Pelaksanaan Teknik Melawat …(Zikril Hakim) 159
PELAKSANAAN TEKNIK MELAWAT DENGAN PENDAMPING AWAS BAGI MAHASISWA TUNANETRA DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTATION OF SIGHTED GUIDETECHNIQUE FOR STUDENTS WITH VISUAL IMPAIRMENT INFACULTY OF EDUCATIONAT YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY Oleh Zikril Hakim Jurusan Pendidikan Luar Biasa,Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan teknik melawat dengan pendamping awas bagi mahasiswa tunanetra di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu mahasiswa yang menjadi pendamping awas mahasiswa tunanetra di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Langkahlangkah analisis data dilakukan dengan tahap reduksi data, penyajian data dan tahap penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pada pelaksanaan teknik melawat dengan pendamping awas bagi mahasiswa di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, sebagian besar subjek menggunakan teknik melawat sesuai dengan teori dan sebagian subjek lainnya belum menggunakan teknik sesuai dengan teori; (2) kendala dalam pelaksanaan teknik melawat dengan pendamping awas ketika mendampingi mahasiswa tunanetra adalah kesulitan ketika mendampingi mahasiswa tunanetra di medan yang tidak kondusif serta kesulitan menyesuaikan teknik yang akan digunakan secara tepat, selain itu kendala lainnya yang dihadapi oleh mahasiswa tunanetra adalah minimnya kepedulian warga kampus terhadap penyandang tunanetra dan pemahaman mahasiswa awas mengenai teknik melawat dengan pendamping awas masih kurang. Kata Kunci: mahasiswa tunanetra, pendamping awas, teknik melawat dengan pendamping awas Abstract This research aimed to determine and describe implementation of sighted guide technique for students with visual impairment in Faculty of Educationat at Yogyakarta State University. This research is a descriptive research with a qualitative approach. Subjects of this research were the students who become sighted guide for students with visual impairment in Faculty of Education at Yogyakarta State University. The data retrieval was done by using observation and interview. The analysis of data in this research employed a descriptive qualitative analysis. The measures of data analysis included data reduction, data display and draw a conclusion. The results showed that: (1) on the implementation of sighted guide technique for students with visual impairment in Faculty of Education at Yogyakarta State University, the most of the subjects using sighted guide technique were accordance with the theory and some other subjects did not use the technique which was accordance with the theory; (2) obstacles in the implementation of sighted guide technique when assisting students with visual impairment were getting a trouble when assisting students with visual impairment in fields that were not conductive and had a trouble when adjusting techniques would be used appropriately, besides that another obstacles faced by students with visual impairment were people’s awareness in campus were still lacking and the students’ understanding about sighted guide technique were still lacking. Keywords: students with visual impairment, sighted guide, sighted guide technique
160 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
PENDAHULUAN
Sunanto (2005:121) terbagi menjadi empat
Penyandang tunanetra dapat diartikan
antara
lain:
(1)
teknik
berjalan
dengan
sebagai seorang individu yang mengalami
pendamping awas; (2) teknik melawar dengan
kelainan pada penglihatan sehingga ia tidak
tongkat; (3) teknik melawat dengan anjing
dapat menggunakan penglihatan sebagai saluran
penuntun (dog guide); (4) teknik melawat
utama
dengan alat bantu elektronik. Keempat teknik
dalam
menerima
informasi
dari
lingkungan (Irham Hosni, 1996:62). Berdasarkan
tersebut
definisi
tunanetra
tunanetra melakukan orientasi dan mobilitas
mengalami gangguan pada salah satu jenis indra
terhadap lingkungan sekitarnya. Penyandang
yang
menerima
tunanetra dapat menggunakan teknik berjalan
informasi yaitu indra penglihatan. Hambatan
dengan pendamping awas jika ingin melawat
penglihatan
penyandang
dengan bantuan orang lain. Ketika melakukan
tunanetra mengalami kesulitan dalam berpindah
teknik melawat dengan pendamping awas maka
tempat
peran pendamping awas sangat dibutuhkan
tersebut,
berperan
ini
secara
penyandang
penting
dalam
mengakibatkan
bebas.
Keterbatasan
dalam
dapat
mempermudah
berpindah tempat berakibat pada rendahnya
dalam
pengalaman
melakukan orientasi dan mobilitas di lingkungan
tunanetra
dalam
melakukan
orientasi dan mobilitas di lingkungan sekitar. Orientasi
dan
mobilitas
membantu
mahasiswa
penyandang
tunanetra
kampus. Dalam teknik pendamping awas terdapat
merupakan oleh
kontak fisik antara penyandang tunanetra dan
penyandang tunanetra untuk mempermudah
pendamping awasnya. Kontak fisik ini tentunya
aktivitas mereka sehari-hari. Menurut Sunanto
tidak terjadi begitu saja namun terjadi interaksi
(2005:114) orientasi dan mobilitas merupakan
sosial antara penyandang tunanetra dengan
dua keterampilan yang tak terpisahkan yaitu
pendamping awas. Pendamping awas merupakan
orientasi mental dan gerakan fisik. Dalam
infroman bagi penyandang tunanetra, dengan
melakukan
tentunya
adanya pendamping awas penyandang tunanetra
penyandang tunanetra dituntut untuk memiliki
dapat lebih leluasa untuk mencoba dan mengenal
pengetahuan
fasilitas-fasilitas yang ada di lingkungannya.
