1
PENGETAHUAN PERAWAT DALAM ASPEK PSIKOSOSIAL : KECEMASAN DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Manuscript Oleh Nur Fadlilah G2A214002
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
2
http://jurma.unimus.ac.id
3
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG Skripsi, Maret 2016 Nur fadlilah
Pengetahuan perawat dalam aspek psikososial di ruang rawat inap bedah RS Islam Sultan Agung Semarang x+ 47 Halaman + 3 Gambar + 9 Tabel + 3 Lampiran
Abstrack Psikososial merupakan kehidupan individu yang bersifat psikologis dan sosial yang dapat mempengaruhi mental individu ketika mengalami gangguan. Kecemasan adalah merupakan sesuatu hal yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah atau tidak tenang dengan sumber yang tidak spesifik dan tidak diketahui oleh seseorang. Untuk dapat mengetahui apakah pasien mengalami kecemasan perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kecemasan agar dapat memahami kondisi pasien apakah mengalami kecemasan atau tidak. Karena perawat penting untuk mengetahui keadaan pasiennya secara biologis dan psikologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : kecemasan. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, non eksperimen/observasional, deskriptif dengan menggunakan tehnik total sampling. Jumlah sampel 48 perawat. data dikumpulkan dari perawat dengan menggunakan kuisioner pengetahuan kecemasan yang dimodifikasi dari HARS, Zung SAS/ DASS 42. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan perawat dalam aspek psikososial yang berpengetahuan baik sebanyak 62,5 % dan perawat yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 37,5 %. Hasil uji statistik deskriptif diperoleh hasil Mean 1,38 dan Std Deviation 489. Kata kunci
: Psikososial, kecemasan, pengetahuan, perawat.
Pustaka
: 15 (2006 – 2015)
http://jurma.unimus.ac.id
4 Abstract Psychosocial the life of the individual psychological and social that can affect an individual's mental when impaired. Anxiety is a thing that is not clear, the feeling anxious or uneasy with resources that are not specific and are not known by someone. To be able to know whether the patient experience anxiety nurses should have sufficient knowledge about the anxiety in order to understand the patient's condition is experiencing anxiety or not. Because nurses is essential to know the state of biological and psychological patients. This study aims to determine the knowledge of nurses in psychosocial aspects: anxiety. Design research is a quantitative, non experimental / observational, descriptive using total sampling technique. Number of samples 48 nurses. Data were collected from nurses using a modified questionnaire anxiety knowledge of Hars, Zung SAS / DASS 42. The results showed that the knowledge of nurses in the psychosocial aspects of knowledgeable well as much as 62.5% and the nurses were knowledgeable as much as 37.5% unfavorable. Test results obtained by the results of descriptive statistics Mean Std Deviation 1.38 and 489.
Keywords : Psychosocial , anxiety , knowledge , nurses . References : 15 (2006-2015)
PENDAHULUAN Proses pembedahan atau oprasi merupakan proses yang berkaitan dengan dengan pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara pembedahan atau oprasi pada bagian tubuh. Operasi (perioperatif) yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) pada umumnya merupakan suatu peristiwa yang kompleks dan menegangkan yang dapat menimbulkan kecemasan bagi individu yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2002).Proses pembedahan memerlukan perawatan perioperatif yang terdiri dari pra-operasi, intra-operasi, pasca-operasi sehingga dapat memebri kenyamanan pada pasien setelah operasi dan tidak terjadi infeksi nosokomial.Pembedahan juga memerlukan tindakan anestesi untuk menghilangkan kesadaran dan nyeri untuk sementara (Hidayat, 2008 dalam (Eriawan, 2013) ). Pasien berpotensi besar mengalami masalah kecemasan dengan keaadaan/tindakan yang membahayakan kesehatan atau mengancam nyawanya. Seperti tindakan operasi dan penyakit kronis yang bisa merusak citra tubuh dan kesehatan fisik, sehingga pasien bisa mengalami trauma mental. Prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia sebanyak 6,0%, untuk jawa tengah 4,7%. Penduduk di perkotaan cenderung lebih banyak dengan angka 8% sedangkan dipedesaan sebesar 5% ( Riskesdas, 2013).
