UNIVERSITAS INDONESIA
Deklarasi Balfour dan Pembentukan Israel
Makalah Non Seminar
Penulis: Muhammad Nahri Al-Jaddid/1006765072 Pembimbing: Siti Rohmah Soekarba S.S., S.Pd., M.Hum./196402091990032001
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2014
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Deklarasi Balfour dan Pembentukan Israel Muhammad Nahri Al-Jaddid dan Siti Rohmah Soekarba Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
[email protected]
Abstrak Jurnal ini menjelaskan sejarah lahirnya Deklarasi Balfour sebagai sebuah peristiwa besar yang mengubah dunia. Deklarasi Balfour merupakan awal mula lahirnya sebuah Negara Yahudi yang kini dikenal dengan nama Israel. Orang-orang Yahudi yang ketika itu dihantui mimpi buruk usaha pembersihan etnis oleh gerakan Anti-Semit, mendorong gerakan internasional Zionisme. Dengan semangat Zionis ini, orang-orang Yahudi mengusahakan pendirian Negara Israel, dan lahirnya Deklarasi Balfour menjadi penanda semakin dekatnya cita-cita mereka. Para Yahudi Zionis menyambut baik Deklarasi Balfour, sehingga dalam waktu singkat terjadilah sejumlah gelombang migrasi yang cukup besar. Sampai saat ini, jauh setelah Israel berdiri, bangsa Arab merupakan penentang utama usaha pendirian Negara Yahudi karena, bagaimanapun, mereka tidak ingin menerima klaim Yahudi atas tanah Palestina.
Abstract This article explains about the Balfour Declaration as an important part of the history. The Balfour Declaration was mentioned as a starting-line for the establishment of Jewish state, Israel. The Jewish were haunted by the pogroms or ethnic-cleansing movement which caused international coherent movement of Jewish, called Zionism. Through its spirit, the Jewish started to fight for establishing the Israel, and the emergence of Balfour Declaration made the Jewish getting closer with their ambition. Then some huge migrations started to appear. Nowadays, decades after Israel was established, the Arabs have been being the main oppenent to the Jewish state Israel, for, as we have noticed, the establishment of Israel on the Palestine remains unacceptable for the Arabs.
Keywords: Balfour; Declaration; Britain; Israel; Palestine.
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Pendahuluan Pada tahun 1897 di Bassel, Swiss, diadakan sebuah pertemuan besar tokoh-tokoh Yahudi dunia. Pertemuan ini selanjutnya dikenal sebagai Kongres Zionisme yang pertama. Theodore Herzl adalah orang yang memimpin kongres tersebut, dan hal itu membuatnya dikenal sebagai “Bapak Zionisme” dunia. Kongres tersebut menghasilkan rencana pendirian sebuah negara bagi seluruh orang Yahudi, yang saat itu hidup terpencar ke berbagai belahan dunia. Israel, begitulah nama yang diberikan bagi tanah impian itu. Dianggap sebagai sebuah cita-cita yang sesuai dengan isi kitab Talmud, para Zionis Yahudi benar-benar berambisi untuk segera membentuknya. Setelah bertahun-tahun lamanya, pada tahun 1917 dunia digemparkan dengan keluarnya surat keputusan Menteri Luar Negeri Britania Raya, Arthur James Balfour. Sesuai dengan nama orang yang menandatangani, perjanjian ini dikenal dengan “Deklarasi Balfour”. Surat ini berisi tentang persetujuan bangsa Inggris terhadap rencana Zionis Yahudi yang ingin mendirikan negara Israel di tanah Palestina. Dalam jurnal ini akan dibahas mengenai sejarah deklarasi Balfour serta peristiwa yang terjadi selanjutnya, yakni terbentuknya negara Israel. Sebelum Perang Dunia I, sudah ada imigrasi orang Yahudi menuju Palestina. Namun setelah PD I, terutama setelah keluarnya deklarasi Balfour, jumlahnya meningkat. Dalam kurun waktu 1919-1923 saja, tanah Palestina dapat dengan cepat menjadi pijakan baru bagi sekitar 30.000 orang Yahudi yang berdatangan dari berbagai penjuru Bumi. Sikap yang dianggap lancang ini akhirnya menyebabkan konflik antara pendatang yang beragama Yahudi dan penduduk asli yang memeluk Islam. Konflik tetap berlanjut, hingga akhirnya dunia mendapat kabar bahwa di atas tanah Palestina telah lahir negara baru yang bernama Israel.