keterampilan
yang
aktivitas
dan
harus
dikuasai
sehari-hari
keterampilan
mengenai
orientasi dan mobilitas. Salah satu alternatif
Ketika
untuk
penyandang
pendamping awas dapat menggunakan teknik
tunanetra adalah dengan menggunakan teknik
teknik yang sesuai dengan lingkungan. Menurut
melawat dengan pendamping awas. Seorang
Muhdar Munawar & Ate Suwandi (2013:44)
pendamping awas dapat bertindak sebagai alat
terdapat sembilan teknik yang digunakan oleh
yang membantu mahasiswa tunanetra dalam
pendamping awas ketika mendampingi tunanetra
melakukan orientasi dan mobilitas, adapun
yaitu; (1) teknik dasar untuk pendamping awas;
teknik dalam orientasi dan mobilitas menurut
(2) melewati jalan sempit; (3) melewati pintu
orientasi
dan
mobilitas
mendampingi
mahasiswa
tunanetra
Pelaksanaan Teknik Melawat …(Zikril Hakim) 161
tertutup; (4) menaiki dan menuruni tangga; (5)
melawat dengan pendamping awas, pemahaman
teknik duduk; (6) teknik masuk mobil; (7)
pendamping awas mengenai teknik melawat
memindahkan pegangan tangan; (8) teknik
dengan pendamping awas bagi mahasiswa
berbalik arah; (9) menerima atau menolak ajakan
tunanetra, kendala dalam melakukan teknik
untuk didampingi orang awas. Pendamping awas
melawat dengan pendamping awas, dan solusi
bagi seorang tunanetra seharusnya merupakan
yang perlu dilakukan dalam mengatasi kendala
seseorang yang mengerti atau paham mengenai
tersebut.
teknik melawat dengan pendamping awas untuk mahasiswa penuntun
tunanetra, ataupun
namun
pendamping
tidak
semua
awas
dari
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian
mahasiswa tunanetra mengerti mengenai teknik melawat
dengan
pendamping
awas
bagi
pengamatan
peneliti
di
lapangan pada bulan November 2015, selama ini yang bertindak sebagai pendamping awas bagi mahasiswa tunanetra adalah mahasiswa lain yang merupakan teman dekat di lingkungan sekitarnya.
menggunakan
jenis
penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2005: 54), yaitu suatu kegiatan dalam meneliti status
penyandang tunanetra. Berdasarkan
ini
Mahasiswa lain yang bertindak
sebagai pendamping awas ketika mendampingi mahasiswa tunanetra bertindak sebagai informan
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran
atau
lukisan
secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Pendekatan
serta menuntun mahasiswa tunanetra ke tempat
yang
digunakan
dalam
yang dituju oleh mahasiswa tunanetra tersebut,
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
namun belum diketahui apakah pendamping
Menurut
awas menggunakan teknik yang sesuai dengan
pendekatan
standar teori pelaksanaan teknik melawat dengan
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan
pendamping
awas
pada
mahasiswa
tunanetra.
ketika
mendampingi
Hamid
Darmadi
kualitatif
metodologi
adalah
yang
(2014:287), suatu
proses
menyelidiki
suatu
uraian
fenomena sosial dan masalah manusia. Dalam
tersebut, maka penelitian mengenai pelaksanaan
penelitian ini, unit yang dideskripsikan adalah
tehnik melawat dengan pendamping awas bagi
pelaksanaan teknik melawat dengan pendamping
mahasiswa
awas bagi mahasiswa tunanetra di Fakultas Ilmu
tunanetra
Berdasarkan
di
perguruan
tinggi
pentinguntuk dilakukan. Banyak aspek dari pelaksanaan teknik melawat dengan pendamping awas yang belum diketahui, baik itu dari teknikteknik yang dilakukan dalam pelaksanaan teknik
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
162 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu
penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
terhadap para mahasiswa yang berperan sebagai
beralamatkan
1,
pendamping awas bagi tunanetra. Selain itu,
Karangmalang, Yogyakarta. Penelitian dilakukan
wawancara juga dilakukan pada mahasiswa
dari tanggal 22 Juni sampai 28 Juli 2016.
tunanetra
di
Jl.
Colombo
No.
untuk
mendapatkan
informasi
pendukung atau tambahan. Subyek Penelitian Subjek yang diteliti dalam penelitian ini merupakan
pendamping
awas.
yaitu
pendamping
karakteristikya
Teknik Analisis Data Analisis
Adapun awas
menggunakan
data
dalam
analisis
penelitian
deskriptif
ini
kualitatif.
merupakan mahasiswa aktif FIP Universitas
Menurut Miles & Huberman (1992:15) Analisis
Negeri Yogyakarta, pendamping awas aktif
deskriptif kualitatif memiliki data yang berwujud
mendampingi mahasiswa tunanetra di FIP
kata-kata yang diperoleh dari berbagai cara dan
Universitas Negeri Yogyakarta, pendamping
dianalisis
awas pernah mendampingi mahasiswa tunanetra
Aktivitas dalam analisis data deskriptif kualitatif
dalam beraktivitas di dalam dan luar FIP
dalam penelitian ini memiliki tiga alur yaitu
Universitas Negeri Yogyakarta.
