PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PAPUA BARAT 2011- 2015
ISBN Nomor Publikasi Katalog BPS Ukuran Buku Jumlah Halaman
: : : : :
2089 – 998x 91550.16.10 9302005.91 21 x 29,7 cm viii + 73 halaman
ba
go
ra
t.
bp
Diterbitkan Oleh: © Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
s.
Gambar Kulit: Bidang Integrasi Pengolahan Diseminasi Statistik
.id
Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis
ht t
p: //p
ap
ua
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PAPUA BARAT 2011- 2015
Pengarah
: Drs. Simon Sapary, M.Sc
Editor
: Drs. Jerison Sumual, MM
Penulis
: Nisalasi Ikhsan Nurfathillah, S.ST
.id
Anggota Tim Penyusun:
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
Pengolah data : Nisalasi Ikhsan Nurfathillah, S.ST Fitrah Sarah Ramadhani, S.ST
KATA PENGANTAR Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening), penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
o. id
Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan Usaha/industry), pendekatan pengeluaran/permintaan akhir (PDRB menurut Pengeluaran /expenditure) serta pendekatan pendapatan (PDRB menurut pendapatan/income). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara teori akan menghasilkan angka PDRB yang sama.
ab
ar
at
.b
ps
.g
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB RB menurut pendekatan komponen, pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan oleh United Nations.
ht t
p: //
pa
pu
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan kontribusinya dalam mewujudkan publikasi ini disampaikan penghargaan yang tingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan setinggi-tingginya. swasta yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan publikasi ini diucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanju berlanjut serta dapat ditingkatkan di masamasa -masa masa mendatang. masa-masa Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya. Akhirnya, memerlukannya.
semoga
publikasi
ini
bermanfaat
bagi
semua
pihak
yang
Manokwari, Juni 2016 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Provinsi Papua Barat,
Drs. Simon Sapary, M.Sc
iv
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Papua Barat, 2011 - 2015
DAFTAR ISI Halaman iv
Daftar Isi …………………………………………………………………………………..
v
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………
vii
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………...
ix
Daftar Lampiran …………………………………………………………………………
x
BAB III
1.1.
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................... (PDRB)
2
1.2.
Kegunaan Statistik PDRB...............................……………………...... ..............…………………… .............. ……………………
4
.b
ps
.g
1
5
2.1
Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………….……….. ………….………
6
2.2
Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ………….……….................
9
2.3
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….……….
11
2.4
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………….………..
14
2.5
Perubahan Inventori ………………………………….…….………..
18
2.6
spor Impor ......................................……………………………… Ekspor
22
pa
pu
ab
ar
at
………………………… METODA ESTIMASI DAN SUMBER DATA …………………………....
p: //
BAB II
PENDAHULUAN …………………………………………………............. …………………………………………………...............
ht t
BAB I
o. id
Kata Pengantar …………………………………………………………………..............
TINJAUAN PEREKONOMIAN PAPUA BARAT BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN PAPUA BARAT TAHUN 2010-2014...….........
24
3.1 Tinjauan Agregat PDRB Papua Barat Menurut Pengeluaran .........
26
3.2 Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………......……..
30
3.3 Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT .....………………................
35
3.4 Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah......……………….……
36
3.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ....……
39
3.6 Perkembangan Perubahan Inventori …………………………..….
40
3.7 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri..…….……..
41
3.8 Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri .........................
43
v
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Papua Barat, 2011 - 2015
3.9 Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah …………………….…….. BAB IV
45
PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB MENURUT PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010-2014 .......................................
47
4.1 PDRB (Nominal) ……………………………………………...…….......
48
4.2 Perbandingan Pengeluaran PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor…………………………………......................
49
4.3 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap Pembentukan 50
4.4 Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ………………….......…...
50
………………… 4.5 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB …………………………........
51
……………………………. 4.6 Perbandingan PDRB terhadap Impor ……………………………......
52
4.7 Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan .....………..
53
…………………… 4.8 Neraca Perdagangan (Trade Balance) .....……………………..….…….
54
................................. 4.9 Rasio Perdagangan Internasional (RPI) ............................................
55
at
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) …….…………………..
56
pa
pu
………………………………………………………………….. PENUTUP …………………………………………………………………...
p: //
LAMPIRAN ………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
ht t
BAB V
ab
ar
4.10
.b
ps
.g
o. id
Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………………....................................
vi
58 60 71
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Papua Barat, 2011 - 2015
DAFTAR TABEL 26
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2011 – 2015 (Miliar Rp) .................
27
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2011 – 2015 (Persen) ..................................................
28
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2011 - 2015 (Persen).........................
29
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Papua ............................... Barat Tahun 2011 - 2015 ....................................................................
30
o. id
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2011 – 2015 (Miliar Rp) .................
31
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015 (Persen) ......................
33
Tabel 8
aan Konsumsi Akhir Rumah Pertumbuhan Riil Penggunaan Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015 (Persen) .......
34
Tabel 9
Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015 .......................................... (Persen) .....................................................................................
35
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan an Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015 ......................................
ht t
p: //
Tabel 10 Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015 .................................................................
36
Tabel 11 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Pap Barat, Tahun 2010 – 2014...................................... Provinsi Papua
36
Tabel 12 Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat,Tahun 2010 – 2014 .......................................................
38
Tabel 13 Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015 .............................................................................
39
Tabel 14 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015.......................................................
41
Tabel 15 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2015.......................................................
42
Tabel 16 Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2015 .....................................................
44
vii
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Papua Barat, 2011 - 2015
48
Tabel 18 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2011 - 2015 ................
49
Tabel 19 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2011 - 2015 ............................................................................
50
Tabel 20 Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015.....................................
51
Tabel 21 Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2011 - 2015......
51
Tabel 22 Rasio PDRB terhadap Impor Provinsi Papua Barat Tahun ......................................................................................... 2011 - 2015.........................................................................................
52
mbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Tabel 23 Sisi Keseimbangan ...................................................... Papua Barat, Tahun 2011 - 2015......................................................
53
ps
.g
o. id
Tabel 17 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 - 2015 .....................................
54
at
.b
Tabel 24 Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Provinsi Papua Barat ..................................................... Tahun 2011 - 2015.............................................................................
55
ab
ar
Tabel 25 Rasio Perdagangan Internasional, Internasional, Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2015............................................................................. .............................................................................
ht t
p: //
pa
pu
Tabel 26 Incremental Capital Output Ratio, Ratio Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2015............................................................................ .......................................................................
viii
57
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Papua Barat, 2011 - 2015
DAFTAR GAMBAR Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2015 .....................................................................................................
ht t
p: //
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o. id
Gambar 1.
ix
28
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Papua Barat, 2011 - 2015
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
61
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp)....
62
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) ....................................................................................
63
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi ..................................... Papua Barat (Persen) ........................................................................
64
ps
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku,, Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat (Persen)......................................................................................
66
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua ...................... Barat .......................................................................................
67
ar
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010, Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat (Persen)......................................................................
Lampiran 8
Lampiran 9
pa
ht t
p: //
Lampiran 7.
pu
ab
Lampiran 6.
65
at
.b
Lampiran 5.
.g
o. id
Lampiran 4.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp) ...........
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat ........................................................................................
68
Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat......
69
Lampiran 10 Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) ........................................................................
x
70
BAB I
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
PENDAHULUAN
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
1
1.1
PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
.id
RB atas dasar harga berlaku dapat harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB
go
digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga
s.
konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode
bp
( tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang
ra
t.
digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.
ba
rdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angkaTerdapat
ua
angka PDRB, yaitu:
ap
Produksi, a. Menurut Pendekatan Produksi,
p: //p
Menurut pendekatan ini, PD PDR RB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang PDRB dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
ht t
tertentu (biasanya satu tahun). Unit Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
2
b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktorfaktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi). c.
Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran
.id
konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran
go
konsumsi akhir pemerintah, (4)) pembentukan modal tetap domestik bruto, ((5)
bp
s.
perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
t.
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
ra
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
ba
dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
ua
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di
ht t
p: //p
ap
dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
3
1.2
KEGUNAAN STATISTIK PDRB Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah: 1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. 2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
.id
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
go
B harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian 3. Distribusi PDRB
s.
Sektor atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang
PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
ra
4.
t.
bp
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
ba
akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak digunakan untuk tujuan konsumsi akhir,
ap
ua
luar negeri.
p: //p
B menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam 5. Distribusi PDRB
ht t
dih menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi. 6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri. 7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. 8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
4
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
5
2.1
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
i.
Pendahuluan Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain. ii.
Konsep dan definisi Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan jasa
oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
.id
mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang
s.
Cakupan
bp
iii.
go
dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan perumahan.
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah, baik
ra
t.
yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang dan
ba
jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of Individual Consumption
ua
by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations) Nations), sbb: Makanan dan minuman tidak beralkohol
2.
Minuman narkotik inuman beralkohol, tembakau dan n
3.
Pakaian dan alat kaki
4.
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5.
Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6.
Kesehatan
7.
Angkutan
8.
Komunikasi
9.
Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
ht t
p: //p
ap
1.
10. Pendidikan 11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel 12. Barang dan jasa lainnya Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali manjadi hanya 7 COICOP, yaitu: 1.
Makanan, Minuman, dan Rokok Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
6
2.
Pakaian dan Alas Kaki
3.
Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
4.
Kesehatan dan Pendidikan
5.
Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6.
Hotel dan Restoran
7.
Lainnya
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb: Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings); Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa
.id
rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah rumah tersebut milik sendiri.
go
Apabila rumah tangga benar-benar benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa yang
s.
dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya
bp
(subsidi atau transfer).
t.
Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;
ba
ra
Pemberian/hadiah emberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;
ua
Barang arang dan jasa yang dibeli langsung (direct (direct purchase) purchase oleh residen diluar wilayah atau
ap
diluar negeri (diperlakukan impor) akukan sebagai impor
p: //p
Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu: Pembelian diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut) embelian langsung oleh non-residen, non
ht t
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah, dan pembelian rumah. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
7
iv.
Penghitungan PKRT Tahunan 1. Sumber data Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk kelompok bukan makanan,
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu,
Indeks Harga Konsumen (IHK).
.id
2. Metode penghitungan
go
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
s.
Untuk menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih
bp
diperlukan adanya beberapa penyesuaian (adjustment).
Penyesuaian dilakukan dengan
t.
menggunakan data pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas)
ra
dari beberapa komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih
ba
mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah
ua
mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk
p: //p
jenis pengeluaran tertentu.
ap
beberapa komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku
ht t
(ADHB). PKRT atas dasar asar harga harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010. Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb: 1.
Estimasi PKRT hasil Susenas: a.
Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun 2.
Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu; Terhadap data poin ke 3 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu;
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
8
3.
Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP,
4.
Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5.
Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat) dan 7 kelompok COICOP;
6.
PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil poin ke 5.
2.2
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
i
Pendahuluan Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai sektor
.id
tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada pada tingkat harga yang
go
tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut
Konsep dan definisi
t.
ii
bp
s.
biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
ra
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal
ap
ua
Karakteristik unit LNP adalah sbb :
ba
dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga.
p: //p
yang keberadaannya diakui oleh masyarakat; pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya
ht t
hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga; setiap anggota mempunyai tanggung Papuab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
9
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan berbentuk
badan
usaha.
kemasyarakatan,
LNPRT
Organisasi
dibedakan
sosial,
atas
7
Organisasi
jenis
lembaga,
profesi,
yaitu:
Organisasi
Perkumpulan
sosial/
kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa. iii.
Cakupan Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output
non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari: a.
Konsumsi antara, contoh: pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air,
.id
telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar,
go
perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
bp
b.
s.
dll.
t.
lainnya Penyusutan
d.
subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi)
ua
ba
ra
c.
