BAB II TINJAUAN DATA 2.A Data Literatur 2.A.1 Tinjauan Data Umum 2.A.1.1
Pengertian Sekolah Berkebutuhan Khusus
Sekolah anak dengan karakteristik berkebutuhan khusus berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak mampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antaralain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kes ulitan
belajar, gangguan
prilaku, anak
berbakat,
anak
dengan
gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia. 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain. Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4) menetapkan bahwa penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMKLB dengan seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMKLB masing-masing sebagai satuan pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah. Altenatif layanan yang paling baik untuk kepentingan mutu layanan adalah INTEGRASI ANTAR JENIS. Keuntungan bagi penyelenggara (sekolah) dapat memberikan layanan yang terfokus sesuai kebutuhan anak seirama perkembangan psikologis anak. Keuntungan bagi anak, anak menerima layanan sesuai kebutuhan yang sebenarnya karena sekolah mampu membedakan perlakuan karena memiliki fokus atas dasar kepentingan anak pada jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMKLB. 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda. Pemerintah sebenarnya ada kesempatan memberikan perlakuan yang sama kepada Anak Indonesia tanpa diskriminasi. Coba renungkan kalau bisa mendirikan SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri untuk anak bukan ABK, mengapa tidak bisa mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri bagi ABK. Hingga Juni tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah dan DIY baru Pemerintah Kabupaten Cilacap yang berkenan mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri masing-masing berdiri sendiri sebagai satuan pendidikan formal. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cilacap tidak mempermasalahkan kewenangan siapa pengelolaan satuan pendidikan khusus, akan tetapi semata-mata didasari oleh kebutuhan masyarakat sebagai warga negara yang berdomisili di wilayahnya. a)
Tunarungu : Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
b) Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat
bawaan,
sakit
atau
akibat
kecelakaan,
termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah
ringan
yaitu memiliki 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisiktetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. c)
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
d) Kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasiaperkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas ratarata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep. Karena
memiliki
hambatan
dalam
pendengaran
individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
Cara
berkomunikasi
dengan
individu
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal,
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.1 2.A.1.2
Pengertian Sekolah Autisme
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam – macam Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak autis. Anak autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan. Maupun secara akademik. Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh karena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut banyak informasi mengenai siapa dan bagaimana anak autis itu. Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat anak autis tesebut akan lebih madiri dan anak – anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada yang dimiliki secara terpendam karena anak autis belum bisa mandiri.2 2.A.1.3
Sejarah Perkembangan Sekolah Autisme
Para ahli sejarah pendidikan biasanya menggambarkan mulainya pendidikan luar biasa pada akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Di indonesia sejarah perkembangan luar biasa dimulai ketika belanda masuk ke indonesia,( 1596 – 1942 ) meraka memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi barat. untuk pendidikan bagi anak–anak penyandang cacat di buka lembaga-lembaga khusus.lembaga pertama untuk pendidikan anak tuna netra,tuna grahita tahun 1927 dan untuk tuna rungu tahn 1930. Ketiganya terletak di kota Bandung. Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-undangkan
yang
pertama
mengenai
pendidikan.
Mengenai anak- anak yang mempunyai kelainan fisik atau mental , 1 2
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus pendidikan-dan-bimbingan-bagi-anak-autis
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
undang – undang itu menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan ( pasal 6 ayat 2 ) dan untuk itu anak –anak tersebut ( pasal 8) yang mengatakan semua anak – anak yang sudah berumur 6 tahun dan 8 tahun berhak dan diwajibkan belajar disekolah sedikitnya 6 tahun dengan ini berlakunya undang – undang tersebut maka sekolah – sekolah baru
yang khusus
bagi
anak
–
anak penyandang
cacat. Termasuk untuk anak tuna daksa dan tuna laras, sekolah ini disebut sekolah luar biasa. Berdasarkan urutan sejarah berdirinya SLB pertama untuk masing – masing katagori kecacatan SLB itu dikelompokan menjadi : a. SLB bagian A untuk anak tuna netra b. SLB bagian B untuk anak tuna rungu c. SLB bagian C untuk anak tuna Grahta d. SLB bagian D untuk anak tuna daksa e. SLB bagian E untuk anak tuna laras f. SLB bagian F untuk anak tuna ganda Konsep pendidikan terpadu di perkenalkan di indonesia pada tahun 1978 yang bertujuan khusus untuk anak tuna netra.3 2.A.1.4
Perkembangan Sejarah Sekolah Autis di Indonesia
Peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam berolah system maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga pendidikan tidakhanya sebagai wahana untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang dapat memberi skill atau bekal untuk hidup yang nanti diharapkan dapat bermanfaat didalam masyarakat. Sementara itu lembaga pendidikan tidak hanya di tunjukkan kepada anak yang memiliki kelengkapan fisik, tetapi juga kepada anak yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka dianggap sosok yang 3
http://edukasi.kompasiana.com
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tidak berdaya, sehingga perlu di bantu dan di kasihani untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu di sediakan berbagai bentuk layanan pendidikan atau sekolah bagi mereka. Pada dasarnya pendidikan untuk berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan anakanak pada umumnya. Disamping itu pendidikan luar biasa, tidak hanya bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus, tetapi juga di tujukan kepada anak-anak normal yang lainnya.4 2.A.1.5
Kurikulum dan Tingkatan Kurikulum Sekolah Autisme
Pendidikan bagi anak penyandang autis tidak sama dengan anak biasa. Kurikulum pendidikan yang disiapkan umumnya sangat individual. Data yang dimiliki Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan, penyandang autis yang mengikuti pendidikan layanan khusus ternyata masuk lima besar dari seluruh peserta sekolah khusus. Jumlah terbesar adalah penyandang tuna grahita (keterbatasan intelektual) berat dan ringan sebanyak 38.545 peserta, tuna rungu 19.199 peserta. Diikuti kemudian penyandang tuna netra 3.218 peserta, tuna daksa 1.920 peserta dan autis sebanyak 1.752 peserta. Di Indonesia, sekolah yang khusus menangani autis berjumlah 1.752 sekolah. Lima besar provinsi yang paling banyak mendirikan sekolah autis adalah Jawa Barat sebanyak 402 sekolah, Jawa Timur 263 sekolah, Daerah Istimewa Yogyakarta 131 sekolah. Kemudian diikuti Sumatera Barat dan DKI Jakarta yang masing-masing memiliki 111 sekolah untuk penyandang autis. Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Departemen Pendidikan Nasional Eko Djatmiko Sukarso menyatakan, UU Sisdiknas No20 Tahun 2003 mengamanatkan
kepada
pemerintah
untuk
menyelenggarakan
pendidikan bagi semua masyarakat. "Pemerintah mengakui dan melaksanakan pendidikan khusus (PK) dan pendidikan layanan 4
http://edukasi.kompasiana.com/
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
khusus (PLK) bagipenyandangautis," sebutnya. Semua hal yang terkait dengan pembelajaran untuk anak-anak autis berpedoman pada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Namun begitu, Eko mengatakan, Diknas memberikan kebebasan kepada masing-masing sekolah untuk menentukan kurikulum bagi penyandang autis. Ini disebabkan setiap sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda dalam mendidik penyandang autis. Awal Psikolog dari sekolah khusus autis "Mandiga" di Jakarta, Dyah Puspita menyatakan, kurikulum autis harus dibuat berbeda-beda untuk setiap individu. Mengingat setiap anak autis memiliki kebutuhan berbeda. Ini sesuai dengan sifat autis yang berspektrum. Misalnya ada anak yang butuh belajar komunikasi dengan intensif, ada yang perlu belajar bagaimana mengurus dirinya sendiri dan ada juga yang hanya perlu fokus pada masalah akademis. Penentuan kurikulum yang tepat bagi tiap-tiap anak, Dini Yusuf, pendiri homeschooluntuk anak autis "Kubis" di Jakarta mengatakan, bergantung dari assessment(penilaian) awal yang dilakukan tiap sekolah. Penilaian ini perlu dilakukan sebelum sekolah menerima anak autis baru. Biasanya, penilaian melalui wawancara terhadap kedua orangtuanya. Wawancara ini untuk mengetahui latar belakang, hambatan, dan kondisi lingkungan sosial anak. Selain itu, penilain awal ini juga melalui observasi langsung terhadap anak. Lamanya penilaian awal ini, menurut Dini,berbeda-beda."Tetapi, dari sana, kami lalu menentukan jenis terapi dan juga kurikulum yang tepat buat sang anak," ujarnya. Biasanya, terapi ini akan digabungkan dengan bermain agar lebih menyenangkan bagi anak autis.Kepala Sekolah khusus autis, AGCA Centre Bekasi Ira Christiana, mengatakan, sekolahnya memiliki berbagai macam bentuk terapi bagi penyandang autis. Di antaranya, terapi terpadu, wicara, integritas, dan fisioterapi. "Terapi
apa
yang
diberikan
tergantung
dari
kondisi
anaknya,"sebutnya. Perlakuan terhadap penyandang autis di atas umur lima tahun berbeda dengan penyandang autis di bawah umur lima 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tahun. Terapi penyandang autis di atas umur lima tahun lebih kepada pengembangan bina diri agar bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. "Ini wajib hukumnya karena mereka sudah waktunya untuk sekolah," ujar Ira. Jika penyandang autis yang berumur di atas lima tahun belum bisa bersosialisasi sama sekali, maka akan diberikan pelatihan tambahan yang mengarah kepada peningkatan syaraf motorik kasar dan halus. Bagi penyandang yang sudah bisa bersosialisasi, maka akan langsung ditempatkan di sekolah reguler, dengan catatan mereka harus tetap mengikuti pelajaran tambahan di sekolah khusus penyandang autis. Penyandang autis di bawah lima tahun diberikan terapi terpadu seperti terapi perilaku dan wicara. Terapi perilaku bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan, meniru, dan okupasi. Terapi wicara dimulai dengan melakukan hal-hal yang sederhana, seperti meniup lilin, tisu, melafalkan huruf A,dan melafalkan konsonan. Hal lain yang patut dicermati, menurut Ira, adalah konsistensi antara apa yang dilakukan di sekolah dengan di rumah. Jika terdapat perbedaan yang mencolok,kemajuan anak autis akan sulit dicapai. Anak mengalami kebingungan atas apa yang ada pada lingkungannya. Untuk itu, diperlukan komunikasi intensif antara sekolah dan orang tua.5 A. Lingkup Pengembangan Kurikulum Kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah reguler (kurikulum nasional) yang dimodofikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tahap perkembangan anak berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat kecerdasannya. Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap: 1. alokasi waktu, 2. isi/materi kurikulum, 5
Sumber : artikel-makalah/artikel/163-kurikulum-khusus-penyandang-autis
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. proses belajar-mengajar, 4. sarana prasarana, 5. lingkungan belajar, dan 6. pengelolaan kelas. B. Pengembang Kurikulum Modifikasi/pengembangan
kurikulum
pendidikan
inklusi
dapat
dilakukan oleh Tim Pengembang Kurikulum yang terdiri atas guruguru yang mengajar di kelas inklusi bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru pembimbing khusus (guru Pendidikan Luar Biasa) yang sudah berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan ahli Pendidikan Luar Biasa (Orthopaedagog), yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Dasar Inklusi (Kepala SD Inklusi) dan sudah dikoordinir oleh Dinas Pendidikan. C. Pelaksanaan Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan: 1. Modifikasi alokasi waktu Modifikasi alokasi waktu disesuaikan dengan mengacu pada kecepatan belajar siswa. Misalnya materi pelajaran (pokok bahasan) tertentu dalam kurikulum reguler (Kurikulum Sekolah Dasar) diperkirakan alokasi waktunya selama 6 jam. * Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal (anak berbakat) dapat dimodifikasi menjadi 4 jam. * Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal dapat dimodifikasi menjadi sekitar 8 jam; * Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak lamban belajar) dapat dimodifikasi menjadi 10 jam, atau lebih; dan untuk anak tunagrahita menjadi 18 jam, atau lebih; dan seterusnya. 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Modifikasi isi/materi * Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal, materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat digemukkan (diperluas dan diperdalam) dan/atau ditambah materi baru yang tidak ada di dalam kurikulum sekolah reguler, tetapi materi tersebut dianggap penting untuk anak berbakat. * Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat tetap dipertahankan, atau tingkat kesulitannya diturunkan sedikit. * Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak lamban belajar/tunagrahita) materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat dikurangi atau diturunkan tingkat kesulitannya seperlunya, atau bahkan dihilangkan bagian tertentu. 3. Modifikasi proses belajar-mengajar * Mengembangkan proses berfikir tingkat tinggi, yang meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan problem solving, untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal; * Menggunakan pendekatan student centerred, yang menenkankan perbedaan individual setiap anak. * Lebih terbuka (divergent); * Memberikan kesempatan mobilitas tinggi, karena kemampuan siswa di dalam kelas heterogen, sehingga mungkin ada anak yang saling bergerak kesana-kemari, dari satu kelompok ke kelompok lain. * Menerapkan pendekatan pembelajaran kompetitif seimbang dengan pendekatan
pembelajaran
kooperatif.
