STUDI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH BERSALIN CITRA INSANI SEMARANG
Manuscript
Oleh : RISKA DEVI SULISTIANTI G2A012045
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
http://jurma.unimus.ac.id
Studi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Produksi ASI pada Ibu Post Partum di RB Citra Insani Semarang Riska Devi Sulistianti1, Sri Rejeki2, Pawestri 3 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS Dosen Keperawatan Maternitas Fikkes UNIMUS
2
Abstrak Produksi ASI merupakan ASI yang dihasilkan oleh kelenjar payudara di dalam alveoli dan merupakan masalah utama pada ibu post partum atau ibu menyusui. Ibu post partum yang datang ke rumah bersalin Citra Insani mengatakan bahwa ASI yang dikeluarkan berbeda dibandingkan dengan kelahiran pertamanya. Perawat ataupun bidan perlu memberikan upaya atau tindakan untuk membantu ibu dalam proses persiapan produksi ASI. Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan tindakan yang merangsang produksi ASI. Inisiasi menyusu dini ini sebagai rangsangan pertama dalam produksi ASI dengan membiarkan bayi mencari puting payudara ibu sesaat setelah lahir selama kurang lebih 1 jam lamanya. Keberhasilan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini ini tidak hanya dibutuhkan kesiapan ibu saja, akan tetapi juga peran tenaga kesehatan dalam melaksanakan atau memberikan tindakan tersebut berdasarkan SOP yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan produksi ASI di RB Citra Insani Semarang. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan sampel sebanyak 40 responden ibu post partum di RB Citra Insani Semarang. Cara pengambilan menggunakan total sampling dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu post partum yang memiliki produksi asi banyak, yaitu sebanyak 28 orang (70%), dan responden yang melaksanakan inisiasi menyusu dini dengan tepat sebanyak 30 orang (75%). 30 orang (75%) responden telah melaksanakan inisiasi menyusu dini dengan tepat dan 28 orang (70%) memiliki produksi ASI banyak. Tenaga kesehatan diharapkan memberikan pengarahan atau informasi terlebih dahulu kepada ibu yang akan melahirkan ataupun pada ibu yang akan melakukan ANC tentang tata laksana inisiasi menyusu dini.
Kata Kunci: Inisiasi menyusu dini, Produksi ASI
http://jurma.unimus.ac.id
The Study of Implementation of Early Initiation of Breast Feeding (EIBF) with Production of Mother’s Breast Milk in The Post Partum Mother in Citra Insani Birth Hospital of Semarang Riska Devi Sulistianti1, Sri Rejeki2, Pawestri 3
Abstract The production of mother’s breast milk is the breast milk produced by the mammary gland in the alveoli and is a major problem in post partum women or breastfeeding women. Nurses or midwives need to give effort or action to assist the mother in the process of preparation for breast milk provision. Early Initiation of Breast Feeding (EIBF) of breastfeeding is one of the efforts to be made to provide actions that stimulate production of breast milk. Early initiation of breastfeeding as the first stimulate in the production of breast milk by letting the baby seeking the nipple of mother shortly for approximately 1 hour of birth. The success in the implementation of early initiation of breastfeeding is not only by the readiness of mother itself, but also the role of health professionals in carrying out or giving such action is based on the existing of SOP. This study aimed to find an overview of the implementation of early initiation of breastfeeding with breast milk production in Citra Insani Birth Hospital of Semarang. The study design using quantitative descriptive method with a sample of 40 respondents post partum mothers in Citra Insani Birth Hospital of Semarang. To obtained with using total sampling by univariate analysis. The results showed that maternal postpartum most have plenty of breast milk production, as many as 28 people (70%), the majority of respondents carry out the appropiate early initiation of breastfeeding as many as 30 people (75%). 30 people (75%) of respondents have implemented appropiate early initiation of breastfeeding and 28 people (70%) has a lot of breast milk production. Health proffesionals are expected to provide guidance or information in advance to mothes who give birth or a mother who will do the ANC about the administration of early initiation of breastfeeding.
