ht tp :// go
s.
bp
ri.
ke p .id
Katalog BPS: 32101016.21
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
go
.id
2015
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KEPULAUAN RIAU 2015 : 3201016.21
No. Publikasi BPS
: 21000.1510
No. ISSN
: 2442-6253
Ukuran Buku
: 16 cm x 21 cm
Jumlah Halaman
: 73 halaman
Penanggung Jawab
: Drs. Dumangar Hutauruk, M.Si
Penulis
: Lifi Ana, SST, SE, M.Si
go
s.
bp
ri.
: Ir. Zunadi, M. NatResEcon : Eling Kusnandar H, A.Md
ht tp ://
Cover
ke p
Editor
.id
2086-2350 Katalog BPS
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
KATA PENGANTAR
.id
Analisis Sektor Unggulan Kepulauan Riau Tahun 2015 merupakan publikasi yang kedua kali diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau. Publikasi ini bertujuan untuk penentuan sektor-sektor ekonomi potensial di Provinsi Kepulauan Riau serta untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil dalam upaya untuk pembangunan ekonomi wilayah setempat.
bp
s.
go
Data yang disajikan dalam publikasi ini memuat informasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kepulauan Riau dan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Seiring dengan kebutuhan pengguna data yang menginginkan data disajikan tidak hanya berupa angka, tapi berupa analisis lebih lanjut maka kami menyajikan Analisis Sektor Unggulan di Provinsi Kepulauan Riau.
ke p
ri.
Semoga publikasi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Saran dan kritik untuk perbaikan publikasi ini dimasa yang akan datang sangat kami harapkan.
ht tp ://
Tanjungpinang, Juni 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU Kepala,
Drs. Dumangar Hutauruk., M.Si. NIP. 19610709 199003 1 001
i
DAFTAR ISI Halaman
.id
Kata Pengantar ..................................................................... i Daftar Isi............................................................................ ii Daftar Tabel ....................................................................... iii Daftar Grafik ....................................................................... iv
bp
s.
go
Bab I. Pendahuluan ............................................................... 1 1.1 Latar Belakang.......................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................... 5 1.3 Sumber Data ............................................................ 6 1.4 PDRB Tahun Dasar 2010 ............................................... 6
ke p
ri.
Bab II. Kajian Literatur .......................................................... 7 2.1 Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial .............. 7 2.2 Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Wilayah ................ 8 2.3 Spesialisasi Perekonomian ........................................... 11
ht tp ://
Bab III. Metodologi ............................................................... 13 3.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial ................................. 13 a. Analisis Location Quotient (LQ) ................................ 13 b. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ..................... 15 c. Analisis Shift-Share (SS) ......................................... 18 d. Analisis Overlay ................................................... 24 Bab IV. Sektor Ekonomi Unggulan dan Potensial.......................... 27 4.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial Provinsi Kepulauan Riau ... 27 4.1.1 Analisis Location Quotient .................................. 27 4.1.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan ......................... 29 4.1.3 Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas ...... 32 4.1.4 Analisis Overlay ............................................... 46 4.2 Implikasi Kebijakan ................................................... 48 Daftar Lampiran ................................................................... 51 Daftar Pustaka ................................................................... 75 ii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 4.5.
.id
go
ht tp ://
Tabel 4.6.
s.
Tabel 4.4.
bp
Tabel 4.3.
ri.
Tabel 4.2.
Kemungkinan Hasil Penghitungan dari Efek Alokasi Hasil Analisis Shift Share Modifikasi Estaban-Marquillas Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah) Dampak Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah dan persentase) Dampak Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Kepulauan Riau (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20082014 (dalam jutaan rupiah dan persentase) Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20082014 (dalam jutaan rupiah dan persentase) Analisis Overlay Potensi Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014
ke p
Tabel 3.1. Tabel 4.1.
iii
24 34 38 41
44 45 47
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.1.
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
go
.id
Grafikl 4.2.
Hasil Perhitungan Rata-rata LQ Provinsi Kepulauan Riau dari Tahun 2008-2014 Hasil Perhitungan RPr dan RPs Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014
iv
28 30
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
go
.id
Lampiran 1. Hasil Perhitungan LQ Provinsi Kepulauan Riau Menurut Sektor/Subsektor Tahun 2008-2014 Lampiran 2. Hasil Perhitungan Rasio pertumbuhan Provinsi Kepulauan Riau (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Indonesia (RPr) Lampiran 3. Hasil Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah) Lampiran 4. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20082014 (dalam jutaan rupiah dan persentase) Lampiran 5. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Indonesia (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah dan persentase) Lampiran 6. Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014
v
53 55 57 60 63
67
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat diartikan secara luas mencakup
perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi sebagai syarat keharusan selain itu harus ada
.id
perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada alokasi sumber daya produksi diantara kategori-kategori ekonomi, perubahan pada pola distribusi
go
kekayaan dan pendapatan, perubahan pada pola kerangka kelembagaan dan kehidupan masyarakat secara keseluruhan (Sumitro Djojohadikusumo).
s.
Pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai semata-mata dengan
bp
menyingkirkan hambatan yang menghalangi kemajuan ekonomi. Pendorong
ri.
utama pertumbuhan ekonomi ialah upaya untuk berhemat (ekonomi), peningkatan pengetahuan atau penerapannya di bidang produksi, peningkatan
ke p
jumlah modal atau sumber lain. Kondisi politik, psikologi, sosial dan budaya, merupakan syarat yang sama pentingnya dengan kondisi ekonomi.
ht tp ://
Cairncross dalam Jhingan (2002) menyatakan pembangunan bukanlah sekedar masalah memiliki sejumlah besar uang atau semata-mata fenomena ekonomi, ia mencakup semua aspek perilaku masyarakat, penegak hukum dan ketertiban, kecermatan dalam hubungan bisnis, termasuk dengan instansi yang berkaitan dengan penerimaan Negara, hubungan antara keluarga, buta huruf, keakraban dengan peralatan mekanis dan sebagainya. Syarat utama bagi pembangunan ekonomi adalah bahwa proses pertumbuhan harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari negara itu sendiri. Pembangunan harus
1
diprakarsai oleh negara dan tidak dapat dicangkok dari luar. Kekuatan luar semestinya merangsang dan membantu kekuatan nasional. Ia hanya bersifat mampu, tidak mengganti. Bantuan luar negeri hanya dapat mengawasi atau merangsang pembangunan dan tidak untuk mempertahankannya. Semangat untuk membangun harus datang dari dalam diri. Pembangunan tidak akan mungkin dapat dilaksanakan jika ia tidak berkenan dihati rakyat. kedua
ketidaksempurnaan
berkaitan
pasar.
dengan
usaha
menghilangkan
.id
Syarat
Ketidaksempurnaan
pasar
menyebabkan
go
immobilitas faktor dan menghambat ekspansi kategorial dan pembangunan. Untuk menghilangkannya, lembaga sosio-ekonomi harus diperbaiki dan diganti
s.
dengan yang lebih baik. Tujuan perekonomian dengan demikian adalah
bp
penggarapan secara maksimal dan penggunaan secara efisien sumber-sumber
ri.
yang ada. Syarat yang pokok ialah mengusahakan adanya suatu perubahan
suatu medan produksi.
ke p
radikal medan produksi, mendorong keluar dan tidak sekedar menolong ke
Pembangunan daerah dalam Buku Pegangan Penyelenggaraan
ht tp ://
Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (2007) dalam Parulian (tesis) merupakan bagian dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan pembangunan
daerah
dimaksudkan
sebagai
usaha
meratakan
dan
menyebarluaskan pembangunan untuk menyerasikan, menyeimbangkan, serta memadukan seluruh kegiatan.
Pembangunan daerah haruslah dapat
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yang serasi dan terpadu antar kategori. Pencapaian keberhasilan pembangunan daerah melalui pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah
2
serta diperlukan perencanaan pembangunan yang terkoordinasi antar kategori, perencanaan pembangunan disini bertujuan untuk menganalisis secara menyeluruh tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Keterbatasan sumber daya di suatu daerah baik sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya finansial maupun sumber daya lainnya merupakan masalah umum yang dihadapi oleh sebagian besar daerah untuk dapat
untuk memacu laju pembangunan disuatu daerah.
.id
menggerakkan seluruh perekonomian yang mampu sebagai penggerak utama
go
Kehadiran undang-undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
s.
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah menciptakan
bp
proses demokratisasi bagi daerah untuk pengambil keputusan dan menggali
ri.
sumber pendapatan sendiri. Daerah tidak lagi sebagai komponen desentralisasi administrasi dan otonomi birokrasi, tetapi sudah diberi kewenangan untuk
ke p
mengatur urusan rumahtangganya sendiri. Saat ini pemerintah tidak hanya berperan sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat seperti pada era
ht tp ://
sebelumnya, namun lebih berperan sebagai penentu kebijakan di daerahnya (Yuwono, 1999).
Undang-undang tersebut kemudian revisi menjadi Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah secara
3
proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah. Kebijakan-kebijakan yang ditentukan tidak harus sama dengan kebijakan nasional atau kebijakan daerah lain karena kondisi perekonomian suatu daerah belum tentu sama dengan kondisi perekonomian nasional atau daerah lainnya. Dengan perkataan lain kebijakan yang diambil harus
.id
berdasarkan kondisi dan situasi daerah itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam
go
pembangunan ekonomi regional dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas, walaupun disadari bahwa proses pembangunan bukan hanya
s.
ditentukan oleh faktor ekonomi seperti: sumberdaya alam, akumulasi modal,
bp
organisasi, kemajuan teknologi, pembagian kerja dan skala produksi tetapi juga
ri.
faktor nonekonomi seperti: faktor sosial, faktor manusia, faktor politik dan administratif.
ke p
Pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan ekonomi regional semakin meningkat dalam era otonomi, masing-masing
ht tp ://
daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Hal ini sangat penting artinya bagi Pemerintah Daerah dalam menentukan upayaupaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal, 2008). Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan masyarakat bertambah. Salah satu cara untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi adalah melalui penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut harga-harga yang berlaku dalam tahun dasar (Sukirno, 2004). Untuk tingkat daerah disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
4
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2010 berada pada level 6,71 persen. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 6,96 persen. Pada tahun 2012 laju pertumbuhan Provinsi Kepulauan Riau mencapai level 7,63 persen. Kemudian melambat laju pertumbuhannya apda tahun 2013 yaitu sebesar 7,11 persen. Kemudian pada tahun 2014 laju pertumbuhannya menjadi 7,32 persen.
.id
Oleh karena itu, diperlukan kajian khusus untuk menentukan kategorikategori ekonomi potensial yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Dan juga
go
untuk menentukan strategi-strategi apa yang harus diambil dalam rangka persiapan menghadapi era pasar bebas mengingat ada beberapa wilayah di
bp
s.
Kepulauan Riau yang ditetapkan sebagai kawasan berikat.
ri.
1.2 Tujuan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 tentang
ke p
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang mengamanatkan pembangunan berbasis kepulauan memberikan wawasan baru untuk operasionalisasi tata
ht tp ://
ruang wilayah nasional dalam wadah pulau/kepulauan. Pembangunan dalam kerangka otonomi daerah menyebabkan biaya pembangunan ditanggung oleh setiap daerah dimana tidak semua daerah mempunyai sumber daya yang berlimpah, sehingga ada beberapa daerah yang mempunyai dana terbatas untuk membangun daerahnya masing-masing. Hal penting yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah kemampuan mengalokasikan dana yang ada untuk membangun perekonomian guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5
1.3 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian ini adalah data PDRB Provinsi Kepulauan Riau dan data PDB Indonesia Tahun 2008-2014 baik Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan, disertai dengan data-data sekunder lain yang relevan
.id
dengan tujuan analisis ini.
go
1.4. PDRB Tahun Dasar 2010
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
PDRB Provinsi Kepulauan Riau yang sudah menggunakan tahun dasar 2010 (sudah tidak menggunakan PDRB tahun dasar 2000). PDRB tahun Dasar 2010 sudah mencakup impelmentasi Sistem Neraca Nasional (SNA) 2008. Klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2010 menggunakan KBLI 2009.
6
BAB II. KAJIAN LITERATUR
2.1.
Teori Basis Ekonomi dan Kategori Ekonomi Potensial Salah satu teori ekonomi yang dikembangkan dalam rangka
meningkatkan perekonomian daerah adalah teori basis ekspor (atau teori basis ekonomi). Menurut Glasson (1990) kegiatan-kegiatan Basis (basic activities) kegiatan
mengekspor
barang-barang
dan
jasa
keluar
batas
.id
adalah
perekonomian masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa mereka
go
kepada orang yang dating dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan bukan basis (non basic activities) adalah
s.
kegiatan menyediakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat
bp
tinggal didalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-
ri.
kegiatan ini tidak mengekspor barang jadi; luas lingkup produksi dan daerah pasar yang terutama bersifat lokal. Implisit didalam pembagian kegiatan-
ekonomi.
ke p
kegiatan ini terdapat hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis
ht tp ://
Daerah mempunyai kesempatan untuk mengembangkan sumber daya yang dimiliki dengan memanfaatkan tenaga kerja yang ada termasuk dari luar daerah dalam upaya meningkatkan peluang ekspor. Lebih lanjut dalam analisisnya, teori basis ekonomi biasanya menggunakan data PDRB untuk mengidentifikasi dan menentukan kategori potensial. Apabila kategori potensial tersebut dikembangkan dengan baik akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.
7
Mengacu pada teori ekonomi basis tersebut maka Arsyad (2008) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu: 1.
Kegiatan kategori ekonomi yang melayani pasar didaerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Kategori ekonomi seperti ini dinamakan kategori ekonomi potensial (basis); Kegiatan kategori ekonomi yang hanya dapat melayani pasar di
.id
2.
daerah itu sendiri dinamakan kategori ekonomi tidak potensial
go
(non basis) atau local industry.
Menurut Syafrizal (2002), dalam kerangka teori basis ekspor ini,
s.
diketahui bahwa peningkatan ekspor terjadi apabila suatu daerah memiliki
bp
keuntungan kompetitif (competitive advantage) yang cukup besar pada
ri.
beberapa kategori ekonomi. Dijelaskan pula bahwa dengan teori basis ekspor ini, bahwa untuk melihat besarnya keuntungan kompetitif perekonomian suatu
2.2.
Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif Wilayah
ht tp ://
share.
ke p
daerah dapat dilakukan dengan penaksiran multiplier ekspor dan analisis shift
Pada era otonomi daerah seperti sekarang ini, setiap daerah memiliki
kebebasan dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi wilayah. Untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi di suatu daerah sangat diperlukan informasi mengenai potensi ekonomi wilayah. Potensi ekonomi wilayah dapat diketahui dengan mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai kategori maupun subkategori ekonomi di wilayah tersebut. Kategori ekonomi yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong kategori-
8
kategori ekonomi lain untuk berkembang. Keunggulan perekonomian wilayah tersebut secara garis besar terdiri atas keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif (daya saing). Istilah keunggulan komparatif (comparative advantage) mula-mula dikemukakan oleh Ricardo (1917) terkait dengan bahasan perdagangan antar dua wilayah. Ricardo membuktikan bahwa bila dua wilayah yang saling
.id
berdagang masing-masing mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif, maka kedua wilayah tersebut akan
go
mendapatkan keuntungan. Ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam
s.
ekonomi regional.
bp
Pengetahuan terhadap keunggulan komparatif suatu daerah dapat
ri.
digunakan untuk mendorong perubahan struktur ekonomi daerah ke arah kategori yang mengandung keunggulan komparatif. Jadi, apabila kategori yang
ke p
memiliki keunggulan komparatif bagi suatu daerah telah teridentifikasi maka pembangunan kategori tersebut dapat disegerakan tanpa menunggu tekanan
ht tp ://
mekanisme pasar yang sering berjalan terlambat (Tarigan, 2003). Pada era perdagangan bebas seperti sekarang ini, keunggulan
kompetitif mendapat perhatian lebih besar daripada keunggulan komparatif. Keunggulan kompetitif menunjukkan kemampuan daerah untuk memasarkan produknya ke luar daerah. Dalam analisis ekonomi regional, keunggulan kompetitif dimaknai sebagai kemampuan daya saing kegiatan ekonomi suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di daerah lainnya. Keunggulan kompetitif merupakan cermin dari keunggulan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya yang dijadikan benchmark dalam suatu kurun waktu (Thoha, 2000).
9
Dalam kaitannya dengan keunggulan kompetitif, maka keunggulan komparatif suatu kegiatan ekonomi dapat dijadikan suatu pertanda awal bahwa kegiatan ekonomi tersebut punya prospek untuk juga memiliki keunggulan kompetitif. Jika suatu kategori memiliki keunggulan komparatif karena besarnya potensi kategori tersebut maka kebijakan yang diprioritaskan bagi pengembangan kegiatan ekonomi tersebut dapat berimplikasi kepada keunggulan kompetitif.
Kegiatan ekonomi yang
memiliki
.id
terciptanya
keunggulan komparatif sekaligus keunggulan kompetitif akan sangat
go
menguntungkan perekonomian suatu wilayah.
Terkait dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif,
s.
maka berdasarkan kegiatan ekonominya suatu wilayah dapat saja memiliki
bp
kedua jenis keunggulan tersebut secara bersama-sama. Hal ini sangat
ri.
dipengaruhi oleh satu atau gabungan beberapa faktor berikut ini (Tarigan, 2003);
Memiliki potensi sumber daya alam.
2.
Penguasaan masyarakat terhadap teknologi mutakhir dan keterampilan-
ke p
1.
ht tp ://
keterampilan khusus lainnya. 3.
Aksesibilitas wilayah yang baik.
4.
Memiliki market yang baik atau dekat dengan market.
5.
Wilayah yang memiliki sentra-sentra produksi tertentu atau terdapatnya aglomerasi dari berbagai kegiatan ekonomi.
6.
Ketersediaan buruh (tenaga kerja) yang cukup dan memiliki keterampilan baik dengan upah yang relatif rendah.
7.
Mentalitas masyarakat yang baik untuk pembangunan: jujur, terbuka, bekerja keras, dapat diajak bekerja sama dan disiplin.
10
8.
Kebijaksanaan pemerintah yang mendukung pada terciptanya keunggulan suatu kegiatan ekonomi wilayah .
2.3.
Spesialisasi Perekonomian Perekonomian suatu wilayah terspesialisasi jika suatu wilayah
memprioritaskan pengembangan suatu kategori ekonomi melalui kebijakan yang mendukung kemajuan kategori tersebut (Muzamil, 2001). Pengembangan
.id
kategori prioritas tersebut dapat dilakukan melalui investasi dan peningkatan sumber daya manusia pada kategori tersebut. Spesialisasi dalam perekonomian
go
merupakan hal penting dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dikatakan, jika suatu wilayah memiliki spesialisasi pada kategori
s.
tertentu maka wilayah tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif dari
bp
spesialisasi kategori tersebut (Soepono, 1993).
ri.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995) dalam Hairul (2002) masyarakat dapat lebih efektif dan efisien jika terdapat pembagian kerja, yang
ke p
membagi keseluruhan proses produksi menjadi unit-unit khusus yang terspesialisasi. Ekonomi spesialisasi telah memungkinkan terbentuknya
ht tp ://
jaringan perdagangan antarindividu dan antarnegara yang demikian luas, yang merupakan ciri dari suatu perekonomian maju. Adanya keterkaitan ekonomi (spesialisasi) antardaerah yang mendorong proses pertukaran sesuai kebutuhan masing-masing, akan memungkinkan bergeraknya perekonomian masing-masing daerah secara bersama-sama menuju proses pertumbuhan. Beberapa ahli ekonomi mulai memperhitungkan efek spesialisasi terhadap perekonomian suatu wilayah. Menurut Kuncoro (2002), salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah adalah melalui proses pertukaran komoditas antar daerah. Berbagai macam alat analisis telah dikembangkan untuk melihat tingkat spesialisasi regional.
11
Marquillas dalam Soepono (1993) memodifikasi analisis shift share klasik dengan memasukkan efek alokasi untuk melihat spesialisasi suatu kategori dalam suatu wilayah. Selanjutnya Kim dalam Kuncoro (2002) mengembangkan indeks krugman untuk melihat spesialisasi regional di Amerika Serikat. a.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah keseluruhan nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah untuk kurun waktu
b.
.id
tertentu. Pertumbuhan Ekonomi adalah pertumbuhan dari nilai PDRB atas dasar
go
harga konstan pada suatu periode tertentu yang dibandingkan terhadap nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun sebelumnya.
Kontribusi Kategori adalah sumbangan (share) atau persentase dari nilai
s.
c.
bp
tambah tiap kategori terhadap total PDRB pada suatu periode waktu
d.
ri.
tertentu.
Pendapatan Perkapita adalah total PDRB setelah dikurangi dengan
e.
ke p
penyusutan dan pajak tak langsung netto dibagi jumlah penduduk. Kategori ekonomi potensial merupakan kategori ekonomi yang memiliki
ht tp ://
kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialisasi baik kontribusi maupun nilai rasio pertumbuhan yang baik jika dibandingkan dengan kategori ekonomi yang sama pada wilayah yang lebih luas baik dari sisi penciptaan nilai tambah maupun dari sisi penyerapan tenaga kerja. f.
Keunggulan komparatif mengacu pada kegiatan ekonomi suatu daerah yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi perekonomian daerah tersebut. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan kontribusi nilai tambah maupun tenaga kerja di kategori ekonomi suatu daerah yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya.
12
BAB III. METODOLOGI
3.1. Analisis Kategori Ekonomi Potensial Secara garis besar, analisis kategori dan subkategori ekonomi potensial dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi kategori dan
.id
subkategori ekonomi potensial dari sisi kontribusi PDRB (aspek keunggulan komparatif) melalui alat analisis location quotient (LQ) serta penentuan
go
kategori dan subkategori ekonomi potensial dari sisi pertumbuhan PDRB (aspek keunggulan kompetitif) melalui alat analisis MRP dan analisis Shift-Share
s.
Estaban Marquillas (SS-EM). Khusus mengenai identifikasi dan pengaruh
bp
spesialisasi perekonomian wilayah akan dijelaskan melalui analisis Shift-Share Estaban Marquillas.
ri.
Selanjutnya setelah aspek keunggulan komparatif, keunggulan
ke p
kompetitif dan spesialisasi teridentifikasi, maka dilakukan analisis overlay yang bertujuan untuk melihat potensi kategori dan subkategori ekonomi di Provinsi
a.
ht tp ://
Kepulauan Riau berdasarkan gabungan dari ketiga alat analisis tersebut. Analisis Location Quotient (LQ) Analisis Location Quotient digunakan untuk menunjukkan besar
kecilnya peranan kategori perekonomian suatu region dengan membandingkan kategori yang sama pada wilayah yang lebih besar. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi kategori ekonomi potensial yang menjadi unggulan yang dapat
dikembangkan
pada
suatu
wilayah
dan
dipergunakan
untuk
mengidentifikasi keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah (Thoha dan Soekarni, 2000). Penelitian ini menggunakan metode yang mengacu pada formulasi
13
yang dikemukakan oleh Arsyad (1999). Rumus LQ yang digunakan adalah sebagai berikut: …………………………………………………………….......(27)
=
Indeks LQ kategori i Provinsi Kepulauan Riau
x
=
PDRB ADHK kategori i Provinsi Kepulauan Riau
=
Total PDRB ADHK Provinsi Kepulauan Riau
=
Total PDRB ADHK kategori i Indonesia
=
Total PDRB ADHK Indonesia
x x
ij
i
j
x
Jika nilai LQ > 1, berarti kategori tersebut merupakan kategori potensial,
ri.
a)
bp
Kriteria pengukuran model tersebut yaitu;
s.
ij
go
LQ
.id
dimana:
yang menunjukkan suatu kategori mampu melayani pasar baik di dalam
ke p
maupun di luar Provinsi Kepulauan Riau.
b) Jika nilai LQ < 1, berarti kategori tersebut bukan merupakan kategori
ht tp ://
potensial, yang menunjukkan suatu kategori belum mampu melayani pasar di Provinsi Kepulauan Riau c)
Jika nilai LQ = 1, berarti suatu kategori hanya mampu melayani pasar di Provinsi Kepulauan Riau saja atau belum dapat memasarkan hasil kategori tersebut ke luar daerah lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila LQ > 1, berarti
kategori tersebut merupakan kategori unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Begitupun sebaliknya bila nilai LQ < 1, berarti kategori tersebut bukan merupakan kategori unggulan di daerah dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak
14
perekonomian daerah. b. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Selain alat analisis LQ yang digunakan untuk mengidentifikasi kategori dan subkategori ekonomi potensial berdasarkan kriteria kontribusi PDRB, alat analisis lain dirasakan penting dipergunakan untuk mengidentifikasi kategori dan subkategori ekonomi potensial di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini mengacu
.id
kepada rekomendasi Yusuf (1999), yang menganjurkan untuk menggunakan lebih dari satu alat analisis dalam mengidentifikasi kategori ekonomi potensial
go
di suatu wilayah. Oleh karena itu, analisis MRP turut digunakan untuk
s.
menganalisis kategori dan subkategori ekonomi potensial berdasarkan kriteria
bp
pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Riau.
MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan
ri.
baik dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam
1.
ke p
analisis MRP terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu: Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) merupakan perbandingan antara pertumbuhan pendapatan (PDRB) kategori i di Provinsi
ht tp ://
Kepulauan Riau dengan pertumbuhan pendapatan (PDRB) kategori i di Provinsi Kepulauan Riau.
2.
Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) perbandingan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) kategori i di Indonesia dengan ratarata pertumbuhan pendapatan (PDRB) di Indonesia.
Analisis MRP ini merupakan modifikasi dari komponen proportional shift dan differential shift dalam analisis shift-share (Yusuf, 1999). Komponen proportional shift dan differential shift yang dalam analisis shift-share Estaban Marquillas disimbolkan dengan Mij dan Cij ini memberikan nilai perubahan baik pengurangan maupun penambahan PDRB. Dengan demikian, Mij dan Cij
15
menunjukkan perubahan nilai yang besar (bukan rasio). Melalui modifikasi maka akan didapat nilai yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan 1 (rasio). Formulasi dari RPs dan RPr yang merupakan penurunan dari persamaan sebagai berikut (Yusuf, 1999): 1.
Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi
.id
(RPr):
go
..............................................................(2)
bp
s.
……..………………………….………(3)
ht tp ://
ke p
ri.
.…………………………….…….……(4)
………………………….….…(5)
Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) =
2.
…….…..(6)
Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) :
………………….………………….(7) ….……………………………….…(8) 16
………...…………..………….… (9)
……..……………….......(10)
.………….…..(11)
.id
=
go
Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) Dimana :
s.
…….…………………………………....(12)
bp
……………………..…………………..(13)
ri.
……………..……………………….…...(14)
ke p
Keterangan :
∆Eij : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan Riau Eij,t : PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun
ht tp ://
akhir analisis
∆Ein : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Indonesia Ein,t : PDRB kategori (subkategori) i di Indonesia pada tahun akhir analisis ∆En: Perubahan PDRB Indonesia En,t : Total PDRB tahun akhir analisis di Indonesia Mij : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan Riau yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan kategori (subkategori) i di Indonesia
17
Cij : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan Riau yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan Riau. c.
Analisis Shift-Share (SS) Untuk dapat mengidentifikasi keunggulan daerahnya dan menganalisis
industri/kategori yang menjadi dasar perekonomian daerah maka digunakan
.id
teknik analisis shift-share. Analisis shift-share juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran kategori atau
go
industri pada perekonomian regional maupun lokal. Analisis shift-share menggambarkan kinerja kategori-kategori di suatu wilayah dibandingkan
s.
dengan perekonomian nasional. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan
bp
sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian
ri.
daerah.
ke p
Selain itu, laju pertumbuhan kategori-kategori di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional beserta
ht tp ://
kategori-kategorinya. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut keunggulan kompetitif dari suatu kategori dalam wilayah tersebut. (Soepono, 1993:44).
Metode analisis shift-share diawali dengan mengukur perubahan nilai
tambah bruto atau PDRB suatu kategori-i di suatu region-j (Dij) dengan formulasi (Soepono, 1993): Dij = Nij + Mij + Cij
…..……………..…………….………..………(15)
di mana: Nij = Eij. rn
………………………….…………………………….......
