ht tp
:// y
og
ya ka
rta
.b ps
.g o. id
Katalog BPS : 9602001.34
BADAN PUSAT STATISTIK
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Telp. (0274) 4342234 (Hunting) ; Fax. (0274) 4342230 E-mail :
[email protected] Homepage: http//yogyakarta.bps.go.id
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
id o. .g ps ta .b ar
Statistik
ht
tp
://
yo
gy
ak
Daerah Istimewa Yogyakarta
2012
STATISTIK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2012 : 978 979 472 977 9
No. Publikasi
: 34533.11.11
Katalog BPS
: 1101002.34
Ukuran Buku
: 17,6 cm X 25 cm
Jumlah Halaman
: 98
id
ISBN
.g
o.
Naskah:
Gambar kulit:
yo
gy
ak
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
ar
ta .b
ps
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
://
Diterbitkan oleh:
ht
tp
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta
Dicetak oleh: CV Sinar Baru Offset
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Kata Pengantar
ta .b
ps
.g
o.
id
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012 oleh Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. Publikasi ini memuat berbagai informasi terpilih seputar Daerah Istimewa Yogyakarta yang dianalisis secara sederhana untuk membantu pengguna data memahami perkembangan pembangunan serta potensi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
ak
ar
Buku Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012 diterbitkan untuk melengkapi publikasi-publikasi statistik yang sudah terbit secara rutin setiap tahun. Berbeda dengan publikasi-publikasi yang sudah ada, publikasi ini lebih menekankan pada aspek analisis.
://
yo
gy
Materi yang disajikan dalam buku Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 adalah berbagai informasi/indikator terpilih yang terkait dengan pembangunan di berbagai sektor. Diharapkan informasi tersebut dapat menjadi rujukan/kajian dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan.
ht
tp
Kritik dan saran konstruktif berbagai pihak kami harapkan untuk penyempurnaan penerbitan mendatang. Semoga publikasi ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan data statistik, baik oleh instansi/dinas pemerintah, swasta, kalangan akademisi, maupun masyarakat luas. Yogyakarta, Desember 2012 Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta Kepala
Ir. Wien Kusdiatmono, MM.
id o. .g ps ta .b
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
Halaman ini sengaja dikosongkan
2. Pemerintahan ............................
3
3. Penduduk ..................................
9
id o.
11. Industri Pengolahan .......................
ta .b
1
47
12. Konstruksi ....................................... 52 13 Hotel dan Pariwisata ......................
54
ar
1. Geografi dan Iklim ....................
ps
.g
DAFTAR ISI
ak
4. Ketenagakerjaan ........................ 13
gy
5. Pendidikan ................................. 17
yo
6. Kesehatan .................................. 23
://
7. Pembangunan Manusia ............. 27
tp
8. Kemiskinan ............................... 31
ht
9. Pertanian ................................... 35 10. Pertambangan dan Energi ......... 43
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
14. Perbankan dan Investasi ................ 59 15. Harga-harga .................................... 64 16. Pengeluaran Penduduk ..................
69
17. Perdagangan .................................. 73 18 PDRB ................................................ 76 19. Perbandingan Regional ..................
79
Lampiran ............................................... 81
v
id
o.
.g
ps
ta .b
ar
ak
gy
yo
://
tp
ht
id
o.
.g
ps
ta .b
ar
ak
gy
yo
://
tp
ht
GEOGRAFI DAN IKLIM DDaaeerraahh IIssttiim meew waaYYooggyyaakkaarrttaa m meerruuppaakkaann w wiillaayyaahh ddeennggaann lluuaass aaddm miinniissttrraassii tteerrkkeecciill kkeedduuaaddii RReeppuubblliikk IInnddoonneessiiaa sseetteellaahh DDKKII JJaakkaarrttaa
GEOGRAFI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak pada posisi astronomi antara 7o.33’-8o.12’ Lintang Selatan dan 110o.00’-110o.50’ Bujur Timur. Secara administratif, DIY memiliki luas wilayah terkecil kedua di Republik Indonesia, setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah daratan DIY hanya 3.185,80 km2, atau 0,17 persen dari wilayah daratan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Posisi geografis DIY berada di bagian tengah Pulau Jawa, tepatnya sisi selatan. Wilayah daratan DIY dikelilingi oleh wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah, yakni Kabupaten Purworejo di sisi barat, Kabupaten Magelang dan Boyolali di sisi utara; serta Kabupaten Klaten dan Kabupaten Wonogiri di sisi timur. Wilayah selatan DIY berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.
o.
id
Gambar 1.1. Peta Wilayah Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta
ak
ar
ta .b
ps
.g
Bentang alam wilayah DIY merupakan kombinasi antara daerah pesisir, dataran dan perbukitan/pegunungan yang dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi. Pertama, satuan fisiografi Gunung Merapi dengan ketinggian 802.911 m dan terbentangmulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api serta bentang lahan vulkanik di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul.
gy
Sumber: Bakosurtanal, elantowow.wordpress.com
ht
tp
://
yo
Kedua, satuan fisiografi Pegunungan Selatan (ketinggian 150-700 m) menjadi bagian darijalur Pegunungan Seribu dan terletak di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Kawasan ini didominasi oleh perbukitan batu kapur dan karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, sehingga kurang potensial untuk kegiatan pertanian. Ketiga, satuan fisiografi Pegunungan Kulonprogo,terletak di bagian utara Kulonprogo dan menjadi bentang lahan dengan topografi berbukit.Keempat, satuan fisiografi Dataran Rendah(ketinggian 0-80m)membentang di bagian selatan wilayah DIY mulai dari Kulonprogo sampai wilayah Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Kawasan ini sangat subur dan cukup potensial untuk kegiatan pertanian. Mayoritas desa di DIY berada di daerah dataran dengan jumlah 305 desa (69,64 persen), berikutnya adalah desa di punggung/lereng bukit dengan jumlah 100 desa (22,83 persen). Sementara, desa yang terletak di daerah pesisir terdiri dari 33 desa atau 7,53 persen dari seluruh desa. Tahukah Anda?
Grafik 1.1. Distribusi Desa di DIY menurut Tipologi Wilayah
DIY menjadi wilayah dengan luas administrasi terkecil kedua di Republik Indonesia, setelah Provinsi DKI Jakarta.
Lereng 22,83%
Dataran 69,64%
Pesisir 7,53%
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
1
EErruuppssii M mppaakk ppaaddaa tteerrggaanngggguunnyyaa kkeehhiidduuppaann eekkoonnoom Meerraappii bbeerrddaam mii ddaann ssoossiiaall m M a e s r y a a p r i a k k a a t r e d n i a s d e e k s i a t n a y r a l u l u h l a n t a k a k masyarakat di sekitar Merapi karena desanya luluh lantak akiibbaatt tteerrkkeennaa aaw waann ppaannaass,, aabbuu vvuullkkaanniikk ddaann aalliirraann llaavvaa..
IKLIM Rata-rata suhu udara di wilayah DIY selama Indikator Satuan 2010 2011 tahun 2011 sebesar 26,00Celsius, dengan suhu 0 Suhu Udara Terendah C 21,8 17,5 terendah mencapai 17,50 Celsius dan tertinggi 0 Suhu Udara Tertinggi C 35,2 39,8 39,80 Celsius. Intensitas hujan selama tahun 2011 0 Rata-rata Suhu Udara C 27,3 26,0 lebih rendah dibandingkan dengan 2010. RataCurah Hujan Maksimum mm 512,3 404,5 rata curah hujan per bulan di tahun 2011 tercatat Rata-rata Curah Hujan/Bulan mm 253,6 172,8 sebesar 172,8 mm dengan rata-rata hari hujan Rata-rata Hari Hujan kali 17,4 14,2 per bulan sebanyak 14,2 hari, sementara di tahun Kelembaban Udara Minimum % 41,0 41,5 2010 curah hujan per bulan mencapai 253,6 mm Kelembaban Udara Maksimum % 97,0 96,0 dengan hari hujan 17,4 hari. Curah hujan Rata-rata Kelembaban Udara % 73,8 78,4 tertinggi selama 2011 terjadi di Bulan Februari Tekanan Udara Minimum milibars 1.004,5 990,4 dengan intensitas sebesar 404,5 mm, sementara Tekanan Udara Maksimum milibars 1.014,6 1.000,1 pada tahun 2010 terjadi di Bulan Desember Rata-rata Tekanan Udara milibars 1.009,5 995,3 dengan curah hujan sebesar 512,3 mm. Rata-rata kelembaban udara di tahun 2011 mencapai 78,4 persen dan lebih tinggi dari tahun 2010 yang sebesar 73,8 persen. Kelembaban minimum mencapai 41,5 persen, sementara kelembaban maksimum mencapai 96,0 persen. Tekanan udara maksimum mencapai 1.000,1 milibars dan minimum mencapai 990,4 milibars. Mulai tanggal 26 Oktober 2010 dan hari-hari berikutnya, Gunung Merapi mengalami erupsi sangat hebat yang telah menyebabkan kerugian harta kekayaan masyarakat setempat, termasuk ternak dan lahan pertaniannya, akibat awan panas yang meluluh-lantakkan semua yang dilaluinya. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, erupsi Gunung Merapi juga menelan korban jiwa sebanyak 277 orang. Merapi merupakan gunung api tipe StratoGambar 1.2. Erupsi Gunung Merapi 26 Oktober 2010 volcano dan secara petrologi magma Merapi bersifat andesit-basaltik. Posisi geografis Merapi 7o32’5"S; longitude 110o26’5"E; mencakup wilayah administratif Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Merapi terbentuk secara geodinamik pada busur kepulauan akibat subduksi pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Asia.
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
ps
.g
o.
id
Tabel 1.1. Indikator Iklim diWilayah DIY, 2010-2011
Sumber: http://www.slemankab.go.id
Tahukah Anda? Posisi geografis Merapi 7o 32’ 5" S; longitude 110o 26’5" E. mencakup wilayah administratif Propinsi Jawa Tengah dan DIY.Merapi terbentuk secara geodinamik pada busur kepulauan akibat subduksi pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Asia.
2
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PEMERINTAHAN DDaassaarr ffiilloossooffii ppeem mbbaanngguunnaann DDaaeerraahh IIssttiim meew waaYYooggyyaakkaarrttaa aaddaallaahh HHaam e m a memayyuu HHaayyuunniinngg BBaaw waannaa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi wilayah yang memiliki keistimewaan khusus dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka NKRI. Keistimewaan yang dimaksud tertuang dalam UU Nomor 13 Tahun 2012 yang mengatur tentang kedudukan hukum DIY berdasarkan sejarah dan hak asal usul untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa. Kewenangan dalam urusan keistimewaan meliputi tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gurbernur dan Wakil Gubernur; kelembagaan pemerintah daerah; kebudayaan; pertanahan; dan tata ruang. Dasar filosofi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di DIY adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
o.
id
Gambar 2.1. Logo Daerah Istimewa Yogyakarta
ps
.g
Sumber: http://id.wikipedia.org
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Secara administratif, wilayah DIY terbagi menjadi empat kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul, Sleman dan Kota Yogyakarta. Pusat pemerintahan DIY berada di Kota Yogyakarta. Berbeda dengan provinsi lain yang banyak mengalami pemekaran wilayah sejak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah pada tahun 2001, jumlah kabupaten/kota di DIY tidak mengalami perubahan. Demikian pula dengan jumlah kecamatan dan desa/kelurahan, selama beberapa tahun terakhir juga tidak mengalami perubahan. Jumlah kecamatan di DIY di tahun 2011 adalah 78 kecamatan dan terbagi menjadi 438 desa/kelurahan. Dari 45 kelurahan yang ada, semuanya berstatus sebagai daerah perkotaan. Sementaradari 393 desa yang ada, mayoritas berstatus sebagai daerah perdesaan (269 desa) dan sisanya sebanyak 124 desa berstatus sebagai daerah perkotaan.
tp
Tahukah Anda?
ht
DIY menjadi provinsi tertua kedua setelah Jawa Timur. Wilayah terluas DIY berada di Gunungkidul (46,62 persen),sementara di Kota Yogyakarta hanya 0,01 persen.
Tabel 2.1. Statistik Pemerintahan D.I. Yogyakarta Jumlah Kabupaten Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Desa Kelurahan Perkotaan (K) Perdesaan (D)
2008
2009
4 1 78 438 393 45 169 269
4 1 78 438 393 45 169 269
2010 4 1 78 438 393 45 169 269
2011 4 1 78 438 393 45 169 269
Sumber : Daerah Istimewa Dalam Angka 2009-2011
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tabel 2.2. Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Desa/ Kelurahan menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2011
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta
Luas Wilayah (km2) 586,27 506,85 1485,36 574,82 32,50
DIY
3185,80
Kabupaten/ Kota
Sumber: BPS DIY
Status Desa/Kelurahan Kec.
K
D
Jumlah
12 17 18 17 14
13 47 5 59 45
75 28 139 27 0
88 75 144 86 45
78
169
269
438
Keterangan: K = Perkotaan D=Perdesaan
3
GGuubbeerrnnuurr ddaann W Waakkiill GGuubbeerrnnuurr ttiiddaakk ddiippiilliihh sseeccaarraa llaannggssuunngg,, tteettaappii m meellaalluuii m meekkaanniissm mee ppeenneettaappaann sseebbaaggaaii ssaallaahh ssaattuu w wuujjuudd kkeeiissttiim meew waaaann DDIIYY Daerah yang memiliki wilayah terluas adalah Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km2 atau 46,62 persen dari wilayah DIY. Kota Yogyakarta memiliki wilayah yang terkecil dengan luas 32,5 km2 atau 0,01 persen dari wilayah DIY. Meskipun demikian, dengan status sebagai ibukota provinsi kehidupan sosial ekonomi Kota Yogyakarta lebih majemuk dan dinamis dibandingkan dengan keempat kabupaten lainnya. PEMERINTAHAN DAERAH
ps
.g
o.
id
Penyelenggara pemerintahan di DIY terdiri dari pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah daerah berfungsi eksekutif yang dipimpin oleh seorang Gubernur dan dibantu oleh seorang Wakil Gubernur dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan, Gubernur juga dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari Sekretaris Daerah (Sekda) dan Lembaga Teknis Daerah seperti Dinas-dinas, Badan-badan dan Kantorkantor.Berbeda dengan provinsi lainnya, Gubernur dan Wakil Gubernur di DIY tidak dipilih melalui mekanisme pemilihan kepala daerah (pilkada), namun melalui proses penetapan Sultan Yogyakarta yang bertahta menjadi Gubernur dan Adipati Paku Alam yang bertahta menjadi Wakil Gubernur sebagai salah satu bentuk keistimewaan DIY.
gy
ak
ar
ta .b
Sekretaris Daerah sebagai pembantu Gubernur dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, membawahi tiga asisten.Pertama, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat yang membawahi Biro Tata Pemerintahan; Biro Hukum; dan Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat. Kedua, Asisten Perekonomian dan Pembangunan yang membawahiBiro Administrasi Perekonomian dan SDA serta Biro Administrasi Pembangunan. Ketiga, Asisten Administrasi Umum yang membawahiBiro Organisasi dan Biro Umum Humas dan Protokol.
yo
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
ht
tp
://
Komposisi anggota DPRD DIY periode 2009-2014 hasil Pemilu 2009berjumlah 55 orang. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menempatkan wakil terbanyak dengan jumlah 11 orang dan diikuti oleh Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN) dengan jumlah wakil sebanyak 10 orang dan 8 orang, serta Partai Golkar dan Partai keadilan Sejahtera (PKS) dengan jumlah wakil masing-masing 7 orang. Selama tahun 2011, DPRD DIY mampu menghasilkan output sebanyak 16 peraturan daerah. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebanyak 12 peraturan daerah. Grafik 2.1. Komposisi Anggota DPRD DIY menurut Partai Politik, 2009-2014
Tabel 2.3. Jumlah Peraturan Daerah Hasil Keputusan DPRD DIY, 2009-2011 DPRD
Lainnya 13%
PDIP 20%
PKS 13%
PAN 14%
PKB 9%
Golkar 13%
2010
2011
14
13
12
Bantul
9
23
20
Gunungkidul
6
17
22
Sleman
9
18
22
Kulonprogo
Demokrat
18%
2009
Yogyakarta
15
9
9
6
12
16
DIY Sumber: Sekretariat DPRD DIY
Sumber: Sekretariat DPRD DIY
4
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KKoom mppoossiissii PPNNSS ddii bbiirrookkrraassiippeem meerriinnttaahhaann DDIIYY ppaaddaa uum muum mnnyyaabbeerrppeennddiiddiikkaann ssaarrjjaannaa ddaann m meem miilliikkii GGoolloonnggaann IIIII
Tabel 2.4. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di DIYmenurut Jenis Kelamin, 2004-2011 Jumlah
Laki-laki
Perempuan
2004
53.333
34.216
87.549
2005
52.147
35.197
87.344
2006
49.868
35.085
84.953
2007
50.283
35.695
85.978
2008
54.174
40.608
94.782
2009
52.586
41.278
93.864
2010
51.875
41.532
93.407
2011
47.646
39.735
87.381
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di DIY pada tahun 2011 berjumlah 87.381 orang, terdiri dari 47.646 orang pegawai berjenis kelamin lakilaki dan 39.735 lainnya berjenis kelamin perempuan. Penerapan kebijakan zero growth dalam sistem kepegawaian di DIY cukup memengaruhi perubahan jumlah PNS selama beberapa tahun terakhir. Dengan jumlah penduduk 3,46 juta jiwa, maka rasio PNS per 100 orang penduduk sebesar 2,5. Hal ini berarti setiap PNS di DIY bertanggungjawab untuk melayani sekitar 40 orang penduduk.
id
Tahun
Jenis Kelamin
PEGAWAI NEGERI SIPIL
o.
Sumber: BKN Provinsi DIY
ak
ar
ta .b
ps
.g
Komposisi PNS menurut jenis kelamin sampai tahun 2011 masih didominasi oleh PNS laki-laki (54,53 %), namun porsinya semakin berkurang dari tahun ke tahun. Selama delapan tahun terakhir, porsi PNS perempuan menunjukkan peningkatan secara signifikan dari 39 persen di tahun 2004 menjadi 45,47 persen di tahun 2011. Fenomena ini menggambarkan adanya proses menuju kesetaraan dalam hal jender di birokrasi pemerintahan DIY. Komposisi PNS berdasarkan wilayah tugas menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta memiliki jumlah PNS terbanyak dengan porsi sebesar 27,01 persen dan 19,90 persen.
tp
://
yo
gy
Berdasarkan golongan kepangkatan, mayoritas PNS di birokrasi pemerintahan DIY merupakan pegawai golongan III dengan porsi 46 persen dan diikuti oleh pegawai golongan IV dan II dengan porsi masing-masing sebesar 30 persen dan 21 persen. Sementara itu, masih banyak terdapat pegawai pada golongan I dengan porsi sebesar 3 persen. Struktur PNS DIY menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan menunjukkan bahwa mayoritas PNS telah berpendidikan Sarjana/S1 ke atas (36 %), diikuti dengan SLTA dan Diploma dengan porsi masing-masing sebesar 30 persen dan 29 persen.
ht
Tahukah Anda ?
Mayoritas PNS dalam birokrasi pemerintahan DIY telah berpendidikan sarjana dan memiliki GolonganIII. Rata-rata seorang pegawai bertanggung jawab melayani 40 orang penduduk. Grafik 2.2. Komposisi PegawaiNegeri Sipil DIY menurut Golongan Kepangkatan, 2011 Gol IV 30% Gol III 46%
Grafik 2.3. Komposisi Pegawai Negeri Sipil DIY menurut Pendidikan, 2011 Sarjana 36%
0%0% 0% Gol II 21%
0%
0%
Diploma 29%
SLTA 30%
0% SD 0% 0% 2% SLTP 3%
0%
Gol I 3% Sumber: Badan Kepegawaian Negara Regional Jawa Tengah dan DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Sumber: Badan Kepegawaian Negara Regional Jawa Tengah dan DIY
5
SSuum mbbeerr ppeenneerriim maaaann uuttaam maa ppeem meerriinnttaahh DDIIYY bbeerraassaall ddaarrii ppaajjaakk ddaaeerraahh ddaann DDaannaa AAllookkaassii UUm u m ( D A U ) mum (DAU)
KEUANGAN DAERAH
ta .b
ps
.g
o.
id
Penerimaan untuk pembiayaan pembangunan yang dikelola pemerintah DIY berasal dari beberapa sumber, yakni Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan (dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, Dana Alokasi Umum/DAU dan Dana Alokasi Khusus/DAK), serta penerimaan lain yang sah. sampai saat ini, komponen PAD yang bersumber dari pajak daerah dan DAU menjadi sumber penerimaan terpenting bagi pemerintah DIY. Berdasarkan Rencana Anggaran Pendapatan ,Yogyakarta menurut Sumbernya, 2011 dan Belanja Daerah (RAPBD) DIY 2011, jumlah DBH pendapatan yang direncanakan sebesar Rp 1,42 5.23% triliun atau meningkat 14,37 persen dari periode DAU 43.74% sebelumnya yang sebesar Rp 1,24 triliun. Sumber PAD utama pendapatan berasal dari dana perimbangan 49.34% (50,34%) dan PAD (49,34 %). Komponen terbesar DAK dana perimbangan berasal dari DAU dengan nilai Rp 1.37% 620,81 milyar atau 43,74 persen, sementara sumber Lainnya utama PAD berasal dari pajak daerah dengan nilai 0,32% Sumber: RAPBD 2011 DIY Rp 592,5 milyar atau 41,74 persen.
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
Dibandingkan dengan RAPBD 2010, rencana pengeluaran pada RAPBD 2011 meningkat sebesar 14,08 persen. Komposisi pengeluaran daerah dalam RAPBD 2011 DIY digunakan untuk belanja langsung sebesar Rp 743,67 milyar (46,62 %) dan belanja tidak langsung sebesar Rp 849,12 milyar (53,38 %), sehingga terjadi defisit sebesar Rp 171,31 milyar. Komponen biaya langsung yang terbesar digunakan untuk belanja barang dan jasa (31,51%), sementara porsi untuk belanja modal hanya 9,44 persen. Komponen biaya tak langsung terbesar digunakan untuk belanja pegawai dengan porsi 27,88 persen. Berdasarkan fungsinya, pengeluaran terbesar pada RAPBD 2011 digunakan untuk pelayanan umum dengan porsi 43,53 persen. Porsi terbesar selanjutnya adalah pengeluaran untuk bidang ekonomi dan pendidikan masing-masing sebesar 16,25 persen dan 15,99 persen. Sementara, porsi pengeluaran untuk kesehatan dan perlindungan sosial masing-masing sebesar 3,90 persen dan 2,84 persen. Grafik 2.5. Distribusi Rencana Belanja Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Fungsi, 2011 (Persen) Perlindungan Sosial 2.84%
Pendidikan 15.99% Pariwisata 2,15%
Lingkungan Hidup 0.57%
Fungsi Pelayanan Umum Ketertiban dan Ketentraman
Pelayanan Umum 43.53%
Kesehatan 3.90% Perumahan 13,60%
Grafik 2.5. Rencana Belanja Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Fungsi, 2009-2011 (Rp milyar)
Ekonomi 16.25%
Ekonomi Lingkungan Hidup
6
2011
629,84
671,53
692,50
16,54
17,16
18,86
252,45
239,30
258,45
10,76
8,39
9,03
169,80
216,30
Kesehatan
53,29
53,38
62,00
Pariwisata dan Budaya
37,91
37,20
34,18
153,33
156,96
254,36
Perlindungan Sosial Jumlah
Sumber: RAPBD 2011DIY
2010
216,71
Perumahan dan Fasilitas Umum
Pendidikan Ketertiban 1,19%
2009
41,23
40,72
45,11
1.412,05
1.394,45
1.590,79
Sumber: RAPBD 2009-2011 DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KKaabbuuppaatteenn SSlleem maann m meennjjaaddii ddaaeerraahh ddeennggaann nniillaaii rreeaalliissaassii ppeenneerriim maaaann ddaann ppeennggeelluuaarraann tteerrbbeessaarr Berdasarkan realisasinya, penerimaan DIY pada tahun 2010 mencapai Rp 1,37 triliun dan meningkat sebesar 7,67 persen dibandingkan dengan periode 2009. Meskipun demikian, dari sisi pengeluaran hanya meningkat sebesar 2,04 persen menjadi Rp 1,36 triliun. Selama tahun 2010, keuangan DIY mengalami surplus sebesar Rp 20 milyar setelah pada periode sebelumnya defisit sebesar Rp 51 milyar.
1,276 1,327
712 652
Gunungkidul
1,016
gy
875
Sleman
ak
750 784
Yogyakarta
300
ht
Pendapatan
900
1,200
Pengeluaran
Sumber: Reaisasi APBD 2009, DJPK Kemenkeu RI
1,096 1,132
Sleman 798 765
987 1,012
Bantul
yo
600
tp
0
://
534 578
Kulonprogo
815 840
Yogyakarta
Gunungkidul
882 900
Bantul
1,374 1,355
DIY
ar
DIY
Grafik 2.7. Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Daerah menurut Kabupaten/Kota, 2010 (Rp Milyar)
ta .b
Grafik 2.6. Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Daerah menurut Kabupaten/Kota, 2009 (Rp Milyar)
ps
.g
o.
id
Realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah menurut kabupaten/kota pada tahun 2010 sangat bervariasi.Kabupaten Sleman menjadi daerah dengan realisasi penerimaan tertinggi sebesar Rp 1,096 triliun, diikuti oleh Kota Yogyakarta dan Bantul.Sementara, Kulonprogo menjadi daerah dengan realisasi penerimaan terendah masing-masing sebesar Rp 633 milyar dan Rp 798 milyar. Pengeluaran/belanja juga memiliki pola yang hampir sama. Selama tahun 2010, terdapat tiga daerah yang mengalami defisit dalam pengelolaan keuangan daerah. Ketiganya adalah Kabupaten Bantul, Sleman dan Kota Yogyakarta dengan nilai defisit masing-masing sebesar Rp 25 milyar, Rp 36 milyar dan Rp 24 milyar. Sementara, kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul justru mengalami surplus dalam pengelolaan keuangan dengan nilai surplus di masing-masing daerah sebesar Rp 20 milyar dan Rp 33 milyar.
633 613
Kulonprogo 1,500
0
300
600
Pendapatan
900
1,200
1,500
Pengeluaran
Sumber: Reaisasi APBD 2010, DJPK Kemenkeu RI
Komposisi penerimaan daerah berdasarkan sumbernya menunjukkan bahwa mayoritas kabupaten di DIY pada tahun 2010 masih memiliki derajad ketergantungan fiskal yang cukup tinggi terhadap transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat atau memiliki kemampuan keuangan daerah yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi total penerimaan daerah kabupaten/kota yang masih relatif rendah. Nilai rasio yang tertinggi dimiliki oleh Kota Yogyakarta yakni sebesar 22 persen, sementara nilai rasio di kabupaten yang lainnya masih berada di bawah 15 persen. Komposisi penerimaan transfer yang tertinggi berasal dari dana alokasi umum (DAU) yang dengan porsi yang bervariasi di atas 48 persen. Porsi rasio DAU yang tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo dengan nilai masing-masing sebesar 65,3 persen dan 65,0 persen, sementara yang terendah adalah Kota Yogyakarta dengan nilai sebesar 48,5 persen. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul menjadi daerah yang memiliki ketergantungan fiskal yang terbesar. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
7
DDeerraajjaadd kkeetteerrggaannttuunnggaann ffiisskkaall kkaabbuuppaatteenn//kkoottaa ddii DDIIYY tteerrhhaaddaapp ddaannaa ppeerriim mbbaannggaann m maassiihh ssaannggaatt bbeessaarr Berbeda dengan DAU yang penggunaannya lebih bersifat umum, Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bentuk dana transfer perimbangan yang memiliki tujuan lebih khusus terutama untuk meningkatkan kualitas infrastruktur fisik di daerah. Porsi DAK dalam realisasi penerimaan daerah di DIY sangat bervariasi dan yang tertinggi diterima oleh Kabupaten Gunungkidul dengan porsi sebesar 9,7 persen. Dengan kondisi infrastruktur yang relatif sudah lebih baik, Kota Yogyakarta menjadi daerah yang menerima DAK dengan porsi yang terendah (1,7 %).
14,9 9,8 51,4 6,4 15,5 2,1 100 87,41 8,82 3,77 100
Tahukah Anda ?
yo
gy
ak
Sumber: Reaisasi APBD 2010, DJPK Kemenkeu RI
Yogya karta 22,0 9,3 48,5 1,7 16,0 2,6 100 93,41 6,43 0,16 100
id
Sleman
o.
8,3 5,5 58,1 6,1 6,2 15,8 100 87,32 12,17 0,51 100
Gunung kidul 5,3 4,4 65,3 9,7 11,2 4,1 100 88,17 6,14 5,69 100
.g
Bantul
ps
PAD DBH DAU DAK Transfer lain Penerimaan Lain Penerimaan Operasional Modal lainnya Pengeluaran
Kulon progo 7,6 5,1 65,0 6,6 12,9 2,9 100 92,05 7,60 0,35 100
ar
Rincian
Dari sisi pengeluaran, komposisi terbesar dalam realisasi anggaran 2010 kabupaten/kota digunakan untuk kegiatan operasional atau kegiatan yang bersifat rutin seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa, bunga, subsidi dan lainnya. Porsi untuk kegiatan operasional berkisar antara 87-94 persen dari total pengeluaran. Sementara itu, porsi pengeluaran daerah untuk belanja modal/infrastruktur masih sangat rendah dan berkisar antara 6-12 persen, padahal jenis pengeluaran inilah yang sebenarnya dinikmati secara luas oleh publik. Porsi belanja modal yang tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Bantul dengan rasio sebesar 12,17 persen.
ta .b
Tabel 2.6. Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Daerah menurut Kabupaten/Kota, 2010 (Persen)
ht
tp
://
Kemampuan fiskal Kota Yogyakarta adalah yang tertinggi di DIY. Rasio belanja modal/infrastruktur kabupaten/kota di DIY masih sangat rendah.
Gambar 2.1. Keraton Kasultanan (Salah satu simbol KeistimewaanYogyakarta)
8
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PENDUDUK JJuum mllaahh ppeenndduudduukk DDIIYY sseettiiaapp ttaahhuunn sseellaalluu bbeerrttaam mbbaahh,, nnaam muunn llaajjuu ppeerrttuum mbbuuhhaannnnyyaam maassiihh tteerrkkeennddaallii Hasil Sensus Penduduk 2010 mencatat jumlah penduduk DIY mencapai 3.457.491 jiwa dan tersebar di lima kabupaten/kota. Distribusi penduduk DIY berdasarkan kabupaten/kota menunjukkan bahwa Sleman menjadi wilayah dengan populasi terbesar, diikuti oleh Bantul dan Gunungkidul. Grafik 3.1. Distribusi Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota, 2011 (%) Kulonprogo 11.19%
Yogyakarta 11.20%
Bantul 26.42%
Gunungkidul 19.44%
.g
o.
id
Sleman 31.75%
Sumber: Proyeksi berdasarkan SP2010, BPS
ps
Pada tahun 2011, populasi penduduk yang tinggal di Sleman sebanyak 1,107 juta jiwa atau 31,75 persen dari seluruh penduduk DIY, sementara di Bantul sebanyak 921,26 ribu jiwa atau 26,42 persen. Sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan, Kota Yogyakarta memiliki populasi penduduk sebanyak 390,55 ribu jiwa atau 11,19 persen dari populasi penduduk DIY. Meskipun demikian, wilayah Kota Yogyakarta sudah semakin jenuh untuk menampung penduduk akibat meningkatnya kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini membawa berpengaruh terhadap perkembangan wilayah penyangga di sekitarnya di sekitarnya, terutama di Sleman dan Bantul.
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Jumlah penduduk DIY setiap tahun selalu bertambah, namun laju pertumbuhannya masih cukup terkendali. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 mencatat jumlah penduduk DIY mencapai 3,12 juta jiwa atau tumbuh dengan rata-rata 0,72 persen per tahun. Selama kurun waktu 10 tahun,jumlah penduduk DIY meningkat hingga menjadi 3,46 juta jiwa atau tumbuh dengan rata-rata 1,04 persen per tahun. Dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama periode 1990-2000, rata-rata pertumbuhan penduduk selama periode 2000-2010 memiliki laju yang lebih cepat dengan selisih rata-rata sebesar 0,32 persen. Fenomena ini sangat berkaitan dengan semakin membaiknya kesehatan ibu, anak, dan balita, menurunnya angka kematian serta semakin bertambahnya migrasi masuk dengan bertujuan bersekolah atau bekerja. Berdasarkan kabupaten/kota, laju pertumbuhan penduduk tercepat selama periode 2000-2010 terjadi diSlemandan Bantul dengan laju sebesar 1,92 persen dan 1,55 persen. Sementara, KotaYogyakarta justru mengalami pertumbuhan penduduk negatif sebesar 0,22 persen sebagai akibat dari berkembangnya kawasan pemukiman di sekeliling Kota dan berpindahnya beberapa perguruan tinggi ke daerah pinggiran sehingga menarik minat penduduk untuk tinggal di kawasan itu. Tabel 3.1. Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota, 2006-2011 (000 jiwa) Kabupaten/ Kota Kulonprogo
2006
2007
2008
2009
2010
2011
382,66
384,33
385,94
387,49
388,87
390,21
Bantul
859,73
872,87
886,06
899,31
911,50
921,26
Gunungkidul
675,14
675,36
675,47
675,47
675,38
678,00
Seman Yogyakarta DIY
1.015,52 1.035,03 1.054,75 1.074,67 1.093,11 1.107,30 392,80
391,82
390,78
389,69
388,63
390,55
3.325,85 3.359,40 3.393,00 3.426,64 3.457,49 3.487,33
Sumber: Proyeksi berdasarkan SP 2000 dan SP 2010, BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tabel 3.2.Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun 1990-2000, 2000-2010 (Persen) Kab/Kota
1990-2000
Kulonprogo
2000-2010
Selisih
-0,04
0,47
0,51
Bantul
1,19
1,55
0,36
Gunungkidul
0,30
0,06
-0,24
Sleman
1,50
1,92
0,42
Yogyakarta
-0,39
-0,22
0,17
DIY
0,72
1,04
0,32
Sumber: SP 2000, SP 2010
9
KKoottaa YYooggyyaakkaarrttaa m meem miilliikkii kkeeppaaddaattaann ppeenndduudduukk tteerrttiinnggggii,, nnaam muunn sseem maakkiinn bbeerrkkuurraanngg ddaarrii w waakkttuu kkee w waakkttuu Kepadatan penduduk di DIY pada tahun 2010 sebesar 1.104 jiwa/km2, artinya setiap 1 km2 wilayah DIY dihuni oleh 1.104 jiwa penduduk. Angka kepadatan penduduk ini berada pada urutan ketiga secara nasional setelah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat, yang masing-masing memiliki kepadatan penduduk 14.469 jiwa/km2 dan 1.217 jiwa/km2. Dibandingkan dengan kepadatan penduduk pada tahun 2000 yang mencapai 979 jiwa/km2, kepadatan penduduk pada tahun 2010 meningkat cukup tajam dengan selisih 106 jiwa/km2. Hal ini berarti, selama rentang 10 tahun jumlah penduduk bertambah sebanyak 106 jiwa di setiap 1 km2 wilayah DIY.
ta .b
ps
.g
o.
id
Berdasarkan wilayah, kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta.Setiap 1 km2 wilayah Kota Yogyakarta dihuni oleh 11.958 jiwa penduduk. Tingginya kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta sangat berkaitan dengan statusnya sebagai ibukota pemerintahan maupun sebagai pusat perekonomian dan pendidikan. Faktor ini menjadi daya tarik bagi sebagian penduduk dari luar daerah untuk bermigrasi dan melakukan aktivitas ekonomi maupun aktivitas pendidikan di Kota Yogyakarta. Di sisi lain, luas wilayah administrasi Kota Yogyakarta relatif terbatas untuk menampung populasi penduduk sehingga banyak di antara mereka yang tinggal di daerah pinggiran yang menjadi penyangga kota. Kabupaten Sleman dan Bantul berada pada urutan berikutnya dengan kepadatan masing-masing sebesar 1.902 jiwa/km2 dan 1.798 jiwa/km2. Sementara itu, Gunungkidul menjadi daerah dengan kepadatan penduduk terendah yakni 445 jiwa/km2. Rendahnya kepadatan penduduk di Gunungkidul berkaitan dengan karakteristik wilayah yang berupa pegunungan kering maupun infrastruktur yang kurang memadai untuk dijadikan sebagai tempat tinggal maupun melakukan aktivitas ekonomi.
Gambar 3.1.
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
Dalam kurun satu dasa warsa terakhir, kepadatan penduduk di seluruh kabupaten/kota DIY menunjukkan pola yang meningkat, kecuali Kota Yogyakarta yang justru semakin berkurang. Kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta turun karena jumlah penduduknya semakin berkurang atau mengalami pertumbuhan penduduk negatif. Fenomena ini mengindikasikan bahwa Kota Yogyakarta sudah semakin jenuh oleh maraknya kegiatan ekonomi, sehingga banyak penduduk yang lebih memilih untuk menetap di daerah pinggiran dengan pertimbangan ketenangan dan kenyamanan. Fakta ini diperkuat oleh semakin berkembangnya kawasan di sekitar Kota Yogyakarta dan meningkatnya kepadatan penduduk di Kabupaten Sleman dan Bantul masing-masing sebesar 334 jiwa/km2 dan 257 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk menurutKabupaten/Kota, 2010
DIY
Tabel 3.3. Kepadatan Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun 2000 dan 2010 Kabupaten/ Kota
Kepadatan Penduduk (jiwa/km²) 2000
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Sumber: SP2010
DIY
2010
Selisih
633
663
30
1541
1 798
257
451
455
4
1568
1 902
334
12206
11 958
-248
979
1 104
106
Sumber: SP2000, SP2010
10
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KKoom mppoossiissii ppeenndduudduukk DDIIYY ttaahhuunn 22001100 ddiiddoom miinnaassii oolleehh ppeenndduudduukk uussiiaa m muuddaa ddaann JJuum mllaahh ppeenndduudduukk ppeerreem miinnaann ddaarrii llaakkii--llaakkii mppuuaann lleebbiihh ddoom Komposisi penduduk DIY menurut kelompok umur pada periode 2000 dan 2010 disajikan dalam Grafik 3.2 dan 3.3. Secara umum, struktur penduduk DIY selama dua periode masih didominasi oleh penduduk berusia muda, tetapi terjadi sedikit perubahan dalam komposisinya. Pada piramida tahun 2010, komposisi didominasi oleh penduduk pada usia 15-24 tahun. Pada tahun 2010, komposisi penduduk pada usia 0-45 tahun cukup berimbang dan telah terjadi penggemukan pada usia 25-45 tahun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk pada usia 25 tahun ke atas, yang mencakup angkatan kerja dan penduduk usia lanjut. Peningkatan jumlah angkatan kerja perlu diwaspadai terkait ketersediaan lapangan kerja yang jumlahnya terbatas, sehingga tidak berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut secara tidak langsung menunjukkan adanya perbaikan dalam kesehatan penduduk. Grafik 3.3. Piramida Penduduk DIY, 2010
o.
id
Grafik 3.2. Piramida Penduduk DIY, 2000
70 - 74
.g
70 - 74
60 - 64
60 - 64
ps
50 - 54
ta .b
40 - 44 30 - 34
150
50
50
150
ak
0 - 4 250
250
40 - 44 30 - 34 20 - 24
ar
20 - 24 10 - 14
50 - 54
10 - 14 0 - 4 250
150
50
50
150
250
ht
tp
://
yo
gy
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk laki-laki di DIY sebanyak 1.708.910 jiwa dan perempuan sebanyak 1.748.581 jiwa. Seks rasio yang terhitung sebesar 97,73 atau terdapat 98 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Artinya, jumlah penduduk perempuan 2,27persen lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2000, seks rasio penduduk DIY tahun 2010 sedikit mengalami penurunan dari 98,3 menjadi 97,73. Tabel 3.4. Sex Rasio Penduduk DIY menurut Kabupaten/ Kota, Tahun 2000 dan 2010 (Persen) Rasio Jenis Kelamin 2010
Sex Rasio Penduduk DIYmenurut Kelompok Umur, 2010 (Persen)
Total
Kab/Kota 2000
Grafik 3.4.
