No title

.id

s. go

a. bp

ot

rk

ita

bl

://

tp

ht

ps .g o.

id

Katalog BPS : 9302008.3572

ht

tp

://

bl

ita rk

ot a. b

GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Central Board Of Statistics Of Blitar City

id ps .g o.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Blitar 2009 - 2013 No. Publikasi : 35720.1404

ot a. b

No. Katalog BPS : 9302008.3572 Ukuran Buku : A4 ( 21 cm x 29 cm )

Jumlah Halaman : 89

ita rk

Naskah : BPS Kota Blitar

Penyunting : Seksi Nerwilis BPS Kota Blitar

bl

Perancang Sampul : Seksi IPDS BPS Kota Blitar

ht

tp

://

Diterbitkan oleh : BPS Kota Blitar Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

KATA PENGANTAR

id

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan perekonomian suatu daerah. Melalui penghitungan PDRB dapat diketahui struktur perekonomian suatu daerah, laju pertumbuhan ekonomi maupun tingkat inflasi di level produsen. Perbandingan PDRB antar wilayah dapat menunjukkan dimana posisi kekuatan ekonomi daerah tersebut. Selain itu, PDRB juga digunakan sebagai salah satu indikator dalam penentuan alokasi DAU.

ps .g o.

Publikasi tahun 2014 ini berisikan data PDRB mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 beserta uraian mengenai konsep dan definisi, metode penghitungan, klasifikasi lapangan usaha dan sektor, dan tinjauan ekonomi Kota Blitar tahun 2013. Dengan demikian publikasi ini memuat Informasi yang sangat penting untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan.

ot a. b

Data tahun 2013 merupakan angka sementara karena beberapa data dasar yang digunakan masih dalam bentuk angka sementara, sedangkan data tahun sebelumnya merupakan angka perbaikan. Angka PDRB disajikan dalam satuan uang rupiah. Untuk keperluan analisis sederhana, disusun pula tabel-tabel yang memuat angka persentase maupun indeks-indeks yang biasa digunakan sebagai indikator ekonomi.

bl

ita rk

Kepada Bapak Walikota Blitar, BAPPEDA Kota Blitar, Dinas/Instansi yang menjadi sumber data dalam penyusunan PDRB ini dan semua pihak yang turut membantu hingga tersusunnya publikasi ini, kami menyampaikan banyak terima kasih. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik ini akan terus berlanjut baik dalam rangka penyusunan PDRB maupun kegiatan-kegiatan statistik lainnya. Saran dan kritik yang membangun juga sangat kami harapkan guna meningkatkan mutu penghitungan dan penyajian PDRB pada masa mendatang.

ht

tp

://

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Blitar,

September 2014

Kepala BPS Kota Blitar

SATRIYO WIBOWO, SP, MM NIP. 19670826 199401 1 001

Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013

iv

Daftar Isi

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………… iv

id

v DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………

ps .g o.

vii DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………………………………

DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………………………………………… ix BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………………………… 2

1.2. Tujuan ……………………………………………………………………………………………… 3

ot a. b

1.3. Kegunaan PDRB ………………………………………………………………………………… 4 1.4. Sistematika Penulisan ………………………………………………………

5

BAB II KONSEP DAN DEFINISI

2.1. Pengertian PDRB ………………………………………………………………………………… 8

ita rk

2.2. Istilah-istilah dalam PDRB ……………………………………………………………………… 9

2.3. Agregat Produk Domestik Regional Bruto …………………………………………………… 11

2.3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ………………………………………………………… 11

bl

2.3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan ……………………………………………………… 12

2.3.3 PDRN Atas Dasar Harga Berlaku ………………………………………………………… 12

://

2.3.4 PDRN Atas Dasar Biaya Faktor ………………………………………………………… 12

tp

2.3.5 Pendapatan Regional (Regional Income ) ……………………………..13

ht

BAB III METODE PENGHITUNGAN

3.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku …………………………………… 16 3.1.1. Metode Langsung …………………………………………………..

16

3.1.2. Metode Tidak Langsung (Alokasi) ………………………………………………….. 18


v

Daftar Isi

Halaman

3.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan …………………………………… 18 3.2.1. Revaluasi …………………………………………………………................. 19 3.2.2. Ekstrapolasi ………………………………………………………….......19

id

3.2.3. Deflasi …………………………………………………………................... 19 3.2.4. Deflasi Berganda …………………………………………………………................... 19

ps .g o.

3.3. Angka Indeks ……………………………………………………………………………………… 20 3.3.1. Peranan Sektoral ………………………………………………….....… 20 3.3.2. Indeks Perkembangan …………………………………………………… 20 3.3.3. Indeks Berantai ……………………………………………………............ 21

ot a. b

3.3.4. Indeks Harga Implisit ……………………………………………………21 3.3.5. Inflasi ……………………………………………………................................... 22 BAB IV KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR

ita rk

4.1. Klasifikasi Lapangan Usaha ……………………………………………….......24 4.2. Klasifikasi Sektor ………………………………………………............................. 40 BAB V TINJAUAN EKONOMI KOTA BLITAR TAHUN 2013

bl

5.1. Tinjauan Umum PDRB adhb dan PDRB adhk ………………………………………………… 44

://

5.2. Struktur Ekonomi ………………………………………………………………………………… 46

tp

5.2.1 Menurut Sektor …………………………………………….............................. 46 5.2.2 Pergeseran Struktur Ekonomi ……………. …………………………………………… 51

ht

5.3. Pertumbuhan Ekonomi…………………………………………………………………………… 54

5.4. Tingkat Perkembangan Harga …………………………………………………………………… 65 5.5. Pendapatan Regional Per Kapita …………………………………………………….. 66 70

LAMPIRAN


vi

Daftar Tabel

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1 : PDRB Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Sektor Th. 2009 - 2013 ( 000 Rp. )……

45

id

Tabel 5.2 : Struktur Ekonomi Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2009 - 2013 ( % )……………………..…… 47

ps .g o.

Tabel 5.3 : Andil/Shift Share masing-masing Sektor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Tahun 2013 ………………………………………………………….. 56 Tabel 5.4 : Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Menurut Sektor dan Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2013 (%) …………………………………… 59

ot a. b

Tabel 5.5 : Laju Implisit Kota Blitar Menurut Sektor dan Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2013 (%) ………………………………………… 66

ita rk

Tabel 5.6 : PDRB per Kapita dan Pendapatan Regional per Kapita Penduduk Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2009 - 2013 (Rupiah) ……………………………………………………68 Tabel 6.1 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Blitar 2009 - 2013 ( 000 Rp. )……………………………… 70

bl

Tabel 6.2 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Blitar 2009 - 2013 ( 000 Rp. )………………………… 71

tp

://

Tabel 6.3 : Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 72

ht

Tabel 6.4 : Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 73 Tabel 6.5 : Indeks Perkembangan Atas Dasar Harga Berlaku Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 74


vii

Daftar Tabel

Halaman Tabel 6.6 : Indeks Perkembangan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 75 Tabel 6.7 : Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 76

ps .g o.

id

Tabel 6.8 : Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 77 Tabel 6.9 : Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 78 Tabel 6.10 : Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 79

ot a. b

Tabel 6.11 : Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009 - 2013 ( % )……………………………………………………… 80

ita rk

Tabel 6.12 : Agregat PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita Kota Blitar 2009 - 2013 …………………………………………………………… 81

ht

tp

://

bl

Tabel 6.13 : Laju Pertumbuhan Agregat PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita Kota Blitar 2009 - 2013 ( % ) ………… 82


viii

Daftar Grafik

DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 5.1

: PDRB Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 - 2013 (Miliar Rp.)

Grafik 5.2

: Struktur Ekonomi Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 ( % )……………………..…………49

Grafik 5.3

: Pergeseran Sektor Primer, Sekunder dan Tersier pada Tahun 2009 - 2013 ( % )…………………...……………………………53

Grafik 5.4

: Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan Kelompok Jasa dan Non Jasa Tahun 2009 - 2013 ……………………………………..54

Grafik 5.5

: Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Tahun 2009 - 2013 ………………………. 58

ht

tp

://

bl

ita rk

ot a. b

ps .g o.

id

44


ix

.id

s. go

a. bp

ot

rk

ita

bl

://

tp

ht

Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Todaro dan Smith (2006), tujuan terpenting dari proses pembangunan adalah meningkatkan standar hidup dan kesejahtaraan masyarakat, masyarakat

dari

sifat

ketergantungan.

Oleh

karena

ps .g o.

membebaskan

id

mengurangi kemiskinan serta memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang itu,

pembangunan merupakan suatu keharusan jika suatu daerah ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan bukan hanya bagaimana menumbuhkan perekonomian, namun juga bagaimana kualitas dari pertumbuhan yang dihasilkan. Guna mendukung tujuan tersebut,

Pemerintah

ot a. b

Daerah Kota Blitar telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) 2005-2025 dan dipertajam dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) 2011-2015.

ita rk

Setiap langkah pembangunan tahunan yang diambil oleh pemerintah didasarkan pada visi yang tertuang dalam RPJMD Kota Blitar 2011-2015 yaitu “Menuju Masyarakat Kota Blitar Sejahtera yang Berkeadilan, Berwawasan Kebangsaan dan Religius melalui APBD Pro Rakyat pada Tahun 2015”.

bl

Pengejawantahan dari visi tersebut tertuang dalam lima misi yaitu ; 1) Mewujudkan

://

masyarakat yang berwawasan kebangsaan dan Berketuhanan Yang Maha Esa, 2) Meningkatkan kualitas pendidikan dan keterjangkauan pelayanan pendidikan, 3)

tp

Meningkatkan

kualitas

pelayanan

kesehatan

yang

adil

dan

merata,

4)

ht

Memantapkan pelaksanaan perekonomian daerah yang berbasis kerakyatan dan penanggulangan kemiskinan, 5) Memantapkan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang partisipatif berdasar prinsip-prinsip otonomi daerah. Tahun

2011

adalah

tahun

pertama

dari

pelaksanaan

dokumen

perencanaan pembangunan jangka menengah tersebut. Di tahun inilah diletakkan dasar-dasar pembangunan sebagai modal untuk melangkah lima tahun kedepan. Untuk itu dibutuhkan modal dasar yang kuat agar pembangunan kedepan dapat Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB I

2

Pendahuluan

berjalan lebih terarah dan tepat menuju sasaran mengingat semakin kedepan tantangan semakin besar dan semakin berat. Salah satu tantangan pembangunan Kota Blitar adalah bagaimana roda ekonomi di Kota Blitar tetap bisa berjalan dengan sumber daya alam yang semakin minim dan jumlah penduduk yang semakin besar.

Jumlah penduduk yang

id

semakin besar disatu sisi adalah modal bagi pembangunan tetapi di sisi lain dapat

ps .g o.

menimbulkan problem sosial, politik dan ekonomi jika tidak dapat dikelola dengan baik. Oleh karena itu dengan semangat membangun, Pemerintah Kota Blitar terus bersinergi untuk merencanakan pembangunan di Kota Blitar dengan lebih efektif, efisien dan tepat sasaran.

ot a. b

Untuk menjawab pertanyaan apakah pembangunan yang selama ini berjalan telah menuju pada sasaran atau masih jauh dari yang diharapkan, diperlukan indikator ekonomi yang dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah. Salah satu Indikator yang umum

ita rk

digunakan sebagai ukuran keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Makin tinggi pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahtaraan masyarakatnya yang ditandai dengan kenaikan pendapatan per kapita. Mengingat pertumbuhan ekonomi tolak

ukur

keberhasilan

bl

sebagai

pembangunan,

://

pertumbuhan ekonomi pun perlu mendapat perhatian.

maka

sumber-sumber

Publikasi kali ini hanya

akan menyajikan hasil penghitungan Produk Domestrik Regional Bruto (PDRB)

ht

tp

berikut analisanya.

1.2. T u j u a n Tujuan penyusunan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Blitar adalah untuk menyajikan data statistik ekonomi makro secara konsisten, dengan maksud agar dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi maupun dasar pengambilan kebijakan pembangunan di Kota Blitar.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB I

3

Pendahuluan

1.3. Kegunaan PDRB Ukuran

secara

makro

mengenai

produk

suatu

daerah

serta

perkembangannya secara keseluruhan memang hingga saat ini belum diperoleh rumusan yang memuaskan. Untuk hal tersebut, pendapatan nasional dan Gross National Product (GNP) serta ukuran turunannya (derivate) yaitu pendapatan upaya

pembangunan

beserta

dampaknya

secara

sektoral.

Melalui

ps .g o.

hasil

id

regional dapat digunakan sebagai alat ukur minimal sebagai indikator terhadap penghitungan PDRB akan didapatkan angka pendapatan regional suatu daerah. Penghitungan PDRB juga dapat digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi, tingkat kemakmuran penduduk (pendapatan per kapita), perubahan harga (inflasi), struktur perekonomian dan lain-lain.

ot a. b

 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Yang dimaksud dengan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan terhadap tahun sebelumnya. Karena dalam PDRB atas dasar harga konstan,

ita rk

faktor perubahan harga telah dihilangkan, maka kenaikan PDRB atas dasar harga konstan mencerminkan adanya kenaikan laju pertumbuhan ekonomi daerah tersebut pada tahun yang bersangkutan.

bl

 Tingkat Kemakmuran Penduduk

://

Tingkat kemakmuran penduduk diukur dengan pendapatan per kapita yang

tp

merupakan hasil bagi antara pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Tingkat kemakmuran ini akan sangat dipengaruhi oleh

ht

perkembangan jumlah penduduk. Jika laju pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan pendapatan per kapita, maka tingkat kemakmuran penduduk tidak akan mengalami perbaikan. Namun demikian ukuran ini belum dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan rata-rata peduduk karena dimungkinkan adanya ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat.


4

Pendahuluan

 Tingkat Perubahan Harga Kenaikan atau penurunan harga dapat diketahui melalui penghitungan Indeks Harga Implisit. Indeks Harga Implisit merupakan hasil bagi antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun yang sama. Jika Indeks Harga Implisit tahun sekarang lebih tinggi dibandingkan inflasi

id

Indeks Harga Implisit tahun sebelumnya menunjukkan adanya

ps .g o.

(kenaikan harga) dan jika lebih rendah maka menunjukan adanya deflasi (penurunan harga).  Struktur Perekonomian

Dengan mencermati distribusi persentase PDRB masing-masing lapangan usaha/sektor akan dapat diketahui bagaimana struktur perekonomian daerah

ot a. b

tersebut. Lapangan usaha/sektor yang persentase PDRB nya lebih tinggi menunjukkan dominasi yang lebih besar dalam perekonomian suatu daerah dan sebaliknya, persentase kecil menunjukkan peranan yang kecil pula dalam

ita rk

perekonomian. 1.4. Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan publikasi PDRB Kota Blitar Tahun 2009-2013, sistematika

Sebagai

pendahuluan menjelaskan latar belakang, tujuan,

://

Bab 1

bl

yang digunakan adalah :

tp

kegunaan PDRB dan sistematika penulisan Publikasi PDRB Kota

ht

Bab 2

Bab 3

Blitar 2009-2013. Menjelaskan konsep dan definisi

secara teoritis dan sangat

mendasar untuk dapat memahami hasil penghitungan PDRB Kota Blitar tahun 2009-2013. Menjelaskan tentang berbagai Metodologi yang dapat digunakan dalam penghitungan PDRB, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan serta penjelasan tentang berbagai indikator turunan dari PDRB. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB I

5

Pendahuluan

Bab 4

Menjelaskan mengenai klasifikasi lapangan usaha yang tercakup dalam penghitungan PDRB Kota Blitar tahun 2013 berikut sumber datanya dan metodologi penghitungan yang digunakan untuk masing-masing lapangan usaha.

Bab 5

Analisa sederhana mengenai kondisi ekonomi Kota Blitar tahun ekonomi

Kota

Blitar,

pertumbuhan

ekonomi

dan

ps .g o.

struktur

id

2013 dilihat dari indikator PDRB dan turunannya antara lain pendapatan regional per kapita. Lampiran

Memuat tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar

ht

tp

://

bl

ita rk

ot a. b

Harga Konstan beserta variabel turunannya.


6

.id

s. go

a. bp

ot

rk

ita

bl

://

tp

ht

Konsep & Definisi

BAB II KONSEP DAN DEFINISI 2.1. Pengertian PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Blitar adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang biaya

antara

yang

dikeluarkan

dalam

proses

produksi,

ps .g o.

seluruh

id

beroperasi di wilayah Kota Blitar dalam kurun waktu satu tahun dikurangi dengan tanpa

memperhatikan apakah faktor-faktor produksinya (tanah, tenaga, modal, dan lainlain) berasal dari atau dimiliki oleh penduduk Kota Blitar. Dengan kata lain PDRB adalah jumlah seluruh nilai tambah bruto (NTB) yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dari seluruh lapangan usaha disuatu daerah dalam kurun waktu

ot a. b

satu tahun.

