PENGARUH PELATIHAN SKRINING PERKEMBANGAN BALITA DENGAN KPSP TERHADAP KETRAMPILAN KADER KESEHATAN UNTUK DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA DI RW 06 KELURAHAN TANDANG
Manuscript
Oleh : Elisa Andreana Suci NIM : G2A012009
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FALKUTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
http://jurma.unimus.ac.id
Pengaruh Pelatihan Skrining Perkembangan Balita Dengan Kpsp Terhadap Ketrampilan Kader Kesehatan Untuk Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Balita Di Rw 06 Kelurahan Tandang Elisa Andreana Suci1, Dera Alfiyanti2, Amin Samiasih3 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected] Dosen Keperawatan Anak Fikkes UNIMUS,
[email protected] 3 Dosen Keperawatan Anak Fikkes UNIMUS,
[email protected] 2
Abstrak Ketrampilan adalah kemampuan untuk menggunakan ide dan kreatifitas untuk membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Ketrampilan kader salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan kesehatan. Peran kader kesehatan dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan balita bila didapatkan adanya penyimpangan perkembangan maka kader kesehatan yang terlatih dapat melakukan tindakan intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan skrinning perkembangan balita dengan kpsp terhadap ketrampilan kader kesehatan untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan balita. Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan menggunakan metode quasy eksperiement design, dengan pendekatan one group pre-test and post-test. Responden dalam penelitian ini adalah kader posyandu, kader bkb, kader paud sebanyak 16 orang di RW 06 Kelurahan Tandang. Analisis dengan uji paired sample T-test diperoleh hasil ada perbedaan rerata ketrampilan kader sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan menggunakan kpsp p-value = 0,000;α=0,005, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pelatihan skrinning perkembangan balita dengan kpsp terhadap ketrampilan kader kesehatan dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan balita di RW 06 Kelurahan Tandang Semarang. Kata Kunci : Pelatihan skrinning perkembangan, Ketrampilan kader
Abstrak A skill is the ability to use ideas and creativity to make something more meaningful so as to produce a value of the results from such work. A skilled cadre is one of the key successes in the healthcare system. The role of health cadres in the early detection of toddler development disorder when obtained their toddler developmental disorder then trained health cadre can perform interventions.This research was aimed to determine the influence of toddler screening training development with kpsp towards skills of health cadre for early detection of toddler development disorder. This research was a quantitative with quasi experiment design method, with one group pre-test and post-test approach. The respondents in this study were Posyandu cadres, BKB cadres, Kindegarten cadres as many as 16 people in RW 06 Tandang village.The analysis by paired samples T-test results obtained there are differences between the mean skills of cadres before and after training using kpsp p-value = 0.000; α = 0.005, so it can be concluded there is influence of screening training of toddler development with kpsp to the skills of health cadres in early detection of toddler development disorder in RW 06 Tandang village of Semarang.
Keywords
: Developmental Screening Training, Cadre Skill
http://jurma.unimus.ac.id
PENDAHULUAN Perkembangan balita mengalami peningkatan pesat pada usia dini yang sering disebut masa keemasan”golden periode” yang dimana masa tersebut berlangsung secara singkat. Masa keemasan berlangsung dari usia 0-5 tahun yang pada masa itu memerlukan perhatian khusus untuk mendeteksi adanya kelainan. Segala upaya kesehatan dilakukan untuk meningkatkan perkembangan anak secara maksimal baik meningkat secara mental, emosional dan meningkat terhadap potensi yang dimilik setiap anak (Widyastuti & Widyani, 2001). Semakin dini mendeteksi kelainan semakin mudah pula mencegah terjadinya kelainan secara permanen (Kemenkes, 2014).
Peran kader kesehatan dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan balita agar tenaga kesehatan serta petugas lintas sektor dapat melakukan upaya pembinaan tumbuh kembang anak
yang komprehensif, berkualitas dan
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan balita. Keterampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan kesehatan, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari masyarakat. Instrumen yang digunakan dalam mendeteksi dini penyimpangan perkembangan anak adalah dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan balita. Kuesioner tersebut dipilih karena pengunaanya mudah, cepat, dan dapat diterapkan di sarana kesehatan dasar. KPSP berisi tentang skrining perkembangan yang meliputi kemampuan gerak kasar pada balita atau motorik kasar yang melibatkan otot-otot besar, kemampuan gerak halus pada balita atau bersosialisasi motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, dan kemampuan dan kemandirian pada balita (Denkes, 2006).
http://jurma.unimus.ac.id
METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah one grup pretest-posttest design dengan intervensi pelatihan skrining penyimpangan perkembangan balita terhadap ketrampilan kader kesehatan. Sampel dalam penelitian ini adalah kader posyandu, kader BKB, guru PAUD sejumlah 16 orang. Dengan metode total sampling, penelitian dilakukan di wilayah RW 06 Kelurahan Tandang. Alat pengumpul data dengan lembar observasi ketrampilan yang telah dilakukan uji coba sebelumnya. Proses penelitian berlangsung dari minggu ke-2 Agustus 2016. Data dianalisis secara univariat, bivariat (Shapiro Wilk, Paired T-test). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh rata-rata umur kader dalah 45.44 tahun, mayoritas pendidikan kader SMA 66,7%. Ketrampilan kader sebelum dilakukan pelatihan dimana kader yang dikatakan
tidak trampil sebesar 25,0 % (tabel 1) dan
ketrampilan kader sesudah dilakukan pelatihan mengalami
peningkatan
ketrampilan dalam skrinning perkembangan 87,5 % (tabel 2). Diperoleh hasil ada pengaruh sebelum dan sesudah pelatihan skrinning perkembangan balita dengan KPSP
terhadap
ketrampilan
kader
dalam
deteksi
dini
penyimpangan
perkembangan balita (tabel 3). Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketrampilan Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Balita Sebelum Diberikan Pelatihan Dengan KPSP di RW 06 Kelurahan Tandang Bulan Agustus 2016 (N=16) Ketrampilan Kader Terampil Tidak Terampil
Frekuensi 12 4
Persentase 75,0 25,0
Berdasarkan table 1 hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebelum dilakukan pelatihan dengan KPSP diperoleh bahwa skor ketrampilan kader dalam skrinning deteksi penyimpangan perkembangan balita yaitu 12 orang (75,0%).