Melalui
pendekatan
pembelajaran kompetitif anak dirangsang untuk berprestasi setinggi mungkin dengan cara berkompetisi secara fair. Melalui kompetisi, anak akan berusaha seoptimal mungkin untuk berprestasi yang terbaik,“aku-lah sang juara”!. 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Namun, dengan pendekatan pembelajaran kompetitif ini, ada dampak negatifnya, yakni mungkin “ego”-nya akan berkembang kurang baik. Anak dapat menjadi egois. Untuk menghindari hal ini, maka pendekatan pembelajaran kompetitif ini perlu diimbangi dengan pendekatan pembelajaran kooperatif. Melalui
pendekatan
pembelajaran
kooperatif,
setiap
anak
dikembangkan jiwa kerjasama dan kebersamaannya. Mereka diberi tugas dalam kelompok, secara bersama mengerjakan tugas dan mendiskusikannya. Penekanannya adalah kerjasama dalam kelompok, dan kerjasama dalam kelompok ini yang dinilai. Dengan cara ini sosialisasi anak dan jiwa kerjasama serta saling tolong menolong akan berkembang dengan baik. Dengan demikian, jiwa kompetisi dan jiwa kerjasama anak akan berkembang harmonis. * Disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa (ada yang bertipe visual; ada yang bertipe auditoris; ada pula yang bertipe kinestetis). Tipe visual, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera penglihatan.Tipe auditoris, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera pendengaran.Tipe kinestetis, yaitu lebih mudah menyerap
informasi
melalui
indera
perabaan/gerakan.Guru
hendaknya tidak monoton dalam mengajar sehingga hanya akan menguntungkan anak yang memiliki tipe belajar tertentu saja.6 2.A.1.6
Pengertian Autisme
Autisme atau bisa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang complex dan sangat bervariasi (spektrum) biasanya. Gangguan ini meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi social dan kemampuan berimajinasi. Berdasarkan data para ahli diketahui bahwa penyandang ASD anak
6
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lelaki adalah empat kali lebih banyak dibandingkan dari penyandang ASD anak Perempuan7. Kata autis berasal dari bahasa Yunani “autos” berarti sendiri dan “isme” yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri”. Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya). Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya/miskin, di desa/dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Diperkirakan 75% - 80% penyandang autis ini mempunyai retardasi (perlambatan) mental, sedangkan 20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidangbidang tertentu (savant/orang yang terpelajar)8. Autis atau autisme adalah keadaan introversi mental seseorang dimana perhatian hanya tertuju pada diri sendiri. Jika digolongkan pada istilah penyakit, maka autis merupakan penyakit ketidakteraturan 7 8
Sumber : www.putrakembara.org Sumber : www. akupuntur/autis.com
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam perkembangan otak, sehingga secara fungsi, penderitaan akan mengalami gangguan system syaraf yang tampak pada pola tinkah laku berupa sifat hiperaktif. Jumlah anak yang terkena autis semakin meningkat pesat di berbagai belahan dunia. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 – 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autis meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autisma. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakanjumlah anak autis dapat mencapai 150 –200 ribu orang.Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 – 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. 2.A.1.7
Sejarah Anak Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan sangat kompleks yang sejak dulu menjadi misteri di dunia kedokteran. Autisme sebenarnya bukan hal yang baru dan sudah ada sejak lama, namun belum terdiagnosis sebagai autis. Menurut cerita-cerita zaman dulu seringkali ada anak yang diaggap „anehsejak lahir‟. Anak tersebut sejak lahir sudah menunjukan gejala yang tidak biasa. Mereka menolak apabila digendong, menangis kalau makan dan tidur apabila siang hari. Mereka seringkali bicara sendiri dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang tuanya. Apabila dalam kondisi marah mereka bisa mengigit, mencakar, menjambak atau menyerang. Kadang kala mereka tertawa sendiri seolah-olah ada yang mengajaknya bercanda. 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Para orang tua pada saat itu menganggap anak ini tertukar (a changing) dengan anak peri , sehingga tidak bisa menyesuaikan dengan manusia normal. Pada
tahun
1943
serang
psikiater
anak,
Leo
Kanner
menjabarkan dengan sangat rinci gejala-gejala „aneh‟ yang ditemukan pada 11 pasien kecilnya. Leo Kanner juga melihat banyak sekali persamaan gejala pada anak-anak ini, tetapi yang sangat menonjol adalah mereka sangat asyik dengan diriya sendiri seolah-olah mereka hanya hidup dalam dirinya sendiri. Maka dia memakai istilah „Autisme‟, maka untuk membedakannya dipakai istilah „early infantile autism‟ atau autisme infantil. Dia membuat hipotesis bahwa anakanak ini kemungkinan menderita gangguan metabolisme yang telah dibawa sejak lahir (inborn eror of metabolism). Gangguan metabolisme ini menyebabkan anak tersebut tidak dapat bersosialisasi. Namun pada zaman itu alat kedokteran belum secanggih sekarang sehingga Kanner tidak dapat membuktkan hipotesisnya. Nugraheni dalam
bukunya
„Sekilas
Tentang
Balantara
Autisme‟menuliskan bahwa pada permulaan Perang Dunia ke-2, Brunno Bettelhem, Seorang Yahudi dari Wina melarikan diri dari kejaran Hitler ke Amerika. Dia mengaku pada masyarakat Amerika bahwa ia adalah seorang ahli pendidikan dan seorang psikolog lulusan Universitas Wina dan murid dari Dr. Sigmund Freud. Pada zaman itu Amerika
sangat
mengagumi
kebudayaan
Eropa
dan
sangat
mengagumi Sigmund Freud, sehingga ketika Brunno mengaku sebagai muridnya langsung diterima dan dikagumi oleh kaum intelek Amerika. Setelah meninggal karena bunuh diri bahwa diketahui bahwa Bruno bukan seorang pendidik maupun psikolog dan tidak pernah menjadi murid Sigmund Freud. Namun pada saat itu Brunno dipercayakan untuk mengelola sebuah asrama untuk anak-anak dengan berbagai gangguan perilaku termasuk beberapa anak dengan 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
gejala autisme. Brunno kemudia mengeluarkan teori „ The Frigid Mother‟ untuk menerangkan timbulnya gejala autisme. Menurutnya anak-anak ini menolah hidup dalam masyarakatnya oleh karena ia merasa ditolak oleh keluarganya terutama ibunya. Ia menyatakan bahwa ibu anak-anak ini adalah ibu yang „dingin‟, sama sekali tidak dapat menunjukan kehangatan pada anaknya. Teori ini sempat dianut secara meluas, yang tentu saja menimbulkan stres berat pada para ibu. Kehidupan
keluarga
diteropong
habis-habisan
dan
dilakukan
konseling keluarga, psikoterapi pada ibu, sedang anaknya sendiri mendapatkan terapi bermain. Tetapi teori tersebut kemudian dibantah karena ternyata banyak orang tua dan ibu yang bersifat sangat hangat dan penyayang tetapi tetap memiliki anak autisme. Pada tahun 1964 Bernard Rimland sorang psikolog yang mempunyai anak autis menulis buku yang menyatakan bahwa autisme dilandasi adanya gangguan Susunan Saraf Pusat (SSP). Buku yang cukup revolusioner ini mengubah pandangan tentang penyebab autisme. Para peneliti menyatakan bahwa autisme bukan hanya gangguan fungsional. Artinya autisme tidak terjadi akibat salah asuh atau salah didik atau salah setting sosial, tetapi didasari oleh gangguan organik dalam perkembangan otak. Dilaporkan insiden autisme tinggi pada
riwayat
prenatal
seperti prematur, postmatur,
pendarahan atenatal pada trisemester I – II serta ibu lebih dari 35 tahun. Autisme juga banyak dialami oleh anak-anak yang riwayat persalinannya tidak spontan seperti mengalamirespiratory distress syndrome. Pada permulaan tahun 1990 beberapa peneliti seperti Margareth Bauman
dan
Eric
Courchesne
menemukan
adanya
kelainan
neuroanatomi pada beberapa tempat di otak pada penyandang autisme. Dengan
melakukanMagnetic
Resonance
Imaging (MRI),
Eric
Courchesne menemukan adanya pengecilan otak kecil (cerebellum), 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terutama pada lobus VI – VII. Penemuan ini ditunjang oleh hasil otopsi yang di lakukan oleh Margareth Bauman, yang menemukan adanya kelainan struktur pada pusat emosi. Gangguan neuro-anatomi ini seringkali disertai pula gangguan biokimiawi otak. Penemuan ini sangat membantu para dokter untuk menemukan obat yang lebih tepat yang dapat memperbaiki gangguan yang terjadi di otak. Maka digunakanlah obat-obatan jenis psikotropika seperti risperdal, prozac, dan sebagainya. Penelitian tentang faktor genetik pada autisme juga sedang terus dilakukan. Lebih kurang 20% darjuga sedang terus dilakukan. Lebih kurang 20% dari kasus autisme baru timbul apabila didapatkan kelainan beberapa gen yang terkait dengan autisme. Terapi genetik belum dapat dilakukan sampai saat ini. Beberapa tahun yang lalu kembali dunia autisme digoncang oleh fenomena Parker Back, ahli penyakit dalam yang menyatakan gejala autisme
akan
berkurang
bahkan
menghilang
stelah
mendapat sekretin. Sekretin adalah hormon yang kerjanya merangsang pankreas untuuk mengeluarkan enzim peptidase sehingga pek mengeluarkan enzim peptidase sehingga pencerdaan menjadi lebih baik. Tenyata setelah pencernaan diperbaiki maka timbul perbaikan dari gejala autisme. Para orang tua pun berlomba mendapatkan hormon ini, namun tenyata tidak semua anak mendapat manfaat dari sekretin, bahkan beberapa mendapatkan adanya efek samping negatif. Namun penemuan adanya hubungan antara gangguan pencernaan dengan gejala autisme merangsang penelitian yang lebih mendalam kearah gangguan metabolisme.9
9
http://goldenkidspecialneeds.blogspot.com/
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.A.1.8
Karakter Anak Autisme
Beberapa karakter anak Autis yaitu : Tidak ada kontak mata
- Ruang
yang
dapat
memusatkan perhatian - Pembatasan gerak mata anak autis, agar dapat fokus pada terapis - Kedap suara Tertawa terkikih-kikih sendiri
- Aman - Nyaman
Mengulang-ulang perkataan
Peka terhadap suara Berlaku
- Kedap suara, suara dari luar
seperti orang tuli
tidak dapat masuk, maupun suara dari dalam tidak keluar. - Aman
Memutar-mutar objek
- Nyaman - Anti toxid
Bermain aneh-aneh
Tidak sayang terhadap barang
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menolak perubahan, menyukai rutinitas
Sulit bergaul dengan anak lain
- Nyaman - Sederhana
- Akrab - Nyaman
Tidak suka berdekatan
Tantrum – menangis dengan alasan yang tidak jelas
Tidak takut bahaya Tindakannya sering tidak terduga, tidak mengenal takut
- Kedap suara -
Aman
- Aman, dalam arti bentuk, material yang digunakan dalam
ruang
tidak
membahayakan.