Selisih
80-84 70-74
Kulonprogo
97,00
96,23
-0,77
Bantul
99,00
99,45
0,45
Gunungkidul
95,10
93,70
-1,40
30-34
101,80
100,49
-1,31
20-24
Yogyakarta
95,80
94,81
-0,99
D.I. Yogyakarta
98,30
97,73
-0,57
Sleman
Sumber: SP2000 dan SP2010, BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
60-64 50-54 40-44
10-14 0-4 50
60
70
80
90
100
110
Sumber: SP2010, BPS DIY
11
Rasio beban ketergantungan semakin menurun sejak tahun 1971 seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk berusia produktif
Seks rasio di mayoritas kabupaten/kota memiliki nilai kurang dari 100, artinya jumlah penduduk perempuan cenderung lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Namun demikian, Kabupaten Sleman justru memiliki seks rasio lebih dari 100 yang berarti jumlah penduduk laki-lakinya lebih banyak dari perempuan. Hampir semua kabupaten/kota juga mengalami penurunan seks rasio, kecuali Bantul yang meningkat dari 99 persen pada tahun 2000 menjadi 99,45 persen pada tahun 2010.
.g
o.
id
Berdasarkan kelompok umur, seks rasio menunjukkan pola semakin menurun seiring dengan meningkatnya kelompok umur. Nilai seks rasio penduduk DIY mulai dari lahir sampai umur 29 tahun berada di atas 100, artinya jumlah penduduk laki-laki pada usia tersebut lebih dominan dari perempuan. Mulai usia 30 tahun, jumlah penduduk perempuan lebih dominan dari laki-laki yang ditunjukkan oleh nilai sex rasio yang kurang dari 100. Namun, pada kelompok umur 55-59 nilai sex rasio berada di atas 100.Pada kelompok umur 60 tahun ke atas, jumlah penduduk perempuan sangat dominan. Fenomena ini terjadi karena angka harapan hidup perempuan relatif lebih tinggi dari laki-laki maupun karena fenomena laki-laki cenderung melakukan pekerjaan dan aktivitas yang sifatnya lebih berat, kasar dan beresiko dibandingkan dengan perempuan.
ta .b
82.4
80
ar
69.1 55.1
60
45.9
44.7
gy
40
ak
100
yo
20 0
Sumber: SP2010, BPS DIY
1990
2000
2010
://
1980
tp
1971
Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) merupakan rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk yang belum dan tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas) dengan banyaknya penduduk yang termasuk produktif secara ekonomi (umur 15-64 tahun).Rasio ketergantungan penduduk DIY pada tahun 2010 sebesar 45,9 persen. Secara kasar, hal ini berarti setiap 100 penduduk produktif menanggung sekitar 46 orang yang tidak produktif. Angka tersebut lebih tinggi dibanding rasio ketergantungan penduduk DIY pada tahun 2000 yang sebesar 44,7 persen.
ps
Grafik 3.5. Rasio Ketergantungan Penduduk DIY, 1971-2010
ht
Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif (15-64 tahun) untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) dan yang sudah tidak produktif lagi (65 tahun lebih). Rasio ketergantungan di daerah perkotaan DIY tercatat 42,08 sementara di daerah perdesaan 54,19. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk usia produktif di perdesaan memiliki beban yang lebih berat dibandingkan dengan penduduk usia produktif di perkotaan.
Tahukah Anda? Seks rasio penduduk DIY semakin menurun seiring dengan meningkatnya kelompok umur. Seks rasio penduduk usia 60 tahun ke atas cenderung rendah karena angka harapan hidup para lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
12
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KETENAGAKERJAAN TTeerrbbaattaassnnyyaa kkeesseem mppaattaann kkeerrjjaa m meennyyeebbaabbkkaann ttiiddaakk sseem muuaa aannggkkaattaann kkeerrjjaa ddaappaatt tteerrsseerraapp ddaallaam m ppaassaarr tteennaaggaa kkeerrjjaa
Tenaga kerja menjadi salah satu faktor produksi yang memiliki peran sentral dalam menggerakkan aktivitas perekonomian. Sebagai faktor produksi, tenaga kerja merupakan unsur manusia yang memiliki perilaku berbeda-beda. Setiap orang akan berharap mendapat penghasilan yang memadai sesuai pekerjaan yang telah dilakukannya. Namun, sistem dan struktur upah tenaga kerja ditentukan berdasarkan pada pertimbangan berbagai faktor seperti pendidikan yang ditamatkan, masa kerja, jenis dan resiko pekerjaan, lokasi kerja, pengalaman kerja, usia, dan jabatan yang bersangkutan di tempat kerja. Terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia menyebabkan tidak semua angkatan kerja dapat terserap dalam pasar kerja. Tabel 4.1. Statistik Ketenagakerjaan DIY 2008-2011 Uraian
ak
gy
10
://
yo
Grafik 4.1. Tingkat Pengangguran Terbuka DIY menurut Status Daerah, 2006-2011 K
8.87
7.48
8
6.58 6.31
6.1
ht
6
tp
8.24
5.38
D
K+D
6.97 6.00
5.69
4.79
4 2
3.97 3.3
3.26
3.77
4.07
4.01 2.36
0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Sakernas DIY, 2006-2011
2008
2009
2010
2011
1.999.734
2.016.694 1.882.296 1.872.912
Bekerja
1.892.205
1.895.648 1.775.148 1.798.595
o.
107.529
121.046
107.148
74.317
836.444
855.025
815.838
814.511
.g
Pengangguran
id
Angkatan Kerja
ps
Bukan Angkatan Kerja
ta .b
Penduduk Usia Kerja TPAK (Persen) TPT (Persen)
ar
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di DIY selama periode 2008-2011 berada pada kisaran 70 persen. Secara kasar, angka ini menggambarkan besarnya porsi penduduk berusia kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan perekonomian baik berstatus bekerja maupun penganggur. Dibandingkan dengan beberapa periode sebelumnya, TPAK tahun 2011 sedikit mengalami penurunan hingga mencapai 69,69 persen. Sementara, porsi bukan angkatan kerja sebesar 30,31 persen terdiri dari penduduk yang melakukan aktivitas sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
2.836.178
2.871.719 2.698.134 2.687.423
70,51
70,23
69,76
69,69
5,38
6,00
5,69
3,97
Sumber : Sakernas DIY, 2008-2011
Bagian dari angkatan kerja yang tidak terserap oleh pasar tenaga kerja termasuk dalam kategori pengangguran terbuka (TPT). Selama periode 2006-2011, TPT DIY cukup berfluktuasi dan memiliki tren semakin menurun. TPT tahun 2011 tercatat sebesar 3,97 persen atau berkurang 0,31 persen dari TPT 2010 yang mencapai 5,69 persen. Menurut wilayah, TPT di perkotaan tercatat selalu lebih tinggi dibandingkan TPT di perdesaan. Pada tahun 2011, TPT di perkotaan mencapai 4,79 persen, sedangkan TPT di perdesaan mencapai 2,36 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa penduduk di perdesaan lebih mudah terserap di pasar kerja. Kendati demikian, pasar tenaga kerja di perdesaan relatif terbatas dengan struktur lebih homogen dan dominan pada sektor pertanian. Tahukah Anda?
TPAK DIY periode 2006-2011 berada pada kisaran 70 persen, sementara TPT memiliki tren menurun hingga mencapai 3,97 persen di tahun 2011.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
13
LLeebbiihh ddaarrii 5500 ppeerrsseenn aannggkkaattaann kkeerrjjaa ddii DDIIYY bbeerrppeennddiiddiikkaann SSLLTTPP kkee bbaaw waahh ddaann ssttrruukkttuurr tteennaaggaa kkeerrjjaa ddiiddoom d a i n a s i o l e h l a p a n g a n u s a h a p a d a s e k t o r p e r minasi oleh lapangan usaha pada sektor perdaggaannggaann,, hhootteell ddaann rreessttoorraann sseerrttaa sseekkttoorr ppeerrttaanniiaann.. STRUKTUR TENAGA KERJA Grafik 4.2. Angkatan Kerja DIY menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011 (Persen)
ps
.g
o.
id
Struktur angkatan kerja berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan menunjukkan bahwa mayoritas angkatan kerja di PT SD 13% DIY mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA 34% (35 %). Jika dirinci berdasarkan jenisnya, maka sebanyak 17,92 persen adalah tamatan SLTA SLTA kejuruan dan 16,97 persen merupakan tamatan 35% SLTP SLTA umum. Porsi terbesar selanjutnya adalah 18% angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah, SLTP dan Perguruan Tinggi dengan porsi masingmasing sebesar 34 persen, 18 persen, dan 13 Sumber : Sakernas Bulan Agustus 2011, DIY persen. Hal yang harus menjadi perhatian adalah masih besarnya porsi angkatan kerja yang masih berpendidikan SD ke bawah. Bahkan, sebanyak 5,13 persen diantaranya berstatus belum/tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali dan 10,83 persen tidak/belum tamat SD.
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Struktur tenaga kerja dalam pasar tenaga kerja di DIY didominasi oleh empat lapangan usaha, yakni perdagangan, hotel dan restoran; pertanian; jasa-jasa; dan industri pengolahan. Sektor pertanian yang sangat dominan dalam menyerap tenaga kerja di tahun 2005 (34,4 %) secara bertahap peranannya mulai tergantikan oleh sektor perdagangan yang mampu menyerap hingga 26,7 persen tenaga kerja di tahun 2011. Sementara, pada tahun 2011 sektor pertanian hanya menyerap tenaga kerja sebesar 24 persen. Sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 19,6 persen dan 14,8 persen di tahun 2011. Dibandingkan dengan tahun 2005, kedua sektor ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam menyerap tenaga kerja dengan peningkatan masing-masing sebesar 4,9 persen dan 1,7 persen. Meskipun andil dalam menyerap tenaga kerja relatif rendah, keempat sektor yang lainnya (pertambangan, listrik, gas dan air bersih; konstruksi; angkutan dan komunikasi; dan keuangan) memiliki nilai andil yang semakin meningkat. Grafik 4.3. Komposisi Tenaga Kerja di DIY menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 dan 2011 (Persen) 1,8 Pertanian
3,3
2,8
14,7 34,4
Pertambangan, listrik &air
24,0
19,6
0,9
3,8
Industri Konstruksi Perdagangan
14,8
24,2 13,1
0,8
7,4
7,7
(2005)
Angkutan & Komunikasi Keuangan
26,7
Jasa-jasa
(2011)
Sumber : Sakernas 2005 dan 2011, BPS DIY
Tahukah Anda ? Sektor perdagangan, hotel dan restoran paling dominan dalam menyerap tenaga kerja di DIY, sementara peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja justru semakin menurun.
14
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
M Meesskkiippuunn TTPPTT 22001111 m meenniinnggkkaatt meennuurruunn,, ttiinnggkkaatt sseetteennggaahh ppeennggaanngggguurraann jjuussttrruu m ddaann m maayyoorriittaass ppeekkeerrjjaam meem miilliikkii ssttaattuuss sseebbaaggaaii bbuurruuhh//kkaarryyaaw waann//ppeeggaaw waaii.. Berdasarkan status pekerjaannya, mayoritas penduduk berstatus bekerja di DIY melakukan kegiatan sebagai buruh/karyawan. Pada tahun 2011 porsinya sebesar 40,12 persen dan cenderung dari periode sebelumnya yang mencapai 30,57 persen. Sementara itu, pekerja yang statusnya berusaha memiliki porsi sebesar 37,52 persen yang terdiri dari berusaha sendiri (13,91 %), bekerja dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (19,35 %) dan berusaha dibantu buruh tetap (4,27 %). Tabel 4.2. Struktur Penduduk Bekerja di DIYmenurut Status Pekerjaan, 2008-2011 (Persen) 2008
2009
2010
Berusaha Sendiri
16,46
14,33
13,75 13,91
Berusaha dibantu Buruh tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Berusaha dibantu Buruh Tetap/Buruh tak Dibayar Buruh/Karyawan/Pegawai
22,80
23,81
24,35 19,35
4,00
2,96
30,83
32,44
3,01
2,89
2,02
1,39
6,47
7,67
6,54
7,02
16,43
15,90
100
100
.g
o.
id
Status Pekerjaan Utama
ps
Pekerja Bebas di Pertanian Pekerja Bebas Non Pertanian
ta .b
Pekerja Keluarga Total
3,90
2011
4,27
30,57 40,12
18,87 13,95 100
100
Sumber : Sakernas DIY, 2008-2011
ar
Proporsi pekerja yang berstatus sebagai pekerja bebas di sektor pertanian selama empat tahun terakhir semakin menurun hingga menjadi 1,39 persen. Secara kasar, fenomena ini menggambarkan kondisi sektor pertanian yang semakin jenuh. Meskipun masih menjadi tumpuan utama dalam menampung angkatan kerja, namun peranannya semakin menurun sebagai akibat dari lambatnya peningkatan produktivitas dan area lahan yang semakin menyempit. Akibatnya, terjadi perpindahan status penduduk bekerja dari pekerja bebas di sektor pertanian menjadi pekerja lepas di sektor lainnya atau bahkan berubah menjadi pekerja tetap/buruh/pegawai.
ht
tp
://
yo
gy
ak
Hal lain yang cukup menarik untuk dicermati adalah semakin berkurangnya proporsi pekerja tak dibayar atau pekerja keluarga dari 16,43 persen di tahun 2008 menjadi 13,95 persen di tahun 2011. Secara kasar, fakta ini sangat menggembirakan karena dengan semakin berkurangnya status pekerja tak dibayar menjadi pekerja tetap, pekerja bebas atau berusaha sendiri akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan diri dan keluarga dari pekerja yang bersangkutan. Meskipun demikian, jika dilihat dari jumlah jam kerja per minggu masih cukup banyak pekerja yang termasuk dalam kategori setengah pengangguran (under unemployment) karena memiliki jumlah jam kerja per minggu kurang dari jam kerja normal yakni 35 jam. Pada Gambar 4.4.Struktur Penduduk Bekerja di DIYmenurut tahun 2010, sebanyak 24,15 persen dari Jumlah Jam Kerja per Minggu, 2010-2011 penduduk bekerja memiliki jam kerja kurang 80 74.25 70.26 dari 35 jam per minggu dan meningkat 2010 2011 70 menjadi 27,39 persen di tahun 2011. 60 Fenomena ini menunjukkan meskipun TPT 50 secara umum menurun, namun tingkat 40 setengah pengangguran justru meningkat. 27.39 24.15 30 Artinya, penduduk yang berubah status dari 17.92 20.75 20 penganggur menjadi bekerja sebagian besar 6.23 6.64 10 memiliki jam kerja di bawah jam kerja 0 normal. Bahkan, sekitar 6 persen 1-14 15-34 1-34 35+ diantaranya memiliki jam kerja di bawah 14 jam per minggu. Sumber : Sakernas DIY, 2008-2011
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
15
UUM MPP DDIIYY 22001111 sseeddiikkiitt m meenniinnggkkaatt ddiibbaannddiinnggkkaann ddeennggaann ppeerriiooddee sseebbeelluum mnnyyaa ddaann sseeddiikkiitt lleebbiihh ttiinnggggii ddaarrii KKHHLL DDIIYY..
Grafik 4.5. Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak dan Upah UPAH MINIMUM PROVINSI (UMP) Minimum DIY, 2007-2011 (Rp 000) 900
820 750
750 600
687
657
746
802
UMP merupakan standar upah minimal yang harus dibayarkan oleh pengusaha/perusahaan kepada karyawan/ buruh/pegawai sesuai dengan tingkat kebutuhan hidup minimum yang layak (KHL) yang berlaku di provinsi yang bersangkutan. Tujuan utama penetapan upah minimum adalah untuk menjaga daya beli penduduk akibat adanya kenaikan harga atau inflasi.Penentuan UMP dilakukan oleh Dewan Pengupahan Daerah yang terdiri dari perwakilan birokrat, akademisi dan serikat pekerja melalui survei kebutuhan hidup minimum yang dilakukan setiap tahun.
808
700 586
500
450 300 150 0
Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
2010
2011
id
2009
Upah Minumum Provinsi (UMP)
o.
2008
.g
2007
ps
Sumber : Dewan Pengupahan Daerah DIY
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Sampai saat ini, UMP menjadi isu yang sangat sensitif karena dalam realitanya tidak semua perusahaan melakukan pembayaran upah sesuai dengan ketentuan UMP dengan alasan kemampuan perusahaan dalam membayar upah berbeda-beda.Pada tahun 2011, UMP DIY secara nominal ditetapkan sebesar Rp 808 ribu per bulan mengacu pada KHL yang mencapai Rp 802 ribu per bulan.Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 746 ribu per bulan, UMP nominal 2011 meningkat sebesar 8,36 persen. Tren UMP selama periode 2007-2011 menunjukkan peningkatan, meskipun dari sisi KHL cenderung berfluktuasi.Berbeda dengan periode sebelumnya dimana UMP selalu lebih rendah dari KHL, pada tahun 2011 UMP sedikit berada di atas KHL. Di satu sisi, hal ini menjadi pertanda baik. Namun di sisi lain, banyak pihak terutama dari kalangan serikat buruh/pekerja yang merasa kecewa karena KHL yang ditetapkan di DIY jauh lebih rendah dibandingkan dengan beberapa provinsi lainnya di Indonesia.
Gambar 4.1. Demo Buruh Menolak Praktek Pekerja Kontrak
16
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PENDIDIKAN
RRaassiioom meenncceerrm muurriidd gguurruu ddaann m miinnkkaann ddaayyaa ttaam mppuunngg ppaaddaa muurriidd kkeellaass yyaanngg m sseem u a t i n g k a t a n p e n d i d i k a n s e m a k i n m e n d e k a t i k mua tingkatan pendidikan semakin mendekati koonnddiissii iiddeeaall
Salah satu tujuan negara yang diamanahkan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Langkah yang ditempuh oleh pemerintah untuk melaksanakannya adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan baik pendidikan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Selama beberapa kurun waktu terakhir, pembangunan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Program wajib belajar sembilan tahun, yang didukung dengan pembangunan infrastruktur sekolah dan penyediaan tenaga pendidik yang mencukupi serta pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20 persendari APBN/APBD menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam melaksanakan amanah UUD 1945.
RASIO MURID GURU DAN MURID KELAS
ar
ak
yo
gy
SLTP
://
tp
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
.g
2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012
ps
SD
Tahun Ajaran
o.
Tingkat Pendidikan
SLTA
ht
Rasio murid kelas pada tingkat SD berkisar antara 22-23 murid dan angka ini menggambarkan daya tampung kelas pada tingkat SD. Rasio di tingkatan pendidikan lainnya cenderung lebih tinggi dan masih belum berada dalam kondisi ideal, meskipun polanya cenderung semakin rendah. Rasio murid kelas yang ideal berada pada kisaran 20-30 murid per kelas, sehingga sampai dengan kondisi 2011 rasio murid kelas pada semua tingkatan di DIY semakin mendekati kondisi ideal.
Rata-rata Murid dan Guru per Sekolah, Rasio Murid Guru dan Murid Kelas menurut Tingkatan Pendidikan di DIY
id
Tabel 5.1.
ta .b
Secara umum, rata-rata jumlah murid dan guru per sekolah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Pada tahun 2011, setiap sekolah pada level pendidikan SD rata-rata menampung sekitar 153 murid, tingkat SLTP 255 murid, tingkat SLTA 225 murid dan tingkat SMK 388 murid. Rasio murid guru memiliki pola semakin menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan, sehingga rasio pada tingkat SD lebih rendah dari SLTP dan SLTP lebih rendah dari SLTP. Pada tahun 2011, seorang guru SD rata-rata memiliki beban untuk mengajar sebanyak 13 murid. Sementara, pada tingkat SLTP; SLTA dan SMK masing masing memiliki beban mengajar sebanyak 13, 12 dan 10 orang murid. Perkembangan rasio murid guru pada semua tingkatan pendidikan selama tujuh tahun terakhir masih berada daam kondisi ideal, bahkan pada tingkat SD cenderung menurun. Hal ini menjadi indikasi yang baik, karena semakin rendah rasionya berarti ketersediaan tenaga pendidik menjadi semakin tercukupi.
SMK
Rata-rata per Sekolah
Murid
Guru
Rasio Murid Guru
142 150 152 152 153 153 153 250 258 256 256 258 261 260 255 207 215 212 215 217 221 278 225 353 341 357 327 347 387 395 388
10 11 11 12 12 12 12 19 21 20 20 21 21 21 20 17 18 18 19 19 19 19 19 39 38 39 35 38 41 41 40
14 14 13 13 13 13 13 13 12 13 13 13 13 13 13 12 12 12 12 11 11 11 12 9 9 9 9 9 9 10 10
Rasio Murid Kelas 23 22 22 22 23 22 22 38 39 37 36 35 33 29 29 37 37 36 35 34 32 31 29 31 32 31 31 30 30 30 29
Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan DIY
17
AAnnggkkaa ppaarrttiissiippaassii sseekkoollaahh m meenncceerrm miinnkkaann aakksseess ddaann kkeesseem mppaattaann ppeenndduudduukk uussiiaa sseekkoollaahh tteerrhhaaddaapp iinnssttiittuussii ppeennddiiddiikkaann sseessuuaaii ddeennggaann kkeelloom mppookk uum muurrnnyyaa..
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH
id
Angka partisipasi sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Indikator ini juga sangat berguna untuk mengetahui seberapa besar akses penduduk usia sekolah terhadap institusi pendidikan yang tersedia, semakin tinggi nilai APS maka secara kasar mencerminkan semakin besar pula penduduk usia sekolah yang mendapat kesempatan bersekolah. APS memperhitungkan adanya perubahan komposisi penduduk terutama pada kelompok usia muda. APS terdiri dari angka partisipasi sekolah kasar (APK) dan murni (APM). Angka partisipasi sekolah kasar (APK) mencerminkan tingkat partisipasi penduduk secara umum pada suatu tingkat pendidikan. Sama halnya dengan APK, angka partisipasi sekolah murni (APM) juga menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu, namun angka APM lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.
80
72.26
o.
ps
99.46 97.59
99.80 96.04
93.42
75.85
71.30
ta .b
99.65 100
Berdasarkan Grafik 5.1, APS di DIY memiliki pola semakin menurun seiring dengan meningkatnya kelompok umur. Artinya, partisipasi/kesempatan bersekolah penduduk berusia 7-12 tahun > APS 13-15 tahun dan > APS 16-18 tahun. Pada tahun 2011, APS penduduk berusia 7-12 tahun di DIY mencapai 99,46 persen, APS penduduk berusia 13-15 tahun mencapai 97,59 persen dan APS penduduk berusia 16-18 tahun mencapai 75,85 persen. Hal ini juga berarti sebanyak 0,56 persen penduduk pada usia 7-12 tahun belum mendapat kesempatan untuk mengenyam bangku sekolah.
.g
Grafik 5.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Umur di DIY, 2009-2011
ar
60
ak
40
gy
20 0
13-15
tp
Sumber : Inkesra DIY 2009-2011, BPS DIY
2011 16-18
yo
2010 7-12
://
2009
ht
Sementara, pada kelompok usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun jumlah penduduk yang tidak mengenyam sekolah besarnya mencapai 2,41 persen dan 24,15 persen. Meskipun kebijakan wajib belajar sembilah tahun telah dicanangkan sejak tahun 2004, dalam kenyataannya masih terdapat sekitar 3 persen penduduk pada kelompok usia 7-15 tahun yang tidak berpartisipasi atau belum mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Berbagai permasalahan seperti biaya, jarak, membantu ekonomi keluarga atau tidak mau bersekolah karena alasan tidak mampu menjadi alibi bagi mereka yang tidak berpartisipasi dalam sekolah. Tingginya fenomena penduduk usia sekolah pada kelompok usia 16-18 tahun tahun yang tidak/belum berpartisipasi atau berkesempatan sekolah secara umum lebih berkaitan dengan persoalan ekonomi seperti mahalnya biaya pendidikan dan keterbatasan ekonomi keluarga serta persolah aksibilitas seperti terpusatnya infrastruktur pendidikan tingkat menengah di daerah perkotaan. Tahukah Anda ? Angka partisipasi sekolah semakin menurun seiring dengan meningkatnya kelompok usia. Partisipasi sekolah kelompok usia 7-15 tahun di DIY hampir mendekati 100 persen.
18
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KKeesseetteerraaaann jjeennddeerr ddaallaam mm meem mppeerroolleehh aakksseess ppeennddiiddiikkaann ssaam mppaaii lleevveell m e n e n g a h d i D I Y s u d a h b i s a menengah di DIY sudah bisa tteerrw wuujjuudd.. APK merupakan rasio antara jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) dengan jumlah penduduk pada kelompok usia jenjang pendidikan yang bersangkutan dan dihitung dalam satuan persen. Konsep tersebut membawa konsekuensi besaran nilai APK bisa berada di atas 100, karena terdapat kemungkinan penduduk di luar batasan usia tersebut masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan baik karena terlalu cepat masuk sekolah maupun karena kasus tinggal kelas dan tidak lulus. Berdasarkan Grafik 5.2, APK penduduk usia SD (7-12 tahun) di DIY tahun 2011 sebesar 104,52 persen. Hal ini berarti tidak semua siswa yang bersekolah pada tingkat SD adalah mereka yang berusia 7-12 tahun, tetapi ada yang berusia di atas 12 tahun dan di bawah 7 tahun. Sementara, pada kelompok usia SLTP dan SLTA masing-masing sebesar 89,40 persen dan 85,86 persen.
yo
gy
ak
ar
ta .b
ps
.g
o.
id
Berbeda dengan APK, APM dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada jenjang sekolah yang sesuai dengan usianya dibagi dengan jumlah penduduk pada kelompok usia yang sama. Indikator ini berguna untuk melihat proporsi penduduk sekolah yang tepat waktu. Secara umum, nilai APM lebih rendah dari APK, karena APK mencakup p enduduk di luar kelompok usia pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. APM penduduk berusia SD pada tahun 2011 mencapai 91,98 persen, artinya jumlah penduduk yang berusia SD (7-12 tahun) yang sedang bersekolah di tingkat SD mencapai 91,98 persen. Sisanya,sebanyak 8,02 persen dari penduduk berusia 7-12 tahun kemungkinan masih belum bersekolah pada tingkat SD atau sudah bersekolah pada tingkat SLTP atau sudah putus sekolah. APM pada tingkat SLTP dan SLTA masing-masing sebesar 69,15 persen dan 59,68 persen. Secara umum, APM semakin menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan atau APM SD>SLTP>SLTA. Berdasarkan jenis kelamin, APM di semua tingkatan tidak menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini mencerminkan adanya kesetaraan jender dalam hal memperoleh kesempatan pendidikan sampai level pendidikan menengah.
110.91
://
Grafik 5.2. Angka Partisipasi Sekolah Kasar (APK) menurut Kelompok Umur di DIY, 2009-2011
78.12
93.46
ht
91.59 90
tp
108.16
110
Grafik 5.3. Angka Partisipasi Sekolah Murni (APM) menurut Kelompok Umur di DIY, 2009-2011 100
104.52 89.40
79.29
85.86
80
94.76
94.38
91.98 75.55
75.34
59.35
58.69
69.15 59.68
60
70
40
50
20
30
0
10
2009
2010 SD
SLTP
2011 SLTA
Sumber : Inkesra DIY 2009-2011, BPS DIY
2009
2010 SD
SLTP
2011 SLTA
Sumber : Inkesra DIY 2009-2011, BPS DIY
Tahukah Anda ? Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal partisipasi sekolah antara laki-laki dan perempuan pada semua jenjang pendidikan di DIY.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
19
PPeennyyeebbaabb kkaassuuss aannaakk ppuuttuuss sseekkoollaahh ddii DDIIYY lleebbiihh bbeerrkkaaiittaann ddeennggaann ffaakkttoorr eekkoonnoom mii,, ddaann kkeessaaddaarraann oorraanngg ttuuaatteennttaanngg ppeennttiinnggnnyyaa ppeennddiiddiikkaann ..
ANGKA PUTUS SEKOLAH Angka putus sekolah mencerminkan jumlah penduduk usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau tidak menamatkan pendidikan pada jenjang tertentu. Pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah murid yang putus sekolah di DIY mencapai 1.149 siswa, terdiri dari 985 siswa dari sekolah yang berada di bawah naungan Diknas dan 164 siswa dari sekolah yang berada di bawah naungan non Diknas. Jumlah tersebut turun sekitar 19 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 1425 orang siswa. Penyebab putus sekolah sangat beragam dan tergantung dari jenjang sekolah. Beberapa diantaranya adalah rendahnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan orang tua, kondisi sosial ekonomi keluarga, keterbatasan serta kesulitan dalam mengakses infrastruktur pendidikan. Grafik 5.4. Distribusi Anak Putus Sekolah menurut Jenjang Pendidikan, 2011 (Persen)
1 308 207 218 128 755 117 17 37 63
985 184 178 146 477 164 18 63 83
Jumlah
849
1 416
1 425
1.149
SLTA/SMK /MA 61.44%
SD/MI 17.58%
SLTP/MTS 20.97%
Sumber: Diolah dari data Dinas PendidikanDIY
yo
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan OlahragaDIY
o.
966 201 244 103 418 450 331 83 36
.g
746 183 210 52 301 103 9 62 32
ps
Dikbud SD SLTP SLTA SMK Non Dikbud SD-MI SLTP-MTS SLTA-MA
2011/ 2012
ta .b
2010/2 011
ar
2009/ 2010
ak
2008/2 009
gy
Tingkatan Sekolah
id
Tabel 5.3. Jumlah Murid Putus Sekolah menurut Jenjang Pendidikan, 2008-2011
ht
tp
://
Berdasarkan distribusinya, jumlah anak putus sekolah terbanyak terdapat pada jenjang SLTA sederajat yakni sebanyak 61,44 persen dengan rincian SLTA sebanyak 146 anak, SMK 477 anak dan MA 83 anak. Sementara, jumlah anak putus sekolah pada jenjang SLTP sederajat dan SD sederajad masingmasing mencapai 20,97 persen dan 17,58 persen. Masih besarnya porsi anak putus sekolah pada jenjang SLTP ke bawah harus menjadi perhatian serius, karena hal ini menjadi kontraproduktif dengan kebijakan wajib belajar sembilan tahun. Persoalan biaya seharusnya tidak lagi menjadi penyebab utama dalam kasus anak putus sekolah. Gambar 5.1. Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Tingkat SD dan SLTA di DIY
Sumber: waspada.co.id
20
Sumber: foto.detik.com
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
AAnnggkkaa m meelleekk hhuurruuff ddaann rraattaa--rraattaa llaam maa sseekkoollaahh ppeenndduudduukk bbeerruussiiaa kkeerrjjaa ddii DDIIYY m e m i l i k i t r e n y a n g memiliki tren yang sseem maakkiinn m meenniinnggkkaatt ddaarrii w waakkttuu kkee w waakkttuu..
ANGKA MELEK HURUF (AMH) AMH menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pendidikan di masa lampau dan mencerminkan kualitas sumber daya manusia dalam suatu wilayah. Indikator ini juga menggambarkan tingkat kecerdasan dan kemampuan dasar penduduk suatu wilayah dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis serta kemampuan untuk menyerap informasi dari berbagai media. AMH diukur dari proporsi penduduk 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis sebuah kalimat sederhana baik dalam huruf latin maupun huruf lainnya. Grafik 5.5. Angka Melek Huruf DIY menurut Jenis Kelamin, 2002-2011 (Persen) 100.0 83.8
85.8
85.8
70.0
90.7
91.1
ps
ta .b
30.0
89.8
89.5
.g
60.0
40.0
87.8
86.4
o.
80.0
50.0
86.7
id
90.0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 L
P
L+P
Sumber: Susenas, BPS DIY
Grafik 5.6. Rata-rata Usia Lama Sekolah Penduduk Usia Produktif (15 Tahun ke atas), 2002-2011 (Tahun) 10.0
8.0 7.8
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
AMH DIY selama periode 2002-2011 menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat. Pada tahun 2002, AMH tercatat sebesar 83,8 persen dan secara bertahap meningkat hingga menjadi 91,1 persen di tahun 2011. Hal ini berarti 91,1 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas telah memiliki kemampuan baca tulis, sementara sisanya sebanyak 8,9 persen masih berstatus buta huruf (tidak memiliki kemampuan baca tulis). Berdasarkan jenis kelaminnya, AMH penduduk laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan dengan AMH wanita. AMH penduduk laki laki pada tahun 2011 mencapai 96 persen, sementara AMH penduduk wanita baru mencapai 86,7 persen. Secara tidak langsung, fenomena tersebut menggambarkan adanya ketimpangan jender dalam memperoleh akses pendidikan pada masa lampau. Namun demikian, selama rentang periode 2002-2011 gap antara keduanya sudah semakin mengecil. RATA-RATA LAMA SEKOLAH (RLS)
Selain AMH, kualitas Sumber daya manusia juga dapat dilihat dari rata-rata usia lama sekolah yang ditempuh oleh penduduk berusia produktif (15 tahun ke atas). Semakin tinggi RLS suatu daerah maka semakin baik pula kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya.
8.1
8.2
8.3
8.5
8.6
8.7
8.8
9.1
9.2
6.0
4.0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Susenas, BPS DIY
Perkembangan RLS DIY selama periode 2002-2011 menunjukkan tren yang semakin meningkat. Pada tahun 2002, rata-rata usia lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 7,8 tahun atau setara dengan kelas 7 SLTP. Angka tersebut meningkat hingga mencapai 9,2 tahun atau setara dengan lulus pada jenjang SLTP sederajad pada tahun 2011. Secara rata-rata, angka tersebut menunjukkan bahwa penduduk berusia kerja di DIY telah menamatkan pendidikan dasar sembilan tahun. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
21
gy
ak
ar
ta .b
ps
.g
o.
id
Gambar 5.2.Institusi Pendidikan Kebanggaan Masyarakat DIY, UGM
yo
Sumber : www.cimpa 2011.ugm.ac.id
ht
tp
://
Gambar 5.3.Logo Wajib Bewlajar Sembilan Tahun
Sumber : wradarsuperindo.wordpress.com
22
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KESEHATAN M Miissii ddaallaam m ppeem mbbaanngguunnaann kkeesseehhaattaann aaddaallaahh uunnttuukk m meenniinnggkkaattkkaann ppeellaayyaannaann kkeesseehhaattaann yyaanngg bbeerrkkuuaalliittaass,, m meerraattaa ddaann tteerrjjaannggkkaauu.. Misi pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau dengan sasaran terwujudnya masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku hidup sehat serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas secara adil dan merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengkaji implementasi dari program pembangunan kesehatan yang telah dilakukan diantaranya adalah melalui ketersediaan infrastruktur dan tenaga kesehatan, kemudahan penduduk dalam mengakses sarana yang tersedia, angka kematian bayi, angka harapan hidup, angka kesakitan dan lainnya.
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
ps
.g
o.
id
INFRASTRUKTUR DAN AKSES KESEHATAN Infrastruktur kesehatan yang tersedia di DIY mencakup rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas/puskestu/puskesling, balai pengobatan, dan apotek.Sementara, tenaga kesehatan terdiri dari dokter, bidan, perawat, mantra, tabib, dan lainnya.Pada tahun 2011, jumlah rumah sakit di DIY tercatat sebanyak 63 unit terdiri dari 12 rumah sakit pemerintah dan 51 rumah sakit swasta, termasuk rumah sakit khusus. Total kapasitas tempat tidur yang tersedia di rumah sakit mencapai 5.588 unit. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tuntutan penyediaan tambahan kapasitas tempat tidur menjadi sebuah keharusan untuk menjaga standar pelayanan kepada masyarakat. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kapasitas tempat tidur rumah sakit di DIY meningkat sebesar 7,65 persen. Dari sisi aksibilitas, rasio rumah sakit per 100.000 penduduk mencapai 1,81. Artinya, Tabel 6.1. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Provinsi DIY, 2009-2011 (Unit) terdapat 1,8 rumah sakit untuk setiap 100.000 penduduk atau satu rumah sakit rata-rata Fasilitas Kesehatan 2009 2010 2011 menanggung pelayanan untuk 55.354 jiwa Rumah Sakit 60 63 63 penduduk. Dari sisi kapasitas tempat tidur, rasio Kapasitas Tempat Tidur RS 3 751 5191 5 588 per 100.000 penduduk mencapai 160 tempat tidur Rumah Bersalin 53 71 71 atau satu tempat tidur rata-rata digunakan untuk Balai Pengobatan 177 181 181 melayani sebanyak 624 orang penduduk. Meskipun Puskesmas/Puskestu/Puskesling 580 558 578 demikian, persebaran fasilitas kesehatan rumah sakit di DIY masih belum merata. Keberadaan Apotek 381 428 428 rumah sakit masih terpusat di Kota Yogyakarta dan Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DIY Sleman dengan jumlah masing-masing sebanyak 18 dan 23 unit, sementara di Kabupaten Tabel 6.2. Rasio Per 100.000 Penduduk menurut Fasilitas Kesehatan di Provinsi DIY, 2011 Kulonprogo dan Gunungkidul keberadaan rumah sakit masih sangat terbatas. Rasio Per Jangkauan Fasilitas Kesehatan 100 000 Pelayanan Tidak semua orang yang sakit mampu Penduduk Per Fasilitas dilayani oleh rumah sakit, sehingga untuk 1,81 55 354 mengurangi beban rumah sakit dalam memberikan Rumah Sakit Kapasitas Tempat Tidur RS 160,24 624 pelayanan kesehatan di daerah setingkat Rumah Bersalin 2,04 49 117 kecamatan pemerintah mendirikan fasilitas Balai Pengobatan 5,19 19 267 puskesmas. Untuk melayani penduduk di daerah Puskesmas/Puskestu/Puskesling 16,57 6 033 yang terpencil juga didirikan puskesmas pembantu 12,27 8 148 dan puskesmas keliling serta mengaktifkan peran Apotek Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DIY, diolah posyandu pada level pedukuhan. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
23
DDaallaam m bbeebbeerraappaa ddeekkaaddee tteerraakkhhiirr tteerrjjaaddii ppeenniinnggkkaattaann ddeerraajjaadd kkeesseehhaattaann m maassyyaarraakkaatt DDIIYY sseeccaarraa ssiiggnniiffiikkaann yyaanngg ddiiinnddiikkaassiikkaann oolleehh m meenniinnggkkaattnnyyaa hhaarraappaann hhiidduupp ddaann bbeerrkkuurraannggnnyyaa aannggkkaa kkeem maattiiaann bbaayyii.. Pada tahun 2011, di DIY terdapat 578 unit puskesmas/puskestu/puskesling yang tersebar di lima kabupaten/kota dengan rincian jumlah puskesmas sebanyak 121 unit, puskestu sebanyak 318 unit dan puskesling sebanyak 137 unit. Kemudahan dalam mengakses puskesmas dapat dilihat dari nilai rasio puskesmas/puskestu/puskesling per 100.000 penduduk. Pada tahun 2010, nilai rasionya mencapai 16,57 yang berarti setiap satu unit sarana yang tersedia memiliki beban untuk melayani penduduk sebanyak 6.033 jiwa.
