553
PROGRAM PARENTING UNTUK MEMBANGUN GENERASI BERKARAKTER PADA ANAK USIA DINI Anik Lestariningrum1, Hanggara Budi Utomo2 1,2
Prodi PG-PAUD FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri
[email protected],
[email protected]
1
Abstrak Pendidikan untuk anak usia dini memerlukan pemahaman pengetahuan terutama dari lingkungan keluarga, dan tanpa disadari pengetahuan terhadap bagaimana anak bertumbuh, berkembang dan belajar menjadi kebutuhan yang perlu diketahui orang tua. Selama ini orang tua berpedoman mencukupi kebutuhan yang diperlukan oleh anak tetapi tidak memahami apakah yang diberikan sudah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan mendasar dari seorang anak. Sekarang kesadaran tentang pentingnya pendidikan anak usia dini telah muncul, pendidikan anak usia dini lebih dipandang sebagai sesuatu yang esensial untuk mengoptimalkan perkembangan anak. Dengan kesadaran terhadap pentingnya perkembangan anak dan pentingnya pelayanan perkembangan anak, muncul pula minat untuk mempelajari tentang bagaimana anak berkembang, anak belajar, dan membicarakan konsep-konsep memperlakukan dan membelajarkan anak usia dini. Program parenting menjadi solusi pemecahan bagi keluarga utamanya seorang ayah atau ibu dalam menjembatani dengan pihak lembaga PAUD untuk menggali semua informasi yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak serta penanganan belajar anak disesuaikan dengan program yang dijalankan di lembaga PAUD tempat anak belajar. Program parenting menumbuhkan kesadaran orang tua lebih bersikap bijaksana dalam memahami seorang anak, apabila orang tua memiliki sikap tersebut sudah membekali anak dengan watak, sikap pribadi yang baik (karakter). Membangun karakter ini perlu dibina sejak usia dini agar anak terbiasa berperilaku positif. Kegagalan kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kata Kunci: Parenting, Pendidikan Karakter, Anak Usia Dini Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam pendidikan dan pengembangan anak. Pendidikan anak dimulai dari lingkungan terdekat dalam hal ini adalah keluarga. Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam pengembangan anak baik perilaku maupun keterampilan hidup. Keluarga merupakan lembaga terpenting, karena anak lahir dalam lingkungan tersebut dan sebagian besar waktunya dihabiskan bersama keluarga. Tidak kurang banyak orang tua gagal dalam mendidik anaknya karena mereka melupakan satu perkara yang sangat penting dalam mendidik yaitu keteladanan (Sajirun, 2012). Menurut Don Campbell (dalam Wibowo, 2012) bahwa anak pada tahun awal perkembangan, otak anak dipengaruhi oleh keadaan atau situasi di sekelilingnya. Anak memasuki tingkat pendidikan selanjutnya juga tidak terlepas dari pengalaman awal yang
554
sudah melekat dalam diri anak yang diperoleh dari hasil melihat orang tuanya, karenanya orang tua merupakan pendidik utama dalam keluarga. Apa yang dilakukan anak sebagian besar merupakan perilaku imitasi orang tuanya. Lembaga pendidikan anak usia dini berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki anak, dimana potensi tersebut memiliki keberagaman sesuai dengan karakteristik anak usia dini berdasarkan tahapan usia perkembangannya. Potensi yang dimiliki anak berbeda satu sama lain, sehingga membutuhkan pembelajaran yang berbeda pula. Pembelajaran yang diberikan harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada agar dapat dimanfaatkan sebaga keterampilan hidupnya (Wibowo, 2012). Pembelajaran di lembaga PAUD tidak boleh melupakan pengalaman awal seorang anak yang sudah diperolehnya dari pendidkan dalam keluarga yaitu berasal dari kedua orang tuanta. Latar belakang pendidikan keluarga inilah juga harus menjadi pertimbangan dalam mengembangkan potensi anak dimana tidak keluar dari sebuah tujuan mempersiapkan anak memiliki kepribadian dan karakter yang positif. Anak-anak membangun pengetahuan dengan berinteraksi dengan orang lain menurut Inhelder dan Piaget Vygotsky (dalam Wasik & Carol, 