Tidak peka dengan rasa sakit
- Aman, dalam arti bentuk, material yang digunakan dalam ruang tidak membahayakan.
Kemampuan motorik tidak seimbang
- Aman, dalam arti bentuk, material yang digunakan dalam ruang tidak membahayakan. 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kebiasaan menyendiri
-
Akrab
-
Nyaman
Secara fisik hiperaktif atau pasif
- Aman
sekali
- Akrab - Nyama n
Tabel 2.1. Karakter Anak Autisme Sumber : www.autismsocietyofwaveritatis.com
2.A.1.9
Ciri – ciri Autisme
Dalam mendeteksi anak yang menderita autis memang tidak mudah dikarenakan butuh waktu hingga usia dua tahun untuk dapat memastikan anak benar benar mengidap autis. Bahkan beberapa penelitian, salah satunya oleh University of Missouri yang dikutip dari daily mail menunjukkan pendektesian gejala autis terkadang ditemukan pada usia tiga tahun sehingga pada usia ini dianggap terlambat dalam memberikan penanganan untuk penderita autis. Untuk itu sangat penting sekali dalam memberikan pendeteksian awal bagi anak yang mengalami autis yang terlihat pada muka terutama pada bagian mata dan juga bibir. 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kasus pada anak autis biasanya berawal dari ketidak mampuan anak anda untuk belajar berjalan dan juga berbicara antara usia duatiga tahun, padahal jelas ini sangat terlambat dalam memberikan penanganan. Sehingga penelitian terbaru menemukan ada beberapa ciri fisik yang dapat dilihat dari anak autisme yaitu menemukannya perbedaan wajah yang menyandang autisme memiliki perbedaan terutama pada bagian bibir dan jarak antara kedua matanya. Masih dalam penelitian yang sama menyimpulkan perkembangan wajah dan otak akan tampak berbeda bagi anak yang menyandang autis, sehingga mempengaruhi keduanya dan tidak diketahui bagaimana mekanisme yang sebenarnya. Sehingga ditemukannya penelitian yang memetakan bentuk wajah ini diharapkan orang tua dapat mendeteksi kelainan dini jika anak anak mengalami gejala autisme.
Melalui
pendampingan
deteksi
sehingga
dini
maka
pertummbuhan
akan
mempermudah
mental
dan
juga
kecerdasaannya dapat di sesuaikan. Berikut adalah cara mendeteksi anak yang beresiko mengidap autisme apabila dilihat dari mata dan bibir : 1.
Pada bagian mata anak yang beresiko mengidap autisme terlihat tampak jarak yang lebih besar dari keadaan normal.
2.
Daerah pipi dan hidung seringkali memiliki jarak yang lebih dekat apalagi pada bagian tengah wajah. Ciri ini umum dialami oleh anak yang mengalami autisme yaitu bagian tengah wajah yang sempit.
3.
Selanjutnya pada bibir, pada anak yang mengidap autisme memiliki bagian lebar pada bibir dan philtrum yaitu daerah antara hidung dengan bibir sedikit lebar
Ciri tersebut berdasarkan pengamatan yang dilakukan ilmuan pada anak-anak yang mengidap autisme. Penelitian tersebut melibatkan 62 anak yang berusia 12 tahun yang dibandingkan dengan 41 anak yang tidak memiliki riwayat autisme. Penelitian ini menggunakan kamera 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang dapat menghasilkan gambar 3 dimensi. Sehingga dapat disimpulkan adanya 17 titik antara lain yaitu ujung mata, bibir dan philtrum. Dengan demikian penelitian ini sekaligus menguatkan bahwa gangguan kordinasi otak pada penderita autisme memiliki peranan yang sangat besar dan terjadi bermulai pada saat di dalam kandungan bahan penelitian ini membantu untuk mengetahui faktor genetik atau lingkungan yang berpengaruh pada anak yang menderita autisme. Meskipun demikian penelitian ini masih belum dapat menemukan faktor utama yang sangat berpengaruh memicu penyakit autisme pada anak-anak apakah dipengaruhi oleh lingkungan atau genetik.10
2.A.1.10 Penyebab Autisme Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada terjadinya autisme. Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autisme yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami gangguan yang sama. Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes, jamur, nutrisi yang buruk, perdarahan, keracunan makanan, sehinga pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi. Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan pencernaan dan gejala autisme. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autisme ini mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi asam amino tapi juga 10
Sumber : http://bidanku.com/
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik, peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan perilaku. Menurut Dr. Rudy Sutadi, SpA, spesialis anak dari pusat terapi anak auitis kerusakan saraf otak ini muncul disebabkan beberapa factor termasuk masalah genetik dan faktor lingkungan. Autisme terbagi menjadi dua disebutkan autisma klasik atau infantile manakala kerusakan saraf sudah terdapat
sejak lahir karena sewaktu
mengandung, ibu terinfeksi virus dan terkontaminasi jenis logam berat seperti merkuri dan timbale yang berdampak mengacaukan proses pembentukan sel-sel saraf diotak janin. Jenis kedua disebutkan autisme regresif muncul saat anak berusia antara 12-24 bulan. Sebelumnya perkembangan anak relatif normal, namun ketika usia anak menginjak 2 tahun kemampuan anak merosot yang tadinya sudah bisa membuat kalimat 2 sampai 3 kata berubah menjadi diam dan tidak lagi berbicara. Anak terlihat acuh tak acuh dan tidak ada kontak mata. Kesimpulan yang beredar dikalangan ahli menyebutkan autis regresif muncul karena terkontaminasi langsung oleh faktor pemicu yang paling disorot adalah paparan logam berat terutama merkuri dan limbah dari lingkungan. 2.A.1.11 Gangguan pada Autisme Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam perasaan sensoris. Berikut adalah penjelasan tentang gangguan pada autis11 : 1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal Meliputi kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya
dengan
arti
yang
lazim
digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (”bahasa planet”). Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan mimik datar. 2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh. Bila menginginkan
sesuatu
ia
menarik
tangan
orang
lain
dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya. 3. Gangguan dalam bermain Diantaranya adalah bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak 11
Sumber : www.angelfire.com
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya Tidak spontan, reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama. 4. Gangguan perilaku Dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya. 5. Gangguan perasaan dan emosi Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.. Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain. 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6. Gangguan dalam persepsi sensoris Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan. 2.A.1.12 Jenis – jenis Autisme 1. Sindrom Asperger Jenis gangguan ini ditandai dengan defisiensi interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-hari. Pada sindrom Asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis autisme ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat mengatasi paparan suara keras atau sinar lampu yang tiba-tiba. Anak dengan sindrom Asperger memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah. 2. Autistic Disorder Autistic disorder disebut juga sebagai true autism atau childhood autism karena sebagian besar berkembang pada tiga tahun awal usia anak. Pada sebagian besar kasus, anak yang terkena autistic disorder tidak memiliki kemampuan berbicara dan hanya bergantung pada komunikasi non-verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan bersikap acuh tak acuh. Anak 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tidak menunjukkan kasih sayang atau kemauan untuk membangun komunikasi. 3. Pervasif Developmental Disorder Autisme jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim. Umumnya didiagnosis dalam 5 tahun pertama usia anak. Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non-verbal efektif terbatas sehingga pasien kurang bisa komunikasi. 4. Childhood Disintegrative Disorder Gejala-gejala gangguan ini muncul ketika seorang anak berusia antara 3 sampai 4 tahun. Pada dua tahun awal, perkembangan anak nampak normal yang kemudian terjadi regresi mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik. Anak menjadi
kehilangan
semua
keterampilan
yang
diperoleh
sebelumnya dan mulai menarik diri dari semua lingkungan sosial. 5. Rett Syndrome Rett syndrome relatif jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai autisme. Sindrom ini terutama memengaruhi perempuan dewasa atau anak perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan ukuran kepala yang abnormal. Rett syndrome disebabkan oleh mutasi pada urutan sebuah gen tunggal. Gejala awal yang teramati diantaranya adalah kehilangan kontrol otot yang menyebabkan masalah dalam berjalan dan mengontrol gerakan mata. Keterampilan motorik terhambat dan mengganggu setiap gerakan tubuh, mengarah ke perkembangan stereotip serta gerakan tangan dan kaki yang berulang.
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.A.1.13 Tingkat Berat – Ringan Sindrom Autisme Sering sekali orang menganggap autisme sebuah penyakit. Namun,
autisme
merupakan
gejala
keterbatasan
gangguan
perkembangan, termasuk autisme ringan hingga gangguan mental berat (PDD). Penderita austisme memiliki kesulitan berkomunikasi dan memahami perkataan dan perasaan orang lain. Akibatnya, penderita sering kesulitan mengekspresikan diri melalui kata, bahasa tubuh, raut wajah dan sentuhan. Anak yang mengidap autisme sangat sensitif terhadap suara, sentuhan, bau, dan pemandangan yang bagi orang lain dianggap normal. Autisme menyerang enam hingga delapan anak setiap 1.000 kelahiran. Orangtua dapat mendeteksi gejala autisme sejak usia tiga tahun. Beberapa anak menunjukkan tanda-tanda autisme sejak lahir. Sebagian lainnya tumbuh normal dan namun mengalami gejala autisme pada usia 18-36 bulan. Anak laki-laki penderita autisme empat kali lebih banyak daripada anak perempuan. Gejala autisme tidak mengenal suku, etnis, atau kondisi sosial lainnya seperti pendapatan, gaya hidup, atau tingkat pendidikan orang tua. Berikut beberapa jenis autisme:
Penderitanya memiliki measalah interaksi sosial, berkomunikasi, dan permainan imaginasi pada anak di bawah usia tiga tahun. Sindrom Asperger Anak yang menderita sindrom Asperger memiliki problem bahasa. Penderita sindrom ini cenderung memiliki intelegensi rata-rata atau lebih tinggi. Namun seperti halnya gangguan autistik, penderita kesulitan berinteraksi dan berkomunikasi.
Gangguan perkembangan menurun (PDD) Gejala ini disebut juga non tipikal autisme. Penderita memiliki gejala-gejala autisme, namun berbeda dengan jenis autistik lainnya. 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sindrom Rett Sindrom ini terjadi hanya pada anak perempuan. Mulanya anak tumbuh normal. Pada usia satu hingga empat tahun, terjadi perubahan pola komunikasi, dengan pengulangan gerakan tangan dan pergantian gerakan tangan.
