BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A.
Pengertian Manajemen Operasi Menurut Heizer (2009), manajemen operasional adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Menurut Stevenson (2009), manajemen operasional adalah sistem manajemen atau serangkaian proses dalam pembuatan produk atau penyediaan jasa. Menurut Herjanto (2007), manajemen operasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan. Jadi manajemen operasi merupakan kegiatan mengatur atau mengelola secara optimal atas sumber daya yang tersedia dalam suatu proses transformasi, sehingga menjadi output yang mempunyai manfaat lebih dari sebelumnya. Peranan manajemen operasi di dalam merubah input menjadi output dapat dilihat pada bagan berikut ini:
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
TRANSFORMASI
INPUT
OUTPUT
ATAU KONVERSI
Umpan Balik
Umpan Balik
CONTROL
Umpan Balik
Sumber: Gambar 2.1 Alur operasi merubah input menjadi output 2007
Jadi apa yang sudah digambarkan diatas dapat kita mengetahui sebuah rangkaian umpan balik yang efektif dapat mengevaluasi kinerja proses apakah sesuai dengan rencana atau standar. Rangkaian umpan balik ini dapat mengevaluasi kepuasan pelanggan dan mengirimkan tanda bagi mereka yang mengendalikan input dan proses.
B. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Adanya persediaan sangat menunjang kelancaran operasional perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar teliti dalam menangani persediaan. Menurut Siagian (2007: 3), mengemukakan bahwa persediaan adalah “Bahan atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu, antara lain untuk proses produksi, jika berupa bahan mentah maka akan diproses lebih lanjut, jika berupa komponen (Spare
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
part) maka akan dijual kembali menjadi barang dagangan”. Sedangkan menurut Rangkuti (2007: 2) menyatakan bahwa persediaan adalah bahanbahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Selain itu, Werren (2008: 17) menyatakan bahwa persediaan adalah barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan tersebut. Kemudian Indrajit dan Djokopranoto (2007: 5) menyatakan “Barang persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditata usahakan dalam buku perusahaan”. Dari beberapa pengertian persediaan tersebut diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa persediaan adalah “Faktor utama dari modal kerja perusahaan yang selalu mengalami perputaran dan perubahan sehingga harus dikelola dengan baik”.
2. Jenis-Jenis Persediaan Setiap jenis persediaan memilki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Rangkuti (2007: 15) memaparkan persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti besi, kayu serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi. b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased part/components) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi. d. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu, persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. e. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu, persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
3. Biaya Dalam Persediaan Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Oleh karena itu, menurut Nasution dan Prasetyawan (2008: 21) dalam menentukan biaya persediaan perlu diketahui bahwa biayabiaya yang mencakup dalam persediaan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
a. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost) yaitu, terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang ternasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: 1) Biaya
fasilitas-fasilitas
penyimpanan
(termasuk
penerangan,
pendingin ruangan dan sebagainya). 2) Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu, alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan. 3) Biaya keuangan 4) Biaya perhitungan fisik 5) Biaya asuransi persediaan 6) Biaya pajak persediaan 7) Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan 8) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya Biaya-biaya tersebut diatas merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan perunit. Biaya penyimpanan persediaan berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan manufacturing, biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost). Biaya-biaya ini meliputi: 1) Pemprosesan pesanan dan biaya ekspedisi 2) Upah 3) Biaya telepon 4) Pengeluaran surat menyurat 5) Biaya pengepakan dan penimbangan 6) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan 7) Biaya pengiriman ke gudang 8) Biaya utang lancar dan sebagainya Pada umumnya biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang dikeluarkan setiap kali pesan.
c. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) adalah biaya yang timbul apabila persiapan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan, antara lain yaitu: 1) Kehilangan penjualan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2) Kehilangan pelanggan 3) Biaya pemesanan khusus 4) Biaya ekspedisi 5) Selisih harga 6) Terganggunya operasi 7) Tambahan pengelaran kegiatan manajerial dan sebagainya Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif.
