E
PL
M
SA PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
SChristian inning
M
SA
Like a
7 Dosa Mematikan
PL
William H. Willimon
E PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
Originally published in the U.S.A. under the title:
Sinning Like a Christian
SA
Copyright ©2005 by Abingdon Press Nashville, Tennessee
Hak cipta terjemahan Indonesia Penerbit Gandum Mas Cetakan Pertama 2015 Hak Cipta dilindungi undang-undang
M
Penerjemah: David Herlambang Korektor: Yenny Agus Salim
E
PL
Tiada ungkapan yang lebih manis selain mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena Anda telah menghargai dan tidak memperbanyak karya tulis saudara seiman ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit Gandum Mas
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
SA
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1. Memikirkan Tentang Dosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 2. Kesombongan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 3. Iri Hati. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47 4. Kemarahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63 5. Kemalasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
M
6. Ketamakan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91 7. Kerakusan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 105 8. Nafsu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 123 Catatan Tambahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 139
PL
Pertanyaan untuk Pembelajaran dan Refleksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143
E PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
D
E
PL
M
SA
ahulu kala ada Dia yang datang menghampiri kita, yang menyentuh yang tidak tersentuh, memalingkan diri dari perhiasan kecil dunia yang gemerlap, mencintai bahkan hingga akhir hayatnya, dan tidak pernah memalingkan pandangan-Nya dari Allah. Dan kita membenci-Nya karena hal itu. Dia mendatangi kita dengan tangan yang terbuka lebar, mengundang dengan murah hati, mencari kita, sabar sekaligus bersemangat mengejar kita. Dan dengan begitu Dia menunjukkan hal terburuk dari diri kita. Kita berpikir bahwa hubungan antara kita dengan Allah tidaklah seburuk itu, namun di saat Dia berbicara kepada kita tentang Allah, dan tentang diri kita, dan selalu mengingatkan kita tentang apa yang kita anggap benar, ya, kita mengira bahwa kita itu baik sampai kita berjumpa dengan-Nya. Dia memanggil kita untuk berusaha keras melakukan perbuatan moral yang besar, kemudian menyaksikan saat kita benar-benar gagal. Dia mengundang kita untuk bergabung dengan kerajaan-Nya, kemudian menetapkan tuntutan Kerajaan sedemikian tinggi sehingga ketika tiba saatnya bagi kita untuk berdiri teguh dan memperlihatkan siapa diri kita, kita malah melarikan diri, menyelinap ke dalam kegelapan. Dia berkata, “Marilah kepada-Ku. Pikullah kuk-Ku.” Dan serentak kita berteriak, “Salibkan Dia!” Sebuah film dokumenter di televisi baru-baru ini, yang berjudul “Perubahan Rupa Dalam Ibadah” membawa kita melihat banyak gereja “postmodern” yang bertumbuh, dan inovatif. Hari Minggu di kebanyakan gereja-gereja seperti itu terasa sangat riang, bersemangat, dan positif, tepat seperti yang saya harapkan dari “Gereja para pencari yang peka” yang ditata dengan baik. Tetapi seorang pendeta muda dari West Coast, pemimpin dari jemaat yang sedang berkembang dan kebanyakan terdiri dari orang-orang dewasa muda, ketika diminta untuk menjelaskan mengapa begitu banyak orang yang berkumpul untuk beribadah bersamanya, mengatakan, “Terlalu sedikit orang dewasa muda mendapati seseorang menatap wajah mereka dan mengatakan terus terang, dengan kepedulian dan belas kasihan, ‘Kamu benarbenar tidak menyenangkan.’” Saya bisa saja mengatakan hal ini dengan lebih elegan, tetapi saya setuju dengannya secara teologi. Orang-orang tidak sebodoh seperti penganut Protestan Liberal umumnya, atau dalam hal ini, tidak membohongi diri sendiri seperti yang dituduhkan oleh penganut konservatisme alkitabiah. Seperti yang ditunjukkan C. S. Lewis, “Merupakan siasat Iblis untuk
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
8
Sinning Like a Christian: Tujuh Dosa Mematikan
E
PL
M
SA
meyakinkan kita bahwa tidak ada Iblis.”1 Merupakan tanda pasti dari sebuah gereja yang berkompromi – sebuah gereja yang telah mundur dari peperangan melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap dan roh-roh jahat di udara, sebuah gereja tanpa nabi – ketika kita menemukan sebuah gereja yang telah berhenti mengatasi dosa. Atau, seperti yang dikatakan oleh karakter dalam salah satu drama Oscar Wilde, “Kita harus memercayai adanya kejahatan pada diri setiap orang, sampai, tentu saja, orang itu diketahui baik. Tapi itu membutuhkan sejumlah besar penyelidikan sekarang ini” (A Woman of No Importance). Ketika secara terang-terangan saya merasa terheran-heran dengan kesuksesan program TV “Dr. Phil,” bertanya-tanya mengapa gaya bicara Texasnya yang terus terang, langsung pada intinya, menarik banyak pemirsa seperti itu, seorang psiko-terapis dalam jemaat saya menjelaskan, “Orangorang siap diberitahukan kebenaran tentang diri mereka, sekalipun hal itu menyakitkan, karena