ANALISIS KINERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEANGGOTAAN KOPERASI PETANI (KOPTAN) MITRA SUKAMAJU DESA PASIR LANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT
Oleh : SANTY A14105604
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN SANTY. Analisis Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju, Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung-Jawa Barat. Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI. Koperasi sebagai soko guru dari tata perekonomian nasional memiliki peran dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Pembangunan koperasi di Indonesia mengalami kemajuan, yang tercermin dari peningkatan kinerja koperasi pada tahun 2004-2006, seperti jumlah koperasi, jumlah anggota, volume usaha, dan SHU. Pada umumnya usaha kecil dan koperasi bergerak dalam bidang pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah paprika, karena paprika bernilai jual tinggi dan tingginya permintaan terhadap paprika belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh petani. Petani sebagai pelaku usahatani pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal teknologi, modal dan informasi pasar, sehingga diperlukan kerjasama, salah satunya yaitu melalui suatu wadah yang berbentuk koperasi. Salah satu wujud kerjasama yang terjadi antara pelaku usaha di bidang agribisnis adalah kerjasama antara Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju dengan petani-petani paprika yang berada di Desa Pasir Langu. Pada KOPTAN Mitra Sukamaju yang awalnya merupakan kelompok tani terjadi penurunan jumlah anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Oleh karena itu, perlu dipertanyakan mengapa jumlah anggota pada KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan, faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan petani paprika untuk menjadi anggota koperasi, bagaimana kinerja dan seberapa besar manfaat yang diberikan KOPTAN Mitra Sukamaju. Penelitian ini adalah bertujuan untuk menganalisa kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari sisi keanggotaan, keuangan, usaha, pemasarannya dan sumberdaya manusianya, menganalisa manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju bagi anggotanya, serta menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu 20 orang petani anggota dan 10 orang petani non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Penilaian kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilakukan dengan menilai trend kinerja koperasi selama enam tahun, mulai dari tahun 2001-2006. Penilaian kinerja koperasi ini juga dilakukan dengan membandingkan antara hasil indikator kinerja yang dianggap penting oleh koperasi dengan standard yang telah ditetapkan. Analisis manfaat koperasi khususnya hal pendapatan dianalisis dengan membandingkan pendapatan usahatani dan R/C rasio antara petani anggota dengan petani non anggota koperasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju dianalisis dengan analisis regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis kinerja, dapat disimpulkan bahwa kinerja keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju jika dilihat dari jumlah anggota selama enam tahun terakhir memiliki kecenderungan yang menurun, namun kesejahteraan anggota jika dilihat dari rata-rata SHU yang diterima setiap anggota dapat dikatakan semakin meningkat. Selain itu, KOPTAN Mitra Sukamaju belum
mampu mencapai target dalam memberikan pelayanan yang memuaskan bagi anggotanya, khususnya dalam pengadaan benih dan obat-obatan. Kinerja keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari sisi likuiditasnya dan solvabilitasnya cenderung mengalami peningkatan dibanding tahun 2001. Namun rentabilitas atau kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam menghasilkan laba justru mengalami penurunan. Hal tersebut tampak pada turunya nilai rasio ROI dan ROE pada tahun 2006. Dilihat dari rasio aktivitasnya, perputaran piutang KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2006 mengalami penurunan dibanding tahun 2005, dan periode pengumpulan piutangnya pun mengalami peningkatan, sehingga menyebabkan pembayaran kepada petani anggota mengalami keterlambatan. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi usahanya cenderung mengalami peningkatan, baik dilihat dari volume usaha koperasi maupun produksi per anggotanya. Kinerja pemasaran KOPTAN Mitra cenderung mengalami peningkatan, baik dilihat dari nilai penjualan paprika maupun harga rata-ratanya. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi sumberdaya manusianya pun mengalami peningkatan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah karyawan dan pengurus koperasi yang tingkat pendidikannya mencapai perguruan tinggi. Hasil analisis manfaat pada KOPTAN Mitra Sukamaju menunjukkan bahwa, koperasi dapat memberikan manfaat kepada anggotanya, khususnya dalam hal pendapatan. Manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut ditunjukkan oleh lebih tingginya nilai pendapatan usahatani yang diterima anggota KOPTAN Mitra Sukamaju jika dibandingkan dengan petani non anggota, karena adanya manfaat dari adanya pengadaan input pupuk yang lebih murah dan manfaat dari pemasaran yang diberikan koperasi melalui penetapan harga standar. Selain itu, anggota KOPTAN Mitra Sukamaju juga mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan petani non anggota, yang ditunjukkan oleh nilai R/C. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, terdapat dua faktor yang berpengaruh yaitu lamanya pengalaman bertani paprika dan produktivitas paprika yang dihasilkan petani. Pengalaman berkorelasi positif. Sedangkan produktivitas berkorelasi negatif dengan keputusan petani untuk tetap menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, hal tersebut menunjukkan bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju berperan dalam usahatani paprika dengan memberikan manfaat teknologi bagi anggotanya. Mengingat tingkat kepuasan anggota KOPTAN Mitra Sukamaju belum mencapai target dan banyak petani yang keluar dari keanggotaan koperasi, maka KOPTAN Mitra Sukamaju perlu meningkatkan pelayanan khususnya dalam pengadaan benih dan pestisida bagi anggotanya, yaitu dengan mengadakan kerjasama dengan pemasok input atau bermitra dengan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang agribisnis paprika. Kerjasama maupun kemitraan tersebut dilakukan dengan melakukan perjanjian, dimana koperasi akan memasok paprika untuk mitranya dan mendapatkan pasokan input benih maupun obat-obatan dari mitranya. Masalah keterlambatan pembayaran dari KOPTAN Mitra Sukamaju kepada petani akibat adanya piutang yang sulit untuk ditagih oleh koperasi, memerlukan suatu ketegasan dari KOPTAN Mitra Sukamaju kepada pelanggannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperketat perjanjian dalam pembelian maupun penagihan hutang dari koperasi kepada pelanggannya.
ANALISIS KINERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEANGGOTAAN KOPERASI PETANI (KOPTAN) MITRA SUKAMAJU DESA PASIR LANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT
Oleh : SANTY A14105604
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Analisis Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung-Jawa Barat Nama : Santy NRP : A14105604
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KINERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEANGGOTAAN KOPERASI PETANI (KOPTAN) MITRA SUKAMAJU DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, KECUALI YANG TERCANTUM DALAM PUSTAKA.
Bogor, Januari 2008
SANTY NRP. A14105604
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 2 Maret 1984. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari ayahanda bernama Kim Seng dan ibunda yang bernama Sam Nio. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Semplak 2 Bogor pada tahun 1996, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Bogor dan selesai pada tahun 1999.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Bogor dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Diploma III IPB melalui jalur tes sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2005. Selanjutnya pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Keberadaan koperasi sebagai soko guru dalam perekonomian nasional, memiliki peran dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat, melalui berbagai bidang usaha khususnya pertanian. Berdasarkan pentingnya keberadaan koperasi tersebut, penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung”. Skripsi ini juga disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis pada KOPTAN Mitra Sukamaju, yang merupakan sebuah koperasi yang bergerak di bidang agribisnis khususnya usahatani paprika hidroponik. Secara garis besar skripsi ini berisi hasil penelitian dan analisis penulis mengenai kinerja dan manfaat koperasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota pada KOPTAN Mitra Sukamaju. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang serupa. Bogor, Januari 2008
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji Tuhan, karena Kasih Tuhan Yesus Kristus akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Kedua orang tua tercinta (Mama dan Papa), atas doa, perhatian dan kasih sayang yang tulus serta dukungan moril dan materil yang telah diberikan selama ini.
2.
Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis.
3.
Ibu Febriantina Dewi, SE, MM dan Bapak Ir. Murdianto, MS selaku dosen penguji utama dan penguji komdik yang telah memberikan saran dan masukan bagi perbaikan skripsi ini.
4.
Ibu Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian, yang telah banyak memberi saran dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
5.
Pengurus KOPTAN Mitra Sukamaju, Bapak Sutardi, Bapak Ceppy, dan Bapak Emos, yang telah memberikan banyak informasi dan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian pada KOPTAN Mitra Sukamaju.
6.
Seluruh kepala bagian dan karyawan KOPTAN Mitra Sukamaju, Bapak Aan, Bapak Agus, Bapak Dede dan Bapak Arif, serta semua pihak yang tidak
ii
dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas informasi dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian. 7.
Keluarga besar Ibu Hj. Darwilah atas bantuannya kepada penulis selama melakukan penelitian di Desa pasir Langu.
8.
Adik-adikku tersayang (Sandi, San Fras dan Shannea) atas semangat dan doa yang tulus selama ini.
9.
Sahabat yang selalu setia mendukung dalam doa dan memberikan semangat (Tina, Perta, Renie, Lea, Ochie, Dea dan Rin-rin)
10. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi, yang turut membantu penulis dalam memberikan semangat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini (Nusrat, Afnita, Cha-cha, Lia, Rena, Jefri, Ari koko, Chi-chi, Nova, Nina, Nana, dll). Akhirnya, semoga Ibu/Bapak dan Saudara/Saudari senantiasa diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Bogor, Januari 2008
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i vi vii viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ....................................................................
1 6 8 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penilaian Kinerja Koperasi ........................................................... 2.2. Manfaat Koperasi .......................................................................... 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan untuk Menjadi Anggota Koperasi.......................................................................... 2.4. Persaingan Usaha Paprika ............................................................
13 14
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 3.1.1 Efisiensi dan Kinerja Koperasi ......................................... 3.1.2 Manfaat dan Pelayanan Koperasi...................................... 3.1.3 Keanggotaan Koperasi. ..................................................... 3.1.4 Bisnis Paprika di Indonesia............................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual...................................................
16 16 17 18 20 22
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 4.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 4.4.1 Analisis Kinerja Koperasi ................................................... 4.4.1.1 Analisis Rasio Keuangan....................................... 4.4.2 Analisis Manfaat Koperasi.................................................. 4.4.2.1 Pendapatan Usahatani ........................................... 4.4.2.2 Rasio Penerimaan Atas Biaya ............................... 4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju BAB V GAMBARAN UMUM KOPERASI 5.1. Sejarah KOPTAN Mitra Sukamaju............................................... 5.2. Tujuan KOPTAN Mitra Sukamaju ...............................................
iv
9 11
27 27 28 29 30 32 36 36 37 39 43 44
5.3. Kegiatan Bisnis KOPTAN Mitra Sukamaju ................................. 5.3.1 Kegiatan Pengadaan Input ................................................ 5.3.2 Kegiatan Produksi ............................................................. 5.3.3 Kegiatan Pemasaran .......................................................... 5.4. Struktur Organisasi ....................................................................... 5.5. Karakteristik Petani KOPTAN Mitra Sukamaju........................... 5.6. Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju......................................
45 45 46 47 48 50 51
BAB VI ANALISIS KINERJA DAN MANFAAT KOPTAN MITRA SUKAMAJU 6.1. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju............................................... 53 6.1.1. Keanggotaan...................................................................... 53 6.1.2. Keuangan .......................................................................... 58 6.1.3. Usaha................................................................................. 65 6.1.4. Pemasaran ......................................................................... 67 6.1.5. Sumberdaya Manusia ........................................................ 68 6.2. Manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju ............................................. 69 BAB VII ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEANGGOTAAN KOPTAN MITRA SUKAMAJU 7.1. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju.................... 75 7.1.1. Faktor Pengalaman Bertani paprika (Tahun) .................... 76 7.1.2. Faktor Produktivitas yang Dihasilkan Petani Selama Satu Musim Tanam (Kg/pohon) ....................................... 78 7.2. Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju......... 79 7.3. Faktor-faktor Lain yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju......... 83 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ................................................................................... 8.2. Saran..............................................................................................
84 86
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
87
LAMPIRAN...................................................................................................
90
v
DAFTAR TABEL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Halaman Perkembangan Jumlah Koperasi dan Jumlah Anggota Koperasi di Indonesia Tahun 2004 dan 2006 .................................................. Pertumbuhan Modal Sendiri, Volume Usaha dan SHU Koperasi di Indonesia Tahun 2004 dan 2006 ................................................... Klasifikasi Petani Responden............................................................ Model Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006 Berdasarkan Beberapa Indikator..................................... Model Penilaian Kinerja dengan Membandingkan antara Hasil dan Target ......................................................................................... Model Analisis Manfaat Koperasi .................................................... Jenis dan Harga Jual Pupuk Hasil Produksi KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2007 ...................................................................... Karakteristik Petani Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2007 ....................................................................................... Hasil Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Keanggotaan Tahun 2001-2006 ........................................................ Penilaian Kinerja dari Sisi Keanggotaan dengan Membandingkan Hasil dan Target ................................................................................ Hasil Penilaian Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2007............................................................. Rasio Aktivitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006 ........ Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Usaha Tahun 2001-2006 ......................................................................................... Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Usaha dengan Membandingkan Hasil dan Target ....................................... Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Pemasaran Tahun 2001-2006 ......................................................................................... Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Sumberdaya Manusia Tahun 2001-2006 .............................................................................. Rata-rata Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Paprika Hidroponik Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Selama Satu Musim Tanam (per 3000 pohon) ...................................................... Harga Jual Paprika Antara Petani Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2007 ........................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju (α=10%) ...................
vi
2 3 28 31 32 38 46 50 53 55 56 64 65 66 67 69 70 71 75
DAFTAR GAMBAR
No 1.
Halaman Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju...........................................................................................
26
2.
Struktur Organisasi pada KOPTAN Mitra Sukamaju.......................
49
3.
Rasio Likuiditas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006.......
58
4.
Rasio Solvabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006 ....
60
5.
Rasio Rentabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006....
62
vii
DAFTAR LAMPIRAN No 1.
Halaman Volume dan Nilai Ekspor Paprika Indonesia ke Singapura Tahun 2004-2005 ..........................................................................................
90
2.
Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KOPTAN Mitra Sukamaju
91
3.
Laporan Keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006....
92
4.
Rata-rata Pendapatan Usahatani Paprika Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Selama Satu Musim Tanam (per 3000 pohon) ................................................................................
93
Data Responden untuk Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju...........................................
94
Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju.................................................................
95
5. 6.
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 telah membawa dampak yang buruk pada perekonomian Indonesia. Unit usaha besar maupun menengah yang aktivitasnya terkait dengan bahan baku impor banyak yang tidak mampu mengatasi gejolak ekonomi yang terjadi pada pada saat krisis, sehingga banyak yang mengalami kebangkrutan. Pada kenyataannya, unit usaha kecil seperti koperasi yang aktivitasnya lebih berorientasikan lokal atau domestik masih bisa bertahan dalam masa krisis ekonomi (Darwin dkk, 2000). Usaha kecil sebagai salah satu pelaku ekonomi terus mengalami pertumbuhan dan dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan
Kementrian Koperasi dan UKM (2006) dijelaskan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) pada tahun 2006, jumlahnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,9 persen menjadi 48,9 juta unit.
UKM juga memberikan kontribusi kepada Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 53,3 persen atau Rp 1778,75 triliun, dan mengalami peningkatan sebesar 19,3 persen dibanding tahun 2005. Selain itu, UKM juga memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,18
2
persen dengan menyerap 85,4 juta tenaga kerja, atau meningkat sebesar 2,6 persen dibanding tahun 2005 1 . Demikian pula dengan koperasi sebangai soko guru dari tata perekonomian nasional memiliki peran dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta meredistribusikan aset secara merata pada masyarakat Indonesia (Darwin dkk, 2000). Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, terus mengalami perkembangan. Pembangunan koperasi di Indonesia mengalami kemajuan, yang tercermin dari peningkatan kinerja koperasi pada tahun 2004-2006. Hal tersebut terlihat dari peningkatan beberapa variabel seperti jumlah koperasi dan jumlah anggota koperasi. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Koperasi dan Jumlah Anggota Koperasi di Indonesia Tahun 2004 dan 2006 Variabel
Tahun
2004 Jumlah Koperasi (Unit) 130.730 Jumlah Anggota (Juta Orang) 27,52 Sumber : Badan Pusat Statistik (2006), diolah
2006 141.314 27,91
Pertumbuhan (%) 8,10 1,40
Pada tahun 2004 jumlah koperasi yang ada di Indonesia adalah sebanyak 130.730 unit dan pada tahun 2006 meningkat sebesar 8,10 persen menjadi 141.314 unit. Selain itu, jumlah anggota koperasi yang ada di Indonesia pada tahun 2006 juga mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 1,40 persen jika
1
www.depkominfo.go.id
3
dibandingkan dengan tahun 2004. Lebih rendahnya pertumbuhan jumlah anggota dibandingkan dengan jumlah koperasi yang ada di Indonesia pada tahun 2006 tersebut,
diduga
karena
kurangnya
apresiasi
dari
masyarakat
akibat
ketidakmampuan koperasi manjalankan fungsi sebagaimana yang dijanjikan, khususnya dalam dalam memberikan layanan. Selain terjadi pertumbuhan pada jumlah koperasi dan jumlah anggota koperasi, juga terjadi pertumbuhan pada beberapa variabel lainnya, seperti modal sendiri, volume usaha dan SHU koperasi, yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan Modal Sendiri, Volume Usaha dan SHU Koperasi di Indonesia Tahun 2004-2006 Variabel Modal Sendiri (Rp juta) Volume Usaha (Rp juta) Sisa Hasil Usaha (Rp juta) Sumber : Badan Pusat Statistik (2006), diolah
Pertumbuhan Tahun 2004-2006 (%) 39,18 45,80 34,98
Seiring dengan peningkatan jumlah koperasi dan jumlah anggota koperasi di Indonesia, modal sendiri koperasi juga mengalami peningkatan yang mencapai 39,18 persen. Dilihat dari sisi usaha, pada tahun 2006 volume usaha koperasi pun mengalami peningkatan sebesar 45,80 persen. Dengan meningkatnya volume usaha tersebut, maka terjadi kenaikan SHU yang dihasilkan oleh koperasi. Peningkatan SHU pada tahun 2006 jika dibandingkan dengan tahun 2004 cukup besar, yaitu mencapai 34,98 persen. Oleh sebab itu, pemberdayaan koperasi dan UKM menjadi strategis untuk mendukung peningkatan produktivitas, penyediaan lapangan kerja yang lebih luas dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Selain itu, koperasi dan UKM juga merupakan bagian penting yang mencerminkan kemajuan kesejahteraan rakyat Indonesia, mengingat besarnya
4
potensi UKM maupun koperasi dengan kegiatan usaha yang mencakup hampir semua lapangan usaha serta tersebar di seluruh tanah air 2 . Pada umumnya usaha kecil dan koperasi memiliki keunggulan dan bergerak dalam bidang yang memanfaatkan sumberdaya alam seperti pertanian. Pertanian merupakan sektor yang paling tangguh dalam menghadapi perubahan. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian mengandalkan potensi sumberdaya dalam negeri sehingga ketergantungannya terhadap bahan-bahan yang berasal dari impor sangat kecil. Sebagai basis kekuatan perekonomian nasional, sektor pertanian memiliki peran yang cukup besar sehingga perlu untuk terus dikembangkan (Hafsah, 2000). Salah satu komoditas pertanian yang memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan adalah komoditas hortikultura khususnya sayuran.
