J
81
OEPAR"fEMEN PENDIDIKAN N SIONAL
2000
TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM
SEJARAH
EJAAN BAHASA INDONESIA Lukman Ali
PERPUSTAKAAN PUSAT BAHASA DEPARTEMENPENDlDiKAN NASIONAL 00000017
PUSAT BAHASA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA 2000
^■■RFtiSTAKAAf^ FOSAT SA'US^ No. indyk:
Kl asifikasi I
Tgl.
i_
Ttd.
ALI
•^ Penyi nting Penyelia Tttma Evita Almanar
Penyunting Jumariam
Pewajah Kulit Gerdi W.K.
PROYEK PEMBINAAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH-JAKARTA TAHUN 2000
Utjen Djusen Ranabrata (Pemimpin), Tukiyar (Bendaharawan), Djamari (Sekretaris), Suladi, Haryanto, Budiyono, Radiyo, Sutini (Staf)
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Isi buku ini, baik sebagian maupim seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa seizin tertulis dari penerbii, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Katalog dalam Terbitan (KDT) 499-218-1 ALI s
All, Lukman
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia: Kumpulan Sistem Ejaan Bahasa Indonesia dalam Huruf Latin/Lukman Ali.Jakarta: Pusat Bahasa, 2000 viii -f- 224 him.; 21 cm ISBN 979-685-097-4
1. Bahasa Indonesia-Ejaan-Sejarah 2. Ejaan-Sejarah
KATA PENGANTAR
Sejak dibawanya huruf Latin ke Indonesia oleh orang-orang Barat bermulalah pemakaian huruf Latin dalam sistem ejaan bahasa Indonesia. Akan tetapi, sistem ejaan itu belumlah dapat disebutkan sudah baku karena penulis/ahli orang Barat itu menentukannya menurut apa yang didengamya dan menuliskannya dengan kaidah ejaan bahasanya sendiri. Ejaan itu adalah untuk kepentingan mereka sendiri.
Pigafetta, yang pada awal abad ke-I6 membuat sistem ejaan bahasa Melayu, adalah satu contoh. Ahli-ahli Iain seperti Joannes Roman juga demikian. Jadi, ada bermacam cara penulisan bahasa Melayu pada waktu itu sampai kemudianpada tahun I90I Ch. A.'van Ophuijsen menetapkan secara resmi ejaan yang baku dan berlaku di seluruh Indonesia(Hindia Belanda). Sesungguhnya ejaan bahasa Indonesia telah mengisi sejarah kehidupan bahasa Indonesia yang berkembang dalam berbagai situasi dan lingkungan. Inilah yang mendorong perlunya disusun sejarah ejaan bahasa kita agar kita mempiaiyai pengertian yang lebih dalam lagi mengenai sejarah bahasa itu dan mengambil manfaat dengan penuh kecendekiaan menghadapi perkembangan bahasa Indonesia lebih lanjut. Berdasarkan itulah isi buku ini dibagi atas dua bagian, yaitu
Bagian Pertama Bagian Kedua
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia Kumpulan Aturan (Sistem) Ejaan Bahasa Indonesia, 1901--I972
Semua konsep dan bahan tanggapan dari masyarakat dituliskan dalam buku ini sesuai dengan ejaan asli yang dipakai penanggap, yaitu ejaan lama
sebelum ejaan yang disempumakan (EYD)'ditetapkan. Hal ini dapat berguna dalam melihat bagaimana simpang siumya penulisan ejaan bahasa Indonesia pada saat sebelum EYD itu.
Kita memang perlu menoleh ke belakang sebelum mengayunkan langkah ke depan yang penuh tantangan. Tolehan yang untuk sementara tersusun
secara ringkas dan sederhana ini dimungkinkan oleh bantuan dan dorongan
IV
serta bahan dari beberapa kawan, antara lain Sdr. Harimurti Kridalaksana, Sdr. Basuki Suhardi, Sdr. Djoko Kentjono, Sdr. Sri Sukesi Adiwimarta, Sdr. S. Efifendi, Sdr. Jumariam, dan khususnya Sdr. Hasan Alwi, Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, yang telah menugasi saya menyusun buku ini.
Adakah ungkapan yang paling tepat selain ucapan terima kasih untuk semuanya itu?
Lukman Ali
SAMBUTAN
KEPALA PUSAT BAHASA
Buku ini bermaksud menyampaikan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan ejaan bahasa Indonesia sejak diresmikannya ejaan van Ophuijsen(1901)hingga berlakunya serta dimasyarakatkannya ejaan bahasa Indonesia yang disempumakan (1972/1975). Patut diakui bahwa buku ini masih memiliki kekurangan karena adanya kemungkinan akan terdapatnya masalah ejaan, yang luput dari amatan, yang tidak teruraikan di dalamnya. Namun,bagi kita terasa bahwa penyusunan buku ini merupakan upaya yang dilakukan secara bersungguh-sungguh, yang harus dihargai karena manfaatnya yang begitu besar bagi kita, pengguna bahasa Indonesia, dewasa ini. Buku Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia ini memberikan gambaran mengenai proses penyempumaan ejaan bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan, yang digunakan saat ini. Dengan membaca buku ini secara cermat, kita dapat mengetahui bahwa pembahan dari satu sistem ejaan ke sistem ejaan yang lain memerlukan peijuangan yang memakan
waktu,tenaga, pikiran,^tentu saja dana yang sukar dinilai. Oleh karena itu, adanya sistem ejaan yang kita gunakan sekarang hendaknya menjadi perhatian selimih lapisan masyarsdcat. Pembahan suatu sistem ejaan bukanlah sesuatu yang diadakan, tetapi mempimyai tujuan luhur, yaitu upaya penyempumaan bahasa Indonesia, bahasa nasional, yangjuga mempakan bahasa negara kita. Kita sambut kehadiran buku ini dengan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada penulisnya. Ucapan terima kasih patut pula kita sampaikan kepada Pemimpin Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah-Jakarta, yang telah bprsedia mencetak dan menerbitkan buku ini.
Hasan Alwi
DAFTAR ISI
Pengantar Sambutan Kepala Pusat Bahasa Daftar Isi .
jjj v yj
Bagian Satu
SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA
I. Pendahuluan II. Ikhtisar Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia 2.1 Penyenpurnaan Ejaan 2.2 Pemasyarakatan Ejaan yang Disempurnakan
3 5 9 14
III. Mated Pemasyarakatan dan Tanggapan terhadap Penyempumaan Ejaan
23
3.1 Usaha Penyempurhaan Edjaan dalam rangka Pembakuan Bahasa Indonesia/Lukman All 3.2 Tanya Jawab
23 33
3.3 Penertiban Edjaan Bahasa Indonesia/Hargo Saputro 3.4 Penyempumaan Edjaan Bahasa Indonesia/Srijono
40
Sispardjo
3.5 Edjaan sebagai Mas'alah/Ajip Rosidi 3.6 Edjaan Bahasa Indonesia.* Masalah Edjaan hams
43
47
Dipisahkan dad pada Masalah Bahasa/Amin Singgih . 53 3.7 "Edjaan Bam" Bahasa Indonesia: Perlu Segera Ditetapkan Pemedntah/Ukun Surjaman 3.8 Edjaan Bam Hangat Kembali/Sjahdar
55 59
3.9 Kedudukan J dan Kdalam Bahasa Indonesia Sekarang dan Beberapa Tjatatan Lain/S.P. Subroto 3.10 Mengapa Meng-fixedkan Edjaan Bahasa Indonesia SuIit?/Soelomo, B.A 3.11 Diharap Hati2 Menentukan Edjaan Bam/S. Takdir Alisyahbana 3.12 Release Alumni KAPI .
61 63 65 69
Bagian Dua SISTEM EJAAN YANG PERNAH DIBUAT UNTUK BAHASA INDONESIA
IV. V. VI. VII. VIII. IX.
Ejaan van Ophuijsen Ejaan Repubiik (Soewandi) Ejaan Pembaharuan Ejaan Melindo Ejaan Barn Bahasa Indonesia(LBK) Ejaan yang Disempurnakan
74 84 88 109 120 157
Penutup
170
Daftar Pustaka
172
Lampiran 175 1. Keputosan, Penjelasan tentang EYD, Komunike Bersama a. Kepunisan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan No. 062/1967 tentang Pengesahan adanja Panitia Edjaan Bahasa Indonesia b. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan No. 03/A.1/1972 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Edjaan Bahasa Indonesia jang Disempurnakan c. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan No. 07/A.1/1972 tentang Penambahan Anggota Panitia Pelaksana Edjaan Bahasa Indonesia jang Disempurnakan d. Keputusan Presiden Repubiik Indonesia No. 57, Tahun 1972 e. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543A/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"
f. Penjelasan Lembaga Bahasa Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang Masalah PeiJjempumaan g. Pokok-Pokok Penjelasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Sidang Kabinet 1 Agustus 1972 h. Komunike Bersama
2. Tanggapan/Berita Media Cetak
a. Edjaan Baru Man ke DPR Djuga? {Berita Buana)
Vlll
b. Tadjuk Rentjana: Edjaan Bam sebagai Masalah {Sinar Harapan) c. Menurat Prof. S. Wojowasito: Edjaan Bam Jang Disiapkan LBK Tidak Tepat(Kompas)
d. Brosur Menanggapi Konsep Edjaan Bam LBK {Kompas) e. DPP Gerakan Pemuda Marhaen Tolak Pengelompokan Parpol atas Dasar Fusi {Kompas)
f. Sekali lagi tentang: Edjaan Bahasa Indonesia jang Disempumakan {Kompas)
g. Penyatuan Edjaan Melindo {Mingguan Malaysia) h. Podjok Berita Buana: Tugas Keliling i. Podjok Kompas: Mang Usil j. Karikatur Djon Domino {Pos Koto) k. Karikatur Pasikom {Kompas)
gflQIAN SATU
ieJA^H eJAAN SAHASA WDONBSIA
PENDAHULUAN
Dalam sejarah Indonesia kita telah mengetahui bahwa salah satu usaha untuk
men^nkuhkan persatuan bangsa ialah dengan pemanfaatan penggunaan bahasa. Kita telah sering melakukan usaha ini dengan sungguh-sungguh sejak sekitar akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Hanya sayang di sana sini ada yang belum mencapai tujuannya dengan sempuma. Hal dimaksud yang menonjol, misalnya, ialah usaha menyusun konsep salah satu aspek bahasa, yaitu penyusunan suatu sistem ejaan bahasa, khususnya dalam huruf Latin. Pemerintah Hindia Belanda, pada awal abad ke-20, dan kemudian pemerintah Republik Indonesia, telah beberapa kali mengajukan usul sistem ejaan dengan tujuan untuk memodemkan bahasa Indonesia. Hal itu dapat kita lihat pada apa yang telah dilakukan panitia-panitia ejaan mulai dari panitia Ejaan Ch. A. van Ophuijsen atas nama pemerintah jajahan Belanda(1901), dan panitia-panitia lain, seperti panitia Ejaan Republik (Soewandi, 1947), panitia Ejaan Pembaharuan (Prijono, 1957), panitia Ejaan Melindo (Slametmuljana, 1959), panitia Ejaan Baru Bahasa Indonesia/LBK(Anton Moeliono, 1961), Ejaan yang Disempurnakan/EYD{l.'Q. Mantra, 1972). Akhimya, sistem EYD ini disahkan secara resmi oleh Presiden Soeharto melalui surat keputusan no. 57,tanggal 17 Agustus 1972. Kita menyadari bahwa sistem EYD masih ada rumpangnya dalam beberapa hal, seperti penulisan kata majemuk, huruf kapital, dan tanda-tanda baca. Oleh karena itu, wajarlah jika kemudian dirasakan kekurangannya di
sana-sini karena peijalanan hidup ejaan sej^ tahun 1972 itu telah dipengaruhi oleh perkembangan zaman.
Dalam pembicaraan tentang sejarah ejaan ini kita perlu memperhatikan bagaimana ejaan itu dimasyarakatkan sampai ditetapkan secara resmi oleh Pemerintah. Terlihat nanti bahwa perubahan sistem ejaan itu teijadi melalui jalan yang banyak liku-likunya.
Pada Bagian Satu ini selanjutnya akan kita perbincangkan ikhtisar sejarah ejaan bahasa Indonesia yang terbagi dalam dua bagian: (1) Penyempumaan Sistem Ejaan da?(2)Pemasjarakatan atau Pelaksanaan Ejaan yang Disempiunakan.
II
IKHTISAR SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA
Kalau kita berbicara tentang ejaan bahasa Indonesia, kita perlu lebih dahulu
melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dahulu sampai masa sekarang ini.
Sudah diketahui bahwa pada masa beberapa ratus tahun yang lalu bahasa tersebut belum lagi disebut bahasa Indonesia, tetapi bahasa Melayu. Nama Indonesia itu baru datang kemudian. Sudah diketahui pula bahwa pada masa Sriwijaya telah dikenal sejumlah prasasti yang bertuliskan bahasa
Melayu Kimo dengan memakai huj^Pallawa(India) yang banyak dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, sepeiti juga halnya bahasa Jawa Kuno. Jadi, bahasa pada waktu itu belum menggimakan huruf Latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian berkembang pada berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan masa awal kedatangan Islam (abad ke-13). Pedagang-pedagang Melayu yang berkeliling di Indonesia memakai bahasa Melayu sebagai lingua franca, yakni bahasa komunikasi dalam perdagangan, pengajaran agama,serta hubungan antara negara dalam bidang ekonomi dan politik.
Linguafranca ini secara merata berkembang di kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Pedagang-pedagang asing, seperti pedagang Cina, berusaha mengetahui bahasa Melayu untuk kepentingan mereka, umpamanya dengan jalan menyusun daftar kata Cina-Melayu yang
berasal dari abad ke-15, yang memuat lebi^i kurang 500 kata pokok atau lema {entry). Oleh para ahli, daftar kata ini dianggap yang tertua dan sebagai kaiya leksikografi yang awal pula, sedangkan kamus tertua dalam sejarah bahasabahasa di Indonesia ialah Spraeck ende woord-boek inde Maleysche ende
Madagaskarsche Talen met vele Arabische ende Turesche Woorden(1608) karangan Frederich de Houtman, dan Vocabularium Ofte Woordboek naar
order vanden alphabet in Duytsch-Maleysch ende Maleysche-Duytsch (1623) karangan Casper Wiltens dan Sebastianus Dancaert(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:xxl). Dalam kamus-kamus itu kata-kata Indonesia
juga ditulis dalam huruf Latin sebagaimana disusun oleh Pigafetta sebelumnya (1522)dalam daftar kata Vocabuli de Questi populi mori (daftar kata yang digunakan orang Islam),
Bahasa Melayu ini mengalami pula penulisannya dengan hurufArab yang juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu (penambahan dengan beberapa tanda untuk beberapa hurufdalam menyesuaikannya dengan bunyibunyi bahasa Melayu {tj, nj, g, dan ng). Penulisan dalam huruf Arab ini
dipakai dalam naskah-naskah Melayu lama,seperti dalam karya-karya sastra dan buku-buku pengajaran agama(Islam)dan juga sebagai ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai digunakannya huruf Latin atau huruf Romawi untuk penulisan bahasa Melayu, walaupun masih secara sangat terbatas,
Daftar kata yang disusun oleh Pigafetta merupakan contoh pertama bagi bahasa Melayu yang ditulis dalam huruf Latin. Perhatikanlah contoh-contoh Perhatikan ejaannya. Pigafetta
Sekarang
alia
Allah
naceran
Nasrani
musulman Islam
muslimin Islam
mischit
mesjid
anach
anak
saudala sopopu
saudara sepupu
poran poan
perempuan
dai
dahi
matta
mata
cenin
Jdon
kening hidung
tanghan Janghut
janggut
tangan
missai
misai
botto
butuh(kemaluan laki-laki)
salibu
seribu
salacza
selaksa
tujuppolo
tujuh puluh
Sebenamya ejaan sebagaimana yang digunakan oleh Pigafetta ini belumlah dapat disebut ejaan Latin untuk bahasa Melayu karena penulisannya berdasarkan pendengaran dan tangkapan Pigafetta terhadap ucapan orang Melayu, yang kemudian dituliskan dalam ejaan huruf Latin menurut ejaan Italia. Begitu juga kata-kata Melayu dalam daftar-daftar kata yang disusun oleh de Houtman, Casper Wiltens, dan Sebastianus Dancaert yang dituliskan dengan huruf Latin.
Selanjutnya, Joannes Roman mengeluarkan pula Grondt ofte Kort Bericht van de Maleysche Tale, 1653, yang dicetak tahun 1674. Frederick de Houtman,Casper Wiltens, Sebastianus Dancaert, dan Joannes Roman adalah orang-orang Belanda. Mereka menuliskan kata-kata Melayu berdasarkan ejaan bahasa Belanda masa itu. Sebagai contoh'disajikan dalam daftar berikut.
Hhadji
Sekarang haji
foab
sebab
kardja'an
kerajaan
Joannes Roman
elmou
ilmu
Insja Alia fa hari hari
Insya Allah
kolouar
keluar
sehari-hari
ketjiil
kecil
ponja roema
punya rumah
lebeh befar koueffaan
lebih besar
malou
malu
adda pan
adapun
kekuasaan
Tulisan Latin untuk bahasa Melayu oleh Frederick de Houtman, serta
Casper Wiltens, dan Sebastianus Dancaert belum dapat ditemukan oleh
g
penulis karena naskahnya tidak ada di Perpustakaan Nasional.'
Ejaan bahasa Indonesia dalam huruf Latin ini sampai lebih kurang tiga abad kemudian barulah mendapat perhatian imtuk dibalcukan, yaitu dengan
adanya usaha penetapan ejaan ^ang dilakukan oleh Ch. A. van Ophuijsen. Pada waktu itu terasa sekali kebutuhan akan penyempnmaan sistem
ejaan bahasa Meiayu dalam huruf Latin. Belum ada kesatuan penulisan ejaan atau ortografi bahasa Meiayu yang terdapat di Indonesia pada waktu itu. Bahasa Meiayu memang terdiri atas bermacam dialek (terutama di kota-kota pelabuhan atau pusat perdagangan). Kondisi keberagaman ini mula-mula
tampaknya dipertahankan oleh penjajah untuk tidak menyatukan bangsa melalui bahasa Indonesia.
Entah untuk maksud yang baik, misalnya untuk kelancaran komunikasi, ataupun maksud lainnya untuk penelitian ilmiah, budaya, dan agama, van Ophuijsen (pemerintah Belanda) menetapkan suatu sistem ejaan yang baru bagi bahasa Meiayu, seperti yang tercantum dalam Kitab Logat Melajoe. Sebelum itu, yaitu dalam masa sebelum ketetapan van Ophuijsen(16741901), bahasa Meiayu yang dituliskan dalam huruf Latin menurut van
Ophuijsen masih perlu disempumakan karena belum seragam. Contohnya adalah sebagai berikut. bijasa perijoeq qartas, qirtas
boewah ddil fafal
w&na
koeweh
HMng
perkataHn
Contoh di atas diambil dari Tjampoer Adoeq Melajoe oleh van Ophuijsen (Van Dorp, Semarang, 1883).
Contoh lain penulisan bahasa Meiayu dalam huruf Latin lebih kurang dua setengah abad kemudian (dari Roman sampai van Ophuijsen [16741901]) adalah seperti kutipan dari Surat Chabar Melajoe 1856 berikut ini.
^ Menurut Harimurti Kridalaksana, naskah-naskah susunan de Houtman dan Casper, Wiltens serta Sebastianus Dancaert dan Joannes Roman tersebut tersimpan di negeri Belanda (Perpustakaan Universitas Leiden).
(Sajuti Kurnia, "Peranan Koran-Koran Indonesia dalam Pengembangan Bahasa Indonesia" dalam Kongres Bahasa Indonesia IV). Chabar di Soerabaija,8Janoeari 1856 Pada hari Rebo ada soldadoe Walan-
da djaga di pendjagan besar dan toesoek orang prampoean Djawa. Dari sebab lekas dapet obat, mangka itoe orang tinggal hidoep. Dari sebabnja, orang misi tida taoe, mangka itoe sol dadoe soeda dipegang Selanjutnya, van Ophuijsen menerangkan dalam Kitab LogatMelajoe: Woordenlijst voor de Spelling derMaleische Taal metLatijnsche Karakter, cetakan ke-7, him. x s.d. xvi, mengenai rangkaian huruf dalam kata Melayu dan juga dalam kata asing, yang sudah lazim digunakan oleh orang Melayu. Selanjutnya lagi, disusim pula oleh van Ophuijsen daftar kata secara alfabetis yang ditetapkan ejaannya dalam bahasa Melayu. Akan tetapi, kemudian banyak pula kekurangan yang terlihat dalam pemakaian tanda-tanda diakritik (tanda trema), seperti pada kata permuladn (permulaan), dan tanda bunyi 'ain seperti pada kata ma'lum (makliun) dan ra'jat (rakyat) yang dianggap tidak praktis. Hal tersebut semuanya dirasakan oleh masyarakat pemakai bahasa Melayu(yang kemudian diikrarkan menjadi bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda 1928), terutama para pemakai dan ahli bahasa yang merasa perlu untuk menyempumakan lagi ejaan van Ophuijsen itu. 2.1 Penyempurnaan Sistem Ejaan Keinginan imtuk menyempumakan ejaan van Ophuijsen terdengar dalam Kongres Bahasa Indonesia I, 1938, di Solo, yang sembilan tahun kemudian
terwujud dalam sebuah Putusan Menteri Pengasdjaraii Pendidikan dan Kebudajaan, 15 April 1947,tentang pembahan ejaan bam.Pembahan tersebut terlihat, antara Iain, seperti di bawah ini.
10
van Ophuijsen 1901
Soewandi 1947
boekoe
bulcu
ma 'lum 'adil
maklum adil
mulai masalah tida'
mulai masalah tidak
pende'
pendek
Perubahan ejaan bahasa Indonesia ini berlaku sejak ditetapkan pada tahun 1947. Tidak ada reaksi yang besar yang bersifat menolak, Hal itu mungkin teijadi karena situasi revolusi melawan penjajahan Belanda. Waktu
perubahan ejaan ini ditetapkan semua rakyat Indonesia sedang berjuang menentang kembalinya penjajahan Belanda.
Penggunaan Ejaan 1947 ini, yang lebih dikenal sebagai Ejaan Soewandi
atau Ejaan Republik, sebenamya memancing pula reaksi yang muncul kemudian, yaitu setelah pemulihan kedaulatan (1949). Reaksi ini kemudian
melahirkan ide untuk mengadakan perubahan ejaan lagi dengan berbagai pertimbangan mengenai sejumlah kekurangan.
Gagasan mengenai perubahan ejaan itu muncul dengan nyata dalam Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954). Waktu itu pejabat Menteri Pendidikan dan Kebudajaan adalah Mr. Muh. Yamm. Dalam kongres itu dihasilkan keputusan mengenai ejaan (Iihat Majalah Bahasa dan Kesusastraan Seri Khusus No. 9, 1972)sebagai berikut.
1) Ejaan sedapat-dapatnya menggambarkan satu fonem dengan satu huruf. 2) Penetapan ejaan hendaknya dilakukan oleh suatu badan yang kompeten. 3) Ejaan itu hendaknya praktis tetapi ilmiah.
Keputusan kongres itu ditindaklanjuti oleh suatu panitia ejaan yang diangkat oleh Pemerintah. Panitia itu menyelesaikan tugasnya pada tahun 1957. Hasil pekerjaan panitia itu berupa konsep sistem ejaan yang disebut Ejaan Pembaharuan. Ketua panitia adalah Prijono yang pada waktu itu menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Perubahan
yang menonjol dalam konsep itu ialah adanya beberapa huruf baru yang jelas tidak praktis. Sebagaimana diketahui konsep tersebut tidak dapat dilaksanakan karena timbulnya masalah baru yang mempengaruhi perkembangan ejaan FERFUSTAKAAIM PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASiONAL
11
bahasa Indonesia.
Dalam Kongres Bahasa Indonesia n di Medan (1954), ikut pula hadir utusan Persekutuan Tanah Melayu. Terilhami oleh kongres Medan itu, mereka kemudian mengadakan pula kongres bahasa di Singapura (1956). Dalam kongres di Singapura itu dicetuskan suatu resolusi imtuk menyatukan ejaan bahasa Melayu di Semenanjung Melajm dengan ejaan bahasa Indonesia di Indonesia.
Perkembangan selanjutnya ialah disetujuinya peijanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu yang masingmasing diwakili Perdana Menteri, H. Djuanda Kartawidjaja, dan timbalan Perdana Menteri, Dato' Abdul Razak bin Dato' Hussein. Sebagai kelanjutan peijanjian itu dibentuk panitia bersama Indonesia-Melayu yang kemudian menghasilkan suatu konsep ejaan bersama yang diberi nama Ejaan Melindo (Ejaan Melajm-Indonesia). Panitia ejaan ini diketuai oleh Slametmuljana (Indonesia) dan Syed Nasir bin Ismail(Persekutuan Tanah Melayu). Kedua pemerintah sepakat untuk meresmikan Ejaan Melindo selambatlambatnya bulan Januari 1962. Akan tetapi, kesepakatan itu tidak sempat terwujud karena adanya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun kemudian.
Seperti disebut di atas yang menonjol dalam konsep ini ialah adanya huruf-huruf baru atau huruflama yang diberi tugas baru. Jika huruf-huruf itu digunakan tentulah akan mendapat reaksi dari masyarakat karena huruf-huruf tersebut tidak ada dalam mesin tik, kecuah c danJ. Jadi, syukurlah huruf-huruf tersebut kemudian tidak jadi dipakai atau diciptakan karena terhalang oleh peristiwa konfrontasi tersebut di atas. Perhatikanlah perbandingan huruf-huruf seperti di bawah ini.
12
PERBANDINGAN HURUF
DALAM KONSEP EJAAN BAHASA INDONESIA
van Ophuijsen Soewandi
Pembaharuan
Melindo
1901
1947
1957
1959
1966
tj dj nj
tj dj nj sj
t
c
c
j
j
j
h
a
ny sy
sj
LBK
s
s
0
ng
e
e
ng
ng
D
g
e+)
-
v +o
e+) v+) z+)
z
z
-
-
kh
ch
z +) ch+)
j
j
y
e,e
e,e
e
z
-
_
y e,e
e
ai
y
ai
ai
ay
ay
au
au
aw
aw
au
oi
oi
oy
oy
oi
+)
Tidak ada dalam konsep yang bersangkutan. Dianggap tambahan (asing)
Ketidaksetujuan atas konsep Melindo dikemukakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudajaan,dalam hal ini Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK),yang pada tahun 1966 membentuk sebuah panitia dengan Anton M.
Moeliono sebagai ketua. Lembaga ini kemudian mengusulkan sebuah konsep bam sebagai ganti konsep Melindo itu. Berbeda dari konsep Melindo,konsep LBK tidak menggunakan sama sekali humf-huruf bam. Panitia ini kemudian
disahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudajaan dengan Surat Keputusan No. 062/1967 tanggal 19 September 1967.
Pihak Indonesia, dalam hal ini Koti G. V(Komando Operasi Tertinggi Gabungan V)dan Komando Mandala Siaga(Kolaga) mgmbentuk Tim Ahli Bahasa KOTI dengan S.W. Rujiati Moelyadi sebagai ketua, A.M. Moeliono sebagai wakil ketua,serta Lukman Ali, DJoko Kentjono, dan Basuki Suhardi
13
sebagai anggota,tanggal 21 Febmari 1967. Melalui panitia ini pihak Indonesia menyampaikan kepada Malaysia keberatan terhadap konsep Melindo dengan alasan, antara lain, ketidakpraktisan konsep Melindo karena adanya huruf bam.
Akhimya pihak Malaysia menerima konsep LBK dalam sebuah perundingan di Kuala Lumpur antara Tim Ahli Bahasa KOTl dan Nyonya S.W.R. Mulyadi,sebagai ketua pemtusan Indonesia, dan Ketua Jawatan Tetap Ejaan Bahasa Malaysia, Syed Nasir bin Ismail, sebagai ketua pemtusan Malaysia. Dengan ditolaknya konsep Ejaan Melindo ini dan diterimanya konsep LBK, lewat satu tahap pula usaha penyempumaan ejaan bahasa Indonesia. Konsep LBK yang sempat pula dibahas dalam Seminar Bahasa Indonesia di Puncak (1972) akhimya menjadi konsep bersama IndonesiaMalaysia. Seminar ini disponsori oleh Konsorsium llmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dipimpin oleh Dr. Harsja W. Bachtiar sebagai koordinator.
Sejak itu mulai lagi usaha yang lebih pasti untuk memasyarakatkan sistem ejaan yang bam itu, yang disebut Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Sebenamya,jika dianalogkan dengan mma.Ejaan van Ophuijsen dan Ejaan Soewandi, EYD dapat disebut Ejaan Mashuri karena Mashurilah yang dengan sepenuh tenaga sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mempeijuangkannya sampai diresmikan oleh Presiden.
EM
Gambar 1
Prof. I.P. Simanjuntak menyampaikan prasarannya dalam Seminar Bahasa Indonesia 1972, yang menghasilkan kesepakatan tentang perlunya menyempumakan gaan yang berlaku. Dalam gambar tampak pula Prof. S.T. Aiisyahbana yang bertindak sebagai Ketua Sidang.
2.2 Pemasyarakatan Ejaan yang Disempurnakan
Pemasyarakatkan EYD adalah usaha menanamkan pengertian tentang pentingnya pembakuan ejaan di kalangan masyarakat luas. Usaha itu tidaklah
mudah, mengingat situasi dan kondisi masyarakat saat diperkenalkannya sistem ejaan itu.
Pengalaman pada tahap pertama lebih kurang selama beberapa tahun, yaitu antara 1966-1969, membuktikan bagaimana sulitnya melakukan penjelasan secara objektif ilmiah. Hal tersebut memang kurang terungkapkan dan kurang banyak diketahui banyak orang.
Ada pula alasan lain untuk menolak konsep yang menyebutkan bahwa ejaan bam dikatakan sebagai salah satu mata rantai kegiatan Nekolim (Neokolonialisme, Kolonialisme, dan Imperialisme) seperti yang dikatakan oleh Bagin, Sesjen LKN dari kelompok PNI Ali Surachman. Sebagaimana
15
diketahui,kelompok Ali Surachman adalah kelompok yang cendenmg kepada Marxisme sebagaimana tercantum dalam doktrin "Marhaenisme adalah Marxisme yang diterapkan di Indonesia", seperti yang dianut oleh Soekamo. Jadi,tidak mengjierankan bila dalam proyek Pengganyangan Malaysia ciptaan Soekamo,ejaan baru terikut pula diganyang. Akan tetapi, mpanya konfrontasi tetap saja meninggalkan trauma yang bersarang dalam diri sebagian kalangan masyarakat yang telah sempat "digiring" ke arah "pengganyangan" Malaysia yang digaungkan oleh Presiden Soekamo. Walaupun panitia ejaan dari Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (yang kemudian berganti nama menjadi Lembaga Bahasa Nasional) telah berusaha menanamkan pengertian tentang ejaan itu melalui berbagai penataran dan penyuluhan, banyak kalangan masyarakat yang belum bersedia menerima ejaan bam dengan bermacam alasan. Alasan paling menonjol, ialah anggapan konsep ejaan bahasa dipengaruhi oleh Malaysia, bahkan menim Malaysia. Penolakan itu dikemukakan karena alasan yang bertolak dari pemikiran politis (masalah hubungan kalah menang) dalam konfrontasi. Pada tahim 1966 konfrontasi dengan pihak Malaysia bam saja berakhir. Saling pengertian telah tercapai antara kedua belah pihak untuk mengakhiri konfrontasi yang dirumuskan dalam "Record of Understanding on Non-Military Matters". Kedua pemerintah telah mkun kembali dan telah bersetuju untuk meningkatkan keija sama persahabatan dalam berbagai bidang, termasuk bidang budaya dan bahasa.
Ada pula alasan dari kelompok agama yang menganggap konsep ejaan bam ini mempakan salah satu usaha pengembangan agama Kristen (Kristenisasi) di Indonesia karena dalam konsep ejaan ini banyak tanda-tanda untuk bunyi-bimyi dalam bahasa Arab sebagai bahasa agama yang selama ini sudah masuk ke dalam bahasa Indonesia dihilangkan, yaitu tanda bunyi ain (humf Arab)seperti pada kata 'adil yang dituliskan adil. Juga ra^at menjadi rakyat. Di sini 'ain chganti dengan k. Pada tahun 1967 situasi keagamaan sedikit panas dengan teijadinya bentrokan-bentrokan keagamaan di Indonesia. Pada saat itulah konsep ejaan bam lahir dalam situasi yang tidak menguntungkan. Masyarakat termasuk pers tidak memperhitungkan situasi itu sehingga timbullah perdebatan yang bertolak dari bidang masing-masing.
16
Ejaan tidak lagi menjadi masalah ilmiah saja, tetapi sudah menjadi masalah politik. Memang diakui bahwa ahli bahasa banyak yang kurang mengikuti perkembangan politik dalam ran^a inenyetq>umakan ejaan bahasa Indonesia. Hanya sedikit ahli bahasa yang secara miuni mendiskusikan masalah ejaan dengan titik tolak kei^ataan dalam tubuh gaan itu sendiri,tidak dalam kaitannya dengan poUtik. Dalam hubungan itu para ahU bahasa,terutama yang langsung terlibat dalam penyusunan ejaan baru, lain berusaha memberikan penjelasan sebaik
mungkin agar masyarakat dapat melihat atau memahami apa gunanya penyempumaan ejaan itu. Dengan begitu, dicobalah merumuskan penjelasan untuk disebarkan pula kepada masyarakat melalui berbagai media, seperti surat kabar, majalah, dan radio.
Namun,cara ini belum menghasilkan apa yang diinginkan Ribut-ribut mengenai ejaan tidak juga selesai; bahkan lebih jauh orang melihat pribadipribadi yang menjadi anggota panitia. Muncul lagi anggapan yang berbau SARA.
Penjelasan-penjelasan dari panitia itu sedikit demi sedikit dapat dimengertijuga oleh masyarakat walaupun organisasi IPPNU (Ikatan Pemuda
Peiajar NU)masih tetap menentang secara resmi (melalui suratnya kepada LBK). Sayang surat itu sudah hilang seperti juga surat dari LKN/PNI Ali
Surachman. Entah kehilangan ini disebabkan oleh kelalaian pegawai LBK (surat ini mungkin dibuang sebagai kertas tidak berharga atau Hianggap sebagai arsip yang tak berguna lagi), atau dicuri oleh tamu yang datang ke LBK dengan maksud-maksud tertentu.
Penjelasan ejaan yang dilakukan dengan berbagai cara tadi terpaksa dihentikan oleh Menteri P. dan K. (1969) karena diperkirakan bisa pula menimbulkan keresahan yang tidak perlu.
Tiga tahun kemudian barulah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mashuri, membuka kembali masalah ini sebagai salah satu kegiatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rupanya beliau yakin bahwa penyempumaan ejaan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penyempumaan pendidikan di Indonesia. Jika Mashuri dalam bidang pendidikan mflnHirilfan sekolah-sekolah pembangunan imtuk memperoleh lulusan tenaga terampil dalam bidang pembangunan, maka dalam bidang kebudayaan beliau menganggap perlu bahasa Indonesia dikembangkan sebagai bahasa standar
17
yang dapat menjadi alat komunikasi dalam bidang pembangunan. Dalam bidang politik luar negeri ia menyatakan bahasa Indonesia adalah bahasa yang diharapkan berpengaruh di Asia Tenggara.
Berdasarkan pengalaman sebeliunnya,ketika ejaan bam diperkenalkan kepada masyarakat dan telah menimbulkan bemiacam-macam reaksi, Mashuri menyusun strategi penyebaran ejaan itu secara lebih terperinci dan terencana. Ia menugaskan sejiunlah ahli bahasa dan petugas-petugas Iain dari berbagai
departemen agar bekeija bersama-sama dengan satu suara untuk menghadapi usaha penyebaran konsep ejaan itu.
Hal pertama yang dapat dilakukan iaiah menerangkan secara meluas mengapa ejaan bahasa Indonesia perlu disempumakan. Hal itu dihubungkan
dengan ikrar Sumpah Pemuda tsiiun 1928 mengenai penjunjungan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia sehingga dianggap perlu
untuk meningkatkan mutu bahasa Indonesia dengan melakukan pembakuan atau standardisasi bahasa Indonesia yang mempimyai dasar bahasa Melayu,
seperti juga bahasa Malaysia berdasarkan bahasa Melayu, untuk dapat mempersatukan bangsa-bangsa di Asia Tenggara.
Kegiatan pertama dalam hubungan keija sama itu adalah memanggil sejumlah ahli bdiasa agar menggiatkan k^bali usaha memasyarakatkan ejaan bam dengan jalan membuat rencana yang konkret, antara Iain, dengan mengadakan seminar atau ceramah, diskusi, simposium, dan kesempatan pertemuan lainnya. Ditentukanlah tiga bidang yang perlu diberi prioritas dalam rangka standardisasi ini, yaitu tata bahasa,ejaan, dan istilah/perkamusan. Menteri Mashuri ikut dengan sepenuh tenaga dalam tugas penyebaran
konsep ejaan. Pada tingkat atas beliau melakukan pendekatan kepada DPR, kabinet,pemerintah daerah,dan tokoh-tokoh serta instansi-instansi tinggi laia Beliau dibantu oleh sejumlah tenaga ahh bahasa dan tenaga bidang Iain
nnfiik secara intensif menyeWluaskan penjelasan rencana pelaksanaan EYD. Ada tujuh kelompok yang mendampingi dan bekeija sama dengan kelompok teknis bahasa. Kelompok teknis ini ditugasi menyiapkan konsep EYD sebagai
bahan pokok untuk disanqiaikan kepada masyarakat luas dengan dasar konsep Ejaan LBK yang telah melalui beberapa kdi pembahan seperti yang sudah disebut Halatn iffaian terdahulu. Kegiatan panitia pelaksanaan EYD itu
Hikiikiibkan dengan surat keputusan No. 03/A.I/72, tanggal 20 Mei 1972.
Kelompok-kelompok nonteknis bahasa iaIah perencanaan, logistik.
18
penerangan, hubungan khusus, dan sekretaiiat pembantu kelompok teknis bahasa.
Khusus untuk kelompok bahasa dapat disebut nama-nama berikut. 1. Lukman Ali(Ketua merangkap anggota) 2. Ny. S.W. Rujiati Muiyadi(anggota) 3. Djoko Kentjono(anggota) 4. Basuki Suhardi(anggota) 5. H.E. Harimurti Kridalaksana(anggota) 6. S. Effendi(anggota) 7. Dahnil Adnani(anggota) 8. Amran Halim(anggota) 9. A.M. Moeliono(anggota) 10. Lukman Hakim (anggota)
Petugas-petugas kelompok teknis bahasa serta ahli-ahli bahasa yang tidak termasuk dalam panitia tidak kurang bantuan mereka untuk menyebarluaskan EYD dengan bersama-sama memberikan penyuluhan di instansiinstansi, badan-badan, masyarakat, baik di ibu kota maupun daerah-daerah, antara Iain Djoko Kentjono dan Basuki Suhardi (Lampung), S.W. Rujiati Muiyadi dan Djoko Kentjono (Sulawesi dan Bali), Lukman Ali dan Basuki Suhardi(Sumatra Utara dan Sumatra Barat), Muhadjir dan Basuki Suhardi (Jawa Tengah), Harimurti dan Lukman Ali(Sidang Kabinet), Lukman Ali dan Basuki Suhard(DPR).
Anggota tim penyuluhan ini memperoleh pengalaman manis dan pahit, umpamanya adanya serangan tentang pertanyaan penulisan kata-kata Arab yang dianggap merugikan umat Islam, meniru ejaan Malaysia, merugikan bidang pendidikan, proyek Nekolim, yang semuanya itu dianggap akan menyebabkan direparasinya semua mesin tik. Bahkan,ada pula yang menuduh panitia menerima uang snap dari luar negeri. EYD ini sering diejek dengan sebutan "ejabu"(ejaan baru). Tampaknya para pengejek itu menghubimgkannya dengan sebutan "Manikebu" untuk Manifes Kebudayaan. Syukurlah se muanya itu dapat dijawab dan diatasi dengan lancar dan dada lapang. Sesudah diresmikan oleh Presiden, EYD tidak lagi menjadi bulanbulanan sebagian masyarakat dan media massa. Dalam masa tugas panitia
EYD ini, pada tanggal 23 Mei 1972, teijadi lagi pertemuan antara Malaysia dan Indonesia yang menghasilkan sebuah kesepakatan yang disebut Komunike Bersama, yang berisi perlunya keija sama bahasa dan pendidikan antara Indonesia dan Malaysia. Salah satu kegiatan yang ditetapkan ialah membentuk Panitia Tetap Bersama tentang pengembangan bahasa nasional masing-
masing. Khusus mengenai masalah ejaan, pada tanggal 26 Juni 1967 disepakati untuk melaksanakan jiwa persetujuan ahli kedua negara tentang ejaan yang telah disempumakan. Pihak Malaysia diwakili oleh Hussein Onn (Menteri Pelajaran Malaysia) dan pihak Indonesia oleh Mashuri (Menten Pendidikan dan Kebudayaan Rl).
^Vn<
\
^
Gambar 2
Suguhan sirih pinang untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri, S.H., pada peristiwa perundingan kebahasaan Indonesia-Malaysia, Agustus 1972, yang menghasilkan "Komunike Bersama". Tampak pula Prof, I.E. Mantra, Direktur Jenderal Kebudayaan.
Komunike bersama itu mendorong perwujudan Ejaan Bersama Bahasa
Indonesia/Malaysia yang akhimya menjadi kenyataan. Sesudah penetapan
resmi EYD didirikanlah badan keija sama bahasa Indonesia dan Malaysia yang disQhxxl Majelis Bahasa Indonesia Malaysia (MBIM). Dalam sidang-sidang majelis itu dibicarakan penyerasian ejaan Indo nesia dan Malaysia, dengan catatan hal-hal yang tidak dapat disamakan dibiarkan saja berlaku pada ejaan masing-masing, nmpamanya penyebutan nama-nama huruf serta penuiisan kata majemuk dan kata serapan. MBIM kemudian berkembang menjadi Mabbim (Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia) untuk melanjutkan tugas MBIM dengan menyempumakan sistem keija agar diperoleh hasil yang lebih meningkat.
Gambar 3 Salah satu sidang MABBIM Kelompok Umum/Linguistik diikuti, antara lain, oleh Drs. Lukman All, Prof. Amran Halim, Prof. .Anton M. Moeliono, Dr. Sri Sukesi Adiwimarta (Indonesia), dan Prof. Asmah H. Omar(Malaysia).
Gambar 4
Suasana penindingan kebahasaan antara delegasi Indonesia dan Malaysia. Delegaa Indonesia diketuai oleh Dra. S.W.Rujiati Mulyadi, Kepaia Lembaga Bahasa dan Kesusastraan Departemen Pendidikan dan Kebudayaaa
22
BAGAN S^ARAH EJAAN BAHASA INDONESIA DAN
KERJA SAMA BAHASA ANTARA INDONESIA-MALAYSIA
I92t
SUMPAHPEMUDA
1931
KONGCRESB! I
1947
SO0VANDI
1994
KONCGRESBI 11 MENCILHAMl
1996
KONCRESPERSURATAN MELAYUDISlNGAimA
PEMBAHARUAN
1999
PERjANHAN PERSAKABATAN Ri-pm
MEUNDO
.AQMEBCMTiiSL.
MEMBAWA KONSEP MEUNDO
MENOIAKKONSEP MEUNDO
1967
KESEPAKATAN KERJA SAMA PENOfDfKAN RlMALAYSIA
1967
KONSEP
LBK DTTERIMA MALAYSIA"
1961
SEMINAR BAHASA INDONESIA 01 JAKARTA
1969
DISKUSIDI JAKARTA DAN MAKASSAR
1972
SEMINAR PUNCAK MENERIMA KONSEP LBK
A 1972
KOMJNKEBERSAMA
^
MENTERlPae K-MENTERlPELAJARAN
EJAAN MALAYSIA
EJAAN VANS
in
MATERIPEMASYARAKATAN DAN TANGGAPAN TERHADAP PENYEMPURNAAN EJAAN
3.1
"Usaha Penyempurnaan Edjaan dalaiti Rangka Pembakuan Bahasa Indonesia"(Tjeramah Drs. Lukman Ali di Taman Ismail Marzuki,Djakarta,4 Pebruari 1972)
Masalah Pembakuan (standardisasi) Sering sudah kita mendengar kelnhan-keluhan dalam masjarakat mengenai gawatnja keadaan bahasa Indonesia, bahasa nasional kita Jang telah dikukuhkan dalam UUD 45. Sema^am rasa tak puas telah berkembang sedjak lama. Telitilah setiap hasil diskusi, seminar, simposium, tjeramah ataupun artikel dalam koran, madjalah dan sebagainja, maka kita akan menemukan rasa tak puas itu dengan djelas. Ketidakpuasan ini kemudian mendorong lahimja kesimpulan dan keputusan agar pembinaan bahasa Indonesia sebagai salah satu usaha dalam rangka pengembangan kebudajaan Indonesia, hendaklah dilakukan sungguh-sungguh dan terus-menerus setjara terenjana hingga bahasa Indonesia itu dapat betiungsi dengan baik sebagai alat komunikasi dalam pergaulan antarsuku bangsa, alat administrasi pemerintah, dan sebagai alat untuk pengantar ilmu dan kebudajaanjang semuanja itu tak dapat dipisahkanbahkan merupakan faktor penting—dari kegiatan pembangunan kita dewasa ini.
Keluhan masjarakat mengenai keadaan bahasa Indonesia jang parah itu djelas tidak hanja datang dari pihak para ahli bahasa sadja tetapi djuga dari pihak di luar itu jang sebagai pemakai bahasa terlibat dalam kegiatannja sehari-hari berkomunikasi dengan orang atau masjarakat di luar dirinja, seperti guru-guru, pengarang, wartawan, pedjabat, pemimpin, budajawan, seniman, politikus, dan tokoh-tokoh masjarakat dari berbagai bidang. Keluhan itu semua merupakan tandajang djelas, bahwa tidak terdapat sema^am kepuasan dalam berkomunikasi dengan memakai bahasa sebagai
24
alatnja. Ini disebabkan dua kemungkinaa Pertama,pemakai bahasa itu soidiii mungkin jang kurang kemampuannja menggunakan bahasa. Kedua, mungkin bahasa itu sendiri jang belum dikembangkan demikian rupa hingga dalam beberapa segi, bahasa itu behun dapat menampung konsep-konsep pikiran
pemakai bahasa misalnja dalam hal istilah-istil^. Saja teringat dalam hubungan ini tadjuk roi^ana kcn'an Indonesia Raya, 14 Pebmari 1970,jang menjatakan antara lain betapa djahatnja akronimakronim (kata singkatan)jang dipakai setjara membabi buta jang dapat menimbulkan djurang antara pemerintah dan rakjat, antara kelompok-kelompok
masjarakat. Dalam hal ini dengan tegas dikat^an oleh tadjuk tersebut bahwa surat-surat kabar merupakan pembuat dosa-dosa terbesar di samping djuga instansi-instansi resmi. Untuk menghemat sedikit ruangan djanganlah kita merusak bahasa Indonesia dengan akronim-akronim itu. Dan selandjutnja dianjurkan agar pers, radio dan televisi kembali memakai bahasa Indonesia
jang djemih, baik dan dipahami oleh orang Indonesia. Dan hendaknja para wartawan, pembesar dan pengarang menghindari kebiasaan menjelipkan katakata asing, seperti dalam pidato dan keterangan resmi,sedang kata Indonesianja ada. Ini menimbulkan kesan seakan bahasa Indonesia adalah tamhahan belaka.
Saja kira andjuran ini,jang di dalamnja djuga ditemukan unsur kritik diri
sesama wartawan, pantas sekali kita perhatikan. Memang benar apa jang dikatakan koran tersebut. Perhatikanlah muntjulnja kata-kata singkatan jang mendjamur dewasa inijang akibatnja lebih banjak menghambat komunikasi
walaupun pentjiptaannja dimaksudkan untuk menghemat dan untuk melantjarkan komuiukasi.
Demikian pula apajang dikatakan orang tentang kebiasaan pedjabat dan pemimpin menjelipi utjapan-utjapannja dengan kata-kata asing sudah umum
pula kita ketahui. Hal inipun t^ kurang menjebabkan matjetnja knmnniWagi Kita memang tak boleh bentji kepada kata-kata asing. Jang hams kita ingat iaiah bahwa kita seharusnja dapat membedakan atau memilih kata-kata asing mana sadjajang memang dapat kita ambil demi untuk memperkaja kosakata bahasa kita dan mana jang tidak perlu. Kata-kata seperti pers, politik, ekonomi umpamanja tidak perlu lagi kita ^arikan Indonesianja. Tetapi nnhik kata-kata seperti workingpaper,follow-up, upgrading, tackle, level, gap, approach, time-schedule,planning dan marketing, tidak dapatkah Hikatakan
25
kertas kerdja, tindak landjut, penataran, memngani, tingkat, djurang, pendekatan, djadwal,perenljanaan dan pemasaran? Pentjiptaan unsur-unsur bam dalam bahasa Indonesia seperti pembentukan istilah-istilah dalam bidang ilmu pengetahuan dapat dilaksanakan dengan memakai bahan jang sudah ada dalam bahasa sendiri maupun jang diambil dari bahasa asing. Dan bahan dari bahasa asing ini dapat diterdjemahkan tetapi dapat pula diambil(dipungut)kemudian disesuaikan edjaannja
dengan edjaan b^asa Indonesia. Pekerdjaan pembentukan istilah ini sampai achh" 1966 sebagian besar dilakukan selama ini oleh Komisi Istilah Dep. P. dan K. dan sebagian lagi oleh masjarakat di luar itu. Tetapi sebagaijang sudah saudara-saudara ketahui,sedjak awal 1967 komisi tersebut tidak bekerdja lagi karena tidak dibiajai lagi oleh Sekretahat Negara. Komisi Istilah ini setjara administratifberada di bawah Sekietariat Negara karena kedudukannja bempa
panitia antar departemen. Koordinasi teknisnja berada ditangan Dep. P. dan
K.(Lembaga B^asa Nasional). Sampai achir 1966 Komisi Istilah ini sempat menghasilkan 330.000 istilah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Saja djadi teringat tulisah D.H. Assegaf dalam Indonesia Raya, tanggal 28 Djanuari 1972,jang menjarankan agar Komisi Istilah mengembangkan Seksi Istilah Komunikasi, berhubung istilah-istilah dalam bidang ini hampir semuanja belum ada istilah Indonesianja seperti lead, make-up, date-line, dead-line, off the record, on the record dan sebagainja. Usul ini sangat simpatik tetapi sajang untuk sementara tentu terpaksa ditjatat sadja dahulu sampai Komisi Istilah diaktifkan kembali. Dan mengenai ini setahu saja Dep. P. dan K. sudah memikirkankannya dalam rangkajang lebih luas jaitu dalam perentjanaan pembakuan bahasa setjara menjeluruh dalam waktu-waktujang akan datang.
