BAB II LANDASAN PERANCANGAN
2.1
Tinjauan Teoritik
2.1.1 Pengertian Desain Tekstil Menurut Ensiklopedi Nasional, kata desain berasal dari bahasa Latin yaitu designare artinya menggabar. Secara arti bebas, desain dapat diamesin yang akan diartikan sebagai suatu karya seni, gedung atau mesin yanga akan dibuat. Desain juga dapat dikatakan sebagai kombinasi detil dan bentuk suatu gambar, bangunan atau jembatan, pola suatu karya artistik, pola benda yang direncanakan secara artistik . Kata tektil berasal dari kata Textile ( Bahasa Inggris ), Textere (Bahasa Latin), yang artinya menenun, yaitu kain uang diperoleh dari berbagai serat. Berdasarkan urain diatas , dapat disimpulkan
bahwa
pengertian “ Desain Tekstil “ adalah suatu pola perancangan yang menjadi dasar proses tekstil ( tenun ) yang meliputi aspek dan fungsional, susunan garis, warna, bidang, tekstur dan proses pengolahn untuk dapat menhasilkan sebuah desain tekstil yang di wujudkan melalui gambar dan motif. Ada beberapa Faktor yang perlu diperhatikan pada desain tekstil : 1. Dapat diproduksi , menyangkut aspek teknologi seperti material, komponan proses manufacturing mesin produksi, keterampilan, teanga ahli dan menajemen. 2. Dapat digunakan atau dipakai. Yakni berhubungan dengan fungsi teknis yang menyangkut kepraktisa, keamanan, kendali dan pemeliharaan. Fungsi fisik yang menyangkut siapa dan dimana produk tersebut dapat digunakan.
www.stisitelkom.ac.id
3. Dapat dipasarkan. Yakni berhubungan dengan permintaan dan selera pasar yang menyangkut aspek ekonomi da daya tarik dengan kualitas yang lebih baik. 4. Sasaran pasar, yaitu kelompok pembeli secara khusu menjadi sasaran pemasaran. Hal ini menyangkut tingkatan atau golongan masyarakat pembeli, daya beli dan prestisenya. 5. Pangsa pasar, yakni seleksi dari sebuah sasarn pasar untuk menentukan pangsa. Hal ini menyangkut faktor usia, pendidikan dan kebiasaan, memilih atau memakai produk tekstil. 6. Persaingan, yaitu mempertimbangkan bagaimana kondisi produk sejenis dipasarkan dan berapa besar jumlah produksi yang akan dipasarkan dapat mengambil bagian dalam pasar. 7. Prilaku, yaitu bagaiman penerimaan calon pembeli atas produk yang dipasarkan. 8. Daya beli, yaitu sejauh mana kemampuaan beli masyarakat pada produk yang dipasarkan. 9. Estetika, yaitu berhubungan dengan penampilan produk visual dalm mencari pemecahan yang paling indah dalam arti yang sebenarnya, yaitu melibatkan seluruh indar dan aspek psikofisika ( Rizal, 1992 : 26 ).
Berdasarkan uraina diatas, dapat disimpulkan bahwa desaintekstil adalah suatu proses perancangan dang pengolahan unsur – unsur desai yang mengandung nilai estetika yang diwujudakan melalu gambar dan motif diatas permukaan kain yang memenuhi kebutuhan masyrakat akan desain tekstil yang meliputi aspek fungsi dan bahan. Desain tekstil dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu desain struktur ( srtuctural design ) dan desain permukaan ( surface design )
www.stisitelkom.ac.id
2.1.1.1 Penggolongan Desain Tekstil 1.
Desain Struktur ( Structural Design )
Desain struktur merupakan desain yang diperoleh dari teknik pembuatan kain tenun. Selain dihasilkan dari teknik menenun, desain struktur bisa dihasilkan dengan teknik rajutan ( interloping ), braiding ( proses pembuatan kain pita dari tiga helai benang atau lebih ), intertwisting ( jeratan, termasuk crocheting, netting dan lace ).
2.
Desain Permukaan ( Surface Design )
Desain permukaan merupakan sebuah proses akhir atau finishing sebagai sentuhan dekoratif pada kain. Teknik dalam memberikan unsur dekoratif pada kain diantaranya adalah printing, air brush dan tie dye.