4. Fungsi Persediaan Persediaan dapat memiliki berbagai fungsi yang menambah fleksibilitas operasi perusahaan. Menurut Heizer (2016) mengemukakan bahwa fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan/ pabrik, terdiri dari: a. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok. b. Melakukan decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
c. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang. d. Melindungi terhadap inflasi dan kenalkan harga.
5. Pengertian Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan (Inventory Control) adalah penentuan suatu kebijakan pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak yang dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau dengan kata lain pengendalian persediaan yaitu suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapat berjalan lancar. Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta kemungkinan penyusutan dan kualitas yang tidak bias dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Sebaliknya persediaan bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Apabila persediaan bahan paling besar atau penentuan tingkat persediaan yang salah dapat berakibat buruk dan menimbulkan perusahaan antara lain disebabkan oleh: a. Penimbunan persediaan mengakibatkan modal tertanam terlalu besar. b. Keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah kecil mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar. c. Kekurangan persediaan yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi.
Sebaliknya apabila persediaan bahan yang terlalu kecil maka akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan antara lain disebabkan oleh: a. Kemacetan dalam produksi b. Ongkos pemesanan c. Ongkos kekurangan persediaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah: a. Perkiraan pemakaiaan b. Bahan baku c. Biaya-biaya dari persediaan yang meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan d. Pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan data perusahaan e. Waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
barang sampai barang tersebut tiba. Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan, cenderung bervariasi karena tergantung dari jumlah barang yang dipesan dan waktu pemesanan.
Kemasan (Packaging)
C. 1.
Pengertian Kemasan (Packaging) Pengemasan
merupakan
sistem
yang
terkoordinasi
untuk
menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna
dan
dekorasi
dari
kemasan
perlu
diperhatikan
dalam
perencanaannya. Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan
ke
dalam
suatu
wadah
yang
ditemuinya.
Dalam
perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen produkproduk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia. Kotler dan Amstrong (2012) mendefinisikan “packaging involves designing and producing the container or wrapper for a product” yang artinya adalah proses kemasan melibatkan kegiatan mendesain dan memproduksi, fungsi utama dari kemasan sendiri yaitu untuk melindungi produk agar produk tetap terjaga kualitasnya. Menurut Titik Wijayanti (2012), kemasan mempunyai tujuan dan fungsi dalam pembuatan produk, yaitu: a. Memperindah produk dengan kemasan yang sesuai kategori produk. b. Memberikan keamanan produk agar tidak rusak saat dipajang di toko. c. Memberikan keamanan produk pada saat pendistribusian produk. d. Memberikan informasi pada konsumen tentang produk itu sendiri dalam bentuk pelabelan. e. Merupakan hasil desain produk yang menunjukan produk tersebut.
Menurut Kotler dan Keller (2012), kemasan yang baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Beberapa faktor yang memiliki kontribusi penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
a. Swalayan, kemasan yang efektif melaksanakan tugas dalam penjualan: menarik perhatian, menggambarkan fitur produk, menciptakan keyakinan konsumen, dan membuat kesan menyenangkan. b. Kekayaan Konsumen, peningkatan kekayaan konsumen membuat mereka
bersedia
membayar
lebih
besar
untuk
kenyamanan,
penampilan, keandalan, dan gengsi kemasan yang lebih baik. c. Perusahaan dan Citra Merek, kemasan mempunyai peran terhadap pengakuan segera atas perusahaan atau merek. d. Peluang Inovasi, kemasan yang inovatif dapat membawa manfaat besar bagi konsumen dan laba bagi para produsen.
Menurut Nillson & Ostrom (2005) dalam Cahyorini & Rusfian (2011), variabel desain kemasan terdiri dari 3 dimensi, yaitu: desain grafis, struktur desain, dan informasi produk. a. Desain Grafis. Desain grafis adalah dekorasi visual pada permukaan kemasan (Nilsson & Ostrom, 2005) dalam Cahyorini & Rusfian (2013), dan terdiri dari empat sub dimensi, yaitu: nama merek, warna, tipografi, dan gambar. 1.