ANGKA KEMATIAN BAYI
o.
id
Selain infrastruktur kesehatan, Indikator lain yang sering digunakan untuk mengkaji derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi/AKB (Infant Mortality Rate/IMR) dan angka harapan hidup (AHH). Nilai kedua indikator tersebut yang paling ideal dihitung dari hasil sensus penduduk, namun sensus penduduk dilakukan sepuluh tahun sekali sehingga penghitungan kedua indikator dapat dilakukan melalui metode tidak langsung. Indikator lain yang dapat digunakan adalah kondisi persalinan, pola pemberian ASI, imunisasidan angka kesakitan (morbidity rate).
.g
30 20
ta .b
24
25
Perkembangan angka kematian bayi selama kurun waktu satu dekade terakhir menunjukkan tren yang semakin menurun. Secara tidak langsung, fenomena ini mengindikasikan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu dan bayi. Penurunan tren angka kematian bayi sangat berkaitan dengan meningkatnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, kesehatan serta gizi bayi dan balita maupun fasilitas dan kualitas tenaga penolong persalinan.
ps
Grafik 6.1. Angka Kematian Bayi DIY
19
20
ar
16
ak
15
5 0 SDKI 2002
SDKI 2007
SP 2010
yo
SP 2000
gy
10
tp
://
Sumber: BPS
ht
Grafik 6.2. Persentase Penolong Persalinan Pertama DIY
100%
4.1
2.78
2.19
95.9
97.22
97.81
2009
2010
2011
90% 80% 70% 60% 50% Tenaga Medis
Non Medis
Sumber: Susenas 2009-2011, BPS
Tahukah Anda ?
Hasil SP 2010 mencatat angka kematian bayi di DIY sebesar 16, artinya terdapat 16 kasus kematian bayi dari setiap 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yang sebanyak 19 per 1000 kelahiran hidup maupun hasil SP 2000 yang sebanyak 24 per kelahiran hidup. Sebagian besar kasus kematian bayi tersebut terjadi pada bulan pertama setelah bayi tersebut lahir (kematian neonatal) dengan jumlah mencapai 79 persen (SDKI 2007). Hal ini membawa pada implikasi pentingnya penanganan persalinan oleh tenaga penolong persalinan yang terdidik dan peningkatan pengetahuan ibu tentang tata cara perawatan bayi pasca kelahiran maupun masa kehamilan.
Angka kematian bayi di DIY adalah yang terendah kedua di Indonesia
24
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PPeennuurruunnaann aannggkkaa kkeem maattiiaann bbaayyii bbeerrkkaaiittaann ddeennggaann sseebbaaggiiaann bbeessaarr ppeerrssaalliinnaann yyaanngg tteellaahh ddiittaannggaannii oolleehh tteennaaggaa m meeddiiss ddaann ppeenniinnggkkaattaann ppeennggeettaahhuuaann iibbuu tteerrkkaaiitt ddeennggaann kkeesseehhaattaann bbaayyii Berdasarkan hasil Susenas, mayoritas proses persalinan di DIY ditangani oleh tenaga medis, seperti dokter, bidan dan tenaga medis lainnya (Grafik 6.2). Pada tahun 2011, proses persalinan yang ditangani tenaga medis mencapai 97,81 persen dan sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 97,22 persen. Sementara, proses persalinan yang ditangani oleh tenaga non medis atau tenaga tradisional seperti dukun dan lainnya jumlahnya mencapai 2,19 persen dan dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya semakin berkurang. Perubahan preferensi masyarakat dalam memilih tenaga penolong persalinan menjadi salah satu sebab penurunan angka kematian bayi dan hal ini mengindikasikan adanya kemajuan dalam pelayanan kesehatan di DIY.
ar
ta .b
ps
.g
o.
id
Peran pendidikan ibu dalam menunjang kesehatan bayi dan balita dapat dikaji menggunakan indikator lamanya menyusui balita. ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi karena mengandung nilai gizi yang tinggi serta zat pembentuk kekebalan tubuh, sehingga semakin lama seorang bayi mendapat asupan ASI maka daya tahan tubuhnya menjadi semakin baik. Selama periode 2009-2011, sebagian besar balita berusia 2-4 tahun di DIY mendapat asupan ASI lebih dari 24 bulan (2 tahun) dan porsinya semakin meningkat dari 53,71 persen di tahun 2009 menjadi 56,78 persen di tahun 2011. Semakin besarnya porsi balita berusia 2-4 tahun yang mendapat asupan ASI lebih dari 24 bulan menjadi sebuah fenomena yang sangat baik dan secara tidak langsung mencerminkan peningkatan pengetahuan ibu menyusui terkait dengan manfaat ASI bagi bayi mereka. Porsi terbesar selanjutnya adalah mereka yang mendapat asupan ASI antara 18-23 bulan, jumlahnya sebesar 20,51 persen. Hal yang harus menjadi perhatian adalah masih terdapat balita berusia 2-4 tahun yang mendapat asupan ASI kurang dari 5 bulan dengan porsi sebesar 4,93 persen.
gy
ak
Grafik 6.3. Persentase Balita Berusia 2-4 Tahun di DIY menurut Lamanya Disusui (Bulan)
53.71
55.66
20% 0%
20.35 15.78 4.2 5.97
2009
56.78
>=24
20.51
12.08 5.91 6.59
11.91 5.86 4.93
2010
2011
75 73
72.9 72.4 72.6
73
73.1 73.11 73.16 73.22 73.48
71
18-23 12-17
19.76
ht
40%
tp
60%
://
80%
yo
100%
Grafik 6.3. Angka Harapan Hidup (e0) DIY
69
6-11
67
<=5
65
Sumber: IPM, BPS
2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: IPM, BPS
USIA HARAPAN HIDUP PENDUDUK Meningkatnya derajat kesehatan penduduk juga ditunjukkan oleh semakin bertambahnya usia harapan hidup penduduk pada saat lahir (e0). Pada tahun 2002, angka harapan hidup penduduk DIYmencapai 72,4 tahun. Hal ini berarti perkiraan usia rata-rata yang akan dijalani oleh seorang bayi yang dilahirkan hidup pada tahun 2002 hingga akhir hayatnya adalah 72,4 tahun. Secara bertahap, usia harapan hidup penduduk DIY terus meningkat hingga mencapai 73,48 tahun pada tahun 2011. Dibandingkan dengan provinsi lainnya, maka angka harapan hidup penduduk DIY termasuk dalam kelompok yang tertinggi. Tingginya angka harapan hidup penduduk DIY secara umum disebabkan oleh gaya hidup (life style) yang dikenal low profilemaupun karena perbaikan dalam kualitas kesehatan dan gizi masyarakat serta aspek kemudahan dalam mengakses sarana dan tenaga kesehatan yang tersedia. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
25
KKeelluuhhaann kkeesseehhaattaann yyaanngg ppaalliinngg sseerriinngg ddiirraassaakkaann m maassyyaarraakkaatt DDIIYY aaddaallaahh bbaattuukk ddaann ppiilleekk
ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Membaiknya angka harapan hidup juga disinyalir sebagai akibat dari semakin berkurangnya morbiditas atau angka kesakitan. Morbiditas dihitung dari proporsi penduduk yang mengeluh sakit pada kurun waktu tertentu. Hasil data Susenas mencatat bahwa keluhan kesehatan yang paling sering dialami penduduk DIY selama sebulan sebelum referensi pencanahan adalah batuk dan pilek. Pada tahun 2010, morbiditas terhadap batuk dan pilek cenderung menurun dibanding tahun sebelumnya, tetapi pada tahun 2011 morbiditas keduanya sedikit meningkat.Pada tahun 2009morbiditas batuk dan pilek adalah55,68 persen dan 56,42 persen. Sementara di tahun 2011, masing-masing sebesar 49,76 persen dan 47,18 persen.
Tabel 6.3.
Persentase Penduduk DIY yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang Lalu
Keluhan Kesehatan
2009
2010
2011
Panas
24,92
25,82
25,42
Batuk
55,68
49,34
49,76
Pilek
56,42
46,47
47,18
3,83
3,76
3,05
Asma, Sesak Nafas Diare Sakit Gigi
o.
Lainnya
2,70
3,33
3,60
12,66
14,14
12,93
id
Sakit Kepala
4,42
4,00
3,52
33,43
36,31
38,23
ps
.g
Sumber: Susenas 2009-2011
Tahukah Anda ?
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah seperti disebutkan di atas juga dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan yang representatif, murah dan aksesnya mudah dijangkau akan sangat membantu upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Selama periode 2009-2011, penduduk DIY lebih memilih berobat ke praktek dokter dan puskesmas. Pada tahun 2011 sekitar 32,32 persen penduduk DIY yang memilih berobat ke puskesmas, dan 34,88 persen yang memilih berobat ke praktek dokter/poliklinik. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan poliklinik semakin baik dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai pula.
ht
Selama tahun 2011, 34,88 persen penduduk DIY yang mengalami gangguan kesehatan memilih berobat di dokter praktek dan 32,32 persen memilih berobat di puskesmas.
Gambar 6.1. Fasilitas Kesehatan Puskesmas di DIY
26
Gambar 6.2. Pemeriksaan Kesehatan
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PEMBANGUNAN MANUSIA PPeem mbbaanngguunnaann m meennjjaaddii tteem maa sseennttrraall ddaallaam maannuussiiaa m mm meew wuujjuuddkkaann ssaassaarraannM Miillleenniiuum m DDeevveellooppm meenntt GGooaallss ((M MDDGGss))..
Isu utama dalam pembangunan nasional maupun regional adalah pembangunan manusia. Bahkan pada level internasional, pembangunan manusia juga menjadi topik sentral sesuai dengan amanat Millenium Development Goals (MDGs).
Komitmen MDGs, 2000:
Mencapai pendidikan dasar untuk semua.
3.
Mendorong kesetaraan dan pemberdayaan jender.
4.
Menurunkan angka kematian anak.
5.
Meningkatkan kesehatan ibu.
6.
Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
7.
Memastikan kelestarian lingkungan hidup.
8.
Mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.
o.
id
2.
ps Gambar 7.1. Lambang Komitmen MDGs
yo
gy
ak
ar
ta .b
Dalam lingkup nasional, Pemerintah Republik Indonesia dewasa ini sangat gencar melaksanakan program pembangunan yang menyangkut pembiayaan untuk mengangkat kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya bagi penduduk berpendapatan rendah. Program yang bersifat intervensi tersebut dianggap sangat perlu mengingat terbatasnya akses penduduk miskin terhadap faktor-faktor produksi maupun layanan pendidikan dan kesehatan.
Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
.g
Deklarasi MDGs ditandatangani oleh 124 negara pada September tahun 2000 dan menghasilkan delapan butir kesepakatan. Dalam deklarasi tersebut tersirat bahwa penanggulangan kemiskinan dan upaya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan merupakan prioritas utam dengan menempatkan manusia menjadi obyek sasarannya. Keberpihakan ini tentu saja tidak cukup tertuang dalam komitmen, namun memerlukan implementasi yang nyata.
1.
ht
tp
://
Dalam bidang pendidikan, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk bidang pendidikan minimal 20 persen dari APBN pusat maupun APBD daerah provinsi/kabupaten/kota. Salah satu program yang diluncurkan adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membantu penyelenggaraan pendidikan di terutama pada level pendidikan dasar sembilan tahun serta untuk membantu meringankan biaya sekolah bagi murid yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Keberpihakan pemerintah terhadap pendidikan masyarakat merupakan investasi yang cukup besar dalam upaya mencapai masyarakat sejahtera. Di bidang kesehatan, pemerintah meluncurkan program asuransi kesehatan bagi keluarga miskin (Askes Gakin), sehingga masyarakat berpendapatan rendah dapat memperoleh layanan kesehatan secara gratis di puskesmas ataupun fasilitas kelas III pada rumah sakit pemerintah. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Sumber: pastipanji.wordpress.com
27
SSeeccaarraa eekksspplliissiitt UUNNDDPP m meennyyaarraannkkaann bbaahhw waa IInnddoonneessiiaa ppeerrlluu m meem mbbeerriikkaann pprriioorriittaass iinnvveessttaassii yyaanngg lleebbiihh ttiinnggggii ppaaddaa uuppaayyaa ppeem mbbaanngguunnaann m maannuussiiaa ddaann bbaaggaaiim maannaaccaarraa ppeem mbbiiaayyaaaannnnyyaa.. Dalam kerangka regional DIY, ada empat strategi dan arah Kebijakan Pembangunan yang akan ditempuh pemerintah daerah baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pertama adalah mengembangkan kualitas sumber daya manusia, kedua penguatan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi yang berbasis pariwisata, ketiga efisiensi dan efektivitas dalam tata pengelolaan pemerintahan dan keempat memantapkan prasarana dan sarana daerah untuk meningkatkan pelayanan publik.Keempat arah kebijakan tersebut bermuara pada pembangunan manusia yang berkualitas.
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 20092013 1. Strategi, Arah Kebijakan, Program Prioritas dan Indikator Misi Pertama: Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, profesional, humanis dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung.
o.
.g
ps
ta .b
ar
ht
tp
://
yo
4. Strategi, Arah Kebijakan, Program Prioritas dan Indikator Misi Keempat: Memantapkan prasarana dan sarana daerah dalam upaya meningkatkan pelayanan publik.
Kebijakan di atas sejalan dengan rekomendasi United Nations Development Programme (UNDP) terkait dengan kebutuhan pembiayaan yang lebih memadai bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Secara eksplisit UNDP menyarankan bahwa Indonesia perlu memberikan prioritas investasi yang lebih tinggi pada upaya pembangunan manusia dan bagaimana cara pembiayaannya. Ditambahkan pula bahwa pembangunan manusia merupakan hak azasi manusia yang sangat penting untuk meletakkan dasar yang kokoh bagi pertumbuhan ekonomi dan menjamin keberlangsungan demokrasi dalam jangka panjang.
ak
gy
3. Strategi, Arah Kebijakan, Program Prioritas dan Indikator Misi Ketiga: Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan yang berbasis Good Governance.
id
2. Strategi, Arah Kebijakan, Program Prioritas dan Indikator Misi Kedua: Menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan menuju masyarakat yang sejahtera.
Telah banyak kritik yang diserukan oleh para pengamat maupun lembaga-lembaga internasional yang mengkaji tingkat ketimpangan pendapatan karena peran pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah hanya fokus untuk mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan cenderung mengabaikan permasalahan distribusi dari hasil pertumbuhan serta kesempatan bagi manusia untuk hidup lebih berkualitas. Pada awalnya, banyak pihak yang menganggap pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Teori pembangunan yang utamanya berlandaskan pada ilmu ekonomi sedikit banyak telah mengantarkan kepada penilaian bahwa kesejahteraan penduduk dapat diukur dengan nilai tambah ekonomi yang dihasilkan, yang umumnya dihitung dengan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk skala nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk regional. Pada era 1970-an dunia mengenal indeks PDB, atau Produk Nasional Bruto (PNB) yang digunakan sebagai indikator tunggal untuk menilai besarnya kekayaan negara. Logikanya, semakin tinggi PDB suatu negara maka semakin besar pula penghasilan penduduk dan semakin sejahtera negara itu. Namun, ternyata ada kesenjangan antara skala PDB dengan kondisi nyata di lapangan.Beberapa negara mencatat indeks PDB yang cukup 28
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
IIPPM Mm meerruuppaakkaann iinnddeekkss ggaabbuunnggaann ddaarrii ddiim meennssii eekkoonnoom mii yyaanngg ddiiuukkuurr ddeennggaann ddaayyaa bbeellii,, ddiim e n s i k e s e h a t a n y a n g d i u k u r d a r i u s i a h a r a p a n h i d mensi kesehatan yang diukur dari usia harapan hiduupp ddaann ddiim meennssii ppeennddiiddiikkaann yyaanngg ddiiuukkuurr ddaarrii aannggkkaa m r e l e k h u r u f d a n r a t a maa sseekkoollaahh melek huruf dan rata-raattaa llaam
mengesankan, namun kemudian diketahui masih banyak penduduknya yang tidak bisa membaca. Dalam perkembangannya, muncul pandangan proses pembangunan tidak sekedar merepresentasikan aspek ekonomi dalam mengejar akselerasi pertumbuhan, namun memiliki aspek yang lebih luas yakni menyangkut transformasi struktur perekonomian, sosial dan kultural, kelembagaan, serta sikap dan mental berfikir masyarakat. Tujuan terpenting dari proses pembangunan adalah meningkatkan standar kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan serta memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang membebaskan masyarakat dari sifat ketergantungan (Todaro dan Smith, 2006).
o.
Tabel 4.1. Dasar Perhitungan IPM Indeks Dimensi
Kesehatan (Umur panjang dan sehat)
Angka harapan hidup pada saat lahir (e0)
Indeks kesehatan Indeks X1
Pendidikan (Pengetahuan)
1. Angka melek huruf (AMH) 2. Rata-rata lama sekolah (MYS)
Indeks pendidikan Indeks X2
Ekonomi (Kehidupan yang layak)
Pengeluaran perkapita riil disesuaikan (PPP)
Indeks pendapatan Indeks X3
.g
Indikator
ta .b
ps
Dimensi
://
yo
gy
ak
ar
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit/gabungan antara indikator sosial yang terdiri dari angka harapan hidup pada saat lahir (dimensi kesehatan), angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas (dimensi pendidikan) dan indikator ekonomi yang diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (dimensi daya beli). Salah satu kegunaan dari angka indeks ini adalah untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan manusia di suatu wilayah/negara serta membandingkannya dengan wilayah lain.
id
Stewart, Streeten, dan Hicks (1981) mulai merumuskan metode pengukuran kebutuhan dasar manusia, yang dipertegas oleh Amartya Sen (1985) melalui kritiknya terhadap skala GNP (PNB). Menurut Amartya, taraf hidup manusia tidak boleh hanya dipandang dari sekedar tingkat pendapatan, namun juga kualitas hidup yang dimilikinya. Akhirnya tahun 1995, Mahbub Ul-Haq, ilmuwan Pakistan yang bekerja di UNDP mengembangkan indikator progres ekonomi baru yaitu Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
ht
tp
IPM mempunyai ruang lingkup yang jauh lebih sempit dan hanya dapat mengukur sebagian kecil aspek kecil. Masih banyak aspek yang sangat sulit untuk diukur atau dikumpulkan datanya, bahkan kalaupun itu bisa dikumpulkan akan sulit untuk menggabungkan informasi yang tersebut menjadi suatu indeks gabungan. IPM juga dikritik karena ketidakmampuan indikator ini dalam mengukur dampak kerusakan lingkungan (degradasi) yang diakibatkan oleh proses pembangunan. Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini yang diakibatkan oleh pembangunan akan menurunkan kualitas hidup manusia di masa mendatang.
IPM
Gambar 7.2. Anak-anak di Yogyakarta
United Nations Development Sumber: salamjogja.wordpress.com
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Program
29
PPeennccaappaaiiaann IIPPM M DDIIYY ppaaddaattaahhuunn 22001111 bbeerraaddaa ppaaddaa lleevveell 7766,,3322 ddaann m meenndduudduukkii ppeerriinnggkkaatt 44 sseeccaarraa nnaassiioonnaall UNDP membagi status wilayah berdasarkan angka IPM yang dimilikinya menjadi empat kategori. Kategori rendah untuk daerah dengan angka IPM < 50, menengah bawah untuk 50 IPM < 66, menengah atas untuk 66 IPM < 80 serta tinggi untuk IPM 80.Perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu tertentu dapat diukur dengan rata-rata reduksi shortfall per tahun. Nilai shortfall mengukur keberhasilan dipandang dari segi jarak antara apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai, yaitu jarak dengan nilai maksimum.
o.
id
Pola perkembangan IPM DIY selama periode 1999-2011 menunjukkan tren yang semakin meningkat. Pada tahun 1999, IPM DIY tercatat sebesar 68,7 dan meningkat menjadi 76,32 di tahun 2011. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, IPM tahun 2011 meningkat 0,55 poin. Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan semua komponen penyusunnya, terutama dari komponen pengeluaran per kapita yang disesuaikan, meningkat hingga 3,6 poin. Dengan nilai IPM tersebut, posisi DIY berada pada peringkat keempat sesudah DKI Jakarta, Sulawesi Utara serta Riau dan tidak berubah sejak tahun 2008.
ak
ar
ta .b
ps
.g
Berdasarkan kabupaten/kota, IPM tertinggi masih disandang oleh Kota Yogyakarta (79,89) dan diikuti oleh Kabupaten Sleman (78,79). Sebaliknya, IPM terendah terjadi di Gunungkidul dengan nilai 70,84. Fenomena ini menggambarkan secara rata-rata kualitas pembangunan manusia atau kesejahteraan penduduk Kota Yogyakarta adalah yang terbaik. Nilai reduksi shortfall atau kecepatan menuju IPM ideal yang tercepat dicapai oleh Kabupaten Sleman (2,71), dan terlambat dialami oleh Kabupaten Gunungkidul (1,30). Melajunya Reduksi shortfall di Sleman terutama dikarenakan meningkatnya indeks pendidikan yang terdiri dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf.
80
72.9 70.8
70 68.7
68.7 65.8
64.3
69.6
73.7
70.1
71.76 72.27 70.59 71.17
ht
65
73.5
://
75
74.15
60 55 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*)
Sumber: BPS, 1999-2011
IPM 2010
2011*)
Reduksi Shortfall
Kulonprogo
74,49
75,04
2,16
Bantul
74,53
75,05
2,06
Gunungkidul
70,45
70,84
1,30
Sleman
78,20
78,79
2,71
Yogyakarta
79,52
79,89
1,84
DIY
75,77
76,32
2,25
Kab/Kota
75.77 76.32 74.88 75.23
yo
Nasional
tp
DIY
Tabel 4.2. IPM Kabupaten/Kota DIY, 2010-2011
gy
Grafik 7.1. IPM DIY dan Nasional 1999-2011
Cat : *) Angka Sementara
Sumber : BPS
Cat : *) Angka Sementara
Tahukah Anda ? Komponen yang memiliki andil terbesar dalam IPM DIY adalah usia harapan hidup pada saat lahir.
30
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KEMISKINAN DDiim meennssii kkeem mii,, miisskkiinnaann ttiiddaakk sseekkeeddaarr bbeerrhhuubbuunnggaann ddeennggaann aassppeekk eekkoonnoom tteettaappii jjuuggaa bbeerrhhuubbuunnggaann ddeennggaann aassppeekk ssoossiiaall ddaann kkuullttuurraall Salah satu ukuran yang dijadikan sebagai indikator kesejahteraan adalah tingkat kemiskinan. Komitmen pertama yang disepakati dalam deklarasi MDGs tahun 2000 adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan dengan sasaran mengurangi hingga setengah dari jumlah orang yang berpenghasilan di bawah US $1 sampai US $2 per hari dan mereka yang menderita kelaparan di akhir tahun 2015. Hal ini menyiratkan bahwa kemiskinan merupakan masalah yang sangat mendesak untuk segera ditanggulangi.
id o. .g
ps
Grafik 8.1.
Indikator Kemiskinan di Provinsi DIY, 2007-2011
gy
ak
ar
ta .b
Dimensi kemiskinan tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, namun juga menyangkut aspek sosial, kultural maupun politik. Meskipun demikian, pengukuran kemiskinan yang saat ini digunakan di Indonesia masih menggunakan pendekatan ekonomi atau income/kekayaan dan mengacu pada kebutuhan dasar minimum (basic needs approach). Kebutuhan pokok minimum mencakup kebutuhan makanan (disetarakan dengan 2100 kalori perkapita per hari) dan non makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya) yang diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang dan disebut dengan garis kemiskinan. Seseorang dikatakan miskin jika memiliki pendapatan/pengeluaran di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan dihitung dalam bentuk absolut berdasarkan survei pengeluaran rumah tangga (Susenas modul konsumsi).
Gambar 8.1. Garis Kemiskinan
Sumber:BPS
ht
tp
://
yo
http://kuwarasanku.blogspot.com
Garis kemiskinan DIY pada tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 184.965 per kapita per bulan dan nilainya terus meningkat seiring dengan kenaikan harga-harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga (inflasi) hingga menjadi Rp 260.173 perkapita per bulan di tahun 2012 (Grafik 8.1). Dibandingkan dengan tahun 2011, garis kemiskinan DIY meningkat sebesar 4,22 persen sebagai dampak dari inflasi/kenaikan harga sebesar3,83 persen yang terjadi selama periode Februari 2011-Februari 2012. Dengan garis kemiskinan tersebut, maka jumlah penduduk miskin DIY di tahun 2012 tercatat sebanyak 565,32 ribu jiwa, atau 16,05 persen dari total penduduk DIY. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 maka secara nominal jumlah penduduk miskin (HC/Head Count) di DIY bertambah 4,44 ribu jiwa, meskipun secara persentase (HCI/Head Count Index) menurun sebesar 0,03 poin. Gambar 8.1 mengilustrasikan meskipun garis kemiskinan secara periodik meningkat, jumlah penduduk miskin (jiwa) maupun persentasenya sedikit berfluktuasi. Kenaikan jumlah penduduk miskin maupun persentasenya terjadi selama periode 2006 sebagai dampak dari kenaikan harga BBM 2005 yang mendorong kenaikan hargaharga barang dan jasa lainnya. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
31
M Maassiihh ttiinnggggiinnyyaa kkeem miisskkiinnaann ddii DDIIYY tteerrkkaaiitt ddeennggaann hheetteerrooggeenniittaass kkaarraakktteerriissttiikk kkeem miisskkiinnaann ppaaddaa lleevveell kkaabbuuppaatteenn//kkoottaa..
Perkotaan ( K )
599,2
45,17
1.035,8
33,39
2001
266,8
14,56
2002
303,8
16,17
500,8
38,65
767,6
24,53
331,9
25,96
635,7
20,14
2003
303,3
16,44
333,5
24,48
636,8
2004
301,4
15,96
314,8
23,65
616,2
2005
340,3
16,02
285,5
24,23
625,8
18,95
2006
346,0
17,85
302,7
27,64
648,7
19,15
2007
335,3
15,63
298,2
25,03
633,5
18,99
2008
324,2
14,99
292,1
24,32
616,3
18,32
2009
311,5
14,25
274,3
22,60
585,8
17,23
2010
308,4
13,98
268,9
21,95
577,3
16,83
2011
304,3
13,16
256,6
21,82
560,9
16,08
Sumber:BPS
.g
2010
HC
HCI
GK
HC
HCI 23,15
ta .b
24,58
Kulonprogo
205.585
89,91
24,65
225.059
90,0
Bantul
224.373
158,52 17,64
245.626
146,9 16,09
Gunungkidul
186.232
163,67 24,44
203.873
148,7 22,05
Sleman
226.256
117,53 11,45
247.688
117,0
10,7
Yogyakarta
265.168
45,29
290.286
37,8
9,75
19,14
DIY
220.830
574,92 16,86 224.258
19,86
gy
436,6
yo
2000
GK
2009
ar
HCI (%)
Kabupaten/ Kota
ak
HC (000)
://
HCI (%)
tp
HC (000)
Kota + Desa
ht
Tahun
Perdesaan ( D ) HC HCI (000) (%)
Tabel 8.2. Sebaran Penduduk Miskin DIY menurut Kabupaten/Kota, 2009-2010
ps
Tabel 8.1. Jumlah dan persentase Penduduk Miskin di DIY menurut Wilayah, 2007-2011
o.
id
Berdasarkan penyebarannya, sampai dengan satu dekade terakhir tingkat kemiskinan di daerah perdesaan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan, meskipun dari sisi jumlah (HC) daerah perkotaan masih jauh lebih banyak. Pola perkembangan kemiskinan di daerah perkotaan mencapai level tertinggi di tahun 2000 (24,58 %) sebagai dampak krisis ekonomi 1997/1998 dan menurun secara bertahap hingga menjadi 13,16 persen di tahun 2011. Dalam rentang waktu 2000-2011 kemiskinan perkotaan mengalami kenaikan sebanyak dua kali, yakni tahun 2002/2003 sebagai akibat dari meningkatnya harga pangan dunia di tahun 2002 dan pada 2005/2006 sebagai dampak kenaikan harga BBM di akhir tahun 2005. Sementara, kemiskinan daerah perdesaan mencapai level tertinggi pada tahun 2000 sebesar 45,17persen. Dampak kenaikan harga BBM juga cukup signifikan dalam meningkatkan kemiskinan perdesaan di tahun 2006 hingga mencapai 27,4 persen, meskipun pada periode berikutnya secara bertahap kembali menurun hingga mencapai level 21,82 persen di tahun 2011.
10,05
540,4 16,83
Sumber:BPS DIY
Distribusi penduduk miskin menurut kabupaten/kota di DIY menunjukkan pola yang tidak merata. Ketidakmerataan ini ditunjukkan oleh level kemiskinan/HCI yang sangat bervariasi. Di satu sisi, terdapat daerah yang memiliki persentase penduduk miskin cukup rendah yakni Kota Yogyakarta (9,75 %) dan Sleman (10,7 %).
Di sisi yang lain, masih terdapat daerah yang memiliki level kemiskinan sangat tinggi, yakni Kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul dengan nilai masing-masing sebesar 23,15 persen dan 22,05 persen. Perbedaan tersebut juga merepresentasikan tingkat kesejahteraan penduduk antar wilayah yang sangat heterogen. Perbedaan kualitas infrastruktur terutama pendidikan, kesehatan serta pasar, baik dari sisi ketersediaan maupun kemudahan dalam mengakses menjadi penjelas perbedaan kualitas kesejahteraan yang cukup mencolok tersebut. Tahukah Anda ? Distribusi kemiskinan menurut wilayah di DIY sangat heterogen, mayoritas penduduk miskin terdapat di Gunungkidul dan Kulonprogo.
32
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PPeennuurruunnaann JJuum mllaahh ppeenndduudduukk m miisskkiinn DDIIYY sseellaam maa ppeerriiooddee 22000077--22001111 jjuuggaa ddiiikkuuttii oolleehh ppeennuurruunnaann iinnddeekkss kkeeddaallaam a n d man daann kkeeppaarraahhaann kkeem miisskkiinnaann Persoalan kemiskinan tidak hanya mencakup urusan jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut dimensi kedalaman (poverty gap index) dan keparahan (poverty severity index) dari kemiskinan maupun sifatnya baik persisten maupun transitory. Secara sederhana, indeks kedalaman kemiskinan (P1) menyatakan sejauh mana pendapatan kelompok penduduk miskin menyimpang dari garis kemiskinan, sementara indeks keparahan kemiskinan (P2) menyatakan ketimpangan pendapatan diantara penduduk miskin. Selama periode 2007-2011, Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di daerah perdesaan selalu lebih tinggi dari daerah perkotaan. Fenomena ini juga menjadi gambaran kemiskinan di daerah perdesaan yang jauh lebih kompleks, artinya kesenjangan pendapatan diantara penduduk miskin di daerah perdesaan cenderung lebih tinggi. Nilai indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan DIY tahun 2011 masing-masing mencapai 2,51 dan 0,65.
K+D
K
D
K+D
2007
3,08
5,08
3,80
0,88
1,55
1,12
2008
2,72
4,49
3,35
0,71
1,29
0,92
2009
2,84
4,74
3,52
0,81
1,46
1,04
2010
2,27
3,89
2,85
0,56
1,02
0,73
2011
1,93
3,67
2,51
0,50
0,93
0,65
o.
ak
gy
Sumber:BPS DIY
ps
D
ar
K
.g
P2 (Persen)
ta .b
P1 (Persen)
Tahun
Berdasarkan series data selama 20072011, terdapat pola penurunan dalam indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan secara rata-rata maupun di perkotaan dan perdesaan.Penurunan ini menjadi sinyal yang cukup mengembirakan bagi pengentasan kemiskinan. Meskipun demikian, nilai kedua indeks sempat sedikit meningkat di tahun 2009 sebagai dampak memburuknya perekonomian dunia dan laju inflasi yang cukup tinggi selama periode tersebut.
id
Tabel 8.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2), 2007-2011
ht
tp
://
yo
Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di suatu wilayah, antara lain adalah kenaikan pendapatan atau upah, kesempatan kerja yang lebih luas dan pendapatan masyarakat yang semakin merata. Kenaikan upah buruh yang diindikasikan dengan upah minimum regional (UMR) pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan, yakni 8,36 persen. Jika dibandingkan dengan laju inflasi yang sebesar 3,88 persen, kenaikan upah tersebut jauh lebih tinggi. Dengan asumsi bahwa penetapan UMR tersebut diikuti oleh sebagian besar perusahaan DIY, maka rata-rata pendapatan penduduk meningkat cukup signifikan. Grafik 8.2. Laju Pertumbuhan UMR dan Inflasi di DIY, 20052011 (Persen) 25
19.45
INFLASI
17.20
20
15.00
UMR
15 10
8.70
14.98
5 0 2004
8.36 7.38
10.4 7.99
9.88
6.53 3.88
2.93
2006
2008
2010
Sumber: BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
2012
Grafik 8.3. Perkembangan Tingkat Kesempatan Kerja di DIY, 2005-2011 (Persen) 97 96 95 93.69 94 92.41 93 92 91 90 2005 2006
96.03 94.62 93.9
2007
2008
94
2009
94.31
2010
2011
Sumber: BPS DIY
33
KKeebbiijjaakkaann ppeem mbbuuhhaann meerriinnttaahh yyaanngg hhaannyyaa ffookkuuss uunnttuukk m meennggeejjaarr aakksseelleerraassii ppeerrttuum aakkaann m t r b e p e a r n d u i e p n a g e o k m f a b f t a a w n a k e t i m p a n g a n membawa trade off berupa peningkatan ketimpangan Tingkat kesempatan kerja (TKK) sebagai gambaran persentase angkatan kerja yang terserap di pasar kerja pada bulan Februari 2011 meningkat sangat signifikan dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2010, yakni dari 94,31 persen menjadi 96,03 persen. Penyerapan angkatan kerja yang besar ini akan berdampak pada berkurangnya persentase penduduk miskin, meskipun dari sisi produktivitas jam kerja masih banyak yang termasuk kategori underunemployment.
40% Berpendapatan Terendah
18,85
18,77
16,46
40% Berpendapatan Menengah
36,5
35,22
34,19
44,65
46,02
49,34
0,3112
0,3088
0,3149
2,37
2,45
3,00
20% Berpendapatan Tertinggi Indeks Gini Rasio Kuznets
o.
2011
.g
2010
ps
2009
ta .b
Golongan Pendapatan
Kebijakan pemerintah untuk mendorong dan mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi di satu sisi berdampak baik bagi peningkatan kesejahteraan penduduk secara rata-rata, namun di sisi lain juga membawa trade off berupa meningkatnya ketimpangan dalam distribusi hasil pertumbuhan yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena distribusi aset dan skill yang tidak tersebar secara merata antar penduduk, sehingga pendapatan yang diperoleh pun sangat bervariasi.Beberapa indikator yang serong digunakan untuk mengukurketimpangan dalam distribusi pendapatan adalah ukuran Bank Dunia, Rasio Kuznets dan Gini Rasio.
id
Tabel 8.4. Distribusi Pendapatan Penduduk DIY menurut Golongan Pendapatan, 2009-2011
Sumber: Susenas 2009-2011, BPS
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
Berdasarkan data Susenas tahun 2009-2011, distribusi pendapatan yang diterima penduduk menunjukkan perkembangan ke arah yang semakin tidak merata/timpang. Pada tahun 2011, 40 persen penduduk berpendapatan terendah menerima 16,46 persen dari total pendapatan, sementara 20 persen penduduk golongan pendapatan tertinggi memperoleh porsi sebesar 49,34 persen. Jika dihitung dengan rasio Kuznets maka total pendapatan 20 persen penduduk berberpendapatan tertinggi besarnya 3 kali lipat dari jumlah pendapatan dari 40 persen penduduk golongan berpendapatan terendah. Fenomena ini menunjukkan adanya ketimpangan yang cukup lebar dan diperjelas oleh nilai koefisien Gini yang mencapai 0,3149 dan memiliki kecenderungan yang terus meningkat. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ketimpangan dalam distribusi pendapatan justru menunjukkan gejala semakin meningkat. Gambar 8.1. Potret Kemiskinan di DIY
Tahukah Anda ? Lambatnya pengentasan kemiskinan di DIY karena pertumbuhan ekonomi tinggi yang dihasilkan tidak dikompensasi oleh perbaikan dalam distribusi pendapatan
34
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PERTANIAN KKeeggiiaattaann PPeerrttaanniiaann ddii DDIIYY m waahh yyaanngg lluuaassnnyyaa maassiihh ssaannggaatt tteerrggaannttuunngg ppaaddaa llaahhaann ssaaw sseem maakkiinn bbeerrkkuurraanngg aakkiibbaatt aalliihh ffuunnggssii llaahhaann..
PENGGUNAAN LAHAN Faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kelangsungan budidaya komoditas pertanian adalah ketersediaan lahan. Pemanfaatan lahan di DIY sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian dengan luas mencapai 225,87 ribu hektar atau 70,9 persen, terdiri dari lahan sawah sebesar 56,49 ribu hektar dan lahan bukan sawah sebesar 169,69 ribu hektar. Sementara, lahan yang peruntukannya bukan untuk lahan pertanian mencapai 92,69 ribu hektar atau 29,1 persen dari luas DIY. Berdasarkan wilayahnya, distribusi lahan sawah terbanyak terdapat di Kabupaten Sleman dan Bantul dengan luas masing masing mencapai 22,79 ribu hektar dan 15,45 ribu hektar. Untuk lahan bukan sawah, distribusi terbesar terletak di Kabupaten Gunungkidul dengan luas mencapai 104,12 ribu hektar.Bahkan, 70 persen wilayah Gunungkidul merupakan lahan pertanian bukan sawah.
Lahan Pertanian Sawah
Bukan Sawah
10.304 (17,58)
Bantul
15.453 (30,49)
DIY
22.786 (39,64) 83
ta .b
Yogyakarta
58.627
13.422 (26,48) 21.790 (42,99)
50.685
(5,30) 104.117 (70,10) 36.554 (24,61) 148.536
.g
Sleman
7.865
ps
Gunungkidul
Jumlah
35.027 (59,75) 13.296 (22,68)
o.
