ISSN 1829-636X
KNI-BB INACOLD
BULETIN
KOMITE NASIONAL INDONESIA UNTUK BENDUNGAN BESAR INDONESIAN NATIONAL COMMITTEE ON LARGE DAMS Http: www.knibb-inacold.com; E-mail:
[email protected]
Edisi Februari 2010
LOWER RESERVOIR INTAKE UPPER RESERVOIR UPPER DAM
General Plan PLTA Pumped Storage Upper Cisokan dengan Kapasitas 1.000 MW di Provinsi Jawa Barat
DARI PENGURUS
T
ahun 2010 baru kita mulai, ucapan selamat menyambut Tahun Baru dari kami pengurus dan Tahun Macan yang dimulai 14 Februari 2010. Tentunya sesuai sifat macan yang kuat dan selalu optimis kita berharap banyak dari langkah-langkah kita kedepan.
sedang Kementerian ESDM dinakhodai DR. Darwin Zahedy Saleh, SE, MBA yang sebelumnya dosen dan staf ahli Dekan Fakultas Ekonomi UI tentunya kita berharap kebijakankebijakan yang menyangkut PLTA dapat dipahami dengan cepat oleh Kementerian ESDM mengingat baru 5% potensi energi air (3.500 MW) dari potensi yang ada pada Negara kita (70.000 MW).
Pemerintahan baru telah terbentuk dari hingar bingar pemilu tahun lalu. Telah terbentuk kabinet baru yang kokoh dan yang terkait langsung dengan KNI-BB sebagai Pembina Ir. Djoko Kirmanto, Dipl.He tetap sebagai ujung tombak mengawal Kementerian Pekerjaan Umum (istilah baru dari Departemen ke Kementerian) tentunya merupakan pribadi yang sangat familiar dengan aktifitas bendungan,
Bahasan utama PLTA Upper Cisokan yang merupakan pump storage berkapasitas 1.000 MW merupakan satu bagian penting dari rencana PLN untuk 10.000 MW tahap dua. PLTA Upper Cisokan merupakan karya engineering yang menarik karena akan membantu kekurangan listrik pada saat
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
1
beban puncak dan akan memompa kembali air ke hulu dengan memanfaatkan kelebihan daya terpasang system jaringan Jawa Bali pada saat beban dasar.
RENCANA KNI-BB MENJADI TUAN RUMAH ICOLD 2014 Rapat KE KNI-BB tanggal 11 September 2009 telah memutuskan rencana KNI-BB menjadi tuan rumah ICOLD 2014 di Bali. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah lebih dari 20 tahun y.l. yaitu tahun 1986 di Jakarta (Hotel Mandarin). Tahun ini ICOLD akan melakukan Annual Meeting di Hanoi (Vietnam), sedangkan 2011 di Swiss dan 2012 di Jepang. Untuk tahun 2013 telah ada pengajuan dari USA dan 2014 dari Srilangka, dimana kedua nya masih belum formal. Voting untuk 2013 dilakukan di Swiss (2011) dan untuk 2014 dan dilakukan voting di Jepang (2012).
Pengelolaan yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah keruntuhan bendungan Situ Gintung dan bagaimana selanjutnya dilakukan persiapan rekonstruksi dan penataan ulang. Pada tahun 2010 ini pula Komite Eksekutif mencanangkan target besar untuk menyelenggarakan Annual Meeting ICOLD pada tahun 2014 di Bali, tentunya kita berharap bisa memperolehnya dan dukungan serta doa dari anggota KNI-BB dan dukungan dari Pemerintah Indonesia sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk Rapat Anggota Tahunan dan Seminar Nasional Bendungan Besar yang pada bulan Juni 2009 kita adakan dengan sukses di Yogyakarta, maka pada tahun 2010 ini rencana diadakan di kota Bandung yang sejuk.
Dalam rangka penyusunan rencana tersebut KNI-BB telah membentuk Tim Persiapan yang terdiri dari 32 orang anggota KNI-BB yang terdiri dari unsur Kementerian PU, PLN (sebagai Pemilik Bendungan), disamping dari Perguruan Tinggi, Konsultan dan Kontraktor anggota KNI-BB. Untuk mendapatkan dukungan resmi dari Pemerintah, awal Februari ini telah dilakukan pertemuan dengan Para Pembina dan Ketua Kehormatan KNI-BB dan setelah itu dilanjutkan dengan Direksi dari Anggota Badan KNI-BB. Tim Persiapan akan mulai melakukan promosi awal saat International Conference on Water Resources and Renewable EnergyAsia 2010 di Kuching (Malaysia) 28-30 Maret 2010.
Demikian dari pengurus KNI-BB mari kita bersama-sama dengan semangat menatap tahun 2010.
Selamat Menikmati. Komite Eksekutif KNI-BB mengucapkan:
Selamat Idul Fitri 1430 H Selamat Idul Adha 1430 H Selamat Tahun Baru Hijriyah 1431 H Selamat Hari Raya Natal 2009 Selamat Tahun Baru Masehi 2010
Pengurus KNI-BB mengharapkan agar para anggota KNI-BB mulai lebih aktif untuk menulis makalah yang dapat mencerminkan kemampuan para profesional domestik dalam perencanan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan bendungan besar. Apabila diperlukan, para anggota yang membutuhkan bimbingan dalam penulisan makalah tersebut, Pengurus akan membantu baik dari aspek materi maupun bahasa Inggris & Perancis yang menjadi standar di ICOLD. Semoga langkah KNI-BB untuk memajukan peran para anggota asosiasi profesi kita bersama ini mendapat dukungan dari semua pihak.
FOKUS EDISI INI ® PLTA Pump Storage Upper Cisokan ® Keruntuhan Bendungan Situ Gintung dan Rekonstuksi ® Bendungan Tertinggi dan Terpanjang di Indonesia ® Sekilas Info dan Serba Serbi Organisasi ® Pertemuan Tahunan & Kongres ICOLD di Brasil
- Tim Persiapan Awal Penyelenggaraan Annual Meeting ke 82 -
Tim Redaksi Buletin KNI-BB Pembina: Bambang Kuswidodo, Mardjono Notodihardjo, Husni Sabar; Penanggung Jawab: John Paulus Pantouw; Redaksi: Aries Feizal Firman, Mohammad Soedibyo, Pudji Hastowo, A. Hanan Akhmad, Bhre Susantini, Bambang Tedja I.I., Bambang Hargono, Hadi Susilo; Tata Usaha (TU): Herman Hidayat, Plenik Sawitri, Rosiana, Martin Malaibel, Syafri Ibrahim; Alamat Redaksi/TU: Jl. H. Agus Salim No.69 Jakarta 10350, Telp./Fax.: (021)-3162543, HP: 081399318103, E-mail:
[email protected]
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
2
LAPORAN UTAMA PLTA PUMP STORAGE UPPER CISOKAN 1.000 MW PERTAMA DI INDONESIA Oleh: Ir. Hadi Susilo, MM
1. KELISTRIKAN DI INDONESIA
Pemerintah merencanakan melanjutkan pembangunan kelistrikan 10.000 MW tahap II yang akan segera dimulai dan akan menggunakan dari berbagai potensi energy, seperti Panas Bumi (Geothermal), Air, Batubara dan Gas.
S
udah banyak kita ketahui bahwa fungsi dari pembangunan bendungan adalah untuk menahan dan menampung air sesuai dengan kemampuan inflow sungai untuk mengisi kapasitas waduk yang dibentuknya. 2. MENGAPA PLTA PUMP STORAGE DIPERLUKAN Sedangkan tujuan penampungan air dapat digunakan Kita perlu memahami pengertian beban dasar dan beban berbagai fungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat puncak pada sistem kelistrikan di Indonesia. Pada system disekitarnya. Salah satu tujuan pemanfaatan air dari waduk kelistrikan interkoneksi Jawa-Bali-Madura, beban puncak dan bendungan adalah untuk menciptakan suatu kapasitas akan berlangsung dari waktu Pkl 17.00 sampai dengan Pkl. volume air yang dapat memberikan tenaga potensial atau 22.00 sebagai akibat dari pemakaian kebutuhan listrik rumah mempunyai potensi tinggi jatuh debit air yang dapat tangga yang meningkat, sedangkan kebutuhan kelistrikan mengubah tenaga mekanis memutar turbin dan memutar untuk dibawah beban puncak sering disebut sebagai beban generator menjadi tenaga listrik. Berdasarkan data statistik dasar. Selisih beban puncak dengan beban dasar untuk PT PLN (Persero) akhir tahun 2008, pada saat ini rasio system Jawa Bali Madura sekitar 4.000 MW. Pengisian beban kelistrikan di Indonesia sebesar 62,42%, total kapasitas puncak diharapkan dapat dipenuhi dari pembangkit yang terpasang 25.593,92 MW, produksi energy total sifatnya mudah 118.046,84 GWh, dioperasikan seper ti Pembangkit Hydro Pembangkit Listrik Tenaga menyumbang produksi dari bahan bakar Gas energy sebesar (PLTG) atau Pembangkit 10 . 7 3 9 , 97 GW h a t a u Listrik Tenaga Air (PLTA). 7,19 % dari kapasitas Pada saat selesainya terpasang PLTA sebesar pembangunan kelistrikan 3.504,28 MW dan masih tahap I, diperkirakan banyak warga masyarakat mempunyai kelebihan Indonesia yang belum produksi energy listrik pada Gambar No.1 - Produksi Energi (2008) menikmati sentuhan teknologi kelistrikan waktu beban dasar, namun masih (37,58%). Berbagai upaya diusahakan oleh kekurangan kebutuhan energy listrik pada beban puncak. Pemerintah melalui PT PLN (Persero) untuk meningkatkan Mengingat produksi energi listrik bersifat tidak dapat layanan kelistrikan baik kuantitas maupun kualitasnya disimpan seperti komoditas lain dan dimungkinkan adanya dengan berbagai program pembangunan kelistrikan, perbedaan tarif harga jual listrik antara pada saat beban diantaranya adalah pembangunan kelistrikan 10.000 MW dasar dengan tarif harga jual listrik yang lebih mahal pada tahap I dengan menggunakan bahan bakar batubara atau saat beban puncak, maka untuk keseimbangan kebutuhan sering disebut PLTU Batubara. Mengingat sifatnya PLTU sistem kelistrikan, terpilihlah Pembangkit Listrik Tenaga Air Batubara akan beroperasi terus menerus untuk memenuhi Upper Cisokan yang mempunyai waduk di bagian atas (hulu) kebutuhan kelistrikan pada beban dasar dan diharapkan dengan volume air dominan berasal dari memompa air waduk akan beroperasi keseluruhan pada tahun 2012. bagian bawah (hilir). Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
3
Kedua bendungan menciptakan waduk dengan kapasitas volume aktif masing masing 10 juta m3 dan mempunyai maksimum tinggi jatuh kotor (gross head) setinggi 301,50 m dan minimum 278,00 m. Bendungan direncanakan dibangun dengan metode Roller Compacted Concrete Dams (RCC). Fasilitas waterway terdiri dari dua unit intakes dengan maksimum debit turbin 432 m3/det, dua unit headrace tunnels masing masing berdiameter 7,40 m dengan panjang 1,22 km unit 1 dan 1,16 km unit 2, dua unit Surge Tanks tipe Restricted Orifice diameter shaft 15,00 m, tinggi 78 m dengan upper chamber, dua unit Penstocks masing masing mempunyai panjang 475,00 m dan 530,00 m, diameter dalam (ID) 5,90 m dan empat unit ID 4,17 m - 3,10 m dan empat unit Tailrace tunnels masing masing diameter 5,20 m panjang 190 m - 270 m. Gedung Pembangkit terletak dibawah tanah (Underground Power House) dengan dimensi, tinggi 51,15 m, lebar 26,00 m dan panjang 156,60 m yang akan diisi dengan empat unit mesin generator dengan nominal rating untuk menghasilkan tenaga pembangkit sebesar 1.040,00 MW dari masing-masing kapasitas 260 MW dan disalurkan ke Jakarta masuk ke dalam sistim jaringan 500 kV Jawa Bali. Jalan menuju ke lokasi proyek akan dibangun jalan masuk sepanjang 34 km dari Bendungan Saguling.