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
dengan
menggunakan
kata-kata.
kesimpulan. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan
data
yaitu
observasi
dan
wawancara. Teknik observasi yang dilakukan yaitu
peneliti
mengamati
kegiatan
secara
HASIL PENELITIAN 1. Pelaksanaan Teknik Melawat dengan Pendamping awas bagi Mahasiswa Tunanetra di FIP UNY Berdasarkan hasil observasi terhadap
langsung tanpa melibatkan diri dalam kegiatan.
pendamping
awas
Observasi dilakukan terhadap pendamping awas
mahasiswa
tunanetra
ketika
terhadap pendamping awas dapat diketahui
mendampingi
menggunakan
teknik
mahasiswa
tunanetra
melawat
dengan
ketika
mendampingi
dan
wawancara
bahwa:
pendamping awas untuk memperoleh data
pendamping awas bagi mahasiswa tunanetra di
Hasil Pelaksanaan Teknik Dasar untuk Pendamping awas Berdasarkan hasil observasi dan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
wawancara
Yogyakarta. Wawancara dalam penelitian ini
subjek HP membuat kontak untuk
digunakan untuk mencari data secara mendalam
mendampingi
mengenai pelaksanaan teknik melawat dengan
dengan
pendamping awas bagi mahasiswa tunanetra di
penyandang
mengenai pelaksanaan teknik melawat dengan
a.
dapat
cara
diketahui
mahasiswa menyentuh tunanetra
bahwa
tunanetra pundak kemudian
Pelaksanaan Teknik Melawat …(Zikril Hakim) 163
mengajak mahasiswa tunanetra untuk
pendamping awas. Selanjutnya untuk
didampingi.
posisi
tunanetra
Ketika
penyandang
menerima
didampingi
ajakan
maka
mengarahkan
subjek
tangan
untuk
pendamping
mahasiswa
HP
penyandang
terhadap
tunanetra,
mahasiswa
tunanetra
berada
disamping
pendamping
awas
tunanetra untuk menyentuh pundaknya,
setengah
subjek HP
pendamping awas.
terkadang mengarahkan
awas
dengan
langkah
di
posisi belakang
mahasiswa tunanetra untuk menyentuh
maupun mahasiswa tunanetra lebih
Hasil Pelaksanaan Teknik Melewati Jalan Sempit Berdasarkan hasil observasi dan
sering
wawancara
lengannya tetapi baik pendamping awas
melakukan
mobilitas
orientasi
dengan
penyandang
dapat
diketahui
bahwa
tangan
subjek HP ketika akan memasuki jalan
menyentuh
sempit mengatakan “jalan sempit” dan
posisi
tunanetra
dan
b.
karena
penyandang
Ketika
pundak subjek HP selaku pendamping
dengan
awas dan berada satu langkah penuh di
pendamping awas, posisi penyandang
belakang pendamping awas, kemudian
tunanetra terhadap pendamping awas
pendamping
berada setengah langkah di belakang
tunanetra berjalan melalui jalan sempit.
dan terkadang disamping pendamping
Ketika sudah keluar dari jalan sempit
awas.
pendamping mengatakan “sudah gak
Berbeda halnya dengan subjek AA, AY
sempit, lebar” dan mahasiswa tunanetra
dan AS ketika membuat kontak untuk
menyesuaikan sendiri berada setengah
mendampingi
tunanetra
langkah di samping pendamping awas.
tangan
Subjek HP mengetahui teknik melewati
pundak
pendamping
merasa
lebih
melakukan
dengan
awas
nyaman. perjalanan
cara
mahasiswa menyentuh
awas
dan
mahasiswa
jalan
ucapan
mahasiswa
tunanetra berdasarkan petunjuk dan
tunanetra tersebut menerima ajakan,
arahan dari mahasiswa tunanetra yang
maka pendamping awas mengarahkan
didampingi HP yaitu DS.
Apabila
dengan
memegang
mahasiswa tunanetra disertai dengan verbal.
sempit
tunanetra
mahasiswa
mahasiswa tunanetra untuk memegang
Sementara itu Subjek AA subjek
lengan pendamping awas sedikit di atas
AY dan AS ketika akan memasuki jalan
siku dengan posisi ibu jari mahasiswa
sempit,
tunanetra berada di sebelah luar lengan
mengisyaratkan akan memasuki jalan
pendamping dan jari-jari yang lain
sempit dengan menggerakan lengan ke
berada di sebelah dalam dari lengan
arah belakang punggung. Mahasiswa
pendamping
awas
164 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
cara
membuka
meluruskan tangannya dan berada satu
tunanetra
langkah penuh di belakang pendamping
pendamping
awas. Ketika sudah keluar dari jalan
pendamping
sempit,
tunanetra
tunanetra
c.
merespon
dengan
pendamping
awas
menarik
pintu
dan
penyandang
memegang
pundak
awas, awas
kemudian
dan
mahasiswa
memasuki
dan
berbalik
arah
lengan yang dipegang oleh penyandang
pendamping
tunanetra
menutup pintu sedangkan mahasiswa
keposisi
semula
sebelum
memasuki jalan sempit dan penyandang
tunanetra
tunanetra
dibelakang
berada
setengah
langkah
berada
disamping pendamping awas.
memegang
Hasil Pelaksanaan Teknik Melewati Pintu Tertutup Berdasarkan hasil observasi dan
pendamping
wawancara
yang
dilakukan
dapat
diketahui bahwa subjek HP ketika melewati pintu tertutup dengan posisi mahasiswa tunanetra berada di samping
mengetahui
selaku pendamping awas membuka pintu
dan
memegang
mahasiswa lengan
tunanetra pendamping,
kemudian pendamping awas melewati pintu diikuti oleh mahasiswa tunanetra yang
melangkah
dengan
tetap
memegang lengan pendamping, setelah melewati pintu tertutup pendamping awas
berbalik
mahasiswa
arah
diikuti
tunanetra,
pendamping awas menutup kembali pintu.
