SINERGI DAN KOLABORASI PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA 1 + 1 + 1 = 300. Ini bukan karena korupsi, tapi karena "Sinergi Positif" Cinta pada sesama manusia, mulai dari orang tua dan keluarga, dan kemudian pada sekelilingnya, Cinta karya, pekerjaannya, lingkungan hidup, dan Tuhan Yang Maha Esa - Prof. BJ Habibie-
P
erkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) semakin bertambah tahun semakin
sekelilingnya, Cinta karya, pekerjaannya, lingkungan hidup, dan Tuhan Yang Maha Esa.
berkembang dengan pesat. Hal ini didukung dengan
Berkaca dari refleksi tersebut, MITI Klaster
kemampuan dan kemauan yang luar biasa dari para
Mahasiswa berkomitmen bersama membangun
pemikir dan pelaksana implementasi ilmu menjadi
bangsa Indonesia dengan sinergi dan kolaborasi positif
produk teknologi yang bermanfaat. Itulah yang
dengan semua elemen mahasiswa, akademisi,
menjadi indikator kemajuan ilmu pengetahuan dan
pemangku kebijakan, pebisnis, dan masyarakat dalam
teknologi yang memaksa orang yang sedang atau telah
pengembangan IPTEK di Indonesia yang mencakup
mempelajari bidang ilmunya untuk senantiasa belajar
seluruh disiplin ilmu yang ada bukan hanya dibatasi
dan mengembangkan pengetahuan selanjutnya.
ilmu murni akan tetapi semua ilmu sepeti ilmu sosial,
Permasalahan yang muncul adalah
seni, dan ilmu lainnya. MITI KM mengajak seluruh
pembangunan IPTEK yang masih belum menjadi arus
mahasiswa dalam membangun bangsa Indonesia
utama (mainstream); lemahnya sinergi kebijakan
melalui IPTEK. MITI KM menyediakan menu-menu
IPTEK (belum optimalnya integrasi program,
program yang dapat dijadikan sebagai kolaborasi
koordinasi, harmonisasi kegiatan, dukungan anggaran,
positif yaitu program pemberdayaan masyarakat
serta intermediasi, yang terjadi baik intra
(HIBAH MITI), MITI Paper chalenge (MPC), Neuron
lembaga/aktor penghasil IPTEK, maupun antar
Award (NA) yang dibingkai dalam Gebyar Inovasi
penghasil IPTEK dengan pengguna IPTEK) masih
Pemuda Indinesia (GIPI) di bulan Maret 2014 nanti.
lemahnya sosialisasi regulasi yang telah ada; dan
SALAM AKSELERASI
lemahnya budaya IPTEK. Untuk itu perlu Sinergi positif Cinta pada sesama manusia, mulai dari orang tua dan keluarga, dan kemudian pada
Heru Edi Kurniawan, M.Pd. Ketua MITI Klaster Mahasiswa
“Apa Kabar IPTEK Indonesia, Sebuah Pertanyaan di Penghujung Tahun” Andrie Javs V. (Presiden MITI Klaster Mahasiswa 2011-2012)
Ada banyak pertanyaan yang biasa diajukan dalam penghujung tahun. Salah satunya mengenai kemajuan IPTEK Indonesia. Ketika ada yang bertanya “bagaimana kabar IPTEK Indonesia?”, mungkin diantara kita akan sedikit bingung menjawabnya. Apalagi jika pertanyaan itu dilontarkan kepada kaum terpelajar. Pertanyaan tersebut menjadi sulit untuk dijawab. Atau jangan-jangan, dengan entengnya dan merasa tidak bersalah, kita akan menjawabnya dengan kalimat “kabar IPTEK Indonesia baik-baik saja kog, banyak kemajuan yang diraih”. Serius baik baik aja dan banyak kemajuan? Yakin loh? Coba kita lihat, kemajuan IPTEK Indonesia itu seperti jauh panggang dari api. Memang banyak prestasi dalam bidang IPTEK yang telah dicapai Indonesia selama ini, seperti temuan bibit padi unggul di bidang pertanian, bone filler di bidang kedokteran, stem cell gama-cha, rancang bangun pesawat remotely piloted vehicle dan lain sebagainya. Dalam perlombaan atau kejuaraan IPTEK dunia pun, putraputri Indonesia juga sering mendapat medali emas, mahasiswa kita menjuarai penulisan artikel tingkat dunia, paper hasil riset dosen-dosen kitapun banyak yang masuk dalam jurnal-jurnal ilmiah internasional, dan memang semuanya itu patut kita syukuri. Tetapi, penemuan dan penghargaan yang mengindikasikan perkembangan IPTEK Indonesia ini tidak berbanding lurus dengan penciptaan kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri. Disinilah persoalannya. Apakah
