PERBANDINGAN PENGARUH BREAST CARE DAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI AIR SUSU IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD KOTA BANDUNG (Comparison of Breast Care and Oxytocin Massage Effect on Milk Production Post Caesarean Delivery in The Postnatal Care Unit RSUD Bandung)
Netty Oktarina Sinaga1, Wiwi Mardiah2, Tetti Solehati3 *Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Kampus Jatinangor Email:
[email protected]
Abstrak Pasien post sectio caesarea cenderung bermasalah dalam produksi ASI akibat berbagai faktor penghambat pengeluaran hormon laktasi. Breast care dan pijat oksitosin merupakan intervensi yang merangsang pengeluaran hormon laktasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan yang signifikan antara breast care dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI post sectio caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Bandung. Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen dengan post test design. Pengambilan sampel secara purposive sampling sebanyak 40 orang. Analisa data statistik menggunakan analisa Mann-Whitney dan T-Test Independent. Pengumpulan data dilakukan setiap intervensi selesai diberikan dengan cara mengobservasi keenam indikator pada lembar pengukuran produksi ASI. Hasil penelitian, produksi ASI cukup kelompok breast care pengukuran pertama, kedua, ketiga dan keempat berurutan adalah belum ada (0%), 2 orang(10%), 6 orang(30%), 14 orang(70%) sedangkan pada pijat oksitosin secara berurutan adalah belum ada (0%), 0%, 6 orang(30%), dan 11 orang(55%). Nilai p pengukuran pertama, kedua, ketiga dan keempat berurutan yaitu (1,000), (0,557), (0,418) dan (0,793). Hasil analisa statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara breast care dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI post sectio caesarea pada keempat pengukuran. Petugas kesehatan maupun ibu menyusui diharapkan mampu mengaplikasikan kedua intervensi guna memaksimalkan produksi ASI. Kata Kunci
: breast care, pijat oksitosin, produksi ASI, sectio caesarea
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
Abstract Introduce: Post sectio caesarea patients tended to have problems in breast milk producing because some factors that inhibiting the lactation hormones secretion, i.e. prolactin and oxytocin grew. Breast care and oxytocin massage were interventions that could stimulate secretion of lactation hormones. This study aimed to determine significant differences between breast care and oxytocin massage on post section Caesarea breast milk production in Postpartum Care Unit at RSUD Bandung. Design research used a quasi experimental with post-test design. Samples were taken by purposive sampling from 40 respondents. Statistical data analysis used MannWhitney and t-test Independent. Data were collected after intervention was given by observing six indicator on the milk production measuring sheet. The results showed that enough milk production of breast care group at the first, second, third and fourth measurement were no one (0%), 2 respondents (10%), 6 respondents (30%), 14 respondents (70%), and the oxytocin group massage were no one (0%), no one (0%), 6 respondents (30%), and 11 respondents (55%). The p-value measurement of the first, second, third and fourth in sequence were (1.000), (0.557), (0.418) and (0.793). This results showed that no significant difference between breast care and oxytocin massage on breast milk production post caesarea in fourth section measurements. Based on the results, both of these interventions could be used by health workers or postpartum mother to maximize breast milk production. Key words: breast care, oxytocin massage, breast milk production, post sectio caesarea
23
Pendahuluan Angka menurut
kematian data
bayi
Survey
(AKB)
Demografi
Kesehatan Indonesia (2012) dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2012
dari
1000
kelahiran
hidup
(Kemenkes RI, 2012). Padahal AKB merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak suatu negara (Hidayat, 2008).
mencapai 34 per 1000 kelahiran dan
Salah satu penyebab tingginya
khusus di Jawa Barat sendiri berada
AKB di Indonesia adalah masalah
pada angka 30 dari 1000 kelahiran.
nutrisi dan status gizi yang baik dapat
Sementara, target MDGs (Millenium
membantu
Development Goals) hingga tahun
resiko terjadinya masalah kesehatan
2015 yakni ingin menurunkan hingga
(Hidayat, 2008). Pemenuhan gizi pada
mendeteksi
lebih
dini
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
bayi dilakukan dengan pemberian ASI
pada puting susu ibu pada saat inisiasi
yang cukup karena ASI mengandung
menyusui dini (IMD) (Hull, 2008).
lemak, karbohidrat, protein, air dalam
Hisapan bayi di awal pasca
jumlah yang tepat untuk pencernaan,
kelahiran mampu merangsang kelenjar
pertumbuhan terutama perkembangan
hipofise anterior untuk melepaskan
otak bayi sejak awal kelahiran serta
prolaktin
mengandung
immunoglobulin
hormon oksitosin (Simkin, 2007).
(Satyanegara, 2004; Maslahah 2010;
Penelitian (Utami, 2009) kepada 24
Saleha, 2009; Moody, 2005).
ibu bersalin di BPS Firda Tuban
Produksi
ASI
yang
cukup
membantu ibu dalam proses menyusui terutama di awal pasca kelahiran. Namun sering sekali Ibu post sectio mengeluhkan ASI mereka sedikit di hari pertama kelahiran dan hal ini membuat mereka berhenti menyusu bahkan lebih memilih penggunaan susu
formula
dan
hipofise
posterior
menyatakan bahwa ada hubungan antara inisiasi menyusui dini (IMD) dengan kecepatan pengeluaran ASI. Namun IMD pada ibu post sectio caesarea
cenderung
penundaan
dan
mengalami
masalah
(Arifah,
2009). Penundaan ini bisa terjadi akibat
(Baxter,
2006).
efek anestesi terutama anastesi umum
Hayatiningsih
(2011)
yang digunakan pada saat operasi akan
menyatakan pengeluaran ASI ibu post
membuat ibu kehilangan kesadaran
sectio caesarea cenderung lebih lama
selama operasi hingga beberapa jam
dibandingkan ibu dengan persalinan
pasca operasi (Sears & Sears, 2007).
spontan.
