KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS SATE AYAM AMBAL
Akhmad Nur Prasetya Ginanjar S1 TI 2A / 10.11.3596
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara Condong Catur Yogyakarta 2011
A. ABSTRAK Peluang usaha makanan tidak pernah sepi. Margin usaha makanan yang mencapai 30% menjadi pelaku usaha makanan terus eksis. Memang usaha untung besar ini cukup beresiko tetapi semua itu sebanding dengan keuntunganya. Usaha Makanan di prediksi akan terus memberikan prospek. Bayangkan saja alokasi belanja makanan yang mencapai lebih dari 46% dari kebutuhan manusia menjadikan peluang usaha makanan sangat menjanjikan.
B. ISI Bisnis berarti suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Berbicara masalah sate baik sate ayam, bebek, kelinci maupun kambing sangat beraneka ragam melengkapi kuliner khas tiap-tiap daerah. Kekayaan ragam makanan sate utamanya sate ayam ternyata bukan monopoli daerah-daerah Madura atau Ponorogo yang masyarakatnya sejak lama memang hidup dari berjualan sate. Di sebuah desa kecil kawasan pantai selatan Pulau Jawa, (Jalan Lintas Selatan) tepatnya di Desa Ambal Resmi, wilayah Kec. Ambal Kab. Kebumen, Jawa Tengah juga terdapat makanan sate ayam yang tidak kalah cita rasanya. Sate Ayam buatan masyarakat Desa Ambal Resmi, selain cita rasanya yang khas juga unik karena bumbunya menggunakan campuran tempe kedelai / sambel tempe. Karena yang membuat masyarakat Ambal secara turun-temurun maka sate ayam ini populer dengan sebutan Sate Ambal. Berbeda dengan sate ayam Madura atau sate ayam Ponorogo dengan bumbu sambal kacangnya yang disajikan sekira 10-15 tusuk per porsi, para pedagang sate ayam Ambal menyajikannya cukup banyak mencapai 25 tusuk sate per porsi dengan harga Rp 10.000. Itu pun dengan irisan daging ayam yang jauh lebih besar dibanding irisan daging ayam sate Madura atau sate Ponorogo. Tidak seperti sate Madura atau sate Ponorogo yang bumbunya ditaburkan di atas tusuk-tusuk sate, bumbu sambal kacang bercampur tempe kedelai pada sate Ambal ditempatkan dalam mangkuk terpisah sehingga mereka yang menyantap sate ayam Ambal dapat menikmati cita rasa bumbu-bumbu pada daging ayam bakar tersebut. Di warung-warung yang berjajar di sepanjang jalan utama Kec. Ambal saja, dalam sehari setiap pedagang biasanya dapat memotong kira-kira 30-40 ekor ayam kampung. Setiap
ekor ayam berukuran besar menghasilkan kira-kira 20-25 porsi sate. Konsumen sate Ambal berasal dari berbagai daerah, terutama di seputar Kebumen. Bahkan, banyak instansi dan masyarakat yang memesan Sate Ambal untuk keperluan jamuan resepsi, santapan rapat, dan lain-lain. Kebutuhan ayam kampung dalam jumlah besar yang harus dipotong para pedagang sate Ambal setiap hari ternyata juga tidak ada kesulitan. Masyarakat Kec. Ambal dan sekitarnya merupakan peternak-peternak ayam kampung yang produktif. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang melintas jalur antara Congot-Petanahan sejauh kira-kira 20 km akan mendapati banyak ayam kampung piaraan berkeliaran di jalan-jalan. Meskipun sate ayam Ambal dengan keunikan dan cita rasanya yang khas telah melewati sejarah panjang agaknya masyarakat Desa Ambal sendiri belum banyak yang berniat mengembangkannya di luar daerah (hanya ada beberapa daerah di Jalan lintas selatan di dekat Pasar Tlogo Mirit, Pasar Bendo dan Pasar Kutowinangun Kab Kebumen) , Jika sate Ambal telah merambah daerah lain khususnya ke kota-kota besar niscaya jenis makanan sate yang satu ini akan menambah khazanah persatean di masyarakat. Maka dari itu saya dalam karya ilmiah ini mencoba melirik peluang bisnis kuliner sate ambal di kota yogyakarta khususnya. Karena menurut saya dari berbagai bisnis kuliner di yogyakarta yang menyediakan menu sate khas kebumen ini setahu saya belum banyak dan masih bisa di hitung dengan jari, jadi peluang bisnisnya masih sangat menjanjikan. Kelebihan Makanan ini sudah sangat dikenal dan disukai masyarakat, apalagi banyak jenis sate yang ditawarkan. Jadi dimanapun membuka usaha ini pasti akan berpotensi untuk dikunjungi. Kekurangan Banyak pesaing dengan jenis jualan yang sama dengan harga yang bervariatif, jadi jika ingin membuka usaha sate harus pintar-pintar untuk membuat sesuatu yang berbeda dan memiliki rasa dan harga yang bersaing pula.
