PERBEDAAN BEBAN DAN STRES KERJA PERAWAT RUANG VIP DAN BANGSAL RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG
Manuskrip
Oleh : HARYATUN NIM : G2A214050
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuskrip dengan judul :
PERBEDAAN BEBAN DAN STRES KERJA PERAWAT RUANG VIP DAN BANGSAL RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang,
Juli 2016
Pembimbing I
Ns. Desi Ariyana Rahayu, S.Kep.,M.Kep
Pembimbing II
Ns. Tri Nurhidayati, S.Kep.,M.Si.Med
http://jurma.unimus.ac.id
PERBEDAAN BEBAN DAN STRES KERJA PERAWAT RUANG VIP DAN BANGSAL RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG
Haryatun 1, Desi Ariyana Rahayu 2, Tri Nurhidayati 3 1. S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected] 2. S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected] 3. S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected]
ABSTRAK Beban kerja yang tinggi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan stres. Stres kerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap kesehatan tenaga keperawatan dan pada akhirnya terhadap mutu pelayanan. Sedangkan mutu pelayanan yang diharapkan oleh pasien tentunya mutu pelayanan yang baik di setiap ruang rawat inap baik itu di ruang VIP maupun di ruang kelas. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan beban kerja dan stres kerja perawat ruang VIP dan bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang. Jenis penelitian deskriptif komparatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat ruang rawat VIP, bangsal bedah dan dalam rumah sakit Roemani Semarang yang terdiri dari perawat ruang VIP 66 orang, ruang bedah 28 orang, ruang penyakit dalam 26 orang, total populasi 120 perawat. Sampel penelitian yang berjumlah 55 orang menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perawat di ruang VIP dan ruang bangsal sama yaitu umur sebagian besar berumur 20-30 tahun, berjenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan DIII, lama kerja> 5 tahun. Beban kerja perawat di ruang VIP dan bangsal sama yaitu beban kerja berat. Stres kerja perawat di ruang VIP dan bangsal sama yaitu stres ringan. Tidak ada perbedaan beban kerja perawat ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang. Ada perbedaan stres kerja perawat ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang. Disarankan bagi rumah sakit perlu mempertimbangkan penambahan jumlah perawat mengingat jumlah perawat yang masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan pasien yang semakin meningkat, perlu strategi pengelolaan stres pada perawat untuk meminimalisir kelelahan kerja akibat stres kerja, seperti dilakukan pertukaran shift kerja, menyediakan fasilitas hiburan, kegiatan di luar kerja dan juga outbond. Perawat perlu melakukan manajemen stres yang efektif berupa pengelolaan waktu, teknik relaksasi, pemecahan masalah yang kreatif dan sebagainya. Kata Kunci : beban kerja, stres kerja perawat
http://jurma.unimus.ac.id
1
ABSTRACT High burden is one of the factors that cause stress. High job stress will have an impact on the health of nursing personnel and ultimately effect the quality of service. While the quality of service that expected by patients certainly is a good quality service in every ward either in the VIP room or in the regular ward. The purpose of this research was to determine the difference between the burden and nurse job stress who worked at VIP room and regular ward at the Roemani Hospital. The type of this research is comparative descriptive research that using cross sectional design. The population in this research are all nurses in VIP room, surgical wards and in hospital Roemani Semarang consist of 66 people VIP room nurses, 28 surgical room nurses, there are 26 nurses in internal disease room, and the total populations are 120 nurses. The number of sample are 55 nurses using purposive sampling technique. Data were analyzed using univariate and bivariate. The results showed that the characteristics of nurses in the VIP room and regular wards are mostly the same include the age are 20-40 years old, female , education level is diploma, the length of being employment is more than 5 years. The burden of nurses in the VIP room and the regular ward is a heavy burden. Nurses working stress in the VIP room is mild stress, same with the regular wards. There is no difference in the burden of nurses in the VIP room and regular wards at Roemani Hospital. There is a difference between nurses working stress in the VIP room and regular wards at the Roemani Hospital. Nurses need to do an effective stress management such as time management, relaxation techniques, creative problem solving and so on. Suggested for further research using different methods and variables eg the factors of the burden and nurses working stress to produce a better research. . Keywords : Workload, Nurses Working stress
PENDAHULUAN Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat terus menerus mengalami perubahan.Masyarakat berharap mendapat pelayanan yang terbaik dari perawat dan tenaga kesehatan, tetapi pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu sulit dilaksanakan jika kualitas kehidupan kerja buruk, sistem kesehatan dan suplai tenaga kesehatan tidak memadai. Untuk mencapai ketenagaan yang optimal perlu diperhatikan upaya kesehatan bagi tenaga kesehatannya (Alhuda, 2015).
