Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
TINJAUAN KINERJA
PEREKONOMIAN INDONESIA TRIWULAN I
ht
tp :// w
w
w
.b p
s. go
.id
2009
Triwulan IV - 2008
i
w
.b p
s. go
.id
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
ht
tp :// w
w
TINJ AUAN KINERJ A TINJA KINERJA
PEREK ONOMIAN PEREKONOMIAN INDONESIA
ISSN Nomor Publikasi Katalog BPS Ukuran Buku Jumlah Halaman
: : : : :
1411-996X 07330.0909 9199006 15 cm x 20 cm vi + 26 halaman
Naskah : Sub Direktorat Indikator Statistik Gambar Kulit : Sub Direktorat Indikator Statistik Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta - Indonesia
ii ii
Triwulan IV - 2008
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Kata Pengantar
Publikasi Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia (TKPI) Triwulan I tahun 2009 menyajikan ulasan ringkas mengenai perekonomian Indonesia berdasarkan data pada triwulan terakhir yang dikumpulkan oleh BPS dan dilengkapi dengan data sekunder dari instansi lain.
s. go
.id
Publikasi ini menyajikan informasi tentang pertumbuhan ekonomi, inflasi, moneter, investasi dan perdagangan saham, ekspor-impor, produksi tanaman bahan makanan, pariwisata, upah buruh dan pengangguran serta prospek dunia usaha.
w
w
.b p
Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi demi terwujudnya publikasi ini disampaikan terima kasih. Kritik dan saran sangat kami hargai guna perbaikan publikasi ini di masa mendatang
ht
tp :// w
Jakarta, Juni 2009 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
Triwulan IV - 2008
Rusman Heriawan
iii
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Daftar Isi
iii iv v vi 1 3 6 6 8 13 15 17 19 20 21 23 24 25
ht
tp :// w
w
w
.b p
s. go
.id
Kata Pengantar .................................................................................... Daftar Isi ............................................................................................. Daftar Tabel ......................................................................................... Daftar Gambar ..................................................................................... Ikhtisar ............................................................................................. Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................... Kontribusi PDB ...................................................................................... Inflasi ............................................................................................. Moneter ............................................................................................. Investasi ............................................................................................. Perdagangan Saham ............................................................................. Ekspor ............................................................................................. Impor ............................................................................................. Produksi Tanaman Bahan Makanan ........................................................ Pariwisata ............................................................................................ Upah Buruh .......................................................................................... Pengangguran ...................................................................................... Prospek Dunia Usaha ............................................................................
iv iv
Triwulan IV - 2008
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Daftar Tabel
4 7
9 14 16 18 20 21
23 24 26
ht
tp :// w
w
w
.b p
s. go
.id
Tabel 1 Produk Domestik Bruto / Gross Domestic Product .................... Tabel 2 Laju Inflasi / Inflasi Rate ........................................................ Tabel 3 Komposisi Uang Primer, Nilai Tukar Rupiah, SBI dan Suku Bunga Deposito / Composition of Reserve Money, Rupiah Exchange Rate, Bank Indonesia Certificate and Deposits Interest Rate .................................................... Tabel 4 PMDN dan PMA Domestic and Foreign Investment .......................................... Tabel 5 Perdagangan Saham / Shares Trading .................................... Tabel 6 Ekspor - Impor / Export and Import ........................................ Tabel 7 Produksi Tanaman Bahan Makanan Production of Food Crop ........................................................ Tabel 8 Perkembangan Pariwisata /Trend of Tourism ........................... Tabel 9 Rata-rata Upah Nominal dan Upah Riil per Bulan Buruh di Bawah Mandor menurut Sektor / Average Monthly Nominal and Real Wage of Production Worker Below Supervisory Level by Sector ..................................................................... Tabel 10 Indikator Ketenagakerjaan / Employment Indicators ............... Tabel 11 Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen Indices of Business and Consumer Tendency ..........................
Triwulan IV - 2008
v
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Daftar Gambar 1 Laju Pertumbuhan PDB (y-o-y) .......................................... Growth Rate of GDP (y-o-y)
5
Gambar
2 Laju Inflasi / Inflation Rate ...............................................
8
Gambar
3 Peredaran Uang Primer, M1 dan M2 Money Supply of Reserve Money, M1 dan M2 ..................... 10
Gambar
4 Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang Asing dan Harga Emas / Trend of Foreign Exchange Rate and Gold Price ...... 10
Gambar
5 Ekspor - Impor / Export and Import ................................... 19
Gambar
6 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (orang) Number of Foreign Tourist (person) ................................... 22
ht
tp :// w
w
w
.b p
s. go
.id
Gambar
vi vi
Triwulan IV - 2008
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Perekonomian domestik masih diwarnai oleh perkembangan kondisi perekonomian dunia. Perlambatan pertumbuhan perekonomian juga terjadi di Indonesia sebagai kelanjutan krisis keuangan global. Memburuknya perekonomian global terus mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia hingga Triwulan I2009 dan diperkirakan akan terus berlanjut selama tahun 2009. Kinerja perekonomian Indonesia Triwulan I-2009 tumbuh 1,62 persen (q to q). Sementara itu pertumbuhan kumulatif mencapai 4,37 persen (y on y).
IKHTISAR
tp :// w
w
w
.b p
s. go
.id
Menurut penggunaannya, pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat 0,78 persen. Namun cenderung melambat dibandingkan Triwulan IV-2008. Hal ini seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat. Namun pelemahan tersebut tidak mengalami penurunan yang tajam karena belanja konsumsi masyarakat pada Triwulan I-2009 didongkrak oleh kebutuhan pesta demokrasi. Pertumbuhan kumulatif PDB penggunaan (y on y) untuk komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga naik 5,84 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah naik 19,25 persen dan komponen pembentukan modal tetap domestik bruto naik 3,51 persen. Sedangkan komponen impor turun 24,09 persen dan komponen ekspor turun 19,13 persen. Penurunan impor antara lain disebabkan melambatnya intensitas kegiatan produksi terutama pada sektor industri pengolahan yang berorientasi ekspor serta penurunan daya beli masyarakat. Sementara masih berlanjutnya krisis keuangan global yang menyebabkan permintaan eksternal turun dan masih rendahnya harga komoditas ekspor serta belum membaiknya kinerja perekonomian negara mitra dagang ikut berdampak pada turunnya pertumbuhan ekspor.
ht
Tren negatif ekspor Indonesia masih berlanjut pada Triwulan I-2009, nilai ekspor Indonesia US $ 22.902,2 juta (turun 32,13 persen dibanding Triwulan I 2008). Penurunan ekspor migas mencapai 55,10 persen dan nilai non migas turun 25,69 persen (q on q). Di sisi impor, penurunan permintaan domestik sebagai respon atas perlambatan pertumbuhan dunia juga mengurangi permintaan impor. Selama Triwulan I-2009 nilai impor Indonesia turun 35,85 persen dibanding Triwulan I 2008. Di dalam negeri, pergerakan indeks harga selama Triwulan I-2009 tercatat laju inflasi sebesar 0,36 persen (q to q). Pendorong utama laju inflasi adalah kelompok Sandang (4,48 persen) dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (2,40 persen). Sementara penurunan indeks harga (deflasi) terjadi pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 4,66 persen. Disektor moneter, berbagai kebijakan dilakukan agar tetap menjaga kestabilan makro ekonomi dan kestabilan harga di dalam negeri serta sistem keuangan dalam jangka menengah. Rata-rata uang primer yang beredar pada Triwulan I-2009 mencapai Rp 307,8 triliun, (turun 5,74 persen dibanding Triwulan I- 2008 dan turun
Triwulan I - 2009
1
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
3,72 persen dibanding Triwulan IV-2008). Kondisi ini seiring dengan perlambatan perekonomian domestik. Rata-rata suku bunga SBI Triwulan I-2009 sebesar 8,82 persen (1 bulan), 9,26 persen (3 bulan). Secara umum terjadi penurunan SBI dimana kebijakan ini dilakukan untuk menjaga kestabilan harga dan nilai tukar yang akan mendukung perkembangan ekonomi.
.id
Perkembangan investasi penanaman modal dalam negeri sepanjang tahun 2008 masih dapat memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan ekonomi nasional dan lokal. Investasi PMDN yang sudah terealisasi selama Triwulan IV2008 mencapai Rp. 5,4 triliun dimana sebagian besarnya terserap ke sektor industri. Sementara aliran investasi asing ke pasar modal Indonesia pada bulan Februari 2009 sebesar US $ 1,2 miliar.
.b p
s. go
Sumber pertumbuhan ekonomi lainnya yaitu pasar modal yang merupakan salah satu alternatif pembiayaan bagi perusahaan untuk meningkatkan modal menunjukkan sedikit perbaikan. Dengan 486 emiten, jumlah saham yang diterbitkan pada bulan Maret 2009 mencapai 8.403 miliar lembar saham dengan nilai emisi saham menjadi Rp 411,3 miliar. Pada penutupan perdagangan saham Maret 2009, IHSG ditutup pada posisi 1.434,07 poin.
tp :// w
w
w
Produksi padi Indonesia pada periode Januari-April 2009 berdasarkan ARAM I mencapai 28,1 juta ton. Terjadinya peningkatan produksi diperkirakan karena meningkatnya produktivitas sebesar 0,09 kuintal/hektar (0,18 persen), meskipun terjadi penurunan luas panen sekitar 8 ribu hektar (0,14 persen).
ht
Kinerja sektor pariwisata masih mencatat pertumbuhan positif. Hal ini terlihat dari indikator jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia selama Triwulan I-2009 mencapai 1.406 ribu orang atau meningkat sebesar 0,04 persen (q to q). Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 14 Provinsi Daerah Tujuan Wisata (DTW) rata-rata 46,19 persen dengan rata-rata lama menginap total tamu asing dan tamu dalam negeri 2,14 hari. Kondisi tenaga kerja melalui rata-rata upah riil per bulan pada Triwulan III2008 untuk sektor Industri, Hotel dan Pertambangan Non Migas masing-masing tercatat sebesar Rp 666,7 ribu, Rp 623,1 ribu dan Rp 2.347,5 ribu. Kondisi ini menunjukkan penurunan dibandingkan Triwulan sebelumnya, sehingga meskipun secara nasional besarannya naik, tetapi secara riil pendapatan buruh bergerak lebih lambat daripada kenaikan harga-harga kebutuhan hidup. Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2009 (67,6 persen) meningkat dibandingkan keadaan Agustus 2008 (67,2 persen).
