MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : ATENG SUDRAJAT NIM.1021.0252
PROGRAM STUDI PBS INDONESIA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ATENG SUDRAJAT NIM.1021.0252 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia dan Daerah Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut: "Bagaimana hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme pada siswa kelas VIII SMPN 1 Singajaya Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011-2012?". Sementara itu tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu: untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan sampel penelitian siswa kelas VIII SMPN 1 Singajaya Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Kemampuan pemahaman membaca cerpen sebelum menggunakan pendekatan kontruktivisme pada siswa kelas VIII SMPN 1 Singajaya Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011-2012 menunjukkan kemampuan yang rendah, hal ini ditandai dengan pencapaian rata-rata pemahaman siswa terhadap cerpen yang hanya mencapai 5,11. 2. Kemampuan pemahaman membaca cerpen setelah menggunakan pendekatan kontruktivisme pada siswa kelas VIII SMPN 1 Singajaya Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011-2012, menunjukkan kemampuan pemahaman bacaan yang baik. Hal ini ditandai dengan pencapaian rata-rata 7,02. 3. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya kenaikan rata-rata kemampuan pemahaman siswa terhadap cerpen sebesar 19,1. Sementara itu berdasarkan hasil perhitungan statistik uji t yang dilakukan diperoleh thitun(, > ttabel (14,38 > 2,428) pada taraf kepercayaan 95%, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam memahami cerpen sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran berbeda. Sementara itu diamati dari rata-rata pemahaman siswa terhadap bacaan (cerpen) menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontruktivisme efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap karya sastra khususnya cerpen. Kata kunci : Apresiasi Cerpen, Pendekatan Kontruktivisme
PENDAHULUAN Tujuan pengajaran sastra diungkapkan oleh Yus Rusyana (1982:6-8), yaitu bahwa siswa diharapkan lebih banyak memperoleh pengalaman sastra dari pada pengetahuan sastra. Pendapat ini memberikan gambaran kepada kita bahwa pengajaran sastra bukan sematamata mengajarkan teori sastra, melainkan lebih memberikan penekanan terhadap pengalaman siswa bersastra. Lebih jauh diungkapkan Rusyana (1982:7) bahwa pengalaman sastra adalah pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra. Apresiasi sastra dimaksudkan pengenalan yang semakin mendalam terhadap pengalaman hidup yang terkandung dalam sastra, sedangkan ekspresi sastra dimaksudkan sebagai upaya mengembangkan daya cipta anak dalam bidang sastra. Kecenderungan guru bahasa dan sastra Indonesia dewasa ini lebih senang mengajarkan bahasa dari pada mengajarkan sastra Kalaupun pengajaran sastra dilakukan hanya berupa informasi mengenai teori
sastra dan kurang menuntut pengalaman berapresiasi dan berkreasi siswa terhadap sastra, sehingga meningkatkan daya tarik siswa terhadap pembelajaran sastra berkurang. Di antara mereka ada yang menganggap bahwa tidak ada bedanya mempelajari sastra dengan mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Gejala ini membuat masalah pembelajaran sastra semakin jauh dari yang diharapkan. Di satu pihak kondisi yang berhubungan dengan pengajaran sastra dan di pihak lain minat siswa yang berkurang. Berdasarkan hal tersebut di atas, tampak dalam pengajaran sastra masih sering ditemukan fenomena pengajarannya. Di satu pihak tujuan pengajaran sastra yang berupaya untuk memberikan pengalaman berapresiasi pada siswa, di pihak lain guru bahasa yang cenderung lebih senang mengajarkan bahasa daripada sastra, kalaupun pengajaran sastra diberikan hanya sebatas teori dan informasi saja. Dengan demikian, antara tujuan yang hendak dicapai dengan pelaksanaan