Kulonprogo
Lahan Bukan Pertanian
id
Kabupaten /Kota
16.624 (28,92) 18.072 (31,44)
(2,55)
187 (5,75)
2.980 (91,69)
57.482 3.250
56.491 (17,73) 169.377 (53,17) 92.692 (29,10) 318.580 Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan persentase
ar
Sumber: Dinas Pertanian DIY
Tabel 9.2. Persentase Penggunaan Lahan di DIY, 2008-2011
ak
ht
tp
://
yo
gy
Perkembangan lahan pertanian di DIY selama tahun 2008-2011 menunjukkan tren yang semakin menurun. Pada tahun 2008 persentase lahan pertanian mencapai 71,29 persen dan terus menurun menjadi 70,9 persen di tahun 2011. Hal yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah adalah semakin berkurangnya lahan pertanian produktif terutama lahan sawah yang berpengairan irigasi dan beralih fungsi menjadi lahan pemukiman maupun tempat usaha. Selama periode 20062011, luas lahan sawah di DIY berkurang sebanyak 1.170 hektar atau setiap tahun berkurang dengan rata-rata sebesar 234 hektar. Jika konversi lahan sawah produktif terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan menganggu stabilitas dan ketahanan pangan.
Tabel 9.1. Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian di DIY, 2011 (Hektar)
Penggunaan Lahan
2008
2009
2010
2011
Lahan Pertanian Lahan Sawah Berpengairan Tadah Hujan Bukan lahan Sawah Tegal/Kebun Tambak Kolam/Empang Sementara Tidak Diusahakan Hutan Rakyat Perkebunan Lainnya Lahan Bukan Pertanian Pekarangan/Bangunan dan Halaman Hutan Negara Lainnya (Jalan, Sungai, Danau, dll) Jumlah
71,29 17,92 15,04 2,88 53,38 30,15 0,02 0,21 0,36 11,14 0,22 11,27 28,71 15,5 5,31 7,89 100
71,48 17,8 14,91 2,89 53,68 30,06 0,02 0,22 0,34 11,16 0,23 11,66 28,52 15,34 5,31 7,88 100
70,98 17,75 14,89 2,86 53,24 29,94 0,02 0,23 0,32 11,31 0,22 11,21 29,02 15,83 5,31 7,87 100
70,9 17,73 14,85 2,88 53,17 29,77 0,02 0,26 0,32 11,52 0,23 11,52 29,1 15,9 5,31 7,88 100
Sumber: Dinas PertanianDIY
Tahukah Anda ? Selama periode 2006-2011 luas lahan sawah di DIY setiap tahun berkurang sebanyak 234 hektar dan dikonversikan menjadi pemukiman, pabrik, pertokoan dan lainnya.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
35
KKeeggiiaattaann PPeerrttaanniiaann ddii DDIIYY m maassiihh ddiiddoom miinnaassii oolleehh uussaahhaabbuuddiiddaayyaa kkoom mooddiittaass ttaannaam maann bbaahhaann ppaannggaann,, tteerruuttaam maa ppaaddii ddaann ppaallaaw wiijjaa
Tanaman bahan makanan terdiri dari padi dan palawija yang mencakup padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, dan cantel. Dari kedelapan komoditas tersebut, tanaman padi menjadi komoditas paling dominan di DIY karena merupakan bahan makanan pokok penduduk. Selain padi dan palawija, tanaman bahan makanan juga mencakup sayur-sayuran dan buah-buahan (hortikultura), baik yang berupa tanaman semusim maupun tanaman tahunan.
PRODUKSI TANAMAN PADI
Produksi beras atau padi tidak terlepas dari peran pelaku usaha tanaman padi. Pelaku utama atau produsen padi adalah rumah tangga yang mengusahakan tanaman padi. Rumah tangga usaha tanaman padi inilah yang memegang peran penting dalam proses produksi tanaman padi. Dalam pelaksanaan proses tersebut petani tentu saja dihadapkan berbagai keterbatasan faktor produksi. Peran pemerintah dalam meningkatkan produksi padi dilakukan dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi padi secara terus menerus.
ak
ar
Tabel 9.3. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di DIY, 2007-2011
ta .b
ps
.g
o.
id
Sampai saat ini, beras menjadi komoditas yang memiliki nilai sangat strategis dalam kegiatan perekonomian. Hal ini tidak lepas dari peran beras yang menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk DIY. Akibatnya, output tanaman padi ini mempunyai bobot yang tinggi dalam penghitungan angka inflasi yaitu sebesar 3,29 persen. Apabila terjadi gejolak harga beras, akan berdampak pada inflasi atau deflasi yang berpengaruh terhadap perekonomian DIY secara umum. Kenaikan harga beras dapat mendongkrak inflasi barang dan jasa lainnya, sehingga stabilitas harga beras harus terjaga dan terkendali. Jaminan ketersediaan dan kestabilan harga beras menjadi bidang intervensi pemerintah baik menyangkut aspek produksi maupun aspek konsumsi. Ketidakseimbangan antara besaran produksi dan konsumsi beras dalam suatu wilayah akan menyebabkan terjadinya impor atau ekspor antar wilayah.
Luas Panen (ha)
Produktivitas (ku/ha)
2007
133 369
53,18
2008
140 167
56,95
798 223
2009
144 020
56,87
819 122
2010
147 058
56,02
823 887
2011
150 827
Sumber: BPS DIY
Produksi (ton)
gy
Tahun
ht
tp
://
yo
647 357
55,89
842 934
Produksi padi DIY selama lima tahun terakhir menunjukkan pola yang semakin meningkat dari 647.357 ton di tahun 2007 menjadi 798.223 ton di tahun 2011 atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,7 persen per tahun. Faktor utama yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi adalah meningkatnya luas panen tanaman padi dari 133.369 ha di tahun 2007 menjadi 150.827 ha di tahun 2011 atau tumbuh 3,27 persen per tahun. Sementara itu, produktivitasyang rata-rata meningkat sebesar 1,27 persen per tahun juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap peningkatan produksi padi. Program kebijakan pemerintah melalui pemberian subsidi atau bantuan benih, pupuk dan obat-obatan, pemberian kredit usaha tani, kebijakan menstabilkan harga gabah di tingkat padi melalui program Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (LUEP) turut menunjang peningkatatan produksi padi. Sebaliknya, fenomena alih fungsi lahan sawah memberi andil dalam mengurangi luas tanam maupun jumlah petani padi yang tentunya mempengaruhi jumlah produksi padi.
36
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
SSeem muuaa kkoom mooddiittaass ppaallaaw wiijjaam meennggaallaam mii ppeennuurruunnaann pprroodduukkssii sseellaam maattaahhuunn 22001111,, kkeeccuuaallii ttaannaam maann kkaaccaanngg ttaannaahh m meenniinnggkkaatt sseebbeessaarr 88,,7777 ppeerrsseenn..
Produksi tanaman padi juga sangat ditentukan oleh faktor musim dan kondisi cuaca. Faktor musim dan cuaca menentukan curah hujan dan supplai air yang menjadi unsur terpenting dalam budidaya tanaman padi. Secara umum, masa penanaman padi secara masal di DIY dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember atau pada saat memasuki musim penghujan. Akibatnya, panen raya tanaman padi setiap tahun akan berlangsung selama bulan Januari sampai dengan bulan Maret.
Grafik9.1.Luas PanenPadi per sub Round di DIY, 2007-2011 (ha) 100000
Jan-Apr
Mei-Ags
Sep-Des
2007
2008
2009
80000 60000 40000 20000 0
id
2011
o.
2010
Sumber: BPS DIY
ar
ta .b
ps
.g
Kondisi tersebut tercermin dalam Grafik 9.1 yang memperlihatkan bahwa luas panen pada setiap subround I (Januari s.d April)menjadi yang tertinggi. Rata-rata luas panen tanaman padi di bulan Januari-April dua kali lipat luas panen bulan Mei-Agustus, sementara luas panen bulan Mei-Agustus rata-rata dua kali lipat luas panen bulan September-Desember. Fenomena ini berkaitan dengan curah hujan dan supplai air yang semakin menurun dan sebagai penggantinya petani mulai mengusahakan tanaman palawija.
ak
PRODUKSI TANAMAN PALAWIJA
ht
tp
://
yo
gy
Komoditas tanaman palawija yang cukup potensial dibudidayakan di DIY adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai.Hal ini terlihat dari luas panen keempat tanaman selama tahun 2011 yang masing-masing mencapai 69.798 ha, 62.414 ha, 59.533 dan 28.988 ha.Selama tahun 2011, sebagian besar komoditas palawija di DIY mengalami penurunan produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hanya tanaman kacang tanah saja yang produksinya meningkat sebesar 8,77 persen sebagai akibat dari meningkatnya luas panen tanaman ini. Gambar 8.1. Komoditas Pertanian Unggulan di DIY
Tabel 9.4. Produksi Palawija di DIY, 2007-2011 (Ton) Komoditas Jagung Kedelai
2007
2008
258 187 285 372
2009 314 937
2010
2011
345 576 291 596
29 692
34 998
40 278
38 244
32 795
Kacang tanah 56 667
63 240
65 893
58 918
64 084
514
473
610
371
Kacang Hijau Ubi kayu Ubi jalar Cantel
571
967 610 892 907 1 047 684 1 114 665 867 596 5 496
7 656
6 687
6 484
4 584
198
167
298
228
96
Sumber: BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
37
CCaabbee m meennjjaaddii kkoom meerraahh ddaann bbaaw mooddiittaass ssaayyuurraann sseem waanngg m meerraahh m muussiim m uunngggguullaann yyaanngg ddiikkeem mbbaannggkkaann ddii w wiillaayyaahh ppeessiissiirr sseellaattaann DDIIYY.. Penurunan produksi tanaman palawija terbesar terjadi pada komoditas cantel, kacang hijau dan ubi jalar dengan nilai penurunan masing-masing sebesar 57,89, 39,18 persen dan 29,30 persen. Penurunan tersebut berkaitan dengan penurunan luas panen ketiga komoditas. Meskipun demikian, dilihat dari luas tanam/panen ketiganya kurang potensial dibudidayakan di wilayah DIY. Komoditas yang potensial dan produksinya menurun secara tajam adalah ubi kayu dan jagung. Produksi kedua tanaman selama tahun 2011 mencapai 867.596 ton dan 291.596 ton, dan masing-masing menurun 22,17 persen dan 15,62 persen. Penurunan produksi ubi kayu sangat terkait dengan penurunan produktivitas per hektar, sementara penurunan produksi jagung sangat terkait dengan penurunan luas panen tanaman jagung yang dialihkan untuk budidaya tanaman padi ladang.
PRODUKSI TANAMAN SAYU-SAYURAN
ar
ta .b
ps
.g
o.
id
Komoditas tanaman sayuran semusim yang cukup potensial dikembangkan di wilayah DIY adalah cabe merah, bawang merah dan kacang panjang. Bawang merah dan cabe merah merupakan komoditas unggulan yang banyak dibudidayakan di sepanjang Pesisir Selatan Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Produksi bawang merah selama tahun 2011 mencapai 144.085 kuintal dengan luas panen sebanyak 1.271 hektar. Dibandingkan dengan tahun 2010, produksi bawang merah turun sebesar 27,78 persen. Penyebab utama penurunan produksi adalah berkurangnya luas panen dari 2.027 hektar di tahun 2010 menjadi 1.271 hektar di tahun 2011 karena pengalihan lahan untuk budidaya komoditas hortikultura lainnya terutama cabe merah. Meskipun demikian, dari sisi produktivitas meningkat dari 98,42 kw/ha menjadi 113,36 kw/ha.
ak
Tabel 9.5. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Komoditas Sayuran Potensial di DIY, 2010-2011
613
Kacang Panjang
677
Sawi
://
Cabe Rawit
Produksi (Kw) 144.086
tp
2.239
Luas Produksi Produktivitas Panen (Kw) (Kw/Ha) (Ha) 199.503 1.271 113,36
58,28
130.489
2.541
56,71
144.101
33,72
20.673
746
28,98
21.620
ht
Cabe Besar
2011
yo
Luas Produktivitas Panen (Kw/Ha) (Ha) Bawang Merah 2.027 98,42 Komoditas
gy
2010
44,82
30.342
557
38,88
21.655
613
110,22
67.562
635
112,72
71.580
Terung
160
109,59
17.535
237
55,47
13.146
Kangkung
377
74,51
28.092
335
78,65
26.347
Bayam
566
43,46
24.600
396
36,43
14.425
Sumber: BPS DIY
Berbeda dengan bawang merah yang produksinya turun, produksi tanaman cabe baik cabe besar maupun cabe rawit justru semakin meningkat. Produksi tanaman cabe besar selama tahun 2011 mencapai 144.101 kuintal, sementara cabe rawit mencapai 21.620 kuintal. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya produksi keduanya masing-masing meningkat sebesar 10,43 persen dan 4,58 persen. Peningkatan produksi cabe besar dan cabe rawit terjadi karena meningkatnya luas tanam/panen, sementara dari sisi produktivitas justru sedikit menurun akibat faktor musim yang kurang sesuai pada saat budidaya dilakukan.
38
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
TTaannaam maann ppeerrkkeebbuunnaann ppootteennssiiaall ddii DDIIYY aaddaallaahh kkeellaappaa ddaann tteebbuu rraakkyyaatt ddeennggaann pprroodduukkssii m maassiinngg m meennccaappaaii 5566..114499 ttoonn ddaann 1155..881122 ttoonn.. maassiinngg--m Tanaman sayuran lainnya yang mengalami peningkatan produksi asalah sawi hijau. Dibandingkan dengan bawang merah dan cabe, luas area budidaya tanaman sawi hijau memang lebih sedikit. Pada tahun 2011, luas panen tanaman sawi hijau hanya sebesar 635 hektar dengan produksi mencapai 71.580 kuintal. Luas panen dan produksi beberapa tanaman sayuran yang lainnya (kacang panjang, terung, kangkung dan bayam) disajikan dalam Tabel 9.5. Secara umum, semua tanaman tersebut mengalami penurunan produksi selama tahun 2011 akibat menurunnya luas panen.
PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN
ps
Tabel 9.5. Luas Tanaman, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunandi DIY, 2011
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Tanaman tembakau rakyat yang sebagian besar diusahakan di wilayah Kabupaten Sleman selama tahun 2011mampu menghasilkan produksi sebesar 1.268 ton. Produksi ini mengalami peningkatan hampir empat kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 257 ton. Peningkatan produksi secara tajam disebabkan oleh peningkatan luas tanam dan luas panen sebagai akibat faktor musim yang sesuai serta adanya rangsangan berupa kenaikan harga tembakau yang memicu minat petani untuk membudidayakannya.
.g
o.
id
Beberapa tanaman perkebunan yang cukup berpotensi dan banyak dibudidayakan di DIY antara lain adalah kelapa, cengkeh, jambu mete, coklat, tembakau rakyat dan tebu rakyat. Berdasarkan luas tanamannya selama tahun 2011, kelapa merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak diusahakan dengan luas tanaman mencapai 42.796 hektar dan luas panen mencapai 33.467 hektar. Produksi kelapa selama tahun 2011 mencapai 56.149 ton atau turun 1,07 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yang mencapai 56.754. Penyebab penurunan produksi kelapa adalah berkurangnya produktivitas, meskipun dari sisi luas panen sedikit meningkat.
ht
tp
Produksi tanaman tebu rakyat yang banyak diusahakan di Kabupaten Sleman dan Bantul selama tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 7,16 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 17.031 ton. Jika dikaitkan dengan kebutuhan konsumsi gula oleh masyarakat yang cukup tinggi dan masih tergantung pada produk impor, seharusnya produksi tanaman tebu dapat ditingkatkan melalui tata niaga yang lebih baik. Permasalahan keterbatasan lahan untuk budidaya tebu harus diintervensi dengan memperhatikan nilai ekonomis dalam pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman lainnya.Beberapa tanaman perkebunan yang produksinya meningkat adalah cengkeh dan teh. Produksi cengkeh di tahun 2011 mencapai 395 ton atau meningkat 76 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Komoditas
Luas Tanaman (ha)
Luas Rata-rata Produksi Panen Produksi (ton) (ha) (ton/ha)
Kelapa
42 904
33 467
Jambu mete
56 149
7,62
19 349
6 427
577
3,43
Coklat
4 693
3 078
1 143
1,78
Tebu rakyat
3 621
3 576
15 812
4,42
Cengkeh
2 818
1 656
395
0,45
Jarak pagar
1 921
319
70
0,22
Tembakau
2 155
2 163
1 268
3,62
Kopi
1 407
867
362
0,71
Sumber: BPS DIY
Grafik 9.2. Produksi Tanaman Kelapa dan Tebu di DIY, 2007-2011 (ton) 80,000 Kelapa
Tebu Rakyat
60,000 40,000 20,000 0 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: BPS DIY
39
SSeem muuaahheew waann tteerrnnaakk ddii DDIIYY kkeeccuuaallii kkeerrbbaauu m meennggaallaam mii ppeenniinnggkkaattaann ppooppuullaassii sseellaam maattaahhuunn 22001111..
PRODUKSI TERNAK DAN UNGGAS Beberapa jenis hewan ternak yang cukup banyak dibudidayakan di wilayah DIY diantaranya adalah sapi, kambing dan domba. Sampai saat ini, sapi masih menjadi komoditas ternak unggulan yang populasinya senantiasa bertambah. Pada tahun 2008, jumlah populasi sapi mencapai 269.267 ekor dan secara bertahap meningkat menjadi 385.370 ekor di tahun 2011. Dibandingkan dengan tahun 2010, jumlah populasi sapi di DIY secara signifikan meningkat sebesar 32,45 persen akibat meningkatnya populasi sapi di semua kabupaten/kota.
1 360
1 508
283 043
290 949
385 370
5 495
3 466
3 888
Sapi perah
4 277
1 238
308 353
331 147
343 647
Domba
132 872
136 657
147 773
12 038
12 695
13 056
Ayam kampung
3 916 636
3 861 676
4 019 960
Ayam ras
8 501 005
8 234 703
8 931 529
446 704
498 237
516 525
Babi
Itik
ak
4 312
Kambing
gy
Kerbau
yo
Sumber: Dinas Peternakan DIY
id
1 222
o.
Sapi
2011
.g
Kuda
2010
ps
2009
ta .b
Jenis Ternak/ Unggas
Sampai tahun 2011, Kabupaten Gunungkidul masih menjadi daerah andalan untuk kegiatan budidaya sapi, diikuti oleh Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Sebanyak 47 persen populasi sapi di DIY terdapat di Gunungkidul. Kegiatan budidaya sapi di Kabupaten Sleman yang sempat terganggu oleh aktivitas erupsi Gunung Merapi secara perlahan juga mulai menunjukkan peningkatan. Hal yang sama juga terjadi pada ternak sapi perah. Populasi sapi perah yang mayoritas terdapat di Sleman secara perlahan juga menunjukkan peningkatan, setelah sebelumnya terpuruk akibat bencana alam erupsi Merapi. Pada tahun 2011, jumlah populasi sapi perah di DIY mencapai 3.888 ekor dan sekitar 90 persen dari populasinya terdapat di Kabupaten Sleman.
ar
Tabel 9.5. Populasi Ternak dan Unggas di DIY, 20092011 (Ekor)
ht
tp
://
Populasi kambing dan domba di DIY juga terus menunjukkan peningkatan hingga menjadi 343.647 ekor dan 147.773 ekor. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kedua jenis ternak tersebut masingmasing meningkat sebesar 3,77 persen dan 8,13 persen. Demikian pula dengan populasi babi dan kuda, keduanya mengalami peningkatan sebesar 2,84 persen dan 14,85 persen dibandingkan dengan populasi pada tahun sebelumnya. Dari tiga jenis unggas yang banyak dibudidayakan di DIY, ayam ras memiliki populasi terbesar dengan jumlah mencapai 8,9 juta ekor. Sementara populasi ayam kampung dan itik masing-masing mencapai 4,02 juta ekor dan 516,5 ribu ekor. Ketiga jenis unggas tersebut juga mengalami peningkatan populasi yang cukup signifikan. Meskipun dari sisi populasi cenderung meningkat, namun produksi daging dari beberapa komoditas ternak selama tujuh belas tahun terakhir lebih berfluktuasi (Grafik 9.3). Produksi daging sapi mencapai puncaknya pada tahun 2004 dan 2011 hingga mencapai 7.657 ton. Pola yang lebih berfluktuasi terjadi padaproduksi komoditas kambing dan domba. Meskipun tren produksi selama tujuh belas tahun memiliki pola semakin menurun, produksi tahun 2011 sedikit mengalami peningkatan. Hal yang sebaliknya terjadi pada komoditas unggas. Produksi daging unggas yang terdiri dari daging ayam ras, daging ayam bukan ras dan daging itik selama tujuh belas tahun terakhir menunjukkan tren yang semakin meningkat, meskipun terdapat sedikit fluktuasi. Produksi daging unggas mencapai puncaknya pada tahun 2007 dan 2011 dengan jumlah produksi masing-masing mencapai 36.331 ton dan 40.605 ton. 40
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PPrroodduukkssii ppeerriikkaannaann DDIIYY m maassiihh ddiiddoom miinnaassii oolleehh hhaassiill bbuuddiiddaayyaa ppeerriikkaannaann ddaarraatt tteerruuttaam maassiihh ssaannggaatt rreennddaahh.. maa kkoollaam m,, sseem meennttaarraakkoonnttrriibbuussii ppeerriikkaannaann llaauuttm
Grafik 9.3. Produksi DagingSapi, Kambing, Domba dan Unggas di DIY, 1995-2011 (Ton) Sapi
Kambing
9.000
Unggas
Domba
2500
45.000
8.000
40.000
2000
7.000
6.000
35.000
30.000
1500
5.000
4.000
25.000
20.000
1000
3.000
15.000
2.000
10.000
500
5.000
1.000 0
0 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
0
ta .b
ps
.g
o.
id
Sumber : Dinas Peternakan DIY
ar
PERIKANAN
yo
gy
ak
WilayahDIY berbatasan langsung dengan lautan dan dilalui oleh beberapa jalur sungai besar sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat. Namun, belum dikelolanya potensi sumber daya perikanan ini secara optimal menyebabkan produktivitas perikanan laut dan darat dari tahun ke tahun masih jauh dari yang diharapkan.
ht
tp
://
Produksi perikanan darat selama periode 2004-2011 menunjukkan tren yang terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun di atas 30 persen. Pada tahun 2004, produksi perikanan darat mencapai 7.629 ton dan terus meningkat menjadi 44.542 ton pada tahun 2011. Sebanyak 97,18 persen produksi perikanan darat merupakan hasil budidaya kolam. Sedangkan sisanya dihasilkan dari budidaya tambak (0,69); budidaya keramba (0,23 %); jaring apung (0,03 %); sawah (1,24 %) dan telaga (0,62 %). Iklim kemarau basah selama tahun 2011 cukup mendukung budidaya perikanan di kolam, sehingga pada terjadi kenaikan produksi yang signifikan. Budidaya ikan darat masih terpusat di Kabupaten Sleman dengan pangsa produksi di atas 40 persen.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Grafik 9.4. Produksi Perikanan Darat dan Laut di DIY, 2004-2011 (Ton) 50,000
44,542
Perikanan Darat
39,033
Perikanan Laut
40,000 30,000
20,105
20,000 10,000
15,613 7,629
10,18610,472
12,546
1,939 1,444 1,773 1,720 2,462
4,238 2,525 3,953
0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Dinas Perikanan dan KelautanDIY
41
RReennddaahhnnyyaa pprroodduukkttiivviittaass ppeerriikkaannaann llaauutt DDIIYY ddiisseebbaabbkkaann oolleehh kkoonnddiissii ccuuaaccaa ddaann ggeelloom mbbaanngg llaauutt yyaanngg bbeessaarr sseerrttaa ssaarraannaa//aarrm maaddaa ppeennaannggkkaappaann yyaanngg tteerrbbaattaass..
Sampai saat ini, produksi perikanan laut hanya dihasilkan dari hasil penangkapan. Sementara dari hasil dari budidaya perikanan laut masih sangat sedikit. Selama periode 2004-2011, produksi perikanan laut lebih berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim. Produksi perikanan laut mencapai puncaknya di tahun 2009 dengan total produksi sebesar 4.238 ton, sementara rata-rata pertumbuhan produksi per tahunnya mencapai 25 persen. Produksi tersebut didominasi dari hasil penangkapan, sementara dari hasil budidaya perikanan laut masih sangat kecil.
ta .b
ps
.g
o.
id
Rendahnya produktivitas perikanan laut di DIY secara umum dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Kondisi cuaca yang buruk menyebabkan gelombang laut selatan menjadi cukup tinggi, sehingga banyak nelayan yang terpaksa tidak melaut. Di samping itu, kurangnya sumber daya manusia yang terampil dan mumpuni serta mitos yang berlaku di masyarakat seputar penguasa laut selatan cukup membatasi produktivitas perikanan laut. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan DIY, pemanfaatan potensi perikanan laut sampai saat ini masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 0,4 persen dari seluruh potensi yang ada. Sarana penangkapan ikan laut yang masih sangat terbatas baik dari sisi armada penangkapan maupun alat tangkap menyebabkan nelayan hanya dapat menangkap beberapa jenis ikan tertentu saja, seperti bawal, layur, kakap, tigawaja, pari, kembung dan lobster. Tahukah Anda ?
ar
Produksi perikanan laut DIY sebagian besar disumbang oleh hasil penangkapan di Gunungkidul (71 persen)
ht
tp
://
yo
gy
ak
Gambar 9.1. Armada Penangkapan Ikan Laut di Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul
42
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PERTAMBANGAN DAN ENERGI PPootteennssii kkeeggiiaattaann ppeerrttaam mbbaannggaann ddaann ppeennggggaalliiaann ddii w wiillaayyaahh DDIIYY m meerruuppaakkaann ppeennggggaalliiaann GGoolloonnggaann CC ddaann tteerrppuussaatt ddii kkaaw waassaann aalliirraann m maatteerriiaall M Meerraappii..
PERTAMBANGAN Sektor pertambangan dan penggalian mencakup kegiatan pertambangan migas dan non migas serta kegiatan penggalian batu, pasir dan tanah. DIY tidak memiliki pertambangan migas atau non migas, namun berpotensi sebagai produsen batu, pasir atau bahan galian yang tergolong dalam golongan C. Potensi barang galian golongan C tersebut disebabkan oleh letak geografis DIY yang sebagiannya terletak di lereng Gunung Merapi, gunung berapi paling aktif di Asia yang senantiasa mengeluarkan material dalam bentuk pasir maupun bebatuan lainnya. Tabel 10.1. Nilai TambahSektor Pertambangan dan Energi, Sumbangan terhadap PDRB DIY, 2011 Nilai tambah (Rp milyar)
o.
id
Sektor/ Sub-sektor
.g
Pertambangan dan Penggalian
Pertum buhan (%)
361,79
0,71
11,96
642,76
0,85
4,52
33,15
0,06
0,71
ta .b
Air bersih
ps
Listrik
Sumbangan terhadap PDRB (%)
ar
Sumber: BPS DIY
Gambar 10.1. Kegiatan Penggalian Batu Di Kulonprogo
yo
gy
ak
Nilai tambah yang diciptakan oleh sektor pertambangan dan penggalian di DIY selama tahun 2011 mencapai Rp 361,79 milyar dan hanya menyumbang sekitar 0,71 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kendati sumbangan terhadap PDRB sangat kecil, sektor ini menjadi tumpuan hidup bagi sebagian penduduk terutama yang tinggal di lereng Gunung Merapi dan di daerah yang menjadi aliran materialnya. Hal ini terkait dengan kualitas bahan galian yang dihasilkan serta berpotensi mendukung kegiatan produksisektor lainnya, seperti konstruksi dan industri pendukung konstruksi seperti ubin, bus beton, dan lainnya.
ht
tp
://
Dibandingkan dengan tahun 2010, output produksi sektor pertambangan dan penggalian tahun 2011 meningkat sebesar 11,96 persen. Kenaikan ini berkaitan dengan melimpahnya material pasca erupsi Merapi yang mendorong peningkatan volume usaha penggalian pasir dan sirtu.
Sumber: Evan Chandra
LISTRIK Sama seperti sektor pertambangan dan penggalian, sumbangan nilai tambah sektor listrik, gas dan air bersih dalam struktur PDRB DIY tidak terlalu besar.Sektor ini hanya mencakup subsektorlistrik dan air bersih karena tidak tersedianya produsen gas di wilayah ini. Pada tahun 2011, nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor ini mencapai Rp 675,91 milyar dengan rincia subsektor listrik sebesar Rp 642,76 milyar dan subsektor air bersih Rp 33,15 milyar. Sementara itu, sumbangan sektor listrik dan air hanya sebesar 0,91 persen terhadap PDRB, terdiri dari 0,85 persen subsektor listrik dan 0,06 persen subsektor air bersih. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, subsektor listrik mampu tumbuh 4,52 persen dan subsektor air bersih tumbuh 0,71 persen. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
43
KKoonnssuum mssii eenneerrggii lliissttrriikk ddii w wiillaayyaahh DDIIYY sseem maakkiinn m meenniinnggkkaatt sseeiirriinngg ddeennggaann ppeenniinnggkkaattaann jjuum mllaahh ppeenndduudduukk ddaann aakkttiivviittaass ppeerreekkoonnoom miiaann..
2,000
Daya Terpasang (juta Kwh) Daya Terjual (juta Kwh)
1,500
Jumlah Pelanggan (000)
1,000 500
o.
2010 2011
2008 2009
2007
2005 2006
2002 2003 2004
2000 2001
1998 1999
1997
1995 1996
1994
0
PT PLN Divisi Regional DIY tidak memproduksi listrik sendiri, melainkan mendistribusikan listrik yang dibangkitkan di Jawa Tengah. Setiap tahun, volume tenaga listrik yang didistribusikan semakin meningkatseiring dengan pertumbuhan penduduk atau rumah tanggamaupun perkembangan kegiatan ekonomi yang membutuhkan listrik sebagai sumber energinya. Pada tahun 2011,volume listrik yang terjual di DIY tercatat sebanyak 1.809.022.224 kilo watt jam (Kwh) atau meningkat 6,04 persen dibandingkan dengan volume listrik yang terjual pada tahun sebelumnya.
id
Grafik 10.1. Jumlah Pelanggan (unit), Daya Listrik Terjual (Kwh) dan Daya Listrik Terpasang(Kwh) di DIY, 2004-2011
.g
Sumber: PT OLN Regional DIY
ps
Perkembangan jumlah energi listrik yang terpasang (Kwh) selama tahun 19942011 memiliki pola semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah pelanggan. Jumlah listrik terpasang (Kwh) maupun jumlah pelanggan sempat mengalami penurunan di tahun 2006 akibat terganggunya jaringan listrik sebagai dampak bencana gempa bumi pada bulan Mei 2006, namun dalam lima tahun terakhir polanya terus meningkat. Pola perkembangan daya listrik yang terjual hampir sama dengan daya listrik yang terjual, namun dari sisi kuantitas daya jauh lebih besar.
Sumber: Evan Chandra
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Gambar 10.2. Jaringan Listrik
Pelanggan pengguna layanan listrik dikategorikan menjadi beberapa jenis, yakni rumah tangga, pemerintah, kegiatan sosial (rumah sakit, lembaga pendidikan, tempat ibadah dan lainnya), usaha, industri dan lainnya. Sampai dengan tahun 2010, rumah tangga menjadi pelanggan listrik terbesar di DIY dengan porsi mencapai 92,77 persen dan mengkonsumsi daya listrik sebesar 55,31 persen dari total daya listrik yang terjual. Kegiatan usaha (perdagangan, hotel, restoran, perkantoran dan lainnya) menjadi pelanggan dengan porsi terbesar kedua yakni sebesar 3,87 persen dan total konsumsi mencapai 20,37 persen. Pelanggan dari lembaga sosial mencapai 2,46 persen dengan total konsumsi mencapai 7,42 persen, sementara pelanggan dari unsur pemerintah sebanyak 0,7 persen dengan total konsumsi mencapai 4,89 persen. Meskipun jumlah pelanggan dari kelompok industri cukup kecil (0,06 %), kelompok ini mengkonsumsi daya listrik sebesar 10,93 persen dari total daya yang terjual di wilayah DIY. Sisanya sebanyak 0,14 persen merupakan pelanggan dari kategori lainnya yang mengkonsumsi daya listrik sebesar 1,08 pesen.
44
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PPeellaannggggaann uuttaam muunn maa eenneerrggii lliissttrriikk aaddaallaahh rruum maahh ttaannggggaa ((9922,,7777 ppeerrsseenn)),, nnaam vvoolluum e p e n g g u n a a n d a y a l i s t r i k h a n y a m e n c a p a i 5 5 , 3 1 p e r me penggunaan daya listrik hanya mencapai 55,31 persseenn.. Grafik 10.2. Distribusi Pelanggan dan Konsumsi Listrik di DIY, 2010
4,89 Rumah tangga 7,42 92,77
0,70 2,46
Pemerintah
3,87
Usaha
Sosial
55,31
20,37
Industri
0,06
10,93
Lainnya
o.
id
0,14
ps
.g
Sumber : Diolah dari data PLN Regional DIY, 2010
1,08
ta .b
Tahukah Anda ?
gy
ak
ar
Rumah tangga menjadi konsumen utama energi listrik dengan jumlah pelanggan mencapai 92,77 persen dan total konsumsi mencapai 55,31 persen. Rasio elektrifikasi yang dihitung dari persentase rumah tangga yang berlangganan listrik terhadap total seluruh rumah tangga DIY selama tahun 2010 baru mencapai 79 persen.
yo
AIR BERSIH
ht
tp
://
Kebutuhan pokok penduduk yang lainnya adalah tersedianya air bersih, baik untuk konsumsi maupun keperluan sehari-hari. Permasalahannya adalah tidak semua penduduk mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan air sendiri dengan berbagai pertimbangan dan alasan, sehingga membutuhkan peran pemerintah maupun swasta untuk memproduksinya. Dari enam unit perusahaan air bersih yang terdapat di DIY, sebanyak lima diantaranya berstatus sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau sebagian besar dari sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah. Potensi kapasitas produksi air bersih di DIY pada tahun 2010 tercatat 2.250 liter/detik, namun baru efektif digunakan 80,49 persen (1.811 liter/detik). Pada tahun 2011, kapasitas produksi potensialnya meningkat menjadi 4.506 liter/detik, namun tidak diikuti oleh peningkatan kapasitas produksi efektifnya yang baru mencapai 1.957 liter/detik sehingga efektifitasnya penggunaanya baru mencapai 43,43 persen. Sumber air bersih yang selama ini diolah berasal dari sungai, waduk, mata air, serta air tanah dan lainnya (air hujan, dan sebagainya). Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Grafik 10.3.Sumber Air Bersih yang Diolah, 2011 (%)
1%
18%
14% 67%
Sungai
Waduk
Mata air
Air tanah/lainnya
Sumber: BPS DIY
45
TTiiddaakk eeffiissiieennnnyyaa ppeerruussaahhaaaann aaiirr m miinnuum m ddii DDIIYY ddiippeennggaarruuhhii oolleehh bbeessaarrnnyyaa pprrooppoorrssii aaiirr bbeerrssiihh yyaanngg ssuussuutt//hhiillaanngg ddaallaam m pprroosseess ddiissttrriibbuussii.. Dari keempat sumber air tersebut, 66,67 persen atau sebesar 26.521 ribu m3diantaranya berasal dari air tanah dan lainnya. Sumber dari mata air dan sungai masing-masing mencapai 5.631 ribu m3 (14,16 %) dan 7.123 ribu m3 (17,91 %). Sementara, air yang diolah dari sumber waduk mencapai 503 ribu m3atau sebesar 1,26 persen. Dibandingkan dengan tahun 2010, jumlah air yang disalurkan meningkat sebesar 1,61 persen dari 39.149 ribu m3 menjadi 39.778 ribu m3.
ta .b
ps
.g
o.
id
Berdasarkan data dari perusahaan air minum, volume air bersih yang terbesar selama tahun 2011 disalurkan ke konsumen rumah tangga dengan jumlah mencapai 19.597 ribu m3atau 49,27 persen dari total volume air yang disalurkan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya konsumsi air bersih oleh rumah tangga meningkat sebesar 0,25 persen. Instansi pemerintah mengkonsumsi air bersih dengan volume mencapai 1.080 ribu m3 atau 2,72 persen. Kelompok niaga dan industri serta institusi sosial mengkonsumsi air bersih dengan porsi masing-masing sebesar 1,74 persen dan 1,81 persen. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, konsumsi kelompok niaga dan jasa maupun institusi sosial cenderung menurun dari tahun ke tahun. Hal yang perlu mendapat perhatian serius dalam persoalan distribusi air bersih adalah berkurangnya volume air bersih (susut) akibat kualitas infrastruktur penyaluran air yang semakin memburuk karena faktor rusak maupun pemakaian illegal.Setiap tahun proporsi volume air bersih yang susut berada di atas 40 persen dan terdapat kecenderungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
%
2011
Jumlah
19.175 51,58
%
ak
Jumlah
2010
Jumlah
gy
Rumah Tangga
2009
19.548 49,93
yo
Pengguna
ar
Tabel 10.2. Distribusi Air Bersih di DIY menurut Jenis Pengguna, 3 2011 (000 m )
%
19.597 49,27
2,91
1.040
2,66
1.080
2,72
Niaga dan Industri
892
2,40
837
2,14
691
1,74
1.008
2,71
720
1,84
720
1,81
141
0,38
321
0,82
302
0,76
ht
Lainnya
tp
Sosial
://
Instansi Pemerintah 1.080
Susut
14.881 40,03
16.683 42,61
17.388 43,71
Jumlah
37.177
39.149
39.778
100
100
100
Nilai produksi (omset) yang dihasilkan air bersih dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2011, besarnya nilai air bersih yang tersalurkan mencapai 80,574 milyar rupiah atau meningkat 8,85 persen dari omset tahun sebelumnya yang mencapai 74,02 milyar rupiah. Dari total omset yang diperoleh, 82,51 persen berasal dari konsumen rumah tangga sebagai pengguna terbesar, sementara nilai air bersih dari pengguna niaga dan jasa cenderung semakin menurun.
Sumber: DDA DIY 2011, BPS
Tahukah Anda ? Energi listrik yang disalurkan di DIY tidak dibangkitkan di DIY, tetapi di Jawa Tengah. Rumah tangga menjadi konsumen terbesar listrik dan air bersih di DIY. Semakin besarnya proporsi air bersih yang susut/hilang dari tahun ke tahun menyebabkan kinerja perusahaan air bersih menjadi semakin tidak efisien.
46
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
INDUSTRI PENGOLAHAN SSeekkttoorr iinndduussttrrii ppeennggoollaahhaann m m meem miilliikkii aannddiill sseebbeessaarr 1133,,4488 ppeerrsseenn ddaallaam ppeerreekkoonnoom i a n D I Y d a n b e r a d a d i u r u t a n mian DIY dan berada di urutan kkeeeem mppaatt sseetteellaahh sseekkttoorr ppeerrddaaggaannggaann,, jjaassaa--jjaassaa ddaann ppeerrttaanniiaann Sektor industri pengolahan selama tahun 2011 memberikan sumbangan nilai tambah sebesar 13,48 persen terhadap perekonomian DIY. Struktur industri di DIY berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006 didominasi oleh industri berskala mikro (90,62 %) dan industri kecil (8,49 %). Sementara populasi usaha yang berskala menengah dan besar hanya mencapai 0,89 persen.
INDUSTRI BESAR DAN SEDANG
Grafik 11.1.