22
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Secara umum kondisi perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh Indeks Tendensi Bisnis (ITB) menunjukkan perlambatan. ITB Triwulan I-2009 menyentuh level 96,61. Sementara itu, persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian pada Triwulan I-2009 menunjukkan rasa optimisme dimana besaran ITK 102,15.
PERTUMBUHAN EKONOMI
.id
Kinerja perekonomian Indonesia pada Triwulan I-2009 yang digambarkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 1,62 persen dibandingkan dengan Triwulan IV-2008(q to q). Memburuknya perekonomian global terus mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia hingga Triwulan I-2009 dan diperkirakan akan terus berlanjut selama tahun 2009. Secara absolut besaran PDB pada Triwulan I-2009 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 1.300,3 triliun rupiah.
tp :// w
w
w
.b p
s. go
Pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I-2009 didorong oleh meningkatnya nilai tambah pada sektor pertanian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan PDB terbesar terjadi pada sektor pertanian yang mengalami peningkatan sebesar 19,26 persen, diikuti sektor listrik, gas dan air bersih yang tumbuh sebesar 3,57 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 2,11 persen. Peningkatan yang cukup tinggi di sektor pertanian terutama terjadi berkaitan dengan puncak musim panen tanaman padi sehingga mendongkrak kinerja subsektor tanaman bahan makanan meningkat tajam sebesar 61,59 persen. Sementara itu subsektor perkebunan pada Triwulan I-2009 masih menunjukkan tren perlambatan terkait dengan belum membaiknya permintaan ekspor. Demikian juga subsektor kehutanan; subsektor perikanan dan subsektor peternakan juga mengalami perlambatan.
ht
Sektor-sektor yang mengalami penurunan nilai tambah cukup besar pada Triwulan I-2009 terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang turun sebesar -4,79 persen. Penurunan ini antara lain disebabkan turunnya daya beli masyarakat sehingga menyebabkan permintaan turun. Sektor lain yang juga mengalami penurunan adalah sektor konstruksi turun sebesar -1,24 persen, sektor pertambangan dan penggalian turun -0,48 persen dan sektor industri pengolahan turun -0,35 persen. Menurunnya pertumbuhan di sektor konstruksi diindikasikan dengan cenderung menurunnya pertumbuhan pembangunan properti komersial. Sementara masih belum pulihnya permintaan ekspor dan turunnya harga komoditas pertambangan ikut mempengaruhi turunnya kinerja di sektor pertambangan. Jika dibandingkan dengan Triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-o-y), perekonomian Indonesia pada Triwulan I-2009 mengalami pertumbuhan sebesar
Triwulan I - 2009
3
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia Tabel Table
Pr oduk Domesik Br uto
:1
Gross Domestic Product 2009 xxx)
2008 xx) Rincian
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Jumlah
Tw.I
Item
Qrt.I
Qrt.II
Qrt.III
Qrt.IV
Total
Qrt.I
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
PDB harga berlaku (Rp. triliun)
1 117,6
1 229,6
1 332,5
1 274,3
4 954,0
1 300,3
505,2
519,4
538,6
51,9
2 082,1
527,3
GDP current market prices (trillion rupiahs) PDB harga konstan 2000 (Rp. triliun) GDP 2000 constsnt market prices (trillion rupiahs)
2,41
2,79
-0,36
-0,10
- Non migas / Non Oil and Gas
2,62
3,01
19,21
- Industri / Manufacturing
-0,13
1,62
-0,97
0,19
-0,88
3,88
-3,84
6,52
1,80
- Lainnya / Others
19,26
0,28
- Konsumsi rumah tangga/Private consumption
w
- Konsumsi pemerintah / Government consumption - Investasi / Investment
tp :// w
- Ekspor / Export - Impor / Import
6,31
7,16
-22,88
4,77
3,12
-2,50
3,66
-0,35
3,13
0,66
7,49
-0,91
2,59
-0,17
1,32
1,89
1,73
5,34
0,78
-30,46
26,14
5,60
25,62
10,43
-28,73
-0,20
3,19
5,18
0,76
11,69
-5,35
4,30
3,45
-0,14
-5,50
9,49
-17,15
3,43
4,72
0,83
-11,68
10,03
-18,61
w
Penggunaan / Expenditure
-3,65
1,44
.b p
- Pertanian / Agriculture
3,70
.id
PDB / GDP - Migas / Oil and Gas
Sektor / Sector
6,06
1,28
s. go
Per tumbuhan q to q / Growth q to q (%)
Komposisi PDB / Compotition of GDP (%) - Migas / Oil and Gas
11,02
11,55
10,83
9,27
10,65
7,10
88,98
88,45
89,17
90,73
89,35
92,90
- Pertanian / Agriculture
14,46
14,53
15,57
12,99
14,40
15,77
- Industri / Manufacturing
27,22
27,26
27,92
28,98
27,87
27,32
- Lainnya / Others
58,32
58,22
56,51
58,03
57,73
56,91
62,97
60,09
58,32
62,76
60,95
62,17
6,87
8,54
7,96
10,13
8,41
7,68
- Investasi / Investment
26,07
26,65
27,71
29,93
27,65
30,44
- Ekspor / Export
31,01
30,71
28,85
28,71
29,76
23,58
- Impor / Import
27,63
30,20
29,15
27,43
28,63
20,54
Sektor / Sector
ht
- Non migas / Non Oil and Gas
Penggunaan / Expenditure - Konsumsi rumah tangga/Private consumption - Konsumsi pemerintah / Government consumption
Catatan/Note : x x ) Angka sangat sementara / Very preliminary figures x x x ) Angka sangat sangat sementara / Extremely preliminary f igures
44
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Gambar 1. Laju Pertumbuhan PDB (y-o-y) Figure Growth Rate of GDP (y-o-y) 7.0 6.64
6.58 6.42
6.5 6.0
6.41
6.25 6.03 5.85
5.5 5.18
5.0 4.5
4.37
Tw/Q II '07
Tw/Q IV '07 Tw/Q III '07
Tw/Q II '08 Tw/Q I '08
Tw/Q IV '08 Tw/Q III '08
Tw/Q I '09
s. go
Tw/Q I '07
.id
4.0
tp :// w
w
w
.b p
4,37 persen. Pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulantriwulan selama tahun 2008 yang mencapai diatas 5 persen. Perlambatan pertumbuhan perekonomian global juga terjadi di Indonesia sebagai kelanjutan krisis keuangan global. Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I2009 didorong oleh semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat paling tinggi (16,68 persen). Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi terutama disorong oleh subsektor komunikasi yang masih dapat tumbuh cukup tinggi (30,94 persen) dengan indikator pertumbuhan jumlah operator dan pelanggan seluler, serta konsumsi telekomunikasi masyarakat.
ht
Peningkatan PDB pada Triwulan I-2009 ( q-to-q ) masih disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,78 persen. Namun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga cenderung melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan IV-2008. Hal ini seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat. Namun pelemahan tersebut tidak mengalami penurunan yang tajam karena belanja konsumsi masyarakat pada Triwulan I-2009 didongkrak oleh kebutuhan pesta demokrasi. Sementara itu keempat komponen penggunaan PDB yang lain mengalami penurunan. Komponen pengeluaran konsumsi pemerintah turun paling tajam yaitu sebesar -28,73 persen, diikuti komponen impor yang turun sebesar -18,61 persen, komponen ekspor turun -17,15 persen dan komponen pembentukan modal tetap bruto turun -5,35 persen. Turunnya pertumbuhan impor antara lain disebabkan melambatnya intensitas kegiatan produksi terutama pada sektor industri pengolahan yang berorientasi ekspor serta penurunan daya beli masyarakat. Seiring dengan masih berlanjutnya krisis keuangan global yang menyebabkan permintaan eksternal turun ikut mengakibatkan kinerja ekspor
Triwulan I - 2009
5
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
negara ini menjadi turun. Disamping itu masih rendahnya harga komoditas ekspor ikut berdampak pada turunnya pertumbuhan ekspor.
s. go
Tiga sektor utama penyumbang PDB masing-masing adalah sektor industri pengolahan yang memberi kontribusi sebesar 27,32 persen, sektor pertanian 15,77 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13,44 persen. Sementara keenam sektor yang lain memberikan kontribusi terhadap PDB dibawah sepuluh persen. Jika dibandingkan dengan kontribusi pada triwulan sebelumnya, kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan. Sebaliknya kontribusi sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran justru mengalami sedikit penurunan. Meningkatnya kontribusi sektor pertanian ini antara lain disebabkan oleh melonjaknya produksi pertanian khususnya tanaman bahan makanan yang mengakibatkan sektor pertanian mengalami percepatan pertumbuhan.
