PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS IV SD DHARMA KARYA UNIVERSITAS TERBUKA (Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Materi Konsep Peninggalan Sejarah) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh HABIBAH MUNAWWAROH NIM 1110018300079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
ABSTRAK
HABIBAH MUNAWWAROH (1110018300079). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SD Dharma Karya Universitas Terbuka. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share (TPS) terhadap hasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe, Udik Pamulang dengan fokus bahasan materi penelitian pada konsep peninggalan sejarah. Penyusunan skripsi ini dilaksanakan dari bulan Januari 2014 hingga Maret 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian Two Group Pretest Posttest Design. Sampel diambil dengan cara Purposive Sampling dari 4 kelas di ambil 2 kelas secara homogen yaitu kelas eksperimen menggunakan metode Think Pair Share dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda. Data hasil instrumen tes dianalisis dengan uji statistik pada hasil posttest untuk mengetahui pengaruh metode yang telah diberikan. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai posttest. Hasilnya adalah nilai thitung = 1,384 sedangkan nilai ttabel 1,674 dengan taraf signifikan 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara kedua kelas tersebut. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Think Pair Share (TPS), Hasil Belajar
i
ABSTRACT
HABIBAH MUNAWWAROH (1110018300079). The Effect Of Using Cooperative Learning Think Pair Share (TPS) Type Toward Achievment Student In Fourth Elementary School of Dharma Karya Universitas Terbuka. Minithesis Research Program Of Elemantary School Teacher Education Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah Islamic University Jakarta 2015. This Research is aimed to knowing the effect of using coopertive learning Think Pair Share (TPS) type toward achievment student in IPS subject. This research is carried out in Dharma Karya Elemantary School UT Pondok Cabe, Udik Pamulang focusing on discussion of history estate concept. This composing of minithesis carried from January on 2014 until March 2015. The method of this research is using quasi experiment methode with two pretest posttest design. Sample was collected by using purposive sampling from 4 classes devided into 2 classes with homogeny those are experiment class is usingThink Pair Share and control class using conventional method. Instrument used in research is multiple choice questions test. Result from the test instrument then statiscally analyzed to know the effect of method that given. Based on the analyzed data, obtained significantly effect of Think Pair Share not be found between both control class and experimental class. The conclusions are taken from the value of hipnothesis using T test for both posttest scores. The result is to= 1,384 while ttable = 1,674 with 5% significant level and therefore it shows the less effect between both classes.
Keywords : Cooperative Learning, Think Pair Share, Student Achievement.
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim,, Alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang maha dahsyat, yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalamnya-dalamnya kepada Allah SWT, sang pemilik rahmat serta kuasa di dalam setiap langkah kehidupan penulis. Yang
memberikan
nikmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Allahumma Shalli „ala Muhammad, shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan besar serta mulia Nabi Muhammad Saw. seorang revolusioner, sang pemimpin, dan sang pencerah bagi umat islam. Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, namun dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada semua yang tercinta dan tersayang: 1.
Prof, Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Fauzan, MA., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Dr. Faridal Arkam, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan, serta mengajarkan penulis dengan sabar.
4.
Dra. Manerah, selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan.
5.
Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
iii
iv
pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 6.
Drs. Warjoko, MM., selaku Kepala Sekolah Dasar Dharma Karya UT,
7.
Hendri Supriyadi, S.Pd., selaku wali kelas IV-1 dan Pujo Widodo, M.Pd., selaku wali kelas IV-2 yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di kedua kelas tersebut, serta para Dewan Guru SD Dharma Karya UT yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu di sini.
8.
Yang tercinta dan tidak pernah berhenti mencintai, memberikan rasa perhatian dan kasih sayang serta dukungan yang sangat besar, dan selalu mendo’akan penulis dalam tiap hela napasnya, ayahanda Usman Lubis dan ibunda Wama Saro’ih. May God‟s Allah always blesses you and protect you wherever you are. Ameen.
9.
Teruntuk tujuh saudara kandungku yang selalu penulis cintai: Awa, Icha, Kayah, Diyah, Daus, Balqis, Jijah. “We‟re different but we‟re still one”.
10. Dua keponakan tersayang, Muhammad Tsaqif dan Ihdi Tsabiila Dayaan yang selalu menghibur penulis dengan tingkah laku dan kata-katanya di kala penulis mulai kelelahan dalam penyusunan skripsi ini. 11. Meskipun keberadaan kalian tidak sepenuhnya di samping penulis, tapi penulis akan sangat merindukan hari-hari bahagia yang telah kita lewati bersama selama empat tahun ini yang penuh dengan canda tawa kalian sahabat-sahabatku: Lina, Ovi, Trias, Nenk, Alaw, Atul, Ufi, Aroh, Dodoy, yang selalu memberi support, hiburan, dan mendengarkan keluh-kesah penulis, yang senantiasa membuat penulis tertawa dalam keadaan apapun. “Wish u all the best”. 12. Serta teman-teman PGMI Kelas B dan A Angkatan 2010. Semoga kita semua dapat mengaplikasikan dengan baik apa yang telah kita dapat selama empat tahun ini dan semoga mimpi kita terwujud semua. Empat tahun waktu yang sangat singkat untuk mengenal kalian semua. “Salam Sukses untuk Semua”. 13. Dan semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skriprsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
v
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Meski demikian penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, 31 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK .........................................................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 9 C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 9 D. Perumusan Masalah............................................................................ 10 E. Tujuan Penelitian................................................................................ 10 F. Manfaat Penelitian.............................................................................. 10 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Model Pembelajaran .......................................................................... 11 1. Pengertian Model Pembelajaran ................................................ 11 B. Pembelajaran Kooperatif ................................................................... 12 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif........................................... 12 2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ....................................... 15 3. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ....................................... 15 4. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif .............................................. 16 5. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif .................................. 17 a. Student Team Achievement Divisions (STAD) ................... 18 b. Team Games Tournament (TGT) ........................................ 19 c. Jigsaw................................................................................... 19 d. Team Accelerated Instruction (TAI) ................................... 20
vi
vii
e. Group Investigation GI) ...................................................... 20 f. Think Pair Share (TPS) ....................................................... 21 g. Number Head Together (NHT) ........................................... 21 6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif .............................. 21 C. Metode Think Pair Share (TPS) ........................................................ 23 1. Pengertian Metode Think Pair Share (TPS) .............................. 23 2. Langkah-Langkah Metode Think Pair share .............................. 24 3. Kelebihan dan Kekurangan Think Pair Share ............................ 25 4. Manfaat Metode Think Pair Share.............................................. 26 D. Hasil Belajar ....................................................................................... 27 1. Pengertian Hasil Belajar .............................................................. 27 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...................... 29 E. Ilmu Pengetahuan Sosial .................................................................... 30 1. Pengertian IPS ............................................................................. 30 2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial .............. 31 F. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................................... 33 G. Kerangka Berpikir .............................................................................. 34 H. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 37 B. Tujuan Penelitian................................................................................ 37 C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 37 D. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 38 E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 39 F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 41 G. Uji Instrumental.................................................................................. 42 1. Uji Validitas ................................................................................ 42 2. Reliabilitas Instrumen ................................................................. 42 3. Indeks Kesukaran Soal ................................................................ 43 4. Daya Pembeda Soal..................................................................... 45 H. Teknik Analisis Data .......................................................................... 45
viii
1. Pengolahan Data Kognitif .......................................................... 46 a. Uji Prasyarat ......................................................................... 46 b. Uji Normalitas ...................................................................... 47 c. Uji Homogonetis .................................................................. 48 d. Uji Hipotesis ........................................................................ 49 I. Hipotesis Statistik ............................................................................... 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .................................................................................... 51 1. Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..... 54 a. Data Pretest Kelompok Eksperimen .................................... 54 b. Data Pretest Kelompok Kontrol .......................................... 57 c. Perbandingan Data Hasil Pretest Kelompok Eskperimen dan Kelompok Kontrol......................................................... 60 2. Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 61 a. Data Posttest Kelompok Eksperimen .................................. 61 b. Data Posttest Kelompok Kontrol ......................................... 64 c. Perbandingan Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................................ 67 B. Analisis Data ...................................................................................... 68 1. Uji Normalitas Pretest dan Posttest ............................................ 68 2. Uji Homogenitas ......................................................................... 70 a. Uji Homogenitas Data Pretest ............................................. 70 b. Uji Homogenitas Data Posttest .............................................70 3. Uji Hipotesis Statistik ................................................................. 71 a. Uji Hipotesis Posttest ............................................................72 C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 73 D. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian ............................................ 75 1. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 75 2. Kelemahan Penelitian.................................................................. 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 77
ix
B. Saran .................................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............................. 22 Tabel 2.2 Tahapan Metode Think Pair Share .......................................................... 25 Tabel 3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 39 Tabel 3.2 Tabel Kisi-Kisi Instrument ....................................................................... 40 Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas .................................................................................... 43 Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran ..................................................................... 44 Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal .............................................. 44 Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ........................................................................ 45 Tabel 4.1 Data Nilai Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ................................... 55 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen ............................ 55 Tabel 4.3 Sebaran Data Pretest Kelompok Eksperimen ....................................... 57 Tabel 4.4 Data Nilai Hasil Pretest Kelompok Kontrol .......................................... 57 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol ................................... 58 Tabel 4.6 Sebaran Data Pretest Kelompok Kontrol ............................................... 60 Tabel 4.7 Data Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ............................................ 61 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen ........................... 62 Tabel 4.9 Sebaran Data Posttest Kelompok Eksperimen ....................................... 64 Tabel 4.10 Data Nilai Posttest Kelompok Kontrol ................................................. 64 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol ................................ 65 Tabel 4.12 Sebaran Data Posttest Kelompok Kontrol ............................................ 67
x
xi
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67 Tabel 4.14 Hasil Hitung Uji Normalitas Kelas Eksperimen .................................. 69 Tabel 4.15 Hasil Hitung Uji Normalitas Kelas Kontrol ......................................... 69 Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ......................................................................................................... 70 Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ......................................................................................................... 71 Tabel 4.18 Uji Hipotesis Hasil Posttest .................................................................... 72
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ........................................................................................... 56 Gambar 4.2 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol ............................................................................................ 59 Gambar 4.3 Grafik Histogram Perbandingan Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .............................................. 60 Gambar 4.4 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ..................................................................................... 63 Gambar 4.5 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Kontrol ............................................................................................ 66 Gambar 4.6 Grafik Histogram Perbandingan Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................... 68
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Lampiran 2 : Materi ajar Lampiran 3 : Daftar Nilai IPS Kelas IV Semester 1 Tahun Ajaran 2013-2014 Lampiran 4 : Tabel Kisi-Kisi Instrument Lampiran 5: Uji Instrumenn Lampiran 6 : Kunci Jawaban Instrumen Lampiran 7 : Soal Pretest dan Posttest Lampiran 8 : Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest Lampiran 9 : Hasil Uji Validitas Instrumen Lampiran 10 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Lampiran 11 : Hasil Uji Tingkat Kesukaran Lampiran 12 : Hasil Uji Daya Pembeda Lampiran 13 : Rekapitulasi Analisis Butir Soal Lampiran 14 : Data Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Lampiran 15 : Data Skor Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol Lampiran 16 : Perhitungan Distribusi Frekuensi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Lampiran 17 : Perhitungan Distribusi Frekuensi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol Lampiran 18 : Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
xiii
xiv
Lampiran 19 : Uji Normaitas Data Pretest dan Data Posttest Kelompok Eksperimen Lampiran 20 : Uji Normaitas Data Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol Lampiran 21 : Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Lampiran 22 : Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Lampiran 23 : Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci dan upaya pemerintah dalam mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Dengan bertambahnya kemajuan pada zaman terlebih pada perkembangan teknologinya, manusia dituntut untuk turut berkembang dalam banyak hal. Maka dari itu pendidikan merupakan kunci untuk manusia agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi pada saat ini. Soedijarto menyatakan pengertian pendidikan adalah suatu subsistem dari sistem sosial suatu negara bangsa yang secara terorganisasi mengurus usaha mengembangkan kemampuan (intelektual, artistik, dan etika), sikap, dan nilai, keterampilan dan pengetahuan para warganegara menuju terbinanya warganegara yang dewasa, baik secara civics, ekonomi, kultural, religius dan etis, sehingga mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan, baik pembangunan dirinya sendiri maupun pembangunan masyarakat negara-bangsa. Sistem ini meliputi pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan luar sekolah.1 Pendidikan memiliki peranan penting dalam setiap seluk beluk kehidupan manusia. Oleh karena itu, dengan adanya pendidikan diharapkan manusia dapat menyesuaikan diri dengan era sekarang ini. Akan tetapi, untuk mendambakan manusia-manusia yang berkualitas tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa kelemahan dalam sistem pendidikan saat ini. Dalam Sisdiknas, pendidikan merupakan salah satunya adalah upaya pengendalian diri. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), “pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana
untuk
mewujudkan
suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, 1
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 174
1
2
kecerdasan, akhlak mulia, ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.2 Pendidikan memiliki kaitan yang sangat erat dengan tingkah laku dan pola pikir manusia. Pendidikan memberikan hasil positif terhadap manusia. Kesadaran akan pentingnya pendidikan telah menjadikan seluruh lapisan masyarakat untuk terus berusaha memberikan berbagai upaya demi menunjang suksesnya dunia pendidikan baik dari tingkat yang paling dasar hingga ketingkat yang paling tinggi. Fungsi dan tujuan pendidikan telah dijelaskan di dalam Sisdiknas sesuai pasal 3 yaitu, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap”.3 Pendidikan dipersiapkan untuk seluruh lapisan masyarakat agar mereka dapat bertahan dengan tantangan-tantangan baru yang akan mereka hadapi sesuai dengan kemajuan dan kondisi zaman. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka semua pihak harus bekerja sama. Pihak yang dimaksud adalah keluarga, masyarakat, dan sekolah. Karena peranan dari ketiga pihak tersebut sangatlah penting demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan salah satu sistem pemerintahan yang sangatlah penting, jika diibaratkan pendidikan merupakan sebuah pondasi untuk sebuah bangunan agar bangunan tersebut dapat berdiri dengan kokoh. Maka dari itu, jika tanpa adanya pendidikan kehidupan manusia tidak berbeda dengan kehidupan di masa lalu yang belum mengenal banyak ilmu-ilmu pengetahuan. Maka dengan ini usaha pemerintah memberikan pendidikan gratis terhadap masyarakat agar seluruh masyarakat di Indonesia dapat merasakan belajar di sekolah-sekolah. Pendidikan gratis ini memberikan keuntungan dan kemudahan bagi yang kurang mampu. Soedijarto mengungkapkan bahwa, “pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya 2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002), h. 13. Ibid., h. 38.
3
3
manusia. Pendidikan, dalam arti usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semau sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat, dan segala usia”.4 Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Di dalam pendidikan tidak ada kata “terlambat”. Pendidikan tidak mengenal usia. Seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pendidikan. Adanya pendidikan, dapat membantu dalam memajukan kehidupan bangsa dan negara. Dalam dunia pendidikan, terdapat proses pembelajaran serta berbagai macam ilmu pengetahuan. Berbagai macam ilmu pengetahuan tersebut mampu menjadikan manusia-manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi. Maka dari itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik maka diperlukan pembelajaran yang baik pula. Dalam pembelajaran, terdapat tiga unsur penting yaitu tujuan pembelajaran, pengalaman pembelajaran, dan hasil belajar. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupakan sesuatu yang dinantikan. Bagaimana hasil belajar peserta didik? Apakah peserta didik mendapatkan hasil yang bagus? Hasil belajar merupakan acuan peserta didik dalam dunia pendidikan. Hasil belajar tersebut dapat dijadikan tingkat acuan keberhasilan pemahaman peserta didik pada suatu materi dari hasil belajar tersebut dapat dilihat sejauh mana kualitas pembelajaran. . Pada dasarnya, pembelajaran memiliki banyak makna. Pembelajaran memiliki arti suatu usaha, proses, cara dan buat. Dalam arti usaha pembelajaran memiliki makna yaitu berusaha memberikan acuan-acuan kepada peserta didik di dalam proses pembelajaran agar tujuan belajar tercapai. Menurut Syaiful Sagala dalam Ramayulis, “pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran menrupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
4
Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2008), h. 7.
4
peserta didik”. 5 Dalam arti proses bermakna yaitu sebagai kegiatan sosialisasi antara pengajar dan peserta didik dan peserta didik terhadap lingkungan sekitar. Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.6 Setiap individu peserta didik memiliki keunikan masing-masing, maka dari itu pembelajaran pun hendaknya memperhatikan kondisi individu peserta didik, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi pengetahuan peserta didik. Agar dapat menyesuaikan situasi dan kondisi siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar, maka perlu adanya pengaplikasian model-model pembelajaran. Menurut Joyce dalam Trianto mengungkapkan bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. 7 Di dalam tiap model-model pembelajaran terdapat banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada keseluruhan materi atau sebagian materi tertentu saja. Pembelajaran dengan menggunakan metode-metode pembelajaran diharapkan memberikan hasil belajar yang baik bagi peserta didik. Keberhasilan tersebut bukan hanya pada ranah pengetahuan peserta didik saja, akan tetapi mencakup ranah keterampilan dan ranah sikap. Ketiga ranah tersebut sama pentingnya dengan peranan keluarga dan sekolah dalam pendidikan. Karena ketiga ranah tersebut saling berkaitan. Akan tetapi, untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran ada beberapa faktor yang menghambat keberhasilan itu sendiri. Misalnya, metode yang digunakan guru kurang sesuai atau cara penyampaian guru dalam proses pembelajaran tidak menarik sehingga membuat siswa sering merasa bosan dengan materi atau mata pelajaran tertentu. 5
Ramayulis, op. cit., h. 239 Sisdiknas 7 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. (Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 5. 6
5
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji kehdiupan sosial yang berdasarkan sejarah, gerografi, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Menurut Ischak, dkk “IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan”.8 Mata pelajaran IPS mengkaji permasalahan di masyarakat. Berdasarkan salah satu karakteristik dari mata pelajaran IPS yaitu dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil, sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah kehidupan nyata pada masyarakat. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu mata pelajaran yang sering dianggap mudah untuk diajarkan. Hal ini dikarenakan, masih banyak guru yang beranggapan tanpa menggunakan metode dalam pembelajaran IPS para peserta didik akan tetap memahami apa yang disampaikan oleh guru. Anggapan itulah yang merupakan salah satu faktor penghambat untuk mewujudkan hasil belajar yang baik. Seperti yang telah diketahui, untuk mewujudkan hasil belajar yang baik perlu adanya proses pembelajaran yang baik pula. Dalam hal ini tidak terkecuali pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) yang membutuhkan kegiatan aktif siswa selama proses pembelajarannya, yang mana IPS juga memiliki peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik. Berdasarkan observasi yang dilakukan di sekolah tersebut, ditemukan bahwa pembelajaran pada sekolah ini masih bersifat tradisional khususnya pada mata pelajaran IPS. Metode yang digunakan masih berpusat pada guru, sehingga pada proses pembelajaran siswa merasa bosan dengan apa yang disampaikan guru. Maka dari itu, hasil belajar IPS pada kelas IV di sekolah SD Dharma Karya UT ini tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata semester siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), dari 128 siswa diperoleh hanya 48 siswa yang mencapai KKM. Bukti tersebut dapat dilihat pada lampiran 4. 8
1.24
Ischak, dkk, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), edisi kesatu, h.
6
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru sudah pasti akan menemukan beberapa faktor penghambat hasil belajar yang dihadapi, dan begitu pula sebaliknya, siswa pun akan menemukan berapa masalah di saat proses pembelajaran. Pada guru, misalnya, yaitu sulitnya mengendalikan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pada siswa, akan merasa bosan dengan materi yang disampaikan. Sering kali guru beranggapan bahwa mata pelajaran IPS cukup dijelaskan dengan metode konvensional. Metode konvensional dapat diartikan metode pembelajaran dengan menggunakan cara-cara yang terdahulu. Metode ini dirasakan kurang efisien untuk peserta didik. Hal ini dikarenakan pada metode konvensional guru lebih aktif pada kegiatan pembelajaran dan siswa menjadi pasif. Akan tetapi, metode konvensional tersebut tidak selalu membuat siswa merasa jenuh dalam pembelajaran. Hal ini terkait bagaimana cara guru menyampaikan materi dengan metode konvensional dengan cara yang menarik, dan juga tidak selalu metode konvensional memberikan hasil belajar yang rendah pada peserta didik. Akan tetapi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masih terdapat beberapa guru yang beranggapan bahwa dengan menggunakan metode konvensional dapat mempermudah dalam menjelaskan materi pelajaran, terutama pada mata pelajaran IPS. Sebagaimana umumnya, bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan metode-metode belajar. Pada dasarnya, pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional tidaklah menghasilkan nilai yang rendah. Akan tetapi, alangkah baiknya jika metodemetode yang telah ada diterapkan di setiap mata pelajaran dengan baik di dalam proses pembelajaran demi meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas hasil hasil pembelajaran. Jika guru hanya menggunakan metode yang sama pada setiap pembelajaran, hal tersebut akan menjadikan suasana belajar membosankan. Maka dari itu, diharapkan
guru
menyenangkan.
dapat
menciptakan
suasana
pembelajaran
aktif
dan
7
Solusi yang ditawarkan untuk penelitian ini adalah dengan memberikan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran ini sangat sesuai untuk berbagai mata pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran. Salah satu fungsi pembelajaran kooperatif yaitu untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Karena di dalam pembelajaran kooperatif dengan jumlah anggota yang sedikit di setiap kelompok-kelompok kecil, siswa akan memiliki peran masing-masing dalam kelompoknya sehingga hal tersebutlah yang akan menjadikan siswa lebih aktif dan bertanggung jawab serta akan lebih mudah bagi siswa untuk memahami materi. Menurut Kunandar, “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”.9 Menurut Yusri, dkk, “model pembelajaran Cooperative Learning, adalah startegi beajar-mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur di dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.10 Nurhadi dalam Kunandar menyatakan bahwa ada beberapa tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif, yaitu “tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), tipe jigsaw, tipe Group Investigation (GI), tipe Think Pair Share (TPS), tipe Number Head Together (NHT), dan tipe Making Desicion. 11 Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Think Pair Share (TPS). Alasan menggunakan tipe ini karena TPS cukup mudah untuk diterapkan pada kegiatan pembelajaran, selain itu dalam pelaksanaanya tipe ini dapat membantu siswa lebih fokus pada apa yang mereka bahas. Model pembelajaran kooperatif
9
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2007), h. 361. 10 Yusir Panggabean, Kresyen Purba, dan Oditha Hutabarat, Srategi, Model, dan Evaluasi:Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung : Bina Media Informasi, 2007), h. 75. 11 Kunandar, op. cit. , h. 364-369.
8
tipe Think Pair Share (TPS) membantu siswa menemukan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman. Sehingga diharapkan mereka akan lebih fokus terhadap tugas yang diberikan dan mendapatkan hasil yang baik. Dengan demikian, salah satu metode yang sesuai dengan mata pelajaran IPS adalah metode Think Pair Share (TPS). Metode ini menawarkan diskusi dengan cara berpasangan. Sesuai dengan nama metode tersebut ”Think” yang berarti berpikir, “Pair” yang berarti berpasangan, dan “Share” yang berarti “berbagi”. Melalu tiga tahap tersebut diharapkan peserta didik dapat menggali info sendiri yang mereka ketahui serta mendiskusikannya dengan pasangannya dan membagikan info yang mereka temukan kepada pasangan lainnya. Dengan demikian, melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berpasangan dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe Think-Pair-Share juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan think pair share dibandingkan metode lain adalah, “optimalisasi partisipasi siswa, karena kelompok lebih terkendali dan optimal dalam penyelesaian masalah bersama pasangannya”. 12 Adapun kelemahan pada metode Think Pair Share ini adalah sebagai berikut: 1. Jika jumlah kelas sangat besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih. 2. Pemahaman tentang konsep dalam setiap pasangan akan berbeda sehingga akan dibutuhkan waktu tambahan untuk pelurusan konsep oleh guru dengan menunjukkan jawaban yang benar. 3. Lebih banyak waktu yang diperlukan untuk mempresentasikan hasil diskusi karena jumlah pasangan yang sangat besar. Begitu pula pada metode konvensional dan metode lainnya. Terdapat kendala dan kelemahan-kelemahan yang dapat dilihat dari proses belajar mengajar yang 12
Sigit Wibowo, “Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS)”, Skripsi pada Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 26-27, tidak dipublikasikan.
9
dilaksanakan. Kelemahan-kelemahan tersebut memberikan dampak pada peserta didik. Berbagai hal yang berdampak pada peserta didik salah satunya ialah kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan terlihat rendah. Terkait hal tersebut, terdapat beberapa faktor dalam pembelajaran, yaitu: 1) Pembelajaran berpusat pada guru, 2) Siswa terlihat pasif selama proses pembelajaran, 3) Guru tidak menggunakan media sebagai alat penunjang keberhasilan mengajar, 4) Guru selalu menggunakan metode yang sama, 5) Waktu belajar yang terbatas, 6) Suasana kelas yang kurang kondusif, 7) Siswa tidak bisa fokus dengan materi yang diajarkan, 8) Hasil belajar siswa rendah. Dengan beberapa pemaparan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian
dengan
judul
“Pengaruh
Penggunaan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Kelas IV SD Dharma Karya Universitas Terbuka”.
B. Identifikasi Masalah 1. Pembelajaran berpusat pada guru, 2. Siswa terlihat pasif selama proses pembelajaran, 3. Guru tidak menggunakan media sebagai alat penunjang keberhasilan mengajar 4. Guru selalu menggunakan metode yang sama, 5. Waktu belajar yang terbatas, 6. Suasana kelas yang kurang kondusif, 7. Siswa tidak bisa fokus dengan materi yang diajarkan, 8. Hasil belajar siswa rendah
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada masalah : 1. Pembelajaran berpusat pada guru 2. Hasil belajar siswa rendah
10
D. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SD Dharma Karya UT?.
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SD Dharma Karya Universitas Terbuka.
F. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penelitian antara lain adalah : 1. Bagi siswa a. Siswa dapat belajar lebih aktif dalam proses pembelajaran b. Siswa mudah memahami materi yang diberikan c. Siswa dapat bekerjasama dengan baik serta memiliki rasa bertanggung jawab 2. Bagi guru Sebagai salah satu alternatif bagi guru, untuk dapat menerapkan metodemetode yang lain di dalam proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah Menjadi acuan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengajar
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, guru akan menghadapi berbagai macam karakter peserta didik. Keberagaman karakter peserta didik tersebut mengharuskan guru untuk dapat menguasai berbagai macam model pembelajaran
guna
membantu
dalam
prose
pembelajaran
sekaligus
mempermudah dalam berinteraksi. Baik interaksi antara guru dan murid, atau murid dengan murid. Seperti yang dipaparkan oleh Agus Supriyono bahwa, dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model-model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial.1 Model pembelajaran merupakan bentuk upaya untuk menciptakan pembelajaran yang terencana. Perencanaan yang diciptakan melalui model pembelajaran ini dapat memberikan hasil akhir yang sesuai dengan yang diharapkan guru. Sejalan dengan pendapat di atas, Trianto mengungkapkan bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.2
1
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), h. 46. 2 Trianto, loc. cit.
11
12
Model pembelajaran merupakan rancangan untuk mengkondisikan kegiatan belajar siswa di dalam kelas yang bertujuan sebagai motivasi siswa dalam belajar, karena hal tersebut merupakan salah satu kunci sukses pengajar untuk membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik. Mohamad Surya mengungkapkan bahwa, pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang dilakukan secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut di atas ialah: a. Perubahan yang disadari b. Perubahan yang bersifat kontinu c. Perubahan yang bersifat fungsional d. Perubahan yang bersifat positif e. Perubahan yang bersifat aktif f. Perubahan yang berisfat permanen g. Perubahan yang bertujuan dan terarah.3 Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika dalam pembelajaran guru menerapkan model-model pembelajaran dengan baik maka akan memberikan perubahan positif bagi peserta didik.
B. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran. Model kooperatif ini merupakan salah satu gagasan dari teori kontruktivisme. Menurut Abuddin Nata, “model pembelajaran cooperative learning dan interactive learning adalah model pembelajaran
yang terjadi
sebagai
akibat
dari
adanya
pendekatan
pembelajaran yang bersifat kelompok”.4 Model
ini memiliki berbagai tipe dengan ciri khasnya yaitu lebih
menekankan pada pembagian kelompok dengan tujuan agar para siswa dapat 3
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung:Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 8-9. 4 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 257
13
bekerja sama di dalam kelompok tersebut. Dengan pembagian kelompok tersebut, siswa akan lebih mudah difokuskan pada kegiatan dalam kelompok. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hamid Hasan dalam Etin Solihatin bahwa, “Cooperative mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama”.5 Kerja sama dalam kelompok akan menjadikan siswa lebih bertanggung jawab dan peduli terhadap teman kelompok masing-masing. Dengan kata lain, setiap kelompok akan merasa bahwa kelompoknya harus menjadi kelompok terhebat di dalam kelas pada saat pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Johnson dan Slavin dalam Solihatin dan Raharjo bahwa, belajar koopeartif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan mahasiswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.6 Sama halnya dengan Rusman, “Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”.