ada kebijakan yang salah? Apakah para peneliti kita tidak mengetahui hal ini? Benarkah kemajuan IPTEK kita sekarang belum menyejahterakan bangsa sendiri? Pertanyaan-pertanyaan yang mengundang kita untuk kembali mengevaluasi, apakah arah kebijakan IPTEK kita sudah sesuai dengan yang diinginkan. Kita punya visi IPTEK 2025. Visi ini sangat menarik dan ideal sesuai dengan kehendak kita untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. “IPTEK Sebagai Kekuatan Utama Peningkatan Kesejahteraan yang Berkelanjutan dan Peradaban Bangsa”. Begitulah bunyinya yang dicanangkan sejak tahun 2004. Namun menurut pengamatan penulis, visi ini belum menjadi ruh bagi bergeraknya IPTEK Indonesia, bahkan masih menjadi barang baru yang belum banyak diketahui masyarakat terutama para pengambil kebijakan, peneliti, dan pelaku industri. Hal Ini ditunjukkan dengan masih banyaknya penemuan-penemuan yang belum memasuki produksi massal, masih tertahan di laboratorium atau secanggih-canggihnya hanya menjadi prototipe. Sebagai contoh, dari 100 inovasi yang dilansir oleh BIC (Business Innovation Center), hanya 8 persen yang terserap ke dunia industri. Di sisi lain, masih ada kesenjangan antara kebutuhan industri sebagai pengguna hasil pengembangan IPTEK. Hal ini ditunjukkan dengan komposisi ekspor produk industri manufaktur baik negeri maupun swasta. Masih besarnya dominasi produk dengan kandungan teknologi rendah yaitu sebesar 60 %. Sedangkan 2
produk teknologi tinggi kurang dari 20%. Dari produk teknologi tinggi tersebut sebagian besar komponen (untuk elektronik mencapai 90%) masih impor. Jika dilihat dari penguasaan IPTEK, Indonesia sebagai pilar kemandirian dalam mengelola sumber daya alam secara perorangan sebenarnya sudah cukup cemerlang dan diperhitungkan dunia. beberapa anak bangsa negeri ini telah membuktikan karyanya di ajang bergengsi tingkat internasional. Namun perkembangan IPTEK tersebut sepertinya masih bersifat figuritas dan belum menjadi kesepakatan nasional sehingga lemah dalam kesinambungan. Entah malas, lelah, atau putus asa karena tidak adanya kebijakan yang sinergis dan berkesinambungan, prestasi yang diukir anak bangsa tersebut hanya menjadi torehan tinta emas diatas kertas. Sedikit sekali mereka yang mau ambil risiko mengembangkan penemuannya ke tahap industri hingga pada akhirnya dapat dirasakan masyarakat. Memang tidak mudah, tetapi masalahnya belum banyak yang mencoba. Jika kita mau belajar dari Korea Selatan, Cina, India, maupun Singapura, mereka telah lebih awal mencanangkan bahwa pengembangan IPTEK harus diikuti langsung dengan laju pergerakan ekonomi dan laju kesejahteraan masyarakatnya. Dari negara-negara tersebut, kita dapat menemukan bahwa visi pengembangan IPTEK akan berjalan jika pengambil kebijakan memiliki keberanian untuk berinvestasi jauh lebih besar di sektor riset. Disisi lain, dunia swasta pun juga lebih berani bekerjasama dan bersinergi dengan lembaga atau institusi yang memproduksi hasil riset, mulai dari kontribusi dana riset hingga keberanian untuk menjadikan hasil riset mampu diproduksi secara massal. Dan tidak kalah penting yang mungkin masih langka ditemui saat ini di negara kita, para peneliti mereka mau terjun langsung ke dunia swasta sekalipun itu harus memulai dari nol yakni, membangun industri berbasis hasil penelitiannya masing-masing. Keberanian ketiga aktor penting inilah yang menjadi kunci bergairahnya pertumbahan inovasi dan terbentuknya masyarakat berbasis IPTEK.