tp :// w
w
w
.b p
KONTRIBUSI PDB
.id
Sementara itu bila dibandingkan dengan Triwulan I-2008 ( y-o-y), tiga komponen pengeluaran mengalami peningkatan yaitu komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga naik sebesar 5,84 persen, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah naik 19,25 persen dan komponen pembentukan modal tetap domestik bruto naik 3,51 persen. Sebaliknya komponen impor barang dan jasa dan komponen ekspor barang dan jasa mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu masingmasing -24,09 persen dan -19,13 persen. Tren penurunan ini sebagai imbas dari belum membaiknya kinerja perekonomian negara mitra dagang dan melemahnya konsumsi domestik.
ht
Pada Triwulan I-2009, kontribusi PDB menurut penggunaan masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang mencapai 62,17 persen (turun dibanding dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 62,76 persen) dari total PDB. Hal ini berkaitan dengan turunnya daya beli masyarakat. Sementara itu penggunaan PDB untuk pembentukan modal tetap domestik bruto tercatat sebesar 30,44 persen. Komponen penggunaan PDB yang lain yaitu ekspor dan impor barang dan jasa dan konsumsi pemerintah masing-masing mempunyai peranan sebesar 23,58 persen, 20,54 persen, dan 7,68 persen. Kontribusi komponen ekspor dan impor barang dan jasa juga mengalami penurunan yang cukup signifikan seiring dengan melambatnya kinerja ekspor dan impor barang dan jasa.
INFLASI
66
Selama Triwulan I-2009, laju inflasi tercatat sebesar 0,36 persen (q to q), jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,41 persen. Pendorong utama laju inflasi selama Triwulan I-2009 adalah kelompok Sandang dan kelompok Makanan Jadi,
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Minuman, Rokok dan Tembakau yaitu masing-masing sebesar 4,48 persen dan 2,40 persen. Sebaliknya terjadi penurunan indeks harga (deflasi) pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 4,66 persen.
Tabel : 2
Table
Laju Inflasi
Inflation Rate
2 00 9
20 0 8
Q rt .I (2)
( 1)
3,41
B ahan M akanan/Fo o dstuff
(3)
M akanan Jadi, M inuman, Ro ko k &
J an Jan ( 4)
11,06
F eb
F eb ( 5)
20 0 9 T w.I 2 )
A pr
M ar ( 6)
Q rt .I (7)
A pr (8)
M ar
-0,07
0,21
0,22
0,36
5,91
16,35
0,76
0,95
-0,26
1,44
-1,33
4,02
12,53
0,95
0,91
0,52
2,4
0,40
2,79
10,92
-0,06
0,28
0,20
0,42
0,12
4,30
7,33
0,55
2,85
1,02
4,48
-1,70
tp :// w
Umum/General
2 00 8
w
T w.I 1 )
w
Kelo m po k / G ro up
.b p
(2007=100)
s. go
.id
Selama Triwulan I-2009 deflasi terjadi pada bulan Januari sebesar 0,07 persen, yang disebabkan karena penurunan harga pada kelompok Perumahan dan kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan yaitu masing-masing sebesar 0,06 persen dan 2,53 persen. Sementara pada bulan Februari dan Maret terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,22 persen. Pada bulan Februari 2009 hanya kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang masih mengalami deflasi sebesar 2,43 persen sedangkan kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan indeks harga. Kemudian pada bulan Maret 2009 deflasi terjadi pada kelompok Bahan Makanan yaitu sebesar 0,26 persen, kelompok lainnya mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Sandang sebesar 1,02 persen.
-0,31
Tembakau/Prepared Fo o d, Beverages,
P erumahan/Ho using Sandang/Clo thing
ht
Cigarette and To bacco P ro ducts
Kesehatan/Health
3,00
7,96
0,37
0,17
0,73
1,27
0,34
P endidikan, Rekreasi, dan Olah
0,14
6,66
0,12
0,04
0,06
0,22
0,05
0,37
7,49
-2,53
-2,43
0,25
-4,66
0,07
Raga/Educatio n, Recreatio n and Sports Transpo rtasi, Ko munikasi & Jasa Keuangan/Transportatio n, Co mmunicatio n & Financial Services Catatan/Notes : 1) P ersentase perubahan IHK bulan M aret 2008 terhadap IHK bulan Desember 2007 P ercentage change o f co nsumer price indices in M arch 2008 to co nsumer price indices in December 2007 2) P ersentase perubahan IHK bulan M aret 2009 terhadap IHK bulan Desember 2008 P ercentage change o f co nsumer price indices in M arch 2009 to co nsumer price indices in December 2008
Triwulan I - 2009
7
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Gambar 2. Laju Inflasi Figure Inflation Rate 3
2
1,37 0,97
1
0,51
0,45 0,12
0
0,21 -0,04
0,22
-0,07 -0,31
-1 Okt '08
Des '08 Nov '08
Feb '09
Jan '09
Apr '09 Mar '08
s. go
Sep '08
.id
Agt '08 Jul '08
tp :// w
w
w
.b p
Kenaikan indeks harga (inflasi) dari 66 kota pengukur perubahan harga selama Triwulan I-2009 terjadi di 53 kota, sementara 13 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Manokwari sebesar 3,52 persen, selanjutnya Kota Kendari, Bima, Gorontalo dan Ambon masing-masing sebesar 2,99 persen, 2,41 persen, 2,33 persen dan 2,26 persen. Inflasi terendah terjadi di Kota Bekasi sebesar 0,01 persen. Penurunan indeks harga (deflasi) tertinggi terjadi di Kota Depok sebesar 0,87 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Padang Sidempuan sebesar 0,03 persen.
ht
Memasuki awal Triwulan II-2009 berdasarkan penghitungan IHK di 66 kota terjadi deflasi sebesar 0,31 persen di bulan April 2009. Kelompok yang mengalami penurunan indeks harga adalah kelompok Bahan Makanan dan kelompok Sandang, masing-masing sebesar 1,33 persen dan 1,70 persen. Sementara kelompok lainnya mengalami kenaikan yaitu berkisar antara 0,05 persen sampai dengan 0,40 persen. Tercatat 50 kota mengalami deflasi dan 16 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Manado (1,32 persen) dan terendah di Kota Surakarta (0,02 persen) sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Kota Palopo (0,99 persen) dan terendah di Kota Palangkaraya (0,06 persen).
MONETER
88
Perkembangan kondisi perekonomian global terus mewarnai dinamika yang terjadi pada perkembangan perekonomian Indonesia. Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan akan melanjutkan kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi dengan tetap mengedepankan stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan. Berbagai kebijakan
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia Tabel : 3. Komposisi Uang Primer, Nilai Tukar Rupiah, SBI dan Deposito
Table
Composition of Reserve Money, Rupiah Exchange Rate, Bank Indonesia Certificate and Deposits 2008
2009
Uraian
Jan
Feb
Mar
Triw I
Jan
Feb
Mar
Triw I
Description
Jan
Feb
Marc
Qrt I
Jan
Feb
Marc
Qrt I
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Uang Primer / Reserve Mone
332 437
322 001
325 044
326 494
420 298
411 327
419 746
417 124
314 662
303 885
304 718
307 755
447 476
444 035
458 581
450 031
(Miliar / Billion Rupiah) M2 (Miliar/Billion Rupiah )
1 588 962 1 596 090 1 586 795 1 590 616
1 859 891 1 890 430 1 909 681 1 886 667
9 178
9 145
9 240
8,00
7,93
7,96
7,96
9,50
7,83
8,01
8,04
7,96
7,07
6,95
6,88
7,40
7,36
SBI (1 bulan) BI Certificate (1 month) SBI (3 bulan) BI Certificate (3 month) Deposito (1 bulan) Deposits (1 month)
7,26
11 853
11 864
11 617
8,74
8,21
8,82
9,93
9,25
8,61
9,26
6,97
10,52
9,89
9,42
9,94
7,34
11,34
11,13
10,65
11,04
tp :// w
w
Deposits (3 month)
Catatan/Note : 1) di pasaran Jakarta/ in Jakarta market Sumber/Source : Bank Indonesia
w
Deposito (3 bulan)
11 133
s. go
9 397
.b p
Nilai tukar rupiah1) Rupiah Exchange Rate
.id
M1 (Miliar/Billion Rupiah )
tersebut dilakukan agar tetap menjaga kestabilan makro ekonomi dan kestabilan harga di dalam negeri serta sistem keuangan dalam jangka menengah.
ht
Memasuki tahun 2009 Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter masih menerapkan kebijakan moneter yang didasarkan pada pengendalian uang beredar atau quantity approach yaitu pengendalian uang primer. Memasuki tahun 2009 rata-rata uang primer yang beredar pada Triwulan I-2009 mencapai Rp 307,8 triliun, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 mengalami penurunan 5,74 persen, demikian pula bila dibandingkan dengan Triwulan IV-2008 turun sebesar 3,72 persen. Kondisi ini seiring dengan perlambatan perekonomian domestik. Dibandingkan kondisi uang primer yang beredar diakhir tahun 2008 (Rp. 344,7 triliun), pada bulan Januari dan Februari 2009 tercatat penurunan tren uang beredar. Masing-masing turun menjadi Rp. 344,7 triliun dan 303,9 triliun. Peningkatan kembali terjadi pada bulan Maret 2009 menjadi Rp 304,7 triliun.