http://jurma.unimus.ac.id
5
Hasil dari penelitian dari Nabhani (2014), pasien yang menghadapi pembedahan dilingkupi oleh kecemasan, ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang anestesi. Karenanya penting untuk mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan responden sebanyak 20 orang, didapatkan bahwa tingkat kecemasan ringan sebanyak 18 orang (90%), kecemasan sedang sebanyak 2 orang (10%), kecemasan berat dan panik sebanyak (0%). Penelitian tersebut data yang paling banyak pada tingkat kecemasan ringan sebanyak 18 orang (90%).Hal ini menunjukkan bahwa ada kecemasan pada pasien pre operasi.Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Siswoyo & Simamora (2009),tingkat kecemasan pasien sangatlah penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh dengan kondisi kesiapan pasien dalam menghadapi proses pembedahan. Dalam penelitian yang dikemukakan, sebelum memasuki ruangan operasi pasien mengalami kecemasan ringan sebanyak 48 % dan yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 52 % sebelum diberikan komunikasi terapeutik. Dari hasil penelitian Sriningsih (2014), pasien preoperasi mengalami kecemasan karena mereka sering berfikir tentang takut nyeri setelah pembedahan, takut keganasan, takut menghadapi ruang operasi, takut operasi gagal dan mengakibatkan kematian, sehingga kondisi
biologis
pasien
mengalami
ketidak
stabilan
ketika
jadwal
operasi
dilaksanakan.Aspek psikis/mental yang seringkali diabaikan oleh perawat. Beberapa aspek yang harus dipantau dan dilaksanakan oleh perawat sebelum dilaksanakan operasi diantaranya aspek informed consent, psikis/mental, fisik (meliputi latihan praoperasi, status kesehatan, status nutrisi dan cairan, kebersihan lambung dan colon, personal hygine), penunjang, anestesi, premedikasi. Yang tidak dilakukan oleh perawat ruangan hanya aspek anestesi.Dari 5 aspek yang dilakukan oleh perawat ruangan hanya aspek psikis/mental yang kurang diperhatiakan oleh perawat.dalam penelitian tersebut data pada aspek persiapan psikis/mental adalah kurang dai 60 %, dan tindakan yang dilaksanakan oleh perawat yaitu sebesar 56,7 %. Hal ini menunjukkan perawat kurang memperhatikan aspek psikologis pasien preoperasi.
http://jurma.unimus.ac.id
6
Hasil wawancara dengan pihak kepala ruang di ruang rawat inap penyakit bedah Rumah Sakit
Islam
Sultan
Agung
Semarang
mengatakan
bahwa
pengambilan
atau
pendokumentasian di ruang tersebut hanya satu masalah yang diambil yaitu terkait dengan masalah penyakit utama, efek utama yang biasa terjadi pasca pembedahan yaitu nyeri dan resiko infeksi. Kepala ruang mengatakan lebih baik membuat diagnosa satu dari pada tidak membuat sama sekali, selain itu juga mengatakan bahwa perawat slalu memberi infrom konsen sebelum pasien memasuki ruangan dan akan dilakukan pembedahan. Perawat memberikan edukasi kepada pasien bahwa setelah pembedahan akan merasakan nyeri dan itu wajar dalam proses penyembuhan dan kemungkinan pasien tidak terlalu mengalami kecemasan jika mengalami kecemasan itu dalam tahap yang ringan atau sedang, sehingga perawat tidak mengkaji masalah psikososial terutama kecemasan. Dari hasil penelitian Wiratama (2014), kemampuan perawat dalam menangani pasien dengan gangguan jiwa dipuskesmas Se-Kota Semarang. peneliti memaparkan kemampuan perawat dalam menangani masalah kejiwaan dengan psikososial.Dari hasil penelitian tersebut sebanyak 31% dsri 37 responden, perawat tidak bisa menangani pasien dengan masalah psikososial. Dari data diatas sebagian kecil gangguan jiwa ditandai dengan gejala depresi dan kecemasan.Gangguan mental, depresi dan kecemasan bisa dikaji melalui pasien yang berada di rumah sakit yang sedang mengalami sakit dengan berbagai macam jenis penyakit. Sering kali perawat yang ada di rumah sakit umum baik daerah ataupun pusat kota melalaikan hal tersebut, padahal selain merawat pasien dengan berbagai masalah penyakitnya perawat juga bisa membantu mengatasi masalah gangguan psikososial yang ditandai dengan rasa depresi dan cemas pada pasien yang mengalami sakit dan menghadapi proses untuk penyembuhan. Hal itu dikarenakan apakah perawat di setiap ruangan itu sendiri mengetahui dan menguasai tentang psikososial atau sebaliknya tidak begitu faham dengan masalah psikososial. Berdasarkan adanya masalah pengetahuan perawaat tentang psikososial
