada persepsinya tentang opini yang lebih luas yakni opini publik. Taksiran tentang kecenderungan opini merupakan tahap akhir dari proses pembentukan opini. Hipotesis Neumann yang dikutip oleh Nimmo (2000), kesediaan orang untuk menyingkapkan pandangan mereka di depan umum bergantung pada taksiran masing-masing tentang iklim dan kecenderungan opini di lingkungan. Tingkat kesediaan mengungkapkan opini dengan terang-terangan mempengaruhi
taksiran individu tentang distribusi opini yang sering diperlihatkan di depan umum. Pandangan yang sejalan dengan kecenderungan opini menyebabkan seseorang bertindak dengan suatu cara di depan umum untuk mengungkapkan opini pribadinya. Ini dapat membantu penyusunan opini publik secara kolektif. Arifin (2008) menyatakan, opini publik diperoleh dari pendapat publikpublik sebagai masyarakat. Masyarakat merupakan bagian dari massa yang tertarik oleh masalah-masalah sosial yang mendiskusikannya, mencari sikap-sikap yang harus diambil, dan pada akhirnya menyimpulkan suatu pendapat. Secara sosiologis, massa dipahami sebagai orang banyak yang memiliki minat dan perhatian yang sama dan mengikuti peristiwa atau kejadian penting. Dengan kata lain, massa yang terdiri dari individu-individu yang mengelompok secara spontan tertarik masalah-masalah kepentingan umum.
Faktor-faktor Pembentuk Opini Publik Media Massa (Suratkabar) Suratkabar merupakan salah satu media massa yang dapat membangun opini publik. Sesuai dengan pernyataan Afdjani (2008), suratkabar berfungsi menyampaikan informasi dan membentuk opini publik. Menurut McQuail (2000) dalam Afdjani (2008), media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak sehingga terjadi umpan balik. Informasi yang disampaikan memiliki peran dalam proses sosial. Media massa akan
mempengaruhi
realitas
subjektif
pelaku
interaksi
sosial
dengan
menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Media
massa
mempunyai
kekuatan
mengkonstruksi
masyarakat.
Pemberitaan tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara, akan mendapat komentar para ahli atau tokoh masyarakat sesuai dengan realitas yang maraknya dihadapi masyarakat. Media massa dipandang memiliki pengaruh yang kuat dalam membangun opini publik. Hal ini disebabkan media massa memiliki fungsi untuk menyalurkan opini publik. Media massa menyampaikan informasi tertentu dan membawa aspirasi suatu kelompok atau golongan. Publik yang merupakan bagian dari massa
tertarik terhadap suatu isu aktual menyangkut kepentingan umum melalui media massa. Proses opini publik biasanya dimulai dengan penyiaran berita yang memiliki nilai dan bersifat kritikan dengan kepentingan masyarakat. Berita dimuat secara berkelanjutan dan dikembangkan sehingga mendorong daya tarik khalayak dalam mencermati dan menyikapi isu tersebut. Suatu opini akan menjadi opini publik yang aktual jika dinyatakan secara terbuka kepada umum atau publik melalui media massa. Opini publik dapat direkayasa dan dibentuk dengan memanfaatkan media massa. Opini publik yang terbentuk ini dapat bernilai positif maupun negatif. Media massa berupaya menciptakan citra dan opini publik yang positif kepada khalayak (audiens) sebagai sasaran. Sebuah citra akan terbentuk berdasarkan informasi yang diterima oleh masyarakat, dan kemudian media massa bekerja untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak.
Informasi
dapat
membentuk,
mempertahankan
atau
mendefinisikan citra. Peranan citra menjadi penting bagi opini publik yang merupakan kekuatan tertinggi dalam mempengaruhi baik atau buruknya sebuah citra (Afdjani, 2007). Sesuai dengan pernyataan Pamen yang dikutip oleh Arifin (2008), salah satu keunggulan media massa adalah dapat memberikan efek pembentukan citra baik individu maupun kelompok. Pesan yang disampaikan media massa tersebut kemudian menimbulkan efek pada khalayak sebagai umpan balik. Efek berbentuk opini merupakan pesan yang disalurkan media massa kepada khalayak. Efek sangat tergantung pada situasi dan kondisi publik, daya tarik isi, dan kredibilitas komunikator (Arifin, 2008). Ruslan (2006) pun berpendapat, pesan-pesan tersebut dapat menimbulkan pengaruh efek keserempakan dan demonstrasi yang luar biasa bagi masyarakat. Hal tersebut menggambarkan peran media massa sebagai jendela pengalaman yang meluaskan pandangan dan kita mampu memahami apa yang terjadi di sekitar kita. Selain itu, media massa sekaligus sebagai juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa. Informasi yang disebarkan media massa merupakan suatu produksi budaya pesan yang mempengaruhi
masyarakat. Sebaliknya, yang diangkat dan disajikan media tersebut merupakan cerminan dari kondisi masyarakat yang memantulkan citra masyarakat. Di sini media massa memiliki peranan mediasi sebagai penengah atau penghubung antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Dalam arti, media massa seringkali berada di antara kita sebagai penerima dengan bagian pengalaman lain di luar persepsi dan kontak langsung kita dengan fenomena yang terjadi (McQuail, 1987). Sesuai dengan pernyataan Syam dan Sugiana (2007), media mengandalkan seperangkat pengalaman dan ingatan yang tersimpan dalam diri khalayak. Media massa memanfaatkan potensi informasi yang sudah ada dalam ingatan khalayak untuk membentuk dan merubah citra. Dengan demikian, media massa mampu menyampaikan pesan-pesan yang berusaha mempengaruhi khalayak sasaran persuasi pada sikap, nilai, dan kepercayaan.
Public Relations Public relations sebagai fungsi manajemen berperan dalam menanggapi opini publik. Opini publik dijadikan sebagai sumber dalam penetapan kebijakan publik dan pengambilan keputusan sehingga terbangun hubungan yang harmonis antara organisasi dengan masyarakat. Opini publik yang positif terbentuk melalui public relations dalam melakukan hubungan dengan masyarakat. Menurut Hartono yang dikutip oleh Arifin (2008) menguraikan, public relations adalah fungsi manajemen dengan tugas melakukan penelitian terhadap pendapat, keinginan dan sikap publik, melakukan usaha-usaha penerangan dan hubungan-hubungan untuk mencapai saling pengertian, kepercayaan, dukungan, dan integrasi dengan publik. Opini publik yang positif diwujudkan dengan usaha public relations dalam penyampaian ide atau pesan kepada publik untuk memperoleh dukungan publik. Dalam hal ini, public relations tidak hanya menyampaikan informasi kepada publik, tetapi meneliti serta menghargai pendapat-pendapat, saran-saran, dan sikap-sikap dari publik untuk dijadikan pedoman dan tindakan yang akan diambil. Public relations bersifat eksternal untuk memberikan pernyataanpernyataan kepada publik. Ada dua hal karakterstik pernyataan. Pertama, apabila
pernyataan tersebut berupa informasi, maka informasi tersebut harus diberikan secara jujur dan objektif dengan dasar mengutamakan kepentingan publik. Kedua, apabila pernyataan tersebut ditujukan kepada usaha untuk membangkitkan perhatian publik, maka pesan yang disampaikan harus direncanakan secermat mungkin sehingga publik simpati dan percaya melalui penyebaran informasi. Public Relations Officer (PRO) harus mengetahui keinginan dan kepentingan publik atau opini publik yang kemudian menyampaikan informasi kepada publik. Oleh karena itu, public relations hendaknya memiliki kredibilitas bagi publik dari moral dan tingkah laku. Menurut Ruslan (2006), metode yang dapat digunakan adalah edukatif, informatif, dan persuasif. Berkomunikasi yang baik dan efektif akan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Komunikasi yang dilakukan public relations merupakan tugas utama dalam membangun hubungan dengan publik organisasi (Suryadi, 2007). Komunikasi dua arah yang efektif dipandang sebagai alat manajemen public relations dalam mengembangkan organisasi. Umpan balik melalui opini publik yang diciptakan akan membawa perbaikan, perubahan, dan perkembangan sebagai efeknya. Public relations menyadari bahwa komunikasi yang baik merupakan alat dalam mengatasi hubungan yang tegang hingga terjadinya konflik (Rumanti, 2002). Ruslan (2006) juga mengatakan, public relations berperan dalam komunikasi timbal balik untuk menciptakan saling pengertian, percaya, dukungan publik, dan citra positif bagi perusahaan Public relations dapat menyampaikan informasi melalui media. Menurut Rumanti (2002), public relations menggunakan media mempunyai beberapa tujuan antara lain membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa, menjalin komunikasi berkesinambungan, meningkatkan kepercayaan publik, dan meningkatkan citra positif perusahaan. Public relations memuat informasi melalui house journal. House journal dibedakan menjadi internal dan eksternal. Internal’s house journal adalah penerbitan untuk para karyawan dan tidak merupakan penerbitan yang juga untuk pelanggan. Sedangkan external’s house journal adalah penerbitan untuk kalangan sendiri yang diperuntukkan untuk masyarakat luas.
Opinion Leader Opinion leader dapat menentukan opini publik. Dengan kata lain, opinion leader berperan dalam membentuk pendapat masyarakat. Hal ini disebabkan opinion leader berperan dan berpengaruh dalam masyarakat (Arifin, 2008). Sama halnya dengan Effendy (1987), opini publik terbentuk oleh adanya opinion leader. Para opinion leader biasanya membuka diri terhadap informasi mengenai beberapa bidang tertentu. Opinion leader menilai manfaat dan pentingnya informasi yang diterima. Opinion leader adalah ‘gatekeeper' yang berfungsi menyaring pesan-pesan komunikasi yang masuk untuk bisa atau tidak bisa, baik atau tidak baik, secara moral bagi masyarakat. Menurut Rogers dan Shoemaker (1981) dalam Badri (2008), masyarakat menjadikan opinion leader sebagai tempat bertanya dan meminta nasihat mengenai urusan-urusan tertentu. Opinion leader sebagai sumber informasi, sedangkan masyarakat sebagai penerima informasi. Para opinion leader memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Dapat dikatakan, opinion leader memiliki keunggulan dari masyarakat lainnya. Menurut Rogers (1983) dalam Afdjani (2007), opinion leader memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak laku dalam cara-cara tertentu. Untuk itu, opinion leader memainkan peranan penting dalam penyebaran informasi. Melalui hubungan sosial yang intim, para opinion leader berperan menyampaikan pesan-pesan, ide-ide, dan informasi-informasi baru kepada masyarakat. Oleh sebab itu, opinion leader mampu mendengarkan dan menyampaikan informasi kepada publik yang dituju. Opinion leader adalah pribadi yang berkemampuan mempengaruhi dan menciptakan opini publik, pemikir elite, mampu memimpin, pandai dan terampil dalam membawakan pembicaraan secara pribadi maupun pendapat umum untuk tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini, opinion leader mampu mengangkat kearifan-kearifan lokal masyarakat pedesaan yang jauh dari sentra-sentra politik dan ekonomi bangsa untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk menyejahterakan rakyatnya. Enam hal yang diperhatikan opinion leader antara lain giat dan berpartisipasi dalam persoalan masyarakat, mempunyai kebutuhan masyarakat,
tegas, fasih berbicara, sikap percaya diri, dan populer dalam masyarakat. Pesan yang disampaikan harus memperhatikan kata-kata atau bahasa yang tepat, metode penyampaian pesan dengan mengadakan pendekatan pada publik, dan frekuensi pesan (Rumanti, 2002). Opinion leader mempunyai keunggulan yang membedakan dengan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, opinion leader dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Menurut Nurudin (2005), ada beberapa karakteristik yang dimiliki opinion leader antara lain partisipasi sosial yang lebih besar, lebih memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, lebih inovatif dalam menerima dan mengadopsi ide baru, mampu berempati lebih besar, lebih tinggi pendidikan formalnya, status sosialnya, dan pengenalan medianya. Pengalaman Proses pembentukan opini publik berasal dari pengalaman individu. Individu merupakan bagian dari masyarakat sehingga keberadaannya memiliki keterlibatan dalam pembentukan opini publik (Olii, 2008). Menurut Vardiansyah (2008), seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh melalui keterlibatannya selama periode tertentu berdasarkan pengalaman. Seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat lokal menghadapi beragam persoalan dalam kehidupan. Tingkat pendidikan masyarakat tidak mempengaruhi pemahaman. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dapat lebih paham tentang cara bertahan hidup dibandingkan dengan akademisi yang berpendidikan tinggi.
Pengukuran Opini Publik Arifin (2008), mengungkapkan, opini publik yang sehat hanya dapat tumbuh di masyarakat jika ada kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat secara lisan dan tertulis. Hal ini harus ada minat yang cukup besar dari masyarakat terhadap masalah-masalah sosial dan politik serta adanya kesediaan masyarakat dalam mengutamakan kepentingan bersama. Opini publik dapat diukur perkembangannya melalui berbagai cara, antara lain polling, attitude scale, interview (wawancara), dan tulisan-tulisan media massa. Polling dengan pengumpulan suara dan pendapat masyarakat secara lisan
yaitu mengundang lembaga-lembaga tertentu yang dianggap dapat mewakili opini masyarakat untuk menyatakan aspirasinya atau pendapatnya terhadap suatu hal menyangkut kepentingan umum. Sedangkan secara tertulis, dilakukan melalui surat atau mengisi angket yang diedarkan lembaga atau perusahaan yang ingin mengetahui pendapat publik tentang suatu kebijakan atau produknya. Cara lain mengukur opini publik ialah attitude scale. Hal ini dilakukan dengan maksud menetapkan berapa banyak orang yang setuju atau tidak setuju tentang suatu masalah. Jika publik ditawarkan beberapa alternatif, maka dapat diketahui berapa banyak yang memilih alternatif pertama, kedua, dan seterusnya. Opini publik juga dapat diukur dengan cara melakukan wawancara yang bersifat umum, baik melalui masyarakat maupun opinion leader. Cara ini dapat menggunakan pertanyaan survei. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan yang seragam dari sejumlah orang yang dipilih sebagai sampel sesuai dengan kriteria yang dianggap relevan mewakili seluruh kelompok orang atau populasi tentang informasi yang mereka perlukan. Tulisan-tulisan dalam media massa pun merupakan cara untuk mengukur opini publik.
Tulisan-tulisan tersebut mengemukakan pendapat tertentu bagi
kepentingan publik untuk memancing timbulnya reaksi publik yang berwujud tulisan balasan. Tulisan-tulisan balasan dapat diperoleh kecenderungan tentang opini yang merebak dalam masyarakat.Dalam hal ini, opinion leader sering digunakan untuk mengeluarkan pendapat melalui media massa dengan maksud memancing tanggapan atau reaksi publik. Ini diharapkan publik memberikan tanggapan tentang masalah tertentu yang menyangkut kepentingan umum, baik secara lisan maupun tertulis. Hubungan Opini Publik terhadap Citra Organisasi Opini berhubungan erat dengan citra. Ini disebabkan citra merupakan bagian atau salah satu bentuk dari opini. Opini masyarakat tentang suatu organisasi sangat ditentukan bagaimana citra organisasi tersebut di mata masyarakat. Menurut Kasali (2000), citra adalah kesan atau persepsi yang timbul karena pemahaman akan suatu fenomena atau kondisi tertentu. Menurut Nimmo (2006), citra selalu berubah seiring dengan berubahnya pengalaman. Citra dapat menggantikan opini kekacauan dengan ketertiban sosial.
Pembentukan citra diperoleh berdasarkan pikiran, perasaan, dan subyektivitas. Citra membantu dalam pemahaman, penilaian, dan pengidentifikasian peristiwa. Seseorang memperhitungkan pertikaian dan isu melalui interpretasi sehingga terbentuk citra. Citra dirumuskan berdasarkan gambaran tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Soemirat (2003) mengatakan, banyak perusahaan yang sangat sensitif menghadapi publik yang kritis. Hal tersebut menunjukkan perlu adanya pemberian perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang menguntungkan bagi suatu perusahaan dengan tidak hanya melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif. Ini disebabkan citra perusahaan yang mudah rapuh. Pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan tanggapan atau perilaku tertentu. Citra yang terbentuk sebagai wujud sesuatu yang disukai dan tidak disukai publik tentang organisasi. Publik membentuk citra berdasarkan pengetahuan tentang fakta-fakta peristiwa atau perusahaan tersebut. Citra dapat didefinisikan sebagai kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap organisasi. Citra merupakan salah satu aset terpenting bagi suatu organisasi. Beberapa Kasus Dinamika Opini Publik Pemberitaan dan tayangan tentang resep obat dalam bentuk puyer akhirakhir ini telah menimbulkan berbagai silang pendapat dan tanggapan berbagai pihak. Hal ini telah menimbulkan kesalahpahaman yang kemudian terbentuk opini publik maupun pencitraan negatif terhadap profesi dokter secara umum di Indonesia. Segala bentuk informasi kesehatan seharusnya disertai pembuktian secara ilmiah agar tidak menimbulkan polemik, terutama terkait obat puyer dalam praktik kedokteran di Indonesia. Dalam hal ini, media massa cetak maupun elektronik berperan dan berkontribusi dalam memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Informasi dan pendidikan kesehatan tersebut akan lebih baik, bermanfaat, serta tepat sasaran apabila diperoleh dari sumber resmi yakni institusi atau organisasi profesi yang berwenang (Rachmawati, 2009).
Berdasarkan penelitian Erlinda (2002), Perusahaan Umum Jasa Tirta I Malang pun mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan pemerintah dalam rangka pengelolaan daerah aliran sungai untuk pengelolaan dan pelayanan perusahaan yang baik kepada publiknya. Karyawan sebagai publik internal memiliki opini yang baik atau positif terhadap public relations Perum Jasa Tirta I Malang. Sebagian besar karyawan mengetahui dan dapat memahami tugas-tugas public relations. Hal itu disebabkan adanya kepedulian karyawan terhadap tugas-tugas public relations dan adanya perhatian karyawan terhadap pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai public relations. Petugas public relations Perum Jasa Tirta I Malang memiliki keuletan, ketelitian, inisiatif dan daya kreatif yang cukup tinggi serta berusaha memperoleh kepercayaan, saling pengertian dan citra yang baik dari publik. Penelitian Ruliana (1999) mengungkapkan, publik eksternal juga dapat memberikan opini terhadap suatu perusahaan. Dalam hal ini, public relations membentuk citra dengan berusaha mengembangkan ke arah yang lebih baik. Ini memerlukan keterampilan komunikasi pada public relations. Public relations PT Telkom dapat mengembalikan citra ketika dihadapi berbagai masalah dengan mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Public relations eksternal sebagai jembatan antara pelanggan dengan PT Telkom melakukan komunikasi dua arah yang bersifat informatif, edukatif, dan persuasif. Dengan demikian, adanya signifikan antara kredibilitas komunikator, daya tarik pesan, imbauan pesan, media komunikasi yang dilakukan, dan teknik komunikasi dengan sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Public
relations
yang
bertindak
sebagai
komunikator
dalam
menyampaikan berbagai informasi atau pesan tentang berbagai kebijakan perusahaan ternyata menunjukkan kredibilitas yang tinggi sehingga mampu mengubah sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Semakin tinggi kredibilitas komunikator, maka semakin positif sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Daya tarik pesan pun menentukan mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Semakin efektif imbauan pesan, maka semakin positif sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Public relations PT Telkom mengemas pesan yang efektif
melalui surat kabar, radio, televisi, dan kontak personal. Semakin efektif media komunikasi, maka semakin positif sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Teknik komunikasi public relations PT Telkom ternyata sangat kuat atau signifikan terhadap sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Public relations PT Telkom mampu melakukan pendekatan ataupun penjelasan kepada para pelanggan dalam mengatasi berbagai sikap dan opini pelanggan yang merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan PT Telkom sehingga terjalin saling pengertian di antara mereka. Semakin efektif teknik komunikasi, maka semakin positif sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Penelitian Hasani (2004) menyatakan, keterlibatan opinion leader dalam penyelesaian konflik pun berpengaruh terhadap konstruksi bangunan sosial yang ada dan memberikan makna yang lebih mendalam. Proses penyelesaian konflik yang terjadi pada tahun 2002 dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat Maluku Utara dengan memerlukan keterlibatan opinion leader. Efektivitas penyelesaian konflik akan lebih cepat dan terpola dengan baik. Sikap dan perilaku opinion leader merupakan salah satu komponen yang menentukan dan memberikan kontribusi terhadap penyelesaian konflik sehingga menghasilkan tingkat efektivitas komunikasi di dalam penyelesaian konflik. Opinion leader sangat berperan dalam upaya penyelesaian konflik tersebut. Masyarakat sangat membutuhkan mobilitas opinion leader sebagai sumber informasi. Selain itu, radio dan surat kabar pun menjadi sumber informasi yang aktual dan menyentuh langsung pada masyarakat dibandingkan dengan televisi yang tidak dapat ditonton selama konflik berlangsung. Ini membuktikan adanya intensitas komunikasi yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi opinion leader dalam penyelesaian konflik masyarakat di Maluku Utara.
