BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah proses yang tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari
yang menginformasikan cara kita menerima, memahami, dan menginformasikan cara kita tentang realitas dan dunia. Film merupakan salah satu media komunikasi, yang juga menjadi sarana mengekspresikan jiwa seni kaum muda. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang pertama kali ditemukan pada abad 19, yang dianggap sebagai medium sempurna untuk menyalurkan pesan serta mengekspresikan realita yang tumbuh dan berkembang didalam kehidupan masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi. Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh. Sebagai salah satu bentuk komunikasi audio-visual, film memiliki lambang dan atau tanda baik secara verbal maupun non verbal. Tanda dan atau lambang ini kemudian memiliki pengaruh yang besar bagi audience. Dan sering terjadi keragaman makna dari penafsiran karena pemahaman terhadap lambang dan tanda
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
itu tidak selalu sama antara satu orang dengan orang lainnya. Karena kepentingan itu, kemudian munculah semiotika, sebuah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Dalam semiotika itu dibahas secara mendalam tentang bagaimana tanda tersebut bekerja, dimana tanda tersebut bekerja, apa yang dibawa tandatanda tersebut, serta bagaimana tanda tersebut menyampaikan makna yang dikandungnya. Menurut Oey Hong Lee, kita harus mengakui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi, misalnya menyebutkan, film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan kata lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar dibuat lenyap. Ini berarti bahwa permulaan sejarah film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur tehnik, politik, ekonomi sosial, demografi, yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya. 1 Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak asing lagi. Banyak orang yang mengisi waktu senggangnya atau untuk mencari hiburan dari kegiatan sehari-hari dengan menonton film. Seperti yang dikatakan Agee dan kawan-kawannya, yang dikutip oleh Elvinaro Ardinanto, dan kawankawan bahwa Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di
1
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal 126
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya. Film di Amerika di produksi di Hollywood. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton film ke bioskop menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.2 Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsipprinsip fotografi dan proyektor. Hiebert dan kawan-kawan mengatakan yang dikutip oleh Elvinaro Ardianto dan kawan-kawan, film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903. Lalu Effendy mengungkapkan yang dikutip kembali oleh Elvinaro Ardianto dan kawan-kawan bahwa, apabila film permulaannya merupakan film bisu, maka pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara yang pertama meskipun belum sempurna.3 Seiring berjalannya perkembangan film di Amerika Serikat, Hollywood menjadi salah satu gudang film dunia dan industri hiburan raksasa di Amerika Serikat. Hollywood tak pernah kehilangan pesona dan kemilaunya. Selalu saja berhasil membuat siapapun terkesima dengan kilau kreativitas yang ditawarkan. 2
Elvinaro Ardianto, dkk, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama, Bandung, hal 143 3 Ibid, hal 143 - 144
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Idealnya sebuah gudang film, Hollywood pun memiliki banyak jenis genre film. Mulai dari komedi situasi, hingga fiksi ilmiah. Mulai dari film yang berlatar belakang masa lalu, hingga film berlatar belakang jauh ke masa depan. Entahlah, dalam hal ini Hollywood seperti tidak pernah kehilangan ide. Selalu saja menghasilkan sesuatu yang segar dan sama sekali tidak membosankan. Dari beragam jenis film yang diproduksi Hollywood, salah satu genre film yang menarik adalah film yang bertemakan feminisme. Feminisme adalah salah satu gerakan yang lahir dikarenakan adanya ketimpangan dalam permasalahan gender, dimana perempuan selalu “ditindas” oleh kaum laki-laki. Gender adalah pembedaan peran, identitas, serta hubungan antara perempuan dan laki-laki, yang merupakan hasil bentukan masyarakat. 4 Pada prinsipnya gender merupakan interpretasi sosio-kultural atas jenis kelamin.5 Dalam kajian ilmu sosial, istilah gender diperkenalkan untuk merujuk kepada perempuan dengan laki-laki, berupa norma, aturan dan tradisi yang berhubungan secara timbal balik di masyarakat dan kebudayaan menentukan batasan perilaku “feminis” dan “maskulin”.6Pada kenyataannya, didalam masyarakat terdapat kerancuan pada sosialisasi dan tertukarnya makna tentang seks dan gender. Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa gender adalah “kodrat” yang berarti ketentuan biologis atau ketentuan Tuhan.