Efek lain dari bius adalah bayi akan
Penelitian
Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi seperti
oleh
prolaktin
hormon dan
laktasi oksitosin
(Simkin, 2007). Pengeluaran kedua hormon
ini
sebenarnya
dapat
dimaksimalkan melalui hisapan bayi
mengantuk,
malas,
lemah
dan
mengalami penurunan daya hisap bayi sementara
terhadap
payudara
ibu
sampai efek anestesi tersebut habis (Soetjiningsih, 2005; Siregar, 2004). Kondisi ini juga yang membuat bayi
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
dan ibu terpisah sementara waktu
antara lain berat lahir bayi, asupan
untuk dimonitor (observasi) dan tidak
cairan
segera rawat gabung (rooming-in)
motivasi,
padahal
membantu
keluarga serta informasi mengenai
mempercepat terjadinya proses IMD
ASI. Kuguoglu, Yildiz, Tanir &
dan meningkatkan frekuensi menyusu
Demirbag
bayi dengan tujuan agar rangsangan
bahwa kelelahan dan proses pemulihan
produksi ASI dapat dipertahankan
pasca operasi juga turut mempengaruhi
(IDAI, 2010). Frekuensi menyusui
proses menyusui.
tahap
ini
juga turut mempengaruhi produksi ASI (Nurliawati, 2010).
dan
nutrisi,
dukungan
(2012)
kecemasan, suami
atau
menambahkan
Bayi dengan BBL yang rendah atau kurang dari 2500 gram akan lebih
Masalah lain yang dialami oleh ibu
mudah
lelah
dan
lemah
dalam
post sectio caesarea rasa nyeri yang
mengisap puting ibu dan membuat
membuat
rangsangan
ibu
cenderung
memilih
pada
payudara
juga
untuk istirahat dahulu dan memulihkan
menurun (Behrman, Robert & Ann M,
kondisinya yang lemas dan nyeri pasca
1999;
operasi sebelum memberikan air susu
psikologis ibu yang negatif seperti
ibu
(Hayatiningsih,
perasaan cemas, takut dan malu dapat
2011; Nurliawati, 2010; Batubara,
mempengaruhi refleks let down atau
2008). Penggunaan obat golongan
menurunkan
analgesik
memang membantu ibu
oksitosin , sedangkan perasaan ibu
mengurangi rasa nyeri namun obat ini
bahagia, senang, perasaan menyayangi
dapat menimbulkan efek kantuk pada
bayi,
bayi jika bayi meminum ASI dari ibu
mendengarkan bayinya menangis atau
yang
perasaan bangga dan tenang atau rileks
pada
bayinya
sedang
mengonsumsinya
(Simkin, 2007). Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI ibu post sectio caesarea menurut penelitian Nurliawati (2010)
Nurliawati,
2010).
rangsangan
memeluk,
Kondisi
hormon
mencium
dan
akan meningkatkan pengeluaran ASI (Nurliawati, 2010; Kuguoglu, Yildiz, Tanir & Demirbag, 2012; Bahiyatun, 2009; Utami, 2009). Selain itu, Nutrisi
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
dan
cairan
ibu
juga
turut
otot
yang
tegang,
mempengaruhi produksi ASI terutama
stress
jika
oksitosin apalagi jika dibantu dengan
kekurangan
dalam
lama
(Nurliawati, 2010; Fitria, 2012).
tidak lancar dapat membuat bayi nutrisi
yang
kurang
optimal. Sekalipun berbagai faktor di atas
mengakibatkan
rangsangan menghambat produksi
penurunan
hormon
laktasi
produksi ASI,
menyiasatinya perawatan
lain
seperti
hormon
segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Mardiyaningsih, 2010; Budiarti, 2009; Guyton & Hall, 2007). Pijat
oksitosin
dan
metode
dan
perawatan lainnya akan lebih efektif
kecukupan
jika dilakukan pada hari pertama dan
ibu dengan
pengeluaran
isapan bayi pada puting susu pada saat
Produksi ASI yang sedikit atau
mendapatkan
dan
menghilangkan
dapat
kedua post partum karena pada kedua
melakukan
hari tersebut ASI belum terproduksi
perawatan
cukup
banyak
sehingga
perlu
payudara (Fitria, 2012). Perawatan
dilakukan tindakan untuk merangsang
payudara (breast care) merupakan
hormon laktasi (Budiarti, 2009).
tindakan memelihara kesehatan dan kebersihan payudara ibu, melenturkan dan
menguatkan
merangsang hormon
hipofisis
laktogen
melancarakan
puting
dan
sirkulasi
guna
melepaskan prolaktin, darah
dan
mencegah penyumbatan pengeluaran air susu serta memperbanyak produksi ASI (Manuaba, 1998; Rahardjo, 2009).
Hasil wawancara awal kepada pasien rawat inap di Ruang Nifas RSUD Kota Bandung pada 23 Maret 2014 sampai dengan 26 Maret 2014 diperoleh bahwa sembilan dari sepuluh orang
ibu
post
sectio
caesarea
mengeluhkan ASI mereka yang sedikit dan bahkan tidak keluar sehingga mereka lebih memilih memberikan
Cara lain yang dapat dilakukan
susu formula karena mereka kawatir
adalah pijatan oksitosin yaitu suatu
bahwa bayi mereka akan kelaparan.
tindakan pemijatan sepanjang kedua
Sebagian besar ibu juga mengaku
sisi tulang belakang guna merilekskan
bertemu pada hari kedua post sectio
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
caesarea. Petugas ruang perinatologi
sementara pijat oksitosin belum pernah
menambahkan bahwa ibu post sectio
diajarkan atau dilakukan kepada ibu
caesarea memang tidak dilakukan
post sectio caesarea.
IMD bagi pasien dengan semua jenis anastesi.
Beberapa
bertugas
di
ruang
bidan
yang
nifas
juga
mengatakan bahwa bayi yang baru dilahirkan
secara
sectio
caesarea
dimonitoring terlebih dahulu di ruang perinatologi dan bayi akan bertemu dengan ibunya jika ibu sudah sadar atau bangun pasca operasi dan merasa siap untuk menyusui.
