a EKO-REGIONAL, VoLS, No.t, Maret 2010
ANALISIS PERMINTAAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT TINGKAT KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAWA TENGAH
(Analisis Data Susenas 2008) Oleh:
Yunastiti Purwaningsih Slamet Hartono 2
I
Masyhuri2 Jangkung Handoyo Mulyo 2
2
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian Univei-sitas Gadjah Mada yogyakarta
'
ABSTRACT The phenomenon of rising food's prices trend lead to lower of the purchasing power of sociery and so an have an impact on decreasing household's demand for food. On the other hand, increase oi food prices also have an inpact toward household's food accessibitity, that household difiicutt to access fcod and the subseguent impact at household's food security. Based on this phenomenon, hence this research estimates the ciemand of household's food related to the level of food security in Centra! Java province. The source of data is the Panel of SUSENAS Consumption Module in March 2008 of the Cenirat Bureau of 5tat6ti6, in the form of raw data. A systemic approach to the Almost ldeal Demand System (A|DS) in the form of linear approximation (LAIAIDS) was appiied to analysis the data. The results of analysis show that all of the food commodities are non giffen goods, and is inelastic, e.ycept tobacco which is e/astic as well as noodles for food-insecure households are unitary. lnstant foods and beverages are the substitution food of rice for the food-secure, food-insecure, ancj food-vulnerable househotd, whjle at food-insecure households; noodles become the substitution food of rice. lv4ost of the faod commorlities are the goods of daily needs, and tobacco is a luxury item. The recommended suggestions are the need of effofts to chase ihe totat consume of tobacco, othervvise to redrrce the total number of smokers, to control the quality and security of food in the food industry and to make innovation on prodrLcing noodles using local raw maierial (other ihan flour).
Key words: househcld's demand for food, Panelof SLiSENAS, Almost tdeai Demand System PENDAHULUAN Dewasa ini poia konsumsi pangan masyarakat lndonesia terkonsentrasi pada beras di mana tingkat konsumsi beras hampir 139 kg per kapita per tahun atau secara keseluruhan mencapai 35 juta ton per tahun, dibandingkan dengan lndia hanya 7Oo/, dari lndonesia, sedangkan di Malaysia sekitar 80 kg per kapita per tahun, sementara jepang justru lebih rendah lagi yakni hanya 50 kg per kapita per tahun (Anonimous, 2009a). Hasil analisis dengan menggunakan data runtut waktu Susenas yang dilakukan oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakarr Pertanian serta Badan Ketahanan pangan Departemen Pertanian menunjukkan (Ariani, 2008) :
(0 Semua propinsi
di
lndonesia pada tahun
1979 mempunyai pola pangan pokok utama beras, dan pada tahun 2005 posisi tersebut masih tetap,
kalaupun berubah hanya terjadi pada pangan kedua, antara jagung dan umbi-umbian, (ii) Di KTI (Kawasan lndonesia Timur) pola pangan tunggal berupa beras pada tahun 1979 hanya terjadi di satu propinsi (Kalsei), namun pada tahun 1996 sudah menjadi 8 propinsi (Kilse!, Kalbar, Kalteng, Kaltim, NTB, Sulsel, Sulut dan Sulteng), (iii) Pada tahun 1993, sebagian besar propinsi mempunyai pola pangan pokok yang sudah mengarah ke pola
tunggal yaitu beras. Kecenderungan ini terjadi pada masyarakat kaya dan miskin, dan (iv) Pada
tahun 2002, pangan pokok kedua masyarakat sudah tidak dari umbi-umbian atau jagung, tetapi
dari mie. Perubahan ini semakin signifikan pada tahun 2005, semua masyarakat di kota atau desa dan kaya atau miskin hanya mempunyai satu pola pangan pokok yaitu beras dan mie. Senada dengan hasil tersebut, penelitian Saliem dan Ariningsih (2008) mengenai perubahan pola konsumsi dan pengeiuaran rumah rangga di pedesaan lndonesia dengan data Susenas 1999,
2A02 dan 2005 juga menunjukkan terjadinya perubahan konsumsi dan pengeluaran pangan
yang mengarah pada mie/terigu, serta meningkatnya konsumsi dan pengeluaran untuk makanan jadidan rokok (tembakau dan sirih).
Sementara
itu
fenomena yang
terjaCi
menunjukkan kecenderungan meningkatnya harga
pangan. Berdasar data menuniukkan
harga
pangan mulai menunlukkan kenaikan sejak tahun
2006 dan diprediksi akan tetap tinggi di masd yang akan datang. Berdasarkan indeks harga
pangan FAO, pada tahun 2006 harga pangan naik sekitar 8% dibanding tahun 2005. Tahun 2007 kenaikan mencapai 24o/r, dan untuk periode tiga
bulan pertama 2008, kenaikan harga
pangan
Analisis Permintaan pangan Rumah Tangga (yunastitip., Sramet H., Masyhuri, dan Jangkung H.M.)-
mencapai 53yo diband,lglal dengan periode yang -peridOe sama pada tahun ?007..SElama harga beras naik.46o/o (Lakitan, ZOO9). Kenaikan pangan ini dipicu dan dipacu
i.r;il;
,harga oleh.beberapa hal seperii-kenaikan hrrgu ;i;y;k bumi,. penggunaan energi atternitif ,.p.ni
tjiol
gngrg! peningkatan periintaan yang luar Uiaia terhadap bahan pgngil di Tiongko'k Oin rndiaiJua negara. dengan jumlah pendudut terbesar 'dan
mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat) serta pertumbuhan penduduk dunia, perubahan iklim dikarenakan global warming menyebabkan masa tanam dan masa panen lebih tidak bisa diperkirakan (Hasan, 2008; Lakitan, 2009). peningkatan harga pangan ini membawa penurunan daya beli masyarakat dan berdampaI oada menurunnya permintian rumah tangga untuk pangan. Di sisi lain, peningkatan harga pangan juga membawa dampak terhadap akses pangan rumah tangga, b:f,ry. ruma.h tangga kesuliian hengakses pangan. Di lndonesia,. aksis pangan nrenipakan salah satu aspek dari ..ketahanan i.ng.n. i;;;;; ketahanan pangan dituangkan bafa:nr Undanil undang Nomor 7 tahun tdgo. gerdar;, ;;;;il_
undang tersebut, ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan
bagi rumah iangga
yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cJklup,'Uai[
iumlah. maupun mutunya, iman, merata dan terjangkau. Konsep ketjhanan pangan tersebut dapat diringkas kedalam empat 'aspek yaitu : (i) ketersedia,an pangan atau ketercukupan jumlah pangan (food s.u..fficeincy), (ii) keamanan (food. safeg), (iii) kemerataan pangan fjungu; Oun iir) keterjangkauan pangan atau kemudahan rumah tangga untuk memperoleh pangan a.ngun h.rg;
yang terjangkau.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui permintaan rumah tangga untuk pangan di-kaitkan
9.ng.?l tingkat ketahanan pangan ru-mah tangga. Penelitian mengambil. propinsi Jjwa Tengah s.Ui6ri daerah penelitian karena merupaka-n pro-pin;i pengeluaran rata-rata per kapita ieUlfan lenOa.n. terendah di pulau jawa. Selanjutnya, proporsi pengeluaran ,*1ng! Jawa Tengah- meiupakan yang terbesar (49,97yo dari toi'al peng.i,rrrrn Iylglt tangga), dibandirrg dengan Jawa Timur (48,59%1, Jawa Barat (qgjrii/o) dan lstimewa yogyakarta (41 .BOyo). Setinjutnya
pengeluaran makanan
di
propinsi
iawi
Daerah
;ilii;
tengah
komoditi, maka pengeluaian {ryi Jnenurut mat(anan untuk padi-padian
terbesar kedua (sebesar 21,43o/o') seteiah pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi (sebesi, Zq,ZZW) yuig
merupakan porsi terbesar (BpS, 200ga). _T!T?,r: qelT!!",1aa.n pansan rumah tanssa ^-,- penetitian paoa ini dilakukan pada
setiap kebm[5k : :':',i-rumah tangga menurut tingkit ketahinan pangan, taln nangan, kuranipangan, rentan pangan 11i1u rawan p.a.ngan. pengelompokan ini
oan
menggunakan indikator klasifikisi siiang and;; qalqs perEeluaran pangan dan kecukupin energi dari Jonsson dan Tooie tiggrl J.f.m iaax*ell, D et
Proporsi pensetuaran pangan mensukur pangan dari aspek ekonomi sedaigkan pe.menuhan kecukupan konsumsi pangan :|-119991 Kerananan
d;la;
satuan glelgi mengukur ketahanan plngan dari aspek gizi (Saliem dan Ariningsifr, ZbOg[ Syarat
kecukupan konsumsi r.*ii-'o.ng.; -energl Widyakarya Nasional pangln dan Gizi Vilt
(WKNPG) tahun 2004 adatah)ZOO kka7kapitalhari (LlPl, 2004 dalam Saliem dan Arirrinfsin,- zOOA). Ii?gfg, ketahanan pangan seperti dita6elkan pada
tabel
1.
