PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 6 MATARAM TAHUN 2013
1
Miftahul Ma’arief1, Khaeruddin2, Kusmiyati2 Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram 2 Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pembelajaran di sekolah umumnya masih berpusat pada guru (teacher centered) dengan menerapkan model pembelajaran yang konvensional. Hal itu menyebabkan aktivitas belajar siswa kurang, sehingga hasil belajar siswa cenderung rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TPS pada kelas VIII SMPN 6 Mataram. Penelitian ini termasuk kausal komparasi dengan desain pretest-postest non-control group design. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMPN 6 Mataram. Sampel penelitian terdiri dari kelas VIII-C sebagai kelas TGT dan VIII-E sebagai kelas TPS. Uji validitas instrumen menggunakan rumus point biserial dan uji reliabilitas dengan rumus KR-20. Uji normalitas dilakukan 2 dengan rumus Chi-Kuadrat (χ ), uji homogenitas dengan uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji t. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung > ttabel sehingga Ha ditolak dan Ho diterima (taraf signifikan 5%). Berdasarkan hal itu, diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TPS pada kelas VIII SMPN 6 Mataram tahun 2013. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran kooperatif, TGT, TPS. ABSTRACT Generally, learning at school is still teacher centered by applying conventional model of learning. This causes student learning achievement to be low. The purpose of this research is to know the difference of student learning outcomes between student using TGT and TPS model at grade VIII in SMPN 6 Mataram year 2013. This research is included into causalcomparative with research design is pretest-posttest noncontrol group design. Samples determination was done by simple random sampling technique with all student at grade VIII in SMPN 6 Mataram as the population. The research samples consist of grade VIII C as TGT group and grade VIII E as TPS group. Instruments which were used in this research consist of multiple choice test to obtain data of student cognitive learning result and observation sheets to obtain student attitude and psychomotoric data. Normality test was done by chi-square (X2) formula, homogeneity test using F-test, and hypothesis test was done by t-test polled variance. Based on the result, it can be concluded that there was difference of biology learning achievement between by using TGT and TPS in learning at grade VIII in SMPN 6 Mataram year 2013. Keywords: cooperative learning model, learning result, TGT, TPS.
PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 mengamanatkan agar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Amanat tersebut menekankan agar proses pembelajaran dapat dikondisikan menjadi suasana yang aktif, menyenangkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Hal tersebut merupakan tugas dari guru, di mana guru harus bertindak sebagai fasilitator belajar siswa, bukan menguasai kegiatan pembelajaran di kelas. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran berarti bahwa guru harus dapat memfasilitasi interaksi belajar antar peserta didik (Jufri, 2010). Dengan demikian, pembelajaran di sekolah harus berubah dari paradigma yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi paradigma yang berpusat pada siswa (student centered). Pembelajaran dengan student centered menekankan siswa sebagai subjek belajar yang melakukan berbagai aktivitas belajar untuk mendapatkan pengalaman yang dapat membantunya mencapai tujuan pembelajaran. Pencapaian terhadap perubahanperubahan tingkah laku tersebut harus dimulai guru dengan memikirkan teknik, strategi, pendekatan ataupun model pembelajaran baru untuk diaplikasikan. Model pembelajaran merupakan bingkai kesatuan dari teknik, strategi dan pendekatan pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat, siswa dapat mengembangkan segala keterampilannya