http://jurma.unimus.ac.id
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketrampilan Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Balita Sesudah Diberikan Pelatihan Dengan KPSP di RW 06 Kelurahan Tandang Bulan Agustus 2016 (N=16) PKetrampilan Kader Terampil Tidak terampil
Frekuensi 14 2
Persentase 87,5 12,5
Berdasarkan tabel 2 diperoleh bahwa skor ketrampilan kader untuk skrinning deteksi penyimpangan perkembangan balita yaitu 14 orang (87,5%). Tabel 3 Pengaruh Pelatihan Skrinning Perkembangan Balita dengan KPSP Terhadap Ketrampilan Kader Dalam Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Balita, (N=16) Ketrampilan Sebelum Sesudah
N 16
Correlation
0,772
p-value 0,000
Berdasarkan tabel 3 menjelaskan bahwa pada hasil penelitian diperoleh bahwa ada perbedaan rerata ketrampilan kader kesehatan yang diberikan pelatihan dengan KPSP (p-value=0,000< α= 0,05). Bahwa ada pengaruh pelatihan skrinning perkembangan balita dengan KPSP terhadap ketrampilan kader dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan balita di RW 06 Kelurahan Tandang. Hasil analisa post-test penelitian, meskipun sudah dilakukan pelatihan dengan KPSP masih ada 2 orang yang tidak terampil dalam melakukan skrinning perkembangan balita. Berdasarkan data yang ada 2 responden merupakan anggota baru. Sebelumnya belum pernah sama sekali mengikuti pelatihan mengenai deteksi perkembangan balita. Sehingga memiliki pengetahuan yang minim. Menurut penelitian Dodo (2008), Semakin baik atau semakin tinggi pengetahuan kader, menjadikan kader semakin baik dan berdampak terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan
http://jurma.unimus.ac.id
oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan. Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini meliputi peneliti kurang mengkoordinasi dengan kader sehingga pada saat kegiatan pre-post dan pelatihan dilakukan dengan cara terpisah, peneliti langsung melakukan pot-test setelah melakukan penelitian yang seharusnya pos-test dilakukan di lain hari, peneliti hanya mengobservasi selama 1 hari yang seharusnya peneliti mengobservasi minimal 2 kali observasi sehingga data yang dihasilkan kurang maksimal, pada saat responden mengisi kuesioner terdapat salah satu item yang belum terisi sehingga peneliti harus lebih memperhatikan pengisian setiap item kuesiner yang diisi responden, peneliti kurang mampu memperhatikan homogenitas responden. PENUTUP Hasil penelitian yang dilakukan pada kader kesehatan di wilayah RW 06 Kelurahan Tandang diperoleh hasil umur responden diketahui mean (rerata) umur responden adalah 45 tahun, Umur termuda 32 adalah tahun dan umur tertua adalah 63 tahun. Sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SMA yaitu 12 orang (66,7%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan pelatihan dengan KPSP skor ketrampilan kader dalam skrinning deteksi penyimpangan perkembangan balita yaitu 12 orang (75,0%). Sedangkan sesudah dilakukan pelatihan dengan KPSP skor ketrampilan kader dalam skrinning deteksi penyimpangan perkembangan balita meningkat menjadi 14 orang (87,5%). Diperoleh hasil uji statistik bahwa ada pengaruh pelatihan skrinning perkembangan balita dengan KPSP terhadap ketrampilan kader dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan balita di RW 06 Kelurahan Tandang. Hasil penelitian ini sangat penting terhadap perubahan ketrampilan kader kesehatan dalam melakukan deteksi dini penyimpangan perkembangan pada balita, sehingga peneliti menyarankan untuk mengaplikasikan tindakan
http://jurma.unimus.ac.id
pelatihan secara mandiri kepada para orang tua serta petugas lintas sektor lainnya. Bagi institusi pendidikan dapat dijadikan bahan literatur mata ajar keperawatan anak untuk menambah pengetahuan tentang manfaat pelatihan skrinning perkembangan balita dengan KPSP terhadap ketrampilan kader dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan balita. Bagi peneliti diharapkan dapat berlangsung secara bersama-sama antara kader satu dengan kader lainnya. Diharapkan pada saat pelatihan dan evaluasi tidak dilakukan secara langsung. KEPUSTAKAAN Denkes. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi & IntervensiDini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Hurlock, E B. (2002). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Surabaya : Erlangga Kemenkes. (2014). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Widyastuti, D., & Widyani, R. (2001). Panduan Perkembangan Anak 0 sampai 1 Tahun. Jakarta: Puspa Swara.
http://jurma.unimus.ac.id