Peranan pers dan wartawan dalam usaha-usaha pembinaan bahasa nasional kita memang tak dapat dimungkiri pentingnya. Mereka telah memberikan sumbangan-sumbangan jang njata umpamanja dengan karangan atau pembitjaraan mengenai masalah bahasa. Dan lebih madju lagi ada koran jang menjediakan tempat chusus utuk maksud itu sepertijang dilakukan oleh Kompas dengan mangan "Santun Bahasa"nya dan Sinar Harapan dengan mangan "Langgam Bahasa"nja. Begitupun mangan kebudajaan dalam surat kabar dan madjalah lainnja tidak kurang pula djasanja dalam hal ini, seperti dalam//ianan Kami, Berita Yudha, Angkatan Bersendjata, Abadi, Merdeka,
26
Suara Karya, Indonesia Raja, Mahasiswa Indonesia, Basis, Budaya Djaja, Tempo, Ekspres untuk sekadar menjebut beberapa nama. Belum disebut pula koran dan madjalahjang terbit di daerah-daerah. Tidak pula dapat dilupakan turun tangannja para pemimpin redaksi-jang tidak hanja menerima dan memuat karangan jang masuk-dengan menundjukkan masalah bahasa. Ini buktijang djelas bahwa selama ini telah terdapat kerdjasamajang baik, setjara langsung atau tidak, dengan para ahli dan peminat bahasa. Hanja sadja jang beliun banjak terlihat, seperti dikatakan oleh Goenawan Mohamad dalam suatu pembitjaraan beberapa waktu jang lain dengan saja, iaiah keterlibatan setjara langsung sebagian koran atau mass-media lairmja dalam usaha pembinaan bahasa. Djelasnja, berita-berita dalam koran jang bersangkutan, baik jang disusun oleh wartawannja sendiri maupun jang bersumber dari kantor-kantor berita, masih banjak jang belum baik bahasanja. Alangkah akan besar sumbangan koran tersebut djika di samping kesediaan memuat karangan-karangan mengenai bahasa, para wartawannja pun ikut pula se^ara sadar memperhatikan bahasa jang mereka pakai. Dengan demikian, terhindarlah kesan bahwa pers ikut punja saham dalam perusakan bahasa. Dari pihak guru-gurupun, sebagai pedjuang-pedjuang bahasa dalam kelasnja masing-masing,tak kurang pula muntjul keluhan mengenai masalah pembinaan bahasa, chususnja pengadjaran bahasa. mereka sering berbahasa Indonesia dengan tidak memadai. Adalah kurang adil djika semua kesalahan ditimpakan ke pundak mereka. Dengan segala kekurangan dan buku-buku batjaan, beragamnja buku pegangan, kurangnja mereka mengikuti perkembangan bahasa, terutama mereka jang tinggal djauh dari kota-kota besar, tiadanja perpustakaan, dan sebagainja adalah merupakan kesukaran mereka sehari-hari di samping kesukaran ekonomi masing2. Untuk mengatasi perlulah dipikirkan banjak hal. Jang penting adalah bagaimana meningkatkan pengetahuan mereka, menjempumakan metode mengadjar dan kurikulum serta mengusahakan adanja perpustakaan jang lengkap. Setahu saja, dalam hal ini pihak Departemen P. dan K. telah mulai mengambil langkah-langkah. Langkah pertama ialah ponindjauan kurikulum dan metode mengadjar bahasa mulai dari Sekolah Dasar. Dan di samping itu telah dimulai pula penjeragaman bahan peladjaran. Penataran guru2pun sudah pula dilakukan walaupim belum menjeluruh. Kita harapkan hendaknja kerdja ini berlandjut. Masih banjak sebenamya masalah pembakuan bahasa inijang dr^at kita
27
bitjarakan seperti masalah pembakuan tatabahasa,perkamusan, lafal, dan edjaan jang bersama masalah peristilahan semua merupakan masalah pembakuan bahasa kita jang perlu dilaksanakan se^ara berentjana dengan memperhitungkan djangka wato kerdja,tenaga-tenagajang dibutuhkan, biaja jang diperlukan, dan scbagainya. Penting pula diingat penentuan pilihan masalah jang hams didahulukan hingga hal jang sebenamya sudah dapat dikeijakan djangan sampai tertunda. Demikianlah di antara sekian masalah dalam usaha pembakuan bahasa
Indonesia, maka masalah edjaan kiranja tepat diberikan pengutamaan untuk didahulukan penjelesaiannja karena bila dibandingkan dengan masalah bahasa jang lainnja seperti tata bahasa,tata istilah dan perkamusan, maka masalah
penjeragaman atau penjempumaan edjaan tidakl^ akan memakan waktujang lama serta pengerahan tenaga dan biajajang besar kemudian tenaga kita dapat pula ditjurahkan setjara penuh untuk penggarapan segi-segijang lain tadi,jang barang tentu sebelumnya sudah kita mulai djuga pengerdjaarmja. Usaha-Usaha Penjempumaan Edjaan
Usaha penjempumaan edjaan bahasa Indonesia dalam huruf Latin sebenamja bukanlah usahajang timbul pada saat2 tCTachir ini sadja. Sebelum tahun 1901 sudah mulai dirasakan perlunja dilakukan penjeragaman edjaan bahasa Indonesia(Melaju)karena pada waktu itu penulisan bahasa Indonesia dilakukan dengan tjarajang tidak seragam di samping penulisan dengan huruf Arab. Pemerintah Belanda kemudian memberi tugas kepada Ch. A. van
Ophuijsen untuk memikirkan. Hasilnja diumumkan pada tahun 1901,seperti jang dapat kita lihat dalam AT/roft LogatMelajoe. Dalam edjaan jang bam ini van Ophuijsen memasukkan tanda2 diakritik accent aigu, accent grave,
trema, 'ain, hamzah, z,f ch, sj, dan oe seperti dalam kata enak, pendek, masalah, moelai, adil, zaman,jikir, achir, masjarakat, dan koekoe. Kalau kita perhatikan djelaslah bahwa selain sukar,edjaan van Ophuijsen ini djuga tidak praktis. Sering terdjadi tertukamja tanda 'ain dengan hamzah atau
sebaliimja. Tidak praktis karena kita direpotkan oleh banjaknja tanda-tanda diakritik seperti dapat dilihat dalam tjontoh-tjontoh tadi. Keinginan untuk menjeder-hanakan atau menjempumakannja kemudian muntjul dalam Kongres Bahasa Indonesia di Solo tahun 1938. Dan mendjadi kenjataan dalam tahun 1947 dengan ditetapkaimja peraturan edjaan bam oleh pemerintah Republik
28
Indone-sia Jang dikenal dengan nama Edjaan Republik atau Edjaan Soewandi (waktu itu Menteri P.P. dan K. ialah Nfr. Soewandi). Dalam peraturan edjaan ini tq"da2 diakritik accent aigu, accent grave, trema dan 'ain dihilangkan.
Sedan^an tanda hamzah diganti dengan k,dan oe diganti dengan u. Tjontoh: ta'mendjadi tak dan boekoe mendjadi buku. Sampai di sini memang terlihat penjederhanaan dan kepraktisan. Tetapi sajang, edjaan ini tidak memberi tempat untuk z,fsjdan ch sebagai fonem2 bahasa Indonesia meskipun dalam kenjataannja ada kontras misalnja antara kata kapan dengan kafan, pakta denganfakta, polio denganfolio, sjarat dengan sarat,chas dengan dan lain? Tambahan puia edjaan Soewandi ini tidak membedakan penulisan ke dan di, misalnja dalam kata kehendak dan dipungut dengan ke dan di dalam kata kepasar dan dikota. Ke dan di jang pertama berupa awalan, sedangkan ke dan dijang kedua adalah kata depan (preposisi). Ketjuali bila berhadapan ffpingan huTuf besar seperti ke Djakarta dan di Menado. Selain itu Edjaan Soewandi djuga tidak mengatur pemakaian tanda-tanda batja seperti titik, koma,tanda tanja, tandii seru, dan Iain-lain. Karena itu tidak mengherankan jika Kongres Btdiasa Indonesia di Medan 1954jang diprakarsai oleh Menteri P.P.K.,
M. Yamin, menghendaki agar Edjaan Soewandi segera disem-
pumakan. Kongres itu memutuskan supaja pemerintah membentuk sebuah badan jang kompeten untuk menjusun konsep edjaan baru jang praktis dan sedapat mnngkin berdasarkan pertimbangan ilmiah diantaranja prinsip 'satu fonem satu huruf." Sebagai tindak landjut keputusan kongres itu, maka pada tahnn 1956 Menteri P. P. K. Sarino Mangunpranoto membentuk Panitia
Pembaharuan Edjaan Bahasa Indonesia jang dipimpin oleh Prof. Prijono dan E. Katopo. Panitia ini menghasilkan sebuah konsep jang disebut Konsep Edjaan Pembaharuan. Sementara itu, pengandjur-pengandjur bahasa kebangsaan di Persekutuan Tanah Melaju jang diilhami oleh Kongres Bahasa TnHnnftgia di Medan berkemginan pula untuk melaksanakan pembedcuan bahasa Melaju. Dan tjita-tjita ini mendjadi kenjataan dalam Kongres Bahasa dan Persuratan Melaju di Djohor pada tahun 1956 itu djuga. Keputusan Kongres itu antara lain ialah bahwa mereka berhasrat untuk menjatukan edjaan bahasa
Melaju dengan edjaan bahasa Indonesia. Atas keinginan pihak Persekutuan Tanah Melaju itu diadakanlah perundingan-perundingan antara kedua pihak pada bulan Desember 1959 di Djakarta. Dan hasilnja adalah konsep edjaan bersama Melaju-lndonesiajang disebut Edjaan Melindo. Konsep edjaan ber-
29
sama ini pada dasamja adalah konsep Pembaharuan jang telah mengalami beberapa perubahan di sana-sini. Direntjanakan oleh kedua pihak edjaan bersama ini akan dilaksanakan selambat-lambatnja pada bulan Djanuan 1962.
Tetapi diiscbabkan situasi politik pada waktu itu (konfrontasi dengan Malaysia), Edjaan Melindo tersebut tidak dapat diresmikan pelaksanaannja. Sesnngguhnja bila kita perhatikan, baik konsep Edjaan Pembaharuan maupun konsep Edjaan Melindo setjara praktis dan tekms sukar dilaksanakan karena dalam kedua konsep tersebut dimasukkan beberapa huruf jang baru sama sekali demi memenuhi prinsip "satu fonem satu huruf'. Djelas bahwa pemakaian huruf-huhif baru tersebut akan memakan banjak biaja dalam pelaksanaannja karena kita terpaksa mengganti atau memperbaiki mesin tulis dan mesin tjetak untuk memberi tempat kepada huruf-huruf baru tersebut. Di samping itu djuga masih ada kekurangan-kekurangan atau keberatan lainnja dalam beberapa hal. Karena itu tidak djadinja Edjaan Melindo ini dilaksanakan sebenamja memberikan keuntungan jang banjak bagi kita. Pada tahun 1966,sesuai dengan semangat orde baru ketika itu, muntjul
lagi pemikiran untuk menjempumakan edjaan bahasa Indonesia jang resmi berlaku(Edjaan Soewandi)jang dalamkenjataannja sudah sedjak lama tidak ditaati lagi sepenuhnja. Pemakaian huruf-huniff,ch, sj, v dan z sudah semakin lazim, pada hal dalam Edjaan Soewandi huruf2 tersebut tidak diberi tempat sebagai fonem-fonem Indonesia karena dianggap pelambangan bunji-bunji asing. Begitupun huruf y mulai pula populer. Bahkan tidak kurang dari Presiden Sukarno sendiri menetapkan nama Kemajoran diganti dengan
Kemayoran. Dalam Edjaan Soewandi huruf y tersebut tidak pula mendapat tempat.
Didorong oleh keadaan jang demikian dan rasa tjinta terhadap bahasa Indonesia, serta djuga karena sudah dirasakan sekali perlunja penjempumaan
edjaan jang berlaku jang dapat lebih memenuhi perkembangan sosial budaja masjarakat Indonesia, maka pada awal Mei 1966, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan Departemen P. dan K.(sekarang Lembaga Bahasa Nasional) sesuai dengan tugasjang dibebankan kepadanja, memadjukan sebuah konsep baru penjempumaan edjaan bahasa Indonesia hasil sebuah panitia jang ditetapkan oleh Menteri P. dan K. Sarino Mangunpranoto pada tahun 1967 jang masa kerdjanja berlaku surut mulai tahun 1966. Dalam pekerdjaannja panitia ini bertolak dari keinginan untuk menjempumakan edjaan bahasa
30
Indonesia berdasarkan faktcr-faktor: I) kemadjuan ilmu pengetahuan dan perkembangan wawasan ilmiah terutama dalam bidang ilmu bahasa jang memberikan patokan barn bagi penjusunan edjaan jang baik: 2)kekurangan jang terdapat pada edjaan jang sekarang dalam hal mentjerminkan kodrat bahasa Indonesia: 3) perlunja usaha kodifikasi dalam pemakaian huruf dan tanda batja jang bisa berlaku untuk selunih wilajah Indonesia; 4)peranan jang akan dimainkan oleh bahasa Indonesia di Asia Tenggara dan di selunih dunia; 5)pentingnja pengadjaran membatja dan menulis. Dalam konsep edjaan jang disempumakan inijangjuga disebut konsep
Edjaan Baru tidak dimasukkan sama sekali humf-hunif bam seperti pada konsep Pembahaman dan Melindo. Djadi tidak akan membah mesin tulis atau
mesin tjetak. Dalam konsep ini ada unsur penghematan seperti tj mendjadi c dan dj mendjadij. Tidak memakai tanda-tanda diakritik. Dan peiaksanaannja tidak akan memakan biaja jang terlalu besar. Konsep ini mempakan hasil kompromi maksimal antara sjarat linguistik (satu fonem satu huruf) dengan sjarat kepraktisan dan pertimbangan kemasjarakatan. Dan dalam penggarapan, panitianja bertolak dari konsep-konsep jang ada sebelumnja. Usaha penjempumaan edjaan ini dimaksudkan sebagai langkah pertama dalam kerangka usaha pembakuan bahasa Indonesia jang memerlukan adanja bentuk keseragaman sebagai suatu tanda iahir jang melambangkan kesatuan dan persatuan bangsa. Bahwa setiap usaha pekerdjaan dalam pembangunan memerlukan biaja, itu sudah djelas bagi kita semua. Begitu pula halnja dengan usaha pembakuan bahasa, sebagai bagian dari usaha pembangunan dalam bidang kebudajaan, tentu memerlukan biaja pula seperti biaja penugasan tenaga-tenaga ahli dalam djumlah jang banjak, pada berbagai tempat dan dalam waktu jang pandjang. Kita tentu semuanja sadar bahwa keuangan negara kita belum mengizinkan pengeluaran biaja jang besar dan menjeluruh seperti pada negara2 lain untuk semua kegiatan pembinaan bahasa sekaligus. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita lalu berpangku tangan dan menunggu sadja. Karena itulah usaha pembakuan bahasa ini dilakukan tahap demi tahap. Dalam hal ini usaha penjempumaan edjaan mempakan tahap pertama jang setjara relatif lebih tjepat dapat diselesaikan. Dengan bertolak dari pikiran di atas, maka konsep edjaan jang di sempumakan ini mulai diperkenalkan kepada masjarakat. Suatu hal jang menggembirakan ialah bahwa konsqi tersebut mendapat tanggapanjang luas.
31
baik tangg^an dari merekajang d^at menerima maiq)iitijang tidak. Di antara tanggapan jang penting ialah dari bekas wakil presiden kita Dr. M. Hattajang menjatakan bahwa konsep edjaan baru tersebut baiklah diserahkan dahulu kepada Dewan Perwakilan Rakjat untuk selandjutnja dapat diputuskan diterima atau tidaknja. DPR ini hendaklah DPR basil pemilihan lunum. Pendapat beliau ini sebagai pendapat seorang demokrat jang konsekwen sepantasnja kita perhatikan. Dan karena pada saat pengenalan konsep edjaan itu (1966-1969) DPR kita belum merupakan basil pemiliban nmum, maka acbimja konsep tersebut terpaksa ditunda penjelesaiannja. Sementara itu ketidakseragaman edjaan dalam babasa kita bukannja makin berkurang doagan ditundanja penjelesaian edjaan itu, malab tambab mendjadi. Saja kira kita semua merasakan bal itu dewasa ini. Pemakaian y makin bertambab banjak. Ada orang mengatakan babwa y dan j berebut tempat (libat tulisan S.P. Subroto, Kedudukan J dan Y dalam babasa Indonesia sekarang dan beberapa Tjatatan lain, dalam Harian KAMI 19 E)januari 1972). Perbatikanlab penubsan Kemayoran, Yogjakarta,karya, yudba, m^apada,jaya,dan sebagainja. Siapa tabu Pajakumbub dan Surabaja akan menjusul pula dengan edjaan jang baru mendjadi Payakumbub dan Surabaya. Jang djelas pula adalab babwa Gubemur Ali Sadikin tidak keberatan memakai Jaya Raya seperti jang dapat kita libat dalam kartu tanda penduduk Djakarta(tertera pada lambang kota Djakarta)di samping penubsan nama madjalab Dewan Kesenian Djakarta, Budaja Djaja. Atau pemakaianjdan y tersebut tertjampur sekaligus dalam satu kelompok kata seperti Jajasan Jaya Raya. Tentunja j pada Jajasan dibatja j (jajasan) sedangkan j pada Jaya dibatja dj(djaja). Tidakkab ini suatu kekatjauan? Di samping itu terbbat pula pemakaian bumfc untuk // seperti ditemui pada kata cipta dalam lambang Dewan Kesenian Djakarta jang tentunja dibatja tjipta, bukan sipta. Sesunggubnja fonem /y/ jang dilambangkan dengan bumf y seperti pada kata karya dan fonem /j/ jang dilambangkan dengan bumfj sep^ pada katajaya dan fonem /c/jang dilambangkan dengan bumfc seperti pada kata cipta, sudab selesai dengan konsep edjaan jang disempumakan (1966)dan konsep Pembabaman dan Melindo. Tetapi di lain pfliak mulai pula terlibat kekatjauan lain jaitu pemakaian ch untuk tj seperti pada kata Kartika Cbandra dan kata Cbaniago (nama sebuab suku di Minangkabau)jang se sunggubnja djika ditulis dengan Edjaan Suwandi mendjadi Kartika Tjandra dan Tjaniago. Tak tabu kita nama kota Tjump dan Pa^itan entab akan diganti
32
pula mendjadi Chump dan Pachitan. Pada hal ch dibunjikan ch seperti pada kata achir. Pantaskah bila kita biarkan sadja ketidakseragaman ini berkepanjangan? Belum djugakah pada tempatnya bila kita sekarang ini berusaha dalam waktu jang tidak lama memikirkan penjeragaman dan penjempumaan edjaan ini dengan sungguh-sungguh dan menjeluruh demi menjantuni bahasa nasional kita? Tanggapan dan usul2 hadirin Menanggapi ^eramah £)rs. Lukman Ali, Taufik Abdullah mengatakan bahwa ketidak seragaman edjaan Bahasa Indonesia, misalnja antara manakah jang benar diantara hurufjdan y seperti dalam perkataan; katya, yudha, mayapada dsb.; tetapi ada pula jang tetap mempergunakanjseperti dal^:
Pajakumbuh, madjalah Budaya Djaja, Indramaju dsb., demikian pula kekatjauan pemakaian ij, ch, dan c seperti dalam: Kartika Chandra, Chaniago, Pa^itan, Tjurup, Cipta(dal^ lambang TIM),ini adalah akibat snobisme modem dan gila Sanskertajang katanja sesuai dengan kepribadian kita(Taufik Abdullah mempergunakan istilah bunji:(7 haras diganti dengan c, bagaimanakah halnja dengan "Coca Cola" apakah haras dibatja "Tjotja Tjola"?).
Drs. Lukman Ali mendjawab bahwa;"Coca Cola" ad^ah bunji asing. Apa lagi misalnja "Coca Cola" sudah benar2 mendjadi minuman rakjat sehari2, apa salahnja kita tuliskan dengan "koka kola",seperti halnja dengan istilah Perantjis "coup d'etat"jang sudah diindonesiakan mendjadi "kudeta"? Seorang Asing dari Australia jang menarah perhatian besar terhadap Bahasa Indonesia bemama Peter Bums,tampil kedepan mengadjukan sebuah usul: Bagaimanakah seandainj! bimji ch diganti dgn x (Misalnja "achir" mendjadi "axir") sebagaimana halnja dengan bahasa Spanjol? Usuljang simpatik tetapi ^ukup humoris ini didjawab oleh Drs. Lukman Ali bahwa usul ini baran^cali sama lutjunja dengan usul jang pemah dikemukakan oleh seorang Perwira dari Bandung agar fonem eu dalam bahasa Sunda diganti dengan v(Misalnja katapeujeum diganti mendjadi pvyvm). Ajip Rosidijang pada malam itu hadir mensitir kata Peter Bums edjaan Bahasa Indonesia sekarang(maksudnja edjaan Suwandijang sekarang sudah tidak begitu kita taati) adalah tjukup mudah karena dekat dengan edjaan2 bahasa2 intemasional jang lain. Masalahnja apakah seluruh aparatnja akan
33
tjukup konsekwen memberi tjontoh dalam pemakaian edjaanjang bam nanti? Sebab akan sia21ah pemakaian edjaan bam jang dalam taraf awal akan menjulitkan para pemakai bahasa Indonesia apabila sesudah itu tidak kita patuhi lagi, sebagaimana edjaan Suwandi sekarang.
Achimja tjeramahjang dipimpin oleh Salim Said itu ditutup pada djam 10.30 tanpa menarik sesuatu konklusi sebab memang tidak dimaksudkan demikian Tetapi sesuai dengan keberatan jang pemah dikembalikan oleh
Bekas Wakil Presiden RI Bapak Dr. Moh. Hatta b^wa persoalan edjaan bam sebaiknja hams diputuskan oleh DPR hasil Pemilu, apakah sudah bukan saatnja apabila DPR pilihan rakjat sekarang membitjarakan hal ini?
Djakarta,8 Pebmari 1972
(Abadi, 12 Pebmari 1972)
3.2 Tanya Jawab 1. Tanya:
Apakah Ejaan Yang Disempumakan sudah sesuai dengan hasil-hasil Seminar Bahasa Indonesia di Puncak bulan Maret 1972? Jawab:
Seminar Puncak terdiri dari 4 buah kelompok dan menghasilkan ke-
putusan-keputusan. Kelompok-kelompok I,II, dan III menyetujui konsep LBK (1966) seluruhnya, yang berarti juga hal-hal yang menyangjmt penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
Kelompok IV dalam keputusannya menyetujui ejaan yang disusim LBK tetapi masih ada masalah mengenai perlambangan humf c dan ch sebagai pengganti tj, yang masing-masing mempunyai alasan-alasan. Ketua Panitia Seminar/Koordinator Konsorsiiun Ilmu-ilmu Sosial
dan Bud^a Menyerahkan hasil-hasilnya kepada Pemerintah, dalam hal ini
Menteri Pendid^an dan Kebudayaan, untuk dijadikan bahan pertimbangan.
Oleh karena Pemerintah menganggap hal ini sebagai keputusan yang
belum selesai, maka Pemerintah meminta pertimbangan kembali kepada Konsorsium Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya, sebagai pemrakarsa seminar, dan Lembaga Bahasa Nasional.
Setelah mempertimbangkan saran-saran dari Seminar Puncak dan
34
hasil serninar-serninar terdahulu, kedua badan tersebut mengajukan saran
kepada Pemerintah untuk mengambil keputusan memilih c sebagai pengganti tj. Sesuai dengan saran/pertimbangan kedua badan inilah Pemerintah mengambil keputusan. Hasil Seminar Puncak lengkapsempumakan Ejaan LBK(1966).
me-
2. Tanya: Mengapa c dipilih untuk mengganti tjl Jawab:
Secara apriori usul agar tj diganti dengan ch seperti dalam Bahasa Inggris tidak ditolak. Setelah dipertimbangkan, maka keberatanyang kita hadapi adalah keberatan dari segi sistematik; Kalau tj diganti dengan ch maka sj harus diganti dengan sh njharus diganti dengan nh ch harus diganti dengan apa?
Selain itu, ch dalam Bahasa Inggris melambangkan 3 fonem: Id misalnya; chair, China, much, rich
is! misalnya: sachet, Chicago, machine,parachute /k/ misalnya: choir, orchid, school Dalam pada itu penggunaan hurufc sudah diatur oleh Komisi Istilah.
Kata-kata asing dengan hurufc diindonesiakan sebagai berikut: c yang berbunyi Ikl ditulis sebagai k, misalnya carbon menjadi karbon classic menjadi klasik locomotive menjadi lokomotif
c yang berbunyi is!ditulis sebagai s, misalnya civil menjadi sipil cent menjadi sen
Jadi kita lihat bahwa huruf c tidak produktif dan karena itu Halam
Ejaan Yang Disempumakan diberikan nilai bam. Kata asing dengan huruf c diucapkan seperti dalam bahasa aslinya.
Di samping itu, perlu juga diperhatikan bahwa c dipakai untuk tj karena: 1)Sudah menjadi kebiasaan dalam penulisan bahasa-bahasa kimaJawa kuna. Sunda kima, Melayu kuna dan Sanskerta dalam huruf Latin misalnya: catur, pancasila-, 2) diusiUkan oleh International Phonetic
35
Association-, 3) tidak menyalahi konvensi Jenewa tentang tata nama
kimia;4)lazim pula dipakai dalam beberapa bahasa lain di duma.
Demiidanlah latar belakang mengapa tj diganti dengan c. 3. Tanya:
Bagaimana pmgaruh Ejaan Yang Disempumakan ini kepada mereka yang baru belajar membaca huruf(misalnya: Pemberantasan buta huruf)? Jawab:
Kita d^at mengerti bahwa mereka yang baru belajar hurufdengan adanya penggantian ejaan akan mengalami kesulitan yang sifatnya sementara,
yang sebetulnya dapat diatasi dengan sekedar usaha-usaha pembiasaan dengan yang baru. Tetapi dalam jangka panjang ini menguntun^an. Salah satu kesulitan dalam mengajarkan tulisan pada taraf per-
mulaan adalah pengenalan huruf-huruf ganda. Dengan Ejaan Yang Di sempumakan ini maka dua huruf ganda telah dihematkan {tJ dan dj), sehingga hal ini akan lebih membantu/mempermudah dalam mengajarkan huruf-himif kepada mereka yang bam belajar mengenal humf. 4. Tanya:
Masalah-masalah pendidikan belum diselesaikan, tetapi mengapa pemerintah membicarakan soal ejaan? Jawab:
Bahasa Indonesia adalah bahasa komunikasi resmi yang juga menjadi
bahasa resmi dalam pendidikan dan kebudayaan. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia tak dapat dipisahkan dari pendidikan dan kebudayaan dan memerlukan pembinaan terus-menerus.
Pembakuan ejaan adalah landasan pembakuan tata bahasa, istilah dan pembinaan Bahasa Indonesia; ejaan merapakan kegiatan integral dalam pembinaan pendidikan dan kebudayaan.
Bila perkembangan Bahasa Indonesia dibahayakan maka ini juga menimbulkan akibat yang membahayakan pendidikan dan kebudayaan. Oleh karena itu, pembinaan Bahasa Indonesia yang kita mulai dengan pembakuan ejaan adalah kegiatan yang tak dapat dipecah-pecahkan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan buku induk yang menggariskan strategi pembinaan pengembangan pendidikan
36
dan kebudayaan. Dan ini semuanya dilaksanakan dalam PELITA, yang dalam bidang pendidikan maupun bidang kebudayaan telah ditetapkan garis-garisnya.
Berdasarkan inilah perlu dipahami bahwa pembinaan Bahasa
Indonesia yang dimulai dengan pembakuan ejaan adalah dalam rangka pembinaan pendidikan dan kebudayaan. 5. Tanya:
Berdasarkan berita-berita yang menyatakan bahwa dalam rangka penggarapan dan pelaksanaan Ejaan Yang Disempumakan ini telah dikeluarkan biaya bermilyar-milyar? Jawab:
Pelaksanaan Ejaan Yang Disempumakan dilakukan secara bertahap: a. buku-buku dengan ejaan lama tetap dipakai;
b. hanya terbitan-terbitan baru/ulang dicetak dengan Ejaan Yang Disem pumakan.; c. masa peralihan ditetapkan selama 5 tahun.
Dalam setiap usaha tentu diperlukan biaya. Juga dalam Ejaan Yang Disempumakan ini. Akan tetapi, dengan adanya pelaksanaan secara bertahap ini dapatlah dihindarkan adanya pemborosan. Perlu dikpitalnd bahwa guna melaksanakan Ejaan Yang Disempumakan ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tidak menyediakan anggaran khusus,tetapi menggunakan anggaran mtin yang besamya hanya 1/4000 dari anggaran belanja Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau sama dengan 1/500 biaya di Palembang. 6. Tanya:
Apakah pelaksanaan Ejaan Yang Disempumakan ini berarti kita mengingkari kepribadian nasional dan Sumpah Pemuda? Jawab:
Pembahan ejaan tidak berarti pembahan kata-kata. Ejaan tidak bertentangan dengan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda mengamanatkan adanya satu bahasa untuk mempersatukan pelbagai suku bangsa di Indonesia ini. Dengan perkataan lain, kita hams memhina Bahasa Indonesia agar tetap bertogsi sebagai bahasa persatuan.
37
Selama ini pembinaan bahasa diterlantarkan, kalau tetap demikian berarti kita membiarkan adanya kekacauan dalam komunikasi dan akan membah^^akan kesatuan bangsa. Oleh karena itu kita harus membina dan meningkatkan perkembangan Bahasa Indonesia sesuai dengan perkem-
bangan zaman. Hal ini disadari oleh tokoh-tokoh bahasa dalam pelbagai seminar Bahasa Indonesia misalnya pada Konggres Bahasa Solo 1938 (K.H. Dewantara,Dr. Poeiba^araka,St. Pamun^ak)dan Konggres Bahasa Medan tahun 1954 ^ang diprakarsai Prof. Mr. Moh. Yamin). 7. Tanya: setelah diresmikan ini? Janvab:
a. Organisasi pemerintahan membentuk suatu sistem keputusan.
Pemerintah ^an membawa penyesuaian selumh peraturan-peraturan dengan keputusan tersebut. Demikian pula keputusan Pemointah fentang ejaan Bahasa Indonesia ini akan membawa penyesusian pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan keputusan yang baru. b. Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi resmi; dan Ejaan Yang
Disempumakan adalah ejaan resmi. Jadi, kalau orang tidak mempergunakan ejaan resmi, maka akan menyulitkan diri sendiri dalam komunikasi sosial.
c. Ejaan Yang Disempumakan adalah ejaan Soewandi yang disem pumakan dan lebih disederhanakan; dan (kalau diperhitungkan dari sudut percetakan) akan lebih efisien. Hal ini jangan semata-mata dilihat dari segi fisik saja; tetapi yang lebih penting dengan pembakuan ini kita mempimyai patokan yang nyata. Dengan adanya
patokan yang nyata dan jelas berarti penghematan dalam proses berpikir dan berkomunikasi. Oleh karena itu, bila ada orang yang segan mempergunakan Ejaan Yang Disenq}umakan maka akan timbid kesulitan-kesulitan pada dirinya sendiri yang sifamya lebih bersifat sosial dan psikologis. 8.
Tanya:
Dengan pembahan ejaan apakah Undang-Undang Dasar 1945 dan
38
naskah Proklamasi akan bembahjuga? Jawab:
Sebagai dokumen historis Undang-Undang Dasar 1945 dan naskah Proklamasi tidak akan mengalami perubahan. Dalam penyebaran kedua dokumen historis itu tentu saja penulisaimya harus chsesuaikan dengan ejaan yang berlaku. Misalnya: Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 terbit
pada waktu Ejaan van Ophuijsen masih berlaku, jadi ditulis Oendang-Oendang Dasar. Tet^i pada tahun 1947 bergantilah Ejaan Soewandi sebagai ejaan resmi, maka ditulislah UndangUndang Dasar. Walaupun demikian bunyi dan makna UUD 1945 tidak berubah.
9.
Tanya:
Benarkah anggapan yang menyatakan bahwa dalam hal ejaan Indonesia mengikuti Malaysia? Jawab:
Usaha penyempumaan ejaan di Indonesia dimaksud untuk bahasa
sendiri. Hal ini tampak dalam sejarah bahasa kita sejak penetapan Ejaan van Ophuijsen 1901. Bam pada tahun 1959 timbul gagasan penyatuan ejaan Bahasa Melayu dengan ejaan Bahasa Indonesia seperti kita ketahui, setelah wakil-wakil persekutuan Tanah Melayu meninjau Konggres Bahasa Indonesia di Medan tahun 1954, di
Singapura diadakanlah Konggres Bahasa dan Persuratan Melayu (1956). Di Sana dicetuskan keinginan agar ejaan Melayu disesuaikan dengan ejaan Indonesia. Pada tahun 1959 lahirlah konsep ejaan Melayu-Indonesia (Melindo) Hasil Panitia Bersama Indonesia-
Persekutuan Tanah Melaya Konsep ini belimi psmah Hilaksanakan Pada tahun 1966, Panitia Ejaan Bahasa Indonesia, yang menyadari kekurangan-kekurangan dalam konsep Melindo itu meng-
ajukan konsep bam yang pada tahun 1967 diterima oleh pih^ Malaysia.
Bahwa dalam konsep Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan terd^at satu dua kesamaan dengan ejaan Bahasa Malaysia sekarang, hal ini adalah karena memakai patokan yang sama. Dalam pembahan ejaan nanti sebenamya Malaysia akan mengalami per-
39
ubahan yang lebih banyak. Jadi nyatalah bahwa usaha penyempumaan ejaan ini merupakan basil pemikiran ahU-ahb bangsa Indonesia sendiri dan untuk pembinaan Bahasa Indonesia sendiri. 10. Tanya:
Apakah Ejaan Yang Disempumakan ini akan diajarkan disekolah? Jawab:
Ejaan Yang Disempumakan hams telah mulai digunakan selambatlambatnya pada permulaan tahun ajaran 1973, dengan ketentuanketentuan sebagai berikut: a. dari taman kanak-kanak sampai kelas 3 sekolah dasar hams telah mulai digimakan dalam penulisan pelajaran dan buku bacaan;
b. untuk kelas 4 sekolah dasar dan tingkat-tingkat selanjutnya harus telah mtilai digunakan dalam penuhsan pelajaran. Dalam buku bacaan dan buku pelajaran yang berejaan lama dapat diadakan penyesuaian pada halaman buku-buku yang bersangkutan. 11. Tanya:
Apakah Ejaan Yang Disempumakan ini akan dipakai dalam ujianujian sekolah pada tahun 1972 ini, dan apakah sanksi-sanksinya? Jawab:
Ejaan Yang Disempumakan ini boleh dipergunakan dalam ujianujian sekolah tahun 1972; walaupun demikian tidak akan mempengaruhi nilai hasil ujian tersebut. 12. Tanya:
Bagaimana pemakaian Ejaan Yang Disempumakan dalam penulisan nama diri? Jawab:
Penulisan nama orang, nama badan hukum, nama geografis dan sebagainya hendaknya disesuaikan dengan Ejaan Yang Disem pumakan, kecuali bila ada pertimbangan khusus dari segi hukum, tradisi, atau sejarah.
40
13. Tanya:
Dengan dipergunakannya Ejaan Yang Disempumakan untuk Bahasa Indonesia, bagaimana dengan ejaan bahasa daerah? Jawab:
Ejaan bahasa daerah disusun menurut sifat-sifat bahasa daerah itu
sendiri, sedangkan Ejaan Yang Disempumakan dapat dijadikan dasar, misalnya penggunaan hurufj dan y.
3.3 "Penertiban Edjaan Bahasa Indonesia"/Hargo Saputro Pada minggu pertama bulan Djanuaii 1972jang lain, Wakil Kepala Lembaga Bahasa Nasional, Drs. Lukman Ali telah bertjeramah di Taman Ismail Mardjuki. Pokok jang ditjeramahkanjalah, mengenai"Usaha Penjempumaan Edjaan daiam rangka Pembakuan Bahasa Indonesia."
Drs. Lukman Ah mengungkapkan tentang kekatjauan edjaan bahasa Indonesia, jang semakin men-djadi2. Edjaan resmi tidak dipatuhi lagi. Sedangkan banjak pemakai bahasa Indonesia,jang membuat dan mempergunakan edjaan, menurut seleranja sendiri. Semua ini dengan segala tjontoh2nja,telah mendorong Lukman Ali selaku Wakil Kepala Lembaga Bahasa Nasional untuk bertanja, apakah sekarang belum tiba waktunja guna menjetop ber-Iamt2-nja kekatjauan edjaan dalam bahasa Indonesia tsb?
Oleh Lukman Ah kemudian ditundjukkan adanja saluran penjelesaian,
jang telah digah oleh Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan,jaitu bempa konsep barujang pemah dimuntjulkan pada th. 1966. Menumt Lukman Ali, konsep tsb. bukan sama sekah baru, tapi memperbaikijang lama, atau menjempumakan jang sudah ada.
Adapun pembahan penulisan hurufdan gabungan huruf,jang terdapat dalam konsep edjaan bahasa jang disempumakan itu, iaiah; tj mendjadi c, dj menjadi j. Sedang j mendjadi y,sj mendjadi sy. Dan ch mendjadi kh. Riwayat Edjaan
Pada awal tjeramahnja, Lukman Ah telah meriwajatkan tentang usaha2 penjempumaan edjaan dari sedjak sebelum th. 1901. Sebelum th. 1901 itu
telah dirasa adanja keperluan untuk menjeragamkan edjaan bahasa Melaju (sebutan bahasa Indonesia waktu itu). Dan timbuUah edjaan Ophuijsen pada th. I901,jangmempakan edjaan baku(standar).
41
Tetapi edjaan Ophuijsen ini terlaiu banjak memakai tanda2, seperti
apostrof,tanda titik dua di atas humfa,dsb. Sel^gga achimja djuga dianggap tidak praktis. Maka timbullah keinginan untuk menjederhanakan edjaan tsb.
Pada Kongres Bahasa di Sala th. 1948, oleh Menteri Pendid^an, Kebudajaan dan Pengadjaran, Soewandi, telah dirintis usaha penjederhanaan edjaan Ophuijsen. Edjaan resmijang lahir kemudian,disebut edjaan Soewandi.
la telah men^iilangkan semua tanda2,dan mengganti penulisan oe dengan u, ketjuali untuk penulisan nama orangjang masih dipandang perlu. Sajangnja,demikian Lukman Ali, edjaan Soewandit idak memberi tem-
pat untuk huruf2 z,f, v, sj dan ch. HuruO tsb. hanja ditjatat sebagai bimji asing. Walaupun sesungguhnja bunji himif2 itu ditemukan dalam bahasa Indonesia. Ketjuali itu, edjaan Soewandi tidak membedakan awalan dengan kata depan,seperti dipasar, dipukul, kepasar,kepukul, dsb. Lalu pada th. 1954, Prof. M. Jamin memprakarsai kongres bahasa di
Medan,jang memutuskan agar edjaan Soewandi disanpumakan. Pada waktu itu disarankan, agar bisa diusahakan satu bimji satu huruf. Oleh Menteri Sarino pada th. 1956,kemudian dibentuk Panitia Pembaharuan Edjaan.
Sementara itu pada th. 1956 itu djuga, di Persekutuan Tan^ Melaju, terdapat keinginan untuk mengadakan penjatuan edjaan dengan bahasa Indo nesia. Lahirlah konsep edjaan Melindo pada th. 1959. Konsep Melindo ini menurut perdjandjian akan dilaksanakan selambat2nja pada tgl. 1 Djanuari 1962. Tapi karena politik kon&ontasi jang kemudian meletus, telah menggagalkan pelaksanaan konsep tsb.
Menurut Lukman Ali, ada hikmahnja konfirontasi dengan Malaysia waktu itu. Jaitu karena telah dapat membatalkan pelaksanaan edjaan Melindo, jang se^ara tehnis dan praktis sukar dilaksanakan,sebab banjak hiuufZ baru. Dengan gagalnja konsep Melindo, berarti Indonesia dihindarkan dari pengeluaran biaja jang sangat besar.
Tetapi berbitjara tentang himifZ baru, sebetulnja pembaharuan edjaan th. '56,jang dibentuk oleh Sarino, djuga ditemukan beberapa huruf baru, bahkan masih ada sementara hurufjang dianggap bunji asing, di samping ada huruO jang memakai tanda. Beberapa Tantangan
Demikianlah,usaha membuat edjaan baru, baik edjaan Sarino maupun
42
Melindo, telah kandas sebelum sampai. Nampaknja, edjaan jang kftmndian diintrodusir oleh Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan th. '66, djuga sulit dilaksanakan. Pada waktu itu, banjak timbul reaksi dan tantangan Alasan menentang edjaan LBK menurut perkiraan,jalah anggapan keliru bahwa edjaan LBK tersebut adalah edjaan penjatuan dengan Malaysia,jang disebut edjaan Meiindoth. 1959.
Sekalipun anggapan itu tidak benar, namunjang setudju memang lebih sedikit daripadajang tidak bisa akur dengan edjaan LBK. Bahkan kemudian
djuga terdapat tanggapan dari tokoh demokrat, Moh. Hatta,jang menjatakan, bahwa sebaiknja suatu edjaan bam disjahkan lebih dulu oleh DPR hasil
Pemilihan Umum. Tanggapan ini diperhatikan sepenuhnja oleh LBK. Tapi sementara itu, ketidakseragaman edjaan semakin menjadi2. Ke-
katjauan itu seperti terlihat dalam kenjataan, bahwa satu fonem tj bisa dituliskan dalam tiga lambang,jaitu tj sraidiri di samping c dan ch. Oleh karena itu Drs. Lukman Ah sekali lagi bertanja, bahwa setelah kita memiliki DPR
hasil Pemilu, mengingat pula akan kekatjauan edjaanjang semakin ber-lamt2, apakah kini belum dipandang tepat waktunja untuk mengadakan pembakuan edjaan?
Sebenamja,tentangan itu tidak hanja terdapat pada waktu edjaan LBK dimun^ulkan. Dalam sidang ^eramah di TIM pada awal Pebruarijang lalu itu djuga nampak banjak sanggahan. Misalnja Dr. Taufik mengatakan bahwa ke katjauan itu sebetulnja bukan terletak pada edjaannja, tetapi karena mental pemakaian bahasa. Oleh Taufik didjelaskan, sikap mentaljang kurang benar itu misalnja jalah keinginan untuk lain darijang lain (snobisme), atau djuga ingin kembali kepada kepribadian asli, jang sesungguhnja bahkan menjeleweng dari keaslian. Karena bahasa Sangsekertajang sering dipakai, bukanlah asli Indonesia.
Djuga Ajip Rosidi mengatakan, bahwa men^ari sumber kekatjauan edja an adalah lebih penting. Sebab masalahnja, menumt Ajip, bukan terletak pada ketiadaan edjaan resmi, tapi memang keadaannja serba katjau. Dalam hubungan ini Ajip lebih menekankan kepada masalah pengadjaran bahasa di sekolah,jang menurut Ajip sudah msak. Dan menumt Ajip, membuat edjaan bam,djustm membuka pintu untuk membuat penjelewengan2 lagi. Oleh kare na itu disarankan olehnja, apa tidak lebih baik memperbaiki edjaan Soewandi jang sudah resmi ada. Sehingga tidak ada pemborosan dan tidak ada reaksi.
43
Warisan masa lalu
Djika dipikirkan, dua pendapatjang dikemnkakan oleh Taufik dan Ajip itu ada benamja. Bukan edjaan Soewandi jang tidak bisa menampung
perkembangan, sekalipim memang perlu penjempumaan, tetapi kekatjauan edjaan sekarang ini adalah warisan serba katjau dari masa lalu,jang meliputi segala bidang.
Tulisan ini bukan bermaksud ingin mendiskreditkan tokoh jang telah
tiada. Tetapi bukankah Bung Kamo,jang dulu memulai suka memakai kata2 Sangsekerta? Dan bukankah Bung Kamo pula, jang memerintahkan penggantian penulisan Kemajoran dengan Kemayoran. Memang, semua telah mendjadi ikut2an. Tetapi sekali lagi, kekatjauan edjaan itu bukan karena edjaan Soewandi jang masih resmi itu tidak bisa menampung. Masalahnja terletak pada kenjataan, bahwa warisan serba katjau masa lalu sudah terlandjur mendjalar pula dalam edjaan bahasa. Sajangnja sampai kim belum diperbaiki. Maka, setelah mengetahui hal jang demikian, mudahlah mentjari pe-
njelesaiannja. Edjaan Soewandi memang perlu disempumakan. Tapi tidak perlu mengganti dengan jang bam. Sebab edjaan LBK th. 1966,toh tidak akan sempuma djuga. Jaitu terbukti oleh fonem2jang masih dilambangkan oleh dua huruf. Djadi, kalau edjaan Soewandi masih mengasingkan beberapa bunji, seperti f, v,z,sj, dsb, maka sekarang baiklah huruf2 itu tidak dianggap bxmji asing lagi. Kalau edjaan Soewandi tidak membedakan antara awalan dan kata depan, maka sebaiknja sekarang ada pembedaan.
Begitulah. Tetapi tidak perlu, untuk kemudian membah tj mendjadi c. Tidak perlu pula mengganti j mendjadi y. Dan setemsnja. Dengan demikian maka pengakuan Drs. Lukman Ali, bahwa memang ada konsekwensi biaya djika edjaan LBK dilaksanakan, bisa dihindarkan. (BeritaBuana 12 Pebmari 1972)
3.4 "Penjempumaan Edjaan Bahasa Indonesia: Laporan Tjeramah di TIM"/Srijono Sispardjo
Sesuai dengan Calender of event Pusat Kesenian Djakarta, maka pada hari Djumat 4 Pebmari 1972 djam 20.00 WIB. bertempat di Teater Arena Taman
44
Ismail Marzuki telah diselenggarakan sebuah tjeramah dengan djudul "Penjempuraaan Edjaan Bahasa Indonesia" oleh I>s. Lukman Ali, anggota Panitia Edjaan Bam Departemen P & K.
Menumt Drs. Lukman Ali persoalan edjaan termasuk persoalan penting sebab menjangkut perkembangan bahasa. Dalam hal ini fihak paling berkepentingan, mempunyai saham dan pengaruh jang tidak ketjil terhadap perkembangan bahasa dan edjaan, adalah pets. Hanja agak disajangkan bahwa kadang2 pers soidiri adajang kurang mengerti tjontoh pemakaian edjaan dan bahasajang baik.
Selain Pers,gumpun mempunjai andiljang tidak ke^il, bahkan apabila timbul pemakaian bahasa dan edjaan jang kurang tepat mereka didjadikan kambing hitam. Hal itu adalah tidak adil sebab fasilitasjang hams disediakan buat gum amat terbatas benar disamping kesukaran ekonomis masing2. Untuk penjempumaan kerdja mereka perlu ditindjau kembali sistim curiculum jang ada sekarang serta iqi grading(penataran)setjara chusus,temtama buat guru2 Bahasa Indonesia.
Dalam bidang leksikografi (perkamusan) kita sangat ketinggalan. Dinegara2 jang telah madju kamus terbit hampir tiap tahun sekali sehingga perbendaharaan kata2 jang bam dapat dimuat. Dinegeri kita begitu sebuah kamus terbit, begitu ketinggalan sebab penambahan vocabulair temjata djauh lebih pesat dari pada penerbitan kamus. Masalah pelik sedjak tahun 1901 Drs. Lukman Ali mengatakan bahwa masalah edjaan Bahasa Indonesia
bukanlah masalahjang bam dihebohkan sedjak tahun 1966 sadja,tetapi sedjak tahun 1901 pun telah mendjadi problim jang serins. Pada waktu itu keseragaman edjaan bahasa Melaju djuga sangat katjau. Sebagai tjontoh dikemukakan sebuah buku jang berdjudul; "Tjampur aduk Melaju"jang terbit pada tahun 1883, bunji antara i - a ditulis dengan j, misalnja; tijada, sekalijan dsb., sedangkan dalam buku lain ditulis; tiada, sekalian dsb.
Pada tahun 1901 seorang Sardjana Belanda bemama van Ophuijsen telah menjeragamkan edjaan bahasa Melaju. Sajang sekali edjaan van Ophuijsen ini terlampau banjak benar tanda2 pembeda seperti; sidille, apostrophe, accent aigu dsb. Djuga sering terdjadi kekatjauan tanda antara
45
hamzah dengan 'ain.
Dalam Kongres Bahasa di Solo pada tahun 1938 masalah edjaan djuga dibitjarakan, pada tahtin 1947, ketika Menteri P & K didjabat oleh Mr. Soewandi.
Sedjak edjaan Soewandi berlaku tanda2 pembeda mulai ditiadakan. Hurufoe diganti dengan u dengan tjatatan bahwa nama orang boleh tet^ atau dirubah. Sajang benar edjaan Soewandi tidak memberi tempat kepada z,ch, sj, sebab dianggap sebagai bunji asing.
Penggantian f-p, ch-k, sj-s, setjara membabi buta tidak bisa dipertanggung djawabkan se^ara semantis, karena kadang2 membedakan arti (Misalnja chas berbeda dengan kas, folio lain dengan polio, sjarat berbeda dengan sarat dsb).
Dalam edjaan Soewandi perbedaan antara ke dan di sebagai awalan atau
preposisi djuga tidak diperhatikan. Djelaslah bahwa edjaan Soewandi berlawanan dengan kodrat bahasa Indonesia.
Pada tahim 1954 dalam Kongres Bahasa di Medan jang dipelopori oleh almarhum Muhammad Jamin S.H. diputuskan agar edjaan Soewandi dipergunakan sambil menunggu edjaan baru bahasa Indonesia disempumakan lagi dgn mempergimakan perinsip2: satu fonem satu huruf. Pada tahun 1956 Menteri P & K Sarino Mangunpranoto menugaskan kepada Panitia Edjaan Baru jang diketuai oleh Prof. Dr. Prijono dan E. Katoppo jang telah berhasil mengemukakan konsep pembaharuan edjaan Bahasa Indonesia. Sementara itu pengandjur2 bahasa Melaju dalam kongresnja di Djohor menghendaki agar ada keseragaman edjaan antara Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melayu.
Pada tahun 1959 tertjapailah persetudjuan antara Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melaju jang terkenal dgn nama Edjaan Melindo jang direntjanakan akan dimulai dipergunakan se-lambat2nja pada bidan Djanuari 1962,tetapi karena adanja situasi politik,jaitu Konfrontasi dengan Malaysia sehingga edjaan ini tidak dilaksanakan. Apa lagi dalam Edjaan Melindo ini banjak ditampilkan huruf2 baru jang pasti akan memakan biaja besar imtuk mengganti mesin ketik, mesin Ijetak dsb. Disekitar tahun 1966 mimtjullah pemikiran edjaan baru karena edjaan Soewandi sudah tidak ditaati lagi. Pada bulan Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan Nasional Departemen P & K memadjukan konsep edjaan baru
46
kepada Menteri Sarino Mangunpranotojang berlaku surut sedjak tahun 1966 dengan pertimbangan2 mengingat: ketidak sempumaan edjaan Soewandi
kemadjuan ilmu pengetahuan jang beipengaruh besar kepada perkembangan bahasa dan peranan bahasa Indonesia jang semakin besar dalam pergaidan intemasionai.