7
Pemanfaatan kelompok-kelompok kecil tersebut dapat berguna untuk mengubah miskonsepsi peserta didik mengenai istilah bekerja sama agar siswa tidak saling mengandalkan satu sama lain. Dalam kooperatif “bekerja sama” berarti masing-masing anggota kelompok dapat menuangkan ide-ide yang mereka dapatkan atau berbagi pengetahuan yang mereka ketahui sehingga terciptalah suasana bekerja sama yang sesungguhnya. Seperti yang dikutip kembali oleh Isjoni, dkk melalui Slavin bahwasannya, “Pembelajaran
5
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pemeblajaran IPS, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), h. 4. 6 Ibid. 13 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:PT Rajawali Pers, 2011), h. 202.
14
kooperatif boleh didefinisikan sebagai satu pendekatan mengajar di mana murid bekerjasama di antara satu sama lain dalam kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan yang diberikan oleh guru”.8 Dalam model pembeajaran kooperatif, guru merupakan motivator yang mengarahkan siswa untuk mencari informasi-informasi sendiri. Pembelajaran ini akan terasa efektif karena dengan mencari informasi sendiri, siswa akan berpikir secara kritis untuk mendapatkan informasi tersebut sehingga mereka akan dapat dengan mudah mengingat informasi tersebut. Menurut Stahl dalam Etin dan Raharjo bahwa, “model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar”.9 Dalam pandangan Islam, pembelajaran kooperatif merupakan salah satu sifat saling tolong menolong, karena manusia merupakan makhluk sosial maka antara yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. Menurut Abuddin Nata, “dalam kaitannya dengan konsep interaktif dan cooperative learning, Rasulullah SAW. misalnya, sering meminta pendapat para sahabat dalam ikut memecahkan masalah”.10 Pembelajaran kooperatif memandang pengetahuan tidak harus didapat dari guru melainkan dapat pula dari teman sebaya. Karena keberhasilan tidak harus ditentukan oleh masing-masing individu, akan tetapi keberhasilan bisa diraih dengan bersama-sama anggota kelompok-kelompok kecil yang diciptakan. Maka dari itu, adanya kelompok-kelompok kecil tersebut dapat membantu interaksi siswa dengan sangat baik. Dan karenanya, pembelajaran kooperatif ini berkaitan dengan ajaran Rasulullah SAW yang mengajarkan untuk saling tolong-menolong.
14
Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner:Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h. 30. 9 Solihatin, Raharjo, op. cit., h. 5. 10 Nata, op. cit., h.277-278.
15
2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yang berperan dalam membentuk karakteristik siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Nurul Hayati dalam Rusman, bahwa terdapat lima unsur dasar model pembelajaran kooperatif, yaitu: “1) ketergantungan yang positif, 2) pertanggung jawaban individual, 3) kemampuan bersosialisasi, 4) tatap muka, dan 5) evaluasi proses kelompok”.11 Kelima unsur di atas mampu menjadikan siswa lebih mandiri, bertanggung jawab dalam mengemban tugas serta menjadikan siswa lebih berani dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya. Sebagaimana yang sering terjadi, bahwasannya kebanyakan peserta didik merasa senggan berinteraksi dengan orang lain maupun teman sebayanya. Rusman kembali menyatakan mengenai unsur-unsur kooperatif adalah sebagai berikut:12 a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di anatar anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
3. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat disaat proses pembelajaran berlangsung. Karena pada proses pembelajaran kooperatif lebih difokuskan pada kelompok atau bekerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri 11 12
Rusman., op. cit., h. 204. Ibid., h. 208.
16
karakteristik tertentu. Dari setiap karakteristik tersebut memiliki manfaat untuk kecapaian hasil tujuan pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya, “Karakteristik pembelajaran kooperatif dibagi menjadi empat yaitu: 1) pembelajaran secara team merupakan tempat untuk mencapai tujuan, 2) didasarkan pada manajemen kooperatif, 3) kemauan untuk bekerja sama, 4) ketrampilan bekerja sama”.13 Sejalan dengan pendapat di atas, Yusri, dkk kembali menjelaskan karakteristik pembelajaran kooperatif. Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai berikut:14 a. Individual accountability: tiap individu dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang tak bisa dilepaskan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok sebagai masalah bersama. b. Social skills: model pembelajaran ini mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri atau pengendalian diri demi mencapai kepentingan atau tujuan kelompok. c. Positive interdependence: siswa belajar saling tergantung satu sama lain secara positif dalam kelompok. d. Group processing: model pembelajaran kooperatif memberikan siswa pengalaman langsung dimana proses perolehan jawaban atas masalah yang dihadapi dikerjakan oleh kelompok secara bersama. e. Getting better together: siswa mendapatkan sesuatu yang lebih baik secara bersama di dalam kebersamaan. Menyimpulkan pendapat-pendapat di atas bahwa kelompok-kelompok kecil dalam karakteristik pembelajaran kooperatif bertujuan untuk menggali pengetahuan siswa akan tetapi tidak hanya pengetahuan saja melainkan meliputi keterampilan. Dan juga mempermudah siswa dalam bersosialisasi dan menjadikan pembelajaran terasa lebih menyenangkan.
4. Ciri- Ciri Pembelajaran Kooperatif Sebagai model pembelajaran, kooperatif memiliki ciri-ciri dalam pembelajarannya. Dalam tiap model pembelajaran, terdapat ciri khusus yang 13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006), h. 244-246 14 Yusri, Purba, dan Hutabarat, op. cit., h. 76
17
membedakan model satu dengan yang lainnya. Menurut Rusman, ciri-ciri yang sering terjadi dalam model pembelajaran kooperatif adalah, “siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi lainnya, kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah, bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin berbeda-beda, dan penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu”.15 Adapun menurut Arends dalam Trianto menyatakan ciri-ciri kooperatif sebagai berikut:16 a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beraga; dan d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Menyimpulkan pernyataan dari ahli di atas, bahwasannya dalam pembelajaran
kooperatif
guru
berperan
sebagai
motivator.
Dalam
pembagian kelompok haruslah bersifat heterogen agar kemampuan yang dimiliki tiap-tiap kelompok sama rata sehingga memudahkan bagi siswa yang kurang untuk mendapatkan bantuan dari siswa yang mampu dalam penguasaan materi.
5. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran. Tipe-tipe pembelajaran tersebut dapat diaplikasikan ke dalam proses-proses pembelajaran. Akan tetapi, terdapat tipe yang hanya dapat diaplikasikan pada mata pelajaran tertentu saja. Slavin membagi pembelajaran kooperatif menjadi bermacam-macam. Di bawah ini merupakan beberapa tipe-tipe model pembelajaran kooperatif. 15
Rusman. loc. cit. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Prenada Media Group, 2009), h. 65-66 16
18
a. Student Team Achievement Divisions (STAD) Metode ini dikembangkan oleh Robert slavin. Metode ini diaplikasikan dengan cara berkompetisi dengan kelompok lain. Sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik kooperatif, pada metode ini dibagi kelompok-kelompok kecil secara homogen, terdapat kuis, dan juga di akhir akan ada penghargaan bagi kelompok yang mengumpulkan skor tertinggi. Menurut Trianto terdapat beberapa persiapan sebelum dilaksanakannya
metode
ini
yaitu,
“perangkat
pembelajaran,
membentuk kelompok kooperatif, menentukan skor awal, pengaturan tempat duduk, dan kerja kelompok”.17 Langkah pertama, yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta motivasi untuk siswa. Langkah kedua, guru mulai membagibagikan kelompok. Langkah ketiga, guru memulai presentasi materi secara ringkas agar siswa dapat mencari secara berkelompok info tambahan mengenai materi yang dipelajari. Langkah keempat, siswa mempelajari materi bersama anggota kelompoknya. Langkah kelima, setelah setiap kelompok selesai berdiskusi, mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Pada langkah ini, skor yang diperoleh oleh masing-masing individu tiap kelompok akan mempengaruhi hasil akhir kelompok
masing-masing.
Langkah
keenam,
kelompok
yang
memperoleh skor tertinggi berhak menerima penghargaan dari guru atas kerja keras mereka dalam berdiskusi. Di bawah ini, merupakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode Student Team Achievement Division (STAD). Adapun langkahlangkah pembelajaran kooperatif model STAD adalah sebagai berikut:18 1) 2) 3) 4) 5) 6) 17 18
Penyampaian tujuan dan motivasi Pembagian kelompok Presentasi dari guru Kegiatan belajar dalam tim (Kerja tim) Kuis (Evaluasi) Penghargaan prestasi tim.
Trianto, op, cit., h.52-53 Rusman, op.cit., h.215-216.
19
b. Team Games Tournament (TGT) Metode ini dikembangkan kembali oleh Slavin dan rekan-rekannya. Pada dasarnya metode ini sama dengan metode STAD, akan tetapi pada metode ini berpusat pada permainan akademik. Langkah metode ini sama dengan STAD, setiap siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang sama rata dalam tiap kelompoknya. Nama-nama siswa yang bergabung dalam kelompok tersebut akan dicatat dalam bentuk tabel khusus yang setiap minggunya akan diubah. Menurut Isjoni, dkk, “TGT sama seperti STAD pada asasnya, tetapi ujian, kuis, dan pembentangan digantikan dengan permainan akademik yang dijalankan setiap minggu. Setiap ahli kumpulan mempelajari bahan yang diajar secara beramai-ramai. Namun begitu, semasa permainan sedang berlangsung ahli-ahli kumpulan tidak dibenarkan membantu rakan yang terlibat dalam permainan ketika itu”.19 Dalam hal lainnya, metode ini menggunakan cara yang sama dengan metode STAD, yaitu siswa mempelajari materi secara berkelompok, masing-masing siswa diuji melalui permainan akademik, dan nilai yang diperoleh masing-masing siswa akan mempengaruhi skor akhir tiap kelompok.
c. Jigsaw Pada metode ini, peneliti berkesimpulan bahwasannya metode ini memiliki langkah pembelajaran dengan cara rolling. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberikan materi dengan pembahasan yang berbeda-beda. Masing-masing kelompok akan berdiskusi mengenai apa yang mereka bahas. Setelah pembahasan tersebut sudah jelas, dimulailah rolling dari tiap-tiap perwakilan kelompok. Perwakilan tiap kelompok akan menjelaskan apa yang dibahas oleh kelompoknya ke kelompok lain, dan begitu
19
Isjoni, op. cit., h. 35.
20
seterusnya hingga tiap perwakilan kelompok kembali lagi kelompok asal.
d. Team Accelerated Instruction (TAI) Pada metode ini, akan dibentuk beberapa kelompok yang homogen. Masing-masing kelompok memiliki ketua diskusi. Guru akan memberikan penjelasan kepada ketua diskusi dan setelah guru telah memberikan penjelasan mengenai materi, maka ketua diskusi kembali ke kelompoknya masing-masing untuk membantu teman lainnya mengenai materi yang telah diberikan oleh guru. Sama halnya dengan yang disampaikan Isjoni, dkk di bawah ini mengenai langkah-angkah metode Team Accelerated Instruction (TAI), pada tipe ini, seiap pelajar diberi tugasan yang berlainan, tetapi saling membantu. Sewaktu aktifitas pembelajaran sedang dijalankan, guru mengajar satu kumpulan kecil yang teriri daripada ahli-ahli dalam satu bahagian tugasan yang diberi oleh guru. Setelah sesi pengajaran ini selesai, ahli iu akan masuk semula ke dalam kumpulannya dan membantu anggota lain pula.20
e. Group Investigation (GI) Dalam metode GI, siswa diberi kebebasan untuk memilih penuh dalam merencanakan apa yang ingin mereka pelajari dan diinvestigasi. Mula-mula siswa dibagi ke dalam kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberikan tugas yang berbeda. Setiap anggota kelompok berdiskusi dan menentukan informasi apa yang akan mereka kumpulkan, sehingga informasi tersebut dapat diolah secara bersama-sama dan diteliti secara bersama-sama dan dapat mereka sajikan secara baik di depan kelas. Menurut Sharan, dkk dalam Trianto, membagi langkahlangkah pelaksanaan Group Investigation meliputi enam fase yaitu,
20
Ibid., h. 36.
21
“memilih topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, dan evaluasi”.21
f. Think Pair Share (TPS) Pengaplikasian dalam metode ini sangatlah sederhana. Sesuai dengan nama metode tersebut think yang berarti “berpikir”, pair yang berarti “berpasangan”, dan share yang berarti “membagikan”. Dalam metode ini, siswa akan berpasang-pasangan dan guru memberikan pertanyaan kepada mereka. Pada mulanya, setiap siswa diminta untuk mencari jawaban masing-masing mengenai pertanyaan tersebut, dan lalu setelah itu barulah setiap pasangan berdiskusi mengenai jawaban yang mereka temukan. Jika diskusi telah selesai, setiap pasangan akan membagikan hasil jawaban yang mereka telah diskusikan.
g. Number Head Together (NHT) Metode ini sama dengan metode-metode sebelumnya, yaitu pembagian kelompok dan diskusi. Akan tetapi, pembagian kelompok pada metode haruslah dengan jumlah anggota yang seimbang antar kelompok lainnya. Pertama, guru meminta setiap siswa berkumpul bersama kelompoknya masing-masing, dan masing-masing anggota kelompok akan mendapatkan nomor sesuai dengan jumlah anggota yang ada di dalam kelompok tersebut. kegunaan nomor-nomor tersebut adalah jika guru memanggil salah satu nomor maka perwakilan dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor tersebut akan menjelaskan hasil diskusi mereka.
6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Pada setiap model pembelajaran, terdapat langkah-langkahnya tersendiri. Langkah-langkah ini sangat membantu guru untuk dapat dengan mudah 21
Trianto, op.cit., h. 59-61.
22
melaksanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan disaat pembelajaran serta dapat dengan mudah mengkondisikan siswa. Rusman menjelaskan bahwa langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut, Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. 22 Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini, Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif.23 TAHAP Tahap 1 Menyampaikan tujuan memotivasi siswa
dan
Tahap 2 Menyajikan informasi
Tahap 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Tahap 4 Membimbing bekerja dan belajar Tahap 5 Evaluasi
22 23
Rusman., op. cit., h. 211. Trianto, op. cit., h. 66-67.
kelompok
TINGKAH LAKU GURU Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
23
Tahap 6 Memberikan penghargaan
mempresentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
C. Metode Think Pair Share (TPS) 1. Pengertian Metode Think Pair Share (TPS) Think Pair Share merupakan salah satu metode yang cukup sederhana untuk diaplikasikan. Metode ini memiliki 3 tahapan, yaitu think (berpikir), pair (berpasangan), share (membagikan). Dengan memahami arti dari masing-masing kata pada nama metode ini, sudah dapat dipahami cara penerapannya. Menurut Kunandar, “Tipe ini di kembangkan oleh Frank Lyman, dkk. Dari universitas Maryland 1981 yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam seting kelompok kelas secara keseluruhan. Tipe ini memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain”. 24 Senada dengan Kunandar, Anita Lie mengemukakan pendapatnya mengenai metode think pair share ini bahwa, “Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain”.25 Sedangkan menurut Gunter Think-Pair-Share adalah pembelajaran dengan cara siswa saling belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam seluruh kelas. Hal senada juga disampaikan oleh Ibrahim, dkk, mereka menyatakan bahwa TPS (Think Pair Share) atau (Berfikir Berpasangan Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6
24
Kunandar. op. cit., h. 367. Anita lie. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. (Jakarta : PT Grasindo, 2004), h. 57 25
24
anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koopratif learning tipe Think Pair Share (TPS) adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan informasi seluas-luasnya. Sehingga, peserta didik akan saling menghargai pendapat yang lain. Akan tetapi, dengan terbentuknya pasangan-pasangan tersebut, maka akan membutuhkan waktu yang banyak dalam mengaplikasikan metode ini.
2. Langkah-Langkah Metode Think Pair Share Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair-Share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share. Tahap utama dalam pembelajaran ThinkPaire-Share menurut Trianto adalah sebagai berikut:26 a. Langkah 1. Thinking (berpikir) Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. b. Langkah 2. Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan merumuskan jawaban yang dianggap paling benar atau paling meyakinkan. c. Langkah 3. Sharing (berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan, keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melapirkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran dengan pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada tabel berikut : 26
Trianto, op. cit., h. 81-82
25
Tabel 2.2 Tahapan metode Think Pair Share Fase Atau Tahapan
Perilaku Guru
Guru menjelaskan aturan main dan batasan Fase 1: waktu untuk tiap kegiatan Memberikan Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas orientasi kepada pemecahan masalah peserta didik Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui Fase 2: kegiatan demonstrasi Think (berfikir Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu) kepada seluruh siswa Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu Fase 3: Siswa dikelompokkan dengan teman Pair sebangkunya (berpasangan Siswa berdiskusi dengan pasangannya dengan mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan teman sebangku) Fase 4: Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk Share (berbagi berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas jawaban dengan dengan dipandu oleh guru. pasangan lain). Siswa dinilai secara individu dan kelompok Fase 5: Penghargaan
3. Kelebihan dan Kekurangan Think Pair Share Dalam pembelajaran think pair share terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Muslimin Ibrahim menyatakan kelebihan think pair share adalah: “1) Dapat menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. 2) Memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. 3) Hasil belajar
26
lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami”.27 Sedangkan menurut
Miftahul
Huda
kelebihan
think
pair
share
adalah:
“1)
Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. 2) TPS
dapat digunakan untuk
semua tingkatan kelas.
3)
mengoptimalisasi partisipasi siswa”.28 Di dalam kelebihan selalu ada kekurangan. Dalam metode think pair share terdapat beberapa kekurangan. Anita Lie menyatakan bahwa, “kekurangan dari pendekatan ini adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah. Selain itu terbatasnya waktu yang tersedia dan banyaknya jumlah kelompok yang terbentuk di tiap kelas menyebabkan pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini tidak efektif untuk diterapkan”.29
4. Manfaat Metode Think Pair Share (TPS) Terdapat beberapa manfaat pada metode think pair share. Menurut Spencer Kagan dalam Lina Marlina, manfaat dari model cooperative learning teknik think pair share adalah:30 a. Siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan siswa mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan teknik think pair share. b. Banyak siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. c. Siswa mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban menjadi lebih baik. d. Guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan teknik think pair share dan dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa serta mengamati reaksi siswa.
27
Muslimin Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya : UNESA, 2012), h. 60. Miftahul Huda, Cooperative Learning, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 136-137. 29 Lie. loc. cit. 30 Lina Marlina, “Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Sistem Peredaran Darah, “Skripsi Strata Satu pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 14, tidak dipublikasikan 28
27
D. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan sebuah pintu untuk mengenal lebih jauh apa yang belum diketahui dan juga sebuah proses untuk berubah ke arah yang lebih baik. Belajar, tidaklah harus melalui buku-buku pelajaran, akan tetapi terdapat dalam kehidupan sehari-hari pula. Belajar tidak harus di kelas, belajar bisa didapat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Slameto, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.31 Sependapat dengan Slameto, Nana Sudjana mengungkapkan definisi belajar, “Belajar adalah suatu perubahan yang terus menerus dari prilaku yang timbul sebagai hasil dari persyaratan atau kondisi”.32 Belajar tidak cukup jika hanya mencakup pada satu aspek saja. Seperti yang diungkapkan oleh Wingo dalam Lukmanul Hakiim bahwa belajar memiliki 3 prinsip, yaitu a. Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respons yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu. b. Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. c. Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan dimiliki oleh setiap siswa.33
31
Slameto, Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),
h. 2 32
Nana Sudjana, Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1991), h. 26 33 Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV wacana Prima, 2009), h. 7375
28
Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Sedangkan belajar sebagaimana telah diuraikan di atas adalah proses perubahan tingkah laku. Sehingga hasil belajar dapat diartikan sebuah usaha untuk yang diadakan untuk merubah tingkah laku. Sering kali, hasil belajar disebut dengan prestasi belajar. Hasil belajar merupakan suatu bukti bahwa apa yang ingin dicapai pada saat belajar terwujudkan. Menurut Munawir dalam jurnalnya, “hasil belajar adalah prestasi yang dapat dihasilkan oleh anak dalam usaha belajarnya, : Prestasi tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, dimana melalui beberapa usaha”. 34 Menurut Gagne dalam Surya mengemukakan bahwa hasil pembelajaran ialah kecakapan manusiawi yang meliputi: a. Informasi verbal b. Keterampilan intelektual 1) Diskriminasi 2) Konsep konkrit 3) Konsep abstrak 4) Aturan, dan 5) Aturan yang lebih tinggi c. Strategi kognitif d. Sikap, dan e. Kecakapan motorik.35 Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hamalik dalam Jurnal kependidikan dan kebudayaan bahwa, “hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.36 Hasil belajar pada aspek pengetahuan akan terlihat pada proses akhir pembelajaran. Karena pada proses ini akan diketahui sejauh mana kemampuan siswa untuk mengingat apa yang telah mereka pelajari. Sedangkan pada aspek psikomotorik dan afektif akan terlihat pada keseharian siswa.
34
Munawir, “Beberapa Faktor Pendukung dalam Mengantar Keberhasilan Belajar”, Cendekia Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, Vol. 4 No. 2, 2006, h. 23 35 Surya, op. cit., h. 17. 36 Jurnal Pendiidkan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
29
Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dan Benyamin Bloom yang secara garis besar menjadi tiga bagian, yaitu :37 a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaknii pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, b. Ranah efektif berkenaan dengan sikap, c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa aspek pada hasil belajar mencakup 3 aspek. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan. Karena untuk menilai suatu keberhasilan belajar diperlukan ketiga-tiganya. Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya ranah kognitif saja, meliputi : 1) tipe hasil belajar pengetahuan hafalan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisis, 5) sintesis dan 6) evaluasi. Hasil belajar pada ranah kognitif adalah angka yang diperoleh siswa yang berhasil menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Prinsip pada hasil belajar memberikan harapan pada guru dan peserta didik. Harapan bagi guru agar menjadi motivator yang baik, sedangkan pada peserta didik dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dan efektif dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Dollar dan Miller dalam Syamsuddin, mengungkapkan bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi oleh empat hal:38 a. Adanya motivasi, siswa harus menghendaki sesuatu b. Adanya perhatian dan mengetahui sasaran, siswa memperhatikan sesuatu c. Adanya usaha, siswa melakukan sesuatu
37
harus
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989), h. 22-23 38 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, h. 164
30
d. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil, siswa harus memperoleh sesuatu. Selaku pengajar, sudah sepatutnya guru menjadi pendamping sekaligus motivator yang baik bagi peserta didik. Motivasi dibutuhkan karena dengan adanya motivasi, minat belajar siswa akan meningkat. Selain itu, guru harus mengetahui kondisi psikologis siswa agar apa yang dirasakan oleh siswa tidak berdampak pada pembelajaran serta hasilnya. Menurut Paul Suparno dalam Sardiman, hasil belajar dipengaruhi oleh, “pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, dan tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari”.39
E. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah disilin ilmu-ilmu sosial, akan tetapi tidak hanya mengajarkan disiplin ilmu-ilmu sosial melainkan mengajarkan pula konsep-konsep esensi ilmu sosial. IPS adalah perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi,
budaya
dan
sebagainya
yang
diperuntukkan
sebagai
pembelajaran pada tingkat persekolahan, ada juga yang menjelaskan bahwa IPS adalah Pembelajaran Ilmu Sosial (Social Studies) yang disederhanakan untuk pembelajaran pada tingkat persekolahan. 40 Dengan adanya Ilmu Pengetahuan sosial (IPS), diharapkan peserta didik dapat menjadi warga negara yang baik. Menurut Sapriya, dkk bahwasannya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan, “mata pelajaran yang berperan mengfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik ke dalam dunia
39 40
h.3.
Sardiman, Interaksi & Motivasi Beajar mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 38 Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006),
31
kehidupan nyata di masyarakat”. 41 Sependapat dengan teori sebelumnya, menurut Norma Mackenzie dalam Ischak, dkk mengemukakan bahwa, “ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat”.42 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Marsh dan Martorella dalam Solihatin dan Raharjo bahwa, “pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran Pendidikan IPS mahasiswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya”.43 Dari pemaparan definisi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan konsep pendidikan yang lebih fokus ke arah kehidupan sosial masyarakat. Karena pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia saling ketergantungan satu sama lainnya. Maka dari itu, IPS mengajarkan bagaimana berinteraksi yang baik dengan masyarakat dan mendorong kepekaan peserta didik dalam kehidupan sosial.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Mata pelajaran IPS di SMP /MTs memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:44 a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas
41
Ibid. Ischak, dkk., op. cit., h. 1.21. 43 Solihatin, Raharjo, op. cit., h. 14. 44 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 174-175 42
32
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. Sedangkan Kosasih Djahiri dalam Sapriya, dkk mengemukakan karakteristik IPS, yaitu:45 a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu). b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah.tema/topik. c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis. pembelajaran disusun dengan meningkatkan d. Program /menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksinya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya. e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya. f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusi ayang bersifat manusiawi. g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya. h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya. i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip karakteristik dan pendekatanpendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri. 45
Sapriya, op. cit., h.8.
33
Berdasarkan dari berbagai karakteristik di atas, IPS mempelajari seluk beluk kehidupan sosial di masyarakat. Maka dari itu, IPS tidak dapat berjauhan dengan masyarakat karena mata pelajaran ini mengkaitkan dengan kehidupan nyata di masyarakat. Selain itu, IPS membutuhkan keaktifan siswa agar mampu mengembangkan pikiran untuk dapat memahami hubungan mata pelajaran IPS dengan kehidupan di masyarakat.
F. Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan metode Think Pair Share (TPS) oleh Asmawati (2014) dengan judul, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa” (skripsi). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah. Peneliti menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memberikan pengaruh terhadap hasil belajar di kelas. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada perlakuan postes yaitu, 18,2 > 2,00 yang berarti adanya pengaruh metode Think Pair Share pada kelas eksperimen.46 2. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan metode Think Pair Share (TPS) oleh Wilda Mutiara (2012) dengan judul, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Prestatsi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri II Kecila, Kemranjen, Banyumas Tahun Ajaran 2011” (Thesis). Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Peneliti menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memberikan pengaruh terhadap hasil belajar di kelas. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada perlakuan postes yaitu, 5,297 > 46
Asmawati, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Prestatsi Belajar IPS Siswa, 2014, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
2,00 yang berarti adanya pengaruh metode Think Pair Share pada kelas eksperimen.47
G. Kerangka Berpikir Ketertarikan siswa pada mata pelajaran IPS masih tergolong rendah. Banyak dari peserta didik yang menganggap mata pelajaran IPS ini kurang menarik. Hal ini dapat disebabkan terkait materi yang sulit dipahami atau dapat pula metode pengajaran yang dipakai guru sangat monoton. Kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPS bukan hanya berpusat pada guru, akan tetapi peserta didik pun turut menjadi pusat dalam pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru dan siswa memiliki peran yang sangat penting. Guru berperan sebagai fasilitator sekaligus motivator yang memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan diri dalam proses belajar mengajar dan memberi penjelasan serta membimbing siswa dengan teknik yang sudah dipersiapkan. Sedangkan peranan siswa yaitu untuk mengamati dan menelaah apa yang disampaikan oeh guru. Bukan hanya itu, siswa juga harus turut aktif dalam mencari ide-ide dan informasi yang terkait dengan mata pelajaran, sehingga segala pengetahuan pada mata pelajaran tersebut tidak hanya berasal dari guru seorang melainkan peserta didikpun turut menjadi bagian dalam mencari ide dan informasi tersebut. Pada hakikatnya hasil belajar IPS di kelas IV SD Dharma Karya UT tergolong rendah karena masih banyak siswa yang tidak mencapai KKM pada mata pelajaran ini jika dilihat dari hasil ujian semester mereka. Terdapat kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran terutama pada harapan, sikap dan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan beberapa alasan, antara lain yaitu guru tidak mendukung pembelajaran dengan metode dan media yang baik, baik visual, audio maupun audio-visuai untuk menunjang dan meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran meskipun hanya 47
Wilda Mutiara, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kecila, Kemranjen, Banyumas Tahun Ajaran 2011” (Thesis). Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
35
dengan menggunakan metode yang sederhana. Dengan begitu, peserta didik pun akan termotivasi dalam pembelajaran sehingga mereka akan merasa senang untuk ikut pembelajaran. Motivasi ini akan memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa. Maka dari itu, dengan membandingkan kedua metode tersebut yaitu metode Think Pair Share (TPS) dan metode konvensional akan memberikan perbedaan pada hasil belajar peserta didik. Dengan pemaparan ini dapat disimpulkan bahwa akan ada perbedaan hasil belajar dengan yang menggunakan metode Think Pair Share (TPS) dan metode konvensional. Karena untuk membantu dan meningkatkan hasil belajar siswa diperlukannya model-model pembelajaran dengan teknik-tekniknya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS ini adalah model pembelajaran kooperatif. Model ini memiliki karakteristik khas yaitu dengan membentuk kelompok kecil yang heterogen dalam pembelajarannya. Dengan terbentuknya kelompok-kelompok kecil ini semua siswa dapat saling bantu dalam hal positif. Dengan ini, metode Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu metode yang akan menarik minat siswa dalam belajar. Karena pada metode ini siswa akan dipasang-pasangkan dan mereka akan mencari ide serta berbagi ide bersama pasangannya, sehingga akan tercipta suasana kerjasama. Peserta didik juga dapat mempertimbangkan jawaban secara bersama-sama. Pembelajaran dengan cara bekerjasama akan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan mereka pun akan berlomba-lomba untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Hasil belajar merupakan penentu keberhasilan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, bahwa jika dalam pembelajaran IPS dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share maka diduga akan adanya pengaruh hasil belajar IPS siswa. dengan demikian peneliti memilih melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar siswa.
