w
o. id
bp s. g
un ak ab .
at
.n
w
w
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN NATUNA TAHUN 2013 21030.0809 9201001.2103 16 cm x 21 cm vi + 74 Halaman
Naskah: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
un ak ab .
Penyunting: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
o. id
: : : : :
bp s. g
ISSN No. Publikasi Katalog BPS Ukuran Buku Jumlah Halaman
Gambar Kulit: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
w
w
w
.n
at
Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source
o. id
KATA SAMBUTAN
w
w
w
.n
at
un ak ab .
bp s. g
Puji dan Syukur kami persembahkan kehadirat Tuhan YME, karena atas ridho dan karunia-Nya sehingga publikasi “Indikator Ekonomi Kabupaten Natuna Tahun 2013” ini dapat diselesaikan. Topik yang diangkat dalam publikasi ini mengenai kondisi perekonomian di Kabupaten Natuna. Secara khusus, publikasi ini membahas tentang pertumbuhan ekonomi, perkembangan harga bahan pokok, pertanian, pariwisata, ketenagakerjaan dan beberapa indikator ekonomi lainnya. Data yang digunakan untuk penulisan publikasi ini terutama berasal dari survei BPS Kabupaten Natuna. Untuk melengkapi hasil analisis dan perhitungan juga digunakan data dan informasi dari berbagai instansi lainnya. Demikian publikasi ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
o. id
Halaman
bp s. g
.............. .................................................................................... .............................................................................. ...................................................... Latar Belakang ......................................................... Tujuan dan Manfaat ............................................... Sumber Data ............................................................. Sistematika Penulisan ..............................................
un ak ab .
1.1 1.2 1.3 1.4
w
w
w
.n
at
......................................................... 2.1 Konsep dan Defenisi .............................................. 2.2 Formula Perhitungan ............................................... 2.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .....
3.1 3.2 3.3 3.4
Sub Sektor Sub Sektor Sub Sektor Sub Sektor
............................................................. Tanaman Pangan ................................ Perkebunan .......................................... Peternakan ........................................... Perikanan .............................................
ii iii v 1 2 6 8 9 10 11 14 14 18 19 23 26 27
iii
DAFTAR ISI
............................................................ 4.1 Perhotelan ..................................................................
31 32
............................................. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ....... Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) ......................... Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ................. Lapangan Usaha .........................................................
37 39 41 42 43
o. id
5.1 5.2 5.3 5.4
45 47
......................................................... 7.1 Laju Pertumbuhan Eonomi (LPE) .......................... 7.2 Struktur Perekonomian ..........................................
51 52 56
................................... Pengeluaran Rata-rata Konsumsi ........................ Pendapatan Regonal per Kapita ..........................
60 62 66
at
.n
w
w
w
8.1 8.2
un ak ab .
bp s. g
................................ 6.1 Indeks Harga Konsumen dan Laju Inflasi.............
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Halaman 20
Luas Panen Bahan Makanan menurut Komoditas dan Kecamatan Tahun 2013 (Ha) ..............................
21
o. id
Luas Tanam Bahan Makanan menurut Komoditas dan Kecamatan Tahun 2013 (Ha) ..............................
24
Jumlah Produksi Perkebunan menurut Komoditas dan Kecamatan Tahun 2013 (Ton) ............................
25
Jumlah Ternak dan Unggas menurut Jenis dan Kecamatan Tahun 2013 .....................................................
26
Jumlah RTP,Keramba dan Produksi Perikanan Budidaya menurut Kecamatan Tahun 2013 ....................
28
Jumlah RTP dan Produksi Perikanan Tangkap menurut Kecamatan Tahun 2013 ...................................
29
Banyaknya Perusahaan Akomodasi/Hotel Non Bintang menurut Kecamatan Tahun 2013 .....................
34
Jumlah Hotel, Kamar dan Tempat Tidur Hotel dan Akomodasi di Kabupaten Natuna Tahun 2009-2013
35
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013 ...............................
40
Tingkat Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013 ..........................................................
42
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013 ..........................................
43
.n
at
un ak ab .
Luas Lahan Perkebunan menurut Komoditas dan Kecamatan Tahun 2013 (Ha) ......................................
w w
22
w
bp s. g
Jumlah Produksi Bahan Makanan menurut Komoditas dan Kecamatan Tahun 2013 (Ton) ..................
v
DAFTAR TABEL
Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 .................... 44 Indeks Harga Konsumen dan Laju Inflasi Kabupaten Natuna Tahun 2013 ...................................................... 48 Inflasi Nasional dan Tiga Kabupaten Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 ...................................... 50
o. id
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013(000Rp) 54
bp s. g
Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 ..............................................
55
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2013(000Rp) 57
un ak ab .
Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Makanan di Kabupaten Natuna Tahun 2011-2013 .......................................................................
63
at
Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Non Makanan di Kabupaten Natuna Tahun 2011-2013 ....................................................................... 64 67
Pendapatan Perkapita Kabupaten Natuna Tahun 2009 - 2013 ....................................................................
68
Pemerataan Pendapatan Kabupaten Natuna dengan Kriteria Bank Dunia Tahun 2009 -2013 ...................
74
w
w
w
.n
PDRB per Kapita Kabupaten Natuna Tahun 2009 - 2013 ................................................................................
vi
PENDAHULUAN
w
o. id
bp s. g
un ak ab .
at
.n
w
w
PENDAHULUAN
BAB I - PENDAHULUAN
o. id
Pada hakikatnya, pembangunan merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
bp s. g
taraf hidup masyarakat, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor
un ak ab .
primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara nyata, dan dengan tingkat
at
pemerataan yang semakin baik.
.n
Secara nasional, visi Indonesia tahun 2010-2014 juga
w
tetap bertumpu pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
w
Secara lengkap visi Indonesia 2010-2014 adalah “Terwujudnya
w
Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan”. Upaya untuk mewujudkannya akan dilakukan melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan budaya bangsa.
Indikator Ekonomi 2013
2
PENDAHULUAN
Untuk mewujudkannya maka penguatan yang pernah digulirkan pada periode 2004-2009 yang dilanjutkan dengan
disertai pembangunan
yang inklusif dan berkeadilan. 1.
itu adalah
(meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengedepankan investasi dan ekspor),
2.
(menggerakkan
untuk
(merevitalisasi pertanian, kehutanan, kelautan, dan
ekonomi
kemiskinan,
bp s. g
3.
riil
o. id
menciptakan lapangan kerja),
sektor
pedesaan
serta
untuk
program
lain
menanggulangi yang
langsung
un ak ab .
menyentuh masyarakat miskin) dan 4.
(mengelola dan melindungi sumber
daya alam yang ada untuk dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan serta mengembangkan pulau-pulau
.n
at
kecil menjadi pulau benilai ekonomi) tidak
w
Daerah
w
Sejalan dengan semangat otonomi daerah, Pemerintah lagi
sebagai
komponen
desentralisasi
w
administrasi dan otonomi birokrasi, tetapi sudah diberi kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Saat ini pemerintah daerah tidak hanya berperan sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat seperti pada era sebelumnya, namun lebih berperan sebagai penentu kebijakan lokal daerah. Hal ini di satu sisi merupakan berkah bagi
Indikator Ekonomi 2013
3
PENDAHULUAN
daerah, tetapi di sisi lain merupakan beban yang menuntut kesiapan daerah untuk melaksanakannya dengan sebaikbaiknya. Otonomi
daerah
yang
dititik beratkan
kepada
kabupaten atau kota yang diserahkan kewenangan yang besar dengan harapan untuk yang terbawah dalam pemerintahan tersebut,
yang
lebih
dekat
dengan
masyarakat
memberikan pelayanan publik (
akan
) yang lebih
o. id
efektif dan efisien dibandingkan jika diselenggarakan pada Terlepas dari adanya kelemahan-kelemahan
bp s. g
tingkat pusat.
dan polemik yang masih menyertai pelaksanaan otonomi, setiap
daerah
seharusnya
menyambut
gembira
dan
un ak ab .
bertanggung jawab atas proses demokratisasi pemerintah daerah itu. Tidak terkecuali Kabupaten Natuna. Penyelenggaraan pemerintah baik dalam menjalankan administrasi
maupun pelayanan publik menjadi semakin
.n
at
bertumpu kepada kemampuan daerah otonom tersebut untuk
w
secara lebih efektif mencapai tujuannya.
Pencapaian tujuan
w
dapat tergambar dari perekonomian daerah.
Perkembangan
w
ekonomi daerah dapat memberi gambaran yang lebih tentang semakin membaiknya pelayanan publik, seperti tersedianya sarana dan prasarana publik yang lebih efektif, terciptanya iklim yang kondusif untuk masyarakat menggiatkan ekonomi daerah sampai tercapainya tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Indikator Ekonomi 2013
4
PENDAHULUAN
Sebagai suatu wujud tanggung jawab pemerintah dalam mensukseskan pembangunan yang dilakukan adalah dengan perencanaan yang terarah dan evaluasi atas hasil proses pembangunan dipandang
sebelumnya.
Perencanaan
daerah
dapat
sebagai tahap awal dari serangkaian proses
pembangunan
yang
menjadi
bagian
penting
penentu
keberhasilan pembangunan itu sendiri. Kesalahan dalam ketidakberhasilan
tujuan
o. id
pembangunan, tidak hanya berakibat pada pembangunan,
melainkan
bp s. g
perencanaan
juga
berakibat pada pemborosan sumber daya yang makin langka dan waktu yang makin terbatas. Tidak kalah penting dengan Evaluasi
adalah
diperlukan
pembangunan
tahap
evaluasi
un ak ab .
perencanaan
sebagai
sebelumnya
umpan
yang
atas
pembangunan.
balik
dijadikan
dari dasar
hasil untuk
menciptakan pembangunan yang lebih baik di masa datang.
.n
at
Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan
w
daerah adalah dengan terciptanya keadaan ekonomi yang
w
kondusif dan stabil. Stabilitas ekonomi yang baik sangat
w
diperlukan
bagi
keberlangsungan
pembangunan.