2008) Proses membangun karakter dan kepribadian positif pada seorang anak ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” umik, menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, dalam mendidik karakter setiap anak memliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif. Jika orang tua dalam pendidikan keluarga membentuk pengalaman awal karakter positif sejak usia dini, maka yang berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya. Uraian diatas dapatlah kita tarik benang merah antara pendidikan keluarga yang berasal dari kedua orang tua merupakan bentuk sinergi yang harus dibangun dengan pihak lembaga PAUD yaitu khususnya guru. Tujuan sinergi ini kemudian memunculkan ide dengan adanya sebuah program ‘parenting’. Program parenting ini sebagai jembatan penghubung antara orang tua dan guru di sekolah dalam upaya mengembangkan potensi yang bersifat positif agar terbentuknya generasi bangsa yang berkarakter tidak hanya memiliki kepandaian/ pengetahuan saja. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Esensi pendidikan anak usia dini adalah stimulasi/rangsangan dalam rangka melejitkan semua potensi anak (potensi jasmaniah/fisik maupun rohaniah/mental). Sementara anak memiliki karakteristik unik dalam belajarnya yaitu melalui seluruh indera yang dimiliki
555
dengan cara bermain dan kegiatan lain yang menyenangkan untuk mengekplorasi lingkungannya. Menurut Leonardy Harmainy (dalam Wibowo, 2012) pendidikan karakter itu sebaiknya dimulai sejak anak fase usia dini. Pendidikan karakter sebagai upaya penanaman nilai dan sikap bukan pengajaran, sehingga memerlkan pola pembelajaran fungsional dan memerlukan keteladanan. Keteladanan awal anak sudah diperoleh dari lingkungan pendidikan dalam keluarga yaitu dari kedua orang tuanya. Pendidikan karakter ini akhirnya menuntut pelaksanan secara sinergi antara orang tua, satuan/lembaga pendidikan dan masyarakat. Kenapa pendidikan karakter harus dibangun sejak dini melalui sinergi yang terjalin antara pihak-pihak orang tua, lembaga pendidikan dan masyarakat. Seperti kita ketahui pendidikan yang diberikan saat usia dini lebih mudah dalam membentuk karakter anak. Sebab, anak ketika usia tahapan perkembangan dini lebih cepat menyerap perilaku dari lngkungan sekitarnya. Pada usia ini, perkembangan mental berlangsung sangat cepat, oleh karena itu lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang positif (Wibowo, 2012). Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah ia akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil nantinya dalam pekerjaanya. Fakta yang terjadi di lingkungan sekitar kita adalah bagaimana sikap orang tua/pendidik masih selalu mendikte/menyetir anak, orang tua/pendidik masih membatasi ruang gerak bermain anak dengan kata-kata larangan seperti; awas, jangan, idak boleh. Inilah yang menjadi kendala pelaksanaan pendidikan karakter masih perlu dicarikan solusi pemecahan lagi agar lebih dapat meminimalisir kendala menjadi kebermaknaan pada anak (Direktorat Pembinaan PAUD, 2014).
Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Menurut Thomas Lickona, (dalam Wibowo, 2012) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami ini dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggungjawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Adapun penjabaran dari nilai-nilai karakter yang dikembangkan sesuai adopsi Kemendiknas (dalam Wibowo, 2012) yaitu: 1.
Religius, seperti : berdoa sebelum dan sesudah kegiatan; belajar praktek beribadah sesuai agama yang dianutnya; belajar praktek kegiatan keagamaan; belajar mengenal hari besar agama
556
2.
Jujur, seperti : melatih kejujuran/kotak temuan; memberikan uang sekolah/tabungan kepada guru secara utuh; menyampaikan pesan dengan baik dan benar
3.
Toleransi, seperti : Berbicara pelan di dalam kelas; Menggunakan alat permainan secara bergantian; Saling membantu; Mau berbagi; Mau mendengarkan orang lain berbicara; Sabar menunggu giliran; Mau mengalah
4.