Atau disebut Upper Cisokan Pumped Strorage Hydroelectric Power Plant 1.000 MW atau PLTA Pumped Storage Upper Cisokan dengan kapasitas 1.000 MW (PLTA Upper Cisokan). Secara prinsip dapat disimpulkan bahwa PLTA Upper Cisokan menyimpan energi pada saat beban dasar (off peak) untuk menyediakan kapasitas yang handal pada saat beban puncak, dengan cara memompa air dari waduk hilir ke waduk hulu sebagai penyimpan energi dengan menggunakan kelebihan energi pada saat beban dasar, sedangkan manfaat PLTA Cisokan diantaranya adalah menyediakan tenaga listrik pada saat beban puncak, mengontrol frekuensi, mempunyai kemampuan respons yang dinamis, berfungsi sebagai fasilitas pembangkit stand by dan apabila system mengalami collaps mampu melakukan black start.
Gambar No.2 - Kurva Beban Harian dengan Beban Maksimum Tahunan
3. KOMPONEN UTAMA PLTA UPPER CISOKAN Rencana pembangunan proyek PLTA Upper Cisokan terletak dibagian hulu dari Sungai Cisokan salah satu anak Sungai Citarum di Jawa Barat. Di Sungai Citarum telah dibangun PLTA Saguling 700 MW, PLTA Cirata 1.000 MW dan PLTA Jatiluhur 135 MW dengan bangunan bendungan tipe Urugan Batu lapisan inti Kedap Air dan Concrete Face Rock Fill Dam (CFRD) di Cirata. Komponen utama PLTA Upper Cisokan terdiri dari 2 unit bendungan, bendungan atas (Upper Dam) terletak di Sungai Cirumanis anak Sungai Cisokan, mempunyai tipe Concrete Gravity, tinggi 75,50 m dan panjang pada puncak bendungan 375,00 m pada elevasi +800,50 m dpl, luas catchment 10,50 km2, fluktuasi tinggi muka air pada kondisi normal El. +796,50 m dan pada kondisi muka air terendah El. +777,50, sedangkan bendungan bawah (Lower Dam) terletak di Sungai Cisokan, mempunyai tipe Concrete Gravity, tinggi 98,00 m, panjang pada puncak bendungan 294,00 m pada elevasi +503.00 m dpl. Elevasi muka air normal El. +499,50 m dan elevasi muka air terendah El. +495,00 m, Luas catchment 355.00 km2.
Gambar No.3 - Lokasi Proyek
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
4
LOWER RESERVOIR H.W.L 499.50 m L.W.L. 495.00 m
Gambar No.4 - General Plan
Gambar No.6 - Penampang Melintang Bendungan Gambar No.5 - Penampang Melintang Power House
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
5
Sedangkan waduk bawah selisih fluktuasi tinggi muka air 4,00 m dalam pergerakan waktu 6 jam. (2). Analisis perhitungan detail terhadap keamanan bendungan harus sesuai dengan kriteria yang berlaku internasional dan sesuai dengan pedoman Komisi Keamanan Bendungan Indonesia diantaranya adalah untuk gempa harus ditinjau untuk kondisi Maximum Credible Earthquake (MCE) dan system pembebanan digunakan extream load condition yaitu sistem kombinasi pembebanan normal ditambah dengan MCE. (3). Kajian, uji lapangan dan evaluasi teknis untuk pondasi dan pekerjaan bukaan bawah tanah/ terowongan (underground) harus selalu dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan galian untuk mendapatkan masukan kemungkinan terjadi perubahan parameter desain terhadap treatment yang diperlukan dalam setiap tahapan peningkatan system perkuatan pondasi dan bukaan bawah tanah. (4). Diperlukan tes grouting untuk meyakinkan tingkat permeabilitas batuan yang ada dibawah bendungan. (5). Permasalahan lingkungan dan pembebasan lahan/Land Acquisition and Resettlement Plan (LARAP) serta sosial kemasyarakatan harus dilakukan kajian mendalam untuk menghindari ketidakpuasan dikemudian hari. (6). Dan penyusunan pedoman rencana tindak darurat.
4. CARA KERJA PLTA UPPER CISOKAN Setelah semua pembangunan phisik selesai dan semua prosedur telah dipenuhi, maka pengoperasian PLTA Upper Cisokan dapat dimulai. Apabila dimulai dengan pengisian waduk atas (Upper Reservoir), maka posisi waduk bawah (Lower Reservoir) dalam kondisi penuh berisi air. Volume air waduk bawah dipompa ke waduk atas menggunakan daya listrik pada saat beban dasar sistim kelistrikan mengalami kelebihan daya selama 18 jam operasi (pkl. 23.00 s.d pkl. 17.00 keesokan hari) dan pada waktu beban puncak pkl. 17.00 s.d pkl. 22.00 tenaga potensial volume air waduk atas dipergunakan untuk memutar turbin dan kemudian memutar generator untuk dirubah menjadi tenaga listrik dengan Rated Voltage 18 kV dan dialirkan ke Transformer untuk Rated Voltage dinaikkan menjadi 500 kV, diteruskan ke Switchyard untuk di salurkan ke konsumen melalui transmisi 500 kV dan di distribusikan ke konsumen setelah melalui Gardu Induk untuk penurunan Rated Voltage sesuai kebutuhan dan sampailah kepada pengguna jasa kelistrikan, maka “Kehidupan Masyarakat Makin Meningkat”. (Electricity for a Better Life).
6. STATUS PELAKSANA PROYEK Status kemajuan pekerjaan pada saat ini diantaranya adalah penandatanganan ijin prinsip oleh Gubernur Jawa Barat, Bupati Bandung Barat dan Bupati Cianjur telah dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2009 disaksikan oleh Menteri Bappenas untuk pembebasan lahan dapat mulai dilaksanakan, proses pengadaan pembuatan jalan dan pengadaan konsultan detail desain dan supervisi serta persiapan lainnya sedang berlangsung.
Gambar No.7 - Cara Kerja PLTA Cisokan
Gambar No.7 - Cara Kerja PLTA Cisokan
5. TANTANGAN YANG HARUS DIPERHATIKAN Sudah sewajarnya dalam pembangunan bendungan besar perlu memperhatikan semua aspek tinjauan mulai dari segi teknis, lingkungan, keuangan dan resiko yang mungkin timbul. Dalam tulisan ini dibatasi untuk sedikit menguraikan permasalahan segi teknis yang harus mendapat perhatian diantaranya adalah: (1). Mengingat fluktuasi air di dalam waduk khususnya waduk atas mempunyai perbedaan tinggi antara tinggi air normal dengan tinggi air terendah setelah pengoperasian pembangkit pada beban puncak akan mencapai 19.00 m dalam pergerakan waktu 6 jam (El. +796,50 s.d El. +777,50). Untuk menghindari kemungkinan terjadi ketidakstabilan lereng waduk dikemudian hari, maka dalam tahap desain dilakukan studi potensi daerah longsor dan cara mengatasinya dan telah diusulkan menggunakan system proteksi dengan counter weight.
Semoga sekelumit tulisan tentang rencana pembangunan PLTA Pumped Storage Upper Cisokan 1.000 MW ini dapat memberikan gambaran secara umum betapa besarnya nilai tambah yang dapat dipetik dengan memanfaatkan volume air waduk secara berulang sebagai wujud dari pengembangan sumber daya air untuk kepentingan warga masyarakat Indonesia.
Referensi: Supplementary Study (Newjec, Colenco, PT. Hasfarm Dian Konsultan, PT. Kwarsa Hexagon, April 2007), Kajian Keamanan Bendungan (Balai Bendungan, November 2007), Analisa Dinamis Struktur Tubuh Bendungan (Lapi ITB, Oktober 2008), PLN Statistics 2008.
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
6
SITU GINTUNG KERUNTUHAN BENDUNGAN DAN PERSIAPAN REKONSTRUKSI Oleh: Ir. Bambang Kuswidodo, Dipl.HE
Korban akibat banjir sekitar 100 orang meninggal dan kerusakan pada sekitar 300 bangunan rumah dan fasilitas umum. Kerusakan bangunan sekitar 26% rusak total, sekitar 61% rusak berat dan sekitar 13% rusak ringan.
1. BENCANA 27 MARET 2009
B
endungan Situ Gintung berlokasi di Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dan berada disebelah Barat dari Provinsi DKI Jakarta (Gambar-1). Bendungan Situ Gintung selesai dibangun tahun 1933 oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menambah volume air yang sebelumnya berada dalam suatu telaga alam yang selanjutnya merupakan suatu waduk. Waduk Situ Gintung dengan luas genangan semula sekitar 33 Ha dan pada kondisi terakhir tinggal sekitar 21 Ha dengan kapasitas tampungan waduk sekitar 690.000 m3.
2. PERNYATAAN KNI-BB Setelah kejadian bencana, KNI-BB segera melakukan pembahasan dengan menampung masukan dan pendapat dari anggota KNI-BB dan berbagai pihak. Selanjutnya suatu Pernyataan KNI-BB yang disiapkan oleh suatu Tim Pembahas KNI-BB telah disampaikan kepada Menteri Pekerjaan Umum melalui surat Nomor 235/KNI-BB/IV/2009 tanggal 2 April 2009.
