.1
.2
.3
)1
)2
)3
)4
)5
................................ .............. ................................ ............... ...................... ....................... ................................ ................ ................................ ................................ .............
1
.أ
Achadiati Ikram, Filologia Nusantara (Jakarta: Pustaka Jaya, , h.
1
), cet.
2
(nipah)
(lontar)
(dluwang)
(folklore/cerita rakyat)
Sinta Ridwan, Kita Ada di Masa Kini Karena Masa Lalu, artikel diakses pada
Juni
dari
http://duniasintaridwan.multiply.com/journal/item/ kuno_dan_filologi
/makalah_diskusi_naskah_
3
Sanwani, Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Nasional RI, September
, Jakarta: PNRI,
, h. .
4
Nabilah Lubis, Naskah, Teks, dan Penelitian Filologi (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama RI., ), cet. , h. . M. Jamil, Cakrawala Tasawuf, Sejarah, Pemikiran, dan Kontekstualitas (Jakarta: Gaung Persada,
), h.
.
5
(A
)
6
ب.
7
ج.
.1 .2 .3
د.
8
ه.
9
.1
.2
.3
.4
.)Behrend(
)Roll(
)Microfilm(
٫
PANNEKOEK
)Belanda(
)Heelsum(
)Watermark(
Cambridge university-Inggris
.1
.2
.3
.4
(1) Kitab ini dinamakan dengan Fushush al-Hikam (Mutiara-Mutiara Kebijaksanaan) Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang
Mutiara Kebijaksanaan Tuhan pada Kalimat Adamiyah Ketika Tuhan Swt menghendaki untuk melihat diri-Nya dalam alam makro melalui asma-asma-Nya yang tidak mampu dipahami oleh para pakar, karena Dia bersifat wujud, sehingga melalui asma-nya itu nampaklah rahasia diri-Nya pada diri-Nya. Sesungguhnya melihat diri melalui diri sendiri itu bagaikan melihat diri sendiri melalui hal yang lain, seperti melalui cermin. Sehingga diri-Nya nampak pada-Nya dalam suatu bentuk yang disajikan oleh tempat di mana dia melihat diriNya, tempat tersebut tidak menyajikan dhohirnya sebuah wujud asli dan penampakan yang nyata kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhan menciptakan seluruh alam ini dari sebuah bentuk awan tenang yang tidak bernyawa (ruh). Sehingga dia bagaikan cermin yang tak bercahaya. Dengan sebuah kebijaksanaan Tuhan maka semuanya mendapatkan ruh ketuhanan dengan cara dihembuskan, kecuali tempat (cermin) yang menjadi penampakan Tuhan. Oleh karena itu, kemudian Tuhan mempersiapkan semua bentuk yang telah diberi ruh tersebut untuk menerima pancaran (emanasi) (2)
penampakan abadi, yang tidak akan pernah berubah maupun bergeser. Emanasi tersebut akan terus menerus diterima, dan yang menerimanya menjadi sebuah hasil emanasi tersuci. Segala perkara bermula dari-Nya dan berakhir pula kepada-Nya, seperti semulanya, sebagaimana firman-Nya:
وإليه يرجع األمر كلّه, kepada-Nya-lah
dikembalikan urusan-urusan semuanya (Q.S. al-Hud: 123 ) . Maka perkara tersebut menjadi cahaya cermin alam, dan Adam menjadi sumber bagi terangnya cermin dan menjadi ruh bagi gambar atau bentuk tersebut. Sedangkan malaikat menjadi supleman tambahan bagi bentuk tersebut, yaitu bentuk jagad raya, di mana khalayak umum menyebutnya sebagai Manusia Super (al-Insan al-Kabir). Sehingga malaikat bagaikan sebuah kekuatan spirit dan inderawi, yang berada dalam kehidupan manusia. Setiap kekuatan tersebut terhijab oleh dirinya masingmasing, dia tidak melihat sesuatu yang lebih utama kecuali dzatnya sendiri. Sesungguhnya di dalamnya, sebagaimana yang diperkirakan oleh para ahli, masing-masing memperoleh bagian yang agung dan kedudukan yang luhur di sisi Allah, karena mereka termasuk bagian dari ketuhanan (al-jam’iyah al-Ilahiyyah), baik hal tersebut ditinjau dari sisi ketuhanan maupun dari sisi hakikat kebenaran. Pada kehidupan yang memuat segala macam sifat dari (3) alam makro mencakup hal yang paling tinggi dan yang paling rendah. Hal ini tidak dapat diketahui dengan cara pandang pikiran, akan tetapi hal ini merupakan persepsi yang tidak akan pernah ada jika tanpa penyingkapan Tuhan (kasyf Ilahiy). Di antaranya yaitu mampu mengetahui asal mula bentuk alam menerima ruh. Oleh karena itu mereka disebut sebagai “manusia” (insan). Disebut manusia karena dia
hidup dan berkembang serta kehidupannya dibatasi oleh semua bentuk kebenaran. Dipandang dari sisi kemanusiaan dia merupakan representasi Tuhan, di mana Tuhan melihat melalui dia, Dia diekspresikan melalui sebuah penglihatan. Oleh karena itu mereka disebut “manusia”, karena melalui manusia Tuhan melihat semua makhluk-Nya dan memberikan kasih sayang-Nya. Dia adalah manusia baru (hadits) tetapi Azali, kehidupan yang abadi dan langgeng, serta kalimat yang terpisah-pisah namun mencakup segalanya, sehingga alam ini menjadi sempurna dengan keberadaannya (wujud) dia. Kedudukan manusia bagi alam itu bagaikan batu mata cincin yang diukir (dihias) dengan cincinnya itu sendiri (yang tidak dihiasi). Buktinya para raja memakai cincin sebagai simbol jantung kekuasaannya. Sehingga manusia juga disebut sebagai Khalifah, karena manusia menjaga semua makhluk yang ada. Sebagaimana dia menjaga matanya dan telinga untuk membedakan dua buah gambar. Dengan demikian, semua yang tercipta di alam ini (4) berdasarkan hakikat tujuan penciptaan manusia. Akan tetapi tidak ada seorangpun yang mampu memngumpulkan semua hal yang menjadikan khalifah.
Tidak akan ada
yang beruntung keculi dengan
mengumpulkan semuanya. Andaikan saja tidak ada rahasia (siryan) Tuhan terhadap segala ciptaan dengan memberikan bentuk kepadanya maka alam ini tidak akan pernah tercipta. Sebagimana andaikan saj tanpa adanya hakikat kebenaran rasional yang komprehensif maka tidak akan pernah kelihatan segala ciptaan yang berbentuk materiil. Hakikat dari hal ini adalah ketergantungan wujud alam terhadap keberadaan Tuhan.
Dengan demikian kamu telah mnegetahui hikmah kebijaksanaan dari adanya asal usul jasad nabi Adam, yaitu bentuk dhohir (tubuh) Nabi Adam. Kamu juga telah mengetahui asal usul ruh Nabi adam, berupa bentuk batin Nabi Adam, yaitu Tuhan. Kamu juga telah mengetahui asal usul kedudukan (martabat) nabi Adam, dia merupakan makhluk yang kompleks dari segi dhohir dan jasadnya. Pahamilah beberapa hal yang berbeda tersebut. Firman Allah:
﴾﴿اتّقوا ربّكم,
“bertaqwalah kalian pada Tuhan kalian”. Maksudnya, jadikanlah segala hal yang dhohir bagimu sebagai penjagaan kepada Tuhanmu, dan jadikanlah semua yang batin darimu sebagai penjagaan Tuhan terhadap dirimu. Sesungguhnya semua masalah (problem) ada yang terpuji dan ada yang tercela. (5) Jadikanlah diri kalian waspada terhadap ketercelaan, dan jadikanlah ketercelaan sebagai kewaspadaan kalian untuk kebaikan, supaya kalian menjadi pemimpin semua makhluk di alam ini.