-Tabel 1. Tingkat Ketahanan pangan Rumah
Tangga
Konsumsi En"rgi
per unit ekuivalen dewasa
Cukup (> 80% kecukupan eneroi) Kui-ang (6 B0% kecukupan
enerqi)
Pangsa pengeluaran
pangan Rendah (< Tinggi 60%) (e 60%) Tahan pangan
Rentan pangan
Kurang pangan
pan9an
Rawan
5umber: Jmoer: Jonsson Jonsr dan Too e (1991) dalam D et al (2000)
METODE PENELITIAI.I
Penelitian
ini
menggunakan data Survei
Sosial Ekonomi Nasional -(Susenas) panel 2008 (Maret) Modul Konsumsi/pengeluaran' rumah
tangga dari Badan pusat Statisiik, berupa data mentah (raw data). Susenas lvlodul Konsumsi merupakan survei dengan unit observasi adalah rumah tangga. Jumlah item pengeluaran rumah tangga dalam Susenas dibagi ke dalam 2 i 5 komoditi makanan dan tOti' komooiti bukan
makanan (BPS, 2008c). Jumlah rumah tangga yang
disurvei pada Susenas panel tr4aret ZOO'g untuf wilayah propinsi Jawa Tengah sebanyii l.qql rumah tangga (BpS, 2009d). Oalam penelitian ini data outlier dihilangkan sehingga itirfan rumah tangga yang dianalisis sebanyi*'l.qZS rumah
tangga.
. Data kor yang digunakan dalam penelitian ini adalah data karakteristik rumah tanggi meliputi jumlah,anggota rumah tangga, tingkaiiendidikan
kepala keluarga dan --witaya-h 6erkotaanf pedesaan). Data modul koniumsUpenqeluaran
yanq digunakan dalam penelitian
ini adalah pembelian dan konsumsi rumah tangga terhadap pengetuaran totat rfriah tangga f:!.f^l_0..n (BPS, 2008c). Teknik analisis untuk estimasi permintaan. pangan rumah tangga dilakukari dengan
pendeka.tan sistem
yaitu dengan Almost tdeat Demand Sptem (AIDS) dari Deaton dan Yy:lt!ry.r (1980) dalarn bentuk aproksimasi linier (LA/AIDS). Estimasi ditakukan untri, ,.tiip iingkat ketahanan pangan rumah tangga, lehinqqa
_EKO-REG|ONAL,
VoLS, No.t, Maret 2Ot 0
terdapat empat persamaan estimsi permintaan
pangan. Persamaan estimasi sebagai berikut
wk = oik *ib*lnpi + ,,rh#+d,,.
DIK+fxWL+q Keterangan
wik :
K* = or,* *?br*ln p, + crnlnf *
:
dd,.lnjART + eep DIK + ffp WIL +
tnJART + en
,
(1)
Pangsa pengeluaran rumah tangga dengan
tingkat ketahanan pangan
k
untuk
komoditas pangan ke i, dimana k=1,2,3,4 dan i=1,2, ......,9 k = 1 : Tahan pangan; k = 2 : Kurang pangan; k = 3 : Rentan pangan; k 4 : =
i= I
: Beras;
i=2
Ketela; i = 3 : pangan hewani; i =4 : Lauk_ Pauk; i= 5 : Buah; i= 6 : Bahan Minuman; = 7 : Mie; i= 8 : Makanan dan Minuman
.
dengan unit value yang dihitung dengan
membagi antara pengeluaran ruriah tangga untuk pangan dengan jurnlah unitnya
l-otal pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)
P.
lndeks harga qeometri dari Stone, dimana
lnP'= Ew,lnp,
JART DIK
Junrlah anggota rumah tangga (orang)
:
Tingkat pendidikan kepala Gluarga;-btf = 1 bila SMTP ke bawah ; DtK 0 biia lainnya =
(SMTA ke atas)
WL : Wilayah perkotaan/pedesaan; WtL = 1 6i13 . perkotaan; WL = 0 bila lainnya (pedesaan) a, b, c. d, e,
f : Parameter yang didugi
v, : Variabel stokastik ke i
Selama periode survei. ada kemungkinan terdapat komoditi pangan yang tidak dikonsumsi ole.h rumah.tangga, yang berarti mempunyai nilai
.
nol pada variabel endogen pada persamaan'regresi,
sehingga variabel dependen terpotong
sehingga menjadi
Penyelesaian LA/AIDS persarnaan estimasi
menggunakan metode Seemingly Unrelated Regressicn, dan diselesaikan den{an alat bantu program Evievvs. prosedur pengerjaan Eviews dengan system. Dalam pendugaanhoaet WatOS tersebut diterapkan restriksi : Adding_up : :,1 ; lbrr, =0, ?"r,=0; homogenitas : ?or,
Variabel IMR dicari dengan estimasi dari Tobin (1958) yang mengombinasikan analisis probit dan OLS standar dengan langkah sebagai berikut : keputusan rumah tangga mengonsumsi komoditi.i dimodelkan sebasai ploUit bdja;; h;sii estimasi dihitung. rr.rlbabiq{- density funstion (pDF) dan 'kemudian cy.ntuhtive dedty function (CDR tlrhitung IMR yang merupakan rasio antara pDF dan CDF {Sadoulet dan Janvry, 1995}. Model probit sebagaiberikut:
:0 dan
:
.
simetri bzi = bzj, Untuk menerapkan restriksi adding-up maka salah satu persamaan permintaan pangan dihilangkan (dalam
lbr,t
hal ini
persamaan peimintaan -tembakau), parameter estimasi dari persamaan yang dihilangkan diturunkan dengan menggqnikai
kondisi adding-up dan homogen. Restri['si ,ir"tri dituliskan dalam persamaan estimasi pada waktu mengoperasikan evrevus dengan system (taljaard.
2004; Regorsek, 2006; foc, ZbOg).-
Berdasar hasil estimasi permintaan dihitung elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas plldapatan dengan rumus (Sadoulet dan Janvry, 1995)
1.
:
Elastisitas harga
: E,,=-r*\-czi; wi
8,, 10 berarti barang non giffen;bib berartibarang giffen.
menyebabkan bias pada estirnasi. Maialah Grsebut
(Sadoulet dan Janvry, 1995).
cyoh$ *
ddd,* InJART + eeeik DIK + fffp WIL + lMR,,, + wv,
-dan
diselesaikan dengan menambahkan variabei IMR {9v1rse Mill ntio) ke dalam persarnaan estimasi
:
wik = Q2ik *lbrroln pto +
i
Harga komoditas pangan ke i, dimana i = 1.,2, .........,9 seperti disebut di atas, diuIur
v
rumah tangga
dengan tingkat ketahanan pangan k komoditas pangan ke i, di mana mengonzumsi = ; tidak mengonsumsi = 0; k= 1,2,3,4 dan i= 1,2,........., 9. Selanjutnya variabel tMR (/nverse iltilt ratio) dimasukkan ke dalam persamaan estimasi (1i
(3)
Jadi;i=9:Tembakau
Pi
(2)
I
:
Rawanpangan;
w,
Kn adalah probit untuk
2.