Hujan deras mengguyur wilayah Butir-butir Pernyataan KNI-BB sekitar Waduk Situ Gintung pada berkenaan dengan keruntuhan Gambar - 1: Lokasi Bendungan/Waduk Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten tanggal 26 Maret sore dan dengan bendungan Situ Gintung tanggal 27 cepat menambah isi waduk yang pada Maret 2009, adalah sebagai berikut: waktu itu elevasi air a. KNI-BB berpendapat sudah cukup tinggi kirabahwa yang terjadi kira 1,00 m di bawah di Situ Gintung mercu bangunan tanggal 27 Maret pelimpah. Muka air 2009 adalah suatu waduk naik mulai pukul k e g a g a l a n 17.00 WIB dan meluap bendungan, dalam melalui pelimpah dan hal ini merupakan terus mengalir melalui ke r u n t u h a n saluran pembuangan sebagian tubuh k e S u n g a i bendungan dan Pesanggrahan. b a n g u n a n Selanjutnya terjadi pelengkap yang k e r u n t u h a n mengakibatkan bendungan disekitar tidak berfungsinya bangunan pelimpah bendungan. Gambar - 2: Keruntuhan Bendungan Situ Gintung, 27 Maret 2009 yang menyebabkan banjir ke bagian hilir. Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
7
Pengembangan Jasa Konstruksi yang menetapkan Tolok Ukur Kegagalan Bangunan Bidang Sipil Sub Bidang Bendungan Besar, yang mencakup Kriteria Kegagalan Bendungan dan Tolok Ukur Kegagalan Bendungan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Kriteria Kegagalan Bendungan khususnya untuk bendungan tipe urugan tersebut dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) jenis kegagalan yaitu: 1) kegagalan struktur termasuk kegagalan kuat geser, kegagalan struktur yang berupa longsoran dapat merupakan longsoran pondasi atau longsoran tubuh bendungan; 2) kegagalan hydraulic yang dapat berupa peluapan erosi gelombang, erosi kaki hilir dan pembentukan lembah; 3) kegagalan rembesan yang dapat berupa kehilangan air waduk yang terlampau besar dan masalah kestabilan bendungan karena rembesan; 4) kegagalan operasi yang dapat terjadi karena kesalahan operator.
Hal ini berawal pada pengertian bahwa bendungan Situ Gintung adalah bendungan tipe urugan tanah untuk menahan air sehingga terbentuk suatu waduk atau wadah buatan untuk manampung air yang dapat dinamakan sebagai waduk Situ Gintung. b. Bendungan Situ Gintung yang selesai dibangun sekitar tahun 1932, sesuai data dan informasi yang ada disebutkan bahwa volume tampungan waduk sebesar 1,5 juta m3, panjang puncak bendungan sekitar 200 m, dan tinggi bendungan diperkirakan kurang dari 10 m. Berdasarkan data tersebut, bendungan Situ Gintung merupakan bendungan yang termasuk dalam lingkup pengaturan keamanan bendungan berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.72/PRT/1987 (Permen PU No.72/1987) tentang Keamanan Bendungan beserta peraturan perubahannya yang saat ini diberlakukan. Bendungan Situ Gintung ini memang tidak termasuk dalam kriteria bendungan besar standar KNI-BB. c. Sebagaimana diketahui, bendungan yang termasuk dalam lingkup keamanan bendungan sesuai dengan Permen PU No.72/1987 adalah semua bendungan yang memenuhi kriteria: 1) bendungan yang mempunyai ketinggian 15 m atau lebih diukur dari dasar lembah terdalam dan dengan daya tampung sekurang-kurangnya 100.000 m 3 ; 2) mempunyai ketinggian kurang dari 15 m diukur dari dasar lembah terdalam dan dengan daya tampung sekurang-kurangnya 500.000 m3; atau 3) bangunan penahan air lainnya di luar ketentuan yang disebut pada butir 1) dan/atau butir 2) ayat ini yang ditetapkan oleh Komisi Keamanan Bendungan.
Berdasarkan kriteria International Commission on Large Dams (ICOLD) kriteria kegagalan bendungan selanjutnya dikategorikan dalam tingkat keruntuhan bendungan yang terjadi. e. Kajian kegagalan bendungan Situ Gintung yang merupakan keruntuhan sebagian tubuh bendungan dan bangunan pelimpah perlu dilakukan oleh suatu Tim Teknis Investigasi yang harus segera dibentuk. Tugas Tim Teknis Investigasi terutama harus mencakup: 1) menghimpun keterangan dari pihak-pihak terkait; 2) menghimpun dokumen teknis dan data pendukung ; 3) melakukan pengujian yang diperlukan di lapangan dan laboratorium.
Sedangkan bendungan besar yang termasuk standar KNI-BB meliputi bendungan yang memenuhi kriteria: 1) bendungan dengan tinggi 15 m atau lebih yang diukur dari dasar pondasi terdalam dan dengan daya tampung sekurang-kurangnya 100.000 m3; atau 2) bendungan dengan tinggi 10-15 m diukur dari dasar pondasi terdalam dan dengan panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 m, atau dengan daya tampung waduk sekurangkurangnya 100.000 m3, atau debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang dari 1.000 m3/det; atau 3) bendungan lainnya yang mempunyai kesulitan khusus pada pondasi atau bendungan yang didesain menggunakan teknologi baru.
Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, perlu segera dibentuk suatu Tim Penilai Ahli Kegagalan Bangunan, dalam hal ini adalah suatu Tim Penilai Ahli Kegagaln Bendungan Situ Gintung. Berhubung kemendesakan perlunya Tim Penilai Ahli Kegagalan Bendungan Situ Gintung, maka pembentukan Tim Penilai Ahli tersebut perlu segera ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Tim Penilai Ahli tersebut seyogyanya terdiri dari 3 penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidang yang berkaitan dengan bendungan serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif. Tim Penilai Ahli harus mempunyai sertifikat keahlian, dengan klasifikasi tertinggi/Ahli Utama dari Asosiasi Profesi bidang bendungan yaitu KNI-BB.
d. Berkaitan dengan penyebab kegagalan bendungan Situ Gintung, walaupun diawali dengan keadaan curah hujan yang sangat tinggi, perlu dilakukan kajian yang mendalam dengan mengacu pada Peraturan Lembaga Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
8
Selanjutnya penyiapan desain harus didasarkan pada kriteria desain yang ditetapkan berdasarkan kaidah keamanan bendungan, dengan antara lain memperhatikan kaji ulang debit banjir rencana, hidrograf banjir, kapasitas bangunan pelimpah, tinggi jagaan, dan drainase kaki bendungan.
Tim Penilai Ahli Kegagalan Bendungan Situ Gintung bertugas untuk antara lain: 1) menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bendungan; 2) menetapkan tidak berfungsinya bendungan; 3) menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bendungan. f. Penanganan yang perlu dilakukan setelah keruntuhan bendungan Situ Gintung adalah upaya agar tidak terjadi keruntuhan atau longsoran lebih lanjut dan mengupayakan kelancaran aliran dari waduk apabila terjadi curah hujan yang tinggi, sehingga tidak menimbulkan kerusakan ulang di bagian hilir.
i. Berkenaan dengan pembelajaran dari terjadinya kegagalan bendungan Situ Gintung, perlu menjadikan perhatian pengelolaan bendungan situ-situ yang lain, dan juga untuk keseluruhan bendungan yang sedang dioperasikan. Ketentuan yang perlu dipedomani ada dalam Permen PU No.72/1997 tentang Keamanan Bendungan dan Pedoman Keamanan Bendungan SNI No.1731-1989, serta referensi dari ICOLD, Dam Safety Guidelines, Bulletin 59, 1987.
Hal ini dapat dilakukan dengan upaya: 1) pengamanan/perkuatan pada bagian bendungan yang runtuh dan agar dapat tetap mengalirkan air; 2) pembuatan alur pada waduk ke arah bagian yang runtuh untuk kelancaran aliran; 3) perbaikan/peningkatan saluran pada hilir bendungan untuk memperlancar aliran dari bagian yang runtuh sampai ke kali Pesanggrahan.
Dengan perlu diawali upaya inventarisasi bendungan yang lebih menyeluruh dan akurat, selanjutnya hal-hal yang perlu diperhatikan terutama adalah: 1) pelaksanaan ketentuan mengenai pemeriksaan bendungan dan inspeksi bendungan, dan ketentuan lain dalam Permen PU No.72/1987 tentang Keamanan Bendungan dan Pedoman Keamanan Bendungan SNI No.1731-1989; 2) perlunya semua pengelola bendungan menyampaikan hasil pemeriksaan bendungan ke Balai Bendungan; 3) perlunya setiap bendungan dilengkapi dengan Dam Break Analysis dan Rencana Tindak Darurat.
g. Penanganan kembali bekas waduk Situ Gintung harus diawali dengan penerapan penataan ruang berdasarkan Undang-Undang No.26/2009 tentang Penataan Ruang, dengan tindak lanjut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya semula Kabupaten Tangerang dan kemudian Kota Tangerang Selatan. Dengan memperhatikan pula kondisi daya dukung lingkungan hidup dan kondisi sumber daya air saat ini pada daerah tangkapan bekas waduk Situ Gintung dan juga keberadaan masyarakat, selanjutnya baru dapat dipertimbangkan kemungkinan pengembangan lebih lanjut untuk bekas waduk Situ Gintung.
j. Perlu segera diterbitkan surat edaran Menteri Pekerjaan Umum berkaitan dengan pengelolaan bendungan, yaitu 1) surat edaran kepada para Gubernur mengenai perlunya koordinasi berkaitan dengan kewaspadaan pengelolaan bendungan yang ada di wilayah provinsi masing-masing; 2) surat edaran kepada Pengelola bendungan yaitu untuk seluruh bendungan milik Departemen Pekejan Umum, PT PLN (Persero), dan Badan Hukum lainnya, bahwa pengelolaan bendungan harus berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Dua opsi pokok dapat dipertimbangkan, yaitu: 1) pengembangan bekas waduk Situ Gintung untuk kawasan konservasi dengan dengan tanpa membangun bendungan; 2) pengembangan bekas waduk Situ Gintung dengan membangun kembali bendungan Situ Gintung. h. Apabila dipertimbangkan bahwa bendungan Situ Gintung akan dibangun kembali, harus dilakukan dengan melalui penyiapan studi kelayakan dan studi AMDAL serta penyiapan desain bendungan.
Surat edaran Menteri Pekerjaan Umum tersebut perlu ditindak lanjuti surat dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air yang lebih teknis dan operasional. k. Berkaitan dengan upaya peningkatan pengelolaan bendungan di masa mendatang, perlu dilakukan perkuatan institusi keamanan bendungan, terutama untuk Balai Bendungan terkait struktur organisasi, kuantitas dan kualitas sumber daya manusianya. Perkuatan institusi keamanan bendungan tersebut juga harus disertai dengan kejelasan dan peningkatan pendanaan operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya.