Mutiara Hikmah Naftsiyah Kalimat Nabi Syisy Sesungguhnya anugrah dan pemberian yang bersifat dzati tidak akan kekal selamanya, kecuali berasal dari penampakan (tajaly) Tuhan. Penampakan dzat tidak akan pernah terjadi kecuali dengan bentuk dari yang maha nampak, selain itu tidak akan nampak. Sesuatu yang nampak merupakan suatu hal yang terlihat selain bentuk dirinya sendiri dalam cermin yang benar. Hal ini tidak dapat dimengerti kecuali dengan ilmu. Dia melihat bentuk dirinya sebagaimana seseorang yang bercermin melihat bentuk dirinya dalam cermin. Ketika kamu
melihat bentuk dirimu dalam cermin, maka kamu melihat berdasarkan penglihatanmu, kamu hanya bisa melihat bentuk dirimu melalui cermin tersebut. Merupakan cermin yang berguna untuk melihat dirimu sendiri. Engkau merupakan cerminnya Tuhan, ketika Tuhan ingin melihat asma-Nya dan hukumhukumnya, dan hal itu tanpa harus menggunakan penglihatan-Nya. Di antara kita ada yang tidak mengetahui hal tersebut, maka dia berkata: “Ketidakmampuan untuk mengusahakan suatu hal merupakan suatu bentuk usaha”. Sedangkan orang yang mengetahui hal ini maka dia tidak akan berkata seperti yang demikian. Tidak mengatakan yang demikian itulah sejatinya perkataan yang paling mulia. Bahkan dia telah mengerti arti diam (sukut), sebagaimana dia mengetahui arti dari ketidakmampuan. Hal yang demikian ini merupakan pengatuhan Tuhan yang paling Agung. (6) Pengetahuan ini hanya diberikan kepada pemimpin para rosul dan pemimpin para wali. Apabila engkau telah memahami apa yang kami jelaskan maka engkau telah mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Seluruh nabi, mulai dari nabi Adam sampai nabi yang terakhir tidak ada satupun nabi yang mengambil kecuali berasal dari pelita cahaya nabi Muhammad Saw. meskipun dari segi wujud, penciptaan Nabi Muhammad merupakan yang terakhir, namun secara hakikat Muhammad lebih dahulu tercipta. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad: “aku sudah menjadi Nabi ketika Adam masih berbentuk antara air dan tanah liat”. Nabi-nabi yang lain menjadi seorang Nabi ketika mereka diutus kepada umat mereka. Begitu pula pemimpin para wali, dia telah menjadi wali ketika nabi Ada masih berbentuk air bercampur tanah liat. Para wali yang lain menjadi seorang wali apabila mereka telah memenuhi seluruh syarat-
syarat kewalian, yaitu berakhlak ketuhanan, serta memiliki sifat-sifat yang ada pada Tuhan, sehingga dia bisa disebut sebagai Wali yang terpuji (al-wali alHamid). Sejatinya yang telah dijelaskan di atas merupakan hakikat tunggal yang menerima berbagai sifat dan karakter yang sesuai dengan asma-asma Tuhan. Hakikat memberikan fenomena yang tidak terelakan,
sebuah hakekat yang
berbeda dari nama yang berbeda. Hakikat-hakikat yang berbeda tersebut sesungguhnya hanya terjadi dari sisi nama semata. Sedangkan sejatinya, intinya (ain) tidak mengalami perbedaan. (7) Segala sesuatu yang berada di hadapan kekuasaan Tuhan pada asalnya akan mengalami pengulangan. Demikianlah hakikat kebenaran yang telah diinterpretasikan sebelumnya. Ilmu yang demikian merupakan ilmunya nabi Syisy a.s. ruhnya merupakan penyambung bagi ruh-ruh yang lain, kecuali ruhnya nabi Muhammad. Ruh nabi Muhammad berasal dari Allah langsung bukan berasal dari materi pembentuk ruh sebagaimana yang lainnya. Bahkan, ruhnya merupakan materi pembentuk dari semua ruh yang ada. Tidak ada sesuatu apa pun di sisi Allah, tiada suatu apa pun pula selain diri-Nya, meskipun bentuk diriNya beragam. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini kecuali seseorang yang termasuk ahlu Allah. Apabila engkau menemukan orang yang mengetahui hal yang demikian maka hendaklah kamu menjadi pengikutnya. Karena dia merupakan inti dari kemurnian sesuatu yang paling murni dan istimewa dari ahlu Allah. Barang siapa mengetahui bagaimana cara dia mempersiapkannya maka dia akan mengetahui bagaimana dia akan diterima. Meskipun dia hanya mengetahuinya secara global saja. Oleh karena itu,
sebagian para pengamat beralih menafikan sesuatu yang mungkin, dan menyematkan sesuatu yang wajib bagi dzat Tuhan kepada yang lainnya. (8) padahal yang maha benar menetapkan sesuatu yang mungkin dan mengetahui keberadaannya. Sesuatu yang mungkin, apakah yang dimaksud dengan mungkin, dan dari manakah kemungkinan tersebut? Dengan intinya/sumbernya dia wajib bersamaan dengan yang lainnya. Dari manakah dapat dibenarkan nama yang lain kepadanya padahal sifat wajib melekat padanya. Tidak seorang pun yang mengetahui penjelasan ini kecuali para ulama yang istimewa.
Mutiara Hikamah Subuhiyah dari kalimat Nabi Nuh Tuhan terhadap makhluknya merupakan dzat yang dzohir dan spesial, Dia zdohir dalam setiap hal yang bisa dimengerti, Dia batin bagi setiap yang mengerti. Kecuali pemahaman orang yang mengatakan bahwa sesunguhnya alam itu merupakan bentuk dan identitas Tuhan. Dia merupakan nama yang zdohir, sebagaimana secara maknawi Dia merupakan ruh bagi yang zdohir, Dialah yang batin. Penisbatan-Nya terhadap bentuk alam yang zdohir merupakan penisbatan ruh yang dirancang untuk yang berbetuk. Oleh karena secara dzohir maupun batin Dia dapat ditemukan dari setiap sisi manusia, begitu juga dalam setiap sisi yang lain. Tuhan dibatasi oleh setiap batas yang ada, sedangkan bentuk alam tidak teratur, dan Tuhan tidak dapat dibatasi oleh alam, dan batasan masing-masing bentuk tidak bisa diketahui, kecuali berdasarkan keberhasilan bentuk dari alam. (9) Maka oleh karena itu batasan Tuhan tidak bisa diketahui, Dia tidak dapat diketahui batasnya kecuali dengan mengetahui batas dari bentuk alam.
Begitu juga setiap orang yang menyerupakan-Nya dan menyucikan-Nya berarti dia telah membatasi-Nya dan membelenggu-Nya, dan dia tidak mengetahui hal tersebut. Allah berfirman:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar”. (Q.S. Fushilat: 53 ) Kamu bagi Dia bagaikan bentuk jasmaninya, sedangkan Dia bagimu seperti ruh (nyawa) yang mengatur seluruh badan jasmani. Tidaklah mungkin bentuk alam lenyap dari Tuhan. Pendefinisian Ketuhunan (uluhiyyah) dilakukan secara hakiki bukan majazi, sebagaimana definisi manusia yang hidup. Sebagaimana secara dzohir keberadaan manusia dapat dijelaskan berdasarkan ruh dan badannya yang diatur oleh ruh. Seperti itulah Tuhan menciptakan alam, maha suci Tuhan dengan segala pujian. Meskipun penyucian yang dilakukan alam tidak dapat dipahami, karena secara kita tidak dapat mengetahui semua yang ada di alam. Oleh karena itu segala kebenaran dilakukan dengan memuji Tuhan sebagaimana firman-Nya: “Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (10 ) Maksudnya adalah segala pujian kembali kepada-Nya, dialah yang terpuji.
Mutiara Kebijaksanaan Qudsiyah dari Kalimat Nabi Idris Kamu bukanlah Dia, Begitu pula Dia bukan kamu, kamu melihat-Nya # pada setiap inti sesuatu, yang tak terbatas maupun terbatas. Allah berfirman:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat”. (Q.S. al-Syura: 11) Dia memberikan harta kepadamu, sebagaimana kamu lebih tertarik pada harta. Ketika harta itu cenderung kepadamu menuju pada-Nya maka kamu akan melihat bentuk dirimu berada padanya. Barang siapa di antara kalian berimajinasi bahwa dia melihat dirinya sendiri maka dia disebut “arif”. Oleh karena itu manusia dibagi menjadi antara yang mengetahui dan tidak mengetahui. Sesungguhnya dalam diri setiap hamba terdapat wajah Tuhan yang bisa dimengerti (dilihat) oleh mereka yang mengerti, dan tidak bisa dimengerti oleh yang tidak mengerti. Bagi umat Nabi Muhammad (Muhammadiyyin). Seorang yang berilmu (alim) itu lebih mengerti dari apada seorang hamba (abd). Dalam bentuk apapun Tuhan nampak, bahkan saat dia beribadah. Seseuatu yang berbeda dan banyak itu seperti beberapa anggota tubuh yang dapat disentuh, dan bagaikan kekuatan maknawi dalam bentuk rohaniah. Tiadak ada yang disembah selain Allah.
“Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah”. (Q.S. Nuh: 25 ) Allah-lah inti dari segala penolong mereka. Mereka musnah di dalam Allah untuk selamanya. Karena semuanya itu adalah untuk Allah dan hanya demi Allah, Dia adalah Allah. Perbuatan membutuhkan tempat, sedangkan ilmu memberikan kedudukan. Berkumpullah kedua kemulian itu kepada kita, tempat yang tinggi karena amal perbuatan dan kedudukan yang luhur karena ilmu. Barang siapa heran, (11 ) kagum oleh permasalahan keberadaan manusia sebagai ciptaan yang paling agung, yaitu manusia sempurna (Insan Kami). Sebuah entitas stabil yang tidak pernah mencium aroma penciptaan. Dia berada dalam kondisinya sendiri bersama-sama dengan berbagai ciptaan yang beragam. Inti (sumber) itu tunggal dalam sekumpulan yang banyak. Ciptaan yang banyak dalam asma-Nya merupakan sebuah nisbatan, yaitu merupakan sesuatu yang tidak ada. Tiada yang menjadi sumber inti keculai dzat Tuhan. Dia maha Agung dengan sendiri-Nya bukan karena yang lainnya. Dia yang awal lagi akhir, Dia yang zdohir lagi batin. Dia merupakan sumber inti bagi yang zdohir ketika berada dalam batin. Dia merupakan sumber inti bagi yang batin ketika berada dalam keadaan dzohir. Oleh karena itu tidak ada yang bisa melihat selain Dia, dan tidak yang tidak nampak (batin) dari-Nya. Demikianlah yang disebut sebagai Abu sa’id al-Khoroz dan yang lainnya. Pembicara itu satu itulah inti dari pendengar, dan inti itu tunggal, sedangkan ketentuannya berbeda-beda. Tidak ada jalan untuk tidak mengetahui hal ini. Karena setiap manusia mengetahui jika dirinya merupakan bentuk wujud dari Tuhan. Permasalahan ini bercampur-baur, dan keberagaman
nampak dalam kesatuan yang teratur. (12 ) yang Tunggal menemukan yang beragam, sedangkan yang beragam berbeda dengan yang Tunggal. Sesuatu tidak akan punya bilangan jika tidak ada yang terbilang, dari-Nya ketiadaan ada, dan dari-Nya pula Ada itu ada. Dari sisi indrawi Dia tidak ada, tetapi dari sisi akal Dia ada. Oleh karena itu dia harus tiada dan ditiadakan, dan dia berasal dari yang tunggal, dan berkembang karenanya. Sebuah syair: Tuhan adalah makhluk dari sisi ini, maka beri’tibarlah kalian # tetapi Dia bukanlah makhluk dari sisi tersebut, maka ingatlah kalian; Siapa yang paham akan yang ku katakan, kebijaksanaannya takkan terhina # tiada yang bisa memahaminya selain yang memiliki kebijaksanaan; Bersatu dan bercerai, maka entitas itu tunggal # banyak, tak bersisa dan berlebihan, Abu Qosim Ibn Qusiy telah menjelaskan dalam kitabnya yang berjudul “Khol’un al-Na’lain”, sesungguhnya setiap Nama ketuhanan harus bersandarkan semua asma Tuhan. Karena masing-masing asma tersebut menunjukkan dzat Tuhan, serta makna yang telah dijelaskan sebelumnya dan diharapkan keberadaannya. Sebagai indikatornya dari segi dzat adalah asma-asma tersebut, sedangkan indikator dari segi makana, yang berbeda dengan yang lain-Nya, adalah seperti Sang Penguasa (Rabb), Sang Pencipta (Kholiq), dan Sang Pemebentuk (Mushowwir), (13 ) dan lainnya. Dia tidak tercakup dalam semua nama, tetapi hanya terfokus satu makna nama saja. Dari segi dzat Nama
merupakan entitas bagi yang dinamai, serta merupakan entitas bagi makna yang telah dijelaskan sebelumnya.
Mutiara Kebijaksanaan Muhaimiyah dalam Kalimat Ibrahimyah Apakah kamu mengetahui jika Tuhan itu nampak dengan sifat-sifat hadits (baru), dengan sifat tersebut Dia menceritakan diri-Nya, dengan sifat-sifat lemah dan tercela. Apakah kamu mengetahui bahwa makhluk nampak dengan sifat-sifat Ketuhanan, mulai dari awal sampai akhir, dan semuanya itu nyata bagi-Nya. Sebagaimana sifat-sifat hadits nyata bagi Tuhan. Segala puji hanya bagi Allah, segala bentuk pujian kembalinya kepada-Nya, baik dari yang memuji maupun yang dipuji. Hanya kepada-Nya semuanya kembali. Nabi bersabda: “Barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya”. Maka dia akan menjadi orang yang paling mengetahui tentang Allah. Sebagian ahli Hikmah, seperti Imam al-Ghazali, mereka mengaku bahwa mereka mengenal Allah tanpa harus melihatnya di jagat raya ini, hal yang demikian merupakan sebuah kesalahan. Iya, memang benar, mereka mengetahui dzat yang qadim dan kekal akan tetapi mereka tidak mengetahui jika itu adalah Tuhan, sehingga mereka mengetahui siapa yang dianggap sebagai Tuhan. Hal ini meruapakan dalil baginya. Setelah ini, kemudian pada fase kedua, kamu akan memperoleh mukasyafah, penyingkapan bahwa diri Tuhan merupakan dalil bagi Tuhan itu sendiri dan dalil bagi ketuhanan-Nya. (14 ) Alam tidak lain hanyalah penampakan Tuhan (tajaliy) melalui bentuk entitas yang tetap (a’yan tsabitah),
dan mustahil Tuhan nampak tanpa melalui wujud alam. Oleh karena itu penampakan-Nya memiliki bentuk yang beragam sesuai dengan kondisi dari masing-masing entitas. Hal ini terjadi jika kita menyadari diri kita sendiri bahwa Dia merupakan Tuhan kita. Segala kebikjasanaan-Nya merupakan menu sarapan kamu, dan keberadaanmu adalah menu sarapan-Nya. Apapun yang jelas bagi kamu maka akan menjadi jelas pula bagi-Nya. Segala hal dari-Nya hanya untukmu, begitu pula semua yang ada padamu adalah untuk Dia, sehingga kamu tidak bisa disebut memiliki kebebasan.
Mutiara Kebijaksanaan Kebenaran dari kalimat Nabi Ishaq Yang Tunggal ialah yang maha Pengasih dalam segala medan # baik dari yang samar maupun sampai yang jelas; Bila kau berujar ini benar (hak) maka kau jadi orang yang benar # bila kau berkata lain maka kau adalah pendusta; Kebijaksanaan-Nya sangat lapang, tidak terbatas # akan tetapi Dia selalu mengamati ciptaan-Nya; Bila Dia nampak oleh mata, maka menolaklah # akal dengan bukti yang menyesatkan; Dia bisa diterima pada tataran rasional, serta dalam # imajinasi dan argumen-argumen yang benar, Abu Yazid dalam hal ini berkomentar, andai saja arsy dan sekelilingnya berlipat seratus juta kali memenuhi salah satu sudut hati para Arifin maka aku
tidak akan pernah merasa untuk mengetahuinya. (15 ) Karena mereka telah menyediakan hatinya hanya untuk Tuhan. Sebuah Syair: Hai Sang pencipta segala, di dalamnya kau ada # karena dia telah menciptakan segalanya; Kau mencipta tanpa berkesudahan, keberadaannya ada pada Kau, Kau sempit lagi lapang; Andai saja yang telah diciptakan Allah bersinar dalam hati maka nampaklah sinarnya; Siapa yang lapang, maka tidak akan sempit dari makhluknya, bagaimana bisa demikian, wahai yang maha mendengar; Dengan kebimbangan Tuhan menciptakan manusia, melalui imajinasi yang tinggi, yang tak ada wujud sebelumnya, dan ini merupakan sesuatu yang umum. Sedangkan para arifin diciptakan secara serius melalui cita, dalam wujud yang detail. Cita-cita tersebut selalu terjaga, dan penjagaannya tidak pernah diberikan kepada makhluk yang lain. Sebuah syair: Tanpa keraguan, Pada sekali waktu hamba adalah Tuhan # Tanpa dusta, di lain waktu hamba adalah hamba, Bila dia menjadi hamba maka dia dilapangkan oleh Tuhan, bila dia menjadi Tuhan mka dia kan dalam kesusah payahan; Dari keberadaannya sebagai hamba dia melihat entitas jiwanya, panjanglah citanya, tanpa ada keraguan;
Dari keberadaannya menjadi Tuhan, maka dia akan melihat semua makhluk memohon kepadanya, bahkan sampai para raja diraja; Melalui dirinya sendiri dia tak mampu mendapatkan yang diharapkan, (16 ) oleh karena itu para arifin melihat ini seraya menangis; Jadilah darimu hamba Tuhan jangan jadikan dirimu Tuhannya hamba, sehingga kau pergi terikat oleh api neraka dan dalam kebimbangan,
Mutiara Kebijaksanaan yang Agung dari Kalimat Nabi Ismail Ketahuilah sesunguhnya Allah itu esa dalam dzat dan asma-Nya. Semua ciptaan yang ada berasal dari Allah, selain sebagai Penguasa yang mampu menciptakan segalanya. Keesaan-Nya adalah tunggal dalam satu kekuatan. Sahal al-Tusturi berkata: “sesungguhnya sifat ketuhanan itu bersifat rahasia, apabila rahasia tersebut terkuak maka sifat ketuhanannya batal”. Karena entitas tidak akan wujud kecuali Tuhan, dan sebuah entitas selalu ada untuk selamanya, dan begitu pula sifat ketuhanan tidak akan pernah batal untuk selamanya. Setiap yang mendapat ridlo itu dikasihi, semua yang dilakukan sang kekasih akan selalu dicintai. Semuanya mendapatkan ridlo, karena tidak bertindak apapun bagi sebuah entitas. Akan tetapi mereka berbuat untuk Tuhannya, dan entitas tersebut akan menjadi tenang apabila yang dilakukan adalah demi entitas tersebut. Karena yang mereka melakukan perbuatan tersebut dengan keridloan. Jika kamu melihatnya hal itu berarti dia melihat dirinya sendiri. Dia kan selalu melihat dirinya sendiri. Apabila kamu melihatnya dengan caramu sendiri maka keesaannya akan sirna
darimu. (17 ) Jika kamu melihatnya dengan caramu dan dipadukan dengan caranya maka keesannya pun akan tetap sirna. Karena sesungguhnya Dialah yang maha melihat dan yang dilihat. Sebuah Syair: Tiada yang kekal selain Tuhan, tiada yang tetap # Dialah tempat bergantung dan beradu; Dengan apa petunjuk terang akan datang, apakah aku kan melihat dengan mataku, atau dengan mata-Nya; Syair yang lainnya: Janganlah kau memandang Tuhan, di sisi lain kau mengasingkan dirirmu dari ciptaan-Nya; Jangan
pula
kau
menyaksikan
ciptaan-Nya,
akan
tetapi
kau
menyandarkannya kepada selain Dia; Sucikanlah dirimu, bersihkan jiwamu, tempatkanlah dirimu dalam kebenaran; Tempatkanlah dirimu pada kebersamaan bila kau ingin, bila kau ingin memisahlah dirimu; Cukup bagimu semuanya, karena semuanya berawal dengan memutus masa lalu; Kau tak akan pernah fana, kau tak kan pernah kekal; Kau pun tak kan pernah memperoleh ilham, apa lagi menemukannya; Tiada yang mampu memberikan kebaikan kepada-Nya selain Dia sendiri, tidak ada pula orang lain yang bisa membuat keburukan pada-Nya. Akan tetapi
Dia sendirilah yang memberikan kenikmatan dan membuat siksa. Tidak ada yang menyanjungnya maupun memujinya selain diri-Nya sendiri. Hanya kepada Tuhanlah kebutuhan besar ditangguhkan. Karena ilmu (pengetahuan) mengikuti apa yang diketahui.