4
Hidayati. 1991. Hal 14 dan Langerman & Brantley. 1990. Hal 411 Fauzie Ridjal. Dinamika gerakan perempuan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1993. Hal 30 6 Endang Sumiarni. Gender and Feminisme. Yogyakarta: Wonderful Publishing Company. 2004. Hal 4 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Emansipasi wanita saat ini meluas sampai keberbagai bidang, baik di rumah, poltik, sosial, ekonomi, dan budaya, maupun agama.Belakangan, istilah emansipasi ini mulai terdengar, berganti dengan istilah baru yaitu kesetetaraan gender. Feminisme atau peham kesamaan gender semakin deras pengaruhnya, setelah digelar konferensi PBB IV tentang perempuan di Beijing tahun 1995. Di Indonesia, hasil konferensi tersebut dilaksanakan oleh para feminis, baik melaluilembaga pemerintah, seperti tim Pengarusutaman Gender Depag, Departement Pemberdayaan Perempuan, Maupun melalui LSM-LSM yang kian menjamur. Di ranah pendidikan tinggi, telah didirikan institusi-institusi Pusat Studi Wanita (PSW/PSG) Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, dalam www.mennegpp.go.id, melaporkan jumlah PSW hingga tahun 2005 telah mencapai 132 di seluruh universitas Indonesia. Perempuan pada dasarnya ingin agar suaranya didengar, dipercaya citacitanya dan ketidakterbatasannya untuk mengeksplor keinginan yang bersifat positif, menjadi tujuan utama kaum perempuan menyuarakan feminism.Itulah alasan feminisme muncul didunia. Ketidaksetaraan hak yang menonjol menggugah perempuan berontak atas ketidaksetaraan hak yang didapat pada kaum perempuan. Perkembangan perempuan Indonesia saat ini sangat maju dengan pesat.Perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata. Karena perempuan sudah banyak melahirkan karya-karya yang membanggakan bagi kaum perempuan bahkan untuk Negara sekalipun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Perempuan saat ini tidak lagi dianggap rendah, tidak ada lagi keterbatasan untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, tidak lagi hanya bekerja dirumah saja. Banyak wanita yang sudahbisa memimpin suatu perusahaan, mendirikan berbagai kegiatan sosial atau yang sudah bisa memimpin suatu perusahaan, mendirikan berbagai kegiatan sosial atau yang meduduki profesi tinggi sama dengan laki-laki. Sekarang ini, kebiasaan untuk perempuan lebih terlihat dan dapat dinikmati. Baik profesinya juga hasilnya yang didapat oleh kaum perempuan pada saat ini. Feminisme
diawali
oleh
pemberontakan
kaum
wanita
terhadap
ketidakadilan dalam persamaan hak antara pria dan wanita. Pada masa sebelum kemerdekaan,
para
wanita
di Indonesia
tidak mendapatkan kebebasan
sebagaimana layaknya para pria di masa itu. Gugatan feminisme sebenarnya berawal dari keracuan pandangan dalam memaknai keadilan, rasional, dan HAM. Gerakan feminisme muncul karena adanya dorongan individu untuk bebas dari penindasan atas perempuan dan dapat diangkat derajatnya setara dengan laki-laki. Feminisme erat kaitannya dengan perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan hak. Feminisme dirancang sedemikian rupa sehingga membuat perempuan dapat setara dengan laki-laki. Dewasa ini apa yang sering dianggap sebagai “kodrat wanita” adalah konstruksi sosial dan kultural atau gender. Misalnya kegiatan seperti mengurus rumah, menyapu, mencuci, dan mendidik anak atau urusan domestik yang sering dianggap sebagai “kodrat wanita”. Konstruksi sosial semacam ini secara tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
langsung menciptakan sebuah perbedaan gender yang mengarah pada batasan pola perilaku dari perempuan dan laki-laki.7 Sejarah perbedaan gender atau gender differences antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Terbentuknya perbedaanperbedaan gender disebabkan oleh banyak hal,
diantaranya: dibentuk,
disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara sosial dan kultural, melalui ajaran keagamaan dan
negara.8
Perbedaan gender melahirkan
