SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Telp/Fax. 021-23528400/23528456 www.depdag.go.id
Menteri Ekonomi ASEAN dan India Menandatangani Persetujuan Perdagangan Barang Menuju Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN - India Bangkok, 13 Agustus 2009 - Pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) menjadi forum bersejarah bagi ASEAN dan India dengan ditandatanganinya Persetujuan Perdagangan Barang yang diharapkan akan meningkatkan hubungan ekonomi kedua belah pihak untuk masa yang akan datang. Persetujuan ini merupakan bagian dari kerangka pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN-India atau biasa disebut dengan free trade area (FTA). “Penandatanganan persetujuan ini memiliki arti yang sangat penting bagi ASEAN selain karena telah melalui proses negosiasi yang cukup memakan waktu dan tenaga sejak tahun 2005, juga memperhatikan posisi India yang selama ini dikenal sebagai salah satu pasar dengan struktur tarif yang tinggi, rata-rata tingkat tarif bea masuk impornya diatas 30%-40% dan bahkan banyak komoditi yang memiliki tarif 80-90%”, kata Menteri Perdagangan Mari Pangestu. Bagi Indonesia sebagai negara anggota ASEAN, persetujuan ini akan melengkapi berbagai kerjasama FTA yang selama ini telah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Target yang diharapkan dengan terbentuknya ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) adalah meningkatnya hubungan perdagangan ASEAN dan India secara signifikan dengan saling menguntungkan. “Khusus bagi Indonesia dan India, keduanya telah sepakat untuk mentargetkan nilai perdagangan bilateral kedua negara agar dapat menembus angka 2 digit atau US$ 10 miliar pada tahun 2010”, ungkap Mendag disela-sela pertemuan AEM. Lebih lanjut Mendag menambahkan, “Mudah-mudahan AIFTA memberikan peluang lebih besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke India, karena bila melihat realisasi dagang pada tahun 2008 yang telah mencapai US$ 9,57 miliar dengan posisi surplus di pihak kita sebesar US$ 4,6 miliar, artinya target US$ 10 miliar pada tahun 2010 sudah tercapai pada tahun 2008.” Dari kepentingan ofensif perdagangan Indonesia, kesepakatan yang dicapai dalam AIFTA memberikan arti yang strategis bagi peningkatan ekspor berbagai komoditi unggulan di tanah air. Hal ini tercermin dari komitmen India yang akan menurunkan dan menghapuskan sebagian besar tarifnya (±85% dari total pos tarifnya) dalam kurun waktu 2010-2019. Sebagai gambaran, akses pasar ekspor ke India akan meningkat secara tajam dengan adanya program penghapusan tarif atas 70,18% dari total pos tarifnya pada tahun 2013 dan akan terus meningkat menjadi 79,35% pada tahun 2016. Menurut Mendag, AIFTA akan membuka peluang bagi peningkatan ekspor Indonesia khususnya untuk komoditi-komoditi seperti sayuran, buah-buahan, lemak dan minyak nabati, coklat, pupuk, bahan samak dan celup, plastik, produk karet, produk kulit, kertas, tekstil dan produk tekstil, batubara, biji tembaga, kaca, perkakas, mesin, otomotif dan lainlain.
Bagi Indonesia, AIFTA memiliki arti penting karena India bersedia untuk menurunkan tarif bea masuk komoditi CPO dan RPO yang selama ini tidak pernah berhasil disepakati untuk diturunkan baik dalam kerangka perundingan bilateral ataupun regional. Dengan adanya AIFTA maka bea masuk produk yang cukup sensitif di India tersebut akan diturunkan secara bertahap menjadi 37,5% dan 45% pada tahun 2019 (saat ini bound tariffs India untuk kedua komoditi ini adalah 80% dan 90%). Demikian pula untuk batubara, yang merupakan komoditi ekspor utama kedua Indonesia ke pasar India, Indonesia akan menikmati tarif 0% mulai 1 Januari 2013. Mendag menjelaskan, “Dari kepentingan defensif yang selama ini dikhawatirkan oleh banyak kalangan di dalam negeri, Indonesia hanya memberikan komitmen pembukaan akses pasar komoditi impor asal India sebesar 42,5% hingga tahun 