Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Pengembangan subsektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh sebab itu, komoditas tanaman pangan memegang peranan utama dalam memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan seiring pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Visi dan Misi Presiden RI Tahun 2015-2019 tertuang dalam bentuk trisakti antara lain : 1) kedaulatan politik, 2) Berdikari dalam ekonomi, 3) Kepribadian dalam kebudayaan dan dirumuskan dalam Nawacita. dalam
Salah satu sasaran
Nawacita yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
nasional (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20152019), arah tersebut dituangkan dalam pembangunan pertanian berkelanjutan yaitu meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pertanian, serta meningkatkan
pendapatan
petani.
Sedangkan
sasarannya
adalah
kesejahteraan masyarakat pertanian meningkat, dan kedaulat pangan serta berkelanjutan dapat terwujud serta tercapainya pengembangan subsektor tanaman pangan yang menjadi salah satu strategi dalam upaya memacu pertumbuhan wilayah/kawasan. Dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, Pemerintahan Kabinet Kerja telah menetapkan target pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai pada tahun 2017. namun komoditas lain secara sinergi terus untuk dikembangkan dalam substitusi pengganti beras menuju kedaulatan pangan terutama komoditas aneka umbi. Penanganan pascapanen tanaman pangan sebagian besar masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal yang ditandai oleh penggunaan peralatan
sarana
pascapanen
yang
sederhana
dan
kurang
optimal.
Permasalahan yang mendasar dalam hal penanganan pascapanen tanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
1
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
pangan antara lain susut terbatasnya
sumberdaya
kuantitas dan manusia
pertanian
kualitas, keamanan pangan, dan
keterbatasan
dalam
penerapan inovasi teknologi pascapanen, serta modal yang terbatas. Pada tahun 2015 telah ditetapkan sasaran produksi padi sebesar 73,40 juta ton gabah kering giling (GKG); jagung sebesar 20,31 juta ton pipilan kering; kedelai 1,50 juta ton biji kering; kacang tanah sebesar 742,75 ribu ton biji kering; kacang hijau sebesar 291,55 ribu ton biji kering; ubikayu sebesar 26,53 juta ton umbi basah dan ubi jalar sebesar 2,65 juta ton umbi basah. Peningkatan sasaran produksi tanaman pangan setiap tahun, perlu didukung dengan upaya pengamanan produksi secara mutlak. Salah satu upaya dalam pengamanan hasil adalah melalui penanganan pascapanen yang baik dan benar sehingga dapat menurunkan susut hasil. Kondisi saat ini tingkat susut hasil yang terjadi di lapangan masih tinggi, angka susut hasil padi sebesar 10,43% (berdasarkan survei susut hasil padi tahun 2012), susut hasil jagung 5,2%, susut hasil kedelai 15,5%, susut hasil kacang tanah 15,2%, susut hasil ubikayu 12,5%, dan susut hasil ubijalar 18%. Target penurunan susut sesuai dengan Rencana Strategis Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan maka pada tahun 2015 untuk padi sebesar 0,50%; jagung sebesar 0,20%, kedelai sebesar 0,20%, kacang tanah 0,10%, ubikayu sebesar 0,50%, dan ubijalar sebesar 0,50%. Pengamanan hasil dan penurunan susut hasil tanaman pangan akan dapat terlaksana dengan baik, apabila dilakukan peningkatan terhadap pengetahuan dan
keterampilan
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
pertanian,
seperti
aparat/petugas dan penyuluh pertanian serta para petani dalam kelompok tani (poktan)/gabungan kelompok tani (gapoktan). Di samping peningkatan kedua faktor tersebut, juga dialokasikan kegiatan pendukung lainnya berupa fasilitasi sarana pascapanen tanaman pangan, sehingga terbina sinkronisasi antara kemampuan teknis dan operasionalisasi sarana pascapanen yang tersedia. Untuk mendukung upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan memberikan dukungan sarana fasilitasi bantuan sarana pascapanen
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
2
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tanaman Pangan baik dari APBN maupun APBN-P Tahun 2015 berupa Combine Harvester Kecil, Vertical Dryer Padi, Corn Sheller, Vertical Dryer jagung dan Power Thrseher Multiguna. Diharapkan dengan bantuan sarana pascapanen tersebut akan membantu petani pada proses penanganan panen, mengamankan produksi, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman pangan dalam bentuk anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Sistem pengganggaran tahun 2015 untuk kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman pangan sudah dialokasikan di Satuan Kerja (Satker) Provinsi, sehingga terdapat DIPA Dekonsentrasi (Dekon) dan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Secara keseluruhan kegiatan dan anggaran penanganan pascapanen tanaman
pangan
meliputi
kegiatan
Bimbingan
Teknis
Penanganan
Pascapanen Tanaman Pangan, Pemutakhiran Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan, Monitoring dan Evaluasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan. Untuk melaksanakan kegiatan pascapanen tanaman pangan tahun 2015, berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja
Direktorat
Jenderal
Tanaman
Pangan
Nomor
:
SP.DIPA-
018.03.1.238251/2015 tanggal 14 November 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman
Pangan
mendapatkan
alokasi
anggaran
APBN
sebesar
Rp.71.498.554.000,- dengan rincian a) anggaran Pusat Rp.6.548.500.000,b) Dekonsentrasi Rp. 6.990.500.000,- c) Tugas Pembantuan (provinsi) Rp. 57.959.554.000,- meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung Rp. 52.231.554.000,- dan pembinaan/monev Rp. 5.728.000.000,Berdasarkan revisi ke-2 DIPA tanggal 6 Maret 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan UPSUS peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (alokasi dana APBN-P) sebesar Rp. 5.400.000.000, pembinaan dan pengawalan UPSUS (Sumsel) Rp.1.600.000.000,-sehingga total anggaran Direktorat
Pascapanen Tanaman
Pangan
menjadi
Rp.78.498.554.000,-
(semula Rp.71.498.554.000, naik 9,79%) yang terdiri dari anggaran Pusat sebesar Rp.11.948.500.000,-(semula Rp. 6.548.500.000, naik 82,46 %) Dekonsentrasi
sebesar
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Rp.8.590.500.000,- (semula
Rp.6.990.500.000,3
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
naik 22,89%) dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp.57.959.554.000,(tidak mengalami perubahan) meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung
sebesar
Rp.52.231.554.000,-
dan
pembinaan/monev
sebesar
Rp.5.728.000.000. Dalam rangka mendukung Program Upaya Khusus (UPSUS) Percepatan Pencapaian Swasembada padi, jagung dan kedelai tahun 2017 melalui perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya, berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SPDIPA) Induk Tahun Anggaran 2015 Nomor SP.DIPA-018.08.0/2015 tanggal 14 November 2014, Persetujuan Revisi Kedua Nomor SP DIPA-018.08.1/2015 tanggal 6 Maret 2015,
Direktorat
Pascapanen
Tanaman
pangan
mendapatkan
alokasi
Anggaran APBN-P Pada DIPA Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) sebesar Rp. 844.675.625.000,- meliputi ; a) kegiatan Dukungan fasilitasi bantuan
sarana
pascapanen
sebesar
Rp.832.350.000.000,-
dan
pembinaan/monev sebesar Rp.12.325.625.000,Berdasarkan revisi sisa hasil penghematan tanggal 13 November 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan dukungan sarana Pascapanen Tanaman
Pangan
sumber
dana
APBN-P
sebesar
Rp.83.160.802.000,- sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
sumber
APBN-P
menjadi
Rp.927.836.427.000,-
(semula
Rp.844.675.625.000 naik 9,85%) yang terdiri dari anggaran kegiatan Dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen sebesar Rp.915.168.402.000,- (semula Rp.832.350.000.000,-,
naik
8,28%)
dan
pembinaan/monev
sebesar
Rp 12.668.025.000, (semula Rp.12.325.625.000,- naik 2,78%) Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan selama kurun waktu 1 (satu) tahun, maka perlu disusun laporan kegiatan dan dirangkum sebagai laporan tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015. B.
Tujuan Tujuan penyusunan laporan tahunan adalah memaparkan hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan kegiatan di tahun 2015, dan sebagai evaluasi serta acuan dalam melakukan kegiatan di tahun berikutnya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
4
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A.
Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan. Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan upaya yang sangat strategis dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional karena mempunyai peranan yang cukup besar baik secara langsung maupun tidak langsung. Penanganan pascapanen secara langsung memiliki peranan dalam menekan susut hasil (losses), mempertahankan mutu hasil dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pendapatan petani. Pemerintah
Indonesia
pada
program
pembangunan
pertanian
telah
menetapkan komoditas prioritas utama untuk subsektor tanaman pangan yaitu padi, jagung dan kedelai, namun komoditas lain secara sinergi terus untuk dikembangkan dalam substitusi pengganti beras menuju kedaulatan pangan terutama komoditas aneka umbi. Penanganan pascapanen tanaman pangan sebagian besar masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal yang ditandai oleh penggunaan peralatan sarana pascapanen yang sederhana dan kurang optimal. Permasalahan yang mendasar dalam hal penanganan pascapanen tanaman pangan antara lain susut kuantitas dan kualitas, keamanan
pangan,
terbatasnya
sumberdaya
manusia
pertanian
dan
keterbatasan dalam penerapan inovasi teknologi pascapanen, serta modal yang terbatas. Keadaan ini semakin sulit dengan munculnya tantangan yang harus dihadapi Indonesia, khususnya dalam menghadapi diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir tahun 2015 yaitu persaingan daya saing produk pertanian meliputi : (1) Tuntutan standarisasi produk & proses, (2) Tuntutan kandungan pangan yang tidak berbahaya, rendah residu bahan kimia, (3) Tuntutan integrasi pengelolaan rantai pasok (supply chain management), dan (5) Peningkatan kualitas mutu & keamanan pangan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan di atas, maka perlu dianalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam hal penanganan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
5
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
pascapanen tanaman pangan sehingga perlu dilaksanakan program dan kegiatan yang berkesinambungan dan terintegrasi
antar Kementerian/
Lembaga/Instansi di tingkat Pusat, serta antara Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam hal penanganan pascapanen tanaman pangan. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu diterapkan suatu strategi dalam hal penanganan pascapanen tanaman pangan yang diterapkan atau diimplementasikan melalui program dan kegiatan. Implementasi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk Rancangan Program RKA-K/L Tahun 2015 dan mempersiapkan perencanaan anggaran untuk Rencana Kerja (Renja) Lima Tahun yaitu 2015-2019. Output Rancangan Kebijakan terkait dengan RKA-K/L Direktorat Pascapanen Tahun 2015 disusun dalam dokumen RKA-K/L TA 2015 meliputi 4 (empat) rancangan, yaitu : 1) Rencana Kerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2016, 2) Rancangan Kegiatan dan Anggaran (RKA-K/L) Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2016, 3) Rencana Strategis Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 - 2019, dan 4) Penyusunan Satuan Harga Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2016. 1.
Anggaran dan Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015. Pagu alokasi anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 berdasarkan hasil penelaahan RKAK/L Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2015 dengan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut: a)
Pagu anggaran definitif Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 sebesar Rp.71.498.554.000,- dengan rincian kegiatan Satker Pusat Rp. 6.548.500.000,-, Dekon Rp.6.990.500.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi Rp.57.959.554.000,- meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung Rp.52.231.554.000,- dan pembinaan/monev Rp.5.728.000.000,-
b)
Kegiatan fasilitasi dukungan sarana pascapanen refocusing jagung tahun 2015 senilai Rp. 52.231.554.000,- terdiri dari:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
6
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
1)
Bantuan sarana pascapanen model jagung (corn sheller, crusher, vertical dryer dan bangunan, dan corn combine harvester) untuk mendukung kawasan GPPTT jagung sebanyak 108
unit
dengan
anggaran
Rp.33.168.000.000,-
yang
dialokasikan di 7 provinsi pada 7 kabupaten (Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur); 2)
Bantuan sarana pascapanen regular jagung (corn sheller, flat bed dryer+bangunan, corn combine harvester) 133 unit dengan anggaran Rp.19.063.554.000,- yang dialokasikan di 28 provinsi pada 85 kabupaten.
c)
Pagu anggaran definitif Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan (APBN) tahun 2015 Pusat dan Daerah, sebagaimana tabel berikut: Tabel 1 :
Kegiatan dan Anggaran Pascapanen Tahun 2015 per Kegiatan dan Anggaran Pascapanen Tahun 2015 31 Desember 2015 Per 31 Desember 2015
No. 1765 A. 1 2 3 4 5 6
7 B. 1
2
C.
Kegiatan
Output Satuan Volume
Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan PUSAT Rancangan Kebijakan Rancangan Pedoman Bidang Pascapanen Pedoman Bahan Informasi Bidang Pascapanen Buku Laporan Kegiatan Penanganan Pascapanen Laporan Rapat Koordinasi Pascapanen Rapat Layanan Perkantoran Bulan - Alat Pengolah Data Unit - Peralatan Perkantoran Unit Rehab kantor Paket PROVINSI Dekonsentrasi - Bimtek, Monev, Database Provinsi - Gerakan Pascapanen Provinsi - SIPP Ubikayu Provinsi Tugas Pembantuan - Bantuan Sarana Pascapanen Unit - Pengawalan, Monev, Database Kabupaten KABUPATEN - SIPP Ubikayu Kabupaten
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
4 4 14 43 3 12 31 23 1
28 9 1 241 92 1
Anggaran (Rp.000) 71,498,554,000 6,548,500,000 329,840,000 597,357,000 748,048,000 3,500,439,000 542,339,000 357,820,000 182,353,000 91,892,000 198,412,000 64,843,054,000 6,990,500,000 4,750,500,000 2,070,000,000 170,000,000 57,852,554,000 52,231,554,000 5,621,000,000 107,000,000 107,000,000
7
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
d)
Kegiatan fasilitasi dukungan sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2015 (APBN-P) di DIPA Ditjen Prasarana Dan Sarana Pertanian senilai Rp. 832.350.000.000,- terdiri dari: 1)
Combine
Harvester Kecil,
2790
unit,
dengan
anggaran
Rp. 362.700.000.000,2)
Vertical Dryer Padi, Kapasitas 3,5-6 ton/proses, 170 unit, dengan anggaran Rp. 158.950.000.000,-
3)
Vertical Dryer Jagung, Kapasitas 3,5-6 ton/proses, 220 unit, dengan anggaran Rp. 205.700.000.000,-
4)
Corn Sheller, 2000 unit, dengan anggaran Rp. 60.000.000.000,-
5)
Power Thresher Multiguna, 1500 unit, dengan anggaran Rp. 45.000.000.000,-
2.
Rancangan Anggaran Dan Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2016. a)
Pagu alokasi anggaran Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan tahun 2016 setelah penghematan 45 Milyar sebesar
Rp.
843.172.816.000,-
meliputi
kegiatan
Pusat
Rp. 25.222.816.000,- Dekon Rp. 34.204.000.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp.783.746.000.000,- (terdiri dari anggaran dukungan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tanaman
pangan7600
Rp. 764.086.000.000,-
unit
dengan
anggaran
sebesar
dan anggaran pembinaan, bimtek, monev
sebesar Rp. 19.660.000.000 di 32 provinsi dan 398 kabupaten). b)
Kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di satker PUSAT dengan anggaran Rp. 25.222.816.000,- dengan rincian kegiatan sebagai berikut : 1)
Kegiatan
Direktorat
Pengolahan
dan
Pemasaran
Hasil
Tanaman Pangan TA. 2016 terdiri dari kegiatan Perencanaan dan pelaporan, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
8
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 2 : Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan di Satker Pusat Tahun 2016 (per 31 Desember 2015) NO 1
KEGIATAN KEGIATAN DIREKTORAT
1,467,264,000
1765.994.056 PERENCANAAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TP 051
Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Direktorat Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
1,467,264,000 1,467,264,000
A
Pedoman/Petunjuk Teknis Kegiatan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
122,239,000
B
Renstra Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP TA.2016-2019
194,313,000
C
Renja Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP TA. 2017
157,772,000
D
RKAKL Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP TA.2017
131,750,000
E
Rapat Koordinasi Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP
591,450,000
F
Buku Saku Kegiatan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP TA. 2016
G
Focus Group Discussion
051
18,975,000 250,765,000
1765.994.057 PELAPORAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TP LAPORAN BULANAN, TAHUNAN DAN LAKIP
100,300,000 100,300,000
F
Laporan Bulanan
51,300,000
G H
Laporan Tahunan
34,400,000
052
2)
ANGGARAN (RP.000)
14,600,000
LAKIP SPI DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TP
1,093,000,000 50,900,000
A
Pedoman SPI Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
B
Pengawalan SPI Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
642,100,000
C
Rapat Evaluasi Kegiatan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
400,000,000
Kegiatan Subdit Pascapanen Kegiatan Subdit Pascapanen selegkapnya disajikan pada tabel berikut Tebel 3 : Kegiatan Subdit Pascapanen Tahun 2016 NO 1
KEGIATAN KEGIATAN SUBDIT PASCAPANEN
1765.994.051 PENGAMANAN SUSUT HASIL PRODUKSI TANAMAN PANGAN 052
Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
A
Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen TP
C
Penguatan Pengelolaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 2016
E
Pengawalan Kegiatan Dit PPHTP dan Ditjen Tanaman Pangan
ANGGARAN (RP.000) 12,331,501,000 12,331,501,000 1,873,361,000 213,500,000 1,238,950,000 420,911,000
053
Melaksanakan Penyaluran Alsintan Pascapanen
10,000,000,000
A
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
10,000,000,000
054 B 055 D
Melaksanakan Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
252,276,000
Pendampingan Gerakan Pascapanen Tanaman Pangan
252,276,000
Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan penanganan pascapanen TP
205,864,000
Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen TP
205,864,000
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
9
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
3)
Kegiatan Subdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Kegiatan
Subdit
Pengolahan
Hasil
Tanaman
Pangan
selegkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 4 : Kegiatan Subdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 NO 2
KEGIATAN KEGIATAN SUBDIT PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN
1765.994.052 PENINGKATAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN 052
3,228,205,000 3,228,205,000 1,246,630,000
A
Bimbingan Teknis
303,170,000
B
Database Sarana Pascapanen dan Pengolahan Tanaman Pangan
422,600,000
C
Bahan Informasi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
127,860,000
D
Gelar Teknologi Pengolahan Tanaman Pangan
393,000,000
054
4)
Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
ANGGARAN (RP.000)
Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan penanganan pengolahan hasil
1,981,575,000
D
Pengawalan UPSUS Peningkatan Produksi PJK
1,793,500,000
E
Monitoring dan Evaluasi
188,075,000
Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 5 : Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu Tahun 2016 NO 4
KEGIATAN KEGIATAN SUBDIT STANDARDISASI DAN MUTU
1765.994.053 PENGEMBANGAN STANDARDISASI DAN MUTU
ANGGARAN (RP.000) 1,465,776,000 1,465,776,000
Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Standardisasi dan mutu hasil tanaman pangan
802,526,000
A
Rapat Koordinasi Pengembangan Mutu Komiditi Strategis TP
447,731,000
B
Perumusan SNI Tanaman Pangan
226,095,000
C
Bahan Informasi Mutu dan Standardisasi
128,700,000
Melaksanakan Fasilitasi Sertifikasi
343,700,000
Pengawalan Penerapan Mutu dan Organik
343,700,000
Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan pelaporan standarisasi dan mutu
319,550,000
Monitoring dan Evaluasi
319,550,000
052
053 D 054 E
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
10
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
5)
Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi selengkapanya disajkikan pada tabel berikut : Tabel 6 : Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi Tahun 2016 NO 5
ANGGARAN (RP.000)
KEGIATAN KEGIATAN SUBDIT PEMASARAN HASIL DAN INVESTASI
4,557,250,000
1765.994.054 PENGEMBANGAN PEMASARAN HASIL DAN INVESTASI
919,300,000
E
Akselerasi Ekspor Komoditi Tanaman Pangan
371,400,000
H
Gelar Potensi dan Peluang Investasi Tanaman Pangan
547,900,000
052
053
Melaksanakan Pengembangan informasi harga
B
Koordinasi Pelayanan Informasi Pasar
C
Pengembangan Informasi Pasar
055
1,237,000,000 975,000,000 262,000,000
Melaksanakan promosi dan investasi tanaman pangan
2,001,660,000
A
Promosi dan Investasi Tanaman Pangan
F
Promosi Produk Tanaman Pangan (Dalam dan Luar Negeri)
1,013,400,000
056
Melaksanakan pemantauan stok hasil tanaman pangan
274,590,000
Pemantauan stok Hasil Tanaman Pangan
274,590,000
Melaksanakan Monitoring, evaluasi dan pelaporan pengembangan pemasaran hasil dan investasi
124,700,000
Monitoring dan Evaluasi
124,700,000
D 057 I
6)
4,557,250,000
Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan pengembangan pemasaran hasil dan investasi
988,260,000
Kegiatan Ketatausahaan dan Kepegawaian Kegiatan Ketatausahaan dan Kepegawaian selengkapanya disajikan pada tabel berikut : Tabel
7
:
Kegiatan Ketatausahaan Tahun 2016
NO 5
KEGIATAN KEGIATAN KETATAUSAHAAN DAN KEPEGAWAIAN
1765.994.055 KETATAUSAHAAN DAN KEPEGAWAIAN 051
dan
Kepegawaian
ANGGARAN (RP.000) 979,520,000 979,520,000
KETATAUSAHAAN DAN KEPEGAWAIAN
979,520,000
A
Ketatausahaan dan Kepegawaian
244,370,000
B
Keuangan dan Perlengkapan
57,200,000
C
Pengadaan alat pengolah data
510,500,000
D
Pengadaan Peralatan Perkantoran
167,450,000
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
11
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
c)
Kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di satker Dekonsentrasi dengan anggaran Rp. 34.204.000.000,selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 8 :
Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 di Satker Dekonsentrasi (per 31 Desember 2015)
No
Kegiatan
Satuan (Rp)
Alokasi Anggaran (Rp)
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
34,204,000
II
DEKONSENTRASI
34,204,000
1
Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
32 Prov
Bimtek Pascapanen
32 Prov
2
Gerakan Pascapanen Tanaman Pangan
80,000
2,560,000 3,605,000
3 Prov
750,000
a. Gerakan Pascapanen Padi (Sultra)
Prov
250,000
b. Gerakan Pascapanen Jagung (Sulteng)
Prov
250,000
3
c. Gerakan Pascapanen Kedelai (Sulsel)
Prov
250,000
4
Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubi Kayu/GHP (Jawa Timur)
1 Prov
130,000
130,000
Monev Pascapanen
32 Prov
30,000
960,000
5
Fasilitasi Pengadaan Sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan
32 Prov
625,000
6
Database Sarana Pascapanen
32 Prov
2,620,000
7
Bimtek Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
32 Prov
60,000
1,920,000
8
Monev Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
32 Prov
30,000
960,000
9
Database Sarana Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
32 Prov
20,000
640,000
10 Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
26 Prov
80,000
2,080,000
11
26 Prov
Fasilitasi sertifikasi pangan organik berbasis kelompok
4,614,000
12 Monev dan Evaluasi Standardisasi dan Mutu
26 Prov
30,000
780,000
13 Koordinasi Pelayanan Informasi Pasar (PIP)
34 Prov
40,000
1,360,000
14 Pengembangan Informasi Pasar (PIP) Provinsi
34 Prov
48,000
1,632,000
276 Prov
18,000
4,968,000
17 Pemantauan Stok dan Harga
34 Prov
40,000
1,360,000
18 Promosi dan Investasi Tanaman Pangan
33 Prov
50,000
1,650,000
19 Monitoring dan Evaluasi Pemasaran dan Investasi TP
33 Prov
30,000
990,000
15 Pengembangan Informasi Pasar (PIP) Kabupaten
d)
Volume
Kegiatan dukungan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di satker Tugas Pembantuan Provinsi, dengan anggaran sebesar Rp. 746.086.000.000,- selengkapanya disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
12
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 9 : Kegiatan Dukungan Sarana Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan di satker Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2016 NO
VOLUME (UNIT)
SARANA
ANGGARAN (RP.000)
ALOKASI
1
Combine Harvester Kecil
1954
130,000
254,020,000
25 Prov, 247 Kab
2
Combine Harvester Sedang
1500
170,000
255,000,000
23 Prov, 233 Kab
3
Combine Harvester Besar
200
485,000
97,000,000
14 Prov, 74 Kab
4
Vertical Dryer Padi 30 Ton/proses
2
2,749,000
5,498,000
1 Prov, 1 Kab
5
Vertical Dryer Padi 3,5 - 6 Ton/proses
3
794,000
2,382,000
1 Prov, 1 Kab
6
Power Thresher
950
20,000
19,000,000
25 Prov, 197 Kab
7
Fasilitasi RMU
8
Corn Sheller
100
374,000
37,400,000
26 Prov, 95 Kab
2000
28,000
56,000,000
27 Prov, 193 Kab
9
Vertical Dryer Jagung 3,5 - 6 Ton/proses
1
814,000
814,000
10
UPH JAGUNG
60
150,000
9,000,000
20 Prov, 37 Kab
11
Power Thresher Multiguna (Wilayah Barat)
264
28,000
7,392,000
18 Prov, 85 Kab
12
Power Thresher Multiguna (Wilayah Timur)
36
30,000
1,080,000
5 Prov, 15 Kab
13
UPH KEDELAI
30
150,000
4,500,000
15 Prov, 21 Kab
14
SARANA PENGANGKUT
500
30,000
15,000,000
31 Prov, 283 Kab
TOTAL
e)
SATUAN (RP.000)
7600
1 Prov, 1 Kab
764,086,000
Alokasi dukungan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di 32 provinsi pada 398 kabupaten, selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 10 : Alokasi Dukungan Sarana Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 DUKUNGAN SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016
NO.
VERTIKAL VERTIKAL COMBINE DRYER PADI + DRYER PADI + FASILITASI COMBINE COMBINE POWER HARVESTER BANGUNAN BANGUNAN RMU + HARVESTER HARVESTER THRESHER SEDANG KAP 30 KAP 3,5-6 BANGUNA KECIL (UNIT) BESAR (UNIT) (UNIT) (UNIT) TON/PROSES TON/PROSES N (UNIT) (UNIT) (UNIT)
SATKER
UNIT TOTAL ALOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG DKI JABAR JATENG DI YOGYAKARTA
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
UNIT
1,954
1,500
88
79 145 16 4 39 141 21 103 -
64 54 25 8 136 151 338 32
|
UNIT
UNIT
UNIT
200 29 16 15 -
UNIT
2 -
3 3 -
UNIT
950
100
20 24 30 18 10 43 85 10
4 4 2 8 2 6
142 126 16
8 7 1
13
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
DUKUNGAN SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016
NO.
COMBINE COMBINE COMBINE HARVESTER HARVESTER HARVESTER SEDANG KECIL (UNIT) BESAR (UNIT) (UNIT)
SATKER
UNIT 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
JATIM KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA BALI NTB NTT MALUKU PAPUA MALUT BANTEN BABEL GORONTALO KEPRI PAPUA BARAT SULBAR KALTARA
UNIT
108 60 90 144 65 65
UNIT
283 36 53 48 10 59 170 75 50 30 12 35 15 46 30 -
47 127 48 52 84 66 20 35 30 17
VERTIKAL VERTIKAL DRYER PADI + DRYER PADI + FASILITASI POWER BANGUNAN BANGUNAN RMU + THRESHER KAP 30 KAP 3,5-6 BANGUNA (UNIT) TON/PROSES TON/PROSES N (UNIT) (UNIT) (UNIT) UNIT
-
UNIT -
9 15 65 16 1 9 6
-
2 -
8 5 6 -
UNIT
UNIT
154 10 14 6 10 12 10 41 21 27 42 12 30
7 2 2 3 2 2 3 6 2 4 3 3 3 4 5
-
5 2
37
DUKUNGAN SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016
NO.
SATKER
TOTAL ALOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
VERTIKAL DRYER JAGUNG + BANGUNAN KAP 3,5-6 TON/PROSES (UNIT)
POWER THRESHER MULTIGUNA (UNIT)
SARANA PENGANGKUT HASIL PERTANIAN (UNIT)
UNIT
UNIT
UNIT
UNIT
2,000
ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG DKI JABAR JATENG DI YOGYAKARTA JATIM KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA BALI NTB NTT MALUKU PAPUA MALUT BANTEN BABEL GORONTALO KEPRI PAPUA BARAT SULBAR KALTARA
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
CORN SHELLER (UNIT)
1
65 100 25 45 85 25 95 105 115 9 180 40 10 65 10 156 60 247 90 15 135 107 20 20 6 130
-
-
-
300
500
21 18
15 23 9 13 16 27 15 17
6 10 12 10 15 1
-
23 23
24 8 8 11 14 17 9 25 8 11 10 5 -
40 -
|
23 22 6 32 13 13 18 12 11 13 50 14 5 20 18 16 16 10 10 2 12 -
6
14 15
6
-
14
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
B.
Pedoman Bidang Pascapanen 1.
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan. Pedoman pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2015 bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota sehingga kegiatan menjadi lebih terarah. Pedoman pelaksanaan bersifat umum, sehingga dalam aplikasinya harus dijabarkan kedalam pedoman teknis dan dijabarkan di tingkat Provinsi dan Kabupaten. Diperlukan koordinasi yang baik antara Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan program dan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan. Keberhasilan program dan kegiatan Tahun 2015, sangat tergantung kepada komitmen semua pihak (stakeholder) yang terkait baik tingkat Pusat dan Daerah. Melalui pedoman pelaksanaan Kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan diharapkan program dan kegiatan dari APBN Tahun Anggaran 2015 dapat terlaksana dengan baik sehingga menyelamatkan hasil dan menurunkan susut hasil tanaman pangan. Tujuan Pedoman Pelaksanaan penanganan pascapanen tanaman pangan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat berjalan secara efektif, efisien, akuntabel dan transparan, serta sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan antara lain : a.
Meningkatnya pemahaman atau persamaan persepsi
petugas di
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Program dan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat lebih terarah dan sesuai anggaran yang tersedia.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
15
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
b.
Meningkatnya koordinasi dalam pelaksanaan Program dan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan antara pihak pelaksana di tingkat Pusat dan Daerah.
c.
Meningkatnya efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan kegiatan dan
anggaran
pascapanen
tanaman
pangan
sehingga
mempermudah dalam pengendalian, monitoring dan evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan. d.
Memberikan penjelasan mengenai mekanisme pelaksanaan kegiatan pascapanen tanaman pangan dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh berbagai pihak yang terlibat termasuk Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan poktan/gapoktan.
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015, dilengkapi dengan tabel dan lampiran penting sebagai referensi lokasi yang lebih rinci terkait program dan kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. 2.
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. a.
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) SPI Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dirancang untuk memberikan pembekalan yang memadai bagi pimpinan dan pegawai lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan agar dapat melaksanakan pembinaan atas penyelenggaran SPI dan meningkatkan efektifitas pengawasan dan pengendalian di lingkungan masing-masing instansi. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) SPI Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan bertujuan: 1)
Mewujudkan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
16
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
keuangan dan kegiatan, pengamanan aset negara dan taat terhadap peraturan perundang-undangan 2)
Sebagai petunjuk pelaksanaan bagi Tim SPI dalam melakukan penilaian penerapan sistem pengendalian intern di lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.
3)
Mengantisipasi secara dini permasalahan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat dicari solusi pemecahannya.
Sasaran penyusunan Juklak SPI Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan adalah terlaksananya kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Ruang lingkup pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang dijabarkan ke dalam masing-masing Kegiatan Utama di lingkungan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, meliputi unsur-unsur berikut : 1)
Lingkungan pengendalian Pimpinan dan seluruh pegawai Direktorat Pascapanen harus mampu
menciptakan dan
memelihara
lingkungan
dalam
keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat. 2)
Penilaian risiko Pengendalian intern harus mampu memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi, baik dari luar maupun dari dalam.
3)
Kegiatan pengendalian Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
17
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
4)
Informasi dan komunikasi Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain sesuai ketentuan. Informasi disajikan dalam bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga
memungkinkan
pimpinan
secara
berjenjang
melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. 5)
Pemantauan pengendalian intern Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja baik secara kualitatif dan kuantitatif dari waktu ke waktu serta memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti.
Kegiatan Utama Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan yang menjadi fokus dari kegiatan pemantauan, pengendalian dan evaluasi sebagai berikut : 1)
Kegiatan Ketatausahaan meliputi : a) Monitoring Kehadiran Pegawai;
b) Mengurus Kartu Taspen, BPJS, Karpeg dan
Karsu/Karis/ KORPRI; c) Penyusunan Rencana Kebutuhan dan Pengembangan
Pegawai
;
d)
Menyiapkan
Bahan
dan
Memproses Daftar Penilaian Kinerja Pegawai ; e) Menyusun Daftar Urut Kepangkatan (DUK) ; f) Menyajikan Data SIMPEG; g) Menyiapkan Bahan Penyusunan SKP, ANJAB dan ABK; h) Usulan Pencairan Anggaran Perjalanan 2)
Kegiatan Teknis meliputi : a) Perencanaan Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan ; b) Penyusunan Rencana Strategi c)
Direktorat
Pascapanen
Tanaman
Pangan
;
Penyusunan Pedoman Pelaksanaan/Pedoman Teknis ;
d) Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; e) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; f) Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; g) Penyusunan Bahan Informasi Bidang Pascapanen (Buku, Leaflet, Booklet) ; h) Pengukuran Susut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
18
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Hasil Pascapanen Tanaman Pangan ; i) Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; j) Sosialisasi Penerapan Pascapanen Ubikayu (GHP) ; k) Pertemuan/Rapat Koordinasi/ Focus
Group
Discussion
(FGD)
Kegiatan
Penanganan
Pascapanen Tanaman Pangan ; l) Visualisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; m) Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan ; n) Laporan Bulanan, Laporan Tahunan dan Bahan Rapim ; o) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pengendalian kegiatan melalui SPI diharapkan dapat : 1)
Mengetahui
perkembangan
pelaksanaan
kegiatan
secara
berkala. 2)
Meningkatkan
akuntabilitas
kinerja
kegiatan
penanganan
pascapanen tanaman pangan. 3)
Mengantisipasi sedini mungkin permasalahan dan kendala yang dihadapi pada setiap tahapan kegiatan pengelolaan anggaran penanganan pascapanen tanaman pangan,
4) b.
Mencegah terjadinya kerugian negara.
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Tahun 2015. Untuk mendukung pembangunan subsektor tanaman pangan, Direktorat
Pascapanen
Tanaman
Pangan
Tahun
2015
mengalokasikan kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman pangan dalam bentuk anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Secara
keseluruhan
kegiatan
dan
anggaran
pengelolaan
pascapanen tanaman pangan dialokasikan di 32 Provinsi dan 207 Kabupaten/Kota,
berupa
Bimbingan
Teknis
Penanganan
Pascapanen Tanaman Pangan, Penyusunan Updating Database Sarana
Pascapanen
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Tanaman
Pangan,
Rapat
Koordinasi
19
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan, dan Evaluasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan TA. 2011 – 2014. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan perlu melakukan pengendalian atas pelaksanaan Program/Kegiatan
Pascapanen
Tanaman
pangan
khususnya
Bantuan sarana pascapanen secara komprehensif baik pusat maupun daerah melalui pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Sistem Pengendalian Intern diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan sehingga dapat melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Periode
Pengendalian
Kegiatan/Pengelolaan
Bantuan
Sarana
Pascapanen APBN Tahun 2015 Dilakukan per triwulan selama tahun anggaran yaitu :
c.
1)
Triwulan I
:
Bulan Januari – Maret 2015
2)
Triwulan II
:
Bulan April – Juni 2015
3)
Triwulan III
:
Bulan Juli – September 2015
4)
Triwulan IV
:
Bulan Oktober – Desember 2015
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN-P Tahun 2015. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 memberikan dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dari dana APBN-P TA 2015 dalam bentuk sarana pascapanen tanaman pangan berupa sarana Combine Harvester Kecil, Vertical Dryer Padi, Corn Sheller, Vertical Dryer Jagung dan Power Thresher Multiguna. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan perlu melakukan pengendalian atas pelaksanaan Program/Kegiatan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Pascapanen
Tanaman
pangan
khususnya 20
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
bantuan sarana pascapanen secara komprehensif baik pusat maupun daerah melalui pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Sistem Pengendalian Intern diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan sehingga dapat melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, transparan, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Periode pengendalian kegiatan APBN-P Tahun 2015 dilakukan per triwulan selama tahun anggaran yaitu : 1)
Triwulan II
:
Bulan April – Juni 2015
2)
Triwulan III
:
Bulan Juli – September 2015
3)
Triwulan IV
:
Bulan Oktober – Desember 2015
Pelaksanaan pengendalian kegiatan bantuan sarana pascapanen dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. 1.
Tingkat Pusat : a)
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen di tingkat Provinsi.
b)
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten sampai ke tingkat poktan/gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
21
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
2.
Tingkat Provinsi a)
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen di tingkat Provinsi.
b)
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten sampai ke tingkat poktan/gapoktan.
3.
Tingkat Kabupaten a)
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen di tingkat Kabupaten.
b)
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten sampai ke tingkat poktan/gapoktan.
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) SPI Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN dan APBN-P Tahun 2015 bertujuan untuk: 1)
Mewujudkan pelaksanaan pengendalian kegiatan bantuan sarana pascapanen yang efektif dan efisien, laporan keuangan handal, pengamanan aset negara dan taat terhadap peraturan perundangundangan;
2)
Mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana dan
mengantisipasi secara dini permasalahan dan kendala yang
dihadapi sehingga dapat dicari solusi pemecahannya; 3)
Memberikan panduan bagi unit kerja/Satker lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam pelaksanaan SPI kegiatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dana APBN-P.
Sasaran penyusunan Juklak SPI ini adalah : 1)
Tercapainya
tujuan
pelaksanaan
kegiatan
bantuan
sarana
pascapanen tanaman pangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel; 2)
Terciptanya peningkatan akuntabilitas kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, provinsi dan kabupaten;
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
22
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
3)
Tercapainya peningkatan manajemen pengelolaan bantuan sarana pascapanen di pusat, provinsi dan kabupaten.
Dalam implementasinya, SPI harus dilaksanakan secara komprehensif dan penuh tanggung jawab sesuai ketentuan dengan melibatkan semua pihak terkait. Untuk itu diperlukan dukungan dan komitmen yang kuat dalam hal kebijakan dan pembinaan dalam pelaksanaannya.
C.
Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan. Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015 merupakan upaya Pemerintah dalam memberdayakan poktan/gapoktan, melalui pengelolaan dana Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk barang, sehingga prosedur pengadaan dan penyaluran barang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 1)
APBN Besarnya nilai bantuan sarana pascapanen tanaman pangan untuk masing-masing komoditas telah ditentukan dalam DIPA APBN Tahun 2015 dan dialokasikan pada DIPA Tugas Pembantuan Provinsi di masingmasing Satker Dinas Pertanian Provinsi. Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada tahun 2015 difokuskan khusus untuk sarana pascapanen jagung , dengan jumlah bantuan sarana pasapanen jagung sebanyak 212 unit senilai Rp.52.231.554.000,- yang dibagi menjadi dua yaitu bantuan sarana pascapanen jagung untuk kawasan dan untuk regular. Jumlah bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN Tahun 2015 sebagai berikut : a.
Sarana pascapanen jagung (kawasan): 1)
Corn
sheller
(alat
pemipil
jagung)
per
unit
senilai
Rp. 33.000.000,- (tiga puluh tiga juta rupiah) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
23
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
2)
Vertical dryer jagung + bangunan senilai total Rp. 958.000.000,(sembilan ratus lima puluh delapan juta rupiah) sebanyak 29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Dengan rincian Vertical Dryer seharga Rp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah), dengan implement tambahan Crusher seharga Rp. 23.000.000,- (dua puluh tiga juta rupiah), dan bangunan seharga Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan.
