ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO PERTUMBUHAN DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh : Suraeda Sultan ABSTRACT
This research aims to know and analyze simultaneous and partial effects of liquidity ratio, growth ratio and managerial ownership on capital structure at Manufacture company in Indonesia Stock Exchange. This research involves 60 manufacture companies in Indonesia Stock Exchange. Analysis method used in this research is multiple linear regression. The result of regression equation is Y=0.005+0.025X1+0.534X2+0.051X3. the results of hypotheses testing show that all variables (liquidity ratio,growth ratio and managerial ownership) simultaneously and partially perform positive and significant effects on capital structure. Coefficient determination (R-square) 0.746 indicates that 74.6% capital structure is affected by liquidity ratio, growth ratio and managerial ownership and 25.40% affected by other variables that are not investigated in this research. Keywords: liquidity ratio, growth ratio, managerial ownership, capital structure
PENDAHULUAN Salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan dalam perusahaan adalah bagaimana perusahaan memperoleh modal untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Apakah kebutuhan modal tersebut dipenuhi dari modal asing atau modal sendiri,dan berapa perimbangan antara modal sendiri dan modal asing. Keputusan mengenai hal tersebut adalah merupakan keputusan struktur modal. Teori struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan hutang. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang diperoleh yang mengizinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak. Sedangkan biaya dari hutang dihasilkan dari : (1) peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban hutang yang tergantung pada tingkat resiko bisnis dan resiko keuangan. (2) biaya agen dan pengendalian tindakan perusahaan. (3) biaya yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi lebih banyak tentang prospek perusahaan daripada investor.
1
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan – perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal ini bukan disebabkan karena perusahaan tersebut mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena perusahaan tersebut memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai (Husnan,1996 : 325).
Namun
beberapa penelitian menemukan hasil yang berbeda yang menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk aktiva lancar pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaan hutangnya. Banyak studi teoritis dan empiris yang dilakukan oleh para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, tangibility, volatilitas dan growth opportunities (pertumbuhan perusahaan). (Bringham dan Houston, 2001:39). Faktor pertumbuhan perusahaan juga memiliki peranan penting mempengaruhi struktur modal.
Pertumbuhan
perusahaan
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
didalam
mengembangkan usahanya selama satu periode tertentu (biasanya satu tahun) dan dinilai dengan menggunakan ukuran rasio nilai pasar ekuitas dibagi dengan nilai buku ekuitas. Berdasarkan
trade-off
theory
,perusahaan
yang
mempunyai
tingkat
risiko
tinggi,mempunyai tingkat financial distress yang tinggi, ini berarti perusahaan akan cenderung menggunakan lebih banyak ekuitas untuk membiayai pertumbuhannya agar dapat mengurangi masalah yang berkaitan dengan penggunaan utang yang penuh risiko. Sedangkan pecking order theory
mengemukakan pertumbuhan perusahaan berpengaruh
positif terhadap struktur modal. Hubungan manajer dengan pemegang saham didalam agency theory digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Manajer harus mengambil keputusan bisnis terbaik untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham . keputusan bisnis yang diambil manajer adalah memaksimalkan sumber daya (utilitas) perusahaan.
Namun demikian pemegang saham tidak dapat
mengawasi semua keputusan dan aktivitas yang dilakukan oleh manajer. Suatu ancaman bagi pemegang saham jika manajer akan bertindak untuk kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan pemegang saham. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam agency theory yaitu adanya konflik kepentingan.
2
Pemegang
saham dan
manajer masing-masing berkepentingan memaksimalkan
tujuannya. Konflik kepentingan terjadi jika keputusan manajer hanya akan memaksimalkan kepentingannya dan tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham. Keputusan dan aktivitas manajer yang memiliki saham perusahaan tentu akan berbeda dengan manajer murni sebagai manajer. Manajer yang memiliki saham perusahaan berarti manajer tersebut sekaligus adalah pemegang saham. Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunya akan menselaraskan
kepentingannya
dengan
kepentingannya
sebagai
pemegang
saham.
