Oleh: Abu Isa Abdullah Bin Salam Untuk para guru SDI Sahabat Ilmu Karawang Sabtu, 7 Jumadil Awwal 1438 H/4 Februari 2017
1
10 Alasan Mengapa Guru Harus Beraqidah Lurus Segala puji bagi Allah, kami memuji, memohon pertolongan, hidayah, dan kemampuan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari segala keburukan diri kami dan dari segala kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad ﷺadalah hamba dan rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imraan (3): 102)١
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.”(QS. An Nisa’ :1)
2
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS. Al-Ahzab : 70-71) Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad ﷺ. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama). Setiap perkara yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah. Setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di dalam neraka. Guru dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Apakah predikat yang mentereng tersebut ada pada setiap guru? Atau bahkan ada di antara mereka yang menjadi pangkal kerusakan dan pengkhiyanat? Jawabannya insyaallah ada pada pembahasan dengan judul 10 alasan mengapa guru harus beraqidah lurus berikut ini. Sebelum disampaikan tentang pembahasan yang terkait dengan judul, akan disampaikan terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan aqidah yang lurus. Aqidah adalah keyakinan hati terkait dengan agama atau aliran kepercayaan yang tidak mudah tergoyahkan. Aqidah yang lurus maksudnya adalah aqidah Islam, yaitu aqidah yang bersumber dari Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman generasi pertama umat Islam. Aqidah yang lurus adalah aqidah seluruh para nabi dan umat yang beriman kepada mereka. Pokok aqidah yang lurus bertumpu pada rukun iman yang enam, yaitu; 1). iman kepada Allah, 2). iman kepada malaikat, 3). iman kepada kitab-kitab, 4). iman kapada rasulrasul, 5). iman kepada hari akhir dan 6). iman kepada takdir. Allah berfirman:
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (QS. Al Baqarah : 285)
3
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi (QS. Al Baqarah : 177)
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, Maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauhjauhnya”. (QS. An Nisa : 136)
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. (QS. Al Furqaan : 2) Rasulullah ﷺbersabda: “Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk”. ( HR. Muslim).
4
Penting juga untuk diketahui tentang keistimewaan aqidah yang lurus dan bahaya aqidah yang rusak, di antaranya adalah: 1. Aqidah yang lurus sebab kebahagiaan dan ketentraman di dunia dan akhirat. Allah berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al. An’am : 82) Sementara aqidah yang rusak sebab turunnya adzab dan kesengsaraan baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman :
“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan
buta".
Berkatalah
ia:
"Ya
Tuhanku,
mengapa
Engkau
menghimpunkan aku dalam keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” (QS. Thaha : 124-127)
5
2. Aqidah yang lurus sebab diampuni dosa-dosa Rasulullah ﷺbersabda, “Allah berfirman: Wahai anak Adam, jika kamu menemuiku
dengan
dosa
sepenuh
bumi,
namun
dalam
keadaan
tidak
mempersekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan sepenuh bumi pula” (HR. Tirmidzi) Orang yang aqidahnya rusak dosa-dosanya terancam tidak diampuni, kecuali bertaubat. Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisaa’ : 48)
3. Aqidah yang lurus sebab diterimanya amal shaleh Allah berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
6
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl : 97) Aqidah yang rusak, sebab tertolak dan sirnanya amal shaleh. Allah berfirman :
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar : 65)
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendakiNya
di
antara
hamba-hambaNya.
Seandainya
mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am : 88)
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkahnafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menapkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (QS. At Taubah : 54)
7
4. Aqidah yang lurus sebab masuk surga Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al Bayyinah : 7-8) Rasulullah ﷺbersabda,
“Sungguh Allah mengharamkan
neraka terhada orang yang mengucapkan
„laailaahaillallah‟ dengan mengharap wajah Allah “(HR. Bukhori-Muslim).
Aqidah yang rusak sebab masuk neraka dan abadi di neraka. Allah berfirman :
8
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam", Padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah
Allah
Tuhanku
dan
Tuhanmu".