2013 dari total pos tarif nasional. Sebagian besar lainnya akan berada dalam kelompok sensitive track yang umumnya hanya diturunkan tarifnya menjadi 5% dengan batas waktu terakhir tahun 2019. Hal tersebut berarti akan ada cukup waktu untuk melakukan langkah-langkah antisipatif yang diperlukan.” Mendag juga menambahkan bahwa posisi defensif Indonesia diatas diperuntukkan bagi kelompok produk yang cukup sensitif antara lain tekstil produk tekstil (TPT), besi dan baja, mesin, otomotif, produk aneka, kimia dan produk kimia serta beberapa komoditi pertanian seperti daging, produk perikanan dan buah-buahan. --selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Departemen Perdagangan Telp/Fax: 021-23528400/021-23528456 Email:
[email protected] Iman Pambagyo Direktur Kerjasama Regional Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan Telp/Fax: 021-3858203 Email:
[email protected]
COST AND BENEFIT AIFTA
Tinjauan Umum AIFTA Perundingan perdagangan barang telah diselesaikan pada bulan Mei 2009 dan direncanakan untuk ditandatangani pada AEM 41 di Bangkok Perundingan perdagangan jasa dan investasi telah dimulai bulan Oktober 2008, namun saat ini ditunda hingga persetujuan AI-TIG ditandatangani. Tingkat liberalisasi perdagangan barang dalam AIFTA tidak setinggi liberalisasi perdagangan barang yang dicapai antara ASEAN dengan mitra FTA lainnya. Namun kedua pihak sepakat untuk meningkatkan komitmen liberalisasi melalui proses “review” setelah perjanjian diimplementasikan
Hubungan Ekonomi IndonesiaIndonesia-India
India merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia dalam beberapa tahun terakhir Ekspor Indonesia meningkat tajam, dari US$ 2,1 miliar di tahun 2004 menjadi US$ 7,06 miliar di tahun 2008, atau meningkat 34,24%. Impor Indonesia pada tahun 2004 sebesar US$1,05 miliar meningkat menjadi US$ 2,51 miliar, atau meningkat sebesar 24,62% Sedangkan neraca perdagangan Indonesia – India pada tahun 2004 sebesar US$1,05 miliar meningkat menjadi US$ 4,55 miliar atau meningkat sebesar 41,73%
India merupakan mitra dagang ketujuh terbesar bagi ASEAN. Dari sisi investasi, FDI dari India ke ASEAN pada tahun 2008 mencatat nilai USD 440,6 juta.
Pengusaha India melakukan investasi di beberapa sektor penting di Indonesia, seperti tekstil, automotive, kimia dan petro-kimia, serta sektor jasa-jasa
Komitmen Indonesia Category
Number of Tariff Lines (10 digits)*
% Tariff Lines
INA Import Value from INDIA (US$) Y 2005**
% INA Import from INDIA
Normal Track (NT)
4.749
42.56
618.718.811
59.21
- NT-1
4.180
37.46
548.452.688
52.49
- NT-2
569
5.10
70.266.123
6,72
Sensitive Track
6.410
57.44
426.152.113
40.79
- SL
4.810
43.10
253.726.409
24.28
403
3.61
0
0.00
81
0.73
24.937.233
2.39
---Standstill MOP 25% by 2019
937
8.40
177.524.155
16.99
-HSL
894
8.01
90.492.700
8.66
--- HSL C (MOP 25%)
880
7.89
90.341.488
8.65
--- HSL B (MOP 50%)
14
0.13
151.212
0.01
706
6.33
81.933.004
7.84
11,159
100
1.044.870.924
100
---Standstill (4% to be eliminate by 2019) ---Standstill (50TL @6digit)
- Exclusion Total
* Indonesia menggunakan HS 10 digit untuk akurasi dan kepastian ** Data perdagangan tahun 2005 sebagai tahun dasar negosiasi
Komitmen India
Category
Number of Tariff Lines (6 digits)
% Tariff Lines
India Import Value from INA (US$) Y 2005
% India Import from INA
Normal Track (NT)
4.145
79.35
1.521.100.000
53.44
- NT-1 (2013)
3.666
70.18
1.455.690.000
51.14
- NT-2 (2016)
479
9.17
65.410.000
2.30
1.079
20.66
1.325.400.000
46.56
585
11.20
196.060.000
6.89
5
0.10
980.000.000
34.43
489
9.36
149.340.000
5.25
5.224
100
2.846.500.000
100.00
Sensitive Track - SL - HSL/SP - Exclusion Total