Arthur James Balfour Arthur James Balfour lahir di Whittingehame House, East Lothian, Inggris pada tanggal 25 Juli tahun 1848. Awalnya Balfour menjalani pendidikan di Hoddesdon Grange Preparation School di Hertfordshire. Kemudian dilanjutkan ke Eton School (sekolah untuk anak laki-laki berusia 13-18 tahun) pada kurun waktu 1861-1866. Pada tahun 1866-1869 dia masuk Trinity College, Cambridge. Ibunya, Lady Blanche, sangat berperan besar dalam pendidikan Balfour. Di
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
masa kecilnya, hidup Balfour didominasi oleh sang ibu yang aktif memberikan pendidikan nonformal1. Masuknya Balfour ke dalam pemerintahan Inggris tidak lepas dari peran keluarganya. Paman sekaligus guru politiknya, Marquiss of Salisbury, merupakan Menteri Luar Negeri pada Pemerintahan Konserfatif (1884-1902). Pada tahun 1874 Balfour terpilih menjadi anggota Parlementer Hertford. Empat tahun kemudian, Balfour menjadi juru tulis pribadi pamannya. Pada tahun 1886, dia bertindak sebagai Sekretaris Utama Skotlandia, lalu tahun 1887 ditugaskan sebagai Sekretaris Utama Irlandia, First Lord of the Treasury pada 1892 dan pemimpin Majelis Perwakilan Rendah. Pada tahun 1902 Balfour menjadi Perdana Menteri menggantikan pamannya. Pada masa-masa Perang Dunia pertama, Balfour juga pernah terpilih menjadi First Lord of Admiralty. Pada tahun 1916, dia diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Britania Raya/Inggris oleh Perdana Menteri David Lloyd George.
Sejarah Singkat Zionisme Istilah Zionisme muncul dari bahasa Ibrani, zion, yang merupakan nama sebuah bukit dekat Jerussalem. Orang Yahudi mempercayai bahwa di bukit Zion inilah Al-Masih akan menuntun Yahudi menuju tanah yang dijanjikan. Tokoh besar Zionis antara lain adalah Nathan Bernbaum yang merupakan pencetus Zionisme. Kemudian Yahuda Al-Kalai (1795-1874) adalah orang yang pertama kali melemparkan gagasan pendirian Negara Yahudi di Palestina. Sebuah buku berjudul Derishat Zion karangan Izvi Hirsch Kalischer (1795-1874) pernah terbit di tahun 1826. Buku ini berisi studi tentang kemungkinan mendirikan Negara Yahudi di Palestina. Terbitnya buku ini juga merupakan bentuk dukungan penulisnya terhadap gagasan Al-Kalai. Moses Hess dalam bukunya Roma and Jerussalem (1862) menyatakan bahwa pindahnya orang Yahudi ke Palestina merupakan solusi bagi masalah Yahudi di Eropa yang ketika itu tengah menjadi korban gerakan anti-Semit2. Salah satu tokoh Zionis yang paling populer, Theodore Herzl, merupakan orang yang membesar-besarkan ide pembentukan Negara Israel. Memang benar jika gagasan Zionisme sudah ada sebelum masa Herzl, namun julukan “Bapak Zionisme” justru diberikan kepada Herzl. 1 2
E. H. H. Green, Balfour, London: Haus Publishing Limited.Co&Ltd, 2006, hal. 9 Z. A. Maulani, Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, Jakarta: Penerbit Daseta, 2002, hal. 10
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Hal ini disebabkan kemampuannya membakar semangat orang-orang Yahudi, membuat mereka yang semula terpisah-pisah bersatu kembali untuk membentuk sebuah gerakan internasional yang besar. Herzl juga dikenal sebagai tokoh Zionis yang paling visioner. Dia selalu percaya bahwa suatu saat nanti Yahudi akan memiliki negara mereka sendiri. Dalam bukunya, Der Judenstraat (1896), tergambar keyakinannya yang besar akan terbentuknya sebuah Negara Yahudi. Melalui sebuah kongres Zionisme yang diadakan di Bassel, Swiss, pada tahun 1897, Herzl menyampaikan gagasan-gagasan politik Zionisme tersebut kepada lebih dari 200 orang peserta kongres yang merupakan orang-orang Yahudi dari berbagai negara3. Pinsker, seorang tokoh Zionisme pendahulu, dikenal tidak begitu termotivasi oleh asosiasi keagamaan seperti yang tertuang dalam perjanjian lama. Hal yang lebih menjadi perhatian serta motivasinya adalah persoalan kenegaraan untuk orang-orang Yahudi. Begitu pula Theodore Herzl. Dipengaruhi dua faktor, yakni adanya bangsa Yahudi dan tidak adanya negara untuk mereka, Herzl bercita-cita membuat sebuah negara, tanah tempat orang Yahudi tidak lagi menjadi minoritas dan dapat dengan bebas mengekspresikan ciri kebudayaannya4. Dalam Der Judenstraat, Herzl juga menulis “Kami adalah sebuah bangsa..sebuah bangsa...”. Kata-katanya ini menggambarkan, paling tidak, bahwa gerakan Zionisme merupakan sebuah gerakan yang didasari politik, bukan agama5.