3)
Corn Combine Harvester (mesin pemanen jagung) per unit senilai Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.
b.
Sarana pascapanen jagung (reguler): a)
Corn Sheller (pemipil jagung) per unit senilai Rp. 33.000.000,(tiga puluh tiga juta rupiah) sebanyak 90 unit dialokasikan di 28 Provinsi, 80 Kabupaten.
b)
Flat Bed Dryer + bangunan senilai total Rp. 359.000.000,- (tiga ratus lima puluh sembilan juta rupiah) sebanyak 35 unit dialokasikan di 21 Provinsi, 35 Kabupaten. Flat Bed Dryer senilai Rp. 210.000.000,- (dua ratus sepuluh juta rupiah) sedangkan bangunan senilai Rp 149.000.000,- (seratus empat puluh sembilan juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan.
c)
Corn Combine Harvester (mesin pemanen jagung) per unit senilai Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebanyak 7 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.
d)
Power Thresher Multiguna (mesin perontok serbaguna) senilai Rp. 28.554.000,- (dua puluh delapan juta lima ratus lima puluh empat ribu rupiah) sebanyak 1 unit dialokasikan di 1 Provinsi, 1 Kabupaten.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
24
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan tersebut harus sesuai dengan dengan spesifikasi teknis minimal yang terdapat pada Pedoman
Teknis
Tanaman
Pangan
Pengelolaan Tahun
Bantuan
2015.
Sarana
Khusus
Pascapanen
pengadaan
sarana
pengering (dryer) sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan bangunan/rehab bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang tersedia, poktan/gapoktan terpilih harus menyiapkan bangunan secara swadaya untuk penempatan sarana pengering tersebut. Seluruh bantuan peralatan dan mesin wajib dilakukan uji operasional, setelah bantuan diserahterimakan kepada poktan/gapoktan terpilih. 2)
APBN-P Kegiatan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P tahun 2015, berada di DIPA PSP dan dikelola oleh satker PSP. Berdasarkan DIPA PSP, pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi untuk kegiatan bantuan sarana pascapanen tanaman sebesar
Rp. 844.675.625.000,-
yang terdiri dari anggaran pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan sebesar Rp. 832.350.000000,- dan anggaran pembinaan sebesar Rp. 12.325.625.000,Berdasarkan revisi sisa hasil penghematan tanggal 13 November 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan dukungan sarana Pascapanen
Tanaman
Pangan
sumber
dana
APBN-P
sebesar
Rp.83.160.802.000,- sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sumber
APBN-P menjadi Rp.927.836.427.000,-
(semula Rp.844.675.625.000 naik 9,85%) yang terdiri dari anggaran kegiatan Dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen sebesar Rp.915.168.402.000,- (semula Rp.832.350.000.000,- naik 8,28%) dan pembinaan/monev
sebesar
Rp
12.668.025.000,
(semula
Rp.12.325.625.000,- naik 2,78%)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
25
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Sesuai penambahan Pagu Anggaran, maka terdapat perubahan jumlah bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P Tahun 2015 semula 6.680 menjadi 7.499, dengan rincian sebagai berikut : a.
Combine Harvester Kecil senilai Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah) semula 2.790 unit menjadi 3.060 unit.
b.
Vertical Dryer Padi senilai Rp. 935.000.000,- (sembilan ratus tiga puluh lima juta rupiah) semula 170 unit berkurang menjadi 166 unit dengan rincian: paket sarana dryer senilai Rp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan.
c.
Corn Sheller senilai Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) semula 2.000 unit menjadi 2.088 unit.
d.
Vertical Dryer Jagung senilai Rp.935.000.000,- (sembilan ratus tiga puluh lima juta rupiah) semula 220 unit berkurang menjadi 207 unit dengan rincian : paket sarana dryer senilai Rp.685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp.250.000.000,-
(dua ratus lima puluh juta rupiah)
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan; e.
Power Thresher Multiguna senilai Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) semula 1.500 unit menjadi 1.836 unit;
3)
f.
Penambahan alokasi Combine Harvester Besar sebanyak 125 unit.
g.
Penambahan alokasi Flat Bed Dryer Padi sebanyak 6 unit.
h.
Penambahan alokasi Corn Combine Harvester sebanyak 11 unit.
Kriteria Calon Penerima Bantuan Sosial Kriteria calon penerima bantuan social berupa barang disusun sebagai dasar untuk melakukan seleksi calon penerima bantuan agar sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang ditentukan. Kriteria calon penerima bantuan mencakup kriteria calon petani, kriteria calon lokasi dan kriteria teknis.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
26
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
a)
Kriteria Calon Penerima (poktan/gapoktan) (1)
Penerima bantuan sarana pascapanen jagung diarahkan untuk mendukung program swasembada;
(2)
Penerima kelompok
bantuan
sarana
pascapanen
(poktan/gapoktan)
yang
jagung
telah
adalah
dikukuhkan
lembaga/instansi yang berwenang dan memenuhi persyaratan administrasi kelompok dan harus ada titik kordinat lokasi kelompok; (3)
Bersedia,
mampu dan
mengoptimalkan bantuan sesuai
dengan Pedoman Teknis Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan; (4)
Bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat bantuan
sarana
pascapanen
tanaman
pangan
yang
diterimanya dengan baik; (5)
Harus dapat memanfaatkan bantuan sarana pascapanen bagi seluruh anggota kelompok dan dapat dikembangkan untuk membantu poktan/gapoktan disekitarnya;
(6)
Dapat mengelola bantuan sarana pascapanen tersebut secara profesional
sehingga
memberikan
keuntungan
bagi
poktan/gapoktan; (7)
Memiliki komitmen menyediakan biaya operasional kegiatan usaha sarana pascapanen tersebut;
(8)
Kelompok penerima dalam memanfaatkan bantuan harus berintegrasi dengan unit pengelola alsintan/ UPJA dalam atau di luar kelompok;
(9)
Sarana pascapanen jagung harus dimanfaatkan untuk seluruh anggota kelompok dan dapat dimobilisasi ke kelompok di sekitarnya atau di wilayah lain;
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
27
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
(10) Bantuan sarana diletakkan dalam kawasan yang terkonsolidasi dalam unit prosesing yang melayani pascapanen di sentra produksi jagung dan dapat tersebar secara proporsional pada kawasan
dengan
luasan
tertentu
dalam
suatu
kendali
pengelolaan unit usaha gapoktan; (11) Dapat bermitra dengan swasta untuk menjalin keberlanjutan sarana pascapanen jagung; (12) Ketentuan tentang kemitraan dengan swasta harus dituangkan dalam dokumen tertulis yang memuat hak dan kewajiban para pihak, yang diketahui Kepala Dinas Pertanian setempat selaku penanggungjawab program pertanian; (13) Belum pernah menerima bantuan sarana pascapanen yang sejenis dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Instansi Lain; (14) Khusus penerima bantuan sarana pengering (dryer) harus mampu
menyediakan
lahan
untuk
menempatkan
dryer
tersebut yang dikukuhkan dengan surat pernyataan hibah atau hak guna pakai; (15) Kelompok
penerima
harus
membuat
analisa
rencana
pemanfaatan sarana; (16) Kelompok penerima harus membuat laporan pemanfaatan dan analisa usaha dan bersedia menyampaikan laporan secara berkala
dan
berjenjang
Kabupaten/Kota/Provinsi
dan
kepada
Dinas
Pertanian
Pusat
(Direktorat
Jenderal
Tanaman Pangan cq. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan). (17) Bersedia untuk dipindahkan ke lokasi lain jika poktan/gapoktan tidak mampu memanfaatkan bantuan sarana pascapanen yang diterima (tidak operasional lagi).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
28
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
b)
Kriteria Calon Lokasi Penerima Barang (1)
Poktan/gapoktan penerima bantuan berada di lokasi sentra produksi jagung;
(2)
Penerima bantuan sarana pascapanen berada di lokasi peningkatan produktivitas;
(3)
Poktan/gapoktan penerima bantuan berada dalam wilayah Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai kriteria yang telah ditetapkan,
aktif
bekerjasama Pemerintah
dan mempunyai
baik
dengan
dalam
komitmen
lingkungan
mendukung
serta
maupun
pembangunan
mau
dengan pertanian
khususnya tanaman pangan; (4)
Calon lokasi poktan/gapoktan layak dan/atau berpotensi ditumbuhkembangkan usaha pertanian.
4)
Kriteria Calon Lokasi Penerima barang di Kawasan Pengembangan Jagung a)
Berada dalam satu kawasan yaitu areal yang berdekatan (tidak harus dalam satu hamparan dan diupayakan berada dalam satu wilayah adminstrasi tetapi boleh lintas wilayah) seperti kriteria yang telah
ditetapkan
oleh
DIrektorat
Budidaya
Serealia
dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi yang meliputi distribusi dan logistik sarana pascapanen; b)
Daerah
yang
berpotensi
untuk
pengembangan,
yaitu
yang
provitasnya masih rendah (<5 ton/ha) dan petaninya berpengalaman menanam jagung; c)
Satu kawasan dibagi dalam satuan/unit @ 25 hektar dan satu kawasan terdiri dari 20 unit dan jika luas wilayah kerja bukan kelipatan 25 hektar maka 1 unit bisa gabungan dari 2 atau lebih kelompok tani tetangga (yang berdekatan);
d)
Diharapkan dibentuk gabungan kelompok tani atau unit usaha organisasi yang memayungi seluruh kelompok tani.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
29
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Realisasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Penanganan Pascapanen APBN dan APBN-P Tahun 2015. a.
APBN Realisasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Penanganan Pascapanen APBN tahun 2015 meliputi realisasi fisik 205 unit (96,70% dari target 212 unit) dan realisasi keuangan sebesar Rp. 40.421.053.265,- (77,39% dari Pagu
Rp.52.231.554.000,-),
rincian
realisasi
APBN
selengkapnya
disajikan pada tabel berikut : Tabel 11 :
NO
Jenis Sarana
Realisasi Pelaksanaan Dukungan Pascapanen APBN Tahun 2015
Pagu
Target
(Rp)
(unit)
Realisasi s/d 31 Desember 2015
NILAI KONTRAK
BASTB Rp
Sarana
%
Realisasi unit
Penanganan
PENGHEMATAN/ EFISIENSI
SP2D %
Realisasi Rp
% thd % thd pagu kontrak
Rp
%
SISA MATI/TIDAK TERSERAP Rp
%
APBN 1 Corn Sheller 2 Flat Bed Dryer
4,356,000,000 132 3,311,402,005 76.02 12,565,000,000 35 11,368,612,660 90.48
132 100.00 3,311,402,005 76.02 100.00 33 94.29 11,368,612,660 90.48 100.00
1,044,597,995 23.98 - 478,387,340 3.81 718,000,000 5.71
3 Corn Combine Harvester
7,500,000,000
15 5,061,805,000 67.49
14 93.33 5,061,805,000 67.49 100.00
1,938,195,000 25.84
4 Vertical Dryer Jagung
27,782,000,000
29 23,868,535,000 85.91
25 86.21 20,654,065,000 74.34 86.53
3,913,465,000 14.09 3,214,470,000 11.57
28,554,000
1 25,168,600 88.14
1 100.00
5
Power Thresher Multiguna Total
52,231,554,000 212 43,635,523,265 83.54
25,168,600 88.14 100.00
205 96.70 40,421,053,265 77.39 92.63
3,385,400 11.86
500,000,000 6.67
-
-
7,378,030,735 14.13 4,432,470,000 8.49
Ket : Posisi s/d 31 Desember 2015
b.
APBN-P Realisasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Penanganan Pascapanen APBN-P tahun 2015 meliputi realisasi fisik 7.356 unit (98,09 % dari target 7.499 unit) dan realisasi keuangan sebesar Rp. 798.494.198.941,(87,25% dari Pagu Rp.915.168.402.000,-), rincian realisasi APBN-P selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
30
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 12 :
NO
Realisasi Pelaksanaan Dukungan Pascapanen APBN-P Tahun 2015
Jenis Sarana
(Rp)
Realisasi s/d tgl 31 Desember
NILAI KONTRAK
Pagu Setelah Revisi Target DIPA 13 Nov 2015 Revisi
BASTB Rp
(unit)
Sarana
%
Realisasi unit
Penanganan
PENGHEMATAN/ EFISIENSI
SP2D %
Realisasi Rp
% thd % thd pagu kontrak
Rp
%
SISA MATI/TIDAK TERSERAP Rp
%
REVISI DIPA APBN-P 1 Combine Harvester Kecil*)
396,048,222,000
3,060
345,821,132,634 87.32
154,788,701,000
166
129,572,289,570 83.71
61,841,023,000
2,088
50,392,031,768 81.49
190,920,339,000
207
164,972,883,079 86.41
205
5 Power Thresher Multiguna
53,245,087,000
1836
6 Combine Harvester Besar
50,277,980,000
7 Flat Bed Dryer 8 Corn Combine Harvester
2
Vertical Dryer Padi (kap 3,5-6 ton) +Bangunan/Rehab
3 Corn Sheller 4
Vertical Dryer Jagung (kap 3,5-6 ton) +Bangunan/Rehab
Total
3,060 100.00
345,821,132,634
87.32
100.00
50,227,089,366 12.68
-
-
99.40
129,572,289,570
83.71
100.00
24,401,411,430 15.76
815,000,000
0.53
2,088 100.00
50,392,031,768
81.49
100.00
11,448,991,232 18.51
99.03
163,442,909,522
85.61
99.07
24,077,455,921 12.61
3,399,973,557
1.78
38,963,462,015 73.18
1646 89.65
38,963,462,015
73.18
100.00
8,945,487,985 16.80
5,336,137,000
10.02
125
47,149,820,000 93.78
125 100.00
47,149,820,000
93.78
100.00
3,128,160,000
6.22
-
4,239,900,000
6
4,146,040,000 97.79
6 100.00
4,146,040,000
97.79
100.00
93,860,000
2.21
-
3,807,150,000
11
3,746,750,000 98.41
11 100.00
3,746,750,000
98.41
100.00
60,400,000
1.59
915,168,402,000 7,499
784,764,409,066 85.75
783,234,435,509
85.58
99.81
165
7,306
97.43
122,382,855,934 13.37
-
9,551,110,557
1.04
Revisi anggaran penghematan Combine Harvester Kecil lampung
690,400,000
6
690,400,000
Combine Harvester Besar Lampung
8,619,500,000
25
8,619,500,000
Combine Harvester Besar Sulteng
5,949,863,432
19
5,949,863,432
Total Realisasi setelah revisi
915,168,402,000
7,499
800,024,172,498 87.4182
7,356
98.09
798,494,198,941
-
87.25
99.81
115,144,229,502 12.58
-
9,551,110,557
1.04
Ket : Posisi s/d 31 Desember 2015
Realisasi fisik dan keuangan dukungan sarana pascapanen sumber APBN dan APBN-P per jenis alat per Provinsi, selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 1-12. Realisasi penyerapan anggaran Dukungan sarana Pascpanen APBN dan APBN-P tidak mencapai target (100%) karena beberapa kegiatan tidak dilaksanakan, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
31
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 13 :
NO
PROVINSI
Kegiatan Sarana Pascapanen APBN dan APBN-P Tahun 2015 Yang Tidak Dilaksanakan BANTUAN YANG TIDAK DIREALISASI
JUMLAH (UNIT)
NILAI (Rp)
PERMASALAHAN
TINDAKLANJUT
a. APBN 1. Sumatera Barat
a. Flat Bed Dryer
1
b. Corn Combine Harvester
1
2. Kalimantan Utara
Flat Bed Dryer
1
3. Nusa Tenggara Timur
Vertical Dryer Jagung + Bangunan
4
Vertical Dryer Jagung + Bangunan Vertical Dryer Padi + Bangunan
2
3. Kalimantan Selatan
Bangunan Vertical Dryer Jagung
1
3. Nusa Tenggara Timur
Bangunan Vertical Dryer Jagung
6
4. Sulawesi Selatan
Power Thresher Multiguna
148
5. Kalimantan Utara
Power Thresher Multiguna
42
Sumatera Barat dan kalimantan Utara 359,000,000 Provinsi Sumatera Barat, provinsi Kalimantan Utara sarana pascapanen tidak pada tahun 2016 tidak dialokasikan 500,000,000 terserap karena dengan alasan bukan sentra alat sarana pascapanen Jagung dan tidak sesuai kebutuhan 359,000,000 poktan/gapoktan 3,214,470,000 Provinsi Nusa Tenggara Timur sarana Pada tahun 2016 akan dialokasikan pascapanen tidak terserap karena anggaran kesalahan KPPN menginformasikan batas akhir pembayaran
b. APBN-P 1. Aceh 2. Sumatera Selatan
D.
1
1,870,000,000 Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera selatan sarana pascapanen tidak terserap karena 815,000,000 ada kesalahan operator Ditjen PSP pada saat revisi dalam menginput data
Tidak dialokasikan anggaran pada tahun 2016
162,110,700 Provinsi Kalimantan Selatan tidak Tidak dialokasikan anggaran bangunan semuanya terserap (1 bangunan) karena pada 2016 wanprestasi (hanya realisasi 30% senilai Rp.70.650.900. dari pagu kontrak bangunan per unit Rp.232.761.600 ), tidak realisasi sebesar Rp.162.110.700,1,367,862,857 Provinsi NTT tidak semuanya terserap (6 Dinas Prov NTT akan mengakomodir bangunan) karena wanprestasi melalui APBD 4,440,000,000 Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Kaltara sarana pascapanen (PTM) tidak terserap 896,137,000
Pusat telah berupaya mendorong daerah menyerap bantuan namun daerah tidak sanggup dengan alasan keterbatasan waktu
Bahan Informasi Bidang Pascapanen 1.
Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Kondisi penanganan pascapanen tanaman pangan yang terjadi saat ini antara lain belum memadainya sarana dan teknologi pascapanen, pengetahuan dan keterampilan petani, serta kepedulian dan kesadaran dalam
penanganan
pascapanen
belum
optimal,
oleh
sebab
itu,
penyusunan database pascapanen dianggap perlu dilaksanakan untuk memberikan gambaran tentang aspek ketersedian sarana pascapanen, kelembagaan dan sistem operasional serta permasalahan- permasalahan yang dihadapi dalam penanganan pascapanen tanaman pangan. Database sarana pascapanen tanaman pangan merupakan bagian dari sistem informasi pertanian, dan merupakan dasar bagi pemakai data untuk mengambil suatu kesimpulan. Buku database sarana pascapanen berisikan data sebaran sarana pascapanen tanaman pangan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
32
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Penyusunan buku Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 merupakan penyusunan tahun ketiga yang bersumber dari data skunder yang diperoleh melalui pengumpulan data dari tahun 2013 sampai tahun 2015. Tujuan Updating database sarana pascapanen adalah a.
Menyediakan database sarana pascapanen tanaman pangan.
b.
Memberikan informasi sebaran sarana pascapanen kepada petugas dan pemangku kepentingan.
c.
Sebagai informasi dasar untuk menentukan wilayah pertanian yang berbasis mekanisasi.
Metode
pelaksanaan
pengumpulan
database
sarana
pascapanen
dilakukan melalui: a.
Pengumpulan data primer melalui konsultasi ke instansi terkait dan wawancara kepada petugas dan petani.
b.
Pengumpulan data skunder, instansi pusat, provinsi, kabupaten/kota dan instansi terkait
c.
Literature/Pustaka
Pelaksanaan pengumpulan database sarana pascapanen dilakukan di 9 (sembilan) Provinsi antara lain Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kalimantan Tengah. Kendala yang ditemukan adalah data yang ada bukan merupakan data terbaru, data pada umumnya tidak tersimpan dalam satu unit kerja, dan sistem database Dinas Petanian dan Provinsi yang kurang baik menyebabkan data sulit diperoleh. Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 selanjutnya disusun agara dapat memberikan gambaran sebaran sarana pascapanen jagung dan kedelai yang disertai dengan peta sebaran untuk memudahkan dalam melihat data sebaran pada setiap Kabupaten dan Provinsi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
33
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
2.
Bahan Informasi Pascapanen Penanganan pascapanen tanaman pangan, umumnya masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal, yang ditandai oleh penggunaan sarana pascapanen yang sederhana dan kurang optimal. Permasalahan yang mendasar dalam hal penanganan pascapanen tanaman pangan antara lain besarnya susut hasil yang terjadi, terbatasnya sumber daya manusia dan terbatasnya penerapan teknologi, keterbatasan modal, serta pelaksanaan penanganan pascapanen yang masih tradisional dan turuntemurun. Buku data dan informasi teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan dapat sebagai bahan informasi bagi petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota, petugas lapang/penyuluh serta petani dalam melakukan penanganan pascapanen yang baik dan benar. Tujuan dari pembuatan bahan informasi adalah meningkatkan akses petugas dan petani dalam rangka penerapan teknologi pascapanen tanaman pangan, sehingga kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pascapanen menjadi lebih baik. Dengan demikian susut hasil (losses) yang tinggi dan rendahnya mutu komoditas yang dihasilkan akan dapat diperbaiki. Penyusunan bahan data dan informasi penanganan pascapanen tanaman pangan
diharapkan memberikan manfaat kepada petugas dan petani,
sehingga dapat memperoleh informasi yang terkini perkembangan teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan. Bahan Informasi Pascapanen meliputi : a.
Bahan Informasi Pascapanen Padi Bahan Informasi Subdit Padi meliputi perbanyakan Booklet, leafleat, DVD
Visualisasi
Penanganan
Pascapanen
Padi
dan
Buku
Penanganan Pascapanen Padi Yang baik dan Benar. Bahan informasi penanganan pascapanen padi yang dihasilkan sebagai berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
34
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
1.
Booklet, leafleat dan DVD Visualisasi Penanganan Pascapanen Padi berisi tentang informasi teknologi penanganan pascapanen padi dari mulai tahap pemanenan, pengumpulan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan. Tujuan kegiatan tersebut
memberikan panduan kepada para
petani, petugas lapangan dan pelaku pascapanen lainnya, sehingga dapat menerapkan teknologi penanganan pascapanen padi dalam upaya menurunkan tingkat kehilangan hasil padi dan mempertahankan mutu gabah/beras. 2.
Buku
GHP
berisi
panduan
bagi
petani,
pelaku
usaha
pascapanen, dan pemangku kepentingan dalam penerapan caracara penanganan pascapanen yang baik, khususnya untuk komoditas padi. Buku GHP menguraikan Teknologi penanganan pascapanen padi yang baik dan benar (Good Handling Practices) yang diterjemahkan ke dalam langkah-langkah operasional/ Standar Operasional Prosedur (SOP) secara terperinci tentang penanganan
dalam
masing-masing
tahapan
penanganan
pascpanen padi yang baik dan benar. Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya simpan dan daya guna hasil panen padi agar dapat menunjang usaha penyediaan pangan masyarakat. Penanganan pascapanen padi tidak hanya menurunkan susut hasil secara kuantitatif, namun juga menjaga atau memperbaiki kualitas padi b.
Bahan Informasi Pascapanen Jagung dan Serealia Lain. Kegiatan Penyusunan Bahan Informasi Bidang Pascapanen Jagung dan Serealia Lain dalam bentuk booklet, leaflet dan bulletin. Bahan Penyusunan informasi diperoleh dari hasil kunjungan ke daerah, konsultasi ke instansi terkait, perguruan tinggi dan balai penelitian. Pengumpulan bahan informasi pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi yaitu : Jawa Barat dan Jawa Timur
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
35
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Bahan informasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain yang dihasilkan sebagai berikut : 1)
Booklet Booklet
pertama
berisikan
informasi
tentang
jagung
dan
prospeknya, dan Booklet kedua berisikan informasi tentang pola tanam dan pengeringan jagung 2)
Leaflet Leaflet pertama berisikan informasi tentang sekilas aflatoksin, dan Leaflet kedua berisikan informasi tentang pengeringan jagung.
3)
Buletin Buletin pertama berisikan informasi penanganan pascapanen sorgum, dan Buletin kedua berisikan informasi tentang saat kualitas hasil panen jagung menjadi penentu. Seluruh bahan informasi ini disusun dengan harapan dapat memberikan tambahan informasi yang menjelaskan tentang penanganan pascapanen secara baik dan benar sehingga dapat menjadi acuan bagi petugas dinas provinsi/kabupaten/ kota dan petani dalam menjawab permasalahan di lapangan.
c.
Bahan Informasi Pascapanen Kedelai. Bahan informasi pascapanen kedelai dan aneka kacang diperoleh melalui konsultasi ke instansi terkait dan kunjungan lapangan ke Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Informasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang disajikan dalam bentuk booklet dan leaflet Teknologi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Kacang Hijau. Booklet dan leaflet teknologi penanganan pascapanen kedelai dan kacang hijau disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknologi penanganan pascapanen
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
36
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
kedelai dan kacang hijau yang baik dan benar, dalam hal ini memuat pemanenan, pengeringan, pembijian/perontokan polong, sortasi dan penyimpanan untuk mengurangi tingkat susut hasil dan meningkatkan mutu/kualitas komoditi kedelai dan kacang hijau. Booklet dan leaflet memuat informasi sebagai berikut : 1)
Pemanenan Pemanenan merupakan hal penting untuk diperhatikan agar diperoleh mutu produk yang baik serta tingkat susut hasil yang rendah. Tahap pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain umur panen yang tepat dan cara panen yang benar. Umur panen yang tepat biasanya tergantung varietas, umunya dilakukan antara 90-100 hst. Cara panen kedelai yang benar yaitu dengan cara disabit, sedangkan untuk kacang hijau umumnya dengan cara dipetik.
2)
Pengeringan Pengeringan kacang hijau dapat berupa pengeringan polong, pengeringan brangkasan maupun pengeringan biji. Pengeringan brangkasan maupun pengeringan polong biasanya dilakukan di lahan selama 1 – 2 hari dengan bantuan sinar matahari dan dialasi terpal, sedangkan pengeringan biji dilakukan apabila polong maupun brangkasan sudah dirontokkan. Pengeringan kedelai dapat berupa pengeringan brangkasan maupun pengeringan biji. Pengeringan brangkasan biasanya dilakukan di lahan selama 2-4 hari dengan bantuan sinar matahari dan dialasi terpal.Sedangkan pengeringan biji biasanya dijemur selama 1 hari dan umumnya digunakan untuk benih.
3)
Perontokan Perontokkan polong dilakukan setelah melakukan penjemuran. Polong yang telah kering dirontokkan untuk mendapatkan biji. Perontokan dapat dilakukan secara manual dengan dipukul
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
37
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
menggunakan alat pemukul dari kayu atau dirontokkan dengan mesin perontok. Setelah biji terlepas dari polong kemudian ditampi untuk memisahkan biji dari kulitnya, atau dapat digunakan alat pembersih yang terdiri dari satu ayakan/blower maupun dengan cara ditampi,selanjutnya dikeringkan untuk mendapatkan kadar air yang sesuai untuk penyimpanan. 4)
Penyimpanan Penyimpanan merupakan salah satu tahapan penanganan pascapanen
yang
perlu
diperhatikan
untuk
menjaga
mutu/kualitas. Setelah melakukan perontokkan dan sortasi, biji ditampung ke dalam wadah yang ditutup rapat, bersih dan kering. Sirkulasi udaranya harus baik dan bebas dari hama dan penyakit. Untuk keperluan benih, biji yang telah disortir disimpan dalam blek benih. Sebelum blek ditutup, dianjurkan diberi abu dapur kering atau insektisida sebagai penolak hama bubuk. Setelah itu blek harus ditutup rapat sehingga udara tidak dapat masuk. Kadar air benih yang aman untuk disimpan yaitu 11-12%. 3.
Visualisasi Penanganan Pascapanen Jagung. Visualisasi penanganan pascapanen jagung adalah rangkaian kegiatan tahapan penanganan pascapanen jagung yang dirangkum dalam rekaman video yang bertujuan untuk mempermudah dalam sosialisasi penanganan pascapanen jagung yang baik dan benar. Dalam kegiatan visualisasi dipersiapkan tahapan penanganan pascapanen mulai dari panen hingga pengangkutan. Pada tahap pemanenan diperlukan 5 orang pembantu lapang untuk memperagakan cara – cara panen mulai dari panen tegakan yaitu panen dengan cara di potong batang atas terlebih dahulu, panen yang direbahkan dengan cara memotong batang bawah terlebih dahulu dan panen yang langsung memetik tongkol jagung.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
38
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tahap
pemipilan
menggunakan
Corn
Sheller
menampilkan
cara
penggunaan yang baik dan benar sehingga memperkecil kehilangan susut. Tahap pengeringan menggunakan 2 cara yaitu pengeringan manual pada lantai jemur dan pengeringan mekanis menggunakan Flat Bed Dryer. Visualisasi penanganan pascapanen jagung dilakukan diProvinsi Sumatera Utara Kabupaten Deli Serdang pada Kelompok Tani Marjanji, di Dusun V, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Rawa dan Kabupaten Langkat pada Gapoktan Oryza, Desa Pasar VI, Kwala Mencirim, Kecamatan Sie Bingai. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Purworejo pada Gapoktan Bagelen Makmur Desa Bagelen, Kecamatan Bagelen. Pengambilan gambar pada hamparan tanaman jagung untuk menunjukkan bahwa tanaman jagung ditanam pada lahan sawah dan lahan kering pada Kecamatan Nggrabag Desa Harjobinangun dan Ketawang. Pada tahap panen jagung yang tepat ditunjukkan penampakan fisiologis batang, daun, kelobot berwarna coklat, tahap pemipilan dilakukan dengan cara mekanis menggunakan Corn Sheller dengan ayakan untuk memilah kotoran dan jagung sehingga jagung yang dihasilkan bersih dan baik, pengangkutan dilakukan dengan motor roda tiga dari lahan ke tempat pemipilan jagung. Penjelasan
dari
narasumber
mencakup
pentingnya
penanganan
pascapanen jagung dan resiko yang dihadapi petani ketika penanganan pascapanen tersebut salah. Penanganan pascapanen yang tidak tepat akan berdampak pada hasil dan menurunnya nilai ekonomis. Tiap tahapan pascapanen dijelaskan oleh narasumber sehingga petani mudah mengerti dalam melakukan penanganan pascapanen yang baik dan benar 4.
Vademikum Penanganan Pascapanen Ubikayu. Vademikum Pascapanen Ubikayu merupakan kumpulan data pascapanen ubikayu yang dihimpun dari hasil penelitian dan berbagai sumber lain seperti internet yang terkait dengan masalah pascapanen ubikayu. Vademikum Pascapanen Ubikayu memuat data Karakteristik Fisikokimia Ubikayu, Pohon Industri Ubikayu, Sebaran Alat dan Mesin Pascapanen
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
39
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Ubikayu, Penerapan Sistem Manajemen Mutu (ISO-900- 2008) Pada Industri Chips dan Tepung, Model Pengembangan Industri Mocaf, Standar Mutu Gaplek, Tepung Singkong dan Tepung Mocaf serta Analisis Ekonomis Sarana Produksi Chips dan Mocaf. Vademikum Pascapanen Ubikayu memuat informasi berikut : a. Karakteristik Fisikokimia Ubikayu Sifat fisik ubikayu segar antara lain kadar air yang tinggi (60%), sifat mekanis terjadinya luka akibat terpangkas, tergores, memar, sifatkimia ubikayu antara lain terjadinya oksidasi bila kontak dengan udara setelah ubi dikupas yang menyebabkan warna coklat (browning),sifat fisiologi tumbuhnya akar sehingga menyebabkan meningkatnya kadar serat (berkayu), dan sifat biologi terjadinya ubi yang lunak (poyo) dan busuk oleh mikroba. Faktor – Faktor Penyebab Kerusakan ubikayu segar antara lain kerusakan
umbi
ubikayu
(terpangkas,terpotong,
dimulai
tergores,
dari
retak
akibat bagian
faktor
mekanis
dalam,
memar),
kerusakan fisiologis karena air, enzim dan prosesrespirasi, serta kerusakan pathogenis oleh cendawan dan bakteri. b. Pohon Industri Ubikayu Pohon industri digunakan untuk pengembangan usaha dari bahan baku ubikayu. Hasil turunan produk olahan ubikayu memberikannilai tambah bagi pelaku usaha baik untuk produk industri pangan dan non pangan. c.
Sebaran Alat dan Mesin Pascapanen Ubikayu Pemilihan jenis peralatan pascapanen ubikayu akan menentukan efisiensi
dalam
proses
produksi.
Data
sebaran
jenis
sarana
pascapanen ubikayu spesifik alat, dan alur proses sangat perlu diketahui sebagai basis data informasi pengembangan sarana pascapanen ubikayu ke depan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
40
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
d. Penerapan Sistem Manajemen Mutu (ISO-900- 2008) Pada Industri Chips dan Tepung. Penerapan sistem manajemen mutu pada produksi chips dan tepung ubikayu bertujuan untuk memberi jaminan mutu produk olahan bagi konsumen. Empat aspek dalam sistem mutu yang harus diperhatikan antara lain : 1) Komitmen adalah kesepakatan melaksanakan SOP bagi seluruh anggota ;
2) Konsisten adalah mutu dan kontinuitas
produk tersedia secara konsisten ; 3) Jaminan mutu adalah mutu produk terjaga secara konsisten : 4) Kepuasan pelanggan adalah yaitu merupakan tujuan akhir dari penerapan sistem mutu, Oleh karena itu perlu dokumen mutu (Panduan mutu/ kebijakan perusahaan, instruksi kerja/SOP/Standar Operational Prosedur) sehingga produk chips dan tepung yang dihasilkan terjamin mutunya e. Model Pengembangan Industri Mocaf. Pengembangan Bioindustri Ubikayu dilakukan melalui kemitraan antara petani ubikayu dengan petani pengolah chips dan petani chips dengan Rumah Produksi Mocaf. Tepung mocaf yang diproduksi disalurkan ke industri Usaha Kecil Menengah (UKM)/ Kelompok Wanita Tani (KWT) yang memproduksi aneka jenis olahan makanan. Model kemitraan antara petani sebagai produsen chips/tepung dan pemasok bahan baku dengan manufaktur atau pasar dilakukan dengan Pola Inti-Plasma melalui perjanjian atau kontrak. Kemitraan Pola Inti-Plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil (UK) dan Usaha Menengah (UM) dengan usaha besar (UB) yang bertindak sebagai inti dan petani sebagai plasma. Perusahaan inti harus membantu, membina dan mengembangkan usaha plasma dalam hal penyediaan dan penyiapan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan, pembiayaan, dan pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Sebaliknya petani
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
41
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
plasma bersedia bekerja sama dengan inti di bawah bimbingan pemerintah. f.
Standar Mutu Gaplek, Tepung Singkong dan Tepung Mocaf. Untuk mengetahui hasil produk yang berkualitas dapat dibandingkan dengan standar mutu produk yang ada di SNI. Kelas mutu produk bermanfaat untuk menentukan harga produk itu sendiri. Pengkelasan mutu ubikayu di tingkat petani dapat dilakukan melalui pengukuran kadar pati ubikayu. Untuk menghasilkan produk akhir yang bermutu harus menggunakan bahan baku yang bermutu juga.
g. Analisis Ekonomis Sarana Produksi Chips dan Mocaf Panduan Teknis Teknologi Chips. Untuk menghitung kelayakan ekonomi pabrik mini mocaf ini digunakan asumsi bahwa bunga modal adalah 15%, dengan nilai investasi mesin penyawut adalah Rp 25.000.000; mesin pengepres Rp 25.000.000; mesin penepung Rp 38.000.000 dan mesin pengayak Rp.40.000.000. Diperlukan dua orang operator untuk masingmasing mesin tersebut, yang seorang bertugas menyiapkan bahan untuk diumpankan ke mesin dan seorang lagi mengumpankan bahan ke mesin. Umur ekonomi adalah lima tahun. Dari perhitungan, maka biaya pokok masing-masing mesin tersebut adalah Rp 30/kg untuk mesin penyawut; Rp 27/kg untuk mesin pengepres; Rp 108/kg untuk mesin penepung dan Rp 136/kg untuk mesin pengayak. Komponen biaya yang sangat dominan adalah harga bahan baku, dalam hal ini harga ubi kayu segar yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun yaitu berkisar Rp 500/kg s.d Rp 1000/kg. Pada saat harga ubikayu tertinggi yaitu Rp 1.000/kg maka biaya produksi chip ubikayu kering adalah Rp 3.700/kg di tingkat petani, jika menggunakan mesin pengepres akan menurunkan kadar air ubikayu setelah fermentasi sehingga proses pengeringan dapat dipersingkat menjadi 1-2 hari, yang akan berpengaruh terhadap biaya tenaga kerja, maka biaya produksi chip kering akan turun menjadi Rp 3.692/kg atau
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
42
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
turun 0,22%. Dengan tingkat harga ubikayu segar Rp 650/kg maka, biaya produksi tepung mocaf kapasitas input 10 ton/hari adalah Rp 8.068.000. 5.
Panduan Teknis Teknologi Chips. Ubikayu merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak karena faktor fisiologis (tumbuh akar), mekanis (umbi luka terpotong,tergores, retak dan memar), biokimiawi (poyo) dan mikrobiologis (lunak). Agar masa simpan ubikayu lebih lama, maka perlu diolah menjadi produk setengah jadi (intermediate products) seperti chips (rajangan) kering. Bentuk chips kering ubikayu menjadi lebih fleksibel untuk bahan baku industri lanjutan, aman dan mudah dalam distribusi serta menghemat ruang dan biaya penyimpanan. Kendala yang dihadapi oleh petani ubikayu adalah kurang pahamnya terhadap teknologi produksi chips yang baik dan benar sehingga chips yang dihasilkan memiliki kualitas beragam. Selain itu kemampuan petani dalam mengelola usaha chips masih terbatas sehingga produksi chips tidak berlangsung secara berkelanjutan. Panduan
Teknis
Teknologi
chips
memuat
informasi
mulai
dari
pemilihan/persyaratan bahan baku, Teknologi Produksi, Manajemen pengelolaan usaha, dan analisa kelayakan usaha produksi chips mocaf. Panduan Teknis Teknologi Chips diharapkan menjadi acuan bagi petani, kelompok tani (Poktan/Gapoktan), petugas lapangan dan pelaku usaha untuk produksi chips ubikayu yang memenuhi mutu sesuai permintaan pasar. Panduan Teknis Teknologi Chips dilengkapi dengan tabel dan gambar penting sebagai referensi dalam memproduksi chips agar memiliki kualitas baik.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
43
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
E.
Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. 1.
Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. Pembinaan
penanganan
pembinaan
kepada
pascapanen
petugas
merupakan
pengarahan
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan
dan
poktan/
gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen agar dapat menambah pengetahuan, kapasitas dan kemampuan petugas lapangan di Provinsi/ Kabupaten/Kota ataupun di tingkat poktan/gapoktan. Pembinaan penanganan pascapanen dilakukan oleh petugas pusat untuk meningkatkan penerapan penanganan pascapanen terutama di wilayah sentra produksi komoditas padi, jagung, kedelai, ubikayu dan ubijalar, meningkatkan pemahaman petugas daerah mengenai kebijakan dan program
pemerintah
pusat
dalam
pengembangan
penanganan
pascapanen sehingga dapat diperoleh kesamaan visi, misi dan strategi penanganan pascapanen. Kegiatan pembinaan diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada dinas provinsi/ kabupaten/kota dalam melaksanakan program kegiatan penanganan
pascapanen
sesuai
dengan
Pedoman
Pelaksanaan
Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2014. Pembinaan penanganan pascapanen meliputi : a.