Nama Merek Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi
dari
semuanya,
yang
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasikannya dari barang atau jasa dari satu penjual/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
kelompok penjual dan mendeferensiasikan dari para pesaing (Kotler & Keller, 2012). 2.
Warna Literatur
pemasaran
mengungkapkan
bahwa
warna
kemasan memiliki kemampuan untuk membangkitkan perasaan, perilaku emosi pada konsumen yang berbeda (Mustikiwa & Marumbwa, 2013). Warna memiliki potensi untuk menciptakan kesan yang mendalam dan tahan lama serta citra produk atau merek. Dalam kemasan produk, pemasar menggunakan warna untuk menarik perhatian konsumen yang dapat menciptakan perasaan positif atau negatif tentang produk/ brand tertentu. Asadhollahi & Givee (2007) dalam Mustikiwa & Marumbwa,
(2013)
berpendapat
bahwa
warna
kemasan
mengkomunikasikan, menggambarkan, dan menampilkan fiturfitur yang menyolok mata serta atribut intangibel dari sebuah merek. Hal ini dengan demikian berarti bahwa warna membawa pesan khusus mengenai merek yang pada akhirnya menciptakan proposisi penjualan yang unik (unique selling proposistion). 3.
Tipografi “Typography" (Tipografi) merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga
dapat
menolong
pembaca
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk
mendapatkan
26
kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Tipografi dapat juga dikatakan “visual language”. 4.
Gambar Gambar (image) menurut Klimchuck & Krasovec (2007) dalam Cahyorini & Rusfian, (2013) termasuk foto, ilustrasi, simbol/ icon, dan karakter. Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan/ menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan.
b. Struktur Desain. Struktur desain berkaitan dengan fitur-fitur fisik kemasan, dan terdiri dari 3 sub-dimensi: bentuk, ukuran, dan material. 1.
Bentuk Bentuk mempengaruhi proteksi dan fungsi keamanan dalam menyentuh, menuangkan, dan menyimpan (Smith, 1993) dalam (Cahyorini & Rusfian, 2013). Sedangkan menurut Nilsson & Ostrom (2005) dalam Cahyorini & Rusfian (2013) menyatakan bahwa bentuk yang lebih sederhana lebih menarik dari pada yang biasanya, dan persegi panjang lebih banyak disukai dari pada kotak.
2.
Ukuran Ukuran adalah measurement yaitu cara menilai jumlah objek, waktu, atau situasi sesuai dengan aturan tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
3.
Material Sejarah penggunaan bahan kemasan sudah berlangsung dengan sangat lama. Bahan kemasan pada mulanya menggunakan daun, kulit hewan, produk pecah belah, dan tas. Bahan kemasan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas produk (Smith, 1993). Sedangkan menurut Shimp (2000) menyatakan bahwa bahan kemasan dapat membangkitkan emosi dan perasaan tertentu, biasanya tanpa orang tersebut menyadarinya.
c. Informasi Produk. Salah satu fungsi kemasan adalah untuk mengkomunikasikan produk melalui informasi yang tertera. Informasi produk dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan pembelian dengan lebih hati-hati. (Silayoi & Speece, 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa kemasan memiliki peranan cukup penting bagi suatu produk. Selain berfungsi sebagai pelindung produk, kemasan juga secara tidak langsung menggambarkan jati diri produk itu sendiri. Dimensi-dimensi dari kemasan memiliki peran masing-masing untuk menghasilkan kemasan yang baik dan menarik, karena semakin menarik kemasan tersebut semakin menarik perhatian para konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
D.
