Makalah Seminar Kerja Praktek RELE ARUS LEBIH / OCR DAN GFR SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAN PENYULANG PADA GI 150 KV KRAPYAK Hafizh Rahman Rosidi.1 , Ir. Tejo Sukmadi, MT.2 1 Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Abstrak - Setiap perusahaan listrik harus berupaya meningkatkan keandalan secara terus menerus. Tingkat keandalan direpresentasikan antara lain, indikator sering terjadinya pemadaman. Indikasi : Frekuensi dan Lama Gangguan Penyebab utama pemadaman adalah gangguan pada sistem tenaga listrik yang tidak dapat dihindarkan. Macam-macam Gangguan adalah Gangguan beban lebih adalah Sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan. Dan Gangguan hubung singkat adalah Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau 1 fasa ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen. Kata kunci : Keandalan, Gangguan, Gangguan beban dan Hubung Singkat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat proteksi pada STL (Sistem Tenaga Listrik) merupakan bagian yang penting di bidang ketenagalistrikan seperti pada PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3JB) region Jawa Tengah UPT Semarang GI Krapyak yang berada di Jl.Siliwangi No.379 Semarang. GI merupakan tempat pusat pengatur kebutuhan pembebanan. Selain itu, GI berfungsi sebagai pusat proteksi peralatan-peralatan STL dan sebagai pusat proses penormalan terhadap gangguan-gangguan yang ada. Apabila tidak ada sistem proteksi maka kelangsungan STL tidak selalu tersedia. Sebelum sistem proteksi diimplementasikan, diperlukan perhitungan dan analisis agar setting rele dapat diketahui supaya rele dapat bekerja secara baik. Apabila nantinya terjadi gangguan, sebagai contoh overload atau beban lebih, hubung singkat antara fasa dengan fasa, hubung singkat antara fasa dengan tanah maka sistem proteksi akan bekerja sesuai
fungsinya sebagai pengaman, sehingga stabilitas tenaga listrik akan berlangsung. Misalkan terjadi gangguan dipenyulang 20 KV yang mengakibatkan tripnya PMT (Pemutus Tenaga) incoming 20 KV ataupun sisi PMT 150 KV trafo sehingga mengakibatkan usia atau kinerja trafo menurun dan pemadaman yang luas. Untuk menghindari kejadian gangguan tersebut dan juga untuk mencegah kerusakan transformator maka perlu dilakukan koordinasi proteksi, baik sisi 20 KV penyulang, 20 KV incoming dan sisi 150 KV trafo. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan bagaimana menghitung dan menganalisis setting koordinasi rele OCR dan GFR, sehingga proteksi trafo dapat bekerja lebih baik. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan laporan ini adalah : 1. Menghitung dan menganalisis penyetelan koordinasi rele proteksi OCR dan GFR yang terpasang di GI Krapyak.
1
2. Rele differensial dan rele-rele yang lain hanya dibahas fungsinya saja.
3
1.4 Tujuan Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah : 1. Mengenal dan mengetahui cara kerja sistem proteksi terhadap trafo. 2. Mengamati secara langsung alat yang ada diserandang GI. 3. Sebagai bentuk aplikasi dan teori yang didapat selama perkuliahan di teknik
4
II GARDU INDUK 2.1 Pengertian Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer. 2.2 Fungsi Gardu Induk a) b)
c)
d)
Mentransformasikan daya listrik Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga listrik. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal dengan istilah SCADA.
2.3 Jenis Gardu Induk Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : 1
2
Berdasarkan besaran tegangannya => GITET (275 KV, 500 KV) dan GI (150 KV, 70 KV). Berdasarkan pemasangan peralatan => Gardu Induk pasangan luar dan Gardu Induk pasangan dalam (GIS / Gas Insulated Substation)
5
Berdasarkan fungsinya => GI penaik tegangan, GI penurun tegangan, GI pengatur tegangan dan GI distribusi. Berdasarkan isolasi yang digunakan => isolasi udara dan isolasi gas SF6. Bedasarkan sistem rel/busbar => busbar ring,busbar single,busbar double, dan satu setengah busbar)
2.4 Peralatan yang terdapat pada Gardu Induk Pondasi (tempat dudukan) peralatan : 1. Transformator Daya. 2. Circuit Breaker (CB). 3. Disconnecting Switch (DS). 4. Capasitor Voltage Transformer (CVT). 5. Current Transformer (CT). 6. Lightning Arrester (LA). 7. Potential Transformer (PT). 8. Busbar / Rel 9. Wave Trip dan Line Trip 10. Switch Yard (Switchgear) Got kabel (cable duct) Adalah tempat peletakan kabel yang menghubungkan antara peralatan di switch yard, maupun antara peralatan di switch yard dengan peralatan di gedung kontrol. 1. Transformator Daya Berfungsi mentranformasikan dengan merubah besaran sedangkan frequensinya tetap.
daya listrik, tegangannya,
Gambar 3.1 Transformator Daya
2
2. Circuit Breaker (CB) / PMT Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban yang akan menimbulkan Gejala Medan Tinggi seperti busur api, sehingga dilengkapi media pemadam busur api (media minyak, udara dan gas SF6).