Daerah
dengan keadaan ekonomi yang maju relatif akan lebih berhasil dalam mendukung terciptanya berbagai kemajuan lainnya. Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa dengan ekonomi yang maju akan berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Indikator Ekonomi 2013
5
PENDAHULUAN
Dalam berbagai literatur ekonomi, kestabilan ekonomi biasanya digambarkan dengan berbagai indikator kunci ( ) perekonomian. Berdasarkan aspek pendapatan, perekonomian biasanya diukur dengan 1. Tolak ukur pendapatan per kapita. 2. Pertumbuhan ekonomi,
o. id
3. Perubahan struktur ekonomi. besaran
angka
inflasi,
bp s. g
Sedangkan indikator kunci perekonomian yang lain adalah investasi,
perbankan
dan
aspek
ketenagakerjaan khususnya tingkat pengangguran. diperlukan
un ak ab .
Semua indikator kunci perekonomian tersebut sangat pemerintah
daerah,
khususnya
Pemerintahan
Kabupaten Natuna dalam perencanaan maupun evaluasi hasil pembangunan
sehingga
dapat
diketahui
sampai
dimana
.n
at
keberhasilannya dengan memanfaatkan instrumen indikator
w
w
w
kunci perekonomian.
Untuk mengetahui indikator apa sajakah dan seberapa besar kemajuan atau stabilitas ekonomi itu tercapai, maka sangat diperlukan data dan informasi yang akurat. Oleh karena itu publikasi ” ini dibuat untuk menyajikan gambaran
Indikator Ekonomi 2013
6
PENDAHULUAN
maupun informasi yang jelas tentang keadaan ekonomi makro Kabupaten
Natuna.
Dengan
mengetahui
berbagai
kecenderungan dari indikator-indikator atau variabel-variabel ekonomi makro, diharapkan
dapat menetapkan
kebutuhan program yang lebih tepat agar diperoleh hasil pembangunan yang lebih optimal di masa datang. Secara khusus tulisan publikasi ini bertujuan untuk melihat keadaan
o. id
makro ekonomi sebagai suatu hasil yang terjadi dalam tahun 2013, yang meliputi:
bp s. g
pelaksanaan pembangunan selama ini di Kabupaten Natuna 1. Menyediakan informasi tentang pertumbuhan ekonomi,
un ak ab .
struktur perekonomian pada sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Natuna,
2. Mengetahui perkembangan harga kebutuhan barang konsumsi di Kabupaten Natuna sebagai bahan evaluasi
at
perkembangan
harga
secara
.n
terhadap
w
berkesinambungan,
w
3. Untuk mengetahui gambaran sektor Pertanian yang
w
merupakan sektor unggulan di Kabupaten Natuna yang memiliki
kontribusi
terbesar
dalam
perekonomian
Kabupaten Natuna, 4. Melihat peran dan perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Natuna,
Indikator Ekonomi 2013
7
PENDAHULUAN
5. Melihat besaran pengeluaran konsumsi per kapita dan besaran pendapatan regional per kapita dan tingkat distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Natuna, 6. Situasi Ketenagakerjaan seperti partisipasi angkatan kerja Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dengan berbagai karakteristik demografinya
bp s. g
o. id
7. Melihat kondisi indikator makro lainnya.
Sumber data dan informasi publikasi ini berasal dari
un ak ab .
berbagai sumber yang relevan untuk digunakan sebagai dasar dalam memperkirakan besaran indikator makro. Pengumpulan data ini dilakukan dengan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Mengumpulkan
data-data
survei
seperti
Survei
at
Keuangan Daerah, SAKERNAS, SUSENAS, dan survei
.n
harga Konsumen dan Produsen Pedesaan (HD-1, HD-2,
w
HD-3, HD-4, HD-5.1, HD-5.2, HD-6), survei ekspor-
w
impor dan survei lain yang relevan.
w
2. Memanfaatkan data sekunder dari berbagai sumber baik pemerintah maupun swasta seperti laporan-laporan dalam
APBD
(Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah), BPS Propinsi Kepulauan Riau, BPS Pusat Jakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan sebagainya.
Indikator Ekonomi 2013
8
PENDAHULUAN
Publikasi ini disusun dalam 8 (delapan) bab, yaitu: Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan dan manfaat, sumber data, serta sistematika penulisan. Metodologi yang berisi tentang penjelasan teknis perhitungan serta konsep definisi dari beberapa indikator
o. id
makro. Sektor Pertanian.
bp s. g
Sektor Pariwisata yang ditinjau dari perkembangan perhotelan dan kunjungan tamu hotel/penginapan.
un ak ab .
Ketenagakerjaan Regional berisi tentang gambaran indikator-indikator ketenagakerjaan.
Indeks harga konsumen berisi tentang fluktuasi harga paket jasa dan konsumsi masyarakat.
at
Analisis Produk Domestik Regional Bruto yang berisi
.n
tentang Struktur perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi.
w
membahas Pengeluaran Konsumsi dan Pendapatan
w
w
Regional Per kapita.
Indikator Ekonomi 2013
9
METODOLOGI
w
o. id
bp s. g
un ak ab .
at
.n
w
w
METODOLOGI
BAB II - METODOLOGI
di dalam publikasi ini,yaitu : digunakan
untuk
ukuran-ukuran
bp s. g
adalah
o. id
Berikut beberapa konsep dan defenisi yang digunakan
melihat
kemajuan
yang
pembangunan
dibidang ekonomi pada suatu daerah atau wilayah
un ak ab .
dalam kurun waktu tertentu.
yaitu jumlah
nilai tambah yang dihasilkan dari unit usaha (sektor-
at
sektor ekonomi) dalam suatu wilayah tertentu, atau
.n
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang menggambarkan nilai
w
w
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
w
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku setiap tahun.
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu yang biasa disebut tahun dasar.
Indikator Ekonomi 2013
11
METODOLOGI
mencakup pengadaan,pembuatan, dan pembelian barang modal baru dari dalam negeri/wilayah dan barang modal baru atau bekas dari luar negeri/wilayah, yang digunakan untuk berproduksi di dalam negeri/wilayah tersebut.
merupakan indikator makro
o. id
yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai dalam
periode
indikator
ini
waktu
bp s. g
seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah tertentu.
digunakan
untuk
Dengan
demikian
menentukan
arah
un ak ab .
kebijakan pembangunan yang akan datang.
adalah nilai tambah masing-masing
sektor atau kontribusi masing-masing sektor dalam suatu perekonomian dari suatu daerah . Struktur
.n
at
ekonomi diperoleh dari nilai tambah masing-masing
w
sektor dibandingkan dengan total PDRB dan dinyatakan diperoleh dari total PDRB dibagi
w
w
dalam persen. dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, yang dapat dijadikan
cerminan seberapa tinggi
tingkat
kemakmuran yang telah dicapai oleh penduduk suatu daerah pada periode tertentu.
Indikator Ekonomi 2013
12
METODOLOGI
adalah indeks yang mengukur perubahan harga komoditi-komoditi di suatu wilayah dalam rentang waktu tertentu.
dihitung berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang merupakan salah satu indikator ekonomi
populer guna mengukur tingkat
perubahan
yang
perkotaan.
terjadi
pada
o. id
harga Inflasi
menggambarkan
konsumen terjadinya
bp s. g
kenaikan/penurunan harga dari komoditas-komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat secara bersamaan di suatu wilayah sehingga berdampak pada daya beli dan
un ak ab .
biaya hidup masyarakat.
adalah mereka yang berumur 15 tahun
ke atas dan selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan,
baik
bekerja
maupun
sementara
tidak
.n
at
bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panen, cuti
dan
sedang
menunggu
pekerjaan
w
sedang
w
berikutnya (contoh : pekerja bebas professional seperti
w
dukun dan dalang)
adalah mereka yang berumur 15
tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah,
mengurus
rumah
tangga,
atau
tidak
melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori pekerja atau mencari pekerjaan.
Indikator Ekonomi 2013
13
METODOLOGI
adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh
penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu berturut-turut dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam usaha/kegiatan ekonomi). adalah pekerjaan/
usaha/
bidang
perusahaan
instansi
dari
tempat
un ak ab .
bp s. g
seseorang bekerja.
kegiatan
o. id
, yaitu menghitung nilai tambah
a.
seluruh sektor ekonomi dimana nilai tambah tersebut
at
merupakan hasil dari nilai produksi dikurangi biaya
NTB = Op – BA
w
w
w
.n
antaranya, dengan formulasi sebagai berikut:
dimana: NTB = Nilai Tambah Bruto Op = Output/Nilai Produksi harga berlaku BA = Biaya Antara
Indikator Ekonomi 2013
14
METODOLOGI
Jika Op sulit diketahui karena sulit memperoleh data harga produsen, maka Op dapat dihitung sebagai berikut: Op = Ok – MP dimana: = Output/Nilai Produksi harga konsumen
MP
= Marjin Perdagangan (Biaya pemasaran dan
o. id
Op
angkutan)
bp s. g
, yaitu menghitung jumlah
b.
balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi
un ak ab .
yang terlibat dalam proses produksi.
NTB = UG + SU + Ptl neto + Pst dimana: UG = Upah / Gaji ( balas jasa tenaga kerja)
at
SU = Surplus Usaha
w
Pst = Penyusutan barang modal
w
w
.n
Ptl = Pajak Tak Langsung – subsidi
Angka PDRB atas dasar harga Konstan sangat penting untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun. Untuk memperoleh nilai tambah sektoral atas dasar
harga
konstan
dikenal
empat
macam
metode
penghitungan yaitu sebagai berikut :
Indikator Ekonomi 2013
15
METODOLOGI
yaitu menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar dan hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil penghitungan diatas.
bp s. g
Ok = P x HK
o. id
Dapat dirumuskan sebagai berikut:
dimana: Ok = Output/Nilai Produksi harga konstan P
= Volume produksi tahun berjalan
un ak ab .