Elastisitas siiang
E,
'.
bila
Ei > 0
E,i=?-,*,, 'WiU)tr
bila
.0
berarti barang pelengkap; bila Ea > 0 berarti barang pengganti.
3.
Elastisitas pendapatan
: 4i=1+?; wt
Uita
4,
berarti barang inferior; bila 4t>0. berarti barang normal ( tlr > 1 merupakan barang mewah dan A
berartibarang netral.
_:a.;..i_.."
Analisis Permintaan pangan Rumah Tangga (yunastiti p., sramet H., Masyhuri, dan Jangkung H.M.)
HASIL DAN PEMEAHASAN Hasil analisis regresi probit keputusan rumah
langga. .mengonsumsi atau tidak mengonsumsi komoditi pangan dapat ditihat di tampiiin t. Hasit menunjukkan pada ,eiirp tingkat l.-:t_*rJ , l(etahanan pangan, sebagian besar harga pangan itu sendiri (own price) siglifikan, harq;ieras dan narga mie. lni berarti bahwa rumah tlngga dalam keputusannya mengonsumsi beras dan -mie tidak
tergantung pada harganya. Selanjutnya harga
pangan la.in, sebagian besar tidak signifitan, tecu-ali harga makanan dan minuman jadi ierta tembakau. lni berarti bahwa harga pangan selain makanan dan
minuman jadi serta tembakau tidak berpengar.uh
terhadap keputusan mengonsumsi pangan. Pendapatan rumah tangga hampir semuanva -i.,u*rii -5eras,
signifikan, kecuali untuk pungun lauk-pauk dan tembakau, seUagia; -besar tidak
signifikan. Jumlah anggota rumah tangga sig.nifikan. rinstat penOiJkan kepaia !::::Ir.nyr. I(eluarga sebagian besar tidak signifikan, kecuali
untuk ketela, buah dan tembakau. Wilayah tempat
tinggal sebagian besar tidak signifikan, kecuali ketela.
Dugaan parameter model sistern permintaan
pangan rumah tangga pada setiap tingkat ketahanan pangan dapat aitifrat Oi famfilan 2. Hasil
analisis menunjukkarr sebagian besar har.ga pangan
itu sendiri signifikan berpJngaruir positif- terhajap pangsa pengeluaran pangan, dengan besaran
koefisien regresi kesenruanfa kurang
if.ri o,oi, i"i
berarti pengaruh perubahan trarg"a pungrn itu sendiri terhaciap perubahan pungiu p.nq'Afrurr;
pangan kecil sekali. Selanjutnya harga pangan lain,
sebagian
.besar signifikan, kecuali
[aja
teteta,
cti
Tan9.. sebagian besar harga pangan lain tidak signifikan. Besaran koefisien rugr"rihurg. pungrn lain kesemuanya kurang dari-0,05. p-en,iapai.n tangga !9*pir sernuanya signifikan 11mah berpengaruh negatif, -kecuali buah pada rumah langga . rentan pangan (berpengaiuh positif). koefisien reg resi. pendapata ri ruma h ta n gga !11ran kesemuanya kurang dari 0,05, kecuali untut tembakau lebih dari 0,07. Jumlah anggota rumah
tangga sebagian besar signifikan, ada yang . positif dan ada i.ng n.g.tif. Besaran lgrgenOaruh
Koelsten regresinya sebagian besar kurang dari
0,05, kecuali untuk beras pada ,rruh tangga rawan pangan; serta tembakau untuk rumih tangga tahan dan kurang pangan lebih dariO,l0. '
.
.Tingkat pendidikan kepala
tingkat pendidikan kepala keluarga sebagianiesar adalah negatif. pengaruh negalif Oera-rti rumah iglggl dengan tingkat pendidikan kepata keluarta SMTP ke bawah mempunyai pangsa pengeluarJn pangan yang lebih kecil dibanding dengan rumah dengan ringkat pendidikarikepaia tetuarga l:lggu SMTA ke atas. Besaran koefisien regresin-ya sebagian besar kecil sekali (kurang Aaii O,OSl. ltlilalan tempat tinggat sebagian OJsar iigniiitan
oerpengaruh terhadap pangsa pengl!uaran
pa.nga.n. pengaruh tempat tinggal .wilayah pengaruh negatif UeiJrti sebagian besar negatif. rumah. tangga di perkotaan mempunyai pangsa pengeluaran pangan lebih kecil dibanding rumah iangga di pedesaan. Besaran koefisieri regresi sebagian besar kurang dari0,05. 1. Elastisitas Harga Elastisitas harga menurut tingkat ketahanan pangan rumah tangga menunjukkan kesemua besaran elastisitas mempunyai tundu yung negatif, yang b-erarti rnerupakan barang non gittJn. Tanda
negatif mempunyai arti apabila harg"a konroditas pangan berubah (misalnya naik) maka jumlah komoditas pangan yang diminta akan berubah secara berlawanan (turun). Selanjutnya dilihat
sifatnya, menunjukkan pada setiap
ffi
irrif,
tangga
menurut tingkat ketahanan pangan, kesemua komoditi pangan bersifat ineiastii (ditunjukkan oleh besarnya harga mutlak nilai elaitisitas yang
kurang dari satu), kecuali tembakau bersifat elastis (ditunjukkan oleh besarnya harga mutlak nilai elastisitas yang lebih dari satu), -dan mie untuk
rymah tangga rawan pangan bersifat uniter
(ditunjukkan oleh besarnya -harga mutlak nilai elastisitas yang sama dengin satu)-(tabel Z).
Tabel 2' Elastisitas Harga Menurut Tingkat r(etahanan pangan di Jawa Tenrr:rh Komoditi Pangin Tingkat Kqtahanan panean Tahan Kurang Rentan Rawan tE €ras -0,6517 -0, 7758 -0,5974 -0,6211 Ketela -0,6192 -0,gggl -0,gg6g -0,ggg3 Pangan Hewani -0,8097 -o,7426 -o,g6g4 -o,7554 ["auk-Pauk -0,5178 -4,5263 -0,5996 -0,6099 Buah -0,1359 -0,1793 -0,2426 -0,0123 BahanMinurnan -o,753A -0,6824 -0,9239 -0,8497 Mie -0,gg8l -0,ggg6 -0,9912 -1,0000 Makanan dan Minuman Jadi -0,5162 -0,4952 .0.3693 -0,4499 Tembakau -1,3229 -t4687 -t,3s47 -l,4l7g pennmtaa n pangan tahel 2.1sld2.3, I-ampiran 2, diolah. I
teluaiga
sebagian besar signifikan, dimana pengaruh
EKA-REGIONAL, Vot.5, No.t, Maret 2Ot
.
. Komoditi pangan beras sebagai makanan
pokok, besaran harga mutlak nilai elastisitas harga paling elastis untuk kelompok rumah tangga kuraig
pangan dibanding dengan kelompok rumifr tanggi lainlyg. Dilihat dari sisi sebaliknya, harga muttak
nilai elastisitas harga beras paling iidak elSstis untuk kelompok rumah tangga rentan pangan, dibanding dengan kelompok rumah tangga lainnya. Dikaitkai
dengan ketahanan pangan, apabila
terjadi
peningkatan harga beras, rumah tangga kuring pangan mempunyai dampak relatif lebih berat, dan rumal-r tangga rentan pangan mempunyai dampak relatif iebih ringan dibanding runrah tangga lainnya.
