BAB I PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Masalah
Secara umum dan sederhana, masyarakat mengenal dua bentuk karakteristik wilayah, yaitu Desa dan Kota. Desa dianggap sebagai suatu wilayah agraris dengan peri-kehidupan yang cenderung tradisional, dan pengaruh kebudayaan yang cenderung kental. Kota, sebaliknya dianggap sebagai wilayah yang non-agraris dengan peri-kehidupan yang serba modern, dan pengaruh kebudayaan yang sudah tidak begitu lekat dengan masyarakat yang hidup di dalamnya.
Bandung, sebagai suatu kota juga mengalami proses urbanisasi. Secara historis, proses urbanisasi wilayah Bandung sudah dimulai sejak pertama kali berdiri, yakni pada abad ke-14 (1488) sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran. Kota Bandung juga mengalami fase-fase mulai dari Geemente (kotamadya), Staadsgemeente (daerah otonom), dan Haminte (kota). Bandung sejak dahulu selalu menjadi daerah pemusatan kegiatan.
Urban Culture dan Perubahan Sosial
Dinamika perkembangan industri musik, termasuk perkembangan fashion anak muda di Bandung selalu menemui banyak pembaharuan. Sebagai contoh di Kota Bandung keberadaan berbagai distro, studio musik, keberadaan geng motor tua, komunitas sepeda, mods (komunitas vespa), musik elektronik, penggemar musik hip-hop, break dance, hardcore, grindcore, skinhead, sampai dengan komunitas penggemar musik punk yang tersebar di beberapa tempat di sekitar pojokan kota, merupakan hasil dari urban culture. Beberapa
www.stisitelkom.ac.id
hal detail yang kemudian bermuara pada beragam kecendrungan akan gaya hidup, perilaku, dan berbagai aliran pemikiran. Subkultur remaja dapat di identifikasikan dari sistem simboliknya, yaitu fashion, musik, bahasa, dan penggunaan waktu luang. Subkultur- subkultur ini dikembangkan atas dasar kegemaran pada hal yang sama, seperti otomotif, musik, dan fashion. Fashion saat ini bukan lagi hanya sekedar trend. Fashion dapat juga dilihat
sebagai
bentuk
ekpresi
kemandirian
politik
yang
mampu
mengakomodasi berbagai aspirasi personal yang mereka miliki. Untuk itu, dalam konteks perbincangan mengenai perkembangan kelompok subkultur di kota Bandung, sebetulnya fashion juga dapat dilihat sebagai instrumen yang mampu menjelaskan berbagai pandangan dan perbedaan yang menyertai keberadaan subkultur-subkultur ini. Dari sekian banyaknya subkultur-subkultur anak muda di kota Bandung, subkultur Mod merupakan salah satu subkultur hasil dari urban culture yang sedang berkembang saat ini. Skuter Itali sedang naik daun lagi seiring dengan trend vintage-retro yang mewabah baik di dunia fashion, juga dunia musik, dan otomotif. Di Indonesia, fenomena kelompok Mod cukup banyak dijumpai, khususnya di beberapa kota besar. Subkultur Mod merupakan subkultur paling tua, hadir di dunia sebelum adanya era flower generation, skinhead, dan punk rock. Merupakan cikal bakal dari subkultur skinhead, rude boys dan trads. Mod adalah satu fenomena sosial yang kompleks yang terjadi di Inggris pada tahun 1960-an (dimulai akhir tahun 1950-an tepatnya pada tahun 1958) di kota London. Dimana para pemuda di London yang saat itu berada pada kondisi ekonomi yang kurang baik, tetapi mereka tetap ingin mempertahankan kesempurnaan dari gaya personal mereka. Mereka terobsesi dengan American rhythm and blues dan Italian motor scooters. Puncak kejayaan era Mod ini terjadi dari tahun 1962 sampai akhir tahun 1970-an dan menyebar luas ke seluruh dunia.
www.stisitelkom.ac.id
Namun Kekurangan yang datang dari pihak lain, masyarakat tidak mengetahui mengenai subkultur Mod ini. Masyarakat juga masih kurang mengenal/mengetahui
mengenai subkultur-subkultur yang dihasilkan dari
urban culture sehingga timbul prasangka negatif. Kurang turun tangannya pemerintah untuk menjadikan urban culture sebagai kajian studi, kurikulum yang belum merujuk pada urban culture sebagai kajian alternatif. Dan, belum adanya media pengarsipan yang layak dari komunitas/ pelaku urban culture. Kajian mengenai subkultur- subkultur remaja di perkotaan merupakan sesuatu yang penting untuk dikaji, mengingat mereka dianggap sebagai agen perubahan, penerus bangsa yang mempunyai peranan penting dan berpengaruh besar dalam perkembangan industri kreatif yang mampu memberi kontribusi bagi perekonomian kota Bandung sebagai kota kreatif dalam percaturan ekonomi kreatif dunia. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, diperlukannya upaya pengarsipan/ pendokumentasian terhadap urban culture yang hadir di kota Bandung, khususnya subkultur Mod. Yaitu melalui, perancangan media informasi yang berguna sebagai penyampaian informasi dan pembelajaran mengenai subkultur Mod.
www.stisitelkom.ac.id
1.2 . Identifikasi Masalah -
Sedikitnya infomasi dan pengetahuan mengenai subkultur Mod.
-
Belum adanya media informasi mengenai subkultur Mod di Indonesia, khususnya di kota Bandung.
-
Belum adanya media pendokumentasian.
-
Belum adanya media pengarsipan yang layak dari komunitas/ pelaku subkultur.
1.3 . Rumusan Masalah Bagaimana merancang media informasi mengenai fashion subkultur Mod?, khususnya fashion skuter untuk kalangan/ anggota di komunitas.
1.4 . Batasan Masalah Masalah dibatasi pada perancangan media informasi mengenai fashion subkultur Mod di kota Bandung, dengan target audience sebagai berikut: -
Sex: Laki-laki.
-
Usia: 20 s/d 30 tahun.
-
Psikografis: Modern, pelaku komunitas (british pop, skinhead dan mod).
-
Demografis: kota Bandung.
-
Strata sosial: menengah atas.
1.5 . Tujuan Perancangan Tujuan perancangan yaitu sebagai; -
Penyampaian informasi mengenai subkultur Mod, khususnya fashion dari subkultur Mod.
-
Merangsang anggota/pelaku subkultur Mod untuk lebih kreatif, khususnya dalam berpakaian.
www.stisitelkom.ac.id
1.6 . Manfaat Perancangan 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Bertujuan untuk memperkaya Ilmu dalam dunia Desain Komunikasi Visual pada umumnya dengan gaya dan bentuk desain media informasi.
2. Bagi Pihak Terkait Diharapkan dengan perancangan ini dapat menjadi arsip mengenai budaya perkotaan (urban culture), khususnya bagi subkultur mod.
3. Bagi Masyarakat Bertujuan sebagai alternatif dalam penyampaian informasi dan pembelajaran mengenai budaya perkotaan (urban culture), khususnya bagi subkultur mod.
1.7 . Metode Perancangan
1.) Studi Kepustakaan, dengan mempelajari data-data yang dikumpulkan dari buku-buku referensi dan media cetak yang berkaitan langsung dengan objek perancangan. 2.) Observasi lapangan. 3.) Wawancara dengan pihak-pihak terkait. 4.) Internet.
www.stisitelkom.ac.id