Ahmadiyya Mission House, terletak di kota Merida, Yukatan, Mexico. Bangunan ini didirkan pada tahun 2015, dan mampu menampung 500 orang jamaah shalat. (Sumber: www.ahmadiyyamosques.info/)[][]
Masjid Baitul Kareem, Kimbe, Papua New Guinea (PNG). Masjid ini dibangun pada tahun 1988, dan menjadikannya sebagai masjid pertama di seantero PNG. (Sumber: www.ahmadiyyamosques.info/)[][]
Susunan Redaksi SINAR ISLAM Penasehat H. Abdul Basit Pemimpin Umum Mahmud Mubarik Ahmad
Pemimpin Redaksi Fazal Muhammad
Redaktur Pelaksana Sukma Fadhal Ahmad
Khaeruddin Ahmad Jusmansyah Distributor Asep Nasir
Penerbit
Jln. Tawakal Ujung Raya No. 7 Jakarta Barat 11440
[email protected]
Daftar Isi: Dari Redaksi Idul Fitri Muslim Sejati 4 Al Quran Tafsir Kabir 6 Kutipan Hadits 13 Sajian Utama Falsafah Kebangkitan Islam 15 Artikel 1. Catatan dari Bedah Buku “Marginalisasi dan Keberadaban Masyarakat" 29 2. Srinagar, Kashmir 34 as. Terjemah Buku Masih Mau‟ud Haqiqatul Wahyi Bag. 9 40 as. Sabda-sabda Masih Mau‟ud Malfuzat 44 ra. Kenangan dengan Mushlih Mau‟ud 18 Nasehat Mushlih Mau‟udra. untuk Putranya 51
ISSN 2355-1135
Bagi para pembaca SINAR ISLAM yang ingin mengirimkan naskah essai, opini, tinjauan buku, ataupun surat pembaca dapat dikirim melalui surat ke alamat redaksi di
Jln. Tawakal Ujung Raya No.7 Jakarta Barat 11440 atau ke alamat Email:
[email protected] Cover depan : Minaratul Masih (Sumber photo: www.alislam.org) Cover halaman 2 : Ahmadiyya Mission House, Merdida, Yukatan, Mexico dan Masjid Baitul Kareem, Kimbe, Papua New Guinea (sumber: www.ahmadiyyamosque.info.com)
DARI REDAKSI
Idul Fitri Muslim Sejati Lebaran, itu sebutan secara umum orang Indonesia untuk perayaan hari raya Idul Fitri. MA Salmun dalam artikelnya di majalah “Sunda” tahun 1954 berpendapat, kata itu berasal dari tradisi Hindu, yang berarti “selesai, usai, atau habis”. Mungkin benar pendapat MA Salmun itu, karena memang Hindu pernah menjadi agama mayoritas dipeluk oleh masyarakat Nusantara, dan umat Hindu itulah yang menjadi para mualaf di jamannya. Bisa jadi istilah ini diperkenalkan para Wali agar umat Hindu yang baru masuk Islam saat itu tidak merasa asing dengan agama yang baru dianutnya. Di Asia Selatan, Muslim setempat menyebut Idul Fitri dengan istilah Choti Eid (id kecil), atau Meethi Eid (id manis). Disebut Choti Eid, karena perayaannya hanya berlangsung satu hari saja, dan hari itu dirayakan dengan lebih banyak memakan makanan yang manis-manis (meethi). Tapi sama saja, di Indonesia, Asia Selatan atau di mana pun komunitas Muslim berada, perayaan Idul Fitri selalu diwarnai dengan suka cita, berpakaian bagus-bagus, dan aneka makanan yang berlimpah. 4
Memang tidak salah merayakan hari raya itu dengan penuh suka cita, berpakaian bagus, dan menghidangkan makanan istimewa. Di jaman Nabi saw., ketika Idul Fitri pertama kali dirayakan selepas umat Muslim berperang dengan kaum Quraisy di perang Badar, umat Islam merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita. Pada hari itu, Rasulullah saw. menggunakan pakaian terbaik yang dimiliki dan juga mendatangi tempat keramaian. Meski sehari-hari sering bersama para Sahabat ra., ketika Idul Fitri, Rasulullah saw. mengunjungi rumah para Sahabat ra.. Beliau saw. pun tetap menerima kunjungan para tamu dengan jamuan yang baik. Biar begitu, dalam merayakan Idul Fitri, Rasulullah saw. melarang umat Islam untuk pesta pora dan mengkonsu msi minu man minuman yang memabukkan ala kehidupan jahiliyah. Sebaliknya beliau saw. memerintahkan umat Islam untuk senantiasa saling mendoakan dan tetap selalu mengingat Allah Ta‟ala saat perayaan Idul Fitri. Perayaan Idul Fitri mulai dirayakan dengan pesta pora, terjadi beberapa ratus tahun setelah
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
DARI REDAKSI Rasulullah saw. dan para Sahabat ra. wafat. Robin S Doak dalam Life During the Islamic Empire menjelaskan, perayaan Idul Fitri mulai dirayakan dengan pesta pora terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah (7501258 M). Waktu itu, jalan-jalan di Baghdad diramaikan dengan aksi panggung para musikus andal dan pembacaan syair atau puisi. Konon, istana juga menggelar perjamuan makan selama tiga hari dengan porsi yang banyak. Menurut Mehrdad Kia dalam bukunya yang berjudul Daily Life in the Ottoman Empire tradisi menyambut hari raya Idul Fitri dengan pesta pora juga dilakukan oleh para penguasa Dinasti Utsmaniyyah (17001922 M). Disebutkan, pada malam terakhir Ramadhan meriam berulang kali ditembakkan, lampulampu di menara-menara dinyalakan terang-benderang, serta alat musik perkusi dan trompet dimainkan di area-area publik dan rumahrumah pejabat pemerintah. Tradisi ini kemudian dikenal dengan sebutan Ramazan Bayrami atau Seker Bayrami. Di hari Idul Fitri-nya, ada pertunjukkan marching band militer kerajaan, pertunjukan teater siluet Hacivat dan Karagoz, dan hiburanhiburan rakyat lainnya yang terlalu meriah untuk ukuran hidup kaum Muslim yang mengikuti jejak prihidupan Rasulullah Muhammad saw.. Walau tidak sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Nabi saw. tapi nyatanya perayaan yang mirip atau sama dengan perayaan seperti itu
marak dihelat di berbagai belahan dunia. Coba cermati perayaan menyambut Idul Fitri jaman sekarang. Malam beberkat yang seharusnya dihabiskan dengan mengingat Allah Ta‟ala dan memohon kepada-Nya agar kita meraih Id Hakiki, malah dihabiskan dengan pawai obor, pesta kembang api, pesta meriam bambu, hingga pasar malam dengan menampilkan aneka atraksi hiburan tak kenal batas sampai menjelang shalat subuh. Anehnya, sebagian dari ulama Islam menganggap bahwa perayaan seperti itu adalah bentuk dari kemenangan bagi agama Islam. Kondisi seperti ini, jika bukan karena iman Islam telah terbang ke bintang Tsurayya dan Islam hanya sebatas klim semata, lalu apa namanya? Beruntung, kondisi itu tidak merata menghinggapi kaum Muslimin. Allah Ta‟ala Yang Maha Pengasih telah mentakdirkan untuk menghimpun orang-orang yang berhati bersih ke dalam sebuah Bahtera Nuh, yang akan membimbing mereka menjalani hidup sesuai dengan Syariat Islam. Mereka yang berada di Bahtera Nuh itu sangat memahami bahwa kebahagiaan sejati pada hari raya Idul Fitri adalah dengan berupaya meraih ridha Allah dan nikmatnikmat-Nya melalui berbagai ibadah yang dijalankan dengan penuh kerja keras. Red [][]
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
5
Al-Quran Tafsir Kabir
Al Quran Tafsir Kabir adalah salah satu karya fenomenal dari Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. Khalifah Kedua Jemaat Ahmadiyah. Surah Al-Fatihah َستَقِ ْي َم ََ الص َرا ْ ط ال ُم ِّ اِ ْه ِدنَا
“Bimbinglah kami pada jalan yang lurus” Hal Lughat
اِ ْْ ِذََاberasal dari kata َْٰٖذ. Orang berkata,ٰ
ّٰ َْق بَ ْيُِ ِّٰ ن ِٰ „ َْذَاِٰ اِنٗ انطَّ ِزيdia ditunjuki jalan‟. ِّٰ ٔس اِنٗ بَ ْعهَِٓا سَ َََّٓا اِنَ ْي َٰ „ َْذٰٖ انعزpengantin perempuan diantarkan kepada suaminya‟. ّ„ َْذٖ فالًََأ جَقَ َّذ َيsi fulan dituntun‟. Orang berkata, ت ِٰ َجا َء „ ان َخيْمٰ يَ ْٓ ِذ ْيَٓا فَ َزسٰ اَ ْسقَزٰ اْٰٖ يَحَقَ َّذيَٓاkuda-kuda berdatangan bila ada seekor kuda berwarna merah datang menghampiri‟ (Kamus Aqrab). Jadi, kata َْٖذ mempunyai 3 (tiga) makna; menunjuki jalan, mengantarkan sampai ke jalan, dan menuntun hingga sampai ke tempat tujuan. Di dalam Qurān Karīm pun kata „hidayah‟ dipakai dalam berbagai makna. Pertama, mendukung pekerjaan, seperti Allah Ta’ala berfirman ٗاَ ْعط )2م شَئٰ خَ ْهقَّٰ ث َّٰى َْذٖ (طّ ع َّٰ ك, di dalam setiap benda Allah Ta’ala menciptakan kekuatan sesuai kondisi benda itu untuk memperkokohnya. Kedua, menyeru kepada petunjuk misalnya Allah Ta’ala berfirman: ٰٰٰ)3 َٔ َج َع ْهَُا ِي ُْٓى اَئِ ًَّ ٰةً يَّْٓذْٔ ٌَٰ بِاَ ْي ِزََا (سجذِ عartinya: “Dan kami menjadikan di antara mereka imam yang menyeru orang-orang kepada Taurat sesuai hukum Kami.” Ketiga, menuntun dengan Qurān Karīm. Seperti tentang surga Allāh Ta‟ala berfirman ٰٰٰ)5للِ انَّ ِذٖ َْذىَُانَِٓ َذا (اعزاف ع ٰ ٰ ان َح ًْذyang artinya: “Segala 6
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Al-Quran Tafsir Kabir puji hanya bagi Allāh yang menuntun kami hingga sampai ke surga.” Demikian pula makna „hidayah‟ adalah memberi petunjuk hati kepada jalan yang lurus. Terdapat di dalam Qurān Karīm ٰٰ )2ٍ يؤ ِي ٍْ ٰبِاللِ ٰيَ ْٓ ِذ ٰقَ ْهبَّ ٰ ٰ ٰ(جغابٍ ٰع ْٰ ٔ َي artinya: “Barang siapa beriman kepada Allāh secara sempurna maka Allāh memberi petunjuk di dalam hatinya.” Dan ia cendrung kepada kebaikan. Pada ayat ini tidak bisa memberi arti menunjukan jalan. Karena orang yang telah beriman sebelumnya pun ia telah mendapatkan petunjuk jalan. Makna hidayah berarti juga „kesuksesan‟, seperti di dalam surah An -Nur, perihal orang-orang munafik yang diperintahkan berperang. Mereka memang pergi tetapi sangat malas berperang melawan musuh. Allāh berfirman ”Jangan bersumpah, taatlah pada perintah karena Allāh tahu dari amal kalian”. Kemudian berfirman “Wahai Rasul katakan kepada mereka taatlah kepada Allāh dan Rasul-Nya.” Kemudian walaupun sudah ada perintah namun kalian tetap berpaling, maka tanggung jawab Rasul atas dirinya dan kalian atas diri kalian. Dan ingatlah bahwa )7ٌ ج ِطيْعْٕ ِٰ جَ ْٓحَذْٔ ا (َٕر ع ْٰ َا, jika kalian mentaati Rasul dalam hal ini, maka kalian tidak akan mengalami kerugian bahkan kalian akan mencapai kesuksesan dan kemenangan. Terdapat di dalam Qurān Karīm )2انَّ ِذيٍَْٰ ا ْْحَذَْٰٔ َسادَْ ْٰى ْذًٖ (يحًذ ع artinya: “Orang-orang yang memegang teguh petunjuk yang didapatnya dari Allāh Ta‟ala maka Allāh menambahkan lebih banyak lagi petunjuk kepada mereka.” Diketahui dari Qurān Karīm, bahwa hidayah bukanlah nama suatu benda bahkan ia memiliki tingkatantingkatan yang tidak terbatas. Dari satu derajat ke derajat yang lebih tinggi. Orang-orang yang mendapat karunia Allāh Ta‟ala terangkat dari satu derajat ke derajat lainnya. - صزاطartinya ‘jalan’, kata ini ditulis dengan صjuga dengan س. صزاطatau ٰ سزاطadalah ‘jalan yang bersih’. Ada muhawarah (idiom) ْ َس َزartinya: “Aku dengan mudah menghabiskan bahasa Arab اطثٰ انطَ َعا َٰو makanan.” Mengapa jalan yang bagus dan mulus dikatakan ٰٰ سزاطatau ٰ صزاط, karena orang yang berjalan di atasnya seolah-olah menikmati jalan itu. (Mufradat). يسحقيىberasal dari اسحقاية. Di dalam Mufradat ada ٗاالسحقايةٰ يقَالٰ ف ٰ ق َحٕ ٰاِ ْْ ِذََاانصِّزاط انًسحقيى ِّٰ ْق انذٖ يكْٕ ٌٰ عهٗ حطٰ ي ْسحَٰٕ ٔب ِّٰ شبِّ ِّٰ طزيْقٰ انًح ِٰ انطَ ِزي yakni, istiqamah dikatakan kepada jalan yang lurus, karena itu orang yang jujur dan lurus jalan hidupnya dikatakan Mustaqim. Inilah makna ayat .ٰ ص َزاطَٰ انً ْسحَقِ ْي َٰى ِ اِ ْْ ِذََاان
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
7
Al-Quran Tafsir Kabir Tafsir Di dalam ayat ini diajarkan doa yang sedemikian mulia dan sempurna yang tidak ada bandingannya. Doa ini bukan untuk suatu perkara khusus bahkan untuk semua keperluan baik perkara kecil maupun perkara besar. Dan setiap perkara agama maupun duniawi dapat memanfaatkan dari doa ini. Setiap pekerjaan baik urusan agama maupun perkara duniawi untuk menyelesaikannya pasti ada caranya. Jika cara tersebut diterapkan pasti akan berhasil, jika tidak maka akan gagal. Kadang-kala banyak cara untuk mempertimbangkan suatu pekerjaan, di antaranya ada yang boleh ada yang tidak boleh. Jalan yang diizinkan sebagian di antaranya ada yang cepat mencapai masudnya dan ada yang lambat meraih tujuannya. Di dalam doa ص َزاطَٰ انً ْسحَقِ ْي َٰى ِ اِ ْْ ِذََاانkita diajarkan supaya terus-menerus berdoa agar Dia membimbing kita ke jalan yang benar dan baik, yang jika kita berjalan di atasnya kita dapat mencapai keberhasilan secepatcepatnya. Betapa simpel, sempurna dan luasnya doa ini. Keperluan apa yang tidak dapat memanfaatkan doa ini? Dan orang yang biasa membaca doa ini apa alasannya ia tidak mau mengulang sebanyakbanyaknya? Karena orang yang setiap waktu diingatkan bahwa untuk meraih suatu tujuan ada yang melalui jalan yang baik ada pula jalan yang buruk. Ia hendaknya selalu berusaha mencari jalan yang terbaik dan terdekat. Ia harus berfikir bagaimana caranya supaya ta‟lim ini tertanam di dalam dirinya. Jelaslah bahwa orang yang berdoa kepada Allāh Ta‟ala supaya kepadanya diperlihatkan shiratal mustaqīm maka dengan sendirinya otaknya pun terpengaruh oleh doa itu. Dan usahanya pun dikerahkan untuk mencari jalan yang seperti itu. Orang yang di dalam menunaikan tugasnya fokus pada: (1) Semua pekerjaannya melalui sarana yang dibenarkan. (2) Tidak merasa puas hanya sampai pada satu derajat bahkan ingin mencapai kemajuan tanpa batas. (3) Tidak menyia-nyiakan waktu, bahkan dengan cara yang sesingkat-singkatnya menyelesaikan setiap pekerjaan. Maka tidak ada sedikitpun keraguan dalam usaha meraih cita-cita dengan cara kerja yang benar dawam dan usaha yang keras. Saya yakin jika orang-orang Muslim terus berdoa dengan doa ini secara ikhlas dan serius, maka faedah dalam bentuk doa pasti berpengaruh pada otak orang Muslim. Sebagian pengeritik berkata, bahwa orang-orang Muslim setiap shalat diperintahkan membaca طَ انً ْسحَقِ ْي َٰى ٰ ص َزا ِ اِ ْْ ِذََا انdan Nabi merekapun setiap hari membaca doa ini. Apakah mereka belum mendapatkan siratal mustaqīm itu, sehingga berulang-ulang membaca doa tersebut?
8
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Al-Quran Tafsir Kabir Betapa menggelikannya kritikan itu dan sungguh mengherankan orang-orang Kristen dan Hindu itu. Padahal mereka orang-orang terpelajar tetapi tanpa rasa malu melemparkan kritikan seperti itu. Dan merekapun penasaran, jawaban apa yang akan diberikan oleh orangorang Muslim. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa makna hidayah bukanlah hanya sekadar menjelaskan arti sesuatu hal, bahkan lebih dari itu. Yakni, menuntun hingga sampai pada tujuannya. Kondisi orang yang berdoapun bermacam-macam. Maka bermacam-macam pula maknanya bagi mereka. Mereka yang belum mengerti apa itu hidayah minta diberitahu, di dalam agama apa hidayah itu berada, dan bagaimana cara mendapatkannya? Ada orang yang sudah mengerti apa itu hidayah? tetapi masih menghadapi banyak kesulitan untuk menerimanya. Misalnya karena kelemahan pribadi, atau penolakan teman-teman menjadi penghalang menerima kebenaran, atau kurangnya pembimbing karena jauh dan sulit untuk sampai ke sana. Atau di daerah itu tidak ada teman bergaul yang shalih. Maka untuk orang seperti itu makna doa ini adalah “hantarkanlah aku mencapai hidayah”. Yakni, secara keilmuan aku sudah mengerti apa itu hidayah, akan tetapi di dalam pengamalannya jauhkanlah semua kesulitan-kesulitan yang ada. Tetapi jika ada seseorang yang darinya secara keilmuan memiliki kemudahan hidayah dan kesulitan-kesulitan dalam prakteknya pun teratasi serta ia pun teguh di atas jalan hidayah. Maka makna doa ini untuknya adalah; “Wahai Tuhan, hidayah-Mu luas, dan jalan mengenal-Mu tanpa batas, dengan karunia-Mu tuntunlah aku terus maju di atas jalan hidayah dan jangan biarkan langkahku berhenti di satu tempat. Tambahlah terus sebanyak-banyaknya rahasia kebenaran kepadaku. Berilah aku taufik lebih banyak lagi untuk beramal di atasnya.” Memperhatikan 3 (tiga) makna tersebut secara seksama, siapa yang berani mengatakan bahwa seseorang dengan doa itu suatu waktu bisa berhasil. Memang benar Nabinya orang-orang Muslim sangat sempurna. Tetapi Tuhannya Islam Maha Kuasa. Betapapun seseorang telah mencapai kemajuan, namun masih ada kesempatan baginya untuk lebih maju lagi. Dan ia pun masih memerlukan hal-hal lainnya. Maka ia terus berdoa “ihdinash-shiratal mustaqīm”. Urusan agama ya agama. Tetapi berkenaan dengan dunia pun ilmu manusia terus bertambah. Tidak ada suatu ilmupun yang tidak memiliki kesempatan untuk berkembang lebih maju. Maka dalam urusan duniawi pun manusia perlu terus berdoa “ihdinash-shiraatal
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
9
Al-Quran Tafsir Kabir mustaqīm” supaya melalui doa itu ilmu terus mencapai kemajuan. Hakikat doa ini adalah ketimbang mengajukan keberatan-keberatan berkenaan dengan ilmu, justru Islam menyodorkan suatu pandangan yang sangat luas dan itu menjadi satu dalil Qurān yang sangat hebat. Qurān hadir di tengah-tengah keberadaan agama-agama terdahulu masih ada. Ia datang me-mansukh-kan mereka dan menegakkan satu agama baru yang sempurna. Namun demikian ia tidak seperti agamaagama lain yang berkata, bahwa di zamannya ilmu telah berakhir. Bahkan ini yang dikatakan yakni, melaluinya perkembangan ilmu terus bertambah dan untuk itu kepada orang-orang Muslim diajarkan doa dan diwajibkan setiap hari 30-35 kali membacanya. Demikianlah untuk kemajuan ilmu betapa ia telah memperluas wawasan bagi kemanusiaan. Sebagian orang melemparkan kritikan atas pandangan ini. Yakni, dari perkara itu dimaklumi bahwa Qurān Karīm bukanlah Kitab petunjuk yang terakhir. Karena kalau ilmu masih terus berkembang dan bertambah mengapa tidak dibenarkan bahwa suatu saat Qurān Karīmpun akan di-mansuh-kan dan akan datang suatu kitab lain yang lebih baik daripadanya untuk menggantikan posisinya. Jawabannya adalah; 1. Kami tidak keberatan didatangkan suatu kitab yang lebih baik daripada Qurān Karīm dan Qurān Karīm dinyatakan mansuh. Akan tetapi dalam kurun waktu 1300 tahun lamanya tidak ada suatu kitab yang seperti itu telah datang. Para filosof dan pemuka agama-agama palsu sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi hingga saat ini tidak ada yang berhasil. Maka jika sampai saat ini suatu kitab yang demikian itu belum juga ada yang diajukan, lalu apa perlunya kami repot-repot memikirkannya. 2. Qurān Karīm adalah alam ruhani yang merupakan keadaan alam jasmani. Dalam urusan dunia pun pengetahuan manusia setiap hari mengalami kemajuan. Akan tetapi setiap hari tidaklah tercipta dunia baru. Bahkan rahasia-rahasia dari dunia yang lama itulah yang terus zahir pada para peneliti. Demikian pula setelah Qurān Karīm turun yang merupakan alam ruhani tidak lagi diperlukan suatu kitab baru. Akan tetapi dalam hal perkembangan ilmu ia tidak menciptakan penghalang. Sebagaimana hasil pengembangan dari teori dasar di bidang ilmu pengetahuan di dunia sedang mengalami kemajuan. Demikian pula Qurān Karīm demi manusia ia menyimpan ilmu yang sangat luas tanpa batas di dalamnya. Orang-orang yang menelaahnya secara seksama. Seberapa besar keikhlasannya dalam doa ihdinash-shiratal
10
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Al-Quran Tafsir Kabir mustaqīm sesuai dengan itu rahasia Qurān Karīm terus terbuka baginya. Maka walaupun Qurān Karīm adalah kitab terakhir namun dalam hal kemajuan ilmu tidak ada batasnya. Bahkan lebih pesat dibanding sebelumnya. Qurān Karīm membenarkan arti ini. Allah berfirman : ٰ)2ع:انذيٍَٰ ا ْْحَذَٔا َسا َٰد ْ ْٰى ْذًٖ (يحًذ “Orang yang mendapat hidayah kepada mereka Allāh menambahkan lagi hidayah-Nya.” Hidayah bukanlah nama suatu benda tetapi nama sebuah rantai kebenaran yang luas. Selesai satu mata rantai maju rantai yang lainnya. Pengalaman pribadi saya bahwa bukanlah suatu perkara agama yang tentangnya tidak ada keagungan ilmu Qurān Karīm. Dalam keberadaan hakikat itu taat pada pesan suatu syariat lain adalah bagaikan sedang berada di sumber mata air tetapi malah pergi mencari air yang lain. Saya heran pada orang-orang yang setiap hari berdoa اِ ْْ ِذََا طَ انً ْسحَقِيْى ٰ ص َزا ِ انtetapi berfikiran bahwa apapun yang telah ditulis oleh para Mufasirin terdahulu itu sudah cukup, dan tidak boleh menulis tafsir baru seberapapun adanya. Karena Di luar dari ilmu-ilmu yang telah diterangkan oleh para Mufasirin tersebut tidak ada lagi suatu ilmu Al-Qurān yang lain. Jika hal itu benar, mengapa mereka berdoa انص َزاطَٰ انً ْسحَقِيْى اِ ْْ ِذََاsesuai keyakinan mereka pada Allāh Ta‟ala maka ِ sedikitpun tidak memberikan faedah kepada mereka. Hendaknya mereka membeli buku-buku tafsir lama atau minta dari orang lain lalu menelaahnya, dan jangan menyia-nyiakan waktu dalam doa ini. Doa ini sangat umum, sehingga setiap orang boleh mengambil faedah darinya untuk urusan agama dan dunia. Pencari hidayah dari agama apapun dalam hal mengambil faedah tidak perlu mengajukan suatu alasan. Di dalam طَ انً ْسحَقِيْى ٰ ص َزا ِ اِ ْْ ِذََاانyang ada hanya permohonan penunjukan jalan yang lurus tanpa cacat, bukan nama suatu agama; bukan suatu cara zikir khusus; bukan isyarah kepada orang tertentu; hanya dan hanya permohonan kebenaran yang murni. Setiap orang dapat mengulangnya tanpa merusak akidah dan fikirannya. Orang Kristen, Yahudi, Hindu, Zardasti, Budha, juga orang Atheis, tidak bisa mengkritik kalimat itu. Orang Atheis tidak percaya dengan Tuhan, tetapi ia boleh berkata, “Kalau memang Tuhan ada, maka aku berkata kepadanya „tunjukilah aku jalan yang lurus‟.” Ini jami‟doa, tidak memihak kepada siapapun dan sifatnya umum. Setiap orang memerlukannya sesuai kondisinya. Dalam memohon kepada-Nya orang tidak berhak melemparkan kritikan. Saya punya
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
11
Al-Quran Tafsir Kabir pengalaman, yakni ada orang-orang ghair-Muslim mendengar wejangan saya itu mereka memohon doa ini. Allāh Ta‟ala menunjukkan kebenaran Islam kepada mereka. Atas pengalaman itu saya yakin bahwa barang siapa dengan hati yang lurus dan bersih memohon dengan doa ini kepada Allāh Ta‟ala, maka pasti Dia memberikan suatu sarana sebagai hidayah baginya. Jangan berputus asa, Sang Pencipta Alam Pemberi Hidayah ada di depan pintunya. (Bersambung) Fazal M [][]
12
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Hadits Tentang “Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah” َتكىنَالنبىةَفيكمَماَشاءَهللاَأنَتكىنَثمَيرفعهاَإذاَشاءَأن َيرفعهاَثمَتكىنَخالفتَعلىَمنهاجَالنبىةَفتكىنَماَشاءَهللاَأن َتكىنَثمَيرفعهاَإذاَشاءَهللاَأنَيرفعهاَثمَتكىنَملكاَعاضا َفيكىنَماَشاءَهللاَأنَيكىنَثمَيرفعهاَإذاَشاءَأنَيرفعهاَثم َتكىنَملكاَجبريتَفتكىنَماَشاءَهللاَأنَتكىنَثمَيرفعهاَإذاَشاء أنَيرفعهاَثمَتكىنَخالفتَعلىَمنهاجَالنبىةَثمَسكت
“Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah „ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada penguasa yang menggigit (Mulkan „Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada penguasa yang memaksa (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah „ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Ahmad, Juz IV, hal. 273, nomor hadits 18.430).
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
13
14
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Falsafah Kebangkitan Agama
S
aya sampaikan kepada kalian hari ini, mengenai Falsafah Islam tentang kebangkitan kembali agama. Agamaagama senantiasa bangkit kembali melalui campur tangan Ilahi. Seorang pembaharu diutus oleh Allah Ta‟ala untuk memalingkan manusia dari kebendaan (materialisme) dan mengembalikan mereka kepada Pencipta mereka. Seorang pembaharu semacam itu secara terus-menerus menyerukan pengorbanan-pengorbanan yang besar atas nama Tuhan. Dia menghimbau orang-orang untuk bekerja keras dan mencucurkan keringat; untuk tabah dan sabar, dan memberitahukan mereka bahwa orang-
Khalifatul Masih IV, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh.
orang yang mencari kehidupan [hakiki] harus siap untuk berpisah
“Falsafah Kebangkitan Agama” adalah sebuah naskah ceramah yang disampaikan oleh Khalifatul Masih IV, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh. di Sidney, Australia, tahun 1989. Naskah ini kemudian dibukukan dengan judul “Revival of Religion”, yang diterbitkan oleh “Islam International Publication Ltd”, edisi ketiga tahun 1989. Naskah ini diterjemahkan oleh Mln. Muharim Awwaluddin, Mubaligh Jemaat Ahmadiyah yang kini bertugas di Gresik, Jawa Timur. Walaupun materi ceramah ini telah berusia lebih dari 26 tahun namun isinya masih tetap relevan dengan perkembangan dan kebangkitan Islam hingga kini. Redaksi SI menerbitkan naskah ini dengan tujuan agar para pembaca lebih memahami makna sesungguhnya dari kebangkitan Islam. Selamat Membaca. Red [][] SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
15
Sajian | utama dengan kehidupan mereka. Dia mempersiapkan mereka bagi perjuangan yang lama dan penuh kepedihan terhadap penentangan yang membabi-buta dan penganiayaan dari tangan orang-orang yang mereka cintai dan berupaya untuk mereka selamatkan. Sungguh hanya inilah falsafah kebangkitan agama yang benar dan abadi: setiap falsafah yang bertentangan dengan itu adalah khayalan belaka. Walaupun demikian saya harus menyebutkan bahwa seluruh golongan Islam tidak sependapat mengenai masalah ini. Sejumlah besar orang Muslim percaya bahwa suatu perubahan mendasar telah terjadi dalam bentuk kebangkitan agama. Jemaat Muslim Ahmadiyah, sebaliknya percaya bahwa proses sejarah ini adalah tetap dan tak berubah. Agar tidak menciptakan kesan yang salah pada perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan orang-orang Muslim, saya anggap perlu untuk menguraikan orang-orang yang mempunyai keyakinan dasar yang sama di mana semua orang Muslim terikat padanya, dari golongan apa pun mereka itu. Setiap Muslim, tanpa memandang golongan, mengimani Keesaan Tuhan dan Kenabian Nabi Suci Muhammad saw.. Setiap Muslim mengimani bahwa Islam adalah agama terakhir bagi keselamatan umat manusia. Semua Muslim mengimani bahwa Islam akan terus memenuhi segala keper16
luan ruhani manusia hingga Hari Kiamat. Semua Muslim mengimani bahwa Syariat yang diwahyukan melalui Nabi Suci Muhammad saw. adalah tidak dapat berubah dan bahwa Al-Quran adalah tidak dapat dicampurtangani dan tak dapat berubah bahkan hingga pada titik atau noktahnya. Orang-orang Muslim semuanya dinaungi keyakinan bahwa pendakwaan Nabi Suci Muhammad saw. mempunyai keabsahan dan kewenangan hingga akhir umat manusia. Orang-orang Muslim dari setiap golongan beriman bahwa hanya melalui ikatan dengan Nabi Suci Muhammad saw. maka cahaya kebenaran abadi bisa didapatkan. Segi-segi keyakinan yang mendasar ini dimiliki oleh semua orang Muslim, tanpa kecuali. Dengan begitu banyak persamaan, namun masih tetap ada perbedaan mendasar yang menempatkan Jemaat Muslim Ahmadiyah terpisah dari orang-orang Muslim lainnya, yaitu perbedaan mengenai masalah Kebangkitan Islam. Semua perbedaan lain timbul dari masalah utama ini. Bagaimana kebangkitan kembali Islam itu terjadi? Bagaimana kehidupan baru dan semangat baru dihembuskan ke dalamnya? Seperti Jemaat Ahmadiyah, semua Muslim lainnya, juga mengakui bahwa jawabannya terletak pada kedatangan Al-Masih Putra Maryam yang Dijanjikan, dan kemunculan Imam Mahdi yang Dijanjikan
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
“Bagaimana kebangkitan kembali Islam itu terjadi? Bagaimana kehidupan baru dan semangat baru dihembuskan ke dalamnya? Seperti Jemaat Ahmadiyah, semua Muslim lainnya juga mengakui bahwa jawabannya terletak pada kedatangan Al-Masih Putra Maryam yang Dijanjikan, dan kemunculan Imam Mahdi yang Dijanjikan.” (Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh.)
(Pembaharu yang diangkat Tuhan yang akan mendapat bimbingan Ilahi). Segi ini muncul tepat ketika menafsirkan, yang sebenarnya ada dua pandangan yang berlawanan pada umumnya. Jemaat Muslim Ahmadiyah memandang nubuwatan (kabar gaib) kedatangan Al-Masih sebagai bahasa kiasan. Ahmadiyah meyakini bahwa nubuwatan mengenai Imam Mahdi juga perumpamaan. Kami meyakini bahwa makna hakikinya yang agung dari nubuwatannubuwatan ini tidak dapat dipahami jika itu diambil secara lahiriah. Sepenuhnya berlawanan dengan [pandangan] ini, golongangolongan Islam lain menekankan p a da p e n g g e n ap a n h ar f i ah (lah iriah) dari nubuwatan nubuwatan tersebut. Inilah perbedaan mendasar yang timbul – dan memisahkan – Jemaat Muslim Ah madiyah dari golongan golongan lain.
Latar Belakang Nubuwatan Kemunduran kaum Muslimin sebelum ini dan perselisihan sesama mereka merupakan masalah-masalah yang mengenainya Nabi Suci Muhammad saw. telah diberi kabar. Melalui wahyu Ilahi, beliau menubuwatkan pada seribu empat ratus (1400) tahun lampau bahwa kaum Muslim akan terpecah-belah dalam tujuh puluh tiga (73) golongan. Beliau menggambarkan keadaan kaum Muslimin yang menye dihkan deng an demikian rinci seakan-akan gambaran jaman kita telah dibentangkan di hadapan beliau. Haditshadits Nabi berisi gambaran yang jelas sekali mengenai jaman kita. Beliau bersabda, “Islam tidak akan tersisa kecuali namanya. Masjidmasjid, walaupun penuh dengan orangorang beribadah akan luput dari petunjuk. Para ulama agama mereka akan merupakan makhluk yang paling buruk di kolong langit.” Bagaimanapun, bersamaan dengan tanda-tanda menakutkan itu, beliau juga memberikan kabarkabar gembira. Beliau bersabda bahwa walaupun ada bahaya yang menakutkan ini, umat Islam tidak akan binasa: “Bagaimana umatku akan binasa ketika aku di permulaannya dan Isa ibnu Maryam di akhirnya.” (Musnad Ahmad; Kanzul Ummal jilid 7, hal. 203)
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
17
Sajian | utama Kemudian beliau bersabda: “Bagaimana keadaan kalian ketika turun Ibnu Maryam di antara kalian; dan dia akan menjadi imam kalian dari antara kalian?” (Bukhari: Kitabul Anbiya) Dan beliau mengulangi kabarkabar itu dengan kata-kata ini: “Aku bersumpah demi Dia yang hidupku ada di Tangan-Nya bahwa Ibnu Maryam sungguh akan turun di antara kalian, dan dia akan menjadi hakim yang adil.” (Bukhari: Kitabul Anbiya)
nubuwatan-nubuwatan itu harus dilihat dalam cahaya hukum Ilahi yang diwahyukan dalam kenyataan dan sesuai dengan sejarah para nabi sebelumnya. Sementara golongangolongan Muslim lain, sebaliknya, menegaskan bahwa nubuwatannubuwatan itu tidak mempunyai inti, pesan yang lebih dalam dan memegang makna harfiah (lahiriah)nya. Dengan keadilan kepada para penentang, saya kini akan mencoba untuk menerangkan segi pandang dari para penentang kami yang membandingkan kebangkitan Is-
“Jemaat Ahmadiyah adalah sama dengan golongan-golongan Muslim lainnya dalam meyakini bahwa kebangkitan Islam dan kemenangan globalnya berhubungan dengan kedatangan Al-Masih dan kemunculan Imam Mahdi.” (Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh.)