.Komoditi pangan lauk-pauk menunjuk[an semakin tahan pangan suatu rumah tangga, elastisitas harga semakin tidak elastis. tni Ueiirti apabila terjadi peningkatan harga lauk.pauk maka semakin tqhgn pangan suatu i.urnah tangga semakin sedikit mengurangi jumlah lauk-pauk yiig dimin'ra, atau bila Oi'nyataian seUafiknyi-semakin .
t
kurang tahan pangan suatu rumah ngqu semakin banyak mengurangi jumlah lauk-pauk ylig diminta. Dengan de.mikian semakin kurang tahan pangan suatu. rumah tangga akan mempunyai dampak ylng semakin berat apabila harga lauk-pauk meningtca[ Hal sebaliknya untuk makanan dan rninumanladi,
semakin tahan pangan rumah, elastisitas harga
semakin elastis.
tni
berar-ti apabila terjidi
peningkatan harga makanan dan rninuman liai, maka serrrakin tahan pangan suatu rumah tangga akan semakin banyak mengurangijumlah makanJn dan minurnan jadi yang diminta. tiengan demikian semakirr tahan pangan suatu rumah langga akan mempunyai dampak yang semakin berat-apabila harga makanan dan minuman jadi meningkat.
Komoditi pangan tembakau, menunjukkan . padg setiap rumah tangga
menurut iingkat ketahanan'pangan bersifat elastis, ditunjutikan besarnya harga mutlak elastisitas harga lebih da:.i satu. Dari besaran harga mutlak elastisitas harga, menunjukkan bahwa rumah tangga tahan dan rentan pangan pangan kurang elastis dibanding
iyma! tangga kurang dan rawan pangan. maka perlu upaya dari pemerintah untuk
Mengingat rokok ciapat membahayakan kesehatan
rnengurangi tembakau yang dikonsumsi atau qgngurangi jumlah perckok. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menaikkan haiga rokok melalui peningkatan cukai rokok. Apabila harga rokok naik, maka jumlah rokok yang diminta akan berkurang dgnqal banyak mengingat rokok mernpunya-i elastisitas harga yang elastis.
2. Elastisitas Silang Ela_stilteas silang di
.
-a djketahu! .hubungan antar-+kornoditi .iangan, dimana ht&ungan tersebut mempunyai Uua iifat, yaitu salng. melengkapi atau sating mengganti. Saling mglenglapi apabila elastisitas -iitang ryqp.ynyal tanda negatif, saling mengganti apabili elastErtas silang mempunyai tanda positif. Berdasar
O
tabel 3 sampai.dengan 6 nampak elastisitas silang
setiap komoditas pangan pada setiap rumah tangga menurut tingkat ketahanan pangan, ada yang -bertanda negatif dan ada yang tertanda positif . Artinya antara satu komodlti pangan dengan komoditi pangan lainnya ada yang mempunyai hubungan saling melengkapi dan adi yang saling mengganti. gaik hubungan saling melengkapi ataupun saiing mengganli diantarl .'komcditi pangan, menunjukkan htlbungan yang
kurang kuat, karena semua besaran har{a mutlal nilai elastisitas kurang dari satu.
Elastisitas silang beras pada setiap rumah
tangga menurut tingkat ketahanan pangan, sebagian besar komoditi pangan merupjkan
pangan pengganti beras (ditunjukkan elastisitas
positif) dengan besaran harga mutlak nilai elastisitas yang kecil (kurang darJ 0,5) (tabel3). lni
berarti.apabila harga komoditi pangan pengganti berubah (naik) dengan 1% maka beras yang
diminta akan berubah (naik) kurang Oari A,Si. dengan asumsi variabel lain konstJn. Oikaiikan lenga.n ketahanan pangan rumah tangga, dengan banyaknya komoditi pangan penglinti beras maka apabila harga beras naik, rumah tangga
dapat mengganti beras dengan
pangan
penggantinya. Pangan pengganti beras yang
mempunyai hubungan paling
kuat
adalah
makanan dan minuman jadi, kecuali rumah tangga rawan pangan pengganti beras yang mempunyai
hubungan paling kuat adalah mie. Temuan ini ; (i) pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan pertanian serta Badan Ketahanan Pangan Deparlemen pertanian dengan data runtut waktu Susenas menunjukkan bghwa pada tahun 2002 makanan pokok kedua adalah mie, dan perubahan tersebut semakin signifikan pada tahun 2005 dimana semua masyarakat di kota atau desa, dan kaya atau senada dengan hasil penelitian
miskin hanya mempunyai satu pola pangan pokok
yaitu beras dan mie (Ariani, 2O0g), Aan (ii) nasii penelitian Saliem dan Ariningsih (2009) dengan data runtut waktu Susenas menunjuk-kan terjaCinya perubahan pola makan di pedesaan
yang mengarah ke mie cian makanan jadi. Elastisitas silang lauk-pauk menunjukkan pada rumah tangga tahan dan kur.ang pangan,
'
kesemua komoditi pangan merupakan pangan pengganti (ditunjukkan elastisitas positif),' kec-uali makanan dan,minuman 'jadi merupakan pangan pelengkap (ditunjukkarr elastisitas negatif). eida rumah tangga rentan pangan, kesemua komoditi pgnga.n.
.
merupakan pangan
pelengkap
(ditunjukkan elastisitas negatif), kecuali tembakair
merupakan pangan pengganti (ditunjukkan
elastisitas positfl. Pada rumah tangga rawan pangan. sebagian besar . kcmoditi pangan
merupakan pangan pengganti (ditunjukkan
elastisitas positifl, kecuali bahan minuman serta makanan dan minuman jadi merupakan pangan
pelengkap (ditunjukkan elastisitas negatfi. Kesemua besaran nilai elastisitas, baik poshif
Analisis Permintaan Pangan Rumah Tangga (Yunastiti P., Slamet H., Masyhuri, dan Jangkung H.M.)
(pangan pengganti) maupun negatif (pangan pelengkap) kurang dari 0,.l, kecuali makanan dan
dan minuman jadi, pada ketiga rumah tangga menurut tingkat ketahanan pangan (yaitu tahan, kurang, rentan pangan), kesemui kornoditi
tahan, kurang, dan rentan pangan,
(ditunjukkan elastisitas negatif). Besaran nilii elastisitas kurang dari 0,1. pada rumah tangga rawan pangan, tidak ada pangan pengganti ataupun pangan pelengkap untuk makanan dan minuman jadi (ditun;ukkan e!astisitas noi), atau makanan dan minuman jadi tidak mempunyai hubungan dengan pangan lain (tabel 6).
minuman jadi antara 0,1-0,2 (tabel 4). Elastisitas silang mie pada rumah tangga
p:nga.n
kesemua
komoditi pangan merupakan pangan pengganti (ditunjukkan elastisitas positi0. Kesemua besaran nilai elastisitas kurang dari 0,5. pada rumah tangga
rawan pangan, tidak ada pangan
pengganti
ataupun pangan pelengkap untuk mie (ditunjukkan elastisitas nol) (tabel 10). Untuk komoditi makanan
.
merupakan pangan
pelengkap
Tabel 3. Elastisitas Silang Permintaan Bcras dan Ketela l\{enurut Tingkat Ketahanan pangan da Jarva h
Komoditi Prngan Ketela
Beras
Ketela
Tahan
Kurang
Rentan
Rawan
0,0007
0,0006
0,002 r
0,0017
Tahrn
Kurans
Rentan
Rarvan
Pangan Hervani
0,0160
0,0123
{,0136
-0,0009
0,0135
0,1648
0,0237
{,1178
4,1767
{,t
0,0195
Lauk-Pauk
r03
0,0268
0,0485
{,5074
0,0701
Buah
0,0055
4,1761 4,A279
-0,046t
0,0079
0,0047
0,0067
Bahan Minuman
0,0137
0,006r
0,0056
0,0124
0,0123
0,0052
0,0090
-0,7609
0,0078 .0,3344
Mic
0,0260
0,0021
{,0086
0,0050
0,0022
0,0034
0,0081
Vlakanan dan Minuman Jadi
0,0050
0,2337
0,0267
0,0560
-0,c663
0,026 I
0,0425
-0,4074
Icmbakau
0;0594
0,0089
0,0139
0,4408
0,1417
Sumber: Hasil analisis regresi perminr.an
l {,0048 0,0075 pangan t Uet Z.t Va Zj,Lr'nplr* ,, dt"t.t 0,0617
0.077
Tabel 4. Elasiisitas Silang Pcrmintaan Pangan Hervani dan Lauk-Pauk l\{enurut Tingkat Ketahanan pangan da
nsi JalYa
Komoditi Pangan
Panqan Hen'ani
Lauk-Pauk
Tahan
Kurang
Rentan
Rawan
Lauk-Pauk
-0,0157
-0,0981
-0,0882
-0,0621
Buah
0,0035 0,0603
0,0019 0,0026
0,0281
Bahan Minuman
0,0000
Mie
{,0ts4
0,00 t 0
lvtaicanan dan Minuman Jadi
0,0827
Iembakau
0,0057
Tahan
Kurang
Rentan
Raryan
4,0340
0,0047.