mereka tahu, bahwa tanpa memperoleh kebenaran mereka tidak akan memperoleh kehidupan.” Walaupun kita tidak menyukai bila kebenaran itu diberitahukan langsung kepada kita, kita tentu suka ketika mendengar Dr. Phil mengatakan kebenaran kepada orang lain. Anton Chekov mengatakan dalam Notebooks, “Manusia hanya akan menjadi lebih baik saat Anda membuatnya melihat seperti apa dirinya.” Dan Anda benar-benar belum mengatakan yang sebenarnya tentang kami sampai Anda mengatakan kepada kami bahwa jauh di dalam, saat semuanya telah dikatakan dan dilakukan, bahkan dalam usaha terbaik kita, kita benar-benar tidak menyenangkan. Atau kata-kata semacam itu. Aneh bahwa kita bahkan telah membuat Yesus terlibat dalam sejumlah besar penegasan dan kemurahan sedemikian, mengingat betapa seringnya, secara spontan dan dengan bersemangat Yesus mengatakan kepada kita bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Siapa pun yang mengira Yesus tertarik dalam keinklusifan, penegasan diri, dan penerimaan penuh keterbukaan dan hati yang gembira, maka harus memikirkan mengapa kita menanggapi-Nya dengan memaku-Nya di kayu salib. Dia sampai ke sana bukan untuk mendorong kita agar “memperhatikan bunga bakung” tetapi untuk menyebut kita “kuburan yang dilabur putih” atau bahkan lebih buruk. Namun mungkin bukanlah misteri besar yang telah kita usahakan – Kitab Suci akan dikritik – untuk menghasilkan Yesus yang menyenangkan, tidak memilih-milih. Lagi pula, kita adalah orang-orang yang, setelah melewati abad paling kejam dalam sejarah, menandai awal dari abad yang baru di pagi bulan September dengan menyaksikan pembunuhan banyak sekali warga sipil yang tidak bersalah, kemudian mengizinkan terjadinya perang Bush lainnya yang telah membantai bahkan lebih banyak lagi warga sipil yang
1.
C. S. Lewis, seperti dikutip dalam Mephistopheles: The Devil in the Modern World, oleh Jeffrey Burton Russell (Ithaca, NY: Cornell University Press, 1986), 80.
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
9
Pendahuluan
E
PL
M
SA
tidak bersalah di Irak dan Afganistan, semuanya dengan motif nasional, demokratis yang terbaik. Bisa dikatakan bahwa kita tidak memberikan awal yang baik dalam mempersembahkan diri kita sebagai orang-orang yang baik, ramah, penuh kasih, dan sudah mendapat pencerahan yang pada akhirnya telah meninggalkan semua dosa primitif itu. Saya bertanya kepada seorang pecandu alkohol yang sedang dalam masa penyembuhan dalam jemaat saya, “Sam, mengapa Anda tidak datang lagi ke gereja?” Dia menjawab, “Pendeta, setelah Anda mengalami kecanduan alkohol, dan mendapatkan pengobatan, dan harus menghadapi sifat iblis Anda, lalu harus berdiri telanjang di depan dua puluh pemabuk lainnya dan menceritakan semua hal buruk yang pernah Anda lakukan atau pikirkan, kemudian harus meminta Allah dan mereka agar mengampuni Anda karena menjadi diri Anda sendiri, yah, gereja terlihat sebagai sesuatu yang membuang-buang waktu.” Gereja lebih dari sekadar tentang dosa, namun, dengan kasih karunia Tuhan, gereja seharusnya tidak boleh kurang dari itu. Mengajarkan kepada orang-orang bahwa kita adalah orang berdosa merupakan pelayanan nubuatan dari gereja. Bayangkan gereja sebagai sebuah pembelajaran seumur hidup tentang bagaimana menjadi seorang berdosa. Mungkin saja kita mengerti tentang dosa, tetapi kita tidak berhasil untuk menyadari dosa tanpa kasih karunia Tuhan. “Dosa” orang-orang nonKristen cenderung tidak terlalu berarti. Bagi umat Kristen, dosa itu bukan merupakan sifat dalam kondisi manusia, walaupun hal itu benar; tetapi, dosa lebih merupakan persoalan antara kita dengan Allah. Dosa adalah pemberontakan terhadap Penguasa sejati kita, suatu penghinaan terhadap maksud Sang Pencipta menciptakan kita. Cerita Injil bahwa kita adalah orangorang berdosa yang ditebus karena telah diampuni adalah cara di mana kita bisa bersikap jujur tentang kenyataan, kerumitan, dan kebobrokan dosa kita. Banyak orang yang peka dan penuh perhatian menyadari akan kekacauan dan penyakit umum dalam keberadaan manusia. Bacalah surat kabar pagi ini, telusurilah sejarah peradaban dunia Barat, pusatkan perhatian pada gaya hidup ipar laki-laki Anda, maka Anda dapat yakin bahwa kita berdosa, baik Anda percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan atau tidak. Kesadaran yang disamaratakan akan keadaan manusia yang terbatas ini tidak terlalu berhubungan dengan anggapan Kristen tentang dosa. Dosa lebih daripada hal tabu, rasa takut, atau rasa malu. Terjemahan Yunani dari Alkitab Yahudi untuk “dosa” yaitu hamartia atau “tidak sesuai norma” hanya menambah kebingungan. Dosa itu lebih dari sekadar hidup tidak sesuai dengan kemampuan manusiawi kita, tersandung, membuat kesalahan, atau sedikit keluar dari norma. Bila orang-orang Kristen mengatakan “dosa,” maka kita menggambarkan lebih dari sekadar fenomena kultural universal bahwa umat manusia hidup tidak seperti yang seharusnya. Rienhold Niebuhr, mengutip Herbert Butterfield, terkenal dengan pernyataannya bahwa doktrin tentang dosa mula-mula adalah satu-satunya
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
10
Sinning Like a Christian: Tujuh Dosa Mematikan
2.
