OLEH : Ayu Puji Budiarti (1405 100 050) Pembimbing : Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan
Kelangkaan minyak bumi
batubara cukup banyak
bentuk batubara kurang efektif
analisa senyawa biomarka
pencairan batubara
Bagaimana
mengkarakterisasi batubara melalui kandungan biomarka batubara coklat (brown coal) dari Samarinda, Kalimantan Timur untuk lebih lanjut mengetahui kemungkinan pengubahan batubara menjadi bahan bakar cair sebagai sumber energi alternatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengubah batubara
coklat (brown coal) menjadi bahan bakar cair berdasarkan analisa biomarka kandungan hidrokarbon yang memiliki potensi untuk diubah menjadi bahan bakar cair.
Bahan :
Cuplikan batubara coklat (brown coal) dari Samarinda, Kalimantan Timur, aseton p.a, metanol p.a, diklorometana p.a, n-heksana p.a, klorofom p.a, gas nitrogen, kapas, seasand, silika gel 60 Merck, aqua bidest dan aluminium foil.
Batubara coklat -dihaluskan sampai berukuran < 0,2 mm - diambil 150 gram - diekstraksi soklet dengan diklorometana 600 ml selama 24 jam ekstrak
residu
-diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator - dikeringkan dengan gas nitrogen -ditimbang beratnya ektrak
residu
- dielusi dengan n-heksana, n-heksana : diklorometan (90:10 v/v), diklorometana, metanol ekstrak
ekstrak
Fraksi Alifatik
Fraksi Aromatik
-diuapkan pelarutnya - ditimbang Fraksi kering -diambil 1 mg-2 mg - dilarutkan dlm 1 ml n-heksan - diambil 1 μl - dianalisa KG-SM Hasil
-diuapkan pelarutnya -ditimbang
Fraksi kering -Diambil 1 mg-2 mg - dilarutkan dalam 1 ml n-heksan : diklorometan (90 : 10) - diambil 1 μl - dianalisa KG-SM Hasil
Ester/Keton -diuapkan pelarutnya - ditimbang Fraksi kering - diambil 1 mg-2 mg -dilarutkan dlm 1 ml diklorometana - diambil 1 μl - dianalisa KG-SM Hasil
Berdasarkan Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.5
diidentifikasi keberadaan homolog n-alkana C11-C33. jumlah kelimpahan maksimal n-alkana terdapat pada rantai C29. Penentuan Cmax untuk setiap sampel memberikan indikasi bagi masukan sumbernya, dimana n-alkana dengan Cmax ≥ 25 menunjukkan penggabungan tumbuhan tingkat tinggi dan Cmax pada nomor karbon lebih rendah mengindikasikan masukan utama dari mikroba.
Pristan dan fitan merupakan hasil perubahan geologi
dari fitol dan bukan merupakan unsur pokok dari sebagian besar biota darat. Senyawa-senyawa isoprenoid asiklik pada umumnya merupakan turunan dari rantai samping finil pada klorofil dalam organisme fototropik meskipun ada yang berasal dari sumber lain seperti arkaebakteri. Batubara coklat dari Samarinda dikontribusi oleh tumbuhan yang mempunyai klorofil.
Senyawa C15 bisiklik seskuiterpen disebut juga senyawa
driman yang berasal dari reduksi drimenol yang diturunkan dari mikroba. Hal ini menandakan bahwa batubara coklat Samarinda telah mengalami degradasi mikroba hopanoid selama diagenesis sehingga terbentuk fungsionalisasi senyawa bisiklik, terjadi penataan ulang sehingga terbentuk driman.
Trisiklik
diterpenoid seperti dehidroabietan dan simonelit berasal dari resin yang dibentuk oleh tumbuhan darat seperti gymnosperma, beberapa oleh angiosperma. Biomarka yang ditemukan pada batubara coklat Samarinda adalah dehidroabietan dan simonelit yang menunjukkan bahwa batubara ini telah mengalami metamorfosis yiatu telah melewati proses diagenesis.
Senyawa
hopana yang terdapat dalam batubara diturunkan dari bakteriohopanotetrol dan digunakan sebagai indikator kematangan. Keberadaan senyawa hopana memberikan indikasi bahwa bahan organik berasal dari aktivitas bakteri. Adanya konfigurasi β hopana menunjukkan bahwa batubara bersifat kurang matang sehingga proses liquefaction sulit dilakukan karena memiliki tingkat kematangan yang rendah.
Biomarka ini memberikan informasi bahwa bahan
organik berasal dari tumbuhan tingkat tinggi dan umur batubaranya masih muda. Senyawa olean-(13)(18)-ena diturunkan dari senyawa β-amirin sebagai komponen tumbuhan tingkat tinggi.
Senyawa biomarka alifatik batubara coklat Samarinda,
Kalimantan Timur yang diperoleh antara lain n-alkana C11C33 yang didominasi oleh alkana rantai panjang, pristan, fitan, C15 (driman) bisiklik seskuiterpenoid, dehidroabietan, simonelit, C29-C31 hopan dan 24-etildiakolest-13(17)-ena. Senyawa-senyawa tersebut menjelaskan bahan organik batubara coklat berasal dari bakteri, mikroba, dan tumbuhan tingkat tinggi yang telah mengalami degradasi Adanya ββ dalam senyawa hopan menunjukkan bahwa batubara belum matang.