OPTIMASI DISTRIBUSI SAMATEX-PRO VINYL ACRYLIC 25 WHITE PADA PT. WARNA INDAH SAMATEX DI WILAYAH JABODETABEK
Oleh DEDIKA MARLON H24063265
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN DEDIKA MARLON. H24063265. Optimasi Distribusi Samatex-Pro Vinyl Arylic 25 White pada PT. Warna Indah Samatex di Wilayah Jabodetabek. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS. ASEAN – CHINA Free Trade Area menjadi ancaman bagi pelaku usaha yang belum memiliki kemampuan memasarkan produk secara optimal, disamping menjadi tantangan bagi pelaku usaha yang memiliki mutu dan manajemen yang baik. PT. Warna Indah Samatex yang tidak bisa lepas dari kegiatan distribusi harus mempertimbangkan waktu dan biaya yang dikeluarkan, serta pemilihan saluran dan alokasi distribusi yang merupakan keputusan penting. Penelitian ini bertujuan : (1) Mengidentifikasi sistem distribusi produk yang digunakan oleh PT. Warna Indah Samatex, (2) Menghitung biaya distribusi dari produsen ke masing-masing tujuan pemasaran di wilayah Jabodetabek dan (3) Menganalisis alokasi distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White yang dilakukan oleh PT. Warna Indah Samatex ke berbagai tujuan pemasaran di wilayah Jabodetabek beserta alokasi distribusi optimalnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer berupa data kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak terkait. Data sekunder merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari data perusahaan meliputi keadaan umum perusahaan, proses distribusi, biaya distribusi, data permintaan dan penawaran, data statistik dan data lain yang diperoleh dari literatur-literatur yang relevan. Analisis data dilakukan secara kualitatif, deskriptif untuk mengidentifikasi sistem/pola pendistribusian produk pada PT. Warna Indah Samatex dan perkembangannya, serta secara kuantitatif untuk mengetahui jumlah optimal dan aktual distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) dengan menggunakan model transportasi pada program linear. Pengolahan data dilakukan dengan software LINDO (Linear Interactive of Discrete Optimizer). Untuk memperoleh jumlah distribusi optimal yang dapat meminimalisasi biaya distribusi sesuai data penjualan dan permintaan pada tahun 2009. Distribusi optimal untuk tiap rayon adalah 2.690 kaleng untuk rayon Jakarta Barat dan Tangerang, 4.100 kaleng untuk rayon Jakarta Timur, 3.040 kaleng untuk rayon Jakarta Selatan, 490 kaleng untuk rayon Jakarta Utara, 280 kaleng untuk rayon Jakarta Pusat, 1.830 kaleng untuk rayon Bogor, Depok, Cibinong dan Parung serta 2.730 kaleng untuk rayon Bekasi, Karawang dan Cikarang. Biaya distribusi minimum yang dicapai pada kondisi optimal Rp 21.611.500,-. Alokasi distribusi yang dilakukan oleh PT WIS dalam mendistribusikan Samtex-Pro Vinyl Acrylic 25 White telah mencapai tingkat optimal, karena jumlah permintaan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White sama dengan jumlah penjualan aktualnya, artinya semua permintaan dapat dipenuhi oleh PT WIS dengan sumber yang ada. Hal lainnya lebih memprioritaskan pengiriman ke rayon yang biaya distribusinya lebih rendah.
OPTIMASI DISTRIBUSI SAMATEX-PRO VINYL ACRYLIC 25 WHITE PADA PT. WARNA INDAH SAMATEX DI WILAYAH JABODETABEK
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Mananjemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DEDIKA MARLON H24063265
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Optimasi Distribusi Samatex-Pro Vinyl Arylic 25 White pada PT. Warna Indah Samatex di Wilayah Jabodetabek
Nama
: Dedika Marlon
NIM
: H24063265
Menyetujui: Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA NIP 19550626 198003 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Lahir sebagai anak kedua dari pasangan Maladerita, AMd dan Arlon St. Sati pada tanggal 10 November 1988 di Alahan Panjang. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SD Bhayangkari II, SDN 29 Pasar Usang, SLTPN 1 Lembah Gumanti dan SMAN 1 Lembah Gumanti. Tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 1 Lembah Gumanti kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai Mayor dengan Minor Ilmu Keluarga dan Konsumen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kelembagaan mahasiswa, pada tahun kedua (2007) penulis bergabung dalam Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM) sebagai staf Divisi Sosial dan Budaya dan pada tahun yang sama bergabung dalam Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pecinta Alam (KAREMATA) sebagai Anggota Muda KAREMATA. Tahun berikutnya (2008) penulis menjadi staf Direktorat Production, Operation and Business Center of M@anagement (COM@) dan menjadi Kepala Divisi Rafting KAREMATA. Penulis juga aktif menjadi panitia dalam berbagai seminar dan pelatihan yang diadakan mahasiswa seperti 3rd Banking Goes to Campus, Olimpiade Mahasiswa IPB, Lokakarya Management Student Summit oleh HMMJ sebagai koordinator Logistik dan Transportasi dan masih banyak lagi yang lainnya.
iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Optimasi Distribusi Samatex-Pro Vinyl Arylic 25 White pada PT. Warna Indah Samatex di Wilayah Jabodetabek” guna melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas mengenai sistem distribusi produk yang digunakan oleh PT Warna Indah Samatex, perhitungan biaya distribusi dari produsen ke masing-masing tujuan pemasaran di wilayah Jabodetabek dan analisis alokasi distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White yang dilakukan oleh PT Warna Indah Samatex ke berbagai tujuan pemasaran di wilayah Jabodetabek beserta alokasi distribusi optimalnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih adanya kekurangan, maka mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Bogor, September 2010 Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam
penyelesaian
skripsi
ini.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi tidak terlepas dari bantuan, motivasi, doa dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
2.
Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP, M.Si atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji.
3.
Bapak Dr. Ir. Jono Munandar, MSc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB.
4.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/i Departemen Manajemen, FEM IPB.
5.
Pak Dikky yang telah memberikan arahan dan disela-sela kesibukannya telah mau meluangkan waktunya untuk bertukarpikiran.
6.
Ibu Ranie Utami Ronnie selaku Manager Decorative PT Warna Indah Samatex dan segenap manajemen PT Warna Indah Samatex yang telah memberikan bantuan-bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.
7.
Mama, wanita paling sabar dan tangguh yang pernah saya miliki serta Papa, figur kepala keluarga yang selalu menjadi teladan bagi saya. Terima kasih untuk kasih sayang dan pengorbanannya, serta kesabarannya selama ini. Maaf hanya ini yang bisa Ananda berikan.
8.
Rarisa Trisasi Buana Ronnie, sahabat terbaik. Terima kasih untuk ajaran, nasehat, ketulusan, kesabaran dan kebersamaan dalam suka maupun duka, tawa, canda serta bahagia yang telah memberikan banyak pelajaran dan kenangan yang tak akan terlupa.
v
9.
Teman-teman di “Laskar Gledek” (Ega, Esa, Isti, Nene, Rarisa, Riri dan Sofi) atas kesabaran dan kesetiaannya dalam mengahadapi tingkah laku saya.
10. Tono, Mon-mon, Mutia dan Ega Sintalega yang telah bersedia meluangkan waktu mendengarkan cerita-cerita saya. 11. Iradati Zahra yang selalu memberikan perhatian dan dukungan terbaiknya kepada saya. 12. Teman-teman satu bimbingan (Ema, Ikbal, Bryan, Mojo, Juandi, Yulia, Vita, Aurora, Viester, Okto dan Anas) yang memberikan dukungan dan semangat selama penulisan skripsi ini. 13. Saudara-saudara saya di KAREMATA, terutama angkatan 5 (Bewok, Kuya, Bancet, Kunyuk, Begung, Hombreng, Komples, Bagong dan Brutus) atas semua rasa kekeluargaan yang selama ini tercipta. 14. Afifudin Ferdiansyah atas keikhalasannya dalam memberikan bantuan, dukungan dan semangat yang diberikan selama masa perkuliahan dan selama proses penulisan skripsi ini. 15. Uda-uda di IPMM (Da Bas, Da Fitro, Da Jaya, Da Rikola, Da Ade, Mak Etek, Da Dika, Da Ajo dan Da Buya) yang telah berbagi pengalaman dan pelajaran berharga yang dapat mempermudah saya menjalani hidup saya. 16. Para penghuni Sekretariat IPMM (Okla, Fajar, Riko, Endra, Jeni, Menik, Geno, Cipuik, Miko, dan Farli) atas canda tawa yang selalu melepas semua kepenatan selama kuliah. 17. Teman-teman manajemen 43 yang telah memberikan banyak pengalaman indah yang semakin mewarnai perjalanan hidup saya. 18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, September 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 1.3. Tujuan .........................................................................................
1 1 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1. Cat ............................................................................................... 2.1.1 Sejarah Cat ....................................................................... 2.1.2 Jenis Cat .......................................................................... 2.1.3 Bahan Penyusun Cat ........................................................ 2.1.4 Proses Produksi Cat ......................................................... 2.2. Pemasaran ................................................................................... 2.3. Bauran Pemasaran ....................................................................... 2.4. Distribusi ..................................................................................... 2.4.1 Distribusi Fisik ................................................................. 2.4.2 Perantara .......................................................................... 2.4.3 Saluran Distribusi ............................................................ 2.5. Program Linear ............................................................................ 2.6. Model Transportasi ...................................................................... 2.6.1 Dualitas ............................................................................ 2.6.2 Analisis Sentivitas ............................................................ 2.7. Optimasi ...................................................................................... 2.8. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..............................................
5 5 5 5 6 6 7 8 8 8 10 12 14 17 19 19 20 21
III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 3.3. Pengumpulan Data ....................................................................... 3.4. Pengolahan dan Analisis Data ......................................................
22 22 24 24 24
vii
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 29 4.1. Gambaran Umum dan Perkembangan Perusahaan ..................... 29 4.1.1 Bidang Usaha Perusahaan ............................................. 30 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan .............................................. 30 4.1.3 Struktur Organisasi ....................................................... 31 4.2. Sistem Distribusi yang Dilakukan PT Warna Indah Samatex .... 31 4.3. Analisis Alokasi Distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada PT Warna Indah Samtex ................................................... 35 4.3.1 Analisis Primal .............................................................. 36 4.3.2 Analisis Dual ................................................................ 38 4.3.3 Analisis Sensitivitas ...................................................... 39 4.4. Analisis Penyimpangan Distribusi Aktual terhadap Distribusi Optimal .................................................................................... 41 4.5. Perbandingan Biaya Distribusi Smatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada Kondisi Aktual dengan Kondisi Optimal .......................... 42 4.6. Implikasi Manajerial ................................................................. 42
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 1. Kesimpulan ............................................................................................. 2. Saran .......................................................................................................
44 44 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
46
LAMPIRAN ................................................................................................
48
viii
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. PDB dan PNB per kapita Indonesia pada tahun 2007 – 2008 ................... 2. Keunggulan dan keterbatasan berbagai moda transportasi ....................... 3. Jumlah outlet tiap rayon di wilayah pemasaran Jabodetabek .................... 4. Model transportasi tak seimbang ............................................................. 5. Biaya distribusi per kaleng Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ............ 6. Biaya distribusi optimal LP ..................................................................... 7. Hasil pengalokasian optimal Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ......... 8. Analisis Primal terhadap biaya distribusi ................................................. 9. Analisis Dual terhadap penjualan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White .. 10. Analisis sensitivitas terhadap biaya distribusi/kaleng di tiap-tiap rayon ... 11. Analisis sensitivitas terhadap kendala permintaan dan penjualan ditiap-tiap rayon ....................................................................................................... 12. Penyimpangan antara distribusi aktual dan distribusi optimal Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ........................................................................... 13. Penyimpangan biaya distribusi aktual dan biaya distribusi optimal ..........
ix
1 10 33 35 36 36 37 37 39 40 41 42 42
DAFTAR GAMBAR No 1. 2. 3. 4.
Halaman Proses produksi cat .................................................................................. Saluran distribusi barang konsumen ........................................................ Kerangka pemikiran penelitian ................................................................ Pola saluran distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ...................
x
7 13 23 33
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. 2. 3. 4. 5.
Daftar pertanyaan wawancara ................................................................ Struktur otganisasi PT Warna Indah Smatex ............................................ Struktur organisasi pabrik PT Warna Indah Samtex ................................. Nama outlet per rayon wilayah pemasaran PT Warna Indah Samatex ...... Jumlah penjualan aktual per rayon Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada tahun 2009 ...................................................................................... 6. Jumlah prmintaan per rayon Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada tahun 2009 .............................................................................................. 7. Biaya distribusi aktual per rayon Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25White pada tahun 2009 .............................................................................................. 8. Nama rayon wilayah pemasaran Samtex-Pro Vinyl Acrylic 25 White dan variabel yang mewakilinya ...................................................................... 9. Input data model LP ............................................................................... 10. Output data pengolahan LINDO ..............................................................
xi
49 51 52 53 56 63 70 77 78 79
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya kegiatan perekonomian Indonesia, berdampak pada membaiknya kondisi ekonomi Indonesia terlihat pada banyaknya industri yang bermunculan baik di bidang manufaktur maupun di bidang jasa. Sesuai dengan data BPS, tahun 2008 angka Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai Rp 21,7 juta (US$2.271,2) dengan laju peningkatan 23,6 persen dibandingkan dengan PDB per kapita tahun 2007 sebesar Rp 17,5 juta (US$1.942,1). Sementara itu Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita Indonesia juga meningkat dari Rp 16,8 juta pada tahun 2007 menjadi Rp 20,9 juta pada tahun 2008 atau terjadi peningkatan 24,3 persen (BPS, 2009a). Tabel 1. PDB dan PNB per kapita Indonesia pada tahun 2007-2008 Uraian PDB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku - Nilai (juta rupiah) - Indeks Peningkatan (persen) - Nilai (US$) PNB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku - Nilai (juta rupiah) - Indeks Peningkatan (persen) - Nilai (US$) Sumber : BPS, 2009a.