Triwulan I - 2009
9
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Gambar 3. Peredaran Uang Primer, M1 dan M2 (Miliar Rupiah) Figure Money Supply of Reserve Money, M1 and M2 (Billion Rupiah) 2000000 1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
2007
2009
2008 M1
M2
s. go
Uang Primer
.id
0
ht
tp :// w
w
w
.b p
Bank Indonesia senantiasa mencermati berbagai gejolak yang terjadi dipasar keuangan global serta dampaknya pada perekonomian Indonesia. Upaya untuk menjaga dan mengendalikan kestabilan sektor keuangan dan moneter ditengah dinamika perekonomian global terus dilakukan. Rata-rata uang kartal dan uang giral yang beredar pada Triwulan I-2009 masing-masing mencapai Rp. 188,2 triliun dan Rp. 261,8 triliun sebagai komponen M1, uang kartal yang beredar menunjukan penurunan sebaliknya yang terjadi pada uang giral. Menurunnya komponen uang kartal menyebabkan rata-rata beredarnya M1 pada Triwulan I-2009 juga mengalami penurunan yaitu hanya mencapai Rp 450,0 triliun dibandingkan Triwulan IV-2008 yang mencapai Rp 470,9 triliun. Sedangkan uang beredar M2 pada triwulan yang sama mengalami kenaikan sebesar 2,39 persen.
Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang Asing dan Harga Emas Figurs Trend of Foreign Exchange Rate and Gold Price
Rupiah 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 22000 24000 26000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
2007 U.S$
1010
2008 Yen (100)
2009 Emas (0,1 gr)
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Besaran M1 yang beredar pada bulan pertama tahun 2009 mencapai Rp 447,5 triliun dan pada bulan Februari 2009 M1 yang beredar hanya mencapai Rp 444,0 triliun, ini berarti bahwa uang beredar M1 pada dua bulan pertama 2009 mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,05 persen dan 0,77 persen. Penurunan ini disebabkan karena komponen pendukung M1 yaitu uang kartal dan uang giral mengalami penurunan pada bulan Januari 2009, sedangkan pada bulan Februari 2009 komponen uang kartal saja yang mengalami penurunan. Pada bulan ke tiga Triwulan I-2009 komponen pendukung besaran M1 untuk uang kartal mengalami sedikit penurunan 0,04 persen sedangkan uang giral mengalami kenaikan 5,68 persen sehingga besaran M1 yang beredar mencapai Rp 458,6 triliun atau naik 3,28 persen dari bulan sebelumnya.
tp :// w
w
w
.b p
s. go
.id
Menurunnya besaran M1 di awal tahun 2009 menyebabkan uang beredar M2 juga mengalami penurunan sebesar 1,27 persen dibanding bulan Desember 2008 berada pada posisi Rp. 1.859,9 triliun. Selain itu penurunan ini disebabkan karena komponen uang kuasi dalam bentuk rupiah juga mengalami penurunan besaran 0,52 persen. Besaran M2 yang beredar pada bulan Februari 2009 mencapai Rp. 1.890,4 triliun lebih tinggi 1,64 persen dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan komponen kuasi rupiah dan valuta asing mengalami kenaikan masingmasing sebesar 1,49 persen dan 6,08 persen. Besaran M2 yang beredar di bulan Maret 2009 mencapai Rp. 1.909,7 triliun, mengalami kenaikan 1,02 persen dibanding bulan Februari 2009 yang disebabkan karena komponen uang kuasi dalam rupiah dan valuta asing mengalami kenaikan.
ht
Menyikapi perkembangan melemahnya perekonomian global dan masih rendahnya harga-harga komoditas di pasar internasional, Bank Indonesia akan tetap melakukan berbagai upaya stabilisasi untuk menjaga agar gejolak nilai tukar tidak berlebihan. Perkembangan nilai tukar rupiah belum pernah menembus level dibawah Rp. 11.000 sejak November 2008 hingga Maret 2009. Namun nilainya berfluktuasi dan sempat mengalami penguatan pada minggu pertama Januari 2009. Hal ini ditengarai sebagai efek optimisme pasar memasuki awal tahun. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS per bulannya pada Triwulan I-2009 tercatat masing-masing sebesar Rp. 11.133 (Januari), Rp. 11.853 (Februari), Rp. 11.864 (Maret). Secara umum melemah dan tidak stabilnya nilai rupiah tersebut ditengarai karena kondisi pasar keuangan global yang masih rapuh. Sentimen negatif akibat perkembangan faktor eksternal yang kurang kondusif, seperti pertumbuhan ekonomi global yang turun tajam, serta pengumuman kerugian yang meningkat yang dialami lembaga keuangan internasional. Sementara itu, pergerakan nilai tukar rupiah per minggu selama Triwulan I-2009 cenderung menurun. Pada minggu pertama Januari 2009 nilai rupiah sempat
Triwulan I - 2009
11
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
menyentuh angka Rp. 10.904 per dolar AS, namun pada minggu minggu selanjutnya sampai di minggu ke III Februari 2009 terus mengalami penurunan dan nilainya selalu diatas 11.000 per dolar AS. Memasuki bulan Maret 2009 nilai kurs perminggu mengalami fluktuasi, dimana pada minggu pertama mengalami tekanan hingga melemah ketitik lebih dari Rp. 12.000 per dolar AS, di minggu ke dua mengalami penguatan dan pada minggu ke tiga kembali melemah, walaupun tidak sampai menyentuh level Rp 12.000. Sedangkan pada minggu IV bulan Maret 2009 mengalami penguatan dengan besaran Rp 11.506 per dolar.
s. go
.id
Pada tahun 2009 salah satu kebijakan BI di bidang moneter adalah menurunkan suku bunga SBI. Rata-rata Suku bunga SBI untuk 1 bulan pada Triwulan I-2009 sebesar 8,82 persen, atau lebih rendah 225 bps dibanding Triwulan IV-2008. Demikian juga rata-rata SBI 3 bulan pada Triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,26 persen, rata-rata bunga ini lebih rendah 199 bps dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 11,25 persen atau turun 17,69 persen. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga kestabilan harga dan nilai tukar rupiah yang akan mendukung perkembangan ekonomi.
ht
tp :// w
w
w
.b p
Penurunan SBI sejak bulan Desember 2008 mulai direspon oleh perbankan, walaupun masih sangat terbatas. Memasuki tahun 2009 BI melakukan penurunan kembali SBI 1 bulan menjadi 9,50 persen di bulan Januari 2009. Demikian halnya dengan bunga SBI 3 bulan juga turun. Pada bulan Januari 2009 bunga SBI 3 bulan diturunkan sebanyak 115 bps menjadi 9,93 persen dan di bulan Februari 2009 diturunkan 68 bps berada pada posisi 9,25 persen. Dalam membuat kebijakan BI terus menjaga keseimbangan dan mencegah semakin melambatnya perekonomian di sektor riil dengan tetap berorientasi pada pencapaian sasaran inflasi jangka menengah dan panjang. Pada bulan Maret 2009 BI memutuskan untuk menurunkan kembali SBI 1 bulan sebesar 53 bps dari 8,74 persen pada bulan Februari 2009 menjadi 8,21 persen. Bunga SBI 3 bulan juga ikut diturunkan menjadi 8,61 persen. Penurunan tersebut merupakan penurunan ke empat sejak Desember 2008. Penurunan bunga SBI sejak Desember 2008 sampai Maret 2009 mulai direspon positif oleh perbankan. Sejalan dengan itu, suku bunga deposito 1 bulan dan deposito 3 bulan pada bank umum terus disesuaikan mengikuti perkembangan SBI 1 bulan dan 3 bulan. Bunga deposito untuk 1 bulan pada bulan Januari 2009 ditetapkan sebesar 10,52 persen lebih rendah 23 bps dari bulan sebelumnya dan untuk deposito 3 bulan justru dinaikan sebanyak 18 bps dari bulan sebelumnya menjadi 11,34 persen. Pada bulan Februari 2009 bunga deposito 1 bulan dan 3 bulan diturunkan masingmasing sebesar 63 bps dan 21 bps atau ditetapkan masing-masing menjadi 9,89 persen dan 11,13 persen. Penurunan suku bunga deposito 1 bulan dan 3 bulan
1212
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
kembali terjadi di bulan Maret 2009 masing-masing diturunkan sebesar 47 bps dan 48 bps menjadi 9,42 persen dan 10,65 persen. Penurunan ini dilakukan sejalan dengan membaiknya persepsi risiko, dan diharapkan dengan menurunnya tingkat suku bunga di bank umum dapat mendorong perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang produktif.