Pembinaan Penanganan Pascapanen Padi. Pembinaan penanganan pascapanen padi dilaksanakan di 8 (delapan) provinsi yaitu Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sulawesi Selatan, DI. Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Hasil pembinaan penanganan pascapanen padi adalah sebagai berikut : 1)
Peningkatan produksi padi harus diikuti dengan Penanganan pascapanen yang baik dan benar untuk menyelamatkan hasil, mempertahankan mutu, efisiensi dan memberi nilai tambah serta daya saing bagi petani. Untuk mendukung hal tersebut, maka
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
44
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
pemerintah pusat memberikan bantuan sarana pascapanen, salah satunya adalah sarana pascapanen padi dan penerima bantuan sarana tersebut harus memanfaatkan secara optimal. 2)
Kemampuan pemerintah pusat dalam membantu memfasilitasi petani dalam kegiatan pascapanen sangat terbatas, adanya perhatian pemerintah daerah sangat penting dalam memenuhi kebutuhan kelompok tani sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah.
3)
Adanya pendampingan dari seluruh stakeholders terkait dalam kegiatan
penanganan
diharapkan
dapat
pascapanen membantu
yang petani
baik
dan
dalam
benar upaya
mempertahankan mutu produk dan menurunkan nilai susut baik 4)
Jumlah maupun mutu.
5)
Koordinasi yang baik antara petugas provinsi dan dinas kabupaten sangat diperlukan agar program dan kegiatan di bidang penanganan pascapanen dapat berjalan dengan baik, selain itu perlu dorongan yang simultan dan terintegrasi dari para pihak
yang
ada
agar
petani
menjadi
tertarik
untuk
membudidayakan komoditi kedelai dan aneka kacang. b.
Pembinaan Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain. Pembinaan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan di 6 (enam) Provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Maluku. Kegiatan pembinaan pascapanen jagung dan serealia lain difokuskan pada cara penanganan pascapanen yang baik dan benar agar kegiatan penanganan pascapanen berjalan dengan baik, benar dan lancar sehingga mutu produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah dan berdaya saing yang nantinya akan memberikan peningkatan pendapatan bagi petani.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
45
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Beberapa hal yang menjadi permasalahan dan harus dijadikan perhatian dalam pembinaan penanganan pascapanen jagung dan serealia di lapangan sebagai berikut : 1)
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan petugas dan petani dalam penanganan pasapanen jagung, baik dalam penerapan teknologi maupun penggunaan sarana alsintan pascapanen.
2)
Masih tingginya susut hasil pada setiap tahapan pascapanen jagung baik kuantitatif maupun kualitatif, disebabkan kurangnya pemahaman pelaku pascapanen dalam penanganan pascapanen jagung yang baik dan benar.
3)
Kurangnya permodalan pada gapoktan untuk pembelian jagung, baik jagungtongkolan kering, basah, maupun pipil kering, sehingga hanya dapat menampung sebagian kecildari hasil panen petani dan poktan/gapoktan belum memiliki gudang serta lantai jemur.
4)
Fluktuasi harga jagung pipilan kering dipasaran menyebabkan petani sering merugi/keuntungan sedikit, sehingga
petani
menjadi kurang berminat dalam membudidayakan tanaman jagung. 5)
Kurangnya sosialisasi dan koordinasi antara petugas terkait dan pihak penyedia barang sehingga titik bagi sarana pascapanen tanaman pangan selain mesin pengering (dryer) tidak sampai ke wilayah kerja atau lokasi poktan/gapoktan seperti di provinsi NTT, dan poktan/gapoktan masih harus menyediakan dana anggaran tersendiri
untuk
pengambilan
dan
pengangkutan
sarana
pascapanen ke daerahnya masing-masing. Sebagai tindak lanjut diarahkan beberapa hal sebagai berikut : 1)
Peningkatan SDM petugas/petani maupun kelompoktani dan penerapan teknologi pascapanen melalui sosialisasi penerapan teknologi pascapanen, apresiasi dan penyebarluasan informasi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
46
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
penanganan pascapanen, bimbingan teknis serta monitoring evaluasi penanganan pascapanen secara rutin. 2)
Koordinasi antar petugas pusat maupun daerah sampai tingkat lapang.
c.
Pembinaan Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang. Kegiatan pembinaan penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat. Hasil pembinaan penanganan pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang sebagai berikut : 1)
Pembinaan penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pembinaan kepada petugas dinas pertanian provinsi/kabupaten dan instansi terkait atau kelompok pelaku kegiatan pascapanen agar memahami dan mampu
melaksanakan
program
dan
kegiatan
di
bidang
penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang serta dapat mengatasi permasalahan dan mengambil kebijakan pada tahun yang akan datang. 2)
Peningkatan produksi kedelai dan aneka kacang harus diikuti dengan Penanganan pascapanen yang baik dan benar perlu diikuti dengan baik guna menyelamatkan hasil, mempertahankan mutu, efisien dan memberi nilai tambah serta daya saing bagi petani. Upaya untuk mendukung hal tersebut, maka pemerintah pusat memberikan bantuan sarana pascapanen, salah satunya yaitu sarana pascapanen kedelai dan penerima bantuan sarana tersebut harus memanfaatkan secara optimal.
3)
Kemampuan pemerintah pusat dalam membantu memfasilitasi petani dalam kegiatan pascapanen sangat terbatas, adanya perhatian pemerintah daerah sangat penting dalam memenuhi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
47
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
kebutuhan kelompok tani sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah. 4)
Adanya pendampingan dari seluruh stakeholders terkait dalam kegiatan
penanganan
diharapkan
dapat
pascapanen membantu
yang
baik
petani
dan
dalam
benar upaya
mempertahankan mutu produk dan menurunkan nilai susut baik jumlah maupun mutu. 5)
Koordinasi yang baik antara petugas provinsi dan dinas kabupaten sangat diperlukan agar program dan kegiatan di bidang penanganan pascapanen dapat berjalan dengan baik, selain itu perludorongan yang simultan dan terintegrasi dari para pihak
yang
ada
agar
petani
menjadi
tertarik
untuk
membudidayakan komoditi kedelai dan aneka kacang. d.
Pembinaan Penanganan Pascapanen Aneka Umbi. Pembinaan penanganan pascapanen Aneka Umbi dilaksanakan di 7 (tujuh)
provinsi
yaitu
Provinsi
Sumatera
Selatan,
Banten,
DI.Yogyakarta, Jawa Timur, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Barat. Hasil Pembinaan Penanganan Pascapanen Aneka Umbi sebagai berikut: 1)
Pembinaan pascapanen ubikayu diarahkan pada pengembangan wilayah produksi umbi yang dilakukan secara terintegrasi dengan industri pangan dan pasar. Dengan pengembangan sistem manajemen pascapanen di wilayah tersebut diharapkan akan dihasilkan bahan baku yang kontiniu dan berkualitas sehingga dapat dihasilkan produk olahan pangan dengan kualitas yang memenuhi standar.
2)
Pentingnya penggunaan sarana pascapanen seperti pengungkit saat panen untuk menghindari umbi yang tertinggal di dalam tanah, penggunaan alat pengupas secara baik agar tidak banyak
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
48
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
daging umbi yang terbuang, penggunaan alat perajang/penyawut untuk mendapatkan ketebalan yang seragam. 3)
Penanganan pascapanen aneka umbi yang tidak dilakukan secara baik akan menyebabkan banyaknya kehilangan hasil (losses).
Umumnya petani belum menyadari bahwa kegiatan
panen dan pascapanen yang dilakukan akan berpengaruh terhadap
jumlah produksi yang dihasilkan.
Penanganan
Pascapanen yang baik dan benar akan meningkatan hasil yang diperoleh dan pendapatan petani jadi meningkat. 4)
Hasil panen disarankan tidak dijual segar akan tetapi perlu dilakukan proses lanjutan agar diperoleh nilai tambah, seperti pembuatan chips/sawut, gaplek, tepung singkong, mocaf, tapioca.
5)
Dimintakan kepada poktan/Gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen aneka umbi agar bantuan sarana yang telah diterima dimanfaatkan seoptimal mungkin.
6)
Perlu perbaikan manajemen pengelolaan pascapanen oleh poktan, pembentukan organisasi secara rapi, pembagian tugas yang jelas serta tertib administrasi.
7)
Poktan harus mempunyai buku khusus (log book) untuk mencatat penyewaan setiap alat sehingga dapat diketahui pendapatan dari sewa alat dan penyebaran alat dapat terpantau dengan baik.
2.
Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. Kegiatan bimbingan teknis diharapkan adanya transfer informasi dan teknologi tentang penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan benar sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan petugas sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi di bidang pascapanen.
Tantangan yang
dihadapi di masa
mendatang sangat kompleks, adanya perdagangan bebas masyarakat ekonomi ASEAN, terbatasnya sumberdaya, dan iklim yang fluktuatif.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
49
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Bimbingan teknis merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan secara sistematis oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan kepada petugas/petani/poktan/gapoktan. Prosedur dan teknologi yang digunakan dalam penanganan pascapanen beragam karena pengaruh internal (tanaman/komoditas) dan eksternal (manusia/konsumen, teknologi, lingkungan). Dengan bimbingan teknis diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM (petugas dinas pertanian, petani/kelompoktani) yang menangani kegiatan pascapanen. Bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan yang telah dilaksanakan sebagai berikut : a.
Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Padi Bimbingan Teknis penanganan pascapanen padi dilakukan di 11 (sebelas) Provinsi yaitu Kalimantan Barat, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Kalimantan Timur, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Bangka Belitung dan Sumatera Utara. Hasil Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Padi sebagai berikut: 1)
Kegiatan
bimbingan
dilakukan
kepada
teknis petani
penanganan dan
petugas
pascapanen yang
padi
menangani
pascapanen padi. Materi yang disampaikan meliputi penanganan pascapanen padi yang baik dan benar antara lain : Penentuan waktu/umur
panen,
panen,
pengeringan,
perontokan
dan
penyimpanan. 2)
Hasil bimbingan teknis diketahui bahwa penanganan pascapanen padi pada beberapa daerah belum dilaksanakan secara optimal. Perlakuan pascapanen padi masih dilakukan secara tradisional. Titik kritis dari perlakukan pascapanen padi adalah perontokan namun
kebanyakan
petani
melakukan
perontokan
tidak
mengunakan alas terpal yang sesuai anjuran sehingga banyak
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
50
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
gabah yang terpelanting keluar terpal hal ini mengakibatkan susut hasil yang terjadi masih tinggi. 3)
Petani menyadari adanya losses/susut hasil padi pada perlakuan pascapanen, tetapi karena petani masih sulit mengadopsi teknologi penanganan pascapanen padi yang tepat dan benar serta keterbatasan kemampuan, tenaga kerja, dan permodalan, mereka belum mampu
melakukan penanganan pascapanen
yang baik dan benar. 4)
Fasilitasi sarana pascapanen padi yang diberikan kepetani bertujuan
untuk
menurunkan
nilai
susut,
namun
belum
berdampak secara optimal hal ini disebabkan antara lain : spesifikasi sarana yang diberikan tidak berdasarkan spesifik lokasi sehingga tidak sesuai dengan keadaan lahan kelompok tani.
Keterampilan petani dalam mengoperasionalkan sarana
belum terampil sehingga sarana menjadi mudah aus dan rusak. 5)
Kurangnya
intensitas
dalam
kegiatan
bimbingan
teknis
penanganan pascapanen padi menyebabkan sasaran program tidak dapat tercapai dengan baik. b.
Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain. Prosedur
dan
teknologi
yang
digunakan
dalam
penanganan
pascapanen jagung dan serealia lain akan beragam dikarenakan pengaruh dari faktor internal (tanaman/komoditas) dan faktor eksternal (manusia/konsumen,
teknologi,
lingkungan).
Dengan
melakukan
bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM (petugas dinas pertanian, petani/kelompoktani) yang menangani kegiatan pascapanen jagung dan serealia lain. Bimbingan teknis penanganan pascapanen jagung dilaksanakan di 14 (empat belas) Provinsi yaitu Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
51
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Maluku Utara, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Banten, Kalimantan Barat. Hasil evaluasi kegiatan bimbingan teknis penangananan pascapanen jagung dan serealia lain diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1)
Penanganan pascapanen belum dirasakan penting oleh petani dikarenakan tidak memberikan nilai tambah yang signifikan.
2)
Penanganan pascapanen jagung masih dilakukan secara manual dikarenakan keterbatasan kepemilikan sarana pascapanen, harga sarana yang tidak terjangkau, dan teknologi yang sulit.
3)
Keterbatasan informasi petani menyebabkan sarana yang dibeli tidak mempertimbangkan aspek penurunan susut dan kualitas hasil.
4)
Kurangnya pengetahuan operator dalam mengoperasionalkan alat pascapanen jagung terutama
sarana
pemipilan dengan
Corn Sheller dan sarana pengeringan dengan Dryer, dan belum memiliki buku kerja Operator
sehingga tidak
melakukan
pencatatan hasil operasional alat. Upaya pemecahan masalah sebagai berikut : 1)
Pembinaan dan bimbingan teknis harus terus dilakukan oleh petugas provinsi/kabupaten/kota terhadap petugas dan petani di lapangan sehingga petani dapat memahami dan melakukan penanganan pascapanen jagung secara baik dan benar.
2)
Penanganan pascapanen harus dilakukan dan ditunjang dengan teknologi
sesuai
anjuran
dan
didukung
dengan
sarana
dinas
provinsi
pascapanen jagung yang sesuai spesifik lokasi. 3)
Perlunya
pendampingan
dan
pengawalan
/kabupaten /kota agar petani dapat mengerti dalam penentuan sarana pascapanen jagung sesuai kebutuhan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
52
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
4)
Perlunya peningkatan pengetahuan dan kemampuan SDM melalui
pelatihan
kemampuan
kerja
terhadap dalam
operator
dalam
peningkatan
mengoperasionalkan
sarana
pascapanen yang ada, ditunjang dengan buku kerja operator. c.
Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang. Kegiatan Bimbingan Teknis penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di 9 (sembilan) provinsi yaitu Provinsi Bengkulu, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Banten, Kalimantan Selatan, Aceh, dan Sulawesi Utara. Hasil
Bimbingan Teknis Penangananan Pascapanen Kedelai dan
Aneka Kacang, diperoleh hasil sebagai berikut : 1)
Kegiatan bimbingan teknis penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilakukan kepada petani dan petugas yang menangani pascapanen kedelai. Materi yang disampaikan meliputi penanganan pascapanen kedelai yang baik dan benar antara lain Penentuan waktu/umur panen, panen, pengeringan, perontokan dan penyimpanan.
2)
Hasil bimbingan teknis diketahui bahwa penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang pada beberapa daerah belum dilaksanakan secara optimal. Perlakuan pascapanen kedelai dan aneka kacang masih dilakukan secara tradisional. Titik kritis dari perlakukan pascapanen kedelai adalah perontokan namun
kebanyakan
petani
melakukan
perontokan
tidak
mengunakan alas terpal yang sesuai anjuran sehingga banyak biji kedelai yang terpelanting keluar terpal hal ini mengakibatkan susut hasil yang terjadi masih tinggi. 3)
Petani menyadari adanya losses/susut hasil kedelai pada perlakuan
pascapanen,
tetapi
karena
petani
masih
sulit
mengadopsi teknologi penanganan pascapanen kedelai yang
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
53
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
tepat dan benar serta keterbatasan kemampuan, tenaga kerja, dan permodalan, mereka belum mampu melakukan penanganan pascapanen yang baik dan benar. 4)
Fasilitasi sarana pascapanen kedelai yang diberikan kepetani bertujuan
untuk
menurunkan
nilai
susut,
namun
belum
berdampak secara optimal hal ini disebabkan antara lain : spesifikasi sarana yang diberikan tidak berdasarkan spesifik lokasi sehingga tidak sesuai dengan keadaan lahan kelompok tani.
Keterampilan petani dalam mengoperasionalkan sarana
belum terampil sehingga sarana menjadi mudah aus dan rusak. 5)
Kurangnya
intensitas
penanganan
dalam
pascapanen
kegiatan
kedelai
dan
bimbingan aneka
teknis kacang
menyebabkan sasaran program tidak dapat tercapai dengan baik. d.
Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Aneka Umbi. Bimbingan teknis penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan di 8 (delapan) Provinsi yaitu Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Banten. Bimbingan Teknis penanganan pascapanen aneka umbi bertujuan untuk memberikan informasi penangan pascapanen aneka umbi yang baik dan benar serta pengenalan dan pemanfaatan sarana (alsintan) pascapanen yang dapat mempermudah penanganan pascapanen aneka umbi Hal-hal yang disampaikan dalam bimbingan teknis pascapanen aneka umbi mencakup dua hal yaitu cara penanganan pascapanen aneka umbi yang baik dan benar serta pengenalan operasional sarana (alsintan)
yang
dapat
membantu
mempermudah
penanganan
pascapanen aneka umbi. Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dari kegiatan bimbingan teknis sebagai berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
54
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
1)
Aspek Teknis 1)
Kelompok tani belum memahami penggunaan oven dryer dan sarana lainnya seperti perajang, penyawut, pengepres karena barang hanya diantar penyedia barang tanpa disertai running test dan pelatihan di lokasi.
2)
Sarana yang diterima kelompok tidak disimpan dalam 1 tempat dengan alasan belum tersedia tempat yang cukup luas untuk menyimpannya.
3)
Panen masih dilakukan secara manual, terjadi susut karena banyaknya umbi yang tertinggal di lahan.
Umbi yang
tertinggal di lahan diambil saat proses pengolahan lahan (bajak) untuk tanam selajutnya. Susut panen mencapai 12 karung/ha. 4)
Kurangnya sarana pascapanen yang mendukung kegiatan pascapanen
terutama
pengepres
dan
pemarut.
Alat
pengepres yang digunakan masih sederhana dengan menggunakan belahan kayu. Bahkan menggunakan pohon sebagai pengungkit, sehingga pati terkandung melalui air dari proses pengepresan terbuang. 2)
Aspek Manajerial 1)
Pengaturan tugas pada gapoktan belum jelas, ketua gapoktan merupakan sekretaris desa sekaligus pemilik lahan ubikayu yang dikelola oleh petani anggota sehingga pengelolaan usaha tani lebih banyak dilakukan oleh Ketua Gapoktan.
2)
Kelompok tani masih harus terus dibimbing dan tergantung pada pemerintah dalam mengembangkan usahanya (kurang mandiri).
Petani
cenderung
bersikap
pasif,
hanya
menunggu pelatihan dari pemerintah setempat tanpa ada upaya untuk meningkatkan kemampuan secara swadaya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
55
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
3)
Kelompok tani kurang memiliki kemauan untuk mengelola bantuan karena pemanfaatan bantuan yang belum didukung informasi pasar
4)
Petugas penyuluh agar memberikan sosialisasi penanganan pascapanen ubikayu secara intensif kepada petani ubikayu dan KWT lainnya agar gaplek yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai standar mutu sehingga dihasilkan tiwul dengan kualitas yang baik.
3.
Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. Kegiatan monitoring dan evaluasi program pascapanen tanaman pangan dilaksanakan
secara
berkesinambungan
dalam
rangka
mengamati
perkembangan pelaksanaan kegiatan dan anggaran pascapanen tanaman pangan, agar berhasil dan berjalan dengan baik. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun 2014 serta perkembangan bantuan sarana pascapanen agar dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana program dan penyempurnaan kebijakan di tahun berikutnya. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen tanaman pangan dilaksanakan melalui surat, telephon, email, diskusi, kunjungan lapang ke beberapa provinsi/kabupaten/ hingga kunjungan ke gapoktan/poktan. Indikator keberhasilan pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah : a) Terlaksananya kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan b) Termanfaatkannya bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2011 – 2014 c)
Adanya nilai tambah pendapatkan kelompok tani penerima bantuan alat pascapanen
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
56
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen tanaman pangan meliputi : a.
Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi dilaksanakan di 8 (delapan) Provinsi yaitu Provinsi Riau, Jawa Timur, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, kalimantan Selatan, Bengkulu, Jambi. Hasil Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi, diperoleh hasil sebagai berikut : 1)
Hasil Monitoring Bantuan sarana Tahun 2011-2014 penerima bantuan
paket
pilihan
sarana
pascapanen
padi,
bahwa
Gapoktan/poktan penerima sudah membeli sarana pascapanen tersebut dengan
memprioritaskan kebutuhan dalam menekan
susut hasil padi. Sebagian besar sarana yang diterima sudah dimanfaatkan oleh petani penerima. 2)
Kegiatan Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Padi dari Kegiatan APBN Kontigensi Tahun 2012 berupa bantuan Combine Harvester sebanyak 25 unit ; Flat Bed Dryer kapasitas 3 – 3,5 ton sebanyak 80 unit ; Vertical Dryer kapasitas 3,5 – 6 ton sebanyak 70 unit ; Vertical Dryer kapasitas 9 – 10 ton sebanyak 22 unit. Kegiatan
APBN-P Bantuan sarana pascapanen Tahun 2012
berupa Combine Harvester sejumlah 330 unit, Power Thresher Padi sejumlah 300 unit, sebagian besar sudah dimanfaatkan dengan baik kecuali Flat Bed Dryer pemakaiannya masih belum optimal karena hanya dipakai pada saat musim hujan dan biaya operasionalnya lebih tinggi jika dibandingan dengan lantai jemur. Bantuan
sarana
Vertical
Dryer
sebagian
besar
sudah
dimanfaatkan namun masih ada beberapa kelompok tani yang hanya memanfaatkan jika panen dimusim penghujan saja. Bantuan combine harvester sebagian besar sudah dimanfaatkan secara optimal dan ada beberapa kelompok tani yang sudah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
57
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
memanfaatkan hasil dari sewa jasa alsin tersebut untuk dibelikan sarana pascapanen yang sama atau sarana penunjang yang lain seperti traktor, transplanter dan sarana angkut. 3)
Perkembangan pemanfaatan bantuan Paket Model/ Percontohan Sarana Pascapanen Padi Tahun 2013, bahwa dari 19 Gapoktan penerima model paket padi, 8 Gapoktan termasuk dalam kategori baik, 10 gapoktan termasuk dalam kategori sedang dan 1 gapoktan termasuk dalam kategori kurang baik. Gapoktan dalam Kategori baik apabila adanya pendampingan dari petugas berjalan dengan baik,
sarana tersebut optimal
dioperasionalkan, sudah terorganisir
dan semua sarana sudah
dimanfaatkan dengan baik. Kategori sedang apabila pendampingan kurang berjalan dengan baik, sarana kurang optimal dioperasionalkan, hanya sebagian sarana yang dimanfaatkan dengan optimal, kurang terorganisir. Kategori kurang baik apabila pendampingan tidak ada, belum dioperasionalkan, tidak terorganisir 4)
Berkaitan dengan kategori kurang baik pada Gapoktan Mekartani Desa
Lulang,
Kecamatan
Provinsi Kalimantan Barat
Teriak,
Kabupaten
Bengkayang
Direktur Pascapanen Tanaman
Pangan sudah menurunkan tim untuk melakukan monitoring evaluasi dan pembinaan. Sesuai dengan kesepakatan tentang kesanggupan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang pada Tahun 2014 tentang penyediaan dana sharing dari APBD Tahun 2015 untuk pembangunan dinding bangunan sarana, ternyata tidak dialokasikan dana tersebut.
Sebagai tindak lanjut, maka
Direktur Pascapanen Tanaman Pangan membuat teguran kepada Dinas Pertanian provinsi Kalimantan Barat untuk menindaklanjuti hasil kunjungan monev tersebut. 5)
Dengan adanya bantuan fasilitasi sarana pascapanen padi mulai dari tahun 2011-2014 dapat memberikan kontribusi penyelamatan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
58
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
hasil.
Bantuan
sarana
APBN
dan
APBNP
Tahun
2011
memberikan kontribusi penyelamatan hasil 125,922 ton. Bantuan sarana APBN , Kontegensi dan APBNP memberikan kontribusi penyelamatan hasil 117,112 ton. Bantuan sarana APBN Model dan
APBN
Reguler
Tahun
2013
memberikan
kontribusi
penyelamatan hasil 263,716 ton. Bantuan sarana APBN 2014 memberikan kontribusi penyelamatan hasil 42,220 ton. 6)
Untuk bansos Dukungan sarana pascapanen padi APBN-P Tahun 2015 ada beberapa Provinsi yang melakukan revisi POK antara lain : a) Provinsi Jawa Tengah merevisi 1 paket dryer padi dan bangunan menjadi 7 unit Combine Harvester Kecil, b) Provinsi Sumatera Selatan merevisi 5 Vertical Dryer Padi dan bangunan, serta 2 paket Vertical Dryer jagung dan bangunan menjadi 6 unit Corn Combine Harvester, 98 unit Combine Harvester Besar, 81 unit Combine Harvester Kecil, 90 unit Power Thresher Multiguna
dan 118 Corn Sheller, c) Provinsi Jambi
mendapatkan alokasi revisi anggaran 11 unit Combine Harvester Kecil, d) Provinsi Papua untuk mendukung cetak sawah mendapatkan
alokasi
revisi
anggaran
200
unit
Combine
Harvester Kecil, 6 paket Flat Bed Dryer dan bangunan serta 22 unit Combine Harvester Besar. Sehubungan dengan adanya Revisi DIPA PSP, maka jumlah bantuan Combine Harvester Kecil semula 2.790 unit menjadi 3.060 unit, Vertical Dryer Padi yang semula 170 unit dan bangunan/rehab bangunan 170 paket menjadi 166 unit dan bangunan/rehab bangunan 166 paket. b.
Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain. Kegiatan monitoring dan evaluasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain dilaksanakan secara berkesinambungan pada
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
59
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang menerima bantuan sarana pascapanen jagung tahun 2015. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain dilaksanakan ke 10 (sepuluh) provinsi yaitu Gorontalo, Lampung, D.I. Yogyakarta, Banten, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur. Hasil Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Penangananan Pascapanen Jagung dan Serealia lain, maka diidentifikasikan permasalahan yang terjadi
di
tingkat
Dinas
Pertanian
Provinsi
maupun
tingkat
Gapoktan/Poktan sebagai berikut : 1)
Permasalahan Fasilitasi Sarana a)
Lambatnya pengusulan CPCL dari beberapa Kabupaten sehingga Provinsi lambat untuk pengajuan CPCL Ke Pusat. Hal ini memperlambat proses pengadaan bantuan sarana pascapanen jagung
b)
Koordinasi yang kurang antara petugas pada satker bidang PSP dengan petugas penanganan pascapanen di daerah, sehingga menyebabkan lambatnya realisasi keuangan di daerah.Hal
ini
disebabkan
karena
bantuan
APBN-P
merupakan fasilitasi bantuan DIPA PSP dimana pembinaan masih dilakukan oleh Tanaman pangan. c)
Petugas tidak sepenuhnya memahami isi pedoman teknis, sehingga masih ada CPCL penerima bantuan yang tidak sesuai dengan pedoman teknis.
d)
Sebagian besar bangunan Dryer terlambat realisasi karena banyaknya proses yang harus dilalui mulai dari surat hibah lahan hingga proses pengerjaan bangunan yang sangat lambat.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
60
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
e)
Beberapa
provinsi
penggunaan
belum
aplikasi
e-factur
mengetahui
sosialisasi
pajak
dalam
proses
BASTB
menjadi
SP2D
pembayaran barang. f)
Proses
pencairan
uang
dari
memerlukan waktu lama (kurang lebih 2 minggu-1 bulan). g)
Kurangnya petugas yang dapat bekerja dilapangan.
h)
Bantuan sampai ke poktan/gapoktan pada saat telah selesai panen, sehingga pemanfaatan alat tidak optimal.
i)
Kurangnya tenaga provesional yang dapat mengoperasikan alat bantuan sarana pascapanen jagung.
j)
Administrasi yang belum tersusun baik
di beberapa
kelompok tani. k)
Beberapa alat bermasalah dan tidak sesuai dengan spesifik lokasi.
Permasalahan tersebut tidak di laporkan kepusat
sehingga pusat
menjadi sulit mengidentifikasi setiap
permasalahan di daerah. 2)
Permasalahan penangan pascapanen jagung a)
Masih kurangnya pengetahuan petani saat melakukan penanganan
pascapanen
jagung,
seperti
pentingnya
penangan pascapanen jagung yang tepat untuk dapat meminimalkan kehilangan hasil jagung ditingkat petani. b)
Kurang pedulinya petani dengan pengaruh kadar air terhadap keamanan simpan jagung.
Dimana petani tidak
terlalu memperhatikan kadar air (13%-14%) jagung yang tepat untuk penyimpanan jagung. c)
Kurangnya pengetahuan petani untuk dapat mengadopsi peralatan terbaru untuk penanganan pascapanen yang lebih baik.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
61
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Upaya penanganan masalah sebagai berikut : 1)
Permasalahan Fasilitasi Sarana a)
Pengajuan CPCL hendaknya lebih dipercepat dan akan lebih baik bila telah memiliki database untuk CPCL ditahun berikut berdasarkan pengajuan proposal dari kelompok tani.
b)
Koordinasi yang baik antara petugas pascapanen dengan petugas satker yang bertugas sehingga dapat mempercepat proses realisasi alat.
c)
Pedoman teknis harus lebih disosialisasikan petugas Provinsi ke petugas Kabupaten agar tidak terjadi kesalahan dalam
verifikasi
kelompok
penerima
bantuan
sarana
pascapanen jagung d)
Dinas membuat jadwal palang penyelesaian banguanan.
e)
Adanya sosialisasi e-factur kepada petugas di daerah
f)
Koordinasi yang baik antara petugas daerah dengan penyelia barang
g)
Penambahan petugas lapang di daerah
h)
Pengaturan jadwal palang yang tepat agar alat sampai ke poktan/gapoktan saat panen atau menjelang panen di petani.
i)
Pelatihan untuk petani yang ditunjuk sebagai operator sehingga dapat menggunakan alat dengan benar, bila perlu dapat pelatihan khusus dari teknisi alat.
j)
Sosialisasi ke daerah dan petugas lapang untuk membantu poktan/gapoktan
menyusun
administrasi
yang
baik
sehingga bisa dipertanggungjawabkan. k)
Peninjauan yang lebih baik dari petugas daerah agar alat yang diberikan spesifik lokasi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
62
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
2)
Permasalahan penangan pascapanen jagung a).
Sosialisasi ditingkatkan dari daerah ke petani tentang penerapan teknologi terbaru untuk penanganan pascapanen tanaman pangan, khususnya jagung.
b).
Pelatihan dan pemberian informasi yang tepat ke petani tentang kadar air yang tepat untuk penyimpanan jagung.
c). c.
Sosialisasi dari daerah cara penggunaan alat yang tepat.
Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di 10 (sepuluh) Provinsi penerima bantuan Paket Reguler yaitu Provinsi Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Jambi, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Barat ; serta 5 (lima) Provinsi penerima Paket Model yaitu Provinsi Jawa Tengah, Jambi, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur. Hasil Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang, diperoleh hasil sebagai berikut : 1)
Bantuan dalam bentuk Unit a)
Bantuan sarana pascapanen kedelai tahun 2012- 2014 sudah seluruhnya diterima oleh poktan/gapoktan sesuai Surat Keputusan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) yang sudah diterbitkan.
b)
Dari beberapa CPCL yang ada masih terdapat ketidak tepatan dalam pemilihan CPCL, sehingga sarana yang di berikan tidak termanfaatkan dengan baik
c)
Kemampuan petani dalam penguasaan teknologi sarana pascapanen
masih
rendah.
Petani
masih
kurang
terampildalam penerapan operasional alat dan mesin
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
63
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
perontok, sehingga pemanfaatan paket bantuan sarana penanganan pascapanen belum optimal. 2)
Bantuan dalam bentuk BLM a)
Pelaksanaan
pembelian
bantuan
sarana
pascapanen
kedelai di beberapa kabupaten masih dijumpai adanya kesalahan dalam realisasi pembelian paket bantuan, dimana alat yang dibeli oleh poktan/gapoktan penerima bantuan tidak sesuai dengan paket yang telah ditentukan. b)
Berdasarkan realisasi pembelian paket sarana penanganan pascapanen kedelai dibeberapa daerah, poktan/gapoktan penerima bantuan lebih berminat untuk membeli sarana perontok berupa Power Thresher dan Pedal Thresher.
3)
Bantuan dalam bentuk Paket Model a)
Bantuan sarana pengering kedelai (Dryer) masih kurang dimanfaatkan petani untuk melakukan pengeringan kedelai. Hal ini disebabkan waktu panen kedelai umumnya pada musim
kemarau
sehingga
petani
lebih
memilih
menggunakan sinar matahari dalam proses pengeringan. Pada
beberapa
Kelompok
Tani
alat
tersebut
sudah
dimanfaatkan untuk melakukan pengeringan padi dan sampai saat ini dryer masih beroperasi dengan baik. b)
Bantuan sarana perontok Power Threser masih ada yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Ukuran threser yang besar dan bobot yang berat menyulitkan petani untuk membawa threser ke lahan. Petani menginginkan bantuan sarana sesuai dengan keadaan lokasi (spesifik lokasi).
4)
Sumber Daya Petani dan Dukungan a)
Petani
masih
kurang
dalam
memanfaatkan
sarana
pascapanen yang ada, karena kemampuan petani untuk mengakses teknologi sarana pascapanen masih terbatas.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
64
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Sementara tuntutan penggunaan alsintan juga dibutuhkan ditengah kurangnya tenaga kerja pedesaan. b)
Petani masih sulit mengadopsi teknologi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang yang tepat dan benar. Umumnya dalam penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang masih dilakukan secara tradisional sehingga
susut
hasil
yang
terjadi
selama
proses
penanganan pascapanen masih tinggi dan mutunya juga masih rendah. c)
Manajemen administrasi poktan/gapoktan masih sangat lemah
sehingga
pengelolaan
pemanfaatan
pascapanen melalui sistem penyewaan
sarana
belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan. d.
Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Aneka Umbi. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen aneka Umbi dilaksanakan di 9 (sembilan) Provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat, Banten, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat. Hasil
Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Aneka
Umbi, diperoleh hasil sebagai berikut : 1)
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui kunjungan lapang dan wawancara
menggunakan
kuesioner.
selain
itu,
karena
keterbatasan waktu dan anggaran, pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara menggunakan telepon dan email untuk memonitor perkembangan pemanfaatan bantuan. Hasil pengumpulan data yang telah dilakukan baik melalui kunjungan langsung, via telepon/email/surat diperoleh hasil sebagai berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
65
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
a)
Evaluasi Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Aneka Umbi Tahun 2012, 2013 dan 2014 Pengelolaan bantuan sarana pascapanen ubikayu dan ubijalar pada tahun 2012, 2013 di 22 poktan/ gapoktan tetap dikelola dengan baik dan memberikan nilai tambah melalui menurunnya
nilai
susut
sedangkan
bantuan
sarana
pascapanen ubikayu tahun 2914 di Kabupaten Cianjur sudah mulai digunakan untuk memproduksi chips. b)
Monitoring
dan
Evaluasi
Kontribusi
Bantuan
Sarana
Pascapanen di Daerah. Pada tahun 2014, kegiatan fasilitasi sarana pascapanen aneka umbi dialokasikan sebesar Rp 600 juta di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat untuk mendukung kegiatan Pilot Project Strategi Induk Pembangunan Pertanian Tahun 2015 – 2045. sedangkan untuk daerah lain tidak ada bantuan sarana pascapanen. 2)
Menghadiri Rapat/Koordinasi dengan Instansi Terkait Dalam rangka mendukung kegiatan monitoring dan evaluasi, dan untuk
meningkatkan
koordinasi,
integrasi,
sinergi
dan
pemahaman petugas pusat dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan, dilakukan kegiatan menghadiri rapat/koordinasi ke instansi terkait. Rapat/Koordinasi tersebut antara lain : a)
Pertemuan Koordinasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 di kantor BB Pascapanen di Karawang, Jawa Barat.
b)
Rapat Koordinasi tentang Teknologi Produksi Chips ke kampus IPB di Bogor, Jawa Barat.
c)
Rapat Koordinasi (Sistem Pengendalian Intern) Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Cipayung,
Bogor
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
66
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
3)
Perjalanan Dalam Rangka Mendukung Kegiatan Tanaman Pangan Perjalanan dalam rangka mendukung kegiatan tanaman pangan dilaksanakan ke Provinsi Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Perjalanan
dalam
rangka
mendukung kegiatan tanaman pangan dilakukan sebagai bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi karena penanganan pascapanen
terkait
dengan
pengamanan
produksi
dari
kehilangan hasil (susut hasil) yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman pangan khususnya aneka umbi, Hasil Monitoring dan Evaluasi penanganan pascapanen dapat digunakan sebagai bahan kebijakan tanaman pangan untuk tahun berikutnya Hasil Monitoring dan Evaluasi bersama tim provinsi dan kabupaten sebagai berikut : a)
Bantuan sarana pascapanen yang dialokasikan pada tahun 2012 dan 2013 di provinsi/kabupaten rata-rata masih digunakan dengan baik.
b)
Penggunaan teknologi pascapanen sudah berjalan dengan baik, di antaranya penggunaan mesin perajang dan alat pengering berupa oven.
c)
Contoh penggunaan bantuan sarana pascapanen ubijalar yang diterima oleh Poktan Baddoka berupa alat panen dan kupas, perajang, penyawut, pengepres, pengering, dan pengangkut,
dan
saat
dilakukan
kegiatan
monitoring
menunjukkan bahwa pemanfaatan alat belum dipergunakan secara maksimal. Alat perajang dan penyawut terlihat sama sekali belum dimanfaatkan dan hanya disimpan dalam gudang ketua poktan. d.
Pemanenan ubikayu dengan cara manual masih dilakukan didaerah yang mempunyai sifat tanah gembur, yaitu
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
67
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
mencabut dengan tangan. Pertanaman ubikayu dilakukan dengan cara digulud sehingga mudah untuk dicabut. Setelah pemanenan,
umbi
diangkut
ke
lokasi
pengupasan,
perendaman, perajangan, pengeringan dan penepungan. e.
Umumnya limbah dari umbi khususnya ubikayu dan ubi jalar dijadikan pakan ternak dengan melakukan pengeringan. Untuk mengatasi harga jatuh umumnya petani melakukan tunda jual dengan pembuatan gaplek agar dapat disimpan dalam waktu tertentu.
f.
Di
beberapa
provinsi
sudah
melakukan
penanganan
pascapanen ubikayu menjadi tepung tepung mocaf, gaplek (makanan), gaplek sebagai pakan ternak, opak, condok, keripik. Khusus keripik pemasaran sampai Korea (ekspor Korea). (di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara). 4.
Pendampingan Gerakan Pascapanen tanaman pangan Tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan disamping aspek budidaya seperti ketersediaan air irigasi, akses terhadap pupuk dan sarana produksi lainnya, juga dihadapkan pada masih tingginya angka susut hasil sebagai akibat penanganan panen dan pascapanen yang masih belum memadai. Untuk itu, maka sesuai dengan Catur Strategi Pembangunan Tanaman Pangan, dimana pengamanan produksi dari susut hasil (losses) melalui penanganan pascapanen harus menjadi perhatian dan diterapkan dengan baik. Peran teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan dengan berbagai tingkat teknologinya menjadi sangat strategis dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan, sehingga dapat menekan susut hasil (losses) dan mempertahankan mutu yang dihasilkan. Oleh karena itu, adopsi teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan yang selalu
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
68
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
mengalami perkembangan sudah menjadi kebutuhan mutlak pada proses produksi tanaman pangan secara efektif dan efisien. Gerakan penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan untuk : (a) Mendorong
dan
Menggerakan
seluruh
pemangku
kepentingan
(stakeholder) untuk melaksanakan penanganan pascapanen secara baik dan benar (good handling practices); (b) Mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan tingkat susut hasil ; dan (c) Meningkatkan manajemen kelembagaan poktan/gapoktan dalam usaha pascapanen tanaman, dan (d) Mengoptimalkan pemanfaatan alat mesin pertanian dalam usaha tani. Dalam upaya penerapan penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan benar (Good Handling Practice/GHP) perlu disinergikan teknologi dan sarana pascapanen dalam bentuk Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2015 dilakukan gerakan pascapanen untuk 3 (tiga) komoditas dengan lokasi masing-masing yaitu Padi (Provinsi Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Selatan);
Jagung
(Provinsi
Sumatera
Barat,
Kalimantan
Selatan,
Gorontalo) dan Kedelai (Provinsi Aceh, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). Gerakan penanganan pascapanen yang dilaksanakan pada tahun 2015 sebagai berikut : a.
