Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015
ISSN : 2337 - 8085
STUDI FAKTOR–FAKTOR PENYEBAB OBESITAS PADA SISWA SMK FARMASI CUT MEUTIA KOTA BANDA ACEH
Nur Asiah1, Suzanni2, Sari Wahyuni3 1,2,3) AKPER Tgk. Fakinah Banda Aceh Email:
[email protected] ABSTRAK Modernisasi dan kecenderungan pasar global yang mulai dirasakan di sebagian besar negara-negara berkembang telah memberikan kepada masyarakat beberapa kemajuan dalam standar kehidupan dan pelayanan yang tersedia. Akan tetapi modernisasi juga telah membawa beberapa konsekuensi negatif yang secara langsung dan tidak langsung telah mengarahkan terjadinya penyimpangan pola makan dan aktifitas fisik yang berperan penting terhadap munculnya obesitas (Supariasa, 2002). Obesitas terjadi pada anak–anak, remaja maupun dewasa. Obesitas juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor keturunan, jenis kelamin, banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan dan pola makan yang salah. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji faktor–faktor yang menyebabkan obesitas pada siswa SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan pada seluruh siswa dengan jumlah 150 orang sebagai sampel. Peneliti melakukan wawancara dengan responden dalam bentuk kuisioner satu persatu yang dilanjutkan dengan pengukuran dengan rumus IMT (Indeks Massa Tubuh). Melalui data yang diperoleh dilakukan pengolahan data dengan analisa univariat dan analisa bivariat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor penyebab obesitas pada siswa SMK Farmasi Cut Meutia Kota Banda Aceh adalah karena riwayat keturunan (faktor genetika), faktor jenis kelamin, faktor aktifitas fisik dan faktor kebiasaan makan. Kata Kunci : Penyebab Obesitas, Siswa SMK Farmasi PENDAHULUAN Obesitas pada anak-anak dan remaja sangat erat hubungannya dengan asupan gizi, untuk itu masalah gizi terbagi dua, yaitu kelebihan (kegemukan dan obesitas) dan kekurangan (gizi kurang dan gizi buruk) zat gizi. Kegemukan dan obesitas dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin, begitu pula gizi kurang dan gizi buruk. Kejadian obesitas juga berhubungan dengan pemanfaatan waktu luang sedangkan olahraga berhubungan dengan aktifitas fisik siswa. Aktifitas fisik anak-anak yang mulai menurun pada kelas 8-11 dan terendah pada kelas 12. Pada anak-anak kelas 1-7 pelajaran lain tidak terlalu padat sehingga waktu luang dapat digunakan untuk kelas olahraga. Namun pada jenjang yang lebih tinggi pelajaran semakin padat sehingga kelas olahraga tidak mendapatkan waktu yang cukup. Untuk itu banyak waktu yang digunakan di luar rumah berhubungan erat dengan aktifitas fisik pada anak (Ester, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013), secara nasional masalah gemuk pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi yakni 18,8 %, terdiri atas gemuk 10,8 % dan sangat gemuk 8,8 %. Sedangkan prevalensi gemuk pada remaja usia 13-15 tahun sebesar 10,8 % terdiri atas 8,3 % gemuk dan 2,5 % sangat gemuk. Selanjutnya obesitas pada usia dewasa adalah 32,9 % pada perempuan dan laki-laki 19,7 %. Sedangkan di Provinsi Aceh prevalensi status gizi menurut kategori IMT (indeks masa tubuh) terdapat 11,6% penduduk yang status gizinya pada kondisi kurus, 70,5% normal, 10,0% mengalami berat badan lebih dan 13,4% mengalami obesitas. Prevalensi status gizi menurut kategori jenis kelamin, laki-laki yang kondisinya kurus 11,6%, 70,5% normal, mengalami berat badan lebih 10,0% dan 7,9% mengalami obesitas. Sedangkan pada perempuan yang kondisinya 210
Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015
ISSN : 2337 - 8085