Apabila ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah dari semua pendapatan yang timbul karena ikut sertanya faktor-faktor produksi dalam proses

ita rk

produksi di wilayah Kota Blitar. Pendapatan faktor terdiri dari unsur-unsur : 1. Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai. 2. Sewa tanah dan royalti sebagai balas jasa atas penggunaan tanah, hak paten, hak cipta, lisensi, dan lain sebagainya.

bl

3. Bunga modal sebagai balas jasa atas penggunaan modal.

://

4. Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan.

tp

Untuk lebih jelasnya, semua hasil kegiatan-kegiatan ekonomi berupa

barang atau jasa yang dilakukan baik oleh swasta maupun pemerintah (pusat dan

ht

daerah) yang beroperasi di wilayah Kota Blitar harus tercakup dalam penghitungan ini. Namun, sehubungan dengan keterbatasan data statistik berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam beberapa hal masih terdapat asumsi-asumsi terutama

dalam menghitung produk uncoverage economics, tetapi diharapkan masih dalam batas-batas yang dapat diterima.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB II

8

Konsep & Definisi

Publikasi PDRB ini menyajikan angka-angka untuk Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 dan masing-masing disusun menurut lapangan usaha baik atas dasar harga berlaku (current prices) maupun atas dasar harga konstan (constant prices). Penyajian atas dasar harga konstan dapat digunakan untuk melihat kenaikan PDRB secara riil dari tahun ke tahun karena meniadakan faktor

id

inflasi yang mungkin ikut mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut.

ps .g o.

2.2. Istilah-istilah dalam PDRB  Barang dan Jasa

Barang dan Jasa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia ada yang dapat digunakan secara langsung dan ada yang harus mengalami proses

ot a. b

terlebih dahulu, sehingga barang dan jasa dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :

- Barang dan jasa sebagai permintaan antara yaitu barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi.

ita rk

- Barang dan jasa sebagai permintaan akhir yaitu barang dan jasa yang langsung dikonsumsi.

bl

 Output

Nilai produksi bruto (output) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh

://

berbagai lapangan usaha kegiatan ekonomi dalam satu periode tertentu

tp

(biasanya satu tahun) meliputi baik produksi utama, produksi ikutan, maupun produksi sampingan. Pada dasarnya nilai Output = O diperoleh dari perkalian

ht

antara Kuantum Produksi (Quantum = Q) dan Harganya (Price = P). Dengan demikian besaran output dapat diperoleh melalui rumus :

O=QxP


9

Konsep & Definisi

 Biaya Antara Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama (barang yang mempunyai suatu perkiraan umur penggunaan kurang dari satu tahun atau habis dalam satu kali produksi) dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Biaya antara dalam penghitungan PDRB berbeda dengan biaya di dalam akuntansi, dimana dalam

id

biaya antara tidak termasuk komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan), penyusutan barang modal, dan pajak tak

ps .g o.

langsung neto.  Nilai Tambah Bruto (NTB)

Nilai tambah bruto (Gross Added Value) merupakan selisih antara nilai produksi bruto (output) dengan biaya antara, atau apabila dirumuskan menjadi :

ot a. b

Pengertian nilai tambah bruto ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB, yang tidak lain merupakan penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada wilayah

ita rk

(region) tertentu dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). Nilai Tambah Bruto (NTB) = Nilai Produksi Bruto – Biaya Antara

bl

 Penyusutan

://

Barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi selalu mengalami

tp

kerusakan dan pada suatu waktu tidak berfungsi lagi sehingga akhirnya akan menjadi barang bekas yang kalau dijual tidak akan memberikan nilai yang

ht

berarti. Para pemegang modal (pengusaha) selayaknya menyediakan atau menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk mengganti barang modalnya yang setiap saat mengalami penurunan nilai sekian persen dari nilai ekonomis barang tersebut. Penyediaan biaya ini di dalam penghitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal.


10

Konsep & Definisi

 Pajak Tak Langsung Neto Pajak tak langsung neto terdiri atas dua komponen yaitu pajak tak langsung dan subsidi. Selisih antara pajak tak langsung dan subsidi disebut sebagai pajak tak langsung neto.  Pajak tak langsung terdiri dari iuran wajib yang dibayarkan perusahaan

id

kepada pemerintah daerah atau pusat sebagai biaya atas kegiatan produksi, 

Subsidi

adalah

perusahaan

dana

misalnya

bantuan untuk

ps .g o.

penjualan, pembelian atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan. yang

diberikan

mengganti

pemerintah

kerugian

kepada

operasional

dan

mempertahankan harga pada tingkat tertentu. Bantuan pemerintah kepada perusahaan untuk tujuan investasi atau menutupi kerugian akibat bencana

ot a. b

tidak dianggap sebagai subsidi.

2.3. Agregat Produk Domestik Regional Bruto

Variabel harga (Price) yang digunakan dalam pengitungan PDRB dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penghitungan atas dasar

ita rk

harga berlaku akan menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB adhb) dan penghitungan atas dasar harga konstan akan menghasilkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB adhk). Dari PDRB adhb maupun PDRB adhk dapat

bl

diturunkan lagi indikator-indikator yang muaranya adalah untuk mendapatkan

://

pendapatan regional perkapita.

tp

2.3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Gross Regional Domestic Product at Current Prices)

ht

Nilai

PDRB

atas

dasar

harga

berlaku

dapat

diperoleh

dengan

menjumlahkan seluruh nilai tambah bruto (Gross Added Value) dari

seluruh sektor perekonomian yang berada pada wilayah tertentu. Adapun yang dimaksud atas dasar harga berlaku adalah apabila semua produk barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga yang berlaku pada tahun berjalan. Dalam hal ini NTB mencakup komponen pendapatan faktor (upah gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung neto). Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dari Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB II

11

Konsep & Definisi

tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. 2.3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Gross Regional Domestic Product at Constant Prices)

id

Nilai PDRB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan kuantum produksi pada tahun berjalan dengan harga pada tahun dasar

ps .g o.

2000. Angka PDRB atas dasar harga konstan sangat penting karena dengan membandingkan PDRB adhk dari tahun ke tahun akan didapatkan angka laju pertumbuhan ekonomi yang mencerminkan perkembangan riil ekonomi dari tahun ke tahun, baik secara keseluruhan maupun sektoral pada suatu daerah. Berbeda dengan PDRB adhb, perkembangan PDRB

ot a. b

adhk murni menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh perubahan volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan.

ita rk

2.3.3 PDRN Atas Dasar Harga Berlaku (Net Regional Domestic Product at Current Prices) PDRN atas dasar harga berlaku diperoleh dari selisih antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penyusutan barang modal dari seluruh

bl

lapangan usaha.

://

PDRN adhb = PDRB adhb – Penyusutan

ht

tp

2.3.4 PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (Net Regional Domestic Product at Factor Cost) Perbedaan mendasar antara konsep atas dasar biaya faktor dan konsep atas dasar harga berlaku adalah karena adanya pajak tak langsung neto. Selisih antara PDRN atas dasar harga berlaku dengan pajak tak langsung neto akan menghasilkan PDRN atas dasar biaya faktor. PDRN adbf = PDRN adhb – Pajak tak langsung neto


12

Konsep & Definisi

2.3.5 Pendapatan Regional per Kapita (Regional Income) Dari konsep-konsep yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa PDRN atas dasar biaya faktor tersebut sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah tertentu. Balas jasa faktor-faktor produksi tersebut berupa

id

upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan. Dengan demikian PDRN atas biaya faktor merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa

ps .g o.

upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang berasal dari daerah tersebut.

Perlu diketahui bahwa sulit untuk menghitung pendapatan penduduk suatu daerah tertentu. Hal tersebut dikarenakan ada sebagian pendapatan yang

ot a. b

diterima oleh penduduk daerah itu, diperoleh karena memiliki faktor produksi pada perusahaan yang beroperasi di daerah lain dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian pendapatan Regional adalah PDRN atas dasar biaya faktor ditambah selisih antara pendapatan yang diterima

ita rk

penduduk daerah tersebut (pendapatan masuk) dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah lain (pendapatan keluar). Dengan asumsi selisih pendapatan masuk dengan pendapatan keluar adalah nol maka PDRN

bl

atas dasar biaya faktor sama dengan pendapatan regional. Apabila pendapatan regional tersebut dibagi dengan jumlah penduduk

://

pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut, maka akan dihasilkan

ht

tp

rata-rata pendapatan per kapita penduduk daerah tersebut.

Pendapatan Regional Pendapatan per kapita = Jml Penduduk Tengah Tahun


13

Konsep & Definisi

Dari apa yang telah diuraikan diatas, maka konsep yang digunakan dalam pendapatan regional dapat diurutkan sebagai berikut: (1). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Gross Regional Domestic Product at Current Prices)

(2). PDRN Atas Dasar Harga Berlaku (Net Regional Domestic Product at Current Prices)

ps .g o.

minus: Pajak tak langsung neto akan sama dengan

id

minus: Penyusutan barang modal akan sama dengan

(3). PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (Net Regional Domestic Product at Factor Cost)

minus: Pendapatan yang mengalir keluar daerah/luar negeri akan sama

ot a. b

dengan

(4). Pendapatan Regional (Regional Income) minus:

- Pajak pendapatan perusahaan (Corporate Income Taxes)

ita rk

- Keuntungan yang tidak dibagikan (Industributed Profit) - Iuran kesejahteraan dan sosial (Social Security Constribution) plus: Transfer yang diterima oleh rumah tangga dan bunga neto atas hutang

bl

pemerintah, akan sama dengan

(5). Pendapatan Orang Seorang (Personal Income)

://

minus: Pajak rumah tangga, transfer yang diterima rumahtangga akan sama

tp

dengan

ht

(6). Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income)


14

.id

s. go

a. bp

ot

rk

ita

bl

://

tp

ht

Metode Penghitungan

BAB III METODE PENGHITUNGAN 3.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung (alokasi). Untuk lebih jelasnya, akan

id

diuraikan sebagai berikut: Metode

langsung

ps .g o.

3.1.1. Metode Langsung adalah

metode

penghitungan

dengan

menggunakan data yang bersumber dari daerah yang terpisah sama sekali dengan data propinsi atau nasional sehingga hasil penghitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah

ot a. b

tersebut.

Metode langsung dapat diperoleh dengan menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan berikut:

ita rk

pendekatan pengeluaran yang selanjutnya dapat diterangkan sebagai a. Pendekatan Produksi

Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah

dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi

bl

dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai

://

produksi bruto tiap-tiap lapangan usaha atau sub lapangan usaha.

tp

Pendekatan ini dapat juga disebut dengan pendekatan nilai tambah.

ht

Nilai tambah merupakan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi. Lapangan usaha yang dihitung dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha sebagai berikut: (1) Pertanian; (2) Pertambangan dan penggalian;

(3) Industri pengolahan; (4) Listrik, Gas, dan Air bersih;

(5)

Konstruksi;

(7)

Pengangkutan

(6) dan

Perdagangan, Komunikasi;

Hotel, (8)

dan

Restoran;

Keuangan,

Persewaan

bangunan, dan Jasa Perusahaan; dan (9) Jasa-jasa. Lapangan usahalapangan usaha tersebut dapat dirinci lagi dalam berbagai sub lapangan usaha. Pembagian lapangan usaha-lapangan usaha menjadi Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB III

16

Metode Penghitungan

sub lapangan usaha dan rincian yang lebih rinci lagi serta ruang lingkup dan definisinya, disajikan dalam penerbitan BPS: Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). b. Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan

id

ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan balas jasa faktor produksi

ps .g o.

yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Untuk lapangan usaha pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha disini adalah bunga, sewa tanah, dan keuntungan.

ot a. b

c. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan

dari

segi

pengeluaran

bertitik

tolak

pada

penggunaan akhir dari barang dan jasa di dalam suatu daerah. Jadi, produk domestik regional dihitung dengan cara menghitung berbagai

ita rk

komponen pengeluaran akhir seperti:

1. Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga 2. Pengeluaran konsumsi akhir lembaga swasta yang tidak mencari

bl

untung.

://

3. Pengeluaran konsumsi pemerintah 4. Pembentukan modal tetap bruto

tp

5. Perubahan Stok

ht

6. Ekspor dan impor Dari tiga pendekatan tersebut, secara konsep, jumlah pengeluaran

tersebut harus sama dengan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dan harus

sama

pula

dengan

jumlah

pendapatan

untuk

faktor-faktor

produksinya.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB III

17

Metode Penghitungan

3.1.2. Metode Tidak Langsung (Alokasi) Metode tidak langsung adalah metode dengan cara menghitung pendapatan regional kota/kabupaten dengan cara mengalokir angka pendapatan regional provinsi untuk tiap-tiap kota/kabupaten menggunakan alokator tertentu.

id

Cara tersebut ditempuh karena data tidak tersedia atau adanya

ps .g o.

kerahasiaan dari data tersebut yang tidak boleh diketahui oleh banyak orang misalnya: data perbankan, data pertahanan keamanan, dan lain-lain. Alokator yang dapat digunakan yaitu berupa indikator produksi, antara lain: 1. Nilai produksi bruto atau neto 3. Tenaga kerja 4. Penduduk

ot a. b

2. Jumlah produksi fisik

ita rk

5. Alokator lainnya yang dianggap cocok untuk daerah tersebut. 3.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada

bl

tahun dasar 2000. Karena menggunakan harga yang tetap yaitu harga tahun

://

dasar 2000, maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun murni disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa pengaruh fluktuasi harga

tp

(inflasi/deflasi). Angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan

ht

apabila dikaitkan dengan data proses produksi, dapat memberikan gambaran tingkat perkembangan produktifitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha. Pada dasarnya, dikenal empat cara yang digunakan untuk menghitung PDRB atas dasar harga konstan, yaitu:


18

Metode Penghitungan

3.2.1. Revaluasi Dengan cara ini, masing-masing produksi dan biaya antara pada tahun yang bersangkutan dikalikan dengan harga tahun dasar yang akan diperoleh nilai produksi dan biaya antara atas dasar harga konstan. dan biaya antara atas dasar harga konstan.

ps .g o.

3.2.2. Ekstrapolasi

id

Selanjutnya, nilai tambah bruto diperoleh dari selisih antara nilai produksi

Penghitungan cara ini diperoleh dengan mengalikan nilai tambah tahun dasar dengan indeks kuantum produksi. Jika indeks kuantum produksi sukar diperoleh maka dipakai indeks yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung misalnya indeks jumlah tenaga kerja atau ekstrapolator. 3.2.3. Deflasi

ot a. b

indikator lainnya. Indeks-indeks tersebut nantinya akan bertindak sebagai

Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan membagi

ita rk

nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun berjalan dengan indeks harganya. Indeks harga yang biasa digunakan sebagai deflator adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan

bl

Besar (IHPB), Indeks Harga Produsen (IHP), dan Indeks Biaya Hidup (IBH).

://

3.2.4. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda, yang dideflasi adalah output/nilai produksi

tp

dan biaya antaranya. Mendeflasikan nilai produksi akan memperoleh nilai

ht

produksi atas dasar harga konstan dan mendeflasi biaya antara akan diperoleh biaya antara atas dasar harga konstan, selisih antara nilai produksi atas dasar harga konstan dengan biaya antara atas dasar harga konstan akan diperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB III

19

Metode Penghitungan

3.3. Angka Indeks PDRB dalam publikasi ini juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral, angka-angka indeks, dan inflasi sektoral. Angka-angka indeks yang dimaksud adalah indeks perkembangan, indeks berantai, dan indeks harga implisit. Masing-

id

masing dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.3.1. Peranan Sektoral

ps .g o.

Diperoleh dengan cara membagi nilai masing-masing lapangan usaha/sub lapangan usaha dengan nilai total seluruh lapangan usaha PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu).

ot a. b

Penghitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut: PDRBi

Pi =

X 100

9

ita rk

 PDRBi

i=1

Keterangan:

P = Peranan sektoral

bl

i = Lapangan usaha i, i=1, 2, …, 9

://

Dalam penyajian tabulasinya, peranan lapangan usaha diberi judul

tp

Distribusi Persentase PDRB.

ht

3.3.2. Indeks Perkembangan Diperoleh dengan membagi nilai-nilai PDRB masing-masing tahun

dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100 untuk masing-masing lapangan usaha/sub lapangan usaha. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya.

Perumusannya adalah sebagai berikut:


20

Metode Penghitungan

PDRBit IP =

X 100 PDRBio

Keterangan: IP = Indeks Perkembangan

id

i = Lapangan usaha i, i=1, 2, …, 9 t = Tahun ke - t

ps .g o.

o = Tahun Dasar 3.3.3. Indeks Berantai

Diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100 untuk masing-masing lapangan sub lapangan usaha. Apabila angka ini dikalikan dengan angka

ot a. b

usaha/

100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan produksi untuk masing-masing tahun.

ita rk

Rumus penghitungannya adalah sebagai berikut : PDRBit

IB =

bl

Keterangan:

X 100

PDRBit-1

IB = Indeks Berantai = Lapangan usaha i, i=1, 2, …, 9

://

i

tp

t = Tahun ke - t

ht

3.3.4. Indeks Harga Implisit Diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku

dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun dikalikan dengan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks harga implisit dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:


21

Metode Penghitungan

PDRBithb IHI =

X 100 PDRBithk

Keterangan:

id

IHI = Indeks Harga Implisit hb = Harga Berlaku ; hk = Harga Konstan

ps .g o.