1.
ap
Penghitungan PK-LNPRT Tahunan Sumber data
p: //p
iv.
Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP). Non
ht t
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut r jenis lembaga dan jenis pengeluaran.
Hasil up-dating dating direktori LNPRT. Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT menurut jenis lembaga.
2.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Metode penghitungan PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan hasil
SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran (barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
10
diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut jenis-nya dihitung dengan rumus sbb :
x ij
xij ni
xij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i
j
X
7
19
x
ij
i 1 j 1
: PK-LNPRT adh Berlaku
s.
X
Ni
.id
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:
go
: Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7 : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
t.
bp
N i : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga
ra
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK PK-LNPRT atas dasar harga berlaku
ba
(ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga arga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara
ap
ua
mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
i.
Pendahuluan
ht t
p: //p
2.3
Unit pemerintah emerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lain-nya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar. Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
11
akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi barang & jasa maupun aktivitas investasi. ii.
Konsep dan Definisi Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai produksi
barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan. Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb: memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
.id
1.
go
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
s.
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang semacam itu memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan
t.
2.
bp
bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
ra
tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang
ba
dibiayai oleh pemerintah. Dala hal ini pemerintah pemerinta memungut biaya yang umumnya tidak
ua
lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas
Cakupan
p: //p
iii.
ap
semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa). non
ht t
Sektor ektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran p Pendapatan dan Belanja daerah (baik Provinsi, lanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah p Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD). Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi; b. PK-Pemerintah Provinsi yang bersangkutan; c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Provinsi; d. PK-Pemerintah Desa/ Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Provinsi bersangkutan. iv.
Penghitungan PDRB Tahunan 1.
Sumber Data Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah: Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
12
a.
Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu) c.
Statistik Keuangan Daerah (BPS)
d. Output Bank Indonesia (BI) e.
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari BPS.
2.
Metode Penghitungan a.
PK-P Provinsi adh Berlaku Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut :
.id
PK-P adh Berlaku =
s.
go
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank Indonesia
bp
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu :
ra
t.
Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli dengan
ba
harga pasar ), belanja pegawai, dan penyusutan. Untuk level Provinsi, PK-P PK--P PK P Provinsi adh Berlaku, dihitung berdasarkan
ua
penjumlahan dari pengeluaran uaran akhir konsumsi pemerintah Provinsi itu sendiri +
ap
pengeluaran uaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/ Kota yang
p: //p
ada di wilayah ayah Provinsi Provinsi tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah desa/kelurahan/nagari yang ada diwilayah provinsi tersebut + pengeluaran
b.
ht t
pemerintah Pusat yang menjadi bagian dari Provinsi yang bersangkutan. P PK-P -P Provinsi adh Konstan Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
13
2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) i
Pendahuluan Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori. PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya. Konsep dan definisi
.id
ii
go
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
s.
pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang ang modal baru dari dalam negeri serta
bp
barang modal baru dan atau barter n bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer tra
ra
t.
barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. dibudidaya Sedangkan
ba
pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial a leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh
ua
bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
ap
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
p: //p
penyusutan sepanjang usia pakai-nya. pakai-nya Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed (
ht t
Capital)) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode. iii
Cakupan PMTB terdiri dari : 1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products), dan sebagai-nya; 2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset yang dipatenkan; Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
14
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakainya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi). iv
Penghitungan PMTB Tahunan 1. Sumber data a.
Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi dari BPS Prov/Kab/Kota.
b.
Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.
c.
Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah tangga
Laporan keuangan perusahaan.
e.
Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi.
f.
IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
g.
Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).
h.
Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.
i.
Publikasi Statistik Konstruksi.
j.
Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
d.
k.
p: //p
(ESDM).
Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
Metode penghitungan
ht t
3.
.id
(level provinsi).
Penghitungan PMTB PMT dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
15
Pendekatan Langsung Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut. Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi)
go
.id
dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
s.
Pendekatan Tidak Langsung
bp
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
t.
komoditas (commodity flow approach). ). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk
ba
sebagian di antaranya
ra
penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri ((supply), yang kemudian
ua
bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi,
ap
baik adh Berlaku maupun adh Konstan.
p: //p
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor.
ht t
Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal. Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
16
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Ke dua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai. PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan
.id
PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit
go
dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi
s.
dasar atau data kontrol untuk data tahunan-nya.
bp
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data
t.
laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan
ra
men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.
ba
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original ((entertainment, literary, or
ua
artistic original products), ), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara televisi yang
ap
dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya
p: //p
diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
ht t
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui pendekatan tak-langsung komoditas), yaitu: langsung (arus (a a.
Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh. c.
Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
17
2.5 PERUBAHAN INVENTORI i
Pendahuluan Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal. Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi. Konsep dan definisi
.id
ii
go
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate dalam bentuk intermediate consumption) consumption) menjadi barang d
s.
lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih ting tinggi. Termasuk dalam
bp
pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang
ra
t.
jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
ba
Perubahan inventori pada akhir periode akuntansi erubahan inventori adalah selisih antara nilai invento
ua
dengan nilai inventori akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang ori pada awal periode akuntansi perubahan posisi barang inventori,, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau
p: //p
ap
pengurangan (bertanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong.
ht t
Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja. iii
Cakupan Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
18
a.
Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b.
Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c.
Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
d.
Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
e.
Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran
.id
untuk tujuan dijual; Ternak untuk tujuan dipotong;
g.
Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
s.
go
f.
Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
t.
h.
bp
bakar atau persediaan; dan
ba
Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan Sumber data
ap
1.
ua
iv
ra
gula pasir, dan gandum.
p: //p
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah: Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari mengunduh website
ht t
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id); (www.idx.co.id (www.idx.co.id
Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
19
2.
Metode Penghitungan Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan inventori,
yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan langsung adalah
pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”. Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan. Pendekatan Langsung Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun
.id
(balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh h nilai perubahan inventori adh berlaku, diperlukan
go
data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori inventori dari da laporan keuangan,
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan akhir men
bp
s.
adalah sbb:
menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di tahun
ra
t.
dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan menginflate perubahan inventori meng
ua
ba
berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
p: //p
Pendekatan Tidak Langsung
ap
adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan. tahun
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas (commodity
ht t
flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. mendeflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar. Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan Inventori adalah bahwa:
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk periode waktu yang berurutan;
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
20
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya;
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai; Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi untuk
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
industri yang datanya tidak tersedia;
ht t
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
21
2.6. EKSPOR IMPOR i
Pendahuluan Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum
wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri. Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong aktivitas ekspor-impor
Ekspor-impor
di
go suatu
wilayah
didefiniskan
s.
Konsep dan definisi
sebagai
bp
ii
.id
di suatu wilayah menjadi semakin berkembang.
alih
kepemilikan
ekonomi
(baik
ra
t.
penjualan/pembelian,, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah tersebut
Cakupan
ua
iii
ba
dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut. tersebut.
ap
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
b.
Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
p: //p
a.
c.
iv
ht t
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya Net Ekspor antar daerah -
Ekspor antar daerah
-
Impor antar daerah
Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan 1. Sumber data a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$) b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$) c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
e.
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang;
f.
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
22
g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia 2.
Metode Penghitungan Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$. Penghitungan
ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaski yang tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
pengeluaran.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
23
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN PROVINSI PAPUA BARAT BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2011 - 2015
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
24
Perubahan struktur ekonomi Provinsi Papua Barat akibat proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2011 s.d 2015, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional. Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia di wilayah domestik Papua Barat digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam erilaku masing-masing masing bentuk PMTB dan perubahan inventori). Untuk lebih jelasnya, perilaku komponen
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
pengeluaran itu akan diuraikan pada bagian berikut.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
25
3.1 TINJAUAN AGEGAT PDRB PAPUA BARAT MENURUT PENGELUARAN Kondisi perekonomian Papua Barat menunjukkan perkembangan yang signifikan terutama sejak masuknya produsen LNG. Hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukan arah positif. Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui Nilai PDRB ADHB dan ADHK, serta pertumbuhan pada total PDRB. Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat 2011-2015 2013 (4)
2015** (6) 16 575,45
556,12
584,36
11 687,53
12 990,66
10 193,50
11 134,36
13 125,11
-1 165,49
-1 493,38
1 320,22
36 642,32
41 543,52
51 704,12
41 440,33
341,36
385,43
3. Konsumsi Pemerintah
7 792,31
9 037,90
4. PMTB
7 657,19
8 267,42
5. Perubahan Inventori
1 087,22
5 106,11
13 375,76 450,18
10 296,20
bp
s.
12 299,65
ra
2. Konsumsi LNPRT
2014* (5) 14 717,25
11 507,21
t.
1. Konsumsi Rumah Tangga
2012 (3)
.id
2011 (2)
go
Komponen Pengeluaran (1)
(Miliar Rp)
28 535,34
7. Impor
12 666,00
24 317,74
21 696,01
30 095,10
23 156,11
44 254,64
47 421,09
52 997,66
58 210,90
62 880,02
ua
ba
6. Ekspor
p: //p
ap
Total PDRB * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Nilai PDRB Papua Barat (adh Berlaku) selama periode tahun 20 2011 s.d 2015 menunjukkan
ht t
peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. Komponen-komponen pada PDRB Pengeluaran pada umumnya mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2015 terjadi penurunan pada komponen ekspor dan impor, dimana penurunan ekspor lebih besar sehingga secara net ekspor terjadi penurunan. Nilai impor juga mengalami penurunan pada tahun 2013 namun kembali terjadi peningkatan di tahun 2014, dan kembali menurun di tahun berikutnya.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
26
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat 2011-2015 Komponen Pengeluaran (1)
2011 (2)
2012 (3)
2013 (4)
(Miliar Rp) 2014* (5)
2015** (6)
11 211,03
11 518,69
11 896,50
12 697,62
13 407,76
332,15
354,04
385,94
449,43
442,63
3. Konsumsi Pemerintah
7 236,05
7 957,13
8 558,13
8 794,45
9 125,81
4. PMTB
7 387,28
7 601,44
9 034,86
9 006,70
10 035,94
961,47
4 294,38
-1 079,47
-1 369,36
961,25
6. Ekspor
24 503,15
30 443,34
30 182,35
35 314,42
40 271,20
7. Impor
8 763,94
17 745,68
11 284,08
14 606,21
21 896,51
42 867,19
44 423,34
47 694,23
50 287,04
52 348,08
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT
5. Perubahan Inventori
.id
Total PDRB * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
go
Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB menurut peng pengeluaran juga dinilai adh
s.