(16)
18
Mij = Eij (rin - rn) ……………………..…………….…………(17) Cij = Eij (rij – rin) ……………………….…………..………….(18) Dari persamaan (16) sampai (18), rij mewakili pertumbuhan kategori/subkategori-i di Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan rn dan rin masing-masing laju pertumbuhan agregat Indonesia dan pertumbuhan kategori/subkategori i Indonesia.
Mengukur laju pertumbuhan kategori i diwilayah Provinsi Kepulauan
go
1.
.id
Masing-masing laju pertumbuhan didefinisikan sebagai berikut.
Riau
bp
Mengukur laju pertumbuhan kategori i perekonomian Indonesia rin = (Ein,t – Ein)/Ein
3.
………………….…...…..………. (19) …..…..…...………..………....…… (20)
Mengukur laju pertumbuhan perekonomian di Indonesia ………..…………..……..……………….…(21)
ke p
rn = (En,t - En)/En
ri.
2.
……..
s.
rij = (Eij,t – Eij)/Eij
Keterangan;
Di,j : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan
ht tp ://
Riau
Ni,j : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan Riau yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mi,j : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan Riau yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan kategori (subkategori) i Indonesia Ci,j : Perubahan PDRB kategori (subkategori) i di Provinsi Kepulauan Riau yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif kategori
19
(subkategori) tersebut di Provinsi Kepulauan Riau. Eij : PDRB kategori i di Provinsi Kepulauan Riau tahun awal analisis Ein : PDRB kategori i di Indonesia tahun awal analisis En : PDRB total di Indonesia tahun awal analisis Eij,t : PDRB kategori i di Provinsi Kepulauan Riau tahun akhir analisis Ein,t : PDRB kategori i di Indonesia tahun akhir analisis
.id
En,t : PDRB total di Indonesia tahun akhir analisis Persamaan (19) sampai (21) juga menunjukkan bahwa peningkatan
go
nilai tambah suatu kategori di Provinsi Kepulauan Riau (Dij) dapat diuraikan (decompose) menjadi 3 faktor berpengaruh, yaitu (Syafrizal, 2008):
Regional Share (Nij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah
s.
a.
bp
yang disebabkan oleh faktor luar yaitu; peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional atau provinsi yang berlaku pada
ri.
seluruh daerah.
ke p
b. Proportional Shift (Mij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu
ht tp ://
berspesialisasi pada kategori yang pertumbuhannya cepat secara nasional atau provinsi. c.
Differential Shift (Cij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan ini merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah. Melalui ketiga komponen tersebut dapat diketahui komponen atau
unsur pertumbuhan mana yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai masing-masing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif dan
20
begitu pula sebaliknya. Berdasarkan persamaan (2) sampai (8) di atas, maka untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional atau regional, bauran industri (industrial mix) dan keunggulan kompetitif dapat ditentukan bagi suatu kategori-i atau dijumlahkan untuk semua kategori sebagai keseluruhan wilayah. Persamaan Shift-Share untuk kategori-i di wilayah-j adalah:
.id
Dij = Eij.rn + Eij (rin –rn) + Eij (rij –rin) ...……..………..……(22)
go
Selanjutnya menurut Oppenheim dalam Yusuf (1999), analisis pertumbuhan ekonomi regional komponen proportional shift (PS) dan
s.
differential shift (DS) lebih penting dibanding komponen regional share. Hal ini
bp
karena DS digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah studi terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Dari tersebut
dapat
dilihat
berapa
ri.
perubahan
besar
pertambahan
atau
ke p
pengurangan pendapatan dari kegiatan tersebut. Sedangkan PS untuk melihat perubahan pertumbuhan suatu kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total (PDRB) di wilayah referensi.
ht tp ://
Dari kedua komponen ini jika besaran PS dan DS dinyatakan dalam
suatu bidang datar, dengan nilai PS sebagai sumbu horisontal dan nilai DS sebagai sumbu vertikal, akan diperoleh empat kategori posisi relatif dari seluruh daerah atau kategori ekonomi tersebut. Keempat kategori tersebut adalah (dalam Freddy, 2001): •
Kategori I (PS positif dan DS positif) adalah wilayah/kategori dengan pertumbuhan sangat pesat (rapid growth region).
•
Kategori II (PS negatif dan DS positif) adalah wilayah/kategori dengan kecepatan pertumbuhan terhambat tapi berkembang (depressed region
21
yang berkembang). •
Kategori III (PS positif dan DS negatif) adalah wilayah/kategori dengan kecepatan pertumbuhan terhambat namun cenderung berpotensi (depressed region yang berpotensi).
•
Kategori IV (PS negatif dan DS negatif) adalah wilayah/kategori depressed region dengan daya saing lemah dan juga peranan terhadap
.id
wilayah rendah.
go
Modifikasi Estaban-Marquillas (E-M) terhadap Analisis Shift-share Klasik
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di
s.
suatu daerah dapat dilakukan dengan modifikasi analisis shift-share yang
bp
dilakukan oleh Estaban-Marquillas (1972). Estaban Marguillas pada tahun 1972 telah melakukan modifikasi terhadap teknik analisis Shift-share untuk
ri.
memecahkan masalah pengaruh efek alokasi dan spesialisasi (Soepono, 1993).
ke p
Dengan mengacu kepada persamaan di atas, maka modifikasi persamaan ShiftShare menurut Estaban Marguillas mengandung unsur baru yang diberi notasi
ht tp ://
E*ij didefinisikan sebagai suatu variabel wilayah (Eij), bila struktur wilayah sama dengan struktur nasional atau Eij=E*ij maka E*ij dirumuskan menjadi: E*ij = Ej (Ein/En) ………………………………………………………………………..(23)
Apabila Eij diganti dengan E*ij maka persamaan Cij = Eij (rij – rin) dapat
pula diganti menjadi:
C*ij = E*ij (rij – rin) …………….……………………………..……...……………….(24) Cij adalah untuk mengukur keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif di kategori-i pada perekonomian suatu wilayah menurut analisis Shift-share klasik. Pengaruh efek alokasi (allocation effect) belum dijelaskan dari suatu variabel wilayah untuk kategori-i di wilayah j (Aij), untuk mengetahui efek
22
alokasi tersebut didekati dengan menggunakan rumus (Soepono, 1993): Aij = (Eij – E*ij) (rij – rin) …………………….…………….………………..………(25) dimana: Aij
:Pengaruh alokasi dibagi menjadi dua bagian yaitu adanya tingkat spesialisasi kategori i di Provinsi Kepulauan Riau dikalikan dengan keunggulan kompetitif :menggambarkan tingkat spesialisasi kategori i di Provinsi
.id
(Eij –E*ij)
Kepulauan Riau, jika Eij> E*ij
:menggambarkan tingkat keunggulan kompetitif kategori i di
s.
Provinsi Kepulauan Riau, jika rij>rin
go
(rij–rin)
bp
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aij sebagai pengaruh alokasi dapat dilihat dalam dua bagian yaitu tingkat spesialisasi kategori i di
ri.
wilayah j (Eij – E*ij) yang dikalikan dengan keunggulan kompetitif (rij – rin).
ke p
Persamaan tersebut dapat bermakna bahwa bila suatu wilayah mempunyai suatu spesialisasi di kategori tertentu, maka kategori tersebut pasti akan menikmati pula keunggulan kompetitif yang lebih baik.
ht tp ://
Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dari efek alokasi akan
dijelaskan pada Tabel 3.1. Dari hasil modifikasi Estaban-Marquillas terhadap analisis Shift-Share dapat dirumuskan sebagai berikut (Soepono, 1993): Dij = Eij (rn) + Eij (rin - rn) + E*ij (rin - rn) + (Eij – E*ij)(rin - rn) …………………………………(26)
23
Tabel 3.1 Kemungkinan hasil penghitungan dari Efek Alokasi Eij–E*ij
Keunggulan Kompetitif
Spesialisasi
1
>0
>0
√
√
2
>0
<0
√
x
3
<0
>0
x
√
4
<0
<0
x
x
.id
rij – rin
Analisis Overlay
go
d.
No.
s.
Setelah melakukan analisis Location Quotient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis dilanjutkan dengan menggunakan analisis overlay
bp
yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi kegiatan ekonomi unggulan dalam
ri.
suatu wilayah yang didasarkan atas kriteria pertumbuhan (hasil analisis wilayah studi atau RPs) dan kriteria kontribusi (hasil analisis LQ) baik berdasarkan
ke p
penciptaan nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja. Dari analisis ini terdapat empat kemungkinan yaitu kombinasi antara kategori ekonomi
ht tp ://
unggulan yang menggambarkan keadaan suatu daerah sebagai berikut: 1.
Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+) menunjukkan suatu kategori (subkategori) yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun dari kontribusinya.
2.
Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-) menunjukkan suatu kategori (subkategori) yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil.
3.
Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+) menunjukkan suatu kategori (subkategori) yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar.
4.
Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-) menunjukkan suatu kategori
24
(subkategori) yang tidak potensial baik kriteria pertumbuhan maupun kontribusinya. Namun analisis overlay tersebut belum mengakomodasi hasil analisis SS¬EM yang merepresentasikan keunggulan kompetitif dan spesialisasi perekonomian suatu wilayah. Sebagaimana yang pernah dilakukan Saimima (2003), analisis overlay digunakan dengan pertimbangan memasukkan hasil
.id
analisis SS-EM, sehingga akan diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi potensial suatu wilayah berdasarkan rasio pertumbuhan wilayah studi, keunggulan
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
go
komparatif, keunggulan kompetitif serta spesialisasi.
25
.id go s.
ht tp ://
ke p
ri.
bp
Halaman ini Dikosongkan
26
IV. PEMBAHASAN
4.1
Analisis Kategori Ekonomi Potensial Provinsi Kepulauan Riau Untuk mengidentifikasi dan menganalisa kategori/subkategori
ekonomi yang potensial di Provinsi Kepulauan Riau akan digunakan 3 macam
.id
alat analisis, yaitu Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Model Rasio
go
Pertumbuhan (MRP) dan Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban Marquillas (SSEM). Secara lebih rinci pembahasan melalui ketiga alat analisis tersebut akan
Analisis Location Quotient
bp
4.1.1
s.
dijelaskan berikut ini.
Alat analisis Location Quotient (LQ) ini digunakan untuk
ri.
mengidentifikasi keunggulan komparatif kegiatan ekonomi (biasa disebut juga
ke p
sebagai kategori basis) di Provinsi Kepulauan Riau dengan membandingkannya terhadap Nasional. Berdasarkan analisis LQ sebagaimana yang tertera pada Grafik 4.1 maka Provinsi Kepulauan Riau terdapat 6 kategori ekonomi yang
ht tp ://
memiliki keunggulan komparatif (nilai LQ-nya > 1), yaitu: kategori pertambangan dan penggalian, kategori industri pengolahan, kategori listrik dan gas, kategori pengadaan air,
kategori konstruksi dan kategori jasa
kesehatan dan sosial. Untuk kategori pertambangan dan penggalian nilai LQnya semakin menurun hingga tahun 2014, hal ini diakibatkan karena mulai menurunnya produksi minyak dan gas bumi hasil lifting. Akibat dari penurunan produksi minyak dan gas bumi, berdampak pada pengurangan pegawai di perusahaan besar minyak dan gas bumi PT. Conoco. Pemerintah daerah setempat perlu mewaspadai hal ini dan perlu diambil langkah-langkah kebijakan jika suatu saat daerah tersebut tidak bisa bergantung lagi dengan
27
hasil minyak dan gas bumi. Karena dampaknya menyeluruh terhadap seluruh kategori perekonomian wilayah tersebut.
Grafik 4.1 Hasil Perhitungan Rata-rata LQ Provinsi Kepulauan Riau dari Tahun 2008-2014
2,49 1,87
.id
3,59 1,772,01
go
1,09 0,890,75 0,690,52 0,61 0,610,860,63 0,37 0,00
s.
0,33
LQ
ht tp ://
ke p
ri.
bp
4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
Jika dilihat per subkategori, maka keunggulan komparatif pada
kategori industri pengolahan pada Provinsi Kepulauan Riau dipengaruhi oleh subkategori Industri Lainnya (10,67) dan subkategori industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 8,66 (lihat lampiran).
28
4.1.2
Analisis Model Rasio Pertumbuhan Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan alat analisis yang
digunakan untuk melihat potensi kategori ekonomi berdasarkan kriteria pertumbuhan. Menurut Yusuf (1999), analisis MRP terdiri atas 2 instrumen pengukuran yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang menunjukkan rasio pertumbuhan antara wilayah studi dengan wilayah referensi yang lebih
.id
besar, dalam hal ini adalah Provinsi Kepulauan Riau terhadap Nasional. Selanjutnya instrument kedua adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi
go
terhadap pertumbuhan ekonomi agregat pada wilayah referensi.
s.
Grafik 4.2 memperlihatkan bahwa RPs kategori pertanian di Provinsi
bp
Kepulauan Riau memiliki nilai kurang dari 1. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kategori pertanian bukan merupakan kegiatan ekonomi yang potensial di
ri.
Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan kriteria pertumbuhan. Untuk Nasional
ke p
kategori pertanian juga bukan merupakan kategori yang potensial, karena memiliki nilai RPr yang kurang dari 1. Kategori pertambangan dan penggalian di Provinsi Kepulauan Riau
ht tp ://
juga ternyata memiliki nilai RPs kurang dari 1, yang berarti kategori ini bukan merupakan kategori yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan. Kondisi ini juga sama jika dibandingkan dengan seluruh wilayah di Indonesia, karena nilai RPr kategori pertambangan dan penggalian (bukan migas) juga menunjukkan nilai kurang dari 1. Dengan demikian kategori pertambangan dan penggalian secara keseluruhan di Indonesia juga kurang potensial dari sisi pertumbuhannya.