Menurut Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992, pasal 23 upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Depkes RI, 2000). Beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja adalah tiga komponen utama dalam upaya
http://jurma.unimus.ac.id
2
kesehatan kerja. Hubungan yang serasi antar ketiganya akan menghasilkan kesehatan yang optimal. Beban kerja perawat adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki dalam jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007). Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental. Yang bersifat fisik seperti mengangkat pasien, mendorong kursi roda, mengganti sprei. Ketrampilan bersifat mental yaitu komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga, rasa tanggungjawab terhadap kesembuhan pasien (Nursalam, 2002).
Beban kerja perawat dapat dilihat dari beberapa aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerja sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh. Beban kerja lain yaitu waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan kerja yang berlangsung tiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang menunjang (Irwady, 2007).
Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh perawat dapat mengganggu penampilan kerja perawat. Dampak negatif dari banyaknya tugas tambahan perawat diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan berdampak buruk bagi produktivitas perawat (Irwady, 2007). Menurut hasil survey PPNI tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat propinsi di Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah,dan tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai. Kondisi kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial, kerjasama antar petugas dapat mengakibatkan ketidaknyamanan bagi pekerja. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stress kerja baik fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah.
Menurut Prihartini (2007) terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dan stres kerja. Semakin tinggi beban kerja semakin tinggi stres kerja. Hasil penelitian Maulana (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi stress kerja antara lain beban kerja, konflik dengan staf lain, perawatan klien dan pengembangan karir. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja menurut penelitian Soleman (2011) ada dua yaitu faktor eksternal seperti tugas, organisasi kerja, lingkungan kerja dan faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur,
kondisi
kesehatan)
dan
faktor
psikis
(motivasi,
persepsi,
kepuasan
dan
keinginan).Menurut Hart dan Staveland (1988),dalam Tarwaka 2010) menjelaskan tiga faktor
http://jurma.unimus.ac.id
3
utama yang menentukan beban kerja adalah tuntutan tugas, usaha dan performansi. Selain berhubungan dengan stress kerja,beban kerja juga berhubungan dengan mutu pelayanan keperawatan. Hasil penelitian yang dilakukan Simon (2012) didapatkan bahwa ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan. Semakin tinggi beban kerja semakin rendah mutu pelayanan keperawatan.
Mutu pelayanan keperawatan tidak terlepas dari peran klasifikasi pasien rawat inap karena dengan klasifikasi tersebut dapat diketahui bagaimana kondisi dan beban kerja perawat di masing-masing ruang rawat. Berdasarkan kategori pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan pasien dibedakan menjadi lima kategori yaitu self care, minimal care, intermediate care, modified intensive care dan intensive care. Pengkategorian pasien ini bertujuan untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat yang diperlukan di ruang rawat inap (Swanburg (1999) dalam Suarli (2009).