Hal
tersebut dapat ditunjukkan oleh peningkatan volume impor sayuran di Indonesia pada periode 1999 – 2004 sebesar 36,91 persen, yaitu pada tahun 1999 volume impor sayuran mencapai 317.333.609 kilogram, sedangkan pada tahun 2004 naik menjadi 434.476.188 kilogram (Badan Pusat Statistik, 2005). Paprika (Capsicum annum) merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai jual tinggi dan memiliki keunikan jika dibandingkan dengan cabai pada umumnya, baik dari bentuk, warna maupun rasanya.
Paprika umumnya
dikonsumsi oleh orang asing dan masyarakat kalangan menengah ke atas, sehingga pasar yang banyak meminta komoditas ini adalah pasar khusus seperti hotel, restoran, catering dan swalayan.
2
www.bappenas.go.id
5
Permintaan terhadap parika cukup tinggi dan tingginya permintaan tersebut belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh petani (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Banyaknya orang asing yang menetap, bermunculannya hotel, restoran dan usaha catering yang menyediakan menu masakan asing dan swalayan yang menyediakan berbagai sayuran impor serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi menyebabkan permintaan terhadap paprika semakin meningkat. Meningkatnya permintaan terhadap paprika merupakan peluang besar bagi pengembangan usaha paprika di Indonesia. Paprika merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis dan bukan tanaman asli dari Indonesia, sehingga untuk membudidayakannya diperlukan teknologi dan perlakuan khusus agar sesuai dengan kondisi aslinya. Paprika dapat dibudidayakan secara konvensional maupun secara hidroponik.
Paprika yang
dibudidayakan secara hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai media tanamnya serta menggunakan greenhouse sebagai naungan.
Budidaya secara
hidroponik ini memungkinkan tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, namun membutuhkan modal yang relatif besar karena kebutuhan sarana fisik seperti greenhouse, serta pupuk atau nutrisi (Venessa, 2001). Dalam menjalankan usaha paprika terdapat resiko usaha yang terkait dengan fluktuasi harga dan gangguan hama. Selain itu, petani sebagai pelaku usaha pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal teknologi, modal dan informasi pasar, sehingga diperlukan bantuan berupa teknologi budidaya, modal dan jaminan pasar yang pasti bagi petani kecil untuk dapat mengembangkan usahataninya. Oleh
6
karena itu, untuk mengembangkan usahataninya diperlukan kerjasama, salah satunya yaitu melalui suatu wadah yang berbentuk koperasi. Salah satu wujud kerjasama yang terjadi antara pelaku usaha di bidang agribisnis adalah kerjasama antara Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju dengan petani-petani paprika yang berada di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Kerjasama tersebut salah satunya dilandasi oleh tujuan dan kepentingan yang sama yaitu untuk memperbaiki situasi ekonomi dan sosial melalui usaha bersama. KOPTAN Mitra Sukamaju memiliki tujuan untuk membantu petani paprika yang berada di Desa Pasir Langu. Oleh sebab itu, koperasi diharapkan memiliki kinerja yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan dan manfaat bagi anggotanya. anggotanya
Dengan adanya kerjasama yang baik antara koperasi dengan diharapkan
koperasi
dapat
berperan
dalam
meningkatkan
kesejahteraan anggota maupun masyarakat pada umumnya.
1.2
Perumusan Masalah Paprika adalah salah satu komoditas sayuran asing karena paprika bukan
tanaman asli Indonesia. Oleh karena itu, pengetahuan tentang budidaya paprika khususnya yang dilakukan secara hidroponik sangat diperlukan oleh para petani tradisional di Desa Pasir Langu. Saat ini, Desa Pasir Langu yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra produksi paprika di Indonesia. Perkembangan usahatani paprika di Desa Pasir Langu tidak terlepas dari peranan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju, yang menjadi pelopor budidaya paprika di daerah tersebut. KOPTAN Mitra Sukamaju berperan aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat Desa pasir Langu melalui usahatani
7
paprika secara hidroponik.
KOPTAN Mitra Sukamaju dalam menjalankan
kegiatan usahanya berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, dengan memberikan berbagai fasilitas dan pelayanan bagi anggotanya. Pada tahun 2006, jumlah anggota KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2001.
Pada tahun 2001, petani yang
menjadi anggota koperasi tersebut adalah sebanyak 50 orang petani, dan berkurang menjadi 20 orang petani pada tahun 2006.
Demikian pula terjadi
penurunan dalam jumlah greenhouse anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Pada tahun 2001, jumlah greenhouse anggota pada KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai jumlah tertinggi, yaitu mencapai mencapai 97 greenhouse, sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan saat ini jumlahnya berkurang menjadi 54 greenhouse. Oleh karena itu, perlu dipertanyakan mengapa jumlah anggota pada KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan atau banyak anggota KOPTAN Mitra Sukamaju yang keluar dari keanggotaannya.
Dengan demikian perlu
diketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan petani paprika untuk menjadi anggota koperasi atau tidak. Selain itu, perlu diketahui juga seberapa besar manfaat yang diberikan KOPTAN Mitra Sukamaju terhadap anggotanya, khususnya dalam hal pendapatan. Pencapaian tujuan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya harus didukung dengan manajemen yang baik dalam mengatur segala kegiatan organisasi dan usaha koperasi. Hasil manajemen yang baik salah satunya dapat dilihat dari kinerja koperasi. Dengan adanya kendala yang juga dihadapi oleh KOPTAN Mitra Sukamaju seperti banyaknya piutang yang sulit untuk ditagih,
8
maka penilaian terhadap kinerja koperasi juga sangat diperlukan untuk mengetahui
seberapa
efisien
usaha
KOPTAN
Mitra
Sukamaju
dalam
melaksanakan kegiatannya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada anggotanya.
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka garis besar penelitian ini adalah bertujuan untuk : 1. Menganalisa kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari sisi keanggotaan, keuangan, usaha, pemasarannya dan sumberdaya manusianya. 2. Menganalisa manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju bagi anggotanya. 3. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait,
yaitu KOPTAN Mitra Sukamaju dan petani-petani paprika yang berada di Desa Pasir Langu, khususnya bagi petani paprika yang menjadi anggota.
Dengan
adanya informasi dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi pengembangan usaha KOPTAN Mitra Sukamaju untuk terus meningkatkan kinerjanya serta meningkatkan manfaat atau pelayanan yang dapat diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan pembanding bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
9
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penilaian Kinerja Koperasi Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu
yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan.
Lebih khusus Palapa (2006)
menjelaskan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh badan usaha dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penilaian terhadap kinerja koperasi diperlukan untuk mengetahui seberapa efisien koperasi tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya. Menurut Ginting (2003), kinerja koperasi dapat dinilai dari keragaan koperasi baik dari segi organisasi, usaha maupun keuangannya. Ginting menganalisis keragaan Koperasi Kredit Sejahtera dari segi organisasinya yang meliputi keanggotaan (jumlah anggota), pengurus dan manajemen (pembagian tugas dan tanggung jawab). Selain itu, keragaan koperasi juga dinilai dari segi usahanya yaitu dengan melihat volume usaha dan perkembangan permodalan koperasi khususnya proporsi modal luar terhadap modal sendiri.
Sedangkan dari segi keuangan, kesehatan keuangan koperasi
dinilai dengan analisis rasio seperti rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Sedikit berbeda dengan Ginting, Palapa (2006) mengevaluasi kinerja koperasi tidak hanya secara internal tetapi juga secara eksternal. Secara internal, Palapa mengevaluasi kinerja Koperasi Puspa Anggrek seperti yang dilakukan Ginting, yaitu dengan menganalisis kinerja koperasi dari segi organisasi, usaha dan keuangan. Sedangkan evaluasi kinerja koperasi secara eksternal dilakukan
10
dengan menggunakan analisis tingkat kepentingan dan kepuasan anggota dengan metode Importance Performance Analysis dan metode Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index).
Metode tersebut digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan anggota berdasarkan penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip
koperasi
yang
telah
dijalankan
oleh
pegurus
koperasi.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Palapa pada Koperasi Puspa Anggrek menunjukkan bahwa secara umum kinerja koperasi tersebut dalam melaksanakan prinsip-prinsip koperasi belum cukup memuaskan anggotanya, karena koperasi masih menitikberatkan pada perbaikan usaha dan keuangan daripada mencapai idealisme koperasi. Ratri (2004), menganalisis kinerja KPBS melalui penerapan Balanced Scorecard. Penilaian terhadap kinerja KPBS tersebut dilakukan dengan menilai kinerja koperasi dari empat perspektif, yaitu perspektif keanggotaan yang meliputi kepuasan anggota terhadap pelayanan koperasi dan peningkatan rata-rata SHU anggota.
Selain itu, perspektif keuangan dinilai berdasarkan rasio keuangan,
pertumbuhan penjualan dan total pendapatan koperasi. Perspektif proses bisnis internal juga dinilai, yaitu dalam hal pemanfaatan teknologi yang tercermin dari peningkatan produksi serta penilaian terhadap kerjasama dengan pihak ketiga yaitu dalam hal peningkatan harga jual. Sedangkan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, penilaian dilakukan terhadap peningkatan profesionalisme karyawan yang meliputi jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan, jumlah karyawan yang menguasai komputer dan tingkat ketepatan waktu kehadiran serta penilain terhadap lingkungan kerja yang meliputi frekuensi pertemuan atau rapat serta frekuensi pertemuan informal.
11
2.2
Manfaat Koperasi Koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Hapsari (2003), menyatakan bahwa dengan kondisi koperasi yang efisien diharapkan koperasi dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi anggotanya.
Selain itu menurut penelitian Hapsari pada Koperasi Pertanian
Nusantara (KOPERTA), keberadaan koperasi dapat memberikan tiga manfaat utama bagi anggota yaitu manfaat ekonomi, sosial dan teknologi yang seluruhnya berupa pelayanan bagi anggota. KOPERTA yang bergerak dalam bidang agribisnis beras organik, berperan mulai dari pengadaan sarana produksi hingga pemasaran. Dalam hal pengadaan sarana produksi dan budidaya, koperasi lebih berperan sebagai lembaga penunjang yang memberikan penyuluhan dan monitoring. Sedangkan pada penanganan pasca panen dan pemasaran, kegiatan tersebut dilakukan oleh koperasi. Menurut Ginting (2003), meskipun kinerja keuangan Koperasi Kredit Sejahtera kurang baik tetapi koperasi tersebut dapat memberikan berbagai manfaat bagi anggotanya, baik yang berupa manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Berdasarkan hasil analisis skor tingkat manfaat ekonomi yang dirasakan anggota Koperasi Kredit Sejahtera yaitu berupa : (1) peningkatan pendapatan sebesar 0,86 (2) pinjaman yang layak, cepat dan terarah sebesar 0,96 dan (3) tempat pelayanan yang strategis sebesar 0,88.
Sedangkan manfaat sosial yang telah dirasakan
anggota yaitu hubungan kekerabatan yang semakin baik dengan sesama anggota serta promosi tentang pengunaan uang secara bijak.
12
Menurut Budiono seperti yang dijelaskan oleh Kusumah (1987), keuntungan atau manfaat lain yang dapat diberikan koperasi kepada anggotanya diantaranya adalah : (1) harga jual yang lebih tinggi untuk produk anggota dan harga beli barang sarana produksi yang lebih murah (2) dapat menghemat atau menekan biaya operasi usaha (3) Kenaikan produktifitas usaha, karena memperoleh informasi pasar, teknologi yang lebih tepat dari koperasi dan (4) memperoleh peningkatan pengetahuan, keterampilan, tumbuhnya manfaat kekeluargaan, tanggung jawab dan harga diri (manfaat non ekonomis). Pamudyani (2002), menjelaskan secara khusus bahwa koperasi dapat memberikan manfaat ekonomi yang berupa peningkatan pendapatan anggotanya. Berdasarkan penelitian Pramudyani pada KUD Mojosongo, ternyata koperasi tersebut cukup berperan dalam upaya peningkatan pendapatan anggota peternak sapi perah. Hal tersebut tercermin dari pemberian subsidi konsentrat sehingga harganya menjadi lebih murah untuk menekan biaya produksi. Selain itu KUD Mojosongo juga memberikan fasilitas yang berupa pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan kebuntingan, pemberian obat cacing secara cuma-cuma serta fasilitas inseminasi buatan yang lebih murah. Peran KUD Mojosongo dalam peningkatan pendapatan anggotanya ini dianalisis dengan membandingkan pendapatan bersih atas biaya total maupun rasio R/C, peternak yang menjadi anggota KUD dan peternak non anggota. Berdasarkan hasil penelitian Pramudyani dapat disimpulkan bahwa pendapatan peternak anggota lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan peternak non anggota.
Hal tersebut menunjukkan peranan koperasi dalam peningkatan
13
pendapatan anggota, dimana usahatani ternak yang dilakukan oleh anggota KUD lebih menguntungkan daripada peternak non anggota. Sebuah koperasi dapat berkembang apabila ada kerjasama yang baik antara pengurus, manajer dan anggotanya. Dalam pengembangan koperasi diharapkan anggota dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan koperasi, karena pada hakekatnya koperasi adalah berasal dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Hapsari (2003) menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota dalam koperasi terkait erat dengan manfaat yang diterima anggota dari usaha yang dijalankan koperasi. Semakin besar manfaat yang dirasakan anggota, maka partisipasi yang diberikan pun semakin tinggi. Berdasarkan penelitian Hapsari pada KOPERTA, dijelaskan bahwa KOPERTA telah memberikan manfaat ekonomis dan manfaat sosial yang cukup tinggi bagi anggotanya sehingga partisipasi anggota juga cukup tinggi atau anggota cukup aktif dalam kegiatan yang ada di koperasi. Begitu pula dengan hasil analisis korelasi Rank Spearman yang dilakukan Ginting (2003) menunjukkan bahwa manfaat sosial dan manfaat ekonomi mempunyai hubungan yang nyata dengan tingkat partisipasi anggota di bidang organisasi, modal dan usaha. Korelasi antara manfaat ekonomi dan manfaat sosial terhadap partisipasi di bidang permodalan menunjukkan hubungan yang lemah, sedangkan korelasi yang kuat ditunjukkan oleh hubungan antara manfaat sosial dengan partisipasi di bidang organisasi.
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menjadi Anggota Koperasi Keanggotaan koperasi yang bersifat sukarela dan terbuka, memungkinkan
setiap orang secara individu maupun perusahaan untuk bergabung menjadi
14
anggota koperasi. Dalam membuat keputuskan untuk menjadi anggota koperasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Tambunan (2002), faktorfaktor yag mempengaruhi suatu perusahaan untuk menjadi anggota koperasi atau tidak adalah inovasi, kualitas produk yang dihasilkan, patent, garansi, network dan respon. Berdasarkan penelitian Tambunan dengan menggunakan model Logit, keputusan perusahaan untuk menjadi anggota koperasi mempunyai hubungan yang kuat (positif) dengan peubah inovasi, kualitas dan respon.
Sedangkan
perusahaan yang telah memiliki patent, memberikan garansi bagi produkya dan memiliki jaringan usaha (network) cenderung tidak menjadi anggota koperasi. Sedikit berbeda dengan Tambunan, Ros (2004) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melanjutkan kemitraan dengan Koperasi Agribisnis Mitra Tani. Berdasarkan hasil analisa Logit diketahui bahwa variabel umur, tingkat pendidikan dan proporsi modal sendiri merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melanjutkan kemitraan dengan koperasi. Sedangkan faktor pengalaman, luas lahan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan proporsi status lahan tidak berpengaruh secara nyata terhadap keputusan petani untuk melanjutkan kerjasama dengan koperasi.
2.4
Persaingan Usaha Paprika Paprika hidroponik merupakan salah satu komoditas hortikultura sayuran
yang potensial untuk dikembangkan.