20 Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010. Melalui
bp
pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB di masing masing-masing tahun dapat memberikan
t.
gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau atau secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh
ra
perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan menggambarkan perubahan atau
ba
buhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi pertumbuhan
ua
15 1 5, gambaran tentang perkembangan ekonomi Papua Barat akhir. Selama kurun waktu 2011–2015,
ap
berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada tabel 2 diatas. Sama halnya dengan PDRB adh
p: //p
Berlaku, komponen pengeluaran PDRB adh Konstan pada umumnya juga menunjukkan
ht t
tahun, kecuali pada ekspor dan impor tahun 2013. peningkatan dari tahun ke tahun,
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
27
Gambar 1. Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat, Tahun 2011 – 2015 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0
2012
2013 ADKH2010
ADHB
2014*
2015**
.id
2011
go
Dari grafik di atas, nampak bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu lebih besar dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh
bp
s.
perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh
t.
faktor harga telah ditiadakan.
ra
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua
ba
komponen pengeluarannnya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT), konsumsi
ua
akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto
ap
(PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.
p: //p
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB P Menurut Pengeluaran, Pengeluaran Provinsi Papua Barat 2011—2015
ht t
(Persen)
Komponen Pengeluaran
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
26,00
25,94
25,24
25,28
26,36
0,77
0,81
0,85
0,96
0,93
3. Konsumsi Pemerintah
17,61
19,06
19,43
20,08
20,66
4. PMTB
17,30
17,43
19,23
19,13
20,87
2,46
10,77
-2,20
-2,57
2,10
64,48
77,27
78,39
88,82
65,90
28,62 100,00
51,28 100,00
40,94 100,00
51,70 100,00
36,83 100,00
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT
5. Perubahan Inventori 6. Ekspor 7. Impor Total PDRB
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
28
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat bahwa selama periode 2011 – 2015, peranan ekspor sangat besar dalam PDRB Papua Barat (di atas 50 persen). Ekspor Papua Barat didominasi oleh ekspor migas. Sementara itu impor juga mempunyai peran yang relatif besar, karena sekitar 28 – 51 persen permintaan domestik masih dipenuhi oleh produk dari impor. Proporsi konsumsi akhir rumah tangga cukup besar yaitu sekitar 25 – 26 persen. Proporsi konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 17 - 20 persen. Pengeluaran untuk kapital (PMTB) mempunyai kontribusi sama dengan konsumsi akhir pemerintah yaitu sekitar 17 – 20 persen. Di sisi lain, pada tahun 2011-2015 perdagangan internasional Papua Barat yang direpresentasikan oleh transaksi ekspor dan impor, menunjukkan bahwa nilai ekspor selalu lebih tinggi dari nilai impor. Kecenderungan perdagangan internasional Papua Barat dalam periode tersebut selalu menunjukkan posisi “surplus”. Hal ini tidak terlepas dari tingginya ekspor luar negeri komoditas minyak dan gas yang
.id
dihasilkan di Papua Barat.
bp
s.
go
20 Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,, Provinsi Papua Barat 2015 201 5 2011—2015
(Persen)
2011
2012
2013 201
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)) (3
(4)
(5)
(6)
3,83 6,70 7,79 --64,45 64,45 --22,28 22,28 -50,58 3,64
ra
2,79
ua ap
p: //p
2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB 5. Perubahan Inventori 6. Ekspor 7. Impor Total PDRB
2,74
3,28
6,73
5,59
6,59 9,97 2,90 346,65 24,24 102,49 3,63
9,01 7,55 18,86 -125,14 -0,86 -36,41 7,36
16,45 2,76 -0,31 26,85 17,00 29,44 5,44
-1,51 3,77 11,43 -170,20 14,04 49,91 4,10
ba
1. Konsumsi Rumah Tangga
t.
Komponen Pengeluaran
ht t
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Papua Barat dari tahun 2011 s.d 2015 mengalami fluktuasi, dengan masing-masing pertumbuhan 3,64 persen (2011); 3,63 persen (2012); 7,36 persen (2013); 5,44 persen (2014), dan 4,10 persen (2015). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni sebesar 7,36 persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada tahun 2012 (3,63 persen).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
29
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2011 - 2015 2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
102,64
106,78
112,43
115,91
123,63
2. Konsumsi LNPRT
102,77
108,87
116,65
123,74
132,02
3. Konsumsi Pemerintah
107,69
113,58
120,31
132,90
142,35
4. PMTB
103,65
108,76
112,82
123,62
130,78
5. Ekspor
116,46
120,36
137,64
146,41
102,90
6. Impor
144,52
137,03
192,27
206,04
105,75
Total PDRB
103,24
106,75
111,12
115,76
120,12
go
* Angka Sementara
.id
Komponen Pengeluaran
s.
** Angka sangat sementara
bp
Sementara itu, indeks implisit1 PDRB yang menggambarkan tingkat perubahan harga yang
ra
t.
terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintahan)
ba
maupun konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri) juga menunjukkan peningkatan.
ua
Indeks implisit konsumsi akhir rumah tangga pada umumnya selalu meningkat setiap
ap
tahun mengikuti inflasi yang terjadi di Papua Barat. Sementara itu untuk komponen ekspor dan
p: //p
impor indeks implisit lebih fluktuatif karena dipengaruhi harga dolar dan harga komoditas,
ht t
terutama migas, di pasar dunia.
3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi kedua terbesar dalam PDRB menurut pengeluaran Papua Barat. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana sekitar 25 persen produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga.
1
Indeks perkembangan
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
30
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, 2011—2015 Uraian
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
11 507,21
12 299,65
13 375,76
14 717,25
16 575,45
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
11 211,03
11 518,69
11 896,50
12 697,62
13 407,76
26,00
25,94
25,24
25,28
26,36
a. ADHB
66 292,65
69 008,06
73 111,57
78 400,00
86 127,72
b. ADHK 2010
64 586,36
64 626,44
65 025,99
67 641,29
69 668,07
a. ADHB
14 640,61
15 241,30
.id
Total Konsumsi Rumah Tangga
16 148,59
17 318,30
19 019,45
b. ADHK 2010
14 263,78
14 273,56
14 362,68
14 941,74
15 384,69
2,79 0,08 0,08
2,74 0,06 0,07
3,28 0,62 0,62
6,73 4,02 4,03
5,59 3,00 2,96
173 582
178 235
182 950
187 720
192 452
786,00
807,00
828,29
849,81
871,50
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) Rata-rata konsumsi per Rumah Tangga/ tahun (Ribu Rp)
bp t.
ra
a. Total konsumsi RT b. Per-RT c. Perkapita
s.
Pertumbuhan2
Jumlah RT (unit)
ba
Jumlah penduduk (000 org)
ap
ua
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
go
Rata-rata konsumsi per kapita/ tahun (Ribu Rp)
Data di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2011 – 2015 konsumsi akhir rumah
p: //p
tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh
ht t
Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2011 s.d 2015 cukup stabil. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 26,36 persen dan titik terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu 25,24 persen. Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-masa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk konsumsi, termasuk konsumsi rumah tangga. Selain itu perkembangan teknologi saat ini semakin memudahkan masyarakat untuk membeli barang secara online. Beberapa situs belanja online Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
31
bahkan memiliki penawaran gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia. Hal ini dimanfaatkan masyarakat yang ingin mendapatkan barang kebutuhannya dengan harga yang terkadang lebih murah daripada yang tersedia di pasar domestik, ataupun untuk mendapatkan barang yang tidak tersedia di pasar domestik. Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun ke tahun, baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2011, secara umum setiap rumah tangga di Indonesia menghabiskan dana sekitar 66.292,65 ribu rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 69.008,06 ribu rupiah (2012); 73.111,57 ribu rupiah (2013); 78.400,0 ribu rupiah (2014) dan menjadi 86.127,72 ribu rupiah
.id
(2015). rata konsumsi rumah tangga per Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, rata-rata
go
rumah tangga juga mengalami pertumbuhan. Pada 2011 dibandingkan dengan tahun 2010 rata rata-
bp
s.
ertumbuhan pada tahun 201 rata konsumsi tumbuh sebesar 0,08 persen. Pertumbuhan 2014 cukup tinggi yaitu sebesar 4,02 persen, dan pada 2015 pertumbuhannya menjadi 3,00 persen persen. Di sisi lain, rata-rata
ra
t.
kapita juga menunjukan kecenderungan yang searah dengan kenaikan jumlah konsumsi per-kapita
ba
penduduk,, dan selalu diikuti pula oleh kenaikan nilai konsumsinya. Pertumbuhan rata-rata
ua
nunjukan peningkatan, baik adh Berlaku maupun adh Konstan 20 konsumsi per-kapita menunjukan 2010.
ap
rata-rata ratarata konsumsi setiap penduduk di Provinsi Papua Barat Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata
p: //p
meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai (termasuk juga peningkatan ngkatan rata-rata rata-rata ratarata konsumsi per-kapita per kualitas). Peningkatan secara “riil” berkisar antara 0,07 s.d 4,03 rumah tangga.
ht t
persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh terhadap perubahan struktur konsumsi
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 2,79 persen pada tahun 2011. Kemudian, menurun pada tahun berikutnya yaitu sebesar 2,74 persen (2012). Selanjutnya pada tahun 2013 konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat kembali yaitu sebesar 3,28 persen dan tahun 2014 terjadi pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 6,73 persen, kemudian pada 2015 pertumbuhannya kembali menurun yaitu sebesar 5,59 persen. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi per-kapita menurun dari 0,08 persen ditahun 2011 menjadi sebsesar 0,07 persen di tahun 2012. Namun pada tahun berikutnya (2013 dan 2014) meningkat kembali menjadi 0,62 persen dan 4,03 persen, kemudian menurun kembali menjadi 2,96 persen pada 2015. Nampak bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah tangga secara “riil” pada 2011 sampai dengan 2013 lebih rendah dari peningkatan jumlah penduduk yang berada pada kisaran 2-3 persen, Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
32
sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 peningkatan konsumsi rumah tangga secara riil lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDRB ini. Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2011—20152 (Persen) Kelompok Konsumsi
2011 (2)
(5)
(6) 52,72
52,36
2,16
2,10
2,02
2,04
2,00
11,14
10,87
10,61
11,57
11,38
5,73
5,80
5,63
5,56
5,63
16,92
16,97
17,47
17,21
17,88
4,38
4,36
4,44
4,58
6,52
6,09
6,46
6,17
100,00
100,00
100,00
100,00
g. Lainnya
6,72
ba
4,43
go s.
ap
ua
100,00
.id
53,82
f. Hotel & Restoran
Total Konsumsi * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
(4)
2015**
53,37
bp
d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
(3)
2014*
52,91
t.
b. Pakaian dan Alas Kaki c.Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
2013
ra
(1) a. Makanan, Minuman, dan Rokok
2012
p: //p
Secara umum pada periode tahun 2011 – 2015 , nampak pada struktur konsumsi akhir rumah tangga Papua Barat, konsumsi makanan, minuman, dan rokok sedikit lebih tinggi
ht t
dibandingkan konsumsi bukan makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan berada pada persen. Proporsi untuk makanan kisaran 52 – 53 persen. makanan, minuman, dan rokok pada masing-masing tahun mencapai 52,91 persen (2011); 53,37 persen (2012); 53,82 persen (2013); 52,72 persen (2014); dan 52,36 persen (2015). Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik menarik antara kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun demikian, pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya. 2
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
33
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, 2011—2015 (Persen) Kelompok Konsumsi
2011
(1)
2012
(2)
2013
2014*
2015**
(3)
(4)
(5)
(6)
0,46
2,22
2,79
5,21
3,32
b. Pakaian dan Alas Kaki
3,88
2,24
3,65
9,50
8,50
c.Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
3,08
2,76
3,36
8,79
4,06
d. Kesehatan & Pendidikan e.Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
3,31
3,18
2,61
8,24
8,70
6,11
3,73
5,34
8,62
11,37
f. Hotel & Restoran
4,11
3,84
4,37
4,61
4,83
11,76
3,41
9,44
7,08
1,49
s.
go
g. Lainnya * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
.id
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
bp
Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, pengeluaran rrumah tangga untuk kelompok
t.
makanan, minuman, dan rokok cukup stabil sampai dengan tahun 2013, dengan masingmasing-masing
ra
sebesar 0,46 persen (2011) ; 2,22 persen (2012) ;
2,79 persen (2013); hanya pada tahun 2014
ba
mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu sebesar 5,21 persen, namun kembali melambat pada tahun
ua
2015 menjadi 3,32 persen. Pada kelompok konsumsi bukan makanan, pola pertumbuhan juga
ap
cukup fluktuatif, dimana tahun 2014 terjadi pertumbuhan lebih tinggi dibanding tahun-tahun
p: //p
sebelumnya. Hanya pada kelompok hotel dan restoran yang pertumbuhannya cukup stabil selama periode 2011 – 2015. Pertumbuhan “riil” ini menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah
ht t
tangga dalam bentuk kuantum (volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini menunjukan terjadinya peningkatan daya beli masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
34
Tabel 9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, 2011—20153 (Persen) Kelompok Konsumsi
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
3,01
5,47
6,71
2,43
8,26
b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
1,15
1,51
0,98
1,55
1,93
2,95
1,50
2,70
10,27
6,49
d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
4,12
4,89
2,85
0,41
4,94
1,76
3,37
6,25
-0,19
5,06
f. Hotel & Restoran
3,28
1,78
3,72
7,15
10,81
g. Lainnya * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
0,37
0,29
0,20
6,64
0,39
go
.id
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
s.