0,0000
0,0c52
0,0038 0,0052
-0,0097 -0,0339
{,t
0,0000
0,0000
0,0186
0,0019
-0,0163
0,0026
0,0123
0,0000
{,1669
{,1000
.0,1006
-0,1330
-0,1585
0,0040
0,0000
0,000c
0,0909
0,r070
0,0965
0,0869
Sumbcr: Hasil analisis regresi permintaan pangan tabei
2.i
ydrt
LGtrrln
0,0041 145
2, dtotrtr.
Trbcl 5. Elastisitas Silang Permintaan Buah dan Bahan lllinuman lltenurut Tingkat Ketahanan pangan di Propinei n$ Jawr Tenqah Komoditi Pengan Buah Bahan Minumrn Tahan
Kunng
Rentan
Rawan
0,0034
{,1040
0,0090
Vie
0,0038 -0,0879 0,0190
4,0299 0.0r60
-0,0017
l{akanan dan Minurnan Iadi
4,i285
0,0055
0,0052
{,0067
Sahan Minuman
Icmbakau Sumbcr : Hasil analisis regresi
p.*ri"
Trhan
Kurang
c,0037
0,08466
0,0020
0,00t2
0,0019
0,0440
0,02405
0,025!
0,0124
4,t651
0,r308
0,08351
0,0941
0,r 138
0,1 149
Rentar
Rewan
.
Trbcl 6. Elrstisitss Silrog Pcrmiataan Mic, Mrkraan dan Minuman Jedi Merurut Tingkat Ketahanen di Jewr Konoditi Prngrn Mic Mekenu dsn Minumeh Jedi Tehrn Kurenc Rentao Rrwan Trhan Kumng Rcnten Rewrn vlatmm du Minuma Jadi 02558 ,:0Bl?9- - 0,0365 "0,0000
Icsr&u
0,0064 0-0059 Hasii analisis rcgresi pcrmintaan pangan
02113
pansarm
0,0000 3, Lampiran 2,
{,0574
-0.0483
-0,0966
0-00{x}
_EKO-REGIONAI-
VoLS, No.l, Maret 2010
3. Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan disajikan pada tabel 7. Dari tanda elastisitas pendapatan dapat diketahui jenis komoditi pangan, apabila positif berarti barang normal dan apabila negatif berarti barang inferior. arang normal dapat dikelompokkan menjadi barang
diminta akan semakin banyak
pendapatan positif antara satu dan nol, dan barang mewah apabila nilai elastisitas pendapatan positif lebih besar dari satu. Berdasar tabel 7, elastisitas
c.
keperluan sehari-hari apabila
nilai elastisitas
KESIMPUI.AN 1. Kesimpulan
harga pangan signif ikan berpengaruh positif ; sebagian besar harga pangan lairr signifikan; pendapatan rumah tangga hampir semuanya signifikan berpengaruh negatif; jumlah anggota rumah tangga sebagian besar signifikan, ada yang berpengaruh positif dan ada yang neEatif. Pada sebagin besar komoditi pangan, rumah
pangan
mempunyai harga mutlak nilai elastistisitas kurang
dari satu, kecuali pangan hewani serta makanan dan minuman jadi (rumah tangga rentan dan rawan pangan), buah (rumah tangga rentan pangan), mie (rumah tangga rawan pangan), dan tembakau
tangga dengan tingkat pendidikan kepala keluarga SMTP ke bawah mempunyai pangsa
(untuk setiap rumah tangga menurut tingkat ketahanan pangan), mempunyai nilai elastistisitas lebih besar sama dengan satu. lni berarti sebagian besar komoditi pangan pada setiap rumah tangga
menurut tingkat ketahanan pangan merupakan barang keperluan sehari-hari, namun pangan hewani serta makanan dan minuman jadi (untuk rumah tangga rentan dan rawan pangan). buah (untuk rumah tanEga rentan pangan), mie (untuk rumah tangga rawan pangan), dan tembakau (untuk setiap rumah tangga rnenurut tingkat ketahanan pangan) merupakan barang mewah. Komoditi pangan beras sebagai makanan pokok, elastisitas pendapatan rumah tangga tahan dan kurang pangan lebih elastis ciibanding rumah
Dugaan parameter model sistem permintaan pangan rumah tangga pada setiap tingkat ketahanan pangan menunjukkan sebagian besar
pendapatan per komoditi pangan pada setiap rurnah tangga menurut tingkat ketahanan pangan
menunjukkan kesemua komoditi
pengeluaran pangan yang lebih kecil dibanding
dengan rumah tangga dengan
tingkat pendidikan kepala keluarga SMTA ke atas; dan rumah tangga di perkotaan mempunyai pangsa
d.
pengeluaran pangan lebih kecil dibanding rumah tangga di pedesaan
Elastisitas harga nrenunjukkan kesemua besaran elastisitas komoditi panEan mempurryai tanda negatif, yang berarti merupakan barang non giffen. Sifat elastisitasnya adalah inelasiis kecuali
tembakau bersifat elastis, dan mie untuk rumah
e.
tangga rawan pangan bersifat uniter. Elaltisitas silang setiap komoditas pangan'pada setiap rumah tangga menurut tingkat ketahanan
pangan menunjukkan hubungan antara satu komoditi pangan dengan komoditi pangan lainnya ada yang saling melengkapi dan ada yang saling rnengganti. Baik hubungan saling
tangga rentan dan rawan pangan. lni berarti beras
merupakan barang keperluan sehari-hari, dan apabila terjadi perubahan pendapatan rumah tangga (misal naik) dengan 1% maka perubahan jumlah beras yang diminta (naik) lebih besar pada rumah tangga tahan dan kurang pangan dibanding pada rumah tangga rentan dan rawan pangan. Komoditi pangan ketela, paling tidak elastis pada
apabila
pendapatannya meningkat.
melengkapi ataupun saling mengganti diantara komoditi pangan, menunjukkan hubungan yang
f.
kurang kuat.