2007
Tahun
2008
17,5 16,8 1 942,1
21,7 23,6 2 271,2
16,8 16,9 1 862,2
20,9 24,3 2 190,6
Di Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan PDB pada triwulan II-2009 mencapai 2,3 persen dibanding triwulan I-2009 quarter to quarter (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2008 mengalami pertumbuhan 4,0 persen year on year (y-on-y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2009 dibandingkan dengan semester I-2008 tumbuh 4,2 persen. PDB Indonesia pada Triwulan III-2009 meningkat 3,9 persen terhadap Triwulan II-2009 (q-to-q). Peningkatan terjadi hampir pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pertanian 7,3 persen dan terendah di sektor jasa yaitu minus 0,3 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (y-on-y), PDB
2
Indonesia Triwulan III-2009 ini tumbuh 4,2 persen, dimana hampir semua sektor tumbuh positif. Secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia hingga Triwulan III-2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 tumbuh 4,2 persen (BPS, 2009b). Salah satu sektor industri yang mulai berkembang adalah industri pada sektor real estate, ini terbukti dengan banyaknya banyaknya pembangunan perumahan-perumahan baru, baik perumahan kelas bawah, menengah ataupun kelas atas. Dengan meningkatnya pembangunan real estate yang hampir merata diseluruh wilayah Indonesia secara otomatis menciptakan pertumbuhan pada industri cat karena adanya peluang peningkatan permintaan cat yang besar dari sektor real estate. Selain itu dengan adanya ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN–CHINA Free Trade Area (ACFTA), menyebabkan munculnya persaingan tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri yang secara otomatis akan meningkatkan situsi persaingan di berbagai industri. ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya (Depdag, 2007). ACFTA berlaku mulai 1 Januari 2010, maka masuknya Cina dalam perdagangan bebas Asean ini, telah menuntut industri-industri dalam negeri untuk kuat bersaing melawan produk-produk Cina yang jauh lebih murah dan dengan mutu lumayan bagus. ACFTA dapat menjadi ancaman, jika kondisi pelaku usaha dalam negeri belum memiliki kemampuan dalam hal memasarkan produknya termasuk proses distribusi optimal. Namun ACFTA dapat menjadi tantangan khususnya untuk pelaku usaha yang memiliki kualitas dan manajemen yang baik (Indosiar, 2010). Dewasa ini salah satu permasalahan yang cukup penting pada manajemen perusahaan adalah permasalahan distribusi barang. Dengan jaringan distribusi, produk-produk dari perusahaan dapat sampai ke tangan konsumen, walaupun jarak antara lokasi konsumen dengan pabrik sangat
3
jauh. Selain itu, produk-produk perusahaan dapat sampai pada konsumen dengan tepat waktu pengelolaan distribusi barang yang baik. Pengelolaan distribusi barang sangat berguna untuk perusahaan berskala besar, maupun kecil dan menengah. Salah satu penyebabnya karena umumnya perusahaan-perusahaan mempunyai lebih dari satu pabrik yang mengirimkan barang ke lebih dari satu tujuan (gudang, ritel, konsumen akhir, dan sebagainya.). Dengan sumber dan tujuan yang banyak, serta jarak antar pabrik dan pusat distribusi yang jauh, maka produk–produk yang dikirimkan harus tepat atau lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Hal ini juga berlaku untuk produk-produk yang mempunyai masa berlaku seperti makanan dan minuman. Selain waktu pengiriman yang harus tepat, perusahaan juga harus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan untuk proses pengiriman produk. Perusahaan menginginkan biaya yang dikeluarkan tidak banyak, tetapi dengan waktu pengiriman yang tepat waktu. Kedua hal ini yang sering menjadi tujuan perusahaan dalam mengelola distribusi produk. PT Warna Indah Samatex (PT WIS) atau dikenal dengan Novalux Paint, adalah sebuah produsen lokal produk paints dan coatings yang selalu melakukan inovasi berkelanjutan. Perusahaan yang berkantor di Komplek Gunung Sahari Indah Blok D/1 Jl. Gunung Sahari Raya 13, Jakarta dan memiliki pabrik di Jl, Raya Narogong, Cileungsi, Bogor didirikan pada tahun 1985. Sejak awal berdiri PT WIS telah menjadi pemimpin dalam hal pelayanan dan perkembangan produk, mulai dari memproduksi house paints, thinners, dan wood finishes sampai akhirnya menjadi sebuah industri yang bergerak dibidang paint manufacturing. 1.2 Perumusan Masalah Di tengah kondisi pasar yang dinamis dan tingkat persaingan industri yang tinggi, menuntut perusahaan untuk terus meningkatkan daya saingnya, agar tetap bisa bertahan ditengah persaingan antar perusahaan yang ada di suatu industri. PT Warna Indah Samatex sebagai sebuah perusahaan besar tidak akan terlepas dari kondisi persaingan pasar dengan perusahaan-
4
perusahaan lain yang sejenis. Selain melakukan inovasi-inovasi dari sisi produk, PT Warna Indah Samatex dapat meningkatkan daya saingnya dengan perusahaan-perusahaan lain melalui distribusi produk kepada konsumen secara optimal, sehingga produk tersebut tersedia setiap saat ketika dibutuhkan. Pemilihan saluran distribusi dan alokasi distribusi merupakan keputusan penting bagi PT Warna Indah Samatex, karena saluran dan alokasi distribusi berbeda akan membutuhkan biaya distribusi berbeda pula. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan matang agar tercipta saluran dan alokasi distribusi yang efektif dan efisien dengan biaya rendah. Berdasarkan hal yang dimaksud, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Sistem distribusi apakah yang digunakan oleh PT Warna Indah Samatex ? 2. Berapa besar biaya distribusi dari produsen ke masing-masing tujuan pemasaran di wilayah Jabodetabek ? 3. Bagaimana alokasi distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White yang dilakukan oleh PT Warna Indah Samatex ke berbagai tujuan pemasaran di wilayah Jabodetabek dan apakah hal tersebut sudah dilakukan dengan optimal ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi sistem distribusi produk yang digunakan oleh PT Warna Indah Samatex. 2. Menghitung biaya distribusi dari produsen ke masing-masing tujuan pemasaran di wilayah Jabodetabek. 3. Menganalisis alokasi distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White yang dilakukan oleh PT Warna Indah Samatex ke berbagai tujuan pemasaran di wilayah Jabodetabek beserta alokasi distribusi optimalnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Cat Cat (paint) merupakan bahan cair kental yang dibuat dari bahan pigmen dan zat pengikat, dapat diberi zat pewarna (untuk mewarnai suatu permukaan kayu, logam yang berfungsi sebagai lapisan pelindung atau dekorasi) (KBBI, 2008) 2.1.1 Sejarah Cat Industri cat adalah salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk
kegiatan
komunikasi,
dekorasi
dan
proteksi,
dengan
menggunakan matrial-material yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu dan sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna menarik. Yang mengejutkan, cat-cat ini mempunyai keawetan yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan gua di Altamira Spanyol, Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di Arnhem Land Australia dan lukisan-lukisan prasejarah lainnya yang ditemukan. Orang-orang Mesir kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya warna, karena menemukan cat warna biru, merah, dan hitam dengan mengambilnya dari akar tanaman tertentu. Kemudian orangorang Mesir itu menemukan kasein sebagai perekatnya. Seiring dengan waktu, manusia mulai menemukan minyak tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu sebagai perekat cat. Saat ini walaupun telah
ditemukan
perekat/resin
yang
semakin
baik
dengan
berkembangnya teknologi kimia, namun resin-resin natural hingga kini masih banyak dipakai (Cattembok, 2007a). 2.1.2 Jenis Cat Jenis-jenis dan tipe cat adalah sangat banyak dan beragam, untuk mengklasifikasikannya dapat bermacam-macam, mulai dari bahan penyusunnya sampai kegunaannya. Jika cat diklasifikasikan dari pembawa/pelarutnya, cat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu cat
6
basis air (water-based) dan cat basis solvent (solvent-based). Untuk pengklasifikasian dari jenis binder/film pembentuknya, misalnya jika cat tersebut memakai resin epoksi, maka cat tersebut digolongkan dinamakan cat epoksi, jika memakai binder alkyd dinamakan cat alkyd, jika memakai binder melamine dinamakan cat melamine, begitu seterusnya. Dari peruntukannya cat juga dapat diklasifikasi seperti cat mobil, cat tembok, cat genteng, cat kapal, cat kolam, cat primer, cat kayu, cat lantai/flooring, dan sebagainya (Cattembok, 2007b). 2.1.3 Bahan Penyusun Cat Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cat adalah sangat banyak dan bervariasi, tetapi intinya cat terdiri dari padatan (solids) dan cairan (liquids). Dengan bagian padatan tersebut tertahan (tersuspensi) dalam porsi cairan atau carrier. Solids atau padatan adalah bahan yang tertinggal di permukaan setelah bagian liquids menguap. Solids terdiri dari beberapa material, setiapnya didesain untuk menghasilkan beberapa properti dari cat, namun yang utama adalah pigmen (pewarna) dan binder (perekat). Untuk lebih mudah memahami bahan penyusun cat, maka bahan penyusun cat ini diklasifikasi menjadi empat bagian besar yaitu carrier (pembawa), pengikat/pembentuk lapisan film, pigmen dan aditif (Cattembok, 2007c). 2.1.4 Proses Produksi Cat Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-down, filtering, color matching, dan packaging. Premixing adalah proses pencampuran awal dimana bagian padat dari cat seperti pigmen dan extender/filler didispersikan ke pelarutnya dengan tambahan aditif yang sesuai seperti dispersing dan wetting agent.
7
Gambar 1. Proses produksi cat Pada proses grinding partikel-partikel pigmen dihaluskan dengan mesin giling (grinder) agar ukuran partikel menjadi lebih kecil dan diperoleh
kehalusan
dan
warna
yang
diinginkan.
Kemudian
selanjutnya proses finishing yang meliputi let-down, filtering, color matching sampai packaging. Pada proses ini cat diatur kekentalannya, ditambahkan zat aditif, disaring dari kotoran saat pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya, serta pada akhirnya di kemas (Cattembok, 2007d). 2.2.Pemasaran Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial (Stanton dalam Swastha dan Sukotjo, 2002).
8
2.3.Bauran pemasaran Assauri (2004), menyatakan bahwa bauran pemasaran atau marketing mix merupakan kombinasi peubah atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, peubah yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. Menurut Kotler (2000), bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat aspek atau peubah (4P), yaitu : a. Product (produk), komponen dari produk diantaranya keragaman produk, mutu, desain, ciri, nama merk, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi dan imbalan. b. Price (harga) dengan komponennya seperti daftar harga diskon, potongan harga khusus, periode pembayaran dan syarat kredit. c. Promotion
(promosi)
dengan
komponennya
promosi
penjualan,
periklanan, tenaga penjualan, public relation dan pemasaran langsung. d. Place (tempat) dengan komponennya saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan, lokasi, persediaan dan transportasi. 2.4.Distribusi Menurut Tjiptono (2008), distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan memmpermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan). 2.4.1 Distribusi Fisik Distribusi fisik adalah seperangkat kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan arus bahan atau barang jadi dari tempat asal menuju tempat pemakai atau konsumen atau memenuhi kebutuhan. Tujuan distribusi fisik adalah mengantarkan produk pada waktu yang tepat dengan tingkat biaya serendah mungkin (Kotler, 2005).
9
Pedagang besar atau grosir (distributor) mempunyai perbedaan dengan pengecer dalam beberapa hal. Pertama, pedagang-pedagang besar kurang memperhatikan promosi, suasana dan lokasi, karena bertransaksi dengan pelanggan bisnis dan bukan konsumen akhir. Kedua, transaksi perdagangan besar biasanya lebih besar dari pada transaksi eceran dan pedagang besar yang biasanya meliputi daerah perdagangan yang lebih luas dari pada pengecer. Ketiga, pemerintah berhubungan dengan pedagang besar dan pengecer dengan cara yang berbeda dalam hal hukum dan pajak (Kotler, 2005). Menurut McCarthy dan Perreault dalam Tjiptono (2008), distribusi fisik adalah segala kegiatan untuk memindahkan barang dalam kuantitas tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Perpindahan fisik ini dapat berupa perpindahan barang jadi dari jalur produksi ke konsumen akhir dan perpindahan bahan mentah dari sumber ke jalur produksi. Fungsi-fungsi dalam distribusi fisik meliputi : a. Transportation, yaitu memilih cara yang tepat untuk memindahkan barang ke tempat yang jauh jaraknya. Ini merupakan fungsi utama dari distribusi fisik. Alternatif-alternatif moda angkutan bisa meliputi rel (kereta api), air (kapal), truk, udara (pesawat), maupun menggunakan jaringan pipa khusus. Keunggulan dan keterbatasan masing-masing moda transportasi tersaji dalam Tabel 2. b. Storage dan warehousing,
yaitu menyimpan barang untuk
sementara, menunggu untuk dijual atau dikirim lebih lanjut. c. Inventory central, yaitu pemilihan alternatif apakah penyimpanan harus dilakukan terpusat atau tersebar. d. Material handling, yaitu pemilihan alat yang tepat untuk memindahkan barang ke tempat yang dekat, seperti ke gudang, ke kendaraan, ke retail store, dan sebagainya. e. Border processing,yaitu kegiatan-kegiatan seperti penentuan syarat-syarat pengiriman, mempersiapkan dokumen, dan lain-lain. f. Protective packaging, yaitu penentuan wadah barang agar terhindar dari berbagai kerugian yang timbul selama pengiriman.
10
Tabel 2. Keunggulan dan keterbatasan berbagai moda transportasi Aspek Transportasi Moda Transportasi
Rel Air (laut) Truk Udara Pipa
Biaya Sedang Sangat rendah Tinggi
Kecepatan Penyerahan Rataan Sangat lambat Cepat
Sangat Sangat cepat tinggi Rendah Lambat
Sumber : Tjiptono, 2008.
Jumlah Lokasi yang Dilayani
Kemampuan Frekuensi Keandalan Menangani Pengiriman dalam Beragam yang Menepati Barang Dijadwalkan Jadwal
Ekstensif Tinggi Terbatas Sangat tinggi Sangat Tinggi Ekstensif Ekstensif Terbatas Sangat terbatas
Sangat terbatas
Rendah Sangat rendah Tinggi
Sedang Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Perusahaan-perusahaan yang membantu dalam proses distribusi fisik disebut facilitator atau facilitating agencies. Facilitator ini dapat meliputi perusahaan tranportasi, perusahaan asuransi, perusahaan yang menyewakan gudang (public and private warehouse), perusahaan pembiayaan (bank, perusahaan anjak piutang/factor floor planning), dan sebagainya. Facilitator bukanlah anggota di dalam suatu saluran distribusi. 2.4.2 Perantara Perantara adalah orang atau perusahaan yang menghubungkan aliran barang dari produsen ke konsumen akhir dan konsumen industrial (Stanton dalam Tjiptono, 2008). Secara umum perantara terbagi atas merchant middleman dan agent middleman. Dua bentuk utama dari merchant middleman adalah wholeseller (disebut juga distributor atau jobber) dan retailer (dealer). Merchant middleman adalah perantara yang memiliki barang (dengan membeli dari produsen) untuk dijual kembali. Sedangkan agent middleman (broker) adalah perantara yang hanya mencarikan pembeli, menegosiasikan dan melakukan transaksi atas nama produsen. Menurut Tjiptono (2008), perantara dibutuhkan karena adanya beberapa kesenjangan diantara produsen dan konsumen. Kesenjangan (gap) tersebut adalah :
11
a. Geographical gap, yaitu kesenjangan yang disebabkan oleh tempat pemusatan produksi dan lokasi konsumen yang tersebar dimanamana. b. Time gap, yaitu kesenjangan yang terjadi karena adanya kenyataan bahwa pembelian atau konsumsi dilakukan hanya pada waktuwaktu tertentu sementara produksi (agar efisien) berlangsung terusmenerus sepanjang waktu. c. Quantity gap. Kesenjangan yang terjadi karena jumlah barang yang dapat diproduksi secara ekonomis oleh produsen berbeda dengan kuantitas normal yang diinginkan konsumen. d. Assortment gap, yaitu situasi dimana produsen umumnya berspesialisasi
pada
produk
tertentu,
tetapi
konsumen
menginginkan produk beraneka ragam. e. Communication and information gap, yaitu kesenjangan yang timbul karena konsumen tidak tahu dimana sumber-sumber produksi
yang
menghasilkan
produk
diinginkan
atau
dibutuhkannya, sementara dilain pihak produsen tidak tahu siapa dan di mana pembeli potensial berada. Untuk mengatasi masalah-masalah ini, pemasar memerlukan perantara untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian. Tindakan
penyesuaian itu meliputi 4 tugas pokok, yaitu accumulating, bulkbreaking, sorting dan assorting (McCarthy and Perreault dalam Tjiptono, 2008) a. Accumulating adalah aktivitas mengumpulkan barang dari berbagai produsen. b. Bulk-breaking merupakan aktivitas membagi produk berbagai produsen itu masing-masing ke dalam kuantitas lebih kecil, sesuai dengan yang dibutuhkan atau diminta konsumen. c. Sorting adalah aktivitas membagi atau mengelompokkan masingmasing kuantitas lebih kecil ke dalam lini-lini produk yang homogen dengan spesifikasi dan tingkat-tingkat mutu tertentu.
