GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG MANAJEMEN DIET DI PUSKESMAS MAMPANG Skripsi diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan
Oleh : QURRATU A’YUN 109104000020
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
Nama
: QURRATU A’YUN
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 06 Juni 1992 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jln. Mampang Prapatan XI Rt 007 Rw 04 No.52
Kecamatan
: Mampang Prapatan, Kelurahan: Tegal Parang Jakarta Selatan 12790
Telp/ HP
: -/ 0818 0812 1165
E-mail
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. MI AL-FALAH Duren Tiga
(1996-2003)
2. MTS AL-KHAIRIYAH Jakarta Selatan
(1993-2006)
3. SMA 28 Jakarta Selatan
(2006-2009)
4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2009-2013)
RIWAYAT ORGANISASI i
1. BEM J Ilmu Keperawatan 2. BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 3. ILMIKI 4. Relawan Lembaga Kemanusiaan ESQ
PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. Seminar Kesehatan ‘Perangi Kanker Serviks’ tahun 2010 2. Medical Training Service ‘Basic Wound Closure Course’ tahun 2009 3. Seminar Cultural Approach in Holistic Nursing Care in Globalozation Era tahun 2009 4. Seminar Nasional Keperawatan Peduli Perawatan Luka “Let’s Improve the Nursing Skill with Appropriate Wound Care” tahun 2009 5. Pelatihan Pertolongan Pertama Mahasiswa tahun 2011 6. Seminar “Cultural Approach in Holistic Care in Globalization Era” tahun 2009 7. Seminar umum“Hilangnya Ayat dalam Undang-undang Anti Rokok” tahun 2009 8. Seminar kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” tahun 2010 9. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment Method Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication in The Future” tahun 2011 10. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health” tahun 2012 11. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” tahun 2012 12. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” tahun 2012 13. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012 14. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco” tahun 2010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH ii
JAKARTA Skripsi, November 2013 Qurratu A’yun Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Manajemen Diet Di Puskesmas Mampang xv +85 hal, 14 tabel, 2 bagan, lampiran ABSTRAK Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit kronis yang merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau karena keduanya. Kasus DM yang meningkat di Indonesia bahkan di Dunia menjadikan ketertarikan sendiri bagi peneliti untuk meneliti kasus DM. Penanganan pasien DM tipe 2 dilakukan antara lain dengan diet. Keberhasilan diet pasien DM dipengaruhi oleh karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama menderita. Tingkat pengetahuan pasien tentang manajemen diet DM berdasarkan jenis makanan dan cara pengolahan, porsi makanan dan waktu konsumsi dan Tingkat pengetahuan pasien tentang manajemen diet DM berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama menderita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang manajemen diet DM berdasarkan yang telah disebutkan diatas, di Pukesmas Mampang Jakarta Selatan. Metode penelitian deskriptif dengan desain probability sampling dengan teknik simple random sampling. Jumlah sampel yang terlibat sebanyak 42 responden. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan didapatkan selama 2 minggu. Hasil analisa dengan univariat berdasarkan tingkat pengetahuan manajemen diet DM secara keseluruhan dengan presentase 57,94% dengan kategorik sedang. Kesimpulan bahwa pengetahuan tentang manajemen diet DM di Puskesmas tersebut belum optimal sehingga perlu dikembangkan edukasi manajemen diet yang berkelanjutan dalam pelayanan kesehatan. Saran untuk penelitian selanjutnya mengadakan penelitian berkelanjutan padda manajemen DM secara keseluruhan. Kata kunci: manajemen diet DM, diet DM, pengetahuan diabetes Daftar bacaan: 44 (2002-2012)
SCIENCE STUDY NURSING PROGRAM FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES iii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY ( UIN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduated Thesis , Novembre 2013
Qurratu A'yun Knowledge level overview of Diabetes Mellitus Patients About Diet Management Work Area Health Center At South Jakarta xv + 85 pages, 14 tables, 2 sketch, appendixes
ABSTRACT Diabetes mellitus is a chronic disease which is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion , insulin action or both. DM cases increased in Indonesia, even in the World makes its own interest for researchers to examine the cases of DM . The management of patients with type 2 diabetes , among others by diet . The success of the diet DM patients affected by the characteristics of the respondents such as age , gender , education , employment and long-suffering . The level of knowledge about dietary management of DM patients based on the type of food and processing methods , food serving and consumption of time and level of patient knowledge about dietary management of diabetes by age , gender , education , employment and longsuffering . The purpose of this study was to determine the level of knowledge about the patient's diet DM based management mentioned above , Pukesmas Mampang in South Jakarta . Descriptive research method with probability sampling design with simple random sampling technique . The number of samples involved as many as 42 respondents . Collecting data using a questionnaire and obtained over 2 weeks . The results of the univariate analysis based on the level of knowledge management of diet DM as a whole with a percentage of 57.94 % with moderate categorical . Conclusion that knowledge of diet DM management at the health center is not optimal management education needs to be developed so that a sustainable diet in health care . Suggestions for further research conduct ongoing research Padda overall management of diabetes mellitus .
Key words: dietary management of diabetes, diabetes diet, diabetes knowledge Reading list: 44 (2002-2012)
KATA PENGANTAR
iv
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat, taufiq serta hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada suri tauladan Nabi Muhammad SAW, pembawa cahaya kesejukan iman dan syari’ahNya yang universal bagi semua manusia dalam sgala waktu dan tempat hingga akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Manajemen Diet Di Wilayah Kerja Puskesmas Mampang. Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti temukan namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, dan kesungguhan disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar di bangku kuliah. 2. Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Waras Budi Utomo,S.Kep, MKM dan Ibu Eni Nuraini, S.Kep, Msc, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
4. Ibu Ernawati, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi, dengan ketulusan hati saya mengucapkan banyak terimakasih. 5. Ibu Maftuhah, M.Kep, P.hd, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama membimbing peneliti dan dengan ketulusan hati saya mengucapkan banyak terimakasih. 6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah. 7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi. 8. Koordinator pelayanan Puskesmas Mampang serta seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam mencari data-data sekaligus sebagai bahan rujukan proposal skripsi. 9. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada Ibunda ku tersayang ’Hj. Rosani’ dan Bapak ku terhormat ’(Alm) H.Ma’mun’ yang senantiasa memberikan dukungan penuh berupa doa dan selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a tulus ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. 10. Kakak-kakakku Lutfi dan Hj. Fatrunnajah (Almh), adikku Achmad Rifqi El-fariz, suamiku ‘Gamal Hambali’ serta keponakan-keponakanku M. ‘Izzat Alfayadh dan Balqies Nadhira yang dengan pengorbanan serta perjuangan nya menjadikan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
vi
11. Teman-teman terdekatku Eva Noviani, Sih Utami Sri Hartati, Walidatullaili Mardliyah yang telah memberikan banyak masukan dalam pembuatan skripsi ini. 12. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’09, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini. Tetap semangat ya teman-teman seperjuanganku. Semoga ikatan kekeluargaan kita terus kuat dengan silaturrahim yang baik. . Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangunsehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi inidapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yangmempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Jakarta, November 2013
Qurratu A’yun
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN……..………………………………………........... i LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………. ii LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………. iv RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………… ………v ABSTRAK ……………………………………………………………….. ………vii ABSTRACT …………………………………………………………….... ………viii KATA PENGANTAR………………………………………………..…………. ix DAFTAR ISI…………………………………………………………..………… xii DAFTAR TABEL………………………………………………………… ………xiv DAFTAR BAGAN………………………………………………………………. xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………………... 6 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………… 6 1. Tujuan Umum………………………………...…..……………………. 6 2. Tujuan Khusus…………………………………….…………………… 6 D. Manfaat Hasil Penelitian……………………………………………………… 7 1. Bagi Pelayanan Kesehatan…………………………………………....... 7 2. Bagi Profesi keperawatan………………………..…………………...... 7 3. Bagi Masyarakat…………………………………………..…………… 7 4. Bagi peneliti…………………...……………...……………………....... 8 E. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………………….. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus………………………………………………………………. 9 1. Pengertian................................................................................................. 9 2. Klasifikasi Diabetes.................................................................................. 12 3. Etiologi..................................................................................................... 14 4. Patofisiologi............................................................................................. 16 5. Manifestasi Klinik.................................................................................... 18 6. Pemeriksaan Laboratorium……………………………………............... 19 7. Manajemen Diabetes…………………………………………………… 21 8. Komplikasi............................................................................................... 27 B. Peranan Pengetahuan Bagi Penderita DM....................................……………. 32 C. Pengetahuan……………………………………………………………........... 33 1. Pengertian……………………………………………………………… 33 2. Tingkat Pengetahuan…………………………………………………… 34 3. Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan……………… 35 4. Pengukuran Pengetahuan………………………………………………. 37 D. Penelitian Terkait……………………………………………………………… 37 E. Kerangka Teori................................................................................................... 41 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka konsep ……………………………………………..……...……….. 42 B. Definisi operasional ………………………………..………..………………... 44 BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian …………………………………...………..….……….. 47 B. Lokasi Dan Waktu Penelitian …………………………...……......….............. 47 C. Populasi, Sampel ……………..…………..…….………………..…………… 48 viii
D. Instrumen Penelitian ……………..……………………………...…………… E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen………..…………………..…............. F. Langkah-langkah Pengumpulan Data………………………………………… G. Pengolahan Data…………………………………..……………..……............ H. Analisis Statistik………………………………………..………...…………... I. Etika Penelitian………………………………..……………………………….
50 51 53 54 55 56
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Puskesmas Mampang……………………………………… 57 1. Sejarah Puskesmas Mampang………………………………………….. 57 2. Visi Misi Puskesmas Mampang………………………………………… 57 3. Program Puskesmas Mampang…………………………………………. 58 B. Uji Instrumen..................................................................................................... 58 1. Uji Validitas dan Reliabilitas................................................................. 58 C. Analisa Univariat……………………………………………………………… 61 1. Karakteristik Responden……………………………………………...... 61 2. Pengetahuan Manajemen Diet………………………………………..... 64 BAB VI PEMBAHASAN A. Uji Instrumen…………………………………………………………………. 1. Uji validitas dan reabilitas………………………………………………… B. Analisis Univariat…………………………………………………………….. 1. Karakteristik Responden…………………………………………………. 2. Gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tentang manajemen diet DM C. Keterbatasan Penelitian……………………………………………………….
72 72 74 74 77 82
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………………….. 83 B. Saran…………………………………………………………………………… 84 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...….............. 85 LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel
Halaman
Tabel 2.1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl)
19
Tabel 2.2
Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998)
23
Tabel 2.3
Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus
25
Tabel 2.4
Menu pengganti dari American Diabetic Association
39
Tabel 2.5
Pengganti kalori dari American Diabetic Association
40
Tabel 3.2
Definisi Operasional
44
Tabel 5.1
Validitas dan reabilitas data
59
Tablel 5.2
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden DM di Puskesmas Mampang
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan manajemen diet DM di Puskesmas Mampang
Tabel 5.4
66
Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.6
68
Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM berdasarkan status pekerjaan
Tabel 5.8
67
Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 5.7
64
Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM berdasarkan usia
Tabel 5.5
62
69
Gambaran rata-rata tingkat pengetahuan tentang diet DM berdasarkan lama menderita
x
70
DAFTAR BAGAN
Nomor
Bagan
Halaman
Bagan 2.1
Kerangka Teori
41
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
42
xi
xii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan kegagalan keseimbangan glukosa sebagai akibat kekurangan insulin, baik relatif maupun absolut (Underwood, 2002). Penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit bersifat kronis yang tidak dapat disembuhkan dan juga dapat mengancam jiwa. DM menjadi penyakit yang sangat ditakutkan masyarakat khususnya Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyakit ini menyerang penderitanya seumur hidup. Penyakit DM dapat dikendalikan dengan diet yang baik dan benar. Penderita DM dapat hidup sehat dengan mematuhi diet sebaik mungkin (Erik, 2005). World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia menjadi penderita diabetes. Jumlah tersebut dapat terjadi lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030. Hampir 80% dari kematian diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2003 WHO memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia yang berusia 20-79 tahun menderita DM dan pada 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Jumlah penderita diabetes meningkat dari 153 juta pada tahun 1980 hingga 347 juta pada tahun 2008. Selanjutnya, menurut data statistik kematian di dunia yang dinyatakan oleh WHO pada tahun 2008 terdapat 57 juta jiwa kematian terjadi setiap tahunnya, 36 juta (63%) adalah akibat Penyakit Tidak Menular (PTM), terutama penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker 1
2
dan penyakit pernapasan kronis. Diabetes bertanggung jawab atas kematian penduduk dunia sebesar 4% yaitu diperkirakan sekitar 3,2 juta jiwa pertahun penduduk dunia meninggal akibat DM (WHO, 2008) WHO telah memprediksikan bahwa di
Indonesia akan ada
kenaikan dari 8,4 juta penderita diabetes pada tahun 2000, akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta penderita diabetes pada tahun 2030. Hal ini akan menjadikan Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes (Diabetes Care, 2012). Berdasarkan hasil survei tahun 2003, prevelansi DM di perkotaan mencapai 14,7 persen dan di pedesaan hanya 7,2 persen. Pada daerah DKI Jakarta yang memiliki penduduk 9 juta jiwa terdapat sekitar 1,25 juta jiwa di antaranya, termasuk anak-anak dan remaja menderita DM. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007, DM merupakan penyebab kematian nomor enam (6) dari semua kelompok umur. Prevalensi DM di Indonesia yang ada di perkotaan adalah sebanyak 5,7% dan sebanyak 73,7% pasien diabetes tidak terdiagnosa (Depkes, 2010). Penanganan diet yang tidak baik mengakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol dengan baik pada penyakit DM sehingga mengakibatkan timbulnya komplikasi dan penyakit serius lainnya, diantaranya, jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf. Sebanyak 50% klien diabetes mengalami kematian, atau dapat pula bertahan hidup dengan komplikasi berupa kaki diabetes dengan atau tanpa amputasi 14,8%, kebutaan 1-2%, ginjal diabetes 20% dengan keharusan cuci darah serta gangguan syaraf tepi, dan impoten
3
(Boedisantoso, 2007). Penderita diabetes yang telah positif mengalami DM disarankan berkonsultasi dengan praktisi kesehatan mengenai diet yang tepat dan mematuhi setiap anjuran yang diberikan dengan kedisiplinan. Diet yang tepat merupakan salah satu cara yang efektif bagi penderita DM mengontrol penyakitnya (Smeltzer dan Bare, 2001). Diet yang dilakukan pada penderita DM bertujuan membantu memperbaiki pola makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Untuk mendapatkan hasil diet yang baik dan benar dibutuhkan manajemen diet yang tepat sehingga dapat memperbaiki kondisi penderita DM serta dapat mengurangi dampak komplikasi yang lebih parah dari DM. Manajemen diet juga dapat digunakan untuk membantu penderita DM mendisiplinkan diri mereka mengelola penyakit DM dengan baik dan benar sehingga dapat mencapai kehidupan yang sehat tanpa komplikasi DM (Rusilanti, 2008). Salah satu cara untuk melakukan diet yang tepat untuk mencegah komplikasi tersebut adalah memberikan pengetahuan awal tentang upaya pencegahan sekunder pada klien DM (PERKENI,2006). Pengetahuan klien tentang DM dapat membantu mereka untuk menjalankan penanganan diet diabetes seperti minum obat, olahraga teratur, diet makanan rendah karbohidrat dan lemak serta harus rajin mengkonsumsi sayur dan buah sehingga mereka mengerti tentang penyakitnya dan dapat mengubah perilakunya (Waspandji, 2004). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap seseorang. Pengetahuan yang tinggi tentang DM
4
menimbulkan sikap yang positif (mendukung upaya pencegahan sekunder DM) dan sikap yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada sikap yang tidak didasari pengetahuan. Sedangkan jika pengetahuannya rendah akan menimbulkan sikap yang negatif (menolak upaya pencegahan sekunder
DM).