Economic Order Quantity (EOQ) 1. Definisi Economic Order Quantity (EOQ) Metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu metode dalam manajemen persediaan yang klasik dan sederhana. Perumusan metode EOQ pertama kali ditemukan oleh FW Harris pada tahun 1915, tetapi metode ini sering disebut EOQ Wilson karena dikembangkan oleh seorang peneliti bernama Wilson pada tahun 1934. Metode ini digunakan untuk menghitung minimalisasi total biaya persediaan berdasarkan persamaan tingkat atau titik equlibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan (Divianto, 2011). Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Hal ini pun dikemukakan oleh Rangkuti (2007) tentang asumsi yang harus dipenuhi dalam metode EOQ, yaitu: a. Tingkat permintaan datang secara konstan, berulang-ulang dan diketahui. b. Tidak diperbolehkan terjadinya kehabisan persediaan c. Bahan yang dipesan dan diproduksi pada satu waktu d. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan e. Barang yang dipesan tunggal Tetapi dalam kenyataannya asumsi-asumsi di atas tidak dapat dipenuhi semuanya, karena kondisi dan keadaan yang terkadang bisa terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu metode Economic Order Quantity (EOQ) mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
dari perusahaan itu sendiri. Dari uaraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian dengan meminimalkan biaya persediaan.
2. Kebijakan Economic Order Quantity (EOQ) Untuk mengoptimalkan pembelian produk yang dapat menekan biaya persediaan sehingga terwujud efisiensi persediaan bahan baku, perusahaan perlu menentukan kebijakan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SO), dan Reorder Point (ROP) sebagai berikut: a. Menentukan Jumlah Bahan Baku yang Ekonomis (EOQ) Dalam rangka proses produksi, setiap perusahaan manufaktur akan melakukan pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama satu periode tertentu dengan biaya minimal agar perusahaan tidak kekurangan bahan baku. Agar pembelian (carrying) dan persediaan bahan baku (ordering cost) optimal, dalam perhitungan biaya dapat digunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), yaitu jumlah atau kuantitas bahan baku yang dapat diperoleh dengan biaya minimal. Adapun Economic Order Quantity (EOQ) dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu biaya penyimpanan per unit, biaya pemesanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
per pesan, kebutuhan bahan baku untuk satu periode, dan harga pembelian. b. Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Dalam perusahaan manufaktur diperlukan ketersediaan bahan baku untuk menjamin kelancaran produksi. Persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan (Hansen dan Mowen, 2005: 474). Sedangkan Martono dan Harjito (2008: 88) berpendapat bahwa persediaan pengaman adalah persediaan minimal yang ada diperusahaan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai diperusahaan. Atas dasar beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persediaan pengaman merupakan jumlah persediaan bahan baku minimal yang harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan bahan baku yang akan dibeli perusahaan, karena pada kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti direncanakan. Menurut Hansen dan Mowen (2005: 475) persediaan pengaman (Safety stock) dapat dihitung melalui perkalian tenggang waktu dengan selisih antara tingkat penggunaan bahan baku maksimal dan tingkat rata-rata penggunaan. c. Menentukan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Perusahaan juga harus menentukan titik pemesanan kembali (Reorder Point) apabila besar persediaan pengaman telah diketahui.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Hansen dan Mowen (2005: 470), mengatakan bahwa reorder point adalah titik waktu dimana sebuah pesanan baru harus dilakukan (persiapan dimulai). Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat Martono dan Harjito (2008: 88) bahwa reorder point adalah saat harus diadakan pesanan lagi sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu persediaan diatas safety stock sama dengan nol. Adapun menurut Carter (2009: 319), titik pemesanan kembali yang disebutnya sebagai reorder point adalah saat jumlah persediaan yang tersedia dan jumlah persediaan yang akan diterima sama dengan jumlah persediaan yang akan digunaka selama waktu tunggu dan jumlah persediaan pengaman. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa titik pemesanan kembali atau reorder point adalah saat perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali bahan baku sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku yang ada dalam persediaan pengaman. Titik pemesanan kembali bahan baku perlu ditentukan dengan cermat karena kekeliruan pemesanan bahan baku dapat mengakibatkan proses produksi terganggu. Menurut Martono dan Harjito (2008: 88) dalam menentukan titik pemesanan kembali perlu diperhatikan dua faktor berikut, yaitu : 1)
Penggunaan bahan selama lead time Lead Time adalah masa tunggu sejak pesanan bahan dilakukan
sampai dengan bahan tersebut tiba diperusahaan. Waktu tunggu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
berbeda-beda antara barang yang satu dengan yang lainnya. Disamping itu, waktu tunggu juga ditentukan oleh jarak antara perusahaan dan sumber bahan, alat transportasi, dan sebagainya. Selama waktu tunggu, proses produksi diperusahaan tidak boleh terganggu. Oleh karena itu, penggunaan bahan selama waktu tunggu perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga perusahaan tidak sampai kekurangan bahan. 2)
Persediaan Pengaman (Safety Stock) Safety Stock yaitu persediaan minimal yang ada dalam perusahaan
untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai diperusahaan. Menurut Kholmi (2008) faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman adalah: a) Penggunaan bahan baku rata-rata. b) Faktor waktu/ kadaluarsa c) Biaya-biaya yang dibutuhkan dalam menyediakan bahan baku. Sedangkan hal yang harus dipenuhi dalam menyediakan persediaan pengaman adalah: a) Persediaan yang minimum b) Besarnya permintaan pesanan c) Waktu tunggu (lead time) pemesanan Besarnya safety stock tergantung pada ketidakpastian pasokan bahan baku maupun permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
pasokan bahan baku diwakili dengan standar deviasi lead time, yaitu waktu antara perusahaan memesan sampai dengan bahan baku tersebut diterima. Sedangkan ketidakpastian permintaan biasanya diwakili dengan standar deviasi permintaan per periode. Kalau permintaan per periode maupun lead time sama-sama konstan maka tidak diperlukan adanya safety stock karena bahan baku datang pada saat persediaan di gudang sama dengan nol. Untuk mencegah kekurangan bahan (stock out) selama waktu menunggu pesanan inventory diperlukan persediaan penyelamat. Dengan adanya persediaan penyelamat, maka proses produksi dapat berjalan terus walaupun persediaan bahan baku telah habis. Persediaan penyelamat dalam suatu perusahaan akan menambah besarnya persediaan bahan baku dan dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan bahan baku dalam perusahaan yang bersangkutan. Kemungkinan terjadinya stock out disebabkan penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Besarnya bahan baku dapat ditentukan dari penyimpangan pemakaian
persediaan
bahan
baku
pada
waktu
yang
lalu
dibandingkan dengan perkiraan pemakaiannnya. Untuk menghindari terjadinya
kehabisan
meminimalkan
biaya
persediaan
(out
penyimpanan,
of
stock)
pesanan
harus
dan
untuk
dilakukan
sehingga tiba pada saat unit terakhir dalam persediaan digunakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Menurut Hansen dan Mowen (2005: 474), menghitung titik pemesanan kembali (Reorder Point) dapat dilakukan dengan mengalikan tingkat penggunaan bahan bakudengan tenggang waktu (lead time).