Dengan semakin berkembangnya usaha
paprika di Indonesia, maka persaingan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dalam bisnis paprika. Tampubolon (2005), melakukan penelitian mengenai paprika khususnya mengenai persaingan usaha paprika pada beberapa perusahaan agribisnis seperti PT ABBAS Agri, PT JORO dan PT THA. Menurut
15
Tampubolon, PT ABBAS Agri secara keseluruhan dinilai lebih dapat bersaing dan kompetitif di pasaran paprika dibandingkan dengan dua perusahaan lainnya. Hal tersebut dilihat dari sisi efisiensi usaha yaitu nilai R/C rasio PT ABBAS Agri yang lebih tinggi dari dua perusahaan lainnya. Meskipun demikian usaha paprika hidroponik di kedua perusahaan lainnya juga efisien untuk dilaksanakan karena hasil R/C rasio kedua perusahaan lainnya pun bernilai lebih besar dari satu. Daya saing ketiga perusahaan tersebut juga dilihat dari sisi biaya dan harga jual. Adanya perbedaan tingkat harga jual dan biaya di masing-masing perusahaan mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat di pasar paprika. Meskipun PT ABBAS Agri mengeluarkan biaya yang paling besar dibandingkan dua perusahaan lainnya, tetapi PT ABBAS Agri juga memiliki tingkat harga jual yang tertinggi. Selain itu, PT ABBAS Agri sudah cukup baik dalam hal pemasaran paprika hidroponik yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan terlebih dahulu mengenai koperasi, tidak terdapat penelitian yang menganalisa kinerja, manfaat dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan koperasi secara bersamaan. Analisis kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, baik dari sisi koperasi maupun dari sisi petani/anggota.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Efisiensi dan Kinerja Koperasi Koperasi sebagai sebuah organisasi dituntut untuk dapat menjalankan
usahanya dengan efisien.
Efisiensi dapat dimengerti sebagai kehematan
penggunaan sumber-sumber daya dalam suatu kegiatan organisasi.
Semakin
hemat suatu organisasi menggunakan sumber-sumber, maka semakin efisienlah organisasi tersebut. Menurut tulisan Ramudi Ariffin, efisiensi tersebut terjadi karena adanya pemusatan kegiatan atau joint action dari individu-individu ke dalam koperasi, yang merupakan wujud dari pencapaian skala ekonomi atau economies of scale. Skala ekonomi berarti semakin menurunnya biaya per satuan barang/jasa apabila kegiatan (produksi) diperbesar (Rusidi dan Suratman, 2002). Oleh sebab itu, untuk mengetahui seberapa efisien kegiatan usaha yang dijalankan oleh sebuah koperasi, maka diperlukan penilaian terhadap kinerja koperasi tersebut. Penilaian kinerja usaha merupakan penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu badan usaha, bagian badan usaha dan karyawan berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut
Krisnamurthi (2002), sebuah koperasi akan eksis apabila mampu mengembangkan kegiatan usaha yang : fleksibel sesuai dengan kepentingan anggota, berorientasi pada
pemberian
pelayanan
bagi
anggota,
berkembang
sejalan
dengan
perkembangan usaha anggota, biaya transaksi antara koperasi dan anggota mampu
17
ditekan lebih kecil dari biaya non anggota dan mampu mengembangkan modal yang ada di dalam kegiatan koperasi dan anggota sendiri. Salah satu indikator utama kegiatan usaha yang dikembangkan koperasi adalah jika usaha anggota berkembang sejalan dengan perkembangan usaha koperasi.
3.1.2
Manfaat dan Pelayanan Koperasi Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan memberikan berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Pelayanan menurut Hoesin seperti yang dikutip Rusidi dan Suratman (2002) adalah segala usaha/kegiatan yang dilakukan koperasi untuk melayani kebutuhan/keperluan anggota.
Dengan baiknya
pelayanan yang diberikan oleh koperasi, maka anggota akan merasakan manfaat berkoperasi. Hoesin menjelaskan bahwa manfaat yang diperoleh anggota karena berkoperasi disebut juga “Cooperative effect”. Manfaat yang diperoleh anggota dapat
berupa
peningkatan
kemampuan
ekonomi,
organisasi/manajemen,
pendidikan dan lain-lain. Manfaat tersebut dapat diperoleh karena efisiensi dan efektivitas yang diciptakan koperasi yaitu melalui penghimpunan kekuatan khususnya dalam bentuk manajemen, dana/modal, keterampilan, kapasitas produksi/skala ekonomis dan posisi tawar. Manfaat berkoperasi seperti yang dijelaskan Hoesin diantaranya adalah sebagai fungsi dari harga bahan baku, pengadaan, skala usaha/kapasitas produksi, harga jual, penyaluran dan daya saing. Adanya manfaat yang diterima anggota dengan berkoperasi akan mendorong anggota untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan koperasi (Rusidi dan Suratman, 2002). Manfaat ini dapat berupa
18
manfaat ekonomi, manfaat sosial dan manfaat teknologi. Menurut Sugiyanto seperti dikutip oleh Rusidi dan Suratman (2002), manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dapat berasal dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama, pemasaran dan pengolahan bersama, simpan pinjam melalui koperasi dan dalam bentuk pembagian SHU.
Manfaat sosial dapat berupa bertambah baiknya
hubungan antara anggota dengan pengurus, karyawan maupun dengan sesama anggota (Probowati, 2000).
Sedangkan manfaat teknologi menurut Solehati
meliputi adanya peningkatan pengetahuan, sikap maupun keterampilan, kemauan untuk mencoba teknik budidaya/produksi baru ataupun jenis peralatan baru.
3.1.3
Keanggotaan Koperasi Koperasi merupakan suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang
terbentuk dengan anggota sebagai tulang punggungnya (Firdaus dan Agus, 2004). Pasal 17 UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Menurut Hannel/Huller seperti yang dikutip Rusidi dan Suratman (2002), keberadaan anggota sebagai pemilik berarti
bahwa
anggota
berkewajiban
memberikan
kontribusi
terhadap
pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasinya serta ikut mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan koperasinya. Sedangkan anggota sebagai pengguna jasa koperasi berarti bahwa anggota berhak untuk memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan oleh koperasi untuk menunjang kepentingankepentingannya. Keanggotaan koperasi adalah didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi.
Menurut Sagimun (1983), koperasi
19
merupakan wadah persekutuan orang-orang yang lemah ekonominya untuk bekerjasama memperbaiki nasib mereka. Faktor kesamaan kepentingan dalam usaha koperasi ini merupakan tolok ukur untuk menentukan diterima atau tidaknya seseorang menjadi anggota koperasi. Prinsip koperasi menyatakan bahwa keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Sifat terbuka dalam prinsip koperasi tersebut memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
Setiap orang yang telah mampu melakukan tindakan hukum dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh koperasi dapat menjadi anggota pada koperasi tersebut. Selain itu, sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi, mengandung makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar koperasi. Hannel dalam tulisannya yang dikutip oleh Rusidi dan Suratman (2002), menyatakan bahwa pada dasarnya setiap anggota akan menilai keputusannya untuk memasuki dan untuk mempertahankan/memelihara hubungannya dengan suatu organisasi koperasi apabila insentif atau perangsang yang diperolehnya lebih besar atau minimal sama dengan besarnya kontribusi atau sumbangan yang harus diberikan. Insentif yang dimaksud adalah peningkatan pelayanan secara efisien oleh koperasi melalui penyediaan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan para anggota. Sedangkan kontribusi para anggota bagi pembentukan dan pertumbuhan koperasi salah satunya adalah dalam bentuk sarana keuangan dan partisipasi anggota (Rusidi dan Suratman, 2002).
20
Setiap orang maupun perusahaan yang terlibat dalam keanggotaan koperasi memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992. Setiap anggota koperasi memiliki kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi untuk menghindari adanya kecenderungan anggota hanya akan mementingkan pribadinya sendiri. Bahkan Krisnamurthi (2002), menyatakan bahwa anggota dan masyarakat akan semakin merasakan peran dan manfaat koperasi jika terdapat kesadaran dan kejelasan dalam hal keanggotan koperasi. Hal tersebut mengacu pada pemahaman anggota dan masyarakat terhadap perbedaan hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota atau tidak menjadi anggota, sehingga akan terdapat insentif untuk menjadi anggota koperasi. Oleh karena itu, insentif tersebut akan menumbuhkan kesadaran dan loyalitas anggota kepada organisasinya, yang akhirnya akan menjadi basis kekuatan koperasi itu sendiri.
3.1.4
Bisnis Paprika di Indonesia Paprika merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis dan bukan
tanaman asli Indonesia.
Menurut Prihmantoro dan Indriani (2003), faktor
lingkungan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan agar tanaman paprika yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Faktor
lingkungan yang menjadi syarat tumbuh paprika diantaranya adalah iklim, tanah atau media serta ketinggian tempat. Paprika dapat dibudidayakan secara hidroponik di dalam greenhouse dengan menggunakan media tanam selain tanah salah satunya berupa arang sekam, maupun secara konvensional dengan menggunakan tanah sebagai
21
medianya. Budidaya secara hidroponik ini memungkinkan tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik (Lingga, 1985). Namun demikian, budidaya paprika secara hidroponik ini membutuhkan modal yang relatif besar karena kebutuhan sarana-sarana fisik seperti greenhouse, sarana irigasi, nutrisi dan sarana-sarana produksi lainnya. Paprika juga merupakan salah satu komoditas sayuran asing yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Hal tersebut ditunjukkan oleh tingginya
permintaan terhadap paprika. Permintaan dari hotel berbintang rata-rata sekitar 15 kg paprika per hari sedangkan swalayan membutuhkan sekitar lima kilogram per harinya, dan tingginya permintaan tersebut belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh petani (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Banyaknya orang asing yang menetap, bermunculannya hotel, restoran dan usaha catering yang menyediakan menu masakan asing dan swalayan yang menyediakan berbagai sayuran impor serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi menyebabkan permintaan terhadap paprika semakin meningkat. Meningkatnya permintaan terhadap paprika merupakan peluang besar bagi pengembangan usaha paprika di Indonesia. Paprika merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai jual tinggi dan telah menembus pasar internasional. Salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor paprika Indonesia adalah negara Taiwan.
Namun sejak sekitar tahun
2003–2004, ekspor paprika Indonesia ke Taiwan terhenti.
Hal tersebut
disebabkan oleh adanya isu lalat buah pada produk paprika Indonesia. Meskipun demikian Taiwan bukalah satu-satunya negara tujuan ekspor paprika Indonesia. Negara lain yang juga menjadi tujuan ekspor paprika Indonesia adalah Hongkong
22
dan Singapura. Volume dan nilai ekspor paprika Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2
Kerangka Pemikiran Konseptual Bagi koperasi yang merupakan perkumpulan orang, anggota merupakan
sumber potensi utama. Sama halnya dengan koperasi pada umumnya, keberadaan anggota juga sangat penting artinya bagi KOPTAN Mitra Sukamaju yang merupakan pelopor usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Pada dasarnya pelayanan yang lancar dan bermutu merupakan motif utama koperasi, dan dari situlah tingkat hubungan koperasi dengan anggotanya dapat diketahui untuk menciptakan kepuasan bagi anggotanya. Bila anggota sudah merasa
puas
dengan
pelayanan
koperasi,
maka
anggota
akan
tetap
mempertahankan keanggotaannya, atau bagi anggota akan timbul perasaan tidak ingin keluar/pindah ke koperasi lainnya (Soedjono, 2000).
Oleh karena
keberhasilan suatu koperasi tercermin dari efisiennya kegiatan usaha yang dijalankan, maka penilaian terhadap kinerja koperasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan koperasi baik dari segi organisasi, usaha maupun keuangannya dari waktu ke waktu. Koperasi yang efisien atau memiliki kinerja yang baik dapat memberikan manfaat bagi anggotanya dalam bentuk pelayanan yang memuaskan. Keanggotaan pada suatu koperasi termasuk KOPTAN Mitra Sukamaju juga ditentukan oleh keputusan petani paprika untuk masuk, keluar atau pun tetap mempertahankan keanggotaannya pada koperasi tersebut.
Terdapat berbagai
faktor yang diduga dapat mempengaruhi keputusan petani untuk masuk menjadi anggota koperasi. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani
23
untuk menjadi anggota koperasi terdiri dari faktor usaha maupun faktor rumah tangga petani itu sendiri. Penentuan
faktor-faktor
tersebut
didasarkan
atas
teori
mengenai
keanggotaan koperasi, pemikiran serta berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya.
Faktor usaha yang dapat mempengaruhi keputusan petani
diantaranya adalah faktor produktivitas, biaya, harga, pendapatan, modal dan luas lahan yang digunakan untuk usahatani paprika. 1. Faktor produktivitas paprika yang dihasilkan selama satu musim tanam, diduga akan mempengaruhi keputusan petani utnuk menjadi anggota koperasi secara negatif. Petani yang produktivitas paprikanya rendah akan memerlukan koperasi untuk memperoleh pengetahuan mengenai budidaya paprika atau mengaharapkan manfaat teknologi dari koperasi untuk dapat meningkatkan produktivitasnya. 2. Faktor pendapatan usahatani paprika per musim tanam, diduga akan memiliki hubungan negatif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Hal tersebut disebabkan karena manfaat yang ditawarkan koperasi khususnya yang berupa peningkatan pendapatan, mungkin merupakan alasan yang tepat sekaligus sebagai rangsangan yang menarik bagi petani yang berpendapatan rendah untuk bergabung dengan koperasi, sedangkan bagi petani yang berpendapatan tinggi, mungkin diperlukan manfaat atau alasan lainnya untuk bergabung menjadi anggota koperasi selain peningkatan pendapatan. 3. Faktor luas lahan diduga akan berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi, karena diduga petani yang lahan paprikanya luas memerlukan pasar yang lebih jelas agar dapat menampung seluruh hasil
24
produksinya. Dengan demikian, diduga petani yang lahannya lebih luas sangat memerlukan kerjasama dengan koperasi dalam memasarkan hasil produksinya dengan resiko yang lebih rendah. 4. Faktor biaya, diduga juga akan mempengaruhi keputusan petani secara positif. Semakin besar biaya yang harus dikeluarkan petani, maka diduga petani akan memerlukan kerjasama dengan koperasi yang dapat memberikan pelayanan pengadaan input dengan harga yang lebih murah karena adanya skala ekonomis pada usaha koperasi, agar uhataninya menjadi lebih efisien. 5. Faktor harga jual, diduga akan mempengaruhi keputusan petani secara negatif. Hal tersebut diduga karena jika harga jual paprika yang diterima petani rendah, maka petani memerlukan koperasi untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dengan adanya skala ekonomis dan tingginya posisi tawar pada koperasi, sehingga petani cenderung untuk menjadi anggota koperasi. 6. Faktor modal, diduga akan mempengaruhi keputusan petani secara negatif. Hal tersebut diduga karena petani yang memiliki keterbatasan modal atau modal yang kecil, akan memerlukan kerjasama dengan koperasi sebagai lembaga yang dapat memberikan manfaat dan pelayanan bantuan modal (simpan pinjam). Selain faktor usaha petani, terdapat faktor rumah tangga petani yang juga diduga dapat mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga serta pengalaman bertani. 1. Faktor umur petani diduga berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Semakin tua umur petani, kemungkinan
25
petani lebih menginginkan kepastian dalam usahanya dengan berkoperasi, dibandingkan menjadi petani mandiri yang membutuhkan kemandirian petani dalam mengelola usahataninya. 2. Faktor lamanya pengalaman bertani paprika, diduga akan berkorelasi negatif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota. Semakin lama pengalaman petani dalam bertani paprika, memungkinkan petani sudah memiliki jaminan pasar yang pasti dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai usahatani paprika. Dengan demikian petani yang berpengalaman tidak terlalu membutuhkan koperasi untuk mendukung kegiatan usahataninya. 3. Faktor jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan diduga akan berkorelasi positif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani, maka kemungkinan petani tersebut membutuhkan pendapatan yang lebih tinggi untuk mencukupi keperluan keluarganya, yang mereka harapkan dapat diperoleh dengan berkoperasi. 4. Faktor tingkat pendidikan petani, diduga akan berhubungan positif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Semakin tinggi pendidikan petani memungkinkan petani tersebut lebih paham mengenai konsep usaha dalam bentuk koperasi dan menganggap bahwa dengan berkoperasi dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan memberikan berbagai manfaat dalam bentuk pelayanan untuk mendukung usahataninya.
26
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran konseptual ini dapat dilihat pada Gambar 1. Faktor Usaha Petani 1) Produktivitas 2) Biaya 3) Harga 4) Pendapatan 5) Modal 6) Luas Lahan
Faktor Rumah Tangga Petani 1) Umur 2) Jumlah anggota keluarga 3) Pendidikan 4) Pengalaman
KEANGGOTAAN KOPTAN Mitra Sukamaju
Manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju
Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju Keanggotaan Keuangan Usaha Pemasaran Sumberdaya manusia
Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju
27
28
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra
Sukamaju yang terletak di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya bahwa Desa Pasir Langu merupakan salah satu sentra produksi paprika di Indonesia. Selain itu, KOPTAN Mitra Sukamaju merupakan koperasi yang bergerak dibidang usahatani paprika hidroponik yang berada di Desa Pasir Langu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2007.
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, yang dijelaskan sebagai berikut : a. Data Primer Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh dari petani dan pengurus koperasi, yaitu mengenai karakteristik petani (umur, pendidikan, pengalaman dan jumlah anggota keluarga) dan usahatani paprika (produktivitas, biaya, harga, modal, luas lahan, dan pendapatan). Selain itu data primer yang juga dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pendapat petani maupun pengurus mengenai, pelayanan dan manfaat koperasi.
28
b. Data Sekunder Data sekunder yang berupa daftar anggota, struktur organisasi, serta laporan keuangan koperasi (Neraca dan Laporan Rugi/Laba) yang diperoleh dari KOPTAN Mitra Sukamaju. Selain itu diperlukan juga data dari instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian baik dari Kantor Desa Pasir Langu, maupun Departemen Koperasi.
4.3
Metode Pengumpulan Data Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
pengamatan langsung di lapangan (observasi). Selain itu, dilakukan wawancara dengan pengurus, karyawan dan manajer koperasi dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide) serta wawancara dengan petani paprika (anggota dan non anggota koperasi) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang lebih rinci dan lengkap (schedule). Responden dalam penelitian ini terdiri dari pengurus koperasi dan petani paprika. Khusus untuk petani paprika yang menjadi responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 3. Klasifikasi Petani Responden No.