Studi kelayakan harus mencakup analisis kondisi topografi, analisis geologi, analisis hidrologi, analisis sosial ekonomi dan budaya, dan analisis kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan, serta rencana penggunaan sumber daya air. Hal ini sangat terkait dengan manfaat yang diharapkan dengan membangun kembali bendungan Situ Gintung, misalnya untuk tujuan penyediaan air baku, pengendalian banjir, dan konservasi, serta pariwisata.
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
9
Technical Committee Meeting untuk Dam Safety Technical Committee, telah disampaikan An Initial Information on Situ Gintung Dam Failure in Indonesia berupa informasi garis besar sebagai berikut:
l. Pengaturan mengenai pembangunan dan pengelolaan bendungan diharapkan dapat lebih efektif apabila telah disahkan-nya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Bendungan yang sebagaimana diketahui saat ini masih dalam status Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Bendungan dan masih dalam proses harmonisasi.
a. Background The dam is located in South Tangerang town in the vicinity of Jakarta, the capital of Indonesia. It was constructed in 1932-1933 (more than a decade prior to the independence of Indonesia in 1945) for the purpose of irrigation of 270 ha by building the dam with around 30 ha of reservoir area. The scheme consists of an earth fill type dam, a masonry spillway and two irrigation intake gates.
Pengaturan dalam RPP tentang Bendungan tersebut meliputi bendungan dengan kriteria yang sama dengan kriteria bendungan besar standar KNI-BB sebagaimana tersebut pada huruf c. Sedangkan pengaturan untuk bendungan-bendungan di luar kriteria dalam RPP tentang waduk dan bendungan tersebut, akan diatur dalam Peraturan Menteri dalam hal ini adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU).
b. The Dam Failure On 27 March 2009 early morning the spillway and the left bank of the dam collapsed. This created disaster to the downstream area of the dam which were already occupied by residential buildings. The casualties count for more than 100 people due to the flood from the reservoir.
Selanjutnya di samping perlu segera diupayakan pengesahan PP tentang Bendungan, juga perlu diupayakan segera penyiapan Permen PU sebagai turunan dari PP tentang Bendungan, terutama; 1) Permen PU untuk bendungan dengan kriteria yang tidak termasuk di dalam kriteria dalam PP tentang Bendungan; dan 2) Permen PU tentang Keamanan Bendungan sebagai pengganti dan penyempurnaan Permen PU No.72/1987.
c. Evaluation and Investigation From hydrological data, the rainfall recorded at 162 mm on 26 March 2009. It was assumed that around 10 pm, water level at the reservoir overflowed the spillway crest As the inflow increased during the continuous rain that night, scouring at the down-stream part of its spillway started to occur. Around 04.30 am on 27 March, the spillway collapsed and the damages at the down stream area were extremely substantial.
m.Berkaitan dengan dampak perubahan iklim global yang disebutkan sangat mempengaruhi keadaan hidrologi yang terkait dengan pengelolaan bendungan, perlu dilakukan kajian yang lebih menyeluruh dan mendalam oleh institusi penelitian yang kompeten, antara lain oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. Hal ini mengingat antara lain perlu kejelasan sampai dimana perubahan iklim global menyebabkan pergeseran iklim terkait dengan hujan dan terjadinya banjir. Untuk ini perlu dilakukan suatu kajian hidrologi yang dapat memberikan kejelasan.
d. Available Options During the current preliminary review, there are several options being thoroughly considered. Among others, they include the reconstruction of the dam or decommissioning or combination of the first two options. An independent investigation team has been assigned to find out the real causes of this dam failure and recommend further action plans.
n. Terjadinya kegagalan bendungan Situ Gintung pada tanggal 27 Maret 2009 telah mendapat perhatian dari kalangan Internasional, antara lain dengan telah diterimanya pernyataan condolence dari Iran National Committee on Large Dam (IRCOLD) dan response dari ICOLD lebih lanjut. Berkaitan dengan ini, KNI-BB/INACOLD akan menyiapkan suatu Country report on Situ Gintung dam failure in Indonesia yang akan disampaikan dalam 77th Annual Meeting ICOLD di Brazilia, Brazil pada akhir Mei 2009, khususnya dalam Dams Safety Technical Committee Meeting.
e. Concluding Remarks Regardless of the option finally chosen, in any case there will surely be public consultation meetings. Moreover, the catchment area becomes an integral part of the comprehensive study. After the investigation completes in the next few weeks, design stage will then begin by mobilizing our dam engineers.
3. INACOLD INITIAL INFORMATION Annual meeting ke 77 International Commission on Large Dams (ICOLD) diselenggarakan pada tanggal 21 sampai dengan 25 Mei 2009 di Brasilia, Brazil. Pada agenda
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
10
5. PERSIAPAN REKONSTRUKSI DAN PENATAAN ULANG SITU GINTUNG
4. PENYEBAB KERUNTUHAN BENDUNGAN SITU GINTUNG Berbagai pihak telah melakukan pembahasan mengenai keruntuhan bendungan Situ Gintung dan mengemukakan berbagai pendapat. Pembahasan juga dilakukan pada Seminar Nasional Bendungan Besar di Yogyakarta tanggal 1011 Juni 2009.
Dalam rangka upaya rekonstruksi dan penataan ulang Situ Gintung telah dibentuk suatu tim berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 297.1/KPTS/M/2009 tanggal 31 Maret 2009 tentang Pembentukan Tim Evaluasi dan Persiapan Rehabilitasi-Rekonstruksi dan Penataan Ulang Situ Gintung.
Pembahasan yang intensif telah dilakukan oleh suatu Tim Penilai Ahli Kegagalan Bendungan yang diusulkan oleh KNIBB, dan ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 310/KPTS/M/2009 tanggal 13 April 2009 tentang Pembentukan Tim Penilai Ahli Bencana Situ Gintung.
Selain rencana rehabilitasi-rekonstruksi Situ Gintung, terkait dengan penyusunan rencana penataan ulang Situ Gintung Tim telah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Rencana pembangunan jalur (alignment) saluran limpasan/sungai selebar 6 m,
Berdasarkan temuan, wawancara, bukti, penyelidikan, analisis dan evaluasi ilmiah, Tim Penilai Ahli tersebut telah membuat kesimpulan yang pada dasarnya sebagai berikut:
b. Penyediaan sempadan sungai selebar 10 m kiri dan kanan, yang akan diarahkan sebagai jalan inspeksi dan ruang terbuka hijau (RTH),
a. Pada peristiwa banjir 27 Maret 2009 diyakini bahwa keruntuhan bendungan Situ Gintung tidak disebabkan karena adanya “over topping” diatas puncak bendungan dan juga erosi buluh (piping).
c. Penataan bangunan dan lingkungan pada zona terdampak (di luar sempadan sungai 10 m) antara lain melalui pengaturan pemberian IMB secara ketat dan penerapan building codes (KDB, KLB, ketinggian bangunan dan persyaratan teknis lainnya), penyediaan jaringan jalan lingkungan yang juga berfungsi sebagai jalur evakuasi bila terjadi bencana. Penataan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metoda konsolidasi lahan atau dengan tetap mempertimbangkan kondisi kepemilikan lahan semula,
b. Penyebab keruntuhan pada peristiwa itu adalah: 1) Tubuh bendungan sebelah kiri pelimpah telah menjadi lemah karena galian untuk pembangunan perumahan. Disini telah terjadi peregangan dan dekompaksi sehingga stabilitasnya rendah mendekati kritis, FK = 1,1 < 1,50 (standar), serta sangat potensial terangkat oleh tekanan up lift.
d. Pengaturan sempadan situ yaitu sempadan 50 m sebagai buffer zone dan penataan kembali bangunan dan lingkungan melalui pembatasan pembangunan baru dan penerapan building codes yang tegas,
2) Saluran luncur tidak cukup kapasitasnya untuk mengalirkan banjir 27 Maret 2009 sehingga terjadi “over topping” di atas dinding saluran luncur pelimpah. 3) Terjadi peninggian air di saluran buang karena adanya hambatan, yaitu perumahan, penyempitan saluran buang, dan pengaruh “back water” sungai Pesanggrahan, sehingga terjadi turbulensi di luar kolam dan menyebar ke kiri kanan.
e. Penetapan zoning codes dan building codes pada catchment area, f. Kebutuhan pembangunan Rusunawa untuk menampung masyarakat korban bencana khususnya warga yang selama ini mengontrak di lokasi tersebut,
4) Muka air waduk pada puncak banjir cukup tinggi, elevasi +99,00 m.
g. Mempertahankan bangunan eksisting dengan struktur bangunan yang kokoh dan tidak mengalami kerusakan, yaitu gedung UMJ dan masjid.
5) Pengikisan/erosi setempat (scouring), kemungkinan channeling dan pengangkatan (up lift) menyebabkan longsoran tubuh bendungan kiri pelimpah dan kemudian diikuti oleh keruntuhan pelimpah dan selanjutnya menjadi keruntuhan total.
Selanjutnya Tim telah menyampaikan rekomendasi akhir sebagai berikut: a. Sehubungan kegiatan rehabilitasi rekonstruksi Situ Gintung Kota Tangerang Selatan, dan berdasarkan Permen PU No. 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan serta Tata Cara untuk persetujuan pembangunan dan penghapusan fungsi bendungan Nomor 04/KPTS/1994, jo Nomor 04/KPTS/2002, diperlukan sertifikasi desain sebelum dilaksanakan pekerjaan fisiknya.
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
11
Berdasarkan perhitungan hasil penelusuran banjir lewat b. Situ Gintung dibangun tahun 1933 tentunya tidak pelimpah diperoleh data debit banjir inflow dan outflow mempunyai AMDAL. Atas dasar itu pula, perlu dilakukan sebagaimana pada Tabel 1 Data Debit Rencana, berikut: UKL UPL dalam rencana rehabilitasi Situ Gintung dengan harapan permasalahan/dampak yang diperkirakan akan Tabel - 1: Data Debit Rencana terjadi dianalisis, diprediksi, dievaluasi dan selanjutnya Periode Ulang Inflow Outflow Elevasi Peak Storage dirumuskan upaya pengelolaan dan pemantauannya (tahun) (+ ..m) (m3/det) (m3/det) (m3) dalam rumusan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2 19.60 5.50 97.80 768.10 dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Melalui 5 31.80 16.10 98.00 819.70 10 41.40 24.30 98.20 854.80 serangkaian proses UKL UPL tersebut, diharapkan 25 54.80 36.10 98.40 899.10 rehabilitasi Situ Gintung dapat dilaksanakan sesuai 50 65.10 45.20 98.50 930.10 dengan konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan 100 75.80 54.90 98.70 960.60 dan Berkelanjutan (Sustainable Development). 200 500 1,000 PMF
c. Penataan kawasan hulu maupun hilir situ diperlukan untuk pelestarian Situ Gintung dan keselamatan penduduk disekitar Situ Gintung.