Pencemaran Abu Batubara sebagai Opini Publik Isu Pencemaran Abu Batubara di PLTU Suralaya Akbar (2004) mengungkapkan, teguran melalui Surat Keputusan (SK) Walikota No. 5/2003 tentang Pembuangan Limbah Industri, SK No. 6/2002 tentang Pembuangan Air Limbah, dan SK Walikota No. 18/2002 yang mengatur
tentang Pembuangan Limbah Cair merupakan pendukung opini publik tentang isu pencemaran abu batubara di PLTU Suralaya. Umumnya masyarakat pun sudah merasakan bahwa penggunaan batubara sebagai bahan bakar menimbulkan polusi. Polusi tersebut dapat menimbulkan hujan asam yang dapat merusak hutan dan lahan pertanian, efek rumah kaca yang dapat menyebabkan kenaikan suhu global di permukaan bumi dengan segala efek sampingannya, serta gangguan kesehatan. Kepala Humas PLTU Suralaya, Endang Hidayat, belum mengetahui adanya teguran mengenai perizinan limbah. Ini disebabkan pengelolaan limbah PLTU Suralaya dikelola oleh pihak ketiga. Segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan limbah, termasuk dampak-dampak yang ditimbulkan akibat pengelolaan limbah, itu menjadi tanggung jawab pihak pengelola. Ini membuktikan Humas PLTU Suralaya belum menjalankan fungsinya secara efektif. Kredibilitas Humas PLTU Suralaya belum cukup dalam pengetahuan mengenai informasi tentang perusahaan tersbut. Isu Pencemaran Abu Batubara di PLTU Tanjung Jati B Jepara Saptono (2006) mengungkapkan, isu yang diusung dalam demonstrasi disebabkan masyarakat sekitar merasa sangat terganggu oleh debu batubara yang tertiup angin dari arah barat. PLTU Tanjung Jati B merasa sudah melaksanakan kewajiban dengan menerapkan uji udara ambien. Balai Riset Standar Industri dan Perdagangan Pemprov Jawa Tengah pun secara berkala sudah dilaksanakan uji atas kemungkinan dampak lingkungan yang muncul dari PLTU Tanjung Jati B. Pada penerapan uji lingkugan paling akhir, dampak lingkungan dari proyek tersebut masih di bawah batas ambang. Namun masyarakat sekitar terkena gangguan kesehatan. Masyarakat sekitar juga merasa sangat terganggu dengan suara bising yang muncul dari boiler. Aksi demo dilakukan oleh masyarakat Dukuh Sekuping secara terus-menerus selama hampir enam bulan pada tahun 2006 dan masyarakat Ngelo menggulirkan aksi pada September 2006 dengan memblokade jalan pintu masuk ke proyek merupakan tuntutan adanya kompensasi, termasuk akses untuk bisa mendapatkan pekerjaan di lingkungan proyek.
Isu Pencemaran Abu Batubara di PLTU Cilacap PLTU Cilacap mulai beroperasi pada tahun 2006 yang langsung memasok jaringan listrik Jawa hingga Bali. Masyarakat Desa Karangkandri telah mengalami pencemaran udara sejak pertengahan 2006 akibat adanya PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Kualitas kesehatan masyarakat menurun dengan infeksi saluran pernafasan akut dan kehilangan mata pencaharian dengan sawah yang tidak bisa ditanami serta menurunnya hasil tangkapan ikan. Ketegangan akhirnya mereda meskipun public relations PLTU tidak bersedia memberikan penjelasan. Public relations PLTU Cilacap dinilai belum menjalankan fungsi manajemen sebagai jembatan komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat. Ketua KAM Sugriyanto menyatakan, akan terus menuntut PLTU Cilacap agar bersedia memberi kompensasi dan ganti rugi kepada warga atas dampak negatif yang ditimbulkannya (Greenpeace, 2009). Isu Pencemaran Abu Batubara di PLTU I Jateng Warga Desa Leran, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mengelukan debu batubara Pembangkit Listrik Tenaga Uap I Jawa Tengah yang beterbangan hingga ke pemukiman. Warga tidak ingin debu batubara mengakibatkan penyakit pernafasan dan mata. Warga menuntut ganti rugi dari PT PLN (Persero) sebagai penanggung jawab proyek, menuntut PT PLN (Persero) mengkaji ulang analisis dampak lingkungan (Amdal), dan menilainya tidak mampu menangani masalah. Namun PT PLN (Persero) tidak memberikan uang kepada setiap keluarga. Bantuan diberikan dalam bentuk pengobatan gratis dan penanaman pohon (Hen, 2010).
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Opini publik merupakan kumpulan pendapat individu dan mempengaruhi suatu kelompok orang-orang atau masyarakat. Opini publik bersumber dari opini pribadi yang melibatkan proses personal, sosial, dan politik saling mempengaruhi (Soemirat, 2003). Opini publik dapat dibentuk oleh suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman. Suratkabar dapat menanggapi dan menyikapi berbagai masalah dan kondisi lingkungan dengan menjalankan fungsi interpretasi.
Pembentukan opini publik dapat diperoleh berdasarkan informasi yang diterima publik melalui media massa yang menyampaikan berbagai pesan umum dan aktual (Sunarjo, 1997). Menurut Hartono yang dikutip oleh Arifin (2008), public relations pun menjalankan fungsi manajemen dengan melakukan penelitian terhadap pendapat, keinginan dan sikap publik, usaha-usaha penerangan dan hubungan-hubungan untuk mencapai saling pengertian, kepercayaan, dukungan, dan integrasi dengan publik. Public relations dapat menyampaikan informasi melalui external’s house journal yang merupakan penerbitan kalangan sendiri untuk masyarakat luas (Rumanti, 2002). Opinion leader juga berperan dan berpengaruh dalam membentuk opini publik (Arifin, 2008). Proses pembentukan opini publik berasal dari pengalaman individu. Individu merupakan bagian dari masyarakat sehingga keberadaannya memiliki keterlibatan dalam pembentukan opini publik (Olii, 2008). Opini publik dapat dibentuk oleh faktor-faktor tersebut. Kerangka berpikir Gambar 1 dengan peubah bebas adalah faktor-faktor pembentuk opini publik (X) yaitu suratkabar (X1.), public relations (X2), opinion leader (X3), dan pengalaman (X4). Faktor suratkabar, public relations, dan opinion leader meliputi fungsi, pesan, dan frekuensi. Sedangkan pengalaman meliputi keterlibatan masyarakat dan fungsi PLTU Suralaya. Peubah terikat adalah opini publik (Y) yaitu opini publik tentang dampak PLTU Suralaya (Y1) (Gambar 1). Berikut hubungan antar variabel:
X1 Suratkabar X1.1 Fungsi Media Massa X1.2 Pesan Media Massa X1.3 Frekuensi X2 Public Relations X2.1 Fungsi Public Relations X2.2 Pesan Public Relations X2.3 Frekuensi
Y1 Opini tentang Dampak PLTU Suralaya
X3 Opinion Leader X3.1 Fungsi Opinion Leader X3.2 Pesan Opinion Leader X3.3 Frekuensi X4 Pengalaman X4.1 Keterlibatan masyarakat X4.2 Fungsi PLTU Suralaya Gambar 1. Kerangka Pemikiran Opini Publik tentang PLTU Suralaya Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, disusun hipotesis: ada hubungan positif antara suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman dengan opini publik tentang PLTU Suralaya.
BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di wilayah sekitar PLTU Suralaya pada Januari sampai Maret 2010 dirancang sebagai metodologi deskriptif korelasional. Metodologi deskriptif bertujuan: (1) Menggambarkan jumlah dan persentase responden tentang opini publik berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin, (2) Menggambarkan jumlah dan persentase responden menurut perilaku membaca suratkabar, (3) Menggambarkan jumlah dan persentase responden terhadap perilaku berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, dan informasi tentang PLTU Suralaya dari public relations terhadap opini publik, (4) Menggambarkan jumlah dan persentase responden terhadap perilaku berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, dan informasi tantang PLTU Suralaya dari opinion leader terhadap opini publik. Sementara metodologi korelasional bertujuan: (1) Mengetahui hubungan antara suratkabar dengan opini publik, (2) Mengetahui hubungan antara public relations dengan opini publik, dan (3) Mengetahui hubungan antara opinion leader dengan opini publik. Peubah bebas yang digunakan adalah faktor-faktor pembentuk opini publik dengan variabel suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman. Peubah terikat adalah opini publik dengan variabel opini publik tentang dampak PLTU Suralaya. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di wilayah PLTU Suralaya, Cilegon, Banten. Wilayah PLTU Suralaya tersebar tiga desa yaitu Desa Suralaya, Desa Lebak gede dan Desa Salira Indah. Tiga desa penelitian ini sesuai dengan tata ruang Kota Cilegon yang berada pada daerah industri di mana hanya PLTU Suralaya yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari sampai Maret 2010.
Populasi dan Sampel Populasi
penelitian
adalah
masyarakat
sekitar
PLTU
Suralaya..
Pengambilan sampel dilakukan cluster random sampling dari masyarakat yang tinggal di Desa Suralaya, Salira Indah dan Lebakgede dengan jumlah penduduk yang berbeda pada masing-masing desa tersebut. Masyarakat dari tiga desa penelitian memiliki peluang yang sama berdasarkan mata pencaharian sebagai pegawai, petani, pedagang, dan nelayan. (Eriyanto, 2007). Jumlah sampel pada pengambilan data kuantitatif sebanyak 343 orang yang diambil 10 persen (0,1) dari 3430 (Rakhmat, 2004). Berikut pengambilan sampel dari tiga desa di sekitar PLTU Suralaya (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Mata Pencaharian dari Tiga Desa Penelitian Tahun 2010 Mata Pencaharian Pegawai Petani Pedagang
Nelayan Total
Populasi Desa Suralaya
Sampel (10%)
Populasi Desa Lebakgede
Sampel (10%)
Populasi Desa Salira
697 203 186 50
69.7 20.3 18.6 5 113.6
550 488 546 170
55 48.8 54.6 17 175.4
15 350 154 21
Sampel (10%)
1.5 35 15.4 2.1 54
N (sampel) = 113.6 + 175.4 + 54 = 343
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Menurut Singarimbun dan Effendy (2006), validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Penelitian ini menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian yang disusun dengan mengukur apa yang ingin diukurnya. Daftar pertanyaan agar kuesioner mempunyai validitas tinggi disusun dengan cara berikut: (1) Mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka, (2) Menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi masyarakat di Desa Suralaya, Desa Salira, dan Desa Lebakgede, dan (3) Memperhatikan masukan para pakar.
Butir-butir pertanyaan yang tersusun dalam kuesioner dianalisis dengan menggunakan korelasi pearson dengan rumus yang digunakan sebagai berikut: rb =
N ∑ XY − (ΣX )(ΣY )
{NΣX
2
− (ΣX ) 2 }{NΣY 2 − (ΣY ) 2 }
Di mana: rb = korelasi X= skor item Y = skor total dikurangi skor item N = ukuran sampel (Singarimbun dan Effendi, 2006) Pengujian validitas menggunakan korelasi pearson pada SPSS. 10.0.1. Hasil uji validitas terhadap kuesioner menunjukkan bahwa semua butir pada kuesioner dinyatakan valid. Reliabilitas Relibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Rumusan koefesien reliabilitas untuk instrumen penelitian yang berupa skor berskala ordinal digunakan persamaan Koefisien-a (Cronbach,1951) dalam Singarimbun dan Effendi (2006). Koefisien Alpha Cronbach dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 2 k ∑ S j α= 1 − S 2 k − 1 x
Di mana :
α = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach k = Banyaknya belahan tes 2 S j = Varians belahan S x 2 = Varians skor testz
Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r dari tabel korelasi. Reliabel bila r > rtabel, sedangkan bila r < rtabel maka perlu ada perbaikan atau dilakukan uji ulang terhadap pertanyaan tersebut. Hasil uji reliabilitas diperoleh bahwa semua butir soal dan antar variabel kuesioner memiliki nilai rhitung > rtabel. Hasil pengujian reliabilitas instrumen yang
digunakan untuk penelitian ini menunjukkan alpha (koefisien reliabilitas) adalah 0. 6124. Hal ini berarti instrumen tersebut andal (reliabel) sebagai instrumen penelitian untuk n = 20 (Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumentasi dapat dilihat pada Lampiran 1). Definisi Operasional Definisi operasional dan indikator-indikator peubah bebas dan peubah terikat diuraikan sebagai berikut: 3.5.1 Peubah Bebas Peubah bebas yang digunakan penelitian ini adalah faktor-faktor pembentuk opini publik. X1. Suratkabar, adalah faktor pembentuk yang dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan. X1.1 Fungsi suratkabar, adalah adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang diberikan oleh suratkabar kepada responden sehingga dapat membentuk opini publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju). Pertanyaan tentang fungsi suratkabar terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 4. X1.2 Pesan suratkabar, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan suratkabar kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan responden dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan suratkabar terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 5 dan 6. X1.3 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden membaca suratkabar dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (satu sampai dua kali), cukup (dua sampai empat kali), tinggi (empat sampai enam
kali), dan sangat tinggi (lebih dari enam kali). Pertanyaan tentang frekuensi suratkabar terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 2.
X2. Public relations, adalah seseorang yang dijadikan sebagai sumber informasi di PLTU Suralaya yang merupakan faktor pembentuk sehingga dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan. X2.1 Fungsi public relations, adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang diberikan oleh public relations kepada responden sehingga dapat membentuk opini publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju). Pertanyaan tentang fungsi public relations terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 11. X2.2 Pesan public relations, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan public relations kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan responden dengan menggunakan skala ordinal berupa rendah (tidak setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan public relations terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 12 dan 13. X2.3 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden berkomunikasi dengan public relations dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tentang frekuensi public relations terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 8 dan 9.
X3. Opinion leader, adalah pemuka pendapat yang terdiri dari tokoh agama dan tokoh masyarakat yang merupakan faktor pembentuk sehingga dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi
lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan. X3.1 Fungsi opinion leader, adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang diberikan oleh opinion leader kepada responden sehingga dapat membentuk opini publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju). Pertanyaan tentang fungsi opinion leader terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 25. X3.2 Pesan opinion leader, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan opinion leader kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan responden dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan opinion leader terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 19 dan 20 untuk tokoh agama serta pertanyaan nomor 26 dan 27 untuk tokoh masyarakat. X3.2 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden berkomunikasi dengan opinion leader dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tentang frekuensi opinion leader terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 15 untuk tokoh agama dan pertanyaan nomor 22 untuk tokoh masyarakat.
X4. Pengalaman, adalah hal-hal yang pernah dialami oleh responden tentang PLTU Suralaya berdasarkan pengetahuan, dan keterampilan yang merupakan faktor pembentuk sehingga dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X4.1 Keterlibatan masyarakat, adalah keterlibatan responden terkena abu batubara dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju). Pertanyaan tentang keterlibatan masyarakat terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 4. X4.2 Fungsi PLTU Suralaya, adalah Pelayanan PLTU Suralaya kepada responden melalui program community development pada masalah abu batubara dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak senang/tidak pengaruh), cukup (kurang setuju/kurang pengaruh), tinggi (setuju/pengaruh), dan sangat tinggi (sangat setuju/sangat pengaruh).
3.5.2 Peubah Terikat Peubah terikat yang digunakan penelitian ini adalah opini publik. Y1 Dampak PLTU Suralaya, adalah opini responden tentang dampak positif maupun negatif dari PLTU Suralaya dengan menggunakan skala ordinal berupa rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. a) Data primer diperoleh melalui: (1) Observasi Peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap kondisi PLTU Suralaya serta desa penelitian yang berhubungan dengan masalah abu batubara. Peneliti berinteraksi dalam situasi sosial untuk memahami masalah yang terjadi secara cermat. Peneliti secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi di sekitar PLTU Suralaya, antara lain usaha konveksi, usaha pengembangan wisata pantai, pembuatan batako, tumpukkan abu batubara, dan sebagainya. (2) Kuesioner Kuesioner disebarkan secara langsung kepada responden sebagai masyarakat yang tinggal di tiga desa penelitian menggunakan sampel acak klaster.
Kuesioner disusun berdasarkan data variabel faktor-faktor pembentuk opini publik dengan opini publik tentang PLTU Suralaya. Penyusunan pertanyaan dalam kuesioner dilakukan dengan menggunakan pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup ditujukkan untuk fungsi dan pesan suratkabar, public relations, opinion leader, pengalaman serta frekuensi suratkabar. Pertanyaan terbuka ditujukkan untuk frekuensi public relations dan opinion leader. Pertanyaan disusun berdasarkan hasil observasi di lapangan. Hal ini dimaksudkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian. (3) Wawancara Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan subjek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi, dan mengetahui informasi secara jelas untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan isu abu batubara. Wawancara dilakukan secara formal maupun informal, terjadwal dan tidak terjadwal, serta di tempat resmi dan di tempat tidak resmi (umum) selama masih membutuhkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan secara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok. Wawancara individu dengan individu yaitu peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat, public relations, dan opinion leader. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di lingkungan PLTU Suralaya dari berbagai sudut pandang. Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Endang Hidayat sebagai seorang public relations PLTU Suralaya. Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa opinion leader di antaranya Bapak Usman, Bapak Wahli, dan Bapak Oman (Contoh gambar dapat dilihat pada lampiran 4). Beberapa masyarakat juga diwawancarai oleh peneliti di antaranya Bapak Fahri, Bapak Udi, Bapak Apit, Bapak Jarot, dan Ibu Tuti. Wawancara individu dengan kelompok, wawancara dilakukan secara FGD (Focus Group Discussion) berdasarkan kelompok mata pencaharian yaitu pegawai, petani, pedagang, dan nelayan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui informasi lebih dalam tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara, dari masing-masing kelompok.
(4) Focus Group Discussion (FGD) FGD sebagai salah satu metode untuk memberikan interpretasi dari data kuesioner. Peneliti ingin memperoleh informasi yang akurat mengenai opini publik tentang PLTU Suralaya. Menurut Litosseliti (2003), FGD disusun untuk menggali topik yang spesifik dari pandangan dan pengalaman individu melalui interaksi kelompok. Peneliti melakukan FGD dengan masyarakat yang bekerja sebagai pegawai, pedagang, petani, dan nelayan yang ditekankan pada interaksi serta perilaku yang muncul ketika disuguhkan isu mengenai PLTU Suralaya berdasarkan kepentingan penelitian. Teknik ini mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. Analisis data FGD merupakan proses analisis yang dapat digambarkan sebagai kontinum yang diawali dengan tahap-tahap berikut: Raw Data
Descriptive Statement
Interpretation
Raw data adalah satu sisi kontinum berupa penyajian dari data mentah, yaitu pernyataan-pernyatan yang tepat dan teliti dari peserta FGD ketika menjawab topik yang diangkat dalam diskusi. Descriptive Statament adalah pernyataan-pernyataan deskriptif ringkasan dari dari pernyataan responden. Dalam hal ini, peneliti membuat deskriptif singkat dari data mentah tersebut. Jika penyajian data mentah berisi semua jawaban, maka deskriptif ini merupakan penyederhanaan dengan hanya memberikan bagianbagian penting yang menonjol. Bagian-bagian ini harus berdasarkan tujuan penelitian. Interpretasi adalah proses deskriptif dengan menjelaskan arti dari data. Interpretasi hanya bertujuan memberikan penjelasan. Kegiatan FGD dihadiri empat orang peserta dari tiga desa penelitian. Peserta FGD terdiri dari kelompok petani, nelayan, pedagang, dan pegawai. Peneliti menyampaikan presentasi tentang PLTU Suralaya. Peserta FGD diambil pada tiga desa penelitian. Peserta
duduk melingkar selama berlangsungnya diskusi (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 5). Diskusi ini dilengkapi form pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang apa yang akan dibicarakan dalam FGD. Peneliti mengawali FGD dengan memberikan gambaran tentang PLTU Suralaya secara umum. Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkembang hingga terjadinya diskusi dengan kelompok masyarakat. Setelah itu, peneliti mengakhiri FGD dengan penutup dari hasil diskusi. (5) Triangulasi Menurut Iskandar (2008), peneliti melakukan triangulasi dengan pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data dengan cara: a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Peneliti tidak cukup memperoleh data dari pengamatan sebagai data penelitian. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara dengan narasumber yang kredibel sesuai dengan kebutuhan informasi. Maka peneliti dapat membandingkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan hasil wawancara. b) Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Endang Hidayat sebagai seorang public relations PLTU Suralaya dan bapak Erick Rebiin sebagai koordinator Forum Peduli Suralaya yang merupakan sumber intern dan ekstern. Peneliti mendapatkan informasi yang kontras tentang PLTU Suralaya, termasuk abu batubara yang digunakan sebagai bahan bakar. c) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. Data penelitian diperoleh dari berbagai sudut pandang orang yang berbeda. Maka peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat yang bekerja sebagai pegawai, nelayan, pedagang, dan petani untuk mendapatkan informasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat dari mereka sesuai dengan pengalaman. d) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
Peneliti juga tidak hanya memperoleh data dari hasil penelitian. Oleh karena itu, peneliti membutuhkan dokumen. Hasil wawancara dan isi dokumen dibandingkan oleh peneliti untuk kesesuaian informasi. (6) Investigasi Peneliti memeriksa kesamaan dokumentasi dan hasil penelitian selama proses
penelitian berlangsung. Informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai
referensi sebelumnya ditindaklanjuti dengan penelusuran secara langsung pada keadaan di lapangan. Investigasi dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan selama penelitian sehingga peneliti dapat mengetahui kejelasan informasi yang dibutuhkan. Peneliti ingin mengetahui bagaimana opini publik tentang PLTU Suralaya secara umum, bagaimana kebenaran tentang isu gangguan pernafasan akibat PLTU Suralaya, dan bagaimana keinginan masyarakat sekitar terhadap PLTU Suralaya. b) Data sekunder diperoleh melalui: (1) Studi dokumentasi PLTU Suralaya Studi dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumentasi pribadi, dokumentasi resmi kelembagaan (organisasi), referensi-referensi (literatur laporan dan tulisan) yang memiliki relevansi dengan penelitian. (2) Studi Dokumentasi Data Monografi Desa Studi dokumentasi yang merupakan analisis dokumen berupa penelaahnya terhadap dokumentasi data-data monografi Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebakgede yang diperlukan dalam penelitian ini.
Analisis Data (1) Pengolahan Data Kuesioner Data primer yang telah dikumpulkan melalui kuesioner diolah dan dianalisis dengan kuantitatif. Tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui distribusi jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, pekerjaan, terpaan suratkabar, terpaan public relations, dan terpaan opinion leader di tiga desa penelitian tahun 2010. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
n = f/k x 100 Keterangan: n = Jumlah populasi f = Frekuensi k = Kategori 100 = Persentase (%) (Mukhtar & Widodo, 2000) Opini publik berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin dianalisis dengan menggunakan chi kuadrat (chi square). Analisis penelitian ini menggunakan SPSS 10. .Hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman dengan opini publik dianalisis menggunakan korelasi gamma untuk menjelaskan antarvariabel dengan rumus sebagai berikut:
∂=
C−D C+D
Keterangan: ∂ = korelasi/asosiasi gamma C = Concordant D = Discordant (2) Display Data atau Penyajian Data Penyajian data yang digunakan berbentuk teks naratif. Peneliti menganalisis dan menyusun secara sistematis dari data kuesioner sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. Dengan demikian, gambaran hasil penelitian dapat dipahami secara jelas. (3) Kesimpulan Peneliti mengambil kesimpulan hasil penelitian setelah menganalisis dari display data.