Deklarasi Balfour Deklarasi Balfour merupakan sebuah surat perjanjian yang merujuk kepada permintaan seorang Yahudi Inggris bernama Chaim Weizmann. Isi permintaan tersebut adalah bahwa Weizmann menginginkan sebuah ‘rumah’ untuk seluruh umat Yahudi. Perdana Menteri Inggris, David Lloyd George merasa mampu memenuhinya, sehingga dia sempat menawarkan wilayah Uganda di Afrika untuk ditempati umat Yahudi. Tawaran ini tidak diterima, Weizman justru secara terbuka menyebutkan bahwa dia menginginkan Palestina. Perjanjian Sykes-Picot yang membuat Palestina berpindah tangan dari Turki Usmani ke Inggris membuat Chaim Weizmann
3
William L. Cleveland, A History of Modern Middle East Third Edition, Colorado: Westview Press, 2004, hal. 242 Ibid. 5 Z. A. Maulani, op.cit., hal.10 4
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
berani6. Akhirnya Balfour dan David L. Gorge menuruti permintaan Weizmann, meski hal ini perlu dibicarakan kembali dengan para pemimpin Inggris lainnya. Chaim Weizmann adalah orang Yahudi kelahiran Rusia. Weizmann memutuskan untuk mendalami bidang Kimia demi membantu mewujudkan cita-cita Zionis, yaitu mendirikan negara Israel. Dia menempuh pendidikan tingginya di Berlin, kemudian dilanjutkan ke Friebourg, Swiss, dan meraih gelar doktor di bidang Kimia. Weizmann memang dikenal produktif dan cerdas, tidak heran di usia yang masih muda dia sudah meraih gelar yang tinggi. Pada tahun 1904 dia bertugas di Departemen Ilmu Kimia Universitas Manchester. Sejak itulah Weizman mulai membangun hubungan dengan para pemimpin Inggris7. Sementara itu, dia juga bergabung dengan organisasi Zionisme Inggris8. Ketertarikannya terhadap Zionisme sudah mulai terbangun sejak dia masih seorang siswa di Berlin. Saat itu dia mendirikan cabang organisasi Zionisme setempat9. Fanatismenya terhadap Zionisme juga tergambar dalam kata-katanya bahwa intelektualitas serta segala pencapaiannya memang dipersembahkan untuk Zionisme10. Akhirnya, Kabinet Inggris menyatakan bahwa Zionisme diberikan tempat untuk membantu Inggris dalam imperialismenya11. Weizmann merasa tertolong, karena dengan begitu, dia merasa hal yang dia inginkan semakin dekat. Jasa Weizmann yang terbesar adalah menemukan formula baru untuk menghasilkan sejenis senyawa kimia yang penting bagi senjata api, yakni aseton. Ini adalah senyawa yang diperlukan untuk menghasilkan cordite, bahan eksplosif yang diperlukan untuk mendorong peluru-peluru senjata api. Tanpa cordite ini, kemungkinan besar Inggris akan kalah dalam perang besar karena lemahnya persenjataan. Sementara itu, dengan adanya Weizmannn di pihak Inggris, aseton dapat diperbanyak sehingga cordite pun banyak dihasilkan. Winston Churchill, seorang tokoh Inggris, memanggil Weizmann ke Markas Besar Panglima Inggris lalu memintanya untuk menyiapkan 30.000 ton aseton. Weizmann menyanggupi dan benar-benar melakukannya12. Hal inilah yang membuat Weizmann
6
William L. Cleveland, op.cit., hal. 243 Mayir Verete, Norman Rose, From Palmerston to Balfour: Collected Essays of Mayir Verete, London: Frank Cass & Co. Ltd, 1992, hal. 2 8 William L. Cleveland, op.cit., hal. 244 9 Ibid. 10 Mayir Verete, Norman Rose, op.cit., hal. 244 11 William L. Cleveland, op.cit, hal. 244 12 Simon Sebag Montefiore, Jerussalem The Biography, London: Weidenfeld & Nicolson, 2011, hal. 543 7
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