Gerakan Penanganan Pascapanen Padi. Gerakan Penanganan Pascapanen padi dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi antara lain : 1)
Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 22 April 2015 di Desa Mariuk Kecamatan Tambak dahan, Kabupaten Subang, pada hamparan padi seluas 125 ha, menggunakan varietas IR-42, hasil ubinan sebesar 5 ton/ha.
2)
Provinsi Sulawesi Selatan, pada tanggal 27 April 2015 di Percontohan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Pertanian
Modern
Kelurahan
Appanang,
69
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng. 3)
Provinsi Lampung, pada tanggal 8 September 2015 di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu.
Tujuan Gerakan Penanganan Pascapanen Padi : 1)
Mendorong dan menggerakkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk melaksanakan penanganan pascapanen secara baik dan benar (good handling practices).
2)
Mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan tingkat susut hasil padi.
3)
Meningkatkan manajemen kelembagaan poktan/gapoktan dalam usaha pascapanen padi.
Sasaran Gerakan Penanganan Pascapanen Padi sebagai berikut : 1)
Terlaksananya Gerakan Penanganan Pascapanen padi yang baik
dan
benar
dalam
rangka
menginisiasi
penerapan
penanganan pascapanen padi yang baik dan benar dalam rangka menurunkan kehilangan hasil padi dan mempertahankan mutu. 2)
Meningkatkan kesadaran petani dan pemangku kepentingan untuk menyadari arti pentingnya kehilangan hasil meningkatkan mutu gabah .
3)
Meningkatkan keterampilan petani dalam menerapkan teknologiteknologi sarana pascapanen padi dan mengelola sarana teknologi tersebut dengan baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Hasil Pelaksanaan gerakan penanganan pascapanen padi sebagai berikut : 1)
Sesi sambutan, pengarahan, temu wicara dari Pemda dengan petani/ poktan/gapoktan dan masyarakat setempat.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
70
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
2)
Sesi materi berupa pembekalan materi kepada para peserta oleh narasumber gerakan penanganan pascapanen padi yang terdiri dari pemateri dari Dinas Pertanian Prov/Kab, peneliti dari Badan Litbang Kementan, Peneliti dari Perguruan Tinggi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, dan kegiatan diskusi dengan petani.
3)
Sesi lapangan berupa gerakan panen/pascapanen bersama Pejabat
Pemerintah
Daerah
setempat,
Direktur
Jenderal
Tanaman Pangan, petani, stakeholder dan instansi terkait. Kegiatan Sesi lapangan terdiri dari : a) Kegiatan panen di hamparan sawah yang siap panen dengan luas ± 100 ha.
Gerakan ini merupakan kegiatan
panen dengan menggunakan sarana teknologi pascapanen padi dengan berbagai tingkat teknologi yang tersedia seperti sabit bergerigi, paddy mower, reaper, power thresher, combine harvester kecil dan combine harvester besar. Gerakan ini merupakan kegiatan panen yang dilakukan secara serentak dan bersama dalam satu hamparan sawah. b) Kegiatan pascapanen padi dilakukan dengan meninjau dan mempraktek sarana pengeringan gabah dengan mekanik yaitu menggunakan sarana Vertical Dryer dan penggilingan gabah dengan menggunakan sarana Rice Milling Unit (RMU), Kegiatan ini sebagai bagian dari pembekalan teknis dan bentuk penerapan b.
Gerakan Penanganan Pascapanen Jagung Gerakan Penanganan Pascapanen jagung dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi antara lain : 1)
Provinsi Gorontalo pada tanggal 4 September 2015 di Desa Dunggala, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo
2)
Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 7 Oktober 2015 di Desa Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
71
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
3)
Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 27 Oktober 2015 di Desa Tandui, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin.
Hasil Pelaksanaan gerakan penanganan pascapanen jagung sebagai berikut : 1)
Gerakan pascapanen jagung bertujuan : (a) Mendorong dan menggerakkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk melaksanakan penanganan pascapanen secara baik dan benar (good handling practices); (b) Mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan tingkat susut hasil jagung; (c) Meningkatkan manajemen kelembagaan poktan/gapoktan dalam usaha pascapanen jagung;
dan (d) Mengoptimalkan
pemanfaatan alat mesin pertanian dalam usaha tani jagung. 2)
Pembekalan
materi
peserta/kelompok
tani
oleh dan
narasumber panen
secara
kepada simbolik
para oleh
Gubernur, Dirjen Tanaman Pangan, Bupati dan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, pada hamparan jagung. 3)
Demonstrasi pemanenan jagung menggunakan Corn Combine Harvester pipilan, demonstrasi pemipilan jagung Corn Sheller dengan kelobot, melihat Transplanter dan beberapa alat pascapanen lainnya yang dibarengi dengan penjelasan inovasi teknologi
pascapanen
jagung
oleh
Kepala
Balai
Besar
Pascapanen, Balitbang Kementerian Pertanian. 4)
Penyerahan bantuan secara simbolis kepada poktan/gapoktan oleh Gubernur, Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
5)
Pada Gerakan Penanganan Pascapanen Jagung terdapat stand Pameran dari Produsen dan Distributor Benih dari PT Syngenta, PT Pertiwi dan PT Asia dengan beberapa produk benih jagung
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
72
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
unggulan seperti NK 212, NK 6326, Asia 92, Pak Tiwi 1, dan varietas Pertiwi 3. c.
Gerakan Penanganan Pascapanen Kedelai Gerakan Penanganan Pascapanen kedelai dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi antara lain : 1)
Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 3 – 5 Juni 2015 di Desa Nipa Kalimoan, Kecamatan Bualemo, Kabupaten Banggai.
2)
Provinsi Aceh pada tanggal 26 - 28 Agustus 2015, di Desa Beurandang, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.
3)
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 28 Oktober 2015 di Desa Wonuakoa Kecamatan Sabulakoa, Kabupaten Konawe Selatan.
Hasil Pelaksanaan gerakan penanganan pascapanen kedelai sebagai berikut : 1)
Pembekalan materi kepada para peserta oleh narasumber gerakan penanganan pascapanen kedelai dan diskusi dengan peserta gerakan.
2)
Panen kedelai
dan demonstrasi alat perontok menggunakan
Power Thresher Multiguna 3)
Kegiatan gerakan penanganan pascapanen kedelai diharapkan dapat
meningkatkan
kemampuan
dan
pengetahuan
para
petugas daerah, penyuluh, Babinsa, serta petani sebagai pengelola usahatani terhadap penanganan pascapanen kedelai yang baik dan benar ; penerapan materi pembekalan di masingmasing kelompok ; mendorong dan menggerakkan seluruh pemangku
kepentingan
untuk
melaksanakan
penanganan
pascapanen kedelai yang baik dan benar ; mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
73
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan tingkat susut hasil panen kedelai. 4)
Pelaksanaan gerakan diharapkan juga berdampak terhadap introduksi penggunaan sarana pascapanen mekanis kepada petani
serta
peningkatan
manajemen
kelembagaan
poktan/gapoktan dalam usaha pascapanen kedelai. 5.
Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian. Koordinasi dan integrasi dalam
mendukung kegiatan pascapanen
dilaksanakan dalam bentuk kunjungan lapangan ataupun dalam rangka menghadiri rapat yang berkaitan dalam mendukung pascapanen tanaman pangan. Tujuan pelaksanaan koordinasi dan integrasi yaitu : a)
Koordinasi
dengan
petugas
pertanian
dan
petani
dalam
pengembangan penanganan pascapanen secara baik dan benar (Good Handling Practice) b)
Memberikan gambaran terkait kegiatan koordinasi dan integrasi kegiatan bidang tanaman pangan yang dilaksanakan.
c)
Sebagai pertangungjawaban kegiatan koordinasi dan integrasi terkait pembangunan bidang tanaman pangan yang sudah dilaksanakan.
Sasaran kegiatan koordinasi dan integrasi bidang tanaman pangan adalah adanya keselarasan, kesepahaman, dan kesamaan langkah dalam pelaksanaan program baik internal kementerian/lembaga atau antar kementerian/lembaga. Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian sebagai berikut a.
Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (Padi) Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen dilaksanakan
dalam
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
rangka
menghadiri
rapat
yang
berkaitan
74
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
mendukung
pascapanen
tanaman
pangan
dan
perjalanan
dinas/kunjungan ke lapangan. Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen padi terdiri dari : 1)
Mengahadiri Rapat Rapat yang dihadiri antara lain : 1) Rapat di BAPETAN ; 2) Rapat di MPR/DPR RI membahas Keputusan Badan Anggaran DPR RI Nomor AG/15679/DPRRI/IX/2015, dan Surat Menteri Keuangan Nomor S-814/MK.02/2015 atas pembahasan penundaan Pagu Anggaran Tahun 2016; 3) Rapat di BKPM ; 4) Rapat di BPS RI membahas Kuisioner SP-Lahan dan SP- Alsintan) ; 5) Rapat Evaluasi Kebijakan Pengembangan Usaha Ekonomi Desa di Bidang
Usaha Ekonomi Masyarakat Desa ; 6) Rapat di
Kementerian Perindustrian membahas Penyusunan RSNI Alsintan ; 7) Rapat di Kementerian Bidang Perekonomian membahas alokasi impor Jagung dan kedelai ; 8) Rapat Persiapan Kunker Komisi IV DPR RI ; 9) Festival Beras Nusantara di Epicentrum Walk ; 10) Rapat di Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu tentang KUR ; 11) Rapat Umum Kemitraan Pertanian Berkelanjutan Indonesia (PISAgro) ; 12) Rapat Laporan Akhir Kegiatan Survey dan Verifikasi Kinerja Industri Berbasis Bahan Beras Pecah 100% dan Beras Ketan Pecah 100% di Kementerian Perindustrian ; 13) Rapat Kementan Dengan LKPP tentang Pembahasan Persiapan E-Catalog Untuk
Kegiatan 2015 ; 14)
Rapat
Koordinasi Lanjutan Tim Koordinasi Keterkaitan Kota-Desa di BAPPENAS 2)
Perjalanan Dinas/Kunjungan Lapang Perjalanan Dinas yang dilaksanakan adalah perjalanan dalam rangka
mendukung
kegiatan
Tanaman
Pangan
dan
pendampingan kegiatan terkait bidang pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
75
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Perjalanan Dinas meliputi : 1) Pertemuan di Gedung Executive Development Training Center (EDTC), PKSPL-Institut Pertanian Bogor ; 2) Pelaksanaan pembinaan penanganan pascapanen padi di Provinsi Sumatera Selatan, NTT, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong ; 3) Pengawalan dan Monev Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen TP di Provinsi Sumatera Selatan ; 4) Menghadiri Rapat Kerjasama Bidang Pertanian Indonesia - Jepang) di Bogor Provinsi Jawa Barat ; 5) Menghadiri Sosialisasi
Tata Naskah Dinas dan Ketatausahaan
Lingkup Ditjen TP di Lembang Provinsi
Jawa Barat ;
6) Pendampingan kegiatan pada Pertemuan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) Ditjen. Tanaman Pangan TA. 2016 di Provinsi D.I. Yogyakarta ; 7) Mengikuti acara kunjungan kerja Menteri Pertanian di Provinsi Jawa Tengah ; 8) Menghadiri Undangan Diskusi Kritis Teknologi Budidaya Padi (Hazton, SRI, Salibu dan PTT) dalam rangka mendukung Swasembada Pangan Nasional di Bogor ; 9) Seminar Hasil Studi Kelayakan Model Penerapan Teknologi Pascapanen di Tingkat Kelompoktani oleh JICA dan Sizhuoka Seiki Co Ltd di Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian ; 10) Menghadiri pembahasan reorganisasi lingkup Kementerian Pertanian Tahun 2015 di Bogor. Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen padi yang telah dilaksanakan menghasilkan informasi dan data yang bermanfaat bagi petugas, pemangku kepentingan dan masyarakat yang bergerak di bidang pertanian dalam mengambil keputusan. b.
Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (Jasela). Koordinasi integrasi terkait dalam bidang pertanian merupakan bentuk kegiatan yang merangkum semua kegiatan yang telah diikuti dan dihadiri oleh subdit jagung dan serealia lain. Pelaksanaan usaha pertanian yang saling terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling mendukung dan melengkapi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
76
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen Jagung dilaksanakan melalui : 1)
Menghadiri Rapat Rapat koordinasi dengan instansi terkait seperti Rapat Business Matching
P3DN
Sektor
Pertanian,
Rapat
di
Kementerian
Perdagangan, Audit Kinerja dan Evaluasi AKIP TA 2014/2015 di Provinsi Banten dan DI. Yogyakarta, Sosialisasi Tata Naskah dinas dan Ketatausahaan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan T.A. 2015, Konsultasi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi. 2)
Perjalanan Dinas/Kunjungan Lapang Kunjungan lapang ke Provinsi dan Kabupaten pelaksana kegiatan pascapanen yang salah satunya dalam mendukung program UPSUS seperti Provinsi Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan
Koordinasi integrasi dalam bidang pertanian yang dilaksanakan tentunya akan menghasilkan data dan informasi – informasi yang bermanfaat bagi para petugas, pemangku kepentingan dan masyarakat yang bergerak di bidang pertanian. Data dan informasi yang bermanfaat ini diharapkan akan dapat
mengintegrasikan usaha
pertanian yang akan diterapkan di tingkat – tingkat lapang. c.
Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (Kedelai) Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (kedelai) dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke 5 (lima) provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku, Jawa Barat dan Bali. Hasil Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen kedelai sebagai berikut : 1)
Koordinasi antar instansi terkait baik ditingkat pusat maupun daerah dalam penanganan pascapanen perlu ditingkatkan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
77
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Penanganan pascapanen tidak dapat dilakukan secara parsial, oleh karena itu pendekatan koordinasi antar lembaga terkait perlu ditingkatkan baik pusat maupun daerah. 2)
Untuk memantapkan perkembangan penanganan pascapanen termasuk
usaha
kelembagaan
jasa
serta
pascapanen, mendorong
diperlukan tumbuh
dukungan
kembangnya
perbengkelan/pengrajin alat mesin pascapanen, kemitraan usaha jasa alsin pascapanen antara petani/kelompok tani sebagai pengguna dan Unit Pengelolaan Jasa Alsintan (UPJA) sebagai unit usaha pelayanan jasa alsintan yang diantaranya alsin pascapanen tanaman pangan. 3)
Perlu kesepahaman yang jelas dari awal tentang apa yang akan diintegrasikan sehingga kontribusi masing kementerina/lembaga menjadi jelas dan terpadu.
4)
Penerapan teknologi penanganan pasca panen yang baik dan benar
akan
memberikan
dampak
yang
lebih
baik
untuk
mengurangi tingkat kehilangan hasil dan mempertahankan mutu kedelai terutama pada saat proses perontokan dan pengeringan. Perlunya teknologi dan sarana alat pasca panen yang memenuhi persyaratan teknis, ekonomis dan mudah di adopsi oleh petani, menjadikan teknologi dan alat yang di berikan dapat di aplikasikan dan di manfaatkan oleh kelompok tani. Hal tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani dan secara nasional dapat meningkatkan produksi kedelai. 5)
Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pasca panen kedelai dan
mendorong
serta
memfasilitasi
kelompok
tani
dalam
menerapkan alsin pasca panen secara optimal. Di dalam pengembangan pasca panen kedelai ke depan diarahkan menjalin kemitraan antara petani dengan stake holder terkait/industri. 6)
Perlunya pelatihan penanganan pascapanen kedelai secara rutin untuk meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
78
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
sumber daya manusia dalam menangani pascapanen yang baik dan benar. 7)
Di tingkat kabupaten, diharapkan memiliki analisa kebutuhan sarana
pasca panen
untuk
mengetahui ketersediaan
dan
kebutuhan, sehingga penyebaran sarana pascapanen dapat efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan lapang guna menghindari
terjadinya
sarana
pascapanen
yang
tidak
bermanfaat. d.
Koordinasi
dan
Integrasi
Kegiatan
Terkait
Bidang
Pertanian
(Aneka Umbi) Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen dilaksanakan dalam bentuk kunjungan lapangan ataupun dalam rangka menghadiri rapat yang berkaitan dalam mendukung pascapanen tanaman pangan dan diarahkan pada pengembangan wilayah produksi umbi yang dilakukan secara terintegrasi dengan industri pangan dan pasar. Pengembangan sistem manajemen pascapanen di wilayah produksi umbi diharapkan akan dihasilkan bahan baku yang kontinyu dan berkualitas sehingga dapat dihasilkan produk olahan pangan dengan kualitas yang memenuhi standar. Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen aneka umbi terdiri dari : 1)
Menghadiri Rapat/Pertemuan/Workshop Pertemuan yang dihadiri meliputi : a) Rapat Kerja Komisi IV DPRRI dengan Menteri Pertanian dalam rangka pembahasan RKA-K/L Tahun 2015 dan RKP Kementerian Pertanian Tahun 2016 ; b) Workshop kerjasama ASEAN bidang pangan dan Kehutanan ; c) Menghadiri Rapat Pra Aram di DI.Yogyakarta.
2)
Perjalanan Dinas Perjalanan Dinas meliputi : a) Mengahadiri Gelar Teknologi Pertanian Modern di Desa Meriuk, Kecamatan Tambak Dahan,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
79
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Kabupaten Subang dalam rangka memperingati Kinerja satu tahun Pembagunan Pertanian ; b) Koordinasi ke Instansi Terkait ; c) Kunjungan ke Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa barat, Hasil koordinasi dan integrasi bidang pascapanen tanaman pangan yang telah dilakukan ke beberapa provinsi, diketahui berbagai permasalahan pengembangan pascapanen aneka umbi di lapang terkait aspek SDM, permodalan,
teknologi,
pasar dan sarana
prasarana. Upaya pemecahan masalah yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi di lapang agar integrasinya dapat berjalan efektif, dan efisien. 6.
Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu (GHP). Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu (Good Handling Practices) bertujuan memberikan informasi dan penjelasan mengenai cara penurunan susut/kehilangan hasil dan peningkatan mutu hasil panen dalam rangka pengamanan produksi ubikayu dan peningkatan daya saing ubikayu.
Diharapkan
melalui
Sosialisasi
Penerapan
Penanganan
Pascapanen Ubikayu petugas dan petani dapat memahami pentingnya melakukan penanganan pascapanen ubikayu secara baik dan benar untuk meningkatkan mutu ubikayu yang dihasilkan serta memperpanjang masa simpan ubikayu melalui pengolahan ubikayu sampai menjadi chips dan tepungmocaf. Sosialisasi
Penerapan
Penanganan
Pascapanen
Ubikayu
(GHP)
dilaksanakan di Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, dihadiri peserta dari Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, BB Pascapanen, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati, petugas lapang (penyuluh/THL) Kabupaten Pati dan petani ubikayu di Kabupaten Pati.
Narasumber dari Balai Besar Pascapanen- Litbang
Kementerian Pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
80
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Hasil Kegiatan Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu (GHP) sebagai berikut : a.
Kebijakan Pengembangan Pascapanen dalam Mendukung Industri Olahan Ubikayu 1)
Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil produksi tanaman pangan dilakukan dengan menerapkan Good Handling Practices (GHP)
berupa
penerapan
teknologi
pascapanen,
fasilitasi
bantuan sarana pascapanen, serta pengembangan, pembinaan dan pengawalan terus dilakukan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. 2)
Penanganan proses pascapanen yang baik dan benar memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen, meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.
3)
Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri yang berkualitas.
4)
Posisi penanganan pascapanen dalam rantai agribisnis sangat strategis yaitu sebagai jembatan antara sektor hulu dan hilir, sehingga pendayagunaan sarana pascapanen perlu diikuti oleh pasokan bahan baku secara kontinyu di sektor hulu dan jaminan pasar di sektor hilir
5)
Petani Ubikayu dan Petugas setempat agar terus meningkatkan kapasitas diri dan bersama-sama meningkatkan nilai tambah ubikayu melalui kerjasama antar kelompok sehingga hasilnya nanti dapat secara luas dirasakan oleh petani dan masyarakat pada umumnya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
81
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
6)
Pengembangan mocaf di Kabupaten Pati memerlukan dukungan Pemda setempat untuk pendampingan dan informasi pasar sehingga minat petani untuk mengolah ubikayu dapat meningkat
7)
Diperlukan transparansi penentuan harga ubikayu sehingga kedua belah pihak (petani dan pengusaha) tidak ada yang dirugikan.
b.
Penentuan Waktu Panen yang Tepat serta Pengenalan Metode Rafaksi 1)
Umur
panen tiap varietas ubikayu berbeda. Penentuan umur
panen
ubikayu
ditentukan
oleh
faktor
produktivitas
hasil,
kandungan kadar pati, berat kering dan densitas umbi. Kadar pati meningkat sejalan dengan meningkatnya umur panen sampai umur panen optimum (kadar pati tertinggi). Bila ubikayu dipanen pada lewat umur optimum akan menurunkan kadar pati dan diikuti meningkatnya kadar serat menjadi berkayu. 2)
Kandungan kadar pati pada ubikayu segar menjadi dasar penentuan harga dan rafaksi ubikayu terutama bagi petani ubikayu
dan
pengusaha/pabrik
tapioka
dalam
transaksi
pembelian ubikayu. 3)
Metode rafaksi berguna untuk menentukan kadar pati dan chips dari umbi yang dipanen sehingga akan diketahui nilai dari ubikayu tersebut.
Diperlukan standar harga ubikayu antara petani dan
pengusana untuk dijadikan acuan pada penetapan harga ubikayu sesuai kualitas umbi yang dipanen. 4)
Perlu disosialisasikan Metode Pengukuran Kadar Pati Ubikayu Secara Cepat(Tomado de CIAT, 1978) sebagai berikut : a)
Sampel ubikayu segar ditimbang 3 – 5 kg --- (A)
b)
Sampel tersebut ditimbang pada kondisi terendam air -- (B)
c)
Densitas ubikayu tersebut kemudian dihitung :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
82
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
A Densitas = ----------A + B d)
Besar kadar pati dihitung dengan melihat tabel konversi hubungandensitas, berat kering, kadar pati dan harga ubikayu.
c.
Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu Secara Baik dan Benar 1)
Sifat ubikayu segar memiliki kadar air tinggi (60%), adanya getah tandanya licin mengandung enzim linamarin (warna biru) dan enzim phenolasre (warna coklat (browning), kadar racun sianida (HCN) ditandai rasa pahit.
2)
Dalam bentuk tepung (baik umbi rajang/ chip bahan baku tepung kasava, tepung kasava maupun tapioka) akan lebih awet dan mudah difortifikasi menjadi berbagai produk olahan pangan dan non pangan. Tepung kasava dapat dibuat melalui proses tanpa fermentasi (tepung gaplek) dan melalui proses fermentasi (Tepung Mocaf).
3)
Petani perlu memahami faktor-faktor yang menurunkan harga ubikayu diantaranya adalah: a)
Adanya kerusakan pada umbi akibat pemotongan tidak pada tangkai atau terkena umbi sehingga menjadi sumber infeksi.
b)
Panen pada umur yang tidak tepat sehingga kadar pati kurang optimal
4)
Penggunaan pengungkit pada saat panen bertujuan untuk mengurangi jumlah umbi yang tertinggal/patah di dalam lahan. Diharapkan petani ubikayu di Kabupaten Pati dapat menerapkan penggunaan pengungkit pada saat panen.
5)
Pada proses perajangan ubikayu yang telah dikupas bersih, perlu diperhatikan
putaran
pemotong.
Hasil
alat
perajang
rajangan
dan
diusahakan
ketebalan seragam
pisau dengan
ketebalan 1-1,5 mm agar pengeringan merata. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
83
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
6)
Percepatan penerapan penanganan pascapanen ubikayu dalam bentuk chips dipengaruhi oleh pengetahuan petani dan petugas mengenai teknologi produksi chips, industri yang berkembang di daerah tersebut dan permintaan pasar.
7.
Pengukuran Susut Hasil Pascapanen Tanaman Pangan. Pengukuran kehilangan pascapanen hasil pertanian tanaman pangan masih sebatas pada komoditas padi, sedangkan pengukuran dan perhitungan susut pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu dilapangan belum ada acuan yang baku. Kegiatan pengukuran Susut Hasil Penanganan pascapanen sebelumnya telah pernah dilaksanakan pada tahun 2012, 2014 dan pada tahun 2015 kembali dilakukan pengukuran susut hasil untuk komoditas jagung, kedelai dan ubikayu. Pengukuran diharapkan dapat menggambarkan besarnya
kehilangan hasil pada setiap tahapan kegiatan penanganan
pascapanen. Kegiatan pengukuran susut hasil pascapanen tanaman pangan meliputi a.
Pengukuran Susut Hasil Jagung Pengukuran susut hasil jagung dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang ; Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Grobogan Pengukuran susut penanganan pascapanen jagung meliputi tahap panen, pemipilan dan pengeringan. Melalui kegiatan pengukuran susut hasil pascapanen jagung diharapkan para pelaku pascapanen memahami penanganan pascapanen yang baik sehingga terjadi peningkatan efisiensi produksi melalui penurunan susut hasil pascapanen yang pada akhirnya menambah nilai tambah dan daya saing.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
84
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Hasil pelaksanaan perhitungan pengukuran susut hasil pascapanen jagung di 2 (dua) provinsi, diperoleh hasil sebagai berikut : 1)
Tahap Panen Pemanenan di Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan cara petik buka kelobot menggunakan tangan atau semacam alat pengungkit dari kayu, dimasukkan ke dalam karung dan ada pula yang petik dengan kelobot lalu dilakukan pengupasan diluar petak,
setelah
itu
dimasukkan
ke
dalam
karung
untuk
selanjutnya dilakukan pemipilan. Kebiasaan petani di Kabupaten Langkat adalah panen yang dilakukan dalam luasan besar maka panen jagung
biasanya dilakukan dengan
cara
dibakar,
membutuhkan waktu 3 hari,(hari pertama batang jagung direbahkan, hari ke dua dibakar dan pada hari ketiga dilakukan pemetikan
tongkol
jagung,
dikumpulkan
dan
dilakuan
penumpukan sementara di lapang). Untuk Provinsi Jawa Tengah pemanenan dilakukan dengan cara petik kelobot, buka kelobot lalu dimasukkan ke dalam karung, dan ada pula yang dipetik buka kelobot. Kebiasaan pemanenan di Kabupaten Grobogan yaitu 2 minggu sebelum panen jagung dilakukan pemangkasan pucuk tanaman jagung, selanjutnya panen jagung dengan cara petik buka kelobot jagung dan dimasukkan ke dalam karung sebelum dilakukan pemipilan. 2)
Tahap Pemipilan. Pemipilan jagung dilakukan sesuai dengan kebiasaan petani yaitu menggunakan mesin pemipil jagung (Corn Sheller) berkapasitas 3 ton/jam, berbahan bakar solar.
3)
Tahap Pengeringan Pengeringan
dengan
memenafaatkan
sinar
matahari,
menggunakan alas terpal/lantai jemur hingga mendapatkan KA <
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
85
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
17% atau mencapai 14%. Setelah dijemur dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung. Hasil pengukuran susut jagung 2 (dua) Provinsi sebagai berikut : 1)
Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,664% Tahap pemanenan sebesar 1,197 %, tahap pemipilan sebesar 0,066 % dan tahap pengeringan sebesar 0,400 %.
2)
Provinsi Jawa Tengah sebesar 4,965% Tahap pemanenan sebesar 1,695%, tahap pemipilan sebesar 0,275% dan tahap pengeringan sebesar 2,995%.
Hasil pengukuran susut hasil pascapanen jagung tahun 2015 selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 14 : Hasil Pengukuran Susut Hasil Pascapanen Jagung Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota Sumatera Utara a Kab. Langkat b Kab. Deli Serdang Jawa Tengah a Kab. Purwerejo b Kab. Grobogan
Jumlah Rata-Rata
Susut Hasil (%) Pemanenan
Pemipilan
Pengeringan
0.005 2.39
0.042 0.09
1.41 1.98
0.33 0.22
4.55 1.44
0.68 0.17
6.79 1.70
5.79 1.45
0.74 0.06
Jumlah 0.787 2.540 6.29 3.64
13.26 3.31
Kesimpulan perhitungan pengukuran susut hasil pascapanen jagung sebagai berikut : 1)
Susut pascapanen jagung yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,664% sedangkan di Jawa Tengah sebesar 4,965%. Secara keseluruhan nilai susut pascapanen jagung tersebut menunjukkan angka yang tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan nilai susut yang dikeluarkan IPB tahun 2003 yaitu sebesar 5,2 %.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
86
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
2)
Susut hasil di Provinsi Jawa Tengah (4,965%) lebih besar dibandingkan dengan susut hasil di Provinsi Sumatera Utara (1,664%), Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perilaku petani di Provinsi Sumatera Utara yang lebih memperhatikan kaidah penanganan
pascapanen
jagung
khususnya
pada
tahap
pengeringan. 3)
Susut pemipilan di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,066% dan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,275%. Kondisi tersebut ditentukan oleh sarana pemipil (Corn Sheller) yang digunakan oleh petani. Corn Sheller yang digunakan petani di Sumatera Utara merupakan buatan bengkel lokal yang spesifikasi lokasi sedangkan di Provinsi Jawa Tengah merupakan bantuan pemerintah yang kurang memperhatikan spesifikasi lokasi.
Saran penanganan pascapanen jagung yang lebih baik sebagai berikut : 1)
Setelah proses panen, pemipilan dan pengeringan diharapkan petani memeriksa kembali apakah terdapat jagung yang tertinggal di lapangan, di dalam mesin pemipil ataukah di tempat pengeringan. Selalu menggunakan alas yang memenuhi syarat untuk meminimalkan susut yang terjadi.
2)
Perlu dilakukan pembinaan dan pengawalan berkelanjutan oleh Petugas Dinas Pertanian baik Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalam penanganan pascapanen jagung yang lebih baik seiring dukungan sarana dan teknolodi pascapanen.
3)
Teknologi penanganan pascapanen perlu diinformasikan kepada petani serta pelatihan kepada para operator yang menggunakan mesin terutama untuk mesin yang multiguna.
4)
Perlu dilakukan survey ke pedagang pengumpul jagung untuk mengetahui
apakah
terdapat
proses
lanjutan
seperti
pengeringan ulang ataupun sortasi ulang.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
87
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
b.
Pengukuran Susut Hasil Kedelai Pengukuran dan perhitungan susut hasil pascapanen kedelai dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi sentra produksi kedelai yaitu Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Tasikmalaya ; Provinsi Sulawesi Selatan di Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Maros. Uji coba pengukuran dan perhitungan susut hasil pascapanen kedelai bertujuan untuk memperoleh data/informasi mengenai: 1)
Besaran Susut Panen Kedelai,
2)
Besaran Susut Pengangkutan Brangkasan Kedelai,
3)
Besaran Susut Penjemuran Brangkasan Kedelai,
4)
Besaran Susut Perontokan Polong dan Biji Kedelai
5)
Metodologi Pengukuran Dan Perhitungan Susut Hasil Kedelai Yang Lebih Sempurna.
Pemilihan lokasi untuk pelaksanaan pengukuran dan perhitungan susut hasil pascapanen kedelai berdasarkan keterwakilan daerah sentra produksi kedelai. Pengambilan sampel, setiap Provinsi dipilih 2 (dua) Kabupaten/Kota. Pada setiap Kabupaten/Kota dipilih 1 (satu) Kecamatan. Jumlah responden pada setiap lokasi masing-masing dipilih 2 (dua) orang petani dengan 2 (dua) sampling petak ubinan Hasil pelaksanaan perhitungan pengukuran susut hasil pascapanen kedelai di 2 (dua) provinsi, diperoleh hasil sebagai berikut : 1)
Susut Panen Pengukuran susut pemanenan kedelai dilakukan dengan sampel ubinan 5m x 5 m. Pemanenan dilakukan dengan cara disabit atau dicabut batang tanaman kedelai, tergantung kebiasaan petani setempat. Susut hasil tercecer panen dihitung berdasarkan banyaknya polong dan biji kedelai yang tercecer, karena goncangan pada saat panen, dan yang tertinggal di
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
88
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
batang tanaman kedelai yang tidak terpotong/tercabut ketika panen atau tanaman kedelai yang tertinggal di lahan/ladang setelah panen. Pengukuran dan perhitungan susut hasil panen secara rata-rata, selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 15 : Kisaran Persentase Susut Hasil Panen Kedelai Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota Jawa Barat a Kab. Indramayu b Kab. Tasikmalaya Sulawesi Selatan a Kab. Jeneponto b Kab. Maros
Varietas
Umur Panen (hst)
Argomulyo Anjasmoro
90 - 113 90
Sabit Sabit
1.84 0.66
Anjasmoro - Anjasmoro - Kaba - Mutiara
100 - 111 90
Sangko Sabit/cabut
1.87 0.73
Cara Panen
Kisaran
Susut Panen %
0.66-1.87
Tabel 15 menunjukkan bahwa besaran susut hasil panen berkisar 0,66 – 1,87 %. Susut hasil panen tercecer tertinggi di Kabupaten Jeneponto sebesar 1,87 % dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 0,66%. Susut hasil panen diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas, umur layak panen, cara panen oleh petani dan sarana panen yang digunakan serta budaya petani dalam melakukan panen kedelai sehingga banyak batang tanaman kedelai (polong terikut) yang masih tertinggal di lahan. 2)
Susut Pengangkutan Brangkasan Kedelai Petani responden pada susut hasil pascapanen kedelai sebagian besar tidak melakukan pengangkutan brangkasan kedelai. Petani memanen kedelai dan dikeringkan langsung di lahan
sehingga
kedelai.cAdapun
tidak
ada
pengangkutan
pengangkutan brangkasan
brangkasan kedelai
yang
dilakukan responden lainnya sudah cukup baik yaitu dengan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
89
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
memasukan brangkasan ke dalam karung, sehingga pada tahap pengangkutan tidak terjadi susut tercecer. Tabel 16
:
Kisaran Persentase Susut Hasil Pengangkutan Brangkasan Kedelai Tahun 2015
Provinsi/ Kabupaten/Kota Jawa Barat a Kab. Indramayu
b Kab. Tasikmalaya Sulawesi Selatan a Kab. Jeneponto b Kab. Maros
Cara Pengangkutan
Susut Pengangkutan %
- Kering dilahan - Diikat dan dimasukkan ke karung diangkut dengan motor
0
- Tidak diangkut
0
- Kering di lahan - Tidak diangkut
0 0 0
Kisaran
3)
Susut Penjemuran Brangkasan Penjemuran brangkasan kedelai dilakukan di lahan kedelai dengan menggunakan alas terpal. Susut hasil penjemuran brangkasan kedelai dihitung berdasarkan banyaknya biji kedelai tercecer selama penjemuran brangkasan kedelai, antara lain karena biji kedelai tercecer/terlempar di luar alas penjemuran, atau tercecer di lahan apabila penjemuran tanpa menggunakan alas. Tabel 17
:
Kisaran Persentase Susut Hasil Penjemuran Kedelai Tahun 2015
Provinsi/ Kabupaten/Kota Jawa Barat a Kab. Indramayu b Kab. Tasikmalaya Sulawesi Selatan a Kab. Jeneponto b Kab. Maros
Lama Penjemuran
Susut Penjemuran %
- Langsung di rontokkan - 3 sampai 4 hari
0.02
- 2 sampai 3 hari
0.10
- Langsung di rontokkan - 2 sampai 3 hari
Kisaran
0 0.10 0 - 0.10
Tabel 17 menunjukkan bahwa kisaran susut hasil penjemuran antara 0 – 0,10 %. Susut penjemuran 0% karena responden tidak melakukan penjemuran, kedelai di panen pada kondisi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
90
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
batang dan daun sudah kering. Setelah pemanenan dilanjutkan proses perontokkan. Susut penjemuran di Kabupaten Tasikmalaya dan Maros sebesar 0,10 %. Penjemuran brangkasan menggunakan alas terpal atau waring (alas seperti paranet yang mempunyai poripori kecil) dengan ukuran 8 x 8 m. Penggunaan alas waring lebih
efektif
daripada
menggunakan
alas
terpal
sebab
brangkasan lebih cepat kering . 4)
Susut Perontokan Perontokan brangkasan kedelai oleh responden yang dilakukan secara
manual
umumnya
dilakukan
dengan
dipukul
menggunakan tongkat kayu/pelepah kelapa (panjang + 80cm dan diameter 5cm) di atas rak kayu atau terpal.Tempat untuk perontokan brangkasan kedelai kering dilakukan langsung di lahan budidaya kedelai milik petani yang bersangkutan, namun ada
juga
perontokan
yang
dilakukan
di
halaman
rumah.Ketebalan tumpukan brangkasan yang dirontok secara manual diatas alas terpal umumnya 30-50 cm dengan frekuensi pembalikan 3-4 kali. Penggunaan mesin perontok (power threser) belum banyak dilakukan petani, hal ini disebabkan karena petani belum memiliki alat tersebut dan apabila akan menggunakan power thresher maka petani harus menyewa. Tabel 18 : Kisaran Persentase Susut Hasil Perontokan Kedelai Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota Jawa Barat a Kab. Indramayu b Kab. Tasikmalaya Sulawesi Selatan a Kab.Jeneponto b Kab. Maros
Kisaran
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Susut Perontokan (%) Manual
Mekanis 5.86 3.31
4.71 2.23
8.56 4.88 3.31 - 8.56
2.73 1.45 1.45 - 4.71
91
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 18 menunjukkan bahwa kisaran susut hasil perontokan dibagi menjadi 2, yaitu susut perontokan secara manual (di pukul) dan susut perontokan secara mekanis (Power Threser).
Susut
perontokan
secara
manual
tertinggi
di
Kabupaten Jeneponto sebesar 8,56 % dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 3,31%. Tingginya susut perontokan secara manual di Kabupaten Jeneponto karena kurang terampil dan telitinya petani dalam merontok brangkasan kedelai dengan menggunakan tongkat pemukul mengakibatkan masih banyaknya biji kedelai yang tidak terontok dan terpelanting keluaralas perontokan. Susut perontokan secara mekanis tertinggi di Kabupaten Indramayu sebesar 4,71% dan terendah di Kabupaten Maros sebesar 1,45 %. Susut perontokan secara mekanis yang tinggi di Kabupaten Indramayu dikarenakan petani kurang terampil dalam mengoperasikan Power Threser
sehingga sampah
brangkasan yang tidak terontok masih banyak. Kisaran susut hasil perontokan manual sekitar 3,31 – 8,56 % lebih tinggi dibandingkan kisaran susut hasil perontokan mekanis sekitar 1,45 – 4,71 %. Penggunaan alat Power Threser lebih efektif dalam mengurangi susut hasil perontokan dan efisien dari segi waktu menyelesaikan perontokan brangkasan kedelai kering. Penggunaan alas terpal yang sesuai untuk perontokan brangkasan (ukuran 8 x 8 m) juga mempengaruhi susut
hasil
perontokan.
