BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sepintas, bersepeda dipandang sebagai olahraga yang mudah dilakukan. Dokter spesialis kedokteran olahraga dari Bagian Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengingatkan bersepeda termasuk olahraga yang membutuhkan keterampilan. Keterampilan utama yang dibutuhkan dalam latihan fisik ini adalah keseimbangan. Bersepada merupakan olah raga yang dapat menyehatkan tubuh, di zaman modern sekarang ini olah raga bersepeda sudah bisa dilakukan lebih mudah. Sepeda statis merupakan Alat olahraga sepeda, sepeda statis membuat olah raga bersepeda menjadi lebih mudah. sepeda statis bisa dilakukan dirumah dengan ditemani keluarga, Sepeda statis juga bisa di tempatkan di kantor, selain bentuknya yang kecil dan tidak membutuhkan banyak ruangan membuat sepeda statis ini mudah dalam penempatan. Sepeda Statis bisa dilakukan Indoor atau di dalam ruangan, mudah di operasikan dan bisa digunakan oleh usia muda maupun tua, berbeda dengan sepeda pada umumnya. Bersepeda biasa ataupun dengan sepeda statis memiliki fungsi yang sama. Jantung menjadi lebih sehat, mengurangi obesitas, meningkatkan mood,
1
meningkatkan kebugaran dan kekuatan badan merupakan manfaat – manfaat dari olahraga bersepeda maupun sepeda statis. Dengan pengembangan tehnologi yang semakin canggih dan mengetahui manfaat olahraga bersepeda sangatlah penting bagi tubuh, penulis ingin membuat sepeda statis dengan memperhatikan aspek ergonomis serta dapat menginovasi sesuai dengan selera dan keinginan konsumen. Melalui pendekatan metode QFD (Quality function deployment) yaitu metodologi dalam proses perancangan dan pengembangan produk atau layanan yang mampu mengintegrasikan ‘suara-suara konsumen’ ke dalam proses perancangannya. Metode ini berusaha menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi sehingga dalam proses pembuatan sepeda statis ini melibatkan konsumen sebagai tolak ukur pembuatannya. (Rosnani,2009) Dari uraian tersebut, penulis mengambil judul penelitian “PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SEPEDA STATIS YANG ERGONOMIS DENGAN METODE QFD (Quality Function Deployment)”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Perancangan dan pembuatan sepeda statis yang ergonomis menggunakan metode QFD (Quality function deployment)”. 2
1.3 Batasan Masalah Untuk mencegah meluasnya bidang pembahasan serta lebih mengarahkan pemecahan masalah pada pokok sasarannya, maka permasalahannya dibatasi sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya membahas pembuatan sepeda statis 2. Produk yang dirancang terbuat dari besi. 3. Produk yang dirancang direkomendasikan untuk usia diatas 17 tahun.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Penulis mempunyai tujuan dari pembuatan sepeda statis untuk: 1. Membuat sepeda statis yang ergonomis 2. Membuat sepeda statis dengan metode QFD (Quality Function Deployment) 3. Membuat sepeda statis yang ergonomis dengan metode QFD (Quality Function Deployment) 1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada pengguna sepeda statis dapat digunakan kapanpun dan siapapun (ergonomi). 2. Memberikan informasi sepeda statis yang sesuai dengan suara – suara konsumen.
3
3. Memberikan informasi sepeda statis yang ergonomis yang dibuat sesuai dengan suara konsumen.
1.5 Sistematika Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini, dibagi menjadi tiga bagian yaitu : bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.Bagian awal dari Tugas Akhir ini memuat halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, motto dan persembahan, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.Bagian isi Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab, antara lain : 1. Bab I Pendahuluan Pada bab ini memuat uraian mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini memuat uraian mengenai konsep-konsep dan prinsip dasar yang dijadikan landasan teori bagi penelitian yang akan dilakukan. 3. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini memuat uraian mengenai proses tahapan atau kerangka penelitian yang dilakukan dalam menjawab permasalahan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian.
4
4. Bab IV Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini berisi pembahasan dalam proses pengumpulan data dan pengolahan data yang telah didapat. 5. Bab VI kesimpulan dan saran Bab ini menguraikan dan memaparkan poin-poin dari bab IV dalam bentuk kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil pemecahan masalah serta saran – saran yang dapat membantu memberikan perubahan yang inovatif.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGO (kerja) dan NOMOS (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, psikologi, fisiologi, engineering, manajemen dan perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, dirumah, dan rekreasi (Nurmianto, 1996; 1). Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat bekerja pada system itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979; 61). Ergonomi merupakan penerapan pengetahuan terpilih tentang manusia secara sistematis dan perancangan sistem manusia–benda, manusia-fasilitas dan manusia–lingkungan. Dengan kata lain perkataan ergonomic adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dengan berinteraksi dengan obyekobyek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari (Madyana, 1996).
6
2.2 Desain Secara Ergonomis Ergonomi merupakan salah satu dari persyaratan untuk mencapai desain yang qualified, certified, dan customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan, proses desain, dan desain final.
Gambar2.1. Skema Design Management (Rosnani, 2009)
2.3 Antropometri 2.3.1 Pengertian Antropometri Istilah antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitive antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu sama lainnya (sutalaksana, 1996). 7
Antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain (Wignjosoebroto, 1995). Menurut nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antopometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun system kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja (Work Station), perancanagan alat kerja seperti masin, equipment, pekakas (tools) , perancangan produk- produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja dan perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. (Nurmianto, 2003). 2.3.2 Penggunaan Data Antropometri Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan standar deviasinya dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean dan standar deviasi. Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu
8
dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal(Nurmianto,1991). Tabel 2.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil
PERSENTIL
PERHITUNGAN
1
2,325
2,5
1,960
5
1,645
10
1,280
50
X
90
1,280
95
1,645
97,5
1,960
99
2,325
2.4 Pengembangan produk Perancangan produk pada dasarnya merupakan sebuah langkah strategis untuk biasa menghasilkan produk-produk industri yang secara komersial harus mampu dicapai, guna menghasilkan laju pengembalian modal (rate of investment). Ukuran sebuah perancangan produk tidak hanya dilihat dari aspek teknis semata,
9
melainkan harus memenuhi kriteria sukses dalam hal nilai tambah ekonomisnya. Analisa dan evaluasi yang didasarkan pada metode pendekatan tekno-ekonomi tentu saja diperlukan untuk memberikan semacam jaminan agar sebuah rancangan produk mampu memenuhi harapan. Tiga fungsi yang paling penting bagi proses pengembangan produk (Ulrich dan Epingger, 2004) yaitu: 1. Pemasaran Fungsi pemasaran adalah menjembatani interaksi antara perusahaan dengan pelanggan, peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi kebutuhan pelanggan, menetapkan target harga, merancang peluncuran serta promosi produk. 2. Perancangan Perancangan memainkan peranan penting dalam mendefinisikan bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan palanggan, mencakup desain engineering (mekanik, ergonomi dan lain-lain). 3. Manufaktur Fungsi manufaktur bertanggung jawab untuk merancang dan mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi produk. Menurut (Yamit, 1996) pengembangan produk merupakan keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk selamanya. Hal yang membuat usaha pengembangan produk cukup menantang adalah :
10
a. Trade-off Aspek pengembangan produk adalah mengetahui, memahami, dan mengendalikan pertentangan (trade-off) dalam rangka memaksimalkan kesuksesan produk b. Dinamika Merupakan teknologi pengembangan produk baru dari pesaing lingkungan makro ekonomi yang selalu berubah. c. Detail Mencakup pemilihan komponen yang tepat pada suatu produk sehingga menghemat biaya yang cukup besar atau meningkatkan profit. d. Tekanan waktu (time pressure) Kesulitan dapat diatasi dengan mudah jika tersedia waktu yang cukup dalam proses pengembangan produk harus diambil dengan cepat tanpa informasi yang kurang lengkap. (Widodo, 2006; 6).