INVESTASI
tp :// w
w
w
.b p
s. go
.id
Perkembangan investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sepanjang tahun 2008 masih dapat memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan ekonomi nasional dan lokal. Investasi 2008 pada intinya, cukup menjanjikan meskipun resiko dari kondisi perekonomian global tetap mempengaruhi. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi PMDN yang sudah terealisasi selama Triwulan II-2008 tercatat Rp. 3,9 triliun, nilai realisasi ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat terealisasi mencapai Rp. 4,6 triliun atau terjadi penurunan sekitar 14,98 persen. PMDN yang sudah terealisasi sampai dengan Triwulan III-2008 tercatat sebanyak Rp. 6,5 triliun atau tumbuh sebesar 65,94 persen dibanding triwulan sebelumnya. Menjelang pergantian tahun, prospek dan peluang bagi perkembangan ekonomi nasional mengalami tekanan. Tapi, maraknya kebijakan pemerintah yang pro industri, menguatkan harapan bakal terpicunya aliran investasi. Namun nilai investasi domestik yang terkumpul di Triwulan IV-2008 belum dapat menandingi yang sudah terealisasi di Triwulan III-2008, dengan total nilai realisasi hanya mencapai Rp. 5,4 triliun. Berdasarkan data realisasi investasi domestik yang terkumpul di tahun 2008 banyak terserap di sektor industri. Karena setiap triwulan sektor industri dapat menyerap antara 66 persen sampai 88 persen lebih dari total investasi domestik.
ht
Jika dilihat berdasarkan lokasi, menunjukkan bahwa para investor lokal masih melihat kawasan Barat sebagai tempat yang cukup baik dan menjanjikan untuk menanamkan modalnya. Investasi domestik yang terserap pada Triwulan I-IV 2008 mampu di serap di KBI antara 69,44 persen sampai 93,55 persen dari total investasi. Pada Triwulan I-2008 Sebagian besar PMDN tersebut di Provinsi Banten dan Jawa Barat dengan penyerapan sebesar Rp 2,2 triliun atau hampir 74,45 persen dari total PMDN yang terserap di KBI. Pada Triwulan II-2008 investasi di KBI banyak terserap di Provinsi DKI Jakarta dan Riau, sedangkan pada Triwulan III2008 Provinsi Jawa Barat kembali mampu menyerap investasi domestik terbesar di KBI disusul Provinsi Jawa Timur. Provinsi yang potensial atau yang mampu menyerap cukup banyak investasi di KBI pada Triwulan IV-2008 adalah Provinsi Jambi diikuti Provinsi Jawa Timur. Investasi domestik yang terserap di Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada Triwulan I-II banyak terserap di Pulau Kalimantan. Pada Triwulan III2008 provinsi yang mampu menyerap cukup banyak investasi domestik di KTI adalah Provinsi Sulawesi Selatan dengan persentase 52,72 persen dari total investasi
Triwulan I - 2009
13
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Tabel Table
: 4.
PMDN dan PMA Domestic and Foreign Investment
Uraian
2008
Description (1)
2009
Tw. I
Tw. II Tw. III
Nov
Des
Tw. IV
Jan
Feb
Qrt. I
Qrt. II Qrt. III
Nov
Dec
Qrt. IV
Jan
Feb
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(2)
(3)
(4)
PMDN/Domestic Investment - Nilai/Value
4594,3 3905,9 6481,4 848,4 3632,7 5382,3
757,9 1870,4
(Miliar/Billion rupiahs )
.id
PMA/Foreign Investment - Nilai/Value
7900,3 2498,8 3416,5 267,6 653,0 1055,8
712,8 1258,1
s. go
(Juta/million US $)
Sumber/Source : - BKPM-Badan Koordinasi Penanaman Modal/Investment Coordinating Board
tp :// w
w
w
.b p
yang terserap di wilayah KTI. Investasi PMDN di KTI pada Triwulan IV-2008, sebagian besar terserap di Provinsi Papua dan Kalimantan Barat dengan nilai investasi masing-masing sama sebesar Rp. 0,2 triliun. Kalimantan Barat dengan nilai investasi pada bulan Februari 2008 sebesar Rp. 0,1 triliun atau sekitar 83,07 persen dari total investasi yang terserap di KTI.
ht
Pada bulan pertama tahun 2009 perkembangan investasi PMDN yang sudah direalisasikan baru mencapai Rp. 0,8 triliun, ini berarti terjadi penurunan sebesar 79,49 persen dari kondisi bulan Desember tahun 2008. Sebaliknya yang terjadi pada bulan Februari 2009 nilai investasi PMDN yang sudah terealisasi mengalami kenaikan hingga 146,79 persen atau mampu mencapai Rp. 1,9 triliun. Nilai PMDN yang terkumpul pada dua bulan pertama 2009 sebagian besar masih tetap banyak terserap di sektor industri dengan nilai investasi setiap bulannya mencapai Rp. 0,7 triliun dan Rp. 1,2 triliun. Sedangkan jika dilihat menurut lokasi pada Januari 2009, KBI mampu menyerap sebesar 99,00 persen dari total investasi domestik yang sudah terealisasi, provinsi yang menyerap investasi terbanyak adalah Jawa Barat dengan total investasi Rp. 0,6 triliun (76,37 persen). Pada bulan ke dua tahun 2009 KBI mampu menyerap sekitar 72,25 persen dari total investasi yang sudah direalisasikan dan sebagian besar di investasikan di Provinsi Jawa Timur. Peran Penanaman Modal Asing (PMA) dalam proses pembangunan ekonomi masih sangat dibutuhkan, karena kehadirannya adalah sebagai mitra dalam membangun perekonomian, selain itu juga dapat meningkatkan tranformasi alih
1414
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
s. go
.id
teknologi. Pada Triwulan I-2008 investasi asing yang masuk ke Indonesia mencapai US $ 7,9 miliar, namun pada Triwulan II-2008 mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya yaitu turun sebesar 68,37 persen sehingga secara total jumlah investasi asing pada Triwulan II-2008 hanya sebesar US $ 2,5 miliar. Pelemahan ekonomi global tampaknya mulai memberikan pengaruh pada pergerakan investasi di dalam negeri, terutama terlihat dari realisasi PMA yang tumbuh negatif pada Triwulan IV-2008 hanya mencapai US $ 1,1 miliar dibanding Triwulan III-2008 yang dapat menghimpun dana asing sebesar US $ 3,4 miliar. Realisasi PMA menurut sektor pada Triwulan I-2008 didominasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi sebesar US $ 6,5 miliar, disusul sektor industri sebesar US $ 0,7. Pada Triwulan II-2008 terjadi pergeseran, dimana sektor industri menjadi sektor yang terbanyak menyerap investasi asing mampu menyerap sebesar US$ 1,9 miliar. Modal asing yang sudah terealisasi pada Triwulan III-2008 kembali banyak terserap di sektor Transportasi dan Pergudangan dan Komunikasi sebanyak US $ 1,9 miliar dan sektor industri sebanyak US $ 1,2 miliar. Menutup tahun 2008 sektor yang banyak menyerap investasi asing adalah sektor industri dengan nilai investasi mencapai US $ 0,7 atau sekitar 69,54 persen dari total investasi asing yang terealisasi.
tp :// w
w
w
.b p
Aliran investasi asing ke pasar modal Indonesia pada bulan pertama tahun 2009 baru mencapai US$ 0,7 miliar, jika dibandingkan dengan bulan Desember 2008 menunjukkan peningkatan sekitar 9,16 persen. Investasi asing yang terealisasi pada bulan Februari 2009 mengalami peningkatan yang sangat signifikan sekali mencapai 76,50 persen atau mampu menyerap investasi asing sebesar US $ 1,2 miliar.
ht
Berdasarkan data realisasi nilai PMA selama 2008 sebagian besar atau lebih dari 94 persen setiap triwulannya terserap di KBI. Provinsi yang mampu menyerap banyak investasi asing di KBI pada Triwulan I-IV 2008 adalah Provinsi DKI Jakarta, kecuali pada Triwulan II-2008 investasi asing banyak terserap di provinsi Jawa Barat disusul Provinsi DKI Jakarta diurutan ke dua.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif pembiayaan bagi perusahaan untuk meningkatkan modal. Dengan demikian aktifitas pasar modal juga sebagai salah satu potensi untuk menumbuhkan perekonomian nasional. Perusahaanperusahaan yang menawarkan sahamnya dipasar bursa sejak bulan September Desember 2008 tidak berubah, tercatat sebanyak 485 perusahaan. Kondisi ini berlanjut sampai di bulan ke dua tahun 2009 masih tetap sebanyak 485 perusahaan yang mendaftarkan di pasar saham. Pada bulan Maret 2009 perusahaan yang mendaftar di pasar saham bertambah satu sehingga totalnya menjadi menjadi 486 emiten.
Triwulan I - 2009
PERDAGANGAN SAHAM
15
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Jumlah saham yang diterbitkan oleh emiten pada bulan Januari-Februari 2009 tidak mengalami perubahan, kondisi ini sama dengan keadaan bulan Desember 2008 yaitu sebanyak 8.399 miliar lembar saham yang diperdagangkan. Demikian pula dengan nilai emisinya sama dengan kondisi bulan Desember 2008 mencapai Rp 407,2 miliar. Dengan bertambahnya emiten pada bulan Maret 2009 maka jumlah emisi saham yang diperdagangkan meningkat menjadi 8.403 miliar lembar saham atau naik 0,04 persen. Bertambahnya jumlah emisi saham diikuti pula dengan meningkatnya nilai emisi saham menjadi Rp 411,3 miliar atau naik 1,00 persen.
s. go
.id
Kebijakan moneter yang diambil pemerintah masih belum dapat menjaga kestabilan perekonomian di dalam negeri akibat dari krisis global. Fenomena yang dirasakan salah satunya adalah investasi yang melemah akibat menurunnya permintaan dan meningkatnya faktor resiko ketidakpastian perekonomian dunia. Hal ini mendorong aliran modal keluar terutama modal asing, sehingga mengguncang perdagangan saham di BEI yang menyebabkan IHSG melemah dan bursa saham regional mengalami penurunan indeks harga yang cukup tajam. Jumlah saham yang
Perdagangan Saham
Shares Trading
Uraian
w
.b p
Tabel : 5.
