Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Onomatope dalam Novel Emas Sumawur Ing Baluwarti Karya Partini B. Oleh: Isna Siti Mulyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan jenis-jenis onomatope dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B, (2) mendeskripsikan bentuk onomatope dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B dan (3) mendeskripsikan fungsi onomatope dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B. Data yang ada dalam penelitian ini berupa satuan gramatikal yang berwujud kata atau kalimat yang mengandung onomatope pada novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik pustaka, teknik observasi dan teknik simak catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Dalam penyajian data menggunakan teknik formal dan informal.Hasil penelitian pemerolehan data dan pembahasan yaitu (1) Dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B. terdapat empat jenis onomatope yang digunakan dalam novel tersebut. Jenis-jenis onomatope yang terdapat dalam novel ialah a) tiruan bunyi benda, b) tiran bunyi hewan, c) tiruan bunyi alam, dan d) tiruan bunyi manusia. Dari semua jenis onomatope ini, memiliki bentuk frasa, yaitu frasa yang terbentuk dari kata mak dan pating dengan kata-kata yang lain sehingga bernilai onomatope, misalnya mak byar, pating pleyot, dan sebagainya, (2)Bentuk dasar onomatope yang digunakan dalam novel ialah bentuk satu silabel, bentuk dua silabel, bentuk tiga silabel tidak ditemukan dalam novel,namun terdapat bentuk multisilabel, dan bentuk frasa. Dari bentuk dasar tersebut ada yang mengalami pengulangan sehingga bentuk onomatopenya menjadi pengulangan satu silabel, pengulangan dua silabel, dan pengulangan tiga silabel. Onomatope berbentuk frasa dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti, terbentuk dari frasa, yang terbentuk dari kata mak dan pating. (3) Fungsi onomatope yang terdapat dalam novel, terbagi menjadi empat fungsi, yaitu sebagai berikut. (a) Penggambaran suasana hati, yaitu: cinta, terkejut, manja, malu, bahagia, dan berani.(b) Memberikan kesan pada benda yang dilihat, didengar atau dirasakan, (c) Mendeskripsikan tentang keadaan, (d) Meniru perbuatan atau benda yang menghasilkan bunyi. Kata kunci : onomatope, Emas Sumawur ing Baluwarti
Pendahuluan Bahasa Jawa merupakan salah satu media pemaparan karya sastra seperti novel. Untuk menarik perhatian pembaca, bahasa dapat diekspresikan dengan beragam variasi bahasa. Salah satu bentuk variasi bahasa adalah dengan penggunaan tiruan-tiruan bunyi yang bersifat ekspresif dan imajinatif. Sifat ekspresif dan imajinatif ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan tokoh ceritanya. Pengungkapannya dapat melalui tiruan bunyi benda, hewan, manusia, dan alam.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
1
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Onomatope merupakan istilah bahasa yang dapat didefinisikan sebagai kosakata yang dibentuk berdasarkan bunyi atau suara yang dikeluarkan oleh kata yang bersangkutan. Onomatope juga dikenal dalam berbagai bahasa di dunia, namun nampaknya masing-masing bangsa tidak sama dalam menangkap bunyi atau suara itu. Setiap bahasa memiliki penafsiran bunyi yang sama dengan hasil yang berbeda, begitu pula dalam bahasa Jawa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai peniruan bunyi dalam bahasa Jawa. Dalam penelitian ini, onomatope dikhususkan pada novel berbahasa Jawa yang berjudul Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B. Onomatope kebanyakan ditemukan dalam bahasa Jepang, oleh karena itu, tidak heran bila banyak sekali penelitian mengenai onomatope dalam berbahasa Jepang. Padahal sebenarnya Bahasa Jawa juga memiliki kekayaan bahasa yang berwujud onomatope. Onomatope biasanya lebih banyak digunakan pada komik, onomatope berfungsi untuk memberikan efek imajinasi pembaca dan sebagai ungkapan perasaan tokoh. Namun, sebenarnya onomatope tidak hanya ditemukan dalam wacana komik saja, onomatope juga dapat ditemukan dalam novel, kumpulan dongeng, kumpulan cerpen, dan lagu-lagu anak, meskipun intensitasnya tidak terlalu banyak seperti yang terdapat di dalam komik. Hal ini menarik perhatian penulis untuk meneliti dan menemukan onomatope dalam bahasa Jawa yang terdapat dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini.B.