Gangguan Disintegrasi Anak Pada gejala autisme ini, anak tumbuh normal hingga tahun kedua. Selanjutnya anak akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan keterampilan sosialnya. Para peneliti memperkirakan kombinasi gen dalam keluarga menyebabkan subtipe autisme. Bahan kimia atau obat-obatan yang masuk dalam tubuh ibu selama kehamilan berperan dalam gejala autisme. Dalam beberapa kasus, autisme berkaitan dengan tingkat phenylketonuria (gangguan metabolisme yang disebabkan tidak adanya hormon tertentu), virus rubella, dan penyakit celiac (tidak mampu menoleransi gluten dalam tepung). Walaupun penyebab autisme belum diketahui pasti, peneliti menilai autisme disebabkan ketidaknormalan bagian otak yang mengintrepretasi bahasa. Ketidakseimbangan
kimiawi otak
mempengaruhi terjadinya gejala autisme. 2.A.1.14 Metode Penanganan Anak Autisme Methode ABA (Applied Behaviour Analysis) adalah metode tata-laksana prilaku yang telah dikembangkan sejak puluhan tahun yang lalu. Penemunya atau penciptanya tidak jelas, mungkin saja dikembangkan oleh banyak orang secara berangsur-angsur, sehingga tidak seorangpun yang mengklaim sebagai penemunya. Prof.DR. Ivar O.Lovass dari University of California, Los Angeles, Amerika Serikat, menggunakan metode ini secara intensif pada anak autisma . Melihat keberhasilannya, maka Lovass mulai mempromosikan metode ini dan merekomondasikan untuk penanganan anak autisma, sehingga metode ini lebih dikenal dengan metode Lovass. 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Beberapa hal dasar mengenai teknik-teknik ABA: a. Kepatuhan (Compliance) dan kontak mata adalah kunci masuk ke metode ABA. Tapi sebenarnya metode apa yang dipakai, apabila anak mampu patuh dan mampu membuat kontak mata, maka semakin mudah mengajarkan sesuatu kepada anak. b. One on one adalah satu terapis untuk satu anak c. Siklus dari Discrete Trial Training, yang dimuai dengan instruksi dan diakhiri dengan imbalan. SIKLUS DISCRETE SIKLUS DISCRETE TRIAL TRAINING
- Instruksi
1 → (tunggu 3-5 detik), bila tidak ada respon,
lanjutkan dengan
Siklus
- Instruksi
2 → (tunggu 3-5 detik), bila tidak ada respon,
lanjutkan dengan
- Instruksi 3 → langsung lakukan prompt dan beri imbalan Tabel 2.2 SIKLUS DISCRETE TRIAL TRAINING Sumber : www.autismsocietyofwaveritatis.com
d.
Fading adalah mengarahkan anak ke prilaku target dengan prompt penuh, dan makin lama prompt makin dikurangi secara bertahap sampai akhirnya anak mampu melakukan tanpa prompt.
e.
Shaping adalah mengerjakan suatu prilaku melalui tahap-tahap pembentukan yang semakin mendekati respon yang dituju yaitu prilaku target.
f.
Chaining adalah mengajarkan sesuatu prilaku yang komplek yang dipecah menjadi aktivitas-aktivitas kecil yang disusun menjadi suatu rangkaian atau untaian secara beruntun. Misalnya
prilaku
“memasang
kaos”,
dipecah
menjadi
memegang kaos – meletakkan kaos di atas kepala – 37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
meloloskan kepala melalui lubang kaosmeloloskan tangan yang lain – menarik kaos setinggi dada – menarik kaos sampai dipinggang”. Bila rangkaian aktivitas ini dikerjakan secara berurutan, terbentuklah prilaku target “memasang kaos”. g.
Mengajarkan konsep warna, bentuk, huruf dan lain-lain. Penjelasan : a. Untuk mengajarkan konsep-konsep di atas, buatlah alat peraga gambar di atas kertas tebal berukuran 8 x 8 cm2, sebaiknya setelah jadi segera dilaminatng agar tidak cepat robek/rusak. b. Mengajarkan konsep warna dimulai dengan warna dasar merah, kuning dan biru. c. Untuk mengajarkan konsep bentuk, pakailah kertas berwarna hitam dimulai dengan bentuk bintang, bola, kotak, segitiga dan hati d. Untuk angka dan huruf juga dipakai warna hitam di atas warna putih. e. Untuk setiap jenis konsep pakailah jenis kertas yang sama.
2.A.1.15 Psikologi Anak Penderita Autisme Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ulang kata) juga dapat ditemukan.Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malahsangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka. Autisme ditandai oleh ciri-ciri utama antara lain: a. Tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya b. Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya c. Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal d. Reaksi/pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulangulang. Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguandalam bidang : a. Interaksi sosial b. Komunikasi (bicara dan bahasa) c. Perilaku – emosi d. Pola bermain e. Gangguan sensorik – motorik f. Perkembangan terlambat atau tidak normal Menurut Depdiknas (2002) mendeskripsikan anak dengan autisme berdasarkan jenismasalah gangguan yang dialami anak dengan autisme. Karakteristik dari masing-masingmasalah/gangguan itu di deskripsikan sebagai berikut:
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Masalah/gangguan di bidang komunikasi, dengan karakteristiknya sebagai berikut: a. Perkembangan bahasa anak autistic lambat atau sama sekali tidak ada. Anak tampak seperti tuli, dan sulit bicara. b. Kadang-kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. c. Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak dapatdimengerti orang lain. d. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi senang meniru atau membaca (echolalia). e. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan,misalnya bila ingin meminta sesuatu. 2. Masalah/gangguan di bidang interaksi sosial, dengan karakteristik berupa: a. anak autistic lebih suka menyendiri b. anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau meghindari tatapan mukaatau mata orang lain. c. Tidak tertarik bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun yang lebihtua. d. Bila diajak bermain, anak autistik itu tidak mau dan menjauh. 3. Masalah/gangguan di bidang sensoris, dengan karakteristiknya berupa: a. Anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. b. Anak autistik bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. c. Anak autistic senang mencium-cium atau menjilat-jilat mainan atau benda-bendayang ada disekitarnya. d. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut. 4. Masalah/gangguan di bidang pola bermain, karakteristiknya berupa: a. Anak autistic tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. 40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Anak autistik tidak suka bermain dengan teman sebayanya. c. Anak autistik tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar. 5. Masalah/gangguan di bidang perilaku karakteristiknya berupa: a. Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan berperilaku berkekurangan (hipoaktif). b. Anak autistik memperlihatkan stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang-goyang mengepakan tangan seperti burung. c. Anak autistik tidak suka kepada perubahan. d. Anak autistik duduk bengong dengan tatapan kosong. 6. Masalah/gangguan di bidang emosi karakteristiknya berupa: a. Anak autistic sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa danmenangis tanpa alasan b. Anak autistik kadang agresif dan merusak c. Anak autistik kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri d. Anak autistik tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada di sekitarnya. 2.A.1.16 Prinsip Penanganan Masalah Pendidikan Anak Autisme Penanganan masalah dari anak autisme ini, anatara lain adalah : 1.
Mengurangi kepekaan terhadap bunyi, rasa perabaan kulit, cahaya, rasa makanan, danlain-lain serta mengusahakan perubahan perilaku yang menyimpang.
2.
Bila kebiasaan perilaku dan tutur bahasanya yang kacau bertambah memburuk, saatnyaanak ini memerlukan pembimbing khusus.
3.
Latihan bicara berbahasa, dan bahasa isyarat, diperlukan untuk memberikan pelatihan dan bimbingan bagi anak yang mengalami ganguan berbahasa yan g berat (sampai anak seperti orang bisu, tak mau bicara). 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.
Psycoterapy lebih diperlukan pada autisme anak yang lebih besar dari pada untuk anak autisme yang masih balita.
2.A.2 Tinjauan Data Khusus 2.A.2.1
Teori Tentang Ruang Sekolah
Akibat adanya kelainan prilaku (behavioral disorder) dan kelainan kognitif (kognitive disorder) pada individual autisme, maka dibuat suatu wadah pendidikan, pelatihan sesuai dengan kebutuhan penyandang autisme. Sekolah khusus autis tentunya harus dilengkapi dengan elemen-elemen yang mendukung, fasilitas yang lengkap serta suasana yang dapat membangkitkan semangat anak-anak autis agar dapat terus tertarik dengan kelas yang telah disediakan. Fasilitas yang baik akan membantu dalam kesembuhan , karena fasilitas-fasilitas inilah yang akan membantu melatih lenturnya syaraf-syaraf baik motorik maupun sensorik. Selain fasilitas yang baik ada hal lain yang harus dipikirkan, yaitu penataan ruang yang nantinya memiliki pengaruh pada perubahan pola prilaku pada anak autis supaya menjadi lebih baik dan kreatif. Sekolah khusus autis mengalami penyesuaian dengan anak (karakter anak), terutama pada tata letak ruang kelas maupun lingkungan sekitarnya. Penataan ruang yang baik dan teratur diharapkan akan mampu membantu keberhasilan penyembuhan karena pada umumnya anak autis sangat menyukai keteraturan dan sangat asing dengan suatu perubahan. Suatu perubahan akan membuat anak autis bingung dan kemudian mengamuk. Kebutuhan ruang dibedakan berdasarkan aktivitas serta pelaku yang terlibat didalamnya : Anak-anak Pengelola Pengunjung / pengantar Servis 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Ruang anak-anak autis Program ruang untuk kebutuhan anak autis adalah : Main entrance Ruang Kelas kelompok kecil Ruang Kelas kelompok besar Ruang komputer Ruang Minat khusus Ruang bermain indoor, outdoor Ruang Perpustakaan Ruang Konsultasi Ruang Kesehatan Ruang kontrol Lavatory Dapur kering Ruang makan Kolam renang b. Kebutuhan ruang bagi kelompok pengelola: Main entrance Side entrance Suang resepsionis Ruang direktur/pimpinan Ruang Guru / terapis Ruang Rapat Ruang Arsip Ruang Dokter / pskiater. Ruang observasi c. Kebutuhan ruang bagi kelompok penunjang / pengantar: Main entrance 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Parkir Area Pengantar Ruang Tunggu/ lobby Perpustakaan Cafe Auditorium Kebutuhan ruang bagi kelompok kegiatan servis Gudang barang Ruang Peralatan Dapur Tangga / lift Tangki air / jemuran Genset Lavatory Kebutuhan Ruang-ruang dibutuhkan : 1. Ruang kelas Fungsi ruang kelas adalah tempat belajar dengan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Ruang kelasharus mempunyai akses langsung terhadap ruang-ruang pendukung belajar lainnya dengan kriteria penempatan ruang kelas yang tenang dan terhindar dari semua bentuk aktivitas aktif yang dapat menimbulkan gangguan suara. 2. Ruang kepala Sekolah Ruang kepala sekolah dipergunakan sebagai ruang kerja utama pimpinan tertinggi. 3. Ruang guru Ruang
guru
berfungsi
sebagai
ruang
kerja
guru
untuk
mempersiapkan bahan mengajar. 44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4. Ruang tata usaha Ruang tata usaha berfungsi sebagai ruang kerja tenaga tata usaha untuk melaksanakan tugas administratif yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan dan anak didik. 5. Ruang kesehatan sekolah Ruang kesehatan sekolah berfungsi sebagai ruang pelayanan kesehatan bagi anak didik, baik yang dilakukan sekolah maupun instansi kesehatan lainnya. 6. Ruang terbuka/speelood Speelood merupakan ruang semi terbuka yang berfungsi untuk kegiatan olah raga ringan, senam atau permainan, pertemuan ceramah umum, pameran, dan pertunjukan. Speelood merupakan bangunan tersendiri yang terpisah dari bangunan lainnya dalam gedung. 6. Ruang tunggu terbuka Ruang tunggu terbuka berfungsi sebagai tempat orang tua menjemput anak. Tata ruang pada area pintu masuk gedung dan tidak terlihat langsung oleh anak dari ruang kelas.