5. Current Transformer (CT) Berfungsi merubah besaran arus dari arus yang besar ke arus yang kecil atau memperkecil besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi arus untuk sistem pengukuran dan proteksi. Dan juga Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, yaitu memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan tinggi.
Gambar 3.2 PMT SF6
3. Disconect Swtch (DS) / PMS Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.
Gambar 3.5 Current Transformator (CT)
6. Lightning Arrester (LA) Sebagai pengaman peralatan listrik pada Gardu Induk dari tegangan lebih akibat surja Petir dan Surja hubung.
Gambar 3.3 Disconect Swtch / PMS
4. Capasitor Voltage Transformer (CVT) Berfungsi sama dengan PT (Potential Transformer) sebagai pengukuran tegangan, hanya saja penampakan bentuk luar yang agak langsing dibanding dengan PT. Pada PT masih berupa lilitan-lilitan, jika pada CVT menggunakan kapasitor.
Gambar 3.4 CVT
Gambar 3.7 L.A
7. Potential Transformator (PT). Adalah trafo yang menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter dan alat sinkronisasi.
Gambar 3.8 Potential Transformator (PT)
3
8. Busbar / Rel Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik
Gambar 3.9 Busbar
9. Wave Trip dan Line Trip Wave trip untuk memblock frekuensi tinggi ke frekuensi rendah. Line trip untuk menaikkan frekuensi dari 50Hz menjadi 20.000 Hz, biasanya dipasang pada fasa S, dan digunakan untuk alat komunikasi (PLC) antar GI dan PLN. 10. Switch Yard (Switchgear) Adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat peletakan komponen utama gardu induk.
Gambar 3.10 Switchyard
2.5 GARDU INDUK 150 KV KRAPYAK GI (Gardu Induk) Krapyak yang berada di Jl.Siliwangi No.379 Semarang ini merupakan tempat pusat pengatur kebutuhan pembebanan yang dibangun karena semakin tinggi kebutuhan listrik. Selain itu, sebagai pusat proses
penormalan terhadap gangguan-gangguan yang ada. Gardu Induk yang beroperasi sejak tahun 1975 ini, pada jaman dahulu hanya beroperasi sejumlah 1 trafo dan 6 bay penghantar, yaitu Jatingaleh-Krapyak 1, Jatingaleh-Krapyak 2, Krapyak-Pekalongan 1, Krapyak-Pekalongan 2, Ungaran-Krapyak 1, Ungaran-Krapyak 2. Semakin berkembangnya jaman, semakin banyaknya kebutuhan listrik yang diperlukan, dan semakin tinggi arus lebih yang ada, maka di Gardu Induk Krapyak berkembang menjadi 3 trafo, 8 bay penghantar dan sistem proteksi yang semakin banyak seperti saat ini. Adapun trafo tersebut berkapasitas trafo 1-60 MVA, trafo 2-30 MVA, dan trafo 3-20MVA.
III. Transformator 3.1 Pengertian Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Dalam pengoperasiannya, transformatortransformator tenaga listrik pada umumnya ditanahkan pada titik netral, sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengaman atau proteksi. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh. Sedang fungsi trafo distribusi adalah mengubah tegangan distribusi menengah 20 kV menjadi tegangan rendah 400/230 Volt yang selanjutnya disalurkan melalui jaringan tegangan
4
rendah (JTR) ke konsumen satu phasa atau tiga phasa.
b) 1. 2. 3. 4.
Persamaan umum trafo distribusi adalah sebagai berikut ; c) maka: Np =
Ns
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dimana : Np = Banyaknya lilitan kumparan primer Ns = Banyaknya lilitan kumparan sekunder Vp = Tegangan sisi primer Vs = Tegangan sisi sekunder Ip = Arus sisi primer
d) 1. 2.