Metode Penelitian Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B. Data yang ada dalam penelitian ini berupa satuan gramatikal yang berwujud kata atau kalimat yang mengandung onomatope pada novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik pustaka, teknik observasi dan teknik simak catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Dalam penyajian data menggunakan teknik formal dan informal.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
2
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Pembahasan 1.
Jenis Onomatope dalam Novel Emas Sumawur ing Baluwarti Karya Partini B. Berdasarkan hasil penelitian terhadap novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B., ditemukan empat jenis onomatope. Jenis-jenis onomatope yang meliputi: a. tiruan bunyi benda Pada novel Emas Sumawur ing Baluwarti terdapat tiruan bunyi benda, misalnya Konteks: Tamu dalam pesta yang diadakan Raden Ngabei Tangkilan memukul gelas, sebagai tanda agar para tamu lain bersiap untuk mengisi gelas mereka. Thing, thing, thing (nuthuk gelas sepisan mengel kaping tiga, kaaturaken samingiseni gelasipun anggur piyambak-piyambak) (TC, 260) “Thing, thing, thing (memukul gelas sekali, berbunyi tiga kali. para tamu dipersilakan mengisi gelasnya dengan anggur” (TC, 260) Pada data (9), terdapat jenis onomatope bunyi benda. Thing, thing, thing menunjukkan bunyi yang dihasilkan dari gelas yang dipukul sebgai tanda untuk menuangkan anggur bagi para tamu yang hadir dalam pesta yang diadakan Raden Ngabehi Tangkilan. b. tiruan bunyi hewan Pada novel Emas Sumawur ing Baluwarti terdapat tiruan bunyi hewan, misalnya Konteks: Gareng bercerita pada Petruk tentang istrinya yang begitu cerewet seperti bebek. Mbakyumu iya wis wek, wek, wek, sepuluh kecap. (PASC, 39) “Kakakmu ya sudah wek, wek, wek, sepuluh kecap.” (PASC, 39) Wek, wek, wek merupakan tiruan bunyi hewan. Wek, wek, wek menunjukkan bunyi bebek. Berdasarkan konteks, diceritakan istri Petruk sangat cerewet sehingga Petruk mengungkapkannya dengan tiruan bunyi hewan bebek, yang juga dianggap hewan yang cerewet dan tidak bisa diam. c. tiruan bunyi alam Pada novel Emas Sumawur ing Baluwarti terdapat tiruan bunyi alam, misalnya pada
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
3
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Konteks: Petruk bercerita pada Gareng tentang cara berpakaian mopro Karto sangat berlebihan. panganggone mopro Karto mompyor nganti kaya toko mlaku. (PASC, 50) “… pakaian mopro Karto mompyor seperti toko berjalan.” (PASC, 50) Mompyor merupakan tiruan bunyi alam. Bunyi mompyor menunjukkan bunyi yang digunakan untuk men ggambarkan keadaan alam yang begitu terang di malam hari karena dihiasi cahaya bintang. Berdasarkan konteks, mompyor disini menunjukkan bunyi yang dihasilkan ketika melihat cara berpakaian Mopro Karto yang sangat mewah dan berlebihan. d. tiruan bunyi manusia Pada novel Emas Sumawur ing Baluwarti terdapat tiruan bunyi alam, misalnya Konteks: Raden Ajeng Tien mengatakan pada Rapingun kalau Rapingun mirip dengan Raden Ayu Gandaatmaja. Sssssss! Iki lho delengen, lathine rak padha karo lambemu. (Ngl, 177) Sssssss! Ini lihat, bibirnya kan sama dengan bibirmu.” ( Ngl, 177) Sssssss! merupakan tiruan bunyi manusia. Tiruan bunyi ini menunjukkan bunyi untuk mengheningkan keaadaan yang tadinya gaduh, dengan kata lain, bunyi ini untuk mengheningkan keadaan. Raden Ajeng Tien meminta Rapingun untuk diam sejenak dan melihat foto putra Raden Ayu Gandaatmaja yang mirip dengan Rapingun. 2.
