EFEKTIVITAS TERAPI TOPIKAL VIRGIN COCONUT OIL DAN ALIH BARING TERHADAP RESIKO DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RSUD KOTA SEMARANG Manuscript
Oleh : Said Mubarok NIM : G2A012054
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
PERNYATAAN PERSETUJUAN Manuscript dengan judul
EFEKTIVITAS TERAPI TOPIKAL VIRGIN COCONUT OIL DAN ALIH BARING TERHADAP RESIKO DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RSUD KOTA SEMARANG
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, Agustus 2016
Pembimbing I
Ns. Nury Sukraeny, S.Kep, MNS
Pembimbing II
Ns. Khoiriyah, S.Kep, M.Sc
http://jurma.unimus.ac.id
Efektifitas terapi topikal Virgin Coconut Oil dan alih baring terhadap resiko dekubitus pada pasien stroke di RSUD Kota Semarang
Said Mubarok1, Nury Sukraeny2, Khoiriyah3 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected]
2
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS,
[email protected]
3
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS,
[email protected]
Abstrak Stroke merupakan penyebab imobilisasi yang dapat menimbulkan resiko dekubitus. Terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat merupakan salah satu tindakan pencegahan dekubitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi topikal VCO dengan alih baring 30 derajat terhadap resiko dekubitus dengan rancangan penelitian quasi experiment pre-posttest two groups design. Hasil uji statistik Mann Whitney diperoleh p value = 0,279, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan efektivitas antara terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat terhadap resiko dekubitus pada pasien stroke, artinya terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat sama-sama efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. Saran dari penelitian agar terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat dapat diaplikasikan untuk mencegah terjadinya dekubitus. Kata kunci: Terapi topikal VCO, alih baring 30 derajat, dekubitus, stroke
http://jurma.unimus.ac.id
Abstract Stroke is the leading cause of immobilization that could pose a risk of decubitus. VCO topical therapy and 30-degree lying changes are ones of decubitus preventing action. This research is aimed to determine the effectiveness of VCO topical therapy and 30-degrees lying changes on the risk of decubitus with quasi experimental design two groups pre-posttest design. Mann Whitney statistical test results obtained p value = 0.279, so it could be concluded there was no difference between the effectiveness of VCO topical therapy and 30-degrees lying changes against the risk of decubitus on stroke patients, it means that VCO topical therapy and 30-degree lying changes are equally effective for lowering the risk of decubitus. Suggestion of the research that VCO topical therapy and 30-degrees lying changes could be applicated to prevent decubitus. Keywords : VCO topical therapy, 30 degrees lying change, decubitus, stroke
PENDAHULUAN Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke dibedakan menjadi stroke hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan stroke non-hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak (Muttaqin, 2008). American Heart Association (AHA) memperkirakan terdapat sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat yang mengalami stroke per tahun, dimana sekitar 610.000 kejadian adalah serangan stroke yang pertama kali, dan sekitar 6,4 juta penduduk Amerika Serikat adalah penderita stroke (Goldstein et al., 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 prevalensi kejadian stroke di Indonesia yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan terjadi di Sulawesi Utara (10,8 per 1000 penduduk), diikuti DI Yogyakarta (10,3 per 1000 penduduk), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per 1000 penduduk. Sedangkan prevalensi kejadian stroke yang tidak terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 12,1 per 1000 penduduk. Prevalensi Stroke tertinggi yang tidak berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan terdapat di Sulawesi Selatan (17,9 per 1000 penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per 1000 penduduk), Sulawesi Tengah (16,6 per 1000 penduduk), diikuti Jawa Timur sebesar (16 per 1000 penduduk). Profil Kesehatan Povinsi Jawa Tengah tahun 2012 menunjukkan bahwa prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 70 per 1000 penduduk, sedangkan stroke non-hemoragik pada tahun 2012 sebesar 70 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi stroke hemoragik tahun 2012 adalah Kabupaten Kudus sebesar 184 per 1000 penduduk, sedangkan
http://jurma.unimus.ac.id
prevalensi tertinggi stroke non-hemoragik adalah Kota Salatiga sebesar 116 per 1000 penduduk. Salah satu dampak yang diakibatkan oleh stroke adalah dekubitus. Hal ini terjadi karena pasien stroke mengalami gangguan mobilitas fisik yang akan menyebabkan pasien mengalami tirah baring yang lama. Hasil penelitian Hastuti, Nosi, & Bahar (2013) dari 30 responden yang mengalami imobilisasi di ruang Intensive Care Unit (ICU) menunjukkan adanya hubungan antara lama rawat dengan kejadian dekubitus. Dekubitus adalah kerusakan jaringan lunak di area tertentu yang disebabkan oleh stres mekanik berkelanjutan yang dapat
merusak kulit dan jaringan di bawahnya. Dekubitus
biasanya terjadi dalam waktu 72 jam sejak terpaparnya kulit terhadap tekanan (Vanderwee et al, 2006). Hal ini sangat dipengaruhi oleh penurunan mobilitas, aktivitas yang berkurang, penurunan sensori persepsi, rendahnya nutrisi, usia lebih dari 60 tahun, tekanan arteriolar yang rendah dan kelembaban yang tinggi, serta gesekan (Braden, 2000). Prevalensi terjadinya dekubitus di Amerika Serikat cukup tinggi, yaitu 5-11 % terjadi di tatanan perawatan akut (acute care), 15-25 % di tatanan perawatan jangka panjang (longterm care), dan 7-12 % di tatanan perawatan rumah (home health care) (Mukti, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia, Pamungkas & Anggraini (2015) profil penderita dekubitus di ruang rawat inap berdasarkan diagnosis yang menyebabkan tirah baring terdapat 29 pasien (53,7%) dengan diagnosis stroke, sedangkan diagnosis lain berupa Diabetes Melitus tipe-2 terdapat 5 pasien (9,2%), gagal ginjal kronik 9 pasien (16,7%), post operasi 4 pasien (7,5%), tumor tulang, Fraktur Vertebra, Conginetal Heart Failure, Hernia Nucleus Pulposus, Hypertension Heart Disease, Enselopati dan Head Injury terjadi masing-masing 1 pasien (1,85%). Faktor resiko utama penyebab terjadinya dekubitus adalah status gizi, kelembaban kulit, dan peningkatan usia, perfusi dan oksigenasi. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya dekubitus adalah mobilisasi dan lama rawat (Hastuti, Nosi & Bahar, 2013; National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP] & European Pressure Ulcer Advisory Panel [EPUAP] & Pan Pacific Pressure Injury Alliance [PPPIA], 2014). Dampak terjadinya dekubitus dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan, rasa tidak nyaman serta komplikasi berat seperti sepsis, infeksi kronis, sellulitis, osteomielitis, dan peningkatan mortalitas. Dekubitus juga akan memperpanjang lama perawatan sehingga akan meningkatkan biaya perawatan. Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat, biaya yang dibutuhkan untuk perawatan pasien yang mengalami luka tekan berkisar antara 2.000- 11.000
http://jurma.unimus.ac.id
US$ tergantung dari derajat luka tekan serta komplikasi yang dialami (NPUAP, EPUAP & PPPIA, 2014). Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus, yaitu pengkajian terhadap resiko dekubitus, menjaga kelembaban kulit, pemberian nutrisi dan mengurangi tekanan terhadap pasien dengan alih baring dan penggunaan bantalan (Institute For
Healthcare
Improvement,
2011).