3. Efisiensi Metode Economic Order Quantity (EOQ) Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian bahan baku yang optimal yang dilakukan pada setiap kali pembelian dengan biaya persediaan. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Harahap dan Indra (2008: 4) menyimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) memilki beberapa efisiensi sebagai berikut: a. Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan. b. Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi, dan waktu antara pemesanan barang sampai dengan barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti dan bersifat konstan. c. Harga per unit barang konstan dan tidak memengaruhi jumlah barang yang akan dipesan nantinya. d. Pada saat pemesanan barang tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat. e. Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
4. Penentuan Economic Order Quantity (EOQ) Qopt sering disebut Economic Order Quantity (EOQ), yaitu jumlah unit yang dipesan pada biaya yang paling murah (ekonomis) atau optimal. Model ini memakai asumsi sebagai berikut: a. Permintaan selama satu tahun (D) diketahui tetap dan tidak berubah. b. Harga sediaan (C) diketahui tetap dan tidak berubah. c. Sediaan dianggap selalu tersedia sehingga dapat diperoleh setiap dibutuhkan. d. Biaya sediaan diketahui tetap dan tidak berubah. Berdasarkan asumsi diatas, maka faktor yang dianggap berubahubah ialah kuantitas pemesanan (Q), yang tergantung pada nilai faktor: D, C, dan biaya-biaya sediaan. Menurut Sutrisno (2011: 99), “Setelah jumlah bahan yang dibeli dengan minimal ditentukan, masalah selanjutnya yang muncul adalah kapan perusahaan harus memesan kembali agar perusahaan tidak sampai kehabisan bahan”. Rumus yang digunakan untuk menghitung Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebagai berikut:
Qopt =
2
atau EOQ =
2
%
Dimana: D = (Demand rate) atau kebutuhan sediaan S = (Setup Cost) atau biaya pemesanan H = (Holding Cost) atau biaya penyimpanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Untuk menganalis titik pemesanan kembali dengan titik ROP, dengan rumus: ROP = Load Time x Kuantitas pemakaian perhari.
E.
Jumlah Periode Pemesanan (Periodic Order Quantity) 1. Kegunaan Periodic Order Quantity (POQ) Periodic Order Quantity (POQ) digunakan untuk menentukan jumlah periode permintaan pemesanan persediaan bahan baku. Periodic Order Quantity (POQ) menggunakan logika yang sama dengan Economic Order Quantity (EOQ), tetapi mengubah jumlah pemesanan dalam unit menjadi jumlah periode pemesanan, yang hasilnya interval pemesanan tetap atau jumlah interval pemesanan tetap dengan bilangan bulat, untuk menentukan jumlah pemesanan sistem Periodic Order Quantity (POQ) cukup dengan memproyeksi jumlah kebutuhan setiap periode. Sistem Periodic Order Quantity (POQ) adalah berdasarkan atas tinjauan
periodik
terhadap
posisi
persediaan.
Penentuan
kapan
melakukan pemesanan dan berapa banyaknya yang harus dipesan tidak terikat pada permintaan melainkan pada tinjauan secara periodik.
2. Penentuan Periodic Order Quantity (POQ) Metode Periodic Order Quantity (POQ) digunakan dalam menentukan jumlah pemesanan per periode tertentu. Metode Periodic Order Quantity (POQ) sebenarnya adalah pengembangan dari metode
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Economic Order Quantity (EOQ). Periodic Order Quantity (POQ) menggunakan logika yang sama dengan Economic Order Quantity (EOQ), tetapi Periodic Order Quantity (POQ) mengubah jumlah pemesanan menjadi jumlah periode pemesanan. Hasilnya adalah interval pemesanan tetap dengan bilangan bulat (integer). Untuk menentukan jumlah pemesanan sistem Periodic Order Quantity (POQ) cukup dengan memproyeksikan jumlah kebutuhan setiap periode. Jika pada metode Economic Order Quantity (EOQ) jumlah barang setiap pemesanan adalah konstan, maka pada metode Periodic Order Quantity (POQ) ini interval periode pemesanan juga konstan. Metode Periodic Order Quantity (POQ) merupakan salah satu pengembangan dari metode Economic Order Quantity (EOQ), yaitu dengan
menstransformasi
kuantitas
pemesanan
menjadi
frekuensi
pemesanan yang optimal (Divianto, 2011). 1
2. .
Keterangan: POQ : Frekuensi pemesanan bahan baku P
: Biaya pemasangan bahan baku untuk tiap kali pesan
D
: Permintaan rata-rata perhorizon waktu perencanaan
D
: Permintaan atau pemakaian rata-rata bahan baku perputaran produksi penjualan.