Manfaat AIFTA bagi Indonesia Komitmen Indonesia dalam AIFTA memberikan perlindungan cukup signifikan bagi industri nasional, karena hanya 46,17% pos tarip Indonesia yang akan dihapuskan hingga tahun 2018 (meskipun sesuai kesepakatan akan di-review bersama secara timbal-balik) Sebaliknya, Indonesia akan menikmati penghapusan bea masuk atas 70,18% pos tarip India (3.666 tariff lines) hingga tahun 2013 dan meningkat menjadi 79,35% pos tarip (4.145 tariff lines) pada tahun 2016 USD 6,2 miliar atau 94,75% ekspor Indonesia ke India (nilai proyeksi berdasarkan data perdagangan thn 2008) akan menikmati peningkatan akses pasar dalam 10 tahun ke depan, termasuk CPO dan RPO yang merupakan komoditi utama Indonesia ke pasar India India secara bertahap akan menurunkan bea masuk atas CPO dan RPO masing-masing dari 80% dan 90% menjadi 37,5% dan 45% selama periode 2010-2019 Batubara sebagai komoditi utama ke-2 Indonesia ke pasar India juga akan menikmati bea masuk 0% pada 1 Januari 2013
LangkahLangkah-Langkah Antisipasi 20102010-2019 • Kebijakan dan Fasilitasi dampak FTA untuk sektorsektor industri tertentu, terutama kelompok UMKM yang diperkirakan dapat mengalami dampak negatif dari AI-FTA • Sosialisasi Terpadu Mengenai Manfaat dan Peluang AIFTA • Forum Dialog Interaktif di kalangan Lembaga Pemerintahan untuk memonitor implementasi dan dampak AI-FTA, melibatkan dunia usaha • Langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan daya saing Indonesia (e.g menurunkan biaya ekonomi tinggi, efisiensi logistics, dll)
Beberapa Contoh Produk Ekspor Utama Indonesia ke India Nama Produk
Eliminasi
Kacang mete dalam kulit
0% 1 Jan 2010
Batubara; briket, avoid dan bahan bakar padat semacam itu dibuat dari batubara
0% 1 Jan 2013
Bijih tembaga dan konsentratnya
0% 1 Jan 2013
Kertas koran
0% 1 Jan 2013
Mesin dan elektronik
0% 1 Jan 2010
Pengikat untuk acuan atau inti penuangan logam; produk dan preparat kimia dari industri kimia
0% 31 Des 2013
Karet alam, balata, getah perca,dll
0% 31 Des 2013
Kaca: Barang kaca untuk keperluan laboratorium, higienis atau farmasi; barang lain dari kaca
0% 1 Jan 2010
Pulp kayu kimia, soda atau sulfat, selain mutu larut
0% 1 Jan 2013
8
Beberapa Contoh Produk Impor Utama Indonesia dari India Nama Produk
Eliminasi
Benang kekuatan tinggi dari nilon atau poliamida lainnya dari oth aramids
0% 31 Desember 2016
Minyak bungkil kacang kedele dan residu padat lainnya
0% 2010
Kaca dalam bentuk bola (selain mikrosfir)
0% 1 Jan 2013
Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600mm atau lebih
5% 1 Jan 2014
Kapas, tidak digaruk atau disisir
0% 2010
Ayam dari spesies Gallus domesticus
0% 1 Jan 2013
Produk setengah jadi dari besi atau baja bukan paduan
0% 31 Des 2019
Tembaga dimurnikan dan panduan tembaga, tidak ditempa
0% 31 Des 2019
Serat staple sintetis, tidak digaruk
0% 31 Des 2019
9
NERACA PERDAGANGAN INDONESIA - INDIA TREND(%) URAIAN
2004
2005
2006
2007
PERUB(%)
2008 2004-2008
TOTAL PERDAGANGAN
Jan-Apr
2008
2009
2009/2008
3.272.938,5
3.930.507,7
4.798.214,1
6.553.512,8
10.065.188,5
31,76
2.973.863,2
2.858.086,0
-3,89
94.812,4
74.752,3
160.091,8
64.149,5
494.009,9
37,00
55.102,6
123.045,35
123,30
NON MIGAS
3.178.126,2
3.855.755,4
4.638.122,3
6.489.363,3
9.571.178,6
31,33
2.918.760,7
2.735.040,7
-6,29
EKSPOR
2.170.506,8
2.878.347,7
3.390.790,2
4.943.906,0
7.163.336,2
34,03
2.031.630,7
2.237.415,8
10,13
55.279,8
12.944,7
64.340,1
58.945,1
102.483,7
31,66
22.010,4
59.948,3
172,36
NON MIGAS
2.115.227,0
2.865.403,0
3.326.450,1
4.884.960,9
7.060.852,6
34,24
2.009.620,2
2.177.467,5
8,35
IMPOR
1.102.431,8
1.052.160,0
1.407.423,8
1.609.606,8
2.901.852,2
26,63
942.232,5
620.670,2
-34,13
39.532,6
61.807,6
95.751,7
5.204,4
391.526,2
23,51
33.092,1
63.097,1
90,67
NON MIGAS
1.062.899,2
990.352,4
1.311.672,2
1.604.402,4
2.510.326,1
24,62
909.140,4
557.573,1
-38,67
NERACA PERDAGANGAN
1.068.075,0
1.826.187,7
1.983.366,4
3.334.299,2
4.261.484,0
40,07
1.089.398,1
1.616.745,6
48,41
15.747,2
-48.862,9
-31.411,6
53.740,7
-289.042,5
0,00
-11.081,7
-3.148,8
-71,59
1.052.327,8
1.875.050,6
2.014.778,0
3.280.558,5
4.550.526,5
41,73
1.100.479,8
1.619.894,4
47,20
MIGAS
MIGAS
MIGAS
MIGAS
NON MIGAS