semakin istimewa di mata para pemimpin Inggris13. Oleh karena itu, David Lloyd George langsung memikirkan hadiah apa yang patut diberikan untuk membalas jasa besar Weizmann14. Pada bulan April 1917, Amerika mengumumkan perang melawan Jerman. Perang ini dipicu oleh serangan Jerman ke 7 kapal dagang Amerika yang dianggap tidak bersalah. Mendengar hal ini, Inggris khawatir bahwa Jerman akan berusaha mengambil simpati banyak pihak, termasuk Yahudi. Inilah alasan lain mengapa Inggris menuruti permintaan Chaim Weizmaan, yakni demi mencegah Jerman mendapatkan simpati dari orang-orang Yahudi dunia15. Oleh karena itu, Inggris pada tanggal 31 Oktober 1917 melakukan rapat kabinet. Awalnya, tidak semua orang dalam kabinet setuju terhadap rencana Inggris mendukung Zionisme. Lord Cuzon, bekas wakil Inggris untuk India, awalnya mempertanyakan hal ini. Begitu pula Edwin Montagu, Menteri negara urusan India yang merupakan seorang Yahudi, meyakini bahwa Zionisme justru akan membangkitkan anti-Semitisme. Penolakan lain juga ditunjukkan oleh pembesar Yahudi non-Zionis lainnya, seperti Claude Goldsmith Montefiore yang merupakan keturunan Moses Hess16. Meskipun rapat kabinet sempat ditunda karena imbangnya jumlah suara yang setuju dan yang tidak setuju, pada akhirnya keluarlah hasil yang menunjukkan bahwa pemerintah Inggris mendukung rencana Zionis untuk membuat tanah air, namun dengan syarat Yahudi harus menghindari hal-hal yang dapat merugikan komunitas-komunitas Arab di Palestina.
Pada
tanggal 2 November 1917, surat deklarasi Balfour keluar dan pada tanggal 9 November disampaikan kepada Lord Rotshchild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris17, menunjukkan dukungan terhadap pendirian rumah kebangsaan (negara) di Palestina bagi orang-orang Yahudi.
13
Mayir Verete, Norman Rose, op.cit., hal. 244 Ibid. 15 William L. Cleveland, op.cit., hal. 243 16 Simon Sebag Montefiore, op.cit., hal. 548 17 William L. Cleveland, op.cit., hal. 244 14
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Gambar 1. Naskah asli Deklarasi Balfour
Dalam bahasa Indonesia, surat deklarasi tersebut berbunyi seperti berikut: Departemen Luar Negeri, 2 November 1917 Yang terhormat, Lord Rotschild Saya sangat senang menyampaikan kepada anda atas nama Pemerintah Inggris, pernyataan simpati terhadap aspirasi zionis yang telah diajukan kepada dan telah disetujui oleh Kabinet. “Pemerintah Inggris memandang positif pendirian tanah air orang Yahudi di Palestina, dan akan menggunakan usaha terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa tidak ada suatu pun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitaskomunitas non Yahudi yang ada di Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara-negara lainnya.” Saya sangat berterimakasih jika anda dapat menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh federasi zionisme. Salam, Arthur James Balfour
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Terbentuknya deklarasi Balfour tentu memicu lahirnya banyak tanggapan dari berbagai pihak di dunia. Orang-orang Yahudi, khususnya para Zionis, menyambutnya dengan suka cita, karena telah melegitimasi cita-cita kongres Zionisme pertama. Namun tidak semua orang Yahudi mendukung hal ini. Ada sebuah pernyataan dari kelompok Yahudi lain bahwa sebenarnya Yahudi adalah sebuah agama, bukan bangsa yang merasa harus memiliki tanah airnya sendiri18. Bangsa Arab sendiri menunjukkan tanggapan yang negatif atas deklarasi Balfour. Alasan utamanya adalah karena bangsa Yahudi telah berani memaksakan klaim mereka terhadap tanah Palestina. Padahal, tanah Palestina telah menjadi milik bangsa Arab selama berabad-abad19. Bangsa Arab Palestina tentu tidak dapat mempertahankan wilayah mereka. Usaha mereka tidak ada yang berarti karena saat itu kekuasaan Turki Usmani di tanah Arab mulai runtuh di bawah tekanan Perancis dan Inggris.