12
d. Assorting adalah menjual berbagai macam lini produk itu secara bersama-sama. Bauran lini produk ini tergantung pada besar kecilnya bisnis yang dimiliki perantara. Semakin besar bisnis perantara, maka semakin banyak jumlah lini produk, jumlah variasi produk atau merek pada masing-masing lini produk dan pengelompokan lini produk berdasarkan kegunaannya. 2.4.3 Saluran Distribusi Kotler (2000), mendefinisikan saluran pemasaran atau saluran distribusi sebagai rangkaian organisasi yang saling bergantung terlibat dalam proses menjadikan suatu produk barang atau jasa untuk dikonsumsi. Produk barang atau jasa dihasilkan oleh produsen dengan melakukan proses mengubah bahan baku menjadi produk jadi yang diinginkan oleh konsumen. Produsen sering melakukan kegiatan pemasaran untuk mencapai tingkat penjualan yang diharapkan, dengan salah satu pemasaran yang ditempuh oleh produsen adalah pemasaran hubungan, yaitu pemasaran yang mempunyai tujuan membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan utama, seperti pelanggan, pemasok dan distributor dalam rangka mendapatkan, serta mempertahankan preferensi dan kelangsungan bisnis jangka panjang. Pemasaran hubungan membangun ikatan ekonomi, teknik dan sosial yang kuat diantara pihak-pihak yang berkepentingan, serta dapat mengurangi biaya transaksi dan waktu bagi produsen. Terdapat empat level saluran pemasaran (Gambar 2) untuk menyampaikan barang ke konsumen (Kotler, 2005), yaitu : a. Saluran level-nol (saluran pemasaran langsung) terdiri dari perusahaan manufaktur langsung menjual kepada pelanggan. b. Saluran satu level berisi satu perantara penjualan, seperti pengecer. c. Saluran dua level berisi dua perantara, umumnya adalah pedagang besar dan pengecer. d. Saluran tiga level berisi tiga perantara, yaitu pedagang besar, agen dan pengecer.
13
P R O D U S E N
Pengecer Pedagang besar Pedagang besar
Pengecer Agen
Pengecer
K O N S U M E N
Gambar 2. Saluran distribusi barang konsumen (Kotler, 2005) Menurut Kotler (2005), terdapat tiga sistem atau strategi distribusi pemasaran, yaitu : a. Distribusi eksklusif, dimana produsen sangat membatasi perantara untuk memasarkan produknya. Distribusi ini digunakan apabila produsen ingin tetap memegang kendali atas tingkat dan keluaran layanan yang ditawarkan perantara. Produsen diharapkan untuk memperoleh penjualan lebih berdedikasi dan lebih mengenal produk yang ditawarkan, sehingga kemitraan yang besar antara produsen dengan penyalur sangat diperlukan. b. Distribusi selektif, dimana produsen menggunakan beberapa perantara yang telah dipilih dan bersedia memasarkan dan menjual produknya. Strategi ini digunakan perusahaan-perusahaan mapan dan perusahaan-perusahaan baru yang mencari distributor. Strategi ini biasa dipakai untuk memasarkan produk baru dengan meniadakan
penyalur
yang
tidak
menguntungkan
dan
meningkatkan volume penjualan dengan jumlah transaksi terbatas. c. Distribusi intensif, dimana produsen menempatkan produknya disebanyak mungkin gerai untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen.
14
2.5.Program Linear Menurut Heizer dan Render (2006), Pemrograman Linear (Linear Programming atau LP) adalah suatu teknik matematik yang didesain untuk membantu para manajer operasi dalam merencanakan dan membuat keputusan yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya. Persoalan LP mempunyai empat sifat umum : 1. Persoalan LP bertujuan untuk memaksimalkan atau meminimalkan kuantitas (laba atau biaya). Sifat umum ini disebut sebagai fungsi tujuan (objective function) dari suatu persoalan LP. Tujuan utama suatu perusahaan pada umumnya memaksimalkan keuntungan pada jangka panjang. 2. Adanya batasan (constraints) atau kendala, yang membatasi tingkatan sampai sejauhmana sasaran dapat dicapai. Untuk memaksimalkan atau meminimalkan suatu kuantitas (fungsi tujuan) bergantung kepada sumber daya yang jumlahnya terbatas (batasan). 3. Harus ada beberapa alternatif tindakan yang dapat diambil. Misalnya, jika suatu perusahaan menghasilkan tiga produk berbeda, manajemen dapat menggunakan LP untuk memutuskan bagaimana mengalokasikan sumber dayanya yang terbatas (tenaga kerja, permesinan, dan seterusnya). Jika tidak ada alternatif yang dapat diambil, maka LP tidak diperlukan. 4. Tujuan dan batasan dalam permasalahn pemrograman linear harus dinyatakan dalam hubungan dengan ketidaksamaan atau program linear. Menurut Supranto (1988), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik LP : 1.
Fungsi obyektif harus didefinisikan dengan jelas dan dinyatakan sebagai fungsi obyektif yang linear.
2.
Harus ada alternatif pemecahan untuk dipilih sebagai salah satu yang terbaik.
3.
Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat yang ditambahkan (additivity).
4.
Fungsi obyektif dan ketidaksamaan menunjukkan adanya pembatasan harus linear.
15
5.
Peubah keputusan harus positif (Xj ≥ 0, untuk semua j).
6.
Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas (finitness).
7.
Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat yang dapat dibagi (divisibility).
8.
Aktivitas harus proporsional terhadap sumber-sumber. Hal ini berarti ada hubungan yang linear antara aktivitas dengan sumber-sumber.
9.
Model programming deterministik, artinya sumber dan aktivitas diketahui secara pasti (single-valued expectation) Subagyo, dkk (2000) mendefinisikan LP sebagai suatu model umum
yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumbersumber terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul, apabila seseorang diharuskan memilih atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana masing-masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama, sedangkan jumlahnya terbatas. LP mencakup perencanaan kegiatankegiatan untuk mencapai suatu hasil optimal, yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang paling baik (model matematik),
diantaranya
alternatif-alternatif
yang
mungkin
dengan
menggunakan fungsi linear. Model LP adalah bentuk matematik dari perumusan masalah umum untuk pengalokasian sumber daya untuk berbagai kegiatan. Model LP ini menyajikan bentuk dan susunan dari masalah-masalah yang akan dipecahkan dengan teknik LP. Fungsi dalam model LP dikenal dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan (objective function) dan fungsi kendala (constraint function). Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran di dalam permasalahan LP yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z, sedangkan fungsi kendala merupakan bentuk penyajian secara matematik batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.
16
Asumsi dasar yang melandasi model matematika dari program linear (Subagyo, dkk, 2000) adalah : 1. Proportionality Naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan tingkat kegiatan. 2. Additivity Nilai tujuan untuk tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain. 3. Divisibility Keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan. 4. Deterministic (Certainty) Semua parameter yang terdapat dalam model LP (aij, bij, cij) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat. Untuk mengemukakan permasalahan LP, disusun suatu model matematik berikut : Fungsi tujuan
:
Maks/Min
:
Fungsi kendala
:
=
+ +
+
+ .………+
+
…..... (1)
+ .………+
≤
+ ≥ 0,
+
+ .………+
≥ 0 ……….
≤
≥ 0 ……………………… (2)
Dimana : Z : Nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum). Ci : Parameter yang dijadikan kriteria optimasi. Xj : Peubah pengambilan keputusan yang ingin dicari, tidak diketahui. : Koefisien teknologi peubah pengambil keputusan dalam kendala ke-i.
17
: Sumber daya terbatas, membatasi kegiatan bersangkutan. Pemecahan masalah dalam penelitian ini, membahas beberapa pemrograman linear yang jenisnya khusus. Jenis-jenis khusus ini mempunyai beberapa sifat penting. Pertama, jenis khusus ini sering dilakukan secara manual
dalam
berbagai
konteks.
Kecenderungannya
adalah
bahwa
dibutuhkan banyak kendala dan peubah, sehingga menerapkan secara langsung metode simpleks dengan komputer akan memakan waktu komputasi banyak sekali. Ciri lain adalah kebanyakan koefisien
dalam kendala-
kendala nol dan koefisien tidak nol yang relatif sedikit muncul menurut pola yang jelas, akibatnya dikembangkan versi-versi metode simpleks yang khusus disederhanakan untuk menghemat usaha komputasi dengan memanfaat struktur khusus masalah bersangkutan. Jenis khusus yang paling penting dalam masalah pemrograman linear adalah masalah transportasi. 2.6.Model Transportasi Subagyo, dkk (2000) mengemukakan bahwa metode transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi secara optimal dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama, ke tempat-tempat yang membutuhkan. Alokasi produk ini harus diatur sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu sumber ke tempat-tempat tujuan berbeda dan dari beberapa sumber ke suatu tempat tujuan yang berbeda. Taha (1996) mengemukakan bahwa model transportasi adalah suatu model dalam pemrograman linear yang berusaha menentukan rencana transportasi sebuah barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Data dalam model ini mencakup : 1. Tingkat penawaran disetiap sumber dan jumlah permintaan disetiap tujuan. 2. Biaya transportasi per unit barang dari setiap sumber ke setiap tujuan. Menurut Mulyono (1991), masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran
18
terbatas, menuju beberapa tujuan dengan permintaan tertentu dan pada biaya transport minimum. Menurut Dimyati dan Dimyati dalam Rustiani (2006), ciri-ciri khusus persoalan transportasi adalah : 1. Terdapat sejumlah sumber dan tujuan. 2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan dengan besar tertentu. 3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya sesuai dengan permintaan dan atau kapasitas sumber. 4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. Suatu
model
transportasi
dinyatakan
seimbang
(balanced
transportation model), apabila total penawaran sama dengan total permintaan, dengan kata lain :
∑
= ∑
….…………………………………………(3)
Dalam kenyataan sehari-hari, batasan ini tidak selalu terpenuhi. Sering terjadi permintaan dan penawaran tidak sama, artinya jumlah permintaan tidak seimbang dengan jumlah penawaran, ataupun sebaliknya. Model persoalan seperti ini disebut model transportasi yang tidak seimbang (Unbalanced Transportation Model). Persoalan transportasi ini dapat dibuat seimbang, dengan cara memasukkan peubah semu yang disebut sebagai peubah dummy. Jika jumlah penawaran melebihi permintaan, maka dibuat suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak Σ
− Σ
.
Sebaliknya, jika jumlah permintaan melebihi penawaran, maka dibuat suatu sumber dummy yang akan menambah jumlah penawaran, yaitu sebanyak Σ
− Σ
.
Ongkos transportasi per unit (Cij) dari sumber dummy ke seluruh tujuan adalah nol. Hal ini dapat di pahami karena pada kenyataannya dari sumber dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi per unit (Cij) dari semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.
19
2.6.1 Dualitas Menurut Taha (1996), masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari suatu model LP primal. Masalah dual dan primal sangat berkaitan erat sedemikian rupa, sehingga pemecahan simpleks optimal dari salah satu masalah akan secara otomatis menghasilkan pemecahan optimum untuk masalah lainnya. Interpretasi ekonomi dari permasalahan dual adalah dua hal, yaitu harga dual (dual price) dan pengurangan biaya (reduce costs). Menurut Mulyono (1991), dual price menunjukkan besarnya perubahan nilai fungsi tujuan sebagi akibat dari kenaikan penurunan suatu unit kapasitas aktif. Sedangkan reduce costs menunjukkan biaya imbangan dari ada atau tidaknya peubah dalam solusi optimal. 2.6.2 Analisis Sensitivitas Menurut Mulyono (1991), analisis sensitivitas adalah analisis yang berkaitan dengan perubahan diskrit parameter untuk melihat berapa besar perubahan yang dapat ditolerir sebelum solusi optimal kehilangan optimalitasnya. Jika suatu perubahan kecil dalam suatu parameter menyebabkan perubahan drastis dalam solusi, maka dikatakan bahwa solusi sangat sensitif terhadap nilai parameter tersebut. Sebaliknya, jika perubahan tidak mempunyai pengaruh besar terhadap solusi, dikatakan solusi relatif insensitif terhadap nilai parameter itu. Analisis sensitivitas dapat dimasukkan ke dalam tiga kategori, yaitu perubahan dalam koefisien tujuan yang dapat mempengaruhi optimalitas, perubahan dalam sisi kanan yang dapat mempengaruhi kelayakan dan perubahan keduanya yang dapat mempengaruhi, baik optimalitas dan kelayakan (Taha, 1996). Subagyo,
dkk
(2000),
mengemukakan
bahwa
analisis
sensitivitas disebut juga dengan Post Optimality Analysis, karena analisis ini dilakukan setelah dicapainya penyelesaian optimal. Setelah ditemukannya penyelesaian yang optimal dari masalah LP, perlu untuk menelaah kemingkinan-kemungkinan yang terjadi sebagai akibat dari
20
terjadinya perubahan pada koefisien-koefisien didalam model. Pada dasarnya
perubahan-perubahan
yang
mungkin
terjadi
setelah
dicapainya penyelesaian optimal terdiri dari beberapa macam, yakni : a. Keterbatasan kapasitas sumber. b. Koefisien-koefisien fungsi tujuan. c.
Koefisien-koefisien fungsi batasan, yaitu koefisien-koefisien yang menunjukkan beberapa bagian kapasitas sumber yang di“konsumsi” oleh satu satuan kegiatan.
d. Penambahan peubah-peubah baru. e. Penambahan batasan baru. Perubahan-perubahan di atas dapat mengakibatkan salah satu hal berikut : 1. Penyelesaian optimal tidak berubah, artinya baik peubah-peubah dasar maupun nilai-nilainya tidak mengalami perubahan. 2. Peubah-peubah dasar mengalami perubahan, tetapi nilai-nilainya tidak berubah. 3. Penyelesaian optimal sama sekali berubah. 2.7.Optimasi Optimasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Optimasi dapat mengidentifikasi penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada tujuan maksimalisasi atau minimalisasi melalui fungsi tujuan dengan pendekatan normatif (Nasendi dan Anwar dalam Rustiani, 2006). Nilai keuntungan maksimum yang dihasilkan dari proses produksi untuk memninmumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala yang berada diluar jangkauan pelaku kegiatan, merupakan tujuan dilakukannya optimasi. Oleh karena itu, dalam upaya melaksanakan tujuan tersebut, kegiatan produksi berusaha untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas diantara berbagai produk yang bersaing (Buffa dan Sarin dalam Rustiani, 2006).