Keberhasilan
pengelolaan
DM
tergantung
dari
pengetahuan dan perubahan sikap yang diwujudkan dalam perilaku klien. (Notoatmojo,2007 dan Bohner & Wanke, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Manoel di Brazil (2007) mengungkapkan bahwa 78,05 % klien DM memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit DM, namun sikap klien negatif terhadap penyakitnya. Hasil penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki klien DM cukup baik dan mempunyai sikap yang positif terhadap penyakitnya. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap yang dimiliki klien DM. Data awal yang didapatkan dari Puskesmas Mampang, pada tahun 2009 penderita DM terdapat 52 orang, tahun 2010 penderita DM meningkat menjadi 78 orang, tahun 2011 penderita DM menjadi 96 orang, dan data terakhir yang didapatkan pada Desember tahun 2012 penderita DM meningkat menjadi 117 orang. Dari data yang didapatkan menunjukkan peningkatan penderita DM per-tahun. Survei awal yang dilakukan di Puskesmas Mampang terhadap 10 klien DM yang mendapatkan pertanyaan mengenai diet mereka dengan hasil 3 klien dengan pengetahuan yang dimiliki oleh mereka mengenai diet dengan
5
sikap yang positif terhadap upaya pencegahan sekunder DM bahwa mereka mengatakan tidak mengkonsumsi makanan manis dan mereka lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur serta berolahraga minimal seminggu sekali, 6 klien lainnya juga mempunyai pengetahuan mengenai diet tetapi sikap yang ditimbulkan negatif dengan masih mengkonsumsi makanan manis serta jarang sekali untuk melakukan olahraga. Dan 1 klien mengatakan tidak ada diet khusus yang diterapkan selama ini dan hanya datang ke Puskesmas jika ada keluhan yang berarti. Padahal klien mengetahui bahwa setiap selasa pagi dibuka poli DM khusus penderita DM (FK UI, 2009). Dari beberapa data yang didapatkan mengindikasikan bahwa prevalensi DM meningkat secara global. Pengetahuan mengenai manajemen diet yang tepat belum cukup baik di kalangan masyarakat khususnya di wilayah Puskesmas Mampang. Berdasarkan wawancara dengan para pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Mereka belum paham mengenai diet makanan yang benar untuk penderita DM. Manajemen diet yang tidak tepat menyebabkan keparahan bagi penyakit DM. Dengan kondisi demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait DM di daerah perkotaan yaitu DKI Jakarta khususnya di wilayah Puskesmas Mampang, Jakarta Selatan. Dengan perbedaan penduduk diwilayah perkotaan dengan maka akan mempengaruhi kedisiplinan manajemen diet bagi penderita DM salah satunya yang bertempat tinggal di sekitar wilayah Puskesmas Mampang, Jakarta Selatan.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, dengan ditemukan peningkatan penderita DM setiap tahunnya khususnya di puskesmas Mampang, Jakarta Selatan dan kurang terpaparnya pasien DM terhadap manajemen diet yang tepat, meskipun Puskesmas sudah rutin melakukan pemaparan melalui PENKES diet DM setiap bulan, namun belum pernah ditemui gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tentang manajemen diet DM, sehingga menjadikan peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan terhadap manajemen diet bagi pasien diabetes melitus di puskesmas Mampang, Jakarta Selatan. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi
bagaimana
gambaran
pengetahuan
tentang manajemen diet bagi penderita diabetes mellitus (DM). 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi
karakteristik
demografi
penderita
DM
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita DM. b. Mengidentifikasi
pengetahuan
penderita
DM
mengenai
manajemen diet DM berdasarkan jenis makanan dan cara pengolahan, porsi makanan, waktu konsumsi. c. Mengidentifikasi
pengetahuan
penderita
DM
mengenai
manajemen diet DM berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita DM.
7
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada Puskesmas Mampang mengenai gambaran pengetahuan tentang manajemen diet bagi penderita diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas Mampang, Jakarta Selatan. Penelitian ini juga diharapkan agar dapat menjadi bahan dasar untuk pemberian PENKES mengenai manajemen diet Diabetes Melitus (DM) untuk penderita Diabetes Melitus (DM). 2. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
tambahan
ilmu
pengetahuan bagi profesi keperawatan dalam mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang manajemen diet bagi penderita diabetes melitus sehingga dapat memberikan promosi kesehatan dan asuhan keperawatan yang tepat serta dapat menjadi acuan bagi perawat untuk lebih memahami pentingnya melakukan manajemen diet bagi penderita Diabetes Melitus (DM). 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat
khususnya
bagaimana
pentingnya
penderita memiliki
Diabetes
Melitus
pengetahuan
(DM)
mengenai
manajemen diet Diabetes Melitus (DM). Penelitian ini juga diharapkan dapat memotivasi penderita Diabetes Melitus (DM)
8
untuk memulai perilaku hidup sehat dengan manajemen diet yang tepat. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti sebagai peningkatan ilmu pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan tentang manajemen diet bagi penderita diabetes melitus serta dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.
E. Ruang lingkup penelitian Penelitian
ini
dimaksutkan
untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan tentang manajemen diet bagi penderita diabetes melitus. Penelitian kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah deskriptif, menggunakan teknik pengambilan sampel probability sampling dengan teknik simple random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Mampang. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu angket atau kuesioner.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELITUS 1. Pengertian Diabetes Diabetes berasal dari bahasa Yunani yaitu diabere yang berarti (siphon) atau tabung untuk mengalirkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan arti mellitus dalam bahasa Latin adalah madu. Diabetes mellitus adalah penyakit dimana seseorang mengeluarkan/mengalirkan sejumlah besar urin yang manis (Erik, 2005). Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO, 2007). Menurut Darwis Yullizar dalam bukunya yang berjudul Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus (2005), dijelaskan bahwa Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronik yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya. Diabetes adalah gangguan medis yang berpengaruh terhadap cara tubuh menggunakan makanan untuk pertumbuhan dan energi.
9
10
Ketika seseorang makan, karbohidrat (pati dan gula) dipecah menjadi glukosa, gula sederhana yang merupakan salah satu dari sumber utama bahan bakar untuk tubuh. Sebagai makanan yang dicerna, glukosa akan diserap ke dalam aliran darah, yang mengangkut ke seluruh tubuh. Otot dan sel-sel lemak merespon sinyal dari hormon beredar dalam darah yang disebut insulin, yang merupakan "kunci" yang membuka "pintu" dari sel-sel ini untuk memungkinkan glukosa untuk masuk dan melakukan tugasnya. Penumpukan glukosa dalam darah adalah ciri khas diabetes (Metzger, 2006). Diabetes
melitus
merupakan
sekelompok
kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Smeltzer, 2001). Kadar gula darah puasa pada orang dewasa yang tidak memiliki penyakit diabetes adalah < 100 mg/dl, sedangkan kadar gula darah puasa bagi penderita diabetes adalah < 140 mg/dl. Pada orang dewasa yang tidak memiliki penyakit diabetes kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan akan kembali normal hingga 2 jam setelah makan kurang dari 120-140 mg/dl. Makanan
11
yang dimakan mengandung karbohidrat maupun minuman yang mengandung gula atau pemanis buatan (Smeltzer, 2001). Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Brunner & Suddarth, 2002). Landasan diabetes berfokus pada aspek perawatan diri meliputi
keterlibatan
mematuhi
program
diet
yang
telah
dianjurkan, olahraga secara teratur, kepatuhan minum obat, pemantauan gula darah secara teratur serta mencegah komplikasi yang dapat memperparah penderitanya. Pada kondisi tersebut seseorang sangat membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai
diabetes
melalui
pendidikan
kesehatan
yang
didapatkannya melalui tim medis dimana mereka melakukan pemeriksaan kesehatan. Disamping itu penderita juga dapat mencari informasi melalui media masa seperti internet, majalah, koran, televisi, radio ataupun yang lainnya (Potter & Perry, 2006).
12
2. Klasifikasi Diabetes Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association (2009) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah: a.
Diabetes Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Diabetes Melitus tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80--90% maka gejala diabetes mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita
diabetes
tipe
1
mempunyai
antibodi
yang
menunjukkan adanya proses autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan sebagai type 1 idiopathic. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi. b. Diabetes Tipe 2: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM])
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan 90% dari kasus diabetes. Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer atau penurunan sensitivitas terhadap insulin (insulin resistance) dan disfungsi sel beta.
13
Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini, yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.
c. Diabetes Melitus tipe lain Diabetes
Melitus
dimana
individu
mengalami
hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s, akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin (badrenergik), dan infeksi atau sindroma genetik (Down’s, Klinefelter’s).
d. Diabetes Melitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus [GDM])
Diabetes Mellitus dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM antara lain riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia,
14
ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3-5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang. 3. Etiologi Diabetes a. Diabetes Tipe 1 Diabetes Tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus). 1) Faktor
genetik,
penderita
diabetes
mewarisi
sutau
prediposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadi diabetes tipe 1. Kecenderungan ini di temukan padam individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen), yang merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 2) Faktor imunologi, adanya respon autoimun. Respon ini merupakan respon abdormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang menganggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
15
3) Faktor lingkungan, hasil riset menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan dekstrusi sel beta. (Potter & Perry, 2006 dan Syahrir, 2006). b. Diabetes Tipe 2 Mekanisme yang tepatnya belum diketahui, namun faktor genetik
diperkirakan
memegang
peranan
dalam
proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu ada pula faktor-faktor resiko tertentu, di antaranya: 1) Usia (resistensi cenderung meningkat pada > 65 tahun) 2) Obesitas 3) Riwayat keluarga 4) Kelompok etnik/ ras Faktor resiko secara umum terhadap DM, yaitu: 1) Kelompok usia dewasa tua (> 45 tahun) 2) Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)} 3) Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg) 4) Riwayat keluarga DM 5) Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram 6) Riwayat DM pada kehamilan 7) Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl)
16
8) Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) (Potter & Perry, 2006). 4. Patofisiologi Diabetes a.
Diabetes Melitus Tipe 1 Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin, sel-sel ß pankreas dihancurkan oleh proses autoimun sehingga tidak mampu mempertahankan gula darah dalam level normal. Glukosa yang dihasilkan dari makananpun tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam
darah
sehingga
menimbulkan
hiperglikemia
postprandial (sesudah makan) (Smeltzer, 2002 dan Syahrir, 2006). Pada kondisi demikian maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar sehingga glukosa keluar bersamaan urin disertai pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan (dieresis osmotik) yang menyebabkan peningkatan berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Peningkatan selera makan (polifagia) juga terjadi akibat menurunnya simpanan kalori (Smeltzer, 2002 dan Syahrir, 2006). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan penurunan berat badan. Lemak akan dipecah sehingga terjadi peningkatan produksi
17
badan keton. Dengan demikian keseimbangan asam-basa akan terganggu jika produksi badan keton berlebihan. Peristiwa tersebut dapat mengakibatkan ketoasidosis diabetik dengan tanda dan gejala berupa nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau keton dan kondisi terparah akan menyebabkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian (Smeltzer, 2002 dan Syahrir, 2006). b.
Diabetes Melitus Tipe 2 Pada diabetik tipe 2 terjadi masalah utama yang berkaitan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resisten insulin disertai dengan penurunan reaksi intrasel untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Usaha mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah adalah dengan peningkatan jumlah insulin yang disekresikan (Smeltzer, 2002 dan Syahrir, 2006). Pada kasus diabetes tipe 2 toleransi glukosa terganggu yang disebabkan sekresi insulin yang berlebihan, dan akan mempertahankan kadar glukosa pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkatkan dan terjadilah diabetes mellitus tipe 2 (Smeltzer, 2002 dan Syahrir, 2006).
18
Pembeda diabetes tipe 2 dengan diabetes tipe 1 adalah masih terdapatnya insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi bedan keton yang menyertainya. Dengan demikian, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe 2. Namun, jika keadaan tersebut tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik (HHNK) (Smeltzer, 2002 dan Syahrir, 2006). c. Diabetes Melitus Gestasional Diabetes yang terjadi saat wanita mengalami kehamilan yang diakibatkan oleh sekresi hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada usia kehamilan
24
hingga
27
minggu
untuk
mendeteksi
kemungkinan diabetes (Smeltzer, 2002). 5. Manifestasi Diabetes Manifestasi klinik yang ditimbulkan pada penderita diabetes melitus antara lain: a. Poliuria Kekurangan
insulin
untuk
mengangkut
glukosa
melalui
membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan
intrasel
berdifusi
kedalam
sirkulasi
atau
cairan
intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat
19
dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotik (poliuria). b. Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia). c. Poliphagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia). d. Penurunan berat badan Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan penurunan secara otomatis. e. Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddarth, 2002 dan Syahrir, 2006) 6. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan uji diagnostik
20
Pemeriksaan uji diagnostik dilakukan pada pasien dengan keluhan/gejala klinis Diabetes Melitus yang khas, maka diagnosis hanya dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, serta didapatkan hasil yang serupa pada pemeriksaan ulangan pada hari yang lain, yaitu dengan konsentrasi glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau hasil pemeriksaan HbA1C ≥ 8% (Yullizar, 2005). b. Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk kelompok yang tidak bergejala dengan faktor resiko yang hasil
pemeriksaan penyaring negatif,
pemeriksaan
penyaring ulangan dilakukan setiap tahun. Sedangkan bagi pasien yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dilakukan tiga bulan (Yullizar, 2005). Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl) Kadar Gula
Lokasi
Bukan DM < 100 <90
Belum pasti DM 100-199 90-199
DM
Kadar glukosa Plasma vena ≥200 darah Darah kapiler ≥200 sewaktu (mg/dl) Kadar glukosa Plasma vena < 100 100-125 ≥126 darah Darah kapiler <90 90-99 ≥100 Puasa (mg/dl) Sumber : Konsesus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2006
21
7. Manajemen Diabetes Untuk mengurangi dampak kerugian yang lebih besar dari diabetes, maka diperlukan tindakan yang dapat membantu proses menuju keadaan yang lebih stabil dari sebelumnya, yaitu dengan penatalaksanaan yang tepat dan benar. Tujuan utama pencegahan sekunder diabetes melitus atau penatalaksanaan diabetes melitus adalah pengendalian kadar glukosa darah dengan harapan timbulnya komplikasi dapat dicegah atau diperlambat (Waspadji, 2003). Menurut Brunner & Suddarth (2002), ada lima komponen yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diabetes meliputi diet, latihan, pemantauan, terapi, dan pendidikan. Sedangkan menurut Konsensus Nasional 1998 (PERKENI, 2006) terdapat lima pilar utama dalam pengelolaan diabetes melitus, antara lain: perencanaan makan, latihan jasmani, penyuluhan, pemantauan glukosa darah dan obat berkhasiat hipoglikemik. a. Perencanaan makan (Diet Diabetes) Prinsip perencanan makan adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi Diabetes Melitus dan melakukan modifikasi diet dengan memperhatikan gaya hidup, pola kebiasaan makan, status ekonomi dan lingkungan. Diabetesi harus dapat melakukan perubahan pola makan secara konsisten. Salah satu manfaat pengaturan makan adalah untuk meningkatkan sensitifitas reseptor insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah (Soebardi & Yunir
22
dalam Sudoyo, 2006). Standar yang dianjurkan dengan kecukupan gizi sebagai berikut : 1) Karbohidrat 60-70 % Makanan yang mengandung karbohidrat antara lain nasi, sereal, umbi, kacang-kacangan, jagung, kentang, berbagai macam roti, dan sagu. Pengolahan yang dianjurkan dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau disetup (Fox & Kilvert, 2010). 2) Protein
10-15 %
Banyak jenis makanan yang kaya akan protein, seperti telur, daging, unggas, ikan, produk susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan (Fox & Kilvert, 2010). 3) Lemak
20-25 %
Bagi penderita diabetes, jenis lemak yang sangat tepat adalah monounsaturated fat yang banyak ditemukan di minyak zaitun dan kanola. Lemak jenis itu diyakini dapat mengurangi resistansi insulin dan memperlancar aliran darah di arteri. Polyunsaturated fats dalam bentuk omega3 juga baik bagi penderita diabetes. Omega-3 didapatkan pada berbagai jenis ikan, kerang, minyak kanola, atau kacang kedelai (Fox & Kilvert, 2010). 4) Serat
20-30%
Serat didapatkan dari berbagai sumber makanan seperti sayuran terutama sayuran berwarna hijau.