29
ke p
ri.
bp
s.
go
.id
Grafik 4.2 Hasil Perhitungan RPr dan RPs Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014
Selanjutnya kategori industri pengolahan juga merupakan kategori
ht tp ://
yang kurang potensial di Provinsi Kepulauan Riau (RPs = 0,97). Namun, hal ini menjadi ambigu karena pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau didorong oleh kategori industri non migas yang berpusat di Kota Batam, sehingga perlu lebih ditingkatkan lagi industri di Kota Batam. Untuk Indonesia pun kategori industri pengolahan masih kurang potensial (RPr = 0,82). Kategori pengadaan listrik dan gas di Provinsi Kepulauan Riau juga merupakan kategori yang kurang potensial jika dilihat dari nilai RPs-nya. Dilihat dari masing-masing subkategori pembentuknya semuanya kurang potensial. Kondisi yang sama jika dilihat secara keseluruhan wilayah Indonesia, kategori
30
listrik dan gas kurang berpotensi dari sisi pertumbuhan, dengan nilai RPr sebesar 0,61. Kategori pengadaan air di Provinsi Kepulauan Riau juga kurang berpotensial (RPs = 0,56) dari sisi pertumbuhan, begitu juga
dengan
pertumbuhan kategori pengadaan air di Indonesia kurang berpotensi (RPr = 0,74).
.id
Kategori konstruksi di Provinsi Kepulauan Riau merupakan kategori yang sangat potensial (RPs = 1,30) dari sisi pertumbuhan, begitu juga dengan
go
pertumbuhan kategori konstruksi di Indonesia juga merupakan kategori yang
s.
potensial dengan nilai RPr sebesar 1,19.
bp
Adapun Kategori perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor juga sangat potensial di Provinsi Kepulauan Riau dengan RPs
ri.
sebesar 1,06. Potensi kategori ini di Provinsi Kepulauan Riau didukung oleh
ke p
potensi dari kedua subkategori yaitu subkategori perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya (RPs = 1,01) dan subkategori perdagangan besar dan eceran (RPs = 1,10). Potensi kategori perdagangan besar dan eceran, dan
ht tp ://
reparasi mobil dan sepeda motor secara Nasional cukup berpotensial (RPr> 1). Selanjutnya kategori transportasi dan pergudangan di Provinsi
Kepulauan Riau kurang potensial dimana nilai RPs-nya sebesar 0,93. Potensi kategori ini di Provinsi Kepulauan Riau hanya didukung oleh potensi subkategori angkutan laut (RPs = 1,06). Sementara untuk nasional kategori transportasi dan pergudangan potensial (RPr = 2,33), potensi kategori ini dipengaruhi oleh empat subkategori yang potensial yaitu subkategori angkutan darat (RPs = 1,37), angkutan laut (RPs = 1,23), angkutan udara (RPs = 1,92) dan jasa penunjang angkutan (RPs = 1,12).
31
Kategori penyediaan akomodasi dan makan minum di Provinsi Kepulauan Riau juga potensial (RPs = 1,19). Kategori ini disokong oleh kedua subkategorinya yaitu subkategori Penyediaan Akomodasi (RPs = 1,34) dan subkategori Makan dan Minum (RPs = 1,09). Di tingkat nasional kategori ini juga potensial (RPs = 1,18). Kategori Informasi dan Komunikasi di Provinsi Kepulauan Riau cukup
.id
potensial (RPs = 1,05) sedangkan di nasional sangat potensial (RPs = 2,22). Kategori Jasa Keuangan di Provinsi Kepulauan Riau kurang potensial
go
(RPs = 0,96). Subkategori yang berpotensial di kategori jasa keuangan adalah subkategori jasa perantara keuangan (RPs = 1,07). Sebaliknya di nasional
s.
kategori ini sangat potensial (RPr = 1,25).
bp
Kategori real estate kurang potensial juga (RPs = 0,75) sedangkan di nasional sangat potensial (RPr = 1,22). Kategori jasa perusahaan potensial (RPs
ri.
= 1,08) begitu juga di tingkat nasional sangat potensial (RPr = 1,52).
ke p
Adapun kategori lainnya di Provinsi Kepulauan Riau juga merupakan kategori yang kurang potensial dari sisi pertumbuhannya (rata-rata RPs kurang
4.1.3
ht tp ://
dari 1). Namun di nasional kategori-kategori tersebut sangat potensial.
Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas Peningkatan kegiatan ekonomi yang diindikasikan oleh kenaikan
PDRB suatu wilayah dapat diperluas (decompose) atas 3 faktor pengaruh (Syafrizal, 2002). Secara rinci ketiga faktor pengaruh tersebut adalah peningkatan
PDRB
yang
disebabkan
oleh
faktor
luar
(kebijakan
nasional/provinsi) atau sering disebut dengan efek pertumbuhan ekonomi regional (Nij). Pengaruh kedua adalah pengaruh struktur pertumbuhan kategori dan subkategori, atau disebut dengan industrial mix-effect (efek bauran
32
industri-Mij) dan terakhir adalah pengaruh keuntungan kompetitif wilayah studi (Cij). Namun dalam perkembangannya ketiga pengaruh ini bertambah lagi, yaitu pengaruh spesialisasi perekonomian wilayah (Aij). Penambahan komponen pengaruh pertumbuhan ini telah dikembangkan oleh Estaban Marquillas (dalam Soepono, 1993) yang direpresentasikan dalam model analisis shift-share modifikasi Estaban Marquillas (Analisis SS-EM).
.id
Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa sejak tahun 2008 hingga 2014
go
terjadi peningkatan PDRB sebesar Rp. 49.665,50 milyar di Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan hasil analisis SS-EM maka kenaikan PDRB ini didominasi oleh
s.
4 kategori ekonomi yaitu: kategori industri pengolahan yang meningkat Rp.
kategori perdagangan
bp
21.340,67 milyar, kategori konstruksi yang meningkat Rp. 10.494,01 milyar, meningkat
Rp.
4.195,56
milyar
dan
kategori
ri.
pertambangan dan penggalian yang meningkat sebesar Rp. 3.875,36 milyar.
ke p
Jika dilihat per subkategori maka peningkatan PDRB sebesar Rp. 1.971, 53 milyar tidak terlepas dari peran subkategori-subkategori dominan di
ht tp ://
Provinsi Kepulauan Riau, yaitu subkategori industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik yang meningkat sebesar Rp. 13.338,43 milyar, subkategori pertambangan minyak dan gas bumi yang meningkat sebesar Rp. 2.872,92 milyar dan subkategori perdagangan besar dan eceran sebesar Rp. 2.469,27 milyar.
33
Tabel 4.1. Hasil Analisis Shift Share Modifikasi Estaban-Marquillas Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah)
Kategori Ekonomi
Dampak Bauran Industri
(2)
(3)
Cij Competitive Advantage (4)
Spesialisasi (5)
Total Peningkatan PDRB (6)
A. Pertanian
2.325.298
-135.182
-76.963
-527.456
B. Pertambangan
7.739.371
-8.666.022
252.646
4.549.363
3.875.358
15.672.295
-2.194.631
1.661.588
6.201.413
21.340.665
314.667
-174.356
go
(1)
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Regional
56.344
342.154
D. Listrik & gas E. Pengadaan Air
.id
C. Industri Pengolahan
1.585.696
145.498
-15.861
1.531
1.426
47.125
5.743.393
1.117.527
1.929.863
1.703.228
10.494.010
G. Perdagangan
2.818.603
529.229
1.717.984
-870.260
4.195.556
H. Transportasi
1.034.900
576.284
-293.282
39.585
1.357.487
738.116
276.617
361.047
-135.877
1.239.903
734.566
895.259
-783.937
239.781
1.085.669
277.988
38.150
68.501
1.457.696
140.416
-160.497
55.309
670.976
2.005
1.041
-505
503
3.044
891.839
-276.143
371.863
-95.378
892.180
514.992
232.073
-236.206
100.835
611.694
388.398
140.866
-113.687
-20.377
395.200
219.832
66.447
-488.392
273.203
71.089
40.907.108
-7.208.448
4.237.545
11.729.298
49.665.503
K. Jasa Keuangan L. Real Estate M,N. Jasa Perusahaan O. Pemerintahan P. Jasa Pendidikan
635.749
ht tp ://
Q. Jasa Kesehatan & Sosial
1.073.056
R. Jasa Lainnya
Total PDRB
bp
ri.
J. Infokom
ke p
I. Akomodasi & Restoran
s.
60.028
F. Konstruksi
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis SS-EM, maka peningkatan PDRB
di Provinsi Kepulauan Riau sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: dampak pertumbuhan ekonomi agregat di Indonesia (faktor eksternal) yang mampu meningkatkan agregat PDRB Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp. 40.907,11 milyar. Berdasarkan hasil analisis SS-EM maka kenaikan PDRB ini didominasi oleh 4 kategori ekonomi yaitu: kategori industri pengolahan yang meningkat Rp. 15.672,29 milyar, kategori konstruksi yang meningkat Rp. 5.743,39 milyar,
34
kategori pertambangan dan penggalian yang meningkat Rp. 7.739,37 milyar dan kategori perdagangan yang meningkat Rp. 2.818,60 milyar. Jika dilihat per subkategori maka peningkatan PDRB sebesar Rp. 40.907,11 milyar ini tak terlepas dari peran subkategori-subkategori yang dominan di provinsi Kepulauan Riau, yaitu subkategori industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik yang meningkat sebesar Rp. 6.865,40
.id
milyar, subkategori pertambangan minyak dan gas bumi yang meningkat sebesar Rp. 6.721,12 milyar dan subkategori perdagangan besar dan eceran
go
sebesar Rp. 1.599,57 milyar.
s.
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis SS-EM, maka peningkatan PDRB di Provinsi Kepulauan Riau sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: dampak
bp
pertumbuhan ekonomi agregat di Indonesia (faktor eksternal) yang mampu
ri.
meningkatkan agregat PDRB Kepulauan Riau sebesar Rp. 40.907,11 milyar, dampak pertumbuhan ekonomi kategorial (industrial mix) di Indonesia yang
ke p
mampu mengakibatkan pertumbuhan negatif agregat PDRB Kepulauan Riau sebesar Rp. 7.208,45 milyar, dampak keunggulan kompetitif (competitive
ht tp ://
advantage) yang mampu mengakibatkan pertumbuhan positif agregat PDRB Kepulauan Riau sebesar Rp. 4.237,54 milyar serta dampak spesialisasi perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau, yang mampu mengakibatkan pertumbuhan agregat PDRB Kepulauan Riau sebesar Rp. 11.729,29 milyar.
a.
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia terhadap Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau Peningkatan kegiatan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi
oleh kebijakan regional atau wilayah yang lebih luas (nasional/provinsi) seperti yang telah diungkapkan oleh Syafrizal (2002). Kebijakan-kebijakan ini secara
35
langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak pada kinerja perekonomian daerah. Maka perkembangan perekonomian Indonesia yang diindikasikan oleh laju pertumbuhan ekonomi akan berdampak bagi perkembangan perekonomian provinsi-provinsi yang tercakup dalam wilayah Indonesia. Hal ini tentu akan berpengaruh pula pada aktifitas perekonomian di
.id
Provinsi Kepulauan Riau. Dampak atau pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia ini dapat dikatakan sebagai pengaruh yang bersumber dari luar
go
Provinsi Kepulauan Riau (di luar kebijakan daerah), oleh karena itu pengaruh ini sering pula disebut faktor eksternal.
s.
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa pengaruh kinerja perekonomian
bp
Indonesia, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi memiliki kontribusi yang besar bagi kinerja perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau. Secara riil,
ri.
pengaruh eksternal ini mampu meningkatkan PDRB Provinsi Kepulauan Riau
ke p
sebesar Rp. 40.907,11 milyar. Kondisi ini menunjukkan bahwa 87,07 persen peningkatan PDRB (pertumbuhan ekonomi)
Provinsi Kepulauan Riau
ht tp ://
disebabkan oleh pengaruh perekonomian agregat Indonesia. Hal ini menunjukkan pula bahwa kinerja perekonomian Provinsi Kepulauan Riau juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dengan sangat signifikan. Pengaruh perekonomian Provinsi Kepulauan Riau secara kategorial
terjadi pada Kategori industri pengolahan, kategori konstruksi, kategori pertambangan dan penggalian dan kategori perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, sedangkan kategori-kategori ekonomi lainnya tidak banyak dipengaruhi oleh perekonomian Indonesia. Pada kategori industri pengolahan terlihat bahwa subkategori industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik merupakan
36
subkategori yang paling dipengaruhi oleh faktor eksternal (51,47 %). Faktor eksternal ini sesungguhnya dapat meningkatkan PDRB subkategori industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp. 13.338,43 milyar, namun secara riil subkategori ini hanya mampu meningkat Rp. 6.865,40 milyar. Pengaruh eksternal yang besar pada kegiatan subkategori
.id
pertambangan minyak dan gas bumi yang disebabkan adanya adopsi dari SNA 2008 mengenai eksplorasi dihitung sebagai output sehingga subkategori
go
pertambangan minyak dan gas bumi ini dapat meningkatkan PDRB Provinsi
s.
Kepulauan Riau sebesar Rp. 2.872,92 milyar, ternyata riilnya hanya mampu
bp
meningkatkan PDRB sebesar Rp. 6.721,12 milyar.
Selanjutnya kategori yang juga banyak dipengaruhi oleh faktor
ri.
eksternal adalah kategori pertanian, kehutanan dan perikanan. Subkategori
ke p
yang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal adalah subkategori perikanan. Pengaruh eksternal yang besar pada kegiatan subsektor perikanan yang disebabkan kebijakan dari luar yang menyangkut biaya input perikanan, seperti
ht tp ://
bantuan pemerintah berupa alat-alat tangkap untuk subsektor perikanan sehingga subsektor perikanan ini dapat meningkatkan PDRB Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp.907.013 milyar, ternyata riilnya mampu meningkatkan PDRB sebesar Rp.1.102,93 milyar. Secara umum, meningkatnya kondisi perekonomian Indonesia dalam
kurun waktu tahun 2008-2014 banyak mempengaruhi kinerja seluruh kategori ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau. Beberapa kategori atau subkategori ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau terpengaruh secara sangat signifikan, tetapi beberapa kategori atau subkategori lainnya terpengaruh tidak terlalu signifikan. Tetapi ada beberapa kategori/subkategori pun yang mengalami
37
penurunan akibat faktor luar tersebut tersebut.