(breast
perawatan
care) setiap
mempengaruhi produksi ASI telah banyak
untuk
membandingkan faktor- faktor tersebut belum ada sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan
melihat
bagaimana
“Perbandingan Pengaruh Breast care dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi
pagi
RSUD Kota Bandung”.
namun Metode Penelitian
tindakan tersebut jika pasien atau keluarga memintanya. Dari 5 orang yang sempat mendapatkan tindakan breast care, 3 orang di antaranya mengaku sudah keluar dan 2 orang lainnya mengatakan belum keluar. Intervensi breast care di Ruang Nifas tersebut ternyata belum memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) yang digunakan pada pasien dan tidak semua petugas kesehatan tahu tahapan perawatan
namun
payudara
petugas ruang nifas hanya memberikan
prosedur
dilakukan
ASI Ibu Post Sectio Caesarea di
Ibu post sectio caesarea biasanya mendapatkan
Penelitian beberapa faktor yang
tersebut,
Jenis
penelitian
yang
digunakan adalah
kuasi eksperimen
post test design
(Nursalam, 2003).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (bebas) yaitu intervensi breast care dan dipijat oksitosin
sedangkan
variable
terikatnya adalah produksi ASI post sectio caesarea. Hipotesis yang akan dibuktikan
dalam
adalah
yaitu
Ho
penelitian tidak
ini
adanya
perbedaan pengaruh yang signifikan
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
antara breast care dan pijat oksitosin
lahir dengan tidak ada cacat fisik,
terhadap
produksi ASI post section
refleks hisap yang baik dan berat bayi
caesarea. Hipotesis lain, Ha yaitu Ada
lahir di atas 2500 gr. Kriteria eksklusi
perbedaan pengaruh yang signifikan
yakni yaitu payudara ibu post sectio
antara breast care dan pijat oksitosin
caesarea mengalami kelainan seperti
terhadap produksi ASI ibu post sectio
mastitis, kanker mammae, gangguan
caesarea.
integritas kulit dibagian payudara, ibu
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post sectio caesarea di Ruang Nifas RSUD Kota Bandung bulan Juli-Agustus 2014. Pengambilan sampel
secara purposive sampling
sebanyak 40 ibu post sectio caesarea yang dibagi menjadi 20 orang per kelompok intervensi (Sugiyono, 2013). Kriteria inklusi terdiri dari ibu post partum sectio caesarea dengan bius total atau umum, ASI belum keluar sebelum dilakukan penelitian, ibu tidak
mengalami
komplikasi
sesar,
tidak
operasi
ibu
mengkonsumsi
post
sedang
obat-obatan
yang
mempelancar pengeluaran asi, ibu dan bayi
dirawat
pada
satu
ruangan
(rooming in), ibu belum mendapat perlakuan
breast
care
atau
pijat
oksitosin selama post sectio caesarae di rumah sakit, bayi tidak diberikan susu formula selama penelitian, bayi
mengalami demam tinggi, bayi yang dilahirkan meninggal dunia. Intervensi dilakukan
dan
pengukuran
sebanyak
Pengumpulan
data
4
kali.
menggunakan
lembar identifikasi responden yang berisi 3 item pertanyaan, lembar observasi
berisi
6
indikator
pengukuran produksi ASI dan lembar observasi
berisi
14
faktor
yang
mempengaruhi produksi ASI post sectio caesarea yang dikembangkan oleh
peneliti.
Penentuan
skala
produksi ASI berdasarkan Alimul (2007) dalam Tamba (2010) yakni produksi ASI kurang 0-3 dan cukup jika 4-6 . Uji
validasi isi lembar
observasi dilakukan kepada dosen pembimbing. Adapun
analisa data
yang
digunakan
adalah analisis univariat
dilakukan
terhadap
karakteristik
responden, produksi ASI pada tiap
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
pengukuran
dan
tiap
kelompok
data responden diberi kode atau tanpa
intervensi serta faktor- faktor lain yang
nama
tertera
kerahasiaan
pada
lembar
observasi
(anonymity),
menjaga
(confidentiality),
sementara analisis inferensial berupa
memperhatikan kenyamanan (safety)
Mann-Whitney Independent datanya
atau
T-Test
dengan melakukan pelatihan terlebih
tergantung
distribusi
dahulu kepada dosen pembimbing dan
pengaruh
fair treatment
untuk
signifikan
melihat
produksi
ASI
setelah
intervensi lain yang belum diperoleh
diberikan intervensi (Nursalam, 2003). Peneliti
memberikan
atau memberikan
pada akhir penelitian (Hidayat, 2009).
inform
consent terlebih dahulu, dan semua
Hasil dan Pembahasan A.
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan dan Paritas di Ruang Nifas RSUD Kota Bandung pada Juli - Agustus 2014 (N= 40) Kelompok Karakteristik Responden
Breast care
Pijat Oksitosin
(20 orang)
(20 orang)
f
%
f
%
<30 Tahun
16
80
10
50
≥30 Tahun
4
20
10
50
Pendidikan Dini
0
0
0
0
Pendidikan Dasar
Usia
Pendidikan
12
60
6
30
Pendidikan Menengah
6
30
11
55
Pendidikan Tinggi
2
10
3
15
Primipara
11
55
9
45
Multipara
9
45
11
55
Paritas
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
Usia merupakan salah satu
ibu
dengan
pendidikan
faktor yang mempengaruhi produksi
diharapkan
ASI pada ibu. Menurut Suryanah
perawatan
(1996), ibu yang melahirkan dengan
pemenuhan nutrisi anak (Friedman,
usia 30 tahun ke atas cenderung
1998).
memiliki ASI yang lebih sedikit
menegaskan bahwa informasi yang
dibandingkan ibu dengan usia yang
benar
lebih muda. Hal ini dikarenakan
pemberian ASI dapat meningkatkan
menurut
rasa
Nommsen-Rivers
et
al.
mampu
tinggi
pada
anaknya
Nurliawati
dan
melakukan
(2010)
memadai
percaya
seperti
diri
juga
mengenai
ibu
dalam
dalam Novita (2011) bahwa wanita
memberikan ASI dan
terutama usia 25-30 tahun sangat
kelancaran proses laktasi dan ini
berinisiatif
kegiatan
sesuai dengan hasil penelitiannya
menyusui dibandingkan wanita usia 40
bahwa ibu yang pernah mendapatkan
tahun. Selain itu pada usia 25-30 juga
informasi mengenai ASI memiliki
merupakan masa reproduksi yang baik
peluang 7,830 kali untuk mengalami
dalam pemberian ASI (Roesli, 2005).
produksi
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
dibandingkan
bahwa sebagian besar ibu berusia
mendapatkan
kurang dari 30 tahun yakni sebanyak
Mardiyaningsih (2010) mengatakan
26 orang (65%).
bahwa tingkat pendidikan seseorang
melakukan
Berdasarkan
karakteristik
pendidikan, sebagian besar responden atau sekitar 18 orang (45%) memiliki pendidikan dasar. Pendidikan juga mempengaruhi kemampuan orangtua dalam melakukan perawatan pada anaknya
supaya
dapat
hidup
di
lingkungan yang sehat dan jika dikaitkan pada penelitian ini berarti
tidak
ASI
yang
ibu
bahwa
cukup
yang
informasi.
selamanya
pedoman
membantu
dapat
tidak Namun,
dijadikan
seseorang
akan
berhasil dalam proses laktasi, tapi yang
terpenting
banyak
adalah
seberapa
dan benar informasi yang
diperoleh
ibu
mengenai
proses
menyusui karena tidak jarang juga ibu dengan pendidikan rendah memiliki informasi yang benar tentang proses menyusui.