Penjempumaan edjaan bahasa Indonesia ini djuga dimaksndkan untuk
memadjukan publikasi Indonesia dan memudahkan pembatjaan. Edjaan jg disempumakan ini tidak perlu merubah mesin tik atau tjetak misalnja: lj mendjadi c, dj—J,J-y.
Menurut Drs. Lukman Ali, konsep edjaan baru jang diusulkan oleh Lembaga Bahasa dan Kesusastraan tahun 1966 ini adalah hasil kompromi maksimal antara segi2 praktis,linguistic-ekonomisjang merupakan synthese dari edjaansebdunuija.
Telah sekian puluh tahun lamanja masalah edjaan bahasa Indonesia terkatung2 padahal dalam perkembangan bahasa, persoalan edjaan termasuk sangat penting. Menutup tjeramahnja Drs. Lukman Ali mengemukakan sebuah konklusi jang sekaligus berupa pertanjaan bahwa; Masalah edjaan Bahasa
Indonesia telah berpuluh2 tahun ter-katung2. Mengingat ketidaic-seragaman edjaan Bahasa Indonesia sebagai akibat dari sudah tidak ditaatinya edjaan Suwandijang tjukup membingungkan para pemakai Bahasa Indonesia, serta perkembangan Bahasa Indonesia jang sedemikian pesat jang hampir2 tak terpikulkan lagi oleh edjaan lama, apakah sudah bukan waktunja lagi kita sekarang untuk memikirkan atau memakai edjaan bam jang lebih praktis, baik dilihat dari segi ekonomi maupun linguistis? Tanggapan dan usul2 hadirin
Menanggapi tjeramah Drs. Lukman Ali, Taufik Abdullah mengatakan bahwa ketidak seragaman edjaan Bahasa Indonesia, misalnja antara manakah jang benar diantara hurufjdan y seperti dalam perkataan; karya, yudha, mayapada dsb.; tetapi ada pula jang tetap mempergunakan j seperti dalam: Pajakumbuh, madjalah Budaja Djaja, Indramaju dsb., demikian pula kekatjauan pemakaian tj, ch dan c seperti dalam: Kartika Chandra, Chaniago, Patjitan, Tjumg, Cipta (dalam lambang TIM), ini adalah akibat snobisme
modem dan gila Sanskerta jang katanja sesuai dgn kepribadian kita (Taufik Abdullah mempergunakan istilah bunji: tJ hams diganti dengan c, bagaimana-
47
kah halnja dengan "Coca Cola" apakah haras dibatja "tjotja tjoia"). Drs. Lukman All mendjawab bahwa: "Coca Cola" adalah bunji asing. Apa lagi misalnja "Coca Cola" sudah benar2 mendjadi minuman rakjat sehari2, apa salahnja kita tuliskan dengan "koka kola",seperti halnja dengan istilah Perantjis "coiqj d'etat" Jang sndah di Indonesiakan mendjadi "kudeta"? Seorang Asing dari Australia jang menarah perhatian besar terhadap Bahasa Indonesia bemama Peter Bums,tampil kedepan mengadjukan sebuah
usul: Bagaimanakah seandainja bunji ch ^ganti dgn x (Misalnja "achir" mendjadi "axir") sebagaimana halnja dengan bahasa Spanjol? Usuljang simpatik tetapi tjukup humoris ini didjawab oleh Drs. Lukman All bahwa usul ini barangkali sama lutjunja dengan usul jang pemah dikemukakan oleh seorang perwira dari Bandung agar fonim eu dalam bahasa Sunda diganti dengan v(Misalnja kata "peujeum" diganti mendjadi "pvyvm"). Ajip Rjosidijang pada malam itu hadir mensitir kata Peter Bums bahwa edjaan Bahasa Indonesia sekarang(maksudnja edjaan Soewandijang sekarang sudah tidak begitu kita taati) adalah tjukup mudah karena dekat dengan edjaan2 bahasa2 intemasionaljang lain. Masalahnja apakah seluruh aparatnja akan tjukup konsekwen memberi tjontoh dalam pemakaian edjaan jang bara nanti? Sebab akan sia21ah pemakaian edjaan barajang dalam taraf2 pertama akan menjulitkan para pemakai bahasa Indonesia apabila sesudah itu imtuk tidak kita patuhi lagi, sebagaimana edjaan Soewandi sekarang. Achimja tjeramah jang dipimpin oleh Salim Said itu ditutup pada djam 10.30 tanpa menarik sesuatu konklusi sebab memang tidak dimaksudkan demikian. Tetapi sesuai dengan keberatan jang pemah dikemukakan oleh Bekas Wakil Presiden RI Bapak Dr. Moh. Hatta bahwa persoalan edjaan bara sebaiknja haras diputuskan oleh DPR hasil Pemilu, apakah sudah bukan saatnja apabila DPR pilihan rakjat sekarang membitjarakan hal ini?
(Abadi, 12 Pebraari 1972)
3.5 "Edjaan sebagai Mas'alah: Tanggapan"/Ayip Rosidi Edjaan telah muntjul pula sebagai mas'alah. Beberapa tahun jang lampau pemerintah, c.q. Menteri P & K Mashuri SH telah melontarkan "Ejaan Bara" hasil panitiajang diketuai oleh Anton Moeljono. Reaksi terhadap "Ejaan Bara"
48
itu terlalu besar dan nmumnja bersifat menolak, sehingga pemerintah tabu djuga melangkah surut.
Kalau kita teliti, praiolal^ terhadap "Ejaan Baru" itu umumnja tidak bersifat tehnis linguistik melainkan bersumber pada soaI2 psikologi sosial, bahkan dalam beberapa hal bemada politis djuga. Hal itu rupanja disadari djuga oleh pemerintah,sehingga ketika hendak melontarkan kembali mas'alah ini ke masarakat, terlebih dahulu orang jang diserahi tanggungdjawab untuk menangani soal edjaan itu sekarang, Lukman Ali, menghubungi berbagai pihak dan tokoh jang telah memberikan reaksi terhadap "Ejaan Baru" tempo hari. Pendekatan jang luwes itu nampaknja terutama seoiah-olah hanja hendak melontarkan edjaan sebagai mas'alah. Lukman Ali, bahkan dalam tjeramahnja di Teater Arena Taman Ismail Marzuki awal Februarijl., belum lagi melontarkan "Ejaan Baru"-nja, walaupun nampaknja hal itu akan segera dilakukarmja, apalagi kalau pemerintah (termasuk Kopkamtib)menganggap mas'alah edjaan itu sebagai mas'alahjang paling penting dalam kehidupan bangsa Indonesia sekarang, terutama kalau desakan dari pihak Malaysia unpik persamaan edjaan kian keras djuga. Dalam tjeramahnja di Taman Ismail Marzuki itu, Lukman Ali me lontarkan kenjataan2jang menvmdjukkan betapa ka^au-balaunja edjaan jang
dipergunakan orang di Indonesia sekarang. la memberikan tjontoh b^wa pemerintah DCI Djakarta setjara resmi mengedja "Jaya Raya", airport "Kemayoran",di mana "j" dibatja "dj" dan "y" dibatja "j"; di samping itu ada pula "Kartika Chandra" dan "Chaniago" di mana "ch" dibatja "tj". Dari kenjataan itu, Lukman Ali lantas melontarkan pertanjaan; Apakah akan kita biarkan sadja terns berlarut kekatjauan itu? Tidakkah sudah waktunja untuk mengatumja dalam suatu peraturan resmi jang hams didjadikan pegangan oleh setiap orang? Pertanjaan2 itu seolah-olah mempakan mas'alah jang paling penting jang kita hadapi dan dengan demikian hams kita djawab; dan tak sulit imtuk membajangkan bahwa djawaban jang akan sesuai dengan kehendak penanja adalah; Ja,kita perlukan sekarang sebuah sistim edjaan jang resmi,jang dapat didjadikan pedoman oleh setiap orang kalau menulis dalam bahasa Indonesia. Dan nistjaja "Ejaan Bam"pim akan keluar sebagai satu-satunja djalan keluar! Padahal pertanjaan2 itu dapat pula kita kembalikan dengan pertanjaan pula; Betul memang,banjak kekatjauan jang timbul dalam mengedja bahasa
49
Indonesia sekarang, tetapi betulkah sebabnja karena tidak ada sistim edjaan resmijang sekarang berlaku? Betulkah mas'alah itu akan dapat diatasi dengan mendekritkan sistim "Ejaan Baru" supaja beriaku? Tidakkah keka^auan dalam menulis bahasa Indonesia sekarang ini disebabkan terutama oleh kenjataan betapa menjedihkannja pendidikan dan pengadjaran bahasa Indonesia selama
ini? Kalau ^ta perhatikan, barangkaU dapat kita lihat kenjataan bahwa sedjak di sekolah dasar sampai di universitas tak pemah anak2 kita mendapat kesempatan untuk beladjar mengedja. Dalam peladjaran bahasa Indonesia,soal edja-mengedja bukanlah hal jang dianggap penting oleh guru ataupun oleh peniilis buku peladjaran. Karena sebenamja sekarangpim kita mempunjai satu sistim edjaan resmi jang berlaku, walaupun mungkin sudah tak seorangpun mempedulikannja lagi. Edjaan jang saja maksudkan itu adalah Edjaan Soewandi jang diumumkan tahun 1947. Jang terpenting dari sistim edjaan itu dan jang diterima setjara mutlak oleh setiap orang ialah penggantian "oe" edjaan van Ophuijsen mendjadi "u"; tetapi soaI2 lainnja dalam sistim edjaan itu agaknja telah diabaikan orang. Mengapa? Apakah karena orang dengan sengadja mengabaikannja?
Apakah karena orang melihat kelemahan2 setjara tehnis linguistik di dalamnja?
Menurut hemat saja, pengabaian itu tidaklah sengadja, melainkan hanja sebagai akibat dari kurang intensifiija pengadjaran bahasa Indonesia dan tidak berwibawanja instansi jang mengurus bahasa Indonesia belaka. Dengan kata lain, kalau pengadjaran bahasa Indonesia tjukup baik, kalau instansi jang mengurus bahasa Indonesia seperti Lembaga Bahasa Nasionai (jang sudah berkali-kali bertukar nama) mendapat kepertjajaan pemerintah setjara penuh untuk mengurus bahasa Indonesia dengan pembiajaan jang tjukup sehingga berwibawa di dalam masjarakat luas, maka persoalan edjaan tidak akan mendjadi mas'alah sama sekali. Betapapun, edjaan Soewandi jangjmasih mendjadi dasar penulisan bahasa Indonesia sekarang, masih tjukup baik dan lebih sistimatis daripada edjaan bahasa Inggris misalnja. Dalam bahasa Inggris edjaan tak mempunjai ketentuan jang tetap, bunji setiap huruftidaklah tetap, sehingga "i" kadang2 diba^a "ai"(dalam kata2 "I" dan "like"),kadang2 pula dibatja "i"(dalam kata2 "still", "wing"): "ou" kadang2 dibatja "a" (dalam kata2 "lough", "tough").
50
kadang2 dibatja "u"("through", "blouse"); "u" kadang2 dibatja "a" ("but", "bus"), kadang2 dibatja "ju" ("excuse"), kadang2 dibatja "u" ("rule"); "ch" kadang2 dibatja "tj" ("chalk"),;kadang2 dibatja "k" ("orchard") ~ sehingga adalah termasuk kelaziman kalau orang2 Inggris berkenalan saling menjebut nama masing2 lalu saling bertanja: "How to spell it?". Maka tidaklah mengherankan kalau timbul gelombang2 di kalangan
ahli bahasa Inggris jang mengusulkan agar edjaan bahasanja itu dirubah dan disistimatikkan, a.l. oleh pengarang terkenal George Bernard Shaw. Maka bahasa Melaju jang dalam mengedja banjak bertjermin ke dalam bahasa
Inggris punja djuga kegandjilan2. Mereka mengedja: "pi" - "ai" - "pi" - "ei", tet^i kalau sudah mendjadi kata bunjinja mendjadi "pipa" sama seperti dalam bahasa Indonesia ~ entah ke mana "ai" dan "ei" itu!
Adalah suatu hal jang memudahkan bagi mereka jang mempeladjari bahasa Indonesia,termasuk orang2 asing, karena setiap himif dalam bahasa
Indonesia bunjinja sama,baik berdiri sendiri maupun bergabimg dengan huruf lain. "Tj" tetap "tj" menghadapi huruf apapun atau bunji apapun djuga. Huruf "dj" tetap "dj", baik menghadapi vokal ataupun konsonan. Demikian djuga dengan "a"jang tetap berbunyi "a" di manapim ia diletakkan. Gelombang reaksi jang besar terhadap "Ejaan Baru" terutama adalah tiiHiiVian seakan-akan dengan "Ejaan Baru" kita mengikuti edjaan Malaysia. Walaupun telah dibuktikan, bahwa setjara tehnis linguistik dalam "Ejaan Baru" lebih banjak orang Malaysia jang menjesuaikan diri daripada kita,
natniin kesan orang bahwa kita men^kuti Malaysia tetap ada. Kesan orang awam itu disebabkan karena penggantian huruf"dj" mendjadi "j" dan huruf
"tj" mendjadi "c". Walaupun orang Malaysia mengedja "tj" selama ini dengan "ch",naTniin orang awam tidak akan memperhatikannja. Dan karena itu selama
"Ejaan Baru" atau edjaan jang ditawarkan tetap merubah kedua huruf"tj" dan "dj" itu, maka kesan itu akan tetap timbul bahwa kita telah mengikuti Malaysia.
Para ahli jang bersikeras hendak merubah "tj" mendjadi "c" meng-
adjukan alasan bahwa dengan demikian kita telah menghemat satu huruf dan
hi^ itu (c)lebih sesuai dengan edjaan jang berlaku di dunia ilmiah. Tapi kalau kita adjukan pertanjaan "Mengapa huruf "ny" dan "ng" jang dalam bahasa kita penggunaannja lebih banjak daripada "dj" dan "tj" tidak diganti? Mengapa hmnf"sy" pun tetap dipertahankan?", maka ia akan segera men-
51
djawab: "Kita harus memilih hunifjang sudah ada dan perubahan abdjad djangan sampai memakan biaja jang terlalu besar!" Djadi tidak usah menghemat! Djadi tidak nsah ilmiah!
T^i kita tak tahu apa djawabnja,kalau kita minta dihitung setjara teliti dan ilmiah berapa banjak penghematan jang dapat kita lakiikan dengan merubah "tj" mendjadi "c" dan "dj" mendjadi "j" (hilang satu huruf)? Dan berapa banjak pula biaja jang dikeluarkan hanja imtuk mempopulerkan dan membantah reaksi orang2jang menolak menjadi "c" dan "dj" menjadi "j"? Kalau betul2 mau menghemat, maka kalau terbukti bahwa penghe matan jang diperoleh dalam soal "tj" menjadi "c" dan "dj" mendjadi "j" tak lebih besar daripada biaja jang dikeluarkan untuk memaksakan kedua huruf
itu, maka setjara pragmatis panitia harus djudjur untuk melangkah surut dan mempertahankan "tj" dan "dj" sebagaimana adanja.
Maka djalan jang terbaik, sepandjang pikiran sehat saja, ialah bagaimana mengintensifkan pendidikan bahasa Indonesia, baik di masjarakat luas,terutama di sekolah2, dan bagaimanamenjempumakan edjaan Soewandi dengan beberapa rasionalisasi. Jang saja maksudkan doxgan rasionalisasi ialah peresmian hurufZjang masih diragukan oleh edjaan Soewandi misalnja hnmf? f, X, V, z,; pemberian tanda (') accent aigu di atas huruf e-tadjam untuk membedakannja dengan e-lemah dan membedakan tjara menulis preposisi dengan awalan, terutama mengenai "ke" dan "di".
Huru£2 V, x,z,dalam edjaan Soewandi beliun diteiima setjara resmi, tetapi sekarang telah setjara luas dipergunakan, karena itu buat apa berlamalama kita biarkan masuk setjara tak resmi?
Pembedaan antara e-tadjam dengan e-lemah sangat penting sekali
karena bahasa Indonesia sekarang masih dalam tingkat pertumbuhan,sehingga setiap saat bermasukan kata2 baru baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Meskipun kita berprinsip bahwa kata2 bahasa asing jang kita pindjam itu dapat kita sesuaikan dengan bahasa kita dan tak usah selalu kita
patahankan menurut bahasa asalnja, tetapijhendaklah ada keseragaman dalam membunjikan sesuatu kata, djangan sampai oleh sebagian dibunjikan "e" dan oleh sebagian lagi dibunjikan "e". Alasan jang dikemukakan bahwa kedua huruf itu tidak usah dibedakan karena tak banjak kata2 jang sama seperti "perang" dan "perang" jang mungkin menimbulkan salah faham, tak dapat diterima karena edjaan bukanlah mengurus soal salah faham, mftlainkan
52
mengurus soal salah batja. Dan salah batja karena tidak memberi tanda jang membedakan "e" dan "e" telah banjak terdjadi, sehingga kita sekarang mendengar orang mengutjapkan "pameran" di samping "pameran","peta" di
samping "peta","rekan"isani|)ing "rekan", dll. Salah ba^a itu dapat diatasi kalau kita telah mempunjai kamus standard jang lengkap dan balk,jang selalu up to date; atau kalau kita telah mempimjai sistim pendidikan dan pengadjaran bahasa Indonesiajang demikian sen^uma sehingga Lembaga Bahasa Nasional dapat setjara teratur dan tetap mengirimkan daftar kata2 dan ^ara mengutjapkannja ke sekolah2. Tapi karena kedua hal itu dalam waktu jang masih lama belum mungkin dlaksanakan di Indonesia, maka djalan keluar praktis dengan memberikan tanda jang membedakan e-tadjam dan f-lemah dalam sistim edjaan adalah djalan jang tersingkat.
Bagi saja,tak mendjadi soaljang manajang akan diberi tanda, e-tadjam
(e)atau(e)i^akah e-lemah(e)atau(e). Pendeknja salah satu hams dibeda^can darijang lain.
Mengenai tjara membedakan tjara menuUs preposisi (di, ke, kepada, dari) dari awalan (temtama di dan ke)jang masih belum dilakukan dalam sistim edjaan Soewandi, barangkali sebagai akibat dari kekeliman jang telah dibuat oleh van Ophuijsen dalam sistim edjaannja. Dalam edjaan van Ophuijsen tjara menulis "di" dan "ke" preposisi sama sadja dengan tjara menulis "di" dan "ke" awalan, sehingga menumt sistim edjaannja dituUs "dirumah","dipukul" dll. Padahal "dari" dituhs terpisah, misalnja "dari rumah" dan bukan "darirumah".
Maka adalah logis kalau sekarang kekeliman van Ophuijsen jang dilandjutkan oleh Soewandi itu kita perbaiki, sehingga menulis "di" dan "ke" preposisi sama dengan tjara menulis "dari" dan bukan sama dengan tjara menulis "di" dan "ke" awalan.
Barangkali jang masih dapat dipertimbangkan djuga adalah menulis "ch" dalam kata "achir","chabar","chatulistiwa" diganti dengan "kh", karena memang bunji suaranja lebih dekat dengan "k" daripada dengan "c". Djuga tanda hamza (') daripada diganti dengan "ka" seperti dalam kata2 "tidak","tak", "bapak", lebih baik dibuang sadja dan setiap humf"k" dibunjikan dengan njata,sehingga akan terhindarlah orang2 Djawa membatja perkataan "pendidikan" mendjadi "pendidi'-an", "belokan" mendjadi "belo'-
53
diabaikan apabila kita bandingkan dengan kekeliruan u^ap menganggap setiap huruf"k" sama dengan hamzah (') sadja.
Dengan perbaikan2 dan penjempumaan seperti itu, menurut hemat saja
edjaan Soewan^ dapat tetap dipertahankan sebagai edjaan jang tjiikup tepat untuk menuliskan bahasa Indonesia dalam huruf Latin ~ dan tak ada alasan
jang tjukup rasional untuk "menjempumakan" edjaan tersebut sampai dengan merubah huruf dengan "c" atau "dj" dengan "j" ~ ketjuali kalau memang nama Soewandi dalam nama edjaan itu mau diganti dengan nama menteri P dan K sekarang. Tapi seal itu saja kira berada di luar mas'alah edjaan sama sekali!
Djakarta, 14 Februari 1972. (Budaya Djaja No.46, Thn Kelima, Maret 1972)
3.6
"Edjaan Bahasa Indonesia: Masalah Edjaan harus Dipisahkan dari pada Masalah Bahasa'VAmin Singgih Rupa-rupanja Pemerintah(Dep. P. dan K.)kini giat mengumpulkan pendapat kaum tjendekiawan,termasuk kaum wartawan,mengenai gagasan membaharui
edjaan bahasa Indonesia. Malahan dikabarkan masalah edjaan akan dibawa ke Dewan Perwakilan Rakjat.
Usahajang pertama pada hemat saja memang langkah jang bijaksana. Rantjangan edjaan bam,jang kini ramai dibitjarakan lagi, memang hakekatnja boleh dikatakan semata-mata hasil pemikiran para sardjana bahasa kita. Kini Dep. P. dan K. mengikut-sertakan sardjana bidang Iain-lain, termasuk kewartawanan dalam pembahasan masalah edjaan itu. Memang djustm ilmu pengetahuan memerlukan edjaan jang sebaik-baiknja. Kabar bahwa ma.salah edjaan akan dibawa ke DPR saja rasa tidak amat
menggembirakan. Mimgkin karena adanja salah paham seakan-akan "bahasa" dan "edjaan" berkaitan.
Pada pendapat saja anggapan ini tidak benar. Bahasa terlepas dari edjaan dan dari tanda-tulis apapun. Sebelum manusia menemukan hiurif atau tanda tulis, manusia sudah pandai berbahasa. Karena itu, bagaimanapun bentuk tanda batja atau huruf, bahasa tidak pemah menghiraukaniya. Bahasa Tndnnftsia (atau bahasa Melayu) dapat ditdiskan dengan huruf Arab atau
dengan huruf Latin, dapat dengan edjaan Hindia-Belanda (van Ophuijsen),
54
edjaan R.I. 1947 ataupun edjaan lain, namun bahasa itu tidak akan berubah
oleh karenanja, "tjeroetoe" dengan edjaan Hindia-Belanda, atau "tjerutu" dengan edjaan Republik Indonesia, atau "cherutu" dengan edjaan Malaja, atau "serutu" dengan edjaan jang diusulkan, pasti tidak berubah bentuk, wama dan rasanja.
Siapajang(hendaknja) menentukan edjaan? Pertanjaan ini dapat kita sambut dengan pertanjaan "Siapajang membuat atau mentjiptakan hurufdan menjusun abdjad?" Pasti bukan masjarakat. Pasti hanja sekelompok orang pandai jang ahli dalam hal itu.
Sajajakin para anggota Dewan Perwakilan Rakjat kita semuanja orang pandai. Tetapi apakah mereka semuanja ahli dalam soal edjaan dengan segala segi-seginja?
Edjaan Bahasa Belanda dalam waktu lima puluh tahim telah diubah sampai empat atau lima kali, tanpa satu kalipim meminta pertimbangan
perwakilan ralgatnja. Barang tentu perubahan-pembahan itu tidik begitu sadja diterima oleh masjarakat Belanda. Barang tentu ketjaman jang pedas dan kemarahan di lontarkan. Memang manusia umumnja tidak mudah mau mengubah kebiasaan jang sud^ mendarah daging. Tetapi bagaimanapun, achimja mereka taat djuga, sebagai bangsa jang sudah paham bermasjarakat. Bagaimana edjaan bahasa Inggris?
Orang Inggris dalam hal "kebiasaan" memang luar biasa. Kita ingat akan ke- "bandel"-annja tetap tidak mau tunduk pada sistim "metrik"(ketjuali hal keuangan,tetapi inipun baru sadja ditetapkannja). Sementara itu ada jang menanjakan "Apakah menurut rantjangan edjaan baru itu kita tidak "mengalah" kepada Malaysia?" Saja ganti bertanja "Apakah edjaan R.I. 1947 bukan (paling sedikit) 95 persen buatan bekas pendjadjahan kita?" Dalam hal ilmu atau pengetahuan djanganlah kita bitjara tentang kalah atau menang. Mana jang baik kita ambil, kita tiru. Sebaliknja, djanganlah lupa bahwa maksud utama negara Malaysia menjamakan edjaannja dengan edjaan Republik Indonesia ialah agar Malaysia lebih mudah mentjontoh dan meniru Bahasa Indonesia. Memang,berdasarkan pengalaman dan pengawasan saja sendiri, dan berdasarkan pemjataan orang asing jang mampu membandingkan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia, dapat dikatakan, Melayu. Apakah kita tidak akan gembira apa bila negara
55
dapat dikatakan, Melayu. Apakah kita tidak akan gembira apa bila negara Mal^sia dan Negara Republik Indonesia akan mempunyai bahasajang sama dan bahasa itu bahasa Indonesia?
Kembali tentang perubahan edjaan bahasa Indonesia. Dengan hati rela dan rasa gembira saja menjerahkan masalah itu
kepada mereka jang memang man^pu memikirkaimja. Hanja ingin sekah saja mengadjukan permintaan dengan sangat; Demi kemumian dan ketertiban bahasa Indonesia saja mohon perhatian Dep. P. dan K. atas permintaan ini, tanpa menunggu hasil pembahasan masalah edjaan. a. agar tjoreng pada "e taling" dihidupkan kembali (biarpun ada jang mengatakan meniru edjaan Hindia Belanda), sebab tidak adanja beda antara "e taling" dan "e pepet" sering mengatjaukan bahasa Indonesia, (pengutjapan kata esa, peta, peka, rekan, gembong, wewenang, dan sebagainja). b. agar kelompok katajang menjatakan satu pengertian diserangkaikan penulisannja, sebab pentjeraian penulisan sering djuga mengatjaukan bahasa
kita. Djadi misalnja: mat^ari, matauang, rumah makan, medjatulis, batubara, beritahu, tanggung djawab,suratkabar, dan sebagainja.
c. agar angka 2 sebagai tandaulang ditiadakan. Djadi hendaknja ^tuliskan; mata-mata,seakan-akan, sedapat-dapatnja, dan sebagainja. Kompas, Selasa, 7 Maret 1972 (No.210ThnVn,hlm. VII)
3.7 "'Edjaan Baru' Bahasa Indonesia perlu Segera Ditetapkan Pemerintah"/Drs. Ukun Surjaman Achir2 ini masalah "Edjaan Baru" mulai lagi dibitjarakan. Jang mendjadi pertanjaan ialah: "Bilamanakah "Edjaan Baru" itu dapat ditetapkan oleh pemerintah untuk segera dipergunakannja, agar adanja ketidakseragaman dalam pemakaian edjaan sekarang dapat diatasi?" Memang sudah tjukup lama kita menunggu ditetapkan atau diresmikannja "Edjaan Baru" itu, karena djustru dalam pembentukan "Bahasa Indonesia Standar", edjaan itu mempakan dasar pokok bagi pembinaan bahasa Indonesia selandjutnja. Umum telah diketahui atau dapat membajangkan kembali, bahwa setelah
56
beberapa tahun kita menggunakan "Edjaan Suwandi; atau "Edjaan Republik; (1 April 1947), sangat terasa kepada tota, bahwa edjaan itu masih memiliki kekurangan2/kelemahan2 jang,perlu atau harus diperbaiki/disempumakan sesuai dengan tjita2 kita untuk meningkatkan bahasa Indonesia itu mendjadi salah satu bahasa modem Jang terhormat didunia. Ini terbukti dengan timbulnja gagasan2/saran2 kearah penjempiunaan "Edjaan Republik" itujang dikemukakan oleh para tokoh dan saijana bahasa dalam madjalah "Bahasa dan Budaja" tahun 11 no. 1, Oktober 1953 jang chusus memuat masalah edjaan bahasa Indonesia. Keseluruhan dari gagasan/ saran itu kemudian dibahas oleh Pumomo Abd. C. dalam madjalah "Bahasa dan Budaja" tahun II no. 5, Djimi 1954. Berdasarkan fakta tersebut dan didorong oleh kesadaran perlimja menjusun "Edjaan Bam", maka Kongres Bahasa Indonesia di Medan (28 Oktober ~ 1 November 1954) memutuskan antara lain:
1. Menjetudjui sedapat-dapatnja menggambarkan 1 fonem dengan 1 tanda (huruf).
2. Menjetudjui menjerahkan penjelidikan dan penetapan dasar2 edjaan selandjutnja kepada suatu badan kompeten jang diakui oleh Pemerintah. 3. Menjetudjui agar edjaan untuk kata2 asing jang terpakai dalam bahasa Indonesia, ditetapkan sesudah penjusun edjaan bahasa Indonesia asli terlaksana, dengan pengertian, bahwa imtuk kata2 Arab diadakan kerdjasama dengan Kemoiterian Agama(Departemen Agama). Sedjak itu,
disamping usaha Pemerintah, banjaklah sumbangan pikiran,sar^ dan konsep2 bam, chususnja dari para ahli dan pentjinta bahasa Indonesia tentang perbaikan, penjempumaan atau pembahaman bahasa Indonesia. Perlu disadari lebih dahulu oleh masjarakat, bahwa"pembahan" dalam edjaan itu adalah soal biasa jang dialami oleh setiap bahasa jang hidup. Bahasa Belanda misalnja, walaupun sudah lama mendjalankan fiingsinja sebagai bahasa resmi, tidak luput dari pembahan edjaannja, walaupun hanja sedikit, seperti jang terdjadi sebeliun Perang Dunia II. loopen mendjadi lopen (berdjalan) leeren mendjadi leren (beladjar) Nederlandsch mendjadi Nederlands Lebih2 bagi bahasa Indonesiajang umumnja relatif masih muda, maka pembahan-pembahanjang terdjadi dari "Edjaan Ch. van Ophuijsen" kepada
57
"Edjaan Baru" melalui "Edjaan Republik" akan lebih terasa. Akan tetapi, hal itu harus kita terima sebagai kenjataan demi kepentingan pembinaan bahasa Indonesia.
Kalau kita sudah menjadari, bahwa edjaanjang beriaku sampai sekarang masih perlu diperbaiki atau disempumakan dan kita menjadari pula, bahwa bahasa Indonesia itu masih dan tetap harus dibina, maka sudah sewadjamja pula kita menjambut "Edjaan Baru" itu dengan penuh kegembiraan. Jang penting, bahwa perubahan itu se^ara praktis lebih meningkatkan pengadjaran memba^a dan menuhs dan tidak m^gharuskan penambahan huruf baru pada pertjetakan dan mesin tulis. Dalam hubungan ini marilah kita menaruh perhatian chusus pada "Konsep Edjaan Baru Lembaga Bahasa dan Kesusastraan",disingkat "Edjaan Baru 9BK", jang berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan no. 062/67 tanggal 19 September 1967, panitianja disahkan sebagai Panitia Edjaan Bahasa Indonesia Departmen P. dan K.sedjak tanggal 7 Mei 1966.
Tidaklah meleset kiranja, kalau kita menerima atau menjetudjui "Edjaan Baru LBK" itu, sekurang-kurangnja 95 pet, mengingat, bahwa edjaan itu merupakan hasil penelitian jang tidak terlepas pula dari pengolahan konsep2 dan saran2 lainnja sedjak tahun 1950jang didasarkan pada: a. pertimbangan teloiis jang menghendaki agar setiap fonem sedapatdapatnja dilambangkan oleh satu tanda(huruf); b. pertimbangan praktis,jang mengbendaki agar pelambangan setjara teknis itu disesuaikan dengan kebutuhan praktis,seperti keadaan pertjetakan dan mesin tulis;
c. pertimbangan ilmiah agar pelambangan itu mentjerminkan studi jang mendalam mengenai kenjataan linguistik dan sosialjang beriaku. Kalau kita memeriksa "Edjaan Baru LBK" itu maka perubahan jang benar2 menondjol dari "Edjaan Republik" sebenamja: 1. penggantian tanda dj mendjadij, mis^ja:jalan (sebelumnja: djalan), 2. penggantian tandajmendjadi y, misalnja: yakin (sebelumnja:jakin), 3. penggantian tanda tj mendjadi c, misalnja: cinta(sebelumnja: tjinta), 4. penggantian tanda nj mendjadi ny, (akibat perubahan J mendjadi y), misalnja: nyanyian(sebelumnja: njanjian), 5. penggantian tanda .ry mendjadi sy (akibat perubahan j mendjadi y).
58
misalnja syarat(sebelunmja: sjarat), 6. penggantian tanda ch mendjadi kh,misalnja; khusus(sebelumnja: chusus).
Kita lihat, bahwa perubfjian diatas itu sama sekali tidak memerlukan penambahan huruf/tanda baru dalam pertjetakan dan mesin tulis. Tidak pula memaksakan diri agar setiap fonem diamban^an oleh satu tanda (huruf), kalau memang setjara praktis tidak mengizinkannja, seperti ny dan ng. Djadi masalah "waktu" praktis tidak ada untuk menjesuaikan diri dengan "Edjaan Baru" itu.
Tegasnja "Edjaan Baru" itu mudah dan tjepat dipeladjari; sama sekali tidak "menjulitkan" atau "membingungkan." Jang penting hanjalah keinginan dan kesediaan hati dari masjarakat untuk memiliki dan menggunakan "Edjaan Baru" jang relatif, praktis, dan modem itu.
Walaupun demikian,"Edjaan Baru LBK"itu masih perlu "dimatangkan" lagi dalam "seminar istimewa", karena sangat boleh djadi masih ada beberapa hal atau bagian2 ketjil jang dapat lebih disempumakan lagi sehingga tertjapailah "persetujuan final"., Dengan demikian, "Edjaan Bam" itu akan dilaksanakan setjara konsekwen oleh para pemakainja. Sebaiknja jang tumt dalam "seminar chusus" itu(disamping kelompok intijang terdhi dari wakil2 Lembaga Bahasa Nasional dan sedjumlah tokoh bahasa/pen^inta bahasa Indonesia)wakil tiap2 departonenjang sedikit banjak mengetahui soal bahasa, wakil DPR,sedjumlah wartawan, wakil penjiar radio dan televisi, serta wakil2 universitas.
Salah satu bagian ketjil jang menumt pendapat saja masih perlu dibitjarakan/didiskusikan ialah: perlu-tidaknja dibedakan penuUsan e pepet dan e taling. Menumt"Konsep LBK",penulisan e pepet dan e taling disamakan sadja, jaitu dengan mempergunakan e gundul, padahal kalau kedua fonem itu
dibedakan penulisannja akan lebih menguntungkan; bukan sadja sangat memudahkan anak2 kita beladjar membatja dengan tepat (apalagi dengan banjak masuknja kata2 dari pelbagai bahasa daerah) djuga akan lebih memudahkan orang2 asing beladjar bahasa Indonesia dalam rangka mempertjepat penjebaran bahasa Indonesia. Apabila "Edjaan Bam LBK"itu telah dimatangkan" dan telah mendapat "persetujuan penuh" dari "seminar chusus" maka dapatlah segera disahkan
59
oleh Pemerintah dan digimakan dalam waktu se^epat-tjepatnja. Pada dasamja tidaJc perlu dinjatakan "ada masa perdihan",sebab dalam djangka waktu tertentu "Mjaan Lama" itu dengan sendirinja hilang. Jang penting ialah penerangan jang menjeluruh dan sistimatis dengan pendekatan jang tepat sesuai dengan tingkat lingkungannja. Kita sambut penetapan "Edjaan Bam" itu dengan gembira dan bangga. Sinar Harapan (Senin,24 Djanuari 1972, Thn.XINo. 3505)
3.8 "Edjaan Baru Hangat Kembali'VSjahriar Belum hilang dari ingatan kita kegelisahan dalam masjarakatjang ditimbulkan oleh heboh pro dan kontra "edjaan" bam jang terdjadi sekitar pormulaan tahun 1969. Heboh itu telah dapat memantjing pemjataan Menteri P & K jang mengatakan bahwa gagasan itu tidak akan dipaksakan apabila edjaan bam tidak bisa diterima oleh masjarakat. Achimja gagasan edjaan bam itu terpaksa dibekukan dahulu, setelah masalahnja sampai pula ke DPR-GR. Sekarang, setelah 3 tahun berlalu, gagasan pemakaian edjaan bam mpanja akan dihangatkan kembali. Menumt penglihatan Lukman Ali situasi sekarang telah bertambah mantap dan ia mengira, bahwa sudah tibalah saatnja kembali kita setjara sungguh2 menangani masalah edjaan bahasa kita ini.(SH 15/11-72).
Pemjataan Drs. Ukun Suijaman lebih bemafsu lagi jang berbxmji sbb; "Edjaan Bam bahasa Indonesia perlu segera ditetapkan Pemerintah"(SH.24/172). Jang menjadi alasan, baik bagi Lulonan Ali maupun Drs. Ukun Suijaman, ialah pemakaian edjaan jang tidak seragam dan perlu diatasi. Pembahan penulisan Jogjakarta mendjadi Yogjakarta oleh Pemerintah Daerah dan Kotamadya jang telah digunakan pula dalam surat2 dinas, telah menarik perhatian Lukman Ali. Ditambahkannja pula beberapa tjontoh lain tentang perobahan humfj menjadi y, diantaranja penggantian nama pelabuhan udara Kemajoran mendjadi Kemayoran seperti telah diperintahkan oleh aim. Pres. Soekamo.
Kalau itu jang mendjadi sebab dari ketidakseragaman pemakaiaii edjaan bahasa Indonesia, kenapa kita tidak berani mengatakan bahwa kita mematuhi
60
edjaan jang ditetapkan oleh Menteri P & K. Dalam hal ini saja meniindjuk kepada pendapat Dr. Hatta bahwa pemakaian dua edjaan hanja akan menimbulkan anarki. Kenapa Pemerintah tidak melarang pemakaian edjaan
jang barn berupa gagasan itu seSelum kita menjatakan edjaan Soewandi tidak berlaku lagi?
Kenapa kita hams me-robek2 edjaan Soewandi hanja untuk keserasian lafal bangsa asing? Kenapa kita hams menjerah kqiada pemakaian edjaan jang tidak seragam; Memang kita lihat beberapa pemilis dan penjair telah menggunakan c,j, dan y untuk menggantikan tj. dj danjdalam tulisan dan sadjak mereka.
Kita tidak mengerti kenapa mereka berbuat demikian. Dapalkah edjaan Soewandi jang resmi kita kesampingkan begitu sadja? Mungkinkah hanja sekedar untuk "show" agar de^jat dibatja oleh orang2 di Malaysia? Mudah2an tidak demikian maksudnja. Kita berpendapat bahwa selama edjaan bam mempakan gagasan, Pemerintah hams memperlihatkan wibawanja untuk melarang pemakaiannja demi pengamanan peraturan jang kita tetapkan sendiri. Dengan demikian pemakaian edjaan jang tidak seragam dapat ditertibkan.
Mengganti edjaan jang sekarang berlaku dengan edjaan bam adalah masalah jang menjangkut masjarakat luas sebagai pemakaian bahasa, bukan semata2 masalah beberapa atau segolongan orang sadja. Oleh karena itu tiap gagasan penggantian atau perobahanjang akan diadakan hams to-lebih dahulu diperkenalkan kepada dan di "dialog"kan dengan masjarakat luas untuk mendapatkan tahggapan2 dan saran dukungan jang diharapkan akan diberikan kepada gagasan pengganti atau perobahan itu.
Kita tidak dapat hanja sekedar berkata, bahwa edjaan Soewandi sangat dirasakan memiliki kekurangan dan kelemahan. Timjukkan kepada mereka kekurangan dan kelemahan jang dirasakan itu. Tundjukkan dengan tjontoh2 jang dapat mgakinkan masjarakat bahwa pemakaian tj, djdanjmemang lebih lemah dari pemakaian c,jdan y. Tundjukkan dengan tjontoh2 bahwa per obahan itu betul2 lebih praktis, hemat,dan efisien. Dan bagaimana praktisnja, berapa djauh hematnja dan betapa efisieimja. Masjarakat sebagai pemakai bahasa berhak untuk mengetahuinja, berhak untuk menangggapinja dan berhak untuk mengeluarkan pendapatnja berdasarkan kejakinannja. Masalahnja bukanlah masalah jang sepele jang dapat dipaksakan begitu sadja kepada
61
masjarakat, lebih2 dalam alam merdeka. Djika para pendukung gagasan edjaan
baru metnang sudah memiliki konsep, umunikWah konsep itu setjara luas dan tampungiah pendapat2 masjarakat jang timbul karenanja untuk diolah lebih landjut. P^elaahan dalam lingkunganjang sempit akan dapat mengakibatkan perobahan baru lagi dalam waktu jang singkat. Dan hal2 seperti itu djangan hendaknja sampai teijadi. Sungguh hebat tjita2 kita untuk meningkatkan bahasa Indonesia - tentu melalui edjaan baru- menjadi salah satu bahasa modem jang terhormat di dunia. Akan tetapi kita liq)a untuk meningkatkan pendidikan bahasa Indonesia didalam negeri sendiri. Tjobalah ukur sanpai dimana kesanggupan kita sendiri berbahasa Indonesia dewasa ini. Sangat menarik. 3.9 "Kedudukan J dan Y dalam Bahasa Indonesia Sekarang dan Beberapa Tjatatan Lain"/S.P. Subroto Pengantar Setelah sekian lama tidak terdengar pembitjaraan mengenai penggunaan edjaan bam dalam Bahasa Indonesia, sqrerti pemah diperkenalkan oleh Dep. P & K. sekitar tahun 1968,berikut ini kami muat sebua^ tulisan mengenai hal tersebut.
Pemuatan tulisan ini sehubungan dengan rentjana Dep. P & K untuk merealisasikan penggunaan edjaan bam itu, pada saat seperti sekarang ini. Semoga tulisan ini dapat mengundang pendapat2 dari para ahli bahasa maupim masjarakat ramai. Dalam penulisan Bahasa Indonesia sekarang ini agaknjaJ dan^'berebut kita pakai? Pertanjaan ini ingin pula saja adjukan kepada para ahli bahasa atau para gum ataupun siapa sadjajang mentjintai Bah^a Indonesia.
Saja sendiri tiddc tahu, tunduk pada aturan-aturan apa sehingga achirachir ini>'(baija i grec) menggantij(j biasa), dan agaknja kalau kita biarkan sadja,orang lalu hams men^iafalkan ~ no^urut arus mode(?)~ bahwa untuk kata-kata tertentu kedudukanj telah diganti oleh y. Menumt pengamatan kami, maka pada waktu ini jang sudah terbiasa memakai y ialah kata2; Kemayoran, karya, karyawan, djaya(ada djuga jang menulis jaya!), satyalantjana (padahal orang masih djuga menulis setia), tunakarya, panitya disamping penulisan panitia, raya, kotamadya. Mungkin
62
masih banjak lagi kata-kata Jang hams ditambabkan dalam daftar ini.
Sebenamja jang mana hams kita pakai? Saja tak mempersoalkan kedudukan y dalam iambang-jambang jang berbau kesanskrit-sanskritan ataupun nama-nama orang maupim pemsahaan, meskipun akan kami tjatat
beberapa daripadanja: seperti Nindya Kaiya,D.C.I. J^a,Apotik Karya Jaya, Wiryawan, Mayapada.
Sepanjang pengetahuan kami Bahasa Indonesia kita sekarang ini memakai peraturan edjaanjang dinamakan Edjaan Soewandi. Kami tidak tahu
kedudukan y dalam edjaan Soewandi ini. Pemah pula kami dengar akan gagasan untuk membah edjaanjang kita pakai sekarang,dan dalam pembahan
edjaanjang diusulkan dapat kita lihat dengan tegas kedudukan7 dany. J untuk mengganti dj sekarang, dan y untuk menggantijsekarang, termasuk pula pembahan penulisan nj dan sj.
Kami kira sudah sampai waktu untuk menetapkan supaja hal ini tidak
berlamt-Iamt. J dan Y hams "perang" sendiri. Kami kira sudah sampai waktunja bagi para ahli bahasa untuk menentukan sjarat-sjarat ataupun peraturan-peraturan untuk penulisan Bahasa Indonesia. Dan kami para awam
lamnja, demi pemeliharaan Bahasa Indonesia,tentu akan menumt sadja. Jang penting iaiah, ke peraturan mana hams kita berkiblat
Saja kira tidak hanya penuUsan Bahasa Indonesia sadjajang hams diatur. Kami tidak tahu, bagaimana dalam bahasa-bahasa daerah lainnja. Tetapi dewasa ini untuk penulisan bahasa Djawapun hams sudah diadakan peraturanperaturan tertentu. Jang menjolok iaIah penulisan imtuk kedua matjam t dan d dalam bahasa Djawa. Untuk mudahnja barangkali dapat kita bedakan t lemah dan t keras, disamping d lemah dan d keras.
Seingat kami, maka t keras dulu selalu ditulis dengan rjang diberi titik
dibawahnja; dan c/keras ditulis dengan rfjang diberi titik dibawahnja. Tetapi sekarang kami lihat tjara penulisan jang Iain untuk menjatakan t dan d keras
itu,jaitu h mengganti kedudukan titik di bawah,sehingga terdapat sekarang th untuk penuhsan t keras, dan dh untuk d keras, disamping tjara penulisanyg lama.
Jang mana sebetulnja jang benar. Memang,tanda titik di bawah suatu
humftidak terdapat dalam mesin ketik, untuk menuliskan itu hams didjalankan tjarajang tertentu.
Lepas dari tjara mengetik ini, saja kira djuga untuk bahasa Djawa hams
65
berbeda kalau menulis kata "eat" pada kalimat itu mendjadi "ate." Sebab arti "eat" dalam kalimat itu: saja makan pisang (untuk waktu sekarang),
gftHang "ate" dalam kalimat "I ate a banana" beraiti "kemarin" saja makan pisang. Dus, eat - mendjadi ate berbeda; mendjadi lain maksudnja! Dan penulisan demikian tetap salah!!!
Kesimpulan: "dengan tidak adanja: perubahan bentuk pada kata2 Indonesia orang sukar untuk membuat/menulis edjaan dengan "fixed". Tetapi walaupun demikian kami tetap menjokong "keprihatinan" Bp. Soeroto!
P.S: Tet^i peiKt^an itu perlu. Danjangmenetapkanharus Pemerintah (c.q. Dep P & K)
3.11 "Diharap Hatil Menentukan Edjaan Baru/ S.Takdir Alisjahbana
Disuratkabar Kompas,Abadi, Sinar Harapan,dan lain lain tanggal 19 Djuni 1972, ada terbotjor atau dibo^orkan berita tentang edjaan baru jang segera akan diiunumkan.
Bagi kita jang mengikuti Seminar Bahasa Indonesia di Pimtjak pada tanggal 2-3 Maret 1972, sedjak dari semula merasa optimis bahwa achirachimja soal edjaan akan selesai, bukan sadja bagi bahasa Indonesia, tetapi djuga bagi usaha penjatuan bahasa Indonesia dan Malaysia. Pertemuan di Puntjak itu dianggap sebagai lang^ah baru,jang diharapkan akan menembus kegagalan perubahan edjaan dan usaha keijasama tentang bahasa dengan Malaysia jang telah lama ber-larut2. Perasaan optimis itu dikuatkan pula oleh pengetahuan bahwa dari pihak Pemerintah telah lama dipikirkan untuk mendirikan suatu pusat bahasa jang akan memberi tempatjang efisien dan efektif kepada segala usaha untuk membina bahasa Indonesia, maupun untuk usaha penjatuan bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia sebagai bahasajang terpenting di Asia Tenggara.
Tetapi sajang, kabar jang diboljorkan oleh beberapa suratkabar itu tiHalclali berapa menggirangkan, oleh karena disana terlampau djelas diperlihatkan seolah2 pertemuan jang diadakan di Pimtjak dahulu itu hanja
suatu bajangan jang t^ mempunjai arti jang sebenamja. Jang saja maksud ijtlali bahwa Halam pertemuan di Pun^ak itu djelas sekaU dinjatakan keinginan
66
untuk mengganti huruf c sebagai tanda untuk tj dengan ch. Bagi saja jang mengikuti dengan saksama perdjuangan untuk edjaan baru, jang maiahan sepenuh tenaga untuk menjokongnja, njata sekaU bahwa diantara keberatan2
jang dikemukakan adalah keberatan terhadap hurufc sebagai pengganti tjjang tapenting. Datangnja keberatan itu bukan dari satu pihak,tetapi dari beberapa pihak danjang terpenting dari golongan ilmu dimana hurufc itu mempunjai bemiatjani2 peranan.
Kalau kabarjang dibotjorkan oieh suratkabar2 itu benar, saja(dan pada pikiran saja djuga umum)tidak mengerti apa maknanja pertemuan di Puntjak itu. Alasan2 apajang tiba2 menjebabkan keputusanjang diadakan ketika itu dikesampingkan sadja?
Edjaan jang akan diumumkan itu akan dinamakan edjaan jang disempiunakan, saja tak mengerti apakah jang disempumakan dan siapakah jang menjempumakannja? Sangka saja (dan pada pikiran saja djuga umum) penjempumaan edjaan jang diputuskan dipertemuan Puntjak itu satu2nja adalah mengubah c untuk tj dengan ch,jang sesungguhnja lebih umum dipakai oleh bahasa Inggeris,jang sekarang adalah bahasa asingjang potama dinegeri kita. Sementara itu dalam seksi jang berkepentinganpun kuat sekaU aliran hendak mengubah sj mendjadi sh, tetapi orang menahan diri tidak hendak terlampau banjak mengubah edjaan Lembaga Bahasa Nasional itu.
Menurut pikiran saja pribadi tak ada salahnja, malahan baik kalau sjpun diubah mendjadi sh sehingga edjaan kita akan lebih peraktis,jaitu sedjalan dengan bentuk dasar hurufbahasa Inggeris, bahasa duniajang terpenting dan bahasa kedua dinegeri kita.
Ada djuga kemungkinan,bahwajang dimaksud dengan penjempumaan
edjaan Lembaga Bahasa Nasional itu ialah mengadakan tambahan seperti dibotjorkan oleh kedua surat kabar itu tentang menuliskan katadepan di dan ke terpisah, sedangkan menumt edjaan jang berlaku sekarang disatukan dengan kata berikutnja(dikantor,dan bukan dl kantor seperti dalam bahasa Djawa dan Sunda). Buat saja soal seperti ini tidaklah sepenting soal huruf2.
Sudah djelas di dan ke sebagai katadepan berbeda daigan di- dan ke- sebagai awalan (ditangkap, kedinginan). Pemisahan itu dilihat dari djurusan kata depan jang lain (dari, atas, dll.) tentu ada alasannja, meskipun kita akan menghadapi keadaan jang djanggal dengan kata2 seperti ke pada,ke mari.