2.1.1.2 Jenis – Jenis Desain Permukaan Desain permukaan adalah suatu proses usaha penciptaan desain dengan memberikan hiasan berupacorak warna yang telah selesai ditenun. Desain permukaan disebut juga sebagai proses penyempurnaan tekstil karenamembuat kain menjadi lebih menarik. Berapa cara yang trmasuk kepada desain permukaan adalah : a. Printing Teknik membuat motif permukaan kain dengan menggunakan teknik sablon yang dilakukan secara mekanik maupun manual. b. Imbuh Upaya pembuatan ragam hias dengan menambahkan unsur – unsur sulam, kida ( beading ) dan jameki ( pailletes) . c. Bordir Pembuatan ragam hias dengan menggunakan motif – motif pada kain dengan menggunakan mesin tanggan dan komputer.
www.stisitelkom.ac.id
d. Batik Kain tradisi yang menggunakan teknik celup rintang yang menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola ragam hias tradisional. e. Patchwork Sambung menyambung potongan kain yang tidak utuh dengan cara dijahit, baik menggunakan mesin jahit atau secara manual. f. Painting Melukis ragam hias diatas permukan kain dengan menggunakan kuas dan cat khusus tekstil. g. Airbrush teknik membuat permukaan kain menjadi lebih menarik dengan menggunakan semprotan khusu, sehingga menimbulkan efek – efek gradasi dan nuansa warna yang menarik.
2.1.2 Tinjauan Tenun 2.1.2.1 Sejarah Tenun Sejarah tenun di Indonesia mulai dikenal semenjak manusia sudah mulai hidup, sosialisasi kelompok manusia semakin memegang peranan dalam kehidupan. Dengan demikian tatanan hidup semakin tertib dan meningkat, sehingga perbuatan ritual guna menuju roh nenek moyang atau leluhur dan menjauhkan kekuatan jahat yang mengganggu kehidupan kelompok manusia telah tumbuh dan mendarah daging bagi mereka. Keterampilan menenun di tinjau dari segi tekniknya tidak jauh berbeda dengan segi teknik menganyam. Bangsa Indonesia mulai dengan teknik menganyam,dengan hasil penelitian di bidang ilmu sejarah ( prehistori ) dapat dinyatakan bahwa sudah ada di zaman kebudayaan
www.stisitelkom.ac.id
neolithikum. Dalam hal ini lah wanita yang memulai menuju suatu revolusi kebudayaan, revolusi neolithikum. Dengan demikian pola hidup mengembara sudah mulai berubah dengan pola menetap, tercpailah surplus makanan dan terdapatlah waktu senggang. Waktu senggang itulah di pergunakan untuk mengembangkan macam – macam keterampilan. Pembagian tuugas berdasarkan jenis umur dan jenis kelamin, menganyam dan menenun menjadi spesialisasi wanita. Di beberapa daerah tertentu terdapat adat yang mengharuskan seorang gadis pandai mengayam tikar dan menenun kain, sebelum ia diperkenankan memasuki jenjang pernikahan. Makin berkembangnya hubungan antar kerajaan – kerjaan yang ada di Indonesia di barengi dengan datangnya pengaruh asing memberikan keanekaragaman pada bahan baku ,berupa : benang sutera, benang emas dan benang perak dan manik – manik. Penenun bangsa Indonesia mengembangkan tenun sederhana geometri menjadi kompleks dan rumit, indah dan cemerlang warna nya, dikombinasikan dengan benang warna emas maupun benang warna perak. Pada tahap kemudian dikenal tenun corak songket, pelangi, sutera dan sulaman atau aplikasiserta aneka ragam hias seperti bunga, sulur – suluran dan patola. Masuknya unsur – unsur
pengaruh asing tidak menggantikan
teknologi tenun tradisional, bahkan menambah pengetahuan dan corak desain bagi penenun – penun. Ciri khas dan nilai – nilai yang terkandung di dalam corak ragam hias tenun tradisioanl ini tetap berlandaskan pandangan dan pola hidup bangasa kita yang menjadi sumber inspirasi dan konsep gagasan yang d tuangkan kedalam kain tenun mereka. Oleh karena itu penenun – penenun tradisional yang berakar dari tradisi masyarakatnya telah membuat kain tenun itu bukan hanya sebagai alat penutup tubuh belaka, melainkan dari itu, yaitu dipakai sebagai