Tabel 4.2. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20082014 (dalam jutaan rupiah dan persentase) Total Peningkatan PDRB
Dampak Faktor Luar
(1)
(2)
(3)
(4)
.id
Kategori Ekonomi
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Regional
2.325.297,7
1.585.695,7
146,64
B. Pertambangan
7.739.371,2
3.875.358,4
199,71
15.672.295,0
73,44
C. Industri Pengolahan
314.667,4
E. Pengadaan Air
60.028,1
342.154,1
91,97
47.124,8
127,38
10.494.009,8
54,73
4.195.555,5
67,18
21.340.665,3
s.
D. Listrik & gas
go
A. Pertanian
5.743.392,6
G. Perdagangan
2.818.603,2
H. Transportasi
1.034.900,3
1.357.486,8
76,24
738.116,1
1.239.903,2
59,53
bp
F. Konstruksi
ri.
I. Akomodasi & Restoran
734.566,0
1.085.668,6
67,66
1.073.056,5
1.457.696,0
73,61
635.749,3
670.976,2
94,75
2.004,7
3.043,8
65,86
891.838,5
892.180,5
99,96
514.991,8
611.694,3
84,19
Q. Jasa Kesehatan & Sosial
388.398,2
395.200,3
98,28
R. Jasa Lainnya
219.831,8
71.089,3
309,23
40.907.108,3
49.665.502,6
87,07
K. Jasa Keuangan L. Real Estate M,N. Jasa Perusahaan O. Pemerintahan
ht tp ://
P. Jasa Pendidikan
ke p
J. Infokom
Total PDRB
b.
Dampak Bauran Industri di Indonesia terhadap Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau Dampak bauran industri (industrial mix-effect) atau struktur
pertumbuhan
ekonomi di Indonesia berpengaruh negatif terhadap
peningkatan PDRB di Provinsi Kepulauan Riau seperti yang terlihat pada Tabel
38
4.3. Akibat dampak bauran industri tersebut PDRB Provinsi Kepulauan Riau mengalami penurunan sebesar Rp. 7.208,45 milyar selama periode 2008-2014. Dampak negatif bauran industri menunjukan bahwa struktur pertumbuhan ekonomi di Indonesia justru melemahkan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 14,51 persen. Namun pengaruh ini sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan dampak pertumbuhan ekonomi agregat
.id
Indonesia yang mampu mempengaruhi peningkatan kinerja perekonomian Provinsi Kepulauan Riau sebesar 87,07 persen.
go
Tidak secara keseluruhan, kategori-kategori ekonomi PDRB di Provinsi
s.
Kepulauan Riau dipengaruhi secara negatif oleh struktur pertumbuhan
bp
ekonomi Indonesia. Kategori ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang paling besar memperoleh imbas negatif dari nasional adalah kategori pertambangan
ri.
dan penggalian yang menurunkan PDRB Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp.
ke p
8.666,02 milyar. Kemudian kategori yang memperoleh imbas negatif dari dampak bauran industri ini adalah kategori industri pengolahan yang
ht tp ://
menurunkan PDRB Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp. 2.194,63 milyar.
39
ht tp :// go
s.
bp
ri.
ke p .id
Tabel 4.3. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Kategorial Indonesia (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
(1)
(2)
(3)
(4)
1.585.695,7
-8,53
B. Pertambangan
-8.666.022,4
3.875.358,4
-223,62
C. Industri Pengolahan
-2.194.630,7
21.340.665,3
-10,28
-174.355,6
342.154,1
-50,96
D. Listrik & gas E. Pengadaan Air
-15.860,9
-33,66
10.494.009,8
10,65
bp
1.117.526,8
47.124,8
G. Perdagangan
529.228,6
4.195.555,5
12,61
H. Transportasi
576.284,0
1.357.486,8
42,45
I. Akomodasi & Restoran
ri.
F. Konstruksi
go
-135.182,5
s.
A. Pertanian
Pengaruh Dampak Industrial Mix
Total Peningkatan PDRB
.id
Kategori Ekonomi
Dampak Bauran Industri
276.617,4
1.239.903,2
22,31
895.258,9
1.085.668,6
82,46
277.988,4
1.457.696,0
19,07
140.415,6
670.976,2
20,93
1.041,3
3.043,8
34,21
-276.142,8
892.180,5
-30,95
P. Jasa Pendidikan
232.073,1
611.694,3
37,94
Q. Jasa Kesehatan & Sosial
140.866,0
395.200,3
35,64
K. Jasa Keuangan L. Real Estate M,N. Jasa Perusahaan
ht tp ://
O. Pemerintahan
ke p
J. Infokom
R. Jasa Lainnya
Total PDRB
c.
66.446,5
71.089,3
93,47
-7.208.448,2
49.665.502,6
-14,51
Dampak Keunggulan Kompetitif Spesialisasi Analisis Shift Share Esteban Marquillas dapat mendeteksi
kategori dan subkategori ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi pada suatu wilayah. Kategori ekonomi dikatakan memiliki keunggulan kompetitif sekaligus spesialisasi jika pertumbuhan
41
dan peranannya lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan dan peranan kategori yang sama dalam perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ada 5 kategori ekonomi yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu kategori pertambangan, kategori industri
.id
pengolahan, kategori listrik dan gas, kategori pengadaan air, dan kategori konstruksi. Dan juga ada lima subkategori yang memiliki
go
keunggulan kompetitif dan spesialisasi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu subkategori pertambangan minyak dan gas bumi, subkategori
s.
pertambangan biji logam, subkategori industri logam dasar, subkategori
bp
industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, subkategori industri mesin dan perlengkapan ytdl,
ri.
subkategori industri alat angkutan, subkategori industri pengolahan
ke p
lainnya, subkategori ketenagalistrikan, subkategori gas, subkategori perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya, subkategori
ht tp ://
angkutan laut dan subkategori penyediaan akomodasi. Keunggulan kompetitif pada subkategori perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya, subkategori angkutan laut dan subkategori penyediaan akomodasi tampak anomaly, dimana kategori dari subkategorisubkategori tersebut justru tidak memiliki kedua keunggulan secara bersamaan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa meskipun subkategori tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi, namun keunggulannya masih kurang kuat untuk mendongkrak ketidakunggulan subkategori
42
lainnya yang masih berada dalam satu kategori. Sehingga kategori tersebut belum memiliki daya saing secara kategorial. Dari Tabel 4.5 tampak bahwa dampak keunggulan kompetitif terhadap peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau dipengaruhi kategori konstruksi (sebesar 18,39 persen), kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (sebesar 40,95 persen)
.id
dan kategori industri pengolahan (sebesar 7,79 persen). Pengaruh keunggulan kompetitif pada kategori perdagangan besar dan eceran,
go
reparasi mobil dan sepeda motor merupakan sumbangan
dari
s.
subkategori perdagangan besar dan eceran yang telah meningkatkan
bp
PDRB sebesar Rp. 1.609,88 milyar. Sementara kategori industri pengolahan merupakan sumbangan dari subkategori industri barang
ri.
dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik yang
ke p
telah meningkatkan PDRB sebesar Rp. 714,99 milyar dan subkategori industri batubara dan pengilangan sebesar Rp. 555,78 milyar terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Riau.
ht tp ://
Adapun dampak spesialisasi terhadap peningkatan PDRB
Provinsi Kepulauan Riau dipengaruhi oleh kategori pertambangan dan penggalian (sebesar 117 persen) yang merupakan sumbangan dari subkategori pertambangan minyak dan gas bumi sebesar Rp. 3.045,39 milyar.
43
Tabel 4.4. Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 Ada/Tidak Kategori Ekonomi
(1)
rij-rin
Eij-E*ij
(2)
Keunggulan Komparatif (4)
(3)
Spesialisasi (5)
0,03
-15.819.606
ada
tidak
B. Pertambangan
0,26
10.448.020
ada
ada
C. Industri Pengolahan
0,66
17.874.993
ada
ada
D. Listrik & gas
0,78
570.715
ada
ada
E. Pengadaan Air
0,02
72.256
ada
ada
F. Konstruksi
0,25
6.719.923
ada
ada
go
ada
tidak
-0,33
-381.897
tidak
tidak
0,24
-592.744
ada
tidak
-0,30
-807.832
tidak
tidak
-0,64
-264.781
tidak
tidak
-0,07
-834.277
tidak
tidak
M,N. Jasa Perusahaan
0,00
-1.142.127
tidak
tidak
O. Pemerintahan
0,12
-767.825
ada
tidak
P. Jasa Pendidikan
-0,11
-957.389
tidak
tidak
Q. Jasa Kesehatan & Sosial
-0,14
147.333
tidak
ada
R. Jasa Lainnya
-0,39
-696.555
tidak
tidak
H. Transportasi
ri.
I. Akomodasi & Restoran
K. Jasa Keuangan
ht tp ://
L. Real Estate
ke p
J. Infokom
-4.364.958
bp
0,22
s.
G. Perdagangan
.id
A. Pertanian
44
Tabel 4.5. Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
(2) -76.963,1
(3) -527.456,5
B. Pertambangan
252.646,3
4.549.363,3
1.661.587,7
6.201.413,3
56.344,2
145.498,2
16,47
1.531,1
1.426,4
3,25
3,03
F. Konstruksi
1.929.862,5
1.703.227,8
18,39
16,23
G. Perdagangan
1.717.984,1
-870.260,3
40,95
-20,74
H. Transportasi
-293.282,2
39.584,7
-21,60
2,92
361.046,7
-135.877,0
29,12
-10,96
-783.937,2
239.780,9
-72,21
22,09
38.149,9
68.501,3
2,62
4,70
-160.497,5
55.308,8
-23,92
8,24
-505,3
503,1
-16,60
16,53
C. Industri Pengolahan D. Listrik & gas
I. Akomodasi & Restoran
ri.
J. Infokom
M,N. Jasa Perusahaan O. Pemerintahan
ht tp ://
P. Jasa Pendidikan
ke p
K. Jasa Keuangan L. Real Estate
Q. Jasa Kesehatan & Sosial R. Jasa Lainnya
Total PDRB
-4,85
(5) -33,26
6,52
117,39
7,79
29,06 42,52
bp
E. Pengadaan Air
(4)
.id
A. Pertanian
s.
(1)
Pengaruh Dampak Alokasi
go
Kategori Ekonomi
Pengaruh Dampak Dampak Alokasi Keunggulan Kompetitif
Dampak Keunggulan Kompetitif
371.862,8
-95.378,0
41,68
-10,69
-236.206,0
100.835,4
-38,62
16,48
-113.687,2
-20.376,8
-28,77
-5,16
-488.392,3
273.203,3
-687,01
384,31
4.237.544,6
11.729.297,9
8,53
23,62
Dengan teridentifikasinya spesialisasi perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau, maka dampak alokasi yang direpresentasikan pada Tabel 4.5 dapat digunakan untuk mengetahui besaran pengaruh dampak alokasi terhadap peningkatan PDRB di Provinsi Kepulauan Riau. Tabel 4.5 tersebut memperlihatkan bahwa walaupun kategori pertambangan
45
dan penggalian memiliki dampak alokasi cukup besar (Rp. 100,6 milyar), namun dengan mempertimbangkan Tabel 4.4, maka kategori tersebut sesungguhnya tidak memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi di Provinsi Kepulauan Riau. Dampak alokasi yang besar pada kategori pertambangan dan penggalian lebih disebabkan faktor perhitungan matematis, karena nilai (rij-rin) dan (Eij-E*ij) yang negatif menyebabkan
Analisis Overlay
go
4.1.4
.id
dampak alokasi menjadi positif.
s.
Analisis overlay merupakan analisis yang digunakan untuk melihat kategori dan subkategori ekonomi potensial baik dari sisi
bp
kontribusi maupun dari sisi pertumbuhan PDRB. Dalam penelitian ini,
ri.
analisis overlay juga merupakan bahan perbandingan berbagai alat analisis yang digunakan untuk melihat kategori dan subkategori
ke p
ekonomi potensial di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk melihat potensi ekonomi Provinsi Kepulauan Riau
ht tp ://
secara lebih komprehensif, maka analisis overlay dilakukan dengan pertimbangan memasukkan hasil analisis SS-EM, sehingga analisis overlay yang dipergunakan untuk melihat keunggulan dan potensi ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau ini merupakan integrasi antara analisis LQ (aspek keunggulan komparatif), analisis MRP (Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi-RPs) dan analisis SS-EM (aspek spesialisasi dan keunggulan kompetitif). Tabel 4.6 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis overlay diperoleh satu kategori ekonomi yang potensial di Provinsi Kepulauan Riau yaitu kategori konstruksi. Potensi yang besar dari kategori tersebut
46
karena dari berbagai alat analisis yang digunakan menunjukkan bahwa kategori ekonomi ini memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi sekaligus memiliki rasio pertumbuhan yang baik jika dibandingkan dengan perekonomian nasional.
RPs
Analisis SS-EM LQ
“MRP”
rij-rin (3)
(4)
0,40
0,33
0,03
B. Pertambangan
0,36
1,87
0,26
C. Industri Pengolahan
0,97
2,49
0,66
D. Listrik & gas
0,76
3,59
E. Pengadaan Air
0,56
1,77
F. Konstruksi
1,30
G. Perdagangan
1,06
H. Transportasi I. Akomodasi & Restoran
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
-15.819.606
-
-
+
-
10.448.020
-
+
+
+
17.874.993
-
+
+
+
0,78
570.715
-
+
+
+
0,02
72.256
-
+
+
+
0,25
6.719.923
+
+
+
+
bp
ri. 0,61
0,22
-4.364.958
+
-
+
-
0,93
0,89
-0,33
-381.897
-
-
-
-
1,19
0,75
0,24
-592.744
+
-
+
-
1,05
0,61
-0,30
-807.832
+
-
-
-
ht tp ://
J. Infokom
2,01
Eij-Eij*
s.
(2)
A. Pertanian
ke p
(1)
Overlay
go
Kategori Ekonomi
.id
Tabel 4.6. Analisis Overlay Potensi Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014
K. Jasa Keuangan
0,96
0,86
-0,64
-264.781
-
-
-
-
L. Real Estate
0,75
0,63
-0,07
-834.277
-
-
-
-
M,N. Jasa Perusahaan
1,08
0,00
0,00
-1.142.127
+
-
-
-
O. Pemerintahan
0,71
0,69
0,12
-767.825
-
-
+
-
P. Jasa Pendidikan
0,84
0,52
-0,11
-957.389
-
-
-
-
Q. Jasa Kesehatan & Sosial
0,72
1,09
-0,14
147.333
-
+
-
+
R. Jasa Lainnya
0,23
0,37
-0,39
-696.555
-
-
-
-
Keterangan dari tabel di atas: 1. 2.