S
: Biaya simpan bahan baku/ produk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Menurut Rangkuti (2007: 54) besarnya Periodic Order Quantity (POQ) dapat ditentukan pada interval pemesanan ekonomis (Economic Order Interva / EOI) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: EOI =
=
2
Dimana: EOI = Interval pemesanan ekonomis dalam satu periode S
= Biaya pemesanan setiap kali pesan
H
= Biaya simpan per unit = I*C
D
= Rata-rata permintaan per periode Pemesanan optimal untuk Model P ini dapat dilakukan melalui
rumus berikut ini: q = d(T+L) + zσT+L - I Dimana: q
= Jumlah pemesanan
d
= Rata-rata permintaan
T
= Waktu tinjauan
L
= Lead time
z
= Tingkat kepercayaan/ probabilitas standar deviasi
σT+L = Standar deviasi I
= Tingkat persediaan sekarang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
3. Kelebihan dan Kelemahan Periodic Order Quantity (POQ) a. Kelebihan Periodic Order Quantity (POQ) Kelebihan pada metode Periodic Order Quantity (POQ) ini adalah mengurangi kemungkinan perusahaan kehabisan stock dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pemesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan. Persediaan diawasi dan setiap periode tertentu ditambah agar persediaan tetap berada pada tingkat tertentu seperti yang telah ditagetkan. b. Kelemahan Periodic Order Quantity (POQ) Kelemahan Periodic Order Quantity (POQ) adalah penggunaan atau permintaan tahunan diasumsikan konstan atau continue, tetapi dalam prakteknya tidak konstan dan tidak continue. Onkos-ongkos pemesanan dan penyimpanan bahan baku diasumsikan konstan dan diketahui secara akurat, tetapi dalam kenyataannya sulit dipenuhi. Ongkos-ongkos paling sering dinyatakan sebagai total atau rata-rata, bukan ongkos marginal, dalam praktek ongkos marginal lebih penting dalam memberikan informasi bagi pembuatan keputusan manajemen inventory. Pengisian diasumsikan untuk item tunggal, tetapi dalam kenyataannya banyak item inventory yang perlu diisi kembali. Pengisian kembali inventory diasumsikan terjadi dengan segera, tetapi dalam kenyataannya membutuhkan waktu tunggu yang dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
bervariasi lamanya. Dalam pengendalian persediaan bahan baku dapat diterapkan untuk periode jangka panjang karena fluktuasi harga saham jangka panjang yang tinggi, dimana fluktuasi harga yang tinggi tersebut dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan persediaan bahan baku dipasar.
F.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N o. 1
Nama Peneliti Desi Efrianti, 2014
Sumber jurnal? Volume? Tahun?
Judul PENGARUH PENGENDALIAN PERSEDIAAN JUST IN TIME TERHADAP EFISIENSI PENGADAAN BAHAN BAKU (STUDI KASUS PADA CV JAWARA KARSA AGUSTO)
Metode Penelitian
Hasil Riset
Metode komparatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk melihat dan membandingkan pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya, dalam hal ini variabel Efisiensi Pengadaan Bahan Baku sebagai variabel Dependen dan variabel J.I.T
Saat JIT diterapkan total pembelian selama setahun Rp 2.028.882.720 yang artinya terdapat efisiensi sebesar Rp 366.245.280 dari total pembelian semula sebesar Rp 2.395.128.000. Dan pengendalian persediaan JIT yang memberi efisiensi terbesar atas pengadaan bahan baku CV Jawara Karsa Agusto, yaitu Rp
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
sebagai variabel independen
366.245.280 dalam satu tahun.
2
Gede Agus Darmawa n, 2015
PENERAPAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG PADA USAHA PIA ARIAWAN DI DESA BANYUNING TAHUN 2013
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan perhitungan menggunakan metode economic order quantity (EOQ).
Dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) menghasilkan total biaya persediaan bahan baku sebesar Rp 527.266,71, sehingga efisiensi yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) adalah sebesar Rp 531.835,29.