yang tercakup dalam 3 ranah belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya dapat membimbing siswa belajar dengan aktif dan menyenangkan, terutama dalam pelajaran biologi yang mengandung konsep-konsep yang membutuhkan pemikiran kritis dan mendalam. Kenyataan yang terjadi di sekolahsekolah umumnya masih mengutamakan penyampaian materi melalui bahasa verbal atau masih bersifat teacher centered. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dan menganggap biologi sebagai mata pelajaran hafalan. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa mampu mengambangkan keterampilannya, menikmati pelajaran, ataupun memahami konsep dengan benar. Akibatnya, hasil belajar kognitif siswa menjadi rendah, serta tidak terjadi perubahan aspek sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) siswa. Model pembelajaran yang dipilih guru hendaknya mampu mencapai keberhasilan pembelajaran yaitu meningkatkan ketiga aspek hasil belajar siswa. Alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan tipe Think Pair Share (TPS). Model kooperatif tipe TGT dan TPS memiliki keunggulan masing-masing dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan (tournament) dan penguatan konsep dari guru. Aktivitas belajar dengan permainan memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar (Nurjanah dkk, 2012). Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan suatu model pembelajaran yang mengefektifkan partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2012). Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing tipe model tersebut diharapkan akan berperan dan memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Biologi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TPS pada kelas VIII SMPN 6 Mataram. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian kausal komparasi dengan desain pretest-postest non-control group design yang terdiri atas 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran tipe TGT dan TPS, sedangkan variabel terikat yaitu hasil belajar Biologi siswa. Penelitian dilakukan selama 3 minggu dengan materi, Sistem Gerak pada Manusia. Subjek penelitian terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas VIII-C sebagai kelas TGT dan kelas VIII-E sebagai kelas TPS. Tabel 1. Desain penelitian Kelas Pre-test Perlakuan Post-test X T1 X1 T2 Y T1 X2 T2 (Sumber : Sugiyono, 2010) Keterangan: X : Kelas VIII-C Y : Kelas VIII-E T1 : Pre-test T2 : Post-test
X1 : Pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT X2 : Pembelajaran dengan model kooperatif tipe TPS
Pengumpulan data hasil belajar kognitif siswa dilakukan dengan tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Hasil belajar afektif dan psikomotor diukur dengan lembar observasi yang diisi oleh observer (pengamat). Tes pilihan ganda diuji validitasnya dengan rumus koefisien Point Biserial dan reliabilitas dengan rumus KR-20. Sebelum analisis hipotesis, data penguasaan konsep dan keterampilan metakognitif dilakukan uji normalitas dengan rumus Chi Kuadrat dan homogenitas dengan uji F. Data post test dianalisis menggunakan uji t dengan rumus polled varians atau separated varians (Sugiyono, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada pre test dan post test menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pada kelas TGT, nilai rata-rata pre test diperoleh 51,48, sedangkan pada post test diperoleh 85,85. Pada kelas TPS, nilai pre test 44,18 dan pada post test diperoleh 71,45. Tabel 2. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa Nilai rata-rata Kelas Selisih Pre-test Pos-test TGT 51.48 85.85 34.37 TPS 44.18 71.45 27.27
Berdasarkan data yang diperoleh pada pre test dan post test dari kedua kelas, maka diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada kelas yang menggunakan model TGT lebih tinggi dibanding kelas yang menggunakan model TPS. Hal itu terlihat pada selisih peningkatan nilai rata-rata kelas
TGT yang jauh lebih tinggi daripada kelas TPS, yaitu 34.37 untuk TGT dan 27.27 untuk TPS.
Gambar 1. Histogram nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas TGT dan kelas TPS.
Hasil uji normalitas data kognitif kelas TGT yaitu VIII-C menunjukkan > 2 (13.55 > 11.07), sehingga 2 hitung
tabel
data tidak terdistribusi normal. Uji normalitas data kognitif kelas kontrol (VIII-E) menghasilkan 2 < 2 hitung
tabel
(8.07 < 11.07) yang artinya data terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas menunjukkan Fhitung < Ftabel (1.45 < 1.82) yang berarti varians data homogen. Uji t data hasil belajar kognitif menunjukkan thitung > ttabel (6.085 > 1,998) sehingga diperoleh Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model tipe TGT dengan siswa yang diajar menggunakan model tipe TPS pada materi sistem gerak pada manusia. Perbedaan ini menunjukkan bahwa setiap tipe model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Apabila dilihat dari peningkatan nilai tes yang diperoleh, didapatkan bahwa model Team Games Tournament (TGT) lebih efektif digunakan dalam menyampaikan materi sistem gerak manusia pada kelas VIII di SMPN 6 Mataram