Alas
terpal
yang
luas
dapat
meminimalisir biji kedelai terpelanting jauh dan bercampur dengan tanah. 5)
Kisaran Susut Hasil Pascapanen Kedelai Tahun 2015 Susut hasil pascapanen kedelai tahun 2015 dibedakan menjadi dua cara, yaitu secara manual dan secara mekanis. Kisaran susut hasil pascapanen kedelai tahun 2015 secara manual
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
92
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
berkisar antara 3,97 – 10,53 % dan mekanis berkisar antara 2,11 – 6,68 %. Tabel
19
Tahap Penanganan Pascpanen a b c d
Panen Pengangkutan Pengeringan Perontokan - Manual - Mekanis
:
Kisaran Susut Hasil Selama Pascapanen Kedelai Tahun 2015 Susut Hasil (%)
Provinsi Jawa Barat Kab. Indramayu Kab. Tasikmalaya 1.84 0.66 0 0 0.02 0.1
Provinsi Sulawesi Selatan Kab. Jeneponto Kab. Maros 1.87 0.73 0 0 0 0.1
Penanganan
Kisaran (%) Manual Mekanis 0.66 - 1.87 0.66 - 1.87 0 0 0 - 0.10 0 - 0.10
5.86 3.31 8.56 4.88 3.31 - 8.56 0 4.71 2.23 2.73 1.45 0 1.45 - 4.71 Manual Mekanis Manual Mekanis Manual Mekanis Manual Mekanis 3.97 - 10.53 2.11 - 6.68 7.72 6.57 4.07 2.99 10.43 4.60 5.71 2.28
Kisaran
Tabel 19 menunjukkan bahwa susut hasil pascapanen kedelai secara manual terbesar di Kabupaten Jeneponto (10,43%) dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya (4,07%). Susut hasil pascapanen kedelai secara mekanis terbesar di Kabupaten Indramayu (6,57 %) dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya (2,28%). Susut hasil pascapanen kedelai terbesar pada tahap perontokan brangkasan kedelai, dimana banyak biji kedelai yang terpelanting dan tidak terontok. Kisaran susut perontokan secara manual sebesar 3,31 – 8,56 % lebih tinggi dibandingkan dengan kisaran susut perontokan secara mekanis 1,45 – 4,71 %. Besarnya
susut hasil perontokan manual karena
tercecer terutama terjadi pada saat pemukulan brangkasan kedelai kering, dimana banyak biji kedelai yang terlempar keluar alas perontokkan dan terdapat biji yang masih tertinggal dalam polong akibat tidak meratanya pemukulan brangkasan kedelai kering. Susut hasil perontokkan juga banyak terjadi pada saat pembersihan biji kedelai dengan cara penampian, serta sampah sisa pemukulan brangkasan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
93
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
c.
Pengukuran Susut Hasil Ubikayu. Pengukuran susut hasil pascapanen ubikayu dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi yaitu Sumatera Utara di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai ; Provinsi DI.Yogyakarta di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul yang merupakan daerah sentra produksi ubikayu di Indonesia. Cakupan
kegiatan
pengukuran
susut
hasil
ubikayu
adalah
pengamatan terhadap susut saat panen, susut pengupasan, susut perajangan, susut pengeringan dan susut penyimpanan. Pemilihan lokasi pengukuran susut hasil pascapanen ubikayu dilakukan berdasarkan pertimbangan keterwakilan agroekosistem (lahan sawah/tadah hujan, lahan kering/tegal, dataran tinggi, dataran rendah, beriklim basah atau beriklim kering), sentra produksi ubikayu dan adanya proses penanganan pascapanen lanjutan. Hasil pelaksanaan perhitungan pengukuran susut hasil pascapanen ubikayu sebagai berikut : 1.
Susut Panen Susut panen adalah susut yang terjadi selama proses panen. Susut saat panen dihitung berdasarkan pada banyaknya umbi yang tertinggal dalam tanah (tercecer 1) ; umbi yang tertinggal pada pangkal batang sewaktu dilakukan pemotongan umbi (tercecer 2) ; serta umbi yang tertinggal di lahan (tidak dipungut) setelah proses panen sampai pengangkutan (tercecer 3). Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil panen secara rata-rata disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
94
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel
20
:
Rata - Rata Persentase Susut Panen Ubikayu Tahun 2015
Provinsi/ Kabupaten/Kota Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang b Kab. Serdang Bedagai D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul b
Kab. Gn.Kidul
Varietas
Susut Panen (%)
Manggu (lokal) Samareta, Lampung
2.35 1.73
Uncek, Mentega
2.41
Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco
1.87
Rata-Rata
2.09
Besaran susut panen rata-rata sebesar 2,09 %, susut tertinggi di Kabupaten Bantul sebesar 2,41 %. Faktor susut panen diperkirakan dipengaruhi berbagai faktor, antara lain kebiasaan cara panen petani, cuaca, kondisi tanah waktu panen (kering atau lembab) dan sarana yang digunakan untuk panen. 2.
Susut Pengupasan Susut pengupasan adalah susut tercecer saat pengupasan. Penghitungan berdasarkan pada banyaknya umbi yang masih melekat dibagian kulit atau umbi terbuang bersama kulit (tercecer 1). Potongan umbi berasal dari pangkal dan ujung umbi sebelum atau setelah dikupas (tercecer 2). Pengupasan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan pisau. Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil pengupasan secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Tabel 21 : Rata-Rata Persentase Susut Pengupasan Ubikayu Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota
Varietas
Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang Manggu (lokal) b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul Uncek, Mentega b
Kab. Gn.Kidul
Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco
Rata-Rata
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Susut Pengupasan (%) 4.11 4.63 2.14 1.80 3.24
95
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Besaran susut pengupasan rata-rata sebesar
3,24 %, susut
tertinggi pada Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 4,63 % dan susut terendah pada Kabupaten Gunung Kidul sebesar 1,80 %. Angka susut
pengupasan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain cara mengupas, varietas (mudah tidaknya dikupas), umur panen, alat yang digunakan untuk mengupas dan ukuran umbi. Ukuran umbi menentukan susut pengupasan karena umbi yang berukuran besar cepat dan mudah dikupas, sedang yang berukuran kecil sulit dan lama dikupas sehingga yang berukuran kecil cenderung tidak dikupas dan di tinggalkan untuk pakan ternak. 3.
Susut Perajangan Susut perajangan adalah umbi yang tercecer diluar alas perajang saat pembuatan chips.
Hasil Pengukuran dan
perhitungan susut hasil perajangan secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Tabel 22 : Rata-Rata Persentase Susut Perajangan Ubikayu Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota
Susut Perajangan (%)
Varietas
Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang *) Manggu (lokal) b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul Uncek, Mentega b
Kab. Gn.Kidul *)
0 1.11 5.06
Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco
Rata-Rata
0 3.08
Ket : *) Umbi Gaplek
Besaran susut perajangan rata-rata sebesar 3,08 %.
Susut
perajangan di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1,11 % dan Kabupaten Bantul sebesar
5,06 %.
Rendahnya susut
perajangan di Kabupaten Serdang Bedagai karena perajangan dilakukan dengan menggunakan alat perajang dan alas terpal yang sesuai standar. Jika terjadi umbi terlempar keluar dari alas
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
96
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
segera di pungut kembali oleh petani. Bentuk umbi hasil perajangan adalah dalam bentuk cacah (tidak beraturan). Sedangkan pada Kabupaten Bantul sarana perajang yang digunakan tidak sesuai dengan standar putaran (rpm) alat perajang lambat, pisau kurang tajam, luas alas perajang sempit, dan kurang terampilnya operator. Bentuk rajangan
beraturan
(chips), karena menggunakan sarana perajang umpan satu persatu). 4.
Susut Pengeringan Proses pengeringan adalah proses untuk menurunkan kadar air umbi, baik bentuk chips maupun gaplek gelondong sampai kadar air tertentu dan siap untuk disimpan. Susut pengeringan dihitung berdasarkan selisih bobot (kehilangan massa umbi yang tercecer) selama pengeringan umbi. Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil pengeringan secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Tabel 23 : Rata-Rata Persentase Susut Pengeringan Ubikayu Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota
Varietas
Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang *) Manggu (lokal) b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul Uncek, Mentega b Kab. Gn.Kidul *)
Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco
Rata-Rata
Susut Pengeringan (%) 7.35 7.06 3.76 4.80 5.74
Ket : *) Umbi Gaplek
Besaran susut pengeringan rata-rata 5,74 %. Perhitungan susut pengeringan menggunakan rumus konversi kadar air konstan (14 %). Kabupaten
Deli Serdang mempunyai angka besaran
susut pengeringan tertinggi 7,35 %, Kabupaten Serdang
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
97
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Bedagai 7,06 %. Kabupaten Bantul 3,76 % dan Kabupaten Gn.Kidul
4,80 %
Pengeringan menggunakan alas terpal saat proses pengeringan, namun pada saat penjemuran kurang terkontrol (banyak dimakan ternak peliharaan antara lain ayam dan bebek) serta pada saat pembalikan chips/gaplek banyak yang terlempar/ keluar dari terpal dan tidak dipungut kembali 5.
Susut Penyimpanan Susut penyimpanan adalah besarnya umbi yang tercecer selama proses penyimpanan berupa chips/ gaplek. Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil penyimpanan secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Tabel 24 : Rata-Rata Persentase Susut Penyimpanan Ubikayu Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota
Susut Penyimpanan (%)
Varietas
Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang Manggu (lokal) b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul **) Uncek, Mentega b
Kab. Gn.Kidul **)
0.51 1.06 -
Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco
-
Rata-Rata
0.79
Ket : **) dalam proses penyimpanan 3-4 bulan
Besaran susut penyimpanan sementara rata-rata sebesar 0,79%.
Pengukuran
berdasarkan
berat
susut sebelum
penyimpanan
chips
dan
penyimpanan.
sesudah
diukur
Penyimpanan gaplek dihitung berdasarkan berat gaplek sebelum dan sesudah penyimpanan dilakukan. Susut penyimpanan disebabkan karena dimakan hama gudang, sistem curah dan pengemasan
yang
tidak
benar
serta
kondisi
tempat
penyimpanan yang tidak kering. Rekapitulasi Susut Pascapanen Ubikayu disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
98
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 25
:
Tahap Penanganan Pascpanen a b c d e
Panen Pengupasan Perajangan Pengeringan Penyimpanan
Rekapitulasi Susut Pascapanen Ubikayu tahun 2015. Susut Hasil (%) Rata-Rata Provinsi Sumatera Utara Provinsi D.I. Yogyakarta Kab. Deli Serdang Kab. Serdang Bedagai Kab. Bantul Kab. Gn.Kidul (gaplek) (chips) (chips) (gaplek) (%) 2.36 1.73 2.41 1.17 1.92 4.11 4.63 2.14 1.80 3.17 * 1.11 5.06 * 3.08 7.35 7.05 3.76 4.80 5.74 0.51 1.06 ** ** 0.39
Total
14.30
Ket : *) Tidak tersedia data karena tidak ada proses perajangan (berupa gaplek glondong) **) Dalam proses penyimpanan 3 - 4 bulan
Susut
pascapanen
pengupasan,
ubikayu
mulai
perajangan/pembelahan,
dari
tahap
pengeringan
panen, dan
penyimpanan sebesar 14,30 %. Susut terbesar pada tahap pengeringan/penjemuran sebesar 5,74 % dan pada tahap panen sebesar 3,17 %. Tingginya susut pada saat pengeringan/ penjemuran disebabkan saat melakukan pembalikan chips banyak yang terjatuh dan tidak dipungut kembali, banyaknya hewan peliharaan (ayam dan bebek) dalam lokasi penjemuran sehingga saat chips dijemur banyak yang dimakan hewan, sementara tingginya susut tercecer pengupasan disebabkan bukan karena proses pengupasan yang kurang baik dan benar, tetapi lebih karena cara pemotongan ke dua ujung umbi yang kurang benar sehingga banyak daging umbi ikut terbuang/ terpotong. Untuk menekan susut pemanenan, perlu dilengkapi/dibantu sarana panen (pengungkit). Untuk perajangan sarana perajang yang digunakan sudah baik hanya saja pelaku perajangan belum berpengalaman serta putaran alat perajangan (RPM) terlalu rendah, sehingga menghasilkan susut perajangan yang rendah sebesar 1,54 %.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
99
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
8.
Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Pengembangan tepung mocaf dengan sistem cluster untuk meningkatkan kesejahteraan petani ubikayu di kawasan sentra produksi ubikayu mulai dirintis pemerintah untuk mendukung pertanian bioindustri. Pada tahun 2014, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan berupa fasilitasi sarana paket produksi chips dan tepung pada 3 lokasi berbeda di Kabupaten Cianjur yaitu paket produksi chips di Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Cibinong, serta paket produksi tepung di Kecamatan Cidaun. Fasilitasi Pengembangan Ubikayu merupakan salah satu Pilot Project Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) yang dilakukan melalui bentuk Dukungan Manajemen Peningkatan Kapasitas SDM Gabungan Kelompok Tani/Kelompok Tani Penerima Bantuan Program SIPP di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat yang bersumber dari APBN TA 2015. Sistem cluster yang direncanakan akan diterapkan pada kegiatan SIPP 2015–2045 memerlukan sistem kerjasama yang baik antar cluster chips dan pusat produksi tepung. Dukungan pendampingan dari Pusat, dinas pertanian provinsi sampai BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) setempat menjadi hal yang sangat penting. Dibutuhkan SDM yang memahami cara produksi chips dan tepung secara baik dan benar, cara mengelola usaha, opersionalisasi sarana yang ada, pemasaran, dan penanganan limbah produksi. Sebagai program daerah yang tentunya akan didukung oleh pemerintah daerah setempat, maka berbagai dukungan infrastruktur juga berpotensi untuk diakses. Pemerintah daerah memiliki asset berupa lahan dan prasarana yang bisa dipinjam atau dihibahkan. Dukungan infrastruktur yang dibutuhkan mulai dari lahan untuk pembangunan gudang dan rumah produksi, serta sekretariat/perkantoran dan kendaraan. Selain itu, dukungan
riset
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
juga |
bisa
diperoleh
dari
Badan
Penelitian
dan 100
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Pengembangan Daerah setempat yang ada di setiap level provinsi. Oleh sebab itu, dilakukan pembinaan yang terus menerus dari tingkat Pusat maupun Daerah sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif terhadap masyarakat tani disekitarnya. Diharapkan dengan adanya fasilitasi tersebut, kelompok tani dapat bekerja sama dengan semua instansi terkait di daerah termasuk dengan pedagang, perusahaan, maupun swasta lainnya pada bidang usaha seperti pembelian, pemrosesan, pengolahan dan penjualan komoditi ubikayu yang diproduksi di wilayah setempat maupun diwilayah plasma dengan
mempertimbangkan
analisa
kelayakan
usaha
sehingga
menguntungkan dan berkelanjutan. Pendekatan kegiatan dalam upaya mewujudkan gapokan/poktan sebagai “pemilik-pelaku-penentu”
dalam
pengelolaan
agribisnis
khususnya
pengelolaan komoditi ubikayu memerlukan suatu tahapan kegiatan, sehingga
petani
Pendekatan
berproses
program
sesuai
dan/atau
dengan
kegiatan
sosial
dengan
budaya
lokal.
mengutamakan
petani/sumberdaya lokal akan memberikan jaminan terjadinya perubahan pola perilaku seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan skill kelompok tani melalui kegiatan pendampingan, sehingga pelaksanaan program dapat keberlanjutan. Tahap kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan kelompok dilakukan di Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota antara lain dengan fokus perencanaan produksi berupa penetapan/pemilihan varietas yang akan dibudidayakan, konsolidasi blok produksi dalam kawasan (Kecamatan Cidaun, Kecamatan Cibinong, dan Kecamatan Sindangbarang) untuk menjamin kesinambungan pasokan bahan baku tepung, peningkatan produktivitas,
kemampuan
penanganan
pascapanen
ubikayu,
pengembangan pemanfaatan mocaf dan kerjasama usaha, serta pengembangan produk samping lainnya (pakan, pupuk organik dan bioenergi).
Tahapan
kegiatan
penguatan
kapasitas
kelembagaan
kelompok sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
101
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
a. Pusat 1)
Penyusunan Pedoman Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Gabungan Kelompok Tani/ Kelompok Tani di lokasi Pilot Project SIPP 2015 - 2045.
2)
Penyusunan Panduan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Gabungan Kelompok Tani/ Kelompok Tani di lokasi Pilot Project SIPP 2015 - 2045.
3)
Penyusunan Modul Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Gabungan Kelompok Tani/ Kelompok Tani di lokasi Pilot Project SIPP 2015 – 2045.
4)
Rapat Evaluasi Pelaksanaan Pilot Project SIPP Tahun 2015.
b. Provinsi 1)
Sosialisasi
Penerapan
Penanganan
Pascapanen
Ubikayu
Sesuai GHP di lokasi Pilot Project SIPP 2015 – 2045.
c.
2)
Pembinaan dan Pengawalan Pelaksanaan Kegiatan.
3)
Temu Usaha dan Kemitraan.
Kabupaten 1)
Pembinaan dan Pengawalan Pelaksanaan Kegiatan.
2)
Pembekalan
Teknis/Apresiasi
Petugas
dan
Gabungan
Kelompok Tani/Kelompok Tani :
3)
a)
Apresiasi Perencanaan Produksi
b)
Apresiasi Produksi Chips dan Tepung
c)
Apresiasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok
Pendampingan Produksi Chips dan Tepung.
Pada proses pelaksanan Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kabupaten Cianjur terdapat kendala sebagai berikut : 1)
Kelompok tani masih memerlukan pendampingan dalam proses pengolahan agar mutu hasil produksinya dapat sesuai standar mutu
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
102
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
yang telah ditetapkan dalam SNI karena petani penerima bantuan belum pernah melakukan proses produksi sebelumnya. 2)
Kegiatan usaha produksi chips dan tepung umumnya masih terkendala oleh terbatasnya bahan baku di lokasi SIPP, tingginya harga bahan baku saat ini, dan terbatasnya permodalan.
3)
Masih terkendala proses pengeringan terutama saat ini memasuki musim hujan. Alat pengering yang diberikan belum mampu bekerja optimal.
4)
Pengelolaan usaha belum dilaksanakan secara bersama (Cibinong), administrasi poktan belum tertib dan perangkat organisasi poktan yang terbentuk belum sepenuhnya berfungsi optimal.
5)
Kendala pelaksanaan kegiatan di Kecamatan Cidaun disebabkan pengunduran diri Gapoktan Mitra Usaha.
Hal ini mengakibatkan
proses produksi berhenti dan alat tidak dimanfaatkan. Gapoktan lain di Cidaun menyatakan berminat untuk mengelola alat-alat tersebut. Upaya Tindak Lanjut yang dilakukan sebagai berikut : 1)
Diperlukan rancangan pembinaan secara berkelanjutan kepada Poktan untuk menguatkan kapasitas SDM kelompok tani dari aspek manajemen pengelolaan usaha dan peningkatan pengetahuan pengolahan berbasis ubikayu sehingga poktan dapat melakukan derivasi produk.
2)
Akan dikirimkan surat kepada BPTP dan Disperindag Provinsi Jawa Barat untuk melakukan pembinaan kelompok tani di Lokasi SIPP.
3)
Perlu dialokasikan anggaran untuk kegiatan apresiasi perencanaan produksi,
penanganan
pascapanen
dan
pengolahan
serta
penguatan kelembagaan, selain itu alokasi dana pendampingan kelompok tani untuk petugas penyuluh. 4)
Poktan/gapoktan agar berupaya secara mandiri dan menguatkan/ mendorong
peran
serta
anggota
kelompok
lainnya
dalam
pengelolaan usaha. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
103
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
5)
Pemerintah
akan
terus
mendukung
pengembangan
usaha
poktan/gapoktan dan pemasaran produk yang dihasilkan serta mengoptimalkan peran serta instansi terkait seperti BPTP dan Disperindag dalam membina poktan/gapoktan. 6)
Telah disampaikan kepada BP3K Cidaun agar permasalahan yang terjadi diselesaikan secara intern antara BP3K Cidaun dan poktan/gapoktan setempat.
7)
Hasil musyawarah agar segera dilaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten dan secara berjenjang ke Provinsi dan Pusat.
8)
Permasalahan harus segera diselesaikan karena akan berpengaruh terhadap arus investasi dan keberlanjutan program lainnya
9.
Pendampingan Fasilitasi Pascapanen Dalam Mendukung Kawasan. Dalam mendukung kegiatan pengembangan kawasan tanaman pangan tahun 2015, Direktorat Budidaya Serealia telah menetapkan kawasan jagung di 7 provinsi, pada 7 kabupaten. Fasilitasi Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) adalah 1.500 Ha. Kawasan jagung ini diharapkan akan menghasilkan produksi yang memenuhi skala ekonomis, produksi sekali panen minimum 3.000 ton dan terkonsentrasi pada satu kawasan, untuk memudahkan penanganan dan pemasaran. Kabupatentersebut diharapkan akan menjadi stimulasi perkembangan kawasan baru produksi jagung. Dukungan Sarana Pascapanen yang diberikan untuk mendukung kawasan sebagai berikut : 1)
Corn Sheller per unit senilai Rp. 33.000.000,- (tiga puluh tiga juta rupiah) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.
2)
Vertical Dryer Jagung + Crusher + bangunan per unit senilai Rp. 958.000.000,- (sembilan ratus lima puluh delapan juta rupiah) sebanyak 29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Vertical Dryer sehargaRp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
104
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
juta rupiah) dan Crusher seharga Rp. 23.000.000,- (dua puluh tiga juta rupiah) serta bangunan seharga Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima
puluh
juta
rupiah)
termasuk
biaya
perencanaan
dan
pengawasan. 3)
Corn Combine Harvester per unit senilai Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.
Beberapa hal yang menjadi permasalahan dan harus dijadikan perhatian dalam kegiatan pencapaian pengembangan kawasan tanaman pangan sebagai berikut : 1)
Komoditas tanaman pangan selalu dihadapkan dengan harga hasil produksi yang murah di saat panen dan harga tinggi di saat musim paceklik. Demikian juga halnya yang terjadi pada komoditas jagung sehingga dibutuhkan adanya jaminan kepastian harga pada saat panen. Harga yang kompetitif akan menguntungkan petani dan menstimulan petani untuk terus meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas hasil panen.
2)
Harga jagung pipilan yang memenuhi standar pabrikan atau standar nasional tidak memberikan pendapatan lebih bagi petani. Petani jagung cenderung untuk tidak memperhatikan kualitas produknya sehingga kualitas jagung pipilan kering masih belum optimal dalam memenuhi standar kebutuhan industri pakan ternak.
3)
Pemasaran hasil produk juga merupakan kendala bagi petani. Hasil panen langsung dijual ke tengkulak dikarenakan lokasi industri pakan ternak yang umumnya relatif cukup jauh. Harga ditentukan oleh tengkulak dan tidak ada posisi tawar yang menguntungkan bagi petani. Kondisi tersebut di atas telah menyebabkan pendapatan usahatani Jagung belum mampu memberikan pengaruh yang berarti terhadap tingkat pendapatan dan kesejahteraan para petani jagung.
4)
Pemberian sarana pascapanen jagung memberikan dampak positif bagi petani, terutama dalam hal kelangkaan tenaga kerja. Namun,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
105
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
pemanfaatannya tidak dalam kurun waktu yang panjang. Hal ini disebabkan petani belum mampu mengadopsi tenologi sarana pascapanen tersebut. Pelatihan dan kursus bagi petani sangat dibutuhkan. Selain itu, spesifikasi sarana pascapanen harus menyesuaikan
dengan
tipologi
lahan
dan
keadaan
wilayah
setempat. Tindak Lanjut Hasil kunjungan sebagai berikut: 1)
Peningkatan produksi terutama di daerah kawasan jagung tidak hanya didukung dengan sarana pascapanen tetapi juga disertai dengan dukungan pasar dan jaminan harga yang kompetitif.
2)
Pemberian sarana pascapanen jagung harus disertai dengan pelatihan selain pelatihan yang dilakukan oleh pabrikan/produsen.
3)
Sarana pascapanen jagung yang diberikan mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan keadaan wilayah.
4)
Kampanye peningkatan kualitas
hasil produksi harus terus
dilakukan karena persaingan produk tidak hanya dengan produsen dalam negeri namun juga produsen luar negeri. 10.
Pembinaan dalam Rangka UPSUS Peningkatan PJK Tahun 2015. Permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian swasembada pangan antara lain: (1) alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian; (2) rusaknya infrastruktur/ jaringan irigasi; (3) semakin berkurangnya dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian serta kurangnya peralatan mekanisasi Pertanian (alat dan mesin pertanian); (4) masih tingginya susut hasil (losses); (5) belum terpenuhinya kebutuhan pupuk dan benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta belum memenuhi enam tepat (tepat waktu, jumlah,kualitas, jenis, harga, dan lokasi; (6) lemahnya permodalan petani, (7) harga komoditas pangan jatuh dan sulit memasarkan hasil pada saat panen raya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
106
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Presiden RI melalui Program Nawacita telah menetapkan target swasembada padi, jagung dan kedelai pada Tahun 2017. Program Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi padi jagung kedelai tahun 2015 telah digulirkan oleh Kementerian Pertanian sebagai dukungan terhadap program Nawacita bidang Kedaulatan Pangan. Program Upsus diwujudkan
dalam
dukungan
beberapa
program
kegiatan
yang
dialokasikan bagi kawasan dan non kawasan sentra tanaman pangan di seluruh Indonesia. Adapun target produksi yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah produksi padi 73,40 juta ton dengan pertumbuhan 2,21%/tahun,
jagung
20,33 juta
ton dengan
pertumbuhan
5,57
persen/tahun, dan kedelai 1,50 juta ton dengan pertumbuhan 60,81 persen/tahun. Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya, Direktur Pascapanen telah ditunjuk
menjadi
Koordinator
Kelompok
Kerja
Upaya
Khusus
Peningkatan Produksi Padi Jagung Kedelai Provinsi Sumatera Selatan. Dalam dinamika pembangunan Provinsi Sumatera Selatan semakin maju dan berkembang, tantangan pembangunan dalam lima tahun mendatang (2013-2018)
adalah
melakukan
transformasi
dan
akselerasi
pembangunan agar dapat mengatasi berbagai masalah terutama belum optimalnya kinerja birokrasi dalam pelayanan publik; belum terpadunya pengelolaan prasarana dan sarana transportasi, sanitasi dan energi; belum optimalnya penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; belum tuntasnya penanganan kemiskinan dan pengangguran; serta belum meratanya pembangunan antara daerah kabupaten/kota. Berbagai tantangan tersebut perlu dipecahkan secara dini, terpadu, terencana dan berkelanjutan sesuai dengan potensi dan prioritas pembangunan di setiap wilayah kabupaten/kota. Cakupan kegiatan pertanian yang ada di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas beberapa jenis kegiatan yang dikelompokkan dalam beberapa Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
107
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
sub sektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Untuk sektor tanaman pangan, Sumatera Selatan memiliki lawan sawah seluas 781.595 ha yang terdiri dari lahan sawah yang ditanami padi seluas 612.424 dan lahan sawah yang tidak ditanami padi seluas 169.171 ha. Lahan sawah yang ditanami padi terdiri dari lahan sawah irigasi seluas 107.656 ha, lahan sawah tadah hujan seluas 90.970 ha, lahan sawah pasang surut seluas 217.166, dan lahan sawah rawa lebak seluas 196.632 ha. Saat ini lahan sawah abadi di Sumatera Selatan seluas 752.150 ha, terdiri atas 399.521 ha atau 55 persen lahan sawah irigasi 113.655 ha atau 15 persen lahan sawah pasang surut, sawah lebak dan sawah tadah hujan dan sisanya 238.974 ha atau 30 persen adalah lahan sawah yang belum ditanami. PembinaanUPSUS Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai kami lakukan di Provinsi Sumatera Selatan dan telah menempatkan Sumatera Selatan sebagai Provinsi peringkat ke 2 dengan peningkatan produksi padi terbesar setelah Provinsi Aceh. Sedangkan produksi jagung dan kedelai
mengalami
peningkatan
terbesar
se
Indonesia.
Berikut
perkembangan program UPSUS PJK Provinsi Sumatera Selatan: a.
Padi 1)
Luas Tanam Padi Periode Oktober 2014 - Maret 2015 seluas 457.060 ha, atau 89,94 persen dari target seluas 508.211 ha, dengan sisa luas tanam seluas 51.151 ha.
2)
Luas Tanam Padi Periode April - September 2015 seluas 437.160 ha, atau 71,79 persen dari target seluas 608.933 ha, dengan sisa luas tanam seluas 171.773 ha.
3)
Total Luas Tanam Padi Periode Oktober 2014 - September 2015 seluas 894.220 ha atau 80,05 persen dari target seluas 1.117.144 ha dengan sisa luas tanam seluas 222.924 ha.
4)
Luas Tanam Padi Periode Oktober 2015 - Maret 2016 seluas 38.523 ha, atau 7,25 persen dari target seluas 531.588 ha, dengan sisa luas tanam seluas 493.065 ha.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
108
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
5)
Luas Panen Padi Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II November 2015 seluas 831.706 ha atau 102,56 persen dari luas panen tahun 2014 seluas 810.900 ha.
6)
Produksi Padi Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II November 2015 sebesar 3.979.901 ton atau 85,05 persen dari target sebesar 4.679.387 ton.
7)
Total Produksi Padi Periode Januari - Desember 2015 diperkirakan sebesar 4.259.104 ton (ARAM II) atau 116,04 persen dari produksi tahun 2014 sebesar 3.670.435 ton.
b.
Jagung 1)
Luas Tanam Jagung Periode Oktober 2014 -Maret 2015 seluas 13.214 ha, atau 70,53 persen dari target seluas 18.374 ha, dengan sisa luas tanam seluas 5.520 ha.
2)
Luas Tanam Jagung Periode April - September 2015 seluas 38.214 ha, atau 67,32 persen dari target seluas 56.768 ha, dengan sisa luas tanam seluas 18.554 ha.
3)
Total Luas Tanam Jagung Periode Oktober 2014 - September 2015 seluas 51.428 ha atau 68,11 persen dari target seluas 75.502 ha dengan sisa luas tanam seluas 24.075 ha.
4)
Luas Tanam Jagung Periode Oktober 2015 - Maret 2016 seluas 452 ha, atau 2,49 persen dari target seluas 18.181 ha, dengan sisa luas tanam seluas 17.729 ha.
5)
Luas Panen Jagung Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II November 2015 seluas 43.957 ha atau 137,63 persen dari luas panen tahun 2014 seluas 31.939 ha.
6)
Produksi Jagung Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II November 2015 sebesar 277.030 ton atau 67,95 persen dari target sebesar 407.671 ton.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
109
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
7)
Total Produksi Jagung Periode Januari - Desember 2015 diperkirakan sebesar 314.605 ton (ARAM II) atau 163,88 persen dari produksi tahun 2014 sebesar 191.974 ton.
c.
Kedelai 1)
Luas Tanam Kedelai Periode Oktober 2014 -Maret 2015 seluas 1.998 ha, atau 57,36 persen dari target seluas 3.483 ha, dengan sisa luas tanam seluas 1.485 ha.
2)
Luas Tanam Kedelai Periode April - September 2015 seluas 10.439 ha, atau 57,30 persen dari target seluas 18.219 ha, dengan sisa luas tanam seluas 7.780 ha.
3)
Total Luas Tanam Kedelai Periode Oktober 2014 - September 2015 seluas 12.437 ha atau 57,31 persen dari target seluas 21.702 ha, dengan sisa luas tanam seluas 9.205 ha.
4)
Luas Tanam Kedelai Periode Oktober 2015 - Maret 2016 seluas 110 ha, atau 3,44 persen dari target seluas 3.194 ha, dengan sisa luas tanam seluas 3.084 ha.
5)
Luas Panen Kedelai Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II Nopember 2015 seluas 9.769 ha atau 134,99 persen dari luas panen tahun 2014 seluas 7.237 ha.
6)
Produksi Kedelai Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II Nopember 2015 sebesar 17.002,98 ton atau 72,05 persen dari target sebesar 23.598 ton.
7)
Total Produksi Kedelai Periode Januari - Desember 2015 diperkirakan sebesar 19.197 ton (ARAM II) atau 152,96 persen dari produksi tahun 2014 sebesar 12.550 ton.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
110
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
11.
Pengawalan Dukungan Sarana Pascapanen TP (APBN-P) Dalam rangka mendukung upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, maka Pemerintah memberikan dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dari dana APBN-P TA 2015 dalam bentuk sarana pascapanen tanaman pangan berupa penyediaan sarana Combine Harvester Kecil sebanyak 3.056, Vertical Dryer padi kapasitas 3,5 – 6 ton + bangunan/rehap sebanyak 166 unit, Corn Sheller sebanyak 2.088 unit, vertical dryer jagung kapasitas 3,5 – 6 ton + bangunan/rehab sebanyak 207 unit dan Power Thresher Multiguna sebanyak 1.836 unit, Combine Harvester Besar sebanyak 125 unit, flat bad dryer sebanyak 6 unit dan Corn Combine Harvester sebanyak 11 unit. Diharapkan dengan bantuan sarana pascapanen tersebut akan dapat membantu petani pada proses penanganan panen, mengamankan produksi, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani Pengawalan dan monev pelaksanaan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan (APBN-P) tahun 2015 antara lain: 1.
Melakukan pengawalan dan monitoring bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2015 yang bersumber dari APBN-P 2015.
2.
Memperoleh informasi mengenai permasalahan dalam kegiatan pascapanen tanaman pangan.
3.
Melakukan evaluasi sebagai bahan untuk perencanaan program dan kegiatan pada tahun 2016.
Pengawalan dan monitoring sarana pascapanen tanaman pangan pada dana APBN-P 2015 diperoleh hasil sebagai berikut : 1.
Pengawalan dan monev bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada dana APBN-P 2015 dilaksanakan pada 27 (dua puluh tujuh) provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Jawa Barat, Bengkulu, Gorontalo, Bangka Belitung, Riau, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
111
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat, Papua. 2.
Jumlah bantuan sarana pascapanen APBN-P 2015 setelah revisi DIPA 13 November 2015 sebanyak 7.499 unit, terdiri dari combine harvester kecil sebanyak 3.060 unit, vertical dryer padi kapasitas 3,5 – 6 ton + bangunan/rehab sebanyak 166 unit, corn sheller sebanyak 2.088 unit, vertical dryer jagung kapasitas 3,5 – 6 ton + bangunan/rehab sebanyak 207 unit,
power thresher multiguna
sebanyak 1.836 unit, combine harvester besar sebanyak 125 unit, flat bed dryer sebanyak 6 unit dan corn combine harvester sebanyak 11 unit. 3.
Bantuan sarana pascapanen Combine Harvester kecil sebanyak 3.060 unit dialokasikan di 32 provinsi, realisasi Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) 3.060 unit (100%), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp.345.821.132.634,- (87,32%), penghematan/efisiensi Rp. 50.227.089.366,-.
4.
Bantuan sarana pascapanen Vertical Dryer Padi (kap. 3,5-6 ton) + bangunan/rehab bangunan dryer sebanyak 166 unit dialokasikan di 22 provinsi, realisasi BASTB 165 unit (99,40%), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp.129.572.289.570,- (87,71%), penghematan /efisiensi Rp. 24.401.411.430,-, sisa mati/tidak terserap Rp. 815.000.000,-.
5.
Bantuan sarana pascapanen Vertical Dryer Jagung (kap. 3,5-6 ton) + bangunan/rehab bangunan dryer sebanyak 207 unit dialokasikan di 21 provinsi, realisasi BASTB 205 unit (99,03%), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp.163.442.909.522,(85,61 %), penghematan /efisiensi Rp. 24.077.455.921,- dan sisa mati/tidak terserap Rp. 3.399.973.557,-.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
112
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
6.
Bantuan sarana pascapanen Corn Sheller sebanyak 2.088 unit dialokasikan di 31 provinsi, realisasi BASTB 2.088 unit (100%), Surat
Perintah
Pencairan
Rp.50.392.031.768,-
Dana
(81,49%),
(SP2D)
sebesar
penghematan/efisiensi
Rp. 11.448.991.232,-. 7.
Bantuan sarana pascapanen Power Thresher Multiguna sebanyak 1.836 unit dialokasikan di 30 provinsi. Realisasi BASTB 1.646 unit (89,65%), Surat
Perintah
Rp.38.963.462.015,-
Pencairan
(73,18%),
Dana
(SP2D)
sebesar
penghematan/efisiensi
Rp.
8.945.487.985,- dan sisa mati/tidak terserap Rp. 5.336.137.000,-. 8.
Bantuan sarana pascapanen Combine Harvester Besar sebanyak 125 unit dialokasikan di 3 provinsi, realisasi BASTB 70 unit, dan Surat
Perintah
Pencairan
Rp.47.149.820.000,-
Dana
(93,78%),
(SP2D)
sebesar
penghematan/efisiensi
Rp. 3.128.160.000,-. 9.
Bantuan sarana pascapanen Flat Bed Dryer sebanyak 6 unit dialokasikan di 1 provinsi realisasi BASTB 6 unit (100%), Surat Perintah
Pencairan
Dana (SP2D) sebesar Rp.4.146.040.000,-
(97,79 %), penghematan/efisiensi Rp. 93.860.000,-. 10. Bantuan sarana pascapanen Corn Combine Harvester sebanyak 11 unit dialokasikan di 2 provinsi, realisasi BASTB 11 unit (100%), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp.3.746.750.000,(98,41 %), penghematan /efisiensi Rp. 60.400.000,-. 11. Berdasarkan revisi sisa hasil penghematan tanggal 13 November 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan sumber dana APBN-P sebesar Rp. 83.160.802.000,- sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen
Tanaman
Pangan
sumber
APBN-P
menjadi
Rp. 927.836.427.000,- (semula Rp. 844.675.625.000,- naik 9,85%) yang terdiri dari anggaran kegiatan dukungan fasilitasi bantuan sarana
pascapanen
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
sebesar
Rp.
915.168.402.000,-
(semula 113
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Rp. 832.350.000.000,- naik 8,28%) dan pembinaan/monev sebesar Rp. 12.668.025.000,- (semula Rp. 12.325.625.000,- naik 2,78%). Realisasi fisik dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan sebesar 7.306 unit (97,43%) dari target 7.449 unit, sedangkan
realisasi
Rp.783.234.435.509 Rp. Rp.
915.168.402.000,784.764.409.066,-.
keuangan
(SP2D)
(85,58%) dan
99,81%
Dari
sebesar
terhadap terhadap
realisasi
nilai
tersebut
pagu kontrak terdapat
penghematan/efisiensi sebesar Rp. 122.382.855.934,- (13,37%) dari pagu
dan
terdapat
sisa
mati/tidak
terserap
sebesar
Rp. 9.551.110.557 (1,04)% terhadap pagu. Seiring berjalannya kegiatan, dari penghematan anggaran yang ada terdapat revisi anggaran penghematan sehingga terdapat realisasi penambahan alat berupa 6 unit Combine Harvester Kecil (Provinsi Lampung), 44 unit Combine Harvester Besar (Provinsi Lampung 25 unit dan Provinsi Sulawesi Tengah 19 unit). Dengan adanya revisi anggaran penghematan, maka realisasi fisiknya sebesar 7.356 unit (98,09%) dari target 7.499 unit. Sedangkan realisasi keuangan (SP2D) sebesar Rp. 798.494.198.941 (87,25%) terhadap pagu, 99,81% terhadap nilai kontrak Rp. 800.024.172.498,-, dan sisa penghematan/efisiensi sebesar Rp. 115.144.229.502,- (12,58) terhadap pagu dan terdapat sisa mati/tidak terserap sebesar Rp. 9.551.110.557 (1,04%) terhadap pagu.
F.
Rapat Koordinasi Pascapanen 1.