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
Berdasarkan paritas
ibu,
karakteristik
baik
ibu
Peneliti
yakin
jika
pola
primipara
menyusui ibu baik dan benar dapat
maupun multipara memiliki jumlah
mendukung kecukupan produksi ASI
yang sama yaitu 20 orang (50%).
sehingga peneliti dibantu dengan
Produksi ASI mengalami peningkatan
petugas
meskipun tidak terlalu banyak sesuai
mengingatkan
dengan
jumlah
memberikan ASI setiap 2 sampai 3
kelahirannya karena seseorang yang
jam sekali dan peneliti membantu
telah
para
peningkatan
pernah
melahirkan
memiliki pengalaman dalam
proses
akan
yang lebih
pemberian
Ruang
ibu
Nifas
selalu
pasien
dan
agar
mengajarkan
cara
mengatur posisi responden dan bayi
ASI
mereka saat menyusui agar para ibu
dibandingkan dengan seseorang yang
tidak merasa sulit dalam menyusui
masih melahirkan anak untuk pertama
terutama pengaturan posisi menyusui
kali
karena
(Soetjingsih
1997;
Fitriani,
tidak
jarang
juga
ibu
2011). Mardiyaningsih (2010) juga
mengeluh nyeri di bagian perutnya
mengatakan
saat menyusui.
pengalaman
dan
keyakinan ibu menyusui sebelumnya mampu mempengaruhi kemampuan dan
perilaku
ibu
dalam
proses
post
sectio
produksi ASI cukup dimiliki oleh
dilakukan
kelompok breast care yakni sebanyak
menyusui berikutnya. B. Produksi caesarea
ASI setelah
intervensi breast care dan pijat
2
oksitosin
pengukuran ketiga diperoleh bahwa
Berdasarkan
hasil
orang
(10%).
Kemudian
pada
penelitian,
produksi ASI yang cukup pada kedua
produksi ASI cukup kedua kelompok
kelompok memiliki jumlah yang sama
intervensi (breast care dan pijat
yaitu
oksitosin) pada pengukuran pertama
pengukuran
belum ada seorangpun (0%) namun
keempat), produksi ASI yang cukup
pada pengukuran kedua sebagian besar
pada kelompok breast care mencapai
6
orang
(30%)
terakhir
dan
pada
(pengukuran
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
14 orang (70%) sedangkan 11 orang Tabel 2
(55%) pada kelompok pijat oksitosin.
Distribusi Produksi ASI Kelompok Breast care dan Pijat Oksitosin di Ruang Pada Juli - Agustus 2014 (N= 40) Produksi Asi
Pengukuran
I
II
III
IV
Kelompok
Cukup
Kurang
f
%
f
%
Breast care
0
0
20
100
Pijat Oksitosin
0
0
20
100
Breast care
2
10
18
90
Pijat Oksitosin
0
0
20
100
Breast care
6
30
14
70
Pijat Oksitosin
6
30
14
70
Breast care
14
70
6
30
Pijat Oksitosin
11
55
9
45
Pengukuran
produksi
ASI
Beberapa indikator yang dipakai oleh
dengan cara observasi setiap selesai
peneliti untuk melihat kecukupan
melakukan intervensi dan sebelum
produksi ASI antara lain ASI yang
melakukan
merembes keluar melalui puting, ibu
intervensi
berikutnya.
Pengukuran pertama mulai pukul
merasakan
09.00 WIB sampai 12.00 WIB hari
diperas saat menyusu, payudara ibu
kedua post operasi, pengukuran kedua
serasa tegang sebelum disusukan, ibu
pada pukul 13.00 WIB sampai 16.00
mendengar bunyi menelan saat bayi
WIB hari kedua operasi, pengukuran
menyusu, ibu juga merasakan refleks
ketiga mulai pukul 17.00 WIB hari
keluarnya
kedua post operasi sampai pukul
menyaksikan bayi tertidur sekitar 2-3
05.00 WIB hari ketiga post operasi
jam setelah menyusu (Soetjiningsih,
dan pengukuran terakhir pukul 06.00
1997; Sears & Sears R.N, 2007).
WIB sampai 09.00 WIB hari ketiga post operasi. Penelitian
air
susu
seakan
ibu
serta
Penelitian yang telah dilakukan oleh
ini
payudaranya
Nurliawati
(2010)
juga
menggunakan
menggunakan indikator pengukuran
indikator dari ibu dan bayi yang
produksi ASI berupa payudara yang
diobservasi langsung oleh peneliti.
teraba tegang atau penuh, dan suara
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
menelan bayi saat menyusu serta
Bila melihat hasil pada tabel 2
berat badan bayi. Indikator yang tidak
di atas, responden dengan cukup ASI
jauh berbeda juga dipakai dalam
pada kelompok breast care telah
penelitian pengukuran produksi ASI
ditemukan pada pengukuran kedua
oleh Tamba (2010) yakni dengan
yakni
melihat perembesan
ASI melalui
setelah intervensi pertama. Sedangkan
payudara
responden dengan cukup ASI pada
putting,
ketegangan
sekitar 5 jam sampai 8 jam
sebelum menyusu, suara menelan
kelompok
bayi
merasa
ditemukan pada pengukuran ketiga
payudaranya diperas saat menyusu,
yakni 9 jam sampai 20 jam setelah
bayi tertidur setelah menyusu selama
intervensi awal (pertama). Hal ini
2-3 jam, frekuensi menyusu bayi 8
sesuai dengan penelitian Puriastuti
kali atau lebih dalam sehari, frekuensi
(2014) terhadap 9 ibu postpartum di
BAK bayi dan warna kuning pucat
BPS Ny.Dilah Sobirin. Amd.Keb
pada air seni bayi.