Pemasaran Promosi dapat dilakukan dengan membuat spanduk bertuliskan jenis usaha yang dipasang mengelilingi tenda atau gerobak. Spanduk dapat dilengkapi gambar atau foto sate yang menarik sehingga dapat mendatangkan pengunjung. Promosi lanjutan dapat dilakukan dengan membuat brosur, terutama jika melayani pesan antar (delivery order), melayani pesanan sate untuk hajatanseperti pernikahan, dan ulang tahun.
Kunci Sukses Lokasi yang ramai tidak selalu berpotensi sebagai tempat usaha sate. Pangsa pasar makanan ini bisa dibilang menengah ke bawah. Penyebabnya harga satu porsi sate dianggap cukup murah bagi sebagian orang. Lokasi dekat perkantoran, perumahan, pusat jajanan atau perbelanjaan merupakan beberapa contoh tempat strategis usaha sate ayam ini.
Analisa Usaha Asumsi Pemakaian Alat : Masa pakai gerobak
= 3 tahun
Masa pakai peralatan masak (kompor, panci, bakaran, ulekan)
= 1 tahun
Masa pakai peralatan makan (piring, sendok, gelas)
= 1 tahun
Masa pakai meja dan kursi
= 3 tahun
Investasi : Gerobak
Rp 3.000.000
Peralatan masak
Rp
800.000
Peralatan makan
Rp
300.000
Meja dan Kursi
Rp
400.000 +
Total Investasi
Rp 4.300.000
Biaya Operasional : Penyusutan gerobak 1/36 x Rp 3.000.000
Rp 83.000
Penyusutan peralatan masak 1/12 x Rp 800.000
Rp 67.000
Penyusutan peralatan makan 1/12 x Rp 300.000
Rp 25.000
Penyusutan meja dan kursi 1/36 x Rp 400.000
Rp 11.000
Sewa tempat jualan
Rp 500.000 +
Total biaya tetap
Rp
Belanja bahan Rp 250.000 x 30 hari
Rp 7.500.000
Pembelian gas, listrik, kebersihan, keamanan dan lain-lain
Rp 150.000 +
Total biaya tetap
Rp 7.650.000
Total biaya operasional
Rp 8.336.000
686.000
Penerimaan bulanan Penjualan sate ayam 150 tusuk x Rp 800 x 30 hari
Rp 3.600.000
Penjualan sate kambing 200 tusuk x Rp 1.200 x 30 hari
Rp 7.200.000
Penjualan nasi 20 piring x Rp 3.000 x 30 hari
Rp 1.800.000 +
Total Penjualan bulanan rata-rata
Rp 12.600.000
Keuntungan = Rp 12.600.000 – Rp 8.336.000
Rp 4.264.000
Referensi http://harysoemarwoto.wordpress.com/2008/05/19/sate-ambal-sate-ayam-khas-kec-ambalkebumen-jawa-tengah/