23
Jumlah kalori diet DM berkisar 110-2500 kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Dalam penatalaksanaan diet DM mengacu pada 3J yaitu : jenis makanan, jumlah makanan, jadwal makanan. Porsi makan terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval setiap 3 jam. Untuk pemantauan status gizi, dipakai Body Mass Index (BMI) = Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI =
IMT = BB (kg)/ {TB (m)}2 Tabel 2.2 Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998)
Kategori
BMI (kg/m2)
Resiko Comorbiditas
Underweight
< 18.5 kg/m2
Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat) Rata-rata
Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m2 Overweight: > 25 Pre-obese 25.0 – 29.9 kg/m2 Obese I 30.0 - 34.9kg/m2 Obese II 35.0 - 39.9 kg/m2 Obese III > 40.0 kg/m2 Sumber: WHO 1998
Meningkat Sedang Berbahaya Sangat Berbahaya
b. Latihan jasmani
Latihan jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur (3-5 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, rhythmical, interval, progressive, endurancetraining). Latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin
24
berkurang (Ilyasa dalam Soegondo, 2007). Pasien dengan kadar glukosa darah >250 mg/dL, tidak dianjurkan untuk latihan jasmani karena akan meningkatkan kadar glukosa darah dan benda keton, (Soebardi & Yunir dalam Sudoyo,2006). Olahraga ringan yang dapat dilakukan adalah berjalan kaki selama 30 menit, sedangkan olahraga sedang yang dapat dilakukan adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat seperti jogging atau aerobic selama 15-20 menit. c. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan,
megubah
sikap,
mengubah
prilaku
serta
meningkatkan kepatuhan, dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan hasil akhir yang ingin diperoleh adalah penderita diabetes dapat melakukan pola hidup yang sehat serta dapat mengontrol kadar gula darahnya. Sehingga dampak yang lebih parah dari komplikasi dapat dicegah (FK UI, 2009). d. Pemantauan pengendalian DM Pemantauan dilakukan dengan hasil akhir yang digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani, dan obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa darah normal serta terhindar dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Secara umum tujuan pengelolaan DM adalah sebagai berikut :
25
1) Menghilangkan gejala 2) Menciptakan dan mempertahankan rasa sehat 3) Memperbaiki kualitas hidup 4) Mencegah komplikasi akut dan kronik 5) Mengurangi laju perkembangan komplikasi yang telah ada 6) Mengurangi kematian 7) Mengobati penyakit penyerta bila ada Untuk mengetahui status penderita DM dapat dinilai dengan parameter antara lain: perasaan sehat secara subjektif, perubahan berat badan, kadar glukosa darah, kadar glukosa urin, kadar keton darah, kadar keton urin, kadar hemoglobin glikat dan kadar lipid darah (FK UI, 2009). Tabel 2.3 Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus
Pemeriksaan Glukosa darah puasa * (plasma vena , mg/dL) Glukosa darah 2 jam pp * (plasma vena , mg /dL) HbA1c Kolesterol total (mg / dL ) Kolesterol LDL (mg / dL ) Kolesterol HDL (mg/ dL ) Trigliserida (mg/ dL ) IMT (kg / m2 ) Tekanan darah (mmHg)
Baik 80-109
Sedang 110-125
Buruk ≥ 126
80-144
145-179
≥ 180
< 6,5 < 200
6,5 – 8 200 – 239
>8 ≥ 240
< 100
100 – 129
≥ 130
> 45 > 150 18,5 – 22,9 < 130/ 80
150 – 199 ≥ 200 23 – 25 > 25 130/ 80 > 140/ 90 140/ 90 Sumber: Yullizar Darwis, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus ; 2005 )
26
e. Obat-obatan 1) Pengobatan dengan insulin Indikasi terapi dengan insulin : a) Semua orang dengan DM tipe 1 b) Orang dengan DM tipe 2 tertentu, bila jenis terapi lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila mengalami stress fisiologis seperti pada tindakan pembedahan c) Orang dengan DM pada kehamilan membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah d) Insulin digunakan pada diabetes ketoasidosis e) Orang dengan DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energy yang meningkat, secara bertahap
akan
memerlukan
insulin
untuk
memepertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin (FK UI, 2009). 2) Obat hipoglikemik oral Berdasarkan cara kerjanya, Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dibagi menjadi 4 golongan :
27
a) Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea (15-30 menit sebelum makan) dan glinid (sebelum/sesaat makan) b) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin (sebelum/sesaat/sesudah makan), tiazolidindion (tidak bergantung pada jadwal makan) c) Penghambat glukoneogenesis : metformin (sebelum/sesaat/sesudah makan) d) Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa (bersamaan suapan pertama) (FK UI, 2009). 8. Komplikasi Diabetes Komplikasi dapat timbul jika kadar gula darah tidak terkontrol dan tidakmenjalankan pola hidup yang sehat. Komplikasi dapat terjadi pada penderita diabetes dengan keluhan lebih dari 4 tahun (Syahrir, 2006). a. Komplikasi akut Diabetes 1) Hipoglikemia Hipoglikemik adalah kadar glukosa darah yang abnormal rendah dimana kadar glukosa darah dibawah 50 hingga 60 mg/dL (2.7 – 3.3 mmol/L). Terjadi karena pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas yang berat.
28
Penyebab hipoglikemia : a) Makan kurang dari aturan yang ditentukan b) Berat badan turun c) Sesudah olahraga d) Sesudah melahirkan e) Sembuh dari sakit f)
Makan obat yang mempunyai sifat serupa (FK UI, 2009).
Tanda-tanda hipoglikemia : a) Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun b) Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitung sederhana c) Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung, bibir atau tangan, berdebardebar d) Stadium gangguan otak berat : koma (tidak sadar) dengan atau tanpa kejang (FK UI, 2009). Pencegahan
hipoglikemia
untuk
pasien
yang
menggunakan insulin: a) Sudahkah tepat dosis insulin b) Jangan menyentuh terlalu dalam, ingat hanya dibawah kulit, cubit kulit anda, suntik sejajar bagian dasarnya
29
c) Kurangi dosis insulin bila ada perubahan seperti makan agak kurang, olahraga, sesudah operasi, melahirkan (FK UI, 2009). Pengobatan hipoglikemia : a) Stadium permulaan (sadar)
Berikan gula murni kurang lebih 30 g (2 sendok makan) atau sirup, permen dan makanan manis lainnya.
Stop obat hipoglikemik sementara, periksa glukosa darah sewaktu (FK UI, 2009).
b) Stadium lanjut (koma hipoglikemi)
Rujuk segera mungkin ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan dokter (FK UI, 2009).
b. Diabetes Ketoasidosis Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Penyebab utamanya antara lain: 1)
Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2)
Keadaan sakit atau infeksi
30
3)
Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati Gejala yang timbul antara lain: poliuri, polidipsi,
penglihatan kabur, kelemahan penapasan kussmaul dan sakit kepala. Pada penurunan volume intravascular terjadi hipotensi ortostatik, denyut nadi lemah dan cepat. Selain itu pada GI adalah anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen. Penanganan, diarahkan pada tiga masalah utama, yaitu: 1) Dehidrasi. Rehidrasi merupakan tindakan yang penting untuk mempertahankan perfusi jaringan. 2) Kehilangan elektrolit. Masalah elektrolit yang biasanya terjadi adalah kalium. Berikan 40 mEq kalium/ jam (yang ditambahkan ke dalam cairan infus) mungkin diperlukan selama beberapa jam. 3) Asidosis.
Penambahan
menurunkan
akumulasi
insulin
untuk
untuk
badan
keton
yang
merupakan pemecahan lemak. (FK UI, 2009). c. Komplikasi Jangka Panjang Diabetes 1) Penyakit Makrovaskular a) Jantung koroner b) Pembuluh darah kaki c) Pembuluh darah otak
31
2) Penyakit Mikrovaskular a) Ginjal b) Retina mata 3) Neuropati a) Polineuropati sensorik : Gejala yang ditemui adalah parestesia (perasaan tertusuk-tusuk,
kesemutan
atau
peningkatan
kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari), semakin parah maka kaki terasa baal (mati rasa), penurunan fungsi proprioseptif dan penurunan sensibilityas nyeri dan suhu. b) Neuropati otonom : Mengakibatkan disfungsi yang mengenai hampir seluruh system organ tubuh. Kardiovaskular (takikardia, hipotensi ortostatik, infark miokard), GI (mual, muntah, kembung, pewrasaan cepat kenyang, dan konstipasi atau diare), Urinarius (retensi urin, penurunan kemampuan merasakan kandung kemih yang penuh), Kelenjar Adrenal (Hipoglycemic
Unawareness),
Neuropati
sudomotorik (tidak adanya atau berkurangnya pengeluaran (impotensi).
keringat),
disfungsi
seksual
32
4) Rentan infeksi (FK UI, 2009). B. PERANAN
PENGETAHUAN
BAGI
PENDERITA
DIABETES MELITUS Diabetes merupakan penyakit kronik yang membutuhkan pengobatan seumur hidup serta dibutuhkan kedisiplinan dari sikap positif penderitanya untuk menjalankan pola hidup sehat. Sikap pofitif penderita diabetes dapat dibentuk berdasarkan tingkat pengetahuan yang baik dari penderita diabetes. Pengetahuan klien tentang DM dapat membantu mereka untuk menjalankan penanganan diabetes seperti minum obat, olahraga teratur, diet makanan rendah karbohidrat dan lemak serta harus rajin mengkonsumsi sayur dan buah sehingga mereka mengerti tentang penyakitnya dan dapat mengubah perilakunya (Waspadji, 2004). Penyakit diabetes yang tidak diatasi akan menimbulkan kompliksi yang dapat mengancam jiwa. Penderita diabetes yang telah positif mengalami Diabetes Melitus sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dan mematuhi setiap anjuran dokter dengan penuh disiplin. Selain itu penderita juga dapat melakukan perencanaan diet sebagai salah satu cara yang efektif bagi penyakit Diabetes Melitus. Penderita diabetes yang memiliki pengetahuan yang cukup baik serta memiliki sikap positif akan mengurangi tingkat komplikasi akut maupun kronik dari penyakit diabetes tersebut. Oleh sebab itu, peranan pengetahuan terhadap tingkat keparahan
33
penyakit diabetes sangat penting untuk mendisiplinkan penderita diabetes agar tetap menjalankan pola hidup sehat dan terbebas dari komplikasi penyakit diabetes yang dialaminya (Smeltzer dan Bare, 2001) C. PENGETAHUAN 1. Pengertian Menurut
Kuntjoroningrat,
(1997).
Dikutip
oleh
Nursalam dan Pariana (2000:133) semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang
semakin
mudah
pula
menerima
informasinya sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera mata dan indera telinga (Notoatmodjo, 2003: 121). Pengetahuan sendiri merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya suatu tindakan. Dengan demikian terbentuknya perilaku terhadap seseorang karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya terbentuknya suatu perilaku baru, terutama yang ada pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif. Dalam arti klien diabetes terlebih dahulu diberi stimulus yang berupa informasi tentang upaya pencegahan sekunder sehingga menimbulkan pengetahuan yang baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap klien diabetes terhadap informasi upaya
34
pencegahan sekunder terhadap diabetes yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan yakni informasi upaya pencegahan sekunder yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya, tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan atau sehubungan dengan stimulus atau informasi upaya pencegahan sekunder. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo : 2003 : 121). 2. Tingkat pengetahuan Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan
yang
dicakup
didalam
domain
kognitif.
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Know / Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. b. Comprehension / Memahami Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang akan diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Application / Aplikasi
35
Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
mneggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi ril. d. Analisys / Analisa Analisa suatu kemampuan dalam menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesa Sintesa menunjukan kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam
suatu
bentuk
keseluruh yang baru. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang sudah ada. f. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. 3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi
terbentuknya
pengetahuan menurut Notoatmodjo, 2003 adalah sebagai berikut : a. Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah
menerima
informasi
sehingga
banyak
pula
pengetahuan yang dimilik. Tingkatan pendidikan meliputi SD, SMP, SMA, PerguruanTinggi.
36
b. Usia Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Menurut Hurlock, 2003 pembagian usia berdasarkan tahapan dewasa terdiri dari dewasa awal 20-40 tahun, dewasa madya 41-60 tahun dan dewasa lanjut 61-75 tahun. c. Pengalaman Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, pengalaman pribadi ataupun dapat digunakan sebagi upaya memperoleh pengetahuan. d. Sumber informasi Merupakan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan
sebagainya.
Dengan
pengetahuan
itu
akan
menyebabkan seseorang berprilaku sesuai dengan yang dimilikinya. e. Penghasilan Penghasilan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi, pendidikan dan kebutuhan lainnya.