pengajaran di lapangan masih belum berjalan dengan baik. Untuk menanggulangi fenomena tersebut, di samping guru harus terus berupaya lebih meningkatkan kemampuannya dalam sastra, juga perlu dicari metode pengajaran sastra yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Di antara sekian banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru, pendekatan konstruktivisme tampaknya dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran sastra. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya lebih menguatkan konsep pemerolehan pengetahuan dan menikmati pengalaman bersastra siswa. Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pendekatan pembelajaran konstruktivisme pada pembelajaran sastra khsususnya pembelajaran apresiasi cerita pendek. Keinginan tersebut penulis tuangkan dalam judul penelitian "Model Pembelajaran Apresiasi cerita Pendek dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Singajaya Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011-2012". KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Apresiasi Cerpen Effendi (dalam Aminuddin, 1995 : 35) mendefinisikan apresiasi sastra sebagai kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian. Penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Sedangkan Tarigan (1993 : 233) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah penafsiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas sadar serta kritis. Sementara menurut Rusyana (1984 : 322) apresiasi sastra dapat diterangkan sebagai pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat semua itu. Apresiasi cerpen merupakan kegiatan menggauli, memahami, menghargai cerpen dengan penuh penghayatan, sehingga menumbuhkan kenikmatan, pengetahuan, dan pemahaman yang mendalam terhadap cerpen. Pengertian Cerpen Sumardjo dan Saini K.M. (1994; 30) mendefinisikan cerpen berdasarkan makna katanya, yaitu cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Kata 'pendek' dalam batasan ini tidak jelas ukurannya. Ukuran pendek di sini diartikan sebagai dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam, Dikatakan pendek juga karena genre ini hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot, dan "setting" yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks. Sedangkan Rahmanto dan Hariyanto (1998 : 126)
mengemukakan bahwa ciri khas dalam suatu cerpen bukan menyangkut panjang pendeknya tuturan, berapa jumlah kata dan halaman untuk mewujudkannya, tetapi terlebih pada lingkup permasalahan yang ingin disampaikannya. Pendekatan Konstruktivisme Bell (dalam Karli, 2002:2) mendefinisikan bahwa, pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Nur dan Wikandari (2000 : 7) mengemukakan bahwa, pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top dawn daripada bottom up yaitu siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan tentu saja dengan bantuan guru. Jadi, dalam konstruktivisme ini mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian Untuk menguji permasalahan di atas penulis akan menggunakan metode true experimental yang merupakan salah satu kelompok dari metode eksperimen. Metode ekperimental dalam penelitian ini menggunakan desain control group pre-test post-test. Perbedaan antara observasi sebelum eksperimen dan setelah eksperimen diasumsikan merupakan efek dari treatmen atau eksperimen. Desain penelitian ini dapat penulis gambarkan sebagai berikut: E Tl X T2 K T3 X T4 (Suharsimi, 1996:79) Keterangan E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol Tl = pretes kelompok eksperimen T2 = postes kelompok eksperimen T3 = pretes kelompok kontrol T4 = postes kelompok kontrol Desain ini digunakan untuk melihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen (T2 - T1), dengan pencapaian kelompok kontrol ( T4 - T3).