Bentuk Onomatope dalam Novel Emas Sumawur ing BaluwartiKarya Partini B. Dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B., ditemukan empat bentuk onomatope. a. satu silabel Konteks: Den Bei dan istrinya berdebat ketika melihat cahaya lampu mobil yang mulai mendekat ke arah oto mereka, Iya nanging kiraku dudu taksi, awit yen taksi lumrahe lenterane ora…. Saweg dumugi semanten kepunggel dening swara…..Hrrrrrrrrrr. (Ngl, 72) “Tetapi menurutku bukan taksi, biasanya kalau taksi lampunya tidak….. Baru sampai di situ terdengar suara…. Hrrrrrrrrrr.” (Ngl, 72) Data tersebut merupakan teks yang mengandung bentuk onomatope satu silabel tanpa pengulangan, yaitu bentuk Hrrrrrrrrrr. Bentuk Hrrrrrrrrrr disebut
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
4
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
satu silabel karena terdiri dari satu kecap, yang hanya tersusun atas deretan konsonan. sehingga strukturnya dapat dikatakan K-K-K-K-K-K-K-K-K-K-K. b. dua sialbel Konteks: Kasim membuka tutup kendhil dan menumpahkan kendhil itu. Kendhil tumuli di walik, isnine disuntak. Kropyok…!(KIWJ, 319) “Kendhilkemudian dibalik, isinya ditumpahkan. Kropyok…!(KIWJ, 319) Data tersebut merupakan teks yang mengandung bentuk onomatope dua silabel tanpa pengulangan, yaitu bentuk kropyok.Bentuk kropyok disebut dua silabel karena terdiri dari dua kecap, yaitu kro dan pyok. Kropyok tersusun atas deretan fonem, yaitu Konsonan-Konsonan-Vokal-Konsonan-Konsonan-VokalKonsonan (K-K-V-K-K-V-K). c. tiga silabel dan multisilabel Konteks: Gareng mencerikan ketika ia melihat penari yang kakinya diketeplekketeplekke Sikile diketheplek-ketheplekake, sajak nikmat banget kae. (PASC, 27) “Kakinya diketheplek-ketheplekke sepertinya menyenagkan sekali.” (PASC, 27) Pada data di atas terdapat bentuk onomatope pengulangan tiga silabel, yaitu pada bunyi ketheplek. Ketheplek dikatakan tiga silabel karena terbentuk atas tiga kecap, yaitu ke, the, dan plek. Bunyi tersebut tersusun atas deretan fonem K-V-K-K-V-K-K-V-K. Bunyi tersebut diulang sebanyak dua kali. Konteks: Petruk menggambarkan cara berjalan Gareng. Iya ketanting grek, ketanting grek. (PASC, 24) “Iya ketanting grek, ketanting grek.” (PASC, 24) Pada data di atas, terdapat bentuk onomatope multisilabel, yaitu ketanting grek. Onomatope tersebut terdiri atas empat silabel, yaitu ke, tan, ting dan grek. Silabel-silabel tersebut, tersusun atas deretan fonem K-V-K-V-K-K-V-K-K-KK-V-K. d. frasa. Konteks: Biyang Nala melihat Petruk bergoyangan jempol, dan mengekspresikan goyangan jempol tersebut dengan kata pating kethuwel. … jebul tangane melu pating kethuwel…. (PASC, 27) “… ternyata tangannya ikut pating kethuwel…”(PASC, 27) Pada data tersebut terdapat onomatope berbentuk frasa, yaitu pating kethuwel. Frasa tersebut tersusun atas gabungan kata pating dan kethuwel. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
5
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Konteks: ada cahaya yang menembus kaca belakang oto Den Bei Asisten wedana yang mogok. … dumadakan kacaning tendha ingkang wingking mak byar, ketingal padhang. (Ngl, 72) “Tiba-tiba kaca belakang tenda mak byar, telihat terang.” (Ngl, 72) Pada data di atas terdapat onomatope berbentuk frasa, yaitu mak byar. Frasa tersebut tersusun atas gabungan kata mak dan byar. 3.