Komoditi pangan mie, bagi rurnah tangga rawan merupakan barang mewah (ditunjukkan nilai elastistisitas positif lebih besar sama'dengan saiu),
Elastisitas silang beras pada setiap rumah tangga menurut tingkat ketahanan pangan menunjukkan pangan pengganti beras yang mempunyai hubungan paling kuat adaiah makanan dan minuman jadi, kecuali pada
barang keperluan sehari-hari
pengganti beras yang mempunyai hubungan
rumah tangga rentan pangan (tabelT).
rumah tangga rawan pangan, pangan
sedangkan rumah tangga lainnya nrerupakan
(ditunjukkan elastistisitas positif antara no! dan satu). Komoditi makanan dan minuman jadi, bagi rumah tangga
rentan dan ra\ryan pangan merupakan barang
mewah (dttunjukkan elastistisitas positif lebih besar sama dengan satu), sedangkan rumah tangga tahan dan kurang pangan merupakan keperluan seharihari (dhunjukkan nilai elastistisitas positif antara nol dan satu). Komoditi pangan tembakau merupakan barang newah untuk setiap rumah tangga menurut tingkat ketahanan pangan (ditunjukkan elastistisitas positif lebih besar dari satu), dan semakin tahan pangan sratu rumah tangga. elastishas pendapatan semakin dastis. lni berarti semakin tahan pangan suatu rurmh tangga maka jumlah tembakau yang
g.
paling kuat adalah mie. Elastisitas pendapatan setiap komoditas pangan
pada setiap rumah tangga menurut tingkat ketahanan pangan kesemuanya menunjukkan bahwa semua komodit! pangan merupakan barang nornnal, dan kesemuanya merupakan barang keperluan sehari-hari, kecuali pangan hewaniserta makanan dan minuman iadi(untuk
rumah tanEga rentan dan rawan pangan| buah
(untuk rumah tangga rentan pangan), mie (untuk rumah tangga rBWdFr pangan), dan tembakau (untuk setiap ru.mah tangga menurut
tingkat ketahanan pangan) merupakan barang mewah.
l
AnalisisPermintaanPanganRumahTangga(YunastitiP.,SlametH.,Masyhuri,danJangkungH'M.)Tabel 7. Elastisitas Pendapatan Menurut Tingkat Ketahanau Pangan di Jawa h-
Komoditi Pangan Tahan Beras
0,7366
Ketela
0,7779 0,8333
Pangan Hewani
Lauk-Pauk Buah Bahan Minuman
0,7759
Mie
0,8 109 0,8441
0,8393
0,7954
Makanan dan Minuman Jadi Tembakau
Tinel€t Ketabanan Pensen Kurans Renter Rewan 0,7573 0,6135 0,8880 0,7776 0,8544
0,6491
0,7719 0,8374
0,4536
0,6086 0,6133
1,0000
I,0000
l5
0,9224
0,7976 0,7133 0,8507
0,4107 1,1276
I,0000
0,81
I,l I lg
0,8491
1,0000
3,4761 3,2986 2,7476 2,7706 Sumber: Hasil analisis regresi perrnintaan pangan tabel 2.1 s/d2.4, Lampiran 2, diolah.
2.lmplikasi Kebijakan a. Temuan bahwa tembakau (rokok) mempunyai elastisitas harga yang elastis, maka pemerintah
dapat mengurangi jumlah tembakau yang dikonsumsi atau mengurangi jumlah perokok dengan cara menaikkan harga rokok melalui peningkatan cukai rokok. Perlunya upaya ini
dilakukan berdasar pertirnbangan
bahwa
merokok membahayakan dari segi kesehatan, dan dari temuan yang menunjukkan elastisitas pendapatan yang elastis.
b. Temuan bahwa pangan pengganti
2008b. Kuesioner Survei Sosial Ekonomi 2008. Keterangan Pokok Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga.. Nasional
VSENP200B.K. Panel Maret 2008 Badan Pusat Statistik. -lakarta.
2008c. Kuesioner Survei Sosial Ekonomi
Nasional 2008. Mcdd -Konsumsi/Pengeluaran dan Pendapatan Rumah Tangga. VSENPO8.M.
Panel Maret 2008. Badan Pusat Statistik.
beras adalah
makanan jadi dan rnie perlu mendapat perhatian
J.rkarta.
2008d. Raw Data Suruei Sosial
serius. Pemantauan terhadap kualitas dan keamanan pangan terhadap industri makanan, perlu senantiasa dilakukan terutama pada jenis-
jenis makanan yang urnum
dikonsumsi
masyarakat untuk nrenjamin keamanan pangan makanan jadi yang dikonsumsi penduduk.
Selanjutnya mengenai mie sebagai pangan pengganti beras juga memerlukan perhatian serius mengingat mie berbahan dasar terigu yang harus diimpor. Perlu terobosan baru
c.
pembuatan mie dengan bahan baku yang ada di dalam negeri (selain terigu). Temuan bahwa beberapa komoditi pangan merupakan barang mewah pada rurnah tangga
rentan dan rawan pangan, maka perlu upaya penanganan serius dari pemerintah untuk membantu kedua kelompok rumah tangga
tersebut.
Ekonomi/Nasional Propinsi Jawa Tengah. Modul Konsumsi/Pengeluaran Rurnah Tangga dan Pendapatan. Panel Maret 2008. Badan Pusat Statistik. Jakai-ta.
Deaton, Angus and John Meullbauer, 1980. "An Almost ldeal Demand System". American Econom ic Review
7
0:3 1 2-26.
Hasan, M Fadhil, 2008 ."Menghindari Krisis Pangan
Global". lnvestor Daily 21n4n0}8. http:// www.indef.or.id. Diakses tanggal
10
Februari 2009.
Kcg, Afi and SavaAlpay, 2009. Household Demand
in
Turkey: An Application of Almost ldeal Demand System Wth Spatial Cast lndex. http://qoogle.com. Diakses tanggal 3 Februari
2009. DAFTAR PUSiAKA
fuiani, Mewa, 2008. Kebe rhasilan Divercifikasi Pangan Tanggung lawab Eersama. Badak Pog Banten 16-22 Juni 2008. Halaman Z. http:/Eanten.litbang.qo.id. Diakses tanggal 18 Februari 2009.
BPS, 2008a. Pengeluann untuk Konsumsi Penduduk lndonesia per Provini 2@2. Buku 3. Survei Sosial EkonomilNasional. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Lakitan, Benyamin, 2009. Merespon
Kenaikan
Harga
Positif
Pangan.
htto:/A,rrwwldrn.oo.icj. Diakses tanggal
lOFebruasri 2009.
LlPl (Lembaga llmu Pengetahuan
lndonesia),
Z0o4.Wdyakarya Nasional Pangan dan Gizi Vlll. "Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi". Jakarta, 17-19 Mei 2004. http://gooole.com. Diakses tanggal 5 Juni 2009.
EKO-REGIONAL, Vol.S, No.l. Maret 2010
Liu, Kang E. dan Wen S. Chern. 2009. Food
Demand' in
http://www.
Urban
press. ntu.
edu.tw.
Dia
and World Health Organization. Research Report No.112. Washington, D.C.
China.
kses ta n g ga I
Darja; Emil ERJAVEC and Lovrenc 2006. "Demand for the main food commodities in Slo,.,enia". Jahrbuch der lsterreichischen Gese//schaft f1r Agrardkonomre. Vol, 15, pp. 11-21. http:// www.oega. boku.ac.at. Diakses tanggal 3
3 Februari 2009.
REGORSEK,
PFAJFAR,
Maxwell, D; C. Levin; M.A. Klemeseau; M.Rull; S.Morris and C.Aliadeke. 2000. "Urban Livelihoods and Food Nutrition Security in Greater Accra,Ghana". IFPRI in Collaborative with Noguchi Memorial for Medicil Research
Februari 2009.
LAMPIRA,N
t
Ud
l.l n .doa. g.d Ar.[dr R.tittl ?6bit loFltusr 8ud TE!8. ulauk Mcotko@cri rlu Tirtr! ttlogloarari Btrq Xdd ?ro36 UGi&i, trul-P.lk Bu$ M@da Thtk t K.tllo8 Rrarh do Siqrifiloari) Vrrirbcl Nca.d Brru l&lch horu f,oul Lul-Pel Trhu Xlru1 R6t.t f,rro Trtro R6ta. Rrrro Trho Ktrro3 Rdlm Irrrr T.[.! Ku nai F6le
IreE6
hPt
tl€Ei
k9h&*ei la3r
But
lr9 EJutMimn t eMi l{3r
T.d.lo
+
+
Frdilifrn KX ii'lTPLb&?}r'Sl$A
+
I
+
+
+
+
s
t I
t
I
I
+
+
E{
a
I
+
+
+
+
I
hP5
t
+
+
+
hP6
+
hF, hPr
+
+
+
+
l6
+
3
I
+
t
+
+
!