Disiplin, seperti : Datang tepat waktu; Jika terlambat melapor pada guru; Jika berhalangan dating member tahu; Mengembalikan mainan selesai digunakan; Memakai seragam sesuai jadwal; Tidak membawa uang selain keperluan sekolah; Membawa bekal dari rumah
5.
Kerja Keras, seperti : Memimpin doa; Membahas hasil karya; Mengikuti kegiatan lomba
6.
Kreatifitas, seperti : Melukis dengan berbagai media; Melipat, meronce, menganyam.; Membuat aneka mainan dari bahan bekas
7.
Demokratis, seperti : Berani mengungkapkan pendapat; Mengambil keputusan bersama; Bekerjasama; Memilih kegiatan yang disukai
8.
Mandiri, seperti : Masuk kelas sendiri; Melepas dan memakai sepatu sendiri; Melepas dan memakai baju sendiri; Mengambil alat sendiri; Makan sendiri; BAK/BAB sendiri
9.
Rasa Ingin Tahu, seperti : Berani bertanya;Bereksperimen
10. Semangat Kebangsaan, seperti : Mengibarkan bendera merah putih; Memasang simbul-simbul kenegaraan; Memutar lagu-lagu kebangsaan; Memutar lagu daerah; Memasang foto pahlawan 11. Cinta Tanah Air, seperti : Bermain alat music tradisional; Permainan tradisional; Menggunakan bahasa daerah; Mengenal makanan khas daerah 12. Menghargai Prestasi, seperti : Memasang hasil karya anak; Memberi reward untuk anak yang dapat menyelesakan tugas dengan baik dan cepat 13. Bersahabat/Berkomunikasi, seperti : Berbicara dengan teman dan guru; Memberi salam; Bersikap ramah; Tidak mengganggu teman; Berbagi pengalaman melalui bercerita 14. Cinta Damai, seperti : Mau membantu dan tolonng menolong; Saling menyayangi; Tanggungjawab; Menyanyikan lagu yang berisikan kasih sayang 15. Gemar Membaca, seperti : Mengunjungi perpustakaan; Menyediakan bermacam buku cerita; Mengenal huruf dengan kartu huruf; Memasang gambar yang ada tulisannya
557
16. Peduli Lingkungan, seperti : Menyediakan tempat sampah; Membuang sampah pada tempatnya; Kerja bakti seminggu sekali; Merawat tanaman 17. Peduli Sosial, seperti : Memberikan sebagian bekal pada teman; Menyantuni anak yatim; Membantu masyarakat kena musibah 18. Tanggung Jawab, seperti : Melaksanakan tugas sampai selesai; Mengembalikan alat setelah digunakan
Program Parenting pada Anak Usia Dini Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Dengan demikian, peran keluarga dalam hal pendidikan bagi anak, tidak dapat tergantikan. Kenyataan yang dijumpai di masyarakat, masih banyak keluarga yang belum memahami peran penting tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga agar mereka dapat memberikan dukungan kepada anak usia dini secara lebih optimal melalui program pemberdayaan orang tua yang anaknya mendapatkan layanan PAUD (Direktorat Pembinaan PAUD, 2014) Program
parenting
adalah
upaya
pendidikan
yang
dilaksanakan
dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang berbentukkegiatan belajar secara mandiri. Parenting sebagai proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: member makan (nourishing), member petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang (Direktorat Pembinaan PAUD, 2014). Peranan program parenting penting untuk menjembatani program dan perlakuan yang berkesinambungan antara di rumah dan di sekolah. Keselarasan pendidikan yang dilaksanakan di lembaga PAUD dan di rumah diakui oleh para ahli pendidikan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan anak secara menyeluruh. Program parenting yang positif dapat bermanfaat bagi para orangtua/keluarga sebagai pendidik pertama dan utama serta bagi pengelola PAUD dan lembaga terkait lainnya dalam rangka menyelaraskan antara pendidikan yang dilakukan di lembaga PAUD dengan pendidikan di rumah sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal (Direktorat Pembinaan PAUD, 2014). Keselarasan pendidkan yang dilaksanakan di lembaga PAUD dan di rumah yang dilakukan oleh para ahli pendidikan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan anak secara menyeluruh. Pentingnya peran ibu dalam proses pendidikan anak, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena itu penting kiranya para pendidik yang berada di lembaga PAUD