Sesungguhnya
orang
yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun”. (QS. Al Maidah : 72) Rasulullah ﷺbersaba;
“ Siapa saja yang meninggal dan dia menyembah selain Allah maka dia akan masuk neraka” (HR. Bukhori) 5. Aqidah yang lurus sangat berdampak positif terhadap kepribadian pemiliknya, lahir dan batin, baik ketika sendiri maupun ketika bermasyarakat. Allah berfirman :
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-
9
orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Maidah : 18)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat : 15) Orang yang rusak aqidahnya, perilakunya buruk dan kotor karena dipengruhi syaitan yang karakternya sebagai berikut. Allah berfirman :
“syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 268)
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan 10
itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah : 168-169) 6. Aqidah yang lurus sebab terjaganya darah dan harta Rasulullah ﷺbersabda ; “Barang siapa mengucapkan „laa ilaaha illallah‟ dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya”. (HR. Muslim) Seseorang yang memiliki aqidah yang rusak tidak terjaga darah dan hartanya. Allah berfirman :
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al Anfal : 39)
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. At Taubah : 5) 11
Penjelasan di atas diharapkan cukup untuk memotivasi siapa saja, termasuk para guru untuk bersungguh-sungguh memelihara kelurusan aqidah dan menjauhkan diri dari kerusakan aqidah. Mengapa Guru Harus Beraqidah Lurus? Ada banyak alasan mengapa guru harus lurus aqidahnya, 10 di antaranya: 1. Guru adalah manusia yang diberi kelebihan Secara umum guru adalah manusia yang memiliki kelebihan dibanding manusia pada umumnya. Terlebih secara kecerdasan berpikir, menilai dan menimbang baik dan buruk. Jika seluruh manusia diciptakan untuk memiliki aqidah yang lurus, adalah sangat naif jika guru tidak memahami dan mewujudkan hal tersebut. Allah berfirman :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56). Apa yang akan dibanggakan jika aqidah tidak paham dan terwujud pada dirinya. Kelebihan akal hanya menjadi petaka baginya. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak 12
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q S. Al A’raaf : 179) 2. Guru adalah penyeru kebaikan Guru pada umumnya adalah mengajak murid-muridnya untuk berbuat baik. Tentu saja kebaikan yang diserukan sesuai dengan kondisi aqidahnya. Hanya guru yang lurus aqidahnya yang menyeru kepada kebaikan yang sesungguhnya. Taruhlah guru yang rusak aqidahnya menyeru kepada suatu kebaikan, maka dia terancam firman Allah :
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah : 44) Meskipun ayat di atas secara langsung tertuju kepada ahli kitab, akan tetapi maknanya berlaku umum. Siapa saja yang mengajak kepada kebikan, namun melupakan diri sendiri, dia termasuk orang yang dimaksud. Orang yang paling melupakan dirinya adalah orang yang tidak perhatian terhadap aqidahnya. Dialah orang yang telah melalaikan Allah. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr : 19)
13
3. Guru adalah sosok yang sangat didambakan kebaikan-kebaikannya. Pada asalnya guru adalah sosok yang sangat didambakan kebaikankebaikannya. Namun terkadang harapan tinggal harapan, sementara yang didapatkan justru sebaliknya. Pelajaran berharga bisa didapatkan dari ayat berikut ini. Allah berfirman :
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS. Ibrahim : 24-26) Ayat di atas adalah perumpamaan tentang orang yang beriman yang lurus aqidahnya dan orang kafir yang rusak aqidahnya. Orang yang kuat imannya karena ilmu dan keyakinan yang lurus, akan selalu berbuah perkataan yang baik, amal yang shaleh, akhlak yang terpuji serta perilaku yang santun. Selalu berbuah kemanfaatan yang dinikmati sendiri maupun orang lain, di dunia dan akhirat. Demikian juga gambaran seorang guru jika lurus aqidahnya. Murid-muridnya selalu mendapatkan kebaikan-kebaikannya. Bimbingan dan arahannya serta akhlak yang dipertontonkan menginspirasi murid-murid untuk hidup terpuji. Kenangan manis bersama guru selalu terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Mereka lakukan tanpa ada beban yang memberatkan, bahkaan kebahagiaan terpancar
14