Rumah sakit Roemani mempunyai ruang rawat inap yang terdiri dari VIP dan bangsal. Jumlah pasien dan perawat di masing-masing ruang rawat inap berbeda-beda. Jajak pendapat yang dilakukan terhadap sepuluh perawat, lima perawat mengatakan tuntutan bekerja di VIP lebih besar karena kebutuhan pasien dan keluarga yang lebih banyak. Tiga perawat mengatakan beban kerja di bangsal lebih tinggi karena jumlah pasien yang dikelola lebih banyak, dan dua perawat mengatakan sama saja antara ruang VIP dan bangsal. Berdasarkan hal di atas penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan tingkat beban dan stres kerja perawat ruang VIP dan bangsal METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif yaitu penelitian yang bertujuan mencari perbedaan beban kerja dan stres kerja perawat ruang VIP dan bangsal rumah sakit Roemani Semarang. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perawat ruang rawat VIP, bangsal bedah dan dalam rumah sakit Roemani Semarang yang terdiri dari perawat ruang VIP 66 orang, ruang bedah 28 orang, ruang penyakit dalam 26 orang, total populasi 120 perawat. Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik random sampling proporsional sehingga jumlah sampel menjadi 55 responden. Penelitian dilakukan di ruang VIP, Bangsal Bedah, dan Bangsal Penyakit Dalam Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Alat pengumpul data dengan lembar kuesioner. Proses
http://jurma.unimus.ac.id
4
penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Juni 2016. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (Mann-Whitney dan uji t test independent). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik perawat di ruang VIP dan bangsal, umur sebagian besar berumur 20-40 tahun sebanyak 89,1%, berjenis kelamin perempuan sebanyak 67,3%, tingkat pendidikan DIII yaitu 89,1%, lama kerja sebagian besar lebih dari 5 tahun sebanyak 43,6%. Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur di Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Maret 2016 (n = 55) Ruang Umur 20-40 tahun 41-65 tahun Total
VIP F 29 1 30
Total
Bangsal % 52,7 1,8 54,5
f 20 5 25
% 36,4 9,1 45,5
Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Roemani Semarang, bulan Maret 2016 (n = 55)
F 49 6 55
di Rumah Sakit
Ruang Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
VIP F 8 22 30
Total
Bangsal % 14,5 40,0 54,5
f 10 15 25
% 89,1 10,9 100,0
% 18,2 27,3 45,5
F 18 37 55
% 32,7 67,3 100,0
Tabel 3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Rumah Sakit Romani Semarang bulan Maret 2016 (n =55) Ruang Tingkat Pendidikan DIII S1 Total
VIP F 25 5 30
Total
Bangsal % 45,5 9,1 54,5
f 24 1 25
% 43,6 1,8 45,5
F 49 6 55
% 89,1 10,9 100,0
Tabel 4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan lama kerja di Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Maret 2016 (n = 55) Ruang Lama Kerja 1-2 tahun 2-5 tahun >5 tahun Total
VIP F 13 3 14 30
Total
Bangsal % 23,6 5,5 25,5 54,5
f 10 5 10 25
http://jurma.unimus.ac.id
% 18,2 9,1 18,2 45,5
F 23 8 24 55
% 41,8 14,5 43,6 100,0
5
Tabel 5 Distribusi frekuensi beban kerja perawat di Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Maret 2016 (n = 55) Ruang Beban Kerja Ringan Berat Total
VIP f 15 15 30
Total
Bangsal % 27,3 27,2 54,5
F 11 14 25
% 20,0 25,5 45,5
F 26 29 55
% 47,3 52,7 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di Rumah Sakit Roemani Semarang sebagian besar berat sebanyak 29 responden (52,7%), yang terdiri dari di ruang VIP sebanyak 15 responden (27,2%), di ruang bangsal sebanyak 14 responden (25,5%). Beban kerja perawat kategori berat ini terjadi diketahui dari jawaban kuesioner yang menyatakan karena tuntutan pelayanan yang berkualitas, kurangnya tenaga perawat dibanding dengan jumlah pasien, tanggungjawab terhadap tugas yang terlalu banyak, jenis pekerjaan yang harus dilakukan seperti melakukan hal-hal yang bersifat administratif, beban kerja karena kondisi keluarga yang tidak kooperatif(selalu menuntut perawat untuk berbuat lebih), beban kerja karena harus melakukan pekerjaan di luar tanggungjawab contoh pengambilan darah untuk laborat,beban kerja karena ketatnya aturan kerja, peralatan yang tersedia tidak memenuhi standart atau kurangnya penguasaan terhadap alat yang baru.