Key words: Early Initiation of breastfeeding, Breast Milk Production
PENDAHULUAN Post partum atau masa nifas merupakan masa pemulihan alat-alat reproduksi wanita seperti keadaan semula pada ibu melahirkan. Masa ini dimulai saat persalinan dan berakhir 40-42 hari atau 6 minggu pasca melahirkan. Masa nifas ini mengharuskan ibu untuk istirahat yang banyak dan tidak banyak bergerak, karena untuk mencegah terjadinya perdarahan. Selain beristirahat banyak, ibu juga harus makan banyak dan bergizi serta banyak minum sekitar 1.500 ml per hari. Jumlah kalori yang dibutuhkan sekitar 2.100 kalori, yang akan digunakan untuk pemulihan organ reproduksi dan juga untuk produksi air susu ibu (ASI) (Sinsin, 2008). Setelah post partum, bayi perlu dikenalkan dengan ASI. Pengenalan ASI
http://jurma.unimus.ac.id
paling baik dilakukan satu jam pertama setelah melahirkan atau yang biasa disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan perilaku bayi dalam mencari puting payudara ibu sesaat setelah lahir. Roesli menjelaskan bahwa bayilah yang diharapkan berusaha untuk menyusu pada jam pertama, bayi yang berhasil menyusu payudara ibu inilah awal dari IMD
(Prasetyono, 2009). Protocol
evidence based yang baru telah diperbaruhi oleh WHO dan UNICEF menyatakan bahwa IMD harus dilakukan segera setelah bayi lahir paling sedikit satu jam dengan menunda prosedur lainnya yang seharusnya dilakukan pada bayi setelah lahir (Ambarwati, 2009). Proses IMD sangat dibutuhkan kesiapan mental ibu, ibu tidak boleh merasa risih ketika bayi diletakkan di atas tubuhnya. Saat itulah dibutuhkan dukungan dari keluarga, terutama suami, dukungan sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan melakukan IMD usai melahirkan. Suami dapat memberikan dukungan berupa mengelus-elus rambut disertai mengungkapkan kalimat yang menenangkan hati, dengan demikian ibu akan merasa nyaman dan rileks dalam proses IMD (Prasetyono, 2009). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bermanfaat untuk membantu bayi memperoleh ASI pertamanya, serta membangun ikatan kasih sayang antara ibu dan bayinya sehingga dapat meningkatkan produksi ASI (Santi, 2009). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ini akan mermbantu dalam proses pembentukan dan produksi ASI. ASI merupakan makanan yang utama bagi bayi, untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, membantu proses tumbuh kembang bayi, serta sebagai antibodi terhadap suatu penyakit (Santi, 2009). Di dalam ASI banyak terkandung protein, lemak, gula, dan kalsium yang sangat berguna sebagai makanan sehat dan bergizi bagi bayi (Prasetyono, 2009). Bila bayi dapat menyusu dalam 20-30 menit setelah persalinan maka akan membantu bayi memperoleh ASI pertamanya, sehingga dapat meningkatkan produksi ASI yang pada akhirnya akan membuat proses menyusu selanjutnya menjadi lebih baik lagi (Santi, 2009).
http://jurma.unimus.ac.id
Air Susu Ibu (ASI) dihasilkan oleh kelenjar payudara didalam alveoli. Pada saat pembesaran payudara hormone prolactin dan laktogen plansenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI (Proverawati, 2010). Setelah melahirkan ibu akan memproduksi cairan kental berwarna kuning dari payudara yang biasa disebut dengan kolostrum. Kolostrum akan diproduksi hingga 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Kolostrum memiliki kandungan protein dan mineral yang lebih tinggi di bandingakan dengan ASI. Kolostrum ini sangat bermanfaat bagi bayi sebagai antibodi terhadap suatu penyakit (Prasetyono, 2009). Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi (Proverawati, 2010). Salah satu stimulasinya adalah dilakukannya IMD, karena dengan IMD akan ada rangsangan suckling pada putting payudara, dimana pada proses suckling tersebut akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin, yang akan mengatur sel-sel dalam alveoli untuk memproduksi ASI. Isapan bayi juga akan merangsang produksi hormon lain yaitu hormon oksitosin, hormon ini akan membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga ASI terdorong keluar. Jadi semakin banyak suckling, maka semakin banyak ASI yang dihasilkan (Prasetyono, 2009). Demikian pula dengan sebaliknya semakin berkurangnmya rangsangan menyusui oleh bayi maka berkurang juga pelepasan prolaktin dan hipofise, sehingga pembuatan ASI berkurang, karena dengan kadar prolaktin yang cukup akan mampu mempertahankan pengeluaran ASI (Nugroho, 2011). Teori Roesli (2007) menyatakan bahwa pengisapan ASI yang dilakukan selama 30 menit setelah lahir dengan adanya reflek hisap akan merangsang pengeluaran dan produksi ASI (Arini, 2013). Peningkatan produksi ASI juga sangat penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi serta meningkatkan keberhasilan ibu dalam menyusui dan meningkatkan kesehatan bagi ibu dan bayi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menyatakan bahwa proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5 %. Cakupan IMD di provinsi jawa tengah pada tahun