Inggris Menduduki Palestina Sebelum kedatangan Inggris, di Palestina telah ada perwakilan-perwakilan Jerman dan Turki Usmani. Mendengar kabar penyerangan oleh panglima Inggris yang bernama Sir Edmund Allenby telah dimulai, Jemal Pasha dan Von Falkenhayn memutuskan untuk mendeportasi orang-orang Yahudi yang telah ada di Yerussalem. Allenby pada tanggal 25 November 1917 berhasil merebut wilayah Nabi Samuel di luar Yerussalem. Kedatangannya membuat Jerman akhirnya memutuskan untuk memindahkan markasnya ke tempat lain, yakni wilayah Nablus. Perang itu berlangsung selama empat hari. Tentara-tentara Jerman dan Turki Usmani sempat melawan balik meski akhirnya harus menelan kekalahan20. Pada bulan Desember tahun 1917, Inggris menduduki Palestina dan wilayah tengahnya. Tanggal 4 Desember, pesawat-pesawat Inggris membombardir markas besar Turki Usmani. Hussein Husseini, seorang Turki Usmani yang merupakan Walikota Yerussalem akhirnya menyerah21. Dalam pidatonya, Allenby mengatakan bahwa perang Salib telah usai dengan berhasil didudukinya Palestina, tepatnya Yerussalem. Perkataannya seakan menyatakan bahwa
18
Jay Walz, The Middle East, New York: New York Times Company, 1966, hal. 68 Jay Walz, op.cit., hal. 77 20 Simon Sebag Montefiore, op.cit., hal. 542 21 Ibid. 19
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
tujuan perang Salib adalah Yerussalem dan perang Salib belum usai sejak pertama kali dilancarkan dari bumi Eropa lebih dari 800 tahun22. Kependudukan Inggris atas Palestina terus berjalan sejak saat itu, hingga pada tanggal 24 Juli 1922, Inggris mendapat mandat atas Palestina yang disahkan oleh PBB. Kemudian pada tanggal 14 Agustus, Herbert Samuel, seorang Yahudi Zionis ditempatkan sebagai wakil Inggris di Palestina, dan sejak saat itu izin resmi migrasi bangsa Yahudi mulai berlaku. Migrasi secara gencar dilakukan bangsa Yahudi dari seluruh dunia, dan tentu mereka menempati wilayah Palestina secara paksa sehingga sering menimbulkan konflik dengan bangsa Arab pribumi. Di akhir perang dunia pertama, orang Yahudi di Palestina berjumlah sekitar 50.000 orang, dan dengan adanya migrasi besar-besaran, jumlah orang Yahudi terus bertambah sampai berjumlah sekitar 160.000 jiwa pada tahun 1928 atau sekitar 20 persen populasi Palestina23. Keadaan ini tentu tidak dapat diterima oleh bangsa Arab, sehingga mereka melakukan gerakangerakan pemberontakan terhadap Inggris yang berperan sebagai pemegang mandat. Tuntutantuntutan paling utama yang dikemukakan oleh gerakan-gerakan tersebut adalah sebagai berikut:24 1) Menghapus janji Balfour yang dianggap penuh dengan ketidakadilan atas hak-hak rakyat Paestina. 2) Menghentikan migrasi Yahudi. 3) Menghentikan penjualan tanah kepada Yahudi. 4) Mendirikan pemerintahan Palestina dengan dipilih oleh parlemen (majelis tasyri’i) yang menjadi penjelmaan keinginan hakiki masyarakat. 5) Masuk dalam negosiasi dengan Inggris untuk membuat kesepakatan yang akhirnya dapat memerdekakan Palestina. Gerakan nasional Palestina terus dilakukan demi melawan Inggris dan orang Yahudi. Dalam periode 1918-1929 telah terjadi tiga kali gerakan revolusi oleh bangsa Palestina, yakni revolusi Musa An-Nabi (4-10 April 1920 di Al-Quds), Revolusi Yafa (1-15 Mei 1922 di Yafa), dan Revolusi Buraq (15 Agustus-2 September). Dalam revolusi-revolusi tersebut, banyak korban
22
Muhsin M. Saleh, PALESTINA Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hal. 45 Philip C. Jesup, Asip Agus H, M. Ahmad Jalidu, The Birth of Nations, Israel, Yogyakarta: Center for Information Analysis, 2006 hal. 349 24 Muhsin M. Saleh, op.cit., hal. 50 23