www.stisitelkom.ac.id
perangkat busana dalam upacar adat maupun ritual lainnya serta sebagai lambang status dalam kenidupan masyrakat. __________________________________ 1
Sejarah Perkembangan Tenun Di Indonesia
2.1.2.2 Pengertian Tenun Sambas Tenun ikat sambas atau yang lebih akrab dikenal sebagi tenun sambas merupakan kerajinan tenun yang dihasilkan oleh masyarakat sambas, Kalimantan Barat. Kain ini ada semenjak kesultanan sambas dipimpin oleh Sultan Sulaiman. Sultan Sulaiman mendirikan kerjaan sambas sejak 1675 M dan memerintah selama 10 tahun. Namun dengan melihat motif – motif tumbuhan yang sangat dominan pada tenun sambas. Orang – orang sambas menggunakan tenun sambas sebagai pelengkap pelaksanan ritual adat, salah satunya adalah acara adat perkawinan. Dalam adat perkawinan tenun sambas digunakan sebagai bahan antaran atau seserahan mempelai pria kepada mempelai wanita, sedangkan kain cual adalah bahan antaran balasan memelai wanita kepada mempelai pria. Dengan digunakannya tenun sambas sebagai pelengkap ritual adat maka tenun sambas sangat erat hubungannya dengan masyarakat sambas, maka dari itu tenun ini harus terus diletarikan. Ciri khas dari tenun sambas adalah motif pucuk rebung atau dalam bahasa sambas disebut suji bilang. Pucuk rebung berbentuk segitiga, memanjang dan lancip, disebut pucuk rebung karena di stilirisasi dari tunas bambu muda yang memiliki arti yaitu agar manusia harus berupaya untuk terus maju, selalu berada dijalan yang lurus seperti pucuk rebung yang selalu tumbuh lurus dan tidak boleh sombong sebagaiman pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggi.
www.stisitelkom.ac.id
Dalam tenun benang emas sangat penting, benang emas digunakan untuk membuat bentuk atau penanda motif. Begitu pentingnya benang emas pada tenun sambas ini sehingga orang sambas menyebut tenun ini dengan nama kain bannang amnas ( benang emas ), di zaman dahulu tenun sambas terbuat dari benang emas colok yang ringan, halus dan tidak akan pudar meski di sudah berusia ratusan tahun.
2.1.2.3 Nilai – Nilai Tenun Sambas Tenun sambas merupakan salah satu hasil kreativitas masyarakat sambas dalam menuangkan dan ide – ide dipahami dan dihayati dalam selembar kain. Oleh karenanya, dengan demikian memperhatikan dan membaca motif yang terhampar dalam sehelai kain kita dapat mengetahui nilai – nilai yang dihayati dalam masyarakat sambas, diantaranya nilai sakral, sejarah, pemahaman terhadap alam, kreatifitasa dan nilai ekonomi. Dalam nilai sakral tenun sambas merupakan salah satu perlengkapan pelaksanaan ritual adat dan keagamaan masyarakat sambas, dengan kata lain keberadaan tenun ini sangat penting dalam mensukseskan pelaksanaan ritual adat maka dari itu tenun sambas merupakan pengejawantahan dari keyakinan masyarakat sambas. Selain itu tenun sambas juga memiliki nilai pemahaman alam yang merupakan pemahan terhadap alam dengan membaca motif pada kain tenun sambas maka kita mengetahui kondisi alam dimana masyarakat sambas hidup dan membangun kebudayaan. Alam bagi pengrajin tenun sambas adalah inspirasi untuk menciptakan motif – motif, dengan demikian kita mengetahui flora dan fauna yang ada di sambas dari masa ke masa. Sedangkan nilai kreatifitas atau nilai ketekunan dapat dilihat dari hasil penghayatan mereka dalam motif – motif yang tidak mudah yang mereka tuangkan dalam kain“ lukisan “ alam yang mereka
tuangkan
kedalam
kain
membuktikan
ketekunan
dan
kekreatifitasan sang pengrajin. Dari keratifitas yang tinnggi munculah nilai
www.stisitelkom.ac.id
ekonomi sehingga menimbulkan sumber ekonomi bagi masyarakat yang tidak hanya memerikan kebangga secara budaya ( imateril ) bagi masyarakat, tetapi juga memberikan nilai ekonomi ( materil ).