21
2.8.Penelitian Terdahulu yang Relevan Rustiani (2006), dengan judul Optimasi Distribusi Sarimi pada PT Sari Indo Prakarsa di Wilayah Bogor dan Depok memfokuskan pada pengalokasian distribusi yang dapat meminimalisasikan biaya distribusi yang dilakukan oleh PT SIP Bogor. Biaya distribusi aktual PT SIP untuk tahun 2006 adalah Rp 158.109.587,00. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan LP didapatkan biaya distribusi optimal Rp 141.005.496,00, sehingga biaya yang dihemat Rp 17.104.051,00. Berdasarkan hasil LP, persentase pengiriman barang terbesar menuju daerah Kec. Bogor Utara, karena biaya angkut murah. Sedangkan, hasil analisa penyimpangan menunjukkan bahwa distribusi aktual yang dilakukan PT SIP belum optimal dalam menghemat biaya distribusi. Pranata
(2007),
dengan
judul
Optimalisasi
Distribusi
Buku
Bertemakan Islam dan Pengaruh Biaya Distribusi Optimal terhadap Marjin Pemasaran (Studi Kasus pada CV. Pustaka Ulil Albab), memfokuskan pada pengalokasian distribusi buku “Bersanding dengan Al-Qur’an” yang didistribusikan ke 36 agen yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan program LINDO, didapatkan bahwa alokasi distribusi buku Bersanding dengan Al-Qur’an oleh CV. PUA telah mencapai titik optimal. Biaya distribusi optimal yang dikeluarkan oleh CV. PUA adalah Rp 495.145,5. Setelah dilakukan analisis marjin pemasaran didapatkan bahwa marjin pemasaran tidak mengalami perubahan, karena penetapan harga buku bukan hasil tawar menawar yang dilakukan antara agen dengan konsumen akhir, sehingga biaya distribusi optimal tidak dapat dilihat pengaruhnya terhadap marjin pemasaran.
22
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menganalisa optimasi distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi sistem distribusi yang digunakan oleh PT Warna Indah Samatex dalam mendistribusikan produk-produknya, mengidentifikasi biaya distribusi yang muncul, jumlah penawaran dan permintaan serta jumlah distribusi aktual dari produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White (Gambar 3). Langkah selanjutnya, data tentang biaya distribusi, serta jumlah permintaan dan penawaran yang telah diperoleh diubah kedalam bentuk permodelan pemrograman linear. Model LP terdiri dari fungsi tujuan dan fungsi kendala yang diselesaikan dengan metode transportasi menggunakan LINDO. Output dari software akan menampilkan nilai optimal dari alokasi distribusi. Nilai
optimal
dari
alokasi
distribusi
yang
telah
diperoleh
dibandingkan dengan nilai alokasi distribusi aktual. Penyimpangan/perbedaan dari nilai optimal dengan nilai aktual akan menjadi masukan bagi perusahaan.
23
Produsen
Tujuan perusahaan : Memaksimalkan keuntungan Meminimalkan biaya Kepuasan Konsumen
Identifikasi sistem distribusi
Permodelan distribusi Permodelan dengan Program Linear
Biaya distribusi
Analisis dengan metode Transportasi
Jumlah penawaran
Jumlah permintaan
Alokasi distribusi optimal
Distribusi aktual
Umpan balik
Output : Primal Dual Sensitivitas
Analisis penyimpangan distribusi
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
24
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian penelitian adalah di PT Warna Indah Samatex (PT WIS)atau dikenal dengan Novalux Paint yang merupakan sebuah produsen lokal produk paints dan coatings. PT WIS berkantor di Komplek Gunung Sahari Indah Blok D/1 Jl. Gunung Sahari Raya 13, Jakarta dan memiliki pabrik di Jl, Raya Narogong, Cileungsi, Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan purposif, PT WIS telah menjadi pemimpin dalam hal pelayanan dan perkembangan produk, mulai dari memproduksi house paints, thinners, dan wood finishes sampai akhirnya menjadi sebuah industri yang bergerak dibidang paint manufacturing. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2010. 3.3. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer berupa data kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak terkait. Data sekunder merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari data perusahaan meliputi keadaan umum perusahaan, proses distribusi, biaya distribusi, data permintaan dan penawaran, data statistik dan data yang diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif atau deskriptif untuk mengidentifikasi sistem/pola pendistribusian produk pada PT Warna Indah Samatex dan perkembangannya, serta secara kuantitatif untuk mengetahui jumlah optimal dan aktual distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) dengan menggunakan model transportasi pada program linear. Model ini akan memberikan solusi alokasi barang optimal yang meminimumkan biaya. Hal pertama yang harus dilakukan dalam menyelesaikan persoalan transportasi adalah mencari solusi awal. Beberapa metode untuk mencari solusi layak dasar awal adalah :
25
1. Metode North-west Corner Menurut Heizer and Render (2006), metode ini merupakan suatu prosedur dalam transportasi model yang memulai perhitungan dari bagian kiri atas tabel (north-west corner) dan secara sistematis mengalokasikan unit pada rute pengiriman Metode ini adalah yang paling sederhana diantara tiga metode yang
ada,
disamping
paling
tidak
efisien,
karena
tidak
mempertimbangkan biaya transport per unit dalam membuat alokasi. Akibatnya, mungkin diperlukan beberapa iterasi solusi tambahan sebelum solusi optimum diperoleh. 2. Metode Least-Cost Heizer and Render (2006) mengemukakan, bahwa metode ini membuat alokasi berdasarkan biaya terendah. Metode ini berusaha mencapai tujuan minimalisasi biaya dengan alokasi sistematik kepada kotak-kotak sesuai dengan besarnya biaya transport per unit. Pada umumnya metode Least-cost akan memberikan solusi awal lebih baik, dibandingkan dengan metode North-west Corner, karena metode Leastcost menggunakan biaya per unit sebagai kriteria alokasi. 3. Metode Aproksimasi Vogel (VAM) VAM selalu memberikan suatu solusi awal yang lebih baik, bila dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Kenyataannya, pada beberapa kasus, solusi awal yang dioperoleh melalui VAM akan menjadi optimum.
VAM
melakukan
alokasi
suatu
cara
yang
akan
meminimumkan penalty (opportunity cost) dalam memilih kotak yang salah untuk suatu lokasi. Perbaikan untuk mencapai solusi optimum dilakukan setelah solusi layak dasar awal diperoleh. Dua metode yang digunakan untuk mencari solusi optimal adalah metode stepping stone dan modified distribution. Menurut Mulyono (1991), metode stepping stone merupakan proses evaluasi peubah non
baris
yang
memungkinkan
terjadinya
perbaikan
solusi
dan
mengalokasikan kembali. Pencarian solusi optimum pada metode stepping stone yang dikenal dengan proses jalur tertutup. Setiap kotak kosong
26
menunjukkan suatu peubah nonbasis. Bagi peubah nonbasis yang akan memasuki solusi, harus memberi sumbangan dalam penurunan fungsi tujuan. Beberapa hal penting yang perlu disebutkan dalam kaitannya dengan penyusunan jalur stepping stone (Mulyono, 1991) adalah : 1. Arah yang diambil, baik searah maupun berlawan dengan arah jarum jam adalah tidak penting dalam membuat jalur tertutup. 2. Hanya ada satu jalur tertutup untuk setiap kotak kosong. 3. Jalur hanya harus mengikuti kotak terisi (di mana terjadi perubahan arah) kecuali pada kotak kosong yang sedang dievaluasi. 4. Baik kotak terisi maupun kosong dapat dilewati dalam penyusunan jalur tertutup. 5. Suatu jalur dapat melintasi dirinya. 6. Sebuah penambahan dan sebuah pengurangan yang sama besar harus kelihatan pada setiap baris dan kolom pada jalur itu. Analisis dari hal yang dikemukakan meliputi analisis primal, analisis dual dan analisis sensitivitas. Masalah program linear yang dikemukakan mula-mula disebut primal dan dimulai dari suatu pemecahan dasar yang layak dan berlanjut untuk berulang melalui pemecahan dasar yang layak berikutnya sampai titik optimum dicapai. Solusi optimal untuk masalah primal menunjukkan nilai dari peubah-peubah keputusan yang memaksimumkan atau meminimumkan nilai dari fungsi tujuan. Masalah primal selalu memiliki masalah tandingan yang disebut dual. Solusi optimal untuk masalah dual cukup penting, karena solusi itu menyediakan ukuran marginal value dari sumber daya primal yang disebut shadow prices/dual price. Shadow price menunjukkan jumlah perbaikan pada fungsi tujuan optimal bila nilai sisi kanan kendala tujuan ditingkatkan sebesar satu satuan dengan perameter-perameter lain konstan (Cook and Russel dalam Rustiani, 2006). Asumsi deterministik dalam model program linear menyatakan bahwa semua parameter model (
,
,
) diketahui konstan. Asumsi ini sulit
sekali atau tidak sama sekali terjadi, maka perlu dilakukan analisis pasca optimal yang disebut analisis sensitivitas Analisis sensitivitas ditujukan untuk
27
mengetahui perubahan-perubahan solusi optimum sebagai responsi terhadap perubahan parameter-parameter input. Dua tipe dari analisis sensitivitas dasar adalah analisis Right Hand Side atau RHS (ruas sisi kanan) dari fungsi kendala dan analisis perubahan koefisien dari fungsi tujuan. Tujuan dari analisis RHS adalah menentukan berapa banyak nilai sisi kanan dari fungsi kendala dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan tanpa mengubah nilai shadow price dengan parameter kiri dipertahankan konstan. Analisis perubahan kofisien fungsi tujuan terhadap solusi optimal dengan parameter lain dipertahankan konstan (Cook and Russel dalam Rustiani, 2006). Pengolahan data dilakukan dengan software LINDO (Linear Interactive of Discrete Optimizer) yang merupakan salah satu program komputer untuk menemukan pemecahan optimal dengan metode simpleks. Seperti halnya pengerjaan metode simpleks secara manual, maka LINDO terdiri atas input berupa fungsi tujuan dan fungsi kendala, serta output berupa penyelesaian optimal. Input berupa fungsi tujuan dan beberapa fungsi-fungsi kendala dimasukkan ke dalam program. Setelah itu akan mengahasilkan output penyelesaian optimal yang terdiri dari beberapa bagian. Bagian pertama dari penyelesaian optimal adalah tabel simpleks ke-0 sampai tabel simpleks dimana telah ditemukan solusi optimalnya. Bagian kedua adalah nilai penyelesaian optimal, jika peubah-peubah optimal yang dimasukkan ke dalam fungsi tujuan. Selanjutnya bagian ketiga adalah nilai peubah dan kendala pada kondisi optimal. Pada bagian ketiga terdapat istilah reduced cost yang menunjukkan penurunan nilai koefisien fungsi tujuan yang harus dilakukan, agar peubah bernilai positif. Jadi selagi nilai peubah keputusan positif, nilai reduced coct akan selalu nol dan baru akan bernilai positif bila peubah keputusan bernilai kurang dari nol. Istilah slack or surplus adalah untuk menandai sisa atau kelebihan kapasitas yang akan terjadi pada nilai peubah optimal yang ditunjukkan oleh kolom peubah. Apabila nilai slack or surplus nol berarti seluruh kapasitas
28
pada kendala digunakan semua, kendala tersebut menentukan terbentuknya nilai peubah optimal atau disebut juga kendala aktif. Istilah dual price menunjukkan besarnya kenaikan nilai tujuan sebagai akibat dari kenaikan satu unit kapasitas kendala aktif. Perubahan (kenaikan/penurunan) kapasitas kendala, agar nilai dual price tidak berubah dapat dilihat pada bagian terakhir, yaitu RHS Rangers. Pada bagian ini terdapat istilah allowable increase dan decrease, yaitu nilai interval kenaikan dan penurunan yang diizinkan. Bagian sebelumnya adalah objective coefficient ranges yang menunjukkan interval kenaikan atau penurunan nilai koefisien fungsi tujuan, sehingga nilai optimal peubah keputusan tidak berubah.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum dan Perkembangan Perusahaan PT Warna Indah Samatex (PT WIS) atau dikenal dengan Novalux Paint, adalah sebuah produsen lokal produk paints dan coatings yang selalu melakukan inovasi berkelanjutan. Perusahaan yang berkantor di Komplek Gunung Sahari Indah Blok D/1 Jl. Gunung Sahari Raya 13, Jakarta dan memiliki pabrik di Jl, Raya Narogong, Cileungsi, Bogor ini didirikan oleh Bapak Andry Pribadi pada tahun 1985. Sejak awal berdiri PT WIS telah menjadi pemimpin dalam hal pelayanan dan perkembangan produk, mulai dari memproduksi house paints, thinners, dan wood finishes sampai akhirnya menjadi sebuah industri yang bergerak d ibidang paint manufacturing. Pada tanggal 1 Oktober 1991, PT WIS mendapatkan lisensi teknologi dan pemasaran produk dari The Sherwin-Williams Company sebuah perusahaan manufaktur terbesar di Amerika Utara di bidang paint manufacturing. Lisensi tersebut mencakup hak untuk memproduksi dan menjual produk tertentu untuk Industrial Maintenance Coatings di Indonesia. Sejak saat itu, PT WIS muncul sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang paint manufacturing dan secara nyata tumbuh menjadi produsen utama cat dan pelapisan untuk industri, arsitektur, marine dan protective coatings. Untuk memperkuat eksistensi di pasar, PT WIS secara berkalanjutan malakukan pembaharuan teknologi. Juni 2007 PT. Warna Indah Samatex menandatangani perjanjian bisnis dengan Rhino Linings Australasia Pty Ltd, kepala kuartal di Gold Coast, Australia. PT WIS ditunjuk sebagai "Master Distributor Rhino Linnings" bertanggungjawab untuk pembentukan jaringan Rhino Linnings serta penjualan dan pelayanan di Indonesia Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dalam melayani berbagai manufacturing industries, marine vessels, wood applications, architechtural buildings and flooring applications. PT WIS terus melakukan pengembangan produk baru dengan meningkatkan daya tahan, perawatan, mudah dalam
30
pemakaian dan ramah lingkungan. PT WIS percaya dan yakin bahwa “Our success is a reflection of how well we serve our costumers satisfactorily”. 4.1.1 Bidang Usaha Perusahaan PT WIS bergerak dalam bidang paints and coatings manufacture. Produk-produk dan pelayanan yang ditawarkan oleh PT WIS adalah : a. Coatings for Architectural Buildings. b. Coatings for General Industrial. c. Coatings for Marine & Offshore. d. Coatings for Industrial Flooring. e. Rhino Linnings – Premium Protection. Khusus untuk penelitian ini, hanya dibahas mengenai produk Coatings for Architectural Buildings yaitu Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White khusus di Wilayah Jabodetabek. 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi perusahaan PT WIS adalah sebagai produsen cat dibidang solvent dan water based, berambisi untuk selalu melakukan inovasi yang secara terus-menerus dalam peningkatan mutu, produktivitas dan ketepatan pengiriman, sehingga dapat menjadi salah satu “Market Leader” dikalangan industri cat dan terkenal di Asia Pasifik dengan selalu berpijak pada motto WIS : a. Waktu yang tepat adalah janji kami. b. Inovasi terus menerus adalah komitmen kami. c. Service yang memuaskan adalah jaminan kami. Misi perusahaan PT WIS adalah selalu berkeinginan membarikan kepuasan bagi pelanggan dan calon pelanggan dengan berpedoman pencapaian dalam kurun waktu 1 tahun kedepan dan menetapkan sasaran mutu berikut : a. Pencapaian kapasitas produksi 80 persen. b. Penurunan waste produksi 1 persen. c. Penurunan kegagalan produk 1 persen. d. Keluhan pelanggan 6 kali per tahun.