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
yang berjatuhan baik dari pihak Arab maupun Yahudi. Namun tragisnya, bangsa Arab lebih dipersulit oleh Inggris25. Seperti yang terjadi pada tanggal 20 April 1920, dimana orang-rang Arab ditembaki oleh 188 polisi Inggris dibawah pimpinan Sir Ronald Storrs. Pembersihan etnis oleh Nazi Hitler sejak tahun 1933 membuat gelombang migrasi Yahudi ke Palestina semakin besar. Para imigran dari Jerman ini cenderung bernasib kurang baik karena harta benda mereka tidak dapat dibawa sedikit pun. Inilah nasib para imigran Yahudi yang berstatus sebagai pelarian. Namun bagi mereka hal ini jauh lebih baik daripada harus menjadi korban pembantaian Nazi26. Pada tahun 1935, sekitar 60.000 Yahudi Jerman berhasil masuk ke Palestina27. Revolusi terbesar oleh bangsa Palestina tercatat dalam periode 1936-1939. Arab Palestina mulai merasakan bahaya proyek Yahudi Zionis yang semakin banyak berdatangan. Sejak tahun 1930, dikatakan bahwa para imigran Yahudi tidak hanya datang dengan tangan kosong, melainkan juga menyelundupkan senjata28. Inggris sebagai pemegang mandat tidak mampu menyelesaikan masalah pemberontakan internal bangsa Arab yang semakin lama terlihat semakin buruk. Menurut mereka, bangsa Arab dan Yahudi tidak dapat hidup bersama dengan damai. Oleh karena itu, akhirnya masalah Palestina diambil alih oleh PBB pada tahun 1937. Sementara itu, muncul wacana bahwa bekas wilayah mandat Inggris akan dibagikan kepada Palestina dan Israel.29 Setelah melalui proses yang cukup panjang, pada tanggal 29 November 1947 keluarlah resolusi PBB No. 181 yang berisi persetujuan PBB atas rencana untuk pemisahan dengan mempertahankan penyatuan secara ekonomi sebagai solusi alternatif30. Resolusi ini disetujui 33 negara, ditentang 13 negara, dan 10 negara abstain. Berikut pembagian wilayah berdasarkan resolusi tersebut:
25
Ibid, hal. 53 Jay Walz, op.cit, hal.69 27 Ibid hal. 70 28 Muhsin M. Saleh, op.cit., hal 54 29 Jay Walz, op.cit., hal. 70 30 Philip C. Jesup, Asip Agus H, M. Ahmad Jalidu, op.cit., hal. 353 26
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
1) Negara Arab, dengan wilayah Acre, Nazareth, Jenin, Nablush, Ramalah, Hebron, Jalur Gaza, dan Pelabuhan Jaffa. 2) Negara Yahudi, dengan wilayah Safad, Tiberias, Beisan, Haifa, Tulkarm, Ramleh, Sahara, Negeb, dan Jaffa. 3) Yerussalem sebagai wilayah di bawah pengawasan internasional. Pembagian wilayah ini diterima oleh Yahudi dan ditentang sepenuhnya oleh bangsa Arab 31, karena walau bagaimanapun, bangsa Arab bersikeras tidak ingin berbagi tanah dengan bangsa Yahudi yang dianggap tidak punya hak sama sekali atas Palestina. Oleh karena itu, PBB berencana untuk menerapkan sistem perwalian sementara oleh PBB, karena Palestina belum dapat menjalankan pemerintahannya sendiri. Namun hal ini tetap saja ditolak oleh bangsa Arab Palestina. 33 negara yang setuju dengan keputusan pembagian wilayah ini di antaranya adalah Amerika, Uni Soviet, dan Perancis. Sedangkan 13 negara yang menolak di antaranya adalah negara-negara Arab, ditambah Afghanistan, Iran, Turki, Pakistan, India, Cuba, dan Yunani. Beberapa negara Amerika Latin, juga Ethiopia memilih untuk abstain. Begitu juga Inggris yang memilih abstain karena terkait mandatnya32. Indonesia sendiri, negara mayoritas muslim yang baru berdiri pada tahun 1945, tidak memberikan suaranya karena saat itu belum menjadi anggota PBB.