HK = Harga tahun dasar
, Diperoleh dengan cara mengalikan nilai
tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing kegiatan/komoditas yang relevan. produksi
at
Indeks
sebagai
ekstrapolator
merupakan
.n
indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan
w
w
atau indeks dari berbagai indikator produksi, jumlah
w
tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan lainnya sesuai dengan jenis kegiatan yang dihitung. Dapat dirumuskan sebagai berikut: Ok = ( Ob x IP ) / 100 dimana: Ok = Output/Nilai Produksi harga konstan
Indikator Ekonomi 2013
16
METODOLOGI
Op = Output/Nilai Produksi harga berlaku IP
= Indeks Produksi
Yaitu dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan Indeks Harga Konstan atau Indeks Harga Perdagangan
o. id
Besar. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
bp s. g
Ok = ( Ob / IH ) x 100
= Output/Nilai Produksi harga konstan
Op
= Output/Nilai Produksi harga berlaku
IH
= Indeks Harga
laju
pertumbuhan
ekonomi
(LPE)
dihitung
at
Angka
un ak ab .
dimana: Ok
.n
dengan membandingkan perubahan PDRB atas dasar harga
w
w
w
konstan. Dengan mengembangkan formula Laspeyers, yaitu :
LPE
(PDRBadhk n PDRBadhk n1 ) 100% PDRBadhk n1
Dimana :
PDRBadhk n = Nilai PDRB atas dasar harga konstan di adhk
PDRB
n1
Tahun n = Nilai PDRB atas dasar harga konstan di Tahun (n-1) Indikator Ekonomi 2013
17
PERTANIAN
w
o. id
bp s. g
un ak ab .
at
.n
w
w
PERTANIAN
BAB III - PERTANIAN Sektor
pertanian
yang
terdiri
dari
sub
sektor
tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan resources).
Adapun
hasil
dari
bp s. g
(renewable
o. id
merupakan potensi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui sektor
ini
merupakan kebutuhan dasar dalam pemenuhan terhadap kecukupan
gizi
masyarakat
sehingga
dapat
mengetahui
un ak ab .
tingkat ketahanan pangan di suatu daerah, selain itu juga sebagai bahan dasar dalam sektor industri pengolahan.
.n
at
Sub sektor pertanian tanaman pangan terdiri dari
w
padi dan palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
w
ubi kayu dan ubi jalar), komoditas tersebut merupakan
w
komponen utama penghasil karbohidrat, protein dan lemak. Jika ditinjau dari potensi lahan yang ada di Kabupaten Natuna maka sektor tanaman pangan masih dapat dikembangkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan di Kabupatern Natuna.
Indikator Ekonomi 2013
19
PERTANIAN
2. Bunguran Barat 3. Bunguran Utara 4. PulauLaut 5. PulauTiga 6. BunguranTimur 7. BunguranTimur Laut 8. Bunguran Tengah 9. Bunguran Selatan
5 5 10
un ak ab .
10. Serasan
3 21 8 1 6 1 2 21 11 2 12 88
11. Subi 12. SerasanTimur
16 23 16 3 4 11 2 12 20 7 20 134
13 24 2 8 5 6 2 5 9 1 12 87
o. id
62 8 73 8 64 215
bp s. g
1. Midai
13 3 1 2 19
2013 di
.n
Pada tahun
w
at
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Natuna
yang
ada
Kabupaten
komoditas tanaman Natuna
mengalami
w
pangan
sebagian
w
peningkatan seperti terjadi pada padi, ubi jalar dan talas. Sedangkan tiga komoditas lainnya yaitu jagung, ubi kayu dan kacang tanah mengalami penuruan jika ditinjau dari luas tanamnya. Daerah yang memiliki hampir semua komoditas tanaman adalah Kecamatan Bunguran Barat dan Bunguran
Indikator Ekonomi 2013
20
PERTANIAN
Tengah. Untuk tanaman padi luas tanam terbesar adalah di Kecamatan Bunguran Tengah yaitu seluas 73 ha.
2. Bunguran Barat 3. Bunguran Utara 4. PulauLaut 5. PulauTiga 6. BunguranTimur 8. Bunguran Tengah 9. Bunguran Selatan 10. Serasan
w
2013 2012
.n
12. SerasanTimur
at
11. Subi
1 16 5 1 3 1 1 18 10 1 10 67 91
5 5 100
un ak ab .
7. BunguranTimur Laut
36 8 64 5 23 136 137
5 14 10 1 2 9 2 7 15 1 15 81 60
3 12 1 2 2 4 8 9 41 9
o. id
Midai
bp s. g
1.
1 11 1 1 1 15 46
w
w
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Natuna
Berdasarkan tabel 3.2 terlihat bahwa tidak semua tanaman yang ditanam pada tahun 2012 dipanen pada tahun yang sama atau ada juga tanaman yang gagal panen. Sehingga luas panen tanaman pangan lebih kecil dari luas tanamnya. Hal ini terjadi pada komoditas jagung, ubi kayu, ubi jalar
Indikator Ekonomi 2013
21
PERTANIAN
maupun kacang tanah. Jumlah luas panen yang cukup banyak selisihnya dibandingkan dengan luas tanam sebaiknya bisa menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah.
3. Bunguran Utara 4. PulauLaut 5. PulauTiga 6. BunguranTimur 8. Bunguran Tengah 9. Bunguran Selatan 10. Serasan
318
45
480
0
18 12 6 1 18 18 24 48 54
36 -
2,5 7 5 1 4,5 1 3,5 7,5 0,5 7,5
8 26 22 4 16 16
199
36
40
92
1.000
360
36
92
w
2013 2012
.n
12. SerasanTimur
at
11. Subi
1 3 1 1 18 10 1 10
un ak ab .
7. BunguranTimur Laut
75,6 16,8 134, 410,5 80,5
o. id
Midai
2. Bunguran Barat
bp s. g
1.
w
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Natuna
w
Berdasarkan jumlah produksinya pada tahun 2013
produksi padi menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012. Tahun 2013 produksi padi mencapai 318 ton dengan produksi tertinggi ada di Kecamatan Bunguran Tengah sebanyak 134 ton lalu disusul Kecamatan Serasan Timur yang mencapai 80,5 ton.
Serta tiga kecamatan lainnya yaitu Bunguran Barat,
Indikator Ekonomi 2013
22
PERTANIAN
Bunguran Timur dan Subi masing-masing 75,6 ton, 16,8 ton serta 10,5 ton. Berdasarkan tabel 3.3, produksi ada tiga kecamatan yang
dominan
memproduksi
tanaman
pangan
yaitu
Kecamatan Bunguran Barat, Bunguran Tengah dan Serasan Timur.
Adapun komoditas yang hampir ditanam di semua
kecamatan adalah ubi kayu.
o. id
Salah satu penyebab tidak stabilnya luas tanam padi di
bp s. g
kabupaten Natuna adalah karena ada beberapa petani di Kabupaten Natuna yang sangat bergantung pada adanya bantuan dari pemerintah untuk menanam padi. Baik berupa
un ak ab .
benih padi unggul maupun pupuk yang akan digunakan, karena jika mencari bibit atau pupuk sendiri selain harganya yang cukup mahal karena faktor transportasi, benih dan pupuk tersebut juga sulit didapatkan di Kabupaten Natuna.
.n
at
Faktor musim juga menjadi penentu untuk menanam padi
w
atau tidak, sebab sebagian besar sawah yang ada di Kabupaten
w
w
Natuna adalah sawah tadah hujan.
Sebagai daerah yang didominasi oleh lautan dan daerah pantai maka komoditas utama perkebunan Kabupaten Natuna adalah kelapa, selain itu terdapat juga tanaman perkebunan yang cukup
banyak diusahakan yaitu karet dan cengkeh.
Indikator Ekonomi 2013
23
PERTANIAN
Petani juga mengusahakan tanaman kopi, lada dan kelapa sawit. Namun untuk komoditi kelapa sawit hingga tahun 2013 tidak diusahakan lagi oleh petani karena nilai ekonominya
o. id
yang sangat rendah.
2.595
-
-
893
14
2. Bunguran Barat
110
925
700
8
790
70
3. Bunguran Utara
165
1.990
-
6
690
11
4. PulauLaut
100
1.100
-
-
350
-
5. PulauTiga
8
320
-
-
903
-
980
1.390
-
6
1.075
23
468
3.145
-
14
1.590
14
1.132
40,5
-
-
-
-
6. BunguranTimur 7. BunguranTimur Laut 8. Bunguran Tengah 9. Bunguran Selatan
620
1.050
-
8
1.375
-
115,5
286
-
2,5
2.815
10,5
16
588
-
-
907
-
163
576
-
-
801
-
at
10. Serasan
un ak ab .
Midai
.n
11. Subi
bp s. g
105
1.
w
w
w
12. SerasanTimur
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Natuna
Dilihat dari tabel 3.4 terlihat bahwa ada tiga jenis komoditas
tanaman
perkebunan
yang
mendominasi
di
Kabupaten Natuna yaitu Kelapa yang memiliki luas lahan tersebar yaitu 14.005,5 Ha disusul oleh cengkeh seluas 12.189
Indikator Ekonomi 2013
24
PERTANIAN
Ha dan karet seluas 4.287,5 Ha.
Luas lahan terluas untuk
komoditas karet terdapat di Kecamatan Bunguran Tengah, kelapa terdapat di Kecamatan Bunguran Timur sedangkan cengkeh terluas ada di Kecamatan Serasan.
Tiga komoditas
tanaman perkebunan lainnya hanya memiliki luas lahan yang
950
2. Bunguran Barat
350
800
3. Bunguran Utara
189
850
5.5
Midai
4. PulauLaut 5. PulauTiga 6. BunguranTimur
-
-
900
1
-
0,3
200
0,3
-
1
135
0,3
350
-
-
30
-
un ak ab .
30
1.
bp s. g
o. id
sedikit yaitu kelapa sawit, kopi dan lada.