Pakis
saat
menyusu,
ibu
Pada penelitian ini, penilaian kecukupan ASI dilihat dari nilai total pengukuran produksi ASI melalui 6 indikator yang ada pada lembar pengukuran produksi ASI. Setiap indikator yang tercapai akan diberi bobot 1 dan yang tidak tercapai berbobot 0. Sehingga jika nilai yang tercapai 0 sampai 3 maka peneliti mengkategorikan ASI masih kurang sedangkan jika nilai yang tercapai 4
pijat
oksitosin
Kabupaten
baru
Malang,
menyatakan bahwa berdasarkan hasil observasi
setelah
pemberian
intervensi
sesuai
pembagian
kelompok intervensi, sekitar 4 orang (44%) dari kelompok breast care mengalami pengeluaran ASI yang cepat yakni hari 0-1 postpartum. Sedangkan 5 orang (56%) kelompok massase di punggung mengalami pengeluaran ASI normal yakni hari ke 2-3 postpartum.
sampai 6 maka peneliti mengatakan ASI cukup.
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
C.
Perbedaan care
pengaruh
dan
pijat
(sig)<0,05 maka distribusi data
breast
tidak
oksitosin
normal
sehingga
terhadap produksi ASI post
disimpulkan
sectio caesarea
data normal hanya terdapat pada
Peneliti terlebih dahulu melakukan
uji
bahwa
distribusi
normalitas
produksi
data ASI
distribusi
pengukuran ketiga
dan
terhadap produksi ASI antara
dilakukan analisis secara t-test
breast care dan pijat oksitosin
independent.
dan diperoleh hasil p-value (sig)
analisa
pada pengukuran pertama, kedua,
pertama, kedua dan keempat
ketiga
dianalisa dengan mann-whitney
dan
berurutan
keempat adalah
secara (0,000),
karena
(0,000), (0,058) dan (0,009). Jika p-value
(sig)>0,05
distribusi
data
sebaliknya
pada
itu,
pengukuran
distribusi
data
tidak
normal.
maka
normal
jika
Sementara
dan
p-value
Tabel 3 Hasil Analisis Statistika Mann-Whitney terhadap Produksi ASI Responden di Ruang Nifas RSUD Kota Bandung pada Juli - Agustus 2014 (N= 40) Pengukuran
Metode
Mean Rank
Sum of Rank
SD
Sig (p-value)
I
II
IV
Breast care
20,50
410,00
Pijat Oksitosin
20,50
410,00
Breast care
21,53
430,50
Pijat Oksitosin
19,48
389,50
Breast care
20,98
419,50
Pijat Oksitosin
20,03
400,50
0,362
1,000
1,228
0,557
1,468
0,793
Tabel 4 Hasil Analisis Statistika T-Test Independent terhadap Produksi ASI Responden di Ruang Nifas RSUD Kota Bandung pada Juli - Agustus 2014 (N= 40) Pengukuran
Metode
Mean
Std. Deviation
t
Sig
III
Breast care
3,10
1,294
0.818
0,418
Pijat Oksitosin
2,75
1,410
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
Hasil pengukuran
produksi
dan pijat oksitosin tidak memiliki
ASI pertama, kedua dan keempat
perbedaan pengaruh yang signifikan.
dianalisis dengan Mann-Whitney, jika
Pada penelitian tersebut, Purnama
nilai p>0,05 maka Ho diterima dan Ha
(2013) menggunakan berat urin bayi
ditolak. Namun jika nilai p<0,05 maka
sebagai
Ho ditolak dan Ha diterima.
sedangkan pada penelitian ini peneliti
Pengukuran ketiga
dianalisis
produksi
ASI
dengan
t-test
Cara
lain
adalah
produksi
ASI
menggunakan enam indikator produksi ASI melalui ibu dan bayi.
independent dengan nilai p=0,418 atau p>0,05.
indicator
Breast care dan pijat oksitosin merupakan intervensi
yang sama-
membandingkan nilai t-hitung dan t-
sama berguna dalam proses laktasi
tabel, yakni t-hitung=0,818 dan t-
terutama pada hari- hari pertama pasca
tabel=2,024394
kelahiran karena kedua intervensi ini
hitung
yang Pada
berarti analisa
tt-tes
membantu
memaksimalkan
independent, jika p-value>0,05 atau t-
pengeluaran hormone laktasi seperti
hitung
prolaktin dan oksitosin (Rahardjo,
Ha ditolak.
2007; Guyton, 2009).
Berdasarkan hasil pada tabel 3 dan tabel 4, maka disimpulkan bahwa Ho baik pada pengukuran pertama, kedua, ketiga dan keempat diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara breast care dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI post sectio caesarea. Hasil penelitian ini tidak jauh
berbeda
dengan
penelitian
Purnama (2013) terhadap 50 orang ibu post section caesarea di Banyumas yang menyatakan antara breast care
Penelitian
Fitria
(2012)
ada
pengaruh
menyatakan
bahwa
perawatan
payudara
pada
ibu
postpartum di Tuban. Hal ini dilihat dari
hasil
penelitiannya
yakni
sebanyak 38 ibu dari 50 ibu yang melakukan perawatan payudara yang baik mengalami produksi ASI yang lancar. Penelitian lain menyatakan bahwa perawatan payudara pada ibu post
SC
juga
pembengkakan
dapat
mengurangi
payudara
sehingga
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
akibat saluran ASI yang mengalami
sebanyak
penyumbatan
tindakan
kelompok intervensi kombinasi pijat
pengurutan memperlancar aliran ASI
oksitosin dan teknik marmet di Rumah
dan
melunakkan
Sakit wilayah Jawa Tengah memiliki
payudara ibu yang keras (Astuti dan
pengeluaran ASI yang cukup dan
Juliansyah, 2013).
mengalami
karena
kompres
Pijat
hangat
oksitosin
juga
turut
berperan dalam proses pengeluaran
20
dari
27
responden
peningkatan
pada
pengukuran kedua dan tiga berturutturut sebanyak 22 dan 23 responden.