E
PL
M
SA
doktrin Kristen yang bisa dibuktikan secara empiris. Bahkan orang-orang yang tidak tahu bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan juga tahu tentang dosa. Niebuhr salah. Dosa Kristen terjadi bukan akibat dari ketidakbahagiaan kita akan keterbatasan dari keberadaan manusia dan respons kita yang tidak benar atas ketidakpuasan dari keadaan kita yang terbatas (Niebuhr).2 Melainkan, dosa Kristen itu diperoleh dari dan bergantung pada apa yang diketahui umat Kristen tentang Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus. Salah satu hal yang membuat saya terkesan dalam membaca catatan klasik gereja mengenai Tujuh Dosa Mematikan adalah kurangnya dasar secara teologis dan alkitabiah untuk catatan ini, meskipun catatan-catatan ini dikemukakan oleh ahli teologi besar seperti Santo Thomas Aquinas. Saya percaya bahwa alasan terbaik yang harus diperhatikan oleh umat Kristen tentang dosa bersifat teologis. Di sana ada Allah yang datang kepada kita sebagai Yesus Kristus yang membuat kita peduli terhadap kecenderungan manusiawi yang dianggap biasa seperti Nafsu, dan membuat kita bisa menyebutkan pelanggaran khususnya dan meng anggap bahwa kecenderungan yang memberi kontribusi pada konsepsi dari kehidupan manusia adalah hal yang “mematikan.” Anggapan gereja tentang dosa, seperti anggapan umat Israel sebelumnya, sangat ganjil. Pengertian itu diambil bukan dari spekulasi tentang keadaan umum atau universal dari kemanusiaan, tetapi lebih dari catatan aneh yang cukup spesifik tentang apa maksud Allah di dunia ini. Maksud Allah ini disebut sebagai Kitab Perjanjian, Taurat, atau, bagi umat Kristen, Salib Yesus. Jika kita mencoba memulainya dari Kitab Kejadian, dengan Adam dan Hawa dan “kejatuhan” mereka, maka kita keliru, seperti halnya Niebuhr, bila menganggap dosa sebagai masalah bawaan kecil yang tidak dapat dihilangkan dalam sifat manusia. Kita harus memulai dengan Keluaran bukan dengan Kejadian, dengan Sinai dan bukan dengan Taman Eden, dengan Kalvari. Hanya dengan meluruskan ceritanya – kisah Allah tentang penebusan—barulah kita bisa menceritakan kisah kita dengan sebenarbenarnya. Umat Kristen percaya bahwa satu-satunya cara untuk memahami dosa kita dengan keseriusan yang pantas dan tanpa kekecewaan adalah
Salah satu tujuan dari Nature and Destiny of Man (New York: Scribner, 1964) karya Reinhold Niebuhr adalah “untuk mengaitkan konsepsi Kristen yang alkitabiah dan berbeda dari dosa sebagai kesombongan dan mengasihi diri sendiri dengan perilaku manusia yang bisa diamati.” Bagi Niebuhr, dosa adalah sebutan universal yang diperlihatkan semua orang sebagai akibat dari kesadaran mereka akan keadaan yang terbatas. Penganut feminis mengkritik pandangan Niebuhr tentang dosa sebagai pandangan yang terikat oleh budaya, mungkin ditentukan oleh jenis kelamin, daripada diambil secara alkitabiah. Lihat khususnya Sex, Sin, and Grace: Women’s Experience and the Theologies of Reinhold Niebuhr and Paul Tillich (Washington, DC: University Press of America, 1980), 62-72, karya Judith Plaskow.