87.00 102.00 114.10 124.30
65.00 78.70 90.20 114.00
Telah dillakukan kajian kondisi geologi Situ Gintung yang mencakup geomorfologi, geologi regional dan stratigrafi. Penyelidikan geoteknik lapangan dilakukan, dan juga untuk geologi memanjang tubuh bendungan lama, dan geologi memanjang alur sungai. Selanjutnya hasil pengujian laboratorium adalah sebagaimana pada Tabel 2.
6. DESAIN REHABILITASI BENDUNGAN SITU GINTUNG
Situ Gintung mempunyai daerah tangkapan air seluas 3,2 km2 yang merupakan daerah perdesaan dan taan di Kecamatan Ciputat T i m u r Ko t a Ta n g e r a n g . Stasiun pencatat curah hujan Gintung yang digunakan dalam analisis curah hujan adalah Stasiun Parung, Ciputat, Ciledug, Depok, Gunung Sindur, Ragunan dan Serpong.
No. 1. 2. 3.
Tabel - 2: Hasil Pengujian Labortorium Sedimen Hulu 73 15.9 CH ~ MH
Parameter Tanah Kadar air asli, Wn (%) Berat Isi, gn (kN/m 3) Klasifikasi tanah
Tanah Asli Hilir Bendungan Kanan 60 ~ 62 15.4 ~ 16.4 CH ~ MH
Tubuh Bendungan 54 ~ 59 15.6 ~ 16.7 CH ~ MH
Tanah Asli Hilir Bendungan Kiri 74 15.4 Pasir halus, lanauanlempungan
0.74 ~ 2.90 8.52 ~ 15.13 82.55 ~ 89.10
49.18 29.02 21.80
10 22 ~ 25 3.6 × 10-6 s/d 1.8 × 10-5 ND1
0 30 6 × 10-4
perko 4.
990.90 1,029.10 1,058.10 1,114.90
b. Penyelidikan Geologi Teknik
d. Implementasi dari konsep penataan ulang kawasan dan permukiman di Situ Gintung hanya bisa dilaksanakan setelah masyarakat korban bencana menyepakati dan menerima konsep perencanaan yang diajukan. Untuk itu maka perlu dilakukan rangkaian sosialisasi konsep rencana penataan ulang kawasan ke masyarakat korban bencana, sampai dicapai kesepakatan konsep rencana yang akan dilaksanakan.
a. Analisis Hidrologi
98.80 99.00 98.40 98.40
3.58 10.57 85.85
5.
Pembagian butiran: - pasir - lanau di sekitar Situ - lempung Kuat geser Triaxial CU:
6.
- kohesi eff, c (kN/cm 2) - sdt geser dalam, j () Koef. Permeabilitas, k (cm/dt)
10 24.50 -
0 21 -
7.
Sifat dispersif (Pin-Hole)
-
ND1
6.82 13.98 79.20
-
c. Desain Rehabilitasi
Analisis banjir rencana sebagai inflow ke Situ Gintung dilakukan dengan model Unit Hydrograf SCS dengan luas daerah tangkapan air 3,2 km2, time log = 43,5 menit dan CN = 90 untuk berbagai periode ulang.
Data teknis desain rehabilitasi Bendungan Situ Gintung adalah sebagai berikut: 1) Waduk
Penelusuran banjir di daerah genangan Waduk Situ Gintung dilakukan dengan pelimpah berbentuk gergaji pada kondisi elevasi mercu pelimpah +97,5 m, awal muka air pada elevasi +97,0 m (dasar pintu air) dan bendungan pada elevasi +100 m.
3,20 km2
Daerah tangkapan air
:
Luas daerah genangan
:
Muka air tertinggi
:
+99,40 m
Muka air normal
:
+97,00 m
21,40 Ha
Volume tampungan waduk : 690.000 m3
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
12
1) Tubuh Bendungan
Dimensi pintu
: 1,00 m (lebar) × 2,25 m (tinggi)
Elevasi dasar pintu
: +93,00 dan +95,25
Tinggi maksimum di atas pondasi
:
Elevasi puncak
: +100,00 m
Lebar pilar
: 1 × 0,80 m dan 1 × 1,00 m
Panjang puncak
:
180,00 m
Debit banjir rencana Q100
: 53,5 m3/det
Lebar puncak
:
5,00 m
:
Kemiringan lereng hulu
: menyesuaikan tebing tanah yang ada
Elevasi muka air banjir pada Q100 Debit banjir PMF, QPMF
:
Elevasi muka air banjir pada QPMF
:
Kemiringan lereng hilir
:
10,00 m
1 : 1,5
2) Bangunan Pelimpah Lokasi
: palung sungai (lokasi lama)
Tipe
: pelimpah bebas tipe gergaji, dengan pintu
Elevasi mercu
:
+97,50 m
Lebar efektif
:
11,2 m
Jumlah pintu
: 4 buah, 2 atas dan 2 bawah di kiri pelimpah
+98,70 m 112,4 m3/det +99,40 m
Pada desain rehabilitasi Bendungan Situ Gintung dilakukan perhitungan stabilitas bendungan untuk tubuh bendungan dekat bangunan pelimpah dan tubuh bendungan lama, dengan faktor keamanan tanpa gempa dan dengan gempa dan juga perhitungan rembesan. Gambar denah, potongan bangunan pelimpah, dan potongan tubuh bendungan kiri bangunan pelimpah, adalah sebagaimana pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 berikut.
Gambar - 3: Denah Bendungan Situ Gintung
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
13
Gambar - 4: Potongan Bangunan Pelimpah
Gambar - 5: Potongan Tubuh Bendungan Kiri Bangunan Pelimpah
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
14
d. Pengujian Model Fisik Bangunan Pelimpah
Berdasarkan rekomendasi dari Komisi Keamanan Bendungan, persetujuan desain rehabilitasi Bendungan Situ Gintung telah diterbitkan oleh Menteri Pekerjaan Umum sesuai Persetujuan Desain Rehabilitasi Bendungan Situ Gintung Nomor PR.01.01-Mn/574 tanggal 19 Oktober 2009.
Pengujian model fisik bangunan pelimpah dilakukan untuk tujuan: 1) menyelidiki kesempurnaan bangunan pelimpah ditinjau dari lokasi tata letak dan dimensi hidraulik, 2) mempelajari arah, kecepatan dan distribusi aliran menuju pelimpah dan peredam energi, 3) mempelajari gejala pergerakan angkutan sedimen, antara lain penggerusan setempat dan degradasi, 4) mempelajari pergerakan degradasi terhadap keamanan bangunan pelimpah dan bangunan pelengkap lainnya.
REFERENSI 1. Balai Bendungan, Kajian Keamanan Bendungan, Desain Rehabilitasi Situ Gintung, Oktober 2009.
Pelaksanaan pengujian model fisik mendapatkan hasil yang cukup baik sesuai yang diperlukan.
2. INACOLD, An Initial Information on Situ Gintung Dam Failure in Indonesia, June 2009.
e. Persetujuan Desain Rehabilitasi
3. KNI-BB, Butir-butir Pernyataan KNI-BB berkenaan dengan keruntuhan bendungan Situ Gintung, April 2009.
Dalam draft terakhir RPP tentang Bendungan disebutkan bahwa kriteria bendungan dalam pengaturan RPP tentang Bendungan termasuk pula bendungan dengan kelas bahaya tinggi. Berdasarkan hal tersebut disamping data teknis desain rehabilitasi bendungan, Bendungan Situ Gintung sepenuhnya termasuk dalam pengaturan keamanan bendungan dalam RPP tentang Bendungan. Selanjutnya pembahasan desain rehabilitasi Bendungan Situ Gintung telah dilaksanakan dalam diskusi teknis, sidang teknis dan sidang pleno Komisi Keamanan Bendungan. Pembahasan dilakukan oleh anggota Komisi Keamanan Bendungan bersama Balai Bendungan, Puslitbang Sumber Daya Air, Direktorat Sungai Danau dan Waduk dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane.
4. Puslitbang Sumber Daya Air, Laporan Penyelidikan Geoteknik Situ Gintung, Juni 2009. 5. Puslitbang Sumber Daya Air, Laporan Analisis Hidrologi Situ Gintung, Juni 2009. 6. Tim Evaluasi dan Persiapan Rehabilitasi Rekonstruksi dan Penataan Ulang Situ Gintung, Laporan Akhir, Oktober 2009. 7. Tim Penilai Ahli Bencana Situ Gintung, Laporan Keruntuhan, Mei 2009.
MENGENAL BENDUNGAN TERTINGGI DAN TERPANJANG DI INDONESIA Oleh: Ir. HM. Soedibyo, MT
Bendungan Batutegi. Seperti pada tulisan sebelumnya (Edisi Januari 2008), maka yang dimaksud dengan bendungan disini adalah bendungan besar, menurut kriteria ICOLD.
PENDAHULUAN Sebagai lanjutan dari tulisan penulis yang dimuat dalam BULETIN KNI-BB Edisi Januari 2008, akan disampaikan tambahan data tentang bendungan tertinggi dan terpanjang di Indonesia. Hal ini juga sebagai ralat atas tulisan tersebut, dimana disebutkan sebagai ilustrasi akan disampaikan gambar foto Bendungan Mrica (Panglima Besar Sudirman), namun yang muncul adalah gambar foto Bendungan Batutegi, jadi gambar fotonya tetap, namun tulisannya harap dibaca
PEMBAGIAN TIPE BENDUNGAN Karena terdapat banyak tipe bendungan berdasarkan beberapa pandangan, maka pada tulisan ini akan disampaikan pembagian tipe bendungan menurut ICOLD (International Commission on Large Dams). Menurut Soedibyo (2003), pembagian tipenya adalah :
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
15
1. Bendungan urugan tanah (earthfill dam), oleh ICOLD disingkat menjadi TE.
Menurut hasil penelitian Soedibyo (2004), yang paling banyak dibangun di Indonesia adalah bendungan urugan tanah 50,08%; bendungan urugan batu 28,36%; bendungan beton berdasar berat sendiri 17,81%; bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka dari beton 1,50%; bendungan beton dengan metode pelaksanaan sederhana 1,50%; bendungan beton berbentuk lengkung 0,75%. Bendungan beton dengan penyangga belum ada di Indonesia, sedangkan bendungan beton berbentuk lebih dari satu lengkung juga belum ada di Indonesia, namun yang tingginya kurang dari 15 m, yang berarti bendungan bukan besar sudah ada yaitu Bendung Ngebel dengan tinggi 8 m untuk kolam tando PLTA Ngebel dengan volume 8.000 m3.