31
4.1.3 Struktur Organisasi Stoner dan Wankell dalam Siswanto (2009) menyatakan bahwa struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antar bagian komponen dan posisi dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi menspesifikasi
pembagian
aktivitas
kerja
dan
menunjukkan
bagiamana fungsi atau aktivitas yang beraneka ragam dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas kerja. Struktur organisasi juga menunjukkan hirarki dan struktur otoritas organisasi, serta memperlihatkan hubungan pelaporannya. Struktur organisasi memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan
organisasi
mempertahankan
kedatangan
dan
kepergian individu, serta untuk mengoordinasi hubungannya dengan lingkungan. Menurut David (2006) ada tujuh tipe dasar struktur organisasi, yaitu struktur fungsional, struktur divisional berdasarkan area geografis, struktur divisional berdasarkan produk, struktur divisional berdasarkan konsumen dan struktur divisional berdasarkan proses; struktur strategic business unit (SBU) dan struktur matriks. PT WIS merupakan perusahaan yang menggunakan struktur organisasi fungsional, dimana tugas dan aktivitas dikelompokkan berdasarkan fungsi bisnis seperti produksi/operasi, pemasaran, keuangan, litbang dan sistem informasi manajemen. Struktur organisasi PT WIS dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. 4.2. Sistem Distribusi yang Dilakukan PT Warna Indah Samatex PT WIS telah memiliki wilayah pemasaran yang cukup luas. Pendistribusian produk merupakan salah satu masalah yang penting bagi setiap perusahaan. Agar perusahaan mampu mendistribusikan produknya ke wilayah-wilayah pemasaran, diperlukan suatu sistem distribusi yang tepat agar proses penyaluran produk kepada konsumen berjalan seoptimal mungkin, sehingga produk selalu tersedia ketika dibutuhkan oleh konsumen. Wilayah pemasaran dari PT WIS telah mencakup daerah Jabodetabek, Semarang, Pontianak, Surabaya, dan Bali. Dengan cakupan wilayah
32
pemasaran tersebut maka PT WIS harus mengatur pendistribusian produknya dengan suatu sistem distribusi yang terkoordinasi dengan baik. Salah satu produk yang dipasarkan oleh PT WIS adalah Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White. Dalam memasarkan dan menyalurkan produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White, PT WIS membagi wilayah pemasarannya berdasarkan rayon, yaitu : a. Rayon Jakarta Barat dan Tangerang b. Rayon Jakarta Timur c. Rayon Jakarta Selatan d. Rayon Jakarta Utara e. Rayon Jakarta Pusat f. Rayon Bogor, Depok, Cibinong dan Parung g. Rayon Bekasi, Karawang dan Cikarang Strategi distrbusi yang dilakukan oleh PT WIS adalah distribusi intensif, dimana produsen menempatkan produknya disebanyak mungkin oulet untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen. Saat ini ada sekitar 224 outlet yang menjadi pelanggan dari PT WIS. Daftar nama-nama outlet berdasarkan rayon wilayah pemasarannya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Outlet-outlet
tersebut
hampir
tersebar
merata
diseluruh
daerah
Jabodetabek, berikut tabel jumlah outlet untuk setiap rayon yang ada di wilyah pemasaran Jabodetabek. Dalam memilih outlet yang akan menjadi penghubung PT WIS dengan konsumen akhir ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi PT WIS, diantaranya : a. Lokasi strategik untuk pemasaran b. Bangunan milik pribadi pemilik outlet atau dikontrak lebih dari 3 tahun untuk menghindari kesulitan pembayaran c. Survei atas kondisi outlet tersebut melalui end user d. Survei atas kondisi outlet melalui pesaing, dll
33
Tabel 3. Jumlah outlet tiap rayon di wilayah pemasaran Jabodetabek No 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Outlet (Unit)
Rayon Jakarta Barat dan Tangerang Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Bekasi, Karawang dan Cikarang
41 55 36 8 5 34 35
Selain aktif menawarkan produknya keoutlet-outlet, PT WIS juga aktif menawarkan produknya kepada konsumen akhir seperti Perusahaanperusahaan
kontraktor
bangunan,
industri-industri,
serta
perusahaan-
perusahaan marine & offshore. Secara umum pola saluran distribusi yang digunakan oleh PT WIS dalam memasarkan produk dapat dilihat pada Gambar 4. Produsen
Produsen
Pedagang Besar
Pengecer
Konsumen Akhir
Pengecer
Konsumen Akhir
Produsen
Konsumen Akhir
Gambar 4. Pola saluran distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White Pemesanan produk dihasilkan dari penawaran oleh salesman mengenai produk-produk, harga dan promosi yang sedang dijalankan kepada pemilik outlet, sehingga pemilik outlet akan melakukan permintaan dan pemesanan produk. Selain itu, pemilik outlet dapat melakukan pemesanan melalui telepon dan faximile order note kepada pihak PT WIS. Pengiriman pesanan oleh PT WIS kepada outlet, biasanya dilakukan dua hari setelah pemesanan dilakukan oleh pihak outlet. Untuk beberapa kasus biasanya dilakukan sehari setelah adanya pemesanan, jika ada jalur distribusi searah. Untuk saat ini dalam pendistribusian produknya PT WIS
34
masih menghadapi beberapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam pendistribusian produk, diantaranya : a. Alamat costumer yang kurang jelas, sehingga pengiriman susah dilakukan tepat waktu dan atau mungkin barang tidak sampai dikirim b. Permintaan yang mendadak dalam pengiriman/pendistribusian produk, atau konfirmasi pengiriman dari sales terlambat diberikan ke bagian pengiriman (batas waktu maksimal adalah pukul 10.00 pagi). c. Penerimaan barang di costumer yang terlalu berbelit-belit sehingga mempengaruhi pengiriman ke costumer yang lain. d. Produk yang masih dalam proses produksi tetapi ada perintah untuk segera dilakukan pendistribusian, sehingga harus menunggu sampai produk selesai diproduksi. PT WIS memberikan jangka waktu pembayaran produk kepada outlet maksimum selama dua bulan setelah barang diterima. Pembayaran ini dapat dilakukan secara langsung melalui sales saat sales melakukan kunjungan outlet. Selain itu, pembayaran juga dapat dilakukan dengan transfer ke rekening PT WIS, serta melalui giro. Untuk beberapa kasus PT WIS menggunakan debt collector untuk menagih pembayaran kepada pihak yang mengalami keterlambatan dalam pembayaran. Salah satu produk yang diproduksi oleh PT WIS adalah Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White, produk ini termasuk ke dalam kategori produk Coatings for Architectural Buildings, satu dari lima kategori produk yang ditawarkan oleh PT WIS. Produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White diproksi sebanyak 10 ton/bulan, jadi dalam setahun PT WIS memproduksi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White sebanyak 120 ton. Sebanyak 90 ton dialokasikan untuk memenuhi permintaan di wilayah Jabodetabek, sisanya dialokasikan untuk memenuhi permintaan di luar wilayah Jabodetabek. Dalam proses distribusi yang selama ini dilakukan oleh PT WIS masih
terdapat inefisiensi, salah satunya adalah masih besarnya biaya
distribusi yang harus dikeluarkan. Besarnya nilai ini disebabkan oleh armada yang dimiliki oleh PT WIS kurang laik untuk melakukan pendistribusian, karena seringnya dilakukan service dan perbaikan. Namun nilai ini masih
35
dapat dikurangi dengan melakukan penambahan dan atau penggantian armada baru, sehingga bisa menghindari pengeluaran-pengeluaran yang seharusnya tidak terjadi seperti biaya service atau perbaikan. 4.3. Analisis Alokasi Distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada PT. Warna Indah Samatex Data yang telah dikumpulkan seperti data biaya distribusi per kaleng, jumlah penawaran dan permintaan, serta jumlah distribusi aktual dari produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White akan digunakan dalam menganalisis alokasi distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White. Data tersebut diolah dengan menggunakan LP. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa total supply tidak sama dengan total demand (total supply > total demand), maka model transportasinya merupakan model transportasi tak seimbang (Tabel 4), sehingga untuk menjadikannya model transportasi seimbang, pada tabel transportasinya perlu ditambahkan kolom dummy. Tabel 4. Model transportasi tak seimbang Tujuan 1 2 3 4 5 6 7 PT WIS 1.600 1.350 1.400 1.600 1.400 1.600 1.250 Demand 2.690 4.100 3.040 490 280 1.830 2.730 Sumber
8 0
Supply 18.000
Keterangan : Tujuan 1 : Jakarta Barat dan Tangerang Tujuan 2 : Jakarta Timur Tujuan 3 : Jakarta Selatan Tujuan 4 : Jakarta Utara Tujuan 5 : Jakarta Pusat Tujuan 6 : Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Tujuan 7 : Bekasi, Karawang dan Cikarang Tujuan 8 : Dummy
Biaya distribusi per kaleng Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White untuk tiap-tiap rayon di wilayah pemasaran Jabodetabek dapat dilihat pada Tabel 5. Biaya distribusi paling kecil adalah pada pengiriman ke rayon Bekasi, karawang dan Cikarang sebesar Rp 1.250.-. Maka yang sebaiknya dilakukan adalah memprioritaskan pendistribusian dimulai dari rayon yang
36
memiliki biaya distribusi per kaleng paling kecil kemudian ke rayon yang memiliki biaya distribusi per kaleng paling tinggi. Tabel 5. Biaya distribusi per kaleng Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White No 1 2 3 4 5 6 7
4.3.1
Rayon Jakarta Barat dan Tangerang Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Bekasi, Karawang dan Cikarang
Jumlah (Rp) 1.600 1.350 1.400 1.600 1.400 1.600 1.250
Analisis Primal Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan software LINDO, diperoleh jumlah jumlah distribusi optimal yang dapat meminimalisasi biaya distribusi berdasarkan data penjualan dan permintaan pada tahun 2009. Biaya distribusi minimum yang dicapai pada kondisi optimal adalah Rp 21.611.500,-. Tabel 6. Biaya distribusi optimal hasil pengolahan LP No. 1 2 3 4 5 6 7
Rayon Jakarta Barat dan Tangerang Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Bekasi, Karawang dan Cikarang Total
Jumlah (Rp) 4.304.000 5.535.000 4.256.000 784.000 392.000 2.928.000 3.412.500 21.611.500
Dari hasil olahan tersebut juga ditampilkan variable, value dan reduce cost. Variable yang merupakan peubah keputusan, yaitu X11, X12, X13, X14, X15, X16, X17 (jumlah distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White dari sumber 1 (PT WIS) ke tujuan 1,2,3,4,5,6,dan 7 yaitu rayon-rayon yang ada di wilayah pemasaran Jabodetabek). Value merupakan nilai optimal untuk masing-masing peubah keputusan dapat dilihat pada Tabel 7.
37
Tabel 7. Hasil pengalokasian optimal Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White No. 1 2 3 4 5 6 7
Rayon
Jumlah (Kaleng)
Jakarta Barat dan Tangerang Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Bekasi, Karawang dan Cikarang Total
2.690 4.100 3.040 490 280 1.830 2.730 15.160
Nilai reduce cost merupakan suatu nilai yang menunjukkan bahwa apabila suatu peubah memiliki nilai reduce cost, maka setiap penambahan peubah sebesar satu satuan akan menambah nilai fungsi tujuan sebesar nilai reduce cost. Tabel 8. Analisis primal terhadap biaya distribusi No.
Variable
1
X11
2 3 4 5
X12 X13 X14 X15
6
X16
7
X17
Rayon Jakarta Barat dan Tangerang Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Bekasi, Karawang dan Cikarang
Value
Reduce Cost
2.690
0
4.100 3.040 490 280
0 0 0 0
1.830
0
2.730
0
Tabel 8 menunjukkan bahwa semua peubah memiliki nilai optimal positif. Variable X11 dengan value 2.690 berarti jumlah optimal yang dikirim ke daerah tujuan X11 adalah 2.690, sedangkan nilai reduce cost 0, berarti pengalokasian Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ke daerah tujuan X11 tidak akan menambah nilai fungsi tujuan (tidak menambah biaya distribusi). Namun, jika sebuah peubah mempunyai nilai reduce cost positif, maka jika terjadi pengiriman ke daerah tujuan peubah tersebut akan menambah nilai fungsi tujuan sebesar nilai reduce cost. Alokasi distribusi pemasaran Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ke seluruh outlet yang ada di wilayah pemasaran Jabodetabek telah optimal, terlihat dari value dan
38
reduce cost yang menunjukkan jumlah distribusi optimal ke daerah tujuan. Hasil analisis jumlah optimal Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White yang dikirimkan ke outlet sama dengan jumlah aktual Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White yang dikirimkan ke outlet yang ada di wilayah pemasaran Jabodetabek. Nilai reduce cost dari masing-masing peubah adalah 0, artinya jumlah distribusi SamatexPro Vinyl Acrylic 25 Whiteoleh PT WIS tidak mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Dengan demikian dapat dikatakn bahwa PT WIS telah mendistribusikan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White dengan optimal. 4.3.2
Analisis Dual Analisis dual merupakan analisis yang menggambarkan adanya perbaikan nilai fungsi tujuan karena naiknya ketersediaan kendala sumber daya yang dimiliki 1 unit. Pengunaan input-input dapat diketahui dari nilai slack or surplus dan nilai dual price/shadow price. Nilai slack or surplus sama dengan nol menandakan kapasitas yang habis terpakai, sebaliknya nilai slack or surplus yang tidak sama dengan nol menandakan kapasitas dalam jumlah yang berlebih (surplus). Nilai dual dari suatu input yang langka merupakan shadow price dari input-input tersebut. Perubahan sebesar satu unit dari ketersediaan akan menyebabkan perubahan dari nilai fungsi tujuan sebesar shadow price-nya. Nilai shadow price yang negatif akan menambah biaya distribusi jika terjadi kenaikan satu satuan. Nilai slack or surplus untuk kendala 1 (baris 2) sama dengan 2.840 pada Tabel 9 manandakan kapasitas yang ada dalam jumlah berlebih sebesar 2840. Nilai slack or surplus untuk kendala 2 (baris 3) sama dengan nol manandakan kapasitas yang ada habis terjual, dan nilai shadow price menandakan jika jumlah penjualan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ditambah sebesar satu unit (satu kaleng), maka akan menambah biaya distribusi Rp 1.600,-.
39
Tabel 9. Analisis dual terhadap penjualan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White
4.3.3
No.
Baris
1 2 3 4 5 6 7 8
2 3 4 5 6 7 8 9
Slack or Surplus
Dual Price
2.840 0 0 0 0 0 0 0
0 -1.600 -1.350 -1.400 -1.600 -1.400 -1.600 -1.250
Analisis Sensitivitas Kondisi optimal dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari adanya perubahan nilai-nilai yang terdapat dalam model yang digunakan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan terhadap nilai ruas kanan kendala, koefisien input-output kendala, maupun perubahan terhadap fungsi tujuan. Dalam program LINDO yang digunakan dalam penelitian ini membagi analisis sensitivitas dalam dua bagian, yaitu analisis sensitivitas nilai-nilai koefisien fungsi tujuan dan analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala-kendala. 1. Analisis Sensitivitas Nilai-nilai Koefisien Fungsi Tujuan Analisis ini menjelaskan tentang interval perubahan nilai koefisien fungsi tujuan yang diizinkan agar nilai optimal peubah keputusan tidak berubah. Perubahan biaya distribusi per kaleng Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White dapat dilihat pada kolom allowable increase dan allowable decrease. Kolom allowable increase menunjukkan batas maksimum peningkatan nilai koefisien fungsi tujuan yang diperbolehkan agar nilai optimal peubah keputusan tidak berubah. Sedangkan kolom allowable decrease menunjukkan batas maksimum penurunan nilai koefisien fungsi tujuan yang diperbolehkan, agar nilai optimal peubah keputusan tidak berubah.
40
Tabel 10. Analisis sensitivitas terhadap biaya distribusi/kaleng di tiap-tiap rayon No.