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
11
Pendahuluan
PL
M
SA
dengan pengetahuan kita tentang Allah yang bisa bersikap murah hati sekaligus mengatakan yang sebenarnya. Situasi kita sebagai manusia adalah bahwa kita semua bukan diperlengkapi dengan keinginan yang kuat dan keadaan tidak bisa dipahami tanpa arah yang dituju, selain keadaan yang terbatas serta kegagalan. Situasi kita adalah bahwa kita melihat hidup kita melalui serangkaian dusta tentang diri kita, cerita-cerita bohong tentang diri kita dan maksud kita diciptakan, tanpa pernah memperoleh gambaran yang akurat tentang diri kita. Melalui “lensa” dari kisah Yesus kita mampu melihat diri kita dengan benar dan menyebutkan segala hal dengan benar pula. Hanya melalui kisah Salib Kristus kita dapat melihat betapa dalam dan seriusnya dosa kita. Hanya melalui kisah yang menggabungkan salib dan kebangkitan ini kita dapat melihat seluruh sumber daya dan kasih dari Allah yang menetapkan untuk menyelamatkan orang-orang berdosa (Rm. 3:21-25). Karenanya Barth dapat menyatakan bahwa “tidak ada pengetahuan tentang dosa kecuali dari sudut pandang salib Kristus.”3 Dalam lukisan Hieronymus Bosch di Prado, Madrid, yang dilukis sekitar tahun 1485, tujuh dosa itu digambarkan sebagai jari-jari dari sebuah roda atau pancaran dari sinar matahari. Di tengah-tengahnya ada sebuah mata yang besar, Allah yang Maha melihat dan mengetahui semua rahasia kita. Namun ini juga merupakan gambaran Allah yang sifatnya adalah kekudusan dan terang, yang membuat kecenderungan manusia disebut sebagai dosa. Buku ini adalah sebuah karya dari antropologi Kristen – yaitu, sebuah eksplorasi tentang siapa diri kita sebagai manusia – tetapi untuk menjadi sebuah catatan Kristen yang dapat dipercaya, buku ini harus berdasarkan teologi. Kita bisa dengan jujur membicarakan tentang dosa hanya dari titik awal penebusan kita, jika tidak pembicaraan kita tentang dosa akan menjadi tidak serius ataupun membawa kita pada rasa penasaran yang salah dan siasia. Oleh karena itu saya setuju dengan ahli teologi Baptist James McClendon saat ia mengatakan bahwa, agar bisa berpikir benar tentang doktrin yang diterima gereja tentang dosa,
E
Sangatlah penting untuk membuat titik awal, bukan dari perbuatan dosa Adam (atau Hawa!) atas nama bayi-bayi yang tidak berdosa dan orang-orang percaya yang setia yang dilahirkan berabad-abad setelahnya, tapi lebih kepada kesetiaan penuh kepada Yesus dari Nazaret, yang melawan pencobaan yang menghadang-Nya dalam perjalanan menuju kayu salib, yang mengalahkan segala penghulu-penghulu dunia yang gelap dan roh-roh jahat di zaman-Nya dengan mengorbankan nyawa-Nya, dan yang telah bangkit dari kematian, memanggil para pengikut untuk meninggalkan semua dosa dan mengikuti dengan setia pelopor keselamatan mereka. Sebuah doktrin dosa yang terhubung dengan narasi penting ini . . . [tidak hanya akan memperlihatkan] bayangan gelap yang dibuat oleh dosa . . . [tetapi juga akan] memegang kesetiaan ilahi ini sebagai ukuran atas segala kehidupan, dan harus mengakui
3.
Karl Barth, Dogmatics in Outline (New York: Harper, 1959), 151.