Sesuai dengan penelitian Soleman (2011) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja ada dua yaitu faktor eksternal seperti tugas, organisasi kerja, lingkungan kerja dan faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepuasan dan keinginan). Menurut Hart dan Staveland (1988), dalam Tarwaka 2010) menjelaskan tiga faktor utama yang menentukan beban kerja adalah tuntutan tugas, usaha dan performansi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang VIP dan ruang bangsal sama-sama berat. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kerja di ruang VIP dan bangsal sama. Beban kerja pada perawat dipengaruhi oleh jumlah perawat, jumlah pasien, kondisi pasien dan sistem kerja perawat. Beban kerja yang berat terjadi karena tidak sebandingnya rasio tenaga perawat dengan pasien, pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perawat misalnya membuat pengantar administrasi pulang, mengambil
rontgen, mengambil obat
pasien ke apotik.
http://jurma.unimus.ac.id
6
Dilihat dari karakteristik responden perawat di ruang VIP dan ruang bangsal memiliki karakteristik yang sama. Berdasarkan umur sebagian besar berumur 20-40 tahun (dewasa muda) dan hanya sebagian kecil yang berumur lebih dari 40 tahun(dewasa menengah). Menurut Siagian(2001), semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan tehnis maupun psikologisnya, serta menunjukkan kematangan jiwa. Perawat yang lebih tua lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan sehingga beban kerja yang dirasakan lebih ringan sedang yang lebih muda merasakan beban kerja lebih berat.
Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar perempuan. Menurut temuan Cohen dan Kirchmeyer, 1995 dalam Panggabean (2004), menyatakan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan komitmen. Laki-laki lebih komitmen daripada wanita, hal ini disebabkan karena wanita lebih mengutamakan keluarga daripada pekerjaannya. Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar DIII dan lama kerja lebih dari 5 tahun. Belum adanya perbedaan tugas yang jelas antar perawat yang berbeda tingkat pendidikan, sehingga beban kerja perawat di ruang rawat inap RS Roemani tidak berbeda meskipun dengan tingkat pendidikan yang berbeda, akibatnya perawat merasa beban kerjanya berat. Beban kerja perawat seharusnya juga berdasarkan lama kerja sehingga perawat tidak merasa terbebani akibat pengalaman kerja yang berbeda.
Sesuai dengan teori menurut Rodah (1989) dan Manuaba (2000, dalam Prihatin, 2007), yang menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi oeh faktor-faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi : tugas-tugas fisik seperti alat dan sarana kerja,tata ruang, tempat kerja dan tugas-tugas bersifat mental seperti tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan. Organisasi kerja seperti waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja, pelimpahan tugas dan wewenang. Lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik, kimiawi, lingkungan kerja biologis, lingkungan kerja psikologis. Faktor internal meliputi : faktor somatis seperti jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, statusgizi, kondisi kesehatan dan faktor psikis seperti motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan.
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendianti (2011) menunjukkan bahwa beban kerja perawat termasuk kategori ringan dengan rata-rata persentase penggunaan waktu produktif perawat adalah sebanyak 57,44% kurang dari 80% waktu kerja optimum perawat selama 24 jam.