Daur Ulang 0.01
ar
ak
gy
yo
ht
tp
://
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya suatu perusahaan adalah banyaknya tenaga kerja. Tenaga kerja menjadi faktor produksi terpenting bagi kelangsungan proses produksi suatu perusahaan industri selain input bahan baku. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan akan semakin besar pula skala output yang dihasilkan perusahaan. Berdasarkan hasil survei tahunan IBS tahun 2009, jumlah tenaga kerja pada perusahaan industri besar dan sedang di DIY mencapai 51.374 orang terdiri dari 24.713 orang laki-laki (48,1 %) dan 26.661 orang perempuan (51,9 %).Jikadibandingkan dengan tahun 2008, jumlah tenaga kerja perusahaan industri besar dan sedang turun sebesar 3,61 persen sebagai akibat dari berkurangnya jumlah perusahaan yang termasuk dalam kategori IBS. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tembakau 0.03 Tekstil 0.08
o.
Pakaian 0.08
ps
.g
Alat Angkutan Mesin 0.00 0.01 barang Logam 0.02
Makanan 0.10
id
Furniture 0.22
Barang Galian 0.12
ta .b
Berdasarkan hasil Survei Industri Besar Sedang yang dilakukan oleh BPS DIY, jumlah perusahaan industri besar dan sedang yang beroperesi di DIY selama tahun 2009 sebanyak 403 perusahaan atau turun 13 perusahaan dibandingkan dengan tahun 2008. Komposisi jumlah perusahaan besar dan sedang berdasarkan golongan usahanya menunjukkan bahwa perusahaan industri furnitur dan industri pengolahan lainnya memiliki populasi yang terbesar dengan jumlah 88 perusahaan atau 22 persen. Populasi terbesar selanjutnya secara berturut-turut adalah barang anyaman (58 unit); barang galian bukan logam (48 unit); makanan dan minuman (41 unit); tekstil (33); dan pakaian jadi (32). Populasi perusahaan industri alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih menjadi yang terkecil, yakni sebanyak 2 perusahaan.
Distribusi Perusahaan Industri Besar dan Sedang di DIY, 2009
Kayu 0.14 Karet 0.04 Kimia 0.02
Kulit 0.04
Batu Bara Kertas 0.01 0.06
Sumber: BPS DIY
Tabel 11.1. Jumlah Tenaga Kerja dan Balas Jasa Tenaga Kerja IBS DIY, 2009 Golongan Industri
Tenaga Kerja
Balas Jasa (000 Rp)
Makanan
4 022
83 355 233
Tembakau
5 316
72 682 233
Tekstil
7 279
83 781 927
Pakaian
10 501
121 326 263
Kulit
1 524
16 547 789
Kayu
1 992
17 341 888
Kertas
2 254
32 033 361
Batu Bara
140
2 021 952
Kimia
880
15 220 575
Karet
2 744
30 480 625
Barang Galian
2 772
22 368 422
Barang Logam
1 683
24 596 583
Mesin
1 021
13 798 537
Alat Angkutan Furniture Daur Ulang Jumlah
138
1 670 969
8 944
84 976 443
164
1 432 100
51 374
623 634 900
Sumber: BPS DIY
47
IInndduussttrrii m maakkaannaann ddaann m miinnuum maann,, iinndduussttrrii ppaakkaaiiaann jjaaddii sseerrttaa iinndduussttrrii tteekkssttiill m meerruuppaakkaann ggoolloonnggaann iinndduussttrrii yyaanngg m meenngghhaassiillkkaann nniillaaii ttaam mbbaahh tteerrbbeessaarr..
Jumlah tenaga kerja terbanyak terdapat pada perusahaan industri pakaian jadi dengan jumlah 10.501 orang. Tenaga kerja sebanyak itu mendapat balas jasa sebesar Rp 129,15 milyar, sehingga ratarata satu orang pekerja industri pakaian jadi menerima balas jasa sebesar Rp 11,55 juta per tahun. Perusahaan alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih memiliki tenaga kerja paling sedikit (138 orang), dengan total balas jasa sebesar Rp 1,67 milyar. Secara keseluruhan, rata-rata balas jasa pekerja perusahaan industri besar sedang di DIY menerima balas jasa sebesar Rp 12,14 juta per tahun. Rata-rata balas jasa per pekerja yang tertinggi diterima pekerja pada golongan industri makanan dan minuman dengan nilai mencapai Rp 20,72 juta per tahun.
Tembakau
1.554,79
1.824,63
269,84
0,85
50,26
194,52
144,26
0,26
350,29
673,15
322,85
0,52
Pakaian
514,16
1.005,59
491,43
0,51
Kulit
127,09
172,44
45,36
0,74
Kayu
34,54
67,59
33,05
0,51
Kertas
124,67
204,47
79,80
37,46
48,97
11,52
0,76
33,00
0,64
109,41
0,68
91,56
229,26
338,67
Barang Galian
104,57
164,14
Barang Logam
138,95 76,05
Alat Angkutan Furniture Daur Ulang Jumlah Sumber: BPS DIY
6,21 247,57
0,64
229,01
90,06
0,61
159,20
83,15
0,48
9,61
3,39
0,65
435,93
188,36
0,57
tp
59,57
ht
Mesin
0,61
gy
58,56
Karet
://
Kimia
yo
Batu Bara
ak
Tekstil
o.
Nilai Tambah
.g
Output
ps
Makanan
Input
ta .b
Golongan
Rasio Input thd Output
12,42
14,82
2,39
0,84
3.666,85
5.634,29
1.967,44
0,65
Selama tahun 2009, total nilai input produksi atau biaya antara untuk perusahaan industri besar dan sedang di DIY mencapai Rp 3.666,85 milyar. Besarnya nilai output dalam periode yang sama mencapai Rp 5.634,29 milyar, sehingga rasio nilai input terhadap nilai total output (rasio biaya antara) mencapai 0,65. Rasio biaya antara menunjukkan seberapa besar kebutuhan input antara dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan satu unit output. Semakin tinggi rasio biaya antara maka semakin kurang efisien produk tersebut diproduksi dan sebaliknya semakin rendah rasio biaya antara maka semakin efisien proses produksinya.
ar
2009
Struktur biaya input produksi perusahaan industri besar dan sedang terdiri dari biaya untuk bahan baku dan bahan penolong baik berasal dari domestik maupun impor, biaya untuk bahan bakar pelumas, biaya untuk sewa gedung, mesin, dan alat-alat, dan biaya untuk lainnya. Sementara itu, nilai output perusahaan industri besar dan sedang terdiri dari nilai barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, pendapatan dari jasa, selisih nilai stock barang setengah jadi, dan penerimaan lainnya
id
Tabel 11.2. Nilai Input, Nilai Output dan Nilai TambahBruto Industri Besar Sedang di DIY menurut Golongan Industri, 2009(milyar rupiah)
Industri makanan dan minuman menjadi golongan industri yang memiliki nilai biaya inputdan output yang terbesar. Selama tahun 2009, nilai input yang digunakan industri makanan dan minuman mencapai Rp 1.554,79 milyar dan mampu menghasilkan output dengan nilai Rp 1.824,63 milyar. Rasio biaya antara industri makanan dan minuman mencapai 0,85 dan menjadi rasio yang tertinggi dibandingkan dengan golongan industri lainnya. Output terbesar selanjutnya dihasilkan oleh perusahaan pada industri pakaian jadi dengan nilai output mencapai Rp 1.005,59 milyar dan nilai input sebesar Rp 514,16 milyar. Rasio biaya antara pada industri pakaian jadi mencapai 0,51 dan relatif lebih rendah dibandingkan dengan golongan industri lainnya, artinya industri pakaian jadi relatif efisien dalam dalam proses produksi. Sebaliknya, penggunaan input yang terendah terdapat pada industri alat 48
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
NNiillaaii ttaam mbbaahh bbrruuttoo aattaass ddaassaarr hhaarrggaa ppaassaarr iinndduussttrrii bbeessaarr ddaann sseeddaanngg ddii DDIIYY sseem maakkiinn m meenniinnggkkaatt,, sseem meennttaarraa rraassiioo bbiiaayyaa aannttaarraannyyaalleebbiihh bbeerrfflluukkttuuaassii alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan nilai sebesar Rp 6,21 milyar. Nilai output yang dihasilkan industri ini mencapai Rp 9,61 milyar, sehingga rasio biaya antaranya mencapai 0,65.
2.0 1.469
0.8 0.6
0.584
1.594
1.858 0.662
0.666
1.967 1.6 1.2
0.651
0.8
0.2
0.4
o. 2007
0.0 2008
2009
.g
0.0 2006
id
0.4
Nilai Tambah Bruto (Triliun)
1.0
ps
Sumber: BPS DIY
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Nilai tambah bruto merupakan selisih antara nilai output yang dihasilkan dengan biaya antara. Semakin besar rasio biaya antara akan semakin sedikit nilai tambah yang dihasilkan. Dari Grafik 11.2 tampak bahwa peningkatan sedikit rasio biaya antara (area berwarna biru) dapat memicu penurunan nilai tambah yang cukup besar (area berwarna merah). Nilai tambah bruto atas dasar harga pasar 2006-2009 menunjukkan pola yang semakin meningkat dari Rp 1,469 triliun menjadi Rp 1,967 triliun.
Grafik 11.2. Rasio Biaya Antara dan Nilai Tambah Bruto (triliun Rp) Industri Besar dan Sedang di DIY, 2006-2009
Rasio Biaya Antara
Rasio biaya antara industri besar dan sedang DIY selama periode 2006-2009 berada pada kisaran 0,58 sampai 0,67 (Grafik 11.2). Rasio biaya antara meningkat dari 0,584 di tahun 2006 menjadi 0,67 di tahun 2007 sebagai dampak dari kenaikan harga bahan baku industri, sementara permintaan output relatif tetap. Selama tahun 2008-2009 rasio biaya antara kembali menurun hingga mencapai 0,651 sebagai dampak dari peningkatan permintaan output hasil produksi, terutama permintaan domestik. Secara kasar, penurunan rasio biaya antara selama tahun 2008-2009 menunjukkan proses produksi pada industri besar dan sedang yang semakin efisien.
ht
tp
Berdasarkan golongannya, industri makanan dan minuman, industri pakaian jadi dan industri tekstil merupakan penyumbang terbesar terhadap total nilai output yang dihasilkan oleh industri besar dan sedang di DIY selama tahun 2009. Ketiganya memiliki sumbangan sebesar 32,38 persen, 17,85 persen dan 11,95 persen. Hal ini searah dengan sumbangan ketiga golongan industri terhadap total nilai tambah bruto yang masing-masing mencapai 13,72 persen, 24,98 persen dan 16,41 persen.Dibandingkan dengan tahun 2008, andil industri makanan dan minuman terhadap output maupun nilai tambah bruto semakin meningkat. Hal ini tidak lepas dari semakin bertambahnya permintaan output baik domestik maupun ekspor berkaitan dengan semakin maraknya kegiatan pariwisata. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tabel 11.3. Distribusi Output dan Nilai TambahBruto Industri Besar Sedang DIY, 2008-2009(Persen) Golongan
2008 Output
2009 NTB
Output
NTB
Makanan
26,24
11,76
32,38
13,72
Tembakau
2,35
3,95
3,45
7,33
Tekstil
8,67
6,56
11,95
16,41
Pakaian
19,62
31,31
17,85
24,98
Kulit
6,17
6,95
3,06
2,31
Kayu
1,20
1,71
1,20
1,68
Kertas
4,12
5,60
3,63
4,06
Batu Bara
1,21
1,38
0,87
0,59
Kimia
1,86
1,76
1,63
1,68
Karet
5,47
5,10
6,01
5,56
Barang Galian
2,66
2,65
2,91
3,03
barang Logam
8,84
4,99
4,06
4,58
Mesin
3,06
5,51
2,83
4,23
Alat Angkutan
0,16
0,15
0,17
0,17
Furniture
8,22
10,58
7,74
9,57
Daur Ulang
0,14
0,06
0,26
0,12
100,00
100,00
100,00
100,00
Jumlah Sumber: BPS DIY
49
M Maayyoorriittaass ppeerruussaahhaaaann iinndduussttrrii yyaanngg bbeerrsskkaallaam meenneennggaahh ddaann bbeessaarr ddii DDIIYY m meerruuppaakkaann iinndduussttrrii yyaanngg bbeerrssttaattuuss nnoonn ffaassiilliittaass.. Sementara, industri daur ulang dan industri alat angkutan memiliki andil yang terendah dalam output maupun pembentukan nilai tambah. Keduanya hanya memiliki andil sebesar 0,06 persen dan 0,15 persen terhadap total output. Jika diperhatikan lebih detil, andil nilai tambah industri pakaianjadi dan industri tekstil selama tahun 2009 lebih besar dari andilnya terhadap output. Artinya, penggunaan input dalam proses produksi industri tekstil dan pakaian jadi relatif lebih efisien dibandingkan dengan industri lainnya. Sementara, andil industri makanan dan minuman terhadap nilai tambah jauh lebih rendah dari andil terhadap total nilai output. Artinya, secara relatif ada potensi kehilangan nilai tambah industri makanan dan minuman akibat tingginya pengeluaran untuk biaya antara. Dibandingkan dengan industri lainnya, industri makanan dan minuman relatif kurang efisien dalam proses prosuksi.
o.
id
Status permodalan perusahaan industri bisa berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN), penanaman modal asing (PMA), dan non fasilitas. Mayoritas industri besar dan sedang di DIY masih berstatus non fasilitasnyak, jumlahnya seb 342 perusahaan (85,73 %). Proporsi perusahan yang berstatus modal PMDN dan PMA masing-masing sebanyak 8,37 persen dan 5,90 persen. Hal yang patut diperhatikan pemerintah adalah kebijakan merangsang minat investastor asing di satu sisi dapat memacu pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain juga harus diperhatikan persoalan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat dan kualitas lingkungan.
.g
Grafik 11.3. Distribusi Perusahaan Industri Besar dan Sedang di DIY menurut Status Permodalan, 2008
gy
ak
PMDN 8.37%
PMA 5.90%
ar
ta .b
ps
Non Fasilitas 85.73%
://
yo
Sumber: BPS DIY
Tahukah Anda ?
ht
tp
Industri pakaian jadi dan industri tekstil memiliki andil nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan andilnya terhadap output, artinya prose produksinya sudah berjalan relatif efisien
INDUSTRI MIKRO DAN KECIL Selain industri yang berskala besar dan sedang, struktur industri di DIY juga sangat didominasi oleh industri yang berskala kecil dan mikro (rumah tangga). Jumlah industri mikro dan kecil berlisensi yang tercatat oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY selama tahun 2011 sebanyak 80.047 unit usaha dan mampu menyerap sebanyak 292.625 orang tenaga kerja. Total nilai yang diinvestasikan mencapai Rp 1,63 triliun dengan total nilai produksi mencapai Rp 3,05 triliun. Berdasarkan lokasinya, jumlah populasi industri kecil berlisensi terbanyak terdapat di Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo dengan jumlah masing-masing sebanyak 21.104 unit usaha dan 20.151 unit usaha. Dari sisi jumlah tenaga kerja yang terserap, industri yang berlokasi di Kabupaten Bantul mampu menyerap tenaga kerja terbesar dengan jumlah 83.799 orang. Nilai yang diinvestasikan mencapai Rp 1,6 triliun dan 51,44 persennya diinvestasikan di Kabupaten Sleman serta 29,6 persen diinvestasikan di Kabupaten Bantul. 50
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PPooppuullaassii uussaahhaa iinndduussttrrii kkeecciill bbeerrlliisseennssii sseebbaaggiiaann bbeessaarr bbeerraaddaa ddii GGuunnuunnggkkiidduull ddaann KKuulloonnpprrooggoo,, nnaam muunn ddaarrii ssiissii iinnvveessttaassii ddaann pprroodduukkssiinnyyaa KKaabbuuppaatteenn SSlleem maann ppaalliinngg m meem miilliikkii ppootteennssii.. Hal tersebut berdampak pada sisi produksi. Dari total nilai produksi sebesar Rp 3,05 triliun, sekitar 44,63 persennya dihasilkan oleh industri di Kabupaten Sleman dan 26,19 persen dihasilkan di Kabupaten Bantul. Meskipun dari sisi populasi sebagian besar usaha tersebar di Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo, namun produktivitas pekerja yang tertinggi dimiliki oleh pekerja di Kabupaten Sleman. Berdasarkan jenis kelompok industrinya, populasi industri pangan menjadi yang terbesar dengan jumlah 36.446 unit usaha dan diikuti oleh kelompok kerajinan dengan jumlah 21.959 unit usaha.Penyerapan tenaga kerja pada kedua kelompok industri juga menjadi yang terbesar. Sementara, jika dilihat dari besarnya nilai output yang dihasilkan, industri kimia dan bahan bangunan mampu menghasilkan output yang terbesar dengan nilai mencapai Rp 1,03 triliun atau sekitar 30 persen.
21.104
58.932
59
338
Bantul
18.555
83.799
474
800
20.151
70.899
166
176
Sleman
16.243
60.266
824
1.363
3.994
21.560
79
80.047 292.625
1.603
DIY
3.053
id
o.
Pengolahan Pangan Sandang dan Kulit
Perusahaan
Nilai Nilai TK Investasi Produksi (Orang) (Milyar) (Milyar)
36.446
119.418
867
947
4.776
23.597
218
472
Kimia&Bahan Bangunan
12.357
66.779
350
1.030
Kerajinan&Umum
21.959
70.682
119
471
4.509
12.149
48
134
80.047
292.625
1.603
3.053
Logam&Elektronika Jumlah
Sumber: Dinas Perindusterian dan Perdagangan DIY
Tahukah Anda ?
tp
://
yo
Sumber: Dinas Perindusterian dan Perdagangan DIY
377
gy
Yogyakarta
Kelompok Industri
ar
Gunungkidul
ak
Kulonprogo
.g
Nilai Produksi (Milyar)
Perusa haan
ps
Nilai TK Investasi (Orang) (Milyar)
Kabupaten/ Kota
Tabel 11.5. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Produksi Industri Kecil Berlisensi diDIY menurut Kelompok, 2011
ta .b
Tabel 11.4. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Produksi Industri Kecil Berlisensi diDIY menurut Wilayah, 2011
ht
Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006, industri kecil dan rumah tangga DIY mampu menyerap 76 persen tenaga kerja sektor industri pengolahan
Gambar 11.1. Kegiatan Industri Tahu dan Tempe di Bantul
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
51
KONSTRUKSI SSuum mbbaannggaann sseekkttoorr kkoonnssttrruukkssii ddaallaam m PPDDRRBB DDIIYY ttaahhuunn 22001111 m meennccaappaaii 99,,8899 ppeerrsseenn ddaann m meennjjaaddii ssaallaahh ssaattuu sseekkttoorr yyaanngg kkoonnttrriibbuussiinnyyaa tteerruuss m meenniinnggkkaatt.. Sektor konstruksi mencakup lapangan usaha/kegiatan di bidang konstruksi yang berupa pekerjaan baru/pembangunan, perbaikan, penambahan dan perubahan. Kegiatan konstruksi terdiri dari konstruksi umumdan konstruksi khusus pekerjaan bangunan gedung dan bangunan sipil. Kegiatan konstruksi umum berupa konstruksi bangunan tempat tinggal, bangunan kantor, pertokoan, danbangunan lainnya. Sedangkan konstruksi bangunan sipil seperti jalan kendaraan bermotor, jalan raya, jembatan, terowongan, rel kereta api, lapangan udara, pelabuhan dan bangunan air lainnya, sistem irigasi, sistem limbah, fasilitas industri, jaringan pipa dan jaringan listrik, fasilistas olahraga, dan lain-lain. Kegiatan konstruksi khusus mencakup penyiapan lahan, instalasi gedung dan penyelesaian gedung dan lain-lain. Pekerjaan konstruksi dapat dilakukan atas nama sendiri atau atas dasar balas jasa/kontrak.
o.
id
Kegiatan konstruksi, dalam perkembangannya senantiasa tumbuh dan memberikan andil yang cukup signifikan dalam perekonomian DIY. Sumbangan sektor konstruksi terhadap PDRB DIY tahun 2011 mencapai 9,89 ersen. Selama kurun waktu 2005-2011, konstruksi DIY mengalami pertumbuhan nilai tambah rata-rata di atas 8 persen per tahun.
2004
1.239
5.127
469
2005
1.155
4.780
888
2006
1.081
3.335
1.184
2007
1.033
3.419
1.082
2008
1.098
3.738
2009
1.234
3.312
2010
1.159
*)
.g
ta .b
Nilai Konstruksi (Rp Milyar)
ar
Jumlah TK Tetap (Orang)
ak
Jumlah Perusahaan (Unit)
gy
Tahun
988
tp
://
1.122
ht
Sumber: Statistik Indonesia 2005-2010, BPS Catatan :*) Data belum tersedia
Gambar 12.1. Kegiatan Konstruksi di DIY
*)
Jumlah perusahaan konstruksi di DIY pada tahun 2010 sebanyak 1.159 unit perusahaan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebanyak 1.234 unit, jumlah perusahaan yang beroperasi tahun 2010 sedikit mengalami penurunan. Baik peningkatan ataupun penurunan jumlah perusahaan tidak selalu menjamin adanya peningkatan kegiatan konstruksi di wilayah DIY. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan bahwa kegiatan konstruksi tertentu di wilayah kajian harus dilakukan oleh perusahaan konstruksi setempat. Sudah banyak terjadi bahwa perusahaan konstruksi yang berdomisili di wilayah DIY mendapat order proyek di luar DIY dan sebaliknya. Nilai pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi selama tahun 2009 mencapai Rp 1.122 milyar.Pola perkembangan selama periode 20042010 cukup berfluktuasi.
ps
Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Konstruksi di DIY, 2004-2010
yo
Tabel 12.1.
PDRB sektor konstruksi dihitung berdasarkan nilai bangunan yang dibangun di wilayah yang bersangkutan dan tidak tergantung di mana posisi perusahaan konstruksinya. Hal ini bisa memberi implikasi pada perbedaan nilai tambah yang yang dicatat, karena adanya pembangunan di wilayah tersebut dapat berbeda dengan nilai konstruksi yang dibangun oleh perusahaan setempat. Sumber: Evan Chandra
52
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KKoom mppoossiissii ppeenngguuaassaaaann tteem mppaatt ttiinnggggaall ddii ddaaeerraahh ppeerrkkoottaaaann lleebbiihh bbeerrvvaarriiaassii ddaarriippaaddaa ddii ppeerrddeessaaaann,, kkaarreennaa ffaakkttoorr ppeennddiiddiikkaann,, uurrbbaanniissaassii ddaann sseebbaaggaaiinnyyaa
Berdasarkan data Susenas dapat diperoleh distribusi persentase rumah tangga menurut status penggunaan bangunan tempat tinggal. Pada tahun 2011,rumah tangga yang menempati tempat tinggal milik sendiri sebanyak 76,51 persen. Porsi ini menjadi yang terbesar dibandingkan dengan status yang lainnya. Berikutnya secara berturut-turut adalah adalah rumah tangga yang menempati tempat tinggal secara kontrak, sewa dan tinggal di rumah orangtua dengan proporsi sebesar 7,36 persen; 6,62 persen; dan 7,14 persen. Rumah tangga yang menempati tempat tinggal dengan status penggunaan lainnya jumlahnya paling sedikit yakni 2,37 persen.
o.
id
Meskipun sama-sama didominasi oleh rumah tangga yang menguasai rumah milik sendiri, namun persentase rumah tangga yang tinggal di perdesaan jauh lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Di daerah perdesaan rumah tangga yang menempati rumah sendiri proporsinya sebesar 94,79 persen, sementara di daerah perkotaan hanya 65,05 persen. Status penggunaan tempat tinggal di perkotaan cenderung lebih bervariasi. Rumah tangga yang mengontrak tempat tinggal sebanyak 11,63 persen dan yang menyewa tempat tinggal sebanyak 13,04 persen.
gy
ak
ar
ta .b
ps
.g
Status penguasaan tempat tinggal di wilayah-wilayah yang menjadi pusat pendidikan pada umumnya dipadati oleh mahasiswa yang kontrak/sewa dan variasinya juga lebih banyak. Disamping itu, sebagian penduduk adalah pelaku urbanisasi, yang datang ke kota untuk berusaha atau mengadu nasib. Pada umumnya mereka menyewa tempat tinggal sesuai kemampuannya. Sebagai contoh, banyak terdapat penduduk Kabupaten Gunungkidul yang berdomisili di Kota Yogyakarta dengan mengkontrak rumah bersama-sama untuk mencari nafkah, seperti berjualan bakso, rujak, dan sebagainya. Pada harihari libur sebagian di antara mereka mengisi liburan dengan pulang ke daerah asal.
Penguasaan Tempat Tinggal
78,93
74,50
76,51
Sleman
8,83
7,14
7,99
7,36
Gn Kidul
Sewa
6,87
6,32
8,96
6,62
Milik Orang Tua
7,66
4,88
5,79
7,14
Lainnya
2,47
2,73
2,76
2,37
Jumlah
100
100
100
100
tp
2011
74,17
ht
Kontrak
2009
Grafik 12.2. Persentase Rumah Tangga menurut Status Tempat Tinggal dan Kabupaten/Kota, 2011
2010
Milik Sendiri
2008
://
yo
Tabel 12.2. Persentase Rumah Tangga menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal, 2008-2011
Yogyakarta
Bantul Kulonprogo 0% Milik sendiri
Sumber: Susenas 2009-2011
20% Kontrak
40% Sewa
60%
80%
Milik Ortu
100% Lainnya
Sumber: Susenas 2011, BPS
Tahukah Anda ? Status penguasaan tempat tinggal di daerah perkotaan maupun perdesaan didominasi oleh tempat tinggal milik sendiri, namun di daerah perkotaan cenderung lebih bervariasi.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
53
HOTEL DAN PARIWISATA KKeeggiiaattaann ppaarriiw wiissaattaa ssaannggaatt m meenneennttuukkaann kkeebbeerrllaannggssuunnggaann aakkttiivviittaass pprroodduukkssii ppeerreekkoonnoom miiaann sseekkttoorraall tteerruuttaam maa sseekkttoorr ppeerrddaaggaannggaann,, hhootteell ddaann rreessttoorraannddii DDIIYY..
Visi pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) DIY adalah menjadikan DIY sebagai pusat pendidikan, budaya dan daerah tujuan wisata terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Untuk mewujudkan visi tersebut maka strategi kebijakan yang ditempuh pemerintah DIY diarahkan dan diprioritaskan menuju sembilan bidang strategis dan bidang pariwisata menjadi prioritas kedua setelah bidang pendidikan. Visi pembangunan pariwisata DIY 2012-2025 adalah terwujudnya Yogyakarta sebagai destinasi wisata berkelas dunia, memiliki keunggulan saing dan banding, berwawasan budaya, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan berbasis kerakyatan sebagai pilar utama perekonomian.
Akomodasi
Kamar
Akomodasi
2007
38
3 458
1 039
2008
34
3 297
1 095
12 158
2009
34
3 373
://
Tahun
Non Bintang
1 092
12 091
2010
36
3 631
1 098
12 519
2011
41
3 953
Sumber: BPS DIY
gy 11 307
yo
tp
ht
1 065
Akomodasi mencakup kegiatan penyediaan hotel (dikategorikan menjadi hotel bintang dan non bintang), vila, penginapan, hostel dan lainnya. Jumlah akomodasi hotel bintang di DIY selama tahun 2011 sebanyak 41 unit dengan rincian 16 unit di Kabupaten Sleman, 1 unit di Kabupaten Bantul dan 21 unit di Kota Yogyakarta. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, jumlah hotel bintang meningkat sebanyak 5 unit. Jumlah kamar yang tersedia pada hotel bintang pada tahun 2011 sebanyak 3.953 kamar dengan jumlah tempat tidur sebanyak 6.389 unit. Jumlah kamar ini sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3.631 unit.
ak
Kamar
ta .b
Bintang
AKOMODASI
ar
Tabel 13.1. Jumlah Akomodasi dan Kamar menurut Golongan Hotel, 2007-2011
ps
.g
o.
id
Hal yang perlu dipahami adalah pariwisata merupakan industri yang digerakkan oleh permintaan/ demand atau dihidupi oleh wisatawan dan supplainya disediakan dan ditentukan oleh kegiatan sektoral terutama hotel, akomodasi, restoran, transportasi, komunikasi, jasa-jasa dan lainnya. Indikator perkembangan kepariwisataan di suatu wilayah dapat dilihat dari jumlah sarana dan prasarana (akomodasi), jumlahkunjungan wisata baik domestik maupun mancanegara, tingkat penghunian kamar hotel maupun rata-rata lama menginap tamu hotel.
12 407
Pada tahun 2011, jumlah akomodasi hotel non bintang di DIY sebanyak 12.407 hotel yang tersebar di lima kabupaten/kota dengan rincian Kulonprogo 20 unit, Bantul 270 unit, Gunungkidul 52 unit, Sleman 377 unit dan Kota Yogyakarta 344 unit. Jumlah kamar tidur yang tersedia mencapai 12.407 kamar dengan jumlah tempat tidur sebanyak 18.586 unit.Jika dibandingkan dengan tahun 2010, jumlah hotel non bintang mengalami penurunan sebanyak 33 unit. Penurunan ini terjadi di Kabupaten Sleman terutama di kawasan wisata lereng Merapi berkaitan dengan erupsi Merapi yang terjadi di akhir tahun 2010. Tahukah Anda ? Keberadaan hotel bintang terkonsentrasi di pusat kota dan sekitarnya, sementara hotel non bintang banyak tersedia di kawasan destinasi wisata seperti Kaliurang, Parangtritis dan lainnya.
. 54
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
JJuum mllaahh kkuunnjjuunnggaann w meem miilliikkii ttrreenn yyaanngg wiissaattaa ddii DDIIYY sseellaam maa ppeerriiooddee 22000055--22001111 m m meenniinnggkkaatt,, m meesskkiippuunn ccuukkuupp bbeerrfflluukkttuuaassii
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN
o.
3,500
ta .b
3,000 2,500
ak
2,264
1,500
79.36
1,000
123.37
100
110.71
68.86
160
148.76 140 140.65 120
2,516 2,128
3,058
80 60
76.20
40
500
20
0
0 2005
2006
2007
2008
Domestik
2009
2010
2011
Asing
Sumber: BPS
ht
tp
://
2,071
2,982 2,851
2,000
yo
gy
ps
.g
Grafik 13.1. Jumlah Kunjungan Wisata ke DIY menurut Asal Wisatawan, 2005-2011 (000)
ar
Jumlah kunjungan wisata ke DIY selama periode 2005-2011 cukup berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian makro maupun faktor eksternal seperti bencana alam dan lainnya. Tercatat sebanyak dua kali jumlah kunjungan wisata mengalami penurunan pada tahun 2006 sebagai dampak dari gempa bumi dan tahun 2010 sebagai dampak dari erupsi Merapi. Secara umum, selama tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan ke DIY mencapai 3,2 juta, terdiri dari 3,058 juta wisatawan domestik dan 148,76 ribu wisatawan asing. Meskipun dari sisi jumlah wisatawan domestik jauh lebih dominan dengan porsi sekitar 96 persen, namun dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan proporsi wisatawan asing dari 3,4 persen menjadi 4,6 persen.
id
Salah satu indikator yang menggambarkarkan bergeliatnya kegiatan pariwisata adalah jumlah kunjungan wisata baik wisatawan domestik maupun mancanegara/asing. Sampai saat ini, DIY dikenal sebagai salah satu daerah yang menjadi tujuan wisata di Indonesia di samping Bali, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan lainnya. Hal ini tidak lepas dari beragamnya khasanah kekayaan wisata DIY, baik wisata alam maupun wisata budaya, baik wisata yang sifatnya masal maupun minat khusus. Jumlah kunjungan wisatawan dapat diukur dengan pendekatan jumlah tamu yang menginap di hotel-hotel dalam wilayah DIY atau berdasarkan catatan jumlah pengunjung dari setiap kawasan tujuan wisata atau event pariwisata. Kelemahan pengukuran kunjungan wisata dari banyaknya tamu yang menginap di hotel adalah tidak mampu mencatat wisatawan yang tidak menginap di hotel/akomodasi lainnya atau wisatawan yang berkunjung tetapi menginap di hotel di luar DIY.
Perkembangan kunjungan wisata selama tujuh tahun terakhir menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah kunjungan rata-rata meningkat sebesar 5,8 persen. Jumlah kunjungan wisatawan asing mampu tumbuh di atas 10 persen per tahun, sementara wisatawan domestik tumbuh 5,6 persen per tahun. Peran strategis pemerintah dalam mendorong dan meningkatkan arus kunjungan wisata dapat dilakukan melalui strategi kebijakan pengembangan destinasi wisata (mencakup daya tarik, prasarana dan fasilitas), industri pendukung, serta promosi kegiatan wisata.Perkembangan wisatawan terutama domestik juga sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Kunjungan akan meningkat tajam pada saat musim liburan sekolah, libur panjang akhir pekan, libur hari raya keagamaan maupun akhir tahun. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar bagi institusti yang terkait dalam menyusun dan menentukan kalender kegiatan wisata di DIY. Tahukah Anda ? Kunjungan wisatawan di DIY masih didominasi oleh wisatawan domestik dan volumenya sangat dipengaruhi oleh faktor musiman
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
55
W Wiissaattaaw waann aassiinngg yyaanngg bbeerrkkuunnjjuunngg kkee DDIIYY m maayyoorriittaass bbeerraassaall ddaarrii nneeggaarraa UUnnii EErrooppaa sseeppeerrttii BBeellaannddaa,, PPeerraanncciiss ddaann JJeerrm maann sseerrttaa JJeeppaanngg ddaann M Maallaayyssiiaa.. Berdasarkan negara asalnya, wisatawan asing yang berkunjung ke DIY selama tahun 2011 sebagian besar berasal dari Belanda, Perancis, Jepang, Malaysia dan Jerman (Grafik 13.2). Pangsa jumlah wisatawan dari negara-negara tersebut secara berturut-turut adalah 19,80 persen, 10,95 persen, 9,97 persen, 8,50 persen dan 8,50 persen. Jumlah wisatawan yang berasal dari Belanda dalam beberapa tahun terakhir selalu yang terbanyak. Fenomena ini terjadi karena adanya ikatan historis, dimana Belanda pernah menduduki Indonesia khususnya Yogyakarta dalam kurun waktu yang cukup lama. Sampai saat ini, di wilayah DIY masih banyak tempat dan benda peninggalan yang memiliki nilai historis dan masih tetap terpelihara.
id
Pangsa Wisatawan Asing yang Berkunjung ke DIY menurut Asal Negara dan Kawasan, 2011 (Persen)
Belanda 19,80%
Lainnya 28,93%
Perancis 10,95%
Jerman 5,84%
Malaysia 8,50%
.g
Jepang 9,97%
ta .b
Australia 3,80%
Asia Lainnya 18,04%
ar
USA 4,90%
Afrika 0,34%
Australia dan Oceania 4,67%
US, Canada, Amerika Latin 6,86%
ak
Singapura 4,21%
ASEAN 17,21%
ps
Thailand 3,10%
Eropa 52,87%
o.
Grafik 13.2.
gy
Sumber: BPS
ht
tp
://
yo
Pangsa wisatawan asing yang berkunjung ke DIY berdasarkan kawasan negara asal juga menunjukkan 52,87 persen wisatawan berasal dari kawasan Eropa. Urutan terbesar selanjutnya berasal dari kawasan Asia dengan jumlah 35,26 persen. Jika lebih dirinci, maka yang berasal dari negara-negara ASEAN mencapai 17,21 persen dan kawasan Asia lainnya mencapai 18,04 persen. Pemetaan distribusi negara dan kawasan asal wisatawan asing sangat penting bagi perencanaan kegiatan promosi dan pemasaran wisata di luar negeri. Potensi pasar yang dapat digarap lebih serius melalui kegiatan promosi adalah kawasan Timur Tengah, Australia dan Oceania, serta Asia Timur (Jepang, Korea, China, Taiwan), serta Amerika Latin. Gambar 13.1. Potensi Wisata Bahari di Kabupaten Gunungkidul
Pantai Baron
56
Pantai Kukup
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
RRaattaa--rraattaa llaam maa m meennggiinnaapp w wiissaattaaw waann ssaannggaatt tteerrggaannttuunngg ppaaddaa cciittrraa ppaarriiw wiissaattaa,, ddaayyaa ttaarriikk ddaann ddaayyaa ssaaiinngg,, ffaassiilliittaass ddaann iinnffrraassttrruukkttuurr,, sseerrttaaeevveenntt w wiissaattaa
RATA-RATA LAMA MENGINAP Kinerja pariwisata juga dapat diukur menggunakan indikator rata-rata lama menginap (Long of Stay/LOS) wisatawan di hotel. Semakin tinggi nilai LOS secara rata-rata menunjukkan semakin lama wisatawan tinggal di wilayah DIY, sehingga akan semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsinya. Dari sisi supply, semakin besar konsumsi wisatawan akan semakin menggerakkan pertumbuhan sektorsektor perekonomian yang terkait. Grafik 13.3. Rata-rata Lama Menginap Wisatawan di Hotel/Akomodasi DIY, 2007-2011 (malam) 3.00 Asing
Domestik
2.75
2.50
id
2.16
2.13
.g
2.31
1.45
1.43
1.40
2007
2008
2009
2010
2.24
o.
2.00 1.50
ps
1.45
1.61
1.00
2011
ta .b
Kendati volume wisatawan asing yang menginap di hotel/akomodasi lainnya di DIY lebih sedikit dibanding volume wisatawan domestik, rata-rata lama menginapnya justru lebih panjang.Selama tahun 2011, rata-rata lama menginap wisatawan asing mencapai 2,24 malam, sementara wisatawan domestik hanya 1,61 malam. Secara umum, rata-rata lama menginap wisatawan asing justru semakin menurun dari 2,75 malam di tahun 2007 menjadi 2,24 malam di tahun 2011. Meskipun demikian dibandingkan dengan rata-rata lama menginap tahun 2010 yang mencapai 2,13 malam, rata-rata lama menginap tamu asing sedikit meningkat.
ak
ar
Sumber: BPS DIY
ht
tp
://
yo
gy
Pola perkembangan rata-rata lama menginap wisatawan domestik selama periode 2007-2011 relatif stabil pada kisaran 1,4 malam. Meskipun demikian, selama tahun 2011 terjadi kenaikan yang cukup signifikan hingga menjadi 1,61 malam. Berdasarkan jenis akomodasinya, rata-rata lama menginap pada hotel bintang selama beberapa tahun terakhir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan hotel non bintang. Pada tahun 2011, rata-rata lama menginap di hotel bintang mencapai 1,69 malam dan hotel non bintang mencapai 1,59 malam.