Selanjutnya
melewati
pintu
untuk
tertutup
teknik bersama
mahasiswa tunanetra dengan posisi mahasiswa
tunanetra
berada
tidak
searah dengan arah membukanya pintu, subjek HP selaku pendamping awas
langkah
pendamping
awas
pundak
dan
awas. teknik
mengikuti
Subjek
HP
melewati
pintu
dengan cara praktik langsung dengan mahasiswa tunanetra yang didampingi yaitu mahasiswa tunanetra DS. Subjek AA, AY dan AS ketika melewati pintu dan posisi searah dengan membukanya pintu, pendamping awas membukakan pintu dengan memegang pegangan
pintu
dan
mengarahkan
tangan penyandang tunanetra untuk memegang pegangan pintu, kemudian bergerak
maju
kesempatan
dan
kepada
memberi mahasiswa
tunanetra untuk menutup pintu. Ketika mendampingi mahasiswa
oleh
kemudian
setengah
tertutup bersama penyandang tunanetra
pendamping awas dan searah dengan arah membukanya pintu, subjek HP
awas
pintu
tunanetra melewati pintu yang tidak searah dengan arah membukanya pintu, berdasarkan data hasil penelitian subjek AA
dan
AY
membukakan
pintu
kemudian memasuki pintu bersama mahasiswa tunanetra. Setelah memasuki pintu kembali
pendamping pintu
awas
tersebut.
menutup Sementara
Pelaksanaan Teknik Melawat …(Zikril Hakim) 165
terlebih
dahulu
belakang pendamping, kemudian ketika
pegangan
tangan
pendamping berada dipuncak tangga
penyandang tunanetra terlebih dahulu
pendamping awas tidak mengatakan
sehingga posisi penyandang tunanetra
bahwa tangga telah habis.
subjek
AS
memindahkan
berada
searah
membukanya
d.
dengan pintu,
arah
Ketika menuruni tangga subjek
kemudian
HP, AA, AY dan AS menjelaskan
pendamping awas membukakan pintu
terlebih
dan mengarahkan tangan penyandang
tunanetra bahwa akan menuruni tangga,
tunanetra untuk memegang pegangan
kemudian menuruni tangga dengan
pintu, kemudian pendamping awas dan
jarak langkah mahasiswa tunanetra
penyandang tunanetra melewati pintu,
berada satu anak tangga di belakang
dan
pendamping
penyandang
tunanetra
yang
dahulu
kepada
awas,
mahasiswa
posisi
badan
menutup atau menarik pintunya.
mahasiswa
Hasil Pelaksanaan Teknik Menaiki dan Menuruni Tangga Ketika mendampingi mahasiswa
pendamping awas keduanya tegak dan mahasiswa pegangan
tunanetra menaiki tangga, subjek HP,
tunanetra tangga
maupun
memegang
untuk
menjaga
keseimbangan.
AA, AY dan AS tetap memberitahukan kepada mahasiswa tunanetra bahwa
tunanetra
mereka akan melewati tangga, sebelum
Hasil Pelaksanaan Teknik Duduk Berdasarkan hasil observasi dan
menaiki
mahasiswa
wawancara diketahui bahwa subjek HP,
tunanetra berada setengah langkah di
AA, AY dan AS ketika mendampingi
belakang pendamping awas. Langkah
mahasiswa tunanetra untuk duduk pada
kaki mahasiswa tunanetra tetap berada
kursi dari arah depan, pendamping awas
satu
dari arah depan kursi menyentuhkan
tangga,
posisi
e.
anak
tangga
dibelakang
pendamping.
Setelah
pendamping
tangan
penyandang
tempat duduk kursi dan mahasiswa
mengetahui
dan
yakin
mahasiswa
tunanetra
tunanetra telah menyentuh pinggiran
tunanetra
tangga
tersebut kemudian duduk pada kursi.
pertama
dan
sadar
maka
menyusuri
sendiri
pada
selanjutnya pendamping melangkahkan
Ketika
kaki berikutnya (yang satu) ke tangga
tunanetra
berikutnya dan diikuti oleh penyandang
belakang kursi, pendamping awas dari
tunanetra melangkahkan satu kakinya
arah belakang menyentuhkan tangan
ke
mahasiswa
tangga
seterusnya,
dan
pertama.
Demikian
posisi
penyandang
tunanetra tetap berada satu tangga di
duduk
mendampingi
kursi
untuk
kemudian
duduk
tunanetra
kursi
mahasiswa
dan
dari
pada
tempat
sandaran
mahasiswa
arah
kursi
tunanetra
166 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
menyusuri
sendiri
kursi
tersebut
Kemudian
kemudian duduk pada kursi.
mendampingi
subjek
AS
mahasiswa
ketika
tunanetra
Ketika mendampingi mahasiswa
untuk memasuki mobil, pendamping
tunanetra untuk duduk pada kursi
mengarahkan satu tangan mahasiswa
bermeja, pendamping awas dari arah
tunanetra
samping kursi menuntun mahasiswa
pegangan pintu mobil setelah itu pintu
tunanetra untuk meraba pinggiran atau
dibukakan
sudut meja dengan salah satu tangan
tunanetra yang satunya diarahkan ke
mahasiswa tunanetra, kemudian tangan
bagian atas dalam mobil. Seterusnya
yang lain diarahkan untuk meraba
pendamping awas mengarahkan tangan
tempat
mahasiswa tunanetra ke tempat duduk
duduk
kursi
kemudian
untuk
dan
kursi
menyentuh
tangan
mobil
dan
bagian
mahasiswa
mahasiswa tunanetra duduk sendiri
pada
mahasiswa
pada kursi.
tunanetra menyusuri sendiri dan duduk pada kursi mobil.
f.