Nabi Suci saw. juga memberikan kabar gembira mengenai seorang Imam Besar – Imam Mahdi – yang akan muncul bersama Isa, Putra Maryam. Maka, Jemaat Ahmadiyah adalah sama dengan golongangolongan Muslim lainnya dalam meyakini bahwa kebangkitan Islam dan kemenangan globalnya berhubungan dengan kedatangan Al-Masih dan kemunculan Imam Mahdi. Akan tetapi, Jemaat Ahmadiyah berbeda dengan sebagian dalam penafsiran mengenai n u b u wa t a n - n u b u wa t a n i n i . Ahmadiyah menekankan bahwa 18
lam dengan dominasi ekonomi dan politiknya. Penjelasan untuk hal itu adalah nafsu akan kekuasaan dan ketamakan pada harta lazimnya telah menguasai perjuangan manusia. Puncak kebangkitan umat oleh sebab itu akan bermakna kenaikan politik dan ekonomi. Karunia Ilahi, menurut mereka, akan terwujud sendiri dengan tepat untuk pencapaian ini [kebangkitan]. Inilah lebih atau kurang, pandangan yang dipegang oleh banyak orang, berkenaan dengan kebangkitan Islam.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Sajian | utama Penafsiran tentang Kebangkitan Agama oleh Al Masih dan Imam Mahdi menurut Muslim non Ahmadi Menurut kepercayaan ini, kedatangan Al-Masih akan menggembar-gemborkan jaman penaklukan-penaklukan politik Islam, sedangkan kemunculan Imam Mahdi akan membawa penguasaan ekonomi mereka. Saya akan menggaris bawahi konsep mereka mengenai kedatangan Al-Masih. Mereka percaya bahwa benar-benar Isa, putra Maryam, yang Al-Quran nyatakan sebagai seorang Nabi Bani Israil, akan turun secara jasmani dari langit. Beliau akan segera meng hunus pedang di tangan dan membantai seluruh musuh Islam. Gerakan global beliau akan mempunyai tiga tujuan besar. Bukan secara kiasan, melainkan secara harfiah (lahiriah). Beliau akan mengatur penghancuran lambang agama Kristen dengan begitu dahsyat hingga tidak satu jejakpun akan tertinggal darinya. Tidak akan ada satu salib pun yang tetap terlihat di gereja atau rumah atau melingkari leher. Menurut mereka, tugas penting Nabi Isa yang berikut adalah memusnahkan babi dari setiap jenis – piaraan, juga yang liar! Maka, bagi para pengikut Salib (Kristen) tidak akan ada salib yang tertinggal pada mereka untuk ibadah tidak pula babi untuk hidangan. Maka, Al-Masih akan
menghilangkan unsur-unsur Kristen, tidak hanya makanan ruhani mereka tapi juga hidangan jasmani mereka. Tugas ketiga bagi Al-Masih adalah membunuh Dajjal. Kini siapakah Dajjal itu? Menurut riwayatriwayat, jika diambil secara harfiah, sebagaimana sebagian orang lakukan, dia adalah raksasa bermata satu yang akan datang mengendarai keledai berukuran luar biasa. Dia juga akan begitu tingginya hingga kepalanya akan berdiri lebih tinggi dari pada awanawan. Semua nabi telah memperingatkan para pengikut mereka terhadap kejahatan Dajjal ini. Kini, ketika Dajjal sedang sibuk membuat kerusuhan di bumi Al-Masih akan turun dari langit. Beliau akan terlibat perang melawan Dajjal dekat Damaskus dan membunuhnya. Beliau kemudian akan menaklukkan seluruh dunia. Sesudah melakukan ini, beliau akan menyerahkan kekuasaannya ke tangan orang-orang Muslim. Inilah, secara ringkas, falsafah kebangkitan dan kekuasaan politik orang-orang Muslim. Hal itu membebaskan orang-orang Muslim secara keseluruhan dari melakukan perjuangan politik sama sekali. Kini, orang-orang yang sedang bersenang-senang dalam jaminan itu bahwa mereka akan mewarisi bumi tanpa menggerakkan otot tak mungkin dapat ada alasan untuk peduli dengan pemikiran dan tin-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
19
Sajian | utama “Datanglah kemari, hai para prajurit Tuhan; datanglah ke sini, hai orang-orang shaleh! Datang dan ambillah tongkat kekuasaan kerajaan di bumi ini.” Inilah pandangan kebangkitan Muslim yang suka berperang, yang Muslim Ahmadi tidak sukai. Mereka sama sekali tidak mengikutinya dalam [pengertian] harfiah (lahiriah). Kemudian berlanjut pada konsep Muslim non Ahmadi mengenai kebangkitan ekonomi Islam. Para ulama golongan lain memegang pandangan bahwa obat bagi keadaan ekonomi Muslim yang menyedihkan bukan terletak pada perjuangan dan pengorbanan melainkan pada kemunculan Imam Dajjal: Ilustrasi Dajjal berdasar pada penafsirah harfiah, yang diyakini Muslim non Ahmadi akan Mahdi. Imam Mahdi ini akan memuncul dari kawasan Segi Tiga Bermuda rupakan Al-Masih masa kini. Tin(Sumber: http://static.pulsk.com/ dakan beliau yang paling penting mages/2013/09/06/52299c8e13aca_52299c8e 14699.jpg) adalah akan membagi-bagikan harta kekayaan yang tak terbatas di dakan politis. Mereka hidup dalam kalangan kaum Muslimin di selukelalaian yang penuh bahagia dari ruh dunia. Anugrah beliau akan tak kerusakan dan kemunduran terbatas; kemurahan beliau tak damereka. Sebab,SINAR terlepas setiap pat 1394 diuraikan. ISLAM dari | Volume 2, Edisi 7, Wafa HS / Juli 2015 Harta kekayaan sesuatu, mereka mengetahui den- yang berlimpah-limpah ini akan gan sangat pasti bahwa saat ba- jauh melampaui batas orang-orang hagia itu tidak jauh ketika seorang Muslim untuk menyimpannya. manusia Ilahi akan turun dari Maka akan berakhir nafsu terhadap langit dan melakukan gerakan harta benda dan keserakahan terhapenaklukan-penaklukan. Beliau dap emas. Inilah obat mujarab, akan membunuh babi. Beliau akan seperti yang dibayangkan sebagian mematahkan salib. Beliau akan orang, bagi masalah-masalah ekomengatasi semua kekuatan Timur nomi dunia Islam. dan Barat. Kemudian, beliau akan Menurut kepercayaan ini, memberikan isyarat kepada orang- kemunculan Imam Mahdi itu orang Muslim yang sedang sendiri merupakan jawaban bagi menunggu dan mengatakan, kesulitan ekonomi orang-orang 20
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Sajian | utama Muslim. Tak perlu adanya [cucuran] keringat, air mata dan perjuangan. Tak ada perlunya untuk meneliti khazanah-khazanah bumi, meneliti inti atom dan mengungkapkan rahasia-rahasia angkasa. Tidak pula upaya ataupun industri, tidak pula daya cipta ataupun penerapan yang diperlukan. Semuanya itu hanyalah diperlukan kedatangan Mahdi! Lagi kita berbeda dan kita Muslim Ahmadi, mendapati konsep ini kekanakkanakan, kasar dan tak dapat diterima.
Penafsiran tentang Kebangkitan Agama oleh Al-Masih dan Imam Mahdi menurut Muslim Ahmadi Walaupun Jemaat Muslim Ahmadiyah sama sekali tidak menolak nubuwatan berkenaan dengan turunnya Al-Masih dan kemunculan Al-Mahdi, ia menekankan bahwa menetapkan makna lahiriah terhadapnya adalah sungguh kenaifan dan kejahilan. Kita percaya bahwa sebagai hasil dari kurang memahami sepenuhnya ketinggian derajat Nabi Suci Muhammad saw. maka kesalahan serius semacam itu terjadi dalam memahami pesan beliau yang mendalam dan berfalsafah. Orang-orang yang berwawasan dan bijak sering kali menggunakan permisalan dan perumpamaan untuk menerangkan masalah-masalah yang sangat penting tapi pandangan mata yang
dangkal tidak dapat menangkap maknanya. Orang-orang Muslim Ahmadi meyakini bahwa seluruh rangkaian bahasan-bahasan yang meliputi AlMasih, Dajjal dan keledai tunggangannya merupakan kiasan. AlMasih, oleh sebab itu, bukanlah nabi terdahulu yang diutus di kalangan Bani Israil. Para Ahmadi percaya bahwa Isa Al-Masih (Yesus Kristus) wafat secara alami setelah selamat dari derita penyaliban. Al-Masih yang dinubuwatkan sebenarnya adalah wujud baru yang lahir di kalangan para pengikut Nabi Suci Muhammad saw.. Karena beberapa sifat dan keistimewaan beliau serupa dengan Nabi Isa (Yesus), beliau diberikan gelar “Al-Masih, Ibnu Maryam” dengan cara yang sama seperti seorang penulis drama besar disebut Shakespeare. Rujukan tentang salib, juga merupakan kiasan. Al-Masih tidak akan secara harfiah berkeliling mematahkan palang-palang salib: beliau akan mengalahkan keyakinan ajaran Kristen dengan dalil yang kuat dan alasan yang penuh kekuatan. Pematahan salib, oleh sebab itu, berlaku bagi kemunduran ideologi ajaran Kristen. Sama halnya, perkataan „babi‟ tidak dapat diambil dalam makna harfiah. Ia bermakna budaya cabul dunia barat yang memalingkan manusia ke dalam sifat-sifat hewan. Kata „babi‟ mengacu pada apa yang disebut sebagai kebebasan seksual yang se-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
21
Sajian | utama dang melanda Amerika dan Eropa. Ia mengacu pada pesta pora menjijikkan yang bahkan memakan anaka n ak t ak b e r sa la h se b ag ai korbannya. Hadits-hadits kebanyakan tidak menerangkan secara pasti bahwa Al-Masih akan memburu gerombolan babi-babi, baik liar atau piaraan. Ini akan merupakan gambaran yang mengherankan dari seorang nabi Tuhan. Itu akan lebih mengingatkan orang pada Ajax, seorang pahlawan dari dongeng Yunani, yang mencincang kawanan sapi-sapi dan gerombolan dombadomba dengan keyakinan menggila bahwa mereka adalah panglima tentara Yunani! Dajjal, seperti juga Al-Masih, salib dan babi adalah perlambang. Dia melambangkan satu bangsa yang besar dan berkuasa yang memerintah bukan hanya di bumi melainkan juga di angkasa. Salib dan babi sebenarnya merupakan lambang-lambang mengenai bangsa ini. Riwayat-riwayat mengatakan bahwa mata kanan Dajjal buta tapi mata kirinya akan besar dan terang. Ini merupakan gambaran kiasan atas kenyataan bahwa walaupun bangsa ini mahrum dari cahaya ruhani namun pandai dalam kebendaan dan oleh sebab itu pencapaian kebendaannya sangat besar. Terakhir, orang-orang Muslim Ahmadi menafsirkan keledai kendaraan Dajjal juga sebagai kiasan – kiasan yang digunakan untuk menggambarkan sarana-sarana pengangkutan masa mendatang. Semua ciri khas yang menggambarkan 22
“Hadits-hadits kebanyakan tidak menerangkan secara pasti bahwa Al-Masih akan memburu gerombolan babibabi, baik liar atau piaraan.” (Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh.)
keledai ini tanpa kecuali dapat dikenali dengan kendaraan-kendaraan berbahan bakar yang ditemukan oleh bangsa barat. Lihatlah ciri-ciri khas yang menonjol dari keledai itu – seperti digambarkan dalam haditshadits – ia akan makan api, ia akan berjalan menjelajahi darat, laut dan udara; kecepatannya akan demikian besar hingga ia akan menjadikan perjalanan berbulan-bulan dalam beberapa jam; para penumpang akan melakukan perjalanan tidak di punggungnya tapi dalam perutnya yang akan mengumumkan keberangkatannya dan meminta para penumpang untuk mengambil tampat duduk mereka. Penggenapan hal-hal ini dengan ketepatan yang demikian mengagumkan merupakan bukti kebenaran dari Nabi Suci Muhammad saw.. Menurut Muslim Ahmadi, nubuwatan-nubuwatan mengenai kedatangan Imam Mahdi juga berupa perlambang. Harta kekayaan yang
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Sajian | utama beliau akan bagi-bagikan di kalangan orang-orang Muslim merupakan harta kekayaan ilmu keruhanian dan hikmah, dan bukan harta kekayaan duniawi. Penolakan sebagian orang untuk menerimanya lebih lanjut menandakan berupa apa harta kekayaan itu; sebab manusia tak pernah terpuaskan dengan harta kekayaan kebendaan: hanya kekayaan ruhani yang dia tolak. Dengan demikian Ahmadiyah menolak falsafah kebangkitan Islam seperti yang diterangkan di atas dan disebarkan oleh golongan-golongan Islam lainnya. Ia menganggap bahwa falsafah ini bertentangan dengan maksud hakiki dari ajaranajaran Al-Quran, bertentangan dengan sejarah para nabi dan yang paling nyata bertentangan dengan amalan-amalan yang diperagakan Nabi Suci Muhammad s a w . . Ahmadiyah menghindarkan diri dari ideologi beracun ini yang melenakan bangsa-bangsa menjadi tak mau beramal dan membawa mereka dalam dunia kepercayaan yang dibuat-buat dan khayalan.
Falsafah Versi Ahmadiyah Mengenai Kebangkitan Agama Falsafah ini tak berbeda dengan warisan yang lazim pada semua agama. Ini merupakan satu-satunya falsafah yang didukung sejarah. Walaupun kitab-kitab suci dan riwayat-riwayat menyebutkan banyak orang yang naik ke langit, tapi tidak ada satu contoh atau catatan pun, sejak Nabi Adam as., yang men-
yebut bahwa salah seorang dari mereka itu, secara jasmani, kembali lagi ke bumi. Maka, tanpa memandang perbedaan mengenai cara kenaikan ke langit yang diakui sebagian orang, tidak ada seorang pun yang dilaporkan telah kembali ke bumi sesudah lama menghilang. Para pembaharu telah selalu muncul dari kalangan manusia biasa dan telah senantiasa ditolak dan dicaci-maki oleh manusia. Tak ada upacara-upacara indah pernah diselenggarakan untuk menyambut mereka. Tak ada karangan bunga yang ditawarkan. Tak ada lampulampu dinyalakan dengan kegembiraan yang cerah. Sebaliknya, orangorang yang datang atas nama Tuhan dianiaya karena sedang melakukan “kejahatan” ini. Jalan-jalan mereka ditaburi dengan duri-duri. Debu ditaburkan pada kepala mereka dan batu-batu dilontarkan kepada mereka. Mereka dimahkotai dengan mahkota duri. Setiap penganiayaan yang dapat dilakukan, ditimpakan kepada mereka. Anda sek alian perhatikan mereka sekarang, kembali dari kota Thaif bermandikan darah dari kepala hingga kaki. Anda perhatikan mereka lagi, di medan perang Uhud, orang-orang yang setengah mati karena luka-luka yang mereka derita, tertimbun di bawah jenazah orang-orang yang menyerahkan jiwanya demi mereka. Kalian akan mendapatkan para pengikut mereka mengalami nasib yang sama. Setiap penganiayaan
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
23
Sajian | utama yang dapat dilakukan, ditimpakan kepada mereka. Mereka diseret pada kaki-kaki mereka di sepanjang lorong-lorong yang kasar. Mereka dibaringkan pada hamparan pasir yang panas membara di bawah terik matahari. Mereka dilemparkan dalam bara yang sedang menyala dan dibiarkan di sana hingga bara api itu padam. Mereka dihalau dari rumahrumah mereka. Mereka diasingkan. Mereka diancam dengan kelaparan. Mereka diancam dengan pedang. Para suami dipisahkan dari istriistri mereka dan para istri dipisahkan dari suami-suami mereka. Orang-orang tua dipisahkan dari anak-anak mereka. Setiap hak yang merupakan anugrah kehidupan diasingkan dari mereka. Mereka tidak diperbolehkan untuk shalat tidak pula me mb a n g u n ma sj i d - m a sj i d. Mereka dimahrumkan dari hak untuk menyatakan keyakinan mereka. Mereka bahkan tidak diizinkan untuk menamakan keimanan mereka sendiri. Maka orang dianugrahi dengan ruh kehidupan yang baru. Inilah jalan yang membawa pada kebangkitan agama. Ini merupakan gejala yang kita perhatikan berlaku pada masa kehidupan Nabi Suci Muhammad saw. dan pada kehidupan setiap nabi sebelum beliau. Adalah dengan menapak jalan yang penuh bahaya ini maka para nabi telah menghidupkan kembali kaumkaum mereka. Ini merupakan falsafah kebangkitan agama sejak 24
zaman Nabi Adam as. hingga zaman Nabi Suci Muhammad saw.. Jika demikian masalahnya, bagaimana kemudian kita dapat menerima bahwa Allah Ta‟ala telah memutuskan untuk mengubah kebiasaan yang tak dapat diganggu gugat dan abadi ini? Bagaimana kemudian kita dapat menerima bahwa kaum Muslimin akan mewarisi bumi tanpa menumpahkan setetespun darah mereka dan tanpa membuat suatu upaya? Bagaimana kita dapat mempercayai bahwa mereka akan berhasil tanpa menempuh jalan pengorbanan? Itu tidak terjadi sebelumnya. Itu tidak akan terjadi kemudian. Hadhrat Masih Mau‟ud as., pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, meyakinkan akan kebenaran yang kekal dan abadi ini ketika beliau memperingatkan umat demikian: “Tak ada seorang nabipun yang tidak diperolok. Maka akan terjadi bahwa orang-orang memperolok Masih Mau‟ud (Al-Masih yang dijanjikan). Allah Ta‟ala berfirman: „Sayang sekali hamba-hamba-Ku, tidak ada seorang rasul yang datang kepada mereka kecuali mereka memperoloknya‟. (QS. Yaa Sin:31) Maka itu merupakan satu tanda dari Tuhan bahwa setiap nabi diperolok-olok. Kini, siapa yang dapat memperolok-olok orang yang secara jasmani turun dari langit dengan disertai para Malaikat di tengah-tengah keramaian orangorang yang sedang menunggu?
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Sajian | utama Orang bijak, oleh sebab itu, dapat melihat bahwa turunnya Masih yang Dijanjikan secara jasmani dari langit adalah kepercayaan yang salah. Ingatlah! Tak seorangpun akan turun dari langit. Semua orang yang menentangku dan kini masih hidup akan mati dan tidak seorangpun dari antara mereka akan melihat Isa, Putra Maryam, turun dari langit. Kemudian anakanak mereka dan anak-anak dari anak mereka, juga akan mati, dan Ibnu Maryam masih tidak akan turun. Kemudian Tuhan akan memenuhi kalbu-kalbu (hati) mereka dengan ketakutan bahwa masamasa kemegahan salib telah berlalu namun Isa Ibnu Maryam tidak turun dari langit. Orang yang bijak kemudian akan jemu dengan kepercayaan ini. Dan sebelum tiga abad berlalu sejak hari ini, orangorang Muslim dan Kristen juga akan meninggalkan kepercayaan yang salah ini dengan muak dan putus asa. Hanya akan ada satu agama di dunia ini dan hanya satu pimpinan. Aku datang hanya untuk menaburkan benih. Benih ini telah ditanam dengan tanganku. Ia kini akan tumbuh dan menghasilkan buah dan tak ada kekuatan di bumi yang dapat menghalanginya.” (Tadzkiratusy Syahadatain, hal. 64-65) Setiap orang yang berpikiran adil dapat melihat dari perbandingan ini bahwa segi pandang Ahmadiyah itu berdasarkan pada sejarah agama-agama sedangkan falsafah para penentangnya adalah
“Ketika ketidak-sucian dan kerusakan menjalar ke dalam agama, maka kebangkitannya pun mengambil cara yang sama.” (Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh.)
khayalan dan bertentangan dengan sejarah kebangkitan agama. Kita kaji dari sejarah bahwa setiap orang yang diangkat Tuhan dihadapkan dengan badai perlawanan. Semua nabi datang dengan pesan kebenaran dan kehidupan abadi, tapi ditentang oleh orangorang yang lebih menyukai kepalsuan dari pada kebenaran, dan kematian ruhani dari pada kehidupan ruhani. Ini sungguh merupakan proses kelahiran agama-agama. Ketika ketidak-sucian dan kerusakan menjalar ke dalam agama, maka kebangkitannyapun mengambil cara yang sama. Para pembaharu yang diutus Tuhan juga mengalami penderitaan seperti yang para nabi derita. Bila saja Allah Ta‟ala memilih untuk membangkitkan kembali suatu kaum secara ruhani, itu terbagi menjadi dua golongan, orang-orang yang melihat (menerima) kebenaran dan orang-orang yang menentangnya. Dan tak ada kelompok yang pernah berubah dari sikap yang ditun-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
25
Sajian | utama jukkan. Kitab Suci Al-Quran menggambarkan hal ini berulangulang dengan cara yang paling bagus dan menarik. Kajian Al-Quran menunjukkan bahwa: Agama-agama lahir dan bangkit kembali melalui para pembaharu utusan Ilahi. Tak pernah ada para ulama yang pernah memperbaharui agama me lalui konperensi konperensi dan konsultasi. Para pembaharu yang diutus Ilahi itu tanpa kecuali ditolak oleh orang-orang dan diperlakukan deng an kejahilan dan penghinaan. Para pembaharu semacam itu selalu ditentang dengan kekerasan. Mereka dituduh merusak agama para leluhur mereka. Mereka dicap sebagai menyimpang dan dipersalahkan sebagai murtad. Keputusan yang diambil oleh para penentang menetapkan hukuman mati atau pembuangan ke negeri lain sebagai hukuman bagi yang murtad. Para pembaharu tak pernah melakukan kekerasan. Para pengikut mereka memperagakan kesabaran dalam derajat yang demikian tinggi hingga mereka lebih suka diasingkan atau dibunuh daripada berpa ling [dari keyakinannya]. Para pembaharu tidak memikat orang-orang dengan janji-janji akan kekuasaan dan kedudukan tinggi: mereka mengesampingkan ambisi duniawi. Mereka tidak mengiming -imingi orang-orang dengan harta kekayaan; mereka menanamkan jiwa pengorbanan. Orang kaya yang percaya [pada pembaharu itu] 26
menganggap bahwa itu merupakan kesempatan baik mereka untuk memberikan semua milik mereka dalam khidmat di jalan Tuhan; orang besar tidak menghiraukan perangkap kekuasaan. Itu kemudian bahwa karunia Ilahi memutuskan mereka layak untuk mengemban kekuasaan pada masanya. Ini merupakan proses kebangkitan agama dari bangsa-bangsa yang Al-Quran dan kitab-kitab suci lain ungkapkan. Semua nabi – dari Nabi Adam hingga Nabi Suci Muhammad saw.– melalui tahap-tahap ini. Mereka memberikan kehidupan baru kepada kaum-kaum mereka dengan membimbing kaum mereka melewati jalan penderitaan dan pengorbanan. Mereka mengajarkan cinta kasih. Mereka menanamkan kecintaan pada kerja keras, upaya gigih dan amalan tak henti-hentinya. Itulah ruh revolusioner yang menghembuskan kehidupan atas kaum-kaum yang mati. Hukum Ilahi yang selalu diperagakan dan tak berubah ini adalah bersesuaian dengan fitrah, kata hati dan kesadaran manusia. Adalah hukum ini yang Jemaat Ahmadiyah ketahui. Seperti yang dapat diketahui, konsep Jemaat Muslim Ahmadiyah tentang kebangkitan kembali agama bukan merupakan falsafah baru yang lahir dari pemikiran manusia. Konsep tu berasal dari proses sejarah yang terus menerus dan tidak berubah-ubah yang dikemukakan dengan cara yang paling
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
tepat dan benar sesuai Kitab Suci Al-Quran. Ia berdasarkan pada prinsip-prinsip dan kebenaran abadi itu yang merupakan dasar kebenaran setiap agama. Misalnya, Al-Quran menyatakan: “Tak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya, yang benar telah nyata dari yang salah; maka barang siapa yang menolak thaghut dan beriman kepada Allah, sungguh dia telah berpegang teguh pada pegang an yang tak kenal putus. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:257) “Sayang sekali hamba-hambaKu, tidak ada seorang rasul yang datang kepada mereka kecuali mereka memperoloknya.” (QS. Yaa Sin:31) “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka sendiri mengubah yang ada pada dirinya.” (QS. ArRa‟ad:12) Ketika Nabi Syu‟aib as. diancam oleh kaum beliau: “Kami akan mengusir engkau, hai Syu‟aib, dan orang-orang yang percaya kepadamu dari kota kami atau kalian harus kembali kepada agama kami.” Be liau hanya me njawab , “Walaupun kami tak menghendaki?” (QS. Al-A‟raf:89) Kaum Nuh as. juga mengancam beliau dengan batu jika beliau bertahan. “Mereka berkata, “Jika engkau tidak berhenti, hai Nuh, engkau pasti menjadi salah seorang yang dirajam.” (QS. Asy-Syu‟ara:117)
“Seperti yang dapat diketahui, konsep Jemaat Muslim Ahmadiyah tentang kebangkitan kembali agama bukan merupakan falsafah baru yang lahir dari pemikiran manusia. Konsep itu berasal dari proses sejarah yang terus menerus dan tidak berubah-ubah yang dikemukakan dengan cara yang paling tepat dan benar sesuai dengan Kitab Suci Al-Quran.”
(Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh.)
Ancaman ini tidak hanya ditujukan kepada beberapa nabi. AlQuran merangkum sikap orangorang kepada para nabi dengan kata-kata berikut ini: “Dan orang-orang yang tak beriman itu berkata kepada para rasul, „Kami pasti akan mengusir kalian dari negeri kami kecuali kalian kembali kepada agama kami‟.” (QS. Ibrahim:14) Nabi Ibrahin as. dihukum agar kembali kepada agama leluhur beliau dan berhenti menyuarakan kebenaran. Para pemimpin menzahirkan kemarahan mereka dengan menyatakan: “Mereka berkata, “Bakar dia dan tolonglah tuhan-tuhan kalian, jika kalian bermaksud berbuat sesuatu.” (QS. Al-Anbiya:69) Nabi Isa (Yesus Kristus) dipakukan pada kayu salib karena beliau tak setuju dengan para ulama Yahudi atas penafsiran Alkitab
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
27
Sajian | utama (Bible) walaupun beliau menyuarakan secara terbuka: “Janganlah kamu menyangka, bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu noktah atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Matius pasal 5, ayat 17, 18) Izinkan saya mengingatkan anda sekalian bahwa perbedaan utama antara Nabi Isa as. dan para ulama Yahudi adalah pada penafsiran ayat “Lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.” (Rajaraja, pasal 2, ayat 11). Para ulama itu menekankan pada makna harfiah dan lahiriah dari ayat itu. Mereka meyakini bahwa Elia (Ilyas) akan turun secara jasmani dari langit sebelum kedatangan AlMasih (kristus). Nabi Isa (Yesus Kristus), sebaliknya, menegaskan bahwa ini merupakan kiasan, berupa bahasa perlambang dan bukan lahiriah. Beliau menyatakan bahwa Nabi Yahya as. putra Nabi Zakaria as. adalah Elia (Ilyas) yang turun dari langit. Nabi Isa sepenuhnya mengetahui bahwa Nabi Yahya lahir di bumi dan tentu tidak turun dari langit. Dalam menjawab pertanyaan “Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?”, beliau menjawab: “Memang Elia akan datang dan 28
memulihkan segala sesuatu dan aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga anak manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu mengertilah muridmurid Yesus bahwa dia berbicara tentang Yahya Pembaptis. (Matius pasal 17, ayat 10-13) Terakhir dan di atas segalanya adalah penderitaan dari Nabi Suci Muhammad saw.. Dalam sabda beliau sendiri, “Tak ada nabi yang menderita sebanyak yang aku alami.” Oleh sebab itu, sejarah agamaagama mengajarkan kepada kita bahwa para nabi adalah selalu merupakan manusia biasa. Mereka tidak turun dari langit seperti para pahlawan dari cerita khayalan. Mereka selalu mengalami cobaan dan penderitaan. Para pengikut mereka meraih kejayaan bukan melalui kerja keras orang lain melainkan melalui keringat dan darah mereka sendiri. [][] *Muharim Awwaluddin Mubaligh Ahmadiyah Bertugas Di Gresik, Jawa Timur Sumber: Buku “Revival of Religion”, penerbit “Islam International Publication Ltd”, edisi ketiga tahun 1989.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Artikel Catatan dari Bedah Buku
“Marginalisasi dan Keberadaban Masyarakat" Oleh : Chalid Mahmud Ahmad * Badan Pelaksana Tasyakur 100 Tahun JAI bekerja sama dengan Dewan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif HidayatullahJakarta, bertepatan juga dengan Hari Kebangkitan Nasional, pada tanggal 20 Mei 2015 mengadakan acara diskusi dan bedah buku “Marginalisasi dan Keberadaban Masyarakat". Buku tersebut adalah desertasi doktoral Dr. Catur Wahyudi pada kampus yang sama. Kegiatan dilaksanakan di Theater Fakultas Ushuluddin, di lantai 4 mulai pukul 13.30 sampai 16.30, Berikut adalah laporan singkatnya. Red [][]
Dr. Catur Wahyudi, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), adalah seorang sosiolog. Ia meneliti Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) selama 5 tahun. Pada akhir 2014, ia berhasil mempertahankan desertasi dan lulus dengan predikat cum laude. Desertasi asli berjudul “Gerakan Civil Society Komunitas Islam Marjinal: Studi Kasus Jemaat Ahmadiyah Indonesia”. Pada acara tersebut, Dr. Catur Wahyudi bertindak sebagai Narasumber. Sebagai Pembanding adalah Drs. Mahmud
Mubarik, MM (Sekretaris Isyaat PB) dan Dr. Jufry Alkatiri, MA, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pakar ilmu komunikasi. Acara diawali dengan tilawat Al -Quran oleh Windi Hamdani, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Panitia, M. Sadad Mahmud, dan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Aqidah Filsafat, Agung Hidayat, serta Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Suryadinata. Dalam sambutannya, Wakil Dekan menyampaikan bahwa acara diskusi publik ini diberikan apresiasi yang luar biasa oleh banyak pihak, karena topik tersebut merupakan hal yang penting untuk dikaji saat ini, terutama dalam kalangan mahasiswa sebagai generasi muda dan masa depan bangsa. Dipimpin oleh Tanwirun Nadzir sebagai moderator, acara mulai masuk ke inti kajian. Catur Wahyudi mengungkapkan, buku ini berusaha mengungkapkan teori baru mengenai kemampuan bertahan (survive) dari sebuah gerakan civil society (dalam hal ini Ahmadiyah) yang lebih ditentukan oleh nilai dan budaya internal daripada tekanan-tekanan yang dilakukan oleh pihak eksternal (baca: Pe-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
29
Artikel merintah dan Ormas yang anti JAI). Catur menambahkan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) mampu menunjukkan bahwa kekuatan civil society JAI tetap terbangun melalui budaya dan nilainilai keberadaban (civility) yang diyakini dan diamalkan oleh para pengikutnya. Kendatipun mengalami tekanan-tekanan yang tiada henti, JAI sebagai organisasi terus bergerak dalam bidang kehidupan masyarakat lainnya tanpa menonjolkan atribut-atribut organisasi, misalnya gerakan untuk membantu pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan sosial-ekonomi. Selanjutnya diungkapkan sebuah fakta bahwa di Era Reformasi yang berlandaskan sistem demokrasi dimana seharusnya manusia mendapatkan banyak kemudahan, tetapi bagi JAI justru menjadi masa penekanan yang jauh lebih kuat dibanding masa sebelumnya. Akan tetapi dengan kemampuan survivalitas -JAI sebagai komunitas Islam marginal- ternyata JAI mampu mempertahankan keberadabannya sebagai civil society. Nilai internal yang dimaksud sedikitnya berupa 30 Petunjuk dan Tuntunan dari Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikutip dari buku "Kisyti Nuh" atau "Bahtera Nuh". Kemudian ditambahkan, Pengikut JAI disamping berupaya maksimal secara ikhtiari dalam menyampaikan visi dan misi yang diyakininya pada pihak ketiga (Mujadalah), tetapi JAI juga menyandarkan diri pada sesuatu hal yang bersifat Ila30
hiyah yaitu berupa upaya Mubahalah. Catur memaparkan bagaimana JAI mampu membangun kepercayaan (trust), jaringan (network), nilai-nilai yang dianut bersama (shared values), yang berguna untuk mewujudkan budaya keberadaban. Selain itu, juga dibahas dan dipaparkan materi buku bab demi bab secara singkat dan jelas. Dilanjutkan oleh pembanding, Drs. Mahmud Mubarik, MM yang mengungkapkan beberapa catatan atas buku tersebut. Pertama disampaikan adanya fakta yang tidak disinggung dalam buku, adalah kiprah Khalifatul Masih II, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, yang menyerukan kepada
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Artikel para Mubalighin dan anggota Jemaat Ahmadiyah di Eropa, Amerika, Asia (saat itu berjumlah 2 juta), agar mendoakan, berpuasa Senin-Kamis dan menulis artikel di media massa di negaranya masing-masing yang intinya mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini dikemukakan dalan Surat Kabar "Kedaulatan Rakyat" di Yogyakarta, terbit tanggal 10 Desember 1946. Seruan ini menjadi inspirasi bagi para tokoh awalun Jemaat Ahmadiyah Indonesia untuk bersama para tokoh dan rakyat Indonesia lainnya berjibaku mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Disampaikan juga dokumentasi foto beberapa tokoh Ahmadiyah (diantaranya M.Rahmat Ali HAOT, R. Muhyidin, Sayiid Shah Muhammad, Abdul Wahid, Entoy Muhamad Toyib) yang bersahabat erat dengan Bung Karno, Bung Hatta dan tokoh nasional lainnya. Dinyatakan juga bahwa WR Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya, adalah seorang Ahmadi. Selanjutnya, Pembanding menggaris bawahi internal values yang disinggung dalam buku, diantaranya adalah; Para Ahmadi tidak boleh takut akan kutuk laknat dunia karena semuanya akan terjadi sesuai kepada kehendak Allah Ta‟ala; Para Ahmadi tidak boleh menonjolkan diri sendiri, tidak mengadakan permusuhan dengan siapapun dan selalu mencintai perdamaian, sebagaimana motto yang diusung oleh Jemaat Ahmadiyah,
“Love for all, Hatred for none”. Di samping itu, ditegaskan bahwa JAI telah diakui oleh Negara sebagai Badan Hukum melalui Penetapan Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 tanggal 13 Maret 1953. Mahmud Mubarik melanjutkan, bahwa meskipun JAI mendapatkan banyak tekanan dan kekerasan massa, tetapi JAI tidak membalas dengan kekerasan melainkan melakukan upaya pembelaan dengan menempuh jalur hukum. Terakhir, disampaikan juga beberapa catatan kritis dalam buku tersebut diantaranya; Beberapa kesalahan ketik, Kesalahan penulisan nama (tertulis Cabang Kayu Manis, Jabar, seharusnya Manislor, Jabar), Koreksi informasi dalam buku bahwa tidak pernah terjadi mubahalah antara Khalifah IV Ahmadiyah dengan mantan mualim Ahmadiyah (Ahmad Hariyadi). Kemudian tentang fatwa yang seyogyanya diarahkan pada tindakan (action) seperti fatwa hukuman mati, korupsi. Fatwa tidak diarahkan pada pemikiran, pendapat, tafsir atau aqidah, karena semua itu berupa discourse atau wacana yang tidak boleh dibatasi. Pikiran atau pendapat yang berbeda seharusnya di-counter dengan pendapat lagi, bukan karena beda pendapat atau tafsir, lalu dinyatakan sesat. Narasumber ketiga, Dr. Jufry Alkatiri, MA membahas materi ini dari segi komunikasi. Beliau menyampaikan bahwa kenapa margin-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
31
Artikel alisasi sampai terjadi kepada JAI, adalah karena ada miskomunikasi antar umat Islam. Beliau menilai JAI masih terkesan tertutup (eksklusif), kemudian adanya berbagai macam stigma negatif di masyarakat. Informasi atau bukubuku tentang Ahmadiyah yang ditulis oleh kalangan Ahmadiyah, masih sangat sedikit dan sulit didapatkan, sangat berbeda dengan buku-buku yang beredar di masyarakat yang isinya menyudutkan Ahmadiyah. Akibatnya, masyarakat tidak mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya. Menurut Jufry, JAI memang mengadakan komunikasi dengan kalangan non-Muslim, tetapi masih sangat kurang dibangun dengan kalangan Muslim sendiri. Ditambahkan, komunikasi yang baik bisa dibangun oleh Jemaat dengan cara lebih terbuka dengan memanfaatkan komunikasi antarbudaya dan melalui sarana kiprah sosial yang dilakukan Humanity First. Selanjutnya, Jufry menyayangkan keberadaan Pemerintah yang seakan tak acuh terhadap permasalahan yang menimpa JAI. Pemerintah hanya menonton dan membiarkan warga negaranya yang teraniaya. Akhirnya, disarankan agar JAI mengubah strategi komunikasi dari eksklusif (tertutup) ke arah inklusif (terbuka) sehingga berbagai macam penafsiran tentang konsep teologi tentang Kenabian bisa lebih transparan, kemudian ditambahkan agar JAI lebih meningkatkan intensitas 32
“Menurut Jufry, JAI memang mengadakan komunikasi dengan kalangan non-Muslim, tetapi masih sangat kurang dibangun dengan kalangan Muslim sendiri. Ditambahkan, komunikasi yang baik bisa dibangun oleh Jemaat dengan cara lebih terbuka dengan memanfaatkan komunikasi antarbudaya dan melalui sarana kiprah sosial yang dilakukan Humanity First.” komunikasi secara lebih terbuka dengan semua kelompok dan tidak hanya pada kelompok tertentu saja. Setelah semua narasumber menyampaikan materi masing-masing, moderator membuka sesi tanyajawab bagi seluruh peserta yang hadir dalam acara tersebut. Tampak antusias yang sangat luar biasa dari para peserta, banyak yang mengangkat tangan sebagai tanda bahwa mereka sangat tertarik dengan materi pembahasan dalam acara tersebut. Dari 180 mahasiswa yang hadir, karena
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Artikel
Para Ahmadi photo bersama dengan para narasumber selepas acara selesai. [][]
keterbatasan waktu, tanya-jawab diberikan kepada beberapa peserta. Pertanyaan dijawab dengan baik oleh Narasumber. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah konsep "Kemenangan Islam" menurut Ahmadiyah, yang dijawab Narasumber -mengutip uraian buku-, bahwa kemenangan Islam itu memiliki 3 dimensi, yaitu "Menaklukan hati manusia, perbuatan dan amal yang memberi manfaat bagi manusia serta argumentasi (hujjah) yang logis dan dilandasi dalil yang sahih atau kuat". Sebagai apresiasi bagi peserta, Mahmud Mubarik memberikan buku sebagai hadiah kepada Wakil Dekan Fakultas Ushuludin, panitia dan peserta yang mengajukan pertanyaan. Acara yang berjalan lancar itu ditutup pada pukul 16.30. Kesan
yang diperoleh dari diskusi buku tersebut adalah, adanya kesan positif yang mengubah persepsi mahasiswa tentang eksistensi dan teologi Jemaat Ahmadiyah, sekaligus menutup rapat faham Islam radikali yang saat ini marak menimpa generasi muda. Dari kalangan JAI, hadir Mubaligh Jemaat Ahmadiyah Depok Mln. Farid Mahmud Ahmad, Amir Daerah Priangan Barat Entang Rasyid, 3 mahasiswa JamiahKemang, beberapa Khuddam Jemaat Depok, 4 Siswa ARH, 2 anggota Lajnah Jakarta Barat dan beberapa mahasiswa Ahmadi yang kuliah di UIN Syarif Hidayatullah -Jakarta. [][] Penulis adalah Mahasiswa Jamiah tinggal di Kemang, Bogor.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
33
Artikel
Srinagar, Kashmir Oleh: Aziz A. Chaudhary Penterjemah: Muharim Awwaluddin*
S
rinagar, tempat makam YUS ASSAF atau Yesus (Nabi Isa as.) berada, merupakan ibu kota Kashmir. Nama lengkapnya adalah Negara Bagian Jammu dan Kashmir yang berada di barat laut India, yang darinya kini menjadi satu bagian. Kashmir meliputi kira-kira 86.000 mil persegi dan sebagian besar terdiri atas pegunungan dan dataran tinggi Himalaya. Lembah Kashmir, yang melaluinya mengalir sungai Jehlam, merupakan lahan yang subur. Sebelah selatan Kashmir adalah India dan Pakistan ada di sebelah barat daya. Kashmir berbatasan dengan Afghanistan di sebelah barat laut, negeri China kawasan Sinkiang ada di sebelah utara dan Tibet di sebelah timur. Menelusuri sejarah Kashmir dari pertengahan abad kesembilanbelas, Inggris menguasai propinsi Punjab di India tahun 1845 sesudah mengalahkan kaum Sikh, yang telah merebut Punjab menyusul disintegrasinya (perpecahan) kerajaan Mughal. Raja Gulab Singh dari Jammu yang telah membantu Inggris menghadapi kaum Sikh, diberi imbalan oleh Inggris yang memberinya kawasan Kashmir se34
belah utara dengan pembayaran imbalan dua setengah juta rupee. Dengan demikian Gulab Singh menjadi Maharaja Negara Bagian Jammu dan Kashmir. Pemerintahannya dan para keturunannya sangat keras dan tirani khususnya kepada penduduk Muslim yang meliputi lebih dari 80%. Banyak hak asasi manusia yang dilanggar. Hal-hal itu tidak berubah hingga abad kedua puluh ketika sebagai hasil dari kebangkitan politik suasana mulai membaik. Selama berpuluh tahun tokoh politik yang dominan adalah Almarhum Syaikh Muhammad Abdullah, yang sangat dihormati oleh anak-anak negeri beliau. Tahun 1947, sebagai hasil dari kemerdekaan, Anak Benua India dibagi menjadi India dan Pakistan. Menurut aturan-aturan kemerdekaan umumnya disetujui bahwa negara-negara bagian India akan masuk India atau Pakistan bergantung pada keinginan kebanyakan penduduknya. Mayoritas rakyat Jammu dan Kashmir adalah Muslim yang telah banyak menderita di bawah pemerintahan Maharaja, dan kini ingin bergabung dengan Pakistan tapi Maharaja, seorang
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Artikel Hindu, bergabung dengan India dan tentara India menduduki Kashmir. Ada perang yang tak diumumkan antara dua negeri ini tahun 1948 dan sebagai hasilnya Kashmir terbagi. Sebagian Kashmir yang lebih kecil di bawah kekuasaan Pakistan dan dikenal sebagai Azad Kashmir (Kashmir Merdeka). Tahun 1965 ada satu perang lain yang tidak berkesudahan antara India dan Pakistan mengenai Kashmir. Selama bertahun-tahun masalah Kashmir telah dibahas di PBB tanpa hasil. Tahun 1952 pemerintahan Maharaja dihapuskan dan akhirnya India menjadikan Kashmir bagian yang integral dari kesatuannya. Masalah pencaplokan Kashmir telah benar-benar merenggangkan hubungan antara India dan Pakistan tepat sejak kemerdekaan. India telah menjadikan Kashmir sebagai bagian integral dan menyangkal bahwa masalah Kashmir itu kini ada. Bagaimanapun pada umumnya dinilai bahwa jika rakyat Kashmir diberikan kesempatan untuk menentukan pilihan yang bebas antara memilih India dan Pakistan, bahkan kini, mereka akan memilih bergabung dengan Pakistan. Sejak Januari 1990, gerakan bagi kemerdekaan Kashmir telah sangat aktif, terkenal dan hebat. Kashmir menjadi berita lagi. Ratusan aktifis telah dibunuh oleh polisi dan tentara India. India menggunakan cara-cara represif yang sangat kuat
Makam Yus Assaf di Srinagar, Kashmir (Sumber Photo: Istimewa)
untuk menekan gerakan baru yang populer itu. Pakistan menyokong hak rakyat Kashmir untuk mengatur dirinya sendiri. Sejauh ini masyarakat dunia tidak memberikan perhatian selayaknya kepada keadaan di Kashmir dan penganiayaan panjang dan penderitaan rakyat Kashmir. Bulan Agustus 1983, saya mengadakan perjalanan ke Kashmir dengan maksud melihat makam Yus Assaf atau Yesus (Nabi Isa as. ). Saya terbang dari New Dehli dengan pesawat Indian Airlines dan begitu pesawat terbang rendah di atas Lembah Kashmir, pemandangan lembah hijau yang subur dengan aliran-aliran berkelok dan sungai-sungai dan gunung-gunung sekitarnya, sungguh indah. Sesudah kedatangan saya ke Sri-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
35
Makam Yus Assaf di Srinagar, Kashmir (Sumber photo: http://www.mukti4u2.dk/images/rozabal_srinagar/ DSCN7241_500x385.jpg
nagar, pada kesempatan pertama saya mengunjungi makam Yus Assaf atau Yesus (Nabi Isa as.). Makam itu terletak di Distrik Khanyar yang merupakan bagian kota yang lebih tua. Bangunan makam adalah empat persegi panjang dan mempunyai jendela kayu melengkung dan dicat putih. Pintu masuk adalah dari sudut tenggara yang membawa ke dalam ruangan kecil. Begitu kita masuk ke sana mula-mula ada serambi di sekeliling ruang dalam di segala sisi. Serambi yang terpisah dari ruang dalam merupakan partisi dengan kayu terukir indah pada bagian selatan yang darinya ada jendela kecil yang terbuka menuju ruangan dalam. Di dekat jendela ini, pada tabir kayu terukir ukiran pada lembaran kayu dengan judul, Makam Yus Assaf dari Khanyar. Itu memberikan sejarah ringkasnya dengan kutipan Khawaja Muhammad Azam yang merupakan seorang ahli sejarah Kashmir yang masyhur. Secara ringkas itu menyatakan mengenai makam ini yang dikenal baik di kalangan rakyat setempat 36
bahwa di sana terbaring seorang nabi yang datang ke Kashmir pada masa lampau. Dikatakan bahwa lembaran asli riwayat makam ini hilang dan lembaran ini diberikan oleh Departemen Arkeologi, Pemerintah Kashmir. Di lantai ruang dalam, ada dua batu nisan, yang lebih besar, terletak di sebelah utara (ruangan terakhir dari pintu masuk) adalah makam Yesus (Nabi Isa as.) dan yang lebih kecil dekat pintu masuk adalah makam seorang wali Islam, Sayyid Nasiruddin dari abad kelima belas. Di sudut timur laut dekat batubatu nisan ada sebuah balok batu yang di atasnya terpahat dua jejak kaki yang menunjukkan bekasbekas luka. Dibuktikan bahwa ini adalah tanda-tanda penyaliban pada kaki Nabi Isa as. yang beberapa seniman pahatkan pada batu. Selama kunjungan saya ke makam itu, saya dipandu oleh seorang pemuda yang merupakan penjaga. Dia tampaknya tidak banyak mengetahui mengenai sejarah Yus Assaf dan saya tidak banyak bertanya kepadanya. Pada tembok luar makam dekat jalan ada papan kecil bertuliskan “Roza Bal” dan di bawahnya ada kata-kata “Makam Yus Assaf”. Batu nisan Nabi Isa as. (Yesus) yang ada di ruangan dalam adalah membujur Utara Selatan menurut kebiasaan Muslim. Tapi kuburan Yesus sesungguhnya yang ada di bawah tanah dinyatakan membujur
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Artikel ke arah Timur Barat sesuai dengan kebiasaan Yahudi – asalnya dulu ada tangga yang menuju ruang bawah tanah ini dari jalan. Tapi sejak dulu jalan ini ditutup dan kini tak ada jalan keluar. Saya mengambil foto-foto makam itu, beberapa orang yang berdekatan berkumpul di jalan. Ketika kami berbincang-bincang, saya bertanya kepada mereka siapakah Yus Assaf, yang terkubur di makam ini? Sebagian menjawab bahwa beliau adalah seorang nabi yang datang ke sini dari luar negeri sekitar dua ribu tahun yang lampau, bagaimana mereka dapat mengetahui siapa beliau itu? Saya ingin mengatakan bagi para pengunjung ke Srinagar berikutnya bahwa banyak sopir taksi yang tampaknya tidak mengetahui “Roza Bal” atau bahkan “Makam Yus Assaf”. Sebagian keliru “Roza Bal” dengan “Hadhrat Bal” yang adalah tempat ziarah yang sama sekali berbeda. Makam Yus Assaf terletak beberapa meter dari Khanyar Police Station. Makam itu juga dekat dengan sebuah tempat ziarah lain – Hadhrat Ghousul Azam Dastgir. Dari kedua tempat ini, stasiun polisi adalah lebih dekat. Ketika di Srinagar, saya mempunyai kesempatan berjumpa dengan Professor F. M. Hassnain, mantan Director of the Archives, mengunjungi perpustakaanperpustakaan dan monumenmonumen Kashmir. Beliau adalah orang yang berasal dari Kashmir
yang paling tertarik dengan bahasan Yus Assaf atau Nabi Isa di Kashmir ini. Beliau telah terlibat dalam banyak penelitian dan menerbitkan banyak makalah. Beliau telah melakukan jasa yang berharga bagi penyediaan informasi untuk orang-orang asing yang meminta dari beliau dan juga membantu para pengunjung. Walaupun kami tidak setuju dengan beberapa pandangan beliau mengenai masalah ini, kami sungguh menghargai upaya-upaya beliau. Professor Hassnain juga mempunyai minat dalam arkeologi dan beliau meminta saya untuk melihat tulisan-tulisan berikut ini di museum Sri Partap Srinagar. Beliau menghubungkannya dengan teori perpindahan bangsa Israel dan Nabi Isa ke Kashmir.
Lembah Lolab Saya mengunjungi museum itu dan melihat sebagian dari tulisantulisan itu. Saya tak dapat menarik suatu kesimpulan. Professor Hassnain tidak membahas masalah ini dengan rinci. Kepala museum tidak bersimpati dengan pandanganpandangan beliau. Saya menanyakan kepada Professor Hassnain jika ada kemungkinan penggalian arkeologi Makam Yus ssaf. Beliau menjawab bahwa tak ada kemungkinan selama kaum Muslimin ortodoks mengendalikan urusan-urusan. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
37
Artikel as.
yang mempunyai pandangan bahwa Nabi Isa as. tidak mati di palang salib dan menemukan kuburan beliau di Srinagar, telah mengungkapkan keyakinan kuat bahwa jika penggalian arkeologi atas makam itu dilakukan, ada kemungkinan kuat bahwa beberapa lempengan atau benda-benda berguna lainnya mungkin ditemukan yang memberikan penerangan lebih lanjut tentang orang yang dimakamkan di sana. Kaum Muslimin ortodoks dan konservatif yang menganggap makam ini suci mungkin tidak akan setuju dengan penelitian arkeologi, kecuali jika ada dorongan dari masyarakat internasional dengan kerja sama Pemerintah Negara Bagian Kashmir dan India. Saya juga mengetahui dari Professor Hassnain bahwa Sejarah Kashmir tulisan Mulla Nadiri dinilai sebagai buku sejarah penting dan yang mengungkapkan penerangan penting atas kehidupan Yus Assaf, tidak tersedia di perpustakaan Kashmir. Naskah itu dipunyai oleh satu keluarga di Kashmir yang beralih ke Pakistan pada masa kemerdekaan. Beliau agaknya tidak berhubungan dengan keluarga itu. Rujukan penting dari buku sejarah mengenai Yus Assaf ini telah dikutip terdahulu. Itu berdasarkan pada foto kopi halaman naskah berisi rujukan ini, yang tersedia. Dengan demikian rujukan yang diberikan, benar-benar otentik. Professor Hassnain juga men38
ceritakan kepada saya bahwa tahun 1976 (atau 1977) beliau berkesempatan mewawancarai Dalai Lama di Leh, Ladakh di mana beliau (Dalai Lama) telah datang menghadiri upacara agama Buddha yang disebut Kalachakom. Leh adalah ibu kota Ladakh yang berada di sebelah timur Negara Bagian Jammu dan Kashmir. Dalam menjawab sebuah pertanyaan Dalai Lama mengatakan, “Saya yakin telah melihat dokumen-dokumen mengenai Yesus dalam arsip-arsip saya di Lhasa. Tapi jika berita ini diberikan kepada Barat, mereka mungkin menentang saya.” Kami telah membahas dalam pasal mengenai Makam Nabi Isa as. , bahwa pada kuil kuno yang disebut Takht-i-Sulaiman di Srinagar ada empat prasasti berbahasa Persia dan dua dari padanya kini hancur telah tercatat dalam sejarah sebagai berikut: 1. Pada masa-masa ini Yus Assaf mendakwakan kenabian beliau tahun lima puluh dan empat. 2. Beliau adalah Yusu (Yesus atau Isa). Nabi Bani Israil. Saya mengunjungi kuil ini yang berada di puncak sebuah bukit, Bukit Sulaiman yang terletak di sebelah timur Kashmir. Kaum Hindu menyebut kuil ini dengan nama Shankaracharia. Ada pemandangan kota yang mengesankan dari kuil itu. Ketika di sana, orang harus menaiki anak-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
anak tangga yang menempel di sisi tembok, semuanya terbuat dari batu untuk mencapai bagian dalam kuil. Itu merupakan ruang bundar yang kecil, atapnya ditopang dengan empat pilar kecil. Ada seorang pendeta Hindu di bagian dalam yang sedang dikunjungi para peziarah Hindu yang taat. Seperti dinyatakan sebelumnya, menurut para ahli arsitek dari kuil ini berbangsa Semit. Ketika saya mencari-cari prasasti-prasasti berbahasa Persia yang masyhur itu, saya terkejut, sebab saya tak dapat menemukan jejaknya. Saya bertanya kepada Professor Hassnain mengenainya. Beliau mengatakan kepada saya bahwa pada masa kekuasaan Maharaja sebelum kemerdekaan, prasasti-prasasti ini disemen. Ini dapat dipahami, bahwa pada masa meningkatnya rasa kebangsaan dan keagamaan bangkit kaum Hindu tidak dapat membiarkan prasasti-prasasti Persia (yang
Kashmir (Sumber photo: www.telegraph.co.uk/travel/ destinations/asia/india/9666253/Kashmir-an-open-door-tocareful-travellers.html)
berhubungan dengan kaum Muslimin) dalam sebuah kuil yang dimiliki mereka. Tak ada keraguan mengenai keberadaan prasastiprasasti bersejarah ini sebagaimana telah kita bahas dalam pasal 9. Major H. H. Cole telah menerbitkan reproduksi fotografi dua buah dari prasasti ini dalam tulisannya “Illustration of Ancient Buildings in Kashmir”. (Bersambung) [][] *Muharim Awwaluddin Mubaligh Ahmadiyah Bertugas Di Gresik, Jawa Timur Sumber: Buku “Jesus Among The Lost Sheep” penerbit Islam International Publication Ltd, 1992, hal. 121-131.