Fungsi Onomatope dalam Novel Emas Sumawur ing Baluwarti Karya Partini B. Dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B., ditemukan empat fungsi onomatope, yaitu: a. penggambaran suasana hati, yang meliputi emosi, memberi peringatan, Ungkapan perasaan ini tampak pada data 80 Konteks: Gareng kaget ketika mendengar pembicaraan para Nyonyah Belanda. Mak dheg atiku, sing lekker kui apane…. (PASC, 29) “Mak dheg hatiku, yang lekker itu apanya….”(PASC, 29) Pada data tersebut terdapat tuturan yang mengandung tiruan bunyi yang berfungsi untuk penggambaran suasana hati, merujuk pada Gareng yang sedang kaget setelah mendengar dan menirukan perkataan para Nyonya Belanda. b. memberikan kesan pada benda yang dilihat, didengar atau dirasakan, Konteks: Petruk bercerita pada Gareng akan pembangunan jalan yang dilakukan pemerintah, sehingga jalan terlihat berkilau. … ya iku supaya dalan ing kono katon kinclong-kinclong kaya gelas. (PASC, 40) “… ya itu supaya jalan di sana terlihat kinclong seperti gelas.” (PASC, 40) Pada data terdapat tuturan yang mengandung tiruan bunyi yang berfungsi untuk memberikan kesan pada benda yang dilihat, didengar, dirasakan, merujuk pada jalanan yang sangat mulus dan bersih karena pembangunan kota. c. mendesripsikan tentang keadaan, Konteks: Petruk membandingkan kehidupan orang miskin dan orang berada. Mara, apa iki ora andedawa rasa panalangsa le omahe bocor, utawa pating gambleh mau.. (PASC, 59) “Apa ini tidak memperpanjang penderitaan ketika rumahnya bocor atau pating gambleh.” (PASC, 59)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
6
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Pada data (78) terdapat tuturan yang mengandung tiruan bunyi yang berfungsi untuk mendeskripsikan keadaan. Hal inierujuk pada keadaan rumah yang tidak beraturan dan atapnya bocor di mana-mana. d. meniru perbuatan yang menghasilkan bunyi. Konteks: Gareng sedang memaku kain penutup tembok (lurub), ia mengungkapkan bunyi paku yang dipukul dengan palu dengan kata thok thok thok. Dhi, wis sedhengan, mengko tak pakune. Thok, thok, thok, saiki sing sisih, ora menceng iki…. (PASC, 2) “Dik, sudah cukup, nanti akan saya paku. Thok, thok, thok, sekarang yang sebelah, tidak miring kan….” (PASC, 2) Pada data tersebut terdapat bunyi Thok, thok, thok, yang merupakan bunyi ketika Gareng sedang memaku kain penutup tembok di rumah Petruk.
Simpulan Berdasarkan hasil pemerolehan data dan pembahasan yang mengkaji tentang onomatope dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti karya Partini B. disimpulkan terdapat empat jenis onomatope yang digunakan dalam novel tersebut, yaitu a) tiruan bunyi benda, b) tiran bunyi hewan, c) tiruan bunyi alam, dan d) tiruan bunyi manusia. Dari semua jenis onomatope ini, memiliki bentuk frasa, yaitu frasa yang terbentuk dari kata mak dan pating dengan kata-kata yang lain sehingga bernilai onomatope, misalnya mak byar, pating pleyot, dan sebagainya. Bentuk dasar onomatope yang digunakan dalam novel ialah bentuk satu silabel, bentuk dua silabel, bentuk tiga silabel tidak ditemukan dalam novel, namun terdapat bentuk multisilabel, dan bentuk frasa. Bentuk dasar tersebut ada yang mengalami pengulangan sehingga bentuk onomatopenya menjadi pengulangan satu silabel, pengulangan dua silabel, dan pengulangan tiga silabel. Onomatope berbentuk frasa dalam novel Emas Sumawur ing Baluwarti, terbentuk dari frasa, yang terbentuk dari kata mak dan pating. Fungsi onomatope yang terdapat dalam novel, yaitu penggambaran suasana hati, yaitu: cinta, terkejut, manja, malu, bahagia, dan berani, memberikan kesan pada benda yang dilihat, didengar atau dirasakan, mendeskripsikan tentang keadaan, dan meniru perbuatan atau benda yang menghasilkan bunyi.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
7
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Daftar Pustaka Aminuddin. 2001. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: CV Sinar Baru. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 1. Bandung: Refika Aditama Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia Pateda, Mansur. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta. Rineka Cipta. Suwandi, Sarwji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Ullmann, Stephen. 2012. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
8