yang
mempengaruhi pelayanan keperawatan professional maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Aspek Psikososial di
http://jurma.unimus.ac.id
7
Ruang rawat inap bedah di RSI Semarang” perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran atau pengetahuan perawat lebih dalam mengenai aspek psikososial.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen (Deskriptif) dengan desain total sampling, dengan mendiskripsikan perawat di rumah sakit tentang pengetahuan dalam aspek psikososial. Sampel adalah perawat (sebanyak 48 responden), dengan metode total sampling, penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Alat pengumpulan data kuisioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 13.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dalam tabel 4.5 menunjukkan Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat. Kecemasan menunjukkan bahwa pengetahuan kurang baik sebanyak 18 responden (37,5%) dan pengetahuan baik sebanyak 30 responden (62,5%).
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat Dalam Aspek Psikososial Di Ruang Rawat Inap Bedah RSI Sultan Agung Semarang Tahun 2016 (n=48) Pengetahuan Perawat Dalam Aspek Psikososial Baik Kurang baik Total
Frekuensi
Persentase
30 18 48
62.5% 37.5% 100%
Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Dalam Aspek Psikososial Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Lama Kerja Di Ruang Rawat Inap Bedah RSI Sultan Agung Semarang Tahun 2016 (n=48) Karakteristik Responden
Umur Remaja Akhir (17-25 Thn) Dewasa Awal (26-35 Thn) Dewasa Akhir (36-45 Thn)
F
pengetahuan Baik %
Perawat Kurang F
N
Total %
%
10
62.5 %
6
37.5%
16
100%
20
64.5%
11
35.5%
31
100%
0
0.0%
1
100%
1
100%
http://jurma.unimus.ac.id
8
Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
30
62.5%
18
37.5%
48
100%
16 14
66.7% 58.3%
8 10
33.8% 41.7%
24 24
100% 100%
Total Pendidikan D3 S1 Profesi Ners Total Lama Kerja > 5 tahun < 5 tahun
30
62.5%
18
37.5%
48
100%
28 1 1 30
65.1% 33.3% 50.0% 62.5%
15 2 1 18
34.9% 66.7% 50.0% 37.5%
43 3 2 48
100% 100% 100% 100%
23 7
42.9% 58.1%
15 3
57.1% 41.9%
38 10
100% 100%
30
62.5%
18
37.5%
48
100%
Total
Berdasarkan table 4.7 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang aspek psikososial berdasarkan umur, umur remaja akhir 62,8% dewasa awal 64,5% dewasa akhir 0,0%. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki 66,7% perempuan 58,3%. Berdasar pendidikan D3 65,1%, S1 33,3% dan Profesi Ners 50,0%. Berdasarkan lama kerja kurang dari 5 tahun 60,5% dan yang lebih dari 5 tahun 23,3%. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melalkukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor usia, tingkat pendidikan, informasi, pengalaman, ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya. Berdasarkan penelitian diatas bahwa pengetahuan perawat dalam aspek psikososial didapatkan data perawat yang berpengetahuan baik berdasarkan umur dibagi menjadi 3 bagian yaitu umur remaja akhir 17-25 tahun ada 16 responden (33,3%) berpengetahuan baik sebanyak 10 responden (62,5%) dan yang kurang baik ada 6 responden (37,5%), untuk yang dewasa awal ada 31 responden (64,6%) dan yang pengatahuan baik ada 20 responden (64,5%) dan yang kurang baik sebanyak 11 responden (35,5%), dan dewasa akhir sebanyak 1 responden (2,1%). Ini menunjukkan bahwa umur salah satu yang mempengaruhi pengetahuan, meskipun dikategorikan pengetahuannya masih kurang namun penelitian tersebut menunjukkan bahwa umur mempengaruhi pengetahuan perawat.