Namun sekali lagi, realitanya di Indonesia sampai saat ini ketiga aktor tersebut masih enggan bersinergi dengan alasan yang sebenarnya klasik, masalahnya karena tidak punya willingness yang kuat dan masih belum diikat oleh spirit pentingnya mencapai visi IPTEK Indonesia. Oleh karena itu, di penghujung tahun ini, sudah sepantasnya kita semua duduk bersama, saling mengevaluasi, sudah tepatkah regulasi yang kita buat, dana yang kita anggarkan, dan agenda yang kita lakukan. Tidak cukup sampai disana, ke depan bagaimana visi IPTEK ini dipahami seluruh kaum intelektual dan menjadi semangat bersama, sehingga tercipta kondisi yang saling mendukung serta lebih sinergis. Kita sebagai kaum intelektual muda yang akan menjadi aktor-aktor dalam perkembangan IPTEK ke depannya, pun juga dapat mempersiapkan diri dari awal untuk mengasah kompetensi maupun memperbesar spirit untuk mencapai visi IPTEK Indonesia. Jika kita dapat konsisten sampai dengan nanti menjadi salah satu dari ketiga aktor tersebut, terbentuknya masyarakat yang jauh lebih sejahtera serta terwujudnya msyarakat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat bukan hanya impian. Insya Allah.
3
Mikroalga tergolong organisme yang bersifat autotrof dan memiliki kemampuan melakukan konversi karbondioksida menjadi biofuel potensial, makanan serta
Dr. Ir. Mujizat Kawaroe, M.Si
bioaktif yang bernilai tinggi dengan bantuan sinar matahari. Mikroalga mengandung protein, lemak, asam lemak tak jenuh, pigmen, dan vitamin. Kandungan lemak (lipid) dan asam lemak (fatty acid) yang ada dalam
trik dan tips sehingga proposal-proposal penelitian lolos
mikroalga merupakan sumber energi. Kandungan ini
seleksi. Bagi saya yang terpenting syarat dan
dihasilkan dari proses fotosintesis.
kualifikasinya dipenuhi semua, terus kita maju. Tapi
Saat ini pemanfaatan biomassa mikroalga masih
kualifikasi yang memenuhi bukan satu tapi banyak, dan
terbatas pada beberapa spesies antara lain Spirulina
hanya kekuatan Allah yang menentukan. Semua kekuatan
platensis dari kelas Cyanophyceae dan Chlorella sp. dari
dari Allah.
kelas Chloropyceae. Kedua spesies mikroalga tersebut
Dalam riset kita juga perlu banyak bersabar, yang
dimanfaatkan sebagai suplemen makanan dan bahan obat-
terpenting kita melakukan riset itu konsisten dan setia.
obatan. Mikroalga dari kelas Rhodophyceae dan
Tidak usah mengikuti arus. Sebenarnya saya sudah
Crysophyceae belum dimanfaatkan lebih lanjut terutama
melakukan penelitian mengenai mikroalga sejak tahun
sebagai bahan baku biofuel.
1989 tetapi baru booming tahun 2006-an. Saya juga tidak
Dari latar belakang tersebut, Mujizat tertarik
tahu kenapa semua orang bisa langsung tahu, padahal
melakukan riset untuk mengkaji karakteristik
yang saya lakukan hal-hal yang biasa saja, mungkin
pertumbuhan mikroalga kelas Cyanophyceae,
karena awal-awal belum terdata, orang-orang masih
Rhodophyceae dan Chrysophyceae serta kandungan asam
belum memberikan perhatian terhadap itu. Kita harus
lemak dalam mikroalga tersebut. Tidak semua mikroalga
mandiri, tak ada pendanaan tetap lanjut. Selain mikroalga
memberikan senyawa asam lemak yang cukup potensial.
dan makroalga, saya dulu meneliti tentang lamun,
Hal ini terkait dengan sifat pertumbuhan dan kemampuan
mangrove, namun fokusnya lebih ke ekologi.
memproduksi asam lemak.