36
H. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori hasil penelitian yang relevan di atas, maka dapat diajukan rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut: Pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SD Dharma Karya Universitas Terbuka. Ho
= Tidak terdapat Pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SD Dharma Karya Universitas Terbuka.
Ha
= Terdapat Pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SD Dharma Karya Universitas Terbuka.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2014/2015 pada tanggal 26 Februari 2015 – 17 Maret 2015. Penelitian ini dilaksanakan di SD Dharma Karya UT yang berlokasi di Pondok Cabe Udik Pamulang.
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan hasil belajar peserta didik SD Dharma Karya Universitas Terbuka kelas eksperimen dengan menggunakan metode Think Pair Share (TPS) dan kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional atau metode ceramah.
C. Populasi dan Sampel Menurut Ronald E. Walpole, populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita.1 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Babbie yang dikutip kembali oleh Sukardi, populasi tidak lain adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target hasil penelitian. 2 Berkaitan dengan penelitian ini, populasi yang peneliti pilih adalah: 1. Populasi Target Populasi dalam penelitian ini adalah populasi target. Yang menjadi populasi target adalah seluruh siswa
SD Dharma Karya Universitas
Terbuka. 2. Populasi Terjangkau
1
Ronald E. Walpole, Pengantar Statistika Edisi Ke-3, Terj. dari Introduction to Statistic oleh Bambang Sumantri, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 7 2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), h. 53
37
38
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Dharma Karya Universitas Terbuka. Sebagian dari jumlah yang dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel atau cuplikan.3 Sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur di mana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi.4 Sampel di ambil secara homogen dari populasi terjangkau sebanyak 2 kelas. Satu kelas dipilih secara homogen sebagai kelompok eksperimen dan secara homogen pula memilih kelas sebagai kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada kriteria tertentu. Sedangkan yang menjadi populasi terjangkau yaitu seluruh siswa kelas IV yang terdaftar di sekolah tersebut pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas, yaitu kelas IV-1 dan IV2 SD Dharma Karya tahun ajaran 2014/2015.
D. Metode dan Desain penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen atau metode eksperimen semu adalah penelitian yang mendekati percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan control memanipulasikan semua variabel yang relevan.5 Harus ada komrpomi dalam menentukan validitas internal dan eksternal sesuai dengan batasan-batasan
yang
ada.
Bentuk
metode
eksperimen
ini
merupakan
pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Sedangkan desain penelitian ini menggunakan Two Group, Pretest-Posttest Design. Desain penelitian ini terdiri atas dua kelompok yang keduanya ditentukan melalui Purposive Sampling.
Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen dan
kelompok kedua adalah kelompok kontrol. Siswa pada kelompok eksperimen
3
Ibid., h. 54. Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), h. 271 5 Ibid., h. 73 4
39
diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, sedangkan siswa pada kelompok kontrol diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Desain penelitian tersebut dinyatakan pada tabel di bawah ini: Tabel 3. 1. Desain Penelitian Kelompok
Pre-Test
Treatment
Post-Test
Konvensional
O1
XK
O2
TPS
O1
XE
O2
Keterangan: L
: Langkah-Langkah
K
: Kelompok
XK
:Kelas yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan metode konvensional
XE
:Kelas yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan metode Think Pair Share
O1
:Tes awal sebelum proses pembelajaran yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
O2
:Tes akhir setelah proses pembelajaran yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan instrumen berbentuk tes tertulis berupa pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Alasan menggunakan pilihan ganda sebagai instrumen yaitu, karena pada materi ini tidak membutuhkan kemampuan siswa untuk menginterpretasi dan membahas dengan kata-kata yang pajang, hal ini disebabkan materi ini lebih cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali dan sukar untuk mengukur proses mental
40
yang tinggi. Instrumen ini digunakan untuk mengukur perubahan penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada kelas eksperimen. Instrumen tersebut juga digunakan untuk mengukur perubahan penguasaan konsep Protista pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Tes yang digunakan untuk pretest dan posttest berbentuk pilihan ganda berjumlah 40 dengan 4 opsi jawaban. Masing-masing item diberi skor 1 apabila benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono bahwa, “instrumen valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel”.
6
Adapun kisi-kisi
instrumen dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 3.2 Tabel Kisi-Kisi Instrument Jenjang Kognitif Indikator C1 C2 C3 1. Menyebutkan 1, 3 29 macam-macam benda peninggalan sejarah 2. Menjelaskan pengertian macam- 4, 6, 9, 2, 7 macam benda 39 peninggalan sejarah 3. Mengidentifikasi benda peninggalan sejarah -
C4 -
-
5, 37
1. Mengidentifikasi bangunan peninggalan sejarah
34
-
-
10
2. Menjelaskan pengertian dari bangunan-bangunan peninggalan sejarah.
40
11, 13, 38
31
-
3. Menyebutkan lokasilokasi bangunan yang
12, 28, 35, 36
16, 33
-
-
6
Jumlah 11
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2008), h. 122.
41
merupakan peninggalan sejarah 1. Menyebutkan jenisjenis peninggalan sejarah berupa karya seni.
32
-
-
-
2. Menunjukkan dan menjelaskan caracara menghargai peninggalan
-
8, 14, 15, 30
26
-
1. Menjelaskan pengertian dari legenda, mitos, dongeng, sage, fabel
17, 18, 21
20
-
-
2. Membedakan kisahkisah di Indonesia berdasarkan jenisnya (mitos, legenda, dongeng, sage, fabel)
-
23, 27
-
-
3. Menjelaskan sejarah suatu tempat
-
24, 25
19, 22
-
JUMLAH
6
10
40
F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. 7 Data dalam penelitian ini diperoleh melalui instrument tes hasil belajar IPS bentuk objektif yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Namun sebelumnya instrument tersebut diuji cobakan kepada responden untuk menguji butir soal yang valid, reliabilitas instrument, indeks kesukaran dan daya pembeda
7
Nazir, op. cit., h. 174
42
soal. Berikut ini prosedur pengujian validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda soal.
G. Uji Instrumental 1. Uji Validitas Tes hasil belajar yang akan digunakan pada mata pelajaran IPS dalam penelitian ini dilakukan uji validitas agar ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. 8 Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi.sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler. 9 Pengujian validitas butir dalam penelitian ini menggunakan ANATES. Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rxy dibandingkan dengan rtabel. Harga rtabel diperoleh dengan menetukan derajat kebebasannya dengan rumus df = n – 2 pada taraf signifikan 5%, dengan ketentuan jika rxy sama atau lebih besar dengan rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas diperoleh 17 butir soal yang valid dari 40 soal yang diuji cobakan.
2. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama pula.10 Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik jika alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walau dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), dimanapun dan kapanpun. Adapun 8
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif (Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17), (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), h. 75 9 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007), h. 67 10 Siregar, op. cit., h. 87
43
rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas dengan menggunakan ANATES.
Table 3.3 Kriteria Reliabilitas Nilai Korelasi ≤ 0,20
Kriteria Tidak ada reliabilitas
0,21-0,40
Reliabilitas rendah
0,41-0,70
Reliabilitas sedang
0,71-0,90
Reliabilitas tinggi
0,91-1,00
Reliabilitas sangat tinggi
1,00
Reliabilitas sempurna
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes menggunakan ANATES, dengan rata-rata= 25,92 simpangan baku= 4,27 dan korelasi XY= 0,55 maka diperoleh bahwa untuk n= 96 reliabilitas dari 40 soal yang telah diuji cobakan tergolong memiliki reliabilitas tinggi yaitu 0,71 (lampiran).
3. Indeks Kesukaran Soal Tingkat kesukaram untuk setiap item soal menunjukkan apakah butir soal itu tergolong sukar, sedang atau mudah. jika soal yang dibuat terlalu mudah bagi siswa maka tidak merangsang siswa untuk meningkatkan tingkat berpikirnya dan jika sebaliknya maka siswa tidak mempunyai semangat untuk menyelesaikan soal tersebut. adapun rumus untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan ANATES. Adapun tingkat kesukaran soal dapat dibagi dalam tingkat kelompok yaitu mudah, sedang, dan sukar. Ketentuannya sebagai berikut:
44
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran11 Nilai P
Tingkat Kesukaran
0,00-0,30
Sukar
0,31-0,70
Sedang
0,71-1,00
Mudah
Berdasarkan hasil dari perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrumen penelitian, diperoleh 2 butir soal dengan tingkat “sangat sukar” terdapat pada nomor 20 dan 40. Soal dengan tingkat “sukar” terdapat 2 butir soal pada nomor 23 dan 17. Soal dengan tingkat “sedang” terdapat 18 butir soal pada nomor 4, 5, 8, 11, 12 14, 15, 16, 19, 21, 22, 24, 25, 28, 30, 31, 32, dan 37. Soal dengan tingkat “mudah” terdapat 8 butir soal pada nomor 6, 9, 18, 27, 33, 35, 38, dan 39. Dan 10 butir soal dengan tingkat “sangat mudah” terdapat pada nomor 1, 2, 3, 7, 10, 13, 26, 29, 34, dan 36.
Tabel 3. 5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Kategori
Nomor Soal
Jumlah
Sangat Sukar
20, 40
2
Sukar
23, 17
2
4, 5, 8, 11, 12, 14, 15, 16, 19, 21,
18
Sedang
22, 24, 25, 28, 30, 31, 32, 37 Mudah Sangat Mudah
6, 9, 18, 27, 33, 35, 38, 39
8
1, 2, 3, 7, 10, 13, 26, 29, 34, 36
10
Jumlah
11
Arikunto, op. cit., h. 225.
40
45
4. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang menjawab salah (berkemampuan rendah), untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah dengan ANATES. Adapun klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:
Tabel 3.6 Klasifikasi daya Pembeda12 Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda
0,00-0,20
Jelek
0,21-0,40
Cukup
0,41-0,70
Baik
0,71-1,00
Baik sekali
Berdasarkan
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan
software
ANATES diperoleh bahwa daya pembeda masing-masing butir soal terendah sebesar 0,00 termasuk dalam kategori jelek dan tertinggi sebesar 61,54 termasuk dalam kategori baik.
H. Teknik Analisis Data Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik dan membandingkan hasil belajar IPS kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan statistik meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.
12
Ibid., h. 232.
46
1. Pengolahan Data Kognitif a. Uji Prasyarat Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1) Menghitung skor mentah dari setiap jawaban dari hasil tes awal dan akhir. 2) Menentukan distribusi frekuensi dari masing-masing data pretest dan posttest masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Distribusi frekuensi merupakan suatu kedaan yang menggambarkan bagaimana frekuensi dari gejala atau variabel yang dilambangkan dengan angka itu telah tersalur, terbagi, atau terpencar.
13
Untuk menentukan distribusi frekuensi maka
ditempuh langka-langka sebagai berikut: a) Mengurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi b) Menentukan Total Range (Range) dengan rumus sebagai berikut:14 J = Xmax - Xmin Keterangan: J
= Daerah Jaungkauan
Xmax
= Nilai terbesar dari serangkaian data
Xmin
= Nilai terkecil dari serangkaian data
c) Menetukan panjang interval kelas, dengan rumus sebagai berikut:15 i= d) Membuat tabel distribusi frekuensi e) Menentukan mean atau rata-rata hitung, dengan rumus sebagai berikut:16 13
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 37 14 15
Siregar, op. cit., h. 139 Nazir, op. cit., h. 380
47
̅= Keterangan: ̅ = Mean Xi
= pengamatan ke-I
n
= jumlah sampel
f) Menentukan modus atau data terbanyak, yaitu dengan cara mencari nilai yang paling sering muncul diantara sebaran data. g) Menentukan median atau nilai rata-rata pertengahan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:17 Me = ½ (n + 1) Keterangan: Me
= Median
N
= jumlah data
h) Menentukan normal gain. Gain adalah selisih antara nilai pretest
dan
posttest,
gain
menunjukan
peningkatan
pemahaman atau konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Sedangkan normal gain dicari dengan menggunakan rumus: g= Keterangan: g
: normal gain
posttest score
: skor posttest
pretest score
: skor pretest
mps
: maximum possible score; skor ideal = 100
b. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data pada dua kelompok sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam 16 17
Ibid., h. 383 Siregar, op. cit., 138
48
penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji KolmogorovSmirnov, langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:18 1) Merumuskan hipotesis H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal 2) Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar 3) Menentukan kumulatif proporsi (kp) 4) Data ditransformasi ke skor baku: zi =
̅
5) Menentukan luas kruva zi (z-tabel) 6) Menentukan a1 dan a2 a1: selisih Z-tabel dan kp pada batas atas (a2 = Absolut (kp-Ztab)) a2: selisih Ztabel dan kp pada batas bawah (a1 = Absolut (a2-fi/n)) 7) Nilai mutlak maksimum dari a1 dan a2 dinotasikan dengan Do 8) Menentukan harga D-tabel 9) Kriteria pengujian Jika Do ≤ D-tabel maka H0 diterima Jika Do > d-tabel maka H0 ditolak 10) Kesimpulan Do ≤ D-tabel: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Do > D-tabel: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
c. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari niai kedua kelompok. Untuk menguji homogenitas digunakan uji F (Fisher). Untuk memperoleh Fhitung digunakan rumus:19
18
Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Rosemata Sampurna, 2010), h. 109-110 19 Ibid., h. 118
49
F=
=
db1 = (n1-1) dan db2 = (n2 – 1) Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H0
: σ12 = σ22
H
:σ1
2
≠ σ22
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Jika Fhitung
d. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan statistic uji “t”. Statistik uji t dapat dihiung dengan langkah-langkah sebagai berikut:20
t=
√
Keterangan : t
= t hitung
X1
= rata-rata hitung X hasil belajar IPS kelas eksperimen
X2
= rata-rata hitung X hasil belajar IPS kelas kontrol
Sgab
= stndar deviasi gabungan
nX1
= jumlah siswa kelas ekperimen
nX2
= jumlah siswa kelas kontrol
Dengan Interpretasi :
20
Kadir, op. cit., h. 195
50
DK = n + n-2, untuk hasil dikonfirmasikan pada tabel “t” dengan taraf signifikan 5%. Bila thitung ≤ ttabel maka Ho diterima artinya tidak terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Jika thitung ≥ ttabel maka Ha diterima artinya terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
I. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistic adalah sebagai berikut: H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1>µ2 Keterangan : H0 = rata-rata hasil belajar siswa pada materi konsep peninggalan sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih rendah atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah. H1 = rata-rata hasil belajar siswa pada materi konsep peninggalan sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. µ1 = rata-rata hasil belajar IPS siswa pada materi konsep peninggaan sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). µ2 = rata-rata hasil belajar IPS siswa pada materi konsep peninggaan sejarah yang diajarkan dengan menggunakan konvensional.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian dan pembahasannya. Jenis data yang disajikan bersifat kuantitatif atau berdasarkan pengukuran skor hasil pretest dan posttest siswa. Sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan metode konvensional, kedua kelompok tersebut diberikan soal pretest. Hal ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan awal peserta didik mengenai konsep yang akan di ajarkan yaitu menghargai peninggalan sejarah. Setelah masing-masing kelompok diberikan soal pretest model pembelajaran kooperatif dengan metode think pair share dan metode konvensional, kedua metode pembelajaran yang telah dipilih tersebut akan diterapkan di kelompok tersebut. Metode think pair share untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol. Pada tahap akhir dalam penelitian ini adalah dengan memberikan posttest, yaitu yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar peserta didik. Pembahasan yang disajikan pada bab ini meliputi gambaran umum data yang telah diperoleh dari hasil pretest dan posttest tersebut. Gambaran umum data-data ini meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata, median, modus, standar deviasi dan varian serta kenormalitasan dan homogenitas data tersebut dan perbandingannya dengan sebelum diberi perlakuan.
A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di SD Dharma Karya Universitas Terbuka yang berada di Pondok Cabe. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari infromasi terdahulu mengenai instrument yang telah dibuat untuk menyesuaikan apakah instrument tersebut sesuai atau valid dengan apa yang dipelajari di kelas yang akan di teliti. Penelitian ini dilakukan di kelas IV dengan jumlah 4 kelas yang dipilih dengan cara membandingkan nilai rata-rata ulangan tiap kelas sehingga terpilihlah dua kelas dengan nilai rata-rata yang homogen. Dari
51
52
penarikan sampel tersebut, terdapat kelas dengan nilai yang homogen, yaitu kelas IV-1 sebagai kelas kontrol dan IV-2 sebagai kelas eksperimen. Sampel yang digunakan sebanyak 56 siswa, 28 siswa berasal dari kelas eksperimen dan 28 siswa di kelas kontrol. Pada kelas IV-1 dijadikan kelas kontrol dengan diberi perlakuan metode konvensional dan pada kelas IV-2 dijadikan kelas eksperimen dengan diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Pokok bahasan yang akan diajarkan adalah mengenai peninggalan sejarah dengan 10 kali pertemuan yaitu 4 kali pertemuan di kelas ekperimen dengan 1 kali pertemuan untuk posttest. Dan 4 kali pertemuan di kelas kontrol dengan 1 kali pertemuan untuk posttest. Pada tanggal 26 Februari dilaksanakannya uji coba instrumen terhadap kelas atas sebanyak 3 kelas. Instrumen yang akan diuji cobakan ada sebanyak 40 soal dengan pilihan ganda. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan ANATES, diketahui dari 40 soal tersebut hanya 17 soal saja yang dapat digunakan. Selesainya melaksanakan uji coba instrumen, penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 3 Maret pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Jadwal mata Pelajaran IPS pada kelas eskperimen yaitu pada hari Selasa sebanyak 2 kali pertemuan pada akhir jam pelajaran dan 1 kali pertemuan di hari Kamis. Masing-masing pertemuan untuk 1 kali pertemuan ialah 35 menit. Sedangkan pada kelas kontrol mata pelajaran IPS terdapat pada hari Rabu dengan 2 kali pertemuan pada jam akhir pelajaran dan Jumat 1 kali pertemuan di awal jam pelajaran. Pada kelas eksperimen, ruangan yang dimiliki cukup luas dengan penidingin ruangan dan proyektor yang selalu disediakan. Tidak berbeda jauh dengan kelas ekperimen, kelas kontrol pun memiliki pendingin ruangan dan proyektor akan tetapi pada ruangan kelas kontrol tidak sebesar kelas eksperimen, sehingga kelas kontrol terlihat cukup padat. Pada tanggal 3 Maret mulai dilaksanakannya penelitian pertama di kelas eksperimen yaitu dengan memberikan soal pretest dilanjutkan dengan mengajarkan materi yang telah dipersiapkan. Kondisi lingkungan belajar pada saat pertama kali pertemuan sangat tidak kondusif, karena peneliti langsung
53
memberikan soal pretest sehingga banyak yang dari mereka mengeluh dan pada jam pelajaran IPS ini merupakan jam pelajaran terakhir sehingga banyak dari mereka yang ingin cepat pulang. Akan tetapi disaat pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan menerapkan metode think pair share suasana kelas sudah mulai dapat terkendali, hal tersebut dikarenakan pada metode think pair share para peserta didik sibuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru. Meskipun peserta didik sibuk dengan diskusi tidak banyak pula dari mereka yang membicarakan hal di luar materi, hal ini terkait diskusi yang digunakan adalah diskusi berpasangan sehingga diskusi yang dilaksanakan sedikit menyimpang. Waktu yang diberikan untuk berdiskusi adalah sebanyak 7 menit. Pada tahap akhir pelaksanaan metode think pair share yaitu presentasi. Pada tahap ini banyak dari pasangan yang enggan untuk mengungkapkan hasil jawaban mereka. Maka penelitipun menunjuk salah satu pasangan untuk mempresentasikan jawaban mereka dan meminta pasangan tersebut untuk menunjuk kembali pasangan lain yang mereka inginkan untuk presentasi. Waktu yang diberikan untuk mempresentasikan jawaban adalah sebanyak 3 menit untuk tiap-tiap pasangan. Waktu yang diberikan cukup sedikit, hal ini mengingat akan banyaknya kelompok yang terbentuk. Untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya kondisi kelas tidak berubah, dan kondisi peserta didik jauh lebih baik. Peserta didik sudah mulai mengurangi kebiasaan mengobrol di luar materi pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan metode think pair share. Di setiap pertemuan peneliti selalu menggunakan media berupa power point agar peserta didik dapat lebih memahami dengan materi yang diajarkan dan untuk menarik minat peserta didik akan materi yang diajarkan. Sedangkan pada kelas kontrol, pertemuan pertama pada tanggal 4 Maret. Pertemuan pertama ini tidak berbeda jauh dengan kelas ekperimen. Pertemuan pertama ini peneliti memberikan soal pretest dan banyak dari mereka yang mengeluhkan akan tugas mengerjakan soal secara tiba-tiba ini. Peneliti memaklumi hal tersebut, terutama pada pertemuan pertama ini jam mata pelajaran IPS berada pada akhir pelajaran, yang mana sebagian besar dari peserta didik ingin cepat sampai rumah. Selesainya mereka mengerjakan soal pretest peneliti
54
mengajarkan dengan metode konvensional. Akan tetapi meskipun peserta didik diajarkan dengan menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, dan tanya jawab, peserta didik tetap tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan media yang sama dengan kelas eksperimen, sehingga peserta didik ada rasa penasaran dengan apa yang ditampilkan. Pada kelas kontrol kesulitan yang dihadapi yaitu beberapa peserta didik tidak memperhatikan apa yang dijelaskan, sehingga disaat diberikan pertanyaan secara verbal beberapa dari mereka tidak dapat menjawab. Peneliti memahami hal tersebut, maka dari itu jika peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan peneliti, peneliti akan meminta peserta didik yang lain untuk menjawab dan jika jawaban telah didapati, peneliti meminta peserta didik yang tidak dapat menjawab untuk mengulangi jawaban peserta didik yang dapat menjawab. Kondisi kelas pada kelas kontrol cukup ramai, terutama pada peserta didik laki-laki. Mereka memiliki banyak pertanyaan akan tetapi pertanyaan yang bukan terkait materi. Lalu diakhir pertemuan pada kelas eksperimen dan kontrol, peneliti memberikan soal posttest untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa akan materi yang telah diajarkan melalui metode think pair share dan metode konvensional.
1. Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. a.
Data Pretest Kelompok Eksperimen Sebelum kedua kelompok diberikan perlakuan dengan metode yang
disiapkan, maka terlebih dahulu kedua kelompok tersebut diberikan soal pretest. Di bawah ini adalah nilai hasil pretest yang diperoleh oleh kelompok think pair share dengan kelompok konvensional dan data hasil pretest yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik histogram. Terlebih dahulu disajikan nilai hasil pretest yang didapati dari kelompok eksperimen sebagai berikut:
55
Tabel 4.1 Data Nilai Hasil Pretest Kelompok Eskperimen Reponden Nilai Pretest Responden Nilai Pretest E1 35 E15 59 E2 35 E16 59 E3 41 E17 59 E4 41 E18 59 E5 41 E19 59 E6 47 E20 59 E7 47 E21 59 E8 47 E22 65 E9 47 E23 65 E10 53 E24 65 E11 53 E25 65 E12 53 E26 71 E13 53 E27 71 E14 53 E28 76 N =28 1537 Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa skor tertinggi adalah 76 dengan 1 siswa., sedangkan untuk skor terrendah adalah 35 diperoleh oleh 2 responden. Di bawah ini adalah tabel distribusi frekuensi data pretest kelompok eksperimen. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen Interval Kelas
Absolut
35-41
5
42-48
4
14,29
9
32,14
49-55
5
17,86
14
50
56-62
7
25
21
75
63-69
4
14,29
25
89,29
70-76
3
10,71
28
100
28
100
Jumlah
Frekuensi Persentase Kumulatif (%) ≤ 17,86 5
Persentase (%) 17,86
Berdasarkan tabel di atas, bahwa frekuensi tertinggi terdapat pada interval 56-62 yaitu sebanyak 7 siswa dengan persentase 25%. Sedangkan frekuensi terendah pada tabel di atas diperoleh interval kelas
56
76-80 sebanyak 3 siswa dengan persentase 10,71%. Pada interval kelas 35-41 dan 49-55 frekuensi merata yaitu sebanyak 5 siswa dengan persentase 17,86%. 10 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 35-41
42-48
49-55
56-62
63-69
70-76
Nilai Pretest Kelompok Eksperimen
Gambar 4.1 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata ( X ) yaitu 54,89 pada interval 49-55. Siswa yang berada di atas rata-rata sekitar 19 siswa dengan persentase 67,86%. Siswa yang berada di bawah rata-rata sekitar 9 orang dengan persentase 32,14%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai median yaitu 56,89 yang berada pada interval kelas 56-62, nilai modus yaitu 59,00 dan nilai tersebut berada pada interval kelas 56-62. Sampel untuk kelas eksperimen terdiri dari 28 siswa. Nilai tertinggi yaitu 76 sedangkan nilai terendah yaitu 35. Nilai varian yang diperoleh kelompok eksperimen adalah 115,877 dengan simpangan baku 10,765. Data-data tersebut dapat dilihat di tabel di bawah ini.
57
Tabel 4.3 Sebaran Data Pretest Kelompok Eksperimen No
Pemusatan dan Penyebaran
Pretest Eksperimen
1
Nilai terendah
35
2
Nilai tertinggi
76
3
Mean
54,89
4
Median
56,00
5
Modus
59
6
Standar Deviasi
10,765
7
Varians
115,877
8
Jumlah siswa
28
b. Data Pretest Kelompok Kontrol Data hasil pretest kelompok kontrol diperoleh dengan nilai terendah 35 dan tertinggi 76 dari 28 siswa. Mengenai nilai terendah dan tertinggi ini, tidak tidak berbeda dengan kelompok eksperimen. Sama seperti kelompok sebelumnya, data hasil pretest kelompok ontrol ini juga akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik histogram.. Terlebih dahulu disajikan nilai hasil pretest yang didapati dari keompok kontrol sebagai berikut:
Reponden K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12
Tabel 4.4 Data Nilai Pretest Kelompok Kontrol Nilai Pretest Responden Nilai Pretest 35 K15 59 41 K16 59 41 K17 59 41 K18 59 41 K19 59 47 K20 59 47 K21 65 47 K22 65 47 K23 65 47 K24 71 53 K25 71 53 K26 71
58
K13 K14
53 K27 76 53 K28 76 N =28 1560 Berdasarkan tabel 4.3 didapati bahwa nilai tertinggi pada kelompok kontrol adalah 76 sebanyak 2 siswa, sedangkan nilai terendah yaitu 35 didapati oleh 1 siswa. berikut datanya yang disajikan dalam bentuk tabel: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol Interval Kelas
Absolut
35-41
5
42-48
5
17,86
10
35,71
49-55
4
14,29
14
50
56-62
6
21,43
20
71,43
63-69
3
10,71
23
82,14
70-76
5
17,86
28
100
28
100
Jumlah
Frekuensi Persentase Kumulatif (%) ≤ 17,86 5
Persentase (%) 17,86
Berdasarkan tabel 4.5, bahwa frekuensi tertinggi pada kelompok kontrol terdapat pada interval 56-62 yaitu sebanyak 6 siswa dengan persentase 21,43%. Sedangkan frekuensi terendah pada tabel di atas diperoleh interval kelas 63-69 sebanyak 3 siswa dengan persentase 10,71%. Pada interval kelas 35-41, 42-48, dan 70-76 frekuensi merata yaitu sebanyak 5 siswa dengan persentase 17,86%. Berikut tabel di atas disajikan dalam bentuk diagram batang:
59
10 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 35-41
42-48
49-55
56-62
63-69
70-76
Nilai Pretest Kelompok Kontrol
Gambar 4.2 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata ( X ) yaitu 55,50 pada interval 49-55. Siswa yang berada di atas rata-rata sekitar 18 siswa dengan persentase 64,29%. Siswa yang berada di bawah rata-rata sekitar 10 orang dengan persentase 35,71%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai median yaitu 53,00 yang berada pada interval kelas 49-55, nilai modus yaitu 59,00 dan nilai tersebut berada pada interval kelas 56-62. Sampel untuk kelompok kontrol terdiri dari 28 siswa. Nilai tertinggi yaitu 76 sedangkan nilai terendah yaitu 35. Nilai varian yang diperoleh kelompok kontrol adalah 131,370 dengan simpangan baku 11,462. Data-data tersebut dapat dilihat di tabel di bawah ini.