Peralatan Bantu Pendingin Tap Changer Alat pernapasan Indikator- indicator Peralatan rele proteksi Rele buncholz Pengaman tekanan lebih Rele tekanan lebih Rele pengaman tangki Rele differensial Rele arus lebih Rele hubung tanah Peralatan tambahan untuk transformator Pemadam kebakaran transformator besar) Arrester
proteksi (untuk
Is = Arus sisi sekunder IV. SISTEM PROTEKSI 3.2 Macam-macam transformator Transformator dapat dibagi menurut fungsi / pemakaian, yaitu : Transformator mesin (Pembangkit) Transformator Gardu induk Transformator distribusi Transformator dapat juga dibagi menurut kapasitas dan tegangan, seperti : Transformator besar Transformator sedang Transformator kecil
3.3 Konstruksi bagian transformator Transformator terdiri dari : a) 1. 2. 3. 4. 5.
Bagian utama Inti besi Kumparan transformator Minyak transformator Bushing Tangki konservator
4.1 Filosofi Rele Proteksi 4.1.1 Pengertian Rele proteksi adalah suatu device atau peralatan pengaman untuk melindungi pe ra la ta n - pera la ta n da la m s is te m t e na ga lis t r ik, ya ng be ker ja de nga n mengindikasikan unit sinyal alarm jika terjadi gangguan atau kondisi abnormal. 4.1.2 Fungsi Proteksi a) Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian sistem yang diamankannya. b) Melepaskan bagian sistem yang terganggu, sehingga bagian sistem lainnya dapat terns beroperasi. c) Member ita hu operator mengena i adanya gangguan dan lokas inya . 4.1.3 Kawasan Pengamanan Sistem Tenaga Listrik terbagi ke dalam zone yang satu sama lain bisa dihubungkan atau diputuskan oleh pemutus tenaga (PMT). Setiap (zone) diamankan oleh suatu relai 5
pengaman dan setiap relai mempunyai kawasan pengamanan yaitu bagian dari sistem yang bila terjadi gangguan di dalamnya relai itu dapat mendeteksinya dan dengan bantuan PMT melepaskan zone yang terdapat gangguan itu.
c) Kecepatan Hal terpenting dari relai proteksi adalah secepat mungkin memisahkan elemen sistem yang terganggu. d) Keandalan Hal-hal yang berkaitan erat dengan keandalan pengamanan suatu sistem
4.1.4 Pengamanan Utama dan Cadangan Karena
pengaman
cadangan
adalah : Ketepatan pemilihan relay,
baru
perhitungan yang tepat, penempatan /
diharapkan bekerja jika pengaman utamanya
pemasangan relay lain dan koordinasi
gagal bekerja maka pengaman-pengaman
antar relay.
cadangan selalu disertai dengan waktu tunda (time delay), untuk memberi kesempatan kepada pengaman utama bekerja lebih dahulu. 4.1.5 Kriteria Perancangan Rele Proteksi a) Selektivitas Suatu relai bertugas
mengamankan
suatu alat atau bagian tertentu dari suatu sistem.
Suatu
relai harus
dapat
mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah yang diamankan dan bila perlu menjalankan pemutus tenaga
(PMT), memisahkan bagian
sistem yang terganggu. b) Kepekaan Pada prinsipnya relai harus cukup peka sehingga dapat mendeteksi gangguan di kawasan dalam
pengamanannya kondisi
yang
rangsangan yang minimum.