2.A.2.2
Teori Tentang Bahan Sekolah Autis
Material elemen interior yang digunakan pada pengaplikasian desain Pusat Terapi dan Sekolah untuk Anak Autis di ditentukan berdasarkan kebutuhan dari setiap penggunanya dikarenakan anak autis memiliki banyak keterbatasan . Elemen interior yang digunakan, antara lain : Lantai : Elemen pembentuk ruang lantai tidak boleh licin mengingat kondisi anak autis sering tidak stabil, bentuk harus sederhana, bahan tidak 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keras, permukaan lantai tidak relief sehingga bila anak jatuh tidak berbenturan dengan benda keras, pemeliharaannya mudah, dan dapat berfungsi sebagai isolasi suara. Berikut contoh-contoh lantai yang aman untuk anak-anak yaitu : Teraso, keramik, dan monogranito Karpet tile Rubber Vinnil product Dinding : Untuk dinding sebaiknya polos atau tanpa hiasan-hiasan, dinding tembus pandang yang dapat mengganggu anak untuk melihat keluar atau gangguan lain seperti orang dari luar melihat ke dalam yang dapat merusak konsentrasi, karena anak autis sulit memusatkan perhatian. Dinding yang dipakai untuk anak autis sebaiknya menggunakan material yang aman dan kuat. Hal ini untuk mengatasi kemungkinan anak autis yang memiliki kebiasaan membenturkan diri ke dinding saat tantrum. Oleh sebab itu, material yang digunakan sebaiknya material yang empuk. Bila menggunakan cat, gunakan cat yang tidak beracun, berkualitas baik dan juga disesuaikan dengan bahan yang akan di cat. Jenis cat yang baik adalah yang mudah dibersihkan dengan air dan sabun waktu kotor. Dinding untuk anak autis sebaiknya yang polos atau tanpa ornament sehingga terbebas dari distraksi, sehingga anak autis lebih mudah untuk berkonsentrasi. Pada peancangan ini, dinding ruang kelas menggunakan wallpaper berwarna beige dan terdapat puff sehingga saat anak tantrum dan membenturkan dinding ke dinding, mereka tidak akan terluka. Berikut contoh-contoh dinding yang aman untuk anak-anak, yaitu : Papan gypsum (9,12,15 mm)
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Cat (water base, anti bacterial, low to zero VOC, no odro, washable finnish) Wallpaper Recycle contain (daur ulang) Plafon : Plafon ruang sebaiknya tidak terlalu tinggi, sehingga ruang akan terasa lebih akrab, dan bahan plafon disarankan kedap suara. Pada perancangan ini, plafon memiliki ketinggian 300 meter. Dengan bahan gypsum finishing cat berwarna putih. 2.A.2.3
Teori Tentang Bentuk Sekolah Autis
Bentuk dalam pengertian dua dimensi akan berupa gambar yang tidak bervolime, sedangkan dalam pengertian tiga dimensi adalah unsur rupa yang terbentuk karena ruang dan volume. Bentuk ada 2 macam, yaitu : Bentuk dengan struktur beraturan dan terukur (bentuk geometris). Bentuk yang tidak beraturan (bentuk organis). Pengertian bentuk menurut Leksikon Grafika adalah macam rupa atau wujud sesuatu, seperti bundar, elips, bulat, segi empat dan lain sebagainya. Dari definisi tersebut dapat diuraikan bahwa bentuk merupakan wujud rupa sesuatu, bisa berupa segi empat, segi tiga, bundar, elips dan sebagainya. Bentuk-bentuk geometris merupakan simbol yang membawa nilai emosional tertentu. Hal tersebut bisa dipahami, karena pada bentuk atau rupa mempunyai muatan kesan yang kasat mata. Seperti yang diungkapkan Plato, bahwa rupa atau bentuk merupakan bahasa dunia yang tidak dirintangi oleh perbedaanperbedaan seperti terdapat dalam bahasa kata-kata. Dari prihal diatas, kemudian muncul teori tentang frame of reference (kerangka referensi) dan field of reference (lapangan pengalaman) yang
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menjelaskan bahwa penerimaan suatu bentuk pesan dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni panca indra, pikiran serta ingatan. Anak autis memiliki sifat hiperaktif, hal ini membuat anaka autis peka terhadap muatan-muatan emosi yang terdapat pada lingkngan sekitarnya. Selain itu, anak autis juga memiliki ciri Visual Thingking yang lebih mudah memahami hal yang konkrit dari pada yang abstrak. Dengan menghadirkan bentk-bentuk sederhana pada ruang dan perabot aktivitas belajar mereka, diharapkan hal tersebut dapat menstimulasi otak anak menjadi lebih baik. a. Lingkaran Lingkaran adalah : Sederetan titik yang disusun dengan jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik tertentu di dalam lengkngan. Sesuatu sosok yang terpusat, berarah ke dalam, pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungan. Lingkaran merupakan bentuk yang menandakan sifat tepusat, tenang, membentuk suasana yang teratur dan bersih. Hal ini sangat sesuai dengan anak autis yang sulit untuk berkonsentrasi dan hiperaktif. Dengan bentuk lingkaran ditambahkan dengan warna yang mendukng konsentrasi, dalam hal ini warna jingga/orange, maka efek psikologi kesembhan dapat terjadi, dan hal tersebt akan memudahkan
terapis
dalam
mengajarkan
teori-teori
terapi
kesembuhan pada anak autis. b. Segitiga Segitiga adalah : Sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan mempunyai tiga buah sudut. Bentuk yang mennjukan stabilitas. 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bentuk yang kaku yang memberikan unsur pembelajaran matematis (phytagoras). Berdasarkan buku Handbook of Design & Devices tulisan Clarence P. Hornung adalah segitiga merupakan lambang dari konsep Trinitas. Sebuah konsep religius yang mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Than, manusia dan alam. Selain itu segitiga merupakan perwjdan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu, dan anak. Dalam dnia matafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran dan jiwa. Sedangkan pada kebudayaan Mesir, segitiga digunakan sebagai simbol feminitas dalam huruf Hieroglyps segitiga menggambarkan bulan. Dengan menghadirkan bentuk segitiga pada ruang segitiga pada ruang aktivitas belajar anak, maka secara tidak langsung anak distimulus dalam hal keseimbangan, kekeluargaan dan ketuhanan. Hal tersebut sangat sesuai bagi anak autis, karena sebagian besar anak autis memiliki masalah dalam keseimbangan. c. Kubus Kubus adalah : Bentuk yang memiliki 4 buah sisi yang sama panjang dan 4 buah sudut siku-suku (bentuk segi empst) Bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Menurut Blackwell, bujur sangkar adalah merupakan bentuk yang paling keras, terstrktur dan seimbang.bentk ini memiliki sifat keras pada empat sudutnya, tanpa arah, netral, diam tak bergerak dan netral. Sedangkan bentuk persegi mempunyai sifat mengarah pada arah panjang dan menyempit pada bagian lebarnya. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling mudah disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Persegi merupakan bentuk yang kokoh, aman, nyaman dan seimbang, dimana dengan bentuk ini anak autis dapat di stimulus untuk belajar keseimbangan, keterbukaan dan kekuatan. 49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.A.2.4
Teori Tentang Warna Sekolah Autis
Kebutuhan anak dalam ruang adalah memperoleh rasa bebas, aman, rangsangan, nyaman dan hangat (Eilleen, 1988:69). Rasa bebas ini memiliki arti anak-anak tidak menemukan kesulitan untuk beraktivitas dengan sepenuh hati mereka dan ini baik untuk perkembangan psikologisnya. Pemilihan warna pada elemen-elemen ruang maupun bangunan sangat berpengaruh terhadap pembentukan suasana, terutama untuk menciptakan efek emosional atau psikologis pada pemakaianya. Warna dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu warna panas dan warna dingin. Warna dingin terkesan tenang, lembut dan sejuk. Warna ini meliputi warna hijau, biru dan ungu. Sedangkan warna
hangat
terkesan
ringan,
penuh
gairah
dan
bergolak/bersemangat. Warna ini meliputi warna merah, jingga dan kuning. Warna sangat berpengaruh dalam memberiakan nuansa tertentu dalam ruangan untuk itu dalam menerapkan warna untuk ruang adalah dengan memahami karakter warna. Untuk warna bagian dalam ruang disesuaikan dengan karakter dari masing-masing ruang. Untuk ruang pendampingan, warna yang dipilih adalah warna-warna muda atau warna-warna pastel yang lembut. Sedangkan untuk kelompok ruang edukatif atau minat bakat yang dipilih warna yang ceria yang mampu merangsang imajinasi anak, bila perlu dengan motif atau gambar tokoh-tokoh kartun yang umumnya disukai anak-anak. Mengindari warna-warna dingin dan gelap, namun lebih cendrung kepada warnawarna yang ceria, seperti warna hijau muda, kuning, merah ataupun orange. Mengoptimalkan fungsi dan membuat ruangan menjadi terkesan indah adalah hal yang penting dalam suatu ruang dan berkaitan dengan psikologi warna. Warna adalah salah satu komponen terlengkap dalam sebuah bangunan yang cukup penting, karena warna 50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat menambah atau menonjolkan kesan, fungsi, maupun suasana yang akan ditimbulkan. Warna juga berpengaruh akan psikologi dari karakter warna yang disimpulkan. Masing-masing warna memiliki psikologi positif atau negatif yang ditimbulkannya. Berikut adalah psikologi warna, diantaranya : WARNA
Merah
KARAKTERISTIK
Panas, Penuh Energi,
POSITIF 1.
Hidup
1.
Panas
2.
Cerah
2.
Bahaya
3.
Pemimpin
3.
Emosi yang
4.
Gairah
5.
Kuat
1. Muda Jingga
Kuning
Hijau
Biru
NEGATIF
meledak 4.
Agresif
5.
Brutal
1. Dominan
2.
Kreatif
Optimis, Muda dan
3.
Keakraban
Kreatif
4.
Dinamis
5.
persahabatan
1.
Segar
1.
Sinis
2.
Cepat
2.
Kritis
3.
Jujur
3.
Murah
Gembira,
4.
Adil
4.
Tidak eksklusif
Menyenangkan
5.
Tajam
6.
Cerdas
1.
Sensitif
1.
Pahit
2.
Stabil
Alam, Tenang,
3.
Formal
Ramah
4.
Toleran
5.
Harmonis
6.
Keberuntung
1.
Kebenaran
1.
Emosional
2.
Kontemplatif
2.
Egosentris
3.
Damai
3.
Racun
4.
Meditatif
Dingin, Diam dan
2. Arogan
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam
5.
Intelegensi Tinggi
Ungu
Pink
Coklat
Putih
Hitam
1.
Artistik
1.
Angkuh
2.
Personal
2.
Sombong
3.
Mistis
3.
Diktator
4.
Spritua
1.
Halus
1.
Lemah
2.
Lembut
Feminin, Romantis,
3.
Energi
Snsual
4.
Dinamis
5.
Modern
1.
Dekat
1.
Tidak bersih
2.
Hangat
2.
Tidak Steril
3.
Netral
1.
Jujur
1.
Monoton
2.
Bersih
2.
Kaku
Murni, Bersih dan
3.
Innocent
3.
Tidak
Segar
4.
Higienis
1.
Kuat
1.
Terlalu Kuat
2.
Kreativitas
2.
Superior
3.
Magis
3.
Merusak
4.
Kedalaman
4.
Menekan
1.
Dramatis
1.
Membosankan
Unik, Tinggi, Ekstrim
Kehangatan Tanah
Abadi, Fokus dan Magis
Pastel
Netral
berfikir 5.
Idealis
6.
Fokus
1.
Ringan
2.
Lembut
Lembut, Ringan dan
3.
Romantis
Menyenangkan
4.
Feminin
5.
Halus
6.
Tenang
1.
Dominan
2.
Seimbang
Warna untuk semua
Terkontrol
Tabel 2.3 Psikologi Warna Sumber : www.autismsocietyofwaveritatis.com
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Psikologi antara warna dan manusia memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan psikologi warna antara warna dan interior, berikut adalah penjabarannya : WARNA
RESPON PSIKOLOGI
CATATAN Warna merah terkadang
Merah Power, Energi, Kehangatan, Cinta, Nafsu, Agresif, Bahaya
berubah
arti
jika
dikombinasikan
dengan
warna
lain.
Merah
dikombinasikan
dengan
Hijau, maka akan menjadi simbol Natal. Merah jika dikombinasikan
dengan
Putih, maka mempunyai arti ”bahagia” di budaya oriental. Biru
Kepercayaan, Konservatif,
Banyak
digunakan
Keamanaan, Teknologi,
sebagai warna pada logo
Kebersihan, Keteraturan.
Bank
di
AS
untuk
memberikan
kesan
kepercayaan. Warna hijau tidak terlalu Hijau
Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan.
sukses
untuk
Global.
Di
ukuran
Cina
dan
Prancis, kemasan dengan warna hijau tidak begitu mendapat sambutan. Tapi di Timur Tengah, warna Hijau sangat disukai.
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kuning
Optimis, Harapan, Filosifi,
Kuning
adalah
warna
Ketidak Jujuran, Pengecut
keramat
untuk
agama
(untuk budaya barat),
Hindu.
penghianatan. Unggu
Spiritual, Misteri,
Warna ungu sangat jarang
Kebangsawanan,
ditemui di alam.
Transformasi, Kekasaran, Keangkuhan. Jingga
Energi, Keseimbangan,
Menekankan
sebuah
Kehangatan
produk yang tidak mahal. Kemasan di AS sering
Coklat
Tanah/Bumi, Reliability,
memakai warna Coklat
Comfort, Daya Tahan.
dan sangat sukses, tetapi di
Kolombia,
Coklat
untuk
warna kemasan
kurang begitu membawa hasil. Di Putih
Kesucian, Kebersihan, Ketepatan, Ketidak Bersalahan, Steril, Kematian
AS,
putih
melambangkan perkawinan pengantin
(gaun berwarna
putih), tetapi tidak banyak budaya Timur (terutama India dan Cina), warna Putih
melambangkan
kematian. Abu-Abu Intelek, Masa Depan (kaya
Warna Abu-Abu adalah
warna milenium),
warna
yang
kesederhanaan, Kesedihan.
gampang/mudah
paling dilihat
oleh mata. 54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hitam
Power, Seksualitas,
Melambangkan kematian
Kecanggihan, Kematian,
dan kesedihan di budaya
Misteri, Ketakutan,
Barat.
Kesedihan, Keanggunan.
Keemasan,
Sebagai
warna Hitam
melambangkan Keanggungan (Elegance), dan
Kemakmuran
(Wealth). Tabel 2.4 Psikologi Antar Warna dan Manusia Sumber : www.autismsocietyofwaveritatis.com
Suasana ruang terapi yang baik bagi anak autis adalah suasana yang aman, nyaman, lembut dan mampu meningkatkan komnikasi serta konsentrasi. Suasana yang aman dapat tercipta dengan menghadirkan warna-warna dengan itensitas yang tidak penuh karena sudah tercampur dengan warna yang lain. Sedangkan sasana nyaman dapat tercipta dengan mengadirkan warna-warna dari komposisi warna hangat dengan itensitas lebih rendah.gabungan dari komposisi warna hangat dengan intensitas yang tidak penuh atau lebih rendah, dapat menghadirkan suasana yang lembut pada suatu ruang. Apapun kombinasi warna yang dapat mendukung dan menjawab kebutuhan anak autis dapat diterapkan dengan menggunakan komposisi warna yang harmonis. Komposisi harmonis adalah paduan dua warna atau lebih, yang sesuai sehingga membentuk paduan warna yang sempurna dan merupakan kesatuan. Warna yang harmonis tidak mennjkan suat perbahan yang mencolok sehingga konsentrasi anak tidak terganggu saat beraktivitas dalam ruang.
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.A.2.5
Furniture, Elemen Dekoratif dan Peralatan
Dalam pemilihan dan penggunaan furniture untuk anak autis membutuhkan perhatian khusus, penggunaan furniture yang tajam harus dihindari karena dapat melukai dan membahayakan anak. Pemilihan furniture harus berdasarkan fungsi, kegunaan serta harus memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar berupa teori, peragaan atau demonstrasi, praktek dan evaluasi. Dalam hal ini, ergonomi tetap dan bahkan penting untuk diperhatikan, hal ini untuk menghindari ketidaknyamanan, kelelehan dan akibatakibat fisik seperti perubahan tulang. Adapun persyaratan Furniture untuk anak autis adalah : a. Persyaratan Umum Penggunaan
furniture
secara
umum
harus
memperhatikan
fungsinya, dimana furniture itu diletakan dan siapa yang menggunakan. Bahan yang digunakan harus aman dan tidak lupa memperhatikan segi estetikanya. b. Persyaratan Khusus Penggunaan furniture secara khusus harus memperhatikan bentuk tubuh manusia, khususnya anak autis dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Berikut ini beberapa material yang dapat digunakan pada sebuah bangunan: - Kayu : kesan hangat dan lunak, membutuhkan perawatan khusus, langgeng. - Aluminium : Finishing bervariasi, pilihan warna sesuai dengan catnya, ringan, perawatannya mudah. - Stainess steel: perawatan mudah, mahal, tahan lama, efek ringan, cocok untuk pemasangan dikota besar. - Batu alam termasuk granit, marmer : mahal, biaya perawatan mudah, langgeng, kesan padat. 56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
- Kaca transport : memperlihatkan aktivitas dalam ruang, produk di etalase tak terlindung dari sinar matahari, bahan terbaik untuk menunjukkan produk dietalase. 2.A.2.6
Sistem Penghawaan Sekolah Autisme
Udara untuk AC diruangan biasanya dipakai 250C - 270C, pengaturan ventilasi udara ini sangat penting, karena dengan ventilasi udara yang tepat dapat membuat suasana nyaman tercipta di ruang terapi, sehingga anak autis dapat lebih mudah berkomunikasi. Adapun usahausaha yang dapat dibuat, yaitu : Mengatur suhu udara dalam ruang terapis dengan alat AC atau kipas angin. Mengusahakan sebanyak mungkin peredaran udara dalam ruangan terapis 2.A.2.7
Sistem Pencahayaan Sekolah Autisme
Dalam hal pencahayaan, anak autis peka terhadap cahaya sehingga dalam mendesain ruang dibutuhkan pencahayaan tidak langsung, agar mereka merasa lebih nyaman, bila mereka nyaman maka keberhasilan kegiatan terapi akan lebih maksimal. Menurut Lighting Modern Building pencahayaan memiliki efek tertentu yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu interior. Cahaya termasuk salah satu bagian dari warna yang dapat memberikan efek psikologi, oleh karena itu penerapan cahaya pada ruang terapi autis adalah sama penting untuk diperhatikan, karena cahaya memiliki radiasi yang dapat memberikan efek terapi, termasuk pada anak autis. Adapun efek cahaya yang dapat diterapkan pada ruangan, yaitu : Aman/nyaman : menyenangkan, terang, tenang, lembut dan hangat. Monoton
: datar, tanpa ornamen, membosankan. 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Suram : gelap, menekan, mengancam, membayang dan lemah. Dramatis
2.A.2.8
: mengkilap, menstimulasi, menarik, bervariasi.
Sistem Akustik Sekolah Autisme
1. Suara yang gaduh dapat mengganggu efisien terapi karena anak autis sangat peka terhadap suara. 2. Suara dapat dikurangi dengan lubang-lubang ventilasi agar suara terbawa angin keluar. 3. Pengendapan dinding menjadi salah satu alternatif yang tepat untuk menciptakan ruang terapi yang nyaman bagi anak autis. 2.A.2.9
Sistem Akustik Sekolah Autisme
Karakter dari anak autis adalah kaku, tidak fleksibel dan tidak mudahuntuk menerima perubahan. Berangkat dari karakter yang khas tersebut maka lingkungan pengajaran harus secara terstruktur. Adanya penyesuaian penataan ruang indoor ( tata letak ruang kelas ) dan out door untuk menghindari rasa tertekan dan melakukan hal yang janggal atau menyakiti diri. Yang harus di perhatikan dalam mendesain sekolah autis adalah : a. Struktur ruang yang kacau akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar b. Penataan interior harus tetap karena autis mudah kacau tergantung dari perubahan sekecil apapun. c. Pemilihan warna tidak ekstrim sehingga anak autis tidak menjadi terdistraksi d. Cahaya yang sesuai dengan kebutuhan anak autis terkait dengan sensori atau kepekaan terhadap cahaya e. Akustik yang sesuai dengan kondisi anak autis f. Lingkungan yang dapat menjalin interaksi sosial. g. Sirkulasi yang jelas 58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selain yang di atas yang menjadi syarat penting dalam pembuatan sekolah autis adalah : - Sarana dan prasarana yang memadai di dalam gedung sekolah - Program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Anak autis harus mampu mewadahi semua aktivitas dan memenuhi kebutuhan anak autis agar hasil terapi dapat berkualitas dan maksimal. Penataan ruang terapi sangat perlu di-perhatikan karena ruang terapi adalah tempat kegiatan yang merupakan aktivitas inti dari sebuah pusat terapi autis. Kondisi pengguna harus dipertimbangkan dalam suatu desain dan perwujudan fasilitas yang ada di ruang terapi harus dapat memenuhi tuntutan anak autis (Sari, 2010:26). Interior ruang terapi berhubungan erat dengan proses belajar mengajar antara terapis dengan anak autis sebagai aktivitas utama di dalamnya. Pemenuhan kebutuhan ruang yang sesuai dengan fungsi, kondisi pengguna dan tujuan metode terapi yang diterapkan memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak (Sari, 2006:91). Pertimbangan atau kriteria dalam mendesain ruang terapi perilaku dilatarbelakangi oleh kondisi atau karakteristik anak autis yang mempunyai gang guan dalam berperilaku, baik perilaku yang berlebihan ataupun perilaku yang berkekurangan. Oleh karena itu anak autis memerlukan terapi perilaku agar anak autis dapat mengurangi perilaku yang tidak wajar. Selain karakteristik anak, ada hal lain yang cukup penting yaitu kurikulum dan metode terapi yang digunakan, karena metode terapi akan berpengaruh besar pada fasilitas perabot dan kriteria ruang yang dibutuhkan dan mencerminkan aktivitas pelakunya dalam hal ini partisipasi antara anak autis dengan terapis. Interior ruang terapi berhubungan erat dengan proses belajar mengajar antara terapis dengan anak autis sebagai aktivitas utama di 59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalamnya. Pemenuhan kebutuhan ruang yang sesuai dengan fungsi, kondisi pengguna dan tujuan metode terapi yang diterapkan memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas konsep desain partisipasi dan implementasinya dalam desain sebagai tolok ukur dalam merancang interior ruang terapi perilaku anak autis.
