J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 16
PENGARUH COMPLEX TRAININGMANIPULATIONTERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAIPADA MAHASISWA PRODI PKO FIK UNY Oleh: Mansur Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, FIK UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh latihan complex training manipulation terhadap peningkatan power otot tungkai pada non atlet usia 18-20 tahun. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu. Rancangan penelitian dengan menggunakan pretest postest control group design. Populasi penelitian adalah mahasiswa baru prodi pko tahun 2013. Sampel diambil dengan menggunakan rumus isaac and michael dengan taraf signifikansi 5 %. Instrumen untuk mengukur power tungkai menggunakan vertical jump digital. Data dianalisis dengan menggunakan uji t, yang sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa data yang diperoleh setelah dilakukan analisis uji normalitas diperoleh p>0,05 (normal) dan homogen. Hasil analisis uji t diperoleh terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan signifikansi 0,003>0,05. Disamping itu juga pada kelompok perlakuan terdapat peningkatan rata-rata sebesar 1,3, sedangkan kelompok kontrol terjadi penurunan power tungkai sebesar 3,1 cm. Disimpulkan bahwa PCT dapat dijadikan alternatif model untuk meningkatkan power tungkai atlet. Kata kunci: pengaruh, complex training, manipulation, power.
PENDAHULUAN Semua orang menginginkan kondisi
Untuk mencapai prestasi tinggi dalam
fisik prima agar senantiasa dapat menjalankan
olahraga kompetitif, seorang atlet sangat
tugas
tanpa ada gangguan, terutama bagi
membutuhkan kondisi fisik prima sesuai
yang membutuhkan pekerjaan berat. Costill,
dengan kebutuhan dan tuntutan cabang
DL (1970) dalam riset yang dilakukan di Ball
olahraga. Kondisi fisik prima harus menjadi
StateUniversity 1960 menegaskan pentingnya
kebutuhan setiap atlet, terutama untuk cabang
kebugaran kardiorespirasi untuk optimalisasi
olahraga
kinerja
berdurasi lama.
daya
tahan.
Pekerjaan
yang
yang
menuntut
kinerja
berat
Banyak keuntungan yang
menggunakan otot besar dan berlangsung
diperoleh dari kondisi fisik prima yaitu relatif
lama sangat membutuhkan kondisi fisik
mudah
prima.
komplek,
dalam
menguasai
mengurangi
ketrampilan
risiko
cedera,
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 17
mempertahankan kinerja fisik, mempercepat
mempunyai konponen kondisi fisik prima,
pemulihan pasca latihan dan meningkatkan
apabila mempunyai kemampuan melakukan
rasa percaya diri atlet. Dalam pelatihan
siklus latihan dan serentetan pertandingan
olahraga
dengan intensitas tinggi tanpa menimbulkan
sistem
biologis
dikondisikan meningkatkan
dan
dengan tuntutan
jaringan
menerapkan fisik.
kelelahan yang berarti.
Dengan
Parameter kondisi fisik dapat dilihat
pelatihan yang tepat jaringan mengalami
pada kualitas komponen kondisi fisik atlet
adaptasi, namun stimulasi yang tidak tepat
seperti kekuatan, daya tahan aerob,daya tahan
dapat mengakibatkan cedera.
anaerob, kecepatan, power, agility,flexibility,
Kondisi fisik merupakan
unsur
koordinasi
dalam
didukung oleh kondisi fisik prima pencapaian
pengembangan teknik, taktik, strategi dan
prestasi puncak akan mengalami banyak
pengembangan mental. Di samping itu,
kendala. Salah satunya atlet tidak mampu
pengembangan
mempertahankan unjuk kerja dalam waktu
penting
dan
menjadi
dasar
kondisi
fisik
harus
dan
keseimbangan. Tanpa
direncanakan secara periodik berdasarkan
relatif lama.