kurus 10,7%, 58,7% normal, mengalami berat badan lebih 11,8%, dan 18,8% mengalami obesitas (Riskesdas Aceh, 2010). Prevalensi nasional untuk anak usia sekolah (6-14 tahun), kategori kurus adalah 13,3% (laki-laki) dan 10,9% (perempuan), kategori gemuk adalah 9,5% (laki-laki) dan 6,4% (perempuan). Prevalensi nasional obesitas umum untuk umur ≥15 tahun adalah 10,3%. Berdasarkan perbedaan menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa prevalensi nasional obesitas umum pada laki-laki umur ≥15 tahun adalah 13,9% sedangkan pada perempuan umur ≥15 tahun adalah 23,8% (Riskesdas,2012). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh, dari 35 siswa kelas X terdapat sekitar 25% mengalami obesitas, sedangkan dari 32 siswa kelas XI terdapat 30% mengalami obesitas dan dari 38 siswa kelas XII terdapat sekitar 40% mengalami obesitas. Berdasarkan fenomena tersebut maka dilakukan penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada siswa SMK Farmasi Cut Mutia. KAJIAN PUSTAKA Konsep Obesitas Obesitas merupakan suatu kondisi dimana kelebihan masa jaringan adiposa. Biasanya pengukuran obesitas tidak langsung dari jumlah adiposanya tetapi dari indek massa tubuh (IMT), yaitu sama dengan berat badan/ tinggi badan2 (kg/ m2). (Kasper, Braunwald, Fauci, Hause, Longo, Jameson, 2005). Obesitas merupakan pengumpulan lemak yang berlebihan dalam tubuh. Obesitas dan kelebihan berat badan dinilai melalui pengukuran IMT. Obesitas dikenal apabila IMT seseorang itu mencapai atau melebihi 30.0 (Beers, 2003). Diagnosis Obesitas Mengukur IMT dapat dilakukan dengan cara membagi berat badat (BB) dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (TB2) (Harmanto, 2006). Alat yang di gunakan untuk mengukur BB adalah timbangan dan untuk mengukur TB di gunakan alat berupa microtoa. Adapun kelebihan dalam pengukuran BB/TB2 berupa tidak memerlukan data umur serta dapat membedakan proporsi badan gemuk, normal dan kurus. Sedangkan kelemahan dalam pengukuran BB/TB2 yaitu membutuhkan 2 macam alat ukur, pengukuran relatif lama, dan membutuhkan 2 orang untuk melakukannya. Klasifikasi IMT dapat di lihat pada Tabel 1 : Tabel 1 . Klasifikasi IMT (Indeks Massa Tubuh) Klasifikasi BB kurang (underweight)
IMT (Kg/m2) <18,5
Normal
18,5-24,9
BB lebih (overweight)
25,0-29,9
Obesitas, kelas I
30,0-34,9
Obesitas, kelas II
35,0-39,9
Obesitas ekstrim, kelas II
>40
Sumber: Harmanto,2006 Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. IDF (International Diabetes Federation) menentukan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Rahardja, 2010). 211
Nur Asiah1, Suzanni2, Sari Wahyuni Untuk mengukur lingkar pinggang dilakukan dengan cara posisi berdiri tegak dan tenang. Baju atau penghalang pengukuran disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi atas crista iliaca dextra. Kemudian pita pengukur dilingkarkan ke sekeliling dinding perut setinggi crista illiaca. Yakinkan bahwa pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar dengan lantai. Pengukuran dilakukan saat akhir dari ekspirasi normal serta di nyatakan dalam cm. Alat yang di gunakan untuk mengukur lingkar pinggang adalah pita pengukur (Tapan, 2005). Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk skreening individu dengan obesitas. Lingkar leher sebagai indeks untuk obesitas tubuh bagian ats merupakan salah satu prediktor terjadinya penyakit kardiovaskuler. Cara pengukuran lingkar leher di ukur pada posisi berdiri tegak, tenang, dan kepala menghadap lurus ke depan. Pada pria dengan prominentia laringeal (adams apple), lingkar leher di ukur tepat di bawah adams apple. Sedangkan pada wanita, lingkar leher di ukur pada bagian tengah leher yaitu di antara spina midcervicalis dan midanterior leher, pastikan pita pengukur tidak menekan leher terlalu ketat serta di nyatakan dalam cm. Alat yang di gunakan untuk mengukur lingkar leher adalah pita pengukur (Echy, 2009). Faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Berat Badan Faktor resiko obesitas pada anak terdapat pada tingkat kematangan sosial rendah meskipun secara statistik tidak bermakna. Beberapa penelitian lain menghubungkan obesitas dengan rasa tidak puas terhadap diri sendiri, kehidupan yang terisolasi, depresi dan rasa percaya diri yang rendah (Popsy, 2010). Pada anak usia 6-10 tahun, kelebihan berat badan berhubungan dengan karakter yang tidak baik seperti pemalas dan penidur. Satu konsekuensi potensial diskriminasi ini adalah anak dengan obesitas mungkin lebih memilih anak-anak yang lebih muda untuk menjadi temannya, yang tidak mendiskriminasi dan menghakimi berat badannya dan lebih