+
t
loyPu In
'insld
t
5
+
+
I
RT
Rrrro
+
hPl
+
n6t.!
+
+
LP9
fuoh farg3:
'cndrgaa
+
hst
lagr KacL Ltgr Prgrs
+
Bu.i Rrwro Trbrr
[:.
+
+
5
+
+
:
lc6
DIK
l{mglor:ci . I &i:I Mcadoorui Ujed R{q@d
+
+
str
Vilazi(XqDcgl nhtrRuEh Tet8.:
l', tt12
t.l0l
2.!0
t-226
t97
l7J
s2
t03
,l
t_J6l
?&)
l.l0l l.lr6
.t95
E] 0.t290
0,11{5
0,0?6E
0.0710
0.o{71
0-0{il
0.0729
=0
0.ll
l,
l.!E: l?l
?u
0.1
tEt
i.0ll
t.{lt
l.l2t
2.251
t.097
110
7',t7
rJl 0.Bl8
93
,6
0. I ?68
0.2r82
I
o-t?Jl
0-09tr
2-J5t
1.215
1i 0.t299 0.lt6r
2.0J1
99t
901
a:6
102
E1
0.!toj
0,0{60
0-0728
2fl 0,tot{
2008
K&ai8r: "' rigrifika lX: .. iflifilar
Trbd
1.2
dSnifila lO%;
Rengkumrr Eeril AnJ&& Rcg4ti ?rolia Tcmbaloo llcaorut Tinrk t Kct.h.nr!
Vrl:bci {r.gr
t% ' .
Nobsi
86
lnPl
{rgr Kacl.
Hcwi
lsPS
{ugrlnk-Put tutrBuh {rqrBdtuMaum
{qrlvfr
-tilrt
iistrifita
Kcpltsro
Ruaeh T$ggt udauk McngkonsuGi ra.u Tidek lrlcdtkoossmsi Beiaa ltlinomn, Rumrh Truggr di ?ropinsiJawe dan
Brhal ilinumen
Kuanl
Raotar
Revra Tehrn
+
+
+ 5 s + il + I s
+
5
t5 t5
+ B
lnP{ hP5
lt
lnP6
B
B t5
tr
; +
+ It
It
lnPT
B
i[{I? lcbrmt/SMT^tc
lriir$(Kd/D6r)
er
laP9
+ t,
+
.+
+ b
B
+ +
ls
+
+ +
DIK
+
+
wtL
+
g !
+ I |t
lml&RudTraggr:
Magfmmri-I 'Tid&Manfmi-0 ldiun€d
f.-rqu!d :
n' :igni6lu l% ; er 1rgiL,
;
t
tr
+
+
ls
+ +
Korenr
+ 5
+ + + + +
+
s
+
i5
+
s
+
3
+
5
+
+ s + 3
+
6
s
+ 3
+ B +
+
+ ls
tt
ls
lt
Teheo
it ts
Rewrn
Rrwer
5
t
E
5
+ Ir
5
+ t
I I
6
+
I s
B
+
Trhrn Kureor Raolrn R *a6
I
s
3
s
+ tr tr
5
s
5
+
s
+
T3
+
s
s
+
Tdb.iou
Rcnien
Rcntrn
+
t
s
It L + tr + t5
+
+
+
+
+
+
t5
t
B
5
+ + t3
!1
It It
tt
+ t!
+
t
b
.
t3
+ s
+
+
+
+
It
;b
+
!
+
5
+
6 E
3
+ E
+
+
+
tt
+ li
+
+ + 3
+
t
+
3
,
+ +
E
tl a
+ + + +
I
1.279
1.o84
2.5/a.l
l.2t,l
r.t0{
750
t.97'
412
2.to8
r.t t2
2.51t
t.u4
l.?32
647
t.901
76
@
to4
55
5,l
10)
67:J
107
17
4l
T'
]J
t.a1
506
7&
y7
0.0630
0.t62t
0.046!
0.0845
0.ct30
0.t I 59
0.t04?
o.0214
0.o957
0.0562
0.05t6
o.t t68
0,0917
0,075t
qlor65
sragPrad Mua206
Kaangu
+
+
lnyPu
ln A&T
;
ls
lnP8
{eqr Tanbrlro to&prtra Rmrh Tuggr twtrh AnSSptr Ruruh Tut8r Iiqtrt pcaddku KK :
+ tr + It + ts +
lIirr ltt.]r.rn d!n lttinrm.n Jrdi,
IU.krnrn d.n llinu@n r.di
IUic
Telur hIIT
:Irrgr Pmg:r
t5
(rtrL e.a.U BPS 2000. . siSnifikn to|/r ; ts - ridrt d9i6km
3% ;
0.t
lt6
932
*4.:!q
AnalisisPermintaanPanganRumahTangga(YunastitiP.,SlametH.,Masyhuri,danJan9kun9H.M.)I.ATIPIRAN
I
Rly'cu
Trld 1l
tlull Amlidr kgcd ?ugr lo3duru Ecs, Krl&
dr ?lgr llaul Mlrnl Thprl lGrrhu ?ugu Rrarl Tu3jr
{ lnpbrlJur Vrrlrtd
D.il
Notrd
T$re
lrjrBsE
hPt
try.Kddr
hn
rrgr Pnga Hcwi
hPt
... 0.00q) ! 0.00r, !
lrgr Llt{al lrgr 8ul[ lrgr Brhu l"limou
hP{
{.0102...
t4r
Mic
{rgr Mdua du Minuom 'lrgr Tobrlou )odegrtro Rual Tag3r
Jrdi
l@iCr fuigto'J Ruolb
TeBg.
ri,ulr padidih
:
iMTP
Kl(
tr hHI/SMTA lc
r[ilay$
nw
0.0225
l%;
"
{0.00{J
0.00(x E
... {.00,.l. r.. n0.0296... .0.02J0 ... ... {.0067... .0.0017 t!
{.0192
0.000J
6
.0.0009 B
{.000t
is
0.002, B
hP7
0.0016
.
0.0c17 B
{.00t7 .
{.0002 B
hPt
0
b
0.0015 t3
...
0llE
0.0011 t5
0.0029
0.00{9...
r..
{.022J
{.0J2j...
{.0105
{.0179
...
0 006E
...
-0.0.t26
..
4.00E7
DIK
{.0075
0.0140...
0.006t
wtL
{.0023 E
0.f,0cl b
0.0lll
56t0
0J119...
0.5629
IMR
t" rigifitu
{.000{ B
b
hP6
0
Ldin(.d RdEd
:
!
0.0007
ripifrlra
...
.0 0175
I si8lifi&e l0'l.
i
b.
{.00tr..
0.000{
0.0001 t5
{.000{ E
4.0002
tt
{.0001 ls
0.0005
r!
..
.r).0009
..
{.0006 ls
0.0024
t
ir
4.0001
0.0006
b
.0_0006
{.00t1
rltalmdaMiluaidi
&LDt
...
0.0519
{.(t07 b
j
lryPu IiJART
...
tr
0.0007
0.003{
0 002.t
{.0012 0.0092
r..
.. ...
{.ri152... 0.0t00... .0.00.{9 ts
laparftltrKK: 0.0{N5 E
...
4.0038
0.1719...
.
{.0021
.
..
0.0031..
0.0005
.
{.00t7
.,
4 0l0t
0.002
ts
.0.032,
0.0017 B
... ..
...
0001,
0.000.t
!
0.0000
{.oflx b 0.000t
{.0001 It
...
-0.0212
ts
...
0.003{ ts
-0.0231...
{.0023
.0.001t B
0.0072...
0.0019
..r
4-2n0..
0.0010 ts
{.0d7,
{.01Er...
{.0051 tr
0.2771.i.
0-1603...
B
0.0002 is
{.0006 ts _0.010.1...
b
I
ts
0.OOC$
b
4.0012 ts
4.0t09 b
{_0100.
0.0006
.
0.001, 0.1206
!