= Tahun ke – t

t

3.3.5. Inflasi

Diperoleh dari indeks harga implisit dengan membuat indeks berantainya dari tahun ke tahun. Angka ini menunjukkan tingkat

ot a. b

perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Angka tersebut juga menunjukkan secara berkala besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam wilayah penghitungan

ita rk

PDRB.

IHI it

Inflasi =

X 100

- 100

IHI it-1

bl

Keterangan:

= Indeks Harga Implisit Lapangan usaha ke- i tahun t.

://

IHI it

ht

tp

IHI it-1 = Indeks Harga Implisit Lapangan usaha ke- i tahun (t-1)


22

.id

s. go

a. bp

ot

rk

ita

bl

://

tp

ht

Klasifikasi Lapangan Usaha & Sektor

BAB IV KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR 4.1. Klasifikasi Lapangan usaha 4.1.1. Lapangan Usaha Pertanian

id

 Sub Lapangan Usaha Tanaman Bahan Makanan

ps .g o.

Sub lapangan usaha ini meliputi komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, dan sejenisnya serta hasil-hasil produk ikutannya. Sumber data :

ot a. b

Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar, sedangkan data harga bersumber dari BPS Kota Blitar. Metode Penghitungan :

Dalam memperkirakan nilai tambah atas dasar harga berlaku

ita rk

lapangan usaha pertanian biasanya digunakan pendekatan produksi karena data yang tersedia seperti data produksi, harga, dan biaya-biaya antara dapat dipakai secara langsung untuk memperkirakan besarnya nilai tambah. Cara yang digunakan dalam pendekatan produksi ini adalah

bl

dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan

://

masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku untuk setiap tahun. Biaya antara tersebut

tp

diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang

ht

diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Nilai tambah atas harga konstan 2000 dihitung dengan metode

revaluasi yaitu mengalikan kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan tahun 2000.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB IV

24


 Sub Lapangan Usaha Tanaman Perkebunan a. Tanaman Perkebunan Rakyat Adapun komoditi yang dicakup pada sub lapangan usaha ini antara lain adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat (tidak berbadan hukum) seperti karet, kelapa, teh, kopi, kapuk,

id

kapas, tebu, tembakau, cengkeh, dan sejenisnya. Cakupan tersebut termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana

ps .g o.

seperti minyak kelapa rakyat, tembakau olahan, dan teh olahan. Karena di Kota Blitar tidak ada aktifitas ekonomi pada sub lapangan usaha ini sehingga tidak dimasukkan dalam penghitungan. b. Tanaman Perkebunan Besar

ot a. b

Kegiatan sub lapangan usaha tanaman perkebunan besar mencakup produksi komoditi yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan yang mempunyai bentuk badan hukum dan dilakukan secara profesional seperti karet, teh, kelapa, kopi, kapuk, kapas, tebu,

ita rk

coklat, kelapa sawit, cengkeh dan tanaman sejenisnya. Sub lapangan usaha ini tidak dimasukkan dalam penghitungan karena Kota Blitar tidak memiliki daerah konsentrasi komoditi tersebut.

bl

 Sub Lapangan Usaha Peternakan dan Hasil-hasilnya

://

Sub lapangan usaha ini mencakup kegiatan pemeliharaan segala

jenis ternak dan unggas seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda,

ht

tp

babi,

itik,

ayam

petelur

dan

sejenisnya

dengan

tujuan

untuk

dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya baik yang dilakukan oleh rakyat maupun oleh perusahaan peternakan maupun hasil ternak yang meliputi susu segar dan telur. Sumber data : Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur, serta harganya diperoleh dari Bidang Peternakan Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB IV

25


Metode pengitungan : Nilai tambah atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi dan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan revaluasi dengan rasio nilai tambah didapat dari hasil SKPR.  Sub Lapangan Usaha Kehutanan

id

Komoditi yang tercakup dalam sub lapangan usaha kehutanan adalah hasil dari kegiatan penebangan kayu, pengambilan getah dan

ps .g o.

akar-akaran, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang, dan bambu, sedangkan kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, kopal, nipah, dan sejenisnya. Karena di Kota Blitar

ot a. b

tidak ada aktifitas ekonomi pada sub lapangan usaha kehutanan sehingga tidak dimasukkan dalam penghitungan.  Sub Lapangan Usaha Perikanan

Sub lapangan usaha ini meliputi kegiatan penangkapan dan

ita rk

pemeliharaan segala jenis ikan dan binatang air (kerang, siput, dan udang), baik di air tawar maupun di air asin seperti perikanan umum, tambak, kolam, dan keramba baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Sumber data :

bl

Data mengenai produksi dan nilai produksi diperoleh dari Seksi

://

Perikanan Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar.

ht

tp

Metode penghitungan : Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku

menggunakan metode pendekatan produksi dan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan revaluasi dengan rasio nilai tambah didapat dari hasil SKPR.

4.1.2. Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian  Sub Lapangan Usaha Pertambangan Sub lapangan usaha ini meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak

dan

gas

bumi,

penyiapan

pengeboran,

penambangan,


26


penguapan,

pemisahan,

serta

penampungan

untuk

dijual

atau

dipasarkan. Hasil dari kegiatan ini adalah minyak bumi kondensat dan gas bumi. Sub lapangan usaha ini tidak dimasukkan ke dalam penghitungan karena Kota Blitar tidak memiliki daerah pertambangan minyak dan gas bumi.

id

 Sub Lapangan Usaha Penggalian

ps .g o.

Sub lapangan usaha ini mencakup kegiatan penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi dan biasa disebut dengan golongan c. hasil-hasil kegiatan ini antara lain adalah Sumber data :

ot a. b

pasir bangunan, batu kerikil, tanah liat, dan sejenisnya.

Data produksi dan nilai produksi diperoleh dari hasil survei yang dilakukan BPS Kota Blitar berupa data primer dan data sekunder. Metode Penghitungan :

ita rk

Output merupakan perkalian antara produksi dan harga masing-

masing

jenis

hasil

penggalian.

Nilai

tambah

bruto

merupakan

pengurangan output dengan biaya antara yang diperoleh dari hasil

bl

SKPR.

://

4.1.3. Lapangan usaha Industri Pengolahan Kegiatan industri adalah kegiatan untuk merubah bentuk menjadi

tp

produk baru yang lebih tinggi mutunya. Lapangan usaha ini terdiri dari dua

ht

sub lapangan usaha, yaitu Sub lapangan usaha industri besar/sedang, dan Sub lapangan usaha industri kecil termasuk RPH (Rumah Potong Hewan) dan kerajinan rumahtangga. Sumber data : Data output atas dasar harga berlaku diperoleh dari BPS Kota Blitar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Kota Blitar.


27


Metode Penghitungan : Output dan nilai tambah sub lapangan usaha industri kecil kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub lapangan usaha industri kecil dan kerajinan rumah

id

tangga, sedang output RPH diperoleh dari pengolahan laporan RPH triwulanan oleh BPS Kota Blitar.

ps .g o.

Untuk kelompok industri besar dan sedang, ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku berdasarkan hasil survei tahunan yang dilakukan BPS Kota Blitar. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan metode deflasi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar lapangan usaha

ot a. b

industri sebagai deflatornya.

4.1.4. Lapangan usaha Listrik, Gas, dan Air Bersih  Sub Lapangan Usaha Listrik

ita rk

Sub lapangan usaha ini mencakup pembangkitan dan penyaluran

tenaga listrik, baik yang diusahakan oleh PLN maupun non-PLN. Sumber data :

bl

Data produksi dan harga diperoleh dari PLN Ranting Blitar.

Metode Penghitungan :

://

Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi

tp

dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan

ht

output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode revaluasi yaitu mengalikan kuantum produksi dengan harga pada tahun dasar 2000.

 Sub Lapangan Usaha Gas Sub lapangan usaha ini meliputi penyediaan gas kota yang disalurkan kepada konsumen menggunakan pipa, dimana gas tersebut diperoleh dari proses pembakaran batu bara, minyak, dan crack. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB IV

28


Sub lapangan usaha ini tidak diperhitungkan dalam PDRB karena di wilayah Kota Blitar tidak ada perusahaan tersebut.  Sub Lapangan Usaha Air Bersih Sub lapangan usaha ini mencakup air bersih yang diusahakan oleh PDAM.

id

Sumber data :

ps .g o.

Data produksi dan harga diperoleh dari PDAM Kota Blitar. Metode Penghitungan :

Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode revaluasi 2000.

ot a. b

yaitu mengalikan kuantum produksi dengan harga pada tahun dasar

4.1.5. Lapangan usaha Bangunan Lapangan

usaha

Bangunan

mencakup

semua

kegiatan

ita rk

pembangunan fisik konstruksi baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam irigasi dan sebagainya. Sumber data :

bl

Data primer dari survei perusahaan konstruksi BPS Kota Blitar dan

://

data sekunder dari Bagian Pembangunan Setda Kota Blitar.

tp

Metode Penghitungan : Nilai tambah bruto dihitung menggunakan pendekatan produksi.

ht

Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang

dibiayai APBN maupun APBD serta perbaikannya dan pembangunanpembangunan yang dilakukan oleh pengembang, Perumnas, dan swadaya masyarakat murni dan biaya antara sub lapangan usaha sewa bangunan. Output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dan sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar lapangan usaha konstruksi.


29


4.1.6. Lapangan usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran  Sub Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran Perhitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku sub lapangan usaha perdagangan besar dan sedang dilakukan dengan pendekatan arus barang (comodity flow). Output diperoleh dengan mengalikan nilai

produksi

komoditi

pertanian,

pertambangan

id

besarnya

dan

dengan

margin

perdagangan

ps .g o.

penggalian, industri, serta produk luar daerah yang diperdagangkan dan

penghitungan

nilai

tambah

berdasarkan rasio nilai tambah yang diperoleh dari data hasil penyusunan tabel Input Output (IO) Indonesia 2000 serta survei khusus dari Propinsi Jawa Timur. Produk Luar daerah dihitung dengan

ot a. b

pendekatan konsumsi rumah tangga dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung

berdasarkan

metode

deflasi

dengan

Indeks

Harga

ita rk

Perdagangan Besar sebagai deflatornya.  Sub Lapangan Usaha Hotel

Kegiatan sub lapangan usaha ini mencakup semua Hotel,

bl

Penginapan, dan sejenisnya.

://

Sumber data :

Output diperoleh dari survei VHTS yang dilakukan setiap tahun

tp

oleh BPS Kota Blitar dan rasio nilai tambah diperoleh dari hasil SKPR.

ht

Metode Penghitungan : Nilai

tambah

atas

dasar

harga

konstan

2000

dihitung

menggunakan metode revaluasi.

 Restoran Sumber data : Data Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dan hasil SKPR


30


Metode Penghitungan : Dalam penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku menggunakan metode pendekatan produksi. Rasio nilai tambah diperoleh dari hasil SKPR yang dilakukan oleh BPS Kota Blitar.

id

Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi dengan deflatornya adalah IHK Kelompok

ps .g o.

Makanan Jadi dan Minuman Kota Blitar.

4.1.7. Lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi

Lapangan usaha ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan

ot a. b

meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor. Adapun sub lapangan usaha-sub lapangan usaha yang termasuk dalam lapangan usaha

ita rk

pengangkutan dan komunikasi adalah:

 Sub Lapangan Usaha Angkutan Kereta Api Sumber data :

bl

Output diperoleh dari data pendapatan baik angkutan penumpang

://

maupun barang dari PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) Stasiun Blitar

tp

setiap tahunnya.

ht

Metode Penghitungan : Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan

pendekatan pendapatan. Rasio biaya antara didapat dari hasil SKPR dan nilai tambah bruto diperoleh dengan mengurangi output dengan nilai biaya antara. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan cara deflasi dengan Indeks Harga Konsumen kelompok transport Kota Blitar sebagai deflatornya.


31


 Sub Lapangan Usaha Angkutan Jalan Raya Sub lapangan usaha ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor ataupun tidak bermotor seperti Bus, Truk, Becak, Dokar, dan sebagainya.

id

Sumber data : hasil SKPR. Metode Penghitungan :

ps .g o.

Dinas Perhubungan Daerah Kota Blitar dan harga diperoleh dari

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah

ot a. b

armada angkutan umum barang kecuali truk dan penumpang wajib uji. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan cara revaluasi yaitu dengan mengalikan jumlah armada/kendaraan yang beroperasi dengan rata-rata output per armada

ita rk

pada tahun dasar 2000.

 Sub Lapangan Usaha Jasa Penunjang Angkutan Jenis kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang bersifat

bl

menunjang dan memperlancar usaha pengangkutan meliputi pelayanan terminal

dan

parkir,

keagenan,

ekspedisi,

bongkar

muat,

://

jasa

pergudangan, jalan tol, dan sejenisnya. Penghitungan nilai tambah bruto

tp

atas dasar harga berlaku menggunakan metode produksi, sedangkan

ht

nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi dengan deflatornya adalah IHK kelompok sarana dan penunjang

transport Kota Blitar.


32


 Komunikasi Sub lapangan usaha ini terdiri atas tiga kegiatan utama yaitu Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan jasa penunjang komunikasi. a. Pos dan Giro Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti sebagainya. Sumber data :

ps .g o.

id

pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan, dan

Kantor Pos dan Giro Kota Blitar Metode Penghitungan :

ot a. b

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data pendapatan yang diperoleh dari Kantor Pos dan Giro Blitar. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi dengan IHK kelompok

ita rk

komunikasi dan pengiriman Kota Blitar sebagai deflatornya. b. Telekomunikasi

Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian

bl

hubungan telepon, telegram, faksimili, dan teleks.

ht

tp

://

Sumber data : Kantor Telkom Cabang Kota Blitar

Metode Penghitungan : Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan

data

yang

bersumber

dari

Kantor

Cabang

Telekomunikasi Blitar. Adapun nilai tambah atas dasar harga konstan dihitung berdasarkan metode deflasi dengan deflatornya adalah IHK kelompok komunikasi dan pengiriman Kota Blitar.


33


c. Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan ini mencakup jasa yang menunjang kegiatan pos dan giro dan telekomunikasi yang belum tercakup di atas antara lain penjualan benda pos dan usaha telekomunikasi yang dilakukan oleh

Sumber data :

Metode Penghitungan : Penghitungan

nilai

ps .g o.

Kantor Telkom Cabang Kota Blitar

id

perorangan/badan usaha tertentu lainnya (wartel).

tambah

atas

dasar

harga

berlaku

menggunakan metode produksi yaitu wartel dan kios pon sebagai indikator produksi. Untuk nilai tambah bruto atas dasar harga

ot a. b

konstan, metode penghitungannya sama seperti pada sub lapangan usaha telekomunikasi.

4.1.8. Lapangan usaha Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

ita rk

Lapangan usaha ini meliputi sub lapangan usaha bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan.

bl

 Bank

Angka nilai tambah bruto sub lapangan usaha Bank atas dasar

://

harga berlaku dan harga konstan 2000 diperoleh berdasarkan alokasi

tp

dari BPS Propinsi Jawa Timur yang bersumber dari laporan Bank

ht

Indonesia Pusat. Dalam PDRB seri terbaru ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan pinjaman dari luar negeri karena hal tersebut merupakan kebijaksanaan moneter yang bukan merupakan kegiatan komersial perbankan.


34


 Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi, Lembaga Pembiayaan (pembiayaan konsumen, modal ventura, dan lain-lain), dan sebagainya. Sumber data :


ps .g o.

Perusahaan Asuransi dan hasil SKPR.

id

Data Sekunder dari Kantor Pegadaian Cabang Kota Blitar,

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui cara pendekatan pendapatan. Output diperoleh dari SHU untuk kegiatan koperasi, bunga yang diperoleh dari penjumlahan pelunasan uang

ot a. b

pinjaman, lelang uang pinjaman, dan sisa uang pinjaman dikurangi kredit uang pinjaman merupakan output dari kegiatan pegadaian, sedangkan pengurangan antara besarnya premi dengan klaim asuransi merupakan output dari kegiatan asuransi yang datanya diperoleh dari

ita rk

hasil survei oleh BPS Kota Blitar. Adapun Rasio nilai tambah diperoleh dari hasil SKPR.

Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000

bl

dihitung dengan cara deflasi dengan deflator IHK kelompok umum Kota

://

Blitar.

ht

tp

 Sewa Bangunan Lapangan usaha ini mencakup semua kegiatan jasa atas

penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumahtangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa.