tahapan
latihan, status kondisi fisik atlet,
kualitas kinerja atlet sangat dibutuhkan untuk
cabang
olahraga,
mencapai kemenangan, terutama pada single
gizi,
fasilitas,
alat,
lingkungan dan status kesehatan atlet. Perkembangan
prestai olahraga di
negara–negara yang sudah maju tidak terlepas
atau
Kemampuan mempertahankan
multievent
yang
menuntut
jumlah
pertandingan banyak dengan interval istirahat relatif singkat.
dari proses latihan fisik yang di mulai sejak
Dari pengalaman para atlet yang
usia dini. Rudi Hartono, Liem Swie King,
berprestasi tinggi, menunjukkan bahwa atlet
Icuk Sugiarto, Susi Susanti, Muhammad
berusaha
Ahsan, Hendra Setiawan, Tontowi Ahmad,
mengembangkan kondisi fisik sampai pada
Liliyana Natsir dan beberapa atlet terkemuka
tingkat
diIndonesia dilatarbelakangi track record
Hawley. Et al, (1997)
latihan yang bagus, hal ini sesuai penelitian
untuk
Bompa; (1999: 80) bahwa 20 atlet top dunia
endurance event minimal membutuhkan daya
rata-rata latihan lebih dari 1000 jam pertahun.
tahan aerobik maksimal (VO2 mak) 70 ml/kg
Hal
BB/
tersebut membuktikan bahwa prestasi
tinggi harus dilandasi dengan kondisi fisik yang
prima.
Adapun
atlet
dikatakan
secara
konsisten
untuk
excellent (Astrand: 1960:169). atlet
mn.
yang
Astrand
menyatakan bahwa berkompetisi
and
Rodahl
dalam
(1986)
menyatakan bahwa VO2 mak merupakan satu
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 18
indikator terbaik kapasitas kardiorespirasi
latihan yang sangat bagus sehingga mampu
seseorang.
mencapai vertical jump setinggi 150 cm.
Latihan fisik menjadi bagian yang
Dari data final piala Asia tahun 2007,
atlet,
pemain bolavoli Indonesia rerata Tinggi
olahraga
yang
Badan
kenerja.Daya
tahan
(http://www.antaranews.com/berita/74999/bol
aerobikmenjadi pondasi dalam pengembangan
a-voli--indonesia-tim-dengan-atlet-terpendek-
daya tahan anaerobik. Pondasi merupakan
di-antara-unggulan) berada di bawah rerata
struktur dasar yang harus dipenuhi untuk
pemain-pemain bolavoli Korea, Jepang dan
pengembangan pada tingkat tinggi. Jika
China. Untuk bisa mengimbangi bahkan
struktur
mengalahkan pemain Negara tersebut salah
sangat
penting
terutama
dalam
cabang
mempertahankan
tersebut
kehidupan
lemah,
maka
akan
(TB)
relative
dengan
pendek,
berpengaruh terhadap pengembangan fase
satunya
meningkatkan
tinggi
berikutnya. Tinggi rendahnya daya tahan
lompatan seperti yang dilakukan Leonal
aerobik (VO2 mak) akan menentukan prestasi
Marshal. Berkenaan dengan hal tersebut perlu
puncak atlet pada masa mendatang.
inovasi dalam upaya menciptakan metode
Event olahraga terkini menunjukkan
latihan yang dapat meningkatkan tinggi
perkembangan kinerja yang cukup fantastis,
lompatan sehingga kekurangan tinggi badan
didukung
(TB) akan bisa teratasi.
persyaratan
antropometri
dan
Laporan hasil tes fisik pada atlet
kondisi fisik sangat bagus. Profil atlet sekelas Leonel Marshal (bolavoli Cuba) mengindikasi
Pelatnas
menunjukkan
atlet ideal yakni: dengan tinggi badan 189 cm,
memprihatinkan,
berat badan 85 kg dan record vertical jump
memenuhi standar VO2 mak
150 cm. Marshal akan dengan mudah
rerata 49 ml/kg BB/mn (Jim T :2006 ).
melakukan spike dari jarak relatif jauh net
Demikian juga pada tes fisik atlet Puslatda
karena ketinggian raihan mencapai 400 cm.