Adapun motif – motif tenun sambas adalah sebagai berikut ber : •
Kain Telur Bunga Cangkir
•
Disebut Kain Telur Bunga Cangkir karena kain ini memiliki motif bunga cangkir yang disusun daam satu bundaran berbentuk telur warna hitam dengan kombinasi pucuk rebung ( lihat Gambar 1.1 ) . kain ini sangat cocok dipakai disaat disaat acara malam hari, dengan memakain kain motif Telur Bunga Cangkir seseorang akan terlihat berwibawa.
( Gambar 2.1. www.melayuonline.com)
www.stisitelkom.ac.id
•
Kain Rantai Mas
Kain Rantai Mas memiliki warna dasar hijau, kain ini biasanya dipakai oleh wanita untuk menghadiri acara – acara penting seperti pembesaran daerah atau udangan raja, terlihat pada gambar
( Gambar 2.2 www.melayuonline.com )
•
Kain Sabuk Rantai Berbintang Kain tenun sambas ini biasanya digunakan oleh kaum pria untuk pelengkap baju teluk belangak ( Baju Khas Melayu ). Kain ini memiliki bahan dasar ungu dan berukuran setengah dari kain biasa dan biasanya dipakai d batas lutut atau setengah saja terlihat pada gambar.
( Gambar 2.3 www.melayuonline.com )
www.stisitelkom.ac.id
2.1.3 Tinjauan Busana 2.1.3.1 Definisi Busana Desain Busana adalah benda yang dikenakan manusia untuk melindungi tubuhnya dari segala sesuatu yang dapat menganggu tubuhnya. Busana yang dikenakan pada umumnya terbuat dari kain yang dijahit sedemikian rupa dan disesuaikan dengan fungsinya dan kegunaan dari pakain tersebut, sehingga baik rupa maupun bentuk tidak menyimpang dari bentuknya. Busana adalah suatu cara dimana komponen – komponen seni digambarkan, dirasa dan di alami.
2.1.3.2 Klasifikasi Busana Busana dibedakan berdasarkan gender yaitu : 1. Busana Pria. 2. Busana wanita Berdasarkan karakter penampilan, yaitu : a. High fashion Dalam bahasa Indonesia berarti adibusana, pengertiannya adalah busana yang diproses serta pengerjaannya rumit, materialnya memiliki kualitas yang tinggi, perhatian dan perlakuan khusus terhadap aspek detail, jahitan adibusan serta ketepatan dengan bentuk tubuh yang eksulifitas kuantitasnya yang sangat terbatas. Biasanya karakter busana ini anggun dan elegan, namun dlam perawatan sangat sulit. b. Artwear Busana artwear adalah busan yang dikerjakan secara manual, busana ini lebih mementingkan estetika dibanding fungsional dengan perawatan yang rumit, busana artwear dibagi menjadi dua golongan yaitu avant garde dan radical wear. c. Ready To Wear Adalah busana yang sesuai dengan fumgsi dan kegunaannya wearability , busana ini biasanya di produksi massal atau terbatas
www.stisitelkom.ac.id
dengan berbgai warna dan pilihan dengan perawatan yang tidak rumit. Dari jenis – jenis busana diatas, busan ready to wear sebagai acauan fashion yang akan digunakan, karena busana ini memiliki nilai fungsional serta kenyamanan dalam penggunaan.
2.1.3.3 Fungsi Busana Fungsi busan berdasarkan teori terbagi menjadi empat kelompok yaitu : a. Teori Kesopanan ( Modesty Theory ) Teori kesopanan berdasarkan kepada nilai – niali moral dan kesopanan. b. Teori ketidaksopanan ( Immodesty Theory ) Pakaian digunakan untuk menonjolkan bagian tubuh yang seharusnya ditutupi bertujuan untuk menarik perhatian. c. Teori Perlindungan ( Protection Theory ) Pakain berfusing untuk melindungi manusia dari cuaca, serangan binatang dan zat kiamia. d. Teori keindahan ( Decoratif Theory ) Setiap manusia cenderung untuk mengungkapkan cita rasa dan nilai estetis yang dimiliki, oleh karena itu untuk menyalurkan eksferisinya manusia menghiasi tubuhnya dengan busan ataupun pelengkap dekoratif lainnya, adapun alasan dan tujuan teori ini adalah :
•
Daya Tarik Seksual Setiap manusia memiliki niali sendiri terhadap keindahan, setiap kelompok masyarakat atau buday memiliki penilai sendiri tehadap konsep keindahan.