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
12
Sinning Like a Christian: Tujuh Dosa Mematikan bahwa apa pun yang tidak berhasil memenuhi, menyangkal, atau berlawanan dengan kesetiaan Kristus adalah dosa.4
E
PL
M
SA
Menyaksikan kisah ganjil ini berarti terus meminta pengampunan atas dosa yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui. Itu artinya memohon, setiap hari Minggu, pengampunan dari dosa yang merupakan akibat dari niat jahat kita yang tersembunyi, serta dosa yang hanya merupakan akibat dari keadaan kita sebagai manusia yang kadang-kadang melakukan kesalahan. Itu artinya tetap hidup dalam keyakinan bahwa pada akhirnya Yesus benarbenar bermaksud memiliki dunia melalui proses melayani yang tidak layak Dia lakukan terhadap sekumpulan orang berdosa seperti kita.5 Itu artinya duduk dengan ceroboh di atas kemenangan moral kita yang amat kecil, mengetahui bahwa itu semua diwarnai dengan sedikit sentuhan dosa, dan pada saat yang sama bersikap lembut pada kegagalan kita dan kegagalan sesama kita, tidak mengharapkan terlalu banyak dari orang-orang seperti kita. Itu artinya memiliki selera humor yang lahir dari kekaguman kita bahwa Yesus Kristus mati, bukan demi nama harum bangsa, atau garasi yang bisa menampung dua mobil, atau dana pensiun yang besar (semua idealisme yang menjadi tujuan hidup kita), tetapi untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, yaitu, orang-orang seperti kita. Karena hal ganjil yang dilakukan Allah bagi orang-orang berdosa, sangatlah mungkin bagi kita untuk mengakui dosa kita dan tetap hidup dalam iman, pengharapan, dan kasih, dengan mengetahui bahwa dalam dosa kita pun, kita mampu untuk percaya bahwa “kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (Rm. 8:37). Jadi pertimbangan akan dosa, dari sudut pandang kristiani, harus selalu dimulai dengan, dan harus selalu tertambat pada, Kristus yang datang untuk mencari dan menyelamatkan, untuk makan bersama dan menebus, orangorang berdosa. Kita juga harus terus mengingat bahwa pertimbangan akan dosa menempatkan kita pada posisi yang membahayakan. Ahli teologi Karl Barth mengatakan bahwa kita harus berhati-hati agar tidak menganggap dosa terlalu serius. Setan itu membosankan, sedangkan malaikat itu memesonakan. Dosa itu nyata, meresap, mematikan, dan mengalahkan, ujar Barth. Musuh Kristus masih berkeliaran, namun, setelah kekalahan musuh pada hari Jumat Agung dan Paskah, kehancuran musuh menjadi pasti. Karenanya Barth mengatakan dosa sebagai Das Nichtige – tidak penting, tidak berarti. Akan merupakan hal yang menyimpang secara teologi bila kita lebih tertarik dan terkesan dengan dosa manusia daripada dengan pengampunan ilahi atas dosa kita.
4. 5.
James William McClendon, Jr., “Sin,” dalam A New Handbook of Christian Theology, ed D.W. Musser dan J. L. Price (Nashville: Abingdon Press, 1992), 446-447. Lihat Sighing for Eden: Sin and Evil in the Christian Life (Nashville: Abingdon Press, 1985) untuk pemikiran saya tentang implikasi dari doktrin tentang dosa mulamula untuk praktik dari ministri Kristen (hlm. 183-190).
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
13
Pendahuluan
E
PL
M
SA
Dusta terhadap diri sendiri muncul dalam banyak bentuk. Bahwa saya bersusah payah untuk merenungkan Tujuh Dosa Mematikan bisa menjadi sebuah indikasi bahwa saya sedang berusaha menutupi keterlibatan saya dalam dosa dengan mengambil inisiatif, menyerang, dengan tujuan untuk menutupi dosa-dosa saya sendiri. Saya bisa mengambil keuntungan awal dari Anda dengan menyebutkan dosa Anda secara amat jujur untuk mengalihkan perhatian dari dosa saya. Dengan menyebutkan kemalasan Anda, saya menutupi ketamakan saya sendiri. Saya akan berusaha dengan fasih untuk menjelaskan bahwa dosa saya dalam menulis buku ini demi uang, tidaklah berarti secara moral seperti kegagalan Anda untuk bangun dari tempat tidur, duduk di depan komputer, dan menulis buku ini. Pejuang moral, setidaknya dalam kesusasteraan, sering kali merupakan orang sesat yang dikenal tertutup. Seperti yang ditunjukkan, Karl Barth memperingatkan kita agar jangan menjadi terlalu terkesima dengan Iblis dan memberikan terlalu banyak pertimbangan kepada Iblis. Rasa takjub saya dengan beberapa bentuk dari penyimpangan moral bisa saja menyimpang. Fokus saya terhadap nafsu Anda membuat saya bisa menjadi seorang yang menghambur-hamburkan dengan mandat. Mengapa Inggris tidak termasuk salah satu negara dengan tingkat pembunuhan terendah di dunia? Mereka memiliki Agatha Christie, Dorothy Sayers, P. D. James, dan novelis wanita besar lainnya yang menulis tentang pembunuhan dan penganiayaan. Siapa yang perlu melakukan dosa, bila Anda dapat menikmatinya seolah mengalami sendiri dengan penggambaran yang sangat baik? Selama tahun-tahun saya di Duke, lebih dari satu mahasiswa cemerlang menunjukkan bahwa saya agak terlalu gembira dalam kritik khotbah saya akan ketamakan mereka. Bahwa saya tidak memperoleh gaji yang akan mereka peroleh suatu hari nanti mungkin merupakan sumber dari kemarahan saya yang dapat dibenarkan. Berhatihatilah terhadap sebuah ménage à trois (hubungan segitiga) antara iri hati, keserakahan, dan kemarahan, terutama di dalam gereja. Oscar Wilde menegur kita kaum moralis dan para pembela kebenaran dengan mengatakan, “Saya tidak pernah bertemu dengan seseorang yang moralitasnya begitu dominan yang tidak kejam, penuh dendam, keras kepala, tidak punya hati, dan benar-benar tidak ada rasa kemanusiaan sedikit pun. Orang-orang bermoral, seperti yang mereka sebut diri mereka sendiri, hanyalah binatang buas. Saya akan segera memiliki lima puluh sifat buruk alamiah daripada satu kebaikan tidak alamiah. “Tentu saja kita bisa menebak itu dalam diri Oscar.”6 Ketika kita membicarakan tentang dosa, akan membantu bila di mana pun kita selalu berhati-hati untuk membicarakan tentang dosa kita, dosa saya. Siapa yang mengenal dosa lebih baik daripada orang-orang yang berada di
6.