Pra
Hal tersebut beranjak dari asumsi bahwa
menunjukkan tingkat rerata 45 ml/kg BB/mn
raihan satu tangan dalam posisi berdiri
(Binpres KONI DIY, 2011). Ada beberapa
setinggi 250 cm ditambah vertical jump 150
sebab rendahnya kondisi fisik atlet antara lain
cm (400 cm). Disamping persyaratan tinggi
adanya image
badan, Leonal Marshall juga punya talenta
(VO2mak)
serabut otot cepat lebih dominan, hal ini bisa
sehingga perhatian terhadap pengembangan
ditunjukkan dengan kemampuan adaptasi
komponen tersebut relatif rendah. Disamping
PON
kondisi
yang
besar
belum
sebagian
tahun
2011
atlet, dengan
KONI
DIY
bahwadaya tahan aerobik
bukan
kondisi
fisik
utama
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 19
itu pengembangan daya tahan aerobik selalu
sebelumnya, begitu juga strategi/ metode
dikaitkan dengan latihan kontinyu, seperti
pengembangan
fartlek dan
dipublikasikan
cross country. Gerak kontinyu
kualitas
otot
telah
melalui berbagai laporan
yang berulang-ulang dalam waktu yang relatif
dengan jenis kegiatan olahraga yang berbeda.
lama dirasa kurang menarik dan sangat
Pengaruh latihan tergantung pada intensitas
mebosankan dibanding dengan bentuk-bentuk
dan
latihan
memenuhi nilai ambang batas minimal dapat
teknik
sehingga
metode
latihan
volume
latihan.
Kegagalan
kurangnya
untuk
kontinyu banyak dihindari para atlet.VO2mak
mengakibatkan
merupakan komponen dasar yang sangat
latihan,sementara
penting untuk pengembangan komponen yang
menyebabkan overtraining dan berpengaruh
lain, seperti agility, power dan ketahanan
negatif terhadap kondisi fisik atlet.
terlalu
efek
berat
dapat
anaerobik. Lemahnya daya tahan aerobikakan
Latihan adalah aktivitas atau kegiatan
menjadi penghalang pada pengembangan
yang terdiri dari berbagai bentuk sikap dan
ketahanan
gerak, terarah, berulang-ulang, dengan beban
anaerobik.
Sementara
system
energy dominan dalam olahraga kompetitif
yang kian bertambah
sebagian besar adalah anaerobik, meliputi
efisiensi
gerak ke depan, ke belakang, kesamping
(1993:1)
dilakukan dengan kecepatan tinggi (agility),
pengulangan
melompatdengan
dengan
tenaga
penuh
(power),
guna memperbaiki
kemampuan. latihan yang
tujuan
Menurut
Bompa
merupakan
proses
sistematis, akhir Kunci
progresif,
memperbaiki
diulang-ulang dalam jumlah banyak (power
prestasiolahraga.
utama
dalam
endurance) dan dipertahankan dalam waktu
memperbaiki prestasi olahraga adalah sistem
yang
(daya
tahan
latihan yang terorganisir secara sistematis.
metode
latihan
Program latihan harus mengikuti konsep
yang lebih menarik menjadi tantangan para
periodisasi, disusun dan direncanakan secara
pelatihcabang
bisa
sistematis berdasarkan kebutuhan cabang
tahan
olahraga agar sistem otot dan sistem energi
kebutuhan
mampu beradaptasi terhadap kekhususan
relatif
lama
anaerobik).Pengembangan
menstimulasi
olahraga
sehingga
perkembangan level
daya
aerobiksampai
pada
minimum dan
lebih penting lagi adalah
pengembangan power, agility,speed dan daya
Lemahnya kondisi fisik atlet nasional sudah sampai pada tingkat yang kronis, hal ini
tahan anaerobik. Adaptasi fungsional otot telah di dukumentasikan
cabang olahraga.