Responden Penelitian
Jumlah (orang)
1.
Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju
20
2.
Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju :
10
Total
30
Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu petani yang menjadi anggota koperasi dan petani non anggota. Petani anggota yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 20
29
orang, dari 54 anggota yang tercatat dalam keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju.
Pemilihan sempel tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangan
pribadi atau judgement sample. Dimana responden yang dipilih adalah hanya petani yang menjadi kepala keluarga dalam keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju. Pemilihan tersebut dilakukan karena 54 anggota yang terdaftar dalam keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut sebenarnya adalah jumlah greenhouse yang dimiliki oleh 20 orang petani yang menjadi kepala keluarga. Selain itu, petani non anggota yang dijadikan responden dalam penelitian ini terdiri dari 10 orang petani paprika yang pernah menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Sempel tersebut dipilih berdasarkan teknik snowball sampling, yaitu berdasarkan informasi yang diperoleh dari KOPTAN Mitra Sukamaju sebagai kelompok responden yang relevan untuk menunjuk calon responden lainnya, yaitu petani paprika yang pernah menjadi anggota koperasi tersebut.
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan diolah untuk
dilakukan analisa lebih lanjut baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kualitatif deskriptif dilakukan untuk melihat dan memberikkan gambaran mengenai kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui manfaat ekonomi koperasi yang diterima anggota khususnya dalam hal pendapatan.
Selain itu, analisis kualitatif juga
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi dengan menggunakan model Logit.
30
Kinerja dan manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju ini tidak diuji dalam kaitannya dengan keanggotaan koperasi, karena data keanggotaan (jumlah anggota) berupa data time series sedangkan data mengenai kinerja (kepuasan anggota terhadap pelayanan) dan manfaat koperasi berupa data cross section, sehingga sulit untuk diuji. Oleh karena itu, baik manfaat ataupun kinerja dalam hal ini hanya dideskripsikan, guna mendukung hasil analisis atau pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju.
4.4.1 Analisis Kinerja Koperasi Penilaian kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilakukan dengan menilai trend kinerja koperasi selama enam tahun terakhir, mulai dari tahun 2001 pada saat keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai jumlah tertinggi sampai dengan tahun 2006. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju akan dinilai dari sisi keanggotaan yang meliputi perkembangan jumlah anggota dan jumlah greenhouse anggota dan SHU per anggota. Dari sisi keuangan, yang akan dinilai adalah kesehatan keuangan koperasi melalui analisis rasio keuangan. Selain itu, dari sisi usaha, sumberdaya manusia dan pemasaran koperasi yang akan dinilai adalah pertumbuhan produksi, penjualan dan tingkat pendidikan karyawan serta pengurus koperasi. Indikator-indikator kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju yang akan dinilai dapat dilihat pada Tabel 4.
31
Tabel 4. Model Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006 Berdasarkan Beberapa Indikator Indikator Kinerja
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Jumlah anggota Jumlah greenhouse anggota SHU per anggota Rasio Keuangan: 1. Likuiditas 2. Solvabilitas 3. Rentabilitas 4. Aktivitas Volume usaha koperasi Produksi paprika/anggota Penjualan paprika Harga rata-rata Jumlah karyawan dan pengurus koperasi yang pendidikannya mencapai PT Selain itu, penilaian kinerja koperasi ini juga dilakukan dengan membandingkan antara hasil indikator kinerja yang dianggap penting oleh koperasi dengan standard yang telah ditetapkan koperasi. Indikator kinerja yang penting bagi koperasi diantaranya adalah kepuasan anggota terhadap pelayanan koperasi, jumlah anggota dan perkembangan volume usaha. penilaian kinerja ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Secara lengkap
32
Tabel 5.
Model Penilaian Kinerja dengan Membandingkan antara Hasil dan Target
Indikator Kinerja
Hasil pada Tahun 2006 (A)
Target (B)
Pencapaian (A/Bx100%)
Kepuasan anggota Peningkatan jumlah greenhouse anggota Peningkatan volume usaha
4.4.1.1
Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alat ukur kinerja koperasi secara kuantitatif.
Analisis rasio menggambarkan suatu hubungan (matemathical
relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio ini juga dapat memberi gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan (Munawir, 1995). (1)
Rasio Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan suatu koperasi untuk membayar hutang-
hutang jangka pendek. Likuiditas koperasi dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi dana tunai. Aktiva lancar tersebut dapat berupa kas, piutang dagang, persediaan, maupun beban dibayar di muka (Siegel, 1993). Beberapa rasio untuk mengukur likuiditas adalah: a.
Rasio Lancar (current ratio) Rasio lancar (current ratio) membandingkan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Rasio lancar ini mencerminkan tingkat keamanan kreditor dalam jangka pendek, atau kemampuan koperasi untuk membayar hutang-hutang lancar dari aktiva lancarnya.
33
Current Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang (Munawir, 1995). Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Rasio Lancar = Hutang Lancar
b.
Rasio Cepat (quick ratio) Rasio cepat atau quick ratio merupakan uji likuiditas yang lebih ketat karena
komponen persediaan dan beban dibayar di muka tidak diperhitungkan ke dalam aktiva lancar. Oleh karena itu, rasio cepat ini merupakan perbandingan antara aktiva-aktiva yang lebih likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar (Siegel, 1993).
Rasio cepat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut : Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat = Hutang Lancar
(2)
Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan koperasi untuk memenuhi
kewajiban keuangannya baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjangnya apabila koperasi tersebut dibubarkan.
Suatu koperasi dikatakan
solvabel apabila koperasi tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan untuk membayar semua hutang-hutangnya.
Sebaliknya apabila jumlah aktiva labih
sedikit daripada jumlah hutangnya, berarti koperasi tersebut dalam keadaan insolvabel (Munawir, 1995).
Terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk
menganalisis solvabilitas suatu koperasi, diantaranya adalah :
34
a.
Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri Rasio ini menunjukkan perbandingan antara total hutang terhadap modal
sendiri. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus di bawah ini : Total Hutang Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri = Modal Sendiri b.
Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva Rasio ini menunjukkan sejauh mana nilai dari total aktiva yang dimiliki
koperasi dibiayai oleh hutang. Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : Total Hutang Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva = Total Aktiva
(3)
Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur profit yang diperoleh dari
modal-modal yang digunakan untuk operasi atau untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (Munawir, 1995).
Rasio-rasio
rentabilitas yang digunakan diantaranya adalah : a.
Return on Investment (ROI) Laba atas investasi atau Return on Investment merupakan salah satu bentuk
dari rasio profitabilitas atau rentabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan koperasi dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Munawir (1995), rasio ini menghubungkan keuntungan
35
yang diperoleh dari opersinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). ROI ini juga memperlihatkan apakah manajemen menggunakan sumbersumber yang ada dengan efisien untuk mendapatkan laba (Siegel, 1993). Perhitungan ROI menggunakan rumus di bawah ini : Sisa Hasil Usaha ROI =
x
100 %
Total Aktiva b.
Return on Equity (ROE) ROE mengukur kemampuan koperasi menghasilkan laba setelah pajak
dengan kemampuan koperasi dalam mengelola modal sendiri. Semakin besar nilai rentabiitas modal sendiri menunjukkan penggunaan atas modal sendiri yang semakin baik. Perhitungan ROE menggunakan rumus sebagai berikut : Sisa Hasil Usaha ROE =
x
100 %
Modal Sendiri
(4)
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas atau rasio pemanfaatan aset mencerminkan cara perusahaan
menggunakan aset untuk mendapatkan penghasilan dan laba (Siegel, 1993). Rasio yang digunakan dalam menganalisis aktivitas perusahan salah satunya adalah perputaran piutang. Perputaran piutang koperasi adalah banyaknya kali piutang dagang dapat ditagih oleh koperasi tersebut dalam satu tahun. Perputaran piutang ini dapat dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan piutang dagang.
36
Tingkat perputaran piutang ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Penjualan Perputaran Piutang = Piutang Dagang
Selain perputaran piutang, dapat pula dihitung periode penagihan rata-rata atau waktu rata-rata pengumpulan piutang. Rata-rata periode tagih adalah jumlah rata-rata wktu yang diperlukan utuk menagih piutang. Rasio ini bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan kebijakan penagihan (Sundjaja dan Barlian, 2003). Periode pengumpulan piutang ini dapat dihitung dengan rumus berikut : Piutang Periode Pengumpulan Piutang = Penjualan Tahunan/360
4.4.2 Analisis Manfaat Koperasi 4.4.2.1
Pendapatan Usahatani
Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui besarnya manfaat berkoperasi yang dirasakan anggota dalam hal pendapatan. Menurut Hernanto seperti yang dijelaskan Pramudyani (2002), analisis pendapatan memerlukan data penerimaan (revenue) dan pengeluaran (expenses) baik yang menyangkut tetap (fixed) maupun biaya operasi (operating expenses). Kesemuanya dalam perhitungan tunai (cash). Biaya usahatani dapat berupa biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dibayar dengan uang tunai, seperti untuk pembelian
37
sarana produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga serta biaya penyusutan. Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi, 1986). Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup yang berbentuk benda, sehingga nilai produk yang dikonsumsi tidak dihitung sebagi penerimaan usahatani. Perhitungan pendapatan usahatani ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Perhitungan pendapatan usahatani secara umum yaitu : π = NP – BT – BD Dimana : π
: Pendapatan atas biaya total
NP : Nilai produksi atau penerimaan usahatani (harga jual paprika x jumlah produksi) BT : Biaya tunai BD : Biaya diperhitungkan 4.4.2.2
Rasio Penerimaan Atas Biaya
Perhitungan rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio) dapat digunakan untuk melihat besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani, dan sekaligus untuk melihat besarnya manfaat koperasi bagi angggota. Hasil dari perhitungan R/C rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani dapat menguntungkan atau tidak dalam pelaksanaannya.
38
Rasio penerimaan atas biaya ini dapat dihitung dengan cara membagi penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. R/C rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TR
Total Penerimaan Usahatani Paprika =
Rasio R/C = TC
Total Pengeluaran Usahatani Paprika
Kegiatan usahatani dikatakan menguntungkan apabila angka dari R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio lebih dari satu artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Demikian pula sebaliknya, jika nilai R/C rasio lebih kecil dari satu berarti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah. Analisis manfaat ekonomi koperasi khususnya hal pendapatan yang diterima anggota koperasi, akan dianalisis dengan membandingkan pendapatan usahatani dan R/C rasio antara petani anggota dengan petani non anggota koperasi. Model analisis manfaat tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Model Analisis Manfaat Koperasi Uraian Penerimaan Tunai Usahatani Paprika (A) Biaya Tunai Usahatani Paprika (B) Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) Biaya Diperhitungkan (C) Biaya Total (D = B+C) Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) R/C Rasio Atas Biaya Tunai R/C Rasio Atas Biaya Total Sumber : Pramudyani (2002)
Anggota (Rp)
Non Anggota (Rp)
39
4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 yang mempunyai fasilitas binary logistic regression. Regresi logistik biner (binary logistic regression) digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen x1,x2,…,xk terhadap variabel dependen Y yang berupa variabel biner yang hanya mempunyai dua nilai (Uyanto, 2006). Bila variabel dependen Y ini dilambangkan dengan 1 (sukses) = anggota koperasi dan 0 (gagal) = non anggota koperasi, maka probabilitas petani paprika menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju adalah P(Y=1) = π dan P(Y=0) = 1- π dengan nilai harapan E(Y) = 1(π) + 0(1- π) = π. Bentuk umum fungsi logit untuk variabel dependen Y, dengan k variabel independen, yang mempunyai probabilitas π adalah sebagai berikut : log it (π j ) = ln
atau
πj = β 0 + β1 x j1 + β 2 x j 2 + K + β k x jk 1−π j
πj = exp(β 0 + β1 x j1 + β 2 x j 2 + K + β k x jk ) 1−π j
(6.1)
(6.2)
atau
πj =
exp(β 0 + β1 x j1 + β 2 x j 2 + K + β k x jk )
1 + exp(β 0 + β1 x jk + β 2 x j 2 + K + β k x jk )
(6.3)
Dimana : β0 = konstanta, βi = koefisien, xji = prediktor ke-i, dan πj = probabililitas bahwa faktor atau covariate ke-j mempunyai response 1 (sukses)
40
Dalam model regresi logistik biner ini akan dimasukkan tujuh variabel independen atau peubah respons yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju atau tidak. Pemilihan variabel ini didasarkan atas teori mengenai keanggotaan koperasi, kerangka pemikiran serta berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya. Dari sepuluh faktor pada kerangka pemikiran, hanya akan dimasukkan tujuh variabel kerena variabel biaya, harga dan modal tidak bervariasi untuk setiap anggota dan juga non anggota dan menjadi penciri, sehingga tidak dimasukkan ke dalam model Logit. Tujuh variabel yang dimasukkan tersebut diantaranya adalah : X1 = Umur petani (tahun) X2 = Lamanya pengalaman bertani paprika (tahun) X3 = Jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan (orang) X4 = Tingkat pendidikan petani (SD=1, SMP=2, SMA=3, PT=4) X5 = Produktivitas paprika yang dihasilkan selama satu musim tanam (kg/pohon) X6 = Pendapatan usahatani paprika per musim tanam (dalam jutaan rupiah) X7 = Luas lahan (hektar)
Pendugaan Parameter Model Likelihood Function (LF) menunjukkan probabilitas bahwa Yi = 1 atau 0. Fungsi kemungkinan f(Yi) untuk suatu random sempel dengan n observasi, ditunjukkan oleh persamaan berikut : n
n
i =1
i =1
[
yi 1− yi Π fi(Yi ) = Ππ (xi ) 1− π (xi )
]
(6.4)
Pendugaan parameter dalam model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan
metode
kemungkinan
maksimum
(Maximum
Likelihood
41
Estimation).
Metode
kemungkinan
maksimum
ini
digunakan
untuk
memaksimalkan LF guna mendapatkan nilai parameter βi sedemikian rupa, sehingga probabilitas untuk mendapatkan nilai Y maksimum. Nilai dugaan βi dapat diperoleh dengan membuat turunan pertama fungsi logaritma dari likelihood function, terhadap setiap nilai parameter (βi) yang akan kita ketahui, kemudian menyamakannya dengan nol (Supranto, 2004).
Uji Kesesuaian Model Logistik Setelah melakukan pendugaan parameter model, selanjutnya adalah melakukan pengujian kesesuaian model yang dibentuk. Ketepatan model akan diuji dengan menggunakan statistik chi-square (χ2). Statistik χ2 dihitung melalui :
χ2 = ∑
( pengama tan − taksiran) 2 taksiran
(6.5)
Chi-square goodness of fit test ini digunakan untuk menguji hipotesis : H0 : Memasukan variabel independen ke dalam model tidak akan menambah kemampuan prediksi model regresi logistik H1 : Memasukan variabel independen ke dalam model akan menambah kemampuan prediksi model regresi logistik Sedangkan untuk menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik signifikan, digunakan statistik uji Wald. Rumus umum statistik uji Wald adalah :
Wald
⎛ β ⎞ = ⎜ ⎟ ⎝ S .E ⎠
2
Berdasarkan hipotesis : H0 : βi = 0 (parameter tidak layak berada dalam model) H1 : βi ≠ 0 (parameter model layak berada dalam model)
(6.6)
42
Kaidah pengambilan keputusan (daerah penolakan) untuk kedua uji tersebut adalah tolak hipotesis nol apabila p-value kurang dari α (Uyanto,2006).
Interpretasi Koefisien
Setiap koefisien dalam model regresi logistik (βi) ini mengukur perubahan dalam perkiraan logit. Jika variabel bebas tertentu (Xj) naik 1 unit, sedangkan variabel bebas lainnya tetap, maka secara rata-rata perkiraan logit akan naik atau turun sebesar nilai koefisien tersebut. Interpretasi hasil regresi logistik dapat dilakukan dengan melihat nilai rasio oddsnya.
Jika suatu peubah penjelas
mempunyai tanda koefisien positif, maka nilai rasio oddsnya akan lebih besar dari satu, atau sebaliknya sebaliknya. Interpretasi terhadap nilai odds ini diperoleh dengan mengambil antilog dari berbagai koefisien. Interpretasi dari nilai odds rasio ini adalah kecenderungan atau peluang Y=1 pada kondisi x=1 sebesar
exp(βi) kali dibandingkan dengan x=0.
43
BAB V GAMBARAN UMUM KOPERASI
5.1
Sejarah KOPTAN Mitra Sukamaju Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju adalah sebuah koperasi yang
bergerak di bidang agribisnis, dan merupakan pelopor dalam usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Koperasi ini berlokasi di Jalan Pasir Langu No. 51, Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Penduduk Desa Pasir Langu sebagian besar memiliki mata pencaharian utama sebagai petani, yaitu sebanyak 2.563 orang atau sebesar 46,85 persen. Komoditas pertanian yang saat ini banyak diusahakan di Desa Pasir Langu selain waluh adalah paprika, yang kini telah dibudidayakan pada lahan seluas 15 hektar, dengan produksi yang mencapai 6,3 ton/hektar. KOPTAN Mitra Sukamaju ini awalnya merupakan sebuah kelompok tani, yang didirikan pada tahun 1994 dengan nama Kelompok Tani Sukamaju. Kelompok Tani Sukamaju ini didirikan oleh 11 orang perintis, yang memiliki ketertarikan terhadap komoditas paprika.