Metode Penghitungan : Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan produksi, output didapat dari pengeluaran konsumsi rumahtangga khususnya pengeluaran untuk sewa rumah dan rasio nilai Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB IV

35


tambah dari hasil SKPR. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dilakukan menggunakan metode revaluasi.  Jasa Perusahaan Sub lapangan usaha ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, persewaan alat-alat pesta, dan sebagainya.

ps .g o.

Sumber data :

id

biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan, fotokopi, jasa

Data sekunder yang dilakukan BPS Kota Blitar. Untuk indikator harga dan rasio nilai tambah, didapat dari hasil SKPR. Metode Penghitungan :

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada

ot a. b

metode pendekatan produksi. Output merupakan perkalian dari jumlah usaha masing masing jenis jasa perusahaan sebagai indikator produksi dengan rata-rata output per indikator sebagai indikator harga. Indikator produksi diperoleh dari pengumpulan data sekunder yang dilakukan

ita rk

BPS Kota Blitar.

Perkiraan

nilai

tambah

atas

dasar

harga

konstan

2000

menggunakan metode deflasi dengan deflatornya adalah Indeks Harga

bl

Konsumen kelompok jasa-Jasa Kota Blitar.

://

4.1.9. Lapangan usaha Jasa-Jasa

tp

Lapangan usaha ini dibagi menjadi dua sub lapangan usaha yaitu,

sub lapangan usaha jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Sub

ht

lapangan usaha jasa pemerintahan umum meliputi jasa pemerintahan, administrasi pemerintahan, dan pertahanan keamanan. Sub lapangan usaha jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan, dan jasa perorangan rumah tangga.

 Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto sub lapangan usaha jasa pemerintahan umum terdiri dari jumlah upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB IV

36


daerah, perkiraan komponen upah dari belanja pembangunan ditambah dengan perkiraan penyusutan sebesar 5 persen dari total gaji yang telah dihitung. Sumber data : Data yang dipakai didasarkan pada realisasi pengeluaran

id

pemerintah pusat yang diperoleh dari dinas instansi vertikal yang berada di Kota Blitar. Untuk data pemerintah kota/kabupaten dan pemerintah

ps .g o.

desa/kelurahan, diperoleh dari hasil survei keuangan pemerintah kota/kabupaten dengan blangko K2 dan survei keuangan pemerintah desa/kelurahan

dengan

blangko

K3.

Adapun

untuk

pertahanan

keamanan, diperoleh dengan menggunakan metode alokasi yang datanya bersumber dari BPS Propinsi Jawa Timur.

ot a. b


Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri

ita rk

sipil.

 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Sub lapangan usaha ini mencakup jasa pendidikan, jasa

kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian,

bl

jasa palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan

://

anak cacat, dan rumah ibadah. Kegiatan-kegiatan jasa sosial dan

tp

kemasyarakatan hanya terbatas yang dikelola diluar pemerintah.

ht

Adapun kegiatan sejenis yang dikelola pemerintah termasuk dalam lapangan usaha pemerintahan. Penghitungannya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jasa Pendidikan Sumber data : Dinas Pendidikan Daerah Kota Blitar dan IHK pendidikan.


37


Metode Penghitungan : Perkirakan output lapangan usaha ini adalah perkalian antara murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan dengan biaya pendidikan selama satu tahun untuk masing–masing jenjang pendidikan. Adapun Rasio nilai tambah didapat dari hasil SKPR.

id

Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung Blitar sebagai deflatornya. b. Jasa Kesehatan Sumber data :

ps .g o.

menggunakan metode deflasi dengan IHK kelompok pendidikan Kota

Dinas Kesehatan Daerah Kota Blitar dan data IHK kesehatan.

ot a. b


Sub lapangan usaha jasa kesehatan mencakup jasa rumah sakit swasta, rumah bersalin, dokter praktek, dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh swasta. Perkiraan output untuk masing-

ita rk

masing kegiatan didasarkan pada hasil perkalian antara rata-rata output per indikator dengan indikator produksinya. Indikator produksi untuk kegiatan rumah sakit umum dan rumah sakit bersalin

bl

menggunakan indikator jumlah pasien rawat inap, untuk komoditi lainnya menggunakan indikator perusahaan. Baik indikator produksi

ht

tp

://

maupun indikator harga, diperoleh dari pengumpulan data sekunder setiap tahun oleh BPS Kota Blitar sedangkan rasio nilai tambah didapat dari hasil SKPR. Perkiraan penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi dengan deflatornya adalah IHK kelompok kesehatan Kota Blitar.

c. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Lainnya Sumber data : Dinas Kesejahteraan Sosial dan Tenaga Kerja Daerah Kota Blitar, Depag dan data IHK jasa-jasa. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB IV

38


Metode Penghitungan : Nilai

tambah

bruto

(output)

diperoleh

dengan

cara

mengalikan jumlah anak yang diasuh dengan rata-rata output. Data jumlah anak asuh diperoleh dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Daerah Kota Blitar. Demikian pula untuk rumah ibadah, data rata-

id

rata input rumah ibadah dikalikan dengan jumlah tempat ibadah di Kota Blitar. Rasio Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 Blitar sebagai deflatornya.  Jasa Hiburan dan Kebudayaan Sumber data : dari

Dinas

Pengelolaan

ot a. b

Data

ps .g o.

diperoleh dengan cara deflasi dengan IHK kelompok jasa-jasa Kota

Keuangan

Daerah

Kota Blitar dan data sekunder BPS Kota Blitar. Metode Penghitungan :

Sub lapangan usaha ini mencakup jasa bioskop, panggung

ita rk

hiburan kesenian, radio swasta, rumah bilyar, dan sebagainya. Output rumah bilyar merupakan perkalian antara jumlah meja bilyar dengan rata-rata output per meja bilyar yang diperoleh dari survei yang dilakukan setiap tahun oleh BPS Kota Blitar, sedangkan untuk output

bl

dari panggung kesenian serta tontonan lainnya diperoleh dengan

://

membagi realisasi pajak tontonan dari Dinas Pengelolaan Keuangan

tp

Daerah Kota Blitar dengan persentase ketentuan penarikan pajak,

ht

sedangkan untuk radio swasta output diperoleh dari perkalian antara

banyaknya perusahaan radio swasta di Kota Blitar dengan rata-rata output per perusahaan yang diperoleh dari SKPR. Karena di Kota Blitar tidak ada bioskop yang beroperasi maka tidak didapatkan output untuk bioskop. Perkiraan rasio biaya antara yang merupakan faktor pengurang untuk mendapat nilai tambah bruto didapat dari hasil SKPR.


39


Nilai

tambah

atas

dasar

harga

konstan

2000

dihitung

menggunakan cara deflasi dengan deflator IHK kelompok rekreasi dan olahraga Kota Blitar.  Jasa Perorangan dan Rumahtangga Sumber data :

id

Hasil sementara SE06, data hasil SKPR dan data IHK jasa-jasa.

ps .g o.


Sub lapangan usaha ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa pembantu rumah tangga, dan jasa perorangan lainnya. Nilai output diperkirakan dengan banyaknya pengusaha dengan rata-rata output hasil SE06.

ot a. b

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 berdasarkan metode deflasi dengan deflator IHK kelompok jasa-jasa Kota Blitar. 4.2. Klasifikasi Sektor

ita rk

Dalam analisa lebih lanjut, kesembilan lapangan usaha dalam PDRB dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok besar yang masing-masing disebut dengan sektor. Pembedaan sektor-sektor ini berguna untuk melihat lebih jauh

bl

arah perkembangan perekonomian suatu daerah, apakah cenderung ke arah

://

pembangunan perkotaan ataukah masih memiliki ciri-ciri daerah pedesaan. Ketiga kelompok besar tersebut adalah:

tp

1. Sektor Primer

ht

Yang termasuk ke dalam sektor primer adalah :

-

Lapangan usaha Pertanian

-

Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian

2. Sektor Sekunder Yang termasuk ke dalam sektor sekunder adalah : -

Lapangan usaha Industri Pengolahan

-

Lapangan usaha Listrik, Gas dan Air Bersih

-

Lapangan usaha Bangunan Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB IV

40


3. Sektor Tersier Yang termasuk ke dalam sektor tersier adalah : Lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran

-

Lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi

-

Lapangan usaha Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

-

Lapangan usaha Jasa-jasa

ht

tp

://

bl

ita rk

ot a. b

ps .g o.

id

-


41

.id

s. go

a. bp

ot

rk

ita

bl

://

tp

ht

Tinjauan Ekonomi Kota Blitar Th. 2013

BAB V TINJAUAN EKONOMI KOTA BLITAR TAHUN 2013 Faktor melemahnya nilai tukar rupiah, inflasi yang terus naik dan semakin tergerusnya cadangan devisa akibat capital outflow serta besarnya utang luar negeri

id

swasta jangka pendek yang jatuh tempo selama tahun 2013, membawa perekonomian

ps .g o.

Indonesia berada pada situasi yang kurang menguntungkan. Hal ini berdampak pada kinerja ekonomi Indonesia tahun 2013 yang sedikit melemah dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,78 persen, sedangkan pada tahun lalu Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar

ot a. b

6,23 persen. Melalui APBN-P, pemerintah telah merevisi target pertumbuhan ekonominya dari 6,3 persen menjadi 5,9 persen dan target inipun ternyata tidak dapat dicapai. Namun demikian, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 menurut

ita rk

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo masih tergolong tinggi ditengah situasi global saat ini bahkan nomor terbaik kedua di dunia. Pemerintah Propinsi Jawa Timur

bl

bisa sedikit berbangga karena dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Jawa

://

Timur selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun ini tercatat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mencapai 6,55 persen, jauh diatas pertumbuhan

tp

ekonomi nasional. Hal ini tidak mengherankan karena Jawa Timur merupakan salah

ht

satu provinsi di Indonesia yang memiliki posisi geografis yang strategis bagi perkembangan perekonomian, khususnya sebagai pintu gerbang perdagangan antar pulau dan antar daerah. Capaian positif ini terjadi merata diseluruh wilayah Jawa Timur, demikian juga Kota Blitar. Pertumbuhan ekonomi Kota Blitar tahun 2013 sebesar 6,57 persen, sedikit lebih rendah dibanding tahun 2012 yang mencapai 6,78 persen.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

43


5.1 Tinjauan Umum PDRB adhb dan PDRB adhk

PDRB Kota Blitar dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Total nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktifitas ekonomi di Kota Blitar sepanjang

id

tahun 2013 mencapai Rp. 2,9 triliun, naik 13,16 persen bila dibandingkan dengan

ps .g o.

keadaan yang sama tahun sebelumnya. Namun jika dinilai berdasarkan harga konstan tahun 2000, total nilai tambah pada tahun ini sebesar 1,2 triliun, hanya naik sebesar 6,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Turunnya total nilai tambah ini dikarenakan sudah tidak ada faktor perubahan harga didalamnya. Angka inilah

ot a. b

yang menunjukkan peningkatan kesejahteraan secara riil. Dengan kata lain perekonomian Kota Blitar sepanjang tahun 2013 tumbuh sebesar 6,57 persen, sedikit diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

ita rk

Grafik 5.1

ht

tp

://

bl

PDRB Kota Blitar adh berlaku dan adh konstan Tahun 2009-2013 (Miliar Rp)


44


Tabel 5.1 PDRB Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Tahun 2009-2013 (000 Rp) 2009

2010

2011*)

2012**)

2013**)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1.799.997.684

2.030.580.244

2.273.414.334

2.563.267.298

2.900.623.108

a. Primer

144.203.278

156.759.225

170.384.606

b. Sekunder

325.009.665

368.029.616

406.307.056

1.330.784.741

1.505.791.404

927.579.411

PDRB adhb

id

Sektor/Lapangan Usaha

186.686.529

461.407.866

520.831.244

1.696.722.671

1.923.563.170

2.193.105.335

986.211.845

1.051.197.104

1.122.463.449

1.196.230.205

65.588.874

68.767.750

71.990.450

70.740.268

71.593.459

b. Sekunder

162.517.476

170.549.760

179.592.181

193.842.536

206.572.311

c. Tersier

699.473.061

746.894.335

799.614.474

857.880.644

918.064.434

PDRB adhk a. Primer

Keterangan: *) Angka diperbaiki **) Angka sementara

ot a. b

c. Tersier

ps .g o.

175.296.262

ita rk

Sektor tersier merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian Kota Blitar. Sektor tersier meliputi lapangan usaha perdagangan, hotel dan

bl

restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

://

serta jasa-jasa. Hal ini terlihat dari Rp. 2,90 triliun nilai tambah Kota Blitar, nominal nilai tambah bruto dari sektor tersier mencapai Rp. 2,19 triliun atau kontribusinya

tp

mencapai 75,61 persen dari total perekonomian Kota Blitar. Artinya, ketika roda

ht

ekonomi di sektor tersier bergerak cepat maka bisa dipastikan perekonomian Kota Blitar akan tumbuh signifikan. Posisi kedua ditempati sektor sekunder dengan nominal nilai tambah bruto sebesar Rp. 520 milyar atau hanya sekitar 17,96 persen. Kontribusi Nilai tambah sektor primer jauh lebih kecil lagi yaitu hanya mencapai Rp. 186 milyar atau 6,43 persen. Jika dilihat pada PDRB atas dasar


45


harga konstan, dominasi sektor tersier bahkan lebih tinggi yaitu mencapai 76,75 persen. Kecenderungan dominasi sektor tersier dari tahun ke tahun semakin kuat. 5.2 Struktur Ekonomi

id

Struktur ekonomi suatu daerah diperlukan untuk melihat ciri khas ekonomi,

ps .g o.

potensi daerah, hasil pembangunan ataupun perubahan akibat kebijakan publik dari pemerintah daerah. Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku. Dari persentase sumbangan masing-masing sektor akan terlihat struktur ekonomi suatu daerah sehingga bisa diketahui seberapa besar

ot a. b

kontribusi masing-masing sektor dalam menciptakan nilai tambah daerah tersebut. Semakin besar kontribusi suatu sektor terhadap PDRB, semakin besar pula

ita rk

pengaruh sektor tersebut dalam mewarnai perekonomian daerah. 5.2.1 Menurut Sektor

Transformasi struktural telah terjadi di Kota Blitar yaitu proses

bl

perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri,

://

perdagangan dan jasa. Pola ekonomi yang dibangun di Kota Blitar adalah pola

tp

pembangunan ekonomi kota, dimana sektor tersier dan sekunder berperan

ht

paling besar didalamnya. Ketika pola ekonomi sudah seperti ini tidak akan mudah merubahnya kembali ke pola ekonomi pedesaan yang berbasis pada sektor primer karena ketergantungannya yang sangat besar terhadap sumber daya alam. Kota blitar yang memiliki luas 32,58 km2, wilayahnya sudah jenuh dengan pemukiman dan perkantoran. Bahkan tingkat kepadatan penduduknya sudah mencapai 4.500 jiwa/km2 atau sekitar 4 orang/m2. Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

46


dari Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar, lahan sawah yang tersisa tinggal 1.119 Ha. Dengan fakta yang demikian, sulit bagi sektor primer untuk terus berkembang dan menambah kontribusinya dalam pembentukan nilai tambah Kota Blitar. Tahun ini kontribusi sektor tersier kembali naik dari 75,16 persen

id

menjadi 75,61 persen dan diurutan kedua adalah sektor sekunder dengan

ps .g o.

kontribusi sebesar 17,96 persen, sedikit berkurang dibandingkan tahun lalu yang sebesar 18,00 persen. Sedangkan untuk sektor primer kontribusinya kembali turun dari 6,84 persen menjadi 6,43 persen.

ot a. b

Tabel 5.2

Struktur Ekonomi Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan (%) Tahun 2009-2013 Berlaku

2010

2011

(2) 8,01 7,99

(3) 7,72 7,70

(4) 7,49 7,48

(5) 6,84 6,83

2013**)

(6) 6,43 6,42

Konstan

2009

2010

2011

2012*)

2013**)

(7) 7,07 7,05

(8) 6,97 6,96

(9) 6,85 6,84

( 10 ) 6,30 6,29

( 11 ) 5,98 5,97

0,02

0,02

0,02

0,01

0,01

0,02

0,02

0,01

0,01

0,01

18,12 11,48 1,42 5,22 74,16

17,87 11,30 1,37 5,20 74,63

18,00 11,48 1,28 5,24 75,16

17,96 11,39 1,21 5,36 75,61

17,52 11,55 1,60 4,37 75,41

17,29 11,22 1,58 4,49 75,73

17,08 11,05 1,55 4,48 76,07

17,27 11,28 1,51 4,48 76,43

17,27 11,30 1,48 4,49 76,75

29,55

30,65

31,40

31,79

32,28

29,93

30,61

31,21

31,78

32,32

11,32

11,10

11,14

11,04

10,96

13,36

13,30

13,44

13,41

13,36

12,09

12,15

12,24

12,57

12,79

11,06

10,99

11,03

11,16

11,26

20,97

20,26

19,86

19,75

19,57

21,06

20,83

20,38

20,08

19,81

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

://

tp

ht Kota Blitar

2012*)

18,06 11,77 1,40 4,89 73,93

bl

(1) 1. Primer a. Pertanian b. Pertambangan dan Penggalian 2. Sekunder a. Industri Pengolahan b. Listrik, Gas, dan Air c. Bangunan 3. Sektor Tersier a. Perdagangan, Hotel, dan Restoran b. Angkutan dan Komunikasi c. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan d. Jasa-jasa

2009

ita rk

Sektor / Lapangan Usaha

100.00



47


Sektor tersier yang merupakan pemegang kendali pertumbuhan ekonomi Kota Blitar, lebih didominasi oleh perdagangan, hotel dan restoran. Tahun ini kontribusinya kembali naik menjadi 32,28 persen. Dari 32,28 persen tersebut, sektor perdagangan sendiri menyumbang 28,14 persen. Hal ini wajar

id

karena selain sebagai pusat perdagangan dari dua kota yaitu Kota Blitar dan

ps .g o.

