KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani1), Siti Mechram2), Muhammad Shilahuddin3) Program Studi Teknik Pertanian1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jln. Tgk. Hasan Krueng Kale No. 3 Darussalam, Banda Aceh E-mail :
[email protected]) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas air Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh. Kualitas air yang dikaji mencakup sifat fisik dan sifat kimia air untuk keperluan penggunaan air dalam bidang pertanian. Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel air di bagian hulu, tengah, dan hilir Krueng Aceh. Sampel air diambil pada saat musim kemarau untuk menghindari terjadinya pengenceran pada air sungai yang biasanya terjadi pada musim hujan. Sampel air yang diperoleh kemudian dianalisa di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri (BARISTAND) Banda Aceh. Parameter yang dianalisa pada sifat fisik adalah suhu, total padatan terlarut, kekeruhan, warna, daya hantar listrik. Sedangkan parameter sifat kimia yang dianalisa adalah pH, nitrat, COD, BOD, fosfat, besi, sulfat, dan kesadahan (CaCO3). Standar kualitas air yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Standar Kualitas Air Kelas IV (untuk keperluan pertanian), sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik dan kimia air di DAS Krueng Aceh masih memenuhi standar kualitas air kelas IV yang telah ditetapkan pada PP No. 82 Tahun 2001 sehingga masih layak digunakan dalam pengelolaan air pertanian. Kata Kunci : standar kualitas air, parameter sifat fisika dan kimia, dan DAS Krueng Aceh. Pendahuluan Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh merupakan suatu DAS yang tergolong dalam DAS Prioritas I. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 328 Tahun 2009. Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di DAS Krueng Aceh, khususnya pembangunan di bagian hulu DAS, secara signifikan telah memberi dampak negatif terhadap fungsi utama DAS Krueng Aceh sebagai suatu unit yang menampung, menyimpan dan mengalirkan kembali air yang berasal dari curah hujan. Hal tersebut terlihat dari kenyataan yang sering dihadapi oleh masyarakat, diantaranya adalah ketidakcukupan air untuk irigasi maupun rendahnya kualitas air yang masuk ke areal pertanian masyarakat. Berdasarkan hasil studi penyebab menurunnya fungsi DAS Krueng Aceh juga terletak pada lemahnya pengelolaan sumberdaya DAS Krueng Aceh. Pemanfaatan sumber daya untuk berbagai kebutuhan terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk dan pengembangan aktifitasnya, khususnya
227
pengembangan aktifitas masyarakat di bagian hulu DAS Krueng Aceh. Keadaan hutan yang rusak di hulu DAS Krueng Aceh dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Keadaan kerusakan hutan di hulu DAS Krueng Aceh Dengan meningkatnya pengembangan aktifitas masyarakat di bagian hulu DAS Krueng Aceh juga akan berakibat dengan meningkatnya kekritisan DAS yang dapat dilihat dari semakin berkurangnya debit sungai, bahkan pada beberapa alur sub DAS tertentu yang mulai mengering. Dampak penurunan debit sungai juga dapat diamati pada bendungan irigasi Krueng Seulimum dan Krueng Jreu yang menyebabkan terganggunya suplai air ke sawah-sawah masyarakat. Kondisi penurunan fungsi DAS juga dapat diamati dengan semakin keruhnya air sungai, terutama pada saat terjadinya hujan di bagian hulu DAS. Kondisi ini berpengaruh buruk terhadap kualitas air DAS Krueng Aceh khususnya dalam penggunaan air pertanian. Dari uraian di atas, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah kualitas air sungai di DAS Krueng Aceh termasuk kategori air golongan IV?, 2) Bagaimana kondisi kerusakan hutan di hulu DAS Krueng Aceh?, 3) Apakah aktifitas di hulu DAS Krueng Aceh mempengaruhi kualitas air di bagian tengah dan hilir DAS? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kualitas air di DAS Krueng Aceh yang mencakup sifat fisik dan sifat kimia air untuk keperluan penggunaan air pada bidang pertanian. Menurut Asdak (1995), Daerah Aliran Sungai (DAS) atau watershed adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan. Bentuk-bentuk DAS menurut Ramdan (2004) adalah bulu burung, radial, dan paralel.