Variable
Koefisien
1 2 3 4 5 6 7
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17
1600 1350 1400 1600 1400 1600 1250
Tabel
10
menjelaskan
Allowable Increase
infinity
mengenai
perubahan masing-masing peubah
Allowable Decrease 1600 1350 1400 1600 1400 1600 1250
batasan
Satuan
Rupiah
maksimal
daerah tujuan distribusi
Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White. Pada variable X11 yaitu distribusi ke Jakarta Barat dan Tangerang, nilai allowable increase tak terbatas (infinity) dan nilai allowable decreas-nya 1.600, artinya jika biaya distribusi ke Jakarta Barat dan Tangerang meningkat sampai batas tak hingga dan menurun hingga batas 1.600 maka nilai peubah keputusan tidak akan mengalami perubahan. Namun jika biaya distribusi ke Jakarta Barat dan Tangerang turun atau naik melebihi selang tersebut, maka peubah keputusan akan mengalami perubahan. 2. Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Kendala-kendala Analisis ini menjelaskan tentang interval perubahan nilai ruas kanan kendala kapasitas produksi dan permintaan yang diizinkan agar nilai optimal peubah keputusan tidak berubah. Perubahan biaya distribusi per kaleng Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White dapat dilihat pada kolom allowable increase dan allowable decrease. Kolom allowable increase menunjukkan batas maksimum peningkatan nilai ruas kanan kendala permintaan dan penjualan yang diperbolehkan, sedangkan kolom allowable decrease menunjukkan batas maksimum penurunan nilai ruas kanan kendala permintaan dan penjualan yang diperbolehkan.
41
Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kendala kapasitas produksi dan permintaan di tiap-tiap rayon No.
Baris
1 2 3 4 5 6 7 8
2 3 4 5 6 7 8 9
Right Hand Side 18.000 2.690 4.100 3.040 490 280 1.830 2.730
Allowable Increase Infinity 2.840 2.840 2.840 2.840 2.840 2.840 2.840
Allowable Decrease 2.840 2.690 4.100 3.040 490 280 1.830 2.730
Satuan
Kaleng
Tabel 11 menjelaskan mengenai batasan masksimal perubahan distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ke setiap daerah pemasaran yang diperbolehkan sehingga tidak akan menyebabkan perubahan pada nilai dual price. Pada kendala 2, nilai allowable increase-nya 2.840 dan nilai allowable decreas-nya 2.690, artinya jika permintaan meningkat atau menurun diantara selang 2.690 sampai 2.840, maka solusi optimal tidak akan berubah. Pada kedala 1, nilai allowable increase tak terbatas dan nilai allowable decreas 2.840, artinya jika permintaan meningkat sampai batas tak hingga, maka solusi optimal tidak akan berubah. 4.4. Analisis Penyimpangan Distribusi Aktual terhadap Distribusi Optimal Distribusi aktual Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White untuk tahun 2009 sama dengan distribusi optimalnya (Tabel 12). Hal ini dapat terjadi, karena jumlah permintaan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White sama dengan jumlah penjualan aktualnya, artinya semua permintaan dapat dipenuhi oleh PT WIS dengan sumber yang ada. Meskipun semua permintaan telah terpenuhi, PT WIS masih memiliki kelebihan kapasitas supply. kelebihan ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya kelebihan permintaan dari outletoutlet yang ada di wilayah Jabodetabek.
42
Tabel 12. Penyimpangan antara distribusi aktual dan distribusi optimal Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White (kaleng) Rayon Aktual No. Optimal Penyimpangan 1 2 3 4 5 6 7
Jakarta Barat dan Tangerang Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Bekasi, Karawang dan Cikarang Total
2.690
2.690
4.100 3.040 490 280
4.100 3.040 490 280
1.830
1.830
2.730
2.730
1.5160
1.5160
0
0
4.5. Perbandingan Biaya Distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada Kondisi Aktual dengan Kondisi Optimal Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kondisi aktual distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White sama dengan kondisi optimal (Tabel 13), berarti biaya distribusi aktual sama dengan biaya distribusi Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White optimal. Tabel 13. Penyimpangan biaya distribusi aktual dan biaya distribusi optimal (rupiah) Rayon Aktual No. Optimal Penyimpangan 1 2 3 4 5 6 7
Jakarta Barat dan Tangerang Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Bekasi, Karawang dan Cikarang Total
4.304.000
4.304.000
5.535.000 4.256.000 784.000 392.000
5.535.000 4.256.000 784.000 392.000
2.928.000
2.928.000
3.412.500
3.412.500
21.611.500
21.611.500
0
0
4.6. Implikasi Manajerial PT WIS harus mempertahankan tingkat penjualan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada kondisi optimal. Sistem distribusi yang telah diterapkan saat ini telah mampu mencapai kondisi yang optimal, dan hal tersebut dapat ditingkatkan lagi, yaitu dengan aktif melakukan kegiatan promosi tentang produk-produk PT WIS yang ada melalui media-media
43
promosi online dan offline yang kini banyak tersedia. Selain itu, PT WIS juga harus selalu menciptakan menjaga sebuah hubungan yang baik dengan para pelanggan melalui pelayanan-pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan. PT WIS di harapkan lebih memprioritaskan pengriman ke rayon yang biaya distribusinya lebih rendah. Hal ini bukan berarti rayon yang biaya distribusinya lebih tinggi tidak akan menjadi prioritas dalam pelayanan PT WIS. Hal ini berlaku bila terjadi keterbatasan kapasitas produk akibat terjadinya permintaan yang tinggi dari konsumen, jika hal ini terjadi untuk meminimalkan biaya distribusi. PT WIS diharapkan lebih memprioritaskan pengriman ke rayon yang biaya distribusinya lebih rendah dan tanpa mengabaikan permintaan dari rayon yang biaya distribusinya lebih tinggi.
44
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Sistem distribusi yang digunakan oleh PT WIS adalah menerapkan strategi distribusi intensif, dimana produsen menempatkan produknya disebanyak mungkin oulet (224 unit) yang tersebar di wilayah Jabodetabek untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen, disamping juga aktif menawarkan produknya kepada konsumen akhir seperti Perusahaanperusahaan
kontraktor
bangunan,
industri-industri,
serta
perusahaan-
perusahaan marine & offshore. Biaya distribusi Samtex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ke masingmasing rayon di wilayah pamasaran Jabodetabek didapatkan dari pengolahan informasi yang diperoleh dari perusahaan meliputi data penjualan, permintaan dan biaya distribusi per kaleng Samtex-Pro Vinyl Acrylic 25 White. Dari pengolahan dengan software LINDO berbasis data penjualan dan permintaan pada tahun 2009, Distribusi optimal untuk tiap rayon adalah 2.690 kaleng untuk rayon Jakarta Barat dan Tangerang, 4.100 kaleng untuk rayo Jakarta Timur, 3.040 kaleng untuk rayon Jakarta Selatan, 490 kaleng untuk rayon Jakarta Utara, 280 kaleng untuk rayon Jakarta Pusat, 1.830 kaleng untuk rayon Bogor, Depok, Cibinong dan Parung, serta 2.730 kaleng untuk rayon Bekasi, Karawang dan Cikarang. Biaya distribusi minimum yang dicapai pada kondisi optimal Rp 21.611.500,-. Alokasi
distribusi
yang
dilakukan
oleh
PT
WIS
dalam
mendistribusikan Samtex-Pro Vinyl Acrylic 25 White telah mencapai tingkat optimal, karena jumlah permintaan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White sama dengan jumlah penjualan aktualnya.
2. Saran PT WIS perlu mempertahankan tingkat penjualan Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada kondisi optimal dan sebaiknya lebih memprioritaskan pengiriman ke rayon yang biaya distribusinya lebih rendah.
45
Perlu dilakukan penelitian mengenai optimasi distribusi yang mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi optimasi distribusi selain biaya distribusi, yaitu jalur-jalur transportasi yang ditempuh dalam mendistribusikan produk dari produsen kepada konsumen.
46
DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. 2004. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. BPS, 2009a. Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2008. www.bps.go.id/brs_file/pdb-16feb09.pdf. [26 April 2010] BPS, 2009b. Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II dan III Tahun 2009. www.bps.go.id/brs_file/pdb10ags09.pdf. [26 April 2010] Cattembok, 2007a. Sejarah Cat. http://cattembok.web.id/?sejarah-cat,6. [26 April 2010] Cattembok, 2007b. Jenis Cat. http://cattembok.web.id/?jenis-cat,7. [26 April 2010] Cattembok, 2007c. Bahan Penyusun Cat. http://cattembok.web.id/?bahanpenyusun-cat,8. [26 April 2010] Cattembok, 2007d. Mesin Produksi. http://cattembok.web.id/?mesin-produksi,18. [26 April 2010] David, F. R. 2006.. Manajemen Strategis : Konsep (Terjemahan). Salemba Empat, Jakarta. Depdag, 2007. ASEAN Free Trade Area. http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/ ASEAN persen20FTA.pdf. [26 April 2010] Heizer, J and B. Render. 1993. Operations Management. Prentice Hall International, Inc, New Jersey. Indosiar, 2010. Cina Bergabuang dalam AFTA. http://www.indosiar.com/fokus/83715/cina-bergabung-dalam-afta. [26 April 2010] KBBI, 2008. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. [ 5 Agustus 2010] Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium (Terjemahan). Prentice Hall Indonesia, Jakarta. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran (Terjemahan Jilid 2). Prentice Hall Indonesia, Jakarta. Mulyono, S. 1991. Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Pranata, B.W. 2007. Optimalisasi Distribusi Buku Bertemakan Islam dan Pengaruh Biaya Distribusi Optimal terhadap Marjin Pemasaran (Studi Kasus
47
pada CV. Pustaka Ulil Albab). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rustiani. 2006. Optimalisasi Distribusi Sarimi PT. Sari Indo Prakarsa di Wilayah Bogor dan Depok. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Subagyo, P, dkk. 2000. Dasar-dasar Operation Research. BPFE, Yogyakarta. Supranto, J. 1988. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Swastha, B dan I. Sukotjo. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Liberty, Yogyakarta. Taha, H.A. 1996. Riset Operasi (Jilid 1). Binarupa Aksara, Jakarta. Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi, Yogyakarta.
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara 1. Bagaimana sejarah singkat PT. Warna Indah Samatex ? 2. Apakah bidang usaha PT. Warna Indah Samatex ? 3. Bagaimana teknologi yang digunakan oleh PT. Warna Indah Samatex dalam memproduksi produk-produknya ? 4. Produk apakah yang dijual PT. Warna Indah Samatex ? 5. Bagaimana harga produk-produk dari PT. Warna Indah Samatex, jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis ? 6. Bagaimana sistem distribusi yang diterapkan di PT. Warna Indah Samatex? 7. Bagaimana penyebaran wilayah pemasaran PT. Warna Indah Samtex ? 8. Bagaimana cara pemasaran yang dilakukan oleh PT. Warna Indah Samtex dalam memasarkan produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ? 9. Apakah ada kendala dalam upaya distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ke berbagai wilayah pemasaran di Jabodetabek ? 10. Upaya apa yang telah dilakukan oleh PT. Warna Indah Samtex untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam proses pendistribusian produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ? 11. Bagaimana kondisi SDM PT. Warna Indah Samtex ? 12. Apakah ada kemungkinan-kemungkinan terjadinya inefisiensi dalam distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White ? a. Jika ada, apa penyebabnya ? b. Jika tidak, kenapa ? 13. Apakah distribusi yang dilakukan saat ini cukup efektif mengingat luasnya wilayah pemasaran ? 14. Bagaimana dengan sistem transportasinya ? 15. Apakah sistem transportasi yang sekarang sudah cukup efektif ? 16. Berapakah persentase biaya distribusi yang dikeluarkan dari total pengeluaran perusahaan ? 17. Apakah angka tersebut sudah memenuhi standar atau masih terlalu besar ? 18. Apakah biaya-biaya tersebut masih dapat dikurangi jumlahnya ?
50
Lanjutan Lampiran 1. 19. Fasilitas atau peralatan utama dan pendukung apakah yang diperlukan untuk memenuhi distribusi yang ideal dan optimal ? 20. Bagaimana komentar umum pihak PT. Warna Indah Samtex. terhadap sistem distribusi produk Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White yang selama ini dilakukan ?