NPUAP,
EPUAP
&
PPPIA
(2014)
juga
merekomendasikan tindakan pencegahan dekubitus, yaitu pengkajian resiko dengan menggunakan skala Braden, perawatan kulit, pemberian nutrisi, pemberian edukasi, dan pemberian bantalan dan pengaturan posisi / alih baring. Alih baring adalah pengaturan posisi yang diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit. Alih baring dapat mencegah dekubitus pada daerah tulang yang menonjol yang bertujuan untuk mengurangi penekanan akibat tertahannya pasien pada satu posisi tidur tertentu yang dapat menyebabkan lecet (Perry & Potter, 2005). Vanderwee, Grypdonck, Bacquer & Defloor (2006) melakukan penelitian tentang efektivitas alih baring dengan interval waktu yang tidak sama terhadap pasien yang belum mengalami dekubitus. Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi (n=122) yang dilakukan alih baring setiap 2 jam dengan posisi lateral dan 4 jam dengan posisi terlentang. Sedangkan kelompok kontrol (n=113) dilakukan alih baring setiap 4 jam. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil 16,4% pasien pada kelompok intervensi mengalami dekubitus (stadium 2-4) sedangkan 21,2% pasien kelompok kontrol mengalami dekubitus. Angka kejadian tersebut secara statistik tidak berbeda secara signifikan (p=0,40). Hasil penelitian Bujang, Aini & Purwaningsih (2013) pengaruh alih baring 30 derajat setiap 2 jam sekali terhadap 30 pasien stroke didapatkan hasil pada kelompok intervensi yang terdiri dari 15 responden tidak ada yang mengalami dekubitus. Sedangkan pada kelompok kontrol yang terdiri dari 15 responden terdapat 8 (53,3%) pasien yang mengalami dekubitus derajat I. Berdasarkan penelitian tersebut ada pengaruh alih baring 30 derajat terhadap kejadian dekubitus pada pasien stroke yang mengalami hemiparesis dengan p value sebesar 0,011 < α (0,05). Penelitian oleh Tarihoran, Sitorus & Sukmarini (2010) didapatkan hasil serupa dari 33 responden (16 kontrol dan 17 intervensi). Kelompok intervensi diberikan aplikasi miring 30 derajat dengan mengunakan bantal segitiga, sedangkan kelompok kontrol hanya miring 30 derajat, didapatkan hasil 6 (37,5%) responden pada kelompok kontrol mengalami luka tekan. Sedangkan pada kelompok intervensi terdapat 1 (5,9%) responden terjadi luka tekan (p = 0,039, α = 0,05). Kelompok kontrol berpeluang 10 kali dibanding kelompok intervensi.
http://jurma.unimus.ac.id
Martini, Asiandi & Handayani (2012) melakukan penelitian pengaruh intervensi alih baring 1 jam sekali dan 2 jam sekali terhadap 60 responden penderita stroke. Dari 30 pasien yang mendapat intervensi alih baring setiap 1 jam sekali dan 30 pasien yang mendapat intervensi 2 jam sekali didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna antara efektivitas alih baring 1 jam sekali dan alih baring 2 jam sekali dalam penurunan resiko dekubitus pada pasien stroke atau dengan kata lain alih baring 1 jam sekali dan alih baring 2 jam sekali sama efektifnya dalam penurunan resiko dekubitus pada pasien stroke. Berdasarkan penelitian diatas, pemberian alih baring 30 derajat setiap 2 jam efektif untuk mencegah terjadinya dekubitus. NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014) merekomendasikan pengaturan posisi miring 30 – 40 derajat pada pasien tirah baring untuk mengurangi tekanan pada area yang beresiko terjadinya dekubitus. Perawatan kulit penting untuk mencegah terjadinya dekubitus. NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014) tidak merekomendasikan untuk memijat maupun menggosok secara kuat pada kulit yang beresiko dekubitus. Pemakaian pelembab kulit sangat direkomendasikan untuk menghidrasi kulit kering yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan kulit. Salah satu topikal yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya dekubitus adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Kandungan asam lemak yang terkandung dalam VCO efektif dan aman digunakan sebagai moisturizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidrasi kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit (Agero & Rowell, 2004). Virgin Coconut Oil adalah produk olahan kelapa yang memiliki kandungan asam lemak rantai medium atau Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dan asam laurat. Asam laurat akan diubah didalam tubuh manusia menjadi monolaurin, sebuah senyawa monogliserida yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Sedangkan MCFA mudah diserap kedalam sel kemudian kedalam mitokondria, sehingga metabolisme meningkat. Adanya peningkatan metabolisme maka sel-sel bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti selsel yang rusak lebih cepat VCO juga berfungsi sebagai antioksidan karena VCO memiliki kandungan vitamin E dan polifenol (Novarianto & Tulalo, 2007). Penelitian yang dilakukan Setiani (2014) di ruang ICU tentang efektivitas massage dengan VCO pencegahan luka tekan terhadap 34 pasien yang dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapatkan massage efflurage dengan VCO, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perawatan pencegahan luka tekan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) ruangan / rumah sakit. Angka kejadian dekubitus pada kelompok kontrol sebanyak 9 (52,9%) responden, sedangkan pada kelompok intervensi tidak ditemukan kejadian dekubitus.
http://jurma.unimus.ac.id
Hasil penelitian pengaruh mobilisasi dan penggunaan VCO terhadap dekubitus pada gangguan fungsi motorik pasca stroke oleh Setyawati, Suyanto, & Noor (2015) terhadap 8 responden yang dibagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi dilakukan mobilisasi 2-3 jam sekali dengan memberikan VCO sedangkan kelompok kontrol dilakukan mobilisasi lebih dari 2-3 jam sekali dan tidak diberikan VCO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan grade dekubitus pada kelompok intervensi dan kontrol yang dilakukan mobilisasi dan diberikan VCO dengan nilai p=0,495. Pada pasien stroke yang mengalami imobilisasi beresiko terjadinya dekubitus. Dekubitus akan menyebabkan komplikasi berupa peradangan, infeksi dan rasa nyeri. Terjadinya dekubitus juga akan memperpanjang lama perawatan sehingga meningkatkan biaya perawatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan tindakan pencegahan dekubitus dengan cara pemberian alih baring dan perawatan kulit. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas terapi topikal Virgin Coconut Oil (VCO) dan alih baring 30 derajat terhadap resiko dekubitus pada pasien stroke. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain pretest-posttest with two groups, dengan intervensi terapi topikal VCO pada kelompok I dan alih baring 30 derajat pada kelompok II. Sampel adalah penderita stroke yang dirawat di ruang Yudistira RSUD Kota Semarang dengan jumlah sampel 16 (8 responden kelompok I dan 8 responden kelompok II), dengan metode purposive total sampling. Alat pengumpulan data adalah lembar observasi resiko dekubitus dengan skala Braden. Proses penelitian berlangsung dari minggu ke-4 Juli sampai dengan minggu ke-1 Agustus 2016. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (uji Wilcoxon, paired sample t-test dan uji Mann Whitney). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian terdapat 8 responden pada kelompok I, sebelum dilakukan terapi topikal VCO didapatkan hasil 1 responden resiko rendah dan 7 responden resiko sedang. Resiko dekubitus setelah dilakukan terapi topikal VCO didapatkan hasil 1 responden tidak beresiko dan 7 responden resiko rendah. Skor skala Braden sebelum dilakukan terapi topikal VCO didapatkan rata-rata 13,625, sedangkan skor skala Braden setelah dilakukan terapi topikal VCO didapatkan rata-rata 16,875. Terdapat rata-rata peningkatan skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi sebesar 3,25.
http://jurma.unimus.ac.id
Tabel 1 Uji beda skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok terapi topikal VCO (n=8) Variabel Skor skala Braden Sebelum –setelah
Mean rank
Z
p value
4,50
-2,558
0,011
Hasil uji beda Wilcoxon menunjukkan p value = 0,011 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan skor skala braden sebelum dan setelah terapi topikal VCO yang berarti bahwa ada pengaruh terapi topikal VCO terhadap peningkatan skor skala Braden, dengan kata lain terapi topikal VCO efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. National Guideline Clearinghouse (NGC) and Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI) (2007) merekomendasikan untuk meminimalkan gesekan dan shear yang dapat menyebabkan penurunan toleransi jaringan dan mendukung terjadinya luka tekan adalah melakukan tindakan sebagai berikut; secara teratur gunakan pelumas dari minyak hypoallergenic, krim atau lotion pada permukaan kulit yang tertekan. Salah satu topikal yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya dekubitus adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Kandungan asam lemak yang terkandung dalam VCO efektif dan aman digunakan sebagaimoisturizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidrasi kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit (Agero & Rowell, 2004). Virgin Coconut Oil merupakan produk olahan kelapa yang memiliki kandungan asam lemak rantai medium atau Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dan asam laurat. Asam laurat akan diubah didalam tubuh manusia menjadi monolaurin, sebuah senyawa monogliserida yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Sedangkan MCFA mudah diserap kedalam sel kemudian kedalam mitokondria, sehingga metabolisme meningkat. Adanya peningkatan metabolisme maka sel-sel bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel-sel yang rusak lebih cepat VCO juga berfungsi sebagai antioksidan karena VCO memiliki kandungan vitamin E dan polifenol (Novarianto & Tulalo, 2007). Penelitian ini selaras dengan penelitian Setiani (2014) tentang efektivitas massage dengan VCO terhadap pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di ruang ICU dengan p value = 0,001 sehingga ada pengaruh perawatan kulit dengan massage effleurage dan VCO untuk mencegah kejadian luka tekan.
http://jurma.unimus.ac.id
Berdasarkan hasil dari 8 responden pada kelompok alih baring 30 derajat, resiko dekubitus sebelum dilakukan alih baring 30 derajat didapatkan hasil 1 responden tidak beresiko, 1 responden resiko rendah, 2 responden resiko sedang dan 4 responden resiko tinggi. Resiko dekubitus setelah dilakukan alih baring 30 derajat didapatkan hasil 1 responden tidak beresiko, 4 responden resiko rendah dan 3 responden resiko sedang. Tabel 2 Uji beda skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok alih baring 30 derajat (n=8) Variabel Skala Braden Sebelum – setelah
Mean
T
SD
p value
-2,625
-9,979
0,74402
0,000
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor skala Braden sebelum dilakukan alih baring 30 derajat adalah 13,125. Rata-rata skor skala Braden setelah dilakukan alih baring 30 derajat adalah 15,75, mengalami rata-rata peningkatan sebesar 2,625. Hasil uji beda paired sample ttest menunjukkan p value = 0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan skor skala braden sebelum dan setelah alih baring 30 derajat yang berarti bahwa ada pengaruh alih baring 30 derajat terhadap peningkatan skor skala Braden, dengan kata lain alih baring 30 derajat efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. Pada pasien stroke dengan gangguan mobilisasi, pasien hanya berbaring saja tanpa mampu untuk mengubah posisi karena keterbatasan tersebut. Gangguan mobilitas adalah faktor yang paling signifikan resiko luka tekan atau dekubitus (Gisbreng, 2008). Tindakan pencegahan dekubitus harus dilakukan sedini mungkin dan terus menerus, sebab pada pasien stroke dengan gangguan mobilisasi yang mengalami tirah baring di tempat tidur dalam waktu yang cukup lama tanpa mampu untuk merubah posisi akan beresiko tinggi terjadinya dekubitus. NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014) merekomendasikan pengaturan posisi miring 30–40 derajat pada pasien tirah baring untuk mengurangi tekanan pada area yang beresiko terjadinya dekubitus. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Bujang, Aini & Purwaningsih (2013) pengaruh alih baring 30 derajat setiap 2 jam sekali terhadap 30 pasien stroke, bahwa ada pengaruh alih baring 30 derajat terhadap kejadian dekubitus pada pasien stroke yang mengalami hemiparesis dengan p value sebesar 0,011.