37
4. Pengukuran Pengetahuan Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu, mendasarkan diri kepada rasio dan
pengalaman.
Cara
pengukuran
pengetahuan
dalam
penelitian bisa menggunakan angket dan biasanya dituliskan dalam prosentase. Tinggi = 76-100%; Sedang = 56-75%; Rendah ≤55% (Nursalam, 2003 : 124). Hidayat (2007) menjelaskan bahwa salah satu skala yang dapat digunakan dalam mengukur pengetahuan adalah menggunakan skala Guttman. Skala guttman terdiri dari benar-salah atau ya-tidak. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban benar dan salah dalam pengukuran pengetahuan terhadap manajemen diet bagi penderita Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Mampang. D. PENELITIAN TERKAIT Penelitian yang terkait dilakukan oleh Antonio Manoel dkk (2007), penelitian ini menggunakan metode cross-sectional deskriptif di Universitas Brazil. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengetahuan dan sikap klien diabetes melitus. Sampel terdiri dari 70 orang dewasa dengan diabetes mellitus. Data dikumpulkan melalui
versi
Portugis Pengetahuan Diabetes
Questionnaire (DKN-A) dan Sikap Diabetes Questionnaire (ATT19). Hasil mengungkapkan bahwa 78,05% para responden memiliki pengetahuan dan memahami penyakit diabetes dengan
38
baik. Sedangkan sikap responden klien diabetes mellitus ini menyatakan kesulitan dalam mengatasi penyakitnya terkait manajemen
DM.
Peneliti
menyimpulkan
bahwa
meskipun
responden memperoleh nilai yang baik terhadap pengetahuan, sikap mereka tidak berubah dalam mengatasi penyakitnya (International Journal of Diabetes in Developing Countries). Penelitian terkait lainnya dilakukan oleh Yuni Thiodora Gultom mengenai manajemen latihan pada penderita DM, menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dilakukan di RSAD Gatot Subroto. Pengumpulan data melalui kuisioner selama 2 minggu. Hasil analisa dengan unvariat berdasarkan tingkat pengetahuan didapatkan hasil pengetahuan tentang manajemen latihan pada penderita DM sedang.
39
Tabel 2.4 (Menu Pengganti Diet Dari American Diabetic Association, 2006) Pengganti Satu Pati
Satu Buah Pengganti
Satu susu bebas lemak atau rendah lemak
Konten Gizi Makanan Setara Karbohidrat Pengganti 15 gram karbohidrat 1 iris roti, bagel ¼, ¾ cangkir sereal 3 gram protein dingin, 1/3 cangkir nasi, pasta, atau 1gram (atau kurang) lemak kacang kering dimasak, 3 ons kentang 15 gram karbohidrat 1 apel kecil, pisang, atau oranye, 1 media 60 kalori peach, 1 cangkir berry segar, 4 ons jus tanpa gula 12 gram karbohidrat 1 cangkir susu bebas lemak, ¼ cangkir 8 gram protein plain bebas lemak atau rendah lemak0-3 gram lemak yoghurt 90 kalori
Satu susu rendah lemak
12 gram karbohidrat 8 gram protein 5 gram lemak 120 kalori
1 cangkir 2% susu, secangkir susu kedelai
Seluruh jenis susu
12 gram karbohidrat 8 gram protein 8 gram lemak 150 kalori
1 cangkir susu, ¾ cangkir yoghurt dari semua jenis susu
Jenis sayur
5 gram karbohidrat 2 gram protein 0 gram lemak 25 kalori 15 gram karbohidrat, dengan berbagai jumlah protein, lemak, dan kalori
½ mangkok sayuran, 1 cangkir sayuran mentah atau salad hijau, ¼ cangkir jus sayuran
karbohidrat lainnya
Sangat rendah protein
1 sendok makan jelly atau gula meja, dessert seperti ½ cangkir yogurt beku
Pengganti Daging Dan Daging Bursa 7 gram protein 1 ons daging unggas putih, tuna kalengan 0-1 gram lemak dalam air, 2 putih telur, ¾ cangkir keju 0-2 15 kalori cottage rendah lemak
Rendah protein (untuk dua kali seminggu)
7 gram protein 3 gram lemak 55 kalori
1 ons daging unggas gelap, daging sapi tanpa lemak, babi, atau domba, keju rendah lemak
protein rendah lemak (pilih sangat jarang)
7 gram protein 5 gram lemak 75 kalori
1 ons daging sapi atau babi, 1 butir telur, 1 ons keju mozzarella
protein tinggi lemak (meminta dokter Anda seberapa sering Andabisa makan ini)
7 gram protein 8 gram lemak 100 kalori
1 ons keju seluruh lemak, 1 ons iga, 1 sendok makan selai kacang
Pengganti lemak Lemak
5 grams lemak 45 kalori
1 sendok teh minyak atau mentega, 1 sendok makan salad atau krim keju, 1/8 alpukat
40
Tabel 2.5 (Kalori Pengganti American diabetic association, 2006) Jika anda adalah Seorang wanita kecil yang latihan hingga menengah, wanita yang ingin menurunkan berat badan atau wanita menengah yang tidak latihan banyak
Jumlah kalori anda 1,200 hingga 1,600
Jumlah yang dikonsumsi 6 pati, 3 sayuran, 2 buah, 2 porsi susu atau yogurt, 2 porsi daging atau ikan hingga 3 lemak sehat
Seorang wanita besar yang ingin menurunkan berat badan atau seorang pria kecil dengan berat badan normal atau pria berukuran sedang yang memimpi hidup menetap atau menengah, untuk pria besar yang ingin menurunkan berat badan
1,600 hingga 2,000
8 pati, 4 sayuran, 3 buah, 2 susu atau yogurt, 2 daging atau ikan hingga 4 lemak sehat
Seorang pria menengah untuk pria besar yang latihan banyak atau memiliki pekerjaan yang aktif secara fisik seperti pekerjaan konstruksi atau seorang pria besar berat badan normal atau orang besar berat nominal atau wanita besar yang latihan banyak atau memiliki pekerjaan yang menuntut fisik
2,000 hingga 2,400
11 pati, 4 sayuran, 3 buah, 2milk atau yogurt, 2 daging atau ikan hingga 5 lemak sehat
41
E. KERANGKA TEORI
Faktor yang
Stimulus
mempengaruhi
Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan terhadap
pengetahuan
perilaku:
terhadap sikap:
- Pengalaman pribadi
- Pendidikan
- Pengaruh orang lain
- Usia
yang dianggap penting - Pengaruh kebudayaan
Manajemen Diet yang tepat
- Media massa
- Pengalaman - Sumber informasi - penghasilan
- Pengaruh faktor emosional Jenis makanan dan Cara pengolahan, Porsi/sediaan, Waktu konsumsi
Diabetes Mellitus terkontrol dan tidak terjadi komplikasi
Bagan 2.1: Kerangka teori Berdasarkan Teori Stimulus Organisme, Hosland, et al (1953) dalam Notoatmodjo, 2007 dan NIC & NOC
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep
Karakteristik Individu :
Pengetahuan tentang manajemen diet :
1. Usia 2. Jenis kelamin
1. Jenis makanan dan cara
3. Pendidikan
pengolahan
4. Pekerjaan
2. Porsi/sediaan
5. Lama menderita
3. Waktu konsumsi
Skema 3.1 (Kerangka Konsep Penelitian)
Kerangka
konsep
merupakan
kerangka
penelitian
yang
menggunakan model konseptual spesifik yang berbasis teori dan dasar dari konseptual bagi masalah peneliti dan kerangka kerja yang digabungkan kedalam pengetahuan teoritis yang relevan dan terkait hasil (Burn & Grove, 2002). Kerangka konsep adalah rangkuman dari kerangka
teori
yang
dibuat
dalam
bentuk
diagram
yang
menghubungkan antara variabel yang diteliti dan variabel lain yang terkait (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Dalam penelitian ini, yang ingin diketahui adalah pengetahuan terhadap manajemen diet bagi penderita DM berdasarkan jenis
42
43
makanan dan cara pengolahan, porsi makanan dan waktu konsumsi. Pengetahuan akan diklasifikasikan menjadi tingkat pengetahuan yang rendah, sedang, dan tinggi terhadap manajemen diet DM secara keseluruhan berdasarkan karakteristik responden serta berdasarkan jenis makanan dan cara pengolahan, porsi makanan dan waktu konsumsi. Berdasarkan pengetahuan tersebut, peneliti melihat sejauhmana pengetahuan penderita DM mengetahui manajemen diet yang tepat di wilayah kerja Puskesmas Mampang.
44
B. Definisi Operasional Variabel Usia
Definisi Operasional
Cara ukur
Umur responden dari sejak Menentukan karakter usia
Alat ukur
Hasil ukur
Kuisioner
1. 20-40 tahun
lahir sampai dengan ulang
responden sesuai pilihan
2. 41-60 tahun
tahun terakhir
pada kuisioner
3. 61-75 tahun
Skala ukur Ordinal
(Hurlock, 2003). Jenis kelamin Pendidikan
Merupakan pertanda
Menentukan jenis kelamin
Kuisioner
1. Laki-laki
gender seseorang
responden
Jenjang pendidikan formal
Menentukan tingkat
yang telah diselesaikan
pendidikan sesuai pilihan
2. SMP
responden
yang tertera pada kuisioner
3. SMA
Nominal
2. Perempuan Kuisioner
1. SD
Ordinal
4. PT Pekerjaan
Pencaharian yang
Menentukan rutinitas
dilakukan rutin sebagai
pekerjaan sesuai pilihan
upaya memenuhi
yang tertera pada kuisioner
kebutuhan diri dan
Kuisioner
1. Tidak bekerja 2. Bekerja
Nominal
44
keluarga Lama menderita
Lama terdiagnosa DM tipe Mengidentifikasi lama 2 yang dialami pasien
DM
Kuisioner
1. ≤ 4 tahun
terjadinya DM yang dialami
2. > 4 tahun
responden dari awal keluhan
(Syahrir, 2006).
Ordinal
hingga saat menjadi responden pada waktu penelitian Pengetahuan Pertanyaan penelitian yang Pengukuran tingkat/ diajukan untuk melihat
Pengetahuan menggunakan
kemampuan penderita DM
skala Gutman dan scoring.
di wilayah kerja
Pertanyaan peneliti terdiri
Puskesmas Mampang
dari pernyataan positif dan
Untuk memahami
negatif.
Kuisioner
1. Rendah (<56%) 2. Sedang (56%-75%) 3. Tinggi (76%-100%)
manajemen diet yang tepat Responden menjawab
(Gutman dalam
meliputi jenis makanan
dengan jawaban benar
Hidayat, 2007).
dan cara pengolahan, porsi
atau salah (Hidayat, 2007)
KategorikNumerik
44
makan, waktu konsumsi.
Pernyataan positif, pada responden menjawab benar diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0 Pernyataan negatif, pada responden menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi nilai 1
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan kegiatan penelitian. Penelitian deskriptif ini juga disebut penelitian pra-eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi, menggambarkan, dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh dilapangan (Sukardi, 2009).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Peneliti melakukan uji validitas di Puskesmas Mampang Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan pada pasien DM yang datang berobat ke Puskesmas. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena banyaknya kasus diabetes yang terjadi di wilayah tersebut dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Puskesmas tersebut juga menyediakan poli khusus DM yang dibuka setiap hari Selasa dan Kamis mulai pukul 08.00-12.00 WIB. Namun pasien yang datang terkadang masih sedikit karena mereka hanya datang jika terdapat keluhan yang berarti bagi mereka atau sekedar ingin mencoba ke poli gizi. Penelitian telah
47
48
dilakukan mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan September 2013.
C. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan di teliti (Notoatmojo, 1993: 75). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM yang berada di sekitar wilayah kerja Puskesmas Mampang Jakarta Selatan yang datang berobat ke Puskesmas. Total penderita DM di Puskesmas Mampang Jakarta Selatan pada bulan Desember tahun 2012 mencapai 117 orang dengan rata-rata usia 35 hingga 75 tahun. b. Sampel Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,
1993
:75).
Teknik
pengambilan
sampel
menggunakan probality sampling dengan teknik simple random sampling yaitu pasien DM yang datang berobat diundi namanya satu persatu untuk dijadikan sample penelitian. 1) Kriteria inklusi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: a) Memiliki riwayat penyakit DM hingga saat ini b) Bersedia menjadi responden c) Mampu berkomunikasi secara verbal d) Kooperatif
49
e) Datang berobat ke Puskesmas Besarnya sampel menggunakan rumus uji beda dua proporsi sebagai berikut:
Keterangan : n
: besar sampel : derajat kemaknaan (95%) = 1,96 : kekuatan uji 90% Z = 1,28 : rata-rata proporsi pada populasi :
= (81,1 + 36,36) / 2 = 58,73
: proporsi pengetahuan kurang, perilaku buruk 81,1 % = 0,81 (Irma, 2010) : proporsi pengetahuan baik, perilaku buruk 36,36 %= 0,37 (Irma, 2010) Maka besar sampel yang dihasilkan adalah n = 19 x 2 = 38 (berdasarkan uji beda dua proporsi maka hasil n dikali 2 ) Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dalam penelitian tersebut sebesar 38 responden dan untuk mengantisipasi adanya
50
sampel yang drop out maka jumlah sampel tersebut ditambah 10% menjadi 42 responden.
D. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar memperkuat hasil penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang mengacu pada pedoman NOC (Nursing Outcome Classification) yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang harus dijawab responden dan dilakukan uji validitas menggunakan faktor analisis. Untuk
mendapatkan
informasi
yang diinginkan
melalui
responden, peneliti menggunakan lembaran kuesioner yang disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi meliputi inisial nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, lamanya menderita. Bagian kedua kuesioner mengenai pengetahuan klien berisi pertanyaan tentang manajemen diet diabetes mellitus terkait jenis makanan dan cara pengolahan, porsi/sediaan, waktu konsumsi. Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan skala Gutman dan scoring. Pertanyaan peneliti terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Responden menjawab dengan jawaban benar atau salah (Hidayat, 2007). Pernyataan positif, pada responden menjawab benar diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0. Pernyataan negatif, pada responden menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi
51
nilai 1. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah (<56%), sedang (56%-75%), dan tinggi (76%-100%) (Gutman dalam Hidayat, 2007).
E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Peneliti
melakukan
uji
validitas
dan
reabilitas
untuk
mendapatkan instrumen yang valid pada penelitian. Uji validitas yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mampang Jakarta Selatan kepada penderita DM dengan kriteria inklusi yang telah dipaparkan pada bagian sample diatas. Uji validitas dilakukan pada Agustus 2013, dan sampel yang diambil sebanyak 30 orang. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing masing skor item pertanyaan dari tiap variable dengan total skor variable tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Sesuatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t table (0,374,alpha: 95%,n:30) (Hidayat, 2008)
52
Reabilitas adalah indeks yang menunujukkan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercaya
atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).