Kabupaten Blitar, Kota Blitar adalah kota wisata sejarah yang sangat terkenal dan hampir tidak pernah sepi dari pengunjung.

Wisatawan yang datang ke Kota Blitar terus meningkat dari tahun ke

ot a. b

tahun. Tahun 2013 jumlah wisatawan meningkat sebesar 23,64 persen atau bertambah sebanyak 156.640 wisatawan. Peluang ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh pemerintah Kota Blitar dengan menambah dan memperbaiki

ita rk

infrastrukturnya. Masyarakat Kota Blitar pun sangat jeli menangkap peluang ini. Jumlah pedagang di sekitar ring wisata perpustakaan Bung Karno, Makam Bung Karno dan Istana Gebang semakin bertambah banyak seiring dengan

bl

meningkatnya jumlah wisatawan. Jika dari 819.239 pengunjung tersebut

://

diasumsikan masing-masing membelanjakan uang sebesar Rp. 15.000 saja

tp

maka akan ada minimal Rp. 12 milyar uang berputar disana. Bisa dibayangkan

ht

berapa besar potensi yang dapat dikembangkan dari sektor tersebut. Pemerintah pun sangat pro aktif dalam mempromosikan Kota Blitar ke luar untuk lebih meningkatkan wisatawan, salah satunya dengan menambah paket wisata water park “Sumber Udel”.

Sesuai dengan slogannya APBD Pro

Rakyat, berbagai upaya terus dilakukan guna mengembangkan sektor ini.


48


Selain perdagangan, sektor hotel dan restoran juga berdampak langsung dengan sektor pariwisata. Sektor jasa-jasa juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan yaitu mencapai 19,57 persen, tertinggi ke dua, diikuti oleh sektor keuangan,

id

persewaan dan jasa perusahaan sebesar 12,79 persen. Sedangkan kontribusi

ps .g o.

terendah di sektor tersier adalah kontribusi sektor angkutan dan komunikasi sebesar 10, 96 persen.

Grafik 5.2

ht

tp

://

bl

ita rk

ot a. b

Struktur Ekonomi Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 (Persen)

Ciri-ciri pembangunan ekonomi perkotaan didominasi oleh sektor

tersier dan sektor sekunder, demikian juga untuk Kota Blitar. Namun selisih kontribusi sektor tersier dengan sektor sekunder di Kota Blitar cukup besar, mencapai hampir lima kali lipatnya. Lapangan usaha yang paling dominan di Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

49


sektor sekunder adalah industri pengolahan dengan kontribusinya mencapai 11,39 persen. Jika dicermati lebih jauh, dari Rp. 330 milyar nilai tambah industri pengolahan, 54,37 persen dihasilkan oleh kelompok industri makanan, minuman dan tembakau. Di posisi kedua adalah kelompok industri barang

id

kayu dan hasil hutan lainnya dengan kontribusi sebesar 39,67 persen.

ps .g o.

Sedangkan andil dari tujuh kelompok industri pengolahan lainnya masingmasing tidak lebih dari dua persen. Data dari Dinas Perindustrian juga menunjukkan tren kenaikan jumlah perusahaan industri makanan minuman

ot a. b

dan tembakau.

Dilihat dari skala usahanya, industri pengolahan di kota Blitar lebih banyak digerakkan oleh kelompok industri skala UMKM daripada industri besar

ita rk

sedangnya. Keuntungan perusahaan dengan skala UMKM adalah lebih tahan terhadap badai krisis dibandingkan dengan perusahaan besar, akan tetapi nilai tambah yang diciptakannya jauh lebih kecil. Kemampuan dalam menyerap

bl

tenaga kerja juga jauh lebih sedikit. Padahal sektor industri pengolahan adalah

://

salah satu sektor yang elastisitas tenaga kerjanya cukup besar sehingga

tp

mampu mengurangi pengangguran dan kemiskinan dengan lebih cepat. Oleh

ht

karena itu akan sangat bagus jika pemerintah bisa lebih memacu perekonomian di sektor industri pengolahan khususnya skala besar sedang. Sektor lain yang daya serap tenaga kerjanya juga cukup besar adalah sektor pertanian, akan tetapi keterbatasan lahan menjadi kendala yang sangat vital. Satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan produktivitas di sektor pertanian. Keterbatasan sumber daya alam pula yang menjadi alasan kenapa Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

50


kontribusi sektor primer dari tahun ke tahun semakin menurun. Lima tahun lalu sektor pertanian masih menyumbang 7,87 persen nilai tambah, sekarang kontribusinya tinggal 6,42 persen. Jika ditinjau berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, struktur

id

ekonomi Kota Blitar sedikit berbeda jika dibandingkan dengan struktur ekonomi

ps .g o.

berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, penyumbang nilai tambah bruto untuk sektor tersier yang dominan tetap perdagangan, hotel dan restoran (32,32 persen), sektor jasajasa (19,81 persen) tertinggi kedua, diikuti oleh sektor angkutan dan

ot a. b

komunikasi (13,36 persen). Sedangkan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan justru berada diposisi ke empat.

ita rk

5.2.2 Pergeseran Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh

bl

perubahan kuantum produksi dan perubahan harga biaya produksi. Perubahan

://

kuantum produksi menyebabkan pertumbuhan ekonomi, sedangkan perubahan

tp

harga menyebabkan inflasi atau deflasi. Perubahan dengan kecepatan yang

ht

berbeda-beda tersebut akan mengakibatkan struktur ekonomi juga berubah atau biasa disebut bergeser. Sektor-sektor yang sangat erat berkaitan dengan alam tentu akan berubah lambat. Lapangan usaha pertanian, pertambangan, dan penggalian (sektor primer) adalah lapangan usaha yang sangat bergantung terhadap alam, khususnya lahan. Akibatnya perubahan kuantum produksinya tetap terbatas meskipun berbagai daya dan upaya telah dilakukan sehingga Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

51


perubahan produksinya atau peningkatan yang diharapkan juga terbatas. Sektor-sektor yang sangat erat dengan modal dan skill yaitu sektor sekunder (lapangan usaha industri pengolahan, listrik, gas, dan air, dan bangunan) dan sektor tersier (lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran, jasa-jasa)

id

akan lebih mudah terkonstraksi. Begitu juga dengan fluktuasi biaya produksi

ps .g o.

akan sangat mempengaruhi perubahan struktur ekonomi. Jika biaya produksi suatu sektor terjadi kenaikan secara cepat, maka sektor tersebut juga akan bergerak turun dalam struktur ekonomi karena nilai tambah yang didapat semakin berkurang. Jika perubahan biaya produksi berubah lambat, maka

ot a. b

sektor tersebut akan bergerak naik dalam struktur ekonomi.

Kecenderungan pergeseran struktur ekonomi bergerak dari sektor primer Ketergantungan sektor primer terhadap

ita rk

ke sektor sekunder dan tersier.

kekayaan sumber daya alam mengakibatkan kemajuan sektor primer sangat tergantung kepada seberapa besar inovasi dan teknologi yang dikembangkan

bl

dalam mengelola sektor ini. Terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

://

Blitar dalam membatasi mutasi lahan sawah menjadi pemukiman atau perkantoran sangat tepat untuk menjaga sektor pertanian di Kota Blitar tetap

tp

eksis. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya,

ht

Kota Blitar tidak bergantung sepenuhnya kepada pasokan dari daerah lain. Selain itu jika mutasi lahan sawah tidak dikendalikan, maka lahan sawah di Kota Blitar dalam jangka panjang akan habis. Jika resiko ini tidak mau diambil, maka mulai dari sekarang diperlukan penanganan lebih serius agar potensi pertanian tidak semakin tergerus oleh sektor-sektor lain. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kota Blitar, mutasi lahan sawah menjadi bukan sawah sepanjang Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

52


tahun ini lebih terkendali dibandingkan tahun lalu. Jika tahun lalu lahan sawah mengalami penurunan mencapai 6 Ha, tahun ini lahan sawah tidak mengalami perubahan.

id

Grafik 5.3

bl

ita rk

ot a. b

ps .g o.

Pergeseran Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Tahun 2009-2013

://

Menurunnya kontribusi sektor primer diikuti dengan meningkatnya

tp

kontribusi sektor tersier. Range yang sangat jauh antara kontribusi sektor tersier kontribusi

sektor

sekunder

maupun

primer,

menjadikan

kecil

ht

dengan

kemungkinan untuk merubah peta ekonomi Kota Blitar. Pergeseran yang terjadi hanyalah sebatas pada besaran peranannya yang naik atau turun. Jika dibedakan atas kelompok jasa dan non jasa, kontribusi kelompok

jasa (sektor tersier) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kontribusi


53


kelompok jasa tahun lalu sebesar 75,16 persen, sedangkan tahun ini kontribusinya meningkat menjadi 75,61 persen. Seperti kita ketahui bahwa kelompok jasa merupakan sektor unggulan di Kota Blitar.

://

bl

ita rk

ot a. b

ps .g o.

Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan Kelompok Jasa dan Non Jasa Tahun 2009 - 2013

id

Grafik 5.4

ht

tp

5.3 Pertumbuhan Ekonomi Salah

satu

indikator

ekonomi

yang

sangat

ditunggu

dan

selalu

dipertanyakan adalah laju pertumbuhan ekonomi. Melalui pertumbuhan ekonomi

dapat dinilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fiscal yang terjadi di suatu daerah, seperti pertambahan jumlah industri, Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

54


pertambahan produksi sektor-sektor ekonomi, pertambahan jumlah fasilitas infrastruktur (sekolah, jalan, rumah sakit, dan fasilitas-fasilitas umum), pertambahan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang sudah ada dan perkembanganperkembangan lainnya.

id

Sektor perdagangan, hotel dan restoran masih tetap memberikan andil

ps .g o.

terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Kota Blitar. Dari 6,57 persen pertumbuhan ekonomi tahun ini, sebesar 2,66 persen berasal dari sektor ini. Diurutan berikutnya sektor jasa-jasa yang menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 1,03 persen,

ot a. b

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menyumbang 0,84 persen, sektor angkutan dan komunikasi menyumbang 0,83 persen, sektor industri pengolahan menyumbang 0,76 persen serta 0,44 persen sisanya berasal dari

ita rk

empat sektor yang lain. Tahun ini sektor pertanian memberikan laju pertumbuhan yang positif, sebesar 1,21 persen. Terobosan pemerintah Kota Blitar dalam membatasi mutasi lahan sawah berdampak pada meningkatnya produksi tanaman

bl

bahan makanan.

://

Karena share sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam menopang

tp

pertumbuhan ekonomi Kota Blitar adalah yang terbesar maka sedikit saja terjadi

ht

sentimen negatif terhadap sektor ini maka besar dampaknya bagi kestabilan ekonomi Kota Blitar. Sektor perdagangan erat kaitannya dengan daya beli masyarakat. Semakin tinggi daya beli masyarakatnya semakin besarlah nilai tambah sektor perdagangan dan sebaliknya. Oleh karena itu untuk menjaga dan meningkatkan kestabilan iklim ekonomi di Kota Blitar, sudah seharusnya jika semua kebijakan ekonomi yang diambil dapat menopang untuk tetap tumbuh kembangnya Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

55


seluruh aktifitas ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran, tanpa mengesampingkan peran dan arti ke delapan sektor lainnya sebagai satu kesatuan ekonomi. Perlu juga dipertimbangkan agar kemampuan daya beli masyarakat Kota Blitar yang semakin membaik tidak justru lari ke luar daerah akibat tidak

id

terpenuhinya kebutuhan mereka di daerah sendiri. Akan jauh lebih menguntungkan

ps .g o.

jika pusat-pusat perbelanjaan di Kota Blitar bisa menjadi magnet bagi masyarakat dalam kota maupun luar kota untuk belanja di Kota Blitar.

Tabel 5.3

Lapangan Usaha

Kontribusi PDRB adhk (%) 2011 2012 6,84 6,29 0,01 0,01 11,05 11,28 1,55 1,51 4,48 4,48 31,21 31,78 13,44 13,41

Pertumbuhan Ekonomi (%) 2012 2013 -1,72 1,21 -10,12 -3,52 8,96 6,78 3,94 4,23 6,79 6,83 8,72 8,37 6,51 6,18

Andil / Shift Share (%) 2012 2013 -0,12 0,08 0,00 0,00 0,99 0,76 0,06 0,06 0,30 0,31 2,72 2,66 0,87 0,83

11,03

11,16

7,98

7,52

0,88

0,84

20,38 100,00

20,08 100,00

5,23 6,78

5,15 6,57

1,07 6,78

1,03 6,57

ht

tp

://

bl

ita rk

1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa- Jasa

ot a. b

Andil / Shift Share masing-masing Sektor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Tahun 2013

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil bisa menjadi tolok ukur

keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan misi pembangunannya, namun perlu dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu mencerminkan kondisi riil perekonomian suatu daerah. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tinggi, tetapi masyarakat daerah tersebut tidak ikut menikmatinya Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

56


karena sebagian pendapatan dinikmati penduduk daerah lain. Idealnya adalah ketika

kenaikan

pertumbuhan

ekonomi

diikuti

dengan

kenaikan

tingkat

kesejahteraan masyarakat, antara lain ditandai dengan menurunnya angka kemiskinan dan angka pengangguran. Pertumbuhan ekonomi seperti ini disebut

id

dengan pertumbuhan ekonomi berkualitas.

ps .g o.

Pertumbuhan ekonomi Kota Blitar pada tahun 2013 mencapai 6,57 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini jangan disalah artikan sebagai kemunduran dari pembangunan. Perekonomian Kota Blitar

ot a. b

tetap tumbuh dan berkembang akan tetapi pertumbuhannya sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Perlambatan ini terjadi hampir disemua sektor kecuali sektor pertanian, listrik gas dan air dan bangunan.

ita rk

Sektor yang mengalami laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor yang paling dominan di Kota Blitar yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tahun

bl

ini pertumbuhannya mencapai 8,37 persen. Salah satu pemicunya adalah

://

meningkatnya wisatawan yang berkunjung ke makam Bung Karno, yang

tp

dimanfaatkan dengan jeli oleh pedagang di sekitar ring wisata makam dan

ht

Perpustakaan Bung Karno. Data dari Dinas Informasi, Komunikasi dan Pariwisata Daerah menunjukkan kenaikan jumlah pengunjung makam Proklamator sebesar 24,64 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini didukung oleh survei perhotelan yang dilakukan oleh BPS yang menunjukkan peningkatan jumlah tamu yang menginap di perusahaan jasa akomodasi sebesar 16,69 persen pada tahun yang sama. Karena sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki share paling Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

57


tinggi, maka kenaikan pertumbuhannya menjadi pendongkrak laju pertumbuhan ekonomi keseluruhan.

Grafik 5.5

://

bl

ita rk

ot a. b

ps .g o.

id

Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Tahun 2009-2013 (Persen)

tp

Dilihat dari laju pertumbuhan masing-masing sektor diketahui bahwa laju

ht

pertumbuhan ekonomi Kota Blitar lebih didorong oleh sektor non-tradeable, sektor yang kebanyakan hanya bisa dijangkau oleh masyarakat menengah keatas yang tentunya lebih banyak bermukim di kota. Pertumbuhan semacam ini adalah pertumbuhan yang berorientasi pada pembangunan ekonomi kota.


58


Berdasarkan simulasi

yang

dilakukan oleh P2E-LIPI

menunjukkan

kemampuan sektor non-tradeable dalam menekan proporsi kemiskinan jauh lebih kecil dibandingkan dengan sektor tradeable (industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, pertanian), karena elastisitas penyerapan tenaga kerjanya lebih

id

rendah dibandingkan sektor tradeable. Dengan demikian agar pembangunan tidak

ps .g o.

hanya pro growth tetapi juga pro poor dan pro job, orientasi pembangunan hendaknya lebih menyentuh sektor tradeable tanpa mengesampingkan sektorsektor lainnya.

ot a. b

Tabel 5.4

Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Menurut Sektor dan Lapangan UsahaTahun 2009 - 2013 Sektor/Lapangan Usaha

ita rk

(1) Primer a. Pertanian b. Pertambangan dan penggalian 2. Sekunder a. Industri pengolahan b. Listrik, gas, dan air c. Bangunan 3. Tersier a. Perdagangan, hotel, dan restoran b. Angkutan dan komunikasi c. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan d. Jasa-jasa Kota Blitar Keterangan: *) Angka diperbaiki **) Angka sementara

ht

tp

://

bl

1.