Bagi saya keluarga tetap yang pertama dan utama
Sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor,
tidak akan ada duanya. Saya komitmen dengan suami agar
Mujizat terus berusaha mengembangkan riset-riset
saya tidak menganggur di rumah. Jika suami saya bilang
selanjutnya. Baginya riset adalah bagaimana kita mulai
besok berhenti, maka saya akan berhenti. Saya tidak
membangun pikiran bahwa rasa penasaran dan rasa
berambisi dalam bekerja, saya menjalani pekerjaan ini
keingintahuan terhadap alam tidak akan ada habisnya.
dengan lepas tak terbebani. Teringat saat saya
Penelitian dalam bidang ilmu alam ini banyak membuat
mendapatkan tawaran beasiswa ke luar negeri, beasiswa
saya menemukan hal-hal baru, Subhanallah ternyata Allah
tersebut tidak saya ambil karena suami saya tidak
menciptakan seperti ini dan itu dengan sempurnanya. Tapi
memberikan izin. Saya menurut, saya dapat gelar master
pemikiran-pemikiran saya terhadap riset selalu saya
tapi ga dapat gelar mister. Keluarga lebih penting daripada
utarakan ke Allah. Banyak orang yang bertanya, apa saja
gelar.
4
Pada tanggal 23-24 November yang lalu, bertempat di UNNES Semarang, MITI KM bekerjasama dengan UKMP UNNES menyelenggarakan Temu Wilayah, yang mempertemukan puluhan Kelompok Studi Universitas (KSU) di wilayah Jawa Tengah-DIY
untuk field trip keliling Semarang mengunjungi
(JaDIY). Rangkaian Temwil ini dimulai dengan
berbagai obyek pariwisata seperti Masjid
presentasi finalis ajang LKTI Youth Creative
Agung Jawa Tengah dan Lawang Sewu.
Olympic. Terdapat 10 finalis untuk kategori
Acara puncak Seminar Nasional
SMA/sederajat dan 10 finalis untuk kategori
Pendidikan yang mendatangkan para praktisi
Perguruan Tinggi dari berbagai Universitas di
pendidikan dari berbagai latar belakang
Indonesia.
mendapatkan antusiasme yang luar biasa dari
Pemenang dalam event ini untuk kategori
peserta. Diawali dengan Bapak Farid Poniman
SMA/sederajat adalah Juara 1 MAN 3 Kediri,
dengan metode STIFIn, dilanjutkan dengan Dr.
Juara 2 SMKN 1 Depok, Juara 3 SMKN 1 Depok,
Edi Suharyadi yang menguraikan tentang
Juara harapan 1 SMAN 2 Jombang dan Juara
pendidikan Jepang dan diakhiri dengan Drs.
harapan 2 SMAN 1 Ungaran.
Sedangkan
Ciptono beserta anak didiknya yang
pemenang kategori Perguruan Tinggi adalah Juara
berkebutuhan khusus memukau ratusan peserta
1 Universitas Negeri Padang (UNP), Juara 2
seminar. Ratusan peserta terlihat sangat
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Juara 3
menikmati serangkaian kegiatan dari seminar
IKIP PGRI Madiun, Juara Harapan 1 Universitas
nasional, workshop beasiswa, hingga pelatihan
Brawijaya, Juara harapan 2 Universitas Negeri
penulisan riset. Perwakilan KSU mendapat
Semarang (UNNES). Peserta juga berkesempatan
materi khusus mengenai training kelembagaan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan lembaga riset. Training kelembagaan ini terdiri dari kelas riset dan kelas community development (comdev). Di akhir acara juga ditandatangani MoU (Memorandum of Understanding) Kemitraan antara MITI KM dengan KSU di wilayah JaDIY. Harapannya, kegiatan temu wilayah ini menjadi ajang temu penggiat riset wilayah JaDIY dan membuat MITI KM lebih membumi.