meskipun memberikan
4.2 Gangguan 4.2.1 Macam – macam gangguan a) Faktor Eksternal, Gangguan yang berasal dari alam, misalnya karena binatang diantaranya gigitan tikus pada kabel, burung, dll. b) Faktor Internal, Gangguan dari peralatan itu sendiri misalnya faktor umur komponen peralatan yang sudah tua. c) Human Error, Gangguan yang disebabkan oleh kesalahan penanganan oleh manusia (operator) seperti pentanahan (grounding) yang kurang baik. 4.2.2 Upaya mengatasi gangguan a) Mengurangi terjadinya gangguan Pemakaian peralatan yang dapat diandalkan. Penggunaan kawat tanah pada saluran udara, dan tahanan kaki tiang yang rendah pada SUTT. Penebangan / pemangkasan pohon disekitar saluran / BTS. b) Mengurangi akibatnya Mengurangi besarnya arus gangguan Pengguanan Lightning Arrester dan koordinasi osilasi Mempersempit daerah pemadaman 6
4.3 OCR dan GFR Rele arus lebih (OCR) memproteksi instalasi listrik terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk memproteki terhadap gangguan fasa tanah digunakan rele Rele Arus Gangguan tanah atau Ground Fault Relay (GFR). Prinsip kerja GFR sama dengan OCR, yang membedakan hanyalah pada fungsi dan elemen sensor arus. OCR biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan GFR hanya memiliki satu sensor arus (satu fasa ). Waktu kerja rele OCR maupun GFR tergantung nilai setting dan karakteristik waktunya, elemen tunda waktu pada rele ini pada 2, yaitu elemen low set dan elemen high set. elemen low set bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubungsingkat yang relatif kecil, sedangkan elemen high set bkerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang cukup besar. Rele OCR dan GFR dipasang sebagai alat proteksi motor, trafo, penghantar transmisi, dan penyulang. Makalah saya ini menulsi tentang OCRdan GFR sebagai proteksi trafo dan penyulang. Sebagai alat proteksi maka penggunaa rele harus memenuhi persyaratan proteksi yaitu : cepat, selektif, serta handal. Rele harus disetting sedemikian rupa sehingga dapat bekerja secepat mungkin dan meminimalkan bagian dari sistem yang harus padam. Hal ini diterapkan dengan cara mengatur waktu kerja rele agar bekerja lambat ketika terjadi arus gangguan kecil, dan bekerja semakin cepat apabila arus gangguan semakin besar, hal ini disebut karakteristik inverse. Prinsip kerja OCR yaitu ketika suatu trafo mengalami gangguan di feeder (penyulang), maka belum tentu trafo itu akan TRIP, ini disebakan karena OCR merupakan backup protection atau relay backup jadi bukan
relai/ pengaman utama, tapi bisa juga trip jika arus gangguan itu terlampau besar lalu men TRIPkan PMT 20 Kv/ tingkat xtrem sampai PMT 150 kV. Sedangkna Over Load adalah beban yang berlebih, maksudya suatu trafo memiliki kapasitas tersendiri / kemampuan untuk memikul beban. Biasanya kasus Over load disertai dengan panasnya suhu trafo yg melebihi dari setingannya. Karena panas berlebih bisa mengurangi kekuatan isolasi(minyak) trafo, maka dibuatlah setingan nilai suhu, jika melebihi settingan tersebut maka ada level2nya, yaitu alarm1, alarm 2, yg paling fatal adalah TRIP. OCR dan OLR sama-sama bekerja berdasarkan input arus. Perbedaannya OCR bekerja untuk mengamankan kelebihan arus yang disebabkan oleh gangguan, sedangkan OLR(Over Load Relay) bekerja untuk mengamankan kelebihan arus kerena kelebihan beban. Cara kerja OCR dan OLR sangatlah berbeda. OCR membaca arus, dan kemudian akan membuat keputusan trip / no trip berdasarkan nilai setting dan besarnya arsus yang dirasakan. Sedangkan OLR, arus yang dibaca akan di analogikan sebagai panas yang sedang dialami oleh suatu peralatan (menggunakan thermal model). Pemanasan yang dialami oleh peralatan tersebut akan dihitung oleh algoritma relay. Apabila relay menggangap peralatan yang diamankannya sudah kepanasan, maka ia akan memberikan perintah trip.
Gambar Sistem Proteksi
7
Pada Gambar di atas menunjukan sebuah sistem proteksi untuk proteksi relay jarak pada saluran transimis i, yang terdiri dari sebuah CT (Current Transformer) dan sebuah PT (Potential Transformer), sebuah relay dan pemutus tenaga (circuit breaker). Setiap sistem proteksi akan mempunyai komponen - komponen dasar tersebut.
3. Kontak tetap 4. Kontak bergerak 5. Poros cup 6. Penahan goncangan 7. Unit induksi cup Sedangkan spesifikasi untuk dimensi relay dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar Diagram konsep sebuah relay
High Speed Differential Relay
Gambar Spesifikasi u kuran High Speed Differential Relay
Rating dan burden dari relay diatas adalah Gambar Konstruksi High Speed Differential Relay
Keterangan gambar :
sebagai berikut Rating Elemen operasi pada relay ini yakni unit
1. Pengatur spiral pegas
induksi memiliki rating 5 A untuk arus
2. Target assembly
yang mengalir pada restraint coil secara terus-menerus.
Operating
coil
akan 8
membawa 0.5 A terus-menerus tanpa mengalami overheating
(
Relay ini akan berfungsi untuk:
pemanasan
lebih ). Sedangkan untuk kontaknya
1.
yang
positif
kontak.
kontak
untuk
memberikan
penutupan
Rating arus
penutupan
tegangan
yang
tidak
internal
mesin
kecuali
lilitan ke lilitan.