60
Tabel 4.6 Sebaran Data Pretest Kelompok Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 c.
Pemusatan dan Penyebaran Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata Median Modus Standar Deviasi Varians Jumlah Siswa
Pretest Kontrol 35 76 55,71 56,00 59 11,469 131,545 28
Perbandingan Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Untuk melihat perbandingan data pretest dari kedua kelompok
tersebut, dapat dilihat pada diagram garis di bawah ini : Eksperimen
Kontrol
Mean
Modus
140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Low Value
High Value
Median
Standar Deviasi
Varians
Gambar 4.3 Grafik Histogram Perbandingan Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
61
Berdasarkan perbandingan data hasil pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, bahwasannya hasil pretest kelas kontrol sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Meskipun dengan modus dan median yang sama dengan kelas eksperimen Akan tetapi pada kelas kontrol mean, standar deviasi, dan varian lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen.
2. Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol a. Data Posttest Kelompok Eksperimen Di bawah ini merupakan gambaran umum data posttest kelompok eksperimen yang diberi perlakuan metode think pair share dan kelompok kontrol dengan perlakuan metode konvensional. Tabel 4.7 Data Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Responden
Nilai Posttest
Responden
Nilai Posttest
E1
53
E15
76
E2
53
E16
76
E3
53
E17
76
E4
53
E18
76
E5
59
E19
82
E6
59
E20
82
E7
59
E21
82
E8
65
E22
82
E9
65
E23
82
E10
65
E24
88
E11
71
E25
88
E12
71
E26
94
E13
71
E27
94
E14
71
E28
94
N= 28
2040
62
Berdasarkan table di atas, pada kelas eksperimen dengan perlakuan metode think pair share (TPS) didapati bahwa nilai terendah adalah 53 dengan jumlah frekuensi 4 siswa. Sedangkan, untuk nilai tertinggi didapati dengan skor 94 dengan jumlah 3 siswa. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen Interval Kelas
Frekuensi Absolut
Persentase
Kumulatif
Persentase
(%)
≤
(%)
53-59
7
25
7
25
60-66
3
10,71
10
35,71
67-73
4
14,29
14
50,00
74-80
4
14,29
18
64,29
81-87
5
17,86
23
82,14
88-94
5
17,86
28
100
Jumlah
28
100
Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh bahwa frekuensi tertinggi pada posttest kelompok eksperimen terdapat pada interval 53-59 yaitu sebanyak 7 siswa dengan persentase 25%. Sedangkan frekuensi terendah pada tabel di atas diperoleh interval kelas 60-66 sebanyak 3 siswa dengan persentase 10,71%. Pada interval kelas 67-73, dan 74-80 frekuensi merata sebanyak 4 siswa dengan persentase 14,29%, sedangkan pada interval kelas 81-87, dan 88-94 frekuensi merata yaitu sebanyak 5 siswa dengan persentase 17,86%. Berikut tabel di atas disajikan dalam bentuk diagram batang :
63
8 7
Frekuensi
6 5 4 3 2 1 0 53-59
60-66
67-73
74-80
81-87
88-94
Nilai Posttest Kelompok Eksperimen
Gambar 4.4 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata ( X ) posttest kelompok eksperimen yaitu 72,86 pada interval 67-73. Siswa yang berada di atas rata-rata sekitar 18 siswa dengan persentase 64,29%. Siswa yang berada di bawah rata-rata sekitar 10 orang dengan persentase 35,71%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai median yaitu 73,50 yang berada pada interval kelas 67-73, nilai modus yaitu 82 dan nilai tersebut berada pada interval kelas 81-87. Sampel untuk kelompok eksperimen terdiri dari 28 siswa. Nilai tertinggi yaitu 94 sedangkan nilai terendah yaitu 53. Nilai varian yang diperoleh kelompok eksperimen adalah 170,720 dengan simpangan baku 13,066. Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
64
Tabel 4.9 Sebaran Data Posttest Kelompok Eksperimen No
Pemusatan dan Penyebaran
Posttest Eksperimen
1
Nilai terendah
53
2
Nilai tertinggi
94
3
Rata-rata
72,86
4
Median
73,50
5
Modus
82
6
Standar Deviasi
13,066
7
Varians
170,720
8
Jumlah Siswa
28
b. Data Posttest Kelompok Kontrol Di bawah ini merupakan nilai posttest kelompok kontrol yang akan disajikan dalam bentuk tabel serta penyajian dalam bentuk diagram batang untuk distribusi frekuensinya, Tabel 4.10 Data Nilai Posttest Kelompok Kontrol Responden K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 N= 28
Nilai Posttest 47 47 47 53 53 59 59 59 65 65 65 65 65 71
Responden K15 K16 K17 K18 K19 K20 K21 K22 K23 K24 K25 K26 K27 K28
Nilai Posttest 71 71 71 76 76 76 76 76 76 82 82 82 88 88 1911
65
Berdasarkan tabel di atas, pada kelompok kontrol dengan diberi perlakuan metode konvensional didapati bahwa nilai terendah adalah 47 yang didapati oleh 3 siswa. Sedangkan, untuk nilai tertinggi didapati skor 88 dengan jumlah 2 siswa. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol Interval Kelas
Frekuensi Absolut
Persentase
Kumulatif
Persentase
(%)
≤
(%)
47-53
5
17,86
5
17,86
54-60
3
10,71
8
28,57
61-67
5
17,86
13
46,43
68-74
4
14,29
17
60,71
75-81
6
21,43
23
82,14
82-88
5
17,86
28
100
Jumlah
28
100
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh bahwa frekuensi tertinggi pada posttest kelompok kontrol terdapat pada interval 75-81 yaitu sebanyak 6 siswa dengan persentase 21,43%. Sedangkan frekuensi terendah pada tabel di atas diperoleh interval kelas 54-60 sebanyak 3 siswa dengan persentase 10,71%. Pada interval kelas 41-53, 61-67, dan 82-88 frekuensi merata sebanyak 5 siswa dengan persentase 17,86%, sedangkan pada interval kelas 68-74, berfrekuensi sebanyak 4 siswa dengan persentase 14,29%. Berikut tabel di atas disajikan dalam bentuk diagram batang :
66
7 6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0 41-53
54-60
61-67
68-74
75-81
82-88
Nilai Posttest Kelompok Kontrol
Gambar 4.5 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata ( X ) posttest kelompok kontrol yaitu 68,25 pada interval 68-74. Siswa yang berada di atas rata-rata sekitar 15 siswa dengan persentase 53,57%. Siswa yang berada di bawah rata-rata sekitar 13 orang dengan persentase 46,43%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai median yaitu 71,00 yang berada pada interval kelas 68-74, nilai modus yaitu 76 dan nilai tersebut berada pada interval kelas 75-81. Sampel untuk kelompok kontrol terdiri dari 28 siswa. Nilai tertinggi yaitu 88 sedangkan nilai terendah yaitu 47. Nilai varian yang diperoleh kelompok kontrol adalah 143,231 dengan simpangan baku 11,968. Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
67
Tabel 4.12 Sebaran Data Posttest Kelompok Kontrol No
c.
Pemusatan dan Penyebaran
Pretest Kontrol
1
Nilai terendah
47
2
Nilai tertinggi
88
3
Rata-rata
68,25
4
Median
71,00
5
Modus
76
6
Standar Deviasi
11,968
7
Varians
143,231
8
Jumlah Siswa
28
Perbandingan Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan perbandingan data hasil posttest pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol, bahwasannya hasil posttest kelas eksperiment lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada mean, median, modus, standar deviasi, dan varian yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Banyak Sampel
28
28
Nilai Terendah
53
47
Nilai Tertinggi
94
88
Mean
72,86
68,25
Median
73,50
71
Modus
82
76
Varians
170,720
143,231
Simpangan Baku
13,066
11,968
68
Berikut perbandingan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang akan disajikan dalam bentuk diagram garis: Eksperimen
Kontrol
180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Gambar 4.6 Grafik Histogram Perbandingan Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Dengan demikian, dapat diartikan bahwa hasil posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol
B. Analisis Data 1. Uji Normalitas Pretest dan Posttest Sebelum melakukan pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data yaitu uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistrubusi normal bila kriteria Do (Dhitung) < Dt (Dtabel). Dengan taraf signifikan α = (0,05) dan tingkat kepercayaan tertentu.
Untuk
mengetahui
hal
tersebut
dapat
dilihat
dengan
membandingkan Dhitung dengan Dtabel. Uji normalitas yang digunakan untuk mengolah data ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.
69
Dari uji yang telah digunakan, dapat diketahui bahwasannya hasil pretest kelas eksperimen berdistribusi normal dengan Dhitung < Dtabel. Do (Dhitung) pada hasil pretest kelas ekperimen adalah Dhitung 0,101 sedangkan Dtabel 0,254. Dengan demikian dapat diartikan bahwa hasil pretest kelas eksperimen berdistribusi normal karena Dtabel lebih besar dari Do (Dhitung) yang artinya Ho diterima. Sedangkan untuk uji normalitas pada posttest kelas ekperimen Dhitung yang diperoleh adalah 0,106 sedangkan Dtabel adalah 0,254 dengan taraf signifikan α = (0,05). Hal ini membuktikan bahwa data hasil posttest kelas eksperimen berdistribusi normal. Data lengkap uji normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 18 dan 19. Untuk melihat Dtabel dapat dilihat pada tabel kritis KolmogorovSmirnov pada lampiran 24. Di bawah ini merupakan tabel hasil uji normalitas pretest kelompok eksperimen. Tabel 4.14 Hasil Hitung Uji Normallitas Kelas Eksperimen α 0,05
Do (Dhitung) Pretest
Posttest
0,101
0,106
Dtabel
Kesimpulan
0,250
Ho diterima
Pada hasil pretest kelas kontrol diperoleh Do (Dhtiung) sebesar 0,129 dengan taraf signifikan α = (0,05) dan Dtabel adalah 0,254. Sedangkan pada hasil posttest kelas kontrol diperoleh Dhitung sebesar 0,08 sedangkan Dtabel 0,254. Hal ini membuktikan bahwa hasil pretest dan posttest kelas kontrol berdistribusi normal, karena Dhitung < dari Dtabel yang dapat diartikan bahwa Ho diterima. Tabel 4.15 Hasil Hitung Uji Normalitas Kelas Kontrol α 0,05
Do (Dhitung) Pretest
Posttest
0,134
0,079
Dtabel
Kesimpulan
0,250
Ho diterima
70
2.
Uji Homogenitas a.
Uji Homogenitas Data Pretest Uji homogenitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
objek yang diteliti mempunyai varian yang sama. Uji yang dignakan untuk
uji
homogenitas
ini
adalah
uji
Fisher,
yaitu
dengan
membandingkan varian terbesar dengan varian terkecil. Kriteria pada Uji F ini adalah Ho diterima jika Fhitung ≤ Ftabel atau Ho ditolak jika Fhitung ≥ Ftabel. Dengan diterimanya Ho berarti data pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang homogen, jika Ho ditolak berarti data berasal dari populasi yang tidak homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas data pretest diperoleh Fhitung sebesar 1,135 sedangkan Ftabel 1,88 dengan taraf signifikan α = 0,05 sehingga Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Maka dapat diartikan kedua data ini berdistribusi homogen. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di tabel di bawah ini: Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelas
Jumlah
Varians
Sampel
(S2)
Eksperimen
28
115,877
Kontrol
28
131,545
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
(α = 0,05) 1,135
1,88
Ho diterima
b. Uji Homogenitas Data Posttest Hasil perhitungan uji homogenitas data posttest berdasarkan dari kedua kelompok yaitu eksperimen dan kontrol diperoleh Fhitung sebesar 1,191 sedangkan Ftabel sebesar 1,880. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data posttest berasal dari populasi yang homogen, karena Fhitung (1,191) < Ftabel (1,88), maka hipotesis nol (Ho) diterima. Berikut datanya akan disajikan pada tabel di bawah ini:
71
Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Posttestt Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelas
Jumlah
Varians
Sampel
(S2)
Eksperimen
28
170,720
Kontrol
28
143,231
3.
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
(α = 0,05) 1,191
1,880
Ho diterima
Uji Hipotesis Statistik Setelah melakukan uji persyaratan analisis normalitas dan homogenitas
dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pada hasil belajar siswa dengan yang diajarkan dengan metode think pair share. Kriteria uji hipotesis data adalah Ho diterima jika thitung < ttabel atau Ho ditolak jika thitung > ttabel. Dengan ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian menunjukkan ada perbedaan antara pembelajaran menggunakan think pair share dan metode konvensional secara signifikan. Akan tetapi dengan diterimanya Ho berati tidak ada perbedaan antara think pair share dengan metode konvensional. Ho = μ1= μ2 Ha= μ1 ≠μ2 Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H0 = μ1= μ2 H1= μ1 ≠μ2 Keterangan: H0 = rata-rata hasil belajar IPS siswa pada materi konsep peninggalan sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih rendah atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah.
72
Ha: rata-rata hasil belajar IPS siswa pada materi konsep peninggalan sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. μ1 = rata- rata hasil belajar IPS siswa pada materi konsep peninggalan sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). μ2 = rata- rata hasil belajar IPS siswa pada materi konsep peninggalan sejarah yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Dengan kriteria pengujian: Jika harga thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika harga thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t, untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
a.
Uji Hipotesis Posttest Dari hasil perhitungan data, diperoleh thitung sebesar 1,373. Jika
dikonsultasikan dengan ttabel dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan (dk)=(28 + 28)-2=54 maka diperoleh ttabel adalah 1,674. Dengan demikian thitung > ttabel atau 1,384>1,674, dan ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa antara kelas ekksperimen dan kelas kontrol. Berikut datanya dalam bentuk tabel: Tabel 4.18 Uji Hipotesis Hasil Posttest Statistik Rata-rata Varians Sgab thitung ttabel Kesimpulan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 72,86 68,25 170,720 143,231 12,529 1, 384 1,674 Ho diterima
73
Dari hasil perhitungan tersebut dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak sehingga Ha diterima. Dan ini berarti tidak terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah. Jika dilihat dari perhitungan uji normal gain, maka hasil yang diperoleh untuk kelas yang menggunakan metode think pair share adalah 0,434 dengan kategorisasi sedang, sedangkan untuk kelas yang menggunakan metode konvensional nilai yang diperoleh adalah 0,304 dengan kategorisasi rendah.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas think pair share dan konvensional menunjukkan adanya perbedaan pada hasil pretest dan posttest. Sebelum diberi perlakuan, diketahui bahwa nilai rata-rata pretest pada kelompok konvensional lebih tinggi dibandingkan kelompok eksperimen hasil pretest kedua kelompok tersebut berdistribusi normal dan homogen dan dan setelah dilakukan uji t pada hasil pretest kedua kelompok tersebut, dibuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan pada hasil pretest dari dua kelompok tersebut. Hal ini berarti kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang sama. Sedangkan, pada hasil posttest, kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dan kedua kelompok tersebut berdistribusi normal dan homogen. Pada uji t ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan yang diajarkan menggunakan think pair share dengan metode konvensional, yang berarti bahwa kemampuan siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbanding sama. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dibuktikan bahwa pembelajaran IPS pada materi konsep menghargai peninggalan sejarah dengan menggunakan pembelajaran think pair share tidak cukup dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk membuktikan hal tersebut dapat
74
dilihat pada pengolahan data uji hipotesis uji t yang telah dilakukan dan didapati bahwa thitung < ttabel. Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan metode think pair share, proses pembelajaran lebih sering didominasi oleh guru, sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan ide-ide atau info-info yang akan mereka ungkapkan. Peningkatan hasil belajar tersebut dikarenakan pada metode think pair share siswa dapat dengan leluasa berbagi pemikiran dengan pasangannya. Sehingga apa yang mereka temukan dapat mereka perbaiki secara bersama-sama. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran think pair share siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 2 orang atau dengan kata lain berpasangan sesuai dengan namanya pair (berpasangan), sehingga siswa dapat lebih fokus dan terkontrol sehingga memudahkan mereka untuk bekerja sama, begitu pula disaat presentasi, tiap anggota pasangan tidak saling mengandalkan dan pemahaman materi tidak hanya pada satu anggota saja, tetapi setiap pasangan dapat memahami materi tersebut. Dengan metode think pair share siswa saling berinteraksi baik dengan teman sejawat maupun dengan guru. Dengan kegiatan interaksi tersebut, dapat meningkatkan motivasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir kritis serta saling menghargai. Hal seperti inilah yang menjadikan hasil belajar siswa meningkat. Meski metode ini memberikan peningkatan terhadap hasil belajar siswa, akan tetapi masih terdapat kelemahan disaat pelaksanannya. Hal ini dibuktikan dengan kelompok yang terbentuk sangat banyak sehingga waktu yang disediakan untuk presentasi tidak mencukupi dan tidak setiap pasangan dapat
mempresentasikan jawaban mereka.
Maka dari itu,
peneliti
mengantisipasi hal tersebut dengan membuat soal-soal diskusi dengan pertanyaan yang beragam, dan disaat presentasi pertanyaan tersebut dapat diwakilkan oleh pasangan lain dan pasangan yang tidak mendapat kesempatan berpresentasi dapat menambahkan atau mengoreksi hasil presentasi pasangan yang mempunyai pertanyaan yang sama dengan mereka. Selain itu pada tiap tahapan pun terdapat kelemahannya, pada proses think
75
siswa cenderung mengulur-ulur waktu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan beberapa alasan sehingga pada tahap ini suasana kelas cukup ramai. Pada tahap pair siswa diminta untuk mendiskusikan jawaban dengan pasangannya, akan tetapi masih banyak dari mereka yang berbincang mengenai hal di luar materi pelajaran. Dan pada tahap share tiap pasangan tidak berani untuk mempresentasikan terlebih dahulu, mereka lebih suka menunggu untuk ditunjuk oleh guru untuk dimintai presentasi. Lain halnya dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional, meskipun pada hasil belajar terjadi peningkatan juga akan tetapi disaat proses pembelajaran kelas kontrol lebih pasif karena kelas didominasi oleh guru. Maka dari itu untuk membuat kelas kontrol tidak terlalu pasif peneliti menyediakan media berupa power point untuk kelas kontrol dan juga eksperimen. Dengan adanya media ini, kelas kontrol terlihat lebih
aktif
dibandingkan
sebelumnya.
Karena
disaat
pembelajaran
menggunaka media tersebut, siswa dari kelas kontrol banyak yang lebih fokus dan penasaran dengan apa yang ditampilkan di depan kelas dan mereka mulai banyak bertanya. Namun jika dilihat dari aspek kognitif, kedua kelas yang diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen sedikit lebih unggul dibanding kelas kontrol. Dengan demikian, metode think pair share dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS pada materi konsep peninggalan sejarah.
D. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 1. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengakui dan menyadari bahwa terdapat kelemahan dalam penelitian ini, antara lain: a. Banyaknya kelompok yang terbentuk dari metode think pair share sehingga waktu yang tersedia tidak mencukupi dan menjadikan penerapan pembelajaran kooperatif ini kurang optimal. b. Pokok bahasan dalam penelitian ini hanya dilakukan pada materi menghargai peninggalan sejarah saja. c. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk setiap materi IPS.
76
d. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk penelitian sampel, konsep, perlakuan dan waktu yang telah ditetapkan. e. Selain hal-hal di atas, penelitian ini merupakan hal baru bagi penulis. Oleh karenanya, kemampuan penulis dalam penelitian ini pun terbatas untuk meneliti lebih dalam.
2. Kelemahan Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti menyadari bahwa dalam penelitian inipun masih terdapat kelemahan, antara lain: a. Penelitian
yang
dilaksanakan
kurang
maksimal
terutama
pada
pengaplikasian metode think pair share karena ini merupakan eksperimen semu sehingga peneliti tidak dapat mengontrol variabelvariabel dari luar b. Masih banyak peserta didik yang membicarakan hal di luar materi c. Kelompok yang terbentuk terlalu banyak d. Minimnya waktu untuk presentasi karena kelompok yang terbentuk cukup banyak, sehingga tidak semua pasangan dapat berpresentasi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share tidak memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah, dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh thitung sebesar 1,384 sedangkan ttabel 1,674. Hal tersebut dikarenakan pada pembelajaran menggunakan think pair share siswa lebih banyak membicarakan sesuatu diluar materi. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak berbeda jauh. Pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,86 dan kelas kontrol 68,25. Begitu pula jika dibandingkan dengan N-gain kedua kelas tersebut yang memiliki kategori sedang dengan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu 0,434 untuk kelas eksperimen dan 0,304 untuk kelas kontrol.
B. Saran Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS, guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. tipe ini akan memberikan hasil yang baik jika guru dapat mengkondisikan siswa. selain itu, tipe ini membantu siswa untuk saling berbagi dan bekerjasama dalam pembelajaran. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat diterapkan serta memberikan hasil dan pengaruh yang lebih baik pada materi yang sama atau mata pelajaran lainnya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Asmawati. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Prestatsi Belajar IPS Siswa, 2014, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Walpole, Ronald. Pengantar Statistika Edisi Ke-3, Terj.dari Introduction to Statistics 3rd Edition oleh Bambang Sumantri. Jakarta: GramediaPustaka Utama, 1992. Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009. Huda, Miftahul. Cooperative Learning. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Ibrahim, Muslimin dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA, 2012. Ischak, dkk. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Isjoni, dkk. Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012. Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : Rosemata Sampurna, 2010. Kunandar. Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2007. Lie, Anita. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo, 2004. Lina Marlina, “Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Sistem Peredaran Darah, “Skripsi Strata Satu pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011. tidak dipublikasikan Munawir, “Beberapa Faktor Pendukung dalam Mengantar Keberhasilan Belajar”, Cendekia Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, Vol. 4 No. 2, 2006.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009. Panggabean, Yusri dkk. Srategi, Model, dan Evaluasi:Pembelajaran Kurikulum 2006. Bandung : Bina Media Informasi, 2007. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 2002. Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:PT Rajawali Pers, 2011. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006. Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS, 2006.. Sardiman. Interaksi & Motivasi Beajar mengajar. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Sigit Wibowo, “Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS)”, Skripsi pada Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:2011, tidak dipublikasikan. Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif (Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17). Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013. Sisdiknas. Slameto. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. Soedijarto. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2008. -------------. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai Pustaka, 1989. Solihatin, Etin dan Raharjo. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989. ----------. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1991. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2008. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:PT Bumi Aksara,2003. Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011. Surya, Mohamad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004. Syamsuddin, Abin. Psikologi Pendidikan 2. Jakarta : Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Prenada Media Group, 2009. ---------. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2010 ---------. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010. Wilda Mutiara. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kecila, Kemranjen, Banyumas Tahun Ajaran 2011” (Thesis). Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK EKSPERIMEN
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Satuan Pendidikan
: SD/MI
Kelas/Semester
: IV-2/1
Pertemuan Ke-
: 1 (Eksperimen)
Alokasi Waktu
: 1 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
:
1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi B. Kompetensi Dasar
:
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya C. Indikator
:
1. Menyebutkan macam-macam benda peninggalan sejarah 2. Menjelaskan pengertian macam-macam benda peninggalan sejarah 3. Mengidentifikasibenda peninggalan sejarah D. Tujuan
:
1. .Dengan menggunakan metode diskusi (Think Pair Share)
diharapkan siswa mampu
menyebutkan macam-macam peninggalan sejarah. 2. Dengan menggunakan metode diskusi (Think Pair Share) diharapkan siswa dapat mengjelaskan pengertian macam-macam peninggalan sejarah 3. Dengan menggunakan metode think pair share E. Materi Ajar
: Macam-Macam Peninggalan Sejarah
F. Model Pembelajaran
: Cooperative Learning
G. Metode Pembelajaran : Think Pair Share (Berpikir, Berpasangan, Berbagi) H. Nilai Karakter
: Aktif, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Komunikatif,
I. Media dan Sumber
:
1. Buku paket IPS kelas IV SD 2. Media online (google) 3. Power Point 4. Kartu bergambar Tahapan Kegiatan awal
Langkah-Langkah Pendahulan
Kegiatan Guru Memasuki kelas
dan
Kegiatan Siswa Menjawab salam guru
mengucapkan salam
Meminta siswa merapikan
Merapikan tempat duduk
tempat duduk mereka
Berdoa
memulai
sebelum
pelajaran
Motivasi
Apersepsi
menurut
agama
masing-masing
Meminta
hanya
siswa
Meletakkan
meletakkan buku yang akan
pelajaran
dipelajari di atas meja
dipelajari
Melakukan
kegiatan
ice
breaking
Berdoa
Mengikuti
buku
mata
yang
akan
kegiatan
ice
breaking tujuan
Menyampaikan
Mendengarkan
tujuan
pembelajaran hari ini
pembelajaran hari ini
Menyampaikan judul materi
Mendengarkan judul materi
yang akan dipelajari
yang akan dipelajari
Guru melakukan apersepsi
Menjawab
untuk
pertanyaan
mengetahui
pengetahuan
awal
dengan
siswa
mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Misalnya,
“siapakah yang mempunyai benda
peninggalan
dari
kakek atau nenek mereka hingga saat ini?”
apersepsi
beberapa dari
kegiatan
Tujuan
Pembelajaran
tujuan
Menyampaikan
pembelajaran sesuai dengan
Menyimak tujuan pembelajaran
indikator yang diharapkan Kegiatan Inti
Eksplorasi
Menanyakan kepada siswa
Menjawab pertanyaan dari
mengenai apa yang mereka
guru.
pahami mengenai sejarah
Menjelaskan sedikit materi
Menyimak penjelasan dari
yang
guru dengan seksama
dipelajari
menggunakan
dengan media
bergambar.
Meminta menyiapkan
siswa
untuk
buku
Menyiapkan alat tulis
tulis
beserta pensil/atau pulpen Elaborasi
Guru
menjelaskan
aturan
Mendengarkan
main
dan
waktu
guru dengan seksama
batasan
penjelasan
untuk tiap kegiatan think pair share Sintak I: THINKING (Berpikir) 1. Guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi hari
Menjawab pertanyaan dari guru
ini -
Apa yang mereka ketahui tentang sejarah?
-
Sebutkan 3 jenis benda peninggalan sejarah di Indonesia
berikut
penjelasannya. 2. Guru meminta mereka untuk memikirkan
jawabannya
secara individual terdahulu.
Masing-masing memikirkan jawaban
siswa
Sintak II : PAIRING (Berpasangan) 3. Setelah masing-masing siswa memikirkan jawaban, guru meminta
mereka
Berpasangan dengan teman sebelahnya
untuk
berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya. 4. Guru meminta mereka untuk kembali
mencari
jawaban
Melaksanakan
diskusi
dengan pasangannya untuk
dari pertanyaan yang telah
mencari
diajukan guna melengkapi
menggabungkan
hasil jawaban mereka
yang telah mereka dapatkan
atau jawaban
5. Guru membagikan LKS dan media untuk tiap pasangan
6. Guru memberikan petunjuk
yang diberikan.
cara mengerjakan LKS 7. Guru meminta tiap pasangan
agar mendiskusikan apa yang telah dipikirkan sampai mendapatkan
Menerima LKS dan media
Mendengarkan
petunjuk
guru cara mengerjakan LKS Mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru
jawaban
terbaik. 8. Guru
mendampingi
siswa
kegiatan
diskusi
dalam
Menerima arahan dari guru
berpasangan Sintak III: SHARING (Berbagi) 9. Selepasnya berdiskusi, guru meminta tiap pasangan yang telah
selesai
memaparkan mereka diskusi.
dapat
untuk
apa dari
yang hasil
Pasangan yang telah selesai memaparkan hasil diskusi mereka
memberikan
10. Guru
Memberikan
tanggapan
kesempatan bagi pasangan
atau
lain
hasil dari kelompok lain.
untuk
memberikan
sanggahan
terhadap
tanggapan atas pernyataan tersebut. 11. Guru
miss
memperbaiki
konsepsi
Menyimak penjelasan dari guru.
12. Guru memberikan tanggapan dan penguatan pada siswa 13. Memberikan apresiasi kepada kelompok yang dapat menyelesaikan
Menerima penguatan dari guru. Menerima
apresiasi
dari
apresiasi
dari
guru
permainan
terlebih dahulu 14. Memberikan
apresisasi
kepada tiap individu yang menjawab dengan tepat.
Konfirmasi
Mereview
materi
kembali
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan
secara
garis
Menerima guru
Menyimak review dari guru
besar.
Memberikan
kesempatan
Beberapa siswa bertanya
bagi siswa untuk bertanya. Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Guru meminta siswa untuk
Membuat kesimpulan
membuat
mengenai materi hari ini
kesimpulan
mengenai materi hari ini
Evaluasi
Guru
membimbing
siswa
Mendapat bantuan dari guru
dalam membuat kesimpulan
untuk membuat kesimpulan
Guru memberikan beberapa
Siswa menjawab pertanyaan
pertanyaan
dari guru
kepada
siswa
secara verbal atau non-verbal Refleksi
Mengoreksi hasil
evaluasi
Menyimak
hasil
evaluasi
yang telah diberikan
Penugasan
Penyampaian
tugas di masa yang akan datang
Memberikan
yang diberikan oleh guru
pekerjaan
Menerima
tugas
yang
rumah kepada siswa.
diberikan oleh guru
Menyampaiakan perencanaan
Menyimak informasi dari
mengenai
pembelajaran
guru mengenai materi yang
pertemuan
akan dipelajari di pertemuan
untuk
di
selanjutnya.
selanjutnya.