10
63
-
-
145
-
1.000
600
-
0,1
50
2
750
900
-
0,5
80
0,6
1.670
4,2
-
-
-
-
9. Bunguran Selatan
125
450
-
0,3
900
-
10. Serasan
240
300
-
0,4
250
1
10
445
-
-
135
-
24
300
-
-
56
-
7. BunguranTimur Laut
w
w
11. Subi
.n
at
8. Bunguran Tengah
w
12. SerasanTimur
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Natuna Pada tabel
3.5 terlihat bahwa produksi karet terbesar ada
di Kecamatan Bunguran Tengah yang mencapai 1.670 ton, produksi kelapa terbesar ada di Kecamatan Midai yaitu
Indikator Ekonomi 2013
25
PERTANIAN
sebanyak 950 ton sedangkan cengkeh ada di Kecamatan Bunguran Selatan dan Kecamatan Midai yang mencapai 900 ton.
Dua komoditi lainnya yaitu kopi dan lada jumlah
produksinya masing-masing sebanyak 2,6 ton dan 5,2 ton .
Pembangunan sub sektor peternakan bertujuan untuk
o. id
meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, di samping meningkatkan peternakan
sehingga
diharapkan
bp s. g
pendapatan
Kabupaten
Natuna tidak perlu lagi mengimpor kebutuhan daging dan
un ak ab .
ternak dari daerah lain.
1.523 1.308 662 785 1.222 668 1.271 562 40 92 317 131
at
1. Midai
.n
2. Bunguran Barat
w
3. Bunguran Utara
w
4. PulauLaut
w
5. PulauTiga
6. BunguranTimur 7. BunguranTimur Laut 8. Bunguran Tengah 9. Bunguran Selatan 10. Serasan 11. Subi 12. SerasanTimur
-
5
19 28 9 8 11 352 384 62 82 478
Indikator Ekonomi 2013
19.155 10.140 2.205 590 2.305 7.930 7.545 6.785 7.890 1.260 3.740 6.630
15 490 20 19 225 730 65 540 30 335 39 675
1.840 1.052 216 60 261 883 738 747 760 185 367 752
26
PERTANIAN
8.581 8.479
5 5
1.433 1.549
76.175 78.605
3.183 3.440
7.861 8.133
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Natuna
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa hampir semua jumlah ternak dan unggas mengalami penurunan pada tahun 2013 kecuali jumlah sapi yang mengalami peningkatan sebesar 1,32 persen. Sedangkan jumlah ternak lainnya mengalami penurunan
o. id
walaupun jumlah penurunannnya tidak cukup banyak. Jumlah sapi terbanyak terdapat di Kecamatan Bunguran Timur
bp s. g
sedangkan kerbau hanya terdapat di Kecamatan Serasan Timur. Khusus untuk ayam dan itik terdapat di semua Hampir secara keseluruhan ternak dan unggas
un ak ab .
kecamatan
ini menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Natuna, ini menandakan sub sektor peternakan cukup berpotensi di
.n
at
Kabupaten Natuna di masa yang akan datang.
w
w
Berdasarkan sistem usahanya sub sektor perikanan
w
dibedakan menjadi dua yaitu perikanan tangkap (nelayan) dan perikanan budidaya, sedangkan berdasarkan lokasi usaha perikanan tangkap terbagi menjadi penangkapan di perairan laut dan perairan umum (sungai, danau) sementara perikanan budidaya terbagi menjadi budidaya di tambak, kolam dan karamba.
Sub sektor perikanan yang mendominasi di
Indikator Ekonomi 2013
27
PERTANIAN
Kabupaten Natuna adalah perikanan tangkap (nelayan) dan
Midai
2. Bunguran Barat 4. PulauLaut 5. PulauTiga 6. BunguranTimur
7. BunguranTimur Laut 8. Bunguran Tengah
at
9. Bunguran Selatan
.n
10. Serasan 11. Subi
w
w
12. SerasanTimur*)
22 815 105 98 305 136 31 25 292 32 1.861
un ak ab .
3. Bunguran Utara
20 250 78 30 210 60 25 25 12 170 55 935
-
bp s. g
1.
o. id
budidaya ikan di keramba.
-
1,39
1.079,86
-
1,85
-
3,7
-
3,7
118
119,76
17
18,39
216
216,92
-
687,14
-
7.663,86
-
789,44
-
0
w
catatan : *) data masih tercakup di Kecamatan Serasan Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna
2,22 101.48 2,52 17,19 50,21 188,5 2,60 48,41 2,10 10.133 ,47 3,23 10.551 ,93
Rumah tangga petani keramba tersebar hampir di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Natuna.
Jumlah
rumah tangga petani keramba terbanyak ada di Kecamatan Bunguran Barat yaitu sebanyak 250 rumah tangga pertanian
Indikator Ekonomi 2013
28
PERTANIAN
atau 26 persen. Sedangkan jumlah produksi terbanyak ada di
Midai
2. Bunguran Barat 3. Bunguran Utara 4. PulauLaut 5. PulauTiga 7. BunguranTimur Laut 8. Bunguran Tengah 9. Bunguran Selatan 10. Serasan
at
11. Subi
2.354,48 8.842,52
un ak ab .
6. BunguranTimur
318 501 354 323 360 352 219 55 85 483 267 3.317
841,44
7.680,28 3.956,64 2.096,16 313,92 1.429,66
11.106,46 946 0
2.546,72 9.190,28 2.728,44 893,28 9.433,82 4.298,06 2.348,28 38,30 1.568,92 11.771,06 1.047,52 2.546,72
w
.n
12. SerasanTimur*)
1.540,90
bp s. g
1.
o. id
Kecamatan Pulau Tiga sebanyak 210 RTP.
w
w
catatan : *) data masih tercakup di Kecamatan Serasan Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna
Jumlah rumah tangga petani perikanan tangkap pada
tahun 2013 sebanyak 3.317 RTP yang tersebar di seluruh kecamatan dan terbanyak berada di Kecamatan Bunguran Barat yaitu sebanyak 501 RTP. Selanjutnya diikuti oleh Kecamatan Pulau Tiga yang mencapai 360 RTP.
Indikator Ekonomi 2013
Sedangkan
29
PERTANIAN
jumlah produksi terbanyak ada di Kecamatan Serasan dan
w
w
w
.n
at
un ak ab .
bp s. g
o. id
Serasan Timur yaitu sebesar 11.771,06 ton.
Indikator Ekonomi 2013
30
PARIWISATA
w
o. id
bp s. g
un ak ab .
at
.n
w
w
PARIWISATA
BAB IV - PARIWISATA
Peran
sektor
pariwisata
makin
penting
dalam
o. id
perekonomian, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun kesempatan kerja serta kesempatan berusaha.
bp s. g
Kegiatan kepariwisataan diharapkan mampu menjadi salah satu kekuatan pembangunan yang dapat diandalkan, dengan juga
diharapkan
un ak ab .
pemasukan devisa yang cukup memadai. Sektor pariwisata ini dapat
memperluas
dan
meratakan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, khususnya masyarakat
sekitarnya
untuk
merangsang
pembangunan
at
regional, memperkenalkan identitas dan kebudayaan bangsa. Natuna
.n
Kabupaten
dengan
keindahan
alamnya
w
merupakan daerah yang cukup berpotensi dalam bidang namun
sayang
sarana
dan
prasarana
yang
w
w
pariwisata,
diperlukan untuk memperkenalkan pariwisata di daerah ini kepada
para
wisatawan
belum
cukup
memadai.
Letak
geografis yang cukup jauh juga merupakan salah satu faktor penyebab
kurang
berkembangnya
sektor
pariwisata
di
Kabupaten Natuna. Karena itu upaya untuk membenahi berbagai
objek
dan
melengkapi
Indikator Ekonomi 2013
fasilitas
dengan 32
PARIWISATA
mengembangkan
jaringan
transportasi
perlu
terus
ditingkatkan. Industri pariwisata secara langsung terkait erat dengan objek wisata, perhotelan, agen perjalanan dan cinderamata, namun secara tidak langsung juga terkait erat dengan berbagai
o. id
sektor perekonomian.
bp s. g
Dalam perkembangannya, kegiatan pariwisata telah menjadi pendulang devisa di banyak daerah. Kabupaten Natuna
memiliki potensi keindahan alam yang luar biasa,
pantainya.
un ak ab .
berupa panorama alam baik berupa pegunungan maupun Salah satu penunjang utama dari kegiatan
pariwisata adalah perhotelan. sub
sektor
hotel
dalam
perekonomian
at
Peranan
.n
Kabupaten Natuna sampai saat ini memang masih belum perkembangannya,
melalui
w
diikuti
w
terlalu besar. Namun Kemajuan industri perhotelan dapat jumlah
hotel
dan
dari
w
akomodasi, jumlah kamar, dan jumlah tempat tidur. Selain faktor
transportasi
maka
sektor
perhotelan
akan
membantu meningkatkan sektor pariwisata. Semakin lengkap dan baik fasilitas perhotelan yang disediakan maka akan semakin memberikan kenyamanan
bagi wisatawan
yang
datang ke Kabupaten Natuna.
Indikator Ekonomi 2013
33
PARIWISATA
28
43
4
2
8
88
93
7
7
3
26
34
2
2
1
6
o. id
3
0
2
2
13
21
2
0
16
270
368
37
35
-
bp s. g
6
-
-
-
-
4
34
35
3
4
3
36
36
5
5
-
-
-
-
-
at
un ak ab .