Hasil Pelaksanaan Teknik Masuk Mobil Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, subjek HP, AA dan AY sebelum
memasuki
mahasiswa
mobil
tunanetra
bersama
menjelaskan
terlebih dahulu tentang kendaraan yang akan dinaiki kemudian pendamping awas membukakan pintu mobil, setelah pintu
terbuka
mengarahkan
pendamping mahasiswa
awas
tunanetra
memegang langit-langit pintu mobil dan menunduk ketika memasuki mobil. Pendamping
awas
kemudian
mengarahkan
tangan
mahasiswa
tunanetra untuk menyentuh kursi dan menginstruksikan mahasiswa tunanetra untuk duduk dikursi tersebut, kemudian pendamping tangan
melepaskan
mahasiswa
pegangan
tunanetra
pada
lengan pendamping awas ketika sudah duduk pada kursi mobil.
g.
Hasil Pelaksanaan Teknik Memindahkan Pegangan Tangan Berdasarkan Hasil Observasi dan wawancara selama penelitian diketahui bahwa subjek HP, AA, AY dan AS ketika memindahkan pegangan tangan, pendamping
awas
diam
ditempat
kemudian tangan mahasiswa tunanetra yang
bebas
pendamping
memegang awas
sehingga
lengan kedua
tangan mahasiswa tunanetra memegang lengan pendamping awas. Selanjutnya tangan
mahasiswa
tunanetra
yang
memegang pertama kali dilepaskan diikuti dengan mencari dan memegang lengan pendamping awas yang lepas sambil
menggeser
posisi
badan.
Kemudian tangan mahasiswa tunanetra yang memegang kedua dipindahkan memegang lengan pendamping awas yang dipegang oleh tangan mahasiswa
Pelaksanaan Teknik Melawat …(Zikril Hakim) 167
tunanetra yang pertama sehingga posisi
disituasi
yang
tangan mahasiswa tunanetra keduanya
pendamping
awas
memegang lengan pendamping awas,
tunanetra berbalik arah, subjek dapat
kemudian
dengan lancar menggunakan teknik
lengan
yang
memegang
mengharuskan dan
mahasiswa
pertama dilepaskan sehingga hanya
berbalik
tangan kedua yang memegang lengan
berhenti sebentar kemudian berputar 45
pendamping awas.
derajat ke arah penyandang tunanetra,
arah
yaitu,
pendamping
tunanetra juga berputar 45 derajat ke h.
Hasil Pelaksanaan Teknik Berbalik Arah Berdasarkan Hasil Observasi dan
arah pendamping, sehingga pendamping
wawancara selama penelitian diketahui
tangan
bahwa
bebas
subjek
HP
dan penyandang saling berhadapan,
mendampingi
penyandang berusaha
tunanetra
memegang
yang tangan
mahasiswa tunanetra untuk berbalik
pendamping yang bebas. Kemudian
arah, pendamping awas berbalik arah
pendamping
sementara mahasiswa tunanetra diam
berlawanan dan penyandang tunanetra
dan melepaskan pegangan pertama pada
melepaskan tangan yang sebelumnya
tangan
Setelah
memegang pendamping sehingga posisi
pendamping awas selesai berbalik arah,
penyandang tunanetra dan pendamping
barulah kemudian mahasiswa tunanetra
awas
berbalik arah dan mencari lengan
dengan pendamping awas.
pendamping
awas.
berjalan
pada
posisi
ke
teknik
arah
melawat
pendamping awas dan memegangnya. Begitu pula halnya dengan subjek AA, ketika
mendampingi
mahasiswa
tunanetra berbalik arah, pendamping awas berputar mengelilingi mahasiswa tunanetra sebagai poros dengan posisi mahasiswa tunanetra diam ditempat, kemudian mahasiswa tunanetra berputar atau
berbalik
arah
mengikuti
Pendamping awas subjek AY dan AS ketika mendampingi mahasiswa tunanetra menggunakan teknik melawat
mahasiswa
pendamping tunanetra
Hasil Pelaksanaan Teknik Menerima atau Menolak Ajakan untuk Didampingi Orang Awas Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
ketika
penelitian
dapat
diketahui bahwa DS yang didampingi oleh
subjek
HP
memberi
respon
menerima untuk didampingi oleh HP dengan cara berdiri kemudian mencari lengan dan pundak pendamping awas
pendamping awas.
dengan
i.
awas dan
bagi berada
(HP). Lain halnya dengan BP yang didampingi oleh subjek AA ketika menerima
untuk
didampingi
oleh
pendamping awas mengatakan “yuk ayuk”,
sementara
itu
AN
yang
didampingi oleh subjek AY dan AR
168 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
yang
didampingi
oleh
subjek
AS
mahasiswa
tunanetra
adalah
saat
memberikan respon yang sama ketika
mendampingi mahasiswa tunanetra lebih
menerima
dari
untuk
didampingi
oleh
satu
penyandang
tunanetra
yang
pendamping awas yaitu mahasiswa
menyebabkan subjek AA kesulitan mencari
tunanetra
posisi dan tempat yang aman. Sementara itu
mencari
dan
memegang
subjek AY mengalami kesulitan ketika
lengan pendamping awas. Ketika menolak untuk didampingi
mendampingi mahasiswa tunanetra di jalan
oleh pendamping awas, mahasiswa
yang becek dan jalan yang sangat sempit.
tunanetra yang didampingi oleh subjek
Kendala lainnya juga ketika mendampingi
HP dan AAmemberikan respon dengan
mahasiswa tunanetra melewati parkiran
menolak menggunakan ucapan verbal
yang sangat sempit sehingga pendamping
seperti
awas kesulitan mencari jalan yang mampu
“tidak”
dan
“nanti
dulu”.