51
Lampiran 2. Struktur organisasi PT Warna Indah Samatex Managing Director
Marketing Manager
Sales Manager Heavy Duty Division Sales Manager Industrial Division Sales Manager Decorative Division Sales Manager Rhino Linnings Division
Finance Manager
Accounting Division Administration Division
Plant Manager
R & D Manager Production Manager Logistic Supervisor Maintenance Supervisor
52
Lampiran 3. Struktur organisasi pabrik PT Warna Indah Samatex Plant Manager
R & D Manager
R&D Solvent Based Supervisor QC Solvent Based Supervisor R & D and QC Water Based Supervisor TSD
Logistic Manager
PPIC Supervisor
FGS Solvent Based/ Water Based Supervisor RM Supervisor
Production Manager
Prod Supervisor Solvent Based Prod Supervisor Water Based Milling Supervisor Color Matching Supervisor
General Affair Manager HRD Supervisor
Maintenance Supervisor
53
Lampiran 4. Nama outlet per rayon wilayah pemasaran PT Warna Indah Samatex a. Daftar nama outlet rayon Jakarta Barat dan Tangerang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Outlet Berkah Jaya, Ciputat Sinar Kembangan Yusuf Umar Atik Fajar Jaya Bp. Anjas/KMS Bp. Samuji/Pinangsia Jaya Murni Bintang Sakti Muluk Jaya Putra Betawi Damai Sejahtera Anugerah Mas Abadi Asia Jaya Berkah Jaya Bhinneka Utama Bintang Jaya Bintang Mas Cahaya Beringin Cisoka Indah Dieng Makmur
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Outlet H. Suki HM. Atjang/3 Saudara Imam Jaya Jakarta Jaya Sentosa II Kelapa Indah Libra Perkasa Mira Kita Pasti Jaya Putra Abadi 5 Putra Abadi I Putra Perkasa Putra Utama Raksa Jaya II Sinar Maria Jaya Sumber Mulya Utama Abadi I Utama Abadi II Zidan Jaya Cahaya Dharma
b. Daftar nama outlet rayon Jakarta Timur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Outlet Agung Utama Alam Jaya Ata Blok Barkah Barokah, Condet Batu Jaya Berkah LL/Watu Ireng Cawang Indah Dharma Jaya Dukuh Kaler Galuh Harapan Harpa HB Jaya Hidup Bersama Inti Bangunan Jaya Abadi Kurnia Hidayat
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Nama Outlet Sinar Muara Usaha Bersama Usman Jaya Viva Yasmin Jaya Yohani Sejahtera Usaha Pribumi Cipayung Jaya Kamin Saputra Jaya Sumber Prima Asia Baru Blambangan Dinamika Dinamika I Karya Bangunan Kurnia
54
Lanjutan Lampiran 4. No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Outlet Kurnia Jaya, Otista Merdeka Jaya MM Bangunan Mudah Berkah Mulia Jaya Nusantara Keramik Rahmat Restu Abadi Sari Jaya I Sari Jaya II Sinar Bintang Sinar Biru
No 49 50 51 52 53 54 55
Nama Outlet Kurnia Jaya,CM Istana Warna Sinar Terang Nurjaya Utama Karya Mawar Abadi IV Abadi
c. Daftar nama outlet rayon Jakarta Selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Outlet Aneka Jaya Batu Mas Luki Tunggal Jaya M. Zen Madura Indah Mega Ayu Jaya Niti Remaja Permata Indah Rimba Jaya Sinar Rapi Sumber Cahaya Sumber Usaha I Sumber Usaha II Permata Sakti Wanasari Alam Makmur 1 Alam Makmur 2 Sinar Makmur Bintang Jaya Kemenangan Kurnia Jaya I Kurnia Jaya II Kurnia Jaya, Setia Budi
No 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama Outlet Jaya Abadi H. Saaman M. Harris M. Harris (Fikri) UD. Makmur Sumber Usaha Ikhlas Jaya Kaisar KK Prima Jaya Limas Jaya Cahaya Bangunan Gayatri Rimba Jaya V Asa Berkah Berkah Abadi Putri Jaya Harris III Bintang Sakti Sederhana Jaya I Afif Jaya Mitra Utama Sederhana Jaya Ilsamas
d. Daftar nama outlet rayon Bogor, Depok, Cibinong dan Parung No 1 2 3 4 5
Nama Outlet Cimanggu Mulia Salim Jaya Usaha Jaya Jaya Bersama
No 18 19 20 21 22
Nama Outlet Teddy Saputra II Trisna Jaya Usaha Keluarga I Usaha Keluarga II CKZ Bangunan
55
Lanjutan Lampiran 4. No 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Outlet Berkah Agung Barokah/Bogor Bersama Bojong Barat Depan Griya Sarana Langgeng Jaya Mega Jaya Abadi Musi Jaya Pasir Berlian Sederhana Sinar Makmur Baru Teddy Saputra I
No 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Outlet Sahabat Berkah Utama Surya Putra Anugrah Ilahi Jaya Mandiri Heny Jaya II Ika Jaya Awi Jaya Sidomuncul Berkah Lestari Sinar Jaya Batavia Jaya Deyon Jaya
e. Daftar nama outlet rayon Bekasi, Karawang dan Cikarang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Outlet Abadi Mulya Anugerah Sejati Asia Jaya Barokah Maria Jaya Berkah Jaya, Kranji Berkah Jaya II Bintang Lima Eka Jaya Hasil Rimba Karmel Jaya Kurnia Mekar Jaya II Mulia Jaya I Mulia Jaya II Mulia Jaya III Nogo Joyo Sugih Jaya Trijaya
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Outlet Jasa Rimba Utama Asri Jaya Bumi Jaya Jaya Agung Cahaya Harapan Cikunir Jaya Sentosa Berkat Jaya II Bp. Noto Jati Indah 2 Milik Jaya Mugi Berkah R.H. Naga Baru Kita Andi Jaya Jaya Abadi
56
Lampiran 5. Jumlah penjualan aktual per rayon Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada tahun 2009 Penjualan aktual rayon Jakarta Barat dan Tangerang tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Berkah Jaya, Ciputat 80 2 Sinar Kembangan 110 3 Yusuf Umar Atik 60 4 Fajar Jaya 40 5 Bp. Anjas/KMS 40 6 Bp. Samuji/Pinangsia 50 7 Jaya Murni 60 8 Bintang Sakti 50 9 Muluk Jaya 60 10 Putra Betawi 60 11 Damai Sejahtera 60 12 Anugerah Mas 70 13 Abadi 60 14 Asia Jaya 70 15 Berkah Jaya 70 16 Bhinneka Utama 50 17 Bintang Jaya 40 18 Bintang Mas 50 19 Cahaya Beringin 50 20 Cisoka Indah 60 21 Dieng Makmur 70 22 H. Suki 70 23 HM. Atjang/3 Saudara 70 24 Imam Jaya 60 25 Jakarta 90 26 Jaya Sentosa II 100 27 Kelapa Indah 90 28 Libra Perkasa 60 29 Mira Kita 70 30 Pasti Jaya 60 31 Putra Abadi 5 80 32 Putra Abadi I 70 33 Putra Perkasa 60 34 Putra Utama 70 35 Raksa Jaya II 70 36 Sinar Maria Jaya 80 37 Sumber Mulya 90
57
Lanjutan Lampiran 5. No 38 39 40 41
Nama Outlet
Utama Abadi I Utama Abadi II Zidan Jaya Cahaya Dharma Total Penjualan aktual rayon Jakarta Timur tahun 2009 No Nama Outlet 1 Agung Utama 2 Alam Jaya 3 Ata Blok 4 Barkah 5 Barokah, Condet 6 Batu Jaya 7 Berkah LL/Watu Ireng 8 Cawang Indah 9 Dharma Jaya 10 Dukuh Kaler 11 Galuh 12 Harapan 13 Harpa 14 HB Jaya 15 Hidup Bersama 16 Inti Bangunan 17 Jaya Abadi 18 Kurnia Hidayat 19 Kurnia Jaya, Otista 20 Merdeka Jaya 21 MM Bangunan 22 Mudah Berkah 23 Mulia Jaya 24 Nusantara Keramik 25 Rahmat 26 Restu Abadi 27 Sari Jaya I 28 Sari Jaya II 29 Sinar Bintang 30 Sinar Biru 31 Sinar Muara 32 Usaha Bersama 33 Usman Jaya
Jumlah (Kaleng)
60 60 70 50 2690 Jumlah (Kaleng) 110 120 110 80 80 90 80 90 70 70 60 60 70 90 90 70 110 130 130 70 70 80 70 110 70 90 100 80 80 90 80 100 110
58
Lanjutan Lampiran 5. No 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Nama Outlet
Viva Yasmin Jaya Yohani Sejahtera Usaha Pribumi Cipayung Jaya Kamin Saputra Jaya Sumber Prima Asia Baru Blambangan Dinamika Dinamika I Karya Bangunan Kurnia Kurnia Jaya,CM Istana Warna Sinar Terang Nurjaya Utama Karya Mawar Abadi IV Abadi Total Penjualan aktual rayon Jakarta Selatan tahun 2009 No Nama Outlet 1 Aneka Jaya 2 Batu Mas 3 Luki Tunggal Jaya 4 M. Zen 5 Madura Indah 6 Mega Ayu Jaya 7 Niti Remaja 8 Permata Indah 9 Rimba Jaya 10 Sinar Rapi 11 Sumber Cahaya 12 Sumber Usaha I 13 Sumber Usaha II 14 Permata Sakti 15 Wanasari
Jumlah (Kaleng) 70 70 80 50 40 50 50 50 50 40 50 50 40 50 50 60 60 60 50 50 60 60 4100 Jumlah (Kaleng) 90 70 60 140 100 140 70 130 110 70 50 50 90 50 50
59
Lanjutan Lampiran 5. No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama Outlet
Alam Makmur 1 Alam Makmur 2 Sinar Makmur Bintang Jaya Kemenangan Kurnia Jaya I Kurnia Jaya II Kurnia Jaya, Setia Budi Jaya Abadi H. Saaman M. Harris M. Harris (Fikri) UD. Makmur Sumber Usaha Ikhlas Jaya Kaisar KK Prima Jaya Limas Jaya Cahaya Bangunan Gayatri Rimba Jaya V Asa Berkah Berkah Abadi Putri Jaya Harris III Bintang Sakti Sederhana Jaya I Afif Jaya Mitra Utama Sederhana Jaya Ilsamas Total Penjualan aktual rayon Jakarta Utara tahun 2009 No Nama Outlet 1 Azhar 2 Mekar Jaya 3 Citra Mandiri 4 Mustika Bangunan 5 Surabaya
Jumlah (Kaleng) 60 60 60 50 40 50 60 70 70 70 50 50 50 50 50 60 60 50 60 70 60 50 50 70 40 60 60 70 40 60 70 3040 Jumlah (Kaleng) 80 100 40 60 60
60
Lanjutan Lampiran 5. No 6 7 8
Nama Outlet
Jumlah (Kaleng)
Wijaya 50 Sinar Terang 50 Alvindo Sakti Perkasa 50 Total 490 Penjualan aktual rayon Jakarta Pusat tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Sampurna Jaya 70 2 PT. Mitra Teknindo S 50 3 Anda 50 4 Cahaya Baru 60 5 Kurnia Jaya, Setia Kw 50 Total 280 Penjualan aktual rayon Bogor, Depok, Cibinong dan Parung tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Cimanggu 0 2 Mulia 90 3 Salim Jaya 50 4 Usaha Jaya 50 5 Jaya Bersama 50 6 Berkah Agung 50 7 Barokah/Bogor 70 8 Bersama 60 9 Bojong Barat Depan 40 10 Griya Sarana 50 11 Langgeng Jaya 50 12 Mega Jaya Abadi 40 13 Musi Jaya 60 14 Pasir Berlian 50 15 Sederhana 70 16 Sinar Makmur Baru 30 17 Teddy Saputra I 80 18 Teddy Saputra II 50 19 Trisna Jaya 40 20 Usaha Keluarga I 40 21 Usaha Keluarga II 50 22 CKZ Bangunan 70 23 Sahabat Berkah Utama 50 24 Surya Putra 70 25 Anugrah Ilahi 50 26 Jaya Mandiri 70
61
Lanjutan Lampiran 5. No 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Outlet
Jumlah (Kaleng)
Heny Jaya II 50 Ika Jaya 60 Awi Jaya 60 Sidomuncul 50 Berkah Lestari 70 Sinar Jaya 50 Batavia Jaya 50 Deyon Jaya 60 Total 1830 Penjualan aktual rayon Bekasi, Karawang dan Cikarang tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Abadi Mulya 120 2 Anugerah Sejati 100 3 Asia Jaya 110 4 Barokah Maria Jaya 130 5 Berkah Jaya, Kranji 70 6 Berkah Jaya II 90 7 Bintang Lima 90 8 Eka Jaya 90 9 Hasil Rimba 80 10 Karmel Jaya 100 11 Kurnia 110 12 Mekar Jaya II 110 13 Mulia Jaya I 110 14 Mulia Jaya II 80 15 Mulia Jaya III 80 16 Nogo Joyo 140 17 Sugih Jaya 150 18 Trijaya 110 19 Jasa Rimba Utama 60 20 Asri Jaya 40 21 Bumi Jaya 50 22 Jaya Agung 50 23 Cahaya Harapan 40 24 Cikunir Jaya 60 25 Sentosa 60 26 Berkat Jaya II 60 27 Bp. Noto 40 28 Jati Indah 2 40 29 Milik Jaya 50
62
Lanjutan Lampiran 5. No 30 31 32 33 34 35
Nama Outlet Mugi Berkah R.H. Naga Baru Kita Andi Jaya Jaya Abadi Total
Jumlah (Kaleng) 60 60 60 50 40 40 2730
63
Lampiran 6. Jumlah permintaan per rayon Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White Tahun 2009 Permintaan rayon Jakarta Barat dan Tangerang tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Berkah Jaya, Ciputat 80 2 Sinar Kembangan 110 3 Yusuf Umar Atik 60 4 Fajar Jaya 40 5 Bp. Anjas/KMS 40 6 Bp. Samuji/Pinangsia 50 7 Jaya Murni 60 8 Bintang Sakti 50 9 Muluk Jaya 60 10 Putra Betawi 60 11 Damai Sejahtera 60 12 Anugerah Mas 70 13 Abadi 60 14 Asia Jaya 70 15 Berkah Jaya 70 16 Bhinneka Utama 50 17 Bintang Jaya 40 18 Bintang Mas 50 19 Cahaya Beringin 50 20 Cisoka Indah 60 21 Dieng Makmur 70 22 H. Suki 70 23 HM. Atjang/3 Saudara 70 24 Imam Jaya 60 25 Jakarta 90 26 Jaya Sentosa II 100 27 Kelapa Indah 90 28 Libra Perkasa 60 29 Mira Kita 70 30 Pasti Jaya 60 31 Putra Abadi 5 80 32 Putra Abadi I 70 33 Putra Perkasa 60 34 Putra Utama 70 35 Raksa Jaya II 70 36 Sinar Maria Jaya 80 37 Sumber Mulya 90
64
Lanjutan Lampiran 6. No 38 39 40 41
Nama Outlet
Utama Abadi I Utama Abadi II Zidan Jaya Cahaya Dharma Total Permintaan rayon Jakarta Timur tahun 2009 No Nama Outlet 1 Agung Utama 2 Alam Jaya 3 Ata Blok 4 Barkah 5 Barokah, Condet 6 Batu Jaya 7 Berkah LL/Watu Ireng 8 Cawang Indah 9 Dharma Jaya 10 Dukuh Kaler 11 Galuh 12 Harapan 13 Harpa 14 HB Jaya 15 Hidup Bersama 16 Inti Bangunan 17 Jaya Abadi 18 Kurnia Hidayat 19 Kurnia Jaya, Otista 20 Merdeka Jaya 21 MM Bangunan 22 Mudah Berkah 23 Mulia Jaya 24 Nusantara Keramik 25 Rahmat 26 Restu Abadi 27 Sari Jaya I 28 Sari Jaya II 29 Sinar Bintang 30 Sinar Biru 31 Sinar Muara 32 Usaha Bersama 33 Usman Jaya
Jumlah (Kaleng)
60 60 70 50 2690 Jumlah (Kaleng) 110 120 110 80 80 90 80 90 70 70 60 60 70 90 90 70 110 130 130 70 70 80 70 110 70 90 100 80 80 90 80 100 110
65
Lanjutan Lampiran 6. No 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Nama Outlet
Viva Yasmin Jaya Yohani Sejahtera Usaha Pribumi Cipayung Jaya Kamin Saputra Jaya Sumber Prima Asia Baru Blambangan Dinamika Dinamika I Karya Bangunan Kurnia Kurnia Jaya,CM Istana Warna Sinar Terang Nurjaya Utama Karya Mawar Abadi IV Abadi Total Permintaan rayon Jakarta Selatan tahun 2009 No Nama Outlet 1 Aneka Jaya 2 Batu Mas 3 Luki Tunggal Jaya 4 M. Zen 5 Madura Indah 6 Mega Ayu Jaya 7 Niti Remaja 8 Permata Indah 9 Rimba Jaya 10 Sinar Rapi 11 Sumber Cahaya 12 Sumber Usaha I 13 Sumber Usaha II 14 Permata Sakti 15 Wanasari