di wajahnya. Kalau demikian keadaanya, maka tidak hanya di dunia mereka bahagia, bahkan sampai di akhirat. Sementara orang yang kotor dan rusak aqidahnya dengan syubhat dan syahwat di hatinya, maka tidak akan berbuah kecuali keburukan. Kalaupun terkadang ada buah yang nampaknya baik, namun tersimpan di dalamnya racun yang mematikan. Dia tidak mendapatkan manfaat demikian juga orang lain, namun justru bahaya yang selalu mengancam dirinya dan orang lain. Gambaran guru yang rusak aqidahnya pun akan sama, seandainya muridmuridnya mendapatkan suatu manfaat, maka dibarengi dengan racun-racun yang akan membawa kesengsaraan di dunia dan akhirat. Dengan demikian, dambaan kebaikan dan kemanfaatan yang semestinya didapat dari seorang guru hanya fatamorgana, bahkan keadaannya bisa lebih buruk lagi. Oleh karena itu guru itu harus lurus aqidahnya. 4. Guru adalah teman bergaul Guru, karena posisinya, termasuk orang yang paling banyak berinteraksi dengan murid. Intensitas interaksi guru berpengaruh terhadap kepribadian murid. Dengan demikian guru yang lurus aqidahnya memiliki pengaruh positif terhadap murid. Sebaliknya guru yang aqidahnya rusak berpengaruh negatif terhdap murid. Rasulullah ﷺbersabda,
“Seseorang itu keadaannya sesuai dengan teman bergaulnya, maka perhatikanlah dengan siapa dia bergaul” (HR. Tirmidzi) Rasulullah ﷺjuga bersabda,
15
“Sesungguhnya perumpamaan teman bergaul yang shaleh dan yang buruk itu seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi, pembawa minyak wangi mungkin akan memberimu, kamu beli darinya atau kamu mencium bau wangi. Adapun pandai besi, mungkin bajumu terbakar atau kamu mencium bau tidak sedap” (HR. BukhoriMuslim) Karena itu, terwujudnya manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa serta berbudi pekerti yang luhur adalah jauh panggang dari api, jika guru rusak aqidahnya. 5. Guru adalah tokoh idola yang dicintai dan diikuti. Akibat pergaulan yang intensif antara guru dan murid, maka tidak sedikit murid yang menjadikan guru sebagai idola, dicintai dan diikuti. Sekedar pergaulan saja sudah berpengaruh, seperti telah dijelaskan pada poin ke-4, apalagi sampai menjadi idola. Untuk itu keberadaan guru yang lurus aqidahnya adalah sebuah kemestian. Jangan sampai murid ditangani oleh guru yang rusak aqidahnya. Allah berfirman tentang ending dari hubungan saling cinta. Peristiwanya di akhirat kelak.
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhrup : 67)
16
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku)”. (QS. Al Furqaan : 27-28)
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya
17
menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. Al Baqarah :165-167) 6. Guru adalah partner dan wakil orang tua Guru adalah orang tua kedua bagi para murid. Tugas dan tanggung jawab guru seperti orang tua terkait dengan pendidikan anak. Pokok pendidikan bagi anak harus mengarah kepada firman Allah berikut ini:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim : 6) Terpeliharanya manusia dari api neraka tidak akan terwujud, kecuali jika aqidahnya lurus. Allah mencontohkan bagaimana orang tua yang baik, mendidik anaknya. Dia berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13)
18
“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman : 1619) Lukman menjadikan kelurusan aqidah sebagai pokok pendidikan. Allah juga berfirman:
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk 19
agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. Al Baqarah : 132-133) Ibrahim dan Yakub -„alaihimas salam- menjadikan kelurusan aqidah sebagai pokok wasiatnya. Hanya guru yang lurus aqidahnya yang akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab orang tua dengan benar. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi murid, yang orang tuanya tidak memahami tugas dan tanggung jawabnya kemudian di sekolah mendapatkan guru yang rusak aqidahnya. Jangankan keduanya tidak lurus aqidahnya, salah satu saja sudah cukup untuk mempengaruhi gagalnya sebuah pendidikan. Keberhasilan proses pendidikan harus ada sinergi antar seluruh komponen pendidikan. Orang tua, guru, kurikulum dan masyrakat tempat tinggal anak harus saling mendukung. 7. Guru adalah pemimpin Rasulullah ﷺbersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya” (HR. Bukhori-Muslim) Tidak diragukan bahwa guru adalah pemimpin bagi murid-muridnya. Dia akan diminta pertanggung-jawaban atas apa yang terjadi pada murid-muridnya. Beruntung apabila keadaan murid-muridnya baik akibat kepemimpinannya. Dia akan mendapatkan ganjaran kebaikan. Hal ini tentu saja hanya akan ditemui jika gurunya lurus aqidahnya. Bimbingan dan arahannya akan dipengaruhi kelurusan aqidahnya. Adapun jika guru buruk aqidahnya apakah mungkin kebaikan sejati akan didapatkan oleh murid. Bahkan hampir dipastikan bimbingan dan arahanya sangat dipengaruhi oleh buruknya aqidah dia. Sehingga bukan kebaikan yang didapatkan 20
murid, namun kesesatan. Oleh karena itu Rasulullah ﷺsangat mengkhawatirkan pada umat beliau, keberadaan para pemimpin yang menyesatkan. Raasulullah ﷺbersabda,
“Yang aku khawatirkan pada umatku tiada lain adalah para pemimpin yang menyesatkan..” (HR.Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah) Pemimpin yang demikian keadaannya, nasibnya jelas sangat mengkhawatirkan di akhirat kelak, ketika dia diminta pertanggungjawaban. Allah menceritakan kejadian di akhirat tentang penyesalan dan harapan orang-orang yang ketika di dunia memiliki pemimpin yang sesat. Allah berfirman:
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin
dan
pembesar-pembesar
kami,
lalu
mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS. Al Ahzab : 66-68) 8. Guru adalah ujung tombak pendidikan Guru adalah komponen terpenting di dalam proses pendidikan di sekolah. Dia merupakan ujung tombak pendidikan. Sebaik apapun kurikulum serta fasilitas pendidikan, tidak akan banyak manfaatnya jika gurunya bobrok. Kebobrokan terparah 21
pada seorang guru adalah bobrok aqidahnya. Kebenaran kalimat tersebut tidak akan dipahami kecuali oleh orang yang memehami arti penting aqidah yang lurus. Dengan demikian, jika pendidikan ingin sukses maka luruskan aqidah gurunya. Dari aqidah yang lurus akan tepancar keindahnnya dalam setiap cabang ilmu yang digelutinya. Murid pun akan merasakan manfaatnya untuk dunia dan akhiratnya. Rasulullah ﷺbersabda,
“Ingatlah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya. Ingatlah, ia adalah hati (jantung)”. (HR. Bukhori-Muslim) 9. Guru adalah agen perubahan Guru sebagai agen perubahan, perubahan dari yang buruk kepada yang lebih baik. Perubahan dari ketidak sempurnaan ke arah yang lebih sempurna. Perubahan dari kesemrawutan ke arah yang lebih tertib. Dan yang paling pokok adalah perubahan dari kebobrokan aqidah ke arah lurusnya aqidah. Guru di sebuah negeri yang tidak menjadikan lurusnya aqidah sebagai tujuan pokok kurikulumnya memiliki beban yang lebih berat. Karena dia tidak hanya mengajarkan kebaikan tetapi juga harus membersihkan racun-racun yang bertebaran di buku-buku panduan murid. Berbagai macam teori, pandangan hidup, cerita dan gambar yang berseberangan dengan konsep aqidah yang lurus, menghiasi buku-buku panduan mereka. Itulah racun-racun syahwat yang mendorong mereka untuk bermaksiat dan syubhat yang mengotori dan merusak aqidah mereka.
Untuk
membersihkan racun syahwat dan syubhat dibutuhkan kemapanan ilmu dan kesabaran. Allah berfirman:
22
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” (QS. As Sajdah : 24) Jadi tidak cukup hanya guru yang beraqidah lurus, namun harus kuat ilmu dan kesabarannya. Merekalah guru-guru yang layak jadi panutan dalam perubahan. Oleh karena itu, para guru yang belum beraqidah lurus, harus berubah terlebih dahulu. Mereka harus memaksa dirinya untuk beraqidah yang lurus dan mengokohkannya. Jangan pernah berharap adanya perubahan, kalau mereka sendiri tidak mau berubah. Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’d : 11) 10. Guru adalah masa depan bangsa Murid-murid yang dihadapi guru pada hari ini adalah masa depan bangsa. Guru sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi masa depan bangsa, karena muridmurid dialah yang mengatur dan mengelola bangsa ketika itu. Dengan demikian secara umum bisa tergambar bagamana kondisi masa depan sebuah bangsa dengan melihat kondisi para guru hari ini. Kalau para guru hari ini adalah guru yang memiliki aqidah yang lurus, kemudian hal itu tertular pada murid-muridnya hingga mereka mengelola bangsa, maka kondisi bangsa tesebut seperti yang dijanjikan Allah dalam ayat berikut ini: 23
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku ”. (QS. An Nur : 55) ...
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,..” (QS. Al A’raf : 96) Kondisi itu akan berbalik seratus delapan puluh derajat, jika guru-guru hari ini rusak aqidahnya. Aqidah tersebut menular pada murid-muridnya, sehingga ketika mereka mengelola bangsa didasari oleh kekufurannya, maka yang terjadi adalah seperti dalam firman Allah berikut ini:
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari 24
segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An Nahl : 112) Demikianlah pembahasan tentang 10 Alasan Mengapa Guru Harus Berqidah Lurus. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, serta menjadi tabungan amal sholih bagi penulisnya. Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pembahasan ini. Akhir kata semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, shahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillahilladzi bini‟matihi tattimmu bihishsholihat.
Tasikmalaya, Jum‟at 23 Rabi‟ul Awwal 1438 23 Desember 2016 Yang butuh ampunan Allah
Abu Isa Abdulloh Bin Salam
25
26