Kesimpulan diuraikan berdasarkan rumusan masalah yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum PLTU Suralaya Cadangan BBM di Indonesia semakin berkurang. Program Konversi minyak tanah ke gas di masyarakat secara luas sudah berjalan. Namun tampaknya pemanfaatan batubara untuk sektor industri belum terasa optimal. Sebagian besar industri masih menggunakan BBM sebagai bahan bakar. Konversi batubara ini merupakan cara yang paling murah bagi industri. Harga BBM naik secara drastis pada tahun 2005. Sejak saat itu batubara mulai menjadi bahan bakar penting untuk industri. Batubara merupakan bahan bakar pengganti yang sangat relevan digunakan saat ini. Penghematan biaya bahan bakar dengan menggunakan pembakar siklon ini bisa mencapai 60 persen. (Soemarjono & Setiawan, 2011) Salah satunya PLTU Suralaya yang merupakan industri dengan menggunakan bahan bakar abu batubara. Pembangunan PLTU Suralya ini dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan tenaga listrik, khususnya di Pulau Jawa, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik. PLTU Suralaya dibangun dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama yang merupakan sumber energi primer. Pengalihan kepada batubara merupakan salah satu yang ditempuh pemerintah mencari sumber energi pengganti. PLTU Suralaya adalah unit bisnis terbesar dari PT Indonesia Power sebagai anak Perusahaan Listrik Negara (PLN). PLTU Suralaya dibangun oleh PLN Proyek Induk Pembangkit Therma Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultan asing dari Montreal Engeneering Company (Monenco) Canada untuk Unit satu sampai dengan empat. Unit lima sampai dengan tujuh dari Black & Veatch International (BVI) Amerika Serikat. Dalam melaksanakan pembangunan,
proyek PLTU Suralaya dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan kontraktor asing. PLTU Suralaya memiliki visi yaitu menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan. Dalam mewujudkan visi
tersebut PLTU Suralaya menetapkan misi dengan melakukan usaha bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha lainnya yang berkaitan berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang. Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya dibangun di atas areal seluas 239 hektar yang terdiri dari Gedung Sentral seluas 73 hektar, Ash valley delapan hektar, komplek perumahan 30 hektar dan sisanya merupakan daerah perbukitan serta hutan yang berfungsi sebagai paru-paru bagi lingkungan sekitarnya. PLTU Suralaya mengelola tujuh unit PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya. Total kapasitas terpasang 3.400 Megawatt. PLTU Suralaya berada di Pantai Laut Jawa Propinsi Banten, Desa Suralaya, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Sesuai dengan tata ruang Kota Cilegon, tiga desa yang berada di sekitar PLTU Suralaya antara lain Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebak Gede (Gambar 3).
Gambar 3. Lokasi PLTU Suralaya pada Tiga Desa Ket: PLTU Suralaya berada di antara Desa Salira, Desa Suralaya, dan Desa Lebakgede
PLTU Suralaya dapat ditempuh sejauh 120 kilometer ke arah barat dari Jakarta menuju Pelabuhan Ferry Merak, dan tujuh kilometer ke arah utara dari Pelabuhan Merak tersebut. Luas area PLTU Suralaya adalah lebih kurang 254 Hektar. Ada empat lokasi alternatif yang dipilih sebelumnya untuk lokasi PLTU dengan bahan bakar utamanya batubara yaitu Cigading, Anyer; Suralaya, Merak; Gorenjang, Balaraja; dan Tanjung Pasir, Tangerang. Berdasarkan hasil studi kelayakan, Suralaya dipilih sebagai lokasi yang paling baik karena adanya beberapa faktor di antaranya tersedia tanah dataran yang cukup luas di mana tanah tersebut dipandang tidak produktif untuk pertanian serta pantai dan laut yang cukup dalam, tenang dan bersih sehingga dinilai baik untuk pelabuhan dan air pendingin yang akan membantu atau memperlancar pengangkutan peralatan berat dan bahan bakar, jalan masuk lokasi tidak terlalu jauh dan sebelumnya sudah ada jalan namun belum begitu baik, jumlah penduduk di sekitar lokasi masih relatif sedikit sehingga tidak perlu pembebasan penduduk guna pemasangan saluran transmisi, tanah memungkinkan untuk didirikan bangunan yang besar dan bertingkat, tersedia tempat yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa pembakaran batubara, tersedia tenaga kerja yang cukup memperlancar pelaksanaan pembangunan, dan dampak lingkungan yang baik karena terletak diantara perbukitan dan laut. Divisi Public Relations (Humas dan SDM) UBP Suralaya Suatu perusahaan membutuhkan struktur organisasi yang baik, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Semakin besar perusahaan, maka semakin kompleks organisasinya. Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi yang dibatasi. PT Indonesia Power kantor pusat membawahi PT Indonesia Power UBP Suralaya. Dengan demikian, bagan struktur organisasi PT Indonesia Power UBP Suralaya menggambarkan secara umum yang berada di bawah PT Indonesia Power kantor pusat. PT Indonesia Power UBP Suralaya tidak memiliki divisi khusus Community Development (Comdev) dalam struktur organisasi. Comdev
merupakan program yang dimiliki Divisi Humas dan SDM sebagai tanggung jawab sosial perusahaan yang dinamakan CSR. Namun dalam struktur organisasi PT Indonesia Power kantor pusat, memiliki Divisi CSR yang berada pada posisi Bidang Komunikasi Korporat. Struktur organisasi PT Indonesia Power kantor pusat dan PT Indonesia Power UBP Suralaya (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3). Bagian yang satu dengan yang lain dalam bagan struktur organisasi terjalin kerja sama satu sama lain. Hal ini dimaksudkan agar keberlanjutan di dalam internal perusahaan tetap terjaga. Selain itu, kerja sama antar bagian ini juga membuat lingkungan kerja seperti di lingkungan keluarga sendiri. Situasi saat bekerja menimbulkan rasa bahagia dan penuh rasa kekeluargaan. Kondisi ini tentunya diharapkan kinerja perusahaan akan semakin meningkat. Abu Batubara PLTU Suralaya Jenis dan Kualitas Abu Batubara PLTU Suralaya membutuhkan 27.000 ton batubara setiap hari pada kapasitas penuh. Batubara yang digunakan PLTU Suralaya adalah batubara yang diperoleh dari Tambang Bukit Asam, Sumatra Selatan dan Berau, Kalimantan. Pembagian batubara tersebut sebagai berikut: Unit satu sampai empat menggunakan batubara yang berasal dari Bukit Asam, Sumatra Selatan dan Unit lima sampai tujuh menggunakan
batubara dari Berau, Kalimantan. Batubara
digunakan PLTU Suralaya sebagai bahan bakar utama dalam proses produksi listrik (Prijatama dan Sumarnadi, 1996). Penggunaan bahan bakar batubara tersebut menghasilkan sisa pembakaran berupa abu batubara. Abu batubara sisa hasil produksi PLTU Suralaya dihasilkan dari tujuh unit pembangkit yang dimilikinya. Ketujuh unit pembangkit menghasilkan abu batubara sebanyak 1.500 sampai 2.000 ton setiap hari. Abu batubara sisa hasil PLTU Suralaya dikategorikan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Namun berdasarkan studi lingkungan, dampak emisi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara 10.000 MW masih di bawah baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kualitas Udara Ambien. (EL&Ant,
2008). Berikut data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Terpadu IPB (Tabel 2):
Tabel 2. Sisa Hasil Abu Basah dan Abu Kering Menurut Parameter dan Ambang Batas Berdasarkan Penelitian di Laboratorium IPB 1999 No
Parameter
1 Cadmium (Cd) 2 Barium (Ba) 3 Chromium (Cr) 4 Boron (B) 5 Nickel (Ni) 6 Lead (Pb) 7 Silver (Ag) 8 Zinc (Zn) 9 Selenium (Se) 10 Copper (Cu) 11 Cobalt (Co) 12 Mercury (Hg) 13 Arsenic (As) 14 Fluoride (F) 15 Cyanide (CN) 16 Nitrite (NO2) 17 Nitrate (NO3) 18 Cadmium (Cd) 19 Barium (Ba) 20 Chromium (Cr) 21 Boron (B) Sumber: Data sekunder
Ambang Batas (PP 85/1999) 1.0 100.0 5.0 500.0 N/A 5.0 5.0 50.0 1.0 10.0 N/A 0.20 5.0 150.0 20.0 100.0 100.0 1.0 100.0 5.0 500.0
Hasil
Abu Basah 0.19 <2 0.07 <40 0.77 1.91 <0.2 6.59 <0.04 <0.2 <1 <0.004 <0.04 <2 0.22 <2 <2 0.19 <2 0.07 <40
Abu Kering 0.10 <2 0.27 <40 1.74 1.25 <0.2 5.69 <0.04 <0.2 1.41 <0.004 <0.04 <2 <0.2 <2 <2 0.10 <2 0.27 <40
Berdasarkan laporan tes laboratorium IPB di atas, bahan kimia masih di bawah ambang batas dalam Peraturan Pemerintah (PP) 85/1999. Data ini membuktikan, abu batubara tidak berbahaya dan tidak beracun yang ditetapkan oleh KNLH-RI sesuai dengan PP 85/1999. Namun, KNLH-RI masih menggolongkan abu batubara sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Penggunaan Abu Batubara PLTU Suralaya mengonsumsi 4,5 sampai 5 juta ton batubara Bukit Asam setiap tahun. Pembakaran batubara di PLTU Suralaya menghasilkan abu batubara.
Setiap
hari abu batubara yang dihasilkan sebanyak 1500 sampai 2000 ton
(Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 6). Abu batubara tersebut terbagi menjadi 80 persen sebagai flay ash (abu terbang atau abu kering) dan 20 persen sebagai bottom ash ( abu dasar atau abu basah). Abu terbang ditangkap dengan menggunakan presipitator elektrostatik, filter, atau siklon. Abu batubara sebagai bahan bakar utama PLTU Suralaya menimbulkan masalah lingkungan. Dampak negatif dari abu batubara terhadap kesehatan dan lingkungan timbul karena terhirupnya abu yang beterbangan oleh manusia dan hewan serta pengaruhnya terhadap air dan tanah di sekitar tempat pembuangan. Butiran abu yang ringan mudah terbawa angin dapat terhirup oleh manusia dan hewan. Abu batubara mengandung sejumlah kecil kandungan logam berat seperti Pb, Cr, dan Cd. (Prijatama&Sumarnadi, 1996) Unsur-unsur tersebut apabila terhirup secara rutin dan berakumulasi di dalam tubuh dapat berakibat buruk terhadap kesehatan manusia dan hewan. Sedangkan pencemaran tanah oleh abu batubara dapat terjadi karena terbawanya unsur-unsur logam berat tersebut oleh air hujan di permukaan dan di dalam tanah yang dapat mencemari air tanah. Selain itu, abu batubara dapat merubah tingkat keasaman tanah yang berpengaruh pada kesuburan tanah dan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Masalah lingkungan tersebut dapat diminimalkan dengan cara dan lokasi pembuangan yang tepat. PLTU Suralaya melakukan pengendalian dan pemantauan secara terusmenerus agar memenuhi persyaratan yang ditentukan pemerintah dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02/MENLH/1998 tanggal 19 Januari 1998 tentang Nilai Ambang Batas dan No. 13/MENLH/3/1995 tanggal 7 Maret 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Untuk itu, PLTU Suralaya dilengkapi dengan peralatan antara lain: 1. Electronic Precipitator, yaitu alat penangkap abu batubara hasil sisa pembakaran dengan efisiensi 99,5 persen (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 7). 2. Cerobong asap setinggi 218 meter dan 275 meter, bertujuan agar kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai ground level masih di bawah ambang batas (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 8).
3.
Sewage Treatment dan Neutralizing Basin yaitu pengolahan limbah cair
agar air buangan tidak mencemari lingkungan (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 9). 4. Peredam suara untuk mengurangi kebisingan oleh suara mesin produksi di unit 5 sampai 7. 5. Alat-alat pemantau lingkungan hidup yang ditempatkan di sekitar PLTU Suralaya, misalnya sumur pemantau yang digunakan untuk memantau air sumur di daerah sekitarnya. 6.
Discharge Cannel sepanjang 1,9 km dengan sistem saluran terbuka.
7. Pemasangan Stack Emmission. Pemasangan peralatan-peralatan di atas merupakan salah satu bentuk tanggung jawab PLTU Suralaya dengan lingkungan sekitar tempat mereka beroperasi. PLTU Suralaya telah meminimalisasi dampak lingkungan yang terjadi pada masyarakat sekitar Desa Suralaya, Desa Lebakgede, dan Desa Salira. Hal tersebut dilakukan guna menjaga hubungan PLTU Suralaya dengan komunitas lokal. Pada mulanya PLTU Suralaya menangani abu batubara dengan cara membuangnya ke tempat penimbunan abu batubara (ash-valley) dengan luas tanah sekitar 8 hektar (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 10). Ashvalley ini merupakan lahan terbuka yang disediakan PLTU Suralaya untuk
menimbun abu batubara. Abu batubara tersebut ditampung lebih dulu di sebuah tempat penampungan abu batubara yang bernama silo beton sebelum sampai di ashvalley. Setelah silo beton penuh, abu batubara tersebut diangkut oleh konveyor
menuju ash-valley yang terletak di area perbukitan PLTU Suralaya. Penempatan abu batubara sisa hasil produksi listrik di tempat penimbunan abu telah mendapat persetujuan KNLH-RI Nomor B. 142/Dep.IV/LH/01/2007. PLTU Suralaya diwajibkan untuk: 1. Menempatkan sementara abu basah (bottom-ash) pada tempat yang aman secara lingkungan sebelum dimanfaatkan oleh industri semen, industri readymix dan bahan baku material bangunan.
2. Membangun sumur pantau dan melakukan pemeriksaan terhadap kualitas air sumur pantau di sekitar lokasi penempatan serta melaporkannya setiap tiga bulan ke Kementrian Lingkungan Hidup. Kedua cara tersebut ternyata dinilai belum efektif untuk mengurangi jumlah timbunan abu batubara di PLTU Suralaya. Tahun 1996, Universitas Gajah Mada (UGM) melakukan kajian penelitian mengenai abu batubara di PLTU Suralaya. Mahasiswa Fakultas Teknik UGM melakukan pengkajian tentang studi kelayakan genteng beton dari bahan abu batubara. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, abu batubara memiliki sifat pozzolan yang artinya abu batubara mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku tambahan dalam pembuatan bahan bangunan, misalnya genteng beton ringan, batako, batubata, conblock, dan lain-lain. Akhirnya PLTU Suralaya melalui Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan (YPK) mengelola abu batubara dengan cara mendistribusikannya pada perusahaan produsen bahan material. Selain itu, PLTU Suralaya melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar yang tentunya terkena dampak negatif abu batubara tentang penggunaan abu batubara. Masyarakat sekitar pun mendapatkan dampak positif dari abu batubara di PLTU Suralaya. Abu batubara dengan jenis fly-ash digunakan sebagai bahan pembuat keperluan bangunan, antara lain beton, keramik beton, pavingblok, relief, batako, batubata, dan lain-lain (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 11). Abu batuabara dengan jenis bottom-ash digunakan sebagai pupuk dan bahan campuran. Penggunaan abu batubara ini membawa perubahan bagi komunitas lokal. Pertama, berubahnya mata pencaharian masyarakat sekitar yang semula petani menjadi karyawan di PLTU Suralaya. Ini disebabkan kondisi tanah di daerah tersebut tidak produktif untuk pertanian. Pekerjaan yang ditempati komunitas lokal umumnya antara lain ash-handling, coal-handling, operator pengisian abu batubara, pengawas lapangan (ash-valley), pekerja overhaul dan jasa kebersihan unit. Kondisi finansial komunitas lokal dan adanya polusi akan mengalami perubahan yang baik Kedua, komunitas lokal juga dapat bekerja pada usaha lokal atau CV lokal yang tumbuh di sekitar perusahaan. Beberapa CV lokal ini tumbuh seiring dengan
peluang beberapa pekerjaan yang ditenderkan oleh PLTU Suralaya kepada pengusaha lokal. Beberapa CV lokal yang tumbuh di sekitar PLTU Suralaya memiliki fokus usaha antara lain penyedia tenaga kebersihan, penyedia jasa keamanan, dan pengelola abu batubara. Adanya mitra usaha lokal tersebut dalam kegiatan pemanfaatan abu batubara merupakan bentuk kerja sama antara korporasi dengan pengusaha lokal. Kerja sama ini menguatkan eksistensi PT Indonesia Power, khususnya PLTU Suralaya, dalam komunitas lokal. Selain itu, kemitraan ini membantu pemerintah Provinsi Banten dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran (Hastuti, 2009). Pengolahan Pemberdayaan Masyarakat oleh PLTU Suralaya UBP Suralaya melakukan pembinaan masyarakat di tiga desa yaitu Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebakgede. Desa Suralaya menjadi wilayah binaan karena PLTU Suralaya terletak di Desa Suralaya. Sementara Desa Lebakgede disebabkan akses keluar masuk unit dari arah Merak melalui desa ini. Jalur transportasi batubara berdampingan dengan Desa Salira Indah. Penyelenggaraan kegiatan program Comdev berdasarkan SK Direksi Nomor 08. KP/010/IP/2004 mengenai Pedoman Pelaksanaan kegiatan community development di lingkungan PT Indonesia Power. Tujuan utama penyelenggaraan
kegiatan comdev adalah mewujudkan visi dan misi perusahaan, khususnya bersahabat dengan lingkungan, serta perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bagian dari tata kelola perusahaan yang baik. Secara khusus, penyelenggaraan kegiatan Community Development ditujukan untuk : a. Mewujudkan tanggung jawab moral UBP Suralaya terhadap lingkungan sekitarnya. b. Memberikan dukungan terhadap keberhasilan bisnis secara jangka panjang. c. Mempromosikan niat baik (goodwill) perusahaan dan membangun reputasi positif di antara masyarakat dan pemerintah daerah setempat serta stakeholder perusahaan pada umumnya d. Menciptakan lingkungan yang kondusif dan harmonis antara perusahaan dengan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan perusahaan. Secara administratif, pelaksanaan program Comdev yang dilakukan oleh UBP Suralaya telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh PT Indonesia Power.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian kinerja yang baik dan mendapat penghargaan nasional pada 2003 yaitu Padma Award. Banyak jenis kegiatan dalam program Comdev yang telah dilakukan oleh Humas dan SDM. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan tersebut di antaranya: a. Bakti Pelayanan masyarakat (Community Services), yaitu pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan masyarakat berdasarkan kebutuhan maupun permintaan komunitas sebagai dukungan terhadap kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah tersebut. Kegiatan yang dilakukan antara lain perbaikan sarana transportasi, perbaikan sarana umum (olah raga, tempat ibadah, pendidikan dan kesehatan), bantuan kesehatan masyarakat, serta bantuan biaya pendidikan dan beasiswa. 1) Bantuan Air bersih kepada Warga Lingkungan Cisalak dan Kembang Suralaya pada 17 Oktober 2006. 2) Pembangunan gedung Sekolah Dasar (SD) dan Taman Kanak-kanak (TK) di Desa Suralaya. Gedung sekolah ini dibangun tepatnya berada di Komplek Perumahan PLTU Suralaya. SD dan TK tersebut diberi nama Wukir Retawu PLTU Suralaya. TK Wukir Retawu dibangun pada tahun 1986, sedangkan SD Retawu dibangun pada tahun 1985. Biaya operasional sekolah dasar dan taman kanak-kanak ini menggunakan uang dari hasil pemasukan penjualan abu batubara. Pembayaran gaji guru, renovasi gedung sekolah, dan beasiswa TK dan SD Wukir Retawu dibiayai oleh YPK PT Indonesia Power. Siswa TK dan SD Wukir Retawu yang berstatus tidak mampu ini tidak dipungut uang SPP. Fasilitas belajar dan prestasi yang dihasilkan siswa-siswi Wukir Retawu cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya piala dan piagam yang diterima siswa-siswi Wukir Retawu ketika mengikuti perlombaan antar sekolah. Fasilitas yang cukup baik ditunjukkan dengan adanya laboratorium IPA, laboratorium computer, dan perpustakaan. Sedangkan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah ini salah satunya yaitu ruang UKS untuk esktrakurikuler dokter cilik (Dokcil). Kegiatan, sarana, dan prasarana TK dan SD ini dibiayai dari hasil penjualan abu batubara UBP Suralaya.
Sekolah Wukir Retawu ini mendapat predikat sebagai sekolah terbaik dan sekolah swasta dengan SPP termurah se-Kota Cilegon. Hal ini disebabkan sarana dan prasarana pendukung belajar sangat lengkap dan menunjang. Dengan demikian, tingkat pendidikan anak-anak di Suralaya pun meningkat melalui kegiatan pemanfaatan abu batubara tersebut. 3) Kegiatan Pelatihan untuk Para Guru di kecamatan Pulomerak Training ESQ Peduli Pendidikan merupakan salah satu kegiatan pelatihan untuk guru. Training ini terselenggara dengan adanya kerja sama PT Indonesia Power UBP Suralaya dengan ESQ Leadership Center yang diadakan pada 20 sampai 22 Juni 2008 di Convention Hall Hotel Permata Krakatau, Cilegon. Training ESQ Peduli pendidikan ini diikuti oleh 310 peserta yang terdiri dari guru-guru di Kecamatan Pulomerak. Para guru di Kecamatan Pulomerak diharapkan ada peningkatan untuk mencerdaskan siswanya dengan mengikuti pelatihan ESQ ini. Kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan para siswa. Jumlah masyarakat lokal yang bekerja pada posisi strategis di PT Indonesia Power UBP Suralaya pun akan meningkat apabila kualitas pendidikan siswa meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase masyarakat lokal yang menduduki posisi ini masih sangat sedikit karena rendahnya kualitas pendidikan. Training ESQ Peduli Pendidikan ini merupakan salah satu wujud comdev yang dilakukan PT Indonesia Power UBP Suralaya. Training ini dapat terselenggara dengan adanya bantuan dana dari YPK UBP Suralaya. Dana yang digunakan berasal dari penjualan abu batubara. 4) Pengembangan SDM Divisi Humas dan SDM Comdev melalui Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan (YPK) memberikan perhatian dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini, pemberian beasiswa mulai dari tingkat SD hingga S1 ditujukan untuk anak pegawai. Bantuan ini diberikan setiap satu tahun sekali. Pemberian beasiswa biasanya dilakukan setiap tanggal 17 Agustus. Ini merupakan salah satu bentuk peningkatan kesejahteraan di lingkungan internal perusahaan.
5) Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat dalam bantuan pengobatan gratis diadakan oleh Divisi Humas dan SDM. Bantuan ini secara bergilir diberikan satu kali dalam satu minggu, pukul 12.00 sampai 13.00 WIB, pada masing-masing desa yang mengapit PLTU Suralaya (Desa Suralaya, Desa Lebakgede, dan Desa Salira Indah). Pengobatan gratis ini merupakan koordinasi Divisi Humas dan SDM dengan kelurahan dan puskesmas. Selain pengobatan gratis, Divisi Humas dan SDM pun mengadakan khitanan massal (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 12). b. Bakti Pemberdayaan Masyarakat, yaitu program yang berkaitan dengan usaha memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat setempat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan yang dilakukan antara lain bantuan peningkatan modal usaha dan kursus atau pelatihan keterampilan usaha. 1) Pelatihan pengrajin Conblock kepada masyarakat di sekitar UBP Suralaya pada 12 Oktober 2006 (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 12). 2) Usaha Jahit Konveksi di Desa Suralaya Usaha jahit konveksi di Desa Suralaya ini merupakan kepedulian PT Indonesia Power UBP Suralaya melalui Divisi Humas dan SDM kepada pengusaha konveksi skala kecil. Pemberdayaan ini dilakukan dengan pemberian mesin jahit kepada masyarakat Suralaya yang memiliki usaha konveksi. Usaha jahit ini sebagai bentuk kerja sama antara Kelurahan Suralaya dengan Divisi Humas dan SDM PT Indonesia Power UBP Suralaya. 3) Usaha Pengrajin Keripik Pisang di Desa Lebakgede Usaha keripik pisang ini dikelola oleh komunitas lokal. Ini disebabkan potensi pisang di Kecamatan Pulomerak sangat banyak. Divisi Humas dan SDM bekerja sama dengan pengrajin usaha keripik pisang untuk meminjamkan sejumlah dana untuk usaha mereka. 4) Pelatihan Komputer Pelatihan ini diselenggarakan oleh public relations kepada masyarakat sekitar yang ingin meningkatkan kemampuan di bidang teknologi komputer. (Lampiran 7)
5) Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI) Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI) adalah salah satu model bentuk pemberdayaan yang diresmikan pada 27 Agustus 2007. LKM KUBTASI merupakan lembaga keuangan mikro milik masyarakat binaan PT Indonesia Power UBP Suralaya. Lembaga ini bergerak dalam bidang pemberdayaan ekonomi keluarga yang berbasis kerakyatan. LKM KUBTASI memiliki wilayah kerja yang mencakup ring satu stakeholders PT Indonesia Power UBP Suralaya yaitu Kelurahan Lebakgede, Salira, dan Suralaya. PLTU Suralaya mendapatkan penghargaan atas pengembangan kualitas kehidupan masyarakat di sekitar PLTU Suralaya melalui LKM KUBTASI (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 13). Bisnis
utama
LKM
KUBTASI
adalah
simpan
pinjam
dengan
menyalurkan modal usaha secara bergilir kepada anggotanya dan menerima titipan tabungan dari anggota. Modal bergilir tersebut diperoleh dari PT Indonesia Power UBP Suralaya. Berikut ini persyaratan LKM KUBTASI: (1) Keanggotaan Masyarakat yang menjadi anggota LKM KUBTASI adalah masyarakat di lingkungan PT Indonesia Power UBP Suralaya yang sudah memiliki usaha dengan kategori pengusaha mikro yang masih kesulitan untuk mendapat tambahan modal dalam menjalankan usahanya. Anggota LKM KUBTASI dijaring melalui seleksi dengan aturan-aturan sebagai berikut: a. Membentuk kelompok sebanyak lima orang, bertempat tinggal tetap dan berdekatan. b. Anggota harus satu homogen (laki-laki semua atau perempuan semua) dalam satu kelompok. c. Memiliki usaha atau berpenghasilan tetap. d. Anggota dalam setiap kelompok tidak memiliki hubungan keluarga satu tingkat. e. Bersedia mengikuti pendidikan wajib kelompok sebelum ditetapkan menjadi anggota. f. Bersedia mengikuti pertemuan pekanan.
g. Membayar iuran wajib dan tabungan prestasi setiap pecan. h. Pencairan pinjaman diberikan setelah mengikuti 16 kali pertemuan. i. Pencairan pinjaman dilakukan tiga kali dengan pola 2-2-1. Pola ini artinya pencairan uang pinjaman dilakukan untuk dua orang terlebih dahulu. Apabila pengembalian cicilannya lancer, maka pinjaman diberikan kembali untuk dua orang anggota yang lain. Terakhir, pencairan pinjaman diberikan pada satu orang. Pola ini bertujuan agar pinjaman yang diberikan tidak macet. (2) Pertemuan Pekanan Pertemuan pekanan ini dilaksanakan setiap kelompok dengan waktu dan tempat yang ditentukan oleh anggota masing-masing setelah konfirmasi dengan pendamping lapangan. Pertemuan pekanan berfungsi sebagai wahana pembinaan bagi anggota, tempat berlangsungnya transaksi keuangan, dan silaturahmi sesama anggota. Setiap anggota LKM KUBTASI wajib mengikuti pertemuan pekanan. Pertemuan ini dihadiri oleh satu orag pendamping lapangan yang akan membantu anggota dalam masalah ekonomi maupun keagamaan. (3) Iuran Wajib Anggota Iuran wajib anggota adalah iuran milik anggota yang bersifat wajib dibayar setiap minggu. Iuran wajib ini sebesar Rp1000,00. Iuran ini sebagai tanda ikatan keanggotaan yang dijadikan jaminan bila ada anggota kelompok yang macet dalam pembayaran dana bergilir. Iuran kelompok dapat dibagikan kembali pada anggota apabila pecahnya kelompok tersebut. (4) Pola Pencairan Modal Usaha Modal dari PT Indonesia Power UBP Suralaya diberikan kepada masyarakat melalui LKM KUBTASI. LKM KUBTASI menyalurkan modal usaha kepada anggota secara bergilir dan bersifat pinjaman. Penyaluran modal usaha kepada anggotanya diberikan secara kolektif. Dalam arti, modal usaha diberikan kepada satu kelompok yang terdiri dari lima orang anggota dengan tanggung jawab kolektif. Pencairan dilakukan dengan pola 2-2-1 seperti yang sudah dijelaskan di atas. Pencairan pertama diberikan hanya kepada dua orang lebih dulu. Dua minggu kemudian, pencairan diberikan kepada dua orang lagi. Dua minggu selanjutnya, pencairan diberikan kepada satu orang. Modal usaha akan diberikan jika semua anggota lancar membayar angsuran pinjaman.
(5) Angsuran Modal Usaha Pinjaman modal usaha dari anggota kepada LKM KUBTASI lamanya tiga sampai dua belas bulan dengan sistem Qordul Hasan dan sistem infak. Qurdul Hasan artinya sistem pinjam tanpa lebih atau bunga (riba). Angsuran dana bergilir adalah satu kali seminggu. Besar angsuran adalah besar pinjaman dibagi lama waktu pinjaman. Ketentuan Qurdul Hasan hanya berlaku pada tahun pertama. Peminjam dikenakan infak pinjaman setelah pinjaman kedua. Besarnya pinjaman kedua tidak ada ketentuan. Infak ini sebagai keuntungan yang diperoleh LKM KUBTASI. (6) Penyertaan Modal Usaha LKM KUBTASI memberikan bantuan kepada anggota berupa pinjaman penyertaa usaha selain pemberian dana bergilir reguler. Apabila anggota ada proyek yang membutuhkan dana segera dan tagihannya cepat, maka LKM KUBTASI dapat memberikan pinjaman melalui proses tertentu. c. Bakti Pembinaan Hubungan (Community Relation), yaitu kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan untuk memfasilitasi tumbuhnya pemahaman bersama dan mewujudkan komitmen bersama di antara para stakeholders untuk mencapai tujuan bersama; mendorong lahirnya sikap positif masyarakat setempat terhadap perusahaan serta memperbaiki dan mendorong lahirnya kebijakan publik yang kondusif terhadap keberlangsungan bisnis perusahaan. Kegiatan yang dilakukan antara lain ceramah agama, silaturahmi, dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Pada 5 Oktober 2006 dilakukan kunjungan silaturahmi antara manajemen UBP Suralaya, Camat Pulo Merak dengan warga Kampung Jelawe Suralaya dan penyerahan bantuan dana untuk sarana ibadah Mushola Jelawe dalam rangka Safari Ramadhan 1427 H (Hastuti, 2009).
Keadaan Umum Lokasi Penelitian PLTU Suralaya dikelilingi oleh tiga desa yaitu Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebak Gede. Masing-masing desa memiliki luas wilayah, batas wilayah, dan mata pencaharian. Gambaran keadaan umum ketiga desa tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Wilayah, Batas Wilayah, dan Mata Pencaharian di Tiga Desa Penelitian Tahun 2010 Uraian Luas Wilayah Batas Utara Batas Selatan Batas Barat Batas Timur Mata Pencaharian Pedagang Petani Nelayan Pegawai
Desa Suralaya 339 Ha Desa Pakuncen Selat Sunda Kel. Lebakgede Desa Salira
Desa Salira 344, 7 Ha Laut Ds. Kedung Soka Kel. Suralaya Desa Mangunreja
Desa Lebakgede 683 Ha Kel. Suralaya Kel. Tamansari Laut Selat Sunda Ds. Pakuncen Bojonegara
186 orang 203 orang 50 orang 697 orang
154 orang 350 orang 21 orang 15 orang
546 orang 488 orang 170 orang 550 orang
Sumber: Data Monografi Desa Berdasarkan data monografi, Desa Lebakgede merupakan desa terluas dibandingkan dengan Desa Salira dan Desa Suralaya. Desa Lebakgede memiliki wilayah seluas 683 Ha. Batas sebelah utara desa ini adalah Kelurahan Suralaya; batas sebelah selatan adalah Kelurahan Taman Sari; sebelah Barat adalah Laut Selat Sunda; dan sebelah Timur adalah Desa Pakuncen Bojonegara. Umumnya penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai pegawai sebanyak 550 orang. Begitu juga dengan Desa Suralaya yang umumnya sebagai pegawai sebanyak 697 orang. Salah satu faktor penyebab banyaknya bermata pencaharian sebagai pegawai karena letaknya yang paling dekat dengan PLTU Suralaya. Namun desa ini memiliki wilayah yang tersempit dengan luas 339 Ha. Batas sebelah Utara adalah Desa Pakuncen; batas sebelah Selatan adalah Selat Sunda; batas sebelah Barat adalah Kelurahan Lebakgede; dan batas sebelah Timur adalah Desa Salira. Sementara Batas sebelah Utara Desa Salira adalah Laut; batas sebelah Selatan adalah Desa Kedung Soka; batas sebelah Barat adalah Kelurahan Suralaya; dan batas sebelah Timur adalah Desa Mangunreja. Umumnya mata pencaharian penduduk Desa Salira sebagai patani yaitu sebanyak 350 orang. Kelompok tani yang mengelola lahan PLTU Suralaya diberikan
pembinaan
berupa pemberian bibit tanaman buah-buahan seperti aren, nangka, dan kacang.
Keadaan Umum Responden Responden adalah masyarakat di sekitar PLTU Suralaya, yakni mereka yang berdomisili di Desa Suralaya, Desa Salira, dan Desa Lebakgede. Responden memiliki karakteristik antara lain jenis kelamin, pekerjaan, terpaan suratkabar, terpaan public relations, terpaan tokoh agama, serta terpaan tokoh masyarakat. Berikut gambaran keadaan umum responden dalam penelitian ini (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin, Pekerjaan, Terpaan Suratkabar, Terpaan Public Relations, dan Terpaan Opinion Leader di Tiga Desa Penelitian Tahun 2010 Karakteristik Responden Jenis Kelamin Pekerjaan
Terpaan Suratkabar
Terpaan Public Relations
Terpaan Tokoh Agama
Terpaan Tokoh Masyarakat
Kategori Laki-laki Perempuan
Pedagang Petani Nelayan Pegawai Frekuensi > 6 kali Membaca (Sangat Tinggi) Suratkabar dalam 4-6 kali (Tinggi) satu minggu 2-4 kali (Sedang) 1-2 kali (Rendah) Frekuensi >6kali Berkomunikasi (Sangat Tinggi) dengan Public 5-6 kali (Tinggi) Relations dalam 3-4 kali (Sedang) satu tahun Terakhir 1-2 kali (Rendah) ini Frekuensi >6kali Berkomunikasi (Sangat Tinggi) dengan Tokoh 5-6 kali (Tinggi) Agama dalam satu 3-4 kali (Sedang) tahun Terakhir ini 1-2 kali (Rendah) Frekuensi >6kali Berkomunikasi (Sangat Tinggi) dengan tokoh 5-6 kali (Tinggi) masyarakat dalam 3-4 kali (Sedang) satu tahun Terakhir 1-2 kali (Rendah) ini
Jumlah Persentase 186 54.54.22 157 45.77.22 45.77 89 25.94 104 30.32 24 6.99 126 36.73 11 3.20 20 56 256 60
5.83 16.32 74.63 17.49
63 95 125
18.36 27.69 36.44
161
46.93
98 45
28.57 13.11
39 87
11.37 25.36
80 98 78
23.32 28.57 22.74
Pekerjaan responden umumnya sebagai pegawai dan petani. Ini dapat dilihat, sebanyak 126 responden (36,73%) sebagai pegawai dan 104 responden (30,32%) sebagai petani. Pekerjaan sebagai petani tidak membuat tingkat kesejahteraan penduduk. Pada waktu itu, pekerjaan sebagai petani adalah pilihan hidup yang tidak dapat ditawar lagi, seperti Desa Suralaya. Mereka tidak memiliki keterampilan atau skill apa pun. Sementara penghasilan sebagai petani tidak menentu yang membuat kondisi perekonomian sangat miskin. Tidak hanya sebagai petani, ada beberapa masyarakat yang memilih pekerjaan sebagai nelayan. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan sebagai nelayan pun tidak menentu. Kemudian berdiri PLTU Suralaya karena tersedianya tanah dataran yang cukup luas yang dipandang tidak produktif untuk pertanian dan cuaca yang sulit diperkirakan untuk pelayaran. Masyarakat sekitar PLTU Suralaya pun mendapat kesempatan sebagai pegawai PLTU Suralaya. Dengan demikian, perekonomian mereka membaik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka merasa terbantu dengan adanya PLTU Suralaya. Mereka ingin merubah kondisi kehidupan perekonomian. Mereka menginginkan menjadi bagian dari PLTU Suralaya. Mereka dapat bekerja pada usaha lokal atau CV lokal yang tumbuh di sekitar perusahaan. Beberapa CV lokal ini tumbuh seiring dengan peluang beberapa pekerjaan yang ditenderkan oleh PLTU Suralaya kepada pengusaha lokal. Beberapa CV lokal yang tumbuh di sekitar PLTU Suralaya memiliki fokus usaha penyedia tenaga kebersihan, penyedia jasa keamanan, dan pengelola abu batubara. Mitra usaha lokal tersebut merupakan bentuk kerja sama antara korporasi dengan pengusaha lokal. Kerja sama ini menguatkan eksistensi PT Indonesia Power, khususnya PLTU Suralaya, dalam komunitas lokal. Selain itu, kemitraan ini membantu pemerintah Provinsi Banten dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran. PT Indonesia Power UBP Suralaya melakukan peningkatan kesejahteraan dengan mengurangi tingkat pengangguran. Penggunaan tenaga kerja lokal dimulai dari berdirinya PT Indonesia Power UBP Suralaya, yakni tahun 1985. Tidak banyak masyarakat sekitar yang menempati posisi strategis pada PT Indonesia Power UBP Suralaya. Hal ini disebabkan faktor kualitas pendidikan. PT Indonesia
Power UBP Suralaya melakukan dua kali periode perekrutan tenaga kerja yang merupakan bentuk kepedulian PT Indonesia Power UBP Suralaya. Masyarakat sekitar pun banyak yang membuka usaha sebagai pedagang. Tidak hanya bekerja sebagai pegawai PLTU Suralaya untuk mewujudkan peningkatan ekonomi. Kondisi ketiga desa yang berada di sekitar PLTU Suralaya karena keterbatasan fasilitas transportasi pada tahun 1980-an mendorong masyarakat membuka toko atau warung. Perputaran usaha untuk sektor perdagangan relatif cepat, sehingga hasil usaha yang didapat juga relatif lebih cepat (jangka pendek). Hal ini terlihat pada penghasilan tiap bulan dari sektor perdagangan lebih tinggi daripada sektor lain. Apalagi dengan adanya pengembangan daerah wisata di Desa Salira (Pantai Salira Indah) dan Suralaya (Pantai Kelapa Tujuh). Masyarakat umumnya lebih tertarik untuk melakukan usaha ekonomi yang hasilnya dapat dinikmati segera. Seperti masyarakat di Desa Suralaya, mereka tidak terbiasa melakukan usaha ekonomi jangka panjang dan cenderung memperoleh hasil dalam jangka pendek atau dalam waktu singkat. Selain itu, pekerjaan sebagai pedagang tidak memerlukan keterampilan khusus. Responden umumnya mendapatkan informasi melalui opinion leader. Opinion leader sangat mempengaruhi informasi yang diperoleh masyarakat atas
segala isu yang terjadi di sekitar. Ini artinya terpaan opinion leader sangat tinggi pengaruhnya bagi masyarakat lokal. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya tingkat komunikasi mereka dengan opinion leader dibandingkan dengan public relations dan suratkabar. Masyarakat lebih banyak berkomunikasi dengan opinion leader, baik tokoh agama maupun tokoh masyarakat. Masyarakat lokal berkomunikasi dengan tokoh agama sebanyak 161 responden (46,93%) dan berkomunikasi dengan tokoh masyarakat sebanyak 87 responden (25,36%) dalam frekuensi lebih dari enam kali pada satu tahun terakhir ini. Masyarakat berkomunikasi dengan opinion leader dalam kesempatan ceramah keagamaan,
kerja
bakti,
dan
pertemuan-pertemuan.
Komunikasi
antara
masyarakat dengan opinion leader dilakukan secara formal maupun informal. Opinion leader dapat dijadikan sebagai jembatan komunikasi antara PLTU
Suralaya dengan masyarakat sekitar. Frekuensi pertemuan berpengaruh dalam melakukan komunikasi antara opinion leader dengan masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar mendapat informasi-informasi mengenai PLTU Suralaya, termasuk abu batubara, melalui opinion leader. Berbeda halnya komunikasi yang dijalankan public relations. Frekuensi komunikasi yang dijalankan public relations tidak setinggi frekuensi komunikasi yang dijalankan opinion leader. Masyarakat lokal tidak sering bertemu dengan public relations sehingga kurang adanya komunikasi di antara mereka. Umumnya
sebanyak 125 (36,44%) responden hanya berkomunikasi dengan public relations sebanyak satu sampai dua kali setiap tahunnya. Hal ini perlu adanya usaha public relations melakukan pendekatan dengan opinion leader. Opinion leader berada di
tengah-tengah masyarakat sehingga lebih mudah sebagai perantara komunikasi antara public relations dengan masyarakat. Public
relations sendiri melakukan berbagai pendekatan dengan
masyarakat lokal melalui program comdev. Namun public relations masih perlu melakukan berbagai pendekatan, khususnya dalam hal komunikasi. Masyarakat lokal menginginkan adanya perhatian dalam bentuk komunikasi verbal, baik formal maupun informal. Komunikasi yang diharapkan tidak hanya dalam bentuk komunikasi nonverbal berupa bantuan-bantuan. Selain dari public relations dan opinion leader, suratkabar dapat dijadikan sebagai media komunikasi untuk mengetahui informasi tentang PLTU Suralaya. Seperti Radar Banten dan Fajar Banten, merupakan suratkabar yang masuk ke Desa Suralaya, Desa Salira, dan Desa Lebakgede. Namun minat baca masyarakat kurang meskipun ada suratkabar yang masuk ketiga desa sekitar PLTU Suralaya. Ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian, umumnya sebanyak 256 (74.63 persen) responden hanya membaca satu sampai dua kali membaca suratkabar setiap minggu. Ini disebabkan isi berita dalam suratkabar tidak menarik perhatian masyarakat sebagai pembaca, khususnya berita tentang PLTU Suralaya. Tidak ada perkembangan informasi tentang PLTU Suralaya yang dimuat di suratkabar.
Opini Publik tentang PLTU Suralaya Opini publik dalam penelitian ini yaitu opini publik tentang dampak PLTU Suralaya. Dampak PLTU Suralaya terbagi menjadi dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi masyarakat menjadi lebih sejahtera, dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai dengan adanya PLTU Suralaya. Dampak positif ini dapat meningkatkan citra PLTU Suralaya dalam opini publik. Pikiran, perasaan, dan subyektivitas publik membentukan citra terhadap
isu
yang
sedang
berkembang
di
sekitar
mereka.
Seseorang
memperhitungkan pertikaian dan isu melalui interpretasi sehingga terbentuk citra yang baik atau positif. Sementara dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain abu batubara mengganggu kesehatan, meracuni ikan di laut, merusak pertanian, dan dapat mengotori bahan dagangan. Dampak negatif tersebut merupakan pencemaran abu batubara dari PLTU Suralaya. Citra yang buruk atau negatif marupakan interpretasi yang dapat muncul dari publik terhadap dampak negatif dari PLTU Suralaya. Citra yang baik ataupun buruk timbul dari dampak yang dirasakan oleh masyarakat lokal. Hal ini tentu mempengaruhi keberlanjutan PLTU Suralaya. Berikut opini publik tentang dampak PLTU Suralaya berdasarkan tiga desa penelitian, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin (Tabel 5, 6, dan 7).