Teknik Penelitian Adapun teknik penelitian yang sangat bermanfaat dan akan penulis gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Observasi Teknik ini penulis lakukan untuk mengamati secara langsung pelaksanaan proses belajar mengajar dan mengamati siswa dalam memahami cerpen. b. Tes Tes yang dipergunakan penulis meliputi tes awal dan tes akhir. Teknik ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengajaran dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme. 1) Tes awal (pretes) penulis maksudkan untuk mengetahui keseimbangan sampel dalam penelitian ini antara sampel yang menggunakan pendekatan kontruktivisme dengan yang menggunakan pendekatan konvensional. 2) Tes akhir (postes) digunakan penulis dengan maksud untuk mengetahui pendekatan manakah yang lebih efektif digunakan dalam pengajaran cerpen. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Berikut penulis kemukakan hasil penelitian yang dilakukan: Kemampuan Pemahaman Membaca Cerpen Sebelum Menggunakan Pendekstan Kontruktivisme Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam proses penelitian ini diawali dengan pemberian tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami unsur intrinsik sebuah cerpen. Tes awal diberikan dalam bentuk teks wacana sebuah cerpen yang diikuti dengan pertanyaan mengenai unsur intrinsiknya. Cerpen yang digunakan sebagai tes awal adalah cerpen dengan judul "Sungai" yang berisi mengenai perjuangan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Sinopsis cerpen tersebut penulis kemukakan di bawah ini. Berdasarkan tabulasi atas. diketahui bahwa secara umum nilai yang dicapai siswa dalam pemahaman bacaan adalah 5.11. Nilai tersebut menunjukkan kemampuan pemahaman bacaan yang rendah. Berdasarkan unsur-unsur penilaian diperoleh bahwa pemahaman siswa terhadap tema cerpen mencapai rata-rata 6,82 dari skor ideal 15 dengan demikian pemahaman siswa terhadap tema adalah 45.47%. Pemahaman siswa terhadap latar cerita mencapai rata-rata 7,38 dari skor ideal 15 (49,23%), pemahaman siswa terhadap tokoh dan penokohan yang terdapat dalam cerita pendek "Sungai" dicapai rata-rata 8,21 (54,70%), pemahama siswa terhadap amanat yang merupakan nilai-nilai kehidupan dicapai rata-rata sebesar 7,79 (51,91%). Sementara itu kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerita pendek "Sungai"
dicapai rata-rata 20,92 dari skor ideal 40 atau mencapai kemampuan sebesar 52,31%. Kemampuan pemahaman membaca cerpen setelah menggunakan pendekatan kontruktivisme Cerpen yang digunakan untuk tes akhir adalah cerpen "Senyum Karyamin" yang diambil dari Kumpulan cerpen Senyum Karyamin. Karya Ahmad Tohari, Oktober 1995. Cerpen ini menceritakan kesabaran dan keteguhan hati seorang pengumpul batu dalam menghadapi dan menjalani kehidupan. Berikut ini penulis kemukakan sinopsisnya. Data Kemampuan Akhir Pemahaman Membaca Cerpen Berdasarkan tabulasi di atas, diketahui bahwa secara umum nilai yang dicapai siswa dalam pemahaman bacaan setelah proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme adalah 7.02. Nilai tersebut menunjukkan kemampuan pemahaman bacaan yang baik. Berdasarkan unsur-unsur penilaian diperoleh bahwa pemahaman siswa terhadap tema cerpen mencapai rata-rata 11.92 dari skor ideal 15 dengan demikian pemahaman siswa terhadap tema adalah 79,49%. Pamahaman siswa terhadap latar cerita mencapai rata-rata 11,36 dari skor ideal 15 (75,73%), pemahaman siswa terhadap tokoh dan penokohan yang terdapat dalam cerita pendek "Sungai" dicapai rata-rata 11,51 (76,75%), pemahama siswa terhadap amanat yang merupakan nilai-nilai kehidupan dicapai rata-rata sebesar 9,36 (62,39%). Sementara itu, kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerita pendek "Sungai" dicapai rata-rata 26.00 dari skor ideal 40 atau mencapai kemampuan sebesar 65.0%. Analisis Berdasarkan deskripsi data baik pemahaman membaca siswa sebelum pembelajaran maupun setelah pembelajaran, diketahui bahwa pemahaman membaca siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum pembelajaran. Hasil tes kemampuan pemahaman membaca sebelum pembelajaran mencapai rata-rata 5.1 sementara pada akhir pembelajaran dicapai rata-rata 7.02. maka terjadi peningkatan kemampuan pemahaman bacaan sebesar 1.91. Rekapitulasi perbandingan kemampuan pemahaman membaca sebelum dan setelah pembelajaran penalis visualisasikan pada tabel berikut ini. Tabel Rekapitulasi Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pemahaman Membaca Kriteria Tes Tes Selisih penilaian Awal Akhir Tema 45,47 79,49 34,02 Alur 49, 23 75,73 26,5 Tokoh 54,7 76,75 22.05 Atnanat 51,97 62,39 10,42