558
memfasilitasi penyelenggaraan program parenting.program keterlibatan orang tua merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kerjasama pendidik dan orang tua serta meningkatkan peran orang tua terutama terkhusus tentang penanaman karakter anak sejak usia dini (Prastiti, 2008). Program parenting sebagai wadah komunikasi antar orang tua,di samping untuk memberikan sosialisasi terhadap program-program yang diselenggarakan oleh lembaga PAUD secara umum tujuanprogram parenting adalah
mengajak para orang tua untuk
bersama-sama memberikan yang terbaik buat anak-ana mereka. Sedangkan secara khusus pengembangan program parenting adalah untuk memimgkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam melaksanakan perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak dalam keluarga sendiri dengan landasan dasar-dasar karakter yang baik (Direktorat Pembinaan PAUD, 2014). Program parenting yang diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai baik pada anak sejak dini merupakan parenting positive dimana dalam pelaksanaanya pendekatan positif dalam pengasuhan anak yang dilakukan oleh orangtua. Dalam pendekatan ini, orangtua menjalin relasi yang saling menghargai dengan buah hatinya. Agar potensi dasar anak berkembang secara optimal serta melatihnya agar mampu melakukan negosiasi bila menghadapi perbedaan pendapat, orangtua perlu memfasilitasi sebuah kondisi yang tanpa kekerasan, namun dilakukan secara konstruktif. Cara orang dewasa berbicara mengenai pengalaman yang mereka bagi dapat mempengarui seberapa baik si anak mengingatnya menurut Haden, Ornstein, Eckerman dan Didow (Papalia, 2010). Tujuan dan manfaat parenting positive dari antara lain: membantu anak memiliki kepercayaan diri yang positif melalui sikap positif dan penuh kasih sayang orang tua, mengharmoniskan hubungan anak dan orang tua melalui perhatian lebih saat anak mengikuti aturan, memberi bantuan, dan menunjukkan afeksi (sikap), dan membentuk disiplin pada anak melalui pengajaran orang tua dengan konsisten dan konsekuensi yang jelas. Anak yang memiliki konsep diri (self concept), berarti citra total diri sendiri sudah ada dimana konsep tersebut adalah apa yang ana yakini tentang siapa sebenarnya kita, gambaran keseluruhan dari kemampuan dan sifat seseorang (Papalia, 2010)
559
Jenis-Jenis Program Parenting di PAUD Berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh orangtua dan lembaga PAUD untuk melaksanakan keselarasan mengembangkan karakter anak melalui parenting positive (Wardaya, 2015) adalah: 1.
Parent Gathering: pertemuan orang tua dengan pihak lembaga PAUD yang difasilitasi oleh panitia program parenting guna membicarakan tentang program-program lembaga PAUD dalam hubungannya dengan bimbingan dan pengasuhan anakdi keluarga dalam rangka menumbuh kembangkan anak secara optimal. Materi dalam pertemuan dapat berbagai hal tentang kebutuhan tumbuh kembang anak, misalnya; tentang gizi, dan makanan, tentang kesehatan, pendidikan karakter dll.
2.
Foundation Class: pembelajaran bersama anak dengan orang tua di awal masuk sekolah dalam rangka orientasi dan pengenalan kegiatan di sekolah. Di laksanakan pada mingguminggu pertama anak-anak masuk sekolah di tahun baru.
3.
Seminar: kegiatan dalam rangka program parenting, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan seminar, misalnya; mengundang tokoh/praktisi PAUD yang kompeten, pakar dongeng, psikolog dll
4.
Hari Konsultasi: dimana pada hari konsultasi ini orang tua dapat disediakan atau dibuka oleh lembaga PAUD dengan waktu insidenti, jumlah hari yang disediakan sesuai dengan tinggi rendahnya kasus, atau jumlah orang tua yang akan melakukan konsultasi.
5.
Field Trip: darmawisata, kunjungan wisata atau kunjungan ke tempat-tempat yang menunjang kegiatan pembelajaran PAUD bersama orang tua.
6.