ASI, hal ini sejalan dengan penelitian
Beberapa
penelitian
Budiarti (2009) yang memasukkan
sebelumnya
intervensi pijat oksitosin ke dalam
intervensi pada penelitian ini memang
paket “SUKSES ASI” terhadap 30 ibu
sama-
menyusui di RSUD Cibinong dan
terhadap produksi ASI namun jika
Depok,
21
melihat jumlah responden dengan ASI
responden mengalami produksi ASI
cukup pada tabel 2, breast care
yang
30
memiliki jumlah responden yang lebih
responden kontrol hanya 10 responden
banyak dibandingkan pijat oksitosin
yang mengalami ASI yang lancar.
baik pada pengukuran kedua dan
Penelitian lain dari Endah & Imas
keempat
(2011)
banyak.
sehingga
lancar
diperoleh
sedangkan
menyatakan
postpartum
yang
dari
bahwa
diberikan
ibu
menyatakan
sama
memiliki
walaupun Hal
ini
kedua
pengaruh
tidak mungkin
terlalu saja
pijat
diakibatkan kedua intervensi memiliki
oksitosin mengalami pengeluaran ASI
mekanisme dan daerah kerja yang
lebih cepat dibandingkan ibu
berbeda serta mungkin ada faktor lain
yang
tidak mendapatkan perlakuan. Pijat
yang
oksitosin
memaksimalkan
cukup
memaksimalkan pengeluaran penelitian yakni
pada
ASI
ampuh
dalam
produksi
dan
seperti
pada
Mardiyaningsih pengukuran
(2010) pertama
turut
berperan
dalam
efek
yang
ditimbulkan dari tiap intervensi. Bila dilihat dari mekanisme kerjanya,
breast
care
merupakan
tindakan pembersihan putting dan
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
pemijatan
pada
payudara
yang
Teknik berikutnya yaitu pijat
berfungsi melancarkan saluran ASI
oksiton merupakan tindakan pemijatan
dan merangsang hipotalamus tepatnya
di area tulang belakang hingga costa
hipofise
kelima dan keenam (Mardiyaningsih,
anterior
untuk
segera
melepaskan hormone prolaktin dan
2010;
hormone ini sangat berperan dalam
dikarenakan
tahap produksi atau pembuatan ASI
merupakan letak anatomis payudara
(Soetjinigsih,
Perawatan
dan
membantu
merangsang
hipofise
posterior
melepaskan
hormone
oksitosin
payudara
1997).
yang
melancarkan
rutin
sirkulasi
darah
dan
Budiarti,
2009).
pada
saraf-
Hal
posisi
saraf
ini
tersebut
yang
dapat
mencegah penyumbatan pada saluran
(Guyton, 2007). Hormon oksitosin
ASI melalui mekanisme pemijatan
menimbulkan
yang
mioepitel di sekitar alveolus sehingga
dilakukan
(Manuaba,
1998).
pada
payudara
Sehingga
kontraksi
sel-
sel
jika
meningkatkan pemancaran ASI (Sears
melihat anatomi payudara, hormon
& Sears R.N, 2007). sehingga dapat
prolaktin meliputi daerah kerja sel
dilihat bahwa wilayah kerja hormone
asini (sel pembuat ASI) dan ductus
ini adalah di sekitar alveolus saja.
lactiferus (saluran ASI). Selain itu menurut Rahardjo (2009) payudara yang bersih turut membuat ibu dan bayi merasa lebih nyaman dalam proses menyusui. Jika dilihat melalui lembar
observasi
ibu,
sebagian
responden penelitian jarang melakukan perawatan payudara, sehingga sewaktu penelitian, peneliti melihat kondisi putting dan payudara yang masih kotor dan
terlihat
lebih
bersih
dilakukan perawatan payudara.
setelah
Berdasarkan faktor lain yang turut
mempengaruhi
kerja
kedua
hormone ini, baik breast care maupun pijat oksitosin hampir memiliki faktor yang sama seperti faktor hisapan bayi, pelaksanaan
IMD
atau
frekuensi
menyusui. Namun perlu diketahui secara
khusus
faktor
psikologis
mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin (Farrer, 1999). Hal
ini
dikarenakan ketika ibu mengalami stress,
kecemasan
atau
perasaan
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
negative
lainnya
akan
memacu
(100%)
mengaku
mendapat
pengeluaran adrenalin sehingga terjadi
dukungan dan bantuan keluarga
vasokontriksi pembuluh darah. Hal ini
dan orang terdekatnya sehingga
bisa mengakibatkan air susu tidak
ibu tetap mau memberikan ASI.
mengalami
lancar
Selain itu, peneliti mengajarkan
(Soetjinigsih, 2005). Meskipun peneliti
posisi menyusui yang benar agar
telah berusaha mengendalikan faktor
gerakan
kecemasan
bertanya,
menimbulkan nyeri saat menyusu
aliran
yang
dengan
cara
yang
dapat
menenangkan
dan
memberi
dapat diminimalisir dan hal ini
kenyamanan
kepada
responden
dilihat bahwa sekitar 23 (57,5%)
selama proses penelitian, namun tidak
responden
bisa dipungkiri jika ternyata responden
merasa nyeri dan jika kadang
masih merasakan kecemasan dan tidak
mereka
mengatakannya
tersebut
kepada
peneliti,
mengatakan
merasa
nyeri,
tidak
tidak
nyeri sampai
sehingga efek yang ditimbulkan pijat
mengganggu aktifitas menyusu
oksitosin kurang maksimal.
mereka.
Selain
ternyata
nyeri
Tidak
adanya
perbedaan
(55%) mengatakan nyeri puting
produksi ASI bisa disebabkan karena
saat menyusu dan bahkan lecet
peneliti berusaha memperhatikan atau
1)
putting
pada penelitian ini yakni 22 ibu
kedua intervensi di atas terhadap
dapat membiaskan hasil seperti:
pada
perut,
ternyata menjadi perhatian besar
pengaruh yang signifikan di antara
mengendalikan faktor- faktor yang
nyeri
akibat hisapan kuat bayi. 2)
Peneliti
berupaya
mengontrol
faktor makanan yang dikonsumsi
Peneliti berusaha memperhatikan
oleh responden dan menurut
faktor lain seperti nyeri insisi
pengakuan para petugas semua
yang dirasakan oleh ibu karena
ibu mendapatkan porsi dan jenis
hal
makanan yang tidak jauh berbeda
ini
cenderung
dapat
membuat
menunda
ibu untuk
menyusui bayi namun semua ibu
dan
berdasarkan
lembar
observasi didapatkan bahwa 23
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
(57,5%)
responden
teknik intervensi yang belum
menghabiskan makanan setengah porsi bahkan lebih dan 18 ibu
4)
Sebagian kecil ibu yaitu 14 orang
(45%) minum air lebih dari 8
(35%) sempat merasa kelelahan
gelas per hari. Makanan dan
untuk menyusui terutama pada
minuman
malam
memang
memiliki
hari
namun
proses
pengaruh dalam memaksimalkan
menyusui tetap dilakukan. Hal
produksi
ini dikarenakan selain karena
ASI (Fitria,
2012).