Mutiara Kebijaksanaan tentang Ruh dari Kalimat Nabi Ya’qub Kemudian ketahuilah oleh kalian, segala yang mungkin (untuk ada dan tiada) pada asalnya adalah tidak pernah ada, dan sebelumnya tidak pernah punya wujud kecuali wujud Tuhan, sesuai dengan bentuk dari masing-masing bentuk yang mungkin ada, baik dari bentuk raga maupun jiwa. Dan engkau akan mengetahui siapa yang mendapat kenikmatan dan siapa saja yang memperoleh cobaan. Semua balasan bisa terjadi dalam kondisi apapun, dan balasan itu dinamakan dengan cobaan dan balasan nikmat, (18 ) dan hal itu bisa terjadi dalam kebaikan maupun kejelekan. Sebagimana yang telah diketahui, balasan untuk kebaikan dinamakan pahala sedangkan balasan untuk keburukan disebut siksaan.
Mutiara Kebijaksanaan Nurriyah (cahaya) dari Kalimat Nabi Yusuf Ketahuilah! Sesungguhnya seseuatu yang dapat dirasionalisasi adalah selain Tuhan, yaitu disebut alam. Alam disandarkan kepada Tuhan, sebagaimana bayangan manusia yang disandarkan kepada manusia, maka alam merupakan bayangan Tuhan. Dia memberikan entitas wujudnya kepada alam. Tanpa ada keraguan, secara inderawi bayangan itu memang ada, meskipun jika ditelusuri
secara jelas bayangan itu tidak bisa dirasakan keberadaannya menurut rasio akal. Namun dalam kenyataan seseorang pasti memiliki bayangan. Dengan demikian bayangan Tuhan yang paling jelas adalah adanya alam, karena alam merupakan entitas yang mungkin ada, dan mampu bergerak. Terdapat banyak macam bayangan bagi dzat Tuhan, akan tetapi melalui emanasi cahaya, bayangan ini berkembang dan tumbuh dalam entitas yang mungkin, yang ghaib dan tidak bisa diketahui. Sebagaimana firman Allah:
“Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang perlahan-lahan”. (Q.S. al-Furqon: 46 ) Segala sesuatu yang telah ada merupakan bayangan Tuhan dalam entitas yang mungkin. Dari sisi Ketuhanan alam merupakan wujud Tuhan, sedangkan dari segi berbeda-bedanya bentuk alam yang berbeda, alam merupakan salah satu entitas yang mungkin ada. (19 ) Sebagaimana bayangan itu tidak akan pernah sirna sesuai namanya sebagai bayangan, begitu pula bayangan Tuhan tidak akan pernah sirna dengan berbedanya bentuk alam yang ada, ataupun segala sesuatu yang selain Tuhan. Dari segi keesaannya maka bayangan termasuk Tuhan itu sendiri karena, Tuhan adalah esa dan tunggal. Sedangkan dari sisi beragamnya bentuk yang ada maka dia termasuk sebagai alam, maka telah cukup dan jelas semua yang telah aku jelaskan pada kalian.
Ilmu merupakan sebuah khayalan, dia tidak memiliki wujud yang nyata. Ini meruapakan makna imajinatif yang diimajinasikan pada kalian bahwa ilmu merupakan suatu hal tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Akan tetapi dalam permasalahan ini tidak seperti demikian. Ketahuilah bahwa ilmu itu berkaitan langsung dengan inderawi manusia, di mana manusia sebagia pengembangnya, dan ilmu itu mustahil terlepas dari Tuhan. Ketahuilah jatidirimu, dari mana kamu berasal, siapa dirimu, apa keinginanmu, dan apa kaitanmu dengan Tuhan, bagaimanakah kamu bisa menjadi Tuhan, dan bagaimana kamu dianggap sebagai alam, dan yang lainnya dan lainnya? Dalam hal ini para ulama’ saling memberikan argumen yang terbaik, mengetahui dan yang paling mengatahui. Alam yang telah menajadikan nyata antara kita dengan Tuhan. Tuhan lebih nyata dan nampak melalui alam dari pada melalui yang lainnya. Di antara kita ada yang menjadi bagian dari Tuhan, menjadi alat pendengarnya, alat penglihatannya, serta menjadi kekuatan bagi organ tubuh-Nya. (20 ) hal ini sebagaimana yang pernah aku jelaskan, dan begitu juga oleh hamba yang lainnya meskipun tidak seperti demikian. Hamba yang seperti, adalah hamba yang paling dekat dengan wujud Tuhan dibandingkan dengan hamba-hamba yang lainnya. Ketahuilah sesungguhnya dirimu hanyalah sebuah imajinasi, semua yang ada dihadapanmu hanyalah imajinasi selain Aku (Allah). Semua yang ada (makhluk) hanyalah sebuah imajinasi, akan tetapi wujud Allah adalah wujud yang nyata dan benar adanya, baik dari dzat maupun entitasnya, bukan dari segi nama-nama-Nya. Mahasuci dzat yang tidak ada bukti akan keberadaan-Nya selain dzat-Nya sendiri, keberadaan-Nya Dia tidak akan pernah tetap kecuali dengan entitas-Nya
sendiri. Semua yang ada di jagad raya ini tidak lain hanya bertujuan untuk menunjukkan keesaan-Nya. Semua yang ada dalam imajinatif tidak lain hanya bertujuan menunjukkan adanya keberagaman. Barang siapa berada dalam keberagaman maka dia termasuk bagian dari alam, bagian dari asma Tuhan, dan termasuk bagian dari nama alam. Barang siapa bersama keesaan Tuhan, maka dia akan bersama Tuhan, bersama dzat-Nya yang maha Kaya tidak butuh keberadaan alam, bukan dari sisi bentuknya, yang membutuhkan keberadaan alam untuk menunjukkan wujud-Nya. Katakanlah Dia Tuhan yang esa dari segi entitasnya, Tuhan tempat bergantung, karena hanya kepada-Nya kita bergantung. Dia tidak melahirkan dari segi keberadaan-Nya, begitu juga Dia tidak beranak, serta tidak ada yang menyamai-Nya. Semua ini adalah sifat-sifat Tuhan. (21 ) dzatnya adalah tunggal sebagaimana firman-Nya, Allah maha Esa. Tetapi keberagaman-Nya jelas jika dilekatkan pada sifat-sifat sebagaimana yang telah kita ketahui. Kita dilahikan dan melahirkan, kita bergantung kepada-Nya, serta kita saling membuthkan antara yang satu degan yang lainnya di antara kita. Dia maha kaya tidak membutuhkan semua itu, sebagimana Dia tidak membutuhkan kita. Tuhan tidak pernah dinisbatkan kepada apapun kecuali hanya kepada surat ini, yaitu Surat al-Ikhlas. Nama-nama kita adalah asma Allah, tanpa keraguan hanya kepada-Nya kita bergantung, tanpa adanya kebimbangan entitas diri kita merupakan bayanganNya, Dia adalah tujuan kita. Aku telah menunjukkan kepada kalian jalan yang lurus, berpikrilah dan pahamilah oleh kalian semua.