Opini Publik tentang PLTU Suralaya Berdasarkan Desa Penelitian Opini publik tentang PLTU Suralaya berdasaran tiga desa penelitian dilakukan dengan uji Chi-Square. Pernyataan yang telah diuji yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera, suasana lingkungan menjadi lebih ramai, PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan. Berikut opini publik tentang PLTU Suralaya berdasarkan tiga desa penelitian (Tabel 5).
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Domisili Desa Penelitian Menurut Dampak Positif dan Dampak Negatif PLTU Suralaya Dampak Positif PLTU Suralaya
Ekonomi menjadi lebih sejahtera
Desa Lebakgede SS KS dan dan S TS 55 120 31,42 68,57
SS dan S 23 42,59
KS dan TS 31 57,40
Suasana lingkungan menjadi lebih ramai
51 29,14
28 51,85
26 48,14
Dampak Negatif PLTU Suralaya
Desa Lebakgede SS KS dan dan S TS 164 11 93,71 6,28
SS dan S 47 87,03
164 93,71
9 5,14
162 92,57 167 95,42
164 94,71
PLTU Suralaya menimbul-kan kebisingan dari suara mesin Abu batubara mengganggu kesehatan Abu batubara meracuni ikan di laut Abu batubara merusak pertanian Abu batubara mengotori bahan dagangan
124 70,85
Desa Salira
Desa Salira
Desa Suralaya SS KS dan dan S TS 52 62 45,61 54,38 57 50
57 50
Total SS dan S 130 100
KS dan TS 213 100
136 100
207 100
KS dan TS 7 12,96
Desa Suralaya SS KS dan dan S TS 111 3 97,36 2,63
Total SS dan S 322 100
KS dan TS 21 100
50 92,59
4 7,40
111 97,36
3 2,63
325 100
16 100
13 7,42 8 4,57
50 92,59 52 96,29
4 7,40 2 3,70
110 96,49 112 98,24
4 3,50 2 1,75
322 100 331 100
21 100 12 100
11 6,28
48 88,88
6 11,11
110 96,49
4 3,50
222 100
21 100
Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju; Baris ke-2 menunjukkan persentase
Berdasarkan Tabel 5, umumnya masyarakat di tiga desa penelitian beropini negatif tentang PLTU Suralaya. Opini masyarakat terhadap dampak negatif lebih tinggi dibandingkan dengan dampak positif PLTU Suralaya. Umumnya 120 (68,57%) masyarakat Desa Lebakgede beropini kurang setuju bahkan tidak setuju bahwa ekonomi menjadi lebih sejahtera sejak adanya PLTU Suralaya. Suasana lingkungan pun kurang bahkan tidak dirasakan menjadi lebih ramai oleh masyarakat Desa Lebakgede. Ini disebabkan letak Desa Lebakgede berjarak jauh dengan PLTU Suralaya. Masyarakat kurang bahkan tidak merasa adanya perubahan yang lebih baik dalam kehidupan ekonomi
maupun suasana lingkungan. Desa Suralaya merupakan desa yang masyarakatnya merasakan ekonominya menjadi lebih sejahtera, sedangkan Desa Salira Indah merupakan desa yang masyarakatnya merasakan suasana lingkungan yang lebih ramai sejak adanya PLTU Suralaya. Desa Suralaya memiliki lokasi sangat dekat dengan PLTU Suralaya. dibandingkan dengan Desa Salira dan Desa Lebakgede. Maka suara mesin dari PLTU Suralaya terdengar jelas oleh masyarakat yang tinggal di Desa Suralaya. Secara umum, sebanyak 111 (97,36 persen) responden beropini bahwa PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin meskipun PLTU Suralaya telah berupaya melakukan peredam suara. Namun tidak semua masyarakat sekitar mengetahui informasi tersebut. Masyarakat Desa Suralaya tidak hanya merasakan kebisingan dari suara mesin. Masalah kesehatan akibat abu batubara pun dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat umumnya 111 (97,36%) responden beropini bahwa PLTU Suralaya mengganggu kesehatan. Abu terbang dapat mengakibatkan polusi udara sehingga mengganggu pernafasan. Saat ini PLTU Suralaya sudah memiliki alat penangkap abu yang dinamakan electronic precipitator. Selain itu, cerobong asap setinggi 218 meter dan 275 meter bertujuan agar kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai ground level masih di bawah ambang batas. Tidak semua masyarakat Desa
Suralaya mengetahui informasi tersebut. Masyarakat sekitar perlu mengetahui perkembangan informasi sehingga masyarakat mengetahui PLTU Suralaya bukan penyebab adanya polusi. Hal ini disebabkan banyaknya industri di sekitar PLTU Suralaya. Menurut Koordinator Forum Peduli Suralaya, Erick Rebiin, abu batubara
tidak
berhubungan
dengan
masalah
kesehatan.
Masyarakat
menginginkan kompensasi secara langsung. Keluhan masyarakat tidak terpenuhi karena penyalahgunaan hasil penjualan flay ash sebesar satu milyar setiap bulan yang seharusnya dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Kondisi ini sangat ironis ketika abu batubara dikelola oleh Energi Prima Nusantara (EPN) sebagai anak perusahaan YPK (Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan).
Masyarakat Desa Suralaya umumnya tidak hanya beropini bahwa PLTU Suralaya
menimbulkan kebisingan
dan mengganggu
kesehatan.
Namun
masyarakat juga beropini sangat setuju bahkan setuju bahwa abu batubara dapat meracuni ikan di laut, merusak pertanian, dan mengotori bahan dagangan. Umumnya masyarakat Desa Suralaya sebanyak 110 (96,49%) responden beropini bahwa abu batubara dapat meracuni ikan di laut. Kini PLTU Suralaya sudah berupaya adanya pengolahan limbah cair agar buangan tidak mencemari lingkungan yang dinamakan sewage treatment dan neutralizing basin. Umumnya sebanyak 110 (96,49%) beropini bahwa abu batubara mengotori bahan dagangan. Masyarakat Desa Suralaya mengetahui hal tersebut karena para penduduk sekitar pantai direkrut untuk berjualan di sekitar Pantai Kalapa Tujuh. Pantai Kelapa Tujuh merupakan pantai yang dikelola oleh PLTU Suralaya sebagai wujud kepedulian kepada publik. Pengelolaan pantai ini dapat membantu perekonomian tetapi bahan dagangan dapat kotor dari abu batubara. Tabel 6. Berdasarkan Domisili Desa dengan Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Ekonomi menjadi lebih sejahtera Suasana lingkungan menjadi lebih ramai PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin Abu batubara mengganggu kesehatan Abu batubara meracuni ikan di laut Abu batubara merusak pertanian Abu batubara mengotori makanan/dagangan
Signifikansi Uji Chi-Square 0,086 0,003* 0,034* 0,065 0,315 0,698 0,034*
α = 0.05 *= Signifikan Berdasarkan hasil analisis, masyarakat yang tinggal di tiga desa penelitian berhubungan dengan pembentukan opini publik yang menyatakan bahwa suasana lingkungan menjadi lebih ramai dengan adanya PLTU Suralaya, PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, dan abu batubara mengotori bahan dagangan. Masyarakat Desa Suralaya sebanyak 57 (50%) responden beropini bahwa suasana lingkungan menjadi ramai dengan adanya PLTU Suralaya.
Berbeda dengan masyarakat Desa Lebakgede dan Desa Salira Indah, masyarakat Desa Suralaya merasakan suasana lingkungan yang menjadi ramai karena jarak desa dengan lokasi PLTU Suralaya yang sangat dekat. Masyarakat tidak kesepian dengan adanya aktivitas pegawai di sekitar PLTU Suralaya. Lokasi yang sangat dekat antara Desa Suralaya dengan PLTU Suralaya pun membuat masyarakat kebisingan akibat suara dari mesin produksi. Hal ini mengindikasikan bahwa pernyataan tersebut signifikan. Opini publik mengenai abu batubara dapat mengotori bahan dagangan juga dinyatakan signifikan. Masyarakat Desa Suralaya paling tinggi merasakan bahwa abu batubara mengotori bahan dagangan dibandingan dengan Desa Salira dan Desa Lebakgede. Ini disebabkan para penduduk berjualan di sekitar Pantai Kalapa Tujuh. Pantai ini merupakan pantai yang dikelola oleh PLTU Suralaya sehingga masyarakat Desa Suralaya mendapatkan pengembangan daerah wisata. Selain itu, pedagang pun merasa bahan dagangan menjadi kotor karena abu terbang. Opini Publik Berdasarkan Jenis Pekerjaan Uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui asosiasi antara dua peubah kategorik. Pernyataan yang telah diuji yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera, suasana lingkungan menjadi lebih ramai, PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan. Berikut opini publik tentang PLTU Suralaya berdasarkan jenis pekerjaan (Tabel 7).
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Menurut Dampak Positif dan Dampak Negatif PLTU Suralaya Dampak Positif PLTU Suralaya Ekonomi menjadi lebih sejahtera Suasana lingkungan menjadi lebih ramai Dampak Negatif PLTU Suralaya PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin Abu batubara mengganggu kesehatan Abu batubara meracuni ikan di laut Abu batubara merusak pertanian Abu batubara mengotori bahan dagangan
Nelayan SS KS dan dan S TS 5 19 20,83 79,16
Pedagang SS KS dan dan S TS 33 56 37,07 62,92
Pegawai SS KS dan dan S TS 46 80 36,50 63,49
Petani SS KS dan dan S TS 31 73 29,80 70,19
Total SS KS dan dan S TS 115 228 100 100
9 37,5
33 37,07
53 42,06
35 33,65
130 100
15 62,5
56 62,92
73 57,93
69 66,34
Nelayan SS KS dan dan S TS 23 1 95,83 4,16
Pedagang SS KS dan dan S TS 69 20 77,52 22,47
Pegawai SS KS dan dan S TS 120 6 95,23 4,76
Petani SS KS dan dan S TS 92 12 88,46 11,5
Total SS KS dan dan S TS 304 39 100 100
21 87,5
3 12,5
72 80,89
17 19,10
119 94,44
94 90,38
10 9,61
306 100
37 100
22 91,66
2 8,33
88 98,87
1 1,12
123 97,61
95 91,34
9 8,65
328 100
15 100
23 95,83
1 4,16
88 98,8
1 1,12
124 98,41
2 1,58
99 95,19
5 4,80
334 100
9 100
21 87,5
3 12,5
67 75,28
22 24,71
123 97,61
3 2,38
97 93,26
7 6,73
308 100
35 100
7 5,55
3 2,38
Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju; Baris ke-2 menunjukkan persentase
Tabel 7 menunjukkan, umumnya masyarakat beropini negatif tentang PLTU Suralaya. Opini masyarakat terhadap dampak negatif lebih tinggi dibandingkan dengan dampak positif. Secara umum, sebanyak 19 (79,16%) responden dengan jenis pekerjaan sebagai
203 100
nelayan
tidak
merasakan
adanya
perubahan
ekonomi
dalam
kehidupannya. PLTU Suralaya kurang bahkan tidak membuat ekonomi masyarakat menjadi lebih sejahtera. Demikian pula umumnya 73 (70,19%) responden dengan jenis pekerjaan sebagai petani beropini hal yang sama. Penghasilan sebagai petani yang tak
menentu membuat kondisi perekonomian sangat miskin. Ini dapat dilihat dengan banyaknya rumah yang terbuat dari anyaman bilik. Masyarakat lokal mengelola usaha keripik pisang. Pisang merupakan salah satu tanaman yang dijadikan sebagai sumber penghasilan petani. Divisi Humas dan SDM bekerja sama dengan pengrajin usaha keripik pisang untuk meminjamkan sejumlah dana usaha masyarakat lokal. PLTU Suralaya pun memberikan pembinaan kepada kelompok tani berupa pemberian bibit tanaman buah-buahan seperti aren, nangka, dan kacang. Pembinaan kepada kelompok peladang lokal untuk mengelola lahan PLTU Suralaya merupakan wujud kepedulian. Namun bantuan yang diberikan dari PLTU Suralaya dirasa tidak banyak memiliki perubahan bagi petani Jenis pekerjaan sebagai pegawai yang merasakan perubahan ekonomi dibandingan dengan petani, nelayan, dan pedagang. Pegawai serta keluaganya mendapatkan peningkatan kesejahteraan dari PLTU Suralaya.
Sebagian
pemasukan yang disalurkan YPK digunakan untuk memberikan beasiswa, bantuan pendidikan, dan memberangkatkan haji pegawai. Beasiswa dan bantuan pendidikan untuk anak pegawai ini diberikan setiap tahun. Peluang naik haji secara gratis pun dimiliki para pegawai. Biaya yang dikeluarkan untuk memberangkatkan haji para pegawai diperoleh melalui hasil penjualan abu batubara. PLTU Suralaya tidak hanya memberikan perhatian kepada para pegawainya sebagai lingkup intern. Lingkup ekstern pun mendapatkan perhatian dari PLTU Suralaya. PLTU Suralaya memberikan bantuan kepada komunitas berupa kesempatan sebagai pegawai dalam proyek PLTU Suralaya. Penggunaan tenaga kerja lokal dilakukan sejak berdirinya PLTU Suralaya yaitu tahun 1985. Masyarakat yang berada di sekitar PLTU Suralaya dapat bekerja di PLTU Suralaya melalui CV rekanan PT Indonesia Power UBP Suralaya. CV rekanan tersebut menempatkan masyarakat pada pekerjaan sebagai cleaning service, pekerja pada Divisi as-handling, dan pekerja saat overhaull. Sebagian penduduk Suralaya kini mulai mendirikan CV sebagai penyalur tenaga kerja (outsourcing). CV penyalur tenaga kerja ini membuat penduduk
Suralaya semakin sejahtera meskipun masih ada beberapa penduduk yang tergolong keluarga prasejahtera. Beberapa penduduk masih berstatus pengangguran karena belum bekerja setelah lulus menempuh pendidikan sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat. Masyarakat belum memiliki keterampilan sehingga Divisi Comdev memberikan pelatihan yang disesuaikan dengan tipologi masyarakat sebagai pekerja kasar. Program ini dapat membentuk citra positif PLTU Suralaya. Masyarakat yang bekerja sebagai pegawai pun umumnya merasakan suasana lingkungan yang menjadi lebih ramai sejak adanya PLTU Suralaya selain merasakan adanya perubahan ekonomi yang lebih baik. Proyek PLTU suralaya menyebabkan masyarakat aktif sehingga membuka peluang yang membuat suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Selain aktivitas para pegawai PLTU Suralaya, keramaian suasana lingkungan terlihat dari masyarakat lokal yang dapat memanfaatkannya dengan membuka berbagai usaha. Masyarakat lokal tidak hanya mendapatkan dampak positif dari PLTU Suralaya. Namun masyarakat juga mendapatkan dampak negatif berupa kebisingan yang berasal dari suara mesin produksi. Para nelayan dan pegawai yang merasakan hal tersebut. Para pegawai tentu merasa bising dengan suara mesin poduksi selama bekerja, terutama pegawai yang bekerja di proyek PLTU Suralaya. Peredam suara kurang memberikan pengaruh besar. Para pegawai pun merasakan bahwa PLTU Suralaya berpengaruh terhadap masalah kesehatan yang diakibatkan dari abu selain kebisingan suara mesin. Menurut Prijatama dan Sumarnadi (1996), butiran abu ringan mudah terbawa angin yang terhirup secara rutin oleh manusia dan berakumulasi di dalam tubuh dapat berakibat buruk terhadap kesehatan. Abu batubara mengandung sejumlah kecil kandungan logam berat seperti Pb, Cr, dan Cd. Penyakit yang seringkali dikeluhkan oleh masyarakat adalah gangguan pada pernafasan. Pekerjaan sebagai pegawai yang paling besar menerima masalah kesehatan. PLTU Suralaya sudah memberikan bantuan kesehatan melalui program Comdev. PLTU Suralaya memberikan pengobatan gratis setiap dua kali dalam
seminggu kepada masyarakat Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebakgede.
Umumnya sebanyak 88 (99%) pedagang beropini bahwa abu batubara merusak pertanian. Sama halnya dengan pegawai dan petani yang umumnya beropini demikian. Selain merusak pertanian, abu batubara pun dianggap dapat meracuni ikan di laut. PLTU Suralaya sudah berupaya melakukan pengolahan limbah cair yang dinamakan sewage treatment dan neutralizing basin. Ini dimaksudkan agar buangan tidak mencemari lingkungan. Namun hal tersebut terlihat kurang dipahami oleh masyarakat. Pencemaran tanah oleh abu batubara dapat terjadi karena terbawanya unsur-unsur logam berat oleh air hujan di permukaan dan di dalam tanah yang dapat mencemari air tanah. Abu batubara dapat merubah tingkat keasaman tanah yang berpengaruh pada kesuburan tanah dan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Masalah lingkungan tersebut dapat diminimalkan dengan cara dan lokasi pembuangan yang tepat. (Prijatama & Sumarnadi, 1996) Abu batubara tidak hanya mencemari lingkungan. Bahan dagangan pun dapat menjadi kotor karena abu batubara yang berterbangan. Umumnya 123 (97,61%) pegawai yang berada di sekitar mengetahui hal tersebut secara jelas. Kotornya kaca dan lantai rumah penduduk pun diakibatkan dari abu batubara. Tabel 8. Berdasarkan Jenis Pekerjaan dengan Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Ekonomi menjadi lebih sejahtera Suasana lingkungan menjadi lebih ramai PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin Abu batubara mengganggu kesehatan Abu batubara meracuni ikan di laut Abu batubara merusak pertanian Abu batubara mengotori bahan dagangan
Signifikansi Uji Chi-Square 0,480 0,165 0,023* 0,251 0,211 0,188 0,000*
α = 0.05 *= Signifikan Jenis pekerjaan berhubungan dengan pembentukan opini publik yang menyatakan bahwa PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin dan dapat mengotori bahan dagangan.
Perbedaan terlihat dari opini pegawai.di antara jenis pekerjaan lainnya terhadap kebisingan suara mesin PLTU Suralaya. Pada umumnya, sebanyak 67 (75,28%) pegawai, termasuk pegawai PLTU Suralaya, beropini bahwa PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan suara mesin. Pegawai merasa bising dengan suara mesin karena bekerja di sekitar lingkungan PLTU Suralaya. Suara mesin dapat terdengar hingga ke pemukiman. PLTU Suralaya sudah berupaya melakukan peredam suara. Responden yang bekerja sebagai pegawai pun beropini bahwa PLTU Suralaya mengotori bahan dagangan. Sebanyak 80 persen merupakan flay ash (abu terbang atau abu kering) yang dapat ditangkap dengan menggunakan presipitator elektrostatik, filter, atau siklon. Para pegawai mengetahui banyaknya penduduk yang berjualan di sekitar pantai. Masyarakat Desa Suralaya dan Desa Salira mendapatkan pengembangan daerah wisata pantai dengan direkrut oleh PLTU Suralaya untuk berjualan. Pantai Salira Indah di Desa Salira Indah dan Pantai Kelapa Tujuh di Desa Suralaya merupakan pantai yang dikelola oleh PLTU Suralaya.
Opini Publik Berdasarkan Jenis Kelamin Uji Chi-Square telah dilakukan untuk mengetahui asosiasi antara dua peubah kategorik. Peubah kategorik jenis kelamin telah diuji terhadap opini publik yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera, suasana lingkungan menjadi lebih ramai, PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, abu batubara mengotori bahan dagangan. Berikut opini publik tentang PLTU Suralaya berdasarkan jenis kelamin (Tabel 9).
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Dampak Positif dan Dampak Negatif PLTU Suralaya Dampak Positif PLTU Suralaya
Laki-laki SS KS dan dan S TS 62 124 33,33 66,67
Perempuan SS KS dan dan S TS 42 115 26,75 73,24
Total SS KS dan dan S TS 104 239 100 100
Suasana lingkungan menjadi lebih ramai
54 29,03
52 33,12
106 100
Dampak Negatif PLTU Suralaya
Laki-laki SS KS dan dan S TS 164 22 88,17 11,82 168 18 90,32 9,67 179 7 96,23 3,76 165 21 88,70 11,29 170 16 91,39 8,60
Ekonomi menjadi lebih sejahtera
PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin Abu batubara mengganggu kesehatan Abu batubara meracuni ikan di laut
Abu batubara merusak pertanian Abu batubara mengotori bahan dagangan
132 70,96
105 66,87
Perempuan SS KS dan dan S TS 138 19 87,89 12,10 145 12 92,35 7,64 143 14 91,08 8,91 144 13 91,71 8,28 151 6 96,17 3,82
237 100
Total SS KS dan dan S TS 302 41 100 100 313 30 100 100 322 21 100 100 309 34 100 100 321 22 100 100
Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju; Baris ke-2 menunjukkan persentase
Berdasarkan
Tabel 9, umumnya masyarakat beropini negatif tentang
PLTU Suralaya. Opini masyarakat perempuan maupun laki-laki terhadap dampak negatif lebih tinggi dibandingkan dampak positif PLTU Suralaya. Umumnya 115 (73,24 %) perempuan beropini kurang setuju bahkan tidak setuju jika ekonomi dinilai lebih sejahtera sejak adanya PLTU Suralaya. Hal ini disebabkan sebagian besar laki-laki yang merasakan peningkatan kesejahteraan dengan berpeluang sebagai tenaga kerja lokal di PLTU Suralaya. Tenaga
kerja
lokal banyak
yang diperbantukan
sebagai tenaga
pengangkutan bahan material, tenaga kebersihan unit, dan tenaga pengelasan. Namun saat ini, tenaga kerja lokal dipekerjakan pada overhaull dan ash-handling. Maka dari itu, pekerja kasar hanya cocok untuk laki-laki yang menggunakan kemampuan otot. Namun perempuan yang mendapatkan manfaat dengan adanya PLTU Suralaya.