Alvin Redman, Oscar Wilde Epigrams: An Anthology (New York: Day, 1956), 74.
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
14
Sinning Like a Christian: Tujuh Dosa Mematikan
E
PL
M
SA
dalam rumah tangga Allah? Dalam bukunya People of the Lie,7 Scott Peck mengatakan bahwa, jika seseorang mencari kejahatan sejati, maka orang itu pertama-tama harus mencari di dalam tempat ibadah dan gereja. Sudah merupakan sifat dasar dari kejahatan untuk “bersembunyi di tengah-tengah kebaikan.” Iblis menyamar sebagai Malaikat terang. Lagi pula namanya adalah Lucifer. Pemimpin-pemimpin gereja seperti saya harus selalu waspada, tidak hanya karena kami bekerja ditengah-tengah orang-orang saleh, tetapi juga karena kami sendiri, yang terpanggil untuk berbicara pada dan bagi Allah kepada umat Allah, berada dalam posisi yang rawan secara moral di mana dosa selalu mengintip di depan pintu (Kej. 4:7). Hal lain yang harus pertama-tama diperhatikan tentang Tujuh Dosa Mematikan bukan saja karena semua dosa itu sangat personal dan individual, tetapi juga sangat kecil dan remeh. Kerakusan, nafsu, dan kesombongan, walaupun bukan atribut pribadi paling menarik, hampir tidak dapat dibandingkan dengan sexisme, rasisme, dan perbuatan yang menumpahkan darah seperti yang dilakukan oleh Donald Rumsfeld. Tujuh dosa itu terlihat kecil, sangat biasa, dan tidak bisa dihindari, dibandingkan dengan begitu banyak dosa lainnya, dan banyak penulis yang mengatakan seperti itu. Seven Deadly Sins of the Petite Bourgeoisie karya Brecht adalah sebuah satir yang menonjolkan dua orang wanita kelas menengah yang mencari ketujuh kota rumah kecil yang nyaman untuk tempat tinggal. “Ode” karya Auden (1931) menyebut Tujuh dosa sebagai “Batalion Ketakutan,” obsesi dari jiwa yang pilih-pilih yang mencemaskan setiap kelemahan kecil seakan-akan itu adalah persoalan yang sangat besar. James Joyce, dalam cerita pendeknya “The Dead,” menyajikan Tujuh Dosa dalam bentuk simbolis di malam “penyucian” tak ada akhir saat Gabriel bertahan menghadapi sekelompok orang-orang tua yang angkuh mengibakan. Saat kita memikirkan tentang “kejahatan,” kita hampir tidak pernah memikirkan apa pun di dalam diri kita. Kejahatan selalu kita gambarkan sebagai sumber impersonal di luar diri kita – tornado, banjir, gempa bumi, dan penyakit. “Iblis yang menyuruhku melakukannya.” Kadang orang berkata, “Dengan adanya semua penderitaan dan kejahatan di dunia, bagaimana mungkin saya bisa percaya kepada Tuhan?” melibatkan Tuhan dalam pengalaman kejahatan kita. Namun Kitab Kejadian menggambarkan dunia mula-mula yang menyenangkan, tidak berdosa, dan ideal sampai hari ketika kita datang. Kejahatan muncul bersamaan dengan kedatangan manusia, bukan pada saat Allah menciptakan dunia. Yesus mengatakan bahwa kejahatan timbul, bukan dari cara dunia diciptakan, tetapi dari apa yang timbul dalam hati manusia (Mrk. 7:21). Mungkin itulah sebabnya mengapa agak lebih mudah untuk menge-
7.