Table
2008
Description
Mar
Tw. I
Jan
Feb
Mar
Tw. I
Feb
Marc
Qrt. I
Jan
Feb
Marc
Qrt. I
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
73 948
67 186
54 887 196 021
40 558
36 829
40 082 117 469
122 475 101 727
93 244 317 446
31 391
24 663
36 788
2627,25 2721,94 2447,30 2598,83
1332,67
tp :// w
Jan (1)
2009
Feb
w
Jan
Pasar Modal /Stock Exchange
ht
Jakarta - Jumlah saham / Volume
(juta lembar / million pcs ) - Nilai saham / Value
92 842
(Rp. Miliar / Billion ) - IHSG
1285,48 1434,07 1350,74
Composite Stocks Price Index Saham - Jumlah Emiten
Number of Listed Companies - Emisis Saham / Issued Shares (miliar lembar / billion pcs ) - Nilai Emisi/Value of Issued Shares (Rp. Miliar / Billion )
470
472
473
472
485
485
485
485
8 243
8 256
8 341
8 280
8 399
8 399
8 403
8 400
328 896 333 570 374 439 345 635
407 235
407 235 411 330 408 600
Catatan / Note : Sejak 30 November 2007, penggabungan antara BES dan BEJ menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia)
1616
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
diperdagangkan pada bulan pertama di tahun 2009 hanya mencapai 40.558 juta lembar jauh dari kondisi bulan Desember 2008 yang mampu mencapai 61.905 juta lembar, atau mengalami penurunan 34,48 persen. Nilai transaksinya juga mengalami penurunan hingga 10,00 persen dengan nilai hanya mencapai Rp. 31.391,2 miliar. Perdagangan saham BEI pada bulan Februari 2009 kembali mengalami penurunan, saham yang diperdagangkan hanya mencapai 36.829 juta lembar, turun 9,19 persen dari bulan sebelumnya, nilai sahamnya pun juga mengalami penurunan 21,43 persen yang hanya mencapai Rp 24.663 miliar. Jumlah saham yang diperdagangkan pada bulan Maret 2009 mengalami kenaikan sekitar 8,83 persen dari bulan sebelumnya yaitu mencapai 40.082 juta lembat dengan nilai transaksi mencapai Rp 36.788 miliar atau naik 49,16 persen.
.b p
s. go
.id
Pesimisme investor terhadap pasar modal terjadi karena pelaku pasar masih kuatir terhadap dampak krisis global di Indonesia. Prestasi gemilang pasar modal sebelum tahun 2008 tampaknya sulit terulang pada tahun 2009. Perkembangan tersebut dapat dilihat bahwa IHSG pada Triwulan I-2009 tidak sebaik di tahun 2007. Pergerakan IHSG secara rata-rata pada Triwulan I-2009 masih jauh dibawah angka 2000 poin tepatnya di tutup pada angka 1350,74 poin, bila dibandingkan dengan Triwulan IV-2008 terjadi peningkatan 5,15 persen.
ht
tp :// w
w
w
Pada penutupan perdagangan saham pada bulan pertama tahun 2009, IHSG berada di level 1332.67 poin, lebih rendah 22,74 poin dibanding bulan Desember 2008. Pada bulan Februari 2009 IHSG kembali terkoreksi turun hingga berada pada level 1.285,48 poin lebih rendah 47,19 poin dari pada bulan Januari 2009. Pada penutupan perdagangan saham pada bulan Maret 2009, IHSG mengalami penguatan sebesar 148,59 poin atau naik 11,56 persen ditutup pada posisi 1.434,07 poin.
Tren negatif ekspor Indonesia masih berlanjut akibat krisis finansial global. Pada Triwulan I-2009 nilai ekspor Indonesia kembali mengalami penurunan sebesar 32,13 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar US $ 33.746,0 juta pada Triwulan I-2008 dan turun menjadi US $ 22.902,2 juta. Penurunan juga terjadi pada nilai ekspor migas dan non migas. Penurunan ekspor migas Triwulan I-2009 mencapai 55,10 persen dibandingkan Triwulan I-2008. Menurut komponen komoditas migas tercatat terjadi penurunan pada minyak mentah sebesar 57,31 persen, hasil minyak sebesar 48,88 persen, dan gas sebesar 55,72 persen. Perlambatan kinerja ekspor sebagai akibat dari penurunan sektor industri di negara mitra dagang.
Triwulan I - 2009
EKSPOR
17
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Tabel : 6
Table
Ekspor - Impor
Export - Import
Rincian
2008
2009
Items
Tw. I Qrt. I
Januari January
(1)
(2)
(3)
1)
w
(5)
(6) 22 775,4
4,09 68,60 947,1
4,91 70,31 1 024,4
3,83 63,51 1 269,5
4,25 67,22 3 241,0
s. go
.id
8 541,7
6 206,2
6 056,0
7 272,2
19 534,4
12,70 12,44 9,58
11,99 13,25 11,55
12,22 11,12 6,82
12,30 12,20 9,16
6 600,6
5 939,0
6 529,3
19 068,9
1 281,5
964,4
917,4
3 163,3
5,319,1
4 974,6
5 611,9
25 905,6
72,62
70,44
68,84
70,65
ht
tp :// w
(4)
Tw. Ix) Qrt. I
7 080,4
w
Impor/ Import - Jumlah/Total 29 727,6 (US $ Juta/Million) - Migas/Oil and gas 6 995,1 (US $ Juta/Million) - Non migas/Non oil and gas 22 732,5 (US $ Juta/Million) - Bahan baku/Raw materials (%) 78,47
Maret x) March
7 153,3
.b p
Ekspor/ Export - Jumlah/Total 33 746,0 (US $ Juta/Million) - Pertanian/Agricultural (%) 2,83 - Industri/Industry (%) 66,21 - Migas/Oil and gas 7 492,2 (US $ Juta/Million) - Non migas/Non oil and gas 26 353,8 (US $ Juta/Million) - Jepang/Japan (%) 12,46 - Amerika Serikat/USA (%) 11,40 - Singapura/Singapore (%) 9,60
Februarix) February
Catatan/Note :
x)
1)
Angka Sementara / Preliminary figure Tidak termasuk Kawasan Berikat untuk impor / Not including Berikat Area for import
Sementara itu nilai ekspor non migas juga turun yaitu dari US $ 26.353,8 juta pada Triwulan I-2008 menjadi US $ 19.582,7 juta pada Triwulan I-2009 (turun 25,69 persen). Bila dibedakan menurut sektor asalnya, komponen ekspor non migas dari sektor industri turun sebesar 31,68 dibandingkan peroide yang sama tahun 2008. Sedangkan untuk sektor pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 0,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura masih menjadi negara tujuan utama ekspor non migas Indonesia selama Triwulan I-2009. Nilai ekspor ke Jepang mencapai US $ 2.407,0 juta, ke Amerika Serikat US $ 2.390,7 juta, dan ke Singapura sebesar
1818
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Gambar 5. Ekspor dan Impor (US $ juta) Figure Export and Import (million US $) 40000
30000
20000
10000
0 Tw/Q I '07
Tw/Q II '07
Tw/Q III '07
Tw/Q IV '07
Tw/Q I '08
Tw/Q II '08
Tw/Q IV '08
Tw/Q I '09
Impor
.id
Ekspor
Tw/Q III '08
.b p
s. go
US $ 1.776,4 juta. Meskipun demikian nilai ekspor non migas Triwulan I-2009 ke Jepang, Amerika Serikat dan Singapura selama Triwulan I-2009 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2008. Penurunan terbesar ekspor ke Singapura mencapai 29,80 persen, sementara nilai ekpor ke negara Jepang dan Amerika masing-masing turun 26,69 persen dan 20,45 persen.
IMPOR
ht
tp :// w
w
w
Di sisi impor, penurunan permintaan domestik sebagai respon atas perlambatan pertumbuhan dunia juga mendorong permintaan impor. Selama Triwulan I-2009 nilai impor Indonesia mencapai US $ 19.068,9 juta atau turun sebesar 35,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor migas selama Triwulan I-2009 mencapai US $ 3.163,3 juta (turun 54,78 persen). Menurut komponen impor, kelompok minyak mentah dan hasil minyak tercatat turun masing-masing sebesar 58,59 persen dan 57,11 persen. Menurut golongan penggunaan barang, secara nominal nilai impor kelompok bahan baku/penolong pada Triwulan I-2009 sebesar US $ 13.471,7 juta dan kontribusinya terhadap total impor tercatat turun dibandingkan Triwulan I-2008. Impor barang modal (sebesar US $ 4.266,1 juta) juga mengalami penurunan namun kontribusi terhadap total impor naik dari 14,84 persen (Triwulan I-2008) menjadi 22,37 persen (Triwulan I-2009). Sementara nilai impor barang konsumsi sebesar US $ 1.331,1 juta (22,37 persen). China, Jepang, dan Singapura merupakan tiga negara utama asal impor produkproduk komoditi non migas selama Triwulan I-2009. China menduduki peringkat pertama dengan nilai impor mencapai US $ 2.845,0 juta (17,89 persen terhadap total nilai impor non migas), Jepang mencapai US $ 2.125,8 juta (13,37 persen) dan Singapura mencapai US$ 1.886,1 juta (11,86 persen).
