Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015
ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN DAN TITIK IMPAS PEKERJAAN BEKISTING KOLOM SISTEM KONVENSIONAL DENGAN SISTEM PERI DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG Ariany Frederika 1 1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar Email :
[email protected]
ABSTRAK Pekerjaan bekisting (formwork) merupakan salah satu komponen utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu pekerjaan struktur konstruksi beton dan pelaksanaannya membutuhkan biaya yang besar. Bekisting sistem konvensional biasa digunakan pada proyek konstruksi gedung. Bahan yang dipakai diantaranya kayu, multiplex, dan paku yang mudah didapat namun pemakaian ulangnya sangat terbatas. Hal tersebut mengharuskan pembelian material berulang kali. Salah satu metode bekisting modern yang ditawarkan sebagai alternatif adalah bekisting sistem Peri, yang terbuat dari bahan baja dan kayu dengan pemakaian berulang kali. Tujuan penelitian ini menganalisis perbandingan harga satuan pekerjaan bekisting kolom dan titik impas/BEP (break even point) volume dan biaya dari kedua metode tersebut. Studi kasus dilakukan pada Proyek Pembangunan Samasta Movenpick Hotel Jimbaran Bali dengan proyek pembanding yang menggunakan bekisting konvensional pada proyek pembangunan World Hotel Pecatu Bali. Data yang diperlukan yaitu daftar biaya upah, bahan dan alat, volume pekerjaan realisasi dan gambar proyek. Metode perhitungan dengan analisis produktivitas dan koefisien tenaga kerja serta menggunakan metode eliminasi pada titik impas. Dari hasil analisis didapat perbandingan harga satuan pekerjaan bekisting kolom sistem konvensional sebesar Rp. 94.000,00/m2 dan sistem Peri sebesar Rp. 53.500/m2 atau 1,77 :1. Titik impas volume dan biaya pada kedua metode ini terletak pada volume/luas 362,88 m2 dan biaya Rp. 31.912.200,00, sehingga pada volume/luas pekerjaan lebih besar dari titik impas lebih efisien menggunakan bekisting sistem Peri. Kata kunci: bekisting konvensional, bekisting peri, harga satuan, kolom, produktivitas, titik impas
1.
PENDAHULUAN
Pada umumnya dalam pekerjaan konstruksi beton ada tiga komponen utama yang harus direncanakan dengan baik, karena hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan suatu pekerjaan struktur. Ketiga komponen tersebut adalah campuran beton, penulangan beton dan bekisting (formwork). Diantara ketiga komponen tersebut, komponen bekisting pada pelaksanaannya membutuhkan biaya yang besar. Karena itu keputusan perencanaannya harus diambil keputusan yang mempunyai nilai ekonomis. Bekisting pada bangunan dengan material utama beton khususnya pada struktur kolom, umumnya menggunakan metode bekisting konvensional. Bahan yang digunakan pada bekisting konvensional diantaranya kayu, multiplex, papan dan paku yang mudah didapat tetapi pemakaian ulangnya sangat terbatas dikarenakan tahannya terhadap retakan dan geseran sangat kecil. Hal tersebut mengharuskan pembelian material berulang kali dan dalam pengerjaannya harus dipasang dan dibongkar atau dibuat pada setiap elemen struktur, sehingga pengerjaan dengan metode ini memerlukan waktu dan biaya yang cukup besar. Dengan perkembangan teknologi saat ini, ditawarkan alternatif metode bekisting kolom yang lebih modern, salah satunya adalah bekisting Peri. Metode bekisting Peri ini merupakan bekisting yang terbuat dari bahan baja, pinolik dan kayu yang dalam mekanisme pemakaiannya dapat dipakai berulang kali. Proyek Pembangunan Samasta Movenpick Hotel merupakan bangunan gedung bertingkat dengan bentuk kolom struktur yang tipikal tiap lantainya, pelaksanaan pekerjaan bekisting kolom menjadi lebih mudah akibat metode pekerjaan yang relatif sama pada setiap lantainya. Sirkulasi perpindahan alat dan material bekisting akan lebih teratur di bandingkan dengan bentuk yang lain. Dengan kondisi seperti ini, banyak metode yang bisa diterapkan. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang tepat dalam pemilihan metode bekesting kolom yang paling efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka menjadi tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis perbandingan harga satuan pekerjaan bekisting kolom konvensional dengan bekisting peri dan mencari titik impas volume dan biaya pelaksanaannya.