Selain uraian diatas perancangan dan pengembangan suatu produk juga terdapat aktifitas produksi lain yang akan melibatkan penanganan pengendalian kualitas, mulai dari pengawasan bahan baku, bahan produksi, sampai barang jadi. Pengendalian kualitas sebagai pengendalian inspeksi atas karakteristik kualitas produksi yang akhirnya didapat kualitas produksi yang tinggi. Proses perancangan dan pengembangan suatu produk atau alat didasari oleh data-data yang diperoleh dari tanggapan responden yang mana mungkin akan memakai alat tersebut,
11
sehingga didapatkan suatu perkiraan tentang sebuah hasil karya yang diinginkan pemakai guna meningkatkan produktivitas dan efektivitas kerjanya. Yang mana nantinya alat yang kita ciptakan tersebut memiliki berbagai macam keunggulan dari pada produk yang telah ada dipasaran dan sesuai dengan apa yang selama ini diharapkan pemakai. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam perancangan dan pengembangan produk untuk meningkatkan suatu barang atau jasa tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi dibutuhkan kerja sama dari pihak lain untuk mengatur dan mengkombinasikan sehingga diperoleh suatu produk yang diinginkan, seperti halnya mesin, bahan, manusia, dan lain-lain (Ulrich dan Epingger, 2004:37). 2.4.1 Faktor Eksternal a. Munculnya produk-produk sejenis dengan berbagai kelebihannya b. Munculnya produk-produk baru yang dapat menggantikan produk lama (produk substitusi) c. Pergeseran keinginan konsumen dan kebosanan terhadap produk-produk lama d. Siklus hidup produk yang cendrung memendek pada masa modern ini. 2.4.2 Faktor Internal a. Memperbaiki kinerja produk b. Melakukan diversifikasi produk c. Mempertahankan segmen dan pangsa pasar baru
12
d. Memanfaatkan SDM ( karyawan, tenaga ahli ) yang kemampuannya semakin bertambah karena proses pembelajaran yang telah dialaminya. e. Menjaga kelangsungan hidup ( keuntungan financial ) perusahaan.
2.5 Daur Hidup Produk 2.5.1 Langkah / Tahap Dalam Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) a. Tahap perkenalan (introduction). Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah. b. Tahap pertumbuhan (growth). Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya.
13
c. Tahap kedewasaan (maturity) Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan. d. Tahap kemunduran (decline) Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas' Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain: 1. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya). 2. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta program produksinya agar lebih efisien. 3. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.
14
4. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada. 5. Meninggalkan sama sekali barang tersebut. 2.5.2 Strategi Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) Bila Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) dianggap sebagai nilai strategik bagi suatu perusahaan, maka manajernya harus dapat menentukan dimana posisi Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) produknya. Identifikasi tahapan Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini dapat ditentukan dengan kombinasi tiga faktor yang menunjukan ciri status produk dan membandingkan hasilnya dengan pola yang umum. Tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan statusnya dalam market volume, rate of change of market volume. Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini memiliki beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu : 1. Tahap Perkenalan (Introduction) a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy) Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi yang tinggi. Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang mana akan digunakan untuk menutup biaya pengeluaran dari pemasaran.
15
b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy) Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga tinggi untuk memperoleh keuntungan sedangkan sedikit promosi untuk menekan biaya pemasaran. c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy) Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan biaya promosi yang besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar yang paling besar. d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy) Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah dan harga rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan produk yang cepat dan biaya promosi yang rendah. 2. Tahap Pertumbuhan (Growth) Selama tahap pertumbuhan perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin dengan cara: a. Meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan gaya yang lebih baik. b. Perusahaan menambahkan model – model baru dan produk – produk penyerta (yaitu, produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya yang melindungi produk utama) c.
Perusahaan memasuki segmen pasar baru.
16
d. Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi yang baru. e. Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product preference advertising) f. Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga dilapisan berikutnya. 3. Tahap Kedewasaan (Maturity) a. Perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat dan lebih berkonsentrasi sumber daya pada produk yang lebih menguntungkan dan pada produk baru. b. Memodifikasi pasar dimana perusahaan berusaha untuk memperluas pasar untuk merek yang mapan. c. Perusahaan mencoba menarik konsumen yang merupakan pemakai produknya. d. d. Menggunakan strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement) yaitu
bertujuan
menambah
keistimewaan
baru
yang
memperluas
keanekagunaan, keamanan atau kenyaman produk. e. Strategi defensif dimana perusahaan untuk mempertahankan pasar yang mana hasil dari strategi ini akan memodifikasi bauran pemasaran. f. Strategi peningkatkan mutu yang bertujuan meningkatkan kemampuan produk, misalnya daya tahan, kecepetan, dan kinerja produk.
17
g. Strategi perbaikan model yang bertujuan untuk menambah daya tarik estetika produk seperti model, warna, kemasan dan lain – lain. h. Menggunakan take-off strategy yang mana marupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai fase penerimaan konsumen baru, strategi ini dapat memperbaharui pertumbuhan pada saat produk masuk dalam kematangan. 4. Tahap Penurunan (Decline) a. Manambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi persaingan yang baik. b. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada produk c. Mencari pasar baru d. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian dalam industri dapat diatasi e. Mengurangi investasi perusahaan secara selesktif dengan cara meninggalkan konsumen yang kurang menguntungkan. f. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai secara cepat g. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan.
18
2.6 QFD (Quality Fungtion deployment) 2.6.1 Pengertian QFD Quality fungtion deployment (QFD) merupakan cara meningkatkan kualitas barang
dan
jasa
dengan
memahami
kebutuhan
konsumen
kemudian
menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan suatu barang dan jasa pada setiap pembuatan barabg dan jasa yang dihasilkan (Rosnani,2009.) Alat utama dari QFD adalah matrik, dimana hasil-hasilnya dicapai melalui pengguna tim antar departeme atau fungtional dengan mengumpulkan, menginterpretasikan,
mendokumentsikan
dan
memprioritaskan
kebutuhan-
kebutuhan pelanggan. Titik awal (starting poin) QFD adalah pelanggan serta keinginan dan kebutuhan dari pelanggan. Dalam QFD hal ini disebut “suara dari pelanggan” (Voice of the customer). Pekerjaan dari tim QFD adalah mendengar suara dari pelanggan. Proses QFD dimulai dengan suara pelanggan dan kemudian berlanjut melalui 4 aktivitas utama yaitu (Gaspersz,2001:42): 1. Perencanaan produk (Product Planning) Menerjemahkan
kebutuhan-kebutuhan
pelanggan
kedalam
kebutuhan-
kebutuhan teknik.