J. Evaluasi: 1. Pertanyaan Individual Soal-soal di bawah ini di jawab oleh masing-masing individu pada siklus (Thinking). 1) Apa yang mereka ketahui tentang sejarah? 2) Sebutkan 3 jenis benda peninggalan sejarah di Indonesia berikut penjelasannya! 2. Lembar Kerja Siswa (Berpasangan) Soal-soal di bawah ini dibagikan kepada tiap pasangan kelompok dan dijawab secara berpasangan. Tiap kelompok mendapatkan 2 pertanyaan yang harus dijawab secara berpasangan. (siklus Pairing) *FOSIL
*PERKAKAS
1. SEBUTKAN MACAM-MACAM BENDA PENINGGALAN SEJARAH
1. SEBUTKAN MACAMMACAM BENDA PENINGGALAN SEJARAH
2. APA YANG ANDA KETAHUI TENTANG FOSIL DAN FOSIL YANG ADA DI INDONESIA
2. APA YANG ANDA KETAHUI MENGENAI PERKAKAS PADA ZAMAN DAHULU
*PRASASTI
*ARCA
1. SEBUTKAN BENDA SEJARAH 2. APA YANG TENTANG PRASASTI INDONESIA
MACAM-MACAM PENINGGALAN
1. SEBUTKAN MACAMMACAM BENDA PENINGGALAN SEJARAH
ANDA KETAHUI PRASASTI DAN YANG ADA DI
2. APA YANG ANDA KETAHUI TENTANG ARCA
*NASKAH 1. SEBUTKAN BENDA SEJARAH
MACAM-MACAM PENINGGALAN
2. APA YANG ANDA KETAHUI TENTANG NASKAH KUNO
Gambar di bawah ini dibagikan pada tiap kelompok untuk dijelaskan secara rinci mengenai gambar tersebut beserta penjelasannya.
3. Pekerjaan Rumah Lembar kerja ini diberikan untuk dikerjakan di rumah. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1) Fosil adalah .... 2) Warisan masa lampau yang mempunyai nilai sejarah disebut .... 3) Siapakah penemu fosil pertama di Indonesia? 4) Apa nama Prasasti tertua di Indonesia dan dimanakah? 5) Bahasa apakah yang tertulis di prasasti? 6) Sebutkan 3 contoh Arca yang anda ketahui! 7) Sebutkan salah satu contoh isi naskah kuno! 8) Pada zaman dahulu perkakas terbuat dari .... 9) Apa isi dari prasati? 10) Penemuan fosil pertama di Indonesia berada di .... KUNCI JAWABAN 1. Sisa tulang belulang manusia dan hewan atau tumbuhan yang telah menjadi batu 2. Peninggalan sejarah 3. E. Dubois 4. Prasasti Yupa berada di Kalimantan 5. Bahasa Sansekerta 6. Arca Kertarajasa, Arca Budha Amrawati, Arca RoroJongrang 7. Proklamasi: kami bangsa Indonesia menyatakan....dst.dll 8. Terbuat dari tulang –belulang dan batu 9. Berisi suatu peristiwa penting yang dialami oleh suatu kerajaan 10. Di Sangiran, Jawa Tengah. K. Indikator Penilaian No 1
2 3
Indikator Pencapaian Kompetensi Menyebutkan macam-macam peninggalan sejarah Menjelaskan pengertian macammacam benda peninggalan sejarah Mengidentifikasi benda peninggalan sejarah
Teknik
Bentuk
Instrument
Tanya Jawab
Non-Tes
Tidak Terlampir
Diskusi Berpasangan Diskusi Berpasangan
Tes
Terlampir
Tes
Terlampir
L. Format Kriteria Penilaian 1. Produk (hasil kerja kelompok) Aspek
Kriteria
Konsep
Skor
Semua jelas
4
Sebagian besar jelas
3
Sebagian kecil jelas
2
Semua tidak jelas
1
Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10 atau (10:10) x 10 2. Performansi No 1
2
Aspek
Kriteria
Pengetahuan (kognitif)
Sikap (afektif)
Skor
berpengetahuan
4
Kadang-kadang tahu
2
Tidak tahu
1
Bersikap
4
Kadang-kadang sikap
2
Tidak bersikap 1 Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10 atau (21:21) x 10 3. Lembar Penilaian Siswa No
NamaSiswa
Performan Pengetahuan
Sikap
Produk
Jumlah Skor
Nilai
1 Mengetahui :
Pondok Cabe,
Mahasiswa Peneliti
(
)
Februari 2015
Guru Pengampu
(Pujo Widodo, M.Pd)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Satuan Pendidikan
: SD/MI
Kelas/Semester
: IV-2/1
Pertemuan Ke-
: 2 (Eksperimen)
Alokasi Waktu
: 1 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
:
1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi B. Kompetensi Dasar
:
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya C. Indikator
:
1. Mengidentifikasi bangunan peninggalan sejarah 2. Menjelaskan pengertian dari bangunan-bangunan peninggalan sejarah. 3. Menyebutkan lokasi-lokasi bangunan yang merupakan peninggalan sejarah D. Tujuan
:
1. Dengan menggunakan metode tanya jawab, diharapkan siswa mampu mengidentifikasi bangunan peninggalan sejarah 2. Dengan menggunakan metode diskusi think pair share diharapkan siswa mampu menjelaskan pengertian candi, tempat ibadah, istana, monumen, makam, museum, dan situs 3. Dengan menggunakan metode diskusi diharapkan siswa dapat menyebutkan lokasi-lokasi bangunan yang merupakan peninggalan sejarah E. Materi Ajar
: Macam-Macam Peninggalan Sejarah
F. Model Pembelajaran
: Cooperative Learning
G. Metode Pembelajaran : Think Pair Share (Berpikir, Berpasangan, Berbagi) H. Nilai Karakter
: Aktif, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Komunikatif,
I. Media dan Sumber
:
1. Buku paket IPS kelas IV SD
2. Power Point 3. Kartu soal 4. Kartu bergambar Tahapan Kegiatan awal
Langkah-Langkah Pendahulan
Kegiatan Guru Memasuki kelas
dan
Kegiatan Siswa Menjawab salam guru
mengucapkan salam
Meminta siswa merapikan
Merapikan tempat duduk
tempat duduk mereka
Berdoa
memulai
sebelum
pelajaran
Motivasi
Apersepsi
menurut
Meminta
hanya
siswa
Meletakkan
meletakkan buku yang akan
pelajaran
dipelajari di atas meja
dipelajari
Melakukan
ice
kegiatan
Mengikuti
buku
tujuan
Menyampaikan
yang
kegiatan
Mendengarkan
ice
tujuan
pembelajaran hari ini
Menyampaikan judul materi
Mendengarkan judul materi
yang akan dipelajari
yang akan dipelajari
Guru melakukan apersepsi
Menjawab
yaitu dengan menanyakan
pertanyaan
kembali materi yang telah
apersepsi
pada
beberapa dari
pertemuan Dan
menanyakan “apakah mereka pernah berkunjung ke salah satu bangunan bersejarah? Apa
nama
bangunan
tersebut?”
Pembelajaran
akan
pembelajaran hari ini
sebelumnya.
mata
breaking
dipelajari
Tujuan
agama
masing-masing
breaking
Berdoa
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran sesuai dengan indikator yang diharapkan
Menyimak tujuan pembelajaran
kegiatan
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Menanyakan kepada siswa
Menjawab pertanyaan dari
mengenai apa yang mereka
guru.
pahami tentang bangunanbangunan
bersejarah
di
Indonesia.
Menjelaskan sedikit materi
Menyimak penjelasan dari
yang
guru dengan seksama
dipelajari
menggunakan
dengan media
bergambar.
Meminta menyiapkan
siswa
untuk
buku
Menyiapkan alat tulis
tulis
beserta pensil/atau pulpen Elaborasi
Guru
menjelaskan
aturan
main
dan
waktu
batasan
untuk tiap kegiatan think pair share Sintak I: THINKING (Berpikir) 1. Guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi hari
Menjawab pertanyaan dari guru
ini -
Sebutkan macam-macam bangunan
peninggalan
sejarah yang berlokasi di Jakarta? -
Sebutkan macam-macam bangunan bersejarah yang ada di Indonesia!
2. Guru meminta mereka untuk memikirkan
jawabannya
secara individual terdahulu.
Masing-masing memikirkan jawaban
siswa
Sintak II : PAIRING (Berpasangan) 3. Setelah masing-masing siswa memikirkan jawaban, guru meminta
mereka
Berpasangan dengan teman sebelahnya
untuk
berpasang-pasangangan dengan teman sebangkunya. 4. Guru meminta mereka untuk
Melaksanakan
diskusi
mendiskusikan jawaban dari
dengan pasangannya untuk
pertanyaan
mencari
pada
siklus
atau
thinking dan meminta untuk
menggabungkan
menjelaskan
yang telah mereka dapatkan
mengenai
jawaban-jawaban
jawaban
yang
mereka dapati (contoh: candi adalah tempat pemujaan bagi umat hindu atau budha). Penjelasan jawaban mereka sesuai dengan jawaban yang mereka dapati pada siklus thinking 5. Guru meminta mereka untuk menuliskan jawaban di buku
Menuliskan
jawaban
di
buku masing-masing
masing-masing 6. Guru
mendampingi
siswa
Menerima arahan dari guru
dalam kegiatan diskusi Sintak III: SHARING (Berbagi) 7. Selepasnya berdiskusi, guru
Pasangan yang telah selesai
meminta tiap pasangan yang
memaparkan hasil diskusi
telah
mereka
selesai
memaparkan mereka diskusi.
dapat
untuk
apa dari
yang hasil
memberikan
8. Guru
Memberikan
tanggapan
kesempatan bagi pasangan
atau
lain
hasil dari kelompok lain.
untuk
memberikan
sanggahan
terhadap
tanggapan atas pernyataan tersebut. 9. Guru
miss
memperbaiki
konsepsi
Menyimak penjelasan dari guru.
10. Guru memberikan tanggapan dan penguatan pada siswa 11. Memberikan apresiasi kepada kelompok yang dapat menyelesaikan
Menerima penguatan dari guru. Menerima
apresiasi
dari
guru
permainan
terlebih dahulu Konfirmasi
Mereview
materi
kembali
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan
secara
garis
Menyimak review dari guru
besar.
Memberikan
kesempatan
Beberapa siswa bertanya
bagi siswa untuk bertanya. Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Guru meminta siswa untuk
Membuat kesimpulan
membuat
mengenai materi hari ini
kesimpulan
mengenai materi hari ini
Evaluasi
Guru
membimbing
siswa
Mendapat bantuan dari guru
dalam membuat kesimpulan
untuk membuat kesimpulan
Guru memberikan beberapa
Siswa menjawab pertanyaan
pertanyaan
dari guru
kepada
siswa
secara verbal atau non-verbal Refleksi
evaluasi
Mengoreksi hasil yang telah diberikan
Penugasan
Memberikan
pekerjaan
rumah kepada siswa.
Menyimak
hasil
evaluasi
yang diberikan oleh guru Menerima
tugas
diberikan oleh guru
yang
Penyampaian tugas di masa yang akan datang
Menyampaiakan perencanaan
Menyimak informasi dari
mengenai
pembelajaran
guru mengenai materi yang
pertemuan
akan dipelajari di pertemuan
untuk
di
selanjutnya.
selanjutnya.
J. Evaluasi: 1. Pertanyaan Individual Soal-soal di bawah ini dijawab oleh masing-masing individu. (THINKING) a. Sebutkan macam-macam bangunan peninggalan sejarah yang berlokasi di Jakarta? b. Sebutkan macam-macam bangunan bersejarah yang ada di Indonesia! 2. Lembar Kerja Siswa (Diskusi) Pertanyaan di bawah ini merupakan perintah lanjutan dari siklus Thinking. PAIRING a. Jelaskan macam-macam bangunan peninggalan sejarah yang kalian dapati dari pertanyaan sebelumnya! 3. Pekerjaan Rumah a. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sebutkan gedung-gedung peninggalan sejarah yang anda ketahui? 2. Ukiran pada dinding candi disebut? 3. Candi Prambanan dikenal juga dengan nama? 4. Candi Borobudur merupakan bangunan suci agama? 5. Bangunan yang berguna untuk mempertahankan dari serangan musuh adalah 6. Apa nama lain dari istana di Yogyakarta 7. Berada dimanakah Gedung Sumpah Pemuda? 8. Sebutkan 2 nama situs yang berada di Indonesia! 9. Dimanakah benda-benda peninggalan sejarah disimpan? 10. Sebutkan nama-nama tempat ibadah yang ada di Indonesia sesuai agamanya! JAWABAN 1. Candi, museum, benteng, dkk 2. Relief 3. Candi Loro Jonggrang 4. Agama Budha 5. Benteng
6. Keraton, Puro,Pura 7. Berada di Jakarta Pusat 8. Situs Sangiran, dan situs muara jambi 9. Di museum 10. Masjid = islam, gereja = kristen, vihara= hindu, klenteng
K. Indikator Penilaian No 1
Indikator Pencapaian Kompetensi Mengidentifikasi
bangunan
Teknik
Bentuk
Instrument
Tanya Jawab
Non-Tes
Tidak
peninggalan sejarah 2
Terlampir
Menjelaskan pengertian macam-macam bangunan peninggalan sejarah
3
Diskusi
Tes
Terlampir
Tes
Terlampir
Berpasangan
Menyebutkan lokasi-lokasi bangunan yang merupakan peninggalan sejarah
Diskusi Berpasangan
L. Format Kriteria Penilaian a. Produk (hasil kerja kelompok) Aspek Konsep
Kriteria
Skor
Semua jelas
4
Sebagian besar jelas
3
Sebagian kecil jelas
2
Semua tidak jelas
1
Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10 atau (10:10) x 1 b. Performansi No 1
Aspek Pengetahuan (kognitif)
Kriteria
Skor
berpengetahuan
4
Kadang-kadang tahu
2
Tidak tahu
1
2
Sikap (afektif)
Bersikap
4
Kadang-kadang sikap
2
Tidak bersikap 1 Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10 atau (21:21) x 10 c. Lembar Penilaian Siswa No
NamaSiswa
Performan Pengetahuan
Sikap
Produk
Jumlah Skor
Nilai
1
Mengetahui :
Pondok Cabe,
Mahasiswa Peneliti
(
)
Februari 2015
Guru Pengampu
(Pujo Widodo, M.Pd)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Satuan Pendidikan
: SD/MI
Kelas/Semester
: IV-2/1
Pertemuan Ke-
:3 (Eksperimen)
Alokasi Waktu
: 1 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
:
1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi B. Kompetensi Dasar
:
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya C. Indikator
:
1. Menyebutkan jenis-jenis peninggalan sejarah berupa karya seni. 2. Menunjukkan dan menjelaskan cara-cara menghargai peninggalan sejarah. D. Tujuan
:
1. Dengan menggunakan metode diskusi think pair share diharapkan siswa mampu menyebutkan jenis-jenis peninggalan sejarah berupa karya seni. 2. Dengan menggunakan metode diskusi think pair share diharapkan siswa mampun menunjukkan sikap dan cara menghargai peninggalan sejarah E. Materi Ajar
: Peninggalan sejarah berupa karya seni dan cara menghargai
peninggalan sejarah F. Model Pembelajaran
: Cooperative Learning
G. Metode Pembelajaran
: Think Pair Share (TPS)
H. Nilai Karakter
: Aktif, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Komunikatif,
I. Media dan Sumber
:
1. Buku paket IPS kelas IV SD 2. Video 3. Kartu soal
Tahapan Kegiatan awal
Langkah-Langkah Pendahulan
Kegiatan Guru Memasuki kelas
dan
Kegiatan Siswa Menjawab salam guru
mengucapkan salam
Meminta siswa merapikan
Merapikan tempat duduk
tempat duduk mereka
Berdoa
memulai
sebelum
pelajaran
Motivasi
Meminta
hanya
siswa
Apersepsi
Meletakkan
meletakkan buku yang akan
pelajaran
dipelajari di atas meja
dipelajari
Melakukan
menurut
ice
kegiatan
Mengikuti
buku yang
kegiatan
tujuan
Mendengarkan
ice
tujuan
pembelajaran hari ini
Menyampaikan judul materi
Mendengarkan judul materi
yang akan dipelajari
yang akan dipelajari
Guru melakukan apersepsi
Menjawab
untuk
pertanyaan
mengetahui awal
siswa
beberapa dari
apersepsi
mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. menanyakan
Misalnya, ”anak-anak
kalian semua berasal dari daerah yang berbeda-beda bukan? Lalu, apakah setiap daerah memiliki ciri khasnya tersendiri?
Pembelajaran
akan
pembelajaran hari ini
dengan
mata
breaking
Menyampaikan
pengetahuan
Tujuan
agama
masing-masing
breaking
Berdoa
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran sesuai dengan indikator yang diharapkan
Menyimak tujuan pembelajaran
kegiatan
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Menanyakan kepada siswa
Menjawab pertanyaan dari
mengenai apa yang mereka
guru.
ketahui kota
mengenai kelahiran
sejarah mereka
sendiri.
Menjelaskan sejarah suatu
Menyimak penjelasan dari
tempat
guru dengan seksama
disertai
gambar-gambar
dengan yang
di
tampilkan Elaborasi
Menjelaskan
cara
bekerja
pada tahap think pair share
Menyimak penjelasan dari guru dengan seksama.
Sintak I: THINKING (Berpikir) 1. Guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi hari
Mendengarkan pertanyaan dari guru
ini -
Tuliskan
peninggalan
sejarah berupa karya seni berdasarkan daerah kalian berasal! -
Jika suatu hari ada teman kalian yang mengambil barang kesukaan kalian secara
diam-diam
memberitahu
dan
teman-
teman yang lain kalau itu adalah barang miliknya, apa yang akan kalian lakukan?
Berikan
pendapat kalian! 2. Guru meminta mereka untuk memikirkan
jawabannya
secara individual terdahulu.
Memikirkan jawaban dan menuliskannya di buku.
Sintak II : PAIRING (Berpasangan) 3. Setelah masing-masing siswa memikirkan jawaban, guru meminta
mereka
Membentuk
pasangan
dengan teman sebangkunya.
untuk
berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya. 4. Guru meminta mereka untuk
Mendiskusikan
menshare jawaban mereka ke
mereka
teman
pasangannya.
sebangkunya,
dan
pendapat dengan
memberikan pendapat atau tanggapan terhadap pendapat yang di sharing. 5. Setelah mereka selesai dalam
Menerima kartu soal.
membagikan pendapat, guru membagikan kartu soal. 6. Guru memberikan petunjuk cara melaksanakan diskusi
Mendengarkan
instruksi
guru dalam melaksanakan diskusi.
7. Guru meminta tiap pasangan agar mendiskusikan apa yang telah
dipikirkan
mendapatkan
Mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru.
sampai jawaban
terbaik. 8. Guru
mendampingi
siswa
dalam kegiatan diskusi Sintak III: SHARING (Berbagi) 9. Selepasnya berdiskusi, guru meminta tiap pasangan untuk memaparkan
apa
yang
Melakukan presentasi.
mereka
dapat
dari
hasil
diskusi. memberikan
10. Guru
kesempatan bagi pasangan lain
untuk
Memberikan tambahan atau sanggahan.
memberikan
tanggapan atas pernyataan tersebut. 11. Guru
miss
memperbaiki
konsepsi
Mendengarkan kesalahan
kesalahan-
jawaban
yang
didapat dari diskusi. 12. Guru memberikan tanggapan dan penguatan pada siswa 13. Memberikan apresiasi kepada kelompok yang dapat menyelesaikan
permainan
Menerima tanggapan dan penguatan dari guru Menerima
apresiasi
dari
keberanian mereka dalam memberikan tanggapan.
terlebih dahulu Konfirmasi
Mereview
materi
kembali
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan
secara
garis
Menyimak review dari guru
besar.
Memberikan
kesempatan
Beberapa siswa bertanya
bagi siswa untuk bertanya. Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Guru meminta siswa untuk
Membuat kesimpulan
membuat
mengenai materi hari ini
kesimpulan
mengenai materi hari ini
Evaluasi
Guru
membimbing
siswa
Mendapat bantuan dari guru
dalam membuat kesimpulan
untuk membuat kesimpulan
Guru memberikan beberapa
Siswa menjawab pertanyaan
pertanyaan
dari guru
kepada
siswa
secara verbal atau non-verbal Refleksi
Mengoreksi hasil yang telah diberikan
evaluasi
Menyimak
hasil
evaluasi
yang diberikan oleh guru
Penugasan
Penyampaian
tugas di masa yang akan datang
Memberikan
pekerjaan
Menerima
tugas
yang
rumah kepada siswa.
diberikan oleh guru
Menyampaiakan perencanaan
Menyimak informasi dari
mengenai
pembelajaran
guru mengenai materi yang
pertemuan
akan dipelajari di pertemuan
untuk
di
selanjutnya.
selanjutnya.
J. Evaluasi: 1. Pertanyaan Individual Soal-soal di bawah ini di jawab oleh masing-masing individu pada siklus (Thinking). a. Tuliskan peninggalan sejarah berupa karya seni berdasarkan daerah kalian berasal! b. Jika suatu hari ada teman kalian yang mengambil barang kesukaan kalian secara diamdiam dan memberitahu teman-teman yang lain kalau itu adalah barang miliknya, apa yang akan kalian lakukan? Berikan pendapat kalian! 2. Lembar Kerja Siswa (Berpasangan) Kartu soal di bawah ini dibagikan ke masing-masing pasangan. Di dalamnya tertulis masing-masing nama daerah. Perintah untuk berdiskusi ialah meminta tiap pasangan menuliskan dan memikirkan karya seni yang berasal dari daerah tersebut sesuai dengan daerah yang mereka terima, beserta satu soal pertanyaan. (siklus Pairing)
JAWA Sebutkan cara peninggalan sejarah
SUMATERA menghargai
KALIMANTAN Sebutkan cara peninggalan sejarah
menghargai
BALI Sebutkan cara peninggalan sejarah
Sebutkan cara peninggalan sejarah
menghargai
SULAWESI Sebutkan cara peninggalan sejarah
menghargai
IRIAN JAYA menghargai
Sebutkan cara peninggalan sejarah
menghargai
3. Pekerjaan Rumah Lembar kerja ini diberikan untuk dikerjakan di rumah. a. Carilah informasi mengenai peninggalan sejarah yang ada di daerahmu! b. Catatlah pada tebl berikut! No
Jenis Peninggalan
Nama Peninggalan
1 2 3 4 dst
c. Bagaimana pendapat kalian ketika melihat peristiwa seperti pada gambar berikut! Tulislah pendapat kalian pada kolom di bawah ini! PERISTIWA
SIKAPKU
Melihat anak mencuri patung di museum
Berkunjung bersejarah
ke
tempat-tempat
K. Indikator Penilaian No 1
2
Indikator Pencapaian Kompetensi Menyebutkan jenis-jenis peninggalan sejarah berupa karya seni Menunjukkan dan menjelaskan
Teknik
Bentuk
Instrument
Diskusi berpasangan
Tes
Terlampir
Diskusi
Non-tes
Terlampir
cara-cara menghargai peninggalan sejarah L. Format Kriteria Penilaian a. Produk (hasil kerja kelompok) Aspek Kriteria Konsep
Skor
Semua jelas
4
Sebagian besar jelas
3
Sebagian kecil jelas
2
Semua tidak jelas
1
Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10 atau (10:10) x 10 b. Performansi No 1
2
Aspek
Kriteria
Pengetahuan (kognitif)
Sikap (afektif)
Skor
berpengetahuan
4
Kadang-kadang tahu
2
Tidak tahu
1
Bersikap
4
Kadang-kadang sikap
2
Tidak bersikap
1
Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10 atau (21:21) x 10 c. Lembar Penilaian Siswa No
NamaSiswa
Performan Pengetahuan
Sikap
Produk
Jumlah Skor
Nilai
1 Mengetahui :
Pondok Cabe,
Mahasiswa Peneliti
(
)
Februari 2015
Guru Pengampu
(Pujo Widodo, M.Pd)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Satuan Pendidikan
: SD/MI
Kelas/Semester
: IV-2/1
Pertemuan Ke-
: 4 (Eksperimen)
Alokasi Waktu
: 1 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
:
1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi B. Kompetensi Dasar
:
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya C. Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian dari legenda, mitos, dongeng, sage, fabel 2. Membedakan kisah-kisah di Indonesia berdasarkan jenisnya (mitos, legenda, dongeng, sage, fabel) 3. Menjelaskan sejarah suatu tempat D. Tujuan
:
1. Dengan menggunakan metode diskusi berpasangan, diharapkan siswa mampu menjelaskan pengertian dari legenda, mitos, dongeng, sage, fabel. 2. Dengan menggunakan metode diskusi berpasangan, diharapkan siswa mampu membedakan kisah-kisah di Indonesia berdasarkan jenisnya (mitos, legenda, dongeng, sage, fable) 3. Dengan menggunakan metode diskusi berpasangan diharapkan siswa mampu menjelaskan sejarah suatu tempat. E. Materi Ajar
: Mengenal Sejarah Suatu Tempat
F. Model Pembelajaran
: Cooperative Learning
G. Metode Pembelajaran
: Think Pair Share (TPS)
H. Nilai Karakter
: Aktif, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Komunikatif,
I. Media dan Sumber
:
1. Buku paket IPS kelas IV SD 2. Power Point 3. Kartu soal Tahapan Kegiatan awal
Langkah-Langkah Pendahulan
Kegiatan Guru Memasuki kelas
dan
Kegiatan Siswa Menjawab salam guru
mengucapkan salam
Meminta siswa merapikan
Merapikan tempat duduk
tempat duduk mereka
Berdoa
memulai
sebelum
pelajaran
Motivasi
Apersepsi
menurut
agama
masing-masing
Meminta
hanya
siswa
Meletakkan
meletakkan buku yang akan
pelajaran
dipelajari di atas meja
dipelajari
Melakukan
kegiatan
ice
breaking
Berdoa
Mengikuti
buku
mata
yang
akan
kegiatan
ice
breaking tujuan
Menyampaikan
Mendengarkan
tujuan
pembelajaran hari ini
pembelajaran hari ini
Menyampaikan judul materi
Mendengarkan judul materi
yang akan dipelajari
yang akan dipelajari
Guru melakukan apersepsi
Menjawab
untuk
pertanyaan
mengetahui
pengetahuan dengan
awal
siswa
mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Misalnya,
menanyakan ”apakah mereka tahu kisah malin kundang? Atau
apakah
mereka
mempunyai tempat di masa lalu yang hingga kini masih mereka ingin kunjungi atau
apersepsi
beberapa dari
kegiatan
tidak terlupakan? Tujuan
Pembelajaran
tujuan
Menyampaikan
pembelajaran sesuai dengan
Menyimak tujuan pembelajaran
indikator yang diharapkan Kegiatan Inti
Eksplorasi
Menanyakan kepada siswa
Menjawab pertanyaan dari
mengenai apa yang mereka
guru.
ketahui kota
mengenai kelahiran
sejarah mereka
sendiri.
Menjelaskan sejarah suatu
Menyimak penjelasan dari
tempat
guru dengan seksama
disertai
dengan
gambar-gambar
yang
di
tampilkan Elaborasi
Sintak I: THINKING (Berpikir) 1. Guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi hari ini -
Jelaskan pengertian dari mitos, legenda, dongeng, sage, dan fabel!
-
Dari cerita yang telah disampaikan,
adakah
yang bisa memberikan kisah lain yang terkait dengan
tempat-tempat
bersejarah di Indonesia? -
Pada kisah bawang merah dan bawang putih serta Tangkuban keduanya
Perahu, merupakan
kisah yang telah lama dikenal
oleh
rakyat
Menyimak pertanyaan dari guru
Indonesia.