ketimpangan dalam pembedaan yang lebih dari sekedar faktor biologis saja, namun juga fisikal. Ketidakadilan gender terdapat dalam berbagai wilayah kehidupan, yaitu; dalam wilayah negara, masyarakat, organisasi tempat bekerja, keluarga dan diri sendiri.Bentuk dari ketidakadilan gender ini bisa berupa marginalisasi, stereotip, subordinasi, beban ganda, dan kekerasan terhadap perempuan.9 Salah satu film feminisme yang meraih piala Oscar dan Golden Globe di Hollywood adalah Erin Brockovich.Film yang diambil dari kisah nyata yang berjudul “Erin Brockovich” ini menceritakan tentang perjuangan seorang janda beranak tiga dalam membela hak warga Hinkley yang secara tersembunyi telah mengalami keracunan Chromium Hexavalent 0,58 bagian per milium dari sebuah perusahaan elektrik besar seharga $ 28 milyar, PG & E. Chromium yang bermanfaat untuk mengurangi karat pabrik lewat air tanah ini telah
7
Mansour Fakih. Analisis gender dan informasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 1997. Hal 12 8 Ibid. Hal 9 9 Nunuk P. Muniarti. Getar Gender. Magelang: Indonesia Tera. 2004. Hal 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
mengkontaminasi air yang dipergunakan sebagai kebutuhan hidup 300 orang warga Hinkley sehari-hari. Akibatnya hampir seluruh warga menderita pusing, kanker, tulang kropos, keguguran, infeksi pernapasan, dan lain-lain, meski kenyataan itu memang baru bisa dilihat 1 tahun kemudian. Erin Brockovich, awalnya adalah seorang pengangguran yang bekerja di sebuah firma hukum kecil milik Ed Masry. Suatu ketika saat ia memeriksa file kantornya, tak sengaja ia menemukan kejanggalan dari klaim milik Donna Jensen kepada PG & E. Klaim yang sebenarnya hanya penolakan untuk menjual tanah & rumah itu turut pula disertai dengan daftar pemeriksaan kesehatan Donna Jensen. Atas dasar itulah, Erin Brockovich kemudian mulai menyelidikinya. Selama hampir 2 tahun ia bekerja keras dengan caranya yang khas dan melewati berbagai hambatan dan masalah, akhirnya ia memenangkan kasus terbesar di Amerika Serikat, yakni 333 juta dollar, ia sendiri mendapatkan 2 juta dollar ditambah bonus yang lain. Dari uraian definisi, teori, dan fenomena yang diuraikan diatas, maka dari itu penulis ingin mengetahui adakah pesan atau ideologi yang tersembunyi dari film Erin Brockovich karena banyak mengangkat tokoh perempuan. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis wacana kritis dengan teori semiotika Roland Barthes untuk digunakan sebagai gambaran dalam meneliti. Peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes karena, Roland barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Ada pula aspek mitos yang di ungkapkan oleh Roland Barthes. Lalu peneliti mengaitkan dengan teori feminisme eksistensialis, feminisme yang secara umum merujuk pada pengertian sebagai ideologi pembebasan perempuan. Eksistensialis adalah sebuah aktualisasi diri.Sehingga teori ini mengungkapkan bahwa perempuan baik pekerja maupun sebagai ibu dan istri cenderung ingin eksistensinya dihargai dan memiliki jiwa sosial yang dapat menginspirasi orang banyak.
1.2
Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitian adalah:
Bagaimana feminisme eksistensialis dalam film “Erin Brockovich” dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes?
1.3
Tujuan Penelitian Untuk
mengetahui,
mendeskripsikan,
menguraikan,
menjabarkan
Feminisme Eksistensialis dalam Film Erin Brockovich dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan, menguraikan, dan
menjabarkan sejauhmana Feminisme Eksistensialis dalam Film Erin Brockovich. Diharapkan pula dapat menjadi sebuah sumber informasi baru bagi para pembacanya. Serta, memberikan sebuah ilmu dan pengetahuan baru bagi para pekerja di industri broadcasting atau penyiaran, lebih khususnya bagi para pekerja industri perfilman.
1.4.2
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi industri perfilman
khususnya dan untuk memproduksi beragam bentuk film yang sarat akan nilai edukasi. Sehingga, dimasa yang akan datang, mampu menghasilkan film yang lebih inovatif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/