Para perintis termotivasi untuk
mengusahakan paprika hidroponik ini, karena adanya potensi usaha paprika yang cukup cerah. Pada awalnya, 11 orang perintis Kelompok Tani Sukamaju melakukan percobaan untuk membudidayakan 800 pohon paprika dalam sebuah greenhouse, yaitu pada lahan seluas 200 m2 dengan menggunakan modal patungan. Percobaan tersebut dilakukan oleh para perintis dengan berbekal pengetahuan yang diperoleh secara otodidak, yaitu dari membaca buku mengenai budidaya paprika hidroponik,
44
serta dari hasil kunjungan dan pengamatan mereka ke PT Saung Mirwan dan Balitsa.
Setelah satu tahun melakukan percobaan, para perintis berhasil
memperluas areal penanaman menjadi 600 m2 dengan menanam 1.800 pohon. Pada tahun 1995, Kelompok Tani Sukamaju berganti nama menjadi Kelompok Tani Mitra Sukamaju dan mulai mengadakan kerjasama dengan PT Saung Mirwan dalam memasarkan paprika hasil produksi mereka. Setelah pasar yang ada dirasakan cukup stabil, maka pada tahun 1997 budidaya paprika hidroponik ini dilakukan secara mandiri oleh masing-masing perintis. Pada perkembangan selanjutnya, tanggal 13 April 1999, Kelompok Tani Mitra Sukamaju ini menjadi sebuah usaha yang berbentuk koperasi dengan nama Koperasi Petani Mitra Sukamaju dengan nomor badan hukum 180/BH/518KOP/IV/1999. Perubahan bentuk usaha dari kelompok tani menjadi usaha yang berbadan hukum koperasi ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya adalah untuk mempermudah pencarian dana dalam rangka pengembangan usaha serta untuk memperbaiki sistem manajemen agar lebih teratur.
5.2
Tujuan KOPTAN Mitra Sukamaju KOPTAN Mitra Sukamaju merupakan suatu badan usaha berbentuk
koperasi yang berwatak sosial dan didirikan dengan tujuan tertentu. Sama halnya dengan koperasi pada umumnya, KOPTAN Mitra Sukamaju pun memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya, dan masyarakat pada umumnya. KOPTAN Mitra Sukamaju ini memiliki tujuan khusus untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan memberikan berbagai pelayanan. Hal tersebut dilakukan dengan menyediakan sarana produksi dengan harga yang relatif murah,
45
serta memberikan berbagai penyuluhan agar pendapatan dan kesejahteraan anggota meningkat melalui usaha paprika hidroponik. Selain itu, KOPTAN Mitra Sukamaju juga berusaha untuk melindungi petani dari harga yang terlalu rendah serta memberikan kepastian pasar bagi para petani paprika. Lebih umum lagi, KOPTAN Mitra Sukamaju memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Pasir Langu. dilakukan
dengan
menyerap
tenaga
kerja
untuk
Hal tersebut
mengurangi
jumlah
pengangguran, sehingga kesejahteraan masyarakat Desa Pasir Langu dapat meningkat.
5.3
Kegiatan Bisnis KOPTAN Mitra Sukamaju KOPTAN Mitra Sukamaju adalah pelopor dalam pengembangan usahatani
paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Kegiatan utama yang dilakukan koperasi ini meliputi kegiatan pengadaan input, proses produksi dan pemasaran. 5.3.1 Kegiatan Pengadaan Input Kegiatan pengadaan input pada KOPTAN Mitra Sukamaju, dilakukan untuk mempermudah anggota dalam memperoleh sarana produksi dengan harga yang relatif murah. Awalnya, koperasi ini menyediakan input produksi berupa benih, pupuk/nutrisi dan obat-obatan. Namun saat ini, KOPTAN Mitra Sukamaju hanya menyediakan input yang berupa pupuk/nutrisi yang diproduksi sendiri oleh koperasi tersebut. Koperasi menjual pupuk/nutrisi tersebut baik kepada petani anggota maupun non anggota. Pupuk tersebut dijual dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk yang dijual toko sarana pertanian di
46
daerah tersebut. Harga jual pupuk untuk setiap jenis yang dijual KOPTAN Mitra Sukamaju dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis dan Harga Jual Pupuk Hasil Produksi KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2007 Harga Jual (Rp)
Jenis Pupuk
Petani Anggota
Petani Non Anggota
Pupuk Biasa
195.000
200.000
Pupuk Tenso
220.000
225.000
Pada Tabel 7, diketahui bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju menetapkan harga yang berbeda untuk pupuk yang dijual kepada petani anggota dan non anggota. Pupuk tersebut dijual kepada anggota dengan harga yang lebih murah dan pembayarannya dapat dicicil. Sedangkan untuk petani non anggota, pupuk tersebut dijual dengan harga yang lebih mahal dengan sistem pembayaran tunai. Hal tersebut dilakukan koperasi untuk membantu anggota dengan mengurangi biaya dalam memproduksi paprika, sehingga pendapatan anggota dapat meningkat. 5.3.2 Kegiatan Produksi KOPTAN Mitra Sukamaju sebagai koperasi yang menghimpun petani paprika, melakukan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi paprika yang dilakukan oleh anggotanya. Kegiatan yang berhubungan dengan produksi atau budidaya paprika hidroponik yang dilakukan koperasi ini meliputi kegiatan penyuluhan dan konsultasi.
Dalam kegiatan penyuluhan, KOPTAN
Mitra Sukamaju memberikan berbagai informasi yang berhubungan teknik budidaya paprika secara hidropnik kepada anggotanya.
Kegiatan penyuluhan
yang sering dilakukan oleh koperasi ini adalah mengenai pemeliharaan paprika
47
dan penanganan terhadap serangan HPT, agar produksi petani meningkat baik baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Selain memberikan penyuluhan, KOPTAN Mitra Sukamaju juga memberikan pelayanan yang berupa konsultasi teknis bagi para anggota, khususnya mengenai permasalahan dalam usahatani paprika hidroponik. Kegiatan penyuluhan dan konsultasi ini, dilakukan KOPTAN Mitra Sukamaju melalui kerjasama dengan beberapa pihak.
Penyuluhan dalam hal
pemeliharaan paprika dan penanganan serangan HPT, KOPTAN Mitra Sukamaju bekerja sama dengan produsen obat-obatan, Balitsa, PT Joro dan PT Saung Mirwan. 5.3.3 Kegiatan Pemasaran Kegiatan pemasaran yang dilakukan KOPTAN Mitra Sukamaju bertujuan untuk memberikan kepastian pasar bagi hasil produksi petani, serta untuk melindungi petani dari harga paprika yang berfluktuasi. Kegiatan pemasaran yang dilakukan KOPTAN Mitra Sukamaju meliputi pengumpulan hasil panen dari petani, proses sortasi dan grading, pengemasan, penetapan harga standar sampai dengan menjual paprika tersebut ke beberapa pelanggan. Harga jual yang ditetapkan KOPTAN Mitra Sukamaju merupakan harga standar. Harga standar tersebut ditetapkan oleh koperasi berdasarkan kesepakatan dan perjanjian dengan pembeli. Hal ini dilakukan guna melindungi anggota dari harga yang terlalu rendah, yaitu pada saat harga paprika di pasaran sedang turun. Hal tersebut merupakan salah satu upaya KOPTAN Mitra Sukamaju untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
48
Kegiatan pemasaran pada KOPTAN Mitra Sukamaju ini tidak terlepas dari adanya saluran pemasaran. KOPTAN Mitra Sukamaju menampung paprika yang diproduksi petani anggota untuk dipasarkan ke konsumen lokal maupun internasional melalui bandar, supplier maupun eksportir.
Paprika tersebut
dipasarkan ke beberapa daerah seperti Bandung, Jakarta, Surabaya dan Taiwan. Hingga saat ini kerjasama koperasi dalam kegiatan pemasaran tersebut dilakukan tanpa adanya perjanjian atau kontrak tertulis, tetapi hanya berdasarkan kepercayaan.
5.4
Struktur Organisasi Koperasi sebagai suatu organisasi, harus memiliki alat kelengkapan atau
perangkat organisasi untuk menjalankan kegiatan usahanya.
Struktur dalam
organisasi koperasi secara umum terdiri dari alat kelengkapan organisasi yang terdiri dari Rapat Anggota Tahunan, Pengurus dan Pengawas. Sama halnya dengan koperasi pada umumnya, KOPTAN Mitra Sukamaju juga memiliki strukrur organisasi yang terdiri dari Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
RAT umumnya dilaksanakan sekali
dalam setahun. Namun RAT tahun 2006 mengalami penundaan dan baru dapat dilaksanakan pada akhir tahun 2007, karena adanya masalah keuangan pada koperasi, khususnya mengenai belum tersedianya dana untuk pembagian SHU anggota akibat banyaknya piutang macet. Pengurus KOPTAN Mitra Sukamaju terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara, yang bertugas untuk mengelola usaha koperasi. Pengurus KOPTAN Mitra Sukamaju merupakan anggota yang berpengalaman dan dianggap mampu untuk menjalankan dan mengelola usaha koperasi.
Selain pengurus, dalam
49
organisasi koperasi juga terdiri dari pengawas yaitu dua orang anggota yang dipilih untuk mengawasi setiap kegiatan usaha koperasi yang dilakukan oleh pengurus. Struktur organisasi pada KOPTAN Mitra Sukamaju juga dilengkapi dengan manejer dan karyawan pada beberapa bagian atau divisi. Manajer pada KOPTAN Mitra Sukamaju ini diperlukan untuk mengatur beberapa bagian seperti keuangan, saprotan dan produksi serta pemasaran. Sedangkan karyawan pada koperasi ini terdiri dari 11 orang. Struktur organisasi KOPTAN Mitra Sukamaju ini dapat dilihat pada Gambar 2.
RAT
PENGURUS Ketua Sekretaris Bendahara
MANAJER Divisi Keuangan
MANAJER Divisi Saprotan dan Produksi
PENGAWAS
MANAJER Divisi Pemasaran
KARYAWAN Sortasi dan grading Packing Supir Administrasi
Gambar 2. Struktur Organisasi pada KOPTAN Mitra Sukamaju
50
5.5
Karakteristik Petani Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju sebagian besar memiliki mata
pencaharian utama sebagai petani, yang mengusahakan komoditas sayuran seperti paprika dan waluh.
Petani paprika yang menjadi anggota KOPTAN Mitra
Sukamaju ini, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Pada Tabel 8 berikut ini terdapat beberapa karakteristik anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Tabel 8. Karakteristik Petani Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2007 Karakteristik Petani Anggota Umur : 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun
Jumlah (orang)
Persentase (%)
3 8 8 0 1
15 40 40 0 5
Pendidikan : SD SMP SMA PT
6 2 9 3
30 10 45 15
Pengalaman Bertani Paprika : 1-4 tahun 5-8 tahun 9-12 tahun 13-16 tahun 17-20 tahun
4 2 9 5 0
20 10 45 25 0
Pada Tabel 8, terlihat bahwa sebagian besar (80 persen) petani anggota KOPTAN Mitra Sukamaju berada pada golongan usia yang masih produktif, yaitu antara 31 samapai dengan 50 tahun. Sedangkan petani yang berusia lanjut, yaitu yang berusia di atas 50 tahun hanya terdiri dari satu orang petani (5 persen). Begitupula dengan petani yang berusia antara 20 sampai dengan 30 tahun, hanya terdiri dari tiga orang (15 persen).
51
Karakteristik anggota KOPTAN Mitra Sukamaju jika dilihat dari sisi pendidikannya belum merata. Sebagian besar anggota KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai jenjang SMA, yaitu sebanyak 9 orang (45 persen). Namun demikian, petani yang pendidikannya hanya mencapai jenjang SD pun masih cukup banyak yaitu mencapai 30 persen. Sedangkan pendidikan petani pada jenjang SMP dan Perguruan Tinggi, masing-masing hanya mencapai 10 dan 15 persen. Petani paprika yang menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, sebagian besar adalah petani yang cukup berpengalaman dalam usaha paprika hidroponik. Terdapat 14 orang anggota yang pengalamannya lebih dari sembilan tahun (70 persen).
Sedangkan yang pengalamannya kurang dari sembilan tahun hanya
berjumlah 6 orang atau 30 persen.
5.6
Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju Keberadaan anggota bagi sebuah koperasi adalah suatu hal yang penting,
karena anggota dapat berperan sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi. Bagi KOPTAN Mitra Sukamaju, keberadaan anggota juga merupakan hal yang penting, karena anggota dapat memberikan kontribusi bagi perkermbangan usaha koperasi. Keanggotaan pada KOPTAN Mitra Sukamaju sedikit berbeda dengan keanggotaan koperasi pada umumnya. Dimana keanggotaannya tidak ditentukan berdasarkan jumlah orang (petani) yang bergabung menjadi anggota, tetapi ditentukan berdasarkan jumlah greenhouse yang dimiliki oleh setiap orang (petani) yang tergabung dalam koperasi tersebut. Saat ini jumlah petani yang tergabung dalam keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju adalah sebanyak 20 orang, dengan total greenhouse sebanyak 54 buah.
52
Masing-masing greenhouse tersebut diberi nama dan didaftarkan dalam keanggotaan koperasi, yaitu dengan menggunakan nama anak ataupun istri para petani tersebut. Dengan demikian yang termasuk ke dalam daftar keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju saat ini adalah berjumlah 54. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan koperasi dalam melihat perkembangan usaha paprika, khususnya produksi yang dihasilkan dari setiap greenhouse yang dimiliki 20 orang petani tersebut 3 .
3
Hasil wawancara dengan pengurus KOPTAN Mitra Sukamaju
BAB VI ANALISIS KINERJA DAN MANFAAT KOPTAN MITRA SUKAMAJU
6.1
Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju Penilaian terhadap kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari beberapa
sisi yaitu dari sisi keanggotaan, keuangan, usaha, pemasaran dan sumberdaya manusianya. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari tiap sisi dianalisis dengan melihat trend selama enam tahun terakhir. Sedangkan untuk beberapa hal yang dianggap
penting
oleh
KOPTAN
Mitra
Sukamaju,
dianalisis
dengan
membandingkan antara hasil yang dicapai dengan target yang ditetapkan koperasi. 6.1.1 Keanggotaan Kinerja dari sisi keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju ini dinilai berdasakan beberapa indikator. Indikator kinerja koperasi dari sisi keanggotaan terdiri dari jumlah anggota dan jumlah greenhouse anggota koperasi serta rata-rata SHU per anggota, yaitu untuk menilai tingkat kesejahteraan anggota. Tabel 9. Hasil Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Keanggotaan Tahun 2001-2006 Indikator Kinerja
2001
2002
Jumlah 97 75 greenhouse (Buah) Jumlah petani 50 45 anggota (orang) Rata-rata SHU 311.398 538.506 per anggota (Rp)
Tahun 2003 2004
2005
2006
64
43
47
54
41
28
24
20
792.944
762.970
760.638
779.102
Berdasarkan Tabel 9 di atas, diketahui bahwa keanggotaan koperasi jika dilihat dari jumlah greenhouse maupun jumlah petani anggotanya mengalami
54
penurunan, dibandingkan dengan tahun 2001 yang mencapai jumlah tertinggi. Pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 jumlah greenhouse anggota KOPTAN Mitra Sukamaju terus mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2001. Penurunan terbesar dalam jumlah greenhouse anggota terjadi pada tahun 2004 yang mencapai 55,67 persen dibanding tahun 2001, disebabkan oleh banyaknya petani anggota yang memilih untuk menjadi petani mandiri.
Hal
tersebut terjadi karena mereka telah mengetahui teknik budidaya paprika hidroponik selama menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, karena pada awalnya budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu ini dikembangkan oleh KOPTAN Mitra Sukamaju. Selain itu, pasar untuk paprika semakin terbuka yaitu dengan banyaknya bandar yang datang kepada petani, sehingga pemasaran paprika bagi petani menjadi lebih mudah. Namun pada tahun 2005-2006, jumlah greenhouse anggota KOPTAN Mitra Sukamaju mulai mengalami peningkatan dibanding tahun 2004, karena petani yang masih menjadi anggota menambah jumlah greenhouse yang mereka usahakan. Kesejahteraan anggota KOPTAN Mitra Sukamaju dapat dinilai dari SHU yang mereka terima.
Rata-rata SHU yang diterima anggota KOPTAN Mitra
Sukamaju cenderung meningkat, khususnya pada tahun 2003 mencapai jumlah tertinggi yaitu Rp 792.944, karena pada saat itu jumlah produksi yang dihasilkan anggota pun mengalami peningkatan. Kinerja dari sisi keanggotaan merupakan hal yang penting bagi KOPTAN Mitra Sukamaju. Oleh karena itu, penilaian terhadap kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi keanggotaannya juga akan dinilai dengan melihat pencapaian antara hasil dengan target yang telah ditetapkan koperasi, khususnya dalam hal
55
kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan koperasi serta peningkatan jumlah anggota koperasi. Penilaian kinerja ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Keanggotaan dengan Membandingkan Hasil dan Target Indikator Kinerja Peningkatan jumlah greenhouse Kepuasan anggota*
Hasil Tahun 2005-2006 (A)
Target (B)
Pencapaian (A/B x 100%)
12,96 %
50 %
25,92 %
61,36 %
90 %
68,18 %
Keterangan : * Kepuasan anggota pada tahun 2007 Peningkatan jumlah greenhouse anggota yang ditargetkan KOPTAN Mitra Sukamaju adalah sebesar 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun kenyataannya, peningkatan jumlah anggota KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2006 hanya mencapai 12,96 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju belum dapat mencapai target yang ditetapkan, karena pencapaiannya hanya sebesar 25,92 persen dari target yang telah ditetapkan. Kepuasan anggota merupakan salah satu indikator kinerja koperasi dari sisi keanggotaan yang pencapaiannya cukup baik meskipun belum mencapai 100 persen. Sampai dengan tahun 2006 koperasi sudah mengupayakan kepuasan bagi anggotanya yaitu sebersar 61,36 persen dari 90 persen target yang ditetapkan, atau dengan kata lain KOPTAN Mitra Sukamaju hanya mampu mencapai 68,18 persen dari target yang telah ditetapkan. Hasil penilaian kepuasan 20 orang anggota terhadap berbagai pelayanan KOPTAN Mitra Sukamaju yang didasarkan pada skor kepuasan, dapat dilihat pada Tabel 11.