Relay CFD disuplai dengan kontak nonbouncing
Gangguan
2.
Gangguan pada kabel primer yang
masih dalam daerah pengamanan. 3. Hubung singkat ke tanah pada
melebihi 250 volt adalah 30 A. Rating arus
setiap bagian belitan mesin, kecuali
pembawaan dibatasi oleh 2 bentuk target dan
sa nga t de ka t de nga n ne tra l yang
restraint coil.
me nga kibat kan
t ida k
a da nya
impe dans i netra l untuk membatasi Burden Burden untuk restrain coil dan operating coil
arus
tanah
pa da
nila i
dibawah
kalibrasi pickup relay.
dapat dilihat pada tabel debrikut ini : Penyetelan High Speed Differential Relay Tabel Burden restrain coil Re la y ini t e la h dise te l di pa br iknya unt uk menut up kont ak kin depannya dengan 0.2 ampere atau lebih pada salah satu arus rangkaian dan tanpa arus pada rangkaian lainnya. Tabel Burden untuk opertating coil pada minimum pick up
Penerapan arus, pada frekuensi kerja dan bentuk gelombang yang baik untuk
stud
yang
dipr ior itaskan
diperlihatkan pada daftar berikut ini untuk
relay
dalam
pengujian.
Magnitude arus untuk setting pick up Tabel Saturasi operating coil karena kenaikan
ada la h dite nt ukan dar i na meplate -
arus dan impedensi rangkaian
nya
dala m
"M inimum
Differential
Pickup" untuk unit dalam pengujian. Berikut adalah kawasan pengawasan yang ada di GI Krapyak :
9
V. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 1. GI merupakan tempat pusat pengatur kebutuhan pembebanan. Selain itu, GI berfungsi sebagai pusat proteksi peralatan-peralatan STL dan sebagai pusat proses penormalan terhadap gangguan-gangguan yang ada. 2. Transformator Daya Berfungsi mentranformasikan daya listrik, dengan merubah besaran tegangannya, 10
sedangkan frekuensinya tetap. Tranformator daya juga berfungsi ntuk pengaturan tegangan. 3. Baterai pada Gardu Induk,Alat yang menghasilkan sumber tenaga listrik arus searah yang diperoleh dari hasil proses kimia. Sumber DC ini berfungsi untuk menggerakkan peralatan kontrol, relay pengaman, motor penggerak CB, DS, dan lain-lain. Sumber DC ini harus selalu terhubung dengan rectifier dan harus diperiksa secara rutin kondisi air, kebersihan dan berat jenisnya. 4. Sistem proteksi adalah suatu sistem pengaman terhadap peralatan listrik, yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasi dan penyebab yang lainnya. 5.2 SARAN 1. Sebaiknya
relay
differential
ini
dilengkapi dengan Thyrite limiter untuk arus diatas 84 ampere yang melewati sekunder CT agar tidak mengganggu sensitifitas relay. 2. Perlunya pergantian relay yang bekerja secara elektro meknik dengan elektro statikkarena lebih kompak dan tidak ada bagian yang bergerak. 3. Kerja sama dengan lingkungan akademis agar
lebih
ditingkatkan,
DAFTAR PUSTAKA [1.] Kundur, Prabha. Power System Stability and
Control.
Graw-
Hill
Publishing Co. Limited. 1993 [2.] Rao.S.
Sunil.
Switchgear
an
protection, Khana Publisher, New Delhi 1996 [3.] Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga Jakarta.2005 [4.] Karnoto.Sistem
Pengaman.Semarang:
Teknik Elektro FT Undip [5.] Karnoto.Sistem
Tenaga
Listrik.
Semarang:Teknik Elektro FT Undip
BIODATA PENULIS Hafizh Rahman Rosidi (L2F607028) Dilahirkan di Semarang, 23 Januari 1990, menempuh seluruh pendidikan dari Taman kanak-kanak hingga SMA di Semarang dan saat ini sedang melanjutkan studi S1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang dengan Konsentrasi Ketenagaan.
dengan
mengadakan berbagai macam kegiatan yang bias bermanfaat bagi mahasiswa
MC
Mahasiswa
Semarang, Oktober 2010 Mengesahkan, Dosen Pembimbing
pada khususnya dan dunia kerja pada umumnya. Hafizh Rahman
Ir. Tejo Sukmadi, MT. NIP. 196111171988031001
11