19
2. Desain Produk (Product design) Menerjemahkan kebutuhan – kebutuhan teknik kedalam karakteristik komponen. 3. Perencanaan Proses (Process planning) Mengidentifikasikan langkah-langkah proses dan parameter-parameter serta menerjemahkan kedalam karakteristik proses. 4. Perencanaan Pengendalian Proses (process planning control) Menetapkan
atau
menentukan
metode-metode
pengendalian
untuk
mengendalikan karakteristik proses. 2.6.2 Tahapan QFD Metode QFD menurut Cohen (1995) memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan yang disebut empat fase model QFD .
Tahap perencanaan dan pengembangan fase model QFD dapat disebut juga matriks, adapun matriks perencanaan dan pengembangan QFD adalah sebagai berikut:
20
1. Matriks perencanaan produk (house of quality) . Menjelaskan tentang
customer
needs, technical
requirements,
co-
relationship, relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assement, dan targets. HOQ terdiri dari tujuh bagian utama tersebut. 2. Matriks perencanaan part (part of deployment) . Merupakan faktor-faktor teknis yang critical terhadap pengembangan produk. 3. Matriks perencanaan proses (process planning) . Merupakan matriks proses pembuatan pengembangan suatu produk. 4. Matriks perencanaan produksi (production plannning) Memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan kualitas produk. 2.6.3 QFD Iterasi 1 QFD iterasi 1 mengkombinasikan voice of customer atau kebutuhan pelanggan dengan karakteristik teknis yang dibuat tim pengembang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pengolahan QFD iterasi pada 1 menggunakan bagan house of quality seperti di bawah ini
21
1. Bagian A. Matriks kebutuhan pelanggan/ customer needs and benefits Matriks ini berisi daftar kebutuhan pelanggan secara terstruktur yang langsung diterjemahkan dari kata-kata pelanggan, sering disebut juga voice of customers Langkah-langkah mendapatkan voice of customers: a. Mendapatkan suara pelanggan melalui wawancara, kuisioner terbuka, komplain pelanggan. b. Sortir Voice of Customer ke dalam beberapa kategori (need/benefit, dimensi kualitas, dll) c.
Masukkan ke dalam matriks kebutuhan pelanggan.
2. Bagian B. Matriks perencanaan/ planning matrix Menurut Cohen,1995 menjelakan bahwa matriks Perencanaan merupakan alat yang dapat membantu tim pengembangan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan.Matriks ini mencatat seberapa penting masing-masing kebutuhan atau keuntungan dari produk atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berdasarkan interpretasi tim pengembang dan data hasil penelitian. Kondisi ini mempengaruhi keseimbangan antara prioritas perusahaan dan
22
prioritas pelanggan. Adapun bagian- bagian dari Matriks Perencanaan adalah sebagai berikut: a. Tingkat kepentingan pelanggan(Important to Customer) Kolom tingkat kepentingan pelanggan merupakan tempat dimana hasil pengambilan data mengemai seberapa penting yang suatu atribut kebutuhan. b. Tingkat kepuasan pelanggan(Customer Satisfaction Performance) Tingkat kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan mengenai seberapa baik suatu produk atau layanan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. c.
Tingkat
kepuasan
pelanggan
pesaing(Competitive
Satisfaction
Performance) Tingkat kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan mengenai seberapa baik suatu produk atau layanan kompetitor dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. d. Goal Goal merupakan target kepuasan pelanggan yang ingin dicapai oleh perusahaan
berdasarkan
kondisi
tingkat
kepuasan
sebenarnya.
Penentuan Goal kepuasan pelanggan dalam matriks perencanaan memberikan efek yang besar dalam prioritas sepanjang proyek pengembangan.
23
e. Improvement ratio Kombinasi
dari
menghasilkan
Customer
sebuah
niali
Satisfaction yang
Performance
disebut
dan
Improvement
Goal ratio.
Improvement ratio merupakan perkalian faktor Goal dan tingkat kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Performance).
f.
Sales point Sales point adalah daya jual yang dimiliki oleh sebuah produk berdasarkan seberapa baik kebutuhan pelanggan terpenuhi. Sales point mempunyai nilai dari salah satu diantara tiga nilai berikut: 1.0, 1.2, dan 1.5. Arti dari ketiga nilai tersebut adalah sebagai berikut:
g.
Raw weight Kolom Raw weight berisi nilai dari data dan keputusan yang diambil dari kolom-kolom bagian matriks perencanaan sebelumnya. Nilai raw weight adalah sebagai berikut: Raw weight = (important to customer)x(improvement ratio)x(sales point)
24
h. Normalized raw weight Normalized raw weight merupakan presentase nilai raw weigh dari masing masing atribut kebutuhan i.
Cumulative normalized raw weight.
3. Bagian C. Matriks karakteristik teknis/ substitute quality characteristics Matriks ini memuat karakteristik teknis yang merupakan bagian dimana perusahaan melakukan penerapan metode yang mungkin untuk direalisasikan dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam technical response, perusahaan mentranslasikan kebutuhan konsumen menjadi substitute quality characteristics Perlu ditentukan arah peningkatan atau target terbaik yang dapat dicapai, yaitu: a. ↑ semakin besar nilainya, semakin baik b. ↓ semakin kecil nilainya, semakin baik c. ○ nilai target yang ditentukan adalah yang terbaik
4. Bagian D. Matriks hubungan/ relationship Matriks ini menentukan hubungan antara VOC dengan SQC dan kemudian menerjemahkannya menjadi suatu nilai yang menyatakan kekuatan hubungan tersebut (impact). Dari hubungan ini ada 4 kemungkinan yang terjadi, yaitu : a. Tidak berhubungan (nilai=0) b. Sedikit hubungan = ∆ (nilai=1)
25
c.