Grafik 13.4. Rata-rata Lama Menginap Wisatawan di Hotel/Akomodasi DIY, 2007-2011 (malam) 2.0 1.87 1.8 1.64
1.69 1.61
1.66
1.65
1.64 1.63
1.63
1.67
1.53
1.6
1.52 1.63
1.4
1.47
1.45 1.36
1.2
1.42
1.38 1.39
2010
1.43 1.46
1.48 1.40
1.43
2011
1.0 Jan
Feb Mar Apr Mei
Jun
Jul Agust Sep
Okt Nop Des
Sumber: BPS DIY
Perkembangan rata-rata lama menginap periode 2000-2001 menurut bulan menunjukkan adanya pola musiman, meskipun tidak ada relasi yang sistematis antara jumlah kunjungan dan rata-rata lama menginap. Pada tahun 2011, rata-rata lama menginap tertinggi terjadi selama bulan Agustus yakni sebesar 1,87 malam. Momentum ini terjadi bersamaan dengan liburan hari raya Idul Fitri. Sementara, pada tahun 2010 rata-rata lama menginap tertinggi terjadi di bulan November bersamaan dengan momentum pasca erupsi Merapi. Tahukah Anda ? Rata-rata lama menginap tamu (LOS) hotel di DIY selama tahun 2011 mencapai 1,64 malam dan tamu asing memiliki LOS (2,24 malam) yang lebih lama disbanding tamu domestik (1,61 malam)
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
57
TTiinnggkkaatt PPeenngghhuunniiaann KKaam maaaann maarr((TTPPKK)) hhootteell ddii DDIIYY m meennccaappaaii lleevveell tteerrttiinnggggii bbeerrssaam ddeennggaann m e n d o m e n t u m l i b u r a n s e k o l a h d a n a k h i r t a h u n , s e m e n t a r a l e v e l t e r momentum liburan sekolah dan akhir tahun, sementara level terendaahh bbeerrssaam a maaann ddeennggaann m moom meennttuum m bbuullaann ppuuaassaa RRaam maaddhhaann..
TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) Selain rata-rata lama menginap, kinerja pariwisata juga dapat diukur dengan indikator TPK hotel/ akomodasi lainnya. TPK hotel mencerminkan tingkat produktivitas hotel, semakin tinggi nilainya maka semakin produktif. TPK dihitung dalam persen dengan cara membagi jumlah kamar yang terjual dengan jumlah kamar yang tersedia dikalikan 100 persen. Perkembangan TPK hotel di DIY selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 2007, TPK hotel tercatat sebesar 29,11 persen. Artinya, jumlah malam kamar yang terisi selama tahun 2007 mencapai 29,11 persen. Angka TPK secara bertahap meningkat hingga mencapai 37,82 persen di tahun 2011, sebagai imbas dari semakin bergairahnya aktivitas pariwisata di DIY yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah kunjungan wisata. Berdasarkan golongannya, TPK hotel bintang selama lima tahun terakhir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan hotel non bintang. Pada tahun 2011, TPK hotel bintang mencapai 50,65 persen dan TPK hotel non bintang mencapai 34,55 persen.
2007
45,85
24,17
29,11
2008
49,26
30,97
35,73
2009
49,44
33,66
36,94
2010
48,83
31,59
35,34
2011
50,65
34,55
37,82
o.
Jumlah
.g
Non Bintang
ps
Bintang
ta .b
Tahun
id
Tabel 13.2. TPK Hotel di DIY menurut Golongan Hotel, 2007-2011 (Persen)
ar
Sumber: BPS DIY
ht
tp
://
yo
gy
ak
Minat para wisatawan yang semakin tinggi untuk mengunjungi DIY mendorong peningkatan TPK hotel.Pola perkembangan TPK bulanan selama tahun 2010-2011 cukup berfluktuasi. TPK 2010 mencapai puncaknya selama bulan Juli berkaitan dengan liburan masa sekolah, dan mencapai level terendah pada bulan Agustus bersamaan dengan momentum bulan Ramadhan dan bulan November pasca peristiwa erupsi Merapi. Sementara, TPK 2011 mencapai puncaknya di bulan Desember bersamaan dengan momentum liburan akhir tahun dan mencapai level terendah di bulan Agustus bersamaan dengan momentum bulan Puasa. Fluktuasi TPK hotel bintang cenderung lebih tajam dibandingkan dengan TPK hotel non bintang, namun keduanya memiliki pola yang hampir sama. Grafik 13.2. TPK Hotel di DIY Berdasarkan Bulan, 20102011 (Persen)
Grafik 13.2. TPK Hotel di DIY Berdasarkan Bulan dan Golongan Hotel, 2011 (Persen) 70
50 45
60
40 50
35
40
30 25
30
20 2011
15
2010
20 non Bintang
Bintang
10
10 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Sumber: BPS
58
Jul Ags Sep Okt Nop Des
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Sumber: BPS
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PERBANKAN DAN INVESTASI KKiinneerrjjaa ppeerrbbaannkkaann sseellaam mppuunn maa 22001111 yyaanngg ddiiuukkuurr ddaarrii aasseett,, ddaannaa yyaanngg ddiihhiim ddaann ppeennyyaalluurraann kkrreeddiitt m meennuunnjjuukkkkaann ppeenniinnggkkaattaann yyaannggccuukkuupp ssiiggnniiffiikkaann
KELEMBAGAAN Jumlah bank di DIY pada tahun 2011tercatat sebanyak 99 unit. Rinciannya terdiri dari 4 bank pemerintah, 30 bank swasta nasional, 1 bank pembangunan daerah dan 64 bank perkreditan rakyat. Dibandingkan dengan tahun sebelumya jumlah bank yang beroperasi bertambah 2 unit dan termasuk kategori bank swasta nasional. Jumlah kantor pelayanan bank pada tahun yang sama sebanyak 731 unit dan terdiri dari 230 unit kantor bank pemerintah, 157 unit kantor bank swasta nasional, 140 unit kantor bank pembangunan daerah, dan 204 unit kantor bank perkreditan rakyat dengan jumlah kantor 533 unit.
Tabel 14.1.Jumlah Bank dan Kantor Bank di DIY, 2011 Status
Bank
Bank Pemerintah
Kantor
Pertumbuhan Kantor Bank (%)
4
230
96,58
30
157
9,03
1
140
2,19
Bank Perkreditan Rakyat
64
204
51,11
Jumlah
99
731
37,15
Bank Swasta Nasional
id
Bank Pembangunan Daerah
.g
o.
Sumber: BI Yogyakarta
ps
PERKEMBANGAN KEGIATAN PERBANKAN
yo
gy
ak
ar
ta .b
Perkembangan kegiatan perbankan yang diukur dari nilai aset, pinjaman pihak ketiga dan kredit yang disalurkan di DIY selama tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan.Ketiga aspek tersebut meningkat dengan pertumbuhan di atas 15 persen. Aset perbankan pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp 33,92 triliun atau meningkat sebesar 16,13 persen dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai Rp 29,21 triliun. Peningkatan aset perbankan ini sejalan dengan kinerja perekonomian DIY yang mampu tumbuh positif di atas 5 persen. Berdasarkan jenis banknya, 91,48 persen dari total aset perbankan merupakan aset bank umum dan sisanya sebesar 8,52 persen merupakan aset bank perkreditan rakyat.
ht
tp
://
Peningkatan aset dari sisi pasiva didorong oleh peningkatan dana pihak ketiga yang mampu tumbuh sebesar 17,33 persen. Besarnya dana pihak ketiga yang mampu dihimpun dari masyarakat sampai akhir tahun 2011 mencapai Rp 28,78 triliun.Meskipun tingkat suku bunga mengalami penurunan sejalan dengan penurunan BI rate, animo masyarakat untuk menyimpan dananya di tabungan masih tetap tinggi.
Tabel 14.2. Jumlah Aset, Dana Pihak Ketiga dan Kredit Perbankan di DIY, 2008-2011 Aset
Dana Pihak Ketiga
Kredit
Tahun Nilai (Rp Pertum- Nilai (Rp Pertum- Nilai (Rp Pertummilyar) buhan (%) milyar) buhan (%) milyar) buhan (%) 2008
20.919
10,34
18.017
9,53
10.475
15,64
2009
24.572
17,46
21.034
16,75
11.723
11,91
2010
29.212
18,88
24.524
16,59
14.581
24,38
2011
33.923
16,13
28.775
17,33
17.939
23,03
Sumber: BI Yogyakarta
Struktur dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat selama tahu 2011 sebagian besar berasal dari tabungan dengan nilai mencapai Rp 14.97 triliun atau sebesar 52 persen. Sementara, yang berasal dari simpanan berjangka (deposito) dan giro masing-masing sebesar Rp 10,16 triliun (35,31 %) dan Rp 3,64 triliun (12,66 %). Tahukah Anda ? Nilai total aset bank konvensional di DIY mencapai 93,03 persen, sementara aset bank syariah mencapai 6,97 persen.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
59
PPrrooppoorrssii tteerrbbeessaarr ddaarrii kkrreeddiitt yyaanngg ddiissaalluurrkkaann ddii w wiillaayyaahh DDIIYY ddiigguunnaakkaann uunnttuukk kkeeggiiaattaann kkoonnssuum s i d a n m o d a l k e r j a msi dan modal kerja
Dari sisi aktiva, peningkatan aset didorong oleh kenaikan jumlah kredit yang disalurkan yang mampu tumbuh sebesar 23,03 persen. Jumlah nominal kredit yang tersalurkan selama tahun 2011 mencapai Rp 17,94 triliun. Distribusi kredit berdasarkan penggunaannya menunjukkan bahwa sebagian besar kredit dilakukan untuk kegiatan konsumsi. Pada tahun 2011, besarnya kredit untuk konsumsi mencapai Rp 17,94 triliun dengan porsi mencapai 46,13 persen dari total jumlah kredit yang tersalur. Pemanfaatan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing mencapai Rp 7,28 triliun (40,57 %) dan Rp 2,39 triliun (13,3 %).Selama 2007-2011, semua jenis penggunaan kredit (modal kerja, investasi dan konsumsi) semakin meningkat dengan besaran yang bervariasi. Secara sektoral, pemanfaatan kredit perbankan terbesar disalurkan ke sektor lainnya (47,4 %), terutama kredit konsumsi dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan porsi 26 persen serta jasa dunia usaha dengan porsi 10,7 persen.
Tabel 14.3. Jumlah Kredit menurut Jenis Penggunaan di DIY, 2008-2011 Jenis Penggunaan Tahun
Jumlah Investasi
Konsumsi
2007 3.723 (41,10) 1.219 (13,46) 4.116 (45,44)
9.059 (100)
id
Modal Kerja
o.
2008 4.450 (42,48) 1.280 (12,22) 4.745 (45,30) 10.475 (100)
.g
2009 4.642 (39,60) 1.486 (12,68) 5.595 (47,73) 11.723 (100)
ps
2010 5.488 (38,95) 1.809 (12,84) 6.793 (48,21) 14.090 (100) 2011 7.277 (40,57) 2.386 (13,30) 8.276 (46,13) 17.939 (100)
ta .b
Sumber: Bank Indonesia Yogyakarta
://
yo
gy
ak
ar
Kinerja perbankan juga dapat dilihat dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) yang dihitung dari rasio antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dihimpun dari masyarakat. LDR di DIY selama tahun 2011 mencapai 63,34 persen dan sedikit meningkat dibandingkan LDR tahun 2010 yang sebesar 57,45 persen. Peningkatan ini menunjukkan peran dan fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan menjadi semakin baik.Meningkatnya aktivitas ekonomi yang ditandai oleh pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi disinyalir menjadi penyebab meningkatnnya permintaan volume kredit oleh para pelaku ekonomi.
64 LDR
62
ht
tp
Grafik 14.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio dan Non Performing Loansdi DIY,2007-2011 (%) 6
NPL 62.34
5
5.05
60
3.20
58
58.14 57.45
56 55.07
54
2.54
4
3.19 2.41
55.73
3 2
52
1
50
0 2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 14.2. Pangsa Dana Pihak Ketiga dan LDR menurut Kabupaten/Kota di DIY, (%) Pangsa
LDR
Kabupaten/ Kota
DPK
Kredit
2010
2011
Kulonprogo
3,12
4,57
94,84
91,25
Bantul
5,41
7,58
91,16
87,30
Gunungkidul
2,72
6,26
153,04
143,42
Sleman
19,06
17,45
59,69
57,20
Yogyakarta
69,72
64,13
52,40
57,35
100
100
59,45
62,34
DIY
Sumber: Bank Indonesia Yogyakarta Sumber: Bank Indonesia Yogyakarta
Tahukah Anda ? Nilai LDR dihitung dari besarnya kredit yang disalurkan dibagi dengan besarnya dana yang berhasil dihimpun.
60
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
LLDDRR ppeerrbbaannkkaann ddii DDIIYY sseem maakkiinn m meenniinnggkkaatt,, nnaam muunn m maassiihh ddii bbaaw waahh kkeetteennttuuaann kkaarreennaa ddaannaa yyaanngg ddiihhiim p u n j a u h l e b i h b e s a r d a r i k r e d i t y a n g mpun jauh lebih besar dari kredit yang ddiissaalluurrkkaann.. DDii ssiissii llaaiinnm m rreessiikkoo kkrreeddiitt sseem maakkiinn rreennddaahh.. Meskipun dari sisi nilai LDR meningkat, secara umum nilai LDR masih berada di bawah ketentuan minimum LDR yang sebesar 78 persen. Belum optimalnya LDR salah satunya disebabkan oleh persoalan rendahnya penyaluran kredit yang dihimpun di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Dengan pangsa dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun sebesar 19,06 persen dan 69,72 persen, pangsa kredit yang tersalurkan hanya mencapai 17,45 persen dan 64,13 persen. Akibatnya, LDR di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta menjadi yang terendah dengan nilai masing-masing sebesar 57,20 persen dan 62,34 persen. LDR yang tertinggi terjadi di Kabupaten Gunungkidul dengan nilai 143,42 persen, artinya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun belum mampu untuk mencukupi permintaan oleh kredit masyarakat dan pelaku usaha sehingga dicukupi dari daerah lainnya.
ps
.g
o.
id
Non Performing Loans (NPLs) merupakan indikator yang menunjukkan tingkat resiko kredit perbankan. Nilai NPLs selama tahun 2007-2011 menunjukkan pola yang sedikit berfluktuasi, meskipun dalam tiga tahun terakhir terus menurun dari 3,2 persen di tahun 2009 menjadi 2,41 persen di tahun 2011. Penurunan ini menunjukkan resiko perbankan dalam menyalurkan kredit menjadi semakin rendah atau tingkat pembayaran/pengembalian cicilan menjadi semakin lancar. Secara umum resiko kredit di DIY dalam empat tahun terakhir masih di bawah batas kategori aman karena nilai NPLs di bawah 5 persen.
ta .b
INVESTASI
yo
gy
ak
ar
Investasi adalah pengorbanan materi maupun non materi pada masa sekarang untuk memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Menurut pelakunya investasi dikelompokkan menjadi 3, yaitu oleh pemerintah, perusahaan (terdiri dari perusahaan yang difasilitasi dan tidak difasilitasi), serta oleh rumah tangga. Data investasi oleh perusahaan yang paling sering digunakan adalah data perencanaan dan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) yang merupakan kelompok investasi yang difasilitasi, yang dilaporkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah DIY.
ht
tp
://
Realisasi penanaman modal dalam neger di DIYsecara kumulatif sampai tahun 2011mencapai Rp 3,48triliun. Jumlah perusahaan yang melakukan penanaman modal mencapai 180perusahaan dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 28.353 orang, terdiri dari 28.325 orang tenaga kerja domestik dan 28 orang tenaga kerja asing. Jika dibandingkan dengan nilai modal yang direncanakan yang senilai Rp 4,13 triliun, maka realisasi pencapaian sampai tahun 2011hanya sebesar 84,23 persen. Berdasarkan kelompok sektor, realisasi PMDN terbesar di DIY dilakukan pada kelompok sektor tersier dengan porsi sebesar 50,61 persen dari total realisasi PMDN. Kelompok sektor tersier terdiri dari kegiatan bangunan; hotel dan restoran; perdagangan; perumahan; pengangkutan; jasa lainnya; listrik, gas dan air minum. Sementara realisasi pada kelompok primer (pertanian dan pertambangan) porsinya hanya sebesar 1,19 persen. Investor domestik lebih berminat menanamkan modalnya di sektor hotel dan restoran (34,15%). Kemudian diikuti oleh sektor industri tekstil (34,09%) dan jasa lainnya (14,58%).
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Grafik 14.3. Distribusi Realisasi PMDN menurut Kelompok Sektor di DIY, 2011
Sekunder 48.20%
Tersier 50.61%
Primer 1.19% Sumber: BKPMD DIY
61
RReeaalliissaassii iinnvveessttaassii bbaaiikk PPM MAA m maauuppuunn PPM MDDNN sseebbaaggiiaann bbeessaarr ddiigguunnaakkaann ddii sseekkttoorr tteerrssiieerr,, tteerruuttaa,,aa sseekkttoorr yyaanngg bbeerrkkaaiittaann ddeennggaann kkeeggiiaattaann ppaarriiw wiissaattaa Dalam skala nasional DIY termasuk salah satu daerah tujuan utama (destinasi) pariwisata, sehingga cukup potensial untuk pengembangan kegiatan hotel dan restoran.Hal ini mendorong minat para investor domestik untuk berinvestasi pada sektoryang berkaitan dengan pariwisata.Sementara, industri tekstil menjadi mendukung tumbuh pesatnya industri batik yang merupakan produk andalan DIY, terutama pascapenetapan batik sebagai karya seni tradisional Indonesia. Investasi jasa lainnya yang berkembang di DIY terutama terkait jasa pendukung perkembangan dunia pendidikan.
Sumber: BKPMD Provinsi DIY
662
0
79,20
5,21
485
3
75,62
3
44,23
1.064
0
130,10
0,23
16
0
0,67
4
95,34
1.562
0
87,72
0
0,00
0
0
4
22,33
1.261
0
0,00
0
0,00
2 9,90 62 1.169,13 0 0,00 22 705,61
gy
0,00
yo
25,42
0
0,00
0
0
0,00
304 6.302 0 3.001
0 11 0 8
4,90 75,78 0,00 115,82
://
0
2
13,70
546
1
41,08
0
0,00
0
0
0,00
28
70,92
1.834
2
166,77
10 378,90 2 2,87 180 3.479,40
921 36 28.325
0 0 28
44,86 21,97 84,23
Peru Nilai (Rp saha Miliar) an 4 34,05 1 18,00 1 0,00 1 15,37 1 0,68 0 0,00 0 0,00 41 624,48 2 245,03 5 56,42
o.
.g
ak
1
0
ps
6,69
5
Primer Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan Pertambangan Sekunder Industri Makanan Industri Tekstil Industri Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu Industri Kertas dan Percetakan Industri Kimia dan Farmasi Industri Karet dan Plastik Industri Mineral Non Logam Industri Logam, Mesin dan Elektronika Industri Instrumen Kedokteran Presisi Optik dan Jam Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Tersier Konstruksi Perhotelan dan Restoran Perdagangan dan Reparasi Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran Transportasi, Gudang dan Komunikasi Jasa Lainnya Listrik, Gas dan Air Jumlah
ar
2
Sektor
ta .b
7 27,57 0 0,00 2 1,13 3 25,29 1 0,40 0 0,00 1 0,75 111 2.282,70 11 153,73 17 775,91
Tenaga Kerja Realisasi Domes (%) Asing tik 146 0 46,36 0 0 0,00 68 0 16,61 40 0 50,18 0 0 26,67 0 0 0,00 38 0 100,00 21.877 17 90,27 2.843 0 87,72 7.378 3 236,34
tp
Primer Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan Pertambangan Sekunder Industri Makanan Industri Tekstil Industri Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu Industri Kertas dan Percetakan Industri Kimia dan Farmasi Industri Karet dan Plastik Industri Mineral Non Logam Industri Logam, Mesin dan Elektronika Industri Instrumen Kedokteran Presisi Optik dan Jam Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Tersier Konstruksi Perhotelan dan Restoran Perdagangan dan Reparasi Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran Transportasi, Gudang dan Komunikasi Jasa Lainnya Listrik, Gas dan Air Jumlah
Perusa Nilai (Rp haan Miliar)
ht
Sektor
Tabel 14.3. Realisasi Komulatif PMADIY menurut Sektor, 2011
id
Tabel 14.3. Realisasi Komulatif PMDN DIY menurut Sektor, 2011
Tenaga Kerja Domes Asing tik 132 9 18 3 0 0 110 6 4 0 0 0 0 0 10.861 48 980 6 1.065 2
Realisasi (%) 25,08 0,00 0,00 17,46 5,25 0,00 0,00 142,77 702,18 71,66
7
184,51
3.733
10
270,23
18
60,59
1.701
16
68,84
0
0,00
0
0
0,00
1
23,29
127
0
206,26
0
0,00
0
0
0,00
0
0,00
0
0
0,00
3
20,34
384
5
24,17
0
0,00
0
0
0,00
0
0,00
0
0
0,00
5 34,30 57 3.214,65 0 0,00 8 978,13
2.871 5.162 0 1.108
9 53 0 11
82,80 118,87 0,00 131,39
32 1.211,68
3.229
33
192,05
0
0
0,00
0
0,00
4
636,79
19
6
79,99
13 388,05 3 237,26 102 3.873,18
806 1.062 17.217
3 1 110
74,64 26,48 118,17
Sumber: BKPMD Provinsi DIY
Realisasi kumulatif penanaman modal asing (PMA) pada tahun 2010 mencapai Rp 3,87 triliun. Realisasi kumulatif PMA tersebut dilaksanakan oleh 102 perusahaan dengan serapan tenaga kerja domestik sebanyak 17.217 orang dan tenaga kerja asing sebanyak 110 orang. Jika dibandingkan dengan perencanaannya, maka realisasi PMA selama tahun 2011 mencapai 118,17 persen artinya nilainya lebih sekitar 18 persen dari yang direncanakan. 62
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
RReeaalliissaassii PPM MDDNN m meennuurruutt w MAA ddaann PPM wiillaayyaahh m maassiihh bbeelluum mm meerraattaa,, kkaarreennaa sseebbaaggiiaann bbeessaarr ddiiinnvveessttaassiikkaann ddii KKaabbuuppaatteenn SSlleem a n d a n K o t a man dan KotaYYooggyyaakkaarrttaa
Distribusi realisasi PMA terbesar terjadi pada kelompok sektor tersier dengan porsi mencapai 83 persen. Sementara porsi kelompok sektor primer dan sekunder masing-masing sebesar 0,18 persen dan 16,12 persen. Sektor yang porsinya terbesar secara berturut-turut adalah sektor perdagangan dan reparasi; sektor hotel dan restoran; dan sektor transportasi, gudang dan komunikasi dengan porsi masing-masing sebesar 31,28 persen; 25,25 persen; dan 16,44 persen. Senada dengan investor dalam negeri, para investor asing pun lebih berminat untuk berinvestasi di sektor-sektor yang berbasis pariwisata. Kinerjapariwisata yang terus menunjukkan peningkatan dari sisi jumlah kunjungan menjadi daya tarik investasi di sektor-sektor tersebut.
ta .b
ps
.g
o.
id
Berdasarkan lokasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tahun 2011, realisasi di Kabupaten Sleman memiliki nilai yang terbesar dengan porsi mencapai 52,70 persen dan diikuti Kota Yogyakarta dengan porsi 36,12 persen. Sementara, realisasi di Kabupaten Bantul memiliki porsi sebesar 8,18 persen. Bahkan, realisasi di Kulonprogo dan Gunungkidul memiliki porsi kurang dari dua persen. Pola yang hampir serupa juga terjadi pada penanaman modal asing (PMA). Realisasi terbesar dicapai Kabupaten Sleman (53,43 %) dan Kota Yogyakarta (39,63 %), diikuti oleh Kabupaten Bantul dengan porsi mencapai 4,6 persen. Fenomena ini sangat berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur publik yang relatif lebih lengkap dan memiliki kualitas lebih baik. Di samping, itu, resiko pengembalian, resiko keamanan, stabilitas sosial, serta kemudahan dalam perizinan juga turut berpengaruh terhadap volume penanaman modal.
ar
Grafik 14.4. Distribusi Realisasi PMDN dan PMA menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2011
yo
Gunungkidul 1,53%
Yogyakarta 39,63%
Gunungkidul 2,27%
tp
://
Yogyakarta 36,12%
Bantul 8,18%
Sleman 53,43%
gy
Sleman 52,70%
PMA
ak
PMDA
ht
Kulonprogo 1,47%
Bantul 4,60%
Kulonprogo 0,07%
Sumber: BKPMD DIY, diolah
Tahukah Anda ? Realisasi penanaman modal dalam negeri dan asing di DIY sebagian besar terjadi di sektor-sektor yang berbasis pariwisata dan sebagian besar berlokasi di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
63
HARGA-HARGA GGaam mbbaarraann ppeerrkkeem mbbaannggaann hhaarrggaa bbaarraanngg ddaann jjaassaa ddaann ppoollaa kkoonnssuum mssii m maassyyaarraakkaatt sseeccaarraa kkoonnttiinnyyuu ddiiuukkuurr m meenngggguunnaakkaann iinnddeekkss hhaarrggaa ddaann ppeerruubbaahhaannnnyyaa
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur stabilitas ekonomi di suatu wilayah adalah tingkat harga. Harga merupakan resultan atau hasil interaksi antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga perlu dipantau perkembangannya sebagai salah satu indikator penentu kebijakan pemerintah di bidang pendapatan, fiskal maupun moneter. Untuk memperoleh gambaran mengenai kenaikan harga berbagai macam komoditas barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dari waktu ke waktu dilakukan dengan menghitung indeks secara kontinu. Beberapa indeks harga yang sering digunakan diantaranya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk wilayah perkotaan dan Nilai Tukar Petani (NTP) untuk wilayah perdesaan. INDEKS HARGA KONSUMEN
ta .b
ps
.g
o.
id
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan perbandingan antara harga suatu paket komoditas dari sekelompok barang atau jasa (market basket) pada suatu periode waktu terhadap harganya pada periode waktu yang telah ditentukan (tahun dasar). Berdasarkan IHK inilah kemudian didapat besaran angka inflasi/deflasi, yaitu besarnya persentase perubahan IHK antar periode. Angka inflasi/deflasi mencerminkan kemampuan daya beli dari uang yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Semakin tinggi angka inflasi maka semakin rendah daya beli uang, sehingga semakin rendah pula daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa kebutuhan rumah tangga.
yo
gy
ak
ar
IHK dihitung pada tingkat harga konsumen, yaitu harga transaksi yang terjadi antara penjual (pedagang eceran) dan pembeli (konsumen) secara eceran dengan pembayaran tunai. Eceran yang dimaksud adalah membeli suatu barang atau jasa dengan menggunakan satuan terkecil untuk dipakai atau dikonsumsi, sebagai contoh: beras dengan satuan kilogram, emas dengan satuan gram, dan sebagainya. Mulai bulan Juni 2008, penghitungan Indeks harga Konsumen (IHK) didasarkan atas pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007. Gambar 15.1. Pemantauan Harga di Pasar Tradisional Kota Yogyakarta
ht
tp
://
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Yogyakarta selama tahun 2011(2007=100) berada pada posisi 130,11. Angka ini mengandung arti bahwa dibandingkan dengan tahun 2007 komoditas barang dan jasa kebutuhan rumah tangga selama tahun 2011 secara umum telah mengalami kenaikan harga dengan rata-rata sebesar 30,11 persen. IHK tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dengan nilai indeks mencapai 154,00 dan diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan nilai indeks masingmasing sebesar 137,45 dan 135,94.
IHK yang terendah terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangandengan nilai sebesar 110,29 persen. Artinya, kelompok pengeluaran ini sejak tahun 2007 hanya mengalami kenaikan harga sebesar 10,29 persen. Selama tahun 2011, IHK semua kelompok pengeluaran menunjukkan peningkatan dan peningkatan terbesar terjadi pada kelompok sandang, yakni meningkat sebesr 11,81 poin dibandingkan dengan IHK 2010. 64
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PPeerrkkeem mbbaannggaann hhaarrggaa bbaarraanngg ddaann jjaassaa sseellaam maa 22001111 yyaanngg ddiiuukkuurr ddeennggaann iinnddeekkss hhaarrggaa kkoonnssuum e n d a n p e r u b a h a n n y a r e l a t i f men dan perubahannya relatif ssttaabbiill ppaaddaalleevveell 33,,8888 ppeerrsseenn
Pola perkembangan IHK bulanan di Kota Yogyakarta selama periode 2010-2011 menunjukkan tren yang semakin meningkat (Grafik 15.1). Meskipun demikian, peningkatan selama tahun 2010 terlihat lebih tajam dibandungkan dengan tahun 2011. IHK tahun 2010 meningkat sebesar 8,61 poin dari IHK 2009, sementara IHK tahun 2011 meningkat 4,86 poin dibandingkan dengan tahun 2010. Fenomena ini menunjukkan tingkat harga selama tahun 2011 relatif lebih stabil dibandingkan dengan tahun 2010. Tabel 15.1. IHK dan Inflasi Kota Yogyakarta menurut Kelompok Pengeluaran, 2009-2011 Inflasi (%)
118,34 124,84
128,60
5,49
3,01
115
Sandang
119,19 125,64
137,45
5,41
9,4
Kesehatan
112,27 114,48
120,94
1,97
5,64
Pendidikan
114,49 119,36
121,42
4,25
1,73
Transportasi& Komunikasi
102,03 107,71
110,29
5,57
2,4
Umum
116,64 125,25
130,11
7,38
3,88
2010
2011
ar
ta .b
Jan
Sumber: BPS DIY
ak
Sumber: BPS DIY
110
o.
120
Perumahan
Nop
125
7,07
Sep
1,82
5,47
Jul
18,86
135,94
Mei
154,00
120,37 126,96
Mar
127,24 151,24
Makanan Jadi
Jan
Bahan Makanan
Nop
130
Sep
2011
Jul
2010
Mei
2011
Mar
2010
2009
id
135
.g
IHK
ps
Kelompok Pengeluaran
Grafik 15.1. IHK Bulanan Kota Yogyakarta, 2010-2011 (Persen)
ht
tp
://
yo
gy
Perubahan IHK antar periode digambarkan oleh besaran angka inflasi/deflasi. Pola perkembangan tingkat inflasi Kota Yogyakarta selama periode 2003-2011sangat berfluktuasi. Secara umum, terdapat pola yang hampir mirip antara inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional selama periode yang sama. Inflasi Kota Yogyakarta mencapai level tertinggi pada tahun 2005, yakni sebesar 14,98 persen sebagai dampak dari kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sebanyak dua kali di tahun 2005 dengan besaran kenaikan di atas 100 persen. Kebijakan ini memicu kenaikan harga barang dan jasa pada kelompok transportasi dan secara tidak langsung juga mendorong inflasi pada kelompok pengeluaran yang lainnya. Pada tahun 2006 dan 2007 tingkat harga secara umum juga tetap meningkat meskipun dari sisi besaran inflasinya sedikit menurun hingga mencapai 10,40persen di tahun 2006 dan 7,99 persen di tahun 2007. Selama tahun 2008 inflasi tercatat sebesar 9,88. Tingginya inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga BBM yang terjadi di akhir bulan Mei 2008 serta kebijakan konversi minyak ke elpiji yang mendorong meningkatnya harga-harga jasa transportasi dan energi. Laju inflasi selama tahun 2009 di Kota Yogyakarta mencapai 2,93 persen dan angka ini menjadi inflasi yang terkecil sejak 20 tahun terakhir. Penyebabnya adalah adanya kebijakan pemerintah yang menurunkan harga BBM hingga 2 kali, yaitu pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009, sehingga berakibat pada turunnya tarif angkutan umum dan stabilnya harga kebutuhan pokok masyarakat. Tahukah Anda ? Kenaikan harga BBM selalu menjadi pemicu kenaikan harga barang dan jasa kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok pengeluaran lainnya.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
65
PPeerrkkeem mbbaannggaann iinnddeekkss hhaarrggaa kkoonnssuum meenn bbuullaannaann ddii KKoottaa YYooggyyaakkaarrttaa ssaannggaatt ddiippeennggaarruuhhii oolleehh ppoollaam muussiim maann
Pada tahun 2010 laju inflasi kembali mengalami kenaikan yaitu mencapai 7,38 persen. Melonjaknya harga bahan makanan pokok sebagai akibat anomali musim di tahun 2010 merupakan pemicu utama terjadinya inflasi di kota Yogyakarta. Komoditas beras dan cabe merupakan komoditas yang memberikan andil yang cukup besar terhadap inflasi umum di kota Yogyakarta pada kurun waktu tersebut. Laju inflasi tertinggi pada tahun 2010 terjadi pada kelompok bahan makanan yang mencapai 18,86 persen, kemudian diikuti oleh kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 5,57 persen dan kelompok perumahan sebesar 5,49 persen. Sedangkan laju inflasi terendah terjadi pada kelompok kesehatan dengan angka sebesar 1,97 persen. Selama tahun 2011, gejolak harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga relatif stabil. Hal ini ditunjukkan oleh laju inflasi yang sebesar 3,88 persen. Kenaikan harga yang tertinggi terjadi pada kelompok sandang (9,4 %) dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (7,07 persen).
id
17.11
Nasional
2.00
11.06 9.88
6.6
6.59
2.93
6.96
2.78 0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
yo
Sumber: BPS DIY
0.50 0.00
-0.50
2007
2008
2009
2010
2011
2011
gy
2003
3.88 3.79
ar
6.95
5
1.00
7.38
6.4
ak
5.73 5.06
ta .b
1.50
7.99
10
ps
2.50
15 10.4
.g
3.00
DIY
14.98
Kota
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt
20
Grafik 15.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Yogyakarta, 2007-2011 (Persen)
o.
Grafik 15.2. Inflasi Tahunan Kota Yogyakarta dan Nasional, 2003-2011 (Persen)
Sumber: BPS DIY
ht
tp
://
Perkembangan inflasi bulanan Kota Yogyakarta selama tahun 2007-2011 menunjukkan adanya pengaruh pola musiman yang cukup kuat. Hal ini terlihat dari nilai inflasi yang mencapai level tertinggi selama tahun 2007-2011 selalu berkaitan dengan momentum perayaan hari raya keagamaan, liburan sekolah dan akhir tahun. Tahukah Anda ? Pola misimam cukup mewarnai perkembangan inflasi bulanan Kota Yogyakarta, inflasi mencapai level tertinggi pada saat perayaan hari raya, akhir tahun dan liburan sekolah.
NILAI TUKAR PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, yaitu dengan mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. NTP dihitung dengan membandingkan indeks harga yang diterima petani (It) dan yang dibayar petani (Ib). Sedangkan penghitungan indeks harga yang diterima (It) dan yang dibayar (Ib) petani menggunakan formula indeks Laspeyers yang dimodifikasi (modified LaspeyersIndex). Semakin tinggi NTP di suatu daerah akan menggambarkan bahwa, tingkat kesejahteraan petani di daerah tersebut juga semakin baik. 66
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
IInnddeekkss hhaarrggaa yyaanngg ddiitteerriim maa ppeettaannii ddaallaam m bbeebbeerraappaa ppeerriiooddee sseellaalluu lleebbiihh ttiinnggggii ddiissbbaannddiinngg ddeennggaann iinnddeekkss yyaann ddiibbaayyaarr ppeettaannii
Kelompok Komoditas
Desember 2010
ar
ak
ht
tp
://
yo
gy
Indeks harga yang dibayar petani (Ib) menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada tahun 2011, Ib DIY mencapai angka sebesar 128,5 atau naik sebesar 2,55 persen dibanding indeks tahun sebelumnya sebesar 125,3. Kenaikan ini dipicu oleh kenaikan komoditas pada konsumsi rumahtangga sebesar 2,7 persen dan kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 2,15 persen. NTP menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual oleh petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga. Sebagai salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan petani, NTP dihitung dari rasio antara indeks yang diterima dan indeks yang dibayar oleh petani. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Desember 2011
Indeks Diterima Petani
142,47
149,85
Tanaman Pangan
Perub. (%) 5,18
142,04
150,88
6,22
-Padi
137,31
154,01
12,16
-Palawija
144,44
149,29
3,36
Hortikultura
157,57
165,33
4,93
-Sayur-sayuran
167,59
171,50
2,33
-Buah-buahan
153,33
6,13
161,05
6,22
132,34
134,66
1,75
-Ternak Besar
111,84
110,86
-0,87
-Ternak Kecil
122,41
125,48
2,51
-Unggas
156,91
156,99
0,05
-Hasil Ternak
146,95
155,39
5,75
135,05
137,95
2,15
-Penangkapan
122,03
127,24
4,27
-Budidaya
139,69
141,77
1,48
.g
o.
Peternakan
162,73
151,62
id
Perkebunan
ta .b
Dari sisi level, indeks yang diterima petani tertinggi terjadi pada kelompok hortikultura dengan nilai 165,33 dan komoditas sayuran dan buahbuahan memiliki indeks tertinggi. Sementara, kelompok peternakan dan perikanan memiliki indeks yang terendah dengan nilai masing-masing mencapai 134,66 dan 137,95. Bahkan, pada komoditas ternak besar indeksnya hanya sebesar 110,86.
Tabel 15.2. Indeks Harga Yang Diterima Petani DIY, 2010-2011
ps
Indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi DIYpada tahun 2011mencapai 149,85 dan mengalami kenaikan sebesar 5,18 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 142,47. Kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok tanaman pangan dan perkebunan rakyat dengan kenaikan sebesar 6,22 persen. Kenaikan pada kelompok tanaman pangan disumbang oleh komoditas tanaman padi yang meningkat 12,16 persen.Sementara, kelompok peternakan dan perikanan memiliki kenaikan yang terendah, masingmasing sebesar 2,15 persen dan 1,75 persen. Komoditas ternak besar mengalami penurunan nilai indeks sebesar 0,87 persen.
Perikanan
Sumber: BPS DIY
Tabel 15.3. Indeks Harga Yang Diterima (It), Indeks Harga Yang Dibayar (Ib) dan Nilai Tukar Petani (NTP) DIY , 2011 Bulan
It
Ib
NTP
Januari
143.46
125.97
113.89
Pebruari
143.92
125.88
114.33
Maret
142.93
126.08
113.37
April
143.48
125.44
114.38
Mei
143.61
125.56
114.38
Juni
144.47
126.25
114.43
Juli
146.18
126.83
115.26
Agustus
147.76
127.33
116.05
September
147.97
127.84
115.75
Oktober
149.31
127.87
116.77
Nopember
149.10
128.39
116.13
Desember
149.85
128.50
116.61
Sumber: BPS DIY
67
NNiillaaii TTuukkaarr PPeettaannii ddaallaam m bbeebbeerraappaa ppeerriiooddee tteerraakkhhiirr sseem maakkiinn m meenniinnggkkaatt,, sseehhiinnggggaa sseeccaarraa kkaassaarr m e n u n j u k k a n p e n i n g k a t a n k e s e j a h t e r a a n p e menunjukkan peningkatan kesejahteraan pettaannii
Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani juga dapat diukur dengan kedua indikator ini. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani yang berarti pula kesejahteraannya semakin meningkat. Kenaikan It yang lebih tinggi dari kenaikan Ib berakibat pada kenaikan NTP di DIY. Grafik 15.2. Nilai Tukar Petani di DIY, 2008-2011 (Persen) 120
108.87
o.
105.82
116.61
.g
100
113.70
id
110
Selama periode 2008-2011, NTP DIY menunjukkan pola yang semakin meningkat. Pada tahun 2011, angka NTP di DIY mencapai 116,61 persen atau mengalami kenaikan sebesar 2,91 persen dibanding tahun 2010 yang hanya sebesar 113,70 (2007=100). Peningkatan ini secara kasar menunjukkan kesejahteraan petani (diukur dengan daya beli) yang semakin meningkat.Peningkatan NTP tidak lepas dari peningkatan indeks yang diterima petani yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayarkan, artinya kenaikan nilai produksi masih lebih besar dibandingkan dengan nilai biaya produksi dan konsumsi yang dilakukan petani.
ps
90 80
ta .b
70 60 2009
2010
2011
ar
2008
yo
gy
ak
Sumber: BPS DIY
Tahukah Anda ?
ht
tp
://
Peningkatan NTP dari waktu ke waktu secara kasar menunjukkan kesejahteraan petani yang semakin meningkat.