2. Bendungan urugan batu (rockfill dam), disingkat ER. 3. Bendungan beton berdasar berat sendiri (concrete gravity dam), disingkat PG. 4. Bendungan beton dengan penyangga (concrete buttress dam), disingkat CB. 5. Bendungan beton berbentuk lengkung (concrete arch dam), disingkat VA. 6. Bendungan beton berbentuk lebih dari satu lengkung (concrete multiple arch dam), disingkat MV. 7. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (concrete face rockfill dam), disingkat CFRD.
8. Bendungan beton dengan metode pelaksanaan sederhana (roller compacted Tahun Nama Nama concrete for dam), Operasi Bendungan Sungai disingkat RCC. 1988 Cirata Citarum Pada awalnya pembagian tipe bendungan menurut ICOLD hanya ada 6, baru setelah tahun 1970-an ditambah 2 tipe lagi yaitu : CFRD dan RCC.
1987 2001 1988 1965 1999 1984 1973 1999 1983
Wadaslintang Batutegi Sudirman Juanda Balambano Saguling Sutami Wonorejo Tangga
Bedegolan Sekampung Serayu Citarum Larona Citarum Brantas Gondang Asahan
Organisasi ICOLD yang kantor pusatnya di Paris, menggunakan dua bahasa yaitu Inggris dan Perancis, sehingga singkatan tipe bendungannya juga terdiri atas dua kata, satu dalam Bahasa Perancis (di depan) dan Bahasa Inggris (di belakang). Bendungan urugan tanah dalam Bahasa Perancis disebut barrage en terre dan dalam Bahasa Inggris disebut earth dam maka singkatannya adalah TE. Bendungan urugan batu dalam Bahasa Perancis disebut barrage en enrochement dan Bahasa Inggris rockfill dam maka singkatannya adalah ER. Bendungan berdasar berat sendiri berarti barrage-poid (Perancis) dan gravity dam (Inggris), maka singkatannya adalah PG. Bendungan beton dengan penyangga berarti barrage a contreforts (Perancis) dan buttress dam (Inggris), maka singkatannya adalah CB. Bendungan berbentuk lengkung berarti barrage-voute (Perancis) dan arch dam (Inggris), maka singkatannya adalah VA. Demikian pula bendungan berbentuk lebih dari satu lengkung berarti barrage a voutes multiples dan multiple arch dam, maka singkatannya adalah MV.
Tabel - 1: Bendungan dengan Urutan Tertinggi di Indonesia Tipe CFRD ER ER ER ER RCC ER ER ER VA
Keterangan: PT. IP
Tinggi (m) 125 122 121 110 105 100 99 98 97 82
Panjang Puncak (m) 453 650 690 6,572 1,220 360 301 820 545 125
Manfaat E I,E,F I,E E I,E,F,S E E I,E,F I,E,S E
Pengelola PT. PJB BBWSOP BBWSMS PT. IP PJT II PT. Inco PT.IP PJT I PJT I PT. Inalum
- PT. Indonesia Power, anak perusahaan PT. PLN (Persero)
PT. PJB
- PT. Pembangkitan Jawa Bali, anak perusahaan PT. PLN (Persero)
BBWSOP
- Balai Besar Wilayah Sungai Opak-Serayu
BBWSMS
- Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung
PT. PJT I
- PT. Jasa Tirta I
PT. PJT II
- PT. Jasa Tirta II
Sumber data : PT. PLN, Balai Bendungan, dan Pengelola terkait I - irigasi, E - PLTA, F - pengendalian banjir, S - air minum
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
16
BENDUNGAN DENGAN URUTAN TERPANJANG di INDONESIA Akan disampaikan data 10 bendungan dengan urutan terpanjang di Indonesia, seperti terlihat pada tabel 2. Tabel - 2: Bendungan dengan Urutan Terpanjang di Indonesia Tahun Operasi 1988 1984 1999 1931 1989 1982 1965 1984 2001 1995
Nama Bendungan Sudirman Way Rarem Bili-Bili Cengklik Kedungombo Batujai Juanda Ketro Batu Bulan Duriangkang
Nama Sungai Serayu Way Rarem Jeneberang Cengklik Serang Penunjak Citarum Ketro Moyo Duriangkang
Tipe ER ER ER TE ER ER ER TE ER TE
Panjang Puncak (m) 6,572 2,020 1,898 1,693 1,600 1,300 1,220 1,200 1,150 936
Tinggi (m) 110 32 73 15 62 16 105 15 37 27
Manfaat E I I,F I I,E,F I I,E,F,S I I S
Pengelola PT. IP BBWSMS BBWSPJ BBWSBS BBWSPJ BWSNT PJT II BBWSBS BWSNT Otorita Batam
Keterangan: BBWSPJ
- Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan -Jeneberang
BBWSBS
- Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan-Sala
BWSNT
- Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara
Sumber data : PT. PLN, Balai Bendungan, dan Pengelola Terkait Sebagai ilustrasi akan disampaikan foto Bendungan Sudirman (Mrica), yang merupakan bendungan terpanjang di Indonesia waktu ini (2009), sepanjang 6.572 m.
Bendungan Sudirman untuk PLTA Sudirman dengan daya terpasang 184,5 MW (3 unit)
Sedimentasi Waduk Sudirman sangat tinggi, karena Proyek PLTA Maung belum sempat dibangun, padahal seharusnya sudah beroperasi dua tahun (1990) setelah dioperasikannya PLTA Sudirman (1988). Pada waktu studi kelayakan ke dua proyek ini direncanakan dalam satu paket, dimana sedimen yang akan masuk ke Waduk Sudirman dicegat untuk masuk Waduk Maung, yang volume waduknya hampir tiga kali volume Waduk Sudirman. Semoga tulisan ini ada manfaatnya. Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
17
Sekilas Info dan Serba Serbi Organisasi PELAKSANAAN SEMINAR BENDUNGAN BESAR PELAKSANAAN Dalam menghadapi dampak perubahan iklim, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bekerjasama dengan Komite Nasional Indonesia Untuk Bendungan Besar (KNI-BB) mengadakan Seminar Nasional Bendungan Besar pada tanggal 10 - 11 Juni 2009 di Yogyakarta dengan tema “Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan Dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim”, dengan sub tema sebagai berikut : 1. Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan dalam Rangka Pemenuhan Kedaulatan Pangan, Energi dan Air Baku. 2. Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan dalam Rangka Pengendalian Banjir dan Kekeringan. 3. Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan dalam Rangka Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan. Melalui seminar ini diharapkan masyarakat lebih memahami arti dan manfaat bendungan/waduk, lebih diharapkan lagi adanya peningkatan kompetensi sumberdaya manusia khususnya mengenai pembangunan dan pengelolaan bendungan. Hal ini terkait dengan upaya mengatasi kelangkaan air dan pengendalian banjir serta manfaat lainnya.
Kamis, 11 Juni 2009 seminar dilaksanakan dengan pembukaan yang didahului dengan Sambutan Ketua Umum KNI-BB, dilanjutkan sambutan selamat datang Gubernur DIY diwakili Sekretaris Daerah, Gubernur berharap ada pembangunan dan survey potensi lokasi waduk di propinsi DIY untuk mengantisipasi kebutuhan air baku dengan meningkatnya populasi penduduk di Propinsi DIY dengan datangnya para pelajar dan mahasiswa. Pidato kunci serta Pembukaan Seminar oleh Menteri PU yang diwakili Direktur Jenderal SDA.
Seminar Nasional Bendungan Besar 2009 diawali dengan kunjungan lapangan ke Waduk Sermo pada hari Rabu, 10 Juni 2009 dengan peserta ± 200 orang yang diwakili dari Instansi Pemerintah maupun non pemerintah, Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Profesi, Pemerhati, dll.
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
18
Dalam pidato kunci dari Menteri PU menitikberatkan bahwa sekarang ini dunia mengalami krisis FEW (Food, Energy and Water), untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perhatian khusus menggali fungsi bendungan sehingga kebutuhan pangan, energi dan air dapat teratasi.
2. Sesi II (Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan dalam rangka Pengendalian Banjir dan Kekeringan), ada 10 paparan, antara lain: ● Operasi Waduk Cascade Citarum dalam Upaya Mengantisipasi dan Mengurangi Dampak Perubahan Iklim Herman Idrus, CES, et al - Perum Jasa Tirta II
Pembangunan bendungan juga mengubah bentang lahan yang berdampak negatif tapi bermanfaat bagi penduduk untuk mencukupi kebutuhan air baku, irigasi untuk pertanian dan pembangkit listrik. Pengelolaan bendungan belum maksimal, banyak terjadi pendangkalan, perlu pembenahan di daerah hulu waduk agar tidak terjadi erosi berlebihan yang masuk ke waduk, GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air) merupakan salah satu bentuk gerakan untuk penyelamatan air sehingga perlu didukung untuk memperpanjang umur waduk.
● Prediksi Debit Inflow dan Simulasi Pola Operasi Waduk Batutegi Endro P. Wahono - Universitas Lampung ● Rev i t a l i s a s i B e n d u n g a n d a l a m M e n d u ku n g Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan Urugan Ir. Carlina Soetijono, Dipl.HE - Puslitbang Air, Departemen PU ● Pembuatan Target Level untuk Pola Operasi Waduk PLTA PB Soedirman dalam rangka Pengendalian Banjir dan Kekeringan Tri Antisto - PT. Indonesia Power.
Pelaksanaan seminar terbagi dalam 3 (tiga) sesi, yaitu: 1. Sesi I (Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan dalam rangka Pemenuhan Kedaulatan Pangan, Energi dan Air Baku), ada 16 paparan, antara lain:
3. Sesi III (Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan dalam rangka Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan), ada 7 paparan, antara lain: ● Peningkatan Pencemaran Air dan Korosivitas Air dan Resiko Dampaknya terhadap Bendungan Dr. Ir.Badruddin Machbub APU - Pemerhati Lingkungan ● Membaca “Sejarah” Waduk dari Catatan Sedimentasi Kasus Waduk Sermo, ProVinsi DIY Bayudono - et.al - Dinas PUP & ESDM Propinsi DIY ● Keruntuhan Situ Gintung Pelajaran Mahal Bagi Kita Semua Djoko Mudjihardjo, ME - et. al - Puslitbang Air, Departemen PU ● Pengembangan Greenbelt Konservasi SDA Waduk Wadaslintang Berbasis Masyarakat Ir. Ajat Sudrajat - et.al - BBWS Serayu Opak Departemen PU.