Proklamasi Israel Dalam periode 1917-1948, janji Balfour benar-benar memberikan kekuatan pada bangsa Yahudi. Kelahiran negara baru yang selama ini mereka impi-impikan terasa semakin dekat waktunya. Sementara orang-orang Arab Palestina sendiri terus berjuang mempertahankan hak dan tuntutan-tuntutannya. Beberapa periode hanya diisi dengan konflik antara kedua pihak tersebut. Pada tahun 1939 hingga tahun 1945, terjadi perang dunia II. Saat itu Palestina telah kehilangan harapan untuk dapat mengusahakan pembebasan mereka. Akhirnya pemerintahan 31 32
Ibid. Jay Walz, op.cit., hal. 71
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
nasional Palestina jatuh. Di sisi lain, Yahudi berhasil mengeksploitasi perang dunia II33, meminta dukungan untuk mendirikan negara di Palestina dengan mempropaganda kabar mengenai hal yang mereka alami di Jerman dan Eropa Timur. Menjelang usai PD II, Inggris terlihat mulai tidak stabil. Hal ini membuat Yahudi memilih berpaling kepada Amerika. Melalui lobi para petingginya, Israel berhasil mendapat simpati dari Amerika34. Presiden Amerika, Harry S. Truman, sangat mendukung rencana Yahudi untuk mendirikan negara di Palestina. Dukungan ini membuat Yahudi Zionis semakin leluasa melakukan imigrasinya yang memang terus berlanjut sejak imigrasi awal. Dalam waktu 9 tahun (1940-1948) saja, mereka telah berhasil membuat 73 pemukiman baru di Palestina35. Sejak saat itu perang mulai pecah di Palestina antara Arab dan Yahudi. Keunggulan Yahudi yakni adanya bantuan negara asing seperti Amerika. Sementara Arab Palestina benarbenar masih terbelakang dan cenderung kekurangan persenjataan. Setelah beberapa waktu, bangsa Arab Palestina kemudian mendapatkan bantuan dari Ikhwanul Muslimin yang berasal dari berbagai negara Arab, dan yang cukup berperan besar adalah Ikhwanul Muslimin Mesir. Perang usai dengan kemenangan pihak Yahudi. Mereka berhasil menguasai sekitar 78% wilayah Palestina36. Selama perang tahun 1948, banyak bangsa Arab Palestina yang diusir dan ditelantarkan. Zionis Yahudi juga dikatakan telah melakukan sekitar 34 operasi pembantaian terhadap warga Palestina tanpa pandang bulu. Di antara pembantaian ini, yang paling terkenal adalah Holocaust Dir Yasin pada tanggal 9 April 194837. Akhirnya, sebuah peristiwa puncak muncul pada tanggal 14 Mei 1948, yakni proklamasi berdirinya sebuah negara baru, Israel. Sang proklamator terbentuknya Israel adalah David ben Gurion, yang selanjutnya, pada tahun 1949 terpilih menjadi Perdana Menteri pertama Israel. Sementara itu, orang yang menjadi Presiden pertama adalah perunding atas deklarasi Balfour, yakni Chaim Weizmann. Pada periode pemerintahan kedua orang ini, imigrasi orang-orang Yahudi ke Israel diputus demi menjaga keamanan negara Israel, karena dikhawatirkan terganggu oleh tekanan-tekanan orang Arab.
33
Muhsin M. Saleh, op.cit., hal. 66 Jay Walz, op.cit., hal. 70 35 Muhsin M. Saleh, op.cit., hal. 67 36 Ibid., hal. 72 37 DR. Muhsin M. Saleh, op.cit., hal 73. 34
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Pasca proklamasi Israel, perang kembali terjadi antara pihak Arab dan Yahudi. Ketika itu, pihak Arab telah mengepung Israel dari berbagai penjuru. Negara-negara Arab yang bertetangga dengan Israel telah menyiapkan pasukan mereka masing-masing. Mesir dikenal memiliki tentaratentara didikan Inggris38. Yordania (ketika itu Transjordan) dipimpin oleh Brigadir John Bagot Glubb. Irak, Suriah, dan Lebanon memiliki pasukan yang banyak diisi oleh relawan39. Perang ini ternyata berakhir dengan kemenangan di pihak Israel. Kasus korupsi yang ketika itu terjadi di masa pemerintahan Raja Farouk di Mesir menyebabkan krisis persenjataan dan makanan. Hal ini tentunya berakibat buruk pada pasukan Mesir. Pasukan Transjordan mungkin memperlihatkan usaha yang lebih baik, namun tetap tidak berpengaruh besar. Pasukan Irak dipersulit oleh jarak mereka yang sangat jauh. Sementara itu, pasukan Lebanon dan Suriah tidak memperlihatkan perjuangan yang begitu sungguh-sungguh, dikarenakan latar belakang mereka yang merupakan para amatir perang40. Sekitar tahun 1956, para pemimpin Israel pernah berencana untuk mengadakan sebuah konferensi perdamaian. Dalam konferensi ini, dibicarakan jalan apa saja yang dapat diambil demi tercapainya perdamaian antara bangsa Arab dan Israel. Para pemimpin Arab menolak undangan tersebut. Menurut mereka, jika bangsa Arab memenuhi undangan konferensi tersebut maka sama saja mereka mengakui hak Israel untuk berdiri di atas tanah Palestina41. Jauh setelah Israel berdiri, tepatnya saat ini, di berbagai belahan dunia banyak demonstrasi dan unjuk rasa dilakukan, baik oleh orang-orang Islam maupun non-Islam untuk mengecam Israel, berharap negara ini dihapus dari muka bumi. Kebencian bangsa dunia terhadap Israel disebabkan agresi yang terus dilakukan oleh mereka ke tanah Palestina yang bagi sebagian besar orang tentunya tidak manusiawi. Bahkan kelompok Yahudi lain mengecam Israel. Sebut saja Neturei Karta. Kelompok Yahudi ini merupakan kelompok Yahudi anti-Zionisme. Mereka menentang visi-visi Zionisme, termasuk pendirian negara Israel di Palestina. Menurut mereka, orang Yahudi memang ditakdirkan hidup tanpa negara sampai “juru selamat” (Messiah) datang. Fakta lain yang perlu diketahui adalah bahwa Yahudi sebenarnya adalah agama, bukan bangsa42. 38
Jay Walz, op.cit., hal. 73 Ibid. 40 Ibid. 41 Ibid., hal. 77 42 Jay Walz, op.cit., hal. 68 39
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Oleh karena itu, jika pada kenyataannya orang-orang Yahudi tersebar ke banyak tempat maka hal ini merupakan hal yang wajar, seperti yang dialami penganut agama-agama selain Yahudi.