Jika nilai MRP atau LQ > 1, maka tandanya + yang berarti kategori/subkategori ini potensial Jika nilai MRP atau LQ < 1, maka tandanya - yang berarti kategori/subkategori ini tidak berpotensial
47
3. 4.
Jika nilai (rij-rin) atau (Eij-Eij*) > 1, maka tandanya + yang berarti kategori/subkategori ini potensial Jika nilai (rij-rin) atau (Eij-Eij*) < 1, maka tandanya - yang berarti kategori/subkategori ini tidak berpotensial.
4.2. Implikasi Kebijakan Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan beberapa alat
.id
analisis yang telah dijelaskan sebelumnya maka beberapa kategori maupun subkategori yang memiliki keunggulan komparatif, keunggulan spesialisasi
serta
struktur
dan
pola
pertumbuhan
go
kompetitif,
ekonominya atau bisa diringkas merupakan kategori yang potensial di
s.
Provinsi Kepulauan Riau adalah kategori konstruksi. Subkategori yang
bp
potensial diantaranya adalah subkategori industri industri logam dasar, subkategori industri barang dari logam, komputer, barang elektronik,
ri.
optik dan peralatan listrik, subkategori industri alat angkutan,
ke p
subkategori ketenagalistrikan, subkategori perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya, subkategori angkutan laut dan subkategori
ht tp ://
penyediaan akomodasi. Dalam
upaya
memacu
pertumbuhan
ekonomi
daerah,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan pendapatan daerah maka Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau perlu melakukan perencanaan daerah yang tepat. Mengacu dari hasil analisis di atas, maka
saran
yang
tepat
terhadap
pengembangan
kebijakan
pengembangan perekonomian daerah di Provinsi Kepulauan Riau yaitu pemerintah perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap kategori dan subkategori yang mempunyai 4 (empat) keunggulan seperti yang dipaparkan dari hasil analisis Overlay. Untuk kategori industri
48
pengolahan yang mana disubkategorinya banyak yang merupakan potensial dari hasil analisis overlay, kebijakan yang bisa diambil yaitu dengan cara menggaet investor-investor dalam negeri maupun luar negeri untuk mau berinvestasi di bumi melayu Kepulauan Riau ini. Karena hal ini dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran di Provinsi Kepulauan Riau.
.id
Untuk kategori perdagangan mungkin langkah yang bisa diambil yaitu dengan menciptakan produk-produk dalam negeri yang cukup bisa
go
bersaing di dalam arus perdagangan yang berputar di Kepulauan Riau (
s.
atau yang biasa dikenal dengan ekonomi kreatif) dan menciptakan
untuk
melakukan
transaksi
bp
suasana yang cukup kondusif sehingga orang-orang akan lebih tertarik perdagangan
di
Kepulauan
Riau
ri.
dibandingkan dengan ke negara tetangga mengingat Provinsi Kepulauan
ke p
Riau berada didaerah perbatasan dengan negara tetangga. Hal ini akan berimplikasi kepada peningkatan penciptaan nilai tambah bagi Provinsi Kepulauan Riau.
ht tp ://
Untuk kategori konstruksi, maka pembangunan-pembangunan
fisik
harus
lebih ditingkatkan.
Tapi pembangunan fisik
disini
dimaksudkan pembangunan fisik yang bermanfaat bagi masyarakat. Bukan pembangunan yang sifatnya pemeliharaan rutin, karena pembangunan seperti itu hanya bersifat penggunaan anggaran yang semaksimal mungkin. Selain itu, pemerintah daerah juga harus memfokuskan kebijakan untuk mengembangkan subkategori penyediaan akomodasi karena subkategori ini berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan cara peningkatan pariwisata Kepulauan
49
Riau. Langkah yang bisa diambil yaitu dengan menggaet wisatawan dengan mengadakan even-even perayaan yang besar sehingga menarik minat para wisatawan. Jika jumlah wisatawan meningkat akan menggerakkan perekonomian wilayah tersebut. Karena efeknya menyebar ke lapangan usaha perekonomian lainnya. Namun, pemerintah daerah juga tidak bisa mengesampingkan
.id
kategori-kategori lainnya walaupun secara analisis overlay bukan merupakan kategori yang potensial tetapi juga tetap harus ditingkatkan
go
nilai tambah dari kategori-kategori ekonomi tersebut. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kategori jasa pendidikan juga menjadi concern
s.
bagi pemerintah setempat untuk menghasilkan SDM yang siap pakai
bp
dan berdaya guna untuk membangun daerahnya masing-masing. Karena dengan pendidikan akan mendorong peningkatan pertumbuhan
ht tp ://
ke p
ri.
ekonomi.
50
51
ht tp :// go
s.
bp
ri.
ke p .id
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
go
.id
Halaman ini Dikosongkan
52
Lampiran 1. Hasil Perhitungan LQ Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kategori/Subkategori Tahun 2008-2014
C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11. 12.
13. 14.
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Industri Barang Galian bukan Logam Industri Logam Dasar Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL Industri Alat Angkutan
2010
2011
2012
2013
2014
Rata2
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
0,37
0,36
0,35
0,33
0,31
0,31
0,29
0,33
0,17
0,16
0,16
0,15
0,14
0,13
0,13
0,15
0,04
0,04
0,05
0,05
0,05
0,04
1,72 2,24
1,49 2,21
1,46 2,02
1,34 1,63
(9)
3,35
3,92
3,73
2,86
0,00 1,66
0,00 1,36
0,00 1,26
0,63
0,59
1,77 0,52 0,14 0,13
0,04
1,06 1,78
1,36 1,87
2,55
2,95
3,13
3,21
0,00 1,51
0,00 1,63
0,00 1,59
0,00 1,86
0,00 1,55
0,54
0,51
0,48
0,45
0,41
0,52
1,77 0,55 0,13 0,14
2,66 0,56 0,13 0,14
2,70 0,52 0,13 0,13
2,78 0,53 0,13 0,11
2,88 0,58 0,12 0,12
2,83 0,59 0,12 0,10
2,49 0,55 0,13 0,13
0,65
0,63
0,67
0,64
0,65
0,60
0,64
0,64
0,24
0,26
0,24
0,22
0,24
0,23
0,23
0,24
0,62
0,66
0,75
0,74
0,74
0,72
0,68
0,70
0,39
0,34
0,35
0,35
0,37
0,39
0,40
0,37
0,17
0,17
0,18
0,17
0,16
0,16
0,15
0,17
2,24
2,20
2,30
2,28
2,24
2,21
2,12
2,23
0,22
0,22
0,23
0,23
0,22
0,21
0,20
0,22
6,93
6,68
6,97
7,58
7,77
7,84
7,68
7,35
7,22
8,22
8,34
8,94
9,20
9,23
9,49
8,66
3,84
4,26
4,61
4,85
4,65
4,70
4,15
4,44
1,43
1,48
1,56
1,44
1,32
1,32
1,31
1,41
.id
0,04
1,21 1,66
1,26 1,55
go
s.
2. 3. 4.
2009
ke p
3. B. 1.
ht tp ://
2.
PERTANIAN Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian Kehutanan dan Penebangan Kayu Perikanan PERTAMBANGAN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan Batubara Pertambangan Bijih Logam Pertambangan dan Penggalian Lainnya INDUSTRI PENGOLAHAN Industri Batubara da Pengilangan Industri Makanan dan Minuman Pengolahan Tembakau
2008
bp
(1)
A. 1.
Tahun
ri.
Lapangan Usaha
53
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
2014
Rata2
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
4,44
4,36
4,39
4,15
3,95
3,90
3,58
4,11
11,10
10,69
11,73
11,05
10,32
9,98
9,85
10,67
3,57 1,24 5,23 1,78
3,35 1,34 4,36 1,74
3,34 1,41 4,36 1,80
3,81 1,50 4,70 1,82
3,94 1,42 4,81 1,80
4,23 1,35 5,20 1,74
2,88 0,88 3,35 1,68
3,59 1,31 4,57 1,77
1,89 0,63
1,95 0,63
2,00 0,63
2,09 0,61
2,07 0,60
2,09 0,58
2,00 0,60
2,01 0,61
1,38
1,39
1,38
1,32
1,26
1,18
1,23
1,30
0,46
0,45
0,44
0,44
0,43
0,41
0,44
0,44
0,89
0,88
0,89
0,87
0,86
0,87
1,00
0,89
0,00 0,26 3,60
0,00 0,25 3,25
0,00 0,25 3,23
0,00 0,22 3,05
0,00 0,21 2,92
0,00 0,21 2,93
0,00 0,20 3,15
0,00 0,23 3,16
0,05
0,05
0,05
0,05
0,04
0,04
0,04
0,05
2,69 0,35
2,75 0,34
2,67 0,32
2,61 0,29
2,67 0,30
2,79 0,30
3,63 0,28
2,83 0,31
0,79
0,76
0,75
0,73
0,72
0,71
0,80
0,75
2,06 0,50 0,68 0,89
2,08 0,47 0,67 0,88
2,02 0,47 0,63 0,88
1,96 0,45 0,60 0,92
1,80 0,44 0,56 0,84
1,66 0,43 0,54 0,79
2,03 0,41 0,53 0,78
1,94 0,45 0,61 0,86
1. Jasa Perantara Keuangan 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan L. REAL ESTATE M,N. JASA PERUSAHAAN
0,72 2,06 0,05 0,20 0,64 0,00
0,72 1,99 0,05 0,19 0,67 0,00
0,71 1,99 0,05 0,18 0,65 0,00
0,80 1,93 0,04 0,16 0,64 0,00
0,72 1,81 0,04 0,14 0,61 0,00
0,68 1,68 0,04 0,13 0,59 0,00
0,70 1,54 0,03 0,12 0,58 0,00
0,72 1,86 0,04 0,16 0,63 0,00
O. P. Q. R.
0,75 0,60 1,24
0,76 0,57 1,19
0,70 0,56 1,17
0,65 0,49 1,10
0,64 0,50 1,03
0,68 0,46 0,97
0,68 0,43 0,92
0,69 0,52 1,09
0,45
0,44
0,41
0,36
0,35
0,32
0,29
0,37
KONSTRUKSI PERDAGANGAN Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya Perdagangan Besar dan Eceran TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN
2. H.
Angkutan Rel Angkutan Darat Angkutan Laut Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara Pergudangan dan Jasa Penunjang I. AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum J. INFOKOM K. JASA KEUANGAN
ht tp ://
ke p
1. 2. 3. 4.
PEMERINTAHAN JASA PENDIDIKAN JASA KESEHATAN JASA LAINNYA
go
F. G. 1.
s.
Gas PENGADAAN AIR
bp
2. E.
.id
(2)
15. Industri furnitur 16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi D. LISTRIK & GAS 1. Ketenagalistrikan
6.
2009
ri.
(1)
Tahun 2008
54
(9)
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Provinsi Kepulauan Riau (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Indonesia (RPr) RPs
RPr
LQ
Overlay
(2)
(3)
(4)
0,4
0,51
0,33
-
-
-
0,4
0,61
0,15
-
-
-
0,16 0,58 0,36 0,3 0 0,81 0,4 0,97 0,32 1 0,16 0,76
0,16 1,19 0,42 -0,19 1,46 -0,06 1,33 0,82 -0,15 1,3 0,77 0,68
0,04 1,36 1,87 3,21 0 1,55 0,52 2,49 0,55 0,13 0,13 0,64
-
+ + + + -
+ + + + + -
0,69
0,92
0,24
-
-
-
0,34
0,14
0,7
-
-
-
0,48
0,07
0,37
-
-
-
0,76
1,27
0,17
-
+
-
0,12
0,27
2,23
-
-
+
0,1 1
0,81 0,9
0,22 7,35
+
-
+
1,38
1,11
8,66
+
+
+
0,61 1,01
0,58 1,29
4,44 1,41
+
+
+ +
s.
bp
ri.
ke p
ht tp ://
go
(1)
A. PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 3. Perikanan B. PERTAMBANGAN dan PENGGALIAN 1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Pertambangan Batubara 3. Pertambangan Bijih Logam 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya C. INDUSTRI PENGOLAHAN 1. Industri Batubara da Pengilangan 2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 5. Industri Kulit, Barang dari kulit dan Alas Kaki 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus 7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14. Industri Alat Angkutan
.id
Lapangan Usaha
(5)
55
Lapangan Usaha
RPs
RPr
LQ
(1)
(2)
(3)
(4)
15. Industri furnitur 16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi D. PENGADAAN LISTRIK, GAS 1. Ketenagalistrikan 2. Gas E. PENGADAAN AIR F. KONSTRUKSI G. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, DAN REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran H. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang I. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum J. INFORMASI DAN KOMUNIKASI K. JASA KEUANGAN 1. Jasa Perantara Keuangan 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan L. REAL ESTATE M,N. JASA PERUSAHAAN O. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB P. JASA PENDIDIKAN Q. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL R. JASA LAINNYA
0,31 0,15 0,76 1,29 0,68 0,56 1,3
0,56 0,14 0,61 1,13 0,33 0,74 1,19
4,11 10,67 3,59 1,31 4,57 1,77 2,01
1,06
1,14
1,01
1,29
(5)
+ +
+ + + + + + +
0,61
+
+
-
1,3
+
+
+
1,11 1,37 0,76 1,37 1,23
0,44 0,89 0 0,23 3,16
+ +
+ + + +
+
0,59
0,95
0,05
-
-
-
0,92 0,76
1,92 1,12
2,83 0,31
-
+ +
+ -
1,19
1,18
0,75
+
+
-
1,34 1,05 1,05 0,96 1,07 0,86 0,27 0,38 0,75 1,08
1,69 1,07 2,22 1,25 1,19 1,33 1,41 1,32 1,22 1,52
1,94 0,45 0,61 0,86 0,72 1,86 0,04 0,16 0,63 0
+ + + + +
+ + + + + + + + + +
+ + -
0,71
0,69
0,69
-
-
-
0,84 0,72 0,23
1,45 1,36 1,3
0,52 1,09 0,37
-
+ + +
+ -
bp
go
s.
1,1 0,93 0 0,76 1,06
.id
+ +
ri.
ke p
ht tp ://
Overlay
56
Lampiran 3. Hasil Analisis Shift Share Modifikasi EstabanMarquillas Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20082014 (dalam jutaan rupiah) Cij
C. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
(4) -76.963
(5) -527.456
(6) 1.585.696
603.998
-233.948
-199.036
167.661
338.674
14.372
-12.027
18.814
-17.916
3.243
1.102.930 7739371,2
213.749 -8666022,4
-259.874 252.646
-149.792 4.549.363
907.013 3875358,356
6.721.115
-7.977.103
1.083.514
3.045.394
2.872.920
0
-1.123.713
1.123.713
0
735.521
-781.076
655.418
232.307
842.170
282.735
92.157
-362.573
147.950
160.269
15.672.295
-2.194.631
1.661.588
6.201.413
21.340.665
515.727
-591.835
555.787
-246.288
233.391
259.803
76.864
208.226
-180.199
364.695
80.288
-18.349
-356.056
311.739
17.622
373.887
-118.959
215.740
-72.112
398.556
26.702
-2.232
5.625
-4.173
25.922
211.302
-181.179
109.424
-39.440
100.106
0
go
(3) -135.182
.id
4.
Spesialisasi (Aij)
s.
2. 3.
Total Peningkatan PDRB (Dij)
(2) 2.325.298
bp
3. B. 1.
Competitive Advantage (Cij’)
ri.
2.
(1) PERTANIAN Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian Kehutanan dan Penebangan Kayu Perikanan PERTAMBANGAN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan Batubara Pertambangan Bijih Logam Pertambangan dan Penggalian Lainnya INDUSTRI PENGOLAHAN Industri Batubara da Pengilangan Industri Makanan dan Minuman Pengolahan Tembakau Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus
ht tp ://
A. 1.
Dampak Bauran Industri (Mij)
ke p
Kategori/Subkategori
Dampak Pertmbhan Ekonomi Regional (Nij)
57
Cij
13. 14. 15. 16. D. 1. 2. E. F. G. 1.
2. H.
(4)
(5)
(6)
-125.058
210.762
106.023
28.155
-114202,192
93.389
113.364
892.272
-652.696
-36.454
-47.861
155.260
66.187
-12.564
-186.354
141.606
8.875
2.526.440
-247.188
178.613
1.108.917
3.566.783
6.865.400,4
762.119,11
714.999
4.995.907
13338425,35
-399.965
59.846
200.639
812.395
1.197.185 484.758
342180,53 -211.414
103.722 -14.521
53.644 -47.912
1.696.732 210.911
979.736
-842.509
6.429
62.917
206.573
314.667 46.745 267.922 60.028 5.743.393 2.818.603
-174.356 6.017 -180.373 -15.861 1.117.527 529.229
56.344 24.569 31.775 1.531 1.929.863 1.717.984
145.498 7.458,98 138.039 1.426 1.703.228 -870.260
342.154 84.790 257.364 47.125 10.494.010 4.195.556
1.219.032
352.253
108.100
46.899
1.726.285
1.599.571
176.975
1.609.884
-917.160
2.469.270
1.034.900
576.284
-293.282
39.585
1.357.487
951.875
-129.360
91.054
.id
134.711
go
11. 12.
(3)
s.
10.
(2)
bp
9.
Spesialisasi (Aij)
Total Peningkatan PDRB (Dij)
ri.
8.
(1) Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Industri Barang Galian bukan Logam Industri Logam Dasar Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL Industri Alat Angkutan Industri furnitur Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi LISTRIK & GAS Ketenagalistrikan Gas PENGADAAN AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya Perdagangan Besar dan Eceran TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN
Competitive Advantage (Cij’)
ht tp ://
7.
Dampak Bauran Industri (Mij)
ke p
Kategori/Subkategori
Dampak Pertmbhan Ekonomi Regional (Nij)
58
Cij Competitive Advantage (Cij’)
Spesialisasi (Aij)
Total Peningkatan PDRB (Dij)
(1)
(2)
(3)
(5)
(6)
0 61.770 76.001
-6.424 -201.701 28.321
6.424 152.186 60.516
0 178.002 496.422
1.942 470.052
-93 430.474
-4.793 -97.437
4.560 -191.668
1.615 611.421
65.576
8.132
7.567
70.027
738.116 362.205
276.617 250.115
361.047 35.221
-135.877 36.336
1.239.903 683.877
375.911 734.566 1.073.056 557.760
26.502 895.259 277.988 105.188
325.826 -783.937 38.150 242.758
-172.213 239.781 68.501 -63.051
556.026 1.085.669 1.457.696 842.654
168.054 3.115
-30.239 -151.887
-30.968 144.064
609.365 2.961
1.631 140.416 1.041 -276.143 232.073 140.866 66.447 -7.208.448
-22.482 -160.497 -505 371.863 -236.206 -113.687 -488.392 4.237.545
18.457 55.309 503 -95.378 100.835 -20.377 273.203 11.729.298
2.715 670.976 3.044 892.180 611.694 395.200 71.089 49.665.503
502.518 7.669
5.110 635.749 2.005 891.839 514.992 388.398 219.832 40.907.108
go
.id
(4)
0 165.746 331.584
s.
-11.248
bp
ke p
Angkutan Rel Angkutan Darat Angkutan Laut Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang I. AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum J. INFOKOM K. JASA KEUANGAN 1. Jasa Perantara Keuangan 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan L. REAL ESTATE M,N. JASA PERUSAHAAN O. PEMERINTAHAN P. JASA PENDIDIKAN Q. JASA KESEHATAN R. JASA LAINNYA JUMLAH
ri.
Dampak Bauran Industri (Mij)
ht tp ://
1. 2. 3. 4.
Kategori/Subkategori
Dampak Pertmbhan Ekonomi Regional (Nij)
59
Lampiran 4. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah dan persentase) Dampak Pertmbhan Ekonomi Regional (Nij)
(3) 1.585.696
(4) 146,64
338.674
178,34
14.372 1.102.930 7.739.371,165 6.721.115 0 735.521 282.735 15.672.295 515.727 259.803 80.288 373.887 26.702 211.302
3.243 907.013 3.875.358,356 2.872.920 0 842.170 160.269 21.340.665 233.391 364.695 17.622 398.556 25.922 100.106
443,18 121,60 199,71 233,95 0,00 87,34 176,41 73,44 220,97 71,24 455,61 93,81 103,01 211,08
134.711
91.054
147,95
106.023 892.272 66.187 2.526.440
113.364 155.260 8.875 3.566.783
93,52 574,69 745,78 70,83
603.998
bp
ri.
ke p
ht tp ://
.id
(2) 2.325.298
go
(1) PERTANIAN Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 3. Perikanan B. PERTAMBANGAN 1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Pertambangan Batubara 3. Pertambangan Bijih Logam 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya C. INDUSTRI PENGOLAHAN 1. Industri Batubara da Pengilangan 2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 5. Industri Kulit, Barang dari kulit dan Alas Kaki 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus 7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar A. 1.
s.
Kategori/Subkategori
Pengaruh Dampak Faktor Luar (%)
Total Peningkatan PDRB (Dij)
60
(2)
(3)
(4)
6.865.400,42
13.338.425,35
51,47
951.874,68 1.197.184,90 484.757,79 979.735,83 314.667,35 46.744,94 267.922,41 60.028,13 5.743.392,59 2.818.603,18
812.394,69 1.696.732,37 210.911,26 206.573,08 342.154,10 84.790,21 257.363,89 47.124,80 10.494.009,77 4.195.555,55
.id
117,17 70,56 229,84 474,28 91,97 55,13 104,10 127,38 54,73 67,18
1.219.032,46 1.599.570,72 1.034.900,27 0,00 165.746,29 331.583,69
1.726.285,27 2.469.270,28 1.357.486,76 0,00 178.001,71 496.421,81
70,62 64,78 76,24 0,00 93,12 66,79
1.942,15 470.051,77 65.576,37 738.116,09 362.204,74 375.911,35 734.566,02 1.073.056,48 557.759,77 502.518,15 7.668,66
1.615,46 611.420,75 70.027,04 1.239.903,21 683.876,80 556.026,41 1.085.668,62 1.457.695,98 842.654,39 609.365,10 2.961,21
120,22 76,88 93,64 59,53 52,96 67,61 67,66 73,61 66,19 82,47 258,97
go
Pengaruh Dampak Faktor Luar (%)
ht tp ://
ke p
ri.
bp
(1) 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14. Industri Alat Angkutan 15. Industri furnitur 16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi D. LISTRIK & GAS 1. Ketenagalistrikan 2. Gas E. PENGADAAN AIR F. KONSTRUKSI G. PERDAGANGAN 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran H. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang I. AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum J. INFOKOM K. JASA KEUANGAN 1. Jasa Perantara Keuangan 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya
Total Peningkatan PDRB (Dij)
s.
Kategori/Subkategori
Dampak Pertmbhan Ekonomi Regional (Nij)
61
Kategori/Subkategori
(2) 5.109,90 635.749,25 2.004,72 891.838,51 514.991,77 388.398,19 219.831,79
(3) 2.715,28 670.976,23 3.043,78 892.180,49 611.694,35 395.200,27 71.089,31
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
go
(1) 4. Jasa Penunjang Keuangan L. REAL ESTATE M,N. JASA PERUSAHAAN O. PEMERINTAHAN P. JASA PENDIDIKAN Q. JASA KESEHATAN R. JASA LAINNYA
Pengaruh Dampak Faktor Luar (%)
Total Peningkatan PDRB (Dij)
.id
Dampak Pertmbhan Ekonomi Regional (Nij)
62
(4) 188,19 94,75 65,86 99,96 84,19 98,28 309,23
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Kategorial Indonesia (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 (dalam jutaan rupiah dan persentase) Dampak Bauran Industri (Mij)
Kategori/Subkategori
(1)
C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
(4)
-8,53
-233.948
338.674
-69,08
-12.027 213.749 -8.666.022
3.243 907.013 3.875.358
-370,86 23,57 -223,62
-7.977.103
2.872.920
-277,67
0 -781.076
0 842.170
0,00 -92,75
92.157
160.269
57,50
-2.194.631 -591.835 76.864 -18.349 -118.959
21.340.665 233.391 364.695 17.622 398.556
-10,28 -253,58 21,08 -104,13 -29,85
-2.232
25.922
-8,61
-181.179
100.106
-180,99
-125.058
91.054
-137,34
28.155
113.364
24,84
s.
1.585.696
bp
ht tp ://
2. 3. 4.
Pengaruh Dampak Industrial Mix (%)
(3)
-135.182
ri.
2. 3. B. 1.
(2)
PERTANIAN Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian Kehutanan dan Penebangan Kayu Perikanan PERTAMBANGAN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan Batubara Pertambangan Bijih Logam Pertambangan dan Penggalian Lainnya INDUSTRI PENGOLAHAN Industri Batubara da Pengilangan Industri Makanan dan Minuman Pengolahan Tembakau Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
ke p
A. 1.
Total Peningkatan PDRB (Dij)
.id
5.
go
Lampiran
63
14. 15. 16.
(3)
(4)
ht tp ://
D. 1. 2. E. F. G. 1.
(2)
2. H. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
155.260
-420,39
-12.564
8.875
-141,57
3.566.783
-6,93
go
-247.188
.id
-652.696
762.119
13.338.425
5,71
-399.965
812.395
-49,23
342.181 -211.414
1.696.732 210.911
20,17 -100,24
-842.509
206.573
-407,85
-174.356 6.017 -180.373 -15.861 1.117.527 529.229
342.154 84.790 257.364 47.125 10.494.010 4.195.556
-50,96 7,10 -70,08 -33,66 10,65 12,61
352.253 176.975
1.726.285 2.469.270
20,41 7,17
576.284 0 61.770 76.001
1.357.487 0 178.002 496.422
42,45 0,00 34,70 15,31
-93 430.474 8.132
1.615 611.421 70.027
-5,74 70,41 11,61
s.
13.
(1)
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Industri Barang Galian bukan Logam Industri Logam Dasar Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL Industri Alat Angkutan Industri furnitur Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi LISTRIK & GAS Ketenagalistrikan Gas PENGADAAN AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya Perdagangan Besar dan Eceran TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN Angkutan Rel Angkutan Darat Angkutan Laut Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Angkutan Udara Pergudangan dan Jasa Penunjang
bp
11. 12.
Pengaruh Dampak Industrial Mix (%)
ri.
10.
Total Peningkatan PDRB (Dij)
ke p
9.
Kategori/Subkategori
Dampak Bauran Industri (Mij)
64
Kategori/Subkategori
Dampak Bauran Industri (Mij)
Total Peningkatan PDRB (Dij)
Pengaruh Dampak Industrial Mix (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
I.
.id
1.239.903 683.877 556.026 1.085.669 1.457.696 842.654 609.365 2.961 2.715 670.976 3.044 892.180 611.694 395.200 71.089
ri.
bp
s.
go
276.617 250.115 26.502 895.259 277.988 105.188 168.054 3.115 1.631 140.416 1.041 -276.143 232.073 140.866 66.447
ht tp ://
ke p
AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum J. INFOKOM K. JASA KEUANGAN 1. Jasa Perantara Keuangan 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan L. REAL ESTATE M,N. JASA PERUSAHAAN O. PEMERINTAHAN P. JASA PENDIDIKAN Q. JASA KESEHATAN R. JASA LAINNYA
65
22,31 36,57 4,77 82,46 19,07 12,48 27,58 105,20 60,07 20,93 34,21 -30,95 37,94 35,64 93,47
ht tp :// go
s.
bp
ri.
ke p .id
Lampiran 6. Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20082014
rij-rin
Keunggulan Kompetitif
Spesialisasi
(2) 0,03
(3) -15.819.605,98
(4) ada
(5) tidak
-0,02
-8.055.168,67
tidak
tidak
0,03
-715.751,30
ada
tidak
-0,15 0,26
1.006.482,66 10.448.019,85
tidak ada
ada ada
12.372.255,97
ada
ada
-0,59 0,48
-1.918.181,81 480.372,30
tidak ada
tidak ada
-0,30
-486.426,61
tidak
tidak
0,66
0,04 -0,22 0,15
17.874.992,85 -1.024.241,76 -4.168.763,63 -1.409.531,76 -468.498,94
ada tidak ada tidak ada
ada tidak tidak tidak tidak
0,02
-191.516,78
ada
tidak
0,13
-297.199,15
ada
tidak
0,24
-534.279,13
ada
tidak
-0,08
-1.187.289,67
tidak
tidak
-0,04
1.264.071,25
tidak
ada
-0,27
-522.730,83
tidak
tidak
0,20
5.430.625,67
ada
ada
ke p
ht tp ://
0,66
go
s.