Jumlah (Kaleng) 70 70 80 50 40 50 50 50 50 40 50 50 40 50 50 60 60 60 50 50 60 60 4100 Jumlah (Kaleng) 90 70 60 140 100 140 70 130 110 70 50 50 90 50 50
66
Lanjutan Lampiran 6. No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama Outlet
Alam Makmur 1 Alam Makmur 2 Sinar Makmur Bintang Jaya Kemenangan Kurnia Jaya I Kurnia Jaya II Kurnia Jaya, Setia Budi Jaya Abadi H. Saaman M. Harris M. Harris (Fikri) UD. Makmur Sumber Usaha Ikhlas Jaya Kaisar KK Prima Jaya Limas Jaya Cahaya Bangunan Gayatri Rimba Jaya V Asa Berkah Berkah Abadi Putri Jaya Harris III Bintang Sakti Sederhana Jaya I Afif Jaya Mitra Utama Sederhana Jaya Ilsamas Total Permintaan rayon Jakarta Utara tahun 2009 No Nama Outlet 1 Azhar 2 Mekar Jaya 3 Citra Mandiri 4 Mustika Bangunan 5 Surabaya 6 Wijaya
Jumlah (Kaleng) 60 60 60 50 40 50 60 70 70 70 50 50 50 50 50 60 60 50 60 70 60 50 50 70 40 60 60 70 40 60 70 3040 Jumlah (Kaleng) 80 100 40 60 60 50
67
Lanjutan Lampiran 6. No 7 8
Nama Outlet
Jumlah (Kaleng)
Sinar Terang 50 Alvindo Sakti Perkasa 50 Total 490 Permintaan rayon Jakarta Pusat tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Sampurna Jaya 70 2 PT. Mitra Teknindo S 50 3 Anda 50 4 Cahaya Baru 60 5 Kurnia Jaya, Setia Kw 50 Total 280 Permintaan rayon Bogor, Depok, Cibinong dan Parung tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Cimanggu 0 2 Mulia 90 3 Salim Jaya 50 4 Usaha Jaya 50 5 Jaya Bersama 50 6 Berkah Agung 50 7 Barokah/Bogor 70 8 Bersama 60 9 Bojong Barat Depan 40 10 Griya Sarana 50 11 Langgeng Jaya 50 12 Mega Jaya Abadi 40 13 Musi Jaya 60 14 Pasir Berlian 50 15 Sederhana 70 16 Sinar Makmur Baru 30 17 Teddy Saputra I 80 18 Teddy Saputra II 50 19 Trisna Jaya 40 20 Usaha Keluarga I 40 21 Usaha Keluarga II 50 22 CKZ Bangunan 70 23 Sahabat Berkah Utama 50 24 Surya Putra 70 25 Anugrah Ilahi 50 26 Jaya Mandiri 70 27 Heny Jaya II 50
68
Lanjutan Lampiran 6. No 28 29 30 31 32 33 34
Nama Outlet
Jumlah (Kaleng)
Ika Jaya 60 Awi Jaya 60 Sidomuncul 50 Berkah Lestari 70 Sinar Jaya 50 Batavia Jaya 50 Deyon Jaya 60 Total 1830 Permintaan rayon Bekasi, Karawang dan Cikarang tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Abadi Mulya 120 2 Anugerah Sejati 100 3 Asia Jaya 110 4 Barokah Maria Jaya 130 5 Berkah Jaya, Kranji 70 6 Berkah Jaya II 90 7 Bintang Lima 90 8 Eka Jaya 90 9 Hasil Rimba 80 10 Karmel Jaya 100 11 Kurnia 110 12 Mekar Jaya II 110 13 Mulia Jaya I 110 14 Mulia Jaya II 80 15 Mulia Jaya III 80 16 Nogo Joyo 140 17 Sugih Jaya 150 18 Trijaya 110 19 Jasa Rimba Utama 60 20 Asri Jaya 40 21 Bumi Jaya 50 22 Jaya Agung 50 23 Cahaya Harapan 40 24 Cikunir Jaya 60 25 Sentosa 60 26 Berkat Jaya II 60 27 Bp. Noto 40 28 Jati Indah 2 40 29 Milik Jaya 50 30 Mugi Berkah 60
69
Lanjutan Lampiran 6. No 31 32 33 34 35
Nama Outlet R.H. Naga Baru Kita Andi Jaya Jaya Abadi Total
Jumlah (Kaleng) 60 60 50 40 40 2730
70
Lampiran 7. Biaya distribusi aktual per rayon Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White pada tahun 2009 Biaya distribusi aktual rayon Jakarta Barat dan Tangerang tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) Jumlah (Rp) 1 Berkah Jaya, Ciputat 80 128000 2 Sinar Kembangan 110 176000 3 Yusuf Umar Atik 60 96000 4 Fajar Jaya 40 64000 5 Bp. Anjas/KMS 40 64000 6 Bp. Samuji/Pinangsia 50 80000 7 Jaya Murni 60 96000 8 Bintang Sakti 50 80000 9 Muluk Jaya 60 96000 10 Putra Betawi 60 96000 11 Damai Sejahtera 60 96000 12 Anugerah Mas 70 112000 13 Abadi 60 96000 14 Asia Jaya 70 112000 15 Berkah Jaya 70 112000 16 Bhinneka Utama 50 80000 17 Bintang Jaya 40 64000 18 Bintang Mas 50 80000 19 Cahaya Beringin 50 80000 20 Cisoka Indah 60 96000 21 Dieng Makmur 70 112000 22 H. Suki 70 112000 23 HM. Atjang/3 Saudara 70 112000 24 Imam Jaya 60 96000 25 Jakarta 90 144000 26 Jaya Sentosa II 100 160000 27 Kelapa Indah 90 144000 28 Libra Perkasa 60 96000 29 Mira Kita 70 112000 30 Pasti Jaya 60 96000 31 Putra Abadi 5 80 128000 32 Putra Abadi I 70 112000 33 Putra Perkasa 60 96000 34 Putra Utama 70 112000 35 Raksa Jaya II 70 112000 36 Sinar Maria Jaya 80 128000 37 Sumber Mulya 90 144000
71
Lanjutan Lampiran 7. No 38 39 40 41
Nama Outlet
Jumlah (Kaleng)
Utama Abadi I 60 Utama Abadi II 60 Zidan Jaya 70 Cahaya Dharma 50 Total 2690 Biaya distribusi aktual rayon Jakarta Timur tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Agung Utama 110 2 Alam Jaya 120 3 Ata Blok 110 4 Barkah 80 5 Barokah, Condet 80 6 Batu Jaya 90 7 Berkah LL/Watu Ireng 80 8 Cawang Indah 90 9 Dharma Jaya 70 10 Dukuh Kaler 70 11 Galuh 60 12 Harapan 60 13 Harpa 70 14 HB Jaya 90 15 Hidup Bersama 90 16 Inti Bangunan 70 17 Jaya Abadi 110 18 Kurnia Hidayat 130 19 Kurnia Jaya, Otista 130 20 Merdeka Jaya 70 21 MM Bangunan 70 22 Mudah Berkah 80 23 Mulia Jaya 70 24 Nusantara Keramik 110 25 Rahmat 70 26 Restu Abadi 90 27 Sari Jaya I 100 28 Sari Jaya II 80 29 Sinar Bintang 80 30 Sinar Biru 90 31 Sinar Muara 80 32 Usaha Bersama 100 33 Usman Jaya 110
Jumlah (Rp) 96000 96000 112000 80000 4304000 Jumlah (Rp) 148500 162000 148500 108000 108000 121500 108000 121500 94500 94500 81000 81000 94500 121500 121500 94500 148500 175500 175500 94500 94500 108000 94500 148500 94500 121500 135000 108000 108000 121500 108000 135000 148500
72
Lanjutan Lampiran 7. No 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Nama Outlet
Jumlah (Kaleng)
Viva 70 Yasmin Jaya 70 Yohani 80 Sejahtera 50 Usaha Pribumi 40 Cipayung Jaya 50 Kamin 50 Saputra Jaya 50 Sumber Prima 50 Asia Baru 40 Blambangan 50 Dinamika 50 Dinamika I 40 Karya Bangunan 50 Kurnia 50 Kurnia Jaya,CM 60 Istana Warna 60 Sinar Terang 60 Nurjaya 50 Utama Karya 50 Mawar Abadi IV 60 Abadi 60 Total 4100 Biaya distribusi aktual rayon Jakarta Selatan tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Aneka Jaya 90 2 Batu Mas 70 3 Luki Tunggal Jaya 60 4 M. Zen 140 5 Madura Indah 100 6 Mega Ayu Jaya 140 7 Niti Remaja 70 8 Permata Indah 130 9 Rimba Jaya 110 10 Sinar Rapi 70 11 Sumber Cahaya 50 12 Sumber Usaha I 50 13 Sumber Usaha II 90 14 Permata Sakti 50 15 Wanasari 50
Jumlah (Rp) 94500 94500 108000 67500 54000 67500 67500 67500 67500 54000 67500 67500 54000 67500 67500 81000 81000 81000 67500 67500 81000 81000 5535000 Jumlah (Rp) 126000 98000 84000 196000 140000 196000 98000 182000 154000 98000 70000 70000 126000 70000 70000
73
Lanjutan Lampiran 7. No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama Outlet Jumlah (Kaleng) Alam Makmur 1 60 Alam Makmur 2 60 Sinar Makmur 60 Bintang Jaya 50 Kemenangan 40 Kurnia Jaya I 50 Kurnia Jaya II 60 Kurnia Jaya, Setia Budi 70 Jaya Abadi 70 H. Saaman 70 M. Harris 50 M. Harris (Fikri) 50 UD. Makmur 50 Sumber Usaha 50 Ikhlas Jaya 50 Kaisar KK 60 Prima Jaya 60 Limas Jaya 50 Cahaya Bangunan 60 Gayatri 70 Rimba Jaya V 60 Asa Berkah 50 Berkah Abadi 50 Putri Jaya 70 Harris III 40 Bintang Sakti 60 Sederhana Jaya I 60 Afif Jaya 70 Mitra Utama 40 Sederhana Jaya 60 Ilsamas 70 Total 3040 Biaya distribusi aktual rayon Jakarta Utara tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) 1 Azhar 80 2 Mekar Jaya 100 3 Citra Mandiri 40 4 Mustika Bangunan 60 5 Surabaya 60 6 Wijaya 50
Jumlah (Rp) 84000 84000 84000 70000 56000 70000 84000 98000 98000 98000 70000 70000 70000 70000 70000 84000 84000 70000 84000 98000 84000 70000 70000 98000 56000 84000 84000 98000 56000 84000 98000 4256000 Jumlah (Rp) 128000 160000 64000 96000 96000 80000
74
Lanjutan Lampiran 7. No 7 8
Nama Outlet Jumlah (Kaleng) Jumlah (Rp) Sinar Terang 50 80000 Alvindo Sakti Perkasa 50 80000 Total 490 784000 Biaya distribusi aktual rayon Jakarta Pusat tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) Jumlah (Rp) 1 Sampurna Jaya 70 98000 2 PT. Mitra Teknindo S 50 70000 3 Anda 50 70000 4 Cahaya Baru 60 84000 5 Kurnia Jaya, Setia Kw 50 70000 Total 280 392000 Biaya distribusi aktual rayon Bogor, Depok, Cibinong dan Parung tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) Jumlah (Rp) 1 Cimanggu 0 0 2 Mulia 90 144000 3 Salim Jaya 50 80000 4 Usaha Jaya 50 80000 5 Jaya Bersama 50 80000 6 Berkah Agung 50 80000 7 Barokah/Bogor 70 112000 8 Bersama 60 96000 9 Bojong Barat Depan 40 64000 10 Griya Sarana 50 80000 11 Langgeng Jaya 50 80000 12 Mega Jaya Abadi 40 64000 13 Musi Jaya 60 96000 14 Pasir Berlian 50 80000 15 Sederhana 70 112000 16 Sinar Makmur Baru 30 48000 17 Teddy Saputra I 80 128000 18 Teddy Saputra II 50 80000 19 Trisna Jaya 40 64000 20 Usaha Keluarga I 40 64000 21 Usaha Keluarga II 50 80000 22 CKZ Bangunan 70 112000 23 Sahabat Berkah Utama 50 80000 24 Surya Putra 70 112000 25 Anugrah Ilahi 50 80000 26 Jaya Mandiri 70 112000 27 Heny Jaya II 50 80000
75
Lanjutan Lampiran 7. No 28 29 30 31 32 33 34
Nama Outlet
Jumlah (Kaleng)
Jumlah (Rp) Ika Jaya 60 96000 Awi Jaya 60 96000 Sidomuncul 50 80000 Berkah Lestari 70 112000 Sinar Jaya 50 80000 Batavia Jaya 50 80000 Deyon Jaya 60 96000 Total 1830 2928000 Biaya distribusi aktual rayon Bekasi, Karawang dan Cikarang tahun 2009 No Nama Outlet Jumlah (Kaleng) Jumlah (Rp) 1 Abadi Mulya 120 150000 2 Anugerah Sejati 100 125000 3 Asia Jaya 110 137500 4 Barokah Maria Jaya 130 162500 5 Berkah Jaya, Kranji 70 87500 6 Berkah Jaya II 90 112500 7 Bintang Lima 90 112500 8 Eka Jaya 90 112500 9 Hasil Rimba 80 100000 10 Karmel Jaya 100 125000 11 Kurnia 110 137500 12 Mekar Jaya II 110 137500 13 Mulia Jaya I 110 137500 14 Mulia Jaya II 80 100000 15 Mulia Jaya III 80 100000 16 Nogo Joyo 140 175000 17 Sugih Jaya 150 187500 18 Trijaya 110 137500 19 Jasa Rimba Utama 60 75000 20 Asri Jaya 40 50000 21 Bumi Jaya 50 62500 22 Jaya Agung 50 62500 23 Cahaya Harapan 40 50000 24 Cikunir Jaya 60 75000 25 Sentosa 60 75000 26 Berkat Jaya II 60 75000 27 Bp. Noto 40 50000 28 Jati Indah 2 40 50000 29 Milik Jaya 50 62500 30 Mugi Berkah 60 75000
76
Lanjutan Lampiran 7. No 31 32 33 34 35
Nama Outlet R.H. Naga Baru Kita Andi Jaya Jaya Abadi Total
Jumlah (Kaleng) 60 60 50 40 40 2730
Jumlah (Rp) 75000 75000 62500 50000 50000 3412500
77
Lampiran 8. Nama rayon wilayah pemasaran Samatex-Pro Vinyl Acrylic 25 White dan variable yang mewakilinya No 1 2 3 4 5 6 7
Rayon Jakarta Barat dan Tangerang Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat Bogor, Depok, Cibinong dan Parung Bekasi, Karawang dan Cikarang
Variabel X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17
Biaya Distribusi/Kaleng (Rp) 1600 1350 1400 1600 1400 1600 1250
78
Lampiran 9. Input data model LP min
1600X11+1350X12+1400X13+1600X14+1400X15+1600X16+1250X17 st
X11+X12+X13+X14+X15+X16+X17<=18000 X11>=2690 X12>=4100 X13>=3040 X14>=490 X15>=280
X16>=1830 X17>=2730 end
79
Lampiran 10. Output data hasil pengolahan LINDO LP OPTIMUM FOUND AT STEP
7
OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1)
0.2161150E+08
VARIABLE
VALUE
X11
2690.000000
X13
3040.000000
X12
4100.000000
X14
490.000000
X15
280.000000
X16
1830.000000
ROW
SLACK OR SURPLUS
X17
2)
2730.000000
3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) NO. ITERATIONS=
2840.000000
REDUCED COST
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
DUAL PRICES 0.000000
0.000000
-1600.000000
0.000000
-1400.000000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 7
-1350.000000 -1600.000000 -1400.000000 -1600.000000 -1250.000000
80
Lanjutan Lampiran 10. RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:
VARIABLE
CURRENT
X11
1600.000000
X13
1400.000000
X12 X14 X15 X16 X17
COEF
1350.000000 1600.000000 1400.000000
1600.000000 1250.000000
ROW
CURRENT
2
18000.000000
4
4100.000000
3 5 6 7 8 9
RHS
OBJ COEFFICIENT RANGES ALLOWABLE
ALLOWABLE
INFINITY
1600.000000
INFINITY
1400.000000
INCREASE
INFINITY INFINITY INFINITY
INFINITY
INFINITY
1600.000000
1250.000000
INFINITY
2840.000000
2840.000000
4100.000000
INCREASE
2840.000000
2730.000000
1400.000000
ALLOWABLE
3040.000000
1830.000000
1600.000000
ALLOWABLE
2840.000000
280.000000
1350.000000
RIGHTHAND SIDE RANGES
2690.000000
490.000000
DECREASE
2840.000000 2840.000000 2840.000000 2840.000000
DECREASE
2690.000000 3040.000000 490.000000 280.000000
1830.000000 2730.000000