Sementara manajer yang tidak memiliki saham perusahaan ada kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Kepemilikan
saham
perusahaan
oleh
manajer
disebut
dengan
kepemilikan
manajerial. Berdasarkan pemikiran bahwa manajer yang sekaligus pemegang saham akan melakukan dan mengambil keputusan bisnis yang berbeda dengan manajer yang bukan sekaligus pemegang saham serta adanya hasil penelitian yang berbeda diantara peneliti tentang hubungan kepemilikan manajerial dengan keputusan bisnis yang dalam hal ini adalah struktur modal. Beberapa peneliti menemukan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan debt ratio perusahaan (kim dan Sorensen 1986, Agrawal dan Mendelker 1987, Mehran 1998 dalam Wahidahwati 2002, Soliha dan Taswan 2002) sementara peneliti lain menemukan bahwa kepemilikan saham oleh manajer mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negative dengan debt ratio (Moh’d 1998 dalam Wahidahwati 2002). Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal telah banyak dilakukan. Namun dari beberapa penelitian terdahulu terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian. Dari hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal masih menunjukkan hasil yang berbeda bahkan bertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang akan diangkat menjadi permasalahan
dalam
penelitian
ini.
Variabel tersebut
meliputi likuiditas,pertumbuhan
perusahaan dan kepemilikan manajerial.
Metodelogi Penelitian Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, peneliti menggunakan alat analisis linier berganda.
Dimana dalam pendekatan formulasi ini
terintegrasi model analisis simultan dan parsial. Untuk dapat melakukan analisis dengan 3
model regresi, data harus good and fit (syarat mutlak statistik parametrik). Penilaian good and fit dianalisis dengan uji kualitas data dengan menggunakan pengujian asumsi klasik. Jika uji asumsi telah terpenuhi, langkah berikutnya akan dilakukan analisis regresi berganda. Hasil Penelitian Regresi linier berganda merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X₁, X₂ dan X₃) terhadap variabel dependen (Y). Dalam konteks penelitian
ini regresi linier
berganda digunakan untuk
menganalisis pengaruh rasio
likuiditas (X₁), rasio pertumbuhan (X₂) dan kepemilikan manajerial (X₃) terhadap struktur modal (Y) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setelah diolah dengan bantuan computer program SPSS For Wind Release 20 dapat diketahui hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel. 1 Hasil Analisis Regresi Berganda Unstandardized Coefficient (Beta)
Variabel
(Constant) Rasio likuiditas (X₁) Rasio pertumbuhan (X₂) Kepemilikan manajerial (X₃)
0,05 0,025 0,534 0,051
t hitung
2,408 6,171 18,54 1
Sig
0,017 0,000 0,000
Keteranga n
Signifikan Signifikan signifikan
R = 0,746 Adjusted R Square = 0,743 F hitung = 231,162 Sig.F = 0,000 α = 0,05
Sumber : Data sekunder diolah,2013 Berdasarkan tabel tersebut di atas hasil analisis regresi struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dapat diketahui sebagai berikut : 1.
Pengujian secara simultan Pengujian secara bersama-sama (simultan) berarti semua variabel bebasnya, yakni rasio likuiditas (X₁), rasio pertumbuhan (X₂) dan kepemilikan manajerial (X₃) dengan variabel tidak bebasnya yakni struktur modal (Y) diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 0,050 + 0,025X₁ + 0,534X₂ + 0,051X₃ Berdasarkan model persamaan tersebut diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 4
a.
Konstanta 0.050 artinya apabila likuiditas perusahaan (X1), pertumbuhan perusahaan (X2) dan kepemilikan manajerial (X3) sama dengan nol, maka ratarata penggunaan struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar Rp. 0.050,-.
b.
Koefisien Regresi 0.025 artinya jika variabel pertumbuhan perusahaan (X2) dan kepemilikan manajerial (X3) dianggap konstan, maka setiap penambahan Rp.1,likuiditas perusahaan (X1) akan menaikkan struktur modal sebesar Rp. 0,025,atau dengan kata lain setiap peningkatan struktur modal sebesar Rp. 0,025,pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dibutuhkan variabel likuiditas perusahaan sebesar Rp. 1,- dengan asumsi variabel independen lain tetap.
c.