Home Activities: kegiatan/aktivitas di rumah yang di bawa ke sekolah, yaitu membawa orang tua untuk menginap di sekolah bisa dilakukan dengan kegiatan perkemahan ataupun jika sekolah mampu menyediakan tempat menginap bisa di ruangan.
7.
Cooking On The Spot: anak-anak belajar masakan, menyajikan makanan dengan bimbingan guru atau bersama dengan orang tua
8.
Bazar Day: menyelenggarakan bazaar di lembaga PAUD, anak-anak menampilkan karyanya yang dijual pada orang tua atau umum
9.
Mini Zoo: menyelenggarakan kebun binatang mini di sekolah yaitu anak-anak membawa binatang kesayangan atau binatang peliharaan dari rumah ke lembaga PAUD
10. Home Education Video: mengirimkan kegiatan pembelajaran anak-anak di lembaga PAUD pada orang tua dalam keeping CD/DVD, agar dapat disaksikan dan dipelajari juga oleh orang tua di rumah.
560
11. Keterlibatan Orang Tua di Kelas Anak: kegiatannya bias dengan bermain bersama anak di kelas, menjadi sumber belajar di kelas biasanya tentang profesinya dan orang tua mengetahui cara belajar anak jika di kelas 12. Home Visit: kegiatan berkunjung ke rumah anak dalam rangka mempererat hubungan, menjenguk atau membantu menyelesaikan permasalahan tertentu yang dilakukan secara kekeluargaan.
Perspektif Psikologi Positif dalam Parenting untuk membangun Generasi Berkarakter Psikologi Positif sebagai cabang baru dalam psikologi, saat ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan teoritisi dan praktisi, baik dalam bidang psikologi itu sendiri maupun bidang pendidikan tentang berbagai kemungkinan untuk menerapkan Psikologi Positif dalam dunia pendidikan, sehingga belakangan ini muncullah gagasan dan konsep tentang Pendidikan Positif (Possitive Education), yakni sebuah pendekatan pendidikan yang menitik-beratkan pada kekuatan dan motivasi pribadi untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran (Sudrajat, 2015). Aulia (2015) dalam penelitian yang berjudul: “Aplikasi Psikologi Positif dalam Konteks Sekolah” mengetengahkan tentang : (1) Menggali kekuatan karakter siswa di sekolah, sekolah perlu menggali karakter-karakter positif dari siswa sebagaimana juga menggali kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, sekolah sendiri harus memiliki budaya yang memang menghargai karakter yang positif yang ditampilkan oleh keseluruhan elemen yang ada di sekolah; (2) Menumbuhkan keterikatan siswa dan lingkungan belajar yang optimal. Keterikatan siswa dengan sekolah menjadi hal yang penting bagi proses belajar yang optimal. Untuk membuat siswa terikat dengan sekolah maka ia harus memiliki persepsi yang positif tentang sekolah itu sendiri. Persepsi yang positif ini dapat terbentuk dari pengalaman belajar yang menyenangkan di sekolah. Usaha yang dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah meningkatkan kompetensinya untuk dapat membuat format pembelajaran yang menyenangkan dan menantang serta membangun hubungan yang positif dengan siswa itu sendiri. Positive parenting merupakan dasar-dasar dalam pengasuhan anak yang berkembang dalam Psikologi Positif. Tujuan utama dari positive parenting adalah bagaimana membantu orangtua untuk dapat menjadikan anak-anak mereka berdaya, nyaman, dan kuat dengan rasa sejahtera (wellness) yang tinggi dan mampu meraih kepuasan hidup, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan tanpa mengenal usia (Hyoscyamina, 2012). Pengasuhan dalam
561
positive parenting memiliki beberapa prinsip kunci, yaitu: a. Pemenuhan nutrisi anak, nutrisi dapat berpengaruh besar pada perkembangan, konsentrasi, dan kemampuan mental lainnya. b. Kehidupan yang seimbang, dimana anak memiliki kesempatan bermain, belajar, mengeksplorasi lingkungannya dan memiliki waktu yang berkualitas bersama kedua orangtuanya. mengajarkan kehidupan yang seimbang dapat membantu anak memiliki regulasi diri yang baik dan membantu memelihara kedisiplinan dalam kehidupannya. c. Mengembangkan rasa aman dan keamanan dalam keseharian, dilakukan untuk melindungi anak dari dampak lingkungan yang negatif, situasi yang belum waktunya dipahami, dan menciptakan lingkungan yang positif dan aman. d. Memelihara komunikasi yang terbuka kepada anak, teman-temannya, pihak sekolahnya, dan lingkungan sekitar anak e. Menjadi orangtua yang aktif, sehingga anak-anak merasa didengarkan, memiliki ikatan yang kuat, dan memahami potensi-keterbatasannya. Kesemuanya haruslah diawali dari sikap dan karakter orangtua yang positif baik terhadap kehidupan, dunia, dan keluarga (Hyoscyamina, 2012).