dibandingkan dengan model Think Pair Share (TPS). Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nuha (2009) dan Nurjanah dkk (2012), bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Peningkatan nilai yang lebih tinggi pada kelas Team Games Tournament (TGT) disebabkan oleh beberapa keunggulan model tersebut yang tidak dimiliki oleh model Think Pair Share (TPS). Pertama, model TGT memiliki tahapan permainan (turnamen) yang memungkinkan siswa belajar dengan lebih rileks dan menyenangkan. Dengan kondisi belajar yang menyenangkan, maka proses belajar siswa akan semakin mudah sehingga konsep akan dipahami dengan lebih baik. Kedua, adanya permainan tersebut selain memberikan kondisi rileks, juga menumbuhkan jiwa kompetitif atau merasa ingin bersaing dalam diri siswa. Dengan demikian, sebelum turnamen diadakan, setiap siswa, mau tidak mau, pasti akan belajar dengan keras untuk memahami materi agar dapat membantu kelompoknya mendapat nilai yang bagus atau menang saat turnamen. Hal itu sesuai dengan pendapat Nurjanah dkk (2012), bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ketiga, adanya kerjasama dan tanggung jawab tiap siswa terhadap kelompoknya menyebabkan siswa yang telah mengerti akan dengan sendirinya membantu temannya yang belum mengerti sehingga mencapai tujuan pembelajaran bersama. Dengan demikian, dalam tiap
kelompok, siswa akan memiliki pemahaman yang sama tentang konsep yang diajarkan guru. Meskipun model TGT lebih tinggi peningkatan hasil belajar kognitifnya, namun model TPS tidak dapat disebut sebagai model pembelajaran yang jelek karena model tipe ini pun mengalami peningkatan hasil belajar. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan model TPS tidak lebih unggul daripada model TGT. Faktor tersebut antara lain : 1) banyaknya jumlah pasangan belajar menjadikan guru kesulitan dalam membimbing kerja kelompok siswa. Dibutuhkan waktu yang banyak agar semua siswa mendapat bagian penguatan konsep dari guru; 2) Presentasi kelas hanya dapat diwakili oleh beberapa pasangan saja karena keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan semua pasangan maju mempresentasikan hasil diskusinya. Hal tersebut menyebabkan siswa yang tidak maju menjadi acuh tentang hasil jawabannya dan tidak ingin memperbaikinya; 3) Siswa akan menjadi pasif karena hanya duduk berpasangan saja tanpa melakukan turnamen sebagaimana pada model TGT. Aktivitas share (berbagi) yang dilakukan terbatas hanya pada pasangan duduk saja, dan bagi pasangan yang tidak mendapat kesempatan presentasi, pembelajaran akan terasa membosankan, sehingga konsep akan kurang dapat dimengerti oleh siswa. Tabel 3. Skor afektif siswa kelas TGT dan TPS.
Berdasarkan Tabel 3 di atas, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa jumlah siswa yang memiliki nilai afektif sangat tinggi pada kelas TGT lebih banyak daripada kelas TPS, yaitu 25% berbanding 9%. Siswa dengan kategori afektif tinggi pada kelas TGT juga lebih banyak daripada kelas TPS, sedangkan siswa dengan afektif rendah terbanyak ditemukan di kelas TPS. Hal tersebut menunjukkan bahwa model TGT memberikan pengaruh yang lebih tinggi terhadap nilai afektif siswa dibandingkan dengan model TPS. Kelas TGT 12.5%
Kelas TPS Sangat Tinggi Tinggi
25%
9%
30%
Rendah
Sangat Tinggi Tinggi Rendah
61%
62.5%
Gambar 2. Perbandingan Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas TGT dan Kelas TPS. Tabel 4. Skor psikomotor siswa pada kelas TGT dan TPS. Hasil Penelitian Kelas TGT
Kategori
Kelas TPS
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Sangat Rendah
-
0%
-
0%
Rendah
6
18.8%
5
15%
Tinggi
23
71.9%
22
67%
Sangat Tinggi
3
9.4%
6
18%
Hasil Penelitian Kategori
Kelas TGT Jumlah Persentase Siswa (%)
Kelas TPS Jumlah Persentase Siswa (%)
Sangat Rendah
-
0%
-
0%
Rendah
4
12.5%
10
30%
Tinggi
20
62.5%
20
61%
Sangat Tinggi
8
25%
3
9%
Berdasarkan Tabel 4 di atas, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa persentase jumlah siswa dengan kategori psikomotorik tinggi pada kelas TGT jauh lebih banyak dibandingkan kelas TPS, yaitu 71.9% untuk kelas TGT, dan 67% untuk kelas TPS. Namun jumlah kategori sangat tinggi pada kelas TPS jauh lebih banyak daripada kelas TGT, sedangkan kategori rendah diperoleh
lebih banyak pada kelas TGT. Data tersebut menunjukkan kedua model memberikan pengaruh yang hampir sama terhadap peningkatan psikomotorik siswa. Kelas TGT 18.8%
9.4%
Kelas TPS Sangat Tinggi
15%
Tinggi 71.9%
18%
Sangat Tinggi Tinggi Rendah
67%
Gambar 3. Perbandingan Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas TGT dan Kelas TPS.