56
Tabel 11. Hasil Penilaian Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KOPTAN Mitra Sukamaju Pada Tahun 2007
JENIS PELAYANAN PENGADAAN INPUT : Benih Pupuk/Nutrisi Obat-obatan/pestisida PROSES PRODUKSI : Bimbingan teknis Konsultasi teknis PEMASARAN : Harga Jaminan pasar Pembayaran PENGEMBANGAN USAHA : Bantuan modal LAYANAN LAIN : Simpan/pinjam Hubungan kekeluargaan JUMLAH TOTAL SKOR PERSENTASE
Ketidakpuasan Anggota Skor Skor (%) 1 2
Kepuasan Anggota Skor 3
Skor 4
(%)
9 0 17
11 0 3
23,53 0 23,53
0 4 0
0 16 0
0 14,81 0
0 0
0 0
0 0
13 11
7 9
14,81 14,81
0 0 0
3 1 10
3,53 1,18 11,76
13 6 10
4 13 0
12,60 14,08 7,41
12
8
23,53
0
0
0
10 12,94 0 0 46 100 85 38,64 %
9 6 72
1 0 39
0 6,67 14 14,81 63 100 135 61,36 %
Tabel 11 menunjukkan bahwa proporsi kepuasan anggota lebih besar daripada ketidakpuasan anggota.
Kepuasan anggota sebesar 61,36 persen
terhadap pelayanan koperasi, merupakan akumulasi skor puas dan sangat puas yang diperoleh dari penilaian anggota. Kepuasan tersebut sebagian besar berasal dari pelayanan yang berupa pengadaan input nutrisi, pemberian bimbingan teknis, konsultasi teknis dan hubungan kekeluargaan, yang masing-masing memiliki kepuasan sebesar 14,81 persen, serta kepuasan anggota terhadap pelayanan dalam bentuk harga adalah sebesar 12,60 persen, jaminan pasar 14,08 persen. Selain itu, terdapat pelayanan yang nilai kepuasannya cukup rendah diantaranya adalah layanan simpan pinjam yang tidak banyak diberikan oleh KOPTAN Mitra
57
Sukamaju karena koperasi tersebut masih mengalami kesulitan modal akibat banyaknya piutang yang sulit ditagih, yaitu sebesar 6,67 persen.
Kepuasan
anggota terhadap pelayanan koperasi dalam hal pembayaran mencapai 7,41 persen karena anggota merasa meskipun pembayaran dari koperasi sering mengalami keterlambatan, namun relatif lebih aman dan tidak ada resiko tidak dibayar jika dibandingkan dengan petani mandiri yang menjual langsung paprikanya ke bandar yang datang. Penilaian kepuasan yang paling rendah adalah dalam pelayanan pengadaan benih, pestisida dan bantuan modal yang masing-masing bernilai nol persen, karena pelayanan dalam ketiga hal tersebut sudah tidak berjalan selama tiga tahun terakhir ini. Ketidakpuasan anggota sebesar 38,64 persen terdiri dari ketidakpuasan anggota terhadap pelayanan koperasi khususnya dalam hal pengadaan input benih, pestisida dan bantuan modal yang masing-masing sebesar 23,53 persen. Sedangkan ketidakpuasan anggota terhadap pelayanan koperasi dalam hal harga cukup rendah yaitu hanya 3,53 persen, karena koperasi telah menetapkan harga standar yang dapat melindungi anggota ketika terjadi penurunan harga jual paprika. Demikian pula dengan ketidakpuasan anggota dalam hal jaminan pasar cukup rendah, yaitu 1,18 persen karena koperasi selalu siap menampung dan memasarkan paprika hasil produksi anggota, bahkan pada saat terjadi over supply paprika di pasaran. Sedangkan ketidakpuasan dalam pelayanan berupa bimbingan dan konsultasi teknis serta hubungan kekeluargaan antar anggota koperasi, maupun dengan pengurus tidak dirasakan oleh anggota. Adapaun rincian mengenai penilaian kepuasan anggota terhadap berbagai pelayanan KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
58
6.1.2 Keuangan Kinerja keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju dinilai dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut dianalisis berdasarkan laporan keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju yang berupa neraca dan laporan rugi/laba. Pos-pos yang ada dalam laporan keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju dapat dilihat pada Lampiran 3. Beberapa rasio keuangan yang dianalisis untuk menilai kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan rasio aktivitas. a. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas menunjukan kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam membiayai kewajiban keuangannya, khusunya yang berupa hutang jangka pendek. Rasio likuiditas yang akan dianalisis ini terdiri dari rasio lancar dan rasio
Nilai Rasio
cepat. Hasil analisis rasio-rasio tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
1,76
1,94 1,62
1,57 1,37
1,24
Lancar Cepat 1,28
2001
1,2
2002
1,73
1,55
2003
2004
1,9
2005
1,58
2006
Tahun
Gambar 3. Rasio Likuiditas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006
Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa nilai rasio lancar pada KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan pada tahun 2002 dan merupakan nilai rasio lancar terendah selama tahun 2001-2006. Nilai rasio lancar pada tahun 2002
59
adalah sebesar 1,24 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar KOPTAN Mitra Sukamaju hanya dapat dijamin dengan Rp 1,24 aktiva lancar yang dimilikinya. Pada tahun 2003-2005, nilai rasio lancar KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami peningkatan, yaitu dengan nilai tertinggi pada tahun 2005 yang mencapai 1,94. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya penurunan hutang lancar koperasi khususnya hutang petani yang turun sebesar 39,98 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2006 nilai rasio lancar KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan sebesar 16,49 persen.
Dengan demikian
kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam memenuhi hutang lancarnya pun mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Seperti halnya nilai rasio lancar, nilai rasio cepat KOPTAN Mitra Sukamaju yang terendah juga terjadi pada tahun 2002, karena tingginya nilai persediaan dan hutang lancar koperasi.
Sedangkan pada tahun 2003-2005, nilai rasio cepat
KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami peningkatan. Nilai rasio cepat pada tahun 2005 merupakan nilai tertinggi yang nilainya mencapai 1,90.
Nilai tersebut
berarti bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar koperasi dapat dijamin dengan Rp 1,90 aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Pada tahun 2006, nilai rasio cepat KOPTAN Mitra Sukamaju pun mengalami penurunan yaitu sebesar 16,84 persen dari tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan likuiditas KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2006 mengalami penurunan disbanding tahun sebelumnya, karena adanya peningkatan komponen persediaan dan hutang lancar koperasi tersebut.
60
b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas ini digunakan untuk menilai kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam memenuhi kewajiban keuangannya baik yang berupa hutang jangka pendek maupun jangka panjang apabila koperasi tersebut dibubarkan. Beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas koperasi ini terdiri dari rasio total hutang dengan modal sendiri serta rasio total hutang dengan total aktiva. Adapaun hasil analisis rasio solvabilitas ini dapat dilihat pada Gambar 4.
3,5
3,01
3,26
Nila Rasio
3 2,5 1,78
2 1,5 1
1,7 1,14
0,73
0,75
0,62
0,52
0,94 0,47
0,62
0,5
Rasio Total Hutang Dengan Modal Sendiri Rasio Total Hutang Dengan Total Aktiva
0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 4. Rasio Solvabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006
Rasio total hutang dengan modal sendiri ini menunjukkkan kemampuan modal sendiri KOPTAN Mitra Sukamaju untuk menjamin seluruh hutangnya. Berdasarkan Gambar 4 di atas, diketahui bahwa pada tahun 2001 total hutang KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai 3,01 kali lebih besar dari modal sendiri yang dimilikinya.
Nilai tersebut berarti bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju belum
mampu menjamin seluruh hutang dengan modal sendiri yang dimilikinya. Tahun 2002-2005 menunjukan terjadinya perbaikan solvabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju, yaitu dengan menurunnya nilai rasio total hutang dengan modal sendiri
61
koperasi. Bahkan pada tahun 2005 nilai rasio total hutang dengan modal sendiri koperasi turun mencapai nilai 0,94. Nilai tersebut berarti bahwa setiap Rp 1,00 modal sendiri koperasi dapat menjamin Rp 0,94 hutangnya, atau dengan kata lain modal sendiri koperasi pada saat itu sudah dapat menjamin seluruh hutangnya. Hal tersebut terjadi karena terjadinya peningkatan modal sendiri KOPTAN Mitra Sukamaju yang berasal dari peningkatan komponen cadangan modal. Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan solvabilitas koperasi. Hal tersebut tercermin dari peningkatan nilai rasio total hutang dengan modal sendiri yang nilainya mencapai 1,70 karena total hutang KOPTAN Mitra Sukamaju mengalamai peningkatan yang cukup tinggi. Rasio total hutang dengan total aktiva menunjukkan sejauh mana nilai total aktiva yang dimiliki KOPTAN Mitra Sukamaju dibiayai oleh hutangnya. Nilai rasio ini mengalami fluktuasi yang seiring dengan nilai rasio total hutang dengan modal sendiri.
Nilai rasio terendah terjadi pada tahun 2005 karena adanya
peningkatan total aktiva dan penurunan total hutang koperasi. Begitu pula dengan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2001 seperti halnya nilai rasio total hutang dengan modal sendiri.
Pada tahun 2006 nilai rasio ini juga mengalami
peningkatan dan menunjukkan semakin besarnya nilai aktiva KOPTAN Mitra Sukamaju yang dibiayai oleh hutang. Peningkatan nilai rasio ini menunjukkan terjadinya penurunan solvabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya.
62
c. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju untuk memperoleh keuntungan dan efisiensi manajemennya. Beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur rentabilitas koperasi ini dintaranya adalah ROI dan ROE. Adapun hasil analisis rasio rentabilitas pada KOPTAN Mitra
NilaiRasio
Sukamaju dapat dilihat pada Gambar 5.
0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0
0,42
0,43
0,4
0,24 0,14 0,1
0,1
2001
2002
2003
0,11
2004
0,23 0,11
2005
0,23 ROI
0,08
ROE
2006
Tahun
Gambar 5. Rasio Rentabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006
Rasio ROI seperti terlihat pada Gambar 5, merupakan rasio rentabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba atas seluruh aktiva atau investasi yang digunakan. Nilai rasio ROI ini tidak terlalu berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2003, nilai rasio ROI KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami peningkatan dan mencapai nilai tertinggi selama enam tahun, yaitu sebesar
0,14.
Nilai tersebut berarti bahwa KOPTAN Mitra
Sukamaju mampu menghasilkan laba atau SHU yaitu sebesar Rp 0,14 dari Rp 1,00 total aktivanya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju telah mampu menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh
63
aktivanya secara efisien. Sedangkan nilai rasio ROI terendah terjadi pada tahun 2006 dengan nilai rasio yang hanya mencapai 0,08, hal tersebut disebabkan karena meskipun nilai SHU koperasi meningkat, namun nilai total aktiva yang digunakan lebih besar dari tahun sebelumnya.
Hal tersebut berarti bahwa kemampuan
KOPTAN Mitra Sukamaju untuk menghasilkan laba dari aktiva yang digunakannya mengalami penurunan, dan koperasi tersebut kurang efisien dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan laba dalam menjalankan kegiatan usahanya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Rasio ROE menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri. Pada tahun 2001-2002 nilai rasio ROE KOPTAN Mitra Sukamaju meningkat dan mencapai nilai tertinggi yaitu pada tahun 2002 dengan nilai 0,43. Nilai tersebut berarti bahwa koperasi mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,43 dari Rp 1,00 modal sendiri yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dengan demikian hal tersebut juga menunjukkan penggunaan modal sendiri untuk menghasilkan laba semakin efisien. Sebaliknya, pada tahun 2003-2006 terjadi penurunan nilai rasio ROE dengan nilai terendah sebesar 0,23 yang terjadi pada tahun 2005 dan 2006. Penurunan nilai tersebut menunjukkkan berkurangnya kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam menghasilkan laba dari modal sendiri yang digunakannya, atau kurang efisiennya penggunaan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi koperasi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
64
d. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi KOPTAN Mitra Sukamaju mengelola aset atau sumberdaya yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan yang dilakukan koperasi. Rasio yang digunakan untuk menganalisis aktivitas koperasi ini diantaranya adalah perputaran piutang dan periode pengumpulan piutang yang bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan penagihan piutang pada koperasi. Hasil analisis rasio aktivitas KOPTAN Mitra Sukamaju ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rasio Aktivitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006 Nilai Rasio
Rasio 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Perputaran Piutang
10
7
6
8
11
10
Periode Pengumpulan Piutang
35
55
59
45
32
37
Sumber : Laporan Keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006, diolah
Tabel 12 menunjukkan bahwa rasio perputaran piutang KOPTAN Mitra Sukamaju yang tertinggi terjadi pada tahun 2005, yaitu dalam satu tahun koperasi tersebut dapat menagih piutangnya sebanyak 11 kali, dengan periode pengumpulan piutang selama 32 hari. Sedangkan nilai rasio perputaran piutang terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebanyak enam kali. Periode pengumpulan piutang atau waktu yang diperlukan untuk menagih piutangnya adalah selama 59 hari, karena tingginya nilai piutang dagang pada koperasi. Pada tahun 2006, terjadi penurunan nilai rasio perputaran piutang dibanding tahun sebelumnya.
Penurunan nilai rasio perputaran piutang tersebut
menunjukkan bahwa perlu adanya evaluasi terhadap kebijakan pinjaman dan penagihan piutang pada KOPTAN Mitra Sukamaju. Evaluasi kebijakan tersebut
65
diperlukan, karena lamanya waktu yang diperlukan untuk menagih piutang telah mengganggu kegiatan usaha KOPTAN Mitra Sukamaju, khususnya dalam melakukan pembayaran hutang kepada petani yang seharusnya dilakukan setiap 10 hari. Hal tersebut mengindikasikan bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju harus memperketat perjanjian pembayaran piutang dari pelanggan.
6.1.3 Usaha Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari sisi usahanya, akan dinilai berdasarkan volume usaha yang berupa total produksi paprika, maupun produksi paprika per anggota untuk setiap tahunnya selama enam tahun terakhir. Semakin besar volume usaha menunjukkkan semakin baik kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju, khususnya dalam mengelola kegiatan budidaya paprika yang dilakukan oleh anggotanya. Tabel 13. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Usaha Tahun 2001-2006 Tahun
Indikator Kinerja 2001 Volume Usaha (Kg) 210.535
2002 230.344
2003
2004
2005
2006
307.344 276.570 266.753 305.185
Produksi/anggota 2170,46 3071,25 4802,25 6431,86 5675,59 5651,57 (Kg) Sumber : Laporan Keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006, diolah
Volume usaha KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2001 merupakan produksi terendah selama enam tahun, yaitu hanya mencapai 210.535 kilogram. Hal tersebut terjadi karena rendahnya jumlah produksi paprika per anggota, meskipun pada saat itu jumlah anggota KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai jumlah tertinggi.
Selama tahun 2002-2004 terjadi peningkatan produksi per
anggota, sehingga volume usaha koperasi juga mengalami peningkatan, kecuali
66
pada tahun 2004. Pada tahun 2004, volume usaha koperasi berkurang meskipun produksi per anggota mencapai nilai tertinggi sebesar 6431,86 kilogram, karena pada saat itu jumlah anggota KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai jumlah terendah.
Sedangkan pada tahun pada tahun 2006, terjadi penurunan produksi
per anggota, namun volume usaha koperasi mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kembali jumlah anggota pada tahun 2006, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penilaian kinerja dari sisi usaha ini juga merupakan hal yang dianggap penting oleh KOPTAN Mitra Sukamaju. Oleh karena itu, koperasi tersebut telah menetapkan target peningkatan volume usaha setiap tahunnya. Hasil penilaian kinerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Usaha dengan Membandingkan Hasil dan Target Indikator Kinerja Peningkatan volume usaha
Hasil pada Tahun 2006 (A) 12,59 %
Target (B) 50 %
Pencapaian (A/B x 100%) 25,18 %
Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi usaha, khususnya dalam hal peningkatan volume usahanya belum dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Dari 50 persen target yang ditetapkan, peningkatan volume usaha yang mampu dicapai KOPTAN Mitra Sukamaju hanya sebesar 25,18 persen.
Hal tersebut tersebut terjadi karena pada tahun 2006,
peningkatan volume usaha KOPTAN Mitra Sukamaju hanya sebesar 12,59 persen dari tahun sebelumnya.
67
6.1.4 Pemasaran Kegiatan pemasaran pada KOPTAN Mitra Sukamaju sangat berperan dalam membantu petani paprika di Desa Pasir Langu, khususnya dalam memasarkan paprika hasil produksi para petani yang menjadi anggotanya. Selain itu dalam hal pemasaran, KOPTAN Mitra Sukamaju tidak hanya berperan untuk menampung dan memasarkan paprika tetapi juga berusaha untuk melindungi anggota dari fluktuasi harga. Hasil analisis terhadap kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi pemasarannya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Pemasaran Tahun 20012006
2001
Penjualan Paprika (Rp) 1.608.410.720
Harga Rata-rata (Rp/Kg) 7.639,6
2002
1.773.136.790
7.697,8
2003
1.508.774.920
4.909,1
2004
1.605.534.780
5.805,2
2005
1.988.894.980
7.455,9
2006
3.337.460.000
10.935,8
Tahun
Sumber : Laporan Keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006, diolah
Tabel 15 menunjukkan bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju mampu meningkatkan penjualannya setelah tahun 2003 koperasi tersebut mengalami penurunan penjualan paprika. Nilai penjualan terendah terjadi pada tahun 2003, yaitu penjualannya hanya mencapai Rp1.508.774.920 atau mengalami penurunan sebesar 14,91 persen dari penjualan tahun sebelumnya. Rendahnya penjualan paprika KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2003 dan 2004, disebabkan karena pada saat itu ekspor paprika Indonesia ke Taiwan terhenti.