Item Kuisioner
r table
r hitung
Keterangan
P1
.817
Valid
P2
.770
Valid
P3
.270
Tidak valid
P4
.636
Valid
P5
.770
Valid
.704
Valid
P7
.817
Valid
P8
.704
Valid
P9
.770
Valid
P10
-.111
Tidak valid
P11
.015
Tidak valid
P12
.738
Valid
P13
.704
Valid
P14
.197
Tidak valid
P15
.636
Valid
P16
.704
Valid
P6
0,374
Cronbach's Alpha
0,882
53
Dari total item kuisioner yang diajukan, terdapat 4 item yang tidak valid. Sehingga hanya ada 12 item yang valid dengan nilai cronbach’s Alpha 0,882 (> 0,6) sehingga dianggap reliable dan 4 item yang tidak valid dieliminasi.
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data Pada awal penelitian peneliti membuat surat dibagian prodi yang ditujukan kepada DINKES DKI Jakarta yang berada di daerah Tanah Abang. Setelah surat izin pengambilan data ke DINKES selesai dibuat peneliti mengantar surat tersebut ke DINKES beserta proposal penelitian. Satu minggu kemudian pihak DINKES memberikan surat tembusan ke walikota Jakarta Selatan. Setelah dua hari kemudian pihak walikota mengeluarkan tugas izin penelitian yang dapat langsung dibawa ke Puskesmas Mampang sebagai bukti izin penelitian di Puskesmas Mampang. Peneliti membawakan surat tersebut kemudian setelahnya peneliti turun lapangan selama dua minggu untuk penelitian manajemen diet berdasarkan jenis makanan dan cara pengolahan, porsi makanan dan cara konsumsi. Pada saat turun lapangan peneliti mendata nama-nama pasien yang terdaftar sebagai pasien tetap di Puskesmas. Kemudian membuat kocokan nama berdasarkan nama-nama tersebut dan mengundinya hingga keluar 42 nama pasien berdasarkan jumlah pasien yang dibutuhkan dalam penelitian setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus uji beda dua proporsi. Pada minggu pertama terkumpul sebanyak 20
54
pasien yang dilakukan penelitian, karna peneliti hanya sendiri melakukan penelitian hingga pasien yang berhasil ditemui belum sepenuhnya. Pada minggu kedua peneliti melanjutkan penelitian dengan mendatangi sisa nama-nama pasien yang minggu pertama belum didatangi sebanyak 22 pasien sehingga pada minggu kedua penelitian selesai dilakukan. Penelitian dilakukan dengan cara meminta izin kepada pasien untuk dilakukan wawancara tentang manajemen diet, setelah pasien menandatangani lembar persetujuan pasien dilakukan wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah peneliti susun sebelumnya dan telah dilakukan uji validitas.
G. Pengolahan Data Dalam proses pengolahan data peneliti mengunakan langkahlangkah pengolahan data menurut Hidayat (2007) diantaranya : 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat
55
juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entry data Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat table kontingensi. 4. Cleaning data Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap dianalisa.
H. Analisis Statistik 1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari gambaran pengetahuan terhadap manajemen diet bagi penderita DM. hasil yang akan diperoleh adalah karakteristik responden dan tingkat pengetahuan penderita DM rendah (<56%), sedang (56%-75%) ataupun tinggi (76%-100%) terhadap manajemen diet.
56
I. Etika Penelitian Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian yang meliputi : 1.
Lembar persetujuan ( informed consent ) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi criteria sampel dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian.
2.
Tanpa nama ( anonymity ) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan
nama
responden
pada
lembar
pengumpulan data yang diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu 3.
Kerahasiaan ( confidentially ) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB V HASIL PENELITIAN A.
Gambaran Umum Puskesmas Mampang 1.
Sejarah Puskesmas Mampang Puskesmas Mampang didirikan pada tahun 1977 dengan 3 kali renovasi. Sebelumnya Puskesmas Mampang diberi nama Balai Pengobatan yang didirikan pada tahun 1975. Tujuan didirikannya Puskesmas Mampang adalah untuk meningkatkan perilaku masyarakat yang mandiri untuk berprilaku hidup sehat. Puskesmas Mampang berada di Jalan Kapten P. Tendean Nomor 5 Rt 03 Rw 03 Kelurahan Mampang Prapatan Kecamatan Mampang Prapatan. Luas bangunan 600 M2 dan luas bangunan 1500 M2.
2.
Visi Misi Puskesmas Mampang Visi Misi Puskesmas Mampang antara lain sebagai berikut : VISI Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan “Menuju masyarakat berbudaya sehat sekecamatan Mampang Prapatan. MISI a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
57
58
b.
Memperdayakan
SDM
yang
profesional
secara
berkesinambungan. c.
Mengembangkan kerjasama lintas program, lintas sektoral, dan unit kesehatan lainnya.
3.
Program Puskesmas Mampang a. BP Umum b. BP Gigi c. BP Paru
B.
d.
KIA dan KB
e.
Gizi
f.
MTBS
g.
HIV/AIDS
h.
DM
i.
Tumbuh Kembang
j.
UGD/Layanan 24 Jam
k.
Posyandu
Uji Instrumen 1.
Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian validitas data menggunakan teknik analisis faktor dan reliabilitas data menggunakan nilai cronbach’s alpha. Hasil analisis dan tabel keadekuatan sampel dapat dilihat pada tabel 5.1.
59
Tabel 5.1 Validitas dan reliabilitas data
Item Variabel
KMO/ MSA
Mengkonsumsi air mineral minimal 2liter/hari merupakan hal yang dianjurkan bagi penderita diabetes Jenis makanan yang tepat bagi penderita DM adalah karbohidrat sederhana dan protein tinggi lemak Pengolahan makanan yang benar bukan dimaksudkan untuk menghasilkan diet yang tepat sehingga kadar gula darah terkontrol Diet yang direkomendasikan bagi penderita diabetes adalah makanan dan minuman 0,548 rendah gula Pengolahan makanan yang dianjurjan bagi penderita diabetes adalah dengan cara direbus, dikukus, disetup, dipanggang dan dihindarkan untuk cara digoreng Sprite, fanta, cocacola minuman yang boleh dikonsumsi bagi penderita Diabetes dengan porsi sangat sedikit dan jarang Nasi putih, cemilan kue merupakan salah satu porsi makanan yang harus dihindarkan oleh penderita diabetes
Faktor
Reliabilitas
Jenis makanan Porsi Waktu dan cara makanan konsumsi pengolahan
Alfa Cronbach’s
.991
.048
-.089
.991
.048
-.089
.991
.048
-.089
.680
.080
.343
.680
.080
.343
.069
.972
-.021
.969
1.000 .069
.972
-.021
60
Porsi makan penderita DM terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval makan setiap 3 jam Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengontrol gula darah adalah dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bernutrisi dengan porsi sesuai kebutuhan tubuh Mengkonsumsi kentang rebus, dan umbi-umbian lainnya merupakan menu pengganti yang dapat disajikan pada waktu makanan utama
.069
.972
-.021
.069
.972
-.021
.176
-.135
.912
Pengaturan jadwal makan yang tepat merupakan solusi untuk mengontrol kadar gula darah
.176
-.135
.912
Diet ketat dan berpuasa merupakan solusi yang tepat untuk menjaga kestabilan gula darah
-.532
.391
.655
.754
Dari validitas data tersebut jumlah Item pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini adalah 16 item, namun setelah diuji validitas ternyata hanya 12 item yang dikatakan valid dan terbentuk menjadi 3 faktor, yaitu faktor jenis makanan dan cara pengolahan, faktor porsi makanan, dan faktor waktu konsumsi. Terdapat 5 item kuesioner yang masuk dalam faktor jenis makanan dan cara pengolahan, 4 item yang masuk dalam faktor porsi makanan, dan 3 item yang masuk dalam faktor waktu konsumsi. Sedangkan 4 item
61
yang tidak valid memiliki nilai Measures of Sampling Adequacy (MSA) < 0,5 sehingga dianggap kurang valid. Reliabilitas untuk faktor jenis makanan dan cara pengolahan memiliki nilai Cronbach's Alpha sebesar 0.969, untuk faktor porsi makanan sebesar 1,000, dan untuk faktor waktu konsumsi sebesar 0.754. Ketiga faktor memiliki nilai Cronbach's Alpha lebih dari 0.5 sehingga dapat dikatakan reliabilitis ketiga faktor tersebut adalah reliabel. Sehingga dapat disimpulkan, dari 16 item kuesioner yang valid dan reliabel adalah sebanyak 12 item. 12 item kuisioner yang valid diatas memiliki nilai KaiserMeyer-Olkin (KMO) atau MSA sebesar 0,548 (KMO > 0,5), sehingga seluruh item yang valid dan reliabel tersebut dapat digunakan untuk dilakukan pengolahan data lebih lanjut. C. Analisa Univariat 1. Karakteristik Responden Analisa
univariat
bertujuan
untuk
memberikan
gambaran
karakteristik tiap-tiap variabel yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM.
62
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Diabetes Mellitus di Puskesmas Mampang Karakteristik
Frekuensi N = 42
Presentasi (%)
20-40 Tahun 41-60 Tahun 61-75 Tahun
13 20 9
27% 49,5% 23,5%
JENIS KELAMIN Laki-laki Perempuan
13 29
27% 73%
PENDIDIKAN SD SMP SMA PT
20 11 9 2
49,5% 25% 23,5% 2%
PEKERJAAN Tidak bekerja Bekerja
12 30
26% 74%
LAMA MENDERITA ≤4 Tahun >4 Tahun
15 27
35% 65%
USIA
Pada tabel 5.2, menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden, diperoleh gambaran yang berusia 20-40 tahun yaitu, 13 orang sebanyak (27%), yang berusia 41-60 tahun yaitu, 20 orang sebanyak (49,5%), dan yang berusia 61-75 tahun yaitu, 9 orang sebanyak (23,5%). Dari tabel tersebut sebagian besar responden berusia rata-rata 41-60 tahun yaitu, 20 orang sebanyak (49,5%).
63
Gambaran hasil penelitian tentang jenis kelamin didapatkan hasil yaitu, 12 orang sebanyak (27%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 30 orang sebanyak (73%) dengan jenis kelamin perempuan. Dari tabel tersebut sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu 30 orang sebanyak (73%) . Gambaran hasil penelitian tentang pendidikan didapatkan hasil yaitu, 20 orang sebanyak (49,5%) berpendidikan SD, 11 orang sebanyak (25%) berpendidikan SMP, 9 orang sebanyak (23,5%) berpendidikan SMA, 2 orang sebanyak (2%) berpendidikan PT. Dari tabel tersebut sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu 20 orang sebanyak (49,5%). Gambaran hasil penelitian tentang pekerjaan didapatkan hasil yaitu, 30 orang sebanyak (74%) dengan status tidak bekerja dan 12 orang sebanyak (26%) dengan status bekerja. Dari tabel tersebut sebagian besar responden tidak bekerja yaitu 30 orang sebanyak (74%). Gambaran hasil penelitian tentang lama menderita didapatkan hasil yaitu, 15 orang sebanyak (35%) menderita dibawah 5 tahun dan 27 orang sebanyak (65%) menderita diatas 5 tahun. Dari tabel tersebut sebagian besar responden mengalami diabetes semenjak diatas 5 tahun yaitu 27 orang sebanyak (65%).
64
2. Pengetahuan Manajemen Diet Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Manajemen Diet Diabetes Melitus di Puskesmas Mampang
Sub Varian Jenis dan cara pengolahan makanan Porsi Makanan Waktu Konsumsi Pengetahuan Diet secara keseluruhan
Total Pertanyaan
Persentase (%) Tingkat Pengetahuan
Kategorik Tingkat Pengetahuan
5
49,04
Rendah
4
62,5
3
66,67
Sedang
12
57,94
Sedang
Sedang
Pada tabel 5.3, Hasil analisis didapatkan dari total 5 pertanyaan tingkat pengetahuan dalam diet DM tipe 2 pada faktor jenis dan cara pengolahan makanan adalah sebesar 49,04%, sehingga masuk dalam kategori tingkat pengetahuan rendah. Pada faktor porsi makanan adalah 62,5%, sehingga masuk dalam kategori sedang. Dan pada faktor waktu konsumsi adalah sebesar 66,67%, sehingga masuk dalam kategori sedang. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil analisis dari total 12 pertanyaan tingkat pengetahuan responden adalah sebesar 57,94% sehingga berada dalam kategori sedang.
65
Tabel 5.4 Gambaran Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM Berdasarkan Usia
N
tingkat pengetahuan
20-40 41-60 61-75
13 20 9
63,08% 61% 64,4%
Kategori Tingkat pengetahuan Sedang Sedang Sedang
Porsi Makanan
20-40 41-60 61-75
13 20 9
67,30% 66,25% 47%
Sedang Sedang Rendah
Waktu Konsumsi
20-40 41-60 61-75
13 20 9
66,67% 70% 59,27%
Sedang Sedang Sedang
Jenis Makanan dan Cara Pengolahan
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.4 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan berdasarkan usia memiliki tingkat pengetahuan yaitu usia 20-40 tahun sebanyak 13 orang sebesar 63,08% masuk dalam kategori sedang, usia 41-60 tahun sebanyak 20 orang sebesar 61% masuk dalam kategori sedang dan usia 61-75 tahun sebanyak 9 orang sebesar 64,4% masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan pada porsi makanan berdasarkan usia memiliki tingkat pengetahuan yaitu usia 20-40 tahun sebanyak 13 orang sebesar 67,30% masuk dalam kategori sedang, usia 41-60 tahun sebanyak 20
66
orang sebesar 66,25% masuk dalam kategori sedang dan usia 61-75 tahun sebanyak 9 orang sebesar 47% masuk dalam kategori rendah. Tingkat pengetahuan pada waktu konsumsi berdasarkan usia memiliki tingkat pengetahuan yaitu usia 20-40 tahun sebanyak 13 orang sebesar 66,67% masuk dalam kategori sedang, usia 41-60 tahun sebanyak 20 orang sebesar 70% masuk dalam kategori sedang dan usia 61-75 tahun sebanyak 9 orang sebesar 59,27% masuk dalam kategori sedang.
Tabel 5.5 Gambaran Rata-rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelamin Jenis Makanan dan Laki-laki Cara Pengolahan Perempuan Laki-laki Porsi Makanan Perempuan Laki-laki Waktu Konsumsi Perempuan
Tingkat N pengetahuan 13 29 13 29 13 29
53,84% 66,21% 59,62% 63,79% 69,23% 65,52%
Kategori tingkat pengetahuan Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.5 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan berdasarkan jenis kelamin memiliki tingkat pengetahuan yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang sebesar 53,84% masuk dalam
67
kategori rendah, jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang sebesar 66,21% masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan pada faktor porsi makanan berdasarkan jenis kelamin memiliki tingkat pengetahuan yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang sebesar 59,62% masuk dalam kategori sedang, jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang sebesar 63,79% masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan pada faktor waktu konsumsi berdasarkan jenis kelamin memiliki tingkat pengetahuan yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang sebesar 69,23% masuk dalam kategori sedang, jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang sebesar 65,52% masuk dalam kategori sedang.