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam tabel 9 9,
bp
menunjukan peningkatan setiap tahun-nya untuk setiap kelompok konsumsi konsumsi. Peningkatan harga
ra
t.
(inflasi) cukup fluktuatif pada masing-masing masing kelompok konsumsi. Rincian peningkatan harga
ba
(20 11)) 5,47 persen (2012); 6,71 persen (2013); 2,43 pada kelompok makanan sebesar 3,01 persen (2011 (2011);
ua
persen (2014),, dan melonjak menjadi 8,26 pada tahun 2015 2015. Sementara itu, konsumsi pakaian dan
ap
nya lebih rendah yaitu dari 1,15 persen (2011). Kemudian pada tahun berikutnya alas kaki inflasinya persen rsen (201 yaitu 1,51 persen (2012); 0,98 pe (2013); 1,55 persen (2014), dan 1,93 persen (2015). Kelompok
p: //p
hotel dan restoran mengalami peningkatan harga cukup signifikan pada tahun 2015 yaitu 10,81
ht t
persen setelah tahun sebelumnya sebelumnya mencapai 7,15 persen. Peningkatan pada kelompok ini secara tidak langsung berhubungan dengan peningkatan harga pada kelompok makanan yang mencakup bahan makanan sebagai bahan baku restoran.
3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB menurut pengeluaran sangat minor dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi. Data
3
Tingkat perubahan harga produk konsumsi
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
35
berikut menunjukan hal tersebut, dimana hal tersebut dapat dilihat dari proporsinya terhadap PDRB yang minor. Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Provinsi Papua Barat, 2011—2015 Uraian
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
341,36
385,43
450,18
556,12
584,36
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
332,15
354,04
385,94
449,43
442,63
0,77
0,81
0,85
0,96
0,93
Total Konsumsi LNPRT
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB)
.id
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
go
Selama periode 2011 – 2015, nilai konsumsi LNPRT baik adh Berlaku maupun adh Konstan selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan, demikian pula proporsi terhadap PDRB
bp
s.
yang selalu meningkat. Meskipun demikian, nilainya yang sangat kecil menyebabkan proporsi
t.
konsumsi LNPRT terhadap PDRB tidak pernah lebih dari 1 persen. Proporsi terbesar hanya
ra
sebesar 0,96 persen yang terjadi pada tahun 2014 karena adanya rangkaian kegiatan Pemilihan
ba
Umum (Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden). Pada tahun 2015 juga proporsi cukup tinggi
ap
ua
karena ada Pemilu Kepala Daerah pada beberapa Kabupaten di Papua Barat.
p: //p
3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
ht t
Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan konsumsi
pemerintah
dalam
perekonomian
provinsi
Papua
Barat
serta
bagaimana
perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, 2011 – 2015 Uraian
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
7 792,31
9 037,90
10 296,20
11 687,53
12 990,66
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
7 236,05
7 957,13
8 558,13
8 794,45
9 125,81
17,61
19,06
19,43
20,08
20,66
Total Konsumsi Pemerintah
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB)
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
36
Lanjutan Tabel 11. Konsumsi Pemerintah per kapita (Ribu Rp) a. ADHB
9 914,15
11 199,45
12 430,63
13 753,13
14 906,10
b. ADHK 2010
9 206,41
9 860,20
10 332,25
10 348,73
10 471,38
a. Total konsumsi Pemerintah
6,70
9,97
7,37
2,69
3,77
b. Konsumsi perkapita
3,89
7,10
4,61
0,09
1,19
Jumlah penduduk (000 org)
786
807
828
850
871
Pertumbuhan
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2011 total pengeluaran konsumsi akhir
.id
pemerintah adh Berlaku sebesar 7.792,31 miliar rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada
go
tahun 2015 nilainya mencapai 12.990,7 miliar rupiah. Demikian halnya dengan konsumsi
s.
pemerintah adh Konstan 2010, tahun. Hal 0, yang juga mengalami peningkatan pada masing-masing masing
bp
ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi
t.
kuantitas.
ra
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah
ba
terhadap PDRB juga mengalami ami peningkatan, dari hanya 17,61 persen di tahun 2011 hingga
ua
mencapai 20,66 persen pada tahun 2015 2015. 201 5.. Sepanjang periode tersebut, proporsinya selalu
ap
tahunnya. Peningkatan tersebut cenderung didominasi oleh mengalami peningkatan tiap tahunnya
p: //p
pengeluaran pemerintah untuk konsumsi kolektif.
ht t
Dalam prakteknya, nya,, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan nya layanan yang diberikan pada masyarakat (publik) (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah perkapita. Pada tahun 2011 konsumsi pemerintah per-kapita adh Berlaku sebesar 9.914,15 ribu rupiah, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 11). Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan (2010) juga menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya (lihat tabel 11). Peningkatan tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah secara kuantitas. Hal tersebut juga dapat dilihat dari laju pertumbuhannya yang sebesar 3,89 persen pada tahun 2011, dan meningkat menjadi 7,10
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
37
persen di tahun berikutnya. Namun pada 2015 pertumbuhannya melambat yaitu hanya sebesar 1,19 persen. Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” menunjukkan peningkatan baik secara keseluruhan maupun rata-rata per penduduk. Parameter ini adalah pendekatan untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan sumber daya finansial oleh pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan rincian untuk total konsumsi pemerintah sebesar 9,97 persen; untuk konsumsi per-kapita 7,10 persen.
Tabel 12. Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, 2011 - 2015 2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
.id
Uraian
a. Konsumsi Kolektif (Miliar Rp)
go
Struktur Konsumsi Akhir (belanja) Pemerintah 6 616,46
8 111,63
9 280,95
10 300,56
(73,58)
(73,21) ((73,21 73,21))
(78,78)
(79,41)
(79,29)
2 421,44
2 184,57
2 406,58
2 690,10
(26,79) ((26,79 26,79
(21,22)
(20,59)
(20,71)
7 792,3
9 037,9
10 296,2
11 687,5
12 990,70
(100,00) ((100,00 100,00))
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
6,82
11,79
16,07
2,94
3,85
6,38
5,24
-15,91
2,07
3,46
6,70
9,97
7,55
2,76
3,77
9,78
3,23
5,63
11,14
6,87
b. Konsumsi Individu
2,26
11,77
7,28
7,93
8,04
Total Konsumsi * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
7,69
5,47
5,92
10,46
7,11
b. Konsumsi Individu (Miliar Rp)
2 058,69 (%)
t.
(26,42)
p: //p
Total Konsumsi
ap
a. Konsumsi Kolektif b. Konsumsi Individu
ba
ua
Pertumbuhan riil (ADHK 2010) (%)
ra
Total Konsumsi (Miliar Rp) (%)
bp
(%)
s.
5 733,63
Pertumbuhan indeks harga (%) implisit
ht t
a. Konsumsi Kolektif
Secara struktur, bagian terbesar dari pengeluaran pemerintah adalah untuk konsumsi kolektif. Sekitar 70 persen pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai belanja konsumsi tersebut. Secara nominal, pengeluaran ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat tabel 12). Begitu pula proporsinya terhadap total konsumsi akhir pemerintah mengalami peningkatan keculai pada 2012 yang sedikit menurun dari 73,58 persen pada 2011 menjadi 73,21 persen. Pada tahun-tahun berikutnya proporsinya kembali meningkat menjadi 78,78 persen (2013), 79,41 persen (2014), dan 79,29 persen (2015).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
38
Konsumsi individu secara nominal pada umumnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada 2013 (lihat tabel 12). Secara umum, proporsi konsumsi individu pada periode 2011-2015 cenderung menurun. Hanya pada tahun 2012 saja proporsinya sedikit meningkat menjadi 26,79 persen.
3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)4. Fungsi
.id
kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input)) di dalam proses produksi pada
go
berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.
2011
(1)
(2)
a. ADHB (Miliar Rp)
2013 (4)
2014*
2015**
(5)
(6)
8.267,42
10 193,50
11 134,36
13 125,11
7 387,28
7.601,44
9 034,86
9 006,70
10 035,94
17,30
17,43
19,23
19,13
20,87
5 443,05
5 972,91
7 692,72
8 226,85
9 737,27
(71,08)
(72,25)
(75,47)
(73,89)
(74,19)
2 214,1
2 294,5
2 500,8
2 907,5
3 387,8
(28,92)
(27,75)
(24,53)
(26,11)
(25,81)
7 657,19
8 267,42
10 193,50
11 134,36
13 125,11
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
7,79
2,90
18,86
-0,31
11,43
(%)
3,12
3,63
24,62
-0,69
12,54
b. Non Bangunan (%) * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
20,67
1,18
4,96
0,77
8,29
ba
7 657,19
ua
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
ap
Proporsi terhadap PDRB Struktur PMTB
p: //p
(% ADHB)
ht t
a. Bangunan (Miliar Rp)
(%)
b. Non Bangunan (Miliar Rp) (%) Total PMTB (Miliar Rp) (%) Pertumbuhan Total PMTB (%) a. Bangunan
4
(3)
ra
Total PMTB
20122 201
t.
Uraian
bp
s.
Tabel 13.. Perkembangan dan Struktur PMTB PMTB 201 11 1 - 201 Provinsi Papua Barat, 20 2011 2015
Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
39
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun riil. Pertumbuhan PMTB pada masing-masing komponen sangat bervariasi antar tahunnya. Sub komponen bangunan merupakan komponen dengan proporsi terbesar dalam pembentukan modal tetap yaitu lebih dari 70 persen. Pertumbuhan di sektor bangunan meskipun cenderung menurun dari tahun ke tahun, tetapi proporsinya relatif stabil. Proporsi non bangunan terhadap total PMTB relatif stabil selama periode 2011 – 2015 hanya berkisar pada 24 – 28 persen (tabel 13). Proporsi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan 28,92 persen dimana pertumbuhannya mencapai 20,67 persen. Pertumbuhan “riil” sub komponen non bangunan tersebut adalah pertumbuhan tertinggi, dimana pada tahun-tahun setelahnya pertumbuhannya tidak pernah mencapai 10 persen. Pertumbuhan “riil” cukup berfluktuasi pada
.id
tahun 2012 hanya sebesar 1,18 kemudian meningkat kembali menjadi 4,96 pada 2013 dan pada pad
go
2014 kembali terjadi perlambatan hanya menjadi sebesar 0,77 persen, kemudian meningkat
bp
s.
kembali pada tahun 2015 menjadi 8,29 persen.
Sementara itu, pertumbuhan “riil” sub komponen bangunan menunjukkan pola yang
ra
t.
sangat variatif antar tahunnya. Dalam periode tahun 2011 s.d 2015 pertumbuhan bangunan 20
ba
cenderung menurun. Namun sangat signifikan hingga amun pada tahun 2013 2013 mengalami pertumbuhan pe
ua
mencapai 24,62 persen. Pertumbuhan tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada tahun
ap
berikutnya menjadi minus yaitu sebesar minus 0,69 persen. Namun pada tahun 2015 kembali
p: //p
terjadi peningkatan menjadi 12,54 persen. Secara umum, selama kurun waktu tahun 2011-2015 pertumbuhan total PMTB mengalami 20
ht t
2013 yang mencapai besaran angka fluktuasi di mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 20 18,86 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tah tahun 2014 yaitu hanya sebesar minus 0,31 persen.