dengan baik oleh peneliti
mungkin juga disebabkan oleh lemahnya kualitas pelatih dalam merancang program
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 20
latihan
pengembangan
kondisi
fisik.
keterlibatan serat otot tercepat. Menurut
Akibatnya prestasi atlet pada tingkat senior
Ebben (2002:42) latihan beban intensitas
mengalami stagnasi. Dalam ranah olahraga
tinggi
kompetitif pencarian terhadap efektivitas
motorik dan potensi refleks yang dapat
metode tidak pernah berakhir, ilmuwan,
menciptakan kondisi pelatihan optimal pada
pelatih, atlet dan trainer terus bereksperimen
tahap latihan pliometrik berikutnya. Juga,
dengan
latihan
kelelahan yang berhubungan dengan latihan
pliometrik, latihan beban dan latihan interval
beban intensitas tinggi dapat memaksa motor
intensitas tinggi secara serentak dengan
unit lebih banyak direkrut selama fase
maksud untuk pengembangan kondisi fisik
pliometrik, sehingga meningkatkan kualitas
lebih maksimum.
kontraksi otot.
mengkombinasikan
Complext training adalah salah satu bentuk
latihan
syaraf
Modifikasi complex training dengan memvariasikan latihan beban sistem piramida
kekuatan
repetisi menurun dari8 Repetition Maximum
maksimal dengan latihan kekuatan eksplosif.
(8 RM), 6Repetition Maximum (6 RM) dan
Complex training adalah metode latihan yang
4Repetition
bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik
intensitas acendingbelum banyak dilakukan
atlet dengan cara melakukan latihan kekuatan
penelitian.
intensitas tinggi diikuti (transfer) ke latihan
sebelumnya banyak meneliti complex training
pliometrik. Secara biomekanik harus ada
menggunakan resistensi aksternal intensitas
kemiripan keterlibatan otot dan sendi antara
tinggi (1-3 RM). Demikian juga dengan
complex training dengan pliometrik. Contoh
pliometrik,
latihan squat 3-6 RM diikuti latihan knee tuck
membandingkan
jump 8-12 repetisi dan latihan bench press 2-5
pliometrik
RM diikuti latihan clap push up 8 repetisi
(pliometrik berjenjang meningkat) dan sistem
(Mackenzie., 2000 dan Brandom., 1999).
square (pliometrik konstan). Disamping itu
Teori
antara
latihan
Maximum Sebagian
(4
RM)
besar
dengan peneliti
belum banyak penelitian yang modifikasi
latihan
sistem
piramida
dengan
diusulkan
mendasari
sebagian besar penelitiancomplex training
adalah
mengambil
dikenakan pada kelompok atlet terlatih.
keuntungan dari potensial post-activation,
Penelitian complex training pada sampel atlet
yaitu salah satu latihan sistem neuromuskuler
kurang
khusus
dilakukan. Dalam hal ini, mahasiswa jurusan
complex
yang
tinggi
rangsangan
yang
menggabungkan
intensitas
meningkatkan
training
untuk
memaksimalkan
power,
pembangunan kekuatan dan memaksimalkan
terlatih
kepelatihan
masih
olahraga
belum Fakultas
banyak Ilmu
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 21
Keolahragaan (FIK) Yogyakarta sebagian
prestasiatlet menengah sampai elit diberbagai
besar adalah non atlet sehingga sangat
cabang olahraga, utamanya pada cabang
memungkinkan
olahraga
untuk
dijadikan
subyek
penelian.
yang
membutuhkan
power,
.memberikan wacana yang lebih luas tentang
Modifikasi
bentuk-bentuk
latihan
eksplosif seperti jump up and down,side-
manfaat pelatihan PCT dan SCTkepada praktisi olahraga,
jump, knee tuck jump,single leg jumpdan box jump baik yang dilakukan dengan cara
METODE PENELITIAN
jumping normal maupun twistakan menjadi
1. Jenis penelitian
kajian
utama
dalam
ini.
Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan
kuantitatif dengan metode eksperimental,
kebaruan hasil penelitian yang diharapkan
yang
dalam penelitian ini, maka disusun rumusan
pengaruh manipulasi Piramida Complex
masalah sebagai berikut: Bagaimanakahkah
Training
pengaruh
(2000), jenis penelitian ini ditandai dengan
pelatihan
penelitian
Piramida
Complex
Training (PCT) terhadap power otot tungkai?
ditujukan
untuk
(PCT).
mengungkap
Menurut
Zainudin
adanya replikasi, randomisasi dan Kontrol.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
adalah untuk menetapkan model latihan yang
power tungkai. Adapun rancangan yang
paling efektif dalam memperbaiki agility,
digunakan dalam penelitian ini adalah
power, speed dandaya tahan aerobik (VO2
Pretest-Posttest control Group Design.
mak) dengan
cara: untuk membuktikan
2. Populasi dan sampel penelitian Populasi
pengaruh pelatihan PCT terhadap power otot
dalam
penelitian
ini
tungkai, yang memiliki manfaat antara lain,
adalah mahasiswa semester III (tiga) kelas
untuk
B
pengembangan
keilmuan
dengan
jurusan
Pendidikan
paradigma ilmu kepelatihan olahraga yang
Olahraga
berkonsep
Sebagai
Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri
referensi bagi para peneliti di masa yang akan
Yogyakarta (UNY) tahun akademik 2012
datang,
umur 18 sampai 20 tahun terdiri atas 40
fisiologi
terutama
olahraga,
untuk
mengembangkan
penelitian sejenis secara lebih mendalam. Dan manfaat secara praktis antara lain, manipulasi
(PKO)
Kepelatihan
Fakultas
Ilmu
orang laki-laki. Pada
Complex Training dalam bentuk pelatihan
pengambilan
PCT dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
purposive
penelitian sampel
sampling
ini
teknik
menggunakan dengan
kriteria:
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 22
mahasiswa prodi PKO, jenis kelamin laki-
datadengan Explore (Lilliefort Test), dan
laki, bersedia menjadi sampel dan aktif
uji t.
dalam penelitian, sampel hadir dalam
kendali berat badan, tinggi badan, usia dan
penelitian sekurang-kurangnya 75%. Dari
denyut jantung. Berdasarkan output diatas,
kriteria tersebut dipeoleh jumlah sampel
dapat diketahui bahwa:
sebanyak 20 orang. Selanjutnya sejumlah
a. Usia mahasiswa 18 - 22 tahun. Dengan rata-rata usia 19,93 atau 20 tahun.
20 tersebut dikenakan tes power.
b. Berat badan mahasiswa 51,22 kg -
1. Instrumen penelitian Dalam dipergunakan untuk
penelitian beberapa
mengukur
variabel
atau
penelitian,
ini
instrumen memeriksa
meliputi:
1)
pengukuran TB dan BB, 2) pengukuran power
menggunakan
Data hasil pengukuran variabel
power
jump
75,55 kg. Dengan rata-rata berat badan mahasiswa sebesar 63,05 kg. c. Tinggi badan mahasiswa 162,3 cm 171,063 cm. d. Denyut Jantung minimum mahasiswa yaitu 50 bpm dan denyut jantung maximum mahasiswa yaitu 81 bpm.
digital.