68
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
POLA KONSUMSI PENDUDUK PPoollaa ppeennggeelluuaarraann rruum maahh ttaannggggaa//ppeenndduudduukk ddaarrii w waakkttuu kkee w waakkttuu ddiippeennggaarruuhhii oolleehh ppeennddaappaattaann yyaanngg ddiitteerriim maa ddaann ttiinnggkkaatt ppeerruubbaahhaann hhaarrggaa ((iinnffllaassii))
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
ps
.g
o.
id
PENGELUARAN RUMAH TANGGA Pengeluaran atau konsumsi penduduk/rumah tangga menjadi salah satu komponen permintaan terpenting yang menentukan aktivitas perekonomian di suatu wilayah. Pengeluaran rumah tangga juga menjadi salah satu indikator kesejahteraan, semakin meningkat pengeluaran penduduk secara rata-rata maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Pengeluaran penduduk/rumah tangga dibagi menjadi dua kategori, pengeluaan makanan dan non makanan. Pergeseran dalam pola pengeluaran terjadi seiring dengan peningkatan pendapatan, artinya ketika pendapatan meningkat maka porsi pengeluaran untuk makanan akan semakin menurun dan sebaliknya porsi pengeluaran untuk non makanan akan semakin meningkat. Tabel 16.1. Pengeluaran Perkapita Sebulan di DIY Selama tahun 2011, pengeluaran menurut Jenis, 2010-2011 (Rupiah) perkapita penduduk DIY tercatat sebesar Rp 625.044. Dibandingkan dengan tahun Pengeluaran sebelumnya yang mencapai Rp 553.966, Tahun Daerah Non Makanan Jumlah Makanan pengeluaran perkapita tahun 2011 meningkat 2010 Perkotaan (K) 270.886 385.305 656.191 sebesar 12,83 persen. Peningkatan ini didorong Perdesaan (D) 195.603 174.305 369.908 oleh peningkatan pengeluaran untuk kelompok K+D 244.003 309.963 553.966 makanan sebesar 13,25 persen dan kelompok 2011 Perkotaan (K) 302.958 399.829 702.787 non makanan sebesar 12,50 persen. Konsep Perdesaan (D) 223.946 248.219 472.165 pengeluaran dihitung dalam bentuk nominal K+D 276.322 348.722 625.044 atas dasar harga pasar yang berlaku, sehingga Perkotaan (K) 11,84 3,77 7,10 peningkatan dalam pengeluaran perkapita selain PertumPerdesaan (D) 14,49 42,40 27,64 disebabkan oleh peningkatan kuantitas juga buhan K+D 13,25 12,50 12,83 dipengaruhi oleh kenaikan harga barang dan jasa Sumber: BPS DIY kebutuhan rumah tangga (inflasi). Secara umum, pengeluaran perkapita penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan Grafik 16.1. Distribusi Persentase Pengeluaran Perkapita dengan pengeluaran penduduk perdesaan, menurut Daerah di DIY, 2010-2011 (Persen) sehingga tingkat kesejahteraan penduduk Makanan non Makanan perkotaan secara rata-rata lebih baik dibanding 100 penduduk perdesaan. Pada tahun 2011, 80 47.12 52.57 55.79 55.95 56.89 58.72 pengeluaran perkapita penduduk perkotaan 60 mencapai Rp 702.787 atau tumbuh 7,10 persen 40 52.88 47.43 44.21 44.05 43.11 41.28 20 dibandingkan dengan tahun 2010. Meskipun 0 dari sisi nominal pengeluaran perkapita Perkotaan Perdesaan K+D Perkotaan Perdesaan K+D penduduk perdesaan tahun 2011 hanya sebesar (K) (D) (K) (D) 2010 2011 Rp 472.165, namun dari sisi pertumbuhannya justru lebih tinggi yakni sebesar 27,64 persen. Tingginya pertumbuhan pengeluaran perkapita Sumber: BPS DIY penduduk perdesaan didorong oleh peningkatan pengeluaran kelompok non makanan yang mampu tumbuh sebesar 42,40 persen, terutama pengeluaran untuk pesta dan upacara. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
69
PPoollaa kkoonnssuum mssii ppeenndduudduukk DDIIYY tteellaahh m meennggaallaam mii ppeerrggeesseerraann,, ddiim maannaa ppoorrssii ppeennggeelluuaarraann uunnttuukk kkeelloom p o k n o n m a k a n a n s u d a h l e b i h t i n g g i mpok non makanan sudah lebih tinggi ddiissbbaannddiinngg ppeennggeelluuaarraann kkeelloom p o k m mpok maakkaannaann Sampai saat ini, porsi pengeluaran perkapita untuk kelompok makanan masih lebih rendah dibandingkan pengeluaran kelompok non makanan. Di tahun 2011, porsi pengeluaran makanan sebesar 44, 21 persen dari total konsumsi, sementara porsi pengeluaran non makanan sebesar 55,79 persen. Dari waktu ke waktu, porsi pengeluaran makanan semakin menurun, sementara porsi pengeluaran non makanan justru semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan hukum Engel yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan yang diterima atau semakin tinggi kekayaan seseorang maka bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk kelompok makanan (marginal propensive to consume/MPC) akan semakin menurun, sementara MPC untuk kelompok non makanan justru akan semakin meningkat. Hal ini terjadi karena permintaan komoditas non makanan cenderung lebih elastis dibandingkan dengan makanan.
9,22
5,79
0,20
0,40
0,25
Ika
1,10
1,64
1,23
Daging dan Hasilnya
1,53
1,91
1,62
Telur, Susu dan Hasilnya
3,15
3,47
3,23
Sayur-sayuran
2,38
4,65
2,92
Kacang-kacangan
1,27
2,62
1,59
Buah-buahan
2,27
2,27
2,27
Lemak dan Minyak
1,10
2,36
1,40
Bahan Minuman
1,91
3,34
2,25
Bumbu-bumbuan
0,51
0,88
0,60
Non Makanan Perumahan, Bahan Bakar, Penerangan dan Air Barang-barang dan Jasa Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala Barang Tahan Lama Pajak Pemakaian dan Premi Asuransi Keperluan Pesta dan Upacara Jumlah Sumber: Susenas, BPS DIY
gy 1,03
14,68
16,71
2,92
3,96
3,17
58,72
47,12
55,95
21,03
16,10
19,86
23,65
18,56
22,44
2,82
3,04
2,87
7,56
6,67
7,35
2,01
1,61
1,91
1,65
1,13
1,52
100
100
100
ht
Tembakau dan Sirih
1,48
17,35
://
0,89
Makanan dan Minuman Jadi
tp
Konsumsi Lainnya
id
o.
4,71
Umbi-umbian
.g
Padi-padian
ps
K+D 44,05
ta .b
D 52,88
ak
K 41,28
yo
Kelompok Makanan
Hukum Engel juga berlaku di semua wilayah baik perdesaan maupun perkotaan, meskipun dari sisi besarannya proporsi pengeluaran untuk kelompok makanan di perdesaan masih lebih tinggi dari perkotaan. Secara umum distribusi pengeluaran perkapita penduduk DIY yang terbesar digunakan untuk kelompok barang-barang dan jasa dengan porsi sebesar 22,44 persen. Kelompok ini terdiri dari pengeluaran untuk jasa pendidikan, kesehatan, rekreasi, transportasi, komunikasi dan keuangan.Di daerah perkotaan porsi kelompok ini mencapai 23,65 persen, sementara di daerah perdesaan mencapai 18,56 persen.
ar
Tabel 16.2. Pengeluaran Perkapita Sebulan di DIY menurut Jenis, 2010-2011 (Rupiah)
Komposisi terbesar berikutnya adalah pegeluaran kelompok perumahan, bahan bakar, penerangan dan air dengan proporsi 19,86 persen. Di daerah perkotaan porsinya sebesar 21,03 persen, sementara di daerah perdesaan sebesar 16,10 persen. Porsi terbesar selanjutnya secara berturutturut adalah pengeluaran untuk kelompok makanan dan minuman jadi (16,71 persen); kelompok barang tahan lama (7,35 persen); kelompok padipadian (5,79 persen). Besarnya porsi pengeluaran untuk makanan jadi dan minuman terkait dengan banyaknya rumah tangga yang melakukan indekost/ kontrak terutama para pelajar/mahasiswa.Pola konsumsi mereka cenderung memilih makanan yang sudah siap saji. Tahukah Anda ?
Proporsi pengeluaran perkapita penduduk DIY yang terbesar adalah pengeluaran untuk jasa pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi dan jasa lainnya (22,44 persen)
70
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
KKoonnssuum mssii eenneerrggii//kkaalloorrii ppeerrkkaappiittaa ppeerr hhaarrii ppeenndduudduukk DDIIYY ddaallaam m ssaattuu ddaassaaw s t a n d a a r r s a y a t n e g r a d k i h t i e r n t m u a k s a i n h b e r a d a d i b a w a h warsa terakhir masih berada dibawah standar yang ditentukan ((22..000000 kkiilloo kkaalloorrii))
KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN Tingkat kecukupan gizi yang diukur dari konsumsikalori dan protein menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Jumlah konsumsi kalori dan protein dihitung berdasarkanjumlah dari hasil kali antara kuantitas setiap makanan yangdikonsumsi dengan besarnya kandungan kalori dan proteindalam setiap makanan tersebut. Angka kecukupan konsumsienergi dan protein berdasarkan Widyakarya Pangan dan Gizi ke-8 tahun 2004 masing-masing sebesar 2.000 kkal dan 52 gram protein per kapita per hari.
ta .b
Grafik 16.2. Rata-rata Konsumsi Kalori Per Kapita Per Hari si di DIY, 2002-2011 (kilo kalori)
2050
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
Penurunan rata-rata konsumsi kalori selama sebesar 20 kkal (1,07 %) selama tahun 2011 dipengaruhi oleh penurunan kalori di sebagian besar kelompok makanan. Kalori per kapita per hari pada kelompokumbi-umbian turun sebesar 21,96 persen dan kelompok kacang-kacangan turun 8,98 persen. Hanya kelompok daging dan hasilnya, kelompok buahbuahan, kelompok bumbu-bumbuan dan kelompok makanan dan minuman jadi yang konsumsi kalori per kapita per hari meningkat masing-masing sebesar 4,04 persen, 4,00 persen, 20,39 persen dan 1,93 persen. Selama periode 2002-2011, rata-rata konsumsi kalori per kapita per hari di daerah perdesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini terjadi karena penduduk perkotaan cenderung mengkonsumsi makanan jadi.
ps
.g
o.
id
Rata-rata kalori yang dikonsumsi oleh penduduk DIY selama periode 2002-2011 cukup berfluktuasi dengan besaran antara 1.766 kkal sampai 1.915 kkal per kapita per hari. Jika mengacu pada standar kecukupan kebutuhan minimum energi yang sebesar 2.000 kkal per kapita per hari, maka rata-rata konsumsi kalori penduduk DIY masih di bawah standar yang ditentukan. Angka tertinggi yang pernah dicapai adalah 1.915 kkal per kapita per hari di tahun 2007. Setelah turun hingga 1.766 kkal di tahun 2008, rata-rata konsumsi kalori penduduk dalam tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan hingga menjadi 1.852 kkal di tahun 2010, meskipun kembali menurun menjadi 1.832 kkal per kapita per hari di tahun 2011.
Konsumsi protein di DIY selama periode 2002-2011 juga berfluktuasi. Namun demikian, dalam empat tahun terakhir polanya semakin meningkat, dari 49,56 gram menjadi 53,81 gram per kapita per hari. Jika mengacu pada kebutuhan minimum protein yang sebesar 50 gram, maka konsumsi protein penduduk DIY sudah melebihi standar yang ditentukan.
K 1,836
1900
D
K+D
1,915
1,904
1,766
1,803
1,852
1,832
1750 1600 1450 1300 1150 1000 2002
2005
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: BPS DIY
Grafik 16.3. Rata-rata Konsumsi Protein Per Kapita Per Hari yang di DIY, 2002-2011 (gram) K 66 60 54 48 42 36 30 24 18 12 6 0
55.30 50.76
51.04
2002
2005
2007
D 51.35
52.89
53.81
49.56
2008
2009
2010
2011
Sumber: BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
71
KKoonnssuum mssii pprrootteeiinn ppeerr kkaappiittaa ppeerr hhaarrii ppeenndduudduukk DDIIYY ddaallaam m lliim maa ttaahhuunn tteerraakkhhiirr ssuuddaahh m meelleebbiihhii ssttaannddaarr yyaanngg ddiitteennttuukkaa ((5500 ggrraam m)),, nnaam muunn uunnttuukk ppeenndduudduukk ppeerrddeessaaaann m maassiihh ddii bbaaw waahh ssttaannddaarr Selama tahun 2011, konsumsi protein penduduk DIY mencapai 53,81 gram perkapita per hari dan meningkat sebesar 0,92 gram dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berbeda dengan konsumsi energi yang cenderung lebih tinggi di daerah perdesaan, konsumsi protein penduduk perkotaan dalam beberapa tahun terakhir selalu lebih tinggi dari daerah perdesaan. Pada tahun 2011, konsumsi protein di daerah perkotaan mencapai 54,80 gram dan di daerah perdesaan mencapai 51,87 gram. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, konsumsi protein di daerah perkotaan dan perdesaan masing-masing meningkat 0,59 gram dan 1,37 gram. Tabel 16.3. Pangsa Konsumsi Kalori dan Protein Per Kapita Per Hari di DIY menurut Kelompok Makanan, 2011 (Persen)
Tabel 16.3. Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein Per Kapita Per Hari di DIY menurut Kelompok Makanan, 2010-2011 Kalori (kkal)
Kelompok Makanan
Protein (Gram)
Kalori
Protein
38,23
30,55
1,41
0,35
0,76
3,90
2,26
4,91
2011
2010
2011
Padi-padian
701
700
16,45
16,44
Umbi-umbian
Umbi-umbian
33
26
0,24
0,19
Ikan
Ikan
15
14
2,36
2,10
Daging dan Hasilnya
Daging dan Hasilnya
40
41
2,48
2,64
Telur, Susu dan Hasilnya
3,38
6,43
Telur, Susu dan Hasilnya
63
62
3,48
3,46
Sayur-sayuran
2,26
5,20
Sayur-sayuran
44
41
2,90
2,80
Kacang-kacangan
79
72
6,86
6,92
Kacang-kacangan
3,91
12,86
Buah-buahan
41
43
0,46
0,45
Buah-buahan
2,35
0,84
Lemak dan Minyak
211
201
0,49
0,43
10,98
0,80
Bahan Minuman
119
118
1,01
0,97
6,46
1,80
0,44
Bumbu-bumbuan
0,64
0,82
Makanan Jadi Jumlah
o.
.g
1,22
1,12
Konsumsi Lainnya
14,55
15,85
1.852
1.832
52,88
53,81
0,38
Makanan Jadi Jumlah
2,97
2,08
24,38
29,46
100
100
Sumber: Susenas, BPS DIY
tp
Sumber: Susenas, BPS DIY
ta .b
54 447
12
gy
Konsumsi Lainnya
ar
ak
60 438
10
://
Bumbu-bumbuan
Lemak dan Minyak Bahan Minuman
yo
Padi-padian
id
2010
ps
Kelompok Makanan
ht
Berdasarkan kelompok makanan, konsumsi kalori dan protein tertinggi berasal dari kelompok padi-padian dan makanan jadi. Selama tahun 2011, kedua kelompok tersebut memiliki pangsa sebesar 38,23 persen dan 24,38 persen dari total konsumsi kalori penduduk DIY. Sementara pangsa protein kedua kelompok tersebut masing-masing mencapai 30,55 persen dan 29,46 persen dan diikuti oleh kelompok kacang-kacangan dengan porsi 12,86 persen. Porsi konsumsi kalori dan protein yang berasal dari kelompok buah-buahan, umbi-umbian, kelompok ikan dan kelompok daging masih cukup rendah sehingga pemerintah perlu mendorong upaya peningkatan konsumsi energi dan protein dari kelompokkelompok makanan tersebut.
Tahukah Anda ? Konsumsi kalori per hari penduduk DIY masih di bawah standar yang ketentuan sebesar 2000 kilo kalori, sementara konsumsi protein sudah memenuhi standar yang ditentukan sebesar 50 gram per hari.
72
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PERDAGANGAN NNiillaaii eekkssppoorr kkoom mooddiittaass aassaarrll DDIIYY ddaallaam m dduuaa ttaahhuunn tteerraakkhhiirr sseem maakkiinn m meenniinnggkkaatt,, nnaam muunn ddaarrii ssiissii vvoolluum mee jjuussttrruu sseem maakkiinn m meennuurruunn Terjaminnya ketersediaan berbagai komoditas kebutuhan masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga. Untuk menjaga stabilitas perdagangan, baik perdagangan dalam negeri maupun luar negeri, perlu adanya aktivitas perdagangan yang mencakup diantaranya adalah ekspor dan impor beberapa komoditas barang untuk kebutuhan masyarakat di DIY. Data ekspor dan impor luar negeri dicatat oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY.
Nilai (Juta US$)
Volume (Ribu Ton)
200 160 125.56
40.58
o.
36.62
30.7
34.53
2009
2010
2007
2008
ar
PangsaVolume Ekspor Tujuan, 2011 (Persen)
ak
gy
yo
2011
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan KoperasiDIY
Grafik 17.2.
DIY
menurut
Australia, (6.94)
Asia, (26.58)
Lainnya, (11.21)
Uni Eropa, (43.19)
Amerika Serikat dan Kanada, (12.07)
://
ht
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
26.67
.g
40
tp
Berdasarkan volumenya, komoditas asal DIY selama tahun 2011 sebagian besar diekspor ke negara-negara Uni Eropa dengan porsi 43,19 persen. Dari sisi nilai ekspor, pangsa ke negara Uni Eropa hanya sebesar 32,16 persen. Negara-negara Uni Eropa tujuan utama ekspor komoditas asal DIY terdiri dari Jerman, Perancis, Inggris dengan pangsa nilai ekspor masing-masing mencapai 14,16 persen; 3,38 persen dan 3,15 persen. Dibandingkan dengan tahun 2010, nilai ekspor di beberapa negara Eropa seperti Jerman, Turki dan belanda mengalami peningkatan sebesar 28,94 persen; 36,21 persen dan 9,60 persen. Sementara nilai ekspor di kebanyakan negara lainnya seperti Perancis, Inggris, Belgia, Spanyol, Italia dan Portugal justru menurun sebagai akibat pengaruh krisis finansial yang masih terus terjadi.
144.41
108.7
80
0
140.23
130.25
id
120
ta .b
Pengaruh tersebut juga sangat terlihat jelas dari sisi nilei ekspor yang melorot tajam hingga menjadi US$ 108,7 juta di tahun 2009. Namun demikian, dalam dua tahun terakhir nilai ekspor komoditas asal DIY meningkat menjadi US$ US$ 140,23 juta di tahun 2010 dan 144,41 juta di tahun 2011. Peningkatan nilai ekspor ini lebih disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga dan menguatnya nilai mata uang, karena dari sisi volume justru menurun.Sebagai catatan, nilai ekspor dihitung atas dasar harga pasar yang berlaku.
Grafik 17.1. Volume dan Nilai Ekspor DIY, 2007-2011
ps
Kinerja ekspor luar negeri komoditas asal DIY dalam lima tahun terakhir cukup berfluktuasi. Dari sisi volume ada kecenderungan semakin menurun dari 36,62 ribu ton di tahun 2007 menjadi 26,67 ribu ton di tahun 2011. Krisis finansial yang melanda beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa sejak akhir tahun 2007 sangat berpengaruh terhadap penurunan volume ekspor komoditas asal DIY.
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan KoperasiDIY
Grafik 17.3. Pangsa Nilai Ekspor DIY menurut Tujuan, 2011 (Persen)
Uni Eropa, (32.16)
Australia, (2.06)
Asia, (25.72) Amerika Serikat dan Kanada, (32.48)
Lainnya, (7.53)
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan KoperasiDIY
73
NNeeggaarraa--nneeggaarraa ttuujjuuaann eekkssppoorr uuttaam maa kkoom mooddiittaass aassaall DDIIYY aaddaallaahh AAm meerriikkaa SSeerriikkaatt,, JJeerrm maann,, KKoorreeaaSSeellaattaann,, JJeeppaanngg,, IInnddiiaa,, PPeerraanncciiss ddaann IInnggggrriiss
Nilai
Pertumbu han Nilai
3,05
44,60
11,44
30,88
-5,57
Jerman
2,38
20,45
8,92
14,16
28,94
Korea Selatan
2,09
12,81
7,84
8,87
20,06
Jepang
2,48
10,99
9,30
7,61
16,42
India
0,37
5,60
1,39
3,88
33,33
Perancis
2,44
4,88
9,15
3,38
-8,10
Inggris
0,50
4,55
1,87
3,15
-16,67
Turki
0,91
4,10
3,41
2,84
36,21
China
0,35
3,95
1,31
2,74
125,71
Belanda
1,75
3,88
6,56
2,69
9,60
Belgia
1,75
2,98
6,56
2,06
-1,32
Australia
1,85
2,97
6,94
2,06
17,86
Spanyol
0,96
2,96
3,60
2,05
-12,43
Italia
0,50
2,48
1,87
1,72
-29,94
Kanada
0,17
2,30
0,64
1,59
7,98
Thailand
0,86
1,22
3,22
0,84
-22,78
Uni Emirat Arab
0,56
1,09
2,10
0,75
-35,12
Malaysia
0,25
0,85
0,94
0,59
Iran
0,13
0,63
0,49
0,44
Portugal
0,33
0,16
1,24
0,11
Lainnya
2,99
10,87
11,21
7,53
3,13
26,67 144,41
100
100
1,21
ak -53,55 -49,60
gy
yo
://
Jumlah
-92,34
tp
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan KoperasiDIY
Meskipun dari sisi volume pangsa ekspor ke Amerika Serikat dan Kanada hanya sebesar 12,07 persen, namun pangsa nilainya mencapai 32,48 persen. Rinciannya adalah Amerika Serikat 30,88 persen dan Kanada 1,59 persen. Pangsa nilai ekspor ke Amerika Serikat masih menjadi yang terbesar, meskipun mengalami penurunan sebesar 5,57 persen dibandingkan dengan tahun 2010.
ar
Amerika Serikat
id
Volume
o.
Distribusi
.g
Volume Nilai (000 (US$ Ton) Juta)
ps
Negara Tujuan
Pangsa volume ekspor ke negara-negara di Asia selama 2011 mencapai 26,58 persen, sementara pangsa nilainya mencapai 25,72 persen. Negara-negara Asia tujuan ekspor utama komoditas asal DIY adalah Korea Selatan, Jepang, India, China dan Thailand dengan pangsa nilai ekspor masing-masing negara sebesar 8,87 persen; 7,61 persen; 2,88 persen; 2,74 persen dan 0,84 persen. Hal yang cukup menarik adalah nilai ekspor ke negara-negara Asia justru lebih meningkat dibandingkan dengan tahun 2010.Secara berturut-turut peningkatan nilai ekspor terjadi di Korea Selatan (20,06 %), Jepang (16,42 %), India (33,33 %) dan China (125,71 %). Hal ini mengindikasikan kawasan Asia Timur menjadi pasar alternatif yang cukup potensial bagi pengembangan komoditas ekspor asal DIY.
ta .b
Tabel 17.1. Volume dan Nilai Ekspor DIY Berdasarkan Negara Tujuan, 2011 (Juta US$)
ht
Beberapa komoditas ekspor unggulan DIY berdasarkan nilai ekspornya adalah tekstil dan pakaian jadi dengan pangsa sebesar 32,59 persen. Berikutnya secara berturut-turut adalah komoditas sarung tangan kulit, mebel kayu dan karung tangan sintetis dengan pangsa nilai ekspor masing-masing sebesar 15,06 persen; 11,34 persen; dan 11,22 persen. Komoditas yang lainnya memiliki pangsa di bawah 5 persen. Tahukah Anda ? Komoditas ekspor unggulan DIY adalah tekstil dan pakaian jadi, sarung tangan kulit dan sintetis serta mebel kayu
Perkembangan kegiatan impor di DIY relatif sulit dicatat dengan kondisi sebenarnya.Hal ini disebabkan oleh pelabuhan bongkar dan pelaku impor umumnya berada di luar DIY.Disamping itu, tidak semua importir melaporkan realisasi impornya, sehingga yang tercatat adalah realisasi dari importir yang secara rutin melaporkan ke Dinas Perindagkop DIY. Meskipun demikian, dapat dipastikan bahwa barang yang diimpor dari luar negeri semuanya merupakan bahan baku produksi, bukan barang konsumtif. Barang-barang tersebut diantaranya adalah tekstil, bahan baku susu, kulit disamak, mesin, kapas, label dan asesoris garmen. 74
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
IIm mppoorr lluuaarr nneeggeerrii DDIIYY ddiillaakkuukkaann uunnttuukk m meennccuukkuuppii kkeebbuuttuuhhaann bbaahhaann bbaakkuu iinndduussttrrii,, tteerruuttaam maatteekkssttiill,, kkuulliitt ssiinntteettiiss,, kkaappaass,, aakksseessoorriiss ddaann bbaahhaann bbaakkuu ssuussuu
Tabel 17.2. Nilai Impor DIY menurut Negara Asal, 2011 (US$ juta) Nilai (Juta US$)
Kontribusi
Perubahan
57,57
75,77
704,05
Korea Selatan
7,02
9,24
22,73
Hongkong
1,80
2,37
-24,69
Taiwan
2,55
3,36
-26,30
Amerika Serikat
2,23
2,93
725,93
Jepang
0,75
0,99
-60,53
Malaysia
0,17
0,22
-75,00
0,09
0,12
-64,00
0,11
0,14
-82,26
Negara
id
China
Singapura
ps
Jumlah
.g
Lainnya
o.
Vietnam
3,69
4,86
60,43
75,98
100,00
192,79
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi DIY
ta .b
Pada tahun 2011, realisasi impor DIY mencapai US$ 75,98 juta dan mengalami peningkatan yang sangat besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 25,95 juta. Peningkatan nilai impor tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nilai impor dari beberapa negara seperti China yang meningkat 704,05 persen, Amerika Serikat meningkat sebesar 725,93 persen dan Korea Selatan meningkat 22,73 persen. Sementara, nilai impor komoditas dari beberapa negara lainnya justru semakin menurun. Penurunan nilai impor yang tertinggi berasal dari negara-negara Asia seperti Vietnam, Malaysia, Singapura, Jepang, Taiwan dan Hongkong dengan penurunan di atas 20 persen. Meskipun demikian, pangsa nilai impor dari negara-negara tersebut relatif kecil dibandingkan dengan China dan Korea Selatan.
tp
://
yo
gy
ak
ar
Berdasarkan distribusi persentase nilai impor, komoditas impor asal negara China menguasai pasar impor DIY dengan total nilai sebesat US$ 57,57 juta atau memiliki porsi sebesar 75,77 persen dari total nilai impor DIY. Urutan selanjutnya adalah impor komoditas asal Korea Selatan, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat dengan porsi masing-masing mencapai 9,24 persen; 2,37 persen 3,36 persen dan 2,93 persen. Ekspansi barang impor dari China di pasar DIY sangat besar dan hal ini disebabkan oleh daya saing produk yang lebih tinggi, antara lain dengan menawarkan harga yang lebih murah. Tahukah Anda ?
ht
Impor utama ke DIY berasal dari China dengan nilai mencapai US$ 57,57 juta dan sebagian besar merupakan komoditas bahan baku industri seperti tekstil, bahan baku susu, kulit, kapas dan aksesoris garmen.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
75
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KKiinneerrjjaa ppeerreekkoonnoom miiaann DDIIYY yyaanngg ddiiuukkuurr ddeennggaann ppeerrttuum mbbuuhhaann eekkoonnoom mii m e a n s u n j u k k a n t r e n y a n g s e m a k i n m e n i n g k a t , m e s k i p u n l e v e l n y a b e r f l u k t u menunjukkan tren yang semakin meningkat, meskipun levelnya berfluktuasii Tabel 18.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan DIY 2000-2011 (Rp Triliun) 60
ADHB
50
45.63 38.10
40 29.42
30 20 13.48 15.23
17.52
19.61
22.02
Pola perkembangan PDRB DIY dalam satu dasa warsa terakhir menunjukkan tren yang semakin meningkat. Atas dasar harga berlaku, PDRB meningkat dari Rp 13,48 triliun di tahun 2000 menjadi Rp 51,78 triliun di tahun 2011, sementar atas dasar harga konstan tahun 2000 PDRB meningkat menjadi Rp 22,13 triliun di tahun 2011. Selama periode 2000-2011, ratarata setiap tahun kinerja perekonomian DIY meningkat sebesar 4,61 persen.
51.78
ADHK 41.41
32.92 22.13
25.34
10
id
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
0
Laju pertumbuhan ekonomi DIY cukup berfluktuasi dengan besaran antara 3,7 sampai 5,2 persen. Setelah mengalami kontraksi yang cukup besar di tahun 1998, secara bertahap perekonomian DIY mulai pulih yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 5,12 persen di tahun 2004. Meskipun masih tumbuh positif, perekonomian DIY mengalami perlambatan dan hanya mampu tumbuh sebesar 3,7 persen di tahun 2006 sebagai imbas dari kenaikan harga BBM di akhir tahun 2005 dan dampak bencana gempa bumi yang melanda DIY pada bulan Mei 2006. Selama tahun 2009, perekonomian juga mengalami perlambatan dari 5,03 persen menjadi 4,43 persen sebagai imbas dari krisis finansial yang melanda beberapa negara tujuan ekspor terutama Amerika Serikat dan Eropa. Selama tahun 2010 dan 2011 perekonomian kembali membaik yang ditandai oleh laju pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 4,88 persen dan 5,16 persen.
o.
Sumber: BPS DIY
.g
Tabel 18.2. Pola Pertumbuhan Ekonomi DIY, 2000-2011
ta .b
ps
6
5 4.50 4.58
4.88 4.43
4.31
ak
4.26
5.16
5.03
4.73
ar
5.12
4
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI
3.70
gy
3
yo
2
://
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
ht
tp
Sumber: BPS DIY
Tabel 18.1. PDRB DIY, andil dan Pertumbuhan, 2011 (Rp Miliar) Sektor
ADHB
ADHK
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
7.371 362 7.434 676 5.581
3.556 157 2.983 201 2.188
Pertum Andil buhan -2,12 14,23 11,96 0,70 6,79 14,36 4,26 1,31 7,23 10,78
10.247
4.611
5,19 19,79
4.573
2.431
8,00
8,83
5.158
2.185
7,95
9,96
10.381 3.818 51.782 22.130
6,47 20,05 5,16 100
Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,16 persen didorong oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan yang mencapai11,96 persen sebagai akibat dari semakin tingginya permintaan barang-barang industri, terutama industri pendukung pariwisata seperti makanan khas Jogja, serta batik dan kerajinan lainnya.
Sumber: BPS DIY
76
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
SSttrruukkttuurr ppeerreekkoonnoom miiaann DDIIYY ddiiddoom miinnaassii oolleehh sseekkttoorr tteerrssiieerr,, tteerruuttaam maa sseekkttoorr jjaassaa--jjaassaa ddaann sseekkttoorr ppeerrddaaggaannggaann,, hhootteell ddaann rreessttoorraann
Sektor lainnya yang juga turut mendorong pertumbuhan selama tahun 2011 adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (8,0 %); sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan (7,95 %); dan sektor kosntruksi (7,23 %). Di sisi lain, sektor pertanian justru mengalami kontraksi sebesar 2,12 persen sebagai akibat penurunan nilai tambah sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 3,8 persen.
STRUKTUR EKONOMI Tabel 18.2. Distribusi Persentase PDRB DIY menurut Lapangan Usaha, 2000-2011 Sektor
2000
Pertanian
20,56 15,75 14,56 14,23
id
Pertambangan & Penggalian
o.
Industri Pengolahan
ak
gy
2011
0,67
0,70
16,07 14,16 14,02 14,36
Konstruksi
6,99
8,80 10,59 10,78
ps
.g
1,30
1,33
1,31
19,53 19,21 19,74 19,79
Pengangkutan & Komunikasi
8,55 10,22
9,03
8,83
Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan
8,71
9,98
9,96
Jasa-Jasa PDRB
9,95
17,98 19,81 20,07 20,05 100
100
100
100
Sumber: BPS DIY
tp
://
yo
0,78
2010
0,74
Perdagangan, Hotel & Restoran
ar
Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki sumbangan terbesar kedua dengan andil sebesar 19,79 persen. Sebagai salah satu daerah destinasipariwisata di Indonesia, DIY memiliki potensi wisata baik alam maupun budaya yang sangat besar untuk memacu pengembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan cara meningkatkan volume dan kualitas kunjungan wisata.
0,87
2005
Listrik, Gas & Air Bersih
ta .b
Struktur perekonomian DIY sampai tahun 2011 didominasi oleh empat lapangan usaha, yakni sektor jasa-jasa; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri pengolahan; dan sektor pertanian. Sektor jasa-jasa memberi sumbangan terbesar dalam struktur PDRB DIY tahun 2011dengan andil sebesar 20,05 persen. Sektor ini didominasi oleh sub sektor jasa pemerintahan umum, sehingga besarnya peranan sektor jasa-jasa juga menunjukkan peran dan kinerja pemerintahan yang semakin besar.
ht
Sumbangan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian juga cukup dominan dengan andil masing-masing sebesar 14,36 persen dan 14,23 persen. Berdasarkan data series dalam satu dasa warsa terakhir, peranan sektor pertanian dalam perekonomian menunjukkan tren yang semakin menurun dari 20,56 persen di tahun 2000 menjadi 14,23 persen di tahun 2011. Sementara, peranan sektor industri pengolahan juga menunjukkan pola yang semakin menurun, meskipun dalam tujuh tahun terakhir relatif stagnan dengan andil sekitar 14 persen. Penyebabnya adalah laju pertumbuhan sektor industri pengolahan yang cenderung lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor jasa-jasa. Fenomena industrialisasi yang digagas sejak akhir periode 70’an kurang menunjukkan hasil yang signifikan, karena dari sisi nilai tambah maupun dalam menyerap tenaga kerja justru mengalami stagnasi. Sektor perekonomian yang mengalami peningkatan andil adalah sektor jasa-jasa; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; dan keuangan, real estat dan jasa perusahaan.Hal ini menunjukkan perubahan struktural dalam perekonomian di DIY lebih bergeser dari sektor agraris (sektor primer) menuju sektor jasa-jasa (tersier). Tahukah Anda ? Struktur perekonomian DIY lebih didominasi oleh sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
77
PPDDRRBB ppeerrkkaappiittaa aattaass ddaassaarr hhaarrggaa kkoonnssttaann ((rriiill)) ddaallaam m ssaattuu ddaassaa w waarrssaa tteerraakkhhiirr sseem r a k e t s a e j a h t e a k i n m e n i n g k a t , s e h i n g g a s e c a r a r a t a makin meningkat, sehingga secara rata-rata kesejahterraaaann ppeenndduudduukk DDIIYY jjuuggaa sseem maakkiinn m meenniinnggkkaatt
PDRB PER KAPITA PDRB perkapita yang dihitung dari nilai PDRB dibagi dengan jumlah penduduk menjadi salah satu ukuran kesejahteraan penduduk di suatau wilayah. Semakin tinggi nilai PDRB perkapita di suatu wilayah maka mencerminkan tingkat kesejahteraan secara rata-rata yang semakin tinggi pula. Meskipun demikian, indikator ini memiliki kelemahan karena masih mengandung pajak tak langsung, penyusutan dan transfer faktor produksi antar wilayah. Tabel 18.3. PDRB Perkapita DIY per Tahun menurut ADHB dan ADHK, 2000-2011 (Rp juta) 14.85 13.20
14 12.08
ar
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
2
gy
ak
Sumber: BPS DIY
yo
Tabel 18.3. PDRB Perkapita DIY per Tahun menurut ADHB dan ADHK, 2000-2011 (Rp juta)
://
5.00
ht
tp
4.00
2.64
3.00
2.94
4.63 3.98
3.18 3.18
2.18 1.95 2.08
2.00 1.00
1.62 1.30
1.53 1.52 1.46 1.58 1.63 1.60 1.54 1.20 1.36
1.83 1.98
0.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber: BPS DIY
o.
6.76
6.09 6.35 5.66 5.86 5.49 5.27 5.44 5.14 4.95 4.82 4.45 4.60 4.76 5 4.32 6.08
.g
7.70
8
ps
9.80
8.85
ta .b
11
id
11.23
Perkembangan PDRB perkapita dalam satu dasa warsa terakhir juga semakin meningkat.Pada tahun 2000 PDRB per kapita DIY atas dasar harga pasar yang berlaku mencapai Rp 4,32 juta per tahun dan terus meningkat hingga menjadi Rp 14,85 juta per tahun di tahun 2011. Namun demikian, angka tersebut masih mengandung unsur perubahan harga (inflasi/deflasi). Secara riil atau atas dasar harga konstan tahun 2000, nilai PDRB perkapita DIY meningkat secara bertahap hingga mencapai lecel 6,35 juta per tahun. Secara kasar, fakta ini menunjukkan adanya perbaikan kesejahteraan penduduk secara rata-rata di DIY selama satu dasa warsa terakhir. Apabila dinilai dalam satuan US Dolar, maka nilai PDRB perkapita baik atas dasar harga pasar yang berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 sedikit lebih berfluktuasi, meskipun secara tren semakin meningkat. Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh nilai kurs mata uang Rupiah terhadap US Dolar. Secara riil PDRB perkapita DIY tahun 2001 tercatat sebesar US$ 1,20 per hari dan secara bertahap meningkat menjadi US$ 1,98 per hari di tahun 2011. Selama tahun 2005 dan 2009 terjadi sedikit penurunan sebagai dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah (depresiasi) terhadap dolar Amerika Serikat.
Tahukah Anda ? PDRB perkapita DIY tahun 2011 mencapai Rp 14,85 juta per tahun atau senilai dengan US$ 4,63 per hari.
78
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
PERBANDINGAN REGIONAL Kontribusi DIY dalam perekonomian nasional masih sangat kecil, hanya 0,86 persen dan berada di peringkat kedua puluh
PDRB
Tabel 19.1. PDRB Provinsi-provinsi di Pulau Jawa, 2011 (Rp Triliun)
Dibandingkan dengan lima provinsi lainnya di Pulau Jawa, nilai PDRB DIY tahun 2011 baik atas dasar harga pasar yang berlaku maupun atas harga konstan berada di posisi yang terendah. Kontribusi PDRB DIY terhadap total PDRB 33 provinsi (PDB nasional) atas dasar harga pasar yang berlaku hanya sebesar 0,86 persen. Dibandingkan dengan andil tahun 2010 yang mencapai 0,86 persen,andil tahun 2011 relatif tetap. Peringkat PDRB DIY berada diurutan ke dua puluh setelah Provinsi Jambi dan di atas Provinsi Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Posisi ini tidak berubah dibandingkan dengan posisi tahun 2010.