3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif). Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
40
ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok). Tabel 14. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Papua Barat, 2011—2015 Uraian
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 087,22
5 106,11
- 1 165,49
- 1 493,38
1 320,22
961,47
4 294,38
- 1 079,47
- 1 369,36
961,25
2,46
10,77
-2,20 2,20
-2,57
2,10
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB (% ADHB)
bp
s.
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
go
a. ADHB (Miliar Rp)
.id
Total Nilai Inventori
t.
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan
ba
ra
inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih. Hal utama yang dapat
ua
PD dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai
p: //p
ap
besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau negatif). ubahan inventori sebesar 1.087,22 miliar rupiah, sebagian besar terjadi Pada Tahun 2011 perubahan
ht t
industri. Sedangkan tahun 2012 201 perubahan inventori meningkat dibandingkan pada kelompok industri. dengan tahun sebelumnya ebelumnya yaitu sebesar 5.106,11 miliar rupiah yang mengakibatkan proporsinya terhadap PDRB meningkat menjadi 10,77 persen. Pada tahun 2013 perubahan inventori mengalami pengurangan tajam menjadi sebesar minus 1.165,49 miliar rupiah dan pada tahun 2014 juga terjadi penurunan perubahan inventori sebesar 1.1493,38 miliar rupiah yang mengakibatkan proporsinya menjadi sebesar minus 2,57 persen terhadap PDRB. Pada tahun 2015 perubahan inventori kembali bertanda positif menjadi 1.320,22 miliar rupiah, dengan proporsi terhadap PDRB sebesar 2,10 persen.
3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi oleh Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
41
pihak luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun laut) yang singgah dan sebagainya. Secara total, nilai ekspor luar negeri selama periode 2011 – 2015 selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (adh Berlaku). Pada tahun 2011 ekspor luar negeri hanya mencapai 26.552,82 miliar rupiah, kemudian pada tahun-tahun berikutnya nilai ekspor mencapai 34.271,65 miliar rupiah (2012), tahun 2013 ekspor meningkat kembali menjadi sebesar 36.886,71 miliar rupiah. Pada tahun berikutnya, nilai ekspor meningkat tajam yaitu sebesar 45.855,82 miliar rupiah, dan kembali menurun tajam menjadi sebesar 36.428,40 miliar rupiah pada tahun 2015. Sedikit berbeda dengan nilai ekspor adh Berlaku, nilai ekspor adh Konstan 2010 pada tahun masing tertentu menunjukan arah pertumbuhan yang berbeda, yaitu dengan nilai “riil” masing-masing
.id
tahun sebesar 22.580,42 miliar rupiah (2011); 28.231,81 miliar rupiah (2012); (2012 26.238,64 miliar rupiah (2012
go
(2013); 30.710,17 miliar rupiah (2014);; dan 35.639,90 miliar rupiah (2015). (2015) Selama kurun waktu 2011
s.
ngalami fluktuasi, fluktuasi yaitu dari 60 persen pada tahun - 2015, proporsinya dalam PDRB cenderung mengalami
bp
2011 menjadi 57,93 persen di tahun 2015.
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
26 552,86
34 271,65
36 886,71
45 855,82
36 428,40
22 580,42
28 231,81
26 238,64
30 710,17
35 639,90
60,00
72,27
69,60
78,78
57,93
a. Barang (Miliar Rp)
26 499,10
34 208,36
36 818,97
45 784,83
36 338,09
(%)
(99,80)
(99,82)
(99,82)
(99,85)
(99,75)
53,8
63,3
67,7
71,0
90,3
(0,20)
(0,18)
(0,18)
(0,15)
(0,25)
100,00
100,00
(100,00)
(100,00)
(100,00)
- Barang
46,01
25,06
- 7,06
17,09
16,06
- Jasa
20,21
10,78
- 5,16
- 7,71
13,70
45,94
25,03
- 7,06
17,04
16,05
ua
2011
Total Nilai Ekspor b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
Struktur Ekspor
ht t
Proporsi terhadap PDRB
p: //p
a. ADHB (Miliar Rp)
(% ADHB)
b. Jasa (Miliar Rp) (%) Total Ekspor
ba
20122 201
ap
Uraian
ra
t.
Tabel 15.. Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, 2011 - 2015
(%)
Pertumbuhan (%)
Total Ekspor * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
42
Menurut komposisinya, sebagian besar ekspor Papua Barat berupa barang (rata-rata 99 persen), sisanya adalah ekspor dalam bentuk jasa. Sedangkan pertumbuhan riil total ekspor mencapai angka yang tinggi. Pertumbuhan yang tinggi tersebut disebabkan adanya peningkatan volume ekspor dalam bentuk barang komoditas migas. Sementara itu pertumbuhan minus terjadi pada tahun 2013 (minus 7,06 persen) dari tahun 2012 yang tumbuh sebesar 25,03 persen. Pertumbuhan minus tersebut disebabkan oleh pertumbuhan ekspor barang dan jasa pada tahun 2013 yang juga menunjukkan pertumbuhan negatif, yaitu masing-masing minus 7,06 persen (barang) dan minus 5,16 persen (jasa). Hal ini terjadi disebabkan karena adanya kenaikan harga komoditas ekspor maupun harga nilai tukar dollar terhadap sehingga nilai ekspor tetap naik walaupun secara riil mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2014 ekspor tumbuh kembali sebesar 17,04 persen dan ekspor terus meningkat pada tahun 2015 dengan tingkat pertumbuhan
go
.id
mencapai 16,05 persen.
bp
s.
3.8 PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI
t.
Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun PMTB
ra
(termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari impor. PDRB
ba
menggambarkan produk yang benar-benar benar dihasilkan oleh ekonomi domestik. Sehingga untuk
ua
mengukur potensi dan besaran produk domestik, ma maka komponen impor tersebut harus
ap
dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai
p: //p
impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha (sektor).
ht t
Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan penyediaan (supply)) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari dari non residen. Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongan-nya bisa berbeda dengan ekspor. Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan semakin kuatnya ketergantungan Indonesia terhadap ekonomi atau produk negara lain.
Komponen impor
termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Papua Barat di luar negeri, baik yang berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk jasa).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
43
Tabel 16. Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, 2011 - 2015 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
800,31
490,22
748,41
776,33
732,83
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
778,21
447,70
623,01
586,97
498,15
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
508,25
161,51
330,30
331,22
178,58
(63,51)
(32,95)
(44,13)
(42,66)
(24,37)
292,1
328,7
418,1
445,1
554,3
(%)
(36,49)
(67,05)
(55,87)
(57,34)
(75,63)
(%)
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
- Barang
-12,53
-69,93
94,50
-3,39
-50,36
- Jasa
-4,74
2,93
12,42
-7,79
15,71
-9,75
-42,47 42,47
39,16
-5,78
-15,13
Total Nilai Impor
Proporsi terhadap PDRB (% -ADHB)
(%) b. Jasa (Miliar Rp) Total Impor
go
a. Barang (Miliar Rp)
.id
Struktur Impor
bp
t.
ua
ba
ra
Total Impor * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
s.
Pertumbuhan (%)
ap
Tabel 16 di atas menunjukan bahwa pola perkembangan impor luar negeri Papua Barat p
p: //p
pada periode tahun 2011 – 2015 mengalami fluktuasi (baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010). Pada tahun 2011 nilai impor luar negeri sebesar 800,31 miliar rupiah, kemudian menurun
ht t
pada 2012 menjadi 490,22 miliar rupiah, di mana nilai ini menjadi nilai impor terendah sepanjang periode 2011-2015. Pada berikutnya (2013-2014) nilai impor mengalami peningkatan Pada tahun-tahun tahun menjadi 748,41 miliar rupiah (2013) dan 776,33 miliar rupiah (2014). Nilai impor kembali turun pada tahun 2015, menjadi 732,83 miliar rupiah. Proporsi impor luar negeri terhadap total PDRB setiap tahunnya sangat kecil. Hal ini disebabkan barang impor di Papua Barat lebih banyak didatangkan dari luar daerah di dalam negeri. Proporsi tertinggi hanya sebesar 0,02 persen pada tahun 2011 kemudian menurun menjadi 0,01 persen pada tahun-tahun berikutnya. Di sisi lain, secara riil nilai impor luar negeri mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pada 2011 impor mengalami penuruna sebesar 9,75 persen, kemudian tahun berikutnya pertumbuhan impor menurun hingga mencapai minus 42,27 persen. Kondisi ini berubah pada tahun 2013 dimana terjadi peningkatan impor sebesar 39,16 persen. Pada tahun 2014 pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
44
riil impor mengalami pertumbuhan minus 5,78 persen walaupun secara nilai adh Berlaku mengalami kenaikan. Penurunan terus berlanjut pada tahun 2015, dengan pertumbuhan sebesar minus 15,13 persen. Pola pertumbuhan total impor sangat dipengaruhi oleh impor barang karena proporsinya yang lebih besar dibandingkan impor jasa. Pada impor jasa pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 15,71 persen, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar minus 7,79 persen. Perbedaan arah pertumbuhan terjadi pada tahun 2012 dan 2015 dimana impor jasa mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,93 persen (2012) dan 15,71 persen (2015), tetapi pertumbuhan impor total dan impor barang bernilai negatif. Menurut komposisinya, terjadi perubahan proporsi pada jenis impor luar negeri sejak tahun 2012. Tahun 2011 impor luar negeri masih didominasi impor barang dengan proporsi sebesar 63,51 persen (2011), sedangkan pada 2012 – 2015 proporsi impor jasa sudah lebih tinggi
s.
go
.id
dibandingkan impor barang.
bp
3.9 PERKEMBANGAN NET EKSPOR ANTAR DAERAH
t.
Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar
ra
daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan
ba
ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang
ua
ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak
ap
diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti
p: //p
ini menyebabkan penghitungan ekspor-impor antar provinsi menjadikan komponen ini (dalam series
PDRB adh Konstan 2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni perbedaan
ht t
antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi pendukung.
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar daerah dan impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah juga hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda “positif” berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar daserah, demikian pula sebaliknya. Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar daerah menjadi nilai ekspor antar daerah dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan metode cross hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat keseimbangan permintaan (demand) dan penyediaan (supply) setiap komoditas di suatu perekonomian. Penghitung ekspor impor dengan metode cross-hauling diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
45
balance adalah metode penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-Output “bayangan”. Dalam metode ini, transksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
(balancing item) dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
46
BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
TAHUN 2011 - 2015
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
47
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disjikan beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia.
4.1 PDRB (NOMINAL) Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan. Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan
.id
dengan PDRB B maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Sebagai
go
contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka disajikan data PDRB
s.
perkapita.
bp
Tabel 17. Produk Domestik Regional Bruto dan PD PDRB Perkapita 2011
Pertumbuhan (%) * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
2013
2014*
2015**
(3)
(4)
(5)
(6)
44 254,64 42 867,19
47 421,09 44 423,34
52 997,66 47 694,23
58 210,90 50 287,04
62 880,02 52 348,08
56 303,61 54 538,41
58 762,56 55 047,84
63 984,19 57 581,36
68 498,80 59 174,52
72 151,49 60 066,65
0,91
0,93
4,60
2,77
1,51
786
807
828
850
872
2,70
2,67
2,64
2,60
2,55
ap
ht t
Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHK 2010 Jumlah penduduk (000 org)
2012
ua
(2)
p: //p
(1) Nilai PDRB (Miliar Rp) a. ADHB b. ADHK 2010 PDRB Perkapita (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010
ba
Uraian
ra
t.