Hal tersebut
disebabkan oleh adanya isu lalat buah pada produk paprika Indonesia. Dengan
68
terhentinya kegiatan ekspor tersebut, maka penjualan paprika KOPTAN Mitra Sukamaju sebagai salah satu pemasok paprika ke Taiwan juga mengalami penurunan. Demikian pula dengan harga jual paprika pada saat itu mengalami penurunan, karena paprika hasil produksi petani membanjiri pasaran lokal, sehingga harga paprika turun sebesar 36,23 persen dari tahun sebelumnya. Penjualan paprika KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2005-2006 mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan harga jual paprika. Pada tahun 2006 penjualan KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai nilai tertinggi seiring dengan meningkatnya volume usaha dan harga jual paprika yang mencapai Rp 10.935,8/Kg. Hal tersebut menunjukkan kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi pemasarannya sampai dengan tahun 2006 sudah cukup baik, karena nilai penjualannya yang semakin meningkat dibanding tahun sebelumnya.
6.1.5 Sumberdaya Manusia Peran sumberdaya manusia, dalam sebuah organisasi termasuk koperasi adalah penting. Hal ini berkaitan dengan kualitas para pengurus dalam mengatur dan mengelola segala kegiatan usaha koperasi. Salah satu indikator dari penilaian kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi sumberdaya manusianya adalah dilihat dari tingkat pendidikannya. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan para pengurus, diharapkan koperasi dapat dikelola dengan lebih baik. Hasil analisis kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari sisi sumberdaya manusianya dapat dilihat pada Tabel 16.
69
Tabel 16. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Sumberdaya Manusia Tahun 2001-2006 Tahun
Indikator Kinerja Jumlah karyawan dan pengurus koperasi yang pendidikannya mencapai PT (%)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
7,14
7,14
14,28
14,28 14,28 14,28
Pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 jumlah karyawan dan pengurus KOPTAN Mitra Sukamaju yang pendidikannya minimal telah mencapai tingkat Perguruan Tinggi hanya 7,14 persen.
Namun pada tahun 2003-2006 terjadi
peningkatan, yaitu masing-masing sebanyak 14,28 persen. Peningkatan tersebut terjadi karena, mulai tahun 2003 terjadi pergantian pengurus, dimana pengurus yang baru memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari pengurus sebelumnya, dan pengurus tersebut masih menjabat sampai dengan tahun 2006, sehingga jumlah pengurus dan karyawan yang pendidikannya mencapai perguruan tinggi masih tetap sama dengan tahun 2003. Berdasarkan peningkatan jumlah karyawan dan pengurus yang pendidikannya mencapai perguruan tinggi tersebut, maka dapat dikatakan kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi sumberdaya manusianya mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya.
6.2
Manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju Keberadaan KOPTAN Mitra Sukamaju sebagai pelopor usahatani paprika
hidroponik di Desa Pasir Langu tentunya memberikan peranan yang cukup berarti bagi perkembangan usahatani paprika di daerah tersebut.
Peranan KOPTAN
Mitra Sukamaju ini berupa berbagai manfaat yang dirasakan oleh anggotanya. Salah satu manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju bagi anggotnya dapat berupa
70
peningkatan kemampuan ekonomi, khususnya dalam hal pendapatan.
Hasil
analisis terhadap rata-rata pendapatan usahatani paprika antara petani anggota dan non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Secara umum, hasil analisis manfaat ekonomi KOPTAN Mitra Sukamaju bagi anggotanya dalam hal pendapatan dan efisiensi usahatani paprika ini dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Rata-rata Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Paprika Hidroponik Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Selama Satu Musim Tanam (per 3000 pohon) Uraian A. Penerimaan Tunai B. Biaya Tunai (A-B) Pendapatan Atas Biaya Tunai C. Biaya Diperhitungkan D. Biaya Total (B+C) (A-D) Pendapatan Atas Biaya Total R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total
Nilai Rata-Rata (Rp) Anggota Non Anggota 41.260.500 40.538.000 24.072.570 24.590.200 17.187.930 15.947.800 8.842.500 8.620.000 32.915.070 33.210.200 8.345.430 7.327.800 1,71 1,64 1,25 1,21
Berdasarkan hasil konversi populasi paprika yang diusahakan reponden ke dalam 3000 pohon, menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan tunai yang diterima anggota KOPTAN Mitra Sukamaju lebih tinggi daripada penerimaan yang diterima petani non anggota. Tingginya penerimaan tunai yang diperoleh anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, salah satunya disebabkan oleh adanya perbedaan harga jual paprika yang diterima anggota dan non anggota. Adapun perbandingan harga jual paprika antara petani anggota dan non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju dapat dilihat pada Tabel 18.
71
Tabel 18. Harga Jual Paprika Antara Petani Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2007 Jenis Paprika Menurut Warna dan Grade Hijau A Hijau B Merah Kuning
Harga Paprika (Rp/Kg) Anggota
Non Anggota 6.000 5.000 4.000 7.000
5.000 4.000 4.000 6.000
Pada Tabel 18 diketahui bahwa harga paprika pada anggota KOPTAN Mitra Sukamaju lebih tinggi dibandingkan dengan harga paprika untuk non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Harga tersebut merupakan harga yang sedang terjadi pada saat penelitian, yaitu pada saat harga paprika di pasaran sedang mengalami penurunan.
Bagi KOPTAN Mitra Sukamaju yang telah menetapkan harga
standar, ketika di pasaran sedang terjadi penurunan harga jual paprika, namun harga yang diterima petani anggotanya lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang diterima petani non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju.
Hal tersebut
merupakan manfaat ekonomi dari pemasaran produk anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Dilihat dari sisi biaya, tampak bahwa biaya tunai yang dikeluarkan petani anggota KOPTAN Mitra Sukamaju untuk menjalankan usahataninya, relatif lebih rendah dibandingkan dengan biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Hal tersebut disebabkan karena KOPTAN Mitra Sukamaju memberikan pelayanan berupa penyediaan input produksi yang berupa pupuk/nutrisi untuk anggotanya dengan harga yang lebih murah dibanding untuk non anggota maupun dibanding dengan harga pupuk/nutrisi yang dijual toko pertanian di daerah tersebut. Dengan demikian, petani anggota KOPTAN
72
Mitra Sukamaju mengeluarkan biaya tunai yang relatif lebih rendah dibanding petani non anggota.
Hal tersebut juga merupakan manfaat ekonomi dari
pengadaan input untuk anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Adanya penerimaan tunai yang lebih tinggi, serta lebih rendahnya biaya tunai yang dikeluarkan petani anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, menyebabkan nilai pendapatan atas biaya tunai yang diterima petani anggota KOPTAN Mitra Sukamaju menjadi lebih tinggi dari pendapatan yang diterima petani non anggota. Dengan demikian, maka kegiatan usahatani paprika hidroponik yang dilakukan anggota menjadi lebih efisien. Hal tersebut tercermin dari lebih tingginya nilai R/C atas biaya tunai untuk usahatani anggota dibanding non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Nilai R/C atas biaya tunai untuk kegiatan usahatani paprika hidroponik yang dilakukan anggota KOPTAN Mitra Sukamaju adalah sebesar 1,71. Nilai tersebut berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan anggota untuk menjalankan kegiatan usahatani paprika hidroponiknya, dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,71. Meskipun biaya total yang dikeluarkan anggota lebih tinggi akibat besarnya komponen biaya diperhitungkan, namun nilai penerimaan atas biaya total yang diterima anggota masih lebih tinggi dibanding penerimaan yang diterima petani non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Selisih antara pendapatan atas biaya total yang diperoleh anggota dengan petani non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai Rp 1.017.630. Dengan demikian, besarnya manfaat yang diterima anggota KOPTAN Mitra Sukamaju adalah sebanding dengan selisih antara pendapatan yang diterima petani anggota dengan non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut. Demikian pula dengan R/C atas biaya total untuk
73
anggota KOPTAN Mitra Sukamaju yang bernilai lebih tinggi dibanding dengan nilai R/C atas biaya total untuk petani non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Hal tersebut mencerminkan bahwa kegiatan usahatani paprika hidroponik yang dilakukan petani anggota KOPTAN Mitra Sukamaju lebih efisien, yaitu setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan secara tunai maupun biaya lainnya yang diperhitungkan (biaya total) masih dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,25. Dengan demikian, baik dilihat dari sisi pendapatan maupun nilai R/C atas biaya total, petani anggota KOPTAN Mitra Sukamaju dapat merasakan manfaat koperasi, kerena lebih tingginya pendapatan maupun R/C atas biaya total tersebut.
BAB VII ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEANGGOTAAN KOPTAN MITRA SUKAMAJU
Dalam sebuah organisasi yang berbentuk koperasi, keberadaan anggota sangatlah penting, karena anggota memiliki peran ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi.
Bagi KOPTAN Mitra Sukamaju,
partisipasi anggota sangat diperlukan bagi perkembangan usaha koperasi. Demikian pula dengan KOPTAN Mitra Sukamaju, yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dengan memberikan manfaat bagi anggotanya.
Keanggotaan dalam sebuah koperasi termasuk KOPTAN Mitra
Sukamaju, dapat dipengaruhi oleh faktor internal organisasi koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya, maupun dari sisi eksternal yaitu dari sisi petani yang terlibat dalam keanggotaan koperasi tersebut. Berkurangnya jumlah anggota KOPTAN Mitra Sukamaju karena banyaknya anggota yang memilih untuk menjadi petani mandiri, menyiratkan pertanyaan, faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan anggota KOPTAN Mitra Sukamaju untuk tetap melanjutkan keanggotaannya atau tidak. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan anggota KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik, dengan memasukkan tujuh variabel yang diduga mempengaruhi keanggotaan koperasi tersebut.
75
7.1
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
keputusan petani ini, dilakukan dengan menggunakan data reponden yang terdiri dari petani yang pernah dan masih menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju (Lampiran 5).
Sedangkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju dengan menggunakan analisis regresi logistik biner pada software SPSS, tertera pada Lampiran 6. Berikut ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju atau tidak. Tabel 19. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju (α = 10%) Variabel
Koefisien
P-Value
Odds Ratio
Umur
-0,026
0,647
0,975
Pengalaman
0,528
0,043*
1,696
Keluarga
-0,078
0,923
0,925
Pendidikan
1,031
0,174
2,804
Produktivitas
-6,597
0,043*
0,001
Luas Lahan
-8,420
0,197
0,000
Pendapatan
0,080
0,336
1,083
Constant
13,724
0,059
912222,28
Keterangan : * Signifikan pada α = 10% Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa dari tujuh variabel yang dimasukkan ke dalam model terdapat, hanya terdapat dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, yaitu variabel pengalaman dan produktivitas. Kedua variabel tersebut berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 90 persen (α=10 persen).
76
Penggunaan α sebesar 10 persen, mengingat peluang atau resiko kesalahan maksimal
sebesar
10
persen
dalam
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut dirasakan masih dapat ditolelir. Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengaruh kedua faktor tersebut terhadap keputusan petani untuk melanjutkan keanggotaannya atau tidak.
7.1.1 Faktor Pengalaman Bertani Paprika (Tahun) Hasil analisis regresi logistik pada Tabel 19, menunjukkan berdasarkan uji signifikansi masing-masing koefisien variabel (Uji Wald), diketahui bahwa variabel pengalaman signifikan pada α sebesar 10 persen, yaitu memiliki nilai pvalue sebesar 0,043 yang lebih kecil dari α=10 persen. Variabel pengalaman memiliki nilai koefisien sebesar 0,528, yang berarti bahwa jika variabel lainnya tetap, maka jika pengalaman bertambah 1 unit, secara rata-rata perkiraan logit akan naik sekitar 0,528 unit. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan atau korelasi yang positif antara lamanya pengalaman bertani paprika dengan keputusan petani untuk tetap manjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Semakin lama pengalaman petani dalam bertani paprika, maka petani tersebut akan cenderung mengambil keputusan untuk tetap menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju.
Hal ini bertolak belakang dengan dugaan sebelumnya dari
peneliti, yang menduga bahwa pengalaman akan berkorelasi negatif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Hubungan atau korelasi yang positif antara pengalaman dengan keputusan petani untuk tetap menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, dikarenakan dengan semakin lamanya pengalaman bertani paprika, petani semakin paham
77
bahwa dalam menjalankan usahatani paprika, terdapat resiko fluktuasi harga, selain itu diperlukan adanya kepastian/jaminan pasar bagi hasil produksi petani. KOPTAN Mitra Sukamaju sebagai sebuah koperasi berusaha memberikan pelayanan yang berupa penetapan harga standar guna melindungi angggota dari fluktuasi harga, serta menampuang dan memasarkan semua hasil produksi anggotanya. Dengan demikian, keberadaan KOPTAN Mitra Sukamaju menjadi sangat penting dan berperan bagi petani paprika, khususnya anggota. Oleh karena itu, petani cenderung memutuskan untuk menjadi anggota dan mempertahankan keanggotaannya pada KOPTAN Mitra Sukamaju, karena koperasi tersebut dapat memberikan manfaat yang diperlukan anggotanya, khususnya dalam hal harga dan kepastian pasar.
Selain itu, petani yang hingga saat ini masih
mempertahankan keanggotaanya pada KOPTAN Mitra Sukamaju umumnya adalah para perintis beserta keluarganya, yang berperan khususnya dalam pendirian
KOPTAN
Mitra
Sukamaju,
sehingga
mereka
lebih
untuk
mempertahankan keanggotaanya. Nilai rasio odds yang merupakan exp(βi) untuk variabel pengalaman ini adalah sebesar 1,696.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa petani dengan
pengalaman bertani paprika yang lebih lama, memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, yaitu sebesar 1,696 kali dibanding petani yang pengalamannya belum lama.
78
7.1.2 Faktor Produktivitas Paprika yang Dihasilkan Petani Selama Satu Musim Tanam (Kg/pohon) Pada Tabel 19 terlihat bahwa produktivitas merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju atau tidak, yaitu signifikan pada α sebesar 10 persen.
Hal
tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,043 yang lebih kecil dari α=10 persen. Variabel produktivitas ini memiliki nilai koefisien yang bernilai negatif, yaitu sebesar -6,597. Nilai tersebut berarti bahwa jika variabel yang lain tetap, maka jika produktivitas yang dihasilkan petani naik 1 unit, secara rata-rata perkiraan logit akan turun sebesar 6,597. Hal tersebut juga menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara produktivitas paprika yang dihasilkan petani dengan keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Semakin tinggi produktivitas paprika yang dihasilkan petani, maka petani cenderung untuk tidak menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju lagi. Hasil tersebut sesuai dengan dugaan peneliti, yang menyatakan bahwa variabel produktivitas akan berkorelasi negatif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Dugaan tersebut terbukti, karena semakin tinggi produktivitas paprika yang dihasikan, kemungkinan petani tersebut sudah memiliki pengetahuan yang baik mengenai budidaya paprika dan sudah cukup menguasai teknologi budidaya paprika hidroponik, sehingga petani merasa tidak perlu lagi untuk bergabung dengan KOPTAN Mitra Sukamaju. Nilai rasio odds untuk variabel produktivitas adalah sebesar 0,001. Nilai tersebut menunjukkan bahwa petani yang mampu memproduksi paprika dengan produktivitas yang lebih tinggi akan memiliki kecenderungan yang lebih kecil
79
untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, yakni sebesar 0,001 kali dibandingakan dengan petani dengan produktivitas tanaman yang lebih rendah.
7.2
Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Dari tujuh variabel yang dimasukkan ke dalam model, hanya terdapat dua
variabel yang berpengaruh nyata atau signifikan pada α sebesar 10 persen. Lima variabel lainnya yang tidak signifikan, diantaranya adalah variabel umur petani, jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan, tingkat pendidikan petani, luas lahan yang digunakan untuk bertani paprika serta variabel pendapatan usahatani paprika yang diterima petani selama satu musim tanam.
Kelima
variabel tersebut cenderung tidak berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju.
Tidak berpengaruhnya kelima
variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Umur petani (tahun) Variabel umur sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap keputusan
petani untuk menjadi anggota koperasi. Semakin tua umur petani, kemungkinan petani lebih menginginkan kepastian dalam usahanya dengan berkoperasi, dibandingkan menjadi petani mandiri, yang membutuhkan kemandirian petani dalam mengelola usahataninya. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, diketahui bahwa umur tidak berpengaruh secara nyata terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Hal tersebut terjadi karena bagi petani paprika, umur tidaklah menjadi pemicu maupun penghambat dalam keputusannya untuk menjadi anggota koperasi. Berapa pun usia petani, sangat memungkinkan petani tersebut
80
untuk menjadi anggota ataupun tidak menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, karena tidak adanya pembatasan usia dalam keanggotaan koperasi tersebut. 2.
Jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan (orang) Diduga variabel ini akan berkorelasi positif dengan keputusan petani untuk
menjadi anggota koperasi. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani, maka kemungkinan petani tersebut membutuhkan pendapatan yang lebih tinggi untuk mencukupi keperluan keluarganya, yang mereka harapkan dapat diperoleh dengan berkoperasi. Dugaan tersebut berbeda dengan hasil analisis regresi logistik yang menyatakan bahwa variabel jumlah anggota keluarga tidaklah berpengaruh terhadap keputusan petani.