0.0022
..
frglrc
2.61t
1.2?9
23'
0 0J92
0.0t2 I
0. I
[ti!cu! ItlErol Ti.tt{ K.trhto
4.C02t
E
.
{.0078
..
...
.0.m17.
ts
4.0t57..r 0.0121..! 0.0tE9 E
.".
{_0151
-'..
0.0056 ts
4.00t2 ts
0.ll3t
0.0671 B
Rr*ra
ls
RaLa
0.0t90...
0.0201
...
0.000J rs
{.000? E
4
It
0.0056...
0.0crt
{.000J
...
{.0025
0.0000 ts
4.0010 b
0.00t9...
0.0009 ls
{.o{Ct
15
{.0009 b
i.0001
ls
{,0007 tr
{-0012 ls
0.c06,
rs
10.0059
c
0.0141...
-0.m05 E
0.0003 E
0.0001 ts
4.0011
0_06J1.. 0.0025 ls
4.0@l
..
4.1170
b
2.355
1.153
2.54t
1.219
o.il16
0,{E59
0J609
0.ltot
Rryu
Kunag
0.06{2... -0.0012
TrLra
Rrwra
Trhra
{.0005 ts 0.0164
0.01.16 ts
c.00il .. 4-0097..r
Bri.! ltlilEru na(a na!
Burf
0.0?0t...
0.0559... {.0022 B
?og.o Rrort Toggr
...
{.0025... 0.0020 ls
0-0000 ts
4.00i{ -0.0026
t5
...
0.01{l B 2.J55
03J'
..i
0010
0,002t ts 0.0001
lr
0,0021
.
{.005t
{.0011 b
-0.0t25
0.0021
..
..
... 0.005t...
0.0020..
.
.ll.00lll...
..' {.ollt ...
.0.0009 E
{.0030 a
4.00{7
-t!.0005...
4.0&9...
0.001,
b
{.mr...
0m72 k
.1,.0062 E
0.0621..
0-115,1...
1.153
,,64t
r{6
0.0392
0. l
Kr
{.0009 b
l2n
{.0053
0.300{
0.2t76
{-0027 010031
E
0.0027
tt
b
0.0009
b
0.0005
tl'
{.000J B 0.0949 0.
4.0006 B
0.fi!00 a
{.095t
{}.(n75 ls
l.l5t
2.6{t
t.2?9
24tt
0.l4qr
0.llr0
235t
0ll]t
.r.
redt Anfid! n
Vrh!.i
trd teltr PdBdu.m ltkr if&M d8 Minllru
Itktd
0
..
hPl
h,|r Xrdr
hP2 hP3 b?a
trtr ?..te HtEi
l{rlrA+rrf
hr&s
Lr3$oMnor e|Ptfr
t Ft rt&. t&rt l-&trtF tniA Aaffou tsdTr.p tnd/SiltAkrrc ff.rll0(s!,Dc)
hcltg ldi, rillln$Ir3p:
n nre
ntr&
frls
Tnbd.ru
leu
T.$u
ldE
nrs
htJ kP6 hP7
.0_m0J
htt
0.0023
h99
m brttl
{}.0003
r
6. b
! !
{.0026 0.000 o.mot b
4.@0!
... ..,
a'
{.004.16
4.OlEr... a.olta b
I
{.0176...
0.0000 at
0I169...
0.0t96
0.c0lt E
0.0615 G
0.0115
ae
0.00a0
k
UK
4.00t7
..
4-0011
0.0005
!
lj
wtL
0.0004
13
IMP.
{.0r9{
..
b
{-(m4r
6
4.001a
0-002J
. 0-(,026 . ... {!-(x)6t .
.o.mtg
lly'*pcrfidl*BX: IMI?b
Xumt
!e!u R!il} T&!tr
il.loe d.n ltlhu|NJ.dl Xmat ndl&
lli. Trhm
lrp Bar
J.d! T66.tor llcou.d r:nikn Kdr|l.@
{.(xxl' &
4.m0,
{.019t. 0.m3t b 4.00(x tr 9.0920.
0.0015
0.0m0
0.00t,
0.0tlt
b b
!
0-0ti, {.00?1
0.05ilt
{.0059. {r-0166
{.0195 .
4.0t25
... e. .. 6
c-0412
{.01o 0.021x!
t.
...
.
0.096t
{.006t
{.12tr...
{.ul90 E .0.016l|...
0.016t
{.ltll .
{.0t9,
{.ol!9
{.01?l
0.6t0
0.0t23
0.0roa
0.t07,
0.tmJ
0.01ll
40141
4-t\Et
0.1
t29
a
0.{x79
0.0t13
0.or0
iro16
0.00R a
.0.0081
{.01,a8
4_0!6'
4.00(l
L153
t.t53
2.6a1
IJ,,
otar'
,3t5
l.lJ3
2.6,1t
t27!)
2355
t. tt3
16aE
1279
0.040,
0.000t
0.00tt
oJcrl4
ozw
0219a
o2s8
drlif&a
I
4-00{t a
0.0524
:&di$rbh.. h..l Mrlrr 200 (&!ro.dA), BPS 2009. X.rotD:el.ritu Dai s drtrifibJta;'itFifdcE lotai lr. ti,*
.i
OoBE It
.x
...
.. 0.0031 !.. ... {.0}l?...
0.0019
4.0,46 b
0.00.15...
s.ffi Pcl lv{rr 200t (dde adidr}, BPs 2009. l%; " rignifrla 57o ; ' :igifrla l0/: t - tidaf sipmke
Jm
... E
0.1916...
LlrS
frarrgn: "'rignifitt frhd lJ
t
4.0217... {.0222 ..' 4.0t67
0.00.t9...
{.0007 b
tr
b
.r.
.0.0007 -0.001
{.0057
C.0001 ls
b
0.01r0
4.0012 ts
lr
0.0057 ts
0.0016
...
{.0001 B
...
Rotro
... {.0179.r.
4.0270
4.00J7... {.00,l ..{ 4.003!
4.0010...
t!
{.0006 b
0.0001 tI
lruk-?nt
.
$nba : rtadidr dA
{.00a6
0.0127
.
lidalsignifilu
Kurrnq
0.002c
:
lt
o.ooim
0.0001 ts
Xmr
...
e.0000 B
0.126t
lnPT
olrh Ru:lt Tmgr UiEt d R{qqld
0.0(92 B
0.03{t
r lrlic
IMR
{.0002 B
0.0647
-0.0010
r}fillRaio
{.0001 tr
0.0577
b
DIK
l!
0.07t0
0.0003
WL
0.0001
0.0110
{,0022
0.20E9
lnP6
itr
{.u}16
0.3041
aBrluMimu
tc bruduSll{TA tc
.0,m05 6
0.{150
bP5
P
tt
0.t109
r BuJr
,d(Ko..D6)
4.0001
2.355
lnPl
f&8ga
0.0003
.. ...
t.2D
hP2
S loggrnr Roah Trrgga
0.000t
x.648
Prgo llcwi r Ladi-Pd
.r.la Rr$
{.@02 B
4.0qlo5
l.l5l
r Kade
lnP9
0.0001
tr
2.155
5% ;
lnP1
! ! 0.0000 !
{.00r.
.0.000{
0.0011...
lGrur
Tdu
1219
hlt
Tabdiu
!
Rrru
2.61E
Bqx
r
Ratr!
l.lrl
Natrri
r
Xrnrt
2355
Trhu r
r..
frIrr
... {.00.t2 . ... 4.051t... 0.1 l2l ... t.
Trtd 2: REtlcru Hril Autirir Rcgroi P6ttr ?ogdur;u buk-Prulg Dut du Brtu
Yrtlltd
."
{.0010
ulalr Ruodr Trggr:
Lacraga
0.0002
0.0'1"19
s
ItrJART
Mill Rrdio
...
0.0419
Rnu
0.0,006
hP9
ltt
0.0117...
?ltu Hall ntlt
K.rd.
X6trr
hP5
lnyPu
(btr/Dcl)
Klrut