Namun menurut Siregar (2004),
dukungan
sebenarnya makanan dan cairan
responden, sebanyak 35 (87,5%)
akan
produksi
responden mengetahui manfaat
mengalami
dari pemberian ASI dan ternyata
kekurangan nutrisi dalam jangka
38 (95%) responden mengaku
waktu yang panjang.
merasa senang saat menyusui
mempengaruhi
ASI
3)
mereka dapatkan.
jika
Untuk
ibu
intervensi
yang
telah
bayi
orang
mereka
diberikan oleh peneliti, sebanyak
primigravida
19
mereka
ibu
(47,5%)
mengetahui
terdekat
terutama karena
menyusui
ibu
menurut merupakan
breast care dan 6 ibu (15%)
saat yang ditunggu- tunggu sejak
mengetahui
lama. Hal ini sesuai pernyataan
namun
pijat
hanya
oksitosin
sedikit
yang
Nurliawati (2010) yaitu ibu post
selama
sectio caesarea membutuhkan
setelah
dukungan dari keluarga ataupun
melahirkan dan setelah ditanya
suami agar ibu selalu termotivasi
lebih
dalam
menerapkannya hamil
baik
maupun
lanjut,
langkah-langkah
memberikan
ASI
yang mereka pakai masih kurang
sekalipun dalam kondisi yang
tepat.
kurang nyaman setelah operasi.
Sehingga
penelitian
ini,
pada
akhir peneliti
5)
Faktor inisiasi menyusui dini
mengambil kesempatan untuk
(IMD)
tidak
dilakukan
mengajarkan mereka mengenai
semua
responden.
oleh
Hal
ini
dikarenakan ibu masih dalam Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
pengaruh bius hingga beberapa
sebanyak 34 (85%) responden
jam
melahirkan
menyusui bayi mereka 2-3 jam
sementara pihak rumah sakit
sekali bahkan lebih dan 35
memiliki kebijakan bahwa baik
(87,5%)
ibu maupun bayi akan dimonitor
membutuhkan waktu lebih dari 5
terlebih dahulu dan dipertemukan
menit
saat ibu dan bayi dalam kondisi
menyusui pada tiap payudara
siap. Menurut Indriyani (2006)
mereka.
dalam
setelah
penelitiannya
tentang
bahkan
mengaku
lebih
untuk
Peneliti juga menetapkan kriteria
pengaruh menyusui dini teratur
inklusi berat badan bayi tidak
terhadap ibu post sectio caesarea
kurang dari 2500 dengan tujuan
di RSUD Dr.Soebandi Jember
untuk mengurangi bias akibat
dan Dr.H. Koesnadi Bondowoso
masalah yang ditimbulkan bayi
bahwa
saat menyusu seperti kemampuan
ibu
yang
memiliki
produksi ASI yang lebih optimal
menghisap
sebesar 80,6% pada kelompok
kelelahan yang cepat dirasakan
intervensi
bayi.
dan
18,8%
pada
kelompok control. 6)
7)
responden
8)
yang
Frekuensi
lemah
intervensi
dan
yang
Peneliti bekerja sama dengan
dilakukan sebanyak 4 kali untuk
para petugas ruang nifas agar
tiap responden dengan rentang
selalu mengingatkan responden
waktu pengukuran yang tidak
untuk menyusui dan memotivasi
jauh berbeda yakni berselang 3
mereka untuk tidak menyerah
sampai 4 jam antara intervensi
dalam
sebelumnya dan yang berikutnya
menyusu
meskipun
beberapa orang masih memiliki
kecuali
ASI yang sedikit terutama di
pengukuran
awal
sampai
kelahiran.
Berdasarkan
rentang
waktu
ketiga
10
jam
pada
yaitu
9
sebelum
lembar observasi ibu diketahui
intervensi keempat dilakukan.
bahwa
Budiarti
dari
40
responden,
sebagian besar responden atau
(2009)
melakukan
pijat
menyarankan oksitosin
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
sebanyak
2
kali.
Sedangkan
intervensi
dan
bahkan
bisa
untuk perawatan payudara, ibu
dijadikan sebagai pijatan yang
bisa melakukan minimal 2 kali
merilekskan
sehari agar hasilnya juga lebih
tindakan
maksimal (Rahardjo, 2009).
dilakukan
Berdasarkan
hasil
penelitian di atas, baik breast
tubuh ini
namun
tidak sendiri
memerlukan
dapat atau
bantuan
dari
oranglain.
care maupun pijat oksitosin pada dasarnya memiliki fungsi yang sama
yaitu
membantu
melancarkan
atau
mengoptimalkan ASI.
Sehingga
pengeluaran baik
kesehatan
maupun
menyusui
dapat
kedua
SIMPULAN DAN SARAN
intervensi
petugas
para
ibu
Berdasarkan penelitian,
hasil
sebagian
besar
responden berada pada rentang usia di bawah 30 tahun (65%), memiliki
pendidikan
dasar
menerapkan
sebanyak 18 orang (45%),
ini
namun secara paritas antara
secara
mandiri. Berdasarkan paparan di
primipara
dan
multipara
atas
memiliki
jumlah
seimbang
peneliti
juga
ingin
menambahkan informasi bahwa
yaitu
masing-
20
orang
(50%).
masing
memiliki
Kemudian setelah dianalisis
dan
kelebihan
maka peneliti menyimpulkan
tersendiri. Secara praktik breast
bahwa secara statistik tidak ada
care bisa dilakukan oleh diri
perbedaan
sendiri
jarang
signifikan antara breast care
akan
dan pijat oksitosin terhadap
menimbulkan rasa nyeri terutama
produksi air susu ibu post
saat payudara ibu mengalami
sectio
pembengkakan.
pengukuran pertama, kedua,
kekurangan
tindakan
namun breast
tak care
Sedangkan
tindakan pijat oksitosin tidak
pengaruh
caesarea
baik
yang
pada
ketiga hingga keempat.
menimbulkan nyeri pada saat Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
Peneliti merasa masih banyak faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi produksi ASI
sehingga
menyarankan
peneliti
untuk
selanjutnya
penelit dapat
memperhatikan
faktor-faktor
lain yang turut mempengaruhi produksi ASI dan bagi pihak Rumah
Sakit
hendaknya
membuat beberapa kebijakan
Nisa
Rsi
Sultan
Agung
Semarang. Astuti, S., & Juliansyah, E. (2013). Pembengkakan Payudara Ibu Post Seksio Sesarea pada Masa Menyusui
di
Umum
Rumah
Sakit
Daerah
Ade
Djoen
Sintang.