Berapapun jumlah anggota keluarga yang masih
menjadi tanggungan petani, tidak mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Hal tersebut terjadi karena, KOPTAN Mitra Sukamaju tidak selalu dapat memberikan manfaat dalam hal pendapatan bagi anggota, khususnya pada saat harga di luar koperasi lebih tinggi. Dengan demikian, bagi petani yang terpenting adalah bagaimana penilaian mereka mengenai keseluruhan manfaat yang dapat diberikan KOPTAN Mitra Sukamaju bukan hanya dalam hal pendapatan, dimana penilaian tersebut tidak dipengaruhi oleh banyaknya jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani. 3.
Tingkat pendidikan petani (1=SD, 2=SMP, 3=SMA, 4=PT) Diduga variabel ini akan berhubungan positif dengan keputusan petani
untuk
menjadi
anggota
koperasi.
Semakin
tinggi
pendidikan
petani
memungkinkan petani tersebut lebih paham mengenai konsep usaha dalam bentuk koperasi dan menganggap bahwa dengan berkoperasi dapat meningkatkan
81
kesejahteraan anggotanya dengan memberikan berbagai manfaat dalam bentuk pelayanan untuk mendukung usahataninya. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan menggunakan fungsi logit, diketahui bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju.
Petani dengan tingkat
pendidikan yang tinggi ataupun rendah, akan membuat keputusan yang sama untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, yaitu tergantung kepuasan terhadap kerjasama mereka dengan koperasi tersebut dan seberapa besar mereka dapat merasakan manfaat berkoperasi. Semakin mereka merasa puas, maka petani akan mempertahankan keanggotaanya, begitu pula sebaliknya.
Demikianlah
keputusan petani ini tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mereka. 4.
Pendapatan usahatani paprika per musim tanam (juta rupiah) Diduga variabel ini akan memiliki hubungan negatif dengan keputusan
petani untuk menjadi anggota koperasi, karena manfaat yang ditawarkan koperasi khususnya yang berupa peningkatan pendapatan, mungkin merupakan alasan yang tepat sekaligus sebagai rangsangan yang menarik bagi petani yang berpendapatan rendah untuk bergabung dengan koperasi, sedangkan bagi petani yang berpendapatan tinggi, mungkin diperlukan manfaat atau alasan lainnya untuk bergabung menjadi anggota koperasi selain peningkatan pendapatan. Dugaan tersebut tidak sesuai dengan hasil analisis regresi logistik yang menyatakan bahwa pendapatan petani tidak berpengaruh nyata terjadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Hal ini disebabkan karena KOPTAN Mitra Sukamaju tidak dapat selalu memberikan manfaat dalam hal pendapatan kepada anggotanya, khususnya pada saat harga paprika di pasaran
82
sedang meningkat, maka harga yang ditawarkan KOPTAN Mitra Sukamaju menjadi lebih rendah, sehingga terkadang pendapatan anggota pun menjadi lebih rendah dibanding dengan petani non anggota. Keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju lebih didasarkan pada penilaian petani terhadap pelaksanaan kerjasama dengan KOPTAN Mitra Sukamaju secara keseluruhan, apakah koperasi tersebut dapat memberikan manfaat lainnya, bukan hanya manfaat ekonomi, tetapi juga manfaat teknologi maupun sosial yang juga penting bagi petani untuk dapat mengembangkan usahataninya. 5.
Luas lahan (hektar) Diduga variabel ini akan berpengaruh positif terhadap keputusan petani
untuk menjadi anggota koperasi, karena diduga petani yang lahan paprikanya luas memerlukan pasar yang lebih jelas agar dapat menampung seluruh hasil produksinya. Dengan demikian, diduga petani yang lahannya lebih luas sangat memerlukan kerjasama dengan koperasi dalam memasarkan hasil produksinya dengan resiko yang lebih rendah. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan menggunakan fungsi logit, diketahui bahwa luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Hal ini disebabkan karena petani yang memiliki lahan yang luas maupun sempit, tetap akan menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju asalkan mereka menerima manfaat lainnya dari berkoperasi, tidak hanya dalam hal pemasaran.
83
7.3
Faktor-faktor Lain yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Meskipun berdasarkan analisa secara kuantitatif dengan menggunakan
analisis regresi logistik, diketahui hanya terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju atau tidak, namun masih terdapat beberapa hal yang turut mempengaruhi keputusan petani untuk mempertahankan keanggotaannya atau tidak.
Berdasarkan hasil
pengamatan selama penelitian, diketahui bahwa faktor kekeluargaan yang sangat baik antara anggota dengan pengurus maupun antar sesama anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, menjadi salah satu faktor yang diduga turut mempengaruhi petani untuk tetap menjadi anggota koperasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diduga juga terdapat beberapa hal yang mempengaruhi petani untuk tidak mempertahankan keanggotaanya pada KOPTAN Mitra Sukamaju.
Beberapa hal tersebut diantaranya adalah karena
adanya keinginan petani untuk menjadi petani mandiri yang tidak tergantung dan terikat pada koperasi lagi.
Keinginan tersebut dipicu oleh semakin banyak
bandar-bandar yang membeli paprika hasil produksi petani secara langsung dengan mendatangi kebun ataupun rumah petani, serta membeli dengan harga yang jauh lebih tinggi dari pada harga koperasi meskipun hanya saat harga di pasaran sedang naik. Selain itu, munculnya pesaing seperti beberapa orang petani besar yang menawarkan kerjasama dengan pola kemitraan, diduga turut mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju.
84
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa : 1. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi keanggotaannya, jika dilihat dari jumlah anggota maupun jumlah greenhouse anggota selama enam tahun terakhir memiliki penurunan, namun kesejahteraan anggota jika dilihat dari rata-rata SHU yang diterima setiap anggota semakin meningkat. KOPTAN Mitra Sukamaju juga belum mampu mencapai target dalam memberikan pelayanan yang memuaskan bagi anggotanya, khususnya dalam pengadaan input benih dan obat-obatan yang sangat diperlukan petani. Kinerja keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari sisi likuiditasnya dan solvabilitasnya cenderung mengalami peningkatan dibanding tahun 2001. Rentabilitas atau kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam menghasilkan laba justru mengalami penurunan.
Dilihat dari rasio aktivitasnya, perputaran piutang
KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2006 mengalami penurunan dibanding tahun 2005, dan periode pengumpulan piutangnya pun mengalami peningkatan, sehingga menyebabkan pembayaran kepada petani anggota mengalami keterlambatan.
Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi
pemasaran, SDM dan usahanya cenderung mengalami peningkatan. Namun demikian peningkatan volume usaha pada KOPTAN Mitra Sukamaju belum mencapai target.
85
2. KOPTAN Mitra Sukamaju sebagai sebuah organisasi koperasi mampu memberikan manfaat kepada anggotanya, khususnya dalam hal pendapatan. Manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut ditunjukkan oleh lebih tingginya nilai pendapatan usahatani atas biaya tunai maupun biaya total yang diterima anggota KOPTAN Mitra Sukamaju jika dibandingkan dengan petani non anggota.
Selain itu, anggota KOPTAN Mitra Sukamaju juga mampu
menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan petani non anggota, yang ditunjukkan oleh nilai R/C atas biaya tunai maupun R/C atas biaya total. 3. Terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, yaitu lamanya pengalaman bertani paprika dan produktivitas paprika per pohon yang dihasilkan petani. Faktor pengalaman berkorelasi positif dengan keputusan petani karena petani yang berpengalaman umumnya adalah perintis koperasi tersebut, sedangkan produktivitas berkorelasi negatif dengan keputusan petani untuk tetap menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
KOPTAN Mitra Sukamaju telah berhasil meningkatkan produktivitas paprika yang dihasilkan anggotanya. Peningkatan produksi tersebut telah membuka peluang bagi petani anggota untuk keluar dari KOPTAN Mitra Sukamaju dan menjadi petani mandiri. Selain itu, terdapat faktor lain yang diduga turut mempengaruhi keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju seperti faktor internal koperasi yang ditunjukkan oleh kinerjanya, maupun faktor eksternal dengan banyaknya pesaing yang menawarkan kerjasama yang lebih menarik bagi petani.
86
8.2
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan
masukan bagi KOPTAN Mitra Sukamaju, diantaranya adalah : 1. KOPTAN Mitra Sukamaju diharapkan dapat mempertahankan anggotanya, dengan meningkatkan pelayanan yang dirasa masih kurang bagi anggota, khususnya dalam pengadaan input berupa benih dan pestisida bagi anggotanya, yaitu dengan mengadakan kerjasama dengan pemasok input ataupun bermitra dengan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang agribisnis paprika. Kerjasama maupun kemitraan tersebut dilakukan dengan melakukan perjanjian, dimana koperasi akan memasok paprika untuk mitranya dan mendapatkan pasokan input benih maupun obat-obatan dari mitranya. Sedangkan ketidakpuasan petani non anggota (petani yang pernah menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju) belum dikaji dalam penelitian ini, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut pada penelitian selanjutnya. 2. Peningkatan produktivitas paprika per pohon yang dihasilkan petani dengan menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, memerlukan perhatian dari koperasi tersebut agar koperasi berusaha mempertahankan anggotanya dengan terus memberikan dan meningkatkan pelayanan bagi anggota.
Pelayanan
tersebut dapat berupa pelayanan dalam hal teknologi, penyediaan input, jaminan pasar dan penetapan harga yang memuaskan bagi anggota.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2000. Keragaan dan Rencana Pengembangan Organisasi dan Usaha Koperasi Unit Desa : Kasus KUD Sumber Alam, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Darwin, dkk. 2000. Pengembangan Peran Koperasi dalam Distribusi Sembako. Puslitbang Ekonomi dan Pembagunan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta Firdaus, M. dan Agus, E.S. 2004. Perkoperasian Sejarah, Teori dan Praktek. Ghalia Indonesia. Bogor Ginting, I.R. 2003. Analisis Keragaan Koperasi Kredit dan Tingkat Partisipasi Anggota (Studi Kasus Koperasi Kredit Sejahtera, Cibinong, Kabupaten Bogor). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hafsah, M.J. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Hapsari, R.I. 2003. Peranan Koperasi dalam Pengembangan Agribisnis Beras Organik Studi Kasus pada Koperasi Pertanian Nusantara (KOPERTA). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Krisnamurthi, B. 2002. Membangun Koperasi Berbasis Anggota dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat. Jurnal Ekonomi Rakyat (Artikel Th. I – No. 4 – Juni 2002). Kusumah, E. 1987. Analisis Sosial Ekonomi Tingkat Paprtisipasi Anggota Koperasi : Studi Kasus pada KUD “Pangan” di Kabupaten Karawang. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Lingga, P. 1985. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan ke-2. PT Penebar Swadaya Anggota IKAPI dan General Print. Jakarta Munawir. 1995. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta Palapa, M..K.P. 2006. Evaluasi Kinerja Koperasi pada Koperasi Puspa Anggrek di Kabupaten Tangerang. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
88
Partomo, T.S. dan Soejoedono, A.R. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia Indonesia. Bogor Pramudyani, S. 2002. Analisis Peran Koperasi Unit Desa dalam Peningkatan Pendapatan Anggota Peternak Sapi Perah (Studi Kasus : KUD Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Prihmantoro, H. dan Yovita H.I. 2003. Paprika Hidroponik dan Non Hidroponik. Cetakan ke-5. Penebar Swadaya. Jakarta Probowati, D.D. 2002. Analisis Perkembangan Usaha Koperasi dan Manfaatnya Bagi Anggota Kasus KUD Mekar Jaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Ros, N.P. 2004. Analisis Pelaksanaan Kemitraan antara Koperasi Agribisnis Mitra Tani dengan Petani Sayuran di daerah Cipanas dan Sekitarnya. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Rusidi, H. dan Suratman, M. ed. 2002. Dua Puluh Pokok Pemikiran tentang Pembangunan Koperasi. Institut Manajemen Koperasi Indonesia. Bandung Sagimun. 1983. Koperasi Indonesia. Proyek Penulisan dan Penerbitan Buku/Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Siegel, J.G. dan Shim, J.K. 1993. Mengatur Keuangan. PT Elex Media Komputindo. Jakarta Soedjono, I. et.al. 2000. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. LSP2I. Jakarta Soekartawi et.al. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta Sundjaja, R.S. dan Barlian, I. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi ke-5. Literata Lintas Media. Jakarta Supranto, J. 2004. Ekonometri. Buku Kedua. Ghalia Indonesia. Jakarta Susanti, I. 2002. Kajian Kinerja Koperasi di Bidang Agribisnis (Studi Kasus Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
89
Tambunan, T. 2002. Peranan Koperasi dan Usaha Kecil pada Industri Pedesaan di Propinsi Jawa Timur. Tesis. Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tampubulon, S.H. 2005. Analisis Persaingan Usaha Paprika Hidrponik Kasus PT Abdoellah Bastari Agricuture. Kec. Pacet, Kab. Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Uyanto, S.S. 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Edisi Ke-2. Graha Ilmu. Yogyakarta
90
Lampiran 1. Volume dan Nilai Ekspor Paprika Indonesia ke Singapura Tahun 2004 – 2005 2004
Bulan
2005
Volume (kg)
Nilai (Rp)
Volume (kg)
Nilai (Rp)
Januari
*
*
2.185
21.293.000
Februari
*
*
2.205
24.763.500
Maret
*
*
1.390
15.164.000
April
*
*
1.965
21.184.500
Mei
*
*
2.700
25.328.000
Juni
*
*
6.285
75.166.500
Juli
2.050
19.470.000
1.500
17.516.500
Agustus
3.105
29.761.000
4.175
48.231.500
September
1.869
18.625.000
3.405
38.771.000
Oktober
2.165
21.807.500
6.670
82.150.000
November
3.920
34.645.000
7.420
90.637.750
Desember
3.235
28.997.500
10.485
44.438.500
16.344
153.306.000
50.385
505.274.750
Total
Sumber : Asosiasi Pengusaha Paprika (2005) dalam Kartikasari (2006) Keterangan : * Tidak ada data
91
92
93
94
95
96
97
Lampiran 2. Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KOPTAN Mitra Sukamaju No
JENIS PELAYANAN
A.
PENGADAAN INPUT : Benih Pupuk/Nutrisi Obat-obatan/pestisida PROSES PRODUKSI : Bimbingan teknis Konsultasi teknis PEMASARAN : Harga Jaminan pasar Pembayaran PENGEMBANGAN USAHA : Bantuan modal LAYANAN LAIN : Simpan/pinjam Hubungan kekeluargaan
B.
C.
D. E.
JUMLAH SKOR 1 (orang) (%)
TOTAL SKOR Keterangan : Skor Kepuasan Anggota : 1 = Sangat Tidak Puas 2 = Tidak Puas
JUMLAH SKOR 2 (orang) (%)
JUMLAH SKOR 3 (orang) (%)
JUMLAH SKOR 4 (orang) (%)
9 0 17
45 0 85
11 0 3
55 0 15
0 4 0
0 20 0
0 16 0
0 80 0
0 0
0 0
0 0
0 0
13 11
65 55
7 9
35 45
0 0 0
0 0 0
3 1 10
15 5 50
13 6 10
65 30 50
4 13 0
20 65 0
12
60
8
40
0
0
0
0
1 0
5 0
10 0
50 0
9 6
45 30
0 14
0 70
39
17,73
46
20,91
72
32,73
63
28,63
3 = Puas 4 = Sangat Puas
91
Lampiran 3. Laporan Keuangan KOPTAN Mitra SUkamaju Tahun 2001-2006 Keterangan AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP TOTAL AKTIVA HUTANG LANCAR TOTAL HUTANG MODAL SENDIRI PENJUALAN PIUTANG PERSEDIAAN SHU
Nilai (Rp) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 215.136.996 350.040.788 275.700.338 231.918.783 233.292.595 436.003.378 85.085.311 64.305.536 84.964.179 65.916.272 79.075.815 61.752.108 300.222.307 414.346.324 360.664.517 297.835.055 312.368.410 497.755.486 157.526.246 281.200.508 175.223.250 131.418.284 120.488.000 269.950.452 217.896.246 309.422.508 224.741.250 153.418.284 146.813.500 307.337.173 72.326.061 94.923.816 125.953.267 134.416.771 155.554.910 180.418.313 1.608.410.720 1.773.136.790 1.508.774.920 1.605.534.780 1.988.894.980 3.337.460.000 154.757.350 272.387.150 247.525.600 201.531.750 179.252.500 338.450.750 13.120.500 12.350.000 3.838.000 4.000.000 4.180.000 9.180.500 30.290.418 40.387.964 50.748.433 32.807.721 35.750.000 42.071.543
92
93
Lampiran 4. Hasil Analisis Rata-rata Pendapatan Usahatani Paprika Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Selama Satu Musim Tanam (per 3000 pohon) Uraian
Nilai Rata-Rata (Rp) Anggota
A. PENERIMAAN TUNAI Penjualan paprika hijau Penjualan paprika merah Penjualan paprika kuning Total Penerimaan : B. BIAYA TUNAI Benih Pupuk Pestisida Arang sekam TKLK Pajak Total Biaya Tunai : (A-B) PENDAPATAN ATAS BIAYA TUNAI C. BIAYA DIPERHITUNGKAN TKDK Penyusutan Total Biaya Diperhitungkan : D. BIAYA TOTAL (B+C) (A-D) PENDAPATAN ATAS BIAYA TOTAL R/C ATAS BIAYA TUNAI R/C ATAS BIAYA TOTAL
Non Anggota
23355000 12456000 5449500 41260500
21515000 13614000 5409000 40538000
4653000 7876000 6860000 1489820 3120000 73750 24072570 17187930
4676000 8412000 6880000 1507500 3045000 69700 24590200 15947800
1882500 6960000 8842500 32915070 8345430 1,71 1,25
2700000 5920000 8620000 33210200 7327800 1,64 1,21