Sinopsis Nilai
52,31 51,1
65 70,2
12,69 19,1
Perbandingan kemampuan pemahaman bacaan tersebut divisualisasikan dalam bentuk grafik di bawah ini. Berdasarkan tabulasi dan grafik, tampak terjadinya perubahan antara kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dengan setelah pembelajaran. Secara umum terjadi perbedaan 19,1 antara nilai kemampuan pemahaman bacaan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Penguasaan siswa terhadap tema dan alur cerita menunjukkan perubahan yang paling besar mencapai 34,02 dan 26,5. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan kontruktivisme kemampuan siswa dalam memahami tema dan alur cerita menunjukkan perubahan yang sangat baik, sementara itu perubahan paling kecil terjadi pada kemampuan siswa memahami amanat yang disampaikan isi cerita yang hanya mencapai 10,42. Pembahasan Hasil penelitian sebagaimana telah dideskripsikan dan dianalisis sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil pembelajaran dalam bentuk adanya perubahan pemaharnan siswa dalam memahami isi bacaan khususnya cerpen lebih baik dari sebelum pembelajaran. Pencapaian rata-rata 7,02 dari sebelum pembelajaran 5,11 menunjukkan terjadi kenaikan pemahaman bacaan siswa sebesar 1,91. Kondisi ini sekaligus menunjukkan bahwa pendekatan kontruktivisme efektif dalam meningkatkan pemahaman bacaan siswa. Kebiasaan membaca siswa yang diperoleh secara alami belum tentu menunjukkan sikap membaca yang baik. Berbagai kebiasaan siswa dalam membaca masih sering ditemukan pada siswa. Membaca dengan bersuara, bibir komat kamit, gerakan kepala yang mengikuti arah tulisan. dan menunjuk bacaan dengan jari sesungguhnya merupakan beberapa kebiasaan yang sering diiemukan dan berdampak pada memperlambat kemampuan siswa dalam membaca. Sementara itu penggunaan pendekatan kontruktivisme khususnya dalam membaca karya sastra mempersyaratkan bahwa pembelajaran sastra di kelas harus ditandai oleh terdapatnya aktivitas membaca karya sastra, baik itu dilakukan oleh pengajar maupun murid. Guru harus mampu menciptakan kelas pembelajaran sastra sebagai sebuah bentuk hubungan sosial kemanusiaan sehingga dalam pembelajaran terjadi dialog antara murid dengan murid maupun pengajar dengan murid. Guru tidak lagi "menggurui" tetapi kesempatan kepada murid untuk menyampaikan pendapatnya secara variatif, baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran sastra di kelas sungguh-sungguh tampil sebagai sosok pembelajaran yang diisi aktivitas tukar pendapat, refleksi pemahaman, proses penyusunan
pengertian. mengkomunikasikan fakta, pendapat dan pemahaman secara lisan maupun tertulis. Adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran sastra khususnya dalam membaca karya sastra diharapkan akan mampu memberikan pemahaman yang mendalam terhadap isi dan esensi karya sastra yang dibacanya. Pembelajaran membaca ini memberikan satu bentuk latihan langsung kepada siswa dalam pelaksanaan membaca dan memahami isi bacaan. Dengan adanya proses yang langsung dilakukan siswa diharapkan siswa terbiasa dalam membaca karya sastra bentuk lainnya maupun bacaan yang berkaitan dengan pelajaran. Proses pelaksanaan membaca dengan pendekatan kontruktivisme, merupakan satu bentuk pembelajaran membaca yang lengkap dengan adanya proses diskusi dan saling tukar informasi. Dengan aktivitas seperti itu, diharapkan akan mendorong munculnya aktivitas murid yang satu dengan yang lain untuk (1) saling menceritakan pengalaman dan pemahamannya setelah membaca karya sastra; (2) bekerja sama membentuk pemahaman dan membuat kesimpulan tentang pesan ataupun makna tersirat dalam karya sastra tertentu; (3) bertukar pendapat dalam memberikan penilaian terhadap makna dalam wacana sastra tertentu; dan (4) bekerja sama dalam menuliskan pemahaman dan komentar terhadap suatu karya sastra, baik pada tahap perencanaan, penulisan naskah