Mohammad
Media Sains, 88-104. Batubara, S. O. (2008). Hubungan
terkait pemberian ASI sedini
Pengetahuan,
mungkin
pelaksanaan
Pembedahan Sectio Caesarea
rooming- in terutama pada ibu
dan Bentuk Puting dengan
post sectio caesarea. Selain itu,
pemberian
kedua metode ini (breast care
Pertama Kali pada Ibu Post
dan
Partum.
pijat
diterapkan
dan
oksitosin) oleh
dapat petugas
kesehatan khususnya profesi keperawatan dan ibu menyusui demi memaksimalkan produksi ASI ibu menyusui.
Nyeri
Air
Susu
Skripsi
Keperawatan
Ibu
Fakultas Universitas
Padjadjaran Bandung. Baxter, J. (2006). Women's Experience of Infant Feeding Following Birth by Caesarean Section. British Journal of Midwifery. Behrman, R. E., Kliegman, R. M., &
Daftar Pustaka Arifah, I. N. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu
Arvin, A. M. (1999). Ilmu Kesehatan
Anak
Nelson.
Jakarta: EGC.
Dini Antara Persalinan Normal dengan Caesar di Ruang AnNetty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
Budiarti,
T.
(2009).
Efektifitas
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan
pemberian paket “Sukses ASI” terhadap produksi ASI ibu menyusui
dengan
section
Keluarga. Jakarta: EGC. Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
caesarea di wilayah Depok
EGC.
Jawa Barat. Tesis Fakultas Keperawatan
Universitas
Hayatingsih, N. (2011). Keluarnya Kolostrum
Indonesia.
Partum
DINKES, J. (2011). Profil Kesehatan
ibu
di
Post RSUD
Dr.Moewardi. Fakultas Ilmu
Provinsi Jawa Barat. Jawa
Kesehatan
Barat.
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Endah, S., & Imas , M. (2011). Pengaruh
Pijat
Terhadap
Oksitosin
Hidayat, A. A. (2008). Ilmu Kesehatan Anak
Pengeluaran
Kolostrum
pada
Ibu
untuk
Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba.
Post
Partum di Ruang Kebidanan
Farrer,
pada
Hidayat,
A.
A.
(2009).
Rumah Sakit Muhammadiyah.
Keperawatan
Stikes Jendral A.Yani Bandung.
Penulisan Ilmiah Edisi kedua.
H.
(1999).
Fitria, A. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan
Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu
Menyusui
di
Rumah
Bersalinhartini Desa Jeulingke
Teknik
Jakarta: Salemba Medika.
Perawatan
Maternitas. Jakarta: EGC.
dan
Riset
Hull,
D.
(2008).
Dasar-
Dasar
Pediatri. Jakarta: EGC. IDAI. (2010). Indonesi Menyusui. Badan Penerbit IDAI. Kemenkes
RI.
(2012).
Profil
Kesehatan Indonesia.
Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Skripsi Stikes U’budiyah Aceh.
Kuguoglu, S., Yildiz, H., Tanir, M. K., & Demirbag, B. C. (2012).
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
Breastfeeding After a Cesarean
Ilmu Keperawatan Universitas
Delivery.
Indonesia.
www.intechopen.com.
Nursalam.
Mardiyaningsih, E. (2010). Efektifitas
(2003).
Konsep
Penerapan
&
Metodologi
Kombinasi Teknik Marmet dan
Penelitian Ilmu Keperawatan
Pijatan
Edisi
Oksitosin
terhadap
produksi ASI Ibu Post Seksio Sesarea
di
Rumah
Sakit
Wilayah Jawa Tengah. Tesis Fakultas
Keperawatan
Universitas Indonesia Depok. Maslahah,
N.
(2010).
Pengaruh Dengan
Pemberian
Skripsi
Kedokteran
Salemba Medika. Puriastuti, A.C. (2014). Perbedaan Percepatan Pengeluaran ASI Antara
Perawatan
Payudara
Postpartum di BPS Ny. Dilah
Asi
Sobirin
Susu
Fakultas
Formula Terhadap Tingkat Iq Anak.
Jakarta:
dan Masase Punggung pada Ibu
Perbedaan
Pemberian
Pertama.
Fakultas Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Kabupaten
Malang.
Kedokteran
Universitas Airlangga. Purnama, R. R. (2013). Efektivitas Antara Pijat Oksitosin dan Breast Care terhadap Produksi
Moody, J. (2005). Menyusui : Cara
Air
Susu
Ibu
pada
Mudah, Praktis & Nyaman.
Postpartum
Jakarta: Arcan.
Caesarea di RSUD Banyumas.
Nurliawati, E. (2010). Faktor- Faktor yang
Berhubungan
dengan
Produksi Air Susu Ibu pada Ibu
dengan
Ibu
Fakultas Universitas
Sectio
Keperawatan Jendral
Soedirman.
di
Rahardjo, A. A. (2009). The Mom’s
Wilayah Kota dan Kabupaten
Secret. Yogyakarta: Penerbit
Tasikmalaya. Tesis Fakultas
Pustaka Anggrek.
Pasca
Seksio
Sesarea
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813
Satyanegara,
S.
(2004).
Panduan
Tamba,
L.E.
(2010).
Pengaruh
Lengkap Perawatan Bayi dan
Perawatan
Balita. Jakarta: EGC.
terhadap produksi ASI pada Ibu postpartum di RSUP Adam
Sears, W. M., & Sears R.N, M. M.
Malik
(2007). The Baby Book ,
Simkin,
P.
(2007).
Kehamilan,
Lengkap. Jakarta: Arcan. A.
Universitas
Utami,
A.
P.
(2009).
Hubungan
Inisiasi Menyusu Dini Dengan
Melahirkan, & Bayi: Panduan
Siregar,
Skripsi
Sumatra Utara
about your baby from birth to
Ilmu Semesta.
Medan.
Keperawatan
Everything You need to know
age two. Jakarta: PT Serambi
Rooming-in
(2004).
Faktor
Kecepatan Keluarnya Asi Pada Ibu Post Partum Di Bps Firda Tuban.
Skripsi
Stikes
NU
Tuban. yang
Mempengaruhi pemberian ASI oleh Ibu Melahirkan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Sumatra Utara. Soetjiningsih. (1997). ASI: Petunjuk untuk
tenaga
Kesehatan.
Jakarta: EGC. Soetjiningsih. (2005). ASI Petunjuk untuk
Tenaga
Kesehatan.
Jakarta: EGC. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif,
dan
R&D. Bandung: Alfabet.
Netty Oktarina Sinaga S.Kep. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl.Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Email:
[email protected] 085261650813