Penutup Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya. Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat menentukan terhadapmasa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yangbelum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yangdikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu. Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Ada 3 nilai yang banyak dikondisikan sebagai hal yang mempengaruhi karakter pada anak. Pertama, tumbuhkan pemahaman positif pada anak sejak dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Selanjutnya biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan
562
ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang terakhir biasakan membangun hubungan spiritual anak dengan Tuhan Yang Maha Esa .Hubungan spiritual dengan Tuhan terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial. Anak setelah dari keluarga berada di kehidupan social yaitu lembaga PAUD yang mengajarkan anak berbekal pengalaman dari keluarga di rumah. Lembaga PAUD yang sukses bias melibatkan orang tua dalam melakukan kegiatan yang mendukung program sekolah. Program parenting penting untuk menjembatani program dan perlakuan yang berkesinambungan antara di rumah dan di sekolah. Keuntungan dilaksanakan program parenting adalah semakin tingginya kesadaran orang tua untuk ikut terlibat dalam pengasuhan anaknya. Kegiatan di rumah juga bisa disesuaikan dengan program di sekolah. Selain itu perkembangan anak juga bisa dicapai sesuai dengan harapan bersama. Jadikan program parenting menjadi program pemberdayaan orang tua menjadi komitmen setiap guru dan staf di lembaga PAUD agar menjadi lembaga yang berkwalitas dalam memberkan layanan anak sesuai tahapan perkembangannya. DAFTAR PUSTAKA Aulia,
Farah. 2015. Aplikasi Psikologi Positif dalam Konteks Sekolah. http://mpsi.umm.ac.id/files/file/120-124%20Farah%20Aulia.pdf, diakses tanggal 01 Desember 2015
Direktorat Pembinaan PAUD. (2012). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Keluarga. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, NonFormal, Dan Informal. Direktorat Pembinaan PAUD. (2014). Program pemberdayaan orang tua pada PAUD. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, NonFormal, Dan Informal Hyoscyamina, Darosy Endah, Dewi, KS. (2012). Pengembangan program parenting bagi anak usia dini dengan pendekatan psikologi positif dan karakter islami, https://publikasiilmiah.ums.ac.id, diakses tanggal 05 November 2015 Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2010). Human development (perkembangan manusia), Edisi 10, Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika Prastiti, W. D. (2008). Psikologi anak usia dini. Jakarta; Indeks Sajirun, M. (2012). Membentuk karakter Islami anak usia dini. Solo: PT Era Adicitra Intemedia
563
Sudrajat, Akhmad. (2015). Aplikasi Psikologi Positif dalam Pendidikan. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2015/11/23/aplilkasi-psikologi-positif-dalampendidikan/, di akses tanggal 01 Desember 2015 Wasik, B. A., & Seefeldt, C. (2008). Pendidikan anak usia dini (menyiapkan anak usia tiga, empat dan lima tahun sebelum masuk sekolah). Jakarta; Indeks. Wardaya, C. U. (2015). Pengembangan pendidikan karakter anak usia dini dalam Keluarga. Diakses 8 November 2015. http://www.tkplb.org/index.php/11-warta/73-pengembangan-pendidikan-karakteranak-usia-dini-dalam-keluarga Wibowo, A. (2012). Pendidikan karakter usia dini (strategi membangun karakter di usia emas). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.