berani untuk bermain dengan anak kecil yang gemuk juga (Mulyono, 2004). Asupan energi bagi obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan yang non obesitas. Yang menarik ialah bahwa yang obesitas 2-3 kali lebih sering mengkonsumsi fastfood. Seseorang yang asupan energinya tinggi ( ≥ 2200 kkal/hari) dan mempunyai waktu menonton TV ≥ 3 jam/hari mempunyai risiko menderita obesitas 12,3 kali lebih tinggi dibandingkan seseorang yang asupan energi < 2200 kkal/hari dan waktu menonton TV < 3 jam/hari. Studi ini menunjukkan adanya interaksi antara gaya hidup sedentarian (perilaku hidup kurang gerak) dan diet tinggi kalori (Hadi, 2003).
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kelebihan berat badan pada anak umur 610 tahun adalah faktor keturunan (genetik), faktor jenis kelamin, faktor pengaturan pola makan dan faktor penggunaan waktu senggang yang dilakukan baik itu di sekolah maupun di rumah dalam melakukan aktifitas fisik sehari yang berpengaruh terhadap pengeluaran energi yang sesuai dengan konsumsi makanan (Purnomo, 2008). Hubungan Faktor Riwayat Keturunan dengan Obesitas Faktor keturunan dapat menyebabkan terjadinya kegemukan atau obesitas. Gemuk disaat bayi atau anak-anak mempunyai kemungkinan sulit menjadi kurus pada waktu dewasa, disebabkan pada anak-anak sudah membentuk sel dalam jumlahnya lebih dari normal. Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan, ada baiknya untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang serta melakukan kegiatan olah raga secara teratur (Echy, 2009). Banyak orang gemuk diturunkan oleh ayah atau ibu yang gemuk pula, maka diduga keadaan gemuk itu adalah karena keturunan. Kemungkinan seorang anak berisiko menderita kegemukan sebesar 80%, jika kedua orang tuanya menderita kegemukan. Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. 212
Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015
ISSN : 2337 - 8085
Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyaknya distribusi regional lemak tubuh (Popsy, 2010). Adanya faktor genetik pada keluarga yang menderita obesitas menyebabkan anak berisiko terhadap terjadinya obesitas. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar gula darah, sehingga seseorang yang orang tuanya obesitas mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita obesitas dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat obesitas. Faktor ini tidak bisa Anda kendalikan. Jika seorang anak memiliki orang tua atau saudara yang mengalami obesitas, maka kemungkinan ia menderita obesitas lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah obesitas lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan oleh masalah obesitas (Rizqi, 2001). Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Obesitas Faktor jenis kelamin juga merupakan faktor yang tidak dapat dirubah, tinggi resiko pada perempuan untuk menderita obesitas, dapat diimbangi dengan menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, terapi diet yang baik serta kebiasaan berolahraga yang teratur. Perempuan mempunyai kecenderungan lebih mudah gemuk dari pada laki-laki (Purnomo, 2008). Faktor jenis kelamin juga merupakan factor yang tidak dapat dirubah, tinggi resiko pada perempuan untuk menderita obesitas, dapat diimbangi dengan menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, terapi diet yang baik serta kebiasaan olahraga yang teratur. Anak perempuan lebih beresiko terhadap terjadinya obesitas. Karena setiap pergerakan akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energy artinya pembakaran kalori di tubuh juga akan meningkat sedangkan jenis kelamin perempuan sangat jarang melakukan pergerakan (Popsy, 2010). Hubungan Faktor Aktifitas Fisik dengan Obesitas Aktifitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik sebagai suatu akibat dari kontraksi otot skelet (Popsy, 2010). Anak-anak yang kurang melakukan aktifitas fisik seharihari, menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan energi berlebih tanpa diimbangi aktifitas fisik baik itu pada waktu senggang (luang) yang seimbang maka seseorang anak mudah mengalami kegemukan. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat (Mulyono, 2004). Kebutuhan gizi anak usia sekolah meningkat seiring dengan pertambahan umur dan aktifitas fisik anak seperti bermain dan berolah raga. Anak laki-laki lebih membutuhkan banyak energi dibandingkan dengan anak perempuan karena adanya perbedaan aktifitas fisik diantara keduanya. Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seorang yang kurus (Almatsier, 2003). Hubungan Kebiasaan Makan dengan Obesitas Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain (Khomsan dkk, 2004). Ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) yang melebihi energi yang digunakan (energy expenditure) dapat menyebabkan obesitas (Hadi, 2003). Masalah obesitas diyakini penyebabnya merupakan kebiasaan mengkonsumsi fast food, karena masalah obesitas meningkat pada masyarakat yang keluarganya banyak keluar mencari makanan cepat saji dan tidak mempunyai waktu lagi untuk menyiapkan makanan di rumah (WHO, 2000 dalam Hayati, 2009). 213
Nur Asiah1, Suzanni2, Sari Wahyuni Berdasarkan hasil penelitian Martha pada tahun 2009 yang dilakukan di Yayasan Pendidikan Swasta SMA Raksana Medan, kejadiaan obesitas sekarang ini lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan mengkonsumsi fast food atau makanan olahan yang banyak mengandung lemak dan tidak sehat. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini bersifat Analitik dengan Desain Cross Sectional yaitu untuk mengetahui hubungan riwayat keturunan, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan makan dengan kejadian obesitas pada remaja SMK Farmasi Cut Meutia Kota Banda Aceh tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas X-XII di SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh tahun 2015 yang berjumlah 230 murid. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 105 murid. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara memperoleh izin administrasi oleh Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Harapan Bangsa dan Kepala Sekolah SMK Farmasi Cut Meutia Kota Banda Aceh. Kemudian peneliti melakukan wawancara yang telah di susun oleh peneliti dalam bentuk kuisioner kemudian responden di wawancara satu persatu yang di lanjutkan dengan pengukuran dengan rumus IMT (Indeks Massa Tubuh). Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing Setelah pengumpulan data dilakukan pemeriksaan terhadap lembar kuisioner yang meliputi kelengkapan identitas responden dan kelengkapan isian yang telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat mengganggu pengolahan data selanjutnya. b. Coding Pemberian kode pada lembar jawaban untuk memudahkan pengolahan data c. Tranfering Data yang telah diberi kode di susun secara berurutan sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang di teliti d. Tabulating Pengelompokkan jawaban responden berdasarkan subvariabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi Analisa Data a. Analisa univariat Analisis univariat dilakukan dengan metode statistik deskriptif analitik untuk variabel aktifitas fisik dan variabel kebiasaan makan. Penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi berdasarkan persentase variabel aktifitas fisik (olahraga) dan kebiasaan makan
b. Analisa bivariat Untuk menganalisa hubungan riwayat keturunan, jenis kelamin, dan aktifitas fisik dengan obesitas pada remaja digunakan uji Chi Square. Uji Chi Square merupakan teknik analisa korelasi yang sesuai dengan penelitian ini. Variabel dependen dan independen pada penelitian ini dalam bentuk data kategori. Penilaian dilakukan sebagai berikut : 1. Jika P value <0,05 maka dapat di simpulkan bahwa ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen 214
Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015
ISSN : 2337 - 8085