Perempuan merasa suasana lingkungan menjadi lebih ramai sejak berdirinya PLTU Suralaya karena banyaknya pekerja proyek. Dengan demikian, mayoritas laki-laki beropini kurang setuju bahkan tidak setuju bahwa suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Sementara laki-laki maupun perempuan beropini yang sama terhadap suara mesin produksi PLTU Suralaya. Umumnya 164 (88,17%) beropini bahwa PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin produksi meskipun telah ada peredam suara. Mengenai masalah kesehatan, laki-laki maupun perempuan umumnya beropini bahwa abu batubara dapat mengganggu kesehatan. Responden perempuan beropini paling tinggi sebanyak 145 (92,35%) dibanding laki-laki. Perempuan mengetahui abu batubara dapat mengganggu kesehatan karena perannya sebagai ibu rumah tangga yang menangani anak-anaknya terkena dampak negatif tersebut. Masyarakat perempuan sebanyak 144 (91,71%) pun beropini bahwa abu batubara dapat merusak pertanian. Tetapi laki-laki sebanyak 179 (96%) beropini sangat setuju bahkan setuju terhadap abu batubara yang dapat meracuni ikan di laut. Laki-laki maupun perempuan beropini yang sama tentang abu batubara yang dapat mengotori bahan dagangan. Namun umumnya perempuan sebanyak 151 (96,17%) responden yang beropini demikian. Perempuan banyak yang membuka usaha dalam berdagang dibandingkan laki-laki. Tabel 10. Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Ekonomi menjadi lebih sejahtera Suasana lingkungan menjadi lebih ramai PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin Abu batubara mengganggu kesehatan Abu batubara meracuni ikan di laut Abu batubara merusak pertanian Abu batubara mengotori makanan atau bahan dagangan α = 0.05 *=Signifikan
Signifikansi Uji Chi-Square 0,672 0.,333 0,975 0,149 0,007* 0,660 0,281
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, jenis kelamin berhubungan dengan pembentukan opini publik yaitu tentang abu batubara yang dapat meracuni ikan di laut. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan yaitu 0.007 yang dinyatakan lebih kecil dari α = 0.05. Perbedaan terlihat dari opini publik antara laki-laki dan perempuan tentang abu batubara yang dapat meracuni ikan laki-laki. Umumnya sebanyak 179 (96,23%) responden laki-laki beropini sangat setuju bahwa abu batubara dapat meracuni ikan di laut. Ini merupakan wujud nyata banyak masyarakat, khususnya laki-laki, yang masih belum mengetahui informasi lebih jelas mengenai sewage treatment dan netralizing bazin. Sewage treatment dan netralizing bazin adalah
pengolahan limbah cair agar buangan tidak mencemari lingkungan. Kurangnya pengetahuan masyarakat disebabkan kurangnya komunikasi antara public relations dengan masyarakat. Dengan demikian, banyak masyarakat yang belum mengetahui upaya yang sudah dilakukan public relations dalam mengatasi masalah abu batubara.
Hubungan Suratkabar dengan Opini Publik Faktor suratkabar terbagi menjadi tiga indikator yang mempengaruhinya, yaitu fungsi suratkabar, pesan suratkabar, dan frekuensi membaca suratkabar. Berikut pengaruh suratkabar terhadap opini publik (Tabel 11).
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Perilaku Membaca di Suratkabar Hubungan Surat Kabar Membaca Suratkabar Seminggu
Frekuensi Membaca Suratkabar Per Minggu
Membaca Berita tentang PLTU Suralaya Tanggapan terhadap berita tentang PLTU Suralaya
Tanggapan tentang PLTU
Kepuasan terhadap berita
Jumlah
Persentase
Ya Tidak 1-2 kali
204 139 256
59,47 40,52 74,63
2-4 kali 4-6 kali > 6 kali Ya Tidak Sangat setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat setuju
56 20 11 124 219 27 83 14 219 18
16,32 5,83 3,20 36,15 63,84 7,87 24,19 4,08 63,84 5,24
Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas
47 39 239 11 57 50 225
13,70 11,37 69,67 3,20 16,61 14,57 65,59
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 204 (59%) responden membaca suratkabar. Umumnya masyarakat sebanyak 219 (64%) responden ternyata menyatakan tidak ada berita tentang PLTU Suralaya pada suratkabar. Namun sebanyak 124 (36%) responden menyatakan bahwa ada suratkabar yang menyampaikan berita tentang PLTU Suralaya. Interpretasi masyarakat terhadap pemberitaan tentang PLTU Suralaya di suratkabar disebabkan tingkat frekuensi membaca terhadap suratkabar sangat rendah. Umumnya masyarakat hanya membaca satu sampai dua kali dalam seminggu sebanyak 256 (75%) responden. Suratkabar Fajar Banten dan Radar Banten sebagai media komunikasi untuk memperoleh informasi. Isi berita yang disampaikan dalam suratkabar umumnya tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya yaitu isu pencemaran abu batubara. Sebanyak 239 (69,67%) responden tidak setuju jika adanya pernyataan suratkabar umumnya membangga-banggakan PLTU Suralaya. Masyarakat merasa terganggu dengan masalah kesehatan pada pernafasan, khususnya masyarakat yang tinggal di Desa Suralaya. Keluhan ini bukan berasal dari pengaruh luar, termasuk LSM. Masalah ini dirasakan sendiri oleh masyarakat
selama tinggal di sekitar PLTU Suralaya. Koordinator Forum peduli Suralaya, Erick menyatakan, abu batubara saat ini sudah aman sesuai ambang batas dan abu batubara tidak berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat. Masyarakat sebanyak 225 (65,59%) responden merasa tidak puas dengan isi berita yang disampaikan suratkabar. Tidak ada perkembangan berita dalam suratkabar meskipun ada dampak positif dari adanya PLTU Suralaya. Namun, hal tersebut kurang disampaikan oleh suratkabar. Namun mereka yang berada di sekitar PLTU Suralaya mengetahui sejauhmana abu batubara dapat dimanfaatkan. Masyarakat mengetahui bahwa abu batubara dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat pun mendirikan home industry untuk memanfaatkan abu batubara.
Tabel 12. Hubungan antara Fungsi, Pesan, dan Frekuensi Membaca Suratkabar dengan Dampak Negatif dan Dampak Positif dari PLTU Suralaya Dampak Negatif dari PLTU Suralaya Fungsi Suratkabar
Pesan Suratkabar
Frekuesi Suratkabar
Koefisien Korelasi Nilai-p N Koefisien Korelasi Nilai-p N Koefisien Korelasi Nilai-p N
Dampak Postif dari PLTU Suralaya
0,041 0,616 343
0,085 0,36 343
0,108 0,202 343
0,15 0,08 343
-0,024 0,786 343
-0,096 0,386 343
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan, korelasi ketiga indikator peubah suratkabar keseluruhannya memiliki nilai-p yang lebih besar dari α. Suratkabar berhubungan tetapi tidak signifikan. Fungsi suratkabar dalam menyampaikan informasi tentang PLTU Suralaya tidak efektif membentuk opini publik. Hal ini disebabkan suratkabar tidak dapat dijadikan stimulus perangsang dalam menguasai kekuatan publik. Maka
suratkabar tidak berfungsi untuk menengahi atau menghubungkan masyarakat lokal dengan PLTU Suralaya. Hal tersebut bertentangan dengan teori (McQuail, 2000) yang menyatakan bahwa media massa memiliki peranan mediasi sebagai penengah atau penghubung antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Artinya, media massa berada di antara kita sebagai penerima dengan bagian pengalaman lain di luar persepsi dan kontak langsung kita dengan fenomena yang terjadi. Suratkabar tidak sepenuhnya membentuk atau mempengaruhi opini publik. Meskipun ada suratkabar yang menyajikan informasi mengenai sisi negatif abu batubara dari bahan bakar yang digunakan PLTU Suralaya, namun masyarakat tetap memberikan nilai positif kepada PLTU Suralaya. Hal tersebut bertentangan dengan teori (Afdjani, 2007) yang menyatakan media massa dapat membangun opini publik. Kasali yang dikutip oleh Ruslan (2007) pun mengatakan, media dalam menguasai kekuatan publik merupakan stimulus perangsang, penransfer pesan sebagai alat injeksi. Masyarakat lokal tidak tertarik dengan pesan yang disampaikan suratkabar. Masyarakat bertentangan dengan pernyataan bahwa suratkabar membangga-banggakan PLTU Suralaya. Suratkabar tidak dapat menarik perhatian masyarakat lokal. Informasi yang disampaikan suratkabar bersifat tidak berimbang. Masyarakat lokal membutuhkan informasi mengenai dampak negatif dan dampak positif dari PLTU Suralaya. Berdasarkan hasil wawancara, mereka merasa terbantu dengan adanya PLTU Suralaya. Penilaian mereka ini bersumber dari pengetahuannya sendiri, bukan bersumber dari informasi suratkabar. Masyarakat tidak hanya mengetahui keadaan lingkungan di sekitar PLTU Suralaya dari suratkabar. Umumnya mereka terkena dampak secara langsung sehingga dapat merasakan dampak positif dan dampak negatif dari PLTU Suralaya karena berada di sekitar lokasi pembangkit. Pemberitaan tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara, akan mendapat opini publik sesuai dengan realita yang maraknya dihadapi masyarakat. Sesuai dengan hipotesis Neumann yang dikutip oleh Nimmo (2000) mengungkapkan, pandangan mereka di depan umum bergantung pada taksiran
masing-masing tentang iklim dan kecenderungan opini di lingkungan masingmasing. Masyarakat lokal tidak terpengaruh oleh informasi apa pun yang disampaikan suratkabar. Berbeda halnya dengan masyarakat yang tidak berada di sekitar lokasi, mereka dapat beropini sama sesuai dengan pemberitaan di suratkabar meskipun tidak mengetahui lebih jauh mengenai pelayanan PLTU dalam menangani masalah tersebut. Selain bertentangan dengan (Afdjani, 2007) dan Kasali dalam Ruslan (2007), penelitian ini pun bertentangan dengan teori Syam dan Sugiana (2007) yang menyatakan bahwa suratkabar sebagai media massa mampu menyampaikan pesan-pesan yang berusaha mempengaruhi khalayak sasaran persuasi pada sikap, nilai, dan kepercayaan. Masyarakat lokal tidak puas pada pesan yang disampaikan suratkabar. Pesan yang disampaikan suratkabar lebih tinggi informasi mengenai sisi negatif dan kurang informasi mengenai sisi positif dari penggunaan bahan bakar abu batubara di PLTU, khususnya di Suralaya. Selain itu, suratkabar pun kurang menyajikan informasi-informasi
mengenai
PLTU
Suralaya
yang
dapat
menambah
pengetahuan masyarakat. Berkaitan dengan penelitian ini, salah satu pemberitaan yang disampaikan Kompas (17/10) dapat disimak. Warga desa Leran, Kecamatan Sluke, Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah menilai PLN tidak mampu menangani masalah abu batubara. Frekuensi suratkabar pun dinilai kurang dalam memuat berita mengenai PLTU Suralaya. Berita yang sebenarnya dapat mendorong masyarakat tersebut kurang dikembangkan oleh suratkabar. Hal ini juga yang dapat menyebabkan masyarakat lokal tidak rutin dalam membaca suratkabar. Mereka hanya membaca suratkabar satu sampai dua kali dalam seminggu. Masyarakat memiliki kecenderungan beropini berdasarkan pengamatan lingkungan sehari-hari. Hasil penelitian ini menggambarkan suratkabar tidak berpengaruh terhadap opini pubik yang perlu mendapat perhatian dari PLTU Suralaya. Dalam hal ini, PLTU Suralaya dapat melakukan media relations melalui kerja sama public relations dengan media massa. Menurut Rumanti (2002), public relations
menggunakan media mempunyai beberapa tujuan antara lain membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa, menjalin komunikasi
berkesinambungan,
meningkatkan
kepercayaan
publik,
dan
meningkatkan citra positif perusahaan. Selain melalui suratkabar, public relations dapat menyampaikan informasi melalui house journal. PLTU Suralaya sebenarnya sudah memiliki house journal. Namun PLTU Suralaya belum menerbitkan external’s house journal. External’s house journal merupakan penerbitan untuk kalangan sendiri
yang diperuntukkan bagi masyarakat luas. Media ini dapat dibuat dengan ukuran makalah yang isinya lebih mendidikn dan informatif. Tentunya public relations perlu menentukan publik pembacanya. Pembaca jurnal ini antara lain distributor, konsumen, dan opinion leader.
Hubungan Public Relations dengan Opini Publik Fungsi
public
relations,
pesan
public
relations,
dan
frekuensi
berkomunikasi dengan public relations dalam faktor public relations dianalisis terhadap peubah opini publik yaitu dampak positif dan dampak negatif dari PLTU Suralaya. Berikut Tabel 13 menjelaskan pengaruh public relations terhadap opini publik.
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden terhadap Perilaku Berkomunikasi, Frekuensi Berkomunikasi, dan Informasi tentang PLTU Suralaya dari Public Relations terhadap Opini Publik Hubungan Public Relations Berkomunikasi dengan Public Ya Relations Tidak Frekuensi Berkomunikasi dengan Public Relations dalam 1 Tahun Terakhir ini Adanya informasi tentang abu batubara dari public relations Tanggapan terhadap informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara
Informasi umumnya membanggabanggakan PLTU Suralaya
Kepuasan terhadap informasi
>6kali (Sangat Tinggi) 5-6 kali (Tinggi) 3-4 kali (Sedang) 1-2 kali (Rendah) Ya Tidak Sangat setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas
Jumlah 177 166 60 63 95 125 132 211 26 77 28 212 20 73 30 220 19 55 39 230
Persentase 51,60 48,39 17 18 28 36 38,48 61,51 7,58 22,44 8,16 61,80 5,83 21,28 8,74 64,13 5,53 16,03 11,37 67,05
Umumnya masyarakat sekitar berkomunikasi dengan public relations. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13, sebanyak 177 (51,60%) responden berkomunikasi dengan public relations. Namun tingkat frekuensi komunikasi mereka masih dinilai sangat rendah. Mereka hanya berkomunikasi satu sampai dua kali dalam seminggu. Masyarakat tidak banyak mendapatkan informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara, dari public relations. Artinya, public relations tidak intensif dan tidak dominan memberikan informasi dalam perkembangan isu tentang PLTU Suralaya. Public relations tidak berfungsi efektif dalam menyampaikan informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara. Sebanyak 211 (61,51%) menyatakan tidak adanya informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara. Public relations seharusnya berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara
masyarakat dengan perusahaan.
Pertemuan rutin antara masyarakat sekitar
dengan public relations sangat diperlukan untuk mendiskusikan tentang PLTU Suralaya, khususnya masalah pencemaran abu batubara. Masyarakat sangat membutuhkan komunikasi verbal. Namun public relations dirasa kurang melakukan komunikasi verbal. Meskipun ada komunikasi verbal yang dilakukan melalui sosialisasi-sosialisai, namun frekuensinya tidak
rutin bagi masyarakat. Pertemuan yang dilakukan public relations yaitu pertemuan rapat setiap bulan antara PLTU Suralaya dengan mitra dan pengajian setiap tiga bulan sekali di lantai dua gedung batubara. Public relations bersifat eksternal untuk memberikan pernyataan-pernyataan
kepada publik. Masyarakat membutuhkan kedekatan langsung dengan public relations secara rutin dalam komunikasi verbal. Masyarakat akan mendapatkan
penerangan yang sangat penting karena public relations merupakan bagian dari karyawan PLTU Suralaya. Hal ini merupakan kebutuhan masyarakat sekitar untuk mendapatkan perkembangan pengetahuan atau informasi yang dijadikan nilai positif melalui komunikasi dengan public relations. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dalam berpendapat tentang PLTU Suralaya, khususnya isu pencemaran abu batubara. Namun, public relations jarang mengadakan pertemuan rutin dengan masyarakat sekitar PLTU Suralaya terkait isu pencemaran abu batubara. Masyarakat aktif yang hanya berkomunikasi secara informal dengan public relations. Sesuai dengan pernyataan Rumanti (2005), komunikasi yang baik merupakan alat dalam mengatasi hubungan yang tegang hingga terjadinya konflik. Komunikasi dua arah sangat penting dilakukan public relations dalam menangani suatu masalah. Komunikasi dua arah yang efektif dipandang sebagai alat manajemen public relations dalam mengembangkan organisasi. Public relations mengakui adanya dampak negatif yang salah satunya
berasal dari PLTU Suralaya. Abu batubara PLTU Suralaya dihasilkan dari sisa pembakaran batubara di PLTU Suralaya. Setiap hari dihasilkan abu dengan jumlah 1500 sampai 2000 ton abu batubara. Dari jumlah abu yang dihasilkan, 80 persen sebagai flay ash (abu terbang) dan 20 persen sebagai bottom ash ( abu dasar).
Kondisi tersebut saat ini sudah membaik. PLTU Suralaya sudah berupaya meminimalisasikan abu batubara dengan menggunakan alat pengelolaan abu, ruangan pengontrol (control room), alat penangkap abu batubara (Electrostatic Precipitator), dan tempat penyimpanan sementara abu. Namun public relations
tidak memberikan penegasan kepada masyarakat sekitar tentang kondisi yang sudah membaik dari upaya-upaya yang dilakukan. Akibatnya sebanyak 212 (62%) responden memberikan tanggapan yang tidak setuju terhadap informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara. Ketidaksetujuan mereka terhadap pesan yang disampaikan public relations disebabkan masyarakat kurang mengetahui dan memahami informasi terbaru. Hal ini disebabkan kurangnya frekuensi berkomunikasi antara masyarakat lokal dengan public relations. Tidak seluruh masyarakat mendapatkan informasi mengenai upaya yang telah dilakukan public relations dalam meminimalkan abu batubara. Mereka hanya mengetahui bahwa PLTU Suralaya menyebabkan pencemaran lingkungan dari penggunaan abu batubara. Pencemaran tersebut ditandai dengan adanya kesehatan masyarakat yang terganggu, ikan di laut yang teracuni, pertanian yang menjadi rusak, dan makanan atau dagangan mereka yang terkotori. Ini merupakan keluhan dari masyarakat sekitar yang terkena abu batubara. Responden masih merasakan belum ada perbaikan lingkungan terkait dalam hal pencemaran. Masyarakat menyetujui PLTU Suralaya mencemari lingkungan sekitar. Umumnya masyarakat menduga penyakit sesak nafas lebih dominan diakibatkan dari abu batubara PLTU Suralaya. Namun public relations PLTU Suralaya membantah pernyataan tersebut. Penyakit sesak nafas tidak hanya berasal dari abu batubara. Penyakit tersebut dapat juga disebabkan adanya limbahlimbah selain dari PLTU Suralaya. Public relations umumnya membangga-banggakan PLTU Suralaya.
Dalam arti, public relations lebih banyak menyampaikan informasi pada sisi positifnya saja. Sebanyak 220 (64,13%) responden tidak setuju atas pesan yang
disampaikan public relations yang umumnya membangga-banggakan PLTU Suralaya. Banyaknya 230 (67,05%) responden merasa tidak memiliki kepuasan terhadap informasi tentang PLTU Suralaya, termasuk tentang abu batubara. Untuk itu, public relation perlu melakukan komunikasi verbal dan nonverbal secara berimbang. Tidak hanya berupa komunikasi nonverbal. Namun Public relations PLTU Suralaya lebih cenderung melakukan komunikasi nonverbal daripada komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal ini merupakan upaya PLTU Suralaya untuk meminimalisasi pertikaian dalam isu pencemaran abu batubara. Komunikasi nonverbal yang dilakukan public relations berupa pemberian bantuan-bantuan melalui program Comdev. Public relations menjalankan comdev ini menggunakan sosialisasi pemanfaatan abu batubara. Pemanfaatan abu batubara dapat mengurangi polusi dan memberi nilai tambah finansial bagi masyarakat sekitar. Hal ini tentu dapat mengurangi pengangguran. Bantuan-bantuan yang diberikan PLTU Suralaya dapat dijadikan nilai tambah dari masyarakat kepada PLTU Suralaya. Ini dibuktikan dengan adanya penghargaan Adikarya CSR 2009 dalam Kelompok Usaha Bersama Berprestasi (KUBTASI) Suralaya.
Tabel 14. Hubungan antara Fungsi dan Pesan Public Relations dengan Dampak Negatif dan Dampak Positif dari PLTU Suralaya Dampak Negatif Dampak Positif dari PLTU Suralaya dari PLTU Suralaya Fungsi Koefisien Public Relations Korelasi 0,143 0,026 Nilai-p 0,070 0,752 N 343 343 Pesan Koefisien Public Relations Korelasi 0.122 -0,097 Nilai-p 0,135 0,284 N 343 343 Hasil analisis korelasi ketiga indikator peubah Public Relations menunjukkan, fungsi, pesan, dan frekuensi memiliki nilai-p yang lebih besar dari α. Public relations berhubungan tetapi tidak signifikan. Artinya public relations
tidak berhubungan positif dengan opini publik. Ketiga indikator peubah public relations tersebut tidak berhubungan dengan peubah opini publik pada dampak
negatif dan dampak positif dari PLTU Suralaya. Public relations tidak berpengaruh dalam pembentukan opini publik tentang PLTU Suralaya, termasuk isu pencemaran abu batubara. Opini publik tersebut disebabkan public relations belum menjalankan fungsinya dengan baik daam menyampaikan informasi atau berita tentang PLTU Suralaya. Public relations seharusnya sebagai jembatan komunikasi antara masyarakat dengan PLTU Suralaya. Realitanya masyarakat tidak menyetujui bahwa kondisi lingkungan di sekitar PLTU Suralaya sudah membaik. Public relations kurang mengetahui keinginan masyarakat karena kurangnya kedekatan
antara public relations dengan masyarakat sekitar. Masyarakat membutuhkan perkembangan informasi tentang PLTU Suralaya dari public relations. Sesuai dengan ungkapan Hartono dalam Arifin (2008), public relations adalah fungsi manajemen dengan tugas melakukan penelitian terhadap pendapat, keinginan dan sikap publik, melakukan usaha-usaha penerangan dan hubungan-hubungan untuk mencapai saling pengertian, kepercayaan, dukungan, dan integrasi dengan publik. Pesan public relations yang membangga-banggakan PLTU Suralaya bertentangan dengan opini publik. Masyarakat tidak menyetujui pesan yang disampaikan public relations. Public relations merasa tidak ada masalah dengan penggunaan batubara. Namun masyarakat merasakan hal yang sebaliknya. Masyarakat sangat terganggu dengan adanya abu batubara dan menilai tidak ada perubahan dengan kondisi lingkungan. Masyarakat tidak mendapat penjelasan informasi tentang PLTU Suralaya. Kurangnya komunikasi secara langsung (tatap muka) antara public relation dengan masyarakat merupakan salah satu penyebabnya. Terbatasnya frekuensi komunikasi dapat mengurangi kepercayaan. Mayoritas masyarakat hanya satu sampai dua kali dalam satu tahun terakhir ini berkomunikasi dengan public relations. Mereka tidak puas dengan fungsi, pesan, dan frekuensi komunikasi public relations dalam menangani isu tersebut.