Mutiara Kebijaksanaan Keesaan dari Kalimat Nabi Hud Sebuah Syair: Bila makhluk dekat denganmu # maka Tuhan pun dekat padamu pula; Bila Tuhan tlah dekat padamu # tidak ada makhluk yang akan mengikutimu; Buktikanlah apa yang tlah ku ucap # semua yang ku ucap benar adanya; Segala yang wujud di jagad ini # yang kau lihat tiada yang berkata; Semua makhluk yang disaksikan mata # semuanya tiada entitas selain entitas Tuhan; Akan tetapi semua itu disajikan # karena merupakan bentuk Tuhan. Ketahuilah, sesungguhnya Ilmu Ketuhanan yang bersifat dzauqiyah yang didapat oleh Ahlillah itu berbeda-beda, sesuai dengan keberhasilan menuju kepada entitas yang tunggal. (22 ) Dalam hadits Qudsi Allah berfirman: “Aku akan menjadi telinganya untuk mendengar, Aku akan menjadi matanya di mana dia melihat, Aku akan menjadi tangannya di mana dia berpegangan, dan Aku akan menjadi kakinya di mana dia berjalan”. Ketahuilah! Sesungguhnya kehendak-Nya merupakan entitas bagi organ tubuh, yang menjadi entitas bagi seorang hamba. Jiwa itu satu sedangkan organ tubuh bermacam-macam. Setiap organ merupakan bagian dari ilmu kepekaan (dzauq), dan semuanya itu berasal dari entitas yang tunggal, yang berbeda dengan keberadaan organ yang beragam. Seperti halnya air, secara hakikat air itu tunggal, namun rasanya berbeda-beda tergantung oleh lingkungan dan tempatnya, ada air yang rasanya tawar, tetapi ada juga yang
rasanya asin, seperti itulah kondisi air secara global, dia tetap benda cair dan tetap disebut air, meskipun rasanya berbeda-beda.
Allah berfirman:
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (Q.S. Qaff: 16) Kedekatan Tuhan dari pada seorang hamba itu sendiri bukanlah rahasia lagi dalam ranah Tuhan. Tidak ada kedekatan yang lebih agung dari pada kehendak-Nya menjadi entitas dan kekuatan bagi organ tubuh hamba-Nya. Dia adalah Tuhan yang dapat disaksikan oleh makhluk yang telah tercipta. Keberadaan makhluk merupakan suatu yang rasional, sedangkan Tuhan hanya dapat dirasakan adanya, yang dapat disaksikan oleh orang yang beriman dan ahli kasyaf baik di dunia ataupun di akhirat. (23 ) sedangakan bagi mereka yang tidak percaya dengan tuhan maka Tuhan dapat dirasionalkan, dan semua ciptaan dapat disaksikan. Mereka seperti halnya air garam yang asin rasanya. Sedangkan golongan yang pertama, ahli kasyaf seperti air tawar, yang menyegarkan rasanya bagi yang meminumnya. Orang yang makrifat berdoa kepada Allah berdasarkan pengetahuannya, sedangkan orang yang bukan ahli makrifat merdoa kepada Allah hanya karena taqlid atau ikut-ikutan dan tidak mengetahuinya. Barang siapa mengetahui (makrifat) Tuhan dengan cara yang sebenarnya (aslinya) maka dia akan mengetahui semua hal perkara sebagaimana seharusnya. Karena dalam setiap pasti ada keagungan Tuhan yang menaunginya, tidak ada
sebuah pengetahuan kecuali keagungan Tuhan berada di dalamnya, Dia merupakan esensi bagi seorang salik dan musafir. Tidak orang berilmu kecuali ada Tuhan bersamanya. Oleh karena itu, ketahuilah di mana hakikat kamu berada dan bagaimana jalanmu bermarifat kepada-Nya. Allah berfirman dalam hadits Qudsi: “Sesungguhnya Allah berprasangka berdasarkan prasangka hamba kepadaNya”. Tidak seorang pun yang mampu memahaminya kecuali Allah memberikan pemahaman kepadanya. Sesungguhnya banyak hal yang dinisabatkan kepada Tuhan, dan banyak sikap (wajah) yang berbeda. Ketika Tuhan mengharamkan suatu hal yang buruk, melarang mengetahui hakikat yang ada di dalamnya, maka Dia akan menutipinya dengan hal yang lain. Orang lain berkata; mendengarkanlah kalian sebagaimana Zaid mendengar, sedangkan para ahli makrifat berkata; pendengaran merupakan entitas dari Tuhan. Begitu juga hal yang lainnya, seperti organ tubuh dan kekuatan yang ada di dalamnya. Tidak ada seorang pun yang mampu mengetahui sebagaimana pengetahuannya para ahli makrifat (Arifin). (24 ) Barang siapa berbeda dari sebuah batasan, maka dia adalah terbatas, meskipun dia bukanlah entitas dari sesuatu yang terabatas tersebut. Bebas dari suatu ikatan sesungguhnya adalah terikat. Keuniversalan itu sendiri terikat oleh pemahaman orang lain secara geeneral. Tuhan dibatasi oleh setiap batasan dari sesuatu yang terbatas. Tidak ada sesuatu yang terbatas kecuali dia menjadi pembatasnya Tuhan. Dia merupakan seorang pencuri dalam bentuknya sebagai makhluk. Jika hal tersebut tidak seperti demikian maka keberadaannya tidak bisa dibenarkan. Dia merupakan esensi dari semua yang wujud, Dia lah yang menjaga
segalanya dengan Dzat-Nya sendiri. Jagad raya ini merupakan bentuk wujud (shuroh)-Nya sedangkan Dia adalah ruh yang menggerakkan jagad raya ini, Dia merupakan makrokosmos. Sebuah syair: Dia adalah jagad raya itu sendiri # Dia lah yang maha tunggal; Dia adalah yang Ada dengan keberadaannya sendiri # oeh karena itu aku berkata: Dia yang memelihara; Wujudku adalah sarapan paginya # dengan-Nya kami mohon petunjuk; Dengan-Nya dan dari-Nya aku melihat # dengan wajah yang meminta. Bentuk jagad raya ini merupakan wujud dzohir Tuhan, karena jagad zdohirnya maka Tuhan adalah batinnya. Dia maha awal sebagaimana Dia ada, Dia maha akhir ketika Dia menjadi entitas dari dzohirnya. Yang akhir merupakan entitas bagi yang dzohir, sedangkan yang batin entitas bagi yang awal. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan Dia mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. al-An’am: 101) Karena hanya Dia sendirilah yang mengetahui dzat-Nya. (25 ) Hal ini terjadi karena Tuhan menjadi penjaga para hamba, dan di sisi lain hamba menjadi penjaga Tuhan. Oleh karena itu kamu boleh berpendapat bahwa jagad raya ini adalah makhluk, dan kamu juga boleh berkata jika jagad raya ini adalah Tuhan, atau kamu berpendapat bahwa jagad raya ini merupan Tuhan yang berbentuk makhluk. Atau pun juga kamu berpendapat bahwa tidak ada Tuhan dan tidak ada
makhluk dari suatu apa pun, atau pun juga kamu boleh berpendapat berbeda lainnya. Sebuah Syair: Janganlah kau melihat suatu esensi kecuali kepada-Nya # jangan pula kau tetapkan hukum kecuali berdasarkan-Nya; Kepada-Nya, dengan-Nya, dalam genggaman-Nya kami berada # kami selalu dalam pengawasan-Nya dalam kondisi apapun. Barang siapa melihat Tuhan, langsung dari-Nya dengan entitas-Nya maka dia adalah ahli makrifat (al-Arif). Barang siapa melihat Tuhan langsung dari-Nya tetapi dengan entitas dia sendiri maka dia bukanlah ahli makrifat. Barang siapa tidak melihat Tuhan langsung dari-Nya, dan dia berharap dia bisa melihat-Nya dengan entitas dirinya sendiri maka dia adalah orang bodoh. Lihatlah tingkatan manusia pada Allah di jagad raya ini. Dia merupakan entitas bagi tingkatan mereka yang digunakan untuk melihat-Nya di hari kiamat. Janganlah kamu mengikatkan dirimu terhadap suatu ikatan tertentu dan menyukutukan-Nya kepada yang lain sehingga waktumu terbuang hanya untuk mengetahui hakikat sesuatu hal. berimajinasilah kamu dalam menggambarkan ikatan-ikatan tersebut. (26 ) Sesungguhnya Tuhan maha lapang lagi maha agung dan tidak akal yang bisa mengetahuinya. Allah berfirman dalam al-Quran:
“Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah”. (Q.S. alBaqarah: 115 )
Sesungguhnya seorang hamba yang sempurna (kamil) dan dia mengetahui tentang hal ini dalam keadaan tertentu yang berhadapan langsung ke masjidil haram ketika sholat. Dia berkayikanan bahwa Allah menjadi kiblatnya ketika solat. Hal ini merupakan bagian dari tingkatan bermuwajah dengan Tuhan, di manapun mereka menghadap di sana terdapat wajah Tuhan, akan tetapi hal in tdak bisa diterima oleh kaum awam. Beradalah kamu pada posisi yang tepat ketika kamu bertemu dengan Tuhan, dan bertatakrama yang baik saat menghadap kiblat di depan masjidil Ihram. Telah jelaslah bagi kalian bahwa sesungguhnya Allah ada dalam setiap keadaan apapun.
Mutiara Kebijaksanaan tentang hati dari Kalimat Nabi Syuaib Ketahuilah ketika Tuhan menetapkan sebuah kebenaran, maka Dia akan mentransformasikan dzat-Nya dalam bentuk tertentu saat tajalli. Ketika Tuhan telah mendapatkan tempat yang lapang di dalam hati, maka tidak akan tempat lagi bagi makhluk lainnya di dalam hati, seakan hatinya telah penuh dengan adanya Tuhan. Maksudnya, ketika seoran hamba menyaksikkan Tuhan saat tajalli maka tidak mungkin baginya menyaksikan yang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Yazid al-bisthami: “andaikan Arsy dan apa pun yang ada disekelilingnya, meskipun berjumlah seratus juta kali lipat berada di salah satu sudut hati seorang ahli makrifat maka hal itu tidak akan berpengaruh kepadanya”. (27 ) Tentang maksud ini al-Junaid berkomentar: apabila sesuatu yang baru (hadits) dibarengkan dengan yang Dahulu (qadim) maka tidak akan ada pengaruh apapun, begitu jug hati, dia telah penuh dengan yang Qadim, maka bagaimana mungkin yang baru
bisa ada di dalam hati. Ketika Tuhan beragam bentuknya saat tajalli, maka sudah seharusnya hati telah sesak dengan adanya beragamnya bentuk Tuhan saat tajalli. Maka tidak ada sesuatu yang lebih berharga di dalam hati dari pada bentuk tajallinya Tuhan. Allah memiliki dua bentuk tajalli, yaitu tajali ghaib (tajali yang tidak bisa disaksikan) dan tajali syahadah (tajalli yang bisa disaksikan). Tajalli ghaib yaitu tajalli yang mengharuskan hati melakukan persiapan lebih dulu untuk menyaksikan tajalli tersebut, tajalli ini merupakan tajalli yang tidak bisa disaksikan secara hakiki. Ketika hati telah siap untuk menyaksikan tajjali ghaib, maka tajalli yang akan terjadi adalah tajalli syahadah, maka dia akan menyaksikan bentuk tajalli Tuhan sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya. Kemudian hijab antara Tuhan dengan seorang hamba akan tersingkap, dia akan menyaksikan Tuhan sebagaimana yang dia yakini sebelumnya. Hati dan mata tidak akan pernah menyaksikan Tuhan kecuali menyaksikan wujud Tuhan yang telah dia yakini sebelumnya. Tuhan yang dia yakini adalah Tuhan yang wujudNya telah memenuhi ruang hatinya. (28 ) Tajalli Tuhan adalah tajalli yang telah dia kenal sebelumnya, oleh karena itu mata tidak akan pernah melihat wujud Tuhan kecuali wujud yang telah dia yakini sebelumnya. Pahamilah masalah ini, baik tentang Tuhan maupun tentang makhluknya. Dia adalah makhluk apabila dinisbatkan dengan yang lainnya, akan tetapi entitasnya tunggal. Dia yang bertajalli maupun yang yang disaksikan bukan yang lainnya. Apabila tirai telah tersingkap maka seorang hamba akan menyaksikan wujud yang dia yakini yaitu Tuhan. Maka berkeyakinanlah kalian dan kuatkan
keyakinan itu, kemudian keyakinan itu akan hilang dan berupah menjadi sebuah pengetahuan (ilmu) tentang syahadah. Di antara peristiwa yang mengagumkan adalah Tuhan selalu berada di atas untuk selamanya, dan hal tersebut tidak dapat diketahui karena kuatnya hijab yang menutupinya dan ada kemiripan di antara beberapa wujud. Orang yang ahli membedaan dia bisa menyaksikan sesuatu yang banyak yang terdapat pada yang tunggal, sebagaiamana dia mengetahui namanama Tuhan yang bayak tersebut. Meskipun hakikat kenyataannya berbeda dan beragam, tetapi sesungguhnya Dia adalah entitas yang tunggal. Inilah sesuatu yang banyak yang masuk akal, akan tetapi berada dalam entitas yang tunggal. Oleh karena itu beragam tajalli Tuhan yang dapat disaksikan dalam entitas yang tunggal. Barang siapa mengenal dirinya dengan sifat-sifat tersebut maka dia telah mengenal Tuhannya, karena Tuhan berdasarkan wujud makhluknya, meskipun secara dzat dan hakikat Dia merupakan entitas. Tidak ada seorang ulama pun yang mengetahui hakikat dirinya kecuali mereka yang ahli Tuhan, seperti para rosul dan para sufi. (29 ) Para ahli Kasyaf berpendapat bahwa Tuhan bertajalli hanya dalam satu wujud dan hal itu tidak terjadi berulang kali, dan mereka dapat menyaksikan tajalli tersebut. Ketika Tuhan bertajalli maka Dia bertajalli dalam wujud makhluk yang baru, kemudian Dia pergi dengan wujud yang lainnya lagi. Kepergiannya saat tajalli merupakan kefanaan sedangkan kekekalannya terjadi saat Dia bertajalli lagi, pahamilah hal ini wahai wali Allah!.
Mutiara Kebijaksanaan Kerajaan dari Kalimat Nabi Luth Sebuah Syair: Semuanya dari kami dan dari mereka # dibuat oleh kami dan mereka; Bila mereka bukan dari Kami # maka Kami tidaklah ada keraguan dari mereka, Pengetahuan (ilmu) yang sempurna tidak akan pernah kekal kecuali dalam tajallinya Tuhan. Tuhan akan membuka mata penglihatan mereka dari kegelapan. Sehingga dapat diketahui sesuatu yang dahulu (qadim) dan yang baru (hadits), antara yang ada dan tidak ada, kedudukannya dalam kewajibannya dan kewenangannya, semua ini dapat diketahui berdasarkan hakikat dan entitasnya. Tajalli tidak akan pernah kamu peroleh tanpa adanya persiapan dengan pelatihanpelatihan yang bersungguh-sungguh. Maka ketahuilah, kamu tidak akan memperolehnya kecuali dengan sebuah persiapan.
Mutiara Kebijaksanaan Tentang Kenabian dari Kalimat Nabi Isa Ketahuilah sesungguhnya di antara keistimewaan ruh yaitu dia tidak akan berada dalam sesuatu yang tidak hidup, sehingga dia memberikan pengaruh kehidupan bagi sesuatu tersebut. (30 ) Semua yang wujud merupakan kalimat Allah yang tidak akan pernah habis karena berasal dari kalimat “Kun” (jadilah), dan “Kun” adalah kalimat Allah. Kemudian kalimat tersebut dinisbatkan kepadanya sesuai yang ada pada dirinya, dan tidak diketahui urgensinya. Atau Tuhan berubah dalam suatu wujud yang mengatakan “Kun” (jadilah) sehingga terciptalah. Ucapan “Kun” merupakan hakikat bagi bentuk itu sendiri, yang turun
kepadanya dan menjadi nampak. Sebagian ahli makrifat (arifin) lebih memilih menuju satu puncak, sedangkan sebagian lainnya memilih puncak yang berbeda, dan sebagiannya lagi memilih berurusan dengan masalah ini, akan tetapi mereka tidak mengetahuinya. Permasalahan ini tidak dapat diketahui tanpa dengan perasaan. Seperti halnya Abi Yazid al-Bisthami ketika meniupkan ruh pada seekor semut yang dia bunuh, dan kemudian semut tersebut hidup kembali. ketahuilah hal tersebut dan orang yang meniupnya. Sebuah syair: Andaikan bukan dia andai pula bukan kami # maka tak kan pernah ada apa yang tlah ada; Sesungguhnya Hamba benar adanya # dan Allah menjadi tuan kami; Esensinya ketahuilah oleh mu # ketika dia ucapkan manusia; Dia tak akan terhijab oleh manusia # Dia tlah memberimu petunjuk; Jadilah kau yang Hak jadilah kau makhluk # jadilah kau yang dikasihi oleh Tuhan; Mengalirlah ciptaan dari-Nya # jadilah kau ruh dan berkembang; Kami berikan padanya segala yang nampak # olehnya dan kami berikan padanya; Sehingga perkara itu terbagi # dengannya dan dengan kami; Lalu Dia hidupkan segala yang diketahui # oleh hatiku ketika hidup; (31 ) Kami ada di dalam-Nya dengan berbagai bentuk # esensi dan beragam masa; Meskipun tak kekal bersama kami # tetapi semuanya itu hidup,
Dzat Illahy merupakan wujud alam, Dia bagaikan materi imajiner dan Dia adalah esensi yang sesungguhnya. Barang siapa ingin mengetahui dzat Illahi maka hendaklah dia mengenal jagad raya ini. Barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya, Tuhan yang dzohir yaitu jagad raya ini yang nampak dari dzatnya Tuhan sang pengasih, di mana dzat-Nya muncul dari nama-nama Tuhan. Kamu tidak akan pernah mendapatkan dari tiadak adanya pengaruhnya dengan dzohirnya pengaruhnya. Tuhan menetap dalam dzat-Nya, persaksian manusia dengan dzat-Nya merupakan persaksian Tuhan. Karena dia telah menjadikan persaksian tersebut untuknya di mana dia memisahkan antara dirinya dengan Tuhannya. Sehingga dia mengetahui bahwa Dia adalah Tuhannya.