Hubungan biasa = ○ (nilai=3)
d. Sangat berhubungan = © (nilai 5,7,9 atau 10 tergantung pemilihan tim perancang) 5. Bagian E. Matriks korelasi karakteristik teknis / technical correlation Matriks ini menggambarkan peta saling ketergantungan (independancy) dan saling berhubungan (interrelationship) antara SQC. Ada 5 tingkat pengaruh teknis pada bagian ini, yaitu : a. √√ pengaruh positif kuat b. √ pengaruh positif sedang c.
tidak ada hubungan
d. X pengaruh negatif sedang e. XX pengaruh negatif kuat 6. Bagian F. Matriks teknis Matriks ini berisi tiga jenis informasi, yaitu : a. Kontribusi karakteristik teknis kepada performansi produk atau jasa secara keseluruhan. Kontribusi ini didapat dengan mengurutkan peringkat karakteristik teknis, berdasarkan bobot kepentingan dan kebutuhan pelanggan pada bagian B serta hubungan antara karakteristik teknis dan kebutuhan pelanggan pada bagian D. b. Technical benchmark yang menguraikan informasi pengetahuan mengenai keunggulan karakteristik pesaing. Dilakukan dengan membandingkan masing-masing SQC
26
c. Target untuk SQC diekspresikan sebagai ukuran performansi fungsi dari SQC, yang selanjutnya akan menjadi target aktivitas pengembangan. 2.6.4 Tahap pengumpulan Voice of customer Pada tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang tentu membutuhkan waktu dan ketrampilan untuk mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribut dari suatu produk atau jasa. Tiap atributmempunyai data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi konsumen dan tingkat performansi kepuasan konsumen dari produk yang dibuat berdasarkan atribut tadi. Data dari konsumen dapat menunjukkan variasi pola hubungan yang mungkin tergantung bagaimana performansi kepuasan atribut dikumpulkan. Interpretasi data ini harus memperhitungkan apakah pelanggan yang di-survey menggunakan satu atau beberapa produk dan apakah sampel pelanggan terdiri atas seluruh pelanggan dari berbagai tipe atau segmen. Langkah-langkah pada tahap ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Mengklasifikasi kebutuhan pelanggan:Model klien menggunakan revealed importance dan stated importance tiap atribut untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan menjadi 4 katagori: 1.
Kebutuhan yang diharapkan (expected needs): High stated importance dan Low revealed importance.
27
2.
Kebutuhan impact rendah (low-impat needs): Low stated importance dan Low revealed importance.
3.
Kebutuhan impact tinggi (high-impact needs): High stated importance dan High revealed importance.
4.
Kebutuhan yang tersembunyi (hidden needs): Low stated importance dan High revealed importance.
b. Mengumpulkan data-data kualitatif Untuk membuat keputusan perancangan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen maka produsen harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari konsumen.
Produsen
harus
bisa
membedakan
kebutuhan
konsumen
sesungguhnya dengan solusi teknisnya. Untuk megumpulkan data kualitatif bisa dilakukan dengan: 1) Wawancara satu persatu 2) Contexual Inquiry 3) Wawancara focus grup. c. Analisa data pelanggan Proses analisa data pelanggan ini akan menghasilkan diagram afinitas, dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1.
Identifikasi frase yang mewakili kebutuhan konsumen dengan menggunakan pernyataan dari pengalaman konkrit.
28
2.
Buat diagram Afinitas. Diagram afinitas merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang bersifat kualitatif dan terstruktur secara hierarkis (bottom up).
3.
Mengurutkan frase-frase menjadi kebutuhan konsumen sesungguhnya (true customer need) menggunakan voice of customer table. Selama proses ini dikembangkan pertanyaan-pertanyaan, hal-hal yang harus dipecahkan dan ide-ide konsep produk.
d. Kuantifikasi data Setelah diagram afinitas terbentuk maka langkah selanjutnya adalah mengkuantifikasi data. Data yang dibutuhkan untuk proses QFD adalah: 1.
Kepentingan relatif dari kebutuhan-kebutuhan tersebut
2.
Tingkat
performansi
kepuasan
konsumen
untuk
masing-masing
kebutuhan/keinginan
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Langkah – langkah dalam pembuatan alat berfokus pada QFD ini diawali dengan penentuan atribut keinginan konsumen (kuesioner). Hasil survei kuesioner akan berfungsi sebagai input dalam proses pembuatan produk. Proses pembuatan produk dengan tahapan : pembuatan House of Quality (HOQ), pembuatan alternative konsep pembuatan produk, pemilihan konsep, pembuatan gabungan part deployment dan process planning matrix,pembuatan production planning matrix, selanjutnya tahap awal dan tahap akhir yaitu pengujian hasil pembuatan produk kepada konsumen.
3.1 Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan meliputi : a. Data tingkat kepentingan pelanggan b. Data tingkat keinginan konsumen terhadap sepeda statis. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan meliputi artikel maupun jurnal yang berkaitan dengan pembuatan
sepeda statis dan beberapa materi yang
berkaitan dengan upaya pembuatan alat yang dilakukan.
30
3.2 Cara Pengumpulan Data Cara untuk mengumpulkan data primer yaitu : 1. kuesioner metode kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan memberikan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan onformasi tertentu. Penelitian ini menggunakan kuesioner dalan survei konsumen. 2. Wawancara Metode wawancara adalah cara pengumpulan data dengan bertanya atau berkomunikasi langsung dengan responden. Dalam penelitian ini, penulis wawancara langsung terhadap pengguna sepeda statis yang ada didaerah sekitar manukan.
31
START
Mengidentifikasi Latar Belakang
Merumuskan Masalah
Menentukan Tujuan Penelitian
Survei Lapangan Memberikan kuesioner terbuka kepada responden
Studi Pustaka 1. Perancangan dan Pembuatan Produk 2. QFD
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengumpulan data Kuesioner Tertutup Pembuatan konsep alat Sepeda statis Mengimplementasikan QFD dengan pembuatan HOQ Membuat alternatif desain 1. Proses produksi 2. Biaya produksi --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hasil desain
Analisa data Kesimpulan dan saran 32
3.3 Jalan Penelitian Untuk memperoleh hasil yang baik dalm penelitian maka diperlukan suatu langkah – langkah penelitian yang bener. Untuk mempermudah pemahaman langkah – langkah dalam penelitian maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada proses pemecahan masalah adalah perancangan sepeda statis dengan metode QFD. 2. Study Pustaka Pada tahap ini teori dan hasil penelitian yang telah ada dipelajari agar kerangka berfikir dalam melakukan penelitian. Literatu yang dipelajari antara lain berkaitan dengan QFD serta mengetahui lebih dalam mengenai alat yang kita buat. Produk dikatakan sukses jika produk hasil pembuatan memberikan kepuasan yang tinggi. 3. Survei Lapangan Survei lapangan dilakukan menyebar kuesioner terbuka untuk mengetahui merk sepeda statis. 4. Pengumpulan Data Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data mengenai analisa perancangan dan pembuatan sepeda statis dengan metode QFD. Untuk mencapai data yang diperlukan peneliti memberikan kuesioner tertutup tingkat keinginan dan untuk bisa mengetahui persepsi konsumen dengan
33
menggunakan langah – langkah penentuan karakteristik dengan metode QFD. 5. Pengembangan Konsep Pada tahap ini kita akan merancangan dan membuat sepeda statis dengan metode QFD, dengan alternative konsep – konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi kemudian dibuat satu atau lebih konsep untuk membuat dan mecoba lebih jauh serta melakukan implementasikan dengan tahap HOQ (House OfQuality). 6. Alternatif-alternatif pemilihan bahan pembuatan sepeda statis Adapun alternatif-alternatif tersebut antara lain : 1. Alat yang dapat disetting Alternatif untuk alat yang dapat disetting disini dimaksudkan dapat diatur sesuai ukuran pemakai. Untuk itu dari setiap part harus ada pengencang untuk pengatur panjang pendeknya batang tersebut ( sadel ). Untuk mengencangkan disini memakai jenis klem dan baut. 2. Alat yang murah dan ergonomis Alternatif untuk alat yang murah disini dimaksudkan bahan yang mudah didapat dan murah harganya, disini pnenulis memakai bahan sisa dari sepeda bekas. Yang terpenting bahan dari sepeda bekas yang digunakan tidak keropos dan berkarat.