Koefisien Regresi 0.534 artinya setiap penambahan Rp. 1,- pertumbuhan perusahaan akan menaikkan struktur modal sebesar Rp. 0.534 atau setiap peningkatan struktur modal sebesar Rp.0.534 dibutuhkan variabel pertumbuhan perusahaan sebesar Rp.1,- dengan asumsi bahwa variabel independen lain tetap.
d.
Koefisien Regresi 0,051 artinya setiap penambahan Rp. 1,- kepemilikan manajerial akan menaikkan struktur modal sebesar Rp. 0,051,- atau setiap peningkatan struktur modal sebesar Rp.0,051,- dibutuhkan variabel kepemilikan manajerial sebesar Rp.1,- dengan asumsi bahwa variabel independen lain tetap. Berdasarkan Tabel.1 dari hasil perhitungan diperoleh F hitung = 231,162 pada
taraf nyata α = 0,05 atau sig < 0,05. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi = 0,000. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebasnya. Dengan demikian maka hipotesis pertama yang menyatakan rasio likuiditas,
rasio
pertumbuhan
dan
kepemilikan
manajerial
secara
simultan
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, dari hasil uji-F ternyata terbukti. 2.
Pengujian secara parsial Pengujian secara parsial dimaksudkan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Sebagai berikut : a. Untuk
rasio
likuiditas
(X1.)
tingkat
signifikansinya
lebih
kecil
dari
taraf
ketidakpercayaan 5% (0,017 < 0,05). Dengan nilai ini memberikan makna bahwa secara parsial variabel rasio likuiditas memberikan pengaruh signifikan terhadap 5
struktur modal . Sementara untuk nilai koefisien determinasi parsial (r2 ) adalah sebesar 0,025 atau sebesar 2,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel rasio likuiditas mempunyai pengaruh sebesar 2,5 % terhadap struktur modal . Dengan demikian, melihat hasil tersebut maka hipotesis kedua yang menyatakan bahwa rasio likuiditas perusahaan mempunyai pengaruh terhadap strukutr modal dapat terbukti. b. Untuk pertumbuhan perusahaan (X2 ) diperoleh nilai thitung sebesar 6,171 (tabel 4.8), dan tingkat signifikansinya lebih kecil dari taraf ketidakpercayaan 5% (0,00 < 0,05). Dengan nilai ini memberikan makna bahwa secara parsial variabel pertumbuhan perusahaan memberikan pengaruh signifikan terhadap struktur modal . Sementara untuk nilai koefisien determinasi parsial (r2 ) adalah sebesar 0,534 atau sebesar 53,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh sebesar 53,4 % terhadap struktur modal . Melihat hasil tersebut maka hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal terbukti. c. Untuk kepemilikan manajerial (X3) diperoleh nilai t
hitung
sebesar 18,541 (tabel 4.8),
dan tingkat signifikansinya lebih kecil dari taraf ketidakpercayaan 5% (0,00 < 0,05). Dengan nilai ini memberikan makna bahwa secara parsial variabel kepemilikan manajerial memberikan pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sementara untuk nilai koefisien determinasi parsial (r2 ) adalah sebesar 0,051 atau sebesar 5,1%. Hal ini menunjukkan
bahwa
secara
parsial variabel kepemilikan manajerial
mempunyai pengaruh sebesar 5,1% terhadap struktur modal. Melihat hasil tersebut maka hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap struktur modal terbukti. Hasil perhitungan regresi di atas menunjukkan secara parsial, ketiga variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Dimana variabel rasio pertumbuhan (X₂) adalah variabel yang berpengaruh lebih dominan terhadap struktur modal, dibanding dengan variabel lain. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang dimiliki pada variabel rasio pertumbuhan (X₃) tersebut sebesar 0,534 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hasil
sebagaimana
yang
diuraikan
di
atas,
selanjutnya
akan
dibahas
relevansinya dengan teori-teori yang ada, penelitian sebelumnya dan fakta-fakta empiris. Dengan menggunakan model-model yang telah ditampilkan di atas, maka 6
semua hipotesis yang akan diuji sudah dapat dinilai apakah diterima atau ditolak. Selanjutnya akan dilakukan analisis dan iterpretasi terhadap masing-masing hubungan kausal yang telah dibangun.
Pembahasan 1.
Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Pertumbuhan dan Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal. Berdasarkan
hasil
pengujian
diperoleh
bahwa,
likuiditas,
pertumbuhan
perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal, dimana likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya. Tingginya
likuiditas
tersebut
mengalami
suatu
perusahaan dapat menggambarkan bahwa perusahaan
pertumbuhan.
Perusahaan
yang
mengalami
peningkatan
pertumbuhan akan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki, salah satunya dengan cara meningkatkan hutang. Semakin tumbuh dan berkembangnya suatu perusahaan akan meningkatkan biaya keagenan, baik biaya monitoring maupun biaya audit, oleh karena itu beberapa perusahaan mendelegasikan sebagian saham perusahaan kepada manajer untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Hal ini membuat manajer lebih leluasa bekerja dan mengambil keputusan melakukan pengembangan usaha, salah satunya dengan cara meningkatkan hutang perusahaan. 2. Pengaruh Rasio Likuidtas terhadap Struktur Modal Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
didalam membayar hutang jangka pendek
Perusahaan
yang
dapat
segera
mengembalikan
yang telah jatuh tempo.
utang-utangnya
akan
mendapat
kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan utang dalam jumlah yang besar. kebutuhan dana untuk aktiva lancar pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaan hutangnya (Bambang Riyanto,1995). Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hal ini memberikan arti bahwa apabila rasio likuiditas perusahaan meningkat maka kepercayaan investor akan meningkat sehingga mereka mampu memberikan hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang atau menginvestasikan dananya dalam jumlah besar.
7
Hal ini sesuai dengan teori struktur modal yang dinyatakan oleh Agus Sartono (2005:295) mengartikan struktur modal dengan uraian definisi sebagai berikut : “Struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa”. Berdasarkan teori Pecking Order yang dikemukakan oleh Myers (1984) menyatakan bahwa ada semacam tata urutan (pecking order) bagi perusahaan dalam menetapkan sumber pembelanjaan perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan lebih mengutamakan pendanaan ekuitas internal (menggunakan laba ditahan) daripada pengunaan ekuitas eksternal (menerbitkan saham baru). Hal ini disebabkan karena penggunaan laba ditahan lebih murah dan tidak perlu mengungkapkan sejumlah informasi perusahaan. Namun apabila perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal, maka perusahaan akan menerbitkan hutang terlebih dahulu sebelum menerbitkan saham baru. perusahaan akan memilih sumber pendanan yang paling disukai. Karena sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia tidak memiliki sumber pembiayaan internal yang cukup
maka perusahan memilih menggunakan sumber eksternal yaitu dengan
menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Hasil penelitian
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Asih Suko
Nugroho (2006) yang mengindikasikan bahwa semakin besar liquiditas perusahaan akan berpengaruh terhadap hutang perusahaan, dimana semakin besar Curent Ratio tentu semakin besar jumlah modal sendiri yang tertanam ke dalam perusahaan. 3. Pengaruh Rasio Pertumbuhan terhadap Struktur Modal Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki. Berdasarkan
pengujian
menyatakan
bahwa
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar pertumbuhan akan meningkatkan hutang perusahaan , dimana. perusahaan akan selalu mengejar pertumbuhan pasar dengan meningkatkan daya saing mereka melalui 8
berbagai strategi misalnya peningkatan penggunaan mesin baru dari produk yang ada, peningkatan segmen pasar serta perluasan area pasar.
Perusahaan yang berada pada
pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Perusahaan yang berada dalam indutri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang
bertumbuh
pesat
cenderung
lebih
banyak
menggunakan
hutang
daripada
perusahaan yang bertumbuh secara lambat.(Weston dan Bringham, 1994) Ada beberapa penelitian yang mendukung hasil penelitian ini antara lain yang dilakukan oleh Asih Suko Nugroho (2006) dan Ratnawati Kusuma Astuti (2000:9) yang menyebutkan bahwa dua faktor yang berpengaruh dalam penentuan struktur modal yaitu faktor internal perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan terdiri dari tariff pajak, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, keunikan, risiko keuangan, nilai aktiva yang diagunkan, profitabilitas, pembayaran dividen, dan non-debt tax shield.
Dimana perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya
lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari
laba
ditahan.