2011—2015 Provinsi Papua Barat, 20 201 1
PDRB per-kapita Provinsi Papua Barat menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (tabel 17), seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Indonesia rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. Sementara itu pertumbuhan per kapita secara “riil” juga selalu meningkat, meskipun pada tahun 2014 dan 2015 terjadi perlambatan. Pertumbuhan per kapita pada periode 2011 – 2015 berada pada kisaran 0,91 – 4,60 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat pada kisaran 2,55 – 2,70 persen. Sehingga dapat Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
48
terlihat bahwa pada tahun 2011, 2012 dan 2015 pertumbuhan perkapita “riil” lebih rendah daripada pertumbuhan penduduk. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 pertumbuhan perkapita “riil” lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk. Dengan demikian maka pertumbuhan perkapita tersebut tidak saja terjadi secara “riil” tetapi juga terjadi secara kualitas.
4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP EKSPOR Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi RT di wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Konsumsi rumah tangga mempunyai kontribusi sekitar 25 persen pada PDRB Papua Barat, yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di
.id
wilayah Papua Barat sebanyak 25 persen digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Namun
go
di dalamnya termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor.
s.
eluaran untuk Konsumsi Akhir Tabel 18. Perbandingan PDRB Pengeluaran
(1)
(2)
11 507,21
ua
(Miliar Rp)
ap
Total Ekspor (ADHB)
28 535,34
p: //p
(Miliar Rp) Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor
2014*
2015**
(3)
(4)
(5)
(6)
12 299,65
13 375,76
14 717,25
16 575,45
36 642,32
41 543,52
51 704,12
41 440,33
0,40
0,34
0,32
0,28
0,40
ht t
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
2013
ba
Total Konsumsi RT (ADHB)
2012
t.
2011
ra
Uraian
bp
Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2011—2015
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2011, produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 0, 40 kali dari yang diekspor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan ekspor. Rasio ini terus mengalami penurunan pada tahun 2012 hingga 2014 mencapai nilai 0,28. Peningkatan rasio baru terjadi pada tahun 2015 (0,40) lebih disebabkan karena penurunan nilai ekspor, sementara sebaliknya konsumsi rumah tangga justru meningkat. Secara implisit data tersebut menjelaskan, bahwa nilai konsumsi akhir rumah tangga semakin meningkat dan atau sebaliknya nilai ekspor semakin menurun. Peningkatan dan penurunan tersebut disebabkan oleh perubahan volume maupun harga.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
49
4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Sekilas nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Tabel 19. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2011—2015
Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp)
2012
2013
2014*
2015**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11 507,21
12 299,65
13 375,76
14 717,25
16 575,45
7 657,19
8 267,42
10 193,50
11 134,36
13 125,11
1,50
1,49
1,32
1,26
1,31
s.
Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB
.id
(1) Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)
2011
go
Uraian
t.
bp
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
ra
Seperti halnya terhadap ekspor, rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB cenderung
ba
menurun, dari sebesar 1,50 pada tahun 2011 menjadi 1,49 pada tahun 2012. Rasio ini kembali 20
ua
mengalami penurunan menjadi 1,31 (2013), dan sedikit meningkat pada tahun 2014 yaitu 1,32
ap
tetapi turun kembali menjadi 1,26 di tahun 2015. 2015 Hal ini terjadi karena kenaikan nilai konsumsi
p: //p
akhir rumah tangga tidak secepat kenaikan nilai investasi.
ht t
4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
50
Tabel 20. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, 2011—2015
Uraian
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11 507,21
12 299,65
13 375,76
14 717,25
16 575,45
341,36
385,43
450,18
556,12
584,36
7 792,31
9 037,90
10 296,20
11 687,53
12 990,66
Jumlah
19 640,88
21 722,98
24 122,14
26 960,90
30 150,48
PDRB (ADHB) (Miliar Rp)
44 254,64
47 421,09
52 997,66
58 210,90
62 880,02
Proporsi * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
44,38
45,81
45,52
46,32
47,95
Konsumsi Akhir (ADHB) (Miliar Rp) a. Rumah Tangga b. LNPRT c. Pemerintah
.id
Barang dan jasa yang berada di wilayah domestik yang digunakan untuk memenuhi
go
tahun. Dengan peningkatan nilai permintaan konsumsi akhir selalu meningkat nilainya setiap tahun
s.
tersebut, proporsinya terhadap PDRB juga semakin mengalami peningkatan. Hal ini
bp
mengindikasikan produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB atau eskpor)
ba
ra
t.
memiliki liki peranan yang berkurang setiap tahunnya. tahunnya.
ua
4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB
ap
Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, tetapi
p: //p
diperdagangkan ke luar daerah. Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan besar Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa pula menggunakan kapital (PMTB). S
ht t
berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan produk yang menjadi kapital (PMTB). perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai p Tabel 21. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2011—2015 Uraian
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
28 535,34
36 642,32
41 543,52
51 704,12
41 440,33
7 657,19
8 267,42
10 193,50
11 134,36
13 125,11
3,73
4,43
4,08
4,64
3,16
Ekspor (ADHB) (Miliar Rp) Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp)
Rasio Ekspor terhadap PMTB * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
51
Selama tahun 2011 – 2015 ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi dari PMTB. Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk ekspor) disyaratkan tersedianya sejumlah kapital (yang di dalamnya termasuk pula kapital impor). Namun pada periode tersebut rasio ekspor terhadap PMTB mengalami fluktuasi, mengikuti fluktuasi nilai ekspor, sedangkan nilai PMTB selalu meningkat sehingga terjadi penurunan rasio pada saat nilai ekspor menurun. Penurunan rasio juga bisa disebabkan oleh kenaikan PMTB yang relatif lebih pesat dibandingkan dengan kenaikan ekspor.
4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang dihasilkan di
.id
wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor baik dari luar negeri
go
maupun luar provinsi di dalam negeri. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang
s.
ketergantungan PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh daerah lain. Jika rasionya kecil
bp
berarti ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya.
t.
RB R B terhadap Impor Tabel 22. Rasio PDRB Uraian
2011
(1)
(2)
ba
ra
20 Provinsi Papua Barat Tahun 2011—2015 2013
2014*
2015**
(3)
(4)
(5)
(6)
44 254,64
47 421,09
52 997,66
58 210,90
62 880,02
12 666,00
24 317,74
21 696,01
30 095,10
23 156,11
3,49
1,95
2,44
1,93
2,72
ua
2012 201
(Miliar Rp) Total Impor (ADHB)
ht t
(Miliar Rp)
p: //p
ap
PDRB (ADHB)
Rasio PDRB terhadap Impor * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Rasio PDRB terhadap impor tahun 2011 - 2012 menunjukkan penurunan dari 3,49 (2011) menjadi 1,95 (2012). Namun kemudian naik pada tahun berikutnya yaitu menjadi 2,44 (2013) dan menurun kembali menjadi 1,93 (2014) dan naik kembali menjadi 2,72 (2015). Rasio tertinggi yang terjadi pada tahun 2011 (3,49), lebih disebabkan peningkatan PDRB, sedangkan nilai impor sangat kecil. Peningkatan rasio menunjukkan berkurangnya ketergantungan PDRB terhadap produk impor.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
52
4.7 KESEIMBANGAN TOTAL PENYEDIAAN DAN TOTAL PERMINTAAN Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah oleh produk yang berasal dari impor. Ketergantungan (ketidakseimbangan) tersebut dapat dilihat melalui keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total permintaan akhir (demand). Tabel 23. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Papua Barat, 2011—2015 Uraian
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Penyediaan
% Total Permintaan Akhir (Miliar Rp)
52 997,66
58 210,90
62 880,02
(77,75)
(66,10)
(70,95) 70,95)) 70,95
(65,92)
(73,09)
12 666,00
24 317,74
21 696,01
30 095,10
23 156,11
(22,25)
(33,90)
(29,05) ((29,05 29,05
(34,08)
(26,91)
56 920,63
71 738,83
74 693,83
88 306,00
86 036,13
(100)
(100)
(100)
%
(100)
(100) ((100 100))
ra
t.
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
.id
(
47 421,09
go
Total nilai Impor ADHB (Miliar Rp)
44 254,64
s.
%
(
bp
PDRB (ADHB) (Miliar Rp)
ba
Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir
ua
rus didatangkan dari luar dareah, dengan rentang 22 s.d 34 domestik, sebagian produk masih harus
ap
persen. Dengan kata lain, kebutuhan masyarak masyarakat baru bisa dipenuhi sekitar 70 persen dari selisih
p: //p
hasil produksi domestik. Dalam kurun waktu tersebut, tendensi permintaan (ak (akhir) masyarakat rupiah (2015).
ht t
terus meningkat setiap tahunnya, dari 56.920,63 miliar (2011) menjadi sebesar 86.036,13 miliar
Di sisi lain “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh ekonomi domestik masing-masing sebesar 44.254,64 miliar rupiah (2011); 47.421,09 miliar rupiah (2012); 52.997,66 miliar rupiah (2013); 58.210,90 miliar rupiah (2015), dan 62.880,02 miliar rupiah (2015). Karena produk domestik tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka berbagai produk barang dan jasa diimpor, dengan nilai masing-masing tahun sebesar 12.666,00 miliar rupiah (2011); 24.317,74 miliar rupiah (2012); 21.696,01 miliar rupiah (2013); dan 30.095,10 miliar rupiah (2014), dan 23.156,11 miliar rupiah (2015).
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
53
4.8 NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE) Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar negeri (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut. Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio) antara
.id
r nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio tersebut tidak
go
dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun kuantum. Apabila
s.
rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sebaliknya
bp
apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari pada nilai ekspor. Besar
t.
kecilnya ekspor atau impor suatu negara sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta
ra
kebutuhan masyarakatnya.
ua
ba
Jasa Tabel 24.. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Provinsi Papua Barat, 2011—2015 2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
28 535,34
36 642,32
41 543,52
51 704,12
41 440,33
12 666,00
24 317,74
21 696,01
30 095,10
23 156,11
15 869,34
12 324,58
19 847,51
21 609,02
18 284,22
2,25
1,51
1,91
1,72
1,79
Nilai Impor (ADHB) (Miliar Rp) Net ekspor (X – M) (Miliar Rp)
ht t
Nilai Ekspor (ADHB) (Miliar Rp)
p: //p
ap
Uraian
Rasio ekspor thdp Impor * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Selama periode 2011 - 2015, posisi perdagangan barang dan jasa provinsi Papua Barat dengan luar negeri dan antar provinsi, selalu menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan neraca perdagangan barang dan jasa provinsi Papua Barat selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor yang lebih besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam konteks lain disebut sebagai “tabungan luar negeri”. Surplus perdagangan Provinsi Papua Barat yang terjadi antara tahun 2011 sampai dengan 2015 tercatat masing-masing sebesar 15.869,34 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
54
miliar rupiah (2011), 12.324,58 miliar rupiah (2012), 19.847,51 miliar rupiah (2013) dan 21.609,02 miliar rupiah (2014), 18.284,22 miliar rupiah (2015) . Sementara rasio ekspor terhadap impor cenderung fluktuatif dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2011 rasionya sebesar 2,25 pada tahun 2011, kemudian pada tahun-tahun berikutnya rasio nya tidak pernah mencapai nilai 2. Pada tahun 2012 rasionya menjadi 1,51, kemudian naik kembali menjadi 1,91 pada tahun 2013. Pada tahun 2014 dan 2015 rasionya masing-masing bernilai 1,72 dan 1,79.