Citra PLTU Suralaya dinilai baik oleh masyarakat sekitar. Masyarakat merasakan sendiri dengan adanya program community development (comdev) yang dilakukan public relations. Program Community development (comdev) merupakan bagian dari kegiatan public relations berupa bantuan-bantuan PLTU Suralaya kepada masyarakat
lokal.
Masyarakat
diberdayakan
dengan
adanya
sosialisasi
pemanfaatan abu batubara. Hasil dari pengolahan abu batubara merupakan nilai tambah finansial mereka. Bantuan-bantuan yang diberikan PLTU Suralaya berupa usaha jahit konveksi di Desa Suralaya, usaha pengrajin keripik pisang di Lebakgede, pengobatan gratis, dan adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI). Pemberian mesin jahit kepada masyarakat Suralaya yang memiliki usaha konveksi dalam skala kecil merupakan kepedulian PT Indonesia Power UBP Suralaya melalui Divisi Humas dan SDM. Sedangkan di Kecamatan Pulomerak, Lebakgede, potensi pisang sangat banyak. Masyarakat lokal mengelola usaha keripik pisang. Divisi Humas dan SDM bekerja sama dengan pengrajin usaha keripik pisang untuk meminjamkan sejumlah dana untuk usaha. Pembangunan dan perbaikan sarana pun dilakukan PLTU Suralaya dalam program comdev. Pembangunan dan perbaikan sarana transportasi (jalan dan jembatan), dan sarana umum (olahraga, ibadah, pendidikan, dan sanitasi) merupakan wujud kepedulian Humas (Public Relations) melalui program comdev kepada masyarakat lokal. Program comdev melakukan pembangunan gedung Sekolah Dasar (SD) dan Taman Kanak-kanak (TK) di Desa Suralaya yang tepatnya berada di Komplek Perumahan PLTU Suralaya. SD dan TK tersebut diberi nama Wukir Retawu PLTU Suralaya. TK Wukir Retawu dibangun pada tahun 1986, sedangkan SD Retawu dibangun pada tahun 1985. Biaya operasional sekolah dasar dan taman kanak-kanak ini menggunakan uang dari hasil pemasukan penjualan abu batubara. Pembayaran gaji guru, renovasi gedung sekolah, dan beasiswa TK dan SD Wukir Retawu dibiayai oleh YPK PT Indonesia Power. Siswa TK dan SD Wukir Retawu yang berstatus tidak mampu ini tidak dipungut uang SPP. Fasilitas belajar dan prestasi yang dihasilkan siswa-siswi Wukir Retawu cukup baik. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya piala dan piagam yang diterima siswa-siswi Wukir Retawu ketika mengikuti perlombaan antar sekolah. Fasilitas yang cukup baik ditunjukkan dengan adanya laboratorium IPA, laboratorium komputer, dan perpustakaan. Ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah ini salah satunya yaitu ruang UKS untuk esktrakurikuler dokter cilik (Dokcil). Kegiatan, sarana, dan prasarana TK dan SD ini dibiayai dari hasil penjualan abu batubara UBP Suralaya. Kesejahteraan masyarakat lokal dapat diukur dari pelayanan kesehatan. Humas memberikan bantuan pengobatan gratis dalam program comdev. Masyarakat lokal dapat memeriksakan kesehatannyasecara bergilir satu kali dalam seminggu, pukul 12.00 sampai 13.00 WIB, pada masing-masing desa yang mengapit PLTU Suralaya (Desa Suralaya, Desa Lebakgede, dan Desa Salira). Pengobatan gratis ini merupakan koordinasi program comdev dengan kelurahan dan puskesmas. Selain pengobatan gratis, Program comdev pun mengadakan khitanan massal. Humas PT Indonesia Power UBP Suralaya melakukan pemberdayaan ekonomi keluarga yang berbasis kerakyatan melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI). LKM KUBTASI merupakan lembaga keuangan mikro milik masyarakat binaan PT Indonesia Power UBP Suralaya. PT Indonesia Power UBP Suralaya mendapatkan penghargaan atas pengembangan kualitas kehidupan masyarakat di sekitar PLTU Suralaya melalui LKM KUBTASI.
Hubungan Opinion Leader dengan Opini Publik Tiga indikator yang merupakan faktor opinion leader, yaitu fungsi, pesan, dan frekuensi komunikasi opinion leader. Opinion leader dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori, yaitu tokoh agama dan tokoh masyarakat. Tokoh agama adalah seseorang yang ahli agama tetapi dapat menyampaikan berbagai informasi. Tokoh masyarakat adalah aparat desa yang dapat menyampaikan berbagai informasi. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden terhadap Perilaku Frekuensi Berkomunikasi, dan Informasi dari Opinion Leader terhadap Opini Publik Hubungan Opinion Leader Jumlah Berkomunikasi dengan Ya 186 tokoh agama Tidak 157 Frekuensi Berkomunikasi dengan >6kali (Sangat Tinggi) 161 tokoh agama dalam 1 Tahun 5-6 kali (Tinggi) 98 Terakhir ini 3-4 kali (Sedang) 45 1-2 kali (Rendah) 39 Adanya informasi tentang PLTU Ya 65 Suralaya Tidak 278 Tanggapan terhadap informasi Sangat setuju 8 tentang PLTU Suralaya Setuju 35 Kurang Setuju 21 Tidak Setuju 279 Informasi umumnya membanggaSangat setuju 8 banggakan PLTU Suralaya Setuju 30 Kurang Setuju 26 Tidak Setuju 279 Kepuasan terhadap informasi Sangat Puas 9 Puas 21 Kurang Puas 25 Tidak Puas 288 Berkomunikasi dengan tokoh Ya 228 masyarakat Tidak 115 Frekuensi Berkomunikasi dengan >6kali (Sangat Tinggi) 87 tokoh masyarakat dalam 1 Tahun 5-6 kali (Tinggi) 80 Terakhir ini 3-4 kali (Sedang) 98 1-2 kali (Rendah) 78 Adanya informasi tentang PLTU Ya 186 Suralaya Tidak 157 Tanggapan terhadap informasi Sangat setuju 47 tentang PLTU Suralaya Setuju 92 Kurang Setuju 44 Tidak Setuju 160 Informasi umumnya membanggaSangat Setuju 27 banggakan PLTU Suralaya Setuju 71 Kurang Setuju 74 Tidak Setuju 171 Kepuasan terhadap informasi Sangat Puas 33 Puas 86 Kurang Puas 44 Tidak Puas 180
Persentase 54,22 45,77 17,78 16,90 10,20 8,45 18,95 81,04 2,33 10,20 6,12 81,34 2,33 8,74 7,58 81,34 2,62 6,12 7,28 83,96 65,88 33,52 16,61 14,57 28,57 13,11 54,22 45,77 13,70 26,82 12,82 46,64 7,87 20,69 21,57 49,85 9,62 25,07 12,82 52,47
Hubungan Tokoh Agama dengan Opini Publik Umumnya masyarakat berkomunikasi dengan tokoh agama lebih dari enam kali dalam satu tahun terakhir ini yang ditunjukkan sebanyak 161 (17,78%) responden. Terbatasnya informasi melalui tokoh agama menyebabkan mereka tidak mendapatkan informasi tentang PLTU Suralaya. Keterbatasan ini dapat dipengaruhi kurang dekatnya tokoh agama dengan PLTU Suralaya, terutama isu pencemaran abu batubara. Tokoh agama telah menyampaikan informasi bahwa PLTU Suralaya bernilai positif bagi masyarakat. Masyarakat beranggapan tokoh agama hanya membangga-banggakan keberadaan PLTU Suralaya. Namun masyarakat sebanyak 279 (81.34 persen) responden tidak setuju atas pernyataan tokoh agama tersebut. Masyarakat hanya merasakan dampak negatif abu batubara yang diakibatkan dari PLTU Suralaya. Kerugian dengan adanya abu batubara menjadikan masyarakat kurang memanfaatkannya. Dengan demikian, masyarakat pun tidak puas terhadap informasi yang disampaikan tokoh agama. Hubungan Tokoh Masyarakat terhadap Opini Publik Berdasarkan hasil penelitian, umumnya masyarakat berkomunikasi dengan tokoh masyarakat hanya tiga sampai empat kali dalam satu tahun terakhir yaitu sebanyak 98 (28,57 %) responden. Tokoh masyarakat merupakan sumber informasi bagi mereka. Mereka menilai tokoh masyarakat memiliki kemampuan sebagai opinion leader. Tokoh masyarakat memiliki pengetahuan tentang PLTU Suralaya. Tokoh masyarakat menyebarkan informasi yang diperoleh dari suratkabar ataupun public relation. Tokoh masyarakat memiliki hubungan sosial dengan masyarakat. Masyarakat dapat bertanya dan bertukar pikiran dengan tokoh masyarakat. Hal ini disebabkan tokoh masyarakat memiliki kedekatan dengan masyarakat. Tokoh masyarakat sebagai opinion leader memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Dapat dikatakan, opinion leader memiliki keunggulan dari masyarakat lainnya. Tokoh masyarakat dapat dijadikan jembatan komunikasi antara PLTU Suralaya dengan masyarakat.
Rogers dan Shoemaker (1981) dalam Badri (2008) pun mengungkapkan, masyarakat menjadikan opinion leader sebagai tempat bertanya dan meminta nasihat mengenai urusan-urusan tertentu. Opinion leader sebagai sumber informasi, sedangkan masyarakat sebagai penerima informasi. Informasi mengenai sisi positif dari PLTU Suralaya tidak kuat mengarahkan penilaian mereka yang positif terhadap PLTU Suralaya. Masyarakat masih menilai PLTU Suralaya hanya menimbulkan dampak negatif akibat penggunaan abu batubara. Umumnya mereka sebanyak 171 (49,85 persen) pun tidak setuju atas pesan yang disampaikan tokoh masyarakat yang membanggabanggakan PLTU Suralaya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa mereka masih menyetujui PLTU Suralaya menimbulkan dampak negatif dengan adanya pencemaran lingkungan. Responden tetap mengakui adanya pencemaran lingkungan meskipun tokoh masyarakat telah menyampaikan informasi terbaru mengenai keadaan lingkungan PLTU Suralaya. Sesuai dengan pernyataan Rogers (1983) dalam Afdjani (2007), opinion leader berperan menyampaikan pesan-pesan, ide-ide, dan informasi-informasi
baru kepada masyarakat. Ketua RW 03 Desa Suralaya, Haji Usman mengungkapkan, PLTU Suralaya memberikan pengalaman dan keahlian kerja. Pencemaran abu batubara dapat diminimalisasikan dengan adanya pelatihan pemanfaatan abu batubara. Namun masyarakat sekitar belum dapat memanfaatkannya dengan baik. Ternyata opini publik tentang PLTU Suralaya, khususnya pencemaran lingkungan, lebih dibentuk oleh tingginya nilai kepercayaan pada dirinya dalam menanggapi isu tersebut. Isu pencemaran ini banyak menangkap perhatian publik. Seseorang bertindak dengan cara yang bermakna bagi mereka dalam mencapai tujuan yang dianggap bernilai. Masyarakat tidak puas dengan informasi yang disampaikan oleh opinion leader, termasuk dari tokoh masyarakat. Mereka beranggapan tidak semua
informasi disampaikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, mereka membentuk opini publik yang negatif tentang PLTU Suralaya. Frekuensi komunikasi tokoh masyarakat pun berpengaruh terhadap pembentukan opini publik yang positif
tentang isu pencemaran abu batuabara. Berdasarkan hasil wawancara, ada pertemuan rutin sebanyak satu kali dalam tiga bulan. Frekuensi komunikasi tersebut dirasa kurang bagi masyarakat lokal. Padahal mereka lebih memberikan kepercayaan kepada tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat dapat lebih meningkatkan frekuensi pertemuanpertemuan rutin. Masyarakat merasakan lebih adanya kedekatan dengan tokoh masyarakat dibandingkan dengan tokoh agama. Ini disebabkan banyaknya waktu tokoh masyarakat untuk masyarakat. Selain itu, tokoh masyarakat berada di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal. Tabel 16. Hubungan antara Fungsi dan Pesan Tokoh Agama serta Tokoh Masyarakat dengan Dampak Positif dan Dampak Negatif dari PLTU Suralaya
FungsiTokoh Koefisien Korelasi Agama Nilai-p N Pesan Tokoh Koefisien Korelasi Agama Nilai-p N Fungsi Koefisien Korelasi Tokoh Nilai-p Masyarakat N
Pesan Tokoh Masyarakat
Dampak Negatif dari PLTU Suralaya 0,378* 0,000 343 0,356* 0.001 343 -0,080 0,258
Dampak Positif dari PLTU Suralaya 0,13 0,260 343 0,146 0,188 343 0,034 0,634
343 -0,150*
343 -0,053
0,040 343
0,504 343
Koefisien Korelasi Nilai-p N
Hubungan antara Opinion Leader Masyarakat) dengan Opini Publik
(Tokoh
Agama
dan
Tokoh
Hasil analisis dalam penelitian pada indikator-indikator peubah opinion leader ini menunjukkan, opinion leader berhubungan positif dengan opini publik.
Indikator fungsi tokoh agama, pesan tokoh agama, dan pesan tokoh masyarakat memiliki nilai-p yang lebih kecil dari α. Dapat disimpulkan, opini publik tentang fungsi dan pesan tokoh agama berhubungan positif dengan dampak negatif dari PLTU Suralaya. Sedangkan opinion leader dari tokoh masyarakat, hanya
indikator pesan tokoh masyarakat yang berhubungan nyata dengan dampak negatif dari PLTU Suralaya. Sesuai dengan pernyataan Effendi (2008), opinion leader biasanya membuka diri terhadap informasi mengenai bidang tertentu,
termasuk tentang PLTU Suralaya. Pembentukan opini publik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya berhubungan positif terhadap fungsi dan pesan yang disampaikan oleh para tokoh agama. Semakin tinggi fungsi dan pesan tokoh agama, maka akan semakin tinggi pula opini publlik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya. Pesan tokoh masyarakat berhubungan negatif dengan opini publik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya. Semakin tinggi pesan tokoh masyarakat, maka akan semakin rendah opini publik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya. Masyarakat lokal lebih banyak berkomunikasi dengan tokoh agama dibandingkan dengan tokoh masyarakat. Namun masyarakat lebih banyak mendapatkan informasi dari tokoh masyarakat. Masyarakat lebih percaya kepada tokoh masyarakat sebagai sumber informasi. Masyarakat menilai tokoh agama terbatas memiliki informasi tentang PLTU Suralaya. Masyarakat tidak puas dalam memperoleh informasi yang lebih berkembang meskipun tokoh agama dan tokoh masyarakat sudah memberikan informasi mengenai dampak positif dari PLTU Suralaya yang kini kondisi lingkungannya membaik. Hubungan masyarakat lokal dengan opinion leader sudah cukup baik. Hal ini tentunya dapat dijadikan jembatan komunikasi antara masyarakat lokal dengan PLTU Suralaya. Hal ini disebabkan opinion leader berada di tengah-tengah masyarakat lokal. Pertemuan-pertemuan yang sudah berjalan rutin dapat dimanfaatkan sebagai wahana bertukar pikiran antara masyarakat lokal dengan opinion leader.
Masyarakat lokal dengan opinion leader pun dapat berkomunikasi dalam pertemuan nonformal selain pertemuan formal. Terjalinnya hubungan yang lebih erat akan memudahkan komunikasi yang akan menambah informasi. Manfaat ini dirasakan oleh masyarakat lokal maupun opinion leader. Masyarakat lokal dapat mengeluarkan keinginan, pendapat, kritikan, serta bertukar pikiran mengenai PLTU Suralaya. Begitu juga sebaliknya, opinion leader dapat mengetahui
keinginan, pendapat, ataupun kritikan masyarakat lokal selain memberikan informasi. Hasil
diskusi
tersebut
akan
membawa
opinion
leader
untuk
menyampaikannya kepada public relations guna melakukan evaluasi PLTU Suralaya. Masyarakat lokal dapat merasakan kepuasan telah mengeluarkan aspirasinya dan menambah informasi dari opinion leader.
Hubungan Pengalaman dengan Opini Publik Opini publik pun dapat dipengaruhi oleh pengalaman. Faktor pengalaman dalam penelitian ini terdiri dari keterlibatan masyarakat dan fungsi PLTU Suralaya. Keterlibatan masyarakat dan fungsi PLTU Suralaya dianalisis terhadap dampak negatif dan dampak positif dari PLTU Suralaya. Berikut digambarkan tabel 17 tentang pengaruh pengalaman terhadap opini publik. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pengalamannya terhadap Opini Publik Hubungan Pengalaman Jumlah Adanya debu atau abu batubara dari Sangat Setuju 66 PLTU Suralaya Setuju 98 Kurang Setuju 93 Tidak Setuju 86 PLTU Suralaya memberikan Ya 174 bantuan Tidak 169 Tanggapan tentang PLTU Suralaya Sangat Sering 9 memberikan bantuan Sering 48 Kadang-kadang 117 Tidak Pernah 162 Sikap terhadap bantuan PLTU Sangat Senang 50 Suralaya Senang 115 Kurang Senang 18 Tidak Senang 160 Pengaruh bantuan PLTU Suralaya Sangat Pengaruh 48 terhadap kehidupan responden Pengaruh 81 Kurang 40 Pengaruh Tidak Pengaruh 174
Persentase 19,24 28,57 27,11 25,07 50,72 49,27 2,62 13,99 34,11 47,23 14,57 33,52 5,24 46,64 13,99 23,61 11,66 50,72
Pengalaman merupakan salah satu faktor pembentuk opini publik. Berdasarkan pernyataan Kasali yang dikutip oleh Ruslan (2007), opini publik
dibentuk oleh khalayak yang pada umumnya pernah memiliki pengalaman terhadap isu yang sedang dibicarakan. Makin intensif hubungan antara audience dan isu sebagai objek pembicaraan, maka semakin banyak kesamaan pengalaman yang akan dirasakan oleh khalayak tersebut menjadi suatu konsensus. Pembentukan konsensus masing-masing individu membutuhkan proses waktu. Lama waktu yang dibutuhkan sangat tergantung pada unsur emosi, kesamaan persepsi, dan kepercayaan atas suatu isu berita yang tengah berkembang. Berdasarkan pengalaman masyarakat lokal, mereka umumnya 98 (28,57%) responden menyetujui adanya abu batubara dari PLTU Suralaya. Masyarakat mengalami gangguan kesehatan akibat abu batubara. Sesaknya saluran pernafasan adalah penyakit yang seringkali dikeluhkan oleh mereka.
Meskipun
PLTU
Suralaya sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik, namun mereka merasa mempunyai masalah dalam kesehatan. Abu batubara yang menyebabkan pencemaran menimbulkan sikap dari masyarakat sekitar. Menurut Kasali yang dikutip oleh Ruslan (2007), suatu opini publik akan berdampak negatif terhadap kepercayaan masyarakat pada citra jika kasus tersebut tidak diatasi dengan baik dan tepat. Masyarakat sebanyak 174 (50,72%) responden menyatakan bahwa PLTU Suralaya memberikan bantuan. Bantuan kesehatan yang diberikan PLTU Suralaya antara lain pengobatan gratis dan khitanan massal. Bantuan pengobatan gratis ini secara bergilir diberikan satu kali dalam satu minggu, pukul 12.00 sampai 13.00 WIB, pada masing-masing desa yang berada di wilayah PLTU Suralaya yaitu Desa Suralaya, Desa Lebakgede, dan Desa Salira Indah. Pengobatan gratis ini merupakan koordinasi program Comdev dengan kelurahan dan puskesmas. Bantuan-bantuan yang diberikan dalam program Comdev pada Divisi Humas dan SDM antara lain Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI), pengelolaan Pantai Kalapa Tujuh dan pemberdayaan para pedagang pantai, usaha jahit konveksi di Desa Suralaya, usaha pengrajin keripik pisang di Lebakgede, pelatihan komputer, pembangunan dan perbaikan Sarana, kegiatan Pelatihan untuk Para Guru di kecamatan Pulomerak, Pengembangan SDM.
Masyarakat lokal tidak senang terhadap bantuan-bantuan yang diberikan PLTU Suralaya. Ini dapat dilihat dengan banyaknya 160 (46,64%) responden yang menyatakan tidak senang. Sebenarnya mereka merasa diringankan oleh PLTU Suralaya. Akan tetapi, tidak semua bantuan tersebut berjalan hingga jangka panjang. pengobatan gratis merupakan salah satu bantuan yang masih berjalan hingga saat ini. Sebanyak 162 (47,23%) responden justru merasa tidak pernah mendapat bantuan dari PLTU Suralaya. Ternyata mereka menginginkan pembagian sembako. Selain itu, mereka pun mengharapan menjadi bagian dari pegawai PLTU Suralaya. Dengan demikian, mereka merasa bantuan-bantuan yang telah diberikan PLTU Suralaya tidak berpengaruh pada kehidupan mereka. Padahal PLTU Suralaya memberikan bantuan dengan strategi pemberdayaan masyarakat lokal.