2.A.2.10 Syarat-syarat Ideal Perancangan Sekolah Autisme Karakter dari anak autis adalah kaku, tidak fleksibel dan tidak mudah untuk menerima perubahan. Berangkat dari karakter yang khas tersebut maka lingkungan pengajaran harus secara terstruktur. Adanya penyesuaian penataan ruang indoor ( tata letak ruang kelas ) dan out door untuk menghindari rasa tertekan dan melakukan hal yang janggal atau menyakiti diri. Yang harus di perhatikan dalam mendesain sekolah autis adalah : a) Struktur ruang yang kacau akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar b) Penataan interior harus tetap karena autis mudah kacau tergantung dari perubahan sekecil apapun. c) Pemilihan warna tidak ekstrim sehingga anak autis tidak menjadi terdistraksi d) Cahaya yang sesuai dengan kebutuhan anak autis terkait dengan sensori atau kepekaan terhadap cahaya e) Akustik yang sesuai dengan kondisi anak autis f) Lingkungan yang dapat menjalin interaksi sosial. g) Sirkulasi yang jelas Selain yang di atas yang menjadi syarat penting dalam pembuatan sekolah autis adalah : - Sarana dan prasarana yang memadai di dalam gedung sekolah 60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
- Program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Anak autis harus mampu mewadahi semua aktivitas dan memenuhi kebutuhan anak autis agar hasil terapi dapat berkualitas dan maksimal. Penataan ruang terapi sangat perlu di-perhatikan karena ruang terapi adalah tempat kegiatan yang merupakan aktivitas inti dari sebuah pusat terapi autis. Kondisi pengguna harus dipertimbangkan dalam suatu desain dan perwujudan fasilitas yang ada di ruang terapi harus dapat memenuhi tuntutan anak autis (Sari, 2010:26). Interior ruang kegiatan berhubungan erat dengan proses belajar mengajar antara terapis dengan anak autis sebagai aktivitas utama di dalamnya. Pemenuhan kebutuhan ruang yang sesuai dengan fungsi, kondisi pengguna dan tujuan metode terapi yang diterapkan memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak (Sari, 2006:91). Pertimbangan atau kriteria dalam mendesain ruang terapi perilaku dilatarbelakangi oleh kondisi atau karakteristik anak autis yang mempunyai gang guan dalam berperilaku, baik perilaku yang berlebihan ataupun perilaku yang berkekurangan. Oleh karena itu anak autis memerlukan terapi perilaku agar anak autis dapat mengurangi perilaku yang tidak wajar. Selain karakteristik anak, ada hal lain yang cukup penting yaitu kurikulum dan metode terapi yang digunakan, karena metode terapi akan berpengaruh besar pada fasilitas perabot dan kriteria ruang yang dibutuhkan dan mencerminkan aktivitas pelakunya dalam hal ini partisipasi antara anak autis dengan terapis. Interior ruang terapi berhubungan erat dengan proses belajar mengajar antara terapis dengan anak autis sebagai aktivitas utama di dalamnya. Pemenuhan kebutuhan ruang yang sesuai dengan fungsi, kondisi pengguna dan tujuan metode terapi yang diterapkan memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak. Tujuan 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penelitian ini adalah untuk membahas konsep desain partisipasi dan implementasinya dalam desain sebagai tolok ukur dalam merancang interior ruang terapi perilaku anak autis. 2.A.2.11 Penerapan Aksesibilitas pada Desain Fasilitas Pendidikan Sekolah Luar Biasa Aksebilitas merupakan issue pentinguntuk penerapan desain bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam perkembangannya saat ini banyak bangunan yang sudah mulai memperhatikan aksesibilitas pada sirkulasinya. Pada bangunan sekolah utamanya Sekolah Luar Biasa yang mewadahi proses pendidikan anak berkebutuhan khusus sudah harus memiliki standard khusus pada seluruh fasilitasnya. Fasilitas yang ada diantaranya dalah fasilitas ruang kelas, fasilitas penunjang, taman bermain, dan kamar mandi. Setiap detail interiornya dan rancangan secara arsitekturalnya harus difikirkan secara jeli. Penggunaan railing, ramp, dan tangga juga harus diperhitungkan walaupun jarak bukan hal utama. Penerapan aksesibilitas yang ada pada detail bangunan fasilitas pendidikan diharapkan dapat dijadikan sebuah tuntunan agar setiap anak berkebutuhan khusus dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. Desain ruang yang ada ini dimaksudkan bukan hanya melihat dari segi kenyamanan tetapi juga segi keamanan yang lebih penting. A. Landasan Teori berdasarkan Kepmen PU No486 tahun 1998 Dalam penerapan aksesibilitas pada bangunan utamanya bangunan sekolah harus memenuhi persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas yang terkaji pada Kepmen PU No 486 tahun 1998. Persyaratan ini diantaranya menjelaskan tentang esensi sebah ruang yang akses dan persyaratan yang harus dipenuhi. Berikut beberapa sub bagian yang akan dibahas pada detail fasilitas pendidikan pada Sekolah Luar Biasa. B. Ruang Kelas Penataan bagi ruang kelas anak berkebutuhan khusus pada intinya sama saja dengan penataan pada ruang kelas orang normal, hanya saja perbedaaan terletak pada sirkulasinya. Anak berkebutuhan khusus memiliki ukuran dan dimensi standard untuk penempatan sirkulasi. Ukuran dasar penataan inilah yang dijadikan standard dalam 62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penempatan dan perancangan sirkulasi bagi anak berkebutuhan khusus. Ruang sirkulasi di depan pintu ruang kelas minimal memiliki luasan area 152,4cm x 152,4 cm. Hal ini memudahkan pengguna kursi roda untuk melakukan perputaran sehingga lebih leluasa dalam bergerak. Perbedaan ketinggian lantai yang biasanya terdapat antara ruang kelas dengan luar ruang, seharusnya diatasi dengan membuat ram yang memiliki kemiringan tidak lebih dari 15 derajat. Selain itu perbedaan ketinggian tidak boleh lebih dari dari 3 cm. Penggunaan pintu geser untuk memudahkan gerakan buka-tutup dan untuk menghemat ruangan. Lebar pintu usahakan >80cm dengan jarak besar pintu masuk minimal 150cm. Untuk memudahkan akses usahakan penempatan pintu dan ruang di sebelah meja sejalur. Space ruang sirkulasi antara meja dan dinding berjarak > 125m, berguna untuk memberi ruang untuk akses ke tempat tidur dan melakukan gerakan berputar. Menurut standart yang berlaku minimum area yang digunakan untuk kursi roda adalah 121,9cm x 121,9 cm. Penggunaan railing pada bagian tembok ruang kelas juga membantu sebagai pegangan bagi anak yang menggunakan tongkat ataupun krek. Adanya kaca juga sebagai sarana untuk melatih mengenali dirinya sendiri. Pada penerapan perabot berdasarkan Kepmen PU No 486 tahun 1998 yang disesuaikan dengan persyaratan adalah : 1) Esensi Perletakan/penataan lay-out barang-barang perabot bangunan dan furniture harus menyisakan/memberikan ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat. 2) Persyaratan a. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan gedung harus dapat digunakan oleh penyandang cacat, termasuk dalam keadaan darurat. b. Dalam suatu bangunan yang digunakan oleh masyarakat banyak, seperti bangunan pertemuan, konperensi pertunjukan dan kegiatan 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang sejenis maka jumlah tempat duduk aksesibel yang harus disediakan adalah:
C. Toilet – Kamar Mandi Pada peraturan Kepmen PU No 486 tahun 1998 menjelaskan adanya detail toilet akses yang dirancang khusus untuk anak berkebutuhan khusus, yaitu : 1) Esensi Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya. 2) Persyaratan a. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol dengan sistem cetak timbul "penyandang cacat" pada bagian luarnya. b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda. c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda sekitar (45-50 cm) d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda. e. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasanketerbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda. f. Semua kran sebaiknya dengan menggunakan sistem pengungkit dipasang pada wastafel, dll. g. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. h. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi roda. 64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
i. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat. j. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu menyediakan tombol bunyi darurat masuk, dianjurkan untuk (emergency sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. memperhatikan bagaimana pergerakan kursi roda didalam ruangan. Memiliki ruang gerak yang leluasa bagi kursi roda selain itu ketinggian tempat duduk kloset juga harus sesuai dengan ketinggian kursi roda, sekitar 45 – 50 cm. Perancangan ini dilakukan guna menghasilkan perancangan yang nyaman bagi penyandang cacat. Hal lain yang harus diperhatikan pada penempatan kertas tisue, tempat sabun dan sikat gigi serta peralatan lain yang digunakan oleh penyandang cacat kursi roda harus dapat dijangkau leluasa dan tidak ditempatkan pada ketinggian yang sulit dijangkau. 2.A.2.12 Pengertian Gaya Modern Kata modern berasal dari kata latin „Modo‟ yang berarti barusan. Sejarah penggunaan kata modern dapat ditarik dalam sejarah sejak tahun 1127, seorang kepala biarawan, Sugger, merekonstruksi Bassilica St. Denis di Paris. Hasil rekonstruksinya adalah sesuatu yang baru. Sugger akhirnya memberikan istilah gaya itu dengan “Opus Modernum” yang berarti sebuah karya yang baru. (Sumber : Aditya Arief, Tinjauan Desain:1999 hal 49). Kata modern dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sikap dan cara berfikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan jaman. Modernisme dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gerakan yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional. Menyesuaikan dengan aliran-aliran modern dalam filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989:589)
2.A.2.13 Sejarah Gaya Modern Gerakan Modern pada awalnya muncul di Inggris pada abad ke-18. Ketika ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Sejak penemuan tersebut terjadi perubahan atau pergantian dari tenaga manusia 65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menjadi tenaga mesin, penggantian tenaga makhluk hidup dengan benda mati sampai dengan tercetusnya Revolusi Industri. Tapi ada juga kelompok yang tidak menyukai dampak dari Revolusi Industri tersebut, beberapa diantaranya adalah gerakan Art and Craft Movement dan Art Nouveau yang inti dari gerakan mereka adalah berusaha menghidupkan kembali keterampilan tangan manusia dalam seni dan kriya. Pada awal masa seni rupa Modern, muncul beberapa aliran, diantaranya adalah Kubisme (1882-1963), Ekspressionisme (19001906), Futurisme (1909), Konstruktivisme (1914-1920), Surrealisme (1924), Dadaisme (1916-1922), dan De Stijll (1917-1931). Kata Modern pertama kali diperkenalkan pada masa Revolusi Industri di Eropa, terutama di jerman. Pandangan ini karena pemberontakan terhadap unsur klasik & eklektik pada abad 19. Ditandai dengan gerakan Bauhauss di Stuttgart yang memelopori kepercayaan terhadap penggunaan fungsi & material secara tepat & efisien. Sejak saat itu pandangan modern bukan hanya sekedar gaya, melainkan bagian dari gaya hidup. Perkembangan gaya modern di Indonesia dimulai semenjak tahun 1960. Masa orde baru, bisa dikatakan adalah saat berkembangnya modernisasi Indonesia di segala bidang, termasuk bidang arsitektur. Modernisme di Indonesia ditandai dengan mulai dibangunnya berbagai gedung-gedung tinggi, sarana transportasi, dan pusat perbelanjaan. Contoh bangunan modern yang masih ada hingga sekarang anatara lain : wisma nusantara, Ratu plaza, Gedung bumiputera di jalan Sudirman dan lainnya. Ciri-ciri yang dapat diidentifikasi antara lain dari penggunaan bidang kaca yang lebar, bentuk geometris pada fasad bangunan, eksposed struktur, penampilan natural bahan bangunan. (Sumber: Adityawan Arief, Tinjauan Desain, 1999 dan Sumalyo Yulianto, Arsitektur Modern akhir abad XIX dan abad XX,1997). 66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