http://jurma.unimus.ac.id
7
Tabel 6 Distribusi frekuensi stres kerja perawat di Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Maret 2016 (n = 55) Ruang Stres Kerja Ringan Berat Total
VIP f 18 12 30
Total
Bangsal % 32,7 21,8 54,5
F 14 11 25
% 25,5 20,0 45,5
F 32 23 55
% 58,2 41,8 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja perawat di Rumah Sakit Roemani Semarang sebagian besar ringan sebanyak 32 responden (58,2%) yang terdiri dari di ruang VIP sebanyak 18 responden (32,7%), di ruang bangsal sebanyak 14 responden (25,5%). Hal ini menunjukkan bahwa stres kerja perawat di ruang VIP dan bangsal sama yaitu stres ringan. Hal ini ditandai dengan tanda dan gejala stres ringan di kuesioner yaitu kadang-kadang merasa sakit kepala saat bekerja, kadang-kadang merasa mual saat bekerja, kadang-kadang merasa sesak nafas saat bekerja, merasa otot kaku saat/setelah bekerja, kadang-kadang merasa telapak tangan berkeringat atau dingin, kadang-kadang merasa ada gangguan tidur, kadangkadang merasa denyut nadi meningkat, kadang-kadang merasa cemas/takut, kadang-kadang merasa tertekan karena pekerjaan/tuntutan atasan, kadang-kadang merasa kehilangan konsentrasi dan mudah lupa dan kadang-kadang merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sesuai dengan teori menurut Terry Beehr dan John Newman (dalam Widyasari, 2010) yang menyatakan bahwa tiga gejala dari stres ,yaitu : gejala psikologis, antara lain kecemasan, ketegangan, kebingungan, mudah
tersinggung, perasaan frustasi, rasa marah, dendam,
sensitif, hyperreaktif, menarik diri, depresi, perasaan terkucil, terasing, komunikasi tidak efektif, kebosanan, ketidakpuasan kerja, kehilangan konsentrasi, kehilangan kreativitas. Gejala fisiologis,antar lain meningkatnya denyut jantung, tekanan darah meningkatnya sekresi hormon stres, gangguan gastrointestinal, gangguan pernafasan, kelelahan fisik, sakit kepala,otot tegang, gangguan tidur. Gejala sosial antara lain menunda, menghindari pekerjaan, absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi dan produktivitas, perilaku sabotase dalam pekerjaan,meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan, meningkatnya agresivitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga.
Sesuai dengan teori Rasmun (2004) bahwa stres ringan, umumnya dirasakan oleh semua orang. Biasanya berakhir dalam beberapa menit atau jam, tidak akan menimbulkan penyakit
http://jurma.unimus.ac.id
8
kecuali dihadapi terus menerus, misal kemacetan, ketiduran, dikritik. Stres kerja yang muncul antara lain disebabkan karena beban kerja berlebih, perasaan cemas, dan suasana hati yang mudah berubah – ubah.
Perawat di ruang VIP dan ruang bangsal ada yang mengalami stres berat, hal ini terjadi karena perawat menunjukkan tanda dan gejala stres berat. Stres berat ini disebabkan karena beban kerja, kondisi kerja yang tidak menyenangkan, dan kondisi psikologis perawat. Hasil penelitian didukung oleh teori menurut Safaria dan Safutra (2009) yang menyatakan bahwa penyebab stres kerja dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu penyebab organisasional, penyebab individual, penyebab lingkungan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2007) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja yaitu kondisi kerja yang tidak menyenangkan, beban kerja yang banyak dan tipe Kepribadian A.
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Martina (2012) menunjukkan bahwa 69 perawat (86%) yang bekerja di ruang rawat inap RSPG Cisarua Bogor berada pada tingkat stres kerja sedang. Penelitian yang dilakukan oleh Revalicha (2013) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan stres kerja ditinjau dari shift kerja pada perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian yang dilakukan oleh Puteri (2009) menunjukkan bahwa responden yang mengalami stres kerja yaitu 19 orang (45,24 %) dan tidak mengalami stres kerja 23 orang (54,76 %). Responden yang mengalami stres kerja berada pada kelompok umur> 33 tahunya itu sebanyak 11 orang (26,2 %), berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 orang (35,72 %), dan mempunyai masa kerja> 9 tahun yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %) dan sudah menikah yaitu sebanyak 13 orang (30,95 %)
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggra (2012) menunjukkan bahwa perawat ruang rawat inap RS Paru Dr. Muhammad. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor cenderung mengalami stres kerja. Tabel 7 Perbedaan beban kerja perawat ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Maret 2016 (n = 55) Variabel Beban kerja
Ruang VIP Bangsal Total
N 30 25 55
http://jurma.unimus.ac.id
Mean Rank 25,95 30,46
ρ Value 0,298
9
Tabel 7 Menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang VIP diperoleh nilai mean rank sebesar 25,95 dan beban kerja perawat di ruang bangsal diperoleh nilai mean rank sebesar 30,46. Hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai p value =0,298 maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan beban kerja perawat ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang Tabel 8 Perbedaan stres kerja perawat Ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Maret 2016 (n = 55) Variabel Stres kerja
Ruang VIP Bangsal Total
N 30 25 55
Mean 41,87 42,56
ρ Value 0,039
Tabel 8 Menunjukkan bahwa stres kerja perawat di ruang VIP diperoleh nilai mean sebesar 41,87 dan stres kerja perawat di ruang bangsal diperoleh nilai mean sebesar 42,56. Hasil uji t test independent didapatkan nilai p value =0,039 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada perbedaan stres kerja perawat ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang. Tingkat stres kerja perawat ruang VIP dan bangsal pada dasarnya hampir sama, yang VIP mayoritas stres berat mempunyai nilai skor yang lebih tinggi tapi juga lebih banyak yang stres ringan dilihat dari jumlahnya bila dibandingkan dengan bangsal, tetapi jika dilihat dari skor angka total secara keseluruhan lebih banyak yang bangsal, ini dapat diketahui dari nilai ratarata mean rank yang lebih tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan beban kerja perawat ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang dengan nilai p value =0,298 (α < 0,05) dan ada perbedaan stres kerja perawat ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang dengan nilai p value =0,039 (α < 0,05).
Beban kerja perawat di ruang VIP dan bangsal tidak ada perbedaan. Hal ini disebabkan kondisi kerja di ruang VIP dan bangsal tidak berbeda jauh dilihat tugas dan tanggung jawab perawat di ruang VIP dan bangsal juga sama.
Hal ini sesuai dengan penelitian Irwandy (2007) yang menyatakan bahwa semakin banyak tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang tenaga perawat maka akan menambah tingginya beban kerja demikian juga sebaliknya. Apabila hal ini masih dipertahankan, maka akan menyebabkan beban kerja yang berlebihan pada perawat.
http://jurma.unimus.ac.id
10
Beban kerja perawat di ruang VIP dan bangsal Rumah Sakit Roemani Semarang adalah kategori berat. Apabila jumlah pasien semakin meningkat seiring dengan perubahan cuaca dan epidemiologi penyakit, maka akan semakin meningkatkan beban kerja perawat sehingga menyebabkan kelelahan kerja yang mempengaruhi performa kerjanya. Untuk mengetahui tingkat keseimbangan antara beban kerja dan jumlah SDM, dapat dilakukan melalui penghitungan beban kerja dengan menggunakan rumusan normatif. Apabila hasil penghitungan menunjukkan ketidakseimbangan antara beban kerja dan jumlah SDM, maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut adalah dengan pemberdayaan SDM (pendidikan/pelatihan, promosi, mutasi, demosi) dan rekrutmen perawat.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan stres kerja perawat ruang VIP dan Bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang dengan nilai p value =0,039 (α < 0,05). Meski ada perbedaan tingkat stres, tetapi sebagian besar perawat vip dan bangsal sama-sama memiliki stress ringan dengan persentase yang berbeda-beda tapi jika dilihat dari skor angka total lebih banyak yang bangsal jika secara keseluruhan, ini dapat diketahui dari nilai rata-rata mean rank yang lebih tinggi. Stres kerja yang muncul antara lain disebabkan karena beban kerja, perasaan cemas, dan suasana hati yang mudah berubah – ubah. Hasil penelitian meskipun perawat di ruang VIP dan bangsal memiliki beban kerja berat, namun sama-sama memiliki stres kategori ringan. Hal ini membuktikan bahwa perawat mampu mengelola stres kerja.