•
Terorisme Terorisme adalah salah satu cara seseorang menghiasa tubuh dengan tujuan untuk menakuti orang lain dengan menjukkan kesan tertentu.
www.stisitelkom.ac.id
•
Totemisme Menghiasa tubuh dengan benda totem ( keramat / jimat ) dengan tujuan tertentu seperti memberi perlindungan dan keuntungan pada pengguna.
•
Identitas Berbusan dengan bertujuan membedakan diri atau identitas seperti jabatan, status, agama, komunitas dan keanggotaan kelompok dan lain sebagainya.
•
Thophyisme Berhias dengan cara mengenakan pakiaan yang bertujuan memamerkan kekuatan, keperkasaan, kebranian atau keahlian seorang.
2.1.3.4 Prinsip – Prinsip Desain Selain unsur desain yang telah diterangkan diatas, prinsip – prinsip desain juga berpengaruh kepada aspek – aspek perancangan. Adapun prinsip – prinsip desain secara umum dibagi menjadi tiga golongan ( Anderson, 1961 : 191 – 200 ) yaitu : a. Asas Pemersatu ( synthesizing ), membawa mata kesekeliling
komposisi,
menghubungkan
dan
menyatukan bagian dari suatu rancangan busan. Asas ini biasanya diterapkan baik secara struktur maupun dekoratif. Yang termasuk kedalam asas ini yaitu : proporsi, Skala, Keseimbangan, Kesatuan ( Unity ) b. Asas mengarah ( liniear ), asas ini membawa mata bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain dan membangun suatu klimaks serta menonjolkan suatu arah
tertentu
pada
tubuh
seperti
pengulangan,
kesejajaran, rangkain, gradasi, selang – seling dan irama.
www.stisitelkom.ac.id
c. Asas Penegas ( Highlighting ) Asas ini bertujuan untuk memusatkan perhatian pada suatu titik tertentu pada tubuh seperti pemusatan , kontras dan penekanan
2.1.3.5 Unsur – Unsur Desain . Unsur – unsur desain sangat Berpengaruh dalan suatu tampilan rancangan busana dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain ( Anderson 1951 : 45 ) dan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Garis Garis menunjukan suatu arah, membagi suatu bidang yang dilaluinya, juga menghubungkan dua titik yang berbeda pada suatu jejak yang berkesinambungan. Garis juga menyatakan siluet dan mampu menyampaikan suatu hati atau sifat ( Davis, 1980 : 47 ) 2. Tekstur Teksture adalah ukuran dan susunan ( jaringan ) bagian suatu benda. Jalinan atau penyatuan bagian membentuk suatu benda seperti susunan serat dalam kain (Balai Pustaka 2001:12: 69).Benda disekeliling kita memiliki aneka macam permukaan yang bisa dikategorikan menurut tingkat kekasaran dan kehalusan, kekerasan dan kelembutan. 3. Warna dan Corak Warna dan Corak merupakan sebagian unsur yang paling mudah tertangkap mata, unsur ini juga paling mudah menimbulkan kesan pada perasaan, sehingga paling akrab dikenal manusia dari jaman ke jaman. Pemakain warna snagat penting dalam menunjang penampilan suatu busan. Pada zaman sekarang, warna sudah dapat diterima dengan baik pada pemakaian pria maupun wanita ( Whelan 1994 : 127 )
www.stisitelkom.ac.id
2.1.3.6 Aspek Perancangan Aspek perancangan suatu busana akan baik apabila memenuhui kriteria aspek, unsur dan prinsip desain. Ketiga hal tersebut saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapt berdiri sendiri ( David, 1979 : 28 ). Penjabaran aspek perancangan adalah : 1. Aspek fungsional Aspek fungsional adalah segalasesuatu yanng berhubungan dengan bagaimana busana tersebut berfungsi, hal tersebut terdapat pada bagian ataupun keseluruhan dari busana. 2. Aspek Struktural Aspek struktural dari busan menunjukan kontruksi, bagaimana bagian – bagian dari busana bergabung menjadi satu untuk memenuhi fungsinya dan saling berhubungan antara satu sama lainnya. Aspek srtuktual busana harus selaras dengan struktur tubuh manusia 3. Aspek Dekoratif Aspek dekoratif hanya untuk memperindah busan tersebut. Unsur dekoratif yang diterapkan pada busana harus menjadi bagian dan selaras dengan aspek struktual. Warna, ragam hias, detail konstruktif serta aplikasi adalh bagian dari aspek dekoratif yang diterapkan pada busana.