M. Scott Peck, People of the Lie: The Hope for Healing Evil (New York: Simon and Schuster, 1983), 263.
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
15
Pendahuluan
PL
M
SA
luhkan bahwa kejahatan itu besar, sistemik, politis, alami, dan kosmis. Membuat dosa tetap luas, global, universal. Berbicara tentang kejahatan yang dilakukan kepada kita oleh institusi yang kejam, sistem distribusi ekonomi yang tidak adil. Tentu saja bagian dari popularitas buku Left Behind adalah karena mereka menganggap ancaman kejahatan adalah dari luar, di suatu tempat, dalam sebuah konspirasi kosmis yang luas. Yesus, yang digambarkan dengan lebih baik dalam Perjanjian Baru daripada dalam buku-buku Left Behind, akan mengatakan kepada kita bahwa kita tidak perlu melihat terlalu jauh untuk menemukan sumber dari sebagian besar keburukan yang menimpa kita. Yudas mengkhianati Yesus demi tiga puluh keping perak. Tujuh dosa, meskipun terkadang tampak kecil dan remeh dibandingkan dengan beberapa dosa kemanusiaan lainnya, setidaknya membuat dosa itu sebagai sesuatu yang pribadi – dosa Anda, dosa saya, dosa kita. Scott Peck mengatakan bahwa “Ancaman terbesar bagi keselamatan kita tidak lagi berasal dari alam di luar sana tetapi dari sifat di dalam diri kita sendiri sebagai manusia. Kelalaian kita, niat buruk kita, keegoisan kita, dan kesombongan 8 serta keacuhan yang disengaja yang membahayakan dunia.” G. K. Chesterton pernah diminta oleh sebuah surat kabar Inggris untuk menulis sebuah esai tentang “Apa Yang Salah Dengan Dunia Ini?” Chesterton mengirim kembali esai berisikan dua kalimat: Apa Yang Salah Dengan Dunia Ini? Saya. Sekarang mari kita menelaah dosa itu satu per satu, memegang cermin di depan diri kita sendiri, bertanya mengapa dalam nama Tuhan kita harus menyusahkan hati nurani kita dengan dosa itu. Personal, tidak dapat disangkal secara manusiawi, tetapi dapat dipertanyakan secara teologis, meresap hingga tahap menjadi tidak menarik, lebih mengarah sebagai objek kaum humoris ketimbang moralis, itulah Tujuh Dosa Mematikan. William H. Willimon
* Informasi tentang dokumentari ini di http://www.sbcbaptistpress.org/bpnews.asp?ID=17211
E 8.
Ibid.
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
Memikirkan Tentang Dosa
SA D
diri kita yang ingin memercayai bahwa “dosa” pasti berlaku pada seseorang selain diri kita sendiri. Maka kita membuat sebuah film yang menggambarkan Tujuh Dosa itu sebagai hal yang menyeramkan, keji, dan sangat buruk. Sesungguhnya tidaklah demikian. Di sinilah kita hidup, inilah diri kita yang sebenarnya. Saya menulis buku ini setelah menjalani proses pemilihan episkopal gereja saya yang cukup melelahkan. Pengalaman saya tentang proses di mana gereja saya memilih pemimpinnya itu memberi saya banyak sekali kesempatan untuk mengamati dosa yang sedang beraksi – dosa orang lain maupun dosa saya sendiri – sehingga, sekali lagi, saya tertarik dengan subjek ini. Sebuah proses pemilihan yang mengarah kepada pengagungan posisi kependetaan, sebuah proses di mana para kandidat diminta untuk secara positif mempersembahkan diri mereka sendiri ke hadapan orang lain dan pada saat yang sama bersikap rendah hati dan tidak menonjolkan diri sendiri tentang segala hal, dan sebuah proses di mana para pemilih harus mengambil keputusan tentang kecocokan dan
E
PL
M
alam film horor berjudul Seven, yang dibintangi oleh Morgan Freeman dan Brad Pitt, seorang pembunuh maniak berkeliaran di jalan dan membunuh sejumlah orang dalam serangkaian pembunuhan sadis. Para detektif kebingungan sampai mereka menyadari bahwa pelaku membunuh korban-korbannya sebagai hukuman sadis karena mereka telah melakukan salah satu dari Tujuh Dosa Mematikan. Pembunuhan itu sangat keji, tempat kejadian perkara sungguh menyeramkan. Keseluruhan film itu sangat gelap, suram, dan mengerikan. Dengan kata lain, film ini tidak seperti penjelasan historis tentang Tujuh Dosa. Seandainya benar bahwa dosa-dosa ini adalah asal mula yang ganjil dari seorang gila dan maniak, dari seorang Hitler atau Mao. Tetapi hal yang pertama kali membuat kita tertarik dengan Tujuh Dosa adalah bahwa Tujuh Dosa itu bisa sangat biasa dan tidak spektakuler. Ini adalah kelemahan biasa, yang sangat manusiawi dari umat manusia secara umum, bukan hanya dari beberapa orang yang sangat bejat. Mungkin ada sesuatu di dalam
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
Kesombongan
SA J