2009

2010

2011

2012*)

2013**)

(2) 5,12 5,15 -3,27 6,63 5,00 6,62 11,19 6,21 8,46 5,30 4,51 4,59 6,21

(3) 4,85 4,87 -2,67 4,94 3,34 5,08 9,13 6,78 8,74 5,83 5,66 5,18 6,32

(4) 4,69 4,75 -19,92 5,30 4,98 4,78 6,28 7,06 8,68 7,77 7,00 4,25 6,59

(5) -1,74 -1,72 -10,12 7,93 8,96 3,94 6,79 7,29 8,72 6,51 7,98 5,23 6,78

(6) 1,20 1,21 -3,52 6,57 6,78 4,23 6,83 7,02 8,37 6,18 7,52 5,15 6,57


59


 Sektor Primer Mutasi lahan sawah yang terkendali pada tahun ini berpengaruh pada laju pertumbuhan sektor primer. Pada tahun 2013, Laju pertumbuhan sektor primer naik cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Jika tahun 2012

id

laju pertumbuhan sektor primer negatif 1,74 persen, maka pada tahun ini

ps .g o.

mampu mencapai level 1,20 persen. Melejitnya pertumbuhan pada sektor primer lebih dipicu oleh kenaikan laju pertumbuhan pada lapangan usaha tanaman bahan makanan. Produksi tanaman bahan makanan yang tahun lalu

ot a. b

cenderung menurun, pada tahun ini produksinya mengalami peningkatan. Produksi jagung untuk tahun ini mengalami kenaikan sekitar 48,07 persen, sehingga merupakan komoditas dengan share tertinggi di subsektor tabama

ita rk

mengalahkan share produksi padi. Demikian juga untuk tanaman kacang panjang dan bayam yang pada tahun lalu mengalami pertumbuhan negatif, untuk tahun ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Sayangnya

bl

share kacang panjang dan bayam terhadap pertumbuhan ekonomi di subsektor

://

tabama tidak cukup besar.

Komoditas hortikultura yang produksinya juga

tp

mengalami kenaikan yang cukup signifikan adalah durian dan jambu biji.

ht

Produksi belimbing dan rambutan yang merupakan salah satu produk unggulan di Kota Blitar, produksinya pada tahun ini juga mengalami kenaikan. Subsektor peternakan dan perikanan juga mengalami pertumbuhan positif meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya. Tahun ini subsektor peternakan mampu tumbuh 0,79 persen. Data dari Dinas Pertanian Daerah


60


menunjukkan populasi ternak dari seluruh jenis ternak yang biasa diusahakan oleh masyarakat Kota Blitar mengalami penurunan kecuali kambing dan domba. Populasi ayam petelur tahun ini mengalami penurunan, sehingga produksi telur pun turun sebesar 1,87 persen. dengan

sektor

pertanian,

sektor

pertambangan

id

Berbeda

dan

ps .g o.

penggalian kembali mengalami pertumbuhan negatif 3,52 persen. Tidak ada yang bisa diharapkan dari sektor ini. Selain keterbatasan sumber daya alam, larangan penggalian pasir oleh pemerintah juga menjadi faktor melemahnya

 Sektor Sekunder

ot a. b

sektor ini.

Pertumbuhan ekonomi sektor sekunder pada tahun ini mengalami

ita rk

penurunan setelah sempat naik cukup signifikan pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan sektor sekunder tahun ini sebesar 6,57 persen. Jika dicermati,

bl

pertumbuhan ekonomi untuk masing-masing sektor dalam sektor sekunder

://

cukup berfluktuatif. Sektor industri pengolahan yang memiliki share terbesar

tp

dalam sektor sekunder pada tahun ini tumbuh 6,78 persen, sedangkan tahun

ht

lalu mencapai 8,96 persen. Berdasarkan catatan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Blitar, total investasi di sektor industri pada tahun ini sebesar Rp. 19,5 milyar. Tahun lalu investasi bisa naik sampai hampir

mencapai Rp. 1 milyar, untuk tahun ini investasi hanya naik Rp. 293 juta. Nilai produksinya juga hanya mengalami peningkatan sebesar 0,53 persen.


61


Jika sektor industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, sektor listrik, gas dan air bersih justru sebaliknya. Dibandingkan tahun lalu, listrik, gas dan air bersih tumbuh lebih cepat yaitu dari 3,94 persen menjadi 4,23 persen. Percepatan ini lebih dipicu oleh kenaikan konsumsi listrik

id

yang mencapai 14,47 persen, padahal dua tahun sebelumnya kenaikan

ps .g o.

konsumsi listrik tidak lebih dari 1 persen. Peningkatan konsumsi listrik ini seiring dengan penambahan jumlah penduduk dan jumlah usaha. Subsektor Air bersih tahun ini mengalami pertumbuhan positif meskipun hanya 0,25 persen. Produksi air bersih pada tahun ini meningkat 3,65 persen dibandingkan

ot a. b

tahun lalu yang produksinya cenderung selalu menurun. Pertumbuhan air bersih kurang begitu signifikan karena penduduk Kota Blitar lebih memilih memanfaatkan air tanah dibandingkan dengan mengkonsumsi air PDAM.

ita rk

Alasannya adalah kualitas air tanah lebih bagus dibandingkan dengan kualitas air PDAM. Padahal dengan semakin padatnya pemukiman, jarak antar sumur

bl

warga sudah tidak lagi memenuhi jarak minimal yang disyaratkan agar air

://

sumur tetap sehat untuk dikonsumsi. Pemanfaatan air tanah secara berlebihan

tp

juga akan membawa dampak negatif buat alam. Apalagi lahan hijau juga semakin berkurang sehingga serapan air hujan juga semakin berkurang.

ht

Pengambilan air tanah secara terus menerus tanpa ada proses serapan akan menyebabkan air tanah semakin habis. Hal ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah agar masyarakat tidak berlebihan dalam memanfaatkan air tanah dan bersedia memanfaatkan air PDAM sehingga kelestarian air tanah bisa tetap terjaga. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

62


Selain sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan juga mengalami percepatan pertumbuhan. Tahun ini pertumbuhannya mencapai 6,83 persen. Selain pembangunan infrastruktur oleh pemerintah, pemicu pertumbuhan di sektor bangunan adalah maraknya pembangunan rumah

id

tinggal maupun ruko di sudut-sudut Kota Blitar. Geliat perdagangan di Kota

ps .g o.

Blitar telah menarik para investor untuk menanamkan modalnya di bidang properti.  Sektor Tersier

ot a. b

Pertumbuhan ekonomi sektor tersier yang merupakan lokomotif ekonomi Kota Blitar kali ini terkontraksi sebesar 7,02 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan leading sektor tumbuh 8,37

ita rk

persen, sedikit melambat dibandingkan tahun lalu. Tingginya inflasi sepanjang tahun 2013 sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Berbagai terobosan telah ditempuh untuk terus menghidupkan perekonomian Kota Blitar.

bl

Dibidang perdagangan, pemerintah terus berupaya untuk melindungi pedagang

://

kecil dari pedagang-pedagang ritel. Perda yang berpihak kepada pedagang

tp

kecil antara lain ijin mendirikan supermarket/swalayan hanya diberikan untuk

ht

wilayah ring satu dan dengan jarak tertentu, larangan pendirian department store dan lain-lain. Pertumbuhan di subsektor hotel tahun ini justru mampu tumbuh lebih cepat dibanding tahun lalu. Jika tahun lalu mampu tumbuh sebesar 2,96 persen, tahun ini pertumbuhannya mencapai 4,53 persen. Berdasarkan survei


63


perhotelan, jumlah tamu yang menginap meningkat 16,69 persen dibandingkan tahun lalu seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. Penyelenggaraan even-even bergengsi dengan skala regional Jawa Timur, bahkan jika memungkinkan dengan skala nasional akan menarik tingkat hunian

id

hotel. Belum lagi multiple effect yang ditimbulkannya. Dengan banyaknya tamu

ps .g o.

yang masuk Kota Blitar akan menaikkan omset rumah makan/restoran, menaikkan omset perdagangan souvenir dan lain-lain.

Pertumbuhan ekonomi pada sektor angkutan dan komunikasi tahun ini 6,18

Pertumbuhan

persen, yang

sedikit

terjadi

lebih rendah dibandingkan

pada

sektor

angkutan

ot a. b

sebesar

lebih

tahun

lalu.

dikarenakan

pertumbuhan pada angkutan jalan raya dan jasa penunjang angkutan. Angkutan rel tetap mengalami peningkatan tetapi tidak sebesar tahun lalu.

ita rk

Tahun ini angkutan rel mampu tumbuh sebesar 2,42 persen. Sedangkan dari lapangan usaha jasa-jasa yang mengalami laju pertumbuhan paling tinggi

bl

adalah subsektor jasa sosial kemasyarakatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan

://

yang relatif lebih lengkap dibandingkan daerah sekitar turut andil dalam

tp

menaikkan nilai tambah di subsektor ini. Di bidang pendidikan, Kota Blitar juga menawarkan berbagai fasilitas yang lebih berkualitas sehingga menarik siswa

ht

dari luar daerah. Subsektor jasa hiburan dan kebudayaan pertumbuhannya tahun ini mengalami percepatan menjadi 4,49 persen. Data dari Dinas Pengelola Keuagan Daerah menunjukkan bahwa sumbangan pajak dari kegiatan hiburan terhadap PAD Kota blitar tahun lalu trennya terus menurun. Namun untuk tahun ini sumbangan pajak dari kegiatan hiburan naik 14,05 Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2009-2013 | BAB V

64


persen. Diharapkan kenaikan ini terus berlanjut untuk tahun kedepan sehingga bias meningkatkan PDRB Kota Blitar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. 5.4 Tingkat Perkembangan Harga

id

Salah satu indikator perubahan harga barang dan jasa adalah perubahan

ps .g o.

PDRB deflator atau yang dikenal dengan indeks implisit, yaitu suatu indeks yang diperoleh dengan membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan. Perubahan PDRB deflator menunjukkan adanya perubahan

ot a. b

harga barang dan jasa di tingkat produsen secara umum sehingga faktor margin perdagangan dan transportasi telah dihilangkan. Perubahan dari PDRB deflator kita sebut dengan laju implisit. Berbeda dengan inflasi yang dihitung dengan

ita rk

menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi yang didapat dari perubahan Indeks Implisit menggambarkan perubahan harga ditingkat produsen dengan cakupan yang lebih lengkap. Sedangkan inflasi/deflasi yang dihitung dengan

bl

menggunakan IHK hanya mencakup barang dan jasa yang dikonsumsi.

://

Laju implisit sektor tersier pada tahun 2013 kembali menjadi yang tertinggi

tp

dibandingkan dua sektor lainnya, yaitu sebesar 6,37 persen. Tingginya inflasi pada

ht

sektor ini lebih dipicu oleh tingginya inflasi pada subsektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Tingkat inflasi terendah terjadi di sektor listrik, gas dan air bersih.


65


Tabel 5.5 Laju Implisit Kota Blitar Menurut Sektor dan Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (persen) 2011 (4) 3,83 3,84 1,71 4,84 4,92 2,83 5,07 5,25 5,55 4,22 5,41 5,26 6,10

2012*) (5) 4,70 4,70 5,69 5,21 5,13 1,12 6,41 5,83 5,01 4,93 7,30 6,57 5,59

2013**) (6) 5,23 5,23 4,31 5,92 5,14 2,91 8,21 6,37 6,03 5,79 7,10 6,63 6,18

id

Primer a. Pertanian b. Pertambangan dan penggalian 2. Sekunder a. Industri pengolahan b. Listrik, gas, dan air c. Bangunan 3. Tersier a. Perdagangan, hotel, dan restoran b. Angkutan dan komunikasi c. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan d. Jasa-jasa Kota Blitar Keterangan: *) Angka diperbaiki **) Angka sementara

2010 (3) 3,68 3,69 2,35 7,90 6,50 9,27 10,37 5,97 7,58 4,57 7,23 3,64 5,96

ot a. b

1.

2009 (2) 8,65 8,66 5,06 8,11 7,96 5,29 8,96 5,18 5,27 3,70 4,86 6,08 8,93

ps .g o.

Sektor/Lapangan Usaha (1)

ita rk

Dari Tabel 5.5 terlihat bahwa tingkat perubahan harga pada tahun 2013 relatif lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Tercatat laju implisit pada tahun 2013

bl

sebesar 6,18 persen. Seperti kita ketahui kenaikan harga BBM seringkali menjadi penyebab utama goyangnya perekonomian. Dengan tidak adanya perubahan

tp

://

harga BBM menjadikan tingkat inflasi lebih mudah dikontrol.

ht

5.5 Pendapatan Regional Per Kapita PDRB perkapita adalah nilai dari hasil pembagian PDRB dengan jumlah

penduduk pertengahan tahun, dalam arti bahwa semakin tinggi jumlah penduduk akan semakin kecil besaran PDRB perkapita daerah tersebut. Semakin tinggi PDRB perkapita suatu daerah, semakin baik tingkat perekonomian daerah tersebut


66


walaupun ukuran ini belum mencakup faktor kesenjangan pendapatan antar penduduk. Meskipun masih terdapat keterbatasan, indikator ini sudah cukup memadai untuk mengetahui tingkat perekonomian suatu daerah dalam lingkup makro, paling

id

tidak sebagai acuan memantau kemampuan daerah dalam menghasilkan produk

ps .g o.

domestik barang dan jasa.

Nilai tambah yang bisa diciptakan oleh penduduk Kota Blitar sebagai akibat adanya aktifitas produksi menurut harga berlaku, menunjukkan tren yang

ot a. b

positif. Data tersebut memberikan arti bahwa perekonomian Kota Blitar terus meningkat. PDRB per kapita pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 21.374.947 atau naik sebesar 11,39 persen dibandingkan tahun 2012 yang sebesar Rp. 19.189.292. tersebut

masih

dipengaruhi

inflasi,

sehingga

tidak

langsung

ita rk

Kenaikan

menggambarkan kenaikan kesejahteraan penduduk. PDRB perkapita yang diukur dengan harga konstan akan menggambarkan ukuran tanpa pengaruh inflasi,

bl

sehingga akan menggambarkan perubahan yang sesungguhnya. Secara riil, PDRB

://

per kapita hanya naik sebesar 4,90 persen, yaitu dari Rp. 8.403.056 pada tahun

tp

2012 menjadi Rp. 8.815.126 pada tahun 2013.

ht

Pendapatan regional per kapita penduduk yang mencerminkan pendapatan

yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai akibat keikutsertaannya dalam proses produksi pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 19.589.426, atau naik sebesar 11,39 persen bila dibandingkan tahun 2012 yang sebesar Rp. 17.586.252. Apabila pengaruh perubahan harga dikeluarkan, pendapatan regional per kapita


67


penduduk secara riil naik sebesar 4,89 persen, yaitu dari Rp. 7.668.659 pada tahun 2012 menjadi Rp. 8.043.815 pada tahun 2013. Tabel 5.6

(1)

ADHB

ADHK

(2)

(3)

Pendapatan regional per kapita

ps .g o.