Kesimpulan Rencana Yahudi mendapatkan Palestina untuk membuat sebuah negara mungkin telah ada sejak lama. Akan tetapi, seperti yang telah kita ketahui, kepercayaan diri bangsa Yahudi menjadi begitu besarnya sejak keluar sebuah surat perjanjian dari Britania Raya/Inggris yang terkenal dengan nama “Deklarasi Balfour”. Dinamakan sesuai dengan nama penulis dan penanda tangannya, Arthur James Balfour. Deklarasi Balfour merupakan awal segalanya. Peristiwa ini menjadi titik awal menuju pembentukan Negara Yahudi yang sekarang kita kenal dengan nama Israel. Disebut titik awal karena pada kenyataannya bukan hanya deklarasi Balfour yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya Israel. Selain Inggris dengan deklarasi Balfour tersebut, pihak yang sangat berperan di antaranya adalah PBB. Usulan PBB untuk membagi wilayah mandat Inggris kepada Arab dan Yahudi akhirnya direalisasikan karena didukung oleh 33 negara dan ditolak 13 negara. Hal ini kemudian menguatkan posisi Israel sebagai sebuah negara yang siap berdiri, karena memiliki wilayah yang secara langsung diberikan oleh PBB. 33 negara yang menyetujui resolusi PBB tentu dapat dikatakan sebagai pihak lain yang turut berperan, namun Amerika adalah negara yang paling besar perannya. Pengakuan Amerika terhadap proklamasi Israel tentu dianggap sebagai sebuah bentuk dukungan yang besar karena Amerika adalah negara yang disegani. Satu hal lagi yang dapat ditarik adalah mengenai karakteristik orang Yahudi. Kecerdasan, watak yang kuat, serta kemampuan bernegosiasi yang hebat adalah beberapa kelebihan orangorang Yahudi yang melekat kuat dengan karakter mereka, dan hal ini harus diakui. Dengan “bakat” tersebut, mereka telah berhasil mewujudkan cita-cita mendirikan Israel. Oleh karena itu, merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri jika tokoh utama di balik berdirinya Israel adalah orang-orang Yahudi itu sendiri.
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014
Daftar Pustaka : Boraas, Tracey. Israel. Minnesotta: Capstone Press. 2003 Cleveland, William L. A History of Modern Middle east Third Edition. Colorado: Westview Press. 2004 Garaudy, Roger, Maulida Khiatuddin. Mitos dan Politik Israel. Jakarta : Gema Insani Press. 2000 Green, E. H. H. Balfour. London: Haus Publishing Limited. 2006 Jesup, Philip C, Asip Agus H, M. Ahmad Jalidu. The Birth of Nations, Israel. Yogyakarta: Center for Information Analysis. 2006 Maulani, Z. A. Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia. Jakarta: Panerbit Daseta. 2002 Montefiore, Simon Sebag. Jerussalem The Biography. London: Weidenfeld & Nicolson. 2011. Saleh, Muhsin M. PALESTINA sejarah, perkembangan dan konspirasi. Jakarta: Gema Insani Press. 2001. Verete, Mayir, Norman Rose. From Palmerston to Balfour: Collected Essays of Mayir Verete. London: Frank Cass & Co. Ltd. 1992 Walz, Jay. The Middle East. New York: New York Times Company. 1966
Deklarasi Balfour ..., M Nahri Aljaddid, FIB UI, 2014