1. Midai 2. Bunguran Barat 3. Bunguran Utara 4. PulauLaut 5. PulauTiga 6. BunguranTimur 7. BunguranTimur Laut 8. Bunguran Tengah 9. Bunguran Selatan 10.Serasan 11.Subi 12.SerasanTimur
.n
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna tabel
4.1
diatas,
terlihat
bahwa
delapan
w
w
Dalam
w
kecamatan dari dua belas kecamatan yang ada di Kabupaten Natuna memiliki penginapan/hotel non bintang, wilayah yang terpisah dengan ibukota kabupaten yang tidak memiliki penginapan/hotel non bintang adalah Kecamatan Serasan Timur. Keberadaan hotel/ penginapan non bintang di hampir semua kecamatan ini sangat menunjang sektor pariwisata
Indikator Ekonomi 2013
34
PARIWISATA
mengingat jarak tempuh dan jadwal angkutan laut yang ada di Kabupaten Natuna memang memerlukan fasilitas penginapan
un ak ab .
bp s. g
o. id
jika berkunjung ke daerah tersebut.
.n
at
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
w
Perkembangan hotel dan akomodasi yang ada di
w
w
Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel 4.2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah hotel pada tahun 2013 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 Hal ini juga berdampak pada bertambahnya jumlah kamar yang meningkat sebesar 8,21 persen. Begitu juga halnya dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor perhotelan
Indikator Ekonomi 2013
35
PARIWISATA
yang mengalami peningkatan juga dari 111 pada tahun 2012 menjadi 117 pada tahun 2013. Wisatawan yang datang ke Kabupaten Natuna baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara pada tahun 2014 tidak mengalami peningkatan rata-rata lamanya menginap jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu selama dua hari.
o. id
Banyak hal yang menyebabkan ini terjadi, salah satunya adalah kurang tersedianya sarana dan prasarana yang disediakan di
bp s. g
hotel/penginapan yang tersebar di wilayah Kabupaten Natuna untuk kenyamanan pelanggan serta tidak adanya sarana penunjang wisatawan untuk menikmati keindahan tempatmasa
yang
akan
un ak ab .
tempat wisata di kabupaten ini. Oleh karena itu, diharapkan di datang
dapat
disediakan
sarana
dan
prasarana yang memadai dan adanya sarana penunjang
at
menuju tempat-tempat wisata di Kabupaten Natuna agar
w
w
w
.n
wisatawan yang datang semakin banyak
Indikator Ekonomi 2013
36
KETENAGAKERJAAN
w
o. id
bp s. g
un ak ab .
at
.n
w
w
KETENAGAKERJAAN
BAB V - KETENAGAKERJAAN Dalam
yang
menjadi
rumusan
pembangunan pemerintahan Indonesia dewasa ini, masalah
o. id
ketenagakerjaan menjadi salah satu prioritas penting dalam pembangunan karena ketenagakerjaan merupakan modal negara.
Namun
demikian
bp s. g
penting dalam menggerakkan roda pembangunan suatu permasalahan
ketenagakerjaan
un ak ab .
Indonesia terus bergulir menjadi semakin besar dan kompleks. Besar karena jumlah angkatan kerja yang besar dan cenderung terus meningkat sejalan dengan transisi demografi yang menyebabkan komposisi penduduk usia produktif lebih cepat pertumbuhan
at
daripada
penduduk
.n
Kompleks, karena keterkaitan
secara
keseluruhan.
yang erat dengan
faktor
w
w
eksternal dan internal.
w
Bab ini berusaha untuk menggambarkan keadaan ketenagakerjaan di Kabupaten Natuna terutama pada tahun 2011. Beberapa indikator yang akan digambarkan antara lain TPAK, TPT, dan indikator ketenagakerjaan yang lain. Menurut UU No. 20 tahun 1999, penduduk usia kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Yang termasuk 38
KETENAGAKERJAAN
Angkatan Kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak
bekerja,
dan
orang
tidak
bekerja
yang
mencari
pekerjaan. Sedangkan Bukan angkatan kerja, adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang tidak bekerja, tidak mencari
pekerjaan,
tetapi
kegiatan
golongan
ini
masih
o. id
bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya (seperti tidak
bp s. g
mampu bekerja, pensiun). Pembangunan
ketenagakerjaan
merupakan
upaya
menyeluruh dan ditujukan pada peningkatan, pembentukan
un ak ab .
dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wiraswasta sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan
w
w
.n
at
taraf hidup masyarakat.
w
Tenaga kerja disebut penduduk usia kerja atau lebih
popular digunakan ILO (
)
sebagai Angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri atas penduduk yang
bekerja
dan
sedang
mencari
pekerjaan.
Sehingga
indikator ketenagakerjaan dapat diukur salah satunya dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).
39
KETENAGAKERJAAN
Secara populer penduduk usia kerja disebut tenaga kerja
merupakan
ketenagakerjaan Approuch)
yang
salah
satu
mengacu
indikator
kepada
digunakan
LFA
ILO
dasar
dalam
(Labour
Force
(International
Labour
Organization). Angkatan kerja terdiri atas penduduk yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
o. id
Data hasil Susenas tahun 2013 dalam tabel 5.1
bp s. g
menunjukkan bahwa TPAK laki-laki 86,50 persen sedangkan TPAK perempuan hanya 47,91 persen. Hal ini dikarenakan perempuan pada umumnya menyandang peran ganda, yaitu
un ak ab .
selain aktif dalam kegiatan perekonomian mereka juga dituntut untuk berperan di dalam mengurus rumah tangga
w
.n
at
seperti mengasuh anak-anak,dll.
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan + Laki-laki
(1)
(2)
(3)
(4)
46,36 47,91
88,35 86,50
67,75 67,96
w
w
Tahun
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
Secara umum, TPAK Kabupaten Natuna Tahun 2013 mencapai 67,96 persen artinya penduduk usia 15 tahun keatas sebanyak 67,96 persen yang bekerja dan sedang mencari kerja 40
KETENAGAKERJAAN
jika dibandingkan secara total penduduk usia 15 tahun ke atas. TPAK tahun 2013 tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2012 yang hanya sebesar 67,75.
Indikator ini mengindikasikan besarnya penduduk usia negara
atau
wilayah.
Terlihat
dalam
o. id
kerja yang bekerja atau sementara tidak bekerja di suatu tabel
5.2
bahwa
bp s. g
kesempatan kerja di Kabupaten Natuna masih sangat besar yaitu sebesar 98,14 persen pada tahun 2012. Hal ini sangatlah dikarenakan
Kabupaten
sebagai
Kabupaten
un ak ab .
wajar
muda
yang
sedang
Natuna
sebagai
mambangun
dalam
mengembangkan sumber daya alam dan potensi-potensi lain yang ada di kabupaten ini.
at
Sementara itu, jika menurut
jenis kelamin tingkat
.n
kesempatan kerja laki-laki sebesar 98,40 persen pada tahun
w
w
2012 dan meningkat menjadi 98,96 persen pada tahun 2013.
w
Begitu juga halnya dengan wanita pada tahun 2012 tingat kesempatan kerja sebesar 93,37 persen meningkat pada tahun 2013 menjadi 96,54 persen.
41
KETENAGAKERJAAN
Tahun
Perempuan
(1)
Laki-Laki
(2)
(3)
Perempuan + Laki-laki (4)
96,37
98,40
97,72
96,54
98,96
98,14
bp s. g
o. id
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
Tingkat Pengangguran Terbuka dapat dihitung dengan
un ak ab .
membuat perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Natuna pada tahun 2013 mencapai 1,86 persen. Persentase pengangguran terbuka
at
tersebut telah mengalami penurunan jika dibandingkan tahun
.n
2012 yang mencapai 2,28 persen.
Penurunan terbanyak
w
w
terjadi pada tingkat pengangguran terbuka laki-laki yang
w
turun hingga 2,41 persen. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka wanita pada tahun 2013 sebesar 3,46 persen, nilai ini sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 3,63. Perbedaan tingkat pengangguran terbuka antara laki-laki dan perempuan juga disebabkan karena wanita juga banyak yang manjalani peran sebagai ibu rumah tangga.
42
KETENAGAKERJAAN
Perempuan
LakiLaki
Perempuan + Laki-laki
(1)
(2) 3,63
(3) 1,60
(4) 2,28
3,46
1,04
1,86
bp s. g
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
o. id
Tahun
un ak ab .
Sektor pertanian dan sektor jasa masih menjadi tumpuan
sebagian
besar
terhadap
peningkatan
penduduk
taraf
hidup
Kabupaten dan
Natuna
kesejahteraan
at
penduduk yang masing-masing mencapai 27,32 persen dan
.n
34,17. Sementara itu sektor konstruksi sebesar 8,31 persen,
w
sektor perdagangan, rumah makan dan akomodasi sebesar
w
15,23 persen, sektor industri sebesar 5,85 persen, sektor
w
transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar 31,63 persen.
Sementara itu, sektor-sektor terendah yaitu sektor pertambangan
dan
penggalian,
sektor
keuangan
dan
persewaan serta sektor listrik, air, dan gas masing-masing sebesar 2,65 persen, 0 persen dan 0,27 persen.
43
KETENAGAKERJAAN
Lapangan Usaha
Persen
(1)
Pertanian
(2)
27,32 2,65
Industri
5,85
o. id
Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas dan Air
0,27 8,31
bp s. g
Konstruksi
Perdagangan, Rumah Makan dan Akomodasi
15,23
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
31,63
un ak ab .
Keuangan dan Persewaan Jasa dan Lainnya
Jumlah
0 34,90
100,00
w
w
w
.n
at
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
44
o. id bp s. g un ak ab . at .n w w w INDEKS HARGA KONSUMEN 45
INDEKS HARGA KONSUMEN
BAB VI – INDEKS HARGA KONSUMEN Salah satu alat ukur yang banyak digunakan untuk mengetahui daya beli masyarakat adalah
Indeks Harga
o. id
Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan
bp s. g
salah satu indikator ekonomi yang sangat popular untuk mengukur tingkat perubahan harga pada konsumen. Melalui IHK dapat diketahui tingkat perubahan harga yang biasa akhir
sebagai
un ak ab .
disebut inflasi/deflasi yang terjadi pada tingkat konsumen suatu
masyarakat.
tolak
ukur
perubahan
daya
beli
Pengamatan. Indeks Harga Konsumen dapat mengukur agregat
dari
at
secara
waktu
ke
waktu
perubahan
.n
pengeluaran/biaya dari paket komoditas yang tetap (
w
w
) barang dan jasa yang biasa dibeli oleh mayoritas
w
rumahtangga. Dengan kuantitas dan kualitas dari
yang
dianggap konstan pada tahun dasar, indeks tersebut sematamata mencerminkan perubahan harga dan didesain sebagai suatu ukuran dari dampak perubahan harga pada pembelian barang konsumsi dan jasa diantara rumahtangga-rumahtangga dimasing-masing kota pengamatan.
