44
.1
Gambar 12. Histogram Bobot dan Prioritas Altematif Tindakan Pendapat Gabungan dalam Upaya Pencegahan deteriorasi Sesudall Konstrnksi eli Bangun.
46
Selanjutnya, tingkat kCl"llSakan pada komponen (kayu) konstruksi bangunan merupakan
faktor prioritas kedua dengan bobot 0.272. Produsen berpandangan (bobot 0.173) bahwa \ingginya tingkat kerusakan
pada komponen bangunan karena dari banyaknya pemakaian kayu kelas awet
rendah sebagai knstmksi bangunan nunah. Sedanglv.'lll konsumen tidak memandang penggunaan kayu kelas awet rendah merupakan faktor penyebab utama, melainkan berbagai jenis organisme penlsak kayu seperti rayap, kumbang bubuk dan jamUf yang tUlllbuh subur di sekitar lokasi bangunan sebagai peyebab utamanya. Sanitasi lingkungan m~mpakan faktar ke-3 yaitu dengan bobot 0.135. Tingginya kesadaran masyarakat pemilik bangunan nunah mewah terhadap kebersihan dan sanitasi lingkungan disekitar lokasi bangunan, menunjukkan bahwa konsumen menilai (babet 0.86) bahwa sanitasi lingkungan
merupakan faktor yang berpengaruh dalam terjadinya kerusakan pada bangunan rumah. Tingkat kcamanall tcrhadap lingkungan mempakan prioritas keempat yang berpengamh setelah sanitasi lingkungan. Produsen melllberikan penilaian penting (bobot 0.052) akan penggunaan bahan kimia anti rayap yang akan di aplikasikan pada daerah pemukiman kawasan eksekutif (konsllmen menengah ke atas).
Sedangkan biaya pemeliharaan menjadi priaritas kelima dengan
bobot 0.037. Borongan bangunan sebagai pelaksana dan perencanaan dalam pembangunan mmahnllHah komersil (mewah) menempatkan faktor biaya pemeliharaan bangunan yang kecil sebagai faktor pertama lIntllk di pertimbangkan. Hal ini tedihat dari banyaknya konstruksi bangunan rumah dengan standar asing dan arsitektur yang khuslls memiliki umur pakai bangunan yang panjang dengan kualitas yang tinggi. Pelaku atau aktor yang berperan dalam penentuan rencana tindakan pengendalian deteriorasi ini adalall konsumen menengall keatas, borongan bangunan dan produsen jasa pengendalian hama (pCO dan pengawetan kayn). Bobot dan prioritas aktor yang berkepentingan dapat di liliat pada tabel 20. Tabel 20. Bobot dan Prioritas Aktor dalam Rencana Upaya Pencegallan Deteriorasi Sesudall
Konstruksi di Bangun. No 1 2 3
Aktor Konsumen menengah ke atas Barangan bangunan Produsen Jasa Pengendalian Hama (pCO & pengawctan kavu )
Bobot 0.266 0.115 0_619
Prioritas 2 3 1
Pada tabel 20 diatas menUl\iukkan ballwa produsen jasa pengendalian hama (pCO dan pengawetan kayu) tetap memperoleh bobot tinggi yaitu dengan babot 0.619. Penman produsen yang besar dalarn memberikan input penentuan rencana pencegahan deteriarasi ini, menyebabkan bagian itulall sendiri yang berperan dalarn melaksanakan pengendalian hama bangunan di daerall pemukiman.