67
ke Sana,ke sini, ke dalam,ke bawah dsb. Sebaliknja tradisijang telah lama berlaku dalam bahasa Indonesia(berbeda dengan bahasa Djawa dan Sunda)
menjatukan katadepan di dan ke dengan kata berikutnja. Menjatukan katadepan di dan ke dengan kata berikutnja bukan hanja mempunjai keuntungan menghemat satu ruang huruf, tetapi dari djurusan ilmu bahasapun dapat dipertahankan bahwa katadepan jang terdiri dari satu suku itu membentuk katamadjemuk dengan kata berikutnja. Dalam kata2 seperti kepada,kesana, kesini, kemari,kedalam,kebawah dll., hal itu djelas. Dan satu alasan jang penting sekali; hingga sekarang tak ada timbul kesulitan oleh penjatuan katadepan di dan ke dengan katajang berikutnja, oleh karena fimgsi dan arti di dan ke sebagai kata depan dan di- dan ke- sebagai awalan sangat berbeda. Di- pada ditangkap ti(M mungkin dikelirukan dengan di dalam di kantor, demikian djuga ke- dalam kedinginan tidak mungkin dikelirukan dengan ke dalam kekantor.
Selain daripada itu mengapa maka hal ini sekarang mesti diputuskan, sedangkan amat banjak soal bahasa jang lain jang menimbulkan banjak kekatjauan dalam peladjaran di sekolah? Dibandingkan dengan kesulitan dan kekelimanjang lain,soal pemakaian kata di dan ke ini tidaklah begitu parting. Mengapa soal ini seperti banjak soaljang lain itu tidak disa'ahkan pada pusat bahasa jang akan datang, mungkin pula dengan bekerdja sama dengan lembaga atau oang2 dari Malaysia?
Tetapi bukan ini sadja. Dalam beritajang tomuat dalam suratkabar itu ada lagi di masukkan kq)utusan2 bamjang tiada dibi^arakan di Pun^ak; Lima
huruf,jaitu f,q,v x z d^esmikan djuga. Menumt pengetahuan saja bunji dan hiunf f sudah lama diterima, sedjak komisi bahasa dizaman Djepang. Terhadap peresmian jang lain itupim pada dasamja tak ada keberatan, tetapi
tentang inipun alangkah baiknja l^au peresmian itu diserahkan kepada pusat bahasajang akan datang,jang akan sanggup membitjarakan dan memutuskan segala konsekwensinja, bersama dengan banjak soal edjaan dan bentuk2 kata jang lam, istilah maupim bukan istilah. Sekarang ini semuanja kepalang tanggiing Kita dapat bertanja apabila x diresmikan adakah itu berarti bahwa sex,komplex,examen,exekutif,exak,exit,dll. akan ditulis djuga dengan x. Mrmgkin ada baiknja, tetapi hal seperti ini mesti dibitjarakan dahulu antara ahh2 dan orang2 jang berkepentingan dengan agak luas dan melihat ber-
68
diadakannja pusat bahasa?
Tetjq)ijang lebih mengedjutkan,djika beritajang dibo^orkan itu benar, adalah keputusan bahwa katamadjemuk ketjuali beberapa buah sadja akan dituliskan sebagai dua kata. Soal katamadjemuk adalah salah satu soaljang tersulit dalam bahasa Indonesia sekarang. Saja masih ingat telah membitjarakannja sebelum perang dengan Prof. Uhlenbeck di Balai Pustaka, dan djelas bahwa amat susah untuk m^gambil suatu keputusan jang radikal seperti ini. BarangkaU kita hams menjerahkannja lambat laun kepada kebiasaan atau kepada keputusan pusat bahasa nanti setelah diadakan pertukaran pikiranjang agak luas. Berhubimg dengan ini saja mengerti bahwa suratkabar Kompas dalam induk karangannja pada tanggal 20 Djuni 1972 menulis:..." Para ahli bahasa boleh memutuskan ini-itu tentang bahasa. Misalnja bahwa kata2 madjemuk seperti orangtua, tatabahasa, tatausaha, prasedjarah dsb. hams ditulis setjara terpisah sebagai dua kata. Tapi kalau masjarakat atas dorongan logika dan naluri bahasanja berpendapat lain, dan bertindak atas dasar kejakinannja itu, maka para ahli bahasa tidak akan berdaja!" Pada pikiran saja keritik Kompas ini tepat benar, apalagi kalau kita pikirkan bahwa para ahli bahasapun belum membitjarakan haljang sekarang telah diputuskan. Mengapa sod jang sesulit ini dibebankan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudajaan dengan tidak diadakan pembitjaraan jang agak masak lebih dahulu?
Saja tidak tahu masih ada lagikah atau tidak keputusan diambil diluar pertemuan di Puntjak jang tidak dibotjorkan oleh suratkabar. Soal bahasa
meskipun soaljang ketjil dibandingkan dengan soal ekonomi,tetapi mungkin menimbulkan kesulitan jang besar sehingga usaha2 jang lainpun dapat terganggu olehnja. Dan apabila Pemointah sungguh2 hendak mendirikan pusat bahasa untuk menjelesaikan soal-soal bahasa kita,jaitu soal alat kita berpikir
dan soal alat hubungan masjarakat jang terpenting. Pemerintah hend^ja konsekwen dan menjerahkan soal2 bahasa itu pada badan bahasa jang hend^ didirikan itu. Tiap2 usaha untuk mengambil keputusan dari tempatjang tiada terbuka untuk umum akan menimbulkan kesuUtan, apalagi apabila pada tempat keputusan2 itu diambil tiada selalu njata keahhan dan kesanggupan memikirkan soal2 bahasa dalam hubungan jang se-luas2nja, berhubung dengan masa depan dan perkembangan bahasa Indonesia di dunia.
Penolakan edjaan Lembaga Bahasa Nasional tahun2jang lalu, meskipun
69
saja berusaha monjokongnja,terletak pada keputusan2jang terlampau banjak diambil jang tidak dipikirkan se-matang2nja seperti termuat dalam buku Edjiian baru bahasa Indonesia. Masjarakat boleh tidak menaitang,sebab kesalahan dan kelemahannja terlampau njata kelihatan.
Hal ini saja ulang kembali, bukan berarti saja a priori tidak setudju dengan penjatuan katadepan di dan ke, peresmian f, q, v, x dan z dan
terbentuimja suatu aturan jang praktis tentang katamadjemuk,tet^ijang saja kehendaki hanjalah supaja hal ini dibitjarakan oleh badan bahasa jang akan dirikan nanti.
Dengan pendek: hendaknja edjaan jang diumumkan hanjalah huruf2 sepertijang diputuskan dipertemukan Punljak,sedangkan selebihnja diserahkan pada pusat bahasa nanti. Djakarta, 23 Djuni 1972 (Indonesia Raya, 1 Djuli 1972) 3.12 "Release"
Membaca Suatu Berita dalam suatu Harian Ibu Kota tanggal: 21 Pebruari
1972jang berdjudul;"Masalah Penjempumaan Edjaan Baru"dan Edjaan Baru Hangat Kembali" maka dengan ini kami dari Alumm Pimpinan Kesatuan Aksi Peladjar Indonesia(K.A.P.1.)- Pusat, m^geluarkan tanggapan sbb.
Pada hakekatnja Idee Edjaan Baru jang akan dihidupkan kembah sekarang ini, oleh orang2 jang dulunja mengeluarkan Idee Edjaan Baru untuk
ditrapkan di Indonesia. ^pa2nja Mereka ini belum melupakan akibatnja dari Timbulnja Edjaan Baru jang dikeluarkan pada Tahun 1968 dan 1969,jang mengakibatkan timbulnja kegontjangan Keamanan dan Ketertiban di Indo nesia. Terganggunja Keamanan dan ketertiban disebabkan adanja Aksi Parlemen Djalanan oleh Kesatuan2 Aksi di Djakarta. Dan djustru saat ini Pemerintah sedang menghadapi beberapa Masalah keadaan di Negara kita ini
seperti: Proyek Minijang Heboh ditambah lagi dengan Peraturan Menteri P dan K,dengan S P P - nja.
Mereka ini sebagai pentjipta2 Idee Baru antara lain: Edjaan Baru,SPP dan Proyek Mini tidak memperhitungkan waktu jang baik dari Pelaksanaan Rentjana2 tsb. Akibat dari Timing-nja jang kurang tepat mengakibatkan
70
timbulnja Kegontjangan didalam negeri dengan adanja Aksi2 baik Massal maupun Perseorangan imtuk menentang Rentjana2 jang belum Tentu bisa menguntungkan Masjarakat Umum.
Kita belum Reda dengan adanja Pro dan Kontra dari Projek Mini Indonesia, kemudian disusul dengan SPP-nja Menteri P dan K dan kini
Ruapanja Dari C)rang2 Perentjana Edjaan Baru mulai lagi mengambil kesempatan mengambil waktu untuk mengeluarkan Rentjana mereka itu. Akibatnja lagi bisa menimbulkan Kegontjangan dalam Keamanan di Indonesia. Hanja jang sangat kami hawatirkan ialah Penunggangan jang mengambil kesempatan untuk mentjari keuntungan untuk Golongan2 lainnja. Kami dari Alumni KAPI - PUSAT dengan ini menjatakan bahwa sampai saat ini kami belum menjetudjui adanja Penetrapan Edjaan Baru di TnHnnffda
Mengambil Tjontoh Pada Pelaksanaan SPP di Indonesiajang belakangan ini tidak atau belum sesuai Pelaksanaannja didjalankan sehingga mengakibatkan Kegontjangan dengan Aksi2 Tjoret Para Pelajar Di Ibu Kota. Untuk hal ini Kami menjarankan kepada Bapak Menteri Mashuri SH agar supaja sementara waktu dan bila perlu ditunda dahulu mengenai Pelaksa
naan SPP di Indonesia. Agar terdjadinja tertib Sipil di Indonesia Djuga dengan Penetrapan Edjaan Baru di Indonesia agar ditunda dahulu Bila perlu DIBATALKAN.
Sebab pada dasamja penindjauan kami dalam Pelaksanaan Ide2 tsb
diatas, adalah hanja mengambil keuntungan dari oknum2 jang tidak bertanggung djawab didalam Dunia Pendidikan di Indonesia kami sarankan kepada Pemerintah cq Menteri P dan K Mashuri untuk memhatalks" Pe laksanaan SPP dan EDJAAN BARU di Indonesia
Kepada Peladjar2 di Indonesia chususnja Anggota Kesatuan Aksi Peladjar Indonesia(KAPI)agar supaja maidjaga ketertiban dan mendjauhi tindakan? jang merugikan Pelajar. Demikianlah Pemjataan dari kami. Djakarta,23 Pebruari 1972
Alumni Kesatuan Aksi Peladjar Indonesia (K.A.P.I.)PUSAT
sisTSH ejAANgfimfi woomesifi
73
Sistem Ejaan yang Pernah Dibuat untuk Bahasa Indonesia
Untuk kelengkapan pembicareian tentang sejarah ejaan bahasa Indonesia, penulis menyertakan konsep-konsep ejaan, balk yang pemah ditetapkan secara resmi oleh Pemerintah maupun yang masih berbentidc konsep. Sekurang-kurangt^a tercatat en:q>at konsep ejaan yang sudah diresmikan pemakaiannya yaitu van Ophuijsen (1901),Ejaan Soewandi(1947), Ejaan Yang Disempumakan (1972), dan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempumakan (1975), yang kemudian disempumakan seperlunya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1978) dan dilanjutkan lagi dengan terbitnya keputusan Menteri tahun 1987 yang disebarkan secara luas dalam masyarakat.
Sementara itu, sistem ejaan yang belum atau tidak sempat diresmikan oleh Pemerintah adalah "Ejaan Pembaharuan (1957)", "Ejaan Melindo (1959)", dan "Ejaan(Bam Bahasa Indonesia) LBK (1966)". Sebagaimana diketahui, EYD mempakan penyempumaan ejaan lebih lanjut dari "Ejaan (Bam Bahasa Indonesia)LBK".
Berikut ini disertakan semua konsep sistem ejaan tersebut yang disajikan secara berumtan sesuai dengan tahim penyusunaimya. Ejaan van Ophuijsen Ejaan Republik(Soewandi) Ejaan Pembaharuan Ejaan Melindo Ejaan(Bam Bahasa Indonesia)LBK
Ejaan Yang Disempumakan(Lampiran Keppres No. 57, Tahun 1972)
IV
EJAAN VAN OPHUIJSEN(1901)
De hierbij aangeboden woordenlijst, voorafgegaan door eenige spelregels, werd samengesteld met het doel vastheid van spelling te bevorderen. Ze dient
om opgeslagen te worden, wanneer men omtrent de schrijfwijze van eenig woord in het onzekere verkeert.
Alleen waar zulks noodig voorkwam, is van een woord de beteekenis verklaard.
Van diacritische en andere teekens is zoo weiciig mogelijk gebruik gemaakt.
De onvolkomen oe- en i- klank in eene andae dan de eindlettergreep van eenig woord zijn door oe en / voorgesteld. Indien een medeklinker (al of niet geschreven) met een neusklank moet
worden uitsproken, is de daarop volgende letter met eene vette letter weergegeven. Bv.: njawa, kerioet (eig. kerijoet).
Het teeken - voor de h (b.v. habis) wijst aan, dat zij even vaak niet als wel in de uitspraak gehoord wordt.
In een afzonderlijk deeltje zullen eenige mededeelingen betreffende klemlegging, het een en ander omtrent klankleer, woordverklaringen, enz, worden opgenomen. A.
De letterteekens, waarvan in de woordenlijst wordt gebruik gemaakt, vindt men hieronder vermeld; uit de gegeven voorbeelden moge blijken ter voorstelling van welke klanken zij dienen.
a
koeda,fana, kali, bantoe,senang, bahasa, majat.
ai pakai, pakaian. au poelau, saudagar. b baroe, sebab,lembab, wadjib, kewadjiban.
75
ch d dj e e
chabar, sjech, tachta. dari, Ahad,maksoed,da'if, dimaksoedi. djari, djoeadah. emas,empat, beri, pemah. elok, teleng, tengger,lempar.
f
fasal, ma'af, maflioem.
g h i j k
gantoeng, megah, magrib, galib, balig. hari, haroes,roemah,hadji, djahat, pahit, sahoet,kepoetihan. ikan,timbang, besing, bimbit, wadjib,lioer, sia, kepoedjian. joejakin,sahaja. kami,koeboer,roesak,itik, doedoek,maksoed,takdir, paksa,kedoedoek-
' ' I
an, mendoedoekkan,kebanjakan. ta', pa', minta', ta'kan, moe'min. 'adat, ma'na, ra'jat, sjara' of adat, ma'na,rajat, sara'. lari, tinggal, kenalan,loha,lalim, lahir.
m
man,minoem, minoeman.
n ng nj 0
nenas,tandan, pandjang, pantjang, mengawani. nganga, angka,benang, wang,kesenangan. njala,tanja, kebanjakan. oleh, bohong,onggok.
oe p
oetang, oetoes,reboeng, djatoeh, boengsoe,loear, pengetahoean. padi, tetap, kelengkapan, pikir.
r
ramai, bersih, atoeran, ralat.
s sj t tj
soerat, poetoes, kepoetoesan, sabit, Selasa, sah,sabar. sjech, masjhoer. tali, angkat, kelihatan, ta'at, talak. tjari, bo^or. wang,wall, sawah.
w z
zaman,izin, zikir. B.
1.
Van de overgangsletters w en j wordt noch in stamwoorden, noch in afgeleide woorden, gebniik gemaakt; Doea, koee, doeit, koeau, doeai, sempoa, goerauan, melampaui, mendahoeloei, sia, rioeh, Riau, mengeong,pakaian, kepoedjian.
76
2.a. De eenlettergrepige woorden koe(pers. vnw.), kau,se,ke en di worden
geschreven aan het volgende woord: koelihat, kaudengar, dibawa, seorang, keroemah, didalam.
ke,di en se worden niet aan het volgende woord verbonden, wanneer ze voor woorden staan, die met een hoofdletter beginnen; ke Padang, di Betawi, se Liter.
b. De eenlettergrepige woorden koe (bezitt. vnw.), moe,nja,kah,lah,en tah, worden steeds verbonden met het voorafgaande woord: roemahkoe, anakmoe, koedanja, adakah, lihatlah, apatah. c. Poen wordt steeds gehecht aan het voorafgaande woord: Adapoen radja itoe hendak berangkat. Adapoen radja, tiada kami indahkan.
Sekalipoen tiada ia berboenji.
1
c. Als voorvoegsels doen se en ke, niet sa en ka dients: ketiga, kedatangan, sebenamya.
2.
De r van de voorvoegsels her,per en ter vo-dwijnt,indien het stamwoord met eene r aanvangt.
beroemah, peroesoehan, terasa.
3. De beginletter h der stamwoorden blijft behouden na de voorvoegsels peng en meng.
4.
penghoeloe, menghadap. De achtervoegsels an,kan en i worden zonder meer aan het stamwoord gehecht.
makan, makanan; doedoek, mendoedoekkan, mendoedoeki, kedoedoekan; banjak, kebanjakan, memperbanjakkan.
Eene uitzondering vormen de woorden op a uitgaande, indien zij het achtervoegsel i krijgai. Die i wordt dan voorzien van een ",om de combinatie a-i te onderscheiden van den tweeklank ai.
menamai', mengatal, ditanjat. D.
Samenstellingen, waarvan de deelen zoo innig met elkander verbonden zijn, dat bij het uitspreken der woorden niet meer gedacht wordt aan de
77
beteekenis der samenstellende deelen, worden aaneen geschreven; in andere
gevallen worden de samenstellende deelen of met een koppelteeken vCTbonden, oflos naast elkander geplaatst.
hoeloebalang, matahari, adakala, apabila, bagaimana, barangkali. anak-negeri, djeroek-manis, katjang-goreng of anak negeri, djeroek manis, katjang goreng. E.
Het teeken-wordt gebezigd:
1. Bij verdubbeling van het stamwoord,hetzij het verdubbelde woord al of niet van eenig voorvoegsel of(en)achtervoegsel voorzien is. laki-laki, koeda-koeda, berlari-lari, tanam-tanaman, berlarilarian, tali-temali, laoek-paoek.
2. Ook kan gebruik gemaakt worden van de z. g. tanda doea of angkadoea, indien het woord, dat voor de tanda-doea staat, in zijn geheel wordt herhaald.
Iaki2 = laki-laki; seorang2 = seorang-seorang; tanam2an = tanam-tanaman.
Wordt het voor de tanda doea staande woord echter slechts ten deele herhaald, dan mag de tanda-doea niet gebezigd worden; berlari-lari berlari-larian memata-matai
niet " "
berlari2 berlari2an memata2i
menggerak-gerakkan
"
menggerak2kan
F.
Het teeken 'wordt gebruikt:
1.
Om de ai(tweeklank)van a-i(tweelettergrepig)te onderscheiden in opai lettergrepen.
ramai, menamat,jaltoe, lain, berlainan, dinamalnja.
2. Om aan te wijzen, dat na een medeklinker de klinker, waarop het staat, eene lettergreep opent.
KoerQn, aldswad, Rabi'oe'ldwal.
3. Het gebruik van voorvoegsels en andere achtervoegsels dan i(zie lid 1 van deze §)brengt echter het teeken niet mee.
m
aisbnc rn perkatitao'j^ noonni; '-jbtiiet ai-.-jb AjiVj^evkatc^VsU
X)obnoih-yke.aAmH:(\^Y''A
perantaraan iUVA«ijsvy^e7^afUj;v\;s;;,u-A
■;A;3^n")\Vi
lOyrilo liajub ■AAvAkiUilaiada^.ivjtivyh noih- r-^^ "
I'ihiiipef^ijanada
iv3iu:j lo
-
iol'to
wU:.Uv- .Viiyr.^V; XVy^VAwXwSi
G.
;>
jr,^ .nnVK«
Bij het verdeelen der woorden in lettergrepen houde men het volgende in hetoog:
1
,3
Een aileenstaande tusschenletter behooijitotidt velgwide Jetter^eep.
■0 'h \xi4as, 7im^<Mt\ji jod j/xjod j)r>o//nu. -^
' i'-'a-to&enony^meitJceut-i
i as;;
iui
kerdee-'doek^ariskmeiir^oe-doek-i;
ber-is-te-ri; per-a-toer-aH^^ytet^rimg>4dJti;smengkaAlang^ti. meng-oe-
-..■ ■v-HU; koeryy, liij'.un .g
jb nev vxmof*' j/isfcaio^
/ioO
£
l:jodr)!j nirWanneer«ditetddbegiiietter>van:eemstonwodrdr^rden kvloed van een nasaal-kiank vervalt, dan neemt bij afbrekiiigjdBfnaiaMtde'plaats txr/vanide^eEvallea-ietteriniJ-'L ■
vAvb-ykb
bvAfd
me-moe-koel (p), pe-man-tik (p), me-nang^kap (t),,pem£mg-kis (t), iyjif.;! ^)Ae'^hgo6dKoingr(k);.pemgoea-ryi4k}y.m^^ (s). li jbajf' u^\yjihg Join r;:?:5U-r.f4!i.j
2.
^sai fuio .pUUiiTjf!
Vah'tWeeibisschenlettersJbehoort de eerste tot de vooi'gaahdeA de tweede totye^volg^de iettergreep." \\.ipammi, ram-boet.
T\n Ai
si; v •,v, rs v/v ■. ■; -\
"
nivsn
tj, ng, nj, eri sj, wordemaMeid^liinondigpi'ietterteekens behandeld;
pan-djang, ich-tas, tjin-tjiriyp-ngan, ta-nja, masj-hoer, peng-hoeloe, meng-ha-dap. ® ^
x i i JUiuvhQ jblUV/ il3.lOSi Joi-i
Adapcen goena IGtab Logal Melaibe ini akm menjatalc^
dalam kata^^el3jp6 dap
pr^g Mej^oeJ
kata asipgpoen, ,j^g sped^ lazim
hoeroefBelanda.
' "
'' '
'
Dalam kitab PEDOMAN GQEBQE J telab'^
atau ditpeUs itpe dapa|;^s^^
boleh diboenjikan; akan tetapi djapg^
''
per-
Jang
79
benar, melainkan patoet selaloe kita ingat, gambar itoe hanja gambar kiasan. Soepaja djangan terlaloe banjak hoeroef terpakid, dan djangan poela ragoe si pembatja oleh karena hoeroefjang amat banjak itoe, moepakatlah orang banjak akan menggambarkan doea,tiga boenjijang sebangsa atau jang hampir sama,dengan seboeah tanda(hoeroef)djoega. Misalnja: ada, angka, majat, boeroe, boeroeng, loentang, ikan, indah, himpoen, poetih, wadjib, bohong, teleng, dll.
Lagi poela terkadang-kadang perkataan,jang berachiran an dan i tiada diroepakan menoeroet seboetannja, melainkan menoeroet kedjadiannja. Misalnja; ratoes, ratoesan; doedoek, kedoedoekan; banjak, kebanjakan; lihat, melihat; dll.
Oleh karena jang terseboet diatas ini, djanganlah goeroe-goeroe memaksa moeridnja menjeboetkan perkataanjang tertjetak ataujang teitoehs itoe menoeroet hoeroefiaja; melainkan wadjib atas gocroe ingat dan mengingatkan, bahwa segala perkataan itoe haroes diboenjikan menoeroet seboetan (lafal) orang baik-baik dan 'alim.
Rangkaian hoeroefitoe hanja faedahnja akan menerbitkan dalam hati si pembatja boenji kata,jang diroepakaimja; hoeroefjang ditjetak atau ditoelis itoe mati, akan tet^i katajang digambarkan hidoep; sebab ada boenjinja dan lagoenja, menoeroet tempatnja dan goenanja dalam kalimat. Boenji oejang kedengaran dalam kata boeroe, soeroe, biasa dinamai oe benar, dan boenji oe seperti jang kedapatan dalam kata betoeng, reboeng, saroeng,dsb. diberi bemama oe lemah. Dalam segala kata Melajoe boenji oe,jang kedapatan pada sesoeatoe soekoe achirjang mati, selaloe oe lemah adanja. Kalau oe itoe ada dalam soekoe jang mati,jang boekan soekoe achir,
pada galibnja boenjinja seperti "oe benar" djoega; akan tetapi dalam beberapa kata adalah oe itoe boenjinja seperti boenji "oe lemah". Misalnya: boengsoe,
boenda. Boenji oe dalam soekoe kata boeng, boen itoe samalah dengan boenji oe Halam kata reboeng, keboen. Soepaja tentoe kepada toean-toean seboetan oe itoe dalam perkataan Mel^oe,hendaklah ditengok Kitab Logat Melajoe ini. Dalam kitah ini segala "oe lemah jang kedapatan dalam soeatoe soekoe mati, jang boekan soekoe achir, telah disoeratkan: oe. Oempamanja: boengsoe, boenda,toenggal, dll.
Dalam beberapa kata asing boenji oe,jang ada pada soekoe achir jang
80
mati, terkadang-kadang haroes diboenjikan seperti "oe benar"; misalnja: maksoed.
Demikian poela i lemah dalam soekoe-soekoe mati,jang boekan soekoe achir, digambarkan dalam kitab ini: i. Misataya: mdah,kftlmglfing dll. Tambahan poeia haroes segaia goeroe mengingatkan beberapa perkataan,jang menaroeh boenji (hoeroef)Jang biasa disengaukan. Misalnja; boenji wa dalam kata njawa dan bawa berlainan sekali; wa dalam kata njawa itoe)mQ&s disengaukan, artiitya: memboenjikan dia, hmdaklah mmghiHoRng Hon dalam kata pohon tiada disengaukan; akan tetapi dalam kata mohon, hon itoe biasa disengaukan orang Melajoe.
Dalam Kitab Logat ini boenji (hoeroef)jang disengaukan itoe diberi bertanda,ja'ni disoeratkan dengan hoeroefjang tebal. Misalnja: njawa,kerioet, tjiak miak, dll.
A.
Dibawah ini terseboetlah segaia hoeroef dan tanda,jang dipergunakan dalam Kitab Logat Melajoe ini, dan lagi beberapa perkataan akan moijatakan boenji,jang digambarkan hoeroefitoe.
a
koeda,fana, kali, bantoe, senang, bahasa, majat.
ai pakai,pakaian. au poelau, saudagar.
b
baroe, sebab, lembah, wadjib, kewadjiban,
ch chabar, sjech, tachta. d dari, Ahad, maksoed, da'if, dimaksoedi. dj djari, djoeadah e emas, empat, beri, pemah. e elok, td^ng, lengger, lempar. f fasal, ma'af, majhoem.
g
gantoeng, megah, magrib, galib, balig.
h i
hari, haoes, roemah, hadji, djahat, pahit, sahoet, kepoetihan. ikan, timbang, besing, bimbit, wadjib, lioer, sia, kepoedjian.
j
joe,jakin, sahaja.
k
kami, koeboer, roesak, itik, doedoek, maksoed, takdir, paksa, ke-
'
'
doedoekan, mendoedoekkan, kebanjakan. ta', pa', minta', ta'kan, moe'min. 'adat, ma'na, ra'jat, sjara'atau adat, ma'na, ra'jat sara'.
81
1
lari, tinggal, kenalan, loha, lalim, lahir.
m
mari, minoem, minoeman.
n ng nj 0 oe p
nenas, tandan,panjang,pantjang, mengawani. nganga, angkat, benang, wang, kesenangan. njcnva, tanja, kebanjakan. oleh, bohong, onggok. oetang, oetoes, reboeng, djatoeh, boengsoe, hear,pengetahoean. padi, tetap, kelengkapan, pikir.
r
ramai, bersih, atoeran, ralat.
s sj t tj w
soerat, poetoes, kepoetoesan, sabit, Selasa, sah, sabar. sjech, masjhoer. tali, angkat, kelihatan, ta'at, talak. tjari, botjor. wang, wall, sawah.
z
zaman, izin, zikir.
1.
B. Hoeroef penghoeboeng w tiada disoeratkan antara oe, au atau o dan a, e,i, au,ai.
Misalnja: doea, koee, doeit, koeau, doeai, sempoa, goerauan, me2.
lampaui, mendahoeloei. Hoeroef penghoeboeng j tiada disoeratkan antara i, ai, atau e dan a,oe, 0,au, ai.
3.
Misalnja; sia, rioeh, Riau, meng^ong,pakaian, kepoedjian. Kata-kata koe(akoe), kau,se,ke dan di dirangkaikan dengan kata Jang dibelakangnja.
Misalnja: koelihat, kaudengar, dibawa, seorang, keroemah, didalam.
4.
Awalan ke, di dan se tidak dihoeboengkan kepada katajang mengikoetinja, djika kata itoe moelai dengan hoeroef besar. Misalnja: ke Padang, di Betawi, se Liter. Kata-kata koe(akoe poenja), moe,nja,kah,lah dan tab dirangkaikan dengan katajang dihadapannja. Misalnya: roemahkoe, anakmoe, koedanja, adakah, lihatlah, apatah.
5.
Kata poen selamanja dihoeboengkan dengan kata jang dihadapannja.
82
Adapoen radja itoe hendak berangkat. Adapoen radja, tiada kami indahkan. Sekalipoen tiada ia bprboenji.
1.
2.
3.
4.
c. Ke dan se dipakai akan menjadi awalan, boekan ka dan sa. Misalnja; ketiga, kedatangan, sebenarnja. Awalan ber, per dan ter menjadi be,pe dan te, djikalau perkataan Jang dibelakangnja moelai dengan r. Misabija; beroemah,peroesoehan, terasa. Hoeroef h pada awal kata tiada lenjap, djikalau dihadapi awalan peng dan meng. Misalnja:penghoeloe, menghadap. Achiran an, kan dan i dirangkaikan sahadja dengan kata asli,jang dihadapannja. Misalnja: makan, makanan; doedoek, kedoedoekan, mendoedoekkan, mendoedoeki', banjak, kebanjakan, memperbanjakkan. Hanja achiran i diberi tanda apabila achiran itoe lekat pada soeatoe kata,jang berhoeroef achir a. Misalnja: menamai, mengatm,ditanjm
D. Djikalau ada doea perkataan,jang biasa dipakai bersama-sama,sehingga boleh dimisalkan senjawa dan mendjadi seboeah kata,lagi poela menjeboetkan kata itoe tiada kita ingat akan arti tiap-tiap kedoea perkataan,jang mengadakan dia, maka haroeslah kedoea perkataan itoe diserangkaikan. Misalnja: matahari, adakala, apabila. Dalam Kitab Logat Melajoe ini adalah terseboet segala katajang madjemoek itoe.
E.
1.
Tanda - itoe dipergoenakan: djikalau soeatoe kata didoea-kalikan, baik kata itoe beroleh achiran atau awalan, baik tiada.
2.
83
Misalnja:
laki-laki, koeda-koeda, berlari-lari, tmam-tanaman,berlarian-larian
2.
antara ke,se, atau di dan soeatc^ kata,Jang disoeratkan d^gan hoeroef
besar.LihatA*-'''
' ^t!Lf F.
Tanda"dipergoenakan,
1.
akan membedakan ai(boenjijang beipadpe)|d^ n-r^perc^f a dengan achiran i)dalam soekoe katag^anglndoep. ; ;;
Misalnja: ramai, menar^aiH,
Ipiw, berlm^^^
■2r—akmiineiqatakan, bahwa-hoeroefJang diboeboehi tanda itoe, memoelai spekoe kata.
. /: . - 5
qjrtd
.
,0/1
r:-;
-cil
Apabila soeatoe kata akan ditjeraikan atas soekoenja, haroes diingatkan
dlpi '^^ik^a^adi'Sebbeyi hdefbbf b&^ k8i£ara',db<sk ht^roef bar^^bip^a '''bbe)rbefbeHb!rit6e&nbet(»^h#;SISbjdrig^dibad
'
Hanja achiran an dan i, dah la^ fic^ej^oefr p^a awal^ Misalnja: rifiiutbsgnoM nsb
2. Djikalau
ci-toer, a-tqer-an; ma-kan, ma-kan-an; doe-doek, men]f;Q.(^oe-doek-an; ber-is-te-ri, per-a-toer-
dcfea hobrobf benar antara doea hoeroef harakah, maka
kedoea hoeroef benar itoe dipertjeraikan.
Misalnjaa: /-nOT-Aoer. ^ ' ' Hoeroef ch, dj, tj, ng, dan sj diinisalkan seboeah hoeroef^<^<^ga., Misalnja:
pan-djang, ich-las, tjin-tjin, ta-ngm, ta-njdl fnasj-
hoer, peng-hoe-loe, meng-ha-dap.
^j
EJAAN SOEWANDI(1947)
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PENGADJARAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lampiran
;1
No.
: 345/Bhg.A ; Perubahan edjaan baru
Hal
Djakarta, 15 April 947
Oleh karena dalam lampiran surat putusan tg. Djakarta 19 Maret 1947 No.264/Bhg.A Jang mengenai edjaan bam,terselip beberapa keterangan Jang tidak perlu dimasukkan dalam peraturan edjaan itu, maka bersama ini disampaikan kepada Paduka/Tuan pengganti lampiran tersebut, setelah dikeluarkan keterangan2jang tidak perlu itu. Hanya lampiran jang bam inilah jang dianggap penetapan jang resmi. Menteri Pengadjaran, Pendidikan dan Pengadjaran (t.t.) SOEWANDI Kepada; 1. P.J.M. Presiden
2. P.J.M. Wakil presiden 3. P.J.M. Perdana Menteri
4. Semua Menteri dan Kementeriannya 5. Kementerian Pengadjaran, Pendidikan dan Kebudajaan di Surakarta
85
6. Semua Fakulteit, baik jang dibawah, maupun jang tidak dibawah 7. Semua Kepala Daerah (termasuk djuga Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta dan Kepala Pemerintahan Nasional Djakarta) 8. Semua Kepala Djawatan Pengadjaran Daerah 9. Semua Inspektur Sekolah 10. Semua Kepala Sekolah 11. Dewan Penyelenggaraan Batjaan 12. Pemimpin Balai Pustaka. 13. Pemimpin Museum Djakarta 14. Pemimpin Djawatan Arsip Negara 15. Pemimpin Djawatan Purbakala Jogjakarta 16. Redaksi Antara Djakarta dan Jogjakarta 17. Redaksi Perwata.
Perubahan Edjaan dengan Hoeroef Latin oentoek Bahasa Indonesia No. Edjaan Edjaan Keterangan lama;
baru:
1.
a
a
2.
ai
ai
3.
au
4. 5.
b d
ha, ah, nah, Ahmad,hawa,naskah.
hai, air, kail, pakai, pakaian, mulai, disukai, mengenai. Pembentukankata2/nu/a/, disukai, mengenai,(mula, suka, kena, dengan achiran i) ta' oesah dinjatakan dengan titik doea diatas hoeroefi. Hal ini diterangkan dalam peladjaran ilmoe bahasa (paramasastra). au kau,engkau,tembakau,gurau,lampau. Beihoeboeng dengan pasal 19 au djuga akan dipakai oentoek mengganti aoe, misalnya: kaum, laut, saur, pauh, mau, bau,(titik doea diatas u ta' dipakai). Soeara au dalam kata2 aum, kaum, laut, saur, pauh—sosaggoQh boekannja diftong, sebab dalam bahasa Indonesia dalam soekoe ter^toep ta' moengkin ada diftong. Tentang kata2, mu dan bau ini adalah keketjoealian, karena kata2 sematjam ini hanja ada beberapa boeah sadja. b batu, babu,sebab,nasib,lembab.(Lihatlah pasal 8).
d
di, dik, dari, Ahad,tekad, abad.(Lihatlah pasal 8).
86
6.
dj
7.
Tanda2 diatas e dalam praktik (soerat-menjoCTat,tik dan ^etak) metnang soedah banjak dihapoeskan, dalam bahasa2 asingpoen kebanjakan ta' dipakai djoega. Kata2; gule dan gulai dipakai, demikian djoega satai dan sate, balai dan bale, petal dan pete ialah pada oemoemnja kata2 jang sedang mengalami proses peroebahan. Tetapi tetap tauge,pakai, tunai, mempelai ialah pada oemoemnja kata2jang ta' ada kembarannya
dj
djuga, hudjan, djandji.
8.
g
dalam bahasa Daerah.
9.
h
10. i
g
h
gelang, bedug, balig. Aliran oentoek mengganti b-d-g pada achir soekoe dengan p-t-k ta' beralasan "phonologie'. Lagi poela hendaknjalah ada persesoeaian dengan edjaan Latin bagi bahasa Daerah dan Arab, misalnja rebab,sebab, Ahad,abad,bedug, gudeg, akil-bahg. ha, ah, tahun, tahan, hotel. Aliran oentoek menghapoeskan h pada tahun, tahan dsb. dalam praktiknya ta' dapat didjalankan, sebab dalam bahasa gagah h tetap dipakai.
i
ia,ilmu, kail, hasil.
j
j
ja, saja,jakin, sajang.
12. k
k
13. 1
1
kami, anak,sukar. lama, hal, lampau. mu,kamu,mandi,kolam. tani, nikmat,nenas,teman. telinga,lubang,lengang. njaman, anaknja, mengenjam. olah, bohong. guru, mau,laut. (lihatlah pasal 3 ). lupa, asap, pasir. baru, paras, pasar. bisa,sudah, basah, balas. satu,tuan, patah,kuat. tjertja, tjemburu,tjukur, katjang. sewa, wakil,kawan.
11.
14.
m
m
15.
n
n
16. ng
ng
17.
nj
nj
18.
0
0
19.
oe
u
20. P 21. r
P
22.
s
s
23. t
t
24.
tj
tj
25.
w
w
r
87
26. Boenji hamzah atau jang memper dengan boenji ini selaloe ditoelis dengan k pada achir soekoe, misalnja tak,rakjat, tidak, makna. 27. Oelangan boleh ditoelis dengan angka doea (2), tetapi haroes diperhatikan bagian jang manajang dioelang itoe, misalnja buku2, se-kali2, mudah2-an, berhubmg2an,perlahan2, lukisan2, lukis2-an. 28. Kata Arab (Persi dsb)jang soedah biasa di Indonesia, ditoelis menoeroet seboetan Indonesia, misalnja: aib, pitrah, pitnah, adat, alim, ulama, pihak,pasal,pikir, dsb. Oleh karena "poindonesiaan" ini sesoenggoehnja adalah soeatoe proses peroebahanjang sedang berlangsoeng(lihadah pasal 7), maka ~ dengan mengingat kepada pasal 26 — menoeroet kebiasaan orang masing2 boleh ditoelis: zaman atau djaman, lazim atau ladjim, lezat atau lasat, zamrud atau djamrud, masjarakat atau masarakat, tamasja atau tamasa, sjahbandar atau sahbandar, sjah atau sah, sjahwat atau sahwat, sjahadat atau sahadat, dsb. Teroetama dalam bahasa gagah atau dalam sa'ir2 moengkin perlc^ orang mempergoenakan seboetan dan edjaan jang menjimpaiig dari Indonesia asli itoe.
29. Dalam kata2 asaljang menoeroet edjaan lama ditoelis sebagai kata2jang lebih dari doea soekoenja oleh karena secara e lemah(soeara pepet ddam bahasa Djawa)soekoe terboeka jang didalamnja dan jang diikoeti oleh hoeroef r atau 1, dinjatakan dengan hoeroef e, hoeroef e (lemah) tadi boleh dihilangkan, misalnja perahoe, menteri, belakang, poetera,soetera dsb. boleh ditoeliskan prahu, mentri, blakang, poetra, sutra, dsb. kedoea2nja benar. Tetapi kata2 bentoekan: pelaboehan, perangkap, berangkat, beladjar, dsb. tidak boleh ditoeliskan plabiihan, prangkap, brangkat, dsb. Hal ini diterangkan lebih djelas dalam peladjaran ilmoe bahasa (paramasastra).
30. Peroebahan edjaan ini tidak mengetuii nama2 wang atau badan hoekoem jang soedah ada dan jang soedah tetap edjaannja.
VI
EJAAN PEMBAHARUAN (1957)
PENDAHULUAN KATA
Pada tanggal 28 Oktober 1954 - 2 Nopember 1954 telah diadakan Kongres Bahasa Indonesia di Medan. Diantara keputusan2jang telah dihasilkan aHalalr I. Menjetudjui sedapat-dapatnja menggambarkan fonan dengan satu tanda(hunif).
II.
Menjetudjui menjerdikan penjelidikan penetapan dasar2 edjaan selandjutnya kepada suatu badan kompeten jang diatur oleh Pemerintah.
III. Mengusulkan agar badan tersebut berusaha menjusun: a. Suatu aturan edjaan jang praktis untuk keperluan sehari-hari dengan sedapat mungkin mengingat pertimbangan ilmu. Setelah membatja keputusan Kongres Bahasa Indonesia diantaranja sebagai jang tertera diatas Kem. P.P. dan K. dapat menjetudjuinja,dan dengan surat putusan No.44876/S,tanggal 19 DjuU 1956 membentuk Panitia Pembaharuan Edjaan Bahasa Indonesia terhitungmulai I Agustus 1956(Menteri P.P. dan K., Sarino).
Dalam konsiderans surat putusan tersebut a.I. dinjatakan Moiimbang;
a. bahwa usul tersebut diatas dapat disetudjui teristimewa mengingat kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi R.I.
b. bahwa untuk melaksanakan usul itu perlu dibentuk panitia jang akan mempeladjari persoalannja; dsb.
89
Selandjutnya pada biilan September 1956 telah diadakan Kongres Bahasa Melaju di Malayajang menjatakan hasratnja untuk menjatukan edjaan bahasa Melaju dengan bahasa Indonesia. Hasil2 kongres tersebut berupa Kertas Keija jang telah dikirimkan kepada Kem. P.P. dan K. dipergunakan pula oleh Panitia sebagai salah satu bahan pertimbangan. Berdasarkan hal2 diatas, panitia telah berusaha menjelesaikan tugasnja sesuai dengan jang diharapkan oleh Kongres Bahasa Indonesia dan Pemerintah. Harapan dari Pemerintah ini ketjuali diterakan dalam surat putusan Menteri P.P. dan K. tersebut diatas, dinjatakan djuga dalam suratnja No. 46478/S tanggal 24 Djuli 1954 hal edjaan.
Dalam menjelesaikan pekerdjaannja, panitia telah mengadakan sepuluh kali sidang(35 kali rapat)sedjak bulan Oktober 1956 hingga Agustus 1957, tiap rapat rata2 dihadui 12 anggota(termasuk panitera bukan anggota). Anggota panitia diambil daii daerah2; TapanuU(Mandailing dan Toba), Minangkabau, Sunda, Djawa, Bugis, Makassar, Minahasa dan Bali. Anggota2 Panitia adalah sebagai berikut; 1. Sdr. Prof. Dr. Prijono, ketua Fakultas Sastra Universitas Indonesia di Djakarta, merangkap ketua Panitia. 2. Sdr. Prof. Dr. R. Pmbotjaroko, Guru Besar Fakultas Sastra di Djakarta dan Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.
3. Sdr. Amin Singgih Tjitrasoma, Kepala Inspeksi Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah pada Djawatan Pengadjaran di Djakarta. 4. Sergius Hutagalung, Kepala Kursus Pegawai Administrasi Kementerian P.P. dan K. di Djakarta. 5. Sdr. Raihul Amar Gelar Datuk Besar, Dosen Luar Biasa pada Fakultas Sastra di Djakarta. 6. Sdr. Salmim pegawai Kementerian Sosial merangkap Dosen Luar Biasa
pada Fakultas Sastra di Djakarta.
,
7. Sdr. E. Katoppo, pegawai P.P.K. pada Arsip Negara di Djakarta. 8. Sdr. Abdul Rachim, wakil pimpinan Tjabang Lembaga Bahasa dan Budaja Makassar di Makassar. 9. Sdr. Putu Selamet, Kepala S.R. Kepuh Dalam IV/170 Djakarta. 10. Sdr. Dr. Ida Bagus Mantra,Partikelir di Den Pasar Bah.
90
11. Sdr. Atmamihardja, Pegawai Djawatan Kebudajaan Bagian Bahasa di Djakarta. 12. Sdr. St. Iskandar, Pegawai Djawatan Kebudajaan Bagian Bahasa di Djakarta. 13. Sdr. Mangatas Nasution,Pegawai Djawatan Kebudajaan Bagian Bahasa di Djakarta. 14. Sdr. Markas Atmasasmita,Pegawai Djawatan Kebudajaan Bagian Bahasa di Djakarta. 15. Sdr. Soemidi,Pegawai Djawatan Kebudajaan di Jogja. 16. Sdr. Sagimun,Pegawai Djawatan Kebudajaan Bagian Bahasa di Jogja. 17. Sdr. St. M.Said,Pegawai Kementerian Agama di Djakarta. Panitera bukan anggota: Sdr. A.K. Hadi, Pegawai Kementerian P.P.K. di Djakarta.
Berhubung dengan pengangkataimja %bagai Menteri P.P.K. Sdr. Prof. Dr. Prijono Hihenrikan untuk sanentara sebagai ketua panitia dan dalam surat putusan jang sama (No. 45182/S tanggal 10 Mei 1957), terhitung mulai tanggal 1 April 1957 Saudara E. Katoppo diang^t sebagai Acting Ketua dan Saudara Suroto sebagai Panitera,disamping Paniterajang sudah ada. Djakarta,6 Agustus 1957 Panitia Pembaharuan Edjaan Bahasa Indmiesia
Dept.PPK.No. 1091/59
91
KEPUTUSAN PANITIA PEMBAHARUAN EDJAAN BAHASA INDONESIA
I.
Tentangfonem dan tanda 1. Prinsip; satu fonem satu tanda. 2. Ada alfabet nasional disamping alfabet intemasional. 3. f, z, V, dan s dimasukkan sebagai fonem tambahan pada alfabet Indonesia. 4.
Alfabet Indonesia ditulis sebagai berikut; a.
: e, a, i. u,e,o
vokal
diftong
; ay, aw,oy
konsonan
tennis
gutural(velar) k palatal 1 dental
supradental labial
media
nasal
g
g
j
n
t
-
-
-
d
n
P
b
semivokal
y
w
likwida
r
1
-
sibilan
s
-
-
glotal
h
-
-
Tambahan
f
sv
m -
z
f-s Tjontoh hurufbaru tjetak
tulis
1
s
hurufketjil
n
n
0
.9
Keterangan;
hurufbesar tjetak-tulis T T N
N
»
N
diftong ai, oi, au diganti dengan ng " " dj " " tj " "
ay, aw,oy g j Htcedile)
92
nj sj
b. c. d.
" "
" "
e tanpa tanda - e pepet e dengan tanda, diutjapkan e atau e Pengutjapan alfabet nasional sesnai dengan utjapan alfabet daerah; ka, ga,sa, dst. Pengutjapan alfabet intemasional sesuai dengan utjapan Belanda dengan beberapa perabahan. g = ge,j =dje,q = ku,u = U,y=je,x = eks
Tjontoh daftar kata2: awalan
tengah
achiran
1.
emas
2.
api
berat ke bekas manis
hati
3.
ikan
4.
ular
5.
ekor obat
7.
-
-
-
-
-
-
8. 10.
kayu
11.
gaya
12.
gaga
13.
14.
tiiun jadi
15.
pula
balut palu karettempe +) baloktoko +) gulay pulaw
6.
9.
n(n tilde) s
-
-
-
-
sepoy
anak
gudeg senag -
-
-
nani
-
-
16.
tali
-
sakit
17.
datag
-
18.
nasi
-
19.
padi
20. 21.
boleh mabuk
22.
yag
23.
ratu
-
-
-
-
-
maksud +) makan
sedap lembab selam -
ular
93
gatal
24.
lari
25.
wahai
26.
sapu
panas
27.
hari
salah
28. 29. 30.
fakulta +) vokal +) zakat +)
Alfabet Internasional a
-
maaf+) -
mumaiz +)
Utjapm Ind. a
b
be
c
ce
d
de
e
e
f
ef
g h
ha
ge
i
i
j
je
k
ka
1
el
m
em
n
en
0
0
P
pe
q
ku
r
er
s
es
t
te
u
u
V
ve
w
we
X
eks
y
ye
z
zet
Alfabet Arab (lihat Lamp.)
94
III. Kata2 asingJang didjadikan bahasa Indonesia ditulis menurut u^apan Indonesia ditulis
ac-
ak-
aktif
-asi
bagasi
Tjontoh: -age
ditulis
-aire
II
II
ca-
ce-, -ce
chf
II
-er
saniter
ka-
kambium
se-, -se
sel, persen
II
k-, -S-, t-
kristen,
II
p-,f-
mesin,(oklat pabrik, faktur
le
i
-teit
ta, tas
universitas, &kultas,
dadf, positif
-et
U
konkrit,
-eur, -uur
-ir, ur
montir,
kwalita
planit sopir, inspektur, &ktur, setir
p, V
repolusi, revolusi, universitas, vokal
diantara vokal
ks
eksamen
diiringi oleh espedisi
konsonan
sebagai huruf
xenograaf —senograaf
awal
sebagai huruf achir
k
latex, —> latek
tie
si
polisi, posisi, infeksi, koreksi
95
z
" j, z, s
jaman, zaman,zakat, jakat, musik
e pepet dalam suku terachir jang terbuka, jang berasal dari bahasa asing/daerah ditulis a.
Tjontoh: sosialisma, nasionalisma, komunisma, metoda,koda e pepet dalam suku terachir tertutup dengan konsonan, dalam kata-kata jang berasal dari bahasa Asing/daerah tetap pepet. Tjontoh: ruwet, bundel, desember,lemper, barter, seret
a. Kata2 baru yang dalam bahasa as^ja(bahasa daerah/asing) tidak mempunyai swarabakti diantara suatu konsonan dengan likwida (1-r), atau dengan setengah vokal (w-y), dalam bahasa Indonesia tidak
djuga memakai swarabakti, ketjuah kata2jang aslinja terdjadi dari satu suku(stop ditulis setop,stem ditulis setem).
Tjontoh: platina, planit, klise, blarjko, blokada, gladiator, tradisi, brosur, drama, grafik, kredit, prisma, srimpi, swapradja, kwitansi, kyai.
b. Konsonan rangkap pada achir kata: 1. konsonan terachir dihilangkan Tjontoh: president - presiden, consonant - konsonan 2. disisipkan vokal(e atau a)diantaranja Tjontoh: Maret,palem,pilem, salep, dinas 3. ditambah a pada achir kata
Tjontoh: bursa, dansa, ketjuali kata2 bank, mars, kurs, tidak berubah
c. Konsonan rangkap pada awal kata jang dalam bahasa asalnja tidak mempunjai swarabakti,dalam bahasa Indonesia tidak djuga memakai swarabakti, ketjuah kata2jang aslinja terdjadi dari satu suku.
Tjontoh: stadion, studio,skala, spasi, skandal, skripsi
d. Konsonan rangkap tiga/empat dit^ngah kata barujang dalam bahasa asalnja tidak mempunjai swarabakti diantaranja, dalam bahasa Indonesia tidak djuga memakai swarabakti.
Tjontoh: inspeksi, komplot, kampret, administrasi (rangkap tiga), abstrak, instruksi, demonstrasi(rangkap empat).
96
rV. Tentang merangkaikan kata, memisahkan sukukata dan kataberulang 1. Merangkai kata: a. Katamadjemuk jan^ hubungaiinja sudah mesra ditulis serangkai. Tjontoh; matahari, duka^ita, maharaja, bumiputra, jurutulis, kapalapi, segitiga, sekolahtiiggi, luamegeri, beritahii, keijasama, demikian djuga turunaimja. Tjontoh: pemberitahuan,ketidalqjuasan, dibumihanguskan,dipertanggungjawabkan. b. tandahubung dipakai dalam kata madjemuk jang setara.