PDRB per kapita Tahun

id

PDRB per Kapita dan Pendapatan Regional per Kapita Penduduk Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2009-2013 (Rupiah)

ADHB

ADHK

(4)

(5)

13.758.505

7.090.068

12.610.857

6.474.737

2010

15.386.914

7.473.114

14.105.334

6.824.135

2011

17.130.435

7.920.890

15.700.028

7.230.503

2012*)

19.189.292

8.403.056

17.586.252

7.668.659

2013**)

21.374.947

8.815.126

19.589.426

8.043.815

ot a. b

2009

ht

tp

://

bl

ita rk



68

.id

s. go

a. bp

ot

rk

ita

bl

://

tp

ht

Daftar Tabel

: Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku ( 000 Rp. ) : Kota Blitar : 2009 - 2013

bl

://

tp

ht

2011 (4) 170,025,028 97,123,079 67,313,202 5,588,748 359,578 359,578 256,836,459 256,836,459 130,178,051 3,760,166 110,713,619 4,020,890 1,073,433 3,388,855 2,340,660 1,360,784 31,172,461 28,293,424 2,879,038 118,298,135 713,852,130 624,975,383 13,168,262 75,708,484 253,275,519 134,590,579 10,576,424 63,872,989 60,141,166 118,684,941 115,516,108 3,168,833 278,158,027 145,986,911 65,031,101 121,653 43,286,922 23,731,438 451,436,996 201,581,621 201,581,621 249,855,374 79,253,374 12,391,058 158,210,942 2,273,414,334 2,273,414,334

2012*) (5) 174,954,670 93,421,032 75,086,904 6,446,734 341,592 341,592 294,220,205 294,220,205 154,664,543 4,297,105 121,607,839 4,655,930 1,131,207 3,747,205 2,621,540 1,494,836 32,762,560 29,963,069 2,799,490 134,425,102 814,965,114 711,952,761 14,451,652 88,560,702 283,063,993 149,053,164 10,901,470 70,728,318 67,423,376 134,010,829 130,549,941 3,460,888 322,274,667 175,204,485 74,031,928 119,249 48,055,164 24,863,841 506,259,396 229,234,548 229,234,548 277,024,848 92,540,954 13,362,278 171,121,616 2,563,267,298 2,563,267,298

2013**) (6) 186,342,755 98,127,730 81,041,827 7,173,197 343,774 343,774 330,293,532 330,293,532 179,573,552 4,837,022 131,041,823 5,291,152 1,188,514 3,939,017 2,808,609 1,613,844 35,141,296 32,285,234 2,856,062 155,396,416 936,392,810 817,378,388 15,924,663 103,089,759 317,983,839 166,372,116 12,213,706 78,128,885 76,029,525 151,611,723 147,820,509 3,791,214 371,111,027 207,411,043 83,258,799 123,949 54,162,402 26,154,834 567,617,658 259,358,757 259,358,757 308,258,901 105,910,766 14,461,151 187,886,984 2,900,623,108 2,900,623,108

id

2010 (3) 156,317,770 88,015,946 63,111,147 5,190,676 441,455 441,455 233,162,937 233,162,937 115,208,309 3,378,969 103,015,693 3,728,260 1,070,761 3,102,654 2,399,880 1,258,411 28,931,864 26,080,255 2,851,609 105,934,815 622,305,378 545,113,279 11,598,892 65,593,207 225,487,448 121,920,251 9,510,705 59,733,328 52,676,219 103,567,197 100,679,217 2,887,980 246,634,081 127,661,110 58,326,250 121,983 38,609,738 21,914,999 411,364,497 183,433,583 183,433,583 227,930,914 71,633,551 11,495,017 144,802,345 2,030,580,244 2,030,580,244

ps .g o.

2009 (2) 143,760,118 78,237,885 60,568,419 4,953,814 443,160 443,160 211,862,070 211,862,070 100,580,311 3,055,505 97,960,910 3,151,486 1,103,878 2,701,892 2,170,143 1,137,945 25,198,482 22,727,533 2,470,948 87,949,113 531,979,398 463,756,077 10,062,372 58,160,948 203,748,677 112,969,251 8,242,215 58,991,648 45,735,388 90,779,426 88,090,781 2,688,645 217,678,821 108,810,293 53,786,277 115,365 34,874,117 20,092,770 377,377,845 171,602,484 171,602,484 205,775,361 62,427,922 9,751,686 133,595,753 1,799,997,684 1,799,997,684

ita rk

Lapangan Usaha / Sub Lapangan Usaha (1) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Non Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas 1. Makanan, Minuman & Tembakau 2. Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 3. Barang Kayu & Hasil Hutan Lain 4. Kertas & Barang Cetakan 5. Pupuk Kimia & Barang dari Karet 6. Semen & Barang Galian Non Migas 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan 9. Barang Lainnya 4. LISTRIK , GAS DAN AIR a. Listrik b. Gas Kota c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA - JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah Lainnya b. Swasta 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 3. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS Keterangan : *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara

ot a. b

Tabel 6.1 Daerah Data Tahun


70

Daftar Tabel

: Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 ( 000 Rp. ) : Kota Blitar : 2009 - 2013

bl

://

tp

ht

2011 (4) 71,850,276 38,562,373 31,175,578 2,112,325 140,174 140,174 116,199,784 116,199,784 53,578,379 1,892,573 54,028,019 2,095,697 671,439 1,873,227 1,575,133 485,315 16,342,739 15,294,525 1,048,215 47,049,658 328,122,694 286,224,354 6,859,184 35,039,155 141,312,859 65,562,618 5,529,000 30,035,849 29,997,769 75,750,242 74,034,627 1,715,615 115,991,105 51,664,435 33,605,084 61,921 19,342,566 11,317,099 214,187,816 82,481,325 82,481,325 131,706,491 37,659,827 6,886,217 87,160,447 1,051,197,104 1,051,197,104

2012*) (5) 70,614,274 36,671,074 31,773,826 2,169,374 125,994 125,994 126,613,080 126,613,080 59,364,425 2,063,569 58,106,704 2,251,722 674,976 1,943,068 1,700,057 508,560 16,986,724 15,974,554 1,012,171 50,242,732 356,731,111 310,932,036 7,062,305 38,736,770 150,512,238 69,526,484 5,757,996 32,019,444 31,749,045 80,985,754 79,136,978 1,848,776 125,250,581 56,376,231 36,493,654 57,749 20,792,146 11,530,800 225,386,715 87,512,686 87,512,686 12 137,874,029 40,448,749 7,093,490 90,331,790 1,122,463,449 1,122,463,449

2013**) (6) 71,471,906 37,229,923 32,025,099 2,216,883 121,553 121,553 135,193,505 135,193,505 64,811,935 2,208,225 60,760,156 2,412,720 679,271 1,974,157 1,812,391 534,650 17,704,497 16,689,811 1,014,685 53,674,310 386,575,327 336,570,810 7,382,449 42,622,068 159,819,615 73,212,638 5,897,339 33,575,589 33,739,710 86,606,977 84,613,257 1,993,720 134,674,459 61,438,817 39,124,847 57,183 22,293,656 11,759,957 236,995,033 92,139,670 92,139,670 13 144,855,362 43,478,361 7,411,969 93,965,033 1,196,230,205 1,196,230,205

id

2010 (3) 68,592,712 36,373,623 30,177,234 2,041,855 175,038 175,038 110,684,478 110,684,478 49,579,391 1,818,057 52,604,042 2,024,771 700,912 1,808,520 1,675,386 473,398 15,597,376 14,531,615 1,065,761 44,267,906 301,918,830 263,648,874 6,348,600 31,921,357 131,120,691 61,381,755 5,203,077 28,685,215 27,493,462 69,738,937 68,102,671 1,636,265 108,406,243 47,722,552 31,541,850 64,800 18,141,248 10,935,792 205,448,571 79,769,173 79,769,173 125,679,397 35,800,109 6,603,675 83,275,614 986,211,845 986,211,845

ps .g o.

2009 (2) 65,409,034 34,133,567 29,270,415 2,005,052 179,840 179,840 107,109,250 107,109,250 45,881,353 1,724,410 53,149,292 1,891,072 727,229 1,691,147 1,589,996 454,750 14,843,848 13,748,951 1,094,898 40,564,378 277,649,190 241,489,772 6,018,062 30,141,356 123,896,924 58,613,772 4,740,412 28,641,911 25,231,449 65,283,151 63,714,125 1,569,027 102,595,430 44,417,863 30,050,572 63,710 17,410,148 10,653,138 195,331,517 76,997,271 76,997,271 9 118,334,246 33,038,712 6,035,316 79,260,217 927,579,411 927,579,411

ita rk


ot a. b



71

Daftar Tabel

: Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

7.99 4.35 3.36 0.28 0.02 0.02 11.77 11.77 5.59 0.17 5.44 0.18 0.06 0.15 0.12 0.06 1.40 1.26 0.14 4.89 29.55 25.76 0.56 3.23 11.32 6.28 0.46 3.28 2.54 5.04 4.89 0.15 12.09 6.05 2.99 0.01 1.94 1.12 20.97 9.53 9.53 11.43 3.47 0.54 7.42 100.00 100.00

bl

://

tp

ht

7.70 4.33 3.11 0.26 0.02 0.02 11.48 11.48 5.67 0.17 5.07 0.18 0.05 0.15 0.12 0.06 1.42 1.28 0.14 5.22 30.65 26.85 0.57 3.23 11.10 6.00 0.47 2.94 2.59 5.10 4.96 0.14 12.15 6.29 2.87 0.01 1.90 1.08 20.26 9.03 9.03 11.22 3.53 0.57 7.13 100.00 100.00

2011 (4) 7.48 4.27 2.96 0.25 0.02 0.02 11.30 11.30 5.73 0.17 4.87 0.18 0.05 0.15 0.10 0.06 1.37 1.24 0.13 5.20 31.40 27.49 0.58 3.33 11.14 5.92 0.47 2.81 2.65 5.22 5.08 0.14 12.24 6.42 2.86 0.01 1.90 1.04 19.86 8.87 8.87 10.99 3.49 0.55 6.96 100.00 100.00

2012*) (5) 6.83 3.64 2.93 0.25 0.01 0.01 11.48 11.48 6.03 0.17 4.74 0.18 0.04 0.15 0.10 0.06 1.28 1.17 0.11 5.24 31.79 27.78 0.56 3.45 11.04 5.81 0.43 2.76 2.63 5.23 5.09 0.14 12.57 6.84 2.89 0.00 1.87 0.97 19.75 8.94 8.94 10.81 3.61 0.52 6.68 100.00 100.00

2013**) (6) 6.42 3.38 2.79 0.25 0.01 0.01 11.39 11.39 6.19 0.17 4.52 0.18 0.04 0.14 0.10 0.06 1.21 1.11 0.10 5.36 32.28 28.18 0.55 3.55 10.96 5.74 0.42 2.69 2.62 5.23 5.10 0.13 12.79 7.15 2.87 0.00 1.87 0.90 19.57 8.94 8.94 10.63 3.65 0.50 6.48 100.00 100.00

id

2010 (3)

ps .g o.

2009 (2)

ita rk


ot a. b



72

Daftar Tabel

: Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

7.05 3.68 3.16 0.22 0.02 0.02 11.55 0.00 11.55 4.95 0.19 5.73 0.20 0.08 0.18 0.17 0.05 1.60 1.48 0.12 4.37 29.93 26.03 0.65 3.25 13.36 6.32 0.51 3.09 2.72 7.04 6.87 0.17 11.06 4.79 3.24 0.01 1.88 1.15 21.06 8.30 8.30 0 12.76 3.56 0.65 8.54 100.00 100.00

bl

://

tp

ht

6.96 3.69 3.06 0.21 0.02 0.02 11.22 0.00 11.22 5.03 0.18 5.33 0.21 0.07 0.18 0.17 0.05 1.58 1.47 0.11 4.49 30.61 26.73 0.64 3.24 13.30 6.22 0.53 2.91 2.79 7.07 6.91 0.17 10.99 4.84 3.20 0.01 1.84 1.11 20.83 8.09 8.09 12.74 3.63 0.67 8.44 100.00 100.00

2011 (4) 6.84 3.67 2.97 0.20 0.01 0.01 11.05 0.00 11.05 5.10 0.18 5.14 0.20 0.06 0.18 0.15 0.05 1.55 1.45 0.10 4.48 31.21 27.23 0.65 3.33 13.44 6.24 0.53 2.86 2.85 7.21 7.04 0.16 11.03 4.91 3.20 0.01 1.84 1.08 20.38 7.85 7.85 12.53 3.58 0.66 8.29 100.00 100.00

2012*) (5) 6.29 3.27 2.83 0.19 0.01 0.01 11.28 0.00 11.28 5.29 0.18 5.18 0.20 0.06 0.17 0.15 0.05 1.51 1.42 0.09 4.48 31.78 27.70 0.63 3.45 13.41 6.19 0.51 2.85 2.83 7.22 7.05 0.16 11.16 5.02 3.25 0.01 1.85 1.03 20.08 7.80 7.80 0 12.28 3.60 0.63 8.05 100.00 100.00

2013**) (6) 5.97 3.11 2.68 0.19 0.01 0.01 11.30 0.00 11.30 5.42 0.18 5.08 0.20 0.06 0.17 0.15 0.04 1.48 1.40 0.08 4.49 32.32 28.14 0.62 3.56 13.36 6.12 0.49 2.81 2.82 7.24 7.07 0.17 11.26 5.14 3.27 0.00 1.86 0.98 19.81 7.70 7.70 0 12.11 3.63 0.62 7.86 100.00 100.00

id

2010 (3)

ps .g o.

2009 (2)

ita rk


ot a. b



73

Daftar Tabel

: Indeks Perkembangan Atas Dasar Harga Berlaku (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

bl

://

tp

ht

2011 (4) 321.47 310.63 321.92 784.00 110.35 110.35 360.79 360.79 487.84 280.09 289.15 338.54 146.24 254.62 180.97 418.78 369.01 369.26 366.58 592.29 460.77 454.27 392.99 540.83 361.17 301.57 316.05 244.79 395.92 465.50 468.31 382.01 447.57 574.99 380.94 238.06 397.82 271.04 374.94 443.08 443.08 333.56 461.19 357.75 291.59 405.66 405.66

2012*) (5) 330.79 298.79 359.10 904.36 104.83 104.83 413.30 413.30 579.60 320.09 317.60 392.01 154.11 281.55 202.68 460.03 387.84 391.06 356.45 673.04 526.03 517.49 431.29 632.64 403.65 333.98 325.76 271.06 443.86 525.61 529.26 417.21 518.55 690.07 433.66 233.36 441.64 283.97 420.47 503.86 503.86 369.83 538.52 385.79 315.39 457.38 457.38

2013**) (6) 352.33 313.84 387.58 1,006.27 105.50 105.50 463.97 463.97 672.94 360.31 342.24 445.49 161.92 295.96 217.15 496.65 416.00 421.36 363.65 778.04 604.41 594.13 475.25 736.43 453.45 372.78 364.97 299.42 500.51 594.65 599.27 457.04 597.13 816.92 487.71 242.56 497.77 298.71 471.44 570.07 570.07 411.53 616.32 417.51 346.29 517.57 517.57

id

2010 (3) 295.56 281.50 301.82 728.16 135.48 135.48 327.53 327.53 431.74 251.70 269.04 313.90 145.88 233.12 185.55 387.27 342.49 340.38 363.09 530.39 401.68 396.22 346.15 468.57 321.55 273.18 284.20 228.92 346.77 406.21 408.16 348.15 396.85 502.82 341.66 238.71 354.83 250.29 341.66 403.19 403.19 304.29 416.85 331.88 266.88 362.33 362.33

ps .g o.

2009 (2) 271.81 250.23 289.66 694.93 136.00 136.00 297.61 297.61 376.92 227.60 255.84 265.34 150.39 203.01 167.78 350.20 298.30 296.62 314.62 440.34 343.38 337.09 300.30 415.48 290.55 253.12 246.30 226.08 301.08 356.05 357.13 324.12 350.25 428.57 315.07 225.76 320.50 229.48 313.43 377.18 377.18 274.71 363.28 281.54 246.22 321.18 321.18

ita rk


ot a. b



74

Daftar Tabel

: Indeks Perkembangan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

bl

://

tp

ht

2011 (4) 135.85 123.33 149.09 296.32 43.02 43.02 163.23 163.23 200.78 140.98 141.10 176.45 91.47 140.75 121.78 149.35 193.46 199.61 133.47 235.57 211.79 208.05 204.70 250.30 201.51 146.90 165.22 115.11 197.48 297.10 300.14 206.82 186.63 203.49 196.85 121.17 177.76 129.25 177.89 181.29 181.29 175.83 219.15 198.81 160.64 187.57 187.57

2012*) (5) 133.51 117.29 151.96 304.32 38.67 38.67 177.86 177.86 222.47 153.71 151.76 189.58 91.96 145.99 131.44 156.51 201.09 208.49 128.88 251.55 230.26 226.01 210.76 276.72 214.63 155.78 172.06 122.71 209.01 317.64 320.83 222.87 201.53 222.05 213.77 113.01 191.08 131.69 187.20 192.35 192.35 184.06 235.38 204.80 166.49 200.29 200.29

2013**) (6) 135.14 119.07 153.16 310.99 37.30 37.30 189.91 189.91 242.88 164.49 158.69 203.14 92.54 148.33 140.12 164.54 209.58 217.82 129.20 268.74 249.52 244.64 220.32 304.47 227.90 164.04 176.23 128.68 222.11 339.69 343.03 240.35 216.70 241.99 229.18 111.90 204.88 134.31 196.84 202.52 202.52 193.38 253.01 213.99 173.18 213.45 213.45

id

2010 (3) 129.69 116.33 144.32 286.44 53.72 53.72 155.48 155.48 185.80 135.43 137.38 170.48 95.49 135.88 129.53 145.69 184.64 189.66 135.70 221.64 194.88 191.64 189.47 228.03 186.98 137.53 155.48 109.93 180.99 273.53 276.09 197.25 174.43 187.96 184.76 126.81 166.72 124.90 170.64 175.33 175.33 167.78 208.33 190.66 153.48 175.98 175.98

ps .g o.