228
Menurut Suriawiria (1996), kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Ditinjau dari segi kualitas, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan sebagainya serta kualitas biologi dimana air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Parameter kualitas air berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: Kep-02/MENKLH/I/1988, tentang pedoman penetapan Baku Mutu Lingkungan, menggolongkan air pada sumbernya (sungai, danau, waduk, dan air tanah) menurut kegunaannya menjadi 4 golongan, yaitu:1) Golongan I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa penggolongan terlebih dahulu, 2) Golongan II, yaitu air yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk diolah sebagai minuman dan keperluan rumah tangga, 3) Golongan III, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan, 4) Golongan IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan tenaga listrik. Standar kualitas air di perairan umum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang standar kualitas air. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bagian hulu, tengah, dan hilir DAS Krueng Aceh. Sampel air penelitian diuji di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri (BARISTAND) Banda Aceh. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis-menulis, kamera, komputer, peta administrasi DAS Krueng Aceh, peta penggunaan lahan DAS Krueng Aceh, tali rapia, ember, dan jerigen plastik ukuran 3 liter 3 buah untuk pengambilan sampel air di DAS Krueng Aceh. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di bagian hulu, tengah dan hilir DAS Krueng Aceh dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Titik koordinat pengambilan sampel air Lokasi Sampel
Koordinat o
Hulu
05 16'37.0" N o
Waktu Pengambilan
o
(10.00 WIB) Pagi
o
95 40'12.8" E
Tengah
05 24'48.6" N
95 26'46.3" E
(14.00 WIB) Siang
Hilir
05o33'38.2" N
95o19'06.0" E
(17.00 WIB) Sore
Sumber : Data GPS (2013). Pengujian parameter sampel ini sesuai dengan standar kualitas air di perairan umum dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001 tentang
229
standar kualitas air; yaitu mencakup warna, suhu, zat padatan terlarut (TDS), kekeruhan, daya hantar listrik (DHL), besi (Fe), derajat keasaman (pH), kesadahan (CaCO3), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), nitrat (NO3), natrium (Na), sulfat (SO4), fosfat (PO4), magnesium (Mg) dan SAR (Sodium Absortion Ratio). Hasil dan Pembahasan DAS Krueng Aceh terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Krueng Aceh merupakan nama sungai utama yang mengalir dalam DAS tersebut. Secara geografis DAS Krueng Aceh berada pada posisi Bujur Timur (BT) 95o12’57” – 95o49’54” dan Lintang Utara (LU) 5o3’46” – 5o37’36”. Di sebelah utara DAS Krueng Aceh berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah timur berbatasan dengan DAS Krueng Baro, di sebelah selatan berbatasan dengan DAS Krueng Teunom, dan di sebelah barat berbatasan dengan DAS Krueng Sabee serta Krueng Geupe (Gambar 2).
Gambar 2. Peta administrasi DAS Krueng Aceh Berdasarkan data lahan kritis tahun 2010 diketahui bahwa terdapat kurang lebih 114,161.81 ha lahan kritis yang terdapat di DAS Krueng Aceh (Tabel 2.) Tabel 2. Luas dan tingkat kekritisan lahan dalam DAS Kreng Aceh DAS bagian Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir
Tingkat Kekritisan Lahan Agak Kritis (ha) Kritis (ha) Sangat Kritis (ha) Dalam Kawasan Hutan 16,710.84 6,693.37 5,069.03 12,107.56 13,445.37 4,749.07 3,467.56 4,170.79 5,787.85 Luar Kawasan Hutan 11,334.65 2,983.33 1,271.62 12,786.34 1,585.15 222.82 13,836.58 3,823.27 809.98
Total (ha) 72,201.44 28,473.24 30,302.00 13,426.20 48,653.74 15,589.60 14,594.31 18,469.83
Sumber : BPDAS Provinsi Aceh (2010).