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MK-115
Ariany Frederika
2.
MATERI DAN METODA
A. Pengertian Bekisting Formwork atau bekisting merupakan salah satu faktor penting dari tiga komponen pokok yang harus direncanakan secara matang dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan (Illingworth, 1972). Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas/dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup. Beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting dalam suatu pekerjaan konstruksi beton, diantaranya adalah: Kualitas bekisting yang digunakan harus tepat dan layak serta sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Permukaan bekisting yang digunakan harus rata sehingga hasil permukaan beton baik. Keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi pekerja sekitarnya. Biaya pemakaian bekisting harus direncanakan seekonomis mungkin. Tingkat pemakaian bekisting yang berulang kali i n i tergantung dari bahan material bekisting yang digunakan. Hal ini menyebabkan berkurangnya biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan material dan pembuatan bekisting. Untuk ketahanan bekisting yang terbuat dari material kayu dalam pemakaian berulang adalah kurang lebih setengah kali ketahanan pemakaian berulang bekisting yang terbuat dari material baja (Chudley, 1974). Pemilihan material bekisting yang baik juga akan mempengaruhi hasil akhir permuukaan beton yang dikerjakan. Pemakaian material baja atau fiberglass, hasil akhir yang diperoleh jauh lebih baik dari pada pemakaian material kayu. Hal ini akan mempengaruhi pekerjaan finishing pada akhirnya. Semakin baik permukaan beton yang dihasilkan semakin sedikit jumlah atau luasan permukaan beton yang harus difinishing (Clark, J. E , 1983). Bekisting Sistem Konvensional Bekisting konvensional (gambar 1) adalah bekisting kontak terdiri dari kayu papan dengan perkuatan kayu kaso yang dikerjakan di tempat. Bekisting jenis ini adalah bekisting yang setiap kali setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah bentuk lain. Penggunaan material pada sistem ini hanya dipakai beberapa kali pengulangan dan untuk konstruksi yang rumit harus banyak diadakan penggergajian sehingga pelaksanaan jenis bekisting ini akan memakan waktu, bahan, dan ongkos kerja. Bekisting Sistem PERI Bekisting sistem PERI (gambar 2) disini adalah bekisting kontak terdiri dari girder utama dan girder sekunder yang dirancang untuk suatu proyek yang ukurannya disesuaikan dengan bentuk beton yang diinginkan. Penggunaan dari bekisting ini disebabkan karena adanya kemungkinan untuk digunakan secara berulang-ulang dalam bentuk tidak berubah (Wigbout, 1992). Setelah proses pengecoran selesai,komponen-komponen ini dapat disusun kembali menjadi sebuah bekisting sistem untuk obyek yang lain.
Gambar 1. Bekisting kolom konvensional
Gambar 2. Isometrik bekisting kolom sistem PERI
B. Komponen Yang Mempengaruhi Biaya Konstruksi Dalam suatu proyek konstruksi, komponen biaya merupakan salah satu komponen yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Biaya - biaya ini harus dikendalikan agar proyek konstruksi dapat terlaksana dan
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MK-116
Analisis Perbandingan Harga Satuan Dan Titik Impas Pekerjaan Bekisting Kolom Sistem Konvensional Dengan Sistem Peri Dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung
diselesaikan dengan biaya yang relatif hemat. Biaya proyek konstruksi dapat dikelompokan dalam dua jenis, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) (Nugraha et al, 1985) Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek. (Suharto, 1995). Biaya ini diperlukan untuk membeli bahan/material, dan membayar gaji pekerja/tukang. Biaya ini relatif tidak terpengaruh dengan pertambahan waktupelaksanaan. (Nursin, 1999) Data-data yang diperlukan dalam menghitung biaya langsung untuk setiappekerjaan adalah : Harga material, upah, pekerjaan khusus, yang didapat dari penawaran subkontraktor, biaya peralatan., metode pelaksanaan. Biaya Tidak Langsung adalah biaya yang diperlukan untuk mendukung penyelesaian pekerjaan. Biaya ini sangat dipengaruhi dengan pertambahan waktu pelaksanaan. Biaya tidak langsung digunakan untuk pengeluaran manajemen, supervisi, dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi produk permanen tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek (Suharto, 1995). Harga Satuan Pekerjaan Harga satuan pekerjaan adalah salah satu factor penting dalam penentuan biaya proyek, setelah kuantitas pekerjaan. Harga satuan pekerjaan konstruksi dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain : time schedule (waktu pelaksanaan yang ditetapkan) , metode pelaksanaan yang dipilih, produktivitas sumber daya yang digunakan. Produktivitas suatau kegiatan sangat berkaitan dengan biaya kegiatan tersebut. Karena produktivitas menunjukan beberapa output atau hasil pekerjaan persatuan waktu untuk sumber daya yang digunakan. Dengan demikian bila produktivitas tinggi, maka akan menjamin turunnya biaya persatuan output yang dihasilkan. Harga satuan pekerjaan dipengaruhi oleh: Upah tenaga kerja (Labors), Bahan (Materials), Alat (Equipment) Analisis Koefisien Harga Satuan Pekerjaan Analisis biaya konstruksi ditentukan oleh tiga variable terkait, yaitu : material, sumberdaya manusia, dan alat. Pekerjaan konstruksi ditentukan dalam kuantitas pekerjaan dengan satuan meter, meter persegi, atau meter kubik. Sedangkan ketiga variable diatas ditentukan dalam angka koefisien. Jadi satu satuan kuantitas pekerjaan membutuhkan beberapa jumlah dan jenis materials, sumberdaya manusia, serta alat yang dibutuhkan. Produktivitas Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dan manfaat sumber daya secara efisien. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu. (Mali, 1978). Boy (1986) menyatakan bahwa produktivitas adalah hubungan antara barang yang dihasilkan (output) dan jumlah tenaga kerja, modal, tempat, dan sumber daya lain yang tersedia untuk menghasilkan barang (input) yaitu dinyatakan dengan rumus : Output (hasil kerja) Produktivitas = (1) Input (Jumlah Tenaga Kerja) Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kebutuhan sumber daya manusia dari proyek konstruksi berfluktuasi sepanjang waktu proyek. Dimana kebutuhan sumber daya manusia dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : (2)
Jumlah SDM =
Waktu Pengerjaan Yang Dibutuhkan Waktu pengerjaan suatu jenis pekerjaan akan sangat berbengaruh kepada biaya yang akan dikeluarkan. Adapun waktu ini dapat dihitung dengan cara berikut (Susy Fatena, 2008) : Waktu pengerjaan =
(3)
Menghitung Rata-rata ( Mean ) Perhitungan ini merupakan metode perhitungan statistic mean, yang merupakan rata-rata aritmatik dari kelompok data, yaitu jumlah dari seluruh data dibagi dengan jumlah banyaknya data tersebut (Hasan, 2001) X=
(4)
Mencari Koefisien Tenaga Kerja Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum (BALITBANG PU, 2001) koefisien tenaga kerja dapat dicari dengan menggunaan data berupa jumlah tenaga kerja, jam kerja per hari dan produktivitas pekerja tersebut. Dengan rumus seperti berikut :
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MK-117
Ariany Frederika
Koefisien Pekerja
=
Koefisien Tukang Kayu
=
Koefisien Kepala Tukang Kayu
=
(Wkp x P) Qt (Wkp x Tk) Qt (Wkp x Ktk) Qt
(5) (6) (7)