Rapat Koordinasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan a)
Rapat Koordinasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan (APBN Refocusing Jagung) Tahun 2015. Rapat koordinasi pascapanen merupakan media untuk menyamakan persepsi antara pusat dan daerah terhadap kebijakan dan program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
114
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
dari Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Dengan adanya kesamaan persepsi ini diharapkan akan menimbulkan sinergi pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
pada
tanggal
25-27
Februari
2015
menyelenggarakan Pertemuan Koordinasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku, BadanPenyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kabupaten Gowa – Provinsi Sulawesi Selatan. Pertemuan diawali dengan sambutan selamat datang oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan, dilanjutkan Sambutan Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang diwakili oleh Direktur Pascapanen Tanaman Pangan, dan sekaligus membuka Acara Pertemuan. Narasumber pertemuan berasal dari Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian; Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan;
Sekretaris
Executive
Asosiasi
Gabungan
Pengusaha Makanan Ternak (GPMT); Direktorat Budidaya Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; dan Kelompok Tani Tani Karya pengguna Corn Combine Harvester dari Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Peserta pertemuan berasal dari Eselon II Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staf yang menangani kegiatan pascapanen dan produksi tanaman pangan pada Dinas Pertanian Provinsi di 32 Provinsi dan 20 Kabupaten/Kota dari Provinsi Sulawesi Selatan; 1 Kabupaten
dari
Provinsi
Riau(Kabupaten
Indragiri
Hulu);
1
Kabupaten dari Provinsi Sumatera Selatan (Kabupaten OKI); 1 Kabupaten dari Sulawesi Tengah (Kabupaten Toli-toli); 3 Kabupaten dari Provinsi Papua Barat (Kabupaten Nabire, Manokwari, Sorong); 12 produsen/pabrikan sarana pascapanen tanaman pangan;serta staf lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
115
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Berdasarkan materi dan hasil diskusi pada Pertemuan Koordinasi diperoleh poin-poin penting sebagai berikut : 1)
Salah satu strategi dalam upaya mencapai target
produksi
tanaman pangan tahun 2015, dilakukan melalui pengamanan produksi tanaman pangan khususnya penanganan pascapanen yang baik dan benar di tingkat petani. Kegiatan ini penting karena mempunyai peranan yang besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional (National Food Security). 2)
Penanganan pascapanen memiliki peranan secara langsung dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pendapatan petani. Sedangkan secara tidak langsung, untuk masa yang akan datang memberikan dukungan terhadap pangan nasional.
3)
Dalam
rangka
mengupayakan
pangan
maka tahun 2015
pencapaian
swasembada
ini kegiatan bantuan sosial
pascapanen difokuskan pada sarana pascapanen jagung yang dialokasikan pada daerah kawasan jagung dan non kawasan (reguler). Sarana bansos jagung untuk kawasan terdiri : 1) Corn Sheller
(pemipil jagung) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7
provinsi, 7 kabupaten; 2) Vertical dryer jagung + bangunan sebanyak 29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten; Corn combine harvester (mesin pemanen jagung) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Sarana bansos jagung untuk regular
terdiri :
1) Corn sheller (pemipil jagung)
sebanyak 90 unit dialokasikan di 28 Provinsi, 80 Kabupaten; 2) Flat bed dryer + bangunan sebanyak 35 unit dialokasikan di 21 Provinsi, 35 Kabupaten; 3) Corn combine harvester (mesin pemanen jagung) sebanyak 7 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten; 4) Power thresher multiguna
(mesin perontok
serbaguna) sebanyak 1 unit dialokasikan di 1 Provinsi, 1 kabupaten. Bantuan sarana pascapanen tersebut merupakan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer barang kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
116
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Gapoktan/Poktan
dengan
sistem
pengadaan
oleh
Tim
Pengadaan Barang/Jasa dimasing-masing Dinas Pertanian Provinsi. 4)
Pelaksanaan kegiatan pascapanen tanaman pangan khususnya jagung tahun 2015 perlu diatur dalam Pedoman Teknis Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Tahun 2015 sehingga proses penetapan CPCL kelompoktani penerima bantuan sesuai kebutuhan kelompok sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5)
Pedoman Teknis Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen Jagung yang diterbitkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan segera dijabarkan menjadi Petunjuk Pelaksanaan ditingkat Provinsi dengan menjabarkan spesifikasi teknis minimal yang diperlukan dan ketentuan teknis disesuaikan dengan kondisi setempat.
6)
Pada saat proses pengadaan barang perlu diperhatikan prinsipprinsip dasar terhadap akuntabel, efisien, efektif, transparan, terbuka, dan tidak diskiminatif dan sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian
Negara/Lembaga
137/Permentan/
dan
OT.140/12/2014
Permentan tentang
Nomor Pedoman
Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015 sedangkan proses pengadaan akan diupayakan melalui e-catalog, maka bantuan sosial sarana pascapanen tanaman pangan pada tahun 2015 berupa transfer barang
yang
ketentuan
pengadaannya
sesuai
dengan
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juncto Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
117
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
7)
Tim
Pengadaan
Barang/Jasa
ditingkat
Provinsi
agar
memperhatikan spesifikasi teknis minimal (SNI/test report) yang ada di Pedoman Teknis dan materi/keaslian dalam pengadaan, juga memperhatikan jaminan pelayanan purna jual, jaminan pelayanan suku cadang barang minimal 1 - 2 tahun, dan sertifikat
pelatihan
operator
sarana
pascapanen
dari
produsen/pabrikan. 8)
Setiap Provinsi maupun Kabupaten/Kota diharapkan agar dalam pengembangkan sistem pengelolaan pascapanen dapat melakukan pemetaan dan kondisi pascapanen dalam rangka penerapan konsep penanganan pascapanen yang baik dan benar, sehingga akan diperoleh sasaran program penanganan pascapanen yang tepat.
9)
Bansos dan pemberdayaan sosial Ditjen Tanaman Pangan dialokasikan kepada kelompok tani dengan akun 57 dalam bentuk transfer barang.
10) Tahapan kegiatan pengadaan perlu dilakukan pembobotan untuk
kegiatan
sosialisasi,
pembuatan
pedoman/petunjuk
teknis, pengadaan, penetapan pemenang, penyaluran dan pemanfaatan bansos. 11) Penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada APBN-P tahun 2015 wajib dilengkapi dengan e-proposal. Waktu pembukaan e-proposal sampai dengan tanggal 28 Februari 2015. Mengingat waktu yang sangat sempit, daerah meminta perpanjangan waktu pengajuan e-proposal. 12) Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan bantuan sarana pascapanen sebagai berikut : (a)
Bantuan sarana yang telah diterima tahun 2011 – 2014 agar dimanfaatkan secara optimal karena menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan agar disiapkan kegiatan tahun 2015 dengan baik.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
118
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
(b)
Identifikasi dan verifikasi calon penerima bantuan harus dilakukan dengan cermat agar bantuan yang diterima benar-benar dimanfaatkan.
(c)
Melakukan pengawalan dan evaluasi terhadap bantuan yang telah diterima serta melaporkan secara berkala dan berjenjang
kepada
Direktorat
Pascapanen
Tanaman
Pangan. b)
Rapat Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan (APBN-P) Tahun 2015. Dalam
rangka
mengkoordinasikan,
mengintegrasikan,
serta
mensinergikan pemahaman kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun 2015 antara Pusat dan Daerah, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
menyelenggarakan
Rapat
Koordinasi
Pelaksanaan
Dukungan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan daritanggal 6- 8 April 2015 di Hotel Bahtera PT.Pelni, Cipayung Bogor. Pertemuan diawali dengan pembukaan oleh Direktur Pascapanen Tanaman Pangan yang diwakili oleh Kasubdit Padi, dilanjutkan dengan workshop perkembangan persiapan pelaksanaan bantuan sosial sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P tahun 2015. Pengarahan dan penyampaian kebijakan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun 2015 disampaikan oleh Direktur Pascapanen Tanaman Pangan dan pengarahan tentang kebijakan pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P tahun 2015 dalam mendukung Upsus Padi Jagung dan Kedelai oleh Sekretaris Jenderal Ditjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian. Sedangkan narasumber pertemuan lainnya berasal dari perwakilan Direktur E-Procurement, Deputi Bidang Monitoring Evaluasi dan Pengembangan Informasi, LKPP; Inspektur Jenderal II Kementan; dan Badan Pengawas Keuangan Pemerintah. Peserta pertemuan berasal dari Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staf yang menangani Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
119
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
kegiatan pascapanen dan produksi tanaman pangan pada Dinas Pertanian Provinsi di 32 Provinsi dan 7 Kabupaten dari 4 Provinsi ; yaitu Kabupaten Sungai Penuh dari Provinsi Jambi; Kabupaten Jembrana, Klungkung dan Buleleng dari Provinsi Bali; Kabupaten Barito Timur dari Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Gorontalo dan
Boalemo
pascapanen
dari
Gorontalo;
tanaman
pangan;
16
produsen/pabrikan
serta
staf
lingkup
sarana
Direktorat
Pascapanen Tanaman Pangan. Berdasarkan materi dan hasil diskusi pada Pertemuan Koordinasi diperoleh poin-poin penting sebagai berikut : 1)
Pemerintahan
Kabinet
Kerja
telah
menetapkan
target
pencapaian swasembada berkelanjutan padi, dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai dapat dicapai pada tahun 2017. Untuk mewujudkan sasaran tersebut, Kementerian Pertanian
telah
menetapkan
upaya
khusus
pencapaian
swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan pendukung lainnya yang dialokasikan tahun 2015. 2)
Dalam
rangka
mendukung
upaya
khusus
pencapaian
swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai tersebut, maka Pemerintah memberikan salah satu dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan berupa penyediaan bantuan social sarana pascapanen tanaman pangan melalui transfer barang yang bersumber dana APBN-P tahun 2015 pada DIPA Tugas Pembantuan Provinsi pada masing-masing Satker Dinas Pertanian Provinsi sebagai berikut: (a)
Combine Harvester Kecil senilai Rp. 130.000.000,dialokasikan di 32 provinsi 338 kabupaten;
(b)
Vertical Dryer Padi senilai Rp. 935.000.000,- dengan rincian : paket sarana dryer senilai Rp. 685.000.000,- dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
120
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
bangunan/rehab
bangunan
dryer
senilai
Rp. 250.000.000,- termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang dialokasikan di 22 provinsi 112 kabupaten; (c)
Corn Sheller senilai Rp. 30.000.000,- dialokasikan di 31 provinsi 250 kabupaten;
(d)
Vertical Dryer Jagung senilai Rp. 935.000.000,- dengan rincian : paket sarana dryer senilai Rp. 685.000.000,- dan bangunan/rehab
bangunan
Rp. 250.000.000,-
dryer
senilai
termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan yang dialokasikan di 21 provinsi 109 kabupaten;
Sarana
didistribusikan
pengering/dryer
terlebih
sebelum
dahulu
disiapkan
bangunan/rehabilitasi bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang tersedia. (e)
Power Thresher Multiguna senilai Rp. 30.000.000,dialokasikan di 30 provinsi 232 kabupaten; Diharapkan dengan bantuan sarana pascapanen tersebut akan dapat membantu petani pada proses penanganan panen,
mengamankan
produksi,
meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani. 3)
Proses
pengadaan
pangan
melalui
barang/sarana
system
pascapanen
e-purchasing/e-katalog,
tanaman kecuali
bangunan/rehab bangunan vertical dryer melalui pelelangan umum. Ketentuan teknis, mekanisme dan spesifikasi teknis sarana
dijabarkan
dalam
Pedoman
Teknis
Pengelolaan
Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan (APBN-P) tahun 2015 yang diterbitkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan ketentuan pengadaan barang mematuhi ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juncto Peraturan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
121
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Presiden Nomor 70 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Peraturan Presiden Nomor 172 tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga dan Nomor 4 tahun
2015
tentang
Perubahan
Keempat
Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga dan Permentan Nomor 137/Permentan/ OT.140/12/2014 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015. 4)
Tim
Pengadaan
Barang/Jasa
ditingkat
Provinsi
agar
memperhatikan spesifikasi teknis minimal (SNI/test report) yang ada di Pedoman Teknis dan materi/keaslian dokumen dalam pengadaan, juga memperhatikan jaminan pelayanan purna jual, jaminan pelayanan suku cadang barang minimal 1 - 2 tahun, dan sertifikat pelatihan operator sarana pascapanen dari produsen/pabrikan. 5)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan bantuan sarana pascapanen : (a)
Penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada APBN-P tahun 2015 wajib dilengkapi dengan e-proposal
dan
didukung
dengan
proposal
manual.
Bantuan sosial ini merupakan pendorong/treager bagi membantu petani dalam upaya pemberdayaan petani dalam rangka mendukung meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai. (b)
Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan melalui e-purchasing dengan pertimbangan volume kebutuhan sarana yang tinggi, barang diproduksi oleh pabrikan dan harga barang/pasar kompetitif.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
122
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
(c)
E-purchasing/e-katalog
memberi
kemudahan
kepada
K/L/D dalam melaksanakan barang/jasa pemerintah untuk kebutuhan instansinya. E-purchasing memberi kepastian spesifikasi teknis dan harga produk seragam. Negosiasi antara pejabat pengadaan dan produsen dimungkinkan berdasarkan hasil survey dan jumlah pemesanan barang banyak.
Pemilihan
jenis
produk
dalam
e-katalog
berdasarkan kebutuhan, anggaran dan preferensi. (d)
Identifikasi dan verifikasi calon penerima bantuan harus dilakukan dengan cermat pada kelompoktani penerima bantuan kegiatan rehablilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) dalam program upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, agar bantuan yang diterima benar-benar dimanfaatkan terutama pemanfaatan vertical dryer.
(e)
Pengadaan sarana ini harus segera dilaksanakan untuk mengejar luas panen dan produksi April – September terutama di 13 provinsi sentra produksi padi, sehingga perlu
dilakukan
pengawalan
dan
evaluasi
terhadap
bantuan yang telah diterima serta melaporkan secara berkala dan berjenjang kepada Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Pengadaan sarana pascapanen juga harus memperhatikan mekanisme dan penyaluran sampai dengan titik bagi. (f)
Dalam proses pengadaan dan penyaluran bantuan sarana pascapanen tanaman pangan harus memperhatikan titik kritis dari setiap tahap kegiatan untuk dapat diantisipasi, sehingga kegiatan dapat berjalan lancer dan bantuan dapat dimanfaatkan secara optimal.
(g)
Apabila
daerah
mengusulkan
realokasi
dengan
argumentasi yang kuat, maka realokasi antar provinsi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
123
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
maka perlu di pengawalan dan evaluasi terhadap bantuan yang telah diterima serta melaporkan secara berkala dan berjenjang
kepada
Direktorat
Pascapanen
Tanaman
Pangan. (h)
Pelaksana kegiatan dan POK di provinsi agar mengikuti eselon I Kementan.
(i)
Pemecahan dan penggabungan paket pengadaan dilarang apabila
menghindari
pelelangan.
Pemecahan
dan
penggabungan paket pengadaan diperbolehkan apabila pertimbangan efisiensi dalam hal jarak antar lokasi penerima bantuan sangat jauh, transportasi dan biaya material yang mahal. (j)
Agar
Dinas
Pertanian
Provinsi
segera
melakukan
pengadaan melalui sistem e-catalog, kecuali pengadaan bangunan melalui pelelangan umum. (k)
Dimintakan
kepada
Lembaga
Kebijakan
Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKKP) agar segera memproses penayangan e-katalog untuk produk sarana pascapanen yang belum ditayangkan dalam e-katalog. (l)
Jika terdapat masalah agar dapat dikonsultasikan ke auditor.
2.
Rapat Focus Group Discussion (FGD) Pascapanen. Dalam rangka Pengembangan Sistem dan Kelembagaan Operasional Pascapanen Pada Kawasan Tanaman Pangan dan sebagai tindaklanjut Focus Group Discussion (FGD) di Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada Tahun 2015 melanjutkan topik manajemen
pascapanen
tanaman
pangan
melalui
Focus
Group
Discussion (FGD) dengan tema ”Keterpaduan Aspek Pascapanen, Pengolahan dan Pemasaran di Kawasan Tanaman Pangan Menuju Agroindustri. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
124
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Hasil Focus Group Discussion (FGD) Pascapanen, sebagai berikut : a.
Pola Kemitraan dan Peran Bulog Dalam Mendukung Keberlanjutan Usaha Pascapanen dan Pengolahan Hasil 1)
Bulog berperan dalam penugasan stabilisasi harga beberapa komoditas melalui : a) Menjaga stabilitas harga tingkat produsen, b) Menjaga stablitas harga tingkat konsumen, c) Menjaga stok pada jumlah tertentu untuk melakukan intervensi pasar pada saat dibutuhkan oleh pasar.
2)
Penugasan Bulog untuk Ketahanan Pangan (Inpres No 5 Tahun 2015). a) Melaksanakan kebijakan pembelian gabah/beras dalam negeri
dengan
ketentuan
HPP
(Mendukung
Pilar
Ketersediaan). b) Menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah (Mendukung Pilar Keterjangkauan). c)
Menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan (Mendukung Pilar Stabilitas)
3)
Penyerapan gabah/beras dilakukan melalui pembelian dari Petani/Poktan/Gapoktan dan Mitra Kerja Pengadaan (MKP) untuk disalurkan melalui mekanisme PSO dan pasar komersil.
4)
Alternatif kebijakan dalam stabilisasi harga dan manajemen cadangan beras
yaitu dengan sistem resi
gudang dan
perdagangan berjangka. 5)
Kebijakan Bulog dengan fungsi sebagai Jaminan pasar yaitu Bulog membutuhkan jaminan pasokan, dengan mekanisme HPP selama ini, Bulog terkendala tidak adanya jaminan pasokan. Pasokan yang diperoleh melalui poktan/gapoktan hanya bersifat jangka pendek. Pola bisnis kedepan diharapkan pasokan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
125
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
diperoleh dengan pola kemitraan melalui sinergi dengan BUMN, rice estate company, kemitraan on farm sehingga pasokan lebih terjamin. 6)
Dengan adanya ketentuan bahwa untuk mendapatkan kuota impor maka importir harus menyerap produksi dalam negeri, diharapkan dapat mengoptimalkan serapan beras dalam negeri.
7)
Pola kemitraan yang telah dibangun oleh Bulog melalui penyerapan
gabah/beras
dari
poktan/gapoktan
dengan
mekanisme HPP belum dapat menjamin pasokan secara berkelanjutan, sehingga Bulog menyusun pola bisnis agar pasokan gabah/beras ke Bulog lebih terjamin. 8)
Pola
kemitraan
yang
dibangun
Poktan/Gapoktan
dalam
penjualan hasilnya yaitu dengan menjalin kemitraan dengan Bulog dengan perjanjian kontrak. Keuntungan dari kemitraan ini adalah poktan/gapoktan tidak memerlukan modal yang besar karena Bulog langsung membayar gabah/beras poktan/gapoktan (Cash and Carry) dan Poktan/Gapoktan memperoleh jaminan pasar yang lebih baik dibandingkan menjual sendiri ke pasar komersil. 9)
Pola kemitraan kedepan dapat mengikuti pola yang diterapkan Kementan/BKP mulai 2015 yaitu mengembangkan Toko Tani Indonesia yang bertujuan untuk memotong rantai pasar (menjadi lebih pendek); membuka outlet-outlet pasar/ memperluas aspek pemasaran (produk segar dan olahan); dan stabilisasi harga.
b.
Bentuk Pendampingan Penguatan Kelembagaan Poktan/ Gapoktan Dalam Pengelolaan Usaha Pascapanen dan Pengolahan. Dalam
upaya
Tanaman
mewujudkan
Pangan
berbasis
Agrobisnis/agroindustri Gapoktan
perlu
komoditi
diperhatikan
pendampingan pada pemilihan Calon Petani-Calon Lokasi yang tepat yaitu gapoktan/memenuhi skala ekonomi usaha, penyusunan RUKK yang sesuai rencana usaha, pengelola Usaha yang Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
126
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
profesional (site manager dan asisten), uji Coba Komersial dan pola kerjasama ABCG (Academic, Business, Community, Government). c.
Pola Hubungan Kelembagaan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani Dengan Kelembagaan Lain Yang Mendukung Usaha Agribisnis Petani Menjadi Berkembang dan Menguntungkan. 1) Poktan/Gapoktan bekerja sama dengan poktan/gapoktan di luar bidang tanaman pangan sehingga terbentuk integrasi lintas sektor bidang pertanian dalam suatu kawasan yang ideal secara ekonomi. 2) Poktan/Gapoktan menjalin kerjasama dengan kelompok lain dalam penyediaan sarana pertanian misalnya pompa air dengan sistem bagi hasil sehingga memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
d.
Sistem Kerjasama Poktan/Gapoktan dengan Pelaku Usaha Untuk Menjamin Kualitas dan Kuantitas Produksi Kendala yang dihadapi Poktan/Gapoktan dalam memasuki pasar komersial selain dengan Bulog yaitu kualitas beras yang dihasilkan hanya mencapai grade Medium. Hal ini disebabkan belum tertatanya sistem produksi dalam suatu skala kawasan produksi yang menguntungkan usaha ekonomi dengan memperhatikan pasar, sehingga satuan produksi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar. Disamping itu untuk memenuhi kualitas yang diinginkan pasar masih harus dipenuhi sesuai dengan permintaan konsumen di pasar tujuan, hal ini karena keterbatasan sarana pengolahan
sehingga
diharapkan
Pemerintah
melalui
Ditjen
Tanaman Pangan dapat memfasilitasi sarana pengolahan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas berasnya. e.
Kondisi Agroindustri Tanaman Pangan 1)
Saat ini kondisi Agroindustri Tanaman Pangan diantaranya a) Agribisnis di tingkat petani tidak menjamin masa depan dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
127
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
belum terencana dengan baik, b) Usaha Agribisnis skala ekonomi belum dimiliki petani, hanya dimiliki pemilik modal, c) Potensi
dan
informasi
pasar
belum
dioptimalkan
dan
dimanfaatkan oleh petani dan pemilik modal. 2)
Permasalahan agroindustri
yang adalah
menjadi Alih
kendala
fungsi
lahan,
pengembangan kesenjangan
(pertumbuhan ekonomi vs peningkatan kemiskinan), skala usaha pertanian, kebijakan perdagangan berkeadilan belum ada, implementasi kebijakan yang ada belum berjalan baik , koordinasi antar K/L – antar eselon 1 – antar pusat dan daerah belum optimal. f.
Agroindustri Tanaman Pangan ke Depan 1)
Manajemen kawasan pascapanen ideal berbasis agroindustri yang diharapkan ke depan adalah mampu menghadapi tuntutan terhadap efisiensi persaingan di pasar global, dimana proses produksi harus bercirikan : a) Bermuatan inovasi teknologi maju sehingga proses produksi berlangsung efisien; b). Menghasilkan produk yang berkualitas dan bernilai tambah; c). Mempunyai daya saing; d). Penguasaan pasar yang luas; e). Meningkatnya peran stakeholder dan swasta; f). Adanya dukungan pemerintah daerah dan pusat yang kondusif dan tepat sasaran.
2)
Sistem usaha yang diarahkan untuk menghasilkan produk akhir yang bernilai tambah tinggi harus didukung dengan teknologi, sumberdaya manusia berketrampilan tinggi dan modal finansial serta sosio-budaya setempat yang memadai.
3)
Pengembangan pasar perlu dibarengi dengan pembenahan manajemen
rantai
pasok
(supply
chain
management),
sehingga produk yang dipasarkan dapat diterima di tangan konsumen dengan kualitas yang baik dan keuntungan yang terdistribusi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
secara proporsional pada setiap pelaku usaha 128
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
serta adanya jaminan pasokan. Potensi pasar yang ada perlu dieksplorasi secara optimal, antara lain melalui upaya kajian pasar (tujuan, kontinuitas permintaan, kualitas, jumlah dll), penyediaan informasi pasar, pengembangan jaringan pasar dan promosi. 4)
Para pelaku usaha di setiap mata rantai dari produksi sampai pasar diberdayakan
untuk
mendorong
keberhasilan
agroindustri tanaman pangan yang berbasis bisnis, didukung kemitraan antara kelembagaan
usaha
di
tingkat
petani
dengan perusahaan/swasta berakses pasar. 3.
Rapat Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Sarana Pascapanen Penanganan pascapanen perlu dilaksanakan secara baik dan benar dalam
rangka
untuk
mencapai
tujuan
pascapanen
antaranya
penyelamatan hasil, menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu dan meningkatkan daya saing. Sehubungan dengan itu maka keterampilan petugas perlu ditingkatkan dan juga diperlukan fasilitasi bantuan sarana. Sejak tahun 2011, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan telah mengalokasikan bantuan sarana yang diterima oleh poktan maupun gapoktan. Untuk mengetahui pemanfaatan bantuan tersebut perlu dilaksanakan evaluasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2011-2014. Hasil evaluasi ini diharapkan akan dapat menjadi acuan untuk kebijakan di masa yang akan datang. Rapat Evaluasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal 4 - 6 November 2015 di Yogyakarta. Pertemuan dihadiri oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kepala Dinas Pertanian D.I Yogyakarta, perwakilan Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, Kepala Bidang/Kepala Seksi Tanaman Pangan/ Bidang PPHP yang menangani kegiatan pascapanen tanaman pangan, PPK dan Bendahara dari 31 provinsi (minus Provinsi Kalimantan Utara), stake holders terkait dan peserta pusat.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
129
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Narasumber Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Direktur Pengolahan dan Pengolahan Tanaman Pangan, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Direktur Perbendaharan Kementerian Keuangan dan Kasubdit lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Hasil Rapat Evaluasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan sebagai berikut : a.
Workshop evaluasi dari laporan pelaksanaan bantuan sarana pascapanen tahun 2015 (posisi 6 November 2015) sebagai berikut 1)
Pagu APBN 2015 sebesar Rp. 52.231.554.000,- terealisasi penyerapan keuangan sebesar Rp. 23.203.891.084,- (44,43%) sebelum workshop hanya 38,62% dengan realisasi fisik (BASTB) mencapai 85,85%.
2)
Pagu APBN-P 2015 sebesar Rp. 832.350.000.000,- terealisasi penyerapan keuangan sebesar Rp. 286.868.154.676,- (42,36%) sebelum workshop hanya 34,46% dengan realisasi fisik (BASTB) mencapai 88,29%.
b.
Dalam upaya mempercepat penyerapan pelaksanaan pengadaan sarana APBN dan APBNP 2015 serta mengingat waktu tersedia semakin terbatas (1,5 bulan) maka hal-hal untuk mendapat perhatian antara lain: 1)
Dinas Pertanian sebagai penanggungjawab pelaksanaan Tugas Pembantuan Pascapanen untuk mendorong seluruh perangkat satker
bekerja
menyelesaikan
Dokumen
Teknis
dan
Administratif terkait pengadaan Bansos Sarana Pascapanen, serta
aktif mengawal proses di ULP sehingga tidak terjadi
keterlambatan,
untuk
mencegah
terjadinya
pemborosan
keuangan negara maka pelaksanaan penyaluran bantuan mengacu pada Permenkeu No.18/PERMENTAN/ PMK.05/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Negara/Lembaga;
dan
Permentan 130
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
No.137/PERMENTAN/OT.140/12/2012 tanggal 22 Desember 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial Kementerian TA. 2015. 2)
PPK menyampaikan dokumen kontrak ke KPPN paling lambat 5 hari kerja setelah penandatangan kontrak sedangkan SPM disampaikan ke KPPN paling lambat 2 hari kerja setelah SPM terbit. Untuk proses penyelesaian tagihan maksimal 17 hari kerja. Apabila melewati batas waktu masa kontrak maka KPA menyampaikan
permohonan
dispensasi
kepada
KPPN.
Adapun Adendum kontrak maksimal 50 hari dalam tahun berjalan. Sebagian besar kesalahan dalam SPM yang diajukan ke KPPN disebabkan tidak sesuai dengan ADK supplier, untuk itu KPA agar memperhatikan batas pengajuan SPM khusunya pada batas akhit tahun. c.
Bantuan sarana pascapanen yang telah diterima oleh kelompok tani/gabungan kelompoktani segera dimanfaatkan dengan dilakkan secara professional dan terkoordinir. Selama ini, penanganannya masih dilakukan secara parsial dan belum ada pengorganisasian pada
Kelompoktani/Gapoktan
penerima.
Untuk
lebih
optimal
pemanfaatan dan pengelolaan bantuan sarana pascapanen di daerah maka perlu memperhatikan titik kritis penyaluran dan pemanfaatan
(critical
provinsi/kabupaten
point),
berupa
sehingga
pendampingan
perlu
dukungan
bimbingan
teknis,
penguatan manajemen, komunikasi dengan sector hilir untuk meningkatkan jaminan pembelian hasil produk pascapanen serta pelaporan pemanfaatan bantuan sehingga dampak bantuan dan kontribusi bantuan sarana yang diberikan terhadap pengurangan susut panen. d.
Dengan memperhatikan pengalaman selama ini pada proses pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan untuk perbaikan pada tahun yang akan dating maka perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
131
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
1)
Seleksi poktan/gapoktan penerima dilakukan lebih cermat serta disesuaikan dengan kondisi lahan dan sosial budaya setempat
2)
Titik kritis pelaksanaan bantuan perlu diantisipasi sesuai hasil analisa yang telah dilakukan agar temuan permasalahan tidak selalu berulang
3)
Apabila
bantuan
poktan/gapoktan Provinsi/Kabupaten
tidak dalam
dapat satu
segera
dimanfaatkan
tahun,
melakukan
Dinas realokasi
oleh
Pertanian dengan
memperhatikan potensi dan kemampuan calon poktan/gapoktan penerima selanjutnya melaporkan ke Pusat. e.
Dengan terbitnya Permentan Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ke depan tidak hanya menangani Aspek Hulu namun terintegrasi juga dengan Aspek Hilir yaitu pengolahan dan pamasaran hasil tanaman pangan.
f.
Apabila terjadi peningkatan produksi beras dalam negeri, diupayakan daerah dapat merintis ekspor seperti yang telah dilakukan oleh Provinsi Jawa Barat berupa ekspor beras organic dan beras ketan hitam. Persyaratan izin ekspornya lebih mudah dibandingkan beras premium. Kelompoktani penghasil produk ekspor akan difasilitasi oleh Permerintah dalam bentuk bantuan sarana dan sertifikasi produk. Hasil informasi yang dikumpulkan Gapoktan/poktan dan pelaku usaha padi organic yang telah tersertifikasi saat ini tersebar di provinsi antara lain: Provinsi DI. Yogyakarta, Jawa timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Barat.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
132
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
III.
A.
ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN
Organisasi 1.
Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010
tanggal
14
Oktober
2010
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pascapanen Tanaman Pangan. Agar pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian tersebut diatas dapat operasional, telah
ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
53/Permentan/OT.140/9/2011 tanggal 28 September 2011 tentang Rincian Tugas Pekerjaan Unit Kerja Eselon IV Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi : 1.
Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
2.
Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
3.
Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria standar, norma, pedoman, kriteria, di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
4.
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan
5.
Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
133
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
2.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan terdiri dari Sub Direktorat Padi, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang, Sub Direktorat Aneka Umbi, Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Sub Direktorat/Sub Bagian adalah sebagai berikut : a.
Sub Direktorat Padi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan,
dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pascapanen padi. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Padi menyelenggarakan fungsi 1)
Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi
2)
Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi
3)
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi dan
4)
Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi.
b.
Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen jagung dan serealia lain. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain menyelenggarakan fungsi :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
134
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
1)
Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain
2)
Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain
3)
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain dan
4)
Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain.
c.
Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen kedelai dan aneka kacang. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang menyelenggarakan fungsi : 1)
Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang
2)
Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang
3)
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang dan
4)
Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang
d.
Sub Direktorat Aneka Umbi mempunyai tugas
melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen aneka umbi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
135
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Dalam
melaksanakan
tugas
Sub
Direktorat
Aneka
Umbi
menyelenggarakan fungsi : 1)
Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi.
2)
Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi.
3)
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria dibidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi dan
4)
Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi.
e.
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.
f.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan
jenjang
jabatan
fungsional
masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada setiap atau masing-masing Sub Direktorat (Subdit) terdapat 2 (dua) Seksi, sebagai berikut : (a)
(b)
(c)
(d)
Sub Direktorat Padi terdiri dari : (1)
Seksi Teknologi
(2)
Seksi Sarana
Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain terdiri dari : (1)
Seksi Teknologi
(2)
Seksi Sarana
Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang terdiri dari : (1)
Seksi Teknologi
(2)
Seksi Sarana
Sub Direktorat Aneka Umbi terdiri dari : (1) Seksi Teknologi (2) Seksi Sarana
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
136
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor : 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Kementerian Pertanian terdapat perubahan nomenklatur Unit Kerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menjadi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 495/Kpts/KP.230/8/2015 tanggal 6 Agustus 2015, telah dilantik Ir. Tri Agustin Satriani, M.M. dari Jabatan Kasubdit Padi menjadi Pj. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sekaligus sebagai Penanggungjawab Teknis kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan TA. 2015, guna menyelesaikan kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sampai dengan diangkatnya seluruh Pemangku Jabatan sesuai Struktur Organisasi baru. B. Ketatausahaan
Sebagai fungsi pelayanan, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pelayanan dalam bidang sebagai berikut : 1. Administrasi Umum a) Surat Menyurat Surat masuk dan surat keluar dibukukan dalam buku agenda dan diarsipkan menurut kodefikasi surat. Surat yang sifatnya penting dan mendesak dikirim via e-mail, faksimili, kilat khusus. Selama tahun 2015 realisasi surat masuk sebanyak 880 pucuk surat sedangkan surat keluar sebanyak 805 pucuk surat. b) Perpustakaan Perpustakaan diharapkan dapat memberi informasi literatur, buku dan informasi lainnya. Buku-buku yang tersedia di perpustakaan sebagian besar berupa laporan dari Direktorat lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
sedangkan buku-buku yang berupa
literatur, Lembaran Negara dan lain-lain masih sangat kurang.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
137
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Buku/laporan pusat yang dihasilkan pada tahun 2015 sebanyak 1.171 buku. 2. Kepegawaian Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan didukung oleh 64 orang pegawai, yang terdiri dari 1 orang Direktur, 4 orang Kepala Sub Direktorat, 8 orang Kepala Seksi dan 1 orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha serta 50 orang Staf. a. Komposisi Pegawai 1) Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Pangkat Jumlah pegawai berdasarkan golongan/pangkat adalah sebagai berikut : a)
Golongan IV b / Pembina Tingkat I
: 4 orang
b)
Golongan IV a / Pembina
: 4 orang
c)
Golongan III d / Penata Tingkat I
: 7 orang
d)
Golongan III c / Penata
: 5 orang
e)
Golongan III b / Penata Muda Tingkat I
:18 orang
f)
Golongan III a / Penata Muda
:12 orang
g)
Golongan II d / Pengatur Tingkat I
: 5 orang
h)
Golongan II c / Pengatur
: 4 orang
i)
Golongan II b / Pengatur Muda Tingkat I
: 2 orang
j)
Golongan II a / Pengatur Muda
: 3 orang
2) Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan a)
S2
: 16 orang
b)
S1
: 25 orang
c)
D3
:
d)
SLTA
: 15 orang
e)
SD
: 1 orang
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
7 orang
138
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Susunan kepegawaian Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan masing-masing Sub Direktorat dan Tata Usaha selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 13 - 14. 3) Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin a) Laki-laki
: 32 orang
b) Perempuan
: 32 orang
b. Mutasi, Pelimpahan, Pensiun, Kenaikan Gaji Berkala, Kenaikan Pangkat,
Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS),
Penerima Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS) dan Kartu-kartu. Selama periode Januari s/d Desember 2015 telah terjadi mutasi alih tugas/melimpah, pensiun,
penyematan tanda kehormatan Satya
Lencana Karya Satya dan pembuatan kartu-kartu dengan rincian sebagai berikut : 1) Mutasi Dalam tahun 2015 pegawai yang promosi, mutasi dan alih tugas ke Unit kerja lain sebanyak 7 orang yaitu : a)
Ir. Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev. Direktur Pascapanen Tanaman Pangan, mutasi Promosi menjadi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Pertanian.
b)
Ir. Tri Agustin Satriani, M.M. Kepala Subdit Padi, promosi menjadi
Direktur
Pengolahan
dan
Pemasaran
Hasil
Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. c)
Muhammad Yusuf, S.TP. Kepala Seksi Sarana pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang mutasi ke Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
d)
Betty Mailina, S.P. Staf Seksi Teknologi Subdit Kedelai dan Aneka Kacang mutasi pindah ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
139
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
e)
Andiko Eko Pramono, S.P. Staf Seksi Teknologi Subdit Kedelai dan Aneka Kacang mutasi pindah ke Pemkab Bantul D.I. Yogyakarta.
f)
Kholifatul Arifa, S.TP. Staf Seksi Sarana Subdit Padi mutasi pindah ke Pemkot Kediri Jawa Timur.
g)
Yuni Alfika, A.Md. Staf seksi Sarana Subdit Aneka Umbi mutasi pindah ke Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Padang Mangatas Sumatera Barat.
2) Pelimpahan. Dalam tahun 2015 terdapat Pelimpahan pegawai dari instansi lain ke Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sebanyak 4 orang yaitu : a)
Ir. Dhanny Permadi, M.M. Mutasi Jabatan dari Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan sebagai Kepala Seksi Sarana Subdit Kedelai dan Aneka Kacang.
b)
Ir. Nur Sulistiati, mutasi alih tugas dari Badan Ketahanan Pangan.
c)
Ruth Teratai Mekar Beata Virgo Kaluti, S.TP, M.P. mutasi alih tugas dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
d)
Warsan mutasi alih tugas dari Direktorat Budidaya Serealia.
3) Pensiun Dalam tahun 2015 pegawai an. Ir. Sri Hartati, M.Si. Kepala Seksi Teknologi Subdit Jagung dan Serealia Lain yang mengajukan pensiun dini terhitung mulai 1 September 2015. 4) Kenaikan gaji berkala Selama tahun 2015 (Januari s/d Desember 2015) kenaikan gaji berkala sebanyak 32 (Tiga puluh dua) orang. Surat Keputusan sudah terbit 100%.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
140
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
5) Kenaikan pangkat Pada tahun 2015 realisasi kenaikan pangkat sebanyak 16 (Enam belas) orang, terdiri dari : a)
Periode April 2015
: 13 orang
b)
Periode Oktober 2015
: 3 orang
Surat Keputusan sudah terbit 100%. 6) Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg) Dalam tahun 2015 terdapat pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil sebanyak 4 orang yaitu : a)
Dwi Rizkyanto Utomo, A.Md.
b)
Catur Parah Gumantri Putri, A.Md.
c)
Indah Pratiwi, A.Md.
d)
Reny Kartika Asmara, A.Md
7) Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS) Sampai dengan tahun 2015 telah diberikan tanda kehormatan Satya Lencana Karya Satya kepada pegawai yang berhak dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : a)
Satya Lencana Karya Satya XXX Tahun
: 4 orang
b)
Satya Lencana Karya Satya XX Tahun
: 8 orang
c)
Satya Lencana Karya Satya X Tahun
: 19 orang
8) Kartu-kartu Selama tahun 2015 (Januari s/d Desember 2015) pengurusan Kartu Pegawai (Karpeg / Karsu / Karis, Taspen, Askes, KORPRI dan NPWP) disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
141
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 26 : Karpeg/Karsu/Karis, Taspen, Askes, KORPRI dan NPWP Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6
c.