Dengan rata-rata denyut jantung 63,37
2. Teknik Analisis Data Untuk memberikan makna pada data dalam penelitian ini, maka perlu
bpm. Uji Prasyarat Menurut
analisis data menggunakan komputer
Santoso
219)
program SPSS (statistical product and
menyatakan
service solution) 14. Data dianalisis
dependen seharusnya berdistribusi normal.
dengan menggunakan uji t, dan uji
(normalitas pada dependen variabel), maka
normalitas serta homogenitas.
bisa diasumsi bahwa jika masing-masing variabel
bahwa
(2012:
dependen
variabel-variabel
sudah
berdistribusi
normal, maka kumpulan variabel dependen HASIL
PENELITIAN
DAN
(sebagai
variat)
juga
dianggap
akan
PEMBAHASAN
berdistribusi normal.
1. Hasil Penelitian
a. Uji Homogenitas Varian Lavene’s
Data tes dan pengukuran variabel penelitian
dimaksud,
dianalisis
Test Uji
Leven’s
Test
dalam
menggunakan statistik parametric (Leven’s
penelitian ini untuk mengetahui apakah
Test untuk homogenitas dan uji normalitas
varian data sama atau tidak. Untuk
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 23
mempermudah perhitungan digunakan software
SPSS
versi
16.0.
Sehinggadidapatkan
output
analisis
2. Pembahasan Sebelum
pembahasan
hasil
sebagai peneliti sebagai sebagaimana
penelitian perlu dijelaskan kembali bahwa
disajikan dalam tabel di bawah ini.
penelitian ini berawal dari permasalahan lemahnya kondisi fisik para mahasiswa
Tabel 1. Levene's Test of Equality of Error Variancesa
prodi PKO angkatan 2013. Penelitian ini
Variabel
F
df1
df2
Sig.
Power Analisis:
.699
5
54
.627
Dari Tabel 1, terlihat angka signifikansi Levene Test untuk keempat variabel
dependen,
yakni
variabel
power (0,627). Analisis Levene test terhadap variabel tersebut, seluruhnya lebih besar (> 0,05), maka secara keseluruhan diterima. Hal ini berarti,
bertujuan untuk menganalisis pengaruh metode terhadap
Tabel
Statistik
Pengaruh
PCT
peningkatan
penelitian
ini
eksperimental,
dan
Kontrol
power.
adalah dengan
rancangan randomized
Jenis
penelitian menggunakan
control group
pretest postest design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 mahasiswa putra. Hasil penelitian ini membuktikan,
pada variabel power, berarti normal. Deskripsi Pelatihan
pelatihan
Metode
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian manipulasi PCT dan Kontrol
2.
Deskripsi Pelatihan
Pos_Pre Pow posttest er
Statistik
treatme Mean nt PCT
Pengaruh SD
N
59.2000 8.06639 10
KONT 55.3000 6.05622 10 ROL
terhadap peningkatan power. Atas dasar hasil penelitian ini perlu dijelaskan bahwa proses
adaptasi fungsional tubuh akibat
pelatihan complex training. Ebben., (2002) menyatakan
bahwa
pelatihan
beban
kombinasi dan pliometrik adalah efektif. Dalam hal ini Ebben., (2002) secara eksplisit belum secara tegas menyebutkan efektif dalam mempengaruhi biomotor
Berdasarkan uraian di atas, terlihat
yang mana. Berkenaan dengan itu arah
bahwa metode pelatihan SCT mempunyai
pembahasan
pengaruh yang paling besar terhadap
sebagai berikut:
peningkatan
power
kelompok kontrol.
dibandingkan
dimulai
dengan
hal-hal
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 24
peneliti terdahulu terkait dengan variabel
1. Karakteristik sampel Karakteristik
sampel
dalam
power. Sebagai contoh Ebben., (2002)
penelitian. sampel random diambil dari
telah
seluruhmahasiswaJurusan
tersebut dengan hasil yang beragam. Para
Pendidikan
mengevaluasi
jenis
Kepelatihan kelas B yang ditetapkan atas
penulis
dasar kriteria laki-laki, tidak mengikuti
merancang program pelatihan complex
program
training,
pemusatan
latihan
kota/
menawarkan
pelatihan
dan
saran
untuk
merekomendasikan
kabupaten/ daerah atau sejenis pelatihan
penelitian lebih lanjut untuk menilai
olahraga
potensi efektivitas complex training.