● Pengelolaan Bendungan, Kewenangan Siapa? Ir. Widagdo, Dipl.HE - Ditjen SDA, Departemen PU ● Studi Hydraulic Fracturing Bendungan Rockfill di Indonesia Ir. Didiek Djarwadi - UGM ● Analisa Desain Bendungan Cisokan terhadap MCE Ir. Netto Mulyanto, M.Eng.Sc - PT. PLN (Persero) Jasa Enginiring ● A Study on The Aseismatic Multipurpose Capability of Karian Dam Body Ryu Jeon Yong, Ir. Joko Mulyono, ME dan Agus Jatiwiryono, ME.
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
19
HASIL DARI SEMINAR DAPAT DIRANGKUM SEBAGAI BERIKUT: 1. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan bendungan berdasarkan SOP agar fungsi dan keamanan bendungan terjaga.
7. Pemanfaatan air buangan waduk (limpasan) menjadi energi listrik dengan cara membangun minihydro di pintupintu waduk.
2. Terjadi Hydraulic Fracturing bendungan dipengaruhi variasi kadar butiran halus suatu inti kedap air.
8. Pedoman Pola Operasi Waduk berdasarkan target level, sehingga pada musim hujan waduk melimpas kecil dan musim kemarau ketersediaan air maksimum.
3. Salah satu upaya mengurangi laju sedimentasi pada waduk dengan Tes Fisk Hidrolik.
9. Perbedaan kepemilikan bendungan/waduk dapat diatasi dengan “equal sharing” seperti di Waduk Saguling, Cirata dan Ir. H. Djuanda.
4. Pembetonan pada lereng hulu bendungan sebaiknya dilakukan pada saat deformasi tahap penimbunan telah melewati nilai maksimumnya.
10. Perencanaan dan konstruksi dilengkapi dengan bottom controller agar akumulasi limbah dapat dikeluarkan/dibuang.
5. Diperlukan pengamatan instrumentasi, inspeksi berkala, khusus dan besar agar bendungan berfungsi dan berumur panjang.
11. Argoforestri merupakan salah satu cara mengurangi dan mencegah perluasan lahan kritis.
6. Filter dipercaya dapat menutup dan mengendalikan kebocoran terpusat melalui inti bumi.
RISALAH RAPAT ANGGOTA TAHUNAN ( RAT ) 2008 DAN RAPAT ANGGOTA BIASA ( RAB) KNI-BB 11 JUNI 2009 1. RAT 2008 dan RAB KNI-BB diselenggarakan bersamaan dengan Seminar Nasional Bendungan Besar bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum bertempat di Hotel INNA GARUDA Yogyakarta pada tanggal 11 Juni 2009.
● Peserta rapat dapat menyetujui Program Kerja 2009 yang meliputi Program Kerja 2009 dan Rencana Penerimaan dan Anggaran Belanja 2009 dengan beberapa catatan sebagai berikut: - Pemegang SKA Bendungan Besar KNI-BB masih sangat terbatas jumlahnya bila dibandingkan dengan Asosiasi lain. Dengan telah dimulainya kegiatan perencanaan/pelaksanaan/pengawasan beberapa bendungan besar, maka dalam program sertifikasi keahlian bendungan besar perlu diupayakan adanya peningkatan jumlah pemegang SKA Bendungan Besar. - Agar dalam persyaratan tender pembangunan bendungan besar diminta tenaga ahli yang bersertifikat Bendungan Besar.
Agenda RAT 2008 adalah sebagai berikut: ● Laporan pertanggungjawaban KE 2008 - Perkembangan dan Pengembangan Organisasi - Pelaksanaan Program Kerja 2008 - Pertanggungjawaban Keuangan 2008 ● Program Kerja 2009 - Program Kerja 2009 - Rencana Penerimaan dan Anggaran Belanja 2009 Agenda RAB adalah sebagai berikut: ● Laporan Tim Verifikasi Keuangan 2008
3. Kesimpulan RAB
● Pemilihan Tim Verifikasi Keuangan 2009
● Laporan Tim Verifikasi Keuangan 2008
2. Kesimpulan RAT 2008
Anggota Tim Ir. Endar Triyono sebagai pelaksana tugas Ketua Tim, melaporkan bahwa Tim dapat menerima laporan keuangan 2008 dengan beberapa catatan antara lain sebagai berikut:
● Peserta rapat dapat menyetujui dan menerima baik pertanggungjawaban KE serta mengesahkan Laporan Keuangan KNI-BB tahun 2008.
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
20
● Pemilihan Tim Verifikasi Keuangan 2009
- Masih ada tunggakan dari iuran anggota Perorangan maupun Badan yang dinilai cukup besar, yang apabila kurang tertangani dengan baik berpotensi tidak tertagih. - Agar dikaji kembali metode penagihan kepada anggota Perorangan maupun Badan sehingga piutang yang ada tidak berlarut-larut sampai beberapa tahun. - Piutang atas iuran anggota perorangan yang belum bayar dan umurnya lebih dari 3 tahun sebanyak 76 orang sebesar Rp. 27.300.000,00 agar dihapuskan dan keanggotaannya dibekukan.
Rapat menyetujui pemilihan Tim Verifikasi Keuangan 2009 sebagai berikut: - Ketua
: Ir. Bambang Kunto ( PT Amarta Karya )
- Anggota : Agus Jatiwiryono, ME (Ditjen SDA, Dep. PU) Ir. Desi Arryani ( PT. Waskita Karya ) Ir. Djoko Martono ( PT. Indonesia Power ) Ir. Misbahul Munir ( PT. Indra Karya ) Jakarta, 11 Juni 2009
Peserta sidang menerima secara aklamasi Laporan Tim Verifikasi Keuangan 2008. Dengan disetujuinya Laporan Tim Verifikasi dan diterima baik Laporan Pertanggungjawaban Keuangan KE, maka KE dinyatakan bebas dari pertanggungjawaban keuangan selama periode tahun 2008.
Ketua sidang,
Sekretaris sidang,
ttd
ttd
Ir. Eddy A. Djajadiredja, Dipl. HE
Ir. Herman Hidayat
PENGALAMAN MENGIKUTI ANNUAL MEETING KE 77 DAN CONGRESS KE 23 ICOLD DI BRASIL, 21 - 29 MEI 2009 Oleh: Ir. Hadi Susilo, MM
1. GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN ANNUAL MEETING DAN CONGRESS ICOLD
Peserta dari Indonesia sebanyak 3 (tiga) orang, terdiri dari : 1. Ir. Eddy A. Djajadiredja, Dipl. HE Ketua Umum Komite Nasional Indonesia Bendungan Besar, KNI-BB (Sekretaris Ditjen SDA Departemen PU). 2. Ir. Mas'ud Marsam, Msc, MM Anggota Komite Eksekutif KNI-BB (PT PLN, Persero). 3. Ir. Hadi Susilo, MM Anggota Komite Eksekutif KNI-BB (PT PLN, Persero).
Pelaksanaan Annual Meeting ke 77 dan Congress ke 23 International Commission On Large Dams (ICOLD) diikuti oleh 79 negara dan dihadiri oleh lebih kurang 1000 delegasi dari negara anggota serta 200 partisipan termasuk pengikutnya. Agenda kegiatan dapat dibagi 4 (empat) agenda utama, yaitu: - Annual Meeting ke 77 - Symposium - Congress dan pameran pembangunan Dams & Hydro Power - Peninjauan Teknis ke Lokasi Bendungan.
Disamping acara presentasi dan diskusi, peninjauan lapangan dilaksanakan untuk memberikan gambaran secara lengkap dari para peserta tentang permasalahan bendungan. Kunjungan lapangan dibagi kedalam 11 (sebelas) lokasi pilihan dan diadakan sebelum atau sesudah pelaksanaan Annual Meeting, Symposium dan Congress. Kami memilih peninjauan lapangan sebelum pelaksanaan acara formal dimulai dan melakukan peninjauan ke lokasi pembangunan Bendungan Concrete Gravity dan Bendungan Rockfill with Impervious Core untuk membangkitkan PLTA Simplicio, terletak 170 km dari Rio De Janeiro yang masih dalam taraf
Pelaksanaan dihadiri oleh berbagai pakar bendungan dari berbagai institusi suatu negara mulai dari Perguruan Tinggi, Departemen Pekerjaan Umum, Pengelola Sumber Daya Air, Pemilik, Operator, Konsultan, Kontraktor, Suppleir dan semua bidang yang terkait dengan pengembangan Bendungan termasuk berbagai fasilitas penunjangnya.
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
21
pelaksanaan pembangunan dengan daya terpasang 28 MW dan 305,7 MW dan ke lokasi Bendungan tipe Labirynth pada PLTA Santa Fe, terletak 55 km dari kota Juiz De Fora ( 225 km dari Rio De Janeiro ), PLTA sudah dalam operasional dengan daya terpasang 18,2 MW.
Kejadian serupa juga terjadi di Brasil (Overflow akibat hujan deras Th. 2005, 2009) di Amerika (Overflow akibat salah operasi pompa pada Upper Reservoir Pump Storage, Th. 2005), China (gempa Th. 2008), Inggris (Overflow, korban jiwa 2 orang, Th. 2003), Srilangka (Overflow).
Jadwal keseluruhan perjalanan dari Jakarta sampai Brasilia (Brasil) adalah:
Sejak kejadian runtuhnya bendungan kecil pada tahun 2003 di Inggris yang memakan korban jiwa, Pemerintah Inggris melakukan peninjauan kembali terhadap peraturan keamanan bendungan yang dimiliki dan melakukan perubahan diantaranya adalah batasan tampungan menjadi kapasitas tampungan 10.000 m3 dan tinggi bendung 2.00 m harus dilaporkan dan mendapat pengawasan pengamanan dari pemerintah. Komisi Keamanan Bendungan ICOLD sedang mempersiapkan revisi pedoman yang pernah diterbitkan dan sudah selesai berkisar 70 %.
1. Tanggal 14 &15 Mei 2009: Perjalanan Jakarta - Hongkong Johanesburg (Afrika Selatan) - San Paolo - Rio De Jeneiro (Brasil). 2. Tanggal 16 s.d 20 Mei 2009: Peninjauan ke 2 lokasi Bendungan & Pembangkit. 3. Tanggal 21 s.d 29 Mei 2009: Mengikuti Annual Meeting, Symposium & Congress. 4. Tanggal 30 Mei s.d 02 Juni 2009: Perjalanan kembali dari Brasilia - San Paolo (Brasil) - Johanesburg (Afrika Selatan) Hongkong dan terakhir ke Jakarta.
PENETAPAN ANGGOTA BARU ICOLD ICOLD menetapkan anggota baru terpilih dari negara Kenya dan Nigeria sebagai anggota ICOLD ke 89 dan ke 90.