Macam Kartu Karpeg Karis/Karsu Askes/BPJS Taspen KORPRI NPWP
Selesai 60 49 64 60 51 64
Sedang Proses 13 -
Belum
Keterangan
4 5 4 -
CPNS Belum Berkeluarga CPNS
Rumah Tangga dan Perlengkapan Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan melaksanakan tugastugas pokok antara lain blangko/Kop kantor,
Surat,
pemeliharaan
inventarisasi
barang
penyediaan Alat Tulis Kantor, Blangko-
kebersihan/pemeliharaan kendaraan milik
Negara,
dinas,
gedung/halaman
pemeliharaan
keamanan
kantor,
dan serta
melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan. Kegiatan yang dilaksanakan : 1) Membukukan barang-barang inventaris dari hasil pengadaan barang tahun 2015 seperti : a)
Pengadaan Alat pengolahan Data seperti Ms. Office 8 unit (Subdit Padi), Kamera Digital 1 unit (Subdit Padi), Printer 2 unit (Subdit Padi), Desktop PC 2 unit (Subdit Jagung), Printer Warna 2 unit
(Perencanaan + Subdit Jagung), Eksternal
Hardisk 12 unit (4 unit Perencanaan), Printer 2 unit, Notebook 1 unit, Ultrabook 1 unit. b) Pengadaan Peralatan Perkantoran seperti Meja Kantor 1 unit, Kursi Kantor 8 unit, Digital voice recorder 5 unit, Televisi LCD 42” 1 unit, Whiteboard 1 unit, Camera Digital 1 unit, Dispenser 1 unit, mesin penghancur kertas 1 unit, Gerobak sampah 2 unit, mesin pemotong rumput 1 unit.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
142
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
2) Melakukan opname fisik barang inventaris, baik barang yang bergerak
(kendaraan dinas) maupun yang tidak bergerak (meja,
kursi, lemari, komputer, printer, laptop, desktop PC, notebook, proyektor, mesin tik manual, AC, camera DSLR, handycam, camera digital, televisi LCD, mic wireless, mesin potong rumput, mesin penghancur kertas) dan membuat data inventaris barang tahun 2015. 3) Pemeliharaan Gedung/Halaman Kantor a)
Telah dilakukan pemeliharaan perbaikan/rehab gedung kantor, meliputi ruang kerja Direktur, toilet, ruang rapat, pengecatan dinding depan dan samping serta perbaikan saluran air, pemasangan paving block halaman dan pengecatan trotoar.
b)
Telah dilakukan peningkatan penerangan halaman gedung kantor
dengan
menambah
dan
mengganti
lampu
penerangan halaman dan gedung kantor. c)
Setiap 2 (dua) minggu sekali dilakukan penataan lingkungan dengan melakukan pemangkasan tanaman pagar dan rumput halaman.
d)
Telah dilakukan pemeliharaan instalasi listrik, air dan pengadaan sarana sound system ruang rapat sarana jaringan internet WIFI.
4) Pelaksanaan pengamanan kantor dilaksanakan oleh delapan (8) orang tenaga security dengan cara bergilir setiap hari 2 orang, 1 hari jaga malam 1 hari jaga siang dan 1 hari libur. Fasilitas perlengkapan kantor/barang inventaris kantor sampai dengan tahun 2015 yang dimiliki Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, selengkapanya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 15.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
143
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
C.
Keuangan Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan
Undang-undang
Perbendaharaan Negara,
Nomor
1
tahun
2004
tentang
menuntut adanya perubahan Manajemen
Keuangan Negara. Perubahan tersebut diantaranya berupa pendekatan baru dalam sistem penganggaran yaitu sistem anggaran terpadu Berbasis Kinerja dalam kerangka Pembangunan Jangka Menengah. Anggaran terpadu artinya anggaran rutin dan anggaran pembangunan dipadukan sebagai satu kesatuan. Anggaran berbasis kinerja berarti kegiatan tidak lagi berdasarkan pada input, tetapi berorientasi pada output dan outcome. Anggaran dalam kerangka jangka menengah berarti penganggaran pada tahun sekarang memperhatikan anggaran mendasar
realisasi
tahun
tahun-tahun
sebelumnya
mendatang.
Perubahan
proses
perencanaan,
dalam
ini
dan
kebutuhan
mencakup
perubahan
penyusunan
anggaran,
pengelolaan maupun pelaporannya sebagai penyelenggaraan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara secara transparan dan akuntable. Sejak tahun 2005 penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara telah menggunakan sistim anggaran belanja terpadu atau Unified Budget yang pelaksanaannya dikelola oleh Satuan Kerja di Unit Eselon I atau Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang dikelola oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dalam hal ini dilaksanakan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 49/Kpts/OT.160/I/2015 tentang Perubahan Kedua
atas
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
:
5171/Kpts/KU.410/12/2013 tanggal 10 Desember 2013 tentang Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015 sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Bendahara
Pengeluaran
dan
Bendahara
144
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Penerimaan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015. Urusan keuangan pada Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan di dalam pengelolaannya dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam hal ini selaku atas nama Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Selaku Kuasa Pengguna Anggaran Nomor : 1/KPA/SK.310/C/I/2015 tanggal 8 Januari 2015 tentang Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar
Satuan
Kerja
Direktorat
Jenderal
Tanaman
Pangan,
Kementerian Pertanian dan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor : 22/KPA/SK.310/C/6/2015 tanggal 1 Juni 2015 tentang Perubahan atas Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Selaku Kuasa Pengguna Anggaran Nomor : 1/KPA/SK.310/C/6/2015 Tentang
Penetapan
Pejabat
Pembuat
Komitmen
Dan
Pejabat
Penandatanganan Surat Perintah Membayar Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sesuai penetapan KPA, sebagai pembantu PPK telah ditetapkan Petugas/Staf Pengelola Keuangan, yang terdiri dari
Pemegang Uang
Muka (PUM) selaku Pembantu Bendahara Pengeluaran, Petugas Verifikasi Dokumen Tagihan dan Petugas Pengelola Belanja Pegawai (Pembuat Daftar Gaji) serta Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan/Pengurus Barang. Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2015, guna untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di tingkat PPK dalam proses penyelesaian administrasi pertanggungjawaban. Untuk melaksanakan kegiatan pascapanen tanaman pangan tahun 2015, maka berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan
Kerja
Tahun
Anggaran
2015
Nomor
:
SP
DIPA-
018.03.1.238251/2015 tanggal 14 November 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mendapatkan alokasi anggaran APBN sebesar Rp.71.498.554.000,Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
dengan
rincian
a)
anggaran
Pusat 145
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Rp.6.548.500.000,-
b) Dekonsentrasi Rp. 6.990.500.000,- c) Tugas
Pembantuan (provinsi) dukungan
sarana
Rp. 57.959.554.000,- meliputi kegiatan
pascapanen
jagung
Rp.
52.231.554.000,-
dan
pembinaa/monev Rp. 5.728.000.000,Berdasarkan revisi ke-2 DIPA tanggal 6 Maret 2015 dan Revisi ke-2 POK (APBN-P) tanggal 9 Maret 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan UPSUS peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (alokasi dana APBN-P) sebesar Rp. 5.400.000.000, pembinaan dan pengawalan UPSUS (Sumsel) Rp.1.600.000.000,-sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menjadi Rp.78.498.554.000,- (semula Rp.71.498.554.000, naik 9,79%) yang terdiri dari anggaran Pusat sebesar Rp.11.948.500.000,-(semula
Rp.
6.548.500.000,
naik
82,46
%)
Dekonsentrasi sebesar Rp.8.590.500.000,- (semula Rp.6.990.500.000,naik
22,89%)
dan
Tugas
Pembantuan
Provinsi
sebesar
Rp.57.959.554.000,- (tidak mengalami perubahan) meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung sebesar Rp.52.231.554.000,- dan pembinaan/monev sebesar Rp.5.728.000.000. Anggaran Pusat sebesar Rp.11.948.500.000 diprediksi tidak dapat direalisasikan sampai dengan bulan Desember 2015, untuk itu dilakukan usulan rancangan penghematan untuk penanggulangan kekeringan sebesar Rp.2.380.965.000,- namun usulan revisi tersebut tidak mendapat persetujuan Dirjen Anggaran dan dikembalikan pada unit unit kerja masing-masing, tidak terserap karena jumlah anggaran yang dialokasikan sangat besar melebihi jumlah personil, dan waktu pelaksanaan yaitu kegiatan Perjalanan dinas Tim UPSUS dan LO dalam rangka pembinaan. Realisasi serapan Anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menurut satuan kerja tahun 2015, selengkapanya disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
146
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 27 : Realisasi Serapan Anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Menurut Satuan Kerja Tahun 2015. No
Pagu
Satuan Kerja
(Rp) I.
DIPA TANAMAN PANGAN
1
Pusat - Ditjen TP Pusat
2
Realisasi *) (Rp)
%
11,948,500,000
8,155,144,178
68.25
8,590,500,000
6,981,015,692
81.26
57,959,554,000
45,312,559,855
78.18
Jumlah 78,498,554,000 Posisi s/d 31 Des (update posisi tgl 08 Januari)
60,448,719,725
77.01
Dekonsentrasi - Dinas Prop
3
Tugas Pembantuan - Dinas Prop
Ket :
Sesuai revisi ke-5 POK tanggal 29 Mei 2015, Rincian alokasi anggaran kegiatan disajikan pada tabel berikut : Tabel 28 : Jumlah Anggaran per Kegiatan atau per Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015.
MAK
Jumlah Anggaran Kode
Uraian Kegiatan/Sub Kegiatan/Akun (Rp)
1765 Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
%
11,948,500,000
100.00
1765.001 Rancangan Kebijakan Pascapanen
329,840,000
2.76
1765.002 Pedoman Bidang Pascapanen
597,357,000
5.00
1765.003 Bahan Informasi Bidang Pascapanen
748,048,000
6.26
8,900,439,000
74.49
1,765,009 Rapat koordinasi pasca panen
1765.005 Laporan Kegiatan Penanganan Pascapanen TP.
542,339,000
4.54
1765.994 Layanan Perkantoran
357,820,000
2.99
1765.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
182,353,000
1.53
91,892,000
0.77
198,412,000
1.66
1765.997 Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 1765.998 Gedung/Bangunan
Rincian jumlah anggaran berdasarkan Jenis Belanja/Pengeluaran disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
147
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 29 : Jumlah Anggran Per Jenis Belanja/Pengeluaran Tahun 2015 No
2
Belanja uang honor yang terkait kegiatan Belanja bahan
3
Belanja barang persediaan
4
Belanja jasa lainnya
5
Belanja jasa profesi
6
Belanja perjalanan dinas
7
Belanja modal
8
Belanja jasa sewa
9
Belanja pengiriman surat
1
Jumlah
1.
Jumlah Anggaran
Jenis Belanja
Rp
%
16,450,000
0.14
1,163,871,000
9.74
285,500,000
2.39
30,750,000
0.26
232,680,000
1.95
9,620,830,000
80.52
454,657,000
3.81
97,548,000
0.82
46,214,000
0.39
11,948,500,000
100
Realisasi Fisik. Dari anggaran yang tersedia pada Tahun Anggaran 2015, realisasi fisik kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sampai dengan bulan Desember 2015 telah mencapai 100%. Realisasi fisik tersebut dihitung
berdasarkan bobot pekerjaan dan pencapaian
penyelesaian pekerjaan, yaitu seberapa jauh pekerjaan tersebut dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai. Walaupun di dalam pelaksanaannya
ada
beberapa
kegiatan
yang
tidak
dapat
dilaksanakan karena adanya hambatan teknis dan waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak memungkinkan lagi untuk di realisasikan. 2.
Anggaran. Anggaran yang dialokasikan untuk Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Anggran 2015 sebesar Rp.11.948.500.000,dan Realisasi anggaran berdasarkan SPM yang terbit sampai dengan bulan Desember 2015 sebesar Rp. 8.155.144.178,- atau sebesar 68.25%. Sisa anggaran sebesar Rp. 3.793.355.822,- atau sebesar 31.75% diantaranya perjalanan dinas Tim UPSUS dan LO dalam rangka pembinaan sebesar Rp.2.098.905.018,-. atau sebesar 17.57% dan dari sisa pengadaan serta sisa kegiatan yang tidak direalisasikan.
Realisasi
anggaran per sub kegiatan atau per MAK dan Realisasi
anggaran per jenis/pengeluaran disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
148
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 30 : Realisasi Anggaran per Sub Kegiatan atau per MAK Tahun 2015
Kode
Jumlah Anggaran
Uraian Kegiatan/Sub Kegiata/Akun
Realisasi Anggaran
(Rp)
(Rp)
Sisa Anggaran
%
(Rp)
%
11,948,500,000
8,155,144,178
68.25
3,793,355,822
31.75
1765.001 Rancangan Kebijakan Pascapanen
329,840,000
268,092,283
81.28
61,747,717
18.72
1765.002 Pedoman Bidang Pascapanen
597,357,000
458,419,290
76.74
138,937,710
23.26
1765.003 Bahan Informasi Bidang Pascapanen
748,048,000
593,090,390
79.29
154,957,610
20.71
8,900,439,000
5,597,008,456
62.88
3,303,430,544
37.12
1,765,009 Rapat Koordinasi Pascapanen
542,339,000
474,932,650
87.57
67,406,350
12.43
1765.994 Layanan Perkantoran
357,820,000
317,005,994
88.59
40,814,006
11.41
1765.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
182,353,000
165,885,115
90.97
16,467,885
9.03
91,892,000
86,130,000
93.73
5,762,000
6.27
198,412,000
194,580,000
98.07
3,832,000
1.93
1765 Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
1765.005 Laporan Kegiatan Penanganan Pascapanen TP.
1765.997 Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 1765.998 Gedung/Bangunan
Tabel
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
31
:
Realisasi Anggaran per Jenis Belanja/Pengeluaran Tahun 2015 Jumlah Anggaran (Rp.)
Jenis Belanja
Belanja uang honor yang terkait 16,450,000 kegiatan Belanja bahan 1,163,871,000 Belanja barang persediaan 285,500,000 Belanja jasa lainnya 30,750,000 Belanja jasa profesi 232,680,000 Belanja perjalanan dinas 9,620,830,000 Belanja modal 454,657,000 Belanja jasa sewa 97,548,000 Belanja pengiriman surat 46,214,000 JUMLAH 11,948,500,000
Realisasi Anggaran
Sisa Anggaran
(Rp.)
%
(Rp)
%
13,800,000
83.89
2,650,000
16.11
843,013,875 259,865,700 27,383,115 202,005,000 6,286,014,698 428,962,000 77,276,500 16,823,290 8,155,144,178
72.43 91.02 89.05 86.82 65.34 94.35 79.22 36.40 68.25
320,857,125 25,634,300 3,366,885 30,675,000 3,334,815,302 25,695,000 20,271,500 29,390,710 3,793,355,822
27.57 8.98 10.95 13.18 34.66 5.65 20.78 63.60 31.75
Sebagai gambaran dari realisasi anggaran per bulan disajikan pada tabel berikut :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
149
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Tabel 32 : Target dan Realisasi Anggaran per Bulan Tahun 2015 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 11.
Target ROK (Rp.)
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
160,401,500 246,897,500 1,419,959,000 2,309,035,500 3,125,811,500 3,747,436,000 4,297,458,500 4,759,399,500 5,827,816,500 6,589,261,500 8,265,424,500
Realisasi (Rp.)
% 1.34 2.07 11.88 19.32 26.16 31.36 35.97 39.83 48.77 55.15 69.18
257,365,164 1,042,746,833 1,718,201,709 2,554,048,191 3,152,966,441 3,558,856,898 4,012,118,503 5,101,013,028 5,812,304,670 7,417,239,788 8,155,144,178
% 2.15 8.73 14.38 21.38 26.39 29.78 33.58 42.69 48.64 62.08 68.25
Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa realisasi pada bulan Januari 2015 masih kosong hal ini disebabkan karena belum adanya dana untuk kegiatan
yang dapat
Sedangkan
pencapaian
direalisasikan pada bulan Januari tersebut. realisasi
keuangan
sampai
dengan
bulan
Desember 2015 tidak sesuai target 100 % karena adanya sisa mati dan penghematan
dari
beberapa
kegiatan
yang
tidak
terealisasikan
diantaranya Perjalanan Tim UPSUS dan LO, Rapat Koordinasi serta Pengadaan Alat Pengolahan Data dan beberapa kegiatan yang
tidak
dapat direalisasikan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
150
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
IV.
A.
PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT
Permasalahan Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat pascapanen
meliputi
aspek administrasi, teknis, SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara lain : 1.
Aspek Administrasi a)
Penetapan CP/CL tidak sesuai Pedoman Teknis (Penetapan PPK dan Pengesahan KPA).
b)
SK CPCL belum siap atau seringkali berubah pada saat barang akan dikirimkan ke titik bagi.
c)
Sebagian sarana Pascapanen masih import sehingga butuh waktu dalam penyediaannya (corn combine harvester & combine harvester kecil).
d)
Produsen sarana pascapanen sebagian produsen kecil/menengah, sehingga pembelian melalui pesanan/perlu dirakit dulu.
e)
Menunggu antrian di ULP karena prioritas kegiatan APBD & terbatasnya SDM di Pokja Daerah.
f)
Proses lelang bangunan menunggu proses hibah/hak guna pakai lahan dari pemilik lahan ke poktan/gapoktan (Dinamis).
g)
Tidak semua perusahan memproses uang muka/DP (+ 30%) karena proses pencairan lebih lama dalam penyiapan dokumen. Produsen lebih memilih percepatan distribusi barang secara langsung
h)
Kurang koordinasi di Dinas Pertanian Provinsi (satker APBN-P di Bidang PSP dengan Bidang Tanaman Pangan/ Pelaksana Kegiatan)
i)
Proses
pencairan
uang
muka
dari
BASTB
menjadi
SP2D
memerlukan waktu cukup lama (> 3 minggu), karena administrasi secara on line dari satker daerah ke KPPN ternyata tidak mudah.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
151
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
j)
Belum tersosialisasinya penggunaan aplikasi e-faktur pajak dalam proses
pembayaran
(diberlakukannya
Peraturan
Dirjen
Pajak
No.Per-16/PJ/2014 tgl 20 Juni 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik yang diberlakukan mulai 1 Juli 2015 untuk wilayah Jawa-Bali-Madura). 2.
Aspek Teknis a)
Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal dirasakan masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan belum memahami bantuan sarana pascapanen karena minimnya dana sosialisasi dan
kurangnya koordinasi Kabupaten dengan
provinsi disebabkan jarak yang terlalu jauh. b)
Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai ketentuan pada pedoman teknis dan adanya intervensi dari banyak pihak yang menyebabkan CPCL sering berubah-ubah.
c)
Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen yang memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan memiliki test report.
d)
Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang di lokasi penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin mengalami kerusakan.
e)
Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan.
f)
Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas lapang
g)
Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim data ke provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam merekap data.
3.
Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan a)
Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani seleksi CPCL.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
152
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
b)
Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum memahami
dalam
penyusunan
RUKK,
sehingga
diperlukan
pendampingan dari petugas Kabupaten c)
Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan CPCL disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD
d)
Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani program pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja satker.
e)
Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana di ULP dan pencairan anggaran di bendahara
f)
Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dengan pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada satker bidang Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pascapanen ditangani pada bidang Binus/P2HP.
g)
Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah Provinsi
maupun
Kabupaten
terhadap
upaya
penanganan
pascapanen tanaman pangan, sehingga masih tergantung dari dukungan dan bantuan dari Pemerintah Pusat. h)
Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.
i)
Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi.
j)
Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki sarana pascapanen yang rusak.
k)
Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan sarana yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat proses penanganan pascapanen.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
153
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
B.
Upaya Tindak Lanjut 1.
Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi (melalui surat, telepon, SMS/ WA, Email, Kunjungan lapang ke Provinsi/Kabupaten) dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan dan segera menindaklanjuti kendala pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2.
Dinas perlu melakukan pendataan kebutuhan dan ketersediaan alsin serta mempunyai basisdata informasi jenis sarana pascapanen yang sesuai dengan kondisi di wilayahnya masing-masing.
3.
Dalam pengadaan bantuan sarana pascapanen di tahun yang akan datang harus disertai dengan biaya pengadaan/lelang yang dialokasikan pada Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota.
4.
Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang identifikasi CPCL.
5.
Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta harus aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan terselenggara tepat waktu.
6.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan pelaksana kegiatan.
7.
Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal tahun anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan dalam pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk proses lelang ulang.
8.
Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang terdapat dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen tanaman pangan Tahun 2015.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
154
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
9.
Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau minimal test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di 15 provinsi.
10. Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan penanganan pascapanen tanaman pangan. 11. Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang tidak memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen. 12. Pelatihan
pengoperasian
perawatan
dan
perbaikan
sarana
perlu
difasilitasi oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut dan dilakukan saat droping sarana, saat panen dan pascapanen atau mengirimkan teknisi dan operator ke produsen/pabrikan untuk mengikuti pelatihan dan adanya jaminan purna jual untuk pembelian alsin tersebut. 13. Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan e-mail ke tingkat kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
155
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
V. PENUTUP
1.
Kegiatan pascapanen merupakan kegiatan strategis sebagai faktor pendukung dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi pertanian.
2.
Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pascapanen ke depan, diperlukan penguatan SDM baik di pusat maupun di daerah, database yang akurat dan mekanisme pelaporan yang sistematis
3.
Agar pelaksanaan kegiatan pascapanen dapat diimplementasikan dengan baik, sangat diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang baik antara pusat dengan daerah maupun instansi terkait lintas sektor.
4.
Kegiatan Direktorat Pascapanen yang belum mencapai target akan dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan kebijakan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan di tahun berikutnya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
156
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
BANTUAN SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 A.
APBN
Lampiran 1 No
Prov/kab/Kota
:
Realisasi Corn Sheller APBN Tahun 2015 Jumlah Corn Sheller (unit)
Pagu Anggaran
Nilai Kontrak (Rp)
Realisasi Fisik dan Keuangan BASTB SP2D (unit) % Rp.
%
Penghematan/ efisiensi
Sisa mati/Tidak Terserap
1 ACEH 2 SUMATERA UTARA 3 SUMATERA BARAT
8
264,000,000
217,600,000
8
100
217,600,000
82.42
46,400,000
-
2 6
66,000,000 198,000,000
47,380,930 145,582,000
2 6
100 100
47,380,930 145,582,000
71.79 73.53
18,619,070 52,418,000
-
4 RIAU
2
66,000,000
48,353,800
2
100
48,353,800
73.26
17,646,200
-
5 JAMBI
2
66,000,000
42,607,400
2
100
42,607,400
64.56
23,392,600
-
6 SUMATERA SELATAN 7 BENGKULU 8 LAMPUNG
8 2 4
264,000,000 66,000,000 132,000,000
183,840,000 45,080,930 90,349,860
8 2 4
100 100 100
183,840,000 45,080,930 90,349,860
69.64 68.30 68.45
80,160,000 20,919,070 41,650,140
-
9 JAWA BARAT
4
132,000,000
78,682,000
4
100
78,682,000
59.61
53,318,000
-
10 JAWA TENGAH
3
99,000,000
66,600,000
3
100
66,600,000
67.27
32,400,000
-
11 DI. YOGYAKARTA
3
99,000,000
68,400,000
3
100
68,400,000
69.09
30,600,000
-
12 JAWA TIMUR
4
132,000,000
98,288,000
4
100
98,288,000
74.46
33,712,000
-
13 KALIMANTAN BARAT
2
66,000,000
51,650,000
2
100
51,650,000
78.26
14,350,000
-
14 KALIMANTAN SELATAN 15 KALIMANTAN TIMUR
2 2
66,000,000 66,000,000
52,000,000 52,600,000
2 2
100 100
52,000,000 52,600,000
78.79 79.70
14,000,000 13,400,000
-
16 KALIMANTAN TENGAH
6
198,000,000
165,000,000
6
100
165,000,000
83.33
33,000,000
-
17 SULAWESI UTARA
4
132,000,000
74,050,000
4
100
74,050,000
56.10
57,950,000
-
18 SULAWESI TENGAH
12
396,000,000
322,188,000
12
100
322,188,000
81.36
73,812,000
-
19 SULAWESI SELATAN
8
264,000,000
206,690,000
8
100
206,690,000
78.29
57,310,000
-
20 SULAWESI TENGGARA 21 BALI
9 1
297,000,000 33,000,000
234,387,000 23,000,000
9 1
100 100
234,387,000 23,000,000
78.92 69.70
62,613,000 10,000,000
-
22 NUSA TENGGARA BARAT
10
330,000,000
237,508,335
10
100
237,508,335
71.97
92,491,665
-
23 NUSA TENGGARA TIMUR 24 MALUKU 25 PAPUA
10 3 3
330,000,000 99,000,000 99,000,000
235,970,000 89,743,750 98,550,000
10 3 3
100 100 100
235,970,000 89,743,750 98,550,000
71.51 90.65 99.55
94,030,000 9,256,250 450,000
-
26 MALUKU UTARA
4
132,000,000
132,000,000
4
100
132,000,000
100.00
27 GORONTALO
3
99,000,000
79,900,000
3
100
79,900,000
80.71
19,100,000
-
28 SULAWESI BARAT
3
99,000,000
77,400,000
3
100
77,400,000
78.18
21,600,000
-
29 KALIMANTAN UTARA TOTAL I
-
-
2
66,000,000
46,000,000
2
100
46,000,000
69.70
20,000,000
-
132
4,356,000,000
3,311,402,005
132
100
3,311,402,005
76.02
1,044,597,995
-
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
157
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 2
No
:
Prov/kab/Kota
Realisasi Flat Bed Dryer + Bangunan APBN Tahun 2015 Jumlah FBD Jagung + Bangunan (unit)
Pagu Anggaran
Nilai Kontrak (Rp)
Realisasi Fisik dan Keuangan BASTB SP2D (unit) % Rp.
%
Penghematan/ Sisa mati/Tidak efisiensi Terserap
1 ACEH
1
359,000,000
345,550,000
1
100
345,550,000
96.25
13,450,000
2 SUMATERA BARAT
3
1,077,000,000
649,210,000
2
66.67
649,210,000
60.28
68,790,000
3 JAMBI
2
718,000,000
686,700,000
2
100
686,700,000
95.64
31,300,000
-
4 SUMATERA SELATAN
1
359,000,000
344,630,000
1
100
344,630,000
96.00
14,370,000
-
5 BENGKULU
2
718,000,000
697,422,000
2
100
697,422,000
97.13
20,578,000
-
6 LAMPUNG
3
1,077,000,000
1,016,120,000
3
100
1,016,120,000
94.35
60,880,000
-
7 JAWA BARAT
2
718,000,000
679,837,660
2
100
679,837,660
94.68
38,162,340
-
8 JAWA TIMUR
1
359,000,000
346,894,000
1
100
346,894,000
96.63
12,106,000
-
9 KALIMANTAN BARAT
1
359,000,000
358,380,000
1
100
358,380,000
99.83
620,000
-
10 KALIMANTAN SELATAN 11 KALIMANTAN TIMUR
1 1
359,000,000 359,000,000
354,000,000 358,789,000
1 1
100 100
354,000,000 358,789,000
98.61 99.94
5,000,000 211,000
-
12 SULAWESI UTARA
3
1,077,000,000
979,000,000
3
100
979,000,000
90.90
98,000,000
-
13 SULAWESI TENGAH 14 SULAWESI SELATAN
2 3
718,000,000 1,077,000,000
711,554,000 1,071,750,000
2 3
100 100
711,554,000 1,071,750,000
99.10 99.51
6,446,000 5,250,000
-
15 SULAWESI TENGGARA
1
359,000,000
332,300,000
1
100
332,300,000
92.56
26,700,000
-
16 BALI
1
359,000,000
331,750,000
1
100
331,750,000
92.41
27,250,000
-
17 NUSA TENGGARA BARAT
2
718,000,000
690,961,000
2
100
690,961,000
96.23
27,039,000
-
18 NUSA TENGGARA TIMUR
1
359,000,000
339,100,000
1
100
339,100,000
94.46
19,900,000
-
19 GORONTALO
1
359,000,000
358,750,000
1
100
358,750,000
99.93
250,000
-
20 SULAWESI BARAT
2
718,000,000
715,915,000
2
100
715,915,000
99.71
2,085,000
-
21 KALIMANTAN UTARA
1
359,000,000
35
12,565,000,000
TOTAL II
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
11,368,612,660
33
94.29 11,368,612,660
90.48
478,387,340
359,000,000
359,000,000 718,000,000
158
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 3 No
:
Realisasi Corn Combine Harvester APBN Tahun 2015 Jumlah Corn Combine Harvester (unit)
Prov/kab/Kota
Pagu Anggaran
Nilai Kontrak (Rp)
Realisasi Fisik dan Keuangan BASTB SP2D (unit) % Rp.
Penghematan/ efisiensi
%
sisa mati/Tidak Terserap
1 ACEH
1
500,000,000
342,175,000
1
100
342,175,000
68.44
157,825,000
2 SUMATERA SELATAN
1
500,000,000
337,000,000
1
100
337,000,000
67.40
163,000,000
-
3 KALIMANTAN TENGAH
2
1,000,000,000
880,000,000
2
100
880,000,000
88.00
120,000,000
-
4 SUMATERA BARAT
1
500,000,000
5 SULAWESI UTARA
1
500,000,000
342,650,000
1
100
342,650,000
68.53
157,350,000
-
6 SULAWESI TENGAH
2
1,000,000,000
679,600,000
2
100
679,600,000
67.96
320,400,000
-
7 SULAWESI TENGGARA
2
1,000,000,000
684,350,000
2
100
684,350,000
68.44
315,650,000
-
8 NUSA TENGGARA BARAT
2
1,000,000,000
672,950,000
2
100
672,950,000
67.30
327,050,000
-
9 NUSA TENGGARA TIMUR
1
500,000,000
440,000,000
1
100
440,000,000
88.00
60,000,000
-
10 GORONTALO
1
500,000,000
341,430,000
1
100
341,430,000
68.29
158,570,000
-
11 SULAWESI BARAT
1
500,000,000
341,650,000
1
100
341,650,000
68.33
158,350,000
-
15
7,500,000,000
5,061,805,000
93.33
5,061,805,000
67.49
1,938,195,000
TOTAL III
Lampiran 4 No
Prov/kab/Kota
:
-
-
14
-
500,000,000
500,000,000
Realisasi Vertical Dryer Jagung + Bangunan APBN Tahun 2015 Jumlah VDj (unit) Pagu Anggaran
nilai kontrak (Rp)
Realisasi Fisik dan Keuangan BASTB SP2D (unit) % Rp.
Penghematan/ efisiensi
%
sisa mati/Tidak Terserap
1 ACEH
4
3,832,000,000
3,102,000,000
4
100
3,102,000,000
80.95
730,000,000
-
2 SUMSEL
4
3,832,000,000
3,240,164,000
4
100
3,240,164,000
84.56
591,836,000
-
3 KALTENG
5
4,790,000,000
4,378,600,000
5
100
4,378,600,000
91.41
411,400,000
-
4 SULTENG
4
3,832,000,000
3,266,743,000
4
100
3,266,743,000
85.25
565,257,000
-
5 SULTRA
4
3,832,000,000
3,500,000,000
4
100
3,500,000,000
91.34
332,000,000
-
6 NTB
4
3,832,000,000
3,166,558,000
4
100
3,166,558,000
82.63
665,442,000
-
7 NTT
4
3,832,000,000
3,214,470,000
-
-
-
617,530,000
3,214,470,000
29
27,782,000,000
23,868,535,000
86.21
20,654,065,000
74.34
3,913,465,000
3,214,470,000
TOTAL IV
25
Ket : realisasi s/d 31 Desember 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
159
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
B.
APBN-P
Lampiran 5
No
Prov/kab/Kota
: Jumlah Sarana (unit)
Realisasi Combine Harvester Kecil APBN-P Tahun 2015 Jumlah Revisi
Nilai kontrak Pagu Revisi
(unit)
(Rp)
Realisasi BASTB (Unit)
(SP2D) %
Rp
% terhdp Pagu
% terhdp kontrak
Penghematan/ efisiensi
Sisa mati/Tidak Terserap
-
-
1 ACEH
60
60
7,800,000,000
7,800,000,000
60
100
7,800,000,000
100.00
100.00
2 SUMUT
119
119
15,470,000,000
11,533,670,000
119
100
11,533,670,000
74.56
100.00
3,936,330,000
-
3 SUMBAR
40
30
3,900,000,000
3,783,792,000
30
100
3,783,792,000
97.02
100.00
116,208,000
-
4 RIAU
37
37
4,290,000,000
4,133,500,000
37
100
4,133,500,000
96.35
100.00
156,500,000
-
5 JAMBI
47
6,984,100,000
6,976,550,000
57
100
6,976,550,000
99.89
100.00
7,550,000
23,920,000,000
23,380,800,000
184
100
23,380,800,000
97.75
100.00
539,200,000
Tambahan (10) 6 SUMSEL
57 121
Tambahan (63)
184
-
7 BENGKULU
42
42
5,460,000,000
5,342,400,000
42
100
5,342,400,000
97.85
100.00
117,600,000
-
8 LAMPUNG*)
168
168
21,840,000,000
16,556,412,000
168
100
16,556,412,000
75.81
100.00
5,283,588,000
-
9 JAWA BARAT
315
315
40,950,000,000
40,824,700,000
315
100
40,824,700,000
99.69
100.00
125,300,000
-
10 JAWA TENGAH
473
473
61,490,000,000
50,393,678,000
473
100
50,393,678,000
81.95
100.00
11,096,322,000
-
11 D.I.YOGYAKARTA
24
24
3,120,000,000
2,551,824,000
24
100
2,551,824,000
81.79
100.00
568,176,000
-
12 JAWA TIMUR
450
450
58,500,000,000
46,013,504,000
450
100
46,013,504,000
78.66
100.00
12,486,496,000
-
13 KALBAR
37
37
4,810,000,000
3,734,200,000
37
100
3,734,200,000
77.63
100.00
1,075,800,000
-
14 KALTENG
50
50
6,500,000,000
4,956,000,000
50
100
4,956,000,000
76.25
100.00
1,544,000,000
-
15 KALSEL
50
50
6,500,000,000
6,240,000,000
50
100
6,240,000,000
96.00
100.00
260,000,000
-
16 KALTIM
20
20
2,600,000,000
2,598,000,000
20
100
2,598,000,000
99.92
100.00
2,000,000
-
17 SULUT
32
32
4,160,000,000
3,242,200,000
32
100
3,242,200,000
77.94
100.00
917,800,000
-
18 SULTENG
62
62
8,060,000,000
7,058,800,000
62
100
7,058,800,000
87.58
100.00
1,001,200,000
-
19 SULSEL
267
267
34,710,000,000
28,849,500,000
267
100
28,849,500,000
83.12
100.00
5,860,500,000
-
20 SULTRA
42
42
5,460,000,000
5,460,000,000
42
100
5,460,000,000
100.00
100.00
21 BALI
48
48
6,240,000,000
4,904,950,000
48
100
4,904,950,000
78.60
100.00
1,335,050,000
-
22 NTB
53
53
6,890,000,000
5,878,100,000
53
100
5,878,100,000
85.31
100.00
1,011,900,000
-
23 NTT
42
42
5,460,000,000
5,430,600,000
42
100
5,430,600,000
99.46
100.00
29,400,000
-
24 MALUKU
25
25
3,250,000,000
3,016,875,000
25
100
3,016,875,000
92.83
100.00
233,125,000
-
25 PAPUA
28
29,610,000,000
27,326,900,000
228
100.00
27,326,900,000
92.29
100.00
2,283,100,000
Tambahan (200)
228
-
-
-
26 MALUT
25
25
3,250,000,000
3,250,000,000
25
100
3,250,000,000
100.00
100.00
27 BANTEN
26
26
3,380,000,000
3,172,000,000
26
100
3,172,000,000
93.85
100.00
28 BABEL
17
17
2,210,000,000
2,210,000,000
17
100
2,210,000,000
100.00
100.00
29 GORONTALO
25
25
3,250,000,000
3,247,500,000
25
100
3,247,500,000
99.92
100.00
2,500,000
-
30 PAPUA BARAT
16
16
2,080,000,000
2,050,550,000
16
100
2,050,550,000
98.58
100.00
29,450,000
-
31 SULBAR
24
24
2,344,122,000
2,344,127,634
24
100
2,344,127,634
100.00
100.00
(5,634)
-
32 KALTARA
12
12
1,560,000,000
1,560,000,000
12
100
1,560,000,000
100.00
100.00
-
2,797
3,060
396,048,222,000
345,821,132,634
3,060
100.00
345,821,132,634
87.32
100.00
TOTAL I
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
-
-
208,000,000
-
-
-
-
50,227,089,366
-
160
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 6
:
Jumlah No Prov/kab/Kota Sarana (unit)
Realisasi Vertical Dryer Padi + Bangunan APBN-P Tahun 2015 Jumlah Revisi
Nilai Kontrak Pagu Revisi
(unit)
(Rp)
Realisasi BASTB (Unit)
%
Rp
Penghematan/ (SP2D) efisiensi % terhdp % terhdp Pagu kontrak
1 ACEH
5
5
4,675,000,000
3,973,950,000
5
100
3,973,950,000
85.00
100.00
701,050,000
2 SUMUT
11
11
10,285,000,000
8,608,310,000
11
100
8,608,310,000
83.70
100.00
1,676,690,000
3 SUMSEL
25
21
19,635,000,000
15,877,024,700
20
95
15,877,024,700
80.86
100.00
2,942,975,300
4 BENGKULU
6
6
5,610,000,000
4,661,701,000
6
100
4,661,701,000
83.10
100.00
948,299,000
5 LAMPUNG
7
7
6,545,000,000
5,468,912,347
7
100
5,468,912,347
83.56
100.00
1,076,087,653
6 JAWA BARAT
4
4
3,740,000,000
2,935,240,000
4
100
2,935,240,000
78.48
100.00
804,760,000
7 JAWA TENGAH
4
4
3,740,000,000
3,056,093,000
4
100
3,056,093,000
81.71
100.00
683,907,000
8 JAWA TIMUR
4
4
3,740,000,000
3,148,423,273
4
100
3,148,423,273
84.18
100.00
591,576,727
9 KALBAR
6
6
5,610,000,000
4,694,285,250
6
100
4,694,285,250
83.68
100.00
915,714,750
10 KALTENG
6
6
5,610,000,000
4,836,736,000
6
100
4,836,736,000
86.22
100.00
773,264,000
11 KALSEL
3
3
2,805,000,000
2,403,060,000
3
100
2,403,060,000
85.67
100.00
401,940,000
12 KALTIM
4
4
3,740,000,000
3,182,370,000
4
100
3,182,370,000
85.09
100.00
557,630,000
13 SULUT
3
3
2,805,000,000
2,257,833,000
3
100
2,257,833,000
80.49
100.00
547,167,000
14 SULTENG
20
20
18,700,000,000
15,739,173,000
20
100
15,739,173,000
84.17
100.00
2,960,827,000
15 SULSEL
28
28
26,180,000,000
22,563,704,000
28
100
22,563,704,000
86.19
100.00
3,616,296,000
16 SULTRA
14
14
13,090,000,000
10,710,000,000
14
100
10,710,000,000
81.82
100.00
2,380,000,000
17 BALI
4
4
3,740,000,000
3,058,291,000
4
100
3,058,291,000
81.77
100.00
681,709,000
18 NTB
7
7
6,545,000,000
5,403,475,000
7
100
5,403,475,000
82.56
100.00
1,141,525,000
19 BANTEN
1
1
935,000,000
772,694,000
1
100
772,694,000
82.64
100.00
162,306,000
20 BABEL
3
3
2,805,000,000
2,261,634,000
3
100
2,261,634,000
80.63
100.00
543,366,000
21 SULBAR
3
3
2,383,701,000
2,383,703,000
3
100
2,383,703,000
100.00
100.00
22 KALTARA
2
2
1,870,000,000
1,575,677,000
2
100
1,575,677,000
84.26
100.00
294,323,000
170
166
154,788,701,000
129,572,289,570
165 99.40
129,572,289,570
83.71
100.00
24,401,411,430
TOTAL II
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Sisa mati/Tidak Terserap
815,000,000
815,000,000
161
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 7
No
Prov/kab/Kota
: Jumlah Sarana (unit)
Realisasi Corn Sheller APBN-P Tahun 2015 Jumlah Revisi
Nilai Kontrak Pagu Revisi
(unit)
(Rp)
Realisasi BASTB (Unit)
(SP2D) %
Rp
% terhdp % terhdp Pagu kontrak
Penghematan/ efisiensi
Sisa mati/Tidak Terserap
1 ACEH
66
66
1,980,000,000
1,796,700,000
66
100
1,796,700,000
90.74
100.00
183,300,000
-
2 SUMUT
95
95
2,850,000,000
2,303,506,500
95
100
2,303,506,500
80.82
100.00
546,493,500
-
3 SUMBAR
65
35
1,050,000,000
854,134,000
35
100
854,134,000
81.35
100.00
195,866,000
-
4 RIAU
19
19
570,000,000
404,585,500
19
100
404,585,500
70.98
100.00
165,414,500
-
5 JAMBI
45
45
962,325,000
957,622,500
45
100
957,622,500
99.51
100.00
4,702,500
-
6 SUMSEL
80
5,940,000,000
4,727,800,000
198 100.00
4,727,800,000
79.59
1,212,200,000
-
Tambahan (118)
198
100.00 #DIV/0!