Mutiara Kebijaksanaan Maha Pengasih dari Kalimat Nabi Sulaiman Tuhan telah memberitahukan bahwa Dia merupakan identitas bagi semuanya, tidak ada yang berbuat selain Dia. Bentuk terdapat dalam hamba sedangkan identitasnya termasuk dalam asma-Nya karena Dia merupakan entitas bagi yang zdohir. Dia disebut sebagai makhluk karena dia dari asma-Nya yang maha dzohir dan maha akhir. (32 ) melalui sifat dzohirnya dan semua perbuatan yang muncul dari Tuhan dengan asma-Nya yang maha batin dan maha awal. Apabila kamu melihat makhluk berarti kamu menyaksikan yang maha awal dan akhir, serta maha dzohir dan batin, ini lah pengetahuan (makrifat) yang sempurna. Tuhan yang termanifestikan melalui alam lebih umum dalam kaitannya dengan diri-Nya, Dia adalah Dia, bukan yang lainnya. Sebuah syair:
Jagad raya ini hanyalah imajinasi # dia adalah Tuhan secara hakikat; Siapa yang paham akan ini # dia akan memperoleh rahasia jalan Tuhan,
Mutiara Kebijaksanaan Nafsi dari Kalimat Nabi Yunus Nabi Muhammad Saw bersabda: “Bukankah aku telah memberitahukan kepada kalian semua, tentang sesuatu yang paling baik dan utama untuk kalian, dari pada memerangi musuh kalian, yaitu dzikir kepada Allah”. Allah bersabda dalam hadits qudsi: “Aku duduk bersanding bersama orang yang berdzikir kepada Ku”. Orang yang duduk akan menyaksikan orang yang berdzikir. Apabila orang yang berdzikir tidak menyaksikan Tuhan yang sedang duduk bersamanya, maka berarti dia bukan orang yan berdzikir. Orang yang berdzikir untuk Allah hanya dilakukan oleh para hamba-Nya, bukan orang yang berdzikir hanya dengan lisannya semata. Karena saat itu, Tuhan hanya akan berada di lisannya saja saat orang itu berdzikir hanya dengan lisannya saja. (33 ) Maka hanya lisan saja yang melihat Tuhan sedangkan manusia yang lainnya tidak melihat-Nya. Manusia jumlahnya beragam akan tetapi entitasnya tetap tunggal. Sebagaimana Tuhan entitasnya tunggal meskipun asma-asmanya banyak jumlahnya, sebagaimana manusia yang mempunyai organ tubuh yang bermacam-macam jumlahnya.
Mutiara Kebijaksanaan Keghaiban dari Kalimat Nabi Ayub Ketahuilah sesungguhnya misteri kehidupan adalah misteri air, karena air merupakan unsur utama bagi kehidupan. Oleh karena itu Allah menjadikan segala sesuatu yang dapat hidup dari air. Sebagaimana Firman-Nya:
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. (Q.S. alAnbiya’: 30 ) Segala sesuatu yang tercipta dari air pasti mensucikan dan memuji Allah. Akan tetapi mereka tidak paham dengan pensucian tersebut kecuali adanya penyingkapan dari Tuhan (al-kasyaf al-Illahi), dan tidak ada yang mensucikannya kecuali dia hidup. Setiap sesuatu yang hidup asal muasalnya berasal dari air. Tidak ada ciptaan yang lebih indah selain jagad raya ini. Karena alam ini dibentuk berdasarkan dzat Tuhan di mana Tuhan menampakkan wujudnya melalui alam ini, alam ini meruapakan manifestasi dari wujud dzat Tuhan. Sebagaimana manusia nampak dengan wujud badan raganya. Kita adalah wujud bentuk Tuhan yang paling nyata, serta merupakan identitas bagi ruh alam ini, yang berfungsi mengatur geraknya. Oleh karena itu tidak akan ada gerak kecuali di dalam ruh sebagaimana tidak akan ada ruh kecuali berasal dari-Nya. Secara maknawi Dia adalah yang maha awal sedangkan secara bentuk wujud Dia yang akhir. Dia zdohir dengan perubahan hukum dan keadaan,
serta Dia batin karena Dia yang mengatur alam ini. Sebagaimana firman-Nya: (34 )
Supaya Tuhan dapat diketahui berdasarkan persaksian bukan karena hasil berfikir. Begitu juga ilmu perasa atau inderawi bukan berasal dari proses berfikir. Inilah ilmu yang sebenarnya, bukan ilmu yang baru dan hanya mengira-ngira, karena sesunggahnya bukan ilmu yang demikian itu.
Mutiara Kebijaksanaan Tentang Raja dari Kalimat Nabi Zakaria Sebuah syair: Kasih Allah menyelimuti jagad raya ini # mengalir dalam dzat dan entitas; Tempat sang pengasih tergambarkan ketika kau # mengetahui persaksian dari pada berfikir yang lebih; Abu al-Qosim Ibn Qusyairy berkata tentang asma-asma Tuhan: “masingmasing dari nama Tuhan mengandung seluruh arti dari semua nama Tuhan yang ada”.
Mutiara Kebijaksanaan Inasiyah dari Kalimat Nabi Ilyas Ketika dzikirnya terlebih dahulu di dahului oleh sifat-sifat asma Tuhan dan bertujuan untuk menunjukkan bahwa asma-asma-Nya merupakan entitas yang
tunggal. Meskipun nama-nama tersebut dalam jumlah banyak dan berbeda-beda hakikat artinya. Apabila Allah memberikan pengetahuan (makrifa) berupa tajalli kepada seorang hamba maka sempurnalah makrifat hamba tersebut. Dia tersucikan dari tempat, dan dia dapat menyaksikan rahasia Tuhan dalam bentuk standar yang berunsur. Tidak akan pernah ada bentuk wujud kecuali di dalam terdapat entitas Tuhan yang menjadi entitas bagi bentuk itu sendiri. (35 ) demikianlah makrifat yang sempurna menurut Allah Swt. sesungguhnya Tuhan adalah yang menjadi pendengarannya dan matanya bagi seorang hamba. Pahamilah hal ini wahai wali Allah!. Dialah yang berbilang lagi Esa, berbilang dalam bentuk wujudnya dan tunggal dalam entitasnya, sebagaimana manusia yang hanya mempunyai entitas tunggal, tanpa dirragukan lagi. Tidak mungkin diragukan jika Umar bukanlah zaid, bukan Kholid, bukan pula Ja’far. Beberapa orang ini entitasnya tunggal, karena entitas tiak akan pernah habis dengan banyaknya bentuk wujud. Jika kamu adalah seorang mukmin maka kamu telah mengetahui hal ini dengan pasti. Sesungguhnya entitas Tuhan akan nampak (tajalli) melalui sebuah bentuk wujud yang diingkari pada hari Kiamat. Kemudian Dia merubah bentuk wujudnya ke bentuk yang lainnya, sehingga Dia dapat diketahui jika bentuk wujud itu adalah Dia. Karena sebagaimana mana telah diketahui jika bentuk yang terakhir ini bukanlah bentuk yang pertama. Dengan demikian entitas yang tunggal tersebut seperti halnya sebuah cermin. Apabila ada orang yang melihat cermin tersebut sebagaimana keyakinannya bahwa itu Allah maka dia akan mengetahui jika itu Allah dan dia akan mendekat pada-Nya. Apabila dia tidak yakin bahwa itu Allah
maka apa yang akan dilihatnya bukanlah Allah. Cermin merupakan entitas yang tunggal sedangkan gambar yang ada pada cermin beragam di mata penglihatnya. Janganlah kamu sedih dan takut, karena allah lebih menyukai orang yang pemberani. (36 ) Apabila kamu telah dibukakan tentang jagad raya ini merupakan dzat tuhan maka kamu telah mendapatkan kebaikan yang amat banyak. Apabila seseorang mampu menyaksikan secara sempurna, maka dia akan menyaksikan Tuhan dengan entitas-Nya, sebagimana seseorang yang bercermin maka dia akan melihat sesuatu yang ada dalam cermin. Penjelasan ini telah mencukupi, semoga Allah memberikan taufik dan pertolongannya.
Mutiara Kebijaksanaan Tentang Ihsan dalam Kalimat Luqman Sesungguhnya Allah maha lembut. Di antara kelembutannya dan kelenturannya yaitu Dia menjadi entitas bagi segalanya, namun semunya itu bukanlah entitasnya yang dikenal, tetaapi sesuatu itu sendiri yang dikenal dan disebut. Olek karena itu masing-masing mempunyai nama; langit, bumi, padang pasir, pohon, hewan, kerajaan, rizki, makanan, dan keadaan. Sesungguhnya entitas itu tunggal dan menjadi entitas bagi segala sesuatu, dan berbeda dengan perilaku, serta beragamnya bentuk. Dan penisbatan, sehingga dapat dibedakan. Oleh karena itu dapat dikatan ini tidak sama dengan ini dari segi bentuk dan sikapnya, sedangkan ini merupakan entitas bagi ini dari sisi wujudnya. Sesungguhnya dia bukan lain adalah entitas bagi semua penisbatan ini. Dia merupakan entitas yang tunggal yang memiliki berbagai penisbatan, penyifatan dan pendeskripsian.