Tabel 5.6 Gambaran Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM Berdasarkan Tingkat Pendidikan
N
SD SMP Jenis Makanan dan SMA Cara Pengolahan PT
20 11 9 2
57% 65,45% 71,11% 60%
Kategori tingkat pengetahuan Sedang Sedang Sedang Sedang
SD SMP SMA PT
20 11 9 2
62,5% 63,64% 58,33% 75%
Sedang Sedang Sedang Sedang
Porsi Makanan
Tingkat pengetahuan
68
Waktu Konsumsi
SD SMP SMA PT
20 11 9 2
63,33% 63,64% 77,78% 66,67%
Sedang Sedang Tinggi Sedang
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.6 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan berdasarkan tingkat pendidikan memiliki tingkat pengetahuan yaitu SD sebanyak 20 orang sebesar 57% masuk dalam kategori sedang, SMP sebanyak 11 orang sebesar 65,45% masuk dalam kategori sedang, SMA sebanyak 9 orang sebesar 71,11% masuk dalam kategori sedang, PT sebanyak 2 orang sebesar 60% masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan pada faktor porsi makanan berdasarkan tingkat pendidikan memiliki tingkat pengetahuan yaitu SD sebanyak 20 orang sebesar 62,5% masuk dalam kategori sedang, SMP sebanyak 11 orang sebesar 63,64% masuk dalam kategori sedang, SMA sebanyak 9 orang sebesar 58,33% masuk dalam kategori sedang, PT sebanyak 2 orang sebesar 75% masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan pada waktu konsumsi berdasarkan tingkat pendidikan memiliki tingkat pengetahuan yaitu SD sebanyak 20 orang sebesar 63,33% masuk dalam kategori sedang, SMP sebanyak 11 orang sebesar 63,64% masuk dalam kategori sedang, SMA
69
sebanyak 9 orang sebesar 77,78% masuk dalam kategori sedang, PT sebanyak 2 orang sebesar 66,67% masuk dalam kategori sedang.
Tabel 5.7 Gambaran Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM Berdasarkan Status Pekerjaan
Pekerjaan Jenis Makanan dan Cara Pengolahan Porsi Makanan
Waktu Konsumsi
Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja
N 12 30 12 30 12 30
68,33%
Kategori tingkat pengetahuan Sedang
60% 68,75%
Sedang Sedang
60% 66,67%
Sedang Sedang
66,67%
Sedang
Tingkat pengetahuan
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan berdasarkan status pekerjaan memiliki tingkat pengetahuan yaitu tidak bekerja sebanyak 12 orang sebesar 68,334% masuk dalam kategori sedang, bekerja sebanyak 30 orang sebesar 60% masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan pada faktor porsi makanan berdasarkan status pekerjaan memiliki tingkat pengetahuan yaitu tidak bekerja sebanyak 12 orang sebesar 68,75% masuk dalam kategori sedang, bekerja sebanyak 30 orang sebesar 60% masuk dalam kategori sedang.
70
Tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan berdasarkan status pekerjaan memiliki tingkat pengetahuan yaitu tidak bekerja sebanyak 12 orang sebesar 66,67% masuk dalam kategori sedang, bekerja sebanyak 30 orang sebesar 66,67% masuk dalam kategori sedang.
Tabel 5.8 Gambaran Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Diet DM Berdasarkan Lama Menderita
Jenis Makanan dan Cara Pengolahan Porsi Makanan Waktu Konsumsi
Menderita
N
≤4 tahun
15
>4 tahun
27
≤4 tahun >4 tahun ≤4 tahun >4 tahun
15 27 15 27
53,34% 67,41%
Kategori tingkat pengetahuan Rendah Sedang
63,33% 62,04% 55,56% 72,84%
Sedang Sedang Rendah Sedang
Tingkat pengetahuan
Berdasarkan hasil uji statistik di tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan berdasarkan lama menderita memiliki tingkat pengetahuan yaitu <4 tahun sebanyak 15 orang sebesar 53,34% masuk dalam kategori rendah, >4 tahun sebanyak 27 orang sebesar 67,41% masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan pada faktor porsi makanan berdasarkan lama menderita memiliki tingkat pengetahuan yaitu <4 tahun sebanyak 15
71
orang sebesar 63,33% masuk dalam kategori rendah, >4 tahun sebanyak 27 orang sebesar 62,04% masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan pada faktor waktu konsumsi berdasarkan lama menderita memiliki tingkat pengetahuan yaitu <4 tahun sebanyak 15 orang sebesar 55,56% masuk dalam kategori rendah, >4 tahun sebanyak 27 orang sebesar 72,84% masuk dalam kategori sedang.
BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan pembahasan meliputi intrepretasi dan diskusi hasil penelitian yang dijabarkan pada bab V atau hasil penelitian dengan merujuk pada teori-teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya yang mendukung dalam penelitian ini. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian dan tindak lanjut hasil penelitian keperawatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan kesehatan terutama dalam manajemen diet diabetes mellitus. A.
Uji Instrumen 1.
Uji validitas dan reliabilitas Uji instrumen penelitian digunakan untuk mengelompokkan variabel-variabel
dari
kuesioner
yang
dianggap
tidak
saling
berhubungan kemudian dicari hubungannya dan dikelompokkan sesuai dengan variabel-variabel yang saling berhubungan dan berkumpul untuk membentuk faktor, uji instrument juga digunakan untuk menentukan item dari kuesioner (variabel-variabel kuesioner) yang cukup adekuat untuk digunakan dalam analisis lebih lanjut. Dari 16 item kuesioner yang diberikan kepada 42 responden, setelah diuji menggunakan analisis faktor, terdapat 4 item yang memiliki MSA (Measurament Sample Adequacy) kurang dari < 0,5, sehingga kurang cukup adekuat untuk diikut sertakan dalam analisis statistik lebih lanjut. Hal tersebut sesuai dengan prinsip pengolahan data analisis faktor, dimana MSA < 0,5 berarti variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut (Santoso, 2010). Dalam uji statistik 72
73
analisis faktor, jumlah sampel yang disarankan yaitu 5-10:1, dimana setiap 1 variabel kuesioner diwakili oleh 5-10 orang responden, tetapi pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan perbandingan 5:1. Hal ini pula yang mempengaruhi 4 variabel memiliki MSA kurang dari 0,5. Setelah dilakukan
terbentuk
uji
faktor-faktor,
reliabilitas
agar
kemudian
instrumen
setiap
dapat
faktor
dipercaya
kekonsistenannya bila dilakukan pengukuran berulang kali. Uji tersebut yang digunakan untuk menentukan reliabilitas pada penelitian ini adalah menggunakan uji Cronbach’s alpha. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s alpha > 0,6 (Gumilar, 2007). Pada penelitian kali ini, setiap faktor yang terbentuk memiliki nilai Cronbach’s alpha > 0,6, yaitu untuk faktor jenis makanan dan cara pengolahan sebesar 0,969, faktor porsi makanan sebesar 1,000, dan untuk faktor waktu konsumsi sebesar 0,754. Sehingga ketiga faktor
tersebut
adalah
reliabel,
berarti
dapat
dipercaya
kekonsistenannya bila dilakukan pengukuran berulang kali. Uji validitas menggunakan buku pedoman NOC (Nursing Outcome Classification), didapatkan hasil 16 item pertanyaan. Namun, pada penelitian didapatkan 12 item pertanyaan yang valid dan 4 item pertanyaan yang tidak valid, sehingga 4 item tersebut dihilangkan
karena
tidak
pengukuran dalam penelitian.
memenuhi
syarat
untuk
dijadikan
74
Secara keseluruhan, nilai KMO/ MSA yang didapatkan sebesar 0,548, sehingga dapat digunakan untuk dilakukan uji statistik lebih lanjut.
B.
Analisis Univariat 1.
Karakteristik responden
Berdasarkan karakteristik usia, prevalensi DM sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Menurut Golberg dan Coon (2006) kenaikan gula darah dipengaruhi oleh faktor usia, semakin tinggi meningkat usia semakin tinggi gangguan kadar gula darah. Faktor tersebut dikarenakan usia lanjut mengalami gangguan toleransi glukosa mencapai 50-92% (Medicastore, 2007; Rochman dalam Sudoyo, 2006). Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan
perubahan
anatomis,
fisiologis
dan
biokimia.
Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa. Pada hasil penelitian menunjukkan karakterisktik usia responden antara 20-75 tahun dan lebih banyak usia responden 41-60 tahun. Dengan demikian hasil dari penelitian telah sesuai dengan teori yang terkait.
75
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin, diperoleh data bahwa perempuan lebih besar jumlah prevalensi yang ada dibandingkan lakilaki. Hasil ini didapatkan karena proporsi kunjungan pasien DM yang berobat lebih banyak perempuan. Teori yang dikemukakan Brunner & Suddart, 2002 mengatakan pasien wanita yang terkena DM lebih banyak ditemukan dibanding pasien laki-laki. Hasil penelitian Creatore (2010) juga mengatakan bahwa prevalensi DM lebih besar terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Namun, keduanya tidak menjelaskan alasan mengapa prevalensi perempuan lebih besar dari laki-laki. Menurut hasil wawancara yang dilakukan di Puskesmas responden perempuan lebih banyak mengatakan bahwa mereka memiliki stress terhadap tugas dan perannya sebagai ibu rumah tangga atau pekerjaan lain yang mereka lakukan sehingga dapat peneliti simpulkan tingkat stress pada perempuan yang lebih tinggi daripada laki-laki membuat perempuan lebih mudah terkena penyakit. Berdasarkan pendidikan, diperoleh gambaran bahwa lebih banyak pasien DM dengan pendidikan akhir SD. Notoadmodjo (2003) mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Hal tersebut dikarenakan pendidikan berkolerasi dengan pengetahuan sehingga jika pendidikan yang ditempuh seseorang mempengaruhi pengetahuannya mengenai sumber informasi yang didapatkan. Hasil yang didapatkan dari penelitian bahwa pendidikan akhir SD lebih tinggi sehingga tingkat pengetahuan yang diperoleh cenderung sedang karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang mereka
76
miliki dari bangku sekolah. Hasil wawancara pada dokter mengatakan pada awal kunjungan mereka ke Puskesmas pengetahuan mereka mengenai diet DM masih cukup rendah terlihat dari hasil wawancara dokter kepada pasien dan hasil lab yang didapatkan, namun mereka diberikan tambahan pengetahuan
melalui
poli
gizi
sehingga
meningkatkan pengetahuan mereka tentang manajemen diet. Poli gizi dapat mereka kunjungi setelah pemeriksaan di poli DM. Berdasarkan pekerjaan, diperoleh hasil penelitian bahwa lebih besar responden yang bekerja. Earnest dan Hu (2008) mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam meningkatnya penyakit diabetes tipe 2. Earnest dan Hu juga mengatakan
lingkungan
kerja
yang
padat
mengakibatkan
terganggunya jadwal makan dan tidur sehingga mengakibatkan kenaikan berat badan dan beresiko besar terkena DM. Jam kerja yang tidak teratur mengganggu irama srikandi tubuh yang berperan dalam mempertahankan metabolisme gula darah dan keseimbangan energi. Responden yang diwawancara lebih banyak sebagai ibu rumah tangga dan pekerja jalan seperti tukang ojek, penjaga warung, dll. Keletihan mereka terhadap pekerjaan mereka membuat jadwal makan mereka tidak teratur. Hasil penelitian berdasarkan lamanya menderita DM menunjukkan hasil bahwa kebanyakan responden menderita DM tipe 2 lebih dari 4 tahun. Waspadji (2009) menyatakan tingginya
77
komplikasi kronik yang terjadi akibat lamanya pasien menderita DM dengan kondisi hiperglikemia lebih dari 4 tahun. Teori tersebut seperti membenarkan hasil penelitian bahwa lamanya responden menderita DM mengakibatkan tingkat kejenuhan. Dari 10 responden mengatakan mereka bosan untuk mengontrol diet makanan mereka karena lamanya mereka menderita DM sehingga keadaan gula darah mereka meningkat. Namun demikian kejenuhan responden dimanipulasi oleh pihak Puskesmas dengan rutin memberikan edukasi manajemen diet yang tepat dengan tujuan peningkatan pengetahuan dapat memberikan sikap positif terhadap responden, sehingga dengan lama derita lebih dari 4 tahun mereka tetap dapat menstabilkan kadar gula darah mereka. 2.
Gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tentang manajemen diet DM Menurut Hosland, et al dalam Notoatmodjo (2007) terkait teori stimulus organisme (SOR), Stimulus (rangsang) yang diberikan berupa pengetahuan kepada responden dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perilaku responden diabetes mellitus tipe II. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian, pengertian, penerimaan dan responden (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu responden mengolah stimulus sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan klien dengan mempunyai pengetahuan terkait diabetes mellitus tetapi perilaku
78
yang ditimbulkan tidak sesuai dengan pengetahuannya. Contohnya, dari dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori stimulus organisme (SOR) yang dicetus oleh Hosland, et al (1953) tersebut, mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor reinforcement memegang peranan penting.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden secara keseluruhan tentang diet DM sebesar 57,94% masuk dalam kategori sedang. Pada ketiga faktor jenis dan cara pengolahan, faktor porsi makanan, dan faktor waktu konsumsi tingkat pengetahuan lebih tinggi didapatkan pada faktor waktu konsumsi. Saat peneliti menanyakan pada 10 responden bagaimana mereka makan, mereka mengatakan saat mereka lapar mereka hanya melihat jam kemudian mereka makan tanpa melihat bagaimana jenis makanan serta pengolahannya terlebih porsi makan yang mereka habiskan. Adapula yang mengatakan saat jam makan mereka makan apa saja yang ada dihadapan mereka saat itu. Mereka tidak lagi memikirkan nutrisi atau kalori yang dibutuhkan bagi mereka, yang terpenting mereka makan dan lapar mereka hilang. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan usia keseluruhan masuk kedalam kategori sedang dan memiliki tingkat pengetahuan lebih
79
tinggi pada usia 20-40 tahun. Pada faktor jenis makanan dan cara pengolahan didapatkan usia 61-75 lebih tinggi tingkat pengetahuannya. Hasil wawancara didapatkan pengalaman akan penyakit lebih lama mereka dapatkan sehingga pengetahuan yang didapatkan lebih banyak dari pada usia dibawahnya. Pada faktor porsi makanan usia 20-40 lebih tinggi
tingkat
pengetahuannya. Hasil
wawancara 10 responden
mengatakan mereka cenderung memikirkan penampilan mereka sehingga mereka memilih makan dengan porsi sesuai dengan kebutuhan kalori yang diperlukan. Pada faktor waktu konsumsi didapatkan usia 41-60 tahun lebih baik tingkat pengetahuannya. Hasil wawancara 10 responden yang diwawancara mengatakan karena waktu luang mereka lebih banyak dirumah sehingga tingkat kesibukan lebih rendah. Hal ini menyebabkan waktu makan mereka lebih terjadwal. Namun, secara keseluruhan data statistik belum ditemukan di Puskesmas. Hal ini disebabkan poli DM di Puskesmas baru satu tahun dibentuk sehingga data yang didapatkan belum dimasukkan dalam data statistik tahunan. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin secara keseluruhan masuk dalam kategori sedang dan memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan. Pada dua faktor jenis makanan dan cara pengolahan dan porsi makanan didapatkan jenis kelamin perempuan lebih tinggi. Dari hasil wawancara pada 10 responden memperlihatkan bahwa perempuan lebih memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Pada perempuan lebih memiliki selera masakan yang lebih baik untuk mengkreasikan menu makanan setiap harinya. Pada faktor waktu konsumsi didapatkan
80
laki-laki lebih tinggi tingkat pengetahuannya. Perempuan cenderung melupakan waktu makan saat mereka sibuk beraktivitas. Namun, secara keseluruhan data statistik belum ditemukan di Puskesmas. Hal ini disebabkan poli DM di Puskesmas baru satu tahun dibentuk sehingga data yang didapatkan belum dimasukkan dalam data statistik tahunan. Gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan secara keseluruhan masuk dalam kategori sedang dan memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi pada tingkat pengetahuan SMA. Pada ketiga faktor didapatkan pendidikan SMA lebih tinggi tingkat pengetahuannya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas pengetahuan yang didapatkan. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Koentjaraningrat dalam Nursalam, 2003). Namun, secara keseluruhan data statistik belum ditemukan di Puskesmas. Hal ini disebabkan poli DM di Puskesmas baru satu tahun dibentuk sehingga data yang didapatkan belum dimasukkan dalam data statistik tahunan. Gambaran pengetahuan berdasarkan status pekerjaan secara keseluruhan masuk dalam kategori sedang dan memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi pada status pekerjaan tidak bekerja. Pada ketiga faktor didapatkan tingkat pengetahuan lebih tinggi pada responden yang tidak bekerja. Hal ini dikarenakan pada seseorang yang tidak bekerja memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan seseorang yang bekerja
81
sehingga dapat mengelola penyakit lebih baik dibandingkan seseorang yang bekerja. Seseorang yang bekerja cenderung kurang memiliki selera nafsu makan yang baik karena merasa lelah dengan pekerjaan. Menurut
Earnest dan Hu (2008) mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam meningkatnya penyakit diabetes tipe 2. Selain itu lingkungan kerja yang padat sehingga terganggunya jadwal makan dan tidur mengakibatkan kenaikan berat badan dan beresiko besar terkena DM.secara keseluruhan tingkat pengetahuan lebih tinggi didapatkan pada responden yang tidak bekerja. Gambaran pengetahuan berdasarkan lama menderita secara keseluruhan masuk dalam kategori sedang dan memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi pada lama menderita >4 tahun. Pada dua faktor didapatkan tingkat pengetahuan lebih baik responden yang menderita >4 tahun. Kebiasaan mengolah makanan membuat mereka disiplin untuk memilih jenis makanan dan cara pengolahannya serta menghitung porsi makan sesuai jumlah kalori yang mereka butuhkan. Pada faktor waktu konsumsi didapatkan tingkat pengetahuan lebih baik pada responden yang menderita ≤4 tahun. Pada 10 responden yang diwawancara mengatakan mereka memiliki ketakutan yang sangat, sehingga mereka lebih disiplin untuk menjadwalkan waktu makan mereka. Namun, secara keseluruhan data statistik belum ditemukan di Puskesmas. Hal ini disebabkan poli DM di Puskesmas baru satu tahun dibentuk sehingga data yang didapatkan belum dimasukkan dalam data statistik tahunan.
82
C.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti
menyadari
adanya
keterbatasan
dalam
pelaksanaan penelitian ini, keterbatasa penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Houthrone effect; subjek penelitian megetahui bahwa dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden.
2.
Peneliti hanya menggunakan instrumen kuisioner dengan wawancara kepada responden. Namun tidak melihat pelaksanaan edukasi di Puskesmas tersebut untuk melihat sejauhmana pengetahuan responden dalam memahami manajemen diet berdasarkan dokter yang memberi pendidikan kesehatan.
3.
Keseluruhan jumlah responden dalam penelitian ini kurang besar, menurut teori untuk menggunakan uji statistik analisis faktor, digunakan perbandingan variabel dan sampel adalah 10:1, dimana 1 variabel diwakili oleh 10
responden.
Namun
pada
penelitian
ini
hanya
menggunakan 3:1. Sehingga pada saat uji analisis faktor terdapat 4 variabel yang tidak valid dan sebaraan data setiap faktor menjadi kurang baik.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Karakteristik usia reponden rata-rata 41-60 tahun sebesar (49,5%) dengan usia tertinggi 72 tahun dan yang terendah 35 tahun, jenis kelamin perempuan lebih banyak sebesar (73%), tingkat pendidikan lebih banyak SD sebesar (49,5%), responden lebih banyak yang bekerja sebesar (74%), lama menderita lebih dari 4 tahun sebesar (65%).
2.
Secara keseluruhan tingkat pengetahuan responden
diabetes
mellitus tentang manajemen diet sebesar (57,94%) dan masuk dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan responden diabetes mellitus tentang manajemen diet berdasarkan faktor jenis makanan dan cara pengolahan sebesar (49,04%) masuk dalam kategori rendah, berdasarkan faktor porsi makanan sebesar (62,5%) masuk dalam kategori sedang, berdasarkan faktor waktu konsumsi sebesar (66,67%) masuk dalam kategori sedang. 3.
Gambaran tingkat pengetahuan responden tertinggi berdasarkan karakteristik responden tentang manajemen diet yaitu : usia 30-
83
84
49 tahun, jenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan SMA, status pekerjaan tidak bekerja, dan lama menderita >4 tahun.
B.
SARAN 1.
Bagi pendidikan keperawatan Lebih
meningkatkan
dan
mengembangkan
ilmu
keperawatan
khususnya pada manajemen diet diabetes melitus karena sangat mempengaruhi derajat kesehatan klien yang menderita sakit, khususnya diabetes mellitus. 2.
Bagi Puskesmas Mampang Tenaga kesehatan di Puskesmas Mampang
harus memberikan
informasi pengetahuan tentang manajemen diet diabetes melitus secara holistik dan diharapkan memberikan stimulus yang lebih terkait pengetahuan, agar dampak komplikasi dapat dikurangi dengan perilaku dan sikap yang lebih baik dari klien yang telah memiliki pengetahuan baik serta meningkatnya derajat kesehatan klien tersebut. 3.
Bagi Peneliti selanjutnya Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang manajemen diabetes mellitus secara keseluruhan. Saat ini penelitian pengetahuan hanya berfokus pada manajemen diet yang dilakukan melalui kuesioner, lebih baik lagi jika pengetahuan diukur melalui observasi sehingga tidak menyebabkan bias hasil. Serta dilihat dari karakteristik induvidu dengan model sistem penyuluhan yang dilakukan kepada klien diabetes mellitus karena sangat mempengaruhi hasil penelitian.
85 DAFTAR PUSTAKA ADA. (2012). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 35(1). care.diabetesjournals.org Alimul Hidayat Azis. A. (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Jakarta : Salemba Medika. Anonim, Profil Kesehatan. (2007). Jakarta : Depkes RI. _______, IDF (International Diabetes Federation). Diabetes and Cardiovaskuler Disease. http://www.idf.com. 2003 diunduh pada tanggal 1 September 2012 _______, Menu Diet Sehat. http://www.tropicanaslim.com. 2012 diunduh pada tanggal 12 Januari 2013 Ayu Bulan Febry. (2008). Sajian Sehat dan Lezat Untuk Penderita Diabetes. Jakarta : DeMedia Pustaka. Boedisantono, AR & Subekti, I. (2007). Komplikasi Akut Diabetes Mellitus, dalam Soegondo, S. Dick. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FK-UI. Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Burns and Grove, S.K. (2001). The Practice of nursing research counduct, critique & utilization 4th editon. USA :W.B. Saunders Company. Corwin, J Elizabeth. (2001). Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC, hal: 538-546. Darwis Yullizar,. Dr, Sp. Kj, MM dkk. (2005). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Day, R. A. and A. L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Departemen Ilmu Kedokteran FKUI. (2009). Diagnostik Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer – Pendekatan Multi Aspek. Jakarta : Departemen IKK FKUI. Depkes, RI. (2010). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Menunjang Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, Pusat Laboratorium Kesehatan Depkes RI. Jakarta. Fox & Kilvert. (2010). Bersahabat dengan Diabetes tipe 2. Jakarta : Penebar plus. Frank, HU. (2008). Nutrisi & epidemiologi, Harvard School of Public Health, Boston. Ganong,
William
F.
(2002).
Buku
Ajar
Fisiologi
Kedokteran.
alih
bahasa
Widjajakusumah, H.M. Djauhari, Edisi 20. Jakarta: EGC. Goldberg IJ. (2006). Dyslipidemia: Causes and Consequenses, Clinical Review 124. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.
86
Greenspan, John. (1998). Endokrinologi Dasar & Klinik. Ed/4. Jakarta: EGC, hal: 754-812. Ilyas, E.I. (2007). Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes, dalam Soegondo, S,et al, Penetalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: FKUI. Kariadi, Sri Hartini. (2009). Diabetes? Siapa Takut!! Panduan Lengkap Untuk Diabetisi, Keluarganya dan Profesional Medis. Bandung : Qanita. Metzger, M.D. (2006). American Diabetes Association, Exercise, In : Phycian’s Guide to insuli Dependen (Tipe-I) Diabetes : Diagnosis and Treatment, Amerika Diabetes. United states of America, 2006. Print. Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan dan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC. Notoatmojo, soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. ________. (2003). Konsep & Penerapam Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika, hal:16-21. Potter, PA. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek. Ed/4, Vol.1. Jakarta: EGC. PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI. Rusilanti. (2008). Menu Sehat untuk Pengidap Diabetes Melitus. Kawan Pustaka, Jakarta. Sastroasmoro, S. (2008). Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S., ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto, 313. Sertiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Smeltzer, S.Bare,B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed.8. Vol 2. Jakarta: EGC. Soewondo, P. (2002). Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus; dalam Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI. Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Sutedjo. (2010). 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang. Yogyakarta : kanisius.
87 Syahbudin, S. (2003). Pedoman Diet Diabetes Melitus. Dirjen Pelayanan Medik. Depkes RI dan WHO. Kerjasama Pusat Diabetes Dan Lipid RSUPN Dr.Cipto?FKUI & Instalasi Gizi RSUPN Dr.Cipto. Jakarta. Suyono Slamet, SPPD-KEMD. Dr. Prof, dkk. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Subadri, S & Yunnir, E. (2006). Terapi Non Farmakologi pada Diabetes, dalam Sudoyo et al, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi 4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Topan Erik, dr. MHA. (2005).
Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo. Tandra, Hans. (2008). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Utami, Prapti dkk. (2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Melitus. Jakarta: Agro Media Pustaka. Waspandji, Sarwono. (2002). Indeks Glikemik Bahan Makanan. Dalam Pedoman Diet Diabetes Melitus. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM. Jakarta: FKUI.
Lampiran
1
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Judul penelitian
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang
Manajemen Diet Di Wilayah Kerja Puskesmas Mampang
Peneliti
Qurratu A'yun
NPM
1
Pembimbing
1. Emawati, S.Kp,
09104000020
M.Kep, Sp.I(MB
2. Maftuhah, M.Kep, P.hd
Alamat
Program Studi Ilmu Keperawatan Uin Syarithidayatullah Jakarta
Setelah metnbaca dan memahami lembar persefujuan
ini, saya mengerti bahwa penelitian ini
tidak berpengaruh negatif terhadap diri saya dan berguna untuk pengembangan keperawtan. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya dan akan segera dimusnahkan setelah penelitian
ini
selesai. Dengan demikian saya menyatakan bahwa
saya bersedia menjadi responeden pada penelitiian
ini.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Saya berharap partisipasi saya dalam penelitian ini dapat bermanfaat.
Jakarta, September 2013
Responden
Kode Responden
INSTRUMEN PENELITI
Tanggal Pengambilan Data Kuesioner A
:
Petunjuk Pengisian
: Pilihlah jawaban sesuai yang
Data demografi responden anda rasakan dengan memberi checklist (r/) pada kolom yang disediakan dan semua pertanyaan harus
dijawab dengan satu pilihan 1.
Data demografi
l)
Usia:
2)
Jenis kelamin
3)
( ) laki-laki Pendidikan:
4) 5)
tahun
osD
Pekerjaan
:
( ) perempuan
o
osMP
sMA
( ) Perguruan Tinggi
:
( ) Bekerja Telah menderita DM selama O <4 tahun
( ) Tidak bekerja :
()>4tahun
8
Porsi makan penderita DM terdiri dari 3 kali makanan
utama dan
3 kali makanan selingan dengan interval
makan setiap 3 jam 9
Jenis makanan yang tepat bagi penderita
DM adalah
karbohidrat sederhana dan protein tinggi lemak 10
Jumlah kalori bagi penderita DM sesuai dengan BB ideal
masing-masing individu dikali 30 kalori. Misalnya BB ideal 54 K9,54 x 30 kalori 11
:
t.640 kalori
Mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung tinggi gula akan meningkatkan kadar gula darah sehingga akan menimbulkan komplikasi diabetes
12
Diet ketat dan berpuasa merupakan solusi yang tepat untuk menjaga kestabilan gula darah
t3
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengontrol gula darah adalah dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bernutrisi
l4
Pemanis' buatan merupakan salah
satu
indikator
terjadinya kadar gula darah tinggi 15
Pcngaturan jadwal makan yang tepat merupakan solusi
untuk mengontrol kadar gula darah
t6
Sprite, fanta, cocacola minuman yang boleh dikonsumsi bagi penderita Diabetes
Kode Responden
Tanggal Pengambilan Data Kuesioner B
Manajemen Diet
Petunjuk Pengisian
Pilihlah jawaban sesuai yang anda rasakan dengan memberi checklist (rl) pada kolom yang disediakan dan semua pertanyaan harus dijawab dengan satu pilihan
No
Pertanyaan
1
Diet yang direkomendasikan bagi penderita diabetes
Benar
adalah makanan dan minuman rendah gula
Diet yang dilakukan bagi penderita diabetes
2
dimaksutkan untuk mengontrol kadar
gula
bukan darah
penderita
Symp, kopi, teh ntanis, salah satu mitruman yang tidak
3
harus dihindarkan bagi penderita diabetes
Kentang. rebus, dan umbi-umbian lainnya merupakan
4
menu pengganti nasi bagi pederita diabetes
Mengkonsumsi air mineral minimal Zliter/hai merupakan
5
hal yang dianjurkan bagi penderita diabetes
Nasi putih, cemilan kue merupakan salah satu makanan
6
yarrg harus dihindarkan oleh penderita diabetes
7
1
Pengolahan makanan yang dianjurjan bagi penderita diabetes adalah dengan cara direbus, dikukus, disefup, dipanggang dan dihindarkan untuk cara digoreng
Salah
Lampiran
Reliabiliiy Statistics Cronbach's Alpha
N of ltems
.882
1t
Item-Total Statistics Ci'onbach's
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance il Corrected ltemItem Deleted
Total Corelation
Alpha if ltem Deleted
P1
11.57
12.530
.817
.861
P2
1
1.60
12.593
.770
.864
P3
11.33
14.851
.270
.883
P4
11.57
13.082
.636
.870
P5
1
1.60
12.593
.770
.864
P6
11.37
13.757
.704
.870
P7
11.57
12.530
.817
.861
P8
11.37
13.757
.704
.870
P9
11.60
12.593
.770
.864
P10
11.50
15.638
-.111
.90'l
P11
11.40
15.283
.01s
.892
P12
11.83
14.282
.238
.89C
P13
11.37
13.757
.704
.870
P14
11.40
14.800
.197
.887
P15
11.57
13.082
.636
.870
P16
11.37
13.757
.704
.870
2
Rel i abi
lity Statistics
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Item Deleted
if ltem Deleted
Conected
Cronbach's
Item-Total
Alpha if ltem
Conelation
Deleted
Mengkonsumsi air mineral minimal
2literlhari merupakan
Scale Statistics
ean Variance
std.