7 BENGKULU
60
60
1,800,000,000
1,421,842,000
60
100
1,421,842,000
78.99
100.00
378,158,000
-
8 LAMPUNG
130
130
3,900,000,000
2,935,520,000
130
100
2,935,520,000
75.27
100.00
964,480,000
-
9 JAWA BARAT
140
140
4,200,000,000
3,604,300,000
140
100
3,604,300,000
85.82
100.00
595,700,000
-
10 JAWA TENGAH
175
175
5,250,000,000
3,861,100,000
175
100
3,861,100,000
73.54
100.00
1,388,900,000
-
11 D.I.YOGYAKARTA
14
14
420,000,000
319,200,000
14
100
319,200,000
76.00
100.00
100,800,000
-
12 JAWA TIMUR
230
230
6,900,000,000
4,987,040,000
230
100
4,987,040,000
72.28
100.00
1,912,960,000
-
13 KALBAR
60
60
1,800,000,000
1,529,220,000
60
100
1,529,220,000
84.96
100.00
270,780,000
-
14 KALTENG
8
8
240,000,000
196,800,000
8
100
196,800,000
82.00
100.00
43,200,000
-
15 KALSEL
57
57
1,710,000,000
1,453,560,575
57
100
1,453,560,575
85.00
100.00
256,439,425
-
16 KALTIM
25
25
750,000,000
622,295,000
25
100
622,295,000
82.97
100.00
127,705,000
-
17 SULUT
83
83
2,490,000,000
1,640,150,000
83
100
1,640,150,000
65.87
100.00
849,850,000
-
18 SULTENG
75
75
2,250,000,000
2,010,945,668
75
100
2,010,945,668
89.38
100.00
239,054,332
-
19 SULSEL
158
158
4,740,000,000
4,161,319,470
158
100
4,161,319,470
87.79
100.00
578,680,530
-
20 SULTRA
35
35
1,050,000,000
897,054,000
35
100
897,054,000
85.43
100.00
152,946,000
-
21 BALI
30
30
900,000,000
732,525,000
30
100
732,525,000
81.39
100.00
167,475,000
-
22 NTB
110
110
3,300,000,000
2,841,000,000
110
100
2,841,000,000
86.09
100.00
459,000,000
-
23 NTT
86
86
2,580,000,000
2,068,152,000
86
100
2,068,152,000
80.16
100.00
511,848,000
-
24 MALUKU
8
8
240,000,000
223,532,720
8
100
223,532,720
93.14
100.00
16,467,280
-
25 PAPUA
6
6
180,000,000
180,000,000
6
100
180,000,000
100.00
100.00
-
-
26 MALUT
5
5
150,000,000
150,000,000
5
100
150,000,000
100.00
100.00
-
-
27 BANTEN
14
14
420,000,000
302,724,510
14
100
302,724,510
72.08
100.00
117,275,490
-
28 GORONTALO
80
80
2,132,698,000
2,132,700,000
80
100
2,132,700,000
100.00
100.00
(2,000)
-
29 PAPUA BARAT
5
5
150,000,000
140,702,325
5
100
140,702,325
93.80
100.00
9,297,675
-
30 SULBAR
30
30
756,000,000
756,000,000
30
100
756,000,000
100.00
100.00
31 KALTARA TOTAL III
6 2,000
6 2,088
180,000,000 61,841,023,000
180,000,000 50,392,031,768
6 100 180,000,000 2,088 100.00 50,392,031,768
100.00
100.00
81.49
100.00
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
11,448,991,232
-
162
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 8
No Prov/kab/Kota
:
Realisasi Vertical Dryer Jagung + Bangunan APBN-P Tahun 2015
Jumlah Jumlah Revisi Sarana (unit) (unit)
Nilai kontrak Pagu Revisi (Rp)
1 ACEH
13
13
12,155,000,000
9,010,500,000
2 SUMUT
15
15
14,025,000,000 12,027,762,000
3 SUMBAR
10
0
4 RIAU
-
-
5 JAMBI
3
3
2,462,575,000
2,362,575,000
6 SUMSEL
6
4
3,740,000,000
3,254,030,500
7 BENGKULU
6
6
5,610,000,000
8 LAMPUNG
16
9 JAWA BARAT
-
-
Realisasi Tidak Terserap/sisa mati 1,870,000,000
BASTB (Unit)
Penghematan/ (SP2D) efisiensi % terhdp % terhdp Pagu kontrak
%
Rp
11
84.62
9,010,500,000
74.13
100.00
1,274,500,000
15
100
12,027,762,000
85.76
100.00
1,997,238,000
-
-
-
3
100
2,362,575,000
95.94
100.00
100,000,000
4
100
3,254,030,500
87.01
100.00
485,969,500
4,775,227,000
6
100
4,775,227,000
85.12
100.00
834,773,000
16
14,960,000,000 12,955,700,352
16
100
12,955,700,352
86.60
100.00
2,004,299,648
13
13
12,155,000,000 11,317,646,000
13
100
11,317,646,000
93.11
100.00
837,354,000
10 JAWA TENGAH
17
17
15,895,000,000 13,117,618,000
17
100
13,117,618,000
82.53
100.00
2,777,382,000
11 D.I.YOGYAKARTA
-
11 JAWA TIMUR
18
18
16,830,000,000 14,371,904,727
18
100
14,371,904,727
85.39
100.00
2,458,095,273
12 KALBAR
2
2
1,870,000,000
1,616,282,000
2
100
1,616,282,000
86.43
100.00
253,718,000
13 KALSEL
5
5
4,675,000,000
4,061,645,000
5
100
3,899,534,300
83.41
96.01
613,355,000
14 SULUT
14
14
13,090,000,000 10,501,010,000
14
100
10,501,010,000
80.22
100.00
2,588,990,000
15 SULTENG
13
13
12,155,000,000 10,557,988,500
13
100
10,557,988,500
86.86
100.00
1,597,011,500
16 SULSEL
25
25
23,375,000,000 20,625,705,500
25
100
20,625,705,500
88.24
100.00
2,749,294,500
17 SULTRA
4
4
3,740,000,000
3,500,000,000
4
100
3,500,000,000
93.58
100.00
240,000,000
18 NTB
13
13
12,155,000,000 10,232,052,000
13
100
10,232,052,000
84.18
100.00
1,922,948,000
19 NTT
7
7
6,545,000,000
5,732,213,000
7
100
4,364,350,143
66.68
76.14
812,787,000
20 BANTEN
3
3
2,805,000,000
2,375,256,500
3
100
2,375,256,500
84.68
100.00
429,743,500
21 GORONTALO
9
9
7,012,273,000
6,912,274,000
9
100
6,912,274,000
98.57
100.00
99,999,000
22 SULBAR
7
7
5,665,491,000
5,665,493,000
7
100
5,665,493,000
100.00
100.00
(2,000)
219
207
99.03
163,442,909,522
85.61
99.07
24,077,455,921
TOTAL IV
1,870,000,000
-
-
-
Sisa mati/Tidak Terserap
#DIV/0!
-
-
190,920,339,000 164,972,883,079
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
162,110,700
1,367,862,857
3,399,973,557 205
162,110,700
1,367,862,857
3,399,973,557
163
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 9
No
Prov/kab/Kota
:
Realsiasi Power Thresher Multiguna APBN-P Tahun 2015
Jumlah Sarana (unit)
Jumlah Revisi
Realisasi
Nilai Kontrak
BASTB
(SP2D)
Pagu Revisi (unit)
(Rp)
(Unit)
%
% terhdp % terhdp Pagu kontrak
Rp
Penghematan/ efisiensi
Sisa mati/Tidak Terserap
1 ACEH
50
50
1,500,000,000
1,218,500,000
50
100
1,218,500,000
81.23
100.00
281,500,000
2 SUMUT
51
51
1,530,000,000
1,185,368,883
51
100
1,185,368,883
77.48
100.00
344,631,117
3 SUMBAR
15
0
4 RIAU
15
15
5 JAMBI
95
Tambahan (37)
-
-
-
-
-
450,000,000
372,784,500
15
100
372,784,500
82.84
100.00
77,215,500
2,706,000,000
2,698,751,500
132
100
2,698,751,500
99.73
100.00
7,248,500
3,810,000,000
3,061,300,000
127
100.00
3,061,300,000
80.35
100.00
748,700,000
132
6 SUMSEL Tambahan (90)
37
7 BENGKULU
20
20
600,000,000
479,750,000
20
100
479,750,000
79.96
100.00
120,250,000
8 LAMPUNG
40
40
1,200,000,000
884,160,000
40
100
884,160,000
73.68
100.00
315,840,000
9 JAWA BARAT
206
206
6,180,000,000
4,695,770,000
206
100
4,695,770,000
75.98
100.00
1,484,230,000
10 JAWA TENGAH
160
160
4,800,000,000
3,688,300,000
160
100
3,688,300,000
76.84
100.00
1,111,700,000
11 D.I.YOGYAKARTA
16
16
480,000,000
318,248,000
16
100
318,248,000
66.30
100.00
161,752,000
12 JAWA TIMUR
205
205
6,150,000,000
4,294,162,500
205
100
4,294,162,500
69.82
100.00
1,855,837,500
13 KALBAR
17
17
510,000,000
425,918,000
17
100
425,918,000
83.51
100.00
84,082,000
14 KALTENG
13
13
390,000,000
336,690,000
13
100
336,690,000
86.33
100.00
53,310,000
15 KALSEL 16 KALTIM
20 13
20 13
600,000,000 390,000,000
419,252,941 343,250,000
20 13
100 100
419,252,941 343,250,000
69.88 88.01
100.00 100.00
180,747,059 46,750,000
17 SULUT
40
40
1,200,000,000
1,051,500,000
40
100
1,051,500,000
87.63
100.00
148,500,000
18 SULTENG
94
94
2,820,000,000
2,371,348,400
94
100
2,371,348,400
84.09
100.00
448,651,600
19 SULSEL
79
79
2,370,000,000
1,926,650,000
79
100
1,926,650,000
81.29
100.00
443,350,000
148
4,440,000,000
Tambahan di LUAR MAK
127
-
-
-
20 SULTRA
44
44
1,320,000,000
1,096,477,000
44
100
1,096,477,000
83.07
100.00
223,523,000
21 BALI 22 NTB
23 54
23 54
690,000,000 1,620,000,000
525,865,000 1,297,470,000
23 54
100 100
525,865,000 1,297,470,000
76.21 80.09
100.00 100.00
164,135,000 322,530,000
23 NTT
30
30
900,000,000
812,250,000
30
100
812,250,000
90.25
100.00
87,750,000
34
1,020,000,000
1,020,000,000
34
100
1,020,000,000
100.00
100.00
24 MALUKU
Tambahan di LUAR MAK 12
12
360,000,000
328,536,796
12
100
328,536,796
91.26
100.00
25 PAPUA
52
52
1,560,000,000
1,560,000,000
52
100
1,560,000,000
100.00
100.00
26 MALUT 27 BANTEN
19 15
19 15
570,000,000 450,000,000
570,000,000 309,108,495
19 15
100 100
570,000,000 309,108,495
100.00 68.69
100.00 100.00
28 GORONTALO
15
15
375,450,000
375,450,000
15
100
375,450,000
100.00
100.00
29 PAPUA BARAT
20
20
600,000,000
539,100,000
20
100
539,100,000
89.85
100.00
30 SULBAR
30
30
757,500,000
757,500,000
30
100
757,500,000
100.00
100.00
-
42
896,137,000
-
-
-
73.18
100.00
31
KALTARA (Tambahan di luar MAK) TOTAL V
1,500
1,836
53,245,087,000
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
38,963,462,015
1,646
89.65
38,963,462,015
4,440,000,000
31,463,204 140,891,505 60,900,000
8,945,487,985
896,137,000 5,336,137,000
164
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 10 :
No
Prov/kab/Kota
Realisasi Flat Bed Dryer + Bangunan APBN-P Tahun 2015
Jumlah Jumlah Sarana Revisi (unit) (unit)
PAPUA
6
Realisasi
Nilai Kontrak
BASTB
Pagu Revisi (Rp) 4,239,900,000
(Unit)
4,146,040,000
(SP2D) %
6
% terhdp % terhdp Pagu kontrak
Rp 100
4,146,040,000
a. alat
1,630,290,000
1,630,290,000
b. bangunan
2,515,750,000
2,515,750,000
TOTAL VI
-
Lampiran 11 :
No
Prov/kab/Kota
6
4,239,900,000
4,146,040,000
6
100
4,146,040,000
Penghematan/ efisiensi
Sisa mati/Tidak Terserap
97.79
100.00
93,860,000
97.79
100.00
93,860,000
-
Realisasi Combine Harvester Besar APBN-P Tahun 2015
Jumlah Sarana (unit)
Jumlah Revisi
Realisasi
Nilai Kontrak
BASTB
Pagu Revisi
(unit)
(Rp)
(Unit)
(SP2D) %
% terhdp % terhdp Pagu kontrak
Rp
Penghematan/ efisiensi
Sisa mati/Tidak Terserap
1 SUMATERA SELATAN
98
39,900,000,000
37,271,020,000
98
100
37,271,020,000
93.41
100.00
2,628,980,000
-
2 PAPUA
22
8,690,000,000
8,190,820,000
22
100
8,190,820,000
94.26
100.00
499,180,000
-
3 SULBAR (Diluar MAK)
5
1,687,980,000
1,687,980,000
5
100
1,687,980,000 100.00
100.00
50,277,980,000
47,149,820,000
125
100
47,149,820,000
TOTAL VII
-
Lampiran 12 :
125
Prov/kab/Kota
100
-
3,128,160,000
-
Realisasi Corn Combine Harvester APBN-P Tahun 2015 Jumlah
No
93.78
-
Jumlah Sarana (unit)
Revisi
Realisasi
Nilai Kontrak
BASTB
Pagu Revisi
(unit)
(Rp)
(Unit)
(SP2D) %
Rp
% terhdp % terhdp Pagu kontrak
1 SUMATERA SELATAN
6
2,100,000,000
2,039,600,000
6
100
2,039,600,000
2 GORONTALO
5
1,707,150,000
1,707,150,000
5
100
1,707,150,000
100.00
100.00
Penghematan/ efisiensi
Sisa mati/Tidak Terserap
60,400,000
-
-
-
TOTAL VIII
-
11
3,807,150,000
3,746,750,000
11
100.00
3,746,750,000
98.41
100.00
60,400,000
TOTAL I - VIII
-
7,499
915,168,402,000
784,764,409,066
7,306
97.43
783,234,435,509
85.58
99.81
122,382,855,934
9,551,110,557
-
87.25
99.81
115,144,229,502
9,551,110,557
Revisi anggaran penghematan CHK Lampung
690,400,000
6
690,400,000
CHB Lampung
8,619,500,000
25
8,619,500,000
CHB Sulteng TOTAL V
7,499
915,168,402,000
5,949,863,432
19
800,024,172,498
7,356
5,949,863,432 98.09
798,494,198,941
Ket : realisasi s/d 31 Desember 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
165
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 13 : Nama Pejabat Eselon II, III dan IV Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. NO
NAMA/ NIP
GOLONGAN
JABATAN
1 Ir. Tri Agustin Satriani, MM 19590827 198303 2 010
IV/b
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
2 Ir. Bambang Jaya, M.Eng 19580504 198503 1 002
IV/b
Kasubdit Jagung dan Serealia Lain
4 Ir. Suhartini, M.Si 19600119 198603 2 001
IV/b
Kasubdit Kedelai dan Aneka Kacang
3 Ir. Setya Prakosa, MM 19610212 198603 1 001
IV/b
Kasubdit Aneka Umbi
5 Ir. Dian Handayani, M.Si 19650814 198903 2 001
IV/a
Kasi Sarana pada Subdit Padi
6 Ir. Dhany Permadi, MM 19620219 199103 1 001
IV/a
Kasi Sarana pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang
11 Amirruddin, SP.MP 19721116 200212 1 001
IV/a
Kasi Teknologi pada Subdit Padi
7 Ir. Dwi Elisya Apriana 19610424 198910 2 001
III/d
Kasi Teknologi pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang
8 Djatmiko, S.Sos 19610115 198103 1001
III/d
Kasubbag Tata Usaha
Lilis Suryani, SP.Msi 19710223 200112 2 001
III/d
Kasi Teknologi pada Subdit Aneka Umbi
12 Tiurmauli Silalahi, SP.MM 19740227 200212 2 001
III/d
Kasi Sarana pada Subdit Jagung dan Serealia Lain
10
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Djatmiko, S.Sos 19610115.198103 .1.001
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
166
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Lampiran 14 : Daftar Nominatif Pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 No
Nama NIP Tempat / Tgl Lahir
Pangkat Gol. Ruang
Pendidikan Jurusan, Tahun Ijazah
Jabatan Penugasan Pada Bidang
T / NT L/P
Ket
1
2
3
4
5
6
7
I. Golongan IV/d 1.1 Ir. Tri Agustin Satriani, MM 19590827 198303 2 010 Jakarta, 27 - 8 - 1959
Pembina Tk. I IV/b 1 - 4 - 2001
1. IPB Jur. Ilmu Tanah Th. 1982 Direktur Pengolahan dan Pemasaran T 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. Wijaya Putra Hasil Tanaman Pangan P Jur. SDM Th. 2001
2.1 Ir. Bambang Jaya, M.Eng 19580504 198503 1 002 Bayur (Maninjau), 04 - 05 - 1958
Pembina Tk. I IV/b 1 - 4 - 2008
1. Fak. Pertanian UNAND Jur Mekanisasi Kasubdit Jagung dan Serealia Pertanian Th. 1981 Lain 2. Pasca Sarjana (S2) AIT Jur Post Harvest Teknologi Th. 1991
T L
3.2 Ir. Setya Prakosa, MM 19610212 198603 1 001 Surakarta, 12 - 2 - 1961
Pembina Tk. I IV/b 1 - 10 - 2009
1. Fak. Pert UNS Jur Agronomi Th 84 2. STIE IPWIJA Jur Pemasaran Th 04
Kasubdit Aneka Umbi
T L
4.3 Ir. Suhartini, M.Si 196001191986032001 Surabaya, 19 - 01 - 1960
Pembina Tk. I IV/b 1 - 10 - 2013
1. Sarjana Pertanian IPB. Sosek Th. 83 2. S2. STIA YAPPANN Th.08 Jur Administrasi Publik
Kasubdit Kedelai dan Aneka Kacang
T P
III. Golongan IV/a 5.1 Ir. Dian Handayani, M.Si 19650814.198903.2.001 Kotabumi, 14 - 08 - 1965
Pembina IV/a 1 - 10 - 2007
1. Fak. Pertanian UNILA Jur Budidaya Kasi Sarana pada Subdit Padi Pertanian Th. 1988 2. Pasca Sarjana (S2), IPB Jur Teknologi Industri Pertanian Th. 2007
T P
6.2 Ir. Dhanny Permadi, MM 196202191991031001 Jakarta, 19 - 02 - 1962
Pembina IV/a 1 - 4 - 2007
1. Sarjana Pertanian UNSIL Jur. Budidaya Kasi Sarana pada Subdit Kedelai Pertanian Th. 1988 dan Aneka Kacang 2. S2 STIE IPWIJA Jur Manajemen Th 01
T L
7.3 Erlina, S.P, M.Si 19691006 199803 2 006 Sipirok, 6 - 10 - 1969
Pembina IV/a 1 - 4 - 2015
1. Fak. Pertanian UNAND Jur. Ilmu Tanah Staf Seksi Sarana Subdit Aneka Th. 1993 Umbi 2. S2 Univ Andalas Jur Pembangunan Wilayah Pedesaan Th. 2014
T P
8.4 Amirruddin, SP, MP 19721116.200212.1.001 Medan, 16 - 11 - 1972
Pembina IV/a 1 - 4 - 2015
1. Fak. Pert. USU Jur. Ilmu Tanah Th. 1995 2. Pasca Sarjana (S2) USU Jur. Ilmu Tanah Th. 2002
Kasi Teknologi pada Subdit Padi
T L
9.1 Ir. Dwi Elisya Apriana 19610424.198910.2.001 Medan, 24 - 04 - 1961
Penata Tk. I III/d 1 - 4 - 2004
Fak. Pertanian USU Th. 1986
Kasi Teknologi pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang
T P
10.2 Djatmiko, S.Sos 19610115.198103 .1.001 Jakarta, 15 - 1 - 1961
Penata Tk. I III/d 1 - 4 - 2009
STIA Menarasiswa Jur. Administrasi Negara Th. 2001
Kasubbag Tata Usaha
NT L
11.3 Suparni, SP 19610803 198303 2 002 Surakarta, 3 - 8 - 1961
Penata Tk. I III/d 1 - 4 - 2011
1. SMA IPS Th. 1980 2. Sarjana Pertanian SATYAGAMA Jur. Sosek Th. 04
Staf Seksi Sarana pada Subdit Aneka Umbi
T P
II. Golongan IV/b
IV. Golongan III/d
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
167
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
No
Nama NIP Tempat / Tgl Lahir
Pangkat Gol. Ruang
Pendidikan Jurusan, Tahun Ijazah
Jabatan Penugasan Pada Bidang 5 Staf Sub Bagian Tata Usaha
T / NT L/P
1 2 12.4 Ricky Nelson, SH 19630514 199903 1 001 Jakarta, 14 Mei 1963
3 Penata Tk. I III/d 1 - 4 - 2011
4 Fak. Hukum, UNKRIS Th. 1990
13.5 Lilis Suryani, SP. M.Si 197102232001122001 Cidaun, 23 Pebruari 1971
Penata Tk. I III/d 1 - 4 - 2014
1. Fak. Pertanian (UNAS) Jur Agronomi Kasi Teknologi pada Subdit Aneka Th. 1996 Umbi 2. Pasca Sarjana (S2) STIA YAPPANN Jur Administrasi Publik Th. 2004
T P
14.6 Nur Indriastuti, SE 19751010.200112.2.001 Klaten, 10 - 10 - 1975
Penata Tk. I III/d 1 - 4 - 2014
Fak. Ekonomi Univ. Tunas Pembangunan Solo Th. 1999
NT P
15.7 Tiurmauli Silalahi, SP, MM 19740227.200212.2.001 Pematangsiantar, 27 - 2 - 1974
Penata Tk. I III/d 1 - 4 - 2015
1. Fak Pertanian Univ. Borobudur Jurusan Kasi Sarana pada Subdit Sosek Th. 1996 Jagung dan Serealia Lain 2. Pasca Sarjana (S2) Mercubuana Jur SDM Th. 2009
V. Golongan III/c Ruth Teratai Mekar Beata Virgo 16.1 Kaluti, S.TP,M.P 197205022010012002 Sangele, 02 - 05 - 1972
Penata III/c 1 - 4 - 2012
1. Fak. Pertanian Univ. UNSRAT Manado Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. UGM Yogya Jurusan Ilmu & Teknologi Pangan
17.2 Jane Carolina Ch Haumahu, SP, M.Si 19730117.200312.2.001 Allang, 17 - 01 - 1973
Penata III/c 1 - 4 - 2012
1. Fak. Pertanian UNPATI Jur Ilmu Tanah Staf Seksi Teknologi Subdit Th. 98 Jagung dan Serealia Lain 2. S2 Univ Respati Indonesia (URINDO) Jur Ilmu Administrasi Niaga Th. 2014
T P
18.3 Pandu Tri Kurniawan, SP 19680309 200003 1 001 Serang, 9 - 3 - 1968
Penata III/c 1 - 10 - 2012
Fak. Pertanian UNB Jur. Agronomi Th. 2003
T L
19.4 Nurihyatun Sardjono, SP, MP 19811213.200604.2.001 Bogor, 13 - 12 - 1981
Penata III/c 1 - 4 - 2014
1. Fak. Pertanian IPB Jur. Budidaya Staf Seksi Teknologi pd Subdit Pertanian Th. 2005 Aneka Umbi 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. Brawijaya Jur. Teknologi Industri Pertanian Th.2012
T P
20.5 Fatriwati, SP 19730924 200604 2 016 Padang, 24 - 09 - 1973
Penata III/c 1 - 4 - 2014
Fak. Pertanian UNAND Th. 1998
Staf Seksi Teknologi Subdit Padi
T P
Staf Sub Bagian Tata Usaha
Staf Seksi Teknologi Subdit Padi
6 NT L
T P
Staf Seksi Teknologi Subdit Aneka Umbi
Penata Muda Tk. I STM Bangunan Th. 1979 III/b 1 - 4 - 2008
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
22.2 Raden. Wahyono 19591019.199203.1.001 Jakarta, 19 - 10 - 1959
Penata Muda Tk. I SMA Jur. Sosial Th. 1981 III/b 1 - 4 - 2012
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
23.3 Ir. Nur Sulistiati 196507102008122001 Jakarta, 10-07-1965
Penata Muda Tk. I Fak. Pertanian Univ. UPN Veteran Th 2006 Staf Seksi Sarana pd Subdit III/b Aneka Umbi 1 - 4 - 2013
T P
24.4 Aris Puji Sunarso, S.TP, M.Eng 19780202 200901 1 008 Pati, 2 - 2 - 1978
T L
25.5 Deasy Fitriati, S.TP, M.Si 19800807 200901 2 009 Pontianak, 7 - 8 - 1980
Penata Muda Tk. I 1. Fak. Pertanian IPB Jur Industri PertanianStaf Seksi Teknologi pada III/b Th. 2001 Subdit Padi 1 - 4 - 2013 2. S2 Univ. Gajamadah Jur. Perencanaan Kota dan Daerah Th.2014 Penata Muda Tk. I 1. Fak. Pertanian UGM Jur Mekanisasi PertStaf Seksi Sarana pada III/b Th. 03 Subdit Jagung dan Serealia Lain 1 - 4 - 2013 2. S2 Institut Pertanian Bogor Thn. 2015
26.6 Restu Widianti 19710228.199303.2.001 Jakarta, 28 - 2 - 1971
Penata Muda Tk. I SMA Th. 1990 III/b 1 - 4 - 2013
|
7
T P
VI. Golongan III/b 21.1 Suparmo 19590918.198803.1.001 Kebumen, 18 - 9 - 1959
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Ket
Staf Seksi Teknologi Subdit Aneka Umbi
T P
NT P
168
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
No
Nama NIP Tempat / Tgl Lahir
Pangkat Gol. Ruang
Pendidikan Jurusan, Tahun Ijazah
Jabatan Penugasan Pada Bidang
T / NT L/P
1 2 27.7 Ratna Dwi Astuti, SP 19760118 200912 2 001 Madiun, 18 Januari 1976
3 4 5 Penata Muda Tk. I UNMUH Malang Jur, Budidaya Pertanian Staf Seksi Sarana Subdit III/b Th. 1999 Kedelai dan Aneka Kacang 1 - 4 - 2014
6 T P
28.8 Diyah Puji Astuti, SP 19800309 200912 2 002 Banjarnegara, 9 Maret 1980
Penata Muda Tk. I UNSOED Jur. Agrobisnis Th. 2004 III/b 1 - 4 - 2014
Staf Seksi Teknologi pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang
T P
29.9 Ririkumaladewi, SP 19811008 200912 2 004 Rappang, 8 - 10 - 1981
Penata Muda Tk. I UNHAS Jur. Agronomi Th. 2005 III/b 1 - 4 - 2014
Staf Seksi Teknologi pada Subdit Aneka Umbi
T P
30.10 Bubun Muhammad Hasbulloh, S.TP Penata Muda Tk. I IPB Jur. Teknik Pertanian Th. 2009 19850922 200912 1 002 III/b Kuningan, 22 September 1985 1 - 4 - 2014
Staf Seksi Sarana pada Subdit Aneka Umbi
T L
31.11 Dede Risanda, SP 19840713 200912 1 002 Tebingtinggi, 13 - 07 - 1984
Penata Muda Tk. I Fak. Pertanian IPB Jur. HPT Th. 2008 III/b 1 - 4 - 2014
Staf Seksi Sarana Subdit Jagung dan Serealia Lain
T L
32.12 Anita Retnawati, SP, M.Si 19790328.200701.2.002 Jakarta, 28 - 03 - 1979
Penata Muda TK. I 1. SMA Jur. IPA Th. 1997 III/b 2. Univ. Satyagama Jur. Agrobisnis 1 - 10 - 2014 Th. 1999 3. S2 Pasca Sarjana STIA Yappan Jur. Administrasi Publik th. 2013
Staf Seksi Sarana pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang
T P
33.13 Sri Rosmayanti, SE 19861018 201101 2 015 Jakarta, 18 - 10 - 1986
Penata Muda TK. I S-1 Agribisnis IPB Th. 2010 III/b 1 - 04 - 2015
Staf Seksi Sarana Subdit Jagung dan Serealia Lain
T P
34.14 Maya Puspita Sari, SE 19880509 201101 2 018 Jakarta, 9 - 05 - 1988
Penata Muda TK. I S-1 Agribisnis IPB Th. 2010 III/b 1 - 04 - 2015
Staf Seksi Sarana Subdit Kedelai dan Aneka Kacang
T P
35.15 Kirtana Aska Brata, SP 19830623 201101 1 007 Yogyakarta, 23 - 06 - 1983
Penata Muda TK. I Fak. Pertanian UPN Veteran Jur. Sosial III/b Ekonomi Pertanian Th. 2008 1 - 04 - 2015
Staf Seksi Teknologi Subdit Jagung dan Serealia Lain
T L
36.16 Ermi Herawati, S.Sos 19760517.200212.2.002 Brebes, 17 - 5 - 1976
Penata Muda TK. I 1. SMA IPS Th. 1985 Staf Sub Bagian Tata Usaha III/b 2. Sarjana Ilmu Administrasi Negara STIA 1 - 10 - 2015 YAPPANN jur Adm. Negara Thn. 2010
NT P
37.17 Angga Wijaya, SP 19810511.200003.1.002 Jakarta, 11 - 5 - 1981
Penata Muda TK. I 1. SMA IPS Th. 1999 III/b 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama 1 - 10 - 2015 Jur. Agrobisnis Thn. 2011
Staf Seksi Sarana pada Subdit Jagung dan Serealia Lain
T L
38.18 Miftakhul Jannah, SP 19780711.200312.2.001 Boyolali, 11 - 07 - 1978
Penata Muda TK. I 1. SMA IPA Th.1997 Staf Seksi Sarana pada Subdit III/b 2. Sarjana Pertanian Univ. Respati Indonesia Padi 1 - 10 - 2015 Jur. Agroteknologi Thn. 2010
T P
VII. Golongan III/a 39.1 Isandi, S.Kom 19831015 201101 1 008 Air Putih (Palembang), 15-10-1983
Penata Muda III/a 1 - 1 - 2011
S-1 Sistem Informasi Univ. Gunadarma Th. 2010
40.2 Franciscus Xaverius Surwiyanto,SE 19710121 200812 1 001 Semarang, 21 - 01 - 1971
Penata Muda III/a 1 - 04 - 2012
1. SMA IPA Th. 1990 Staf Sub Bagian Tata Usaha 2. S-1 Univ. Tama Jagakarsa Jur Manajemen Th. 2005
NT L
41.3 Evie Rahayu Tugiyanto 19641030.199703.2.001 Magetan, 30 - 10 - 1964
Penata Muda III/a 1 - 04 - 2013
SMEA Jur. Tata Buku Th. 1984
NT P
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Staf Seksi Sarana Subdit Padi
Staf Sub Bagian Tata Usaha
Ket 7
T L
169
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
No
Nama NIP Tempat / Tgl Lahir
Pangkat Gol. Ruang
Pendidikan Jurusan, Tahun Ijazah
Jabatan Penugasan Pada Bidang
T / NT L/P
1 2 42.4 Yuliadi 19640701.199703.1.001 Jakarta, 1 - 7 - 1964
3 Penata Muda III/a 1 - 04 - 2013
4 SMA Jur. IPS Th. 1989
5 Staf Sub Bagian Tata Usaha SATPAM
6 NT L
43.5 Ridwan Husin, SE 19680810.200604.1.017 Palembang, 10 - 8 -1968
Penata Muda III/a 1 - 10 - 2013
1. SMA Jur. IPS Th. 1988 2. Sarjana Ekonomi Univ. Pamulang Jur Manajemen Th. 2012
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
44.6 Agung Prabowo, SP 19780826.200212.1.002 Jakarta, 26 - 8 - 1978
Penata Muda III/a 1 - 10 - 2013
1. SMEA Tata Buku Th. 19981 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama Jur. Agrobisnis Thn. 2012
Staf Sub Bagian Tata Usaha
T L
45.7 Ariyati 19661003.199803.2.001 Salatiga, 3 - 10 - 1966
Penata Muda III/a 1 - 4 - 2014
SMA Jur. Biologi Th. 1987
Staf Seksi Teknologi pada Subdit Padi
46.8 Rodearni Purba, S.P 19760110 200312 2 002 Marubun Lokkung, 10 - 01 - 1976
Penata Muda III/a 1 - 4 - 2014
NT P
47.9 Lina, S.P. 19841030.200312.2.005 Jakarta, 30 - 10 - 1984
Penata Muda III/a 1 - 10 - 2014
1. SMA Biologi Thn 1995 Staf Seksi Teknologi pd Subdit 2. (D3 Akubank Swadaya Jurusan Jagung dan Serealia Lain Pertanian Thn 1998 3. S1 Sarjana Pertanian Univ. Satyagama Jur. Agribisnis Thn 2013 1. SMEA Tata Buku Th. 2002 Staf Sub Bagian Tata Usaha 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama Jur. Agrobisnis Thn. 2012
48.10 Ahmad Naseh 19600909.199903.1.001 Jakarta, 9 - 9 - 1960
Penata Muda III/a 1 - 4 - 2015
SMEA Jur. Tata Buku Th. 1981
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
49.11 Sayuti 19630411.199903.1.001 Jakarta, 11 - 4 - 1963
Penata Muda III/a 1 - 4 - 2015
MAN Th. 1986
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
50.12 Rohim 19720403 199903 1 001 Jakarta, 3 - 04 - 1972
Penata Muda III/a 1 - 4 - 2015
STM Th, 1991
Staf Sub Bagian Tata Usaha
T L
VIII. Golongan II/d 51.1 Ade Kosasih 19721007.200003.1.001 Jakarta, 7 - 10 - 1972
Pengatur Tk I II/d 1 - 4 - 2012
SMEA Perdagangan Th. 1992
Staf Seksi Teknologi Subdit Jagung dan Serealia Lain
NT L
52.2 Opik Ahmad Ropik, A.Md 19791017 200912 1 001 Tasikmalaya, 17 Oktober 1979
Pengatur Tk I II/d 1 - 4- 2014
(D3) IPB Jur, Budidaya Pertanian Th. 2001 Staf Seksi Teknologi pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang
53.3 Riskiria Putri, A.Md 19861003 200912 2 008 Muaradua Ogan Komering Ulu, 3 - 10 - 1986
Pengatur Tk I II/d 1 - 4- 2014
D-III Manajemen Informasi UGM Th. 2008 Staf Sub Bagian Tata Usaha
54.4 Nitam Kasim, A.Md 19831010 201101 1 019 Marisa, 10 - 10 - 1983
Pengatur Tk I II/d 1 - 4- 2015
D-III Pertanian UNG Th. 2007
Staf Seksi Sarana Subdit Padi
55.5 Lukman 19721221 200212 1 001 Tanjung Karang, 21 - 12 - 1972
Pengatur Tk I II/d 1 - 4- 2015
SMA IPS Th, 1993
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
D-III Budidaya Pertanian IPB Th. 2004
Staf Seksi Teknologi Subdit Kedelai dan Aneka Kacang
T L
IX. Golongan II/c 56.1 Dwi Rizkyyanto Utomo, A.Md 198208032015031001 Bogor, 3 - 08 - 1982
Pengatur II/c 1 - 3- 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
Ket 7
NT P
T P
T L
NT P
T L
170
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015
Nama NIP Tempat / Tgl Lahir
Pangkat Gol. Ruang
1 2 57.2 Reny Kartika Asmara, A.Md 199205252015032001 Karanganyar, 25 - 05 - 1992
3 Pengatur II/c 1 - 3- 2015
4 D-III Agroindustri UGM Th. 2013
58.3 Catur Parah Gumantri Putri, A.Md 198808252015032005 Bengkalis, 25 - 08 - 1988
Pengatur II/c 1 - 3- 2015
D-III Budidaya Pertanian UNAND Th. 2009 Staf Seksi Sarana Subdit Jagung & Serealia Lain
T P
59.4 Indah Pratiwi, A.Md 199211242015032001 Pematang Siantar, 24 - 11 - 1992
Pengatur II/c 1 - 3- 2015
D-III Agronomi Pertanian IPB Th. 2013
T P
No
X. Golongan II/b 60.1 Rudy 19800721 200910 1 002 Jakarta, 21 - 07 - 1980 61.2 Iip Miftahudin 19821231.200910.1.004 Subang, 31 Desember 1982 XI. Golongan II/a 62.1 Mahmud 19600420.198403.1.002 Jakarta, 20 - 4 - 1960 63.2 Aman 19820406 200812 1 002 Depok, 6 - 4 - 1982 64.3 Warsan 197107221998031001 Tambak Negara, 22-07-1971
Pendidikan Jurusan, Tahun Ijazah
Jabatan Penugasan Pada Bidang
T / NT L/P
5 Staf Seksi Sarana Subdit Padi
Staf Seksi Teknologi Subdit Padi
6 T P
Pengatur Muda Tk. I SMA IPS Th. 1999 II/b 1 - 10 - 2013
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
Pengatur Muda Tk. I SMK Teknik Mesin Thn 2002 II/b 1 - 10 - 2013
Staf Sub Bagian Tata Usaha (SATPAM)
NT L
SD Th. 1967
Staf Sub Bagian Tata Usaha SATPAM
NT L
SMA IPS Th. 2004
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
SMA Th. 2005
Staf Sub Bagian Tata Usaha
NT L
Pengatur Muda II/a 1 - 4 - 2001 Pengatur Muda II/a 1 - 04 - 2012 Pengatur Muda II/a 1 - 10 - 2013
yang diperbantukan Dit. Pascapanen T.P.
Ket 7
Jakarta, Oktober 2015 Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Djatmiko, S.Sos 19610115.198103 .1.001
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
|
171