46
INDEKS HARGA KONSUMEN
Meningkatnya daya beli masyarakat merupakan salah satu satu indikator tingkat kesejahteraan. Peningkatan daya beli masyarakat jika diiringi dengan tingkat harga yang stabil dan terkendali akan menambah kesejahteraan mereka. Tingkat harga yang stabil dan terkendali dapat terlihat dari salah satu
o. id
indikator yaitu angka inflasi. Pada era otonomi daerah seperti
bp s. g
saat ini, pemerintah daerah mempunyai peranan yang sangat besar untuk mengelola daerahnya. Salah satu peranan penting tersebut
adalah
mengendalikan
laju
inflasi
dengan
un ak ab .
memperhatikan factor-faktor penyebabnya.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi inflasi di suatu daerah.
Salah satu factor yang mempengaruhi harga
baik
buruknya
cuaca
dan
sarana
transportasi
.n
adalah
at
dan stok komoditi barang yang ada di Kabupaten Natuna
w
pengangkut bahan-bahan pokok tersebut keluar atau masuk
w
Kabupaten Natuna.
Jika cuaca baik maka kondisi stok dan
w
harga pasar akan stabil sebaliknya jika cuaca buruk maka akan menyebabkan kelangkaan yang berdampak langsung pada harga dan tingkat inflasi.
47
INDEKS HARGA KONSUMEN
(1)
(2)
(3)
(4)
un ak ab .
bp s. g
o. id
0,96 Januari 145,42 1,04 Februari 146,93 Maret 147,12 0,13 April 147,15 0,02 Mei 147,48 0,22 Juni 148,92 0,98 Juli 152,74 2,57 Agustus 154,29 1,01 September 154,19 -0,07 Oktober 154,94 0,49 November 155,01 0,04 Desember 156,62 1,04 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
0,96 2,00 2,13 2,15 2,37 3,35 5,92 6,93 6,86 7,35 7,39 8,43
Tabel 6.1 menggambarkan Indeks Harga Konsumen
at
(IHK) Kabupaten Natuna yang terus mengalami peningkatan Hal ini
w
.n
dari bulan ke bulan sepanjang tahun 2013.
w
kali.
w
menyebabkan terjadinya inflasi terus menerus dan deflasi satu Secara kumulatif nilai inflasi sepanjang tahun 2012
adalah 8,43. Inflasi tertinggi terjadi di Bulan Agustus yang mencapai 2,57dengan IHK 154,74. Hal ini disebabkan adanya hari raya Idul Fitri pada bulan tersebut.
Sedangkan deflasi
terjadi pada bulan September sebesar -0,07. hari
besar
inflasi
di
Kabupaten
Natuna
Selain adanya juga
sangat 48
INDEKS HARGA KONSUMEN
dipengaruhi oleh cuaca dan transportasi. Dampaknya sangat terlihat
pada
meningkatnya
angka
inflasi
pada
bulan
Desember dan biasanya berlanjut hingga beberapa bulan di akhir tahun. Komoditi yang sangat mempengaruhi angka inflasi adalah makanan barang-barang konsumsi habis pakai lainnya. menyebabkan dipasaran.
dan
transportasi
adanya
pada
kelangkaan
saat-saat
o. id
cuaca
komoditas
tertentu tertentu
Contohnya seperti telur dan cabai merah dan
beberapa komoditas lainnya.
bp s. g
Faktor
un ak ab .
Tabel 6.2 menyajikan angka inflasi yang terjadi di tiga kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional.
Terlihat bahwa sepanjang tahun 2013 secara
nasional lebih banyak mengalami inflasi daripada deflasi.
at
Sedangkan Kota Tanjung Pinang ada beberapa bulan yang
.n
mengalami deflasi sedang kota Batam mengalami inflasi
w
sepanjang tahun. Nilai inflasi tertinggi secara nasional terjadi
w
w
di Bulan Juli. Begitu juga yang terjadi di tiga kabupaten / kota di Provinsi Kepulauan Riau.
Pada bulan tersebut secara
nasional angka inflasi mencapai 3,29, sedangkan angka inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Natuna yaitu sebesar 2,57. Nilai inflasi terendah pada Bulan Juli terjadi di Kota Batam yaitu sebesar 0,72.
49
INDEKS HARGA KONSUMEN
0,96 1,04 0,13 0,02 0,22 0,98 2,57 1,01 -0,07 0,49 0,04 1,04
(4)
(5)
0,94 0,54
1,03 1,03
-0,87 -0,01 0,27 0,71 3,68 1,10 1,70 -0,29 0,10 0,62
0,63 -0,10 -0,03 1,03 3,29 1,12 -0,35 0,09 0,12 0,55
0,27 0,18 0,30 0,72 2,16 0,90 0,53 0,27 0,62 0,66
w
w
w
.n
at
un ak ab .
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
(3)
1,89 0,82
o. id
(2)
bp s. g
(1)
50
ANALISIS P D R B
51
w
o. id
bp s. g
un ak ab .
at
.n
w
w
ANALISIS PDRB
BAB VII – ANALISIS PDRB
Hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai di masa
o. id
lalu perlu ditelaah dan dinilai manfaat serta implikasinya
bp s. g
untuk pembangunan masa kini dan masa datang. Terlebih lagi dengan semakin pesat dan meluasnya kegiatan pembangunan yang dilakukan di era otonomi daerah. Salah satu indikator dapat
mengukur
perkembangan
un ak ab .
yang
kuantitatif
dan
kemajuan perkembangan ekonomi Kabupaten Natuna serta sejauh
mana
kinerja
pembangunan
yang
telah
dicapai
beberapa tahun terakhir akan disajikan pada bab ini, seperti
w
w
.n
at
laju pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi.
w
Pola dan proses dinamika pembangunan ekonomi suatu
daerah sangat ditentukan oleh aktivitas sektor-sektor ekonomi secara menyeluruh dan
terpadu.
Aktivitas
sektor-sektor
ekonomi yang digambarkan dengan proses siklus transaksi dari
produsen
kepada konsumen dan sebaliknya, akan
berujung pada arus barang dan jasa seiring dengan adanya nilai tambah yang tercipta. PDRB sektoral menggambarkan 52
ANALISIS PDRB
jumlah seluruh nilai tambah bruto dari subsektor/sektor di suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi
diukur
dari
kenaikan
pendapatan nasional yang tercermin pada nilai PDRB dari tahun ke tahun. Indikator yang lazim digunakan untuk memperoleh
tingkat
pertumbuhan
ekonomi
riil
adalah
o. id
menggunakan PDRB atas dasar harga konstan yang menjadi petunjuk dari kinerja perekonomian secara umum sebagai kemajuan
suatu
daerah.
Secara
bp s. g
ukuran
umum
laju
pertumbuhan ekonomi baik agregat maupun sektoral dihitung harga
berlaku.
un ak ab .
berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, bukan atas dasar PDRB
atas
dasar
harga
berlaku
belum
menggambarkan kenaikan atau pertumbuhan yang riil, karena masih dipengaruhi kenaikan tingkat harga atau inflasi.
at
Tabel 7.1 menggambarkan nilai tambah Kabupaten
.n
Natuna menurut 3 sektor yaitu primer, sekunder dan tersier
w
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir atas dasar harga konstan.
w
w
Pada tahun 2012 terlihat bahwa kinerja sektor primer secara nilai memang paling besar dibandingkan kelompok sektor lainnya yaitu Rp 320.20 milyar. Sub sektor pertanian masih menjadi sektor primer yang mendominasi dengan nilai yang mencapai Rp 317,64 milyar. Selanjutnya di sektor sekunder sub sektor bangunan pada tahun 2013 memperoleh nilai tertinggi jika dibandingkan dengan dua sub sektor lainnya 53
ANALISIS PDRB
yaitu mencapai Rp 31,92milyar. Sedangkan di sektor tersier sub sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar Rp 79,98 milyar. Secara keseluruhan pada tahun 2013 semua sektor mengalami peningkatan jika
(1)
(2) 261.532
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air
(3)
273.828
un ak ab .
1. Pertanian
bp s. g
o. id
dibandingkan dengan tahun 2012.
(4)
(5)
(6)
286.731
300.288
317.640
1.895
2.070
2.262
2.473
2.560
15.098
15.912
16.790
17.651
18.450
398
411
425
442
470
17.605
20.798
24.752
29.485
31.920
55.797
61.043
66.812
73.176
79.980
7. Pengangkutan dan Komunikasi
16.376
17.970
19.731
21.676
23.860
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
10.566
11.160
11.802
12.489
13.220
26.38
27.823
29.351
30.982
32.830
.n
at
5. Bangunan
w
w
w
6. Perdagangan, Hotel & Restoran.
9. Jasa-jasa
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
54
ANALISIS PDRB
(3)
(4)
(5)
(6)
4,90
4,70
4,71
4,73
5,78
9,79
9,23
9,28
9,31
3,33
4,50 3,55 22,02
5,39 3,53 18,14
5,52 3,27 19,01
5,12 3,94 19,12
4,53 6,82 8,24
9,11
9,40
9,45
9,52
9,30
9,74
9,80
9,86
10,08
bp s. g
9,77
o. id
(2)
un ak ab .
(1) 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri 4. Listrik, Gas dan Air 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel&Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan & Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
5,19
5,63
5,75
5,82
5,85
5,43
5,47
5,49
5,56
5,96
pertumbuhan
w
w
Laju
.n
at
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
rata-rata
sektoralnya.