Triwulan I - 2009
19
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
PRODUKSI TANAMAN BAHAN MAKANAN
Data produksi padi dan palawija tahun 2009 yang disajikan merupakan Angka Ramalan I (ARAM I) yang merupakan angka ramalan/perkiraan produksi tahun berjalan berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan Desember tahun sebelumnya. Sedangkan data produksi padi dan palawija tahun 2008 merupakan angka sementara (ASEM) berdasarkan penghitungan realisasi luas panen JanuariDesember 2008 yang dilaporkan oleh Dinas Pertanian Daerah seluruh Indonesia dan realisasi produktivitas hasil Survei Ubinan yang dilakukan oleh BPS.
w
.b p
s. go
.id
Berdasarkan ARAM I, Produksi padi Indonesia pada periode Januari-April 2009 mencapai 28,1 juta ton. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008, besarannya diramalkan meningkat sekitar 13 juta ton atau 0,05 persen. Terjadinya peningkatan produksi diperkirakan karena meningkatnya produktivitas sebesar 0,09 kuintal/hektar (0,18 persen), meskipun demikian terjadi penurunan luas panen sekitar 8 ribu hektar (0,14 persen). Peningkatan produksi padi ini hanya terjadi pada produksi padi sawah sebesar 0,47 persen, sedangkan produksi padi ladang mengalami penurunan sebesar 3,92 persen. Secara total, produksi padi selama tahun 2009 diperkirakan mencapai 60,9 juta ton, atau meningkat 1,13 persen dibandingkan dengan tahun 2008 (60,3 juta ton). Secara absolut, selama tahun 2009 diramalkan terjadi peningkatan luas panen dan produktivitas sekitar 113 ribu hektar (0,92 persen) dan 0,10 kuintal/hektar (0,20 persen), Berita Resmi Statistik No. 17/03Th. XII, 2 Maret 2009.
P r o d u c tio n o f F o o d C r o p
tp :// w
T a b le
w
T a b le : 7 P r o d u k s i T a n a m a n B a h a n M a k a n a n ( 0 0 0 T on)
K o m o d iti
2008x
2008x
C o m m o d ity
P a d i/P a d d y
1
ht
J a n -A p r
(1 )
(2 )
(3 )
M e i-A g t S e p -D e s (4 )
20092
20092 (5 )
J a n -A p r (6 )
(7 )
M e i-A g t S e p -D e s (8 )
(9 )
60 251
28 114
20 903
11 234
60 932
28 127
21 284
11 521
57 102
25 387
20 571
11 144
57 827
25 507
20 923
11 397
3 149
2 727
332
90
3 105
2 620
361
124
J a g u n g /M a iz e
16 324
8 253
4 537
3 534
16 478
8 332
4 629
3 517
U b i k a y u /C a s s a v a
21 593
4 162
9 858
7 573
21 787
4 146
9 924
7 717
1 877
596
765
516
1 940
647
729
564
K a ca n g ta n a h / P e a n u ts
774
312
316
146
783
311
318
154
K e d e la i/ S o y a b e a n s
776
208
276
292
850
254
295
301
1
P a d i s a w a h / W e tla n d p a d d y P a d i la d a n g / D ry la n d p a d d y
U b i j a la r/S w e e t p o ta to e s
1
C a ta ta n : x A n g k a s e m e n ta ra / P re lim in a ry f ig u re s 1
P ro d u k s i g a b a h k e rin g g ilin g (G K G )
P ro d u ctio n in d ry “ g a b a h ” (u n h u lle d p a d d y g ra in s ) re a d y fo r m illin g 2 A n g k a R a m a la n I / T h e f irs t f o re ca s t
2020
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Produksi tanaman palawija umumnya mengalami peningkatan pada periode Januari-April 2009 dibandingkan Januari-April 2008, kecuali produksi ubi kayu dan kacang tanah. Selama periode Januari-April 2009, produksi jagung yang merupakan produksi terbesar tanaman palawija meningkat sebesar 0,96 persen menjadi 8,3 juta ton. Sementara produksi kedelai yang merupakan produksi terendah meningkat cukup signifikan dari 208 ribu ton menjadi 254 ribu ton (22,12 persen). Produksi tanaman palawija lain pada Januari-April 2009 masing-masing ubi kayu sebesar 4,1 juta ton, ubi jalar 647 ribu ton, dan kacang tanah 311 ribu ton.
s. go
.id
Total produksi tanaman palawija selama tahun 2009 diperkirakan mengalami kenaikan masing-masing kurang dari 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ubi kayu dan jagung merupakan tanaman palawija yang menghasilkan produksi terbesar masing-masing mencapai 21,8 juta ton dan 16,5 juta ton.
PARIWISATA
Perkembangan Pariwisata
Table
Trend of Tourism
tp :// w
w
Tabel : 8
Tw I/Qrt I
Rincian
Specification
2008
Tw I/Qrt I
2009
2008
Jan
Feb
Mar
2009
Jan
Feb
Mar
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1 405 456
437 966
465 449
502 041
1 406 034
473 165
421 555
511 314
48,41 2
48,36
48,24
48,63
46,19
45,10 2
44,54
47,27
2,83 2
2,86
2,69
2,88 2
2,91
3,00
1,81
1,90
2,97 1,80
2,93
1,84 2
1,89
1,99 2
1,83
1,84
2,09 2
2,08
2,13
2,05
2,14
2,22 2
2,08
2,11
ht
(1) Jumlah wisman (orang)
w
.b p
Di tengah dampak krisis finansial global yang melanda dunia termasuk Indonesia, kinerja sektor pariwisata masih mencatat pertumbuhan positif. Hal ini terlihat dari indikator jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia selama Triwulan I-2009 mencapai 1.406 ribu orang atau meningkat sebesar 0,04 persen bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
Number of foreign tourist (person) TPK hotel berbintang (%)
1
Room occupancy rate of classified hotels (%) 1 Rata-rata lama menginap (hari) 1 :
Average length of stay (day) 1 : - Tamu asing / Foreign guests - Tamu dalam negeri
Domestic guests - Tamu asing & dalam negeri
foreign and domestic guests
Catatan / Note : 1 14 DTW / 14 Main Tourist Destination 2 Rata-rata Januari-Maret / Average of January-Marcth
Triwulan I - 2009
21
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Gambar 6. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (orang) Figure Number of Foreign Tourist (Person) 640000 610000 580000 550000 520000 490000 460000 430000 400000 Mei'08
Juli'08 Juni'08
Sep'08 Agt'08
Nov'08
Okt'08
Des'08
Jan'09
Mar'09 Feb'09
s. go
Apr'08
.id
Mar'08 Feb'08
tp :// w
w
w
.b p
mencapai 1.405 ribu orang. Meskipun demikian, 5 pintu masuk dari 11 pintu masuk utama yaitu Soekarno Hatta, Batam, Adi Sumarmo, Tanjung Priok, dan Tanjung Pinang mengalami penurunan. Perlu dicatat bahwa 5 pintu masuk utama yang mengalami penurunan tersebut mampu menyerap 42,33 persen dari jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Jika dilihat penyebarannya, Bandara Ngurah Rai merupakan pintu masuk yang paling banyak didatangi oleh wisman pada triwulan pertama 2009 ini, yaitu sebesar 34,72 persen. Sedangkan Bandara Soekarno Hatta dan Batam masing-masing sebesar 22,18 persen dan 16,91 persen dari seluruh jumlah wisman yang masuk ke Indonesia.
ht
Penyelenggaraan pemilu legislatif pada Mei 2009 dan pemilihan presiden pada Juli 2009 akan mempengaruhi sektor pariwisata. Namun demikian, pemerintah tetap berupaya agar kunjungan wisman ke Indonesia tetap stabil atau bila mungkin ditingkatkan. Upaya pemerintah tersebut tentunya tidak akan mudah, mengingat wisman asal Jepang, Korea Selatan, dan Singapura yang selama ini menjadi pasar utama industri pariwisata Indonesia tengah dilanda krisis (Harian Sinar Indonesia Baru, 17 Mei 2009). Selama Triwulan I-2009, perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 14 Provinsi Daerah Tujuan Wisata (DTW) cenderung meningkat setiap bulannya meskipun sempat sedikit turun pada bulan kedua. Jika dibandingkan dengan Triwulan I-2008, rata-rata TPK Triwulan I-2009 mengalami penurunan dari 48,41 persen menjadi 46,19 persen. Sebagaimana jumlah wisman yang masuk, TPK tertinggi juga terjadi di Provinsi Bali yang mencapai 54,02 persen. TPK terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 35,32 persen.
2222
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
Berbeda dengan TPK, rata-rata lama menginap total tamu asing dan tamu dalam negeri pada hotel berbintang di 14 Provinsi DTW Indonesia selama Triwulan I-2009 sedikit meningkat dari 2,09 hari pada Triwulan I-2008 menjadi 2,14 hari. Kenaikan terlihat baik pada tamu asing maupun tamu dalam negeri. Jika dirinci menurut provinsi, total rata-rata lama menginap tertinggi selama Triwulan I-2009 masih di Provinsi Bali sebesar 3,65 hari. Sementara rata-rata lama menginap terendah terjadi di provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 1,52 hari.