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
39
Karya: Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani as. Penterjemah: Tim Penterjemah Dewan Naskah JAI Ringkasnya, aku sudah banyak mengamati bahwa kedua agama ini bertolak belakang dengan kebenaran. Dalam risalah ini, aku tidak dapat menuangkan seluruh hambatan dan keputusasaan pada agama-agama ini dalam menempuh jalan untuk sampai kepada Allah Taala. Sekedar sebuah ringkasan, aku tuliskan bahwa Tuhan yang dicari oleh ruh-ruh suci, dan yang dengan mencapai-Nya manusia dapat meraih najat hakiki di dalam kehidupan ini dan baginya pintu-pintu nur Ilahiah dapat terbuka, serta dengan perantaraannya makrifat-Nya yang kamil dapat melahirkan kecintaan sempurna, tidak dapat dicapai oleh kedua agama ini. Keduanya tidak dapat membimbing kepada Tuhan itu, 40
Bagian 9
bahkan menjerumuskan para pengikutnya ke dalam jurang kebinasaan. Agama-agama lain seperti halnya kedua agama tersebut Kristen dan Arya] dijumpai juga di dunia ini, dan agama-agama tersebut pun tidak dapat mengantarkan pemeluknya kepada Tuhan yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bahkan membiarkan pemeluknya dalam kegelapan. Kedua agama inilah yang aku teliti dengan menghabiskan sebagian besar umurku, dan yang aku dalami dasar-dasarnya dengan (Hal. 64) penuh amanah dan tadabur, namun aku mendapati keduanya sedemikian jauh dari kebenaran dan tercampakkan. Adapun, agama yang diberkati ini, yang namanya Islam, adalah meru-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Haqiqatul Wahyi pakan sebuah agama sejati yang dapat mengantarkan pengikutnya kepada Allah Ta‟ala. Inilah satusatunya agama yang dapat menyempurnakan tuntutan-tuntutan fitrat insani yang luhur. Jelas, bahwasanya manusia memiliki fitrat sedemikian rupa dalam mendambakan kesempurnaan pada segala hal. Manusia diciptakan untuk menjadi penyembah Tuhan selamalamanya. Di dalam mengenal Tuhan terdapat keselamatan Karena itu manusia tidak akan merasa puas jika hanya mengenal-Nya dari beberapa kisah omong kosong semata sedangkan manusia tidak mau buta dalam mengenal Tuhan melainkan ia ingin memahami sifat kamilah Ilahi sepenuhnya yang seakan-akan ia telah melihat-Nya dengan jelas. Karena itu, hasrat ini tidak akan terpenuhi kecuali dengan perantaraan agama Islam. Meskipun pada sebagian orang terdapat hasrat (untuk mengenal Tuhan ini) tersembunyi di balik jiwa mereka; mereka yang menghendaki kelezatan-kelezatan dunia dan mencintai dunia, mereka tidak akan menghiraukan Allah sedikit pun karena keadaan mereka yang sangat terhalang, dan mereka tidak mengharapkan untuk sampai kepada-Nya karena mereka tunduk kepada berhala dunia. Akan tetapi tidak diragukan lagi bahwa orang yang terbebas dari berhala dunia dan mengharapkan kenikmatan yang abadi dan sejati, ia tidak akan mungkin puas dengan agama yang berdasarkan pada kisah-kisah belaka
serta tidak dapat memberikan ketentraman sama sekali. Orang seperti itu akan memperoleh ketentraman hanya melalui agama Islam. Tuhan agama Islam tidak menutup pintu-pintu pancaran karunia-Nya kepada siapa pun, malah Dia meny eru dengan kedua tangan yang terbuka: “Datanglah kepada-Ku”. Mereka yang berlari dengan penuh semangat kepada-Nya, bagi mereka pintu itu akan dibukakan. Aku telah menerima bagian yang sempurna dari nikmat yang dikaruniakan kepada para nabi, para rasul dan orang-orang pilihan sebelumku, dengan karunia-Nya semata dan bukan karena kelayakanku. Nikmat ini tidak mungkin aku dapatkan jika aku tidak mengikuti sunnah-sunnah sang pemimpin, junjunganku, kebanggaan para nabi serta makhluk terbaik yaitu Hadhrat Muhammad Mustafa saw.. Oleh karena itu, segala apa yang aku peroleh, aku dapatkan hanya sebagai buah dari mengikuti sunah dan teladan Muhammad Saw. Aku mengetahui dengan ilmuku yang benar dan sempurna bahwasanya tidaklah mungkin bagi seseorang (Hal. 65) untuk dapat sampai kepada Allah dan dapat menemukan bagian makrifat yang sempurna tanpa mengikuti Rasulullah saw.. Di sini aku akan hendak memberitahukan, apakah yang pertama kali lahir di dalam kalbu sebagai buah dari mengikuti Rasulullah Saw dengan benar dan menyeluruh? Itulah yang disebut Qalb e salīm (hati yang berserah diri). Yaitu kalbu
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
41
Haqiqatul Wahyi yang telah keluar dari kecintaan terhadap dunia, dan kalbu itu akan menjadi pencari kenikmatan yang abadi dan tak pernah surut. Disebabkan oleh kalbu yang berserah diri ini, akan diraih sebuah kecintaan Ilahi yang jernih serta sempurna, dan semua kenikmatan ini didapati sebagai warisan dari mengikuti Nabi Saw, sebagaimana Allah „Azza wa Jalla sendiri berfirman: َ ُق ْل إ ْن ُك ْن ُت ْم ُتح ُّب ْو َن ُ هللا َف َّاتب ُع ْون ْي ُي ْحب ْب ُك ُم ُهللا ِ ِ ِ ِ ِ Artinya, “Katakanlah kepada mereka, jika kamu mencintai Tuhan, ikutilah aku, sehingga Tuhan juga mencintaimu.” Adapun pengakuan kecintaan secara sepihak adalah benar-benar sebuah kebohongan dan omong kosong belaka. Ketika manusia mencintai Allah dengan tulus serta ikhlas, Allah pun akan mencintainya, lalu qabuliyyat (penerimaan manusia) pun dihamparkan di bumi; kecintaan sejati kepadanya akan dimasukkan kedalam hati ribuan manusia; daya tarik akan dianugerahkan kepadanya serta sebuah nur akan dianugerahkan kepadanya dan senantiasa akan mengiringinya. Manakala manusia mencintai Allah dengan ketulusan hati dan mengutamakan-Nya atas segala urusan dunia, serta dihatinya tidak lagi tersisa kebesaran dan kehormatan wujud selain Allah 42
(ghairullah), bahkan menganggap semuanya itu lebih hina dari ulat yang mati, maka Tuhan yang melihat hatinya itu akan turun kepadanya dengan manifestasi agung. Sebagaimana di dalam cermin yang bening jika di posisikan dihadapan matahari, akan merefleksikan matahari itu secara sempurna, secara perumpamaan dan isti‟arah dapat dikatakan bahwa matahari yang dilangit itu, itu jugalah yang ada didalam cermin. Demikian pula halnya Tuhan turun pada hati yang seperti itu, dan menjadikan hati tersebut sebagai arasy-Nya. Untuk tujuan itulah manusia diciptakan. Dalam kitab-kitab terdahulu, para sadik yang sempurna dijuluki sebagai “anak-anak Allah”, akan tetapi maksudnya bukanlah bahwa mereka itu anak-anak Allah yang sebenarnya; karena, itu merupakan suatu kekafiran, dan Allah itu suci dari anak-anak laki-laki maupun perempuan. Yang dimaksudkan adalah bahwa Allah Ta‟ala telah turun di dalam cermin bersih para sadik yang sempurna ini, dalam corak refleksi (pantulan). Bayangan seorang manusia yang tampil pada cermin, secara isti‟arah seakan-akan adalah anaknya, karena sebagaimana halnya anak berasal dari bapak, demikian pula bayangan muncul dari benda aslinya. Karena itu di dalam hati yang sangat bersih dan sedikitpun kotoran tidak bersisa seperti itu, akan terjadi refleksi atas penam-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Haqiqatul Wahyi pakan kebesaran Ilahiah. Secara istiarah, tampilan itu seolah-olah menjadi anak dari wujud aslinya. Berdasarkan hal tersebut, Nabi Yakub as. disebut „Anak-Ku‟ di dalam kitab Taurat, bahkan „Anak sulung-Ku‟. Begitu juga Isa bin Maryam yang di dalam kitab Injil disebut sebagai “anak”. Akan tetapi sekiranya orang-orang Kristen berpendirian bahwa sebagaimana halnya di dalam Kitab-kitab Ilahi nabi –nabi Ibrahim, Ishaq, Ismail, Yakub, Yusuf, Musa, Daud, Sulaiman dan lain-lain disebut sebagai „Anak Tuhan‟ secara kiasan, demikian pula lah halnya Hadhrat Isa as, maka atas hal tersebut tentu tidak ada keberatan. Karena memang para nabi tersebut, dalam kitab nabi-nabi sebelumnya dipanggil dengan sebutan anak secara kiasan. Nabi kita Muhammad saw. dalam beberapa nubuatan dipanggil dengan kata “Tuhan”. Pada kenyataannya para nabi itu bukanlah anak Tuhan, dan Rasulullah saw. itu bukan pula Tuhan. Melainkan semua itu merupakan ungkapanungkapan untuk menzahirkan kecintaan. Kata-kata seperti itu banyak sekali dijumpai dalam kalam Allah. Manakala insan telah fana dalam kecintaan kepada Allah Ta‟ala, dan tidak ada yang tersisa dari wujudnya, dalam keadaan seperti itulah kata-kata tersebut digunakan. Karena dalam kondisi itu tidak ada penghalang antara wujud mereka dengan Allah Ta‟ala, sebagaimana Allah Ta‟ala berfirman:
“Katakanlah kepada orang-orang ini: „Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni semua dosa.” (QS. Al-Zumar, 39:54). Sekarang, lihatlah bahwa disini dikatakan: ), يا عباديwahai hambahambaku) sebagai ganti dari يا عباد ,(هللاWahai hamba-hamba Allah) meskipun kenyataannya manusia itu adalah hamba-hamba Allah dan bukan hamba-hamba Nabi suci Saw. Camkanlah, bahwa kata itu dipakai secara kiasan. Demikian juga Allah Ta‟ala berfirman di dalam Al-Qur‟an: “Orang-orang yang berbaiat kepadamu, sesungguhnya telah berbaiat kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka….” (QS. AlFath, 48:11). Dalam ayat ini, tangan Nabi Saw disebut sebagai tangan Allah, padahal jelas bahwa tangan itu bukanlah tangan Allah. Demikian juga Allah Ta‟ala berfirman dalam ayat yang lain: “Maka ingatlah Allah, sebagaimana kamu mengingat bapakbapakmu, atau (bahkan) mengingatNya lebih banyak lagi ….” (QS AlBaqarah, 02:201). (Bersambung) [][]
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
43
MUKJIZAT AKHLAK RASULULLAH MUHAMMAD saw. “Di dalam keramat akhlak (kemuliaan dan kehebatan akhlak) terdapat pengaruh besar. Kalangan filsuf tidak mendapat kepuasan dan ketenangan dari [ilmu-ilmu] makrifat dan hakikat, namun akhlak -akhlak agung menimbulkan pengaruh yang besar dan mendalam pada diri mereka. Salah satu mukjizat akhlaki Rasulullah saw. adalah, suatu kali beliau tengah tertidur di bawah sebuah pohon [sepulangnya dari suatu peperangan]. Beliau terbangun mendengar suatu keributan. Ternyata seorang badui (Arab gurun) sambil menggenggam pedang mendekati beliau, lalu menggertak,
“Hai Muhammad! Katakanlah, siapakah yang akan dapat menye-
Malfuzat adalah kompilasi dari sabda-sabda Imam Mahdi dan Al Masih Yang Dijanjikan, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. dari tahun 1891 sampai 1908. Sabda-sabda itu dikumpulkan oleh tiga orang Ahmadi, yaitu Maulana Abdul Karim, Mufti Muhammad Shadiq dan Syekh Yaqub Ali Irfani. Mereka mengumpulkan sabda-sabda itu, baik bersumber dari diri mereka sendiri atau pun dari para Ahmadi lainnya yang pernah bergaul dengan Hadhrat Imam Mahdi as. Pada tahun 1940 hingga 1947, Maulana Jalaluddin Syam melakukan penjilidan terhadap sabda-sabda tersebut. Hasilnya terkumpullah sebanyak 10 jilid buku. Di masa kekhalifahan Khalifah ke IV, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. Malfuzat dijilid ulang dan dirampingkan menjadi 5 jilid. Kutipan-kutipan Malfuzat yang diterbitkan SINAR ISLAM adalah Malfuzat yang telah dijilid menjadi 5 jilid. 44
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Malfuzat lamatkan engkau dari tanganku saat ini?!” Dengan sangat tenang dan tentram beliau bersabda, “Allah!” Ucapan beliau itu tidak sama seperti ucapan manusia biasa lainnya. “Allah” yang merupakan sebuah nama Zat Allah Ta‟ala -- dan menghimpun segenap Sifat yang sempurna -- keluar dari mulut Rasulullah saw., yang mengalir dari kalbu justru masuk menancap ke dalam kalbu [orang itu]. Dikatakan, itulah Isim A'zam (Nama Teragung) dan di dalamnya terdapat berkat-berkat yang besar. Akan tetapi seseorang yang tidak ingat akan Allah Ta‟ala, bagaimana mungkin ia akan mengambil manfaat dari [Isim „Azham] itu. Ringkasnya, demikianlah kata "Allah" telah keluar dari mulut beliau saw. sehingga menimbulkan dampak yang besar pada diri orang itu dan tangannya pun gemetar, sehingga pedang terjatuh. Pedang itu juga yang diambil Rasulullah saw., lalu beliau saw. bersabda kepadanya, “Sekarang katakanlah, siapa yang akan dapat menyelamatkan engkau dari tanganku?” Nama siapa pula yang dapat disebut oleh orang badui yang sudah gemetaran, Akhirnya Rasulullah saw. memperlihatkan akhlak fadhilah beliau dan bersabda, “Pergilah, engkau dibebaskan”, Dan beliau berabda lagi, “Pelajarilah akhlak dan keberanian dariku.” Mukjizat akhlaki tersebut telah memberikan dampak (pengaruh) sedemikian rupa pada
orang itu, sehingga akhirnya masuk Islam.”
ia
(Malfuzat, jld. I, hlm. 101).
PENTINGNYA PENINGKATAN AKHLAK “Jadi, sangat patut bagi Jemaatku agar mereka meningkatan akhlak, sebab terdapat ungkapan masyhur bahwa istiqamah (keteguhan) itu lebih hebat daripada karamah (keramat). Mereka hendaknya ingat, jika ada orang yang berbuat kasar kepada mereka, sedapat mungkin berilah jawaban dengan lembut dan baik. Jangan sampai berbuat kasar dan kejam sebagai balasan. Di dalam diri manusia juga terdapat nafs (keadaan jiwa) dan nafs (jiwa) ini terdiri dari tiga macam: nafs ammarah, nafs lawwamah, dan nafs muthmainnah. Dalam kondisi nafs ammarah, manusia tidak dapat mengendalikan dorongandorongan nafsu dan gejolak-gejolak yang tidak menentu, serta melampaui perkiraan dan jatuh dari kondisi akhlak. Namun dalam kondisi nafs lawwamah (jiwa yang mencela diri sendiri), manusia mulai dapat mengendalikannya. Aku teringat sebuah hikayat yang ditulis oleh Sa‟adi di dalam [kitab] Bustan. Yakni ada seorang tua digigit anjing. Dia pulang ke rumah, maka orang-orang di rumah pun melihatnya ia telah digigit anjing. Di rumah itu ada seorang anak perempuan kecil,
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
45
Malfuzat anak itu berkata kepadanya, “Kenapa Tuan tidak membalas mengigitnya?” Orang tua itu menjawab, “Anakku, manusia itu tidak seperti anjing.” Demikianlah juga hendaknya manusia, tatkala ada orang bejad melontarkan cari makian, mutalak bagi orang-orang mukmin untuk tidak menanggapinya [dengan caci -maki pula]. Jika tidak, maka akan sama saja seperti contoh anjing tadi. Orang-orang yang dekat dengan Allah bacanyak dicaci-maki. Mereka digangggu dengan caracara yang sangat buruk. Namun kepada mereka telah difirmankan, “‟Arid „anil-jāhilīn – berpaling dari orang-orang yang jahil (bodoh)” – Al-A‟raf, 200). Insan kamil (manusia sempurna) sendiri, Nabi kita saw., juga telah dibuat banyak menderita dengan cara-cara yang sangat buruk. Kepada beliau dilontarkan cacimakian, kata-kata kotor, dan kebejadan. Namun apa yang dilakukan oleh wujud yang merupakan himpunan akhlak mulia itu? Beliau mendoakan mereka. Dan dikarenakan Allah Ta‟ala telah berjanji – bahwa jika beliau mengabaikan orang-orang jahil (bodoh) itu maka Allah Ta‟ala akan memelihara dan menyelamatkan kehormatan serta nyawa beliau, dan orang-orang jahil itu tidak dapat menyerang beliau -- ternyata demikianlah yang terjadi. Yakni, para penentang Rasulullah saw. tidak mampu mencorengcoreng kehormatan beliau. Justru 46
mereka sendiri yang terhina dan roboh di kaki beliau, atau telah binasa di hadapan beliau. Ringkasnya, inilah sifat nafs lawwamah, yakni dalam kondisi tidak menentu manusia masih dapat melakukan ishlah (perbaikan). Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jika ada orang jahil (bodoh) atau orang bejad yang melontarkan caci-makian, atau mereka melakukan keburukan, semakin banyak kalian mengabaikannya maka kehormatan kalian semakin terpelihara. Dan semakin banyak kalian menanggapi serta melawannya maka kalian akan binasa serta terhina. Dalam kondisi nafs muthmainnah (jiwa yang tentram), yang menjadi sifat manusia adalah kebaikankebaikan. Dia sepenuhnya memutuskan diri dari dunia dan dari apa saja selain Allah. Dia berjalan di dunia ini dan berjumpa dengan orang-orang dunia, namun pada hakikatnya dia tidak di dunia ini, dia berada di suatu dunia lain. Langit dan bumi di dunia itu juga lain”. (Malfuzat, jld. I, hlm. 102-103).