awal (draft), maupun sewaktu revisi dan penyuntingan. SIMPULAN Bagian akhir dari tulisan ini, penulis mencoba menarik beberapa simpulan yang didasarkan pada rumusan masalah yang telah dituangkan pada bagian sebelumnya serta dilandasi hasil penelitian. Simpulan yang dapat ditarik dikemukakan di bawah ini. 1. Kemampuan pemahaman membaca cerpen sebelum menggunakan pendekatan kontruktivisme pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Singajaya Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011-2012, menunjukkan kemampuan yang rendah, hal ini ditandai dengan pencapaian rata-rata pemahaman siswa terhadap cerpen yang hanya mencapai 5,11. Beberapa kriteria penilaian dan pencapaian pemahaman siswa terhadap cerpen antara lain ratarata pemahaman terhadap tema (45.47%), alur cerita dalam cerpen (49,23%), pemahaman terhadap tokoh dan penokohan (54,7%), pemahaman terhadap amanat yang terkandung dalam cerpen (51,97%) serta kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi cerpen (52,31%). 2. Kemampuan pemahaman membaca cerpen setelah menggunakan pendekatan kontruktivisme pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Singajaya Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011-2012, menunjukkan kemampuan pemahaman bacaan yang
baik. Hal ini ditandai dengan pencapaian rata-rata 7,02. Sementara itu, pemahaman siswa terhadap rata-rata teraa cerpen dicapai sebesar (79.49%), alur cerita dalam cerpen (75,73%), pemahaman terhadap tokoh dan penokohan (76.75%), pemahaman terhadap amanat yang terkandung dalam cerpen (62.39%) serta kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi cerpen (65%) 3. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pemahaman awal siswa terhadap cerpen dicapai sebesar 51.1 dan pemahaman akhir setelah pembelajaran dicapai rata-rata nilai 70,2, dengan demikian terjadi kenaikan rata-rata kemampuan pemahaman siswa terhadap cerpen sebesar 19.1, Sementara itu berdasarkan hasil perhitungan statistik uji t yang dilakukan diperoleh thitung > ttabel(14.38 > 2,428) pada taraf kepercayaan 95%. sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam memahami cerpen sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran berbeda. Sementara itu diamati dari rata-rata pemahaman siswa terhadap bacaan (cerpen) menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontruktivisme efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap karya sastra khususnya cerpen. DAFTAR PUSTAKA Aminudin. (1987). Pengantar Malang: Sinar Baru.
Apresiasi
Sastra.
Aminuddin. (2000). "Pembelajaran Sastra sebagai Proses Pembenvacanaan dan Pemahaman Perubahan Ideologi". Dalam Sudiro Satoto dan Zainuddin Fananie (Eds.). Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan. Surakarta: University Muhamadiyah Press-HISKI Komisariat Surakarta. Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta. Depdikbud. (2004). Kerangka Acuan Pemasyarakatan Kebijaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kuswinarto. (2001). "Dan Sastrawan pun Tak Lagi Percaya kepada Guru Sastra". Dalam Asep S. Sambodja, dkk. (Eds.). Cyber Graffiti Kumpulan Esai. Bandung: Yayasan Multimedia Sastra dan Angkasa. Nadeak. (1985). Pengajaran Bandung: Sinar Baru.
Apresiasi
Sastrai.
Nasution, J.U., dkk. (1981). Minat Membaca Sastra Pelajar SMA Kelas III DKI Jakarta. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Rahmanto. (1988). Metode Yogyakarta: Kansius.
Pengajaran
Sastra.
Rusyana, Y. (1977/1978). Penelitian Kegiatan Apresiasi Sastra Murid SMA Jawa Bar at. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Rusyana, Y. (1992). "Bahan Baku dan Pengolahan Bahan Pelajaran Sastra", makalah pada Seminar Pengelolalan Bahan Pelajaran Sastra dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia". Dikumpulkan dalam Landasan Teori dan Pengolahan Bahan Pelajaran Sastra. Bandung: Program Pascasarjana IKIP Bandung.
110
Sarjono, A.R. (2000). Beberapa Upaya menggairahkan Pembelqjaran Sastra. Dalam Agus R. Sarjono. Sastra dalam Empat Orba (2000, him. 207— 231). Yogyakarta: Bentang.