Tjontoh: laki-1^,tua-muda,ibu-bapa, anak-istri c. Kataganti orang ku, kau, di~nja diperlukan sebagai awalan/ achiran dan ditulis serangkai dengan katakerdja, katabenda, dan katatambahan/kataperangkai. Tjontoh: kuberi, kauberi, diberina, milikku, milikna, padaku, bagiku, atasna Tjontoh:(huruf besar); Si Hasan, Sag Nila Utama, Hag Jebat, Dag Merdu, Sri Sultan. (hurufketjil); si pegirim, si penelundup,sag kanpl. d. Kataperangkai(preposisi) di dan ke : Dirangkaikan dengan kata berikutnja apabila kata berikutnja kataperangkai dan sudah senjawa; Tjontoh: di pasar,di meja,ke sekolah, ke nunah,di Makasar,di Eropa,ke Kutub Selatan, di Utara, ke Selatan, di kiri, ke kanan. e. lah, kah,tab, dan pun dirangkaikan dengan kata didepannja. Tjontoh: sabarlah, berapakah, apakah, adapun. Pun jang berarti djuga dan sadja ditulis tertjerai Tjontoh: sekahpun =meskipun sekaU pun = satu kali sadja ia pergi, saya pun pergi 2.
Memisahkan sukukata:
a. konsonan antara vokal harus mengikuti vokaljang dibelakangnja. Tjontoh: ma-las, i-tu, pe-nuh, ma-sa-lah.(ketjuali kur-an). b. konsonan jang berdekatan, apabila dituUs bersuku-suku, harus ditjeraikan.
97
Tjontoh: tum-buh, ben-teg Dalam kombinasi dengan r, 1, w,y tidak dipisahkan. Tjontoh-. pu-tri, sa-tria, an-tri, ga-plek, ka-hyagan,sa-twa. c. Tiga atau empat konsonan jang berdekatan, apabila ditjeraikan, konsonan jang pertama mengikuti vokaljang didepannja. Tjontoh-. in-sta-la-si, in-spek-si, kon-struk-si, ab-strak. d. awalan dan achiram
awalan ber, be, ter, me dan achiran kan ditjeraikan dari kata dasamja. Tjontoh-. ber-i-bu, ber-ri-bu, ber-u-ag, be-ru-ag, ter-an-tuk, men-duduk-kan.
Huruf awal katadasar jang berubah karena mendapat awalan, dianggap hurufkatadasar. Tjontoh-. meg-arag, me-ga-rag, p^-ukur, pe-gu-kur.
Achiran an dan i pada katadasar jang ditutup dengan konsonan, dirangkaikan pada konsonan itu. Tjontoh-. ma-ka-nan, mi-nu-man,pre-si-de-nan,ke-du-du-kan, me-nutu-pi, men-du-du-ki. (tentang achiran an dan i ada nota minorita (minderheidsnota) (lihat lampiran) V. Tentang Icataberulang Ditulis tanpa tandahubung dengan pengertian tunggal. Tjontoh: alunalun, kanakkanak, loirakura, lakilaki, uiruir, purapura, siasia, paruparu Ditulis dengan tandahubung; a. dalam pengertian djamak Tjontoh: anak-anak,ibu-ibu, pulaw-pulaw,sekah-sekali b. dalam kataberulang jang berawalan dan berachiran Tjontoh: beribu-ribu, sekah-kah, tanam-tanaman, seenak-enakna, berkejar-kejaran 2. Ulangan boleh ditulis dengan memakai tandaulang angka 2 Tjontoh: anak2, pulaw2,sekali2, kura2 Dalam kata turunan jang berawalan, kata jang diulang di^eraikan dengan tandahubimg dari awalan. Tjontoh: se-kali2, ber-kali2
98
Djika katadasar diulang dan mendapat achiran an dan tidak dipergunakan angka 2 Tjontoh: memata-matai,(bukan me-niata2-i,) berkejar-kejaran(bukan: ber-kejar2-an).
VI. Tentang h awal, h tengah, dan h achir (setelah ditindjau lagi pada rapat tgl. 18 Djuli 1957,ditetapkan bahwa panitia menjerahkan hal ini kepada Kementerian P.P. dan K. untuk diselidiki lebih dalam). 1.
h awal
h awal dihilangkan, ketjuali pada kata2 berasal dari bahasa asing. Tjontoh: abis, utan, uni, tetapi; hadir haus, hukum,basil dsb. 2. h tengah a. Apabila h terdapat diantara vokaljang sama,tetap dituUs. Tjontoh: bahan, pohon,luhur, leher b. Apabila h terd^at diantara vokaljang berlainan, dihilangkan; ketjuali pada kata Tuhan. Tjontoh: ta-un,ja-it, pera-u, ta-u, U-at, pi-ak, la-ir, ma-ir 3.
h achir
Tetap ditulis dalam kata2jang hingga kini ditulis dengan h. Tjontoh: sudah, buah,lebih, rupiah,lukah, dsb. VII. Tentangpemakaian hurufbesar Himif besar ditulis untuk huruf awal 1. kalimat 2. namadiri
a. nama perseorangan: All, Tambunan, Yang Seng Li, Aijuna, Rawana, Gajah Mada; gelar atau nama martabat jang seolah-olah sudah senjawa dengan nama perseorangan itu. Tjontoh: Nabi Musa,Raden Saleh, Sultan Hasanuddin. b. nama lembaga dan badan hukum:
Tjontoh: Yayasan Anoag,Universitas Gajah Mada,Koperasi Sejahtera, P.T. Santosa
c. nama geografis: Bandui), Makasar, Denpasar, Gunug Sahari, Teluknibu, Tiliwug, Kalimantan, Begawan Solo, Sugaipenuh, Kalimantan Barat(Kalimantan bagian barat), Nusa Teggara(arah keteggara), Indonesia Timur (Indonesia bagian timur), Jalan
99
Tiiaian.
Tctapi; mengindonesiakan, didigulkan. d. nama hah, waktu,bulan,tahun; April, Muharram,Safar, Mqgu, Watugunuiq,Be,Jimawal,Ahad,Kamis,Soma,Aggara,Kliwon, Manis, Sinta, Da ulan.
3. Kata2 Jang berhubimgan dengan agama. a. kalaganti nama Tnhan; Egkau, Yag Mahakuasa, Tuhan melimpahkan kumia-Na (ditulis dengan tanda - hubung). b. nama dewa: Wisnu,Indra, Kala c. kitab sutji: Kur-an, Alkitab, Kitab indjil, Weda d. nama agama; Islam, Khsten, Budha,Hindu 4. Singkatan nama sdkolah,djawatan,partai, negara, gelar kesardjanaan: SMP (Sekolah Menegah Peitama), KUP (Kantor Urusan Pegawai), PNI(Partai Nasional Indonesia),PKI(Partai Komunis Indonesia),RI (Republik Indonesia), BA (Bachelor of Arts). 5. Kata2 dengan pengertian chusus: B^qiak Kooperasi,Ibu Negara,Hah Ibu.
6. Nama pangkat, gelar, martabat dll. Tjontoh: I. Pada tanggal 20 April 1957 Menteri Keuangan diambil sumpahna oleh Presiden RI. 2. Pada taggal 2 April 1957 Duta Besar RI untuk Amerika menampaikan surat kepertayaanna kepada Presiden AS. Tetapi sebagai nama djenis dengan hurufketjil: la putri seorag duta besar negara asig. VIII.
Tentang singkatan A. Indonesia
1. Hurufketjil a.Jang sudah lazim: dll (dan lain2), dsb (dan sebagaina), jbl (jang bam lalu), dldc(dan kawan2),dpb (diperbantukan),him (halaman),tgl(taggal)tanpa titik b. ukuran dan timbangan: m (meter), dm2 (desimeter), (desimeter persegi), m2(meter persegi), a (are), ha (hektare), 1 (hter), da(dekahter), hi(hektolte),mg(mihgram),g(gram), kg(kilogram).
100
2. Hurufbesar
Singkatan gelar kesardjanaan, pangkat,sebutan, negara, partai, perkumpulan,kementerian/djawatan dll. Tjontoh: SM(Saijana Muda),S (Saijana), SS(Saijana Sastra), SE(Saijana Ekonomi),SH(Saijana Hukum). Prd (prajurit), Lts (Letnan Satu), Kapt (Kapten), Letkol (Lfitnan Kolonel), SMA (Sekolah Menegah Atas), SMP (Sekoiah Menegah Pertama), SMEP(Sekolah Menegah Ekonomi Pertama),SMEA (Sekolah Menegah Ekonomi Atas), SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri), Ri (Republik Indonesia), RRT (Republik Rakjat Tiogkok),AS(Amerika Serikat),PSI(Partai SosiaUs Indonesia), PKI (Partai Komunis Indonesia), NU (Nahdatul Ulama), PNI (Partay Nasional Indonesia), PWI(Persatuan Wartawan Indo nesia), SPS (Serikat Pegusaha Suratkabar), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, KPPK(Kementerian Pendidikan, Pegajaran dan Kebudajaan), KAGRI (Kementerian Agama Republik Indonesia), KUP (Kantor Urusan Pegawai), KUHP (Kitab Undag2 Hukum Pidana), UUD (Undag-Undag Dasar), Kempen (Kementerian Peneragan), Kemkes (Kementerian Kesehatan),Red(Redaksi),Adm (Administrasi), Res(Resimen),
Insp (Inspeksi), Tn(Tuan),iSn (Sofia), Nn.(Nona), Rp(Rupiah). B. BahasaAsing
Hurufketjil: ai(ad interim),cq(casu quo),id(idem),jo(juncto); NV (Namloze Venootschap), Mij (Maatschappij), Coy (Company),Ltd(Limited),UNO(United Nation Organization), WHO (World Health Organization), ECAFE (Economical
Cooperation for Asia and the Far East), ICA (International Cooperation Administration), ILO (International Labour Organization),SEATO (South East Asia Treaty Organization), NATO(North Atlantic Treaty Organization), AA (Asia Africa), CD (Corps Diplomatiques), CC (Corps Consulaire), SE & 0 (Sallvo erroVe et omissio),Drs.(Doctorandus),BA (Bachelor of Arts), MA (Master of Arts), Ds (Domine), MD (Medical
101
Doctor),Ph.D.(Philosophiae Doctor), Prof.(Professor). C. Patokan
1. Singkatan jang berasal dari beberapa kata, terdjadi dari huruf awal kata2 itu.
2. Singkatan jang berasal dari hanja sebnah kata, hams memenuhi sjaratjang berikut: a.jang ditulis konsonannja sadja, dan terbatas pada tiga huruf, misalnja; kepada (kpd), thd (terhadap), spy (supaya), thn (tahun), tgl(tanggal). b.tiga hurufjang pertama misalnja: Kem (Kementerian), Red (Redaksi), Adm (Administrasi). c. kalau kurang djelas, ditulis empat hurufjang pertama. Tjontoh: Prof(profesor), Sekr (Sekretaris). d. Singkatan djawatan instansi untuk perkumpulan dll. jang terdjadi dari tjampuran singlcatan2 tersebut pada a, b,c. Tjontoh: Jaura(/nwatan umsan agama) Jakeb(/mvatan Aebudayaan) Japenko(/owatan penerajgan k)ta) Kobes {kotdi Aesar) Reskrim (rwersi kriminaT)
Persib (persatuan sepakbola Indonesia Bandung) Perwari(Persatuan ^onitaRepublik/ndonesia) IX. Interpungsi(tandabatja)
Tjontoh:
. _
: /
; 0
, []
" -
" !
? <
2
Karena sebagian besar dari tandabatja telah kita ketahui arti dan penggunaannja, maka hanja beberapa tandabatjajang diterangkan.
Untuk membedakan e (^epet)dan e, dipakai tanda accent aigu' : (titik dua)dipakai dimuka kutipan; boleh dipakai sesudah kata yaitu, misalnja, sbb, terdiri dari, ta^al, am dsb. ; (titik koma)dipakai untuk memisahkan bagian2 kalimatjang lebih ketjil dan sederadjat.
102
, (koma)dipakai; a. untuk mengenal dan menghubungkan kalimat b. pengganti kata maka dan atau " " (tanda petik) dipakai: a. mengutip kata dan tulisan orang b. untuk kata2jang diberi artijang chusus
Tjontoh: Sam Saimxm dikenal djuga sebagai "Bing Crosby" Indonesia.
!(tandaseru) dipakai dibelakang; a. kata/kalimat seru; b kata/kalimat suruh;
c. kata/kalimatjang meminta perhatian.
?(tandatanja)dipakai ^belakang: a. kalimat tanja
b. kata jang hendak diberi pengertian kesangsian/keragu-raguan. 2(angka dua)dipakai sebagai tanda ulang. /(garis miring)berarti: a. djuga b. dan, atau c. per
Tjontoh: Rp.36/kapita/tahun. ()(tanda kurung) berarti: a. atau
b. keterangan
Tanda kurung penutup dengan angka menjatakan: a. tjatatan
b. ajat sesuatufasal
{ }(kurawal),sama fungsinja dengan tandakurung:
[](tandakurung siku)sama fimgsinja dengan tandakurung dan kurawal. Adakalanja kata atau kalimat atau tandabatja jang ditulis dalam tandalfufiug siku tidak perlu dihiraukan dan dapat dilampaui sadja. Tandakurung,kurawal, kurungsiku, baik pembuka maupun penutup
dapat dipergunakan untuk menggabungkan beberapa baris. (titik2) berarti:
a. tanda untuk menghilangkan sebagian kalimat, bab atau naskah.
103
b. untuk meminta/menarik perhatian. *
tanda not
X Appendix
Kata2 asing jang sering dipergunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi diindonesiakan, diedja menurut edjaan bahasa asingnja. Kata2 itu dimasukkan kedalam appendix kamus Bahasa Indonesia. Tjontoh: Qur'an,idadiyyah(Arab) ad hoc,de facto, dejure(Latin) staf, deviezen (Belanda) coup d'etat, corps diplomatique (Perantjis) hearing,copy,dummy,stock,back(Inggris) guerilla(Spanjol)dll. Dasar alasan
I.
Alfabet 1. Prinsip satu fonem satu tanda. Hal ini sesuai dengan dasar ilmu pengetahuan dan ekonomis.
Diftong adalah perpaduan dari dua fonem jang tak dapat ditjeraikan. Perubahan dihong ai-aw,oi-oy itu berdasaikan ilmu p^getahuan dan sedjarah. Dengan demikian kata mepgulay, tidak diragukan lagi dengan kata mepgulai dan berarti memberi gula. 2. Ada alfabet nasional disamping alfabet intemasional. Hal ini untuk mempertebal kesadaran kebangsaan. 3. Tentang urutan alfabet;
a. urutan ini sesuai dengan dasar ilmu pengetahuan,jakni dengan demikian dapat didjeniskan setjara horisontal dan vertikal. b. urutan ini sesuai pula dengan urutan alfabet daerah2. 4. Tentang e pepet e
a. nasion^ paedagogis, jaitu mengadjar bangsa Indonesia mengutjapkan bahasa kesatuannja sebaik-baiknja. b. kata2jang memakai pepet lebih banjak (dasar ekonomis). c. tidak mengubah arti kata(terutama perobahan e dan e). 5. Utjapannja(ka,ga,na, dst.) sesuai dengan utjapan alfabet daerah2.
104
6. Alfabet intemasional dianggap perlu, karena kita tidak dapat melepaskan diri dari pergaulan pengetahuan dunia intemasional. 7. Tentang utjapannja Idta memilih utjapan Indonesia.
II. Tentang edjaankatajangberasal dari bahasaasing; 1. a. Bentuk -teit (Belanda),- tat (l>jerman), dan -ty (Inggris), sama dengan bentuk -ta dalam bahasa Sanskerta jang dipergunakan djuga dalam bahasa Indonesia.
b. Bahasa Indonesia terkoial sebagai bahasajang merdu,dan bentuk -ta lebih merdu dari tet, tit atau tas.
c. Bentuk atau bunyi a terbuka sesuai dengan bahasa daerah (bhs. Bugis, Makassar dan lain2 bahasa daerah Nusa Tenggara). pasar-pasa, kapas - kapa, dll.(vokalisasi) tikus-tiku, djalan - djala.
2. a. Bahasa Indonesia, Bahasa Melaju chususnja pada umumnja tidak man menerima e(pepet)pada suku terachirjang terbuka. b. Dituliskan sosiahsma, koda. dsb. tetapi dapat diutjapkan sosiaUsme, kode dsb.
Seperti hal ini berlaku di Bali/Palembang. Tjontoh; apa(bisa diu^apkan ape) ada(bisa diutjapkan ade) III. ajat 2d V ajat 2). Tentang achiran an dan i. 1. Historis - etimologis. Tjontoh: ketan hingga kini dipisahkan djadi kesan kanan
" "
" "
" "
" "
ke-tan ke-san ka-nan
ketan asalnja: nasi laketan(= lekatan) dari kata lekat+an. kesan asalnja; bekasan dari kata bekas-an
kanan asalnja: tangan kananjang dipakai untuk mengambil makanan dari kata makan+an,lain mendjadi[ma]kanan 2. a. sesuai dengan utjapan.
b. untuk menghilangkan salah utjapan dalam masjarakat misalnja
105
kata gerakan diutjapkan salah gera'-an atau gera'-kan, padahal seharusnja gera-kan. duduki diutjapkan salah dudu-i atau di utjapkan dudu-ki padahal seharusnja dudu-ki. 3. Sesuai dengan sjarat edjaan huruf Arab untuk bahasa Indonesia. 4. Dalam hal ini lebih diutamakan seal utjapan/kepraktisan dari pada seal tatabahasa.
Lampiran: MINDERHEIDSNOTA
TENTANG HAL MENTJERAIKAN SUKUKATA
Dalam rapat Panitia Pembaharuan Edjaan Bahasa Indonesia telah diputuskan, bahwa dalam mentjeraikan sukukata2, konsonan achir sebuah
katadasar disatukan dengan achiran an dan i, misalnja katadasar makan mendapat achiran an,mendjadi ma-ka-nan; katadasar duduk mendapat achiran /, menjadi du-du-ki. Alasannja antara lain;
1
Historis etimologis. Dalam kata-kata seperti tangan,kesan, makan,dsb. achiran an tidak ditjeraikan dari katadasar tang, kes (dari bekas), mak, dsb.
2. Oleh karena achiran an dan i dipisahkan dari konsonan terachir sebuah
kata, banjak sekali orang Jang salah mengutjapkan kata2 sq)erti kedudukan, menduduki.
Diutjapkannja: keduduk-an, menduduk-i. Untuk memperketjil djumlah utjapan-utjapan jang salah itu hoidaklah pertjeraian sukukata2 itu disesuaikan dengan sebutan atau utjsq)annja. Djadi hendaklah ditulis kedu-du-kan, men-du-du-ki.
3. Dalam bahasa Belanda kata boekan tidak ditulis boek-en, melainkan htw. ken.
Kami,jang memadjukan nota ini berpendapat, bahwa: 1) Jang d^at berachiran an dan / hanjalah sebuah katadasar dan definisi sebuah katadasar ialah sebuah teta, jang pada waktu ini masih monpunyai arti tersendiri. Tang, kes, dan makpeda alasan 1,tiadaiah mempuiQrai arti tersendiri pada waktu ini, sehingga tidak boleh dianggap sebagai katadasar, melainkan hanja sebagai akarkata.
Dengan demikian tangan, kesan dan makan kini merupakan katadasar2 dan sekali-sekali bukanlah kata-kata Jang berachiran an.
2) Alasan, bahwa pertjeraian sukukata2 itu hams disesuaikan dengan u^apan adalah lemah sekali. Walaupun sekali-sekaU ditulis makan-an
jaitu pada udjimg sebuah baris, orang jang sudah pemah mempela-
107
djari kata ini, tidak akan memba^a makan-an, melainkan makanan djua. Demikian djuga keduduk-an, menempat-i, dll. Bahwa banjak benar orang,jang salah m^gu^^kan kata-kata kedudukan, patokan, dsb. adalah semata-mata pembawaan daerah. Utjapan jang salah ini takkan dapat diperbaiki dengan menjatukan achiran an dan i dengan konsonan achir sebuah katadasar. Hanjalah dengan kesungguhan hati berlatih, utjapan-utjapan jang salah itu dapat diperbaiki. Lagi pula, djika alasan ini diterima,sebagai akibatnja harus pnlalah kata-kata seperti berangkat, terambil, teruntuk di^eraikan seperti berikut; be-rang-kat, te-ram-bil, te-run-tuk. Hal,seperti ini benar-benarlah mengaburkan awalan dan achiran dan amatlah mengatjaukan.
3) Perbandingan dengan tulisan2 bahasa2 asing(Belanda,Arab)seperti jang dikemukakan oleh beber^a orang anggota,rasanja dalam membitjarakan sealjang chnsus tnengenai bahasa Indcmesia ini sebaiknja djanganlah didjadikan alasan. 4) Awalan dan achiran itu menurut tatabahasa jang berlaku sedjak dahulu sampai sekarang mempunyai fungsi sendiri, tetap harus dianggap suatu sukukata,img harus diasingkan,ketika men^eraikan
sukukat^ ma-kan-an; du-duk-i,sebab katadasamja ialah: tnakan dan duduk,jang djika diberi achiran an/i, mendjadi ma-kan-an, duduk-i. Djanganlah hendaknja dikaburkan kedudukan awalan dan achiran itu, supaya djangan meragukan/mengatjaukan. Pendapat seperti ini telah disetudjui oleh Kongres Bahasa Indonesia di Medan (th. 1954) dan oleh Kongres Bahasa Melayu di Djohor(th. 1956). 5) Sampai sekarang masjarakat Indonesia tak pemah menggugat-gugat
pertjeraian sukukata2 seperti diterangkan diatas. Kalau kita mengubah-ubah sesuatu jang telah mendjadi kebiasaan masjarakat dengan alasanjang kurang kuat,kami kuatir, perubahan itu tidak akan diterima orang.
6) Dengan keterangan-keterangan diatas kami tegaskan, bahwa kaim tetap memandang awalan dan achiran itu mempunyai fungsi sendiri dan mendjadi sukukata,jang menurut fungsinja itu harus ditjeraikan. Awalan/achiran tetap masuk bilangan satu sukukata. Bahwa keterangan kami ini benar, temjata pula dalam melukiskan kata ber-
108
ulang, seperti menakut-nakuti. Kalau siikukata2 itu ditjeraikan, hanislah menurut keputusan begini: me-na-kut-na-ku-ti. Djadi jang sebuah kut dan jang sebuah lagi ku. Melihat ini para pengusul mendjadi ragu!
Untuk menghilangkan keraguan ini kata mereka, kata itu djangan dituliskan terns, melainkan kata bemlang seperti itu hams dituliskan memakai tandaulang angka dua djadi: me-nakut2-i. Perbuatan seperti ini njata sekali tidak beralasan, tidak benar.
Demikianlah antara lain pendapat kami,supaja dipertimbangkan oleh jang berwadjib menetapkan edjaan itu sebaik-baiknja. Anggota2Panitia: 1. Amin Singgih 2. Hutagalung 3. N. St. Iskandar
4. Mangatas Nasution
VII
EDJAAN MELAJU-INDONESIA(MELINDO) (1959)
PENGUMUMAN BERSAMA
Jawatan-Kuasa Ejaan Rumi Baharu Persekutuan Tanah Melayu jang terdiri atas: I. Sdr.
Syeh Nasir bin Ismail(Pengerusi)
2. "
Aminuddin bin Bald
3. "
Zainal Abidin bin Ah
4. "
Buyong bin Adil
5. "
Md. Nor bin Ahmad
6. "
Mahmud bin Ahmad
7. "
Ramli bin Abdul Hadi
8. "
Pendita Dr. Z'aba(Penasihat) Suffian Sahuri(Setia Usaha)
9. " dan
Panitia Pelaksanaan Kerdjasama Bahasa Melaju
Bahasa Indonesia jang
terdiri atas;
1. 2. 3. 4. 5.
Sdr. " " " "
Prof. Dr. Slametmuljana(Anggotamerangkap Ketua) E. Katoppo(anggota merangkap wakil Ketua) Nur St. Iskandar(anggota) A.K. Hadi(anggota merangkap Sekretaris) Imrad Idris(anggota diberi tugas untuk mengepalai Sekretariat "Panitia Pelaksanaan Kerdjasama Bahasa Melaju - Bahasa Indonesia" di Tanah Melaju). Setelah mengadakan sidang bersama berturut-turut mulai tanggal 4 hingga tanggal 7 Desember 1957 bertempat di Gedung Proklamasi Djakarta, mengambil keputusan seperti berikut: I. Edjaan Melaju-Indonesia dengan huruf Rumi atau huruf Latin jang diusahakan oleh Panitia Gabungan Edjaan dari Persdoituan Tanah Melaju
110
dan Republik Indonesia, disebut Edjaan Melaju - Indonesia. Namun itu djika disingkat menjadi Edjaan Melindo.
II. Edjaan Melaju-lndonesia(Melindo) berbeda dengan edjaan Melaju dan edjaan Indonesia jang berlaku hingga sekarang, perubahan ini demi penjamaan kedua edjaan bahasa tersebut. III. Ketetapan-ketetapan Edjaan Melaju-lndonesia ini, diantaranja ada jang merupakan perubahan dalam edjaan Melajujang berlaku hingga sekarang. Kebalikannja ada pula ketetapan-ketetapan jang dalam edjaan bahasa Melaju merupakan pembahan, tetapi dalam edjaan bahasa Indonesia tidak.
rv. Edjaan Melaju-lndonesia(Melindo)berdasarkan pendirian; 1. Satu fonem satu tanda,ketjuah edjaan fonem vokal diftong jang pada hakekatnja adalah gabungan dua matjam fonem vokal. 2. Gima fonem dalam bentuk kata.
3. Membuat keketjualian sampai tingkat minimum.
V. Edjaan Melaju-lndonesia(Melindo)mempunjai tanda untuk fonem-fonem Melaju-lndonesia(Melindu)seperti berikut: 1.
Fonem vokal
la. Fonem vokal(bunji saksi) tunggal. a 1) Sebagai tanda fonem a jang kedapatan pada suku pertama kata, seperti; lagu, batu, padi, dsb.; adil, akal, alam, alim,dsb. 2) sebagai tanda fonem <7jang kedapatan pada kata; masaalah,maaf. e sebagai tanda fonem e 1) jang kedapatan pada suku pertama kata,seperti; elok, belok,rela, dsb.
e i
2) sebagai tanda fonem e jang kedapatan pada suku kedua kata, seperti; molek,solek, korek, dsb. sebagai tanda fonem e (pepet)jang kedapatan pada suku pertama kata, seperti; kelak, tebang,lemah,dsb. 1) sebagai tanda fonem i jang kedapatan pada suku pertama kata, seperti; ikan,lidah, lima, dsb.
Ill
2) sebagai tanda fonem / jang kedapatan pada suku kedua kata, seperti; putih, buih, baik, tarik, dsb.
o 1) sebagai tanda fonem o j^g kedapatan pada suku pertama kata, seperti: bola, roda,kota dsb.
2) sebagai tanda fonem o jang kedapatan pada suku pertama dan kedua pada kata, seperti: potong,gotong,sombong,dsb. M 1) sebagai tanda fonem u jang kedapatan pada suku pertama kata, seperti: lubang, gua,udang,dsb.
2) sebagai tanda fonem u jang kedapatan pada suku kedua kata, seperti: patung,pantjung, pantun,duduk,dsb. lb. Fonem vokal rangkap (diftong)
ay sebagai tanda fonem ayjang kedeqpatan pada suku kedua pada kata, seperti: lampay,sampay, pantay, dsb.
aw sebagai tanda fonem aw jang kedapatan pada suku kedua atau suku pertama pada kata, seperti: kerbaw, limaw, tinjaw, sawdara, mawlana,jawhari, dsb.
ay sebagai tanda fonem oy jang kedapatan pada suku kedua kata, seperti: amboy,sepoy,tampoy,dsb. Tjatatan
1) Djika katajang mengandung fonem diftong ay, qw bersambung dengan achiran an atau i seperti pada kata:perdamayan, kepulawan,pembatjaan kata tersebut akan meragukan. Untuk menghindarkan salah batja, pembatja dan penulis berpegang pada kata dasamja.
2) Buityi au dan a;jang ked^atan pada suku katajang tertutiq), seperti pada kata: lauk,laut, baik,laik, lain, kain, main,terpaut dsb. selalu dianggap
sebagai dua fonem a dan u atau a dan /. Demikian pula susiman bunji pada i + a, i + u seperti pada kata: ia, dia, tiup, riuh, dsb. Dalam u^apannja sesungguhnja tidak nampak perbedaan dengan diftong tersebut diatas. Djika diftong ay, aw adalah diftong turun, sesungguhnja setjara logis hams ada djuga diftong naik,tetapi fonem ia, ua, oa, seperti pada hang, siang, tiang, tua, gua, dua,(tukang) loak,(djalan) Roa Malaka, selalu Hianggap sebagai dua fonem dari dua suku. Pada hakekatnja menumt utjapannja rangkaian fonem tersebut tidak berbeda bunjinja
112
dengan fonem diftong: ay dan oy. Kata look dan roa berbeda sekali utjapannja dengan fonem o dan a pada kata doa, taat, saat, maafjang
2.
Fonem konsonan
Dalam edjaan Melaju-Indcmesia digunakan 18 tanda untuk 18 fonem a.
Udjud tandafonem konsonan pokok. media
tennis
konstman
gutural(velar) k c palatal dental
8
j
t
supradental
-
d b
-
labial semi vokal likwida sibilan
P
gl<^
h
tambahan
f. s
nasal
y
w
r
1
s
-
n
m
-
z
djika ditjetak dan ditulis,seperti berikut: Melaju tjetak
Indonesia tjetak
kecil
besar
Melayu-Indoi^ia tjetak tulis besar ke^il
ch tj j dj
c
c
ng
C
j J
ng
ny nj
C
J
J
g
r)
a
ii
3. Nama tandafonem intemasional tulisan
nama
tulisan
nama
a
a
m
em
b
bi
n
en
c
tji
o
o
113
d
di
P
pi
e
e
q
ku
e
e
r
er
f
cf
s
es
8 h
&
t
ti
ha
u
u
i
i
V
vi
j
dja
w
wa
k
ka el
X
eks
y
ja
1
4. Beberapa hal mengenai pemakaian tanda fonem Melaju-Indonesia, terutamaJang mengenaifonem konsonan a. Bunji tambahan:f.S.z
bunji labio-^iental fiikatiflonah, berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah sq)erti: fikiran,fajar,
filsafat, dsb.
bunji sibilan firikatif lemah Jang berasal dari bahasa asing, dan untuk
moiulis nama-namaJang moigaiklung foiem tersebut,sepeiti: §iwa,sair, Sarat, Sarifdsb. Tanda fonem z digunakan untuk moiulis kata*kata Jang mengandung bunyi sibilan bersuara firikatiflemah Jang berasal dari bahasa asing, dan untuk menulis nama-nama Jang mengandung fonem tersebut seperti: lazim,zakat,zat,zaman,Zainal,Zain dsb. Tjatatan
1) Fonem labio-dental frikatif bersuara (v) Jang kedapatan pada beberapa kata asing seperti pada kata revolusi, universitas, varia, dan digunakan dalam bahasa N^laju-Indonesia diutjapkan seperti labio-dental firikatif lemah. Djika mau dinasionalkan, hendaklah menyesuaikan diri dengan edjaan Melaju-Indonesia. Bunyi v diganti dengan b atau p.
2) Fonem gabungan ks jang dalam alfabet intemasional dinjatakan dengan tanda x,dalam edjaan Melaju-Indonesia dinjatakan dengan
114
dua tanda,jakni,k dan s, seperti pada kata taksi, ekspor dsb.
b. Tandafonem n
^
Fonem nJang diikuti oleh 1) fonem dental lemah seperti pada kata; tinta, cinta, bantig dsb. 2) fonem supradental bersuara seperti pada kata: bandq,t^dag, tandir), Bandiq dsb. 3) fonem palatal lemah atau palatal bersuara seperti pada kata: pancig, puncak, pancui), tunjag, ditulis dengan tanda fonem satu ma^am n sadja. Dalam utjapan n ini merupakan fonem nasal homorgan Jang menjesuaikan diri d^gan matjam fonem jang mengikutinja. c.
Tandafonem k
1) Apabila tanda fonem k terdapat pada udjung kata, k ini mewakili fonem anak tekak (Inggeris: glottal check), tanpa memandang asalnja seperti pada kata: bapak, katak, bentuk,
jamak,tamak,dsb. 2) Apabila/r ini terdapat sebagai penutupsukuawal atau tengah, k ini mewakili fonem velar lemah, seperti pada kata: paksa,
periksa,laksa,raksasa dsb. Ke^uali apabila k ini terdapat pada
kata-kata jang berasal dari bz^asa Arab sebagai usaha me njesuaikan diri dengan fonem ain jang diikuti oleh konsonan seperti: makna,maksiat, maklum,rakyat dlsb. Apabila diikuti oleh vokal, tidak ada tanda seperti: maaf,doa dsb.
3) Apabila k kedapatan pada awal suku, selalu mewakili fonem velar lemah,seperti pada kata: kakak,kaki, kawan,kaku dsb. Tjatatan:
Tanda-tandajang merupakan bunji ain dan hamzah dalam kata-kata jang berhubungan dengan agama Islam, akan diperbintjangkan lagi dalam musjawarah panitia gabungan penjamaan bahasa MelajuIndonesia.
115
d. Bunji pelantjar y dan w tidak boleh dinjatakan dalam edjaan. Demikian pula bunji pelantjar e jang kedapatan antara konsonan dan fonem semi vokal: y, r, 1, w, seperti panitya, Presiden,
Republik,swatantra,swasta dsb. Tentang utj^annja terserah kepada pemakai bahasa.
e.
Tandafonem b dan d
Jang perlu diperhatikan jalah tempat b dan d sebagai penutup suku, dalam u^apannja konsonan labial bersuara supradental bersuara dan labial lemah serta dental lemah jang terdapat sebagai
penutup suku, tidak berbeda. Tetapi oleh karena edjaan MelajuIndonesia tidak semata-mata berdasarkan u^apan melulu, maka
kata-kata Melaju-Indonesia jang berasal dari bahasa asing jang Hptmilfian ditulis dengan konsonan labial atau supradental bersuara
(b,d)seperti pada kata: rebab, sebab, akrab, Arab, Sabtu, maksud, Abad, Ahad dsb.
f.
Tandafonem h
1) Bunji h jang kedapatan sebagai fonem pada kata, tidak dibapuskan dalam tulisan, misalnja: rumah,tanah, pahat dsb. 2) Apalagi bila penghapusan fonem h akan mengakibatkan kekeliruan dengan kata lain jang sebunji dalam bahasa MelajuIndonesia, misalnja: hams - ams
hela - ela lihat - liat
3) Fonem h jang bersuara agak lemah karena terdapat diantara dua vokal,tetap ditulis, misalnja: tahun,sahut,tahi, pahit, bahaja, cahaja, bahasa dsb. 5. Tanda hubung(sempang) Tanda hubung(sempang)digunakan:
1) untuk kelompok kata jang setara tetapi berlainan bunjinja seperti: lintagpukag,simpagsim, mondar-mandir,ibu-bapak dsb.
2) untuk men^ubun^an awalan dan kata berikutnja jang diulang
116
dengan memakai angka 2,sepati: ber-iilag2,se-kali2, ta--sedu2 dsb. 3) untuk menghubungkan suku pada udjung bans dengan suku ber-
ikutnja; ma - kan,pu la, makan -an ^b. 6. Penggunaan angka 2
Dalam edjaan bahasa Melaju-lndonesia angka 2 digunakan untuk tanda ulang kata seperti; banjak2, pura2, dsb, ketjuali untuk keperluan keindahan (sadjak) dan ketelitian seperti dalam surat perdjandjian dsb, dan pada kata jang terpenggal pada udjung baris, misalnja : ba-njakbanjak. 7. Penjatuan dua kata. Dua kata ditulis serangkai, apabila; 1) merupakan kata perangkai gabungan, misalnja; kepada, diatas, disampig dsb. 2) menjatakan hubungan antara angka tunggal dan puluhan, angka tunggal dan ratusan, angka tunggal dan ribuan dsb. seperti: tigajuta, tigaribu tigaratus tigapuluh tiga. 3) apabila dua patah kata atau lebih dipandang sebagai kata madjemuk dengan arti kusus, misalnja: matahari,jurutulis, dukacita, keijasama, oragtua, dsb. Not: Dalam bahasa Melaju-lndonesia kriteriiun kata madjemuk sukar diterangkan. 8. Penggunaan hurufbesar 1) Huruf besar digunakan untuk menuliskan nama dan sebutan beserta singkatannja seperti: Ahmad,Ali, Dokter, P.M.I.,P.J.M.,dsb. 2) untuk menuliskan kata Tuhan dan kata ganti diriNja. Perubahan hurufbesar mendjadi hurufketjil. Nama dan sebutan jang tidak lagi berlaku sebagai nama dan sebutan, dituhs dengan hurufketjil, seperti, memelayukan, megindonesiakan,gula Jawa, garam iggris, air belanda, labu siam, bug, cina, dsb.
117
9.
Tanda batja
Tjontoh: . ()
:
;
,
!
?
2.
L
=
X
--/
{ } []
+
V
e
Karena sebagian besar dari tandabatja telah kita ketahiii arti dan penggunaannja, maka hanja beberapa tandabatjajang diterangkan. Untuk membedakan e(pepet)dan e, dipakai tanda accent aigu (titik dua) dipakai dimuka kutipan; boleh dipakai sesudah yaitu, misalnja, sbb. terdiri dari, taggal,jam dsb.
;
(titik koma)dipakai imtuk memisahkan bagian2 kalimatjang lebih
!
ketjil dan sederadjat. koma)dipakai; a. imtuk memenggal dan menghubimgkan kalimat b. pengganti maka dan atau (tanda petik) dipakai: a. mengutip kata dan tulisan orang b. untuk kata2jang diberi artijang kusus. Tjontoh: Sam Saimun dikenaljuga sebagay "Big Crosby" Indonesia (tanda seru)dipakai dibelakang: a. kata/kalimat seru. b. kata/kalimat suruh.
?
2 /
c. kata/kalimatjang meminta perhatian. (tanda tanja) dipakai dibelakang: a. kalimat tanja, b. katajang hendak diberi pengertian kesangsian/keragu-raguan. (angka dua)dipakai sebagai tanda ulang. (garis miring) berarti: a. djuga b. dan atau c. per
Tjontoh: Rp.36/kapita/tahun () (tanda kurung) berarti: a. atau
b. keterangan
118
Tanda kurung penutup dengan angka menjatakan; a. tjatatan
b. ajat sesuatu fasal, {} (kurawal),sama fungsinja dengan tanda kurung. [] (kurungsiku) sama fimgsinja dengan tanda kurung dan kurawal. Adakalanja kata atau kalimat atau tanda batja jang ditulis dalam tanda kurung siku tidak perlu dihiraukan dan dapat dilampaui sadja. Tandakurung,kurawal,kurungsiku, balk pembuka maupun penutup dapat dipergunakan untuk menggabungkan beberapa baris. ... (titik2) berarti: a. tanda untuk menghilangkan sebagian kalimat, bab atau naskah, b. imtuk meminta/tnenarik perhatian, *
tanda not.
10. Kata perangkai(sendi nama/preposisi) 1. Kata perangkai di, ke, dari diperlakukan sama dalam edjaan MelajuIndonesia terhadap katajang mengikutinja. Di, ke dan dari dipisahkan dari kata berikutnja, seperti: di rumah, ke dan dari dipisahkan dari kata berikutnja,seperti; di rumah,di pasar, ke pasar,ke sekolah, dari rumah dsb.
2. Kata perangkai di dan ke ditulis berhubungan dengan kata berikutnja, apabila kata perangkai dan kata bersangkutan itu merupakan kata perangkai gabungan, seperti: kepada, dibawah, didalam, dari pada dsb.
11. ku, kau, mu dan nja. 1. ku dan kau sebagai kata ganti diri jang menundjukkan bentuk kata kerdja pasif, diperlakukan sama dengan awalan di, dalam edjaan Melaju-lndonesia tetap dihubimgkan dengan kata kerdja berikutnja, seperti: kuberi, kauambil, dimakan. 2. ku, mu,dan nja,sebagai kata ganti diri ditulis serangkai dengan kata jang dimukanja. Segala unsm bentuk jang merupsdcan awalan dan achiran; ditulis serangkai dengan kata dasamja. 12. kah, lah, tah, pun. 1. kah,lah, dan tah dalam edjaan Melaju-Indcmesia dihubung^an dmgan
119
katajang mendahuluinja. 2. a. pun ditulis serangkai dengan kata jang mendahuluinja, apabila
kata pun dengan kata jang bersang^tan merupakan kata pengb.
hubung seperti; walaupim,sungguhpun, meskipun,sekalipun. dipis^ dengan katajang mendahuluinja, djika pun berarti djuga. Tjontoh: Aku pun pergi.
VI.
Edjaan katajang menggunakan tanda fonem lain dari padajang telah ditetapkan sebagai tanda fonem Melaju-lndonesia,dianggap kata asing dalam bahasa Melaju-lndonesia. Tjontoh: universitas, varia, vokal.
VII.
Edjaan Melaju-lndonesia ini diumumkan oleh Pemerintah jang bersangkutan pada waktu jang sama. Pengumuman diseitai penetapan waktu berlakunja,selambat-lambatnja pada bulan Djanuari 1962.
vin.
Edjaan Melaju-lndonesia telah selesai.
IX.
Penindingan jang akan datang mengenai pelaksanaan penjamaan
bahasa ditetapkan kira-kira achir bulan I^anuari tahun 1961 di Kualalumpur.
X.
Hasil penmdingan penjatuan Edjaan Melaju-lndonesia dengan huruf Rumi/Latin ditanda tangani oleh ketua perutusan masing-masing atas nama Pemointahnja.
Hasil perundingan ini diperoleh dengan suara bulat oleh kedua belah fihak. Dibuat di Djakarta tanggal tudjuh Desember seribu sembilan
ratus limapuluh sembilan.
'
Untuk
Untuk
Persekutuan Tanah Melaju
Republik Indonesia
ttd.
ttd.
(Syed Nasir bin Ismail)
(Prof. Dr. Slametmuljana)
vra
EDJAAN BARU BAHASA INDONESIA (1966) Panitia Edjaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
PRAKATA
Dalam pembinaan kebudajaan Indonesia kearah modemisasi jang men^akup bidang-bidang: kehidupan kerohanian, adat-istiadat dan sedjarah kehidupan kemasjarakatan; bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah Nusantara; kesenian dan kesusastraan; ilmu pengetahuan dan teknologi; bahasa Indonesia memainkan perananjang sangat vital. Bahasa Indonesia jang pada Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, diangkat mendjadi bahasa
persatuan bangsa Indonesia danjang pada tahun 1945 dalam U.U.D.,Bab XV, pasal 36 ditetapkan mendjadi bahasa negara, merupakan milik bangsa Indonesia jang patut dibanggakan. Sebagai sarana pergaulan dalam usaha mengikonvergensi kebudajaan bangsa Indonesia, bahasa Indonesia terusmenerus tumbuh dan mempericaja diri sesuai dengan tuntutan kehidiq>an suatu masjarakatjang modem.
Tak dapat diingkari, bahwa keseimbangan (kontinuitas) tahap-tahap kebudajaan dari masa kemasa didukung dan diperlantjar oleh bahasa. Antara bangsa dan bahasa itu njata terdapat hubungan timbal balik. Kalau ungkapan "bahasa menundjukkan bangsa" itu benar, maka sebaliknja "bangsa menundjukkan bahasa" itu djuga benar. Perhatian terhadap bahasa Indonesia, baik didalam maupun diluar negeri, makin hari makin besar, mengingat besar pula kegunaannja sebagai bahasa pengantar ilmu modem dalam bidang ilmu eksakta maupun sosial. Ini memmdjukkan,bahwa bahasa Indonesia makin penting artinja. Oleh karena itu Pemerintah dan rakjat kita wadjib mengasuh dan menjokong pertumbuhan bahasa nasinnal kita, serta membantu pembinaan dan pengembangannja.
121
Penetapan resmi jang pertama mengenal edjaan bahasa Melaju pada zaman Belanda ialah aturan edjaanjang disusun oleh Ch. A. van Ophnijsen, jang diterbitkan pada tahun 1901 dalam Kitab Logat Melaju. Dalam pertumbuhan bahasa itu selanjutnja, sistem edjaan van Ophuijsen telah berdjasa sebagai pegangan peraturan edjaan. Setelah proldamasi kemerdekaan kita, timbul usaha untuk menjederhanakan edjaan van Ophuijsen itu. Sedjak 1 April 1947 berlakulah edjaan baru, dengan keputusan Menteri P.P. dan K. no. 264/Bhg. A., tanggal 19 Maret 1947. Edjaan itu disebut Edjaan Republik atau Edjaan Soewandi (Menteri P.P. dan K. waktu itu Mr. Soewandi). K^udian diadakan penggantian lampiran surat keputusan tersebut dengan keputusan Menteri P.P. dan K. no. 345/Bhg.A.,tg. 15-4-47. Gagasan untuk menjempumakan edjaan bahasa Indonesia timbul lagi pada waktu diadakan Kongres Bahasa Indonesia di Medan pada tanggal 28 Oktober sampai 2 November 1954. Kongres itu antara lain mengambil keputusan,supaja penjelidikan dan penetapan dasar-dasar edjaan diserahkan
kq)ada suatu ba^jang diatur oleh pemerintah,jang bertugas imtuk menjusun suatu edjaan praktis bagi bahasa Indonesia. Sebagai realisasi keputusan Kongres Bahasa Indonesia itu, pemerintah membentuk Panitia Pembaharuan Edjaan Bahasa Indonesia dengan surat keputusan Menteri P.P. dan K. no. 448/S.,tanggal 19 Djuli 1956. Panitia tersebut mula-mula dipimpin Prof. Dr. Prijono,dan kemudian oleh Sdr. E. Katqjpo. Panitia Pembaharuan Edjaan itu merumuskan beberapa keputusan,jang mmipakan satu langkah madju dalam aturan bahasa nasional kita.
Sementara itu pada bulan September 1956 diadakan Konggres Bahasa dan Persuratan Mel^ Malayajang ke III di Johor. Dalam konggres tersebut timbul hasrat untuk menjatukan edjaan bahasa Melaju dengan bahasa Indonesia. Hasil-hasil konggres itu dipergunakan djuga oleh Panitia Pem baharuan Edjaan Bahasa Indonesia sebagai bahan pertimbangan. Pada tanggal 17 April 1959 diadakah perdjandjian persahabatan antara Republik Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melaju,jang masing-masing diwakili oleh Perdana Menteri Ir. H. Djuanda Kartawidjaja dan Timbalan Padana Menteri Dato' Hussein. Sebagai tindak landjut, pada tanggal 4 sampai 7 Desember 1959 di Djakarta diadakan sidang bersama antara Panitia Pelaksana Kerdjasama Bahasa Melaju-Bahasa Indonesia jang diketuai oleh
122
Prof. I>r. Slametmuljana dengan Jawatan-Kuasa Edjaan Rumi Baharu Persekutuan Tanah Melayu,jang dipimpin oleh Syed Nasir bin Ismail. Sidang bersama itu mengbasilkan Pengumuman Bersama Edjaan Bahasa MelajuIndonesia(Melindo),jangpada tahun 1961 diterbitkan oleh Departemen P.P. dan K Republik Indonesia. Dalam Pengumuman Bersama tersebut Hinjatalfan bahwa kedua pemerintah akan meresmikan Edjaan Melindo itu selambatlambatnja pada bulan Djanuari 1962. Akan tetapi keputusan tersebut belum
dilaksanakan, karena perkembangan politik selania tahun-tahun berikutnja. Banjak jang telah ditjapai oleh kedua panitia itu kearah pembaharuan edjaan. Namun donildan, basil pekerdjaan itu masih m»iq)erlihatkan beberapa rumpang jang setjara ilmiah kurang dapat dipertanggungdjawabkan, dlsamping ketetapan-ketetapan lain jang karena tidak praktisnja, sukar dapat dilaksanakan dewasa ini. Oleh karena itu Lembaga (sekarang Direktorat) Bahasa dan Kesusastraan. Direktorat Djendral Kebudajaan, Departemen Pendidikan dan Kebudajaan,jang diserahi tugas oleh pemerintah kita untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia ddam segala aspeknja, merasa perlu mengirimkan supibangan suatu konsep kepada pimpinan Departemen Pendidikan dan Kebudajaan, agar supaja rantjangan-rantjangan edjaan jang tersebut diatas itu disempumakan lebih dahulu, sebelum suatu edjaan jang baru diresmikan.
Memorandum ini mula-mula disusun oleh Panitia Crash-Program Edjaan Bahasa Indonesia Lembaga Bahasa dan Kesusastraan jang dibentuk oleh Kepala L.B.K pada tanggal 7 Mei 1966. Anggota terdiri atas ahli L.B.K., jaitu saudara-saudara:(1) Anton M. MoeUono, S.S., M.A.,(ketua)(2) Nj. S.W. Rudjiati Muljadi, S.S., (3) Basuki Suhardi, S.S., (4) Sri Timoer Soeratman, S.S., (5) Djoko Kentjono, M.A., (6) Lukman Ali, S.S., (7) Sardanto Tjokrowinoto, S.S.(8)Ridwan Manaf.
Panitia ini kemudian mengalami perubahan berhubung dengan berhentinja kedua saudara jang disebut terachir pada bulan Djuni 1966, karena sesuatu tugas jang lain. Sebagai gantinja ditetapkan saudara H.E. Harimurti Kridalaksana, S.S., dan S. Effendi, S.S.
Panitia Crash-Program ini menjelesaikan tugasnja pada achir Agustus 1966. Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan no. 062/67, tanggal 19 September 1967, panitia ini disahkan sebagai Panitia Edjaan Bahasa Indonesia, Departemen P. dan K. sedjak 7 Mei 1966. Dalam
123
usaha menjusun suatu konsep edjaan ujang baru dipertimbangkan pula basil jang telah ditjapai oleh Panitia Pembaharuan Edjaan Bahasa Indonesia dan basil sidang bersama antara Panitia Pelaksana Keijasama Babasa MelajuBabasa Indonesia dengan Jawatan Kuasa Edjaan Rutni Babaru Persekutuan Tanab Melayu.
Hasil Panitia Edjaan Babasa Indonesia ini merapakan sintese dari usaba kedua panitia jang terdabulu itu dan karangan serta ulasan jang terbit di Tndnnftsia sedjak tabun 1950. Dalam anggapan panitia ini saran-saran jang dikemukakannja lebib sesuai dengan kodrat babasa Indonesia sebagai babasa modem jang sudab mulai memperlibatkan kelainan dalam kaidab babasanja dengan babasa Melaju Riau.