http://jurma.unimus.ac.id
Tabel 3 Uji Mann Whitney perbedaan peningkatan skor skala Braden setelah intervensi pada kelompok alih baring 30 derajat dan terapi topikal VCO (n=16) Variabel Peningkatan skor skala braden
Kelompok Alih baring 30 derajat Terapi topikal VCO
Mean Rank 6,88
Z
p value
-1,447
0,195
10,12
Berdasarkan hasil uji beda Mann Whitney peningkatan skor skala Braden pada kedua kelompok menunjukkan p value = 0,195 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan peningkatan skor skala braden antara terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat yang berarti bahwa terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat sama-sama efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. Tabel 4 Perbedaan rata-rata skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok alih baring 30 derajat dan terapi topikal VCO (N=16) Kelompok
Mean Skor Skala Braden
Mean
Sebelum
Setelah
Alih Baring 30 derajat
13,125
15,750
2,625
Terapi topikal VCO
13,625
16,875
3,250
Rata-rata skor skala Braden sebelum intervensi kelompok terapi topikal VCO adalah 13,62, sedangkan kelompok alih baring 30 derajat adalah 13,12. Rata-rata skor skala Braden setelah intervensi kelompok terapi topikal VCO adalah 16,88, sedangkan pada kelompok alih baring 30 derajat adalah 15,75. Rata-rata peningkatan skor skala Braden pada kelompok terapi topikal VCO adalah 3,25, sedangkan kelompok alih baring 30 derajat adalah 3,63, artinya peningkatan rata-rata skor skala Braden kelompok terapi topikal VCO lebih besar dari pada kelompok alih baring 30 derajat. Terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat merupakan salah satu tindakan pencegahan dekubitus. Ada tiga area intervensi keperawatan utama yang dilakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus adalah perawatan kulit, yang meliputi higienis dan perawatan kulit topikal, pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan, yang meliputi pemberian posisi, penggunaan tempat tidur dan kasur terapeutik, dan pendidikan (NPUAP, EPUAP & PPPIA, 2014). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Handayani, Irawaty & Panjaitan (2011) tentang pencegahan luka tekan melalui pijat menggunakan VCO menunjukkan bahwa pijat
http://jurma.unimus.ac.id
menggunakan VCO efektif untuk digunakan dalam pencegahan luka tekan grade I dengan p value = 0,033 (p<0,05). Pada penelitian tersebut kelompok perlakuan diberi alih baring 30 derajat tiap dua jam, mandi 2 kali sehari dan VCO dengan pijat ringan selama 4-5 menit di daerah skapula, sacrum, dan tumit sedangkan kelompok kontrol mendapat alih baring 30 derajat tiap 2 jam dan mandi 2 kali sehari. Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini meliputi tehnik pemilihan sampel tidak randomized sehingga responden tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan kedua perlakuan. Terdapat variabel confounding, antara lain status gizi dan perfusi oksigenasi. Peneliti tidak dapat melakukan pengawasan secara intensif terhadap proses pelaksanaan penelitian. PENUTUP Hasil Penelitian yang dilakukan pada penderita stroke di RSUD Kota Semarang diperoleh hasil skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok terapi topikal VCO mengalami rata-rata peningkatan 3,25. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh hasil bahwa ada perbedaan skor skala Braden sebelum dan setelah terapi topikal VCO dengan p value = 0,011 (p<0,05). Skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok alih baring 30 derajat mengalami rata-rata peningkatan 2,625. Berdasarkan hasil uji paired sample t-test diperoleh p value = 0,000 (p<0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan skor skala Braden antara sebelum dan setelah dilakukan alih baring 30 derajat. Uji Mann Whitney peningkatan skor skala Braden setelah intervensi pada kedua kelompok menunjukkan p value = 0,195 (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan peningkatan skor skala Braden antara terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat, yang berarti bahwa terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat sama-sama efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. Hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap tindakan pencegahan dekubitus, sehingga peneliti menyarankan kepada pelayanan kesehatan untuk mengaplikasikan terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat sebagai tindakan untuk menurunkan resiko dekubitus. KEPUSTAKAAN Agero, A.L. and Rowell, V.M. (2004). A randomized double-blind controlled trial comparing extra virgin coconut oil as a moisturizer for mild to moderate xerosis. Dermatitis, 15(suppl. 3), 109-16. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
http://jurma.unimus.ac.id
Braden, R.L. (2000). Textbook of therapeutics, drug and disease management (Ed.7). London: Lippicoth William & Wilkins. Bujang.B., Aini, F. & Purwaningsih, H. (2013). Pengaruh alih baring terhadap kejadian dekubitus pada pasien stroke yang mengalami hemiparesis di ruang Yudistira di RSUD Kota Semarang, http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/ documents/3440.pdf. Diunduh pada tanggal 6 Desember 2015. Dinkes Jateng. (2013). Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Ginsbreng, L. (2008). Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga. Goldstein, L.B.et al., (2011). Guidelines for the primary prevention of stroke: a guideline for healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke. (Suppl. 42), 517-84. Handayani,R.S., Irawaty, D. & Panjaitan, R.U. (2011). Pencegahan luka tekan melalui pijat menggunakan virgin coconut oil. Jurnal keperawatan Indonesia, 14 (suppl. 3), 141-148. Hastuti, S., Nosi, H. & Bahar, B. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dekubitus pada pasien di ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Ibnu Sina Makasar. Jurnal STIKES Nani Hasanuddin Makasar, 2 (Suppl.5), 39-45. Martini, D., Asiandi & Handayani, D.Y. (2012). The impact of the lying change in protection the
risk
of
dekubitus
on
the
stroke
patients
at
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3440.pdf. Diunduh
RSUD
Banyumas.
pada tanggal
7
Desember 2015. Mutia, L., Pamungkas, K.A. & Anggraini, D. (2015). Profil penderita ulkus dekubitus yang menjalani tirah baring di ruang rawati Inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari 2011–Desember 2013.JOM FK, 2 (suppl.2), 1-11. Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika. National Guideline Clearinghouse & Institute for Clinical Systems Improvement. (2007). Skin safety protocol: Risk assessment and prevention of pressure ulcers. Diperoleh dari www.essentialevidenceplus.com. National Pressure Ulcer Advisory Panel, European Pressure Ulcer Advisory Panel & Pan Pacific Pressure Injury Alliance. (2014). Prevention and treatment of pressure ulcers: quick reference guide. Emily Haesler (Ed.). OsbornePark, Western Australia: Cambridge Media.
http://jurma.unimus.ac.id
Novarianto,H. & Tulalo, M.(2007).Kandungan asam laurat pada berbagai varietas kelapa sebagai bahan baku VCO. Journal Littri (13); 28-33. Setiani, D. (2014). Efektifitas massage dengan virgin coconut oil terhadap Pencegahan luka tekan di Intensive Care Unit. Jurnal Husada Mahakam, 3 (suppl.8), 389-442. Setyawati, R., Suyanto & Noor, M.A. (2015). Pengaruh mobilisasi dan penggunaan VCO (Virgin Coconut Oil) terhadap ulkus dekubitus pada gangguan fungsi motorik pasca stroke. Nurscope Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, 1 (suppl.1), 1-7. Tarihoran, D.E.T.A.U, Sitorus, R. & Sukmarini, L. (2010), Penurunan kejadian luka tekan grade I (non-blanchable erythema) pada klien stoke melalui posisi miring 30 derajat. Jurnal Keperawatan Indonesia,13 (suppl.3), 181-186. Vanderwee, K., Grypdonck., Bacquer, D. & Defloor, T. (2006). Effectiveness of turning with unequal time intervals on the incidence of pressure ulcer lesions. Journal of advanced nursing, 57, 59-68.
http://jurma.unimus.ac.id