Dari
peninggalan
segi bentuk
sejarah, bisakah kalian membedakan kedua kisah tersebut? 2. Guru meminta mereka untuk memikirkan
jawabannya
Memikirkan dan menjawab pertanyaan dari guru
secara individual terdahulu. Sintak II : PAIRING (Berpasangan) 3. Setelah masing-masing siswa memikirkan jawaban, guru meminta
mereka
Berpasangan
dengan
temannya
untuk
berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya. 4. Guru meminta mereka untuk kembali
mencari
jawaban
Mencari jawaban bersama dengan pasangannya
dari pertanyaan yang telah diajukan guna melengkapi hasil jawaban mereka 5. Guru membagikan kartu soal mengenai
tempat-tempat
Menerima kartu-kartu yang diberikan oleh guru
bersejarah di Indonesia yang memiliki kisah-kisah yang berbeda-beda. 6. Guru memberikan petunjuk cara melaksanakan diskusi
Mendengarkan
petunjuk
guru
7. Guru meminta tiap pasangan agar mendiskusikan apa yang telah dipikirkan sampai mendapatkan terbaik.
jawaban
Mendiskusikan pertanyaan yang telah dibagikan
8. Guru
mendampingi
siswa
dalam kegiatan diskusi Sintak III: SHARING (Berbagi) 9. Selepasnya berdiskusi, guru
meminta tiap pasangan untuk memaparkan mereka
apa
dapat
Mempresentasikan
hasil
jawaban mereka
yang
dari
hasil
diskusi. 10. Guru
memberikan
Memberikan tanggapan
Menyimak ralat dari guru
Menyimak tanggapan dan
kesempatan bagi pasangan lain
untuk
memberikan
tanggapan atas pernyataan tersebut. 11. Guru
memperbaiki
miss
konsepsi 12. Guru memberikan tanggapan dan penguatan pada siswa 13. Memberikan apresiasi kepada kelompok
yang
menyelesaikan
dapat
penguatan dari guru
permainan
Menerima
apresiasi
dari
guru
terlebih dahulu Konfirmasi
Mereview
kembali
materi
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan
secara
garis
Menyimak review dari guru
besar.
Memberikan
kesempatan
Beberapa siswa bertanya
bagi siswa untuk bertanya. Kegiatan Akhir
Kesimpulan
Guru meminta siswa untuk
Membuat kesimpulan
membuat
mengenai materi hari ini
kesimpulan
mengenai materi hari ini
Guru
membimbing
siswa
Mendapat bantuan dari guru
Evaluasi
dalam membuat kesimpulan
untuk membuat kesimpulan
Guru memberikan beberapa
Siswa menjawab pertanyaan
pertanyaan
dari guru
kepada
siswa
secara verbal atau non-verbal Refleksi
evaluasi
Mengoreksi hasil yang telah diberikan
Penugasan
Penyampaian tugas di masa yang akan datang
Memberikan
pekerjaan
Menyimak
hasil
evaluasi
yang diberikan oleh guru Menerima
tugas
yang
rumah kepada siswa.
diberikan oleh guru
Menyampaiakan perencanaan
Menyimak informasi dari
mengenai
pembelajaran
guru mengenai materi yang
pertemuan
akan dipelajari di pertemuan
untuk
di
selanjutnya.
selanjutnya.
J. Evaluasi: 1. Pertanyaan Individual Soal-soal di bawah ini di jawab oleh masing-masing individu pada siklus (Thinking). a. Apa pengertian dari legenda, mitos, dongeng, sage, dan fabel? b. Dari cerita yang telah disampaikan, adakah yang bisa memberikan kisah lain yang terkait dengan tempat-tempat bersejarah di Indonesia? c. Pada kisah bawang merah dan bawang putih serta Tangkuban Perahu, keduanya merupakan kisah yang telah lama dikenal oleh rakyat Indonesia. Dari segi peninggalan bentuk sejarah, bisakah kalian membedakan kedua kisah tersebut? 2. Lembar Kerja Siswa (Berpasangan) Di bawah ini merupakan kartu soal dan kartu bergambar yang akan di bagikan ketiap pasangan. Pada kartu soal akan tertulis beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap pasangan 1. Apa pengertian dari Sage? 2. Carilah sebuah cerita yang berbentuk Sage! 3. Jelaskan sejarah lahirnya Jakarta!
1. Apa pengertian dari Fabel? 2. Carilah sebuah cerita yang berbentuk fabel! 3. Jelaskan sejarah lahirnya Jakarta!
1. Apa pengertian dari Legenda? 2. Carilah sebuah cerita yang berbentuk legenda! 3. Jelaskan sejarah lahirnya Jakarta!
1. Apa pengertian dari dongeng? 2. Carilah sebuah cerita yang berbentuk dongeng! 3. Jelaskan sejarah lahirnya Jakarta!
1. Apa pengertian dari mitos? 2. Carilah sebuah cerita yang berbentuk mitos! 3. Jelaskan sejarah lahirnya Jakarta! 3. Pekerjaan Rumah Lembar kerja ini diberikan untuk dikerjakan di rumah. d. Carilah 2 buah cerita yang berbentuk Sage, Fabel, Mitos, Legenda, atau Dongeng! e. Pilihlah 2 buah kategori dari (Sage, Fabel, Mitos, Legenda, dan Dongeng)! f. Cerita yang didapat, di ketik dan di print K. Indikator Penilaian No Indikator Pencapaian Kompetensi 1 Menyebutkan jenis-jenis peninggalan sejarah berupa karya seni 2 Menunjukkan dan menjelaskan cara-cara menghargai peninggalan sejarah
Teknik
Bentuk
Instrument
Diskusi berpasangan
Tes
Terlampir
Diskusi
Non-tes
Terlampir
L. Format Kriteria Penilaian a. Produk (hasil kerja kelompok) Aspek Kriteria Konsep
Skor
Semua jelas
4
Sebagian besar jelas
3
Sebagian kecil jelas
2
Semua tidak jelas
1
Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10 atau (10:10) x 10
b. Performansi No 1
2
Aspek
Kriteria
Pengetahuan (kognitif)
Sikap (afektif)
Skor
berpengetahuan
4
Kadang-kadang tahu
2
Tidak tahu
1
Bersikap
4
Kadang-kadang sikap
2
Tidak bersikap
1
Nilai = (jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10 atau (21:21) x 10 c. Lembar Penilaian Siswa No
NamaSiswa
Performan Pengetahuan
Sikap
Produk
Jumlah Skor
Nilai
1
Pondok Cabe,
Mengetahui : Mahasiswa Peneliti
(
)
Februari 2015
Guru Pengampu
(Pujo Widodo, M.Pd )
Lampiran 2
Pertemuan ke-1 MATERI AJAR BENDA PENINGGALAN SEJARAH Apakah sejarah itu? Sejarah adalah cerita masa lalu yang benar-benar terjadi. Lalu apakah peninggalan sejarah itu? Mari kita ambil contoh dalam hidup sehari-hari. Apakah keluargamu mempunyai warisan? Biasanya kakek dan nenek atau orang tua meninggalkan warisan. Warisan itu bisa berupa rumah, tanah, sawah, uang, emas, pusaka, foto, buku, dan lain-lain. Semua barang warisan itu disebut peninggalan. Peninggalan ada hubungannya dengan masa lalu. Misalnya, kakek atau nenekmu mewariskan rumah. Ketika kamu melihat rumah warisan itu, Kamu teringat kakek dan nenekmu. Kamu mungkin teringat akan wajah kakek dan nenekmu. Kamu mungkin juga teringat akan kebiasaan mereka. Pendeknya, peninggalan tersebut mengingatkan kita akan masa-masa yang lampau. Lalu apa artinya peninggalan sejarah? Peninggalan sejarah artinya warisan masa lampau yang mempunyai nilai sejarah. Jadi, bukan sembarang peninggalan. Peninggalan sejarah membantu kita mengetahui apa yang terjadi di masa lampau. Apa saja bentuk peninggalan sejarah? Ada bermacam-macam bentuk peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah bisa berupa fosil, peralatan dari masa lampau, prasasti, patung, bangunan, naskah/tulisan, dan cerita atau hikayat. Peninggalan sejarah Indonesia ada yang tertulis maupun lisan. Mari kita bahas lebih lanjut bentukbentuk peninggalan sejarah ini! 1. Fosil Sisa tulang belulang manusia atau hewan dan tumbuhan yang telah menjadi batu. Fosil merupakan sisa makhluk hidup yang mati berjuta-juta tahun yang lalu. Tulang belulang itu berasal dari masa purba. Mereka tertanam di lapisan tanah. Umumnya, fosil-fosil ini sudah berumur jutaan tahun. Dari fosil-fosil dapat diketahui kehidupan zaman purba. Di
beberapa tempat di Indonesia ditemukan berbagai fosil. Salah satunya adalah fosil tengkorak manusia purba dari sangiran (Jawa Tengah). Fosil ini ditemukan pertama kali oleh E. Dubois. 2. Perkakas zaman dahulu Ada banyak peninggalan berupa peralatan yang diapaki pada zaman dahulu. Peralatan itu dipakai untuk berburu, menagkap ikan, dan bertani. Ada peralatan yang terbuat dari tulang, batu dan logam. Dari peninggalan ini kita bisa tahu kehidupan dan jenis pekerjaan manusia pada masa lampau. 3. Prasasti Prasasti adalah tulisan pada batu yang bernilai sejarah. Parasasti yang merupakan peninggalan pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia banyaksekali, misalnya:
Prasasti Ciareteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten dari Kerajaan Tarumanegara. Prasasti tersebut ditulis menggunakan bahasa Sansekerta.
Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, Karang Birahi dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut ditulis menggunakan bahasa Melayu.
Prasasti Tuk Mas, Sojomerto, Canggal dari Kerajaan Mataram.
Prasasti pada umumnya berisi cerita tentang silsilah raja, perjanjian antar kerajaan, hukum suatu kerajaan, agama yang dianut raja, dan sebagainya. Kebanyakan prasasti di Indonesia menggunakan bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Ada juga prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno. 4. Arca Arca adalah patung, ada yang terbuat dari batu ada juga yang terbuat dari perunggu.
Arca Buddha Amarawati di Sulawesi Selatan.
Arca Roro Jonggrang di Candi Prambanan.
Arca Airlangga di Belahan.
Arca Tribhuwana di Candi Arimbi.
Kebanyakan arca berasal dari kerajaan Hindu dan Budha. Bentuknya pun bermacam-macam, ada patung dewa-dewa, patung Buddha, patung raja dan ratu, dan ada juga berupa binatang. 5. Naskah Contoh peninggalan sejarah berbentuk naskah/tulisan antara lain buku/kitab
dan
dokumen-dokumen
penting.
Contoh
buku-buku
peninggalan sejarah antara lain Kitab Negara Kertagama, Kitab Mahabrata, dan Kitab Sutasoma. Contoh dokumen penting adalah naskah Proklamasi, naskah Supersemar, dan naskah-naskah perjanjian.
Pertemuan ke-2 MATERI BANGUNAN PENINGGALAN SEJARAH
1. Candi Candi merupakan bangunan batu yang kebanyakan digunakan untuk beribadah. Kata candi berasal dari nama salah satu Dewa Durga (Dewa Maut) yaitu Candika. Candi merupakan peninggalan kerajaan Hindu dan Budha. Pada dinding candi biasanya terdapat ukiran yang disebut relief. Bangunan candi sebagian besar berada di Jawa. Contoh candi adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Kalasan di Jawa Tengah. Contoh lainnya adalah Candi Portibi di Sumatera Utara. Candi Borobudur adalah candi terbesar di Dunia. Candi Borobudur merupakan salah satu peninggalan sejarah milik bangsa yang menjadi salah satu keajaiban dunia. Candi Borobudur terletak di Desa Budur, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur berada di atas sebuah bukit dikelilingi oleh Bukit Menoreh, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Candi Borobudur mempunyai corak yang sama dengan candi-candi Buddha yang ada di India. Candi Borobudur didirikan oleh Raja Samaratungga dari Dinasti
Syailendra
Mataram Kuno pada tahun 825 Masehi. Nama Borobudur berasal dari kata bhara yang berarti biara dan buddhara yang berarti
gunung. Jadi kata Borobudur
bermakna “biara yang berada di gunung
2. Tempat Ibadah Di Indonesia terdapat banyak sekali tempat ibadah, misalnya masjid, gereja, kuil, pura, dan klenteng. Ada tempat ibadah yang sudah dibangun ratusan tahun yang lalu. Contohnya, Masjid Demak (Jawa Tengah), Gereja Katedral (Jakarta), dan Pura Besakih (Bali). 3. Istana atau Keraton Istana atau Keraton adalah tempat tinggal raja. Pada zaman dahulu, wilayah Indonesia terdapat banyak kerajaan. Sehingga peninggalan istana atau keraton masih ada. Contoh istana atau keraton antara lain istana Maemun di Medan, Istana Negara di Jakarta, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta. 4. Monumen atau Tugu Tugu atau monumen adalah suatu bentuk bangunan yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa. peristiwa itu dianggap penting atau bersejarah. Misalnya, Tugu Pahlawan di Surabaya, Tugu Proklamator di Jakarta, Monumen Yogja Kembali, Monas, Dan Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. 5. Museum Gedung, rumah, tempat yang digunakan untuk menyimpan benda-benda peninggalan sejarah disebut museum. Di Jakarta terdapat banyak museum, misalnya museum Fatahillah, museum Lubang Buaya, Museum Satria Mandala, dll. 6. Benteng Benteng adalah bangunan yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Benteng-benteng yang ada di Indonesia kebanyakan adalah peninngalan Belanda, Portugis, dan Spanyol. Misalnya, Benteng Duurstede di Maluku, Benteng Malbourough di Bengkulu, Benteng Vrederburg di Yogyakarta. 7. Situs Situs adalah daerah temuan benda-benda purbakala, seperti fosil binatang purba. Banyak di Indonesia yang merupakan peninggalan Hindu dan Buddha, misalnya Situs Muara Jambi, Situs Piawangan, dan Situs Cilongok.
GAMBAR-GAMBAR BANGUNAN PENINGGALAN SEJARAH
Pertemuan ke-3 MATERI PENINGGALAN SEJARAH BERUPA KARYA SENI DAN CARA MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH
1. Karya Seni Lainnya Yang dimaksud karya seni lain di sini adalah karya seni yang tidak bersifat kebendaan. Yakni karya seni yang hidup atau menjadi tradisi di masyarakat. Contohnya antara lain sebagai berikut: a. Tarian tradisional Tarian tradisional merupakan tarian peninggalan zaman dulu yang sampai sekarang masih ada. Zaman dulu tarian sering ditampilkan saat upacara adat, menyambut tamu, dan sebagai hiburan. Contoh tarian tradisional antara lain Tari Gambyong dari Jawa Tengah dan Tari Seudati dari Aceh. b. Dongeng atau cerita rakyat Dongeng atau cerita rakyat merupakan cerita yang disampaikan secara turun-temurun. Cerita rakyat tidak jelas siapa pengarangnya. Cerita rakyat ada yang merupakan kisah nyata namun ada pula yang hanya karangan manusia. Contohnya adalah Malinkundang dari Sumatera Barat dan Tangkuban Perahu dari Jawa Barat. Cerita rakyat ini mengandung hikmah atau pelajaran yang dapat diambil oleh masyarakat. c. Lagu atau tembang daerah Lagu atau tembang daerah juga merupakan peninggalan sejarah. Contohnya antara lain Lagu Lir-ilir dari Jawa Tengah dan Lagu Gending Sriwijaya dari Sumatera. d. Seni pertunjukan Seni pertunjukan di Indonesia cukup banyak. Antara lain Wayang Kulit dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, Ogoh-ogoh dari Bali dan Wayang Golek dari Jawa Barat
2. Adat Istiadat Adat istiadat berhubungan dengan kepercayaan masyarakat. Adat- istiadat merupakan tradisi kepercayaan yang dilakukan suatu masyarakat secara turun temurun. Yang termasuk adat istiadat adalah up acara adat. Contohnya antara lain Upacara Pembakaran Mayat (Ngaben) di Bali, Upacara Sedekah Laut di Yogyakarta, dan Upacara Lompat Batu di Pulau Nias.
3. Menjaga Kelestarian Peninggalan Sejarah Sejak dahulu bangsa Indonesia sudah mampu menciptakan berbagai benda dan karya yang sangat berharga. Peninggalan sejarah tersebut sebagai bukti bahwa Indonesia telah memiliki budaya yang tinggi. Semua peninggalan bersejarah penting artinya bagi sebuah negara. Peninggalan sejarah merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Semakin lama atau semakin tua, nilainya justru semakin tinggi. Semakin langka suatu peninggalan bersejarah juga semakin tinggi nilainya. Peninggalan-peninggalan bersejarah sangat bermanfaat sebagai bahan studi atau penelitian di samping juga dapat dijadikan sebagai obyek wisata. Karena begitu pentingnya peninggalan bersejarah maka perlu diadakan upaya pelestarian. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam upaya melestarikan peninggalan bersejarah antara lain: a. Melakukan pendataaan dan pencatatan berbagai peninggalan sejarah. b. Mengumpulkan benda-benda bersejarah dan disimpan di dalam museum. c. Merawat dan menjaga agar tidak rusak. d. Melakukan pemugaran atau penataan kembali bangunan bersejara yang sudah rusak. e.
Menyebarluaskan informasi mengenai peninggalan sejarah yang ada.
Keindahan, kemegahan serta keunikan peninggalan bersejarah merupakan bukti nyata betapa tingginya budaya bangsa Indonesia. Ini merupakan kebanggaan sejarah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, peninggalan sejarah dilindungi oleh undang-undang dan sebagai anggota masyarakat wajib ikut memeliharanya.
Pertemuan ke-4 MATERI SEJARAH SUATU TEMPAT
A. Macam-Macam Cerita rakyat 1. Legenda Legenda adalah cerita terjadinya suatu tempat. Banyak masyarakat yang percaya cerita itu benar-benar terjadi. Legenda tidak dianggap suci karena tidak ada tokoh dewa. Contoh legenda antara lain: a. Cerita terjadinya gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat b. Cerita asal-usul nama Banyuwangi di Jawa Timur c. Cerita terjadinya Rawa Pening di Jawa tengah d. Cerita terjadinya Danau Toba di Sumatera Utara Terjadinya Gunung Tangkuban Prahu Konon hiduplah seorang gadis cantik bernama Dayang Sumbi. Ia adalah putri Prabu Sungging Perbangkara. Karena sumpahnya sendiri, Dayang Sumbi harus menikah dengan seekor anjing. Namanya Si Tumang. Dari pernikahan itu, lahirlah Sangkuriang. Sangkuriang tidak tahu kalau Si Tumang adalah ayahnya. Suatu hari karena jengkel Sangkuriang membunuh Si Tumang. Dayang Sumbi sangat marah. Sangkuriang pun diusir. Ketika dewasa, Sangkuriang bertemu dengan Dayang Sumbi. Ia jatuh cinta pada Dayang Sumbi. Akhirnya, Sangkuriang melamar Dayang Sumbi. Dayang Sumbi menolak lamaran itu. Ia tahu bahwa Sangkuriang adalah anaknya sendiri. Untuk menutupi penolakannya, Dayang Sumbi mengajukan syarat yang sangat berat. Sangkuriang harus membendung sungai Citarum dan membuat sebuah perahu dalam satu malam. Namun, ternyata Sangkuriang menyanggupi permintaan itu. Menjelang tengah malam, Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya.
Dayang Sumbi sangat terkejut. Ia pun melakukan tipu muslihat. Ia menyuruh penduduk memukul lesung dan membakar jerami. Maka segera terdengar kokok ayam jantan bersahutan. Akhirnya, lamaran Sangkuriang tidak diterima. Sangkuriang sangat marah dan kecewa. Ia menendang perahu yang hamper selesai dibuatnya. Perahu itu pun terbalik. Kemudian perahu itu berubah menjadi gunung. Gunung itu diberi nama Tangkuban Perahu. Memang bentuk gunung itu seperti perahu yang terbalik. b. Mitos Mitos adalah cerita yang dipercaya benar-benar terjadi, dianggap suci, dan memiliki tokoh dewa. Contohnya, asal-usul Candi Prambanan, asal usu Selat Bali, dan Putri Buruti Siraso (Sumatera Utara).
Terjadinya Candi Perambanan Pada zaman dahulu, berdirilah sebuah kerajaan di Pengging.Sang raja mempunyai seorang putera. Nama puteranya itu Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso adalah seorang pemuda yang gagah dan sakti. Di Prambanan juga berdiri sebuah kerajaan. Rajanya bernama Ratu Boko. Ratu Boko mempunyai seorang puteri yang sangat cantik. Nama puteri itu Roro Jonggrang. Kerajaan Pengging dan Prambanan bermusuhan. Terjadi peperangan hebat antara kedua kerajaan itu. Awalnya Kerajaan Pengging kalah. Bandung Bondowoso maju ke medan perang. Pengging dapat mengalahkan Prambanan. Bandung Bondowoso berhasil membunuh Prabu Boko. Saat masuk istana Prambanan, Bandung Bondowoso melihat Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso langsung jatuh cinta. Bandung Bondowoso ingin memperistri Roro Jonggrang. Namun, Roro Jonggrang tidak mau diperistri. Ia tidak mau diperistri oleh pembunuh ayahnya. Bandung Bondowoso terus memaksa. Akhirnya, Roro Jonggrang mau diperistri dengan satu syarat. Ia minta dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang sangat dalam satu malam. Bandung Bondowoso menyanggupi syarat itu.
Bandung Bondowoso minta bantuan makhluk-makhluk halus untuk membangun seribu candi. Mereka segera bekerja keras setelah matahari terbenam. Dengan cepat berdirilah candi-candi yang megah. Pada tengah malam, tinggal satu candi yang belum berdiri. Roro Jonggrang terkejut melihat hal tersebut. Ia mencari akal untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang membangunkan gadis-gadis desa. Mereka disuruh menumbuk padi sambil memukul-mukul lesung. Maka ayam jantan pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar ayam jantan berkokok, makhluk-makhluk halus segera menghentikan pekerjaannya. Mereka menyangka sebentar lagi matahari akan terbit. Gagallah Bandung Bondowoso mendirikan seribu candi. Bandung Bondowoso sangat marah karena ditipu oleh Roro Jonggrang. Dikutuklah Roro Jonggrang menjadi arca batu. Jadilah Roro Jongrang arca besar di candi Prambanan. Candi Prambanan sering juga disebut candi Roro Jonggrang. c. Dongeng Dongeng adalah cerita yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Biasanya berupa cerita tentang keajaiban atau kesaktian. Misalnya, dongeng Jaka Tarub, Timun Emas, Bawang Putih dan Bawang Merah, dan sebagainya. Sering kali peristiwa-peristiwa dalam dongeng tidak masuk akal. Dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah misalnya. Dongeng ini menceritakan dua orang anak, Bawang Putih dan Bawang Merah. Sifat kedua anak itu bertolak belakang. Bawang merah jahat dan bawang putih baik. Bawang putih selalu disakiti oleh bawang merah. Suatu ketika datanglah seorang pangeran dari kerajaan. Pangeran itu mempersunting Bawang Putih menjadi istrinya. Dongeng ini berasal dari Betawi (jakarta). d. Fabel Fabel termasuk cerita rakyat. Fabel berisi pendidikan moral. Biasanya berceria tentang kehidupan hewan atau binatang. Dalam fabel, hewan-hewan bisa bicara seperti manusia. Kamu tentu mengetahui cerita Kancil dan Buaya serta Kancil dan Siput, bukan. Dua cerita itu adalah contoh fabel. Coba sebutkan contoh fabel-fabel lainnya.
e. Sage Sage adalah cerita tentang tokoh kepahlawanan. Cerita seperti ini banyak beredar di masyarakat. Tetapi sumbernya sulit ditemukan. Biasanya merupakan sumber lisan. B. Sejarah Terjadinya Suatu Tempat 1. Kisah Terjadinya Jakarta Pada zaman kerajaan Hindu Pajajaran, daerah Jakarta bernama Sunda Kelapa. Sunda Kelapa adalah kota pelabuhan. Banyak kapal-kapal dagang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa. Para pedagang dating dari Palembang, Makassar, Madura, dan Demak. Melalui pelabuhan ini banyak barang dikirim ke luar negeri. Barang-barang itu misalnya lada, beras, emas, sayursayuran, dan hewan potong. Keramaian Sunda Kelapa menarik bangsa Portugis. Mereka mulai menduduki Sunda Kelapa pada tanggal 21 Agustus 1522. Para pedagang Portugis mulai membuat benteng. Kemudian mereka mau menguasai Sunda Kelapa. Pada masa ini Bangsa Portugis diserang pasukan Kerajaan Demak. enyerangan dipimpin oleh Fatahillah. Fatahillah berasal dari Kerajaan Samudra Pasai yang berdiri di Aceh. Ia baru kembali dari Mekkah. Ia memperdalam agama Islam di sana. Sesampai di tanah air ia sangat sedih. Tanah airnya diduduki bangsa asing. Bangsa asing itu adalah Bangsa Portugis. Niatnya mengusir Bangsa Portugis semakin kuat. Namun, Fatahillah tidak langsung menyerbu Sunda Kelapa. Mula-mula, ia pergi ke Banten. Di Banten, Fatahillah menyebarkan ajaran Islam. Ia tidak lama di Banten. Kemudian ia pindah ke Demak (Jawa Tengah) dengan maksud sama. Makin lama, kedudukan Fatahillah makin kuat. Akhirnya, ia memimpin pasukan Demak menyerbu Portugis. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 Juni 1527 Pasukan Demak tidak gentar menghadapi musuh. Pertempuran hebat terjadi di pantai. Pasukan Demak berjuang dengan gagah berani. Mereka berjuang sampai titik darah penghabisan. Setiap jengkal tanah mereka pertahankan.
Semangat untuk mengusir penjajah dari tanah air membakar dada pasukan kerajaan Demak. Akhirnya, pasukan Fatahillah menang. Portugis meninggalkan Sunda Kelapa. Kemudian Fatahillah berkuasa di Sunda Kelapa. Sejak itu, nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Nama Jayakarta berarti kemenangan yang sempurna. Nama itu dipakai untuk mengenang kemenangan tentara Demak atas bangsa Portugis. Kemudian, tanggal 22 Juni 1527 ditetapkan sebagai hari lahir kota Jakarta. Nama Fatahillah sendiri diabadikan menjadi nama museum di Jakarta. Pada masa penjajahan Belanda Jayakarta berganti nama menjadi Batavia. Sejak awal abad ke-20, Batavia menjadi pusat kekuasaan Belanda. Batavia dikuasai Jepang pada tanggal 9 Maret 1942. Sejak itu, nama Batavia diganti menjadi Jakarta sampai sekarang ini. 2. Kisah Terjadinya Yogyakarta Di Pulau Jawa bagian tengah terdapat Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Pada zaman dulu kedua kesultanan ini menjadi satu dengan nama Mataram. Waktu itu Ibu Kota Mataram adalah Kertasura. Kertasura terletak sekitar 10 kilometer sebelah barat Surakarta (Solo). Tahun 1742 Kerajaan Mataram jatuh karena sebuah pemberontakan. Raja yang memerintah waktu itu adalah Susuhunan Pakubuwono II. Raja dan seluruh anggota keluarga kerajaan melarikan diri ke Sura-karta (Solo). Pusat pemerintahan pun beralih ke Surakarta. Waktu itu kerajaan Mataram belum pulih benar. Raden Mas Said melancarkan pemberontakan. Sebenarnya Raden Mas Said adalah kemenakan raja sendiri. Kerajaan Mataram menjadi kacau balau. Pangeran Mangkubumi mengajukan diri membantu mengatasi kekacauan. Pangeran Mangkubumi adalah adik raja sendiri. Bantuan Pangeran Mangkubumi tidak disetujui seorang pejabat kerajaan. Pangeran Mangkubumi merasa kecewa. Dia bergabung dengan Raden Mas Said.
Di bawah pimpinan Raden Mas Said pasukan pemberontak menyerbu Surakarta. Raja Mataram merasa terdesak. Raja kemudian meminta bantuan kolonial Belanda untuk meredakan pemberontakan. Pemberontakan itu dapat digagalkan berkat bantuan tentara colonial Belanda. Pada tahun 1752 pemberontakan berkobar lagi. Pemberontakan berakhir dengan diadakannya sebuah perjanjian pada tanggal 15 Februari 1755. Namanya Perjanjian Giyanti. Berdasarkan perjanjian itu Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua, Mataram Surakarta Hadiningrat dan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Susuhunan Paku Buwono III menjadi raja Mataram Surakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi menjadi raja Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebagai raja ia bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Untuk sementara Sultan Hamengkubuwono I tinggal di Ambar Ketawang. Ia mencari tempat yang cocok untuk mendirikan pusat kerajaan. Para punggawa akhirnya menemukan sebuah hutan. Namanya Garijitawati. Letaknya tidak jauh dari Desa Beringin. Di sinilah kemudian didirikan pusat kerajaan. Tapi, kerajaan yang baru ini belum memiliki nama. Apa nama kerajaan baru ini? Pangeran Mangkubumi dipercaya sebagai jelmaan Dewa Wisnu dalam wujud Khrisna. Sebelumnya, Dewa Wisnu pernah menjelma menjadi Sri Rahma. Raja Sri Rahma tinggal di kerajaan Ayodya. Karena itu, cocok jika kerajaan yang baru ini diberi nama Ayodya. Atau sering disingkat sebagai Yodya. Para pengikut Pangeran Mangkubumi berharap kerjaan baru ini aman, tenteram, damai, dan sejahtera. Inilah sebabnya nama Yodya kemudian ditambah dengan kata karta, artinya serba baik. Demikianlah, kerajaan yang baru ini diberi nama Yodyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, orang lebih mudah menyebut kerajaan ini dengan nama Yogyakarta.