Edjaan Babasa Indonesia jang bara sejogianja diresmikan dan dipopulerkan dalam waktujang singkat ini, dengan suatu masa peraliban jang
Quicup pandjang. Demi penjesuaian masjarakat ramai pada edjaan bam ini, maka selama masa peraliban edjaan lama masib tetap dapat dipakai. Bukubuku lamapun dipertabankan sampai persediaannja babis dipasaran. Akan tetapi terbitan bara sebaiknja diterbitkan dengan edjaan bam. Maka insja Allab pada bari Sumpab Pemuda 1968 jang akan datang,edjaan bam babasa Indonesia dapat mulai berlaku sebagai edjaan resmijang tunggal. Acbir kata Panitia Edjaan Babasa Indonesia ingin mengutjapkan terimakasib dan pengbargaannja kepada semua pibakjang telab menjokong gagasan edjaan bam ini dengan pembabasan dan ketjambina dalam surat kabar, Ijeramab, atau surat pribadi, pada waktu konsep asb diperkenalkan ketengab masjarakat Semoga s^ua saranjang baik itu ditemiikan kembaU dalam fasalfasaljangberikut.
Panitia Edjaan Babasa Indonesia Djakarta,28 Oktober 1966 Bab I , Asas-Asas Edjaan Baru
A. Keinginan untuk memperbaiki edjaan Indonesia jang sekarang masib berlaku, didasarkan pada faktor-faktor jang berikut; (1) kemadjuan ibnu
pengetabuan dan perkembangan wawasan ilmiab,temtama dalam bidang ilmu
124
bahasajang memberikan patokan baru bagi penjiisunan edjaanjang baik;(2) kekurangan jang masih terdapat pada edjaan sekarang, dalam hal
mentjenninkan kodrat bahasa Ii|donesia;(3)perlunja usaha kodifikasi dalam pemakaian huruf dan tanda batja, jang bisa berlaku untuk seluruh wilajah
Indonesia;(4) peranan jang akan(^ainkan oleh bahasa Indonesia di Asia Tenggara dan diseluruh dunia; (5) pentingnja pengadjaran membatja dan menulis.
B. Jang dimaksud dengan edjaan dalam karangan ini ialah pelambangan fonem dengan huruf,jang didasarkan pada; (1) pertimbangan teknis, jang menghendaki agar setiap fonem dilambangkan oleh satu huruf; (2) pertimbangan praktis,jang menghendaki agar pelambangan setjara teknis itu disesuaikan dengan kebutuhan praktis, seperti keadaan pertjetakan dan mesin tulis; (3) pertimbangan ilmiah, jang menghendaki agar pelambangan itu men^erminkan studi jang mendalam mengenai kenjataan linguistik maupun sosialjang berlaku. C. Djadi masalah edjaan itu dapat dibagi atas tiga bagian: 1. jang menjangkut bidang tatabunji atau fonologi, berupa penentuan bunji bahasa atau fonem Indonesia, pemilihan huruf untuk melambangkannja, serta menjusim suatu abdjad; 2. jang menjangkut bidang tatabentuk atau morfologi, berupa penulisan satuan-satuan morfologi,sqierti kata dasar,kata ulang,kata djadian, kata madjemuk,serta golongan partikel. Termasuk djuga didalamnja kaidah pengedjaan kata-kata pungut; 3. jang menjangkut bidang tatakalimat atau sintaksis, berupa penandaan batas satuan tuturan (utterance) dan kalimat. Termasuk djuga didalamnja pemakaian tanda-tanda batja lain. D. Hal jang pertama-tama perlu kita perhatikan ialah perbedaan antara fonem dengan huruf. Fonem tidak sama dengan huruf, tetapi fonem dilambangkan oleh huruf. Fonem ialah satuan terketjil dalam bahasa atau udjaran, sedangkan hurufialah satuan terketjil dalam tatatulis suatu bahasa. Djika sudah diadakan suatu analisa tentang tatabunjd bahasa Indo nesia, disusunlah suatu abdjad. Abdjad baru itu pada prinsipnja harus bersifat fonemik. Artinja untuk tiap bunji atau fonem jang dapat membedakan arti.
125
flitpntiilfan satu tanda atau huruf. Kata /bagi/ dan /pagi/ berbeda artinja,karena
terdapat kontras antara /b/ dan /p/ dalam bahasa Indonesia. Maka untuk tiap bunji atau fonem jang membedakan itu perlu ditjari satu huruf. Djadi fonem pertama dalam kata Indonesia "foto" sebenamja tidak perlu lagi dilambangkan oleh huruf ph dalam kata "photo", seperti disana-sini masih kelihatan. Sebaliknja asas fonemik itu djuga berarti, bahwa setiap huruf hanja melambangkan satu fonem sadja. Djadi pemakaian huruf c dalam kata "central" dan "comite",jang pada hakekatnja melambangkan dua fonem,jaitu /s/ dan /k/, djuga menjalahi asas fonemik tersebut di atas. Abdjad jang
simgguh-sungguh fonemik sifatnja,tidak mengenal aturanjang berbelit-belit jang hams dihafalkan, karena dasamja ialah "pendengaran". Untuk men^apai sifat itu abdjad itu hams mentjerminkan struktur atau kepribadian bahasa itu sendiri.
E.
Edjaan itu berdasarkan konvensi semata-mata. Abdjadnja bisa sama,
tetapi konvensinja bisa berbeda untuk bahasajang berlainan. Bandingkanlah sadja kata Belanda "duit" dengan kata Indonesia "duit". Huruf-hurufiija sama, tapi utjapannja berbeda. Haras ditambahkan pula disini, bahwa edjaan itu tidak bermaksud untuk mendjelaskan etimologi atau sedjarah asal kata,karena
sistem edjaan pertama-tama dipakai oleh rakjat banjak dan tidak oleh sekelompok sardjana bahasa sadja.
Kata pungut jang dimasukkan kedalam kosa kata bahasa Indonesia dalam djumlah jang besar, mengakibatkan penambahan bunyi dan pembahan distribusinja. Lambat laun adanja kata-kata pungut itu dapat mengubah sistem fonemik bahasa kita. Kalau tatabunji Indonesia sudah berlainan dengan
tatabunji Melaju Riau, maka kita hams tjukup realistis untuk mengakui kenjataan itu, dan menggambarkannja dalam abdjad kita jang bam. Kalau djumlah fonemnja bembah,maka abdjadnjapun bembah. Prinsip ini hendaknja djadi suatu pegangan. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan, bahwa abdjad Latin Romawijang sekarang dipakai oleh'sebagian besar masjarakat bahasa didunia, pada suatu ketika djuga hanja berdjumlah 21 huruf. Huruf y dan z misalnja,bam masuk kemudian,setelah ada fonem dalam bahasa Latin akibat
pemasukan kata-kata pungut Junani. Oleh karena itu hiuufy namanja "i grx" (i Junani) dan hurufz namanja "zet",jang berasal dari nama "zeta" Junani.
126
F. Disamping asas lingguistik jang siidah dikemukakan, perlu dipertimbangkan pula sasaran dan tudjuan jang bersifat praktis dan sosial jang
berikut;
^
1. Sebaiknja tidak diiantjarkan pemasukan huruf asing jang sama sekali belum dikenal masjarakat lunum. Untuk menghindari pemakaian jang belum dikenal seperti jang diusulkan oleh panitia-panitia Edjaan jang dahulu, maka huruf Latin Romawi jang meniunt tradisi sudah ada
dimanfaatkan sebaik-baiknja. Tujuan praktis ini berlawanan dengan asas fonemik. Penjesuaian terhadap suatu sistem tatatulis jang sudah berlaku ada kalanja efisien, istimewa dalam masjarakat jang beraneka bahasa seperti masjarakat Indonesia.
2. Tanda tulis pembeda atau tanda diakritik sedapat-dapatnja dihindari. Pengalaman menundjukkan, bahwa tanda diakritik jang terlalu banjak (tilde, cedile, diaeresis, macron, trema, dan circonflex) dalam tulisan sehari-hari banjak ditinggalkan orang. Lagi pula pemakaian tanda diakritik
itu akan meng^ambat ketjepatan menuhs. Sudah barang tentu satu dua tanda sadja tidak akan terlalu mengganggu tjepat lambatnja penulisan.
Bandingkan sadja pemakaian tanda titik jang lazim ditulis ^atas hiiruf i danj.
3. Kita harus memilih hurufjang mudah ditulis dan mudah ditjetak. Dalam negara jang keadaan mesin tik dan keadaan pertjetakannja belum bisa memadai kebutuhan suatu edjaan fonemik, orang tidak akan mimgjdn menjelenggarakan surat-menjurat atau menerbitkan buku dengan abdjad itu, ketjuah kalau kita mengimpor "type"jang chusus itu dahulu. Karena tidak semua pertjetakan akan mampu mengimpor huruf-huruf itu, maka tempo penjebaran edjaan jang baru itu akan sangat diperlambat.
4. PerubaW abdjad djangan makan biaja(oveihead-costs)jang t^lalu besar, jang disebabkan oleh pembeUan mesin tik dan alat pentjetakan; atau karena buku-buku dalam djumlahjang besar tidak akan terpakai lagi.
G. Mengingatfaktor-faktorjang tersebut diatas njata, bahwa antara sjarat linguistik dan tudjuan sosial sering ada pertentangan, dan hampir tidak mungkin men^apai kedua-duanja bersama-sama. Keinginan untuk tidak memakai hurufjang belum dikenal kadang-kadang berlawanan dengan asas satu tanda untuk satu fonem. Bilamana kita misalnja hendak menghindari
127
huruf g (n gelung) maka kita terpaksa mempergunakan dwihuruf ng. Sebalilmja,keinginan memakai tandajang tunggai, berlawanan dengan hasrat untuk menghindari pemakaian tanda diakritik. Bilamana kita lebih suka memakai ft(n tilde) dari pada nj terpaksa kita pergunakan tanda tilde diatas
n. Suatu abdjad jang pral^s djustru menggambarkan keseimbangan diantara kedua matjam sjarat^tujuan itu. Bab II
Tata Fonem Bahasa Indonesia
Dalam bab ini hanja dibi^arakan sealfonem konsonan dan fonem vokal. Soal fonem prosodik (tekanan, nada suara, dan djuntur)jang dilambangkan setjara tidak sempuma oleh tanda-tanda batja (titik, titik koma, koma, dan tanda hubimg) akan'disinggung dalam pembitjaraan mengenai Tanda Batja (Bab VI).
Bahasa Indonesia mengenai 22 konsonan dan 6 vokal, jang masingmasing mempunjai variasi bunji berdasarkan posisinja dalam sebuah kata. Posisi fonem pada awal atau achir kata, pada suku buka atau tutup, atau letaknja disamping fonem sengauan, semua faktor ini mempengaruhi pengutjapannja. Bandingkanlah utjapan kata-kata scperti; "tutup"(/p/ pada achir kata)dan "pula"(/p/ pada awal kata,); atau "toko"(/o/ pada sulm buka) dan "tokoh (Jo)!pada sulcu tutup); atau "sadar"dan "sangat"(/a/ disamping fonem sengauan). Karena timbulnja variasi bunji hanja disebabkan oleh pengaruh lingkungannja, maka sifatnja disebut takfonemik. Itulah sebabnja pula mengapa variasi bunyi itu tidak dilambangkan dalam abdjad fonemik Indonesia.
A.KONSONAN
Konsonan bahasa Indonesia beserta huruf atau grafem jang melam-
bangkannja terdapat dalam daftar dibawah ini. Daftar ini dibatja kesamping menurut pengutjap atau artikulatomja dan kebawah menurut keluamja arus napas dari paru-paru pada waktu kita mengu^apkan bunji konsonan.(Huruf diantara garis miring melambangkan fonem Indonesia).
128
BAGANKONSONAN
pengu^ap Apikat (udjung
Labial
Tjara u^apan
(bibir)
lid^)
Laminal
Dorsal
Glotal
(daun Udah)
(punggun
(tjelah suara)
g
lidah)
Lambang
F*
H*
Hambatan
/p/
P
t*
/b/
b
m
f,v
/s/ /z/
z
ltd
n
N
1
M
r
F
H
F
H
F
H
/t/
t
/e/
c
/k/
k
161
d
/j/
j
/g/
g
s
/§/
sy
/x/
kh
/n/
ny
/n/
ng
/y/
y
F
H
/h/
h
Hambatan b* Geserant
Geseranb
Iml
m
Sengauan Sampingan Geletar
/w/
w
Luntjuran
F adalah singkatan dari fonem, dan H singkatan dari hunif; t adalah singkatan dari tak bersuara, dan b adalah singkatan dari bersuara. Tjontoh-tjontoh konsonan; /p/ /jagi IXJ /C/
radi cara
sispdL
siap
seha kaca
bakat
129
M
^amar
Ihl
dantu
su/:a tum£)uh
adab
/d/
^amai
tam/a
abad
/j/ /g/
meya
juga si/at
haj jajag
li/
yalan ganti yilm
M
varia
universitas
/s/ /§/
saya
mara
ijarat
masyarakat
/x/
^/labar
ekhhk
Xznidt
/h/
hm.
ma/iasiswa
IzJ
zat
izin
Iml
mana
lama
mara/t aziz salam
Id
nama
mana
aman
id
sunji
/ng/
nyala ngarai
smga
ya«g
/I/
/ari
ta/i
kapa/
masak
arif
kapar
3)
/r/
rasa
sari
sabar
/w/
wanita
sawah
/y/
yang
kaiya
pulau pandai
Tjatatan; Hambatan tak bersuara Dd dalam posisi achir pada umumnja berupa I. hamzah atau glottal catch. Tjontoh:[masa?] tetapi[masakan padag], dan [politik]. 2. Sekalipun dalam bahasa Indonesia konsonan letupan bersuara tidak terdapat dalam posisi achir kata,kata-kata adab, abad, haj, danjajag tersebut diedja demikian, berdasarkan asas kongruensi, kata dengan bentuk-bentuk seperti peradaban - abadi - haji - menjajagi. 3.
Fonem nasal /n/ dalam posisi metlial kata demi kehematan dilambangkan dengan huruf n, djika diikuti oleh hambatan /£/ dan tidak dengan dwihuruf ny. Tjontoh: panci bukan panyci janji bukan janyji
130
4.
Luntjuran /w/ dan /y/ dalam kata-kata bahasa Indonesia tidak pemah menduduki ten^at/posisi vokal, artinja tidak berfungsi sebagai inti suku kata. Karena itu /w/ dan /y/ dalam tatabunji Indonesia menurut fungsinja hams dianggap bunji konsonan. Ditinjau dari sudut fonetik,/w/ dan lyl bersifat bunyi luntjuran (glide), artinja daerah artikulasinja tidak tetap. Kedua bimji itu djelas berbeda dari bunji IvJ dan /i/.
B. VOKAL
Vokal bahasa Indonesia berserta huruf atau grafem jang melambangkannja terdapat dalam daftar dibawah ini dibatja kesamping menumt andjumja lidah dan kebawah menumt tinggi rendahnja lidah. BAGAN VOKAL
Tinggi ren dahnja lidah
Andjur lidah
Depan
Tengah
Belakang
Lambane D Fonem
Huruf
Pone
Huruf
Fonem
Huruf
IvJ
u
lol
0
m
Tinggi
N
i
Madia
Id
e
Rendah
/e/
e
Id
a
Tjontoh-tjontoh vokal; I'll
/'rama
IvJ Id
«sia emk
p/ala, ad/k tua,untuk
itu
tega, sen
sore
apt
131
/a/ /o/ /a/ Tjatatan:
mas orang api
sepi, l&kas sore,tokoh komi,tak
kode beo kito
1.
Variasi(alofon)suatu fonem vokal,karena tidak membedakan arti, tidak dilambangkan setjara chusus dalam edjaan jang praktis. Seperti fonem vokal /o/ jang terdapat dalam kata "sore" dan "tokoh", [sore] dan [tokoh] karena tidak distingtif, kedua variasi itu ^ukup dilambangkan dengan satu huruf o sadja.
2.
E)emikianjuga vokaljang disengaukan,karena didahului oleh sengauan, tidak dibedakan lambangnja dari vokaljang,tidak disengaukan,seperti dalam pasangan dan
C. ABDJAD
Berdasarkan fonem jang terdapat dalam bahasa Indonesiajang modem seperti diatas, dan mengingat adanja abdjad Latin Romawi jang menumt tradisi sudah sangat lazim, dapatlah disusun abdjad Indonesia sebagai berikut. a c d e f g h i k kh 1 m n ng ny
o
p
q
r
s
sy
t
u
V
w
X
y
z
Daftar abdjad Indonesia bunjinja sebagai berikut; a
a
b c
ba kh ca[tja] 1
k
ka
kha[cha] s el sy
r
er
es sya[sja]
d
da
m
em
t
ta
u
u
e
e
n
en
f g
ef ga
ng ny
nga v nya[nja] w
vi [fi] wa
h
ha
0
0
X
eks
i j
i p ja[dja] q
pa ki
y z
ya za
Pertimbangan bagi dasar utjapan Indonesia itu adalah: kemiripannja dengan abdjad bahasa daerah Nusantara, misalnja: bahasa Batak; bahasa Sunda, bahasa Bah,dan bahasa Djawa.
132
Dari urutan abdjad itu akan tampak,bahwa bahasa Indonesia mengenal empat bunji bahasa jang tidak dilambangkan dalam urutan abdjad Latin Romawijang tradisional,jaitu bunji/x/, /Idi/, /g/(ng)W(nj), dan /S//sy/. Dalam tarafini bumfe masih melambangkan dua fonem,jaitu fonem /e/ sore dan /8/ seru. Sebaliknja huruffdan v melamban^an satu fonem lil fasal [fasal], varia [faria]. Disamping,itu huruf q melambangkan fonem Dd seperti dalam Quran dan huruf x sering melambangkan gugus bunji /-ks-/ ex [eks]. D.DIFTONG
Istilah fonetik diftong dipergunakan untuk gabimgan vokal /a/ atau /o/ dengan bunji limtjuran /w/ atau /y/, seperti dalam /kalaw/,/panday/,/amboy/ jang diutjapkan dalam satu suku. Kedua bunji luntjuran itu dalam bahasa Indonesia tidak pemah menjadi satu sukujang biasanja diduduki oleh vokal. Karena itu bunji lun^uran /w/ atau /^/jang ada dalam bahasa Indonesia hams digolongkan dalam konsonan. Pengutjapan bunji /aw/,/ay/, dan /oy/ masingmasing termasuk dua sukujang berlainan. Bandingkan; /harimaw/ /hah man/(membaca) ma-u /panday/ /ditandai/ ditanda-i /amboy, boykot/ /menjagoi/ menjago-i Sekalipun demikian, berdasarkan alasan-alasan praktis untuk menghindari salah batja jang sering timbul antara katajang mengandung "diftong" jang dibubuhi achiran -an, dengan kata jang bergabung dengan -wan, maka penulisan "diftong" tidak dibedakan dari penulisan umtan vokal a-u, a-i, o-i. Bandingkan sadja; pahla-wan ; halau-an harta-wan ; perantau-an dan
pelayan : belaian lumayan ; pakaian Djadi pengedjaannja tetap sebagai jang berlaku sekarang.
133
E.PERSUKUAN
Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh sebuah vokaljang merupakan puntjak kenjaringan suku itu. Vokal itu dapat didahului oleh satu, dua, atau tiga konsonan,dan dapat diikuti oleh satu, dua, atau tiga konsonan. Ada tigabelas pola suku kata Indonesia. V dan K, berturut-turut melambangkan vokal dan konsonan. 1. V a-nak, i-tu, o-lok, e-lang, u-fuk 2. KV ra-kit, ka-mi,fa-sal, di, po-li-tik 3. VK ar-ti, in-jak, ab-di, un-tai, en-do-krim
4. KVK 5. KVKK 6. KKV 7. KKVK 8. KKKV 9. KKVKK 10. KKKVK 11.YKK
tam-pak,fimg-si,jum-at,tang-ki,bun-dar teks, te-leks, pers, pa-ra-doks, mars kre-dit, gra-nat, kwa-litas, kri-tik, dra-ma prang-ko, pro-gram, plong,tram-pil, bluntas stra-tegi, in-stru-men
kom-pleks,te-treks, ma-triks struk-tur, in-struk-si, ab-strak ons,eks
12. VKKK
arts
13. KVKKK
korps
Tjatatan:
Polajang paling banjak dipakai ialah pola 1,2,3, dan 4. Pola suku kata diatas menentukan pentjeraian suku-suku kata dasar dalam penulisan. Pada lunumnja dapat ditentukan, bahwa batas suku kata ialah: 1. diantara dua vokal, misalnja: saat, di-a, ba-ik, bu-ih, ri-uh, be-o; 2. diantara vokal dan konsonan ditengah kata, misalnja: sa-pu,si-ku,ta-di; 3. diantara dua konsonan jang berurutan ditengah kata, misalnja: pak-sa, sak-si, rat-na, den-da, ting-gi, tim-bang;
4. diantara konsonan jang pertama dengan gugus konsonan berikutnja ditengah kata, misakja: ab-strak,in-spek(si); 5. diantara vokal atau konsonan dengan gugus konsonan jang anggota
keduanja w,y,1, atau r, misalnja: e-kwi-valen, yo-gya, gam-blang,sas-tra, ga-plek.
Bab III
Penulisan Kata-Kata Indonesia
Kata-kata Indonesia menurut bentuknja dapat digolongkan menjadi dua golongan,jakni:(1) bentuk dasar jang meliputi kata dasar dan partikel;(2) bentuk bersusun jang meliputi kata djadian, kata ulang, dan kata madjemuk Dalam penjusunan kalimat kedua ma^am bentuk itu ditulis sebagai satuan-satuan jang terpisah. A. KATA DASAR
Kata dasar masing-masing ditulis sebagai satu satuan. Tjontoh: Saya punya buku baru. Kantor Pajak penuh sesak. Ibu percaya engkau tabu.
B. KATA GANTl,KU,KAU,MU,dan NJA
Kata ganti ekasuku ku, kau, mu, dan nja termasuk golongan klitika, jakm bentuk jang setjara fonologik sama kedudukannja dengan bubuhan, artinja berpadu utjapannja dengan bentuk jang ada disampingnja. Karena alasan itu bentuk klitika ku,kau, mu,dan nja ditulis serangkai dengan bentuk jang ada disampingnja. Patut ditambahkan bahwa setjara morfologik kata-kata itu tidak merupakan kesatuan dengan bentuk jang ada disampingnja. Hal ini dapat dilihat pada pemakaiannja jang sedjadjar dengan kata ganti aku, saja, engkau, kamu, serta kata lain jang mengatju kepada pelaku, pemilik, atau objek tindakan. Tjontoh;
Buku itu telah fa/baca. Jangan Araupakai baju^. Mana bajuAww yang baru? Kalau perlu aku akan mengambilnyo. Ini adalah hadiah bagi/nu.
Buku itu telah soyo baca. Jangan saudara pakai baju saya. Mana baju adik yang baru? Kalau perlu aku akan mengambil uang itu. Ini adalah hadiah bagi anakda.
135
C.PARTIKEL
Jang disebut partikel ialah satuan bahasa jang ketjil,jang mempunjai dua tjiri chusus;(1)(^umlahnja terbatas,dan(2)pada umumnja partikel tidak menjadi bentuk dasar lagi untuk proses peluasan menjadi bcntuk bersusnn. Pada dasamja semua partikel ditulis terpisah dari katajang ada disampingnja. Tjontoh: Ayah dan ibu Soalynngsulit Dengan senang hati
1. Kata perangkai ekasuku, di, dan ke (disamping kata dari),jang djup termasuk golongan partikel, ditulis terpisah dari katajang mengikutinja, untuk membedakannja dari awalan di-, dan ke-. Tjontoh: Surat itu sudah dituhsnja di rumah.
Kapan saudara ada di tempat ini? Bermalam sajalah di sini.
Ke mana engjcau selama ini? Dikemukakannya kehendaknya untuk pergi ke luar negeri. Sesudah memakai kemeja,pergilah ia ke meja makan. Ali mengelakkan diri ke samping kiri. la ikut teijun ke tengah kancah pequangan. Marilah kita menengok ke belakang sebentar.
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Hasan ada di muka rumah.
2. Gabungan kata ke dengan kata lain jang didjadikan pangkal perluasan lebih lanjut Hitnlis serangkai. Demikian pula penulisan partikel gabungan kepada dan daripada. Tjontoh:
la sudah keluar dari kantor itu. (tetapi: la sudah pergi ke luar halaman sekolah).
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Jangan mengesampingkan persoalan yang begitu penting. la benar-benar tidak bisa diketengahkan dalam masyarakat.
136
Janganlah engkau tnengebelakangkan pekerdjaan utamamu. la mengemukakan pendapatnya tanpa malu-malu. Sampaikan salam saya kepadanya. Daripada menganggur lebih baik membaca surat kabar.
3. Kata lah, kah, tah, dan pun,termasuk golongan partikel djuga. Lah Han pun merupakan partikel penegas dalam kalimat berita, sedan^can kah dan tah merupakan partikel penegas dalam kalimat tanja. Karena dalam pemakaiannja bentuk-bentuk ini bersifat klitika djuga (lihat fasal B di atas), maka tulisannja serangkai dengan kata Jang mendahuluinja. Tjontoh; Pergi/flf/j engkau dari sini.
Katanya, yang diperlukan ia/aA keberanian. Jakarta ada/aA ibukota Indonesia.
ApaAoA yang tersirat dalam surat ini?
SudahAaA kautulis karangan itu? Belum selesaiAaA bukunya? SiapaAaA gerangan tuan? Mapun alasannya seperti berikut ini. Baik mahasiswa vaavpun mahasiswinya,ikut berdemonstrasi.
Hasil pekeijaan itu, sekalipun belum memuaskan,dapat HitPirima juga.
Mesky>M« ia kaya,ia kurang disenangi. Walaupwn ia miskin, ia bahagia.
4. Kata pun lebih bebas pemakaiannja daripada partikel penegasjang lain Kata ini dipisah penulisannja dengan kata jang disampingnja,jika kata pun berarti djuga. Tjontoh:
Kecuali mereka,saya pun akan pergi. Pun pulajangan dilupakan pembangunan mental. Sekali pun,ia belum pemah datang. Ada pun, belum tentu uang itu saya berikan. Mau pun,belum tentu ia mampu.
137
D. KATA DJADIAN
1. Dalam kata djadian, bubuhan (awalan, sisipan, dan achiran) ditulis seran^ai dengan kata dasamja. Tjontoh: la menengok anak sakit itu. Anak sakit itu rf/biayai oleh gurunya. Jangan mempermainkan anak itu. Jalan raya di kota itu sudah rf/perlebar. Bunyinya ftergeletar.
2. Kalau bentuk dasamja terdiri atas gabungan kata jang mendapat awalan atau achiran, maka awalan atau achiran itu ditulis serangjcai dengan kata jang langsung mengikuti atau mendahuluinja. Tjontoh: menganak sungai berumah batu
tjampur tangani
3. Kalau bentuk dasamja tCTdiri atas gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan achiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai. Tjontoh: memberitahukan djangan memberi tahukan
Hilipatgandakan penghancurleburan
djangan djangan
mempertanggungjawabkan
djangan
dilipat gandakan penghancur leburan mempertanggungjawabkan
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata itu berupa bentuk terikat, ataujang
chusus dipakai dalam kombinasi, maka gabungan kata itu ditulis serangkai. Tjontoh: pancawarsa djangan panca warsa
atau
prasangka
djangan pra sangka
atau
pra-sangka
tunanetra
djangan tunanetra
atau
tuna-netra
swadaya antarkota
djangan swadaya djangan antarkota
atau
swa-daya
atau
antar-kota
panca-warsa
138
E. KATA ULANG
Kata ulang iaiah bentuk bahasa jang kata dasamja diulang dan jang dapat disertai oleh:(1)penambahan bubuhan,dan(2)penggantian vokal atau konsonan. Kata ulang ditulis setjara lengkap dengan menggunakan tanda sempang. Bandingkan Bab VI, pasal M,mengenai Tanda Angka 2). Tjontoh: 1. hati-hati, guna-guna, mata-mata
jangan-jangan, kalau-kalau, mentang-mentang miskin-miskin, sakit-sakit, kurus-kurus
2. serba-serbi, desas-desus, plintat-plintut cerai-berai, beras-petas, sajoir-mayur 3. obat-obatan, kapas-kapasan, umbi-umbian kemerah-merahan, kebarat-baratan
tembak-menembak,tolong-menolong,tulis-menulis seolah-olah, seakan-akan awan-gemawan,jari-jemari, tali-temali pahit-pahitan, pedas-pedasan
gilang-gemilang, gersik-gemersik sebaik-baiknya,sepandai-pandainya F. KATA MADJEMUK
Kata madjemuk ialah gabungan kata jang memperlihatkan tjiri-tjiri jang berikut: 1. dalam proses pengulangan gabungan kata itu diulang seluruhnja;
2. sebagai pangkal perluasan, awalan dan achiran selalu terdapat pada udjimg-pangkalnja dan tidak pemah diantaranja. Kata madjemuk menurut definisi ini selalu ditulis serangkai. Tjontoh; orangtua
- orangtua-orangtua
keretaapi - perkeretaapian tandatangan - penandatanganan G.KAMA DIRI
Namajang sekarang sudah dipakai oleh seseorang, badan hukum,atau instansi disesuaikan dengan edjaan baru, ketjuali kalau jang bersangkutan -
139
berdasarkan faktor-faktor hukum, tradisi, atau sedjarah - ingin
mempertahankan edjaan lama. Dalam hal ini hak pribadinja hams dihormati. Nama diri jang bam jang diberikan sesudah edjaan ini berlaku setjara resmi, selalu ditulis menumt edjaan bam. Tjontoh: Roeslan Abdnlgani, Dada Meuraxa A. Rivai, Arifm Bej^ Tetapi; A. 7ani
H. KATA PUNGUT
Kata asing jang dimasukkan kedalam bahasa Indonesia disebut kata pungut. Dalam hubungan ini tidak dipergunakan istilah "kata pindjaman", karena kata itu tidak dikembalikan lagi kebahasa sumbemja. Lagipula dalam
proses pemungutan itu bahasa sumber tetap mempergunakannja sehingga tidak terdjadi pindah tangan. Berdasarkan taraf integrasinja kedalam bahasa Indonesia, kata pungut dapat dibagi atas dua golongan jang besar.
Golongan pertama meliputi kata asing jang masih dianggap unsur asing didalam tubuh bahasa, baik karena barunja faham jang dilambangkannja,
maupun karena ^orak artinjajang chusus dalam bahasa sumbemja. Kata-kata sematjam ini diedja menumt kelaziman jang berlaku didaiam bahasa aslinja. Sebagai tjontoh dapat dikemukakan: Sexploitation de I'homme par I'homme, copy, Zeitgeist, renaissance, shuttle-cock,proloog. Untuk bahasa jang mempunjai tatatulis chusus, seperti bahasa Arab, Sansekerta, Junani,Ibrani, Korea, Thai, Burma,Rusia, dipakailah edjaan jang
didasarkan pada TRANSLITERASI. Dalam transliterasi terdjadi penggantian tanda atau humf dari bahasa sumber ketanda atau humf bahasa penerima
(biasanja humf Latin). Penggantian ini dilakukan huruf7 tanda demi humf/tanda, setjara konsekwen.
Tujuan transhterasi temtama untuk memperlihatkan bentuk bahasa siunber. Dalam transliterasi kata-kata
dengan
untuk
menjatakan perbedaan kata dalam bahasa itu sendiri, dilambangkan oleh, misalnja, qalbun dan Icalbun.
Golongan kedua ialah kata-kata asing jang sudah diasimilasikan ke-
140
dalam tubuh bahasa penerima, dan jang sudah terpakai setjara merata.
Pengedjaan kata inilah jang perlu dibi^are^an dalam peraturan edjaan resmi Indonesia. Berlainan dengan golonganjang pertama,kata-kata asing sanatjam ini diedja berdasarkan asas TRANSKRIPSI.
Transkripsi kata asing menjangjcut ekwivalensi tjiri-tjiri fonologik, baik dari bahasa siunber maupun dari bahasa penerima. Karena tidak ada bahasa jang sama benar struktur fonologiknja, midca dalam proses ambil alih itu perlu dilakukan beberapa penjesuaian.
Jang mendjadi pegangan utama bagi transkripsi ialah lafal atau u^apan kata. Transkripsi pada umumnja tidak didasarkan pada edjaan bahasa sumber, tetapi pada fonem atau bunyi bahasa jang terdengar. Misalnja kata guerilla dalam bahasa Spanjol berhuruf delapan, tetapi jang didengar hanja tudjuh bunji /gerilya/; frase coup de'etat dalam bahasa Prantjis bertanda sebelas (termasuk tanda-tanda batja), tetapijang didengar hanja enam bunji /kudeta); kata retool dalam bahasa Inggris berhuruf enam, tetapi jang didengar hanja lima bunji /ritul/; sebaliknja kata extra dalam bahasa Inggris berhuruf lima, tetapi yang didengar enam bunji /ekstra/. Maka dalam transkripsi kata-kata asing jang dipungut dalam bentuknja jang utuh kedalam bahasa penerima, hams diusahakan agar menemukan kesesuaian atau korespondensi antara bunji fonem kedua bahasa itu. Dalam bahasa Indonesia tjontoh-tjontoh tersebut diatas akan diedja sebagai berikut; gerilya, kudeta, ritul, dan ekstra. Bahasa Indonesia memungut kata Arab qalb (= hati), tetapi tidak memungut kata kalb (= andjing). Jang mendjadi soal sekarang idah bagaimana menyesuaikan bentuk qalb dengan fonem-fonem Indonesia. Hasilnja dalam transkripsi: kalbu. Soal kalbu (= hati) bahasa Indonesia mirip utjapannja dengan kalb(u)(= andjing) bahasa Arab sebenamja tidak begitu penting artinja, karena dalam bahasa Indonesia tidak ada kontras antara [q] dan [k]. Djikalau kita berbahasa Arab,kontras ini perlu diperhatikan.
Dja^ disini soalnja bukanlah bagaimana kata itu hams diubah hurufhiunfiija, melainkan bagaimana setjara konsekwen diusahakan penjesuaian antara bunji fonem kedua bahasa itu. Patokannja ialah btmji dan gugus bimji (cluster) mana sadja jang terdapat dan diizinkan dalam bahasa Indonesia. Sesuai dengan struktur kata Indonesia, maka comosement,jang dipungut dari bahasa Belanda, diedja konosemen, karena bahasa Indonesia itu tidak
mengenal konsonan rangjcap /-nn-/ dalam kata dasar, dan tidak mengenal
141
gugus konsonan /-nt/ pada achir kata dasar.
Pengindonesiaan bennatjam kata pungutjang sekarang dipakai setjara berdampingan seperti: menasionalisir, menasionalkan, menasionalisasi, memproklamir, memproklamasifkan), kwalitas, kwalita, kwalitet, kwalitit, bam mempakan masalah edjaan kalau oleh Komisi Istilah Direktorat Bahasa dan Kesusastraan sudah ditentukan bentuk Indonesianja. Masalah ini dalam
instansi pertama mempakan soal pembentukan istilah dan bam sesudah itu mempakan soal edjaan. Bab IV
Penulisan Huruf Besar
Pendjelasan: Tjontoh nama orang dan djudul bukujang dimuat dalam fasal-fasaljang berikut ditulis menumt edjaan aslinja.
0.
Humf besar dipakai dalam sebuah kata atau satuan udjaran (kelompok kata,kalimat)imtuk mengchususkan atau memisahkan kata atau satuan
udjaran itu darijang lain. Dalam praktek penulisan bahasa,jang ditulis dengan hiuxif besar ialah;
1.
Hiuiif pertama dalam kata awal suatu kalimat, atau ungkapan jang berfungsi sebagai kalimat. Tjontoh: Apu maksudmu? Tidak apa-apa. Ada gula, ada semut.
2.
Huruf pertama dalam suatu petikan langsung. Tjontoh; Katanja,"Baiklah jika begitu."
3.
Tanjanja, "ATemana saja engkau ini?" Huruf pertama dalam larik sadjak menumt tradisi susastra. Tjontoh: Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
4.
Hurufpertama nama diri atau katajang dipakai sebagai nama diri. Nama
142
jang terdiri dari dua kata atau lebih, tiap-tiap katanja dimulai dengan hurufbesar. Tetapi nama diiijang didjaddcan dasar untuk kata bersusun (kata djadian)tidak berhumf besar. 4.1 Huruf pertama nama dan ungkapanjang mengatju(refer)kepada Tuhan, termasuk kata gantinja. Tjontoh: yfllah, fiangMahakuasa, Rob Kudus fhgkau, ATumia ilahi kepada hambaA/ya Tetapi, Ke/idianan TangMahaesa
4.2 Huruf pertama nama dan ungkapan jang mengatju kepada hal ihwal keagamaan,kepertjajaan, Kitab Sutji. Tjontoh: /slam, ATristen, Qvian,/41kitab /njil, ^eda, ITisnu
4.3 Huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan jang dipakai dimuka nama orang. Tjontoh: Mahaputra famin.Sultan //asanuddin,iViabi Musa
/mam Sjafii, //aji Agus Salim, Pendeta Rikin, Rama Agimg Sugiopranoto Tetapi Hamengku Buwono IX,sultan Yogyakarta 4.4 Huruf pertama nama djabatan resmi dan nama djabatan pemerintahan jang ada dimuka nama orang ataujang dipakai sebagai sapaan. Tjontoh: Menteri A. Yani, Gubemur Suijo,Rerdana Menteri Nehru
Profesor Supomo,ZaksamanaMuda C/dara//usein Sastranegara 4.5
Saudara Aetua yang terhormat Huruf pertama nama orang. Tjontoh: A\i, GadjahMada "Saya mau bicara dengan Rapak," kata Ami kepada kepala kantomya.
4.6. Huruf pertama nama bangsa,suku, bahasa,dan peristiwa sedjarah.
143
Tjontoh; bangsai4rab bahasa/nggris rakyat/ndonesia Proklamasi iSTemerdekaan
4.7
4.8
tetapi mengorabkan kata-kata Indonesia tetapi ke/nggris-rnggrisan tetapi dimdonesiakan,semdonesia dmur tetapi meny^roklamasikan A:emerdekaannya Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raja. Tjontoh: tahun i^/ijrah, tarikh Afasehi,tahun Dal bulan Maulud, bulan Pebruari hari.^iliwon, hari 5abtu Hari A'^atal, Hari Galungan Huruf pertama nama dalam ilmu bumi. Tjontoh: 5amudra /ndonesia,y4sia Tenggara, Timur Tengah Dtara,Parat laut,fiandung,JVerlandia
Gunimg Semeru,ATali Brantas, Tanjung PTarapan 5elat A[^arimata, Teluk Benggala,Jazirah ^rab 5emenanjung Melayu Nama-nama ini tidak dimulai dengan huruf besar kalau semata-mata menundjuk arah atau tidak disertai dengan nama djenisnja. Tjontoh: pergi ke sebelah darat mandi ke Mi
mendaki gunimg berlayar ke teluk menyeberangi Mat Indonesia terdiri dari tiga ribu/7ulau
4.9 Huruf pertama nama resmi badan,lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, baik nasional mai^un intemasional, serta nama dokumen dan surat resmi.
144
Tjontoh: A/ajelis Pennusyawaratan Pakyat,Z)epartemen Z,uar Negeri ATerajaan /nggris, f/ndang-C/ndang Dasar Pepublik /ndonesia Piagam Perserikatan Pangsa-Pangsa,Atlantic Charter Tetapi menurut wndang-wndang dasar kita pemerintah republik itu 4.10 Huruf pertama semua kata dalam djudul buku, madjalah, esai, ketjuali kata partikel, seperti di, ke, dari, dmyang. Tjontoh: 5alah ^suhan,Pelajaran Pkonomi untuk 5ekolah Zanjutan y4tas.
Dalam pengkataiogan dan bibliografi sering-sering hanja kata pertama dan nama diri sadja Jang memakai huruf besar. 4.11 Huruf pertama kata-kata singkatan. (Lihat selandjutnja Bab IV. A. mengenai Tanda Titik untuk pemerintjiaimja). BabV
Penulisan Huruf Miring
0.
1.
2.
Huruf miring dalam tjetakan pada umiunnja dipakai untuk memberi pengchususan atau penegasan.(Dalam naskah atau tik-tikan diberi satu garis bawah). Huruf miring dipakai untuk kata dan imgkapan asing Jang belum diasimilasi sepenuhnja. Tjontoh: I'exploitation de I'homme par I'homme Weltanschauung, politik divide et impera pilot project Huruf miring dipakai luituk djudul buku, kaija seni, madjalah, dan suratkabar,jang dikutip dalam karangan. Tjontoh: Nagarakertagama karangan Prapanca sendratari Ramayana
145
majalah Ekonomi dan Keuangan suratkabar Merdeka
3.
Huruf miring dipakai untuk huruf, kata, atau frase jang mengatju keutjapan atau bentuk tulisan, huruf, kata, atau frase itu sendiri. Tjontoh:
Huruf pertama dari kata abad ialah a. Dalam kalimat "la memberi uang kepada saya", kata saya didahului oleh partikel kepada.
Dalam tajuk rencana kami kemarin frase mendewakan Pancasila hams diganti dengan mendewasakan Pancasila. Bab VI
Penulisan Tanda Batja A. Tanda Titik
1.
Tanda titik mengchiri suatu kalimat,jang bukan pertanjaan atau seman. Tjontoh:
Pekan Olah Raga akan dimulai pada tanggal 10 Agustus. Saya tidak tahu apa yang dikehendakinja.
Sudilah kiranya saudara-saudara meninggalkan mangan ini. 2.
3.
la tidak tinggal di sana lagi. Tanda titik dipakai dibelakang singkatan nama orang. Tjontoh: Muh. Yamin, A. Yani, L. Ch. Damais,Suman Hs.,Ismail Mz.
Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ketjuali bila angka atau humfitu diapit oleh tanda kurung. Tjontoh:
III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan A. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
B. Direktorat Jenderal Pergunjan Tinggi C. Direktorat Jenderal Olah Raga D. Direktorat Jenderal Kebudayaan E. Direktorat Jenderal Pemuda dan Pramuka
4.
Tanda titik memisahkan djumlah ribuan, djutaan, miljaran, dalam
bilangan ketjuali angka tahun, nomor halaman. Dalam menjebutkan
146
waktu,tanda titik memisahkan angka djam dengan angka menitnja. Tjontoh: 1.966
5.
1.111.966
1.966.111.966
Buku itu tebalaya 1.945 halaman. Pada tahun 1945 diproklamasikanlah kemerdekaan Indonesia. Catalan itu terdapat pada halaman 1945. Jam 19.45 waktu Indonesia bagian Barat. Tanda titik dipakai dibelakang singkatan nama gelar, djabatan, dan sapaan.
6.
Tjontoh: Prof.(Profesor), Dr.(Doktor), dr.(dokter), drg.(dokter gigi), drh. (dokter hewan) Ir. (Insinyur), S.H.(Saijana Hukum) S.E.(Saijana EkonomiX S.S.(Saijana Sastra) Ds.(Dominus), Tn.(Tuan),Ny.(Nyonya) Nn.(Nona), Sdr.(Saudara) Tanda titik dipakai dalam singkatan jang terdiri dari huruf awal katakata jang termuat dalam nama badan pemerintah, negara, partai, sekolah,dan sebagainja,dalam tulisan atau surat resmi. Dalam suratkabar atau surat kawat tanda titik boleh ditinggalkan. Tjontoh: M.P.R. R.P.A.
7.
D.P.R. P.B.B.
U.U.D. R.P.K.A.D. P.S.I.I. S.M.P.
R.R.I.
S.M.A.
Tanda titik dipakai dibelakang singkatan kata atau ungkapanjang sudah sangat umum.
8.
Tjontoh: tgl. dsb. tsb. dll. dkk. him. yth. no. d.a. a.n. H.(Hijrah) M.(Masehi) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan jang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau gabimgan kedua-duanjajang termuat dalam nama badan-badan pemerintah nasional dan intemasional, faham, aliran,
pengertian, atau badan chusus lainnja. Gabungan itu diutjapkan dan ditulis sebatas satu kata biasa.
Tjontoh:
Depad, Deppen, Reskrim, UNESCO (Unesco), NATO, Selgen,
147
Menutama, Hankam, Waperdam, ABRI,orpoi, KAMI,Ampera, Tritura.
9.
Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kunia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang, ketjuali djika letaknja pada achir kalimat
Tjontoh: AI
Cu
TNI
DNA
cm
km
dal
ha
kg
p $ 10. Tanda titik atau tanda batja Iain, ketjuali tanda tanja atau tanda seru,
tidak dipakai dibelakang djudul buku,karangan, dan bab. Tjontoh: Djalan Tak Ada Udjung
Acara Kunjungan Adam Malik di Kuala Lumpur Bentuk dan Kedaulatan(Bab I U.U.D. 45) Tjatatan:
Tanda titik dipakai djuga bila djudul buku, karangan, dan bab, mengachiri suatu kalimat. Tjontoh:
Saya sudah membaca Remngan Indonesia. 11. Tanda titik tidak dipakai dibelakang tanggal, nama, dan alamat,jang tidak menjadi bagian kalimat dalam surat-menjurat. Tjontoh: Jakarta, 17 Agustus 1966 Kepada Yth. Sdr. Kasandinama JaIanArifI07 Jakarta
Tetapi Sdr. Kasandinama tinggal di Jflan Arif 107, Jakarta. B. Tanda Koma
0. Tanda koma bertugas melambangkan djeda jang didahului oleh nada suara naik atau nada datar,jang mengisjaratkan bahwa kalimat itu akan dilandjutkan.
148
1. Tanda koma mentjeraikan unsur pendjelas dari pokok berita, chususnja kalau pendjelas itu panjdang. Pendjelas jang disisipkan dalam kalimat sebagai penambah keterangan diapit oleh sepasang tanda koma,sebagai tanda batasnja. Tjontoh:
la menjatakan, bahwa pekerdjaannja sudah selesai.
Setibanja di rumah sehabis nonton, dilihatt^a sudah banyak tamu yang menanti.
Hasil pekeijaan itu, sekalipun belum memuaskan,dapat diterima juga.
2. Tanda koma dipakai diantara tiap unsur dalam suatu pemerintjian atau pembilangan,dan pemilihan (altematif). Tjontoh: Pada waktu itu yang hadir bapak,ibu, dan paman. Hitunglah, satu, dua,tiga. Mau yang ini, atau yang itu?
3. Tanda koma mengikuti un^apan seperti yakni,ialah, misalnya,sebagai berikut, jang disertai nada suara naik atau datar, sebagai pengantar rangkaian tjontoh atau ilustrasi. Tjontoh:
Contoh barang in:q)or misalnja, mobil,sepeda motor,dan gerbong kereta api.
4.
5.
Tanda koma mentjeraikan anak kalimat jang setara,jang dirangkaikan oleh partikel penjambung(kondjungsi) Tjontoh: Saya sudah selesai, tetapi ia belum. Tanda koma dipakai djuga untuk membatasi ungkapan atau kata jang menggambarkan suatu peralihan pikiran seperti sebaliknja, akan tetapi, di pihak lain, meskipun demikian, oleh sebab itu, lagi pula,padahal. Kalau kata-kata ini diutjapkan dengan nada suara naik atau datar, tandanja bagian ini statusnja tidak setara. Tjontoh: Oleh sebab itu, diperlukan pemecahan yang tepat dan cepat. Meskipun demikian,kita hams tetap bemsaha.
149
6.
Tanda koma men^eraikan suatu kutipan langsung daii bagian lain suatu kalimat.
Tjontoh:
Kata ibu dengan lemah lembut,"Hati-hatilah nanti." "Belum selesai,"jawabnja.
7.
Tanda koma mengikuti bagian-bagian alamat dan tanggal jang ditulis sebaris.
Tjontoh: Dekan Fakultas Sastra U.I., Rawamangun, Jakarta Surabaya, 10 November 1966
8.
Tanda koma dipakai diantara nama tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan. Tjontoh:
9.
Ramali, A.,Sumpah Dokter dan Susila Kedokteran: Lafal, Tafsir, dan Sedjarahnja, Djakarta, Djambatan, 1966. Tanda koma mentjeraikan, nama jang susimannja dibalik dalam bibliografi, dan kaija atjuan (reference work). Tjontoh: Zain, Sutan Muhammad,Djalan Bahasa Indonesia, Djakarta, Grafika, 1958.
Simorangkir, J.C.T. dan B. Mang Reng Say, Konstitusi dan Konstituante Indonesia I, Djakarta, Surungan, 1958. 10. Tanda koma ditulis djuga diantara nama orang dan gelar akademik jang mengikutinja, untuk membedakannja dari singkatan nama keluarga atau marga.
Tjontoh: Djokosutono, S.H. Ahmad, M.A. Tetapi: Ismail Mz.
Suman Hs.
11. Tanda koma dipakai dimuka angka persepuluhan(desimal),dan diantara rupiah dan sen dalam bilangan. Tjontoh: 12,54 m
0,5 kg
Rp12,50
150
Pada tahun 1945 diproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Catalan itu terdapat pada halaman 1945. C. Tanda Koma Bertitik
0.
Tanda koma bertitik tugasnja menjerupai tugas tanda titik, kalau disertai nada suara turun; tugasnja menjerupai tanda koma,kalau disertai nada suara naik atau datar.
1. Tanda koma bertitik memisahkan anak kalimat setara jang tidak berpartikel penghubung (kondjungsi). Contoh;
Hari sudah malam; aku man pulang. Bapak membaca; ibu menjahit; adik belajar.
2. Tanda koma bertitik memisahkan frase atau anak kalimat,jang masingmasing sudah ditjeraikan oleh tanda batja Iain. Tjontoh:
Hasil bumi negeri itu terdiri atas: teh dan kopi; minyak,emas,dan bijih timah; ikan dan temak. D. Tanda Titik Bertindih
0.
Tanda titik bertindih bertugas koordinatif dalam menghubungkan kata, &ase, dan anak kalimat.
1.
Tanda titik bertindih itu memisahkan bagian jang umum sifatnja dari bagian jang chusus. Tjontoh:
Yang diperlukan untuk pekeijaan itu ialah: kertas, pensil, dan uang. 2. Tanda titik bertindih dipakai dalam kepustakaan diantara atjuan djilid (nomor)dan halaman, atau antara bab dan ajat dalam kitab-Wtab sutji, atau antara djudul dan anak djudul. Tjontoh: Siasat, XII(1958), 570: 28 Slametmuljana (Dr.), Kaidah Bahasa Indonesia, 1: 43 Surah Yasin: 25 Lukas 2: 12-17
Salim, H. Aguws,Djedjak Langkah:Pilihan Karangan, Utjapan dan Pendapat Beliau dari Dulu sampai Sekarang
151
3.
Djakarta, Tintamas, 1955. Tanda titik bertindih itu Jang menjatakan suatu perbandingan. Tjontoh: 12:20 = 3:5 a: b : c
E. Tanda Pisah
0.
Tanda pisah berfiingsi sama dengan tanda koma dan tanda titik dua; sepasang tanda pisah sama fungsinja dengan sepasang tanda kurung. 1. Tanda pisah membatasi penjisipan kata, frase, aposisi, atau anak kalimat jang diberi penjelasan chusus. Tjontoh: Kemerdekaan bangsa itu - dan s^a yakin pasti akan datang - hams dipeijuangkan oleh bangsa itu sendiri. Semua barangnya - radio, televisi, dan perhiasan - dibawa lari pencuri. 2. Tanda pisah menundjukkan ungkapan penjimpul atau member!penegasan pada aposisi atau pendjelas lainnja. Tjontoh: Mereka semua mengenal Pak Salim - gum tua di kota kecil itu. Tak tampak pada pertemuan itu saudara-saudara A, B, dan C, semuanya anggota yang sedang bertugas ke luar kota. 3. Tanda pisah diantara dua bilangan atau tanggal, atau antara dua nama tempat berarti sampai dengan. Tjontoh: 10 -- 25
17 April 1945 - 17 Agustus 1946. Jakarta - Cirebon
Tjatatan: Perhatikan spasijang meng^it tanda pisah ini. F. Tanda Sempang 1. Tanda sempang dipakai sebagai penjambung suku-suku kata dasarjang terpisah oleh pergantian baris. Tjontoh: tang-gal Diresmikan pada tang-[achir baris] gal 20 - 5 - 1955
152 tim-bul
ting-gi
ha-rap 2.