Meningkatnya tuntutan pekerjaan perawat saat naiknya lonjakan pasien di Rumah Sakit Roemani Semarang dapat menyebabkan stres kerja pada perawat, bila perawat tidak siap menghadapi perubahan yang pesat. Stres ringan pada perawat terjadi kemungkinan karena perawat sudah mempunyai pengalaman kerja yang cukup dan telah memahami epidemiologi penyakit yang muncul pada tahun–tahun sebelumnya. Tetapi kemungkinan terjadinya stres kerja tetap ada, dikarenakan kondisi psikologis seseorang berbeda beda antara satu waktu dengan waktu yang lain. Stres kerja yang muncul di Rumah Sakit Roemani Semarang antara lain disebabkan karena beban kerja, perasaan cemas, dan suasana hati yang mudah berubah – ubah.
Berdasarkan hasil kuesioner penelitian didukung dengan wawancara kepada beberapa orang perawat, maka dapat diketahui bahwa stres kerja yang terjadi di Rumah Sakit Roemani Semarang antara lain disebabkan karena adanya faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya stres kerja, antara lain : 1). Kondisi pekerjaan, yang menyebabkan beban kerja
http://jurma.unimus.ac.id
11
berlebihan baik secara kuantitaif maupun kualitatif sehingga dapat meningkatkan ketegangan dan menyebabkan kelelahan mental dan atau fisik. Bila hal ini terus berkelanjutan dapat berubah menjadi kelelahan yang amat sangat dalam bekerja (burnout). 2). Faktor interpersonal, yang menyebabkan hasil kerja dan sistem dukungan sosial yang buruk, persaingan yang tidak sehat, dan kecemburuan sosial. 3). Tampilan rumah–pekerjaaan, yang dipengaruhi karena mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi, kurangnya dukungan dari pasangan hidup dan stres karena memiliki dua pekerjaan.
Penyebab stres kerja antara lain waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, autoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antar karyawan dengan pimpinan yang frustasi dalam kerja. Pendapat ini sejalan dengan yang menyatakan penyebab timbulnya stres kerja dikarenakan suatu tuntutan pekerjaan yang di luar batas kemampuan individu.
Dilihat dari karakteristik umur sebagian besar perawat berumur 20-40 tahun atau usia dewasa muda. Menurut teori perkembangan Ericson dalam perkembangan psikososial di usia dewasa muda menunjukkan tanggungjawab emosi, sosial, dan ekonomi dalam kehidupan pribadi, mampu menghadapi stres akibat perubahan sehingga mampu mengelola stres. Dilihat dari jenis kelamin, sebagian besar perawat berjenis kelamin perempuan lebih banyak yang mengalami stres kerja berat. Hal ini sesuai dengan studi kepustakaan tentang stres menunjukkan bahwa wanita rentan terkena stres. Berdasarkan fakta historis dan perbedaan peranan yang sejak dulu ada antara pria dan wanita, sekarang terdapat tanda – tanda bahwa peranan pria dan wanita secara perlahan – lahan telah berubah. Semakin lama semakin banyak wanita yang memasuki kehidupan organisasi, karena itu wanita sekarang menjadi lebih rentan terkena stres.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puteri (2009) menunjukkan bahwa responden yang mengalami stres kerja yaitu 19 orang (45,24 %) dan tidak mengalami stres kerja 23 orang (54,76 %). Responden yang mengalami stres kerja berada pada kelompok umur> 33 tahunya itu sebanyak 11 orang (26,2 %), berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 orang (35,72 %), dan mempunyai masa kerja> 9 tahun yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %) dan sudah menikah yaitu sebanyak 13 orang (30,95 %).
http://jurma.unimus.ac.id
12
KESIMPULAN Beban kerja perawat di ruang VIP Rumah Sakit Roemani Semarang,beban kerja berat dan ringan sama sebesar 27,3%, beban kerja perawat di ruang bangsal sebagian besar berat sebanyak 25,5%. Stres kerja perawat di ruang VIP dan bangsal Rumah Sakit Roemani Semarang sebagian besar ringan sebanyak 58,2%. Tidak ada perbedaan beban kerja perawat ruang VIP dan bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang dibuktikan dengan nilai p value = 0,298 sehingga disimpulkan hipotesa Ho diterima dan Ha ditolak. Ada perbedaan stress kerja perawat ruang VIP dan bangsal di Rumah Sakit Roemani Semarang dibuktikan dengan nilai p value = 0,039 sehingga disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima.