Sementara itu mahasiswa tunanetra yang didampingi oleh subjek AY dan AS menolak dengan melepaskan tangan atau
kontak
yang
diberikan
oleh
pendamping awas disertai menolak dengan ucapan verbal
pendamping awas dapat diketahui bahwa kendala yang dialami subjek HP ketika mendampingi mahasiswa tunanetra adalah ketika mendampingi mahasiswa tunanetra di tempat ramai yang terdapat banyak orang, selain itu kendala lainnya adalah warga yang kurang
mengetahui
Kesulitan yang dihadapi AS ketika mendampingi mahasiswa tunanetra yaitu sulitnya menyesuaikan teknik yang akan digunakan pada saat melakukan orientasi dan mobilitas karena tidak semua medan
2. Kendala dalam Pelaksanaan Teknik Melawat dengan Pendamping Awas di FIP UNY Berdasarkan hasil wawancara terhadap
kampus
dilalui penyandang tunanetra dengan aman.
memahami
kebutuhan
atau
penyandang
tunanetra sehingga mempersulit pelaksanaan orientasi dan mobilitas bagi mahasiswa tunanetra itu sendiri.
dapat terdeteksi oleh pendamping awas. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa tunanetra, kendala yang dihadapi oleh mahasiswa tunanetra DS, BP, AN dan AR sebagian besar yaitu teknik yang digunakan oleh mahasiswa awas ketika mendampingi mahasiswa tunanetra berbeda dengan teori yang ada karena pemahaman mahasiswa awas mengenai teknik melawat dengan pendamping awas masih kurang. Selain itu
minimnya
aksesbilitas
fisik
dilingkungan kampus yang dikhususkan untuk penyandang tunanetra menyebabkan penyandang tunanetra kesulitan melakukan
Berdasarkan hasil wawancara, subjek
orientasi dan mobilitas dan minimnya
AA mengalami kendala ketika mendampingi
kepedulian masyarakat kampus yang tidak
Pelaksanaan Teknik Melawat …(Zikril Hakim) 169
semua
warga
penyandang bagaimana
kampus
paham
tentang
dan ditekuk ke sebelah dalam dan posisi
tunanetra
atau
paham
mahasiswa tunanetra berada satu langkah di
memperlakukan
penyandang
belakangnya.
Hal
tersebut
sesuai
dengan
pendapat Muhdar Munawar & Ate Suwandi
tunanetra.
(2013:45) yaitu pendamping menarik lengan ke PEMBAHASAN
belakang dan ke sebelah dalam, penyandang
Pembahasan
hasil
penelitian
ini
menjelaskan tentang pelaksanaan teknik melawat dengan pendamping awas bagi mahasiswa tunanetra di FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Adapun untuk pelaksanaan teknik melawat yang digunakan
oleh
mendampingi
pendamping
mahasiswa
awas
tunanetra
ketika sebagai
berikut: (1) untuk teknik dasar mendampingi penyandang tunanetra, yaitu subjek AA, AY, dan AS menyapa dan menyentuhkan tangan ke punggung
mahasiswa
tunanetra
serta
mengajaknya untuk didampingi. Hal tersebut selaras dengan pendapat Irham Hosni (1996: 200) yaitu teknik dasar dalam membuat kontak dapat
dilakukan
dengan
menyentuhkan
punggung tangan penyandang tunanetra dan menunggu menolak,
respon cara
untuk
menerima
memegang
yaitu
atau tangan
penyandang tunanetra berada di atas siku dengan posisi ibu jari di sebelah luar dan jari lainnya di sebelah dalam, dan posisi penyandang tunanetra berada
setengah
pendamping
awas
langkah dengan
di bahu
belakang sejajar.
Sementara itu, subjek HP menggunakan teknik yang berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Irham Hosni yaitu menyentuh pundak mahasiswa tunanetra dan mengajaknya untuk didampingi; (2) untuk teknik melewati jalan sempit, subjek AA,AY,AS menarik lengan yang dipegang mahasiswa tunanetra kearah belakang
tunanetra meluruskan tangan dan berada di belakang pendamping dengan jarak satu langkah penuh, sedangkan subjek HP mengisyaratkan jalan
sempit
dan
mahasiswa
tunanetra
memegang pundak subjek HP dan mahasiswa tunanetra berada satu langkah di belakangnya. Hal ini berbeda dari pendapat Muhdar Munawar & Ate Suwandi; (3) Teknik melewati pintu tertutup, yaitu a) searah dengan membukanya pintu subjek AA, AY, dan AS membuka pintu dan mengarahkannya ke tangan mahasiswa tunanetra kemudian pendamping awas bergerak maju dan mahasiswa tunanetra menutup pintu. Teknik
tersebut
sesuai
menurut
Muhdar
Munawar & Ate Suwandi (2013:47) yaitu pendamping membuka pintu dan mengarahkan tangan penyandang tunanetra ke pegangan pintu, sedangkan subjek HP menggunakan teknik yang tidak sesuai dengan teori yaitu subjek HP hanya membukakan dan melewati pintu bersama mahasiswa tunanetra kemudian subjek HP yang menutup pintu, b) pintu yang tidak searah dengan
membukanya
memposisikan searah
dengan
pintu,
mahasiswa arah
subjek
tunanetra
membukanya
AS
berada pintu
kemudian pendamping awas membuka pintu dengan
memegang
mengarahkannya
ke
pegangan tangan
pintu
dan
mahasiswa
tunanetra, pendamping awas bergerak maju dan
170 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
mahasiswa tersebut
tunanetra
sesuai
menutup
dengan
Hal
dari arah belakang kursi pendamping awas
Muhdar
menyentuhkan tangan mahasiswa tunanetra pada
pintu.
pendapat
Munawar & Ate Suwandi (2013:48) yaitu
tempat
penyandang tunanetra langsung dapat pindah
kemudian pada kursi bermeja pendamping awas
pegangan sehingga penyandang tunanetra berada
menuntun mahasiswa tunanetra untuk meraba
searah dengan membukanya pintu, setelah itu
pinggiran atau sudut meja dan meraba tempat
caranya sama dengan cara pertama ketika
duduk kursi kemudian duduk pada kursi. Teknik
penyandang
tersebut
tunanetra
berada
di
samping
duduk
kursi
sesuai
dengan
pendapat
Muhdar
pintu. Sedangkan subjek HP, AA dan AY
pendamping membawa penyandang tunanetra
menggunakan teknik yang berbeda dengan teori
sejauh
yaitu subjek HP membuka pintu dan memasuki
menerangkan
pintu bersama mahasiswa tunanetra dengan
penyandang tunanetra diarahkan menyentuh
posisi mahasiswa tunanetra memegang pundak
kursi dan memeriksanya; (6) Teknik masuk
pendamping awas dan pendamping awas yang
mobil, subjek AS mengarahkan satu tangan
menutup pintu, subjek AA dan AY membuka
mahasiswa tunanetra untuk menyentuh bagian
pintu dan memasukinya bersama mahasiswa
pegangan pintu mobil dan bagian atas langit-
tunanetra kemudian pendamping awas menutup
langit mobil, mengarahkannya ke tempat duduk
pintu; (4) Teknik menaiki dan menuruni tangga,
mobil dan duduk pada kursi mobil. Teknik
subjek HP, AA, AY, dan AS memberitahukan
tersebut
bahwa akan menaiki tangga, posisi mahasiswa
Munawar & Ate Suwandi (2013:54) yakni
tunanetra
pendamping
langkah
di
setengah
langkah
posisi
selaras
Suwandi
kursi,
Munawar
setengah
Ate
sandaran
pendamping dan berada searah dengan membuka
berada
&
dan
awas
dari
kursi
dengan
(2013:52),
kursi
serta
dan
jaraknya,
pendapat
Muhdar
mengarahkan
tangan
belakangnya dan ketika menaiki tangga langkah
penyandang tunanetra ke pegangan pintu mobil,
kaki mahasiswa tunanetra berada satu anak
kemudian pintu dibuka dan tangan penyandnang
tangga di belakang pendamping awas. Hal
tunanetra diarahkan ke pinggiran pintu mobil
tersebut selaras dengan pendapat Irham Hosni
bagian
(1996:213) yaitu pendamping menjelaskan pada
sedangkan
penyandang tunanetra bahwa akan naik tangga,
menggunakan teknik yang berbeda dengan teori
posisi penyandang tunanetra berada setengah
yaitu
langkah di belakang pendamping; (5) Teknik
mengarahkan mahasiswa tunanetra memegang
Duduk, subjek HP, AA, AY, dan AS dari arah
langit-langit pintu mobil serta memasuki mobil
depan
mahasiswa
kemudian
kursi
dan
memindahkan pegangan tangan, subjek HP, AA,
mahasiswa tunanetra menyusuri sendiri kursi
AY, dan AS diam ditempat dan mahasiswa
tersebut kemudian duduk pada kursi, sementara
tunanetra menukar kedua tangannya terhadap
tunanetra
menyentuhkan pada
tempat
tangan duduk
atas
dan
meraba
subjek
HP,
membukakan
duduk
tempat AA
pintu
dikursi;
dan
mobil
(7)
duduk, AY
dan
Teknik
Pelaksanaan Teknik Melawat …(Zikril Hakim) 171
lengan pendamping awas sambil menggeser
AS. Teknik tersebut sesuai dengan pendapat
posisi badan. Hal tersebut selaras dengan
Munawar & Ate Suwandi (2013:57) yaitu cara
penndapat Munawar & Ate Suwandi (2013:55)
menerima ajakan adalah penyandang tunanetra
yaitu salah satu tangan penyandang tunanetra
memegang tangan penolong di atas siku,
melepaskan pegangan dan menggeser posisi
sedangkan DS yang didampingi oleh subjek HP
badannya, dan tangan yang satunya memegang
menerima ajakan dengan berdiri kemudian
lengan pendamping; (8) Teknik berbalik arah,
mencari dan memegang pundak subjek HP dan
subjek AY dan AS berhenti dan berputar 45
BP yang didampingi oleh subjek AA menerima
derajat diikuti oleh mahasiswa tunanetra, tangan
ajakan dengan respon verbal. Kemudian ketika
mahasiswa
tunanetra
lengan
menolak ajakan, mahasiswa tunanetra yang
pendamping
sambil
yang
didampingi subjek AY dan AS menolak dengan
berlawanan dengan arah semula dan melepaskan
melepaskan tangan atau kontak yang diberikan
pegangan,
tunanetra
oleh pendamping awas disertai menolak dengan
berbalik arah dan mencari lengan pendamping
ucapan verbal. Hal tersebut sesuai dengan
awas dan memegangnya. Teknik tersebut sesuai
pendapat Munawar & Ate Suwandi (2013:57)
dengan uraian Munawar & Ate Suwandi
yaitu cara menolak ajakan adalah melepaskan
(2013:56) yaitu pendamping awas berhenti,
tangan penolong yang salah dengan tangan
kemudian berputar 45 derajat dari posisi semula,
penyandang
dan diikuti oleh penyandang tunanetra sehingga
mendorong ke depan, dan menjelaskan bahwa ia
posisi
tidak
kemudian
keduanya
memegang berjalan
kearah
mahasiswa
berhadapan,
pendamping
tunanetra
memerlukan
yang
bebas
pertolongan,
sambil
sedangkan
berjalan kearah yang berlawanan dan berjalan
mahasiswa tunanetra yang didampingi oleh
seperti biasa, sementara subjek HP dan AA
subjek HP dan AA menolak menggunakan
menggunakan teknik yang tidak selaras dengan
ucapan verbal.
pendapat Munawar & Ate Suwandi yaitu subjek
Dalam
pelaksanaan
teknik
melawat
HP berbalik arah sementara mahasiswa tunanetra
tentunya terdapat kendala yang dihadapi oleh
diam dan melepaskan pegangan pertama pada
mahasiswa tunanetra ketika menggunakan teknik
tangan pendamping awas. Setelah pendamping
melawat dengan pendamping awas. Adapun
selesai berbalik arah maka kemudian mahasiswa
kendala yang dihadapi oleh mahasiswa tunanetra
tunanetra ikut berbalik arah. Begitu pula halnya
Sebagian besar terkait dengan sikap dari warga
dengan subjek AA yaitu pendamping berputar
kampus
mengelilingi mahasiswa tunanetra sebagai poros
kepedulian
kemudian mahasiswa tunanetra berputar atau
Minimnya kepedulian warga kampus ini terjadi
berbalik arah; (9) Teknik menerima atau
karena kurangnya pemahaman warga kampus
menolak ajakan, AN dan AR menerima ajakan
mengenai bagaimana cara untuk menangani
dengan mencari dan memegang lengan AY dan
penyandang tunanetra. Selain dari sikap warga
yang
tidak
terhadap
semuanya
memiliki
penyandang
tunanetra.
172
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
kampus, mahasiswa tunanetra juga mengalami kendala
pada
kurangnya
Kendala yang dihadapi oleh pendamping
pemahaman
awas ketika mendampingi mahasiswa tunanetra
pendamping awas yang mau mendampingi
yaitu kesulitan ketika mendampingi mahasiswa
mahasiswa
tunanetra di medan yang tidak kondusif serta
tunanetra
mengenai
teknik
mendampingi penyandang tunanetra secara baik
kesulitan
menyesuaikan
sehingga kebanyakan teknik yang digunakan
digunakan secara tepat. Sementara itu kendala
oleh mahasiswa awas ketika mendampingi
yang dihadapi oleh mahasiswa tunanetra yaitu
mahasiswa tunanetra berbeda dengan teori yang
minimnya kepedulian warga kampus terhadap
ada. Peristiwa yang terjadi pada mahasiswa
penyandang
tunanetra di FIP UNY sesuai dengan pendapat
digunakan
yang dikemukakan oleh Hill (dalam Sunanto,
mendampingi
2005:123) yang menyatakan bahwa “Banyak
dengan teori yang ada.
tunanetra oleh
teknik
dan
mahasiswa
yang
akan
teknik
yang
awas
ketika
mahasiswa tunanetra berbeda
orang awas yang belum mengerti cara atau teknik mendampingi penyandang tunanetra. Penggunaaan pendamping
teknik awas
melawat
memang
dengan
mempermudah
penyandang tunanetra, namun lain halnya jika orang-orang disekitar lingkungan penyandang tunanetra tidak memahami teknik mendampingi penyandang tunanetra maka akan menyebabkan kesulitan bagi penyandang tunanetra maupun
Saran Berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilaksanakan, maka saran yang dapat diajukan antara lain: 1. Informasi mengenai teknik orientasi dan mobilitas bagi pendamping awas hendaknya diperoleh
melalui
komunikasi
dengan
penyandang tunanetra. 2. Informasi mengenai teknik orientasi dan
pendamping awas”.
mobilitas
hendaknya
diketahui
bagi
KESIMPULAN DAN SARAN
pendamping awas agar mahasiswa tunanetra
Kesimpulan
yang didampinginya merasa aman dan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
nyaman.
pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
3. Institusi perguruan tinggi diharapkan dapat
disimpulkan bahwa pada pelaksanaan teknik
memberikan sosialisasi tentang pemahaman
melawat
mahasiswa
dengan
pendamping
awas
bagi
disabilitas
dan
melengkapi
mahasiswa tunanetra di FIP UNY, sebagian
fasilitas fisik yang sesuai dengan kebutuhan
besar subjek dapat mendampingi mahasiswa
mahasiswa disabilitas.
tunanetra melawat
bepergian dengan
menggunakan
pendamping
awas
teknik sesuai
dengan teori, dan sebagian subjek lainnya tidak sesuai dengan teori.
Pelaksanaan Teknik Melawat …(Zikril Hakim) 173
DAFTAR PUSTAKA Hamid Darmadi. (2014). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta. Irham Hosni. (1996). Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: Depdikbud RI. Juang
Sunanto. (2005). Potensi Anak Berkelainan Penglihatan. Jakarta: Dit. PPTK & KPT.
Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode- Metode Baru. (Alih Bahasa: Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press. Muhdar Munawar & Ate Suwandi. (2013). Mengenal dan Memahami Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: PT. Luxima Metro Media. Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.