A. Periode I (1917-1929) Pada periode ini, munculnya gerakan modern dipicu oleh perang dunia pertama (1917-selesai). Terjadi pandangan radikal yang mulai meluas di seluruh Eropa, salah satunya adalah pandangan mengenai konsepsi ruang. Penganut awal mula gerakan ini adalah kelompok De Stijl dari Belanda, kelompok November Gruppe, dan lain-lain. Pada periode satu ini terbentuk dan berdiri CIAM (Conggres Internationaux d‟Architecture Moderne) tahun 1928, hasil kongres ini, bahwa arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari suatu masa, dapat menyesuaikan
diri
dengan
perubahan
sosial
ekonomi
yang
ditimbulkan zaman mesin pada waktu itu, yaitu dengan mencari keharmonisan dari elemen-elemen Modern serta mengembalikan arsitektur pada bidang sebenarnya. Tokoh-tokoh yang menonjol pada periode I, yaitu : a) Frank Lloyd Wright (Amerika Serikat) Menurut Frank Lloyd Wright setiap permasalahan arsitektur pemecahannya selalu berhubungan dengan alam atau lingkungan, iklim,
topografi,
dan bahan bangunan. Gaya arsitektur Wright
disebut organic; estetika dan konstruksi
sama pentingnya, lahir
dan tumbuh dari situasi secara alami. b) Walter Gropius (Jerman dan Amerika Serikat) Falsafah tentang arsitektur adalah keahlian (kepandaian dan seni) yang dipadu dengan kemajuan teknik (bahan dan stuktur). c) Ludwig Mies van der Rohe (Jerman dan Amerika Serikat) Interior modern harus : – Teratur (bentuk segi empat atau balok) dan simetris – Fungsional – Harmonis dengan exterior (melalui dinding kaca), hingga mendramatisir interior yang rasional dengan exterior yang organik – Netral penggunaannya – Eksterior tidak mencerminkan fungsi 67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
– Rangka bangunan kaku dengan dinding pengisi dibuat indah – Bahan-bahan buatan pabrik – Mencerminkan keindahan mesin , memperhatikan detail. d) Le Corbusier (Perancis) Falsafah tentang arsitektur adalah menciptakan perasaan aman, keramahtamahan, kebahagiaan, serta kesatuan yang harmonis dari bentuk-bentuk yang ada di bumi dan hubungannya dengan skala manusia. B. Periode II (1930-1939) Pada periode ini, bangunan secara keseluruhan dapat dikatakan memiliki karakter gaya Internasional, hanya masing-masing daerah mempunyai tipe tersendiri yang dititik beratkan dengan penggunaan bahan-bahan setempat, tanpa menyembunyikan kekurangannya.Hasil karya arsitektur periode II pada dasarnya merupakan perpaduan keahlian, perkembangan teknologi dan industri serta seni dengan paham kedaerahan. Tokoh yang menonjol pada periode II ini seperti Alvar Aalto (Finlandia) dia merupakan seorang arsitek yang sangat memperhatikan keadaan lingkungan dan menghargai tradisi. Tokoh kedua adalah Arne Jacobsen (Denmark) ciri khasnya adalah bentukbentuk tradisional yang digabung menjadi bentuk modern. Ketiga adalah Oscar Niemeyer (Brazilia) ciri khasnya menggunakan banyak detail arsitektur asli Brazilia, memperhatikan keadaan alam dan lingkungan. C. Periode III (1949-1958) Pada periode ini telah terjadi perang dunia kedua (1941-1945) yang telah banyak menimbulkan kerusakan. Prinsip perencanaan didasarkan pada kebutuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan teknik serta keindahan mesin; menginginkan kesatuan antara manusia dengan lingkungan. Pada masa ini timbul aliran Ekletisisme. Khas pada bangunan
periode
(Vertikalisme)
ini
dengan
adalah
bangunan
bentangan-bentang
berlantai lebar,
dan
banyak banyak 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menggunakan
kaca
pada
eksteriornya,
didorong
juga
oleh
perkembangan teknologi waktu itu. Selain itu perancangan arsitektur landscape mulai dikembangkan. Pada periode ini penggunaan bahan, fungsi, sistem pencahayaan, bentuk massa serta landscape dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan sifat kenasionalan. Dalam periode ini pula, timbul dua aliran yaitu Brutalisme dan Formalisme. Ciri khas pada bangunan masa ini: a)
Penggunaan bidang-bidang kaca yang lebar
b) Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi
secara industri
c) Permukaan bangunan mulai agak kasar, menjurus kearah Brutalisme d) Sistem lantai yang menggunakan sistem cantilever dengan tujuan ruang menjadi lebih luas (Sumber: Persepsi bentuk dan konsep Arsitektur, Eppi P, dkk, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1982). 2.A.2.14 Ciri - Ciri Gaya Modern Formalisme, menampilkan bentuk sesederhana mungkin, kejujuran bahan, warna formal, berorientasi pada bisnis. Pragmatisme, menampilkan kepraktisan dalam konstruksi, bahan, warna, & fungsi. Fungsionalisme, menampilkan bentuk harus mempunyai fungsi (form follow function). Universitalisme,
menampilkan
suatu
ukuran
kebenaran
&
keindahan ukuran-ukuran yg ada di masyarakat modern barat (International Style). Form Follow Function, setiap bentuk harus ada fungsinya (fungsional & rasional). Simplicity. Less is more. Membuang ornament 69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Membuang gaya dan teknik tadisional. Penekanan pada konsep keseragaman (uniformility) 2.A.2.15 Pengertian Educatif Edukatif berasal dari kata bahasa Inggris "to educate" yang artinya mendidik (kt. kerja) menjadi educative (kt.sifat) atau education (kt.benda). Sehingga edukatif (educative) bisa diartikan segala sesuatu yang bersifat mendidik atau berhubungan dengan pendidikan. Contoh : Laskar pelangi adalah film edukatif = film yang mempunyai makna pendidikan. Ada lagi yang sering kita dengar edutainment (ini perpaduan antara educative dan entertainment) = bersifat pendidikan tetapi dalam bentuk yang menghibur tidak seperti pendidikan di sekolah yang formal (resmi). Biasanya edutainment diberikan untuk anak-anak. 2.A.2.16 Pengertian Fun fun dan edukasi maka lahir konsep “edutainment” yang berarti mendidik dan menghibur. Konsep “fun” dipilih karena dunia anak-anak adalah dunia yang ceria, masa bermain, untuk itu perlu dirancang media pembelajaran yang dapat membuat anak-anak tertarik dan merasa gembira.
2.B Data Hasil Studi Banding Lapangan 2.B.1 Kasus 1 2.B.1.1 Definisi Logo
Gambar 2.1 Lambang Sekolah SLB Ulaka Penca
70
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Lambang rantai pada logo Ikatan kekeluargaan, persatuan dan persahabatan yang kokoh. 2. Lambang cahaya pada logo melambangkan semangat untuk menjalani hidup dengan semngat. 3. Lambang lingkaran mengayomi/melindungi semua murid yang berada si sekolah tersebut. 4. Lambang tanggan melambangkan memberi ilmu tampa pamrih. 2.B.1.2 Visi dan Misi Visi : Mewujudkan
dan
meningkatkan
peran
orang
tua
dalam
memperdayakan anak tuna grahanita. Misi : Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan kasih sayang secara efektif Kepada setiap siswa secara optimal sesuai potensi yang dimiliki. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif pada seluruh warga sekolah. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal sesuai kemampuannya. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut
dan
budaya bangsa
sehingga
menjadi
sumber kearifan dalam bertindak. Memberdayakan siswa dengan pelatihan kerja yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
minat
dan
kemampuannya serta
mengusahakan usaha kerja yang relevan. 71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.B.1.3 Lokasi
Gambar 2.2 Site plan SLB Ulaka Penca
Lokasi : terletak di di cilandak barat tepatnya di Jln Gunung Balong RT. 07/04 Lebak Bulus. 2.B.1.4 Building architecture
Berada di area luar area gedung
72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.B.1.5 Floor Plan
Material lantai yang digunakan yaitu marmer travertine untuk area luar sekitar sekolah, untuk diruang kelas menggunakan keramik 40x40. 2.B.1.6 Wall Plan
Bentuk dinding flat dan menggunakan material kayu sebagai partisi dan untuk dinding utama menggunakan cat. 2.B.1.7 Ceiling Plan
73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ceiling menggunaka permaiinan drop dan up ceiling. Material yang digunakan yaitu gypsum board yang menutup keseluruhan ruang. 2.B.1.8 Furniture
Ruang Kelas
Lemari Buku Untuk Ruang Guru 2.B.2 Kasus 2 2.B.2.1 Definisi Logo
Gambar 2.3 Lambang Sekolah SLB Darma Karya
74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.B.2.2 Visi dan Misi Visi : Unggul dalam kualitas pendidikan, budaya dan karakter bangsa berdasarkan keimanan dan ketakwaan dengan berpijak pada budaya disiplin. Misi : Menerapkan prosess pembeljaran yang memenuhi persyaratan dengan melaksanakan langkah-langkah yang sistematis dan terarah serta didukung melalui proses pemantauan, supervise, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut sehingga tujuan dapat terwujudkan sesuai dengan harapan. Mengenalai dan mengembangan potensi siswa sehingga dapat berkembang dengan optimal. Menanamkan dan menumbuhkan penghayata serta pengalaman terhadap nilai-nilai keagamaan yang dianut, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bersikap dan bertindak. Mengembangkan management partisipatif dan koordinatif dengan stakeholder, sehingga terwujudnya rasa kepekaan, kepedulian dan kebersamaan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menanamkan
kedisiplinan
dalam
berbagai
aspek
sehingga
pemenuhan hak dan kewajiban selirh warga sekolah dapat diwujudkan. 2.B.2.3 Lokasi
Gambar 2.4 Site plan Yayasan Darma Karya Wanita 75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Terletak di Jl. Teuku Umar no.76 Nusa Jaya Karawaci-Tangerang 2.B.2.4 Building architecture
Berada di luar area kelas
2.B.2.5 Floor Plan
Material lantai yang digunakan yakni karpet untuk ruang tunggu caffe orang tua murid, dan diarea parkir mengunakan bata yang disusun
76
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.B.2.6 Wall Plan
Bentuk dinding flat dan menggunakan material kayu sebagai partisi dan untuk dinding utama menggunakan cat 2.B.2.7 Ceiling Plan
Ruang kepala sekolah ceiling gypsum untuk mendapatkan kesan privasi, dan profil membuat kesan kokoh 2.B.3 Kesimpulan 2.B.3.1 Kesimpulan Kasus 1 + Dari pertama masuk gerbang sudah terasa hawa sejuk pepohonan mengelilingi tempat parkir, ruang tunggu. + faktor lokasi yang jauh dari jalan raya membuat lingkungan sekolah terasa tenang dan nyaman untuk belajar. + Semua ruang penunjang sudah cukup memenuhi syarat untuk melatih/mengajarkan siswa/siswi. 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
+ Semua tenaga pengajar sudah cukup berpengalaman dan sabar mengajarkan siswa/siswi - Dari segi jalan kurang bangus untuk dilintasin manusia/kendaraan karena banyaknya jalanan yang hancur - Segi kebersihan masih kurang terkondisi terutama di kamar mandi - Lapangan futsal/basket tidak ke urus sehingga anak – anak jarang sekali terlihat di lapangan
2.B.3.2 Kesimpulan Kasus 2 - Lokasi dipingir jalan mengakibatkan suara bising terdengan sampai keruangan kelas + fasilitas penunjang yang di sediakan sekolah sudah memenuhi syarat + Tenaga pelajar yang profesional membuat anak murud merasa nyaman dalam belajar + Ruang tunggu sangat luas untuk orang tua menunggu, serta tempat parkir yang cukup lebar - Faktor lokasi cukup strategis untuk naik kendaraan umum + Keamanan cukup menjamin
78
http://digilib.mercubuana.ac.id/