3
Wahyu Tri Pamungk as, 2012
ANALISIS PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE EOQ, STUDI KASUS PADA PT MISAJA MITRA CO.LTD.
Penelitian yang diakukan secara intensif, terinci dan mendalam menggunakan data sekunder, yang dihitung dalam satuan kg, pada EOQ, reorder point & Safety Stock.
Hasil yang diperoleh mengenai total biaya persediaan bahan baku menurut EOQ yaitu: penghematan bahan baku pada thn 2008 (By. 1017900435, EOQ: 714.137.415. Hemat: 303.763.020), pada thn 2009 (By. 1.298.678.784, EOQ: 905.225.018, Hemat: 776.901.043), pada thn 2010 (By: 1.378.049.664, EOQ: 916.481.916, Hemat:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
411.567.748), pada thn 2011 (Biaya: 1.809.501.042, EOQ: 1.175.858.500, Hemat: 633.642.542). 4
Henmaid, 2007
EVALUASI DAN PENENTUAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KANTONG SEMEN TIPE PASTED PADA PT. SEMEN PADANG
Perhitungan nilai perputaran persediaan atau Inventory Turn Over (ITO) digunakan untuk mengukur performansi persediaan PT. Semen Padang
Hasil simulasi awal diperoleh rata-rata persediaan sebesar 388 ton dengan nilai Rp 2.500.000.000,-. Hasil eksperimen dengan menggunakan metode EOQ dan POQ diperoleh rata rata persediaan sebesar 166 dan 204 ton dengan nilai Rp 1.220.000.000,dan Rp 1.500.000.000,-
5
Walter Zinn, 2005
A COMPARISON OF THE ECONOMIC ORDER QUANTITY AND QUICK RESPONSE INVENTORY REPLENISHMENT METHODS (PERBANDINGAN JUMLAH PESANAN EKONOMI DAN CEPAT TANGGAP PADA METODE PERSEDIAAN
QR method ignores three variables included in the EOQ: the cost of an order, the product's unit value, and the unit cost of holding inventoryNote that there are EOQ modelsavailable that include
The time between deliveries, especially when short, has a significant upward impact on the ordering cost in QR. Therefore, the shorter the time between deliveries, the greater the advantage of adopting the EOQ, although this result is also strongly affected by the cost
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
DEPOSIT)
safety stock in the computation of the EOQ. However, these models are outside the scope of this research in that we consider base stock only. (Menggunakan metode QR dengan 3 variabel (biaya pesanan, nilai unit produk, & biaya satuan persediaan)
of an order, as explained earlier. (Waktu antara pengiriman, terutama ketika pendek, memiliki dampak yang signifikan terhadap kenaikan biaya pemesanan dalam QR. Oleh karena itu, semakin pendek waktu antara pengiriman, semakin besar keuntungan dari mengadopsi EOQ, meskipun hasil ini juga sangat dipengaruhi oleh biaya pesanan)
Sumber : Dari beberapa jurnal yang relevan 2005-2016
G.
Rerangka Konseptual Berdasarkan pada kajian teori dan hasil riset terdahulu, maka penulis dapat menguraikan rerangka pemikiran, sebagai berikut: Penentuan besarnya persediaan sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan dan efisiensi penggunakaan barang pendukung berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah biaya untuk persediaan seperti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
biaya pemesanan (ordering costs) dan biaya penyimpanan (carrying costs), serta kemungkinan terjadinya keusangan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga semuanya ini dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan mengakibatkan kemacetan dalam proses produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.
PERSEDIAAN
DATA PENJUALAN DALAM UNIT/ TAHUN
PENGOLAHAN PERSEDIAAN
EOQ
POQ
EFISIENSI:
Jumlah pembelian optimal Jumlah order optimal Frekuensi pembelian optimal Biaya minimal
Sumber: Gambar 2.2 Rerangka Konseptual
http://digilib.mercubuana.ac.id/