JANJI ALLAH TA’ALA TERHADAP JEMAAT SEJATI “Allah Ta‟ala berfirman di dalam Al-Quran: “Dan menjadikan orang-orang yang mengikuti engkau di atas orangorang yang kafir hingga hari Kiamat” (QS. Āli „Imran, 56).
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Malfuzat Janji yang menentramkan ini diberikan kepada Ibnu Maryam yang dahulu lahir di Nazaret. Namun aku berikan kabar suka kepada kalian, bahwa kepada Ibnu Maryam yang datang membawa nama Yesus Al-Masih (Al-Masih Mau‟ud – pent.) Allah Ta‟ala telah memberikan kabar suka dalam kata -kata seperti itu. Sekarang, pikirkanlah oleh kalian, orang-orang yang menjalin hubungan denganku dan ingin termasuk di dalam janji kabar agung itu, apakah bisa terdiri dari orangorang yang tenggelam di jenjang nafs ammarah serta melakukan keburukan-keburukan dan kedurhakaan? Tidak, sama sekali tidak bisa. Orang-orang yang secara benar menghargai janji ini, dan yang tidak menganggap kata-kataku sebagai cerita dongeng, ingatlah dan dengarlah dari lubuk kalbu (hati). Aku sekali lagi mengatakan kepada orang-orang yang menjalin hubungan denganku, hubungan itu bukanlah hubungan biasa melainkan suatu hubungan yang sangat hebat. Hubungan demikian itu tidak hanya berpengaruh sampai pada diriku sendiri saja, melainkan mencapai Wujud Yang telah mengantarkanku sampai kepada Insan kamil suci [saw.] yang telah datang ke dunia membawa ruh shadaqat dan kebenaran. Aku katakan, jika pengaruh halhal ini hanya sampai pada diriku saja, maka sedikit pun aku tidak
risau dan tidak pula aku mempedulikannya. Namun tidak hanya sampai di situ saja, pengaruhnya sampai kepada Nabi Karim saw. dan Dzat Suci Allah Ta‟ala. Jadi, dalam bentuk dan kondisi demikian, kalian perhatikan dan dengarlah. Jika kalian ingin ikut ambil bagian dalam kabar suka ini, dan kalian mendambakan untuk menjadi penggenapnya, serta di dalam diri kalian terdapat rasa haus sejati terhadap keberhasilan besar itu – yakni bahwa kalian akan tetap unggul di atas orang-orang yang ingkar sampai hari Kiamat – maka cukup aku katakan, bahwa keberhasilan ini tidak akan diperoleh selama kalian belum melewati derajat nafs lawwamah (jiwa yang mencela diri sendiri) lalu mencapai menara nafs muthmainnah (jiwa yang tentram). Aku tidak mengatakan apa pun lebih dari ini, bahwa kalian memiliki hubungan degan seseorang yang merupakan utusan (rasul) dari Allah. Oleh karena itu dengarlah kata-katanya dengan telinga kalbu (hati) kalian, dan benar-benar siaplah untuk mengamalkannya, supaya jangan sampai kalian termasuk di antara orangorang yang setelah melakukan ikrar ternyata jatuh ke dalam najis keingkaran lalu membeli azab yang abadi.” (Malfuzat, jlid I, hlm.103-105).
SOLIDARITAS DAN RASA SEPENDERITAAN DALAM JEMAAT
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
47
Malfuzat “Hal yang sebenarnya adalah, bahwa hubungan sahabat-sahabatku denganku adalah bagaikan anggota tubuh. Dan hal ini kita alami dalam kehidupan sehari-hari, yakni anggota tubuh yang sekecilkecilnya sekali pun jika sakit – misalnya jari tangan -- maka seluruh anggota tubuh menjadi tidak enak dan gelisah. Allah Ta‟ala benarbenar mengetahui, persis seperti itu bahwa setiap waktu dan setiap saat aku selalu berpikir dan merenung, bagaimana supaya sahabatsahabatku dapat hidup dengan segala macam ketenangan dan ketenteraman. Solidaritas dan rasa sependeritaan ini tidak dibuat-buat, melainkan sebagaimana seorang ibu senantiasa memikirkan bagaimana supaya setiap anaknya mendapat ketenangan dan ketenteraman, seperti itulah aku, semata-mata demi Allah, memiliki gejolak solidaritas dan sependeritaan terhadap sahabat -sahabatku. Dan solidaritas ini sudah begitu melekat, sehingga ketika aku menerima surat dari salah seorang sahabat-sahabatku, mengabarkan bahwa ia mengalami suatu penderitaan atau jatuh sakit, maka langsung saja hatiku merasa riasau dan resah, dan timbul suatu kesedihan. Semakin banyak sahabat yang demikian, semakin dalam pula kesedihan yang timbul, dan tidak ada atau waktu kosong dimana aku tidak merasa resah dan sedih. Sebab dari antara sekian banyak sahabat, tentu ada saja yang sedang men48
galami kedukaan dan penderitaan, dan dengan mengetahui kabar mereka maka di kalbuku timbul kesedihan serta kerisauan. Aku tidak dapat ungkapkan, berapa banyak waktu yang aku lalui dengan kedukaan-kedukaan, karena kecuali Allah Ta‟ala tidak ada satu wujud lain yang dapat membebaskan kita dari kedukaan dan kerisauan semacam itu, oleh karenanya aku senantiasa memanjatkan doa. Dan doa yang paling diutamakan adalah supaya Allah memelihara sahabat-sahabatku dari kesedihan dan kedukaan-kedukaan, sebab karena kedukaan serta merisaukan merekalah aku menjadi sedih. Kemudian doa ini aku panjatkan secara umum, yakni jika ada yang mengalami suatu kedukaan dan penderitaan, semoga Allah Taala membebaskannya dari itu. Inilah segenap upaya dan gejolak dalam diriku yaitu aku berdoa kepada Allah Taala. Banyak harapan -harapan besar dalam keterkabulan doa.” (Malfuzat, jld I, hln.105-106).
ASAS PENGABULAN DOA Inilah segenap upaya dan gejolak dalam diriku yaitu aku berdoa kepada Allah Taala. Banyak harapan -harapan besar dalam keterkabulan doa.” Bahkan ada janji yang jelas dari Tuhan-ku kepadaku, yaitu "Ujību kulla du'a-ika – Aku akan mengabulkan seluruh doa engkau.” Akan tetapi aku benar-benar
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Malfuzat mengerti, bahwa yang dimaksud dengan kul (seluruh) adalah hal-hal yang dengan tidak mendengarnya (tidak mengabulkannya) akan menimbulkan kemudaratan. Akan tetapi jika Allah Ta'ala menginginkan tarbiyat dan ishlah (perbaikan) maka penolakan itu sendiri merupakan pengabulan doa. Kadang-kadang manusia tidak berhasil dalam suatu doa dan dia beranggapan bahwa Allah Ta'ala menolak doanya. Padahal Allah Ta'ala mendengar doanya, dan pengabulan tersebut adalah dalam bentuk penolakan itu sendiri. Sebab baginya -- baik secara terselubung maupun hakikat – manfaat dan kebaikan terdapat dalam penolakan itu sendiri. Dikarenakan manusia berpandangan sempit dan tidak berpikiran (berwawasan) luas – dan hanya percaya pada hal-hal yang zahir -karena itu tepat baginya, agar ketika dia berdoa kepada Allah Ta‟ala – dan pada kenyataannya tidak memberikan hasil yang bermanfaat kepadanya – maka hendaknya ia jangan berprasngka buruk terhadap Allah Ta‟ala bahwa, “Dia tidak mendengarkan doaku”. Dia mendengar doa setiap orang, “Ud‟ūni astajib lakum (berdoalah kepada-Ku, Aku kabulkan bagi kamu). Rahasia dan hikmahnya adalah bahwa manfaat dan kebaikan bagi orang yang berdoa itu terletak dalam penolakan doa itu sendiri. Inilah asas dari doa. Dalam mengabulkan doa Allah Ta‟ala tidak mengikuti kehendak dan pikiran kita.
Lihatlah, betapa sayangnya seorang ibu terhadap anak-anaknya, dan sang ibu berkeinginan supaya jangan sampai mereka mendapat kesusahan apapun. Akan tetapi jika anak-anak merengek-rengek meminta hal-hal yang tidak bermanfaat dan menangis meminta pisau tajam atau bara api yang menyala-nyala, maka dalam keadaan adanya kecintaan yang halal serta kasih-sayang yang sejati, apakah seorang ibu akan pernah dapat membiarkan supaya anaknya mengambil bara api lalu membakar tangannya? Atau menghunjamkan tangannya pada mata pisau yang tajam lalu memotong tangannya? Sama-sekali tidak. Dari dasar inilah dapat dipahami mengenai asas pengabulan doa”. (Malfuzāt, Jld. I, hlm. hlm. 106-107).
SYARAT-SYARAT PENGABULAN DOA “Untuk pengabulan doa pun terdapat beberapa persyaratan. Sebagian adalah berkaitan dengan orang yang memanjatkan doa, sedangkan sebagian lagi berkaitan dengan orang yang minta didoakan. Adalah penting bagi orang yang minta didoakan bahwa dia hendaknya memperhatikan rasa takut dan khauf terhadap Allah Ta‟ala, dan setiap saat takut terhadap sifatNya Al-Ghanī (Yang Maha Berkecukupan), dan supaya cinta damai serta pengabdian terhadap Tu-
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
49
Malfuzat han dijadikan sebagai cirinya (sikapnya). Ia hendaknya menyenangkan Allah Ta‟ala dengan ketakwaan dan kejujuran (kebenaran), maka dalam keadaan demikian bagi doa akan terbuka pintu pengabulan. Dan jika ia membuat Allah Ta‟ala murka serta dia menyulutkan permusuhan dan peperangan terhadap-Nya, maka kelencangan-kelencangan dan kesalahan-kesalahannya akan menjadi suatu halangan dan hambatan bagi [pengabulan] doa, dan pintu pengabulan baginya menjadi tertutup. Jadi, wajib bagi sahabat-sahabatku, supaya mereka menghindarkan doa -doaku dari kesia-siaan, dan jangan meletakkan suatu hambatan di jalan [doa-doa] itu, yang timbul dari ulah (perbuatan) mereka yang tidak baik. Mereka itu hendaknya mengambil jalan takwa, sebab takwa itu merupakan sesuatu yang dapat disebut intisari dari syariat.” (Malfuzāt, Jld. I, hlm. 108).
PENGABULAN DOA & TAQDIR ILAHI “Ketika karunia (rahmat) Allah Ta‟ala datang mendekat, maka Dia langsung mewujudkan sarana-sarana untuk terkabulnya suatu doa, lalu di hati kita akan timbul ketenteraman dan ketenangan. Akan tetapi jika belum tiba saat terkabulnya doa itu maka hati kita serasa tidak menentu dan tidak tenang. Hal ini adalah dikarenakan Allah Ta'ala itu kadang 50
-kadang ingin mencetuskan apa yang telah Dia tetapkan (putuskan), dan kadang-kadang Dia mengabulkan doa kita. Oleh karena itu, jika aku tidak menemukan tanda-tanda izin Ilahi, maka aku menaruh harapan yang kecil terhadap terkabulnya suatu doa, dan aku lebih bahagia lagi -- daripada terkabulnya doa – dengan menerima segala yang telah ditakdirkan (diputuskan) oleh Allah, karena faedah dan berkatnya lebih besar jika kita menerima segala takdir serta keputusan-Nya” (Malfuzāt, jld I, hlm. 118).
DOA DAN USAHA “Ini memang benar, bahwa jika seseorang tidak mau berusaha bererti dia tidak berdoa, bahkan justru ia menguji Allah. Oleh karena itu sebelum berdoa kita perlu berusaha sekuat tenaga, dan inilah makna dari doa (berdoa). Pertama-tama, penting bagi manusia untuk memperhatikan usaha dan amalnya, karena sudah menjadi adat (kebiasaan) Allah Ta‟ala bahwa ishlah (perbaikan) itu berpangkal (berawal) dari sarana yang diusahakan, maka Dia akan menciptakan suatu sarana sehingga ishlah (perbaikan) itu menjadi terwujud.” (Malfuzat, jld. I, hlm. 118).
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud
ra.
ra.
18 Nasehat Mushlih Mau’ud untuk Putranya Tulisan karya: Hadhrat Mirza Mubarak Ahmad rh.* Penterjemah: Muharim Awwaluddin* Saya sedang berbicara mengenai masa kanak-kanak dan belajar saya. Sesudah saya memperoleh kelulusan, ayahanda memutuskan untuk mengirim saya ke Mesir. Sebelum bertolak, di perjalanan beliau memberi saya beberapa nasihat yang amat berharga dalam sepucuk surat yang merupakan bimbingan bagi seluruh generasi muda Ahmadi. Saya masih menyimpan surat itu hingga hari ini dan di sini saya berikan cetakan foto nya agar orang-orang yang mencintai beliau juga boleh melihat tulisan tangan beliau dengan mata mereka sendiri yang beliau tulis dengan tangan beberkat beliau. (Tulisan asli dalam Bahasa
Bagian 6 Urdu dan di sini hanya ditampilkan satu lembar).
“Yang terkasih Mubarak Ahmad, Assalamu „Alaikum wa Rah-
*Hadhrat Mirza Mubarak Ahmad rh. adalah salah satu putra Hadhrat Mushlih Mau’ud, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra.. Pengalaman masa hidupnya bersama Hadhrat Mushlih Mau’ud ra. beliau tuangkan dalam tulisan bersambung yang pernah dimuat di majalah bulanan yang terbit di Kanada yang bernama Ahmadiyya Gazette Canada, pada tahun 1992 dan 1993 dengan judul “Yadong ke Drice”. Karena banyak informasi menarik seputar perjalan hidup Hadhrat Mushlih Mau’ud, terutama berkenaan dengan penggenapan wahyu, kasyaf dan ilham yang diterima oleh Hadhrat Masih Mau’ud as., dari tulisan itu, maka Redaksi SINAR ISLAM menerbitkan kembali karya tulis tersebut yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Mln. Muharim Awwaluddin dengan judul “Kenang-kenangan dengan Hadhrat Mushlih Mau’ud ra. “ secara berkala sampai selesai. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kemajuan ruhani kita semua. Amin. Selamat Membaca. Red [][] SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
51
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud matullahi wa Barakatuhu. Semoga engkau pergi dan kembali dengan selamat. Semoga Allah menganugrahkan kekuat an kepada engkau untuk melangkah di jalan yang Dia ridhai. Sebenarnya perjalanan (keberangkatan) engkau adalah untuk pendidikan Bahasa Arab dan pertanian. Tapi selama perjalanan singkat ini engkau seharusnya tidak melupakan perjalanan panjang yang setiap orang harus lalui. Para jendral, negarawan dan raja-raja membaca catatan-catatan para pendahulu mereka untuk mengambil manfaat dari mereka. Jika engkau terus mempelajari keluarga Nabi Suci Muhammad saw., engkau akan kebal dari berbagai ketergelinciran. Manusia diberikan ganjaran menurut pengorbanan-pengorbanannya (amalnya). Nabi Sucisaw. bersabda kepada para sahabat beliau, “Wahai para sahabatku, orang-orang dunia akan datang (pada hari kiamat) dengan amal-amal yang mereka perbuat di dunia ini dan jangan berpikir bahwa kalian akan membawa bersama kalian, harta benda kalian yang kalian dapatkan di dunia ini. Ini tidak akan terjadi. Kalian akan mempersembahkan amal-amal kalian kepada Allah Ta‟ala yang kalian perbuat di sini di dunia ini.” Harga diri dan kehormatan dari anak-anak keturunan Nabi Suci (s.a.w.) bukanlah karena mereka adalah putra-putri be52
ra.
liau melainkan karena keny ataan tanggung jawab dan peng orbanan-pengorbanan mereka. 1. Engkau adalah orang dewasa. Itu akan menjadi sesuatu yang berlebihan jika aku mengatakan kepadamu untuk menepati waktu shalatmu. Dia yang tidak menghiraukan Tuhan, tidak [akan] menghiraukan manusia. Jika engkau sudah tepat waktu, nasihatku akan membawa nilai tsawab (ganjaran) tambahan. Tapi jika engkau tidak [tepat waktu], maka nasihatku merupakan jeritan di padang gurun. Lagi pula aku tidak dapat berhenti dari mengatakan bahwa shalat adalah tiang agama. Dia yang secara sengaja meninggalkan bahkan [hanya] satu shalat adalah melalaikan (merugikan) agamanya. Arti hakiki dari shalat adalah melaksanakannya secara berjamaah dengan wudhu yang dilakukan dengan baik. Itu seharusnya dilakukan dengan perlahan-lahan dan dengan memahami makna-maknanya. Orang hendaknya menaruh perhatian sepenuhnya terhadap shalatnya. Itu hendaknya dia seakan-akan sedang melihat Tuhan atau paling tidak [dia yakin bahwa] Tuhan sedang melihat dia. Bahkan jika ada dua orang Muslim, merupakan kewajiban mereka untuk melaksanakan shalat secara berjamaah dan mengatur untuk melaksanakan shalat Jum‟at juga. Untuk mengingat Allah sesudah shalat
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud merupakan bagian dari itu. Dia yang meninggalkannya, tidak akan memegangnya dengan kuat. Hatinya tidak akan berada dalam shalat. Nabi Suci (s.a.w.) bersabda bahwa sesudah shalat, orang hendaklah membaca tiga puluh tiga (33) kali Alhamdulillah dan Subhanallah dan tiga puluh empat (34) kali Allahu Akbar. Ini semua menjadi (jumlahnya) seratus kali. Jika kadang-kadang engkau melihat para sesepuh pergi keluar sesudah shalat tanpa ber-dzikir dengan bacaan-bacaan itu, ini tidak berarti bahwa mereka tidak melakukannya, mereka pergi karena ada keperluan tapi mereka dzikir secara diam-diam. Tahajjud bukanlah shalat yang tak penting. Itu adalah shalat yang amat bermakna. Ketika aku berada dalam kesehatan yang baik, dan usia bertahun-tahun lebih muda dari pada engkau sekarang, aku biasa melaksanakan tahajjud berjam-jam. Shalat itu bahkan selama tiga atau empat jam. Aku juga mengalami sesuai dengan sunnah Rasulullahsaw. bahwa kakiku bengkak karena berdiri sangat lama. Allah tak punya hubungan darah dengan seseorang. Dia adalah „lam yaalid wa lam yûlad‟ (Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan). HubunganNya adalah dengan setiap orang sesuai dengan harapan hambaNya terhadap Dia. Allah menunjukkan tanda-tanda dan keagungan-Nya kepada dia, yang
ra.