^
Tanda sempang dalam kata djadian dipakai sebagai penjambung kata dasar dengan awalan dan achirannja. Tjontoh: meng-eratkan (erat) mengerat-kan mengerat-erat-kan me-ngeratkan (kerat) mengerat-ngerat-kan be-revolusi ber-evolusi
3.
Tjatatan; Penjukuan kata djadian dibatasi sampai kata-kata dasamja sadja, djadi; keduduk-an atau ke-dudukan,dan djangan; kedu-dukan. Tanda sempang dipakai sebagai penjambung diantara unsnr-imsur kata bemlang. Tjontoh: anak-anak
berlari-lari kemerah-merahan
G. Tanda Elipsis
0.
Tanda elipsis dilambangkan oleh tiga titik berturut-turut(jang pada achir
1.
kalimat diikuti oleh sebuah titik lagi). Tanda ehpsis menggambarkan kalimatjang terputus-putus,jang di^irikan oleh nada suara datar.
2.
Tjontoh: Seandainya saya ... andaikata saya ... ya, saya dapat menolongmu. "Tolong!... Tolong!" teriaknyaketakutan. Sejak pagi-pagi buta rakyat menantikan kedatangan menteri dari Jakarta di lapangan terbang. Ketika pintu pesawat dibnka,keluarlah... raja Idrus. Tanda elipsis menggambarkan penghilangan bagian dalam petikan atau tuturan.
153
Tjontoh: Undang-undang 1946 nomor 1 menetapkan "dengan menyimpang seperlimya dari Ketetapan Presiden Republik Indonesia tertanggal 10/10/1945 ..." bahwa peraturan-peraturan hukum pidana yang ada pada tanggal 8/3/1942. "Kaubalaslah surat ini dengan...," kemudian ia jatuh pingsan. H. TandaTanja 0. Tanda tanja bertugas melambangkan nada suara naikjang mengisjaratkan achimja suatu pertanjaan. I. Tanda tanja dipakai pada achir pertanjaanjang mengharapkan djawaban atau jang sifatnja retorik. Tjontoh: Bilamana ia akan berangkat?
2.
3.
Saudara sudah tabu, bukan? Tanda tanja tidak dipakai dalam pertmijaanjang tidak merupakan petikan langsung sesuai dengan nada suaranjajang tunin. Tjontoh: Ditanyakannya mengapa saya tidak man pergi. Ia ditanya ke mana ia pergi. Tanda tanja dalam tanda kurung, mengikuti utjapan atau tanggal jang disangsikan atau jang kurang dapat dibuktikan. Tjontoh: la dilahirkan pada tahun 1683(?) la pergi ke Jawa Timur(?)untuk menengok orang tuanya.
1. Tanda Seru
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pemjataan jang berupa seruan, perintah,danjang minta perhatian chusus. Tjiti-tjirinja dalam udjaran berupa tekanan chusus dan pada suara naik atau hirun. Tjontoh: Merdeka! Duduk baik-baik!
Panasnya hari ini! Alangkah seramnya peristiwa itu!
154
J. Tanda Kurung 1. Tanda kurung mengapit keterangan/pendjelasanjang ditambahkan pada kalimat atau bagian-bagiannja. Tjontoh;
Gempa bumi di Skopye (Yugoslavia) beberapa tahun yang lalu menimbulkan banyak korban. 2. Tanda kurung mengapit suatu penjisipan jang biasanja ditulis diantara tanda koma, chususnja untuk keterangan jang bukan bagian integral
3.
pokok pembitjaraan. Tjontoh: Keterangan tersebut (daftar A) memberikan gambaran naiknya impor beras dengan jelas. Katanya ia belxun pemah {sic) melihat fihn. Tanda kurung mengapit angka atau hurufjang tugasnja m^erintji satu seri keterangan. Tjontoh: Lembaga Bahasa dan Kesusastraan terdiri atas: (1) Urusan Tatabahasa,(2)Urusan Peristilahan,(3)Urusan Perkamxisan,(4) Urusan Kesusastraan Lama,(5)Urusan Kesusastraan Modem,(6) Umsan Bahasa Daerah,(7)Umsan Dokumentasi dan Penerbitan, dan(8)Urusan Tatausaha.
K. Tanda Kurung Siku 1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, ataufrase jang ditambahkan pada kalimat kutipan. Tjontoh: Sang Sapurba men[d]engar bunjd gemerisik itu. Makanan yang sangat disukai[nya] ialah tumbuh-tumbuhan. Usaha "menaikkan kembali derajat bahasa Melayu yang dahulu amat muha itu" tak dapat tidak tentu akan menarik raja-raja Melayu,demikian persangkaan [komite pendiri] Pujangga Bam. (H.B. Jassin,Pudjangga Bam,him. 13). 2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat pendjelas jang sudah bertanda kurung.
155
Tjontoh;
(Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat halaman 10] tidak dibicarakan lagi.) 3. Tanda kurung siku mengapit lambang-lambang fonetik. Tjontoh:
[h]seperti bunji pertama pada kata nyaman. [o] seperti bunji vokal dalam kata tokoh. L. Tanda Petik
1. Tanda petik mengapit suatu petikan langsimg,jang berasal dari seorang pembitjara, dari teks atau bahan tulisan lain. Kedua tanda petik itu ditulis sama tinggi diatas baris. Tjontoh:
2.
"Sudah mulai terang," katanya penuh harap. "Saya belum siap," serunya,"tunggu lima menit lagi." Tanda petik mengapit djudul sjair, karangan,dan bab bidoi. Tjontoh:
Sajak "Berdiri Aku" karangan Amir Hamzah sering dibawakan.
Karangan Dr. Mob. Hatta "Demokrasi Kita"
sekarang sudah diterbitkan lagi. Dalam buku Siti Nurbaya, Bab "Samsulbahri membunuh diri" terdapat pada halaman 230.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiahjang kurang dikenal, katajang diberi arti chusus, kata banianjang masuk kosa kata,kata-kata bahasa "slang" atau "jargon". Tjontoh:
Pemotretan sebaiknya dilakukan dengan wide-angle-lens camera karena dengan cara ini "Stereoskopi"-nya lebih menonjol. "Lampu hijau" masih belum menyala.
Kita tidak boleh merasa "aitive'', tetapi hams maju untuk mencapai hasil yang lebih besar. Akhir-akhir ini ia "getol" membaca suratkabar.
4. Tanda petik dipakai untuk menjulih kata. Tanda petik itu ditulis dibawah katajang disulih.
156
Tjontoh: Daftar
A B
C
5. Dalam petikan, tanda titik, tanda koma, tanda tanja, dan tanda sera, sebagai bagian itu, mendahului tanda petik penutup. Tjontoh: la berkata,"Jelek benar pensil ini." "Barang itu terlalu mahal," katanya. "Belum jugakah ia kembali?" Rakyat bersera,"Hidup Republik Indonesia!"
6.
Tanda petik tunggal mengapit suatu petikan dalam petikan lain. Tjontok Katanya,"Kemana saja 'profesor' kita ini?"
M. Tanda Angka 2 Tanda angka 2 dibatasi pemakaiannja dalam tulisan ^epat, atau dalam tulisan Jang memerlukan penghematan waktu dan raang (notula, surat-kabar).
N. Tanda Garis Miring 1. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau djuga. Tjontoh: Para mahasiswa/mahasiswi sudah masuk kuliah lagi. Dicari seorang pengetik laki-laki/wanita. Harga eceran koran naik menjadi Rp. 0.80/lembar. Ketua Presidium/Menutama/Pangad. 2. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Tjontoh: No. 272/Sek/ll/66
3.
Tanda garis miring mengapit lambang-lambang fonemik. Tjontoh: /axir/ ditulis "akhir"
IX
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (1972)
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN1972 TENTANG
PERESMIAN BERLAKUNYA "EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN" 1.
Pemakaian Huruf
1.
Abdjad
Huruf-hurufjang digunakan dalam bahasa Indonesia serta namanamanja ialah; Utjapan Huruf
2.
Huruf
Utjapan en
Aa
a
Nn
Bb
be
00
0
Cc
tje
pe
Dd
de
Pp Qq
ki
Ee
e
Rr
er
Ff
ef
Ss
es
Gg
ge
Tt
te
Hh
Uu
u
li
ha i
Vv
fe
Jj
dje
Ww
we
Kk
ka
Xx
eks
Zz
zet
LI
el
Mm
em
je
Vokal
Pennlisan vokal tidak mengalami perubahan. a
asah,lusa
e
emas, pena
158
3.
4.
1
isi, simpan
0
oleh,tokoh
u
utuh, pun
Diftong Penulisan diftong tidak mengalami perubahan. ai pandai,sampai au
atau, harimau
01
amboi
Konsonan
Penulisan konsonan pada umumnja tidak mengalami perubahan. (a). Jang tidak berubah: b d
bahasa,sebab dua, abad
g h k 1 m n ng p r s
guna,tiga hari, tuah kami,rakjat lemas, kesal maka,diam nanti,tuan ngilu, pening pasang,siap raih, putar sampai,lemas
t
tutup,rapat
w
wanita, hawa
(b). Jang berubah: baru
lama
dj j nj tj* sj*
djalan pajung njonja tjakap sjarat
j y
jalan payung nynyonya
c
cakap
sy
syarat
159
ch tarich
kh
tarikh
*Kedua gahimgan hurufini sebenamja tidak terdaftar dalam edjaan lama. (c). Lain-lain:
Hxiruf-huruf dibawah ini diresmikan pemakaiannja. f maaf,fakir V valuta, universitas z zeni, lezat
Huruf-huruf q dan x jang lazim digunakan dalam ilmu-ilmu eksakta dipakai djuga. 5.
Namadiri
Penulisan nama orang, badan hukum,nama sungai, gunung,djalan dan sebagainja hendaknja disesuaikan dengan edjaan jang disempumakan ke^uali bila ada pertimbangan-peitimbangan chusus dari segi hukum,tradisi atau sedjarah. n.
Penulisan Kata 1. Katadasar
Kata jang berupa kata dasar masing-masing ditulis sebagai satu kesatuan.
2.
Saya punya buku baru. Kantor Pajak penuh sesak Kata djadian
(a) imbuhan(awalan, achiran,sisipan)ditulis serangkai dengan kata dasamja. menengok mempermainkan
(b) awalan atau achiran ditulis serangkai dengan kata jang langsung mengikuti atau mendahuluinja, kalau bentuk dasamja berupa gabungan kata. menganak sungai bertepuk tangan sebar luaskan
(c) Kalau bentuk dasar bempa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan achiran, maka kata-kata itu dituhs
160
serangkai. memberitahukan
mempertanggungjawabkan
(d) Kalau salah satu unsur gabungan kata chusus dipakai Halam kombinasi,gabungan kata itu ditulis serangkai. prasangka swadaya tunanetra
3.
Kataulang
Kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung. hati-hati obat-obatan
gilang-gemilang
(Lihat djuga keterangan mengenai tanda ulang). 4.
Kata madjemuk Hanja dalam kata madjemuk seperti; hulubalang peribahasa bumiputra matahari
bagian-bagiannja ditulis serangkai. 5.
Didanke
Kata depan di dan ke dituhs terpisah dari kata Jang mengikutinja Mereka ada di sini
6.
Mari berangkat ke pasar Tetapi: Saya percaya kepada ibu. Lab,kah,tab, pun
Lab, kab, tab, dan pun ditubs serangkai dengan kata Jang mendabuluinja. Sayalab yang dicari Apakab dia tabu?
Sekalipun miskin, dia tidak pemab mengelub. Tetapi:
Jangankan dua kali,sekab pim engkau belum pemab datang.
161
7.
Kau,ku, mu,nya
Kau- dan ku- ditulis serangkai dengan katajang mengikutinja; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata jang mendahuluinja.
Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku,bukumu,dan bukunya tersimpan di perpustakaan. III. Penulisan Huruf 1. Huruf besar
Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama: (a) kata pertama suatu kalimat; Selamat pagi. BCita hams bekeija keras. (b)suatu kutipan langsxmg. Dia bertanya,"Kapan kita pulang?" (c) nama diri atau katajang dipakai sebagai nama diri.(Bila nama diri disusim oleh lebih dari satu kata, tiap kata mulai dengan huruf besar.) Allah Islam Alkitab
Nabi Adam
Profesor Supomo Selasa
Samudra Indonesia
Inggris Dewan Perwakilan Rakyat
Tjatatan: Kata-kata berikut ditulis dengan himif ketjil. keinggris-inggrisan masalah ketuhanan
2. HiuTifmiring Huruf miring menimdjukkan:
(a) djudul buku,keija seni, madjalah, dan surat kabar jang dikutip dalam karangan
Nagarakertagama karangan Prapanca.
162
majalah Ekonomi dan Keuangan (b)penjebutan huruf atau kata dalam kalimat Huruf pertain^ kata abad ialah a.
(c) kata asing jang belum terserap sepenuhnja dalam bahasa Indonesia
politik divide et impera Weltanschauung
(Dalam naskah hurufjang hendak ditjetak dengan huruf miring diberi garis bawah.) rv. Tanda Batja
Tanda-tanda batjajang berikut dan himifjang mengikutinja dipisahkan oleh satu spasi; .) •]
Tanda-tanda batja berikut dipisahkan satu spasi dari huruf atau tanda batja jang mendahuluinja; (... [...
1. Titik(.)
(a)mengachiri kalimatjang bukan petanjaan atau seruan. Ayahku tinggal di Solo. (b)dipakai dibelakang singkatan nama orang Moh. Yamin Ismail Mz.
(c) dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ichtisar, dan daftar.(Lihat djuga pemakaian tanda kurung). 111. Departemen X; A. Direktorat Jendral a
163
B. Direktorat Jendral b C. Direktorat Jendral c
(d) dipakai dibelakang singjcatan nama gelar, djabatan, dan sapaan.
Prof. Ir. Yth. Sdr. Nn.
(e) dipakai dibelakang singkatan kata atau ungjcapanjang sudah sangat lunum. dsb. dll. u.b. dst. a.n. d.a.
(f) dalam bilangan, dapat memisahkan angka ribuan, djutaan, dan seterusnja ketjuali dalam angka tahim dan nomor (halaman, mobil,telepon, dll). Dalam menjebutkan waktu, tanda titik memisahkan angka djam dari angka menitnja. 1.966
1.966.111.966 1.945 halaman
jam 19.45 Tetapi: Halaman 1945
pada tahun 1945 teleponlah 81459
(g) tidak dipakai dalam singkatan Jang ditulis dengan hnruf besar.
MPR PSSI
UUD ABRI
SMP
(h)tidak dipakai dalam akronim. Deppen Sekdjen Hankam
Tritura
Reskrim
(i) tiHak dipakai dalam sing)eatan lambang kimia, satuan ^lk^lran, takaran,timbangan,dan mata uang. Cu
TNT
DNA
cm
Rp
$
(j) tiHak dipakai dibelakang djudul(buku,karangan, berita, dan bab).
164
Djalan Tak Ada Udjung Acara Kunjimgan Adam Malik Bentuk dan Kedaulatan
(Bab I UUD 45) Tetapi:
Saya sudah membaca Renungan Indonesia,
(k) Dalam surat menjurat tidak dipakai dibelakang tanggal, nama,dan alamat,jang tidak mendjadi bagian kalimat. Jakarta, 17 Mei 1973 Kepada Yth. Sdr. Kasandinama JalanArif 107
Bandung Tetapi:
Sdr. Kasandinama tinggal di Jalan Arif 107, Bandimg. 2. Koma (,)
(a) dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu pemerintjian atau pembilangan.
Saya membeli kertas, pena, dan tinta Satu, dua, tiga!
(b) mentjeraikan anak kalimat, baikjang dirangjcaikan oleh kata penghubung maupun jang tidak. Saya sudah selesai, tetapi ia belum. Malu bertanya, sesat dijalan
(c) mentjeraikan kutipan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Kata ibu dengan lemah lembut,"Hati-hatilah".
(d) dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat,(iii)tempat dan tanggal,jang ditulis sebaris. Dengan Fakultas Kedokteran UI, Salemba 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1970
(e) mentjeraikan bagian nama jang dibalik susimannja dalam daflar pustaka.
165
Siregar, Merari, Azab dan Sengsara Weltevreden, Balai Pustaka, 1920
(f) dipakaicliantarananiatenq)atpenerbitan,namapenerbit,dan tahun penerbit. (Lihat ^ontoh pada(e).)
(g) dipakai diantara nama orang dan gelar akademis jang mengikutinja, untuk membedakannja dari singkatan nama keluarga atau marga.
Djokosutomo,SH Tetapi: Ismail Mz.
(h) dipakai dimuka angka persepuluhan dan diantara rupiah dan sen dalam bilangan. 12,54 m Rp 12,50 3. TitikkomaC)
Titik koma memisahkan bagian-bagian kalimat,djika dalam bagianbagian kalimat itu sudah ada koma. Hasil negeri itu terdiri atas: teh dan kopi; minyak, emas, dan bidji besi; ikan dan temak.
4. Titik dua(:)
(a) dipakai sebagai pengantar suatu daftar, rangkaian, atau pemerintjian.
Yang kita perlukan sekarang ialah: kertas, tinta, dan pena.
(b) dipakai(i)diantara djilid atau nomor dan halaman,(ii) diantara bab dan ajat dalam kitab-kitab sutji, atau (iii) diantara djudul dan anak djudul suatu karangan. Tempo,I(1971),34: 7 Surah Yasin: 9
Karangannya,Pendidikan: Sebuah Studi, sudah terbit. (c) dipakai diantara bagianjang menimdjukkan pembitjara dan apa jang diutjapkannja dalam pertjakapan. Ibu :"Bawa kopor ini, Mir!"
166
Amir
: "Baik, bu."
5. Tandahubimg(-)
(a) menjambung siiku-suku kata dasar jang terpisah oleh pergantian baris. ada cara ba rn
(b) menjambung awalan dengan bagian kata dibelakangnja atau achiran dengan bagian kata didepannja pada pergantian bans cara bam mengukurpanas cara bam me-
ngukur kelapa alat pertahanan yang bam
(c) menjambung unsur-unsur kata ulang. anak-anak
kemerah-merahan
(d) menjambung bagian-bagian tanggal. 4-7-1935
6. Tanda pisah(—)
(a) membatasi penjisipan kata, kelompok kata, atau anak kalimat jang memberi pendjelasan chusus.
Kemerdekaan bangsa itu—dan saya yakin pasti akan datang—hams dipeijuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Semua barangnya—radio,televisi, dan perhiasan—dibawa lari pencuri.
(b) menegaskan adanja aposisi atau pendjelasan lainnja. Mereka semua mengenal Pak Salim—gum tua di kota kecil itu.
(c) diantara dua bilangan atau tanggaljang berarti sampai dengan atau diantara dua nama kotajang berarti ke,sampai. 1910—1945
Jakarta—Bandung
167
7. Tandaelipsis (...) (a) menggambarkan kalimatjang terputus-putus.
Kalau begitu.... ya, marilah kita berangkat. (b) menundjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian jang dihilangkan. "Faktor-faktor 8. Tanda tanja(?)
itu akan diteliti sekedamya".
(a) menundjukkan pertanjaan jang meng^arapkan djawaban atau jang bersifat retoris. Kapan ia berangkat? Tetapi:
Saudara tahu, bukan? —
Saya tidak tahujam berapa dia datang.
(b) bila ditaruh dalam tanda kurung menundjukkan utjapan jang disangsikan ataujang kurang dapat dibuktikan kebenarannja. Ia dilahirkan pada tahim 1683(?) Dcsan pergi ke Sigli(?)menengok neneknja. 9. Tanda seru (!)
Tanda seru menundjxikkan ungkapan seruan, perintah, dan jang meminta perhatian chusus. Merdeka!
Alangkah panasnya! Pergi! 10. Tanda kurung(())
(a) mengapit keterangan jang ditambahkan pada kalimat atau bagianbagiannja.
Gempa bumi di Skopye (Yogoslavia) menimbulkan banyak korban.
(b) mengapit keterangan jang bukan bagian dari keseluruhan pokok pembitjaraan.
Katanya ia belum pemah (sic) melihat karangan itu. (c) mengapit angka atau hurufjang memerintji satu serf keterangan. Angka atau hurufitu dapat djuga diikuti hanja oleh kurung tutup. Masalah ejaan menyangkut bidang; (A)fonologi
168
(B)morfologi (C)sintaksis atau;
A)fonoiogi B)morfologi C)sintaksis
11. Tandakurungsiku([])
(a) mengapit huruf, kata, atau kelompok kata jang ditambahkan pada kalimat kutipan
Sang Sapurba me{d]engar bunji gemersik itu.
(b) mengapit keterangan dalam kalimat pendjelas jang sudah bertanda kurung.
(Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan lagi.) 12. Tandapetik ("...")
(a) mengapit petikan langsungjang berasal dari pembitjara, dari naskah atau bahan tertulis lain. Kedua tanda petik itu ditulis sama tinggi diatas baris.
"Sudah siap," katanya.
"Saya belum siap," serunya,"tunggu sebentar."
(b) mengapit djudul sjair, karangan, dan bab buku. Sadjak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5. Karangan Moh. Hatta "Demokrasi Kita"
sudah diterbitkan lagi. Bacalah bab "Samsulbahri membunuh diri"
dalam buku Sitti Nmbaja.
(c) mengapit istilah jang kurang dikenal atau katajang diberi arti chusus.
Istilah "tak bersuara" memmdjuk kepada keadaan terbuka dalam batang tenggorok. "Lampu hijau" belum lagi menyala.
Tjatatan; Tanda petik tutup (...") didahului oleh titik, koma, tanda tanja, dan tanda seru jang mendjadi bagian kutipan.
169
la berkata,"Jelek benar pensil ini." "Siapa kau?" tanyanya. 13. Tanda petik tunggal Tanda petik tunggal mengapit kutipan dalam kutipan lain. Katanya,"Kemana saja 'profesor' kita ini?" 14. Tandaulang(2) Tanda ini terbatas pemakaiannja pada tulisan tjepat, notula, dan surat kabar.
15. Tanda garis miring (/) (a) dipakai dalam penomoran kode surat. No. 272/Sek/II/66
(b) dipakai sebagai pengganti kata per dan atau.
Harganya Rp 97,50/meter pendahuluan/pembukaan
PENUTUP
Dari pengalaman menyebarluaskan konsep sistem ejaan yang baru sejak tahun 1966 sampai dengan thun 1972,dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut teiah meminta tenaga, waktu, kiat, dan terutama kemampuan ilmiah, serta teknik komunikasi, yang semuanya itu dituangkan dalam satu perencanaan terpadu. Kiat penyampaian persoalan yang tanq)ak lebih komunikatifialah bahwa
di samping persoalan tetap disajikan secara ilmiah sebaiknya dibungkus
dengan cara santai atau populer, bila perlu disertai humor. Tid^ secara Walfii sampai mengerutkan kening berkah-kali. Tidak bersulit-sulit dengan mffmalfai istilah atau bahasa atau ungkapan yang berat-berat yang sebenamya dapat dinyatakan dengan kata atau kalimat sedahana. Seperti dikatakan oleh orangorang arif, "Janganlah menyuhtkan yang mudah-mudah,tetapi mndahkanlah yang sulit-sulit."
Karena itu, banyak penyuluh yang memberikan keterangan dalam penyuluhan untuk masyarakat umum tentang fonem tidak memakai tanda-tanda
yang lazim dipakai dalam linguistik seperti //,[], dan {}. Pemah teqadi dalam diskusi PWI Jakarta tahun 1967,seorang penanggap menganggap huruf-huruf dalam tanda kurung siku sebagai huruf baru. Hal itu dapat dipahami karena ber^a orangkah yang sudah mengetahui lambang dan tanda-tanda linguistik tersebut dalam masyarakat luas.
Pemudahan tanda-tanda linguistik tersebut tentulah hanya untuk penyuluhan itu saja sampai batas-batas tertentu.
Tanggapan yang terdapat dalam buku ini memang ada beberapa yang merupakan ucapan penulis sendiri, sebagai penjelasan sebelumnya Halam
ceramah yang diminta oleh Dewan Kesenian J^arta(1972). Dari situlah para sastrawan, bahasawan, wartawan, dan pecinta bahasa lainnya mengeluarkan tanggapan mereka secara meluas dalam surat-surat kabar berupa tajxik rencana,panuatan artikel, komentar,dan sajak serta karikatur dengan nuansai^a, majalah,radio, dan televisi.
171
Seorang pcnyuluh hendaknyajangan sampai buta politik walaupim tidak harus aktif dalam politik. Kesalahan ucapan yang cenderung kepada sengketa politik seperti soal SARA yang dapal mcnimbulkan perpecahan, tentu saja harus dihindari.
Demikianlah isi buku yang sebcnamya sangat sederhana dan belinn lengkap ini penulis sampaikan kepada ()cinbaca, peminat, dan pembina bahasa nasional kita.
Semoga ada gunanya. Lukman Ali
DAFTARPUSTAKA
Ali, Lukman
1972
"Usaha Penyempumaan Edjaan dalam Rangka Pembakuan Bahasa Indonesia" dalam majalah Budaja Djaja, Seri Chusus No. 9,1972. Lurah Taker. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
1996
1998
Ikhtisar Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
1973
Dokumentasi Pelaksanaan Edjaan Jang Disempurnakan. Djakarta: Direktorat Djenderal Kebudajaan.
Halim, Amran
1974
"Edjaan Jang Disempurnakan dan Peikembangan Ilmu Bahasa" dalam Supra dan LaJce(Ed.)Seminar Bahasa Indonesia 1972. Ende, Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti
1972
"Pembaharuan Ejaan 1972: Tahap dalam Proses Pembakuan Bahasa Indonesia" Makalah untuk Konferensi ASANAL, Manila, 1974. Diteijemahkan oleh Soenaijati Djajanegara dari
1991
Masa Lampau bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai.
bahasa Inggris. Jakarta. Kanisius.
Latief, A.
1983
"Suatu tinjauan Perkembangan Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dalam Kongres Bahasa Indonesia III. 471—480. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pe
ngembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
173
1971
"Lafal dan Ejaan" dalam Seminar Bahasa Indonesia 1968:44-54. Ende; Nusa Indah.
Lembaga Bahasa Nasional
1972
"Ejaan bahasa Indonesia: Sejarah Singkat" dalam Bahasa dan Kesusastraan, Seri Chusus No. 9, 1972. Jakarta; Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Le Roux,C.C.F.M. ^ 1929 "De Elcano't Tocht door Timorarchipel met Magelhaen's Schip
"Victoria" Pigafetta's Maleische-Woordenlijst (Vocabuli de Questi populi Mori)" dalam Feestbxmdel,jilid n. Weltevreden. G. Kolff.
Moeliono, Anton M.
1981
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa:Ancangan Altematif di dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan, Seri ILDEP.
Murad,A. dan S.R.H. Sitanggang (Penyunting)
1992
Kongres Bahasa Indonesia IV. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Ophuijsen, Ch. A. van
1921
Kitab Logat Melajoe: Woordenlijst voor de Spelling der Maleische Taal met Latijnsche Karakter. Weltevreden: Mitg"Papyrus". Cetakan ketujuh.
Roman,Joannes
1674
Grondt qfte KortBericht van de Maleysche Taal. Amsterdam.
Samsnri
1960
"Sistem Fonem Bahasa Indonesia dan Suatu Penyusiman
Edjaan Baru" MamMedan Ilmu Pengetahuan,1,4. 1960.
174
Shammugam,S.V.
1929
"Developments of Writing System in Indonesia" dalam Indonesian Studies. New Delhi; Indonesian Council for Cultural Relations.
Supra, Djajanto dan Anton Lake(Ed.) 1968 Seminar Bahasa Indonesia, Puncak Pass, 2—3 Maret 1968. Ende, Flores: Nusa Indah. Vikor, Lars
1990
Penyempurnaan Ejaan: Pembahasan dan Pembaharuan Ejaan di Indonesia dan Malaysia 1900-1972. Jakarta: Intermasa.
WMPIR/tW 1
nepuTusM leNiftw pemHpu^m mm pemLfisftN lemnQ pemHPumMN mm KOHUMKe
a.
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
No. 062/1967
tentang PENGESAHAN ADANJA
PANITIA EDJAAN BAHASA INDONESIA.
-jud-
Telah membatja: a. Surat Sdr. Direktur Djenderal Kebudajaan jang ditudjukan kepada kami tanggai 6 Djuni 1967 No. 275/D-2/67 tentang "Panitia Edjaan"; b. Snrat Sdr. Pd. Sekretaris Direktorat Bahasa dan Kesusastraan Direktorat
Djenderal Kebudayaan jang ditudjukan kepada Sdr. Kepala Bagian Koordinasi, Bimbingan dan Hubungan Direktorat Djenderal Kebudayaan tanggai 15 Djuni 1967 No. 623/11 B/Bi/67 tentang "s.k. Panitia Edjaan Dep. P. dan K." Menimbang:
a. bahwa pada edjaan Bahasa Indonesia jang sekarang berlaku dan dipergunakan, masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam hal m^tjerminkan kodrat Bahasa Indonesia;
b. bahwa kemadjuan Ilmu Bahasa telah memberikan patokan-patokan baru bagi penjusunan edjaan jang baik; c. bahwa perlu adanya kodifikasi pemakaian huruf dan tanda batja jang berlaku untuk seluruh Indonesia;
d. bahwa dalam kenjataannja perkembangan Bahasa Indonesia telah sedemikan rupa,sehingga telah memberi gambaran akan pentingnja peranan Bahasa Indonesia di Asia Tenggara chususnja dan seluruh dunia umumnja;
e. bahwa berhubimg dengan hal-hal tersebut diatas, perlu dalam ran^a pembinaan Bahasa Indonesia chususnja dan pembinaan Kebudajaan Indo nesia lunumnja,perlu se^ra menjempumakan edjaan Bahasa Indonesia se hingga memenuhi kebutuhan teknis dan praktis serta memenuhi pensjaratan ilmiah dan tidak memberikan pembebanan ekonomi; f. bahwa untuk keperluan tersebut pada sub e telah dibentuk se^ara tidak resmi suatu Panitia dengan nama "Panitia Edjaan L.B.K"jang telah mulai
178
bekerdja sedjak tanggal 7 Mei 1966; g. bahwa agar supaja Panitia tersebut pada sub f dapat mempunyai landasan
hukum dalam melaksanakan|xigasnja, dipandang perlu mengesahkan pembentukan Panitia tersebut setelah diubah namanja mendjadi "Panitia Edjaan Bahasa Indonesia".
Mengingat: a. Keputusan Presiden Republik Indonesia; 1. No. 163 tahun 1966; 2. No. 170 tahun 1966; 3. No. 173 tahun 1966;
b. Keputusan Presidium Kabinet tanggal 3 Maret 1965 No. Aa/C/I5/ 1965; c. Keputusan Presidium Kabinet tanggal 3 Nopember 1966 No. 75/U/ KER/II/I966;
d. Keputusan Presidium Kabinet tanggal 3 Djuli 1967 No. I57/U/KEP/ 7/1967. MEMUTUSKAN:
Menetapkan; Pertama ; Membubarkan Panitia Pembaharuan Edjaan Bahasa Indonesia jang dibentuk dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Pengadjaran dan Kebudajaan tanggal 19 Djuli 1956, dengan utjapan terima kasih kepada para anggota Panitia tersebut atas djasa-djasajang telah ditjurahkan kepada Panitia tersebut. Kedua
: Mengesahkan adanja "Panitia Edjaan L.B.K."jang telah mulai bekerdja sedjak tanggal 7 Mei 1966, setelah diubah namanja mendjadi "Panitia Edjaan Bahasa Indonesia", jang bertugas imtuk menjusun suatu edjaan baru jang dapat menggambarkan kodrat Bahasa Indonesia sehingga memenuhi kebutuhan teknis dan praktis serta memenuhi pensjaratan ilmiah, dan tidak memberatkan pembebanan ekonomijang terdiri dari mereka tersebut dibawah ini;
1. Sdr. A.M. Moeliono, S.S., M.A., Lektor pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia, sebagai Ketua merangkap anggota;
179
2. Sdr. Nj. S.W. Rudjiati Muljadi, S.S., dari Direktorat Bahasa dan Kesusasteraan Direktorat Djenderal Kebudajaan, sebagai Wakil Ketua merangkap anggota; 3. Sdr. Sri Timur Suratman, S.S., dari Direktorat Bahasa dan Kesusasteraan Direktorat Djenderal Kebudajaan, sebagai Sekretaris 1 merangkap anggota; 4. Sdr. Basuki Suhardi, S.S., Lektor Muda pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia, sebagai Selaetaris n me rangkap anggota; 5. Sdr. Djoko Kentjono, M.A., Lektor Muda pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia, sebagai anggota;' 6. Sdr. Lukman Ali, S.S., dari Direktorat Bahasa dan Ke
susasteraan Direktorat Djenderal Kebudajaan, sebagai anggota;
7. Sdr. H.E. Harimurti Kridalaksana, S.S., Lektor Muda pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia,sebagai anggota; 8. Sdr. S. Effendi, S.S., dari Direktorat Bahasa dan Kesusas
teraan Direktorat Djenderal Kebudajaan, sebagai anggota; dengan ketentuan bahwa terhitung mulai tanggal 1 Djuni
1967:^. Sdr. Sri Timur Suratman, S.S. tersebut pada angka 3, moigundurkan diri dari Panitia Edjaan Bahasa Indonesia berhubung dengan tugas mengadjar di Universitas Hamburg (Republik Federal Ejerman);
b. Sdr. Basuki Suhardi, S.S. tersebut pada angka 4, diubah kedudukannja mendjadi Sekretaris I merangkap anggota untuk menggantikan Sdr. Sri Timur Suratman, S.S. tersebut.
Ketiga
; Dengan adanja pengesahamsebagaimana tersebut pada pasal "Kedua", anggota Panitia mjaan Bahasa Indonesia terhitung mulai bekerdja Panitia Edjaan L.B.K.:
a. Masing-masingjang menghadiri sidang(dalam kota)jang tidak d^at disediakan kendaraan P^erintah danjang tidak berhak meminta penggantian tundjangan uang kilometer.
180
diberikan uang penggantian ongkos djalan setempat atas
dasar pengeluaran jang sebenamja setelah disahkan oleh Ketua Panitia'Edjaan Bahasa Indonesia;
b. Masing-masing(bberikan uang sidang sebesar tersebut pada pasal 1 ajat (3) Keputusan Presidium Kabinet tanggal 3 Maret 1965 No. Aa/C/15/1965 untuk tiap kali hadir dalam
satu sidang dan sebanjak-banjaknja dua kali sidang dalam satu hari.
Dengan ketentuan bahwa terhitung mulai tanggal 1 April 1967, pemberian uang sidang tersebut diubah mendjadi pemberian honorariiun/uang djasa setiap bulannja sebesar tersebut pada
pasal "kedua"jo pasal"Kedelapan" keputusan Presidium Kabinet tanggal 3 Djuli 1967 No. 157/U/KEP/7/1967. Keempat : Biaja untuk keperluan : a. Tersebut pada pasal "Ketiga" sub a; b. Tersebut pada pasal "Ketiga" sub b; c. Administrasi dan lain keperluan sidang;
masing-masing dibebankan pada mata anggaran: a. 14.1. 2.401;
b. 14.1. 2. 201;(sedjak pemberian uang sidang diubah men djadi ponberian honorarium/uang djasa, mendjadi 14. 1. 2. 006); c. 14. 1. 2. 201,
dari Anggaran Pendapatan dan Belandja Departemen Pendidikan dan Kebudajaan tahun 1967.
Kelima
Keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan, dengan ketentuan bahwa ketentuan tersebut pada :
a. Pasal "Pertama" dan "Kedua" ketjuali alinea terachir; b. Pasal "Kedua" alinea terachir;
c. Pasal "Ketiga" ketjuali alinea terachir; d. Pasal "Ketiga" alinea terachir;
e. Pasal"Keempat" ke^uali sub b setelah pemberian uang
siHang diub^ mendjadi pemberian honorarium/ uang
181
djasa; f. Pasal "Keempat" sub b setelah pemberian uang sidang diubah menndjadi pemberian honorarium/uang djasa, masing-masing berlaku surut terhtung mulai; a. tanggal 7 Mei 1966; b. tanggal 1 Djuni 1967; c. tanggal 7 Mei 1966; d. tanggal 1 April 1967; e. tanggal 1 Djanuari 1967; f. tanggal 1 April 1967.
Ditetapkan di Djakarta, Pada tanggal 19 September 1967 MENTERIPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TTD.
(Sarino Mangunpranoto) SALINAN KEPADA:
1. Sekretariat negara, 2. Sekretariat presidium kabinet, 3. Semua menutama, 4. Semua menteri, 5. Sekdjen, Dep. P. Dan K.,
6. Semua Dirdjen. dim. lingkungan Dep. P. dan K., 7. Sekretariat Menteri P. dan K., 8. Semua Sekretaris Ditdjen. dim. Lingkimgan Dep. P. dan K.,
9. Semua Direktorat, Biro Lembaga dan P.N. dim. lingkimgan Dep.P. dan K. 10. Badan Pemeriksa Keuangan, 11. Direktorat Perbendaharaan Negara, > 12. Kantor Bendahara Negara di Djakarta, 13. Direktorat Perdjalanan, 14. Direktorat Padjak, 15. Jang bersangkutan untuk seperlimja.
b.
KEPUTUSAN
MENTERIPENDIDIKAN DAN KEBUDAJAAN REPIHBLIK INDONESIA No.: 03/A.I/72
tentang
Pembentukan Panitia Pelaksana Edjaan Bahasa Indonesiajang Disempumakan.
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAJAAN,
Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan tanggal 6 Mei 1972 No.: 069a/U/I972. maka perlu membentuk Panitia Pelaksana Edjaan Bahasa Indonesia jang Disempumakan;
Mengingat : I. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.183/ 1998; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.l7/M/ 1968;
3. Keputusan Menteri Paididikan dan Kebudajaan tanggal 6 Mei 1972 No.069a/U/I972. MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERTAMA
membentuk "Panitia Pelaksana Edjaan Bahasa Indonesia
jang Disempxunakan", selandjutnya dalam Keputusan ini disebut "Panitia Pelaksana",jang mempunjai tugas-tugas memhantii Direktur Djenderal Kebudajaan imtuk:
a. Menjiapkan rentjana pelaksanaan edjaan bahasa In donesiajang disempumakan.
b. Memperlanljar pelaksanaan edjaan Bahasa Indonesia
jang ^sempumakan setelah diresmikan. KEDUA
(1) Panitia Pelaksanaan tersebut dalam pasal "Pertama" terdiridari:
183
a.
KoordinasiAVakilKoordinator
b. Kelompok2; 1. Sekretahat 2. Teknis Bahasa
3. Peren^anaan 4. Logistik 5. Penerangan 6. Pembinaan
7. Hubimgan 8. Chusus.
c.
Seksi2 pada Kelompok Sekretariat; 1. Seksi Materiil/Keuangan 2. Seksi Per-Undang2an 3. Seksi Tata Usaha,
sebagai tersusun dalam bagan pada Lampiran I Keputusan ini. (2) Susunan nama-nama serta kedudukan anggota Panitia Pelaksana tersebut dalam ajat (1) Pasal ini, sebagai termuat pada Lampiran 11 Keputusan ini. KETIGA ; Memberi wewenang kepada Ketua Kelompok Sekretaris untuk menganglcat pembantu-pembantu staf Sekretariat menurut keperluan. KEEMPAT: Mereka tersebut pada pasal "Kedua" dan jang diangkat berdasarkan ketentuan tersebut pada pasal "Ketiga" masingmasing; a. jang mengadakan perdjalanan (keluar kota) untuk keperluan Panitia Pelaksana hams mempunjai surat perintah djalan jang ditanda tangani oleh Direktur Djenderal Kebudajaan atau pedjabat jang ditundjuk untuk keperluan itu^ b. jang menghadiri sidang dan mengadakan perdjalanan jang tidak dapat disediakan kendaraan Pemerintah dan jang tidak berhak meminta penggantian tundjangan uang kilometer diberikan penggantian ongkos per djalanan setempat atas pengeluaran jang sebenamja
184
jang disjahkan oleh Ketua Panitia. c. diberikan insentif jang besamja akan ditentukan ke-
mudian. , KELIMA
: Biaja untuk keperluan: a. tersebut pada pasal "Keempat" sub a; b. tersebut pada pasal "Keempat" sub b dan sub c; c. penjelenggaraan rapat-rapat penjelenggaraan tata usaha Panitia, alat-alat; masing-masing dibebankan pada mata anggaran : a.
16. 1. 1.401.
b.
16. 1. 1.284.
dari Anggaran Pendapatan dan Belandja Departemen Pendidikan dan Kebudajaan tahun 1972/1973 dan untuk tahun-tahun selanjutnja dibebankan pada mata anggaran jang selaras dengan itu. KEENAM ; Panitia Pelaksana diwadjibkan imtuk : a. Memberikan laporan tiga bulan sekali basil tugasnja; b. Satu minggu setelah menjelesaikan tugasnja membe rikan laporan serta pertanggungan djawab termasuk pertanggimgan djawab keuangan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudajaan. KETUDJUH : Hal-hal lain jang belum/tidak diatur dalam Keputusan ini akan diatur lebih landjut dalam Keputusan tersendiri. KEDELAPAN; keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.
Ditetapkan di Djakarta pada tanggal: 20 Mei 1972. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAJAAN
u.b.
DIREKTORAT DJENDERAL KEBUDAJAAN, ttd
Prof. Dr.Mantra
185
SALINAN kepada: 1. Sekretariat Negara 2.
Sekretariat Kabinet
3.
Semua Menteri Negara
4.
Semua Menteri
5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sekdjen Dep. P. dan K. Semua Dirdjen dalam lingkungan Dep. P.dan K. B.P.P. pada Dep. P. dan K. Inspektur Djenderal Dep. P. dan K. Semua Sekretaris Ditdjen dalam lingkungan Dep. P.dan K. Semua Direktur, Biro, Lembaga,Inspektorat dan P. N. dalam lingkungan Dep. P. dan K. Semua Koordinator Perguruan Tinggi Semua Universitas/Institut/Akademi/Sekolah Tinggi dalam lingkungan Dep. P. dan K. Semua Kepala Perwakilan Dep. P. dto K. Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Djenderal Padjak Direktorat Djenderal Anggaran Direktorat Perbendaharaan Negara dan Tatalaksana Anggaran Semua Kantor Bendahara Negara Kantor Urusan Pegawai Semua Gubemiu Kepala Daerah
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
21. L.I.P.1.
22. BAPPENAS
23. Biro Pusat Statistik
24. Lembaga Administrasi Negara
186
Lampiran II Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan NO.03/A.I/72, Tanggal,20 Mei 1972. Daftar Susunan nama/Kedudukan Anggota.
1. Direktorat Djenderal Kebudajaan 2. Sekretaris Direktorat Djenderal Kebudajaan 3. Kepala Lembaga Bahasa Nasional I.
Kelompok Sekretariat 1. Drs. Alip Soebagijo
- Ketua / Koordinator - Wakil Ketua/Koordinator - Wakil Ketua/Koordinator.
- Dit.Djen. Kebudajaan - sebagai anggota merangkap Ketua Kelompok. - Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai anggota; - Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai anggota;
2. Soemarsis 3. Sutarso S.H.
II. Kelompok Teknis Bahasa.
Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai anggota merangkap Ketua Kelompok. Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai ang 2. Dra. Nj. S.W.Rudjiati 1. Drs. Lukman Ali
Muljadi 3. Drs. Djoko Kentjono 4. Drs. B. Suhardi
5. Drs. H.E. Harimurti Kridalaksana
6. Drs. S. Effendi 7. Dr. Dahnil Adnani
gota.
- Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai anggota. Konsorsium Ilmu2 Sosial - sebagai anggota. Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai ang gota.
Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai anggota. Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai anggota.
Catatan:
Oleh Menteri P. dan K.,panitia ini ditambah anggotanya yang ditetapkan
Halatu Keputusan Menteri No. 07/A.I/I972, tanggal 2 Agustus 1972, yaitu
187
1. Amran Halim, Universitas Sriwijaya sebagai anggota 2. Drs. A.M. Moeiiono, Fakultas Sastra U.I. sebagai anggota 3. Lukman Hakim,Lembaga Bahasa Nasional Keputusan ini berlatar surut terhitung mulai tanggal 20 Mei 1972. Lihat lampiran Surat Keputusan Menteri P. dan K., seperti berikut ini. III.
Kelompok Perentjanaan 1. Drs. Soewojo S. Adi - T.P.O.P - sebagai anggota merangkap Ketua Kelompok 2. Idris M.T. Hutapea - Dep.P.dan K.- sebagai anggota 3. Drs. M. Hussin M.Sc. - B.P.P. - sebagai anggota
rV. Kelompok Logistik 1. Drs. P. Wajong 2. Kumia Yahya 3. Drs.Soedjono 4. So^an Ismail
V.
> Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai anggota merangkap Ketua Kelompok • Projek Paket Buku - sebagai anggota Projek Paket Buku SD - sebagai anggota Dit.Djen.Kebudajaan - sebagai anggota
Kelompok Penerangan 1. Dharsono S.H.
2. D.Khrunarga S.H.
> DeptP.dan K.- sebagai anggota merang^p Ketua Kelompok SATGAS MASS - sebagai anggota MEDIA KOPKAMTIB
3. Drs. E. Siswojo
Dep. Penerangan - sebagai anggota
4. Wahab Ismail
Dep. Penerangan - sebagai anggota Dept. P. dan K. - sebagai anggota
5. Drs. Suratno
VI. Kelompok Pembinaan
Dit. Djen. Pendidikan - sebagai anggota merangkap Ketua Kelompok 2. Kusnadi Direktorat Pend. - sebagai anggota Hardjasumantri S.H. Tinggi 3. LetKol. Sampumo S.H.- Dit. Pend. Kesenian - sebagai anggota 1. Drs. Fuad Salim M.A.
188
- Dit Pend. Olah Raga dan Pemuda - sebagai
4. Drs. Ibnu Slamet
anggota
, - Dept. P. dan K. - sebagai anggota - Dit.Djen. Pendidikan - sebagai anggota
5. Drs. T. Pasaribu 6. Sdr. Mustafa
VII. Kelompok Hubungan 1. Drs. Sihitc
2. M. Sudjiman L.L.M. 3. Major T.S. Goentojo 4. Nahar Sjamsuddin 5. Drs. Amron
6. Drs. T.M. Pardede 7. Drs. Soewamo
8. Wakil Sekrctariat
- Dep. P. dan K. - sebagai anggota merangkap Ketua Kelompok - Dep. P. dan K. - sebagai anggota - G.I/Intel Hankam - sebagai anggota
-
Dep. Luar Negeri - sebagai anggota Dept. Agama - sebagai anggota Dept. Dalam Negeri - sebagai anggota Dep. Dalam Negeri - sebagai anggota Selo'etariat Negara - sebagai anggota
Negara
Vlll. Kelompok Chusus 1. Gandjar Angkawidjaja
- Sebagai Ketua Kelompok - sebagai anggota
2. Kol. Drs. Santosa
3. Letkol. Dr. Pangestuhadi Sk. 4. A.K.B.P. Drs. Suparto
5. Kpt. Drs. Didi Mukahardanto 6.1p. 1 Drs. Suseno Harsono 7. S. P. Scmbiring
-
sebagai anggota sebagai anggota sebagai anggota sebagai anggota sebagai anggota
DIREKTUR DJENDERAL KEBUDAJAAN, ttd
PROF. DR. MANTRA
c.
KEPUTUSAN
MENTERIPENDIDIKAN DAN KEBUDAJAAN REPUBLIK INDONESIA No.: 07/A.I/1972
tentang
Penambahan Anggota Panitia Pelaksana
Edjaan Bahasa Indonesia jang Disempumakan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAJAAN,
Telah membatja
Menimbang
Surat Sdr. Kepala Lembaga Bahasa Nasional No.: II36/P/72 tanggal 4 Djuli 1972 perihal usul pengangkatan Sdr. Dr. Amran Halim untuk memperlengkap keanggotaan Panitia Pelaksana Edjaan Bahasa Indone siajang disempumakan; usul mana telah disetudjui oleh Direktur Djenderal Kebudajaan. bahwa untuk meningkatkan efisiensi kerdja dipandang
perlu menambah keanggotaan Panitia Pel^sana Edjaan Bahasa Indonesia jang disempumakan jang dibentuk
Mengingat
berdasarkan keputusan Menteri Pendichkan dan Ke budajaan No.:03/A.I/72 tanggal 20 Mei 1972. 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 133 tahun 1968;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17/M tahun 1968;
3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan No.:03/A.I/72 tanggal 20 Mei 1972. MEMUTUSKAN
Menetapkan PERTAMA
Mengangkat merekajang namanja tersebut dibawah ini sebagai anggota Keloitq)ok Teknis Bahasa pada Panitia Pelaksana Edjaanjang Disempumakan sehingga Daftar
190
Susunan Nama/Kedudukan Anggota tersebut dalam
Lampiran II angka II Keputusan Menteri Penndidikan dan Kel^udajaanNo.:03/ A.I/72 tanggal 20 Mei 1972 ditambah dengan nama; 8. Dr. Amran Halim-dari Universitas Sriwijaya, sebagai anggota. 9. Drs. A.M. Moeliono, M.A- dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia sebagai anggota. 10. Lukman Hakim-dari Lembaga Bahasa Nasional sebagai anggota KEDUA
Keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 20 Mei 1972. Ditetapkan di Djakarta pada tanggal,2 Agustus 1972. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Direktur Djenderal Kebidayaan, t.t.d.
Prof. Dr. LB. Mantra
Salinan sesuai dengan jang asli, tjap. t.t.d.
Sutarso,S.H.
Kepala Bag.Organisasi dan Operasi DiMjen. Kebudajaan. SALINAN kepada 1. Sekretariat Negara, 2. Sekretariat Kabinet,
191
3. 4. 5.
Semua Menteri Negara, Semua Menteri, Sekdjen Dep. P. dan K.,
6. 7. 8. 9. 10.
Semua Dirdjen. dlm.lingk. Dep. P. dan K, B.P.P. pada Dep. P. dan K., Inspektorat Djendral Dep. P. dan K., Semua Sekretaris Ditdjen. dim. lingk. Dep. P. dan K., Semua Direktorat, Biro, Lembaga, Inspektorat dan P.N. dalam lingkungan Dep. P. dan K., 11. Semua Koordinator Perguruan Tinggi, 12. Semua Universitas/Institut/Akademi/Sekolah Tinggi dalam lingkungan Dep. P. dan K.,
13. Semua Kepala Perwakilan Dep. P. dan K., 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Badan Pemeriksaan Keuangan, Direktorat Djendral Keuangan, Direktorat Djendral Anggaran,
Direktorat Perbendaharaan Negara dan Tatalaksana Anggaran, Semua Kantor Bendahara Negara, Kantor Urusan Pegawai, Semua Gubemur Kepala Daerah,
21. L.I.P.I., 22. BAPPENAS, 23. Biro Pusat Statistik,
24. Lembaga Administrasi Negara.
d.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN1972 TENTANG
PERESMIAN BERLAKUNYA "EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN"
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
bahwa dalam ran^usaha pembakuan bahasa Tndnngsia jang raeliputi bidang-bidang edjaan, tata-istilah dan tata-bahasa, dipandang perlu imtuk meresmikan
berlakunya "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disenpumakan".