Lampiran 3 DAFTAR NILAI IPS KELAS IV SEMESTER 1 TAHUN AJARAN 2013-2014 Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM): 70% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama AB AGH AHP AMS ANSP AP APM AR ASN B C D DP FAS DK DYY G GGP HMZ J KA KN MA MHW MIK ND NK RA SAA SAP SMAP SRA TD W
IV-1 62 62 52 67 65 80 80 57 70 62 57 70 65 57 77 70 47 65 65 75 52 80 52 75 77 50 55 77 62 57 50 67 87 60
Nama A AA ABW AHPS AS ATO BSY C DFN DR EA EIS F FBD FR IN J L MAZ ML NAP NS R R RA RA RD SLP SS SS T TSN
IV-2 77 55 70 55 67 57 65 60 67 67 57 67 70 70 72 57 50 70 77 62 77 57 80 57 70 70 70 72 67 60 75 50
Nama A AD AFA AZ B D DCH DL DNK FM KI KS LS LTA M MF MO MR MRF NFKSP NSS PN RA RA RA RAN RMP RS SDP SF SK SPR VAA Z
IV-3 50 72 87 50 70 65 70 60 80 62 72 82 67 82 75 82 57 85 87 67 75 72 52 47 82 55 67 77 65 40 67 67 65 85
Nama AAA AAA AD AFA AK AN ANB APP BTT CA DA DA DKP FIR FS FS GR ISN KAPW LKK MRA MRS MSA NF NF NFF NP PID
IV-Bill 70 70 65 50 67 60 72 55 52 65 65 65 47 62 62 62 67 75 67 72 57 57 62 72 67 55 67 60
Lampiran 4
Tabel Kisi-Kisi Instrument Indikator
C1
1. Menyebutkan
Jenjang Kognitif C2 C3
C4
1, 3
-
29
-
4, 6, 9, 39
2, 7
-
-
-
-
-
5, 37
34
-
-
10
40
11, 13, 38
31
-
-
-
Jumla h 11
macam-macam benda peninggalan sejarah 2. Menjelaskan pengertian macam
macambenda
peninggalan sejarah 3. Mengidentifikasi benda
peninggalan
sejarah 1. Mengidentifikasi bangunan peninggalan sejarah 2. Menjelaskan pengertian
dari
bangunan-bangunan peninggalan sejarah. 3. Menyebutkan lokasilokasi bangunan yang merupakan peninggalan sejarah
12, 28, 35, 36
16, 33
13
1. Menyebutkan jenis
jenis-
32
-
-
-
-
8, 14, 15, 30
26
-
17, 18, 21
20
-
-
-
23, 27
-
-
-
24, 25
19, 22
-
6
peninggalan
sejarah berupa karya seni. 2. Menunjukkan menjelaskan cara
dan cara-
menghargai
peninggalan 1. Menjelaskan pengertian
dari
legenda,
10
mitos,
dongeng, sage, fabel 2. Membedakan kisah
di
kisah-
Indonesia
berdasarkan jenisnya (mitos,
legenda,
dongeng, sage, fabel) 3. Menjelaskan sejarah suatu tempat
JUMLAH
40
Lampiran 5
UJI INSTRUMEN Nama Kelas
: ………………… : V -………………
Hari/Tanggal Mata Pelajaran
: ………………… : IPS
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar! 1. Warisan masa lampau yang mempunyai nilai sejarah disebut .... a. wasiat c. warisan b. peninggalan sejarah d. keturunan 2. Di bawah ini yang bukan merupakan peninggalan sejarah adalah .... a. tarian adat c. hotel b. candi d. monumen 3. Sisa-sisa tulang-belulang manusia dan hewan atau tumbuhan yang membatu disebut .... a. fosil c. makam d. prasasti b. arca 4. Penemu fosil manusia purba di Sangiran, Jawa tengah adalah .... a. Moh. Hatta c. Wali Songo b. E. Dubois d. Fatahillah 5. Gambar di bawah merupakan peninggalan sejarah berupa .... a. fosil b. arca
c. kitab d. perkakas
6. Tulisan-tulisan dari masa lampau yang di tulis di atas batu disebut .... a. prasasti c. naskah b. candi d. Tugu 7. Di bawah ini adalah macam-macam relief, kecuali .... a. Mulawarman c. Awadana dan Jataka b. Lalitavistara d. Karmawibhangga 8. Banyak benda peninggalan sejarah di Indonesia yang dicuri. Hal ini dikarenakan .... a. kurangnya melestarikan peninggalan sejarah b. kurangnya pemahaman seluruh rakyat Indonesia akan pentingnya menjaga peninggalan c. kurangnya kesadaran pemerintah dalam menjaga benda peninggalan sejarah
d. kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga benda peninggalan sejarah 9. Patung arca terbuat dari .... a. emas dan batu b. tulang dan emas
c. emas dan perunggu d. batu dan perunggu
10. Salah satu bangunan peninggalan sejarah adalah .... a. mall Blok M c. istana Bogor b. gedung Senayan d. lumpur Lapindo 11. Candi Prambanan merupakan peninggalan kerajaan .... a. Hindu c. Islam b. Budha d. Kristen 12. Gedung Sumpah Pemuda terletak di daerah .... a. Jakarta Barat c. Jakarta Pusat b. Jakarta Timur d. Jakarta Selatan 13. Bangunan yang digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh adalah .... a. masjid c. monumen b. benteng d. candi 14. Toni dan Doni merupakan 2 orang sahabat yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Toni merupakan penganut agama Kristiani dan berasal dari Manado, sedangkan Doni merupakan penganut agama Islam dan berasal dari Jawa. Keduanya bersahabat dengan sangat baik. Semboyan yang cocok untuk menggambarkan persahabatan Toni dan Doni adalah .... a. Bhineka Tunggal Ika c. habis gelap terbitlah terang b. Tut Wuri Handayani d. Ing Ngarso Sung Tulodo 15. Dampak yang diberikan pada gambar di samping ialah .... a. Merusak keindahan bangunan peninggalan sejarah b. Mendapatkan keuntungan dari penjualan benda peninggalan sejarah c. Memberikan keuntungan bagi negara lain d. Merugikan negara Indonesia
16. Perhatikan tabel di bawah ini! Candi yang terletak di Jawa Tengah ditunjukkan oleh nomor .... No Nama Candi 1 Candi Borobudur 2 Candi Pawon 3 Candi Muara 4 Candi Mendut 5 Candi Panataran
a. 1, 3, dan 4 b. 1, 2, dan 3
c. 1, 2, dan 4 d. 1, 4, dan 5
17. Di bawah ini yang merupakan peninggalan sejarah secara lisan adalah .... a. dongeng c. prasasti b. naskah d. artefak 18. Cerita terjadinya suatu tempat disebut .... a. fabel c. mitos b. dongeng d. legenda 19. Cerita terjadinya gunung Tangkuban Perahu berasal dari daerah .... a. Jawa Tengah c. Sumatera Barat b. Jawa Barat d. Sumatera Utara 20. Di bawah ini yang merupakan mitos adalah .... a. terjadinya Candi Prambanan b. asal-usul Banyuwangi c. terjadinya Rawa Pening d. terjadinya Danau Toba 21. Cerita tentang tokoh kepahlawanan disebut .... a. legenda c. sage d. dongeng b. mitos 22. Bangsa Portugis menduduki Sunda kelapa pada tanggal .... a. 10 November 1945 c. 21 Agustus 1522 b. 17 Agustus 1945 d. 26 Juni 1945 23. Suatu hari seekor kancil ingin menyebrangi sungai akan tetapi di sungai tersebut banyak sekali buaya yang ingin memakan si kancil. Kancil pun tak kehabisan akal. Ia mengelabui buaya-buaya tersebut dengan akal pikirannya. Dan pada akhirnya Kancil dapat menyebrangi sungai tersebut dengan selamat. Cerita di atas berbentuk .... a. sage c. dongeng b. fabel d. mitos 24. Hari lahir kota jakarta ditetapkan pada tanggal .... a. 21 Juni 1527 c. 23 Juni 1527 b. 22 Juni 1527 d. 24 Juni 1527 25. Pada tahun 1742 kerajaan Mataram di pimpin oleh .... a. Hamengkubuwono I c. Kudungga b. Mulawarman d. Pakubuwono II 26. Bentuk menghargai peninggalan sejarah adalah dengan .... a. Mencorat-coret dinding museum b. Membuang sampah sembarang di sekitar museum c. Mengunjungi tempat-tempat peninggalan sejarah d. Mengunjungi tempat-tempat rekreasi
27. Cerita bawang putih dan bawang merah dalam masyarakat Betawi termasuk sumber sejarah jenis .... a. legenda c. dongeng b. mitos d. sage
28. Gedung Lawang Sewu terletak di kota .... a. Semarang c. Cirebon b. Yogyakarta d. Bandung 29. Salah satu manfaat peninggalan sejarah adalah .... a. menambah koleksi pribadi b. dapat diperjual belikan c. memperkaya diri sendiri d. menambah ilmu pengetahuan 30. Turut menjaga kebersihan dan keutuhan benda sejarah ketika kita mengunjungi tempat tersebut termasuk .... a. manfaat peninggalan sejarah b. upaya pelestarian peninggalan sejarah c. menaati tata tertib d. mempelajari sejarah 31. Candi borobudur dinamakan Borobudur karena .... a. dikelilingi oleh pegunungan b. peninggalan Dinasti Syailendra c. berada di atas sebuah bukit d. merupakan candi terbesar di dunia 32. Tari Seudati berasal dari daerah .... a. Aceh c. Riau b. Jawa Barat d. Jambi 33. Gambar di bawah ini merupakan tempat .... a. Menyimpan benda-benda peninggalan sejarah b. mengenang jasa seorang tokoh kepada nusa dan bangsa c. untuk bertahan dari serangan musuh d. ditemukannya tengkorak purba di Sangiran
34. Candi di Indonesia yang menjadi salah satu keajaiban dunia yaitu candi .... a. Prambanan c. Borobudur b. Mendut d. Singasari
35. Masjid peninggalan wali songo yang dibangun pada masa pemerintahan Raden Patah adalah masjid .... a. Demak c. Kudus b. Ampel d. Gresik 36. Peninggalan sejarah berupa tulisan adalah ... a. candi c. benteng b. prasasti d. fosil 37. Arca yang ditunjukan gambar di bawah ini adalah patung….. a. b. c. d.
Syiwa Ganesha Wisapani Kertarejasa
38. Relief adalah .... a. batu bertulis b. ukiran pada dinding candi c. sisa makhluk hidup yang sudah membatu d. peralatan yang digunakan manusia sejak jaman dulu 39. Prasasti di Indonesia banyak menggunakan bahasa .... a. Indonesia c. Sansekerta b. Jawa d. Pallawa 40. Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha antara lain .... a. museum c. makam b. masjid d. candi
Lampiran 6
Kunci Jawaban Instrumen
1. b. peninggalan sejarah 2. c. hotel 3. a. fosil 4. b. E. Dubois 5. d. perkakas 6. a. prasasti 7. a. Mulawarman 8. b. kurangnya pemahaman seluruh rakyat Indonesia akan pentingnya menjaga peninggalan 9. d. batu dan perunggu 10. c. istana Bogor 11. a. Hindu 12. c. Jakarta Pusat 13. b. Benteng 14. a. Bhineka Tunggal Ika 15. d. merugikan negara Indonesia 16. c. 1, 2, dan 4 17. a. dongeng 18. d. legenda 19. b. Jawa Barat 20. a. terjadinya Candi Prambanan 21. c. sage 22. c. 21 agustus 1522 23. b. fabel 24. b. 22 Juni 1527
25. d. Pakubuwono II 26. c. mengunjungi tempat-tempat peninggalan sejarah 27. c. dongeng 28. a. Semarang 29. d. menambah ilmu pengetahuan 30. b. upaya pelestarian peninggalan sejarah 31. a.dikelilingi oleh pegunungan 32. a. Aceh 33. d. ditemukannya tengkorak purba di Sangiran 34. c. Borobudur 35. a. Demak 36. b. prasasti 37. d. Kertarejasa 38. b. ukiran pada dinding candi 39. c. Sansekerta 40. d. candi
Lampiran 7
Soal Pretest dan Posttest SD DHARMA KARYA UT TAHUN PELAJARAN 2014 – 2015 Nama Kelas
: ………………… : IV -………………
Hari/Tanggal Mata Pelajaran
: ………………… : IPS
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar! 1. Tulisan-tulisan dari masa lampau yang di tulis di atas batu disebut .... a. prasasti c. naskah b. candi d. tugu 2. Banyak benda peninggalan sejarah di Indonesia yang dicuri. Hal ini dikarenakan .... a. kurangnya pelestarian benda-benda peninggalan sejarah b. kurangnya pemahaman seluruh rakyat Indonesia akan pentingnya menjaga peninggalan sejarah c. kurangnya kesadaran pemerintah dalam menjaga benda peninggalan sejarah d. kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga benda peninggalan sejarah 3. Candi Prambanan merupakan peninggalan kerajaan .... a. Hindu c. Islam b. Budha d. Kristen 4. Gedung Sumpah Pemuda terletak di daerah .... a. Jakarta Barat c. Jakarta Pusat b. Jakarta Timur d. Jakarta Selatan 5. Toni dan Doni merupakan 2 orang sahabat yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Toni merupakan penganut agama Kristiani dan berasal dari Manado, sedangkan Doni merupakan penganut agama Islam dan berasal dari Jawa. Keduanya bersahabat dengan sangat baik. Semboyan yang cocok untuk menggambarkan persahabatan Toni dan Doni adalah .... a. Bhineka Tunggal Ika c. b. Tut Wuri Handayani d. Bhineka Tunggal Ika 6. Dampak yang diberikan pada gambar di samping ialah .... a. merusak keindahan bangunan peninggalan sejarah b. mendapatkan keuntungan dari penjualan benda peninggalan sejarah c. merugikan negara Indonesia d. memberikan keuntungan bagi negara lain .
7. Di bawah ini yang merupakan mitos adalah .... a. terjadinya Candi Prambanan b. asal-usul Banyuwangi c. terjadinya Rawa Pening d. terjadinya Danau Toba 8. Bangsa Portugis menduduki Sunda kelapa pada tanggal .... a. 10 November 1945 c. 21 Agustus 1522 b. 17 Agustus 1945 d. 26 Juni 1945 9. Suatu hari seekor kancil ingin menyebrangi sungai akan tetapi di sungai tersebut banyak sekali buaya yang ingin memakan si kancil. Kancil pun tak kehabisan akal. Ia mengelabui buaya-buaya tersebut dengan akal pikirannya. Dan pada akhirnya Kancil dapat menyebrangi sungai tersebut dengan selamat. Cerita di atas berbentuk .... a. sage c. dongeng b. fabel d. mitos 10. Hari lahir kota jakarta ditetapkan pada tanggal .... a. 21 Juni 1527 c. 23 Juni 1527 b. 22 Juni 1527 d. 24 Juni 1527 11. Pada tahun 1742 kerajaan Mataram di pimpin oleh .... a. Hamengkubuwono I c. Kudungga b. Mulawarman d. Pakubuwono II 12. Gedung Lawang Sewu terletak di kota .... a. Cirebon c. Semarang d. Bandung b. Yogyakarta 13. Turut menjaga kebersihan dan keutuhan benda sejarah ketika kita mengunjungi tempat tersebut termasuk .... a. manfaat peninggalan sejarah b. upaya pelestarian peninggalan sejarah c. menaati tata tertib d. mempelajari sejarah 14. Tari Seudati berasal dari daerah .... a. Aceh c. Riau b. Jawa Barat d. Jambi 15. Gambar di bawah ini merupakan tempat .... a. Menyimpan benda-benda peninggalan sejarah b. mengenang jasa seorang tokoh kepada nusa dan bangsa c. untuk bertahan dari serangan musuh d. ditemukannya tengkorak purba di Sangiran
16. Masjid peninggalan wali songo yang dibangun pada masa pemerintahan Raden Patah adalah masjid .... a. Demak c. Kudus b. Ampel d. Gresik 17. Relief adalah .... a. batu bertulis b. ukiran pada dinding candi c. sisa makhluk hidup yang sudah membatu d. peralatan yang digunakan manusia sejak jaman dulu
Lampiran 8
Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest 1. a. prasasti 2. b. kurangnya pemahaman seluruh rakyat Indonesia akan pentingnya menjaga peninggalan sejarah 3. a. Hindu 4. c. Jakarta Pusat 5. d. Bhineka Tunggal Ika 6. c. merugikan negara Indonesia 7. a. terjadinya Candi Prambanan 8. c. 21 Agustus 1522 9. b. fabel 10. b. 22 Juni 1527 11. d. Pakubuwono II 12. c. Semarang 13. b. upaya pelestarian peninggalan sejarah 14. a. Aceh 15. d. ditemukannya tengkorak purba di sangiran 16. a. Demak 17. b. ukiran pada dinding candi
Lampiran 9
Hasil Uji Validitas Instrumen
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 96 Butir Soal= 40 Nama berkas: J:\ANATES\3 KELAS (5-1, 5-3, 5-BIL).ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Korelasi 0,274 0,106 NAN 0,211 0,231 0,331 0,143 0,363 0,211 0,061 0,352 0,337 -0,002 0,309 0,414 0,242 0,298 0,260 0,288 0,341 0,193 0,448 0,312 0,325 0,375 0,066 0,066 0,435 0,167 0,316 0,228 0,322 0,307 0,227 0,362 0,290 0,157 0,351 0,292 -0,070
Signifikansi NAN Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Sangat Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan -
Lampiran 10
Hasil Uji Relaibilitas Instrumen RELIABILITAS TES ================ Rata2= 25.92 Simpang Baku= 4.27 KorelasiXY= 0.55 Reliabilitas Tes= 0.71 Nama berkas: F:\ANATES\3 KELAS (5-1, 5-3, 5-BIL).ANA No.Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
No.Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Kode/NamaSubyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total Rafi Putra 14 13 27 Adi Satria Nu... 15 13 28 Syarla M.A.P 9 11 20 Anggito 13 12 25 Aryo Hanung P 12 9 21 Giovanni 11 8 19 Fayyiz As 13 10 23 Radityo Adi 15 16 31 Jonathan 14 16 30 M. Haikal Wibowo 14 16 30 Sabina Adiani P 12 11 23 Syafana Reva ... 14 13 27 Annisa Medya S 14 13 27 Destya Putri 13 13 26 Najwa Kamilah 11 11 22 Shalma Ayu A 13 12 25 Made Adi 13 8 21 Marvellyno In... 15 16 31 Aurellia Nurf... 14 12 26 Chaisya 13 10 23 Gabriella Gra... 14 12 26 Aryo Putra 17 15 32 Khautsar Noor 17 15 32 Trinita Dinanty 19 16 35 Audry Putri M... 18 14 32 Andreas Rama 13 10 23 Bagus 15 10 25 Fitho YY 14 14 28 Haura Murniah Z 14 12 26 Nabiila Dyanta 9 11 20 Delvin 14 14 28 Farrelius Kevin 16 15 31 William 13 11 24 Kadek 13 8 21 Michell 15 13 28 Nabila Septia... 18 11 29 Zarya 18 17 35 M. Rafli. F 17 16 33 Alanda FA 18 15 33 Maureen Rashya 18 14 32 Salma Kayla 13 13 26 Nayla Kaidza 13 13 26
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
Rayyan Abyan N Sulthan Firdaus Danielle CH Kafka Izdihar Rifqi Maulana P Billal Rafif Arsa Rasya Salma Faiz Muhammad Aisha Zahra Rama Aulia Keisha Safina Lalita Tara A Panggalih Nug... M. Omariyasa Sania DP Lath Shofiya Asyar Danendra Natha K Arsya Rihadatul Aisy Daksa Dea Luthfiyana Virginia Anni... Shafiyah Putri R M. Faridz Nadine Fathia Dhira Adyadan... Alma' Arumi A Shaquille Alvega Fernanda Qolbi Zamzami Nebula Fajr F Maylaf Syifa ... M. Reynaldi. A Putra Intandh... Iafa Safira N... Ghyra Ravifa Rafly Ummara Narindra Putr... Avantie K Shenia Rully A. Lintang K.K Keisha A.P.W Ayi Ning Biru Canna Amatillatu Azka Fahmi Al... Ahnaf Pandu P... Atika Dzakiyyah Alya Nisrina Bernarda T.T Faiz Isra Rizqie M. Rafly. S Diandra Karin P
11 7 12 13 11 11 11 15 11 8 16 15 13 14 11 12 14 11 16 13 10 12 10 11 13 16 14 13 12 15 11 15 11 13 11 13 15 13 11 13 13 13 12 13 14 13 10 12 11 11 12 13 10 10
9 7 14 15 15 16 7 15 13 10 16 17 19 14 11 13 13 8 15 14 8 12 13 15 13 16 13 13 16 16 11 15 11 12 12 11 15 14 10 14 14 11 15 14 15 13 10 10 15 13 9 12 13 9
20 14 26 28 26 27 18 30 24 18 32 32 32 28 22 25 27 19 31 27 18 24 23 26 26 32 27 26 28 31 22 30 22 25 23 24 30 27 21 27 27 24 27 27 29 26 20 22 26 24 21 25 23 19
Lampiran 11
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 96 Butir Soal= 40 Nama berkas: J:\ANATES\3 KELAS (5-1, 5-3, 5-BIL).ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Jml Betul 86 91 96 59 49 79 95 34 69 87 59 63 95 60 34 37 28 72 60 14 57 61 15 40 33 94 78 63 90 61 36 53 71 91 73 92 60 74 78 1
Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 89,58 Sangat Mudah 94,79 Sangat Mudah 100,00 Sangat Mudah 61,46 Sedang 51,04 Sedang 82,29 Mudah 98,96 Sangat Mudah 35,42 Sedang 71,88 Mudah 90,63 Sangat Mudah 61,46 Sedang 65,63 Sedang 98,96 Sangat Mudah 62,50 Sedang 35,42 Sedang 38,54 Sedang 29,17 Sukar 75,00 Mudah 62,50 Sedang 14,58 Sangat Sukar 59,38 Sedang 63,54 Sedang 15,63 Sukar 41,67 Sedang 34,38 Sedang 97,92 Sangat Mudah 81,25 Mudah 65,63 Sedang 93,75 Sangat Mudah 63,54 Sedang 37,50 Sedang 55,21 Sedang 73,96 Mudah 94,79 Sangat Mudah 76,04 Mudah 95,83 Sangat Mudah 62,50 Sedang 77,08 Mudah 81,25 Mudah 1,04 Sangat Sukar
Lampiran 12
Hasil Uji Daya Pembeda Instrument
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 96 Klp atas/bawah(n)= 26 Butir Soal= 40 Nama berkas: J:\ANATES\3 KELAS (5-1, 5-3, 5-BIL).ANA No Butir Baru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kel. Atas 25 25 26 17 20 25 26 14 23 24 23 23 26 21 18 14 13 22 21 8 17 24 8 19 17 26 23 22 25 21 16 17 20 26 25 26 17 24 24 0
Kel. Bawah 21 25 26 10 12 19 25 2 17 23 11 13 26 12 5 8 3 15 10 1 12 8 1 7 4 25 20 9 22 10 9 7 12 22 13 22 14 15 18 1
Beda 4 0 0 7 8 6 1 12 6 1 12 10 0 9 13 6 10 7 11 7 5 16 7 12 13 1 3 13 3 11 7 10 8 4 12 4 3 9 6 -1
Indeks DP (%) 15,38 0,00 0,00 26,92 30,77 23,08 3,85 46,15 23,08 3,85 46,15 38,46 0,00 34,62 50,00 23,08 38,46 26,92 42,31 26,92 19,23 61,54 26,92 46,15 50,00 3,85 11,54 50,00 11,54 42,31 26,92 38,46 30,77 15,38 46,15 15,38 11,54 34,62 23,08 -3,85
Lampiran 13 REKAPITULASI ANALISIS BUTIR SOAL No Tingkat Kesukaran Daya Beda Soal Indeks Kategori Indeks Kategori 1 89,58 Sangat Mudah 15,38 Buruk 2 94,79 Sangat Mudah 0,00 Buruk 3 100,00 Sangat Mudah 0,00 Buruk 4 61,46 Sedang 26,92 Cukup 5 51,04 Sedang 30,77 Cukup 6 82,29 Mudah 23,08 Cukup 7 98,96 Sangat Mudah 3,85 Buruk 8 35,42 Sedang 46,15 Baik 9 71,88 Mudah 23,08 Cukup 10 90,63 Sangat Mudah 3,85 Buruk 11 61,46 Sedang 46,15 Baik 12 65,63 Sedang 38,46 Cukup 13 98,96 Sangat Mudah 0,00 Buruk 14 62,50 Sedang 34,62 Cukup 15 35,42 Sedang 50,00 Baik 16 38,54 Sedang 23,08 Cukup 17 29,17 Sukar 38,46 Cukup 18 75,00 Mudah 26,92 Cukup 19 62,50 Sedang 42,31 Baik 20 14,58 Sangat Sukar 26,92 Cukup 21 59,38 Sedang 19,23 Buruk 22 63,54 Sedang 61,54 Baik 23 15,63 Sukar 26,92 Cukup 24 41,67 Sedang 46,15 Baik 25 34,38 Sedang 50,00 Baik 26 97,92 Sangat Mudah 3,85 Buruk 27 81,25 Mudah 11,54 Buruk 28 65,63 Sedang 50,00 Baik 29 93,75 Sangat Mudah 11,54 Buruk 30 63,54 Sedang 42,31 Baik 31 37,50 Sedang 26,92 Cukup 32 55,21 Sedang 38,46 Cukup 33 73,96 Mudah 30,77 Cukup 34 94,79 Sangat Mudah 15,38 Buruk 35 76,04 Mudah 46,15 Baik 36 95,83 Sangat Mudah 15,38 Buruk 37 62,50 Sedang 11,54 Buruk 38 77,08 Mudah 34,62 Cukup 39 81,25 Mudah 23,08 Cukup 40 1,04 Sangat Sukar -3,85 Diabaikan Soal yang digunakan sebanyak 17 soa dari 40 soal
Validitasi Indeks Kategori 0,274 Tidak Valid 0,106 Tidak Valid NAN Tidak Valid 0,211 Tidak Valid 0,231 Tidak Valid 0,331 Valid 0,143 Tidak Valid 0,363 Valid 0,211 Tidak Valid 0,061 Tidak Valid 0,352 Valid 0,337 Valid -0,002 Tidak Valid 0,309 Valid 0,414 Valid 0,242 Tidak Valid 0,298 Tidak Valid 0,260 Tidak Valid 0,288 Tidak Valid 0,341 Valid 0,193 Tidak Valid 0,448 Valid 0,312 Valid 0,325 Valid 0,375 Valid 0,066 Tidak Valid 0,066 Tidak Valid 0,435 Valid 0,167 Tidak Valid 0,316 Valid 0,228 Tidak Valid 0,322 Valid 0,307 Valid 0,227 Tidak Valid 0,362 Valid 0,290 Tidak Valid 0,157 Tidak Valid 0,351 Valid 0,292 Tidak Valid -0,070 Tidak valid
Keputusan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan
Lampiran 14
DATA SKOR PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN 1. Data Skor Pretest Kelompok Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Aur Adh Ani Daf Tab Nad Ang Kei Hon Wic Kha Raf Ben Ada Kay Ind Sai Kha Irs Rar Sal Naj Ann Ari Fad Def Kar Nik
Soal Benar 12 9 8 10 6 10 11 10 8 6 9 12 7 9 7 10 11 11 10 9 9 8 8 10 11 10 13 7
Salah 5 8 9 7 11 7 6 7 9 11 8 5 10 8 10 7 6 6 7 8 8 9 9 7 6 7 4 10
Skor
Nilai
12 9 8 10 6 10 11 10 8 6 9 12 7 9 7 10 11 11 10 9 9 8 8 10 11 10 13 7
71 53 47 59 35 59 65 59 47 35 53 71 41 53 41 59 65 65 59 53 53 47 47 59 65 59 76 41
2. Data Skor Posttest Kelompok Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Aur Adh Ani Daf Tab Nad Ang Kei Hon Wic Kha Raf Ben Ada Kay Ind Sai Kha Irs Rar Sal Naj Ann Ari Fad Def Kar Nik
Soal Benar 16 11 10 14 9 13 14 13 11 9 12 16 9 12 9 14 14 15 13 12 12 11 10 13 15 14 16 9
Salah 1 6 7 3 8 4 3 4 6 8 5 1 8 5 8 3 3 2 4 5 5 6 7 4 2 3 1 8
Skor
Nilai
16 11 10 14 9 13 14 13 11 9 12 16 9 12 9 14 14 15 13 12 12 11 10 13 15 14 16 9
94 65 59 82 53 76 82 76 65 53 71 94 53 71 59 82 82 88 76 71 71 65 59 76 88 82 94 53
Lampiran 15
DATA SKOR PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK KONTROL 1. Data Skor Pretest Kelompok Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Dan And Pan Air Aqy All Ali Nas Ais Kha Jes Kei Ran Bay Axe Van Nau Ali Aza Fik Abh Dev Mau Rev Kha Far Ret She
Soal Benar 7 10 11 9 8 9 6 8 7 7 10 13 13 11 7 10 9 8 12 12 10 10 8 8 11 12 10 9
Salah 10 7 6 8 9 8 11 9 10 10 7 4 4 6 10 7 8 9 5 5 7 7 9 9 6 5 7 8
Skor
Nilai
7 10 11 9 8 9 6 8 7 7 10 13 13 11 7 10 9 8 12 12 10 10 8 8 11 12 10 9
41 59 65 53 47 53 35 47 41 41 59 76 76 65 41 59 53 47 71 71 59 59 47 47 65 71 59 53
2. Data Skor Posttest Kelompok Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Dan And Pan Air Aqy All Ali Nas Ais Kha Jes Kei Ran Bay Axe Van Nau Ali Aza Fik Abh Dev Mau Rev Kha Far Ret She
Soal Benar 8 12 13 11 10 11 8 10 8 9 12 15 15 13 9 12 11 11 14 14 13 13 11 10 13 14 13 12
Salah 9 5 4 6 7 6 9 7 9 8 5 2 2 4 8 5 6 6 3 3 4 4 6 7 4 3 4 5
Skor
Nilai
8 12 13 11 10 11 8 10 8 9 12 15 15 13 9 12 11 11 14 14 13 13 11 10 13 14 13 12
47 71 76 65 59 65 47 59 47 53 71 88 88 76 53 71 65 65 82 82 76 76 65 59 76 82 76 71
Lampiran 16
PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN A. Perhitungan Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus, Hasil Pretest Kelompok Eksperimen *Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar 35, 35, 41, 41, 41, 47, 47, 47, 47, 53, 53, 53, 53, 53 59, 59, 59, 59, 59, 59, 59, 65, 65, 65, 65, 71, 71, 76
Tabel skor hasil pretest kelompok eksperimen No X F X2 fX fX2 1 35 2 1225 70 2450 2 41 3 1681 123 5043 3 47 4 2209 188 8836 4 53 5 2809 265 14045 5 59 7 3481 413 24367 6 65 4 4225 260 16900 7 71 2 5041 142 10082 8 76 1 5776 76 5776 Jumlah 447 28 26447 1537 87499 Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyususn tabel distribusi frekuensi adalah 1. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini data terbesar adalah 76 dan data terkecil adalah 35, dengan menggunakan rumus: R=H–L R = 76 – 35 R= 41 2.