47
Sikap mental positifyaitu kesediaan untuk bekerja yang baik dan bahkan kesediaan ikut serta dalam penerangan bahaya rayap pada bangunan di kalangan masyarakat mewujudkan besamya kepentingan produsen dalam upaya peneegahan deteriorasi sesudah konstmksi di bangun. Konsumen monongah ke atas ( bobot 0.266 : prioritas kedua) adalah pengambilan keputusan dalam menentukan
tindakan pengendalian harna dalam rangka meningkatkan umur palmi bangullaIl nlmah dan borongan bangunall mempunyai peran yang keeil (bobot 0.115 : prioritas ke tiga) kc.'lfena berperall sebagai pelaksana dad keinginan konsllmell dalam pembangunan ntmah yang akan didirikan yang
menyebabkan peran dari pihak bo~ongan bangunan cukup kecil. Terdapat empat tujuan yang ingin dieapai yaitu menunjang pelestarian sumber daya hutan (ekologis),
menekan
populasi organisme penyebab
kemskan
pada
bangunall,
ekonolllisasi
pemeliharaan bangunan, dan peningkatan mutu dan masa pakai bahan (kayu). Bobot dan priorotas tujuan yang ingin dieapai tersebut dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21. Bobot dan Prioritas Tujuan Pendapat Gabungan dalam Reneana Tindakan Upaya
Pencegahan Deteriorasi Sesudah Konstmksi di Baugun. No I 2 3 4
Tujuan Mellunjang pelestarian sumberdaya hutan (ekologis) Menekan populasi organisme penyebab kemsakan Pi'da bangunan Ekonomisasi pemeliharaan bano"Unan Pellingkatalllllutu dalllllasa pakai bahall
Bobo! 0.056 0.141 0.502 0.301
Prioritas
4 3 1 2
Dari hasil penilaiall di atas, terlihat bahwa tujuan yang di prioritaskan oleh adalah ekonomisasi pelllelihal'aan bangunan dengan bobot 0.502.
Hal ini dapat dipahami mengingat
masyarakat pemilik bangunan (konsulllen) menginginkan biaya pemeliharaan bangunan menjadi berkurang dan seeara teoritis dapat menikmati bangunan tersebut qalam jangka panjang. Penilaian yang diberikan oleh konsumen terhadap tujuan yang ingin dieapai tersebut (bobot 0.102) sebagai tujuall lllama dalam memelihara bangunan mmall.
Lain halnya dengan lJorongan ballgunan yang
mertilai (bobot 0.026) terhadap tujuan pellingkatall mutu dan masa pakai hahan (kayu) mempakan tujuan prioritas berikutnya. Hal ini dikarenakan dari keinginan masyarakat pemilik mmall mewah yang mengutanlakan bangunan berkualitas tinggi dengan arsitektur yang khusus. Selain itu, rumall mewall tersebut membutuhkan investasi yang besar dan selayaknya merupakan investasi dalanl jangka panjang.
Sedangkan tujuan untuk menei
menempati prioritas ke 3 dengan bobot 0.012. Salall satu eiri dari bangunan yang telall mengalanli kenlSakan berat akibat serangan rayap adalah, terdapatnya sarang koloni rayap dan adanya pohon di halaman mmall yang teiah terserang oleh pemsak biologis tersebut. Pihak produsen menilai (bcbot 0.031) dengan memsak sarang koioni rayap yang ada di sekilar lokasi ballgunan dengan cara pembuatan "rintangall kimiawi di bawah bangunan" maka dapat menekan popuiasi penyebab kemsakan pada bangunan rumall.
48
Melalui rencana tindakan pencegahan deteriorasi sesudah koustruksi di bangun, di peroleh tiga allematif tiudakan yang dapat dilakllkan, yaitu kebersihan lokasi bangunan di tingkatkan, penggunaan kayu awetan dan peracunan terhadap rayap (soil treatment).
Hasil penilaian terhadap
ketiga altematiftindaka tersebut dapat di lihat pada tabel 22 dan gambar 14. Tabel22. Bobot dan Prioritas AlternatifTindakan Pendapat Gabungan dalam Rencana Upaya Pencegahan Deteriorasi Sesudah KOllstruksi di Bangul1.
No 1 2 3
Bobot
Alternatif Tindakan Kebcrsihan lokasi banaunan di til1<Jkatkan
0.478
Penggunaan kayu awetan
0.303 0.219
Peracunan terhadap rayap
;
.
~eb.rslll,n
'"
Gambar 14.
3
o!n'n~k;rtln
tng9Uf1un eng_Ian Kil')'oJ
KA
.I
\<)UI' b,niun1n
Prioritas 1 2
IPtflCUn,n 't/tla~"
.2
.3
.1
.5
~p
.6
!ltnnrtls,di)
.7
Histogram Bobo! dan Prioritas Altematif Tindakan Pendapat Gabungan Upaya Pencegallan Deteriorasi Sesudall Konstruksi di Bailgun.
Pada tabel dan ganlbar eli atas terlihat ballwa kebersihan lokasi bangunan tetap merupakan lIlerupakan prioritas utama dalanl hal tindakan pengendalian dan pencegallaJl balmya serangrul organisme perusak kayu pada bangunaJl rumall. Hal ini didasari oleh adanya kebiasaan lIlasyarakat yang menumpuk kayu bekas di tepi baJlgunan taJlpa lIlelindungi dari tetesan air hnjan dan kebiasaan membuaJlg sampall di sekitar rumall tinggal merupa1can sumber perusak yang sewaktu-waktu dapat menyerang bangunan. ~j:.";.ii.lp\;aui.dl
Penggunaan kayu awetun dan peracunan tcrhadap rayap (soil treatment)
Oobot yang relatif sarna. Konsumen menengah ke atas harus memberikan perhatian yang
sama kepada kedua altematif strategi tersebut dalaJn melakukan upaya pencegallan balmya hanla pada bangunaJl rumah, mengingat besarnya nilai investasi yang menguraJlgi serangan rayap pada bangunaJl tersebut.
49
Persepsi yang sama antara konSllmen golongan bawah dan menengah ke atas terhadap
alternatif tindakan post-constrnction, dikarenakan akibat kenaikan biaya teknologi pengendalian hama
pada bangunan yang menyebabkan .konsumen akan meminimalkal1 penggunaanya. Di sam ping itu masyarakat pemilik nunah mewah pada umumnya sudah berpeluang menikInati bangunan berkualitas tinggi dalam jangka dellgan penerapan aplikasi pengawetall kayu dan peracun3n tanah (.S'oil treatment) pada waktu sebelum kOllstruksi di bangun.
D. Analisis Percncanaan Upay.n Penceg.1han Deteriorasi Pada Bangurian Perumahan.
Upaya pencegahan deteriorasi (kerusakan) pada bangunan rumall sangat penting dalam rangka peningkatan mutu dan masa pakai (selvice life) bangunan. Salall satu tindakan yang dapat
diterapkan adalah memperpanjang umur komponen leayu melalui penerapan pengawetan kayu dan soil t/'eatmen{
sesuai dengan standar dan teknis yang berlaku.
Dengan perkataan lain teknologi
pengenctalian hama pacta bangunan menlpakan proses nilai tambah, yaitu ekonomisasi pemeliharaan bangunan (biaya pemeliharaan banbrunan menjadi kecil) dan peningkatan kualitas bangunan rumall
dalam j angka panj ang Untuk memutusl)an tindakan pengamanan terhadap bangunan rumall seorang konsumen
dipengamhi oleh beberapa faIctor.
Secara umum dipengaruhi oleh empat faktor utruna yaitu harga
barang itu sendiri, harga barang lain (substitusi), pendapatan konsumen serta selera dan preferensi konsumen. Preferensi konsumen ini terkait dengrul karakteristik konsumen yaitu tingkat pengetallUrul (pendidikan), tingkat pendapatan dan besar keluarga konsumen (Kotler, 1993). Pihak konsumen pacta saat mendirikan ballgullan rumah hanya untuk memenuhi rumall tinggal (lumian) bagi keluarganya, karena membutuhkan investasi yang sallgat besar maka selayakllya
investasi tersebut merupakan investasi jangka panjrulg
Gleh karena itu penerapan teknologi
pengawetan kayu drul pengedalirulhama lainnya diperlukan dalam rrulgka meningkatkrul umur pakai bangunan rumall. Tingginya biaya teknologi untuk pencegahan hruna pada brulgunrul nunall dan relatif kurang memasyarakat serta semakin lrulgkanya kayu awet alruni di pasaran dan relatif mahal harganya, menyebabkan konsumen menggunakan kayu kurang awet sebagai komponen konstruksi bangunrul dan memilih tindakrul altematif pencegallan dan pengendalirul hama pada brulgunan laill!!ya yang SUdall ada dalam kehidupan masyarakat, seperti: perendamrul dalam lumpur dan pelaburrul "residu" pada komponen kayu konstmksi brulgunrul.
Atau karena dari segi kepraktisannya perlakuan tradisional ini
',!Udan dilalcukan dan dari segi ekonomis lebih murall. AIasan lain yang juga mendorong konsumen memilih pelaktlrul tradisional dihubungkan dengrul kurang mantapnya pengendalian h'Ualitas pengawetan kayu dan soil treatment yang pada akhimya mengurangi kepercayarul konsumen.