230
Gambar 3. Bagian hulu, tengah, dan hilir DAS Krueng Aceh (dari kanan ke kiri)
Gambar 4. Peta titik pengambilan sampel Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup dua stasiun pos pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yaitu BMKG Indrapuri yang merupakan cakupan kawasan hulu dan tengah tempat pengambilan sampel penelitian, dan BMKG Blang Bintang yang merupakan cakupan kawasan curah hujan bagian hilir tempat pengambilan sampel penelitian. Data curah hujan yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 5. di bawah ini.
Curah Hujan (mm)
300.00 200.00 100.00 0.00
BMKG Blang Bintang BMKG Indrapuri
Gambar 5. Curah hujan pada Stasiun Blang Bintang dan Indrapuri Berdasarkan data hasil analisis sampel air yang diambil di beberapa titik tersaji pada Tabel 3.
231
Tabel 3. Hasil analisis sifat fisika air di DAS Krueng Aceh Parameter uji Warna (TCU) Suhu (oC) TDS mg/L DHL µs/cm 1. Hulu 34.00 26.40 94.60 170.00 2. Tengah 45.00 25.90 122.80 228.00 3. Hilir 42.00 26.10 4.44 7.43 Sumber : Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri (BARISTAND) No
Lokasi sampel
Kekeruhan NTU 0.145 63.90 0.38
Tabel 4. Standar baku mutu sifat fisika Badan Air Baku Mutu Badan Air PP No. 82 tahun 2001
Warna (TCU) -
Suhu (oC) 24-30
Parameter Uji TDS mg/L DHL µs/cm 1000 2250
Kekeruhan NTU -
Secara umum sifat fisika yang sudah dianalisis menunjukkan bahwa warna, suhu, TDS, DHL, dan kekeruhan masih dalam taraf aman atau di bawah standar baku mutu (Gambar 6.)
Gambar 6. Konsentrasi sifat-sifat fisika air pada DAS Krueng Aceh Hasil analisis sifat kimia di DAS Krueng Aceh dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Hasil analisis sifat kimia di DAS Krueng Aceh. No
Lokasi sampel
1 2 3
Hulu Tengah Hilir
pH 8.50 7.89 7.49
BOD5 0.93 1.73 1.93
COD 26.30 19.73 23.02
Parameter Uji mg/ L PO4 NO3 Besi 0.56 0.10 <0.009* 0.21 0.30 4.31 0.44 0.10 0.10
CaCO3 148.00 92.00 190.00
SO4 2.00 12.00 400.00
Sumber: Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri (BARISTAND) Keterangan : *Batas deteksi alat uji Tabel 6. Standar baku mutu sifat kimia badan air Baku Mutu Badan Air PP No. 82 tahun 2001
pH 5-9
BOD5 12
COD 100
Parameter Uji mg/L PO4 NO3 Besi 5 20 -
CaCO3 -
SO4 -
232
Gambar 7. Konsentrasi sifat-sifat kimia air pada DAS Krueng Aceh Tingginya kadar besi pada bagian tengah DAS Krueng Aceh disebabkan oleh aktifitas rumah tangga dan lahan pertanian yang luas daripada daerah hulu dan hilir DAS. Kadar besi yang terbentuk secara alamiah oleh proses oksidasi dari pirit menjadi besi dan sulfat. Hal ini juga dapat menyebabkan banyaknya kandungan besi yang masuk ke sungai. Di samping itu, di daerah bagian tengah DAS memiliki jenis tanah sulfat masam yang merupakan tanah yang mengandung senyawa pirit (FeS2). Kadar SAR yang tinggi disebabkan oleh adanya pengaruh limbah domestik khususnya dari sabun dan limbah industri. Kesimpulan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik dan kimia air di DAS Krueng Aceh, rata-rata masih di bawah ambang batas baku (taraf aman) yang memenuhi standar kualitas air kelas IV yang telah ditetapkan pada PP No. 82 Tahun 2001 sehingga masih layak digunakan dalam pengelolaan air pertanian.
Daftar Pustaka Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM Press. BPDAS Provinsi Aceh. 2010. Luas dan tingkat kekritisan lahan dalam DAS Kreng Aceh. Banda Aceh. Ramdan,
H. 2004. Prinsip Dasar Pengelolaan http://bebasbanjir2005.wordpress.
Daerah
Aliran
Sungai.
Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Penerbit Alumni. Bandung.
233