4.9 RASIO PERDAGANGAN INTERNASIONAL (RPI)
.id
Rasio ini menunjukkan perbandingan aktivitas perdagangan internasional dari suatu
go
wilayah, apakah didominasi oleh ekspor atau impor luar negeri (LN) (LN).. Formulasinya diperoleh dengan menghitung selisih antara ekspor LN dikurangi impor LN dibagi dengan jumlah ekspor
bp
s.
LN dan impor LN. Koefisien RPI berkisar antara -11 s.d + 1 ( - 1 < RPI < +1 ). Jika RPI berkisar
t.
al didominasi oleh impor, sedangkan apabila antara minus 1, maka perdagangan internasional
ra
berkisar antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh transaksi ekspor.
ua
ba
Tabel 25.. Rasio Perdagangan Internasional Internasional, Provinsi Papua Barat, 2011 - 2015 2011 11
ap
Uraian
(2)
p: //p
(1)
Nilai Ekspor LN, ADHB (X) (Miliar Rp)
(X – M) (Miliar Rp) (X +M) (Miliar Rp)
ht t
Nilai Impor LN, ADHB (M) (Miliar Rp)
RPI * Angka Sementara ** Angka sangat sementara
2012
2013
(3)
(4)
2014* (5)
2015** (6)
26 552,86
34 271,65
36 886,71
45 855,82
36 428,40
800,31
490,22
748,41
776,33
732,83
25 752,55
33 781,43
36 138,30
45 079,49
35 695,57
27 353,16
34 761,87
37 635,12
46 632,14
37 161,23
0,94
0,97
0,96
0,97
0,96
Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada periode tahun 2011-2015, posisi ekspor selalu lebih tinggi dari impor karena bernilai postif dan mendekati 1. Nilai ekspor luar negeri pada periode tersebut terus meningkat dari 26.552,86 miliar rupiah pada tahun 2011 menjadi 36.428,40 miliar rupiah pada tahun 2015. Sementara itu impor luar negeri mempunyai kecenderungan menurun nilainya setiap tahun dari 800,31 miliar pada 2011 menjadi 732,83 pada 2015. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
55
Rasio Perdagangan Internasional Provinsi Papua Barat pada periode 2011-2015 mengindikasi bahwa perdagangan internasionalnya selalu didominasi oleh kegiatan ekspor, dengan rasio yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 0,94 sampai dengan 0,97. Hal ini menunjukkan ekspor luar negeri sangat dominan, sementara impor luar negeri dalam bentuk barang dan jasa hanya sebagian kecil.
4.10 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) ”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio
investasi
kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah
.id
output (keluaran).
go
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya
s.
alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan
ra
t.
digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”.
bp
output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini
ba
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara
ua
penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu
ap
unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit. Formula
p: //p
:
ht t
ICOR
Di mana:
K I It Y Y Yt Yt 1
I t = PMTB tahun ke t Yt = Output tahun ke t
Yt 1 = Output tahun ke t-1
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
56
Tabel 26. Incremental Capital Output Ratio, Provinsi Papua Barat, 2011 - 2015 Uraian
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
42 867,19
44 423,34
47 694,23
50 287,04
52 348,08
1 505,52
1 556,15
3 270,90
2 592,81
2 061,04
7 387,28
7 601,44
9 034,86
9 006,70
10 035,94
4,91
4,88
2,76
3,47
4,87
PDRB (ADHK 2010) (miliar rupiah) Perubahan (miliar rupiah) PMTB (ADHK 2010) (miliar Rp) ICOR
.id
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
go
Data di atas menunjukkan besaran ICOR mengalami sedikit fluktuasi. Dari sebesar 4,91
bp
s.
(2011) menjadi 4,88 (2012). Pada tahun 2013 ICOR turun menjadi 2,76 dan kembali naik menjadi 3,47 pada tahun berikutnya.. ICOR pada tahun 2015 peningkatan kembali menjadi 2015 mengalami peningk
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
sebesar 4,87.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
57
BAB V
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
PENUTUP
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
58
1. PDRB menurut pengeluaran
tahun 2011 s.d 2015 dapat menggambarkan perubahan
struktur dan perkembangan kondisi ekonomi provinsi Papua Barat pada periode bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT), pemerintah, dan perusahaan.
.id
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
go
perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis
s.
PDRB PDR B pengeluaran. peng didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB Analisis tersebut juga
bp
dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan
ra
t.
pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.
ba
20 s.d 2015, sehingga mudah di 3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2011
ua
dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antara waktu.
ap
masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, ( Masing-masing indeks, data.
p: //p
dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan da karakteristik masing-masing persentase, rasio, unit,, dsb)
ht t
PD 4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana. 5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat disajikan di sini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan (current tranfer) neto. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi Provinsi Papua Barat terhadap ekonomi negara lain (rest of the world). Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
59
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
LAMPIRAN
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
60
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11 507 210
12 299 651
13 375 761
14 717 249
16 575 451
6 088 592
6 563 955
7 199 275
7 758 728
8 678 279
248 414
257 828
269 865
300 066
331 859
1 282 056
1 337 229
1 419 533
1 702 874
1 886 939
659 268
713 448
752 939
818 355
933 497
1 946 664
2 087 297
2 336 201
2 532 676
2 963 375
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
509 358 772 857
538 340 801 554
582 793 815 156
653 242 951 308
758 863 1 022 637
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
341 360
385 431
450 181
556 121
584 362
7 792 315
9 037 899
bp
10 296 201
11 687 531
12 990 663
6 616 456 2 421 443
8 111 634 2 184 567
9 280 947 2 406 584
10 300 558 2 690 105
7 657 191
8 267 424
10 193 499
11 134 357
13 125 111
5 443 052 2 214 139
5 972 906 2 294 517
7 692 723 2 500 776
8 226 847 2 907 511
9 737 274 3 387 836
1 087 220
5 106 108
-1 165 491
-1 493 381
1 320 220
26 552 859
34 271 649
36 886 706
45 855 816
36 428 402
26 499 103 53 756
34 208 361 63 288
36 818 965 67 741
45 784 827 70 990
36 338 094 90 307
800 306
490 218
748 410
776 325
732 829
508 250 292 055
161 507 328 712
330 300 418 110
331 216 445 109
178 578 554 251
-9 883 212
-21 456 852
-16 290 789
-23 470 472
-17 411 355
1 982 479 11 865 691
2 370 667 23 827 520
4 656 810 20 947 599
5 848 304 29 318 776
5 011 925 22 423 280
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
ap
p: //p
ht t
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
ba
go
ra
5 733 628 2 058 686
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan 5. Perubahan Inventori
s.
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
t.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
.id
Komponen Pengeluaran
ua
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp)
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa 8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
44 254 637
47 421 091
52 997 659
58 210 896
62 880 024
* Angka sementara ** Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
61
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11 211 030
11 518 694
11 896 504
12 697 623
13 407 759
5 910 728
6 041 857
6 210 236
6 534 087
6 750 736
245 601
251 108
260 273
284 987
309 222
1 245 377
1 279 740
1 322 781
1 439 080
1 497 494
633 204
653 321
670 368
725 608
788 718
1 912 932
1 984 309
2 090 215
2 270 329
2 528 429
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
493 176 770 011
512 102 796 257
534 479 808 152
559 122 884 410
586 147 947 013
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
332 151
354 037
385 939
449 426
442 625
7 236 047
7 957 129
8 558 126
8 794 446
9 125 811
5 838 529 2 118 600
6 776 523 1 781 603
6 975 948 1 818 499
7 244 363 1 881 448
7 387 275
7 601 437
9 034 860
9 006 699
10 035 944
5 184 734 2 202 541
5 372 971 2 228 466
6 695 946 2 338 914
6 649 714 2 356 985
7 438 456 2 552 488
961 473
4 294 378
-1 079 473
-1 369 361
961 255
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
22 580 422 22 527 877 52 545
28 231 810 28 173 601 58 209
26 238 641 26 183 434 55 207
30 710 167 30 659 219 50 948
35 639 902 35 581 975 57 927
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
778 214 484 933 293 281
447 700 145 829 301 870
623 009 283 637 339 373
586 972 274 024 312 948
498 154 136 035 362 119
-6 062 999
-15 086 451
-6 717 353
-9 414 988
-16 767 058
1 922 731 7 985 730
2 211 527 17 297 978
3 943 714 10 661 067
4 604 248 14 019 236
4 631 297 21 398 354
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
ht t
p: //p
ap
ua
ba
go
ra
5 222 843 2 013 204
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan 5. Perubahan Inventori
s.
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
t.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
.id
Komponen Pengeluaran
bp
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp)
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
42 867 187
44 423 335
47 694 235
50 287 041
52 348 083
*Angka sementara ** Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
62
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
26,00
25,94
25,24
25,28
26,26
13,76
13,84
13,58
13,33
13,80
0,56
0,54
0,51
0,52
0,53
2,90
2,82
2,68
2,93
3,00
1,49
1,50
1,42
1,41
1,48
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
4,40
4,40
4,41
4,35
4,71
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
1,15 1,75
1,14 1,69
1,10 1,54
.id
1,12 1,63
1,21 1,63
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,77
0,81
0,85
0,96
0,93
19,06
19,43
20,08
20,66
13,95 5,11
15,31 4,12
15,94 4,13
16,38 4,28
17,30
17,43
19,23
19,13
20,87
12,30 5,00
12,60 4,84
14,52 4,72
14,13 4,99
15,49 5,39
2,46
10,77
-2,20
-2,57
2,10
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
60,00 59,88 0,12
72,27 72,14 0,13
69,60 69,47 0,13
78,78 78,65 0,12
57,93 57,79 0,14
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.)
1,81
1,03
1,41
1,33
1,17
1,15 0,66
0,34 0,69
0,62 0,79
0,57 0,76
0,28 0,88
-22,33
-45,25
-30,74
-40,32
-27,69
4,48 26,81
5,00 50,25
8,79 39,53
10,05 50,37
7,97 35,66
100
100
100
100
100
ba
ua ap
ht t
5. Perubahan Inventori
12,96 4,65
p: //p
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
17,61
7.a. Barang 7.b. Jasa 8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
s.
t.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
ra
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
go
Komponen Pengeluaran
bp
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen)
*Angka sementara ** Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
63
Lampiran 4.
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) 2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
26,15
25,93
24,94
25,25
25,61
13,79
13,60
13,02
12,99
12,90
0,57
0,57
0,55
0,57
0,59
2,91
2,88
2,77
2,86
2,86
1,48
1,47
1,41
1,44
1,51
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
4,46
4,47
4,38
4,51
4,83
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
1,15 1,80
1,15 1,79
1,12 1,69
1,11 1,76
1,12 1,81
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,77
0,80
0,81
0,89
0,85
16,88
17,91
17,94
17,91
17,43
13,14
14,21
13,22
13,84
4,77
3,74
3,62
3,59
17,23
17,11
18,94
17,91
17,43
12,09
12,09
14,04
13,22
13,84
5,14
5,02
4,90
4,69
3,59
2,24
9,67
-2,26
-2,72
1,84
52,68
63,55
55,01
61,07
68,08
52,55 0,12
63,42 0,13
54,90 0,12
60,97 0,10
67,97 0,11
1,82 1,13 0,68
1,01 0,33 0,68
1,31 0,59 0,71
1,17 0,54 0,62
0,95 0,26 0,69
-14,14
-33,96
-14,08
-18,72
-32,03
4,49 18,63
4,98 38,94
8,27 22,35
9,16 27,88
8,85 40,88
100
100
100
100
100
12,18
ua ap
4.b. Non-Bangunan
p: //p
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
4,70
ht t
5. Perubahan Inventori
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa 8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
go s.
bp
ba
3.b. Konsumsi Individu
t.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
ra
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
.id
Komponen Pengeluaran
*Angka sementara ** Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
64
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok
5,51 3,48
6,89 7,81
8,75 9,68
10,03 7,77
12,63 11,85
5,07
3,79
4,67
11,19
10,60
6,12
4,30
6,15
19,96
10,81
7,56
8,22
5,54
8,69
14,07
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
7,98
7,22
11,92
8,41
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
7,53 12,17
5,69 3,71
8,26 1,70
12,09 16,70
16,17 7,50
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
6,70
12,91
16,80
23,53
5,08
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
14,90 17,27
15,98 15,40
13,92 22,60
13,51 14,42
11,15 10,99
3.b. Konsumsi Individu
8,78
17,62
-9,78
10,16
11,78
11,73 8,25
7,97 9,73
23,30 28,79
9,23 6,94
17,88 18,36
21,31
3,63
8,99
16,26
16,52
5. Perubahan Inventori
-59,80
369,65
-122,83
28,13
-188,40
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.)