2. PELAKSANAAN ANNUAL MEETING KE 77 PEMILIHAN PRESIDEN BARU ICOLD, PERIODE 2009 s.d 2012.
Annual meeting ke 77 dilaksanakan selama 4 (empat) hari membahas diantaranya adalah:
Presiden ICOLD (Luis Berga dari Spain) akan berakhir masa jabatannya pada akhir Juni 2009. Calon Presiden pengganti diusung dari 3 negara yaitu; Arthur Walz (dari USA), Jia Jinsheng (China), Andy Hughes (United Kingdom). Pemilihan diikuti oleh 63 negara anggota (termasuk Indonesia) dan pemilihan dilakukan dengan menulis pilihannya pada format yang dibagi oleh panitia. Dari I n d o n e s i a d i w a k i l i o l e h Ke t u a U m u m K N I - B B Ir. Eddy A. Djajadiredja, Dipl. HE.(Sekditjen SDA Dep. PU) Pemenangnya adalah Jia Jinsheng terpilih menjadi Presiden ICOLD dari China untuk periode tahun 2009 s.d tahun 2012.
-
Diskusi pada Komisi (Committees) Penetapan anggota baru ICOLD Pemilihan Presiden baru ICOLD, periode 2010 - 2012 Penetapan Vice Presiden (Pimpinan Zona/Post) Pemilihan Penyelenggara Annual Meeting ICOLD ke 79 tahun 2011 - Pemilihan Penyelenggara Annual Meeting ke 80 dan Congress ke 24 tahun 2012 - Persentasi Persiapan Annual Meeting ICOLD ke 78 di Vietnam. - Persentasi dari calon peserta penyelenggara Annual Meeting tahun 2013.
PEMILIHAN VICE PRESIDEN BARU ICOLD, PERIODE 2009 s.d 2012 Zona Eropa dicalonkan dari 2 negara; W. Foegl (Austria) dan G. Ruggeri (Italia) dan dalam pemilihan dimenangkan oleh W. Voegl dari Austria. Sebelumnya dipimpin oleh B. Tardieu (France).
DISKUSI PADA KOMISI ICOLD mempunyai 24 Komisi dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan pengembangan perencanaan, pembangunan dan pengoperasian & pemeliharaan dan keamanan bendungan. Setiap komisi melakukan diskusi berdasarkan laporan kejadian/perkembangan dari berbagai negara anggota serta menyusun/memperbaharui acuan/guide yang sudah dan akan dikeluarkan untuk dapat digunakan sebagai referensi oleh negara anggota ICOLD di seluruh dunia.
Sixth Post sebelumnya di pimpin oleh E.Maurer (Brasil) diganti oleh I.Ekpo (Nigeria). PEMILIHAN PENYELENGGARA ANNUAL MEETING ICOLD KE 79 TAHUN 2011 Usulan Calon penyelenggara Annual Meeting ke 79 tahun 2011 diikuti oleh 3 negara berasal dari; Burkina Faso, Norway dan Switzerland. Sebelum pemilihan, masing masing negara diberikan kesempatan untuk menampilkan rencana kerja, jadual dan acara peninjauan teknis ke lapangan serta acara
Kami dari Indonesia mengikuti Komisi Keamanan Bendungan (Dam Safety) dan menyampaikan peristiwa kejadian jebolnya tanggul (Dike) Situ Gintung yang memakan korban jiwa manusia kurang lebih 100 Jiwa, di persentasikan oleh Ir. Hadi Susilo, MM (PT PLN, Persero), anggota KE KNI-BB. Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
22
4. CONGRESS KE 23 DAN PAMERAN PEMBANGUNAN DAMS & HYDRO POWER
menarik lainnya yang akan ditampilkan dalam penyelenggarakan Annual Meeting. Pemilihan berlangsung ketat antara Burkina Faso dengan Switzerland hingga diulang 3 (tiga) kali pemilihan dan akhirnya dimenangkan oleh Switzerland.
Pelaksanaan Congress diadakan setiap 3 (tiga) tahun sekali selama 5 (lima) hari dan merupakan tempat untuk memaparkan hasil penelitian dan studi, pengalaman renovasi, rehabilitasi dan up grading, pengalaman kegagalan dan keruntuhan bendungan, pengalaman permasalahan sedimen dan lingkungan, pengalaman pengoperasian dan pemeliharaan serta pengalaman dalam penerapan/perbaikan peraturan/pedoman dalam keamanan bendungan, dsb, kesemuanya dibahas dan didiskusikan dalam forum ini dengan melalui sajian pertanyaan yang pada Congress ini telah mencapai urutan nomer pertanyaan yang ke 88, 89, 90 dan 91 sebagai topik bahasan utama.
PEMILIHAN PENYELENGGARA ANNUAL MEETING KE 80 DAN CONGRESS KE 24 TAHUN 2012 Usulan Calon penyelenggara diikuti oleh 2 negara yaitu; Egypt dan Japan. Sebelum pemilihan, masing masing negara diberikan kesempatan untuk menampilkan rencana kerja, jadual dan acara peninjauan teknis ke lapangan serta acara menarik lainnya yang akan ditampilkan dalam penyelenggarakan Annual Meeting dan Congress. Pemilihan dimenangkan oleh Jepang.
Pertanyaan yang telah ditentukan sebagai topik utama bahasan didalam Congress ke 23 terdiri dari 4 (empat), yaitu: (1) Question No.88. Dam and Reservoir, dipersentasikan 24 paper, (2) Question No.89. Management of Siltation in Existing and New Reservoir, dipersentasikan 14 paper, (3) Question No.90 Upgrading of Existing Dams, dipersentasikan 21 paper, (4) Question No.91. Dam Safety Management dipersentasikan 20 paper. Paper copy secara lengkap diterima berupa Questions Communications didalam CD.
PRESENTASI PERSIAPAN ANNUAL MEETING ICOLD KE 78 DI VIETNAM Vietnam sebagai penyelenggara Annual Meeting pada tahun 2010, diberi waktu untuk menampilkan rencana kerja, jadual dan acara peninjauan teknis ke lapangan serta acara menarik lainnya secara lebih rinci dalam penyelenggarakan Annual Meeting ke 78 tahun 2010. PRESENTASI DARI CALON PESERTA PENYELENGGARA ANNUAL MEETING TAHUN 2013
5. PENINJAUAN TEKNIS KE LOKASI BENDUNGAN
Amerika Serikat telah mengajukan usulan sebagai penyelenggara Annual Meeting tahun 2013 dan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan rencana secara garis besar.
Disamping acara presentasi dan diskusi, peninjauan lapangan dilaksanakan untuk memberikan gambaran secara lengkap dari para peserta tentang permasalahan bendungan. Kunjungan lapangan dibagi kedalam 11 (sebelas) lokasi pilihan dan diadakan sebelum atau sesudah pelaksanaan Annual Meeting, Symposium dan Congress. Kami memilih peninjauan lapangan sebelum pelaksanaan acara formal dimulai dan melakukan peninjauan ke lokasi PLTA Simplicio, terletak 170 km dari Rio De Janeiro, masih dalam taraf pelaksanaan pembangunan: Bendungan (kapasitas 28 MW, tinggi jatuh 16,50 m), dilengkapi dengan overflow weir, dimana kelebihan air akan masuk kedalam lembah sebagai waterway alami yang mengalir paralel dengan sungai asli (beda kemiringan) sepanjang 30 km dan memotong berbagai sungai sebagai supplesi masuk ke waterway berakhir dengan membuat bendungan tipe urugan dengan inti kedap air (Rock fill Dam with imprevious core) dan menghasilkan kapasitas 305,7 MW (3 unit x 101,9 MW, tinggi jatuh 113 m). Kunjungan berikutnya ke lokasi PLTA Santa Fe, terletak 55 km dari kota Juiz De Fora (225 km dari Rio De Janeiro), PLTA sudah dalam operasional, bendungan tipe labyrinth (tipe gergaji) dengan kapasitas 18,2 MW, debit andalan 190 m3/det, tinggi jatuh 12,95 m, lokasi pembangkit terletak di bawah bendungan.
Disamping agenda diatas, juga disampaikan Laporan Keuangan dan laporan tentang kegiatan organisasi ICOLD lainnya. 3. SYMPOSIUM Symposium dilaksanakan selama 1 (satu) hari penuh, jumlah paper yang masuk 39 paper dan paper dari Indonesia terpilih untuk dipresentasikan dengan Judul: ”Environmental Influence to The Design, A Study Case on Asahan No.3 HydroPower Project in Indonesia”, disampaikan oleh Ir Mas'ud Marsam, MSc, MM (Chief of Oversight Committee JB-I, PT PLN, Persero), Anggota Komite Eksekutif KNI-BB. Paper copy symposium secara lengkap diterima oleh semua peserta berupa Proceeding dalam CD.
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
23
6. KESIMPULAN 1. Pelaksanaan Annual Meeting ke 77, Symposium dan Congress ke 23 ICOLD merupakan tempat diskusi dan tukar pengalaman diantara para pakar/ahli perencana, pembangun, pengelola, pemelihara, peneliti dan penyedia semua keperluan penunjang pembangunan Dams dan Hydro Power dari 90 negara anggota didunia. ICOLD juga menghasilkan acuan/guide/referensi yang dapat digunakan dan diterapkan oleh Negara anggota. Bagi peserta dari Indonesia acara tersebut merupakan penggalian pengalaman sangat berharga dari Negara Negara lain yang dapat diterapkan dalam pembangunan/pengembangan Bendungan dan Pembangkit Hidro di Indonesia.
Bendungan Tipe Labirynth, PLTA Santa Fe
2. Komite Nasional Indonesia Bendungan Besar (KNI-BB) sebagai salah satu anggota peserta ICOLD harus dapat mengikuti secara aktif dan diharapkan dapat sebagai tuan rumah pengadaan Annual Meeting dan atau tanpa Congress paling lambat pada tahun 2014. Hal ini dapat memberikan kesempakan bagi seluruh pakar Bendungan dan Hidro Power di Indonesia untuk mendapatkan transfer teknologi dari para pakar di dunia dan tak kalah penting adalah sebagai tempat promosi keberadaan Indonesia baik di bidang teknologi, budaya dan pariwisata. 3. Keberadaan KNI-BB sebagai anggota aktif ICOLD harus d i d u ku n g o l e h s e m u a a n g g o t a d a n a n g g o t a badan/organisasi/perusahaan agar dapat menjalankan misi pengembangan Bendungan yang bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia.
Annual Meeting ke 77 di Brasilia, Brasil
Presiden ICOLD Terpilih (2009 - 2012) Jia Jinsheng dari China
Ir. Mas’ud Marsam, Msc, MM (Presentasi Paper Terpilih Symposium ICOLD)
Presiden ICOLD (berakhir Juni 2009) Luis Berga dari Spain dan Ketua Umum KNI-BB Ir. Eddy A. Djajadiredja, Dipl.HE
Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota
No.38-39-40 TH.XII Kwartal I/II/III - 2009
24