intensif
terstruktur,
sehat,
Dalam
bersedia menjadi sampel dengan mengisi
kebanyakan
olahraga
kemampuan
seorang
atlet
untuk
melaksanakan tugas sebagai sampel, umur
menghasilkan
kekuatan
dengan
cepat
18-22 tahun.
dalam gerakan dinamis adalah sangat
inform
mau
consent,
dan
mampu
Semua sampel tinggal masing-masing.
penting. Power otot telah terbukti menjadi
Penetapan umur sampel dalam rentang 18-
faktor penentu dalam prestasi olahraga
22 tahun ditujukan untuk mendapatkan
dansangatterkait dengan kemampuan otot
kesamaan, diharapkan pada umur tersebut
untuk
berada dalam proses pertumbuhan yang
Beberapa metode pelatihan yang berbeda
relatif sama. Data yang diperlukan untuk
biasa
analisis diperoleh melalui pretest sebelum
power termasuk berlari menolak, pelatihan
perlakuan dan posttest setelah perlakuaan
kecepatan,
powerdengan angka signifikansi 0,003.
pliometrik.
ditempat
tinggal
melaksanakan digunakan
untuk
latihan
Andrew,
2. Pengaruh Metode Pelatihan terhadap
siklus
(SSC).
meningkatkan
kekuatan dkk..,
dan (2008),
merekomendasikan ketinggian rintangan
power menunjukkan
latihan pliometrik tidak lebih dari 20 cm
bahwa manipulasi PCT dan Kontrol
untuk mengurangi risiko cedera. Ahli lain
mempunyai pengaruh yang signifikan
menyarankan tinggi rintangan 46 cm agar
terhadap peningkatan power (P: 003 <
pengaruh lebih optimal dan resiko cedera
0.05).
peningkatan
rendah.Sebuah gaya kontraksi yang lebih
manipulasi PCT (1,3) dan Kontrol (-3,1).
besar dicapai ketika bouncing segera
Hasil
setelah
Hasil
penelitian
adapun penelitian
rata-rata ini
perlu
dikaji
berdasarkan teori dan temuan-temuan
mendarat
dari
melompat
dibandingkan dengan lompatan ketika
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 25
tekukaan lutut lebih dalam (Kreighbaum,
3-4 menit antara latihan beban dan
1996).
pliometrik mungkin lebih optimal dalam Salah
satu
cara
untuk
pelatihan complex training.
menggabungkan dua bentuk pelatihan
Faigenbaum,
dkk.,
(1999);.
(latihan beban dan pliometrik) adalah
Zepeda dan Gonzalez., (2000) meneliti
pelatihan complex training atau metode
pengaruh pelatihan complex training pada
kontras.
anak-anak
menawarkan
saran
untuk
merancang program pelatihan complex
atlet
perempuan
menunjukkan bahwa pelatihan complex
merekomendasikan
training adalah sama-sama efektif, tetapi
penelitian lebih lanjut untuk menilai
tidak lebih unggul dalam program latihan
potensi
kekuatan. Temuan ini mungkin konsisten
training,
dan
dan
efektivitas
complex
training.