Keterangan : Wkp = Jumlah Waktu kerja perhari (8 jam); P = Jumlah pekerja yang diperlukan (orang) Tk = Jumlah tukang kayu yang diperlukan (orang); Qt = Produktivitas tenaga kerja perhari Ktk= Jumlah kepala tukang kayu dibutuhkan (orang) Titik Impas (Break Even Point / BEP) Break Even Point (BEP) mempunyai pengertian yang sama dengan titik impas, tidak rugi-tidak untung atau seimbang (Soehardi, 1995). Menurut Nugraha (1985) dalam Nastiti (2004), BEP adalah suatu keadaan tertentu (titik), dimana keadaan netral, tidak untung dan tidak rugi atau keadaan dimana suatu alternatif tidak lebih baik ataupun tidak lebih jelek dari alternatif yang lainnya. Penggunaan analisis BEP untuk mengetahui titik impas volume dan biaya pekerjaan kedua metode pelaksanaan pekerjaan bekesting sistem konvensional dan sistem Peri. Dalam analisis BEP ini, dicari perpotongan dari volume dan biaya masing-masing metode bekesting dengan menggunakan Metode Eliminasi.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data Primer dan Sekunder Pengumpulan data pekerjaan bekisting kolom sistem Peri dilaksanakan pada Proyek Pembangunan Samasta Movenpick Hotel yang berlokasi di Jimbaran Bali, merupakan proyek gedung bertingkat dengan bentuk struktur kolom yang tipikal tiap lantianya. Data volume/luas pekerjaan, jumlah tenaga dan waktu untuk perhitungan produktivitas diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan dalam satu hari kerja. Sedangkan untuk proyek pembanding yang menggunakan bekisting kolom sistem konvensional dilaksanakan pada proyek pembangunan World Hotel di Pecatu, Bali. Rekapitulasi data primer dari hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 No
Luas dan jumlah tenaga pekerjaan bekisting kolom dalam satu hari. Pekerjaan
1
Bekisting kolom sistem konvensional
2
Bekisting kolom sistem peri
Lokasi Basement Lantai 1 Lantai 2 Basement Lantai 1 Lantai 2
Tenaga Kerja
Luas (m2)
P
Tk
Ktk
50,54 40,32 30,32 70,56 80,64 90,72
4 4 4 3 3 3
5 5 5 -
1 1 1 -
(Sumber: Data primer, 2014)
Keterangan:
P = Pekerja;
Tk = Tukang Kayu;
Ktk = Kepala Tukang Kayu
Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja Dari data pengamatan di lapangan dapat dicari produktivitas masing-masing pekerjaan yang dilakukan. Contoh uraian perhitungan produktivitas pekerja pada pekerjaan pemasangan dan perakitan bekisting konvensional. Produktivitas pekerjaan kolom Basement = = = 6,31 m2/jam Produktivitas pekerjaan bekisting kolom lantai 1 =
=
= 5,08 m2/jam
Produktivitas pekerjaan bekisting kolom lantai 2 =
=
= 3,79 m2/jam
Produktivitas rata-rata x =
=
=
= 5,06 m2/jam
Dengan cara yang sama untuk sistem Peri, maka hasil perhitungan produktivitas ditampilkan pada tabel 2
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MK-118
Analisis Perbandingan Harga Satuan Dan Titik Impas Pekerjaan Bekisting Kolom Sistem Konvensional Dengan Sistem Peri Dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung
Tabel 2 Hasil perhitungan produktivitas bekisting sistem konvensional dan sistem Peri No
1
Pekerjaan
Lokasi
A
B
Pekerjaan bekisting kolom sistem konvensional
Volume Realisasi per Hari c
Produktivitas (m2/jam)
Produktivitas /orang /jam
d = c/8
e = d/10
Basement
50,54
6,31
0,631
Lantai 1 Lantai 2
40,32 30,32
5,08 3,79 5,06
0,508 0,379 0,506
Rata-rata Produktivitas (X)
2
Pekerjaan bekisting kolom sistem peri
Basement
70,56
8,82
2,94
Lantai 1 Lantai 2
80,64 90,72
10,08 11,34 10,08
3,36 3,78 1,008
Rata-rata Produktivitas (x)
(Sumber : Pengolahan Data,2015) Perhitungan Koefisien Tenaga Kerja Bekisting Konvensional dan Peri Besaran koefisien tenaga kerja akan diperlukan dalam perhitungan analisis harga satuan pekerjaan per satu meter persegi, hasil perhitungan terdapat pada tabel 3 Tabel 3 Hasil Perhitungan Koefisien Tenaga Kerja bekesting sistem Konvensional dan sistem Peri No
1
Pekerjaan
Lokasi
a
b
Pekerjaan bekisting kolom sistem konvensional