mencintai-Nya. Tak ada benteng atau pasukan duniawi yang dapat menyediakan keamanan dan perlindungan yang Allah dapat [berikan]. Tak ada perlengkapan yang tersedia setiap waktu. 2. Allah tak punya hubungan darah dengan seseorang. Dia adalah lam yalid wa lam yûlad (Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan). Hubungan-Nya adalah dengan setiap orang sesuai dengan harapan hamba-Nya terhadap Dia. Allah menunjukkan tanda-tanda dan keagungan-Nya kepada dia, yang mencintai-Nya. Tak ada benteng atau pasukan duniawi yang dapat menyediakan keamanan yang perlindungan Allah dapat [berikan]. Tak ada perlengkapan yang tersedia setiap waktu. Tapi perlindungan Allah dapat dihubungi (dimohonkan) setiap waktu. Orang hendaknya mempunyai keinginan untuk itu. Dia yang mendapatkan hal itu, mendapatkan segalanya. Dia yang tidak mendapatkan, tak mendapatkan apa pun. 3. Berceloteh dan banyak cakap (banyak bicara) membuat hati tercemar. Nabi Suci Muhammad saw. ketika duduk di dalam kumpulan orang-orang, selalu mengucapkan istighfar tujuh puluh kali. Alasannya (pengucapan istighfar beliau) adalah bahwa pembicaraan yang kurang berguna juga dilakukan di dalam kumpulan orang-orang itu. Amalan beliau ini adalah untuk petunjuk umat dan bukan untuk
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
53
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud beliau sendiri. Jika beliau yang menghabiskan banyak [waktu] dalam kumpulan orang-orang yang sering terdiri atas dzikir Ilahi (mengingat Tuhan), macam mana keadaan kumpulan orang-orang di mana banyak percakapan sia-sia terus diucapkan. Semua ini adalah masalah kebiasaan. Aku melihat anakanak kita, ketika duduk bersama, terlibat dalam pembicaraan yang kurang bermanfaat. Tapi kita di masa sekarang ini sering kali biasa membicarakan tentang Jama‟at. Itulah sebabnya, kita mengetahui setiap hal bahkan tanpa belajar. Kumpulan bagi seseorang adalah sedemikian hingga ketika dia meninggalkan [kelompok itu], ilmunya seharusnya lebih banyak dari pada sebelumnya, bukan dia kehilangan apa yang dia sudah punyai. 4. Untuk menyampaikan pesan Hadhrat Masih Mau‟ud a.s. atau tabligh Islam bukan merupakan pekerjaan orang-orang lain saja. Itu merupakan tugas kita juga. Bahkan lebih dari pada orang-orang lain. Jangan lalaikan hal itu selama perjalanan ini dan ketika engkau berhenti berjalan. Nabi Sucisaw. bersabda, bahwa jika melalui engkau, orang terbimbing ke jalan yang benar, itu jauh lebih baik bagi engkau dari pada engkau mendapatkan sebuah lembah
54
ra.
yang penuh kekayaan. 5. Kejujuran (kebenaran) adalah satu kesalehan (kebaikan) yang mendasar. Dia yang berbicara benar, mendapatkan segala sesuatu. Dia yang tidak, kehilangan segala kebaikan. Harga diri seseorang di kalangan sahabat-sahabatnya adalah sama dengan kebiasaannya berbicara benar. Jika tidak, orang-orang yang memujinya di hadapannya, mencela di belakangnya. Ketika dia berbicara, mereka membenarkan dengan mulut mereka, tapi hati mereka menolak. Betapa meny ed i hk a n ba h wa mu s u h musuhnya menolak apa yang dia katakan, tapi kawan-kawannya juga tidak bersedia untuk mempercayainya. Siapa yang lebih menyedihkan dari pada orang yang malang ini. Tapi sebaliknya, kawankawan memercayai orang yang jujur dan musuh-musuhnya boleh mencelanya di hadapannya, tapi hati mereka membenarkannya. 6. Kemuliaan orang tergantung pada dirinya sendiri. Allah berfirman: Janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada apa yang Kami telah karuniakan kepada sebagian golongan dari mereka untuk dinikmati dalam waktu sementara, dan janganlah berduka-cita atas mereka; dan rendahkanlah sayap engkau bagi orang-orang
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud beriman. (Surah Al-Hijr:89) Jangan memandang kepada harta kekayaan orang lain. Jangan pernah iri hati kepada siapa pun. Dia yang melihat terhadap orang yang di atasnya, tidak berhenti pada satu tempat. Pastilah, dia akan mendapatkan neraka di akhirat, tapi di dunia ini juga dia hidup dalam api. Aku maksudkan bahwa dia terbakar dalam api kedengkian. Jika tidak, dia masuk dalam daerah peminta-minta. Betapa memalukannya, bahwa ketika dia dengan kemauan sendiri, rasa dengki telah memakan dirinya dan ketika dia berada di kumpulan orang-orang, menghinakan dirinya dengan memintaminta. Dia seharusnya melihat kepada orang-orang yang berada di bawah standarnya dan betapa mereka hidup dengan lebih sedikit daripada yang dia miliki. Dia seharusnya bersyukur kepada Tuhan pada apa yang Dia telah berikan kepadanya dan tidak serakah pada apa yang tidak diberikan kepadanya. Dengan bersyukur, k ek a yaa nnya t ida k a ka n berkurang, bahkan hatinya akan memperoleh kedamaian dan ketenangan. Dengan keserakahan, o r a n g t i d a k m e m p er o l e h kekayaan orang lain. Itu memicu api kedengkian dalam hatinya yang merupakan satu hukuman yang keras.
ra.
Jika seorang anak berusaha untuk berjalan seperti orang dewasa, dia jatuh dan mendapat cedera; sama halnya, dia yang meniru orang-orang yang lebih berharta dari padanya, jatuh dan mendapat cedera. Pujian dari beberapa kawan yang palsu untuk beberapa hari membawa kekecewaan seumur hidup. Orang hendaklah mengembangkan kebiasaan untuk berbelanja lebih sedikit dari penghasilannya, sebab membantu dan peduli kepada orang-orang lain juga merupakan kewajibannya. Dia tak punya hak membelanjakan uang itu. Lagi pula, siapa yang dapat memperkirakan apa yang ada dalam simpanan untuknya pada hari mendatang. 7. Kerja keras merupakan mutu yang begitu luar biasa yang tanpa ini, keindahan batin seseorang tidak terungkap. Betapa sialnya dia yang datang (lahir) ke dunia ini dan ketika dia pergi, khazanahnya tetap terkubur. 8. Dia yang mengadakan perjalanan ke luar negeri, membawa besertanya kehormatan negeri dan keyakinannya sebagai amanah. Jika dia tidak bersikap baik, tidak hanya harga dirinya sendiri yang hancur tapi juga harga diri negeri dan agamanya. Orang-orang melupakannya, mereka tetap mengatakan, “Kami telah melihat orang-orang India, mereka itu
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
55
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud jahat dan kami telah melihat orang-orang Ahmadi dan mereka amat buruk.” 9. Seorang musafir harus sangat menjaga (berhati-hati) terhadap pertengkaranpertengkaran. Apa yang lebih buruk dari pada hal ini bahwa orang lain kembali ke rumah sesudah bertengkar, tapi kawan yang miskin ini menunggu keputusan dengan berdiam di hotel (penginapan). Para musafir, bahkan jika dia menang, [dia itu] kalah dan jika dia kalah, maka bahkan dia telah [lebih] kalah [lagi]. Pertengkaran adalah keburukan untuk setiap waktu tapi selama perjalanan, itu bukan hanya keburukan tapi juga merupakan kebodohan. 10. Para Ahmadi dari negerinegeri lain lama berkunjung ke Qadian agar mereka boleh mendapatkan manfaat dari takwa dan contoh teladan yang unggul dari orang-orang shaleh di kota ini. Mereka mempunyai harapan -harapan yang tinggi dengan keluarga Hadhrat Masih Mau‟ud(a.s.). Mereka ingin meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mencari agama dan untuk datang kepada kita. Hal itu akan menjadi tragedi bahwa kita menghancurkan kepercayaan mereka dengan pergi kepada mereka dan membuktikan harapan-harapan mereka tentang kita adalah khayalan belaka. Contoh teladan kita hendaknya 56
ra.
sedemikian hingga mereka menjumpai kita lebih dari pada harapan-harapan mereka dan bahwa harapan-harapan mereka tidak dihancurkan. 11. Ada beberapa orang lemah di setiap masyarakat. Mereka menggunjing tentang orangorang lain. Seorang mukmin wajib menjaga (berhati-hati) dari mendengarkan gunjingan. Melakukan hal itu hendaknya dihindari secara mutlak. Dia yang mempercayai kelemahan (keburukan) seseorang tanpa bukti, Allah akan mendorong terhadapnya orang-orang yang bahkan menjadikan (memandang) kebaikankebaikannya sebagai keburukan. Ini juga penting bahwa kalian jangan menunjukkan ketidak-sukaan terhadap penggunjing. Orang itu seharusnya dinasihati dengan cinta dan kasih sayang bahwa jika anggapannya itu salah, dia hendaknya berhati -hati terhadap buruk sangka. Jika anggapannya itu benar, dia hendaknya berdoa bagi sahabatnya itu agar doa itu bermanfaat baginya juga bagi kalian. Semoga Allah mengampuni dosadosa kalian juga. 12. Engkau akan menjumpai para Ahmadi dari Mesir dan Palestina. Di kawasan-kawasan ini, Ahmadiyah masih benarbenar lemah. Upayakanlah bahwa ketika engkau kembali dari negeri-negeri ini, para
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
Ahmadi seharusnya menjadi lebih besar dalam jumlah dan tersusun dengan lebih baik. Mereka akan mengingat engkau dengan niat baik dan doa-doa. Mereka akan mengatakan, “Kami dulunya lemah dan sedikit dalam jumlah. Orangorang itu datang dan kami menjadi teratur (terorganisir) deng an baik dan lebih besar dalam jumlah. Semoga Allah memberkati mereka dan memberikan ganjaran bagi mereka.” Doa yang ikhlas dari orang mukmin adalah lebih berharga dari pada seribu khazanah. 13. Engkau wajib memberikan perhatian khusus untuk melaksanakan shalat Jum‟at dan shalat-shalat wajib sehari-hari (jika memungkinkan) secara berjamaah. Engkau hendaklah berupaya juga untuk lebih banyak shalat berjamaah. Jama‟at hendaknya dinasihati mengenai
shalat Jum‟at, pertemuan mingguan dan shalat berjamaah sehari-hari. 14. Rasulullah saw. biasa membaca doa pada setiap berkumpul sebagai berikut: Ya Tuhan kami yang tujuh langit dalam kekuasaan Engkau, dan Ya Tuhan penguasa tujuh bumi dan apaapa yang mereka pegang, dan Ya Tuhan penguasa setan dan mereka yang sesat, dan Ya Tuhan yang menguasai angin dan apa-apa yang disebarkannya, kami memohon kebaikan kota ini dan para penghuninya dan apaapa yang ada di dalamnya. Kami memohon perlindungan Engkau dari kebururukan kota ini dan para penghuninya dan keburukan apa-apa yang ada di dalamnya. Ya Tuhan kami, berkatilah mereka semua bagi kami. Ya Tuhan kami! Anugrahkanlah buah-buahnya kepada kami dan anugrahkanlah
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
57
Kenangan dengan Mushlih Mau’ud kecintaan kami kepada para penghuninya dan anugrahkanlah kepada kami kecintaan dari orang-orang (penduduk)nya yang soleh. Ini merupakan satu doa yang bermakna dan meliputi. Ketika engkau naik kereta api, memasuki sebuah kota atau naik dan turun dari kapal, bacalah doa ini dengan ikhlas. Dengan karunia Tuhan, itu akan menyelamatkan dari banyak keburukan (kejahatan). 15. Di Mesir, kedua bahasa, Inggris dan Prancis digunakan. Tapi engkau sedang pergi ke sana untuk belajar Bahasa Arab. Sepenuhnya bertekat bahwa engkau tak akan berbicara bahasa lain kecuali Bahasa Arab bahkan jika engkau menghadapi sejumlah kesulitankesulitan. Jika tidak perjalanan ini akan sia-sia. Tentu saja engkau tidak perlu belajar bahasa pasaran dari orang-orang awam. Belajar tentang pertanian atau untuk suatu tujuan khusus lainnya, jika engkau harus berbicara kepada orang-orang dusun setempat, engkau boleh menyewa beberapa penerjemah. Engkau telah belajar Bahasa Arab dan dengan sedikit usaha, ilmu engkau akan dihidupkan kembali. 16. Bawalah bersamamu catatan-catatan dari Kitab Suci Al-Qur‟an, yang engkau tuliskan selama daras-daras dan taf58
ra.
sir-ku yang sekarang diterbitkan. Bahan-bahan itu akan memudahkan engkau dengan baik. Ilmu ini tak di temukan di tempat lain di dunia ini. Ulama besar akan mengakui keunggulannya dan akan menguraikan ilmu pengetahuan melalui Ahmadiyah. 17. Simpanlah bersamamu Al -Munjid (kamus Bahasa Arab), Kitab Sharaf dan Kitab Nahu (buku-buku tata bahasa Arab). Tetaplah pelajari kitab-kitab itu ketika engkau sedang dalam pelayaran di kapal, sebab dengan tidak tetap berhubungan dengan bahasa, membuat ilmunya hilang. 18. Merupakan perintah syariat di mana lebih dari seorang mukmin tinggal, mereka hendaknya mengangkat seorang amir dari antara mereka agar di sana tak ada kekosongan pimpinan. Semoga Allah menolong engkau dan beserta engkau di mana saja engkau berada. Wassalam, Mirza Mahmud Ahmad Muharim Awwaluddin Mubaligh Ahmadiyah Bertugas Di Gresik, Jawa Timur
Sumber: Ahmadiyya Gazette, Canada, April 1994, hal. 20-22
SINAR ISLAM | Volume 2, Edisi 7, Wafa 1394 HS / Juli 2015
A RG 000,A H 50. Rp1
Dapatkan Segera!!!
AL-QURAN TERJEMAH DAN TAFSIR SINGKAT EDISI V Tahun 2014 Al-Quran ini dapat dibeli di Jemaat-jemaat Lokal. Sistem Pembayaran dengan menyetorkan uang ke Maal PB JAI (via Kwitansi M1)
JEMAAT AHMADIYAH Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889 (1306 H). Jemaat Ahmadiyah bukanlah agama baru. Jemaat Ahmadiyah adalah jamaah Muslim. Syahadat Ahmadiyah adalah: َهللا ْ َهللاُ َوأ َ ش َه َُد أَن َلَ إِلَ َهَ إِ َلا ْ َأ ُ ش َه َُد أَناَ ُم َح امدًا َر ِ سى َُل Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. lahir pada tahun 1835 di Qadian, India dan wafat pada tahun 1908. Berdasarkan wahyu dan perintah dari Allah Ta‟ala, beliau as. adalah Al-Masih Yang Dijanjikan dan Imam Mahdi, yang telah dikabarkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. akan datang di Akhir Zaman. Beliau as. berpangkat Nabi dan Rasul tetapi tidak membawa syariat baru. Tugas beliau as. adalah untuk menghidupkan agama dan menegakan Syariat Islam. Setelah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. wafat, kepemimpinan dalam Jemaat Ahmadiyah dilanjutkan dengan berdirinya khilafat, sesuai dengan Sunnah Islam. Khalifah pertama dalam Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah Hadhrat Hafiz Al-Hajj Hakim Nuruddin ra. (1908-1914). Kedua Hadhrat Al-Hajj Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (1914-1965). Mengenai Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. ini Hadhrat Imam Mahdi as. sering menerima wahyu yang mengabarkan bahwa beliau akan memegang peranan penting dalam perkembangan Islam. Dan terbukti, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. memegang jabatan Khalifah Muslim Ahmadiyah selama 51 tahun. Dalam masa jabatan kekhalifahan beliau inilah Jemaat Muslim Ahmadiyah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Khalifah ketiga adalah Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad ra. (1965-1982). Khalifah keempat adalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh. (1982-2003) dan Khalifah kelima adalah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba. (2003– sampai sekarang). Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jemaat Muslim Ahmadiyah Internasional yang berpusat di Qadian, India, lalu pada tahun 1947 pindah ke Rabwah, Pakistan, dan sejak tahun 1984 hingga kini berpusat sementara di London, Inggris. Jemaat Ahmadiyah Indonesia didirikan pada tahun 1925 dan telah diakui sebagai badan hukum dengan ketetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 13 Maret 1953 No. J.A. 5/23/13. Kebenaran pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Yang Dijanjikan dapat diuji dengan ajaran Al-Quran dan Hadits-hadits Nabi Besar Muhammad saw. Jika penyelidikan demikian tidak memberikan kepuasan batin, maka dapat diminta petunjuk langsung dari Allah Ta‟ala dengan jalan shalat Istikharah yang dilakukan dengan hati yang khusu dan Ikhlas. [][]