Mutiara Kebijaksanaan Tentang Imamiyah dari Kalimat Nabi Harun Sesungguhnya ahli makrifat (al-arif) (37 ) yaitu seseorang yang menyaksikan Tuhan dalam setiap sesuatu, bahkan dia menyaksikan entitas sesuatu tersebut. Ahli makrifat yang sempurna seseorang yang menyaksikan kemudahan beribadah untuk bertajallinya Tuhan, dan menamai semua hal sebagai Tuhan bersama asma-Nya yang istimewa. Maksudnya mereka menyematkan nama Tuhan kepada sesuatu tertentu beserta menyebutnya dengan nama lain, seperti batu, pohon, hewan, manusia, bintang, atau raja.
Mutiara Kebijaksanaan Keluhuran dari Kalimat Nabi Musa Bentuk jagad raya merupakan asma Tuhan yang indah (al-asma al-husna), dan sifat yang agung, di mana Tuhan dinamai dan disifati dengan asmaul husna tersebut. Sebagaimana yang kita pahami bahwa sesuatu yang yang diberi nama dengan asma ini maka kita akan mengetahui akan arti dari asma ini dan ruhnya dalam jagad raya. Sehingga alam tidak akan pernah bergerak tanpa dengan bentuknya. Oleh karen aitu Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan nabi Adam berdasarkan bentuk-Nya”. Seihngga bentuk jagad raya ini tidak lain merupakan kehadiran Tuhan. Wujud terbagi menjadi dua macam, wujud azali dan wujud non azali. Wujud azali adalah wujud dzat Tuhan itu sendiri dengan dzat-Nya. Sedangakan wujud non azali yaitu wujud Tuhan yang termanifestasikan mealui alam yang dinamis dan dinamakan sebagai wujud baru (hadits). Karena sebagian dari-Nya
menjadi dzohir bagi yang lainnya dan bagi diri-Nya sendiri melalui wujud alam. Wujud yang sempurna adalah pergerakan alam yang mendekati kesempurnaan. (38 ) Pahamilah hal ini, Tuhan yang menguasi alam, Tuhan yang dzohir melalui wujud alam, yaitu langit dari sisi atas, dan bumi dari sisi bawah, di mana Tuhan dzohir melalui alam ini. Setiap bagian dari jgad raya ini merupakan dalil bagi asal muasalnya yaitu Tuhan, pahamilah ini!.
Mutiara Kebijaksanaan Personalitas dari Kalimat Nabi Muhammad Sebuah syair: Sang kekasih rindu ingin melihatku # dan aku sungguhn cinta padanya, Ketika dia telah menghembuskan ruh-Nya kepadanya maka tidak ada kerinduan kecuali kepada-Nya. Ingatlah, sesungguhnya dia mencitaptakannya dengan wujud-Nya karena dia termasuk ruh-Nya. Ketika seorang pria mencintai seorang wanita maka dia akan mencari jalan untuk menghubungkan cintanya. Penghubung cinta yang paling agung adalah dengan menikah, karena dengan menikah semua keinginan syahwat dapat tersalurkan. Oleh karena itu, jika telah menyalurkan syahwat dianjurkan untuk mandi supaya seluruh badannya menjadi suci, sebagiamana kefanaan yang menyeluruh ketika memiliki syahwat. Sesungguhnya Tuhan akan cemburu ketika hambanya bersenang-senang dengan yang lainnya. Setelah bersenang-senang, seorang hamba harus mandi supaya dia dapat melihat Tuhannya. Persaksian terhadap Tuhan lewat wanita merupakan persaksian yang paling agung dan sempurna. Tali hubungan yang
paling agung yaitu dengan menikah, yaitu menyaksikan wajah yang dicintai dengan menjadikannya sebagai cermin. Sehingga dia dapat menyaksikan dirinya melalui diri dia, dia tiupkan ruhnya ke dalam jiwanya. (39 ) Sehingga secara dhohir Dia adalah makhluk, namun secara batin Dia merupakan Tuhan. Sebuah syair: Benar kata orang, aku sedang rindu # akan tetapi mereka tidak tau pada siapa aku rindu, Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Aku duduk bersanding bersama orang yang berdzikir pada Ku”. Barang siapa duduk karena dzikirnya maka dia akan dapat melihat Tuhan yang sedang duduk bersamanya. Hal ini merupakan musyahadah dan persaksian. Apabila dia tidak memiliki penglihatan maka dia tidak dapat menyaksikan Tuhan. Dari hal ini dapat diketahui tingkatan orang yang sholat, apakah mereka melihat Tuhan. Apakah dia dapat menyaksikan Tuhan ketika solat ataukah tidak. Jika dia tidak dapat menyaksikan-Nya hendaklah dia beribadah dengan keyakinan (iman) seolah-olah dia melihat Tuhan serta berimajinasi di dalam hatinya ketika dia bermunajat kepada-Nya. Ketahuilah, tingkatan sholat yang paling tinggi, dan telah sampai tingkatan manakah mereka yang sholat?. Barang siapa yang tidak berhasil mendapatkan derajat persaksian Tuhan dalam sholat maka tujuan apa lagi yang akan dicapai. Jika terdapat qurratul ain pada mereka, bukankah mereka tidak melihat orang yang sedang mereka munajahi. Apabila dia tidak dapat mendengarkan apa yang diharapkan Tuhan maka mereka sama halnya tidak memiliki pendengaran. Barang siapa yang tidak
berjumpa dengan Tuhannya berarti sama halnya dia tidak melihat dan mendengar. Apabila mereka mengetahui apa yang dikatan oleh al-Junaid; warna air merupakan warna wadahnya, pastilah akan selamat mereka yang mempunyai keyakinan dan mngenal Tuhan dalam segala bentuk dan keyakinan. Hal ini hanyalan prasangka bukan suatu pengetahuan. (40 ) Oleh karena itu Allah berfirman dalam Hadits Qudsi: Seseungguhnya Aku tergantung prasangka hambaku kepada-Ku”. Maksudnya Tuhan tidak akan pernah nampak kecuali berdasarkan keyakinan hambanya. Tuhan yang diyakini merupakan Tuhan yang sebenarnya, yang menyesaki seluruh ruang hambanya. Karena Tuhan yang universal tidak ada sesuatu apapun yang mampu menampungnya. Sesungguhnya Tuhan meruapakan entitas bagi segala sesuatu, entitas bagi dzat-Nya sendiri dan bagi yang lain. Pahamilah hal ini wahai wali Allah! Allah berfirman akan yang benar, Dia-lah yang maha memberi petunjuk. Sempurnalah Kitab Fushush al-Hikam pada malam Kamis.
.1 )Microfilm(
)PNRI(
،)A(
٫
)Roll(
.2
.3
.
Askar, s., Al-azhar: Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Senayan Publishing, 2009 . Behrend, T. E., Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Perpustakaan Nasional RI, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Ecole Francaise D`Extreme Orient, 1998. Chambert-Loir, Henri, dan Oman Fathurahman, Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia – World Guide to Indonesian Manuscript Collections, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999. Churchill, W. A, Watermarks in Paper in Holland, England, France, etc, in the XVII and XVIII Centuries and Their Interconnection, Menno Hertzberger and Co. Amsterdam, 1935 . Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Karya Insan Indonesia, 2002 . Ikram, Achadiati, Filologia Nusantara, Jakarta: Pustaka Jaya, 1997, cet. 1. Jamil M., Cakrawala Tasawuf, Sejarah, Pemikiran, dan Kontekstualitas, Jakarta: Gaung Persada, 2004. Lubis, Nabilah, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta: Puslitbang Departemen Agama RI, 2007 , cet. 4
Sanwani, Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Nasional RI, 11 September 2008 , Jakarta: PNRI, 2008 . Warson Munawwir, Ahmad, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
http://www.doroob.com/?p=17536 www.al-mostafa.com http://www.islamweb.net/ver2/fatwa/ShowFatwa.php?lang=A&Option=FatwaId &Id=21199 http://ahlalhdeeth.cc/vb/showthread.php?t=29855 http://www.jawap.net/vb/archive/index.php/t-817.html http://www.al-eman.com/islamlib/viewchp.asp?BID=143&CID=17 http://www.estabsarna.com/Tjseem/14Amaa.htm http://www.shiaweb.org/books/roaya/pa14.html http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=5&Rec=5899 http://www.alwarraq.com http://ar.wikipedia.org/wiki/ http://www.ibnalarabi.com/ibnalarabi/shuyukhuhu.asp http://www.mishcat.org/home/art381.html
http://duniasintaridwan.multiply.com/journal/item/
163 /