2009 (2) 123.67 109.17 139.98 281.27 55.19 55.19 150.46 150.46 171.94 128.45 138.81 159.22 99.07 127.07 122.93 139.95 175.72 179.44 139.41 203.10 179.21 175.53 179.60 215.32 176.68 131.33 141.65 109.77 166.10 256.05 258.30 189.15 165.08 174.95 176.03 124.67 160.00 121.67 162.23 169.24 169.24 157.98 192.26 174.25 146.08 165.51 165.51

ita rk


ot a. b



75

Daftar Tabel

: Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

bl

://

tp

ht

2011 (4) 108.77 110.35 106.66 107.67 81.45 81.45 110.15 110.15 112.99 111.28 107.47 107.85 100.25 109.22 97.53 108.14 107.74 108.49 100.96 111.67 114.71 114.65 113.53 115.42 112.32 110.39 111.21 106.93 114.17 114.60 114.74 109.72 112.78 114.36 111.50 99.73 112.11 108.29 109.74 109.89 109.89 109.62 110.64 107.80 109.26 111.96 111.96

2012*) (5) 102.90 96.19 111.55 115.35 95.00 95.00 114.56 114.56 118.81 114.28 109.84 115.79 105.38 110.57 112.00 109.85 105.10 105.90 97.24 113.63 114.16 113.92 109.75 116.98 111.76 110.75 103.07 110.73 112.11 112.91 113.01 109.22 115.86 120.01 113.84 98.02 111.02 104.77 112.14 113.72 113.72 110.87 116.77 107.84 108.16 112.75 112.75

2013**) (6) 106.51 105.04 107.93 111.27 100.64 100.64 112.26 112.26 116.11 112.56 107.76 113.64 105.07 105.12 107.14 107.96 107.26 107.75 102.02 115.60 114.90 114.81 110.19 116.41 112.34 111.62 112.04 110.46 112.76 113.13 113.23 109.54 115.15 118.38 112.46 103.94 112.71 105.19 112.12 113.14 113.14 111.27 114.45 108.22 109.80 113.16 113.16

id

2010 (3) 108.74 112.50 104.20 104.78 99.62 99.62 110.05 110.05 114.54 110.59 105.16 118.30 97.00 114.83 110.59 110.59 114.82 114.75 115.41 120.45 116.98 117.54 115.27 112.78 110.67 107.92 115.39 101.26 115.18 114.09 114.29 107.41 113.30 117.32 108.44 105.74 110.71 109.07 109.01 106.89 106.89 110.77 114.75 117.88 108.39 112.81 112.81

ps .g o.

2009 (2) 114.26 105.33 128.52 112.20 101.62 101.62 113.36 113.36 112.43 112.48 114.84 114.24 100.40 113.92 100.39 111.68 112.25 109.60 144.45 121.15 114.18 113.70 116.79 117.70 109.20 108.02 104.92 102.73 116.37 110.70 110.88 105.21 109.60 110.19 109.25 108.03 110.26 106.31 110.95 112.18 112.18 109.95 114.75 117.45 107.35 112.54 112.54

ita rk


ot a. b



76

Daftar Tabel

: Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

bl

://

tp

ht

2011 (4) 104.75 106.02 103.31 103.45 80.08 80.08 104.98 104.98 108.07 104.10 102.71 103.50 95.80 103.58 94.02 102.52 104.78 105.25 98.35 106.28 108.68 108.56 108.04 109.77 107.77 106.81 106.26 104.71 109.11 108.62 108.71 104.85 107.00 108.26 106.54 95.56 106.62 103.49 104.25 103.40 103.40 104.80 105.19 104.28 104.67 106.59 106.59

2012*) (5) 98.28 95.10 101.92 102.70 89.88 89.88 108.96 108.96 110.80 109.04 107.55 107.45 100.53 103.73 107.93 104.79 103.94 104.45 96.56 106.79 108.72 108.63 102.96 110.55 106.51 106.05 104.14 106.60 105.84 106.91 106.89 107.76 107.98 109.12 108.60 93.26 107.49 101.89 105.23 106.10 106.10 104.68 107.41 103.01 103.64 106.78 106.78

2013**) (6) 101.21 101.52 100.79 102.19 96.48 96.48 106.78 106.78 109.18 107.01 104.57 107.15 100.64 101.60 106.61 105.13 104.23 104.48 100.25 106.83 108.37 108.25 104.53 110.03 106.18 105.30 102.42 104.86 106.27 106.94 106.92 107.84 107.52 108.98 107.21 99.02 107.22 101.99 105.15 105.29 105.29 105.06 107.49 104.49 104.02 106.57 106.57

id

2010 (3) 104.87 106.56 103.10 101.84 97.33 97.33 103.34 103.34 108.06 105.43 98.97 107.07 96.38 106.94 105.37 104.10 105.08 105.69 97.34 109.13 108.74 109.18 105.49 105.91 105.83 104.72 109.76 100.15 108.97 106.83 106.89 104.29 105.66 107.44 104.96 101.71 104.20 102.65 105.18 103.60 103.60 106.21 108.36 109.42 105.07 106.32 106.32

ps .g o.

2009 (2) 105.15 101.97 109.03 106.34 96.73 96.73 105.00 105.00 105.77 103.67 104.85 105.89 96.34 104.75 94.53 103.65 106.62 107.30 98.73 111.19 108.46 108.14 105.87 111.67 105.30 104.38 99.94 100.21 110.51 106.14 106.23 102.42 104.51 105.27 103.95 101.20 105.42 101.62 104.59 106.10 106.10 103.64 105.35 107.49 102.66 106.21 106.21

ita rk


ot a. b



77

Daftar Tabel

: Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

5.15 1.97 9.03 6.34 -3.27 -3.27 5.00 5.00 5.77 3.67 4.85 5.89 -3.66 4.75 -5.47 3.65 6.62 7.30 -1.27 11.19 8.46 8.14 5.87 11.67 5.30 4.38 -0.06 0.21 10.51 6.14 6.23 2.42 4.51 5.27 3.95 1.20 5.42 1.62 4.59 6.10 6.10 3.64 5.35 7.49 2.66 6.21 6.21

bl

://

tp

ht

2011 (4) 4.87 6.56 3.10 1.84 -2.67 -2.67 3.34 3.34 8.06 5.43 -1.03 7.07 -3.62 6.94 5.37 4.10 5.08 5.69 -2.66 9.13 8.74 9.18 5.49 5.91 5.83 4.72 9.76 0.15 8.97 6.83 6.89 4.29 5.66 7.44 4.96 1.71 4.20 2.65 5.18 3.60 3.60 6.21 8.36 9.42 5.07 6.32 6.32

4.75 6.02 3.31 3.45 -19.92 -19.92 4.98 4.98 8.07 4.10 2.71 3.50 -4.20 3.58 -5.98 2.52 4.78 5.25 -1.65 6.28 8.68 8.56 8.04 9.77 7.77 6.81 6.26 4.71 9.11 8.62 8.71 4.85 7.00 8.26 6.54 -4.44 6.62 3.49 4.25 3.40 3.40 4.80 5.19 4.28 4.67 6.59 6.59

2012*) (5) -1.72 -4.90 1.92 2.70 -10.12 -10.12 8.96 8.96 10.80 9.04 7.55 7.45 0.53 3.73 7.93 4.79 3.94 4.45 -3.44 6.79 8.72 8.63 2.96 10.55 6.51 6.05 4.14 6.60 5.84 6.91 6.89 7.76 7.98 9.12 8.60 -6.74 7.49 1.89 5.23 6.10 6.10 4.68 7.41 3.01 3.64 6.78 6.78

2013**) (6) 1.21 1.52 0.79 2.19 -3.52 -3.52 6.78 6.78 9.18 7.01 4.57 7.15 0.64 1.60 6.61 5.13 4.23 4.48 0.25 6.83 8.37 8.25 4.53 10.03 6.18 5.30 2.42 4.86 6.27 6.94 6.92 7.84 7.52 8.98 7.21 -0.98 7.22 1.99 5.15 5.29 5.29 5.06 7.49 4.49 4.02 6.57 6.57

id

2010 (3)

ps .g o.

2009 (2)

ita rk


ot a. b



78

Daftar Tabel

: Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

bl

://

tp

ht

2011 (4) 236.64 251.86 215.92 264.58 256.52 256.52 221.03 221.03 242.97 198.68 204.92 191.86 159.87 180.91 148.60 280.39 190.74 184.99 274.66 251.43 217.56 218.35 191.98 216.07 179.23 205.29 191.29 212.66 200.49 156.68 156.03 184.71 239.81 282.57 193.52 196.47 223.79 209.70 210.77 244.40 244.40 189.71 210.45 179.94 181.52 216.27 216.27

2012*) (5) 247.76 254.75 236.32 297.17 271.12 271.12 232.38 232.38 260.53 208.24 209.28 206.77 167.59 192.85 154.20 293.93 192.87 187.57 276.58 267.55 228.45 228.97 204.63 228.62 188.07 214.38 189.33 220.89 212.36 165.47 164.97 187.20 257.30 310.78 202.86 206.50 231.12 215.63 224.62 261.94 261.94 200.93 228.79 188.37 189.44 228.36 228.36

2013**) (6) 260.72 263.57 253.06 323.57 282.82 282.82 244.31 244.31 277.07 219.05 215.67 219.30 174.97 199.53 154.97 301.85 198.49 193.44 281.47 289.52 242.23 242.85 215.71 241.87 198.96 227.25 207.11 232.70 225.34 175.06 174.70 190.16 275.56 337.59 212.80 216.76 242.95 222.41 239.51 281.48 281.48 212.80 243.59 195.11 199.95 242.48 242.48

id

2010 (3) 227.89 241.98 209.13 254.21 252.21 252.21 210.66 210.66 232.37 185.86 195.83 184.13 152.77 171.56 143.24 265.82 185.49 179.47 267.57 239.30 206.12 206.76 182.70 205.48 171.97 198.63 182.79 208.24 191.60 148.51 147.83 176.50 227.51 267.51 184.92 188.24 212.83 200.40 200.23 229.96 229.96 181.36 200.09 174.07 173.88 205.90 205.90

ps .g o.

2009 (2) 219.79 229.21 206.93 247.07 246.42 246.42 197.80 197.80 219.22 177.19 184.31 166.65 151.79 159.77 136.49 250.24 169.76 165.30 225.68 216.81 191.60 192.04 167.20 192.96 164.45 192.73 173.87 205.96 181.26 139.05 138.26 171.36 212.17 244.97 178.99 181.08 200.31 188.61 193.20 222.87 222.87 173.89 188.95 161.58 168.55 194.05 194.05

ita rk


ot a. b



79

Daftar Tabel

: Inflasi Produk Domestik Regional Bruto (%) : Kota Blitar : 2009 - 2013

8.66 3.30 17.88 5.51 5.06 5.06 7.96 7.96 6.30 8.50 9.52 7.89 4.21 8.76 6.19 7.75 5.29 2.14 46.31 8.96 5.27 5.14 10.32 5.40 3.70 3.49 4.99 2.52 5.30 4.30 4.37 2.72 4.86 4.67 5.10 6.75 4.60 4.62 6.08 5.73 5.73 6.10 8.93 9.27 4.57 5.96 5.96

bl

://

tp

ht

2011 (4) 3.69 5.57 1.07 2.89 2.35 2.35 6.50 6.50 6.00 4.89 6.25 10.49 0.64 7.38 4.95 6.23 9.27 8.57 18.56 10.37 7.58 7.66 9.27 6.49 4.57 3.06 5.13 1.10 5.70 6.80 6.93 3.00 7.23 9.20 3.31 3.96 6.25 6.25 3.64 3.18 3.18 4.29 5.90 7.73 3.16 6.10 6.10

2012*) (5) 3.84 4.08 3.24 4.08 1.71 1.71 4.92 4.92 4.56 6.90 4.64 4.20 4.65 5.45 3.74 5.48 2.83 3.07 2.65 5.07 5.55 5.61 5.08 5.15 4.22 3.35 4.65 2.12 4.64 5.50 5.54 4.65 5.41 5.63 4.65 4.37 5.15 4.64 5.26 6.28 6.28 4.60 5.17 3.37 4.39 5.04 5.04

4.70 1.15 9.45 12.32 5.69 5.69 5.13 5.13 7.23 4.81 2.13 7.77 4.83 6.60 3.77 4.83 1.12 1.39 0.70 6.41 5.01 4.86 6.59 5.81 4.93 4.43 -1.03 3.87 5.92 5.61 5.73 1.35 7.30 9.98 4.83 5.10 3.28 2.83 6.57 7.18 7.18 5.91 8.71 4.69 4.36 5.59 5.59

2013**) (6) 5.23 3.46 7.08 8.88 4.31 4.31 5.14 5.14 6.35 5.19 3.05 6.06 4.40 3.46 0.50 2.69 2.91 3.13 1.77 8.21 6.03 6.06 5.41 5.79 5.79 6.00 9.39 5.34 6.11 5.79 5.90 1.58 7.10 8.63 4.90 4.97 5.12 3.14 6.63 7.46 7.46 5.91 6.47 3.57 5.55 6.18 6.18

id

2010 (3)

ps .g o.

2009 (2)

ita rk


ot a. b



80

Daftar Tabel


: Agregat PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita : Kota Blitar : 2009-2013 Rincian

2009

2010

2011*)

2012**)

2013**)

(1)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9 )

I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU 2,030,580,244

2,273,414,334

2,563,267,298

2,900,623,108

116,904,989

131,149,995

146,988,514

165,540,872

187,020,873

1,683,092,696

1,899,430,249

2,126,425,820

2,397,726,427

2,713,602,235

33,239,480

37,977,586

42,843,722

48,590,105

55,277,965

1,649,853,216

1,861,452,663

2,083,582,097

2,349,136,322

2,658,324,270

2. Penyusutan ( Ribuan Rupiah ) 3. Produk Domestik Regional Neto ( Ribuan Rupiah ) 4. Pajak Tak Langsung Neto ( Ribuan Rupiah ) 5. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor ( Ribuan Rupiah )

130,828

131,968

132,712

ot a. b

6. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa)

id

1,799,997,684

ps .g o.

1. Produk Domestik Regional Bruto ( Ribuan Rupiah )

133,578

135,702

7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita ( Rupiah )

13,758,505

15,386,914

17,130,435

19,189,292

21,374,947

8. Pendapatan Regional Per Kapita ( Rupiah )

12,610,857

14,105,334

15,700,028

17,586,252

19,589,426

927,579,411

986,211,845

63,358,894

67,264,117

71,885,978

76,863,395

81,889,185

864,220,517

918,947,728

979,311,126

1,045,600,053

1,114,341,019

17,143,657

18,380,272

19,736,651

21,235,863

22,779,267

847,076,859

900,567,456

959,574,475

1,024,364,190

1,091,561,752

II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000

ita rk

1. Produk Domestik Regional Bruto ( Ribuan Rupiah ) 2. Penyusutan ( Ribuan Rupiah )

3. Produk Domestik Regional Neto ( Ribuan Rupiah )

bl

4. Pajak Tak Langsung Neto ( Ribuan Rupiah )

tp

://

5. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor ( Ribuan Rupiah ) 6. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun ( Jiwa )

130,828

131,968

1,051,197,104

132,712

1,122,463,449

133,578

1,196,230,205

135,702

7,090,068

7,473,114

7,920,890

8,403,056

8,815,126

8. Pendapatan Regional Per Kapita ( Rupiah )

6,474,737

6,824,135

7,230,503

7,668,659

8,043,815

ht

7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita ( Rupiah )

Keterangan :

*) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara


81

Daftar Tabel


: Laju Pertumbuhan Agregat PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita ( % ) : Kota Blitar : 2009-2013 Rincian

2009

2010

2011*)

2012**)

2013**)

(1)

(6)

(7)

(8)

(9)

(9 )

I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU 12.54

12.81

11.96

2. Penyusutan

11.58

12.19

12.08

3. Produk Domestik Regional Neto

12.61

12.85

11.95

12.76

13.17

4. Pajak Tak Langsung Neto

13.07

14.25

12.81

13.41

13.76

5. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor

12.60

12.83

11.93

12.75

13.16

0.96

0.87

0.56

0.65

1.59

11.47

11.84

11.33

12.02

11.39

11.53

11.85

11.31

12.01

11.39

8. Pendapatan Regional Per Kapita

ita rk

II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000

13.16

12.62

12.98

ps .g o.

7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

ot a. b

6. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

12.75

id

1. Produk Domestik Regional Bruto

6.21

6.32

6.59

6.78

6.57

2. Penyusutan

6.02

6.16

6.87

6.92

6.54

3. Produk Domestik Regional Neto

6.22

6.33

6.57

6.77

6.57

4. Pajak Tak Langsung Neto

6.87

7.21

7.38

7.60

7.27

5. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor

6.21

6.31

6.55

6.75

6.56

6. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

0.96

0.87

0.56

0.65

1.59

7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

5.19

5.40

5.99

6.09

4.90

8. Pendapatan Regional Per Kapita

5.20

5.40

5.95

6.06

4.89

ht

tp

://

bl

1. Produk Domestik Regional Bruto

Keterangan :

*) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara


82

.id

s. go

a. bp

ot

rk

ita

bl

://

tp

ht

No title

Recommend Documents