Artinya
w
merupakan
ekonomi
tertimbang apabila
sebuah
secara dari sektor
keseluruhan pertumbuhan mempunyai
kontribusi besar dan ternyata pertumbuhannya lambat maka hal ini dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya apabila sektor yang mempunyai kontribusi besar mempunyai pertumbuhan yang tinggi maka
55
ANALISIS PDRB
sektor tersebut dapat mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi. Seperti
digambarkan tabel
7.2, laju pertumbuhan
Kabupaten Natuna tahun 2012 berada pada level 6,54 persen sedangkan tahun 2013 mengalami sedikit percepatan yaitu berada pada level 6,60 persen yaitu dari Rp. 488,64 milyar
o. id
tahun 2012 menjadi Rp. 520,93milyar pada tahun 2013. Hal dalam
perekonomian.
bp s. g
ini disebabkan adanya peningkatan sebagian besar sektor Sektor-sektor
yang
mengalami
peningkatan tersebut antara lain pertanian, pertambangan dan
un ak ab .
penggalian, bangunan, listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan
w
.n
at
dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
besarnya
w
oleh
w
Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan peranan
sektor-sektor
ekonomi
dalam
menciptakan nilai tambah. Hal tersebut juga menunjukkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan produksi dari setiap sektor ekonominya. Makin besar nilai tambah yang dapat diraih oleh suatu sektor maka semakin besarlah peranannya dalam perekonomian daerah tersebut.
56
ANALISIS PDRB
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air 5. Bangunan
(4)
(5)
(6)
606.595
627.396
681.494
753.620
935.530
4.223
4.756
5.414
6.254
6.850
21.407
23.335
25.694
30.400
942
1.708
2.159
2.694
2.010
62.073
75.870
93.196
135.330
157.749
185.128
204.610
234.567
285.050
41.198
62.900
85.864
109.391
45.890
28.213
32.023
35.490
38.634
48.340
66.956
71.680
78.136
85.657
102.180
.n
at
8. Keuangan, Persewaan & Jasa 9. Jasa-jasa
28.796
50.464
un ak ab .
6. Perdagangan, Hotel & Rest. 7. Pengangkutan dan Komunikasi
(3)
o. id
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian
(2)
bp s. g
(1)
w
w
w
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
Kontribusi terbesar dalam penciptaan nilai tambah
pada perekonomian Kabupaten Natuna selama kurun waktu lima
tahun
terakhir
selalu
disumbangkan
oleh
sektor
pertanian. Seperti tabel 7.3 diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian rata-rata 60 persen tiap tahunnya tetapi memiliki kecenderungan mengalami penurunan. Hal ini 57
ANALISIS PDRB
menandakan bahwa setiap tahunnya sektor-sektor selain pertanian
meningkatkan
peranannya
dalam
menjalankan
perekonomian Kabupaten Natuna. Pada tahun 2013 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar Rp 942,380 milyar (55,71 persen) secara persentase terlihat turun dari tahun sebelumnya yang bernilai Rp 759.874 milyar (56,17 persen).
o. id
Peranan terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selama lima tahun terakhir, peranan sektor
bp s. g
ini cenderung meningkat. Pada tahun 2012 sebesar Rp 234,567 milyar (17,34 persen) turun menjadi Rp 285,050
un ak ab .
milyar (16,85 persen) pada tahun 2012.
Sektor penyumbang terbesar ketiga adalah sektor pengangkutan kontribusi
dan
komunikasi.
terhadap
penciptaan
Sektor
ini
nilai
memberikan
tambah
pada
at
perekonomian Kabupaten Natuna tahun 2013 sebesar Rp
.n
45,890 milyar (2,71persen) nilai ini lebih rendah dari tahun
w
sebelumnya sebesar Rp. 109,391 milyar. Tidak seperti tahun-
w
w
tahun sebelumnya secara persentase pada tahun 2013 sektor pengangkutan
dan
komunikasi
mengalami
penurunan
kontribusi dari 8,09 menjadi 2,71persen pada tahun 2013. Untuk lebih jelasnya, besaran peranan masing-masing sektor
terhadap penciptaan
nilai
tambah
perekonomian
Kabupaten Natuna tahun 2013 dapat dilihat pada grafik 7.1.
58
w
o. id
bp s. g
un ak ab .
at
.n
w
w
ANALISIS PDRB
59
o. id bp s. g un ak ab . at .n w w w PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL 60
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
BAB VIII – PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
o. id
Pembangunan adalah suatu proses yang dinamis dalam rangka mencapai masyarakat yang sejahtera. Selama ini ukuran
laju
pertumbuhan
bp s. g
pengukuran kinerja pembangunan sering kali menggunakan ekonomi
yang
merupakan
Bruto (PDRB)-nya.
un ak ab .
terjemahan dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Dengan kata lain adanya anggapan bahwa keberhasilan pembangunan daerah diukur dan diorientasikan hanya pada ukuran
.n
menjadi
at
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Meskipun diutamakan
pembangunan,
w
keberhasilan
yang
dalam
pertumbuhan
indikator
ekonomi
yang
w
tinggi ternyata sering kali menyebabkan bertambah lebarnya
w
ketimpangan
antar
golongan
masyarakat
(kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah) dan kesenjangan atau ketimpangan antar
daerah.
Ketimpangan
yang
semakin
tinggi
antar
golongan ini bisa memicu timbulnya masalah sosial, bahkan kerawanan disintegrasi kerukunan dalam masyarakat.
61
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
Kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan jelas dari besarnya pendapatan yang diterima. Namun mengingat data pendapatan yang akurat sulit diperoleh maka pendekatan yang
digunakan
adalah
pendekatan
konsumsi
atau
pengeluaran rumahtangga. Indikator pengeluaran per kapita empiris
dapat
digunakan
indikator
bp s. g
kesejahteraan.
sebagai
o. id
secara
Tujuan utama pengumpulan data ini adalah untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk, dan
un ak ab .
sebagai bahan analisis silang.
Seperti dalam tabel 8.1, rata-rata konsumsi per kapita masyarakat Kabupaten Natuna untuk kelompok makanan pada tahun 2013 sebesar Rp 313.280,- per bulan. Nilai konsumsi
.n
at
yang mendominasi kelompok makanan ini adalah konsumsi
w
makanan dan minuman jadi yaitu sebesar Rp 64.469,00 (20,59
w
persen), selanjutnya konsumsi tembakau dan sirih sebesar Rp
w
43.445,00 (13,85 persen),
serta konsumsi padi-padian yaitu
sebesar Rp.40.390,00 (12,89 persen), selain itu konsumsi ikan cukup mendominasi hingga mencapai Rp 35.638,00 (11,38 persen).
62
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
(1)
(2)
(3)
(4)
31.774
40.390
2.843
5.354
2.920
38.659
27.951
35.638
6.633
31.977
8.451
Telur dan Susu
25.330
22.014
27.493
Sayur-sayuran
22.077
19.752
27.459
Kacang-kacangan
10.675
6.443
5.091
Buah-buahan
15.539
19.972
14.629
12.697
9.012
14.289
19.424
12.776
10.284
9.412
7.186
8.010
13.581
9.413
10.692
52.271
51.662
64.489
42.480
53.436
43.445
Ikan
Bahan Minuman Minyak dan Lemak Bumbu-bumbuan
w
.n
Makanan dan Minuman Jadi
at
Konsumsi Lainnya
un ak ab .
Daging
bp s. g
Umbi-Umbian
o. id
44.217
Padi-padian
w
w
Tembakau dan Sirih
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
63
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
(2)
(3)
(4)
132.940
115.099
Barang dan Jasa
79.875
104.859
127.771
Biaya Pendidikan
10.163
Biaya Kesehatan
11.107 17.426
18.095
18.717
32.247
33.370
45.142
11.385
11.774
4.830
14.041
14.521
2.091
Perumahan dan fasilitasnya
Pakaian, Alas kaki, Tutup Kepala Pajak dan Asuransi
un ak ab .
Barang yang Tahan Lama
bp s. g
128.059
o. id
(1)
Keperluan Pesta dan Upacara
-
-
-
-
at
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
.n
Seperti dalam tabel 8.2 diatas, rata-rata konsumsi per
w
w
kapita masyarakat Kabupaten Natuna untuk kelompok non
w
makanan pada tahun 2013 sebesar Rp 313.650,- per bulan. Nilai konsumsi rata-rata kelompok non makanan di dominasi untuk pengeluaran barang dan jasa Rp 127.771,- (40,73 persen),
selanjutnya
disusul
dengan
pengeluaran
untuk
perumahan dan falitas sebesar Rp 115.099,- (36,70 persen), serta pengeluaran untuk barang yang tahan lama sebesar Rp 33.370,- (14,39 persen). 64
.n
at
un ak ab .
bp s. g
o. id
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
w
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
w
Total
pengeluaran
rata-rata
per
kapita
penduduk
w
Kabupaten Natuna pada tahun 2013 untuk kelompok makanan dan non makanan tercatat sebesar Rp 626.930,-. pengeluaran
per
kapita
ini
terlihat
lebih
tinggi
Nilai jika
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp.620.141,-. Seperti digambarkan oleh grafik diatas bahwa secara total pengeluaran, proporsi pengeluaran untuk kelompok non makanan dari tahun 2010 hingga tahun 2013 meningkat. Hal 65
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
ini menandakan bahwa setiap tahunnya terdapat pergeseran penggunaan dari pendapatan yang didapatkan oleh setiap masyarakat Kabupaten Natuna, yaitu tahun 2010 hampir semua nilai pengeluaran hanya untuk konsumsi makanan namun
sekarang
proporsinya
lebih
berimbang
dengan
konsumsi non makanannya.
o. id
Hal ini sejalan dengan hukum ekonomi bahwa semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula porsi pengeluaran untuk
bp s. g
barang non makanan. Dari data Susenas 2013 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Natuna menghabiskan sekitar 50,03
un ak ab .
persen dari pendapatannya untuk belanja makanan. Hampir sama proporsinya dengan belanja non makanan.