PDRB
Provinsi
Peringkat Kontrib ADHK Nasional usi (%)
DKI Jakarta
977,40
422,16
1
16,32
Jawa Barat
824,09
343,11
3
14,30
Banten
192,22
94,22
8
3,19
JawaTengah
440,81
198,23
4
8,28
51,78
22,13
20
0,86
Jawa Timur
880,08
366,98
2
14,68
33 Provinsi
id
ADHB
DI Yogyakarta
o.
ps
.g
Sumber: BPS
5 504,87 2 363,34
tp
PDRB PER KAPITA
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Kontribusi PDRB seluruh provinsi di Pulau Jawa terhadap total PDRB 33 provinsi (PDB nasional) mencapai 57,62 persen dan sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 58,07 persen. Hal ini menunjukkan kegiatan perekonomian masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, meskipun secara bertahap levelnya semakin berkurang. Kontribusi PDRB DIY masih sangat rendah dan dari sisi level pertumbuhannya juga menjadi yang terendah. Secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa mencapai 6,64 persen, sementara di level DIY hanya 5,16 persen. Hal ini terkait dengan luas wilayah yang relatif lebih sempit dan jumlah penduduk yang relatif lebih rendah maupun ketiadaan kawasan perekonomian/industri yang berskala besar. Kegiatan perekonomian DIY masih berorientasi pada sektor jasa terutama jasa pendidikan dan kegiatan jasa yang berbasis pariwisata dan kebudayaan dan masih bertumbu pada usaha mikro, kecil dan menengah.
ht
Perbandingan nilai PDRB perkapita atas dasar harga pasar antar provinsi di Pulau Jawa menunjukkan masih terdapat gap yang sangan lebar antara PDRB perkapita DKI Jakarta dengan lima provinsi yang lainnya. Pada tahun 2011, PDRB Provinsi DKI Jakarta mencapai Rp 100,99 juta per tahun. Sementara PDRB perkapita provinsi lainnya masih berada di bawah Rp 24 juta per tahun. Secara berturut-turut urutannya adalah Jawa Timur (Rp 23,46 juta); Jawa Barat (Rp 19,65 juta); Banten (Rp 17,6 juta); dan DIY (Rp 14,85 juta). Semua provinsi di Pulau Jawa mengalami kenaikan PDRB perkapita yang cukup signifikan selama periode 2007-2011.
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Grafik 19.1. PDRB Perkapita Provinsi-provinsi Pulau Jawa, 2007-2011 (Rp Juta) DKI Jakarta
Jabar
Banten
2007
2008
2009
Jateng
DIY
Jatim
120 100 80 60 40 20 0 2010
2011
Sumber: BPS
79
di
Kualitas pembangunan manusia DIY yang diukur dari nilai IPM berada di peringkat keempat secara nasional dan dimensi kesehatan menjadi keunggulan DIY Berdasarkan peringkat secara nasional, PDRB perkapita DIY atas dasar harga pasar tahun 2011 berada di urutan berada ke-25 dan berada diantara Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. PDRB per kapita tertinggi dari 33 provinsi dicapai oleh Provinsi Kalimantan Timur (Rp 105,85 juta) dan terendah dicapai oleh Provinsi Maluku Utara (Rp 5,70 juta). DKI Jakarta yang menduduki peringkat pertama di Pulau Jawa dengan PDRB perkapita sebesarRp 100,99 juta rupiah menduduki peringkat kedua secara nasional dan berada satu peringkat di bawah Kalimantan Timur.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Tabel 19.2. IPM 33 Provinsi di Indonesia, 2010
Provinsi
Angka Melek Huruf (%)
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Kep. Babel Kep. Riau DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Banten Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papbar Papua Indonesia
68,70 69,50 69,50 71,40 69,10 69,60 69,90 69,50 68,90 69,80 73,20 68,20 71,40 73,22 69,60 64,90 70,72 62,11 67,50 66,60 71,20 63,81 71,20 72,22 66,60 70,00 67,80 66,81 67,80 67,40 66,01 68,51 68,60 69,43
96,88 97,32 97,09 98,35 96,07 97,36 95,30 94,64 95,69 97,19 99,13 96,18 89,95 90,84 88,34 96,20 88,40 81,05 88,59 90,26 97,78 95,94 97,05 99,45 96,08 87,75 91,85 96,00 88,48 98,14 96,08 93,19 75,60 92,91
Sumber: BPS
Ket. PPP: Pengeluaran Perkapita yang Telah Disesuaikan
80
ht
tp
://
yo
gy
o.
.g
ps
ta .b
ak
71,70 74,19 73,78 76,07 72,74 72,95 72,92 71,42 72,86 75,07 77,60 72,29 72,49 75,77 71,62 70,48 72,28 65,20 67,26 69,15 74,64 69,92 75,56 76,09 71,14 71,62 70,00 70,28 69,64 71,42 69,03 69,15 64,94 72,27
id
IPM
Secara nasional, IPM DIY tahun 2011 yang mencapai 75,77 menduduki peringkat keempat setelah Provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Riau. Keunggulan DIY terletak pada lamanya ratarata usia harapan hidup penduduk saat lahir yang merepresentasikan indikator kesehatan. Ratarata usia harapan hidup DIY menjadi yang tertinggi secara nasional dan yang menunjukkan bahwa tingkat kesehatan penduduk DIY relatif lebih baik dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Seperti yang sudah diuraikan pada Bab 7, angka harapan hidup yang tinggi didukung oleh sarana dan prasarana kesehatan masyarakat yang memadai dan aksesibilitasnya tinggi. Selain itu, tingkat keamanan dan kenyamanan berdomisili di DIY cukup tinggi, terbukti dengan tingginyapreferensi penduduk untuk menghabiskan masa tuanya di DIY.
ar
Ratarata PPP (Ribu Lama Rp/bln) Sekolah (Tahun) 8,81 611,42 8,85 636,33 8,48 635,29 8,58 646,63 7,84 633,67 7,82 629,38 8,25 628,51 7,75 618,63 7,45 641,51 9,16 643,00 10,93 628,67 8,02 632,22 7,24 637,27 9,07 646,56 7,24 643,60 8,32 629,70 8,21 634,67 6,77 639,89 6,99 603,75 6,82 631,65 8,03 636,47 7,65 637,46 8,87 642,51 8,89 634,88 8,00 629,30 7,84 636,60 8,11 616,99 7,38 622,92 7,11 631,76 8,76 614,01 8,63 600,20 8,21 596,08 6,66 606,38 7,92 633,64
Angka Harapan Hidup (Tahun)
Angka melek huruf di DIY yang sebesar 90,84 persen terletak pada peringkat ke-23 sesudah Sulawesi Tenggara. Peringkat pertama diraih oleh DKI Jakarta yang mencapai 99,13 persen. Meskipun demikian, dari sisi rata-rata lama sekolah penduduk DIY (9,07 tahun)berada di peringkat ketiga sesudah DKI Jakarta (10,93 tahun) dan Kepulauan Riau (9,16 tahun). Pada aspek ekonomi, DIY menduduki peringkat ke-2 sesudah Riau, yakni memiliki pengeluaran per kapita yang disesuaikan sebesar 646,56 ribu rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat DIY cukup tinggi, sehingga diperkirakan kebutuhan untuk hidup di DIY masih dapat dipenuhi. Itulah sebabnya, tingkat kemiskinan di DIY masih lebih rendah dibandingkan tingkat kemiskinan nasional. Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
id
o.
.g
ps
ta .b
ar
ak
gy
yo
://
tp
ht
LAMPIRAN
81
id o. .g ps ta .b ar
ht
tp
://
yo
gy
ak
Halaman ini sengaja dikosongkan
Tabel 1.
Luas Wilayah, Ketinggian, dan Jarak Lurus ke Ibukota Provinsi menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta
Kabupaten/Kota
Ibukota
Luas Wilayah (km2)
Persentase Luas
Ketinggian (m)
Jarak Lurus (km)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Wates
586,27
18,40
50
22
2. Bantul
Bantul
506,85
15,91
45
12
3. Gunungkidul
Wonosari
1.485,36
46,63
185
30
4. Sleman
Sleman
574,82
18,04
145
9
5. Yogyakarta
Yogyakarta
32,50
1,02
75
2
Yogyakarta
3.185,80
o.
.g
100,00
ps
D.I. Yogyakarta
id
1. Kulonprogo
ar
ta .b
Sumber : Badan Pertanahan Nasional D.I. Yogyakarta
gy
ak
Tabel 2. Jumlah Desa di D.I. Yogyakarta menurut Kabupaten/Kota dan Letak Geografis, 2011
Pesisir
ht
(1)
tp
://
yo
Kabupaten/Kota
1. Kulonprogo
(2)
Bukan Pesisir
Lembah/ Daerah Aliran Sungai
Punggung
(3)
(4)
Lereng/
Jumlah Dataran
Bukit (5)
(6)
10
-
22
56
88
5
-
11
59
75
18
-
56
70
144
4. Sleman
-
-
11
75
86
5. Yogyakarta
-
-
-
45
45
33
-
100
305
438
2. Bantul 3. Gunungkidul
D.I. Yogyakarta
Sumber : Statistik Podes DIY 2011, Badan Pusat Statistik
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
83
Tabel 3. Komposisi Anggota DPRD menurut Fraksi dan Komisi di D.I. Yogyakarta, 2011 Komisi A B C Pemerin- Perekonomian Pemba/Keuangan tahan ngunan
Pimpinan Dewan
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. PDI-P
2
3
3
2
1
11
2. PAN
1
2
2
2
1
8
3. Partai Golkar
1
1
2
2
1
7
4. PKB
1
1
2
1
-
5
5. PKS
1
2
2
2
-
7
6. Partai Demokrat
2
2
2
3
1
10
7. FPNPI Raya
2
1
2
2
-
7
10
12
14
4
55
Jumlah
: Sekretariat DPRD D.I. Yogyakarta
o.
.g
15
ak
ar
Sumber
id
(2)
ta .b
(1)
D Kesra
ps
Fraksi
yo
gy
Tabel 4. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah menurut Daerah Penempatan dan Jenis Kelamin di D.I. Yogyakarta, 2011 Laki-laki
Daerah Penempatan
tp
://
Jumlah
ht
(1)
Jumlah
%
(5)
(6)
(7)
%
Jumlah
%
(3)
(4)
1. Kulonprogo
5.334
51,86
4.952
48,14
10.286
100,00
2. Bantul
7.076
49,37
7.258
50,63
14.334
100,00
3. Gunungkidul
7.744
58,64
5.463
41,36
13.207
100,00
12.314
53,61
10.654
46,39
22.968
100,00
5. Yogyakarta
9.529
54,81
7.855
45,19
17.384
100,00
6. Provinsi DIY
5.649
61,39
3.553
38,61
9.202
100,00
Jumlah
47.646
54,53
39.735
45,47
87.381
100,00
4. Sleman
Sumber
84
(2)
Perempuan
: Badan Kepegawaian Negara Regional I, Jawa Tengah dan DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tabel 5.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Pemerintah D.I. Yogyakarta, 2010-2011 (Rp 000) Rincian
2010
2011
(2)
(3)
621.738.060 526.658.538 35.839.076 25.376.334 33.864.112 615.334.816 76.479.469 527.471.247 11.384.100 4.056.726 4.056.726 1.241.129.602 793.215.967 357.054.577 19.464 79.964.292 94.390.428 195.720.206
700.339.192 592.498.872 37.709.418 30.557.391 39.573.511 714.542.343 74.240.415 620.812.328 19.489.600 4.593.565 4.593.565 1.419.475.100 849.118.418 443.439.504 7.618.834 105.752.387 215.127.693
60.067.000
67.180.000
6.000.000 601.230.133 91.305.152 378.233.586 131.691.395 1.394.446.100 -153.316.498
10.000.000 741.667.293 90.164.079 501.329.695 150.173.519 1.590.785.711 -171.310.611
o.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah B. Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus C. Penerimaan Lainnya yang Sah 1. Hibah 2. Dana Darurat 3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya 4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya 6. Dana Tunjangan Pendidikan Jumlah Pendapatan Daerah A. Belanja Tidak Langsung 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Bunga 3. Belanja Subsidi 4. Belanja Hibah 5. Belanja Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi Hasil Kepada Prov./Kab./Kota dan Pemerintah Desa 7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov./Kab./Kota dan Pemerintah Desa 8. Belanja Tidak Terduga B. Belanja Langsung 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal Jumlah Belanja Daerah Surplus/Defisit
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
ps
.g
A.
id
(1)
Sumber: Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
85
2007
2008
2009
2010
2011
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
612 454
545 800
560 089
570 574
539 703
431 070
19 150
26297
21239
20617
15 758
16 711
Industri
191 091
209 456
250 507
237 240
247 093
266 768
Konstruksi
133 499
153 273
150 571
145 381
109 933
133 128
Perdagangan, Hotel dan Restoran
411 000
435 072
456 825
455 331
438 282
480 136
Transportasi dan Komunikasi
57 522
58 821
88 960
82 639
67 368
68 200
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
45 076
47 183
41 732
38 651
50 063
280 783
298 343
322 282
335 425
318 360
352 519
(1)
Pertanian Pertambangan, Penggalian, LGA
ps
Jasa-jasa
48 441
.g
Sektor
id
2006
o.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Usia Kerja Yang Bekerja menurut Sektor di DIY, 2006-2011 (orang)
1 750 575 1 774 245 1 892 205 1 895 648 1 775 148 1 798 595
ta .b
Jumlah
ar
Sumber: Sakernas Agustus
gy
ak
Tabel 7. Jumlah Penduduk Usia Kerja Yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di DIY, 2008-2011 (orang)
yo
Status Pekerjaan
Berusaha sendiri
2009
2010
(4)
(5)
(6)
2011
311 450
271 699
244 167
250.121
tp
://
(1)
2008
431 446
451 329
432 308
348.023
Berusaha dibantu buruh tetap
75 608
56 174
69 183
76.714
583 342
614 886
542 632
721.598
57 016
54 807
35 860
24.928
Pekerja bebas di sektor non pertanian
122 476
145 312
116 098
126.229
Pekerja tak dibayar
310 867
301 441
334 900
250.982
1 892 205
1 895 648
1 775 148
1.798.595
ht
Berusaha dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak tetap
Pekerja/buruh/karyawan Pekerja bebas di sektor pertanian
Jumlah Sumber: Sakernas Bulan Agustus, BPS
86
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tabel 8. Laju Inflasi Kota Yogyakarta menurut Kelompok Komoditas, 2006-2011 (Persen) 2006
2007
2008
2009
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
15,62
13,30
14,92
3,91
18,86
1,50
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
13,85
7,33
9,01
7,50
5,47
3,94
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
6,68
6,17
13,78
1,40
5,49
2,93
Sandang
8,04
9,34
9,90
5,81
5,41
7,22
Kesehatan
16,09
4,37
8,19
1,86
1,97
3,71
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
15,36
12,57
5,62
2,26
4,25
4,65
1,50
2,97
-1,23
5,57
1,60
10,40
7,98
10,80
2,93
7,38
2,83
ps
Umum
6,12
.g
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
id
Bahan Makanan
o.
Kelompok Komoditas
ta .b
Sumber: BPS DIY
Tahun (2)
yo
(1)
Maret 2006 Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Maret 2006 Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Maret 2006 Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011
ht
tp
://
Perkotaan
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
gy
Daerah
ak
ar
Tabel 9. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin D.I. Yogyakarta menurut Wilayah (2006-2011)
Perdesaan
Kota+Desa
Jumlah Penduduk Miskin (000)
Persentase Penduduk Miskin
(3)
(4)
(5)
184 638 200 855 208 655 228 236 240 282 265 752 148 523 156 349 169 934 182 706 195 406 217 923 170 720 184 965 194 830 221 978 224 258 249 629
346,00 335,30 324,20 311,47 308,36 304,34 302,70 298,20 292,10 274,31 268,94 256,55 648,70 633,50 616,30 585,78 577,30 560,88
17,85 15,63 14,99 14,25 13,98 13,16 27,64 25,03 24,32 22,60 21,95 21,82 19,15 18,99 18,32 17,23 16,83 16,08
Sumber: BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
87
Tabel 10. PDRB DIY Atas Dasar Harga Berlaku menurut Sektor, 2006-2011 (Juta Rupiah)
://
tp
ht
PDRB DENGAN MIGAS Sumber: BPS DIY
88
gy
ar
o.
id
2009 (5) 6.366.771 4.652.257 139.878 987.858 419.458 167.320 293.983 5.528.856 5.528.856 2.650.343 877.451 455.006 236.405 282.326 249.411 391.774 386.139 560.316 531.446 28.870 4.431.411 8.165.613 3.497.028 801.873 3.866.713 3.809.094 2.840.046 108.273 2.325.993 279.763 126.016 969.048 877.087 91.961 4.090.675 735.275 430.102 11.505 2.742.483 171.310 8.160.329 5.762.623 3.515.340 2.247.283 2.397.706 1.174.713 132.694 1.090.299
ps
.g
2008 (4) 5.993.781 4.419.013 149.666 889.911 385.215 149.976 280.106 5.062.275 5.062.275 2.379.204 778.189 512.338 217.375 232.749 232.562 362.243 347.616 488.334 461.850 26.484 4.075.606 7.321.299 3.150.428 717.179 3.453.693 3.739.697 2.793.303 100.512 2.326.738 255.865 110.188 946.393 856.584 89.809 3.724.285 695.720 395.721 9.471 2.467.057 156.316 7.416.303 5.238.291 3.225.149 2.013.142 2.178.012 1.079.643 121.786 976.582
ta .b
2007 (3) 4.941.800 3.610.606 118.189 742.176 350.341 120.487 258.761 4.475.680 4.475.680 1.858.825 815.415 547.573 207.421 196.203 214.571 339.812 295.859 423.370 398.572 24.798 3.470.711 6.326.700 2.701.533 549.130 3.076.036 3.318.453 2.416.332 84.774 2.042.214 197.837 91.508 902.120 815.643 86.477 3.188.428 491.845 333.072 8.208 2.219.808 135.495 6.512.834 4.598.174 2.843.030 1.755.144 1.914.660 947.148 116.859 850.652
ak
2006 (2) 4.574.164 3.438.464 99.492 624.190 315.671 96.347 218.170 4.078.214 4.078.214 1.718.484 763.940 468.737 183.392 165.341 181.529 323.493 273.298 377.002 355.810 21.192 2.866.922 5.597.603 2.379.563 454.950 2.763.090 3.050.036 2.240.253 79.534 1.905.134 174.972 80.612 809.783 730.461 79.322 2.755.734 340.276 335.801 7.666 1.954.171 117.820 5.899.504 4.213.635 2.607.401 1.606.234 1.685.869 845.449 106.095 734.325
yo
LAPANGAN USAHA (1) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN b. Industri Tanpa Migas 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 8. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Udara 4. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga
2010* 2011** (6) (7) 6.644.695 7.370.795 4.817.985 5.345.331 147.300 173.453 1.067.708 1.204.853 430.726 450.657 180.976 196.501 304.660 361.793 6.396.639 7.434.020 6.396.639 7.434.020 3.385.042 4.237.759 843.173 972.033 469.291 416.066 245.159 235.655 351.537 369.169 283.281 313.558 435.995 465.967 383.161 423.814 607.072 675.912 576.248 642.759 30.824 33.153 4.833.423 5.580.599 9.008.181 10.246.578 3.884.721 4.395.608 867.922 1.052.324 4.255.538 4.798.646 4.119.970 4.572.928 3.052.517 3.368.744 116.488 92.322 2.479.466 2.714.321 307.392 379.594 149.172 182.508 1.067.453 1.204.184 969.135 1.092.873 98.318 111.312 4.552.667 5.158.229 875.831 1.044.942 487.047 620.529 11.993 14.531 2.980.646 3.264.491 197.151 213.736 9.158.283 10.381.238 6.490.409 7.376.908 3.950.219 4.494.533 2.540.190 2.882.375 2.667.874 3.004.330 1.293.736 1.454.805 147.827 172.353 1.226.312 1.377.171
29.417.349 32.916.736 38.101.684 41.407.049 45.625.589 51.782.092 Ket : *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tabel 11. PDRB DIY Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor, 2006-2011 (Juta Rupiah)
ht
tp
://
PDRB DENGAN MIGAS
ak
ta .b
id
2009 (5) 3.642.696 2.773.292 93.429 493.162 190.273 92.539 138.748 2.610.760 2.610.760 1.020.655 477.007 267.691 143.755 163.472 137.245 220.616 180.317 185.599 172.772 12.827 1.923.720 4.162.116 1.791.892 364.119 2.006.105 2.128.594 1.416.841 44.028 1.104.480 209.573 58.759 711.754 643.590 68.164 1.903.411 329.114 202.655 6.027 1.284.735 80.880 3.368.614 2.332.559 1.460.885 871.674 1.036.055 470.494 83.729 481.832
.g
o.
2008 (4) 3.523.943 2.673.405 88.807 484.151 190.344 87.236 138.328 2.562.549 2.562.549 965.586 452.315 321.518 139.745 144.582 136.179 217.340 185.285 174.933 162.218 12.715 1.838.429 3.947.662 1.698.740 342.329 1.906.592 2.008.919 1.351.435 39.517 1.073.134 185.357 53.427 657.484 595.092 62.393 1.793.789 318.858 181.372 5.534 1.210.446 77.579 3.223.929 2.230.824 1.409.288 821.536 993.105 450.616 79.678 462.811
ps
2007 (3) 3.333.382 2.492.372 86.905 483.795 186.281 84.029 138.358 2.528.020 2.528.020 854.291 505.206 367.545 138.467 130.505 134.743 218.330 178.932 165.772 152.779 12.993 1.732.945 3.750.365 1.613.884 287.901 1.848.580 1.875.307 1.286.540 36.850 1.041.603 159.105 48.982 588.767 532.306 56.460 1.695.163 250.720 184.786 5.330 1.181.982 72.346 3.072.200 2.121.210 1.345.636 775.574 950.990 429.787 76.936 444.267
ar
2006 (2) 3.306.928 2.528.699 81.354 452.490 174.236 70.148 126.137 2.481.167 2.481.167 860.186 511.559 336.147 129.201 117.393 126.765 220.145 179.771 152.862 140.186 12.676 1.580.312 3.569.622 1.534.974 259.896 1.774.752 1.761.672 1.235.199 35.935 996.814 156.490 45.960 526.473 474.903 51.570 1.591.885 187.811 201.707 4.990 1.130.299 67.078 2.965.164 2.049.433 1.301.166 748.267 915.731 425.402 70.717 419.612
gy
yo
LAPANGAN USAHA (1) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN b. Industri Tanpa Migas 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 8. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Udara 4. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga
2010* (6) 3.632.681 2.757.165 95.772 492.699 190.177 96.868 139.967 2.793.580 2.793.580 1.173.572 446.259 270.040 147.619 197.749 151.233 237.318 169.791 193.027 179.870 13.157 2.040.306 4.383.851 1.889.077 376.543 2.118.231 2.250.664 1.458.821 45.785 1.129.742 222.471 60.823 791.843 715.123 76.720 2.024.368 372.961 218.339 6.264 1.338.835 87.969 3.585.598 2.491.965 1.557.187 934.778 1.093.633 493.810 88.685 511.138
2011** (7) 3.555.797 2.652.400 97.405 518.141 190.700 97.152 156.711 2.983.167 2.983.167 1.345.071 476.534 237.464 141.058 205.690 161.558 244.152 171.639 201.243 187.992 13.251 2.187.805 4.611.402 1.971.863 421.779 2.217.759 2.430.696 1.530.366 34.378 1.169.792 260.228 65.968 900.330 812.899 87.431 2.185.221 421.524 250.365 6.775 1.412.809 93.749 3.817.665 2.642.246 1.652.758 989.488 1.175.419 525.092 97.039 553.288
17.535.749 18.291.512 19.212.481 20.064.257 21.044.042 22.129.707
Sumber: BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Ket : *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
89
Tabel 12. Laju Pertumbuhan Ekonomi DIY menurut Sektor, 2007-2011 (Persen)
ht
tp
://
ar ak gy
yo
PDRB DENGAN MIGAS Sumber: BPS DIY
90
4,31
2010* (6) -0,27 -0,58 2,51 -0,09 -0,05 4,68 0,88 7,00 7,00 14,98 -6,45 0,88 2,69 20,97 10,19 7,57 -5,84 4,00 4,11 2,58 6,06 5,33 5,42 3,41 5,59 5,73 2,96 3,99 2,29 6,15 3,51 11,25 11,11 12,55 6,35 13,32 7,74 3,95 4,21 8,77 6,44 6,83 6,59 7,24 5,56 4,96 5,92 6,08
2011** (7) -2,12 -3,80 1,71 5,16 0,27 0,29 11,96 6,79 6,79 14,61 6,78 -12,06 -4,44 4,02 6,83 2,88 1,09 4,26 4,52 0,71 7,23 5,19 4,38 12,01 4,70 8,00 4,90 -24,91 3,55 16,97 8,46 13,70 13,67 13,96 7,95 13,02 14,67 8,15 5,53 6,57 6,47 6,03 6,14 5,85 7,48 6,33 9,42 8,25
4,43
4,88
5,16
o.
id
2009 (5) 3,37 3,74 5,20 1,86 -0,04 6,08 0,30 1,88 1,88 5,70 5,46 -16,74 2,87 13,07 0,78 1,51 -2,68 6,10 6,51 0,88 4,64 5,43 5,48 6,37 5,22 5,96 4,84 11,42 2,92 13,06 9,98 8,25 8,15 9,25 6,11 3,22 11,73 8,89 6,14 4,25 4,49 4,56 3,66 6,10 4,32 4,41 5,08 4,11
.g
2008 (4) 5,72 7,26 2,19 0,07 2,18 3,82 -0,02 1,37 1,37 13,03 -10,47 -12,52 0,92 10,79 1,07 -0,45 3,55 5,53 6,18 -2,14 6,09 5,26 5,26 18,91 3,14 7,12 5,04 7,24 3,03 16,50 9,07 11,67 11,79 10,51 5,82 27,18 -1,85 3,84 2,41 7,23 4,94 5,17 4,73 5,93 4,43 4,85 3,56 4,17
ps
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN b. Industri Tanpa Migas 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 8. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Udara 4. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga
2007 (3) 0,80 -1,44 6,82 6,92 6,91 19,79 9,69 1,89 1,89 -0,69 -1,24 9,34 7,17 11,17 6,29 -0,82 -0,47 8,45 8,98 2,50 9,66 5,06 5,14 10,78 4,16 6,45 4,16 2,55 4,49 1,67 6,57 11,83 12,09 9,48 6,49 33,50 -8,39 6,80 4,57 7,85 3,61 3,50 3,42 3,65 3,85 1,03 8,80 5,88
ta .b
LAPANGAN USAHA (1)
5,03
Ket : *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tabel 13. PDRB DIY Atas Dasar Harga Berlaku menurut Penggunaan, 2006-2011 (Juta Rupiah) Komponen Penggunaan
2006
2007
2008
2009
2010*
2011**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
14.303.801 15.674.783 18.615.698 20.610.786 23.198.864 26.319.645
a. Makanan
6.735.959
7.431.548
8.762.853
b. Bukan Makanan
7.567.842
8.243.235
9.852.846 11.001.934 12.262.723 13.910.892
522.632
682.748
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
6.671.520
7.980.673
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
9.178.969 10.834.671 12.983.264 13.964.317 15.027.836 16.459.379
5. Perubahan Inventori
1.016.832
1.600.619
6. Diskrepansi Statistik
505.312
502.425
7. Ekspor Barang-barang dan Jasa-jasa
924.600
1.171.357
1.437.471
1.724.961
.g
o.
id
9.727.103 10.789.365 11.709.925 13.056.326
1.025.286
823.693
859.193
545.574
600.545
642.299
1.001.457
ps
1.401.260
10.676.446 12.595.237 14.674.509 15.989.976 17.873.357 20.144.557 1.288.749
1.200.821
1.319.367
1.116.017
1.226.875
1.298.186
ak
ar
a. Antar Negara/Luar Negeri
9.387.697 11.394.416 13.355.141 14.873.959 16.646.482 18.846.371
gy
b. Antar Provinsi
ht
tp
a. Antar Negara/Luar Negeri
://
8. Impor Barang-barang dan Jasa-jasa
yo
Dikurangi :
b. Antar Provinsi
ta .b
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba
9.608.852 10.936.141 12.408.752
Produk Domestik Regional Bruto
13.458.163 16.954.421 20.770.323 22.744.584 25.087.856 27.783.426 574.159
507.308
627.861
538.717
640.380
637.121
12.884.003 16.447.113 20.142.462 22.205.867 24.447.476 27.146.305 29.417.349 32.916.736 38.101.684 41.407.049 45.625.589 51.782.092
Sumber: BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Ket : *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
91
Tabel 14. PDRB DIY Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan, 2006-2011 (Juta Rupiah) 2006
2007
2008
2009
2010*
2011**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
7.959.534
8.132.032
8.628.747
9.211.149
9.881.632
10.568.418
a. Makanan
4.071.366
4.108.534
4.264.429
4.432.214
4.675.896
4.943.452
b. Bukan Makanan
3.888.168
4.023.498
4.364.318
4.778.935
5.205.737
5.624.966
294.742
343.688
407.634
486.709
565.674
644.235
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3.290.766
3.537.965
3.811.938
4.099.838
4.215.307
4.437.715
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
4.864.177
4.997.308
5.210.714
5.378.099
5.561.444
5.815.812
5. Perubahan Inventori
981.790
1.234.317
1.042.504
823.452
644.651
678.019
6. Diskrepansi Statistik
294.677
211.414
267.951
246.606
226.973
-182.498
7.327.337
7.690.728
8.153.611
8.409.941
8.950.512
9.550.813
995.173
898.174
919.861
824.999
892.262
895.287
6.792.554
7.233.750
7.584.943
8.058.250
8.655.527
7.477.274
7.855.940
8.310.618
8.591.537
9.002.152
9.382.807
354.055
292.182
317.138
258.238
286.818
265.263
7.123.219
7.563.757
7.993.480
8.333.299
8.715.334
9.117.544
17.535.749 18.291.512 19.212.481 20.064.257 21.044.042
22.129.707
7. Ekspor Barang-barang dan Jasa-jasa
ak
ar
a. Antar Negara/Luar Negeri
6.332.164
yo
Dikurangi :
ht
tp
a. Antar Negara/Luar Negeri
Produk Domestik Regional Bruto Sumber: BPS DIY
92
://
8. Impor Barang-barang dan Jasa-jasa
b. Antar Provinsi
o.
.g
gy
b. Antar Provinsi
ps
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba
ta .b
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
id
Komponen Penggunaan
Ket : *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Laju Pertumbuhan PDRB DIY Atas Dasar Harga Konstan menurut Penggunaan, 2006-2011 (Persen) Komponen Penggunaan
2006
2007
2008
2009
2010*
2011**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2,17
6,11
6,75
7,28
6,95
a. Makanan
0,88
0,91
3,79
3,93
5,50
5,72
b. Bukan Makanan
1,96
3,48
8,47
9,50
8,93
8,05
20,14
16,61
18,61
19,40
16,22
13,89
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
7,60
7,51
7,74
7,55
2,82
5,28
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
8,71
2,74
4,27
3,21
3,41
4,57
5. Perubahan Inventori
46,26
25,72
-15,54
-21,01
-21,71
5,18
6. Diskrepansi Statistik
-10,11
-28,26
26,74
-7,97
-7,96
-180,40
4,96
6,02
3,14
6,43
6,71
-9,69
-9,75
2,41
-10,31
8,15
0,34
-0,52
7,27
6,50
4,85
6,24
7,41
4,10
5,06
5,79
3,38
4,78
4,23
46,43
-17,48
8,54
-18,57
11,07
-7,52
2,63
6,18
5,68
4,25
4,58
4,61
Produk Domestik Regional Bruto
3,70
4,31
5,03
4,43
4,88
5,16
-1,87
ar
7. Ekspor Barang-barang dan Jasa-jasa
ak
a. Antar Negara/Luar Negeri
Dikurangi :
tp
://
8. Impor Barang-barang dan Jasa-jasa
yo
gy
b. Antar Provinsi
a. Antar Negara/Luar Negeri b. Antar Provinsi
Sumber: BPS DIY
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
o.
.g
ps
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba
ta .b
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
id
1,41
ht
Tabel 15.
Ket : *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
93
Tabel 16. Ringkasan PDRB tanpa Migas se Indonesia Tahun 2010 dan 2011 PDRB (Rp Miliar)
PROVINSI (1)
1. Aceh
ADHB
ADHK
(2)
(3)
Peringkat
Andil (%)
Pertumbuhan (%)
ADHB
ADHK
(4)
(5)
(6)
(7)
14
85.538
34.780
1,42
5,02
13
2. Sumatera Utara
314.157
126.451
5,22
6,58
7
5
3. Sumatera Barat
98.917
41.276
1,64
6,22
12
12
413.350
102.606
6,87
5,01
5
7
80.243
43.817
1,33
6,67
14
11 24
4. Riau 5. Kepulauan Riau 6. Jambi 7. Sumatera Selatan 8. Kep. Bangka Belitung
63.268
18.962
1,05
8,54
19
181.776
68.011
3,02
6,50
9
9
30.255
11.575
0,50
6,40
28
28
21.150
8.869
0,35
6,40
29
29
10. Lampung
128.409
40.829
2,13
6,39
11
13
1.417.063
497.177
23,54
11. DKI Jakarta
982.540
422.163
16,32
6,71
1
1
12. Jawa Barat
861.006
343.111
14,30
6,48
3
3
13. Banten
192.219
94.222
3,19
8
14. Jawa Tengah
498.615
198.226
15. DI Yogyakarta
51.782
22.130
o. .g
ps
8
6,01
4
4
0,86
5,16
20
18
2
2
16
17
ta .b
6,43
8,28
366.984
14,68
7,22
1.446.837
57,64
6,64
73.478
30.754
1,22
6,49
3.543.784
1.477.590
58,86
6,64
18. Kalimantan Barat
66.780
32.101
1,11
5,94
18
16
19. Kalimantan Tengah
49.073
20.071
0,82
6,74
21
20
68.235
32.553
1,13
6,12
17
15
390.639
115.244
6,49
3,93
6
6
574.726
199.968
9,55
4,88
41.505
19.734
0,69
7,39
24
21
Jawa 17. Bali
gy
Jawa & Bali
://
20. Kalimantan Selatan 21. Kalimantan Timur
23. Gorontalo
ht
22. Sulawesi Utara
tp
Kalimantan
ar
884.144 3.470.306
ak
16. Jawa Timur
6,16
yo
Sumatera
id
9. Bengkulu
9.154
3.141
0,15
7,68
32
33
24. Sulawesi Tengah
44.318
19.240
0,74
9,16
23
23
25. Sulawesi Selatan
137.390
55.117
2,28
7,65
10
10
26. Sulawesi Barat
12.895
5.238
0,21
10,41
30
30
27. Sulawesi Tenggara
32.032
12.662
0,53
8,68
26
26
Sulawesi
277.294
115.133
4,61
8,09
28. Nusa Tenggara Barat
48.729
19.432
0,81
-3,18
22
22
29. Nusa Tenggara Timur
31.204
13.250
0,52
5,63
27
25
30. Maluku
9.595
4.507
0,16
6,02
31
31
31. Maluku Utara
6.057
3.230
0,10
6,41
33
32
32. Papua
76.371
21.138
1,27
-5,67
15
19
33. Papua Barat
36.170
11.916
0,60
27,22
25
27
208.126 6.020.994
73.473 2.363.342
3,46 100
2,51 6,32
Lainnya JML 33 PROV Sumber: BPS
94
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
Tabel 17. Ringkasan PDRB Perkapita tanpa Migas se Indonesia Tahun 2010 dan 2011 PDRB Perkapita (Rp 000)
PROVINSI (1)
Pertumbuhan (%)
Peringkat
ADHB
ADHK
ADHB
ADHK
ADHB
ADHK
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
18.606
7.565
7,23
2,67
15
2. Sumatera Utara
23.975
9.650
12,89
5,60
9
7
3. Sumatera Barat
20.169
8.416
12,08
4,97
12
14
4. Riau
72.031
17.880
15,41
1,35
3
4
5. Kepulauan Riau
45.469
24.829
6,61
1,50
5
3
6. Jambi
19.960
5.982
14,69
5,88
13
24
7. Sumatera Selatan
23.980
8.972
13,41
4,68
7
9
8. Kep. Bangka Belitung
23.979
9.174
10,42
3,15
8
8
9. Bengkulu
12.141
5.091
11,68
4,77
27
27
10. Lampung
16.696
5.309
17,21
5,24
21
26
Sumatera
27.487
9.644
13,78
11. DKI Jakarta
100.985
43.390
12,55
5,37
2
1
12. Jawa Barat
19.646
7.829
9,62
4,60
14
15
13. Banten
17.595
8.625
8,96
3,58
19
12
14. Jawa Tengah
15.376
6.113
11,97
5,86
23
23
15. DI Yogyakarta
14.849
6.346
12,52
4,26
25
22
16. Jawa Timur
23.460
9.738
12,93
6,62
10
6
Jawa
25.132
10.478
11,68
5,51
17. Bali
18.502
16
16
Jawa & Bali
24.947
18. Kalimantan Barat 19. Kalimantan Tengah
Kalimantan 23. Gorontalo
o.
.g
ps
ta .b
ar ak
4,26
7,94
4,33
11,59
5,47
15.081
7.249
9,58
5,18
24
18
21.818
8.924
13,24
4,98
11
10
18.466
8.810
11,95
4,16
17
11
105.849
31.227
16,83
0,06
1
2
40.868
14.220
16,22
2,83
18.075
8.594
11,19
6,19
18
13
gy
7.744
yo
ht
22. Sulawesi Utara
tp
21. Kalimantan Timur
17
10.402
://
20. Kalimantan Selatan
id
1. Aceh
8.612
2.956
11,19
5,38
30
31
24. Sulawesi Tengah
16.514
7.169
16,60
7,17
22
19
25. Sulawesi Selatan
16.929
6.791
15,41
6,58
20
21
26. Sulawesi Barat
10.844
4.405
14,36
7,58
28
28
27. Sulawesi Tenggara
14.068
5.561
10,71
6,56
26
25
Sulawesi
15.733
6.532
14,12
6,54
28. Nusa Tenggara Barat
10.720
4.275
-2,66
-4,14
29
29
29. Nusa Tenggara Timur
6.533
2.774
10,31
3,58
31
33
30. Maluku
6.088
2.860
15,48
3,16
32
32
31. Maluku Utara
5.697
3.038
9,73
3,90
33
30
32. Papua
25.531
7.066
-17,59
-10,65
6
20
33. Papua Barat
45.843
15.103
29,69
22,61
4
5
Lainnya JML 33 PROV
13.221 24.979
4.667 9.805
-1,21 12,13
-0,04 4,83
Sumber: BPS
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2012
95
id o. .g ps
ht
tp
://
yo
gy
ak
ar
ta .b
Halaman ini sengaja dikosongkan
.id
go
ps .
ak ar ta .b
yo gy
://
tp
ht
ht tp
:// y
og
ya ka
rta
.b ps
.g o. id
Katalog BPS : 9602001.34
BADAN PUSAT STATISTIK
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Telp. (0274) 4342234 (Hunting) ; Fax. (0274) 4342230 E-mail :
[email protected] Homepage: http//yogyakarta.bps.go.id
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA