DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP STRATEGI KOPING PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Manuscript
Oleh : Mohammad Syaiful Ari Nurmawan G2A012059
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
http://jurma.unimus.ac.id
Dukungan Keluarga Terhadap Strategi Koping Pasien Stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Mohammad Syaiful Ari Nurmawan 1 , Desi Ariyana Rahayu 2, Eni Hidayati 3 1. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS, 2. Dosen Keperawatan Jiwa FIKKES UNIMUS 3. Dosen Keperawatan Jiwa FIKKES UNIMUS Abstrak Penyakit stroke dapat berakibat fatal terhadap penderita. Serangan stroke menimbulkan kerusakan pada jaringan syaraf otak yang dapat mengakibatkan kecacatan, antara lain berupa kelumpuhan pada separuh badan. Dukungan keluarga yang dibutuhkan oleh penderita stroke. Dukungan keluarga yang diberikan memudahkan subjek dalam memunculkan strategi koping. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap strategi koping pada pasien stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain diskriptif korelasi serta pendekatan cross sectional. Populasinya para pasien stroke yang di rawat di ruang rawat inap di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang berdasarkan data bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016 jumlah populasi sebanyak 35 pasien stroke dengan menggunakan teknik sampling consequtive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga responden adalah kategori baik yaitu sebanyak 51,4%, Sebagian besar strategi koping responden adalah kategori maladaptif yaitu sebanyak 65,7%. Hasil uji statistic ditemukan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan strategi koping pasien stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Berdasarkan hasil penelitian maka diharapkan kepada pihak institusi pendidikan keperawatan ikut berperan serta dalam proses pendampingan terhadap pasien stroke terutama keluarga pasien untuk memberikan informasi dan penyuluhan tentang pentingnya dukungan keluarga agar pasien dapat kembali mendapatkan kesembuhan secara lebih cepat. Kata Kunci : Dukungan keluarga, Strategi Koping, Pasien Stroke.
Abstract Stroke can be fatal to the patient. A stroke cause damage to the nervous tissue of the brain that can lead to disability, which include paralysis of half the body. Family support needed by patients with stroke. Family support given subject in eliciting facilitate coping strategies. The research objective was to determine the effect of family support for coping strategies in stroke patients at the Islamic Hospital Sultan Agung Semarang. The study design was quantitative with descriptive design correlation and cross sectional approach. The population of stroke patients treated in inpatient Islamic Hospital Sultan Agung Semarang based on data from January to the month of March 2016 a total population of 35 stroke patients with consequtive sampling using sampling techniques. The results showed that the majority of respondents support a family is a good category that is as much as 51.4%, majority of the respondents coping strategies are maladaptive category is 65.7%. The results of statistical tests found no relationship between family support with coping strategies stroke patients at the Islamic Hospital Sultan Agung Semarang. Based on the research results is expected that the nursing education institutions participate in the process of assistance to the families of stroke patients mainly patient to provide information and counseling about the importance of family support so that patients can regain faster healing. Keywords: Family support, Coping Strategies, Stroke Patients
http://jurma.unimus.ac.id
PENDAHULUAN Stroke merupakan penyakit yang menyerang jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen ke dalam otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini disebabkan karena adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak tersebut (Iskandar, 2011). Menurut American Heart Association (AHA), angka kematian penderita stroke di Amerika setiap tahunnya adalah 50 – 100 dari 100.000 orang penderita (Dinata, 2013). Menurut World Health Organization (WHO), terdapat 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke setiap tahun. Sekitar 5 juta menderita kelumpuhan permanen. Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang memiliki prevalensi cukup tinggi terhadap penyakit stroke, yaitu terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke, sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan terjadi pada sekitar 800–1000 kasus stroke setiap tahunnya (Junaidi, 2011). Depkes RI menyebutkan bahwa di perkotaan besar kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9 %, sedangkan di pedesaan sebesar 11,5 % (Depkes RI, 2013). Prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2009 adalah 0,05% lebih tinggi dibandingkan dengan angka tahun 2008 sebesar 0.03. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Data prevalensi penyakit stroke di provinsi Jawa Tengah menurut diagnosis tenaga kesehatan 5,7%, dan secara keseluruhan sebesar 7,6%. Prevalensi penyakit stroke tertinggi terdapat di Kabupaten Semarang (17,4%) Riskesdas (2013). Dukungan keluarga yang dibutuhkan oleh penderita stroke meliputi sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain (orangtua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan subjek dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai (Ali, 2009). Dukungan keluarga memiliki 4 dimensi dukungan yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
http://jurma.unimus.ac.id
dukungan informatif (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepuasaan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari - hari dimana peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek perawatan kesehatan keluarga mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Dukungan keluarga yang diberikan memudahkan subjek dalam memunculkan strategi koping. Strategi koping merupakanproses atau cara untuk mengelola dan mengolah tekanan psikis (baik secara eksternal maupun internal) yang terdiri atas usaha baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk intrapsikis (peredaman emosi, pengolahan input dalam kognitif). Strategi koping bertujuan untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan atau tekanan baik dari dalam maupun dari luar (Hasan & Rufaidah, 2013). Hasil penelitian Hasan dan Rufaidah (2013) menunjukan semakin tinggi dukungan yang bersumber dari keluarga,diperoleh penderita akan semakin baik pula strategi koping yang dimunculkan oleh penderita stroke. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga dengan aspek-aspek yang ada didalamnya dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksi strategi kopingpada penderita stroke. Secara psikologis, apabila dukungan dari lingkungan sosial penderita stroke mampu mengoptimalkan aspek emosional, penghargaan, informasi, dan instrumental berupa perhatian, nasehat, saran, pemberian pekerjaan, dan sebagainya, maka dukungan sosial tersebut akan mampu meningkatkan strategi koping pada penderita strokesehingga penderita merasa bahwa dirinya masih dibutuhkan, diperhatikan, dan merasa bahwa dirinya tidak berbeda dengan manusia yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2009) di RSU Moh. Hosein Palembang mengungkapkan bahwa strategi koping yang muncul pada penderita stroke non hemoragik sebesar 3 dari 5
orang yang telah dilakukan wawancara secara
mendalam dengan keluarga dan pasien menunjukan hasil yaitu koping yang digunakan penderita adalah koping maladaptif. Karena perubahan dalam diri
http://jurma.unimus.ac.id
mereka ketika mereka tahu bahwa mereka sakit stroke ,merasa sedih,marah,malu, tidak berguna,merasa menjadi beban. Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Ruang Baitul Izzah II dan Stroke Centre ditemukan data 601 pasien stroke non hemoragik dan 41 pasien penderita stroke hemoragik pada tahun 2015. Jumlah penderita stroke bulan Januari hingga Maret 2016 terdapat 35 pasien. Berdasarkan wawancara terhadap 10 orang penderita stroke yang sedang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit
Islam
Sultan
Agung
menemukan
bahwa
semuanya
menyatakan
mendapatkan dukungan dari keluarga dalam proses penyembuhan penyakit stroke ini, namun demikian 3 diantaranya menyatakan masih sulit untuk dapat menerima kondisinya saat ini sehingga terkadang sulit baginya untuk menjalankan latihan dan terapi agar dapat segera pulih dari penyakit stroke. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain diskriptif korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Nursalam, 2008). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (cross sectional), dimana variabel sebab atau variabel bebas (independent) dan variabel akibat atau variabel terikat (dependent) diukur dalam waktu yang bersamaan dan sesaat (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang di rawat di ruang rawat inap Baitul Izzah II dan Stroke Centre Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang berdasarkan data bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016 jumlah populasi sebanyak 35 pasien stroke. Berdasarkan tiga bulan tersebut maka dirata-rata dalam satu bulan adalah sebanyak 69 pasien. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling, dengan jumlah sampel 35 orang
http://jurma.unimus.ac.id
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tahun 2016 (n=35) Dukungan keluarga
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang Baik
17 18
48,6 51,4
Jumlah
35
100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar dukungan keluarga responden adalah kategori baik yaitu sebanyak 18 orang (51,4%), dan yang dukungannya kurang sebanyak 17 orang (48,6%). Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan strategi koping pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tahun 2016 (n=35) Strategi Koping
Frekuensi
Persentase (%)
Maladaptif Adaptif
23 12
65,7 34,3
Jumlah
35
100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar strategi koping responden adalah kategori maladaptif yaitu sebanyak 23 orang (65,7%), dan yang strategi kopingnya adapatif sebanyak 12 orang (34,3%). Tabel 3 Hubungan dukungan keluarga terhadap strategi koping pasien stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tahun 2016 (n=35). Variabel
N
r
Hubungan dukungan keluarga dengan strategi koping pasien stroke
35
0,585
0,000
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,585 dengan nilai sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang
http://jurma.unimus.ac.id
bermakna antara dukungan keluarga dengan strategi koping pasien stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
b. Pembahasan 1) Gambaran dukungan keluarga Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga responden adalah kategori baik yaitu sebanyak 51,4%, dan yang dukungannya kurang sebanyak 48,6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya keluarga telah memberikan dukungan yang baik terhadap penderita dalam upaya menanamkan kepercayaan diri dan semangat untuk pasien stroke bisa bangkit kembali. Berdasarkan jawaban kuesioner tentang dukungan keluarga yang tertinggi terdapat pada pernyataan keluarga tidak memberi bantuan bantuan saat saya kesulitan beraktivitas ditemukan sebanyak 77,1% responden menjawab selalu, dan yang terendah terdapat pada pernyataan keluarga tidak memfasilitasi buku bacaan mengenai penyakit yang saya alami sebanyak 42,9% menyatakan kadang-kadang. Dukungan keluarga ini terutama diberikan kepada responden yang telah berusia lanjut dimana responden yang berusia lanjut sangat memerlukan dukungan dari keluarga. Responden yang berusia lanjut biasanya memiliki semangat untuk kesembuhan yang rendah, serta biasanya sudah tidak bekerja sehingga tidak memiliki sumber penghasilan. Keluarga menjadi topangan utama bagi responden yang sudah berusia lanjut. Responden penelitian yang sudah tidak bekerja juga sangat memerlukan dukungan dari anggota keluarga terutama dukungan dalam bentuk instrumental yang didalamnya termasuk dukungan financial. Hal ini berkaitan dengan sumber penghasilan yang tidak ada bagi responden yang sudah tidak bekerja. Dukungan finansial bagi responden yang sudah tidak bekerja seperti ini sangat membantu bagi responden untuk biaya pengobatan dan melakukan terapi penyembuhan stroke. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang
http://jurma.unimus.ac.id
yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan perilaku kesehatan. Dukungan yang diberikan oleh keluarga ini dapat meliputi empat komponen dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional (Sarafino, 2006). Dukungan instrumental menyebutkan bahwa keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan serta bentuk bantuan financial. Hasil penelitian menemukan bahwa sebagaian besar dukungan informasional dalam kategori baik yaitu sebanyak 60,0%, dan yang kurang sebanyak 40,0%). Dukungan informasinal yang terbanyak terdapat pada pernyataan keluarga menanggung pemeriksaan kesehatan saya yaitu sebanyak 71,4% menjawab selalu. Dukungan dukungan informasional yang menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan rasa kepercayaan diri pada individu. Hasil penelitian tentang dukungan informasional didapatkan sebagian besar dalam kategori kurang yaitu sebesar 51,4% dan yang baik sebesar 48,6%. Dukungan informasional yang paling menonjol adalah pada penyataan keluarga selalu menjelaskan tentang penyakit dan pengobatan yang saya jalani yaitu sebanyak 57,3% menjawab selalu. Dukungan penilaian menunjukkan bahwa keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan penilaian sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 54,3% dan yang buruk sebanyak 45,7%.
http://jurma.unimus.ac.id
Pernyataan yang paling menonjol adalah keluarga mengarahkan saya untuk melakukan pengobatan di rumah sakit sebanyak 65,7% responden menjawab selalu. Dukungan emosional menyebutkan bahwa keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Hasil penelitian menemukan bahwa dukungan emosional sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 57,1% dan yang kurang sebanyak 42,9%. Pernyataan tentang dukungan emosional yang paling menonjol adalah keluarga memberikan dorongan kepada saya untuk melakukan pengobatan sebanyak 54,3% menjawab selalu. Penelitian yang dilakukan Wiranto (2013) yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien penderita dibetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, menemukan sebagian besar dukungan keluarga responden adalah dalam kategori baik yaitu sebanyak 53,2%. 2) Gambaran strategi koping Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar strategi koping responden adalah kategori maladaptif yaitu sebanyak 65,7%, dan yang strategi kopingnya adaptif sebanyak 34,3%. Mekanisme koping maladaptif yang digunakan tersebut adalah dengan menggunakan strategi mekanisme koping fiksasi yaitu individu yang tergantung pada individu lain dimana dalam menghadapi penyakit stroke yang diderita sehari-hari individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dimana individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung
http://jurma.unimus.ac.id
dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Berdasarkan jawaban responden tentang strategi koping yang tertinggi terdapat pada pernyataan saya berdoa (shalat), berserah diri kepada tuhan sebanyak 34,3% menjawab sering, dan yang terendah terdapat pada pernyataan saya mencoba untuk menyelesaikan masalah menjadi ringan sehingga dapat mengatasinya dengan lebih baik sebanyak 45,7% menjawab kadang-kadang. Hasil penelitian juga menemukan mekanisme koping adaptif, yaitu responden mampu menghasilkan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi serta masalah yang dihadapi seperti halnya mekanisme koping adaptif yang digunakan oleh responden dengan supresi dengan pendekatan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impulsimpuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitikberatkan kepada tugas, dimana dirinya sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan. Mekanisme koping adaptif yang digunakan oleh responden dapat mendukung fungsi integrasi atau kemampuan secara mandiri, pertumbuhan belajar untuk mencapai tujuan dimana dapat ditandai dengan mampu berbicara dengan orang lain, dapat memecahkan masalah dengan efektif, dan dapat melakukan aktifitas konstruktif dalam menghadapi stressor. Proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stressful, koping merupakan respon individu yang muncul dan dapat di gunakan saat situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik (Struart dan Sundeen, 2007). Berdasarkan kelompok umurnya diketahui bahwa dari 11 responden yang berumur ≤ 56 tahun sebagian besar kopingnya kategori maladaptif yaitu sebanyak 63,6%, dan yang adaptif sebanyak 36,4%, sementara dari 24 responden yang umurnya > 56 tahun sebagian besar strategi kopingnya kategori maladaptif yaitu sebanyak 66,7% dan yang adaptitf sebanyak
http://jurma.unimus.ac.id
33,3%. Artinya bahwa hasil penelitian ini menemukan umur tidak mempengaruhi strategi koping responden, dimana penelitian menemukan bahwa responden yang umurnya ≤ 56 atau > 56 tahun sebagian besar sama-sama memiliki strategi koping yang maladaptif. Koping berdasarkan tingkat pendidikan ditemukan bahwa dari 3 responden yang pendidikannya SD sebagian besar strategi kopingnya maladaptif yaitu sebanyak 66,7%, dari 21 pendidikan SLTP sebagian besar strategi kopingnya juga maladaptif yaitu sebanyak 61,9% dan yang pendidikannya SLTA sebagian besar kopingnya maladaptif yaitu sebanyak 72,7%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian pendidikan tidak mempengaruhi startegi koping responden. Berdasarkan pekerjaan pada responden yang tidak bekerja sebagian besar strategi kopingnya maladaptif yaitu sebanyak 76,9%, yang bekerja swasta strategi kopingnya maladaptif yaitu sebanyak 53,8% dan yang wiraswasta sebagian besar strategi kopingnya juga maladaptif yaitu sebanyak 66,7%. Sehingga juga dapat dinyatakan pekerjaan responden tidak mempengaruhi strategi kopingnya. 3) Hubungan dukungan keluarga terhadap strategi koping pasien stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,585 dengan nilai sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan strategi koping pasien stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Angka koefisien korelasi sebesar 0,585 menunjukkan adanya hubungan yang cukup antara dukungan keluarga dengan strategi koping pasien strokes. Nilai hubungan sebesar 0,585 juga memiliki arti bahwa dukungan keluarga memberikan pengaruh terhadap strategi koping sebesar 34,22%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hery (2011) yang mendapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial keluarga dengan mekanisme koping artinya bahwa melalui dukungan keluarga yang baik maka pasien stroke mampu memiliki mekanisme koping yang baik pula. Penelitian ini juga sejalan dengan
http://jurma.unimus.ac.id
penelitian Nasution (2014) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi yaitu dimensi instrumen (54,3%),dimensi informasi (65,7%), dimensi penghargaan (51,4%), dimensi emosional (71,4%) dengan mekanisme koping (85,7%) pasien dabetes melitus dengan nilai (r 0,342) dan nilai signifikan (p=0,044). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik dukungan yang diberikan keluarga, maka mekanisme koping pasien diabetes melitus semakin baik juga. Seseorang yang mengalami respon stres dalam perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit, mungkin ia menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan (Purnawan, 2008). Adanya motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi untuk menghadapi dan menyalesaikan masalah akan membentuk koping yang destruktif. Jika tiap-tiap kebutuhan dapat dicapai, maka individu termotivasi untuk mencari kebutuhan pada tahap yang lebih tinggi berikutnya, sehingga individu akan mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Koping yang efektif menempati tempat yang sentral terhadap daya tahan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial dan spiritual. Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan, tetapi justru penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Nursalam dan Kurniawati, 2007).
http://jurma.unimus.ac.id
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak dideksripsikannya serangan stroke yang keberapa yang dialami responden pada saat penelitian ini berlangsung, serta tingkat keparahan responden sehingga dapat mempengaruhi kemampuan koping responden. PENUTUP Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan: 1. Sebagian besar dukungan keluarga responden adalah kategori baik yaitu sebanyak 51,4%, dan yang dukungannya kurang sebanyak 48,6%. 2. Sebagian besar strategi koping responden adalah kategori maladaptif yaitu sebanyak 65,7%, dan yang strategi kopingnya adaptif sebanyak 34,3%. 3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan strategi koping pasien stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan strategi koping pasien stroke, sehingga diharapkan untuk institusi penddidikan keperawatan ikut berperan serta dalam proses pendampingan terhadap pasien stroke terutama keluarga psien untuk memberikan informasi dan penyuluhan tentang pentingnya dukungan keluarga agar pasien dapat kembali mendapatkan kesembuhan secara lebih cepat. Pelayanan keperawatan diharapkan dapat memberikan suasana yang kondusif dan menyenangkan terhadap pasien stroke dengan berupaya meningkatkan semangat penderita stroke untuk melakukan rehabilitasi pasca stroke. KEPUSTAKAAN Ali, Z. (2009). Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta: EGC Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI Departemen Kesehatan RI, 2013. Distribusi Penyakit Sistem Sirkulasi Darah Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit, Indonesia Tahun 2012. Jakarta Friedman, M.M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek. Jakarta : EGC
http://jurma.unimus.ac.id
Hasan, N. & Rufaidah, E. R. 2013. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Strategi Koping Pada Penderita Stroke RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Talenta Psikologi, 2(1): 41-62. Hery, E. (2011). Tingkat kecemasan, dukungan sosial, dan mekanisme koping terhadap kelentingan keluarga pada keluarga dengan TB paru di Kecamatan Ciomas Bogor. Artikel. Institut Pertanian Bogor Iskandar, J. (2011). Stroke, Waspadai Ancamannya. Jakarta: Andi Publisher Nasution, A.A. (2014). Hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien diabetes melitus di RSUD Deli Serdang. Artkel Skripsi. Universitas Sumatera Utara Notoadmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam dan Kurniawati, N.E. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan :Pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Purnawan, I. 2008. Dukungan /author/wawan2507/
Keluarga.
http://wawan2507.com
Sarafino, E. P. (2009). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons Stuart, G. (2007). Keperawatan Jiwa : Aplikasi Pada Praktek Klinis. Jakarta : EGC. Tamher, S. dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Wahyuni D. (2009). Mekanisme koping pasien stroke non hemoragik (laki-laki dan perempuan) pada usia produktif di Palembang. Artikel. FK Universitas Sriwijaya. Wiranto, B.A. (2013). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien penderita dibetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Artkel Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang
http://jurma.unimus.ac.id