http://jurma.unimus.ac.id
2013 sebesar 37,5% mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) (Kementrian Kesehatan RI, 2014) . Inisiasi menyusui dini yang dilakukan satu jam pertama ini akan membangun refleks menghisap pada bayi yang merangsang ujung saraf disekitar payudara ke kelenjar hipofisa bagian depan yang berada di dasar otak sehingga menghasilkan hormon prolaktin. Prolaktin akan merangsang payudara untuk memproduksi ASI dan dapat meningkatkan produksi ASI (Arini, 2013). Hasil pengamatan kepada 500 bayi baru lahir di Rumah Bersalin Tri Tunggal menunjukkan bahwa bayi yang disusukan kurang dari satu jam setelah persalinan, 95% tidak rewel pada hari pertama dan ASI segera keluar satu sampai tiga jam kemudian (Santi, 2009). Proses inisiasi menyusu dini ini sangat berpengaruhi terhadap produksi ASI. Hasil dari studi pendahuluan yang didapat dari kepala rumah bersalin Citra Insani terdapat 52 pasien melahirkan pada bulan Desember dari tanggal 1 sampai 31 desember 2015 dengan hasil ibu primipara sebanyak 14 pasien dan multipara sebanyak 38 pasien, sedangkan pada bulan Januari tanggal 1 sampai 31 tahun 2016 terdapat 56 pasien melahirkan dengan ibu primipara 12 pasien dan multipara 44 pasien, dan pada bulan Februari tanggal 3 sampai 29 tahun 2016 terdapat 39 pasien melahirkan dengan ibu primipara 5 pasien dan multipara 34 pasien, serta pada bulan Maret tanggal 1 sampai 31 tahun 2016 terdapat 57 ibu post partum dengan ibu primipara 20 pasien dan multipara sebanyak 37 pasien. Hasil wawancara kepada bidan rumah bersalin, bahwa di tempat tersebut telah menerapkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sedangkan hasil wawancara dari beberapa ibu post partum yang datang ke rumah bersalin Citra Insani mengatakan bahwa ASI yang dikeluarkan sekarang berbeda dibandingkan pada saat kelahiran anak pertamanya, serta respon yang diperlihatkan oleh anaknya juga berbeda. Adapun tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan produksi ASI pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang.
http://jurma.unimus.ac.id
METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui gambaran pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan produksi ASI. Sampelnya adalah 40 ibu post partum di rumah bersalin Citra Insani Semarang, dengan metode total sampling. Penelitian dilakukan di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang daerah Palebon Raya Pedurungan. Alat pengumpulan data dengan lembar observasi inisiasi menyusu dini dan kuesioner produksi ASI yang telah di uji expert dan validitas sebelumnya. Proses penelitian berlangsung dari minggu ke-2 bulan Juni sampai dengan minggu ke-2 bulan Juli tahun 2016. Data dianalisis secara univariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Usia Responden Tabel 4.1 distribusi responden berdasarkan usia ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40) N Valid
Mean
Std. deviation
Minimum
Maximum
40
26,88
5.278
19
38
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat responden dengan usia termuda 19 tahun, usia tertua 38 tahun, rata-rata usia responden 26 tahun, dengan nilai standart deviasi 5.278. Usia ibu berpengaruh terhadap produksi ASI. Ibu yang berusia lebih muda memproduksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang berusia tua. Pudjiadi (2005) menjelaskan bahwa ibu yang berusia 19-23 tahun dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang berusia tiga puluhan (Mardiyaningsih, 2010).
http://jurma.unimus.ac.id
b. Usia Kehamilan Responden Tabel 4.2 distribusi responden berdasarkan karakteristik usia kehamilan pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40) Usia kehamilan
Jumlah
Persentase (%)
36 37 38 39 40 41 42
8 9 10 7 3 2 1
20,0% 22,5% 25,0% 17,5% 7,5% 5,0% 2,5%
Hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik usia kehamilan responden sebagian besar berusia 26 tahun, dengan usia paling rendah 19 tahun dan paling tinggi 38 tahun.. Usia ibu berpengaruh terhadap produksi ASI. Ibu yang berusia lebih muda memproduksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang berusia tua. Pudjiadi (2005) menjelaskan bahwa ibu yang berusia 19-23 tahun dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang berusia tiga puluhan (Mardiyaningsih, 2010).