http://jurma.unimus.ac.id
9
Selanjutnya mengenai jenis kelamin meskipun dalam teori Notoatmojdo tidak menyebutkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi pengetahuan namun penelitian ini mencantumkan jenis kelamin untuk mengetahui banyaknya responden antara laki-laki dan perempuan, dalam penelitian ini didapatkan 24 responden yang berjenis kelamin lakilaki dan yang berpengetahuan baik ada 16 responden (66,7%) dan yang kurang baik ada 8 responden (33,8%). Sedangkan yang berjenis kelamin perempuan juga ada 24 responden, yang berpengetahuan baik ada 14 responden (58,3%) dan yang kurang baik ada 10 responden (41,7%). Hal ini menunjukkan tidak jauh beda pengetahuan yang berjenis kelamin laik-laki dan yang berjenis kelamin perempuan. Menurut tingkat pendidikan dalam penelitian ini didapatkan data antara lain yang berpendidikan D3 ada 43 responden (89,6%), 28 reponden (65,1%) dan yang berpengetahuan kurang baik ada 15 responden (34,9%). Yang berpendidikan S1 ada 3 responden (6,3%) yang berpengetahuan baik ada 1 dari 3 responden dan yang berpendidikan Profesi Nurse ada 2 responden (4,2%) 1 pengetahuan baik dan 1 kurang baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pengetahuan perawat. Hal ini belum mewakili untuk membuktikan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007). Pengetahuan menurut lama kerja atau pengalaman. Dari penelitian diatas didapatkan hasil yang bekerja lebih dari 5 tahun ada 10 responden (20,8%), 7 responden (70,0%) berpengetahuan baik dan 3 responden (30,0%) berpengetahuan kurang baik. Sedangkan yang bekerja kurang dari 5 tahun ada 38 responden (79,2%) yang berpengetahuan baik ada 23 responden (60,5%) dan yang berpengetahuan kurang baik ada 15 responden (39,5%). Hal ini menunjukkan bahwa bahwa pengetahuan perawat berdasarkan lama kerja kurang baik. Dari hasil data yang diperoleh untuk setiap pernyataan yang diberikan didapatkan 7 dari 13 pernyataan yang bisa dijawab dengan baik oleh 48 responden. Dan dari hasil data ukur pengetahuan perawat tentang psikososial (kecemasan) didapatkan 30 responden berpengetahuan baik (62,5%) sedangkan yang berpengetahuan kurang baik ada 18 responden (37,5%). Dari hasil wawancara yang dilakukan sebelum penelitian diperoleh informasi dari beberapa responden mengatakan setiap pasien sebelum dikirim keruang
http://jurma.unimus.ac.id
10
operasi selalu diberi inform consen terlebih dahulu agar mempersiapkan diri secara biologis dan psikologisnya. Tetapi responden tidak mencantumkan diagnosa kecemasan dalam pendokumentasian, bahkan ada juga responden yang mengatakan bahwa mencantumkan satu diagnosa itu lebih baik dari pada tidak mencantumkan, dan yang diprioritaskan dalam pendokumentasiannya hanyalah diagnosa dengan masalah penyakit utama. Karakteristik ruangan berbeda karena dalam penelitian ini melibatkan 3 ruangan rawat inap bedah yaitu ruangan Darussalam kelas 1 dimana ruangan cukup luas dan nyaman dan dilengkapi oleh beberapa fasilitas, dan 2 ruangan kelas 3 yaitu ruangan Baitussalam 1 dan 2, ruanganya cukup nyaman untuk kategori kelas 3 hanya letak ruangannya satu jalan jika pasien ruang Baitussalam 1 harus melewati ruangan Baitussalam 2. Dari pernyataan dan hasil penelitian ini menunjukkan sesuai bahwa pengetahuan perawat tentang aspek psikososial spesifik ke masalah kecemasan kurang baik. Penelitian ini lebih baik hasilnya dari pada penelitian yang dikemukakan oleh Wiratama (2014), bahwa kemampuan perawat dalam menangani pasien psikososial didapatkan hasil sebagian responden tidak mampu menangani pasien psikososial (31,1%) dari 37 responden. Itu berarti pengetahuan perawat tentang psikososial lebih baik dan kemungkinan untuk menangani pasien dengan masalah psikososial akan lebih baik lagi dari sebelumnya. Pendapat diatas mendukung hasil penelitian ini, dimana kurangnya pengetahuan perawat dalam aspek psikososial sehingga kemampuan dalam menangani pasien dengan aspek psikososial kuarang. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengetahuan perawat dalam aspek psikososial di ruang rawat inap bedah RSI Sultan Agung Semarang didapatkan kesimpulan bahwa : 1. Mendiskripsikan karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja responden di ruang rawat inap bedah RSI Sultan Agung Semarang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perawat mempengaruhi pengetahuan dikarenakan sebagian besar responden berpendidikan D3.