2. Jika P value ≥ 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan variabel dependen dengan variabel independen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 105 responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai hubungan riwayat keturunan, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kebiasaan makan dengan kelebihan berat badan pada siswa SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh tahun 2015 maka didapatkan hasil : Analisa Univariat 1. Obesitas Hasil pengolahan data tentang variabel kelebihan berat badan terbagi ke dalam 3 kategori yaitu responden yang obesitas, responden yang normal, dan responden yang kurus. Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa dari 105 siswa yang menjadi responden terdapat 54 siswa (51,42%) yang mengalami obesitas, 41 siswa (39.06%) berat badan normal dan 10 siswa (9.52%) kurus. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Obesitas di SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh Tahun 2015 No Obesitas Frekuensi Persentase 1 Berat Badan Lebih 54 51.42 2 Normal 41 39.06 3 Kurus 10 9.52 Jumlah 105 100% 2. Riwayat Keturunan Hasil pengolahan data tentang variabel riwayat keturunan tersebut terbagi kedalam 2 kategori yaitu responden yang ada dan responden yang tidak ada. Hasil dapat di lihat pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Riwayat Keturunan di SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh No Riwayat Keturunan Frekuensi Persentase 1 Ada 36 34.29 2 Tidak Ada 69 65.71 Jumlah 105 100% Berdasarkan Tabel 3 di ketahui bahwa dari 105 siswa yang menjadi responden, sebanyak 36 siswa (34.29%) ada riwayat keturunan obesitas dan sebanyak 69 siswa (65.71%) tidak ada riwayat keturunan obesitas. 3. Aktifitas Fisik Hasil pengolahan data tentang variabel aktifitas fisik di dapatkan total nilai 1362, sehingga dapat di peroleh nilai rata-rata (x) = 12.97. Berdasarkan nilai rata-rata, aktifitas fisik dikategorikan aktif apabila x ≥ 12.97 dan di kategorikan inaktif apabila x ≤ 12.97. Hasil diperlihatkan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 di ketahui bahwa dari 105 siswa yang menjadi responden, sebanyak 60 siswa (57.15%) aktif melakukan aktifitas fisik dan sebanyak 45 siswa (42.85%) inaktif dalam melakukan aktifitas fisik.
215
Nur Asiah1, Suzanni2, Sari Wahyuni Tabel 4. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik di SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh No
Aktifitas Fisik
Frekuensi
Persentase
1
Aktif
60
57.15
2
Inaktif
45
42.85
105
100%
Jumlah
4. Kebiasaan Makan Hasil pengolahan data tentang variabel kebiasaan makan di dapatkan total nilai 1227, sehingga dapat di peroleh nilai rata-rata (x)= 11.69. Berdasarkan nilai rata-rata, variabel kebiasaan makan di kategorikan teratur apabila x ≥ 11.69 dan di kategorikan tidak teratur apabila x ≤ 11.69. hasil dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik di SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh No Kebiasaan makan Frekuensi Persentase 1 Teratur 49 46.67 2 Tidak Teratur 56 53.33 Jumlah 105 100% Berdasarkan Tabel 5 di ketahui bahwa dari 105 siswa yang menjadi responden, sebanyak 49 siswa (46.67%) teratur pada kebiasaan makan dan sebanyak 56 siswa (53.33%) tidak teratur pada kebiasaan makan. Analisa Bivariat 1. Hubungan Riwayat Keturunan dengan Kelebihan Berat Badan Hasil pengolahan data dengan menggunakan program perangkat komputer di dapatkan p value 0.000 menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat keturunan dengan kelebihan berat badan. Dari 36 responden yang ada riwayat keturunan, yang memiliki berat badan lebih sebanyak 36 siswa (100%), sedangkan dari 69 responden yang tidak ada riwayat keturunan, sebanyak 18 siswa (26,08%) memiliki berat badan lebih, 41 siswa (59,42%) memiliki berat badan normal dan 10 siswa (14,50%) berat badan dalam kategori kurus. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) menghasilkan nilai p value < 0.05 artinya ada hubungan antara riwayat keturunan dengan kelebihan berat badan pada SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh Tahun 2015. Hasil penelitian sependapat dengan Echy (2009) menyatakan bahwa jika seorang anak memiliki orang tua atau saudara yang mengalami obesitas, maka kemungkinan ia menderita obesitas lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah obesitas lebih tinggi pada kembar identik dari pada kembar yang tidak identik.