SARAN Hasil penelitian berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden menunjukkan beban kerja baik di ruang VIP maupun bangsal sama-sama berat sehingga diharapkan perawat diberikan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan dan pengetahuan guna meningkatkan kemampuan dalam menghadapi kondisi dan beban kerja yang semakin kompleks dan demi meningkatkan produktivitas kerja perawat. Sedangkan untuk mengurangi stres kerja, perawat perlu melakukan manajemen stres yang efektif berupa pengelolaan waktu, teknik relaksasi, pemecahan masalah yang kreatif dan sebagainya.
Menjadi rekomendasi bagi rumah sakit dalam menentukan kebijakan terkait dengan beban kerja, bagi rumah sakit perlu mempertimbangkan penambahan jumlah perawat mengingat jumlah perawat yang masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan pasien yang semakin meningkat, perlu strategi pengelolaan stres pada perawat untuk meminimalisir kelelahan kerja akibat stres kerja, seperti dilakukan pertukaran shift kerja, menyediakan fasilitas hiburan, kegiatan di luar kerja dan juga outbond.
Diharapkan adanya tindak lanjut untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode dan variabel yang berbeda sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik, misalnya dengan meneliti faktor yang berpengaruh pada beban kerja dan stres kerja perawat, juga disarankan untuk membedakan shift kerja perawat untuk mendapatkan hasil yang obyektif.
http://jurma.unimus.ac.id
13
KEPUSTAKAAN Anggra, (2012). Gambaran Tingkat Stress Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Paru Dr Moehammad Goenawan Parto Widigdo Cisarua Bogor. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Sarjana. Universitas Indonesia Depkes RI, 2000. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta: Depkes RI Hendianti, G.N, (2011). Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Irwandy, (2007), Faktor-Faktor yang Berhubungan Kerja,:http//www.liwandy.kapali.wordpress.com//
dengan
Beban
Manuaba, A. (2000). Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam Wygnyosoebroto s & Wiranto, S.E:Eds. Processing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna Widya Surabaya Revalicha, N.S, (2013). Perbedaan Stres Kerja Ditinjau dari Shift Kerja pada Perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol. 2 No. 01, Februari 2013 Martina (2012). Gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (RSPG). (Skripsi Universitas Indonesia). Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Prihartini,(2007). Analisis Hubungan Beban kerja Dengan Stress Kerja Perawat Di Tiap Bangsal Rawat Inap RSUD Sidikalang. Skripsi tidak dipublikasikan Puteri, R. K,(2009).Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Pirngadi Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan Rasmun, (2004). Stres Koping dan Adaptasi. Jakarta: Sagung Seto Safaria, T & Nofrans, S, (2009).Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: bumi Aksara Simon, (2012). Hubungan Beban Kerja Perawatdenganmutu pelayanan keperawatan di Rawat Inap BLUD RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang. Soleman, A, (2011).Analisis Beban Kerja Ditinjau Dari Faktor Usia Dengan Pendekatan Recommended Weiht Limit (Studi Kasus Mahasiswa Unpatti Poka)Jurnal Arika, Vol. 05, No. 2 Agustus 2011. Suarli, (2009).Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta : Erlangga
http://jurma.unimus.ac.id
14
Supardi, (2007). Analisa stres kerja Pada Kondisi dan Beban Kerja Perawat Dalam Klasifikasi Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Tarwaka, (2010). Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Manajemen dan implementasi K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press. Widyasari,(2010) Hubungan antara kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat di rumah sakit islam yarsis surakarta. Di akses 2 Desember 2015; http://eprints.uns.ac.id/6316/1/159232408201002181.pdf.
http://jurma.unimus.ac.id
15