http://jurma.unimus.ac.id
11
2. Dalam mengidentifikasi pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : kecemasan menunjukkan bahwa pengetahuan perawat di ruang rawat inap bedah RSI Sultan Agung Semarang adalah menunjukkan kurang baik karena kurang dari 75%.
Saran mengacu pada kesimpulan dalam penilitian ini : 1. Peneliti Peneliti mempunyai harapan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. 2. Insitusi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam perkembangan ilmu Keperawatan 3. Rumah Sakit hasil penelitian ini semoga bisa memberi masukan atas kekurangan pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : kecemasan terutama diruang rawat inap bedah sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi klien. 4. Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkaji lebih lanjut tentang pengetahuan dan penatalaksaan yang lebih baik dan mendalam dalam aspek psikososial terutama di ruang rawat inap bedah.
KEPUSTAKAAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Budiman, & Riyanto, A. (2014). Kapita Selekta Kuisioner. Jakarta : Salemba Medika Eriawan, R.D (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawaat Dengan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Pasca Operasi Dengan “ General Anestesia” di Ruang IBS RSD dr. Soebandi jember. Naskah Publikasi Ilmiah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember. 1-164 Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian pustaka Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika
http://jurma.unimus.ac.id
12
Nabhani, & Widyastuti, Y. (2014). Gambaran Tingkat Kecemasan Pada pasien Pre Operasi Fraktur Femur di RSO Prof. DR. Soeharso Surakarta. Jurnal Profesi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. (11) 1-3 Notoatmodjo, S. 2007. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Novrizal, R. (2010). Keefektifan Hipnoterapi Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan & Gatal Pasien Liken Simpleks Kronik di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSPM Surakarta. Tesis Naskah publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Uns.ac.id. 1-79 Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Keperawatan : konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC Putri, SA., Wardani, IK., & Hastuti. (2014). Kajian Ashen Keperawatan Pada Ny. M Dengan Gangguan Psikososial : Kehilangan di Desa Kepanjen RT 01 RW 03 Kecamatan Delanggu. Naskah Publik STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 1-30 Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Sastroasmoro, & Ismail. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi keempat. Jakarta : Sagung Seto. Siswoyo,. Roymond, H., & Simamora. (2009). Pengaruh Komunikasi Terapeutik yang dilakukan Oleh Perawat Terhadap Tingkat kecemasan Pasien Yang mengalami Hospitalisasi di RSU Se-Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan. No. 1. 5 Sriningsih, I., & Afriani , D. (2014). Tingkat Kecemasan Pasien Preoperatif Pada Pembedahan Seksio Sesarea di Ruang Srikandi RSUD Kota Semarang. Jurnal Keperawatan Maternitas Poltekkes Kemenkes Semarang. No. 2. 106-110 Wiratama, A.P. (2014). Kemampuan Perawat dalam menangani Pasien Dengan Gangguan Jiwa Dipuskesmas Se-Kota Semarang. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
http://jurma.unimus.ac.id