Perusahaan
dengan
tingkat
pertumbuhan
tinggi
cenderung
menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan rendah. (Atmaja, 2004:115-116) 4. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal Keputusan dan aktivitas manajer yang memiliki saham perusahaan tentu akan berbeda dengan manajer yang murni sebagai manajer. Manajer yang memiliki saham perusahaan berarti manajer tersebut sekaligus adalah pemegang saham. Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunya akan menyelaraskan kepentingannnya dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Sementara manajer yang tidak memiliki saham perusahaan ada kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham perusahaan oleh manajer disebut dengan kepemilikan manajerial.
9
Konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan. (Jensen dan Meckling dalam Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Konflik yang terjadi antara pemegang
saham dan pihak manajemen tersebut diatas tentu akan berbeda jika dalam
struktur kepemilikan saham terdapat kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajer atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham (Christiawan dan Tarigan, 2007). Berdasarkan
hasil pengujian
diperoleh
bahwa
secara
parsial kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hal berarti bahwa semakin besar kepemilikan
saham oleh manajer akan membuat manajer leluasa bekerja dan mengambil keputusan melakukan pengembangan usaha yang membutuhkan modal (sumber daya ) yang semakin besar, salah satunya dengan cara meningkatkan hutang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha untuk mengurangi agency cost , alokasi dana untuk biaya keagenan tersebut dapat dijadikan sebagai laba dan menjadi modal untuk investasi selanjutnya. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajer akan semakin menurunkan masalah keagenan sehingga membuat deviden tidak perlu dibayarkan pada risiko yang tinggi. Monitoring oleh investor institusional ini dapat mempengaruhi biaya keagenan (agency cost) dalam hal ini yaitu biaya yang ditanggung pemilik untuk mengawasi agen seperti biaya audit, sehingga deviden yang dibayarkan juga menurun. Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa pemegang saham yang besar lebih
termotivasi
dan
mempunyai
kekuatan
yang
lebih
besar
untuk
menjamin
maksimalisasi nilai para pemegang saham dengan mensejajarkan kepentingan para pemegang saham dengan kepentingan para manajer sehingga akan
mengurangi biaya
keagenan. Para manajer akan mengambil lebih sedikit keputusan yang akan mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan karena bagian biaya yang mereka akan tanggung meningkat bersamaan dengan bagian modal mereka yang ada pada perusahaan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda, dapat disimpulkan yakni ; 1) Rasio likuiditas, rasio pertumbuhan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 2) Rasio likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal pada 10
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 3) Rasio pertumbuhan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 4) Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Daftar Pustaka Asih,
Dwi Ananing Tyas. 2006. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional dan Sebaran Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan ditinjau dari Teori Keagenan. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Islam Indonesia.
Astuti, Ratnawati Kusuma, 2001. “Analisis Perbedaan Struktur Modal dan Faktor Intern, Faktor Ekstern Perusahaan Industri PMA dan Perusahaan Industri PMDN di Bursa Efek Jakarta, serta Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan”. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga.Surabaya. Atmaja, L.S.2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Brigham, Eugene F.,Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Buku II Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Christiawan,Julius Jogi dan Josua Tarigan,2007, “Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan” Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.9.No.1,Mei, Universitas Kristen Petra,Surabaya. Husnan, Suad. 1996. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Buku I. Yogyakarta: BPFE. Jensen, Michael C. dan William H. Meckling.1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Strucure”. Journal of Financial Economics, 3,h. 82-137. Myers, S. 1984. “The Capital Structure Puzle”. Journal of Finance Vol.39 Nugroho, Asih Suko, 2006. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal”. Tesis Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro.Semarang Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Santoso, Singgih. 1999. Menguasai Statistik SPSS di Era Informasi. Jakarta: PT.Gramedia. Sartono,Agus. 2005. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi Yogyakarta: BPFE. Soliha,Euis dan Taswan, 2002, “Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Serta beberapa Faktor yang mempengaruhinya”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September,STIE STIKUBANK, Semarang. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis”. Semarang: CV.Alfabeta. 11
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan.Edisi Keempat. Jakarta: PT Prenhallindo. Wahidahwati, 2002, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5, No.1, Januari,Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik,Yogyakarta. Weston J.Freed,Thomas E.Copeland, 2010. “Manajemen Keuangan” Jilid I Binarupa Aksara Publisher. Tangerang
12