Berdasarkan hasil analisis penilaian afektif dan psikomotor kelas, didapatkan bahwa kedua model tersebut memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang afektif dan psikomotor. Pada hasil belajar afektif, jumlah siswa dengan kategori afektif sangat tinggi dan tinggi pada kelas TGT jauh lebih banyak dibandingkan dengan kelas TPS. Kategori tinggi berjumlah 62.5%, sedangkan sangat tinggi sebesar 25%. Hal tersebut dipengaruhi oleh kelebihan model TGT dalam menarik minat siswa untuk belajar. Dengan adanya turnamen atau permainan kelompok, siswa semakin tertarik dan bersemangat dalam melakukan proses belajar. Dengan demikian, sikap siswa mulai dari hadir dalam kelas, memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan soal dalam kelompok, serta mengungkapkan dan menanggapi pendapat teman akan semakin meningkat. Hasil yang tidak jauh berbeda terjadi pada analisis ranah psikomotorik siswa pada penggunaan kedua model tersebut. Siswa dengan kategori tinggi pada kedua kelas berkisar 71.9% dan 67%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kedua model, baik TGT maupun TPS, memiliki kelebihan masing-masing dalam meningkatkan
keterampilan (psikomotorik) siswa. Model TGT dengan hadirnya turnamen kelompok, dapat mengasah keterampilan siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, serta bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS dan menulis hasil kerja kelompok dengan baik. Model TPS dengan tahapan berpikir, berpasangan dan berbaginya, membuat siswa semakin mahir berdiskusi dan memiliki waktu yang banyak dalam menganalisis soal serta menulis hasil diskusi bersama. Hasil analisis tiga ranah hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) tersebut melalui penggunaan dua model pembelajaran yang berbeda (TGT dan TPS), menunjukkan bahwa ketiganya terkait satu sama lain. Menurut Sudjana sebagaimana dikutip oleh Hidayanti (2012), menyatakan bahwa tiga tipe hasil belajar yang ada sebenarnya tidak berdiri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. Artinya, seseorang yang berubah tingkat kognisinya, sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan prilakunya. Makna dari pendapat tersebut menyiratkan bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitifnya, maka sikap dan perilaku orang tersebut sudah dapat diramalkan. Singkatnya, jika kognitif siswanya baik, maka afektif dan psikomotorik siswa tersebut juga akan baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 6 Mataram yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan model tipe Think Pair Share (TPS). Analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa model
tipe Team Games Tournament (TGT) lebih tinggi daripada tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran di kelas VIII SMPN 6 Mataram. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan: 1) Guru hendaknya lebih dapat menyesuaikan penggunaan model pembelajaran dengan keadaan dan situasi yang dibutuhkan siswa, serta harus dapat menyesuaikannya dengan materi yang akan diajarkan. Model TGT dapat menjadi model pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk belajar dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga guru dapat mencoba mengaplikasikannya. 2) Peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai rujukan dan referensi untuk melakukan penelitian berikutnya. Penggunaan model pembelajaran baik TGT maupun TPS dapat divariasikan dengan menambahkan penggunaan media belajar yang akan menarik minat belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Hidayanti. 2012. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMAN 2 Praya Menggunakan Multimedia Interaktif (MMI) Dan Media Flip Chart dalam Pelajaran Biologi Pokok Bahasan Sistem Reproduksi pada Manusia Tahun 2012. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram. Isjoni, H. 2012. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jufri, A.W. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Lombok Barat NTB: Arga Puji Press.
Nuha,
A.L. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam Materi Pokok Logaritma Guna Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X A MAN Semarang 2 Semester Gasal Tahun Pelajaran 2009-1010. Skripsi. Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Nurjanah, S.I., Suwarto WA, dan Idam Ragil WA. 2012. Model Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Koperasi pada Mata Pelajaran IPS. Jurnal FKIP PGSD: 1-7. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.