(1) PERTANIAN Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 3. Perikanan B. PERTAMBANGAN 1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Pertambangan Batubara 3. Pertambangan Bijih Logam 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya C. INDUSTRI PENGOLAHAN 1. Industri Batubara da Pengilangan 2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 5. Industri Kulit, Barang dari kulit dan Alas Kaki 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus 7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar A. 1.
bp
Kategori/Subkategori
.id
Eij-Eij*
ri.
Ada/Tidak*)
67
Ada/Tidak*) Keunggulan Kompetitif
Spesialisasi
(2)
(3)
(4)
(5)
0,33
14.989.062,74
ada
ada
0,11
1.829.834,00
ada
ada
0,05 -0,05
1.018.525,91 928.445,59
ada tidak
ada ada
0,03
2.218.479,35
ada
ada
0,78 0,53 0,25 0,02 0,25 0,22
570.715,41 27.169,66 543.545,75 72.255,53 6.719.922,89 -4.364.957,64
go
ada ada ada ada ada ada
0,05 0,17
920.558,55 -5.285.516,19
ada ada
ada tidak
-0,33 -0,12 0,11
-381.897,26 -21.036,29 -1.271.421,05 563.725,50
tidak tidak tidak ada
tidak tidak tidak ada
-0,05 -0,25 -0,02
-94.477,79 777.746,66 -336.434,29
tidak tidak tidak
tidak ada tidak
0,24 0,08 0,16 -0,30 -0,64 0,13 -0,05 -0,41
-592.744,31 459.029,71 -1.051.774,02 -807.831,84 -264.781,30 -488.399,60 634.549,24 -352.463,74
ada ada ada tidak tidak ada tidak tidak
tidak ada tidak tidak tidak tidak ada tidak
bp
s.
ht tp ://
.id
Eij-Eij*
ke p
(1) 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14. Industri Alat Angkutan 15. Industri furnitur 16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi D. LISTRIK & GAS 1. Ketenagalistrikan 2. Gas E. PENGADAAN AIR F. KONSTRUKSI G. PERDAGANGAN 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran H. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang I. AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum J. INFOKOM K. JASA KEUANGAN 1. Jasa Perantara Keuangan 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya
rij-rin
ri.
Kategori/Subkategori
ada ada ada ada ada tidak
68
Ada/Tidak*) rij-rin (2) -0,32 -0,07 0,00 0,12 -0,11 -0,14 -0,39
Keunggulan Kompetitif
Spesialisasi
(3) -58.467,19 -834.277,34 -1.142.127,12 -767.825,38 -957.389,28 147.332,88 -696.555,39
(4) tidak tidak tidak ada tidak tidak tidak
(5) tidak tidak tidak tidak tidak ada tidak
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
go
(1) 4. Jasa Penunjang Keuangan L. REAL ESTATE M,N. JASA PERUSAHAAN O. PEMERINTAHAN P. JASA PENDIDIKAN Q. JASA KESEHATAN R. JASA LAINNYA
Eij-Eij*
.id
Kategori/Subkategori
69
Lampiran 7. Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Terhadap Peningkatan PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 20082014 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
2. 3. 4. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
-199.036,20
(4)
Pengaruh Dampak Alokasi (%)
-4,85
(5) -33,26
167.660,68
-58,77
49,50
18.813,75
-17.915,90
580,13
-552,45
-259.873,71 252.646,30
-149.792,00 4.549.363,31
-28,65 6,52
-16,51 117,39
1.083.513,60
3.045.393,81
37,71
106,00
-1.123.712,80 655.418,10
1.123.712,80 232.306,91
0,00 77,82
0,00 27,58
-362.572,61
147.949,80
-226,23
92,31
1.661.587,72
6.201.413,26
7,79
29,06
555.787,42
-246.288,08
238,14
-105,53
208.226,30
-180.198,56
57,10
-49,41
-356.055,76
311.739,13
-2.020,50
1.769,02
215.740,45
-72.112,22
54,13
-18,09
5.625,21
-4.173,13
21,70
-16,10
109.423,82
-39.440,33
109,31
-39,40
210.761,82
-129.360,11
231,47
-142,07
-114.202,19
93.389,02
-100,74
82,38
s.
go
(3) -527.456,46
bp
3. B. 1.
(2) -76.963,06
ke p
2.
(1) PERTANIAN Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian Kehutanan dan Penebangan Kayu Perikanan PERTAMBANGAN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan Batubara Pertambangan Bijih Logam Pertambangan dan Penggalian Lainnya INDUSTRI PENGOLAHAN Industri Batubara da Pengilangan Industri Makanan dan Minuman Pengolahan Tembakau Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
ht tp ://
A. 1.
Dampak Alokasi (Aij)
ri.
Kategori/Subkategori
Pengaruh Dampak Keunggulan Kompetitif (%)
.id
Dampak Keunggulan Kompetitif (C*ij)
70
(2)
Pengaruh Dampak Alokasi (%)
(3)
(4)
(5)
-47.860,82
-23,48
-30,83
-186.353,74
141.605,50
-2.099,79
1.595,58
178.613,28
1.108.916,91
5,01
31,09
714.998,61
4.995.907,20
5,36
37,45
59.845,91
200.638,78
7,37
24,70
53.644,49 -47.911,81
6,11 -6,88
3,16 -22,72
62.917,29
3,11
30,46
56.344,22 24.568,98 31.775,24 1.531,13 1.929.862,54 1.717.984,11
145.498,17 7.458,98 138.039,19 1.426,43 1.703.227,84 -870.260,32
16,47 28,98 12,35 3,25 18,39 40,95
42,52 8,80 53,64 3,03 16,23 -20,74
108.100,26
46.899,46
6,26
2,72
1.609.883,84
-917.159,77
65,20
-37,14
-293.282,21 -6.423,74 -201.700,51 28.321,09
39.584,66 6.423,74 152.186,35 60.515,74
-21,60 0,00 -113,31 5,71
2,92 0,00 85,50 12,19
-4.793,49 -97.437,43 -11.248,14
4.559,56 -191.667,80 7.567,07
-296,73 -15,94 -16,06
282,25 -31,35 10,81
go
s.
103.722,45 -14.520,61
6.428,94
.id
-36.454,18
ke p
ht tp ://
Dampak Alokasi (Aij)
Pengaruh Dampak Keunggulan Kompetitif (%)
bp
(1) Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14. Industri Alat Angkutan 15. Industri furnitur 16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi D. LISTRIK & GAS 1. Ketenagalistrikan 2. Gas E. PENGADAAN AIR F. KONSTRUKSI G. PERDAGANGAN 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran H. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang 7. 9.
ri.
Kategori/Subkategori
Dampak Keunggulan Kompetitif (C*ij)
71
Kategori/Subkategori
(1) AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum J. INFOKOM K. JASA KEUANGAN 1. Jasa Perantara Keuangan 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan L. REAL ESTATE M,N. JASA PERUSAHAAN O. PEMERINTAHAN P. JASA PENDIDIKAN Q. JASA KESEHATAN R. JASA LAINNYA
Dampak Keunggulan Kompetitif (C*ij) (2)
Dampak Alokasi (Aij)
Pengaruh Dampak Keunggulan Kompetitif (%)
Pengaruh Dampak Alokasi (%)
(3)
(4)
(5)
I.
ri.
s.
.id
-10,96 5,31 -30,97 22,09 4,70 -7,48 -5,08 4.865,03 679,73 8,24 16,53 -10,69 16,48 -5,16 384,31
ht tp ://
ke p
29,12 5,15 58,60 -72,21 2,62 28,81 -4,96 -5.129,21 -828,00 -23,92 -16,60 41,68 -38,62 -28,77 -687,01
go
-135.877,04 36.335,99 -172.213,03 239.780,88 68.501,25 -63.051,22 -30.968,23 144.064,08 18.456,62 55.308,80 503,10 -95.378,00 100.835,44 -20.376,76 273.203,34
bp
361.046,72 35.220,59 325.826,13 -783.937,19 38.149,90 242.758,06 -30.238,90 -151.886,84 -22.482,42 -160.497,45 -505,30 371.862,75 -236.205,99 -113.687,18 -488.392,35
72
Lampiran 8. Analisis Overlay Potensi Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2014 Analisis SS-EM
C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
(4)
(5)
0,03
-15.819.605,98
-
-
+
-
0,40
0,15
-0,02
-8.055.168,67
-
-
-
-
0,16
0,04
0,03
-715.751,30
-
-
+
-
0,58 0,36
1,36 1,87
-0,15 0,26
1.006.482,66 10.448.019,85
-
+ +
+
+ +
go
.id
(3)
0,33
bp
2. 3. 4.
Overlay Potensi*)
Spesialisasi (Eij-E*ij)
0,40
(6)
0,30
3,21
0,66
12.372.255,97
-
+
+
+
0,00 0,81
0,00 1,55
-0,59 0,48
-1.918.181,81 480.372,30
-
+
+
+
0,40
0,52
-0,30
-486.426,61
-
-
-
-
0,97
2,49
0,66
17.874.992,85
-
+
+
+
0,32
0,55
0,00
-1.024.241,76
-
-
-
-
1,00
0,13
0,04
-4.168.763,63
-
-
+
-
0,16
0,13
-0,22
-1.409.531,76
-
-
-
-
0,76
0,64
0,15
-468.498,94
-
-
+
-
0,69
0,24
0,02
-191.516,78
-
-
+
-
0,34
0,70
0,13
-297.199,15
-
-
+
-
0,48
0,37
0,24
-534.279,13
-
-
+
-
0,76
0,17
-0,08
-1.187.289,67
-
-
-
-
0,12
2,23
-0,04
1.264.071,25
-
+
-
+
ke p
3. B. 1.
ht tp ://
2.
(2)
PERTANIAN Pertanian,Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian Kehutanan dan Penebangan Kayu Perikanan PERTAMBANGAN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan Batubara Pertambangan Bijih Logam Pertambangan dan Penggalian Lainnya INDUSTRI PENGOLAHAN Industri Batubara da Pengilangan Industri Makanan dan Minuman Pengolahan Tembakau Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
ri.
(1)
A. 1.
Rasio Pertumbuhan (RPs) “MRP”
Keung glan Komp etitif (rijrin)
s.
Kategori/Subkategori
Keung gulan Komp aratif (LQ)
73
Analisis SS-EM Keung glan Komp etitif (rijrin)
Spesialisasi (Eij-E*ij)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0,10
0,22
-0,27
-522.730,83
-
-
-
-
1,00
7,35
0,20
5.430.625,67
+
+
+
+
1,38
8,66
0,33
+
+
+
+
0,61
4,44
1,01 0,31
1,41 4,11
0,15
ht tp ://
go
14.989.062,74
Overlay Potensi*)
(6)
1.829.834,00
-
+
+
+
0,05 -0,05
1.018.525,91 928.445,59
+ -
+ +
+ -
+ +
10,67
0,03
2.218.479,35
-
+
+
+
1,29 0,68 0,56 1,30 1,06
3,59 1,31 4,57 1,77 2,01 0,61
0,78 0,53 0,25 0,02 0,25 0,22
570.715,41 27.169,66 543.545,75 72.255,53 6.719.922,89 -4.364.957,64
+ + +
+ + + + + -
+ + + + + +
+ + + + + -
1,01 1,10
1,30 0,44
0,05 0,17
920.558,55 -5.285.516,19
+ +
+ -
+ +
+ -
0,93 0,00 0,76 1,06
0,89 0,00 0,23 3,16
-0,33 0,00 -0,12 0,11
-381.897,26 -21.036,29 -1.271.421,05 563.725,50
+
+
+
+
0,59 0,92 0,76
0,05 2,83 0,31
-0,05 -0,25 -0,02
-94.477,79 777.746,66 -336.434,29
-
+ -
-
+ -
1,19 1,34 1,05
0,75 1,94 0,45
0,24 0,08 0,16
-592.744,31 459.029,71 -1.051.774,02
+ + +
+ -
+ + +
+ -
bp
s.
0,11
ri.
0,76
ke p
10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14. Industri Alat Angkutan 15. Industri furnitur 16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi D. LISTRIK & GAS 1. Ketenagalistrikan 2. Gas E. PENGADAAN AIR F. KONSTRUKSI G. PERDAGANGAN 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran H. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang I. AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum
.id
Kategori/Subkategori
Rasio Pertumbuhan (RPs) “MRP”
Keung gulan Komp aratif (LQ)
74
0,61 0,86 0,72 1,86 0,04 0,16 0,63 0,00 0,69 0,52 1,09 0,37
-0,30 -0,64 0,13 -0,05 -0,41 -0,32 -0,07 0,00 0,12 -0,11 -0,14 -0,39
-807.831,84 -264.781,30 -488.399,60 634.549,24 -352.463,74 -58.467,19 -834.277,34 -1.142.127,12 -767.825,38 -957.389,28 147.332,88 -696.555,39
.id
1,05 0,96 1,07 0,86 0,27 0,38 0,75 1,08 0,71 0,84 0,72 0,23
+ + + -
ht tp ://
ke p
ri.
bp
s.
go
J. INFOKOM K. JASA KEUANGAN 1. Jasa Perantara Keuangan 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan L. REAL ESTATE M,N. JASA PERUSAHAAN O. PEMERINTAHAN P. JASA PENDIDIKAN Q. JASA KESEHATAN R. JASA LAINNYA
75
+ + -
+ + -
+ + -
.id go s. bp
ht tp ://
ke p
ri.
Halaman ini Dikosongkan
76
ht tp :// go
s.
bp
ri.
ke p .id