Tabel 18. Hubungan antara Keterlibatan Masyarakat dan Fungsi PLTU Suralaya dengan Dampak Positif dan Dampak Negatif dari PLTU Suralaya
Keterlibatan Koefisien Masyarakat Korelasi Nilai-p N Fungsi Koefisien PLTU Korelasi Suralaya Nilai-p N
Dampak Negatif dari PLTU Suralaya
Dampak Positif dari PLTU Suralaya
0,026 0,718 343
0,211* 0,004 343
0,236* 0,001 343
0,382* 0 343
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian, keterlibatan masyarakat dan fungsi PLTU Suralaya memiliki nilai-p yang lebih kecil dari α. Pengalaman berhubungan psoitif dengan opini publik. Keterlibatan masyarakat berhubungan positif dengan dampak positif dari PLTU Suralaya. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi keterlibatan masyarakat, maka akan semakin tinggi opini publik tentang dampak positif dari PLTU Suralaya. Demikian juga dengan fungsi PLTU Suralaya berhubungan positif dengan dampak positif dan dampak negatif dari
PLTU Suralaya. Artinya semakin tinggi fungsi PLTU Suralaya, maka akan semakin tinggi dampak negatif dan dampak positif dari PLTU Suralaya. Pencemaran lingkungan yang dialami masyarakat sekitar menimbulkan pertikaian yang ditandai aksi demonstrasi pada tahun 2002. Aksi tersebut merupakan komunikasi nonverbal sebagai bentuk opini pribadi yang berkembang menjadi opini publik. Opini publik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya akan semakin baik atau bernilai positif jika fungsi PLTU Suralaya bagi masyarakat semakin ditingkatkan. Opini publik tentang dampak positif dari PLTU Suralaya pun akan semakin baik jika adanya pendekatan dalam keterlibatan masyarakat. Masyarakat yang terkena pencemaran lingkungan yang merupakan dampak
negatif
membutuhkan
dari
fungsi
PLTU PLTU
Suralaya Suralaya.
berdasarkan Dampak
pengalaman
negatif
tersebut
hidup dapat
diminimalisasikan dengan adanya program Community development yang dijalankan oleh public relations. Sesuai dengan pernyataan Vardiansyah (2008), seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh melalui keterlibatannya selama periode tertentu berdasarkan pengalaman. Begitu juga dengan seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat lokal yang menghadapi beragam persoalan dalam kehidupan. Upaya pelayanan PLTU Suralaya yang semakin baik akan membentuk opini publik yang positif. Oleh karena itu, PLTU Suralaya memberikan pelayanan yang baik terhadap kebutuhan tenaga listrik. Selain itu, PLTU Suralaya dapat meminimalisasikan masalah abu batubara dengan bantuan-bantuan melalui program Comdev. Meskipun adanya dampak negatif dari masyarakat akibat abu, namun PLTU Suralaya harus berupaya memberikan pelayanan yang terbaik dan mendengarkan keinginan masyarakat. Sebaliknya jika PLTU Suralaya tidak memperdulikan kebutuhan dan keinginan masyarakat, maka opini publik tentang dampak negatif akan semakin tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Masyarakat laki-laki di Desa Suralaya yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai umumnya merasakan bahwa ekonominya menjadi lebih sejahtera. Sementara tidak hanya di Desa Suralaya, masyarakat di Desa Salira yang umumnya pegawai perempuan menyatakan suasana lingkungan menjadi lebih ramai sejak adanya PLTU Suralaya. Masyarakat yang menyatakan abu batubara mengganggu kesehatan adalah pegawai perempuan yang hanya tinggal di Desa Suralaya. Masyarakat laki-laki maupun perempuan yang bekerja sebagai nelayan di Desa Suralaya merasa bising dengan suara mesin PLTU Suralaya. Namun umumnya hanya masyarakat laki-laki yang bekerja sebagai pedagang di Desa Suralaya yang menyatakan abu batubara dapat meracuni ikan di laut dan masyarakat perempuan menyatakan abu batubara dapat merusak pertanian. Abu batubara pun dapat mengotori bahan dagangan berdasarkan opini dari masyarakat Desa Suralaya dengan jenis kelamin perempuan umumnya yang bekerja sebagai pegawai. 2. Opini dari masyarakat sekitar PLTU Suralaya berhubungan positif dengan keterpaan opinion leader dan pengalaman. Namun suratkabar dan public relations tidak berhubungan positif dengan opini masyarakat.
Saran 1. Public relations PLTU Suralaya perlu lebih banyak berhubungan dengan masyarakat sekitarnya melalui opinion leader dengan
mengadakan
kegiatan pengembangan masyarakat untuk lebih mendapatkan opini publik yang positif. 2. Public relations PLTU Suralaya perlu berhubungan dengan opinion leader agar opinion leader menyampaikan pesan kepada masyarakat sekitar. 3. Perlu upaya peningkatan pengetahuan masyarakat sekitar mengenai PLTU Suralaya melalui media massa, termasuk media komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Afdjani, Hadiono. 2007. Efek Psikologis Pemberitaan Media Massa terhadap Khalayak Ditinjau dari Teori Peluru, Agenda Setting, dan Uses and Gratification. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Afdjani, Hadiono. 2008. Dampak Globalisasi Media Terhadap Masyarakat dan Budaya Indonesia. (http://nyalaterang.wordpress.com/2009/01/05/media-massa-politik-danpemilu). Diakses 5 Januari 2009 Akbar, Faidil. 2004. PLTU Suralaya Tidak Miliki Izin Pengolahan Limbah. Jakarta: Tempo Interaktifs Anugrah, Arbi. 2009. Puluhan Aktivis Lingkungan Hidup Demo PLTU Cilacap. Detiknews Arifin, Anwar. 2008. Opini Publik. Jakarta: Pustaka Indonesia Arifin, Zainal. dkk. 2010. Dampak Negatif Pertambangan dan Penggunaan Batubara. Palangkaraya: Universitas Palangkaraya. Diakses 9 Juni 2011 Badri, Muhammad. 2008. Pemberdayaan Komunikasi Pemuka Pendapat dalam Penanganan Bencana Tsunami. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Dani, Vardiansyah. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Indeks Data Monografi Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebakgede Dennis, McQuail. 1987. Mass Communication Theory: An Introduction. Beverly Hills: Sage Publication (http://books.google.co.id). Diakses 5 Januari 2009 Effendy, Uchjana. 1987. Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus, dan Masalah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Eriyanto. 2007. Teknik Sampling, Analisis Opini Publik. Cetakan I. Yogyakarta: LKIS Erlinda, Widyaningrum. 2002. Opini Publik Terhadap Humas Perum Jasa Tirta I. 98220213. Departemen Ilmu Komunikasi. Universitas Muhamadiyah, Malang
Hasani, Yusuf. 2004. Efektivitas Komunikasi Pemuka Pendapat dalam Penyelesaian Konflik Masyarakat di Maluku Utara. Bogor: Sekolah Pascasarana Institut Pertanian Bogor Hastuti, Deviana. 2009. Pola Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perubahan. Universitas Negeri Jakarta Hen. 2010 Warga Tuntut PLN Bayar Ganti Rugi Akibat Debu. Rembang: Kompas Iskandar. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). 2008. Jakarta: Gaung Persada Press Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan Energi. 2009. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (www.esdm.go.id/.../1061-ringkasan-eksekutif-kajian-internalisasi-biayaeksternal-pengembangan-energi.html). Diakses 31 Mei 2011 Kasali, Rhenald. 2000. Manajemen Publik Relations. Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti Kumara, Nyoman. 2009. Telaah terhadap Program Percepatan Pembangunan Listrik melalui Pembangunan PLTU Batubara 10. 000 MW. Vol 8. No 1. Bali: Kampus Bukit Jimbaran Litosseliti, L. 2003. Using Focus Group In Research. London: Continuum McQuail. Denis. 2000. Mass Communication Theories. Fourth edition. London: Sage Publication Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers Olii, Helena. 2008. Dinamika Opini Publik. Revisi 1. UMB. Pusat Pengembangan Bahan Ajar (http://www.docs.google.com). Diakses 4 Juli 2011 Price, Vincent. 1989. Social Identification and Public Opinion Effect of Communicating Group. Oxford Journal (http://poq.oxfordjournals.org/content/53/2/197.abstract?sid=77da3f3df666-425f-b4c5-b9a4ea8ee590). Diakses 9 Juni 2011
Prijatama, Herry dan Sumarnadi, Eko Tri. 1996. Mengubah Limbah menjadi Rupiah: Pemanfaatan Limbah Abu Batubara PLTU. Bandung: Puslitbang Geoteknologi LIPI Rachmawati, Evy. 2009. Polemik Obat Puyer Perburuk Citra Dokter. Kompas http://www.kompas.com. Diakses 5 Januari 2009 Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rochyadi, Rudy. 2003. Respon Pelanggan Terhadap Komunikasi Eksternal PDAM Kabupaten Bogor. (Tesis). Program Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor Ruliana, Poppy. 1999. Hubungan Kegiatan Humas Eksternal dalam Sikap dan Opini Pelanggan dalam Mutu Pelayanan Jasa TelekomunikasiI. (Tesis). Program Pascasarjana. Bandung: Universitas Padjadjaran Rumanti, Maria Assumpta. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Greenpeace. 2009. Koalisi Anti-Batubara Menuntut Penghentian Penggunaan Batubara di Indonesia (http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/penghentianpenggunaan-batubara-di-Indonesia). Diakses 18 Mei 2010 Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. 2006. Metode Penelitian Survey. Cetakan. Kedelapanbelas. Edisi Revisi. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia Soemirat dan Ardianto. 2003. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Soemarjono dan Setiawan, Adang. 2011. Artikel. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Sunarjo, Djoenaesih. 1997. Opini Publik. Yogyakarta: Liberty Offset yogyakarta Suryadi. 2007. Strategi Mengelola Public Relations Organisasi. Jakarta: Edsa Mahkota
Syam, Nina Winangsih dan Sugiana, Dadang. 2007. Perencanaan Pesan dan Media. Universitas Terbuka (http://www.detiknews.com). Diakses 5 Januari 2009 Widodo, Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Avyrouz
Lampiran 1. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Correlations
P4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
TOTAL1 ,710 **
,177
,051
20
20
20
Pearson Correlation
,315
1,000
,351
,813 **
Sig. (2-tailed)
,177
,130
,000
,
,000
20
20
20
Pearson Correlation
,443
,351
1,000
Sig. (2-tailed)
,051
,130
,
20
20
20
Pearson Correlation
,710 **
,813 **
,742 **
Sig. (2-tailed)
,000
,000
,000
,
20
20
20
20
P12 ,147
P13 ,223
N TOTAL1
P6 ,443
,
N P6
P5 ,315
20
N P5
P4 1,000
N
20 ,742 ** ,000 20
1,000
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations
P11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,
,536
,344
20
20
20
Pearson Correlation
,147
1,000
-,223
Sig. (2-tailed)
,536
N P12
N P13
,
,346
TOTAL2 ,656 ** ,002 20 ,583 ** ,007
20
20
20
Pearson Correlation
,223
-,223
1,000
Sig. (2-tailed)
,344
,346
,
20
20
20
Pearson Correlation
,656 **
,583 **
,558 *
Sig. (2-tailed)
,002
,007
,011
,
20
20
20
20
N
TOTAL2
P11 1,000
N
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
20 ,558 * ,011 20
1,000
Correlations P18 Pearson Correlation 1,000 Sig. (2-tailed) , N 20 P19 Pearson Correlation,126 Sig. (2-tailed) ,598 N 20 P20 Pearson Correlation,218 Sig. (2-tailed) ,355 N 20 P25 Pearson Correlation,084 Sig. (2-tailed) ,726 N 20 P26 Pearson Correlation,123 Sig. (2-tailed) ,606 N 20 P27 Pearson Correlation,055 Sig. (2-tailed) ,818 N 20 TOTAL3Pearson Correlation,448* Sig. (2-tailed) ,048 N 20 P18
P19 P20 ,126 ,218 ,598 ,355 20 20 1,000 ,399 , ,081 20 20 ,399 1,000 ,081 , 20 20 ,311 -,222 ,181 ,347 20 20 ,073 ,465* ,760 ,039 20 20 ,312 -,170 ,181 ,474 20 20 ,629** ,488* ,003 ,029 20 20
P25 ,084 ,726 20 ,311 ,181 20 -,222 ,347 20 1,000 , 20 ,088 ,714 20 ,561* ,010 20 ,530* ,016 20
*.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
P26 P27 TOTAL3 ,123 ,055 ,448* ,606 ,818 ,048 20 20 20 ,073 ,312 ,629** ,760 ,181 ,003 20 20 20 ,465* -,170 ,488* ,039 ,474 ,029 20 20 20 ,088 ,561* ,530* ,714 ,010 ,016 20 20 20 1,000 ,046 ,623** , ,847 ,003 20 20 20 ,046 1,000 ,488* ,847 , ,029 20 20 20 ,623** ,488* 1,000 ,003 ,029 , 20 20 20
Correlations
P28
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
P30
Pearson Correlation
P32 ,160
TOTAL4 ,561 **
,
,952
,567
,500
,010
20
20
20
20
20
-,014
1,000
,338
,000
,505 *
,145
1,000
,023
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
,136
,338
1,000
,395
,672 **
Sig. (2-tailed)
,567
,145
,
,085
,001
20
20
20
20
Pearson Correlation
,160
,000
,395
1,000
Sig. (2-tailed)
,500
1,000
,085
,
,001
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
,561 **
,505 *
,672 **
,692 **
Sig. (2-tailed)
,010
,023
,001
,001
,
20
20
20
20
20
N
N TOTAL4
P31 ,136
,
N
P32
P30 -,014
,952
Sig. (2-tailed) P31
P28 1,000
N
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
20 ,692 **
1,000
Correlations P33 Pearson Correlation1,000 Sig. (2-tailed) , N 20 P34 Pearson Correlation ,510* Sig. (2-tailed) ,022 N 20 P35 Pearson Correlation ,131 Sig. (2-tailed) ,583 N 20 P36 Pearson Correlation ,143 Sig. (2-tailed) ,548 N 20 P37 Pearson Correlation ,448* Sig. (2-tailed) ,048 N 20 P38 Pearson Correlation ,361 Sig. (2-tailed) ,117 N 20 P39 Pearson Correlation ,126 Sig. (2-tailed) ,597 N 20 TOTAL5Pearson Correlation ,507* Sig. (2-tailed) ,023 N 20 P33
P34 ,510* ,022 20 1,000 , 20 ,241 ,306 20 ,132 ,580 20 ,174 ,462 20 ,151 ,524 20 ,236 ,317 20 ,455* ,044 20
P35 P36 P37 P38 ,131 ,143 ,448* ,361 ,583 ,548 ,048 ,117 20 20 20 20 ,241 ,132 ,174 ,151 ,306 ,580 ,462 ,524 20 20 20 20 1,000 ,742** ,437 ,275 , ,000 ,054 ,240 20 20 20 20 ,742** 1,000 ,596** ,467* ,000 , ,006 ,038 20 20 20 20 ,437 ,596** 1,000 ,522* ,054 ,006 , ,018 20 20 20 20 ,275 ,467* ,522* 1,000 ,240 ,038 ,018 , 20 20 20 20 ,380 ,473* ,437 ,719** ,099 ,035 ,054 ,000 20 20 20 20 ,709** ,798** ,777** ,743** ,000 ,000 ,000 ,000 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 20,0 Alpha =
,6124
A N A L Y S I S
-
S C A L E
N of Items = 17
P39 TOTAL5 ,126 ,507* ,597 ,023 20 20 ,236 ,455* ,317 ,044 20 20 ,380 ,709** ,099 ,000 20 20 ,473* ,798** ,035 ,000 20 20 ,437 ,777** ,054 ,000 20 20 ,719** ,743** ,000 ,000 20 20 1,000 ,723** , ,000 20 20 ,723** 1,000 ,000 , 20 20
Lampiran 4. Dokumentasi Wawancara dengan Opinion Leader
Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa opinion leader untuk mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di lingkungan PLTU Suralaya
Lampiran 5. Dokumentasi Proses Berlangsungnya Foccus Group Discussion (FGD)
FGD sebagai salah satu metode untuk memperoleh informasi yang akurat terhadap opini publik tentang PLTU Suralaya. Peserta FGD terdiri dari kelompok petani, nelayan, pedagang, dan pegawai yang diambil pada tiga desa penelitian. Peserta duduk melingkar selama berlangsungnya diskusi
Lampiran 6. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Abu Batubara
Pembakaran batubara di PLTU Suralaya menghasilkan abu batubara. Setiap hari abu batubara yang dihasilkan sebanyak 1500 sampai 2000 ton.
Lampiran 7. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Alat Penangkap Abu Batubara (Electronic Precipitator)
Hasil sisa pembakaran dengan efisiensi 99,5 persen menggunakan alat penangkap abu batubara (Electrostatic Precipitator)
Lampiran 8. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Cerobong Asap
Kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai ground level masih di bawah ambang batas dengan menggunakan cerobong asap
Lampiran 9. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Alat Pengolahan Limbah Cair (Sewage Treatment dan Neutralizing)
Pengolahan limbah cair agar air buangan tidak mencemari lingkungan menggunakan alat yang dinamakan Sewage Treatment dan Neutralizing
Lampiran 10. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Tempat Penimbunan Abu Batubara (Ash-valley)
Tempat penimbunan abu batubara dengan luas tanah sekitar 8 hektar dinamakan Ash-valley. Ash-valley ini merupakan lahan terbuka yang disediakan PLTU Suralaya untuk menimbun abu batubara
Lampiran 11. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Pemanfaatan Abu Batubara dalam Program Community Development
Pavingblok
Relief air mancur
Penghias rumah Abu batubara dengan jenis fly-ash digunakan sebagai bahan pembuat keperluan bangunan antara lain pavingblok, relief air mancur, dan penghias rumah
Khitanan Massal
Pelatihan Pengrajin Conblok
Pelatihan Komputer UBP Suralaya melakukan pembinaan masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat (community development) di tiga desa yaitu Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebakgede
Lampiran 12. Dokumentasi Penghargaan Pengembangan Masyarakat Melalui Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI)
UBP Suralaya mendapatkan penghargaan atas pengembangan kualitas kehidupan masyarakat di sekitar PLTU Suralaya melalui LKM KUBTASI.
Lampiran 13. Kuesioner untuk Responden No. Responden ANGKET PENELITIAN
Opini Publik tentang PLTU Suralaya DATA RESPONDEN Nama
:
Jenis Kelamin: Pekerjaan
:
Asal Desa
:
DATA PENELITIAN Petunjuk pengisian: Isilah Jawaban dengan Tanda Silang (X) I. SURATKABAR 1. Apakah Saudara membaca surat kabar? a. Ya b. Tidak, lanjutkan ke no 7 2. a. b. c. d.
Dalam 1 minggu, berapa kali Saudara membaca suratkabar? 1-2 kali (1) 2-4 kali (2) 4-6 kali (3) > 6 kali (4)
3. Adakah berita tentang PLTU Suralaya di suratkabar itu? a. Ya b. Tidak, lanjutkan ke no 7 4. Apakah Saudara setuju dengan berita tentang PLTU Suralaya? a. Sangat setuju
b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
5. Berita tentang PLTU Suralaya dari suratkabar umumnya membanggabanggakan PLTU Suralaya a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju (karena ada yg menjelekkan) d. Tidak setuju (karena menjelekkan semua)
6. a. b. c. d.
Saudara… dengan berita di suratkabar itu. Sangat puas Puas Kurang puas Tidak puas
II. 7. a. b.
PUBLIC RELATIONS Adakah Saudara ngobrol dengan public relations/pegawai PLTU Suralaya Ya Tidak, lanjut ke no. 14
8. Dalam 1 tahun terakhir ini, berapa kali Saudara ngobrol dengan public relations/pegawai PLTU Suralaya?
9. Dalam kesempatan apa Saudara ngobrol dengan public relations/pegawai PLTU Suralaya?
10. Adakah informasi tentang abu batubara dari public relations/pegawai PLTU Suralaya? a. Ya b. Tidak, lanjut ke no. 14 11. Saudara… dengan informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 12. Informasi dari pegawai tentang PLTU Suralaya pada umumnya membangga-banggakan PLTU Suralaya a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
13. Saudara…dengan informasi dari pegawai PLTU itu. a. Sangat puas b. Puas c. Kurang puas d. Tidak puas
III.
OPINION LEADER
14. Adakah Saudara ngobrol dengan tokoh agama? a. Ya b. Tidak, lanjut ke no. 21 15. Dalam 1 tahun terakhir ini, berapa kali Saudara ngobrol dengan tokoh agama?
16. Dalam kesempatan apa Saudara ngobrol dengan tokoh agama?
17. Adakah informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh agama? a. Ya b. Tidak, lanjut ke no. 21 18. Saudara…dengan informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh agama. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 19. Informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh agama umumnya membanggbanggakan PLTU Suralaya. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 20. Saudara…dengan informasi dari tokoh agama itu? a. Sangat puas b. Puas c. Kurang puas d. Tidak puas 21. Adakah Saudara ngobrol dengan tokoh masyarakat? c. Ya d. Tidak, lanjut ke no. 28 22. Dalam 1 tahun terakhir ini, berapa kali Saudara ngobrol dengan tokoh masyarakat?
23. Dalam kesempatan apa Saudara ngobrol dengan tokoh masyarakat?
24. Adakah informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh masyarakat? a. Ya b. Tidak, lanjut ke no. 28 25. Saudara…dengan informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh masyarakat. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 26. Informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh masyarakat umumnya membangga-banggakan PLTU Suralaya. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 27. Saudara…dengan informasi dari tokoh masyarakat itu. a. Sangat puas b. Puas c. Kurang puas d. Tidak puas
IV.
PENGALAMAN
28. Ada debu/abu batubara dari PLTU Suralaya. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju 29. Apakah PLTU Suralaya memberikan bantuan kepada Saudara? a. Ya b. Tidak, lanjut ke no 33 30. Dalam 1 tahun terakhir ini, apakah PLTU Suralaya sering memberikan bantuan kepada Saudara? a. Sangat sering b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak sering 31. Saudara…dengan bantuan PLTU Suralaya itu. a. Sangat senang b. Senang
c. Kurang senang d. Tidak senang 32. Bantuan PLTU Suralaya…untuk kehidupan Saudara. a. Sangat pengaruh b. Pengaruh c. Kurang pengaruh d. Tidak pengaruh
OPINI Ilustrasi 33. Ekonomi saya jadi lebih sejahtera dengan adanya PLTU Suralaya 34. Suasana lingkungan jadi ramai dengan adanya PLTU Suralaya 35. PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin 36. Abu batubara mengganggu kesehatan saya
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak setuju
37. Abu batubara meracuni ikan di laut 38. Abu batubara merusak pertanian 39. Abu batubara mengotori bahan dagangan