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelebihan Berat Badan Hasil pengolahan data dengan menggunakan program perangkat komputer di dapatkan p value 0.000 menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kelebihan berat badan. Dari 26 responden yang berjenis kelamin laki-laki, yang memiliki berat badan lebih sebanyak 12 siswa (46,15%), sedangkan dari 79 responden yang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 42 siswa (53,16%) memiliki berat badan lebih, 31 siswa (39,24%) memiliki berat badan normal dan 6 siswa (7,59%) berat badan dalam kategori kurus. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) menghasilkan nilai p value < 0.05 artinya ada hubungan antara jenis kelamin dengan kelebihan berat badan pada SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh Tahun 2015. 216
Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015
ISSN : 2337 - 8085
Hasil penelitian sependapat dengan Popsy (2010) yang menyatakan bahwa factor jenis kelamin juga merupakan factor yang tidak dapat dirubah, tinggi resiko pada perempuan untuk menderita obesitas, dapat diimbangi dengan menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, terapi diet yang baik serta kebiasaan olahraga yang teratur. Anak perempuan lebih beresiko terhadap terjadinya obesitas. Karena setiap pergerakan akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energy artinya pembakaran kalori di tubuh juga akan meningkat sedangkan jenis kelamin perempuan sangat jarang melakukan pergerakan. 3. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kelebihan Berat Badan Hasil pengolahan data dengan menggunakan program perangkat komputer di dapatkan p value 0.000 menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kelebihan berat badan. Dari 60 responden yang aktif dalam melakukan aktifitas fisik, yang memiliki berat badan lebih sebanyak 15 siswa (25%), sedangkan dari 45 responden yang inaktif dalam melakukan aktifitas fisik, sebanyak 39 siswa (86,66%) memiliki berat badan lebih, 3 siswa (6,67%) memiliki berat badan normal dan 3 siswa (6,67%) berat badan dalam kategori kurus. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) menghasilkan nilai p value < 0.05 artinya ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kelebihan berat badan pada SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh Tahun 2015. 4. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kelebihan Berat Badan Hasil pengolahan data dengan menggunakan program perangkat komputer di dapatkan p value 0.000 menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan dengan kelebihan berat badan. Dari 49 responden yang teratur dalam pola makannya, yang memiliki berat badan lebih sebanyak 12 siswa (24,49%), sedangkan dari 56 responden yang tidak teratur dalam pola makannya, sebanyak 42 siswa (75%) memiliki berat badan lebih, 12 siswa (21,43%) memiliki berat badan normal dan 2 siswa (3,57%) berat badan dalam kategori kurus. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) menghasilkan nilai p value < 0.05 artinya ada hubungan antara kebiasaan makan dengan kelebihan berat badan pada SMK Farmasi Cut Meutia Banda Aceh Tahun 2015. Hasil penelitian yang sependapat dengan Martha (2009) yang menyatakan bahwa obesitas sekarang ini lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan mengkonsumsi fast food atau makanan olahan yang banyak mengandung lemak dan tidak sehat. Asumsi peneliti dalam penelitian ini berupa anak yang lebih sering mengonsumsi makanan dan minuman siap saji dapat menimbulkan obesitas. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan yang didapatkan pada penelitian ini dapat disimpulkan : 1. Dari 36 responden yang ada riwayat keturunan yang berat badan lebih sebanyak 36 siswa mengalami berat badan lebih, sedangkan dari 69 responden yang tidak ada riwayat keturunan, sebanyak 18 siswa mengalami berat badan lebih. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan riwayat keturunan dengan kelebihan berat badan (p value 0,000) 2. Dari 26 responden yang berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 12 siswa mengalami berat badan lebih, sedangkan dari 79 responden yang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 42 siswa mengalami berat badanl ebih. Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan jenis kelamin dengan kelebihan berat badan (p value 0,000). 3. Dari 60 responden yang aktif dalam melakukan aktifitas fisik, sebanyak 15 siswa berada mengalami berat badan lebih sedangkan dari 45 responden yang inaktif dalam melakukan aktifitas fisik, sebanyak 39 siswa mengalami berat badan lebih. Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan aktifitas fisik dengan kelebihan berat badan (p value 0.000). 217
Nur Asiah1, Suzanni2, Sari Wahyuni 4. Dari 49 responden yang kebiasaan makan yang teratur, sebanyak 12 siswa mengalami berat badan lebih, sedangkan dari 56 responden yang kebiasaan makan yang tidak teratur, sebanyak 42 siswa yang mengalami berat badan lebih. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan kebiasaan makan dengan kelebihan berat badan (p value 0.000). DAFTAR KEPUSTAKAAN Adityawarman, 2007, Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Komposisi Tubuh Pada Remaja, Semarang: Universitas Diponegoro Almatsier, Sunita, 2003, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAP Bambang, Sudewo, 2009, Hidup Pintar, Jakarta Selatan : PT. Agromedia Pustaka Ester Lince napitupulu, 2010, Obesitas Kini Semakin Mewabah. Kompas.com. http://kompas.com/15/02/2012 Echy, 2009, Faktor Penyebab Obesitas, Jakarta. http://mybabyblue.blogspot.com/2009/12/faktor penyebab obesitas. html//20/02/2012 Ernitasari, Putu Diah, Bambang Djarwoto dan Tri Siswati, 2009, Pola Makan, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dan Tekanan Darah di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Evelin, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita, Jakarta: PT. Wahyu Media Farmacia, 2007, Obesitas Anak Sindrom Metabolik Usia Dini, Majalah Farmacia.com Harmanto, Ning, 2006, Ibu Sehat dan Cantik dengan Herbal, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Mulyono, 2004, Obesitas, www.medicastore.com Novita, Windya, 2007, Serba Serbi Anak, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Popsy, 2010, Mengisi Celah waktu Senggang, Jakarta: Wordpress. http://popsy.wordpres.com/2007/06/05/mengisi-celah-waktu-luang/:15/02/2012 Purnomo, Indro, 2008, Obesitas Jangan di Anggap Remeh, http:/www.pjhnk.go.id/beritaartikel/page/7/29/02/2012 Rahardja, 2010, Kegemukan Pergi Tak Kembali, Jakarta: PT. Niaga Swadaya Rimbawan dan Albiner Saigan, 2004, Indeks Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya Riskesdas Prov.NAD, 2007, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, Provinsi Aceh Rizqi Auliana, 2011, Gizi dan Pengolahan Pangan, Yogyakarta: Adicita Supariasa, I Dewa Nyoman, 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC Tapan, Erik, 2005, Penyakit Degeneratif, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Tereso, dkk, 2007, The Media Diet For Kids, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta Wahab, Samik, 2004, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Kedokteran EGC WHO, 2000, Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic. Geneva: WHO Technical Report Series
218