2.1.4 Tinjauan Style 2.1.4.1 Style, Styling dan Lifestyle Menurut Walker ( 1989 : 154 – 155 ) kata “ style “ yang berasal dari bhasa latin yang “ stilus “ yang berarti suatu yang dituliskan, bermakna tulisan tangan sebagai ungkapan dari karakter seseorang. Para ahli sejarah seni rupa beranggapan bahwa style merupakan suatu yang vital karena merupakan manifasi yang tamapak dari jiwa seseorang, kelompok sosial dan dan suatu jaman.
www.stisitelkom.ac.id
1. Style Style atau dalam kata lain Stilus yang berarti ‘jejak tulis ‘, yang merupakan ungakapan kararter seseorang melalui tulisan tangan.
Style bukanlah suatu konsep yang dapat di terapkan secara pas pada suatu artifak tunggal hanya dapat berlaku terhadap artifak – artifak sebagai anggota kelompok untuk mengidentifikasi objek lainnya yang memiliki ciri – ciri umum yang sama. Spesifik dari suatu style akan terlihan jika dibandingkan dengan yang lainnya ( Herman 2000 : 1 ) Di dalam lingkungan hidup terdapat banyak ragam gaya ( style ) dari cara bicara dan tulisan kedua hal ini dapat di pelajati dan ditiru. Style bisa menjadi sumber daya sebagai dalam penciptaan artistic, ketika beberapa jumlah style yang muncul dapat membuat seorang desainer memilih style mana yanga akan dipilih dan dikembangkan. Seroang desainer dapat melahirkan persilangan style dengan mengabungkan dari beberapa style yang ada. Style dianggap sebagai ekspresi individual dan sisi lain style dipandang sebagai ekspresi dari suatu kelompok sosial. Style tidak dapat dipandang dari sutau yang unik dari masing – masing individu, karena separti apa halnya bahasa, tidak ada bahasa yang bersifat individu. ( Herman 2000 : 3 )
2. Styling Styling adalah sesuatu yang sengaja dilebih lebihkan dari style. Styling pertama digunakan untuk membedakan suati “ line “ mobil dengan “ lines “ lainnya, kemudian styling digunakanuntuk meningkatkan penjualan dengan menciptakan suatu kesan psikologi akan adanya keusangan, yaitu menbuat para pelanggan merasa mobil yang mereka miliki sudah ketinggalan jaman karena mobil – mobil itu sudah ‘ out of style “. Seoranf desainer ternma Harley Earl dan para stylist lain nya menemukan jawaban public akan menentang perunahan – perubahan style ekstrim dan tiba – tiba, jika perubahan dilakukan secara bertahap maka akhirnya sutau pergeseran akan terbentuk dan selaras. ( Herman 2000 : 4 )
www.stisitelkom.ac.id
3.
Lifestyle Belakang dalam wacana advertising jurnalisme dan desain kata lifestyle
sering digunakan. Kata tersebut memberikan penekan antara style dan cara hidup ( way of style ), pada Masa lalu pembagian antara pangkat dan kelas cenderung sangat tajam dan mobilitas silang antara antara kelasa sangat dibatasi. Dengan demikian style yang bersifat visual dari kelas tertentu bersifat eklusif dan tidak berubah dalam waktu jangka waktu yang lama. Perbedaan masa lalu dan masa masa kini adalah jaman sekarang lifestyle sangat banyak jumlahnya, lebih beragam dan bebasa mengembang ( free floating ) yakni lifestyle tidak lagi eklusif bagi kalangan tertentu saja. Meningkatnya kemakmuran dan mobilitas sosial telah menjadikan seluruh sektor di dalam masyrakat mampu membeli lifestyle ( Herman 2000 : 4 )
2.1.4.2 Style Edgy Style edgy adalah style yang teradaptasi dari pengabungan street style, steer style merupakan cerminan seseorang atau suatu kelompok yang berani tampil beda dari style yang ada. Style edgy adalah style sedikit berbeda dengan style lain dari segi busan style edgy memiliki cuttingan berbeda, memberikan kesan kaku, tegas dan asimetris selain itu style edgy selalu memberikan aksen resleting, motif dan warna yang tidak biasa. Aksesori yang bertumpuk, super besar dan unik ( statement accessories ), sepatu boots serta sepatu flatform dan chunky Heel ( hak tinggi dan tebal ) akan menemani style edgy. Dewasa ini style edgy semakin berkembang dan semakin dikenal, dikalangan remaja bahkan wanita dewasa yang berani tampil beda dan ingin keluar dari style monotone sehingga memberikan kesan tangguh namum tetap feminin.
www.stisitelkom.ac.id
Gambar 2.4 Style Edgy Sumber: ( )
Gambar 2.5 Accessoris Pendukung Sumber:
www.stisitelkom.ac.id
2.1.5 Tinjauan Warna Perkembanagn sistem warna atau teori Sir isac Newton di mulai pada abad ke – 17 yang menentukan hubungan antara cahaya matahiri dan warna. Sistem tersebut di kembangkan oleh Le Bond seorang grafis German pada tahun 1730 dan kemudian dikembangkan oleh seseorang Perancis, Contier. Munsell merupakan salah satu orang yang berjasa dalam perkembangan warna, pada sistemnya Munsell memiliki 3 golonan penghayatan warna :
•
Chroma ( intensitas ) yang diartikan sebagai gejala intensitas dari pancaran warna yang diungkapkan sebagai situration dari warna
•
Hue , yang diartikan sebagai nama dari tiap – tiap warna.
•
Value, yang diartikan sebagai gejala cahaya dari pda warna yang menyebabkan
perbedaan
pancaran
warna
dalam
perbandingandengan hitam putih, istilah lain untuk ini “ The Brightnes of Colors ”
2.1.5.1 Pengelompokan Warna Dengan
adanya
keslarasan
warna
keseluruhan
desain
mempunyaikesatuan yang harmonis meskipun benda yang dipakai berlainan. 1. Warna kontras Perpaduan dua warna yang didapat dari warna yang mempunyai sifat lain. Seperti warna kuning dengan merah, merah dengan biru dan kuning dengan biru. 2. Warna kromatik Campuran dari ketiga variabel demensi warna yang berasal dari satu
warna
yang
berlainan
nilai
dan
itensitasnya.
Berkembangnya warna kromatik adalah antara rentang waarna cerah, warna – warna nada ( tones ) yang itensitasnya sedang, dan warna – warna gelap.
www.stisitelkom.ac.id
3. Warna analogis Warna – warna yang letaknya berdekatan pada lingkar warna, seperti warna hijau kekuningan dan hijau kebiruan, ungu dengan ungu kemerahan dan ungu kebiruan. 4. Warna komplementer Dua warna yang saling berhadapan pada lingkar warna, seperti warna kuning dengan ungun, warna biru dengan orange dan warna merah dengan hijau.
2.1.5.2 Fungsi warna Ada tiga aspek dalam fungsi warna yaitu : a.
Fungsi simbolik untuk mewakili alam magis, agama, metafisika dan adat
Fungsi artistik
b.
Fungsi artistik dibedakan menjadi dua yaitu : 1.
Fungsi psikologi : mempengaruhi emosi dan suasana hati.
2.
Fungsi estetis
: dapat memberikan daya tarik
dan dapat mengungkapkan pribadi seseorang dan warna dan sifatnya lebih ekspresif dan dekoratif . Berikut ini adalah ringakasan arti dan efek psikologi warna – warna pokok yang telah di akui : 1. Hijau
: Kedamaian, setia, seimbang, baik
hati, stabil, sensitif pengasih dan ulet. 2. Merah
:
Sensual,
semangat,
sukses,
menuruti kata hati, mementingkan lahiriah, tidak sabar dan hebat.
www.stisitelkom.ac.id
3. Orange
: Hangat, muda, aktif, kreatif dan
dinamis. 4. Pink
: Ceria, jiwa muda, lembut, romantis
dan sensual. 5. Biru muda
:
Kedamai,
cinta,
sayang,
komunikatif, tulus, kreatif.