Basement
Produktivitas Rata-rata(Q1) c
Produktivitas per hari (Qt) d = cx8 jam
P
Tk
Ktk
e
f
g
5,06 m2/hari
40,48 m2/hari
0,790
0,98
0,198
0,790 0,790 0,79
0,98 0,98 0,98
0,198 0,198 0,198
0,29
-
-
0,29 0,29
-
-
0,29
-
-
Lantai 1 Lantai 2 Rata-rata Produktivitas (x)
2
Pekerjaan bekisting kolom sistem peri
Basement 10,5 m2/hari
80,64 m2/hari
Lantai 1 Lantai 2 Rata-rata Produktivitas (x)
(Sumber : Pengolahan Data,2015)
Analisis Harga Satuan Bekisting sistem Konvensional Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka dapat dihitung biaya bahan dan tenaga kerja sehingga didapat biaya bekisting konvensional per lantai, hasilnya terdapat pada tabel 4
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MK-119
Ariany Frederika
Tabel 4 Biaya pekerjaan bekisting konvensional per lantai Lantai
Bahan (Rp)
Ongkos Tukang (Rp)
Biaya Pekerjaan per 1 m2 (Rp)
c
Biaya Pekerjaan per 10 m2 (Rp) d=b+c
a
b
Basement
726.222
184.300
946.522
93.900
Lantai 1
726.222
202.730
964.952
95.729
Lantai 2
726.222
223.002
985.224
97.740
e = d:10,08
(Sumber : Pengolahan Data,2015) Analisis Harga Satuan Bekisting sistem Peri Bekisting dengan sistem peri dapat dianalisis dengan cara perhitungan biaya bahan dan biaya tenaga kerja. Untuk bekisting peri penggunaan 1 set bekisting dapat digunakan maksimal 10 kali pemakaian. Perhitungan biaya sewa alat sistem peri selama 1 bulan, untuk 10 meter persegi atau pekerjaan 1 bekisting kolom berdimensi 70x70x360 cm atau dalam 10 m2. Dari hasil perhitungan analisis harga satuan pekerjaan maka secara keseluruhan hasil tersebut di tabelkan pada tabel 5 Tabel 5 Rekapitulasi Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bekisting konvensional No a 1
Pekerjaan b Pekerjaan bekisting kolom konvensional
Uraian c Bahan
Tenaga Kerja
2
Pekerjaan bekisting kolom peri
Bahan
Tenaga Kerja Alat
d Kayu Seseh
e 32
Bh
Harga (Rp) g 1.900.00
Trplek 12mm Paku
4 4
Bh Kg
137.000 15.000
548.000 60.000
Pekerja
0.790
Oh
75.000
59.250
Tukang Kayu Kepala Tukang Kayu Total (Rp)
0.988 0.21
Oh Oh
100.000 125.000
98.800 26.250
Sistem-sistem peri / sepuluh pemakaian Block board 18mm Pekerja
22
Bh
4.244.300
4
bh
195.000
0.256
Oh
75.000
Sewa TC, solar 3000 lt, operator, mobdemob Total (Rp)
Jumlah
Satuan
dan Peri (dalam 10 m2)
f
Jumlah (Rp) f 726.222
946.522/10,08 = Rp. 94.000 4.244.300 /10 =.424.430 780.000/10 = 78.000 19.200
Rp.112.700.000x0,00011 (waktu efektifitas penggunaan tower creane) = Rp. 11.427
= Rp. 53.200
(Sumber : Hasil analisis,2015)
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MK-120
Analisis Perbandingan Harga Satuan Dan Titik Impas Pekerjaan Bekisting Kolom Sistem Konvensional Dengan Sistem Peri Dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung
Analisis Biaya dan Waktu Pekerjaan per Lantai Hasil perhitungan biaya dan waktu pemasangan bekisting konvensional dan Peri per lantai dan per 1 bekisting kolom di tampilkan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Analisis Biaya dan Waktu Pekerjaan per Lantai per 1 bekisting No
Pekerjaan
a
b Sistem Konvensional
1
Lantai
Harga Satuan (per m2)
c Basemen Lantai 1 Lantai 2
d 94.000 95.729 97.740
Harga Satuan Produktivitas (per (m2/hari) kolom) e f 946.522 40,48 964.952 40,48 985.224 40,48
Volume Pekerjaan (m2)
Biaya (Rp)
Waktu Pengerjaan (Hari)
g 665,28 665,28 715,68
h= d x g 62.466.975 63.686.589 69.950.563
i = g/f 16,4 16,4 17,7
Rp. 196.104.127
50,5
35.384.247 35.384.247 38.064.872
8,2 8,2 8,8
Rp.108.833.366
25,2
Total 2
Sistem Peri
Basemen Lantai 1 Lantai 2
53.500
531.870
80,64 80,64 80,64
Total
kolom
665,28 665,28 715,68