PDRB
perkapita
merupakan
gambaran
nilai
.n
at
Nilai
sebagai
w
daerah
w
tambah bruto yang diciptakan oleh setiap penduduk di suatu akibat
kegiatan
regional
perkapita
w
rangkaian
adanya
ekonomi.
proses
produksi
Sementara itu
memberikan
gambaran
dalam
pendapatan mengenai
pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai balas jasa keikutsertaannya dalam proses produksi. Besaran ini diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Kedua indikator tersebut digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran 66
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
penduduk
suatu
daerah.
Dengan
melihat
pertumbuhan
ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat peningkatan dalam pendistribusian PDRB per kapita maupun pendapatan regional per kapita. Salah pencapaian
satu
tujuan
pembangunan
tingkat nasional
kemakmuran dan
regional
dalam adalah
o. id
meningkatkan pendapatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya daya beli masyarakat yang disertai dengan dengan
cara
derajat
mutu
kesehatan,
pendidikan
sehingga
dapat
dan
juga
tercapai
un ak ab .
perbaikan
meningkatkan
bp s. g
pengurangan tingkat penggurangan dan tingkat kemiskinan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. PDRB dan pendapatan regional perkapita menjadi salah satu tolak ukur dalam
w
.n
at
pencapaian tingkat kemakmuran rakyat tersebut.
w
w
Tahun
PDRB Perkapita (juta Rp)
Atas Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Konstan
15,77
6,54
15,57
6,25
16,95
6,51
20,55
6,83
23,32
7,18
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
67
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
Dari tabel 8.3 diketahui bahwa PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 sebesar Rp. 23,32 juta,meningkat sebesar 13,48 persen dari tahun 2012 sebesar Rp. 20,55 juta,- Hal ini merupakan suatu pencapaian yang cukup berarti yang diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat
o. id
adanya aktivitas produksi. Walaupun PDRB perkapita harga berlaku cukup tinggi namun tidak berarti bahwa kemampuan
bp s. g
daya beli masyarakat juga meningkat. Sebab angka tersebut masih dipengaruhi oleh unsur kenaikan harga barang dan jasa.
un ak ab .
Apabila pengaruh perubahan harga dikeluarkan, maka penghitungan tersebut merupakan angka atas dasar harga konstan. Sehingga secara riil PDRB per kapita tahun 2013 sebesar Rp
7,18 juta,- meningkat sebesar 5,12 persen
w
w
w
.n
at
dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 6,83 juta,-
Tahun
Pendapatan Perkapita (juta Rp) Atas Dasar Harga Atas Dasar Harga Berlaku Konstan 14,87 6,17 14,31 5,89 17,33 5,96 18,76 6,26 21,29 6,58
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
68
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
Adapun jumlah penduduk Kabupaten Natuna pada pertengahan
tahun
2013
adalah
74.615
jiwa,
sehingga
pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2013 adalah Rp. 21,29 juta,-. Angka tersebut menggambarkan besarnya
pendapatan
rata-rata
penduduk
di
melihat
kemakmuran
Kabupaten
Namun
untuk
o. id
Natuna pertahunnya. masyarakat
Kabupaten Natuna aspek pemerataan pendapatan merupakan penting
untuk
diperhatikan.
Perhitungan
bp s. g
hal
distribusi
pendapatan menggunakan data pengeluaran sebagai Meskipun
hal
ini
tidak
un ak ab .
pendapatan.
dapat
langsung
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, namun paling tidak dapat digunakan
sebagai indikator
untuk melihat arah
perkembangan yang terjadi.
at
Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan
.n
beberapa ukuran telah dikembangkan oleh beberapa peneliti
w
dan masing-masing mempunyai kelebihan dah kekurangan.
w
w
Sungguhpun demikian, ukuran yang paling sering digunakan adalah Rasio Gini dan kriteria dari Bank Dunia. Ketimpangan pendapatan dengan menggunakan kedua ukuran tersebut dapat juga digambarkan secara visual dengan
.
Melalui kurva ini dapat diketahui persentase pendapatan yang diterima
oleh
setiap
golongan
penduduk
pada
daerah
penelitian. 69
un ak ab .
bp s. g
o. id
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
at
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna
.n
Pada tahun 2013 dari hasil perhitungan diperoleh Rasio
w
dikatakan
pada
tahun
2013
tingkat
ketimpangan
w
bisa
w
Gini Kabupaten Natuna sebesar 0,34. Dengan nilai sebesar ini, pendapatan penduduk di Kabupaten Natuna relatif merata atau tingkat ketimpangan relatif rendah. Assesmen ini mengacu pada kriteria Rasio Gini bahwa jika nilainya antara 0,00 sampai 0,35 berarti ketimpangan pendapatan dianggap rendah (Oshima:1975).
70
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
Secara kriteria dari tahun 2009 sampai 2013 tingkat ketimpangan di Kabupaten Natuna secara konsisten relatif rendah. Relatif meratanya tingkat pendapatan di Kabupaten Natuna, diduga karena sebagian besar penduduk di kabupaten ini
berprofesi
sebagai
penghasilannya.
Dalam
petani rangka
yang
relatif
seragam
menjadikan
tingkat
o. id
ketimpangan pendapatan konsisten rendah, maka diperlukan langkah yang menjamin agar terjadi percepatan yang relatif
bp s. g
sama antar kelas pendapatan yang rendah maupun yang tinggi.
un ak ab .
Penaksiran distribusi pendapatan yang diterima oleh masing-masing golongan penduduk dapat juga dilakukan dengan membagi kelompok-kelompok pendapatan kedalam kelas pendapatan yang sama (desil). Hasil dari pengelompokan
at
ini akan menggambarkan distribusi pemerataan pendapatan
.n
yang terkenal dengan bentuk
. Secara grafis,
mengindikasikan adanya tingkat pemerataan
w
w
w
makin dekat kurva pendapatan dengan garis diagonal pada pendapatan yang makin baik. Selain dengan pendekatan Rasio Gini dan Kurva Lorenz, indikator
pemerataan
distribusi
pendapatan
juga
bisa
menggunakan kriteria dari Bank Dunia. Untuk melihat tingkat keparahan dari ketimpangan, Bank Dunia memberikan criteria untuk mengukur ketimpangan pembagian pedapatan dengan 71
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
menghitung besarnya bagian pendapatan yang dinikmati oleh empat
puluh
persen
penduduk
dalam
kelompok
yang
berpenghasilan terendah. Hal ini sekaligus menjadi salah satu kelemahan penggunaan kriteria Bank Dunia, dimana tidak mengukur masyarakat,
secara tetapi
menyeluruh hanya
distribusi
memperhatikan
pendapatan perkembangan
dari
o. id
pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk termiskin ke-4.
bp s. g
Dari tabel 8.5 di bawah ini dapat dilihat bahwa porsi pendapatan yang diterima oleh empat puluh persen penduduk
un ak ab .
berpendapatan rendah sebesar 35,15 persen pada tahun 2013, setelah sebelumnya terjadi peningkatan empat tahun secara berturut-turut yaitu menjadi 41,41 persen pada tahun 2012, 21,44 persen pada tahun 2011 dan 21,448 persen pada tahun
at
2010.
.n
Meskipun angka porsi pendapatan berfluktuasi, tetapi
w
perubahannya
tidak
terlalu
signifikan
selama
4
tahun
w
w
sebelumnya namun terjadi penurunan yang cukup banyak pada tahun 2013. Porsi pendapatan seperti ini menunjukkan bahwa Kabupaten Natuna berada pada tingkat ketimpangan distribusi pendapatan rendah, karena berdasarkan kriteria Bank Dunia tingkat ketimpangan disebut rendah bila porsi pendapatan yang diterima oleh empat puluh persen penduduk berpendapatan rendah adalah lebih besar dari tujuh belas 72
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
persen dari total pendapatan, sedangkan di Kabupaten Natuna besarnya relatif jauh lebih tinggi dari tujuh belas persen tersebut. Pada
tingkat
pendapatan
menengah
(40
persen
penduduk berpendapatan sedang) trennya terlihat fluktuatif pada tahun 2009 - 2013. Besarnya persentase penduduk pada ini
menjadi
suatu
indikasi
bahwa
o. id
kelompok
mayoritas
penduduk di Kabupaten Natuna pendapatannya mengelompok
bp s. g
pada tingkat pendapatan menengah. Selama periode 2009 sampai 2013 pencapaian tertinggi persentase penduduk
un ak ab .
berpenghasilan menengah dicapai pada tahun 2010 dengan dengan besaran 43,10 persen sedangkan tahun 2011 turun menjadi 33,18 persen dan kembali turun pada tahun 2012 menjadi 26,48 persen dan terakhir mengalami kenaikan
at
menjadi 31,45 persen pada tahun 2013.
.n
Sementara itu pada kelompok pendapatan tinggi sama
w
halnya dengan kelompok lainnya terjadi fluktuasi. Jika pada
w
w
tahun 2012 sekitar 20 persen penduduk menerima 32,13 persen dari total pendapatan, maka pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 33,40 persen. Jadi kalau dilihat lebih seksama pada periode 2009-2013 ini, naiknya angka Rasio Gini pada tahun 2013 (0,34) dibanding tahun 2012(0,35) lebih dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada penduduk berpendapatan sedang menjadi golongan pendapatan rendah. 73
PENGELUARAN KONSUMSI & PENDAPATAN REGIONAL
Begitu
juga
yang
terjadi
pada
golongan
penduduk
berpendapatan rendah, persentase penduduk ini meningkat sehingga gap pendapatan penduduk yang tinggi dengan
(1)
(2)
35,15 41,41 21,44 21,08 20,76
(3)
31,45 26,46 33,18 43,10 53,69
un ak ab .
2013 2012 2011 2010 2009
bp s. g
o. id
penduduk berpendapatan rendah menjadi lebih kecil.
(4)
33,40 32,13 45,38 35,82 25,55
w
w
w
.n
at
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Natuna
74