dari Kesombongan – suatu perasaan pencapaian, hasrat menuju kesempurnaan, sebuah aspirasi untuk melakukan yang terbaik – semuanya lebih banyak daripada hasil sampingan yang merusak dari kesombongan yang berlebihan. Kesombongan agak luar biasa karena tidak satu pun dari dosa-dosa lain dalam Tujuh Dosa, dalam cara apa pun, mengalami perubahan penuh kebaikan, seperti dialami oleh Kesombongan selama beberapa tahun terakhir. Ini bukanlah pernyataan yang dilebih-lebihkan bila mengatakan bahwa Kesombongan telah bergeser dari yang utama di antara Tujuh Dosa, akar dari banyak kejahatan, menjadi akar dari semua kebaikan, sebuah kebaikan positif yang harus terus dilaksanakan dan dipelihara dengan penuh kasih. Kesombongan telah direhabilitasi dari menjadi sebuah keburukan yang harus dihindari menjadi sebuah kebaikan yang harus dipelihara – kebanggaan menjadi orang berkulit hitam, kebanggaan menjadi gay, kebanggaan menjadi orang dari Selatan, dan masih banyak lagi. Baru-baru ini saya mendengar seorang ahli manajemen yang me-
E
PL
M
ika kesombongan menjadi sebuah dosa, maka itu adalah dosa khusus Kristen. Bukan hanya karena umat Kristen secara rutin bersalah karena Kesombongannya, tetapi juga karena kita tidak akan tahu bahwa Kesombongan adalah dosa jika saja bukan karena teladan Yesus. Saat Karl Barth mengatakan bahwa hanya umat Kristen yang benar-benar berdosa, pasti ada dosa Kesombongan dalam pikirannya. Maksudnya, jika seseorang tidak berusaha mendengarkan dan mengikuti Yesus, saya tidak dapat membayangkan bagaimana seseorang bisa tahu bahwa Kesombongan adalah hal yang buruk. Kesombongan, bila ditilik dari dalam, dapat menjadi sebuah kebaikan yang paling menarik. Kita sebagai orang-tua berusaha untuk menanamkan “harga-diri” (Kebanggaan) di dalam diri anak-anak kita. Suatu hari seseorang memperlihatkan kepada saya sebuah meja kopi indah yang ia buat dari kayu pohon ek. “Aku bangga dengan meja itu,” katanya, “Tanganku yang telah membuatnya.” Saya terpesona. Lebih pasti lagi, Kesombongan yang terlalu banyak disebut “keangkuhan,” tetapi efek menguntungkan
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
Iri Hati
SA
hal yang kita lakukan; Iri hati, seperti kebanyakan Tujuh Dosa lainnya, merupakan sesuatu yang kita rasakan. Beberapa orang mengatakan bahwa hanya perbuatan ketamakan yang dilarang oleh Perintah kesembilan, tetapi saya ragu bahwa kita bisa terbebas dari tanggung jawab dengan mudah. Alkitab lazimnya tidak mengetahui dikotomi modern kita tentang bagian dalam/bagian luar, personal/sosial, dan pribadi/publik. Memikirkan suatu perbuatan berarti melakukannya, seperti kata Yesus saat Dia menyamakan pikiran penuh nafsu dengan perbuatan zina. Urusan hati itu penting; sikap dan kehendak hati kita, setidaknya bagi Yesus, sama pentingnya dengan tindakan kita. Umat Kristen percaya bahwa Allah telah menciptakan kemanusiaan dengan hati yang resah, yang mengaruniai kita dengan hasrat yang tidak dapat dipuaskan yang hanya dapat dipuaskan dan menemukan ketenangan di tangan Allah yang menciptakan kita. Berlawanan dengan yang mungkin dipikirkan oleh beberapa orang, Umat Kristen menganggap hasrat sebagai sebuah atribut, dari kemanusiaan kita, yang baik, yang dicipta-
E
PL
M
Di meja perjamuan, menjelang kematian Yesus, para murid bertanya, “Siapakah yang akan duduk di sebelah kanan-Mu saat Engkau masuk ke dalam kerajaan-Mu?” (Luk. 22:24). Bahkan setelah pengulangan yang terus diberikan Yesus tentang tempat ke pelayanan dalam kerajaan-Nya, bahkan saat Dia berlutut di hadapan kita sambil membawa handuk dan baskom, membasuh kaki kita, bahkan saat Dia maju untuk menghadapi kematian yang penuh penderitaan dan memalukan, kita semua masih ingin menjadi Nomor Satu. Dan cara lazim untuk menjadi Nomor Satu adalah dengan menyerang diamdiam dari belakang. Walaupun mungkin kita ingin menganggap Iri Hati sebagai kelemahan manusiawi belaka, ada alasan yang bagus untuk menganggapnya lebih serius. Untuk satu hal, Iri Hati adalah salah satu dari beberapa dosa mematikan yang memiliki imbangan langsung dalam Sepuluh Perintah Allah, dengan perintah yang menentang sifat tamak. (Memang benar, Sepuluh Perintah tidak memberikan perhatian khusus pada Iri Hati sampai menjelang akhir.) Pembunuhan, perzinaan, dan pencurian adalah hal-
PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])
E
PL
M
SA PESAN SEKARANG JUGA! Hubungi: YONATAN (HP: 0823.3155.1813 / Email:
[email protected])