Mengingat
1. Pasal 4 ajat(1)Undang-undang Dasar 1945; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 1971;
MEMUTUSKAN
Menetapkan: PERTAMA
Menjatakan tanggal 17 Agustus 1972 sebagai hari mulai berlakunja setjara resmi "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan" sebagaimana terdapat dalam Lampiran
•i 1
193
Keputusan Presiden ini, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut. 1. Pelaksanaannja dilakukan dengan bertahap. 2. Buku-buku resmi dan buku-buku peiadjaran dengan edjaan lama tetap dipergunakan selama masa peralihan. Pen^etakan bam atau pentjetakan ulang daii buku-buku itu dilakukan dengan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan".
3.
Bagi lingkungan Pemerintah ditetapkan sebagai berikut:
a. Hubungan surat menjurat resmi antara instansiinstansi dilingkungan Pemerintah mulai tanggal berlakunja Keputusan ini dilakukan dengan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan" dan agar d^at dilaksanakan sebaik-baiknja mu lai tanggal 1 Januari 1973. b. Penggunaan formulir-formulir resmi dengan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan" dilakukan setelah formulir lama habis, dan agar
diusahakan mulai tanggal 1 April 1973 telah digunakan formulir-formulir dengan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan". c. Dalam pelaksanaan penggunaan"Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan" itu tidak disediakan biaja/anggaran setjara chusus.
KEDUA
MenugaskankepadaDepartemen-departemenjang bersangkutan untuk memberikan penerangan, pendjelasan serta langkah-langkah jang perlu guna kelan^aran pelaksanaan penggunaan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan" sesuai dengan ke-
bidjaksanaan jang ^gariskan dalam diktum PERTAMA.
194
KETIGA
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1972.
Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 16 Agustus 1972. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA, TTD.
SOEHARTO DJENDERAL - TNI.
Disalin sesuai aslinja oleh SEKRETARIAT KABINET
e.
KEPUTUSAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No. 0543/A/U/1987 tentang
Penyempumaan
"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan" MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Membaca
Surat Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanggai 6 Desember 1986 No. 5965/F8/UI.7/86. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Menimbang
Kebudayaan tanggai 27 Agustus 1975 No. 0196/U/ 1975 telah ditetapkan peresmian berlakunya "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempumakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah";
bahwa sesungguhnya bahasa itu senantiasa bembah dan berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat. c.
bahwa sesiuigguhnya dengan hal tersebut pada sub a dan b,dipandang perlu menetapkan penyempur-
naan "Pedoma^ Ejaan Bahasa Indonesia yang Di sempumakan". Mengingat
I. Keputusan Presiden Republik Indonesia; a. Nomor 44 Tahun 1974; b. Nomor 52 Tahun 1975;
196
c. Nomor45/MTahun 1983;
d. Nomor 15 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah/ditambah terakhir dengati Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1987;
e. Nomor 138/M Tahun 1985; 2.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 No. 0196/U/1975.
MEMUTUSKAN
Menetapkan: Pertama
Menyempumakan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan" sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri Pen didikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 No. 0196/U/1975 menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Keputusan ini akan diatur lebih lanjut dalam ketentuan tersendiri.
Ketiga
Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta tanggal 9 September 1987 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Fuad Hasan
197
Penjelasan Lembaga Bahasa Nasional Dept.P & K ttg.: Masalah Penjempurnaan
Pengembangan sistem pendidikan dan perluasan djaringan komunikasi antara berbagai lapisan dan golongan masjarakat termasuk unsur yang menentukan dalam proses pembangunan nasional kitajang menjeluruh. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan dan komunikasi hasilnja sangat tergantung
pada tepat tidaknya penentuan garis tindak kita dalam bidang bahasa. Bahasa jang efektifdiperlukan dalam bidang peran^angan, administrasi pemerintahan, pendidikan dan ilmu pengetahuan,parundang2an dan penerangan. Dengan perkataan lain dalam usaha pembangunan,faktor bahasa sebagai alat komunikasi memegang peranan penting. STANDARDISASI
Dengan demikian maka sesxmgguhnya kita tak dapat mengabaikan usaha2 jg bertudjuan untuk pembinaan b^asa nasional kita seljara terus menerus.
Dalam kenjataan perkembangan selama ini terlihat bahwa keadaan bahasa sudah tidak terurus dengan baik sebagaimana jang kita lihat dalam bidang2 tatabahasa, istilah, perkamusan,dan edjaan. Masjarakat sebagai pemakai bahasa sudah lama merasakan hal ini. Karena itu diperlukan kita sekali lagi menegaskan sikap imtuk mengatasinya dengan simgguh2. Salah satu usaha pokok dalam usaha2 pembinaan dan pengembangan bahasa ini ialah pembaloian (standardisasi)jang mentjakup bidang edjaan, tatabahasa dan peristilahan. Dewasa ini masalah penyempumaan edjaan
mendapat perhatian besar dalam masjarajsat disamping djuga masalah peristilahaa Dalam hal edjaan ini sebenamja pemerintah telah melakukan usaha2
sedjak beberapa waktujang lalu. Djadi bukan merupakan usaha jang timbul dalam beberapa tahun terachir ini sadja. Pada awal pertama jang berlaku dizaman Hindia Belanda adalah edjaan van Ophuijsaijang merupakan edjaan resmi sedjak tahun 1901.
198
SUMPAHPEMUDA
Para pemuda Indonesia didorong oleh kesadaran kebangsaan kemudian menjatukan tekadnja dalam Sumpah Pemuda untuk mempergunakan satu bahasa kesatuan Indonesia denu memadjukan proses penjatuan bangsa Indo nesia. Sumpah Pemuda 1928 merupakan tonggak sedjarahjang penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Dan dalam perkembangannya ini bahasa Indonesia memerlukan pembinaan serta penjempumaan jang terus menerus kearah pembakuan jang lebih praktis dan efisien.
Atas kesadaran akan perlunja pembakuan ini maka pada tahun 1938 dilangsungkan di Solo Kongres Bahasa Indonesia jang dihadiri oleh tokoh2 bahasa dan kebud^aan Indonesia, diantarai^a Ki Hajar Dewantara,Prof. Dr. Poebatjaraka dan Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat. Kongres berkesimpulan bahwa perlu adanya suatu edjaan baru bagi bahasa Indonesia. Tiba2 pembaharuan ini baru terwujud setelah Indonesia men^^ai kemerdekaan jaitu dengan ditetapkannja suatu peraturan edjaan oleh Menteri PPK Mr. Soewandi pada tahun 1947jang menggantikan edjaan Ophuijsen.
Sejarah berkembang terus dan bahasa Indonesia pun beikembang pula serta memerlukan penjempumaan terus menerus.
Didorong oleh kesadaran akan perlunya penjempumaan bahasa Indo
nesia, Menteri PPK Mr. M. Yamin telah memprakasai penjelenggaraan Kong res Bahasa Indonesia di Medan pada tahun 1954. Dalam bidang edjaan Kongres tersebut menghasilkan keputusan antara lain berbunji; Menjetujui
sedapat2nja satu fonem dilamban^an dengan satu huruf dan membentuk suatu badanjang kompeten oleh pemerintah untuk menjusim ec^aan bam jang praktis dan sedapat mungkin memgingat pertimbangan ilmiah. Sebagai tinHaW lanjutnja dibentuklah Panitia Pembahaman Edjaan Bahasa Indonesia dengan surat keputusan Menteri PPK Sarino Mangmqjranoto No.44876/S,tanggal 19 E^uli 1956. Panitia edjaan jang dipimpin oleh Prof. Dr. Prijono dan E. Katoppo ini menghasilkan konsepnja pada tahun 1957. KONSEP EDJAAN MELINDO
Sementara itu penganjur2 bahasa kebangsaan di Persekutuan Tanah
Melajujang diilhami oleh Kongres Bahasa Indonesia di Medan,berkeinginan untuk maigadakan pembakuan bahasa Melaju,dan untuk maksud itu mweka
199
mengadakan Kongres Bahasa dan Persuratan Melaju di Djohor pada tahun 1956. Dalam Kongres tersebut diputuskan bhw mereka ingin menjatukan edjaan bahasa Melaju dengan edjaan bahasa Indonesia. Atas dasar keinginan ini diadakan perundingan antara kedua fihak di Djakarta pada tanggal 4 sampai 7 Desember 1959jang menghasiikan konsep edjaan bersama MelajuIndonesia(Melindo)jang akan diresmikan selambat2nja pada bulan E^anuari 1962. Tetapi situasi politik saat itu(konfrontasi dengan pihak Malaysia)tidak mpiTniinglcinkan edjaan bersama itu dilakukan dan achimja menjadi beku sama sekali.
Hasil2 pembaharuan edjaan itu baik dari Panitia Pembaharuan Edjaan Bahasa Indonesia 1957 maupun dari panitia jang menghasiikan konsep Melindo 1959, banjak jang setjara praktis dan teknis sulit dilaksanakan. Dalam kedua konsep ini dimasukkan huruf2 baru. Jika konsep ini di laksanakan djelas akan membawa akibat dalam dunia pertjetakan kita. Karena alasan itulah Lembaga menolak konsep Edjaan Melindo tersebut. DASAR PENJEMPURNAAN
Sebagai gantinja lembaga bahasa dan kesusastraan,sesuai dengan tugas
jang dibebankan kepadanja, mentjoba menjusun konsep pada bulan Mei 1966. Dan pada awal September 1966 konsep ini disampaikan kepada Menteri P. Han K. Panitia penjusun konsep edjaan ini kemudian ditetapkan mendjadi Panitia Edjaan Bahasa Indonesia Dep. P. dan K. dengan surat keputusan No. 062/1967 fanggal 19 September 1967 dan berlaku surut mulai 7 Mei 1966. Dalam menjusun konsep ini panitia mempertimbangkan dengan seksama ViasiP.jang telah ditj^ai oleh Panitia Pembaharuan Edjaan Bahasa Indonesia 1957 dan Panitia Edjaan Bersama Melaju-Indonesia 1959. Panitia Edjaan Bahasa Indonesia Dep. P. dan K. 1966 bekerdja atas dasar keinginan untuk menjempumakan edjaan jg resmi berlaku (Edjaan Soewandi) jang dalam Fatoor2jang dijadikan dasar penjeippumaan itu ialah;
(1) iffttnaHjiian ilmu pengetahuan dan wawasan ilmiah, terutama dalam bidang ilmn bahasa jang memberikan patokan baru bagi penjusunan edjaan jang baik;
(2) kekurangan jang masih terdapat pada edjaan jang sekarang dalam hal mentjerminkan kodrat bahasa Indonesia;
200
(3) perlunja usaha kodifikasi dalam pemakaian hurufdan tanda batjajang bisa berlaku untuk seluruh wilaj^ Indonesia;
(4) perananjang akan dimai^an oleh bahasa Indonesia di Asia Tenggara dan di seluruh dunia;
(5) pentingnja pengadjaran membatja dan menulis. Ehsamping itu dipikirkan pula beberapa pertimbangan;
(1) pertimbangan tekms, jg menghendaki agar setiap fonem dilambangkan dengan satu huruf;
(2) pertimbangan praktis,jg menghendaki agar pelambangan setjara tekms itu disesuaikan dengan kebutuhan praktis seperti keadaan pentjetakan dan mesin tulis;
(3) pertimbangan ilmiah, jang menghendaki agar pelambangan itu men^erminkan studijang mendalam mengenai kenjataan linguistik maupun sosialjang berlaku.
EDJAAN,TATABAHASA DAN PERISTILAHAN
Dalam konsep edjaan jang disempumakan ini sama sekali tidak dimasukkan huruf-huruf baru. Djadi tidak akan merubah mesin tik atau mesin tjetak.
Sementara itu Simposium Kebangkitan 66 Mendjeladjah Tracee Baru jang dilangsungkan di Djakarta pada tahun 1966, dihasilkan pula suatu kesimpulan tentang perlunja penataan kembali dalam berbagai bidang kehidupan termasuk bidang kebud^aan. Dan sebagai tindaklanjuttya diselenggarakanlah Simposium Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia pada bulan Oktober 1966 oleh para pendukung orde baru. Diantara kesimpulan jang diambil ialah perlunja diadakan pembakuan bahasa Indonesia dalam 3 bidangjaitu edjaan, tatabahasa dan peristilahan.
Pikiran untuk pembakuan ini lebih njata lagi dalam Seminar Bahasa
Indonesia bulan Oktober 1968. Salah satu keputusannja ialah mengusulkan agar konsep edjaan tahun 1966 segera diresmikan sebagai edjaan baku (standar)dengan tidak men^abut keresmian edjaan tahun 1947 sekurang2nja selama 5 tahun jang akan datang. 18 TAHUN TER-KATUNG2
Dalam kenjataamija sekarang ini sebagian dari masjarakat adajang telah
201
mempergunakan edjaan jang disempiimakan itu baik setjara keseiuruhan maupun sebagian2 disamping tnemakai edjaan Soewandi jang masih tetap berlaka Bahkan ada pulajang memakai edjaan jang menjimpang dari edjaan resmi dan konsep edjaan jang disempumakan itu. Lembaga Bahasa Nasional berpendapat bahwa ketidakseragaman ini tidak dapat dibiarkan terus. Sudah seharusnja masaiah edjaan jang telah terkatung2 seiama 18 tahun ini diselesaikan dengan segera, sebagai langkah peitama dalam usaha pembakuan bahasa. Oleh karena itu Lembaga Bahasa Nasional m^jambut doigan gembira adanja rentjana para tjendekiawan untuk menjelenggarakan Seminar Bahasa Indonesia jang diharapkan dapat memetjahkan masaiah pembakuan bahasa Indonesia termasuk edjaatmja.
202
POKOK-POKOK PENDJELASAN MENTERIP DAN K DALAM SIDANG KABINET 1 AGUSTUS 1972
Mengapa Perlu Dilakukan Penjempumaan Edjaan?
Dalam rangka mendjundjung amanat Sumpah Petnuda 1928 kami ingin mengadakan langkah-langkah pembinaan bahasa Indonesia dengan dasardasarjang sistematis. Langjcah-lang^ah itu kami lakukan dengan mengadakan standardisasi tata bahasa,standardisasi peristilahan, dan standardisasi edjaan. Standardisasi edjaan kami beri prioritas pelaksanaannja, karena; 1. standardissi edjaan adalah landasan dari standardisasi tata bahasa dan peristilahan, artinya kaidah-kaidah tata bahasa dan lebih-lebih kaidah-
kaidah peristilahan tak dapat disusun bila soal-soal edjaan belum diselesaikan;
2. sistem edjaan bahasa Indonesia berfungsi sebagai penjaring terhadap pengaruh bahasa lain, artinja suatu unsin bahasa belum dapat dianggap se
bagai unsur Indonesia bila edjaan belum diindonesi^an (perhatikan misalnya kata-kata sepertifile, team, unit, briefing, upgrading dan sebagainya tetap dianggap sebagai unsm asing, karena ejaannya masih asing); 3. standardisasi edjaan dalam prakteknja lebih mudah dilaksanakan dan tidak makan banjak waktu. Adalah mendjadi kewadjiban kita untuk melaksanakan standardisasi edjaan selekas mungkin, supaja tidak terlambat seperti halnja bahasa Inggris.
Seperti kita ketahui, bahasa Inggris sekarang ini mempunjai edjaanjang sangat ruwet, karena lebih kurang 200 tahun jang lalu Inggris menjia-njiakan kesonpatan untuk mengadakan standardisasi edjaannya. Memang pemah ada usaha-usaha rmtuk menertibkan edjaan bahasa Inggris, tetapi tak satupim berhasil, karena terlambat. Kita tidak ingin hal sematjam ini terdjadi atas edjaan bahasa Indonesia. Pertimbangan-pertimbangan apakah jang mendorong standardisasi edjaan bahasa kita?
Pertama,sudah lama bahasa Indonesia ada dalam keadaan simpang siur.
203
Hal ini tertjermin daiam tata bahasanja, dalam peristilahamija dan lebih-lebih dalam edjaannja. Perhatikan kekatjauan antara; aktif aktip raya raja
jaya djaja, djaya karya kaija, caija, carya candra chandra,tjandra, tjandera Kedua, kaidah edjaan Jang resmi, jakni Ejaan Soewandi atau Ejaan
Republik,tidak sesuai lagi dengan perkembangan bahasa Indonesia,karena di samping baru merupakan langkah pertama dalam usaha penjempumaan edjaan, djuga karena Ejaan Soewandi tidak memberi kedudukan resmi pada lambang-lambang(huruf)jang hidup dalam masjarakat,jaitu; F, V,CH,dan SJ.
Bandingkan: folio fakta kafan vak sarat kas
polio ' pakta kapan pak sjarat chas
Seperti kita ketahui semua, huruf-humf CH dan SJ akan diganti dengan KH dan SY,dengan alasan-alasan jang akan kami djelaskan kemudian. Ketiga, setjara teknis jang dimaksud dengan edjaan ialah penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan tanda batja. Ejaan Soewandi hanya mengatur penulisan huruf sadja; penulisan kata dan pemakaian tanda batja samasekali tidak diatur. Perhatikmilah kekatjauan di antara; tata usaha
tatausaha tata-usaha
204 h.
KOMUNIKE BERSAMA
Dalam rangka kimdjungan Menteri Pelajaran Kerajaan Malaysia ke Indonesia, pada tanggal 23 Mei 1972 telah diadakan pertemuan antara; a. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, MASHURI,beserta staf, dan
b. Menteri pelajaran Kerajaan Malaysia, ENCHE HUSSEIN ONN, beserta staf,
jang telah menghasilkan Persetudjuan Bersama jang meliputi pokok-pokok sebagai berikut;
I.
Dalam rangka usaha bersama pengembangan bahasa nasional masingmasing,jang meliputi masalah-masalah: a. edjaan, b. istilah dan c. tatabahasa,k^dua Pemerintah menjetudjui untuk;
1. melaksanakan djiwa persetudjuan para ahli kedua Negara pada tanggal 27 Djum 1967,tentang edjaan jang telah disempumakan; 2. meresmikan berlakunja edjaan tersebut dengan surat keputusan Menteri masing-masing, pada waktu jang bersamaan dan mengumumkannja pada waktu jang bersamaan pula;
3. membentuk Panitia Tetap Bersama tentang pengembangan bahasa nasional masing-masing,jang akan mengadakan pertemuan2 berkala dikedua Negara setjara bergilir;
Pamtia tersebut sudah hams bersidang selambat-lambatnja pada tanggal 31 Desember 1972 ditempatjang ditetapkan bersama;
4. melindungi dan menghormati hak tjipta pengarang2 dari masingmasing Negara dan untuk itu membentuk Panitia Tetap Bersama Hak Tjipta jang sudah hams bersidang selambat-lambatnja pada tanggal 31 Desember 1972.
II.
Dalam rangka mengembangkan kerdja sama dibidang pendidikan kedua Pemerintah menjetudjui untuk menjusun suatu program djangka pandjang jang meliputi antara lain pengiriman tenaga pengadjar ditingkat perguman menengah dan perguman tinggi, pengiriman siswa/ mahasiswa serta pengiriman tenaga-tenaga peneliti.
205
III.
Dalam rangka pengiriman tenaga pengadjar dan peneliti kedua Pemerintah menjetudjui untuk memperlakukan persjaratan sama dengan pengadjar dan peneliti setempatJang sama statusnja. IV. Dalam rangka pengiriman tenaga pengadjar, peneliti dan mahasiswa, kedua Pemerintah menjetudjui untuk selalu menempuh prosedur melalui Departemen Pendidikan dan Kebudajaan dipihak Indonesia dan Kementerian Pelajaran serta Universiti2 dipihak Malaysia. V. Dalam rangka pertukaran pengalaman antara para pegawai utama kedua Negara, kedua Pemerintah menjetudjui untuk menjelenggarakan kundjungan-kundjungan berkala setjara bergilir dari pegawai-pegawai utama Departemen Pendidikan dan Kebudajaan Republik Indonesia dan Kementerian Pelajaran Kerajaan Malaysia.
Djakarta, 23 Mei 1972 MENTERI PELAJARAN
MENTERI PENDIDIKAN
KERAJAAN MALAYSIA,
DAN KEBUDAJAAN REPUBLIK INDONESIA
ttd HUSSEIN CNN
ttd MASHURI
U\HPIgAN2
mQQfimn/sem mm oeiAK
208
a. TADJUK RENTJANA
EDJAAN BARU SEBAGAIMASALAH
Dua tahun jang lalu kita pemah dihebohkan oleh kemungkinan dirobahnja edjaan penulisan Bahasa Indonesia, dan itu kita belum lupa. Sekarang ini, sungguhpun mulainja sama2 namim makin hari Idan mantaplah niat Pemerintahan untuk mengesjahkan edjaan baru itu, tetapi dengan perajuan dan perhitungan jang lebih dewasa.
Kehati-hatian Pemerintah ini (chususnja Dep. P dan K)untuk meraju dulu masjarakat rasa-rasanja lajak kita hargai. Sebab setidak-tidaknja hal itu menundjukkan pengertiannja, bahwa terhadap segala sesuatu perobahan jg ingin disjahkan Pemerintah, oleh masyarakat selalu ditanggapi dengan kritis. Kegagalan Pemerintah mempeikenalkan perobahan edjaan baru ditahun 1969 dapatkita tjatat a.l. berkat kurang diperhitungkannja faktor ini. Padahal dari kehebohan ditahun tsb sebelnlnja dapat disimpulkan bahwa sebagian terbesar kntik2 terhadap konsep "edjaan LBN" tsb adalah hampir2 irrelevant, jaitu karena diluar masalah edjaan itu sendiri.
Untuk kemungkinan pemakaian edjaan baru ditahun ini, kembali
suratkabar ini telah membukakan ruangannja sungguhpun diantara para pengisi boleh dikata semuanya setuju dengan diadakannja perobahan itu. Tapi Drs. Ukun Suijaman misalnja, achir bulan jl. meminta bahwa konsep "Ejaan Baru" LBN itu agar sekali lagi dibahas dengan ahli2 diluar Lembaga Bahasa Nasional sendiri, sebab ada kemungkinan bahwa dalam pembahasan "terachir" itu nanti akan terbukti masih ada faktor2 tehnis jg mungkin sadja tersilap ataupun kurang sempuma dikeijakan oleh fihaL konseptor.
Apalagi karena Pemerintah bermaksud mengadjukan masalah penggunaan "Ejaan Baru" itu kesidang2 DPR,pembahassan "terachir" seperti jg disarankan seorang ahh seperti Drs. Ukun Suijaman rasanja lajak ditanggapi. Bukan sadja karena lebih demokratis tapi djuga djustru sebab bertolak dari
keperluan2 penjempumaan edjaan baru kita itu sendiri dimasa2jad. Sebab seperti jg tertjatat; Heboh hingga terundurkannja pemakaian edjaan baru ditahun 1969 bukanlah terutama oleh alasan2 psichologis se-
209
mata2, tetapipun oleh beberapa alasan tehnis jg patut dipertimbangkan; padahal kalau diteliti perobahan edjaan itu sendiri tidaklah sebesar jg sudah terlandjur digunakan oleh masjarakat luas. Sinar Harapan 11 Pebruari 1972
b EDJAAN BAKU MAU KE DPR DJUGA?
Djakarta,(Buana). Masalah edjaan Bahasa Indonesia jang disempurnakan tahun ini djuga akan diadjukan oleh Panerintah cq Dep. P&K di DPR.
Hal ini dikatakan oleh Drs. Lnkman Ali dari Lembaga Bahasa Nasional kepada "Buana" kemarin siang. Drs. Lukman Ali mengaku bahwa tentang edjaan jang disempumakan itu mendapat tanggapan jang ber-matjani2 dari masjarakat, baikjang setudju maupun jang tidak setudju. Pemakaiannja edjaan jang disempumakan itu memang tidak bisa didjalankan setjara instruktif oleh pihak pemerintah. Suara2 dari masjarakatpun djuga hams mendapat perhatian. Lebih landjut Drs. Lukman Ali mengatakan bagaimanapim djuga edjaan Bahasa Indonesia hams kita seragamkan sebab saat ini soal edjaan sudah simpang-siur dan ber-lamt2. Pengadjuan soal edjaan itu ke DPR ialah untuk mentjari kata sepakat dan pengesahan setjara konstitusionil. Semua orang memang boleh mengeluarkan p^dapatnja dan kalau semua pendapat dari 125 djuta bangsa Indonesia kita tampung maka akan suht. Oleh sebab itu peng adjuan edjaan itu ke DPR adalah salah satu djalan jang paling baik. Demikian Drs. Lukman Ali. BERITA BUANA
Djumat, 11 Pebruari 1972 No. 171 Th. Ke-I
210
c
MENURUTPROF.S.WOJOWASITO:
EDJAAN BARU JANG DISIAPKAN LBK TIDAK TEPAT
Djakarta, 16 April(Kompas)
Prof. S. Wojowasito dalam keterangaimja chusus pada "Kompas" baru2 ini menjatakan, bahwa rentjana pengubahan edjaan bahasa Indonesia dengan edjaan bam Jang disiapkan LBK (Lembaga Bahasa & Kebudajaan) adaiah tidak tepat. Penggunaan hurufc/ch,jdan y untuk mengganti humf tj, dj, dan jkurang memperhatikan konvensi penulisan fonetis intemasional dan terlalu berpidjak pada bahasa Inggeris dan Amerika.
Adaiah tidak benar menumt Prof. S. Wojowasito kalau dengan edjaan bam nanti bahasa Indonesia akan lebih mudah mendjadi bahasa dunia seperti bahasa Inggeris. Djustm kondisi edjaan jang sekarang berlaku lebih mendjamin periumbuhan bahasa hidonesia mendjadi bahasa dunia, walau memang diperlukan penjempumaan. Brosur Akan Diterbit^n
Selan(yutnja ditorangkan,bahwa untuk menangg^i konsq)edjaan bam
bujan April ini. Brosur itu mempakan hasil diskusi dosen2 tetap dijurusan bahasa dan sastra Indonesia FKS-KIP Malang dengan mengadakan berbagai bahasa didunia.
"Kami memberikan tanggapan setjara objektip-ijmiah dan berani mempertanggung djawabkan serta man berdialog dengan siapapun djuga", demikian S. Wojowasito.
Perlu Aparatur Chusus Menumt Prof. S. Wojowasito,sekalipun edjaan suatu bahasa sudah baik, tetapi tetap tak ada artinja, bila tidak ada disiplin dalam penggunaan/penuUsan. Karena itu menumt ia perlu adanja aparatur chusus untuk (1) menanamkan disiplin pemakaian bahasa dan(2)merangsangkan penulisan buku2 pedoman/standar, buku kamus dan buku praktek penulisan laporan praktikum dsb. bagi para pengarang jang berminat. Disamping itu perlu pula adanja komisi/panitia jang ditugaskan untuk
211
menertibkan pemakaian kata2 asingjang masuk kedalam pffbendaharaan kata bahasa Indonesia.
Djalankeluar
j.
Menghadapi keadaan dewasa ini menurut Prof. S. Wojowasito djalan
keluarjang baik adalah,agar Panitya Ejaan Barujang tergabung dalam LBK itu hanja merupakan komisi-keija atau panitya tetap pengolahan edjaan jang tidak
Dipandang perlu untuk dibentuk panitya besarAengkap
dengan unsur2 anggotanja seperti disebutkan diatas(PGRI,UN,P\^^,FKSSIKIP, Fak. Sastra dsb.)jang akan mengambil keputusan2 untuk diserahkan kepada Menterijang bersangkutan.
Pada achimja Prof. S. Wojowasito menjatakan bahwa sebaiknja edjaan jang sekarang ini (edjaan Rl/Suwandi) dipertahankan dan •disempumakan • • asingjang masuk kedalam bahasa Indonesia(Not). Kompas
17 April 1972
d. DPPGERAKANPEMUDAMARHAENTOLAK PENGELOMPOKAN PARPOL ATAS DASAR FUSI Djakarta,23 April(Kompas) DPP Gerakan Pemuda Marhaen menolak pengelompokan Parpol2 atas
dasar fiisi chususnja dalam kelompok Demokrasi Pemban^an. Andalan2nja, karpjia hal Hftmilcian itu akan menghilangkan identitas masing2 parpol/ideologj
jang dijakini kebenarannja oleh masing2 parpol. Disamping itu, tingkat kesadaran politik rakjat belum memadai, dan sumbangan parpol masih dibutuhkan untuk pendidikan politik, terutama di-desa2. Tambahan lagi, konsensus umum terhadap Pantjasila "belum mantap",baik dalam pengertian
isinja maupxm pelaksanaannja dalam aspek2 kehidupan bemegara dewasa iiu. Sikap DPM tersebut merupakan salah satu basil Musjawarah Kerdja Nasionalnja ke-lll,jang diadakan di Madiun tgl. 7-9 April jl.
Musjawarah menilai, bahwa pelaksanaan "floating mass" oleh Pemerintah
bersifat edukatif dan bertentangan dengan esensi pendorongan
212
kepada Parpol2 agar berorientasi kepada program."Adaiah lebih bertanggungdjawab sekiranja Pemerintah melakukan pendekatan terhadap parpoI2 setjara kwalitatif,fimgsionii,konsultatifdan persuasif,sehingga peranan dan fungsi2 parpol benar2 dapat dihajati". Dalam seal MPR tahun 1973,dan menjerahkan sikap ini kepada DPP PNI untuk ditingkatkan sebagai Keputusan politik PNI. Soal2 lain
Mukemas GPM itu telah membahas dan memutuskan berbagai hal dalam bidang2 organisasi, politik, kepemudaan, keolahragaan, pendidikan, kebudajaan dan ekonomi-pembangunan.
Diantaranja menugaskan kepada DPP untuk memprakarsai Kongres Pemuda Indonesia,jang dapat diikuti oleh semua ormas pemuda jang ada. Organisasi anak PNI itu menolak usaha2pelaksanaan edjaan baru Bahasa Indonesia dengan alasan a.I. kurang dirasakan urgensinja, menipakan pemborosan pikiran biaja dan sebagainja. Sikap PNI tentang tjalon Presiden
Sementara itu, mendjawab pertanjaan2 pers hari Djumat Ketua DPP PNI Mh.Isnaeni belum bersedia mengemukakan sikap PNIjang djelas soal pen^alonan Presiden dan wakil presiden tahun depan "Kami tidak mau ikut2 latah seperti lain2nja. Jang c^elas, kami memang mempunyai pemikiran2 mengenai soal tersebut", katanja. Namun ia memberi gambaran, bahwa PNI memang akan mentjalonkan kembali Presiden Soeharto.
Kompas,Senin,24 April 1972 No. 250 Tahun Ke-Vll
e BROSUR MENANGGAPIKONSEP EDJAAN BARU LBK
Brosur dengan djudul Penjempumaan Edjaan Bahasa Indonesia" telah
diterbitkan oleh Djurusan Bahasa & Sastra Indonesia FKSS-IKIP Malang dan mulai beredar tgl. 24 April jang lalu. Brosur ini merupakan hasil diskusi dosen2 tetap bahasa Indonesia di IKIP Malang dibawah pimpinan Prof. S. Wojowasito dengan tudjuan untuk menanggapi konsep edjaan baru bahasa
213
IndonesiajangdisiapkanolehLBK.(Kompas, 17-4-72). Persoeilan Jang dibahas dalam brosur ini chusus mengenai perubahan huruf untuk mengedja;jaitu rentjana LBK untuk mempergunakan huruf c,j dan,^ sebagai ganti dari tj, dj, danj. Prof. S. Wojowasito cs, setjara prinsipil menentang rentjana perubahan tsb. Brosur stensilan dalam bentuk buku setebal 22 halaman ini dapat dibeli dengan harga a Rp40,- sedang untuk pembelian 10 buku keatas diberi harga a Rp30,- Bagi para peminat diluar kota Malang hams ditambah dengan biaya kirim sebesar 10% dari harga. Pembelian langsung ke IKIP Malang. Brosur tsb. dimaksudkan imtuk menanggapi konsepsi Jang ada, jaitu jang disiapkan oleh LBK. Sebagai langkah landjut dari brosur ini, para pemrakarsanja akan menjusim suatu konsepsi jang lengkap tentang edjaan bahasa Indonesia
Memmit Prof. Wojowasito titik-tolak konsep jang akan disusun itu adalah edjaan Suwandi (edjaan jang berlaku sekarang) dan sifat hanja menjempumakan sebab dasar jg terdapat pada edjaan Suwandi telah tepat. Penjempumaan itu chususnja imtuk menghadapi pemasukan kata2 asing kedalam bahasa Indonesiajang sebagian besar berasal dari bahasa Perantjis, Djerman,Inggris, Belanda dan Arab.(Not). Kompas, Senin, 1 Mei 1972 f
SEKALILAGI TENTANG: EDJAAN BAHASA INDONESIA JANG DISEMPURNAKAN
Rentjana "penjempumaan edjaan bahasa Indonesia mempakan soal Nasionaljang berkaitan dengan masalah Intemasional. Terhadap konsep jang di susim oleh LBN mendapat "tentangan" dari Prof. S. Wojowasito, seperti jang pemah dimuat dalam harian ini. Dan dalam waktu singkat konsep LBN tsb akan dibitjarakan oleh DPR. Untuk memperoleh gambaran jang agak menjeluruh mengenai persoalan diatas, maka dibawah ini kami sadjikan hasil wawantjara chusus dari salah seorang koresponden "Kompas" dengan Prof. S. Wojowasito. TANJA; Bagaimana tanggapan Bapak tentang hasil Seminar Bahasa Indonesia di Puntjak pada bulan Maretjl?
214
DJAWAB: Tanggapan saja sesuai dengan isi brosur jang telah diterbitkan oldi IDjurusan Bahasa Indonesia FKSS-IKIP Maiang,jaitu basil diskusi setjara objektif-ilmiah. Brosur itu dapat dibatja oleh setiap orang jang berminat.
T; Apakah pihak LBN telah mengadakan tanggapan terhadap brosur tsb?
D; Sepandjang pengetahuan saja, belum. Baik lisan maupun tertulis. T: Apakah sebenamja basil Seminar Puntjak diatas? D; Hasil seminarjang saja batja dalam stensilan jang dikeluarkan oleh LBN, terbagi dalam 4 kelompok; jaitu: (1) mengenai "Edjaan jang disempumakan dalam penulisan kata2 Arab"; (2) mengenai "Edjaan jg disempumakan dan pengembangan istilah2 ilmiah";(3) mengenai "Edjaan jang disempumakan dalam hubungannja dengan pendidikan"; dan (4) mengenai "Edjaan jang disempumakan dan perkembangan ilmu bahasa". Masing2 kelompok memperintji lebih landjut konsepnja, dan terlalu pandjang untuk diuraikaa Saja kira lebih baikjang berminat memba^a sendiri hasit2 tersebut.
T: Apakah Bapak menolak seluruh hasil seminar Pimtjak? D: Tidak. Usul2 dan hasil2 seminar Puntjak patut dipudji dalam usahanjajang sungguh2 untuk menertibkan dan mengarahkan perkembangan bahasa Indonesia. Namun hasil2 dan usul2 itu menimbulkan keberatan2 besar serta
belum dapat didjadikan pangkal-tolak policy pemerintah seluruhnja. T: Dalam hal apa terdjadi keberatan2 besar? D: Keberatan jang paling besar ialah terhadap makna dari istilah "EDJAAN JANG DISEMPURNAKAN",jang selalu di^antumkan dalam tiap Kelompok Seminar. Istilah ini dapat diartikan dua matjam,jaitu Pertama, mengubah/menggantikan huruf2 tj, dj, dan J masing2 dengan ch,jdan y, sesuai dengan usul Kelompok IV Seminar. Kalau pengertian inijang dimaksud hasil2 seluruh kelompok (I,II,III,rV) amat berat dan sulit dilaksanakan. Kedua, mempertahankan edjaan Rl/Suwandi dengan menjempiunakan kekurangan2nja sesuai dengan peikembangan ilmu, masjarakat dan kebudajaan bangsa Indonesia. Ilmu disini berarti ilmu2 jang bersangkut paut dengan lapangan kemasjarakatan seperti tehnik, pendidikan, pengadjaran, ekonomi, pertanian dsb. Bila makna dari "Edjaan Jang Disempumakan" seperti jang kedua ini; maka hasil Kelompok 1 sepenuhnja dapat diterima, dengan pe-
215
natnhahan bahwa disamping "Pusat Nasional Pengembangan Bahasa" hams pula diadakan "Pusat Nasional Pengembangan Bahasa Nasional (Bahasa Indonesia)". Karena djelas antara kedua badan itu ada perbedaan pengertian dan prinsip. Begitu pula hasil Kelompok 11 sepenuhnja dapat diterima. T; Kalau saja tidak salah, oleh Kelompok IV dikatakan bahwa hunifch lebih bersifat intemasional. Bagaimana pendapat bapak?
D: Hal ini setjara terperintji dijawab ddam brosur IKIP Malang tsb. diatas. Bila yang dimaksud "intemasional" itu didasarkan atas penggunaaimja dalam bahasa/edjaan Malaysia & Inggris, memang benar. T^i yang dimaksud "intemasional" adalah lebih luas yaitu konvensi fonetik intemasional, maka sama sekah tidak benar.
T: Kelompok IV mengatakan bahwa "Dalam penjempumaan edjaan ini hams diperhitungkan faktor keilmu-bahasaan atau bukan keilmu-bahasaan". Bagaimana pendapat bapak mengenai hal ini? D: Untuk menanggapi saja ingin menegaskan,bahwa kedua faktor Jang
diperhitungkan itu memang menghendaki penjempumaan edjaan,tetapi tidak mengharuskan pengubahan huru£2 seperti jang diusulkan kelompok IV. Pengubahan humf2 tsb tidak akan menertibkan kekatjauan2 jang ada, tapi justm mengatjai]kan; sebab kenjataan2jang ada bukan disebabkan oleh edjaan jang berlaku sekarang ini. Kekatjauan2 itu terletak dilain bidang dan di sebabkan oleh pelbagai faktor antara lain kurangnja disiplin. T: Dinjatakan oleh kelompok IV:" belum adanja pembakuan dan untuk menanggulangi kekurangan2 bahasa Indonesia dalam perkembangan
menjadi bahasa kebudajaan, ilmu dan teknologi jang dapat diandalkan". Setudjukah bapak dengan pemjataan ini? D:Pembakuan sudah ada meskipun belum sempuma,jaitu pembakuan
atas dasar edjaan Rl/Suwandi. Hal ini saja alami sendiri dalam penjusunan kamus2.Penjempumaan memang perlu tapi tidak diharuskan digantinja humf tj dengan ch. Penggantian ini mengakibatkan perombakan/total wadjah bahasa Indonesia.
T: Apakah bapak setudju mengenai edjaan bersama dengan Malaysia? D: Saya setudju, dan hal ini djuga mempakan hasil diskusi Djumsan Bahasa Indonesia IKIP Malang. Tapi hams ada dasar2 jang sehat, objektif? ilmiah.
T: Apakah jang bapak maksud dengan dasar2 objektifilmiah?
216
D: Yaitu (I) Malaysia bersama2 berpedoman kepada "Alphabet dan
phonetiq intemasional(The InternationalPhonetic Alphabet);(2)Malaysia dan Indonesia meneliti edjaannja masing2 jang sekarang ini apakah sesuai dengan Alphabet Phonetiq Intemasional tsb, dan (3)kalau abdjat phonetiq intemasional tidak dapat memberikan penjelesaian mengftnai suatu penuhsan, bamlah diadakan permnfakatan antara kedua belah fihak
Atas dasar tiga prinsip jang objektifihniah/konvensionil itu, edjaan bersama dapat diselenggarakan. Perlu diketahui bahwa apa jang dimaksud dengan abdjad phonetiq intemasional itu adalah huruf2 intemasional dengan nilai utjapan jang sama atas dasar konvensi intemasional. Ada kalanja jika dipraktekkan kepada suatu bahasa, djumlah abdjad phonetiq intftmaginnai tidak ^ukup; dan djika demikian barulah negara ybs terpaksa mentjiptakan abdjad phonetiqnja sendiri untuk menutup kekiurangan tsb. Dan biasanja penciptaan itu dikerdjakan oleh para ahU negara ybs. Djika kita teUti kelihatan
bahwa tidak ada negara jang konsekwen menjelesaikan edjaan bahasanja sesuai dengan The Intemational Phonetiq Alphabet tsb. Tetapi jang jelas, dimana mereka itu (negara2 sudah cocok dengan the intemational phonetiq alphabet, disitu mereka akan berpegang teguh dan tidak akan mftngaHalff^n pembahan2, sebab huruf jang digunakan itu sudah dalam konvensi internasional itu sudah minimal.
Dengan dasar ini maka setiap edjaan baik Malaysia maupun Indonesia, djika sudah sesuai dengan intemasional tsb maka dengan sendiiinja tentu akan berpadu dan sama. Sebagai ilustrasi saja beri tjontoh penggunaan humf2 phonetiq intemasional dalam bahasa Inggris, Malaysia, Perantjis, Belanda, Djerman, dan Indonesia jang relevan hubungannja dengan wawantjara ini, jaitu:
Intemational Phonetic Alphabet:j, tj - ju:, tju:n Bahasa Inggris: y, t - you,tune Bahasa Malaysia: y, ch - yang,chari. Bahasa Perantjis: i, - (tak ada) pied, Bahasa Belanda:j, tj - jong, pun tje Bahasa Djerman:j, -(tak ada)-jawohl,Bahasa Indonesia:j, tj •jakin, tjatjad.
T: Andaikata "Edjaan Jang Disempumakan" menurut usul Kelompok IV Seminar Puntjak itu dimaksud sekaligus sebagai edjaan bersama dengan
217
Malaysia, bagaimana pendapat bapak?
D: Andaikata itu terdjadi djelas Indonesia akan meninggalkan Edjaan Rl/Suwandi. Meninggalkan Abdjad Fonetis Intemasional imtuk kemudian mengikuti edjaan Mal^sia/lnggris,sebab hanja kedua bahasa itulah Jang menuliskan tj dengan ch. Bagi saja sangat beratlah rasanja untuk meninggalkan ruang lingkung intemasional dan berpindah kemang lingkup Jang lebih sempit jaitu hanja Malaysia dan Inggris. Demikian wawantjara singkat dengan Prof. S. Wojowasito mengenai masalah edjaan. Semoga berguna sebagai bahan perbandingan dengan konsep jang disnsun LBN,chususnja bagi bapak2 anggota DPRjang akan membahas soal ini.
Kompas 2Djuni 1972
g. RENCHANA PENGARANG:PENYATUAN EJAAN MELINDO
Rundingan2 yang sedang beijalan sekarang di Kuala Lumpur imtok mendapatkan persetujuan mengenai penyatuan ejaan Melindo (MelayuIndonesia) kita perchaya beijalan baik dan lanchar. Kata2 dan hasrat yang disuarakan dalam pembukaan rundingan itu membayangkan hasrat kedua negara terhadap pentingnya ejaan yang sama bagi bahasa Mela5aj dan Indonesia.
Sistem satu ejaan itu bukannya saja diharapkan mempakan jambatan yang menghubongi bidang bachaan, bahasa dan kesusasteraan antara Malaysia dan Indonesia, bahkanjuga mempakan asas2 bam nanti untok ketiga2 perkara yang disebutkan itu.
Titek2 pertemuan sudah terchapai. Yang tinggal sekarang ialah untok menchapai persetujuan mu'tamad agar sistem ejaan yang satu itu dapat digimakan sa-lekas2-nya.
Kita yakin bahawa rundingan2 yang sedang beijalan itu direstui oleh pemerentah dan ra'ayat kedua negara kerana kemajuan dalam bidang bahasa dan kesusasteraan dengan sendirinya berarti kemajuan dalam asas2 dan bentok sa-suatu negara.
218
Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam penghidupan satiap ra'ayat atau negara kerana ia merupakan chara pemyataan hasrat dan keinginan.
Ejaan yang berlainan mimgkin menimbulkan salah pengertian dengan tidak di-sengaja dan daiam perkara ini hendaknya yang hams diutamakan iaiah kepentingan dan faedah lebeh 100juta manusia, bukan-nya imtok memelihara kepentingan sagulongan kechil saja. Perkembangan bahasa memerlukan beberapa pembahan yang wajar,dan di-dalam hal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang asalnya juga satu, sudah sawajamya pula kalau sistem ejaannyajuga disatukan. Samoga harapan yang bagitu tinggi hendaknya jangan sampai menghadapi kecechewaan lagi kali ini kerana perkembangan dan kemajuan bahasa Melayu dan Indonesia banyak bergantong kepada basil rundingan2 yang sedang beijalan itu. Ahad 25 Jun 1967--17 Rabi'ul-Awal 1387 h. TUGAS KELILING
Kasihan ja, anak2 didik Jang pada dirumah. Habis nggak bisa masuk sekolah. Man sekolah, gedimgnja nggak tjukup, man masuk lewat testing, nggak pula bisa meskipun otak entjer. Udah bisa masuk bersekolah, ajah ibu Jang dibikin pusing, sebab duit nggak tjukup imtuk beli peralataimja. Soal edjaan bam gimana. Apa perlu dibitjarakan sekarang. Walah, waaaa kok edjaan bam segala. Mbok ja jang lain adja jang dja^auh lebih mendesak jang ditanggulangi duluan. Jang udah melek hiuuf adja, kalo nggak dibina tems bisa ... buta kembali,ja nggak. Nggak usahlah kita singgung2 soal edjaan bam itu. Dulu namanja Mapram. Sekarang diganti Pekan Orientasi Studi. Dulu dengan tendangan, dengan tjatji-maki, dengan bikin bengkak anggota badan segala. Sekarang dengan... kasih, sajang, nggak ada dendam2an. Tapi apa semua udah melaksanakan... POS?
219
Sjukurlah kalo keinginan Pak Mashuri lewat instruksinja itu dilaksanakan... merata!
Djangan sampeee kalo udah djatuh korban, baru ribuut. PATROL
Podjok Berita Buana llPebraaril972
i. V0D30KK0MPAS
Marshall Green akan singgah di Indonesia sepulangnja dari RRT! Marshall disini tentu sadja takbisa Mang Usil terdjemahkan dengan Marsekal. *
Tigabelas pengusaha bis berdjandji akan mematuhi kebidjaksanaan Pemerintah DCI!
Mang Usil ingatkan, djangan lupa djandji bagi para pengemudi untuk mematuhi tatatertib lalulintas. *
Mendagri menegaskan, pegawai negeri digadji oleh rakjat dan pemerintah! Mang Usil bisa tambahkan, setapak setapak tapi pasti, gadji itu akan terus diperbaiki. Misalnja mulai April nanti. *
Drs. Lijkman Ah menegaskan, perlimja masalah edjaan bahasa Indonesia Jang sudah terkatung2 selama 18 th, diselesaikan segera. Mang Usil pikir, kalau diselesaikan kini, takkan timbul reaksi2 lagi seperti tempohari. Mang Usil Kompas, Sabtu, 19 Pebruari 1972
MaHiH A/ArtW
MitA mwja t^oAsa svmM BDik'Afj aA)m
rs
rjBPEr i>/{AKSAMMM...
-.. liJAkAR^A
\MCARrA - - k ^
m ^
xN'
:<•:•; ivXvvt-t-.Txxxs-^
POSKOTA
Selasa, 11 April 1972 No. 658
221
KARIKATUR
MMHe
KOMPAS
Sabtu,24 Djuni 1972
RIWAYAT HIDUP
Setelah melalui beberapa pendidikan menengah umum dan keguruan,Lukman Ali,
• ^^2 '
yang lahir di Mungka,Payakumbuh, SumaBarat, 25 Desember 1931, masuk Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan
selesai tahun 1963. Belajar di Universitas Leiden dalam bidang kajian Teori Sastra atas biaya Indonesian Linguistics Development Project (ILDE?), 1977--1978. Pengalaman dalam bidang pendidikan, antara lain
ll^^^^milllll
sebagai guru SD, SMP, SGA, dan SMA; dosen pada beberapa fakultas dan akademi seperti Fakultas Sastra UI, Fakultas Sastra
Unas, Akademi Imigrasi, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (sekarang IKJ), dan Sesparlu. Terakhir, dosen tetap pada Fakultas Sastra UI (1992--sekarang). Karir kepegawaian, antara lain sebagai pegawai Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (sekarang Pusat Bahasa), 1959--1980; Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Malaysia (1980—1984), Kakanwil Departemen P. dan K. Propinsi Sumatera Barat (1985—1987), Staf Ahli Menteri P. dan K.(1987 —1989), Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa(1989-1992). Juga aktif dalam Komisi Istilah sebagai penasihat bahasa(1963-1967), anggota Panitia Ejaan Baru(1967-1971), anggota Tim Ahli Bahasa KOTl G-5 (1967-1968), Ketua Kelompok Teknis Bahasa Panitia Pelaksanaan Ejaan yang Disempumakan (1971-1972), Sekretaris 1 Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia dan
Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia(1972-1980). Melakukan penataran penyuluhan bahasa keliling Indonesia untuk pejabat dan masyarakat umum (1975-1995). Mengasuh Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia TVRI(1980), mengasuh rubrik "Bahasa Kita" harian Republika (sejak 1994),dan mengasuh rubrik "Pengetahuan Bahasa" majalah//omon (sejak 1996). Lukman Ali menulis sejumlah cerpen dan artikel bahasa dan sastra serta
223
menyunting beberapa buku dan tulisannya sendin sebagai berikut. 1.
Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjermin Manusia Indo nesia Earn, 1978, Gimung Agung, Jakarta.
Seminar Pengembangan Sastra Indonesia, 1975,Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.
Tentang Kritik Sastra, 1978, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta
Berbahasa Baik dan Berbahasa dengan Baik, 1989, Angkasa, Bandung.
Dari IkhtisarMasalah Angkatan sampai Catalan Kaki, 1989,Angkasa, Bandung.
Unsur Adat Minangkabau dalam Sastra Indonesia 1922—1959, 1994, Balai Pustaka, Jakarta.
Hikayat Panji Kuda Semirang, 1996, Pusat Pembinaan dan Pengem
bangan Bahasa, Jakarta. (Transliterasi dari naskah Melayu yang tertulis 8.
dalam huruf Arab-Melayu. Dikeijakan bersama M.S. Hutagalung) Lurah Taker: Kumpulan Karangan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1996, Fakultas Sastra Universitas Indonesia
9. Pekan Selasa, 1998, Fakultas Sastra UI, Jakarta.
10. Ikhtisar Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia, 1998,Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.
PERPUSTAKAAN PUSAT BAHASA OEWfiTEMENPENDIDIKAN NASIONAL
U R U 'I A N
■
:
rvm
-ij? fe H
: iAV':,- ''y'.'
u • ■ '"'
''