UPAH BURUH
.b p
s. go
.id
Tingkat kesejahteraan tenaga kerja sangat berkorelasi dengan tingkat produktifitas usaha. Upah yang memadai merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kesejahteraan tenaga kerja. Survei Upah yang dilakukan BPS digunakan untuk memperoleh gambaran perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh. Indikator yang digunakan adalah rata-rata upah riil per bulan selama 1 triwulan. Upah riil tersebut sudah terbebas dari faktor kenaikan biaya hidup yang dicerminkan oleh kenaikan indeks harga konsumen sehingga mencerminkan tingkat upah secara lebih realistis.
w
Pada Triwulan III-2008, tingkat upah buruh di sektor Pertambangan Non Migas masih mendominasi besaran tingkat upah dibandingkan dengan upah yang
ht
Sekto r S e c t o rs
tp :// w
w
T a b e l : 9 . R a t a - ra t a U p a h N o m in a l d a n U p a h R iil P e r B u la n T a b le B u r u h d i B a wa h M a n d o r M e n u ru t S e k t o r A v e ra g e M o n t h ly N o m in a l a n d R e a l W a g e o f P r o d u c t io n W o r k e r s B e lo w S u p e rv is o ry L e v e l B y S e c t o rs
(1) In d u s t r i/ M a n u f a c t u r in g Upah N o m inal/N o m inal Wage (000 R p) Upah R iil/R eal Wage (000 R p) Indek s Upah R iil/R eal Wage Index (2002=100) H o t e l/ H o t e ls Upah N o m inal/N o m inal Wage (000 R p) Upah R iil/R eal Wage (000 R p) Indek s Upah R iil/R eal Wage Index (2002=100) P e rt a m b a n g a n N o n M ig a s N o n O il M in in g Upah N o m inal/N o m inal Wage (000 R p) Upah R iil/R eal Wage (000 R p) Indek s Upah R iil/R eal Wage Index (2002=100)
2007 T w.III
T w.II Q r t .II
T w.IV
Q r t .III Q rt .IV
(2)
(3)
(4)
1 003,7 1 015,7 1 050,4 674,1 666,9 675,5 102,7 101,6 102,9 925,6 621,6 102,7
2008 T w.I x ) T w.II x ) T w.III x ) Q rt .I
x )Q r t .II
(5) 1 141,6 709,9 108,2
x)
rt .III
x)
(6)
(7)
1 148,6 683,5 104,2
1 152,6 666,7 101,6
947,5 1 042,6 622,2 670,5 102,8 110,7
1 044,2 1 058,7 1 077,1 649,3 630,0 623,1 107,3 104,1 102,9
3 207,0 3 719,9 3 890,4 2 153,8 2 442,5 2 501,9 145,3 164,7 168,7
3 949,9 4 184,4 4 058,1 2 456,3 2 490,1 2 347,5 165,7 168,0 158,3
C atatan / N o te : *) A ngk a s em entara / P relim inary figures .
Triwulan I - 2009
23
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
diterima para buruh dari sektor lainnya, yaitu sebesar Rp 4.058,1 ribu per bulan. Tingginya upah buruh Pertambangan Non Migas ini terjadi karena pada umumnya buruh di sektor ini dituntut untuk memiliki keterampilan yang lebih tinggi. Tingkat upah buruh di sektor Industri pada Triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp. 1.152,6 ribu dan sektor Hotel sebesar Rp 1.077,1 ribu. Ini berarti di setiap sektor mengalami peningkatan upah masing-masing sebesar 13,48 persen, 13,67 persen, dan sektor Pertambangan Non Migas sebesar 9,09 persen dibandingkan Triwulan III 2007.
s. go
.id
Rata-rata upah riil per bulan pada Triwulan III-2008 untuk sektor Industri, Hotel dan Pertambangan Non Migas masing-masing tercatat sebesar Rp 666,7 ribu, Rp 623,1 ribu dan Rp 2.347,5 ribu. Dibandingkan kondisi pada Triwulan I dan II, upah riil buruh sektor Industri, sektor perhotelan, dan Pertambangan Non Migas menunjukkan penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara nasional besarannya naik, tetapi secara riil pendatapan buruh bergerak lebih lambat daripada kenaikan harga-harga kebutuhan hidup.
Upaya pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang mampu menyerap tenaga kerja masih tersangkut imbas krisis keuangan global yang masih berlanjut hingga Triwulan-I 2009 ini. Stabilitas perekonomian domestik, regional, maupun internasional masih goyah. Secara mikro, kebijakan perusahaan untuk merasionalisasi sumber daya manusia pada proses produksi mereka berimbas pada kondisi ketenagakerjaan secara makro. Pada akhirnya masalah pengangguran tentu tentu akan berimbas pada masalah-masalah ekonomi dan sosial lainnya. Namun demikian Tabel : 10.
Indikator Ketenagakerjaan
Table
Employment Indicators
ht
tp :// w
w
w
.b p
PENGANGGURAN
Diolah dari Sakernas / Based on National Labor Force Survey Indikato r
2006
2007
2007
2008
2008
2009
Indicato rs
(A gt)
(F eb)
(A gt)
(F eb)
(A gt)
(F eb)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
160,8
162,4
164,1
165,6
166,6
168,3
66,2
66,6
67,0
67,3
67,2
67,6
10,3
9,8
9,1
8,5
8,4
8,1
(1) Penduduk 15 Tahun ke Atas (juta orang) Population 15 Years of Age and Over (million person) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (persen) Labour Force Participation Level (percent) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (persen) Unemployment Rate (percent)
2424
Triwulan I - 2009
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
pemerintah dengan rencana stimulus fiskal berupaya menyerap tenaga kerja dengan mengembangkan sektor informal.
w
.b p
s. go
.id
Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia selama triwulan pertama 2009 pada umumnya masih normal dan cenderung membaik, meskipun masih dalam situasi krisis keuangan global. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Bulan Februari 2009 (67,6 persen) meningkat dibandingkan keadaan Agustus 2008 (67,2 persen). Hal ini mendorong penurunan jumlah penganggur dari 9,4 juta orang menjadi 9,3 juta orang atau turun dari 8,4 persen menjadi 8,1 persen terhadap angkatan kerja. Peningkatan TPAK dan penurunan TPT berhasil menaikkan jumlah penduduk yang bekerja dari 102,6 juta orang menjadi 104,5 juta orang. Bila ditelusuri lebih lanjut, kenaikan jumlah tenaga kerja ini terutama terjadi pada lapangan kerja tradisional yang kurang memerlukan keahlian khusus seperti sektor pertanian yang mengalami kenaikan sekitar 2 juta orang. Jika dibandingkan keadaan Februari tahun sebelumnya, struktur pekerja pada Februari 2009 cenderung meningkat pada kelompok kegiatan informal. Pilihan utnuk bekerja di sektor informal merupakan pilihan logis mengingat dalam situasi krisis global seperti sekarang ini, menganggur merupakan hal yang mewah bagi masyarakat. Hal lainnya adalah hingar bingar pesta demokrasi bagi masyarakat ternyata juga menciptakan jenis-jenis lapangan kerja baru.
PROSPEK DUNIA USAHA
ht
tp :// w
w
Persepsi pengusaha terhadap kondisi perekonomian dapat diperoleh melalui Survei Tendensi Bisnis yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) di beberapa kota besar di seluruh provinsi di Indonesia. Survei tersebut menghasilkan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) yang dapat memberikan informasi dini mengenai kondisi bisnis dalam jangka pendek. Disamping survei tersebut, BPS juga melakukan Survei Tendensi Konsumen di wilayah Jabodetabek yang bertujuan untuk memperoleh persepsi konsumen.mengenai gambaran kondisi bisnis dan perekonomian melalui Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Secara umum penurunan kondisi bisnis terjadi karena adanya penurunan pendapatan usaha, kapasitas produksi dan jumlah jam kerja. Sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan pendapatan usaha terbesar, sebaliknya sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan mengalami peningkatan pendapatan usaha tertinggi. Kondisi perekonomian Indonesia yang terkena dampak krisis keuangan global juga tergambar dari ITB dan ITK. Tren perlambatan yang ditunjukkan oleh ITB sejak Triwulan III-2008 terus mengalami kenaikan hingga Triwulan I-2009. Setelah
Triwulan I - 2009
25
Tinjauan Kinerja Perekonomian Indonesia
mendekati nilai indeks 102 pada Triwulan IV-2008, indeks tendensi bisnis bahkan melampaui angka di bawah 100 yaitu menyentuh level 96,61. Kinerja Sektor Listrik, Gas dan Air, sektor Keuangan dan Jasa masih mencatat optimisme pelaku bisnis dimana ITB ITB sektor-sektor tersebut masih di atas 100 meskipun besarannya masih di bawah besaran Triwulan IV-2008. Sektor lainnya mencatat indeks di bawah 100 dengan ITB terendah di sektor Industri (ITB 89,86).
.b p
s. go
.id
Sementara itu, persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian pada Triwulan I-2009 masih menunjukkan rasa optimisme yang cukup tinggi dimana besaran ITK 102,15 menggambarkan persepsi terhadap kondisi perekonomian yang lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Tiga variabel pembentuk ITK, masing-masing pendapatan rumah tangga, kaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat meningkat dibanding triwulan sebelumnya dan kenaikan harga hanya sedikit mengurangi konsumsi (ITK 99,82) ITK yang lebih tinggi dibanding ITK pada Triwulan IV-2008.
I n d e k s T e n d e n s i B is n is ( I T B ) d a n I n d e k s T e n d e n s i K o n s u m e n ( I T K )
T a b le
I n d ice s o f B u s in e s s a n d C o n s u m e r T e n d e n c y
w
w
T abe l 1 1 .
2007
Inde x (1 )
2009
TW I
T W II
T W III
T W IV
TW I
Q r t IV
Qrt I
Q r t II
Q r t III Q r t IV
Qrt I
(2)
(3)
(4)
1 12,25
104 ,4 1
1 11,72
1 06,10
9 5,01
93 ,8 4
(5 )
(6)
(7)
1 11 ,12
102 ,1 9
96 ,9 1
1 02 ,78
100 ,9 3
1 02,15
ht
I nde k s T e nde nsi B isnis (I T B )
2008
T W IV
tp :// w
Indeks
B usiness T endency I nde x
I nde k s T e nde nsi K onsum e n (I T K )
C onsum e r T endency I nde x
2626
Triwulan I - 2009