Menurut Ebben., (1998), desain program
dengan
pelatihan
kekuatan
kompleks
mempertimbangkan
harus
variabel
gagasan diperlukan
bahwa
prasyarat
untuk
pelatihan
penting
kompleks untuk menjadi yang paling
seperti seleksi latihan, beban, dan istirahat
efektif dan bahwa ini jenis pelatihan
di antara set. Baru penelitian menawarkan
mungkin paling cocok bagi mereka yang
pedoman tambahan mengenai variabel ini
sangat terlatih (Ebben dan Watts, 1998).
dan juga bagaimana efek terhadap usia
Sebaliknya, efektivitas pelatihan complex
dan jenis
training
trainig sebagian ditunjukkan pada laki-
tubuh
laki pemain sepak bola perguruan tinggi.
bagias atas (Evans, dkk., 2000) dan tubuh
Dalam hal ini, peneliti menemukanbahwa
bagian bawah (Radcliffe dan Radcliffe,
kelompok pelatihan complex training
1999) dan mungkin lebih efektif untuk
menunjukkan
laki-laki (Radcliffe dan Radcliffe, 1999).
vertikal
Selain itu, prasyarat
kelompok, Burger, dkk., (2000).
kelamin. Complex
mungkin efektif untuk pelatihan
kekuatan dan
perbaikan
secara
melompat
signifikan
antara
intensitas pelatihan beban (RM) yang digunakan mungkin bagianpenting dalam memunculkan
efek
complex
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan
training
selama kondisi pliometrik (Young, dkk.,.
diskusi
1998).
disimpulkan
Penelitian
penelitian,
maka
sebagai berikut:
dapat
Evans
,
dan
Radcliffe
pelatihan PCT dan Kontrol mempunyai
dkk.,(1999) menunjukkan bahwa istirahat
pengaruh signifikan terhadap power otot
(2000);Radcliffe
dkk.,
hasil
Manipulasi
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 26
tungkai. Model latihan ini dapat dijadikan alternatif
DAFTAR PUSTAKA Andrew, D,P. S., Kovaleski, J, E., Heitman, R, J., Robinson, T, L., 2008. Effects of Three Modified Plyometric Depth Jumps and Periodized Weight Training on Lower Extremity Power. Dean, College of Health and Human Services, Troy University Åstrand.P.O.,and Rodal, K., 1986. Textbook of Work Physiology (p. 399). NewYork: McGraw-Hill. Binpres KONI DIY. 2012, Laporan Tes Fisik, Kesehatan dan Psikologis. Puslatda PON KONI Daerah Istimewa Yogyakarta. Binpres KONI DIY, 2011. Laporan Tes Fisik, Kesehatan dan Psikologis. KONI Daerah Istimewa Yogyakarta. Bird, S.P., Tarpenning, K.M., and Marino, F.K., 2005. Designing Resistance Training Programmes to Enhance Muscular Fitness: A Review of the Acute Programme Variables. Sports Med 2005; 35 (10): 841-851 Review Article 0112-1642/05/00100841/$34.95/0 Bompa, T.O., 1993. Periodization of Strength: The New Vave in Strength Training York University. Toronto. Veritas Publishing Inc. Boutagy T., 2004. The ins and outs of interval training. Info Handouts, 1-Jun-2004 Corbin, C.B., and Lindsey, R.,.1997. Concepts of Fitness and Wellness. Dubuque: Brown & Benchmark.
Costill, DL., 1970. Metabolic responses during distance running. J Appl Physiol 1970;28:251-255. Lubis, J., 2013. Mengenal Latihan Pliometri. http://tonyprima.blogspot.com/2013/02/ mengenal-latihan-pliometrik-dr.html Mackenzie, B., 2000. Complex Training. htt:www.brianmac.cp.uk/complex.htm (Accessed 12/3/2013) Malatesta, D., Cattaneo, F., and Dugnani, S,. 2003. Effects of Electromyostimulation Training and Volleyball Practice on Jumping Ability. J Strength Cond Res.;17:573–9. McArdle, W.D., Katch, F.I., & Katch, V.L. 1996. Exercise physiology: Energy, Nutrition, and Human Performance. Baltimore, Maryland: Williams & Wilkin. Santoso.S., 2012. Aplikasi SPSSpadaStatistikMultivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Zaenudin, M., 1988. Metodologi Penelitian. Surabaya: Universitas Airlangga.