71,61 71,75 22,98
29,07 29,09 17,73
7,63 7,63 7,04
24,32 24,35 4,80
-20,56 -20,63 27,21
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
-7,19 -8,33 -5,14
-38,75 -68,22 12,55
52,67 104,51 27,20
3,73 0,28 6,46
-5,60 -46,08 27,21
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
1.113,27 87,65 29,67
117,10 19,58 100,81
-24,08 96,43 -12,09
44,07 25,59 39,66
-25,82 -14,30 -23,52
9,84
8,02
6.a. Barang 6.b. Jasa
ht t
p: //p
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
go
s.
t.
ba
ap
4.b. Non-Bangunan
ua
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
ra
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
6,99
.id
Komponen Pengeluaran
bp
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku, Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat (Persen)
7,16
11,76
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
17,01
65
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) Komponen Pengeluaran
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2,79 0,46 3,88
2,74 2,22 2,24
3,28 2,79 3,65
6,73 5,21 9,50
5,59 3,32 8,50
3,08
2,76
3,36
8,79
4,06
3,31
3,18
2,61
8,24
8,70
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
3,73
5,34
8,62
11,37
4,11 11,76
3,84 3,41
4,37 1,49
4,61 9,44
4,83 7,08
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
3,83
6,59
9,01
16,45
-1,51
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
6,70 6,82
9,97 11,79
7,55 16,07
2,76 2,94
3,77 3,85
5,24
-15,91
2,07
3,46
7,79 3,12
2,90 3,63
18,86 24,62
-0,31 -0,69
11,43 12,54
20,67
1,18
4,96
0,77
8,29
-64,45
346,65
-125,14
26,85
-170,20
45,94 46,01 20,21
25,03 25,06 10,78
-7,06 -7,06 -5,16
17,04 17,09 -7,71
16,05 16,06 13,70
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
-9,75 -12,53 -4,74
-42,47 -69,93 2,93
39,16 94,50 12,42
-5,78 -3,39 -7,79
-15,13 -50,36 15,71
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.)
644,30 -88,03 -52,67
148,83 15,02 116,61
-55,47 78,33 -38,37
40,16 16,75 31,50
78,09 0,59 52,64
3,64
3,63
7,36
5,44
4,10
ht t
5. Perubahan Inventori
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
s.
bp t.
ra
ba
ua
p: //p
4.b. Non-Bangunan
ap
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
6,38
go
6,11
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
.id
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
66
2012
2013
2014*
2015**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
105,51
112,77
122,64
134,94
151,98
103,48 105,07
111,56 109,05
122,36 114,15
131,87 126,92
147,50 140,37
106,12
110,69
117,50
140,95
156,19
107,56
116,40
122,84
133,51
152,30
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
107,98
115,78
129,58
140,48
164,37
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
107,53 112,17
113,64 116,33
123,03 118,31
137,90 138,07
160,20 148,42
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
106,70
120,48
140,72
173,84
182,66
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
114,90 117,27
133,27 135,33
151,82 165,91
172,34 189,83
191,55 210,68
3.b. Konsumsi Individu
108,78
115,43
127,16
142,14
s.
bp
127,95
ba
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
t.
(1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
ra
Komponen Pengeluaran
.id
2011
go
Lampiran 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
120,63 118,79 125,71
148,74 152,99 137,01
162,47 163,62 159,30
191,51 193,66 185,61
5. Perubahan Inventori
40,20
188,80
(43,09)
(55,22)
48,81
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.)
171,61 171,75 122,98
221,50 221,72 144,78
238,40 238,64 154,97
296,37 296,75 162,40
235,44 235,52 206,59
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
92,81 91,67 94,86
56,85 29,13 106,77
86,79 59,58 135,80
90,03 59,74 144,57
84,99 32,21 180,02
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
1 213,27 12,35 70,33
2 634,05 14,76 141,23
1.999,86 29,00 124,16
2.881,25 36,42 173,78
2.137,43 31,21 132,90
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
106,99
114,65
128,13
140,74
152,02
6.a. Barang 6.b. Jasa
ht t
p: //p
ap
4.b. Non-Bangunan
ua
111,73 108,25 121,31
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
67
2012
2013
2014*
2015**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
102,79
105,61
109,08
116,42
122,93
100,46 103,88
102,69 106,21
105,55 110,09
111,06 120,54
114,74 130,79
103,08
105,93
109,49
119,12
123,95
103,31
106,59
109,37
118,38
128,68
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
106,11
110,07
115,94
125,93
140,25
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
104,11 111,76
108,11 115,56
112,83 117,29
118,03 128,36
123,74 137,44
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
103,83
110,67
120,64
140,48
138,36
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
106,70 106,82
117,33 119,42
126,19 138,60
129,68 142,68
134,56 148,17
3.b. Konsumsi Individu
106,38
94,14
96,09
99,41
s.
bp
111,94
ba
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
t.
(1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
ra
Komponen Pengeluaran
.id
2011
go
Lampiran 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
110,92 106,86 122,09
131,83 133,17 128,14
131,42 132,25 129,13
146,44 148,83 139,85
5. Perubahan Inventori
35,55
158,78
(39,91)
(50,63)
35,54
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.)
145,94 146,01 120,21
182,47 182,61 133,16
169,58 169,71 126,30
198,48 198,72 116,55
230,35 230,62 132,52
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
90,25 87,47 95,26
51,92 26,30 98,05
72,25 51,16 110,23
68,07 49,42 101,65
57,77 24,54 117,62
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
744,30 11,97 47,33
1.852,02 13,77 102,53
824,63 24,56 63,19
1.155,79 28,67 83,09
2.058,33 28,84 126,83
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
103,64
107,40
115,31
121,58
126,56
6.a. Barang 6.b. Jasa
ht t
p: //p
ap
4.b. Non-Bangunan
ua
107,79 103,12 120,67
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
68
2012
2013
2014*
2015**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
102,64
106,78
112,43
115,91
123,63
103,01 101,15
108,64 102,68
115,93 103,69
118,74 105,29
128,55 107,32
102,95
104,49
107,31
118,33
126,01
104,12
109,20
112,32
112,78
118,36
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
101,76
105,19
111,77
111,56
117,20
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
103,28 100,37
105,12 100,67
109,04 100,87
116,83 107,56
129,47 107,99
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
102,77
108,87
116,65
123,74
132,02
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
107,69 109,78
113,58 113,32
120,31 119,70
132,90 133,04
142,35 142,19
3.b. Konsumsi Individu
102,26
122,62
132,34
142,98
s.
bp
114,29
ua
ba
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
t.
(1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
ra
Komponen Pengeluaran
.id
2011
go
Lampiran 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
103,65 104,98 100,53
108,76 111,17 102,96
112,82 114,89 106,92
123,62 123,72 123,36
130,78 130,12 132,73
5. Perubahan Inventori
113,08
118,90
107,97
109,06
137,34
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.)
117,59 117,63 102,30
121,39 121,42 108,73
140,58 140,62 122,70
149,32 149,33 139,34
102,21 102,13 155,90
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
102,84 104,81 99,58
109,50 110,75 108,89
120,13 116,45 123,20
132,26 120,87 142,23
147,11 131,27 153,06
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
163,01 103,11 148,59
142,23 107,20 137,75
242,52 118,08 196,49
249,29 127,02 209,13
103,84 108,22 104,79
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
103,24
106,75
111,12
115,76
120,12
6.a. Barang 6.b. Jasa
ht t
p: //p
ap
4.b. Non-Bangunan
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
69
Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Persen) Komponen Pengeluaran
2011
2012
2013
2014*
2015**
(1) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2,64 3,01
4,03 5,47
5,30 6,71
3,09 2,43
6,66 8,26
1,15
1,51
0,98
1,55
1,93
2,95
1,50
2,70
10,27
6,49
4,89
2,85
0,41
4,94
1,76
3,37
6,25
(0,19)
5,06
1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
3,28 0,37
1,78 0,29
3,72 0,20
7,15 6,64
10,81 0,39
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2,77
5,93
7,14
6,08
6,69
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif
7,69 9,78
5,47 3,23
5,92 5,63
10,46 11,14
7,11 6,87
3.b. Konsumsi Individu
2,26
11,77
7,28
7,93
8,04
3,65 4,98
4,93 5,89
3,74 3,35
9,57 7,69
5,79 5,17
0,53
2,42
3,84
15,37
7,60
13,08
5,15
(9,20)
1,01
25,94
17,59 17,63 2,30
3,23 3,22 6,28
15,81 15,81 12,86
6,21 6,20 13,56
(31,55) (31,61) 11,89
p: //p
5. Perubahan Inventori
ht t
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
s.
bp t.
ra ba
ap
4.b. Non-Bangunan
ua
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan
go
4,12
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
.id
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
2,84
6,47
9,71
10,10
11,23
4,81 -0,42
5,67 9,35
5,15 13,14
3,79 15,45
8,61 7,61
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor
63,01 3,11 48,59
-12,75 3,97 -7,29
70,52 10,16 42,64
2,79 7,57 6,44
(58,34) (14,80) (49,89)
3,24
3,40
4,10
4,17
3,77
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
*Angka sementara ** Angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
70
ht t
p: //p
ap
ua
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
DAFTAR PUSTAKA
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
71
1.
Tabel Input Output Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
Badan Pusat Statistik,
2.
, Statistik Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
3.
, Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri, 1980-1990, Jakarta. , Pendapatan Nasional Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
5.
, Statistik Industri, berbagai seri, Jakarta.
6.
, Statistik Listrik, Gas dan Air, berbagai seri, Jakarta.
7.
, Statistik Pertambangan Migas,, berbagai seri, Jakarta.
8.
, Statistik Pertambangan Non Migas, Migas, berbagai seri, Jakarta.
9.
, Statistik Konstruksi,, berbagai seri, Jakarta.
ba
ra
t.
bp
s.
go
.id
4.
Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta.
ua
10.
, Statistik Keuangan BUMN dan BUMD, BUMD 1997, Jakarta 2000.
p: //p
ap
11.
, Profil Ekonomi Rumahtangga 1998, 1998 Jakarta 1999.
ht t
12.
13. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stock Stocks, Netherlands, 1992. 14. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29, Washington DC, 1979. 15. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta 1988.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
72
16. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New York, 1968. , Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1,
17. New York, 1973. 18.
, Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series F No. 39, New York, 1986.
19.
, Handbook of National Accounting, Public Sector Accounts, Studies Methods, Series
go
, Link between Business Accounting and National Accounting Accounting, Public Sector
s.
20.
.id
F No. 50, New York, 1988.
t.
bp
Accounts, Studies Methods, Series F No.. 76, New York, 2000.
ra
21. Verbiest Piet, Investment Matrix,, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan
ua
ba
Pusat Statistik, Jakarta, 1997.
p: //p
Countries, Paris, 1976.
ap
22. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD
ht t
23. World Bank, System of National Accounts 1993 1993, Bahan Kursus, Washington DC, 1993
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Papua Barat, 2011-2015
73