Menentukan banyaknya kelas interval menggunakan rumus:
yang diperlukan dengan
K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 log 28 K = 6,02 3.
Menentukan panjang kelas interval (i), yaitu dengan menggunakan rumus: i= i= i = 6,8 (7) Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen
No 1
Interval Kelas 35-41
Titik Tengah 38
Batas Bawah 34,5
Batas Atas 41,5
2
42-48
45
41,5
48,5
4
14,29%
3
49-55
52
48,5
55,5
5
17,86%
4
56-62
59
55,5
62,5
7
25%
5
63-69
66
62,5
69,5
4
14,29%
6
70-76
73
69,5
76,5
3
10,71%
N=28
100%
4.
Jumlah Menentukan Mean (rata-rata), yaitu:
Frekuensi Absolut Relatif 5 17,86%
̅= ∑ ̅= 5.
= 54,89
Menetukan Median Me = (n + 1) = Me =
6.
=
Me =
(28 + 1) = 14,5
Me =
= 56
Menentukan modus (nilai yang paling sering muncul diantara sebaran data:
Mo = 59 7.
Menentukan Varian dan Standar Deviasi
Tabel Penolong Untuk Mencari Varian dan Standar Deviasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Xi 35 35 41 41 41 47 47 47 47 53 53 53 53 53 59 59 59 59 59 59 59 65 65 65 65 71 71 76 Jumlah
̅ 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89 54,89
̅ -395,612 -395,612 -192,932 -192,932 -192,932 62,252 62,252 62,252 62,252 3,572 3,572 3,572 3,572 3,572 16,892 16,892 16,892 16,892 16,892 16,892 16,892 102,212 102,212 102,212 102,212 259,532 259,532 445,632 3128,676
a. Varians (S2) S2=
[
̅
∑
S2=
115,
877 b. Standar Deviasi S= √
]
∑
S=√ S= √ S= 10,765
̅
B. Perhitungan Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus, Hasil Posttest Kelompok Eksperimen *Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar 53, 53, 53, 53, 59, 59, 59, 65, 65, 65, 71, 71, 71, 71, 76, 76, 76, 76, 82, 82, 82, 82, 82, 88, 88, 94, 94, 94
Tabel Skor hasil Posttest Kelompok Eksperimen No X F X2 fX fX2 1 53 4 2809 212 11236 2 59 3 3481 177 10443 3 65 3 4225 195 12675 4 71 4 5041 284 20164 5 76 4 5776 304 23104 6 82 5 6724 410 33620 7 88 2 7744 176 15488 8 94 3 8836 282 26508 Jumlah 588 28 44636 2040 153238 Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyususn tabel distribusi frekuensi adalah 1.
Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini data terbesar adalah 76 dan data terkecil adalah 35, dengan menggunakan rumus: R=H–L R = 94 – 53 R= 41
2.
Menentukan banyaknya kelas interval
yang diperlukan dengan
menggunakan rumus: K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 log 28 K = 6,02 3.
Menentukan panjang kelas interval (i), yaitu dengan menggunakan rumus:
i= i= i = 6,8 (7) Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen No 1
Interval Kelas 53-59
Titik Tengah 57
Batas Bawah 52,5
Batas Atas 59,5
2
60-66
63
59,5
66,5
3
10,71%
3
67-73
70
66,5
73,5
4
14,29%
4
74-80
78
73,5
80,5
4
14,29%
5
81-87
84
80,5
87,5
5
17,86%
6
88-94
91
87,5
94,5
5
17,86%
N=28
100%
4.
Jumlah Menentukan Mean (rata-rata), yaitu:
Frekuensi Absolut Relatif 7 25%
̅= ∑ ̅= 5.
= 72,86
Menetukan Median Me = (n + 1) = Me = Me =
= (28 + 1) = 14,5
Me =
= 73,5
6. Menentukan modus (nilai yang paling sering muncul diantara sebaran data: Mo = 82 7. Menentukan Varian dan Standar Deviasi
Tabel Penolong Untuk Mencari Varian dan Standar Deviasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Xi 53 53 53 53 59 59 59 65 65 65 71 71 71 71 76 76 76 76 82 82 82 82 82 88 88 94 94 94 Jumlah
̅ 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86 72,86
̅ -394,420 -394,420 -394,420 -394,420 -192,100 -192,100 -192,100 -61,780 -61,780 -61,780 -3,460 -3,460 -3,460 -3,460 9,860 9,860 9,860 9,860 83,540 83,540 83,540 83,540 83,540 229,220 229,220 446,900 446,900 446,900 4609,44
a. Varians (S2) S2=
[
̅
∑
S2=
170,720
b. Standar Deviasi S= √
]
∑
S=√ S= √ S= 13,066
̅
Lampiran 17
PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK KONTROL A. Perhitungan Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus, Hasil Pretest Kelompok Kontrol *Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar 35, 41, 41, 41, 41, 47, 47, 47, 47, 47, 53, 53, 53, 53 59, 59, 59, 59, 59, 59, 65, 65, 65, 71, 71, 71, 76, 76
Tabel Skor Hasil Pretest Kelompok Kontrol No X F X2 fX fX2 1 35 1 1225 35 1225 2 41 4 1681 164 6724 3 47 5 2209 235 11045 4 53 4 2809 212 11236 5 59 6 3481 354 20886 6 65 3 4225 195 12675 7 71 3 5041 213 15123 8 76 2 5776 152 11552 Jumlah 447 28 26447 1560 90466 Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyususn tabel distribusi frekuensi adalah 1.
Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini data terbesar adalah 76 dan data terkecil adalah 35, dengan menggunakan rumus: R=H–L R = 76 – 35 R= 41
2.
Menentukan banyaknya kelas interval
yang diperlukan dengan
menggunakan rumus: K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 log 28 K = 6,02 3.
Menentukan panjang kelas interval (i), yaitu dengan menggunakan rumus: i= i= i = 6,8 (7) Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol
No 1
Interval Kelas 35-41
Titik Tengah 38
Batas Bawah 34,5
Batas Atas 41,5
2
42-48
45
41,5
48,5
5
17,86%
3
49-55
52
48,5
55,5
4
14,29%
4
56-62
59
55,5
62,5
6
21,43%
5
63-69
66
62,5
69,5
3
10,71%
6
70-76
73
69,5
76,5
5
17,86%
4.
Jumlah Menentukan Mean (rata-rata), yaitu: ̅= ∑ ̅=
5.
= 55,71
Menetukan Median Me = (n + 1) = Me =
=
Me =
(28 + 1) = 14,5
Me =
= 56
Frekuensi Absolut Relatif 5 17,86%
N=28
100%
6.
Menentukan modus (nilai yang paling sering muncul diantara sebaran data: Mo = 59
7.
Menentukan Varian dan Standar Deviasi
Tabel penolong untuk mencari varian dan standar deviasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Xi 35 41 41 41 41 47 47 47 47 47 53 53 53 53 59 59 59 59 59 59 65 65 65 71 71 71 76 76 Jumlah
̅ 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71 55,71
̅ -428,904 -216,384 -216,384 -216,384 -216,384 -75,864 -75,864 -75,864 -75,864 -75,864 -7,344 -7,344 -7,344 -7,344 10,824 10,824 10,824 10,824 10,824 10,824 86,304 86,304 86,304 233,784 233,784 233,784 411,684 411,684 3551,712
a. Varians (S2) S2=
[
̅
∑
S2=
131,545
b. Standar Deviasi S= √
]
∑
S=√ S= √ S= 11,469
̅
B. Perhitungan Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus, Hasil Posttest Kelompok Kontrol *Data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar 47, 47, 47, 53, 53, 59, 59, 59, 65, 65, 65, 65, 65, 71 71, 71, 71, 76, 76, 76, 76, 76, 76, 82, 82, 83, 88, 88
Tabel Skor Hasil Posttest Kelompok Kontrol No X F X2 fX fX2 1 47 3 2209 141 6627 2 53 2 2809 53 5618 3 59 3 3481 59 10443 4 65 5 4225 65 21125 5 71 4 5041 71 20164 6 76 6 5776 76 34656 7 82 3 6724 82 20172 8 88 2 7744 88 15488 Jumlah 541 28 38009 1911 134293 Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyususn tabel distribusi frekuensi adalah 1.
Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini data terbesar adalah 76 dan data terkecil adalah 35, dengan menggunakan rumus: R=H–L R = 88 – 47 R= 41
2.
Menentukan banyaknya kelas interval
yang diperlukan dengan
menggunakan rumus: K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 log 28 K = 6,02 3. Menentukan panjang kelas interval (i), yaitu dengan menggunakan rumus:
i= i= i = 6,8 (7) Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol No 1
Interval Kelas 47-53
Titik Tengah 50
Batas Bawah 46,5
Batas Atas 53,5
2
54-60
57
53,5
60,5
3
10,71%
3
61-67
64
60,5
67,5
5
17,86%
4
68-74
71
67,5
74,5
4
14,29%
5
75-81
78
74,5
81,5
6
21,43%
6
82-88
85
81,5
88,5
5
17,86%
N=28
100%
4.
Jumlah Menentukan Mean (rata-rata), yaitu:
Frekuensi Absolut Relatif 5 17,86%
̅= ∑ ̅= 5.
= 68,25
Menetukan Median Me = (n + 1) = Me =
=
Me =
(28 + 1) = 14,5
Me =
= 71
6. Menentukan modus (nilai yang paling sering muncul diantara sebaran data: Mo = 76 7. Menentukan Varian dan Standar Deviasi
Tabel Penolong Untuk Mencari Varian dan Standar Deviasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Xi 47 47 47 53 53 59 59 59 65 65 65 65 65 71 71 71 71 76 76 76 76 76 76 82 82 82 88 88 Jumlah
̅ 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25 68,25
̅ -451,562 -451,562 -451,562 -232,562 -232,562 -85,562 -85,562 -85,562 -10,562 -10,562 -10,562 -10,562 -10,562 7,562 7,562 7,562 7,562 60,062 60,062 60,062 60,062 60,062 60,062 189,062 189,062 390,062 390,062 390,062 3867,258
a. Varians (S2) S2=
[
̅
∑
S2=
143,231
b. Standar Deviasi S= √
]
∑
S=√ S= √ S= 11,968
̅
Lampiran 18
Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Uji normal gain dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru, dengan rumus: N-gain = Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut: a. G-tinggi
: nilai g
0,70
b. G-sedang
: nilai g 0,30
c. G-rendah
: nilai g < 0,30
g < 0,70
1. N-Gain Kelompok Eksperimen Tabel nilai N-Gain Kelompok Eksperimen Subjek
Nilai
N-Gain Kategori
Subjek
Nilai
N–
Kategori
Pretest
Posttest
Gain
Kay
41
59
0,305
Rendah
Rendah
Ind
59
82
0,561
Sedang
0,226
Rendah
Sai
65
82
0,486
Sedang
82
0,561
Sedang
Kha
65
88
0,657
Sedang
35
53
0,277
Rendah
Irs
59
76
0,415
Sedang
Nad
59
76
0,415
Sedang
Rar
53
71
0,383
Sedang
Ang
65
82
0,486
Sedang
Sal
53
71
0,383
Sedang
Kei
59
76
0,415
Sedang
Naj
47
65
0,340
Sedang
Hon
47
65
0,340
Sedang
Ann
47
59
0,226
Rendah
Wic
35
53
0,277
Rendah
Ari
59
76
0,415
Sedang
Kha
53
71
0,383
Sedang
Fad
65
88
0,657
Sedang
Raf
71
94
0,793
Tinggi
Def
59
82
0,561
Sedang
Ben
41
53
0,203
Rendah
Kar
76
94
0,75
Tinggi
Ada
53
71
0,383
Sedang
Nik
41
53
0,203
Rendah
Pretest
Posttest
Aur
71
94
0,793
Tinggi
Adh
53
65
0,255
Ani
47
59
Daf
59
Tab
2. N-Gain Kelompok Kontrol Tabel nilai N-Gain Kelompok Eksperimen Subjek
Nilai
N-Gain Kategori
Subjek
Nilai
N–
Kategori
Pretest
Posttest
Gain
Axe
41
53
0,203
Rendah
Rendah
Van
59
71
0,293
Rendah
0,314
Sedang
Nau
53
65
0,255
Rendah
65
0,255
Rendah
Ali
47
65
0,340
Sedang
47
59
0,226
Rendah
Aza
71
82
0,379
Sedang
All
53
65
0,255
Rendah
Fik
71
82
0,379
Sedang
Ali
35
47
0,185
Rendah
Abh
59
76
0,415
Sedang
Nas
47
59
0,226
Rendah
Dev
59
76
0,415
Sedang
Ais
41
47
0,102
Rendah
Mau
47
65
0,340
Sedang
Kha
41
53
0,203
Rendah
Rev
47
59
0,226
Rendah
Jes
59
71
0,293
Rendah
Kha
65
76
0,314
Sedang
Kei
76
88
0,5
Sedang
Far
71
82
0,379
Sedang
Ran
76
88
0,5
Sedang
Ret
59
76
0,415
Sedang
Bay
65
76
0,314
Sedang
She
53
71
0,383
Sedang
Pretest
Posttest
Dan
41
47
0,102
Rendah
And
59
71
0,293
Pan
65
76
Air
53
Aqy
3. Tabel perbandingan N-Gain kelompok eksperimen dan kontrol N-gain
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Terendah
0,203
0,102
Tertinggi
0,793
0,5
Rata-rata
0,434
0,304
Kategori
Sedang
Rendah
Lampiran 19
UJI NORMALITAS DATA PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN 1.
Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen Xi
Fi
Kp
Zi
Ztabel
a1
a2
35
2
0,071
-1,848
0,032
-0,032
0,039
41
3
0,178
-1,290
0,098
0,009
0,08
47
4
0,321
-0,733
0,232
0,018
0,089
53
5
0,5
-0,176
0,430
-0,001
0,07
59
7
0,75
0,382
0,649
0,03
0,101
65
4
0,893
0,939
0,826
-0,004
0,067
71
2
0,964
1,497
0,933
-0,04
0,031
76
1
1
1,961
0,975
-0,046
0,025
Means
54,89
SD
10,765
Dari tabel di atas, di pilih Dhitung (Do) = 0,101. Sedangkan dari tabel pada (n=28) diperoleh Dtabel = 0,250. Ini berarti Do lebih kecil dari Dtabel. Dengan demikian data pretest pada kelas eksperimen berdistribusi normal karena Dhitung < Dtabel = 0,101 < 0,250 pada taraf =(0,05). =(0,05). Dhitung = 0,101 Dtabel = 0,250 Ho diterima = berdistribusi normal
2.
Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen Xi
Fi
Kp
Zi
53
4
0,143
-1,520
59
3
0,25
-1,061
65
3
0,357
-0,602
71
4
0,5
-0,142
76
4
0,643
0,240
82
5
0,822
0,700
88
2
0,893
1,159
94
3
1
1,618
Mean
72,86
SD
13,066
Ztabel 0,064 0,144 0,274 0,443 0,595 0,758 0,877 0,947
a1
a2
-0,064
0,079
-0,037
0,106
-0,06
0,083
-0,086
0,057
-0,047
0,048
-0,079
0,064
-0,127
0,016
-0,09
0,053
Dari tabel di atas, di pilih Dhitung (Do) = 0,106. Sedangkan dari tabel pada (n=28) diperoleh Dtabel = 0,250. Ini berarti Do lebih kecil dari Dtabel. Dengan demikian data pretest pada kelas eksperimen berdistribusi normal karena Dhitung < Dtabel = 0,106 < 0,250 pada taraf =(0,05). =(0,05). Dhitung = 0,106 Dtabel = 0,250 Ho diterima = berdistribusi normal
Lampiran 20
UJI NORMALITAS DATA PRETEST DAN POSTTESTKELOMPOK KONTROL 1.
Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol Xi
Fi
35
1
41
4
47
5
53
4
59
6
65
3
71
3
76
2
Mean
55,71
SD
11,469
Kp
Zi
Ztabel
0,036 0,179
-1,806
0,035
-1,283
0,100
0,358
-0,759
0,224
0,5
-0,236
0,407
0,715
0,287
0,613
0,822
0,810
0,791
0,929
1,333
0,909
1
1,769
0,962
a1
a2
-0,037
0,001
-0,067
0,079
-0,05
0,134
-0,056
0,093
-0,119
0,102
-0,081
0,031
-0,09
0,02
-0,034
0,038
Dari tabel di atas, di pilih Dhitung (Do) = 0,134. Sedangkan dari tabel pada (n=28) diperoleh Dtabel = 0,250. Ini berarti Do lebih kecil dari Dtabel. Dengan demikian data pretest pada kelas kontrol berdistribusi normal karena Dhitung < Dtabel = 0,134 < 0,250 pada taraf =(0,05). =(0,05). Dhitung = 0,134 Dtabel = 0,250 Ho diterima = berdistribusi normal
2.
Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol Xi
Fi
Kp
47
3
0,107
53
2
0,178
59
3
0,285
65
5
0,464
71
4
0,607
76
6
0,821
82
3
0,928
88
2
1
Mean
68,25
SD
11,968
Zi -1,776 -1,274 -0,773 -0,272 0,230 0,648 1,149 1,650
Ztabel
a1
a2
0,038
-0,038
0,069
0,101
-0,03
0,077
0,220
-0,042
0,065
0,393
-0,036
0,071
0,591
-0,091
0,016
0,742
-0,028
0,079
0,875
-0,054
0,053
0,951
-0,058
0,049
Dari tabel di atas, di pilih Dhitung (Do) = 0,079. Sedangkan dari tabel pada (n=28) diperoleh Dtabel = 0,250. Ini berarti Do lebih kecil dari Dtabel. Dengan demikian data pretest pada kelas kontrol berdistribusi normal karena Dhitung < Dtabel = 0,079 < 0,250 pada taraf =(0,05). =(0,05). Dhitung = 0,079 Dtabel = 0,250 Ho diterima = berdistribusi normal
Lampiran 21
UJI HOMOGENITAS PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL A. Perhitungan Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 1.
Data Pretest Kelas Eksperimen
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jml
Data Pretest (x) 35 35 41 41 41 47 47 47 47 53 53 53 53 53 59 59 59 59 59 59 59 65 65 65 65 71 71 76 1537
X2 1225 1225 1681 1681 1681 2209 2209 2209 2209 2809 2809 2809 2809 2809 3481 3481 3481 3481 3481 3481 3481 4225 4225 4225 4225 5041 5041 5776 87499
Proses perhitungan
S2= =
∑
(∑ ) (
)
(
) ( (
= = = 115,877
) )
2.
Data Pretest Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jml
Data Pretest (x) 35 41 41 41 41 47 47 47 47 47 53 53 53 53 59 59 59 59 59 59 65 65 65 71 71 71 76 76 1560
X2 1225 1681 1681 1681 1681 2209 2209 2209 2209 2209 2809 2809 2809 2809 3481 3481 3481 3481 3481 3481 4225 4225 4225 5041 5041 5041 5776 5776 90466
Proses perhitungan
S2=
∑
=
(∑ ) (
)
(
) ( (
) )
= = = 131,545
Untuk mengetahui apakah kedua kelas homogen maka dilakukan Uji F yaitu dengan cara
dan dibandingkan dengan Ftabel dengan db
pembilang= 27 dan db penyebut= 27 dan diperoleh F
hitung
=
= 1,135 dan
Ftabel =F(0,05)(27 ; 27) = 1,88. Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka Ho diterima yang berarti data homogen.
Lampiran 22
UJI HOMOGENITAS POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL A. Perhitungan Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 1. Data Posttest Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jml
Data Posttest (X) 53.0 53.0 53.0 53.0 59.0 59.0 59.0 65.0 65.0 65.0 71.0 71.0 71.0 71.0 76.0 76.0 76.0 76.0 82.0 82.0 82.0 82.0 82.0 88.0 88.0 94.0 94.0 94.0 2040
X2 2809 2809 2809 2809 3481 3481 3481 4225 4225 4225 5041 5041 5041 5041 5776 5776 5776 5776 6724 6724 6724 6724 6724 7744 7744 8836 8836 8836 153238
Proses perhitungan
S2= =
∑
(∑ ) (
)
(
= = = 170,720
) ( (
) )
2.
Data Posttest Kontrol
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jml
Data Posttest (X) 47.0 47.0 47.0 53.0 53.0 59.0 59.0 59.0 65.0 65.0 65.0 65.0 65.0 71.0 71.0 71.0 71.0 76.0 76.0 76.0 76.0 76.0 76.0 82.0 82.0 82.0 88.0 88.0 1911
X2 2209 2209 2209 2809 2809 3481 3481 3481 4225 4225 4225 4225 4225 5041 5041 5041 5041 5776 5776 5776 5776 5776 5776 6724 6724 6724 7744 7744 134293
Proses perhitungan
S2= =
∑
(∑ ) (
)
(
) ( (
) )
= = = 143, 231
Db pembilang = 27, db penyebut = 27 Diperoleh Fhitung
= 1,191
Ftabel (0,05)(27;27) = 1,88. Fhitung < Ftabel = 1,191 < 1,88 Maka Fhitung lebih kecil dari Ftabel yang berarti Ho diterima dan data homogen.
Lampiran 23
UJI HIPOTESIS PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL 1. Uji t dua sample (sample paired test) a.
Tabel penolong dua sampel berkorelasi untuk pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jml
Xi (eksperimen) Yi (kontrol) 35 35 35 41 41 41 41 41 41 41 47 47 47 47 47 47 47 47 53 47 53 53 53 53 53 53 53 53 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59 65 65 65 65 65 65 71 65 71 71 71 71 76 76 76 1537 1560
(
̅ )2
-395,612 -395,612 -192,932 -192,932 -192,932 -62,252 -62,252 -62,252 -62,252 -3,572 -3,572 -3,572 -3,572 -3,572 16,892 16,892 16,892 16,892 16,892 16,892 16,892 102,212 102,212 102,212 102,212 259,532 259,532 445,632 3128,676
(
̅ )2
-428,904 -216,384 -216,384 -216,384 -216,384 -75,864 -75,864 -75,864 -75,864 -75,864 -7,344 -7,344 -7,344 -7,344 10,824 10,824 10,824 10,824 10,824 10,824 86,304 86,304 86,304 233,784 233,784 233,784 411,684 411,684 3551,712
b. Menghitung nilai rata-rata sampel 1. Pretest eksperimen
̅=∑ 2. Pretest kontrol ̅= ∑
c. Menghitung nilai varian (S2) 1. Pretest eksperimen ∑
S2
(
)
2. Pretest kontrol ∑
S2
(
)
d. Menghitung standar deviasi 1. Pretest eksperimen √
2. Pretest kontrol √ 11,469
e. Tabel penolong untuk mencari nilai kofisien korelasi PRETEST kelas eksperimen dan kelas kontrol Responden Eksperimen Kontrol (Xi) (Yi) 1 35 35 2 35 41 3 41 41 4 41 41 5 41 41 6 47 47 7 47 47 8 47 47 9 47 47 10 53 47 11 53 53 12 53 53 13 53 53 14 53 53 15 59 59 16 59 59 17 59 59 18 59 59 19 59 59 20 59 59 21 59 65 22 65 65 23 65 65 24 65 71 25 65 71 26 71 71 27 71 76 28 76 76 1537 1560 X1= skor pretest kelas eksperimen Y1= skor pretest kelas kontrol n1 = 28, n2 =28 ∑ ∑
, ∑ , ∑
XY 1225 1435 1681 1681 1681 2209 2209 2209 2209 2491 2809 2809 2809 2809 3481 3481 3481 3481 3481 3481 3835 4225 4225 4615 4615 5041 5396 5776 88880
X2 1225 1225 1681 1681 1681 2209 2209 2209 2209 2809 2809 2809 2809 2809 3481 3481 3481 3481 3481 3481 3481 4225 4225 4225 4225 5041 5041 5776 87499
Y2 1225 1681 1681 1681 1681 2209 2209 2209 2209 2209 2809 2809 2809 2809 3481 3481 3481 3481 3481 3481 4225 4225 4225 5041 5041 5041 5776 5776 90466
1. Pretest Eksperimen ∑
=87499 – ∑
=115,877
̅ =√ = 2,034 2. Pretest Kontrol ∑
=90466 – ∑
=131,545
̅ √ = 2,167 3. Mencari korelasi (r) ∑
(∑
∑
)(∑
)
(
)(
∑ √(∑
)(
)
)(
√(
)
, db (n1+n2)-2 = (28+28)-2 = 54 4. Mencari thitung |̅
thitung √ ̅
thitung
̅ |
̅
̅̅̅̅̅ ̅
| √
thitung = 1,643
| (
)(
)(
)
)
Untuk db= (n1+n2)-2 = (28+28)-2 = 54) dan taraf signifikan 5% atau 0,05 yaitu ttabel =(0,974;54)=2,390, sehingga thitung < dari ttabel maka Ho diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan pada hasil pretest kelompok eksperimen dan kontrol. Thitung yang diperoleh yaitu 1,643 sedangkan ttabel 2,052. Maka Ho diterima
Lampiran 24
UJI HIPOTESIS POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL
1. Menentukan Mean dan varian nilai posttest tiap kelas. 2. Mencari standar deviasi gabungan atau Sgab dengan dk = n (n1 + n2 - 2) = 28 + 28 – 2 = 54. 3. Menentukan ttabel pada taraf signifikan
= 0,05 diperoleh ttabel = t (0,05), (54)
= 1,674 4. Menentukan thitung Statistik Rata-rata Varians Sgab thitung ttabel Kesimpulan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 72,86 68,25 170,720 143,231 12,529 1, 384 1,674 Ho diterima
5. Membandingkan thitung dengan ttabel Dari hasil perhitungan diperoleh, thitung < ttabel
1,384 < 1,674
6. Kriteria pengujian Kriteria pengujian untuk uji hipotesis statistik sebagai berikut Jika thitung
ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima 7. Kesimpulan Dari pengujian hipotesis dengan uji t diperoleh thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh pada metode yang digunakan pada materi konsep peninggalan sejarah.
√
(
)
( √
(
)(
(
) )
√ ̅ √
√
̅
)
(
(
)(
) )
BIODATA PENULIS Habibah Munawwaroh, NIM 1110018300079, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Penulis lahir di Sungai Liat, Bangka, 26 Juni 1990. Bertempat tinggal di Jalan Masjid Al-mabruk 1 Gang.Lanang RT007/03 No.37 Condet Jakarta Timur. Penulis merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara. Orang tua penulis adalah Bapak Kh.Usman Lubis dan Ibu Wama Saro’ih. Riwayat pendidikan penulis, diawali di SDN 03 Pagi Balekambang Jakarta Timur pada tahun ajaran 2001/2002. Kemudian menempuh pendidikan Tsanawiyah dan Aliyah di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta-Leuwiliang dari tahun 2002 hingga menamatkan pendidikan di pondok pesantren tersebut pada tahun 2008 dan melanjutkan pengabdian pada tahun 2008/2009, dan 2009/2010. Selepasnya menyelesaikan pengabdian melanjutkan keperguruan tinggi UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2010. Dan lulus dari perguruan tinggi UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2015. Motto penulis yaitu “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” dan “Be the best even if the last”. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk yang membaca