(Sumber : Hasil Analisis, 2015) Titik Impas Volume dan Biaya Sebelum menentukan titik impas volume dan biaya pekerjaan, efisiensi alat harus di perhitungkan terlebih dahulu dengan pembagian zone kerja. Efisiensi penggunaan bekisting kolom dengan sistem konvensional dan peri dapat dianalisis dengan cara perhitungan biaya bahan, volume dan waktu. Menghitung titik temu besaran biaya dan waktu pekerjaan didapat dengan menggunakan data pada tabel 7 dan digambarkan pada Gambar 3. Berdasarkan gambar 3 maka didapat perbandingan titik temu volume dan biaya bekisting konvensional dan bekisting peri pada volume/luas 362,88 m2. Jadi untuk proyek yang memiliki volume/luas pekerjaan bekisting kolom lebih dari 362,88 m2 lebih efisien menggunakan bekisting sistem Peri. Tabel 7 Titik Temu volume dan Biaya Pekerjaan bekesting Konvensional dan Peri Volume
Konvensional (Rp)
Peri (Rp)
1
60,48
9.820.464,00
31.912.200,00
2
120,96
9.820.464,00
31.912.200,00
3
181,44
19.640.928,00
31.912.200,00
4
241,92
19.640.928,00
31.912.200,00
5
302,4
31.098.136,00
31.912.200,00
6
362,88
31.098.136,00
31.912.200,00
7
423,36
62.196.272,00
31.912.200,00
8 9
483,84
62.196.272,00
31.912.200,00
544,32
124.392.544,00
31.912.200,00
10
604,8
124.392.544,00
31.912.200,00
248.785.088,00
63.824.400,00
No
665,28 11 (Sumber : Hasil analisis,2015)
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MK-121
Ariany Frederika
Gambar 3 Titik temu volume dengan harga antara bekisting konvensional dan Peri
4.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan: - Perbandingan harga satuan pekerjaan bekisting kolom sistem konvensional sebesar Rp. 94.000,00/m2 dan sistem Peri sebesar Rp. 53.500/m2 atau perbandingan 1,77 : 1 - Titik impas volume dan biaya pada kedua metode ini terletak pada volume/luas 362,88 m2 dan biaya Rp. 31.912.200,00, sehingga pada volume/luas pekerjaan lebih besar dari titik impas lebih efisien menggunakan bekisting sistem Peri.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya Penelitian ini dapat terselesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada pihak–pihak yang telah turut membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian maupun saat penulisannya, khususnya pihak konraktor dan tim survey serta semua yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Kami menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan masukannya demi kesempurnaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Asiyanto. (2003). Construction Project Cost Management. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Clark, J. E., (1983), “Structural Concrete Cost Estimating.” New York: McGraw Hill Book Company. Ervianto, W. I., (2003) Cara Tepat Menghitung Biaya Bangunan. Andi,Yogyakarta. Hanna, AS., (1998). Concrete Formwork System. Marcel Dekker. New York. Helyar, Frank W , (1978) Contruction Estimating and Costing , Toronto McGraw Hill. Handbook Formwork, (2005), “Successful Construction with PERI.” PERI. Setiaty, W., (2005), “Perbandingan Perancah Bekisting Box Girder antara Sistem PERI dengan Sistem Ring Scaffold Ditinjau dari Segi Biaya dan Waktu.” Skripsi, FT Universitas Pancasila, Jakarta. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 1. PT Bumi Aksara Jakarta. Illingworth, J. R., (1993), Construction Method and Planning. E & FN Spon:London. Imam Suharto., (1995), Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta: Erlangga. Nursin, Afrizal, (1999), “Modul Ajar Manajemen Proyek”. Depok: Politeknik Negeri Jakarta. Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Jakarta,Indonesia. Rostiyanti, Susy Fatena.(2008). Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. PT Renika Cipta, Jakarta. Sinungan, Muchdarsyah. (2003). Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Bumi Aksara: Jakarta. Wigbout, F., (1987), Bekisting Kotak Cetak. Erlangga: Jakarta.
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MK-122