34
3. Mudah dalam pemakaian dan penyimpanan Sepeda statis yang mudah dalam pemakaian dan penyimpanan. Alat yang mudah digunakan untuk usia datas 17 tahun. Alat ini mudah disimpan karena alat ini ringan dan ringkas. Tabel 3.1 kebutuhan meteri dan biaya produksi Biaya material :
Bahan
Sepeda bekas
ukuran
24”
Harga satuan
Harga total
(Rupiah)
(Rupiah)
Banyak
1 buah
70.000
70.000
Besi kolom/pipa
2 cm
1 lonjor
20.000
20.000
Besi balok
2x3 cm
1 lonjor
25.000
25.000
Spidometer digital
Cateye 5
1 buah
150.000
150.000
Cat/pilok
½ kg
4
20.000
100.000
Kertas gosok kasar
200
2.000
8.000
Dempul
1.5 kg
20.000
20.000
4 lembar 1
Jumlah
Rp. 393.000
Biaya pembelian komponen/acsessoris
Bahan
Sadel
Ukuran
25x7 cm
Hargasatuan
Harga total
(Rupiah)
(Rupiah)
25.000
25.000
Banyak
1 buah
35
Pedal
24”
1 pasang
5.000
5.000
Crank
24”
1 pasang
30.000
30.000
Plindung stir
30 cm
1 pasang
10.000
10.000
Jumlah
Rp. 70.000
Biaya las + grinda dikerjakan di bengkel las Rp. 100.000 Biaya untuk tukang, dikerjakan selama 4 minggu pada hari sabtu dan minggu Tukang 2 orang Rp 50.000 = Rp 100.000 x 8 hari dalam 4 minggu ( seminggu 2 kali) = Rp. 800.000 Jadi total pembuatan sepeda statis ini Rp. 393.000 + Rp. 70.000 + 800.000 = Rp. 1.236.000,-
36
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Survei Responden 4.1.1 Pembuatan Kuesioner Kuesioner dibagikan kepada responden bertujuan untuk mendapatkan tingkat kepuasan konsumen terhadap sepeda statis rancangan dan data tingakat kepuasan konsumen terhadap sepeda statis pesaing. Kuesioner yang disebarkan ditampilkan pada lampiran. 4.1.2 penyebaran kuesioner kuesioner yang telah disusun kemudian disebarkan kepada responden. Kaarakteristik responden yang dipilih adalah 30 responden yang sering atau sudah pernah berolahraga sepeda statis sebelumnya. Bersama dengan penyebaran kuesioner, responden diminta kesediaanya untuk menggunakan sepeda statis sebelum mengisi kuesioner untuk mengetahui tingkat kepuasan terhadap alat tersebut. 4.1.3 Rekapitulasi Hasil Survei responden Data hasil survey konsumen menunjukkan tingkat kepuasan yang bervariasi dari sangat baik sampai dengan sangat buruk. Hasil selengkapnya terdapat pada tabel 4.1 berikut :
37
spidometer
bentuk pedal
warna sepeda statis
tinggi tempat duduk
jari-jari roda
bahan tempat duduk
bentuk stang
30
L
4
2
4
3
4
3
4
3
4
Σ 31
2
narto
23
L
3
3
2
3
2
3
2
3
4
25
3
supeno
30
L
4
2
3
4
2
2
3
2
4
26
4
agus
24
L
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
5
Mario
24
L
4
4
4
4
3
3
3
2
3
30
6
kurniawan 25
L
3
3
4
4
4
3
3
4
4
32
7
Sapari
31
L
4
4
3
3
4
2
2
4
3
29
8
Harianto
18
L
4
4
3
4
3
3
3
3
3
30
9
Nanang
25
L
2
3
3
4
2
4
3
3
4
28
10
firdaus
24
L
4
4
3
4
3
3
4
3
3
31
11
Andik
25
L
4
3
2
4
3
4
4
4
3
31
12
Wahyu
24
L
3
3
4
3
4
4
3
4
3
31
13
Budi
19
L
4
4
2
3
3
4
4
4
3
31
14
Ahmad
28
L
3
3
3
3
4
3
4
3
2
28
15
Usman
26
L
2
3
3
4
4
4
3
3
2
28
16
Galih
26
L
3
4
4
3
4
2
4
4
3
31
17
faisal
23
L
4
3
2
4
3
4
4
4
4
32
18
Luki
19
L
3
4
4
4
4
3
4
3
3
32
Jenis Kelamin
NAMA didik
USIA
NO 1
bahan rangka
model sepeda statis
HASIL KUESIONER TERTUTUP (PESAING)
38
19
wawan
23
L
4
4
3
3
3
4
3
4
3
31
20
Rosi
25
L
2
3
4
3
4
3
4
3
4
30
21
Lukman
27
L
4
3
4
2
4
4
4
3
2
30
22
Aris
26
L
3
4
3
4
3
3
3
4
2
29
23
Rudi
24
L
4
4
4
3
4
3
4
4
4
34
24
Bahar
24
L
4
4
3
4
3
3
3
2
3
29
25
Dodik
23
L
3
3
3
4
4
3
3
4
3
30
26
Birin
24
L
4
4
3
4
3
4
4
3
4
33
27
Hanip
26
L
4
3
4
3
2
4
4
3
3
30
28
Anjas
19
L
3
4
3
3
4
2
3
4
3
29
29
Ipin
19
L
3
3
4
4
4
3
4
2
4
31
30
Habib
18
L
4
3
4
4
3
2
4
4
4
32
Σ
103
101 98
105 100
95
103
99
97
901
Mean
3.4
3.4
3.5
3.2
3.4
3.3 3.2
3.3
3.3
Tabel 4.1 hasil survei kepentingan responden
39
tinggi tempat duduk
spidometer
bentuk pedal
4
4
4
4
4
4
4
4
Σ 36
2
narto
23
L
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
3
supeno
30
L
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
4
agus
24
L
4
4
4
3
4
4
3
4
4
34
5
Mario
24
L
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
6
kurniawan 25
L
3
3
4
3
3
3
3
3
3
28
7
Sapari
31
L
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
8
Harianto
18
L
4
4
4
4
4
3
4
4
4
38
9
Nanang
25
L
3
4
3
3
4
3
3
4
4
31
10
firdaus
24
L
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
11
Andik
25
L
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
12
Wahyu
24
L
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
13
Budi
19
L
4
4
4
3
4
4
3
4
4
34
14
Ahmad
28
L
4
3
4
4
4
4
4
4
4
33
15
Usman
26
L
3
3
3
4
3
3
4
3
3
29
16
Galih
26
L
3
3
3
3
2
3
3
3
3
26
17
faisal
19
L
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
18
Luki
19
L
4
3
3
3
3
3
3
3
3
27
warna statis
bentuk stang
bahan rangka
model statis
sepeda
bahan tempat duduk
4
NO
sepeda
USIA 30 L
JENIS KELAMIN 1
NAMA didik
jari-jari roda
HASIL KUESIONER TERTUTUP (ALAT RANCANGAN)
40
19
wawan
23
L
3
2
3
3
3
3
3
3
2
25
20
Rosi
25
L
4
2
4
3
3
4
3
3
2
28
21
Lukman
27
L
4
3
3
3
3
4
3
3
3
29
22
Aris
26
L
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
23
Rudi
24
L
3
3
4
4
3
3
4
3
3
30
24
Bahar
24
L
4
3
4
4
3
4
4
3
3
32
25
Dodik
23
L
4
4
4
4
3
4
3
4
4
34
26
Birib
24
L
4
3
4
4
3
4
3
4
3
32
27
Hanip
26
L
4
4
3
4
4
3
4
4
3
33
28
Anjas
19
L
2
2
3
2
2
3
2
2
2
20
29
Ipin
19
L
4
4
3
4
2
4
4
4
2
31
30
Habib
18
L
4
4
4
3
3
4
3
4
3
32
Σ
109
102
108
105 100
107
103
106 99
Mean
3.6
3.4
3.6
3.5
3.6
3.4
3.5
3.3
Tabel 4.2 hasil survei tingkat kepuasan responden Keterangan tabel = 4 = sangat penting/ sangat puas 3 = penting/ Puas 2 = kurang penting/ kurang puas 1 = tidak penting/ tidak puas
41
3.3
939
a. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan spss 15,0. Pengujian validitas selengkapnya seperti yang tercantum pada lampiran uji validitas. Syarat suatu atribut jasa pelayanan valid apabila pada tabel total terdapat symbol bintang (*). Variable yang dikatakan valid jika nilai r calculasi ≥ rtabel. Dalam hal ini tabel r jika tingkat signifikannya sebesar 5 % dan derajat kebebasannya db= n – 2 = 28. Tingkat signifikan didapat hasil angka 0,374. Hasil uji validitas terhadap jenis atribut produk dengan menggunakan rumus diatas, hasil iterasi pertama dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
No
Atribut Produk
Signifikasi
Keterangan
1
Model sepeda statis
0,808
Valid
2
Bahan rangka
0,783
Valid
3
Bentuk stang
0,638
Valid
4
Jari – jari roda
0,702
Valid
5
Bahan tempat duduk
0,722
Valid
6
Tinggi tempat duduk
0,527
Valid
7
Warna sepeda statis
0,650
Valid
42
8
Spidometer
0,857
Valid
9
Bentuk pedal
0,735
Valid
Tabel 4.3 Uji Validitas b. Uji Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu kewaktu. Nilai kuesioner dianggap reliabel jika memberikn nilai α > 0,60. Atau jika α cronbach perhitungan > r – tabel, maka data variebel dikatakan reliabel. Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai α sebesar 0,918 > 0,60 sehingga kuesioner ini handal atau reliabel. Pengujian reliabilitas selengkapnya tercantum pada lampiran uji reliabilitas (lampiran ini adalah berupa perhitungan dengan menggunakan spss 15,0). Adapun atribut kepuasan produk yang valid dan reliabel dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
No
Atribut Produk
1
Model sepeda statis
2
Bahan rangka
3
Bentuk stang
4
Jari – jari roda
43
5
Bahan tempat duduk
6
Tinggi tempat duduk
7
Warna sepeda statis
8
Spidometer
9
Bentuk pedal
Tabel 4.4 data atribut yang reliabel dan valid
4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada responden diperoleh hasi sebagai berikut : 4.2.1 Penentuan tingkat kepentingan konsumen Butir – butir atribut perancangan sepeda statis yang valid dan realibel selanjutnya digunakan untuk menyusun kuesioner kedua yang digunakan untuk mencari tingkat kepentingan untuk perancangan sepeda statis. Hasil kuesioner ini yang berupa data kepentingan untuk perancangan sepeda statis. Derajat kepentingan digunakan untuk memposisikan setiap keinginan ataupun kebutuhan pelanggan dalam bentuk data kuantitaif dengan tujuan untuk memproritaskan keinginan pelanggan. Bobot yang diberikan oleh setiap responden dihitung dengan rumus :
44
Χ=∑
/n
Keterangan : X
= nilai rerata derajat kepentingan
DK
= derajat kepentingan ke i
n
= jumlah responden Maka perhitungan secara keseluruhan dari derajat kepentingan relative
butir atribut kepuasan produk dapat dlihat ditabel 4.5 berikut : No
Atribut Produk
Derajat kepentingan
1
Model sepeda statis
3,433
2
Bahan rangka
3,366
3
Bentuk stang
3,266
4
Jari – jari roda
3,500
5
Bahan tempat duduk
3,333
6
Tinggi tempat duduk
3,167
7
Warna sepeda statis
3,433
8
Spidometer
3,300
45
9
Bentuk pedal
3,233
Tabel 4.5 derajat kepentingan atribut produk 4.2.2 Penentuan Tingkat Kepuasan Kinerja atribut kepuasan produk sepeda statis dipandang dari sisi pelanggan adalah untuk menentukan besarnya nilai target. Atribut kepuasan produk yang dianggap sangat tidak baik biberi nilai 1 dan atribut yang sangat baik nilai 4. Kinerja atribut dihitung dengan rumus :
Χ=∑
Keterangan : X
= Nilai rerata kinerja kepentingan
DK
= Kinerja produk
n
= Jumlah responden
/n
Hasil perhitungan secara keseluruhan dari kepuasan produk yang berupa sepeda statis dapat dlihat ditabel 4.6 berikut: No
Atribut Produk
Tingkat Kepuasan
1
Model sepeda statis
3,633
2
Bahan rangka
3,400
46
3
Bentuk stang
3,600
4
Jari – jari roda
3,500
5
Bahan tempat duduk
3,333
6
Tinggi tempat duduk
3,567
7
Warna sepeda statis
3,433
8
Spidometer
3,533
9
Bentuk pedal
3,300
Tabel 4.6 Tingkat kepuasan atribut produk 4.2.3 Penentuan Nilai Target (Goal) Berdasarkan hasil wawancara ada beberapa dari kebutuhan konsumen yang memiliki nilai target tertinggi (nilai 4) yaitu : nilai selain atribut tentang desain sepeda statis dan atribut yang memiliki nilai tertinggi. Nilai target atribut sepeda statis dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:
No
Atribut Produk
Nilai Target
1
Model sepeda statis
4
2
Bahan rangka
4
3
Bentuk stang
4
47
4
Jari – jari roda
4
5
Bahan tempat duduk
4
6
Tinggi tempat duduk
4
7
Warna sepeda statis
4
8
Spidometer
4
9
Bentuk pedal
4
Tabel 4.7 Nilai Target 4.2.4 Rasio Perbaikan Rasio perbaikan bertujuan mengeahui nilai yang harus dicapai oleh penulis untuk mencapai nilia target yang ditetapkan. Bila nilai kinerja lebih besar atau nilai kepuasan lebih besar atau sama dengan nilai target maka tidak perlu ada perbaikan lagi dan apabilatingkat kepuasan lebih kecil dari nilai target maka perlu dilakukan perbaikan. Maka untuk menentukan rasio perbaikan yang harus diperbaiki adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut ;
Rasio perbaikan =
Nilai Target Kinerja Kepuasan Produk
48
Hasil perhitungan rasio perbaikan secar keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut : No
Atribut Produk
Nilai Target
Kepuasan
Rasio Perbaikan
1
Model sepeda statis
4
3,633
1,101
2
Bahan rangka
4
3,400
1,176
3
Bentuk stang
4
3,600
1,111
4
Jari – jari roda
4
3,500
1,142
5
Bahan tempat duduk
4
3,333
1,201
6
Tinggi tempat duduk
4
3,567
1,121
7
Warna sepeda statis
4
3,433
1,165
8
Spidometer
4
3,533
1.132
9
Bentuk pedal
4
3,300
1,212