Nof
Deviation
Items
hal yang dianjurkan
2. 73
3.1 68
2.7 3
3.1 68
2.73
3. 168
2.70
3.321
.96(
2.70
3.321
,96S
.943
.95i
bagi penderita diabetes
3. 40
5.007
2.23E
E
Jenis makanan yang tepat bagi penderita DM adalah karbohidrat sederhana
.95';
dan protein tinggi lemak Diet yang dilakukan bagi penderita
diabetes bukan dimaksutkan untuk
.94
.95;
mengontrol kadar gula
darah penderita Diet yang direkomendasikan bagi penderita diabetes adalah makanan dan minuman rendah gula Pengolahan makanan
yang dianjurjan bagi penderita diabetes adalah dengan cara Cirebus, dikukus, disetup, dipanggang dan dihinoarkan untuk cara digoreng
Item-Total Statistics Cronbach's
Reliability Statistics
Scal e Statistics
Scale Mean
Scale
Conected
Alpha if
if ltem
Variance if
Item-Total
Item
Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
Sprite, fanta, cocacola
std. Variance )
1.490
Deviation 1.221
mlnuman yang boleh N of ltems 4
dikonsumsi bagi penderita
Diabetes
\a-qa(
Jerqr
2.70
.838
1. 000
1
2.701
83E
1.000
1. 00c
838
1. 000
1
.838
1.000
1.000
.00c
nqst
teJi51, 'Jo- w.o5
Nasi putih, cernilan kue merupakan salah satu makanan yang harus
dihindarkan oleh penderita I
diabetes Porsi makan penderita DM terdiri dari 3 kali makanan
I
utama dan 3 kali makanan
2.70:|
.00c
selingan dengan interval makan setiap 3 jam
I
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengontrol gula darah adalah dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bemutrisi
2.7
Cronbach's
Item-Total Statistics N of ltems
Alpha
Scale .754
Mean if
Scale Variance if Corrected
Cronbach's
Item
Item
Item-Total
Alpha if ltem
Deleted
Deleted
Correlation
Deleted
Kentang rebus, dan umbiumbian lainnya merupakan menu pengganti nasi bagi
1.1
.602
782
.435
1.1
.602
.782
.435
1.4C
.869
.279
1.000
pederita diabetes Scale Statistics
Variance
t4ean
Pengaturan jadwal makan
std.
Nof
Deviation
Items
yang tepat merupakan solusi untuk mengontrol kadar gula darah
1.8
1.385
1.177 Diet ketat dan berpuasa merupakan solusi yang tepat untuk menjaga kestabilan gula darah
KMO and Barilett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square Bartlett's Test of
Sphericity
Df
.548 109.534 ob .001
Communalities
Mengkonsumsi air mineral min
imal 2liter lhari merupakan
hal yang dianjurkan bagi
1.000
penderita diabetes
Jenis makanan yang tepat bagi penderita DM adalah karbohidrat sederhana dan
1.000
protein tinggi lemak Diet yang dilakukan bagi
penderita diabetes bukan dimaksutkan untuk mengontrol
1.000
kadar gula darah penderita Diet yang direkomendasikan bagi penderita diabetes adalah
makanan dan minuman rendah
1.000
gula
Pengolahan makanan yang dianjurjan bagi penderita diabetes adalah dengan cara d!rebus, dikukus, disetup,
1.000
dipanggang dan dihindarkan untuk cara digoreng Sprite, fanta, cocacola minuman yang boleh
dikonsumsi bagi penderiia Diabetes Nasi putih, cemilan kue
merupakan salah satu makanan yang harus
dihindarkan oleh penderita diabetes Porsi makan oenderita DM terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan
selingan dengan inierval makan setiap 3 jam Salah satr strategi yang dapat diiaku
dan bemutnsi
1.000
.457
Kentang rebus, dan umbiumbian lainnya merupakan .401
1.000
menu pengganti nasi bagi pederita diabetes Pengaturan jadwal makan yang
tepat merupakan solusi untuk
1.000
mengontrol kadar gula darah Diet ketat dan berpuasa merupakan solusi yang tepat
1.000
untuk menjaga kestabilan gula
.310
darah Extraction Method: Principal Component Analysis.
'otal Variance lnitial Eigenvalues
Compo
Extraction Sums of Squared Loadings
nent
Rotation Sums of Squared Loadinos"
Total
%ot
Cumulative %
Totai
Variance
%of
Cumulative
Total
Variance
1
2.708
22.569
22.569
2.708
22.569
22.569
2.485
2
2.037
16.979
39.548
2.037
16.979
39.548
2.053
3
't.490
12.467
52.C15
1.496
12.467
52.015
1.843
4
1.207
10.061
62.075
5
1.029
8.575
70.651
6
.775
6.462
77.113
7
.701
5.841
82.955
o
.584
4.865
87.820
.525
4.372
92.192
10
.393
3.274
95.466
11
.3'15
2.628
98.095
12
.729
1.905
100.000
Extraction Meihcd : Principal Compon ent Anal),sis. a. When components are correlated, sums of squared loadings cannot be added to obtain a total variance.
t Matrixa
Pengolahan makanan yang dianjurjan bagi penderita diabetes adalah dengan cara -.061
direbus, dikukus, disetup, dipanggang dan dihindarkan untuk cara digoreng Diet yang direkomenCasikan bagi penderita diabetes adalah
.137
makanan dan minuman rendah gula Kentang rebus, dan umbiumbian lainnya merupakan menu pengganti nasi bagi
pederita diabetes Mengkonsumsi air mineral min imal 2liter lhari merupaka n
.376
hal yang dianjurkan bagi
penderiia diabetes Porsi makan penderita DM terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan
.353
selingan dengan interval makan setiap 3 jam Sprite, fanta, cocacola minuman yang boleh
dikonsumsi bagi penderita
.493
-.489
.363
.302
.093
-.780
Diabetes Diet ketat dan berpuasa merupakan solusi yang tepat untuk menjaga kestab'ilan gula darah
Jenis makanan yang tepat bagi penderita DM adalah karbohidrat sederhana dan protein tinggi lemak
.219
Salah satu strategi yang dapat
dilakukan untuk mengontrol gula darah adalah dengan
-.032
mengkonsumsi makanan sehat dan bemutrisi Pengaturan jadwal makan yang
tepat merupakan solusi untuk
-.210
.585
.240
mengontrol kadar gula darah Diet yang dllakukan bagi penderita diabetes bukan
dimaksutkan untuk mengontrol kadar gula darah penderita Nasi putih, cemilan kue merupakan salah satu makanan yang harus
-.415
.216
dihindarkan oleh penderita diabetes Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 3 components extracted.
Pattern Matrixa
Mengkonsumsi air mlneral rninimal 2liter/hari merupakan hal yang dianjurkan bagi penderita diabetes Pengolahan makanan yang dianjurjan bagi penderita diabetes adalah dengan cara
direbus, dikukus, disetup,
.740
-.075
.108
dipanggang dan dihin0arkan untuk cara digoreng Sprite, fanta, cocacola minuman yang boleh -.313
dikonsumsi bagi penderita Diabetes Kentang rebus, Can umbi-
umbian lainnya merupakan menu pengganti nasi bagi
pederita diabetes
-.030
Diet ketat dan berpuasa
merupakan solusi yang tepat untuk menjaga kestabilan gula
.500
darah Diet yang direkomendasikan bagi penderita diabetes adalah
makanan dan minuman rendah
.484
.193
gula Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengontrol gula darah adalah dengan
.212
mengkonsumsi makanan sehat dan bernutrisi Pengaturan jadwal makan yang
tepat merupakan solusi untuk
.008
.674
.155
-.442
.393
rnengontrol kadar gula darah Jenis makanan yang tepat bagi penderita DM adalah karbohicirat sederhana dan
.125
protein tinggi lemak Nasi putih, cemilan kue merupakan salah satu makanan yang harus
-.068
dihindarkan oleh penderita diabetes Diet yang ciilakukan bagi
penderita diabetes bukan dimaksutkan untuk mengontrol
-.014
kadar gula darah. penderita Porsi makan penderita DM
terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan
.303
seiingan dengan interval makan
Extraciion Method: Principal Component Anaiysis. Rotation Method: Promax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 7 iterations.
Structure Matrix
Pengolahan makanan yang dianjurjan bagi penderita diabetes adalah dengan cara direbus, dikukus, disetup,
.759
dipanggang dan dihindarkan untuk cara digoreng Mengkonsumsi air mineral
minimal 2liter lhari merupakan hal yang dianjurkan bagi penderita diabetes Sprite, fanta, cocacola minuman yang boleh dikonsumsi bagi penderita
.661
Diabetes Kentang rebus, dan umbiumbian lainnya merupakan menu pengganti nasi bagi pederita diabetes Diet yang direkomendasikan bagi penderita diabetes adalah makanan dan rninuman rendah gula Diet ketat dan berpuasa merupakan solusi yang tepat untuk menjaga kestabilan gula darah
Jenis makanan yang tepat bagi penderita DM adalah karbohidrat sederhana dan
.211
protein tinggi lemak Salah satu strategi yang dapat diiakukan untuk mengontrol gula darah adalah dengan
.080
mengkonsumsi makanan sehat
dan bemutrisi Pengaturan jadwal makan yang
tepat merupakan solusi untuk mengontrol kadar gula darah
-.112
.180
.142
Nasi putih, cemilan kue rnerupakan salah satu rnakanan yang harus
-.371
.321
dihindarkan oleh penderita C:abetes Diet yang dilakukan bagi
cenderita diabetes bukan
-.817
Cimaksutkan untuk mengontrol kadar gula darah penderita Porsi makan penderita DM
terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan
.328
.155
selingan dengan interval makan setiao 3 iam
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Promax with Kaiser Normalization.
c Comoonent I
2
nt Correlation Matri x 2
2
1
1.000
65
.062
65
1.C00
.152
.062
.152
1.000
-.1
-.1
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Pronrax with Kaiser Normalization.
1i\m[EF[
l\ q _- -r-' I L\l', Iil.*.iT r,: lSL l'-l \: ,,a"'* -_ :\ i;.:5 H:I \': \ - - -- r..- '.-i.i l:F$l-l_T {,1- iiII'_ }iTIFl_r\ I r_'n : ,*f- }:i::irT --'n,
I TTL,
\III
I
'....."..---.--'5
$
rii Kepada Yth,
1" Ita Yuanita,
Mkep Maftuhah, Ph,D Ernar.lati, Sp,KMB Pengu iSk;riosl
2, 3,
lss: :r-'a
alkum lVr.Wb,
:='.=^-= i-"ar ini kami mohon kesedian lbu untuk menjadi :="=-. pen.rOanas pada skripsi terhadap mahasiswa: l,lama : QURRATUAYUN N lN'l : 109104000020 Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes l.'e:-. Tentang Manajemen Diet Di Wilayah Kerja Puskesmas 1,,'lar. ---!aaac
P,abu,
i3
i'"lo,emoer 20i3
Pukul 08.30 - 10.00 WIB
iem pat
Ruang Sidang 4.01 Program Studi llmu Keperawatan
Fakultas Kedokeran dan llmu Kesehatan Kami lampirkan 1 (satu) berkas skripsi.
Atas Perhatian dan kesedian lbu, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb. A,n
D
Ka.
lls Tenr'ousan Dekan FKIK :
ar:.
f_t-
5
KE \ tE
\ TE RT.{\ .{G \}I.\
L\I\_ERSIT{S ISLA}I \EGERI ( T-I.\ S\.{RIF HID-{\ -{TLL L {H J-\I\_{RT.{ FAKULTAS KEDOKTER{\ D {\ IL}IL KESETL{T.{\ 1
Jl. Kertamukti
\o.
5 Pisangan. Ciputat 15-112. Jakana
SURAT PERNYATAAN UJlAN SKRIPSI U
n.0 1/F
10
/ KM.01,.3 I 8l
o1 zorz
Dekan Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan Universitas lslam Negeri Hidayatullah Jakarta dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa
Nama
: Qurratu A'yun
:
=S=-:-'::' )---:---* -
:
ir_ 91 i r
::
lr_tr_){_}r,i:11
19
' S:-: :e
,=-= =tt=-=
:eri 'a:r
-.:-{
menempuh ujian SkripSi
:3-ta: /JC
: - l:.,a-
Tembusan : Dekan FKIK
lt--
2013
Sy,arif
KEMENTERIAN AGAMA T.TNTVERSTTAS rSLAM NEGERT ( UrN ) SYARTF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATA}{ JL Kefiamukri I\o. 5 Pivngan Ciputar 15{19
IIal
: :
(62-21) 74716718 Far: (62-21i
*r--*-k.tj*
:-
:FrrfuIiLfffr K€pada Ymg Terhrrn*Kepala Dinas Keseha DKI Jaknta JI. Kesehatan RayaNo. l0 P€tojo Seten
di
J*ara Pusat Assalamu'elaik,sr Wr. Sib.
Dalam rangka pmlelesaian urgas attir - perr-uranaa m,ahasiswa digmlr'krn peryusme Skipsi lang berjryiul -Gambaran pengetahuan Lfrs,-aer-aed Memgmi Diabe*s Me{ift.ls Scrta Cala peooegahmnl.:aS€fo&ungtu,tt:tgno im peodahmlnrt
hrri
G map :
mobm diberrtan izin melaksamtan sndi
N@a
aurelalu
N:L\(
Seme*r
l09t0{ffi820 \TI
Program Studi
IImu Keperun-mm
FaL-ultas
KedoLterm.Irn llmu Keseharam Hidalzmllah Jakarra
LTi Srzrif
Demftian atas perhatian rln'n barrnra;n sarr{ara kami ucamkm ffiima ka-sih-
S-mter r'rbfikrr
Tembusan: Dekan FKIK
-+'.rrhj
f-=u- t-;,ir;nt-r::r:
fryw-:[ks&3i-
\omor : [-uol FIf]XillLCII " ; i7f :On: I qrqFiran
Telp. ll'ehi:e
T|-r- T[b.
.M.Djauhari Widjajakusumah, AIF., pFK