5
Ada berbagai macam cara untuk dapat
Kesiapan kita dalam mempersiapkan hal-hal
mencapainya, salah satunya adalah dengan melanjutkan
teknis ini, juga akan berpengaruh pada kecakapan kita
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak dari kita
mencari dukungan finansial untuk menunjang pendidikan
yang berkeinginan untuk langsung bekerja, namun tak
yang bisa didapat lewat beasiswa ataupun sponsor.
jarang banyak dari kita juga ingin melanjutkan pendidikan
Sedangkan untuk persiapan mental adalah bagaimana
setelah lulus dari program sarjana. Untuk melanjutkan
kesiapan kita dalam berniat, berusaha serta menerima
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membutuhkan
konsekuensi dari pilihan yang kita ambil.
persiapan yang matang, mencakup; persiapan
Berdasarkan hal tersebut, MITI Klaster
administratif, pengetahuan dan informasi tentang studi
Mahasiswa sebagai lembaga yang mendukung mahasiswa
yang hendak ditempuh, material, dan juga mental.
Indonesia agar memiliki karakter Kompeten, Profesional,
Persiapan secara administratif di antaranya
dan Kontributif, mencoba memfasilitasi proses persiapan
mempersiapkan komponen-komponen yang dibutuhkan
mahasiswa yang berkeinginan untuk melanjutkan
untuk mendaftarkan diri ke universitas seperti curriculum
pendidikan, khususnya di luar negeri, melalui program
vitae, motivation letter, research plan, dan berbagai macam
kerja di Departemen Hubungan Luar Negeri (International
tes seperti tes bahasa (TOEFL, TOEIC, IELTS), kecakapan
Relations), di antaranya adalah:
seperti GRE atau GMAT, serta tes masuk universitas.
Workshop Beasiswa Tim HLN: Arief Muammar, Uswatun Hasanah, Atin Kurniawati, dan Teesya Chairunnisa Kegiatan ini berupa pemberian motivasi, training, serta pendampingan mahasiswa dalam mempersiapkan komponen-komponen seperti curriculum vitae, motivation letter, research plan, tes bahasa, serta beberapa tes persiapan universitas lainnya. Workshop utama akan diadakan di 7 kelompok wilayah pembinaan MITI Klaster Mahasiswa serta saat kegiatan Gebyar Inovasi Pemuda Indonesia (GIPI) 2 di UGM, Yogyakarta. Selain itu, tim training menerima undangan workshop beasiswa lewat kerjasama dengan organisasi atau unit kegiatan mahasiswa di berbagai universitas di seluruh Indonesia. Setiap workshop akan dilanjutkan dengan follow up bagi peserta yang terpilih untuk mengikuti pendampingan secara intensif selama 1 tahun.
6
Pameran Pendidikan Kegiatan ini berupaya untuk mempertemukan pencari beasiswa dengan lembaga penyalur beasiswa baik di dalam maupun luar negeri. Program ini akan dilaksanakan saat kegiatan Gebyar Inovasi Pemuda Indonesia (GIPI) 2 yang akan diadakan di UGM, Yogyakarta pada bulan Maret 2014.
Youth Connecting Mentor: Riska Ayu Purnamasari (Jepang), Retno Widyastuti (Taiwan), Hadi Teguh Yudhistira (Korea Selatan), dan Evi Marlina (Turki) Kegiatan ini merupakan pendampingan dan follow up dari workshop beasiswa, dimana anggotanya terbatas hanya untuk peserta yang dinilai siap dan bersungguh-sungguh untuk melanjutkan studinya dan berproses mencari beasiswa dalam jangka waktu pendek. Secara teknis, akan dibuat forum komunikasi dan sharing antar anggota forum dengan mentor yang akan medampingi peserta. Program ini direncanakan pula untuk dapat menggandeng rekanan MITI Klaster Mahasiswa, khususnya PPI Dunia. Akan tetapi, untuk sementara ini, pendampingan akan dipusatkan pada 4 negara yakni Taiwan, Turki, Korea, dan Jepang.
HLN Media Media informasi seputar universitas, beasiswa, research grant, dan ajang akademik internasional lainnya.
7