Gambar 4.1 distribusi responden berdasarkan kategori usia kehamilan pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40) Keterangan:
20,0%
preterm (8) aterm (32)
80,0%
post term
Hasil penelitian diperoleh bahwa kategori usia kehamilan responden, sebagian besar responden melahirkan pada usia kehamilan aterm (37-42 minggu) yaitu sebanyak 32 orang (80,0%). Bila umur kehamilan kurang dari
http://jurma.unimus.ac.id
34 minggu (bayi lahir prematur), maka bayi dalam kondisi sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir normal atau tidak premature. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature dapat disebabkan karena berat badannya yang rendah dan belum sempurna fungsi organ tubuh bayi tersebut (Proverawati, 2010).
c. Status Obstetri Responden Tabel 4.5 distribusi responden berdasarkan karakteristik status obstetri pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40) Status obstetri
Jumlah
Persentase (%)
1 2 3 4
21 12 5 2
52,5% 30,0% 12,5% 5,0%
Gambar 4.2 distribusi responden berdasarkan kategori status obstetri pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40)
40 20 21 0
21
19
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki status obstetri primipara yaitu sebanyak 21 orang (52,5%). Beberapa ibu primipara yang melakukan inisiasi menyusu dini secara tidak tepat memiliki produksi ASI sedikit. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pengalaman ibu tentang tata laksana inisiasi menyusu dini yang tepat.
http://jurma.unimus.ac.id
Pernyataan tersebut dapat didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Santi, 2009) yang menjelaskan bahwa 50% ibu primigravida memiliki pengalaman yang kurang dan dapat dilihat dari pelaksanaan inisiasi menyusu dini ibu mendekap bayinya sehingga bayi tidak dapat leluasa bergerak.
d. Berat badan lahir bayi Tabel 4.8 distribusi responden berdasarkan karakteristik berat badan lahir bayi di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40) BBL
Jumlah
Persentase
2500
1
2,5%
2600
1
2,5%
2650
4
10,0%
2700
3
7,5%
2750
5
12,5%
2800
2
5,0%
2900
2
5,0%
2950
3
7,5%
3000
3
7,5%
3200
2
5,0%
3250
1
2,5%
3300
4
10,0%
3400
4
10,0%
3500
1
2,5%
3650
1
2,5%
3700
1
2,5%
3800
1
2,5%
4000
1
2,5%
N. Valid
Mean
Median
minimum
maximum
Std. dev.
40
3047,50
2950,00
2500
4000
373.643
http://jurma.unimus.ac.id
Sebagian besar ibu post partum bayinya memiliki berat badan di atas 2.500 gram, hal tersebut dikarenakan asupan nutrisi ibu pada saat hamil baik. Setiap harinya ibu makan lebih dari 3 kali, suka nyemil, dan minum susu ibu hamil. Beberapa penelitian menunujukkan adanya hubungan antara berat badan lahir bayi dengan volume ASI, yaitu berkaitan dengan kekuatan menghisap, frekuensi, dan lama penyusuan. Bayi Berat Lahit Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi lahir normal (BBL > 2500 gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini termasuk didalamnya frekuensi dam lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI (Proverawati, 2010).
e. Inisiasi Menyusu Dini Ibu Postpartum Tabel 4.10 distribusi responden berdasarkan jawaban pernyataan pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40) Pernyataan Bayi ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kemudian keduanya diselimuti. Bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Menganjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Membiarkan bayi mencari puting sendiri. Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam atau lebih sampai proses menyusu awal selesai. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, dekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi.