2.1.6 Psikologi Target Market Target market dalam rancangan iniadalah wanita dewasa yang berumur sekitar 24 – 30 tahun yaitu wanita dewasa yang masuk dalam masa pembentukan keluarga. Dalam bahasa latin adult atau dewasa yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran sempurna. Maka dari itu orang dewasa adalah orang yang telah menyelesaikan masa pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dan bersosialisasi dengan masyarakat dewasa lainnya. Wanita dewasa sangat sadar akan pengarur busana dan aksesoris dalam berbagai hubungan sosial dan pada masa ini tingkata awal wanita desa dalam kemapanan, ekonomi dan penyesuaian diri. Beberapa ciri yang ada pada wanita dewasa awal ( 24 – 30 tahun ) yaitu :
•
Masa penyesuaian diri
•
Masa komitmen
•
Masa reproduktif
•
Masa kreatif
•
Masa awal kemapanan
•
Masa ketegangan emosional
•
Masa pengaturan
www.stisitelkom.ac.id
Menurut Kasali ( 1988 : 212 : 213 ) usia dibagi menjadi beberapa aksekelompok, yaitu : 1. Usaia 17 – 23 tahun
: Masa transisi
2. Usia 24 – 30 tahun
: Masa pembentukan keluarga
3. Usia 31 – 40 tahun
: Masa peningkatan karier ( tingkat
awal kemapanan ) 4. Usia 41 – 50 tahun
: Masa kemapanan
5. Usia 51 – 60 tahun
: Masa persiapan pensiun
Selain itu kasali menyatakan ada dua perbedaan yang mendasar untuk melangsungkan kehidupan dan keinginan mahluk hidup serta kebutuhan – kebutuhan yang dipertajam oleh budaya kepribadian nya. Menurutnya perbedaan itu terletak pada barang – barang yang dipilih seseorang untuk melangsungkan kehidupannya.
2.1.6.1 Psikologi Wanita Dewasa Pada usia 24 – 30 tahun dimana dimasa ini sebagian anggaran belanja dihabiskan untuk busana,aksesoris, makan direstoran, mencari berbagai macam informasi tentang berbagai hal dan hiburan. Minat wanita dewasa umur 24 – 30 tahun antara lain : 1. Minat terhadap penampilan fisik Mempelajari cara – cara untuk tampil memikat dan mempesona, merawat tubuh serta raut wajah ideal. 2. Minat terhadap busana dan aksesoris Wanita dewasa sangat sadar keberhasilan dalam berbagai
hubungan
sosial
dipengaruhi
oleh
penampilan meliputi busana dan atribut perhiasan. Ada tiga peranan yang mendorong dan menetukan busana apa yang diminati oleh wanita di usia 24 – 30 tahun .
www.stisitelkom.ac.id
•
Busana sebagai alat identifikasi Busana sebagai parameter prestise sosial, peningkatan status sosial serta identitas pribadi.
•
Busan sebagai alat regresi Busana memiliki fungsi kosmetik yang dapat membantu menutupi ketuan sehingga dapat terlihat lebih muda dari usianya.
•
Busana sebagai kompensasi Busan dapat menutupi fisik yang kurang menarik,
menghibur
diri
sehubungan
prestasi yang buruk.
2.2 Tinjauan Empirik 2.2.1 Pemanfaatan Tenun Sambas Yang Ada Di Masyarakat Hingga saat ini pemanfaat tenun sambas tidak terlalu jauh berkembang, selain masih digunakan sebagai samping utuk pakian adat bagia wanita dan pria, tenun sambas juga diterapkan pada dompet dan peci. Saat ini belum ada yang menerepkan tenun sambas pada busan pesta yang lebih modern, sehingga membuat masyarakat kurang berminat terhadap tenun sambas karena pengolahannya tidak jauh dari yang sudah ada dan masih terlihan monotone. Tenun yang banyak dipasaran adalah tenun palembang sehingga sedikit yang tahu adanya tenun sambas, kurangnya pengolahan tenun sambas membuat tenun sambas kurang dikenal.
www.stisitelkom.ac.id
Gambar 2.6 Tenun Sambas Untuk Camping Pada Busan Pesta Sumber : www.melayu.com
Gambar 2.7 Pengolahan Tenun Sambas Pada Busana Pesta Sumber : setda.sambas.go.id.
Gambar 2.8 Tenun Sambas Untuk Acara Pernikahan Sumber : Dokumen Pribadi.
www.stisitelkom.ac.id
Gambar 2.9 Peragaan Busana Penganti Sumber : tribunpontianak.co.id
www.stisitelkom.ac.id