Tabel 4.8 Rasio perbaikan 4.2.5 Sales Point Sales point memberi informasi tentang kemempuan sebuah perusahaan dalam menjual produk yang didasarkan pada seberapa jauh kebutuhan konsumen dapat dipenuhi. Nilai yang digunakan dalam sales pointdapat dilihat dalam tabel 4.9 sebagai berikut :
49
Nilai 1
Keterangan Tidak ada penjualan
1,2
Titik Penjualan tengah atau sedang
1,5
Titik penjualan tinggi Tabel 4.9 Sales Point
Dari hasil wawancara, untuk setiap kebutuhan konsumen nilai sales point dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut : No
Atribut Produk
Sales Point
1
Model sepeda statis
1,5
2
Bahan rangka
1,2
3
Bentuk stang
1,2
4
Jari – jari roda
1,2
5
Bahan tempat duduk
1,5
6
Tinggi tempat duduk
1,5
7
Warna sepeda statis
1,5
8
Spidometer
1,2
9
Bentuk pedal
1,2 Tabel 4.10 Nilai Sales Point
50
4.2.6 Bobot atribut Kepuasan Produk Atribut kepuasan produk yang akan ditingkatkan dan dikembangkan perlu dikembangkan bobot prioritas terlebih dahulu. Dengan mengetahui prioritas pengembangan atribut produk, maka dapat ditentukan urutan atribut mana yang akan ditingkatkan dan dikembangkan. Bobot setiap atribut dapat dihitung dengan rumus:
Bobot = Derajat Kepentingan X Rasio Perbaikan X Sales Point
Hasil keseluruhan perhitungan tiap bobot atribut kepuasan produk dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut : No
Atribut Produk
Derajat kepentingan
Rasio
Sales Point
Bobot
Perbaikan
1
Model sepeda statis
3,433
1,101
1,5
5,669
2
Bahan rangka
3,366
1,176
1,2
4,750
3
Bentuk stang
3,266
1,111
1,5
5,442
4
Jari – jari roda
3,500
1,142
1,2
4,796
5
Bahan tempat duduk
3,333
1,201
1,5
6,004
6
Tinggi tempat duduk
3,167
1,121
1,5
5,325
51
7
Warna sepeda statis
3,433
1,165
1,5
5,999
8
Spidometer
3,300
1.132
1,2
4,482
9
Bentuk pedal
3,233
1,212
1,2
4,702
Tabel 4.11 Perhitungan Bobot atribut Kepuasan Produk 4.2.7 Normalisasi Bobot Bobot dari masing – masing atribut yang telah dihitung perlu dinormalisasi. Hal ini untuk memudahkan dalam perhitungan selanjutnya. Adapun rumus untuk menghitung normalisasi bobot sebagai berikut : Bobot Normalisasi =
X 100 Total Bobot
Hasil perhitungan keseluruhan dari normalisasi bobot dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut : No
Atribut Produk
Derajat kepentingan
Normalisasi Bobot
1
Model sepeda statis
3,433
12,018
2
Bahan rangka
3,366
10,070
3
Bentuk stang
3,266
11,537
52
4
Jari – jari roda
3,500
10,167
5
Bahan tempat duduk
3,333
12,728
6
Tinggi tempat duduk
3,167
11,289
7
Warna sepeda statis
3,433
12,718
8
Spidometer
3,300
9,502
9
Bentuk pedal
3,233
9,968
Tabel 4.12 Normalisasi Bobot atribut Kepuasan Produk 4.2.8 Parameter Teknik Parameter teknik merupakan wujd terjemahan dari keinginan pelanggan kedalam bahasa teknis yang dapat diukur untuk menentukan target yang akan dicapai. Parameter teknik yang didapat sebagai berikut :
No
Parameter Teknik
1
Merubah model sepeda statis
2
Merubah tinggi tempat duduk
3
Menambahkan spidometer sebagai fungsi tambahan
4
Menambahkan pemberat pada roda Tabel 4.13 Parameter Teknik
53
4.2.9 Interaksi Antara Kepuasan Produk dengan Parameter Teknik Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui keeratan hubungan masing – masing komponen parameter teknik dalam memenuhi keinginan pelanggan dalam hal ini kepuasan produk tiga type hubungan yang digunakan adalah : = Tingkat hubungan kuat dengan nilai 9 = Tingkat hubungan sedang dengan nilai = Tingkat hubungan lemah dengan nilai 1
4.2.10 Nilai Matrik Interaksi Matrik interaksi adalah menghubungkan antara atribut kepuasan produk yang dianggap penting oleh pelanggan dengan parameter teknik yang telah disusun. Lemah dan kuatnya interaksi yang terjadi dipengaruhi oleh tingkat kedekatan antaara atribut dengaan parameter teknik. Interaksi yang terjadi kenudian dinyatakan dengan angka dan symbol. Interaksi atribut kepuasan produk dengan parameter teknik yang berupa angka dapat dilihat pada tabel 4.14 dan interaksi keduanya yang berupa symbol dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut :
54
9
pada roda
pemberat Menambahkan
sebagai fungsi tambahan
spidometer duduk Menambahkan
tinggi statis Merubah
tempat
model Merubah
sepeda Model sepeda statis
3
Bahan rangka Bentuk stang
9
Jari – jari roda
3
3
Bahan tempat duduk Tinggi tempat duduk
3
9
Warna sepeda statis Spidometer
9
Bentuk pedal
9
Tabel 4.14 interaksi Parameter Teknik dengan Kebutuhan (Proses berupa Angka)
55
fungsi tambahan Menambahkan pemberat pada roda
sebagai spidometer Menambahkan
Merubah tinggi tempat duduk
Merubah model sepeda statis Model sepeda statis Bahan rangka Bentuk stang Jari – jari roda Bahan tempat duduk Tinggi tempat duduk Warna sepeda statis Spidometer Bentuk pedal
Tabel 4.15nteraksi Parameter Teknik dengan Kebutuhan (Proses berupa Simbol) Nilai matrik interaksi untuk masing – masing atribut harus diketahui karena dibutuhkan untuk perhitungan selanjutnya. Adapun nilai absolute parameter teknik diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
56
KTi = Σ(BTi X Hi) + ……….. Keterangan : KTi
= nilai absolute parameter teknik untuk masing – masing atribut
BTi
= kepentingan relative (normalisasi bobot) atribut kepuasan produk yang diinginkan yang dan memiliki hubungan dengan atribut parameter teknik
Hi
= nilai hubungan atau interaksi kebutuhan proses yang memiliki hubungan dengan atribut prosedur kualitas. Hasil nilai absolute parameter teknik selengkapnya dapat dilihat pada tabel
4.16 sebagai berikut : No
Parameter Teknik
Nilai
1
Merubah model sepeda statis
276,363
2
Merubah tinggi tempat duduk
137,655
3
Menambahkan spidometer sebagai fungsi tambahan
85,518
4
Menambahkan pemberat pada roda
120,213
Tabel 4.16 Nilai Absolute Parameter Teknik 4.2.11 Hubungan Antar Parameter Teknik Mengidentifikasikan hubungan antara parameter teknik perlu dilakukan guna mengetahui adanya keterkaitan antar parameter teknik dalam tercapainya pelaksanaan parameter teknik. Bentuk hubungan tersebut adalah :
57
1. Hubungan positif kuat, terjadi apabila dua atribut masing – masing saling mendukung dalam pelaksanaannya dan sifat hubungannya kuat. 2. Hubungan positif moderat, terjadi apabila dua atribut masing – masing saling mendukung dalam pelaksanaannya dan sifat hubungannya sedang. 3. Tidak ada hubungan, terjadi apabila dua atribut masing – masing saling bertentangan dalam pelaksanaannya dan sifat hubungannya sedang. Penentuan prioritas terhadap parameter teknik apa saja yang akan dikembangkan perlu mempertimbangkan interaksi diantara parameter teknik. Interaksi antar parameter teknik dapat dilihat pada tabel 4. 17 sebagai berikut ; Merubah model sepeda statis Merubah tinggi tempat duduk Menambahkan spidometer sebagai fungsi tambahan Menambahkan pemberat pada roda Tabel 4.17 Interaksi Parameter Teknik 4.2.12 Prioritas Pengembangan Parameter Teknik Dari nilai absolute parameter teknik sebagai pedoman utama dan interaksi diantara parameter teknik maka dapat ditentukan parameter teknik mana yang menjadi prioritas untuk dikembangkan terlebih dahulu. Adapun prioritas pengembangan dari parameter teknik dapat dilihat pada tabel 4. 18 sebagai berikut:
58
No
Parameter Teknik
Nilai
Prioritas
1
Merubah model sepeda statis
276,363 1
2
Merubah tinggi tempat duduk
137,655 2
3
Menambahkan
spidometer
sebagai
fungsi 85,518
4
tambahan 4
Menambahkan pemberat pada roda
120,213 3
Jumlah
619,749
Tabel 4.18 Prioritas Pengembangan Parameter Teknik
4.2.13 Matriks HOQ Matriks house of quality ini menjelaskan apa saja yang menjadi kebutuhan atau harapan pelnggan terhadap kepuasan produk dan bagaimana memenuhinya. Matrik ini dibuat berdasarkan penggabungan pengelolahan data dari penentuan derajat kepentingan sampai dengan penentuan prioritas pengembangan parameter teknik. Gambar matrik HOQ isi selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.19 sebagai berikut :
59
9
Jari – jari roda
3
3
Bahan tempat duduk Tinggi tempat duduk
3
9
Warna sepeda statis Spidometer
9
Bentuk pedal
9
Nilai absolute
276,4
137,7
85,5
120,2
Prioritas
1
2
4
3
Normalisasi Bobot
4
1,101
1,5 5,669
12,018
4
1,176
1,2 4,750
10,070
4
1,111
1,5 5,442
11,537
4
1,142
1,2 4,796
10,167
4
1,201
1,5 6,004
12,728
4
1,121
1,5 5,325
11,289
4
1,165
1,5 5,999
12,718
4
1.132
1,2 4,482
9,502
4
1,212
1,2 4,702
9,968
Bobot
Sales Point
Bentuk stang
Rasio Perbaikan
Bahan rangka
Nilai Target
fungsi tambahan Menambahkan pemberat pada roda
sebagai 3
spidometer
Merubah tinggi tempat duduk
9
Menambahkan
Merubah model sepeda statis Model sepeda statis
Tabel 4.19 House Of Quality (HOQ)
60
4.3 Gambar Perancangan Sepeda Statis
Gambar 4.1 Sepeda Statis Pesaing
Gambar 4.2 Perancangan Sepeda Statis
61
Gambar 4.3 perancangan Sepeda Statis
62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengolahan data, analisa hasil pengolahan data, dan hasil pengijian bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran – saran untuk perbaikan.
5.1 Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian pembahasan dapat disimpulkan : 1. Didapatkan design sepeda statis yang ekonomis dan mudah digunakan untuk usia diatas 17 tahun 2. Terciptanya hasil rancangan yang ergonomis dan efisien 3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian melalui tahapan – tahapan pengolahan data dengan menggunakan metode QFD maka didapat hasil akhir yang merupakan prosedur kualitas yang diharapkan konsumen, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
No
Prosedur Kualitas
1
Model sepeda statis
2
Bahan rangka
63
3
Bentuk stang
4
Jari – jari roda
5
Bahan tempat duduk
6
Tinggi tempat duduk
7
Warna sepeda statis
8
Spidometer
9
Bentuk pedal
5.2 Saran Jika keinginan para perancang atau pengembangan alat maupun produk dengan menggunakan metode QFD maka yang harus dilakukan adalah melanjutkan tahapan – tahapan QFD yang lebih mendalami, agar dapat tercapai hasil produk yang benar – benar sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Agar konsumen tetap merasa puas terhadap rancangan sepeda statis sebaiknya dalam pengembangan selanjutnya perlu memperhatikan kepentingan teknik yang menjadi prioritas seperti pemilihan dan pengolahan bahan pada pembuatan sehingga didapatkan hasil yang bagus dengan desain yang menarik dan kualitas yang mampu bersaing pada pasar Indonesia.
64
DAFTAR PUSTAKA Ginting , Rosnani. 2009, “Perancangan Produk”,Graha Ilmu, Yogyakarta. Harsokoesoemo, H. dermawan. 2004, “Pengantar Perancangan Teknik” , ITB, Bandung. Madyana. 1996, ”Analisa Perancangan Kerja dan Ergonomi”, Universitas Atmajaya Yogyakarta Press, Yogyakarta. Nurmianto, E. 1996, ”Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi”, ITS, PT Guna Widya, Surabaya. Sarwono, jonatahan. 2009, “Statistik Itu Mudah”, CV. ANDI OFFSET, Yogyakarta. Ulrich, K.T dan Eppinger, S.D. 2004, ”Perancangan dan Pengembangan Produk”, Edisi Ketiga, Salemba Teknik, Jakarta. Widodo, I. D. 2006, “Perancanaan dan Pengembangan Produk”, UII Press, Yogyakarta. Wignjosoebroto, S. 1995, ”Pengantar Teknik Industri”, PT Guna Widya, Jakarta Yamit,
Y.
1996,
”Manajemen
Produksi
dan
Operasi”,
Edisi
Pertama,
Ekonisia,Yogyakarta
65