Ya
Tidak (%)
(f)
(%)
(f)
40
100,0%
00
0,00%
18
45,0%
22
55%
36
90,0%
4
10,0%
28
70,0%
12
30,0%
32
80,0%
8
20,0%
9
22,5%
31
77,5%
Hasil distribusi frekuensi jawaban ibu yang melakukan IMD menunjukkan 22 responden (55,0%) tidak diberi topi untuk mengurangi panas, hal tersebut
http://jurma.unimus.ac.id
dikarenakan bidan setempat tidak menyiapkan topi untuk masing-masing bayi yang baru lahir, dan sebagian besar ibu yang melahirkan tidak mempersiapkan perlengkapan bayi di tempat bersalin. 28 responden (70,0%) membiarkan bayi mencari puting sendiri dan 12 responden (30,0%) tidak membiarkan bayi mencari puting sendiri, hal tersebut di karenakan ibu merasa kasian kepada bayinya dan tidak sabar sehingga ibu memasukan puting ke mulut bayi. Pendapat tersebut didukung oleh hasil penelitian dari (Santi, 2009) yang menjelaskan bahwa pada ibu multi gravida yang dari pengalaman sebelumnya yaitu segera menyusui bayinya dengan cara memasukkan puting payudara ke mulut bayi padahal seharusnya bayi dibiarkan sendiri mencari puting payudara ibu. Serta 31 responden (77,5%) mendekatkan bayi ke puting dan memasukkan puting ke mulut bayi serta tidak memberi waktu 30 menit atau 1 jam lagi. Bidan setempat berbeda-beda dalam memberikan waktu pelaksanaan inisiasi menyusu dini, ada beberapa bidan yang sudah melaksanakan teknik inisiasi menyusu dini dengan tepat dan ada pula yang melaksanakan teknik dengan tidak tepat, dengan alasan kasian karna terlalu lama waktunya. Dan ada pula ibu yang tidak mau terlalu lama bayinya ditaruh di dada ibu dikarenakan ibu merasa risih, kasian dengan anaknya, dan tidak tau prosedur yang benar.
Gambar 4.3 distribusi responden berdasarkan karakteristik pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40) Keterangan: 10
IMD TEPAT 70% 30
IMD TIDAK TEPAT 25%
Hasil penelitian terdapat ibu yang melakukan Inisiasi menyusu dini secara tepat sebanyak 30 orang (75,0%), dan ibu yang melakukan IMD tidak tepat
http://jurma.unimus.ac.id
sebanyak 10 orang (25,0%). Dilihat dari persentase, ibu yang melakukan IMD tepat lebih banyak dari pada ibu yang tidak tepat melakukan. Hal tersebut dikarenakan bidan-bidan setempat yang sedang berjaga berbeda-beda dalam memberikan tindakan inisiasi menyusu dini, ada yang sudah sesuai SOP dan ada pula yang belum sesuai. Misalnya tidak diberi topi, tidak membiarkan bayi minimal 1jam pertama atau selesai mencari putting dan menyusu sendiri. Ada pula ibu post partum yang tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan dalam teknik pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam didada ibu, sampai dia menyusui sendiri (Unicef, 2007; Depkes RI, 2008). Tujuan IMD yaitu memperkenalkan bounding attachment dengan ibu sesegera mungkin melalui IMD, mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, mencegah perdarahan pasca persalinan, mempercepat produksi ASI, memberi perlindungan alamiah (imunisasi) bagi bayi. Peningkatan produksi ASI perlu dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan menyusui bayi dalam upaya meningkatkan kesehatan bagi bayi dan ibu. Upaya tersebut dapat dilakukan antara lain dengan cara pemberian ASI secara dini atau yang dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini. Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu segera setelah lahir. Pada praktek IMD, kontak kulit bayi dengan ibu dilakukan setidaknya selama satu jam setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008). Menyusukan lebih dini akan terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Begitu banyak penelitian dan survei yang menyatakan manfaat dan keuntungan dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI Eksklusif
http://jurma.unimus.ac.id
baik bagi ibu, bagi bayi, juga bagi keluarga dan masyarakat, namun ironisnya cakupan praktek menyusui tersebut masih sangat rendah. Menurut Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat (2003) pemberian ASI pada 30 menit pertama bayi baru lahir hanya 8,3%, 4-36% pada satu jam pertama bayi baru lahir, sedangkan pada hari pertama kehidupannya bayi yang memperoleh ASI hanya 3,7% (Aprilia, 2009). Menurut penelitian Arini, M (2014) tentang hubungan inisiasi menyusu dini dengan produksi asi pada ibu post partum di desa mranggen kecamatan jatinom klaten menunjukkan terdapat hubungan antara 2 variabel. Menurut Roesli (2007), untuk merangsang agar produksi ASI, usahakanlah untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) setelah melahirkan baik normal maupun operasi caesar. Hal itu akan melatih naluri bayi untuk mencari dan menghisap puting susu ibu, dan akan merangsang produksi ASI. ASI diproduksi sesuai hukum permintaan, jadi semakin sering bayi menghisap payudara ibu maka makin banyak ASI yang diproduksi (Lubis dan Nugraheni, 2009). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Wiji Lestari (2013), yang menyatakan bahwa adanya tindakan IMD oleh bidan pada ibu setelah melahirkan ternyata menunjukkan produksi ASI dengan kategori cukup 27 ibu (96,4%). Pada Ibu yang melakukan tindakan IMD ternyata semua menunjukkan produksi ASI kategori cukup mencapai 100 %. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Fitria (2010) yang dilakukan pada 7 ibu bersalin yang dilakukan IMD dan 7 tidak dilakukan IMD didapatkan hasil bahwa pada hari kedua terdapat perbedaan produksi ASI pada ibu yang melakukan IMD, yang menyebabkan bahwa tidur bayi lebih lama, frekuensi BAB bayi lebih sering, frekuensi BAK bayi lebih sering, frekuensi menyusui lebih sering dan kondisi payudara kosong saat setelah menyusui bayi. Penelitian ini didukung dengan penelitian terhadap 30 responden didapatkan hasil yaitu terdapat 21 responden (70%) ibu yang pengeluaran ASI-nya cepat. Hal ini disebabkan oleh proses persalinan yang telah di lakukan IMD, di samping itu juga karena
http://jurma.unimus.ac.id
adanya reflek hisap yang merangsang pengeluaran ASI. Sedangkan 9 responden (30%) yang pengeluaran ASI-nya lambat karena beberapa ibu tidak di lakukan IMD sehingga berkurangnya reflek hisap yang merangsang pengeluaran ASI (Purwanti, 2010). WHO telah menetapkan standar emas makanan bayi yang dimulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, MP-ASI (Makanan Pendamping-Air Susu Ibu) setelah bayi berusia 6 bulan dan ASI sampai bayi berusia 2 tahun. Status gizi bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sangat menentukan untuk kehidupan selanjutnya. Segala usaha yang memungkinkan harus dijalankan supaya bayi mendapatkan makanan yang bergizi semenjak dia dilahirkan melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini merupakan program yang sedang marak dianjurkan oleh pemerintah. IMD bukan berarti menyusu tetapi bayi harus aktif menemukan putting susu ibunya sendiri. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir didada ibunya dan membiarkan bayi merayap untuk menemukan putting susu ibu menyusu (lebih kurang 60 menit). IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus dilakukan skin to skin antara bayi dan ibu (Maryunani A, 2012). Program IMD diserukan karena tingkat kematian bayi maupun ibu saat melahirkan masih sangat tinggi. Ternyata dengan program IMD ini, tingkat kematian bayi bisa ditekan hingga 22 persen, mencegah hipotermia bayi, imunisasi dini, mempererat ikatan batin ibu dan anak (Bounding Atthactment), penyakit alergi dapat dicegah, merangsang pengeluaran hormon oksitosin ibu lebih cepat sehingga kasus perdarahan postpartum dapat dikurangi, perkembangan psikomotorik anak lebih cepat, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium (Maryunanik A, 2012).
http://jurma.unimus.ac.id
IMD juga memberikan pengaruh yang baik terhadap pemberian ASI eksklusif, hal ini disebabkan karena oleh Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting payudara ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada let down reflek, dimana isapan putting dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Keluarnya air susu terjadi sekitar hari ketiga setelah bayi lahir, dan kemudian terjadi peningkatan air susu yang cepat pada minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda sampai beberapa hari (Proverawati A & Rahmawati E, 2010). Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia Dinartiana pada tahun 2010 tentang hubungan pelaksanaan IMD dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada 40 ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan di Puskesmas Gunung Pati Semarang. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat hubungan antara IMD dengan pemberian ASI Eksklusif. Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah frekuensi penyusuan, berat lahir bayi, umur kehamilan saat melahirkan, usia dan paritas ibu, stres dan konsumsi rokok, alkohol dan konsumsi pil kontrasepsi (Proverawati A & Rahmawati E, 2010).
http://jurma.unimus.ac.id
f. Produksi ASI Tabel 4.11 distribusi responden berdasarkan karakteristik produksi ASI pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40)
8 (20%) 4 (10%)
Keterangan: 28 (70%)
BANYAK CUKUP SEDIKIT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu post partum memiliki produksi ASI banyak yaitu sebanyak 28 orang (70,0%), produksi ASI cukup sebanyak 4 orang (10,0%), dan produksi ASI sedikit sebanyak 8 orang (20,0%). Tabel 4.12 distribusi responden berdasarkan jawaban pertanyaan produksi asi pada ibu post partum di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 (n=40)
(f) 9
(%) 22,5%
(f) 31
Tidak (%) 77,5%
Sebelum menyusu bayi, apakah payudara ibu terasa keras? Ketika bayi menyusu, apakah ibu mendengar bunyi menelan yang cukup kuat dari bayi?
37
92,5%
3
7,5%
15
37,5%
25
62,5%
Apakah ada rasa seperti diperas pada payudara ketika ibu menyusui?
26
65,0%
14
35,0%
Apakah bayi tertidur atau tenang selama 3-4 jam setelah menyusu? Apakah bayi menyusu 8 kali atau lebih dalam satu hari? Apakah bayi buang air kecil 6-8 kali dalam sehari?
32
80,0%
8
20,0%
22
55,0%
18
45,0%
29
72,5%
11
27,5%
Apakah kencing bayi tidak berwarna kuning pucat?
39
97,5%
1
2,5%
Pertanyaan Apakah ASI merembes keluar melalui puting?
http://jurma.unimus.ac.id
Ya
Sebagian besar responden tidak mengalami ASI merembes keluar melalui putting yaitu sebesar 31 orang (77,5%), hal tersebut disebabkan karenan beberapa hal yaitu puting payudara yang datar dan tidak menonjol, kurangnya rangsangan (sucling) bayi yang disebabkan ibu kesusahan posisi dalam menyusui anaknya, kurangnya asuhan nutrisi yang baik. Utami (2007) memaparkan, IMD yang dilakukan satu jam pertama pasca bayi lahir, akan melatih bayi secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. Penelitian mengungkapkan, bila bayi bisa menyusu dalam 20-30 menit pertama setelah lahir, ini akan membangun refleks menghisap pada bayi yang meragsang ujung saraf disekitar payudara ke kelenjar hipofisa bagian depan yang berada di dasar otak sehingga menghasilkan hormone prolaktin. Prolaktin akan merangsang payudara untuk memproduksi ASI dan dapat meningkatkan produksi ASI (Verayanti, 2008). Ibu tidak mendengar bunyi menelan yang cukup kuat dari bayi yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), serta ibu tidak menyusui anaknya 8 kali atau lebih dalam sehari sebanyak 18 orang (45,0%). Hal tersebut terjadi karena ibu tidak tega membangunkan bayinya yang sedang tidur. Produksi dan keluarnya ASI terjadi setelah bayi dilahirkan yang disusui kemudian dengan peristiwa penurunan kadar hormon estrogen yang mendorong naiknya kadar prolaktin untuk produksi ASI. Maka dengan naiknya kadar prolaktin tersebut, mulailah aktivitas produksi ASI berlangsung (Suherni, 2009). Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini meliputi peneliti tidak dapat mengetahui hubungan antara dua variabel, akan tetapi peneliti hanya menggambarkan variabel tersebut yaitu pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dan produksi ASI. Penelitian hanya menggambarkan pelaksanaan IMD dan mengukur produksi ASInya tanpa membedakan produksi ASI pada ibu yang di IMD dan tidak di IMD, peneliti tidak mengukur banyaknya produksi ASI, peneliti hanya menggambarkan beberapa item produksi ASI secara subyektif., dan peneliti hanya mengukur produksi ASI pada 24 jam pertama post partum.
http://jurma.unimus.ac.id
PENUTUP Hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di Rumah Bersalin Citra Insani Semarang tahun 2016 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Usia responden termuda 19 tahun, usia tertua 38 tahun, dengan rata-rata usia responden 26 tahun. Usia kehamilan responden preterm berjumlah 8 orang dengan presentase (20,0%), dan usia kehamilan responden yang aterm berjumlah 32 orang dengan persentase (80,0%). Status obstetri responden dalam penelitian ini dengan status primipara berjumlah 21 orang dengan persentase (52,5%) dan status obstetric multipara berjumlah 19 orang dengan persentase (47,5%). Berat badan lahir bayi terendah adalah 2500 gram sebanyak 1 orang, berat badan lahir bayi tertinggi adalah 4000 gram sebanyak 1 orang, dan bayi responden yang paling banyaknya adalah memiliki berat badan 2.750 gram, yaitu sebanyak 5 orang (12,5%). Pelaksanaan IMD dalam penelitian ini responden yang melakukan IMD tepat berjumlah 30 orang dengan persentase (75,0%), dan responden yang IMD tidak tepat berjumlah 10 orang dengan persentase (25,0%). Produksi ASI yang banyak sebanyak 28 orang dengan persentase (70,0%), produksi ASI yang cukup sebanyak 4 orang dengan persentase (10,0%), dan produksi ASI yang sedikit sebanyak 8 orang dengan persentase (20,0%). KEPUSTAKAAN Ambarwati, E. R., & Diah, W. (2009). Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogjakarta: Mitra Cendikia Press. Anggraini. Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Aprilia, Y. (2009). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten. Tesis Universitas Diponegoro Semarang. Arini, M. Y. (2013). Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Desa Mranggen Kecamatan Jatinom Klaten . 51. Bahiyatun . (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan NIfas Normal . Jakarta : EGC. Biswan, S, dkk. (2008). Kolmogorov-smirnov test in text-dependent automatic speaker identification. Engineering Letter, volume 16 nomor 4.
http://jurma.unimus.ac.id
Budiarti. (2009). Efektifitas pemberian paket sukses ASI terhadap produksi ASI ibu menyusui dengan sectio sesarea di wilayah Depok Jawa Barat. FIK UI. Depkes RI. (2008). Modul Pelaksanaan IMD dan Asi Eksklusif. Kerjasama Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Transmigrasi. Jakarta. Evariny. (2008). Mitos-Mitos www.hypnobirthing.web.id
Menyusui.
23
April
2008
Fitria, S.Y. (2010). Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Peningkatan Produksi ASI di Klinik Bersalin Mariani. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Hastono, S. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: UI. Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis. Jakarta: Salemba Medika. Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI . Kodrat, L. (2010). Dahsyatnya ASI & Laktasi; untuk kecerdasan buah hati anda. Yogyakarta: Media Baca. Lubis & Nugraheni. (2009). Asi, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Madiyaningsih, E. (2010). Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet Dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah. FIK UI. Jakarta. Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif DAN Manajemen Laktasi. Jakarta: Tran Info Media. Monika, W.S.R., Rusmiyati.,& Purnomo. (2014 ). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan . Jakarta : RINEKA CIPTA. Nugroho, T. (2011). ASI dan Tumor Payudara . Yogyakarta : Nuha Medika.
http://jurma.unimus.ac.id
Pudjiadi, S. (2005). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat. FKUI. Jakarta. Prasetyono, D. S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif . Yogyakarta : DIVA Press. Proverawati, A., & Eni, R. (2010). Kapita Selekta; ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Purwanti. K.D. (2010). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kecepatan Pengeluaran ASI Kepada Ibu PostPartum di Desa Bergas Kidul Kec. Bergas Kab. Semarang. Roesli, U. (2007). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : Pustaka Bunda Roesli, U. (2009). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. Roesli, U. (2010). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Rosita, S. (2008). ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana. Santi, D. R. (2009). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kecepatan Keluarnya ASI Pada Ibu Post Partum di BPS Firda Tuban. Sinsin, I. (2008). Masa Kehamilan dan Persalinan . Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. Suryoprajogo. (2009). Keajaiban Menyusui. edisi 1. Yogyakarta : Alfabeta. Unicef. (2007). Breastfeeding www.Unicef.Go.Id
The
Remarkable
Verayanti. (2008). Inisiasi Menyusu Dini. http://verayanti.multiply.com/journal/item/31
First
Dikutip
Hour
dari
Of
Life.
website:
Vernay, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC. Walyani, E. S. (2015). Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak Pertama Agar Bayi Lahir dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Wiji, R. N. (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://jurma.unimus.ac.id